Ceritasilat Novel Online

Komplotan Perampok Bank 1

Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton Bagian 1


Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Bab 1 AWAL PERJALANAN DENGAN KARAVAN
"LIBURAN ini pastilah yang terbaik di antara semua liburan yang pernah kita
alami!" kata Roger, sambil membawa sebuah kopor dan sebuah tas ke pintu depan.
"Diana, tolong bawakan tumpukan buku itu, jangan sampai terlupa." Diana
mengambil tumpukan tersebut dan berlari menuruni tangga menyusul Roger. Di depan
pintu depan berdiri sebuah karauan." Untuk kesekian kalinya Diana mengagumi
karavan tersebut. "Hampir tak bisa dipercaya. Ayah membeli karavan!" katanya."Danoh, sayang sekali
Ayah tak bisa ikut dengan kita!"
"Ya, padahal kita sudah membuat rencana begitu matang," kata Roger."Untung juga
ibu tidak membatalkan rencana kita seluruhnya setelah ternyata Ayah harus segera
pergi ke Amerika. Wah, aku sudah takut kita tak jadi berangkatl"
" karaan gerbong gandengan, ditarik oleh mobil, dan dirancang untuk didiami
selama perjalanan dengan berbagai peralatan dan perabotan yang mendekati keadaan
di rumah. 7 R)"Aku juga," kata Diana, menumpukkan bukubuku tadi dengan rapi di rak di
dalam karawan. "Buku tentang burung tidak lupa, kan" Pasti dalam perjalanan ini kita akan
melihat banyak sekali burung. Dan itulah tugasku dalam liburan ini. menulis
karangan tentang Burung-burung yang pemah kulihat'."
"Kalau begitu jangan lupa membawa teropong," kata Roger,
"itu, di ruang depan itu. Oh, ya, bagaimana pendapatmu tentang keputusan ibu
untuk meminta Nona Pepper ikut dengan kita, sebagai pengganti Ayah?" Nona Pepper
adalah kenalan baik ibu mereka. Sewaktu Nyonya Lynton masih anak-anak, Nona
Pepper itulah guru serta pengawas pribadinya. Roger dan Diana suka pada wanita
tua yang rapi ini - tetapi rasanya kehadiran Nona Pepper dalam perjalanan
berkarawan ini kurang tepat
"Kalau kita tinggal di suatu rumah atau penginapan, rasanya takapalah Nona
Pepper ikut," kata Roger. Tetapi di sebuah karawan yang begitu sempit. apakah ia
tidak jadi cerewet luar biasa" Mau tak mau kita akan selalu bertubrukan setiap
waktu." "Yah. tapi bukan harus membawa seseorang yang bisa menggantikannya mengemudikan
mobil," kata Diana, "dan seorang dewasa untuk temannya bercakap-cakap. Sesungguhnya Nona Pepper
cukup baik. asalkan ia tak begitu rajin menyuruh kita selalu tampak rapi,
mencuci muka, mencuci tangan sampai lusinan kali dalam sehari.?"Kalian sedang
menggunjingkan apa?" kata ibu mereka yang tiba-tiba muncul dengan membawa
beberapa barang. "Kita harus bergegas, kalau masih ingin berangkat pukul sebelas. Kita harus
menjemput Nona Pepper pukul dua. Itu berarti kita nanti harus berjalan rata-rata
lima puluh kilometer per jam, kalau tidak segera berangkat. Kukira kecepatan itu
terlalu besar bagi sebuah mobil yang menarik karawan."
"Alangkah senangnya kalau Ayah bisa ikut," keluh Diana, membantu ibunya
mengambilkan beberapa barang lagi."Nona Pepper cukup baiktetapi dengan Ayah,
kita akan bertambah riang!"
"Ya, sayang sekali," kata Nyonya Lynton. Tetapi paling tidak kita harus
bersyukur bahwa kali ini kita tidak usah menghadapi Snubby."
"Oh, yal Benar-benar takkan tertahankan lagi kalau kita harus tinggal dengan
Snubby - dan si Sinting-di dalam sebuah karawan yang sempit!" kata Roger.
"Kali ini ia tinggal dengan siapa?"
Snubby adalah saudara sepupu mereka. Rambutnya berwarna kuning kemerahan,
wajahnya penuh bintik-bintik, hidungnya pesek, umumnya dua belas tahun. la tak
punya ayah, tak punya ibu. Setiap liburan terpaksa ia harus tinggal di rumahrumah pamannya atau bibinya secara bergiliran. Snubby sendiri sudah minta ampun
nakalnya. Dan ia juga selalu disertai anjingnya, seekor anjing spaniel yang
berbulu hitam dan sangat manis tetapi juga sangat sinting - si
R)Sinting. Bila mereka bergabung, maka bahkan seorang paman atau bibi yang
palingsabar puntak akan tahan.
"Kalau tak salah ia kini tinggal dengan Bibi Pat" kata Diana.
"Begitu kan, Bu" Aku yakin saat ini ia sudah membuat Bibi Pat kehilangan akal.
Terakhir kali Snubby tinggal di sana, Sinting sangat tergila-gila pada sepatu
luar dari karet Suatu hari diambilnya semua sepatu luar yang terdapat di rak
sepatu di ruang depan, dan semua disembunyikannya, ditanamkannya dibawah semaksemak
mawar." "Dan tukang kebun heran sekali ketika menemukan sepatu-sepatu tadi muncul dari
bawah tanah. la memanggil Snubby - dan dengan berlagak heran, Snubby bertanya
mengapa ia menanamkan benih sepatu karet di bawah semak-semak mawar!" Roger tak
tahan menyemburkan tawa. "Snubby itul la memang sangat mengganggu, tetapi terus terang saja, selalu ia
membuat kita tertawa terpingkal-pingkal" kata Diana.
"Akuyakin ia pasti ingin sekali ikut karawan kita kalau ia tahu kita akan
berlibur di karavan."
"Untung saja ia tak ikut," kata ibunya. Tumpuk alas-alas lantai itu di sudut
sana, Diana, dan kukira selesai sudah persiapan kita. Akan kuperiksa sekali
lagi, dan kita harus segera berangkat." Nyonya Lynton bergegas masuk ke rumah.
Diana memperhatikan betapa rapinya keadaan di dalam karawan kecil itu. Tapi ia
yakin ini tak akan R)lamal la, ibunya, dan Nona Pepper akan tidur di karawan itu, sedang Roger akan
tidur di mobil. Betapa menyenangkan, bepergian ke mana saja mereka mau, tinggal
di mana saja mereka mau, bangun kapan saja mereka mau, memilih tempat-tempat
terindah untuk berpiknik - ya. liburan macam ini takkan ada tandingannya!
"Hanya ada satu yang bisa kuinginkan," kata Diana pada Roger, saat mereka berdua
masuk ke rumah untuk berpamitan dengan juru masak serta para pembantu rumah
tangga mereka. "Alangkah senangnya kalau sobat kita Barney bisa ikut dengan kita."
"Ya, benar juga!" kata Roger.
"Dan Miranda jugal Rasanya sudah berabad-abad kita tak melihat monyet kecil lucu
itu." "Akhir-akhir ini Barney sering bepergian dengan ayahnya," kata Diana.
"Entah apakah ia teringat akan masa lalunya, saat ia juga harus bepergian dari
satu tempat ketempat lain dengan rombongan pasar malam atau sirkus, sewaktu ia
masih sebatangkara dan belum kenal ayahnya! Betapa seringnya ia bepergian waktu
itu." "Kini ia sudah punya ayah, punya keluarga-ia bukan lagi seorang anak gelandangan
yang sebatangkara. juga Miranda bukan lagi seekor monyet kecil yang selalu
kesepian bepergian berdua saja dengan Barney - sering kedinginan, sering
kelaparan. Ya, kini bahkan ia dimanjakan oleh siapa saja di dalam keluarga
Barney! t ti R)Untunglah, Barney tak sedikitpun berubah tingkah serta pribadinya."
"Ya, tetap saja ia Barney kita yang dulu," kata Diana.
"Mudah-mudahan kita sempat bertemu dengannya liburan ini. Ibul bul Di mana ibu"
Kita harus segera berangkatl"
"Ya, aku sudah dengar!" Nyonya Lynton bergegas menuruni tangga.
"Aku baru saja ingat kita harus membawa krim anti sinar matahari. Sebab kalau
tidak, bisa-bisa kulit kita terbakar matang di musim panas ini. Berpamitanlah
pada orang-orang, dan kita akan langsung berangkat." Diana dan Roger berpamitan
pada juru masak mereka yang periang, yang memberi mereka sebungkus biskuit
sambil berkata, "Ini sedikit biskuit gula istimewaku, kurasa cukup untuk kalian sampai waktu
makan nanti. Bergembiralah, dan jagalah ibu kalian baik-baik-beliau pasti sangat
lelah, harus mempersiapkan semua ini seorang diri." Dan akhirnya mereka semua
berada di mobil, yang perlahan bergerak meninggalkan halaman, menarik karawan
itu. Untunglah pintu gerbang cukup lebar, Nyonya Lynton berhasil mengemudikan
mobil serta karawannya tanpa menyentuh gerbang itu sedikit pun. Mereka pun
meluncur di jalan raya. Semuanya lancar, karawan di belakang mereka hanya
bergoyang-goyang sedikit bila terdapat tonjolan di jalan. Liburan telah mulail
Saat makan siang mereka berhenti, dan makan di pinggir jalan. Setelah itu mereka
melanjutkan R)perjalanan ke rumah Nona Pepper.
"Kita pasti terlambat," kata Roger.
"Tetapi kurasa itu tak apa, Bu. Nona Pepper bahkan akan sangat heran kalau kita
datang tepat pada waktunya."
"Mungkin juga. tetapi aku yakin ia telah bersiap-siap paling tidak sepuluh menit
sebelum waktu yang ditentukan," kata ibunya.
"Dan aku pasti akan merasa sangat bersalah, seperti dulu sewaktu ia mengawasiku,
waktu aku berumur belasan tahun, dan datang terlambat."
Nona Pepper memangsudah menanti, berdiri di depan pintu rumahnya dengan kopor di
sampingnya. la tampak sejangkung dan sekurus seperti terakhir kali anak-anak itu
melihatnya, dan dari balik kaca matanya terlihat matanya yang bersinar cemerlang
tersenyum hangat. "Wah, datang juga kalian," katanya riang,
"dan sungguh heran, hanya lima belas menit terlambat! Kalian sudah makan?"
"Sudah, Nona Pepper," semua menjawab serempak. Roger turun untuk mengambil kopor
wanita tua itu, dimasukkannya ke dalam karavan.
"Wah, bagus sekali karawan kalian ini," kata Nona Pepper memuji
"Belum pernah terpikir olehku bahwa aku akan bepergian dan tidur di sebuah
karawan - dan kini ternyata hal itu terjadi!
Wah, senangnya!" "Kita akan bergantian memegang kemudi," kata Nyonya Lynton.
"Kami merencanakan untuk berhenti ditepi danau kecil dan indah di Yesterley.
R)Di sana anak-anak bisa berenang-renang. Untung bukan, cuaca begini cerah?"
"Ya, benar," kata Nona Pepper, duduk di depan.
"Wah, rasanya aneh juga kini aku tak harus berhadapan dengan Snubby. la selalu
bersama dengan Roger dan Diana, setiap kali aku bersama mereka."
"la tinggal di rumah Bibi Pat, dan tentunya sedang berusaha keras membuat Bibi
Pat kehilangan akal dengan berbagai kenakalannya," kata Diana.
"Betapapun ingin juga aku membawa si Sinting. la lucu sekali"
"Himm,"Nona Pepper tertegun sejenak."Ya, aku juga senang pada Sinting, tetapi
rasanya aku takkan begitu lama suka padanya bila aku harus tinggal dengannya
disebuah karawan untuk waktu yang lama. Sinting bukannya anjing yang bisa
membiarkan kita berlibur dengan tenang." Cuaca bagus sekali. Nyaman rasanya
bepergian dengan mobil di hari secerah itu, dengan masa liburan tiga minggu di
depan mereka-yang pasti akan mereka penuhi dengan bermalas-malasan, pikrik,
berenang, es krim. dan mungkin tidur di tempat terbukal Roger memutuskan untuk
mengusulkan hal itu pada malam pertama mereka berhenti nanti. Bukan untuk Ibu
dan Nona Pepper, tetapi mungkin hanya untuk dirinya dan Diana. Mobil terus
melaju. Di mana mereka nanti akan berhentiPTak ada yang tahu dengan pasti. Dan
tak ada yang peduli. Di belakang mereka karawan tampak bergoyang-goyang mengikut
terus. Sekali, sekali Roger melihat kebelakang, untuk memeriksa apakah karawan
tersebut masih tergandeng dengan mobilnya.
"Tiga minggu ini akan penuh dengan berbagai macam keriangan bagi kital" kata
Roger pada Diana. Bab 2 SANGAT TIDAK TERDUGA SELAMA lima hari Roger dan Diana betul-betul menikmati masa liburan mereka. Dua
malam mereka bermalam di tepi Danau Yesterley yang biru dan indah itu, makan di
tempat terbuka, .berenang tak henti-hentinya. Nona Pepper membuat kejutan muncul memakai baju renanglebih heran lagi: ternyata Nona Pepper memang sangat
pandai berenang! "Ya, ampun!" kata Diana, terengah-engah berbaring dipasir pantai yang putih itu.
"Baru saja aku berlomba dengan Nona Pepper. la menang. Dan lihat. ia masih saja
berenang seolah tak kenal lelah!"
"Ya, ternyata ia sangat pandai berenang," kata Roger,
"Begitu juga ibu. Alangkah senangnya kalau aku bisa mengapung terus seperti ibu,
padahal dia begitu diam! Padahal ini bukan airgaram! Mungkin ia menggerakgerakkan jarinya, entah bagaimana."
"Sungguh asyik liburan ini," kata Diana.
"Enak ya tidur ditempat terbuka seperti tadi malamPKau
dengarburunghantu menjerit begitu dekat dengan kita" Serasa copot jantungku!"
"Aku tak mendengar apa pun," kata Roger.
"Begitu mataku tertutup, aku sudah tak ingat apa-apa lagi. sampai kaubangunkan
aku pagi ini. Berapa lama lagi Ibu dan Nona Pepperakan berada di air" Aku sudah
lapar." Lima hari pertama itu semua merasa selalu lapar. Bahkan Nona Pepper tanpa malumalu terpaksa mengakui bahwa ia harus makan lebih banyak dari biasanya.
"Kuharap kalian tidak selalu memandangku dengan pandang begitu keheranan setiap
kali aku menambah makananku," kata Nona Pepper.
"Kalian membuatku merasa Seolah-olah aku rakus. padahal aku hanya lapar saja."
"Ahal Snubby akan sangat senang Anda menggunakan alasan seperti itu," kata
Roger, tertawa. "Anda selalu mengatakan padanya bahwa sebenarnya dia tidak lapar, hanyalah
rakus, setiap kali ia minta tambah!"
"Ah, Snubby!"Nona Pepperjuga tertawa."Entah bagaimana keadaannya kini. Tunggu.
Bibi Pat kalian itu tak punya anak, kan" Jadi Snubby tak punya teman bermain di
sana. Aku yakin ia akan jauh lebih nakal dari biasanya."
"Benar," kata Diana.
"Ia bisa jadi sangat sinting bila sedang merasa bosan. la melakukan hal-hal yang
kurang ajar dan tak masuk akal. Ingat tidak waktu ia suatu hari memutuskan untuk
membersihkan cerobongasap kita hanya karena dilihatnya asapnya sedikit tidak
lancar?" "Oh, jangan mengingatkanku tentang hal itu," keluh Nyonya Lynton.
"Belum pernah kulihat ayah kalian marah seperti hari itu. Bahkan ia mengejar
Snubby berkeliling taman dengan membawa gagang sapu!"
"Dan Ayah jatuh, tersandung si Sinting!" kata Diana.
"Ya. lucu kan, Sinting selalu berhasil membuat siapa pun yang mengejar Snubby
terjatuh," kata Roger.
"Cerdik sekali anjing itu." Tiap malam mereka berkumpul di dalam karavan,
mendengarkan berita dari radio. Mereka tak pernah membaca surat kabar, dan Nona
Pepper mengusulkan agar secara teratur mereka mendengar berita dari radio,
supaya tidak terlalu terkucil dari kejadian-kejadian di luar lingkungan mereka.
"Siapa tahu. mungkin manusia telah mendarat di bulan, atau perang pecah, atau
terjadi gempa bumi dahsyat dan kita tak tahu apa-apa," kata Nona Pepper.
"Paling tidak sekali dalam sehari kita harus mendengarkan berita." Di malam
kelima seperti biasanya mereka mendengarkan siaran berita. Roger dan Dianatak
begitu tertarik pada berita, tetapi ketika sesudah berita disiarkan ramalan
cuaca, mereka mendengarkan baik-baik. Bagi mereka ramalan cuaca lebih pentingapakah besok cuaca masih cerah dan hangat seperti ini" .
Kemudian giliran berita keluarga. Inisama sekali tidak menarik tentu. Nona
Pepper sudah mengulurkan tangan untuk mematikan radio, tetapi sebuah nama
terdengar disebut oleh penyiar, dan semua tertegun heran - nama Nyonya Lynton!
"Berita penting untuk Nyonya Lynton. Nyonya Lynton yang bersama kedua anaknya
sedang dalam perjalanan dengan karavan." demikian penyiar itu berkata.
"Nyonya Lynton harap menelepon nomor Hillsley 68251 dengan segera,
sebabsaudaranya sakit keras. Untuk jelasnya berita keluarga ini kami ulangi.
Berita untuk Nyonya Lynton."
Semua menahan napas - tak berani bersuara, tak berani bergerak. Berita
tadidiulangi. Kemudian Diana berbisik,
"Ibul Berita itu untuk kital Ibu adalah Nyonya Lynton dan."
"Sesuatu terjadi pada saudara ibunu, yaitu bibimu, Bibi Pat." Nona Pepper
langsung berdiri. "Jangan khawatir. Aku dan ibu kalian akan pergi ke desa sebentar - pinjam
telepon. Dan kami akan menelepon nomor itu tadi."
"Astaga. apa yang terjadi?" bisik Nyonya Lynton, wajahnya pucat pasi.
"Aku akan pulang. aku harus menjaga Pat."
Roger dan Diana kebingungan. Entah kejadian apa yang pasti akan merusak liburan
mereka ini. Kasihan Bibi Pat-apa sebenamya yang terjadi" Sakit keras - apa
maksudnya" Kedengarannya sungguh menakutkan. R)"Kalian tunggu di sini," kata
Nona Pepper dengan tegas, langsung mengambilalih pimpinan, sebab jelas Nyonya
Lynton tak sanggup berbuat apa pun.
"Aku akan membawa ibu kalian ke desa -menelepon. Kami akan segera kembali
kemari. Tak usah sedih, Diana. Mungkin tidak separah seperti yang dikatakan
radio itu." Dua menit kemudian Nona Pepper telah mengemudikan mobil mereka, dengan Nyonya
Lynton duduk diam-diam di sisinya. Diana dan Roger duduk di rumput Udara cerah,
dan masih ada cahaya. Cukup untuk melihat wajah masingmasing. Tampak Diana
menangis. Roger memeluk adiknya. "Jangan khawatir, mungkin tidak seburuk perkiraan kita," katanya.
"Tetapi kurasa Ibu harus pulang. Dan karenanya kita pun harus pulang."
"Tetapi pulang ke mana"' tanya Diana, menangis.


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Juru masak dan semua pembantu lainnya pergi, rumah kita ditutup rapat, tak akan
ada orang di sana." "Ya, aku lupa itu," kata Roger.
"Dan bagaimana dengan Snubby.Kalau Bibi Patsakit, pasti Snubby tak bisa tinggal
di sana. Lalu ia bagaimana?"
"Dan kita bagaimana?" tanya Diana.
"Ibu pasti akan tinggal di rumah Bibit Pat. Ibu sayang sekali pada Bibi Pat. Oh,
benar-benar mengesalkan. liburan kita terpaksa batal!"
Rasanya lama sekali ibu mereka pergi bersama Nona Pepper. Hari telah gelap saat
mereka mendengar suara mobil mendatangi. Mereka segera berlari menjemputnya. Tetapi
yang keluar dari mobilternyata bukan ibu mereka. Nona Pepper. Dan Mobilnya juga
bukan mobil mereka. Sebuah taksi
"Apa yang terjadi" Di mana Ibu?" teriak Diana gugup.
"Ibu kalian langsung pergi ke rumah Bibi Pat naik mobilnya," kata Nona Pepper,
membayar sopir taksi "Bibi Patternyata terjatuh dari tangga. Kepalanya luka. Kata dokter cukup berat.
Tetapi mereka masih punya harapan, dan mereka minta agar ibumu segera datang,
karena Bibi Pat selalu menyebut-nyebut namanya."
"Oh, kasihan Ibu!" kata Diana, memikirkan betapa ibunya harus mengemudikan mobil
sendiri sepanjang malam, begitu khawatir akan keadaan saudaranya.
"Nona Pepper. menurut Anda, apakah Bibi Pat akan segera baik kembali?"
"Menurut laporan dokter-dokter yang merawatnya agaknya begitulah," kata Nona
Pepper. Jadi tak usah terlalu khawatir. Ibumu akan memberi berita perkembangan
terakhirnya besok pagikalau aku meneleponnya dari desa. Tak begitu jauh dari
sini. "Apakah Ibu akan kembali kemari, dan meneruskan liburan kita ini?" tanya Roger.
"Tidak, tidak.Tentang itu agaknya sudah pasti," kata Nona Pepper.
"Aku yakin ibumu akan memutuskan untuk menunggui Bibi Patsampai ia betul-betul
sembuh. Kami tadi belum mengambilkeputusan apa yang akan kita lakukan. Yang
jelas kalian terpaksa harus menerima kehadiranku untuk beberapa lama ini. Aku
telah berjanji pada ibu kalian, aku akan terus menyertai kalian sampai ia bisa
meninggalkan Bibi Pat." Tetapi. lalu bagaimana?" tanya Roger kebingungan.
"Kita tinggal di karawan yang tak ada mobilnya. Rumah kami sudah ditutup. Apakah
kita harus meninggalkan karawan ini dan tinggal di rumah Anda, Nona Pepper?"
"Aku sama sekali tak tahu, Roger," kata Nona Pepper.
"Bagaimana kalau kita tunggu saja perkembangannya besok pagi.Suasana seperti ini
memang bisa terjadi kapan saja, dan di saat-saat seperti inilah kita bisa
mengetahui apakah kita kuat atau tidak menghadapi cobaan. Seperti ibu kalian
itu. Tadinya ia memang sangat terguncang. Namun kini ia sudah tenang dan berani
menghadapi apa saja."
"Lalu bagaimana dengan Snubby?"tanya Diana tiba-tiba.
"Ia kan berada di rumah Bibi Pat. Nona Pepper. Bibi Pat tidak terjatuh karena si
Sinting, kan?" "Tidak. ia terpeleset ketika naik tangga," kata Nona Pepper.
"Sekarang, mari kita buka beberapa botol imun dan tolong ambilkan biskuit coklat
serta makaroni sisa makan siang tadi - dan kita akan makan malam seadanya."
Roger dan Diana gembira Nona Pepper berada di antara mereka. Wanita tua yang
selalu rapi itu berhasil membuat suasana menjadi sedikit riang,
bahkan sekali-sekali membuat cerita-cerita lucu untuk mereka. Rogersudah
merasaringan hatinya, walaupun Diana masih tampaktakut dan khawatir.
"Roger, bagaimana kalau malam ini kau tidur di tempat tidur ibumu didalam
karavan?"tanya Nona Pepper.
"Kurasa Diana akan senang kalau kautemani."
"Oh, ya, baik," kata Roger.
"Aku akan tidur di dalam, nanti." Diana mengangguk, lega. Kini kalau ia
terbangun di malam hari, ia tak akan ketakutan lagi, kan ia bisa bercakap-cakap
dengan Roger. Dalam keadaan seperti ini memang sungguh menyenangkan punya kakak
laki-laki. Tak lama karawan itu telah gelap. Ketiga orang penghuninya mencoba
untuk tidur. Berita apa yang akan mereka terima besok pagi" Berita baik atau.
buruk" Dan bagaimana jadinya liburan mereka ini"
Bab 3 BARNEY" KEESOKAN harinya Nona Pepper bangun pagi-pagi sekali. Dibangunkannya Roger dan
Diana. "Ayo, bangun!" katanya.
"Kita segera sarapan dan aku akan pergi ke desa untuk menelepon ibu kalian.
Apakah nyenyak tidur kalian?"
"Ya, nyenyak," kata Diana, sedikit heran. Sebab semalam ia mengira ia tak akan
bisa tidur memikirkan ibunya. Dan Roger ternyata juga tidur nyenyak. Keduanya
merasa siap untuk menghadapi berita apapun yang akan mereka terima pagi itu.
Nona Pepper membuat teh, sementara Diana memotong-motong roti. Tak lama mereka
telah makan dagingham dingin, minum teh panas."Tak tahu aku, mengapa kita harus
minum teh sepanas ini, padahal kita bisa minum air jeruk," kata Diana.
Segera setelah makan pagi, Nona Pepper berangkat ke desa. Sekitar setengah jam
kemudian ia telah kembali. Roger serta Diana yang sudah tak sabar menanti segera
berlari menyambutnya. Mereka merasa lega melihat Nona Pepper tersenyun.
"Kabar baik," kata Nona Pepper
"Ibu kalian sudah sampai dengan selamat Bibi kalian begitu gembira sehingga
sekarang pun sudah mulai membaik."
"Bagus, bagus, bagus," kata Diana penuh rasa syukur.
"Agaknya bibi kalian itu terjatuh dari puncak tangga, ketika akan mengikatkan
sulur-suluran ke tembok," kata Nona Pepper pula.
"Kepalanya terkena batu. Sama sekali tak ada hubungannya dengan si Sinting. Kini
ia berada dirumah sakit. Ibu kalian menjaganya. Dan kukira ibu kalian harus
tinggal di sana untuk beberapa waktu ini, mengurus paman kalian. Jadi dua yang
harus dilakukannya, menjaga bibi kalian dan mengurus paman kalian."
"Oh, lalu kami bagaimana?" tanya Diana.
"Yah. kukira nanti kita terpaksa menyewa mobil dan menarik karawan ini ke
rumahku," kata Nona Pepper.
"Terpaksa. Rumah kalian kan sudah ditutup. Aku sungguh menyesal tentang hal ini,
Anak-anak. tetapi hanya inilah yang bisa kita lakukan. Sungguh akhir yang sangat
mengecewakan bagi liburan kalian ini. Aku tak tahu kita harus pergi ke mana,
kecuali ke rumahku."
"Aku juga tak tahu," kata Roger muram.
"Dan Anda sungguh baik hati mau menerima kami di rumah Anda, Nona Pepper. Kami
pastiakan sangat mengganggu dirumah Anda yang kecil itu. Aduh, benar-benar
mengecewakan kejadian ini!" R)"Diana bisa ikut aku mencari mobil sewaan," kata
Nona Pepper ketika mereka mulai merapikan kembali barang-barang didalam karawan
itu. "Dan Roger bisa menunggu di sini. Kau berani kan, Roger?"
"Ya, tentu saja," kata Roger. Wajahnya masih muram saat Nona Pepper berangkat
bersama Diana menuju ke desa. Rasanya, suatu akhir yang sangat buruk bagi
liburan yang tampaknya akan sangat menyenangkan itu. Nona Pepper sangat baik
hati-tetapi rasanya tak akan betah tinggal di rumahnya yang kecil dan selalu
rapi itu selama tiga minggu terus-menerus.
"Kami akan bosan setengah mati," katanya dalam hati. Tapi ia segera menyesal
punya pikiran seperti itu. Coba, kalau tak ada Nona Pepper, apa yang terjadi
kini" "Yah. kalau saja Barney tidak sedang bepergian dengan ayahnya, mungkin kami bisa
pergi ke rumahnya," pikirnya kemudian.
"Apa boleh buat, biarlah seadanya saja."
Sejam kemudian Nona Pepper dan Diana muncul, tampak sangat kecewa.
"Kami tak bisa menemukan sebuah mobil pun yang disewakan di desa," kata Nona
Pepper. "Aku telah menelepon kota yang terdekat, minta agar dikirimkan sebuah mobil
sewaan kemari. Mudahmudahan yang dikirimkan kemari bukanlah mobil rongsokan yang
bisa mogok di tengah jalan. Aku
tak begitu bisa mengemudikan mobil yang tak begitu kukenal."Karawan mereka itu
diparkir di sebuah bukit, di tengah padang-jauh dari jalan raya, tetapi dekat
dengan sebuah rumah pertanian. Petani pemilik tanah itu telah memberi izin pada
mereka untuk tinggal di sana. Sekitar pukul tiga siang mereka melihat petani
tersebut mendatangi karawan mereka.
"Wah, ada apa lagi ini?" kata Nona Pepper khawatir.
"Jangan-jangan ia akan mengusir kita." Petani itu perlahan sekali jalannya,
dengan seekor anjing mengiringinya, mendekati tempat mereka duduk-duduk.
"Selamat sore, Bu," katanya setelah dekat, dengan suara khas pedesaan yang
lembut, "ada pesan untuk Anda, dikirim kealamatku oleh kantor pos. Sepucuk telegram." la
mengacungkan selembar kertas telegram berwarna oranye. Nona Pepper semakin
khawatir, menerima telegram tersebut. Dibukanya, dibacanya. Tampak ia tertegun
heran, kemudian berpaling pada Diana dan Roger.
"Dengarkan ini..," katanya, kemudian ia membaca kembali telegram itu, Tunggu
kami malam ini - Barney."
"Tunggu kami malam ini!" Diana menirukan, dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri
"Oh, Nona Pepper. Bamey dan ayahnya agaknya juga mendengar berita tentang
kecelakaan Bibi Pat di radio,tentang Ibu yang harus menelepon kenomor di Hilsley
itu! Mereka pasti menduga bahwa ibu akan terpaksa meninggalkan kita di sini. Dan
kinimereka akan menemui kital Wah! Sungguh menyenangkan!"
"Ya, pasti mereka mendengar berita yang sama, yang kita dengarkan itu," kata
Roger. "Mungkin mereka juga menelepon nomor di Hillsley itu, untuk menanyakan apa yang
terjadi. Nona Pepper, kini segalanya pasti akan beres. Ayah Barney pasti mau
membantu kita mencarikan mobil dan segala keperluan lainnya."
"Terima kasih," kata Nona Pepper pada petani yang membawakan telegram itu.
Petani itu pergi dengan masih diiringi anjingnya. Diana bernapas lega. Barney
akan datang, bersama ayahnya yang baik itu. Kini segala persoalan mereka pasti
selesai. Mungkin mereka malah bisa pergi ke rumah Barney. Tunggu kami malam
ini," Diana mengulangi bunyi telegram itu.
"Itu berarti mereka langsung menuju kemari, entah dari mana. Yang pasti dari
tempat yang agak jauh. Kalau tidak, pasti mereka sudah tiba di sini sebelum
malam. Barney yang baik! Kini kita tak usah khawatir lagi."
"Lebih baik kalian pergi berenang sana," kata Nona Pepper.
"Hari begini panas. Aku tak ikut, sebab harus ada orang yang menjaga karavan
ini. Pergilah, pasti sangat menyenangkan berenang di hari sepanas ini." Roger
dan Diana pun berangkatlah berenang. Mereka merasa sangat gembira kini. Betapa
senangnya punya sahabat karib - benar-benar
menyenangkan! R)"Kita pasti bisa bertemu lagi dengan si Kecil Miranda," kata
Diana. "Bagusnya, binatang seolaholah tak pernah berubah seperti manusia. Pastilah
Miranda masih tetap seperti dulu juga rupanya. pastilah rupanyatakberubah sejak
ia berumur satu tahun." Lama sekali mereka berenang-renang, kemudian berbaringbaring di hamparan rumput, mengeringkan tubuh. Mereka merasa lapar sekali saat
kembali ke karawan. "Ada berita lagi dari Barney" Sebuah telegram lagi" Nona Pepper menggelengkan
kepala. "Tidak. tetapi Barney kan berkata malan ini dalam telegramnya. Kita harus
menunggu dengan sabar. Aku yakin mereka kini berada di Cornwall. Atau kalau di
utara, di Skotlan. Atau di Pegunungan Welsh. Pokoknya sangat jauh dari tempat
ini." "Aku tak akah tidur sebelum mereka datang," kata Roger tegas.
"Aku tahu kalian juga pasti tak akan bisa tidur," kata Nona Pepper.
"Mudah-mudahan saja mereka datang sebelum jam dua belas." Matahari mulai
merendah di barat. Setiap di kejauhan terdengar suara mobil di jalan raya,
ketiganya tertegun memasang telinga. Tetapi mobil demi mobil lewat tanpa
berhenti atau membelok ke arah mereka. Kemudian pada saat hari telah sangat
gelap, terdengar sebuah mobil di jalan yang menuju ke rumah pertanian.
"itu pasti Barney!" teriak Diana. Berdebar-debar mereka menunggu.Di kejauhan
terdengar mobil itu berhenti. Kemudian, setelah beberapa menit yang menegangkan,
terdengar mobil itu membelok ke arah mereka-suaranya membelah kesunyian malam
saat dengan susah payah merayapi jalan berbatubatu.
"itu Bamey! Pasti!" teriak Roger, melompat berdiri.
"Tentulah orang-orang di desa memberitahukan padanya di mana kita berada, dan
petani itu menunjukkan tempat kita. Barney BARNEY! BARNEY"
Suatu teriakan menjawab suaranya itu,
"Heil Kami datang! Jalan ini kasar benar!"
Tak lama terlihat sesosok bayangan mobil besar muncul, dan berhenti di dekat
karawan mereka. Seseorang bertubuh jangkung melompat turun. Roger dan Diana lari
menyambutnya. Itu betul Barney, dengan si monyet Miranda yang mencereceh gembira
di bahunya! "Halo Halo" seru Barney, bergantian memeluk Diana dan Roger.
"Maaf, kami agak terlambat. Kami sedang berada di Skotlan waktu kami mendengar
berita itu di radio, tadi malam. Kami langsung menelepon ibu kalian di Hillsley.
Bagaimana keadaan kalian?"
"Oh, Bamey! Senang sekali kau bisa datang kemari!" kata Diana.
"Kami sedang putus asa, tak tahu harus berbuat apa waktu ibu harus pergi
meninggalkan kami. Itu ayahmu?" Seseorang keluar dari mobil yang dinaiki Barney
itu. R)"Ya, kita serahkan saja segalanya padanya," kata Barney, gembira bisa
berkumpul kembali dengan sahabat-sahabatnya.
"Segalanyal Ayahku punya suatu rencana hebat untuk kita. Halo, Nona Pepper! Ini
kejutan menyenangkan, ya?"
"Ya," kata Nona Pepper.
"Ah, ini ayahmu. Selamat malam. Baik sekali Anda mau mengunjungi kami, Pak
Martin." "Kalian tak usah khawatir, akan kita buat suatu rencana yang baik," kata ayah
Barney, menjabat tangan Roger, Diana, dan Nona Pepper.
"Kasihan kalian. Marimasuk ke dalam karawan yang bagus itu dan berunding."
Mereka semua masuk. Miranda mencereceh, meloncat dari satu bahu kebahu lainnya,
membuat Roger dan Diana tertawa geli. Barney dan Miranda telah berada di antara
mereka - asyikl Bab 4 RENCANA YANG BAGUIS SEKALI
TERASA sesak sekali di dalam karawan kecil itu. Nona Pepper menyalakan lentera.
Didalam cahaya terangnya mereka saling memandang, dengan mata berkejap-kejap.
Mata biru Barney bersinar cemerlang saat memperhatikan setiap orang. Seperti
biasa, wajahnya kecoklatan terbakar sinar matahari, dan senyumnya begitu cerah.
Ayahnya berkata pada Nona Pepper,
"Malam ini kami telah menelepon Nyonya Lynton lagi. Nyonya Lynton berkata
keadaan saudaranya berangsur membaik. Tetapi untuk sembuh sama sekali perlu
waktu yang cukup lama."
"Untunglah," kata Nona Pepper.
"Kejadian ini sungguh sangat membuat kami khawatir. Aku sangat gembira Anda bisa
datang, Pak Martin. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan."
"Tak usah berkhawatir lagi," kata Pak Martin.
"Aku ingin mengusulkan untuk menggandengkan mobilku ke karawan ini dan."
"Membawa kami pulang?" sela Roger.
"Rumah kami telah ditutup, Pak."
"Aku tahu itu," kata Pak Martin.
"Dan aku tahu kalian pasti kecewa liburan ini terputus begitu saja. Maka
kupikir, kalau Barney bisa bergabung dengan kalian, atau kalian bergabung dengan
Barney - sama saja - maka persoalan yang kalian hadapi beres Sudah."
"Maksud Anda kami bisa memakai mobil Anda untuk menarik karawan ini?" tanya Nona
Pepper. "Ya, ampun! Kalau itu berarti aku harus mengemudikan mobilnya, terus terang aku
tak sanggup, Pak Martin. Mobil itu besar sekali dan."
"Bukan. bukan begitu maksudku." kata Pak Martin.
"Dengarkanlah. Barney dan aku sedang menghabiskan liburan seminggu kami. Tetapi
liburan itu harus sudah selesai, dan aku harus kembali. Usulku adalah, kita
tarik karawan ini sampai ke suatu tempat yang cukup menyenangkan bagi kalian sebuah penginapan misalnya, sehingga Nona Pepper dan Diana bisa tidur di
penginapan itu, sementara Roger dan Barney tidur di karawan."
"Oh, bagus sekali!" seru Diana kegirangan.
"Bagaimana kalau suatu tempat di tepi pantai?"
"Kita lihat saja nanti," Pak Martin tersenyum melihat muka Diana yang berseriseri.
"Kita cari tempat yang paling tepat nanti Dan kemudian kutinggalkan kalian semua
ditempat itu. Aku akan pulang, Nona Pepper bisa mengawasikalian. Kalau sudah
waktunya liburan kalian habis, aku akan datang menjemput kalian. Bagaimana?"
"Wah, hampir tak bisa kupercaya telingaku!" kata Roger.
"Tadinya kukira kita semua harus pulang dan mengurus diri kita sendiri di dalam
rumah yang kosong melompong. Oh, terima kasih, Pak, terima kasih banyak!
Persoalan kita selesai sudah. tinggal."
"Tinggal apa?" tanya Pak Martin,
"Tinggal. Snubby," kata Roger.


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa Snubby?"
"Tidak dapatkah ia ikut dengan kita?" kata Diana, bersemangat.
"Kukira di karawan terdapat cukup tempat untuk tiga orang, atau bisa juga ia
tidur di penginapan bersama Nona Pepper dan aku."
"Astaga! Aku sudah melupakan Snubby!" kata Pak Martin.
"Tentu, ia boleh ikut. Kasihan, dia tinggal di rumah bibi kalian yang sakit itu,
kan" Akan kita telepon ibu kalian. Kita minta agar Snubby dikirim kekita, jika
kita sudah menentukan akan tinggal di mana."
Diana menghela napas lega.
"Aku tadinya sangat khawatir," katanya.
"Kini semua persoalan kita lenyap sudah. Terima kasih banyak-banyak, Pak Martin.
Dan bahkan kita akan berlibur bersama Barney dan Mirandal Alangkah hebatnya! Kau
dengar itu, Miranda" Kita akan berlibur bersama!"
Miranda mendengar namanya disebut. la mencereceh gembira, melompat ke bahu Diana
dan menarik lembut rambutnya, berbuat pura-pura berbisik di telinganya. R)"Kau
benar-benar lucu." Diana membelai monyet kecil itu."Pasti liburan ini
semakingembira dengan adanya kau."
"Bagaimana kalau kita minum coklat. atau limun"' tanya Nona Pepper.
"Maaf kita tak punya sesuatu yang lebih menarik daripada itu untuk makan malam."
"Oh, aku hampir lupa!" kata Barney, bangkit berdiri.
"Kami membawa banyak persediaan makanan di mobil. Hari ini kami tidak berhenti
sama sekali. Kami beli makanan untuk dimakan sambil jalan agar bisa sampai lebih
cepat di sini. Kukira masih banyak yang tersisa."
"Wah, bagus sekali," seru Diana.
"Entah kenapa, tiba-tiba saja aku merasa sangat lapar."
"itu karena kau tak memikirkan lagi tentang kekhawatiranmu, Di," kata Nona
Pepper. "Aku juga merasalapar. Sungguh baik Anda, Pak Martin, mau bersusah payah
membantu kami dalam keadaan yang sangat mendadak ini."
"Ah, kalian juga sudah sangat sering membantu Barney," kata Pak Martin.
"Hei, sedangapa monyet itu?"
"Oh, ia mengambil spons-kul" seru Diana, tertawa terkikik-kikik.
"Miranda, mana spons itul Lihat, ia membasuh mukanya seperti dilihatnya biasa
kulakukan!" "Hei, dia memasukkan spons itu ke mulutnya!" kata Nona Pepper.
"Monyet nakal. jangan-jangan ia memakan spons itu, Diana!"
Barney dengan cekatan merebut sponstersebut dan menghardik Miranda. Miranda
langsung menutup mukanya, duduk di sudut, dan pura-pura menangis.
"Takusah berpura-pural"hardik Barney, sambil keluar dari karawan itu.
"Sesungguhnya kau sama sekali tak menyesal. Sebentar lagi aku kembalijagajangan
sampai Miranda berbuatnakal lagi, Di"
Barney segera muncul kembali membawa beberapa kantung kertas dan makanan dalam
kaleng. Mereka semua kemudian makan malam yang cukup lengkap walaupun semuanya
makanan yang sudah jadi. "Kini bagaimana malam ini - maksudku, di mana Anda akan tidur, Pak Martin?"
tanya Nona Pepper. "Anak-anak kukira akan senang tidur di rumput, udara begini cerah. Tetapi Anda
tentu saja tak bisa tidur di rumput, kan?"
"Ya, aku akan tidur di penginapan kecil di desa itu," kata Pak Martin.
"Barney boleh tinggal di sini, tentu. Malam ini aku akan menelepon Nyonya Lynton
dan mengatakan padanya untuk segera mengirim Snubby pada kita, segera setelah
kita menentukan tempat yang akan kita tuju. Besok kita rundingkan tempat itu.
Nah, selamat malam semuanya - kulihat Diana sudah tak hentihentinya menguap."
"Selamat malam, Pak," kata Roger,
"dan terima kasih banyak. Sampai besok pagi!" Semua mengantarkan Pak Martin ke
mobilnya. Tak lama mobil itu pun sudah berjalan perlahan di jalan penuh batu, meninggalkan mereka.
"Sekarang, semua tidur," kata Nona Pepper.
"Wah, sungguh ringan hatiku sekarang. Semuanya seakan-akan sudah beres. Kalau
saja ibu kalian masih ikut dengan kita, alangkah senangnya! Tetapi beliau
pastilah lebih mengutamakan menunggui saudaranya yang sakit" Roger dan Barney
mencari tempat untuk tidur, tempat yang rumputnya tebal dan bersih.
"Kita besok mandi di sungai," kata Roger sambil menguap, menebarkan alas untuk
tidur. "Nih, Barney, masih cukup tempat untukmu dan Miranda." Miranda tidur melingkar
di leher Barney, mencereceh di telinganya. Barney sudah sangat mengantuk dan
tidak menjawab bisikan Miranda itu. Miranda langsung menariki rambutnya.
"Dengar, Miranda." Barney membuka jari-jari Miranda di rambutnya.
"Aku tak mau kau menariki rambutku pada saat aku ingin tidur Nah, tidurlah!"
Dengan kemalu-maluan Mirandatidur, merapatkan kepalanya ke leher Barney. Barney
tersenyum, membelai monyet kecil itu. Lucunya Miranda! Nona Pepper dan Diana
tidur di dalam karavan, dengan pintu dibuka lebar agar udara segar bisa masuk
dengan bebas. Nona Pepper bernapas lega, mengatupkan mata. Kini ia tidak
khawatir lagi! Pagi-pagi sekali Pak Martin sudah datang dengan mobilnya, lengkap
dengan telur baru, roti baru, mentega, susu segar, yang semuanyadibelinya dari
petani pemilik tanah itu.
"Wah, semuanya baik-baik dan segar!" kata Nona Pepper.
"Miranda, jangan ganggu telur itu!"
"Aku telah memeriksa peta," kata Pak Martin selesai makan pagi, menebarkan
petanya di rumput. "Kini yang penting adalah menentukan ke mana kita akan pergi. Ada usul?"
"Suatu tempat dekat laut," kata Roger
"Dengan begitu tiap hari kita bisa mandi di laut, kalau hawa terus-menerus
begini panas." "Suatu tempat yang jauh dari kota besar," kata Nona Pepper.
"Tempat yang agak terpencil, di desa."
"Suatu tempat yang banyak burungnya," kata Diana.
"Dalam liburan ini aku harus menulis karangan tentang burung."
"Jangan bicara tentang tugas sekolah!" kata Roger.
"Aku yakin kau takkan sempat meneliti burung di mana pun kita berlibur." Diana
melirik marah pada Roger, tetapi Nona Pepper dengan cepat menengahi dengan
berkata, "Di mana pun pasti ada burung, Diana. Kukira tugas sekolahmu tidak menyebutkan
bahwa kau harus menulis tentang suatu burung yang khusus. Barney, kau sendiri
ingin ke mana?" "Aku. pokoknya bukan suatu tempat liburan yang penuh dengan orang," kata Barney.
"Suatu tempat yang sepi dan kuno, dimana setiap hari kita bisa tidur-tiduran
atau bermalas-malasan tanpa setiap kali ganti pakaian, tanpa terganggu oleh
orang lain." "Kalau begitu sesungguhnya kita semua sepakat," kata Nona Pepper."Kita memilih
tempat yang sepi, di pinggir laut, bukan tempat liburan umum. Tetapi di mana
tempat semacam itu bisa kita temukan, di pertengahan musim panas ini?"
"Lebih baik kita menyusuri bukit-bukit Welsh ini," kata Pak Martin, jarinya
menjelajahi peta. "Daerah itu cukupindah. Kuusulkan kita berangkat saja, menjelajah daerah
sepanjang pantai ini sampai kita temukan tempat yang sesuai dengan kehendak
kita. Ayo, bersiap-siaplah!"
R) Bab 5 MAMPIR BELI ES KRIM
TAKlama mereka sudah berada dijalan. Mobil Pak Martin cukup besar sehingga
mereka tak usah berdesak-desakan. Karawan terayun-ayun di belakang mereka.
Setiap kali Pak Martin harus diperingatkan bahwa ia menarik karawan tersebut sebab ia selalu lupa dan hampir terlalu cepat menikung. Mereka menghentikan
perjalanan sekitar waktu makan siang. Mereka makan di pinggir hutan, di tepi
jalan. Mereka memperhatikan peta lagi.
"Sebentar lagi kita akan tiba di daerah pantai," kata Pak Martin.
"Kemudian kita akan mencari tempat yang terbaik untuk kita. Kita akan melewati
semua kota besar ini, dan bila sudah sampai ke daerah yang sepi, kita akan
berjalan perlahan-lahan hingga banyak waktu untuk memilih."
"Sungguh menyenangkan!" kata Diana.
"Miranda, jangan makan lagi, bisa-bisa sakit kau. Barney, lihat, ia mengambil
buah plum itu lagi!" Barney mengambil buah tersebut. Miranda sangat marah,
melompat ke atas kepalanya, menariki telinganya sampai Barney menjerit
kesakitan. Tetapi agaknya monyet kecil itu kemudian menyesal, mencoba merayapi
leher Barney untuk masuk ke dalam kemejanya.
"Lucu sekali dia," kata Nona Pepper.
"Enta bagaimana ramainya nanti kalau Snubby dan anjingnya yang sinting itu
bergabung dengan kital Pasti tak bisa tenang lagi suasana."
"Terus terang aku cukup gembira Snubby dan anjingnya belum meramaikan keadaan di
mobil kita ini," kata Pak Martin, menggulung kembali petanya.
"Seorang anak nakal, seekor anjing sinting, dan seekor monyet urakan. cukup
membuat pengemudi jadi gila!" Mereka berangkat lagi. Mereka memasuki sebuah kota
besar yang penuh dengan pelancong, ribut, dan kotor.
"Kita tak akan berhenti di sini." kata Pak Martin tegas.
"Juga di kota berikutnya. Kita terus saja. Setelah kedua kota ini, nanti kita
sampai ke daerah pantai yangsunyi. Baru nanti kita mencari-cari." Tanpa berhenti
kedua kota tersebut mereka lewati Dan betul juga, sesudah daerah padat penduduk
mereka tinggalkan, mereka tiba di daerah pantai yang sunyi dengan desa-desa
kecil, dermaga-dermaga nelayan kecil, dan teluk-teluk tenang. Bukit-bukit
melandai dari arah pantai hingga mobil sering harus berputar-putar di
punggungnya, melaju dengan kecepatan rendah karena harus membawa karawan.
"Ini mendekati yang kita inginkan," kata Diana, melihat ke luar jendela mobil.
Di sebelah kiri iamelihat pantai, di sebelah kanan punggung bukit.
"Bagaimana kalau kita berhenti sebentar untuk membeli es krim" Aku haus sekali."
"Usul yang bagus," kata Pak Martin. Di desa berikutnya mereka berhenti - sebuah
desa kecil yang menjorok ke laut. Tetapi ternyata di situ tidak ada toko yang
menjual es krim! "Teruslah ke Penrhyndendraith," kata wanita yang mereka tanyai
"Disana ada penjualeskrim yangenak. Dan kalau anak-anak ini ingin berenang, bawa
saja mereka ke Teluk Merlin. Di situlah tempat berenang terbaik di kerajaan
ini." "Kedengarannya sungguh hebat," kata Roger saat mereka berjalan lagi. Mereka
menyusuri jalan sepanjang pantai. Kini pantai itu semakin dekat ke jalan mobil,
sementara punggung bukit semakin terjal dan meninggi, membentuk gunung.
"Daerah yang indah," kata Pak Martin.
"Kita tinggal mencari di mana tempat yang bernama Penny-denny-draith itu. Ah,
mungkin desa didepan itu. Bagus sekali - Berada di punggung bukit!" Mereka
sampai ke Penrhyndendraith. Sebuah desa nelayan yang mungil dan indah. Hanya ada
sekitar selusin rumah ditepi pantai, dan beberapa lagi bertebaran di punggung
bukit. Diatas rumah-rumah yang berada di punggung bukit, terlihat sebuah
bangunan aneh, kuno, dengan menara-menara bagaikan puri. Bangunan tersebut
seolah bersandar kepunggung bukit yang terjal, sehingga bagian belakangnya tak
mempunyai jendela sama sekali. Begitu tua hingga tampak
Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
beberapa bagian sudah roboh, sedang yang masih berdiri seolah-olah hanyalah
berdiri karena dikat oleh sulur-suluran yang merambati dindingnya. Di gapuranya
terlihat sebuah papan nam Tetapi tak terbaca apa yang tertulis di papan yang
terletak terlalu jauh dari jalan itu. Lagi pula anak-anak itu lebih tertarik
mencari toko es krim daripada memperhatikan gedungtua yang hampir runtuh. Tibatiba Diana berkata,
"Lihat. mungkinkah itu tokopenjualeskrim yang dikatakan wanita tadi?"la menunjuk
pada barisan pondok-pondok yang tak tegak berdirinya. Pak Martin menghentikan
mobilnya. "Agaknya ini satu-satunya toko disini, jadimestinyaya inilah," katanya.
"Ya, lihat apa yang tertulis di pintunya, Mufanug Jones, Toko Serba Ada."
"Dan lihat. juga tertulis Es KrimT" kata Roger.
"Di sudut jendela itu. Lihat" Ayo, kita keluar!" Mereka berlompatn keluar.
Betapa anehnya tempatitu. Bagian dalamnya begitu gelap. Hampir tak ada tempat
untuk bergerak Ratusan benda dijual ditoko kecil itu. Benda-benda itu ditumpuk
di lantai, tergantung di langit-langit, tertumpuk di rak-rak di dinding.
"Pasti segala macam benda ada di sini," kata Diana kagum.
"Makanan, minuman, pecah-belah panci-panci, jala ikan, ember, kentang, sekop,
kursi. wah, seperti toko di negeri dongeng saja!"
"Dan itu tukang tenungnya, bisik Roger yang langsung terdiam karena lirikan
tajam NonaPepper. Seorang wanita tua muncul menyambut mereka. Wajahnya penuh
kerutan, rambutnya putih bagai salju, ditutup oleh topi rajut berwarna hitam.
Tetapi walaupun sudah sangat tua, tampaknya matanya masih tajam dan cemerlang.
Wanita tua itu berbicara dengan bahasa Welsh, bahasa daerah yang sangat berbeda
dengan bahasa Inggris. Diana tak mengerti apa yang diucapkannya, karenanya ia
hanya menuding ke arah tulisan Es Krim. Wanita tadi tersenyum, mengangguk.
"Dua" Tiga" Empat?" tanyanya dalam bahasa Inggris.
"Ooooh, dua puluh!" kata Roger. Dan semua tertawa, wanita itu juga.
R)"Bagaimanakah takaran es krim Anda?" tanya Diana. Si nenek mengambil sendok es
krim, menyendokkan setumpuk eskrim dari kotakes ukurannya besar sekali-dan
menaruhnya pada sekeping wafer.
"Ah, kukira dua cukup untuk setiap anak," kata Nona Pepper,
"dan satu untukaku dan Pak Martin. Bagaimana dengan Miranda, Barney?"
"Oh, beri dia satu juga," kata Barney.
"Palingpaling sebagian besar ditaruhnya diatas kepalanya. Kukira ia begitu
kepanasan." "Di luar ada tempat duduk besar." Si nenek menganggukkan kepala ke arah luar.
Anak-anak itu menerimaeskrim mereka dan duduk dibangku kayu keras di luar toko.
"Rasanya sih tak seberapa, tetapi krimnya banyak sekali, dan begitu dingin" kata
Barney. "Miranda, duduk saja di lantai. Aku tak mau kau memasukkan es krimmu ke leherku.
Tidak. Di telingaku juga tidak Turun kau!"
Miranda melompat turun kelantai, mencereceh gusar sambil mencengkeram eskrimnya.
Sinenek keluar, memperhatikan Miranda, menahan tawa.
"Lucu sekali monyet itu," katanya dengan lagu Welsh yang aneh itu.
"Kalian dari jauh?"
"Jauh juga," jawab Barney.
"Kalian pergi jauh"' tanya si nenek lagi.
"Kami tidak tahu. Kami mencari tempat yang sepi, mungkin di dekat-dekat sini. Di
sini pemandangannya cukup indah. Kami tidakmencari penginapan yang besar-kecil
saja, asal sepi dan tenang."
"Ah, kalau begitu pergilah ke sana." Si nenek menuding ke arah bangunan tua yang
tadi mereka lihat dari jalan.
"Sangat sepi. Sangat tenang. Dan masakannya. sangat-sangat lezat. Di sini indah.
Laut biru. Pasir putih. Dan."
"Tetapi, apakah bangunan tua itu ada penghuninya?" tanya Pak Martin heran.
"Kukira kosong."
"Tidak, tidak. Anakku mengurusnya," kata si nenek bangga.
"Itu penginapan, Tuan. Mengerti" Dan makanannya. hebat! Banyak orang datang.
Orang penting. Mereka semua memuji makanannya. Makanannya hebat!" Tak seorang
pun percaya bahwa tempat yang hampir runtuh itu dikunjungi orang-orang penting.
Sinenek agaknya juga melihat bahwa mereka tidak percaya. la memegang lengan Pak
Martin. "Aku berkata benar," katanya.
"Ke penginapan anakku itu datang Sir Richard Ballinor. Dan Profesor Halinan.
Dan." Pak Martin tahu nama-nama itu.
"Yang satu adalah ahli tumbuh-tumbuhan. Satunya ahli burung yang sangat
terkenal," ia menerangkan pada anak-anak yang jadi sangat tercengang karenanya.
Pak Martin berpaling pada si nenek.
"Jadi di sini banyak bunga?" tanyanya.
"Dan burung-burung aneh?"
"Ya, banyak, banyak sekali. Di bukit. Di pinggir teluk. Ditebing," kata sinenek,
menuding kesegala arah. "Orang-orang penting itu menyelidikinya.
R)Mereka ke sini, Tuan. Anakku kenal mereka. Masakannya membuat mereka puas.
Masakannya sangat-sangat lezat, Tuan. Pergilah ke sana. Tinggalah di sana.
Sekarang kosong, tak ada tamu. Baik sekali. Masakannya baik sekali."
"Baiklah, akan kita lihat tempat itu," kata Pak Martin, mengeluarkan uang untuk
membayar es krim mereka. "Terima kasih banyak, Nyonya Jones. Es krim Anda enak sekali. Apakah ada jalan
yang menuju ke penginapan tua itu?"
"Jalannya kasar sekali, Tuan. Anda harus jalan perlahan," kata si nenek,
tersenyum riang memikirkan bahwa anaknya akan mendapat tamu.
"Masakannya sangat-sangat lezat, Tuan." Mereka semua masuk kemobil."Otaknya
penuh dengan masakan melulu," kata Roger.
"Entah bagaimana sebenarnya penginapan tua itu. Mungkin juga menyenangkan
tinggal di sana. Semua yang kita ingini ada di sini. berenang."


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan tempat yang menyenangkan untuk jalan-jalan," kata Barney yang sangat suka
berjalan-jalan. "Pemandangannya sangat indah."
"Mancing.," kata Roger, melihat sebuah perahu nelayan diteluk, dengan layar
menggembung oleh angin. "Sepi, tak ada pelancong." kata Nona Pepper.
"Dan banyak burung," kata Diana gembira.
"Ah, burung saja yang kaupikirkan!" kata Roger. Diana langsung meninjunya.
"Ini diajalan kepenginapan itu," kata Pak Martin,
hati-hati membelokkan mobilnya ke jalan berbatu- batu yang menanjak ke atas
bukit. "Lebih baik kita tinggalkan dulu karawan kita disini. Entahapa yang akan kita
temukan di atas sana nanti."
Bab 6 PENGINAPAN PENRHYNDENDRAITH
MOBIL merangkak naik, berbelok-belok, menanjak terus. Makin tinggi mereka, makin
indah pemandangan terlihat. Diana sampai tertegun waktu ia memandang ke kaki
bukit. Betapa indahnya teluk dan laut biru dengan tepi buih ombak berkejaran
menggelora. "Lihat," katanya,
"betapa senangnya orang yang tinggal di penginapan itu, Nona Pepper, disuguhi
pemandangan seperti ini tiap hari. Lihat, di balik bukit-bukit sana itu.
pemandangannya juga sangat indah!"
"Ya, betul-betul indah," kata Nona Pepper.
"Lihat, bunga-bunga liar itu, bagaikan membakar perbukitan. Wah, aku jadi
berharap bisa tinggal di penginapan itu. Belum pernah kuihat pemandangan seindah
ini!" Akhirnya mereka mencapai penginapan itu. Betul-betul mirip puri yang hampir
runtuh! Di gerbang terdapat papan nama:
PENGINAPAN PENRHYNDENDRAITH"Entah bagaimana mengucapkannya," kata Diana.
"Wah, gelap bagian dalamnya. Sekarang bagaimana" Membunyikan bel?"
"Kalau ada. tetapi tidak ada bel, lalu bagaimana?" tanya Roger melihat
berkeliling "Tidak ada pengetuk pintu juga. Lalu bagaimana" Berteriak?"
"SEPADAA!" teriak Barney - begitu tiba-tiba sehingga yang lain juga terkejut.
Seorang anak dengan rambut tak keruan muncul dari balik sudut bangunan itu,
diikuti oleh seekor angsa besar. la meneriakkan sesuatu dalam bahasa Welsh,
kemudian lenyap masuk lewat pintu, masih diikuti oleh angsa tadi.
"Kukira ia dan angsanya akan menemui pemilik penginapan ini," kata Nona Pepper.
"Ah, itu ada orang datang." Seorang wanita bertubuh kecil dan gesit tampak
bergegas keluar mendapatkan mereka, diiringi oleh anak kecil tadi dan diikuti
pula oleh angsa besarnya.
"Selamat sore," kata Pak Martin sopan.
"Mm. Nyonya Jones di desa tadi memberitahukan pada kami tentang penginapan ini
dan." Wanita kecil tadi tersenyum lebar, dan ketika ia menjawab, kata-katanya
meluncur cepat, "Oh, ya, Tuan, ya, Tuan, itu adalah mertuaku, Tuan, beliau tahu benar tentang
tempat ini, Tuan, penginapan yang baik, Tuan, tamu-tamu kami orang-orang penting
semua, Tuan, lihat saja buku tamu kami, oh, banyak sekali nama-nama terkenal di
situ, dan suamiku, Llewellyn, ia juru masak terbaik di dunia,
R)Tuan, ia pergi ke London untuk belajar memasak, Tuan, di salah satu hotel yang
terbesar, dan masakannya sangat-sangat lezat."
"Emm, begini," kata Pak Martin menyela, takut kalau-kalau wanita itu tak bisa
lagi berhenti berbicara, "kami ingin tahu."
"Oh, ya, Tuan, Tuan bisa tanyakan apa saja kepada kami, kalau ada yang ingin
Tuan ketahui," wanita tadi langsung menyela, menganggukangguk, tersenyum.
"Mari masuk dulu, Tuan, dan lihatlah betapa menyenangkannya tempat ini, dan oh,
ya, Tuan, masakannya sungguh hebat, Tuan mencium bau yang lezat itu, bukan" Nah
itu bau dari dapur, Tuan, bau panggangan suamiku." Diana tak dapat menahan
tertawanya, sebab kedengarannya seolah-olah suami wanita itulah yang sedang
dipanggang. Mereka masuk lewat pintu depan yang sangat besar dan gelap, diikuti
oleh anak kecil serta angsanya tadi. Sambil terus berbicara, wanita itu
menunjukkan sebuah ruang makan yang besar tapi suram, kemudian menaiki
telundakan batu tanpa permadani ke atas, ke kamar-kamar tidur.
"Tempat tidurnya nyaman. Tuan, dan pemandangannya indah," kata wanita itu.
"Cobalah lihat ke luar, pernahkah Anda melihat pemandangan seindah itu?" Memang
pemandangannya sangat mempesonakan.
"Dan kami tidak menarik ongkos terlalu besar, Tuan," kata wanita kecil itu
terus. "Tinggalah di sini kalau Anda ingin berlibur di dtempatini, Tuan. Dan
masakannya, wah, masakannya sangat-sangat hebat, Tuan." Miranda-lah yang
berhasil membuat percakapannya yang tak henti-hentinya itu akhirnya terputus.
Tiba-tiba saja monyet kecil itu melompat ke leher si angsa. Angsa tadi sesaat
tertegun, kemudian menjerit-jerit begitu keras sehingga semua orang terkejut. Si
anak kecil mencoba mengusir Miranda, dan Miranda langsung melompat ke atas
punggungnya. Anak itu menjerit ketakutan, dan Miranda melompat kembali ke bahu
Barney. "Maaf," kata Barney kepada si wanita pemilik penginapan yang begitu terkejut
sehingga tak bisa berbicara untuk beberapa saat.
"Agaknya Miranda ingin tahu, makhluk apakah angsa itu. la belum pernah melihat
angsa. Eh, apakah angsa itu galak?" Angsa tadi memang sedang maju dengan sikap
menyerang padanya. Sayapnya yang lebarterangkat ke atas, menjerit-jerit
memekakkan telinga. "Bawa si Megol pergi, wanita tadi berkata pada sianak kecil.
"Ia tak boleh masuk ke dalam rumah, mengerti" Berapa kalikukatakan hal itu
padamu!" la berpaling untuk berbicara lagi, tetapi Pak Martin cepat-cepat
memotongnya, "Ini anakku, dan yang lain itu temannya. Nona ini, Nona Pepper, yang akan
mengawasi mereka. Mereka semua akan tinggal di sini, aku tidak. Seorang anak
lagi dan seekor anjing akan menyusul nanti. Dapatkah Anda menyiapkan
R)makanan bagi mereka, dan kamar bagi Nona Pepper dan Diana.Yang lain akan tidur
di karawan kami." "Oh, Tuan, ini merupakan suatu kehormatan bagi kami, merupakan kegembiraan yang
tak ada batasnya," seru wanita itu, yang suka sekali berbicara.
"Aku Nyonya Jones, Tuan, Nyonya Llewellyn Jones. Dan tentu saja kami akan
melayani mereka dengan sebaik-baiknya, Tuan. Mereka bisa pergi mencari ikan
dengan para nelayan di sini, bisa berpiknik, bisa makan makanan yang sangatsangat lezat, Tuan, masakan kami."
"Terima kasih,"tukas Pak Martin, berpaling pada Nona Pepper.
"Bagaimana, apakah Anda bisa tinggal di sini, Nona Pepper" Kulihat anak-anak
tampaknya setuju semua."
"Ya, kukira inilah yang kita cari, Pak Martin," jawab Nona Pepper.
"Pemandangan dan tempat jalan-jalan itu kurasa sangat bagus bagiku, sementara
anak-anak dapat bermain, berenang, mencari ikan sepuas hati mereka. Ya, aku juga
setuju!" "Bagus, bagus, bagus!" seru Diana, tiba-tiba memeluk Nona Pepper sehingga wanita
tua itu sesaat tak bisa bernapas.
"Dan aku yakin Snubby juga akan menyukai tempat ini. Pastil Kapan dia akan
datang?" "Aku akan menelepon ibu kalian secepat mungkin," kata Pak Martin.
"Dan akan kita atur agar ia bisa tiba di sini besok, kalau dapat. la bisa
naik kereta api kestasiun yang terdekat, kemudian naik taksi kemari. Kuharap
saja Sinting bisa akur dengan angsa itu. siapa namanya. Megol!"
"Yah, dengan si anjing Sinting, si monyet Miranda, dan si angsa Megol, agaknya
kita akan cukup ribut nanti," kata Nona Pepper, tertawa.
"Tetapi aku sudah pernah menanggulangi Snubby dan Sinting, jadi kukira kali ini
pun aku akan sanggup menghadapi mereka."
"Tuan akan pergi sekarang" Tuan akan pulang?" tanya Nyonya Jones, istri pemilik
penginapan itu, dengan agak khawatir pada Pak Martin.
"Anda tak akan tinggal dulu untuk menikmati masakan kamiPMasakan kami
sangatsangat lezat, Tuan, sebab suamiku."
"Kurasatakada waktu bagiku,"tukas Pak Martin.
"Aku akan turun untuk mengambil karawan kami dan membawanya kehalaman sini. Tapi
mungkin aku bisa minum teh sebelum berangkat nanti?"
"Oh, tentu saja, Tuan, tentu saja, Tuan akan bisa menikmati teh dan kue mentega
buatan suamiku, masakannya sungguh sangat-sangat hebat, tunggu saja nanti," kata
Nyonya Jones yang kemudian menuruni tangga menuju ke dapur.
"Wow, alangkah cepatnya ia berbicara, dan tak putus-putusnya!" kata Roger.
"Kalau begini, mungkin selama kita di sini takkan sempat kita berbicara."
"Tak apa, aku suka padanya," kata Diana.
"Ia memang terus-menerus berbicara, gemerisik bagaikan anak sungai, tetapi
sebetulnya pribadinya| sangat menarik. Ya, senang sekali kita bisa tinggal di sini. Coba hirup udara
ini, Nona Pepper, begitu segar, begitu bersih, udara pegunungan! Entah bagaimana
kata Snubby nanti. Tapi pasti ia akan menyukainya."
"Roger, kau dan Barney kuharap ikut aku, bantu aku membawa karawan itu kemari,"
kata Pak Martin. "Akan sulit juga menariknya lewat jalan yang berkelok-kelok itu. Kalian awasi
nanti dari belakang, dan berteriaklah bila aku kurang mengambil jarak waktu
berbelok." "Baik, Yah!" kata Barney. Bersama Pak Martin, kedua anak lelaki itu turun dan
keluar. Dan taklama mereka telah berangkat untuk mengambil karavan itu. Nona
Pepper dan Diana melihat-lihat kamar tidur yang lain.
"Tampaknya sedikit mirip sel,
dengan dinding dan lantai dari batu ini," kata
Diana. "Mari kita memilih kamar yang pemandangannya paling bagus, Nona Pepper." Mereka
akhirnya memilih kamar yang mempunyai dua jendela - satu menghadap ke laut, dan
yang satu lagi menghadap ke pegunungan yang sejauh-jauh mata memandang tampak
menghijau puncak demi puncak. Di situ terdapat dua tempat tidur kecil, dan
dinding batunya sebagian tertutup oleh tirai tebal. Sebuah peti besar merapat
dekat dinding Nona Pepper memperhatikan peti itu.
"Sangat tua, dan besar sekali," katanya.
"Bawaan kita pasti lenyap di dalamnya. Dan lihat perapian kuno itu, Diana. Besar
sekali-mungkin tempat tidur itu bisa masuk ke dalamnya."
R)| Diana menjenguk ke dalam perapian tersebut
ke arah cerobongnya. "Wah, aku bisa melihat langit! Betapa besarnya cerobong asap ini!" Terdengar
sebuah suara dari pintu. Ternyata Nyonya Jones, mengangguk dan tersenyum,
"Akan kutunjukkan kamartidur yang lebih baik ini tidak begitu menyenangkan
dibandingkan dengan yang akan kutunjukkan nanti"
"Tetapi kami senang dengan pemandangan di sini," kata Nona Pepper, tersenyum.
"Dan tampaknya cukup menyenangkan."
"Tidak, ini bukan kamar terbaik kami," Nyon Jones bersikeras.
"Anda harus menempati kamar kami yang terbaik. Mari akan kutunjukkan."
Digandengnya tangan Nona Pepper, dituntunnya ke sebuah kamar yang sedikit lebih
besar dan dengan perabotan yang lebih lengkap. Tetapi pemandangannya tak seindah
seperti dari kamar Pepper tegas. "Pemandangannya lebih indah di sana." Nyonya Jones seketika tampakmuram.
"Akutak ingin Anda tinggal disana. Kamar itu bukan kamar terbaik. Anda harus
tinggal di sini." Tetapi Nona Pepper bisa keras kepala kalau ia sudah memutuskan
sesuatu. Ia menggelengkan kepala, tersenyum sopan.
"Tidak, aku sudah memilih kamar yang tadi itu. Kini mari kita turun. Mungkin Pak
Martin telah datang dengan barangbarang kita."Mereka pun turun, keluar. Pak
Martin memang telah tiba. Karawan sudah diparkir di halaman dan kopor-kopor
serta tas-tas telah diturunkan.
"Bagaimana dengan tehku?" tanya Pak Martin pada Nyonya Jones, tersenyum.
"Setelah minum teh, kita bicarakan ongkos-ongkosnya, kemudian
| aku akan berangkat pulang."
"Oh, teh itu. dan kue mentega itu!" kata Nyonya Jones. la bergegas ke dalam
lagi, mungkin ke dapur, sambil terus berkata,
"Tunggu sebentar, Tuan, tunggu sebentar. Masakan di sini sangatsangat."
"Hebat" semua meneruskan kata-kata nyonya pemilik penginapan itu. Pak Martin
tertawa. "Sungguh aneh dia, mungkin waktu tidur pun ia
bicara terus!" katanya.
R) Bab 7 "MASAKAN YANG SANGAT-SANGAT HEBATT"
KETIKA Pak Martin berangkat, ketiga anak itu melambai-lambaikantangan dengan
penuh semangat. Miranda juga ikut melambaikan tangan .Roger mengusap-usap
perutnya. "Wow! Kenyang sekalil Belum pernah kurasakan kue mentega selezat itu!" kata
Roger. "Aku tadi menghabiskan enam buah!"
"Masakan sangat-sangat hebat," Diana menirukan Nyonya Jones.
"Bahkan Miranda menghabiskan dua buah kue mentega Jam berapa ini" Setengah
enam.Apakini yang akan kita lakukan?"
"Berkemas," kata Nona Pepper langsung.
"Mengatur barang-barang kita di kamar. Apakah karawan itu aman di samping
penginapan ini Barney" Di depannya kulihat lereng sangat Curan."
"Ya, akan kutaruh beberapa batu besar di depan rodanya," kata Barney.
"Jangan-jangan anak kecil itu iseng-iseng mendorongnya. Tingkahnya persis
monyet. Ayo, Roger, bantu aku." Sementara kedua anak laki-laki itu
memindahkanbatu-batu besar keroda karavan, Nona Pepper
60 dan Diana pergi keatas, kekamar mereka. Mereka mengira barang-barang mereka
ada dikamar yang berjendela dua itu. Tetapi ternyata tidak!
"Wah! Jangan-jangan Nyonya Jones menaruh barang-barang kita di kamar
terbaiknya!" kata Nona Pepper agak gusar.
"Coba lihat, Diana." Diana pergi ke kamar terbaik itu. Dan tak lama kembali,
berkata, "Ya, barang-barang kita ada di sana. Sungguh berani dia, mestinya diatahu bahwa
kita memilih kamar ini."
"Kita pindahkan saja kemari," kata Nona Pepper, memutuskan dalam hati bahwa
Nyonya Jones harus diberi pelajaran sedikit dalam melayani tamu-tamunya.
Setengah menit kemudian mereka berdua telah membuka kopor dan cepat-cepat
memasukkan pakaian ke laci-laci di peti tempat pakaian. Pada waktu mereka sedang
sibuk itu, terdengar ketukan di pintu.
"Masuk!" seru Nona Pepper dengan suaranya yang paling pedas. Seorang lelaki
masuk, kurus jangkung dengan rambut tak teratur, memakai kaca mata dan berwajah
muram. "Selamat sore," katanya.
"Aku Jones, pemilik penginapan ini. Anda ada di kamar yang salah. Harap pindah
ke kamar terbaik kami."
"Aku telah memilih kamar ini," kata Nona Pepper,
"Dan kamar ini kosong. Dan aku senang pada pemandangannya. Anda toh
takmemerlukan kamar ini untuk tamu Anda."
"Nona, Andatak akan menyukai kamarini," kata Jones, semakin muram. R)"Jangan
bersikap begitu aneh," kata Nona Pepper. Dalam hati ia mengambil keputusan
betapapun lezatnya masakan Jones, ia tak akan menyukai pemilik penginapan ini.
Terus teranglah. Mengapa kami tak boleh memilih kamar ini?"
"Kadang-kadang terdengar suara aneh di malam hari," kata Jones singkat
"Oh, menarik sekali! Suara macam apa?"tanya Diana.
"Melolong" Menjerit" Merintih" Atau apa?"
"Anda boleh tertawa, tetapi kalau di tengah malam nanti suara itu terdengar,
Anda pasti menyesal," kata Jones gusar.
"Kita tunggu saja nanti," kata Nona Pepper, menghempaskan laci yang paling atas,
"dan kami akan memutuskan apakah kami akan tertawa atau tidak. Kalau Anda ingin
mengatakan bahwa kamar ini ada hantunya, sia-sia saja. Aku tak akan
percaya." Tanpa berkata apa-apa lagi Pak Jones meninggalkan ruangan itu. Nona Pepper
berpaling pada Diana. "Wah, aku benar-benar keras kepala, bukan" Kalau tidak, kita bisa kehilangan
kamarini. Padahal kamar ini jelas sudah dipersiapkan untuk ditempati.Tempat
tidurnya kelihatannya dipersiapkan untuk ditiduri. Apalagi.Mengapa kita takboleh
tinggal di sini?" Mereka selesai menyimpan pakaian, dan keluar untuk melihat Roger dan Bamey, Nona
Pepper cukup puas dengan cara kedua anak laki-laki itu merapikan karawan
mereka.Saat ia berada di dalam karawan itu, terdengarsi Megol mendatangi,


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerit-jerit keras mengitari sudut penginapan. Dibelakangnya muncul sianak
kecil kotor tadi, bersiul-siul.
Anak itulangsung menuju karavan, masuktanpa minta izin, melihat-lihat bagian
dalamnya. Angsanya juga ikut masuk, tetapi segera didorong mundur oleh Roger.
"Jangan masuki Angsa dilarang keras masuk!"
Angsa itu mendesis, mengepakkan sayap, mengancam. Si anak kecil cepat-cepat
merangkulnya, membuatnya tenang kembali. Kemudian dengan matanya yang hitam ia
memandang Roger. "Siapa namamu?" tanya Diana, tertarik.
"Dafydd," jawab anak itu.
"Oh, David," kata Diana.
"Apakah kau belum pernah melihat karavan?"
Dafydd agaknya tak mengerti bahasa Inggris, tetapi ia tak takut-takut memegangi
apa saja di dalam karawan itu dengan tangannya yang kotor. Diambilnya sebuah
sisir kecil, dan langsung dimasukkannya ke dalam sakunya.
"Oh, tidak, Dafydd, itu sisirku," kata Barney.
"Cepat kembalikan."
Tetapi Dafydd menggelengkan kepala, mengambil sebuah tube pasta gigi.
Diperiksanya benda itu, dan tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyentuh
sakunya.Ternyata Miranda dengan gesit menyelipkan tangannya ke saku Dafydd, dan
mengambil kembali sisir Barney! Miranda tak mengizinkan siapa pun mencuri barang-barang
milik Barney! Sebelum Dafydd bisa berbuat apa-apa, Miranda sudah kembali ke bahu
Barney, mencereceh marah, dan kemudian menyisiri rambut majikannya itu. Dafydd
ternganga, sedikit ketakutan. la mengatakan sesuatu dalam bahasa Welsh - mungkin
memaki - sambil mengacungkan tinjunya pada Miranda. Miranda langsung
menjawabnya, menjerit-jerit dengan bahasa monyet. Sementara itu di luar si Megol
juga menjerit-jerit. Miranda, mengira angsa tersebut pasti mengatangatainya.
Dengan gemas ia melompat turun dari bahu Barney, langsung melesat ke punggung
Megol, memegang leher angsa itu erat-erat.
Angsa itu terkejut sekali hingga seketika itu lari secepat-cepatnya, sayap
mengepak sekeras-kerasnya, mendesis-desis bagaikan selusin ular, dengan Miranda
terus berada di punggungnya. Barney tertawa terpingkal-pingkal. Dafydd dengan
marah menghantaminya dengan tinjunya yang kecil, tak mau angsanya ditertawakan
orang. "Hentikan! Hentikan!" Barney menyambar tangan Dafydd, meremasnya.
"Itu sudah cukup. Monyet itu tak akan menyakiti Megol. Panggil Megol-mu itu, dan
akan kupanggi monyetku. Dan dengar. kau TAK BOLEH masuk ke dalam karawan ini.
Kau dengar itu" Kau mengerti?"
Dafydd meneriakkan sesuatu yang tak bisa mereka artikan. Ia menendang kaki
Barney,merenggut tangannya, dan lari ke luar, memanggil-manggil si Megol.
"Apa pendapat kalian?" tanya Barney pada kawan-kawannya.
"Aku usul kita harus selalu mengunci pintu karavan ini kalau kita
meninggalkannya. Jahat sekali anak itu."
"Ibunya harus turun tangan mestinya," kata Nona Pepper.
"Beberapa kali tamparan akan cukup memberi pelajaran padanya. Berani benaria
mengambil barang di depan mata kital Diana, kita pun harus selalu mengunci kamar
kita. Ah, itu Miranda, begitu gembira tampaknya." Miranda memang tampak gembira.
la merasa telah memberi pelajaran pada angsa itu. Dinaikinya si Megol sampai ke
kandang sapi di puncak bukit dan angsa itu tak henti-hentinya menjerit keras.
"Kau harus hati-hati, Miranda," kata Diana.
"Dafydd pasti akan membalas padamu. la dan angsa itu. Sungguh pasangan yang
serasil" "Angsa itu harus belajar bersikap yang baik kalau Snubby dan si Sinting nanti
datang," kata Barney.
"Akutak bisa membayangkan bagaimana Snubby bisa akur dengan Dafydd dan Sinting
dengan Megol." "Kalian berdua akan merasa cukup nyaman tidur di karavan, tempat tidurnya cukup
empuk," kata Nona Pepper.
"Aku dan Diana tidur di kamar pilihan kami, kamar yang punya pemandangan begitu
indah, walaupun Pak Jones mencoba menakut-nakuti kami dengan mengatakan
terdengar suara aneh di kamar itu." R)"Oh, apakah Anda sudah bertemu dengannya?"
tanya Barney. "la memang tidak begitu cerah dan periang. Roger dan aku berpendapat, mungkin ia
menyembunyikan suatu rahasia yang tak menyenangkan hati. la begitu muram! Tapi
keterlaluan kalau ia sampai berani menakut-nakuti Anda, Nona Pepper."
"Oh, kukira itu hanya karena ia dan istrinya sangat bangga akan kamar yang
mereka sebut sebagai kamar terbaik," kata Nona Pepper.
"Mungkin ia berharap bila ia menceritakan tentang suara-suara aneh, maka kami
akan mau bertukar kamar. Akuyakin ia tak mengerti, betapa indahnya pemandangan
dari kamar kami" "Aku tak peduli apakah ada suara di malam hari, atau angsa jahat atau anak yang
panjang tangan, asalkan kita mendapat masakan yang sangatsangat hebat" kata
Diana. "Kita lihat saja nanti makan malam kita bagaimana." Dan ternyata makan malam itu
betul-betul sangat hebat! Nona Pepper sampai terpesona melihat betapa lengkapnya
makanan yang terhidang. Semuanya dimasak tanpa celal Dimulai dengan supayam,
kemudian hidangan daging sapi dengan kentang panggang, disusulkacang kebun dan
kacang panjang, diakhiri puding es krim serta biskuit aneka ragam.
"Wah, aku yakin inilah makanan yang termewah bagiku, sejak dulu Ayah membawaku
ke restoran terbaik di London," kata Roger.
"Lihat puding es krim itu. Cukup banyak untuk membuat kenyang gdua belas orang! Apakah kita harus
memakan semuanya, Nona Pepper?"
"Harus atau tidak, aku yakin kalian akan menghabiskannya," kata Nona Pepper. Dan
benar juga. Miranda mengambil biskuit terakhir dari piring biskuit, memakannya
di bahu Barney saat Nyonya Jones masuk dengan wajah berseri-seri
"Kalian menyukai makan malam ini?"tanyanya, dan ia tertawa bersama mereka saat
mereka serempak menjawab, "Masakan sangat-sangat hebat."
Bab 8 "HALO, SNUBBY" SEMUA merasa mengantuk setelah makan malam lezat itu. Satu per satu mereka
menguap lebar-lebar saat Nyonya Jones membersihkan meja makan dan kemudian
membawa masuk sebuah baki dengan beberapa mangkuk kopi di atasnya.
"Wah!" Nona Pepper tertegun melihat baki perak mengkilap itu serta kopi yang
mengepulkan asap lembut. "Tak pernah kuduga bahwa di penginapan kecil terpencil ini pelayanannya sungguh
luar biasa. Tak heran "orang-orang besar sering datang kemari, seperti yang dibanggakan Nyonya Jones.
Kopi, Anak-anak!" "Apa saja yang membuatku tidak mengantuk, bolehlah!" kata Barney, menguap lebarlebar.
"Mirandal Gula itu bukan untukmu! Pukul tangannya, Diana. Agaknya ia ketularan
si Dafydd itu." Di kejauhan, di ruang depan, terdengar dering telepon.
"Telepon!" seru Nona Pepper.
"Mudahmudahan itu berita bahwa bibi kalian bertambah membaik!"
Nyonya Jones muncul. "Telepon untuk Anda, Nona Pepper," katanya. Nona Pepper pun keluar, berharap
berita yang diterimanya berita baik. la segera kembali lagi.
"itu tadipaman kalian," katanya pada Roger dan Diana.
"Ayah Barney tak bisa mencapai rumah paman kalian karena kemalaman di jalan. la
kemudian menelepon, memberitahukan alamat kita sertaminta agar Snubby segera
dikirim kemari. Menurut paman kalian, Snubby akan tiba di sini besok. Snubby
begitu senang ia akan bergabung dengan kita. la dan anjingnya seketika menjadi
sangat sinting." Semua tertawa. Roger menggosok-gosokkan tangan.
"Snubby itu! Lucu juga ya, kita tahu dia sangat nakal, tetapi kita toh merasa
gembira bila ia berada di antara kita. Sesuatu pasti terjadi bila Snubby ada.
Jam berapa ia tiba di sini?"
"Mungkin ia naik kereta api yang tiba jam setengah satu di Dilcarmock, sekitar
delapan kilometer dari sini," kata Nona Pepper.
"Bukan kereta api yang terlalu buruk. Aku akan menelepon taksi untuk
menjemputnya dan membawanya kemari. Bibi kalian sudah berangsur membaik,
begitulah kata Paman tadi. Kedengarannya ia begitu gembira."
"la pasti lebih gembira lagi besok, kalau sudah bebas dari Snubby," kata Roger.
"Terakhir kali ia tinggal disana, ia selalu beraksi seolah-olah tukang ngamen
dengan membawa banyo. Dengan banyo
khayalan ia membuat ribut terus sepanjang hari Paman dan Bibi tak keruan
dibuatnya." Nona Pepper mengeluh. la ingat liburan mereka di Rubadub. Di sana Snubby juga
memainkan berbagai alat musik khayalannya, bukan hanya banyo.
"Kuharap saja di sini ia tidak melakukan kegemarannya itu," katanya.
"Ada yang mau tambah kopi?"
Tidak ada. Sekali lagi mereka menguap satu per satu. Nona Pepper tertawa.
"Mari kita tidur," katanya.
"Hampir jam sembilan, dan hari ini kita memang cukup lelah. Ayo, berangkat ke
karavan, Roger, Barney!Sampaijumpa besok pagi. Sarapan jam setengah sembilan.
Jadi kalau ada yang mau berenang pagi, harus bangun pagi-pagi sekali."
"Baiklah, aku sudah setengah tertidurkini," kata Roger. la bangkit dan tiba-tiba
memeluk Nona Pepper yang jadi sangat terkejut karenanya.
"Terima kasih, karena Anda bersedia terus menemanikami, walaupun perjalanan
karawan kita sesungguhnya sudah berantakan," kata Roger.
"Mudah-mudahan saja nanti malam tak ada suara-suara aneh yang menakutkan Anda."
"Yah, kalaupun ada, kami akan menjulurkan kepala keluar jendela dan memanggil
kalian," kata Nona Pepper, terharu oleh sikap Roger.
"Ini adalah malam terakhir kalian bisa tinggal di karavan itu dengan tenang,
Anak-anak," kata Diana, menyeringai,
"besok Snubby dan Sinting pasti akan mengacaukan segalanya di sana."Roger dan
Barney keluar. Nona Pepper dan Diana naik, bertemu dengan Nyonya Jones di
tangga. "Makan malam yang sangat luar biasa, Nyonya Jones," kata Nona Pepper.
"Suami Anda pastilah juru masak kelas satu!"
"Oh, ya, memang," kata Nyonya Jones dengan bangga.
"la kursus di London, di sebuah hotel terkemuka. Saat itu aku bekerja pula
disana. Kami begitu bahagia di tempat itu. Aku jadi pelayan kamar, dia jadi
pembantu juru masak. Sesungguhnya aku lebih suka tinggal terus di sana. Tetapi
suamiku ingin kembali ke tempat ini, mengurus penginapannya sendiri. Masakannya
sangat-sangat hebat!" Nona Pepper mengangguk, mengucapkan selamat malam, dan
meneruskan perjalanan ke atas. Dalam hati ia bertanya-tanya, mungkinkah barangbarang sudah dipindahkan lagi ke kamar terbaik. Tetapi ternyata tidak, Barangbarang itu masih ada di kamar pilihan mereka. Bagus. Nona Pepper juga gembira
melihat di pintu kamar itu terdapat kunci.
"Kini kita bisa mengunci kamar kita bila kita sedang keluar," katanya pada
Diana. "Dengan demikian kita bisa merasa yakin bahwa si Monyet Cilik Dafydd itu dan
angsanya tidak seenaknya keluar-masuk kamar kita dan mengambil apa saja yang
dikehendakinya." Nona Pepper dan Diana segera tertidur. Apakah malam itu
terdengar suara-suara aneh" Mungkin juga, walaupun mungkin hanya suara angin di
R)cerobong asap. Yang terang, walaupun terjadi ledakan petir di dekat pintu,
mereka takkan terbangun malam itu. Tempat tidur mereka nyaman, udara nyaman mereka tidur begitu lelap, hingga baru bisa terbangun saat pagi harinya Nyonya
Jones mengetuk pintu keras-keras, membawakan sepanci air panas.
Ternyata sarapan sekali lagi membuktikan keahlian memasak Pak Jones. Nona Pepper
cukup kagum dibuatnya. "Snubbypasti menyukai tempat ini," kata Roger, mengambil telur rebus untuk kedua
kalinya. "Apakah Anda telah menelepon taksi, Nona Pepper?" I
"Belum, tetapikukira masih banyak waktu untuk itu," jawab Nona Pepper.
"Apakah kalian tadi berenang. Lahap benar kalian makan."
"Tidak," Roger menyeringai
"Kami tidur lelap sekali. Aku yakin kami tidak akan terbangun kalau Dafydd itu
tidak muncul la menjenguk ke dalam jendela karavan, membuat Miranda terbangun.
Miranda melompat kejendela dan mengejar Megol si angsa. Ribut sekali keduanya
berkejaran, ditambah jeritan Dafydd, hingga kami terkejut dan terbangun. Dafydd
itu mestinya dihajar sekalisekali."
"Ya, seseorang harus menghajarnya sedikit," kata Barney agak gusar, meremasremas tangannya.
Nona Pepper menelepon taksi untuk Snubby."Aku telah minta agar taksi itu datang
kemari jam 11.30," katanya pada anak-anak itu.
"Dengan demikian kalian bertiga bisa bersama-sama menjemput Snubby. Taksi itu
taksi satu-satunya di desa, mungkin sudah sangat tua."
"Bagus," kata Barney, gembira mendapat kesempatan untuk bepergian lagi, walaupun
hanya ke stasiun. "Sekarang masih cukup banyak waktu untuk berenang Siapa mau ikut"Teluk Merlin
kata orang di desa itu merupakan tempat berenang terbaik di seluruh negeri!"
Nyonya Jones mengiakan hal itu waktu ia datang untuk mengambil piring-piring
bekas sarapan. Dafydd dan si Megol juga ikut masuk. Megol langsung mengambil
sekeping roti yang masih tersisa di piring Nyonya Jones tidak menegurnya tetapi Miranda tak rela! Secepat kilat ia menyambar roti dari paruh angsa itu
sambil mencengkeram bulu-bulu ekonya, mencereceh marah. Dafydd memukul Miranda,
tetapi Barney lebih cepat - melompat ke samping Dafydd dan menangkap tangan anak
kecil itu. "Jangan! Kau ingin digigit" Miranda punya gigi yang sangat tajam. Akan
kuperlihatkan padamu. Kemari, Miranda!" Dafydd tertegun melihat gigi-gigi
Miranda yang kecil-kecil tapi runcing-runcing itu. la berpaling, menggerutu
dalam bahasa Welsh. "la berkata monyet kalian tak boleh mengganggu angsanya," kata Nyonya Jones.
"Dafydd, R)keluarlah. Mulai sekarangkau takboleh masuk lagi kemari, selama kita punya
tamu. Bawa si Megol itu!" Dengan cemberut Dafydd pergi, Megol mengikutinya.
"Dafydd menemukan si Megol waktu angsa itu masih sangat kecil," kata Nyonya
Jones. "Kaki Megol saat itu patah. Dafydd menyembuhkannya dengan jalan mengikatkan
sebatang kayu pada kaki tersebut. Sejak saat itu Megol tak pernah meninggalkan
Dafydd, ikut terus ke mana pun anak itu pergi. Betul-betul pusing aku dibuat
mereka berdua. Terutama karena Dafydd sangat keras kepala. Tak ada gunanya
kumarahi. la hanya mau mengikuti kehendak hatinya sendiri." Melihat gejalagejala Nyonya Jones akan berbicara tanpa akhir, cepat-cepat Nona Pepper menyela,
"Kuharap Dafydd dan si Megol tidak lagi masuk kekamar makan atau kekamartidur
kami." katanya tegas.
"Tetapi bagaimana aku bisa melarangnya?" bantah Nyonya Jones, melipat taplak
meja. "Mereka pergi kemana mereka suka, tak ada yang bisa menghalanginya."
"Pokoknya kami tak ingin ia masuk kekamarini selama kami ada di sini" kata Nona
Pepper. "Apakah Anda pernah mencoba memukulnya, Nyonya Jones?"
"Memukulnya" Tak ada gunanya, tak akan berhasil!" kata Nyonya Jones.
"Anak itu selicin belut, tak bisa dipegang. Sama dengan si Megol.
", pergi ke mana ia suka, menjerit-jerit bilamana ia suka." la berbicara terus,
tanpa mengetahui bahwa ruangan itu telah kosong - Roger dan Barney menyelinap ke
luar untuk berenang, Diana dan Nona Pepper juga sudah pergi ke kamar mereka.
Lama juga Nyonya Jones berbicara terus, baru ia mengetahui bahwa dirinya
sendirian di situ. Bahkan setelah itu ia masih saja berbicara, sambil membawa
perabotan makan ke dapur.
Roger dan Barney tak bisa menemukan celana renang mereka. Ribut sekali mereka
memanggilmanggil ke arah kamar Nona Pepper dan Diana.
"Nona Pepper NONA PEPPER! Tolong tanyakan pada Diana, apakah ia menyimpan baju
renang kami!" teriak Barney. Nona Pepper menjenguk ke luar jendela.
"Di karavan tidak ada!"
Diana cepat mencari-cari di laci peti pakaian. Dan akhirnya ditemukannya pakaian
renang kedua anak laki-laki itu. Dilemparkannya ke bawah, lewat jendela. Satu di
antaranya tersangkut di tumbuhtumbuhan yang menjalar di atap.
"Sialan!" seru Roger.
"Dasar anak perempuan! Melempar saja tidak becus! Kini aku terpaksa mencari
tanggal" "Wah, kalau kalian tidak cepat-cepat, mungkin taksi itu akan segera tiba," kata
Nona Pepper, melihat arlojinya.
"Mungkin lebih baik kalian tak usah berenang dulu, bisa-bisa kalian terlambat
menjemput Snubby." Dan kemudian, sebuah kejutan terjadi Suatu suara melengking tajam yang begitu
mereka kenal terdengar, membuat semua terkejut Betulkah itu Snubby"
"HALO SEMUANYA AKU SUDAH DATANG!" Dan seseorang terlihat mendatangi, berjalan di


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalan yang menanjak ke arah penginapan itu. Seorang anak yang sangat kotor,
bajunya penuh jerami, dan seekor anjing hitam kecil berlari di dekat kakinya.
"Snubby! Kami baru saja akan berangkat menjemputmu!" seru Roger.
"Bagaimana kau tadi bisa sampai kemari" Naik apa" Kereta apimu kan mestinya baru
datang satu jam lagi" Dan wah, betapa kotornya kaul Kau baru melakukan apa,
Sih?" Bab 9 MANDI AIR PANAS UNTUK SNUBBY.
DENGAN riang Snubby mendekati Roger dan Bamey yang masih tercengang latersenyum
lebar, rambutnya yang kemerah-merahan tak keruan ditiup angin. Diana dan Nona
Pepper berlari turun tangga. Selalu saja Snubby muncul begitu tak terdugal
"Kalian terkejut semua, kan?" tanya Snubby girang.
"Sungguh berhasil aku kalau begitu."
"Snubby. bagaimana kau bisa sampai di sini begini cepat?" tanya Nona Pepper.
"Dan kenapa kau bisa begitu kotor" Halo, Sinting. astagal Kau juga penuh
jerami!" "Paman memberiku karcis untuk kereta yang sangat lambat," kata Snubby, mengusap
mukanya yang kotor dengan sapu tangan yang lebih kotor lagi."Lalu kudengarada
kereta api yang berangkat lebih awal, karena itu kuputuskan untuk mengambil
kereta yang awal itu. Sebab kulihat Paman sudah tampak bosan sekali melihatku.
Jadi aku berangkatlah. Danakutiba di Dilcarmock pagitadi. Aku bosan menunggu di
stasiun, dan kemudian aku mendapat tumpangan disebuah pedati jerami
yang menuju ke Penrhyndendraith atau entah apa nama tempat ini. Wah, lambat
sekali jalan pedati itu, dan gatal seluruh tubuhku kena jerami."
"Snubby, kau sangat kotor hingga tak bisa kukatakan kau mirip apa," kata Diana,
"mirip gelandangan saja sudah terlalu bagus!"
"Wah, padahal kukira kalian akan gembira melihatku," kata Snubby dengan nada
tersinggung. "Aku sudah tak betah tinggal dengan Paman. Paman terus cemberut hingga mau
rasanya aku jadi cacing dan bersembunyi ditanah. Danternyata disini kalian
jugatak suka melihatku. Kecuali Miranda. kau senang melihatku kan, Miranda?"
Monyet kecil itu melompat ke bahunya. Tangannya yang kecil dimasukkannya ke
dalam leher baju Snubby, mencereceh perlahan. Ya, Miranda sangat gembira bertemu
lagi dengan Snubby. Dan si Sinting jugal Sinting berlari-lari cepat ke sana
kemari, menciumi setiap sudut. Ia telah menjilati semua yang dikenalnya, dan
kini tertarik pada banyak sekali bau baru. Dan mendadak saja ia berhenti,
tertegun ketakutan. Dilihatnya seekor makhluk yang begitu menakutkan, yang
dengan gerakan hebat mendekatinya, mendesis-desis bagaikan selusin ular! Tentu
saja makhluk itu sebetulnya adalah si Megol. Megol sangat benci pada anjing,
kucing. dan tentu saja: monyet. Angsa itu menganggap penginapan itu miliknya
sendiri. Siapa pun takboleh memasukinya. Dan yang berani masuk daerah
kekuasaannya itu boleh tahu rasal
Sekali pandang akan keangkeran Megol, membuat Sinting mundur cepat. Makhluk apa
ini" Burung BinatangP Ular" Kepala dan lehemya memang mirip ular. Tetapi sayapsayapnya mirip burung! Sinting berteriak ketakutan, bersembunyi di belakang
Snubby. "Jangan tolol, Sinting," kata Snubby.
"Itu hanya seekor angsa!" Tetapi Snubby pun jadi ketakutan saat Megol dengan
penuh semangat langsung menyerbu padanya juga, menjerit-jerit, mengepakngepakkan
sayap, mendesis-desis murka.
Untung Miranda turun tangan. la tak mau sobat-sobatnya ditakut-takuti seperti
ini. Dengan menjerit ia memasuki kancah pertempuran, melompat kepunggungangsa
itu, mencengkeram lehernya seperti yang pemah dilakukannya.
Kinigiliran si Megol yang sangat ketakutan. la lari masuk ke dalam penginapan
secepat kilat, menjerit-jerit keras memekakkan telinga. Miranda terus
berpegangerat-erat. Apa pun yang dilakukan angsa itu, ia tak bisa membuat si
monyet runtuh! Sementara itu Sinting kembali keberaniannya. la melesat mengejar Miranda dan
Megol, menyalaknyalak bagaikan gila. Pak Jones yang keluar untuk melihat apa
yang sedang terjadi, secara mendadak bertubrukan dengan Megol dan Miranda, serta
Sinting yang berada di belakang mereka. Pak Jones terkejut sekali, tertubruk
jatuh oleh angsa R)besar itu, dan kemudian terinjak oleh Sinting yang tak bisa menghindar. Nona
Pepper putus asa mengatupkan kedua telapak tangannya ke mukanya. Mengapa hal-hal
yang kacau seperti ini selalu terjadi begitu Snubby muncul Begitu ia muncul,
seluruh dunia seakan terjungkir balik tak keruan Dan kini Pak Jones yang kurus
jangkung itu tampak berdiri sangat marah meraba-raba pantatnya yang sakit itu.
"Oh, Pak Jones. mudah-mudahan Anda tak apa-apa, kata Nona Pepper, bergegas
mendekat. Angsa itu membuat takut anjing, monyet membuat takut angsa, anjing
mengejar mereka berdua dan." Si sapi melompat ke bulan Snubby mengakhiri katakata Nona Pepper yang memang sangat mirip dengan permainan anak-anak itu. Snubby
tertawa terpingka pingkal, tidak demikian dengan Pak Jones yang sedang marah
besar itu. Dengan suara keras ia menegur Snubby, Keluar dari sini, Gelandangan
kotor Keluar Pergi ke selokan sana, tempat yang paling pantas untukmu! Jangan
berani lagi masuk ke tempat orang baik-baik Keluar .Sesaat semua tertegun,
sunyi. Semua menatap Pak Jones, kemudian berpaling pada Snubby. Kemalu-maluan
Snubby memperhatikan pakaiannya yang sangat kotor. Dan ia memandang pada Nona
Pepper seolah minta bantuan Emmm. inilah sepupu Diana dan Roger Lynton, kata
Nona Pepper, yang dulu dikatakan
Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
oleh Pak Martin akan datang kemari. la baru saja mengadakan perjalanan jauh dan.
kotor. la perlu mandi." Pak Jones melotot pada mereka semua, kemudian
terpincang-pincang kembali ke dalam. Nona Pepper memegang lengan Snubby.
"Kau harus mandiair panas" katanya.
"Danaku akan menggosokmu sampai bersih, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kau
betul-betul mirip gelandangan kotor Entah bagaimana kau bisa sekotor ini!"
"Ke mana angsa tadi itu?" kata Snubby.
"Aku takkan bisa mencegah Sinting menyerangnya bila ia muncul lagi."
"Tak usah mengkhawatirkan Sinting palingpaling ia akan sembunyi lagi kalau
bertemu si Megol," kata Nona Pepper, terus memegang erat-erat lengan Snubby, dan
mendorongnya masuk ke dalam penginapan.
"Untunglah hewan itu sudah tak ada dan Miranda tidak mengamuk lagi. Mestinya kau
naik kereta api yang telah dipesankan untukmu, Snubby, jadi tidak terjadi
keributan seperti ini. Kami tak ingin diusir dari sini Masakannya sangat."
"Sangat-sangat hebat!" seru Barney, semua tertawa. Barney menepuk punggung
Snubby. Tak usah murung. Di mana barang-barangmu" Keluarkan baju renang, mari
berenangkelaut. Kau akan bersih lagi."
"Tidak," tukas Nona Pepper.
"Aku tak mau ia membuat air laut jadi hitam karenanya. Apakahhanya ini barangmu,
Snubby" Di dalam tas kecil ini" Ya, ampun! Aku yakin takkan cukup pakaianmu
untuk tinggal di sini!"
"Kupikir Roger bisa meminjami aku apa saja yang lupa kubawa," kata Snubby
tenang-tenang saja. "Wah, sekarangaku lelah sekali. Ayo, Sinting, ikut! Ada makanan, Nona Pepper"
Aku sangat lapar. Tempat macam apa ini" Kukira tadinya reruntuhan saja. Aku
hampir tak percaya waktu tukang pedati mengatakan di sinilah tempat yang kutuju.
Sesungguhnya aku lebih senang tidur di dalam karavan dengan yang lain, sebab."
"Snubby, jangan bicara terus," kata Nona Pepper dengan tegas.
"Aku akan minta air panas untuk keperluanmu mandi nanti. Tinggal di sini,
sementara aku ke dapur. Jangan sekali-sekali meninggalkan tempat ini selangkah
pun. Kalau Pak Jones melihatmu lagi, bisa-bisa kau diangkatnya dan dibuangnya ke
laut. Dan itu kukira sudah wajar dilakukannya melihat keadaanmu saat ini."
"Wah, Anda hari ini sangat pedas, Nona Pepper," kata Snubby heran.
"Padahal aku sudah sangat mengharap bisa bertemu Anda lagi." Tetapi Nona Pepper
telah pergi, berjalan cepat di gang ruangan yang gelap, menuju dapur yang juga
gelap tapi sangat besar. Nyonya Jones ada di situ, sedang mencuci.
"Oh, Nyonya Jones, bisakah aku minta air panas sepanci besar?" tanya Nona
Pepper. "Sepupu anak-anak itu sudah datang, dan ia harus segera mandi." R)"Tentu, tentu,
sebentar lagi pasti sudah kubawa ke atas," kata Nyonya Jones.
"Akan kubawa ke kamar mandi, Nona, dua menit pasti sudah siap." Nona Pepper agak
bersyukur bahwa Nyony Jones tidak begitu banyak berbicara seperti biasanya.
Cepat-cepat ia meninggalkan dapur untuk menemui Snubby, takutkalau-kalau anak
itu sudah melarikan diri lagi
"Kau gelandangan kecil yang kotor," kata Nona Pepper ketika temyata dilihatnya
Snubby masih tetap ditempatia ditinggalkannya tadi, takberanjak sedikitpun,
dengan Sinting duduk dilantai didekat kakinya.
"Kau mirip seseorang yang baru saja membersihkan cerobong asap Aku tak mengerti
bagaimana seseorang."
"Bisa begitu kotor kemanapun ia pergiapapun yang dilakukannya seperti aku."
Snubby menyeringai menyelesaikan kalimat Nona Pepper.
"Entah berapa kali kalimatitu sudah Anda ucapkan padaku, Nona Pepper. Di mana
air panasnya?" Tak berapa lama Snubby sudah sangat bersih berseri. Bahkan
belakang daun telinganya juga bersih. Nona Pepper bersikeras untuk membersihkan
Snubby sendiri, sama sekali tak terbujuk oleh janji anak itu untuk mandi sendiri
sebaik-baiknya. Sinting duduk disamping bak mandi, mengawasi dengan rasa
khawatir kalau-kalau nanti ia pun mendapat giliran.
"Kini keringkan badanmu, dan aku akan mencarikan sesuatu untuk makanmu," kata
Nona Pepper. "Lihat air mandimu. hitam sekali! Kauakan memerlukan waktu cukup banyak untuk
membersihkan bak mandi ini." Snubby mengeluh. Sungguh sial memang, apa pun yang
dilakukannya, selalu berakhir dengan kesulitan untuknya. Digosoknya badannya
hingga bersih, dan berbicara dengan Sinting yang mendengarkan dengan penuh
perhatian. "la memanggilku gelandangan Bagaimana pendapatmu, Sinting" Nama yang tak begitu
menyenangkan, kan" Lalu apa sekarang yang harus kupakai" Pakaian bersih itu,
mungkin, dan rompiku. Celana Roger. Kemeja Barney.ah, tapi ini kebesaran.
Sinting, kau tak tahu betapa beruntungnya dirimu, dilahirkan sebagai anjing. Kau
tak perlu bergantipakaian, dimana saja tetap memakai bulumu itu. Mau memakai
rompi, Sobat?" Sinting cepat mundur ke pintu, ketakutan menggaruk-garuk pintu
itu. Bisa saja tiba-tiba Snubby melakukan apa saja yang sesungguhnya terlalu
gila. "Aku belum siap, Sobat, belum boleh keluar," kata Snubby, memperhatikan
bakmandi. Airbekas mandinya yang kotor membuat bak mandi hitam di sana-sini.
"Wah, Sinting, lihat itu. Aku harus membersihkan bak mandi ini. Pasti berabadabad baru selesai!" Sinting menaruh kaki depannya di bibir bak mandi,
memperhatikan air bekas mandi Snubby, menggoyang-goyangkan ekornya. Tak apa
kalau cuma melihat, asal saja ia tidak harus mandi di air
hitam itu. la tak mengerti, mengapa manusia harus mandi Tiba-tiba Snubby
mendengus, menundukkan kepala mencium bulu Sinting.
"Wah, tahukah kau, baumu sungguh tak sedap." kata Snubby.
"Ada baiknya bila kucelupkan kau ke dalam air ini dan." Untung sekali bagi
Sinting yang sudah sangat ketakutan itu - Nona Pepper terdengar berseru dari
balik pintu, "Snubby! Kau sedang apa" Kau belum juga berpakaian .Kuharapkau telah
membersihkan bak mandi itu. Dibawah ada kue daging, roti, dan keju. kalau kau
mau bergegas sedikit." Ini sudah cukup untuk merangsang Snubby bergegas banyak.
Dibuangnya air di bak, digosok nya sisi bak dengan kain pel yang ditinggalkan
oleh Nona Pepper, kemudian ia berpakaian secepatnya menyeringai pada Sinting
saat ia membuka pintu kamar mandi.
"Sinting, aku punya firasat bahwa kita akan merasa sangat senang di sini. Akan
banyak pengalaman kita yang menarik di sini." Ya, Snubby, kau benar. Mungkin kau
tak tahui betapa hebatnya pengalamanmu nanti
Bab 10 SNUBBY MENDAPAT KESULITAN
SNUBBY merasa sangat gembira dengan hari pertamanya di Penrhyndendraith. Begitu
juga yang lain. Pagi itu mereka berenang, dan terbukti bahwa Teluk Merlin betulbetul suatu tempat berenang yang sangat indah. Pasirnya sangat putih, dan
selembut sutra. Waktu pasang naik, air laut memasuki gua-gua sepanjang tebing
pantai Teluk Merlin itu - tebing-tebing yang cukup curam di beberapa tempat. Dua
di antara gua-gua ini diberi papan peringatan: BERBAHAYA
"Ha, ayo kita lihat, mengapa gua itu dianggap berbahaya," kata Snubby, dan
langsung akan memasuki gua tersebut. Tetapi ia segera dipegang oleh Barney.
"Kalau kau keras kepala dan tak mau mengikuti peraturan, lebih baik kau kembali
kesalah seorang pamanmu," kata Barney tegas.
"Jika dikatakan BERBAHAYA, pastiada bahayanya. Mungkin batu mudah longsor di
atas. Atau guanya membentuk korong yang menyesatkan di dalam. Apakah kau takkan
pernah bisa berpikir waras, Snubby?" 87
R)Sementara itu Sinting telah masuk ke dalam gua tersebut beberapa meter,
berhenti, dan berpaling pada Snubby seolah-olah berkata,
"Ayolah, Snubby!" Dan dengan gemas Snubby berteriak pada anjing itu,
"Kembali, Tolol Apakah kau takkan pernah bisa berpikir waras, Sinting?" Mereka
menyelidiki gua-gua lainnya. Ternyata gua-gua tersebut tak berapa dalam.
Kemudian mereka berenang lagi, dan menjemur diri dipanas matahari. Miranda benci
pada air laut, sama sekali tak mau mendekat, bagaimanapun Barney membujuknya.
Sinting dengan gembira ikut bermain-main di air, berenang-renang, dan sekalisekali memandang pada Miranda, seolah-olah berkata,
"Monyet tolol, sama sekali tak tahu enaknya berenang!"
"Agaknya kita akan menikmati liburan ya menyenangkan di sini," kata Roger,
berbaring di pasir, bertumpu pada sikunya. Lihat. perahu perahu itu. indah, ya?"
Memang. Perahu-perahu tersebut memasan layar dengan warna-warna coklat yang
berbedabeda, melaju lembut, dan berlabuh didermaga, tak terlalu jauh dari tempat
anak-anak itu berenang Anak-anak tersebut berebutan berlari ke dermaga itu untuk
melihat hasil tangkapan para nelaya. Miranda menunggu sampai Sinting keluar dari
air Dan sementara Sinting mengibaskan air d tubuhnya keras-keras, Miranda
melompat punggungnya, melompat-melompat di punggung itu, seolah-olah ia naik
kuda.Ini adalah salah satu kegemaran Miranda bila ia bertemu dengan Sinting.
Tetapi Sinting sama sekali tak menyukainya. la berlari secepat kilat, berharap
monyet itu akan terjatuh. Tetapi Miranda berpegangan erat-erat, merapat di
punggung Sinting. "Sinting, bergulinglah! Tolol! Masa lupa cara menjatuhkan Miranda!" teriak
Snubby. Sinting ingat. Ia berguling di pasir. Miranda terpaksa melompat turun dan
berlari ke Barney sebelum Sinting bisa menangkapnya. Anak-anak itu tertawa,
melanjutkan lari mereka ke dermaga. Mereka melihat bagaimana ikan-ikan
dituangkan dari dalam perahu. Diantara ikan-ikan itu terdapat pula beberapa
kepiting yang sangat menarik perhatian Miranda, karena geraknya yang miring.
Karena ingin tahu, Miranda mengetuk punggung salah satu kepiting tadi, dan
hampir saja jarinya dijepit! Setelah itu Miranda dan Sinting tak berani lagi
mengganggu kepiting. Menjelang waktu makan, mereka merasa sangat lapar. Mereka pulang lewat desa,
kemudian mengikuti jalan dibukit yang menuju penginapan. Ketika melewati kedai
yang menjual es krim, Snubby langsung ingin membeli es krim, setelah didengarnya
yang lain sudah pernah membeli es krim di situ.
"Tidak," kata Barney.
"Kalaukau makan eskrim, nanti hilang napsu makanmu. Lebih baik kita
cepat-cepat pulang saja." R)Pagi itu Nona Pepper bisa menikmati ketenangan,
kecuali selama dua puluh menit saat Nyonya Jones melihatnya berjalan-jalan
dihalaman depan dan tak putus-putusnya mengajaknya berbicara. Nona Pepper
memutuskan lebih baik ikut dengan anak-anak ke pantai daripada harus menghadapi
Nyonya Jones lagi. Hari itu memang cukup menyenangkan, kecuali dalam satu hal.
Entah bagaimana, baju yang dipakai Snubby - baju Barney - telah robek
punggungnya, dan celananya - celana Roger tahu-tahu sangat kotor. Barney jadi
sangat gusar. Baju itu baju baru, belum pernah dipakainya.
"Kauapakan baju itu?" katanya pada Snubby.
"Baju itu bajuku yang terbaru. Aku sendiri belum pernah memakainya. Aku tak
keberatan meminjamkannya padamu sampai bajumu tiba, tetapi mestinya kau harus
sangat hati-hati memakainyal Dan lihat, celana Roger itu. Apakah kau telah
menduduki suatu genangan oli" Ya, ampun! Kau ini betul-betul kotor!" Snubby
mencoba memutar tubuhnya untuk melihat bagian belakang celana yang dipakainya
itu. "Wah, makanya dari tadi aku mencium bau tak enak yang mengikutiku terus,"
katanya. "Wah, entah kapan aku duduk di oli" Aku sangat menyesal, Roger, dan juga maaf
untuk bajumu ini, Barney."
"Entah apa yang akan kaupakai besok," kata Roger.
"Mungkin kau harus pinjam gaun Diana.Pokoknya aku tak mau meminjamkan baju lagi
padamu." Nona Pepper juga sangat gusar. la ternganga heran melihat keadaan
Snubby. "Wah, tak ada gunanya kau kugosok bersihbersih pagi ini," kata Nona Pepper
kesal. "Kini kau tampak seperti gelandangan kotor lagi! Kau terpaksa harus berada di
kamar terus besok, sementara akan kucuci pakaianmu yang kotorPakaianmu sendiri


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kautanggalkan pagitadi."
"Oh, di kamar terus" Seharian" Tidak!" kata Snubby khawatir. Tetapi Nona Pepper
tegas, tak mau mengubah pendapatnya lagi. Begitulah, keesokan harinya Snubby
sarapan di dalam karawan, di tempat tidurnya. la sangat marah. Dan Sinting tak
habis mengerti, mengapa majikan kecilnya ini uringuringan terus dan tak mau
keluar dari ruangan yang sempit itu.
"Aku tak berani meminjam apapun dari Barney - atau dari Roger," kata Snubby
kemudian pada Sinting. "Dan aku hanya punya rompi ini. Dan piyama. Aku takkan bisa keluar dari sini
sebelum Nona Pepper selesai mencuci bajuku." Beberapa lama ia berbaring dengan
pikiran marah. Kemudian ia mendapat ilham.
"Toko es krim itu!" katanya.
"Ya, toko itu menjual segala macam barang. Juga baju bekas. Aku yakin aku
melihat beberapa baju bekas tergantung di sana kemarin. Sinting, bagaimana kalau
kita menyelinap ke luar dan membeli baju, sebelum anak-anak itu
kembali daripantai.Akutak mau berbaring terus di sini sepanjang hari. Akan
kugulung celana piyamaku, sehingga sekilas akan tampak seperti celana pendek.
Dan akan kupakai rompi ini."
Dan segera sesosok tubuh berpakaian aneh keluar dari karawan itu, berlari
menuruni bukit menuju kedesa. Snubbytersenyum sendiri melihat pakaiannya. Entah
apa kata wanita pemilik toko itu nanti.
Tetapi Nyonya Jones tua - pemilik toko, dengan rambutnya yang putih salju di
bawah topi kecilnya yang hitam - agaknya tidak merasa heran melihat seorang anak
laki-laki muncul dengan celana piyama digulung serta rompi itu.
"Kau anak yang tinggal di penginapan"' tanya Nyonya Jones tua ini dengan
suaranya yang bagaikan berlagu.
"Kau ingin beli es krim?"
"Ya. di antaranya," kata Snubby sambil menyeringai nakal, seringai yang biasanya
langsung melunakkan hati wanita-wanita tua yang dihadapinya. Tapi yang paling
penting adalah. aku mendapat kesulitan dengan pakaianku. Aku ingin beli pakaian.
Apakah ada yang cocok untukku" Pakaian bekas, maksudku?"
"Ah, ya. Ada sepasang celana panjang." Nyonya Jones tua menunjuk pada selembar
celana yang tampaknya sudah kuno, dan tergantung lusuh di gantungan dinding.
"Sangat bersih, walaupun tampaknya kotor. Aku telah mencucinya sendiri Dan ada
sueater ini, kaus wol berlengan panjang
Iini, dengan garis-garis merah kuning yang begini ceria. Tak terlalu tua, lagi"
"Celana panjang itu kurasa cukup baik," kata Snubby. Dipakainya celana tersebut,
tanpa membuka celana piyamanya.
"Hei Sinting, bagaimana pendapatmu?" Sinting menyalak tajam, menggoyangkan ekor.
"Katanya aku mirip anak berumur enam belas tahun, dan bukannya dua belas," kata
Snubby, menyeringai. "Kini sueater ini. wah, cerah sekali aku jadinya. Ini bersih, kan" Kalau tidak,
Nona Pepper pasti akan merampasnya dariku."
"Memang bersih," kata wanita tua itu.
"Dan kukira kau pantas memakai topi pet pelaut ini. Lihat, masih bagus. Cukup
besar, lagi." Snubby memakai topi pet itu. Ia merasa puas dengan bayangan
tubuhnya di kaca. "Terima kasih banyak," katanya.
"Berapa harga semua ini?"
"Dua shilling untuk topinya, empat shilling untuk celana, dan tiga untuk
sueater. Semuanya sembilan shilling - ditambah satu es krim, gratis," kata
Nyonya Jones tua, tertawa melihat penampilan Snubby.
"Oh, Anda benar-benar baik hati," kata Snubby, mengeluarkan uang, dan dengan
gembira menerima es krimnya.
"Anakkulah yang menjadi pemilik penginapan tempat kalian tinggal," kata Nyonya
Jones tua. "Masakannya sangat-sangat hebat la belajar memasak di London. Ah, hampir tak
bisa dipercaya memang waktu itu. Anakku Llewellyn yang begitu
imiskin, yang celananya hanya dua lembar, bisa pergi ke London untuk belajar Dan
kini ia memiliki penginapan itu! Sejak kecil cita-citanya memang ingin sekali
memilikinya. Dan aku selalu menertawakannya saat itu. Aku selalu berkata
"Aku punya uang lima pound. Dan untuk mengumpulkan uang sebanyak itu aku
memerlukan waktu delapan belas tahun. Bagaimana kau bisa mimpi membeli
penginapan itu?" "Wah! Lalu bagaimana ia bisa membelinya?" tanya Snubby, menjilat es krimnya
untuk terakhir kalinya. "la punya banyak sahabat di London," kata wanita tua itu dengan bangga.
"Sahabat yang punya kedudukan penting. Mereka meminjaminya uang untuk membeli
penginapan itu. Dan kini ia sangat bahagia, si Llewellyn anakku itu." Snubby
memikirkan PakJones yang ditemuinya malam kemarin. Mukanya selalu muram. Tapi
tampaknya ia tidak bahagia," katanya.
"Wah, aku sudah harus pulang nih. Nona Pepper akan khawatir melihataku tidak ada
di karawan. Selamat tinggal dan terima kasih!" Dan ia berlari pulang.
Sungguhaneh tampaknya dalam pakaiannya yang tak keruan itu. Entah apa kata yang
lain nanti. Bab 11 SUATU KEJADIAN ANEH SESAAT Snubby merasa ragu-ragu, berhenti sebentar.
"Kalau mereka menertawaiku, aku akan melarikan diri, tak kembali lagi!" katanya
pada Sinting. Sinting menggoyangkan ekornya, menyatakan persetujuannya. Yang
pertama kali ditemuinya adalah Dafydd, dengan angsanya yang setia. Begitu
melihat Snubby, Dafydd menjerit, langsung lari kembali diikuti oleh si Megol
yang juga lari lintang-pukang. Tak jelas, apakah jeritan itu karena Snubby
tampak begitu aneh, ataukah karena ia takut pada Sinting. Sesaat Snubby
ternganga, mengerutkan kening. Kalau begitu tanggapan orang pada dirinya, bisa
sulit juga nanti. Roger, Diana, dan Barney terlihat keluar dari penginapan.
Mereka sedang mencari Snubby yang lenyap dari karawan. Mereka melihat anak yang
berpakaian aneh itu, tetapi tak mengenalnya sama sekali. Mereka hanya merasa
heran mengapa Sinting mau mengikuti anak itu. Snubby membenamkan kepalanya lebih
dalam ke dalam topinya. Ia menyeringai senang saat jelas
terlihat mereka tak mengenalnya. Dengan tangan di dalam saku, ia mendekati
mereka dan pura-pura berbicara dalam bahasa Welsh,
"Colq-inna-doolyhector-sonkin-poppyl?"
"Apa yang dikatakan anak ini?" kata Roger yang tak bisa melihat wajah Snubby.
"Dan mengapa Sinting mengikutinya?" Diana tiba-tiba menjerit, tangannya
menyambar topi Snubby. "Ini Smubby Snubby Darimana kau" Dan dari mana kau dapat pakaian tak keruan
ini?" "Ini bukannya pakaian tak keruan! Malah tampaknya pantas sekali untukku," kata
Snubby gembira, berputar-putar agar kawan-kawannya melihat pakaiannya tersebut
"Aku membelinya di toko es krim. Pakaian bekas!"
"Snubby! Kenapa kaubeli pakaian seperti itu" Kau tak tahu siapa yang memakainya
sebelumnya!" tanya Roger.
"Untuk apa" Pokoknya bersih, kan?" balas Snubby.
"Astaga, itu Nona Pepper kemari!" Apa yang dikatakan anak-anak itu tak seberapa
bila dibandingkan apa kata Nona Pepper. la langsung memerintahkan Snubby masuk
ke dalam karavan, dan mencopot pakaian yang tak keruan itu, terutama topinya. Ia
tak boleh keluar sebelum pakaiannya sendiri kering.
"Aku tak mau!" kata Snubby berkeras kepala.
"Masa aku harus membuang percuma kesempatan untuk main-main di pagi yang indah
seperti ini, padahal aku sudah berusaha keras untuk mendapat pakaian. Tidak,
Nona Pepper, aku akanmemakai pakaian ini sampai pakaianku kering. Dan kalau
kalian merasa aku tak pantas bergabung dengan kalian, baiklah, Sinting dan aku
akan memisahkan diri dari kalian. Ayo, Sinting, mereka menganggap kita sebagai
sumber bau busuk saja!" Tak berkata-kata lagi Snubby bergegas menuruni bukit topinya miring menantang. Sinting berlari-lari dekat kakinya. Diana yang kesal
akan kekeraskepalaan Snubby berseru,
"Kau memang bau dengan pakaian itu. bau sekali!"
Snubby tak mempedulikannya, dan segera lenyap ditikungan. Tiba-tiba Nona Pepper
tertawa "Ya, ampun, lucu sekali dia!" katanya.
"Dan tampaknya ia sangat bangga pada pakaiannya yang tak keruan itu. Janganjangan ia bersikeras memakainya terus walaupun pakaiannya sendiri sudah siap.
Kalian bertiga akan ke mana hari ini?"
"Berenang, jalan-jalan, dan mengail kalau kami bisa menyewa perahu," kata
Barney. "Sayang Snubby bersikap seperti itu. Mengapa tak terpikir olehnya untuk memakai
celana renang saja" Hari cukup panas, dan cukup pantas bila ia memakai celana
renang sepanjang hari di pantai. Baiklah, akan kubawa celana renang Snubby,
kalau-kalau akhirnya ia mau bergabung kembali dengan kami."
Mereka pun berangkat ke pantai dengan membawa celana renang Snubby. Tetapi
ternyata tak terlihat Snubby ataupun Sinting di pantai itu!
R)Snubby sangat marah dan tersinggung. Masa ia dianggap bau busuk Sambil
berjalan dilihatnya bayangan dirinya di kaca jendela toko es krim. la berhenti
sejenak, memperhatikan bayangannya itu. la memang tampak sedikitaneh. Sayang
celana itu terlalu panjang dan terlalu lebar. Dan Sueater-nya memang warnanya
terlalu menyolok. Tetapi topi petnya sungguh serasi di kepalanya.
"Kukira kita memang tampak seperti gelandangan lagi, Sinting," katanya sedih.
"Kiniapa yang akan kita lakukan" Oh, ya. Mari cari tempat yang sepi. Kemudian
kita baca surat rahasia dari Bruce. Akan kukatakan padamu apa isinya setelah aku
berhasil memecahkan kode-kodenya."
Sinting menggoyangkan ekor. Ia kenal Bruce, sobat baik Snubby di sekolah. Hampir
senakal Snubby, dan sama-sama merupakan momok bagi guru kelasnya. Bruce dan
Snubby telah menciptakan suatu kode rahasia yang terdiri dari rangkaian huruf
dan angka. Untuk menulis sepucuk surat rahasia, Snubby memerlukan waktu hampir
dua jam - dan untuk memecahkan rahasia dari surat yang diterimanya dari Bruce
diperlukan waktu lebih banyak lagi. Memang membuang-buang waktu, tetapi kedua
sahabat itu merasa senang sekali pada permainan ini, dan merasa diri mereka
sangat penting karenanya.
"Kita cari tempat yang tak terlihat oleh anak-anak itu," kata Snubby pada
Sinting. "Lihat batu-batu karang di tebing terjal itu" Kita bisabersembunyi diantara
batu-batu itu dan membaca surat rahasia Bruce." Tak lama mereka berdua telah
bersembunyi di antara batu-batukarang yang hangat. Lauttak jauh dari mereka.
Snubby mengeluarkan surat Bruce, selembar kertas segi empat yang secara rapi
diambil dari buku matematika. Snubby memperhatikan surat itu, sesaat kemudian
mengeluh. "Wah, panjang juga," katanya pada Sinting, memperhatikan angka-angka kecil yang
ditulis rapi, disela disana-sini oleh beberapa huruf
"Pasti berabad-abad kita baru selesai membuka rahasia surat ini. Tapi tak apa.
Anggap saja latihan yang baik. Sayang kau tak mengerti betapa pentingnya bisa
memecahkan kode surat ini, Sinting. Kini coba lihat. 12-6-J-567-P. Duh, apa P
itu, ya" Kalau saja buku kodeku kubawa, mungkin sedikit mudah. He, siapa itu?"
Seseorang tampak mendatangi, berjalan mendekat di antara batu-batu karang. Orang
itu bertubuh agak pendek, berjenggothitam lebat, dan memakai kaca mata hitam.
Snubby menoleh sejenak padanya, berpikir bahwa orang itu hanya akan lewat saja
di dekatnya. Tetapi ternyata tidak. Orang itu langsung mendekati Snubby dan
berkata, "Mana surat itu!" dengan suara marah. Snubby terkejut. Cepat dimasukkannya surat
rahasia yang sangat berharga baginya itu ke dalam sakunya.
"Apa" Apa yang Anda inginkan?" tanyanya tergagap.
"Surat itu!" kata orang tersebut kasar.
"Mengapa kau berani membuka dan membacanya?"
"Mengapa tidak" Surat itu memang dikirimkan padaku. Bukan pada Anda!" kata
Snubby agak bingung. Mungkin orang ini gila.
"Kau tahu kau harus memberikannya padakul Berikan padaku!" orang itu semakin
marah. "Dan kau bahkan begitu berani membuka dan membacanya! Akan kusuruh pamanmu
menghajarmu untuk ini!"
"Ini soal apa sih?" Snubby jadi bingung.
"Ini bukan surat Anda. Ini suratku. Aku tak akan memberikannya pada siapapun.
Lagipula surat ini ditulis dengan kode rahasia yang hanya akusendiri yang tahu!
Sahabatku yang mengirimkannya padaku!"
"Sahabatmu" Sahabatmu mengerti kode rahasia itu"Juga kau" Jangan bohong!" bentak
orang itu. "Kau anak tolol yang ingin mencoba membuatku memberimu uang hanya untuk
menyampaikan surat itu padaku"
"Oh, sudahlah!" Snubby bangkit.
"Kalau ini suatu lelucon, sama sekali tidak lucu. Aku pergi saja!" Tetapi
alangkah terkejutnya Snubby saat orang itu dengan kasar mendorongnya keraskeras, hingga ia terhempas di batu. Tak banyak bicara orang itu merampas surat
Snubby, menamparnya keras-keras, dan berpaling untuk pergi. Tetapi ini sudah
keterlaluan bagi Sinting. Anjing kecil itu menggeran mengancam. Apa" Menyerang
majikannya" Menamparnya" Ia harus dihajar Dengan garang Sinting menyerbu. Orang
itu terkejut, menangkis serangan Sinting dan mengambil sebuah batu besar. Untung
Sinting dengan cekatan bisa menghindari lemparan keras batu besar itu.
"Sinting!Jangan! Biar dia pergi!" teriak Snubby khawatir. Orang itu agaknya
takkan segan-segan membunuh Sinting. Dengan terus menggeram marah Sinting
memperhatikan orang itu merayap naik ke jalan, dan hilang di balik bebatuan. la
kemudian berpaling pada majikannya, meraba-raba majikan kecilnya itu seolah-olah
bertanya, "Apakah kau luka" Apakah kau sakit?"
"Tidak, aku tak apa-apa. Aku tak sakit, hanya marah," kata Snubby.
"Dan sangat bingung juga. Mengapa ia kemari menemuiku" Apakah aku dikiranya
seseorang lain .Dan apa yang dikatakannya tentang surat itu" Surat rahasia, dan
mengapa ia mengambil surat dari Bruce.Mungkin karena iamelihatsurat tersebut
ditulis dengan kode. Dengar, Sinting, ada yang sangat tak beres dalam perkara
ini. Mari kita bicarakan dengan yang lain."
Mereka bergegas menuju pantai. Tak lama mereka bisa melihat Barney dan yang lain
duduk-duduk di pasir, menjemur badan. Snubby mendekat, dan duduk.
"Ada yang ingin kuceritakan," katanya berbisik.
"Dengarkan!" Anak-anak itu bangkit mendekat, mau tak mau tersenyum geli melihat
pakaian Snubby, tetapi mereka ingin juga mendengar apa yang akan diceritakan
Snubby. Snubby kemudian menceritakan apa yang baru saja terjadi
Semua tercengang. Barney bertanya,
"Ini terjadi betulan, kan" Bukan hanya karanganmu saja?" Memang, Snubby sering
juga mengarang cerita yang bukan-bukan.
"Tidak, ini betul-betul terjadi" kata Snubby.
"Aku tidak berdusta. Lihat, beset tanganku karena dihempaskan orang tadi ke
batu." Lengannya memang luka. Barney memeriksanya dan mengerutkan kening.
"Mungkin orang itu gila, atau memang ada yang tak beres," katanya.
"Mengapa ia mengiramu orang lain" Mungkin kau sangat mirip seseorang yang
mestinya harus dijumpainya. Mungkin orang yang akan dijumpainya itu seorang
gelandangan cilik, kalaukau tak keberatan dengan istilah itu. Seorang anak
gelandangan. Seorangperantara. Dan tentunya ini melibatkan sesuatu yang
melanggar hukum." "Kalau begitu biarkucopot saja pakaian ini," kata Snubby.
"Kalian bawa celana renangku"Aku akan berganti di balik batu itu. Seorang
perantara! Wow! Tunggu saja sampai nanti kuketahui siapa sebenarnya yang harus
dijumpai orang itu!" la pergi ke balik batu karang dan cepat-cepat mencopot
seluruh pakaiannya, memakai celana renangnya. Dan tepat ketika ia selesai
berganti pakaian dan akan pergi ke tempat temantemannya, seseorang berjalan
melewati tempatitu. Seorang anak. Berpakaian sangat mirip dengan pakaian Snubby
tadi - celana panjang yang kebesaran dan sangat kotor, sueaterwol berwarna
menyolok, sebuah pet, dan. seekor anjing kecil hitam berlari di dekat kakinya!
"Lihat itu!" kata Barney berbisik, saat Snubby telah mendekatinya.
"Lihat, aku yakin anak itulah sesungguhnya yang ingin ditemui si Jenggot Hitam
itu. Seorang gelandangan kotor la bahkan membawa seekor anjing kecil hitam,
anjing pudel yang tak terawat itu. Dan ia agaknya akan pergi ke tempat kau tadi
duduk, di antara batu karang itu. Nah, sekarang apa yang akan kita lakukan?"
Bab 12 SNUBBY DAN SI GELANDANGAN
MEREKA semua memperhatikan bahwa anak gelandangan itu betul-betul pergi ke batubatu tempat Snubby tadi duduk. Anjing kecilnya melompat-lompat didekat kakinya,
kemudian juga duduk di salah satu batu.
"Lihat, dia menunggu seseorang," kata Roger.
"Aku yakin dia membawa sepucuk surat rahasia, yang dikehendaki oleh si Jenggot
Hitam seperti yang kauceritakan itu."
"Mungkin si Jenggot Hitam memang disuruh menemui seorang anak gelandangan yang
duduk di antara batu-batu itu yang membawa seekor anjing hitam," kata Barney.
"Dan anak itu akan memberinya sepucuk surat berisi perintah rahasia mungkin,
dan." "Dan si Snubby justru sedang berada ditempat itu, memakai pakaian seperti


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang anak gelandangan, dengan si Sinting yang kebetulan juga berbulu hitam,
dan pada saat itu Snubby juga membaca surat rahasia dari Brucel Tentu saja si
Jenggot Hitam tak tahu bahwa itu surat dari Bruce.
la pasti merasa yakin surat itu memangsurat yang diperuntukkan baginya!"
"Wah, tak heran ia begitu marah padaku," kata Snubby."la pasti mengira aku
mencoba membuka rahasia suratnya. Bahkan si Sinting pasti akan terbunuh olehnya
kalau saja batu yang dilemparkannya itu kena."
"Aku yakin perkara ini sungguh serius," kata Barney.
"Apakah akan kita sampaikan pada Nona Pepper?"
"Tidak!" kata Diana langsung.
"Nona Pepper pasti begitu ketakutan hingga akan mengajak kita semua pulang
segera. Akuyakin takkan terjadi lagi apa-apa. Kan Snubby sudah tidak memakai
pakaian gelandangan itu lagi. Jangan sampai kau terlihat memakai pakaian itu,
Snubby!" "Juga tidak topinya?" tanya Snubby kecewa.
"Aku sangat menyukai topi ini."
"Terutama topi itu!" kata Barney. Dilihatnya di kejauhan anak gelandangan tadi
masih saja duduk di batu karang, menunggu.
"Anak itu pastilah akan menunggu lama sekali. Si Jenggot Hitam pasti tak akan
kembali lagi. la pasti sedang berusaha memecahkan kode rahasia surat Snubby, dan
makin lama makin marah karena takkan bisa-bisa memecahkannya."
"Aku akan berbicara dengan anak itu," kata Snubby bangkit.
"Mungkin bisa kuperoleh keterangan darinya."
"Lebih baik jangan," cegah Roger.
"Mengapa tidak?" kata Snubby.
"Kansi Jenggot Hitam itu takkan kembali. Dan anak itu hanya akan mengira bahwa
aku seseorang yang sedang
berlibur di sini." Diiringi Sinting ia bersiul-siul berjalan menuju tempat anak itu menunggu.
Ketika sudah dekat Snubby teringat akan kepandaiannya menirukan suara banyo. la
pun mulai mengeluarkan suara banyo itu, sementara jari-jarinya seolah-olah
sedang menyetel banyo tersebut
Suaranya sangat aneh. Begitu mirip. Anak tadi terkejut, berpaling, dan heran
ketika melihat bahwa Snubby sebenarnya tak membawa apa-apa.
"Twang-a-twang-a-twang-twang-twangtwang - twang - twang - twang suara banyo
Snubby, dan ia tersenyum pada anak itu.
"Halo. Aku suka pada anjingmu," sapanya sambil duduk
"Siapa namanya?"
"Wooly," kata anak itu, membelai bulu panjang anjing hitamnya.
"Nama anjingmu siapa?"
"Sinting," jawab Snubby.
"Kau menunggu seseorang di sini?"
"Ya, seseorang yang berjenggot hitam. Aku harus memberinya sepucuk surat dari
Paman." "Siapasih pamanmu?"tanya Snubby dan mulai mencoba memainkan banyonya lagi.
"Morgan si Pincang," anak itu pun mulai menirukan Snubby, menirukan suara banyo.
"Twang-a-twang-twang-twang. ia seorang nelayan yang kakinya patah dan kini ia
hanyamenyewakan perahu saja, tidak mencari ikan sendiri."
"Mengapa ia tidak mengeposkan surat itu?" tanya Snubby.
"Sungguh pemalas dia."
"Aku tak tahu. Hei, lihat. Anjingmu dan anjingku berkenalan dan berkawan. Ah,
lamasekali orangitu tidak datang Kukira aku datang terlambat, tetapi ternyata ia
jauh lebih lambat dariku.Aku sebetulnya ingin sekali pergi mencari ikan dengan
Ayah. Tetapi aku harus menunggu sampai orang itu datang."
"Begini saja, lebih baik kauberikan surat itu padaku, dan aku akan menunggu di
sini sampai orang yang kauceritakan itu muncul. Aku akan memberikan surat itu
padanya. la takkan tahu bahwa aku bukan kau. Terutama karena kita berdua punya
anjing hitam." "Aku pasti dicambuki bila hal itu diketahui orang," sahut anak itu.
"Tetapi, yah, rasanya tak perlu aku menunggu di sini sepanjang pagi ini.
Baiklah. Ini surat itu. Dan kau harus betul-betul menunggu sampai dia datang,
ya" Dan jangan berbicara sepatah pun tentang hal ini pada orang lain."
"Tentu saja, percayalah," kata Snubby.
"Nah, pergilah, aku akan menunggu terus di sini sampai dia muncul." Anak itu
memberikan sepucuk surat pada Snubby, kemudian dengan cepat ia pergi
meninggalkan tempat itu, diringi oleh anjing pudel hitamnya. Snubby duduk terus
Pendekar Seribu Diri 1 Ketika Cinta Harus Bersabar Karya Nurlaila Zahra Bulan Biru Di Mataram 1

Cari Blog Ini