Ceritasilat Novel Online

Misteri Sittaford 2

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie Bagian 2


ngerikan. Suami saya sering menceritakan ini-itu jika
sedang kumat." Ia merinding sendiri. "Anda akan me"
ngerti kalau Anda tahu keadaan saya."
"Ya, ya, saya mengerti, Mrs. Gardner. Saya sebenar"
nya datang untuk mendapatkan keterangan-keterangan
yang lebih terperinci mengenai keluarga Anda."
"Begitukah?" "Tahukah Anda berapa orang sanak saudara Kapten
Trevelyan yang masih hidup, selain Anda sendiri?"
"Mengenai keluarga terdekat, hanya keluarga
Pearson. Yaitu putra-putri kakak saya, Mary."
"Siapakah mereka?"
"James, Sylvia, dan Brian."
"James?" "Dia yang tertua. Ia bekerja di sebuah kantor
asuransi." "Berapa umurnya?"
"Dua puluh delapan tahun."
"Apakah ia sudah menikah?"
"Belum, tapi ia sudah bertunangan"katanya de"
ngan seorang gadis yang manis sekali. Saya belum
pernah bertemu dengan gadis itu."
"Di mana alamatnya?"
"Cromwell Street 21, S.W.3."
Inspektur mencatatnya. Bab1-10.indd 99 "Lalu, Mrs. Gardner?"
"Lalu Sylvia. Ia sudah menikah, dengan Martin
Dering"mungkin Anda pernah membaca buku-buku
karangannya. Ia seorang pengarang yang cukup ber"
hasil." "Dan alamat mereka?"
"The Nook, Surrey Road, Wimbledon."
"Oh, lalu?" "Dan yang bungsu adalah Brian, tapi ia tinggal di
Australia. Saya tak tahu alamatnya, tapi kakak-kakak"
nya pasti tahu." "Terima kasih, Mrs. Gardner. Sekadar memenuhi
formalitas, bolehkan saya bertanya tentang kegiatankegiatan Anda kemarin petang?"
Wanita itu tampak terkejut.
"Coba saya ingat-ingat dulu. Saya berbelanja... ya...
lalu saya pergi nonton. Saya pulang kira-kira pukul
18.00, lalu saya berbaring di tempat tidur sambil me"
nunggu makan malam, karena film itu membuat saya
agak pusing." "Terima kasih, Mrs. Gardner."
"Ada lagi yang lain?"
"Tidak, saya rasa tidak ada lagi yang ingin saya
tanyakan. Sekarang saya akan menghubungi ke"
ponakan Anda, yang laki-laki dan yang perempuan.
Saya tak tahu apakah Mr. Kirkwood sudah memberi"
tahukan Anda bahwa Anda dan ketiga keponakan
Anda merupakan ahli waris bersama dari uang Kapten
Trevelyan." Wajah wanita itu memerah perlahan-lahan.
"Itu menyenangkan sekali," katanya tenang. "Se"
Bab1-10.indd 100 lama ini keadaan kami amat sulit"benar-benar
sulit"kami selalu harus berhemat, menabung, dan
berharap." Ia tersentak waktu terdengar suara seorang pria
yang agak kasar dari lantai atas.
"Jennifer, Jennifer, tolong aku."
?"Maafkan saya," katanya.
Waktu ia membuka pintu, panggilan itu terdengar
lagi, lebih nyaring dan lebih mengandung perintah.
"Jennifer, di mana kau" Aku memerlukan bantuan"
mu, Jennifer." Inspektur menyusul wanita itu sampai ke pintu. Ia
berdiri di lorong rumah dan memperhatikan dari
belakang waktu Mrs. Gardner berlari menaiki tangga.
"Aku datang, Sayang," serunya.
Seorang juru rawat yang sedang menuruni tangga
menepi, memberinya jalan.
"Tolong datangi Mr. Gardner, ia kacau sekali. Anda
biasanya bisa menenangkannya."
Waktu juru rawat itu tiba di dasar tangga, Inspek"
tur Narracott sengaja berdiri menghalanginya.
"Bolehkah saya berbicara sebentar dengan Anda?"
tanyanya. "Percakapan saya dengan Mrs. Gardner ter"
putus." Juru rawat itu masuk dengan gesit ke dalam ruang
tamu utama. "Berita tentang pembunuhan itu telah membuat
pasien saya kacau," jelasnya sambil memperbaiki letak
manset bajunya yang kaku karena kanji. "Beatrice,
gadis bodoh itu, datang dengan berlari-lari dan seenak"
nya saja menceritakan segala-galanya."
100 Bab1-10.indd 101 "Kasihan," kata Inspektur. "Saya rasa itu salah
saya." "Ah, Anda tentu tak tahu," kata juru rawat itu de"
ngan penuh pengertian. "Apakah Mr. Gardner sakit parah?" tanya Inspek"
tur. "Penyakitnya menyedihkan," kata juru rawat. "Ka"
lau dilihat sepintas lalu, kelihatannya ia memang tak
apa-apa. Ia telah kehilangan sama sekali kemampuan
gerak anggota tubuhnya, gara-gara shock saraf. Tak ada
cacat lain yang kelihatan."
"Apakah kemarin petang ia tidak mengalami ke"
tegangan luar biasa atau shock?" tanya Inspektur.
"Setahu saya, tidak." juru rawat itu tampak heran.
"Apakah Anda berada bersamanya sepanjang pe"
tang?" "Saya berniat begitu, tapi... Kapten Gardner menyu"
ruh saya menukarkan dua buah buku untuknya di
perpustakaan. Ia juga lupa meminta bantuan istrinya
untuk menukarkannya waktu ia pergi. Jadi saya men"
jalankan perintahnya, dan saya pergi membawa bukubuku itu. Ia juga menyuruh saya membeli beberapa
barang lain"yaitu hadiah untuk istrinya. Ia memang
baik dalam hal itu. Saya juga disuruhnya minum teh
di Rumah Minum Boots, ia yang membayar. Katanya,
juru rawat tak senang kalau waktu minum tehnya
terlewat. Ia suka bercanda begitu. Pukul 16.00 lewat,
saya baru pergi. Karena toko-toko penuh sekali, ber"
hubung sudah hampir Natal, dan hal-hal lain, maka
pukul 18.00 lewat saya baru kembali. Tapi pria ma"
101 Bab1-10.indd 102 lang itu cukup tenang waktu itu. Ia bahkan berkata
bahwa ia tidur selama saya pergi."
"Apakah Mrs. Gardner sudah kembali waktu itu?"
"Sudah. Kalau tak salah ia sedang berbaring."
"Mrs. Gardner cinta sekali pada suaminya, bu"
kan?" "Ia memujanya. Saya yakin benar bahwa wanita itu
akan mau berbuat apa saja di dunia ini, demi suami"
nya. Mengesankan sekali. Sangat berbeda dari be"
berapa keluarga tempat saya pernah bertugas. Bulan
yang lalu umpamanya..."
Tetapi dengan lihainya Inspektur Narracott meng"
elak mendengarkan skandal bulan lalu yang akan
diceritakannya itu. Ia melihat ke arlojinya, lalu ber"
seru nyaring. "Astaga," serunya, "saya akan ketinggalan kereta
api. Stasiun tak jauh dari sini, bukan?"
"Stasiun St. David hanya tiga menit perjalanan dari
sini. Itu kalau Anda naik dari Stasiun St. David, atau
apakah maksud Anda Queen Street?"
"Saya harus cepat-cepat," kata Inspektur. "Tolong
katakan pada Mrs. Gardner, saya minta maaf tak sem"
pat berpamitan padanya. Saya senang sekali telah
mengobrol dengan Anda, Suster."
Juru rawat itu tampak cukup senang.
"Tampan juga pria itu," katanya pada diri sendiri,
setelah pintu ditutup oleh Inspektur. "Benar-benar
tampan. Apalagi sikapnya manis dan simpatik."
Lalu ia pun naik ke lantai atas, ke tempat pasien"
nya, sambil mendesah kecil.
102 Bab1-10.indd 103 KELUARGA PEARSON LANGKAH berikutnya yang dilakukan oleh Inspektur
Narracott adalah melapor pada atasannya, Komisaris
Polisi Maxwell. Atasannya mendengarkan kisah sang Inspektur de"
ngan penuh perhatian. "Ini akan menjadi suatu perkara besar," katanya
sambil merenung. "Surat-surat kabar pasti akan me"
muat berita ini sebagai berita utama."
"Saya sependapat dengan Anda, Sir."
"Kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita mem"
buat kesalahan. Tapi kurasa kau sudah berada di jalan
yang benar. Kau harus mencari tahu tentang James
Pearson itu, secepat mungkin"selidiki di mana ia
berada kemarin petang. Seperti kaukatakan, nama itu
nama yang umum sekali, tapi kan masih ada nama
baptisnya. Menandatangani namanya sendiri secara
terang-terangan seperti itu, memang menunjukkan
bahwa ia melakukannya tanpa pertimbangan lebih
103 Bab1-10.indd 104 dahulu. Soalnya ia pasti bukan orang yang bodoh.
Sepanjang penglihatanku, telah terjadi suatu per"
tengkaran, lalu terjadi serangan tiba-tiba. Bila me"
mang dia orangnya, ia pasti sudah mendengar tentang
kematian pamannya malam itu juga. Kalau tidak,
mengapa ia menyelinap pergi naik kereta api pertama
pada pukul 06.00, tanpa meninggalkan pesan sepatah
pun pada siapa-siapa" Itu suatu pertanda yang tak
baik. Kita harus punya pendirian bahwa tak ada satu
hal pun yang terjadi secara kebetulan. Ya, perkara ini
harus kauselesaikan secepat mungkin."
"Saya juga berpikiran begitu, Sir. Sebaiknya saya
pergi ke kota, naik kereta api pukul 13.45. Sewaktuwaktu, saya ingin bercakap-cakap juga dengan Mrs.
Willett yang menyewa rumah Kapten Trevelyan. Ada
sesuatu yang tak beres di situ. Tapi sekarang saya be"
lum bisa ke Sittaford, jalan-jalannya tak bisa dilewati
karena tertutup salju. Lagi pula, saya rasa tak mung"
kin ia punya hubungan langsung dengan kejahatan
itu. Sebenarnya ia dan putrinya sedang... yah... sedang
main meja bergerak pada saat kejahatan itu terjadi.
Dan kemudian, ada suatu hal yang agak aneh ter"
jadi..." Lalu Inspektur mengisahkan cerita yang didengar"
nya dari Mayor Burnaby. "Itu aneh sekali," seru Komisaris Polisi. "Apakah
menurutmu orang tua itu mengatakan yang sebenar"
nya" Cerita seperti itu biasa direka-reka orang setelah
permainan semacam itu, oleh orang-orang yang per"
caya adanya hantu dan semacamnya."
"Saya rasa itu benar, Sir," kata Narracott sambil
104 Bab1-10.indd 105 tertawa kecil. "Dengan amat susah payah, saya ber"
hasil mengoreknya dari orang tua itu. Ia sendiri kata"
nya, tak percaya"justru sebaliknya ia bersikap seperti
layaknya seorang mantan tentara, dan menganggap
semuanya itu omong kosong."
Komisaris Polisi mengangguk membenarkan.
"Yah, memang aneh. Tapi dengan begitu, kita tidak
mendapatkan kemajuan," katanya menyimpulkan.
"Kalau begitu, saya akan pergi ke London dengan
kereta api pukul 13.45."
Lawan bicaranya mengangguk.
Setibanya di London, Narracott langsung pergi ke
Cromwell Street 21. Kepadanya diberitahukan bahwa
Mr. Pearson masih ada di kantor. Kira-kira pukul
19.00 ia pasti kembali. Narracott mengangguk dengan sikap tak acuh, se"
olah-olah pemberitahuan itu tak ada artinya baginya.
"Saya akan datang lagi, kalau bisa," katanya.
"Urusan saya ini tidak begitu penting." Lalu ia cepatcepat pergi tanpa meninggalkan nama.
Diputuskannya untuk tidak pergi ke kantor asuran"
si, tapi ke Wimbledon untuk mengunjungi dan me"
wawancarai Mrs. Martin Dering, yang semula ber"
nama Miss Sylvia Pearson.
Tak ada tanda-tanda kebobrokan pada rumah The
Nook. Rumahnya baru, tapi jorok, begitulah kesan
sang Inspektur akan rumah itu.
Mrs. Dering ada di rumah. Seorang pelayan yang
agak kurang sopan, dan memakai baju berwarna lila,
mempersilakannya masuk ke ruang tamu utama yang
kelihatannya agak penuh sesak. Inspektur memberikan
105 Bab1-10.indd 106 kartu nama pada pelayan itu, dan meminta supaya
kartu itu diserahkan pada majikannya.
Mrs. Dering boleh dikatakan segera datang me"
nemuinya, dengan membawa kartu nama tadi.
"Saya yakin Anda datang sehubungan dengan pe"
ristiwa Paman Joseph yang malang," katanya menyapa
tamunya. "Mengejutkan sekali... benar-benar mengejut"
kan! Saya sendiri juga takut sekali pada perampok.
Dua minggu yang lalu, saya suruh orang memasang
dua selot tambahan pada pintu belakang, dan kaitan
baru yang kuat pada jendela."


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inspektur sudah mendengar dari Mrs. Gardner bah"
wa Mrs. Dering baru berumur 25 tahun, tapi penam"
pilannya seperti seseorang yang sudah berumur jauh
di atas tiga puluh tahun. Ia bertubuh kecil, berambut
pirang, wajahnya pucat seperti kurang darah, sedang"
kan air mukanya tampak sedih dan lesu. Suaranya
samar-samar mengandung nada mengeluh, suatu suara
yang paling menjengkelkan dalam suara manusia. Ia
tidak memberi kesempatan berbicara pada sang
Inspektur, dan terus berceloteh.
"Bila ada yang bisa dilakukan untuk membantu
dengan cara apa pun, saya tentu akan senang sekali
melakukannya, meskipun kami hampir tak pernah
bertemu dengan Paman Joseph. Ia bukan orang yang
baik hati. Ya, begitulah dia. Ia bukan jenis orang yang
menyenangkan untuk diminta pertolongannya. Ia ge"
mar mencela dan mengkritik orang, dan sama sekali
tak punya pengetahuan tentang sastra. Padahal, Inspek"
tur, keberhasilan"maksud saya keberhasilan yang
sejati"tidak selalu diukur dengan uang."
106 Bab1-10.indd 107 Akhirnya ia berhenti, dan Inspektur diberi kesem"
patan untuk berbicara. Kata-kata wanita itu telah
mengungkapkan beberapa hal yang harus dipertim"
bangkannya. "Cepat sekali Anda mendengar berita sedih itu,
Mrs. Dering." "Bibi Jennifer yang mengirimkan telegram pada
saya." "Oh, begitu." "Tapi saya yakin akan dimuat dalam surat-surat
kabar petang ini juga. Mengerikan, ya?"
"Saya dengar, dalam tahun-tahun terakhir ini Anda
tak pernah bertemu dengan paman Anda itu."
"Sejak saya menikah, hanya dua kali saya bertemu
dengannya. Pada kesempatan yang kedua, ia kasar
sekali pada Martin. Ia seorang yang cinta pada ke"
bendaan, dan sangat suka berolahraga. Seperti saya
katakan tadi, ia sama sekali tidak menghargai
sastra." Pasti suaminya telah meminta pinjaman uang tapi
ditolak, komentar Inspektur Narracott dalam hati,
mendengar kata-kata wanita itu.
"Sekadar formalitas, Mrs. Dering, maukah Anda
menceritakan kegiatan-kegiatan Anda pada petang ke"
marin?" "Kegiatan-kegiatan saya" Aneh sekali Anda me"
nanyakan hal itu, Inspektur. Hampir sepanjang sore
saya bermain bridge, lalu seorang teman datang dan
menemani saya di sini sepanjang malam, karena
suami saya tak berada di rumah."
"Sedang tak berada di rumah?"
107 Bab1-10.indd 108 "Ia menghadiri suatu perjamuan makan malam ka"
langan sastrawan," kata Mrs. Dering dengan sikap
penting. "Ia makan siang dengan seorang penerbit
dari Amerika, dan malam harinya menghadiri per"
jamuan makan itu." "Oh, begitu?" Kedengarannya memang benar dan masuk akal.
Lalu Inspektur berkata lagi, "Saya dengar adik Anda
berada di Australia, Mrs. Dering?"
"Ya." "Apakah Anda punya alamatnya?"
"Oh, ada, bisa saya ambilkan kalau Anda mau"
namanya agak aneh"saat ini saya lupa. Di suatu
tempat di New South Wales."
"Nah, sekarang mengenai kakak Anda, Mrs.
Dering." "Jim?" "Ya. Mungkin saya harus menghubunginya."
Mrs. Dering cepat-cepat pergi mengambilkan
alamat itu"ternyata sama dengan yang telah diberi"
kan oleh Mrs. Gardner padanya, sebelum itu.
Kemudian, karena merasa tak ada lagi yang akan
dikatakan oleh kedua belah pihak, Inspektur Narracott
menyudahi wawancaranya. Ketika melihat ke arlojinya, ia sadar bahwa pukul
19.00 ia sudah harus kembali ke kota. Ia berharap itu
merupakan waktu yang tepat untuk bisa menemukan
James Pearson di rumahnya.
Seorang wanita setengah baya yang kelihatan ang"
gun membukakan pintu rumah nomor 21. Ya, seka"
108 Bab1-10.indd 109 rang Mr. Pearson ada di rumah. Ia ada di lantai dua.
Lalu dipersilakannya Inspektur naik.
Wanita itu berjalan mendahuluinya, mengetuk se"
buah pintu, lalu berkata dengan gumaman yang me"
ngandung nada meminta maaf, "Orang yang ingin
bertemu dengan Anda tadi, Sir." Lalu ia menyisih,
agar Inspektur bisa masuk.
Seorang pria muda yang mengenakan pakaian ma"
lam sedang berdiri di tengah-tengah ruangan. Ia tam"
pan, benar-benar tampan, bila kita tidak memper"
hatikan bentuk mulutnya yang agak lemah dan
tatapan matanya yang kurang yakin dan agak miring.
Air mukanya lesu dan susah. Kelihatannya ia kurang
tidur akhir-akhir ini. Ia melihat dengan pandangan bertanya ketika
Inspektur masuk. "Saya Inspektur Detektif Narracott," sang Inspektur
memulai"tapi ia tak bisa melanjutkan bicaranya.
Anak muda itu terpekik dengan suara serak, lalu
menjatuhkan dirinya ke sebuah kursi. Dilemparkannya
kedua belah tangannya ke atas meja di depannya, lalu
dijatuhkannya kepalanya ke atas lengan itu sambil
bergumam, "Oh! Tuhanku! Akhirnya terjadi juga!"
Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepalanya,
lalu berkata, "Ayo, katakan saja apa yang Anda ingin"
kan." Inspektur Narracott terdiam dan bengong.
"Saya sedang menyelidiki kematian paman Anda,
Kapten Joseph Trevelyan. Bolehkah saya bertanya, apa"
kah ada yang ingin Anda katakan?"
109 Bab1-10.indd 110 Anak muda itu bangkit perlahan-lahan, lalu ber"
bicara dengan suara rendah dan tegang,
"Apakah Anda akan menangkap saya?"
"Tidak. Bila saya akan menangkap Anda, maka se"
bagaimana biasanya, saya tentu akan memberikan
pemberitahuan terlebih dahulu. Saya hanya meminta
Anda untuk menceritakan kegiatan-kegiatan Anda ke"
marin petang. Anda boleh menjawab pertanyaan-per"
tanyaan saya, boleh juga tidak, tergantung keinginan
Anda." "Dan bila saya tidak menjawab, itu pasti akan
memberatkan tuduhan atas diri saya, bukan" Oh, saya
tahu cara-cara kalian menjebak. Jadi Anda sudah tahu
bahwa saya berada di sana kemarin?"
"Anda telah menandatangani nama Anda dalam
daftar tamu penginapan itu, Mr. Pearson."
"Ah, saya rasa tak ada gunanya menyangkal. Saya
memang berada di sana... mengapa tidak."
"Ya, mengapa tidak?" kata Inspektur mengalah.
"Saya pergi ke sana untuk menjumpai paman
saya." "Sudah ada janji?"
"Apa maksud Anda sudah ada janji?"
"Apakah paman Anda tahu, Anda akan datang?"
"Saya... tidak... ia tak tahu. Saya... saya datang atas
dorongan hati yang mendadak."
"Apakah alasan dorongan hati itu?"
"Saya... alasan" Tidak... tak ada, mengapa harus
ada alasan" Saya... saya hanya ingin bertemu dengan
paman saya." "Benar. Lalu bertemukah Anda dengannya?"
110 Bab1-10.indd 111 Keadaan menjadi hening... lama juga keheningan
itu. Seluruh wajah anak muda itu menunjukkan ke"
raguan. Inspektur Narracott merasa kasihan padanya.
Tak bisakah anak muda itu menyadari bahwa ke"
raguan yang tampak jelas itu sama saja artinya dengan
mengakui kenyataan yang ada"
Akhirnya James Pearson menarik napas panjang.
"Sa... saya rasa, sebaiknya saya akui saja semuanya.
Ya... saya bertemu dengan paman saya. Di stasiun,
saya menanyakan jalan ke Sittaford. Orang-orang ber"
kata bahwa saya tak mungkin bisa pergi ke sana.
Jalan ke sana tak bisa dilalui oleh kendaraan apa pun
juga. Saya katakan bahwa saya ada keperluan men"
desak." "Mendesak?" gumam Inspektur.
"Saya... saya perlu sekali bertemu dengan paman
saya." "Kelihatannya memang begitu."
"Pekerja stasiun tetap menggeleng, dan berkata bah"
wa itu tak mungkin. Lalu saya sebutkan nama paman
saya, dan tiba-tiba wajahnya berseri, dan dikatakannya
bahwa Paman sebenarnya sedang tinggal di Exhamp"
ton. Lalu diberikannya petunjuk lengkap untuk me"
nemukan rumah yang disewa Paman."
"Pukul berapa waktu itu?"
"Kalau tak salah, pukul 13.00. Lalu saya pergi ke
penginapan"Three Crowns. Saya memesan kamar,
dan makan siang di sana. Setelah itu, saya... saya
pergi menemui paman saya."
"Segera setelah itu?"
"Tidak... tak langsung."
111 Bab1-10.indd 112 "Pukul berapa?"
"Ya, saya tak bisa mengatakan dengan pasti."
"Pukul 15.30" Pukul 16.00" Atau pukul 16.30?"
"Saya... saya..." Ia makin gugup. "Saya rasa tidak
sesore itu." "Mrs. Belling, pemilik penginapan itu, berkata bah"
wa Anda keluar pukul 16.30."
"Begitukah katanya" Saya rasa... saya rasa ia keliru.
Saya rasa tak mungkin sesore itu."
"Apa yang terjadi kemudian?"
"Saya menemukan rumah paman saya. Saya ber"
bicara dengannya, lalu saya kembali ke penginapan."
"Bagaimana Anda masuk ke rumah paman
Anda?" "Saya menekan bel, dan ia sendiri yang membuka"
kan pintu." "Apakah ia tidak terkejut melihat Anda?"
"Ya... ya... ia agak terkejut."
"Berapa lama Anda berada di sana, Mr. Pearson?"
"Seperempat jam"dua puluh menit. Tapi sungguh
ia baik-baik saja waktu saya meninggalkannya. Ia
sungguh-sungguh tak apa-apa. Saya berani bersum"
pah." "Dan pukul berapa Anda meninggalkannya?"
Anak muda itu menundukkan matanya. Lagi-lagi
terdengar jelas keraguan dalam nada bicaranya, "Saya
tak tahu pasti." "Saya rasa Anda tahu, Mr. Pearson."
Nada yang meyakinkan itu ada juga pengaruhnya.
Dengan suara halus anak muda itu menjawab.
"Pukul 17.15." 112 Bab1-10.indd 113 "Anda kembali ke Three Crowns pukul 17.45.
Padahal Anda hanya memerlukan paling banyak tujuh
atau delapan menit, untuk berjalan dari rumah paman
Anda." "Saya tidak langsung kembali, saya berjalan keliling
kota." "Dalam udara sedingin es itu"dalam hujan
salju!" "Waktu itu salju sedang tidak turun. Kemudian
setelah itu salju baru turun."
"Oh, begitu. Dan bagaimana kira-kira percakapan
Anda dengan paman Anda?"
"Oh! Tidak begitu istimewa. Saya... saya hanya
ingin bercakap-cakap dengan orang tua itu, men"
jenguknya, itu saja."
Ia tak pandai berbohong, pikir Inspektur Narracott.
Aku sendiri rasanya lebih pandai daripada itu.
"Baiklah. Nah, sekarang bolehkah saya bertanya,
mengapa Anda tergesa-gesa meninggalkan Exhampton
setelah Anda mendengar bahwa ia terbunuh, tanpa
menceritakan pada siapa-siapa tentang hubungan ke"
keluargaan Anda dengan orang yang terbunuh itu?"
"Saya ketakutan," sahut pemuda itu berterus te"
rang. "Saya dengar ia dibunuh sekitar waktu saya
meninggalkannya. Itu sudah cukup membuat siapa
pun ketakutan, bukan" Nah, saya juga ketakutan, lalu
saya berangkat dari sana dengan kereta api pertama.
Oh, saya tahu betul, saya bodoh sekali telah berbuat
demikian. Tapi Anda tentu maklum, bagaimana kalau
orang ketakutan dalam keadaan itu."
113 Bab1-10.indd 114

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hanya itukah yang bisa Anda katakan?"
"Ya... ya, hanya itu."
"Kalau begitu, Anda barangkali tidak berkeberatan
ikut saya, supaya kami bisa menuliskan pernyataan
Anda itu. Setelah itu, apa yang tertulis itu akan di"
bacakan pada Anda, lalu Anda harus menandatangani"
nya." "Apakah... apakah benar-benar hanya itu?"
"Saya rasa, Mr. Pearson, mungkin juga kami perlu
menahan Anda sampai selesai pemeriksaan pen"
dahuluan." "Ya, Tuhan," seru James Pearson. "Tak adakah
orang yang bisa membantuku?"
Pada saat itu pintu terbuka, dan seorang wanita
muda memasuki ruangan. Inspektur Narracott yang tajam penglihatannya
langsung bisa menilai bahwa wanita itu adalah wanita
yang luar biasa. Kecantikannya tidak mencolok, tapi
ia memiliki wajah yang menawan dan tidak biasa,
wajah yang bila sekali telah dilihat, takkan dapat di"
lupakan. Pribadinya memancarkan akal sehat, cepat
tanggap, keyakinan diri yang tak bisa ditawar, dan
pesona yang memikat. "Oh! Jim!" serunya. "Ada apa?"
"Hancur semuanya, Emily," kata pemuda itu. "Me"
reka pikir aku yang membunuh pamanku."
"Siapa yang berpikir begitu?" tanya Emily.
Pemuda itu menunjuk tamunya dengan isyarat.
"Ini Inspektur Narracott," katanya, lalu dengan mu"
rung diperkenalkannya, "Miss Emily Trefusis."
"Oh!" kata Emily Trefusis.
114 Bab1-10.indd 115 Dipandanginya Inspektur Narracott dengan mata"
nya yang bulat. "Jim memang bodoh sekali," katanya. "Tapi tak
mungkin ia membunuh orang."
Inspektur tidak berkata apa-apa.
Sambil menoleh pada Jim, ia berkata, "Kurasa kau
telah mengucapkan kata-kata tanpa berpikir. Kalau
kau membaca surat-surat kabar dengan lebih teliti,
Jim, kau akan tahu bahwa kita tak pernah boleh ber"
bicara dengan polisi tanpa didampingi seorang
pengacara yang pandai, yang bisa membela setiap
ucapan kita. Apa yang terjadi sekarang" Apakah Anda
akan menahannya, Inspektur Narracot?"
Inspektur menerangkan dengan jelas dan secara
teknis, apa sebenarnya yang sedang dilakukannya.
"Emily," seru pemuda itu, "kau tentu tak percaya
aku yang melakukannya, bukan" Kau tak pernah akan
percaya, bukan?" "Tidak, Sayang," sahut Emily lembut. "Tentu ti"
dak." Lalu ditambahkannya, "Kau tak punya ke"
beranian untuk melakukan hal itu."
"Rasanya aku tak punya teman di dunia ini," keluh
Jim. "Tentu ada," kata Emily. "Bukankah ada aku" Ber"
gembiralah, Jim. Lihatlah berlian yang berkilau di jari
manis tangan kiriku ini. Tunanganmu yang setia ini
akan tetap mendampingimu. Pergilah ikut Inspektur,
serahkan segala-galanya padaku."
Jim Pearson bangkit, dengan air muka yang masih
tetap bingung. Ia mengambil mantelnya yang tersam"
pir di sandaran kursi, lalu mengenakannya. Inspektur
115 Bab1-10.indd 116 memberikan topinya yang terletak di meja tulis di
dekatnya. Mereka berjalan ke arah pintu, lalu Inspek"
tur berkata sopan, "Selamat malam, Miss Trefusis."
"Sampai bertemu, Inspektur," kata Emily dengan
manis. Seandainya Inspektur mengenal Miss Emily Trefusis
lebih baik, ia akan tahu bahwa dalam tiga patah kata
yang diucapkannya itu terkandung suatu tantangan.
116 Bab11-20.indd 117 EMILY MULAI BERAKSI PEMERIKSAAN pendahuluan terhadap jenazah Kapten
Trevelyan diadakan pada hari Senin pagi. Kalau di"
tinjau dari segi sensasi, peristiwa itu biasa-biasa saja,
karena itu pemeriksaan langsung diundur selama se"
minggu. Banyak sekali orang yang merasa kecewa
gara-gara penundaan itu. Antara hari Sabtu dan Se"
nin, Exhampton mendadak menjadi terkenal. Setelah
mengetahui bahwa keponakan pria yang tewas itu te"
lah ditahan sehubungan dengan pembunuhan ter"
sebut, peristiwa itu mendadak menjadi berita utama
dengan huruf-huruf besar, padahal sebelumnya hanya
merupakan berita beberapa baris di halaman belakang.
Pada hari Senin itu banyak sekali wartawan yang tiba
di Exhampton. Mr. Charles Enderby sekali lagi merasa patut meng"
ucapkan selamat pada dirinya sendiri, karena telah
berhasil menempatkan dirinya pada kedudukan pen"
ting, hanya karena mendapatkan kesempatan yang
117 Bab11-20.indd 118 menguntungkan sehubungan dengan hadiah sayem"
bara sepakbola itu. Wartawan itu telah bertekad untuk terus menempel
Mayor Burnaby, seperti seekor lintah, dengan alasan
bahwa ia harus membuat foto-foto bungalonya, dan
mendapat informasi khusus mengenai penduduk
Sittaford serta hubungan mereka dengan korban pem"
bunuhan itu. Tak luput dari penglihatan Mr. Enderby bahwa
pada waktu makan siang, meja kecil di dekat pintu
ditempati oleh seorang gadis yang sangat menarik.
Mr. Enderby ingin tahu, untuk apa gadis itu berada
di Exhampton. Gadis itu berpakaian bagus, dengan
gaya yang manis dan sopan. Kelihatannya ia bukan
keluarga almarhum, tapi ia juga tak bisa dicap sebagai
seseorang yang hanya iseng dan ingin tahu.
Aku ingin tahu, berapa lama ia tinggal di sini, pi"
kir Mr. Enderby. Sayang sekali aku harus pergi ke
Sittaford petang ini. Yah, memang nasib. Kurasa kita
memang tak bisa mendapatkan segala-galanya.
Tetapi tak lama setelah makan siang, Mr. Enderby
mendapatkan suatu kejutan yang menyenangkan. Ia
sedang berdiri di tangga Three Crowns, memandangi
salju yang meleleh dengan cepat dan menikmati sinar
matahari musim salju yang merupakan garis-garis ca"
haya suram. Tiba-tiba didengarnya suara yang amat
merdu menyapanya. "Maaf... bisakah Anda mengatakan kepada saya,
kalau-kalau ada sesuatu yang pantas dilihat di
Exhampton ini?" 118 Bab11-20.indd 119 Charles Enderby segera memanfaatkan kesempatan
itu. "Kalau tak salah, ada sebuah kastil," katanya.
"Tidak begitu istimewa, tapi pokoknya ada. Kalau
Anda tidak keberatan, izinkan saya menunjukkan ja"
lan ke sana." "Anda baik sekali," kata gadis itu. "Kalau Anda ti"
dak terlalu sibuk..."
Charles Enderby segera menyatakan bahwa ia tidak
terlalu sibuk. Mereka pun pergi bersama-sama.
"Anda Mr. Enderby, benar?" kata gadis itu.
"Benar. Bagaimana Anda tahu?"
"Mrs. Belling yang memberitahukan."
"Oh, begitu." "Nama saya Emily Trefusis. Mr. Enderby, saya se"
benarnya ingin meminta bantuan Anda."
"Membantu Anda?" tanya Enderby. "Oh, tentu
saja... tapi..." "Begini, saya tunangan Jim Pearson."
"Oh!" kata Mr. Enderby, dalam pikirannya muncul
kemungkinan-kemungkinan jurnalistik.
"Dan polisi akan menangkapnya. Saya yakin itu.
Tapi Mr. Enderby, saya yakin bahwa Jim tidak melaku"
kan pembunuhan itu. Saya berada di sini untuk mem"
buktikan bahwa ia tidak melakukannya. Tapi harus
ada seseorang yang bisa membantu saya. Kami tak
bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan seorang pria. Ba"
nyak yang diketahui kaum pria, dan mereka bisa
mendapatkan informasi dengan berbagai cara, yang
boleh dikatakan tak mungkin bagi kaum wanita."
119 Bab11-20.indd 120 "Yah... saya... ya, saya rasa itu benar," kata Mr.
Enderby dengan rasa puas.
"Tadi pagi saya memperhatikan semua wartawan
itu," kata Emily. "Banyak sekali di antaranya yang
wajahnya tidak meyakinkan. Saya memilih Anda ka"
rena Anda tampak paling pandai di antara mereka."
"Wah! Saya rasa itu tak benar," kata Enderby de"
ngan perasaan lebih puas.
"Saya ingin mengusulkan sesuatu," kata Emily
Trefusis, "yaitu semacam kerja sama. Saya rasa hal itu
akan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ada be"
berapa hal yang ingin saya selidiki"yang ingin saya
cari kebenarannya. Dalam hal itulah Anda, sebagai se"
orang wartawan, bisa membantu saya. Saya ingin..."
Emily diam sebentar. Sebenarnya ia ingin menjadi"
kan Mr. Enderby semacam detektif pribadi bagi diri"
nya. Untuk pergi ke tempat yang disuruhnya, untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanya"
kannya, pokoknya untuk menjadi semacam orang su"
ruhan baginya. Tapi ia mengerti bahwa usul itu harus
dinyatakan dengan cara yang menyenangkan dan
memberikan kepuasan. Yang penting, ia sendirilah
yang menjadi bos, tapi hal itu harus diaturnya dengan
bijak. "Saya ingin merasa bahwa saya bisa bergantung
pada Anda," kata Emily.
Emily memiliki suara merdu, renyah, dan memikat.
Waktu ia menyatakan keinginannya yang terakhir itu,
dalam dada Mr. Enderby muncul perasaan bahwa ga"
dis cantik yang tampak tak berdaya itu boleh saja
menggantungkan diri padanya habis-habisan.
120 Bab11-20.indd 121 "Pasti persoalannya mengerikan sekali," kata Mr.
Enderby, lalu diraihnya tangan gadis itu dan diremasremasnya.
"Tapi harus Anda ketahui," lanjutnya dengan sikap
jurnalistiknya, "saya tidak dapat menggunakan waktu
saya dengan bebas. Maksud saya, saya harus pergi ke
mana saya disuruh, begitulah antara lain."
"Ya," kata Emily. "Itu sudah saya pikirkan. Dalam
hal itulah Anda bisa memanfaatkan saya. Bukankah
saya bisa Anda jadikan "bahan berita besar?" Anda bisa
mewawancarai saya setiap hari, Anda boleh menyuruh
saya mengatakan apa saja yang menurut Anda akan
disukai oleh para pembaca Anda, seperti: Tunangan
Jim Pearson. Gadis yang sepenuhnya percaya bahwa tu"
nangannya tidak bersalah. Ia telah menceritakan ke"
nangan masa kecil pria itu. Sebenarnya saya tidak
begitu tahu tentang masa kecil Jim," kata Emily, "tapi
biarlah." "Saya rasa Anda hebat sekali," kata Mr. Enderby.
"Anda sungguh luar biasa."
"Lagi pula," sambung Emily, yang terus mengejar
kemujurannya, "saya tentu bebas mengunjungi sanak
saudara Jim. Saya bisa mengajak Anda mengunjungi
mereka, sebagai teman saya. Kalau tidak dengan cara
begitu, besar sekali kemungkinannya Anda akan di"
tolak." "Saya tahu itu," kata Enderby dengan serius. Ia
ingat beberapa kali pernah mengalami penolakan di
masa lalu. Enderby merasa bahwa kesempatan yang amat baik
telah terbuka lebar baginya. Ia banyak mendapat na"
121 Bab11-20.indd 122 sib baik dalam perkara ini. Mula-mula kesempatan
yang menguntungkan dengan adanya sayembara sepak"
bola, dan sekarang ini. "Saya terima kerja sama ini," katanya bersema"
ngat. "Baiklah," kata Emily, yang lalu menjadi tegas dan
lugas. "Nah, sekarang, apa langkah kita yang per"
tama?" "Saya harus pergi ke Sittaford petang ini."
Diceritakannya keadaan menguntungkan yang me"
nyebabkan hubungannya dengan Mayor Burnaby
menjadi baik. "Sebab," katanya, "harus Anda ketahui,
ia adalah orang yang benci pada wartawan. Di mata"
nya, wartawan adalah racun. Tapi sekarang ia tentu
tak bisa mengusir begitu saja seseorang yang baru me"
nyerahkan cek sebesar lima ribu pound padanya, bu"
kan?" "Tentu tak enak," kata Emily. "Kalau Anda akan
pergi ke Sittaford, saya ikut."
"Bagus," kata Enderby. "Tapi saya tak tahu apakah
ada tempat untuk Anda menginap di sana. Sepanjang
pengetahuan saya, di sana hanya ada Sittaford House
dan beberapa buah bungalo yang dimiliki orang-orang


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti Mayor Burnaby itu."
"Kita pasti bisa menemukan sesuatu," kata Emily.
"Saya selalu bisa menemukan tempat."
Mr. Enderby memercayai pernyataan itu. Emily
memiliki kepribadian yang dengan mudah bisa meng"
atasi semua halangan. Waktu itu mereka telah tiba di kastil yang sudah
rusak itu. Tapi perhatian mereka sudah tidak tertuju
122 Bab11-20.indd 123 pada kastil itu lagi. Mereka duduk saja di atas re"
runtuhan sebuah tembok, di bawah sinar matahari
yang redup. Lalu Emily mulai mengemukakan
gagasan-gagasannya. "Saya meninjau hal ini dengan cara yang logis dan
sama sekali tidak sentimental, Mr. Enderby. Pertamatama Anda harus percaya kepada saya, bahwa Jim ti"
dak melakukan pembunuhan itu. Saya berkata begitu
bukan semata-mata karena saya mencintainya, atau
karena saya yakin akan wataknya yang baik, atau se"
macamnya. Itu semata-mata, yah, pokoknya saya ya"
kin. Soalnya, sejak berumur enam belas tahun, saya
sudah mandiri. Saya tak banyak berhubungan dengan
wanita, dan sedikit sekali yang saya ketahui tentang
mereka. Tapi saya tahu banyak dengan kaum pria.
Dan seorang gadis tidak akan pernah maju bila ia ti"
dak bisa menilai seorang pria dengan tepat, dan tak
tahu bagaimana harus menanganinya. Nyatanya saya
sudah maju. Saya bekerja sebagai peragawati di rumah
mode Lucie, dan sebaiknya saya katakan kepada
Anda, Mr. Enderby, bahwa saya harus berjuang untuk
bisa bekerja di situ. "Nah, seperti saya katakan, saya bisa menilai kaum
pria dengan tepat. Jim memiliki watak lemah dalam
banyak hal," lanjut Emily. Sesaat ia lupa bahwa ia
adalah pengagum pria yang kuat. "Mungkin justru
itulah sebabnya saya menyukainya. Saya merasa saya
bisa mengendalikannya dan menjadikannya sesuatu.
Banyak hal yang saya rasa akan dilakukannya, bila
saya mendorongnya"ya, bahkan melakukan kejahatan
sekalipun"tapi pembunuhan, tidak! Ia pasti tak sang"
123 Bab11-20.indd 124 gup mengangkat sebuah kantong pasir dan meng"
hantamkannya ke tengkuk seorang tua. Ia bisa me"
nembak dengan membabi buta, dengan akibat
mengenai bagian yang salah. Ia... ia adalah makhluk
yang lembut, Mr. Enderby. Ia bahkan tak suka kalau
disuruh membunuh seekor tawon. Ia selalu mencoba
mengusirnya ke luar jendela, dan akibatnya biasanya
malah disengat. Tapi, ah, tak baik saya berbicara
begini terus. Pokoknya percayalah pada saya, dan kita
mulai bekerja atas dasar keyakinan bahwa Jim tak
bersalah." "Apakah menurut Anda ada seseorang yang men"
coba melemparkan kesalahan itu padanya?" tanya
Charles Enderby, dengan sikap khas wartawan.
"Saya rasa tidak juga. Sebab tak ada yang tahu bah"
wa Jim datang ke tempat ini untuk menemui paman"
nya. Kita memang tak tahu pasti. Tapi saya menyim"
pulkan bahwa hal itu hanya suatu kebetulan, nasib
buruknya. Yang harus kita cari adalah seseorang lain
yang punya motif untuk membunuh Kapten
Trevelyan. Polisi yakin betul bahwa ini bukan per"
buatan "orang luar?"maksud saya, bukan suatu pe"
rampokan. Jendela yang terbuka dan rusak itu di"
sengaja." "Apakah polisi menceritakan semua itu pada
Anda?" "Boleh dikatakan begitulah," sahut Emily.
"Apa maksud Anda dengan boleh dikatakan
begitu?" "Sebenarnya pelayan kamar di Three Crowns yang
menceritakannya pada saya. Kakak pelayan itu adalah
124 Bab11-20.indd 125 istri Polisi Graves, jadi ia tahu segala anggapan po"
lisi." "Baiklah," kata Mr. Enderby, "itu bukan perbuatan
orang luar. Jadi perbuatan orang dalam."
"Tepat," kata Emily. "Polisi"dalam hal ini Inspek"
tur Narracott, yang saya rasa adalah orang yang cerdas
sekali"telah mulai menyelidiki untuk menemukan
siapa yang akan mendapatkan keuntungan dengan
meninggalnya Kapten Travelyan. Dalam hal itu, me"
mang Jim yang paling menonjol, dan mereka lalu
merasa tak perlu lagi melanjutkan penyelidikan. Nah,
sekarang itu merupakan tugas kita."
"Wah, pasti akan merupakan sesuatu yang hebat,"
kata Enderby, "bila Anda dan saya sampai bisa me"
nemukan pembunuh yang sebenarnya. Ahli kriminal
harian Daily Wire"begitulah orang akan menamakan
saya. Tapi rasanya terlalu hebat untuk menjadi ke"
nyataan," tambahnya dengan murung. "Hal-hal serupa
itu hanya terjadi dalam buku-buku cerita."
"Omong kosong," kata Emily, "itu bisa terjadi pada
diri saya." "Soalnya Anda hebat sekali," kata Enderby lagi.
Emily mengeluarkan sebuah notes kecil.
"Nah, mari kita tuliskan secara berurutan. Jim sen"
diri, adik-adiknya yang laki-laki dan yang perempuan,
dan bibinya, Jennifer, semua akan mendapat warisan
yang sama besarnya dengan meninggalnya Kapten
Trevelyan. Sylvia, adik perempuan Jim, tentu tak
mungkin, sebab menyakiti seekor lalat pun ia tak
mau. Tapi saya tak suka pada suaminya. Ia seorang
yang jahat dan kotor. Maksud saya, orang kotor yang
125 Bab11-20.indd 126 berselubungkan seni, yang punya hubungan cinta de"
ngan banyak wanita"dan segala macam yang tak
beres. Besar kemungkinan ia mengalami kesulitan ke"
uangan. Uang yang akan mereka terima memang mi"
lik Sylvia, tapi ia tak peduli. Ia akan segera meminta"
nya dari Sylvia." "Kedengarannya ia orang yang sangat tidak me"
nyenangkan," kata Enderby.
"Oh, ya. Ia memang tampan dan sok gagah. Para
wanita suka bicara soal seks dengannya di sudut-sudut
ruangan. Tapi kaum pria sejati membencinya."
"Nah, kalau begitu, ia adalah tersangka nomor
satu," kata Mr. Enderby, yang juga menulis dalam
notesnya. "Selidiki gerak-geriknya pada hari Jumat.
Ini tak sulit dilakukan, dengan berkedok sebagai war"
tawan yang ingin mewawancarai seorang novelis
populer yang ada hubungannya dengan kejahatan
yang telah terjadi. Bagaimana?"
"Bagus sekali," kata Emily. "Lalu ada pula Brian,
adik Jim. Ia sebenarnya ada di Australia, tapi bisa saja
ia kembali dengan diam-diam. Maksud saya, kadangkadang orang melakukan sesuatu tanpa memberi"
tahu." "Kita bisa mengirim telegram padanya."
"Ya, benar. Saya rasa Aunt Jennifer bisa kita singkir"
kan dari kemungkinan itu. Sepanjang pendengaran
saya, ia orang yang baik sekali. Ia memiliki karakter.
Tapi, bagaimanapun juga, tempat tinggalnya tidak
terlalu jauh. Ia tinggal di Exeter. Mungkin saja ia da"
tang untuk menjumpai adiknya itu, dan Kapten
Trevelyan mungkin telah mengatakan sesuatu yang ja"
126 Bab11-20.indd 127 hat mengenai suaminya yang amat dipujanya, dan
mungkin saja ia menjadi kalap, lalu mengangkat kan"
tong pasir itu dan menghantamkannya pada adik"
nya." "Begitukah menurut Anda?" Mr. Enderby agak ku"
rang percaya. "Tidak juga. Tapi, mana kita tahu" Lalu, jangan
lupa pelayan itu. Ia memang hanya akan mendapatkan
seratus pound berdasarkan surat wasiat itu, dan ke"
lihatannya dia orang baik-baik. Tapi sekali lagi, kita
tak bisa yakin. Istrinya adalah keponakan Mrs.
Belling. Mrs. Belling pemilik Three Crowns itu. Saya
rasa, saya perlu menangis dalam pelukannya, mengadu"
kan kesedihan saya, sekembalinya saya dari sini. Ke"
lihatannya ia seorang wanita yang keibuan dan ro"
mantis. Saya rasa, ia akan merasa kasihan sekali pada
saya, karena tunangan saya mungkin akan masuk pen"
jara, dan mungkin tanpa sengaja ia lalu akan me"
ngatakan sesuatu yang berguna. Kemudian, ada pula
Sittaford House. Tahukah Anda apa yang saya anggap
aneh dengan rumah itu?"
"Tidak. Apa itu?"
"Orang-orang itu. Mrs. Willett dan putrinya. Me"
reka menyewa rumah Kapten Trevelyan lengkap de"
ngan perabotannya di tengah-tengah musim salju.
Sungguh suatu perbuatan yang aneh."
"Ya, memang aneh," Mr. Enderby membenarkan.
"Mungkin pada dasarnya ada sesuatu"sesuatu yang
mungkin ada hubungannya dengan masa lalu Kapten
Trevelyan. "Peristiwa yang berhubungan dengan roh orang
127 Bab11-20.indd 128 yang sudah meninggal itu juga aneh," tambahnya.
"Saya rasa, saya akan menulis tentang hal itu dalam
surat kabar saya. Akan saya minta pendapat Sir Oliver
Lodge dan Sir Arthur Conan Doyle, juga pendapat
beberapa aktris serta masyarakat tentang hal itu."
"Peristiwa dengan roh" Peristiwa apa?"
Maka Mr. Enderby pun menceritakan kembali
peristiwa itu dengan penuh semangat. Tak ada satu
pun yang berhubungan dengan pembunuhan itu,
yang belum didengarnya. "Aneh, bukan?" akhirnya ia berkata. "Maksud saya,
kita jadi berpikir, mungkin ada sesuatu dalam peris"
tiwa itu. Baru sekaranglah saya benar-benar ber"
hadapan dengan sesuatu yang begitu nyata."
Emily agak bergidik. "Saya benci hal-hal yang ber"
sifat gaib," katanya. "Tapi kali ini saya sependapat
dengan yang Anda katakan, bahwa kelihatannya me"
mang ada sesuatu dalam kegiatan itu. Tapi alangkah...
alangkah mengerikan!"
"Peristiwa yang berhubungan dengan roh itu bukan
hal yang praktis, bukan" Bila roh itu bisa datang dan
berkata bahwa Kapten Trevelyan meninggal, mengapa
ia tidak sekalian mengatakan siapa yang telah mem"
bunuhnya" Dengan demikian, masalahnya jadi lebih
sederhana, bukan?" "Saya rasa ada petunjuk di Sittaford," kata Emily
sambil merenung. "Ya, saya rasa kita harus menyelidiki ke sana de"
ngan cermat," kata Enderby. "Saya telah menyewa se"
buah mobil, dan kira-kira setengah jam lagi saya akan
berangkat ke sana. Sebaiknya Anda ikut saya."
128 Bab11-20.indd 129 "Baiklah," sahut Emily. "Bagaimana dengan Mayor
Burnaby?" "Ia akan berjalan kaki ke sana," kata Enderby. "Se"
gera setelah pemeriksaan pendahuluan, ia berangkat.
Saya rasa ia tak ingin pergi bersama saya ke sana. Tak
ada orang yang suka berjalan kaki melalui salju se"
tebal ini." "Apakah mobil itu akan bisa lewat?"
"Oh, bisa! Memang baru hari inilah mobil bisa le"
wat." "Yah," kata Emily sambil bangkit. "Sudah waktunya
kita kembali ke Three Crowns. Saya akan mengepak
koper saya, dan akan menangis sedikit dalam pelukan
Mrs. Belling." "Tak usah khawatir," kata Mr. Enderby asal bicara.
"Serahkan segala-galanya pada saya."
"Saya memang akan menyerahkan segala-galanya
pada Anda," kata Emily tanpa merasa yakin. "Rasanya
menyenangkan sekali kalau ada seseorang yang benarbenar bisa diandalkan."
Emily Trefusis benar-benar seorang wanita muda
yang pandai. 129 Bab11-20.indd 130 XII PENAHANAN WAKTU Emily tiba kembali di Three Crowns, ia ber"
untung karena langsung bertemu dengan Mrs. Belling,
yang kebetulan sedang berdiri di lorong rumah.
"Oh, Mrs. Belling," serunya. "Saya akan pergi pe"
tang ini." "Begitukah, Miss" Apakah naik kereta api pukul
16.10 ke Exeter, Miss?"
"Tidak, saya akan pergi ke Sittaford."
"Ke Sittaford?"
Air muka Mrs. Belling jelas menampakkan rasa
ingin tahu. "Ya, dan saya ingin bertanya pada Anda, apakah
Anda tahu di mana saya bisa menginap di sana?"
"Anda akan menginap di sana?"
Rasa ingin tahunya makin bertambah.
"Ya, begitulah... Oh, Mrs. Belling, adakah tempat
saya bisa berbicara empat mata dengan Anda?"
130 Bab11-20.indd 131

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan sigap Mrs. Belling berjalan mendahului ke
tempat tinggal pribadinya. Sebuah kamar yang nya"
man, dengan api yang sedang menyala besar.
"Anda tidak akan menceritakannya pada siapasiapa, bukan?" Emily memulai. Ia tahu betul bahwa
pembukaan seperti itu pasti akan menimbulkan per"
hatian dan rasa simpati. "Sungguh, Miss, saya tidak akan menceritakannya,"
kata Mrs. Belling. Matanya gelap, berkilat, karena
besarnya perhatiannya. "Begini. Apakah Anda tahu Mr. Pearson?"
"Pemuda yang menginap di sini pada hari Jumat
yang lalu itu" Dan yang kemudian ditahan polisi?"
"Ditahan" Maksud Anda benar-benar ditahan?"
"Benar, Miss. Belum sampai setengah jam yang
lalu." Emily menjadi pucat sekali.
"Apakah... apakah Anda yakin?"
"Oh! Ya, Miss. Pelayan kami, si Amy, mendengar
berita itu dari Pak Sersan."
"Mengerikan sekali!" kata Emily. Ia sudah tahu hal
itu akan terjadi, namun ia tetap saja terkejut. "Begini,
Mrs. Belling, saya... saya sudah bertunangan dengan"
nya. Dan saya yakin ia tidak melakukannya, dan...
aduh, semuanya mengerikan sekali!"
Lalu Emily mulai menangis. Sewaktu bersama
Charles Enderby tadi, ia sudah mengatakan niatnya
untuk menangis, tapi yang mengherankan, betapa
mudahnya air matanya keluar kini. Menangis dengan
sengaja itu tak mudah. Tapi air matanya yang keluar
kali ini terasa sungguhan sekali, sehingga ia merasa
131 Bab11-20.indd 132 takut. Ia tak boleh terlalu banyak membuka rahasia.
Dengan membuka rahasia, ia sama sekali tidak akan
membantu Jim. Dalam urusan ini, sifat-sifat yang di"
perlukan adalah ketegasan, kemampuan untuk ber"
pikir secara logis, dan cepat tanggap. Menangis dan
cengeng tak akan pernah bisa membantu siapa pun
juga. Namun, melampiaskan isi hati dengan tangisan te"
tap saja melegakan. Bagaimanapun juga, ia memang
sudah berniat untuk menangis. Menangis sungguh
merupakan jaminan yang tak dapat dibantah untuk
mendapatkan simpati dan bantuan dari Mrs. Belling.
Jadi lebih baik menangis sungguh-sungguh. Dengan
menangis sepuas-puasnya, semua kesulitan, kebim"
bangan, dan rasa takutnya akan tersalur dan hilang.
"Sudah, sudahlah, Nak, jangan terlalu sedih," bujuk
Mrs. Belling. Dirangkulnya pundak Emily dengan lengannya
yang besar dengan sikap keibuan, dan ditepuk-tepuk"
nya gadis itu untuk menghiburnya.
"Sejak semula sudah saya katakan bahwa pemuda
itu bukan pelakunya. Ia seorang pemuda yang baik
sekali. Dasar orang-orang bodoh, polisi itu. Tadi juga
saya katakan begitu. Lebih masuk akal kalau pelaku"
nya seorang gelandangan pencuri. Sudahlah, jangan
sedih, Nak. Semuanya akan beres, lihat saja nanti."
"Saya cinta sekali padanya," ratap Emily.
Jim tersayang, Jim yang baik, yang manis, kekanakkanakan, yang tak berdaya, dan tak praktis. Ia me"
mang selalu melakukan segala-galanya pada tempat
dan waktu yang salah. Bagaimana ia bisa bertahan
132 Bab11-20.indd 133 menghadapi Inspektur Narracott yang tegar dan tegas
itu" "Kita harus menyelamatkannya," katanya lagi di
sela-sela tangisnya. "Tentu. Tentu kita akan menyelamatkannya," kata
Mrs. Belling menghibur. Emily menyeka air matanya kuat-kuat, menyusut
hidungnya untuk terakhir kali, menelan air ludahnya,
lalu mengangkat kepalanya dan bertanya keras, "Di
mana saya bisa menginap di Sittaford?"
"Di Sittaford" Anda masih tetap akan pergi ke
sana?" "Ya." Emily mengangguk kuat-kuat.
"Yaah." Mrs. Belling merenungkan hal itu. "Hanya
ada satu tempat Anda bisa menginap, sebab di Sitta"
ford itu tak banyak rumah. Ada rumah besar, Sittaford
House, yang dibangun oleh Kapten Trevelyan dan
yang sekarang disewa oleh seorang wanita dari Afrika
Selatan. Ada pula enam bungalo yang dibangunnya,
dan bungalo nomor lima ditempati oleh Curtis, yang
pernah menjadi tukang kebun di Sittaford House, ber"
sama istrinya. Mereka menyewakan kamar-kamar pada
musim panas. Mereka telah mendapat izin dari Kapten
untuk melakukan hal itu. Tak ada tempat lain lagi
untuk Anda bisa menginap. Ada rumah pandai besi
dan kantor pos. Tapi Mary Hibbart"istri pegawai
kantor pos itu"anaknya enam orang, dan adik ipar"
nya tinggal dengannya. Sedang istri pandai besi seka"
rang sedang mengandung anak kedelapan, hingga tak"
kan ada tempat terluang di rumahnya. Omong-omong,
akan naik apa Anda ke Sittaford, Miss" Apakah Anda
menyewa mobil?" 133 Bab11-20.indd 134 "Saya akan menumpang mobil yang disewa Mr.
Enderby." "Oh, lalu di mana ia akan menginap?"
"Saya rasa ia juga harus menginap di rumah ke"
luarga Curtis itu. Apakah cukup tempat di rumahnya
untuk kami berdua?" "Saya rasa itu akan kelihatan kurang baik bagi se"
orang wanita muda seperti Anda," kata Mrs. Belling.
"Ia sepupu saya," kata Emily.
Ia merasa bahwa soal-soal yang berhubungan de"
ngan kesusilaan dalam pikiran Mrs. Belling, tak boleh
sampai menghambat pekerjaannya.
Kerut di wajah pemilik penginapan itu lenyap.
"Yah, kalau begitu tak apalah," katanya menyetujui
dengan enggan, "dan bila Anda merasa kurang nya"
man di rumah keluarga Curtis, orang-orang di rumah
besar pasti mau menampung Anda."
"Maafkan saya, saya telah berkelakuan seperti orang
bodoh," kata Emily, ambil menyeka matanya sekali
lagi. "Itu wajar, Nak. Dengan begitu, Anda pasti merasa
lebih lega." "Memang begitu," kata Emily sejujurnya. "Saya
merasa jauh lebih baik."
"Menangis sepuas-puasnya, dan secangkir teh yang
enak"tak ada yang bisa mengalahkan dua hal itu.
Omong-omong, Anda akan segera mendapatkan teh
yang enak, Nak, sebelum Anda berangkat dan menem"
puh perjalanan di udara dingin itu."
"Oh, terima kasih. Tapi saya rasa, saya tak
ingin..." 134 Bab11-20.indd 135 "Saya tak peduli apa yang Anda inginkan. Anda
harus mendapat secangkir teh," kata Mrs. Belling,
sambil bangkit dengan penuh keyakinan dan pergi ke
arah pintu. "Dan sampaikan pesan saya pada Amelia
Curtis bahwa ia harus mengurus Anda baik-baik, men"
jaga supaya Anda mendapatkan makanan yang baik,
dan berusaha agar Anda tak bersedih hati."
"Anda benar-benar baik," kata Emily.
"Dan sementara itu, saya akan membuka mata dan
telinga saya di sini," kata Mrs. Belling. Dengan segala
senang hati ia melibatkan diri dalam urusan yang ro"
mantis itu. "Banyak hal kecil yang saya dengar, yang
tak sampai kepada polisi. Dan apa pun yang saya de"
ngar, akan saya teruskan pada Anda, Miss."
"Benarkah Anda mau melakukan itu?"
"Sungguh, jangan khawatir, anakku. Kita akan ber"
hasil melepaskan tunangan Anda dari kesulitannya
dalam waktu singkat."
"Saya harus pergi berkemas," kata Emily sambil
bangkit. "Saya akan suruh seseorang mengantarkan teh ke
kamar Anda di atas," kata Mrs. Belling.
Emily naik ke lantai atas. Ia mengepak beberapa
potong pakaian ke dalam koper, lalu dibasahinya
matanya dengan air dingin, dan dibubuhi bedak ba"
nyak-banyak. Kau benar-benar telah membuat dirimu jelek, kata"
nya pada dirinya di cermin. Ditambahkannya lagi
bedak dan pemerah pipi. Aneh, kata Emily sendiri, aku merasa lebih baik
berkat make up ini. 135 Bab11-20.indd 136 Ia membunyikan bel. Pelayan kamar (ipar Polisi
Graves) yang ramah segera datang. Emily memberinya
tip satu pound, lalu memintanya dengan bersungguhsungguh agar menyampaikan setiap informasi yang
diperolehnya secara tak langsung dari kalangan kepo"
lisian. Pelayan itu segera menyanggupi.
"Ke rumah Mrs. Curtis di Sittaford" Baiklah, Miss.
Akan saya usahakan sebaik-baiknya. Kami semua ka"
sihan kepada Anda, Miss, lebih daripada yang bisa
saya katakan. Saya selalu berkata pada diri saya sen"
diri, "Bayangkan saja hal itu terjadi atas dirimu dan
Fred." Saya akan kacau sekali"pasti. Hal sekecil apa
pun yang saya dengar, akan saya sampaikan pada
Anda, Miss." "Kau sebaik bidadari," kata Emily.
"Peristiwa itu sama benar dengan cerita buku yang
saya beli di toko Woolworth beberapa hari yang lalu.
Judulnya The Syringa Murders. Dan tahukah Anda apa
yang membuat mereka berhasil menemukan pem"
bunuh yang sebenarnya, Miss" Hanya sepotong lak.
Tunangan Anda tampan sekali ya, Miss" Berbeda se"
kali dengan fotonya di surat-surat kabar. Saya akan
membantu sebisa saya, Miss, untuk Anda dan dia."
Maka berangkatlah Emily dari Three Crowns, se"
bagai pusat perhatiannya, setelah lebih dahulu me"
neguk teh yang diberikan oleh Mrs. Belling.
"Omong-omong," kata Emily pada Enderby waktu
mobil Ford tua itu terlonjak maju, "Anda harus meng"
aku sebagai sepupu saya. Jangan lupa itu."
"Mengapa?" "Pikiran orang-orang di pedesaan masih murni se"
136 Bab11-20.indd 137 kali," kata Emily. "Jadi saya pikir itu akan lebih
baik." "Bagus. Oleh karena itu," kata Mr. Enderby me"
manfaatkan kesempatan, "sebaiknya aku menyebutmu
Emily saja." "Baiklah, Kakak Sepupu, siapa namamu?"
"Charles." "Baiklah, Charles."
Mobil pun meluncur terus di jalan menuju Sitta"
ford. 137 Bab11-20.indd 138 XIII SITTAFORD EMILY agak terpesona waktu pertama kali melihat
Sittaford. Setelah membelok dari jalan raya, kira-kira
tiga kilometer dari Exhampton, mereka terus mendaki
melalui jalan kasar di daerah padang rumput. Akhir"
nya mereka tiba di suatu desa yang terletak tepat di
tepi padang rumput itu. Di desa tersebut terdapat
sebuah bengkel pandai besi dan sebuah kantor pos
yang merangkap toko kue. Dari situ mereka melalui
sebuah jalan sempit, lalu tiba di suatu deretan bu"
ngalo kecil-kecil yang tampak baru dibangun dari
batu granit. Setiba di bungalo yang kedua, mobil ber"
henti, dan pengemudi memberitahukan bahwa itu
adalah rumah keluarga Curtis.
Mrs. Curtis adalah seorang wanita bertubuh kecil,
kurus, tapi penuh energi, dan bersifat tegas. Rambut"
nya berwarna abu-abu. Ia sedang dipenuhi oleh berita
tentang pembunuhan yang baru saja menyebar ke
Sittaford pagi itu. 138 Bab11-20.indd 139 "Ya, tentu saya bisa menampung Anda, Miss. Juga
sepupu Anda, asal ia mau menunggu saya memindah"
kan beberapa potong pakaian. Anda tidak keberatan
makan bersama kami, bukan" Ah, siapa yang me"
nyangka! Kapaten Trevelyan terbunuh, dan sampai
ada pemeriksaan pendahuluan segala! Kami benarbenar terputus dari dunia luar, sejak hari Jumat pagi.
Waktu tadi pagi berita itu kami dengar, saya terkejut
sekali. "Kapten sudah meninggal," kata saya pada
suami saya, "itu suatu bukti betapa jahatnya dunia di
zaman sekarang ini." Ah, saya jadi menahan Anda de"
ngan bercakap-cakap di sini, Miss. Mari masuk, dan
sepupu Anda juga. Saya sedang masak air, sebentar
lagi Anda akan segera mendapat secangkir teh. Anda
pasti letih sekali dalam perjalanan itu. Tapi hari ini
memang lebih hangat daripada beberapa hari yang
lalu. Waktu itu tinggi salju di daerah ini mencapai
dua setengah sampai tiga meter."
Sambil bercakap-cakap, Emily dan Charles Enderby
diajak masuk melihat-lihat kamar-kamar mereka.
Emily mendapatkan sebuah kamar kecil yang
berbentuk segi empat. Kamar itu bersih dan apik se"


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali, dan dari jendela kamarnya ia dapat melihat ke
arah atas, ke lereng bukit Sittaford Beacon. Kamar
Charles kecil sekali, menghadap ke bagian depan ru"
mah dan ke jalan sempit di depannya. Di situ ter"
dapat sebuah tempat tidur, sebuah lemari berlaci-laci
yang amat kecil, dan sebuah wastafel.
Pengemudi mobil sewaan telah meletakkan koper"
nya di atas tempat tidur. Charles membayar sewa
mobil itu, dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
139 Bab11-20.indd 140 Lalu katanya, "Yang penting, kita sudah tiba di sini.
Aku berani taruhan bahwa dalam seperempat jam ini,
kita akan tahu segala-galanya, juga tentang semua
orang yang tinggal di Sittaford ini."
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah duduk di
lantai bawah, di dapur yang nyaman. Mereka diper"
kenalkan pada Mr. Curtis, seorang pria tua yang su"
dah beruban dan kelihatan agak kasar. Mereka di"
suguhi teh kental, roti berlapis mentega, krim dari
Devonshire, dan telur rebus. Mereka mendengarkan
sambil makan dan minum. Dalam waktu setengah
jam mereka sudah tahu apa yang perlu diketahui ten"
tang para penghuni desa kecil itu.
Pertama-tama adalah seorang yang bernama Miss
Percehouse, yang tinggal di bungalo No. 4. Ia seorang
perawan tua, dan bersifat pemarah. Menurut Mrs.
Curtis, ia datang kira-kira enam tahun yang lalu ke
sini, untuk menetap, dan ingin meninggal di sini.
"Tapi, percaya atau tidak, Miss, udara Sittaford ini
begitu bagus, hingga sejak ia datang ia malah ber"
tambah sehat. Udara di sini murni sekali untuk paruparu.
"Miss Percehouse punya seorang keponakan lakilaki yang kadang-kadang datang mengunjunginya,"
lanjutnya, "dan sekarang pemuda itu bahkan tinggal
bersamanya. Ia menjaga agar uang bibinya itu tidak
sampai diwariskan ke luar keluarganya. Keadaan da"
lam musim seperti ini sebenarnya membosankan se"
kali bagi seorang anak muda. Tapi banyak jalan untuk
menghibur diri, bukan" Apalagi kedatangannya telah
menguntungkan bagi gadis yang tinggal di Sittaford
140 Bab11-20.indd 141 House itu. Kasihan gadis itu. Saya tak mengerti,
mengapa ibunya membawanya ke rumah besar yang
seperti pengasingan itu dalam musim salju begini.
Memang ada ibu yang hanya memikirkan kepentingan
dirinya sendiri. Gadis itu cantik sekali. Dan Mr.
Ronald Garfield berusaha untuk pergi ke rumah itu
sesering mungkin, tanpa mengabaikan bibinya, Miss
Percehouse, tentunya."
Charles Enderby dan Emily berpandangan. Charles
teringat bahwa Ronald Garfield telah disebut sebagai
salah seorang yang hadir pada permainan meja ber"
goyang itu. "Bungalo yang di sebelah rumah ini adalah No. 6,"
lanjut Mrs. Curtis, "baru saja ditempati oleh seorang
pria bernama Duke. Sulit kita menyebutnya sebagai
pria baik-baik, meskipun kita tak tahu betul. Memang
tak ada orang yang mengeluh tentang dia, soalnya
orang-orang sekarang tidak begitu saling memperhati"
kan seperti dulu. Ia dikucilkan orang. Ia seorang pria
pemalu. Melihat penampilannya, mungkin ia mantan
anggota tentara. Tidak seperti Mayor Burnaby. Kita
akan segera tahu bahwa ia seorang mantan tentara,
begitu kita melihatnya. "Bungalo No. 3 ditempati oleh Mr. Rycroft, se"
orang pria tua bertubuh kecil. Kata orang, dulu ia
bekerja sebagai pencari burung di daerah-daerah di
luar negeri untuk Museum Inggris. Ia seorang pen"
cinta alam. Ia selalu keluar dan berkelana di padang
rumput itu bila cuaca mengizinkan. Dan ia memiliki
koleksi buku-buku yang baik. Bungalo itu boleh di"
katakan penuh dengan rak buku.
141 Bab11-20.indd 142 "Bungalo No. 2 dimiliki oleh seorang pria lumpuh,
bernama Kapten Wyatt, dengan pelayannya, orang
India. Kasihan pria itu, ia selalu sangat terganggu
oleh cuaca dingin ini. Maksud saya pelayan India itu,
bukan Pak Kapten. Tak mengherankan, karena ia ber"
asal dari negeri asing yang panas. Anda pasti akan
ketakutan bila masuk rumah itu, karena hebatnya ia
memanaskan rumah itu. Rasanya seperti berada di
dalam oven. "Bungalo No. 1 milik Mayor Burnaby. Ia tinggal
seorang diri. Setiap hari, pagi-pagi benar, saya pergi
ke sana untuk membereskan rumahnya. Ia seorang
pria yang amat rapi dan cerewet. Persahabatannya de"
ngan Kapten Trevelyan bagaikan kuku dan daging.
Sudah lama sekali mereka bersahabat. Dan keduanya
memiliki kepala-kepala hewan dari luar negeri, yang
mereka gantungkan pada dinding-dinding rumah me"
reka. "Mengenai Mrs. Willett dan Miss Willett, tak se"
orang pun tahu tentang kehidupan mereka. Mereka
banyak uang. Amos Parker di Exhampton, yang meng"
urus keuangan mereka, bercerita kepada saya bahwa
pengeluaran mereka setiap minggu lebih dari delapan
atau sembilan pound. Rasanya tak percaya kita, betapa
banyaknya telur yang dibawa ke rumah itu. Mereka
membawa pelayan-pelayan dari Exeter. Semula mereka
itu mau ikut, tapi kemudian mereka tak kerasan dan
ingin pulang. Saya sama sekali tak menyalahkan me"
reka. Padahal Mrs. Willett mengizinkan mereka pergi
ke Exhampton naik mobil pribadinya, dan hidup ber"
samanya menyenangkan sekali. Tapi saya pikir, me"
142 Bab11-20.indd 143 mang aneh sekali, mengapa mereka mau membenam"
kan diri di tempat seperti ini, padahal Mrs. Willett
seorang wanita yang begitu terkemuka. Ah, saya harus
membenahi bekas minuman teh ini."
Mrs. Curtis menarik napas panjang. Charles dan
Emily pun menarik napas lega. Arus informasi yang
begitu deras dan tanpa hambatan hampir meneng"
gelamkan mereka. Charles masih memberanikan diri untuk bertanya.
"Apakah Mayor Burnaby sudah kembali?" tanya"
nya. Mrs. Curtis berhenti mendadak dengan nampan di
tangannya. "Ya, sudah. Ia datang dengan berjalan kaki
seperti biasanya, kira-kira setengah jam sebelum Anda
tiba. "Wah, Sir," kata saya, "Anda kan tak pernah
berjalan kaki dari Exhampton?" Dan ia menyahut de"
ngan nada keras, "Mengapa tidak" Kalau manusia pu"
nya dua kaki, ia tidak memerlukan empat roda. Perlu
Anda ketahui, Mrs. Curtis, bahwa saya melakukan ini
setiap minggu." "Oh, ya, memang benar, Sir, tapi se"
karang ini kan lain. Dengan adanya shock tentang
pembunuhan dan pemeriksaan pendahuluan itu, hebat
sekali Anda masih punya kekuatan untuk berjalan se"
jauh itu." Namun ia hanya menggeram dan berjalan
terus. Tapi ia memang kelihatan kurang sehat. Ajaib,
ia bisa melewatkan Jumat malam itu dengan begitu
baik. Pada umur sekian, sikapnya itu saya namakan
nekat. Berjalan kaki sejauh empat setengah kilometer
dalam badai salju seperti itu! Saya tak tahu bagaimana
pendapat Anda, tapi menurut saya, kaum muda za"
man sekarang tak ada artinya dibandingkan dengan
143 Bab11-20.indd 144 yang tua-tua. Mr. Roland Garfield itu umpamanya,
tidak akan pernah bisa melakukannya. Begitulah pen"
dapat saya. Selain itu, Mrs. Hibbert di kantor pos
dan Mr. Pound, pandai besi, juga berpendapat bahwa
Mr. Garfield sebenarnya tak boleh membiarkannya
pergi seorang diri seperti itu. Seharusnya ia pergi me"
nyertai orang tua itu. Seandainya Mayor sampai hi"
lang dalam badai salju, semua orang pasti akan me"
nyalahkan Mr. Garfield. Itu jelas."
Lalu ia menghilang ke dapur kecilnya di tengahtengah denting alat-alat minum yang bersentuhan.
Sambil merenung, Mr. Curtis memindahkan pipa"
nya yang tua dari sisi kanan mulutnya ke sisi kiri.
"Perempuan," katanya, "banyak sekali cakapnya."
Ia diam sebentar, lalu bergumam lagi.
"Padahal sering kali mereka tak tahu kebenaran
dari kata-katanya itu."
Emily dan Charles mendengarkan ucapannya tanpa
berkomentar. Tapi setelah ia tak berkata apa-apa lagi
Charles bergumam membenarkan.
"Ya! Itu memang benar"benar sekali."
"Ah!" kata Mr. Curtis, lalu tenggelam dalam ke"
heningan yang menyenangkan dalam renungannya.
Charles bangkit. "Sebaiknya aku pergi menemui
Pak Tua Burnaby," katanya, "untuk memberitahunya
bahwa besok pagi akan datang serombongan juru
foto." "Aku ikut," kata Emily. "Aku ingin tahu bagaimana
pendapatnya mengenai Jim, dan bagaimana pikirannya
mengenai kejahatan secara umum."
144 Bab11-20.indd 145 "Apakah kau punya sepatu lars karet" Jalanan basah
sekali." "Aku sudah membeli sepatu merek Wellington di
Exhampton," sahut Emily.
"Kau memang gadis yang praktis. Segala-galanya
kaupikirkan." "Sayangnya, itu tak banyak membantu kita me"
nemukan siapa yang telah melakukan pembunuhan
itu," kata Emily. "Sebaliknya, itu mungkin bisa mem"
bantu orang untuk melakukan suatu pembunuhan,"
tambahnya sambil merenung.
"Wah, jangan bunuh aku," kata Mr. Enderby
Mereka keluar bersama-sama. Mrs. Curtis cepatcepat keluar dari dapur.
"Mereka pergi ke rumah Pak Mayor," kata Mr.
Curtis. "Oh!" kata Mrs. Curtis. "Nah, bagaimana pendapat"
mu" Apakah mereka itu pacaran atau tidak" Menikah
antarsepupu itu banyak keburukannya. Kata orang
anak-anaknya bisa lahir bisu-tuli, atau kurang waras,
atau cacat-cacat lainnya. Pemuda itu sayang pada ga"
dis itu, itu mudah sekali kita lihat. Sedangkan gadis
itu seorang pemikir, seperti anak saudara perempuan
nenekku, Belinda. Ia bisa mengendalikan kaum pria.
Aku ingin tahu apa sebenarnya yang dicarinya. Tahu"
kah kau apa yang kupikirkan, Curtis?"
Mr. Curtis hanya mendeham.
"Kurasa, pemuda yang ditahan polisi sehubungan
dengan pembunuhan itulah kekasih gadis itu. Dan ia
datang kemari untuk mengadakan penyelidikan, dan
berusaha untuk menemukan sesuatu. Dan camkan
145 Bab11-20.indd 146 kata-kataku ini," kata Mrs. Curtis, sambil sibuk de"
ngan barang-barang porselennya, "kalaupun ada yang
bisa ditemukan, gadis itulah yang akan menemukan"
nya!" 146 Bab11-20.indd 147 XIV MRS. WILLETT DAN PUTRINYA
PADA saat Charles dan Emily berangkat untuk me"
ngunjungi Mayor Burnaby, Inspektur Narracott sedang
duduk di ruang tamu utama di Sittaford House, men"
coba merumuskan kesannya tentang Mrs. Willett.
Ia tak bisa datang lebih cepat untuk mewawancarai"
nya, karena jalan-jalan tak dapat dilewati. Baru pagi
ini ia bisa ke sana. Boleh dikatakan ia tak tahu apaapa tentang apa dan siapa yang sedang dihadapinya.
Yang jelas, ia sama sekali tak mengira akan meng"
hadapinya sekarang. Mrs. Willett yang menguasai ke"
adaan, bukan dirinya. Wanita itu memasuki ruang tamu dengan gerak
cepat, lugas, dan efisien. Ia adalah seorang wanita ber"
tubuh tinggi, berwajah tirus, dan bermata tajam. Ia
mengenakan setelan jumper dari sutera rajutan yang
agak mencolok, dan agak kurang pantas dipakai di
daerah pedesaan. Kaus kakinya dari sutra halus yang
mahal, sepatunya bertumit tinggi dari kulit perlak.
147 Bab11-20.indd 148 Jemarinya dihiasi beberapa bentuk cincin mahal, dan
ia mengenakan perhiasan dari mutiara tiruan yang
bagus dan mahal. "Inspektur Narracott?" kata Mrs. Willett. "Wajar
sekali kalau Anda ingin datang ke rumah ini. Sung"
guh suatu tragedi yang amat mengejutkan! Saya
hampir-hampir tak bisa percaya. Baru pagi ini kami
mendengar tentang kejadian itu. Kami terkejut sekali.
Silakan duduk, Inspektur. Ini putri saya, Violet."
Inspektur hampir tak melihat gadis yang menyusul
ibunya masuk, padahal gadis itu cantik, bertubuh
jangkung, berambut pirang, dan matanya besar dan
biru. Mrs. Willett sendiri duduk.
"Adakah sesuatu yang bisa saya bantu, Inspektur"
Sedikit sekali yang saya ketahui tentang Kapten
Trevelyan yang malang itu, tapi kalau menurut Anda
ada yang bisa..." Perlahan-lahan Inspektur berkata,


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih, Madam. Kita tentu tak tahu, apa
yang mungkin berguna, apa yang tidak."
"Saya mengerti. Mungkinkah ada sesuatu di rumah
ini yang bisa memberikan kejelasan pada kejadian
yang menyedihkan ini" Tapi saya meragukan hal itu.
Sebab Kapten Trevelyan telah mengangkut semua mi"
lik pribadinya. Ia bahkan takut saya mengganggu
alat-alat pancingnya. Kasihan orang baik itu."
Ia tertawa kecil. "Apakah Anda tak kenal padanya?"
"Maksud Anda, sebelum saya menyewa rumah ini"
Oh, tidak. Sejak saya tinggal di sini, beberapa kali
148 Bab11-20.indd 149 saya mengundangnya kemari, tapi ia selalu menolak.
Agaknya ia pemalu sekali. Saya mengenal banyak lakilaki seperti itu. Mereka disebut pembenci wanita dan
macam-macam sebutan bodoh lainnya, padahal alasan
sebenarnya adalah rasa malu. Kalau saja saya bisa
menghubunginya," kata Mrs. Willett penuh ke"
yakinan, "tentu saya akan bisa membebaskannya dari
semua omong kosong itu. Laki-laki seperti itu hanya
memerlukan bantuan untuk dilepaskan dari rasa malu"
nya." Inspektur Narracott mulai mengerti sikap Kapten
Travelyan yang sangat antipati terhadap penyewa ru"
mahnya ini. "Kami berdua sering mengajaknya," sambung Mrs.
Willett. "Ya kan, Violet?"
"Oh ya, Mother."
"Ia memang seorang pelaut sejati," kata Mrs.
Willett lagi. "Setiap wanita menyukai pelaut, Inspek"
tur Narracott." Inspektur Narracott menyadari bahwa sampai saat
ini, wawancara ini dikuasai seluruhnya oleh Mrs.
Willett. Ia yakin bahwa wanita itu pintar sekali.
Mungkin ia tak bersalah, seperti yang tampak seka"
rang, tapi sebaliknya, bisa pula ia terlibat.
"Informasi yang ingin sekali saya dapatkan me"
ngenai hal ini adalah...," kata Inspektur, lalu ia diam.
"Ya, Inspektur?"
"Anda pasti sudah tahu, bahwa Mayor Burnaby-lah
yang menemukan mayat korban. Ia terdorong berbuat
demikian, gara-gara suatu peristiwa yang terjadi di
rumah ini." 149 Bab11-20.indd 150 "Maksud Anda?" "Maksud saya, permainan meja bergoyang itu.
Maafkan saya..." Mendadak ia menoleh. Ia mendengar suara halus dari gadis itu.
"Kasihan si Violet ini," kata ibunya. "Ia sedih se"
kali... yah, kami semua juga! Permainan itu sangat tak
masuk akal. Saya tak percaya takhayul. Hal itu benarbenar tak masuk akal."
"Jadi hal itu memang terjadi?"
Mata Mrs. Willett terbelalak lebar-lebar.
"Terjadi" Tentu saja itu terjadi. Waktu itu saya pi"
kir itu hanya suatu lelucon saja"suatu lelucon konyol
dan kasar. Saya mencurigai anak muda yang bernama
Ronald Garfield itu..."
"Oh, tidak, Mother! Saya yakin ia tidak melakukan"
nya. Ia sudah bersumpah bahwa ia tidak melakukan"
nya." "Aku hanya mengatakan dugaanku pada saat itu,
Violet. Apa yang bisa diduga orang, kecuali bahwa itu
hanya lelucon?" "Aneh sekali," kata Inspektur perlahan-lahan.
"Anda sendiri juga merasa bingung, Mrs. Willett?"
"Ya, kami semua bingung. Padahal waktu itu kami
hanya, yah, hanya iseng-iseng, tanpa pikiran apa-apa.
Anda tentu tahu keadaan seperti itu. Menghibur diri
pada malam hari di musim dingin. Lalu tiba-tiba...
itu terjadi! Saya marah sekali."
"Marah?" "Ya, tentu saja. Saya pikir ada seseorang yang me"
150 Bab11-20.indd 151 lakukannya dengan sengaja"meskipun hanya untuk
bersenda gurau." "Dan sekarang?"
"Sekarang?" "Ya, bagaimana pikiran Anda sekarang?"
Mrs. Willett mengembangkan kedua telapak tangan"
nya dengan ekspresif. "Saya tak tahu harus berpikir apa. Keadaan itu...
luar biasa." "Bagaimana dengan Anda, Miss Willett?"
"Saya?" Gadis itu terkejut. "Sa... saya tak tahu. Saya tidak akan pernah melupa"
kannya. Saya sering bermimpi tentang itu. Saya tidak
akan pernah berani main meja bergoyang lagi."
"Saya rasa Mr. Rycroft akan mengatakan bahwa
kejadian itu memang benar," kata ibunya. "Ia percaya
hal-hal semacam itu. Ya, saya sendiri pun bisa ikutikutan percaya juga. Mana ada penjelasan lain, kecuali
bahwa itu memang pesan yang sebenarnya dari suatu
roh?" Inspektur menggeleng. Permainan meja bergoyang
itu bisa mengalihkan perhatiannya. Ia lalu bertanya
dengan nada ringan. "Apakah Anda merasa musim salju di sini mem"
bosankan sekali, Mrs. Willett?"
"Oh, tidak, kami menyukainya. Ini merupakan
suatu perubahan besar. Sebab, bukankah kami datang
dari Afrika Selatan?"
Nada bicaranya penuh keyakinan.
"Begitukah" Dari Afrika Selatan bagian mana?"
151 Bab11-20.indd 152 "Dari Cape. Violet belum pernah pergi ke Inggris.
Ia sangat suka di sini. Katanya salju romantis sekali.
Apalagi rumah ini amat nyaman."
"Mengapa Anda sampai datang ke daerah ini?"
Samar-samar ada nada ingin tahu dalam suara
inspektur itu. "Kami telah membaca banyak sekali buku me"
ngenai Devonshire, khususnya mengenai Dartmoor.
Di kapal pun kami membaca tentang itu"juga segala
sesuatu tentang Widdecombe Fair. Sudah lama saya
mendambakan melihat Dartmoor."
"Bagaimana Anda sampai memutuskan untuk me"
milih Exhampton" Padahal kota ini hanya sebuah
kota kecil yang tidak terlalu terkenal."
"Yah... seperti telah saya katakan tadi, kami mem"
baca banyak buku. Lalu ada seorang anak muda di
kapal, yang berbicara tentang Exhampton. Ia sangat
memuji-muji tempat ini."
"Siapa namanya?" tanya Inspektur. "Apakah ia ber"
asal dari daerah ini?"
"Siapa namanya, ya" Kalau tak salah... Cullen. Bu"
kan... Smythe. Bodoh sekali saya. Saya benar-benar
tak ingat. Maklumlah bagaimana keadaan di kapal,
Inspektur. Kita berkenalan dengan banyak orang, men"
jadi akrab, dan kita berencana untuk bertemu lagi
kelak, tapi seminggu setelah kita mendarat kita bah"
kan tak ingat lagi nama-nama mereka!"
Mrs. Willett tertawa. "Tapi anak muda itu baik sekali. Ia memang begitu
tampan, rambutnya kemerah-merahan, tapi senyumnya
manis sekali." 152 Bab11-20.indd 153 "Dan gara-gara anak muda itu, Anda memutuskan
untuk menyewa rumah di daerah ini?" tanya Inspek"
tur sambil tersenyum. "Ya, gila benar kami, ya?"
Cerdik, pikir Inspektur Narracott. Benar-benar cer"
dik. Ia mulai menyadari taktik Mrs. Willett. Wanita
ini selalu memakai sistem penyerangan.
"Jadi Anda lalu menulis surat pada makelar rumah,
dan mencari keterangan tentang sebuah rumah?"
"Ya... dan mereka lalu mengirimkan keteranganketerangan tentang Sittaford House. Kedengarannya
tepat benar seperti yang kami inginkan."
"Kalau saya, tidak mau tinggal di sini dalam mu"
sim dingin seperti ini," kata Inspektur sambil ter"
tawa. "Saya yakin kami juga tidak mau, seandainya kami
tinggal di Inggris," balas Mrs. Willett dengan cerdik.
Inspektur bangkit. "Bagaimana Anda tahu nama makelar yang lalu
Anda tulisi surat itu?" tanya Inspektur lagi. "Hal itu
tentu sulit sekali."
Keadaan hening sejenak. Baru saat itulah semuanya
diam setelah percakapan itu. Inspektur merasa melihat
bayangan rasa jengkel, atau lebih tepat rasa marah, di
mata Mrs. Willett. Ia telah menyentuh suatu hal yang
tak terpikirkan jawabannya oleh wanita itu. Mrs.
Willet menoleh pada putrinya.
"Bagaimana kita sampai tahu ya, Violet" Aku tak
ingat." Pandangan mata gadis itu berubah. Ia kelihatan
takut. 153 Bab11-20.indd 154 "Oh ya, tentu," kata Mrs. Willett. "Melalui Delf"
ridges. Maksud saya melalui biro penerangannya. He"
bat sekali mereka. Saya selalu meminta keterangan-ke"
terangan tentang apa saja ke kantor itu. Saya meminta
pada mereka nama makelar yang terbaik di sini, dan
mereka memberitahukannya pada saya."
Cepat sekali, pikir Inspektur. Sungguh cepat. Tapi
tak cukup cepat. Kau tertangkap basah, Madam.
Ia memeriksa rumah itu sepintas lalu. Tak ada apaapa di situ. Tak ada surat-surat, tak ada laci-laci atau
lemari yang terkunci. Mrs. Willett menyertainya, sambil bercakap-cakap
terus dengan ramah. Lalu Inspektur pamit pulang dan
mengucapkan terima kasih dengan sopan.
Ketika akan pergi, sekilas ia melirik ke belakang
untuk melihat wajah gadis itu. Ekspresinya tampak
jelas. Rasa takut membayang di wajah gadis itu. Rasa
takut yang jelas terlukis saat disangkanya ia tidak se"
dang diperhatikan. Mrs. Willett masih terus berbicara.
"Sayang sekali ada satu kekurangan di sini, Inspek"
tur. Yaitu masalah pembantu rumah tangga. Para pela"
yan tak ada yang tahan di daerah pedesaan begini. Se"
mua pembantu rumah tangga saya sudah beberapa kali
menyatakan ingin berhenti, dan berita tentang pem"
bunuhan itu agaknya telah membuat me"reka makin
tak betah. Entah apa yang harus saya lakukan. Mung"
kin saya harus mengatasi kesulitan ini dengan mempe"
kerjakan pelayan laki-laki. Kantor agen pembantu ru"
mah tangga di Exhampton menganjurkan begitu."
154 Bab11-20.indd 155 Inspektur hanya menjawab seperlunya. Ia tidak
mendengarkan kata-kata wanita itu lagi. Ia sedang
memikirkan ekspresi pada wajah gadis itu dan ia me"
rasa heran. Selama wawancara itu, Mrs. Willett memang cer"
dik, tapi tak cukup cerdik.
Inspektur pergi sambil merenungkan masalah yang
dihadapinya. Jika keluarga Willett tidak terlibat dalam pem"
bunuhan Kapten Trevelyan, mengapa Violet Willett
kelihatan begitu ketakutan"
Ia pun menembakkan pertanyaan yang terakhir.
Ketika kakinya sudah melangkahi ambang pintu de"
pan, ia berbalik lagi. "Omong-omong," katanya, "Anda kenal pada pe"
muda yang bernama Pearson, bukan?"
Kali ini kebisuan terasa sekali. Selama kira-kira se"
detik suasana terasa hening. Barulah kemudian Mrs.
Willett berbicara, "Pearson?" katanya. "Saya rasa tidak..."
Bicaranya terpotong. Terdengar desah napas aneh
di belakang wanita itu, disusul oleh suara benda ja"
tuh. Dalam sekejap Inspektur sudah melangkahi
ambang pintu, dan masuk kembali ke dalam kamar.
Violet Willett pingsan. "Kasihan anakku," seru Mrs. Willett. "Semua ini
gara-gara ketegangan dan shock ini. Maksud saya,
permainan meja bergoyang yang mengerikan dan ber"
akhir dengan pembunuhan itu. Ia tak kuat. Terima
kasih banyak, Inspektur. Ya, tolong baringkan di sofa
155 Bab11-20.indd 156 itu. Tolong bunyikan bel. Tidak, saya rasa tak ada lagi
yang bisa Anda lakukan. Terima kasih banyak."
Inspektur keluar lagi. Bibirnya terkatup rapat hing"
ga merupakan suatu garis keras.
Ia sudah tahu bahwa James Pearson telah ber"
tunangan dengan gadis cantik yang pernah dilihatnya
di London itu. Jadi mengapa Violet Willett pingsan waktu nama
Pearson disebut" Apa hubungan James Pearson dengan
keluarga Willett ini"
Setelah keluar pintu pagar, Inspektur Narracott ber"
henti sebentar dengan ragu. Lalu dikeluarkannya se"


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah notes kecil dari sakunya. Dalam buku kecil itu
tercantum daftar nama-nama penghuni keenam bu"
ngalo yang dibangun oleh Kapten Trevelyan, dengan
beberapa keterangan singkat di sebelah masing-masing
nama. Jari telunjuk Inspektur Narracott yang gemuk
dan pendek menunjuk ke bungalo No. 6.
"Ya," katanya sendiri. "Sebaiknya aku pergi me"
nemuinya sekarang." Ia melangkah dengan bersemangat di jalan sempit
itu. Lalu alat pengetuk pintu rumah No. 6 diketuk"
kannya dengan kuat-kuat"bungalo itu dihuni oleh
Mr. Duke. 156 Bab11-20.indd 157 KUNJUNGAN KE MAYOR BURNABY MR. ENDERBY berjalan di depan, di sepanjang jalan
setapak menuju pintu depan rumah Mayor Burnaby,
lalu ia mengetuk dengan ceria. Pintu itu segera ter"
buka lebar-lebar, dan Mayor Burnaby muncul di
ambang pintu dengan wajah memerah.
"Anda lagi, rupanya," katanya tanpa semangat. Ia
akan berbicara lagi dengan sikap yang sama kakunya,
tapi terlihat olehnya Emily, dan ekspresi wajahnya
pun berubah. "Ini Miss Trefusis," kata Charles dengan sikap pe"
nuh kemenangan. "Ia ingin sekali bertemu dengan
Anda." "Bolehkah saya masuk?" kata Emily sambil me"
nyunggingkan senyumnya yang paling manis.
"Oh ya, tentu. Tentu."
Sambil tergagap-gagap, sang Mayor mundur, masuk
ke dalam ruang tamu bungalonya. Lalu ia menarik
kursi-kursi dan menyingkirkan meja-meja.
157 Bab11-20.indd 158 Sebagaimana kebiasaannya, Emily langsung me"
nyatakan maksud kedatangannya.
"Begini, Mayor Burnaby, saya sudah bertunangan
dengan Jim"maksud saya, Jim Pearson. Saya sangat
prihatin memikirkan dia."
Mayor yang sedang mendorong meja terhenti de"
ngan mulut terbuka. "Aduh," katanya, "itu merupakan berita buruk.
Anak manis, saya ikut prihatin lebih daripada yang
bisa saya katakan." "Mayor Burnaby, tolong katakan sejujurnya, apakah
Anda sendiri juga percaya bahwa ia bersalah" Oh,
Anda tak usah mengatakannya, kalau Anda memang
percaya. Saya seratus persen lebih suka kalau orang
tidak berbohong kepada saya."
"Tidak. Saya rasa ia tidak bersalah," kata Mayor
dengan suara nyaring yang meyakinkan. Ia menepuk
bantal kursi keras-keras beberapa kali, lalu duduk
menghadapi Emily. "Anak muda itu baik. Tapi maaf,
mungkin ia agak lemah. Jangan tersinggung kalau
saya berkata bahwa ia adalah seorang anak muda yang
mudah tergoda untuk melakukan kesalahan. Tapi
membunuh... tidak. Percayalah kata-kata saya. Saya
sudah banyak pengalaman. Orang zaman sekarang
memang punya kebiasaan untuk melecehkan para pen"
siunan perwira angkatan perang, padahal kami juga
punya cukup pengetahuan, Miss Trefusis."
"Saya yakin akan hal itu," kata Emily. "Saya sangat
berterima kasih Anda mau mengatakan pendapat
Anda." "Apakah... apakah kalian mau minum wiski dan
158 Bab11-20.indd 159 soda?" tanya Mayor. "Maaf, saya tak punya yang
lain," katanya dengan nada menyesal.
"Terima kasih, Mayor Burnaby, tak usahlah."
"Kalau begitu, soda saja?"
"Tidak, terima kasih," kata Emily.
"Seharusnya saya bisa menawarkan teh," kata Ma"
yor dengan nada agak murung.
"Kami baru saja minum teh," kata Charles. "Di
rumah Mrs. Curtis," sambungnya.
"Mayor Burnaby," kata Emily lagi, "menurut Anda,
siapa yang melakukannya" Apakah Anda punya ba"
yangan?" "Tidak. Saya... eh... sama sekali tak punya ba"
yangan," kata Mayor. "Semula saya memang meng"
anggap itu adalah perbuatan orang yang masuk ke
rumahnya dengan paksa untuk merampok. Tapi ter"
nyata polisi berpendapat itu tak mungkin. Yah, itu
memang tugas mereka, dan saya rasa merekalah yang
paling tahu. Kata mereka, tak ada orang yang masuk
dengan paksa, jadi saya rasa, yah, memang tak ada
yang memaksa masuk. Namun saya tetap tak me"
ngerti, Miss Trefusis. Sebab setahu saya, Trevelyan
sama sekali tak punya musuh."
"Dan Anda merasa bahwa Anda pasti tahu, kalau
ada orang yang ingin membunuhnya?" tanya Emily.
"Ya, saya rasa, saya lebih mengenal Trevelyan dari"
pada kebanyakan sanak saudaranya."
"Lalu, tak bisakah Anda memikirkan sesuatu"apa
saja yang akan bisa membantu, entah dengan cara
apa?" tanya Emily. Mayor menarik-narik kumisnya yang pendek.
159 Bab11-20.indd 160 "Saya tahu yang ada dalam pikiran Anda. Anda
menginginkan sesuatu seperti yang biasanya kita baca
dalam buku. Seharusnya ada sesuatu"suatu insiden
kecil umpamanya, yang saya ingat, yang akan bisa
menjadi petunjuk. Yah, maaf saja, tak ada yang saya
ingat. Trevelyan menjalani hidup yang wajar saja. Ia
jarang sekali menerima surat, dan lebih jarang lagi
menulis surat. Tak pernah ada kesulitan dengan wa"
nita dalam hidupnya, saya yakin itu. Ya, saya benarbenar tak tahu apa-apa, Miss Trefusis."
Ketiganya diam. "Bagaimana dengan pelayannya?" tanya Charles.
"Sudah bertahun-tahun ia ikut Travelyan. Ia setia
sekali." "Baru-baru ini ia menikah, bukan?" kata Charles.
"Menikah dengan seorang gadis baik-baik dan ter"
hormat." "Mayor Burnaby," kata Emily, "maafkan saya me"
ngatakan dengan terus terang, tapi mengapa Anda
begitu mudah memastikan kematiannya?"
Mayor menggosok-gosok hidungnya. Rasa risinya
timbul setiap kali permainan meja bergoyang itu di"
sebut-sebut. "Ya, memang begitu. Saya tak mau membantahnya.
Saya tahu bahwa semuanya itu omong kosong belaka,
tapi..." "Bagaimanapun juga, Anda merasa bahwa itu bu"
kan omong kosong," kata Emily membantunya.
Mayor mengangguk. "Sebab itulah saya pikir," kata Emily.
Kedua pria itu memandanginya.
160 Bab11-20.indd 161 "Sulit sekali mengatakan maksud saya dengan cara
yang saya inginkan," kata Emily. "Maksud saya begini:
Anda katakan bahwa Anda tak percaya akan per"
mainan meja bergoyang itu. Namun demikian, meski"
pun cuaca buruk sekali dan semuanya itu tak masuk
akal, Anda merasa gelisah hingga Anda pergi tanpa
memedulikan keadaan cuaca, karena Anda ingin me"
lihat sendiri bahwa Kapten Trevelyan tak apa-apa.
Nah, apakah menurut Anda itu tidak disebabkan ka"
rena... karena adanya sesuatu dalam suasana waktu
itu" "Maksud saya," lanjutnya dengan rasa putus asa,
karena tampak sang Mayor sama sekali tak mengerti,
"bahwa ada sesuatu dalam pikiran seseorang, maupun
dalam pikiran Anda. Dan entah bagaimana, Anda
merasakannya." "Yah, saya tak tahu," kata Mayor. Ia menggosokgosok hidungnya lagi. "Memang," sambungnya de"
ngan suara mengandung harapan, "kaum wanita me"
mang menanggapi hal-hal seperti itu dengan lebih
serius." "Kaum wanita!" kata Emily. "Ya," gumamnya de"
ngan suara halus, "saya rasa begitulah."
Ia menoleh dengan mendadak pada Mayor
Burnaby. "Bagaimana mereka itu" Mrs. Willett dan putrinya,
maksud saya." "Oh," Mayor Burnaby berpikir-pikir. Ia memang
kurang pandai memberikan gambaran tentang orangorang. "Yah... mereka baik"suka membantu dan se"
bagainya." 161 Bab11-20.indd 162 "Mengapa mereka mau menyewa rumah seperti
Sittaford House dalam musim begini?"
"Saya tak tahu," sahut Mayor. "Tak seorang pun
tahu alasannya," tambahnya.
"Apakah menurut Anda, itu tak aneh?" Emily men"
desak. "Tentu saja aneh. Tapi soal selera tak bisa diper"
debatkan. Begitu kata Inspektur Narracott."
"Itu omong kosong," kata Emily. "Orang tidak me"
lakukan sesuatu tanpa alasan."
"Yah, saya tak tahu," kata Mayor Burnaby berhatihati. "Memang ada orang yang tak mau berbuat
begitu. Anda pasti tidak akan mau, Miss Trefusis.
Tapi ada orang yang..." Ia mendesah, lalu meng"
geleng. "Yakinkah Anda bahwa mereka belum pernah ber"
temu dengan Kapten Trevelyan sebelum mereka me"
nyewa rumah itu?" Mayor mempertimbangkan kemungkinan itu. Ka"
lau memang sudah, tentu Trevelyan sudah mencerita"
kannya padanya. Tidak, ia sendiri sama terkejutnya
dengan yang lain. "Jadi Kapten Trevelyan sendiri juga merasa aneh?"
"Tentu. Seperti saya katakan tadi, kami semua
menganggap hal itu aneh."
"Bagaimana sikap Mrs. Willett terhadap Kapten
Trevelyan?" tanya Emily. "Apakah ia mencoba meng"
hindari Kapten?" Mayor tertawa kecil. "Tidak, sama sekali tidak. Sebaliknya Trevelyan me"
162 Bab11-20.indd 163 rasa hidupnya terganggu oleh wanita itu, karena ia
terus-menerus menyuruhnya mengunjungi mereka."
"Oh!" kata Emily sambil berpikir. Setelah diam be"
berapa lama, ia berkata lagi, "Jadi mungkin"ini ha"
nya suatu kemungkinan"wanita itu menyewa Sitta"
ford House dengan tujuan untuk berkenalan dengan
Kapten Trevelyan." "Yah." Mayor kelihatan mempertimbangkan soal
itu dalam pikirannya. "Ya, mungkin begitu. Tapi be"
nar-benar suatu cara mahal untuk berbuat begitu."
"Entah, ya," kata Emily. "Kapten Trevelyan me"
mang orang yang sukar didekati."
"Memang begitu," kata Mayor.
"Saya jadi bertanya-tanya," kata Emily.
"Inspektur pun demikian," kata Burnaby.
Emily tiba-tiba merasa jengkel pada Inspektur
Narracott. Agaknya segala sesuatu yang dipikirkannya
sudah dipikirkan pula oleh inspektur itu. Ia merasa
getir sekali, karena ia merasa pandangannya lebih ta"
jam daripada pandangan orang lain.
Ia bangkit, lalu mengulurkan tangannya.
"Terima kasih banyak," katanya.
"Saya lebih senang bila bisa membantu lebih ba"
nyak," kata Mayor. "Saya ini sejak dulu memang suka
terang-terangan. Kalau saja saya orang pandai, mung"
kin saya bisa menemukan sesuatu yang dapat mem"
beri petunjuk. Bagaimanapun juga, datang saja pada
saya bila ada apa-apa."
"Baiklah, terima kasih," kata Emily.
"Selamat tinggal, Mayor," kata Enderby. "Jangan
163 Bab11-20.indd 164 lupa, besok pagi saya akan datang lagi dengan kamera
saya." Burnaby menggeram. Emily dan Charles kembali ke rumah Mrs. Curtis.
"Mari ikut ke kamarku, aku ingin bicara dengan"
mu," kata Emily. Emily duduk di kursi yang hanya satu-satunya di
dalam kamar itu, dan Charles duduk di tempat tidur.
Emily menanggalkan topinya, lalu melemparkannya
ke sudut kamar. "Nah, dengarkan," katanya. "Kurasa aku sudah me"
nemukan suatu titik awal. Mungkin aku keliru, tapi
mungkin pula benar. Pokoknya ini gagasanku. Kurasa
banyak yang berkaitan dengan permainan meja ber"
goyang itu. Kau tentu pernah main meja bergoyang
itu, bukan?" "Pernah sekali-sekali. Tapi tidak serius."
"Ya, tentu tidak. Permainan seperti itu biasa dimain"
kan pada petang hari yang berhujan, dan biasanya
masing-masing peserta saling menuduh menggoyangkan
meja itu. Nah, bila kau pernah memainkannya, kau
tentu tahu apa yang terjadi. Meja itu mulai mengeja,


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah nama umpamanya, sebuah nama yang di"
ketahui oleh seseorang. Sering mereka segera menge"
nali siapa yang dimaksud, dan berharap semoga bukan
orang itu yang diberitahukan meja itu. Padahal tanpa
disadari, mereka menggoyangkan meja itu. Maksudku,
karena mengenali suatu hal tertentu, tanpa disengaja
orang terlonjak waktu huruf berikutnya muncul, dan
menghentikan meja itu. Dan makin tak ingin kita me"
164 Bab11-20.indd 165 lakukannya, biasanya makin besar kemungkinannya
hal itu terjadi." "Ya, itu benar," kata Mr. Enderby.
"Aku sama sekali tak percaya pada roh-roh atau
semacamnya. Tapi seandainya salah seorang di antara
orang-orang yang main itu tahu bahwa Kapten
Trevelyan dibunuh pada detik itu..."
"Wah," bantah Charles, "kurasa itu terlalu dicaricari."
"Yah, tak perlu sekasar itu. Tapi kurasa memang
begitu. Dan kita hanya mengandakan hipotesis"itu
saja. Kita mengandaikan bahwa seseorang tahu Kapten
Trevelyan sudah meninggal, dan merasa tak bisa me"
nyembunyikan apa yang diketahuinya itu. Meja itulah
yang membuka rahasianya."
"Sebenarnya sederhana sekali," kata Charles, "tapi
sedikit pun aku tak percaya."
"Kita andaikan saja bahwa dalam menyelidiki suatu
kejahatan, kita tak boleh takut membuat peng"
andaian." "Oh, aku setuju sajalah," kata Mr. Enderby. "Ya,
kita andaikan bahwa itu benar"sesukamulah."
"Maka yang harus kita lakukan," kata Emily, "ada"
lah meneliti dengan cermat orang-orang yang ikut
main itu. Pertama-tama, Mayor Burnaby dan Mr.
Rycroft. Rasanya amatlah tak mungkin salah seorang
di antara mereka punya kaki tangan untuk melakukan
pembunuhan itu. Kemudian ada Mr. Duke itu. Saat
itu kita tak tahu apa-apa tentang dia. Ia belum lama
tinggal di sini, dan nampaknya ia seorang asing yang
penuh rahasia"mungkin ia anggota suatu komplotan
165 Bab11-20.indd 166 atau semacamnya. Kita cantumkan X di sebelah nama"
nya. Dan sekarang kita tiba pada Mrs. Willett dan
putrinya. Charles, ada sesuatu yang misterius sekali
pada ibu dan anak itu."
"Keuntungan apa yang akan mereka peroleh de"
ngan kematian Kapten Trevelyan?"
"Yah, sepintas lalu, tak ada apa-apa. Tapi bila teori"
ku benar, pasti ada hubungannya. Kita harus mencari
hubungan itu." "Benar," kata Mr. Enderby. "Dan kalau ternyata
tak ada apa-apanya?"
"Yah, kita akan mulai dari awal lagi," kata Emily.
"Dengar!" seru Charles tiba-tiba.
Ia mengangkat tangannya, lalu pergi ke jendela dan
membukanya. Emily mendengar juga bunyi yang te"
lah menarik perhatian Charles tadi. Bunyi itu adalah
dentang lonceng besar dari jauh.
Ketika mereka berdiri mendengarkan, Mrs. Curtis
berseru dengan gugup dari lantai bawah,
"Apakah Anda mendengar bunyi lonceng itu, Miss,
apakah Anda dengar itu?"
Emily membuka pintu. "Apakah Anda dengar itu" Jelas sekali, bukan"
Aduh, bagaimana ini!"
"Ada apa?" tanya Emily.
"Itu lonceng di Princetown, Miss, yang berada de"
lapan belas kilometer dari sini. Itu berarti ada sese"
orang narapidana yang telah melarikan dari penjara
itu. George, George, di mana sih orang itu" Apakah
kaudengar lonceng itu" Ada narapidana yang lepas."
166 Bab11-20.indd 167 Suaranya menghilang waktu ia pergi melewati
dapur. Charles menutup jendela dan duduk lagi di tempat
tidur. "Sayang sekali peristiwa-peristiwa ini terjadi tidak
bertepatan," katanya tanpa semangat. "Kalau saja nara"
pidana itu melarikan diri pada hari Jumat yang lalu,
wah, mudah sekali kita menentukan pembunuhnya.
Kita tak perlu mencari lebih jauh lagi. Soalnya, ada
laki-laki yang kelaparan, seorang penjahat yang putus
asa dan mencoba masuk dengan paksa. Trevelyan
mempertahankan kastil Inggris-nya, dan penjahat
yang putus asa itu menghantamnya sampai mati. Se"
muanya sederhana sekali."
"Memang," Emily mendesah.
"Sayangnya," kata Charles, "ia melarikan diri tiga
hari kemudian. Benar-benar... benar-benar tak artis"
tik." Ia menggeleng dengan sedih.
167 Bab11-20.indd 168 XVI MR. RYCROFT ESOK paginya Emily bangun lebih awal. Sebagai se"
orang wanita muda yang berakal sehat, ia menyadari
bahwa sedikit sekali kemungkinannya Mr. Enderby
mau diajak bekerja sama sebelum hari agak siang.
Maka, karena merasa gelisah dan tak bisa berbaring
diam, ia pun keluar dan berjalan-jalan dengan se"
mangat ke arah yang berlawanan dengan tempat yang
mereka lalui kemarin malam.
Ia melewati pintu pagar Sittaford House yang ter"
letak di sebelah kanannya. Tak lama setelah itu, ja"
lanan tiba-tiba membelok tajam ke kanan, dan me"
nanjak curam. Jalan itu berakhir di sebuah padang
terbuka, berubah menjadi jalan setapak berumput,
dan segera menjadi buntu sama sekali. Pagi itu udara
nyaman, dingin, dan segar. Pemandangan indah.
Emily mendaki sampai ke puncak Sittaford Tor. Tem"
pat itu merupakan suatu tumpukan batu karang abuabu yang fantastis. Dari ketinggian itu ia melihat ke
168 Bab11-20.indd 169 bawah, ke padang rumput yang terbentang, tak ter"
putus sejauh mata memandang. Tak ada seorang pun
di jalan. Di bawahnya, di sisi seberang Tor, terdapat
sekumpulan batu granit besar dan batu karang abuabu. Setelah menikmati pemandangan itu beberapa
lama, ia berbalik untuk melihat pemandangan di se"
belah utara, dari mana ia datang tadi. Tepat di bawah"
nya terletak Sittaford, berkelompok di sisi bukit.
Tampak Sittaford House yang merupakan sebuah segi
empat berwarna abu-abu. Lebih jauh lagi dari situ
terdapat bungalo-bungalo yang tampak sebagai bintikbintik saja. Sedang di lembah di bawahnya, ia dapat
melihat Exhampton. "Kita bisa melihat segalanya lebih baik bila kita
berada jauh di atas seperti ini," pikir Emily dengan
perasaan galau. "Rasanya seperti mengangkat atap ru"
mah boneka dan menjenguk ke dalamnya."
Ia merasa bahwa keadaan akan jauh lebih mudah
seandainya ia pernah bertemu dengan orang yang su"
dah meninggal itu, meskipun hanya satu kali. Sulit
sekali membentuk gagasan tentang orang yang tak
pernah kita lihat. Kita harus bergantung pada pe"
nilaian orang-orang lain. Padahal Emily tak pernah
mau mengakui bahwa penilaian orang lain, siapa pun
orangnya, lebih baik daripada penilaiannya sendiri.
Kesan yang diberikan oleh orang lain tak ada gunanya
bagi kita. Mungkin penilaian itu sama baiknya de"
ngan penilaian kita sendiri, namun kita tak bisa ber"
buat apa-apa berdasarkan penilaian itu. Bukankah kita
tak dapat menggunakan sudut serangan orang lain"
Emily merenungkan hal-hal itu dengan jengkel,
169 Bab11-20.indd 170 lalu mendesah dengan tak sabar, dan mengubah sikap"
nya berdiri. Ia begitu tenggelam dalam renungannya, hingga
tak menyadari keadaan sekitarnya. Ia sangat terkejut
waktu menyadari bahwa seorang pria tua sedang ber"
diri dalam jarak beberapa meter darinya. Orang tua
itu memegang topinya dengan sikap sopan, napasnya
terdengar memburu. "Maafkan saya," katanya. "Kalau tak salah, Anda
Miss Trefusis, bukan?"
"Ya," sahut Emily.
"Nama saya Rycroft. Maafkan saya, karena saya
langsung berbicara dengan Anda. Tapi dalam masya"
rakat kecil kami ini, hal-hal sekecil apa pun diketahui
orang. Dan kedatangan Anda kemari kemarin pun
tentulah telah tersiar luas. Yakinlah bahwa kami se"
mua amat bersimpati pada Anda, Miss Trefusis. Kami
semua, tanpa kecuali, ingin sekali membantu Anda
dengan cara apa pun."
"Anda baik sekali," kata Emily.
"Ah, tak apa-apa," kata Rycroft. "Si cantik yang
sedang bersedih, maaf, izinkan saya menyatakannya
dengan cara kuno. Tapi, sungguh, Anak Manis, kata"
kan saja pada saya dengan cara bagaimana saya bisa
membantu Anda. Pemandangan dari atas ini indah,
bukan?" "Cantik sekali," Emily membenarkan. "Padang rum"
put ini indah sekali."
"Tahukah Anda bahwa seorang narapidana telah
melarikan diri dari penjara Princetown semalam?"
"Ya. Apakah ia sudah tertangkap kembali?"
170 Bab11-20.indd 171 "Saya rasa belum. Kasihan orang itu, ia pasti akan
segera tertangkap kembali. Saya yakin. Dalam dua
puluh tahun terakhir ini tak ada orang yang berhasil
melarikan diri dengan sukses dari penjara Prince"
town." "Di sebelah mana penjara Princetown itu?"
Mr. Rycroft menunjuk ke arah selatan padang rum"
put. "Penjara itu terletak di sana, kira-kira delapan belas
kilometer bila burung terbang tanpa berhenti di atas
padang rumput itu. Melalui darat, jaraknya dua puluh
empat kilometer." Emily agak bergidik. Bayangan tentang pelarian
yang mempertaruhkan nasibnya itu sangat berpenga"
ruh pada dirinya. Mr. Rycroft memandanginya, lalu
mengangguk. "Ya," katanya. "Saya juga merasa begitu. Aneh, ya,
naluri kita memberontak mengingat seseorang yang
diburu-buru. Padahal semua narapidana di penjara
Princetown itu adalah penjahat-penjahat berbahaya
dan menyukai kekerasan. Mungkin saya dan Anda
akan berusaha keras untuk memasukkan orang-orang
semacam itu ke penjara."
Ia tertawa kecil, seperti ingin meminta maaf.
"Maafkan saya, Miss Trefusis. Saya menaruh per"
hatian yang sangat besar pada studi mengenai ke"
jahatan. Studi yang memikat. Ornitologi"ilmu penge"
tahuan tentang burung-burung"dan kriminologi
adalah dua bidang yang menarik perhatian saya." Ia
berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Itulah se"
babnya bila Anda mengizinkan, saya ingin meng"
171 Bab11-20.indd 172 gabungkan diri dengan Anda dalam urusan ini.
Mempelajari suatu kejahatan dari tangan pertama me"
rupakan impian lama saya yang tak pernah menjadi
kenyataan. Maukah Anda menaruh kepercayaan pada
diri saya, Miss Trefusis, dan mengizinkan saya meman"
faatkan pengalaman saya untuk membantu Anda"
Saya telah membaca dan mempelajari masalah ini
baik-baik." Emily diam beberapa saat. Ia merasa senang karena
kelihatannya keadaan menguntungkan dirinya. Seka"
rang ini, umpamanya, pengetahuan tentang kehidupan
di Sittaford ditawarkan padanya dari tangan pertama.
"Sudut serangan," Emily mengulangi ungkapan yang
baru saja masuk ke pikirannya. Ia sudah tahu menge"
nai Mayor Burnaby. Apa adanya"sederhana"lang"
sung. Ia hanya memperhatikan fakta-fakta, dan sama
sekali tidak memperhatikan hal-hal yang pelik. Kini
ia ditawari suatu segi lain, yang menurutnya akan
membuka suatu wawasan yang sangat berbeda. Pria
kecil yang sudah kering dan keriput ini telah banyak
membaca dan belajar, tahu betul tentang alam ma"
nusia, dan punya rasa ingin tahu yang amat sangat
besar mengenai kehidupan. Ia adalah seorang pemikir,
berlawanan dengan orang yang suka langsung bertin"
dak. "Tolonglah saya," kata Emily tulus. "Saya sedang
prihatin dan sedih sekali."
"Tentu, pasti Anda sedih, Nak. Nah, sepanjang pe"
ngetahuan saya, keponakan laki-laki Travelyan yang
tertua telah ditangkap atau ditahan. Bukti yang mem"
beratkannya sederhana dan jelas sekali. Saya tentu
172 Bab11-20.indd 173 punya pandangan yang terbuka. Izinkan saya menge"
mukakan pendapat saya."
"Silakan," kata Emily. "Tapi mengapa Anda percaya
bahwa ia tak bersalah, padahal Anda tak tahu apa-apa


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang dia?" "Pertanyaan yang sangat masuk akal," kata Mr.
Rycroft. "Sungguh, Miss Trefusis, Anda sendiri pun
merupakan suatu bahan studi yang sangat menarik.
Omong-omong, nama Anda"bukankah itu nama
dari daerah yang sama dengan teman kita Trevelyan
yang malang itu?" "Ya," kata Emily. "Ayah saya berasal dari Cornwall,
ibu saya orang Skot."
"Oh!" kata Mr. Rycroft. "Menarik sekali. Sekarang
kita coba meninjau masalah kita. Di satu sisi, kita
misalkan Jim"begitu namanya, bukan" Kita misalkan
Jim sangat terdesak memerlukan uang. Ia lalu men"
datangi pamannya, dan meminta bantuan uang. Pa"
mannya menolak. Lalu dalam keadaan marah, di"
angkatnya kantong pasir yang terletak di pintu, lalu
dihantamkannya ke kepala pamannya. Kejahatan itu
dilakukan tanpa rencana. Perbuatan itu merupakan
suatu perbuatan bodoh yang tak masuk akal. Suatu
perbuatan yang kemudian pasti menimbulkan penye"
salan. Nah, itu kemungkinan pertama. Kemungkinan
lain, ia berpisah dengan pamannya dalam keadaan
marah, lalu seseorang lain masuk setelah itu, dan me"
lakukan kejahatan itu. Begitu pendapat Anda"dan
juga yang saya harapkan. Saya tak ingin tunangan
Anda melakukan kejahatan itu, karena menurut pen"
dapat saya, tidaklah mungkin ia yang melakukan.
173 Bab11-20.indd 174 Oleh karenanya saya mencurigai pelaku yang seorang
lagi. Kita simpulkan saja begitu. Dan kita segera ber"
alih pada soal yang paling penting. Apakah orang itu
tahu tentang pertengkaran antara paman dan kepo"
nakan yang baru saja terjadi" Apakah pertengkaran itu
justru mempercepat dilakukannya pembunuhan itu"
Mengertikah Anda jalan pikiran saya" Ada orang yang
punya niat untuk membunuh Kapten Trevelyan, dan
ia lalu memanfaatkan kesempatan itu, karena ia tahu
bahwa kecurigaan akan dijatuhkan pada diri Jim."
Emily mempertimbangkan masalah tersebut dari
segi ini. "Dalam hal itu," katanya perlahan...
Mr. Rycroft menyelesaikan kalimat Emily.
"Dalam hal itu," katanya bersemangat, "si pem"
bunuh pasti seseorang yang punya hubungan dekat
dengan Kapten Trevelyan. Ia pasti bertempat tinggal
di Exhampton. Bahkan besar kemungkinannya ia ber"
ada di dalam rumah itu, entah selama pertengkaran
atau sesudahnya. Dan karena kita tidak sedang berada
di dalam ruang sidang, kita boleh menyebut namanama orang dengan bebas. Dalam hal ini, nama pe"
layannya, si Evans-lah yang masuk ke pikiran kita se"
bagai orang yang memenuhi pengandaian kita tadi.
Dialah yang besar kemungkinannya berada di dalam
rumah, mendengar pertengkaran itu, lalu memanfaat"
kan kesempatan itu. Soal berikutnya adalah mencari
tahu apakah Evans mendapat keuntungan dari ke"
matian majikannya itu."
"Saya dengar ia mendapatkan sedikit warisan," kata
Emily. 174 Bab11-20.indd 175 "Itu mungkin merupakan suatu motif kuat, mung"
kin pula tidak. Kita harus mencari tahu, apakah
Evans sedang terdesak dan memerlukan uang. Kita
juga harus memikirkan Mrs. Evans"saya dengar
baru-baru ini ada Mrs. Evans. Bila Anda akan melihat
adanya efek yang aneh, yang diakibatkan oleh per"
kawinan antarkeluarga, terutama di daerah-daerah
pedesaan. Di Broadmoor saja, umpamanya, sekurangkurangnya ada empat gadis yang berperilaku me"
nyenangkan, tapi mereka punya sifat yang aneh, yang
menganggap hidup manusia tak ada artinya. Pokok"
nya... kita tak boleh mengabaikan Mrs. Evans dari
pertimbangan kita." "Bagaimana pendapat Anda mengenai permainan
meja bergoyang itu, Mr. Rycroft?"
"Nah, itu juga aneh. Aneh sekali. Saya akui, Miss
Trefusis, bahwa saya amat terkesan oleh permainan
itu. Mungkin Anda sudah mendengar bahwa saya per"
caya pada dunia gaib. Sampai taraf tertentu, saya juga
percaya pada hal-hal kebatinan. Saya sudah membuat
laporan lengkap mengenai hal itu, dan telah saya
kirimkan pada Perkumpulan Riset Paranormal. Itu
merupakan peristiwa luar biasa yang benar-benar ter"
jadi. Lima orang yang hadir, tak seorang pun di
antaranya menyangka atau menduga sedikit pun bah"
wa Kapten Trevelyan telah dibunuh."
"Anda, tidak mungkin menduga..."
Emily terhenti. Tak mudah rasanya menyatakan
pikirannya sendiri pada Mr. Rycroft, bahwa seorang
di antara mereka berlima telah lebih dahulu merasa
bersalah. Sebab Mr. Rycroft sendiri adalah salah se"
175 Bab11-20.indd 176 orang di antara mereka. Sedikit pun ia tak curiga
bahwa Mr. Rycroft ada hubungannya dengan tragedi
itu. Tapi bagaimanapun juga, ia merasa tak pantas
mengungkapkan pikirannya itu. Maka ia pun mencari
cara yang lebih umum sifatnya.
"Saya tertarik sekali pada semuanya itu, Mr.
Rycroft. Itu merupakan suatu kebetulan yang luar
biasa. Menurut Anda, tidakkah salah seorang di
antara yang hadir, kecuali Anda tentunya, memiliki
kekuatan batin?" "Nona Manis, saya sendiri tidak punya kekuatan
batin. Saya tak punya kekuatan dalam bidang itu.
Saya hanya seorang peneliti yang sangat menaruh per"
hatian." "Bagaimana dengan Mr. Garfield?"
"Ia seorang pemuda yang baik," kata Mr. Rycroft,
"tapi ia tak punya keistimewaan apa-apa."
"Saya rasa ia cukup berada, ya?" kata Emily lagi.
"Saya dengar, ia bahkan sama sekali tak punya
uang," kata Mr. Rycroft. "Ia datang kemari untuk
mengabdi pada bibinya, soalnya ada yang "diharapkan"
nya" dari wanita itu. Miss Percehouse, bibinya itu,
adalah seorang wanita berlidah tajam, dan saya rasa ia
tahu betul cara memanfaatkan pengabdian keponakan"
nya itu. Pemuda itu dibiarkannya berharap."
"Saya ingin bertemu dengan wanita itu," kata
Emily. "Ya, Anda harus bertemu dengannya. Pasti ia juga
ingin sekali bertemu dengan Anda. Karena rasa ingin
tahunya. Yah, begitulah Miss Trefusis"karena rasa
ingin tahu." 176 Bab11-20.indd 177 "Tolong ceritakan tentang Mrs. Willett dan putri"
nya," kata Emily. "Menarik," kata Mr. Rycroft, "mereka menarik se"
kali. Mereka memang berbau Tanah Jajahan. Maksud
saya, sikap tenang mereka itu tidak asli. Kesukaan
mereka untuk menerima tamu agak berlebihan, se"
gala-galanya tampak agak dibuat-buat. Miss Violet
adalah gadis yang menarik."
"Aneh sekali tempat yang mereka pilih untuk mu"
sim dingin," kata Emily.
"Ya, aneh sekali, ya" Tapi sebenarnya bisa di"
mengerti. Kita sendiri yang tinggal di negeri ini, men"
dambakan matahari, iklim panas, dan pohon-pohon
nyiur yang melambai. Sedangkan orang-orang yang
tinggal di Australia atau Afrika Selatan terpikat oleh
keinginan untuk merayakan Natal dengan cara kuno,
dengan salju dan es."
Aku ingin tahu, siapa di antara ibu dan anak itu
yang mengatakan hal tersebut pada pria ini, kata
Emily pada dirinya sendiri.
Menurutnya, orang tak perlu membenamkan diri
di desa yang gersang ini untuk mendapatkan suasana
Natal yang kuno dengan salju dan es. Jelas bahwa
Mr. Rycroft tidak melihat sesuatu yang mencurigakan
mengenai pilihan keluarga Willett pada daerah ini
sebagai tempat berlibur musim dingin. Tapi, pikirnya
lagi, hal itu wajar bagi seorang ornitolog dan krimi"
nolog. Jelas bahwa Sittaford merupakan tempat ideal
di mata Mr. Rycroft, dan tak terpikirkan olehnya bah"
wa tempat itu mungkin merupakan lingkungan yang
tak cocok bagi orang lain.
177 Bab11-20.indd 178 Mereka menuruni lereng bukit perlahan-lahan, dan
kini membelok ke jalan sempit.
"Siapa yang tinggal di bungalo itu?" tanya Emily
mendadak. "Kapten Wyatt, seorang pria lumpuh. Dan saya
rasa ia kurang suka bergaul."
"Apakah ia teman Kapten Trevelyan?"
"Ya, tapi tak akrab. Trevelyan hanya sekali-sekali
saja mengunjunginya secara resmi. Sebab Wyatt me"
mang tak pernah mengundang orang bertamu ke
rumahnya. Ia bukan orang yang ramah."
Emily diam saja. Ia sedang mempertimbangkan ke"
mungkinan untuk mengunjungi orang itu. Ia sama
sekali tak mau membiarkan ada segi penyerangan
yang tak diselidikinya. Tiba-tiba Emily teringat akan salah seorang peserta
permainan meja bergoyang itu yang hingga kini be"
lum disebut. "Bagaimana dengan Mr. Duke?" tanyanya ceria.
"Bagaimana dengan dia?"
"Ya, siapa dia?"
"Yah," kata Mr. Rycroft lambat-lambat, "tak se"
orang pun tahu itu."
"Aneh sekali," kata Emily.
"Sebenarnya tidak juga," kata Mr. Rycroft. "Soal"nya,
Duke sama sekali tidak misterius. Saya rasa, satu-satunya
misteri mengenai dirinya adalah asal-usulnya. Tapi ia
orang yang baik sekali," sambungnya cepat-cepat.
Emily diam saja. "Ini bungalo saya," kata Mr. Rycroft, lalu berhenti,
"Mari, silakan mampir untuk melihat-lihat."
178 Bab11-20.indd 179 "Senang sekali," kata Emily.
Mereka menyusuri jalan setapak, lalu masuk ke
bungalo. Bagian dalam bungalo itu bagus. Dindingdindingnya dipenuhi rak-rak buku.
Emily menelusuri rak-rak buku itu, dan melihat
judul buku-buku tersebut dengan rasa ingin tahu.
Satu bagian dipenuhi oleh buku-buku mengenai feno"
mena-fenomena gaib, bagian lain berisi buku-buku
fiksi detektif, tapi bagian terbesar dari rak itu berisi
buku-buku tentang kriminologi dan kasus-kasus peng"
adilan yang terkenal di dunia. Buku-buku mengenai
ornitologi hanya sedikit jumlahnya.
"Semuanya menyenangkan sekali," kata Emily.
"Tapi saya harus pulang sekarang. Mr. Enderby pasti
menunggu-nunggu saya. Saya belum sarapan. Kami
mengatakan pada Mrs. Curtis bahwa kami akan sa"
rapan pukul 09.30, dan saya lihat sekarang sudah
pukul 10.00. Saya terlambat sekali, karena Anda men"
ceritakan hal-hal yang amat menarik sekali, dan suka
sekali membantu." "Saya senang sekali membantu," kata Mr. Rycroft
tergagap waktu Emily melihat padanya dengan pan"
dangan manis. "Anda bisa meminta bantuan apa saja
pada saya. Kita bekerja sama."
Emily mengulurkan tangannya pada pria itu, lalu
meremasnya dengan hangat.
"Menyenangkan sekali," katanya, lalu diucapkannya
kata-kata yang selama hidupnya dianggapnya selalu
bermanfaat, "bila kita merasa bahwa ada seseorang
yang benar-benar kita andalkan."
179 Bab11-20.indd 180 XVII MISS PERCEHOUSE EMILY kembali, dan menemukan Charles sudah me"
nunggunya dengan telur dan daging babi kukus.
Mrs. Curtis masih ribut dengan berita larinya nara"
pidana itu. "Dua tahun yang lalu seseorang melarikan diri,"
katanya, "tapi tiga hari kemudian ia ditemukan kem"
bali. Di dekat Moretonhampstead."
"Apakah menurut Anda ia akan datang ke daerah
ini?" tanya Charles.
Berdasarkan pengalaman setempat, hal itu tak akan
terjadi. "Mereka tak pernah lari ke daerah ini, sebab selu"
ruh daerah ini merupakan padang gersang, dan se"
telah melewati padang gersang ini hanya ada sebuah
kota kecil. Ia pasti akan lari ke Plymouth. Itulah ke"
mungkinan yang paling besar. Tapi sebelum ia tiba di
sana, ia sudah akan tertangkap."
"Orang bisa menemukan tempat bersembunyi yang
180 Bab11-20.indd 181 baik di antara batu-batu karang itu, atau di sisi lain
Tor," kata Emily. "Anda benar, Miss. Dan ada pula tempat bersem"
bunyi di sana. Tempat itu dinamakan Gua Pixie.
Jalan masuknya merupakan suatu celah yang sempit


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali di antara dua batu karang, tapi kemudian me"
lebar di dalam. Kata orang, salah seorang prajurit
King Charles pernah bersembunyi di situ selama dua
minggu. Makanannya diantar oleh seorang pelayan
dari sebuah peternakan."
"Saya harus melihat Gua Pixie itu," kata Charles.
"Anda akan terkejut betapa sulit menemukannya,
Sir. Banyak orang yang bertamasya dalam musim pa"
nas mencarinya sepanjang hari, tapi tidak menemukan"
nya. Tapi kalau Anda memang bisa menemukannya,
jangan lupa meninggalkan peniti di dalam gua itu.
Itu akan membawa keberuntungan."
"Bagaimana, ya," kata Charles setelah selesai sa"
rapan, dan ia berjalan-jalan di kebun kecil dengan
Emily, "apakah sebaiknya aku pergi ke penjara Prince"
town" Aneh ya, sekali kita mendapat sedikit ke"
beruntungan, yang lain pun lalu menumpuk. Seperti
aku ini"aku mulai dengan menyampaikan hadiah
biasa sayembara sepakbola, dan tahu-tahu aku meng"
hadapi suatu pembunuhan dan seorang narapidana
yang melarikan diri. Luar biasa!"
"Bagaimana dengan rencanamu membuat foto-foto
bungalo Mayor Burnaby?"
Charles mendongak ke langit.
"Hm," katanya. "Kurasa aku harus mengatakan
bahwa cuaca tak baik. Aku harus tetap bertahan pada
181 Bab11-20.indd 182 niatku semula, untuk berada di Sittaford selama
mungkin. Tapi cuaca kelihatannya memang mulai ber"
kabut. Eh... kuharap kau tidak keberatan, aku baru
saja mengirimkan hasil wawancaraku denganmu."
"Ah! Tak apa-apa," kata Emily. "Kau tulis aku me"
ngatakan apa saja?" "Yah, hal-hal biasa yang disukai orang-orang yang
membacanya," kata Mr. Enderby. "Utusan khusus
kami mewawancarai Miss Emily Trefusis, tunangan
Mr. James Pearson yang telah ditahan polisi atas tu"
duhan membunuh Kapten Trevelyan... Lalu kesanku
mengenai dirimu, seorang gadis cantik yang memiliki
semangat tinggi." "Terima kasih," kata Emily.
"Rambut pendek," lanjut Charles.
"Apa maksudmu dengan rambut pendek?"
"Kau," sahut Charles.
"Memang rambutku begitu," kata Emily. "Tapi un"
tuk apa itu disebutkan?"
"Para pembaca wanita selalu ingin tahu," kata
Charles Enderby. "Itu merupakan wawancara yang
bagus sekali. Kau tak menyadari betapa banyaknya
hal-hal yang menyentuh hati, yang merupakan ciri
khas wanita, yang telah kauucapkan dalam mendam"
pingi tunanganmu, meskipun seluruh dunia menen"
tangmu." "Benarkah aku berkata begitu?" tanya Emily sambil
mengerjapkan matanya sedikit.
"Apakah kau keberatan?" Tanya Enderby khawatir.
"Oh, tidak!" sahut Emily. "Berbuatlah sesukamu,
Sayang." Mr. Enderby kelihatan agak terkejut.
182 Bab11-20.indd 183 "Bukan apa-apa," kata Emily menjelaskan. "Itu ha"
nya merupakan kutipan masa lalu. Kata-kata itu ter"
cantum pada alas dadaku waktu aku masih kecil"
pada alas dada untuk hari Minggu. Pada alas dada
hari-hari biasa, tertulis, "Jangan rakus"."
"Oh, begitu. Aku juga menambahkan kisah tentang
karier Kapten Trevelyan sebagai pelaut. Kusinggung
juga mengenai barang-barang rampasan dari luar ne"
geri dan kemungkinan adanya dendam dari seseorang
pendeta dari negeri asing. Tapi itu hanya kusinggung
sepintas." "Agaknya kau telah memanfaatkan kesempatan de"
ngan sebaik-baiknya," kata Emily.
"Apa saja yang kaulakukan tadi" Kau bangun pagi
sekali." Emily menceritakan pertemuannya dengan Mr.
Rycroft. Tiba-tiba ia berhenti, dan Enderby menoleh ke be"
lakang, mengikuti arah pandangan gadis itu. Dilihat"
nya seorang pemuda yang kelihatan segar dan ber"
wajah merah, sedang bersandar pada pintu pagar
sebuah rumah. Pemuda itu mengeluarkan bermacammacam suara untuk menarik perhatian.
"Wah," kata pemuda itu, "maaf sebesar-besarnya,
karena mengganggu. Maksud saya, saya merasa tak
enak sekali, tapi bibi saya menyuruh saya kemari."
Emily dan Charles serempak berkata, "Oh," dengan
nada bertanya, tanpa mengerti benar maksud anak
muda itu. "Ya," kata pemuda itu lagi. "Terus terang saja, bibi
saya itu orang yang keras hati. Apa yang dikatakannya
183 Bab11-20.indd 184 harus terjadi. Padahal saya tahu betapa kurang sopan"
nya datang pada waktu begini, tapi kalau Anda me"
ngenal bibi saya"dan bila Anda mau menuruti ke"
inginannya, Anda dapat mengetahui sifatnya dalam
beberapa menit saja..."
"Apakah bibi Anda itu Miss Percehouse?" sela
Emily. "Benar," kata pemuda itu. Ia kelihatan lega sekali.
"Jadi Anda sudah tahu semua tentang dia" Saya rasa
Ibu Tua Curtis yang bercerita, ya" Ia memang usil.
Tapi dia bukan orang jahat. Yah, pokoknya, bibi saya
ingin bertemu dengan Anda dan saya disuruhnya da"
tang untuk menyampaikan pada Anda. Perlu Anda
ketahui, ia lumpuh dan tak bisa keluar, jadi baik
sekali bila Anda yang pergi ke sana, pokoknya begitu"
lah. Sebenarnya sih, ia hanya ingin tahu saja. Jadi bila
Anda katakan bahwa sakit kepala, atau harus menulis
surat, tak apa-apa"Anda tak perlu datang."
"Oh, tapi saya ingin datang," kata Emily. "Saya
akan segera ikut Anda. Mr. Enderby harus pergi me"
ngunjungi Mayor Burnaby."
The Ultimate 2 Pendekar Hina Kelana 16 Pertarungan Di Lembah Selaksa Mayat Kelana Buana 8

Cari Blog Ini