Dewi Ular 52. Penghancur Iblis Bagian 1
Tara 2agita 52. Penghancur Iblis
KOLONG jalan layang ternyata punya ciri kerawanan tersendiri. Terutama tepat di lampu merah bawah jalan layang itu, sering dijadikan sasaran empuk dari sebentuk kejahatan liar. Di tempat itu sering terjadi tindak kriminal yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa frustasi menghadapi hidup serba krisis dan serba salah. Banyak preman bertato menunggu mangsa di lampu merah, bawah jalan layang tersebut. Kadang mereka berlagak menjadi pengamen atau tukang asongan. Bahkan ada yang tidak memakai lagak apa-apa. Terang terangan jadi penodong. "Bulan lalu, seorang pengendara motor tewas dibacok di lampu merah itu. Motor tidak dirampas, tapi uang dalam tas yang baru saja diambilnya dari bank, dibawa lari oleh penjahatnya."
"Mgmang rawan daerah sekitar lampu merah kolong sana. Sepuluh hari yang lalu, seorang gadis robek pipinya, disabet pakai pisau karena mau berteriak sambil mempertahankan kalung emas yang akan dijambret preman."
"Lho, jangankan sepuluh hari yang lalu... itu
tuh, waktu hari Rabu kemarin... kan ada seorang pengendara sedan ditusuk pisau tiga kali oleh anak-anak jalanan di situ. Gara-garanya ada anak tanggung mau congkel spion. Si pengemudi sedan , itu turun, mau mencegah tindakan itu. Eeh, tahu-tahu dia ditusuk pisau dari belakang oleh anak yang lain. Hampir saja mati ditempat kalau nggak segera ketahuan mobil patroli polisi yang lewat situ." Percakapan seperti itu hampir setiap hari dapat didengar dari warung ke warung, dari kios ke kios, bahkan di sekitar pom bensin pun sering terjadi percakapan seperti itu, dilakukan oleh para pedagang asongan yang memanfaatkan lahan pom bensin. Mereka yang datang ke situ memang perlu untuk isi bensin, mau tidak mau mendengarkan juga obrolan kriminal semacam itu. Kadang ada pengemudi yang ikut menimpali, tapi banyak pula yang sekadar menjadi pendengar saja, lalu mencatatnya dalam benak bahwa kolong jalan layang itu kalau bisa jangan dilewati. Tapi ada pula pengemudi mobil yang menunggu antrian isi bensin sengaja cuek mendengar obrolan tersebut. la memang mendengar cerita kriminal itu, tapi tak begitu menghiraukan. Bahkan dalam hatinya sempat menganggap cerita itu terlalu berlebihan. Salah satu pengemudi yang cuek dengan cerita tersebut adalah seorang pengemudi BMW kuning menyala yang cukup menarik perhatian umum. - - Pengemudi BMW itu adalah seorang wanita muda, cantik sekali. Rambutnya yang panjang digulung naik tak terlalu rapi, sehingga lehernya yang berkulit putih mulus itu terpampang jelas, seakan menunggu sentuhan bibir lawan jenisnya. Gadis cantik itu mengenakan kacamata hitam yang serasi dengan bentuk wajah semi oval, serta tinggi kemancungan batang hidung yang indah sekali. Karena rambutnya tersingkap ke atas, maka bentuk bibirnya yang sensual dengan warna ranum menggairahkan itu terpaksa sering menjadi sasaran lirikan kaum lelaki
"Wow... macan, Jeck! Ratu kecantikan dari mana yang berdiri di samping BMW kuning itu"!" gumam seorang lelaki muda kepada ternan yang duduk di sampingnya.
"Luar biasa!" sang teman pun menyanjung secara spontan begitu ikut memperhatikan ke arah BMW kuning itu.
"Bentuk tubuhnya begitu sexy, sangat fantastis bagiku. Kurasa dia seorang artis dari Hollywood yang berkunjung ke Jakarta. Menurutmu bagai mana?" "Melihat nilai kecantikan setinggi itu, dengan bentuk tubuh sebegitu sexy-nya, menurutku dia nggak pantas dari bintang film Hollywood, tapi lebih pantas menjadi seorang bidadari asli dari Kahyangan yang turun ke bumi sekadar untuk isi bensin!"
"Konyol luh!" sang teman menertawakan sampai terpingkal-pingkal. Penilaian semacam itu memang layak dianggap sebuah kelakar dan wajar jika ditertawakan. Tapi bagi mereka yang tahu dan ke nal dengan gadis pengemudi BMW kuning itu, penilaian dan pernyataan seperti tadi adalah sesuatu
yang wajar dan tidak perlu ditertawakan. Sebab wanita cantik itu memang bidadari asli dari Kahyangan, yang menjelma menjadi manusia biasa dan hidup membaur di permukaan bumi untuk suatu maksud dan tujuan tertentu.
Tak jauh dari BMW kuning itu, ada tiga orang pegawai bank yang ada di dalam mobil Kijang merah. Mereka juga ikut antrian para pengisi bensin. Mereka juga membicarakan si wanita cantik bercelana ketat dari jeans dengan pantat kiri robek sedikit itu.
"Mengagumkan sekali kecantikannya. Mirip kecantikan bidadari penghuni alam dewa-dewi."
"Yang mana sih yang kalian maksud" Oh, yang sedang membayar di meja kasir itu" Waah, kalau yang itu sih memang benar-benar bidadari asli dari Kahyangan! Aku kenal betul dengannya, maka aku tahu bahwa dia memang bidadari yang turun ke bumi."
"Sok tahu luh!"
"Sok akrab!" kecam teman satunya lagi.
"Eh, kalau kalian nggak percaya bahwa di bidadari asli, ikuti aja BMW itu, kalau perlu dekati dia dan aku akan mgnyapanya. Pasti dia akan balas menyapaku dengan penuh persahabatan. Soalnya kami memang sudah lama saling kenal sih."
"Kenapa nggak kamu samperin sekarang aja"!"
"lya. Coba buktikan kalau kau memang kenal dia, samperin dan bawa dia kemari Aku pengin tahu bagaimana reaksinya didekati mahluk tak dikenal semacam kamu, Jhon."
"Telat. Kalau mau dari tadi. Sekarang dia udah mau cabut. Begitu aku ke sana, mobilnya jalan, tinggal aku sendirian ditertawakan orang banyak. Kalau memang kalian penasaran, keluar saja dari antrian, kejar BMW itu. Toh di depan sana masih banyak pom bensin dan persediaan bensin kita masih eukup untuk sampai di kantor kita lagi?" Wajar jika mereka benar-benar keluar dari antrian, sebab mereka sangat penasaran dengan kata-kata si Jhon. Kalau memang benar si Jhon kenal dengan wanita cantik itu, maka mereka berdua akan beruntung, karena punya kesempatan berkenalan dengan sang bidadari itu. "Gila! Berani ngebut juga tuh cewek, ya Jhon"! Dari tadi susah amat mengejar mobilnya"!"
"Mungkin dia memang bekas pembalap di
(mohon maaf 2 halaman tidak ada.... halaman 10 dan 11)
dan sempat shock sesaat itu segera menyimpulkan, bahwa si bocah yang mau mencongkel spion BMW kuning itu telah berubah bentuk menjadi seekor anak dinosaurus berkulit tebal dan berekor pendek. Giginya tampak runcing tajam ketika ia menyeringai ganas ke arah teman-teman di belakangnya. Tentu saja para preman itu segera lari tunggang langgang, karena anak dinosaurus itu terkesan sedang mengejar mereka. Padahal bocah yang berubah bentuk menjadi hewan purba itu sedang berusaha mendekati temannya untuk meminta tolong agar ada yang bisa mengembalikan ke bentuk asalnya. Suara seorang bocah hilang, yang terdengar jeritan-jeritan mengerikan, selayaknya hewan purba yang hidup di alam bebas. "Ya, Tuhan..."! Kenapa bocah itu tadi bisa berubah jadi binatang seperti itu, Jhon"!"
"Pasti temanku yang asli bidadari dari Kahyangan itu telah menggunakan kesaktiannya untuk memberi pelajaran para preman di sekitar sini!" , "Awas, hewan itu mendekati mobil kita! Cabut ke kanan, Jim!". - Tepat waktu itu lampu merah berubah menjadi hijau. BMW kuning itu pun melesat pergi tinggalkan tempat rawan. Mobil-mobil lainnya juga buru-buru tancap gas, karena takut menjadi sasaran si anak dinosaurus itu. Anehnya, ketika BMW kuning itu telah menghilang, ternyata binatang menyeramkan itu mengalami perubahan secara ajaib, menjadi bentuk aslinya, sebagai anak remaja berusia belasan tahun. Perubahan ke bentuk asal itu sempat diperhatikan oleh dua dari tiga pemuda yang ada dalam mobil Kijang merah. Mereka berdecak kagum, nyaris terbungkam selamanya karena mengalami peristiwa aneh yang belum tentu terjadi satu kali dalam seratus tahun mendatang - "Kalau dia bukan bidadari asli dari Kahyan gan, tidak mungkin dia bisa mengubah preman cilik itu menjadi binatang seperti itu!" Salah seorang pengemudi mobil lain yang juga melihat jelas-jelas peristiwa langk a itu, sengaja mengejar BMW kuning tersebut. Mobil ya ng memburu BMW itu adalah sebuah Nissan Terrano w arna hitam dengan lis penghiasnya berwarna kuning e mas. Terrano yang tampak mengkilap itu dikemudikan oleh seorang pemuda berdasi dan berpenampilan ekskl usif, serasi dengan ketampanannya yang berkesan jant an dan sangat menawan. Ia hanya sendirian. di dalam mobil tersebut, tapi di jok belakang penuh peralatan reportase, seperti tustel, tripot, handycam, laptop dan peralatan lainnya. Dari jenis barang bawaannya siapa pun orangnya akan dapat menduga, bahwa pemuda berambut sedikit
gondrong tapi rapi itu pasti seorang jurnalis profesional.
Lalu, apa perlunya dia mengejar BMW kuning itu"
Ruang kerja ber-AC itu tak pernah memakai pengharum udara. Tanpa wewangian seperti itu, ruang kerja berukuran 6 X 7 meter itu sudah menyebarkan aroma wewangian dengan sendirinya. Wewangian yang menjadi ciri khas ruang kerja itu selalu mengandung aroma cendana bercampur pandan, serta entah unsur wewangian apa lagi di dalamnya Yang jelas, aroma wangi tersebut selalu membuat siapa pun yang berada di ruang kerja itu akan merasa betah, akan merasa bersemangat, dan merasa tenang dalam membicarakan persoalan apa pun.
Wewangian yang seolah-olah menempel pada dinding, plavon atau pun pada karpet itu bukan berasal dari campuran zat kimia, melainkan berasal dari bau keringat si cantik berlesung pipit itu. Siapa lagi yang punya keringat berbau sewangi itu kalau bukan si anak dewa yang turun ke bumi untuk mencari cinta sejati, yaitu Dewi Ular, alias Kumala Dewi.
"Setiap aku menemuimu di sini, aku selalu merasa tidak pernah punya masalah apa pun. Heran aku jadinya. Padahal aku termasuk orang yang paling banyak punya masalah, tapi kenapa setiap mencium parfum pengharum udara di sini selalu saja kehilangan masalah," ujar seorang relasi PT Wahana Graha yang siang itu sengaja ingin berkonsultasi dengan Kumala Dewi sehubungan dengan problem pribadinya. Kumala hanya tersenyum kalem mendengar kata-kata Nyonya Hersy itu. "Bener lho, Kumala... aku selalu mengalami keanehan seperti itu. Seperti nggak punya masalah apa pun selain perasaan damai, tenang, gembira dan semangat bisnisku menjadi cukup tinggi. Sampai-sampai kucoba mengingat-ingat satu saja dari sekian banyak masalah yang kuhadapi itu. eeh. nggak berhasil mengingatnya!" "Nah, itulah yang dinamakan masalah, Nyonya Hersy," sahut Kumala, membuat perempuan berusia 45 tahun itu tertawa geli sendiri. Belum sempat pembicaraan dilanjutkan, tele pon di meja kerja si Dewi Ular itu berdering. Sapaan tegas berkesan wibawa segera dilontarkan oleh Kumala untuk menyambut si penelepon. "Yap..."!" "Kumala" Kamu ada di ruang kerja, ya?" Suara lelaki itu sangat dikenali oleh Kumala. Bukan suara seorang kekasih, melainkan suara
seorang sopir pribadinya yang sudah dianggap saudaranya sendiri. Siapa lagi si sopir pribadi yang secara tak resmi telah menjadi asistennya untuk urusan non gaib itu kalau bukan Sandhi, mantan sopir taksi yang bermasib mujur, karena bisa menjadi sopir pribadinya gadis secantik bidadari dari Kahyangan. : "Ada apa, San?" "Hmm, eeh... kamu dari tadi ada di ruang kerja"!" - "Iya. Memangnya kenapa, buruan ngomong"! Aku lagi ada tamu nih!" "Hmm, anu... mobil kita itu, Mala... anu...." "Kamu kemari aja deh!" tegas Kumala, agak kesal karena sikap Sandhi yang terkesan bertele tele. Maka Sandhi pun segera menghadap majikan cantiknya itu. Raut wajahnya sudah menampakkan kegelisahan yang meresahkan jiwanya.
"Mobil kita nggak ada, Mala." "Nggak ada bagaimana"!" Kumala berkerut.
"Hilang dari tempat parkir." Semakin tajam Sandhi ditatapnya.
"Kok bisa"! Kamu ke mana aja sejak tadi?" "Aku main catur di samping kantin. Dan aku nggak lihat ada yang membawa pergi mobil kita. Tapi... Darman, petugas Satpam yang ada di pintu gerbang depan, melihat mobil kita keluar. Ia juga
menerima kartu parkir mobil yang mestinya ada di saku belakangku, ternyata sekarang nggak ada." Nyonya Hersy justru melibatkan diri dalam percakapan itu dengan wajah samar-samar tegang
"Jadi, maksudnya... mobilnya Kumala Dewi hilang dicuri orang"!"
"Ya," Sandhi mengangguk bingung. Kumala diam saja menatap sopirnya tanpa kedip. Hal itu membuat Sandhi jadi serba salah "Kunci mobil mana?"
"Ada. Masih kukantongin tuh!" Sandhi menunjukkan kunci kontak BMW kuning menyala itu.
"STNKnya juga masih ada di dompetku!"
"Gila!" geram Kumala dengan menerawang cemas
"Di dalam mobil itu ada dokumen penting yang belum kupelajari isinya. Kalau dokumen itu sampai jatuh di tangan orang dan dipelajarinya, wah.. sangat berbahaya itu! Bisa kacau semuanya!" Memang kacau semuanya. Kasus hilangnya mobil kesayangan Kumala Dewi itu cepat menyebar dan membuat setiap karyawan membicarakannya. Bahkan tamu yang baru datang pun ikut-ikutan memperheboh suasana dengan prediksi-prediksi. berbobot standar. Anehnya, ada beberapa orang yang tidak percaya dengan kenyataan itu. Ada yang menganggap
kasus hilangnya mobil Kumala tu hanya sebuah rekayasa seseorang untuk maksud-maksud tertentu. Sebab, sebagian orang percaya, tidak mungkin ada pencuri berani membawa lari mobilnya Kumala, sebab gadis cantik jelita itu punya kekuatan supranatural cukup tinggi. Hanya orang gila yang berani mencuri mobilnya paranormal cantik yang dapat mengirimkan emosi kemarahannya dari jarak jauh.
"Kalau memang benar mobil itu hilang, cari dong! Cari pakai kekuatan magic-nya. Dia kan bisa menggunakan teropong gaib untuk mencari sesuatu atau untuk melacak keberadaan seseorang ditempat sejauh dan serapi apa pun tersembunyinya tempat itu. Kenapa nggak dia lakukan saja kalau memang mobilnya hilang dicuri orang?" Wajar jika ada rekan sekantornya yang berkesimpulan demikian. Sebab, hampir seluruh karyawan di kantor pusat PT Wahana Graha itu mengetahui kehebatan serta kesaktian indera keenamnya Kumala. Maka mereka yakin, mobil itu tidak hilang Atau kalau toh memang benar-benar hilang, pasti akan mudah ditemukan. Pencuri mobil itu mungkin saja belum tahu siapa pemilik mobil tersebut, atau seandainya sudah tahu mobil milik Kumala, pencuri itu belum tahu siapa Kumala Dewi itu. Si pencuri pasti jarang mendengarkan radio atau mengikuti berita-berita di TV yang belakangan ini sering menyebut-nyebut nama Kumala Dewi sebagai paranormal termuda dan kehebatan energi gaibnya sangat diakui oleh berbagai pihak. Jadi, seandainya pencuri itu akhirnya mengetahui bahwa BMW kuning itu adalah milik Kumala Dewi, pasti dia akan buru-buru mengembalikannya dengan permintaan maaf seribu kali. Sebab apalah artinya mendapat mobil curian yang mewah kalau toh akhirnya menerima hukuman yang lebih fatal lagi, yaitu kehilangan nyawanya akibat dicuri gadis sakti itu.
"Lakukan pelacakan lewat jalur gaib, Kumala!" desak Sandhi. "Sudah kulakukan lebih dari sepuluh kali!" geram gadis itu.
"Lalu, bagaimana hasilnya"!" . "Pencuri mobil itu menggunakan lapisan hawa sakti, sehingga mobil itu nggak bisa terlacak oleh radar gaibku!"
"Wah, kacau banget deh kalau begini!" keluh Sandhi dengan sedih dan menahan rasa takut yang makin meresahkan jiwanya. - "Berarti pencurinya seorang maling profesio yang sangat paham menggunakan kekuatan energi gaibnya guna menghilangkan jejak!" sambung Sandhi. "Kurang ajar orang itu. !!" Sandhi menggeram kuat hingga rahangnya bergetar. Ironis sekali. Biasanya Kumala sering membantu seseorang dalam menemukan kembali barang yang telah dicuri maling. Tapi sekarang justru Kumala sendiri yang jadi korban pencurian, dan ironisnya, dia tidak bisa melacak ke mana perginya si pencuri, dan tak mampu mendeteksi di mana letak mobil curian itu disembunyikan si pelaku. Bahkan hati Kumala diam-diam mulai dibayang-bayangi kecemasan pribadi, setelah ia berkesimpulan bahwa si pencuri itu pasti punya ilmu lebih tinggi, punya kesaktian lebih unggul dari kesaktian yang dimilikinya selama ini. Anehnya lagi, juru parkir yang terdiri dari enam orang itu tidak ada yang melihat BMW kuning meninggalkan tempat parkirnya. Para juru parkir itu justru terkejut ketika mendapat kabar dari Sandhi bahwa BMW kuning pegangannya telah hilang. Para juru parkir pun sempat curiga dan nyaris tidak percaya bahwa BMW kuning yang punya tempat parkir eksekutif itu bisa: hilang dicuri Orang.
"Jangan-jangan lenyap secara gaib"!" ujar salah seorang juru parkir untuk PT Wahana Graha itu. Beberapa orang lainnya ada juga yang berpendapat begitu. BMW tersebut hilang secara gaib.
"Dicuri oleh kekuatan iblis yang dapat bekerja dari alam kegelapan sana. Entah untuk apa mobil itu bagi sesosok iblis, yang jelas kemungkinan itu tetap bisa terjadi, mengingat pemiliknya adalah gadis yang menggeluti dunia mistik, serta punya naluri gaib yang tidak dimiliki manusia mana pun. Tapi pendapat itu pun belum-belum sudah dibantah oleh Darman, petugas Satpam yang bertanggung jawab tentang keamanan di sekitar pintu gerbang utama, tempat di mana semua kartu parkir. harus diserahkan oleh pengendara mobil yang ingin meninggalkan perkantoran tersebut. Darman terang-terangan agak ngotot, bahwa ia melihat jelas BMW kuning itu meluncur keluar meninggalkan perkantoran para eksekutif dengan tenang, tanpa kesan terburu-buru. - "Ini kartu parkirnya!" kata Darman menunjukkan kartu parkir VIP yang hanya dimiliki oleh beberapa orang, terutama para eksekutif manager atau orang-orang penting dan terhormat. Pada kartu parkir itu tertera nama pemilik mobil, jenis dan mereknya, serta nomor plat mobil dengan warnanya sekalian. "Tapi aku nggak merasa menyerahkan kartu parkir ini kepada dia, Kumala!" sambil Sandhi menuding Darman. Lalu, Satpam bertubuh tegap itu menyahut kembali.
"Memang bukan kamu yang memberikan kartu ini, San!"
"Lahu, siapa dong?" Darman melirik Kumala dengan ragu-ragu. Ia tampak bingung memberi jawaban. Ada rasa takut : bersalah apabila jawabannya mengecewakan hati
si gadis yang menjabat sebagai konsultan manager di PT Wahana Graha itu.
"Yang memberikan kartu parkir ini ya... pengemudi BMW itu sendiri, San."
"Kamu ingat wajah pengemudinya?" Setelah melirik Kumala sebentar, Darman pun berkata,
"Kurasa Nona Kumala lebih tahu segalanya daripada diriku, San. Aku cuma bisa katakan bahwa pengemudi mobilmu itu seorang gadis cantik yang... yang...." Darman tampak ragu-ragu. "Katakan saja, jangan ada yang kau ragukan. Lekas katakan!" pinta Kumala dengan tetap tenang dan kalem, justru rada dingin kesan yang diterima Darman dari sikap Kumala itu. Padahal maksud sikap itu untuk menghilangkan kesan mengadili Darman yang saat ini menjadi satu-satunya saksi mata atas-hilangnya mobil tersebut "Apa yang membuatmu ragu dan memandangiku dengan takut-takut"!" desak Kumala dengan memberikan sedikit senyum menenang jiwa yang gundah Ternyata Satpam muda itu segera dapat menentukan sikapnya untuk tidak membiarkan dirinya tampak gugup dan salah tingkah.
"Sebaiknya Nona Kumala saja yang menjelaskan segalanya. Toh Nona lebih tahu daripada.... Sandhi menghembuskan napas, membuang
kekesalan hatinya. ia hampir saja membentak Darma untuk melampiaskan kejengkelan hatinya. Tapi sebelum hal itu terjadi, Kumala segera mengajak Sandhi bicara empat mata di ruang kerjanya.
"Darman menyimpan suatu rahasia yang mencurigakan," kata Kumala.
"Tapi kurasa dia sengaja merahasiakan ciri-ciri pencuri mobil kita, dan tidak akan dikatakannya sebelum kita beri uang pembuka mulut." "Kurasa bukan itu!" geram Kumala menahan jengkel pula. "Maksudmu dia terlibat dalam kasus tersebut?" "Terlibat sih tidak, tapi... ada sesuatu yang membungkamkan mulutnya, sehingga ia tak mampu bicara tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pencuri tersebut." "Maksudmu, ada seseorang yang pamer kekuatan gaibnya dan ingin menjajal kesaktian mu, begitu?" - "Entahlah. Mungkin saja memang begitu. Yang jelas, jangan desak si Darman lagi, nanti justru akan timbul kesalahpahaman." Dengan wajah menampung kekesalan hati serta perasaan bersalah, Sandhi pun akhirnya pasrah kepada keputusan Dewi Ular.
"Terserah kamu deh. Jadi... kita mesti bagaimana ini?":
Setelah diam berpikir sebentar, Kumala pun berkata,
"Kurasa memang ada pihak yang ingin menjajal kesaktianku. Sebaiknya tidak harus kulayani keinginannya ini. Biar saja. Biar dia semakin penasaran melihatku tanpa reaksi. Pasti dia akan meneleponku at au bikin ulah lain untuk memancing emosiku."
"Mungkinkah orang yang ingin menjajal kesaktianmu itu adalah si dukun sinting. Paman Goz" Paman istrinya Tohir itu"!" - Kumala tertegun sebentar, lalu menggelengkan kepala jelas-jelas. "Kurasa... bukan dia. Paman Goz nggak punya perisai yang dapat membuatnya tak bisa ditembus dengan teropong gaibnya siapa saja, seperti si pencuri mobil itu." - Sekalipun beberapa waktu yang lalu Dewi Ular pernah bentrok dengan seorang lelaki yang mengaku sebagai dukun sakti dan mempunyai perguruan bela diri dengan kekuatan tenaga gaib, yaitu yang bernama Paman Goz, alias Paman " Gozali, tapi kecurigaan hati Kumala tidak mau terpengaruh oleh persoalan masa lalunya itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: 'KORBAN KUTUKAN'). Ia justru cenderung mencurigai pihak lain yang sangat me mungkinkan menggunakan perisai penangkal teropong gaibnya. Perisai itulah yang me mbuat Kumala gagal lagi setelah kesekian kalinya men coba melacak kepergian mobil tersebut.
"Satu hal yang mencemaskan saat ini," kata Kumala dengan mata memandang datar dan menampakkan bayang-bayang kecemasannya.
"Apa yang paling kau cemaskan?"
"Dokumen itu!" jawab Kumala seraya mengarahkan tatapan matanya kepada Sandhi. Tatapan itu yang membuat Sandhi percaya bahwa Dewi Ular benar-benar mencemaskan dokumen yang sengaja ditinggal di dalam mobil, tepatnya di dalam laci dashboard. "Apa isi dokumen itu kalau kuboleh tahu?" tanya Sandhi.
"Daftar nama-nama pengusaha yang bakal di
cekal dan dinyatakan sebagai pengusaha tercela. Selain itu juga nama-nama perusahaan yang akan disita oleh beberapa bank di luar negeri, karena hutangnya yang sampai sekarang belum terbayar lima puluh persen pun. Dokumen itu sangat diincar oleh para pengusaha, terutama yang namanya tertera di situ, supaya ia dapat melakukan tindakan prefentif licik, sebelum perusahaannya diambil alih yang berwenang."
"Vital sekali dokumen itu?"
"Bukan hanya vital, tapi memang sedang menjadi topik pembicaraan di mana-mana. Kalau sampai dokumen itu tersebar ke mana-mana, waah.. habislah reputasiku di mata para pejabat yang bersangkutan. Luntur sudah rasa kepercayaan
pemerintah kepadaku."
"Cobalah menggunakan kesaktian lain supaya bisa menembus perisai gaibnya pencuri itu!"
Kumala menggeleng lemah. "Panggil si Buron saja!" ujarnya dalam mengambil keputusan akhir. Ia menyuruh Sandhi menghubungi Buron di rumah melalui telepon kantor. Kumala bermaksud menyuruh Buron untuk melacak BMW kuningnya itu, karena B"ron punya kesaktian tersendiri yang tidak boleh dianggap enteng. Sebab bagaimanapun Buron adalah jelmaan dari Jin Layon, yang dalam dunia paranormal telah dijadikan asistennya Dewi Ular untuk urusan gaib.
Tapi apakah kesaktian Buron sebagai bangsa jin akan mampu menerobos perisai hawa.sakti sang pencuri, atau justru akan, berbalik mencelakakan diri sendiri"
BURON adalah jelmaan Jin Layon yang suka usil. Kadang-kadang ia dijuluki pula sebagai jin usil. Jin yang aslinya bertubuh besar, tinggi 6 meter, kulit hitam berminyak, kepala gundul mulus dengan mata besar merah menyeramkan itu, pernah bikin ulah secara ugal-ugalan di depan Dewi Ular. Antara lain, menjerat hati wanita kesepian dengan mengubah penampilannya sebagai pemuda tampan, yang pada akhirnya membuat wanita itu menderita kerusakan fatal pada bagian 'mahkota kemesraannya
Melihat kaumnya dikerjain oleh Jin Layon, bertindaklah Kumala Dewi melalui sebuah pertarungan seru yang tanpa penonton dan tanpa sporter satu pun. Jin Layon berhasil dikalahkan Dewi Ular. la bertekuk lutut, dan siap mengabdi kepada Dewi Ular asalkan tidak dihancurkan oleh sang dewi. Sejak itu, mereka bersahabat dan saling membantu. Jin Layon diwajibkan mengubah diri menjadi seorang pemuda yang memiliki prototipe, ciri-ciri fisik serta hal-hal lainnya yang bersifat tetap. Tibak berubah-ubah rupa dan performance, kecuali dalam keadaan terdesak.
Maka menjelmalah Jin Layon sebagai pemuda berambut kucai, agak kemerah-merahan, dengan potongan rambut sedikit nge-punk. Pemuda bertubuh agak kurus itu mempunyai wajah berkesan lucu, tapi juga punya nilai ketampanan yang paspasan. Kumala dan Sandhi sepakat memberinya nama: Buron. Dinamakan demikian karena jelmaan Jin Layon itu termasuk jin yang melarikan diri dari alam kehidupan bangsa jin. Pelariannya itu bukan karena terlibat kasus kredit macet, juga bukan karena dia sebagai jin bermasalah, tapi karena menuruti tuntutan batinnya, yaitu mencari siapa ayah kandungnya dan dimana tinggalnya" Pelarian itulah yang diistilahkan oleh Sandhi sebagai tindakan kabur atau minggat, atau buron, sehingga ia dinamakan Buron. Sebagai catatan tambahan... bahwa Buron mempunyai orang tua blaster indo: emaknya jin bapaknya orang. Tentu saja manusia lelaki yang mau mempunyai istri jin adalah yang berilmu dan mempunyai kekuatan supranatural cukup lumayan. Menurut informasi terakhir yang diperoleh dari ibunya, yaitu Jin Ganjarlangu, ayah Buron sudah tidak
hidup lagi di zaman sekarang ini. Tapi titisan dari sang ayah itu masih ada dan hidup di zaman sekarang. Pria titisan sang ayah itulah yang dicari-cari oleh Buron sebagai tuntutan kerinduan seorang
anak terhadap kasih sayang seorang ayah.
Dalam petualangan mencari kasih sayang ayah
itulah Buron terdampar di Jakarta, menjalin persaudaraan dengan anak dewa yang cantik jelita, yang diharapkan dapat membantunya mencari titisan sang ayah. Rasa persaudaraan yang diberikan Kumala selama ini telah membuat Buron merasa tidak sendirian dalam hidupnya, juga dapat merasakan manisnya persahabatan yang damai, sehingga sulit baginya untuk memisahkan diri dari Dewi Ular. Kebahagiaan jiwa yang acapkali diperolehnya di lingkungan keluarga Kumala Dewi telah membuat kadar pengabdiannya semakin tinggi, siap bela pati untuk sang bidadari jelita itu.
Supaya lebih jelas mengetahui sejarah kemunculanjelmaan Jin Layon itu, Sandhi sering menyarankan beberapa kenalannya untuk membaca buku serial Dewi Ular dalam episode: MISTERI PERUSAK MAHKOTA dan 'BANGKIT DARI KUBUR" (silakan membacanya atau kalau mau membaca secara online baca saja di cerita-silat.mywapblog.com). - Tapi belakangan ini pemuda berusia sekitar 24 tahun itu sedang sibuk dengan tuntutan batinnya yang bersifat sangat pribadi. Jelmaan jin usil itu sibuk memburu calon istrinya. Buron kepingin kawin. Dia ingin punya istri, anak dan punya cucu. Bukan hanya punya hutang saja. Karena ia menjelma sebagai manusia, maka naluri kemanusiaannya-pun dirasakan semakin mendesak jiwa, sehingga sebuah rubrik biro jodoh yang termuat di salah satu koran sempat menjadi sasaran perburuannya. Ia berharap dari iklan biro jodoh itu ia bisa menemukan wanita yang menjadi jodohnya sesuai garis kehidupan yang sudah dikodratkan dari sananya. Upaya tersebut telah membuat Buron berkenalan dengan seorang janda kaya dan cantik dengan usia 28 tahun. Janda cantik bertubuh sexy itu bernama: Shayu Handayani, eksportir rotan yang menjadi pewaris kekayaan mendiang ayahnya. Shayu yang anggun dan tergolong sebagai wanita karir yang sukses itu ternyata mempunyai masalah yang cukup memusingkan bagi Buron. Di balik kecantikan dan kekayaannya itu, Shayu menyimpan sisi kehidupan misterius yang selama ini sebenarnya sangat menyiksa batin dan jiwanya. Perempuan kuning langsat yang tingginya mencapai 170 cm dan menyerup ai artis Hollywood itu termasuk salah satu dari dua pere mpuan yang menjadi korban kutukan istri kedua ayahn ya. Shayu dan kakaknya yang sekarang berada di dala m penjara, yaitu Tiana, sama-sama dikuasai oleh kekua tan iblis dari kutukan tersebut, (Baca serial Dewi Ular da lam episode: 'KORBAN KUTUKAN'). Tempo hari iblis yang selama ini menguasai jiwanya Triana telah berhasil disi ngkirkan oleh Dewi Ular. Tapi iblis
yang menguasai segenap kehidupannya Shayu belum bisa disingkirkan oleh Buron. Selain iblis yang ada pada diri Shayu adalah jenis iblis kelas berat, bukan kelas bulu secara jujur Buron mengakui kalah sakti dengannya. Tapi ia tetap berusaha mencari cara bagaimana agar ia bisa mengalahkan iblis itu tanpa bantuan kesaktiannya Dewi Ular.
"Biar kutangani sendiri, supaya Shayu tahu sebegini besar perhatian dan kasih sayangku padanya, sehingga jika terpaksa aku harus babak belur,
nggakapa-apa deh. Demi membahagiakan dan menyelamatkan jiwanya, aku rela babak belur berak
kapur!" Pernyataan itu diucapkan di depan Kumala
Dewi dan Sandhi, yaitu ketika Shayu habis berkunjung ke rumah tersebut dan berkenalan dengan.
Dewi Ular. Pada dasarnya Kumala sudah memperingatkan Buron, bahwa iblis yang menguasai diri Shayu itu punya kesaktian yang tidak bisa dianggap ringan. Kumala bersedia mengeluarkan iblis itu melalui pertarungan gaib yang dapat mengguncangkan permu kaan bumi. Tapi setelah dipikir-pikir lebih cermat lagi, Bu ron menolak secara halus kesediaan Kumala itu. la bert ekad ingin menjadi pahlawan bagi calon istrinya sendiri. Kumala Dewi bisa memahami maksud Buron yang ingin unjuk kesetiaan kepada
Shayu. Tapi sebagai sahabat yang telah menyatu dalam persaudaraan, Kumala tidak rela jika Buron hancur oleh kekuatan iblis tersebut. Maka diam diam kekuatan gelombang gaibnya Dewi Ular selalu membayang-bayangi Buron, tanpa diketahui oleh Shayu, bahkan kadang-kadang kurang disadari oleh Buron sendiri.
"Menurut adat kebiasaan bangsaku," kata Buron beberapa hari yang lalu di depan Sandhi, sewaktu ia membantu Sandhi mencuci BMW milik majikan mereka.
"Memangnya bangsajin punya adat juga?" sela Sandhi setengah gila. Buron langsung menjawab dengan berapi-api. "Punya dong! Memangnya cuma bangsamu saja yang punya adat"! Justru adat bangsa jin itu
punya peraturan yang ketat sekali dan sulit diakali.
Misalnya dalam mencari calon istri, siapa pun dari bangsaku yang ingin memperistri jin betina, harus mempunyai jasa lebih dulu terhadap calon istrinya. Bila perlu, melakukan pengorbanan dalam menyelesaikan persoalan calon istrinya. Persoalan itu bisa bermacam-macam jenisnya, tergantung permintaan sang calon istri: masalah apa yang ingin diselesaikan oleh calon suaminya itu. Bisa masalah berat, bisa masalah ringan." "Kalau nggak punya masalah bagaimana?"
"Sang calon istri harus cari masalah!" jawa bnya seperti sekenanya saja. Sandhi tertawa geli melih at mimik wajah Buron dalam mengatakan hal itu.
"Semakin besar pengorbanan sang calon suami, berarti semakin besar nilai cinta yang diberikan kepada sang calon istri!"
"Terus... bagaimana kalau ternyata sang calon suami itu nggak bisa menyelesaikan persoalan tersebut?" "Dalam menyelesaikan persoalan, calon suami boleh saja meminta bantuan pihak lain. Tentunya setelah berkali-kali babak belur karena gagal menyelesaikan persoalan tersebut. Tapi kalau toh pihak lain itu akhirnya nggak bisa juga membantu menyelesaikan persoalan itu, maka sang calon suami hanya mempunyai dua pilihan." - "Apa itu?"
"Mundur, atau membatalkan pinangannya dengan menanggung beban malu karena dianggap nggak punya kejantanan, atau... bunuh diri secara terhormat!"
"Bangsa jin itu mengenal istilah bunuh diri juga?" "Artinya, menghancurkan diri menjadi debu dan nggak akan punya kehidupan lagi di alam mana pun." "Wah, kedengarannya sangat ksatria sekali adat itu, ya?" gumam Sandhi sambil manggut manggut memandangi Buron yang sedang mencuci bagian roda mobil. Sandhi sama sekali tak pernah menyangka kalau bangsa jin punya hukum adat seperti itu. - Maka wajar saja kalau belakangan ini Buron kelihatan sangat sibuk dan lebih sering dibayang: bayangi kecemasan jika sedang duduk sendirian. Tentunya pemuda itu berpikir keras bagaimana cara mengusir kekuatan iblis yang merasuk dalam kehidupan Shayu. Karena, sudah tiga kali Buron mencoba mengeluarkan iblis itu dari kehidupan sayu, tapi selalu gagal. Tiga kali pula Sandhi melihat Buron pulang dalam keadaan babak belur. Dua hari yang lalu, Sandhi dan Kumala yang malam itu baru saja pulang dari plaza, menemukan Buron terkapar di teras dalam keadaan sekujur tubuhnya berwarna biru legam. Bahkan telapak kakinya pun juga berwarna biru legam, seperti mayat yang mau membusuk. Tapi tanda-tanda kehidupan masih tampak padanya, sehingga Dewi Ular segera menolongnya dengan memberikan pengobatan gaib yang membuat warna kulit Buron berubah kembali seperti biasanya.
"Kenapa kamu sampai separah itu, Ron?" tanya Kumala dengan menahan rasa jengkelnya melihat asisten urusan gaib itu sampai terluka separah
itu. Kumala berusaha untuk tetap memahan diri dan menguasai kesabarannya. "Aku mencoba melawan si jahanam yang menguasai kehidupan Shayu. Kugunakan kesaktianku yang tergolong kesaktian kelas tiga. Tapi ternyata justru seranganku itu berbalik mengenai diriku sendiri. Aku sadar, aku terluka sangat parah. Maka . aku buru-buru pulang." - "Bukankah kemarin aku sudah bilang padamu... jangan menyerang sekarang. Tunggu saatnya lengah, atau tunggu hari sialnya tiba."
"Iblis itu selalu waspada dan sepertinya nggak pernah punya hari sial. Jadi...."
"Bodoh!" tegas Kumala memotong kata-kata Buron.
"Setiap kekuatan mempunyai kelemahan, demikian pula dengan iblis itu. Pasti dia punya saat-saat sial di mana kekuatannya menjadi lemah. Hanya saja, kita nggak pernah tahu, kapan iblis itu mengalami masa-masa lemah. Kau harus mempelajari karakteristiknya lebih cermat lagi. Jangan asal menyerang Bisa bonyok luh!" Buron diam, merasa bersalah. Melakukan tindakan yang kurang perhitungan. Terlalu ambisi untuk menunjukkan cinta kasihnya kepada Shayu Buron tak menyanggah ketika dikecam Dewi Ular sebagai jin bego yang bertindak secara gegabah. Hati kecilnya waktu itu mengakui bahwa ia telah bertindak gegabah. Padahal sebelumnya ia sudah diwanti-wanti Kumala agar tidak memancing kemunculan iblis menguasai jiwa Shayu. Tapi terdorong emosi cinta yang menggebu-gebu, Buron mengabaikan pesan Dewi Ular. Akhirnya iblis itu muncul dan menyerangnya. Meski sempat melakukan perlawanan sengit, namun akhirnya Buron terluka oleh kesaktiannya sendiri. Untung ia segera ambil inisiatif untuk lari pulang dan berhasil disembuhkan oleh Dewi Ular.
"Bawa kemari perempuan itu deh! Biar kuhabisi sekarang juga iblis itu. Aku jadi nggak sabar melihat cara kerjamu yang lamban dan suka sembrono itu!" kata Kumala Dewi.
"Jangan. Kau jangan ikut campur dulu, Kumala. Aku masih belum jera melawannya. Aku ingin Shayu melihat sendiri bahwa pada akhirnya akulah yang bisa menyelamatkan dia dari cengkeraman iblis pengutuk hidupnya itu!" Mendengar nada bicara Buron masih penuh semangat dan sarat keberanian, Kumala mengendurkan geramannya. la tahu persis alasan Buron yang ingin mengalahkan iblis itu sendirian. Kumala sendiri tak ingin melihat-Buron dikecam Shayu hanya karena gagal menunjukkan gengsi cintanya yang harus ditempuh dengan mengatasi problem misterinya Shayu itu. Mau tak mau Kumala harus
tetap memberi kesempatan kepada Buron untuk unjuk gigi tapi bukan unjuk pantat, sebab menurut Kumala, kali ini tampaknya Buron benar-benar jatuh cinta kepada Shayu. Maka wajar jika Buron sangat penasaran dan tampak ngotot sekali ingin menumbangkan iblis pengutuk itu. - - Seandainya beberapa saat yang lalu Shayu tidak memohon kepada Buron agar dibebaskan dari pengaruh kutukan, mungkin Buron tidak sungkan sungkan meminta bantuan Kumala Dewi Bahkan mungkin saja perkara itu diserahkan ke tangan Kumala. Buron yakin, iblis pengutuk itu sudah pergi dari jiwa raganya Shayu sejak beberapa waktu yang lalu..Namun karena janda cantik itu telanjur dipengaruhi oleh informasi beberapa kenalannya yang pernah melihat kesaktian Buron, maka Shayu pun terang-terangan mengharapkan bantuan Buron untuk mengatasi misteri iblis pengutuk itu. "Setelah berkali-kali aku gagal menyingkirkan si terkutuk yang bersemayam dalam diriku ini melalui bantuan dukun dan orang sakti dari mana saja, maka sekarang tinggal satu pengharapanku. Pengharapan ini adalah pengharapanku yang terakhir. Aku mengharapkan sekali campur tanganmu dalam menyingkirkan iblis dalam diriku ini, Buron Kalau kali ini kau juga gagal menyingkirkan dia, habis sudah pengharapanku. Aku nggak akan berharap apa-apa lagi dari siapa pun. Dan... mungkin jalan yang terbaik bagiku adalah bunuh diri!" Menurut terjemahan bebas bahasa dan adat bangsa jin, kata-kata Shayu yang dilontarkan dengan nada sedih serta diiringi genggaman tangan yang menyentuh hati, sama dengan tuntutan sang calon istri yang ingin melihat seberapa besar nilai cinta dan kesetiaan kekasihnya. Sebagai jin yang pernah tamat mempelajari buku petunjuk adat-istiadat bangsa jin, Buron tak mungkin menolak tuntutan itu. Oleh karenanya, ia berusaha keras. memenuhi pengharapan terakhi Shayu Handayani yang punya titel MBA di belakang namanya itu.
"Daripada kau bunuh diri, kebih baik aku yang hancur selama-lamanya, Shayu. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berusaha dan terus berusaha memenuhi harapanmu, sampai debu yang terakhirku!" Itu pernyataan tulus Buron yang diucapkan tanpa kesan rayuan gombal Pernyataan itu kini menjadi beban terberat baginya, karena sudah tiga kali ia gagal mengalahkan iblis tersebut. Kegagalan itu bukan hanya menyiksa batin Buron saja, tapi juga sangat menyiksa batin Shayu sendiri. Siapa pun orangnya jika mengalami nasib seperti Shayu, pasti akan menangis sepanjang hari, atau bahkan menjadi gila sepanjang masa.
Dapat dibayangkan, betapa sakit hati perempuan itu jika setiap kali ingin bercinta dengan lawan jenisnya, selalu saja terhalang oleh kemunculan iblis tersebut. Mana kala pelukan dan kecupan bibir mulai membangkitkan gairah sexualnya, maka per lahan-lahan wajah cantik Shayu berubah menjadi tua, jelek, berkerut-kerut pucat, dengan mata berubah merah. Giginya mengeluarkan taring, dan suaranya besar, serak dan menyeramkan sekali Jika sudah begitu, pasti saja lawan kencannya itu akan meronta dari pelukan dan berusaha melarikan diria atau pingsan di tempat karena dicekam rasa takut yang luar biasa. Mantan suaminya hanya mampu bertahan satu bulan, lebih dari itu ia memilih meninggalkan Shayu tanpa perceraian resmi. Itu terjadi lantaran sang suami tak pernah bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan sang istri. Sebab jika sang istri mulai bernafsu dengan birahi yang menggetarkan hatinya, maka wajah angker menyeramkan itu selalu saja muncul dan berusaha mencekik sang suami "Sampai sekarang aku nggak pernah tahu di mana suamiku itu berada. Mungkin ia sendiri nggak ingin lagi bertemu denganku karena sangat ketakutan melihat perubahanku," tutur Shayu pada hari-hari kemarin. Buron sengaja menampakkan kesungguhannya dalam menanggapi keluh kesah
menyedihkan itu. "Jadi... sampai sekarang kamu belum pernah merasakan nikmatnya bercinta dengan seorang: lelaki?" Shayu menarik napas menahan tangis. "Memang, dulu sebelum kutukan istri muda mendi"ng papaku ini menimpaku dan Triana, aku pernah merasakan nikmatnya bercinta dengan lawan jenisku. Tapi sejak kutukan ini menimpa kami, aku nggak pernah lagi merasakan nikmatnya bercumbu, hangatnya bercinta dan mesranya bergumul dengan lawan jenisku. Padahal... sesungguhnya aku perempuan yang normal, masih peka oleh sentuhan mes- ra, masih mudah terbakar oleh tatapan mata seorang lelaki, dan masih membutuhkan kenikmatan asmara Tapi... semua itu hanya siksaan-keji yang harus kutelan mentah-mentah dari hari ke hari." "Selama kamu tidak berduaan di ranjang dengan lawan jenistmu, apakah ibl is itu sering merebut kecantikanmu?" "Bisa saja begitu. Karena setiap aku menerawang jauh, membayangkan kemesraan, lalu gairahku tergugah dan hasrat ingin bercumbuku menjadi kian membara, maka secara otomatis wajahku akan berubah menyeramkan karena iblis itu menampakkan diri." - "Kasihan sekali kau...," bisik Buron sambil mengusap rambut si janda cantik itu. Ia menatap dengan sendu, penuh rasa iba dan haru. Sementara itu, Shabu yang memang mempunyai mata sayu itu diam-diam berusaha menahan gejolak hasrat cintanya agar tidak membakar gairah dan tidak menuntut batinnya untuk menginginkan kenikmatan asmara Buron. - - "Dulu ketika aku tinggal di California, ada seorang pria yang menjadi korban keganasan iblis ini Stevens, namanya. Dia bermaksud memperkosaku dengan memasuki apartemenku di tengah malam. Badannya yang besar dan kekar membuatku tak bisa lepas dari cengkeramannya. Lalu, sentuhan liarnya sengaja kunikmati sehingga gairahku terbakar. Pada saat hasrat cintaku menginginkan kepuasan, iblis keparat ini muncul dengan suaranya yang mengerikan. Tapi Stevens menganggapnya suatu tipuan dari siasatku. Ia tetap berusaha melampiaskan hasratnya padaku." "Lalu, apa yang terjadi?" Buron menjadi sangat ingin tahu.
"Iblis ini menggigit lehernya hingga koyak Stevens buru-buru melarikan diri dalam keadaan separo telanjang. Darahnya banyak yang keluar. Akhirnya ia terkapar dan mati di depan pintu apartemen. Peristiwa itu membuatku nyaris masuk penjara. Pihak kepolisian setempat tidak mempercayai ceritaku, lalu kubuktikan kebenaran ceritaku itu dengan membayangkan sedang bercumbu bersama polisi muda yang ada di depanku. Pada saat itu gairahku pun menggelora, dan mereka terkejut serta lari ketakutan, lantaran melihat diriku berubah menyeramkan sekali." - Seorang paranormal kondang di Amerika pernah menangani kasus misteri itu Orang tersebut adalah dukun terkenal dari suku Indian. Tapi toh dukun itu justru hampir mati melawan kekuatan iblis yang bersarang dalam diri Shayu Handayani itu.
"Kalau begitu, waktu kita bertemu di toserba yang pertama kali, kau pasti membayangkan sedang bercumbu denganku, Iya kan?" Shayu tersipu malu. "Dari mana kau tahu?"
"Wajahmu berubah menyeramkan walau cuma sejenak." Semakin malu senyuman itu, namun juga semakin berat menekan kesedihan yang menyiksa jiwa. "Itu kulakukan untuk menunjukkan padamu bahwa aku butuh pertolonganmu. Karena selama ini, aku hanya bisa menahan dan menahan terus terusan keinginan bercintaku, sampai membuatku hampir saja menjadi gila. Tapi untunglah aku mendapat warisan dari orang tuaku, sehingga bebe
rapa perusahaan yang harus kutangani dengan serius telah menjadi sarana bagiku untuk mengalihkan keinginan sexual-ku. Kesibukanku di dunia bisnis semakin kuperpadat, supaya aku tidak punya kesempatan untuk berpikir tentang kemesraan."
"Lalu, kenapa waktu itu kau pasang iklan biro jodoh di koran yang kubaca?"
"Tindakan itu merupakan terapi kejiwaan untuk menyelamatkan hidupku, sekaligus untuk menghibur batinku sendiri agar tidak merasa terlalu kecewa dengan keadaan ini. Rasa-rasanya setelah masuk menjadi anggota Yayasan Kurai dan datadata pribadiku termuat di koran tersebut, gairah hidupku yang nyaris padam menjadi terang kembali. Seolah-olah aku sedang menunggu calon suami yang akan datang meminangku. Dengan begitu, kekecewaan hatiku sedikit terobati. Setitik harapanku pun kembali muncul dalam lamunanku." Buron menelan napasnya karena menahan getaran duka, juga karena ingin menahan luapan emosinya yang menyebarkan kebencian terhadap iblis tersebut. Di akhir percakapan it u Buron nekat mencoba mengalahkan kekuatan iblis. K arena saat itu mereka berada dalam sebuah kamar hot el, maka Buron pun berani mencium Shayu, serta tanga nnya menari-nari nakal di dalam blus ketatnya Shayu. t arian tangan hakal yang menjelajahi perbukitan di
dada Shayu membuat perempuan itu mulai bergairah. Separo hati Shayu ingin melarang, tapi separo hatinya lagi ingin menikmati. Alhasil yang terjadi adalah perubahan rupa cantik menjadi seraut wajah iblis yang menyeramkan. Buron melihat perubahan itu tanpa rasa ngeri dan tidak membuatnya kaget lagi, karena perubahan tersebut sudah diperhitungkan dan sengaja ditunggunya. Maka ketika pancingannya mengenai sasaran, Buron pun segera melakukan pertarungan dengan Shayu yang sudah berubah menjadi iblis seutuhnya. Dalam pertarungan itu, Buron hampir saja hancur menjadi debu akibat semburan sinar merah yang keluar dari mulut sang iblis. Untung saja Buron dapat menghindari semburan sinar merah itu. Namun ia gagal menghindari hantaman tangan berkuku panjang, runcing dan hitam itu. Hantaman itu telak mengenai dagu Buron. Sekujur tubuh Buron seperti dialiri stroom listrik yang amat kuat, sehingga ia berkelojotan di lantai dengan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan lompatan sinar merah mengelilingi tubuh. "Kumalaaa... tolong aku!" seru Buron menggunakan suara getaran gaibnya. Untung waktu itu Kumala Dewi sedang membuka saluran gaibnya, sehingga seruan Buron itu dapat didengarnya. Kekuatan si anak dewa itu segera bekerja dan di-kerahkan secepatnya untuk menarik Buron dari rumah. Beberapa waktu kemudian, Buron pun seperti melayang luar biasa cepatnya, tahu-tahu sudah terbanting di atas permadani ruang tengah, persis di depan Kumala yang duduk pada sebuah sofa sudut. Kumala Dewi buru-buru menyembuhkan luka dahsyat yang diderita Buron. Kesaktian bidadari bergaya metropolis itu ternyata mampu memulihkan keadaan Buron seperti sediakala dalam waktu kurang dari 20 detik. Peristiwa pertama itu benar-benar tidak membuat Buron merasa takut, melainkan justru lebih penasaran lagi. Maka dua hari berikutnya Buron menantang kembali pertarungan
tersebut dengan cara menciumi Shayu dari belakang. Karena saat itu Shayu mengemudikan mobilnya sedangkan Buron yang duduk di jok belakang dapat dengan mudah menciumi tengkuk Shayu, sehingga sang iblis pun terpancing keluar dalam rupa yang membuat bulu kuduk merinding. Buron pun segera melakukan tindakan penyerangan. Mereka sempat bertarung di dalam s"dan mewah tersebut, tapi ujung ujungnya Buron berhasil dibuang oleh kekuatan Iblis ter sebut, keluar dari dalam mobil tanpa menimbulkan ker usakan sedikit pun pada mobil tersebut. Iahu-tahu Buro n sudah berada di Taman Pasundan, yaitu sebuah tama n dan kolam air marcur yang letaknya tak jauh dari ru mahnya si Dewi Ular. Buron pulang ke rumah dalam ke adaan separo bagian tubuhnya berwarna hitam hangus. Seolah olah separo tulang belulangnya sudah menjadi arang. Beruntung sekali jantungnya tidak ikut hangus, dan Kumala Dewi buru-buru menyelamatkan keadaan Buron. Jika hal itu dilakukan dengan waktu yang terlambat beberapa menit, maka Buron akan mati. Menjadi debu dan tak akan pernah hidup lagi di alam mana pun, baik alam roh halus, alam jin, maupun alam kehidupan manusia. Kini ketika Kumala Dewi kehilangan mobilnya, Buron sedang berada di rumah. Ia menekuni sebuah kitab kuno peninggalan zaman Majapahit yang berisi kidung kidung penakluk segala jenis angkara murka dan mantera-mantera pengusir kekuatan iblis. Dering telepon yang terdengar sempat membuat Buron menggerutu karena merasa keasyikannya terganggu. Apalagi yang didengarnya adalah suara Sandhi dalam telepon, ia langsung ngomel ngomel dengan nada kesal, karena menyangka telepon itu tidak penting "Elu memang payah, San. Gimana aku kelak bisa jadi gubernur kalau sebentar-sebentar kesibukanku diganggu dengan keisenganmu kayak gini"!?"Eh, jin sableng...!" ketus Sandhi juga. "Gue telepon elu bukan karena iseng, tapi karena disuruh oleh boss kita! Elu disuruh datang ke kantor sekarang juga!" .
"Bilangin, gue lagi tanggung nih!"
"Yeee.. ini anak"! Kumala yang suruh nih, bukan kemauanku!"
"Memangnya kenapa sih mesti ke sana" Gue kan bukan karyawan atau staf eksekutif kantomya Kumala"!"
"Mobil hilang, Ron!"
"Mobilnya siapa?"
"BMW kita!" "Emangnya kapan sih kita beli BMW. Yang ada kan mobilnya Kumala, bukan mobil BMW kita."
Gagang telepon yang ditempelkan ditelinga kiri Buron tetap mengirimkan suara Sandhi, tapi telinga kanan Buron mendengar suara bentakan Kumala yang membuatnya cengar-cengir takut
"Cepat cari BMW kital Baru saja dibawa lari pencuri yang sulit ditembus teropong gaib!"
"Larinya ke mana?"
"Mama kutahu, Bego! Cepat pergi dan bawa pulang kembali mobil itu!" sentak suara Kumala dengan tegas, walau tidak terkesan kasar. Maka Buron pun segera meletakkan gagang telepon dan
menunda semua kesibukannya. Dalam sekejap ia berubah menjadi sinar kuning kecil yang melesat menembus dinding, keluar ke alam bebas.
PEMUDA tampan berperawakan tegap, gagah dan berkesan jantan itu turun dari mobilnya: Terrano hitam list emas. Mobil itu diparkirkan di depan sebuah butik besar yang memasarkan busana-busana impor dari mode terakhir. Pria muda itu melangkah cepat-cepat sampai akhirnya menemukan wanita cantik jelita yang mempunyai senyum sangat memukau. Wanita muda itu mendekati pelayan butik sambil menaikkan kacamata hitamnya ke ujung kepala, seperti bando pengatur rambut. "Punya jaket kulit untuk rocker?" tanya si jelita itu kepada pelayan wanita berusia 27 tahun. "Maksudnya... jaket metal?" "Seperti apa sih jaket metal itu. Saya tahunya cuma jaket rocker. Coba lihat jaket yang dibilang metal itu?" Pelayan pergi mengambilkan jaket metal yang memang cocok untuk tampil di depan umum, seperti di panggung musik dan sebagainya. Pelayan Itu yakin bahwa si jelita bertubuh sexy itu pasti seorang rocker yang ingin mengadakan show di suatu tempat Hanya saja, agak aneh juga kalau :
seorang rocker tidak tahu jaket metal" Mungkinkah si cantik jelita itu adalah rocker yang baru terbit kemarin sore"
"Maaf, Anda yang bernama Kumala Dewi, bukan?" tegur seorang pemuda tampan yang tadi turun dari Nissar. Terrano.
"Dari mana kamu tahu namaku Kumala Dewi?" "Aku mengenali m"bilmu. Tadi waktu mobilmu menyemburkan cahaya biru dan mengubah seorang bocah preman menjadi binatang dinosaurus, aku berada di belakangmu. Lalu kuikuti sampai di sini, karena aku ingin sekali bicara denganmu untuk suatu masalah yang sangat penting"
"2, begitu" Tapi cuma bicara saja kan" Nggak macam-macam kan?"
"Tentu saja begitu. Aku bukan pemuda urakan yang biasa berbuat kurang ajar kepada kaum wanita," ujarnya sambil tersenyum ramah.
"Kalau bukan karena sesuatu yang amat penting dan mendesak sekali, aku nggak akan mengikutimu sampai ke butik ini. Jadi, bukan aku bermaksud kurang sopan menemuimu di sini, melainkan karena keadaan yang sangat mendesak - "Ya, ya... aku ngerti kok. Tapi urusanmu nanti saja, ya?" "O, ya... perkenalkan, namaku Alzon," tiba- tiba pemuda tampan itu menyodorkan tangannya.
Mereka berjabatan sebentar dan saling beradu pandang beradu senyum menawan. Pelayan datang membawakan dua potongjaket dengan model berbeda. Kedua jaket itu dipamerkan dalam posisi dipegang kedua tangan si pelayan.
"Anda berminat yang mana, Nona" Kedua jaket inilah yang dinamakan jaket melal."
"Hmm, boleh juga modelnya, ya" Punya kesan tegar. Nggak cengeng, tapi keduanya juga nggak terlalu kelihatan liar. Hrnmm...." Alzon segera menyahut,
"Kumala, apakah kau ingin membeli salah satu dan jaket ini?"
"O, nggak. Aku cuma mau menukarnya dengan kendaraanku itu,"
"Ha..."! Kau mau tukarkan BMW-mu itu dengan jaket ini"!"
"iya. Bisa kan?" tanyanya kepada pelayan dengan serius. Tapi pelayan itu dan Alzon sama-sama tertawa kecil, menanggapi kelakar yang memang cukup menggelikan itu.
"Lho, kenapa kalian tertawa" Apakah kendaraanku itu kurang memenuhi syarat jika harus ditukar dengan salah satu jaket ini" Pukankah
kedua jaket ini tidak lebih mahal dari mobil saya
"Di sini bukan tempat tukar-tambah mobil dengan jaket, Nona," kata si pelayan masih dengan tawa geli yang mengikik pelan. "Kumala," kata Alzon. "Kalau kau suka dengan jaket ini, ambil saja. Kalau perlu, dua-duanya kau ambil "
"Terus, yang bayar siapa?"
"Biar aku yang bayar. Mobilmu nggak usah ditukarkan jaket ini." - "Kamu mau bayar jaket ini untukku"! Ah, yang bener..."!" sambil senyumnya semakin berseri-seri menakjubkan hati siapa pun:
"Asal kau mau bantu kesulitanku, apa pun yang kau inginkan dari butik ini, silakan ambil. Aku yang akan menanggung seluruh biayanya."
"O, begitu" Wah, sulit sekali bagiku buat menolak tawaranmu itu, Al," seraya tawa ceria pun mulai berhamburan.
"Mbak, tolong bungkus kedua jaket ini," kata Alzon.
"Suruh pelayan lain memasukkan ke dalam BMW kuning itu, ya?" "Aku boleh minta gaun jingga berbelahan punggung lebar itu?" "Kenapa tidak"! Tunjuk saja mana yang kau sukai, Kumala. Yang penting, kau mau bantu aku mengatasi permasalahanku itu."
"Permasalahanmu apaan sih?"
"Hmmm, sebaiknya kita bicarakan di.. di restoran yang ada di ujung pertigaan sana tuh..." sambil Alzon menunjuk restoran besar berlantai dua yang terkesan hmewah dan sangat eksekutif itu.
"Wow... kau mau traktir aku makan siang juga rupanya?" "Apakah kamu keberatan?"
"Keberatan" Oh, bodoh sekali kalau aku merasa keberatan," sambil tawa mereka pun saling ber hamburan kembali. - Hati pria tampan itu pun menggumam kagum,
"Ternyata dia benar-benar gadis yang cantik dan punya keramahan gaul yang cukup mengesankan. Pantas banyak orang yang terpikat padanya, karena sikapnya yang mudah akrab dengan siapa pun, termasuk dengan orang yang baru dikenalnya sepertiku ini." - Alzon juga merasakan debar-debarindah dalam hatinya. Aroma wangi yang lembut dan romantis itu tercium lekat-lekat oleh Alzon, dan membuat keresahan yang sejak kemarin melanda jiwanya nenjadi hilang secara sedikit demi sedikit Alzon juga mengagumi aroma wewangian tersebut, yang menurutnya berasal dari produk parfum langka, mungkin tak dijual di lndonesia.
Sekitar setengah jam kurang mereka berada di :butik, berikutnya sudah pindah ke restoran mewah berdinding kaca biru muda. Mobil mereka diparkirkan secara bersebelahan, tapi di dalam restoran mereka duduk saling berhadapan. Santapan makan siang yang tergolong mewah dipesan Alzon untuk menyenangkan hati gadis cantik di depannya itu.
"Jadi, persoalan apa yang harus kubantu menyelesaikannya?"
"Hmmm... begini, Kumala...," Alzon mengawali permasalahannya.
"Tunggu dulu Kamu kerja di mana?" "Kurasa kau sudah mengetahui bidang bisnisku dari namaku yang disebut-sebut sebagai executive vice president Birawa Bank." "Hmmm...," sambil kepala bersanggul asal asalan itu mengangguk-angguk, seolah-olah paham betul maksud kata-kata Alzon.
"Aku pun percaya bahwa kau pasti sudah dapat informasi mengenai delapan bank bermasalah yang minggu depan akan ditutup, bahkan disita seluruh jaminannya yang ada oleh pemerintah. Pamanku sendiri pasti sudah dalam daftar nama-nama orang tercela, termasuk salah satu bankir yang akan dituntut kepengadilan. Ah, yang pasti... kamu pun tentunya tahu apa persoalan yang kuhadapi saat ini. Karena... kuden gar kau sudah memegang dokumen kasus perbankan yang melibatkan pihak
asing itu." - - "Singkat saja deh. Jangan berbelit-belit. Aku bisa bingung. Katakan saja apa maksudmu, dan aku harus menolongmu yang bagaimana" Jangan bertele-tele lagi, nanti selera makanku berkurang." Polos dan lugu kata-kata itu, membuat Alzon bertambah geli-geli malu. Semakin kikuk baginya jika diminta bicara tanpa basa-basi dan diplomasi Namun toh akhirnya ia ikut-ikutan memaksakan diri untuk bersikap cuek. Lebih mengakrab lagi.
"Jelasnya begini saja deh..., aku ingin Birawa Bank selamat dari sangsi-sangsi mematikan itu. Pamanku dan terutama aku sendiri juga terhindar dari rencana pencekalan maupun pengadilan men-, datang. Serta... kalau bisa, aku ingin tahu, bank mana saja yang mengalami nasib seperti Birawa Bank Kalau boleh, aku ingin mendapatkan copy dokumen itu, Kumala." Hening tercipta beberapa saat. Aktivitas makan berlangsung dengan tenang, santai dan menimbulkan kesan semakin familiar lagi. Alzon sengaja lak ingin besuara dulu sebelum mendengar tanggapan atas keinginannya yang termasuk fantastis iadi. Sebab dalam hati kecilnya Alzon yang mengaku punya hobby di bidang fotografer itu, sangat sadar serta mengakui kesalahan fatal yang dilakukan oleh pihak bank milik pamannya itu. Namun
sebagai manusia, Alzon tetap mencari berbagai macam upaya untuk menyelamatkan karir dan bisnisnya. Salah satu cara yang diharapkan dapat menyelamatkan kelangsungan hidup Birawa Bank adalah menggunakan kekuatan supranaturalnya Kumala Dewi. - Padahal, Kumala Dewi sendiri mendapat tugas dari pihak yang bertanggung jawab atas penyelesaian keputusan bank bermasalah itu, untuk melakukan tindakan prefentif supaya mereka yang akan dikenai sangsi dan hukuman resmi, tidak menggunakan hal-hal mistik untuk melampiaskan rasa tidak puasnya kepada pihak pemerintah maupun pihak-pihak tertentu yang dianggap telah menjadi sebab terbongkarnya kasus tersebut Karenanya, Kumala mendapatkan dokumen tersebut dari, orang kuat yang bertindak sebagai pemberi vonis terhadap bank-bank bermasalah itu. Dalam dokumen tersebut secara rinci disebutkan data-data pribadi para bankir dan orang-orang yang terlibat, serta kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan hingga layak disebut sebagai pihak yang merugikan negara. - "Apakah menurutmu Birawa Bank serta pamanku, termasuk aku sendiri, sudah nggak bisa diselamatkan lagi dari kasus ini, Kumala?"
"Siapa bilang"!?"Jadi..."
"Ya, udah. Tenang aja. Kamukan sudah beradu pandang denganku" Kekuatan hawa saktiku sudah merasuk dalam dirimu. Siapa pun yang kau. pandang akan selamat dari kasus ini. Apa pun yang kau inginkan tadi akan menjadi kenyataan. Lihat saja nanti, apakah bank-mu akan tetap hidup atau mati."
"Terus... apa yang harus kukerjakan, Kumala" Maksudnya... apakah ada syarat-syarat yang harus kulakukan, atau bagaimana...?"
"Nggak ada. Nggak ada syarat apa-apa kok."
"Jadi, cuma... cuma begini aja?" tanya Alzon dengan ragu-ragu dan diliputi rasa heran yang tiada berkesudahan. Aizon sempat bengong menanggapi keragu-raguannya itu. Tapi agaknya ia memang tak perlu menanyakan kesangsiannya itu, karena sebelum mulutnya mengatakan sesuatu, tiba-tiba seorang pria muda menghampiri mereka berdua tanpa basa-basi sedikit pun Alzon hanya bisa memandang aneh kepada pemuda berambut kucai yang baru datang pada saat acara makan siang itu hampir berakhir. "Sembah, Kanjeng Dewi..," sambil pemuda berambut kucai itu membungkukkan badan, memberi hormat kepada si jelita yang segera menat apnya dengan senyum kalem.
"Oh, rupanya kau tahu juga kalau aku ada di sini, Layon." - "Kanjeng Dewi, saya diutus membawa pulang mobil itu oleh Kumala Mohon izin untuk membawanya sekarang; Kanjeng Dewi."
"Lho, nanti dulu dong Kalau mobil itu kau bawa pulang sekarang, lalu nanti aku pulangnya naik apa?"
"Jika begitu, mohon Kanjeng Dewi membicarakannya sendiri kepada Kumala, supaya saya tidak disalahkan. Kanjeng Dewi bisa meneleponnya sekarang, mau pakai telepon umum juga bisa, mau pakai telepon wartel juga bisa, mau pinjam handphone sama pemuda itu juga bisa, atau mau telepon secara gaib juga bisa...." "Tunggu, tunggu...!" sergah. Alzon. "Kamu ini siapa sih" Kok tahu-tahu bicara kayak gitu kepada Kumala Dewi?" "Kumala Dewi ada di kantor, Bung. Yang ada di sini bukan Kumala Dewi!" "Ya, aku memang Kumala Dewi, Alzon. Hii. hii, hii...!"
"Lho, jadi...?". Buron segera menyahut, "Dia adalah ibundanya Kumala Dewi, yaitu Dewi Nagadini!"
"Ibunya..."!" Aizon terbengong dengan mulut
melompong Hampir saja ia tak percaya bahwa wanita cantik jelita dan muda belia itu adalah ibunya Kumala Dewi, sebab kecantikannya adalah kecantikan yang menyerupai gadis berusia 24 tahun. Alzon belum tahu bahwa Kumala Dewi itu adalah anak dewa. Alzon juga belum tahu bahwa ibunya Kumala Dewi itu memang punya penampilan nyaris serupa dengan anaknya, termasuk dari segi usia. Bahkan dulu pernah ada yang menyangka. antara Kumala dengan ibunya adalah saudara
kembar atau setidaknya kakak-beradik beda satu tahun - - Tapi jika orang yang cukup lama kenal Kumala, ia dapat membedakan kemiripan itu dari gaya canda dan tutur bahasanya. Dewi Nagadini sedikit lebih centil ketimbang anaknya. Kumala punya tutur kata cenderung intelek ketimbang ibunya yang kadang terkesan polos serta lugu, lantaran jarang beradaptasi dengan pergaulan di muka bumi. Sedangkan, jelmaan Jin Layon itu sangat mudah mengenali mereka dari aroma wangi yang diketuarkan dari tubuh kedua bidadari itu. Keringat Kumala dan ibunya sama-sama menyebarkan aroma wangi yang dapat memenuhi sebuah hall dalam tempo setengah menit, dan awetnya bisa membekas sampai dua-tiga hari. . Kumala mempunyai aroma wangi cendana
bercampur pandan, tapi Dewi Nagadini mempunyai aromia wangi cendana bercampur melati. Kedua wewangian dan keringat mereka dapat membuat hati siapa pun berdebar-debar indah, termasuk memenangkan jiwa yang resah dan mengusir rasa gundah. Dari lobby kantornya Kumala mendapat telepon bahwa mobilnya telah kembali. Ia dan Sandhi segera turun ke lobby menemui Satpam yang bernama Darman itu. Dilihatnya mobil tersebut sedang diparkirkan di halaman depan gedung tersebut. Dan dari dalam mobil keluar dua orang, yaitu Buron serta Dewi Nagadini yang menjelma menjadi manusia biasa dengan pakaian trendy menampakkan keelokan bentuk tubuhnya. Kumala menyambut kedatangan ibunya dengan tolak pinggang dan geleng-geleng kepala menghembuskan napas panjang, lalu disusul dengan suara decak mulutnya yang samar-samar. Sang ibu hanya tersenyum-senyum tanpa merasa bersalah sedikit pun. Satpam Darman terbengong bengong memandangi wajah dan potongan tubuh Dewi Nagadini yang pada waktu membawa keluar mobil BMW itu disangka Kumala Dewi
"Ya, ampun... Ibu, Ibu.... Bikin heboh aja sukanya!" - Tapi sang ibu langsung mencium pipi anaknya,
dengan penuh kasih sayang Kumala pun segera membawa naik sang ibu ke ruang kerjanya. Dalam hati ia masih menggerutu antara senang dan kegi. Pantas saja teropong gaibnya tak bisa melacak mobil itu karena dalam pengaruh perisai kesaktian ibunya sendiri. Kesaktian sang ibu jelas lebih tinggi dibandingkan kesaktian anaknya sendiri.
"Biar sampai jebol energi gaibnya Kumala, nggak bakalan bisa menembus kesaktian ibunya, San!" kata Buron kepada Sandhi. Mereka tidak ikut masuk ke ruang kerjanya Kumala. Yang ada di dalam sana hanya Kumala, ibunya dan Pramuda atau kakak angkat Kumala yang menjadi boss besar di perusahaan tersebut. "Ngomong-ngomong Bunda Dewi tadi bilang apa padamu, Ron?" "Yaah, banyak yang diomongkan "
"Tujuannya datang ke bumi mau apa" Sekadar kangen kepada anaknya atau ada keperluan lain?" "Ada keperluan lain, katanya." "Kepertuan apa?"
"Itu yang nggak dijawab dari tadi oleh Kanjeng Dewi," jawab Buron dengan dahi berkerut dan manggut-manggut, seakan berpikir keras dan penaaran sekali ingin mengetahui alasan datangnya sang bidadari ke bumi ini. Jika bukan karena ada
masalah yang sangat penting, tak mungkin Dewi, Nagadini tahu-tahu turun ke bumi tanpa memberitahu anaknya lebih dulu. Jika sekadar melampiaskan rasa rindu kepada anaknya, Dewi Nagadini pasti memberitahu kepada Kumala melalui jalur komunikasi gaibnya tentang rencana kedatangannya
"Seingatku beliau tadi sedang makan berdua bersama pemuda tampan yang mengaku bernama Alzon Bingar. Jangan-jangan...."
"Jangan-jangan Bunda sedang terlibat selingkuh dengan pemuda itu, ya Ron"!" - "Husy"! Hati-hati mulutmu bicara, San. Kalau sampai kedengaran Kanjeng Dewi atau kedengaran Kumala, bisa dikutuk mulutmu jadi selebar mulut ember! Tahu rasa luh!" . "Habis.. ngapain mereka makan berdua kalau bukan karena ada unsur-unsur negatif di dalamnya" - - "Seingatku beliau tadi menanyakan padaku tentang sebuah perusahaan yang bernama... PT Davindo. Kubilang, aku nggak tahu letak atau kantornya PT Davindo itu. Tapi ketika kutanyakan keperluannya, Kanjeng Dewi cuma senyum-senyum saja. Aku nggak ngerti apa maksud senyuman itu." Setelah berpikir sebentar Sandhi berkata,
"Seingatku PT Davindo itu, kalau nggak salah... perusahaan yang bergerak di bidang property militer, pabriknya ada di dagrah Cengkareng. Dekat bandara. Kayaknya aku pernah nganterin tamunya Kumala ke sana deh. Udah lama sih." "Pabrik militer"!"
"Property militer. Jadi yang diproduksi misalnya: ransal, tempat air minum, tenda, parasut, sepatu tentara dan sebagainya." "Apa hubungannya, ya?" gumam Buron merasa heran. "Kanjeng Dewi kan bidadari penghuni Kahyangan, San. Kok sampai cari-cari pabrik peralatan militer segala, apa di Kahyangan mau diadakan latihan perang-perangan"!" - Sandhi tertawa pendek, "Mungkin bukan produksinya yang dicari oleh Bunda Dewi, tapi seseorang yang bekerja di sana atau... atau punya hubungan dengan PT tersebut dengan masalah yang nggak ada hubungannya dengan kemiliteran. Kan bisa aja begitu, Ron?": Tiba-tiba telinga kiri Buron berdering pelan. Mulutnya tidak jadi mengucapkan sesuatu, padahal ia sudah memandangi Sandhi. Mulut itu berhenti mendadak, mata menerawang, dahi sedikit berkerut Sandhi heran melihat perubahan cepat ekspresi wajah Buron.
"Ada apa, Ron?"
"Shayu..." jawabnya pelan. Ia menghembuskan napas.
"Shayu pasti habis memelepon ke rumah, mencariku. Sebab dia tahu hari ini aku sebenarnya n ggak pergi ke mana-mana. Mau mempelajari kitab kun o pemberian Ki Sedah Wingit itu. Tapi, aah, pasti dia ke bingungan mencariku. Aku pergi dulu deh, San." "Lho, kok..?" - "Shayu saat ini butuh bicara padaku." "Yaah, tapi... tapi kau pamit dulu sama Kumala dan Bunda Dewi dong. Jangan main slonong boy aja begitu. Ntar dikecam Bunda Dewi lho!" sambil tangannya mencekal pundak Buron yang ingin melangkah.
"Kalau pakai pamit segala nanti malah nggak diizinkan. Apalagi di dalam sana ada Pramuda segala, ntar malah dia bumbui Kanjang Dewi biar melarangku pergi."
"Tapi kalau, kamu nggak pamit, ntar yang disalahkan aku, Ron! Mendingan kamu pamit lewat telepon ruangan aja deh. Sama pinjam telepon sama Tiara, di meja front office." Buron pun terpaksa menuju meja front office untuk meminjam telepon antar ruangan. Sebenarnya ia malas pinjam telepon di bagian front office, karena pegawai yang bertugas menerima tamu itu kurang menyenangkan baginya. Tiara selalu berwajah sinis atau berkata ketus jika diajak bicara oleh
Buron. Ia memang belum tahu siapa Buron sebenarnya, dan hanya menyangka bahwa Buron adalah orang suruhannya Kumala jika sedang di rumah, alias jongos. Ditambah lagi kebiasaan usilnya Buron dengan canda yang konyol, sering membuat Tiara muak padanya. Tapi karena saran Sandhi itu dipandangnya sebagai saran yang baik, maka Buron pun memaksakan diri bicara kepada Tiara. "Tia, pinjam teleponnya dong. Mau bicara sama Kumala sebentar," sambil senyum Buron dipamerkan berkesan cengar-cengir konyol. Gadis berusia 26 tahun dengan nilai kecantikan cukup lumayan itu mulai memamerkan keketusan nya.
"Telepon di sini rusak. Tuh, pinjam teleponnya Mbak Irma saja sana!" "Rusak"! Tadi kulihat dari depan sana, habis. kau pakai kan?" : - "Iya, tapi nanti saat mau kau pakai pasti rusak."
"Kok bisa begitu," sambil Buron tertawa pelan.
"Habis pesawat telepon di mejaku ini nggak suka kalau ditempelkan di kuping orang kampungan. Maunya ditempelkan di kupingnya orang kota."
"He, he, he, he... berarti aku orang kampungan dong?"
")"Yaah, kalau udah merasa begitu, jangan maksain diri telepon di sini dong," sambil keketusan, Tiara semakin ditonjolkan. Buron menahan rasa dongkol Sebenarnya ia tersinggung menerima sikap seperti itu, tapi ia berusaha menahannya. Lalu pergi ke mejanya Mbak Irma dan pinjam telepon dari sana. Tiara melengos, sengaja tidak mau tahu apa yang dilakukan Buron di sana. "Kumala, aku mau keluar dulu, ya?"
"Eh, mau ke mana luh" Jangan pergi dulu. Ibu mau ada perlu sama kamu, Ron."
"Aku pergi sebentar aja deh. Ntar balik lagi kemari." "Balik gimana" Sekarang sudah pukul 3 lewat, sebentar lagi kami mau pulang. Kamu jangan ke mana-mana dulu. Tunggu di depan aja. Sebentar lagi akan kupanggil kemari!"
"Shayu mencariku, Kumala. Dia butuh aku saat
- - inl. "Kirimkan saja rasa gaibmu ke sana. Den garkan hatinya dari sini!" "Haah, payah luh!" kata Buron agak kesal, telepon pun ditutup. "Benar nggak apa kata ku tadi, pasti ada-ada saja alasan mencegahku pergi!" gumam hati Buron. Tapi matanya segera memandang k e arah Tiara yang dalam posisi memunggunginya. Maks ud hati mencari hiburan biar, tidak terlalu
Kaki Tiga Menjangan 46 Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Kereta Berdarah 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama