Ceritasilat Novel Online

Penghancur Iblis 2

Dewi Ular 52. Penghancur Iblis Bagian 2


kecewa oleh keputusan Kumala tadi, tapi justru matanya memandang sesuatu yang makin menjengkelkan. Buron pun segera menekan tiga digit nomor di pesawat teleponnya Mbak Irma. Wanita muda yang punya meja tersebut sedang asyik dengan komputernya, jadi tidak begitu memperhatikan Buron.
Ternyata kali ini yang dihubungi Buron adalah pesawat telepon di mejanya Tiara. Secara refleks Tiara pun menyahut gagang telepon tersebut tanpa mengetahui siapa peneleponnya.
"Hallo...?" sapanya lembut.
"Tiara...," suara Buron mendesah pelan, desahan itu mengandung getaran gaib yang punya khasiat tersendiri. - - "Siapa ini?"
"Tiara... pejamkan matamu... biarkan aku mencumbumu, Sayang. Ooohh... Tiara...." "Ssi... sia... siapa inii...," Tiara mulai mendesah. "Tiaraaa..." desah Buron sengaja memanjang. Tiara mendengarkannya dengan mata mulai Sayu.
"Siapaa... siapa ini, oooh... datanglah kemarii..." sambil tangan Tiara mulai meraba dadanya sendiri. - Sekalipun Buron sudah meletakkan gagang telepon ke tempatnya, tapi di sana Tiara masih memempelkan gagang telepon di telinganya. la masih seperti mendengar suara mendesah-desah yang memancing gairahnya menjadi berkobar-kobar. Se kujur tubuh Tiara seperti sedang dirayapi oleh kelembutan dan kehangatan bibir seorang lelaki .Buron cengar-cengir menahan geli saat lewat samping mejanya Tiara. Gadis itu cuek saja, masih mendengarkan suara di telepon, masih terangsang asmaranya, bahkan duduknya pun tak bisa tenang Ma kin lama Tiara semakin terbuai, seperti sedang menikm ati kecupan seorang lelaki di sela-sela lekuk tubuhnya. - "Oohh, oouuhhk...toooh, Sayang...." Itulah keusilan Buron. Tak salah jika Sandhi dan Kumala sering memanggihnya: jin usil, karena jelmaan Jin Layon itu memang suka bikin keusilan yang bukan-bukan. Biasanya keusilan itu ia lakukan untuk menggoda tamu yang baru kali itu datang ke rumah Kumala, atau ditujukan untuk ngerjain oarng yang bersikap sinis kepadanya, seperti halnya Tiara tadi. Buron bermaksud nekat pergi menemui Shayu. la sudah siap menghadapi omelan Kumala nanti Tapi saat ia keluar dari ruangan perkantorannya Kumala, ia bertemu dengan Sandhi. Ia tertawa cekikikan menceritakan apa yang dilakukannya 'terhadap Tiara. "Gila luh! Anak orang luh bikin kasmaran sampai kayak gitu"!" "Biar kapok! Biar nggak ketus lagi padaku!" seraya Buron tertawa sedikit keras lagi. Sandhi masih terbengong dari kejauhan melihat gerakan Tiara yang sangat tidak karuan itu. Ia tak peduli posisi duduknya yang sangat seronok dan tak sadar bahwa spannya telah tersingkap naik sangat tinggi, serta blusnya pun terbuka lebar-lebar. Wajahnya : dipenuhi ekspresi kemesraan dengan keringat dingin membasahi dahi dan napas terengah-engah.
"Hei, apa-apaan sih kamu ini, Tia!" bentak Mbak Irma yang buru-buru menghampiri kemeja Tiara begitu menyadari apa yang dilakukan oleh gadis itu. Bentakan tersebut membuat Tiara tersentak kaget dan hasrat kemesraannya buyar seketika. Ia menjadi malu dan sangat menggeragap. la segera sadar bahwa telepon itu hanya mengeluarkan suara denging tanpa ada desah rayuan seorang lelaki.
"Ya, ampun"! Apa yang telah kulakukan di sini tadi"! Ooh... kenapa sampai aku nggak sadar kalau pakaianku jadi kayak gini sih, Mbak"! Ada apa dengan diriku tadi"!" Tiara sangat malu dan panik. Wajahnya merah padam sambil buru-buru merapikan pakaiannya. Beberapa karyawan lainnya memperhatikan dari jauh sambil cengar-cengir,
terutama karyawan pria yang merasa beruntung mendapat tontonan gratis dari meja front office. Buron puas dan segera meninggalkannya. Ia masuk lift, tapi tak pernah keluar lagi dari dalam lift itu Orang yang menunggu lift turun sampai di lantai lobby tak merasa kaget melihat lift itu ternyata kosong, sebab hal seperti itu sering terjadi Lift kembali ke bawah sendiri setelah sampai di lantai paling atas. Tapi seorang anak kecil yang ikut mamanya mau naik ke lantai atas sempat terkejut girang melihat setitik sinar kuning terbang dari dalam lift ke arah luar. "Ih, kunang-kunang...! Mama ada kunang-kunang tuh! Tangkap Mama... tangkap buat Odi, Mama...!"
"Eh, Odi... ayo masuk, jangan bandel!" mamanya tidak mempedulikan cahaya kuning itu. Memang ia memandanginya sesaat dan merasa heran melihat bentuk kunang-kunang yang sinarnya lebih terang dari kunang-kunang biasanya, tetapi hal-itu tak terlalu dihiraukannya. Seandainya sang mama tahu bahwa sinar kuning itu bukan kunang-kunang, melainkan perubahan bentuk gaib dari wujud Jin Layon, pasti sang mama akan lari ketakutan atau pingsan di tempat lantaran ngeri dengan bayangannya sendiri.
Cahaya kuning kecil itu melesat secara zig-zag, menembus dinding kaca, meluncur sederas kecepatan cahaya. Zlaaap...! Lenyap tak terlihat lagi.
WANITA karir bermata sayu tapi indah dipandang itu ternyata berada disebuah hotel berbintang Bukan di kantor atau di rumahnya, seperti yang diperkirakan Buron sebelumnya. Sinar kuning itu merasakan getaran gaib cukup kuat saat melintasi hotel berbintang yang merupakan sebuah penginapan bergengsi termegah di Jakarta.
"Getaran ini kukenali sebagai getaran gaibnya si iblis yang bersemayam dalam diri Shayu. Nggak salah lagi, pasti Shayu ada di hotel mewah itu!"
Dugaan Buron itu memang benar. Shayu ada di sebuah cafe terbuka yang ada di salah satu serambi hotel tersebut. Dari kejauhan Buron melihat Shayu sedang terlibat pembicaraan serius dengan dua orang lelaki, yang satu berkulit coklat, berusia sekitar 30 tahun, rapi dan perlente. Yang satu lagi tampaknya pria bule berambut putih perak dengan usia sekitar 30 tahun juga, tapi lebih tampan dari yang berkulit coklat. Sedangkan, Shayu tampak berdua pula, bersama seorang gadis yang sudah dikenal Buron, yaitu Delvina.
Mereka sedang terlibat pembicaraan serius:
sambil menikmati kopi panas yang aromanya menyebar segar ke mana-mana. Cafe itu sebenarnya sebuah coffee shop yang didirikan oleh perusahaan kopi bubuk ternama sebagai sarana promosinya. Oleh karena itu hampir setiap pengunjungnya selalu memesan kopi dengan berbagai macam campurannya, dan tak heran lagi jika aroma yang tersebar di sekitarnya adalah aroma kopi yang khas, cukup menarik minat para penggemar minuman kopi. Buron menunggu di kejauhan. la tak mau mengganggu pembicaraan serius itu dengan menampilkan dirinya di tengah mereka. Setelah beberapa saat, kedua pria itu tampak mulai bergegas meninggalkan tempat. Tapi kedua wanita cantik beda umur itu masih mau duduk di tempat. Mungkin mereka merasa tak enak jika keluar bersamaan dengan kedua pria tadi. Pada saat itulah Puron segera muncul dan membuat senyum kedua wanita itu sama-sama ceria. .
"Ke mana saja kamu tadi" Katanya mau istirahat di rumah. Tapi kutelepon ke rumah ternyata kamu nggak ada?" tegur Shayu bernada kesal. la juga tampak sedikit cemberut sebagai ekspresi kemanjaan yang tak pernah tersalurkan kepada siapa pun. "Kumala memanggilku. Mobilnya hilang."
"Lho, mobil paranormal kok bisa hilang?" sahut Delvina.
"Nekat banget pencurinya itu"!" "Yaah... tentu saja pencuri itu berani nekat, karena dia adalah ibunya Kumala sendiri yang baru turun dari Kahyangan." "Ooo... ibunya sendin"!" gumam Delvina, sementara Shayu hanya menggumam pelan sambil berpikir dalam keraguan. Dia belum tahu banyak tentan g Kumala, karena baik Buron maupun Delvina belum pe rnah menyebutkan bahwa Kumala adalah anak dewa dari Kahyangan. Mereka bukan bermaksud merahasiak an,, tapi secara kebetulan penjelasan itu tak terpikirkan untuk diberikan kepada Shayu. Bahkan sampai saat itu Shayu sendiri.
belum tahu bahwa Buron adalah jelmaan jin. Shayu hanya mengetahui bahwa Buron adalah pemuda berilmu tinggi dan menjadi muridnya Kumala Dewi yang punya kesaktian lebih tinggi dari Buron. "Del, kamu tahu tentang diriku sebenarnya, kan" Nah, karena sekarang, terus terang aku sedang naksir Shayu, jadi kumohon kau jangan bicara apa pun tentang diriku kepadanya, kecuali yang sudah telanjur kau katakan padanya tempo hari Itu saja. Jangan sampai dia tahu asal usulku!" Itulah bisikan Buron beberapa waktu yang lalu ketika ia bertemu dengan Delvina yang sekarang menjadi akuntannya Shayu. Buron khawatir jika
:Shayu sampai mengetahui bahwa ia sedang menaruh perhatian pada seorang permuda jelmaan jin, maka sudah pasti Shayu akan lari dan tak mau dekat-dekat Buron lagi. Selain malu dengan teman temannya, Shayu pasti juga akan merasa ngeri dan takut berdekatan dengan 'jelmaan Jin Layon. "Kedua pria tadi siapa, Del?" tanya Buron sengaja dilemparkan kepada Delvina, karena jika langsung ditujukan pada Shayu khawatir disangka punya kecemburuan picik. Tapi pada kenyataannya justru Shayu yang menjawab pertanyaan itu.sebelum Delvina menjelaskan. - "Jadi, kamu tadi sudah melihat kami di sini, ya?" "Dari kejauhan saja aku melihatnya. Karena kelihatannya sedang serius membicarakan masalah bisnis, aku nggak berani mendekat. Kutunggu sampai pria itu pergi, baru aku berani muncul tanpa mengganggu pembicaraan bisnis kalian tadi."
"Justru kalau kamu tadi langsung kemari, sangat kebetulan Aku bisa kenalkan kamu kepada Billy Carradine, si bule tadi Kalau yang satunya lagi pengacaranya Billy. Siapa namanya, Del?"
"Wingky." - "Oh, ya... Wingky Ismana. Sebetulnya mereka ingin sekali bertemu denganmu, Ron. Tapi karena kamu sulit kuhubungi, yaah... kujanjikan pada
mereka untuk mempertemukan kamu dengan mereka hari Jumat lusa!"
"Kenapa mau bertemu denganku" Ada hubungan apa aku dan mereka?"
"Begini...," kata Shayu setelah menyuruh pelayan membawakan minuman kopi panas satu cangkir lagi untuk Buron. "Seminggu yang lalu aku sudah menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaannya yang sedang menggarap proyek pengiriman cadas marmer ke Eropa. Mereka membutuhkan tenaga ahli yang menguasai peralatan berat dan beberapa tenaga ahli batu-batuan. Khususnya untuk jenis marmer dan kristal. Kebetulan aku punya kenalan yang mampu menyediakan sejumlah tenaga ahli yang dibutuhkan. Maka kuambil dulu penawaran itu, nantinya bisa ku-subkan kepada temanku itu. Tapi kemarin Billy bilang, dia butuh satu tenaga lagi untuk keamanan khusus. Executive Security. Dan kutawarkan dirimu."
"Kenap" diriku yang kau tawarkan?"
"Karena dia butuh keamanan khusus yang mengerti dunia gaib."
"Lho, kok ada hubungannya dengan gaib pula sih?"
"Billy itu orang bule yang sangat percaya dengan dunia mistik. Jadi dia akan merasa aman,kalau dia sudah punya orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran proyek ini, dan bisa menjamin tak akan ada gangguan dari alam gaib sana. Yaah, soal dia percaya begituan atau salah kaprah, nggak tahu deh. Nggak perlu kita perdebatkan. Yang jelas, dia minta tenaga paranormal yang benar-benar mampu mengatasi gangguan dari alam gaib. Makanya kusanggupi permintaan tambahan tenaga itu dengan kontrak tambahan. Maka, dia ingin sekali bertemu denganmu dan ingin melihat kehebatan ilmu yang kau miliki, supaya ia yakin betul bahwa proyeknya ini akan selamat dari gangguan gaib maupun gangguan fisik." Buron tertawa pelan. "Ada-ada saja orang bule itu?"
"Memang dia tergolong bule aneh. Kabarnya dia juga mengoleksi benda-benda pusaka dari zaman dulu dan dari berbagai macam kerajaan yang pernah tumbuh di wilayah Nusantara, Asia, sampai kerajaan yang pernah ada di sekitar Peru, Bolivia serta yang lainnya. Billy itu seorang teknokrat yang punya visi ganda: ilmiah okey, mistik okey."
"Terus... dia tetap setuju untuk pertemuan besok Jumat?" "ya. Makanya kamu besok Jumat jangan ke mana-mana. Tunggu caling dariku untuk bertemu ' dengan Billy Carradine."
"Tante Shayu sudah promosikan dirimu sampai -heboh lho, Ron!" sahut Delvina yang menimbulkan tawa geli di antara keduanya. Sementara itu Buron hanya cengar-cengir sok kalem, padahal hatinya berdebar-debar girang. la yakin dirinya pasti dibangga-banggakan oleh Shayu di depan teknokrat asing itu.
"Kamu bersedia kan, Ron?"
"Aku akan bicarakan dulu dengan Kumala. Pasti dia punya saran dan pendapat yang lebih baik buat kita bersama."
"Kalau dia nggak setuju, bagaimana?"
"Tadi pun dia nggak setuju kalau aku pergi duluan. Tapi toh demi memenuhi panggilan hatimu aku nekat pergi kemari"!" Shayu buang muka sambil tersenyum bangga. la tak mau terlalu lama memandangi Buron, takut gairah cintanya tergugah dan wajah iblis terkutuk itu muncul di depan umum. la akan sangat malu jika sampai hal itu terjadi.
Rupanya kedua wanita itu tadi tidak mau pulang bersama Billy dan pengacaranya bukan hanya merasa tak enak keluar dari situ bersama-sama, tapi juga karena Delvina sedang menunggu jemputan. Seorang pemuda berwajah mirip aktor Hollywood. Keanu Reeves muncul dari lorong utara dengan langkahnya yang tegap Delvina berdiri dan melam
baikan tangan supaya cowok itu tahu bahwa ia ada di situ. Buron berpaling ke belakang dan menatap cowok keren itu. ia terperanjat dalam hati. Tapi sebelum mengatakan sesuatu, Shayu lebih dulu berkata kepadanya dengan suara pelan.
"Itu dia cowoknya Delvina kalau kau mau tahu, Ron. Ganteng kan"!" "Ah, Tante bisa aja!" Delvina tertawa malu. Cowok ganteng yang punya rambut agak panjang tapi terkesan rapi dan sangat menawan itu segera tersenyum kepada Bur"n dengan tatapan mata bernada sedikit heran. Tapi tatapan mata itu buru-buru dipindahkan ke wajah anggunnya Shayu. "Selamat sore, Tante...," sapa pemuda itu dengan sopan. "Katanya mau muncul 10 menit lagi, kok sampai dua puluh menit baru nongol sih?"
"Jalanan macet, Tante." "Kasihan si Delvina... dari tadi clingak clinguk nggak sabar." Sebelum cowok itu duduk di samping Delvina, gadis itu menyuruhnya berkenalan dengan Buron. "Eh, kenalin dulu sama yayangnya Tante Shayu tuh!" Buron langsung menyahut, "Gue udah kenal Namanya Alzon kan?" "Dho, kalian sudah....""Tadi siang kami bertemu di restoran," sahut cowok ganteng itu yang ternyata si pemilik Nissan Terrano yang tadi siang menemui Dewi Nagadini karena menyangka wanita cantik itu Kumala Dewi Buron dan Alzon pun saling menceritakan pertemuan mereka secara singkat, Tanpa memesan kopi lebih dulu, Alzon dan Delvina segera pamit. Buron dan Shayu masih tetap di tempat. Agaknya mereka masih ingin saling bertemu dan bicara apa saja yang dapat menghibur hati mereka. Pembicaraan yang melintasi petang itu akhirnya sampai pada masalah misteri di balik kecantikan Shayu. Perempuan itu tampaknya sangat berharap agar Buron cepat-cepat membebaskan dirinya dari cengkeraman iblis yang menghalangi tuntutan asmaranya.
"Kalau memang menurutmu nasibku sudah nggak bisa diubah lagi, dalam arti nggak bisa diselamatkan dari ancaman terkutuk iblis ini, maka aku pun nggak akan berharap lagi kepada siapa pun dan akan menunggu ajalku tiba dengan menikmati siksaan jiwa yang sebegini parahnya."
"Sabarlah, aku sedang berusaha. Aku yakin, aku akan mampu membebaskanmu dari kutukan itu.'' - .
"Apakah kau sudah mempelajari buku kuno yang kau ceritakan padaku tempo hari itu?""Sedang kupelajari, tapi belum sampai tamat. Belum kutemukan kekuatan istimewa yang dapat untuk mengalahkan kekuatan iblis itu!" Buron sedikit menggeram, jengkel sendiri memikirkan kegagalannya dalam membebaskan Shayu.
"Aku ingin segera bebas menikmati kemesraanmu, Buron," bisik Shayu dengan tangannya yang meremas lembut tangan Buron di atas meja. Buron menahan rasa iba mendengar ucapan sendu itu.
"Aku mengerti. Aku pun ingin segera dapat memberikan kenikmatan cinta kepadamu, tapi... agaknya memang harus berjuang dulu. Nggak mudah bagi siapa saja untuk mendapatkan kemesraan darimu dan memberi kenikmatan untukmu"
"Aaah...," Shayu mendesah kesal la melepaskan genggamannya, berpaling ke arah lain. Sebab pada saat itu gairahnya mulai mau tergugah lagi. la tak ingin hal itu terjadi, sehingga harus cepatcepat melepaskan sentuhannya dari tangan Buron dan mengalihkan konsentrasinya ke arah lain. Buron tahu apa yang sedang dilakukan Shayu saat itu. Ia dapat merasakan tekanan batin yang sangat menyiksa jiwa janda cantik itu, sehingga ia pun membantu mengalihkan rasa dan perhatian kepada persoalan lainnya. "Oh, ya... jadi, kalau nanti aku dipakai oleh Billy sebagai executive security, kira-kira... berapa
gaji yang akan kuterima setiap bulannya?" "itu bisa kita bicarakan di hari Jumat mendatang," jawab Shayu yang merasa terhindar kembali dari kemunculan iblis terkutuk itu.
"Kantornya di mana sih orang itu, Sha?"
"Di Jalan Palagan. Hugo Building lantai empat. Tetapi dia punya kantor cabang dekat pabriknya yang ada di daerah dekat bandara." "Dekat bandara...."
"Iya. Kalau kita mau ke arah bandara, beberapa kilometer sebelumnya ada billboard besar dengan tulisan PT Devindo, nah... itu dia nama perusahaannya." "Devindo..."!" gumam Buron teringat perta nyaan Dewi Nagadini saat mereka menuju ke kantornya Kumala. "Kata si Shandi, PT Devindo itu perusahaan di bidang property militer" Kok ada hubungannya dengan pengiriman marmer segala?" "Setahuku sih memang begitu, tapi... mungkin saja proyek baru ini adalah langkah awal pengembangan bidang bisnisnya." "Kalau begitu... agaknya memang perlu kubicarakan dulu dengan Kumala, karena... ibunya Kumala sedang mencari alamat PT Devindo Entah
dengan maksud apa, tapi bagiku hal itu terkesan aneh sekali.".
Melihat dahi Buron berkerui terus, Shayu jadi curiga dan bertanya dengan suara pelan.
"Apa ada yang nggak beres?"
Buron memandang dengan tetap berkerut dahi, pertanda sedang berpikir keras. Tapi sampai beberapa helaan napas ia masih belum bisa memberi jawaban, apakah memang ada yang tidak beres pada perusahaan tersebut, atau hal itu hanya merupakan ungkapan perasaan yang terlalu mengada-ada" Malam itu, di rumah Kumala diadakan rapat: tak resmi. Dihadiri oleh orang-orang dekatnya, termasuk Niko Madawi, pria mantan peragawan yang sedang dalam proses pendekatan pribadi kepada Kumala Dewi. Di samping itu juga Pramuda ikut hadir dalam pertemuan keluarga Dewi Ular. Buron sendiri hampir saja datang terlambat, sehingga sempat cekcok dengan Sandhi. Mereka berkumpul di pendapa yang dibangun di belakang rumah.
Kumala Dewi mengenakan celana pendek kasual dan kaos oblong dari kain halus yang tampaknya enak dipakai. Ibunya, Dewi Nagadini. mengenakan celana ketat dari bahan sejenis beludru milik anaknya. Celana ketat yang memamerkan bentuk pinggul dan betis yang indah menawan itu dipadu dengan kemeja gombrong lengan panjang yang tidak dikancingkan. Tapi ia mengenakan dalaman kaos tank top yang cukup sexy jika tidak dirangkapi kemeja gombrong.
"Pertemuan ini kuanggap cukup penting dan serius, karena ibu menghadapi persoalan yang serius juga," kata Kumala sebagai pembicara di antara mereka. - - "Setelah tadi sempat kami bicarakan berdua, akhirnya kami putuskan untuk mengumpulkan kalian dan membicarakannya secara terbuka. Tapi semua ini hanya untuk kita, yang sudah kuanggap sebagai satu keluarga. Jangan sampai orang lain mendengar apa yang nanti akan disampaikan ibu."
"Kamu saja yang menyampaikan," sela Dewi Nagadini.
"Lho, yang punya urusan kan Ibu, bukan aku!"
"inya, tapi numpang jadi satu dengan mulutmu, apa salahnya?" Yang lain tertawa pelan mendengar gaya sang ibu dalam bersikap kepada anaknya. Lucu dan familiar sekali. Seperti kakak beradik yang saling ngotot.
"ibu datang ke bumi bukan sekadar ingin melepas rindu padaku, juga pada kita bersama. Ibu turun dari Kahyangan juga bukan karena tersesat
arah, atau ingin ikut menyaksikan konser Kantata Takwa di Senayan... tapi karena mengejar seorang pencuri yang telah berhasil menerobos perbatasan Kahyangan " "Pencuri apa itu?" sela Niko dengan rasa ingin tahu yang begitu besar. Dewi Nagadini menjawab secara spontan, "Yang jelas bukan mencuri hatimu, Nak." "Ah, Mama...," Niko tersipu malu. Ia memang sejak dulu memanggil
"mama' kepada Dewi Nagadini, supaya timbul kesan bahwa dirinya seolah-olah sudah merasa sebagai sang menantu. Sekalipun Kumala sebenarnya kurang setuju dengan panggilan Niko itu, tapi ia tak mau pedulikan hal-hal sepele tersebut. Baginya, yang penting Niko tidak bersikap kurang ajar kepada ibunya. "Pusaka milik ayahandaku telah dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap kedamaian di muka bumi ini. Hilangnya pusaka itu membuat ayahandaku dikucilkan oleh para dewa lainnya karena dianggap akan menjadi penyebar bencana bagi kehidupan manusia maupun kehidupan di Kahyangan sendiri. Akibatnya, ayahandaku sakit."
"Shock berat!" timpal Dewi Nagadini tetap ceria. Pramuda dan yang lainnya sempat merasa heran, mengapa Dewi Nagadini tidak kelihatan ikut
prihatin atau sedih atas terjadinya musibah itu. Dewi Nagadini justru kelihatan selalu ceria dan sering melakukan hal-hal yang menimbulkan tawa bagi pihak lain. "Bunda, boleh saya tahu, pusaka apa yang berhasil dibawa lari oleh pencurinya itu?" tanya Pramuda. - "Namanya... Jubah Manik Intan."
"Apa benar-benar berbentuk jubah, Bunda?" tanya Sandhi. "lya dong. Masa berbentuk sarung?" kata Dewi Nagadini menimbulkan tawa geli lagi bagi yang mendengarnya. Kumala Dewi segera berkata dengan nada seriusnya. "Mohon dimaklumi kalau ibu sering bercanda begini, karena ibu sedang menjalankan semedi yang dinamakan 'tapa riang'. Dalam keadaan seperti apa pun ibu harus tetap ceria dan riang gembira, tidak : boleh bersedih sedikit pun. Sebab jika ibu bersedih maka penyakit ayahandaku akan semakin parah. mungkin juga bisa lebih parah dari yang paling parah. Tapi jika hati ibu tetap gembira, maka kondisi kesehatan ayah pun tidak semakin buruk. Namun juga tidak akan sembuh sebelum pusaka Jubah Manik Intan itu kembali berada di tempatnya." "Oooo..., pantas dari sejak di restoran kanjeng Dewi kelihatannya genit sekali." ,
"Husy!" bentak Sandhi kepada Buron. "Maksudku... maksudku banyak bercanda, gitu!" ralat Buron sambil menghardik Sandhi
"Memang harus begitu, Layon," sahut Dewi Nagadini.
"Aku harus banyak bercanda, banyak tersenyum, sampai-sampai gigiku kering sendiri karena tersenyum terus sepanjang jalan." Tawa mereka meledak kembali, kali ini agak
keras. Kumala pun ikut tertawa, namun buru-buru diredakan sendiri.
"Kamu juga harus melakukan 'tapa riang, Kumala. Biar kesehatan ayahmu tidak terlalu lemah. Bantulah ibu dengan 'tapa riang'-mu. Kita nggak boleh sedih sedikit pun, dan nggak boleh marah kepada siapa pun, kecuali marah dalam kelakar. Cuma cara ini yang bisa menyelamatkan ayahmu dari ambang kehancuran." "Baik, akan kulakukan hal itu mulai besok, Ibu."
"Ah, sudah dibilang jangan panggil Ibu, panggil Tante atau Kakak aja. Biar gengsiku nggak terlalu merosot di depan umum." Pramuda tertawa agak keras, karena merasa sangat geli mendengar teguran Dewi Nagadini kepada anaknya sendiri. Pramuda tidak pernah membayangkan Dewi Nagadini akan berkata begitu, sehingga kejutan lucu dalam hatinya membuat emosi
tawanya tersentak sekejap. Tapi ketika mereka sudah kembali diam, Pramuda langsung bertanya kepada Dewi Nagadini.
"Bunda, kalau boleh tahu, apa kehebatan pusaka Jubah Manik Intan itu, sehingga ada pihak yang berani mencurinya?"
"Jubah itu terbuat dari serpihan intan itu berbentuk seperti kerucut kecil-kecil, sebesar merica. Jumlahnya... ribuan biji, dirajut jadi satu dengan benang serat cendana. Jubah itu hanya boleh dikenakan apabila menghadapi peperangan agung, yaitu perang antar dunia. Misalnya, seperti: yang pernah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, tahun Kahyangan, bukan tahun bumi...." "Perbandingannya, satu hari Kahyangan sama dengan satu tahun kehidupan di bumi," sela Kumala menjelaskan perbedaan waktu yang sangat menyolok itu. Niko berdecak kagum, Pramuda hanya menggumam sambil manggut-manggut. Dewi Nagadini melanjutkan penjelasannya tentang Jubah Manik Intan yang dulu pernah digunakan Dewa Permana, suaminya, pada saat terjadi perang antar dunia, yaitu dunia para dewa melawan dunia para iblis. Pada waktu itu, raja iblis yang bernama Damasscus ingin merebut dan menguasai Kahyangan. Pihak Kahyangan bertahan, yang membuat dewa-dewa kecil kurang populer hancur menjadi asap wangi. Untuk mencegah agar perbatasan Kahyangan jangan sampai diduduki pasukan iblis, maka Hyang Maha Dewa mengutus Dewa Permana maju ke perbatasan dan diizinkan . mengenakan Jubah Manik Intan. Sebegitu banyaknya pasukan iblis, ternyata berhasil dipukul mundur oleh Dewa Permana. Hanya satu dewa yang melawan ratusan, bahkan ribuan iblis, ternyata bisa unggul dalam peperangan tersebut. Hal itu dikarenakan Dewa Permana mengenakan pusaka Jubah Manik Intan. Apabila jubah itu dikenakan lalu yang memakai jubah bergerak sedikit saja, maka setiap butir serpihan intan Nirwana itu akan mengeluarkan seribu prajurit yang menjelma secara bersamaan dengan wajah kembar semua, serupa dengan Dewa Permana. Dijelaskan pula oleh Dewi Nagadini, setiap satu prajurit kembar mempunyai kesaktian maha dahsyat, dapat meleburkan seluruh planet yang berserakan di alam jagat raya ini. Dengan lain perkataan, sebutir serpihan jubah pusaka itu menghasilkan tenaga inti nuklir yang mampu melenyapkan separo bumi dalam sekejap. "ltu baru satu butir. Padahal di jubah itu terdapat ribuan butir intan Nirwana. Dapat dibayangkan, alangkah dahsyatnya jika intan-intan itu, ditampung jadi satu dan digunakan untuk menyerang planet mana pun di alam jagat raya kita ini," kata Kumala. - Terdengar decak kekaguman nyaris secara
serempak. Kebanyakan kepala mereka hanya bisa menggeleng-geleng takjub membayangkan kedahsyatan pusakanya Dewa Permana itu. Sekarang mereka dapat menyimpulkan, mengapa Dewa Permana dikucilkan dan mengalami shock berat setelah
kehilangan pusaka tersebut. Tak lain karena para dewa menganggap Dewa Permana terlalu teledor, dan dapat menjadi biang kehancuran kehidupan dewa-dewi di Kahyangan.
"Lalu, apakah pencurinya sudah dapat diketahui ciri-cirinya, Kanjeng Dewi?" .tanya Buron.
"Bukan ciri-cinnya saja yang kami ketahui tapi seluruh pribadi dan seluruh sosok wujudnya sudah kami ketahui, karena sempat dihadang oleh dewa dewa kecil ketika mau melarikan diri keluar dari Kahyangan. Namun ia lebih kuat, sehingga dewa dewa kecil pun berguguran melawannya. Pencuri itu melarikan diri ke bumi. Lalu... kami mendapat keterangan dari mata-mata Kahyangan yang kami tugaskan berkeliaran di muka bumi, bahwa ternyata pencuri tersebut bukan bermaksud memiliki jubah itu, melainkan ingin menjualnya kepada pihak yang membutuhkan. Pencuri itu tak lain adalah Arsena, alias Dewa Dharmasura, adik papanya Kumala sendiri. ..
"Gila!" gumam Buron, Sandhi, Pramuda serta Niko. Mereka nyaris serempak kaget/mendengar pencurinya adalah adiknya Dewa Permana sendiri. Sandhi segera menjelaskan kepada Niko bahwa dulu Kumala juga pernah berhadapan dengan pamannya sendiri, yaitu Dewa Dharmasura, alias dewa penguasa bayangan manusia. Dewa itu dibuang dari Kahyangan menjadi manusia di bumi karena suatu kesalahan besar yang sulit diampuni,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: 'KEMATIAN MISTERIUS').
Rasa kecewa atas pengusiran dari Kahyangan telah membuat Dewa Dharmasura alias Arsena selalu berusaha mengacaukan kehidupan, baik kehidupan di bumi maupun kehidupan di alam dewa-dewi itu. Apalagi sejak peristiwa Kumala bertarung melawan pamannya sendiri itu, yang kemudian membuat Dewa Permana marah, lalu menghajar Arsena hingga babak belur; hal itulah yang menambah rasa permusuhan batin bagi Arsena. Maka ia nekat mencuri jubah pusaka milik kakaknya sendiri. "Kabar terakhir yang kuterima dari mata- mata kami, jubah itu dijual Arsena kepada seorang pen gusaha besar yang cerdas dan licik. Kata mata mata ka mi, orang itu jenius sekali. Entah apa artinya jenius, yan g jelas orang itu adalah bermaksud menghancurkan pla net-planet lainnya, termasuk
bumi, setelah ia pindah ke planet lain yang lebih subur serta lebih indah dari bumi sendiri." Kumala melanjutkan penjelasan itu,
"Dia ingin menggunakan kekuatan dahsyat yang ada pada tiap butir intan pada jubah tersebut dengan cara menyatukannya dalam sebuah tabung dan mengubahnya menjadi sebuah senjata antar planet yang daya ledak serta bahayanya berukuran 10 kali lipat kekuatan nuklir yang ada di bumi kita ini!"
"Wiiih, gawat sekali orang itu, ya"!" gumam Sandhi sambil berpaling kepada Niko yang berdecak dan geleng-geleng kepala sejak tadi.
"Ibu hanya mendapat informasi dari mata-mata Kahyangan sampai di situ saja. Selebihnya tak ada, karena mata-mata Kahyangan yang ada di bumi telah hancur di tangan pamanku: Arsena."
"Sebagai tambahan, sebelum seluruh mata mata Kahyangan kepergok Arsena dan dimusnahkan, kami sempat mendengar laporan terakhir, bahwa jubah itu sekarang berada di tangan pengusaha jenius itu yang katanya sih. punya perusahaan di bumi Jakarta ini. Nama perusahaan itu , adalah PT.Devindo...."
"Astaga"!" sentak hati Buron. la segera ingat keterangan dari Shayu tentang proyek pengiriman batu marmer dan kebutuhan tenaga ahli di bidang marmer serta kristal. Mungkin untuk kepentingan mengubah senjata super mega canggih itulah maka proyek tersebut menyerap tenaga ahli kristal. Sebuah nama tercatat dalam ingatan Buron, yaitu Billy Carradine.
Kini, haruskah Buron bicara di depan yang lain tentang apa yang ia ketahui mengenai Billy dan proyeknya PT Devindo itu" Atau, haruskah ia rahasiakan dulu sampai akhirnya Dewi Nagadini memberinya imbalan jasa, yaitu kesaktian buat menghancurkan iblis terkutuk yang menguasai hidup Shayu sekian lamanya itu"
TANPA setahu ibunya, Kumala Dewi memanggil Buron. Mereka bicara di dapur dengan suara pelan. Kumala menanyakan tentang beberapa potong pakaian mewah yang ada di dalam bagasi mobil. Pada dasarnya ia memang cukup lega melihat dokumen penting masih utuh, terletak pada tempatnya. Tapi ia curiga dengan dua jaket metal dan dua gaun beludru berpotongan sexy itu. - "Nggak mungkin ibu beli sendiri pakaian itu. Punya duit dari mana dia" Pasti ada yang membelikannya, bukan?" "Kurasa begitu, Kumala. Dan menurut dugaanku sih... pemuda itulah yang membelikan pakaian untuk Kanjeng Dewi."
"Siapa sih sebenarnya pemuda itu?"
"Dia memperkenalkan namanya: Alzon Bingar, tapi...."
"Astagal Itu nama salah satu orang bermasalah dalam kasus perbankan yang ada dalam dokumen itu!" - - "Tapi dokumen itu masih utuh kan?"
"Memang sih. Aku yakin orang itu kecele,
menyangka ibu adalah aku. Tapi... apa saja yang mereka lakukan ketika kamu belum datang" Aku khawatir ibu melakukan hal-hal yang tak layak dilakukan oleh seorang bidadari."
"Maksudmu... Kanjeng Dewi melakukan selingkuh dengan Alzon?" "Mudah-mudahan nggak sampai begitu deh," Kumala mendesah cemas, tapi Buron justru tertawa kecil
"Aku yakin, Kanjeng Dewi tidak akan senista itu. Sebab, pemuda ganteng yang bernama Alzon itu ternyata kekasihnya Delvina." "Delvina..."!" segera ingatan Kumala melayang pada peristiwa beberapa waktu yang lalu di mana ia akhirnya kenal dengan Delvina. Tapi Kumala sempat heran, dari mana Buron tahu kalau Alzon adalah pacarnya Delvina" "Aku ketemu mereka sewaktu menemui Shayu." "Ooo..." "Delvina itu kan sekarang jadi akuntan-nya Shayu."
"Ooo...." - "Shayu sendiri juga mau mengangkatku sebagai executive security. Menurutmu bagaimana?"
"Executive security..."! Maksudmu, kamu mau dijadikan pengawal pribadinya"!"."Hmm, eehh... iya kali Mungkin begitu maksudnya." "Wah, itu berarti kamu harus selalu berada di sampingnya dong. Terus untuk urusanku sendiri bagaimana, Ron?" - Kumala Dewi tampak keberatan. Buron segera menyadari bahwa kehadirannya setiap saat mempunyai makna tersendiri bagi Kumala. Buron pun , sebenarnya tak tega jika melepas perhatian dan . tugasnya dalam lingkup petualangan si Dewi Ular. Tapi kali ini ia akan mencoba memanfaatkan rasa keberatan Kumala itu untuk memancing sesuatu yang selama ini dirahasiakan. "Begini saja deh, Mala.... Kalau kau beritahukan padaku tentang rahasia mengalahkan iblis yang menguasai hidup Shayu, aku nggak akan mau menjadi executive security. Tapi kalau kamu nggak mau memberiku rahasia tersebut, yaah... lebih baik kuterima saja tawaran Shayu itu." - Kumala agak kesal diancam begitu. "Kalau memang begitu pertimbanganmu, sebaiknya terima saja tawaran itu. Kau boleh angkat kaki dari sini mulai sekarang juga, Buron!" "Lho, kok jadi sewot begitu sih?" Buron terbengong kesal. "Mengalahkan iblis itu dengan sebuah ilmu khusus, dan ilmu khusus itu tidak boleh diberikan kepada siapa pun. Itu ilmu kedewaan yang hanya
bisa dipelajari atau diturunkan pada darah keturunan dewa.Masa harus kuturunkan padamu"! Bisa hangus terbakar jasadmu jika menerima ilmu itu dariku, tahu"!" "Bisa terbakar hangus"!" "Kalau kamu memang nekat bunuh diri dengan menerima ilmu itu, akan kuturunkan sekarang juga
padamu. Mau. " "Ya, jangan dong. Ntar kalau aku hangus bagaimana?"
"Makanya jangan ngotot minta diberitahu rahasia tersebut!" sentak Dewi Ular dengan kesal. "Kalau rahasia ilmu itu nggak bikin kamu terbakar hangus, sudah dari kemarin kuturunkan padamu!"
"Ya, sudahlah...," gerutu Buron sambil garuk garuk kepala, batal mendesak Kumala dengan cara apa pun. Tapi dalam hati kecilnya masih punya rasa penasaran dan bertanya-tanya,
"Benarkah begitu kenyataannya" Benarkah bisa terbakar hangus kalau mengetahui rahasia ilmu pamungkas buat menghancurkan iblis terkutuk itu" Aku khawatir itu tadi cuma siasatnya Kumala saja untuk menolak desakanku. Sebaiknya... sebaiknya kutanyakan kepada Kanjeng Dewi saja, tapi jangan sampai didengar Kumala. Nanti malah bikin ribut." Kesempatan untuk bicara dengan Dewi Nagadini belum ada Buron masih mencari kesempatan
bagus buat mengungkapkan keinginan hatinya. Dewi Nagadini dan anaknya sedang sibuk menyelidiki PT Devindo dengan bantuan Niko, Pramuda dan selalu didampingi Sandhi. Buron dilibatkan dalam penyelidikan itu apabila dibutuhkan sewaktu-waktu la diminta untuk standby di rumah. Kesempatan itu digunakan oleh Buron untuk melakukan penyelidikan tersendiri dari sisi lain. la menelepon Shayu dan mendesak agar jadwal pertemuannya dengan Billy Carradine dipercepat. "Bisa nggak hari ini kita ketemu dia, Sha?" "Dia punya jadwal cukup padat, Ron. Kecil sekali kemungkinannya untuk bisa mendesaknya bertemu secara mendadak begini." "Tapi belum kau coba, kan?" bujuk Buron dengan nada mesra. "Memang belum sih. Tapi... kenapa sih kamu jadi bernafsu sekali untuk bertemu Billy?",
"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya tentang perusahaan dan proyeknya itu." "Aku kurang jelas maksudmu, Ron."
"Hmmm, begini aja deh. Coba sekarang kau hubungi dia dan desak dia supaya punya waktu untuk bertemu denganku. Aku sekarang akan menuju ke tempatmu." "Begitu maumu?" ' |
"Ya. Kamu keberatan?"
"Buat kamu nggak ada yang keberatan," jawab Shayu dengan pelan dan penuh keromantisan. Buron tersenyum girang, hatinya berdebar indah. Tapi ia juga segera melakukan semedi ringan untuk menggerakkan hati Billy Canadine agar mengubah semua jadwal kerjanya hari ini, sehingga bule itu : berkenan sekali 'menerima desakan Shayu untuk mengadakan pertemuan dengannya.
Tanpa diduga-duga, roh Buron merasakan hawa panas yang tinggi ketika konsentrasinya terfokus kepada wajah Billy Carradine. Gelombang energi gaib begitu besar menghantamnya, sehingga Buron terpental dari tempat duduknya dan hilang konsentrasinya. Bruuk! "Gila!" sentak hati Buron sambil terengah
engah. "Bule itu punya gelombang gaib sangat tinggi Besar sekali semburan hawa panasnya yang berputar-putar mirip pusaran badai itu" Wah, sepertinya bule itu bukan sembarang bule Sangat bahaya jika Shayu terlalu dekat dengannya."
Buron pun segera melesat ke tempat Shayu. Waktu itu, janda cantik tersebut sedang berada di ruang kerjanya yang sangat pribadi, terletak di lantai lima dari gedung bertingkat sebelas. Sewaktu Buron tiba di dalam ruangan khusus itu, Shayu baru saja selesai bicara dengan Billy. Ia sempat terkejut, nyaris menjerit kaget melihat Buron tahu-tahu muncul di depannya, bagaikan menembus tembok.
Sebab selama ini Shayu memang belum pernah melihat Buron yang muncul secara gaib. Buron sendiri lupa, bahwa kesaktian itu sebenarnya jangan ditunjukkan kepada Shayu, sebelum Shayu tahu persis seberapa tingkat kesaktian Buron sebenarnya. "Duuh, kamu bikin kaget aku saja, Ron! Hampir-hampir jantungku copot melihatmu tahu-tahu muncul di depan mata begitu"!"
"Sorry, sorry.. aku nggak sengaja."
"Nggak sengaja"!" "Maksudku. hmmm, maksudku..." "Setinggi itukah kesaktianmu, Buron" Ooh, sungguh luar biasa. Mengagumkan sekali. Tapi... kenapa kamu nggak bisa mengusir iblis ini dari diriku"!"
"Pasti bisa! Tinggal tunggu saatnya tiba," tegas Buron untuk meyakinkan hati Shayu. Lalu, Buron pun segera mengalihkan pembicaraan agar Shayu tidak mencurigainya terlalu dalam. Sebab jika Shayu bercuriga terlalu dalam, salah-salah janda cantik itu akan dapat menyimpulkan bahwa Buron adalah bangsa jin, bukan manusia asli "Bagaimana dengan Billy" Kau sudah menghubunginya?":
"Ya Sudah. Tapi dia tetap menolak. Dia tetap jadwalkan pertemuan dengan kita besok "
menjelang maghrib. Tempatnya di coffee shop tempo hari itu." - Buron manggut-manggut, tapi sisa ketegangannya masih membekas samar-samar di wajah Hal itu membuat Shayu menaruh rasa curiga, sehingga perempuan itu mendekati Buron, mengangkat dagu sedikit untuk menatapnya dengan lekat-lekat.
"Ada apa sebenarnya" Kamu menyimpan ketegangan apa sih" Tolong bicara padaku biaraku bisa membantumu, Sayang...." Setelah menenangkan diri sebentar, Buron pun berkata dengan tangannya mengusap pipi Shayu yang membungkuk di depannya.
"Sudah lamakah kau kenal dengan Billy?"
"Belum," Shayu menggeleng.
"Kukenal dia yang pertama kalinya waktu mengikuti seminar kalangan atas, sekitar... dua bulan yang lalu. Setelah itu kami nggak pernah saling ketemu. Baru setengah bulan yang lalu kami ketemu lagi." "Apa saja yang kau ketahui tentang Billy?" Shayu agak berkerut dahi, sebab pertanyaan itu terasa sedikit aneh baginya la menjawab sambil melangkah ke sofa, dan ternyata Buron pun pindah duduknya, kini jadi berada dalam satu sofa dengan Shayu. Aroma wangi parfum di tubuh Shayu sejak tadi menggoda gairah, tapi Buron sengaja menying kirkan gairah itu dengan berpikir keras mengenai
keanehan pada diri Bule tersebut.
"Sebenarnya aku nggak banyak tahu tentang dia. Delvina yang banyak mengetahui dirinya. Yang kutahu hanya sebatas urusan bisnis saja, nggak sampai ke masalah pribadinya."
"Kenapa menurutmu Delvina lebih banyak tahu tentang dia?"
"Karena. waktu Delvina kerja di bank, dialah yang menangani penyuntikan dana untuk banknya. Billy itulah orang yang punya dana untuk disuntikkan ke bank tersebut. Tapi toh... sekarang bank itu tetap saja hancur. cara pengelolaannya manajemen nya aja yang kurang canggih dan berkesan acak-acaka n begitu!" "Billy menyuntikkan dana" Berarti Billy punya banyak modal dong?"
"O, iya. Dia memang aslinya seorang investor asing yang tergiur melihat lahan bisnis di sini, lalu mencoba bermain di dalamnya dengan stock modal yang nggak tanggung-tanggung." "PT Devindo itu miliknya pribadi atau..."
"Setahuku... ada tiga pemegang saham PT tersebut. Sahamnya Billy memang paling banyak, tapi bukan berarti PT itu miliknya pribadi. Bahkan menurut keterangan Delvina, pemilikian PT itu diatas namakan orang lain. Artinya, salah satu dari dua pemegang sahan lainnya. Aku lupa nama
orang itu. Memang kenapa sih?" Buron menarik napas dalam-dalam.
"Aku curiga ada yang nggak beres pada diri bule itu."
"Nggak beres bagaimana" Curang" Licik?"
"Lebih dari itu. Secara pribadi saja kayaknya orang itu udah nggak beres. Proyek yang kau tandatangani kontraknya itu juga berbau ketidak
beresan." "Ah, masa iya begitu sih, Ron?" Shayu mulai cemas. - "Apa sekarang penanganan proyek itu sudah dimulai?"
"Minggu depan. Makanya aku sedang kebingungan mencarikan tenaga ahli yang dibutuhkan, sebab temanku ini kuhubungi selalu gagal. Aku belum mendapatkan nomor HP-nya yang baru."
"Tahan dulu niatmu mengirim tenaga ahli ke proyek itu."
"Alasannya?" - "Proyek itu bisa-bisa jadi proyek kiamat. Bukan hanya bumi ini yang akan hancur, tapi beberapa planet lainnya mungkin akan dihancurkan pula oleh si bule misterius itu." .
"Ah, kok bisa sampai begitu fantastisnya pikiranmu, Ron?"
Buron diam sejenak, sedikit ragu melanjutkan penjelasannya. Tapi akhirnya ia berkata,
"Yang penting lakukan saja apa yang kusarankan tadi. Jangan kirim tenaga ahli kristal kepadanya. Jangan terlalu dekat dengan bule itu. Nanti akan kujelaskan lebih rinci lagi kalau data-datanya sudah lengkap di tanganku!" Shayu mengangguk dengan tatapan yang redup menantang. Buron selalu cepat bergairah jika dipandang demikian. Gejolak hatinya begitu kuat. sehingga Buron pun nekat mencium bibir Shayu. Maksudnya hanya ingin mengecupnya sekilas saja buat obat penurun ketegangan. Tapi ternyata kecupan bibir itu membakar hasrat Shayu, sehingga perempuan itu membalasnya dengan lumatan yang tak mau hanya sebentar. Gairah asmara yang semakin membakar jiwa telah membuat wajah Shayu mulai pucat, bahkan memutih dan berkerut-kerut kecil. Matanya mulai
membara seperti batu lahar. Buron sadar bahwa
saat itu iblis pengacau asinara mulai muncul Buron buru-buru melepaskan diri dari pelukan Shayu Namun pelukan itu sangat kuat dan diikuti dengan gerakan tangan mencakar pelan punggung Buron. Rasa perih akibat goresan kuku tajam di punggung membuat Buron mengerahkan tenaga untuk lepas dari pelukan, tersebut. Tiba-tiba ia tersentak ke belakang dan jatuh membentur tepian meja kerja. Bruuk...!
"Uuhk..!" Buron menyeringai kesakitan Tulang punggungnya seperti mengalami keretakan. Dan di depannya Shayu sudah berdiri dalam sosok wajah menyeramkan. Seringai senyumnya menampakkan munculnya sepasang taring penghisap darah yang cukup tajam, Buron baru saja akan bangkit, tapi tiba-tiba pandangan mata iblis berwajah menyeramkan itu telah bergerak ke samping, maka tubuh Buron pun terlempar kuat ke arah samping Wuut, braak...! Lemparan melalui pandangan mata itu membuat sekujur tubuh Buron bagaikan remuk. Sakitnya bukan main. Pasti pandangan mata tadi diikuti oleh kekuatan penghancur yang sulit dihindari maupun ditahan dengan kekuatan lainnya. Rak buku-buku dari kayu jati sempat retak nyaris terbelah akibat benturan tubuh Buron tadi. Wuubs...! Buron pun menggunakan kesaktiannya untuk lenyap dalam sekejap. Tahu-tahu ia sudah berada di rumah sambil mengerang kesakitan di lantai ruang tengah. Mak Bariah, pelayan bagian dapur, melihat keadaan Buron yang kesakitan itu bukan menolong, melainkan justru mengomel-ngornel tak karuan.
"Bocah sinting! Jalan nggak pakai mata kamu, ya" Bufet segitu gedenya ditabrak aja. Untung isi di dalamnya nggak pada pecah!" - Buron semakin kesal, karena ia merasa tidak . menabrak bufet Mungkin Mak Bariah salah anggapan. Tapi buat Buron, percuma saja menjelaskan yang sebenarnya kepada Mak Bariah.
Pasti hanya akan menimbulkan pertengkaran mulut. Maka Buron pun tak melayani kecaman dan omelan itu, la, berusaha untuk bangkit, tapi tak bisa. Seluruh tulang-tulangnya benar-benar seperti telah dipatah patah oleh tangan raksasa. Hanya sedikit tulang yang tersisa masih utuh sehingga bisa bergerak kecil dan lamban.
Dewi Nagadini pulang lebih dulu diantar Sandhi, sementara Kumala ikut Pramuda menemui seseorang yang ada hubungannya dengan PT Devindo itu. Dewi Nagadini yang menemukan Buron dalam keadaan mirip cacing kepanasan, menggeliat-geliat di lantai sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dewi Nagadini pula yang menyembuhkan keadaan Buron dengan sebuah tiupan lembut dari mulutnya. Tiupan itu mengandung aroma wangi setanggi aneh, yang mampu memulihkan semua luka, mampu menyegarkan rasa dan mengembalikan tenaga yang hilang.
"Apa yang terjadi pada dirimu, Buron" Kamu kelaparan, ya?" tanya Dewi Nagadini dengan tetap ceria. Ia tak pernah lupa dengan 'tapa riang"-nya.
"Saya selalu diganggu oleh kekuatan iblis
lakmat itu, Kanjeng Dewi." Jawaban serius itu dilontarkan setelah Sandhi tidak ada di antara mereka. Kesempatan berdua dengan Dewi Nagadini itu mulai dimanfaatkan oleh Buron untuk mengungkapkan seluruh persoalan pribadinya. Untuk itulah, Buron memohon agar pembicaraan mereka dilakukan di pendapa belakang rumah, agar tak didengar Sandhi maupun Mak Bariah. Dewi Nagadini tertawa cekikikan mendengar keluhan Buron. la justru mengecam Buron dengan nada candanya. " . "Jin merek apa kau itu, masa sama iblis kalah" Mendingan jadi jin kamu, Ron. Jadi kain teteron aja. Murah dan lembut."
"Kenapa Kanjeng Dewi bilang begitu?"
"Habis kamu seperti celana jin yang susah dicuci sih." "Celana jeans', Kanjeng... bukan celama jin!" ralat Buron agak kesal, tapi juga merasa geli.
"Kamu sekarang semakin pintar rupanya. Bisa menggurui diriku."
"Maaf, Kanjeng Dewi... saya bukan bermaksud menggurui, cuma sekadar pamer pengetahuan. Sejak ikut putrinda Kumala, pengetahuan saya selalu bertambah. Otak saya jadi cerdas. Maka jangan heran kalau Kanjeng Dewi melihat saya sekritis ini.
Kecerdasan saya juga telah membuat saya mengetahui siapa sebenarnya pemilik saham terbesar di PT Devindo itu."
"O, ya..."!" Dewi Nagadini terperangah ceria. "Jadi kau tahu siapa pemilik...." "Ssstt...! Pelan-pelan, Kanjeng. Jangan sampai didengar oleh Sandhi atau orang lain."
"Ssst...! Iya, ya...," balas Dewi Nagadini dengan berbisik pula. "Tapi kami tadi juga sudah mendapat keterangan dan mengetahui siapa pemilik PT Devindo yang kami duga sebagai pembeli pusakanya suamiku" "O, ya" Siapa orang itu menurut sumber keterangan yang Kanjeng Dewi dapatkan?" "Subrata Hasman. Betul kan?" suaranya masih
membisik. - "Salah, Kanjeng. Itu pemilik palsu."
"Lho. apa iya sih?" "Pemilik perusahaan itu sebenarnya bukan Subrata Hasman. Mungkin dalam akte dan surat surat penting lainnya memang disebutkan nama pemilik perusahaan adalah Subrata. Hasman, tapi sebenarnya nama itu hanya sekadar buat tameng saja, Kanjeng Dewi." "Aduh, kalau begitu aku dan Kumala tadi kecele dong. Hii, hii.. baru sekarang aku bidadari sok kecele Hi, hi, hi... alangkah bodohnya yang
mendengar kata-kataku ini, hili, hii...!" "Sial. Kalau begitu aku dong yang dianggap bodoh"!" gerutu hati Buron. "Kalau benar kau tahu pemilik yang sebenarnya, katakan padaku. Akan kulacak sendiri di mana orang itu berada."
"Wah, nggak bisa, Kanjeng Dewi. Nggak bisa saya katakan." "Apakah kamu sudah menjadi gagu sehingga nggak bisa mengatakan apa-apa padaku?" . "Buk, hmm, baah, buuk, hngg, subb, hmmr..." Buron jadi benar-benar seperti orang gagu, tidak bisa bicara apa pun kecuali hanya ah, uh, ah, uh,... benar-benar tegang hati Buron, sebab ucapan Dewi Nagadini yang diiringi tawa kecil itu mempunyai pengaruh kutukan yang membuatnya menjadi tunawicara - Melihat Buron tegang dan ketakutan bercampur sedih, Dewi Nagadini tertawa semakin cekikikan. Buron menunjuk-nunjuk mulutnya sendiri, memberi isyarat agar dibebaskan dari kebisuannya. Dewi Nagadini pun puas menertawakannya, se hingga dengan tiupan manja Buron segera kembali normal, bisa bicara seperti biasa.
"Kanjeng Dewi jangan curang dong. Masa" langsung bikin mulut saya jadi bisu sih?" "Habis, katamu tadi kamu nggak bisa mengatakan siapa pemilik perusahaan itu sebenarnya" Padahal aku tahu, kamu pasti bisa mengatakannya, bukan?"
"Memang. Tapi... tapi saya minta upah dong. Keterangan rahasia seperti itu sudah wajar kalau dikomersilkan, Kanjeng Dewi. Sebab, di permukaan bumi sekarang sedang musim jual-beli keterangan. Istilahnya, bisnis informasi. Kita harus mengikuti zaman bukan?" "Ooo... begitu maksudmu" Baiklah. Akan kuberi upah lima dollar untuk keteranganmu itu." "Yaah, kok pakai dollar?" "Eh, tadi kudengar ada orang bilang, bahwa sekarang harga dollar sedang melambung tinggi dan menguasai sendi kehidupan di dunia. Kalau kau kubayar pakai dollar, kan beruntung itu namanya."
"Saya nggak minta upah dollar, Kanjeng Dew1.
"Jadi apa yang kau inginkan untuk menukar keteranganmu itu?"
"Hmm, eeh... saya minta dibayar pakai sebutir kasaktian, Kanjeng Dewi."
"Kesaktian" Maksudmu, kesaktianku yang dipakai untuk menukar keteranganmu itu?" "Benar, Kanjeng Dewi"
"Husy, jangan! Nanti kamu tambah sakti lho. Nggak boleh itu, Ron. Masa jin kok punya kesaktian bidadari Kahyangan, nggak lucu itu."
"Kanjeng Dewi, kalau memang saya tidak diizinkan memiliki kesaktian dewata, bagaimana kalau saya meminjamnya sebentar...."
"Husy! Apalagi meminjam. Nggak boleh. Sewa aja, ya?"
"Sewa..."!" "iya, sewa! Sepuluh ribu dapat dua."
"Kok seperti dalam rental VCD, Kanjeng?"
"Hii, hii, hii... aku cuma bercanda kok," ujar bidadari yang sedang berusaha selalu riang itu.
"Jadi maksudmu bagaimana" Apa yang membuatmu ingin menggunakan kesaktianku?"
"Kanjeng Dewi... saya ini sedang naksir cewek. Memang sudah janda sih, tapi masih bisa dipakai. Maksudnya... maksudnya masih bisa diajak untuk berumah tangga secara baik-baik. Tapi... ada iblis pengacau cintanya yang selalu muncul mengganggu kemesraan perempuan itu...," Buron pun menceritakan secara blak-blakan apa yang dialami Shayu dan apa yang dihadapi olehnya, termasuk adat bangsa jin untuk meminang calon istri itu.
"Ooo, begitu maksudnmu?" kata Dewi Nagadini lebih tenang lagi "Kalau toh memang saya sebagai jin tidak boleh memiliki kesaktian dewa, saya rela untuk meminjamnya saja. Sekadar untuk membebaskan
Shayu dari cengkeraman iblis itu, Kanjeng Dewi .Nanti kalau urusan itu sudah selesai, saya bersedia mengembalikan kesaktian tersebut kepada Kanjeng Dewi." "Yaahh...," Dewi Nagadini menghembuskan napas sekadar melancarkan pembicaraannya saja. Memang sih... kesaktian para dewa-dewi ada yang bisa membakar jasad jin jika diberikan kepadanya, tapi ada pula cuma bikin perut jin jadi mules sepanjang masa." - "Wah, itu lebih menyiksa lagi dong," sela Buron. Dewi Nagadini tertawa - "Sekarang begini saja, Buron. Pada dasarnya kau membantuku memperoleh pusaka itu dan aku membantumu menyingkirkan iblis Gorakakak itu...." - "iblis apa, Kanjeng?" - "Gorakakak, adalah iblis pengganggu brahi Dia mencari mangsa dengan membonceng birahi manusia. Manakala manusia yang diboncengi sudah mulai bergairah, maka ia muncul untuk menerkam mangsanya, yaitu lawan asmara si manusia yang ditunggangi"
"Ooo... namanya iblis Gorakakak, ya?" "Iblis itu memang punya kesaktian yang sulit ditumbangkan. Satu-satunya cara untuk mengalahkan kekuatan iblis Gorakakak adalah dengan menghantam bayangannya yang ada dalam sebuah cermin."
"Bayangan dalam cermin"!" "Gorakakak tercipta dari bayangan nafsu manusia yang serakah, jahat, dengki, dan segala macam sifat buruk manusia. Bayangan itu menjelma menjadi sesosok mahluk pengikut Damassdus. Maka rahasia kehancuran Gorakakak terletak pada bayangan dalam cermim."
"Setelah itu, Kanjeng?"
"Ya, cuma itu kelemahannya. Setelah itu, dia akan hancur atau kabur dan tak berani lagi mengganggumu." Buron manggut-manggui dengan wajah berseri-seri. Di balik semangatnya yang mencerahkan wajah, terbayang dendam kemarahannya yang ingin segera dilampiaskan. Namun Dewi Nagadini mengingatkan agar sebelum melakukan tindakan itu harus diperhitungkan dulu tempat dan suasananya. Jika Buron ingin memancing pertarungan dengan Gorakakak, maka ia harus berada tak jauh dari cermin. Ukuran cermin pun harus diperhitungkan.
"Jangan terlalu kecil, supaya tidak menyulitkanmu jika ia lari menghindari cermin tersebut."
"Baik, Kanjeng Dewi. Terima kasih atas petunjuk dan sarannya."
"Eeh, tapi ingat kamu juga harus dapatkan pusaka itu lho!"
"Saya berjanji akan ikut memburu pusaka itu, Kanjeng Dewi...." "Kalau kamu ingkar janji, pusakamu sendiri yang kucabut. Biar janda cantikmu itu tidak bisa tidur nyenyak sepanjang menjadi istimu."
"Pusaka saya yang mana" Yang.. yang... oh, kalau yang ini jangan dicabut dong Saya tidak akan ingkar janji kok," sambil Buron berdiri merapatkan kedua kaki, menutupi pangkuannya dengan kedua tangan. Dewi Nagadini tertawa geli melihat gaya lucu Buron yang ketakutan sekali kalau 'pusakanya" benar-benar hilang.
Kumala Dewi dan Pramuda berhasil menemukan pengusaha kondang yang bernama Subrata Hasman itu. Pramuda pernah bertemu sebelumnya, sehingga pria gemuk berperut buncit itu sangat mengenali Pramuda, menerima kedatangan Pram dengan keramahan tersendiri Subrata Hasman mengakui bahwa PT Devindo itu memang miliknya. Tapi ketika Pramuda menyinggung soal proyek pembuatan serjata super mega canggih itu, Subrata Hasman hanya tertawa
sambil menyangkal dugaan-Pramuda.
"Memangnya perusahaan saya itu adalah pabrik nuklir" Tidak semudah itu membangun sebuah proyek yang ada hubungannya dengan persenjataan kaliber internasional. Itu mungkin cuma issue atau guyonan orang-orang iseng. Haah, haah, haah, haa...." - Sementara Pramuda bicara, Dewi Ular mencoba menggunakan teropong gaibnya untuk menjelajahi seisi rumah besar itu, termasuk memantau kejujuran dan mengorek isi hati lelaki gemuk tersebut. Kesimpulan yang diperoleh Kumala ternyata sangat mengecewakan. Nihil. Tak ada tanda-tanda penyimpanan pusaka Jubah Manik Intan di rumah itu. Tak ada tanda-tanda penipuan di otak Subrata Hasman.
"Lelaki gemuk itu benar-benar geli mendengar pertanyaanmu tadi. Sebab dia benar-benar tidak mempunyai rencana sedikit pun dalam otaknya untuk membuat senjata super mega canggih itu," kata Kumala kepada Pramuda ketika mereka pulang dari rumah Subrata Hasman. "Jadi, dia nggak tahu-memahu tentang pusaka Jubah Manik Intan?"
"Sama sekali nggak tahu. Di rumahnya pun nggak ada yang berpikiran tentang pusaka tersebut. Aku sudah menerobos pikiran tiap penghuni rumah yang ada saat tadi."
"Jadi... bagaimana kalau sudah begini?"
"Mungkin kita harus pulang dulu. Bilang pada ibu tentang hasil pertemuan kita dengan Subrata Hasman." - "Kenapa ibu atau kamu nggak melacak dengan radar gaib untuk mencari tahu di mana pusaka itu berada?"
"Mana bisa"! Kesaktian kami tidak lebih tinggi dari kesaktian yang ada dalam pusaka itu. Kami nggak akan mampu melacaknya." Tiba-tiba langit petang mulai mendung. Telepon genggam milik Dewi Ular berdering. Nomor yang diterimanya cukup asing, tapi membuatnya ingin tahu siapa pemilik nomor HP yang masuk ke handphone-nya itu. "Hallo...?"
"Kumala, pi aku...."
"Ngapian, Ron" Pakai handphone-nya siapa kamu?" - "Kepunyaan calon istriku: Shayu " "Gombal luh! Mau ngapain" Cuma berlagak doang ya, biar dianggap keren saja janda cantik itu?" "Sialan luh!" gerutu Buron sambil tertawa pelan. "Kumala, kau bisa datang kemari" Ada sesuatu yang perlu kita tangani nih!"
"Apaan?" ,"Aku sedang berada tak jauh dari pemilik PT Devindo yang sebenarnya. Dia pemegang saham terbesar di perusahaan itu."
"Hah..."! bukannya pemilik perusahaan itu adalah Subrata Hasman"!"
"Dia cuma dijadikan perisai untuk mengelabui orang-orang tertentu, semacam kita ini. Bahkan


Dewi Ular 52. Penghancur Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin orang yang namanya kau sebutkan tadi tidak akan tahu-menahu tentang pusaka tersebut.
Tapi aku yakin, orang yang sedang kuincar ini pasti
mengetahui tentang pusaka tersebut."
"Yang bemer ngomongmu, Ron"!"
"Yaah, dikasih tahu malah bentak-bentak. Kalau nggak percaya ya sudahlah. Aku nggak mau ikut campur lagi."
"Hallo, heeii. Ron.... Hallo.."!"
"Ya, hallo.... Kenapa?"
"Elu ada di mana, Monyong!" "Prince Hotel, di ruang pameran keramik!" Buron memang ada di sana. Tujuannya bukan untuk menyaksikan pameran keramik yang digelar
di Gallery Room, lantai pertama dari hotel bertingkat 24 itu .Buron hanya ingin menemui Shayu dan mencoba menggunakan petunjuk Dewi Nagadini dalam mengalahkan kekuatan iblis Gorakakak Tapi pada waktu Shayu dihubungi via telepon, ternyata wanita cantik itu berada di Prince Hotel. ia sedang menemui seorang kenalannya yang baru datang dari Paris tadi pagi, yaitu seorang foto model yang ingin tampil dalam sebuah acara fashion show di hotel itu juga, dua hari lagi - Tapi ketika Shayu menjemput Buron yang sudah berada di lobby, tiba-tiba mereka melihat pria kulit bersama dua lelaki perlente lainnya. Buron. segera mengenali si bule sebagai Billy Carradine. Shayu pun membenarkan. "Aku ingin mengikuti dia dulu, Shayu. Ada urusan lain yang harus kutangani, mungkin hari ini: juga!"
"Maksudmu apa sih?"
"Dia bukan manusia biasa," bisik Buron. "Iblis juga?" "Entahlah. Yang jelas, ketika kucoba mendekatinya secara gaib, aku terpental karena hempasan gelombang arus gaib yang begitu kuat dari dirinya. Tapi jika didekati secara fisik begini, memang nggak ada getaran apa-apa darinya. Sepertinya ia manusia biasa saja."
"Jadi, kalau dia bukan iblis, bukan manusia, lantas apa?" "Aku curiga, mungkin saja dia adalah Arsena alias Dewa Dharmasura, pamannya Kumala.". "Dewa kok bule?" sambil Shayu yang menggandeng Buron itu tertawa cekikikan. la menganggap kata-kata Buron itu sebuah canda Tapi ternyata keseriusan Buron semakin tampak dari wajahnya yang memandangnya dengan tajam.
"Dengar, Shayu... ibunya Kumala itu benar benar bidadari dan ayahnya benar-benar Dewa dari Kahyangan. Saat ini, ibunya Kumala sedang mencari pusaka milik suaminya yang dicuri oleh Dewa Dharmasura, alias Arsena. Dharmasura itu dewa yang diusir dari Kahyangan karena suatu kesalahan. dan mungkin dia ingin balas dendam dengan cara mengacaukan bumi dan Kahyangan, menghancurkan planet-planet dengan senjata multi dahsyat yang sedang dirancangnya dengan menggunakan bahan baku intan Nirwana. Untuk itulah ia sedang mencari ahli kristal, mungkin ada hubungannya dengan senjata yang akan diciptakan itu."
"Aku jadi takut, Ron...," bisik Shayu.
"Tenang. Anggap saja nggak ada apa-apa. Aku sendiri nggak mungkin bisa menghadapi Billy sendirian, kalau memang dia itu benar-benar Dewa Dharmasura. Maka sebaiknya kupanggil Kumala dulu deh. Kalau perlu kuhubungi ibunya juga yang masih ada di rumah...."
Waktu Pramuda dan Kumala tiba di lobby, Buron sengaja menyambutnya di sana, sebab ia ingin bicarakan dulu teori kemungkinannya itu kepada mereka berdua. Shayu pun ada di samping Buron dan ikut membenarkan beberapa keterangan
Buron tentang Billy Canadime. Kumala menjadi penasaran, sehingga ia segera menuju ke ruang pameran seni keramik dan, kristal yang diadakan oleh seniman-seniman dari berbagai megara.
"Itu dia yang kumaksud," bisik Buron saat mereka melihat Billy sedang bicara dengan seorang seniman patung yang ikut memamerkan karyanya menggunakan bahan kaca kristal
"Aku nggak menangkap getaran gelombang gaibnya dari sini," kata Kumala pelan. "Aku juga begitu. Tapi coba dekatkan rohmu kepadanya." Dewi Ular mengikuti saran Buron. Ia memejamkan mata sebentar. Tiba-tiba tubuhnya terdorong mundur hampir jatuh. la merasakan sentakan gelombang panas yang menyerupai pusaran badai di sekitar diri bule keren itu.
"Nggak salah lagi, memang benar dugaanmu, Ron! Tapi aku nggak akan mampu menghadapi kesaktian paman Dharmasura. Dia akan mudah menghajarku seperti tempo hari." "Aku sudah bicarakan hal ini dengan Kanjeng Dewi .Beliau sedang meluncur kemari bersama Sandhi." - "Aku sendirian," tiba-tiba ada suara yang menyahut dari belakang mereka. Ternyata suara itu datang dari wajah cantik si Dewi Nagadini. Rupanya
bidadari murah senyum itu merasa terlalu lama jika ikut dalam satu mobil dengan Sandhi, sehingga ia menggunakan jalur gaibnya untuk muncul ditempat itu sendirian. Sandhi sempat kebingungan ketika melihat Dewi Nagadini lenyap dari jok sampingnya. la yakin, bidadari itu pasti menggunakan kesaktian langkah kilatnya seperti yang sering dilakukan Buron dan Kumala itu. Maka Sandhi pun tetap mengarahkan BMW kuning menyala itu ke Prince Hotel - "Menurut Ibu bagaimana?" bisik Kumala saat Dewi Nagadini sudah menatap ke arah Billy Carradine. "Ya, kurasa memang dia itu pamanmu. Getaran yang kuterima dari sini sangat kukenali sebagai getaran hawa saktinya pamanmu. Tapi... Ibu sedang tidak boleh marah dan sedih, kan" Jadi, sebaiknya kau saja yang maju."
"Aku pernah dihajarnya, Bu."
"Aku titip kesaktian untuk melawannya. Hajar dia!" Tees...! Dewi Nagadini menjentikkan jarinya sambil tersenyum. Seperti bercanda dengan anak sendiri. Tapi sentilam jarinya itu mengeluarkan kilatan cahaya biru yang menembus dan tenggelam di perut Kumala. Tubuh gadis itu merasa bengkak besar, tapi sebenarnya tetap stabil seperti biasanya. Itu pertanda kesaktian yang ada padanya telah lebih
besar dari kesaktian yang sebenarnya. Kumala Dewi segera menghampiri Billy Carradine dengan kalem. Seenaknya saja Kumala menepuk pundak bule itu tanpa ada rasa malu atau Canggung. - "Hai, Paman Dharmasura... lagi ngapain di sini"!" - - Billy terkejut dan segera berpaling padanya.
"Oh, Noma salah alamat. Saya adalah Billy Carradine yang...." - "Alaaa... nggak usah kok kebarat-baratan, Paman. Aku tahu kau adalah Paman Dharmasura yang telah mencuri pusaka milik ayahku!"
"Hei, Nona... hati-hatilah bicara sebab...." Wuuuss...! Kumala mengibaskan tangan di depan wajah Billy. Hembusan tangan itu mengeluarkan angin besar, sehingga beberapa keramik yang dipajang tanpa kaca penutup terpental dan pecah. Billy sendiri juga terhempas ke samping dengan mengepulkan asap putih. Dalam sekejap saja asap itu lenyap dan tampaklah seraut wajah tampan mirip Tom Cruise, rambut ikal agak panjang belakangnya sedangkan bagian depan terkesan cepak Berbeda sekali dengan sosok bulenya Billy tadi. Kini semakinjelas sudah bahwa bule itu adalah jelmaan dari Dewa Dharmasura yang kini menggeram marah kepada Dewi Ular.
Merasa penyamarannya dibuka di depan
umum, Arsena pun segera mengeluarkan aji tamparan bayu dari jarak tiga meter. Wuut...! Tamparan
itu mengeluarkan cahaya p"tir berlarik-larik ke arah.
Dewi Ular. Tapi dengan cepat Dewi Ular menangkisnya dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Persilangan tangan itu melepaskan sinar biru besar yang segera menerjang petir-petir itu dan menghempaskan Arsena sejauh tujuh meter. Blaaam...! - Keramik-keramik pun pecah. Patung kaca dan seni kristal ikut pecah. Cukup banyak kerugian yang diderita oleh pihak panitia pameran keramik itu. Namun agaknya Dewi Ular tidak pedulikan hal itu, ia menyerang maju ketika Arsena bangkit dengan sempoyongan dan wajahnya menjadi hitam hangus. Dewi Nagadini bertepuk tangan sambil memberikan semangat kepada anaknya, seperti bonek yang sedang nonton pertandingan sepak bola di Senayan.
"Hajar terus, sikaaat...! Plintir lehernya, sogok hidungnya, iyaa... terus, Kumala... Terus pojokkan dia, 1yaaa... hiii, hiii...." - Semua orang keluar dari ruangan tersebut selain rombongan dari Dewi Ular. Mereka melihat jelas Arsena dihajar habis-habisan oleh Dewi Ular sampai akhirnya tubuh pemuda itu terbenam di lantai sebatas perut, sementara lantai itu sendiri tidak retak sedikit pun. Arsena kewalahan dan mengerang tak berdaya lagi.
"Kembalikan jubah itu atau kuselesaikan dendamku sekarang juga, Paman!"
"Jangan!" cegah Arsena yang sudah babak belur itu.
"Baik, kuakui kau unggul. Dan...."
"Hai, Sura...," tegur Dewi Nagadini dengan senyum ceria. Ia melambaikan tangan sambil mendekati Arsena.
"Kita ketemu lagi di bumi, ya Dik. Tapi kenapa tubuhmu cuma separo begitu" Mungkin kalau kau serahkan jubah kakakmu itu, maka anakku tidak akan membenamkan seluruh tubuhmu ke dasar bumi!" "Atau sekarang saja kubenamkan dia, Ibu!" "Jangan, jangan...!" cegah Dharmasura. "Baiklah, kuserahkan kembali pusaka itu asal jangan kau habisi riwayatku!" "Cepat!" sentak Dewi Ular. Arsena menoreh udara dengan ujung kukunya yang memercikkan bunga api. Udara seperti robek, mengeluarkan kilauan cahaya gemerlap yang segera diterima dengan kedua tangan oleh Dewi Nagadini. Itulah cahaya dari Jubah Manik lntan yang disembunyikan Dharmasura . di kantong dimensi gaib. Dewi Nagadini tertawa riang sambil berputarputar memeluk jubah itu. Tawanya membuat bumi
bergetar dan lampu-lampu mulai padam. Semua menjadi tegang sesaat. Tapi ketika tawa itu hilang, lampu menyala kembali
"Hahh..."!" semua memandang keadaan sekeliling dengan bengong. Dewi Nagadini sudah tiada. Dewa Dharmasura terkapar seperti tidur dengan nyenyak di lantai. Semua keramik dan hasil karya lainnya yang tadi pecah berhamburan, ternyata telah berubah seperti sediakala lagi. Utuh tanpa keretakan dan tanpa serpihan apa pun di lantainya. Kumala Dewi sendiri hanya bisa diam sambil. menghembuskan napas lega. Ibunya pasti sudah berada di rumah, menyelamatkan jubah itu dari mata para penjahat yang dikhawatirkan ada di sekitar tempat itu. Tapi sang ibu rupanya juga memperbaiki keadaan lebih dulu agar tidak menimbulkan kerugian di pihak lain, sehingga pameran keramik tidak menderita kerugian apa pun. "Cepat susul ibu ke rumah!" kata Dewi Ular kepada Pramuda. "Aku nggak ikut pulang dulu, Kumala," kata Buron. "Kenapa" Malam ini atau besok pagi, pasti ibu akan kembali ke Kahyangan."
" "Kanjeng Dewi pasti akan menungguku. Aku punya urusan yang harus kuselesaikan lebih dulu,
baru menemui ibumu dan melaporkan hasilnya."
"Maksudmu...?" "Nanti kujelaskan setelah keluar dari kamar pengantin bersama calon istriku ini," kata Buron sambil kemudian memeluk Shayu dari samping dan - membawanya pergi Mereka masuk lift, menuju ke lantai atas. Di sana mereka sudah punya kamar sendiri yang dibookingnya saat menunggu Kumala datang tadi - - - Melihat kemesraan itu, mereka saling menggerutu kesal. Tapi akhirnya saling tertawa membayangkan Buron berada dalam pelukan wanita
secantik Shayu. - "Nggak ada pantasnya sedikit pun," komentar Pramuda sambil menghidupkan mesin mobilnya. "Kumala...!" seru Sandhi yang masuk ke BMW kuning.
"Shayu seperti bidadari menggendong gorila lepas." "iih, jahat luh, yaaa... hii, hii, hii...!" Kumala tertawa geli, kemudian mereka meluncur pulang ke rumah. - Sementara itu, di dalam kamar romantis, Buron sengaja memancing gairah Shayu dengan kecupan yang memburu dan penuh desahan. Seperti apa saran Dewi Nagadini, maka Buron memilih kamar yang dikelilingi kaca sampai di bagian plavonnya juga dilapisi kaca cermin. Maka ketika sosok angker
iblis Gorakakak keluar dari kecantikan Shayu, pada saat Shayu terbakar gairahnya, Buron segera melepaskan pukulan mautnya ke arah cermin dan hal itu membuat wajah angker Gorakakak menjadi hancur berantakan, lalu terdengar suara menjerit melarikan diri. Itulah tanda kepergian iblis yang selama ini menjadi penghalang kemesraan Shayu. Janda cantik itu terkejut melihat wajahnya kembali cantik sementara dadanya masih digerayangi oleh tangan Buron dan lehernya disapu habis oleh lidah pemuda itu. Gairah Shayu meledak bebas dan menghamburkan tangis kebahagiaan Setelah sekian lama ia hanya bisa memendam hasrat bercinta, kini hasrat itu bebas dilampiaskan dengan jurus apa pun. - Buron memang ibarat pahlawan legendaris bagi Shayu. Tapi apakah mereka tetap akan menikah seperti keinginan Buron, atau harus berpisah karena bukan jodohnya" lkuti saja serial Dewi Ular berikutnya. tentunya baca di cerita-silat.mywapblog.com dong...
SELESAI ebook by novo edit teks by Saiful Bahri
Payung Sengkala 11 Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Harpa Iblis Jari Sakti 23

Cari Blog Ini