Ceritasilat Novel Online

Iblis Cadas Siluman 1

Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman Bagian 1


Hak cipta dan copy right pada
penerbit di bawah lindungan
undang-undang Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin dari penerbit
Bab l DENGAN segera Bidadari Hati Kejam memalingkan
kepala. Sejenak si nenek berkonde ini terkejut mendengar kata-kata orang yang cukup keras. Rasa terkejut si nenek berkonde berubah menjadi gelagapan. Dan
tanpa sadar kakinya surut satu langkah mendapati
kemunculan satu sosok tubuh dari balik ranggasan
semak Tetapi kejap lain dia sudah keluarkan dengusan. "Lelaki tua keparat! Sejak kapan kau berada di sini,
hah" Dasar kapiran! Rupanya kau mengintip dan mencuri dengar apa yang kulakukan!" bentak si nenek
berkonde keras. Sambil menindih kegeramannya, dia
membentak lagi, "Apa maksudmu berkata sialan seperti tadi, hah"!"
Tanpa menunggu sahutan lelaki tua berpakaian putih kusam dengan rambut dikuncir ekor kuda yang sedang melotot di hadapannya, si nenek berkonde segera
palingkan kepalanya ke kanan. Kedua matanya makin
membesar mendapati Rajawali Emas yang sedang memanggul Angin Racun Barat dan Manusia Serigala telah berdiri tegak berjarak dua tombak di samping kanannya tersenyum-senyum. "Bocah Kebluk! Jangan
campuri urusanku! Apakah kau sudah mengobati kedua manusia itu, hah"!"
Pemuda berpakaian keemasan itu tersenyum dengan kedua alis hitam legamnya yang diangkat.
"Wah! Tidak usah berlaku aneh, Guru. Bukankah
sudah jelas, kalau ternyata kau mencintai Kakek Manusia Pemarah" Ini kan... eiitt! Jangan marah dulu!
Jadi selama ini kau memang mencintai Manusia Pemarah, kan" Baguslah kalau begitu! Berarti kemunculan
orang celaka berkepala plontos yang berjuluk Beruang
Mambang dan yang sudah melarikan diri ada berkahnya juga. Menyibakan cinta yang terpendam puluhan tahun.
Dan rasanya, kau tak perlu berpura-pura menanyakan
keadaan Angin Racun Barat dan Manusia Serigala
yang tentunya kau tahu aku sudah menolong mereka."
"Kurobek mulutmu yang lancang itu!!" sentak Bidadari Hati Kejam makin melotot. Tangannya siap digerakkan, tetapi urung tatkala mendengar suara lelaki
tua berkuncir yang tak lain Manusia Pemarah adanya.
"Sontoloyo! Benar-benar sontoloyo! Kunti... urusan kau
mau merobek mulut muridmu itu atau tidak urusan
belakangan! Sekarang yang terpenting aku tahu kau
mencintaiku! Dan kau tahu Kunti, kalau sejak dulu
aku juga mencintaimu!"
"Jaga mulutmu, Orang Tua Bau Tanah! Siapa yang
mencintaimu, hah"!" bentak si nenek berkonde seraya
memalingkan kepalanya lagi. Kendati dia membentak,
namun tak urung dadanya bergetar hebat. Diam-diam
dia membatin resah, "Celaka! Malu sekali aku saat ini!
Beruang Mambang keparat! Dia secara tak langsung
telah membuka rahasia perasaanku selama ini pada lelaki tua berkuncir itu! Benar-benar kapiran!"
Seperti diceritakan pada episode: "Tapak Asmara"
saat itu Beruang Mambang tengah bersiap menghabisi
nyawa Manusia Serigala yang membawa kabur Angin
Racun Barat. Tetapi terganggu karena kemunculan
Bwana, rajawali raksasa keemasan milik Rajawali
Emas. Setelah Bwana pergi yang ternyata memberitahukan keadaan itu pada majikannya, Beruang Mambang meneruskan maksudnya semula. Tetapi gagal karena munculnya Bidadari Hati Kejam.
Sementara itu dari punggung Bwana, Rajawali
Emas yang menunggangi Bwana bersama Manusia
Pemarah melihat satu sosok tubuh yang bukan lain
Bidadari Hati Kejam. Dia memerintahkan Bwana untuk ter-bang merendah dan bersama Manusia Pemarah
yang harus sedikit dipaksa, keduanya bersembunyi
dan melihat apa yang terjadi. Ternyata urusan Bidadari Hati Kejam dan Beruang Mambang adalah urusan
cinta masa lalu yang sampai sekarang masih dipendam
dalam. Beruang Mambang marah besar karena Bidadari Hati Kejam menolak cintanya dengan alasan dia
mencintai Manusia Pemarah, yang selama ini perasaan
itu selalu ditutupi. Dan Manusia Pemarah yang bersembunyi dan mencuri dengar sangat terkejut mengetahui hal itu. Setelah Beruang Mambang melarikan diri
karena tak sanggup menghadapi Bidadari Hati Kejam,
lelaki pemarah berbaju putih kusam itu segera bersuara tetap dengan kebiasaannya yang selalu marahmarah. Menyusul Rajawali Emas yang setelah mengobati Angin Racun Barat dan Manusia Serigala juga sudah kembali ke sana.
Manusia Pemarah mendengus seraya maju selangkah. Dengan suara yang selalu keras dan kedua mata
selalu melotot dia berseru, "Urusan kau mencintaiku
atau tidak urusan belakangan! Tetapi yang jelas, kau
tak bisa melarikan diri dari kenyataan itu, Kunti! Aku
sudah mendengar semuanya! Apakah kau masih menyangsikan pendengaranku ini, hah"! Sontoloyo! Muridmu itu menjadi saksi!"
"Lalu urusan apa yang harus kulakukan bila kau
sudah mendengar semua itu, hah"!" sentak Bidadari
Hati Kejam sambil menindih perasaan geloranya
"Jangan membentak sontoloyo begitu! Kau tahu, sejak dulu aku selalu mencintaimu! Dan kau ternyata
mencintaiku! Kita masih punya waktu untuk saling
mencintai Kalau kau menolak juga, benar-benar sontoloyo!" Rajawali Emas nyengir mendengar kata-kata Manusia Pemarah. "Aneh! Mengucapkan isi hati kok dengan
cara marah-marah seperti itu" Dasar tidak ada otaknya!" "Setan pemarah bau tanah! Apakah kau pikir kendati aku memang mencintaimu lalu aku mau menerima cintamu, hah"!" seru Bidadari Hati Kejam keras.
"Sontoloyo! Apakah sekarang kita masih saling menutupi perasaan"!" balas lelaki tua berkuncir tak kalah
kerasnya. Kedua matanya melotot gusar.
"Apakah kau pikir aku mau menerima cintamu
yang sudah pernah tidur dengan si Nenek Cabul,
hah"!" geram si nenek berkonde dengan mata melotot
pula. "Jangan bermimpi di siang bolong! Lelaki keparat
bau tanah! Ternyata di balik semua sikapmu itu, kau
seorang yang cabul! Yang menerima tawaran perempuan untuk tidur denganmu!"
"Dasar sontoloyo! Apa otakmu sudah mulai pikun,
hah" Kau kan tahu sendiri kalau aku selalu menolak
tawaran itu" Dari mana pikiran sontoloyo itu datang,
hah"!" balas Manusia Pemarah gemas.
"Siapa pun tentunya ingin berlaku sopan dan menutupi segala perbuatan sialannya! Dan sudah tentu di
hatimu yang kotor itu kau sebenarnya menyukai tawaran itu Jangan berpura-pura alim di depanku!!"
"Benar-benar sontoloyo! Dasar sontoloyo! Kau benar-benar tak punya otak, Kunti"!"
"Jangan memaksakan soal cinta kepadaku!!"
Manusia Pemarah mendengus keras.
"Dasar nenek pembentak!"
"Kupatahkan seluruh tulang peotmu itu, hah"!"
"Urusan mematahkan tulang atau tidak urusan belakangan! Kalau kau memang tak mau menerima cintaku juga, tidak apa-apa! Mungkin itu bukan urusan
yang paling tepat! Tetapi kau tentunya tahu aku mencintaimu, Kunti!"
"Jangan bicara soal tetek bengek keparat itu!"
Manusia Pemarah mendengus. "Sontoloyo! Aku juga
masih ada urusan sekarang! Murid Dewi Bulan yang
dibawa kabur oleh Pangeran Merah adalah tanggung
jawabku!" "Dan akan kubeset mulutmu bila kudengar gadis
itu dipermalukan Pangeran Merah!!"
"Aku bersumpah, bila Pangeran Merah melakukan
hal-hal di luar batas pada murid Dewi Bulan itu, akan
kulumat tubuhnya! Setelah itu... aku akan membunuh
diri!!" Lalu dalam hati, lelaki tua berkuncir ini menyambung, "Sontoloyo! Kalau yang terakhir ini aku
cuma iseng saja!"
"Lelaki tua bau tanah! Jangan bicara sembarangan!!" seru Bidadari Hati Kejam tersentak.
"Ini urusanku!!" sahut Manusia Pemarah keras. Dalam hati dia mendengus, "Sontoloyo! Rupanya dia
khawatir aku melakukan tindakan bodoh seperti itu!"
"Persetan dengan segala urusan! Jangan berlaku
bodoh!" Manusia Pemarah sudah tak mendengar bentakan
itu, karena orangnya sudah melangkah dengan makian
panjang pendek. Wajahnya yang diliputi kulit tipis
nampak semakin dipenuhi kerutan. Rambut putihnya
yang dikuncir ekor kuda berlompatan, seiring dengan
kumis tanpa jenggotnya. Tetapi hatinya panas, sangat
panas sekali. Bidadari Hati Kejam menggeram keras. Lalu palingkan kepala ke arah Rajawali Emas tatkala mendengar
pemuda itu berkata, "Guru! Mengapa kau berlaku seperti itu, mengapa mencoba menutupi segala yang telah terbuka" Bukankah kau memang mencintainya"
Begitu pula dengan Kakek Manusia Pemarah. Bukankah ini sebuah kesempatan setelah menunggu sekian
puluh tahun?"
"Bocah Kebluk! Siapa yang bilang aku menunggu
lelaki bau tanah itu, hah" Jangan mengada-ngada!"
Tirta yang sudah menurunkan tubuh Angin Racun
Barat dan Manusia Serigala berkata lagi, "Bukankah
sekarang memang seperti itu kenyataannya?"
"Kalau iya, sudah tentu kuterima lelaki keparat itu!"
dengus gurunya keras.
"Kau tak mau menerimanya, apakah karena kau
merasa malu atau...."
"Dia telah tidur dengan si Nenek Cabul!!"
Pemuda dari Gunung Rajawali yang di lengan kanan dan kirinya terdapat rajahan burung rajawali berwarna keemasan ini seperti tersentak. Sesaat dia melongo. Dua tarikan napas kemudian, terlihat di bibirnya tersungging senyuman.
"Kenapa senyam-senyum begitu, hah"!" sentak Bidadari Hati Kejam keras. Lagi-lagi dia merasa dadanya
bergetar. Ada keinginan sebenarnya untuk menghentikan langkah Manusia Pemarah tadi. Tetapi dia tak
mau melakukannya. Terutama. tatkala mengetahui kalau Nenek Cabul berulang kali mengajak Manusia Pemarah melayani nafsunya.
Bagi Bidadari Hati Kejam, seorang lelaki tak lebih
dari kucing yang tak pernah menolak daging. Apalagi
milik seorang perempuan! Inilah sebenarnya yang
membuatnya marah. Dan kegundahan yang dialaminya saat ini, tatkala mendengar kata-kata Manusia
Pemarah hendak membunuh diri bila gagal menyelamatkan Dewi Berlian dari tangan Pangeran Merah. Sedikit banyaknya, si nenek berkonde tak menyalahkan
Manusia Pemarah yang gagal menyelamatkan Dewi
Berlian. Ini semua terjadi begitu saja. Bahkan terlalu
cepat. Tetapi bagaimana dengan keinginan Manusia
Pemarah yang gila itu" Bunuh diri! Oh, tidak!
"Guru... kalau kau cemburu, bilang saja kenapa
sih?" Tirta berkata enteng sambil memeriksa tubuh
Angin Racun Barat yang nampak sudah siuman. Tanpa menghiraukan kediaman gurunya yang sejenak tadi
kelihatan melengak kaget mendengar kata-katanya, dialirkan tenaga dalamnya lagi pada murid Iblis Cadas
Siluman itu. Lalu didengarnya keluhan Angin Racun
Barat pelan. "Bersemadilah, Diah.... Tenagamu akan
pulih seperti sedia kala."
Gadis berpakaian biru kehitaman itu mengeluh.
Mendadak dia bangkit sambil berseru, "Di mana Baruna?" Rajawali Emas tersenyum. Dia bisa merasakan betapa saratnya kecemasan dalam suara Angin Racun
Barat. Lalu katanya, "Dia berada di depanmu, Diah. Keadaannya tidak terlalu parah. Dia hanya keletihan saja.
Nah, kau lihat bukan" Dia tersenyum padamu."
Segera Angin Racun Barat mengalihkan pandangannya. Lalu gadis berambut dikepang dua ini menarik
napas panjang setelah melihat keadaan Manusia Serigala. Entah mengapa ada sesuatu yang mengusik hati
murid Iblis Cadas Siluman ini. Sesuatu yang selama
ini memang dimiliki namun hanya diperuntukkan oleh
Pendekar Judi. Pemuda tampan yang justru tak bisa
mencintainya dan hanya mampu menganggapnya sebagai seorang adik Teringat Pendekar Judi, Angin Racun Barat mendesah masygul.
Lamat murid Iblis Cadas Siluman ini membekas senyum Manusia Serigala yang bernama Baruna.
Saat itu si nenek berkonde sedang membentak pada Rajawali Emas, "Bocah Kebluk! Jangan sembarangan omong!!"
Tirta mengalihkan pandangannya seraya mencabut
sebatang rumput. Sambil menghisap sari rumput itu
dia menyahut dengan cengiran jelek di bibirnya, "Guru!


Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang cemburu itu tandanya cinta! Aku yakin, kau sebenarnya suaaanggaaat mencintai Kakek Manusia Pemarah. Tetapi ya gara-gara si Nenek Cabul kau jadi kelimpungan sendiri. Padahal kan kau tahu kalau Kakek
Manusia Pemarah tak pernah meladeni permintaan
edan si Nenek Cabul?" Lalu dengan senyuman yang
hanya dimengertinya sendiri, Rajawali Emas menyambung, "Tapi ya... siapa tahu kalau dia sebenarnya sudah pernah memenuhi permintaan si Nenek Cabul. Barangkali saja dia merasa...."
Wrrrr! Serangkum angin keras sudah menderu ke arah
Tirta yang dengan segera memiringkan tubuhnya.
Blaaarr! Hamparan angin yang dilepaskan oleh Bidadari Hati Kejam yang tak tahan mendengar ejekan muridnya
itu menghantam sebatang pohon yang seketika menghangus. "Busyet! Jadi aku nih yang kena sasaran?" gerutu
Tirta. "Kan seharusnya kau menerima gagasanku ini?"
"Bocah kebluk! Jangan berlaku usil! Urusanku adalah urusanku. Kau...."
"Sebagai murid yang baik, kan sudah sepantasnya
bila aku mengusulkan sesuatu yang bagus" Itu namanya aku berbakti padamu, Guru!"
"Sekali lagi bicara ngaco, kutampar kau sampai
pusing tujuh hari!!"
Rajawali Emas cuma tersenyum saja mendengar
ancaman gurunya. Sementara Angin Racun Barat yang
tadi sedikit keheranan melihat sikap Bidadari Hati Kejam yang keras dan kasar pada muridnya sendiri, tak
lagi menghiraukan si nenek berkonde. Dia justru bertanya pada Rajawali Emas, "Sudahkah kau bertemu
dengan Pendekar Judi, Tirta?"
Tirta mengalihkan pandangannya. "Maafkan aku.
Aku belum bertemu dengannya."
"Guruku?"
"Aku juga belum bertemu dengan gurumu. Terus
terang, saat ini aku memang sedang mencarinya. Karena, ada dua tokoh aneh rimba persilatan ini yang
mengembankan tugas kepadaku untuk mencarinya. O
ya, Diah. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu." "Tentang apa?" tanya Angin Racun Barat yang bernama asli Diah Srinti dengan kedua mata teduhnya
yang menatap dalam pada Rajawali Emas.
Sementara Bidadari Hati Kejam yang masih memaki-maki panjang pendek diam-diam memasang telinga.
Dia tahu apa yang hendak ditanyakan oleh Rajawali
Emas. Tirta menceritakan tentang orang-orang yang sedang mencari Iblis Cadas Siluman. Lalu, "Tahukah kau
Diah, apa yang dimiliki oleh gurumu hingga menarik
perhatian orang-orang yang tentunya tahu apa yang di
miliki gurumu itu?" Rajawali Emas yang sudah diberi
tahu oleh Naga Selatan mengenai sesuatu yang dimiliki
Iblis Cadas Siluman hanya ingin menegaskan apakah
Angin Racun Barat mengetahui benda yang dimiliki
gurunya! Untuk sesaat Angin Racun Barat terdiam. Sementara itu Manusia Serigala sudah bangkit dan duduk bersila. Rajawali Emas tersenyum melihatnya. "Aku yakin,
Angin Racun Barat yang mengajarkannya," batinnya.
Lalu terdengar suara Angin Racun Barat, dipenuhi
dengan keheranan, "Selama ini, Guru tak pernah mengatakan apa-apa padaku, Tirta. Aku tahu tak ada yang
dirahasiakan Guru. Kalau memang ada sesuatu yang
dimilikinya dan diinginkan oleh orang-orang yang
memburunya, jelas aku tidak tahu. Dan kalau ternyata
Guru tak mengatakan kepadaku, kemungkinan besar
dia memang sengaja menyembunyikannya. Atau...."
"Gurumu justru tidak tahu apa yang sedang dicari
oleh orang-orang yang memburunya?" tebak Rajawali
Emas. Angin Racun Barat menganggukkan kepala. Sebelum ada yang berucap, terdengar suara Bidadari Hati
Kejam tetap dengan nada membentak, "Bocah Kebluk!
Aku minta kau urus persoalan Iblis Cadas Siluman
dan mencari tahu mengapa Nenek Cabul, Hantu Kali
Berantas dan Sindung Ruwit mencarinya. Aku hendak
mencari kembali Beruang Mambang!!"
Tirta mengalihkan pandangannya. Kejap lain dia
tersenyum. "Beruang Mambang sudah tak mungkin lagi berani menjual lagak di depanmu, Guru. Lagi pula...
apakah kau sebenarnya bukan hendak mencari Kakek
Manusia Pemarah?"
Bidadari Hati Kejam tak menjawab, hanya pelototan matanya yang terlihat geram. Tanpa mengeluarkan
suara apa-apa, perempuan berpakaian batik kusam
dengan sebuah konde kecil di kepalanya ini berbalik
dan berlalu. Rajawali Emas tak bermaksud menahan. Kembali
dipalingkan kepalanya pada Angin Racun Barat yang
nampak sedang berpikir keras.
Lalu katanya, "Tak usah memikirkan soal itu, Diah.
Karena...."
Kata-kata Rajawali Emas terputus tatkala terdengar
suara angin menderu kencang ke arahnya. Pemuda
dari Gunung Rajawali ini memekik tertahan. Kesiagaan
yang telah terlatih membuatnya mampu bergerak cepat. Blaaamm! Hamparan angin deras tadi menghantam tanah di
mana sebelumnya Tirta berpijak. Tanah itu muncrat
dan membentuk sebuah lubang cukup besar dengan
mengepulkan asap.
Rajawali Emas bersiaga, begitu pula dengan Angin
Racun Barat. Sejurus kemudian, terdengar seruan Angin Racun Barat dengan kedua mata terbeliak, "Oohhhh!!" Di hadapan mereka, seorang perempuan berparas
luar biasa jelita dan memiliki pesona yang sangat dalam telah berdiri tegak dengan kepala mendongak. Bukan hal itu yang membuat Angin Racun Barat memekik. Bukan karena kehadiran perempuan berpakaian
panjang warna biru tua yang terbelah empat bagian
dari bawah hingga ke pinggang. Melainkan, kaki kiri
perempuan itu menginjak tanah, sementara kaki kanannya menginjak kepala Manusia Serigala yang nampak melengak kesakitan!
*** Bab 2 "Dewi Segala Impian," desis Rajawali Emas dengan pandangan tak berkedip. Sesuatu
yang selama ini di-am-diam dicemaskan si pemuda nampak naik ke permukaan. Mengingat hal itu, wajahnya sedikit berubah.
"Hmm... sejak aku melihatnya di Bukit Wampar Pupu,
aku sudah menduga kalau Baruna ada hubungannya
dengan perempuan jelita yang telah membuat hati Mata Malaikat luka karena ulahnya. Diam-diam aku
menduga pula kalau perempuan ini mencari Manusia
Serigala karena ingin membunuh orang penuh bulu
itu, orang yang kuyakini adalah bayi dari hasil hubungannya dengan Hantu Seribu Tangan. Hmm... dia datang tentunya untuk membunuh Manusia Serigala semata untuk melupakan seluruh luka hati akibat perbuatan Hantu Seribu Tangan. Dan aku yakin, orang
seperti Dewi Segala Impian ini tak akan merasa ragu
untuk menurunkan tangan telengas kendati yang hendak dibunuhnya adalah darah dagingnya sendiri."
Perlahan-lahan pemuda dari Gunung Rajawali ini
mengatur jarak, maju dua tindak dengan pandangan
lurus ke muka. Sementara Angin Racun Barat yang
sudah hendak menolong Manusia Serigala, yang wajahnya tertekan keras ke tanah, menjadi urung tatkala
melihat Tirta menggerakkan tangannya seolah menahan seraya berkata, "Dewi Segala Impian. Selamat berjumpa kembali denganku...."
Perempuan jelita berpakaian panjang biru kehitaman itu yang memang Dewi Segala Impian adanya
mengeluarkan dengusan. Sungguh, dalam keadaan
marah seperti itu pesonanya sulit untuk ditepiskan.
Setelah berjumpa dengan Raja Ular Baja Putih di Bukit
Wampar Pupu, sesungguhnya Dewi Segala Impian cukup terkejut mengetahui Raja Ular Baja Putih tahu
tentang dirinya. Dan tahu pula siapa orang yang sedang dicarinya. Dewi Segala Impian pun berlalu padahal dia justru kembali lagi ke Bukit Wampar Pupu
setelah Raja Ular Baja Putih berlalu.
Apa yang dikatakan oleh Raja Ular Baja Putih tentang kebiasaan Manusia Serigala memang benar.
Orang penuh bulu itu muncul pula di Bukit Wampar
Pupu. Tatkala Dewi Segala Impian berniat hendak
membunuh Manusia Serigala, muncullah Ratu Api
hingga pertarungan tak terelakkan. Setelah berhasil
mengalahkan Ratu Api, Dewi Segala Impian meneruskan langkah mencari jejak Manusia Serigala (Untuk
lebih jelasnya silakan baca: "Rahasia Pesan Serigala").
"Rajawali Emas, pemuda lancang yang banyak campuri urusan orang! Lebih baik hentikan segala omongan dan segera angkat kaki dari sini!" bentak Dewi Segala Impian keras.
Rajawali Emas terdiam dengan kening dikernyitkan
tanda dia tengah berpikir. "Keadaan Manusia Serigala
gawat. Luka yang dideritanya akibat serangan Beruang
Mambang belum pulih benar. Juga Angin Racun Barat
yang nampaknya sudah tak sanggup tindih rasa marahnya. Sungguh celaka bila Angin Racun Barat berusaha membebaskan Manusia Serigala. Dia jelas bukan
tandingan Dewi Segala Impian, apalagi keadaannya belum pulih benar. Aku harus melakukan sesuatu hingga yang tak diharapkan tak pernah terjadi...."
Lalu seraya maju satu langkah, pemuda yang bersenjatakan Pedang Batu Bintang ini berujar, "Apa pun
yang kulakukan semata mengarah pada kebenaran.
Dewi Segala Impian, tak ada maksud lancang mencampuri urusan orang. Tetapi, segala petaka nampaknya berawal darimu!"
Mengkelap wajah penuh pesona itu. Kaki kanannya
semakin kuat diinjakkan pada kepala Manusia Pemarah yang keluarkan gerengan kesakitan. Nampak kalau
orang yang ternyata bulu-bulu di tubuhnya hanya sejenis pakaian belaka itu berusaha berontak. Tetapi tak
kuasa melepaskan diri.
Rajawali Emas nampak geram bukan main. Dia teringat akan tugas yang diberikan oleh Mata Malaikat, di
mana lelaki tua yang selalu memejamkan kedua matanya itu memberikan gulungan daun lontar padanya
untuk diberikan kepada Dewi Segala Impian (Silakan
baca serial Rajawali Emas dalam episode: "Rahasia Pesan Serigala").
"Jangan berlaku bodoh! Tak akan ku ulangi lagi segala perintah!!" sentak Dewi Segala Impian memecah
kegeraman Rajawali Emas.
Perempuan ini nampaknya benar-benar marah. Sorot matanya penuh kebencian saat melirik Manusia Serigala. Rajawali Emas yang telah menemukan cara yang
menurutnya tepat berkata, "Manusia dilahirkan dari
rahim seorang perempuan. Siapa pun perempuan itu,
bagaimanapun keadaan perempuan itu, dan seperti
apa pun asal muasal orang yang dilahirkan, dia patut
menyebutnya dengan panggilan Ibu. Terkadang cinta
dan nafsu berjalan berlawanan arah, dan agak terpisah. Tetapi terkadang cinta dan nafsu berjalan seiring
dan menggumpal jadi satu. Entah didasari sebuah ikatan atau tidak, entah didasari oleh cinta kasih atau birahi, orang yang telah dilahirkan dari rahim seorang
perempuan tetap harus bersyukur. Begitu pula dengan
perempuan yang melahirkannya. Dia harus merawat
dan menjaganya dengan penuh kasih sayang. Kendati
keadaan sebenarnya...."
"Tutup mulutmu!!" bentak Dewi Segala Impian setelah mengerti ke mana arah ucapan Tirta dengan wajah
memerah. "Segala yang terbentang di hadapanku adalah urusanku!"
"Hmm... secara tidak langsung dia telah mengatakan kalau Manusia Serigala memang putra yang terlahir dari rahimnya akibat hubungannya dengan Hantu
Seribu Tangan," kata Tirta dalam hati.
Lalu tanpa menghiraukan kemarahan Dewi Segala
Impian, pemuda tampan berpakaian dan berikat kepala warna keemasan ini melanjutkan," Alam telah menempa sesuatu atau seseorang menjadi kuat atau lemah. Tergantung pada keadaan orang itu sendiri. Ini
bukan kodrat, karena setiap kodrat berarti digariskan
Yang Maha Tahu. Tetapi ini adalah ulah manusia itu
sendiri. Karena setiap langkah salah dan benar ditentukan oleh manusianya sendiri. Sehingga boleh dikatakan, betapapun bencinya, sukanya, cintanya seseorang pada orang lain, ini berasal dari dirinya sendiri.
Boleh dikatakan sebuah kesalahan yang telah menjerumuskannya atau sebuah kebenaran yang...."
"Hentikan semua ocehan keparatmu itu!!" terdengar
seruan mengguntur keras, bersamaan dengan sosok
Dewi Segala Impian sudah mencelat ke muka. Dua jotosan langsung digerakkan, didahului oleh dorongan
angin yang sangat kuat mengarah pada Rajawali
Emas. Wuuuttt! Wuuttt!


Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rajawali Emas segera memiringkan tubuh, dan
menggerakkan kedua tangannya pula.
Buk! Buukk! Pemuda dari Gunung Rajawali ini terjajar tiga tindak ke belakang seraya membatin. "Dugaanku benar.
Dan aku yakin semakin benar."
Dewi Segala Impian menghentikan serangannya.
Dia berdiri dengan kedua kaki dipentangkan dan sepasang mata memandang lebar pada Rajawali Emas yang
sedang tersenyum.
Sementara itu, begitu tubuh Dewi Segala Impian
mencelat, Angin Racun Barat segera berkelebat menyelamatkan Manusia Serigala.
"Bangun, Baruna.... Aku menangkap ada sesuatu
yang harus kau ketahui. Ayo, bangun...."
Mendengar suara Angin Racun Barat, Dewi Segala
Impian memalingkan kepalanya. Kejap lain dia sudah
menggerakkan tangannya ke arah Angin Racun Barat.
Murid Iblis Cadas Siluman yang sedang mencoba
membangkitkan Manusia Serigala tersentak kaget. Kedua matanya terbeliak. Mulutnya terbuka dan dadanya
dibuncah ketegangan.
Bila gadis berkepang dua ini menghindar, kemungkinan besar tubuh Manusia Serigala yang terhantam
serangan Dewi Segala Impian. Bila dia diam saja, berarti terhajar keras sementara untuk memapaki jelas
tak mungkin. Tetapi....
Blaaarrr! Satu tenaga dahsyat mematahkan serangan Dewi
Segala Impian pada Angin Racun Barat. Bukan kepalang marahnya perempuan berpakaian panjang biru
kehitaman terbelah empat bagian hingga pinggang.
Kepalanya segera ditolehkan kembali pada Rajawali
Emas yang memupuskan serangannya..
Kejap lain suaranya terdengar keras, "Kau benarbenar mencari mati, Rajawali Emas!!"
"Tahan! Ada sesuatu yang harus kita bicarakan!!"
seru Tirta dengan kedua tangan terpentang ke depan,
bersiaga bila Dewi Segala Impian melancarkan serangan. Tatkala dilihatnya Dewi Segala Impian menghentikan gerakannya, segera Tirta berkata, "Dewi Segala
Impian... urusan ini memang bukan urusanku. Tetapi
aku tak kuasa membebaskan diriku dari penglihatan.
Betapa kau menginginkan mencabut nyawa Manusia
Serigala. Segala rahasia telah terbuka. Urusan sakit
hati dan amarahmu pada Hantu Seribu Tangan hanya
kaulah yang tanggung sendiri! Bukan Manusia Serigala
yang kuyakini adalah anak hasil hubunganmu dengan
Hantu Seribu Tangan. Tidakkah trenyuh perasaan kewanitaanmu, selama bertahun-tahun Manusia Serigala
yang bernama Baruna hidup tanpa pegangan yang
pasti dan akhirnya diasuh oleh beberapa ekor serigala"
Hingga dia melupakan segala keadaannya sebagaimana layaknya manusia" Ini jelas bukan urusanku! Tetapi... aku tak akan membiarkan kau yang akan membunuh Manusia Serigala untuk melupakan segenap
perasaan malu dan marah!"
"Pemuda jahanam! Kubunuh kau!!" seru Dewi Segala Impian dengan suara menggelegar. Tubuhnya sudah
berkelebat kembali dengan kemarahan puncak.
Rajawali Emas mencelat mundur tiga tindak seraya
berseru, "Seharusnya kau memikirkan ucapanku tadi,
Dewi Segala Impian!!" Lalu segera digerakkan tangan
kanannya Wuuuttt! Blaaarr! Dewi Segala Impian cepat memutar tubuh dan
hinggap dengan ringannya di tanah.
"Jangan mengajariku! Kau harus diajar adat!" sengat perempuan jelita ini kemudian seraya menggerakkan kedua tangannya lagi.
Rajawali Emas kembali menghindar. Tatkala dilihatnya gebrakan pertama tadi sempat mengguncang
Manusia Serigala yang masih agak lemah, terutama
kelihatan sekali kalau orang penuh bulu itu pusing
akibat injakan kaki Dewi Segala Impian, Tirta segera
berseru, "Diah! Bawalah Manusia Serigala menjauh dari sini!!"
Mendengar teriakan Rajawali Emas, Dewi Segala
Impian mengurungkan serangannya. Kejap lain perempuan berpakaian panjang biru kehitaman ini berbalik dan melompat ke arah Angin Racun Barat yang
sedang menarik tangan Manusia Serigala.
Melihat keadaan tak menguntungkan bagi keduanya, dengan mengerahkan ilmu peringan tubuhnya,
Rajawali Emas berkelebat ke depan seraya melepaskan
pukulan keras. Wussss! Seketika Perempuan berbaju panjang biru kehitaman ini membuang tubuh ke kanan bila tak ingin terhantam serangan dahsyat itu. Kejap lain dia sudah tegak dengan sepasang mata dipentangkan lebar. Sementara Angin Racun Barat sudah berlalu dengan setengah menyeret Manusia Serigala.
"Jahanam!!" maki Dewi Segala Impian melihat apa
yang diinginkannya digagalkan Rajawali Emas. Kaki
kanannya disentakkan ke tanah hingga amblas hingga
lutut. Tirta tak menghiraukan apa yang dilakukan Dewi
Segala Impian. Dia segera berkata, "Manusia Serigala
tak bersalah, bahkan boleh dikatakan dia tak tahu
apa-apa segala urusan yang terjadi ini. Kau yang seharusnya memikirkan keadaan dirimu sendiri, Dewi Segala Impian! Sebagai seorang ibu yang telah melahirkannya, sudah sepatutnya kau menjaganya! Bukan
berkeinginan membunuhnya semata mengubur semua
kenangan pahit dan kesalahan yang telah kau buat!"
"Setan jahanam! Kurobek mulutmu!" dengan menggeram sangat keras, perempuan yang di saat marah ini
tetap menebarkan sejuta pesona yang sukar ditepiskan
melepaskan tendangan keras ke arah Rajawali Emas.
Rajawali Emas yang sebenarnya tak menginginkan terjadinya pertarungan ini, karena yang diinginkannya
justru menyadarkan Dewi Segala Impian dari kesalahannya. Terutama mengingat dia harus menyerahkan
gulungan daun lontar sesuai amanat Mata Malaikat,
hanya memandang saja serangan yang datang. Di lain
kejap segera diangkat kedua tangannya dan dilintangkan di depan wajah. Saat tendangan keras yang dilancarkan Dewi Segala Impian tinggal sejengkal, pemuda
dari Gunung Rajawali ini segera menyentakkan kedua
tangannya. Dess! Dessss! Karena tenaga yang dikerahkan hanya separuh saja, mau tak mau Rajawali Emas terhuyung tiga tindak
saat berbenturan tadi dengan wajah terkesiap.
Mendapati keadaan yang menguntungkan, kendati
tadi Dewi Segala Impian cukup terkejut namun masih
mampu kuasai kcseimbangan, sudah menyerang kembali. Tirta mendengus, "Hmm... dia jelas menginginkan
nyawaku. Bisa jadi karena hendak melampiaskan amarahnya. Tetapi bisa jadi pula karena dia tak ingin rahasia tentang siapa sesungguhnya Manusia Serigala
tersebar. Apa boleh buat, terpaksa harus kulayani juga." Memutuskan demikian, Rajawali Emas segera memapaki dan membalas. Dua pertarungan sengit itu terjadi begitu cepat. Dalam waktu singkat saja lembah itu
sudah porak poranda. Pepohonan banyak yang turnbang. Semak belukar tercabut. Berkali-kali terdengar
suara letupan bersamaan merengkahnya tanah di beberapa bagian. Delapan jurus berlalu, Dewi Segala Impian mundur
lima tindak. Pandangannya menusuk tajam.
"Julukan Rajawali Emas bukan omong kosong. Dia
murid dari Bidadari Hati Kejam dan Raja Lihai Langit
Bumi. Melihat gerakannya yang secepat rajawali, bisa
dipastikan kalau dia pernah diajarkan jurus-jurus oleh
Bwana Entah bagaimana melakukannya. Tetapi yang
pasti sekarang, aku tak ingin berita tentang Manusia
Serigala adalah putraku tersebar luas. Pemuda keparat
ini memang harus mampus. Begitu pula dengan Manusia Serigala!"
Sementara itu Tirta membatin, "Sulit menghadapi
perempuan jelita ini karena aku tak berkeinginan untuk bertarung dengannya. Bila sepenuh hati, mungkin
aku bisa mengatasinya. Tetapi bila hal itu terjadi, tentunya perempuan jelita ini akan semakin kuat mendendam padaku. Ini tak boleh terjadi."
Di saat kesunyian meraja, Dewi Segala Impian
membuka mulut dengan suara keras, "Kau telah lancang mengganggu keinginanku, Rajawali Emas! Sekarang, aku tak segan-segan lagi mencabut nyawamu!"
"Sinting! Bagaimana mungkin aku bisa menyerahkan gulungan daun lontar yang diamanatkan oleh Mata Malaikat bila dia bersikap garang seperti itu?" geram
Tirta dalam hati "Apakah sebaiknya kulayani saja perempuan ini" Tetapi ini bukan saat yang tepat sebenarnya. Karena... heiii! Dia sudah membuka jurus lagi.
Kedua tangannya sebatas pergelangan tangan berubah
menjadi hitam. Aku yakin, yang akan dilepaskannya
bukanlah jurus sembarangan. Rasanya kali ini aku
terpaksa... ya terpaksa akan kulakukan juga."
Mendapati Dewi Segala Impian membuka jurusnya
lagi, Tirta segera membuka jurus 'Lima Kepakan Pemusnah Rajawali'.
Begitu Dewi Segala Impian menderu kencang, menebar hawa panas yang segera menindih hawa dingin
di lembah itu. Tirta sendiri segera mengempos tubuhnya. "Heaaaa!!"
Blaamm! Blaam! Benturan seketika terjadi diiringi letupan keras berkali-kali. Menyusul muncratnya tanah setinggi satu setengah tombak di tempat dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu bertemu. Tatkala semuanya sirap, terlihat Rajawali Emas terhuyung beberapa tindak ke belakang seraya memegang dadanya. Di sudut-sudut bibirnya menggenang darah segar.
Sementara, perempuan jelita berpakaian panjang
biru kehitaman mencelat ke belakang dan jatuh terduduk. Tanah di mana sosoknya jatuh, menebar. Seketika dia merangkapkan kedua tangannya di depan dada,
mengalirkan tenaga dalamnya guna menahan getaran
tubuh yang terjadi begitu saja. Dari sela-sela bibirnya
juga mengalirkan darah segar.
Kejap lain, dia sudah mendongak. Kedua matanya
menatap tajam. "Luar biasa. Sungguh luar biasa. Masih semuda ini
dia telah memiliki ilmu yang tinggi. Tetapi aku belum
mengeluarkan ilmu 'Terobos Bumi Tumbangkan Langit'. Akan kuhajar pemuda keparat itu seka... heiii!!"
Perempuan ini memutus kata-kata batinnya dengan
wajah bergoyang ke belakang tanda dia sangat terkejut. Kedua matanya dialihkan pada sesuatu yang berada di tengah-tengah, di antara tempatnya dan berdirinya Rajawali Emas. Si pemuda sendiri juga sedang
melihat apa yang dilihat Dewi Segala Impian. Segera
dia tekap pinggangnya.
"Oh! Gulungan daun lontar itu pasti terjatuh saat
terjadi bentrokan tadi. Hmmm... biarlah benda itu berada di sana. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan
Dewi Segala Impian. Mendapati sikapnya dia nampak
begitu terkejut sekali."
Berpikir demikian, Tirta mendiamkan saja tatkala
Dewi Segala Impian berkelebat dan menyambar gulungan daun lontar itu. Sejenak perempuan jelita ini memperhatikan benda yang berada di tangannya. Wajahnya
menyiratkan berbagai ungkapan yang tak terucapkan.
Kejap lain kepalanya didongakkan ke arah Tirta,
menyusul suaranya yang keras, "Dari mana kau dapatkan benda ini, Pemuda Lancang"!"
"Hmmm... sudah tentu dia akan ingat pada gulungan daun lontar itu yang memang dipunyainya," batin
Tirta. Lalu katanya, "Benda itu diberikan oleh Mata
Malaikat kepadaku, untuk disampaikan kepadamu."
"Jangan berbicara ngaco! Kau telah mencurinya dari Mata Malaikat!"
Tak perlu kulakukan perbuatan itu. Karena aku tak
merasa punya kepentingan apa-apa dengan urusan
gulungan daun lontar yang sekarang berada di tanganmu!" "Keparat! Kurobek dadamu bila kau sudah membuka dan membaca isi gulungan daun lontar ini!"
"Dia kelihatan begitu cemas sekali. Mengapa" Apa
isi gulungan daun lontar itu?" desis Tirta dalam hati.
Seraya menggelengkan kepalanya dia berkata, "Aku tak
pernah tahu isi gulungan daun lontar itu. Aku tak berani berlaku lancang. Perlu kau ketahui, menurut Mata Malaikat, dia juga tidak pernah tahu apa isinya."
"Tidak mungkin!!" sentak Dewi Segala Impian keras
dengan pandangan tak puas.
"Mengapa tidak?"
"Lelaki tua keparat itu sudah tentu telah membacanya! Puluhan tahun lalu gulungan daun lontar ini
kuberikan kepadanya!!"
"Tetapi dia mengatakan tak pernah membacanya."
"Mengapa?"


Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Melihat perubahan sikapnya, nampaknya dia sangat menyesali kalau Mata Malaikat tak pernah membaca isi gulungan daun lontar itu. Aku jadi penasaran
ingin mengetahui apa isinya?" Habis membatin begitu,
dengan menindih rasa jengkel yang mulai menggenang
di hatinya, Rajawali Emas berkata, "Bila kau tak percaya, kau bisa menanyakan soal itu langsung pada
Mata Malaikat."
Sesaat terlihat Dewi Segala Impian terdiam dengan
kening dikernyitkan. Kelihatan sekali kalau dia memikirkan sesuatu. Dari sorot kedua matanya, Tirta menangkap isyarat penyesalan yang dalam.
"Apakah penyesalannya itu disebabkan karena Mata Malaikat tak pernah membaca isi gulungan daun
lontar itu" Ataukah dia menyesali karena telah mengkhianati Mata Malaikat" Sebaiknya biar kutunggu
apa...." "Rajawali Emas! Untuk saat ini kulepaskan nyawamu! Tetapi ingat, nyawamu tak akan pernah lepas dari
tanganku! Di samping itu, keinginanku untuk membunuh putraku sendiri semakin terpatri dalam!"
"Apakah tidak...."
Sosok Dewi Segala Impian sudah berbalik dan berkelebat cepat. Rajawali Emas menghentikan kata-katanya sendiri. Dipandanginya kepergian perempuan berpakaian biru kehitaman itu yang sudah menjauh.
"Aku yakin, ada sesuatu yang sangat penting sekali
di dalam gulungan daun lontar itu. Tetapi apa yang
penting itu" Ah, secara tidak langsung amanat Mata
Malaikat telah kusampaikan pada Dewi Segala Impian.
Urusan Angin Racun Barat dan Manusia Serigala sedikit banyaknya juga telah terselesaikan. Hmm... masih ada beberapa tugas yang ku emban. Mencari Iblis
Cadas Siluman untuk menyampaikan amanat Raja
Arak dan Naga Selatan kalau saat ini ada beberapa
orang tokoh hitam yang sedang memburunya. Juga
mencari tahu di mana Ngarai Jala Kematian berada"
Tempat di mana Pangeran Merah membawa Dewi Berlian. Ah, kendati
sudah berkurang segala urusanku, tetapi nampaknya
justru semakin berkembang panjang...."
Si pemuda menarik napas panjang. Lalu didongakkan kepala. Ditatapnya langit yang telah menghitam.
Tanpa terasa, hari sudah berada dalam lingkupan malam. "Aku yakin, untuk saat ini Manusia Serigala akan
aman dari rongrongan Dewi Segala Impian, ibu kandungnya sendiri. Kupikir, dia juga aman bersama Angin Racun Barat. Kalau begitu, kumulai saja lagi urusan yang belum terselesaikan...."
Memutuskan demikian, pemuda dari Gunung Rajawali ini segera berkelebat ke arah perginya Dewi Segala Impian. Kejap lain, lembah itu direjam kesunyian
yang dalam. *** Bab 3 Pagi kembali menyelimuti seluruh alam. Cahaya lembut matahari seolah undakan-undakan yang siap menuju puncak dan kembali turun menjelang senja nanti.
Jalan setapak yang dipenuhi dengan ranggasan semak
dan beberapa pohon itu sepi. Hanya dibaluri oleh suara-suara serangga yang hidup di sana.
Dua kejap berikutnya, beberapa ekor burung yang
hinggap di dahan pohon beterbangan tatkala munculnya satu sosok tubuh berpakaian putih bersih. Sosok
yang ternyata seorang pemuda berwajah tampan itu
memperhatikan sekitarnya.
"Sudah berhari-hari aku mencari jejak Diah yang
dibawa lari oleh Beruang Mambang. Tetapi sampai hari
ini belum kutemui jejaknya. Ah, perasaanku semakin
tak enak mengingat Diah pernah menolongku dari luka
yang ku derita akibat bertarung dengan Iblis Seribu
Muka. Terlebih lagi, mengingat dia begitu mencintaimu
dan aku tak bisa membalas cintanya. Diah... apa yang
sedang kau alami sekarang?" desis si pemuda resah.
Kembali diedarkan pandangan ke sekelilingnya.
Pemuda yang tak lain Pendekar Judi adanya ini menarik napas panjang.
"Ke mana lagi aku harus mencarimu, Diah."
Di saat murid Malaikat Judi ini sedang resah, mendadak saja terdengar satu suara "Kegundahan memang selalu membuat seseorang berada dalam titik
kebingungan tinggi. Tetapi bila seluruh kegundahan
dihadapi dengan tabah, niscaya kita tak akan terlalu
terbelenggu."
Serentak Cakra alias Pendekar Judi memalingkan
kepala pada asal suara. Tetapi tak nampak siapa pun
juga di matanya.
"Menilik keadaan seperti ini, suaranya sudah terdengar tetapi orangnya belum kelihatan, jelas kalau
orang yang bersuara itu bukan orang sembarangan.
Mudah-mudahan yang muncul bukan orang yang biasa mencari masalah."
Pendekar Judi menunggu dengan perasaan tak sabar bercampur tegang. Tiga tarikan napas berikutnya,
muncul seorang lelaki berpakaian ala seorang imam
berwarna abu-abu. Orang yang baru muncul ini berusia sangat lanjut. Seluruh rambut yang tumbuh di tubuhnya berwarna putih. Sepasang alisnya yang putih
pula saling bertaut. Di pinggangnya terdapat sebuah
ikat pinggang terbuat dari baja putih dan di satu
ujungnya terdapat ukiran kepala ular.
Pendekar Judi memperhatikan sosok lelaki lanjut
usia di hadapannya. Diam-diam pemuda tampan ini
membatin, "Hmmm... siapa dia sebenarnya" Kawan
atau lawan?"
"Anak muda. Nampaknya saat ini kau diguncang
suatu prahara yang nampaknya sukar kau atasi sendiri. Bila kau bermaksud membagi urusan, aku bersedia
melakukannya," terdengar suara lelaki tua yang berdiri
berjarak lima tombak dengan Pendekar Judi. Dan bila
melihat ciri lelaki tua ini, bisa dipastikan kalau dia bukan lain adalah Raja Ular Baja Putih.
Masih memandang pada lelaki berpakaian ala seorang imam itu, Pendekar Judi berkata, "Aku tak mengenalmu, Orang Tua. Tetapi apa yang kau katakan tadi
bisa kubenarkan. Memang, saat ini ada persoalan yang
membingungkanku."
"Aku tak pernah memaksa siapa pun untuk membagi persoalan. Tetapi nyatanya, setiap persoalan yang
pelik sekali pun bila dipikirkan bersama akan ditemukan jalan keluar yang tak terlalu sulit. Benarkah apa
yang kukatakan ini?"
"Mendapati sikapnya, jelas kalau orang ini bukan
orang jahat. Tetapi bisa jadi dia berpura-pura. Tetapi
kalau memang begitu adanya, untuk apa dia lakukan?" Untuk sesaat Pendekar Judi memikirkan kemungkinan itu. Lalu dilihatnya wajah lelaki tua di hadapannya tersenyum.
"Bila kau ragu, aku tak pernah memaksa. Tetapi
ada satu tanya yang kuharap kau bisa menjawab."
"Pertanyaan apakah itu, Orang Tua?"
Seperti diceritakan pada episode "Rahasia Pesan
Serigala", Raja Ular Baja Putih mendatangi Bukit
Wampar Pupu, tempat di mana Manusia Serigala diasuh oleh Nyi Putiloka. Sudah lama sebenarnya Raja
Ular Baja Putih ingin mengetahui siapa gerangan Manusia Serigala. Dia hanya bisa menduga-duga, sampai
akhirnya dia bertemu dengan Dewi Segala Impian yang
lebih dulu tiba di Bukit Wampar Pupu. Dugaan lelaki
tua itu sedikit banyaknya membawa kenyataan, kendati dia masih harus membuktikan beberapa hal.
"Pernahkah kau bertemu orang yang berjuluk Manusia Serigala?"
Sejenak Cakra mengernyitkan keningnya. Lalu
menggelengkan kepala, "Aku belum pernah bertemu,
bahkan mengenalnya. Tetapi, aku pernah mendengar
namanya." "Hmm... kalau begitu sudah tentu kau tidak tahu di
mana Manusia. Serigala berada. Baiklah, kita bisa berpisah disini. Tetapi sebelumnya, apakah kau hendak
membagi persoalan yang kau alami denganku?"
Sejenak Cakra terdiam, memikirkan kata-kata lelaki berpakaian abu-abu itu. Kejap lain murid Malaikat
Judi ini berkata, "Maafkan aku, Kek. Bukan maksudku
untuk menolak permintaanmu. Tetapi biarlah persoalan ini aku yang jalani sendiri."
"Bila memang maumu seperti itu, aku tak memaksa. O ya, sebagai ingatan, orang-orang rimba persilatan
menyebutku Raja Ular Baja Putih. Anak muda, aku bisa menduga isi hatimu. Seorang gadis yang sedang kau
cemaskan, namun kau melakukannya karena pernah
ditolongnya dan bukan karena kau mencintainya,
sungguh persoalan yang sangat pelik. Kau harus bisa
menjaga dan membatasi perasaanmu sendiri, Anak
muda...." "Oh! Kau"!" Pendekar Judi terbelalak dengan mulut
menganga lebar. Tetapi urung melanjutkan kata karena orangtua berpakaian abu-abu ala seorang imam itu
sudah melangkah. Dalam dua tarikan napas saja sosoknya sudah tak nampak.
Tinggal Pendekar Judi yang termangu takjub.
"Luar biasa! Orang tua itu bisa tahu apa yang kupendam dan kucemaskan selama ini. Dia mengaku
berjuluk Raja Ular Baja Putih. Ah, rasanya aku ingin
membagi persoalan sekarang. Tetapi... sudahlah! Aku
memang harus melanjutkan perjalanan."
Kembali pemuda berpakaian putih bersih ini memandang ke arah ienyapnya sosok Raja Ular Baja Putih. Kejap lain, dia sudah berkelebat ke arah timur,
meninggalkan jalan setapak yang segera dibelenggu
sepi. *** Berjarak ratusan tombak dari tempat itu, dua orang
anak manusia menghentikan langkah di sebuah hutan
yang cukup lebat. Pagi terus beranjak menuju siang.
Suasana di sekitar hutan itu tak terkena pengaruh panasnya matahari karena tingginya jajaran pohon hingga sinar matahari tak mampu menerobos.
Masing-masing orang memandang sekelilingnya
dengan pandangan tajam dan waspada. Sesaat sepi
merejam, sebelum terdengar ucapan salah seorang dari
keduanya yang memiliki wajah lonjong dan mengenakan pakaian hitam gombrang terbuka pada kedua bahunya, "Hantu Kali Berantas... sampai hari ini kita belum menjumpai Iblis Cadas Siluman. Aku kuatir, sudah banyak orang yang memburunya dan kita ketinggalan untuk mendapatkan benda sakti yang dimilikinya." Lelaki yang berdiri lima langkah dari yang pertama
bicara, mengalihkan pandangan. Dia seorang lelaki tua
kurus bcrwajah cekung, yang diliputi oleh kerutan.
Pakaiannya putih terang dan mengenakan ikat kepala
yang di tengahnya bergambar ikan pari. Dari wujudnya
yang cukup menggetarkan nampak ada dua keanehan.
Pertama, kulit lelaki berwajah cekung itu putih terang
tak seperti kulit orang kebanyakan. Kedua, sepasang
tangannya nampak lebih panjang dari ukuran manusia
biasa. "Kendati aku membenarkan perkataanmu, tetapi
untuk saat ini rasanya aku tak bisa mempedulikan
soal itu. Bidadari Hati Kejam telah membuka urusan
denganku. Keparat! Ternyata musuh bebuyutan adik
seperguruanku si Manusia Mayat Muka Kuning, memang tergolong orang yang cukup ditakuti."
Lelaki yang pertama bicara tadi yang di punggungnya terdapat sebilah pedang tipis, keluarkan dengusan. Bibirnya yang memerah tanpa polesan seperti bibir seorang darah perawan menekuk. Kejap lain, sepasang matanya yang tajam dialihkan pada kawannya
yang ternyata Hantu Kali Berantas adanya.
"Bila saja saat itu tak kupikirkan keadaan dirimu,
aku sudah menyerang Bidadari Hati Kejam!" serunya
geram. "Dan nenek berkonde celaka itu tentunya sudah tewas! Tetapi aku masih punya rasa setia kawan
padamu! Sudah tentu aku tak ingin kau celaka di tangannya!" Menggeram Hantu Kali Berantas mendengar katakata lelaki berwajah lonjong. Dengan suara ditekan dia
berujar, "Jangan bicara tinggi, Sindung Ruwit! Kesaktian yang kau miliki seimbang dengan milikku. Nenek
Cabullah yang paling tinggi di antara kita. Rasanya terlalu banyak omong bila kau bisa mengatasi Bidadari
Hati Kejam seorang diri!"
"Setan putih keparat! Bicaranya membuat dadaku
dibuncah kemarahan!" geram orang yang bernama Sindung Ruwit itu dalam hati. Sambil tindih kegeramannya dia berkata, "Lantas apa yang hendak kau lakukan" Apakah kau akan melupakan soal Iblis Cadas Siluman karena kau hendak membalas dendam pada Bidadari Hati Kejam" Itu tandanya kau memancing amarah si Nenek Cabul."
Hantu Kali Berantas tak menjawab untuk beberapa
saat. Sambil menatap kejauhan dia berkata dengan
nada dipaksakan, "Untuk sementara ini biarlah kulupakan persoalan Bidadari Hati Kejam dan kuharapkan
suatu saat aku bisa membalas tindakan celakanya! Tujuan kita bergabung bersama Nenek Cabul adalah untuk mencari dan mendapatkan benda sakti yang dimiliki Iblis Cadas Siluman! Berarti, kita tak boleh kehi

Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langan waktu sedikit juga sebelum yang kau kuatirkan
tadi benar-benar terjadi."
Sindung Ruwit menggeram. Dialah orang yang menyelamatkan Hantu Kali Berantas tatkala dikalahkan
oleh Bidadari Hati Kejam dalam satu pertarungan sengit. Bila saja saat itu Sindung Ruwit tidak muncul,
mungkin julukan Hantu Kali Berantas hanya sampai di
sana saja. (Baca serial Rajawali Emas dalam episode :
"Tapak Asmara").
Di sebuah tempat yang cukup sepi, Sindung Ruwit
segera mengobati Hantu Kali Berantas sebuah tempat
yang sepi. Setelah keadaan lelaki berkulit putih terang
itu pulih seperti sediakala, keduanya yang memang
berkawan dan mempunyai tujuan yang sama, segera
melanjutkan perjalanan.
Lelaki berwajah lonjong yang di pinggangnya melilit
angkin berwarna kuning kehijauan ini berkata lagi,
"Kau tahu, bagaimana asal mulanya benda yang dikatakan Nenek Cabul adalah sebuah benda sakti yang
dimiliki oleh Iblis Cadas Siluman?"
"Aku tidak tahu. Bukankah saat kutanyakan soal
itu aku dibentak olehnya" Benar-benar keparat perempuan celaka itu!!" rutuk Hantu Kali Berantas dengan sepasang mata pancarkan kegeraman. Dendamnya
pada Bidadari Hati Kejam, lenyap untuk sementara.
"Aku menduga lain dari kata-kata Nenek Cabul tentang ketidaktahuan Iblis Cadas Siluman akan benda
sakti itu. Karena, bisa jadi kalau Iblis Cadas Siluman
mengetahuinya, tetapi sampai saat ini belum pernah
digunakan seperti alasan yang dikatakan Nenek Cabul.
Mustahil bila dia tidak tahu soal itu."
"Aku tak tahu harus mempercayai kata-kata Nenek
Cabul atau tidak. Tetapi yang pasti, benda itu nampaknya sangat diinginkan sekali olehnya."
"Lalu di mana perempuan celaka itu sekarang?"
"Aku tidak tahu. Mungkin dia telah menemukan Iblis Cadas Siluman atau bisa jadi belum sama sekali."
"Jadi apa yang harus kita perbuat sekarang?" geram Sindung Ruwit.
"Kita tetap mencari Iblis Cadas Siluman. Aku ingin
tahu seperti apa benda yang diidamkan Nenek Cabul"
Benar-benar keparat! Bila kita sudah mendapatkan
benda itu, kita harus menyerahkannya pada perempuan celaka itu!"
Sindung Ruwit terdiam mendengar kata-kata lelaki
yang memiliki lengan panjang menjuntai. Dia juga geram membayangkan apa yang akan mereka lakukan
bila sudah mendapatkan benda yang diinginkan Nenek
Cabul. Tetapi di kejap lain, mendadak saja kedua matanya
berbinar aneh. "Kita tak usah berlaku dungu dan penurut seperti
itu. Yang kita ketahui saat ini, kalau anting di bagian
tengah yang dimiliki Iblis Cadas Siluman adalah sebuah benda sakti yang langka. Tetapi sulit dipercaya
bila belum dibuktikan."
Hantu Kali Berantas memandang dengan kening
berkernyit. "Apa maksudmu?"
"Kita tetap berusaha mendapatkan dan menyerahkan benda sakti itu pada Nenek Cabul, tentunya bila
kita belum bisa menduga kesaktian apa yang dimiliki
benda itu. Tetapi bila kita sudah mengetahuinya, kita
bunuh perempuan celaka yang memaksakan birahinya
sebanyak lima belas kali padaku!!"
"Dua puluh kali dia melakukannya kepadaku!" geram Hantu Kali Berantas dingin. Lalu sambungnya penuh dendam yang tiba-tiba muncul pada Nenek Cabul,
"Usulmu lumayan bagus, Sindung Ruwit! Kita lakukan
seperti yang kau rencanakan! Masa kita berdua tak bisa mengalahkannya" Sudah tak sabar rasanya ingin
kulihat bagaimana wajah perempuan celaka itu bila
tahu kita tengah bersiap-siap untuk membunuhnya."
"Bila ternyata benda itu memiliki kesaktian tinggi,
bukankah kau dengan mudah akan dapat mengalahkan Bidadari Hati Kejam?" kata Sindung Ruwit sambil
tertawa berderai.
Sesaat Hantu Kali Berantas terdiam. Kejap lain tawanya pun mengiringi tawa lelaki berpakaian hitam
gombrang terbuka di bahu layaknya pakaian seorang
perempuan genit. ,
"Kau benar, kau benar sekali, Sindung Ruwit! Sekali kayuh, dua atau tiga pulau terlampaui...."
Tawa kedua tokoh sesat itu menggema dan menggugurkan dedaunan. Dan tanpa sepengetahuan keduanya, dari balik rimbunnya semak belukar, sepasang
mata mencorong berwarna kelabu memandang gusar.
"Setan laknat! Kalian berdua manusia-manusia keparat yang berani menjalankan siasat busuk padaku!
Untungnya, aku tidak terlambat tiba di sini dan berada
pada saat yang tepat ketika kedua manusia keparat itu
merencanakan hendak membokongku dari belakang!
Bagus! Akan kuikuti permainan celaka kalian!" geram
si pemilik mata kelabu itu.
Dua orang yang terbahak-bahak itu menghentikan
tawa masing-masing. Seolah tak sengaja keduanya saling pandang. Sejurus kemudian, keduanya meninggalkan tempat itu diiringi tawa keras kembali.
Dua tarikan napas berikutnya, orang yang mengintip tadi keluar. Ternyata orang itu seorang nenek berbedak putih dengan bibir dipoles warna merah cukup
tebal. Pakaiannya kuning kebiruan, terbuka di bagian
dadanya yang kendati cukup besar namun sudah kendor. Orang yang tak lain Nenek Cabul ini menggeram dingin. Kejap lain terlihat bibirnya menyungging senyuman yang menakutkan.
"Akan kuikuti apa mau kalian. Dan kalian akan
mendapatkan sesuatu yang tak pernah kalian sangka...." Dengan mempergunakan ilmu peringan tubuhnya,
si perempuan genit yang kerjanya selalu memuaskan
birahi pada siapa saja yang dihendakinya, segera berkelebat mengikuti kedua kambratnya yang telah memutuskan untuk mengkhianatinya dengan menindih
timbunan amarah.
*** Bab 4 PEREMPUAN setengah baya yang mengenakan pakaian panjang biru kehitaman itu menghentikan langkahnya di sebuah perdataran luas. Di kejauhan nampak Gunung Lintang menjulang tersaput bayangbayang senja. Beberapa ekor burung terbang membentuk bayangan indah.
Perempuan yang memiliki paras jelita dengan ketenangan yang sangat kentara ini memandang kejauhan. Dari pergelangan tangan dan jari jemarinya seakan terdapat pantulan cahaya yang berkilauan. Ternyata kilau cahaya itu berasal dari sinar matahari
yang memantul pada gelang dan cincin berlian yang
terdapat di pergelangan dan jari-jari tangannya.
Perempuan bertudung kepala berbentuk kerucut ini
menarik napas. Setelah ditelan kesunyian beberapa
kejap, dia membuka mulut, "Sudah cukup lama kucari, sudah cukup banyak orang yang kutanyai. Namun
tak seorang pun yang tahu di mana Ngarai Jala Kematian berada.... Perasaanku semakin tidak tenang. Ah...
muridku berada di tangan pemuda sesat berjuluk Pangeran Merah, yang menurut Manusia Pemarah adalah
murid Nenek Cabul. Semua memang sudah terjadi dan
tak perlu disesali. Tak perlu pula menyalahkan siapa.
Hmmm.... Apa yang dialami muridku itu sekarang?"
Perempuan berbaju panjang biru kehitaman yang
tak lain Dewi Bulan adanya ini terdiam kembali. Belaian angin lembut mendesir di tubuhnya. Cicit burung
sejenak memancing senyumnya. Kendati demikian, perempuan yang pandai menyembunyikan segala kegundahan ini, tetap merasakan hatinya tidak tenang.
"Sri Kedaton...," desisnya menyebutkan nama asli
muridnya yang berjuluk Dewi Berlian, julukan yang
pertama kali diberikannya. "Sejak kecil kau sebenarnya berada dalam kenestapaan. Bila saja orangtuamu
yang berjuluk Sepasang Pengantin Abadi tidak tewas di
tangan manusia sesat berjuluk Hantu Seribu Tangan,
tentunya kau tak akan mengalami setiap urusan macam begini. Tetapi tulisan Yang Maha Tahu rupanya
berkehendak lain. Kau memang dijodohkan untuk
menjadi murid sekaligus anakku, yang berhasil menyelamatkanmu dari tangan manusia sesat itu di saat kau
masih bayi. Sayangnya... kau tak sempat melihat seperti apa manusia keparat yang membunuh kedua
orangtuamu itu karena kau tak pernah sampai ke Goa
Seratus Laknat. Apakah kau sudah mendengar kalau
Hantu Seribu Tangan telah tewas" Dan sekarang... ah!
Aku tak boleh mengeluh seperti ini. Ini bukan sifatku.
Karena mengeluh hanya membuat beban bertambah
berat saja."
Perempuan yang wajah dan sikapnya selalu tenang
ini menarik napas pendek. Kejap lain, dia sudah berkelebat melintasi pedataran luas itu. Senja semakin berangsur merendah dan menenggelamkan bayangbayang rona merah matahari. Tatkala sepasang kakinya menjejak tanah berjarak lima puluh meter dari
Gunung Lintang, malam telah merangkup segenap
persada. Perempuan setengah baya ini edarkan pandangan
ke sekelilingnya. Beberapa kelinci yang hidup disana
keluar dan berlarian. Hewan malam lainnya telah unjuk gigi timbulkan suara yang cukup ramai, hingga
suasana tak begitu sepi menggigit. Namun terasa cukup angker. "Ngarai Jala Kematian... di manakah tempat itu berada?" desis Dewi Bulan setelah beberapa saat larut
dalam sepi. Sepasang mata indahnya memandangi kokohnya Gunung Lintang yang tersaput kegelapan malam. Sambil pandangi gunung di hadapannya, perempuan yang tengah gundah ini menyambung, "Siapa lagi
yang bisa kutanyakan. Menurut Bidadari Hati Kejam,
Naga Naga Kecil 3 Pendekar Naga Putih 41 Hantu Laut Pajang Pedang Ular Mas 17

Cari Blog Ini