Rajawali Emas 14 Tapak Asmara Bagian 3
dengan mengerling genit dan suara diiringi desahan
dia berkata, "Aku menginginkan kau tidur denganku!
Hanya sekali dan kita sama-sama mengarungi samudera kenikmatan."
"Sontoloyo! Urusan aku ingin tidur denganmu
atau tidak urusan belakangan! Sekali lagi kukatakan,
jangan sampai aku mengubah niatan dan akhirnya
membunuh-mu!!"
Nenek Cabul tersenyum. "Kita bertarung sekarang! Kau bisa membunuhku tetapi muridku akan
menghancurkan hidup murid Dewi Bulan yang dibawa
lari olehnya! Aku yakin, dia tak akan pernah menyianyiakan seorang gadis jelita yang tentunya bertubuh
montok itu!!"
"Dasar sontoloyo"! Kau benar-benar memaksaku
untuk membunuhmu!!"
Manusia Pemarah melangkah maju dengan wajah
penuh kegeraman. Kalau tadi Nenek Cabul selalu
menghindar, kali ini dia malah berdiri dengan membusungkan dadanya yang sudah kendor dan wajah mendongak. Dengan suara menantang dia berkata, "Lakukan!
Maka kau akan menyesali pernah terlahir ke dunia!"
Manusia Pemarah menghentikan langkahnya.
Dengan tinju terkepal erat dia menggeram, "Kau menang untuk saat ini!!"
"Apakah itu berarti kau mau tidur denganku?"
desah Nenek Cabul sambil mengerling genit. Dan tanpa disangka-sangka, dia meloloskan pakaian bagian
atasnya. Nampaklah di mata lelaki tua berkuncir itu
Sebuah benda yang sudah tidak segar lagi namun masih membuat orang tergiur.
"Benar-benar sontoloyo! Perempuan ini sama sekali tidak punya malu!" geramnya dalam hati.' "Apa
yang bisa kulakukan sekarang" Nasib si Bocah Ayu
benar-benar di ujung tanduk! Dan sulit bagiku untuk
menghindari syarat dari nenek keparat ini! Dasar segala urusan sontoloyo!"
Nenek Cabul yang sekarang merasa bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, maju selangkah. Dadanya yang sudah turun itu digerak-gerakkan dengan
sikap yang sudah sangat berpengalaman sekali. Sementara lelaki tua berkuncir yang selalu melotot hanya
terdiam. Tak nampak perubahan apa-apa di wajahnya
kecuali kemarahan yang semakin tinggi.
"Menyenangkan sekali. Bila sudah selesai dan dia
akan kubuat letih, itulah saat yang tepat untuk membunuhnya," batin si Nenek Cabul. Tubuhnya terus digerak-gerakkan untuk memancing birahi Manusia Pemarah. Bahkan dengan gerakan yang sangat merangsang, perempuan ini mulai menurunkan pakaiannya.
Sangat perlahan dan sangat dinikmati sekali olehnya.
Tetapi dia menggeram tatkala mendapati tak ada
perubahan apa-apa di wajah Manusia Pemarah. Lelaki
itu memang melotot, bukan karena sudah dilibas birahi, melainkan memang seperti itulah kebiasaannya.
"Keparat! Kau akan langsung menubrukku bila
melihat punyaku. Hik... hik... hik.. tak mungkin lakilaki akan menolak daging mentah. Tetapi sungguh keparat aku melakukan seperti ini! Karena biasanya bila
ada lelaki yang menolak untuk tidur denganku, dia
akan kupaksa. Tetapi aku ingin menikmati hari bersejarah ini dengan Manusia Pemarah dalam keadaan tenang dan di buncah sejuta kenikmatan. Akan kulihat
apa yang terjadi...."
Lalu perlahan-lahan sekali pakaiannya semakin
di turunkan. Luar biasa, karena tubuhnya begitu mulus Pusarnya sudah kelihatan. Tetapi tetap, tak ada
perubahan apa-apa dari Manusia Pemarah.
Perempuan cabul ini semakin penasaran. Kedua
tangannya siap digerakkan untuk meloroti pakaiannya
sendiri. Namun sebelum dilakukannya, mendadak saja
terdengar satu suara bernada usil, "Wah! Wah! Lumayan juga ada tontonan menarik di sini kendati sudah agak payah! Hei, Kek! Kau terdiam karena gusar
atau sedang menunggu tak sabar"!"
Terkejut luar biasa perempuan yang hampir saja
melorotkan pakaian yang dikenakannya. Lalu dengan
gerakan terburu-buru dan wajah berubah geram, Nenek Cabul mengenakan lagi pakaiannya. Kejap Iain
kepalanya didongakkan ke atas. Dilihatnya seorang
pemuda berpakaian keemasan sedang duduk sambil
uncang-uncang kaki. Di mulut si pemuda terdapat sebatang rumput yang sedang dihisap-hisapnya.
Seketika itu pula terdengar bentakan Nenek Cabul sementara Manusia Pemarah hanya melotot pada
si pemuda, "Pemuda kapiran! Bila masih sayang nyawa
lebih baik segera tinggalkan tempat ini!!"
Pemuda berpakaian keemasan yang tak lain adalah Tirta alias Rajawali Emas hanya cengar-cengir saja.
Saat menunggangi Bwana dan melintasi di atas tempat
itu, dilihatnya dua sosok tubuh sedang bertarung. Karena penasaran Rajawali Emas menyuruh Bwana tidak
mengeluarkan suara dan terbang rendah agak jauh dari tempat pertarungan itu. Saat itu si pemuda teringat
akan Manusia Serigala dan Angin Racun Barat. Segera
diberinya ancar-ancar pada Bwana untuk melihat keadaan kedua orang itu. Setelah itu, Rajawali Emas pun
melompat turun dan Bwana terbang menjalankan perintahnya. "Wah! Memangnya kenapa" Bukankah lebih asyik
bila ditonton lebih dari satu orang" Cuma mengapa
yang dipertontonkan hanya pepaya busuk saja" Kan
tanggung"!"
"Setan!! Kurobek mulutmu!"
Seketika si Nenek Cabul menggerakkan tangan
kanannya. Selarik sinar merah sudah menderu deras.
Blaaarr! Dahan di mana Rajawali Emas duduk tadi langsung pecah menjadi serpihan, sementara pohon itu seketika meranggas. Dedaunannya berguguran bagai hujan belaka. Perempuan cabul ini mengertakkan giginya tatkala menyadari kalau pemuda yang diserangnya berhasil
menghindar. Bahkan yang mengejutkannya tatkala
mendengar suara si pemuda masih tetap menghisaphisap rumput di bibirnya. .
"Aneh! Kenapa marah sekali" Bukankah yang kukatakan tadi benar?" Lalu seperti tak menghiraukan
pandangan penuh amarah dari Nenek Cabul, Tirta
mengalihkan pandangan pada Manusia Pemarah yang
melotot, "Bagaimana, Kek" Apakah tubuhnya benarbenar mengasyikkan atau hanya semacam keranjang
sampah?" Manusia Pemarah mendengus. "Sontoloyo! Datang tidak bilang-bilang! Bikin urusanku jadi panjang
saja!" Tirta tertawa pendek dan berseloroh, "Apakah aku
harus mengatakan kedatanganku di saat perempuan
berbedak itu hendak membuka pakaian" Jelas rugi
kan" Tetapi, melihat tubuhnya pun tak kudapatkan
keuntungan apa-apa!"
Sebelum Manusia Pemarah menyahut, si Nenek
Cabul sudah mengeluarkan bentakan, "Pemuda sialan!
Kau benar-benar ingin mampus rupanya!!"
Habis bentakannya, perempuan ini sudah menderu dengan tangan kanan lurus ke muka. Rajawali
Emas melengak tatkala merasakan desir angin yang
sangat kuat. Cepat ditarik kepalanya ke belakang, lalu
disentakkan tinjunya ke muka.
Buk! Mundur tiga langkah si Rajawali Emas dengan
wajah berubah sementara si Nenek Cabul sudah mencelat kembali. Tak mau dirinya dilumat habis lawan,
Rajawali Emas menghindar ke samping. Bersamaan
dengan itu, jurus 'Lima Kepakan Pemusnah Rajawali'
dilepaskan. Kali ini si nenek yang menghindar ke belakang
dan memutar tubuh tatkala Rajawali Emas menyerang.
Namun kalau tadi Nenek Cabul seperti ketakutan maka dia menghindar, kali ini dia hanya berdiri tegak.
"Bukkk"
Entah bagaimana melakukannya, tahu-tahu serangan Tirta tertahan. Bahkan pemuda itu terlempar
ke belakang "Aneh Ilmu apa yang dipergunakannya?" desisnya
setelah berdiri tegak dengan kedua mata terbuka.
Rumput yang dihisapnya tadi terlepas. Dadanya terasa
nyeri Kejap lain dia sudah berseru "Nek! Kenapa jadi
galak begini" Apakah kau tak jadi melanjutkan pertunjukan mesummu itu?"
Mengkelap wajah Nenek Cabul dengan kedua
tangan terkepal erat. Lalu tanpa bergerak dari tempatnya, satu serangan telah dilancarkan. Membuat Rajawali emas terpaksa menghindar. Begitu pula dengan
Manusia Pemarah yang berada di belakang si pemuda
bila tak ingin menjadi sasaran serangan Nenek Cabul.
"Sontoloyo! Niatku Benar-benar berubah kali ini!
Urusan kau mau mengatakan di mana Ngarai Jala
Kematian atau tidak urusan belakangan! Bersiaplah
untuk mampus!!"
Wajah si Nenek Cabul berubah, "Menghadapi Manusia Pemarah yang mengetahui kelemahan ilmu
'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' jelas tak akan bisa
berbuat banyak! Kendati aku telah memperdalam ilmu-ilmuku, hanya bisa bertahan beberapa kejap saja.
Benar-benar setan pemuda yang baru saja muncul
ini!!" Lalu dengan suara sarat penuh kemarahan, perempuan berbedak putih ini menggeram, "Urusan bisa
kita tunda sekarang! Tetapi kau tetap tak akan mengetahui di mana Ngarai Jala Kematian! Dan aku berdoa
banyak-banyak, semoga saat ini muridku si Pangeran
Merah sudah mempermalukan gadis yang diculiknya
untuk keseratus kali"
"Benar-benar sontoloyo!!" maki Manusia Pemarah
keras dan orangnya sudah mencelat dengan pukulan
'Sinar Ungu' mengarah pada Nenek Cabul/
Blaaammm! Tanah di mana Nenek Cabul berpijak tadi dan
menahan serangan Tirta dengan mempergunakan ilmu
'Penyangga Jiwa Kuatkan Tubuh' amblas setengah
tombak dan mengeluarkan asap warna ungu. Sementara sosok perempuan cabul itu sendiri entah berada
di mana sekarang.
Tinggal Manusia Pemarah yang memaki-maki
panjang pendek. Lalu dialihkan kepalanya pada Rajawali Emas yang tadi mencoba mengejar si Nenek Cabul
tetapi gagal Seketika terdengar makiannya yang keras.
"Bocah Kebluk" Kau benar-benar sontoloyo! Nenek keparat genit itu telah berlalu, padahal aku membutuhkannya!!"
Tirta balas memandang si lelaki tua berkuncir.
"Membutuhkan apa, Kek" Oh! Jangan-jangan...
kau membutuhkan...."
"Sontoloyo! Jangan berpikir kotor! Manusia sialan
itulah yang tahu di mana Ngarai Jala Kematian berada" Benar-benar sontoloyo!" Lalu tanpa disuruh Manusia Pemarah menceritakan mengapa dia mencari
tempat bernama Ngarai Jala Kematian.
Untuk sesaat terlihat Rajawali Emas mengangguk-anggukkan kepala.
"Jadi... Dewi Berlian berada dalam bahaya sekarang?" "Dan gara-gara kau perempuan itu berlalu tanpa
memberitahu di mana Ngarai Jala Kematian berada!!"
"Tetapi menurutmu tadi Kek, Pangeran Merah
berjanji tak akan melakukan apa-apa sebelum kau tiba
di Sana." "Sontoloyo! Dia hanya memberikan waktu sampai
purnama mendatang. Bila aku tidak datang,... Benarbenar sontoloyo! Bagaimana aku bisa datang kalau
aku tidak tahu di mana tempat itu!!"
"Purnama masih sekitar dua belas hari lagi. Masih ada waktu untuk mencari Ngarai Jala Kematian,"
"Bicara memang enak!!"
Tirta tersenyum. Lalu katanya, "Apakah Nenek
Cabul menanyakan' tentang Iblis Cadas Siluman,
Kek?" "Sontoloyo! Dari mana kau tahu"!"
Tirta menceritakan tentang Raja Arak dan Naga
Selatan yang memberinya tugas untuk mencari Nyi
Randa Barong alias Iblis Cadas Siluman.
"Benda apa yang dicari oleh orang-orang sialan
itu?" "Sesuatu yang sangat dirahasiakan."
"Sontoloyo! Tentunya kau tahu, bukan?"
"Aku memang tahu, Kek Tetapi Nenek Naga Selatan melarangku untuk mengatakannya kecuali pada
Iblis Cadas Siluman."
"Benar-benar sontoloyo! Urusan kau mau mengatakannya atau tidak urusan belakangan! Apakah...." '
Kata-kata Manusia Pemarah terputus tatkala di
angkasa terdengar suara yang sangat keras sekali. Menyusul gemuruh angin yang tiba-tiba terjadi.
"Kraaaaghhhh!!"
Rajawali Emas segera mendongak. Dilihatnya
Bwana terbang berputar-putar di atasnya.
Rajawali Emas 14 Tapak Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aneh! Teriakan Bwana tak seperti biasanya. Teriakan penuh kecemasan dan ketakutan! Apakah ada
kejadian yang membuatnya bersikap seperti itu. Hm...
dia kelihatan sedang berputaran mencari tempat yang
agak luas, tentunya Bwana hendak hinggap! Kek! Kita
ke sana!" Manusia Pemarah hendak mengeluarkan bentakan, tetapi Rajawali Emas tanpa menghiraukan makian si kakek, sudah berkelebat cepat dibuncah perasaan tak menentu. Manusia Pemarah menyusul dengan makian nya.
Di tempat yang agak terbuka, Rajawali Emas berhenti. Kedua tangannya diulap-ulapkan ke atas. Bwana segera menukik dan hinggap di tanah setelah tanah
dan rerumputan di sekitarnya tercabut dan beterbangan.
"Ada apa, Bwana?" tanya Tirta segera dan tak
mempedulikan makian Manusia Pemarah.
Bwana mengkirik terburu-buru. Berulang kali
Kepalanya digerak-gerakkan. Semua dilakukan dengan
cepat. "Celaka!" desis Tirta kemudian. "Tak salahkah
apa yang kau lihat, Bwana?"
Bwana mengkirik lagi, kali ini kepalanya menggeleng-geleng. Tirta berseru cepat pada Manusia Pemarah, "Kek! Kau mau meneruskan mencari Nenek Cabul
untuk mendapatkan penjelasan di mana Ngarai Jala
Kematian berada atau ikut denganku"!"
"Sontoloyo! Urusan apa kau mengajakku, hah"!"
bentak Manusia Pemarah. Rambut putihnya yang dikuncir terlempar tatkala dia membentak tadi.
Tirta menggeram.
"Manusia Serigala dan Angin Racun Barat dalam
bahaya," katanya kemudian.
Manusia Pemarah mengernyitkan keningnya dengan pandangan melotot. Lalu bersuara tetap dengan
nada marah-marah, "Bagaimana kau bisa tahu?"
Tirta menjawab tidak sabar.
"Bwana yang mengatakannya kepadaku. Seseorang tinggi besar berkepala plontos telah datang ke
lembah di mana kutinggalkan Manusia Serigala dan
Angin Racun Barat. Dan aku yakin, orang yang memiliki ciri yang seperti dikatakan Bwana barusan adalah
Beruang Mambang. Sinting! Bagaimana orang itu bisa
tiba di sana"!"
"Kalau burung itu tahu Angin Racun Barat dan
Manusia Serigala dalam bahaya, mengapa dia tak menolongnya" Benar-benar sontoloyo!"
"Karena lembah itu dipenuhi pepohonan dan menyulitkan Bwana untuk hinggap. Dia bisa saja menggebrak dengan sayapnya, tetapi kemungkinan besar
justru akan mencelakakan Manusia Serigala dan Angin
Racun Barat kendati dia sempat melakukannya tatkala
dilihatnya Beruang Mambang hendak membunuh Manusia Serigala! Aku tidak punya banyak waktu! Bila
kau mau turut, silakan! Bila tidak jangan umbar lagi
pertanyaan!"
"Bagaimana kau...."
"Urusan bagaimana atau tidak urusan belakangan! Aku pergi!!" sentak Tirta gemas sambil melompat
naik ke punggung Bwana.
Begitu melihat Tirta sudah duduk di punggung
Bwana, Manusia Pemarah yang masih kesal karena
kemunculan si pemuda membuat Nenek Cabul berlalu
sebelum mengatakan di mana Ngarai Jala Kematian
berada, langsung melompat ke punggung Bwana sambil berseru, "Berani tinggalkan aku, kupotek-potek tulang dalam tubuhmu!!"
Rajawali Emas hanya menggeram. Lalu berseru,
"Berangkat, Bwana! Jangan sampai terlambat!"
Bwana segera menyentak ke angkasa. Kuku-kuku
tajamnya membekas di tanah cukup dalam. Begitu tubuh Bwana terbang, Manusia Pemarah memekik. Kejap lain
dia memaki-maki sambil mendekap pinggang Rajawali
Emas erat-erat.
*** Bab 9 Sebenarnya, apa yang terjadi" Sebaiknya, kita lihat
dulu apa yang terjadi setelah Rajawali Emas meninggal-kan Manusia Serigala dan Angin Racun Barat.
Tatkala Manusia Serigala melolong keras dan lolongannya terdengar oleh Beruang Mambang yang kebetulan berada tak jauh dari lembah itu, segera saja
orang berkepala plontos yang sekarang yakin kalau
Angin Racun Barat dibawa kabur oleh Manusia Serigala, segera mencari asal lolongan itu.
Sungguh tak mudah melakukannya, karena lolongan itu hanya terdengar beberapa kali saja. Kendati
demikian, tak membuat lelaki yang mendendam pada
Bidadari Hati Kejam dan seluruh rencananya memancing Bidadari Hati Kejam dengan cara menyandera Angin Racun Barat gagal karena kehadiran Naga Selatan,
patah semangat.
Justru dia semakin bersemangat mencari. Terlebih-lebih mengingat karena Angin Racun Barat dibawa
lari oleh Manusia Serigala yang saat itu gagal dibunuhnya karena kehadiran Naga Selatan pula.
Hampir tiga kali penanakan nasi orang tinggi besar berbaju putih dari kulit beruang ini mencari, sebelum menangkap satu sosok tubuh berpakaian keemasan yang muncul dari sebuah lembah. Semula orang
berkepala plontos ini hendak menanyakan asal suara
lolongan itu pada si pemuda yang tak lain Rajawali
Emas adanya. Namun diurungkan niatnya. Dia tak ingin kehadirannya kali ini diketahui oleh orang lain.
Orang ini berpikir keras dan menduga kalau kemungkinan besar lolongan itu berasal dari lembah di
mana pemuda berpakaian keemasan tadi keluar.
Kejap kemudian dia sudah berdiri di atas lembah.
Orang berkepala plontos yang di pergelangan tangannya terdapat gelang terbuat dari untaian taring, memandang tak berkedip ke lembah yang tak begitu dalam. Tetapi pandangannya terhalang oleh tingginya pepohonan yang tumbuh di sana.
Tanpa buang tempo lagi, dengan gerakan yang
cepat dia menuruni lembah itu. Pada saat yang sama,
Angin Racun Barat sedang berkata pada Manusia Serigala, "Baruna... mungkin kau masih bisa mengingat
tentang Nyi Putiloka. Tetapi ada baiknya untuk sementara kau hilangkan pikiran itu. Karena kau nampaknya tidak ceria seperti semula."
Manusia Serigala yang sejak kepergian Rajawali
Emas mendekam dengan kedua tangan mencakarcakar tanah mengeluarkan gerengan pelan.
Angin Racun Barat tersenyum.
"Kau anak manusia, Baruna. Ayo, kuajarkan kau
kembali untuk bercakap-cakap layaknya manusia.
Ayolah... jangan merajuk seperti itu. Kenanganmu tentang Nyi Putiloka, kendati aku tidak mengenalnya, sedikit banyaknya sudah membuka tabir siapa kau
adanya, Banyak hal-hal yang belum terungkap tentang
dirimu, Baruna."
Lalu dengan tulus murid Iblis Cadas Siluman ini
membelai-belai kepala Baruna. Cukup lama dilakukan
disertai bujukan demi bujukan yang lembut, sampai
kemudian Baruna mengangkat tubuhnya dan merangkak layaknya seekor serigala.
Angin Racun Barat menggeleng-gelengkan kepala,
tetap tersenyum.
"Kau tidak boleh mengambil sikap seperti itu. Gerakan yang kau lakukan itu hanya layak dilakukan
oleh seekor serigala. Ingat, kau anak manusia. Ayo,
kau duduk seperti aku. Ini namanya bersila. Ayo, Baruna. Kau harus mencoba dan aku yakin kau pasti bisa melakukannya."
Perlahan-lahan, sinar mata kesedihan yang tergambar di sepasang mata merah Baruna berubah. Kali
ini terpancar sinar kasih sayang yang tulus. Diamdiam gadis berbaju ringkas biru kehitaman ini tertegun. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Tetapi
berusaha dia tindih sedalam-dalamnya.
"Ayo, Baruna... kau harus membiasakan diri duduk seperti manusia."
Manusia Serigala menggereng pelan.
Si gadis berkepang dua bertepuk tangan tatkala
melihat Baruna melakukan perintahnya. Sampai tiga
kali Manusia Serigala gagal. Tetapi nampak kekerasan
di wajahnya, bahkan terdengar gerengannya bernada
bosan. "Kau tak perlu gundah! Kau pasti bisa melakukannya! Nah, nah... ya, ya... begitu! Bagus, Baruna!
Bagus!!" seru Angin Racun Barat sambil bertepuk tangan dan tertawa geli karena Manusia Serigala terhuyung ambruk. Rupanya dia belum bisa menguasai
keseimbangan. Berulang kali Angin Racun Barat memberi semangat, sampai Baruna berhasil melakukannya. Lalu
diajarkannya Manusia Serigala berkata-kata layaknya
manusia. Memang agak sulit mengajarkannya, tetapi
Angin Racun Barat suka sekali melakukannya.
Dan kegembiraan itu pupus tatkala terdengar suara keras yang menyentak, "Rupanya yang dicari berada di sini! Manusia Serigala jelas akan mati! Sementara
kau gadis manis, akan menjadi pemuas birahi!!"
*** Seketika Angin Racun Barat berdiri dengan kaki
dipentangkan, sementara Manusia Serigala kembali
pada kebiasaannya dalam keadaan merangkak. Sepasang mata merahnya nyalang. Gerengan suaranya terdengar dalam dan keras.
Sesaat Angin Racun Barat tertegun melihat siapa
yang datang. Tetapi kejap lain dia sadar siapa orang
tinggi besar yang sedang menyeringai di hadapannya.
Segera saja murid Iblis Cadas Siluman ini melangkah dua tindak dan berdiri di hadapan Manusia
Serigala dengan pandangan tak berkedip. Tetapi orang
berbulu hitam yang dihalangi pandangannya, segera
serong tiga tindak dan kembali berada dalam keadaan
sejajar dengan si gadis.
"Hhhh! Kalau waktu itu kau hampir berhasil melakukan perbuatan busukmu, kali ini jangan harap
kau bisa mengulanginya lagi!!" seru Angin Racun Barat
dengan wajah memerah karena geram. Kedua tangannya terkepal erat.
Terbahak-bahak Beruang Mambang mendengar
seruan si gadis. Masih terbahak-bahak orang tinggi besar ini maju dua tindak diiringi pandangan muak dari
si gadis. "Manisku, Manisku. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menikmati segala kebersamaan! Bukan
saling marah dengan kegusaran tinggi! Dan yang terpenting lagi, kita harus membunuh pemuda keparat
berbulu itu agar tak menghalangi segala maksud di
depan mata! Bukankah seperti itu sebenarnya yang
kau inginkan, Manisku?"
"Kurobek mulutmu, Keparat!!" menggeram setinggi langit murid Iblis Cadas Siluman seraya hendak melakukan serangan. Tetapi sebelum dilakukannya, satu
sosok tubuh di sampingnya sudah melompat dengan
kedua cakar siap merobek dada Beruang Mambang diiringi gerengan menggidikkan. .
"Grrrrhhh!!"
Orang tinggi besar yang masih terbahak-bahak
itu tak melakukan apa-apa. Seperti membiarkan cakar
Manusia Serigala mencabik-cabik tubuhnya.
Tersenyum Angin Racun Barat melihat hal itu.
"Akan robek dadamu, Beruang Mambang! Kau akan...
hei!!" Craak! Crakkk! Dua cakar Manusia Serigala seperti menghantam
batu cadas yang sangat kuat. Orang penuh bulu ini
menggereng tertahan sambil mundur lima tindak dengan wajah berubah. Angin Racun Barat terbeliak melihatnya. "Gila! Orang celaka ini rupanya memiliki ilmu
kebal!" desisnya dan dilihatnya lagi bagaimana Manusia Serigala melompat dan melancarkan serangan.
Tetapi seperti semula, Beruang Mambang hanya
terbahak-bahak dan membiarkan tubuhnya dihajar.
Bukan main penasarannya orang berbulu hitam ini.
Dengan gerengan bertambah keras, Manusia Serigala menyerang lagi. Tetapi kali ini Beruang Mambang menggeram. Jelas orang berkepala plontos ini bosan. Tatkala Manusia Serigala menyerangnya lagi, tangan kanan kekar Beruang Mambang bergerak dan
menghantam dadanya dengan telak.
Bukkk! "Grrrrgghhh!!" erangan kesakitan terlontar paksa
dari mulut Manusia Serigala. Sosoknya terpental deras
ke belakang. Masih untung Angin Racun Barat segera
bertindak menangkapnya. Bila tidak, sudah bisa dipastikan sosok Manusia Serigala akan menghantam dinding lembah di belakangnya.
Mengkelap dengan sorot mata tajam Angin Racun
Barat sambil membaringkan tubuh Manusia Serigala
ke tanah. Dari hidung orang berbulu itu mengeluarkan
darah. Dari nafasnya yang tersendat, jelas sekali kalau
dia terluka dalam. Segera saja Angin Racun Barat
Rajawali Emas 14 Tapak Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengalirkan tenaga dalamnya.
Kejap lain, dia sudah berdiri dengan kedua kaki
dipentangkan. Sepasang matanya tajam ke depan pada
Beruang Mambang yang sedang menyeringai.
"Aku tak pernah tahu mengapa kau mengusiliku"
Tetapi nyatanya, kau telah berlaku kurang ajar!!"
Beruang Mambang tertawa berderai. Sosoknya
yang tinggi besar berguncang.
"Gadis manis... jangan berbicara lancang seperti
itu padaku! Lebih baik turuti apa yang ku mau hingga
aku berani menjamin kau tak akan kehilangan sehelai
rambutmu!"
"Manusia Iblis!!" Tak kuasa menindih amarah
yang bergolak di dada, terutama melihat keadaan Manusia Serigala, Angin Racun Barat telah melesat ke
muka dengan teriakan mengguntur. Ilmu 'Cadas Jiwa'
yang diturunkan oleh Iblis Cadas Siluman dan merupakan ilmu pamungkas dilepaskan.
Seketika terlihat kedua tangannya berubah menjadi hijau kelam. Gemuruh angin besar mendahului
dengan menimbulkan suara menggidikkan.
Tetapi di depan sana, Beruang Mambang masih
tertawa berderai tak bergeming dari tempatnya. Maka
tanpa ampun lagi, ilmu 'Cadas Jiwa' menghantam
orang berkepala plontos itu! .
Dessss!! "Aaaakhhh!!"
Terdengar pekikan tertahan yang justru keluar
dari mulut Angin Racun Barat. Sosoknya mencelat dua
tombak ke belakang dengan tatapan melebar. Segera
dia berusaha mempertahankan keseimbangannya.
Sementara orang yang terhantam ilmu 'Cadas Jiwa'
hanya bergeser dua tindak dengan wajah sedikit menekuk. Tetapi kejap lain, terdengar tawanya berderai.
"Kau seperti memijat, Gadis Manis! Sudah selayaknya bila kau melakukannya, bukan?"
Angin Racun Barat terdiam dengan kedua bola
mata bergerak cepat. Perasaan khawatir mulai melingkupi hatinya. Gadis ini membatin resah, "Sungguh luar
biasa! Ilmu 'Cadas Jiwa' mampu menghancurkan tiga
batu karang besar sekaligus hingga menjadi kerikil. Tetapi orang berbaju dari kulit beruang ini hanya bergeser dua tindak. Benar-benar celaka!!"
Beruang Mambang kembali perdengarkan tawa
tatkala mendapati wajah si gadis memerah.
"Mengapa harus gundah" Bukankah sekarang tiba saatnya untuk melakukan apa yang pernah tertunda"!"
Menggigil tubuh Angin Racun Barat saking geramnya. Dilipatgandakan tenaga dalamnya. Diiringi teriakan penambah semangat, gadis ini menderu lagi
kemuka. Kali ini terlihat wajah Beruang Mambang menegang. Dia segera mundur tiga tindak dan bersamaan
datangnya serangan Angin Racun Barat, kedua tangannya digerakkan.
Bukk! Bukkk! Akibatnya sungguh mengerikan. Angin Racun Barat terpental kembali ke belakang tanpa mampu kuasai
keseimbangannya lagi. Tubuhnya telah menghantam
sebatang pohon hingga bergetar. Begitu menghantam
batang pohon tubuhnya terpental lagi ke depan, ambruk dengan dada menghantam tanah.
Terdengar keluhan murid Iblis Cadas Siluman ini
pelan. Dia berusaha untuk mengangkat kepalanya. Tetapi rasa nyeri dan sakit yang diderita membuatnya
tak mampu bertahan hingga akhirnya si gadis jatuh
pingsan. Sementara itu, Beruang Mambang sedang bersemadi dengan kedua tangan membiru dan bergetar. Tubuhnya menggigil untuk beberapa saat. Di saat lain,
dia menarik napas panjang. Lalu bangkit dengan seringaian. "Hebat, hebat sekali! Bila aku tidak bergerak cepat, serangan si gadis bisa bikin aku muntah. Hmm...
sampai saat ini, tak akan ada yang mampu mengatasi
ilmu kebalku. Tak terkecuali si nenek berkonde yang
membuatku sakit hati."
Perlahan-lahan orang tinggi besar ini mendekati
Angin Racun Barat. Dibalikkannya tubuh si gadis yang
pingsan hingga telentang. Ada darah segar mengalir di
hidung si gadis. Wajah Beruang Mambang seketika berubah penuh birahi, terutama tatkala melihat dada si
gadis yang membusung.
"Ini kesempatan kedua yang datang kepadaku.
Tetapi sialnya, lagi-lagi dia dalam keadaan pingsan."
Didengarnya gerengan marah dari Manusia Serigala. Orang penuh bulu itu hendak bangkit, tetapi justru menggereng kesakitan dan tetap pada keadaannya
yang mendekam. Seketika Beruang Mambang membalikkan tubuh.
Kemarahannya kembali naik melihat Manusia Serigala.
Dia segera membentak "Kau terlalu lancang berlaku
kurang ajar kepadaku, Orang Penuh Bulu! Bahkan
melarikan gadis ini dari tanganku! Berarti, kau sedang
menantang maut!!"
Manusia Serigala berusaha untuk bangkit, tetapi
lagi-lagi terdengar gerengan kesakitannya. Yang terlihat hanya kedua matanya yang memerah menatap garang pada Beruang Mambang yang kembali tertawa.
"Bersikap lancang kepadaku, berarti mengiringi
kematian! Hhh! Kau hidup hanya menjadi duri belaka!!" maki Beruang Mambang seraya mendekat. Dia
menyeringai saat berkata, "Ini upah dari semua perbuatanmu!!" Tatkala Beruang Mambang hendak menghabisi
Manusia Serigala yang tak mampu bangkit, saat itulah
Bwana yang diperintahkan oleh Rajawali Emas untuk
menengok keadaan Angin Racun Barat dan Manusia
Serigala datang. Koakannya terdengar sangat keras
dan angin yang ditimbulkan dari kepakan kedua
sayapnya, bergemuruh dahsyat.
Orang tinggi besar ini mendongak dengan pandangan menyipit dan kening dikernyitkan.
"Gila! Burung apakah itu?" desisnya tak berkedip.
"Kedatangannya cukup mengejutkan! Bila melihat gerakannya dia seperti berniat menghalangiku! Keparat
gila! Tetapi biarpun dia hendak menghalangi maksudku, jelas dia tak akan mampu mendarat di tempat
yang dipenuhi pepohonan ini. Bagus, berarti urusanku
tak tertunda lagi."
Tetapi di luar dugaannya, Bwana yang harus
men-jalankan tugas dan naluri burung itu mengatakan
kalau ada bahaya mengancam keselamatan dua orang
yang dilihatnya tergeletak di lembah, ternyata mampu
mengibaskan kedua sayapnya hinggap angin dahsyat
bergulung ke bawah. Menerbangkan ranggasan semak
belukar dan dedaunan. Bahkan tiga buah pohon langsung tercabut dan tumbang menimbulkan suara berdebam. Mengkelap wajah Beruang Mambang. Dengan geram dikibaskan tangannya ke atas. Serangan jarak
jauhnya melesat. Tetapi Bwana berlaku cerdik, dia cepat mengangkasa lagi. Begitu dilihatnya orang berkepala plontos terdiam kembali digerakkan kedua sayapnya. Lama kelamaan perbuatan Bwana memancing
kegusaran Beruang Mambang. Dia bukan hanya melepaskan serangan jarak jauhnya lagi, bahkan sudah
berlari naik ke atas lembah. Dari sana dilakukan serangan yang sama.
Burung rajawali raksasa keemasan yang cerdik
itu merasa harus cepat memanggil tuannya selagi
orang berkepala plontos agak jauh dari dasar lembah.
Sementara Beruang Mambang memaki-maki keras.
Dan dia menunggu beberapa lama, padahal saat
itu dengan kecepatan yang luar biasa Bwana telah
memanggil Tirta.
"Keparat! Sekian lama kutunggu dia tak muncul
juga! Hanya mengganggu urusanku! Aku bersumpah,
akan kubunuh burung sialan itu!!"
Masih sesekali mendongak menunggu tak sabar
kehadiran Bwana, orang berkepala plontos ini melangkah kembali ke tempat semula dengan makian panjang
pendek. Pada saat yang bersamaan, dari punggung Bwana, Rajawali Emas sudah melihat lembah di mana Angin Racun Barat dan Manusia Serigala berada. Saat
ini, perasaan si pemuda dibuncah perasaan tak menentu setelah mendengar laporan Bwana.
Berjarak sekitar lima puluh tombak yang bisa dicapai hanya dengan tiga kali Bwana mengepakkan
sayap, Rajawali Emas mengernyitkan kening. Sepasang
matanya yang tajam menangkap sesuatu yang menarik
perhatiannya. Kejap lain dia sudah bersuara, "Bwana...
terbang merendah. Turunkan aku di sini!"
Bwana mengkirik tidak sabar. Sementara Manusia Pemarah berseru, "Ya, ya! Turun di sini saja! Sontoloyo! Lama kelamaan kepalaku bertambah pusing!"
Rajawali Emas tak menghiraukan seruan Manusia Pemarah. Dia berkata menjawab kirikan Bwana tadi. "Jangan salah mengerti. Aku melihat satu sosok
tubuh yang berkelebat ke arah lembah itu. Aku yakin
kalau aku mengenal orang itu. Dan entah mengapa
aku menduga sesuatu. Barangkali saja benar. Sekarang, terbang merendah. Dan jangan mengeluarkan
suara." Bwana mengkirik lagi tanda mengerti. Burung rajawali raksasa itu segera menjalankan perintah majikannya. Tirta berseru pada Manusia Pemarah yang kedua tangannya semakin keras melingkar di pinggangnya. "Kek! Kita melompat turun!"
"Sontoloyo! Badanku bisa patah, Bocah Kebluk!"
"Tak mungkin. Kau memiliki ilmu peringan tubuh
yang tinggi!!"
"Mengapa pakai melompat segala bila kau sebenarnya bisa memerintahkan burung raksasa ini untuk
hinggap di tanah!" bentak Manusia Pemarah lagi.
"Tempat itu tidak luas. Sulit bagi Bwana untuk
hinggap!" sahut Tirta gemas.
"Sontoloyo! Kau pikir aku tidak akan...."
"Urusan tidak akan atau akan urusan belakangan," potong Tirta. "Kita harus melompat. Aku menduga sesuatu yang lain akan terjadi."
"Maksudmu...."
"Sekarang!!" seru Rajawali Emas mendadak. Kedua jari telunjuknya ditekan pada pergelangan tangan
Manusia Pemarah yang terjingkat kaget. Lebih kaget
lagi karena Tirta sudah menarik tangannya.
"Waaaaaa!!"
"Cerewet!!" seru Tirta gemas sambil mengerahkan
ilmu peringan tubuhnya. Dia berputar dua kali menjaga keseimbangan, lalu hinggap di tanah dengan ringannya. Begitu pula dengan Manusia Pemarah sementara Bwana sudah terbang kembali.
Kendati dia tidak terjatuh, tetapi lelaki berkuncir
itu segera mementangkan kedua matanya pada Rajawali Emas. "Sontoloyo! Kalau ada tubuhku yang terluka, kupotek-potek tulang-tulangmu!"
Rajawali Emas hanya mendengus saja. Tanpa
menghiraukan Manusia Pemarah yang melotot diiringi
makiannya, dengan cepat si pemuda sudah berkelebat.
"Benar-benar sontoloyo bocah kebluk itu! Percuma bila aku menginginkan dia berjodoh dengan muridku, si Ayu Wulan yang rada keblinger! Kasihan juga
nasib murid Dewi Bulan yang mencintai si Bocah Kebluk dan sekarang berada di tangan Pangeran Merah!
Tidak tahu siapa yang benar-benar sontoloyo! Murid
Nenek Cabul itu akan kupotek kepalanya bila berani
hanya jual omongan dan merusak Dewi Berlian! Huh!"
Masih memaki-maki, lelaki berkuncir itu segera
berkelebat menyusul Rajawali Emas. Sedangkan Rajawali Emas sendiri, sambil berlari dia memikirkan sesuatu yang ada di benaknya.
Sementara itu, di dasar lembah Beruang Mambang kembali mendekati Manusia Serigala. Dengusannya terdengar kasar. Sepasang matanya garang seolah
hendak menelan bulat-bulat Manusia Serigala yang tak
mampu untuk bangkit.
"Tak ada yang bisa menghalangi maksudku sekarang! Berarti ajalmu sudah tiba!!"
Manusia Serigala menggereng liar. Gerengannya
membuat kemarahan yang telah bergolak di dada
orang berkepala plontos semakin tinggi. Dengan makian yang keras, Beruang Mambang mengangkat sebelah kakinya. "Mampuslah kau, Setaaannn!!"
Namun satu hamparan hawa panas diiringi gemuruh angin menderu deras ke arahnya. Membuat
orang tinggi besar ini segera membuang tubuh ke kanan. Hawa panas yang siap menghantamnya tadi
menghajar sebatang pohon yang langsung menghitam.
Dengan segala kegusaran karena lagi-lagi maksudnya terhalangi, orang tinggi besar itu memalingkan
kepala ke kanan. Sebelum bentakannya keluar, satu
suara mengandung kemarahan yang luar biasa terdengar.
Rajawali Emas 14 Tapak Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Orang sinting yang berani muncul kembali! Jangan sembarangan menduga! Padahal justru ajalmu
yang sudah berada di ambang pintu!"
*** Bab 10 "KEPARAT hina! Keluar kau!!" seru Beruang Mambang
kalap dengan kedua tinju mengepal.
"Kalau dulu kau kulepaskan, hari ini kau akan
mampus!!" suara keras itu terdengar lagi bersamaan
munculnya satu sosok tubuh berkebaya terbuat dari
kain batik kusam dengan pandangan penuh kemarahan. Beruang Mambang terkejut dan tanpa sadar surut satu tindak dengan pandangan tak percaya. Tetapi
kejap lain, terdengar tawanya berderai hebat.
"Tak kusangka, tak kuduga sama sekali! Bidadari
Hati Kejam, akhirnya kita berjumpa di sini! Bagus! Segala urusan yang lalu kita tuntaskan sekarang!!" serunya kemudian.
Orang yang baru datang dan menghalangi maksud Beruang Mambang tadi, menggeram. Pandangannya tajam menusuk. Penuh sejuta kemarahan dan
dendam. "Urusan memang harus dituntaskan sekarang!
Biar kau tak bisa malang melintang dengan sejuta kesombongan!"
Kembali orang tinggi besar itu terbahak-bahak.
"Kunti Pelangi! Sejak dulu, hingga kau sudah
menjadi perempuan peot tanpa pesona, aku tetap
mencintaimu. Bahkan teramat mencintaimu hingga
aku tak pernah punya niatan untuk mengambil perempuan lain sebagai penggantimu! Beginikah sikapmu menghadapi orang yang mencintaimu?"
"Setan keparat! Sejak dulu kukatakan aku tidak
mencintaimu! Dan tentunya kau masih ingat bukan,
akibat pemaksaanmu kau harus kuhajar lintang pukang!!" bentak orang yang memang si Bidadari Hati Kejam adanya. Lalu dengan mulut meruncing, si nenek
berkonde kejam menyambung, "Kau telah muncul
kembali dan kau harus mampus!!"
"Berbicaramu sepertinya melupakan siapa aku
sebenarnya. Lain dulu lain sekarang, Kunti! Kali ini
aku bukan hanya siap membawamu pergi dan menjadi
pendampingku! Bila kau menolak, maka kematian
yang akan kau terima!"
"Melihat ketenangannya aku yakin ilmunya sudah
bertambah. Hmmm... keadaan murid Iblis Cadas Siluman nampaknya begitu parah. Juga dengan Manusia
Serigala yang menurut dugaan Dewi Bulan ada hubungan dengan Dewi Segala Impian. Di mana perempuan celaka yang memiliki pesona sulit ditepiskan itu
berada sekarang" Dia bukan hanya melukai hati Mata
Malaikat yang begitu bodoh bersumpah memejamkan
kedua matanya, tetapi juga mengejutkan siapa saja
yang mengetahui apa yang terjadi di balik semua itu.
Hhh! Aku harus memancing manusia ini agak menjauh. Kalau tidak, bisa-bisa Angin Racun Barat dan
Manusia Serigala yang akan menjadi sasaran setiap serangan! Bisa jadi lelaki celaka ini akan menjadikan keduanya sebagai sandera!"
Memikir sampai di sana, si nenek berkonde berkata, "Setan keparat berkepala plontos! Urusan memang harus diselesaikan sekarang! Tempat ini terlalu
sempit untuk bertarung karena dipenuhi pepohonan!
Kulihat agak ke kanan ada tempat yang cukup lega!!"
"Hmm... aku tahu maksudmu, Kunti. Aku tahu
sekali. Tetapi akan kuikuti apa yang kau inginkan,
Kunti," batin Beruang Mambang. Lalu sambil menyeringai le-bar, orang berkepala plontos ini berucap, "Apa
pun yang kau hendaki, aku menerimanya. Dan kau
benar, di tempat sana agak sepi. Hingga kita bisa memadu kasih tanpa gangguan siapa pun!"
Bidadari Hati Kejam hampir tak sanggup untuk
tidak melancarkan serangan. Tetapi masih ditahan
mengingat kekhawatirannya karena bisa-bisa setiap
serangan akan mencelakakan Angin Racun Barat dan
Manusia Serigala.
Tanpa banyak ucap, si nenek berkonde berkelebat
agak menjauh. Beruang Mambang menyusul sambil
tertawa. Dan tawanya bertambah keras tatkala melihat
Bidadari Hati Kejam berhenti dan membalikkan tubuh.
"Apakah kau sudah siap untuk membuka pakaianmu,
Kunti" Atau perlu kubantu?"
"Keparat busuk! Kematianmu sudah dekat!!"
Habis bentakannya, si nenek berkonde sudah melesat dengan kedua tangan lurus ke dada Beruang
Mambang. Saking cepat gerakan si nenek, Beruang
Mambang sepertinya tak kuasa menghindar.
Bukkk! Buuuukk.
Dua jotosan penuh tenaga dalam tinggi itu telak
menghantam dada Beruang Mambang. Menyusul satu
tendangan si nenek berkonde yang menghajar kepala
lawan. Beruang Mambang yang tadi surut dua langkah
ke belakang akibat hantaman pada dadanya, sekarang
terhuyung ke samping kanan.
Tetapi kejap lain, dia sudah berdiri tegak dengan
tawa yang keras kendati di sela-sela bibirnya nampak
darah mengalir. Dia memang sengaja tak mau menghindar. Hendak diperlihatkan kalau dirinya bukan lawan Bidadari Hati Kejam puluhan tahun lalu. Seraya
mengusap darah itu dengan punggung tangannya,
orang tinggi besar ini berkata penuh ejekan.
"Bidadari Tebar Nyawa' tak berarti lagi di hadapanku, Kunti! Kau tentunya merasa heran, bukan"
Baiklah, padamu akan kukatakan apa yang kudapatkan setelah puluhan tahun berlalu. Kau tentunya
ingat pada Pendekar Tanpa Tangan, yang dulu malang
melintang , di rimba persilatan lalu menghilang begitu
saja tanpa seorang pun tahu di mana dia berada" Nah!
Secara kebetulan aku yang saat itu terluka akibat seranganmu bertemu dengannya. Orang tua itulah yang
kudapatkan ilmu-ilmu tambahan setelah kukatakan
aku akan insyaf dari segala perbuatan dosaku. Karena
sayangnya padaku, dia mengajarkan satu ilmu yang
sangat dirahasiakannya dan kerap kali membuatnya
menjadi orang yang paling ditakuti. Ilmu itu bernama
'Perisai Sejuta Baja'. Sebuah ilmu kebal yang sangat
hebat. Darinya pula kusempurnakan ilmu 'Mati Tanah'. Ketahuilah, ilmu 'Perisai Sejuta Baja' hanya aku
seorang yang mengetahui kelemahannya!"
"Bodoh! Pendekar Tanpa Tangan pun mengetahuinya!" sengat Bidadari Hati Kejam agak terkejut. Juga terkejut karena ilmu 'Bidadari Tebar Nyawa' tak
menimbulkan akibat apa-apa pada orang berkepala
plontos itu. Beruang Mambang tertawa panjang.
"Ya! Dan dia akan membocorkannya pada cacingcacing tanah karena dia telah mati kubunuh!!"
"Keparat busukkk!!" bentak si nenek berkonde
dan kembali melancarkan serangan. Sadar kalau lawan memiliki ilmu kebal yang hebat, si nenek segera
mengeluarkan senjata pengebutnya yang bertangkai
baja. Jurus 'Rangkai Bunga Habisi Kumbang' segera
dilepaskan. Segera saja angin bergulung-gulung yang menyeret ranggasan semak belukar di hadapannya menggebu
dan menimbulkan suara menggidikkan. Jurus sakti si
nenek berkonde yang barusan dilepaskan disambut
Beruang Mambang dengan dada terbuka.
Dessss!! "Orang yang diserang hanya mundur lima tindak
dengan seringaian lebar. Si nenek terkejut dan surut
tiga tindak dengan kedua mata terpentang.
"Sinting! Dia seakan tak mengalami gangguan
apa-apa terhadap seranganku barusan! Ilmu 'Perisai
Sejuta Baja' yang diturunkan Pendekar Tanpa Tangan
bukan ilmu omong kosong!" batin si nenek berkonde.
Sementara itu Beruang Mambang berkacak pinggang.
"Perjalanan yang telah kutempuh begitu lama untuk
membalas perbuatanmu! Tetapi kau masih kuberi kesempatan bernapas bila kau mau menjadi istriku!!"
"Setan laknat! Hanya iblis-iblis neraka yang mau
menjadi istrimu!"
Berubah paras Beruang Mambang. Seringaiannya
lenyap. Kejap lain sorot matanya semakin garang.
"Kau menyia-nyiakan kesempatan yang kuberikan, Kunti!" geramnya tinggi.
"Persetan dengan segala kesempatan! Justru nyawamu yang akan putus!" geram si nenek berkonde
dengan suara sarat kemarahan. Dan tak kuasa menindih amarahnya, dia sudah mencelat. Kali ini jurus
'Rangkai Bunga Habisi Kumbang' dilepaskan. Mengarah pada wajah Beruang Mambang.
Apa yang keluar dari gerakan pengebut si nenek
lebih luar biasa dan mengerikan dari yang pertama.
Kelihatan wajah Beruang Mambang pias sejenak. Kali
ini dia nampaknya tak mau mengambil risiko dengan
membiarkan tubuhnya dihajar.
Segera saja orang tinggi besar ini membuang tubuh ke kanan bersamaan tangan kanannya digerakkan. Wusss! Blaaarr! Hamparan angin yang keluar dari pukulannya
membentur serangan Bidadari Hati Kejam. Tanah di
mana benturan keras itu terjadi muncrat satu tombak.
Tatkala semuanya sirap, terlihat Bidadari Hati Kejam
surut dua tindak dengan kening berkerut. Sementara
Beruang Mambang kelihatan meringis sambil memegang dadanya. "Aneh!" batin Bidadari Hati Kejam dengan pandangan tak berkedip. "Ilmu 'Bidadari Tebar Nyawa' tak
membuatnya goyah. Tetapi jurus 'Rangkai Bunga Habisi Kumbang' membuatnya seperti kesakitan. Apa
yang terjadi" Padahal ilmu 'Bidadari Tebar Nyawa' lebih dahsyat dari jurus 'Rangkai Bunga Habisi Kumbang'. Jangan-jangan...."
Tiba-tiba saja si nenek berkonde sudah melesat
kembali mengulangi serangannya. Diperhatikannya
baik-baik bagaimana Beruang Mambang lagi-lagi
menghindar, tak berani menahan serangan si nenek
dengan ilmu kebalnya.
"Hmm... aku tahu sekarang, aku tahu," kata si
nenek dalam hati. Lalu memutar tubuhnya ke belakang dan berdiri dengan kedua mata membesar. Seketika terlihat seringaiannya, "Luar biasa! Sangat luar biasa sekali! Ilmu kebal yang kau miliki jelas tak ada
yang mampu menahan!!"
Beruang Mambang yang tidak tahu kalau sebenarnya Bidadari Hati Kejam telah menduga sesuatu
menyahut, "Apakah kau sudah merasa tak mampu
mengatasiku" Bukankah sekarang saat yang tepat untuk memadu" kasih, Kunti?"
"Setan laknat!" maki Bidadari Hati Kejam dalam
hati. Lalu bentaknya dengan sorot mata tajam,
"Sayangnya, aku tetap tak bisa menerima semua itu!"
"Nenek keparat! Kau mempermainkan aku!!" bentak Beruang Mambang keras,
Pada saat yang bersamaan, dua pasang mata
memperhatikan dari balik rimbunnya semak. Yang
mengenakan pakaian warna putih kusam nampak sudah tak sabar untuk keluar sementara yang berpakaian warna keemasan menahan. Lalu berbisik, "Sabar
dulu, Kek. Ini urusan Guru dengan Beruang Mambang. Aku yakin, sesuatu yang telah lama ditutupi
akan terbuka."
Mata Manusia Pemarah melotot gusar. "Jadi
orang yang kau lihat tadi si nenek pembentak itu?"
Rajawali Emas menganggukkan kepalanya. Setelah terdiam beberapa saat, si pemuda berbisik "Aku
akan melihat keadaan Angin Racun Barat dan Manusia
Serigala. Barangkali saja mereka... ah, kau di sini saja,
Kek. Aku akan memutar."
Tanpa menunggu jawaban Manusia Pemarah,
pemuda dari Gunung Rajawali itu sudah bergerak
Tinggal Manusia Pemarah yang memaki-maki tanpa
suara. "Sinting! Kenapa aku jadi ikut-ikutan menunggu
seperti ini"!" dengusnya.
Pandangannya yang selalu melotot kembali diarahkan pada dua orang yang berdiri empat tombak
dari tempatnya.
Saat itu Bidadari Hati Kejam sedang bersuara,
"Tak ada maksud sedikit juga untuk mempermainkanmu! Padahal yang kau tahu, aku tak bisa menerima cintamu! Apakah semua ini belum jelas bagimu,
hah" Atau kau...."
"Keparat! Akan kubunuh Manusia Pemarah!!" potong Beruang Mambang dengan suara menggelegar.
Di tempatnya Manusia Pemarah terjingkat. "Gila!
Kenapa aku yang dibawa-bawa, hah" Sontoloyo!!"
"Jangan bawa-bawa lelaki tua bau tanah itu!!"
sentak Bidadari Hati Kejam dengan wajah yang entah
kenapa memerah.
"Kunti! Dulu kau menolakku karena kau mengatakan mencintai Manusia Pemarah! Pada lelaki sial itu
kau bisa menjatuhkan pilihanmu! Berarti dialah duri
dalam cintaku!!"
"Setan!!" bentak Bidadari Hati Kejam kalap. Sepasang matanya memperhatikan sekelilingnya. "Jahanam
Rajawali Emas 14 Tapak Asmara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
betul! Orang sialan ini membongkar seluruh rahasia
yang kupendam terhadap Manusia Pemarah! Aku memang mencintainya, terlalu sangat bahkan! Tetapi karena dia selalu marah-marah aku tak bisa menerima
cintanya pula!"
Di tempatnya Manusia Pemarah jatuh terduduk
dengan pandangan bertambah melotot. "Sontoloyo! Jadi selama ini Kunti mencintaiku" Benar-benar sontoloyo! Tetapi mengapa sikapnya tidak menggembirakan"!"
Kendati suaranya tetap bernada marah-marah,
untuk sesaat lelaki tua berkuncir ini dibuncah perasaan senang luar biasa.
Di depan Beruang Mambang berkata keras, "Jangan berlaku bodoh, Kunti! Karena bukan hanya Manusia Pemarah yang akan mampus! Juga dirimu!!"
Habis bentakannya, dengan suara keras mengguntur Beruang Mambang menderu dengan kedua
tangan mengarah pada kepala dan dada si nenek berkonde. "Kau tak akan bisa lagi menguasai ilmu kebalmu,
Orang Berkepala Plontos! Apakah kau sekarang akan
menjaga mata kananmu, hah"!!"
Menjerit tertahan Beruang Mambang dan segera
membuang tubuh ke kanan. Karena Bidadari Hati kejam sudah melabrak dengan senjata pengebutnya yang
mengarah pada mata kanannya.
"Setan peot! Rupanya dia tahu kalau mata kananku ini adalah titik kelemahan dari ilmu kebal yang
kumiliki! Benar-benar kapiran! Sulit bagiku untuk bertahan sekarang!" batin Beruang Mambang dengan wajah pias' Blaaammm! Serangan Bidadari Hati Kejam luput dan menghantam ranggasan semak yang langsung tercabut
muncrat bertebaran.
"Mengapa kau tak menahan seranganku lagi,
hah"!" ejek Bidadari Hati Kejam sambil mencecar mata
kanan Beruang Mambang yang berusaha menutupi
dengan kedua tangannya.
"Keparat! Bagaimana kau bisa tahu, hah"!"
"Mengapa masih bertanya"! Kalau kau mau tahu,
Pendekar Tanpa Tangan barusan datang dari kuburnya dan mengatakan kalau aku harus mencabut nyawamu!!" "Setan! Dia benar-benar mempermainkanku! Sulit
bagiku untuk bisa mengalahkannya! Keparat! Keparat!!" Sebisanya orang berkepala plontos ini menghindar sekaligus berusaha membalas serangan si nenek
berkonde. Tetapi berulang kali dia menjerit tertahan
dengan kepanikan yang membias erat di wajahnya.
"Bukankah kau menginginkan nyawaku bila aku
tetap menolakmu, hah"!" seru Bidadari Hati Kejam seraya terus mengarahkan serangan pada mata kanan
Beruang Mambang. "Mengapa kau hanya berlaku seperti orang bodoh"!"
"Keparat!" bentak Beruang Mambang dengan dibuncah perasaan kacau balau. Jelas sekali kalau dia
tak mampu bertahan lebih lama. "Lebih baik aku
menghindar sekarang! Karena tak mungkin aku bisa
bertahan di sini! Bisa-bisa bukan hanya yang kuinginkan yang gagal, tetapi nyawaku akan putus di tengah
jalan!" Dan tiba-tiba saja saat Bidadari Hati Kejam menyerang, sosok Beruang Mambang masuk ke dalam
tanah seperti seekor cacing. Begitu cepat dan tahutahu sosoknya telah lenyap.
Menggelegar suara Bidadari Hati Kejam menyadari orang berpakaian dari kulit beruang itu telah mempergunakan ilmu 'Mati Tanah'-nya.
Dengan kalap si nenek berkonde mengibaskan
senjata pengebutnya pada tanah-tanah di sekitarnya
yang langsung muncrat beterbangan dan di beberapa
tempat membentuk beberapa lubang yang cukup besar
dan dalam. Tetapi orang yang dimaksud tetap tak
nampak batang hidungnya.
"Keparat! Keluar kau"!!"
Di saat Bidadari Hati Kejam berseru-seru kalap,
terdengar satu suara yang sukar ditentukan dari mana
asalnya. "Kau tak akan bisa menemukanku, Kunti! Seperti
yang kukatakan sebelumnya kepadamu, kalau ilmu
'Mati Tanah' yang kumiliki ini telah kusempurnakan
berkat bantuan Pendekar Tanpa Tangan. Tetapi terus
terang, untuk saat ini aku tak sanggup menghadapimu! Tetapi ingat, pembalasanku akan terulang lagi!
Yang terpenting sekarang, Manusia Pemarah, lelaki
sialan yang kau cintai akan menerima kematiannya!"
Bidadari Hati Kejam mengeluarkan suara menggembor. "Kau tak akan bisa lari dari tanganku!!"
Tawa yang membuat dada Bidadari Hati Kejam
hendak meledak terdengar keras. Menyusul satu suara
penuh ejekan, "Sekarang aku bisa melepaskan diri,
bukan"!"
"Jahanam!" maki si nenek berkonde dengan pandangan disipitkan dan diedarkan. Tetapi tak terdengar
lagi suara Beruang Mambang. Entah di mana orang itu
berada sekarang. Tinggallah Bidadari Hati Kejam yang
memaki-maki sendiri.
"Keparat betul! Orang berkepala plontos itu harus
mampus! Aku tak ingin perasaan yang kupendam selama ini pada Manusia Pemarah diketahui oleh banyak
orang. Terlebih-lebih Manusia Pemarah sendiri yang
ternyata berhubungan dengan Nenek Cabul! Benarbenar keparat!"
"Sontoloyo! Mengapa kau tak berterus terang,
Kunti" Bukankah keterusterangan itu akan membuka
seluruh perasaan"! Benar-benar sontoloyo!" satu suara
terdengar dari samping kanan. Menyusul satu suara
lain dari samping kiri diiringi tawa tertahan.
"Dia benar, Guru! Kau tak perlu menutupinya lagi! Bila kau dan Kakek Manusia Pemarah memang ditakdirkan berjodoh, sampai setua ini pun pasti kalian
berjodoh! Cuma ya... apa yang bisa kalian buat" Samasama tinggal kulit pembungkus tulang!!"
SELESAI Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Holmes
https://www.facebook.com/pages/DuniaAbu-Keisel/511652568860978
Geger Kitab Inti Jagad 2 Pendekar Naga Putih 10 Bunga Abadi Di Gunung Kembaran Hilangnya Pusaka Kerajaan 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama