Ceritasilat Novel Online

Kemunculan Iblis Merah 2

Pendekar Mabuk 114. Kemunculan Iblis Merah Bagian 2


pedang yang terselip di pinggang. Tapi pedang itu belum
sempat dicabutnya. Melihat sikap Bara Perlndu penuh
waspada, Suto yakin di antara kedua orang tersebut
pasti terjadi permusuhan.
"Kacau kalau beginil" gumam Suta Sinting dalam
hatinya. "Bagaimana aku harus berpihak jika begini
Hmmm, sebaiknya aku tak muncul dulu. Kuperhatikan
dulu apa persoalan mereka berdua itu sehingga saling
bermusuhan begitu?" Tentu saja Suta sinting menjadi bimbang berpihak
karena orang yang menghadang Bara Perindu adalah
seorang sahabatnya sendiri yang pernah menjadi prajurit ulung dari orang-orang Selat Bantai. Ia adalah seorang wanita yang sama tinggi dan seksinya dengan
Bara Perindu. Kini wanita berkutang hijau muda
dengan kain penutup bawahnya warna merah itu justru
menjadi penguasa di selat Bantai. siapa lagi wania yang berhasil merebut hak warisnya di Selat Bantai sel ain si
Awan setangkai, (Baca serial Pendekar Mabuk dalam
episode : 'Pemburu Darah Satria").
Dalam perhitungan Suto, Bara Perindu akan tumbang jika melawan Awan setangkai. karena ilmu
yang dimiliki Awan setangkai lebih tinggi dari yang dimiliki
Bara Perindu. Awan setangkai yang bermata Indah nakal itu
mempunyai ilmu yang dapat mengubah dirinya
menjadi sosok orang lain. Ilmu pedangnya pun tergolong
tinggi. Tetapi wajah Bara Perindu tidak menampakkan rasa
gentar sedikit pun. Prajurit kehormatan Kadipaten
Mancanagari itu justru tampakkan sikap beranlnya dengan
melontarkan kata keras lebih dulu.
"sudah bosan hidup rupanya kau, Perempuan
liar"l" Awan setangkai tampak lebih tenang dari lawannya. Tapi pandangan matanya yang tajam tak
bergeser sedikit pun dari wajah sang lawan.
"Sudah kubilang, tak akan kubiarkan kau lolos begitu saja sebelum kau kembalikan orang kepercayaanku yang bernama Anjarsuri itul'
"Persetan dengan tuntutanmul Sekali lagi kukatakan, aku bukan penculik Anjarsurll Jika kau nekat cari
perkara denganku, pedangku akan mulai bicara sekarang jugal"
Sreeet...| Bara Perindu segera cabut pedan gnya.
Sinar matahari memantulkan kemllau ketajaman pedang, memancing hasrat Awan setangkai untuk
tunjukkan ilmu pedangnya juga. Sreet... Awan setangkai
pun 64 KEMUNCULAN IBLIS MERAH
segera mencabut pedang dari pinggangnya.
"Kau memang harus kupaksa dengan sayatan pedangku, Jahanam busukl" geram Awan setangkai
sambil mulal melangkah ke semplng membentuk gerakan
berkeliling secara pelan-pelan. Bara Perind u pun lakukan langkah yang sama. Ternyata Bara Perindu lebih dulu tampakkan keberaniannya. la menyerang Awan setangkai dengan tebasan pedang cepatnya.
Weees...l Trang, tring, trang, trang, tring...l
"Hiaaah...l" Bara Perindu sengaja lompat mundur
sajauh satu tambak setelah gagal melukai lawannya
dengan pedang. Tebasan pedang Bara Perindu bagaikan bocah kecil yang sedang dipermainkan oleh
Awan setangkai. Mereka melangkah ke samplng lagi, saling
berputar pelan-pelan menunggu kelengahan lawan.
Tapi tiba-tiba Awan setangkai lakukan lompatan
cepat dengan pedang menyambar kepala Bara
Perindu. Wut Beet, traaang...l Buuukh...l tiba-tiba kaki kanan Awan setangkai
menendang ke samping. Tendangan itu tepat diarahkan
ke bagian bawah ketiak Bara Perindu saat Bara
Perindu mengangkat pedang untuk menangkis sabetan
pedang lawan. Tendangan itu bertenaga dalam cukup besar. Bara
Perindu terlempar dan jatuh berguling-guling sampai
sejauh tujuh langkah dari tempatnya berdiri semula.
KEMUNCULAN IBLIS MERAH 65
Namun ketika Awan setangkai ingin menyerangnya lagi, Bara
Perindu sudah lebih dulu sentakkan tangan kirinya ke tanah. Tubuhnya meienting ke atas
dengan sangat ringannya. Wuuut...l Jleeg...l la langsung
berdiri dengan sikap kuda-kuda kokoh, pedang diangkat ke atas kepala dengan tangan kanan, sementara
tangan kirinya menghalang dl depan dada.
Awan setangkai tak jadi menyerang. Tapi ia tampak
menunggu kelengahan lawan untuk lakukan gerak
tipuan kembali. "Majulah kalau kau ingin mati secara sia-sia, Keparat" tantang Bara Perindu, walau sebenarnya secara
diam-diam ia menahan rasa sakit pada tulang bawah
ketiak yang terkena tendangan lawannya tadi.
"Sebenarnya aku tak ingin melumurl pedangku dengan darah gadis sebusuk dirimul Tapi demi dapatkan
kembali orang kepercayaanku yang kau cullk itu, dengan terpaksa pedangku akan kotor oleh darah
busukmui' "Aku seorang prajurit Bukan seorang penculikl
Tuduhanmu hanya alasan untuk memaksaku mengantarkan mayatmu ke liang kuburl"
"Hmmm. kau tak mungkin bisa memungkiri kenyataan yang ada, Jahanam busuk" geram Awan Setangkai. "Siapa lagi orang berpakaian serba merah yang
telah membawa lari Anjarsuri saat kami memeriksa
keadaan pantai selain kaul"
"Buka matamu, Babu tua Orang berpakain serba
merah bukan diriku sajal"
"Memang banyak Tapi hanya congormulah yang
kulihat menyelinap melintasi batas wiiayahku" seru
Awan setangkai dengan lantang. Bara Perindu tak.
mau kalah lantang lagi. "Jika memang kau yakin akulah yang menculik
orangmu, majulah kemaril Mengapa hanya bergerak
memutar, hah" Kau takut padaku" Kau mau main licik
di belakangku"l Ayo, majulah. Kali ini aku tak akan
gagal memenggal kepalamul"
Tantangan itu memanaskan telinga, memerahkan
wajah, mendidihkan darah. Awan setangkai tak
banyak bicara lagi. Hanya satu suara yang diperdengarkan
olehnya. "Heeaaaah" wuuuss...l Ia menerjang dengan pedang berkelebat cepat ke kanan-kiri. Wiiz, wiiiz, wiiiiz...
Bara Perindu sengaja berkelit dengan lincah. Ia tak
mau menangkis tebasan pedang lawan, melainkan
menunggu saat yang tepat untuk menghujamkan
pedangnya ke tubuh lawan. Tapi agaknya serangan Awan
setangkai yang beruntun itu mempunyai kecepatan
gerak pedang membentuk perisai, sehingga Bara Perindu
masih juga belum punya kesempatan untuk menghunjamkan pedangnya.
satu kali ia mencoba menebaskan pedang ke kaki
Awan setangkai, namun dengan lincah lawannya
dapat melompat dalam gerakan bersalto.
wuuuk...l Trang, lrang...l Wii; wiizz... Trang...l
"Heeealnml" PIak...i Bara Perindu menggeragap karena tahu-tahu kaki lawan bergerak memutar sangat oepat
sekali. Tangan kanannya terkena tendangan yang
menyambar penuh tenaga dalam. Tulang pergelangan tangan terasa patah sekellka itu juga. Pedang terlepas dari genggaman. Bara Perindu sempat menyeringal sambil buru-buru melompat tinggi, sebab jika tidak perutnya
akan terkena sambaran pedang Awan setangkai.
Wuuuut...l Willzzz... Kedua kaki Bara Perindu menjejak pohon di sampingnya. Deesssml Tubuhnya meluncur ka arah kiri bagaikan terbang melintasi batas kepala lawannya.
wees...l Gerakan melayang begitu cepat dan ?ukup
jauh, sehingga ketika Bara Perindu bersalto dua kali,
kakinya segara mendarat ke tanah kering berjarak
enam langkah dari tempat lawannya berdiri. Jleeg...l
"Hlaaaat..." Awan setangkai mamekik keras. Kedua kakinya dlsentakkan pada sabongkah batu tinggi
di belakangnya. Tubuh Awan setangkai meluncur lurus
bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Pedang
berujung runcing mengarah lurus ke dada Bara Perindu.
Pada saat itu, Bara Perindu baru saja berbalik arah
untuk hadapi lawan. `~ Zlaaapml Traaang... Sekelebat bayangan lebih dulu menyambar' pedang
Awan setangkai. Sekelebat bayangan itu tak lain
adalah gerakan si Pendekar Mabuk yang mencemaskan
keselamatan Bara Perindu. Bumbung tuaknya digunakan
untuk membelokkan arah pedang Awan setangkai
dengan menghantamkannya dalam satu ayunan cepat.
Bukan saja pedang Awan setangkai yang tersentak
kuat. namun tangan kanan Awan setangkai juga
tersentak kuat sekall, sehingga tubuhnya Ikut memutar dan
kehilangan keseimbangan. Bluuuk...l Gluyur, gluyur. gluyur...l
Awan setangkai menggeloyor nyaris terpelanling
pada saat berusaha menapakkan kakinya ke tanah.
Bara Perindu cepat-cepat pergunakan kesempatan itu
untuk menyerang lawan dengan tenaga dalam
bersinar merah kecil yang keluar dari telapak tangan kirinya.
Claaap... Tapi sinar merah ilu segera hancur dan meledak
ketika dihantam sinar hijau dari jurus 'Pukulan Guntur
Perkasanya sl Pendekar Mabuk.
..jlegaaarrrrm Klnl kedua wajah cantik sangar itu sama sama memandang ke arah Pendekar Mabuk. Mereka
sama~sama terperanjat walau buru-buru sembunyikan rasa kaget
masing-masing. pendekar Mabuk berdiri dengan
tegak, gagah, dan berkesan tenang. Namun pandangan
mata- 68 KEMUNCULAN IBLIS MERAH
nya bergerak-gerak lincah dan penuh waspada.
"Kau..."l" geram Awan setangkai yang merasa kecewa karena serangannya digagalkan oleh Suto Sintlng. Tapi sebelum Awan setangkai bicara lebih lanjut,
Bara Perindu segera perdengarkan suaranya yang lantang akibat rasa kecewanya juga terhadap sinar
merahnya yang dihancurkan oleh Pendekar Mabuk tadi.
"Jangan sangka aku takut jika kau memihak perempuan jalang itu, Suto Sinlingl Majulah kalian berdua,
aku masih sanggup menandingi kekuatan kalianl"
Sula sinting perdengarkan suaranya bernada tegas tapl berkesan kalem.
"Tak ada yang kuplhak dari kalian berdua"
"Mengapa kau patahkan jurus 'Pedang Jati-ku tadi'l" sentak Awan setangkai dengan berang.
'Karena jurus pedangmu membahayakan nyawa
sahabatku; Bara Perindu."
Suto memandang Bara Perindu. "Dan sinar merahmu membahayakan jiwa sahabatku juga, Bara
Perlndul" "Hmh...l" Awan Setangkal mendengus kesal kepada Suto Slnting, tapi ia tak berani menyerang sebab ia
tahu Ilmunya jauh di bawah Ilmu pemuda tampan itu.
la hanya berseru dengan nada ketusnya.
"Kuharap kau memang tak perlu mencampuri persoalanku dengan sl penculik itu, Sutol"
"Kurasa Bara Perindu memang bukan orang yang
menculik Anjarsuril" tegas suto yang sejak tadi
mendengarkan perdebatan mereka dan mempunyai kesimpulan sendiri dalam hatlnya.
"Aku tahu siapa Bara Perindu, Awan setangkai ! Tak
mungkin Ia menculik orangmul'
Awan setangkai tetap ngotot menuduh Bara Perindu yang membawa lari Anjarsuri ketika ia lengah.
'Aku memang sempet kehilangan jejak sesaat. Tapi
kemana pun larinya tikus busuk itu aku tetap dapat
mencium bangkainyal" sambil Awan setangkai menuding Bara Perindu yang ditemukan berada di sekitar
batas wllayah Selat Bantai.
Bara Perindu lakukan pembelaan di depan suto dengan ngotot juga.
'Aku tak sengaja memasuki batas wilayahnyal Tahu-tahu la menyerangku dengan tuduhan seperti itu.
Aku sengaja tak mau melayani amukan gilanya,
karena kuplklr aku hanya buang-buang waktu dan tenaga
melawan anak kemarln sore seperti dial Oleh sebab itu
aku Ieblh baik pergi, biar dla mengamuk dengan pohonpohon di sekitarnyal"
"Kuhancurkan mulutmu, Perempuan bangk ai" geram Awan setangkai yang merasa panas dirinya
dikatakan sebagai anak kemarln sore.
"JIka kau memang mampu menandlngi ilmuku.
terimalah pukulanku Inl. Hlaaah...."
"Tahanl" seru Suto sinting sambil berkelebat berdiri
dl pertengahan jarak kedua wajah cantik sangar itu.
Awan setangkai tak jadi lepaskan pukulan jarak Jauh'
nya yang berbahaya, karena Suta sinting menghalangi
arah pukuiannya. "Minggir kau, Pendekar Slntingl' geram Awan setangkai sambil menahan pukulannyasulo menatapnya dengan tenang dan kalem'
"Kendalikan murkamu, Awan Setanjkai" Kau
diperbudak oleh kesalahpahaman "
Kesa|ahpahaman apa maksudmu, hah" bentak
Awan setangkai sambil terengah-engah menahan
marah. "Kurasa kalian berdua termasuk korban Iblis merah. Artinya. karena banyaknya tamu dari
Sahkora yang memakai pakaian serba merah, maka
kecurigaanmu pun tertuju sePenuhnya pada bara perindu.
, Awan setangkai" ujar Suto mulai menjelaskan
"Kesalahpahaman apa mksudmu, hah?" b entak
Awan Serangkai sambil terengah engah menahan marah.
kurasa kalian berdua termasuk korban Iblls merah.Artlnya, karena banyaknya tamu kita dari Pulau
Sahkora yang memakai pakaian serba merah, maka kecurigaanmupun tertuju sepenuhnya kepada Bara Perindu, Awan Setangkai" ujar Suto mulal menjelaskan
kedatangan para nlnia merah yang menyebar bagaikan
iblis Merah itu. "Seorang perwira laut dari kerajaan Kimigoya yang


Pendekar Mabuk 114. Kemunculan Iblis Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikenal dengan julukan Perwira Jagal, telah merapatkan
kapalnya ke Pantai Logan. Kapal itu memuat para
pambunuh bayaran yang dlkenal dengan nama pasukan ninja.Mereka menggunakan seragam serba merah.
sampai pada kaln penutup kepala dan wajah mereka juga merah. Kurasa orangmu itu diculik oleh satu atau
dua ninja merah dan dibawanya ke kapal Perwira Jagal."
Awa n Setangkai diam. DI samping mempertimbangkan ket erangan Suto, ia juga menyimak kabar
datangnya p ara ninja berseragam merah yang disebutkan tadi seba gai Iblis Merah. Kabar itu perlu disimak,
karena ia b elum mendapat keterangan dari anak buahnya mengen ai merapatnya kapal asing tersebut ke tanah Jawa.
Bara Perindu sengaja membungkam mulut. la biark an persoalan itu ditengahi oleh Pendekar Mabuk, karen a Ia merasa bosan menjelaskan kepada lawannya
bahwa ia bukan pencullk Anjarsuri.
"Dugaanku mengatakan, bahwa secara kebetulanl
' Bara Perindu melintasi batas wilayahmu, dan sempat
kau lihat setelah kau kehilangan jejak bnronanmu sesaat itu. Kemudian kau sangka Bara Perindu ltulah buronanmu Aku tak menyalahkan Bara Perindu jika ia ngotot
keras dan menolak tuduhanmu itu, Awan Setangkai.
Ketua Selat Bantai itu mendenguskan napas, menahan murka dalam dadanya yang tampak semakin
montok jika sedang marah begitu. Setelah dipertimbangkan sesaat dalam benaknya, Awan setangkaipun
berkata kepada Suto dengan nada masih ketus.
"Baik..Untuk sementara ini kupercayai penjelasanmu, Pendekar sinting.! Tapi jika setelah kubuktlkan
sendiri bahwa di Pantai Logan tak ada kapal asing yang
merapat di sana, aku akan tetap memburu gadis binal
itu.Jika perlu, kau pun akan kujadikan sasaran kemaraha nku, Suto Mabuk"
"JIka kau lngln ke sana untuk membuktikan, kusarankan, jangan sendirian. Aka n kudamplngl kau untuk
memeriksa keadaan di Pa ntal logan.
"Saat-Ini aku tak butuh ketampanan mu, Pendekar
Mabuk sinting.! ujar Awan setang kai setelah berkata
begitu la melesat dengan cepat, tinggalkan tempat.
Blaasss...l LANG IT mulai gelap. Sebentar lagi akan datang
sang petang merayapi bumi. Separuh dari kegiatan manusia di muka bumi akan berhenti.
Agaknya kegiatan Suto Sinting juga akan terhenti
sapanjang malam atau mungkin justru akan melakukan kegiatan lain di suatu tempat yang berkaitan
dengan malam" Yang nyata saat itu ia bersama Bara Perindu yang
masih bersikap keras. Tak ada senyum sedikit pun di
bibir gadis itu. Padahal jika ia mau tersenyum bumi
akan terasa bergetar karena daya tariknya yang sangat
kuat dalam sanyuman bibir ranum sensual itu.
Bara Perindu masih mengurut pergelangan tangannya yang terkena tendangan Awan Setangkai tadi. Pedang sudah dimasukkan ke dalam sarungnya yang
terbuat dari logam berukir,
"Kalau kau mau minum tuakku. rasa sakit di pergelangan tanganmu itu akan hilang," bujuk Suto menawarkan tuak saktinya sebagai alasan memancing pembicaraan dengan gadis yang masih` cemberut kesal itu.
"Tanganku tidak separah dugaanmu. Untuk memulihkan urat yang terkilir tak perlu tuak saktlmu,"
ujarnya sambil melangkah pergi.suto sinting melangkah mengikutinya karena masih butuh beberapa keterangan dari
Bara Perindu. "Hei, mau ke mana kau?"
"Aku sedang mencari seseorang.
'Siapa orang yang kau cari "
"Danardipa. "Ooh..."i" Suto sinting bernada kaget. karena ia
kenal dengan Danardipa, sl pria mata keranjang yang
sering "selingkuh dengan perempuan lain walau se
benarnya sudah mempunyai istri, (Baca serial Pendekar
Mabuk dalam episode : "Gager Hantu Asmara""Mengapa kau mencari Danardipa7' Apakah kau
tak tahu bahwa Danardipa sudah punya isiri" Kurasa
banyak lelaki lain yang masih bujang" dan bebas kau miliki setiap saat Mengapa kau justru tergila gila pada
Danardipa?" Bara Parindu melirik dengan wajah kesal.
"Dasar otak tengil..
Suto tertawa pendek. "Masih lumayan daripada
otak udang." ..Aku mencari Danardlpa bukankarena tergila-gila
padanya, tolol.! "oh, ya...7l Lalu, untuk apa kau menca ri si mata
keranjang itu?" "Dia tawananku..dia kabur dari penjara dengan
lebih dulu menodai sahabatku yang malam itu bertugas
malam menjaga penjara bawah tanah..
'Oooh, begitu.." suto Sinting perpanjang tawanya
'tapi masih bernada pelan. Bara Perlndu tak tertawa
sedikit pun. "Tugasku adalah menangkapnya dan menyeretnya
kembali ke penjaral Dia harus bertanggung jawab atas
tindakannya yang berani memotong telinga seorang
penjaga gerbang kadipaten. Sekarang beban hukuman
yang harus ditanggungnya menjadi bertambah setelah
la menodai penjaga penjara dengan tipu muslihat rayuan gombalnyal'
Tawa Suto mereda dengn sendirinya. "Danardipa
memang manusia kurang beres otaknya.
"kudengar kabar dia berada di sekitar Pantai Logan. Maka aku akan menuju ke sana untuk mencarinya.
"Ke Pantai Logan..."l' Suto Sintlng mulai bersikap
serius. 'Bukankah kudengar kabarterakhir dla bersama
Laras Wulung di Perbukitan tak jauh dari Pantai Bandan. Sebab saat itu Arya Suaka, sepupunya, sempat
bertarung melawan Laras Wulung gara-gara ingin membawa pulang Danardlpa."
"Dia lolos dari penjara empat hari yang lalu.
"00, kalau begitu dia sudah pisah dari Laras Wulung.
"Aku tak tahu siapa Laras Wulungl' tegas Bara Perindu seperti tak mau bicara tentang Laras Wulung.
'Peristiwa pertarungan Arya Suaka dengan Laras Wulung itu sekitar sepuluh hari yang lalu: ujar Suto
sinting sambil mengenang kisah peristiwa tersebut,
(Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode :'Manusia
Serigala). "Tapi kulngatkan padamu, Bara Perindu.. hati-hatilah jika berada 'di sekitar Pantai Lagan, Seperti yang kubilang tadl. Pantai Lagan sedang dipakai mendaratnya
para lbiis'Merah yang siap mati di Tanah Jawa!"
"Persetan dengan Iblis merah, iblis putih, atau iblis
belangbelang.. yang harus kudapatkan adalah buronanku: si Danardlpa keparat itu.. geram Bara Perindu
Tiba-tiba Suto menyadari telah mengikuti langkah
Bara Perindu terlalu jauh dari arah Pantai Karang Amuk.
Sedangkan menurutnya, arah yang dituju Bara Perindu
di ambang petang Itu bukan menuju Paniai Logan, seperti yang dilakukan oleh Awan Setangkal tadi.
Bara Perlndu, kurasa kau salah arah.pantai Logan
tidak berada di puncak bukit yang sedang kita daki lnl.
Paniai Lagan ada di sebelah barat sana.
"Hanya orang dungu yang menganggap di puncak
bukit ada pantail" ujar Bara Perlndu dengan nada cuek. '
"Jadi kenapa kita mendaki bukit inl"l Apa yang kita
cari di sana?" "Sebuah pondok milik Binupare."
Suto sinting sedikit kerutkan dahi. "Siapa Ki Binupare itu'! Aku merasa belum pernah mendengar nama
itu" 'Kalau kau lahir tujuh puluh tahun yang lalu. kau
pasti mengenal nama Kl binupare. salahmu sendiri tak
mau lahir tuiuh puluh tahun yang lalu," ujar Bara Perindu masih tetap tanpa senyum Sambungnya lagi,
'Ki Blnupare Itu sahabat mendiang guruku, Dulu
aku sering datang ke bukit Ini untuk bertemu dengan
beliau bersama Guru."
Pendekar tampan itu menggumam sambil tetap
Ikuti langkah Bara Perlndu.
"Mengapa tidak langsung menuju ke Pantai Logan
saja?" ` 'Ki Binupare lebih tahu banyak tentang keadaan di
Pantai Logan. Kurasa aku butuh bantuannya untuk
menemukan tempat-tempat tertentu yang layak dipakai
bersembunyi seorang buronan seperti sl Danardipa itu!"
"oh.. Suto manggut-manggut sambil menggumam pelan. Matanya memandang hutan lereng bukit Itu
yang tak seberapa lebat. Ternyata sisa cahaya senja
semakin membuat alam bertambah remang-remang.
jikaa benar Ki Blnupare mengetahui seluk-beluk
pantai logan berarti dia tahu ada kapal bersandar disana.. pikir Suta. "Aku bisa tanyakan banyak hal pada
beliau tentang para ninja merah itu."
Alasan Itulah yang membuat Suto sinting akhirnya
tak merasa bimbang sedikitpun mengikuti langkah Bara Parlndu. Mereka tiba di sebuah pondok terbuat dari
kayu-kayu belah yang tersusun rapat dan berkesan
kokoh itu. Tetapi agaknya tak ada orang di dalam pondok tersebut karena tak terlihat nyala pelita di dalam pondok.
"Kelihatannya sepisepi saja, Bara," ujar Suto pelan
saat mereka memasuki pekarangan rumah kayu itu.
"Ini sebuah pondok pengasingan, bukan pasar malam.
Pendekar Mabuk hanya tertawa pela n mendengar
keketusan Bara Perindu. Tapi hatinya segera merasa
heran ketika seruan salam dari Bara Perlndu tak mendapat jawaban dari dalam rumah tersebut. Bara Perindu
sendiri juga merasa penasaran, maka ia segera mencoba membuka pintu rumah tersebut, ternyata dalam keadaan lak terkunci.
"Kl Binu..."l Ki Binupare..."l"
Keadaan di dalam rumah lebih gelap lagi- Tak ada
suara dan tak ada tanda-tanda kehidupan yang mencurigakan.Tapi keduanya nekat masuk ke dalam rumah
tersebut dengan masing-masing memasang kewaspadaan tinggi.
Bara perindu berhasil dapatkan pelita yang biasa
dipakai sebagai alat penerangan di dalam rumah tersebut. Minyaknya masih cukup banyak. Pelita itu segera dinyalakan.
'*Ooh..."i" Bara Perindu mengguman. bernada kaget. Pendekar Mabuk semakin curiga dan gerakan bola
matanya tampak lebih cepat lagi.
Hal yang membuat mereka terbengong beberapa
hal adalah keadaan rumah yang berantakan. seperti
habis dilanda badai jalang. Semua barang dalam keadaan rusak, porak poranda, hancur. Dipan bambu
dalam posisi seperii habis dijungkirbalikkan dengan
kasar. "Tampaknya habis terjadi pertarungan di dalam
rumah ini," ujar Pendekar Mabuk sambil memeriksa
sudut-sudut rumah berruangan lebar itu.
"Ya, kurasa memang begitu. Tapi di mana Ki Binupare berada sekarang ini.. ujar Bara Perindu, lalu berseru memanggil kembali sambil mendekati salah satu
dari dua kamar yang lorongnya menuiu ke belakang
rumah. "Ki Binu..."i Ki.., aku Bara Perindu..Di mana kau. Ki
Binu..."l" Kamar dalam keadaan kosong tanpa orang, tapi
barang-barangnya juga porak-poranda semua. Kamar
yang satu diperiksa bersama-sama dengan Suta. Keadaannya juga seperti habis dilanda badai.
Tapi ketika mata Suto memandang ke arah lorong
menuju belakang rumah. ia menemukan sesuatu yang
mencurigakan. Pada dinding lorong itu terdapat sekeping iogam putih mengkilat berbentuk bintang. Benda
itu menancap pada dinding kayu.
"Para ninja itu tampaknya habis dari sini. Bara"
Bara Perindu dekati Suto. la memperhatikan benda
yang menancap pada dinding kayu.
"ini senjata rahasia mereka. Hampir saja aku dan
Mayangsila tewas terkena senjata beracun ganas seperti ini!"
"Oh, lihat... di pintu belakang juga ada satu lagil"
Mereka bukan saja memeriksa senjata rahasia berbentuk bintang, namun juga mencari Kl Binupare sampai ke halaman belakang. bara Perindu berseru berkali kali memanggil Ki Binupare, lapl tetap tak ada jawaban.
Kurasa bukan hanya satu orang ninja saja yang
menyerang masuk ke rumah ini. Terbukti Ki Binupare
sampai melarikan diri tinggalkan pondoknya,"
Bara Perindu berkata, 'Dugaanku lebih dari empat
orang. Dan mungkin mereka berilmu tinggi. sehingga
Ki Binupare bisa dibuatnya lari tunggang langgang."
'Hei, lihai atap...l"
Bara Pcrindu memandang ke atap didekat pintu
belakang. Atap itu jebol, sepertinya habis dipakai sebaiai jalan untuk melarikan diri bagi Ki Blnupare.
"Aku khawatir: ujar Bara Perlndu. 'Jangan-Jangan
Ki Binupare bukan melarikan diri tapi tertangkap oleh
para iblis merah Itu dan dibawanya ke kapal."
'Bisa saja begitu. Tapi apa alasan meraka menyerang ki Binupare"i"
Mereka membicarakan tentang beberapa `
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut sambil mengem ballkan barang-barang yang masih bisa ditata
kembali. Yang hancur total dikumpulkan di satu sudut.
Bara Perindu tampak mulai kesal lerhadap para ninja
yang diceritakan suto sinting itu.
"Esok pagi akan kudatangi sendiri kepal itu.
"Jangan konyol, Bara Pakailah perhitungani"
Bara perindu duduk pada dipan yang masih bisa
dibercirikan walau harus diganial pakai sepotong kayu
untuk mengganti salah salu kakinya. Napasnya dihempaskan panjang panjang seperti sedang membuang
rasa Ingin marah yang sejak tadi tak bisa tercurahkan
secara tuntas. hening menjadi beberapa saat. Malam bagai diberi
kesempatan unluk berlalu seenaknya saja.
suto sinting sengaia baringkan badan pada disana
beralas tikar robek itu. Bara Perindu duduk di tepian
dipan dengan punggung bersandar pada dindlng. kedua kaki melonjorlurus. pedang di pangkuannya. Mereka berkesan sedang melepaskan rasa lelah yang menjalar di sekujur tubuh.
Tap! rupanya Pendekar Mabuk tak betah berada
dalam kebisuan lerlalu lama. la mulai diperdengarkan suaranya dengan tetap terbaring santai.
sementara bumbung tuak terbaring di samping kirinya
bagai seorang kekasih yang Ingin selalu dimanja.Bara. mengapa kau tadi lari sehabis mengintaiku
dari balik semak semak?"
'Tidak apa-apa!" Jawab Bara Pe?ndu agak kaku,
'pasli ada alasannyal* Sulo sinting bangun, duduk
disamping Bara Perindu sambil menghadap langsung
ke arah gadis itu. sehingga waiah dingin Bara perindu
terlihat jelas olehnya. "Jika `tak ada alasan penting. kau pasti lak akan lari.
Mungkin bahkan akan menghampiriku. Bukankah diantara kita tak ada perselisihan apa-apa" Mengapa harus
lari"- setelah diam sesaat, dengan mata memandang
hampa, Bara Perindu barikan jawabannya dengan nada
masir tetap berkesan kaku.
"Aku benci melihatmu"
Pendekar Mabuk tidak tanggapi jawaban itu dengan serius, melainkan justru dengan senyum menawan dan tawa kecil bagai orang menggumam.
"Apa yang kau benci dariku" '
"Aku tak suka melihaumu bersama Camar Sembilul"
'Oh, kau bermusuhan dengannya7I Tapi... tapi menurutku dia gadis baik baik"
"Dia iblis belinal' ucap Bara Perindu penuh dengan
nada kebencian. Matanya memandang suto dengan `
mengecil penanda menyimpan dendam cukup besar
terhadap Camar Sembilu. "Dia murid Peri Sendang Keramat yang menewaskan
lam adik sepupuku beberapa waktu yang lalu. Kadipaten Mancanagari pernah diserang oleh Peri Sendang
' Keramat, dan salah satu di antara para iblis betina itu
adalah si Camar Sembilui'
'Hrnmm...."$ulo sinting ma nggut-manggut."tapi...
tapi sekarang dia sudah bukan muridnya Peri Sendang
Keramat. Dia sekarang masuk dalam aliran putih dan
menjadi muridnya Paman Batuk Maragam."
'Kau tak perlu membersihkan namanya di depanku.Kalau tadi kulihat dia tak bersamamu, dia sudah
kuserang habis-habiaan. Tapi karena tadi kulihat kau,
akrab sakali dengannya, maka aku bukan saia benci
padanya tapi juga benci padamu.Jelas"@
_ ,Sepasang mata indah berbulu lentik itu menjadi'
tajam seperti ujung pedang. Suta Sinting yang ditatap


Pendekar Mabuk 114. Kemunculan Iblis Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan ketajaman seperti itu hanya tersenyum, berkesan cengar-cengir bagai manusia muka tembok.
' `Rasa simpatiku padamu jadi hilang musnah sejak
kulihat kau akrabdengan Camar Sembilui" tambah Bara
` Perindu makin bernada tajam.
Suto hanya berkata, "Kasihan, ya?"
. "Aku tidak punya rasa kasihan padanya!"
memang bukan dia yang kumaksud, tapi diriku
sendiri. Kasihan diriku Inl, ya" Dibenci gadis cantik
tetapi tidak mengerti, itu kan keterlaluan bodohnya"
'Memang kau bodoh" Bara Perindu sedikit menyentak
__ 0 "iya, sudah kalau memang begitu. aku Mau.."ku mau
tidur saja, aaaah...l"
Suta berbaring kembali. Kali ini kepalanya tak jauh
daripangkuan Bara Perindu. Bahkan tangan bara perindu berada dekat sakali dengan pipinya.
Setelah beberapa saat sengaja bungkam, Pendekar
Mabuk segera perdengarkan suaranya yang pelan dan
datar, seakan ditujukan pada dirinYa sendiri.
"Lama tidak jumpa. sekali jumpa. eh malah di
benci. Ya, sudah... diterima saja apapun kebencian
orang padaku, asal aku jangan sampai membencinya.
mudah mudahan dewa mendengar ungkapan hatiku.Mudah-mudahan dewa mengetuk hati gadis yang
membenciku, supaya kebenciannya terhadap orang lain
in tidak dibebankan pula padaku. Mudah-mudahan..."
"Brisik, ah" sentak Bara Perindu.
Suta diam sebentar. meringis konyol dan ajukan
tanya dengan mata berbaring memandang Bara Perindu.
'Kau tak ingin tidur, Prajurit cantik?"
Suta sinting sengaja menggenggam tangan bara
Parindu. Tapi si pemilik tangan yang digenggam tetap
cemberut dan tak mau peduli genggaman tersebut.
matanya tetap memandang lurus dengan dingin. Tangan itu pun akhirnya diusap-usap oleh Suto penuh kelembutan.
mana ada prajurit cantik yang punya keberanian
__________ senekat gadis ini," ujarnya seperti bicara pada diri sendiri. Su ta menempelkan tangan itu di bibirnya. SI pemilik tang an masih diam saja,
"ndak ada prajurit wanita yang mampu merawat
kecantikan dan tubuhnya seperti ini.Kulit tangan saja
halusnya seperti kulit bayi. Biar halus. tapikalau dipakai
memukul kepala lawan bisa langsung retak. Biar halus,
kalau tangan lnl menampar wajah lawan bisa hangus.
Buktinya baru diusapkan di pipiku begini sudah terasa
hangat. Oonh, hangatnya sampai menembus dasar hatiku."
suto benar benar seperti pemuda sinting. Sejak
tadi bicara sendiri. Ia mengusap-usapkan tangan gadis
itu seakan seperti sedang dibelai dengan penuh kelembutan. la menikmati usapan tangan tersebut dengan
mata sedikit terpejam. Sedikit demi sedikit kednngkolan hati Bara Perindu
mulai susut.Semakin serlng tangannya disentuh oleh
bibir Sula sinting semakin timbul getaran indah dalam
hatinya. Oleh sebab Itu ia masih tetap membiarkan walau jarinya sering digigitglgit kecil oleh mulut Suta.
Bahkan jari itu sengaja dinikmati kehangatannya pada
saat dihisaphisap oleh pemuda tampan itu.
suto sengaja hentikan godaan halusnya pada tangan.Ia perdengarkan suaranya yang semakin lirih.
"Kurasa dunia ini akan sepi dan seluruh kehldupan
dimuka bumi terasa mati bila tanpa kehadiran prajurit sepertimu..bara perindu..."
"aku tak butuh rayuanmu" ucap bara perindu ketus tapi dengan nada pelan.
jadi kau tak butuh rayuan
rayuanku" benarkah" lalu apa yang kau butuhkan
dariku. gadis jelita.. hem.." bara perindu mendengus 'Lepaskan
tanganku.. tak akan kulepaskan" tantang Suta den gan mata
sengaja menatap lembut. pandangan mata bara perindu
yang kali ini diarahkan ke wajahnya.
"Kuhltung sampai tiga kali. kalau kau tak melepaskan
tanganku, aku akan bertindak lebih keras.'
suto lepaskan! tidak," sambil Suto tersenyum.
satu...!' hitung sampai seribu baru akan kulepaskan..
ujar Suta, kemudian mengecup telapak tangan si gadis.
Tangan tersebut digeserkan pelan pelan hingga
menyantuh permukaan bibirnya yang basah.
dua, Suto sinting menggigit gigit kecil tepian tangan
tersebut. Bahkan kini ibu jari itu di masukkan kedalam
mulutnya, lalu dihisap pelan dengan gerakan bibir yang sangat pelan.
lepaskan suto...suara Bara Perlndu sudah
makin lirih. "Aku sudah menghitungnya sampai dua
kali. Jangan memaksaku menyebutkan hitungan yang ke
ketiga karena... karena.... Hei. Suta... kau dengar kata kataku ini"l Suto..."`
Bara Perindu semakin keluarkan suara bercampur
desah. ketika pagutan pada ibu jarinya semakin kuat
dan lidah Suto menari dengan lincah. Bara Perindu
nyaris tak bisa bicara lagi, ia menggigit bibirnya sendiri
sambil Pandangi wajah suto yang terpejam, menghisap
jari-jari tangan itu satu per satu.
"Suto.,.,' Bara Perindu membisik dan membungkuk Suto cuek saja.
"Oh, Suto.. Suto..kau nakal sekali, Suto....' Bara Perindu lebih menunduk lagi.Pedangnya disingkirkan dari Pangkuan. Kepala Suta sengaja diangkat dengan
tangan kiri dipindahkan ke pangkuannya.
'Suto, uuhhh...: Bara Perindu mengerang lirih
ketika Suto Sinting mengecup ngecup pergelangan tangan. Kecupan itu merayap sampai ke siku. Bara Perindu tambah menundukkan kepala.
"Suto, aku tak sanggup menahan kenakalanmu,
sinting.. ah..aah.. sinting.. jangan begitu." bisiknya
lemah sekali. Bibir udah ada di depan mata. Suto tak mau biar
kan bibir itu merekah tanpa kecupan. Maka didekatinya
bibir itu, lalu dikecupnya pelan pelan sekali.
CIeeesss...! Rasa hangat hangat nikmat mulai
menjalar di sekujur lubuh Bara perindu. Darahnya bagaikan mulai bergolak. kecupan lembut bibir suto dan
tarian lidah pemuda itu semakin menghadirkan disiran
desiran indah yang tak mampu disingkirkan oleh Bara
perindu. Suto sedikit bangkit.Tangan Bara Perindu memeluknya. Gadis itu memberi balasan yang tak kalah lincah. Bibir dan lidahnya memagut-magut mulut Suto
bersama dengus napas yang makin memburu.
Pendekar Mabuk sengaja menghindar dengan merayapkan kecupannya ke dagu si gadis. lalu turun ke
leher. dan mencekam beberapa saat di leher halus
mulus itu. "Duh, Sutooo...," Bara Perindu mengerang bersama
desah napas menghambu. Kedua tangannya mencengkeram rambut Suto, seperti menahan sesuatu
yang telah bergejolak dengan liar di dalam hatinya.
Kecupan Suto Sinling akhirnya turun ke dada. Bara perindu biarkan penui
tup dadanya terlepas oleh kenakalan mulut Suto. Bahkan Ia sengaja sodorkan salah
satu dari sepasang gumpalan padat di dadanya itu.
Crup...Ujung bukit disambar oleh mulut Suto sinting.
saat itu juga Bara Perindu merasa bagaikan diterbangkan jiwanya ke langit yang paling tinggi.
*'Oooahhh...i' ia mengerang dengan kepala sedikit
berdongak ke atas. Matanya terpejam kuat-kuat karena
menahan gumpalan rasa nikmat yang terasa ingin meledak dalam dada itu.
Tangan Suto semakin nakal. Tangan itu merayapi
paha prajurit wanita tersebut .Tapi karena pagutan di
dada masih berlangsung dengan sejuta keindahan. maka si prajurit wanita pun sengaja memberi kesempatan
lebih leluasa lagi kepada tangan Suto.
"Oauuuuhh, Sutoooo...! Ooaaooh...i"
Hanya malam yang tahu, seberapa tinggi kemesraan yang diperoleh Bara Perindu pada saat itu. Hanya
keheningan yang tahu. seberapa banyak puncak asmara diperoleh Bara perindu dari tangan dan mulut suto.
itu pun sudah membuat Bara perindu terkulai lemas
bermandi peluh kemesraan.
. . . MEREKA meninggalkan pondok Ki Binupare setelah matahari tersumbul dari cakrawala timur.
Keduanya saling mempunyai tujuan yang sama, '
yaitu menyelidiki keadaan di Pantai Logan. .
Pendekar Mabuk ingin mengetahui keadaan di kapal Perwira Jagal dan sejauh mana meraka telah bergerak dalam menimpalan Pedang Galih Petir. Bara perindu sendiri ingin menyusuri Pantai Logan untuk menemukan kembali tawanannya yangtelah melarikan diri
itu. Dalam hati sl prajurit cantik itu merasa yakin sekali
bahwa Danardipa pasti ada disekitar pantai Logan.
Sambil mereka menuju ke sana, mereka juga mencari jejak hilangnya Kl Binupare. Seandainya Kl Binupare memang tewas dalam`satu pertarungan, mereka
berharap bisa temukan mayat sl lakon tua itu.
Yang jelas, sejak Bara perindu mendapatkan kemesraan yang hangat sekali dari Pendekar Mabuk. keketusannya bagaikan sirna tanpa bekas lagi.Walaupun
Suro Sinting tidak menggunakan 'pusaka cinta'-nya.
tapi Bara Perlndu merasa sudah menerima kemesraan
yang paling tinggi dari si pendekar tampan itu, sehingga
semangat hidupnya seolah-olah kian berkobar lebi
menyala-nyala lagi. Kepuasan dan keindahan yang diperoleh Bara Perindu membuat Suto panen senyum manis dari wajah
cantik sl prajurit wanita itu. Perjalanan pagi terasa semakin cerah dan segar. karena senyum manis Bara Perindu bertaburan dari langkah ke langkah sampai
akhirnya langkah itu pun sama-sama berhenti karena
sesuatu hal yang mulai menyusutkan senyuman manis tersebut.
Langkah mereka terhenti karena mereka mendengar suara derap kaki kuda di kejauhan depan sana.
Pada mulanya suara derap kaki kuda itu terdengar
seperti gemuruh suara hujan.
"langit cerah sekali begitu, kenapa ada suara hujan
diseberang kita sana.ya"' ujar Bara Perindu sambil menatap langit sebentar.
"itu bukan suara hujan, Prajurit cantik. Itu suara
ombak," kata Suta yang salah duga juga. Tapi setelah
mereka diam selama dua hitungan, Suto Sinting buruburu meralat kata-katanya sendiri.
"Eh, bukan, bukan...! Itu bukan suara ombak, tapi
suara derap kaki kuda."
Bara Perindu kerutkan kening, menelengkan telinganya untuk mempertajam pendengarannya. Kejap
berikut ia menggumam bagai bicara pada diri sendiri.
'Hmmm, benar. Itu suara derap kakl kuda. Kurasa
lebih dari empat ekor kuda yang sedang menuju ke
mari." 'Ya, lebih dari empat ekorkuda dan semuanya pasti
kuda betina." ' 'Dari mana kau tahu kuda-kuda itu jenis betina?" . "Aku denger dengus napas kuda yang ngasngosan. mirip sekali dengan dengus napasmu tadi malam." '
"Aah, kau bikin aku malu aja' Bara Perindu buang
muka sambil tersipu. Tapi senyumnya maslh tersisa dalam keindahan yang enak dipandang mata. Hanya saja,
karena deru derap kaki kuda itu semakin jelas maka
mereka tidak jadi hanyut dalam canda kemesraan lagi.
"Naik ke atas bukit kecil itu" perintah Suta dengan
suara agak tegang, Tak jauh dari situ ada sebuah bukit kecil. Sebenarnya bukit itu hanya mempakan gugusan cadas yang
besar tanpa tanaman kecuali bebatuan di atasnya. dari
ketinggian tersebut. Pendekar Mabuk dan Bara Perindu
dapat melihat keadaan di sekitar tempat tersebut saat"bersembunyi di balik bebatuan besar yang ada di permukaan bukit 'cadas tersebut.
Mereka berharap dapat segera melihat siapa para
penunggang kuda yang akan melintasi jalanan batu
bukit cadas itu. Tetapi ketika mereka sudah berada di
balik persembunyian, yang "mereka lihat pertama kali
adalah sekelebet bayangan dari arah datangnya
derap kaki kuda itu. "Sst... l Lihat, siapa yang berlari cepat itu!" bisik
Bara Perindu yang berada di samping kiri Suto Sinting
' dalam jarak satu jengkal.
" "Aku justru memperhatikan orang yang bedari cepat di sebelah sanal" ujar Suto Sinting sambil menunjuk
arah lain. Ternyata di arah itu Juga ada sekeiebat bayangan yang tampak berusaha ingin memotong jalan.
'Di sana juga adal" Bara Perindu berbisik tegang'
juga. Temyata ada dua bayangan yang berkelebat untuk
menghadang langkah orang yang beriari cepat dari
tempat datangnya suara derap kaki kuda.
Dua orang yang ingin menghadang sebuah pelarian 'itu berpakaian serba merah. Pendekar Mabuk tak
sangsi lagi bahwa dua orang tersebut pasti ninja berpakaian merah. Sedangkan bayangan yang berkelebat
dari arah datangnya derap kaki kuda itu tampak berpakaian biru geiap. Tampaknya ia seorang perempuan
yang belum Jelas wajahnya; tua atau muda. Yang jelas,
ia berambut panjang dan mengenakan ikat kepala warna kuning.
"Kau kenal dengan si baju biru itu?" bisik Bara Perindu.oran g itu menerabas cepat tanpa pedulikan duri semak. Ha nya
saja, langkah orang ltu segera limbung dan Ia terbanting ke samping, karena seorang penghadang berpakaian serba merah Itu melepaskan pukulan tenaga dalamnya darl jarak lima belas langkah.
Bruuuk...| 'Aaakh...!" suara kesakitan itu terdengar Jelas sebagai suara perempuan. Wajah Itu pun menjadi terlihat
jelas dari tempat persembunyian Pendekar Mabuk, karena perempuan itu berhentl tergullng-guling dalam
posisi telentang. "Ternyata dia maslh muda"l" gumam Suto Slnting,
bicara kepada Bara Perindu. "tapi aku tak kenal dengan
gadis itu: "Aku juga tak kenal; balas Bara Perlndu dalam
bisikan sambil memperhatikan wajah cantik yang berusia sekltar dua puluh tiga tahun itu.
Kedua ninja merah muncul dari dua arah, langsung
mencabut samurai untuk mengakhiri hidup si gadls berbaju tanpa lengan warna biru gelap itu.
"Oh, habis sudah riwayat gadis itu!" geram Bara
Perindu bernada bisik. Pendekar Mabuk tak keluarkan sepatah kata pun.
Tapi dari tempat peraembunyiannya ia sempat lepaskan
tenaga dalamnya melalul sentian jurus 'Jari Guntur' ke
arah kedua nlnja merah tersebut. Tees, teeesss...
Terdengar suara seperti orang ditendang kuda se
banyak dua kali. Buuukh, buuukh...!
"bleeegth Uuukh...l' dua suara pekikan tertahan
itu datang dari kedua ninja yang terlempar ke arah yang
berbeda. Rupanya jurus 'Jari Guntur' telah mengenai
.punggung dan dada kedua orang tersebut. sehingga
'mereka terlempar kemudian lalu berguling-guling.
Pendekar Mabuk punya kesempatan muncul dari
persembunyian. Maksudnya ingin menyambar gadis
berbaju biru itu. Tapi kedua nlnja sudah bisa bangkit
kembali dan bersiap lakukan serangan ke arah Pendekar Mabuk.
Zlaaaap...l ' ' Tahu-lahu suto sinting sudah ada dl samping I
diri berbaju blru. Kedua ninja berusaha menahan rasa
sakit akibat terkena pukulan hawa padat yang dapat
mematahkan tulang punggung tadi. Mereka mulai
mengangkat samuralnya dari dua arah. Mereka berada'
dl sebelah kanan dan kiri Pendekar mabuk sedangkan
gadls yang lerkapar kesakitan itu ada di belakangnya.
"Dasar pendekar genit.. Memang-memang gadls itu
cantik, langsung lakukan pembelaan tanpa kompromi
dulu dengankul Uuh... sebel" gerutu Bara Perindu tetap
dl tempat. Pendekar Mabuk tak pedullkan keadaan Bara Perindu yang tak mau turun dari atas sana. Perhatian si
murid sinting Gila Tuak itu tertuju pada dua samurai
yang segera disabetkan ke arahnya. Weees wees...l
Dengan tubuh menggeloyor seperti orang mabuk
mau tumbang, dua sabetan samurai itu bisa dltangkls


Pendekar Mabuk 114. Kemunculan Iblis Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan menghadangkan bumbung tuaknya ke arah
kanan, lalu berkelebat ke arah kiri. Trang, triing...! Kedua samurai itu bagaikan menghantam besi baja pada
saat membentur bambu bumbung tuak.
Satu sentakan kaki kiri Pendekar: Mabuk Membuatnya melayang ke atas untuk hlndari tebasan samurai
dari kanan yang mengarah perutnya. Wuuut...i
Weesss...! Jarak iompatannya yang cukup dekat dengan si
pemegang samurai di sebelah kanan membuat kakl
Suto Slnting menyentak cepat ke samping kanan. `
Dess....! Plook...l Wajah orang di sebelah kanannya terkena jeiakan kaki bertenaga dalam. Orang itu terlempar
dan berguling-guiing sejauh lima langkah.
Namun begitu Pendekar Mabuk bergerak turun, ia
disambut dengan tebasan samurai secepat kilat ke arah
kepalanya. Wiiiz...! Craass...! Sekalipun badan dan kepala sudah disentakkan mundur, tapi Pendekar Mabuk `
masih kecolongan jarak serang, sehingga ujung dada
sebelah kanan teriuka koyak akibat terkena ujung samurai lawan. I
"Dukh.. secara naluri tangan kiri Suta mendekap
lukanya. Tak seberapa parah. tapi cukup membangkitkan geram kemarahannya terhadap kedua ninja yang
dianggap sebagai iblis Merah itu.
Maka ketika ninja yang berhasil melukainya itu
menyerang lagi dengan mengayunkan samurainya dari
atas ke bawah, Pendekar Mabuk segera berguling ke
tanah satu kali. Wuuut...! la langsung berdiri dengan
satu lututnya, bumbung tuak disodokkan ke perut lawan dengan penuh tenaga. Buuukh...!
'Oookn..l' Orang itu tersentak mundur dengan tubuh sedikit membungkuk dan kaki melayang dua jengkal dari tanah.
Sodokan bumbung tuak itu bukan sodokan biasa.
Penuh dengan kekuatan tenaga dalam yang membuat'
mulut ninja merah itu menyemburkan darah. Tapi '
karena wajahnya tertutup kain merah, maka darah yang
menyembur tak terlihat jelas. '
Temannya yang tadi terkena tendangan di wajah
sudah bisa berdiri lagi. la menyerang Suto dari belakang. Punggung pemuda itu dijadikan sasaran samuralnya. Tapi temyata hal itu sudah diperhitungkan oleh
Pendekar Mabuk. Dengan cepat kaki kanannya menjejak ke beiakang. Baaakh...l Krak...l
Terdengar suara tulang berdetak. Pasti tulang dada
orang itu ada yang patah. Saat orang itu jatuh dari'keadaannya yang melayang ke belakang ia tak bisa terpekik lagi. Ada sesuatu yang menyumbat kerongkong-annya. Sesuatu yang menyumbat itu adalah gumpalan
darah akibat jantungnya bocor setelah terkena jejakan
kaki Pendekar Mabuk. Orang itu segera tak berkutik karena nyawanya
segera pergi entah ke mana, tak ada yang menggubrisnya. Tetapi orang yang tadi terkena sodokan bumbung
tuak itu Ingin berdiri lagi. la paksakan diri untuk tidak
menyerah. Atau mungkin la memang Ingin melarikan
diri setelah mengetahui kekuatan lawannya tidak seimbang.
Yang Jelas, sebelum ia bertindak sesuatu, Suto
Slnting sudah lebih dulu menerjangnya dengan bumbung tuak dihantamkan ke arah kepala. Wees, bruuk...l
Bumbung tuak itu ternyata kenai sekitar pundak dan
leher orang tersebut. Hantaman itu bukan main beratnya. Darah yang ada di leher menyembur keluar. Urat
nadi putus seketika itu juga. Akibatnya. orang tersebut
terkapar dengan tubuh tersentak-semak beberapa kali,
kejap kemudian diam tak bergerak karena Ikut-ikutan
temannya: kehilangan nyawa.
Pendekar Mabuk berdiri tegak 'memandang kedua
lawannya yang tak sengaja dibunuh. Matanya segera
memandang ke arah gadis berbaju biru. Ternyata gadis
itu pingsan dalam keadaan hidung dan mulutnya berdarah.
"Dia harus segera kubawa pergi dari sini!" pikir Pendekar Mabuk, karena pada saat Itu suara derap kaki
kuda sudah sangat dekat. la bermaksud menyambar
gadis itu dan membawanya pergi sebelum rombongan
berkuda itu munculdi tempat itu "
Tapi agaknya Pendekar Mabuk tetap terlambat.`
Bahkan ketika ia berhasil mengangkat gadis itu, tapi
ia beium sempat menggunakan jurus 'Gerak Siluman'-nya
untuk membawanya lari, salah seorang dari penunggang kuda itu telah berhasil meLemparkan senjata rahasianya ke punggung Suto sinting. Ziiiing-..l
Jeeeb...! 'Aaaakh..i" Suto Sinting tersentak dan kejang sesaat. Gadis yang sudah berada di tangannya itu jatuh
ke tanah. Sute pun meniadl limbung, kemudian terhuyung-huyung menuju baiik pohon.
Kejadian itu bertepatan dengan muncuhya seseorang di belakang Bara Perindu. Orang tersebut adalah
seorang mini berpakaian merah juga yang menempelkan ujung tombaknya ke leher Bara Perindu. Tentu saia
' hal itu membuat Bara Perindu tak berani bergerak sedikit pun, sehingga ia tak punya kesempatan untuk
menghalangi lemparan senjata rahasia berbentuk bintang yang akhirnya menancap di punggung Suto Sinting.
Dari keadaan merunduk, Bara Perlndu berdiri tegak
pelan-pelan dengan kedua tangan diangkat ke atas,
tanda menyerah. Tapi tentu saia sikap menyerahnya
seorang prajurit kehormatan hanya merupakan siasat
untuk menundukan ketegangan iawan.
Oleh karenanya,, ketika orang itu memberi isyarat
agar Bara perindu segera turun dari atas gugusan cadas itu. tiba-tiba tubuhnya bergerak miring ke kiri dengan cepat. Kakinya menendang dengan penuh curahan tenaga dalam di bagian telapak kaki. Beat, buukh...l
Ninja merah itu tersentak ke beiakang. membentur
batu besar. lalu limbung ke depan lagi. Bara Perindu
menangkap kepala orang tersebut, kemudian mengempitnya dengan ketlak. Dagu orang itu diraihnyaI lalu
disentakkan memutar ke kanan. Krakk...i
Gerakannya sangat cepat dan tak timbulkan suara
gaduh, sehingga para penunggang kuda dibawah sana
tak curiga dengan keadaan di atas bukit cadas. Tahutahu ninia merah yang menodongkan samurainya itu
sudah terkulai dengan mulut ternganga. mata mendelik, napas tercekik. nyawa pun balik ke tempat asalnya.
Orang itu tewas dalam keadaan patah tulang lehernya.
Bara Perindu segera merunduk di balik batu besar
itu. Ia perhatikan kembali keadaan Suto di bawah sana.
Ternyata Pendekar Mabuk sudah'dlkepung oleh delapan penunggang kuda. lima orang penunggang kuda Itu
adalah ninja berpakaian merah, yang disebut-sebut
sebagai iblis Merah itu. Tapi dua orang penunggang kuda
lainnya berpakaian ungu, sebagai ninja ungu yang samuralnya ada di pinggang. Sedangkan, satu orang lagi ;
penunggang kuda itu tidak berpakaian ninja.
Orang yang tidak berpakaian ninja itu sangat menarik perhatian Bara Perindu. Dia adalah seorang lelaki
berusia sekitar dua puluh lima tahun. Rambutnya panjang
dan ikal, mengenakan ikat kepala merah. Badannya tegap, tapi tak sekekar Suto sinting. Wajahnya
tampan, tapi berkesan mata keranjang. Lelakl berpakaian hitam garis-garis putih itu tak iain adalah Danardipa, tawanan yang sedang diburu oleh Bara Perlndu.
'Ooh..."l Rupanya ia bergabung dengan ibiis-ibiis
merah ltu"l" gumam Bara Perindu penuh geram.
pendekar mabuk berusaha mengambil senjata rahasia yang menancap dipunggungnya.tubuhnya
bergetar saat berusaha berdlri dengan lengan kiri bersandar pada pohon di sampingnya.
Lima ninja merah berkuda masing-mashg mulai
mencabut samuralnya. Pada saat itu terdengar suara si
Danardipa berkata kepada kedua ninja ungu.
"Orang itulah yang bernama Suto Slnting alias Pendekar Mabukl Aku yakin, dia pasti tahu di mana Perawan Sinting berada."
Salah satu ninja ungu mengangkat tangan. Entah
apa arti isyarat itu, yang jelas para nin ja merah tidak
segera menyerang Pendekar Mabuk walau masing-masing sudah turun dari kudanya.
"Rupanya sl keparat Danardlpa yang menjadi matamata para ibiis Merah itul" geram hati Suto Sintlng sambil berusaha mencabut senjata rahasia di punggungnya. Ternyata sangat sulit tangannya mencapai senjata
yang masih menancapdi punggung itu. Pendekar Mabuk tangguhkan dulu niatnya itu. Ia segera mengangkat
bumbung tuaknya. samping mau membuka tutup
bumbung iuga buat berjaga jaga datangnya serangan tiba tiba ke arahnya.
Bara Perindu sudah tak sabar lagi. la segera mencabut pedangnya pelan-pelan. Mata memandang penuh perhitungan, ke mana ia harus bergerak'lebih dulu.
Sebelum pedang sempat tercabut, tiba-tiba sekelebat bayangan datang menghampirinya. Wuut...! Jleg...!
Bara Perindu terperanjat dan cepat tarik satu kaklnya untuk berjaga-jaga. Orang yang muncul di samping
Bara Perlndu Itu tak laln adalah Awan Setangkai yang
masih berwajah berang. 'Kau serang yang ungu dan lelaki dl sampingnya
' itu, aku akan melumpuhkan lima ninja merah yang ada
di dekat Pendekar Mabuk" ujar Awan Setangkai bernada perintah.
Rupanya la datang bukan untuk lanjutkan pertarungannya dengan Bara Perindu, melainkan untuk
kerja sama menyingkirkan orang-orang di sekitar Pendekar Mabuk itu. tentu saja Awan Setangkai mengambil Sikap damai didepan Bara Perindu, karena la sudah
tahu bahwa Anjarsuri memang diculik oleh komplotan
Iblis Merah dari kapal yang bersandar di Pantai Logan itu.ia berhasil melihat Anjarsuri berusaha melarikan diri menjelang dinihari ,ia mengikutinya namun sempat kehilangan arah tapi suara derap kuda dijadikan pemandu arah ke mana larinya Anjarsuri. Dan gadis yang terkapar di depan Suto Sinling
itulah yang bernama Anjarsuri.
Bara Perindu tak tahu penyebab perubahan sikap
Awan Serangkai. sehingga ia sempat berkerut dahl dan
merasa bimbang dengan perintah tadi. Namun ia melihat jelas bahwa Awan Setangkai mulai bersiap lepaskan
serangan jarak jauhnya dengan mengerahkan tenaga di
kedua tangannya. Jari-jari tangannya mulai mengeras
kaku membentuk cakar. Bara Perindu pun segera masukkan pedangnya kembali dan bersiap lepaskan serangan jarak jauh ke arah dua ninja ungu yang berada
di samping Danardipa. dari pergelangan tangan yang disodokkan kedepan, Awan Setangkai keluarkan sinar merah
patah-patah secara beruntun. Sinar merah itu
mengarah kepada para ninja merah yang ada di sekitar
Suto Sinting. Ciap, clap, clap. ciap...i
Bara Perindu keluarkan dua sinar kuning lurus
yang mengarah kepada ninja ungu. Sinar kuning lurus
memercikkan bunga api itu keluar dari tengah kedua
telapak tangan. Sinar itu tidak terputus sebelum kenai
sasarannya. Pada waktu itu Danardipa sedang memandang ke
arah kedua ninja ungu. ia melihat datangnya sinar dari
arah depannya. Dengan satu seruan keras la melompat
dari atas punggung kuda. ' `
'Awaaaa..s" Ninja ungu segera berpaling ke arah datangnya
sinar kuning. Keduanya sama-sama melompat dari atas
punggung kuda dan lemparkan sesuatu dengan tangan ;
kanan masing-masing. Lemparan itu ternyata adalah
lemparan tenaga dalam yang berbentuk sinar merah
menyerupai piringan api. _ Craaaa, craas...l Grass, crasss...!
Blaaar, blegaaaar...! Beradunya kedua sinar kuning dengan sinar merah
seperti piringan itu menimbulkan daya ledak cukup besar. Kedua ninja ungu yang sedang melayang di udara
itu terlempar oleh gelombang ledakan tersebut. Yang
satu jatuh kehilangan keseimbangan. yang satu masih
bisa daratkan kedua kakinya ke tanah walau dengan
limbung. Jleeeg... Sementara itu, di sisi lain sinar merah patah-patah
milik Awan Setangkai berhasil kenai tiga ninja merah,
sedangkan dua ninja yang lainnya berhasil melompat
jauhi tempat. Wuuus wuuua...s Jedaaar, jedaer. jedaaar...i
Tiga ninja dalam keadaan tak bisa dikenali lagi
bagian tubuhnya karena pecah menjadi beberapa puluh
serpihan. Pada saat itulah Pendekar Mabuk punya kesempatan untuk menenggak tuaknya. Tuak ditenggak dengan cepat, kemudian ia merasakan sesuatu yang bergerak-gerak dibagian punggungnya. Ternyata senjata
rahasia yang nyaris melumpuhkan tenaganya itu keluar
sendiri dari daging punggung, lalu jatuh ke tanah. Luka
di punggung dan di ujung dada kanannya mulai bergerak merapat.
Danardipa lari bersembunyi di balik, pohon. Pendekar Mabuk melihatnya. lalu la segera barkelebat dengan sisa tenaga yang ada untuk mengejar Danardipa.
Ziaaap...i Bruuss...l "Aooow...i' Danardipa memekik keras karena tubuhnya diterjang Pendekar Mabuk. la terlempar sejauh
delapan langkah dari tempatnya. Sampai disana Ia tak
bisa bangun lagi karena tulang lganya terasa remuk
semua, tulang punggung bagaikan patah menjadi beberapa potong.
Awan Setangkai dan Bara Perindu segera cabut
pedangnya dan melayang bagaikan terbang, dari ketinggian bukit cadas itu ke arah lawannya masingmasing. Bara Perindu menyerang ninja ungu, sedangkan :
Awan Setangkai menyerang dua ninja merah. '' "Heeaaah...l"
"Ciaatt...l" Pekikan kedua perempuan itu membuat para ninja
siap siaga menerima serangan tersebut. ninja ungu
sendiri segera mencabut samurai mereka masing masing.Keduanya sama-sama melompat menyongsong
kedatangan Bara Perindu. Trang, trang, wass...! Trang, wess, trang. trang...l
"Aukh...l" Bara Perlndu melompat mundur karena
pinggangnya tersabet samurai. Kedua ninja ungu Itu
mempunyai jurus jurus samurai yang sangat cepat dan
nyaris sukar dilihat ke mana arah gerakannya.
Keduanya mendesak Bara Perindu. Tetapi pendekar Mabuk melihat bahwa ilmu pedang Bara Perindu tak
mungkin mampu ungguli jurus-jurus samurai
_ ninja ungu itu. Maka dengan cepat Pendekar Mabuk
melesat ke arah kedua ninja ungu. Zlaaap...l
Brees...! Satu terjangan seorang ninja ungu dari
samping membuat ninja ungu lainnya ikut terpental
akibat diterjang temannya sendiri.
Pendekar Mabuk segera memutar bumbung tuaknya di atas kepala sambil berseru kepada Bara Perindu.
"Mundur, biar kuhadapii"
Bara Perindu mendekap lukanya dengan tangan
kiri. ia melangkah mundur dalam keadaan limbung dan
menahan rasa sakit. Wuuung, wuung, wuung...l Bumbungtuak berputar
makin cepat di atas kepala. Jurus itu dinamakan jurus
'Kipas Malaikat' yang dapat menghadirkan angin kencang.
Maka ketika dua ninja ungu itu bermaksud melarikan diri dengan cara membanting sesuatu ke tanah
dan asap pun mengepul di depan mereka masingmasing, sebelum asap itu sempat menutupi tubuh mereka, hembusan a ngin dari bumbung tuak telah memuda rkannya.
Wuuuues...l Kedua mata ninja ungu sempat kelihatan
menggeragap bingung. Salah seorang melemparkan senjata rahasianya yang diambil dari balik baju. Ziing...
traaang...! Senjata rahasia itu terpenlal ke arah lain karena Sulo Sinting berhasil menghalaunya dengan putaran bumbung tuak.
ninja ungu yang satunya justru menyerang mem
babi buta dengan tebasan samurai yang beruntun dan
sukar dilihat gerakannya.
"Haiaaahhh...`l"
Wiliiz, wiiz, wiiiiz, wiiiiz, wiz...i
Pendekar Mabuk melompat maju dengan tetap memutar bumbung tuak. Samurai yang menebap secara
beruntun itu tersambar bumbung tuak. Traaak...i Patah
menjadi tiga potong. Pemiliknya masih nekat mau menyerang maju, tapi kepalanya tersambar 'Kipas Malaikat' lebih dulu. Proook...i Pyuuur...! Brrukk...l Orang itu pun tumbang dalam keadaan
kepalanya pecah. Tentu saja Ia tak bisa bernapas lagi
karena nyawanya segera minggat dari raganya.
Melihat teman sesama ninja ungu yang tingkatannya lebih tinggidari ninja merah itu tumbang dalam keadaan mengerikan, maka sang teman yang masih hidup
itu memutuskan untuk melarikan diri dengan lompatan
cepatnya. Blas...! Wuuuung...i Bumbung tuak dilepaskan. Bumbung
itu melayang dalam gerakan setengah lingkaran. Ninja
ungu yang melarikan diri itu tak tahu ada bahaya dari
Samping kanannya. Maka tiba-tiba ia merasa terbentur
sesuatu pada pelipisnya` Proook...i
'Uuukh...i" ia masih bisa terpekik saat terlempar
jatuh dan bumbung tuak yang menyambarnya itu bergerak terus memutar. lalu kembali kepada pemiliknya
melalui arah kiri. Teeb... Pendekar Mabuk segera menangkap bumbung tuak itu. Jurus barunya ,yang bernama 'Garuda Mudik' telah meremukkan kep ala lawan.
yang lari itu. Kini kedua ninja ungu sama-sama terkapar
tanpa nyawa lagi. Sedangkan kedua ninja merah sudah
dibereskan Awan Setangkai sejak tadi. Keduanya iuga
sama-sama tarkapar tak bernyawa karena tersambar
tebasan pedang Awan Setangkai. '
Tak ada lagi suara Jerit, pekik, dan seruan. Alam
menjadi sunyi beberapa saat. Mata si Pendekar Mabuk


Pendekar Mabuk 114. Kemunculan Iblis Merah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memndangi lawan-lawannya yang tak satu pun mati
dengan berdiri. Satu-satunya suara erangan yang terdengar adalah suara dari Danardipa dibalik papohonan.
"Bara...i" seru Suto SintIng. "tangkap tawananmu
itu dan bawa pulang ke penjaranya'
Bara Perindu tak menjawab Rupanya luka robek di
pinggang kanan itu cukup parah. Mau tak mau Sulo
Sintlng segera menghampiri untuk meminumkan tuaknya.
"Aku tak bisa terlalu lama di sinii" seru Awan Setangkai. 'Aku akan membawa pulang Anjarsuri'
'Awan, tunggu...i" Blaaas...! Awan Setangkai sudah lebih dulu melesat pergi tinggalkan tempat, sambii memanggul Anjarsuri di pundak kiri.
Danardipa yang mencoba mencari kekuatan melalui persekutuannya dengan kemunculan Iblis Merah itu,
akhirnya dapat dibawa pulang kembali ke penjaranya.
ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
yang tergolong keji dan dianggap suatu penghinaan
oleh pihak Kadipaten Mancanagari.
"Aku akan membereskan mereka yang masih tersisa
di kapal. Bagaimanapun juga aku harus ikut mempertahankan Pedang Galih Petir agar tidak jatuh di tangan mereka. Eyang buyut guruku masih ada hubungannya dengan pedang Itu."
"Jika begitu, aku pergi sekarang juga. lngatlah tentang keindahan tadi malam, Suto."
"Aku akan selalu mengingatnya!" jawab Pendekar .
Mabuk sambil sunggingkan senyum menawannya. ~
yang membekas indah dalam hati Bara Perindu. Bekas
indah itu dibawanya pergi ke Kadipaten Mancanegari.
Dapatkah kapal Perwira Jagal Itu disapu habis oleh
l Pendekar Mabuk" Ikuti saja kelanjutan cerita ini.
SELESAI Segera menyusul: PERTARUNGAN ^ DI BALIK SKANDAL edit teks by http://cerita-silat.mywapblog.com
Pedang Bintang 3 Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono Winter In Tokyo 1

Cari Blog Ini