Ceritasilat Novel Online

Madakaripura Hamukti Moksa 3

Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi Bagian 3


bersahabat pembicaraan yang terjadi antara Pretiwi dan gadis yang
disebut-sebut sebagai calon istri Kuda Swabaya itu.
"Menurut pengakuan Kuda Swabaya," kata Dyah Menur. ?"Suatu
hari, ia dipanggil menghadap Ibu Suri Dyah Wiyat untuk diperkenalkan
dengan seorang emban baru. Ternyata, ia anak Emban Prabarasmi yang
meninggal beberapa hari yang lalu."
Pradhabasu mengerutkan kening. Tatapan mata dan raut mukanya
menunjukkan keterkejutan yang ia rasakan.
"Emban Prabarasmi meninggal?" tanya Pradhabasu.
Dyah Menur Sekar Tanjung mengangguk, "Ya."
"Kapan hal itu terjadi?" tanya Pradhabasu.
"Tadi aku menanyakan itu kepadanya. Ia menjawab, beberapa hari
yang lalu. Belum sempat ia menjelaskan lebih lanjut, Kakang pulang,"
jawab Dyah Menur. Pradhabasu memandang istrinya amat tajam.
"Kau menyetujui?" tanyanya.
Dyah Menur mengangguk. "Anakmu yang menghendaki," jawabnya. "Aku tidak keberatan pada
pilihan Kuda Swabaya. Aku berharap kau pun merestuinya."
Perlahan, Pradhabasu duduk. Pradhabasu merasa ada sesuatu yang
aneh.. Namun, meski sudah berusaha menelusuri, ia tidak menemukan
apa sesuatu yang aneh itu.
. -' germ: "Tuan Putri Dyah Wiyat menyuruh gadis itu datang kemari"H tanya
Pradhabasu. Berdebar"debar Dyah Menur menghadapi pertanyaan itu. Dyah
Menur cemas, pertanyaan itu bisa melebar ke mana-mana.
Dyah Menur mengangguk. Pradhabasu merasa heran, "Mengapa?"
"Apanya yang mengapa?" balas istrinya. "Perjodohan itu adalah
gagasan Dyah Wiyat. Tak ada yang aneh dengan Dyah Wiyat mengirim
gadis itu kemari." Pradhabasu tidak dengan serta-merta menerima jawaban itu.
Paeggrah'ta-mnya mengatakan, ada sesuatu yang tersembunyi di balik
perjodohan itu. Pradhabasu yang memejamkan mata, mendadak melek
kembali. ' I?"liladen Kudamerta sudah tahu siapa Kuda Swabaya," letupnya.
Dyah Menur mendadak merasa dadanya sesak. Dalam dua
hari terakhir, Dyah Menur diganggu oleh kegelisahan yang berasal
dari pertanyaan itu. Bahkan, Dyah Menur merasa kecurigaannya itu
' benar. Dyah Menur menggeleng lunglai.
"Aku tidak tahu," jawabnya.
Pradhabasu bukan orang bodoh. Pradhabasu segera mengaitkan
hal itu dengan anugerah kenaikan pangkat yang diterima Kuda Swabaya.
Apa kenaikan pangkat yang tidak wajar itu karena campur tangan Raden
Kudamerta" Sangat masuk akal karena kecil kemungkinan gagasan
itu muncul dari Prabu Hayam Wuruk. Berpikir seperti itu, mendadak
Pradhabasu metal-ia wajahnya menebal.
"Aku tidak setuju," letup Pradhabasu.
Betapa terkejut Dyah Menur, "Kakang."
?" Penuntun. Jawa. ketajaman mata hati
You have either reeched e page that is uneyeileble feryiewing or reeched yeuryiewing limitforthis
book. You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. o ' (jajah ama mengapa perkawinannya harus disembunyikan jauh dari hirukapikuk
karena pada saat yang bersamaan, Raden Kudamerta dijodohkan dengan
Sekar Kedaton Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa.
Perpisahan pun terjadi hingga sang waktu bergulir beberapa bulan.
Dibantu Emban Prabarasmi yang baik hati, Dyah Menur yang amat
rindu ingin bertemu dengan suaminya berhasil menyamar sebagai
seorang emban. "Kamu Sekar Tanjung?" tanya Dyah Wiyat ketika pertama kali
bertemu. Dyah Menur bergegas menyembah.
"Hamba, Tuan Putri," jawabnya amat santun.
Dyah Menur ingat, ia mampu melaksanakan petunjuk singkat
' tentang apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana bersikap di hadapan
Sekar Kedaton. Dyah Menur juga ingat bagaimana ketika itu Dyah Wiyat
sangat tertarik dan berminat kepadanya. Dyah Menur memerhatikan
ruangan dan perhatiannya jatuh ke sebuah pembaringan. Sesak napasnya
saat itu manakala membayangkan, suaminya tidur dengan perempuan
lain, perempuan yang tidak mungkin disingkirkan karena derajat dan
kuasanya sedemikian tinggi.
"Apa kan bisa memasak, Sekar Tanjung?" tanya istri muda suaminya
itu. Dyah Menur bergegas menyembah.
"Hamba, Tuan Putri. Hamba bisa memasak, tetapi jenis masakan
biasa. Hamba akan belajar banyak untuk memasak jenis masakan yang
belum hamba kenal sebelumnya," jawabnya dengan suara pelan, tetapi
cukup jelas. Dyah 1Wiyat berdiri dan menempatkan diri pada jarak yang cukup
dekat. "Kau bisa memijat jika tubuhku sedang pegal?" Dyah Wiyat kembali
bertanya. You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. MadhiEgrrpure HammEpiSHnEm ' 9
dari pohon, meski ditiup angin yang deras. Kalau angin benar-benar
deras, bukan buahnya yang jatuh, tetapi pohonnya yang akan ambruk.
"Bukan itu maksudku," jawab Dyah Pretiwi. ?"Yang aku tanyakan,
mengapa Ayah marah kepada Ibu" Ayah pergi ke ladang karena tidak
berkenan kepada gadis pilihan Kakang Kuda Swabaya, bukan?"
Dyah Pretiwi yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan
itu menunggu. Akan tetapi, meski sejengkal waktu telah berlalu, ayahnya
belum menjawab. Akhirnya, dari sela jari-jari tangannya, Dyah Pretiwi
mengintip. Dyah Pretiwi merasa heran melihat ayahnya yang memegang
gagang cangkul itu memandang ke kejauhan begitu larut. Pandangan itu
melintasi sawah dan jatuh di permukaan perkampungan yang tampak
gosong diterjang panas matahari. '
"Pulanglah, jangan ganggu Ayah," kata Pradhabasu.
Namun, Dyah Pretiwi adalah gadis yang bandel.
"Katakan dulu, Ayah, apa kekurangan Prabasiwi hingga Ayah tak
ingin menerimanya sebagai istri Kakang Swabaya," kata Pretiwi. '
Lagi-lagi, Pradhabasu terdiam cukup lama.
"Karena Ayah memiliki calon lain?" lanjut Pretiwi. "Jadi, selama
ini Ayah berpikir, siapa jodoh Kakang Swabaya dan dengan siapa ia
boleh berumah tangga, Ayah yang boleh menentukan, termasuk dengan
siapa nanti aku bersuami, Ayah yang boleh menentukan, seperti nasib
Yu Benjeng itu?" Sama sekali tidak ada perubahan apa pun di muka Pradhabasu.
"Ayah tidak mau menjawab?" tanya Pretiwi.
Dati apa yang dilakukannya, terlihat jelas bahwa Pradhabasu
memang tak ingin menjawab pertanyaan itu.
& o ' Gajian Made Siang menukik ke malam hari. Para prajurit penjaga istana
kepatihan bingung. Tak seorang pun yang punya jawaban atas sebuah
pertanyaan yang menggantung kali itu.
"Kautahu?" tanya seorang prajurit.
Prajurit yang ditanya menggeleng.
"Aku tidak tahu," jawabnya.
Seseorang tiba- tiba naik ke atas dingklik panjang. Dengan cara itu,
ia meminta perhatian. "Ada yang tahu di mana Mahamantrimukya?" tanyanya.
Tak seorang pun bisa memberi jawaban. Mahapatih Gajah Mada
menghilang tak ada jejaknya, seolah malam yang datang langsung
menggulung dan membenamkannya ke pusat kegelapan. Hal itu
menyebabkan para prajurit pengawal istana kepatihan kaq'ya gaara dan
infan "1 atau mirip anak-anak ayam yang kehilangan induknya dan tak
tahu harus melakukan apa.
Dibentuk atas prakarsa khusus dari Gajah Mada, prajurit pengawal
istana kepatihan memiliki kesetiaan yang sangat besar kepada Gajah
Mada. Kepada prajurit pengawal istana kepatihan tersebut, diberikan
latihan yang dirancang mirip dan tak kalah dari bobot latihan pasukan
khusus Bhayangkara. Bahkan, sebagian besar anggotanya berasal dari
pasukan khusus Bhayangkara.
Saat banyak pihak menghujat Gajah Mada, pasukan pengawal istana
kepatihan tetap bergeming pada kesetiaannya. Itu sebabnya, lenyapnya
Gajah Mada membuat mereka bingung.
'52 Kodya gnbnb den Interl. peribahasa Jawa ani harfiahnya bagaikan gabah ditampi. menggambarkan
sekelompok orang yang kebingungan
WadaEpnpam HamaQiSJ-taljye ' .
Di mana Gajah Mada berada, hanya orang terbatas yang tahu
jawabnya. Di luar dinding kotaraja, di sebuah pedukuhan yang menghadap
bulak panjang, lima orang laki-laki sedang duduk di atas kuda masingmasing. Hening menyelirnuti perpisahan yang akan terjadi itu.
"Jaga Majapahit dengan kehormatan kalian," ucap Gajah Mada yang
duduk di atas pelana kudanya yang gelisah.
Kuda itu agaknya sudah tidak sabar ingin segera membandang.
Gajah Mada memandang Gajah Sagara yang selama ini dianggap
bagaikan anak sendiri. Lalu, pandangannya beralih ke wajah Gajah
Enggon, Gagak Bongol, dan terakhir ke raut muka Temenggung Macan
Iiwung Wajah empat lelaki yang melepas keberangkatan Gajah Mada
itu sedemikian keruh. Mengombak isi dada Gajah Enggon yang tidak mungkin bisa
melupakan kebersamaan perjuangan dengan Gajah Mada yang telah
berjalan bertahun-tahun lamanya. Menjelajah medan berat yang satu
ke medan berat yang lain selalu ditempuh bersama-sama. Diawali
kebersamaan itu ketika mereka masih sama"sama prajurit rendahan.
Mereka bersama-sama melakukan pengawalan dan penyelamatan
terhadap Prabu Jayanegara, termasuk merebut kembali takhta yang
dijarah para Dharmaputra Winehsuka yang dipimpin Rakrian Kuti.
Perjuangan bersama itu tak berhenti sampai di situ. Perjalanan
berikutnya adalah perjalanan melintasi jalan terjal berbam dalam rangka
membawa Majapahit meraih puncaknya. Perjalanan itu mempertemukan
mereka dengan beberapa peristiwa makar. Peristiwa makar yang cukup
melelahkan untuk meredamnya, antara lain pemberontakan Kera
di pesisir Besuki, Sadeng di selatan Jember, juga Bali yang berusaha
membebaskan diri dari ikatan Singasari yang berlanjut hingga ke
Majapahit. Namun, kerja besar yang sebenarnya justru dimulai sejak
dibongkarnya patung Aksobhya dan digantikan patung raksasa Camunda.
Membangun armada laut yang kuat dan menyerbu negara-negara
lain yang tidak mau menggabungkan diri dengan Majapahit, itulah
perjuangan berat yang akhirnya bisa dilewati. Di bawah kepemimpinan
You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. Mattel"ignpumjfamuliti 514an : 0
Dengan tarikan lembut pada tali kendali kudanya-, kuda paling tegar yang
pernah ada di Majapahit 1tu pun segera berderap. Kuda' 1tu sangat ingin
membalap, tetapi Gajah Mada menahan kecepatannya.
Dari tempatnya berada, Kanuruhan Gajah Enggon, Pasangguhan
Gagak Bongol, Temenggung Macan Iinnrng, dan Gajah Sagara tidak
membutuhkan waktu terlampau lama untuk kehilangan bayangan mantan
orang terkuat di Majapahit itu. Apalagi, saat itu Gajah Mada mengenakan
pakaian serba hitam. Melepas Gajah Mada setelah ia bukan siapa-siapa
benar-benar dirasakan aneh.
"Kita kembali," kata Macan Liumng.
Tidak ada yang menjawab ajakan itu dengan kata-kata. Namun,
semua segera memutar kuda masing-masing.
Benar-benar pelan dan tidak tergesa-gesa Gajah Mada dalam
berkuda menyusuri jalan raya yang menghubungkan Majapahit dengan
Ujung Galuh. Nantinya jika telah sampai di Mojokerto. Gajah Mada
akan membelokkan kudanya ke arah kanan menuju Japanan, lalu terus
ke timur melewati Bangil dan akan sampailah ia di sebuah pedukuhan
kecil bernama Pasuruan yang banyak menyimpan kisah.
Pedukuhan Pasuruhan yang dihuni para nelayan yang pada umumnya
berasal dari Madura dan berbahasa Madura memang menyimpan kisah
yang menggetarkan. Di Pasuruanlah benturan perang terjadi ketika
pasukan Majapahit melakukan serbuan ke Lumajang. '
Perang berkecamuk dengan dahsyat di Pasuruan. Dengan matimatian, Mahapatih Nambi yang didukung teman-temannya dan ribuan
prajurit dari Madura berusaha bertahan. Akan tetapi, kekuatan bala
tentara yang dimiliki Majapahit memang mirip banjir bandang yang tidak
bisa ditahan, meski dibendung melalui cara apa pun.
Akhirnya, pilihan yang tersisa adalah mundur ke Pajarakan yang
terletak di dekat pedukuhan Ganding. Perang di Pajarakan benarbenar perang yang mengerikan. Pasukan pendukung Nambi melawan
mati-matian. Pasukan Nambi sama sekali tidak mengenal rasa takut,
meski yang dihadapi adalah musuh dengan kekuatan berlipat. Serangan
o . Gayhli wan Majapahit tidak hanya berasal dari daratan, khususnya dari arah barat dan
selatan, tetapi juga dari arah laut. Hujan anak panah yang berhamburan
dan diobral sangat murah menyebabkan kekalahan pasukan Lumajang
dan dihancurkannya benteng Pajarakan.
Dari Pasuruan, Gajah Mada masih harus menempuh jarak beberapa
jengkal lagi ke arah timur hingga nantinya ia akan tiba di sebuah tempat
bernama Tongas. Dari Tongas, akan terlihat ketinggian Bromo. Gunung
Bromo selalu dikemuli halimun tebal sehingga sering tidak jelas, kecuali
di musim kemarau. Menjelang Bromo atau lebih kurang dua rubah waktu yang diperlukan
dengan berkuda, di sanalah letak sebuah tempat yang amat indah. Tempat
itu bernama Sapih atau orang juga menyebutnya Lumbang. Gajah Mada
yang sudah beberapa kali mengunjungi Sapih dan akhirnya merasa jatuh
cinta pada tempat itu sempat merasa curiga, apa Sapih Lumbang ada
kaitannya dengan Lulumbang"
Bagi Gajah Mada dan bagi siapa pun, Lulumbang tentu bukan
nama sembarangan karena di sanalah seorang empu pembuat keris
pernah tinggal. Empu itu mati melalui kerisnya sendiri akibat keculasan
hati pemesannya, Ken Arok, yang dianggap sebagai leluhur para Raja
Majapahit. Gajah Mada terus memacu kudanya pelan hingga akhirnya ia
menarik tali kendali kudanya. Di tengah jalan panjang yang melintas
bulak, seorang lelaki tua sedang berjalan terbungkuk-bungkuk.'Gajah
Mada tidak bisa menghentikan rasa ingin tahunya.
"Mau ke mana, Kiai?" Gajah Mada menyapa.
Ditanya seperti itu, orang itu gugup.
"Aku akan ke kotaraja," jawab kakek tua'itu.
"Dari mana?" balas Gajah Mada.
Pertanyaan yang diajukan dengan lugas itu rupanya menyebabkan
kakek tua itu kebingungan.
"Aku dari Japanan," jawabnya.


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. o . Gaybfi Madi: perjodohan yang ditawarkan Ibu Suri Dyah Wiyat. Ketika Kuda Swabaya
_ berpikir, jodohnya adalah haknya, 1a merasa aneh dengan sikap ayahnya
yang tidak merestui. "Mengapa?" Pertanyaan di dasar hati Kuda Swabaya itu tak juga didapat
jawabnya. Malam itu, Kuda Surabaya memilih menginap di rumah. Kuda Swabaya
tidak kembali ke bangsal kesattian yang di sana akhirnya ia menjadi salah
seorang pimpinan yang membawahi lebih dari seratus prajurit. Bingung
yang dirasakannya membutuhkan jawaban dengan segera. Akan tetapi,
hingga tengah malam sejak pertengkaran yang terjadi siang sebelumnya,
ayahnya belum pulang. Di sisi lain, Kuda Swabaya mendadak sadar, ibunya
menyimpan sebuah rahasia sebagaimana ayahnya.
Kuda Swabaya tak bisa tidur, meski waktu telah menukik ke pusat
malam. Hening malam menjadi pusat perhatiannya. Dari pepohonan di
sebelah rumah, terdengar suara cenggeret yang saling sapa bersahutan.
Tak hanya cenggeret, dari arah kanan dan kiri rumahnya, jelas terdengar
suara burung hantu yang saling sapa. Kuda Swabaya menandai, setidaknya
ada dua ekor burung hantu di luar sana, seekor berjenis kelamin jantan
dan seekor lagi betina. Kehadiran burung hantu itu benar-benar menjadi momok bagi
beberapa ekor tikus yang semula berlarian. Tikus"tikus itu semula
berpesta pora dengan riang. Namun, begitu suara seram itu hadir,
' binatang dengan perilaku kotor dan menjijikkan itu segera berusaha
mencari selamat. Namun, tetap saja beberapa ekor tikus mengalami nasib malang.
Burung hantu di mana pun sama, ruang jelajahnya yang luas bisa menjadi
mimpi buruk bagi para tikus, bahkan bagi para ular. Meski ular adalah
binatang melata berbahaya karena racunnya, burung hantu rupanya tahu
di mana titik lemah binatang itu.
Dari bilik ibunya, kembali terdengar suara batuk. Dyah Pretiwi
yang tidur di sebelah ibunya bergegas bangkit. Dengan lampu tahfizh,
You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is Lihayailahle feryiewihg or reached yeuryiewihg limitforthis
hoek. o - Qaynli atara Rupanya, Pradhabasu punya jawaban yang tegas.
"Aku pernah menjadi prajurit, Kuda Swabaya," jawabnya tak kalah
tegas. "Aku pernah mengalami medan perang yang berdarah-darah. Yang
kaualami itu tidak ada apa-apanya. Perang yang kaualami hanyalah perang
di geladi. Belum pernah kaurasakan perang yang sesungguhnya. Jadi,
bagaimana kau bisa merasa bangga dengan pakaian yang kaukenakan
itu" Kalau aku jadi kamu, aku akan merasa malu."
Terbungkam mulut Kuda Swabaya memperoleh luapan pendapat
yang sama sekali tidak diduganya itu. Kuda Swabaya merasa tidak
nyaman. Sebelumnya, pakaian senopati itu sungguh terasa nyaman dan
memberikan kebanggaan yang tiada habisnya. Kini, pakaian itu terasa
sempit dan menyebabkan ia mengalami kesulitan untuk bernapas.
Kuda Swabaya memandang ayahnya lurus. Dan, untuk ke sekian
kalinya, rasa penasarannya terhadap sebuah hal kembali terusik. Ayahnya
dulu seorang prajurit. Bukan sembarang prajurit, tetapi prajurit dari
kesatuan khusus Bhayangkara. Ketika ayahnya menyebut ia pernah berada
dalam perang yang berdarah"darah memang benar adanya. Pertanyaan
yang selalu membuatnya penasaran adalah mengapa Pradhabasu
mengundurkan diri dan menempatkan diri di luar" Konon, Pradhabasu
bersikap demikian sebagai bentuk ketidaksetujuannya terhadap sebuah
masalah. Namun, masalah apa itu, tidak jelas sama sekali.
"Ceritakan, siapa yang memberimu baju itu?" tanya Pradhabasu.
Pertanyaan itu terlalu menyakitkan. Oleh karena itu, Kuda Swabaya
tidak segera menjawab. Pradhabasu yang mengenal Kuda Swabaya sejak bocah, tahu
mengapa Kuda Swabaya tidak menjawab.
"Siapa yang memberimu pangkat senopati itu" Sang Prabu Hayam
Wuruk sendiri atau orang lain?" tanya Pradhabasu.
Pertanyaan itu lagi-lagi dirasa aneh oleh Kuda Swabaya.
"Ayah tahu jawabnya. Untuk jenjang pangkat mulai dari senopati,
hanya satu orang yang punya hak," jawab Kuda Swabaya.
You have either reached a page that is unayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. o . gaga atau"! "Lalu, bagaimana sikap ayah dan ibuniu" Apa sudah kausampaikan
kepada mereka apa yang kutawarkan?" tanyanya.
Kuda Swabaya menunduk. Pertanyaan itu menyulitkannya._]ika yang
bertanya itu orang lain, Kuda Swabaya tak akan mengalami kesulitan
untuk menjawab atau mengarang jawaban. Akan tetapi, pertanyaan
itu datang dari Ibu Suri sehingga tidak boleh dijawab dengan jawaban
sembarangan. ' Prabasiwi tidak mampu menahan gelisahnya. Prabasiwi yang
telah menunduk sangat dalam itu merasa masih belum cukup. Serasa
dibutuhkan ruang yang lebih lega untuk menyembunyikan raut
mukanya. "Hamba telah menyampaikan hal itu kepada ibu hamba, Tuan Putri,"
jawab Kuda Swabaya. "Namun, hamba masih belum menyampaikan
kepada ayah hamba. Ibu hamba meminta kepada hamba untuk bersabar
menunggu jawaban itu. Ibu hamba mengatakan, ingin mendapatkan
waktu yang sesuai untuk berbicara dengan ayah hamba."
Dyah 1Wiyat terdiam cukup lama. Tipis sekali manggut-manggut
yang ia lakukan. Dyah Wiyat merasa tak sabar. Apa yang dijanjikan Dyah Menur itu
baginya dirasa terlalu lamban. Padahal, ia ingin pembicaraan perjodohan
itu dilangsungkan segera. Dyah Wiyat berpendapat, melalui cara itulah
ia bisa menebus kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu.
Saat ini, di depannya duduk bersila Kuda Swabaya. Bagaimana pun,
Kuda Swabaya adalah anak suaminya, anak yang tidak memperoleh
limpahan kasih sayang semestinya karena terampas oleh perempuan
lain, dirinya. Bahkan, Kuda Swabaya tidak tahu siapa ayahnya yang
sesungguhnya. "Kalau begitu, bisakah kausampaikan sebuah pesanku untuk
ayahmu?" tanya Dyah Wiyat.
Kuda Swabaya terkejut menghadapi pertanyaan itu.
fil-lamba, Tuan Putri," balasnya.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. e ' 9:1th Silinda menerima keberuntungan yang diperoleh sahabatnya, kini segera muncul
pertanyaan lain, layakkah ia menyimpan rasa cemburu"
Berbeda dengan Gajah Enggon yang terpana, 'Macan Liwung
langsung tertawa. Tawa Macan ljumng itu sudah cukup untuk menjadi
kunci pembuka hati Kuda Swabaya untuk segera tumpah menjadi banjir
bandang. "Ternyata benar, Paman Temenggung Macan Iiwung. Pendapat
ayahku benar, bukan?" kejar Swabaya.
Kanuruhan Gajah Enggon _segera mengangkat tangannya, meminta
Kuda Swabaya untuk memerhatikan apa yang akan dikatakannya.
H'Jadi, ayahmu tidak senang dengan anugerah pangkat yang
kauperoleh?" tanya Gajah Enggon.
Kuda Swabaya membalas amat tajam.
"Ayahku tidak suka, Paman," jawabnya. "Dan, setelah aku
menimbang lebih jauh, aku sependapat dengan ayahku. Aku tidak pantas
menyandang pangkat senopati."
Pasangguhan Gagak Bongol memamerkan wajah bekunya.
Pasangguhan Gagak Bongol amat memahami, sikap Pradhabasu yang
demikian karena keteguhan hatinya yang tak pernah bisa ditawar.
"Menurut ayahmu, untuk meraih pangkat senopati harus melalui
perang sampai berdarah-darah?" tanya Gagak Bongol.
Kuda Swabaya mengangguk. ?"Itu sebabnya, aku akan menghadap Sang Prabu. Aku ingin
meminta agar beliau berkenan meninjau ulang anugerah pangkat
ini. Atau, jika Paman berkenan, aku ingin Paman memberangkatkan
aku ke medan perang, entah di mana pun perang sedang berlangsung
dan Majapahit sedang berupaya keras memenangkannya. Dengan
memiliki bekas luka yang melintang di tubuh, bahkan andai menjadi
anumerta sekalipun, asal aku layak dan pantas untuk menyandang
pangkat itu." You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. . ' (jajan Strada Gagak Bongol dan Macan U"g tertawa. Mereka serentak berdiri.
Sikap itu adalah jawaban yang mereka berikan atas pertanyaan Gajah
Enggon itu. Apa boleh buat, Kanuruhan Gajah Enggon terpaksa
mengantar dua sahabat baiknya itu sampai ke halaman.
Ketika Gajah Enggon sibuk melayani dua sahabatnya dan larut
dalam'apa yang mereka perbincangkan, Kuda Swabaya yang diajak ke
sanggar kanuragan mendapati sajian tontonan yang mengasyikkan.
Sanggar kanuragan terletak dibelakang rumah dan terpisah dari
bangunan utama. Di ruangan luas yang dirancang khusus itu, Nyai Rahyi
Sunelok sedang amat larut dalam latihan alan kannrngnn. Nyai Rahyi
Sunelok tidak menghentikan latihannya, meskipun Gajah Sagara dan
Kuda Swabaya muncul dan menyaksikan.
Dalam pakaian yang dirancang khusus mirip pakaian seorang
prajurit, ringkas dan mampu memberi keleluasaan gerak, istri Gajah
Enggon bagai penari yang larut dalam gerak tari yang indah dan
menawan. Namun, sejatinya keliru jika ada yang menganggap apa yang
dilakukan Nyai Rahyi Sunelok itu sebagai gerak tari yang menawan
karena di setiap ayunan pedang dan tendangan kakinya tersembunyi
bahaya. "Ayah sering kelabakan menghadapi ibuku," kata Gajah Sagara.
Kuda Swabaya mengangguk. Dari apa yang dilihatnya, Kuda
Swabaya percaya, Nyai Gajah Enggon mampu merepotkan suaminya.
Kemampuan yang dilatih dan diasah setiap hari, menjadikan Nyai
Gajah Enggon sangat menguasai jenis ilmu kannrngnn yang amat sesuai
dengan sosoknya sebagai perempuan. Seolah kakinya memiliki mata,
Nyai Gajah Enggon mampu berlompatan di atas tonggak-tonggak kayu
yang ditancapkan di tanah sambil tangannya terus bergerak menyambar
susul-menyusul. Pada dasarnya, di Majapahit jarang ada perempuan yang menguasai
ilmu kannrngnn seperti Nyai Gajah Enggon. Lebih-lebih, kemampuan
knnnmgnn itu tak bisa dianggap remeh. Seorang prajurit yang mumpuni
dalam olah kelahi belum tentu mampu menghadapi Nyai Gajah
Enggon. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. 0 . gayut gaara pelengseran mahapatih itu bisa menimbulkan perang. Namun, kau
berhasil melaksanakan tugas itu dengan amat baik. Perang yang
dikhawatirkan pun tak perlu terjadi. Itu sebabnya, aku sependapat dengan
Macan Liwung dan Gagak Bongol, keputusan Sang Prabu menaikkan
pangkatmu menjadi senopati itu benar," lanjut Gajah Enggon.
Hening ruangan itu bagai memberi kesempatan kepada Senopati
Kuda Swabaya untuk mencerna.
"jika demikian, apa yang melatari sikap ayahku" Aku merasa
kemarahannya bukan karena Ayah belum tahu semua latar belakang
seperti yang Paman sebut tadi. Akan tetapi, karena ada alasan lain. Alasan
yang dengan sengaja disembunyikan agar aku tidak tahu. Aku melihat
ibuku pun melakukan hal serupa. Tolong, Paman, jangan sembunyikan
apa pun dariku," balas Kuda Swabaya.
Disudutkan macam itu, Kanuruhan Gajah Enggon benar-benar
bingung. Akan tetapi, Rahyi'Sunelok adalah seorang istri yang cerdas.
Rahyi Sunelok mampu memberikan umpan yang bisa dimanfaatkan
dengan baik oleh suaminya.
"Kakang harus berbicara dengan Kakang Pradhabasu," ucapnya.
Kanuruhan Gajah Enggon segera menghirup tarikan napas amat
Panang- "Ya," jawabnya. "Untuk mengetahui hal itu, aku akan berbicara
dengan ayahmu. Akan kubantu mengorek isi hatinya. Akan kusampaikan
pula pesan Tuan Putri Dyah Wiyat itu."
Jawaban itu tidak menyebabkan Kuda Swabaya merasa puas. Namun,
Kuda Swabaya tak mungkin memaksa Gajah Enggon agar mau berbicara '
lebih banyak Kuda Swabaya makin curiga bahwa memang ada latar
belakang di masa lalu yang dengan sengaja disembunyikan darinya.
Ketika hari bergulir menuju sore, Kuda Swabaya pulang dengan
hati yang masih gelisah. '
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Gajah Enggon kepada anak
lelakinya. ' You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. o ' Gajian Ditarik Sang Prajaka bukanlah kakak kandungnya, juga bukan anak kandung
ayahnya. Sebagaimana ia ketahui dari cerita ibunya, Sang Prajaka adalah
keponakan ayahnya. Sejak kecil, Sang Prajaka telah kehilangan kasih
sayang kedua orang tuanya.
Namun, apa pun keadaan Sang Prajaka, Pretiwi sangat menyayangi
dan menganggapnya sebagai kakak yang sesungguhnya. Setelah Sang
Prajaka tiada melalui kematian yang sulit dimengerti apa latarnya, Dyah
Pretiwi merasa betapa ia merindukannya. _Dulu, menghadapi masalah
apa pun, Dyah Pretiwi selalu mengadukan kepada kakaknya itu. Diajak
ke pelabuhan Canggu merupakan hal yang menyenangkan. Kini, ia hadir
di tempat itu tanpa kakaknya lagi.
Lalu, orang kedua yang dikenangnya sebenarnya adalah orang yang
tidak ia kenal sama sekali. Namun, orang itu meninggalkan bekas yang
sangat mendalam di hatinya dengan jejak kesan yang sulit dilupakan.
Orang itu adalah seorang lelaki. Ia bernama Saniscara.
Siapa Saniscara dan dari mana Saniscara berasal, pertanyaan itu
menggantung tak pernah ada jawabnya hingga sore itu ia bertemu,


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan seseorang. Sore hari itu, ia melihat seorang kakek tua yang duduk
menyendiri sebagaimana dirinya. Kakek tua itu sedang melakukan halyang
sama pula dengan dirinya, memerhatikan air sungai yang mengalir.
"Sedang apa, Kiai?" tanya Dyah Pretiwi ramah.
Kakek tua berwajah tersaput mendung itu menoleh. Senyumnya
terasa aneh karena seperti menyeringai. '
"Aku sedang mencari anakku. Ia sudah lama pergi meninggalkan
istrinya yang sedang hamil tua. Namamu siapa, Nduk." tanya kakek
tua itu. . Dyah Pretiwi mengerutkan sebelah keningnya. Ia tidak segera
menjawab pertanyaan itu. "Kamu punya masalah dengan telingamu, Nduk?" kakek itumengulangi pertanyaannya.
Dyah Pretiwi segera menyeringai.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. 0 - Gajian Slide" betapa indah lukisan orang itu, meski tidak sesuai dengan aslinya. Di
lukisan itu, air yang mengalir di sungai berasal dari air terjun yang
gemuruh meninggalkan jejak kabut tebal. jika air terjun dari ketinggian
itu benar ada, tentu amat indah. Tempat macam itu hanya layak digunakan
untuk mandi para bidadari yang turun dari kahyangan.
Melihat lukisan itu, Dyah Pretiwi merasa tempias air amat dingin
mengenai wajahnya. Lukisan itu juga membuat Pretiwi serasa mendengar
betapa riang burung-burung berkicau bersahutan dan be tapa sejuk udara
yang mengalir. "Bagus sekali," Dyah Pretiwi tidak mampu menahan diri.
Orang itu tidak menoleh. Ia berkutat pada keasyikan kerjanya.
Dyah Pretiwi ingin orang itu menoleh. Dyah Pretiwi ingin orang itu .
mengajaknya bicara. Namun, orang itu mengacuhkannya, bahkan ketika
Dyah Pretiwi berbatuk-batuk buatan. Percuma Dyah Pertiwi menunggui
hingga matahari memanjat naik, orang itu menganggapnya onggokan
batu yang tidak ada gunanya. Dyah Pretiwi akhirnya pulang dengan
membawa rasa penasarannya. .
Namun, kegiatan menarik yang dilihatnya itu tidak diceritakannya
kepada siapa pun, tidak kepada ayahnya, tidak kepada kakaknya, tidak
kepada ibunya, apalagi kepada Kuda Swabaya yang jarang pulang.
Esnknya, ketika pulang dari pasar, Dyah Pretiwi memutuskan untuk
datang lagi ke tempat itu, meski ia tidak yakin orang itu masih di sana.
Dan, ternyata masih. Gambar yang dibuat orang itu makin sempurna,
makin bagus. "Namamu siapa?"
Pertanyaan yang tidak diduga itu menyebabkan Dyah Pretiwi yang
duduk di atas kayu roboh, terlonjak.
"Namaku Pretiwi," jawab Dyah Pretiwi senang karena akhirnya
diajak bicara. Orang itu membalikkan badan dan terlihat betapa tampannya. Di
telinga kanannya, terselip kembang kanti] yang baru saja mekar.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youraiewihg limitforthis
hoek. Maiananpura Hamann Meng: ' .
Dyah Pretiwi mengelus leher. Sikap yang menjadi ciri khasnya
ketika'merasa sedang tertekan. Namun, dicecar macam apa pun,
Dyah Pretiwi tidak mau menceritakan kegiatan apa yang dilakukannya
sampai-sampai dua kali ditugasi pergi ke pasar selalu pulang
terlambat. Sang Prajaka yang sibuk memahat sebuah patung menertawakannya
ketika adiknya itu mendekat.
"Sebenarnya dari mana kamu, Pretiwi?" tanya Sang Prajaka.
Dyah Pretiwi mendekatkan mulutnya ke telinga kakaknya, "Ada
laki-laki tampan di pelabuhan Ganggu, ia melukisku."
Sang Prajaka menghentikan ayunan palu pada gagang Inten-nya
dan berbalik. "Ia tampan sekali, di telinga kanannya ada kembang kantil," tambah
Dyah Pretiwi. "Ia melukismu?" tanya Prajaka penuh rasa ingin tahu.
*Ta," jawab Pretiwi.
Dengan ringkas dan jelas, Dyah Pretiwi menceritakan pengalamannya.
Namun, semua ia katakan dalam bisikan.
"Lukisan air terjun dan sungai itu indah sekali. Dengan hanya
melihatnya, Kakang akan mendengar suara gemericiknya, juga suara
burung-burung yang berkicau di dahan dahan. Hanya dengan melihat
lukisan itu, Kakang akan dapat merasakan betapa sejuknya udara dan
betapa dingin airnya."
Dengan pandang mata heran, Sang Prajaka memerhatikan wajah
adiknya. "Kamu dilukis orang itu?" Prajaka mengulangi pertanyaannya.
Dyah Pretiwi mengangguk dengan tatapan mata berbinar.
"Ya, aku disuruh duduk sambil memeluk sebatang kayu seperti
menimang bayi. Besok, aku diminta ke sana untuk mengambil lukisan
itu," jawabnya. . 4- 9:1th Weda Sebagai seniman yang menggeluti pembuatan benda"benda seni,
seperti ukir-ukiran dan pembuatan patung dari batu, Sang Prajaka selalu
memiliki ketertarikan pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan
seni. ' Minat Sang Prajaka amat berbeda dengan adiknya yang mewarisi jiwa
bela negara dari ayahnya. Jika Kuda Swabaya memperoleh kesempatan
libur dan pulang, pembicaraan yang paling riuh dibicarakan dengan ayahnya
adalah tentang geladi perang, tentang kemampuan melepas netter."'ra dan
pisau, atau bagaimana cara menjadi seorang trafik tunai yang baik.
Kini, adik perempuannya bercerita tentang seseorang yang memiliki
kemampuan melukis. Hal itu tentu menarik perhatiannya.
"Bagaimana caranya supaya aku bisa menemui orang itu besok. "
tanya Pretiwi. Sang Prajaka tersenyum. "Aku akan menyuruhmu berbelanja. Akan aku carikan alasan untuk
itu," kata Prajaka. Sang Prajaka kembali menyibukkan diri dengan bongkahan baru
sebesar dirinya itu. Berulang kali, ayunan palunya menghantam gagang
turun yang menghajar batu itu. Sepasang patung gupala pesanan dari
istana yang nantinya dipasang mengapit pintu gerbang Purawaktta harus
selesai ia kerjakan dalam beberapa hari. Patung yang pertama telah selesai
dikerjakan, bahkan telah dibawa ke istana menggunakan sebuah pedati.
Patung pasangannya harus segera selesai sesuai waktu yang dijanjikan.
Apalagi, untuk pekerjaan yang diterimanya langsung dari Prabu Hayam
lWuruk itu telah diterima pembayarannya.
Suara derap kuda melintas dari barat ke timur lewat depan rumah
itu. Hal itu mengganggu pemusatan pikiran Sang Prajaka terhadap
pekerjaannya. Dyah Pretiwi merapat ke punggung kakaknya.
"Siapa orang itu?" tanya Sang Prajaka heran.
Penunggang kuda itu memperlambat derap kudanya ketika
melintas tepat di depan rumah itu. Sang Prajaka layak merasa heran
You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailaple feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. o ' Gaya)" Medi: perhatian banyak orang yang lalu-lalang di pelabuhan Ganggu karena
memang jarang ada gadis yang berkuda. Apalagi, gadis yang membiarkan
rambutnya berkibar diterjang angin itu berwajah cantik, kecantikan yang
diwarisi dari ibunya. Kali 1ni, Nyai Dyah Menur tak perlu cemas karena anaknya pergi
tidak terlalu lama. Ada banyak barang belanjaan yang dibawa pulang
Dyah Pretiwi, mulai dari berbagai bumbu dapur hingga beberapa benda
yang dibutuhkan kakaknya.
"Siapa orang itu?" bertanya Dyah Menur.
Dyah Menur merasa penasaran. Seorang lakialaki di atas punggung
kuda memerhatikan rumahnya dengan sikap yang amat mencurigakan.
Dyah Pretiwi berdebar karena orang itu adalah orang yang kemarin.
Dyah Pretiwi tahu, hari ini orang itu mengikutinya sejak dari pelabuhan
Canggu. Ia terus membayang-bayangi saat ia berbelanja di pasar dan
terus mengikuti ketika pulang.
"Orang gila," kata Dyah Predwi datar.
Nyai Dyah Menur kaget. "Orang itu menggangguku," tambah Dyah Pretiwi.
Nyai Dyah Menur merasa cemas; Dengan pandangan khawatir, Nyai
Dyah Menur memerhatikan orang yang tetap duduk di atas punggung
kudanya itu. Menggunakan mata hati, Dyah Menur bisa mengukur
seberapa besar niat jahat yang dibawa orang itu. Dugaan Nyai Dyah
Menur benar. Orang itu tiba-tiba membuang keraguannya dan membawa
kudanya berderap ke halaman rumahnya. Dyah Menur makin cemas
karena Kuda Swabaya sedang tidak ada. Suaminya pun sejak pagi pergi
entah ke mana. Sebenarnya, laki-laki itu masih muda dan tampan. Namun, entah
mengapa pandangan mata pemuda yang turun dari kuda itu membuat
Nyai Dyah Menur merasa tidak senang.
"Namaku Ander Tohpati, Nyai," ucapnya sambil mengikat kudanya
di pohon jambu kiatbak. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthie
hoek. . ' (jajali Medi: "Mati aku, mati aku," orang yang terluka itu menahan sakit luar
biasa. Sang Prajaka terhenyak ketika melihat orang itu makin tersengal
dengan mata membeliak terbalik. Sang Prajaka merasakan betapa
kuat cengkeraman yang dilakukan orang menjelang tarikan napas
pamungkasnya itu. Hingga akhirnya, napas orang itu lenyap tak ada
jejaknya. Sang Prajaka bingung. Ia tak paham apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan rasa ingin tahu, Prajaka memutuskan untuk membongkar
buntalan kain yang dibawa orang itu. Sang Prajaka mengerutkan dahi
dan berpikir keras mendapati beberapa benda yang dikenalinya sebagai
alat lukis. Sang Prajaka segera teringat pada apa yang pernah diceritakan
adiknya. Dengan bergegas, Sang Prajaka membuka gulungan kain yang
tergeletak tak jauh dari pintu.
Lukisan yang indah dan mendebarkan. Sang Prajaka melihat, betapa
cantik Dyah Pretiwi yang bergaya tak ubahnya siluman ular dengan
tubuh yang dililit ular besar.
Pradhabasu yang pulang melintas regol tertegun. Dilihatnya tubuh
yang tergeletak berlumuran darah hitam, lalu dilihatnya Dyah Pretiwi
yang tergeletak kehilangan kesadaran, lalu dilihatnya istrinya yang juga
tergeletak seperti mati, lalu dilihatnya Sang Prajaka dengan tangan
kanan menggenggam keris berlumur darah, terakhir dilihatnya lhkisan
perempuan dililit-ular. ltulah awal dari sebuah kesalahpahaman. Dyah Pretiwi ingat
bagaimana ayahnya amat menyesali'tuduhannya. Ketika duduk persoalan
menjadi jelas, sayang sudah terlambat sekali. Sang Prajaka telah lenyap
jejaknya. Dalam perjalanan panjang yang ditempuhnya, Sang Prajaka
kehilangan ingatan atas dirinya. Keadaannya bahkan lebih parah dari itu.
Dalam diri Sang Prajaka, bersemayam jiwa lain, jiwa Saniscara.
Ketika Pradhabassu akhirnya berhasil menemukan anaknya
yang hilang, sungguh itulah pertemuan yang paling menyedihkan.
Wadukanpura Kurangi 5111115511 . .
Sang Prajaka justru mati di tangan ayahnya sendiri. Anak panah yang
telanjur lepas dari busur Pradhabasu, melesat cepat dan menembua
dada Prajaka. Ketika jiwa Saniscara melayang meninggalkan tubuh
yang ia pinjam, tinggallah Sang Prajaka sekarat tanpa mengetahui
mengapa harus sekarat. Bersamaan dengan terjadinya Perang Bubat yang akan dikenang
oleh siapa pun, saat itu pula Sang Prajaka mengembuskan napas
pamungkasnya. Gengan gelisah, Dyah Pretiwi memandang kakek tua yang
mengaku memiliki nama Hariwamsa itu.
"Kenapa kau memandangiku seperti itu, Ndak" Apa kau pernah
bertemu dengan anakku" Kalau ya, tunjukkan ke arah mana aku harus
pergi untuk menemukannya dan membawanya pulang. Istrinya akan
melahirkan. Istrinya amat ingin saat melahirkan ditunggui suaminya,"
kata Hariwamsa. Dyah Pretiwi bingung. la amat tahu di mana orang bernama
Saniscara itu berada. Ia amat tahu bagaimana nasibnya. Akan tetapi,
dengan cara bagaimana ia menjelaskan kepada kakek tua itu" Cara macam
apa yang bisa dipilih tanpa harus mengagetkannya"
Namun, Dyah Pretiwi memang harus berbicara.
"Nama anakmu itu Saniscara, Kiai?" tegas Pretiwi.
!,YH,FI "Rishang Saniscara Patriawhura?" lanjut Pretiwi.
You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. o - gaga ana "Kau benar, ini memang makam anakku," ucapnya lunglai. "Benarbenar lega aku iekarang. Aku telah memperoleh jawab'an mengenai
hidup atau matinya."
Dyah Pretiwi mengulurkan tangannya akan menyentuh pundak
Kiai I-Iariwamsa. Namun, ia urungkan niat itu. Mulutnya serasa tak mau
berada dalam kendalinya lagi. Dyah Pretiwi makin terbungkam. Anak
gadis Pradhabasu itu berdiri dan menoleh ke belakang. Dengan isyarat
tangannya, ia mempersilakan kusir dekat untuk pergi. Namun, ketika ia
berputar, pandang matanya jatuh ke wajah seseorang.
"Ayah," desis gadis itu.
Melihat ayahnya, Dyah Pretiwi merasa menemukan orang yang
bisa mewakilinya menjelaskan kepada Kiai Hariwamsa apa yang telah
menimpa anaknya. "Siapa orang itu?" tanya ayahnya dengan berbisik.
. "Kakek tua itu bernama Hariwamsa, Ayah. Aku bertemu dengannya
di tepi Ganggu. Ia menempuh jarak yang jauh untuk bertemu dengan
anaknya. Tolong, Ayah saja yang menjelaskan apa yang menimpa
anaknya. Aku tak mampu melakukan itu," balas Pretiwi.
Pradhabasu mengangguk perlahan.
& 27 Serombongan prajurit berkumpul di tanah lapang depan pintu
gerbang Purawaktra. Sejumlah itu pula kuda yang akan mengantarkan
mereka pergi. Agaknya, para prajurit itu akan menempuh perjalanan
panjang, melaksanakan tugas yang diberikan negara.'
You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek.

Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. . - Gaya."fi adalah "Ya, tetapi berhasil aku cegah. Aku telah menyampaikan kepada
Tuan Putri Dyah 1Wiyat bahwa tidak seharusnya beliau yang datang
mengunjungimu. Aku mengusulkan agar Pradhabasu yang menghadap."
Pradhabasu yang semula bersedekap, melepas tangan kirinya, lalu
menggerayangi pipi, dagu, dan lehernya. Ia akan tersenyum, tetapi segera
dibatalkan. Pradhabasu akhirnya menyeringai. Gajah Enggon membaca
pergolakan itu. "Kenapa tidak kaurestui anakmu menjalin hubungan dengan calon
yang ditawarkan Tuan Putri Dyah Wiyat?" tanya Gajah Enggon.
Perlahan Pradhabasu menoleh.
"Kautahu itu" "Semuanya," jawab Gajah Enggon. "Ia ceritakan bagaimana kau
tidak senang pada anugerah kenaikan pangkat yang diterimanya. Ia juga
menceritakan ketidaksetujuanmu kepada gadis yang disukainya. Ada apa
denganmu, kawan?" Pradhabasu menghirup tarikan napas amat panjang. Serasa udara yang
mengalir itu masih belum cukup untuk memuaskan paru-parunya.
Tiba-tiba Gajah Enggon tertawa.
"Selama ini, aku merasa mengenalmu. Rupanya, aku masih belum
mengenalmu. Masih ada saja sisi"sisi lain yang mengagetkan aku. Dulu,
ketika kau memutuskan untuk mundur dari pasukan Bhayangkara
sebagai bentuk unjuk rasamu, aku terkaget-kaget. Namun, meski terkejut,
aku masih bisa memahami latar belakang perasaanmu. Kausampaikan
unjuk rasa saat itu dalam rangka membela Mahisa Kingkin yang ternyata
adik iparmu." Gajah Enggon memandang Pradhabasu tanpa berkedip. Dalam
bayangan gelap malam, Pradhabasu membalas tatapan itu juga tanpa
berkedip. "Kali ini, tidak saja aku merasa kaget. Aku juga mengalami kesulitan
untuk memahami alasanmu. Rupanya, kau cemburu," lanjut Gajah
Enggon. MudaEgnpura Herawati angk . .
Gajah Enggon masih akan melanjutkan kata-katanya. Akan
tetapi, Pradhabasu segera mengangkat tangannya, memotong agar
Gajah Enggon tidak melanjutkan ucapannya. Gajah Enggon segera
menempatkan diri menunggu. Hanya saja, meski telah beberapa saat
ditunggu, Pradhabasu tetap tak bersuara. Pradhabasu telah mengubah
diri menjadi mirip patung raksasa hasil karya Prajaka yang kini dipasang
sebagai penghias pintu gerbang Purawaktra.
Sikap Pradhabasu itu mengingatkan Gajah Enggon pada sebuah
pembicaraan yang terjadi berberapa bulan lalu, ketika patung batu itu
dipasang di tempamya. "Percayalah, itu bukan patung sembarangan," bisik Pradhabasu
ketika ia ikut hadir dalam pemasangan giant-&: di depan Purawaktra. tetapi
tanpa diketahui siapa pun.
Kanuruhan Gajah Enggon yang pada saat itu berada di sebelahnya
segera menoleh. "Kenapa?" balasnya.
Pradhabasu sama sekali tidak tersenyum, pandang matanya
bersungguh-sungguh. Gajah Enggon merasa penasaran karena
Pradhabasu tak segera menjawab.
"Kenapa?" ulang Gajah Enggon saat itu.
"Anakku yang membuat gzpafa itu," ucap Pradhabasu bersungguh"
sungguh. "Itulah sebabnya, gmail" ini menjadi bukan gaduh sembarangan.
Caprie itu berpenampilan sangar dan menakutkan. Lebih dari itu,
Math itu memiliki jiwa. Sampai pada tahap tertentu, Mazi: itu memiliki
kehendak seperti manusia, kehendak untuk makan, kehendak untuk diakui
keberadaannya, kehendak untuk beranak pinak, dan kehendak kawin."
Merinding Gajah Enggon. Kanuruhan Gajah Enggon berusaha
memahami, tetapi tetap tak mengerti.
"Gapai; itu bernyawa ?" kejarnya.
Gajah Enggon terkejut melihat Pradhabasuu mengangguk perlahan
dan sangat yakin. ' You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. o ' 9:1th Silinda "Sejujurnya aku merasa tidak suka," kata Pradhabasu.
Gajah Enggon mengerutkan kening, tanpa menoleh ia melirik.
"Merasa tidak suka di bagian mana?" tanya Gajah Enggon.
Pradhabasu menekuk"nekuk jemarinya menimbulkan suara seperti
patah. "Aku bukan orang bodoh yang tak bisa menerka apa yang terjadi.
' Kenaikan pangkat berlebihan yang diperoleh Kuda Swabaya, jelas berasal
dari campur tangan suami Tuan Putri Dyah Wiyat. Dengan demikian,
aku mengambil simpulan, rahasia yang selama ini terpendam rupanya
elah terbongkar. Aku menduga hal itu terjadi bersamaan dengan
kematian Emban Prabarasmi. Emban itulah yang membocorkan," kata
Pradhabasu. Gajah Enggon yang duduk di sebelah Pradhabasu, bangkit dan
berjalan mondar"mandir.
"Lalu, apa keberatanmu?" tanya Gajah Enggon. "Rasa cemburumu
itu berlebihan, Pradhabasu. Dyah Menur kini telah menjadi istrimu,
bahkan telah memberimu seorang anak. Andaikata terjadi pertemuan
antara istrimu dengan Tuanku Wijaya Rajasa Hyang Parameswara
Sang Apanji Wahninghyun, hal itu tidak akan mengubah apa pun.
Dyah Menur tetap istrimu. Janganlah apa yang sedang bergumul
di benakmu menyebabkan Kuda Swabaya yang tidak tahu apa-apa
menjadi korban." Wajah Pradhabasu menebal.
"Kenaikan pangkat yang diterima Kuda Swabaya berlebihan.
- Tidakkah kau melihat, suami Tuan Putri Dyah lWiyat itu telah masuk
ke dalam rumah tanggaku. Kuda Swabaya itu anakku. Aku tidak suka
Kudamerta menganggap Kuda Swabaya sebagai anaknya. Sejak kecil,
Swabaya dan ibunya dibuang Akulah yang melindungi mereka. Kini,
tiba-tiba Kudamerta menganggap punya hak untuk berbuat apa pun di
wilayah rumah tanggaku," ucap Pradhabasu.
Gajah Enggon bersedekap sambil masih tetap berjalan maju
mundur. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. . ' (jajai Stade dengan induknya" Tentu jauh lebih besar. Konon, ikan-ikan itulah yang
_ mengaduk lautan hingga ombaknya begitu deras." Gajah Mada yang tahu cerita itu hanya bualan, nyaris terangsang
' rasa jengkelnya. Akan tetapi, dengan segera Gajah Mada menguasai diri.
Gajah Mada yang tidak ingin pembicaraan berkutat pada ikan raksasa
segera mengalihkan perhatiannya.
"Berapa penghasilanmu dengan mencari ikan di laut?" tanya Gajah
Mada. Tradung menyeringai. Selama ini, Tradung merasa penghasilannya
sebagai nelayan tidak banyak.
"Untuk mencari ikan di laut," kata Tradung, "dibutuhkan waktu
sampai berhati-hari lamanya. Mencan ikan di tengah laut pada dasarnya
bergelut menghadapi bahaya setiap hari. Di laut, musuh kami banyak
sekali. Adakalanya kami tersesat amat jauh sampai tak tahu jalan pulang.
Belum lagi jika persediaan makanan dan minuman sampai habis. Di
samping itu, masih ada bahaya yang lebih besar, yaitu badai. Di tengah
laut sana, badai sering muncul tiba-tiba tanpa sebab. _]ika langit mendadak
menjadi gelap, para nelayan hanya bisa berharap akan selamat. Di laut,
kadang kami masih harus berurusan dengan para nelayan perompak
yang merampas habis hasil tangkapan kami."
Gajah Mada menyimak penuturan itu dengan penuh perhatian.
Sebagai seorang prajurit yang pernah menjelajahi luasnya Nusantara,
Gajah Mada tahu bahaya macam apa yang akan muncul saat badai
terjadi. Laut bagai diaduk dan terciptalah ombak dengan lembah amat
dalam dan puncak amat tinggi. Kapal besar saja bisa tenggelam, apalagi
perahu kecil. "Berapa pendapatanmu dari menjadi nelayan?" ulang Gajah
Mada. Gajah Mada terbelalak kaget ketika Tradung menyebut sebuah nilai
yang sungguh kecil. Untuk jumlah sekecil itu, Tradung dan para nelayan
yang lain sampai harus mengadu nyawa.
"Yang mana rumahmu, Kisanak Tradung?" tanya Gajah Mada lagi.
You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. o ' g'ajmli Mada memperkenalkan diri. Gajah Mada melihat keramahan yang diberikan
para penduduk Galing bukanlah keramahan yang dibuat-buat. Salah
seorang tetangga Tradung yang kebetulan memiliki nangka matang,
membawa buah nangka itu dan dimakan beramai-ramai. Tanpa ada yang
menyuruh, seorang penduduk menurunkan buah kelapa muda dengan
cara yang tak pernah diduganya.
"Bukan main," Gajah Mada melepas kekagumannya.
Yang menjadi pusat perhatian Gajah Mada adalah seekor betuk yang
rupanya telah terlatih sedemikian rupa. Nelayan itu tidak perlu memanjat
sendiri, tetapi betuk piaraannya yang ditugasi memanjat naik. Penduduk
pesisir Galing itu merasa senang melihat Gajah Mada amat menikmati
suguhan yang mereka berikan. '
"Sebenarnya, di mana Tuan tinggaL?" tanya salah seorang penduduk.
Gajah Mada menghentikan kesibukannya membersihkan getah
nangka di tangannya. "Aku dari kotaraja Majapahit," jawab Gajah Mada. "Beberapa hari
yang lalu, kotaraja Majapahit geger karena ulah Gajah Mada. Apa kalian
sudah mendengar?" Penduduk Galing itu saling pandang. Dunia yang mereka miliki
selama ini sempit sekali. Karena berada di tempat terpencil, penduduk
Galing jarang memperoleh kabar mengenai keadaan Majapahit. Dahulu,
ketika Rajapatni Biksuni Gayatri mangkat, beritanya sampai di tempat
itu setelah sebulan lewat.
"Apa yang terjadi di kotaraja, Tuan?" tanya Tradung.
Gajah Mada menebarkan pandang matanya ke permukaan laut.
"Gajah Mada telah melakukan dadakan yang kejam. Sangat kejam
malah. Karena perbuatannya itu, Gajah Mada dicopot dari jabatannya,"
kata Gajah Mada sambil makan buah nangka.
Para nelayan itu terkejut. Mereka kembali saling pandang.
"Kekejaman macam apa yang telah dilakukan Mahamantrimukya?"
tanya Tradung sekali lagi.
You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. MadaEpnpura HamaiEyf Hingga . o
prajurit Majapahit. Para prajurit itu ikut menjarah," Drupada memberikan
jawaban. ' Penjelasan itu menyebabkan Gajah Mada kaget.
"Prajurit Majapahit?" tanyanya tak percaya.
"Ya," jawab Drupada. "Mereka prajurit Majapahit yang pasti sedang
lepas kendali karena terputus hubungan dari pimpinannya. Prajurit itu
tidak ada yang mengendalikan. Pelakunya mungkin menganggap apa '
yang mereka lakukan tak akan ketahuan. Beberapa pekan yang lalu, ketika .
kami bertemu dengan para nelayan dari Madura, terjadi bentrok. Para
nelayan dari Madura itu berusaha merebut hasil tangkapan kami. Meski
orang-orang dari Madura itu menyerang lebih dulu, mereka berhasil
kami buat kocar-kacir. Seorang warga kami terbunuh, sementara dua
orang dari pihak mereka mati. Agaknya, orang-orang Madura itu tidak
puas dan kini melakukan serangan balik yang didukung prajurit dari
Majapahit itu." Gajah Mada menyimak penjelasan itu dengan cermat. Drupada
menyebutkan adanya prajurit yang mendalangi. Hal itu sungguh menarik
_ perhatiannya. Gajah Mada melihat, keadaan memang bisa berkembang
ke arah yang tak diinginkan. Pandang mata Gajah Mada tertuju ke
layar-layar jukung yang bergerak di bayangan gelap yang hanya diterangi
oleh bintang-bintang dan bulan sepenggal. Nelayan Galing beruntung
karena kedatangan perahu"perahu yang akan menjarah itu dipergoki
Sura Kemuda, salah seorang penduduk yang sedang melamun di tepi
pantai sehingga waktu sempit yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk
mempersiapkan diri, paling tidak wanita dan anak-anak bisa diselamatkan
lebih dulu. Jongkong dengan layar lebar itu kian dekat dengan bibir pantai.
"Kalau jumlah mereka tidak banyak, kita lawan. Jika jumlah kita
tidak seimbang dengan jumlah mereka, kita menghindar," ucap Ki
Gemak Alang Alang. Gajah Mada melihat orang bernama Gemak Alang"Alang itu cukup
berwibawa dan mampu memberikan kendali.
You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. . ' Gajaii Silinda

Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Selama ini, aku selalu mendapatkan gambaran yang baik.," kata Gajah
Mada lagi. "Para nelayan dari Madura adalah nelayan yang baik, ramah,
dan bersahabat. Demikian juga prajurit Majapahit yang bertugas menjaga
lautan. Namun, ternyata semua itu tidak betul. Kini, aku melihat dengan
mata dan kepalaku sendiri sebuah kenyataan yang bertolak belakang Apa
boleh buat, jangan sebut aku kejam jika harus menggantung kalian."
Desta Anggara, Kebo Tenggarang, Kebo Bondowoso, Banjar Sawit,
dan Mahisa Kertopau kesulitan bernapas. Namun, para prajurit itu hanya
bisa pasrah pada keadaan.
"Desta Anggara," ucap Gajah Mada dengan nada irendah. Desta Anggara menunduk. Desta Anggara sama sekali tidak punya
keberanian mengangkat kepala.
"Desta Anggara!" panggil Gajah Mada sekali lagi dengan nada agak
meninggi. "Apa kau sudah tuli sehingga tak mendengar suaraku?"
Betapapun beratnya, Desta Anggara harus menengadah.
"Kau masih bermimpi menjarah perkampungan ini. "
' Desta Anggara menggeleng,
"Jawab!" bentak Gajah Mada.
"Tidak," jawab Desta Anggara dengan suara nyaris tak terdengar.
"Tidak karena di sini kau kepergok Gajah Mada" Namun, lain kali
mungkin kau akan mencoba lagi menjarah perkampungan ini," kata
Gajah Mada lagi. "Aku khilaf, Mahapatih," jawabnya gemetar.
"Tenggarang, Bondowoso?" kata Gajah Mada tertuju kepada Kebo
Tenggarang dan Kebo Bondowoso.
Gugup Tenggarang dan Bondowoso memberikan penghormatannya. "Baru kali ini aku ikut mereka, Mahapatih Gajah Mada," kata Kebo
Tenggarang "Aku sama sekali tak mengira, Kakang Desta Anggara
%adhipnpara ananta nota - .
akan membelokkan perjalanan kami untuk urusan seperti ini. Aku tidak
kuasa mencegah. Peringatan yang aku berikan tidak diperhatikan. Meski
demikian, aku tidak akan ingkar dari hukuman yang akan Mahapatih
jatuhkan. Aku siap."
Sebuah jawaban yang tegas telah diberikan Kebo Tenggarang.
Gajah Mada yang mengenal Kebo Tenggarang dengan baik, percaya
pada ucapan itu. Kebo Tenggarang siap dijatuhi hukuman, hal itu
menunjukkan sikapnya yang jantan dan bertanggung jawab.
Gajah Mada menebar pandangan kepada semua orang. Kali ini
ucapannya ditujukan kepada semuanya.
"Aku minta, malam ini tidak ada seorang pun yang meninggalkan
tempat ini. Besok pagi, kalian semua harus membangun kembali rumahrurnahyangkalianbakar. Setelah semuaitu kaliankerjakandan kaliantelah
mintamaaf kepadaorang-orangGalingsertaberjanji untuk tidakmengulangi
perbuatan itu, barulah kalian aku izinkan pergi meninggalkan tempat ini."
Para nelayan Madura yang didukung prajurit Majapahit harus
menerima kenyataan pahit dan tak terduga itu. Keadaan itu memaksa
mereka untuk merenungkan apa yang terjadi. Para prajurit Majapahit
merasa dada mereka makin terimpit oleh rasa malu karena menyadari,
mereka sebenarnya adalah di pihak yang salah.
Rasa malu itu makin menebal karena ternyata orang"orang Galing
justru bersikap ramah kepada mereka. Ki Gemak Alang Alang telah
memerintahkan beberapa orang penduduknya untuk menyiapkan
makanan dan minuman untuk diberikan kepada para nelayan Madura
dan prajurit Majapahit itu. Sebenarnya, di antara para nelayan dari Galing
itu ada yang masih menyimpan dendam karena salah seorang anggota
keluarganya telah Inari, menjadi korban dari pertikaian yang terjadi. Akan
tetapi, Ki Gemak Alang Alang mampu menenangkan hati mereka. Ki
Gemak Alang Alang berpendapat, jika tidak diakhiri, dendam itu akan
berkelanjutan tiada habis-habisnya.
Tidak harus_menunggu esok. Gajah Mada mengubah keputusannya.
Rumahwumah yang dibakar itu harus dibangun kembali malam itu pula.
o ' 9:1th Madi: Apa boleh, buat Desta Anggara harus menjalankan perintah itu dengan
bersungguh-sungguh. Demikian juga dengan para nelayan dari Madura
yang terlibat permusuhan dengan nelayan Galing, tak seorang pun
berani membantah apa yang dikehendaki Gajah Mada. Namun, Kebo
Tenggarang dan Kebo Bondowoso justru merasa bersyukur karena
memperoleh hukuman yang begitu ringan. "Seharusnya, dengan jenis
kesalahan yang telah dilakukan, mereka harus mendekam dalam penjara
sampai bertahun-tahun lamanya.
Meski sudah cukup tua, Ki Gemak Alang Alang mampu
bertindak cekatan dan bijak. Kesempatan itu segera dimanfaatkan
untuk menghancurkan permasalahan yang selama ini timbul. Ketika
orang-orang dari Madura sibuk membangun rumah dari pohon bambu
yang tersedia berlimpah di tempat itu, Ki Gemak Alang Alang segera
menjatuhkan perintah kepada para perempuan untuk memasak. Para lelaki '
diperintahkan untuk tidak tinggal diam. Mereka harus ikut membantu. '
Keramahan dan ketulusan hati yang demikian menyebabkan
para nelayan dari Madura menjadi malu. Para prajurit Majapahit yang
terlibat dalam pertikaian itu pun merasa tak tahu harus ke mana
menyembunyikan wajah mereka. Dengan wibawa yang sangat besar,
Gajah Mada melangkah mondar-mandir melihat secara langsung
bagaimana kerja besar itu dilakukan.
"Tuan," sebuah suara daribelakang memaksa Gajah Mada menoleh.
"Ya?" balas Gajah Mada. _
Tradung yang bersebelahan dengan Damar Kanginan berdiri dengan
sikap sangat santun. "Saya ingin mohon maaf, Tuan," kata Tradung.
"Saya juga, Tuan. Saya juga mohon maaf karena sama sekali tidak
tahu, Tuan adalah Mahapatih Majapahit yang besar."
Gajah Mada tersenyum. "Itu bukan'*kesalahan dan tak perlu ada yang dimaafkan," jawab
Gajah Mada. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. MadeEpnpura Hemagiilfnasa : .
yang bersangkutan sedang berpikir keras. Gajah Mada tidak mampu
menutupi rasa takjubnya. "Coba kauulangi," kata Gajah Mada.
Tradung melekatkan kedua tangan dan saling meremas jari.
"Islam mengajarkan manusia untuk menyembah Sang Maha
Pencipta, Tuan," jawab Tradung menggunakan bahasa yang mudah
Mengerti. "Sang Maha Pencipta atau yang disebut Allah Shubhanahu
wata'ala adalah Zat yang paling tinggi. Menggunakan akal sederhana,
segala sesuatu yang ada pasti ada yang menciptakan. Batu yang
berserakan, pasir, dan air misalnya, memunculkan pertanyaan, apa
benda itu ada begitu saja" Atau, benda itu ada karena ada yang mencipta"
Demikian juga dengan matahari di langit, bulan, dan bintang"bintang.
Bagaimana benda-benda itu ada" Apa benda itu ada begitu saja atau ada
karena ada yang menciptakan?"
Gajah Mada menyimak penjelasan itu dengan penuh minat dan
perhatian, sementara Tradung mencoba menguraikan dengan sangat
berhati-hati. Tradung sadar, ia berhadapan dengan seseorang yang
memiliki kekuasaan yang sangat tinggi, bahkan punya hak untuk
menentukan apa agama Islam boleh hidup di Majapahit atau tidak"Lanjutkan," kata Gajah Mada.
Tradung siap melanjutkan. Tangannya ageparnatnag.
"Demikian juga pertanyaan, siapa yang menciptakan manusia dan
binatang" Bagaimana manusia dan binatang bisa ada" Mungkinkah para
manusia dan binatang itu ada begitu saja" Jawabnya tidak mungkin.
Manusia ada pasti karena ada yang membuat. Kalau hanya sebuah
kebetulan, wujudnya pastilah tidak berbentuk, tidak berhidung, tidak
bermata, dan tidak bertelinga. Sang Maha Pencipta itulah yang disembah
orang Islam, Tuan. Allah yang mencipta matahari, Allah yang berada di
balik adanya lautan, Allah yang berada di belakang berubahnya siang dan
malam. Allah telah menurunkan petunjukiNya yang mengatur kehidupan
melalui kitab All"Qur"an. Allah telah menunjuk seorang manusia yang
lahir di tanah Arab yang bernama Muhammad sebagai Nabi."
You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. . | graph Muda selatan, sebagian langit tampak hitam menyentuh tanah. Di tempat
itu, hujan pasti turun dengan lebar. Apalagi, beberapa kali kilat terlihat
muncrat, disusul suara ledakan menggelegar. Suara itu mirip genderang
yang ditabuh beruntun. Hujan memang akan turun di mana-mana karena
mangium "**-' sedang memasuki penghujan.
"Udaranya sejuk sekali," ucap Gajah Mada kepada diri sendiri.
Gajah Mada tidak memacu kudanya dengan kencang. Dibiarkannya
kuda tunggangan itu mengukur kecepatannya sendiri. Kuda kekar yang
berasal dari tanah Dompo itu benar"benar menikmati perjalanannya.
Bagi seekor kuda, berlari merupakan kebutuhan. Kuda akan tersiksa
jika dibiarkan berada dalam kandang dan tak melakukan apa pun.
Lebih-lebih, kuda yang diberi nama Sapu Jagat itu telah tercukupi
semua kebutuhannya. Saat berada di Galing, kuda itu telah merumput
sepuasnya, bahkan Tradung memberinya jamu. Jamu untuk memperkuat
tenaga dan memulihkan kekuatan otot itu dibuat dengan menggunakan
bahan rMuan khusus, di antaranya beberapa butir telur dan beberapa
buah mengkudu ditambah beras kencur. Tradung memperlakukan kuda
itu seperti manusia. Tongas telah dilewati beberapa waktu yang lalu. Perjalanan yang
Semula menyusur sepanjang pantai mengarah ke matahari terbit telah
membelok ke arah selatan menelusuri jalan yang makin lama makin
menanjak. Perjalanan bertambah menarik ketika jalan kurang bagus
yang dilewati berakhirpberganti dengan jalan datar sedikit menanjak.
Kiri kanan jalan adalah bolak panjang yang banyak ditanami berbagai
jenis sayuran. Di kejauhan, Mpak berderet"deret rumah yang bagus,
setidaknya lebih bagus dari rumah-rumah di Galing, menandakan
kehidupan penduduk cukup makmur yang berasal dari hasil mereka
bercocok tanam. Gajah Mada yang mengukur waktu, memperkirakan ia akan sampai
di Lumbang saat gelap datang. Manakala Gajah Mada akhirnya memasuki
tapal batas perkampungan Pamadan, keningnya mulai berkerut. Pamadan
?" Mugailull, Jawa, perhitungan musim
You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. e - g::p&arm_ kubis. Agaknya, SapuJagat tidak akan berhenti makan jika tidak dipaksa.
Gajah Mada yang telah naik ke punggung kuda segera mengajak kuda
itu malanjutkan perjalanan.
Gajah Mada mendapati hal yang sama pada rumah"rumah yang
lain. Hingga akhirnya, ia melihat keadaan yang berbeda. Sebuah rumah,
merupakan satu"satunya rumah yang mengalami nasib berbeda, hangus
terbakar dan dengan kasatmata terlihat adanya jejak-jej ak perusakan.
Gajah Mada adalah orang yang amat berpengalaman. Sekian tahun
menjadi bagian dari pasukan khusus Bhayangkara, menjadikan Gajah
Mada memiliki mata yang awas, melebihi ketajaman mata orang lain.
Dari kayu yang terbakar atau dari batang kayu yang patah, Gajah Mada
mampu memperkirakan kejadian apa yang terjadi sebelumnya. Pun dari
jejak-jejak kaki di tanah dan pekarangan di sebelah mmah itu, terbaca
peristiwa macam apa yang terjadi sebelumnya serta ke mana orang"orang
pergi setelah itu. ' Tanpa turun dari kudanya, Gajah Mada mengelilingi rumah itu dan
terus membaca semua jejak yang tertinggal.
"Telah terjadi sebuah peristiwa di rumah ini," Gajah Mada berkata
kepada diri sendiri. "Lalu, menjelma menjadi penyebab penduduk
pergi dari rumahnya. Bisa jadi, karena adanya sebuah ancaman. Semua
kekacauan berasal dari sini."
Sore bergerak makin senja. Bisa ditandai hal itu dari keberadaan
sang surya yang terlihat remang-remang di balik mendung. Matahari
pasti ada di sana karena di balik mendung itu terlihat cahaya yang lebih "
terang. Dirangsang oleh rasa ingin tahu yang tidak tercegah, Gajah Mada
yang telah menggenggam dugaan ke arah mana penduduk Pamadan itu
pergi, segera mempercepat laju kudanya.
Akhirnya, Gajah Mada menemukan sebuah jejak.
"Asap," desisnya.
Asap mengepul dari kejauhan. Sebagai seorang mantan prajurit yang
telah kenyang asam garam medan perang, cara berhubungan dengan
You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
hoek. . - 94:1th &"an Penuh perhatian Gajah Mada menyimak penjelasan Ki Pintasmerti.
Penolakan lamaran itu bisa berlanjut ke perang karena Ki Buyut Saleces
marah telah kehilangan anak gadisnya.
"Anakmu membawa minggat anak Ki Buyut Saleces?" kejar Gajah
Mada. - Ki Pintasmerti mengangguk.
"Ya," jawabnya. "Pintasmara anakku membawa lari Swendar
Prasasti. Hal itu yang menyulut peristiwa ini."
"Lalu, mengapa kau berada di sini" Mengapa kau menjadi pengecut
dan tidak berada di antara orang-orang yang agaknya siap berkorban
untuk membelarnu?" tanya Gajah Mada.
Ki Pintasmerti terkejut, tetapi pertanyaan tajam itu serasa terlontar
dari kedalaman hatinya sendiri.
"Rakyatku tidak mengizinkan aku berada di antara mereka," jawab
Ki Pintasmerti. ' Gajah Mada sedikit. terkejut. Dengan cara pandang sedikit berubah,
Gajah Mada memerhatikan Ki Pintasmerti dengan lebih saksama.
"Apa kedudukanmu di Pamadan?" tanya Gajah Mada.
Pertanyaan yang dilontarkan laki-laki berbadan kekar itu sederhana
saja, tetapi Ki Pintasmerti merasakan betapa besar wibawa orang di
depannya itu. - "Aku Buyut Pamadan," jawab Ki Pintasmerti. "Kusandang jabatan
itu beberapa bulan yang lalu, setelah semua penduduk Pamadan sepakat
menunjukku menggantikan buyut yang lama yang telah meninggal
dunia." Gajah Mada masih menyimpan beberapa pertanyaan. Akan
tetapi, perhatiarmya segera tersita oleh perkembangan keadaan yang
mendebarkan. Di arah lembah, perundingan antara dua pihak yang
masing-masing pihak diwakili dua utusan telah gagal mengambil
kesepakatan. Gajah Mada bisa menebak, Ki Buyut Saleces tentu minta
Madadanjvura HmuQiilfaEya ' .
anaknya dikembalikan. Tak cukup dengan dikembalikannya Swendar
Prasasti, Pintasmara yang dianggap telah melakukan penghinaan
juga harus diserahkan untuk memperoleh hukuman sebagai ganjaran
perbuatannya. ' Apa yang terjadi bergerak cepat. Buyut Saleces yang menempatkan
diri duduk di belakang pasukannya telah kehilangan kesabarannya dan
memutuskan menggelar serangan. Keberadaan Buyut Saleces bisa
ditandai dari pengawalan ketat yang dilakukan pendukungnya. Untuk
sebuah harga diri dan kehormatan serta atas nama agama yang dianut,
berapa pun jumlah nyawa yang harus dibayar akan diberikan.
Orang-orang dari Saleces bergerak dalam sebuah kesatuan saling
dukung untuk menghancurkan orang-orang Pamadan. Meskipun
sederhana, Gajah Mada melihat gelar perang mendebarkan yang pasti '
berasal dari kendali seorang prajurit atau mantan prajurit. Itu bukan hal


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang aneh karena di masa silam, wilayah Lumajang menyimpan bmyak
kisah perang. Akan tetapi, apa yang dilakukan orang-orang Pamadan ternyata
lebih mendebarkan. Gajah Mada melihat pasang gelar yang lebih
sempurna dibangun orang-orang Pamadan. Dengan cekatan, mereka
mengubah bentuk menjadi bulat mirip cakra. Mereka yang berada di
luar mempersenjatai diri dengan tombak bergagang panjang dengan
jangkauan lebih jauh. Sedangkan, mereka yang berada di lapis kedua
memegang anak panah. Gajah Mada mengerutkan dahi. Gelar perang
yang dilihatnya itu mirip Cakrabyuha yang pasti berasal dari kendali
seorang prajurit yang mempunyai pengalaan cukup matang.
Akhirnya, kedua pasukan yang samanama tidak melihat peluang
untuk berdamai itu saling berancang-ancang untuk menyerbu.
"Serang!" terdengar teriakan dari kubu Buyut Salcces.
"Serbuu!" balas teriakan yang tak kalah kuat yang berasal dari kubu
Pamadan. Dua kelompok kekuatan yang masing-masing berkekuatan lebih
dari dua ratusan orang itu berlarian dan siap untuk membenturkan diri.
You have either reached a page that is unayailahle foryiewihg or reached youryiewihg Iirhitforthis
hook. You have either reached a page that is dhayailahle foryiewihg or reached youryiewihg Iirhitforthis
hook. o - gaara afin mana"mana sehingga akhirnya tercipta sebuah kedukan cukup dalam.
Jika kedukan itu didiamkan, diyakini akan menjadi sebuah sumur.
Merasa telah cukup dalam menyita perhatian dan memberi pesona,
pusaran angin itu pun akhirnya mereda. Terbaca hal itu dari ukurannya
yang makin lama makin mengecil. Ketika telah sampai pada sebuah ddk,
mendadak pusaran angin itu semburat menyebar dan lenyap. Betapa
' besar kekuatan angin itu. Hal itu bisa dirasakan dari hempasan yang
mendadak menerjang mereka yang berdiri.
Menggigil Buyut Saleces yang melihat kenyataan, di tempat pusaran
angin itu semula berada telah berdiri seseorang. Ki Pintasmerti tak
kalah tercengang melihat hal itu. Lebih tercengang Ki Pintasmerti yang
mengenali siapa sosok di bekas jejak :"ka tahun itu.
"Orang itu Gajah Genjong," desisnya.
Didorong rasa ingin tahu, orang-orang Pamadan melangkah untuk
bisa melihat dari dekat. Meski dengan keraguan, orang-orang Saleces
memberanikan diri memperpendek jarak.
"Siapa orang itu?" tanya seseorang.
Orang di sebelahnya tak segera menjawab. Dengan penuh
keyakinan, orang itu bahkan memutuskan untuk jongkok. Baginya, yang
bisa muncul dari balik pusaran angin hanyalah Dewa.
Beliung itu sebenarnya sejenis ilmiu kakitangan gama karenakan"
yang diwarisi Gajah Mada dari Kiai Pawagal. Gajah Mada yang muncul
dari balik beliung itu sangat menyita perhatian kedua belah pihak yang
saling bertikai. Buyut Saleces menjadi penasaran. Buyut Saleces berusaha
mengenang. Namun, meski telah berusaha keras, ia belum bisa
' menemukan jati diri orang yang muncul dari balik angin berputar itu.
Sebuah kemunculan melalui cara yang aneh.
"Rasanya aku pernah bertemu, tetapi entah di mana," ucapnya.
" Renungan guna kecantikan. Jawa. ilmu kesaktian dan ilmu batin
You have either reached a page that is upayailaple foryiewihg or reached youryiewihg Iirhitforthis
hook. You have either reached a page that is upayailaple foryiewihg or reached youryiewihg Iirhitforthis
hook. . . 9:1th anin Orang-orang Pamadan saling pandang.
"Tidak., Tuan," Ki Buyut Pintasmerti yang memberikan jawaban.
"Benar begitu?" tanya Gajah Mada.
Ki Buyut Pintasmerti menyempatkan melirik Buyut Saleces yang
memandangnya dengan bergumpal-gumpal kebencian.
"Kanti tidak melakukan apa yang dituduhkannya, Tuan," jawab Buyut
Pintasmerti. "Yang sebenarnya terjadi, anakku dan anak Ki Buyut Saleces
saling menyukai. Karni, orang-orang Pamadan, sama sekali tidak melakukan
hal-hal yang tidak pantas. Kami telah memenuhi semua kepatutan dengan
mengajukan lamaran, tetapi ditolak, Tuan. Anak gadis Ki Buyut Saleces
yang meminta agar kami membebaskannya. Yang kemudian kanti lakukan
hanyalah seperti kata pepatah annepmlab bapa agamawi." '"
Bagai api yang melalap kayu-kayu kering dan ditiup angin dengan
kencang, Ki Buyut Saleccs sontak berdiri dan menganggap tubuhnya
yang telah renta itu seperti masih gagah dan perkasa. Ki Buyut Saleces
bahkan bertolak pinggang.
"Berani-beraninya kau mengucapkan itu?" meledak kakek tua itu.
Akan tetapi, ketika Gajah Mada meliriknya. Ki Buyut Saleces
tidak punya keberanian melanjutkan kemarahannya. Pontang-panting
Buyut Saleces berusaha menguasai diri. Ki Buyut Saleces yang berusaha
mengenang 'siapa sebenarnya orang itu, belum juga berhasil menemukan
sebuah nama. Akan tetapi, Ki Buyut Saleces yakin, orang itu pasti
memiliki kekuasaan sejajar dengan wibawa yang dimilikinya.
"Benarkah kau telah menerima kedatangan orang-orang dari
Pamadan, Ki Buyut. " cecar Gajah Mada.
Gugup Buyut Saleces merapatkan dua telapak tangannya.
' "Orang-orang Pamadan itu tak punya hak menculik anakku, Tuan,"
ucapnya dengan suara parau pecah.
|?" Anak nahh hape kepretlhllt', pepatah Jawa. anak yang berbuat. orang tua yang menanggung
akibatnya . You have either reached a page that is unayailaple feryiewihg or reached youryiewihg Iirnitforthis
hoek. Madakanjmm Hnmwiswakga . .
"Ayo, jelaskan, Buyut Saleces," kejar Gajah Mada tegas. "Apa yang
menyebabkan tak ada orang Buddha di tempatmu" Karena kau telah
mengusir mereka semua atau karena kaupaksa mereka untuk pindah ke
agama Syiwa" Mana yang benar. "
Ki Buyut Saleces tidak berani menengadahkan kepala. Juga tak
berarti menjawab. "Ada yang bisa menjawab, mengapa tidak ada orang yang
beragama Buddha di Saleces?" tanya Gajah Mada dengan suara lantang
menggelegar. Gajah Mada mengedarkan pandang matanya, kemudian berhenti
di wajah pemilik tangan yang diacungkan penuh keraguan.
"Kamu?" tunjuk Gajah Mada.'"Berdirilah dan berilah jawaban
yang tegas!" Orang itu berdiri. "Namakujalak Kuncak, Tuan," ucap orang itu. "Aku dulu beragama '
Buddha. Aku harus pindah dari keyakinanku karena ancaman Ki Buyut.
Ki Buyut juga melakukan hal yang sama kepada para penganut agama
Buddha yang lain. Itu sebabnya, tak seorang pun penduduk Leces yang
berani menganut agama Buddha."
Gajah Mada menyimak penjelasan itu dengan cermat, lalu terdiam
sedikit lebih lama. Gajah Mada mengangguk memberi isyarat kepada
orang itu untuk duduk kembali. Gajah Mada meloncat dari atas kudanya
dan membiarkan kuda itu berlari menjauh.
Apa yang diucapkan Gajah Mada terdengar lantang dan memantulmantu] di kejauhan, "Majapahit memberikan pengakuan kepada agama
Syiwa dan agama Buddha serta meminta kepada semua penganutnya
untuk hidup rukun berdampingan. Itu sebabnya, ada Tripaksa yang
mengatur. Nunn, di sini ternyata ada orang yang berarti melakukan
tindakan yang secara nyata menjadi sumber perpecahahan. Kalau
saja aku'tidak ikut campur, saat ini sudah puluhan orang terkapar tak
bernapas." You hare either reached a page that is unarrailahle feryiewihg er reached youraiewihg limitforthis
hoek. You hare either reached a page that is dhayailahle feryiewihg er reached youraiewihg limitforthis
hoek. o ' Gnyhii Maria Namun, Gajah Mada tak peduli. Dengan tenang, ia meninggalkan
tempat itu. Sapu Jagat membawanya mendaki bukit. Di sana, ada jalan
setapak yang akan membawanya ke Sapih yang tinggal beberapa jengkal
lagi di depan. Buyut Pintasmerti tergerak hatinya dan bergegas mendekati Buyut
Saleces. Uluran tangan yang diberikan Ki Pintasmerti diterima. Buyut
Saleces tanpa keraguan. Dengan tertatih, pimpinan Kabuyutan Saleces
itu berusaha berdiri. Sikap dua buyut yang berdamai itu segera disambut
dengan perasaan amat lega. Orang-orang Saleces yang semula merasa
amat tertekan dan tidak punya pilihan selain harus ikut menyerbu
Pamadan, terbebas dari beban yang sangat berat.
"Mari, singgahlah ke Pamadan, ada banyak hal yang masih harus
kita bicarakan," Ki Pintasmerti menawarkan.
Buyut Saleces mengangguk.
% 31 Malam gelap gulita. Gajah Mada menandai tempat yang amat
menarik itu dengan ketajaman telinganya. Suara gemuruh yang terus
bergerak susul-menyusul tiada henti itu berasal dari air terjun yang
menumpahkan banjir tak berkesudahan. Meski menghadapi keadaan
alam yang demikian, Gajah Mada merasa beruntung karena mendapatkan
tempat betteduh. Gajah Mada berteduh di bawah pohon gurda tua yang
memiliki daun amat lebat yang mampu menyaring air hujan sehingga
tidak membasahi tubuhnya.
Gajah Mada tiba di tempat "itu beberapa rebah sebelumnya. Ketika
itu, hujan belum turun. Di beberapa tempat, bintang-bintang terlihat.
rou hare either reached a page that is Lihairailaple feryiewihg er reached youryiewihg limitforthis
hoek. . ' (jajah Mad-a Gajah Mada duduk bersila tidak jauh dari air terjun utama, satu
yang terbesar di antara tujuh air terjun yang lain. Tempat itu rupanya
mengerikan karena jarang ada orang yang berani mendekati. Andaikata
ada yang berkepentingan mendekat adalah untuk mengirimkan sesaji
atau dalam rangka menyembah pepohonan dan dibawa" penghuninya.
Perilaku manusia yang demikian itu menjadikan air terjun di Sapih
angker dan menakutkan. Namun, kali ini para jin dan damri: yang menghuni pepohonan
bingung. Asap yang menyapa mereka hanyalah asap dari perapian,
bukan asap yang berbau kemenyan.]uga tak ada dendang mantra yang
memuja mereka yang biasanya dilengkapi permintaan menjadi kaya,
memohon agar punya anak, memohon agar seseorang terbunuh, dan
sebagainya. ' Gajah Mada yang duduk bersila tidak jauh dari perapian itu
memiliki wibawa yang menyebabkan para dasari: merasa tidak
nyaman. Ketidaknyamanan itu mereka lepaskan melalui suara
melengking menyayat. Namun, ada juga ahsani! yang memiliki suara
sangat menggetarkan. Gajah Mada sedikit terganggu oleh suara
bergelak-gelak beruntun dan tak berkesudahan itu. Suara itu rupanya
menjadi contoh bagi para datant yang lain untuk ikut tertawa sehingga
menjadi paduan suara paling menakutkan dari yang pernah ada di
muka bumi. ' _ Gajah Mada terganggu pemusatan semadinya. Suara riuh rendah
itu sulit dipilah, mana yang berasal dari gemuruh air terjun, mana yang
berasal dari suara binatang malam, dan mana pula suara yang berasal
dari petit serta hujan. Semua tumpang tindih tidak karuan.
Namun, Gajah Mada punya cara untuk membungkam semua itu.
Gemeresak pusaran angin muncul dari mana-mana.
& MeahkgnparuHeMiMeita ' . 32 Kerinduan menyebabkan duka, apalagi jika rindu itu kepada
kekasih yang tiada kabar beritanya. Hari pertama setelah keberangkatan
Kuda Swabaya menuju medan pengabdiannya, Prabasiwi mengalami
kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa untuk jangka waktu panjang,
bahkan mungkin untuk selamanya, ia tak akan bertemu kembali dengan
kekasih hatinya. Prabasiwi tidak punya tempat untuk berbagi duka
dan hanya ditanggungnya rasa kangen itu sendiri. Prabasiwi memiliki
persediaan air mata dalam jumlah yang amat cukup. Semalaman ia
menangis, membasahi bantal dan tempat tidurnya. Pagi ini, ia tak tahu
bagaimana cara menyamarkan jejak tangisnya.
"Kakang Kuda Swabaya," bisik gadis itu.
Sementara itu, Ibu Suri Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa adalah
seorang perempuan yang bermata awas. Ibu Suri dengan segara
membaca jejak kesedihan di wajah Prabasiwi yang kini menjadi emban
kesayangannya. "Ada apa?" tanya Ibu Suri.
Prabasiwi bergegas menyembah, tetapi ia mendapati kenyataan
betapa mulumya terkunci sangat rapat dan sulit untuk dibuka. Ibu Suri
yang menyayangi Prabasiwi tidak ubahnya anak kandungnya sendiri
segera meraih kepala gadis itu dan mendekapnya.
"Ada apa?" bisik Ibu Suri.
Namun, Prabasiwi tak mampu berbicara, mulutnya benar-benar
terkunci. Ibu Suri Dyah Wiyat tahu, permasalahan yang mampu memaksa
gadis itu menangis pastilah berhubungan dengan Kuda Swabaya
"Soal Kuda Swabaya?" tanya Ibu Suri.
Prabasiwi menengadah. rou hare either reached a page that is Lihairailaple feryiewihg er reached youryiewihg limitforthis
hoek. rou hare either reached a page that is Lihairailaple feryiewihg er reached youryiewihg limitforthis
hoek. rou hare either reached a page that is Lihairailaple feryiewihg er reached youryiewihg limitforthis
hoek. rou hare either reached a page that is Lihairailaple feryiewihg er reached youryiewihg limitforthis
hoek. . ' Geyhi'i Medi: Namun, pada pagi itu, dua orang lelaki mencuri perhatian. Tak ada
orang melakukan MEI-"'" dalam sebulan terakhir, apalagi ketika istana
sedang dirundung duka. Akan tetapi, kali ini dua orang laki-laki tua
menyita perhatian dengan menjemur diri di tengah lapangan. Beruntung
dua orang lelaki itu karena Prabu Hayam Wuruk yang sedang memberi
makan burung dara memerhatikan mereka.
"Hamba, Tuanku," seorang prajurit Bhayangkara bergegas datang
mendekat. ' Prabu Hayam Wuruk mengarahkan pandang matanya ke halaman
istana. "Aku akan menerima mereka yang melakukan papa itu secara
langsung. Persilakan mereka naik ke Manguntur," Hayam Wuruk
menjatuhkan perintah. Prajurit yang baru saja dipanggil menghadap itu bergegas
menemui Temenggung Macan Iiumng dan menyampaikan perintah
yang diterimanya. Temenggung Macan Iiunmg segera menindaklanjuti
perintah itu dengan menyiapkan Bale Manguntur. Selanjutnya, dua
orang emban dengan bergegas membersihkan Bale Witanad" Tikar
segera digelar untuk dua orang lelaki tua itu. Dalam pengawalan ketat
pasukan khusus Bhayangkara, sejenak kemudian Sang Prabu Hayam
Wuruk keluar dari pintu yang menghubungkan istana kediamannya
dengan Bale Manguntur. Dua orang yang melakukan papa itu bergegas menyembah.
Sungguh di luar dugaan mereka, Sang Prabu sendiri berkenan
menerima permohonan menghadap itu secara langsung dan tidak
diwakilkan. Prabu Hayam Wuruk tidak menempatkan diri duduk
di Bale Witana. Prabu Hayam 'Wuruk tetap berdiri, bahkan ketika
?" Pepe, Jews, bagian dari mekanisme unjuk rasa yang berlaku di istana. Ketika rakyat berniat mengadukan


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sentatuihn meminta keadilan, indapel melakukan pepestau menjemurdiri di halaman istana. Selanjutnya,
raja akan nununggilnysd'sn menanyai apayang diinginkannya. Kematian. nja mengundang pihak yang
terkait. temusuk pihak yang bersengkeu.
"5 m wrn-... sebuah bang" kecil berbentuk rumah-" dan dipasangi tirai tipis, di dalamnya
terdapat sebuh dhamptu'. Dalam sidang resmi. biasanya raja menempatkan diri di dalam Hale Witanl.
sementara semua yang menghadap berada di luar:
You have either reached e page thet ie uneyeileble feryiewing or reeehed youryiewing limitforthie
book. You have either reached a page that ia unayailable feryiewing or reached youryiewing limitforthie
book. 0 - garam Bhayangkara needed itu kini telah menyandang pangkat senopati Ma.
Hanya tinggal sejengkal lagi waktu yang mereka perlukan untuk naik ke
jenjang berikutnya menjadi temenggung.
Di barisan lain, terlihat para pejabat negara yang tak berasal dari
jalur prajurit. Para arya terlihat lengkap. Ma Panji Elam, Pu Kapasa, Pu
Kapar, dan Pu Menur tidak merasa canggung berada di antara mereka
yang menghadap, meski mereka dicurigai berada dalam golongan yang
senada dengan sikap Gajah Mada yang lebih suka menggempur orangorang Sunda Galuh. Beruntung orang macam Ma Panji Elam karena Gajah Mada tidak
ingin ada orang lain yang ikut menanggung dosa Perang Bubat. Ketika
tarik ulur peristiwa Bubat terjadi, ada beragam sikap yang mengepungnya.
Ada pihak yang tidak setuju, tetapi tidak berani mengutarakannya
dengan biak"biakan, ada yang tak setuju dan berani bicara biak-biakan,
ada yang setuju dan mendukung dengan biasa-biasa saja, serta ada pula
yang mendukung dengan membabibuta seperti yang dilakukan Ma Panji
Elam dan beberapa orang yang sehati dengannya. Namun, dukungan
membuta ini pada ujungnya memberi sumbangsih kesulitan yang kini
dihadapi Gajah Mada. Seperti tidak terjadi apa-apa, Ma Panji Elam duduk
amat tenang sambil sesekali menyapukan tatapan matanya.
Namun, pusat dari semua perhatian sedang tertuju kepada Dang
Acarya Smaranatha dan Dang Aearya Nadendra. Masing-masing adalah
dharmadyaksa kasogatan dan dharmadyaksa kasaiwan yang telah pulang
dari perjalanan jauh yang mereka tempuh. Dang Acarya Smaranatha
dan Dang Acarya Nadendra pergi ke Sunda Galuh di Kawali dalam
rangka melaksanakan tugas yang sedemikian berat, tugas yang semua
orang menilai jauh lebih berat dari berperang di medan perang mana
pun. Itu sebabnya, mereka yang hadir di peranakan yang digelar tanpa
direncanakan itu merasa tidak sabar ingin segera mendengar cerita yang
dibawa pulang dua pejabat yang memiliki wewenang mengatur kehidupan
beragama Syiwa dan Buddha itu. .
Akan tetapi, baik Dang Acarya Nadendra maupun Dang Aearya
Smaranatha yang masih menunggu raja menanyainya, juga tercuri
. l (511121593551 "Silakan mengambil tempat agak maju, Bapa," ucap Sang Prabu.
Perintah yang diberikan Prabu Hayam Wuruk cukup jelas. Dang
Acarya Nadendra bergegas beringsut maju, yang diikuti Dang Acarya
Smaranarha dengan agak bingung. Namun, Dharmadyaksa Kasaiwan
Dang Acarya Smaranatha segera memahami kearifan Sang Raja yang
ingin menyelamatkannya dari pembicaraan yang tidak nyumbang karena
pendengarannya yang kurang tajam.
"Bagaimana dengan perjalanan ke Sunda Galuh, Bapa Kasogatan?"
tanya Hayam Wuruk. Dharmadyaksa Kasngatan segera membeiikan penghurmatannya
sambil berpikir, jawaban mana yang harus diberikan kepada Prabu Hayam
Wuruk, jawaban yang dipulas semata-mata agar tampak menyenangkan,
tetapi tidak mewakili keadaan sesungguhnya. Atau, jawaban yang jujur
apa adanya yang jauh dari kata indah dan menyenangkan"
"Hamba, Tuanku," jawab Dharmadyaksa Kasngaran. "Hamba
telah melaksanakan tugas yang Tuanku berikan dengan baik. Hamba
telah berhasil menghadap Hyang Bunisnra Mangkubumi Suradipati.
Hyang Bunisura Mangkubumi Suradipati adalah pemangku kekuasaan
sementara, wakil dari Prabu Maharaja Linggabuana. Kepada beliau telah
hamba sampaikan bencana yang menimpa Prabu Maharaja Linggabuana
dan segenap keluarga serta pengiringnya."
Hening sekali Balai Manguntur. Terlihat jelas Prabu Hayam Wuruk
berusaha menghayati lapnran yang ia terima dari para utusannya.
Perlahan, Prabu Hayam 1Wuruk mengangguk.
"lanjutkan," ucapnya.
Dharmadyaksa Kasogatan menyembah.
& Yen heye either reeched e pege that is uneyeileble feryiewing er reeched yeuryiewing limitferthis
beek. . . Gafur" Madi: - Prajurit itu berteriak amat lantang dan tanpa ragu-ragu. Para prajurit
dari Majapahit yang tidak dipersenjatai itu benar-benar merasa tidak
nyaman. Mereka terpaksa hanya diam dan berusaha mengendalikan
diri agar tidak terpancing. Dalam perjalanan, Dharmadyaksa Kasaiwan
dan Dharmadyaksa Kasogatan telah meminta para prajurit pengawal
itu untuk melucuti senjatanya. Apa pun bentuk caci maki yang akan
diterima dari Sunda Galuh, harus diterima tanpa melakukan pembalasan.
Di antara para prajurit, ada yang keberatan dengan keputusan itu. Dang
Acarya Nadendra bertindak tegas terhadap mereka yang keberatan.
Mereka diminta tidak ikut masuk ke kotaraja Sunda Galuh. Menghadapi
sikap tegas Dang Acarya Nadendra dan Dang Picarya Smaranatha itu,
beberapa prajurit yang semula ngotot terpaksa harus mengalah. Apa
boleh buat, teriakan-teriakan marah dan caci maki pun terpaksa mereka
terinia dengan lapang dada. Keinginan untuk membalas harus ditahan
mati"matian. Para prajurit Majapahit yang bertugas mengawal para dharmadyaksa
diperintahkan untuk hanya duduk bersila. Pembicaraan yang akan
terjadi dengan tuan rumah sepenuhnya berada dalam kewenangan
Dharmadyaksa Kasogatan Dang Acarya Nadendra dan Dharmadyaksa
Kasaiwan Dang Acarya Smaranatha.
Dalam hal memperdalam ilmrr agama, baik agama Buddha maupun
agama Hindu, negara Sunda Galuh mengacu ke Majapahit. Calon
pendeta Sunda Galuh banyak yang dikirim ke Majapahit. Hal itu karena
kitab agama Hindu dan Buddha masih ditulis menggunakan bahasajawa.
Itu sebabnya, orang Sunda Galuh sangat menghormati pemuka agama
Buddha dan Hindu. Dengan demikian, apa pun nasib Prabu Maharaja
Linggabuana, Permaisuri Dewi Lara Linsing, Dyah Pitaloka, dan segenap
pengiringnya tidak akan menyebabkan orang Sunda Galuh kehilangan
rasa hormat kepada pejabat agama.
Dengan hati-hati, Dang Acarya Smaranatha dan Dang Acarya
Nadendra menyampaikan warta duka yang menimpa Raja Sunda Galuh.
Patih Hyang Bunisora dan Niskala Wastu Kencana menyimak dengan
penuh perhatian. You have either reeched e pege that is uneyeileble foryiewihg or reeched youryiewihg limitforthis
book. o ' (jajak Madi: Wiyat Rajadewi Maharajasa serta masing-masing suami sangat terpukul
oleh kejadian yang tidak di sangka-sangka itu. Majapahit telah berhias
diri dan menyiapkan pesta besar-besaran. Itu sebabnya, betapa terpukul
Sang Prabu. Prabu Hayam Wuruk sudah tidak sabar ingin segera bertemu
dengan calon permaisurinya. Namun, beliau mendapati keadaan betgerak
dengan cepat menuju arah yang sama sekali tidak terduga-duga. Akibat
dari peristiwa itu, segenap rakyat Majapahit marah dan berduka. Bendera
setengah tiang telah dikibarkan sejak peristiwa itu terjadi hingga hari
-l !', inf. Hening merayap di pendapa istana Surawisesa ketika Dang Acarya
Smaranatha usai menyampaikan amanat yang dibawanya. Untuk
selanjutnya, Hyang Bunisora benar-benar berubah menjadi benda
mati. Tatapan matanya jatuh di kejauhan. Cukup lama waktu bergerak
memgalirkan udara panas, menyebabkan semua pejabat Sunda Galuh
yang tersisa pun membeku.
Para prajurit Sunda Galuh iltut membeku. Tangan mereka menggigil
di gagang kujang masing-masing. Sungguh, jika Hyang Bunisora
mengayunkan isyarat tangannya, dijamin para tamu itu hanya akan
pulang nama. Namun, isyarat: itu tidak pernah ada.' Semua perhatian
_ tertuju kepada Hyang Bunisora yang mendadak berdiri dan berjalan
mondar-mandir. "Kakang Prabu telah tiada," kata Hyang Bunisora ditujukan kepada
punggawanya. Serentak, para pejabat, para pimpinan prajurit, para prajurit, bahkan
para emban yang duduk bersila di belakang memberikan sembahnya.
"Bagi mereka yang merindukan untuk bertemu dengan Kakang _
Prabu," ucap Hyang Bunisora dengan suara amat bergetar, "sadaiilah,
mulai sekarang dan untuk selanjumya, kita tak mungkin bertemu lagi
dengan beliau. Namun, sadarilah kalian semua bahwa kematian Kakang
Prabu Maharaja Linggabuana setimpal dengan harga kehormatan yang
harus ditebus. Menghadapi permintaan gila dari Mahapatih Gajah Mada,
Kakang Prabu Maharaja telah memberikan jawaban yang benar. Saat
kehormatan diminta, nyawa pun diberikan. "
%ea'hligripuru Hemmmtukyu ' "
Segenap isi dada bagai 'tersayat mendengarkan ucapan Hyang
Bunisora yang terurai dengan suara patau itu.
"Tak hanya Kakang Prabu yang telah memberikan jawaban dengan
benar atas nama kehormatan negeri Sunda Galuh yang kita cintai.
Kangmbok Ayu Dewi Lara Linsing telah memberikan jawaban yang
sama. Kangmbok Ayu Dewi Lara Linsing tak perlu lari terbirit"birit
menyelamatkan diri. Ia genggam keyakinannya sepenuh hati. Ia berada
dalam keadaan jiwa macam itu ketika menyentakkan gagang kujang ke
jantungnya. Kehormatan seperti itu pula yang diberikan Prabu Putii
Dyah Pitaloka Citraresmi yang kita cintai. Keponakanku memberi
jawaban kepada Gajah Mada dengan cara yang benar dan gagah berani.
Ia tidak ternistakan, meski Mahapatih Gajah Mada yang sombong itu
berusaha merenggut kehormatannya, merenggut kehormatan Sunda
Galuh lewat pengakuan Sunda Galuh tunduk di bawah Majapahit.
Percayalah, apa yang telah dilakukan Kakang Prabu, Kangmbok Ayu
Permaisuri, dan Prabu Putri Dyah Pitaloka akan dikenang sepanjang
masa, akan menjadi sejarah yang akan selalu dibicarakan oleh siapa pun.
Bersamaan dengan itu, apa yang telah dilakukan Gajah Mada terhadap
Sunda Galuh juga akan selalu dikenang sepanjang masa sebagai sih yang
tak akan pernah terhapus sampai kapan pun."
Pucat pasi wajah semua orang yang hadir di pendapa agung istana
Surawisesa itu. Apa yang disampaikan Hyang Bunisora benar-benar
menusuk ke pusat jantung, menghajar pusat saraf tanpa memberi secuil
pun rasa belas kasihan. "Kakang Prabu Maharaja Linggabuana telah tiada. Tidak
bagus negara Sunda Galuh dibiarkan kosong tanpa raja. Oleh
karena kedudukanku sebagai adik kandung Kakang Prabu Maharaja
Linggabuana, dengan ini aku mengambil alih peran beliau. Adakah '
di antara kalian yang keberatan aku memegang kekuasaan atas nama
Kakang Prabu sekaligus atas nama Niskala Wastu Kencana?" lanjut
Hyang Bunisora. Pembicaraan yang membelok tiba-tiba itu memacu jantung untuk
berdegup lebih kencang setelah sebelumnya diguncang-goncang amat
You have either reached a page that is unayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is unayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. mmmmffamuiti waaa . . Galuh selama ini menempatkan diri sebagai negara yang cinta damai.
Oleh karena cinta damai itulah, Sunda Galuh tidak menempatkan
penguatan bala tentara mereka di tempat tertinggi. Namun demikian,
bukan berarti telah tertutup kemungkinan bagi Sunda Galuh untuk
membalas. "' Kanuruhan Gajah Enggon memandang Dang Acarya Nadendra
tanpa berkedip. Sedangkan, Temenggung Macan Liwung dan
Pasangguhan Gagak Bongol saling melirik.
"Lalu, Sunda Galuh akan melakukan apa?" tanya Temenggung
Macan Liwung Tidak berkedip Dang Acarya Nadendra dalam memandang
Tamenggung Macan Liwung. "Amat mungkin ada pihak tertentu dan Sunda Galuh yang akan mengirim orang untuk melakukan pembalasan. Sasarannya adalah orang
yang dianggap paling bersalah. Tak sulit untuk menebak siapa sasaran
itu. Yang pertama adalah Gajah Mada, sedangkan sasaran kedua adalah
Sang Prabu Hayam Wuruk. Aku menduga, pihak tertentu itu bisa Hyang
Bunisora sendiri," ucap Nadendra.
Temenggung Macan liamng tak mungkin meremehkan keterangan
itu. Apalagi, sumbernya adalah Dang Acarya Nadendra yang baru
pulang dari Sunda Galuh, terlebih-lebih latar belakang dari kemungkinan
serangan balasan itu memang sangat masuk akal. Sunda Galuh marah.
Kemarahan itu harus disalurkan melalui serangan balasan. Namun,
serangan balasan melalui perang tak mungkin dilakukan. Yang masuk
akal adalah melakukan pembunuhan dengan sembunyi-sembunyi
dengan sasaran tertentu. Gajah Mada jelas sasaran yang masuk akal.
Gajah Mada adalah orang yang dianggap paling bertanggungjawab
terhadap peristiwa di lapangan Bubat. Orang berikutnya yang menjadi
sasaran bidik adalah raja. Jika Raja Majapahit berhasil dibunuh,
bukankah hal itu akan menyeimbangkan derita sakit hati yang saat
ini sedang dirasakan Sunda Galuh" Apalagi, Prabu Hayam Wuruk
dianggap bersalah karena tidak memberikan jaminan keselamatan
kepada tamu-tamunya. ' You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. Maahlianparu HamQt'MnEx ' .
"Iru anakmu?" tanya Gagak Bongol.
Gagak Bongol dan Gajah Enggon akhirnya merasa telah bulat
pada simpulannya. "Akhirnya, kau beristri, bahkan mempunyai anak?" letup Gagak
Bongol. Mulut Pradhabasu, Kanuruhan Gajah Enggon, dan Pasangguhan
Gagak Bongol terbungkam ketika dengan raut muka bersungguhsungguh Gajah Mada menggeleng.
"Jangan kecewa," kata Gajah Mada. "Perempuan tadi bukan istriku.
Hingga saat ini, aku masih tetap pada kata hatiku untuk tidak berurusan
dengan perempuan. Meskipun demikian, mataku mulai terbuka. Dalam
keadaan macam ini, kehadiran seorang istri memang sedang aku
pertimbangkan. Ketika pertama kali aku datang ke tempat ini, dua orang
buyut yang memiliki pengaruh dan pengikut yang besar, yaitu Buyut
Pamadan dan Buyut Saleces nyaris berperang Permusuhan itu dipicu
oleh hubungan kedua anak mereka. Ki Buyut Saleces memiliki anak
perempuan bernama Swendar Prasasti. Ia menjalin hubungan asmara
dengan anak Buyut Pamadan. Ki Buyut Saleces yang tidak bisa menerima
anaknya yang menurut anggapannya diculik, segera mengerahkan
segenap rakyatnya. Buyut Pamadan terpaksa mengimbangi. Untung saat
itu aku datang dan memergoki apa yang akan mereka lakukan. Hubungan
antara Pamadan dan Saleces kini sangat baik, bahkan sedang bersaing
untuk menggapai kemajuan."
Pradhabasu masih belum memahami kaitan cerita itu dengan
perempuan muda yang baru saja menyajikan minuman.
"Lalu, perempuan itu?" tanya Pradhabasu.


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ia Swendar Prasasti yang aku ceritakan itu," jawab Gajah Mada.
Pradhabasu mengangguk perlahan. Kanuruhan Gajah Enggon
dan Gagak Bongol melepas tarikan panjang. Namun, bagi Gajah
_ Enggon dan Gagak Bongol, tetap saja ada bagian yang menarik
perhatian. . . Gajali Skadi; "Tadi, kaubilang, matamu mulai terbuka bahwa kehadiran seorang
istri memang diperlukan. Apakah itu berarti ada orang yang sedang
menarik perhatianmu?"
Pertanyaan yang dilontarkan Gajah Enggan itu menyebabkan Gajah
Mada tersenyum. Justru karena itu, Pradhabasu penasaran.
"Ada perempuan yang menarik perhatianmu?" tanya Pradhabasu.
Gajah Mada yang diharapkan mengangguk itu ternyata menggeleng
"Belum ada," jawab Gajah Mada. "'Jika telah kutemukan orang yang
sesuai, kalian bertiga akan aku kabari."
Pasangguhan Gagak Bongol berharap, Gajah Mada segera
mengakhiri kesendiriannya. Sungguh disayangkan, manakala sahabatsahabatnya telah memiliki anak yang sudah dewasa, bahkan telah
memiliki cucu, Gajah Mada masih tetap sendiri.
"Kau kalah dari Sang Prabu," ucap Pradhabasu.
Gajah Mada terkejut. Gajah Mada yang selama ini dengan sengaja
menutup telinga dari berita apa pun, segera mencuatkan sebelah
alisnya. "Aku kalah dari Sang Prabu?" tanya Gajah Mada.
Pradhabasu mengangguk. "Kau sama sekali tidak mengikuti perkembangan yang terjadi di
istana?" tanya Pradhabasu.
Gajah Mada menggeleng.- "Dengan sengaja, aku menutup telingaku. Telah bulat aku niatkan
untuk tidak mau mendengar berita apa pun. Itu sebabnya, di tempat
ini aku berlakukan sebuah peraturan, siapa pun tidak kularang datang
ke tempat ini. Namun, mereka tak boleh membawa cerita apa pun dari
luar." Gajah Enggon memandang Gajah Mada agak larut dan tidak
berkedip. Jika Gajah Enggon akhirnya tersenyum, itu karena ia merasa
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. o : (Jajar" grade "Aku mengira kan," kata Gajah Mada ditujukan kepada Gajah
Enggan. Gajah Enggon ternyata menggelang.
"Kau?" pertanyaan itu diarahkan kepada Gagak Bongol.
Gagak Bongol tertawa. "Aku?" letupnya sambil mengumbar tawa. "Siapa aku ini sampai
harus ditunjuk menggantikanmu. Aku Pasangguhan Gagak Bongol.
Jabatan dan pangkatku tak mungkin naik lagi dan mentok hanya sampai
di situ." Gajah Mada memandang Pradhabasu.
Dipandang macam itu, Pradhabasu segera mempersiapkan diri.
"Bukan aku," kata Pradhabasu yang disambut tawa oleh Gajah
Enggon dan Gagak Bongol. Gajah Mada tidak menangkap guyon itu, pandang matanya masih
beku. "Jangan-jangan Macan Untung?" letupnya.
Gajah Enggon tersenyum. Gajah Mada kemudian menduga, boleh jadi Macan Liwung yang
ditunjuk menggantikannya. Apalagi, pada saat-saat terakhir ia kehilangan
jabatannya, Macan Lian yang semula berpangkat senopati tiba-tiba
melesat jabatannya menjadi temenggung. Dengan pengalaman yang
dimilikinya, bisa jadi Temenggung Macan Undang yang diangkat menjadi
mahapatih. Apalagi, jabatan dan pengalamannya cukup memadai.
"Jadi, Macan Liwung?" ulang Gajah Mada.
Ternyata, tiga tamunya tidak ada yang mengangguk.
"Gila," letup Gajah Mada. "Lalu, Hayam Wuruk mengangkat
siapa?" Gagak Bongol menggerakkan kedua bahunya.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. fMada-Qpnjmm HHMHEPIMDEFI : .
Sedikit berubah wajah Pasangguhan Gagak Bongol melihat begitu
lepas dan ringan ucapan Pradhabasu. Untuk beberapa jenak, Gajah
Enggon harus menghentikan rangkaian kata-katanya. Gajah Enggon
dan Gagak Bongol sama-sama telah menduga, Gajah Mada pasti akan
marah. Namun, dugaan mereka ternyata salah. Gajah Mada justru
tersenyum lebar. "Lanjutkan," kata Gajah Mada.
"Permintaan maaf Majapahit ke Sunda Galuh diterima oleh
Hyang Bunisora yang pada saat itu pula mengangkat dirinya menjadi
raja menggantikan Linggabuana. Namun, Hyang Bunisora mengajukan
tuntutan agar siapa pun yang bersalah dalam peristiwa itu mendapat
hukuman yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Majapahit.
Dengan tajam Hyang Bunisora menyindir, janganlah Kutaramanawa hanya
menjangkau maling ayam. Kutaramanawa harus mampu menjangkau orang
sepertimu," Gajah Enggan melanjutkan ucapannya.
Gajah Mada tersenyum tipis. Gajah Mada tak bisa mencegah
munculnya rasa risih yang sejatinya telah mengusik kedalaman hatinya
cukup lama, seiring dengan tumbuhnya pengakuan bahwa ia memang
bersalah dalam peristiwa setahun lalu itu. Kesalahan yang menurut cara
pandangnya semula harus ditimpakan kepada Sunda Galuh yang tidak
mau menuruti kehendak Majapahit untuk bersatu.
"Bagaimana sikap Sang Prabu?" kejar Gajah Mada.
Kanuruhan Gajah Enggon menggosok-gosokkan tangannya yang
mulai terganggu udara yang mendadak terasa dingin.
"Pahom Narendra menganggap hukuman yang kaujalani sekarang
setimpal dengan apa yang kau perbuat. Itu sebabnya, tindakan lebih
jauh tak dilakukan. Hanya saja, seperti yang dikatakan Dang Acarya
Nadendra dan Dang Acarya Smaranatha, Majapahit harus bersikap
waspada karena sangat mungkin ada serangan balas dendam," kata
Kanuruhan Gajah Enggon. Gajah Mada balas memandang tatapan mata Gajah Enggon tanpa
berkedip. ' You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
baek. _ MaahEgnjpumifamuiyiSlffntEaa ' O
Gajah Mada masih terbungkam mulutnya. Dipandanginya
Pradhabasu dengan cara paling aneh. Gajah Mada kemudian tertawa
pendek, juga tawa yang terasa aneh.
Gajah Enggon menggeliat melenturkan tulang punggungnya.
"Ketika aku dipusingkan ulah Gajah Sagara yang ngotot minta
Naga Beracun 13 Iklan Pembunuhan A Murder Is Announced Karya Agatha Christie Menembus Lorong Maut 2

Cari Blog Ini