Ceritasilat Novel Online

Naga Merah 4

Naga Merah Karya Khu Lung Bagian 4


Tan Liong lantas sadar dari lamunannya.
Ia loncat menyingkir kesamping da1am.usahanya mengelakkan serangan gelap tersebut.
Bayangan merah itu tepat pada saat Tan Liong mengelit kesamping lantas menyambar badan gadis yang memakai pakaian merah, yang sudah menggeletak terlentang ditanah, dan cepat laksana angin sudah balik kembali ke tempat jauh.
orang baju merah yang unjukkan diri belakangan ini juga seluruh pakaiannya serba merah.
Tan Liong tidak menduga bahwa Naga Merah palsu yang kedua ini bisa turun tangan secara tiba"tiba juga lebih mengherankan lagi dia menolong Naga Merah palsu yang muncul duluan.
Ketika itu ia lantas membentak keras, "Kemana kau?" Berbareng dengan ditutupnya perkataannya dengan kecepatan bagaikan kilat tahu-tahu ia sudah mendekati dua Naga Merah palsu itu.
Tan Liong yang menemukan beberapa kali kejadian aneh dan yang pernah pula memakan lima butir buah sakti maka kemahirannya dalam hal mengentengi tubuh diseluruh kang zusi jagat pada dewasa itu barangkali sukar ditemukan yang keduanya.
Setelah Tan Liong melesat tadi, dengan beberapa kali enjot kaki secara beruntun"runtun ia sudah berhasil menghadang perjalanannya dua Naga Merah palsu itu.
Didepan mereka dengan suara bengis, ia membentak, "Stop! Kalau tidak berhenti, hati"hati! akan kuambil jiw a kalian berdua!" Bentakan Tan Liong itu ternyata memungut hasil.
Naga Merah palsu kedua yang memondong Naga Merah palsu satunya lagi yag terluka segera hentikan gerakannya.
Tan Liong ketawa menyeringai, kemudian berkata, "Kalian sungguh berani mati! Aku tidak sangka kalian begitu berani menggunakan nama Suhu, menyamar Naga Merah.
siapa kau sebetulnya" Lekas jawab!" Naga Merah palsu kedua perdengarkan suara ketawa dinginnya yang janggal terdengarnya lalu menjawab, "Jikalau demikian halnya, Naga Merah itu benar"benarkah suhumu?" "Kalau ya bagaimana?" "Sungguh beruntung bagiku, aku justru sedang mencarinya!" "Apa dengan kepandaianmu itu kiramu pantas bertemu suhu?" Naga Merah tiruan yang kedua itu lantas ketawa bergelak"ge1ak dan katanya kemudian, "Hai, anak muda, aku disini akan beritahu padamu, orang lain boleh takut padamu.
Tapi aku.. hhm! orang baru semacam kau tidak ada dibiji mataku! Jikalau kau tidak percaya boleh coba-cobalah! Lagi yang lain kau bagiku berani membuka rahasiaku, hutang ini harus diperhitungkan sekalian." Tan Liong diamediam telah mengerahkan seluruh semangatnya.
Sambil ketawa hambar, ia berkata, "Itulah jalan yang paling baik!" Dan ia lambat-lambat menghampiri si Naga Merah palsu.
Naga Merah palsu yang kedua itu agaknya benar"benar tidak pandang mata terhadap anak muda dihadapannya itu, ketika itu hanya keluar suara dari hidungnya, dengan gerakan enak"enakan diarahnya Naga Merah yang pertama yang sedang terluka, kemudian ia berkata pula, "Bagaimana Cara kita bertanding?" "Bertanding dengan Cara bagaimana juga boleh, toh ketika ada calon"calon pendiri kuburan kemua." "Hmm! Kau mampu?" "Boleh dirasakan!" Sehabis mengucapkan pertanyaan itu, Tan Liong sudah makin dekat pada Naga Merah yang datang belakangan ini.
Naga Merah ini berkata pula, "Tuan sebelum pertandingan dimulai, ada satu syarat!" "Syarat apa?" Tanya Tan Liong dingin, "Jikalau kau kalah dalam pertempuran ini, selanjutnya kau tidak boleh mencampuri dalam urusanku yang bakal datang!" "Dan kalau kau kalah, bagaimana?" balak mengejek si pemuda.
"Kita berdua serahkan nasib kepada Tuhan! bagaimana kesudahannya tentu Dialah yang menentukan." "Boleh!" "Bolehkan kita bertempur secara sopan?" "Maksudu?" tanya Tan Liong heran.
"Kau dan aku masing"masing mundur satu tombak.
Dengan jarak terpisah sejauh itu kita menyerang dengan tangan kosong sekali saja.
Siapa mundur lebih jauhan, dihitung kalaih.
Bagaimana?" -o0o0dw0o0o" JILID ke : 8 TAN LIONG MENDENGAR ITU LANTAS cepat mengerjakan pikirannya.
"Apa ini bukan kau sengaja cari jalan kematianmu sendiri" Aku sudah makan lima biji buah sakti, adanya lagi bantuan ilmu tingkat tinggi dari golongan Buddha, bagaimana mampu kau menyambuti seranganku dari jarak sebegitu?" Setelah berpikir demikian, lantas katanya, "Pertandingan Cara sopan ini baik sekali.
Jikalau kita sama-sama mundur dalam jarak yang sama, selanjutnya kita boleh masing"masing mengambil jalan sendiri-sendiri, siapapuun tidak boleh mengganggu yang lain.
Kalau salah seorang belum puas, boleh mencari yang lain itu untuk bertanding lagi." "Kau tidak usah kuatir kalau bisa sendikit saja kau gerakkan badanku, kau boleh jalan sesukamu, tidak nanti aku melarang." "Itu paling bagus.
Mulut laki"laki sekali keluar katanya tidak dapat ditarik pulang." Demikian kata si Naga Merah, lalu mundur.
Tan Liong meskipun tidak terlalu memandang kepandaian Naga Merah itu tetapi karena sudah banyak korban jiwa telah direnggutnya, maka kepandaiannya sudah barang tentu ada harganya juga.
Ketika itu ia lantas ketawa hambar dan juga mundur satu tombak.
Dengan demikian jarak antara kedua orang itu kini telah menjadi dua tombak tepat.
Dikalangan kini nampak dua bayangan manusia satu bercorak merah darah, satu berbaju kelabu yang masing-masing berdiri tegak laksana gunung.
Masing"masing saling mengawasi lawan tanpa berkedip, seluruh kekuatante tenaga kedua pihak tentu sudah disiapkan.
Tiba-tiba selagi dua orang itu masing-masing pada menlangkah mundur setombak dari kejauhan tampak datang berpuluh-puluh bayangan orang yang lantas mengambil tempat disekitar mereka.
Tan Liong mengawasi orang-orang itu dengan sorot mata tajam, diam"diam ia terperanjat, sebabnya ialah orang"orang yang baru muncul itu ternyata adalah Pek cie Taysu dari Siao lim pay dan Ceh sim Siansu beserta anak buahnya yang kesemuanya berjumlah lebih dari sepuluh jiwa.
Tak akan disangsikan kedatangan orang Siao Lim Pay ini tentu sedikit banyak ada hubungannya dengan Naga Merah yang pada beberapa hari berselang pernah mengadakan pembunuhan secara besar"besaran dengan senjata peledak milik Pek Lek cu! Maka setelah munculnya orang"orang Siao lim pay itu suasana mendadak menjadi runyam.
Naga Merah pertama itu juga memandang orang yang baru datang dengan sorot mata tajam lalu terdengar suara ketawa dinginnya namun tidak mengatakan apapun juga.
Pek cie Taysu dan sepuluh orang lebih anak muridnya mengawasi dengan sorot mata gusar pula, Semua pada berdiri disekitar si merah dan si kelabu.
Keadaan itu dapatlah dibayangkan apabila si Naga Merah yang baru muncul belakangan ini dalam pertandingan berakhir seri, oarng-orang dari Siao lim.pay dan anak muridnya sudah tentu akan turun tangan dan menghantamnya.
Apa bila hal demikian betul-betul kejadian bagi "Naga Merah" ini, Sungguh bukan merupakan sesuatu yang menguntungkan.
Pada saat ini Naga Merah lantas berkata, "Apakah sudah boleh dimulai?" Si merah itu, semangatnya seakan"akan bangun serentak, Seluruh kekuatan tenaganya sudah tersalur pada kedua belah tangannya.
Ia mengerti tentunya bahwa dalam pertandingan kali ini besar sekali hubungannya dengan nama baik dirinya sendiri dan nama suhunya lebih lebih lagi.
Maka seketika itu jawabnya.
"Baik!! Baik!! Seakrang kita boleh mulai." Malam yang sunyi itu kembali diliputi suasana darah panas.
Suara bentakan mendadak terdengar nyaring.
Tan Liong setelah selang sesaat mendengar seruan itu, lebih dulu melancarkan serangannya dengan dua tangannya.
Tetapi baru saja kedua tangan pemuda ini diangkat tingi-tinggi, Naga Merah juga telah mendorong dengan kedua tangannya.
Dari situ meluncur keluar angin dingin yang tajam.
Pertandingan dengan Cara mengandalkan kekuatan tenaga dalam masing"masing itu, sedikitpun tak boleh menggunakan akal bulus.
Apa bila disalah satu pihak kekuatan tenaganya berkurang, segeralah akan dapat diketahui oleh para penonton siapa yang unggul dan siapa yang bakal keteter.
Kedua rupa kekuatan yang meluncur keluar dari kedua pihak yang segera beradu itu, lantas menimbulkan suara menggelegar yang amat nyaring! Tan Liong merasa hatinya mendidih, badannya bergoyang dan tanpa sadar sudah mundur setindak.
Tatkala dilihatnya pihak lawan, wajahnya berubah pucat pasi seketika! Naga Merah ternyata hanya tergeser setengah tindak saja.
Bukan alang kepalang kagetnya Tan Liong, kekuatan Naga Merah ini nyatanya tidak dibawah kepandaiannya sendiri.
Itulah yang menyebabkan ia berdiri terus ditengah"tengah lapangan, sekali sang lawan telah datang menghampirinya.
Hampir dekat Naga Merah itu lantas berkata dingin, "Dalam pertandingan ini sulit dikatakan siapa menang, siapa kalah.
Sejak saat dan detik ini kau carilah jalanmu sendiri, sedang aku boleh mengambil jalanku sendiri.
Dikemudian hari, apabila kita saling berjumpa pula, masih perlu bertanding sekali lagi." Setelah mengucapkan perkataannya itu, Naga Merah lantas balik lagi ditempat dimana Naga Merah yang duluan menggeletak, ia bungkukkan badan setelah memondongnya tanpa menoleh lagi kearah Tan Liong lantas ngeloyor.
Tan Liong merasa gusar, berbareng cemas pula hatinya.
Sungguh mendelu dan kesal hatinya mengapa sampai tidak berdaya menjelaskan sebab-sebabnya atau latar belakangnya kedua Naga Merah itu menyamar dan memakai nama suhunya.
Dan apa lebih dicemaskan, ia hanya dapat mengawasi berlalunya kedua orang merah itu dengan lenggang tenang.
oleh karena tadi telah ditetapkan dengan perjanjian, tentu tak dapat ia turun tangan atau menghalangi berlalunya dua Naga Merah itu.
Tetapi pada ketika Naga Merah yang memondong Naga Merah yang terluka berlalu dari tempat tersebut lantas terdengar suara Pek Cie taysu yang mengatakan nama Buddha, kemudian bagai terbang layaknya sudah menghadang perjalanan kedua Naga Merah itu.
Begitu Pek Cie Taysu menggerakkan badan, seluruh orang"orang siao lim pay juga pada bertindak Semua telah mengurung dua "Naga Merah" yang akan berlalu itu.
Naga Merah yang sehat lantas ketawa sejenak serta katanya, "Bagaimana" Apa kalian kawanan kepala-kepala gundul ini ingin antar jiwakah?" "Sicu telah merenggut jiwa-jiwa enam puluh orang lebih anak murid partai kami, bagaimana harus dijelaskan lagi dengan perbuatanmu ini...?" Pek cie taysu berkata demikian, kedua tangannya terangkat dan mulutnya lantas menyebut lagi nama Buddha.
"Ouw!! cuma karena urusan itu" Kedatangan kalian tentu untuk mengadakan perhitungan dengan kami bukan?" Ceng sim siansu dengan wajah tak berubah lantas berkata dengan suara kasar, "Benar! Seperti pepatah, hutang darah bayar darah.
Kini kami akan menagih jiwa enam puluh jiwa lebih anak murid partai kami." Naga Merah yang segar ini dongakkan kepala, ia ketawa terbahak" bahak, lantas katanya, "Jikalau kalian masih ingin mencoba"coba rasanya bom Pek Lek tan boleh coba ini sekali lagi." Perkataan itu membuat semua anak murid Siao lim pay berubah wajahnya.
Didalam tangan Naga Merah itu memang benar, entah dari mana dan kapan diambilnya, ada sebuah bom kecil mungil Pek Lek tan.
Jika pada waktu itu benar"benar bom peledak Pek lek tan itu diledakkan lagi, maka akan musnahlah anak murid Siao lim pay yang datang kesitu.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika setelah si Naga Merah menyebut Pek lek tan, sekalian muridnya Siao lim pay tak seorang pun tak tegak bulu romanya.
Pek Cie Taysu kerutkan alisnya yang putih, didalam hatinya, "Kehebatan bom ini luar biasa, kalau sekali ini meledak lagi, tentu akan mengambil jiwa lebih banyak....Tapi Goan beng supek sudah keluarkan perintah tangkap hidup"hidup Naga Merah ini.
Kalau dibiarkan terus.. dia..." Dia rupanya tak banyak pikir lagi.
Matanya terus mengawasi murid"murid Siao lim pay, sedang tanpa melihat orangnya, ia berkata, "Naga Merah begitu tidak pandang mata pada kita, sesudah mengambil enam puluh jiwa kawan-kawan kita lebih, dosa ini tidak bisa kita antapi begitu saja.
Dengar! Semua yang ingin membela keadilan, janganlah dibiarkan Naga Merah ini setapakpun melangkah keluar dari daerah sini! Untuk siapa yang tidak suka turut perintah, akan diambil tindakan berdasarkan pelanggaran terhadap perintah atasan!" Semua anak murid Siao 1im.yang mendengar perkataan itu sudah bangun nyalinya, Mereka agaknya dapat memahami bahwa dengan perbuatannya, Naga Merah didepannya ini yang membom Siao lim pay pun mengakibatkan jatuhnya banyak korban manusia, membuat gereja itu mengalami bencana paling hebat dalam sejarah.
Maka jikalau tidak berhasil menangkap Naga Merah dibawa kepengadilan partai, lagi masa baiknya Siao lim pay benar"benar akan merupakan suatu kehilangan muka dan nama siao lim pay akan jatuh paling bawah sekali diantara partai"partai.
oleh karena itulah, Semua anak murid Siao lim pada waktu itu tanpa memperdulikan bahwa kali ini bertindak dengan mempertaruhkan jiwa, lantas pada berdaya sebisa"bisanya untuk menangkap si Naga Merah gadungan itu.
Naga Merah yang mendengar perkataan Pek Cia Taysu terhadap murid"muridnya lantas berkata sambil ketawa dingin, "Kalau begitu, boleh kita coba"coba saja!" serunya.
Perkataan yang terakhir itu masih terkulum dibibirnya, bayangan merah sudah nampak melesat bagai terbang! Baru saja badannya Naga Merah itu bergerak, Ceng sim Siansu sudah mendahului yang lain"lain turun tangan.
Dengan dibarengi suara bentakannya, badannya si hweshio yang tinggi gemuk itu sudah melesat dan menghadang perjalanannya si Naga Merah gadungan sambil melancarkan serangan tangannya.
Pada saat Ceng sim siansu melancarkan serangannya itu, Pek cia Taysu juga sudah bergerak mengirim serangan beruntun sampai dua kali.
Dua Hweshio itu merupakan tokoh-tokoh terkuat dalam golongan Siao Lim pay.
serangannya yang demikian cepat serta hebatnya kekuatan tangan mereka dalam dunia kangouw sebetulnya jarang ada tandingannya.
Murid-murid Siao lim yang lainnya ketika menampak pek Cia dan Ceng Sim para tetua mereka sudah pada turun tangan, juga lantas bergerak serentak dengan wajah beringas mereka menghadang atau menutup jalan kaburnya si Naga Merah gadungan ini.
Suasana dalam.kalangan itu sangat gawat.
Sekalian anak murid Siao lim pay yang dikirim serta pada hari itu rata"ratanya merupakan tenaga-tenaga pilihan partai tersebut.
Kepandaian mereka satu sama lain hampir tidak berselisih sama sekali degan Pek cia taysu dan Ceng sim Siansu.
Ketika si "Naga Merah" gadungan itu diserang berbareng oleh Pek Cia dan Ceng Sim, tampak tangannya mengebut dan dengan satu gerakan yang indah dipadang tahu"tahu sudah keluar dari gerakan serangan kedua jago Siao lim tadi, sehingga serangan hebat yang datang mengenai tempat kosong.
Gerakan badan yang begitu indah dan luar biasa anehnya, mau tidak mau menggetarkan juga hati setiapa orang anak murid siao lim pay yang sengaja dikirim datang kesitu.
Dan Naga Merah itu nampak masih berdiri tegak seperti gunung tanpa memperlihatkan gerakan apapun lagi.
Pek Cie taysu dan Ceh sim siansu pada berubah wajah nya, untuk kedua kalinya mereka 1ambat"lambat maju menghampiri si Naga Merah yang hendak kabur itu.
Tan Liong yang turut menyaksikan keadaan disitu, coba"coba mengukur kekuatan kedua belah pihak.
Ia merasa untuk tidak turun tangan sendiri memberi bantuan bagi pihak manapun.
Maka Setelah melirik pada si Naga Merah sejenak, lalu melompat melesat kembali kedalam.perkampungan.
Berbarengan pada ketika Tan Liong meninggalkan tempat tersebut, Pek cie taysu dan Ceng sim Siansu telah sama-sama mengirim serangan maut mereka.
Tan Liong dalam waktu sekejap telah kembali masuk perkampungan.
Ketika matanya menyapu keadaan sekitar tempat itu, orang"orang kuat dunia kangouw yang tadinya pada menyembunyikan diri ditempat kegelapan sebagian besar sudah berlalu dengan membawa perasaan masing"masing.
Sedangkan Koan Beng dan Cu Lian masih berdiri saling belakang membelakangi.
Dengan penuh rasa kuatir mata suami istri itu nampak ditujukan kearah jauh, agaknya mereka sejak tadi berbuat demikian, seakan"akan tidak suka perpisahan dalam menanti ajal.
Tan Liong yang balik kembali ketempat tersebut tanpa merasa lalu menghela napas, ia sendiri barusan oleh karena tergoda cemburu dan benci hampir"hampir secara tak langsung menamatkan riwayat pasangan suami istri yang berbahagia ini.
Memikir hal demikian keseluruhannya kembali, dalam otaknya lain mendadak timbul rasa penyesalannya.
Apa bila pada saat itulah dapat melihat kembali wajah yang pernah dikagumi dapat hidup terus dalam keadaan berbahagia, bukankah ia sendiri juga akan turut merasa terhibur hatinya" Manusia pada hakekatnya cinta itu bersifat memberi, sama sekali bukan dengan faham "Memiliki".
Memikir demikian, ia ketawa puas, akan tetapi apa yang diperlihatkan dalam senyumnya itu tetap ada sedikit kepedihan dihatinya.
Setelah itu ia lantas berindap-indap menghampiri Koan Beng seraya katanya Setelah dekat sekali, "Saudara Koan, Naga Merah sudah pergi!" Koan Beng dan Cu Lian seakan"akan baru sadar daripada kekuatiran hebat mereka keduanya mengawasi keadaan sekitar rumah mereka, lalu hampir berbarengan pula bertanya, nyata"nyata keduanya bersangsi, "Naga Merah sudah kabur?" "Ya! dia sudah kabur!" Koan Beng menghela napas panjang, ia lalu berkata seakan"akan Sedang berkata kediri sendiri, "Kita seolah"olah dipungut kembali jiwa kita dari lobang kubur!" Lalu sambil memandang dengan sorot mata kagum dan penuh rasa terima kasih, lalu berkata, "Kami suami istri malam ini tidak sampai direnggut jiwanya oleh Naga Merah adalah jasa saudara Tan.
Untuk itu kami berdua, suami istri selalu mengucapkan terima kasih sebanyak" banyaknya selanjutnya...." Tan Liong lantas mengucapkan mencegah ucapan itu diucapkan, sedang ia sendiri lantas berkata, "Saudara Koan, tidak usah begitu merendah.
Saling membantu sesama manusia dalam bahaya adalah kewajiban bagi setiap orang kangouw.
Apa yang perlu dikatakan segala ucapan syukur dan terima kasih segala" Dan bom Pek Lek tan itu sekarang harap kalian kembalikan padaku!" Saat Koan Beng dan cu Lian lalu mengembalikan bom.masing" masing ditangan mereka.
Sedang kedua biji mata Cu Lian yang merah mengembang air mata yang agaknya mengandung perasaan cinta kasih seperti dahulu, membuat Tan Liong bergetar hatinya, ucapannya yang paling belakang juga bernada agak gemetaran.
Ia memang pernah mengimpi"impi dan menanti"nantikan pada suatu hari, apabila sudah kembali ia dari perantauannya, mencari sang kekasih ini ia akan menubruk dan merangkul serta memeluk cium padanya untuk mengutarakan cinta kasihnya yang sejati...
Tetapi impian yang muluk"mu1uk itu sekembalinya ia dari perantauan, telah musnah semua seperti asap tertiup angin.
Dan yang lebih celaka, sekarang ini si dia yang dalam kenang- kenangannya ternyata sudah menjadi istri orang.
Mengingat itu semua perasaan sedihnya sudah tak terbendung lagi oleh kelopak matanya.
Ia tidak berani memandang wajah bekas kekasihnya itu sambil melengos menepis air atanya yang sudah mengembang.
Ia agaknya telah mengetahui bahwa dibalik pandangan mata bekas kekasihnya itu, ada apa"apa yang akan diberitahukan kepadanya....
Dengan perasaan terharu ia menghela napas panjang kemudian berkata, "Saudara Koan, silahkan kalian berdua masuk kedalam.
Malam telah larut, angin berhembus semakin dingin.
Sekarang siaute ingin minta diri." "Apa?" Saudara Tan mau pergi?"" "Ya..
siaute harus pergi!" berkata Tan Liong.
"Karena Naga Merah sudah pergi, urusan hari ini disini sudah selesai.
siaute sendiri karena ada urusan lain yang penting terpaksa harus pergi malam ini juga!" "Ini mana boleh" Sepenting"pentingnya urusanmu, kau telah menolong kami sekeluarga, budimu yang sebesar gunung sampai kapan lagi bisa kami balas" Jikalau malam ini saudara Tan tidak memberi kesempatan menyatakan rasa hormat kami kepadamu, hal ini sungguh-sungguh akan membuat ganjalan hati untuk selama-lamanya." Demikian Koan Beng berkata tertahan, bagi yang mendengarnya.
Tan Liong maklum perkataan yang diucapkan Koan Beng itu keluar dari lubuk hati yang jujur, hatinya terharu juga.
sambil kertak gigi, otaknya terus dikerjakan.
"Apakah aku bisa terus berdiam lebih lama?" pikirnya "Apakah aku harus melihat dia lebih lama lagi" Akh yang sudah biarlah sudah.
Perlu apa harus membiarkan segala hal"hal yang sudah lalu meninggalkan suatu luka parah dalam.hati yang tak mungkin dapat kuhapuskan" oleh karena adanya pemikiran demikian Tan Liong lantas berkata, sambil ge1eng"ge1engkan kepala dan ketawa getir, "Maksud baikmu terpaksa hanya bisa kuterima dalam hati, aku tidak bisa merepoti kalian lebih lama!" "Saudara Tan! Sungguh kau terlalu sekali, sedikit tidak memberi muka kepada siaute!" "Bukan begitu maksud Siaute, barusan siaute sudah katakan, siaute karena masih mempunyai urusan penting perlu malam ini juga membereskannya!" Demikian Tan Liong tetap dengan pendirian semula.
"Betapapun besarnya urusanmu itu toh tidak begitu perlu diurus begitu cepat sampai malamrmalam harus berangkat?" Tan Liong mendengar perkataan Koan Beng yang terakhir ini lalu memandangnya sejenak, sedang hatinya berkata, "Jika aku diam disini lebih lama, mungkin kejadian-kejadian lain akan datang susul percideraan hebat antara kalian suami istri juga pasti akan timbul.
Padahal aku sendiri sebetulnya juga ingin berdiam lebih lama." Pada waktu itu Cu Lian lantas menyeletuk sambil ketawa menanya, "Tan Siauhiap, mengapa kau begitu tergesa"gesa?" Tan Liong mengangkat muka sekilas, ditatapnya wajah bekas kekasihnya itu.
Dalam sepasang matanya yang jeli, jelas terlihat suatu permohonan yang amat sangat supaya tidak ditolaknya permintaan kali ini.
Tan Liong tundukkan kepala lagi, diam"diam bertanya"tanya pada diri sendiri, "Mengapa tidak berani berdiam lebih lama" Apa perlu aku terus malu singkirkan dari dia?" Akan tetapi pertanyaan yang timbul dalam otaknya itu, ia sendiripun tak dapat menawabnya.
Keinginan serta akal budi dalam otaknya pada saat itu telah merupakan soal yan ruwet.
P"rasaan semacam demikian bagi manusia yang pernah gagal dalam asmara, mudah sekali dapat memahami bahwa dia itu dalam waktu sekejapan saja akan berubah sikap akan menimbulkan suatu akibat yang hebat.
Akhirnya Tan Liong balas menanya, "Apa kau menghendaki aku berdiam lebih lama?" Pertanyaan pemuda itu membuat orang yang ditanya melengak.
Jelas sudah baginya pertanyaan Tan Liong yang ditujukan padanya itu terlalu aneh dan asing yang tidak sangka-sangkanya akan didengar oleh telinganya, hal ini membuat Cu Lian sekian lama tak mampu menjawab.
Akhirnya Setelah mikir lama, Cu Lian menjawab, "Ya, kami mengharap supaya kau suka berdiam sebagai tamu lebih lama." Tan Liong tersenyum segan.
Dengan perasaan terharu ia menggeleng"gelengkan kepala dan katanya, "Tidak usah.
Tentang hal menolong kalian tiga orang, memang merupakan suatu kewajiban mutlak bagi orang"orang kangouw.
Lalu dari itu tidak ada apa-apanya yang perlu dikatakan segala.
Tidak begitu dengan aku sendiri, Urusan lama masih belum dibereskan, tidak suka aku menerima urusan"urusan baru lagi.
maka... maka... makanya itulah aku harus pergi." Setelah berkata demikian, dengan nada ditandaskan pula, Tan Liong tanpa berani mencuri lihat wajah bekas kekasihnya, lantas berlalu dengan tindakan lambat"lambat.
Koan Beng lalu memburunya, serta katanya cemas.
"Mengapa saudara Tan harus membuat siaute terlalu tidak enak" Berdiamlah disini barang sejenak." Baru selesai suaranya Koan Beng, tiba"tiba satu suara merdu menyambungi perkataannya, "Astaga..Koan siauhiap, apa perlu kau membawa"bawa serigala masuk kedalam kamar?" Suara yang datangnya secara tiba-tiba itu membuat Tan Liong dan Cu Lian berubah wajahnya.
Tatkala mereka mengawasi dari mana datangnya suara tadi, disitu telah berdiri si iblis wanita terkenal dalam dunia kangouw, yakni Yao lie lu yang entah berapa lama mendengar pembicaraan antara mereka.
Munculnya Yao lie lu yang secara mendadak itu betul-betul mengejutkan Tan Liong dan Cu Lian.
Meskipun Cu Lian tidak mengenal iblis wanita ini, akan tetapi ucapan iblis itu yang mengatakan mengajak serigala masuk kedalam kamar, sudah cukup mengerikan bagi pendengarannya.
Koan Beng ketika mendengar perkataannya itu, juga terperanjat.
Maka lekas"lekas balas menanya, "Nona berkata begitu" apa..." Yao lie lu menyeringai, selang sesaat lalu katanya, "Kau tanya apa maksudu" Apa tuan enggan istrimu itu..." Belum selesai Yao lie lu berkata, mendadak kedengaran suara Tan Liong mengguntur, "Tutup mulut!" Dan dibarengi dengan kata"katanya, badannya sudah berada didekat Yao lie lu si iblis wanita.
Yao lie lu menatap wajah Tan Liong, kemudian katanya pula, "Perlu apa kau begitu gelisah" Perkataanku toh belum habis semua." Tan Liong merasa dipermainkan, maka gusarnya juga sudah memuncak.
Apa bila benar"benar Yao lie lu membeberkan perhubungan antara Cu Lian dengan dirinya sendiir, betapa hebat akibatnya ia tak berani membayangkan.
Maka itulah tadi ia menggeram dan begitu mendengar lagi kata"katanya iblis wanit ini, lalu membentak pula, "Diam! kalau kau ngaco belo tidak karuan, akan kuambil jiwamu.
mengerti?" Yao lie lu agaknya tidak perhatikan segala gertak sambal Tan Liong.
Karena saat itu ia sudah berkata pula menghadap Koan Beng dengan nada dingin, "Koan siauhiap, kau mau aku mengatakan atau tidak?" Koan Beng orangnya cerdik sekali.
Sekali saja mendengar pertanyaan iblis wanita itu, sudah timbul kecurigaannya.
Sekarang kembali mendengar pertanyaan wanita ini, lantas bertambah"tambah kecurigaannya.
Ini juga menimbulkan pikirannya yang bukan"bukan.
"Apakah istriku pernah berhubungan dengan orang she Tan ini?" demikian mungkin pikirannya.
Dari sini lalu ia menghubung"hubungkan pula dengan kejadian- kejadian sebelumnya, bagaimana keadaan Tan Liong ketika pertama kali bertemu dengan Cu Lian istrinya..
betapa pula mengingat si pemuda baju kelabu yang dihormatinya itu mendadak pergi kemudian balik kembali, lalu terbayang pula ketika Tan Long berhadapan dengan Cu Lian seperti orang melamnn.
Serentetan perkiraan-perkiraan ini seakan"akan air bah menjebol benaknya, memecahkan otak...
Berpikiran sapai kepada hal-hal demikian, orang she Koan ini merasakan kepalanya pening.
Akan tetapi karena ia orang yang penuh maklum, meski didalam.memikir hal-hal sewaktu pertemuan dengan Tan Liong diwajahnya tidak memperlihatkan perubahan apapun, hanya mulutnya menanya dengan nada dingin pula, "sebetulnya ada urusan apa yang hendak nona katakan boleh saja ucapkan, apa lagi saudara Tan ini memang bukan orang luar." Cu Lian pucat seluruh wajahnya.
Hatinya berdebaran dalam saat beberapa detik itu, roh"nya seolah-olah berpulang pergi dari badan kasarnya yang membuatnya seakan"akan otaknya tak berisi lagi.
Yao lie lu berkata sambil cengar-cengir.
"Apa kau tidak takut sahabatmu gusar?" Koan Beng lalu balik menghadap Tan liong, kepadanya ia berkata "Aku kira saudara Tan tidak berkeberatan bukan?" Tan Liong terpaksa kertak gigi, sudah tak dapat dikendalikan lagi berkobarnya angkara murka yang memenuhi dadanya.
Mendadak ia menggeram keras lalu tampak tangan kanannya terayun, mencari sasaran pada tubuhnya Yao lie lu.
serangan demikian dahsyatnya dilakukan dalam waktu singkat, mendadak dan cepat pula.
Tan Liong sebetulnya sudah sangat benci sekali terhada p wanita iblis itu, dalam hatinya sudah timbul tekadnya akan mengambil jiwa iblis wanita jahat itu dalam segebrakan saja.
Semua dan apa yang sudah terjadi dirumahnya itu, membuat tuan rumah ini kini jelas dan terang segala soal"soal yang terlintas dalam otaknya itu, dikatakan tidak hanya merupakan alasan-alasan saja, sebab apabila tidak demikian mengapa Tan Liong terus senantiasa menghalangi Yao lie lu membuka mulut" Berpikir sampai disitu, perasan jelas dan takutnya mendadak meluap-luap.
Perasaannya itu lantas mempengaruhi hebat peasaan hati dan budi pekertinya.
Tatkala dilihatnya lagi Tan Liong menyerang badannya pun sudah melayang serta menghadang didepan Yao lie lu.
Si pemuda baju kelabu sendiri melihat Koan Beng sebagai tuan rumah menghadang seperti sengaja menjadikan badannya sebagai umpan, lantas menarik Cepat serangannya kembali kemudian sudah lompat mundur sejauh tiga kaki.
Koan Beng lalu berkata sambil tertawa dingin, "Perlu apa saudara Tan bersikap sedemikian kasar melarang orang lemah berbicara" Ada urusan apa, biarlah dia katakan .
Mengapa tidak boleh?" Perkataan Koan Beng si tuan rumah itu membuat Tan Liong semakin gusar, wajahnya dari pucat menjadi biru, dadanya bergelombang turun naik, gusar sekali ia.
Yao lie lu sendiri lalu berkata dingin, "Karena dia tidak memperbolehkan aku bicara, tidak ada perlunya aku katakan lagi." Koan Beng lalu berubah bengis wajahnya, sambil menyeringai lantas berkata, "Saudara Tan, tidak kau ijinkan wanita lemah ini menjelaskan persoalannya?" Pertanyaan itu langsung tepat mengenai hatinya Tan Liong.
Ia lantas bungkam tak berkata, hatinya perih bagai ditusuk jarum sakit sekali hatinya.
Bagaimana da1am.keadaan serupa itu ia dapat menjawab" Ia hanya berdiri bagai kesima lama dalam keadaan demikian, tiba"tiba kedengaran lagi suara Koan Beng yang ketawa bergelak"ge1ak.
Dikatakan ketawa mirip orang nangis atau lebih tepat lagi bolehlah dikatakan suara tangisannya burung hantu atau orang hutan menangis yang dapat membuat bulu roma orang yang mendengarnya mengkirik.
Cu Lian dengan wajah pucat membiru mendadak menubruk Koan beng seraya katanya, "Engko Beng, kau kenapa?" Koan Beng mengebaskan tangannya dan mendorong pergi badan Cu Lian yang memeluknya, lalu bentaknya dengan suara bengis, "Enyah kau dari sini!" Tindakan getas mendadak pula itu membuat Cu Lian kaget bukan kepalang, kepalanya seperti disambar petir, pening mundur terhuyung"huyung.
Dengan wajah penuh rasa kuatir dan takut trus dilihatnya sang suami yang agaknya seperti telah berkehendak membunuh.
Lama sekali . . . . .. Cu Lian menjerit dan menangis sekuatnya, perasaan harga diri seorang wanita telah terpukul hebat.
Setahun lebih lamanya hidup rukun dan bahagia dengan suaminya itu sampai menghasilkan putera lucu yang kecil mnngil.
Selama waktu itu belu pernah dilihatnya kelakuan sekasar suaminya.
Maka betapa tidak nyeri hatinya ketika kali ini dijoroki dengan demikian dihadapan orang banyak.
Sebetulnya hatinya sedang menderita Sangat, segala penderitaan dan kepahitan hatinya lantas meluap, menimbulkan marah dan geram rasa hatinya.
Tan Liong merasa hatinya seperti teriris"iris, peristiwa yang ditakutinya itu akhirnya betul juga kejadian..
Koan Beng dengan wajah bengis penuh diliputi kegusaran yang meluap-luap perlahan"lahan bertindak menghampiri Tan Liong, sedang mulutnya lantas terbuka, "Saudara Tan." Katanya, "Kiranya karena adanya istriku disini maka kau datang kemari" Betul atau tidak?" Otaknya Tan Liong pada saat itu kalau mau dikata boleh disebut kosong melompong.
Ucapannya Koan Beng situan rumah benar-benar melukai hatinya dalam sekali.
Perasaan harga dirinya juga lantas seperti direnggut orang begitu saja.
Koan Beng sesudah ketawa sepuasnya lantas berkata lagi, "Siaute juga terlalu mempercayai orang.
Anggapan siaute betul"betul saudara Tan hendak menolong keluarga jiwa kami dari bahaya maut.
Tapi kiranya.... Hm..! begitukah kesudahannya" Tidak nyana, saudaraku yang baik dulu sudah saling mengenal, barangkali lama sekali baru memberi bantuan kepada siaute.
bukankah?" Perkataannya itu lalu disusul oleh ketawanya, kekuatannya sudah mirip orang gila.
Tan Liong tidak dapat membedakan apa yang tersimpan dalam hatinya saat itu seakan"akan hanya merasakan sang hati telah menjadi rontok...
Koan Beng mendadak putar tubuhnya dengan perlahan pula menghampiri Cu Lian, kala itu kegusarannya telah menutup pikiran warasnya.
Ia sebagai seorang cerdas sudah tidak dapat memakai otaknya lagi, pedang telah terhunus dari sarungnya, wajahnya bengis menakutkan, sorot matanya bagai menyala"nya1a marong merah membara sedekatnya kepada sang istri mendadal bergetar keluar katanya, "Adik Lian, kau dengan orang she Tan ini, pernah melakukan perhubungan macam apa" Lekas jawab!" Pedang panjang itu dikala itu seo1ah"olah mengeluarkan sinar biru yang menakutkan.
Jelas pada maksud itu sudah timbul napsu membunuhnya, malah untuk merenggut jiwa istri sendiri! Dengan terisak-isak Cu Lian lantas berkata, "Engko Beng, kau jangan salah sangka...
Bngko Beng...." "Salah sangka"..
Hahaha... salah paham... Bagaimana aku bisa salah"..
Kalau kau tidak segera buka mnlut mengatakan yang sebenarnya, lihat pedang ini! Aku akan lekas mencabut nyawamu!" Cu Lian mengkirik..
Cepat lagi katanya sambil menangis.
"Engko Beng, aku tidak sekalipun pernah melakukan segala perbuatan yang merusak dan melanggar hati nuraniku.
Percayalah padaku!" "Itulah justru karena aku terlalu mempercayaimu, kau lantas berbuat sekehendak hati, itu perbuatan yang memalukan, tahu tidak?" Wajahnya Cu Lian mendadak berubah, Tiba-tiba seperti mendapat dorongan semangat baru karena herannya ia lantas balik menatap sang suami yang terus mengawasinya sejak tadi.
Ia tidak bisa terus membiarkan Koan Beng menghinanya.
Setelah memesut kering air mata yang membasahi kedua belah pipinya lalu berkata dengan suara nyaring, "Aku ingin juga kau jelaskan, Semenjak kapan kau kau lihat atau dengar melakukan perbuatan yang tidak tahu malu itu!" "Ha..ha..
itu orang she Tan sekarang masih berjogrok didepanmu, apa itu bukan kenyataan?" Cu Lian lantas membentak bengis, "Kau bajingan!!" "Benar, kalau aku orang she Koan, bajingan, lantas kau sendiri tentunya bangsat.
Aku memang bajingan kalau bukan tidak akan ku pakai topi hijau atas kepala ini, kau tahu?" Koan Beng saat itu sedang berkobar hawa amarahnya, maka perkataannya juga tidak mengenal pula batas kesopanan, Perkataan yang tidak lebhi sedap didengar pada kala itu bukan tidak mungkin pula keluar dari mulutnya.
Cu Lian sekalian tidak pernah menyangka Koan Beng suami yang selamanya dicintainya itu dapat mengeluarkan kata"kata yang tidak sedap didengar itu malah terhadapnya sekali, maka sambil gertak gigi lantas gerakkan tangannya dan melayang menampar pipinya Koan Beng.
"PLOKEE" Tamparan itu nyatanya mengenai jitu entah mengapa suami itu tidak berjaga"jaga sama sekali.
Setelah ketawa terbahak"bahak lalu katanya lagi, "Perbuatanmu ini bagus sekali..." Berhenti ia barang sejenak lalu lantas menyambung lagi, "Aku sekarang benar-benar maui jiwamu!" Baru saja mengakhiri perkataannya pedangnya yang tajam berkilat sudah menyerang Cu Lian.
Suatu tragedi rumah tangga yang memilukan hati sudah akan terjadi dirumah itu kalau saja tidak lekas"lekas datang bintang penolong.
Itulah suatu bentakan keras yang datangnya secara tiba-tiba yang juga diselingi kata"katanya, "Saudara Koan, kau kenapa menjadi kalap?" Berbareng dengan itu, pergelangan tangan Koan Beng sudah tercekal.
Suara itu, tuan rumah mengenalnya adalah suara Tan Liong yang mengatakan, dan gerakan tangan tadi tentu pula Tan Liong pula yang melakukannya.
Ia melakukan gerakannya itu dengan sopesan tangan rupanya.
Karena saat itu jgua pedang tajam yang tercekal dalam.tangan Koan Beng sudah mencelat jatuh ke lantai.
Tetapi perbuatannya itu sekalipun sudah berhasil menghindarkan malapetaka bagi Cu Lian, namun dengan sendirinyapun perasaan gusar yang lebih besar telah timbul dalam hatinya Koan Beng.
Dalam keadaan demikian itu, Koan Beng situan ruah mau mencoba lebih kuat, disangkanya Tan Liong dengan Cu Lian pernah mengadakan hubungan gelap yang tidak patut, Maka seketika itu dengan timbulnya pikiran itu, lalu tertawa bergelak"gelak, "Tan Liong!..
Ha..ha.. bagus sekali! Kau adalah Tan Liong! Aku selamanya tak akan pernah melupakan kau pernah menolong jiwaku..
Ya.. kau pernah merupakan tuan penolongku.." Setelah tertawa sepuas"puasnya tiba"tiba ia menyambar pedang panjangnya yang terletak ditanah, kemudia dengan senjata tajam itu, Ia membabat pinggang Tan Liong secara kalap.
Serentetan serangan telah dilakukan oleh tuan rumah ini, hal mana membuat Tan Liong mundur berkali-kali mengelitnya.
Setelah itu lalu dengan suara keras berseru, "Saudara Koan, Tahan!! Dengar dulu penjelasanku!" "Ha..Ha..
Penjelasan apa lagi" Kau sudah terlalu jelas bukan?" Setelah berkata demikian, Koan Beng beruntun lagi sampai tiga kali melancarkan serangan mematikan dengan pedangnya.
Koan Beng pada kala itu telah berubah macam orang gila.
Penassaran sekali ia agaknya, setiap serangannya dikelit demikian mudah, tetapi ia juga terus bertekad hendak membunuh Tan Liong dengan pedangnya.
Gerakan"gerakan ujung pedang yang berkilauan itu membuat Tan Liong tidak mempunyai kesempatan sedikitpun untuk menangkis maka terpaksa ia main mundur dan mundur terus.
Jikalau bukan karena kepandaian Tan Liong yang dapat diatur sekehendak hati itu barangkali kalau bukan lawannya tentu ia sendiri yang akan terluka.
Da1am.cemasnya Tan Liong membentak lagi, "Stop! saudara Koan, kau gunakanlah pikiran warasmu.
Kau harus mendengar dulu penjelasanku..." "Penjelasan" Ha..ha..
Penjelasan dibawah putusan pedang bukankah lebih indah menarik" Tidak banyak waktu yang terbuang..Ha..ha..." Setelah itu kembali pedang berkelebatan empat kali beruntun telah meluncur pula serangan mematikan dari pihaknya tuan rumah! Perbuatan Koan Beng yang sudah seperti orang kerasukan setna itu terpaksa dilayani Tan Liong pula.
ia sedikit banyak merasa tidak bersalah.
Diperlakukan sedemikian rupa lantas timbul pula gusarnya terhadap tuan rumah ini.
"Apa benar saudara Koan tidak sudi mendengar penjelasanku lagi?" katanya.
"ha..ha.. tidak perlu adu bacot!" Dan jawaban itu kembali disusul dengan ujung pedangnya yang sudah berklebatan mengarah setiap bagian penting dari anggota badannya.
Beberapa kali Tan Liong menghindar, hampir pual dia menjadi sasaran ujung pedang situan rumah.
Ketika mendengar pernyataan Koan Beng yang terakhir itu, lalu mengambil keputusan untuk tidak banyak bicara pula dengna tuan rumah itu.
oleh sebab karena berpikiran demikian ia lantas balas menyerang dua kali dengan tangan kosong.
serangan itu tidak keras, hanya ditujukan kebagian pinggang lawan, maksudnya untuk meredekan amarahnya Koan Beng yang berkobar"kobar! Siapa tahu dalam cemasnya telah ia menggunakan gerak tipu terampuhnya Jit Hoat dan Ie ya Hai hoa yang terbagus dan yang terampuh dalam ilmu silat chim Liong Cap pek sek.
Tidaklah mengherankan baru dua serangna itu meluncur keluar, lantas terdengar suara beledukan yang amat nyaring.
Koan Beng terpental badannya seperti didorong gunung yang berjalan.
Anak muda ini menjerit keras dan lantas rubuh ditanah dengan mulut menyemburkan darah! Tan Liong kesima dan berdiri macam terpaku.
Cu Lian menjerit keras dan terus lari menubruk Koan Be ng suaminya yang rubuh menggeletak ditanah.
Tan Liong pada kala itu merasa kepalanya seperti diputar- putar, otaknya serasa terbang disambar geledek.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kepada dirinya atas penyesalannya berkata "oo Tuhan, Aku tadi sudah berbuat apa?"" Lama sekali...
Koan Beng telah dapat bergerak pula.
Ditahannya rasa nyeri dibadannya, Perlahan"1ahan coba bangkat dan duduk ditanah.
Dipesutnya darah yang mengalir diujung bibirnya, kemudian dengan sedih katanya, "orang she Tan, perlakuan mu ini dilain waktu kita bikin perhitungan lagi." Setelah itu didorongnya badan Cu Lian yang mendekapnya, sambil kuatkan diri sebisa-bisa tanpa mengawasi sang istri lagi, ia berjalan dengan tindakan sempoyongan.
Cu Lian lantas berseru dengan wajah yang sudah sember, "Engko Beng, kau harus dengar keteranganku dulu!" Tetapi yang diserukan tidak mau menoleh.
Sudah jelas dari sini, tentu dia suka mendengar sekalipun keterangan istrinya sendiri.
Tan Liong tidak menghalangi pula, ia tahu penjelasan sudah tiada berguna lagi.
Iapun maklum Koan Beng telah salah paham.
ia mengerti pula tuan rumah itu mengira ia menolong keluarga mereka itu dari cengkraman Naga Merah karena adanya Cu Lian.
Memang pada waktu dulu Cu Lian dengannya pernah mengalami suatu masa percintaan yang luar biasa manisnya.
akan tetapi hal itu terjadi sebelum Cu Lian mendirikan rumah tangga.
Maka kini tinggalkan begitu saja, ia lantas mengatakan dalam hatinya kalau Koan Beng tidak dapat membedakan mana yang benar dan mama yang salah! Dan tat kala Tan Liong alihkan perhatiannya kepada Cu Lian, dilihatnya wanita muda itu berdiri seperti patung, kedua belah pipinya telah basah semua dengan air mata dan biji"biji matanya yang memerah karena terlalu banyak menangis.
kala itu ia ini tengah mengawasi belakang punggungnya Koan Beng yang sedang berlalu.
Sangat terharu Tan Liong melihat kejadian demikian, ia tidak nyana setelah menolongi tiga jiwa kemudian membawa akibat sedemikian hebat bagi keluarga yang ditolongnya itu.
Timbulnya tragedi hebat ini semua karena gara"gara Y ao Lie lu siiblis wanita.
Dan tatkala Tan Liong pun ingat hal demikian, hawa amarahnya pun bergo1ak"golak pula.
Dialah lagi matanya kepada wanita iblis itu, ditatapnya dalam-dalam dengan sorot mata penuh nafsu membunuh.
Lama, setelah ketawa bergelak lantas berkata bengis, "Yao lie lu, semua kejadian dalam rumah ini adalah karena kau! Untuk ganjarnya tidak boleh tidak aku harus membunuhmu!" Setelah itu dengan tindakan lambat"1ambat, Tan Liong menghampiri Yao lie lu kemudian Cepat bagaikan kilat menyerang tiga kali beruntun.
Tan Liong sudah pikir matang, takkan melepaskan Yao lie lu si iblis ini, sebab pada pikirnya apabila tidak diganggu oleh kedatangannya Yao lie lu, takkan mungkin timbul kesalah pahaman tuan rumah terhadapnya dan istrinya.
Bagaimana bisa terjadi drama yang menggenaskan tersebut kalau tidak datang bibit bencananya dari mulut mungil Yao lie lu.
Maka ia lantas mengirim serangannya, betapa hebat serangan itu sukarlah dikatakan lagi, karena gemas dibarengi rasa gusar oleh penyerangnya! KEPANDAIAN dan kemahiran silat yang diyakini Yao lie lu pun tak dapat di pandang ringan.
Namun meski dua kali serangan yang dilancarkan itu dapat dihindarkan, tetapi serangan ketiga tak dapat dielakkannya lagi...
Maka seketika itu badannya yang kecil ramping lantas terpental ketengah udara, mulutnya menyembur darah.
Dan orangnya lantas jatuh terlentang ditanah.
Tan Liong sekali lagi kesima.
Tetapi sebentar kemudian tertawa terbahak"bahak serta kemudian lagi berkata "Yao lie lu, habis jiwamu!" Berbareng dengan itu tangan kanannya terangkat tinggi, kembali hendak menyerang Yao lie lu.
Apa bila ini serangan Tan Liong ini tepat mengeai muka sasarannya pasti sudah akan melayang jiwa iblis wanita itu seketika.
Tetapi ketika tangan kanan Tan Liong beru terangkat, mendadak terdengar orang berseru "Perbuatan tuan sungguh terlalu kejam!" demikian susulan kata-katanya, Dan suara itu dibarengi dengan gulungan angin hebat yang seakan-akan mau mencaplok badan Tan Liong.
Tan Liong pun terkejut mendengar perkataan itu tadi, seketika ia menghentikan dan menarik kembali serangannya sambil mundur beberapa kaki, ketika menoleh lantas melihat didepan matanya ada berkelebatan beberapa bayangan manusia.
Ternyata sepuluh orang"orang tua telah berdiri dihadapannya.
Kesepuluh orang tua itu berlainan bentuk maupun rupanya.
Ada yang gemuk ada yang kurus.
Ada yang tinggipun tidak ketinggalkan kedapatan pula si katai.
Hanya satu yang merupakan ciri bersamaan dari kesemuanya, semua sepuluh sepuluhnya orang itu jidatnya menonjol keluar, nyata sekali dan sepasang matanya memancarkan sinar tajam laksana belati.
Kala itu Tan Liong pun belum.mengetahui sepuluh orang tua tadi ada orang"orang dari golongan mana, maka lantas katanya dengan suara menyatakan kegusarannya.
"Kalian kawanan tua bangka yang mau masuk lobang kubur ini mau bikin apa.
Kalau kalian campur tangan dalam urusanku dengan Yao lie lu, awas: Aku juga sekalian akan ambil jiwa-jiwa tua kalian!" Satu antaranya dari sepuluh orang tua itu lantas ketawa bergelak-gelak dan kemudian berkata, "Tuan sungguh takabur kata"katamu.
Apa kau sangka kami orang"orang Thian seng hwee boleh diperlakukan sembarangan?" "Tidak perduli kalian orang"orang dari Thian seng hwee atau See seng hwee semua harus menggelinding pergi dari sini! kalau membangkang aku tidak akan berlaku sungkan"sungkan lagi!" Kesepuluh orang tua itu dengan berbaris rapi seperti diatur satu"satu, sudah siap menghadapi segala kemungkinan.
Salah seorang diantaranya lantas membungkuk memberi pertolongan pada Yao lie lu yang terbaring ditanah dengan memberikan sebutir pil obat keda1am.mn1utnya.
Tan Liong yang menyaksikan tingkah laku orang tua itu, lantas mengambil kesimpulan kalau Yao lie lu itu tentu ada hubungan apa"apa dengan Thian seng hwee, tetapi ini juga yang membangkitkan kegusarannya.
"Taruh Yao lie lu kembali!" bentaknya seketika.
seorang yang berdiri paling kanan dalam barisannya lantas berkata sambil ketawa bergelak"gelak.
"Perkataanmu kau ucapkan enak sekali!" Dengan kegusaraan yang sudah memuncak, Tan Liong berkata lagi dingin! "Kalau begitu kalian semua Cari mampus!!" Satu diantaranya lantas dengan dingin menjawab "Belum tentu, bung!" Tan Liong biar bagaimana sudah tidak dapat menahan kegusarannya lagi.
Mendadak ia berseru keras, "Kalau begitu, kalian coba saja!" Dan berbareng dengan bentakannya itu ia lantas lompat melesat sambil melancarkan dua serangan beruntun! Sewaktu Tan Liong baru saja melancarkan serangannya, sepuluh orang tua membentak dengan serentak berbareng dengan itu juga sudah pada mendorong keluar tangan masing"masing, hingga kekuatan tangan dari sepuluh orang itu juga meluncur keluar seperti air gelombang yang sedang mengamuk, menerjang kearah Tan Liong.
Kekuatan tangan yang mengandung kekuatan tenaga dalam yang sanga thebat itu, betapapun tingginya kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga dalam Tan Liong juga tidak akan sanggup menahan.
Maka seketika itu ia lantas melesat tinggi keatas untuk menghindarkan serangan sepuluh orang tua itu.
Ditengah udara badannya berputaran kemudian menungkik turun bagaikan burung elang yang hendak menyambar mangsanya, dua tangannya dengan berbareng melancarkan empat kali serangan.
Sepuluh orang tua itu merupakan orang"orang terkuat dalam perkumpulan Thian seng hwee, tinggi ilmu silat mereka jarang jarang tertampak didunia Kang-zsouw.
Ketika menghadapi serangan Tan Liong secara demikian lantas geser kakinya untuk mundur kemudian lantas menyambut dengan serangan tangan pula.
Kedua pihak sama"sama melancarkan serangan yang sama cepatnya.
Sepuluh orang tua itu karena jumlah orangnya ada banyak, sudah tentu kekuatannya menang diatas angin.
Pada saat itu, sesosok bayangan orang dengan tindakan lambat" lambat berjalan masuk kedalam rumah, itulah Cu Lian.
Apa yang terjadi barusan, dalam hati sanubarinya seolah-olah sudah menggores sangat dalam, biar bagaimana ia tidak dapat melupakan itu drama rumah tangganya yang sudah melukai hatinya.
Ia cinta Tan liong tapi juga cinta Suaminya.
Tan Liong adalah bekas kekasihnya sejak masih sama"sama kanak-kanak, sedangkan Koan Beng adalah Suaminya.
Sekarang Koan Beng sudah meninggalkan padanya dalam keadaan gusar, kesalah pahaman ini entah bagaimana harus dijelaskannya.
Soal yang paling menyedihkan bagi seorang wanita tak ada yang lebih hebat daripada kesalahan faham yang timbul dari suaminya, dalam hal ini buat Cu lian sudah tentu tidak terkecuali.
Suaminya telah timbul salah paham terhadap kesuciannya, bagaimana tidak membuat ia bersedih" Dengan air mata berlinang ia berkata kepada diri sendiri, "sekarang suruh aku harus bagaimana menjadi orang 1agi"....." Hatinya pilu, air mata mengalir semakin deras sehingga membasahi bajunya.
Suara bentakan terdengar amat riuh dan memekakkan telinga, tapi ia tak memandang kearahnya Tan Liong lagi, hakekatnya ia pun sudah tidak mepunyai keberanian untuk mengawasi dia lagi.
Untuk sesaat itu, Tan Liong yang dengan seorang diri melawan sepuluh orang tua itu nampaknya masih susah ditetapkan siapa sebetulnya yang lebih unggul.
walaupun ia ada mempunyai kepandaian ilmu silat yang sudah tidak ada taranya, tapi jika ingin merubuhkan lawannya itu dengan mudah juga bukan soal gampang.
sebentar saja setengah jam sudah berlalu.
Tan Liong saat itu juga agaknya sudah sengit benar, tiba"tiba ia lompat melesat menggunakan gerak tipu Goat Long hoat cian, cepat bagaimana kilat menyerang lawannya.
Setelah meluncurnya dua serangan hebat itu lantas disusul oleh jeritan ngeri ternyata sudah ada orang yang menjadi korban.
Dalam pada itu, orang tua yang memondong dirinya Yao lie lu itu ketika melihat gelagat kurang baik, lalu membentak dengan suara keras dan tubuhnya melesat keluar.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian lantas menggeram, "Kau hendak lari kemana?" Tubuhnya lalu melesat jauh untuk mencegat lari orang tua itu, kemudian menyerang dengan tangannya.
Tubuh orang tua yang masih belum terluka, ketika melihat Tan Liong melancarkan serangan terhadap kawannya, lalu balik menerjang dan masing"masing melancarkan serangan.
Tan Liong dengan wajah penuh kegusaran tangannya merogoh kedalam saku, dari situ mengeluarkan sebuah bam Pek lek tan, kemudian membentak dengan suara bengis, "Aku suruh kau kawanan tua bangka ini mampus semua dalam keadaan hancur lebur seperti bubur.." Berbareng itu, bom didalam.tangannya lantas disambitkan kearah orang"orang tua itu.
Kebetulan saat itu Cu Lian sudah pergi lagi dari rumahnya sambil menggendong oroknya.
Tan Liong segera gerakkan tubuhnya lompat melesat menubruk Cu Lian dengan kecepatan bagaikan kilat, kemudian dengan mengempit tubuhnya Cu Lian, ia melesat jauh meninggalkan tempat ledakan.
"o0o0dw0o0o" JILID ke : 9 Ia mengerti bahwa bom Pek lek tan itu kekuatannya sangat dahsyat.
kalau sudah meledak, tempat sekitarnya sepuluh tombak persegi tidak ada satu baik manusia maupun binatan atau tumbuhan yang terluput.
Maka itu, ia lantas menyingkir dirinya Cu liam dalam waktu sesingkat"singkatnya dari tempat yang berbahaya itu.
Mendadak terdengar suaranya orang tua yang membawa dirinya Yoa lie lu yang membentak dengan suara keras, "Hei, itu ada pek lek tan" keluar dari mulutnya, sudah dibikin putus oleh suara menggelegar, bom Pek Lek tan yang hebat itu, untuk kesekian kalinya telah meledak dikampung sepi sunyi itu.
Api berkobar disana sini, tanah terbang berhamburan! Suara ledakan yang begitu hebat memekakan telinga.
Akhirnya disusul suara jeritan ngeri yang bisa membuat bulu roma pada berdiri.
Lama..... lama sekali! Suara ledakan sudah berhenti, asap tebal per1ahan"1ahan mulai sirap.
Tinggal bekas dan akibat ledakan bam itu terbentang dihadapan mata, sebatang pohon tumbang dan terbakar habis daun-daunnya, sembilan diantaranya sepuluh orang tua itu semua telah menjadi korbannya bom yang dahsyat itu.
Potongan tangan dan kaki manusia berhamburan disana sini.
Keadaan itu sesungguhnya sangat mengerikan, satu orang tua yang lolos dari kematian ialah yang mengempit badannya Yao lie lu dan sedang kabur, namun juga terluka parah, didalamnya mnlutnya menyemburkan darah segar.
Jikalau tidak karena ia yang mengetahui dulu mungkin ia akan mengalami nasib serupa dengan kawan"kawannya, termasuk Yao lie lu pula.
Kala itu terpaksa ia menahan rasa sakit dari luka-lukanya, Setelah suara ledakan bom itu sirap, ia lantas lompat melesat dan menghilang ke tempat gelap.
Yang masih ada hanya bangkai"bangkainya itu sembilan orang tua yang sudah pada kutung kaki tangan atau kepalanya, selain dari pada itu, suasana sudah pulih kembali seperti semula, sunyi senyap, tapi kini harus ditambah dengan perkataan mengerikan.
Tan Liong yang sudah kendor hawa amarahnya, sekilas memandang wajahnya Cu Lian yang berada disampignya, ia dapat lihat bekas kekasihnya itu penuh air mata, wajahnya pucat pasi, tapi orok yang digendong digegernya, malah dengan matanya yang lebar, mengawasi Tan Liong.
Tan Liong merasa sangat terharu, dengan suara serak ia berkata, "Adik Lian..." Hatinya merasa pilu, air matanya hendak keluar, tapi ia tidak membiarkan air mata itu sampai keluar, ia tindas perasaannya.
Cu Lian sudah kehilangan cantiknya dimasa gadis, dan apa yang ada padanya sekarang itu hanya satu, parasnya seorang wanita muda yang muram.dan patut dikasihani.
Ia angkat kepalanya memandang Tan Liong tapi pandangan mata itu nampaknya sudah tidak ada sinarnya.
Ia ingin dapatkan kembali kenangannya yang sudah hilang diwajah Tan Liong.
Atas ia merasakan bahwa wajah pemuda disampingnya itu agaknya merasa sangat asing....
Jarak antara mereka ada begitu dekat, hampir saja bisa didengar suara tarikan nafas masing"masing.
Sepintas lalu, keadaan itu agaknya seperti apa yang telah lalu mereka pada saling berpandangan, perbedaan satu-satunya ialah sang kekasih itu sekarang sudah bersuami, perkataan merdu merayu seperti yang sudah"sudah tidak terdengar lagi dari mulutnya dan sebagai gantinya adalah suara hati yang menyedihkan! Ada suatu pepatah yang berkata, Dimusim kembang rontong berjumpa lagi dengan kau! Cu Lian berjumpa lagi dengan bekas kekasihnya.
Tapi bukan merupakan suatu kebahagiaan melainkan suatu kesengsaraan! Dalam keadaan demikian, sudah tentu masing-masing cuma bisa membisu, sebab segala ucapan yang dulu apa manis seperti madu kini mungkin bisa bertukar pahit seperti empedu.
Air mata seo1ah"olah air bah yang membobol bendungan, dengan melalui kedua pipinya membasahi bajunya....
Cu Lian menangis tapi tidak ada suaranya, menangis tanpa suara ini entah betapa lebih memilukan daripada menangis bersedu sedan.
Air mata turun seperti hujan gerimis dan itu paras yang sudah tidak asing lagi perlahan"lahan mulai samar"samar....
Akhirnya ia pejamkan matanya dengan tangannya ia memesut air mata yang agaknya sukar dibendung, kemudian dengan suara sedih katanya, "Apakah kau engko Liong, engko Liong yang pada beberapa tahun dulu....?" Suara itu kedengarannya sangat memilukan hati.
Dengan perasaan terharu, Tan Liong anggukkan kepala,jawabnya perlahan, "Ya! aku adalah Tan Liong yang dulu itu." "Rasa"rasanya kita seperti mengimpi..." "Ya.
seperti dalam mimpi... antara impian dan kenyataan tidak seberapa banyak bedanya." Cu Lian ketawa getir, kemudian katanya, "Dan kita selanjutnya bagaimana harus berbuat...?" "Tidak bisa apa"apa..
cua engko Bengmu sudah pergi..." "Sudah pergi" O.ya! dia sudah pergi.
Dan kemana perginya?" "Aku tidak tahu!" "Kenapa dia pergi" Apa dia salah paham dan karena anggapnya diantara kita pernah terjadi hubungan yang tidak beres?" "Barangkali begitu.." Kembali Cu Lian ketawa getir, cuma sesekali baru ia membuka mulut pula, "Engko Liong," katanya "Apa kau masih ingat, kita waktu dulu lama sekali bukankah juga pernah bicara demikian?" "Ya! masih ingat!" "Tapi apa bedanya dengan sekarang?" "seorang gadis yang dulu cinta padaku, sekarang sudah mempunyai rumah tangga!" "apa dia sudah berubah?" "Ya! dia berubah, jauh sekali!" "Apa dia itu seperti adik Lianmu yang dulu itu?" "Dia..." "Tidak! Maksudku apa hatinya sudah berubah?" Tan Liong sedih dalam hati.
Dengan memaksakan diri, menjawab juga, "Ya, hatinya sudah berubah!" Cu Lian mendadak mendongak mengawasi wajah Tan Liong, kemudian katanya, "Apa kau masih selalu memikirkannya?" "Ada kalanya begitu...." "Apa benci kau padanya?" "Antara cinta dan benci, sedikit sekali bedanya." "Kenapa kau tidak membunuhnya saja atau membiarkan dia terbunuh?" Tan Liong kaget, "Bunuh dia?" Tanyanya kaget, "Kenapa harus kubunuh dia?" Cu Lian ketawa sedih, "Jikalau kau tidak lupa atau masih ingat, dia dengan kau pernah sumpah sehidup semati, ingatkah kau ketika pada masa itu kau tinggalakan pernah dia mengatakan kalau dia berubah hati atau bercabang, bersedia mati kau bunuh bukan?" semua kejadian yang lalu seakan tusukan pedang tajam menancap diulu hatinya Tan Liong.
Darah.. darah menyesak diulu hati.
Tan Liong gigit bibir dan kerutkan kening, "Memang" katanya kemudian "Semula ada keinginanku membunuhnya, yakni ketika pertama aku menemuinya." "Lalu mengapa tidak?" "Aku tidak bisa.." "Kenapa" Apa masih cinta kau padanya?" Tan Liong menggeleng kepala seraya katanya, "Tatkala untuk pertama kali aku bertemu dengan dia, benci sekali aku padanya.
semua kejadian"kejadian masa lalu tegas mengingatkan kau, kau tidak boleh membiarkan lain orang mendapatkannya.
Dia pernah menjadi pendusta besar.
Dia penipu dan perampas hati dan cintamu.
Kau tidak bisa memaafkannya!" demikian semula timbul pikiran dalam hatiku!" "Ya.
kau seharusnya tidak mesti memaafkan begitu saja orang macam dia itu." "Tapi..
akhirnya kan kumaafkan juga dia" Aku dengan matamku dapat melihat wanita yang pernah merebut hatiku hidup dalam kebahagiaan, bukankah hatiku juga sudah merasa mendapat hiburam budi pekertiku memberikan aku pengeritam, aku harus dan mesti maafkan bekas kekasihku itu biar kuberikan kelonggaran untuk mengecap kebahagiaan abadi..." "Apa anggapmu mereka sejak dulu selalu berbahagia?" "Dalam penglihatanku tidak salahkan kalau kukatakan bahagia." Cu Lian menyeringai, sepintas lalu terpandang dia berseri"seri.
"Dilihat sepintas lalu memang kelihatan kami suami istri bahagia, tetapi.....
dalam hatiku... ada satu bayangan setan yang selalu datang menggoda....
Itulah dia. itu orang atau memedi yang telah menempati hatiku yang seharusnya ditempati oleh Koan Beng." "Kalau kau ingat selalu padanya, aku yakin kau tidak sampai berumah tangga dengan Koan Beng." "Memang dalam hal ini tidak bisa kau dimenangkan.
Siapapun tak dapat maafkan aku.
Disini aku tidak perlu berbantahan.
Semua adalah salahku. Bagaimanapun juga sang waktu berlalu cepat.
waktu yang berlalu itu tak dapat ditarik kembali! Dan aku mengingat hal itu.
Sedih rasa hatiku. Apa yang bisa juga kukatakan, aku tetap mengingat kepadnaya.
Aku dengan segala penderitaan setiap hari siang dan malam selalu menantikannya, empat tahun sudah berlalu, tapi selama jangka waktu itu jangka dan pengorbanan hati serta kesengsaraan sudah tidak tahu berapa besarnya.
aku tidak pernah lupa pada sumpah bersama yang kita ucapkan waktu dulu.
Tapi akhirnya aku menyerah kalah dan desakan ayahku yang menyuruh aku kawin dengan Koan Beng...
Pada mnlanya anggapku aku sebisa-bisa akan menjadi seorang istri yang bijaksana, tetapi nyatanya gagal.
Segala kasih sayang yang dicurahkan Koan Beng kepadalu tak pernah sekalipun menempati seluruh hatiku." Bicara sampai disini ia menarik nafas kemudian lanjutnya, "Jikalau malam yang sunyi itu tiba dan impian lama membayang lagi dalam otakku, aku selalu ingat pada seseorang, aku pernah mengeluarkan kata"kata pada diriku sendiri, dia kembali menengok aku membikin mati aku, sekalipun aku akan serela-relanya." Kembali ia menelan ludah, lalu lanjutnya, "sampai pada saat anakku yang kesatu lahir dan aku yang bermaksud hendak memperingatkan hubungan antara kita masa lampau sengaja ku berikan nama Ie Liong pada anak pertamaku itu." Ie Liong artinya mengenangkan Liong, maksudnya supaya dapat meringankan beban hidup menderita yang dialami Cu Lian terhadap Tan Liong.
Bicara sampai disitu, pipinya sudah basah oleh air mata.
Tetapi agaknya ia hendak tekan perasaan hatinya sebisa" bisanya dengan sedih ia berkata pula, "Terhadapnya sesungguhnya aku sangat menyesal, aku mengerti dalam sekali cintaku padanya.
Akan tetapi apa yang harus kukatakan sekarang" Segalanya sudah jadi begini, Tidak! Semua perkataan itu sebetulnya tiada berguna lagi..
Yang menjadi kenyataan, biarlah bagaimana walaupun hampir bersamaa tetapi biar bagaimana, masih tetap terpisah oleh suatu jarak.
Kenang"kenangan manis yang indah, kebahagian penuh yang diharap"harapkan akhirnya hanya sbagaiimpian yang sebentar hilang tertiup awan kang zusidan setelah itu akan buyar dan orangnya mendusin lagi, yang datang menyusul hanya suatu kehidupan atau hari"hari yang menyedihkan.
Kita selanjutnya mesti meneruskan hari"hari malang kita itu sampai hari tua.
tapi hari hari malang dan jiwa yang lambat laun akan jadi tua itu memperingatkan juga pada kita untuk selamanya harus mengenangkan hari"hari yang manis dimasa lalu, sekalipun hanya dalam kenangan atau kalaupun ada kejadian bolehlah dalam.waktu sekejap saja." seluruh perkataan Cu Lian yang diucapkan panjang lebar, nadanya mengharukan, membuat orang yang mendengar akan mengalir air matanya pula.
Tan Liong berdiri membisu, tidak sepatah perkataanpun bisa keluar dari mulutnya.
Cu Lian menyeringai sekali lalu berkata pula, "Kesalahan toh sudah kejadian dan kesudahannya begini rupa.
Yang harus dicegah, jangan sampai kesalahan yang lebih besar timbul dalam hati kital...
Aku tahu, perkawinanku dengan Koan Beng suatu kesalahan besar.
Tapi tidak bleh aku tidak ceritakan padanya, hingga kesalahan yang sudah ada akan jadi lebih besar.." "Ya!" Bersuara Tan Liong juga.
"Kita tidak boleh salah terus menerus..Hari"hari yang manis antara kita pada masa lampau biarlah menjadi kenang"kenangan saja selamanya dalam.hati sanubari kita." Cu Lian agaknya merasa terhibur hatinya, senyum sekarang yang nampak adalah senyuman yang wajar.
Tetapi kemudian berkata pula ia bersungguh"sungguh, "Benar kau tidak akan membunuhku?" "Mengapa dan dengan alasan apa kau akan kubunuh" selanjutnya bukankah kita juga bisa hidup dan mengecap yang manis"manis?" Cu Lian bergerak"gerak bibirnya seakan-akan hendak mengutarakan sesuatu, tetapi akhirnya selalu diurungkan.
Lama sekali, akhirnya baru berkata lagi, "Jikalau sudah menjadi pendirianmu begitu, aku juga tidak ingin bicarakan soal apa"apa lagi, aku juga perlu pergi.
Akan kucari Engko Beng, akan kujelaskan semua sampai terang padanya." setelah itu perlahan"lahan ia berjalan, Tan Liong tidak memanggilnya kembali, hanya diawasinya saja dibelakangnya bekas kekasihnya itu, yang kian lama kian menghilang dari pandangan matanya.....
Kembali terdengar suara teriakannya Cu Lian dari tempat jauh yang berkata, "Engko Kang Liong, selanjutnya aku minta dan janganlah kau pikirkan aku.
Hari"hari indah yang manis"manis itu sudah berlalu, impian yang sudah buyar tak dapat perlu lagi dicari"cari, lupakanlah semua kenangan lama .
. . . .." Kalau perkataan yang terakhir itu masuk dalam telinganya Tan Liong, bayangan Cu Lian sudah tidak kelihatan lagi, ditelan malam.gelap.
Kini tinggallah Tan Liong seorang, berdiri dia menjublak bagaikan patung, sedang dalam.melamunnya itu ia berakta sendiri, "Ya, sudah lalu! Tidak guna memikirkan kenangan lama, tidak perlu memikirkan waktu yang telah lalu, boleh kuanggap sebagai impian tegang saja.
Tak perlu kujadikan beban kesengsaraan hatiku dalam dan keremhan hidupku." Karena berpikiran demikian, hatinya lalu dirasa lega sedikit.
Meskipun segala kenangan masa lampau tak terlupa semuanya, tetapi toh itu sudah dianggapnya sebagai impian yang menyegarkan saja.
Dengan pikiran limbung perlahan"lahan ia meninggalkan tempat kediaman bekas kekasihnya itu.
Dari jauh ia dengar suara bentakan ramai.
Ia lalu lompat melesat dan lari secepat terbang menuju ketempat dari mana datangnya suara itu.
Dalam waktu sekejap saja sudah sampai ditempat itu.
Apa yang disaksikan membuat hatinya berdebar-debar.
Entah saja kapan, disitu setelah terjadi pertarungan sengit lagi dengan orang-orang partai Siao lim pay dengan Naga Merah, si merah itu.
Ketika Tan Liong tiba ditempat tersebut, diantara orang-orangnya siao lim pay sudah lima orang yang tewas terkena senjata mautnya Naga Merah itu, Ceng Sim siansu sendiri rupanya terluka berat, saat itu ia sedang duduk bersila mengobati lukanya.
Ditanah ada lagi menggertak lima orang sudah menjadi bangkai yang keadaannya serta seluruh tubuhnya koyak"koyak tak karuan.
Tan Liong yang menyaksikan itu semua kejadian yang terbentang didepan mata, lantas berkobarlah semangatnya, nafsu membunuhnya timbul Seketika.
Perbuatan Naga Merah itu sebetulnya terlalu dan terlalu ganas! Sekalipun Tan Liong tidak mengetahui diantara Naga Merah palsu itu dengan siao lim pay ada permusuhan apa, tetapi ketika menyaksikan perbuatannya demikian kejam, akhirnya membuat ia panik dan naik darah.
Seketika itu juga ia lantas berseru, "Ya Tuhan!" dan berbareng dengan itu orangnya pun sudah terbang melesat, tahu"tahu sudah berada didepan si Naga Merah palsu.
Suara teriakan Tan Liong tadi mengguntur seakan"akan geledek yang memekakkan setiap telinga yang mendengar.
Pek cie taysu dengan empat anak murid siao lim pay yang sedang bertempur lantas pada bergerak mundur.
Naga Merah mengawasi Tan Liong sejenak lalu membuka suara, "Tuan ingin bertanding lagi?" tanyanya Tan Liong berubah wajahnya, Seketika itu juga jawabnya, "Aku cuma ingin menanya, siao lim pay dengan kau ada permusuhan apa sampai kau turun tangan begitu ganas?" "Tentang ini bukan bagian tuan menanya." "Kalau kau berani mengganggu seujung rambut orang-orang siao lim.pay lagi, semua perjanjian kita tadi langsung jadi batal!" "Apa kau yakin kau mampu mengendalikan kehendakku?" "Bagaimana jadinya, kita coba"coba lagi.
Tapi yang mesti kau harus berhenti turun tangan." Sehabis berkata demikian, Tan Liong lalu menggerakkan lagi kakinya berdiri tepat di depan si Naga Merah.
Pada saat itu terdengar suaranya Pek cie taysu, "Harap sicu jangan ikut campur dalam urusan ini!" katanya, "Naga Merah yang kau katakan palsu ini sudah membunuh banyak sekali anak murid siao lim kami.
Dosa yang harus ditanggungnya tak bisa diampuni.
Partai kami pasti akan menangkap dan mengadili Naga Merah gadungan ini.."
Naga Merah yang dikatakan Tan Liong bukan yang sebenarnya itu sewaktu mendengar perkataan Pek Cie taysu lalu terbahak-bahak ketawa, katanya, "Hweeshio, orang ini toh tidak suka usulmu." Tan Liong merah wajahnya seketika.
Dalam hati, diam-diam ia berkata, "Pek cie taysu kalau sudah mengatakan begini, tak perlu lagi aku Cari kerepotan.
Siao lim pay dengan aku sendiri tak bermusuhan dan aku toh sudah urungkan niat hendak mem-bom gereja orang-orang itu.
Tetapi orang yang menghajar ibuku, sepantasnya mesti kucari sampai ketemu." Selama waktu itu, Pek cie taysu sudah mengadakan penyerangan pula.
Kedua lengan jubahnya nampak terkebut, dikebaskan kebadannya si Naga Merah dan setelah itu terus disusul dengan serangan beruntun sampai dua kali.
Turun tangannya Pek Cie taysu untuk kedua kalinya dilakukan dengan sepenuh tenaga dan kecepatannya laksana angin.
Empat sisa anak murid Siao lim pay yang masih hidup sambil menggeram serentak juga turun tangan melihat pemimpinnya bergerak sudah.
Tan Liong hanya ketawa dingin, perlahan"lahan ditinggalkannya tempat tersebut.
Tiba-tiba dari jarak kejauhan terdengar pula suara bentakan orang yang terkadang seolah-olah teriakan suara perempuan.
Tan Liong mendengar itu, dalam hati merasa terheran"heran.
Selagi baru ia hendak enjot kaki lari ketempat itu, lantas terdengar suara Naga Merah yang rupanya sedang membentak Pek cie taysu, "Pek cie taysu...aku ada urusan lain yang penting ingin jalan dulu, sampai ketemu di lain hari.." setelah itu lantas benar"benar melangkah kemudian hanya bayangan merah yang kelihatan, dalam waktu sekejapan ahhh..
kemana dia perginya ditelan malam gelap.
Naga Merah itu bisa berlalu dengan cara demikian mudah dibawah kepungan lima anak murid pilihan partai Siao lim pay, kelincahannya sudah boleh dihitung dari tingkatan yang tak ada taranya.
Menghilang lenyapnya bayangan merah atas Naga Merah itu membuat Pek cie taysu penasaran, jelas dari wajahnya yang merah padam.
Karenanya sebaba tidak berhasil menawah hidup"hidup Naga Merah itu tentu saja siapapun dapat membayangkan kegusarannya.
Ditambah lagi tewasnya lima jiwa murid siao lim pay dan terlukanya Ceng sim siansu lebih-lebih menambah kemarahannya Pek cie taysu.
Tetapi apa daya" Daya tak ada, orang yang menjadi musuh besarnya telah lolos.
Ia hanya dapat berdiri dengan gigi bercatrukan dan badan menggigil.
Sementara itu suara"suara seperti orang bertempur yang lapat-lapat terdengar juga suaranya orang perempuan, menggerakan hati Tan Liong.
Ia ini dengan kecepatan bagaikan kilat lari menuju ketempat tersebut tanpa memperdulikan nasib Pek Cie taysu.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah sampai ditempat darimana tadi didengarnya ada suara bentakan"bentakan.
Ketika menyaksikan apa yang terjadi, wajah Tan Liong berubah seketika.
Disitu ternyata ada lima sampai enam hweeshio yang mengepung seorang wanita.
Perempuan yang disebut ini pada ujung bibirnya tampak berdarah dan mengetel turun, rupanya ia sudah terkena entah berapa kali pukulan.
Dan ketika Tan Liong melihat wajah wanita itu, kembali terperanjat sekali dia.
Sebab wanita yang dikepung dan sudah terluka itu ternyata adalah Hoan Giok Hwa yang secara diam-diam pergi ke kelenteng Ban hui sie digunung Ngo"bie san dengan maksud hendak mencari Soat som yang sudah ribuan tahun umurya.
Jikalau Tan Liong menduga tidak salah, kelima orang hweeshio itu tentu juga adalah muridnya orang"orang dari gunung Ngo bie san.
Pada ketika itu Tan Liong sudah mendengar suara seorang pengepung wanita itu membentak lagi dengan suaranya yang keras, "Budak hina, Kali ini akan kuantarkan jiwamu pulang ke akhirat!" Ternyata yang membentak tadi adalah seorang hweeshio gemuk besar.
Badannya yang begitu gemuk, badannya yang begitu besar, tidak mengurai kecepatan dan kelincahannya.
Sebentar saja mencelat dan seakan"akan sedang menerkam, mencengkram Hoan Giok Hoa.
orang yang diserang kali ini rupanya tak berdaya lagi, mulutnya menyemburkan darah! Tan Liong terkejut sekali.
Lantas dia menggeram serta terus menerjang kearah lima Hweshio itu sambil membentak .
"Kawanan kepala gundul! kira"kira sedikit kau turun tangan!" Ucapannya ini disusul dengan satu serangan angin dahsyat yang mendorong rombongan lima orang hweeshio mundur.
Dorongan angin serangan Tan Liong yang mendadak itu membuat kawanan hwesio Cari Ngo bie pay pada kaget.
Mereka lantas mengawasi Tan Liong dengan mata melotot.
Dan tatkala mereka mengetahui siapa yang datang, salah seorang diantaranya, orang yang berperawakan besar gendut, dengan wajah beringas "Hai, bocah! Anak siapa kau" Mau apa kau ikut"ikutan?" seorang lagi lantas berseru, "Apa kau mau jadi pembelanya?" "Kalian berlima semua adalah murid"murid golongan Buddha, Perbuatan kalian yang berniat menumpas seorang wanita lemah, kau katakan keterlaluan atau tidak?" Perkataan berupa jawaban yang mengejek itu membuat kelima hweeshio itu melongo, sampai merah wajah mereka semua.
Tetapi si hweeshio gendut itu agaknya tidak mau pusingi itu semua, dengan tatap beringas ia berkata dingin, "Sungguh tidak nyana, bocah kemaren sore seperti kau sudah bisa mengajar orang yang sudah setua Hudyamu! Kalau kau ingin tahu budak hina ini bukan cuma tidak pandang mata partai kami, juga sudah berani mati curi soat som berumur ribuan tahun milik partai kami.
Kau katakan sekarang itu, pantas atau tidak" Kami harus membunuhnya, kalau kau ikut campur dalam urusan ini akan kutamatkan riwayatmu sekalian.
Mengerti"!!" Sehabis berkata dengan tindakan perlahan dihampirinya si pemuda.
Tan Liong hanya ganda ketawa kemudian berkata, "Hweeshio kepala gundul, sebatang Soat som perlukah sampai membuat kau ingin merengut jiwa seorang wanita?" Sekali lagi katanya.
"Apa sebatang soat som itu senilai harganya dengan jiwa manusia seorang?" "Budak hina itu terlalu menghina, Karena itu kami tak sudi melepaskannya begitu saja.
kau tutup mulut!" Tan Liong dongakkan kepala dan lantas ketawa terbahak-bahak! Kemudian lagi baru berkata menegaskan, "siapa saja asal berani turun tangan dia paling dulu harus merasakan pukulanku ini!" Ebook by : Dewi KZ, Aditya, aaa, Budi S, Nico kangzusi.com sambil berkata demikian, Tan Liong mengepalkan tangannya.
Dan sambil mengawasi terus gerak"gerik kelima hweeshio itu, perlahan"lahan ia bertindak menjauhi mereka.
Pikirkan apabila ada seorang saja diantara kelima orang hweeshio itu turun tangan lagi menyerang Hoan Giok hoa, ia akan segera turun tangan menghajar lebih dulu.
Suasana malam disitu tegang, hweeshio gemuk dengan lagak sombong berkata, "Kami justru ingin mencoba!" setelah itu lantas badannya melesat balik menyerang Hoan Giok Hoa! Akan tetapi baru saja hweeshio gemuk itu bergerak ditengah udara, Tan Liong dengan suaranya yang keras mengguntur sudah membentak, "Kau Cari mampus!" Berbareng dengan itu, badannya juga bergerak, tangan kanannya terayun dan menyerang si hweeshio gemuk itu.
serangan Tan Liong itu dilakukan secepat kilat.
Selagi serangan hweeshio gemuk itu meluncur, serangan tangan Tan Liong yang mengandung angin hebat juga sudah meluncur keluar.
Hweeshio gemuk itu sama skeali tidak pernah menduga kalau Tan Liong yang masih muda gesitnya demikian rupa.
Kala itu hatinya ciut ketakutan.
Dengan cepat ditarik pulang tangannya, sedangkan tubuhnya sudah melompat kesamping.
Akan tetapi serangan Tan Liong terayun lebih cepat.
Sebelum hweeshio gemuk itu dapat menyingkir, tangan kiri Tan Liong sudah menyusulnya satu serangan yang dibarengi dengan bentakannya, "Kepala gundul, sambut1ah!!" Belum habis perkataannya, badan hweeshio gemuk gundul itu sudah dibikin terbang terkena serangan anginnya Tan Liong untuk mudah jatuh meloso ditanah! Empat hweeshio yang lain ketika menyaksikan kawannya sudah rubuh oleh pemuda itu da1am.tempo yang tidak makan waktu dia jurus sudah menjadi ketakutan.
Dengan beringas Tan Liong mengawasi kawanan hweeshio itu kemudia berkata dengan suara dingin, "Siapa tidak takut mati, boleh coba"coba maju lagi!" Tetapi keempat hweeshio Ngo bie pay itu tidak seorangpun ada yang berani bergerak.
Kekuatan serta kelincahan Tan Liong benar"benar menghancurkan semangat bertempur mereka.
Tan Liong yang sudah agak tenang berkata pula, "Kalau sudah takut lantas enyah dari sini! Sekali lagi kuberitahukan, apabila sekali lagi kulihat ada kejadian apa-apa atas diri nona ini, aku pasti bikin rata sarang kalian digunung Ngo bie san!" seorang hweeshio kurus kecil yang berdiri dipaling kanan lantas menanya dengan suara dingin, "Siao sicu, harap tinggalkan namamu yang mulia.
Rekening malam ini pasti kami anak Ngo bie pay akan perhitungan atas dirimu." "Aku bernama Tan Liong.
enyahlah!" jawabnya Tan Liong sambil ketawa bergelak-gelak.
Empat hweeshio itu saling memberi isyarat, satu diantarnya lantas menyambar tubuhnya itu hweeshio gemuk yang terluka lantas meninggalkan tempat tersebut, sebentar kemudian sudah menghilang ditempat gelap.
Tan Liong berjongkok memeriksa dirinya Hoan Giok Hoa yang terluka dan jatuh pingsan ditanah, hatinya merasa perih.
Untuk kepentingan dirinya gadis ini dengan tanpa menghiraukan dirinya sendiri, diam-diam sudah pergi ke gunung Ngo bie san untuk mencuri Soat som yang usianya sudah ribuan tahun, perbuatan dan pengorbanan yang begitu agung, bagaimana tidak membuat Tan Liong merasa bersedih dan bersyukur" Tidak perlu disangkal lagi, bahwa Hoan Giok hoa memang benar"benar menyintai Tan Liong.
Tapi ia mana tahu bahwa Tan Liong ada seorang pemuda yang sudah pernah terluka hatinya karena gagal dalam percintaannya, maka Sekarang ia tidak berani gampang main-main lagi dengan api asmara.
Didalam keadaan demikian apakah cintanya Hoan Giok Hoa nanti akan berakhir dengan suatu kebahagiaan" Sudah tentu semua ini tidak dapat diramalkan oleh orang luar! Tan Liong yang menyaksikan keadaannya Hoan Giok Hoa diam-diam menghela napas, kemudian dengan menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, ia coba menurut tiga jalan darah penting ditubuh si nona.
Pengobatan cara demikian telah menggunakan waktu hampir dua jam, dan ketika Hoan Giok Hoa siuman kembali, matahari ternyata sudah naik tinggi.
Kedua pipinya Hoan Giok hoa perlahan"lahan sudah kelihatan merah, ia membuka matanya mengawasi Tan Liong yang berjongkok disisinya, lalu menanya dengan perasaan agak sangsi "Engko Liong,apakah kita ketemu didunia ini?" "Aku belum.mati!" Matanya Hoan Giok hoa yang redupnya memperlihatkan sikap kebingungan lama sekali baru dapat berkata sambil tersenyum, "Sekarang aku tahu engko Liong tentu kau yang menolongku bukan?" "Ya, aku yang menolongmu, mengapa kau diam-diam pergi kegunung Ngo bie san?" demikian Tan Liong dengan sahutannya ia lantas disambungi pertanyaan, "Engko Liong, aku pergi toh guna kepandaianmu." kata lagi Hoan Giok hoa.
"Aku tahu, oleh karena aku, kau mau melakukan pencurian Soat som.
Kalau setindak saja aku terlambat datang tadi, bukankah perbuatanmu itu akan membuat aku menyesal tak habisnya.
Dengan cara begitu kau tidak langsung membikin hidupku tidak enak selalu." "Jikalau kau bisa tahu kematianku karenamu sudah puas hatiku.
Apalagi yang harus dibuat jadi pikiran" Engko Liong dengan tidak sengaja karena perbuatanku aku melukai kau, Atas itu sudikah kau maafkan aku?" "Tentu aku tidak gusar.
Juga aku sedia memaafkan." "Engko Liong, kau baik Sekali!" Diwajahnya nona itu sekilas tampak senyum ayu disertai pula dengan ketawanya yang masih bersih tak bernoda.
Tidak! Seharusnya lebih mirip kalau dikatakan setangkai bunga tulip yang sedang mekar! Tan Liong berdebaran hatinya tidak berani ia memandang terlalu lama pada paras cantik yang menggiurkan itu, perlahan"lahan ia lalu menunduk.
Hoan Giok Hoa memasukkan tangannya kedalam saku, sebentar kemudian dari dalam lantas keluar sebatang Soat som sepanjang satu lahan lebih yang lantas diangsurkan kepada Tan Liong secara, katanya, "Engko Liong, meski aku harus menderita luka"luka yang tak berarti ini, tapi aku berhasil juga mendapatkan soat som yang umurnya ribuan tahun ini.
Sekarang kau makanlah!" Memandang sebatang Soat som itu, Tan Liong merasa jantungnya berdebaran makin keras.
Hampir-hampir air matanya tak tertahan keluar.
Soat som itu meskipun hanya sebatang, namun didalamnya terkandung entah berapa besarnya pengorbanan cinta serta kasih sayangnya Hoan Giok Hoa.
"Tapi jangan lupa untuk pergi ke Laut Utara mengambil pedang Hian Peng Kiam.ya ?" Pek Lek Cu ketawa meringis.
Selagi hendak buka mulut menjawab tiba-tiba dilihatnya Tan Liong bergerak, sebentar saja sudah berlalu dari depan matanya.
Pek Lek Cu Cuma bisa gertak gigi, dalam hati diam diam ia berpikir.
Aku Pek Lek Cu benar"benar sudah kejengkal di tangan anak muda inim sudah kalah bertaruh, mau tak mau harus juga pergi ke Laut Utara mengambil pedang Hian Peng Kiam.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu dengan perasaan masgul dengan diam.diam ia meninggalkan bukit Pek Kut Gan itu.
Pek Lek Cu mulai melakukan perjalanannya ke Utara.
Ia mengambil jalan melalui kota Hap Hai Hong yang dan pada hari ketiganya ia sudah sampai di kota Chie Ciu.
Chie Ciu adalah salah satu kota besar di dalam provinsi Kang-zsouw.
Setibanya Pek Lek Cu tersebut, dia sudah lantas mencari rumah makan dan bersantap.
Karena saat itu sudah menjelang malam dan di jalanan besar sudah mulai orang memasang lentera.
Tatkala Pek Lek Cu keluar dari rumah makan sambil memandang pemandangan malam di kota Chie Ciu, tanpa merasa ia menarik nafas lagi.
Selagi hendak melanjutkan perjalanannya,lagi dari belakangnya tiba-tiba terdengar suara orang menegur : "Sahabat, di depan bukankah Pek Lek Cu yang namanya kesohor di dunia Kang"zsouw "II Ditegur secara mendadak demikian Pek Lek Cu terperanjat.
Tatkala ia berpaing, dilihatnya di sebelah belakang, di tempat sejarak lima kaki daripadanya sudah berdiri tiga orang tua.
Maka ia lantas menjawab sambil ketawa : "Benar, Lohu adalah Pek Lek Cu.
Entah tuan tuan sendiri orang pandai dari manakah "lI Itu orang tua yang berdiri di ujung paling kanan yang badannya tinggi kurus, lantas unjuk ketawa dingin lalu berkata : "Pek Lek Thay Hiap namanya sangat kesohor di dalam dunia Kang"zsouw.
Sudah tidak mengenal kami bangsa cecere.
Cuma kami ingin tanya pada Pek Lek Thay Hiap, perkumpulan kami entah pernah berbuat kesalahan apakah dengan tuan ?" Pertanyaan itu benar benar membuat Pek Lek Cu seperti tenggelam dalam kabut yang teramat gelap.
Sedikitpun tak dapat ia menangkap apa yang dimaksud dengan kata kata orang tua tadi itu.
Maka setelah berdiri menjublak sekian lama, barulah ia buka mulut.
"Pertanyaan tuan ini apakah artinya ?" begitulah tanyanya.
orang tua itu kembali unjukkan ketawa meringis, katanya : "Pek Lek Tay Hiap, perlu apakah mesti berlagak pilon " Perkumpulan kami, Thian Seng Hwee meskipun Cuma terhitung sebagai suatu perkumpulan kecil yang tak berarti dalam dunia Kang-zsouw, tapi dengan kau Pek Lek Tay Hiap, kami tak pernah menerbitkan salah.
Namun demikian murid tuan dengan bom Pek Lek Tan telah membinasakan sembilan anggota perkumpulan kami yang terkuat.
Bagaimana kau hendak menjelaskan dalam.soal ini 9" Perkataan itu membuat Pek Lek Cu kaget sekali.
Kiranya tiga orang tua itu adalah anggota dari perkumpulan Thian Seng Hwee, itu perkumpulan besar yang belakangan ini saja munculnya di dunia Kang"zsouw yang dalam waktu sekejapan saja sudah mengangkat nama hingga hampir hampir berendeng dengan tiga partai besar yang lain.
Dan hal yang membuat Pek Lek Cu lebih terheran"heran ialah ia sendiri belum pernah menerima muridl.
Orang tua itu mendadak mengatakan muridnya telah membinasakan sembilan anggot perkumpulan Thian Seng Hwee dengan bom Pek Lek Tan.
Hal itu sesungguhnya membuat ia berada di antara gelap dan terang.
"Kau kata" katanya kemudian "muridku menggunakan bom Pek Lek Tan membinasakan sembilan orang anggota perkumpulanmu yang terkuat " Apakah itu tidak salah ?" "Apakah Pek Lek Cu Tay Hiap tidak mengetahui persoalannya " balas tanya orang tua yang tadi dengan nada mengejek.
Pek Lek Cu sudah naik darah.
"Kentut !" Demikian dia berseru, "Sejak kapan kalian tahu Pek Lek Cu \\ menerima murid " Awas aku nanti benar-benar suruh kalian merasakan bagaimana bom Pek Lek Tan ini nikmatnya.
" Kiranya tiga orang tua itu adalah tiga kepala cabang dari tiga tempat yang tergabung dalam perkupulan Thian Seng Hwee.
Pada beberapa lama berselang ketika Tan Liong membunuh sembilan tokoh terkuat orang orangnya terkuat Thian Seng Hwee di kota Khay Hong, hal mana telah mengejutkan dan menggemparkan perkumpulan Thian Seng Hwee.
Maka ketua perkumpulan tersebut, yang hanya dikenal dengan nama julukannya Bong Bin Sin Kiam (Ahli pedang berkedok) setelah mengetahui soal tersebut lantas mengutus tiga orangnya yang paling kuat untuk mencari Pek Lek Cu lebih dulu agar persoalan tersebut dapat dibereskan.
Siapa tahu perbuatan itu adalah hasi perbuatan Tan Liong.
Sudah barang tentu Pek Lek Cu tidak mengetahui sama sekali.
Dan kini setelah ia mendengar kata bahwa muridnya telah membom mati sembilan orang anggota Thian Seng Hwee, lantas timbul anggapannya bahwa orang orang Thian Seng Hwee sengaja mencari setori dengannya, sudah barang tentu pula kalau darahnya lantas naik seketika.
Saat itu orang tua tinggi kurus tadi berkata pula sambil ketawa menyeringai : "Bom Pek Lek Tan meski namanya sangat besar dalam dunia Kang"zsouw, tenaga bomnya sangat dahsyat, akan tetapi perkumpulan Thian Seng Hwee tidak akan membiarkan orang-orang yang membinasakan anggota perkumpualn lepas \\ begitu saja.
Perkataan orang tua yang belakangan ini mengandung arti kata mengancam hingga keadaan pada detik itu lantas menjadi tegang sendirinya.
Pek Lek Cu justru adalah seorang perasaan.
Ketika mendengar perkataan tersebut, ia lantas menyahut sambil ketawa gelak : "Apabila kalian bermaksud hendak berantem " Mari kulayani." orang tua itu menjawab segera : "Benar ! Jikalau Pek Lek Tay Hiap tidak suka memberi keadilan, kami ingin sekali melihat apakah Pek Lek Tan, bom yang sangat kesohor iatu dapat mengambil jiwa kami atau tidak ?" Jawabannya itu pedas di telinganya Pek Lek Cu.
Wajahnya merah membara. Sambil berjingkrak-jingkrak, dia berkaok-kaok : "Bagus ! Kalian berani begitu kurang ajar dan jumawa.
Akupun ingin sekali tahu kalian berapa tinggi sih kepandaiannya ?" Berbareng dengan itu, lantas ia melakukan serangan dengan tangan kosong.
Pek Lek Cu adalah salah seorang dari tiga Cu atau Bu Lim Sam Cu, sudah tentu bukanlah orang sembarangan.
Kekuatan serangan tangannya yang demikian hebat dibarengi dengan keluarnya tenaga dalamnya menyapu ketiga orang tua di hadapannya.
Tiga orang tua itu adalah tiga tokoh paling kuat dalam perkumpulan Thian Seng Hwee, kepandaian ilmu silat mereka pun termasuk dalam golongan orang orang kelas wahid.
Ketika mendapat serangan mendadak, tiga orang tua itu sambil ketawa dingin sambil geser sedikit tubuhnya, serentak mereka mengangkat tangan menyambut serangan tersebut.
Kekuatan tenaga gabungan tiga orang itu sudah tentu hebatnya bukan main.
Maka sebentar lalu terdengar suara dentuman hebat kekuatan tenaga dalam dua pihak telah berbenturan hingga oleh karenanya lantas timbul angin santer yang meniup keras tanah dan debu debu di sekitar tempat tersebut.
Pek Lek Cu bergerak lagi.
Ia kali ini setelah membentak keras : "Coba sambut Ini bom Pek Lek Tan !" Benar benar bentakan ini mengejutkan tiga orang tua itu.
Mereka rupanya agak jeri, maka serentak mereka lompat mundur.
Di dalam tangan Pek Lek Cu saat itu sama sekali tak kelihatan bom Pek Lek Tan.
Kalau tadi ia mengatakan demikian, melulu untuk menggertak dan mengejutkan lawannya supaya dapat ia melancarkan serangan lanjutan dengan tenaga penuh.
Maka tatkala ketiga orang tua itu sedang mundur tergopoh gopoh, Pek Lek Cu mendadak melesat ke depan, dengan tangan kanan menggunakan gerak tipu Mendorong Gunung, Membendung Air Lau, tangan kirinya menggunakan tipu Gelombang Air Laut Menerjang Pantai, melakukan serangan terhadap ketiga orang tua itu dengan hebat.
serangan yang memakai dua tangan berbareng itu bukan Cuma hebat saja, mengerikan, karena orang yang menyerang telah memusatkan seluruh kekuatannya, tatkala kena pada sasarannya, dua orang yang menjadi sasaran pertama lantas roboh menjerit- jerit.
Seorang lainnya pun telah tersapu oleh kekuatan serangan Pek Lek Cu hingga darah segar lantas tersembur keluar dari mulutnya.
Badannya mundur sempoyongan beberapa langkah, baru bisa berdiri tegak lagi.
Pek Lek Cu tertawa bergelak"gelak, dengan suara bangga ia berkata : "orang orang yang Cuma sebegini kepandaiannya berani Cari setori dengan tuan besarmu " Lekas enyah dari sini !" orang tua yang tinggal seorang itu sambil menahan rasa sakit pada luka"lukanya masih dapat menyahut : "Bagus ! Di kemudian hari perkumpulan kami pasti akan membayangi tuan untuk membuat perhitungan." orang tua itu kemudian lantas membimbing kedua orang kawannya yang luka"luka dan menghilang dari depan mata Pek Lek Cu.
Pek Lek Cu hanya menyaksikan berlalunya ketiga orang itu, sambil menyeringai, tetapi selagi hendak berlalu, di belakangnya mendadak terdengar suara orang ketawa yang kemudian disusul dengan kata"katanya : "Hai Si setan tua Pek Lek Cu ! Bagus sekali perbuatanmu " Tatkala Pek Lek Cu memalingkan mukanya, di situ lantas terlihat kenalan lamanya, yakni Ciang Hay Sin Kun, Pendekar Kalong dan Yan San It Hiong bertiga.
Melihat ketiga orang kawannya itu muncul lagi berbareng di tempat tersebut, Pek Lek Cu terkejut juga.
Seketika itu lantas sambil bersenyum.menyahut : "Kalian bertiga hendak kemanakah ?" Ciang Hay Sin Kun sambil senyum"senyum.menjawab : "setan tua Pek Lek, barusan kau sudah salah tindak.
Tiga orang kuat dari Thian Seng Hwee itu bukankah pernah mengatakan bahwa muridmu yang membcm sembilan orang anggota perkumpulannya, bukan ?" Pek Lek Cu berdekat hatinya, tetapi ia masih menjawab : "Benar, Kenapa salah ?" "Tahukah kau siapa yang mereka maksud dengan muridmu itu ?" "Aku toh belum pernah terima murid " Apa kalian tidak tahu ?" "Benar, tapi orang-orang Thian Seng Hwee tentu anggap kau punya murid." "Apa alasannya ?" "Bukankah kau pernah bertaruh dengan seseorang " Dan kau toh sudah kalah tiga bom Pek Lek Tan oleh seorang anak muda baju kelabu ?" Pek Lek Cu tepok kepalanya sendiri : "Apa bocah itu yang menggunakan bom itu membunuh orang"orangnya Thian Seng Hwee "lI \\ "Tepat "Bocah itu benar-benar keparat ! Kejam sekali dia !" Pek Lek Cu mengangguk.
"Tentang ini aku pun tahu" katanya "tapi bocah itu begitu berani coba main api di depan mataku.
Ini benar"benar tidak mengukur dirinya sendiri".
Ciang Hay Sin Kun anggukkan kepala.
Mendadak ia tepok kepalanya lalu berkata : "Kabarnya ketua Thian Seng Hwee si Ahli Pedang Berkedok kini sudah berserikat dengan perkumpulan Hian Peng Kauw dari Lautan Utara.
Rupa"rupanya sudah ada maksud mereka ingin menjagoi dunia Kang-zsouw dan menggunakan kesempatan itu berangkali mau mengikis habis-habisan semua partai kecil di kalangan Kang-zsouw.
Kabarnya Ciong Lam Pay merupakan sasaran mereka yang pertama.
Tiga hari belakangan ini kudengar partai itu kedatangan ultimatum dari Thian Seng Hwee.
Mereka mengancam supaya dalam waktu sepuluh hari paling lambat, orang-orang kuat Ciong Lam Pay agar masuk menjadi anggota Thian Seng Hwee.
Jikalau tidak, partai itu katanya hendak diratakan dengan tanah." "Apa betul ada kejadian semacam itu ?" Pek Lek Cu tanya, terkejut sekali dia.
"Mengapa tidak " Kau tahu sendiri bukan keadaan Ciong Lam Pay dewasa ini sejak terjadinya bentrokan dengan Ngo Bie Pay dan telah bertempur beberapa tahun lamanya, maka orang"orangnya yang kuat boleh dikata tidak seberapa lagi jumlahnya.
Dan sejak ketua partainya Yo Sui Peng menghilang tak karuan paran, partai itu sekarang di bawah pimpinan murid kepala Yo Sui Peng yaitu Oey Ju Hie.
Tapi oleh murid kepalanya ini pimpinan tak lama dipegang karena tahun lalu dia meninggal secara mendadak.
Dan jabatannya lantas terjatuh ke tangan anak perempuan satu"satunya yaitu Oey Bwee Cian boleh dikata ciangbunjin sementara.
Kalau ditilik dari dekat keadaan partai itu yang begitu merosot jauh, besar kemungki nannya bisa juga ditelan Thian Seng Hwee.
Pek Lek Cu hanya dapat berseru : "Ow !" matanya nampak merah beringas.
"Aku dengar kabar pula, katanya itu nenek kukoay Kiat Hun Koay Po yang pada tiga puluh tahun dulu diberitakan orang hilang, kini sudah menjadi anggota Thian Seng Hwee." Pek Lek Cu lantas memotong "Apa " Kiat Hun Koay Po sudah menjadi anggota Thian Seng Hwee " " "Benar.
Jika dilihat keadaannya, dengan adanya Kiat Hun Koay Po di situ, perkumpulan Thian Seng Hwee itu bagaikan macan tumbuh sayap bukan ?" Berita itu benar benar membuat Pek Lek Cu terkejut sekali.
Setahunya nenek beradat ganjil Kiat Hun Koay Po itu pada tiga puluh tahun yang lalu namanya sangat kesohor di dunia Kang-zsouw.
Kepandaian silatnya jauh lebih tinggi dari pada Naga Merah, jago terkuat dari tiga Cu.
Jikalu benar-benar nenek itu telah menjadi anggota Thian Seng Hwee, entah bagaimana akan jadinya dunia Kang"zsouw kemudian hari.
"Kalau begitu, kalian bertiga apakah mau pergi ke Ciong Lam Pay menonton keramaiannya " " demikian tanya Pek Lek Cu.
"Kau menduga tepat. " kata Ciang Hay Sin Kun.
"Dan kalau kita anggap cukup tenaga kita, mau ulur tangan memberi bantuan untuk partai itu.
Dan kau sendiri mau kemana ?" "Aku mau pergi ke Lautan Utara mengambilkan pedang Hian Peng Kiam untuk bocah itu.
" "Kalau begitu berpisahan di sini sajalah dulu." Kata Ciang Hay Sin Kun pula.
Suaranya tawar. Selagi Ciang Hay Sin Kun hendak berlalu, Pek Lek Cu tiba-tiba berseru nyaring : "Ha" dan wajahnya lantas berubah pucat.
Kejadian yang datangnya mendadak itu membuat Ciang Hay Sin Kun bertiga terkejut.
"Pek Lek Setan Tua, kau kenapa ?" tegur si Pendekar Kalong.
Pendekar Kalong itu melihat Pek Lek Cu dengan wajah ketakutannya, menunjukkan terus matanya ke ujung bajunya Ciang Hay Sin Kun.
Ternyata di ujung bawah baju yang dipakai Ciang Hay Sin Kun entah sejak kepan ada tertancap itu tusuk konde berukiran Naga Merah yang menggoncangkan dunia Kang"zsouw.
Ini adalah untuk kesembilan belas kalinya tusuk konde maut itu muncul di dunia rimba persilatan.
Si Pendekar Kalong dan Ciang Hay Sin Kun agaknya telah mendapat firasat apa"apa.
seketika itu matanya mengikuti pandangannya Pek Lek Cu.
Dan seketika itu pula membuat Ciang Hay Sin Kun dan Pendekar Kalong pada berubah wajahnya.
Setelah menjublak sekian lamanya, Pek Lek Cu baru dapat mengeluarkan perkataan : "tusuk konde Naga Merahm" Ucapan yang keluar dari mulut Pek Lek Cu itu serentak membuat suasana berubah jadi tegang.
Barangkali tak usah Pek Lek Cu membuka mulut, mereka akan tahu juga adanya tusuk konde perlambang maut itu.
Ciang Hay Sin Kun wajahnya pucat pasi bagaikan mayat.
Tangannya memegang tusuk konde di ujung bajunya itu nampak gemetar.
Kejadian itu benar"benar di luar dugaan semua orang.
Tusuk konde maut itu bisa jadi mendapat alamat di atas bajunya Ciang Hay Sin Kun mengapakah " suasana yang tadinya tenang tentram kini diliputi oleh ketegangan dan keseraman.
Untuk sesaat lamanya tak seorang pun dapat membuka mulut.
Lama sekali baru terdengar suara Ciang Hay Sin Kun yang berkata setelah menarik napas perlahan.
"Sungguh tak nyana." Katanya, "tusuk konde ini bisa menancap di badanku." Ucapan sesingkat itu memberatkan perasaan dan pikiran orang-orang yang ada di situ.
Dan peristiwa yang menggemparkan itu dengan cepat telah tersiar di kalangan Kang-zsouw.
Pada umumnya tidak seorang pun akan percaya kalau tusuk konde Naga Merah itu bisa terdapat di badan Ciang Hay Sin Kun.
Esok harinya Ciang Hay Sin Kun, Pendekar Kalong, Yan San It Hiong telah sampai berbareng di kota Lok Yang.
oleh karena munculnya tusuk konde Naga Merah telah membuat tiga tokoh kuat dari rimba persilatan diliputi oleh perasaan takut dan ngeri.
Ciang Hay Sin Kun memikirkan dirinya sendiri, rasanya pernah bermusuhan dengan Naga Merah.
Bagaimana tusuk konde lambang maut itu bisa jatuh di badannya " Benar benar membuat orang tak habis pikir.
Mereka sebenarnya ingin pergi ke gunung Ciong Lam San.
Tetapi setelah dengan mendadak menerima tusuk konde lambang maut itu, terpaksa mereka urungkan niat pergi ke Ciong Lam San itu dan sudah bersiap sedia untuk menghadapi Naga Merah.
Hari itu mereka menetap di rumah penginapan Thay Pek Khek Cau.
Buat penduduk kota Lok Yang, rumah penginapan itu hampir semua orang tahu.
Ruah penginapan itu bukan Cuma mempunyai hiasan megah dan banyak kamarnya, hidangan araknya juga sudah kesohor keman"mana.
Tatkala Ciang Hay Sin Kun bertiga masuk ke rumah penginapan itu, sudah waktunya orang-orang pasang lampu.
Dalam waktu demikian hampir semua tempat duduk penuh oleh para tamu yang sedang bersantap malam.
Mereka bertiga coba mencari tempat duduk dan kebetulan di tempat yang berdekatan jendela ada orang yang baru saja bangun, maka tempat itu lantas diserbu oleh mereka tiga orang.
Setelah memesan beberapa rupa hidangan, mereka bertiga kembali membicarakan soal tusuk konde yang dianggap sebagai lambang maut itu.
Pendekar Kalong setelah berpikir sejenak, lantas berkata : "Loko, kau pikir tusuk konde itu siapa yang menancapkan di bajumu ?" "Mana aku bisa tahu ?" jawab Ciang Hay Sin Kun.
"Kau pikir apakah tak bisa jadi perbuatannya bocah itu ?" "Siapa maksudu ?" "Bocah yang memakai baju abu"abu, yang menang tiga bom Pek Lek Tan ?" Ciang Hay Sin Kun bercekat hatinya, wajahnya nampak kebingungan, dalam risaunya ia hanya dapat menjawab : "Rasanya tidak mungkinm" "Be1um tentu lho, dia adalah murid satu"satunya dari si Naga Merah, sudah tentu besar kemungkinannya bisa saja berbuat begitu.
" Belum lagi habis perkataan Pendekar Kalong, Yan San It Hiong tiba"tiba berseru kaget dan berkata : "Apakah itu bukan dianya "? Maka mereka lalu tujukan ke sudut meja di sebelah timur, disitu terlihat seorang anak muda baju kelabu sedang makan minum seorang diri.
Dia adalah Tan Liong. Pendekar Kalong berubah wajahnya.
Dengan suara perlahan lalu berkata : "Benar, itulah dianya.
Kau kata, tusuk konde ini mungkin dia yang menancapkan di bajuu ?" Ciang Hay Sin Kun kembali menggeleng dan menjawab : "Rasanya tidak boleh jadi m" Pada saat itu di undak"undakan loteng tiba"tiba terdengar suara ribut-ribut dari orang berjalan.
Hal ini membuat para tetamu yang sedang makan atau minum lantas mengawasi ke tangga loteng itu.
Dan apa yang dilihat oleh mereka " Dua gadis muda berpakaian serba merah sudah berdiri di mulut tangga loteng.
Dua gadis baju merah itu benar benar sangat cantik.
Seorang di antaranya, menujukan matanya ke segala jurusan, agaknya sedang mencari tempat lowong.
Pelayan rumah makan yang di belakang mereka lantas berkata sambil unjuk muka manis : "Nona"nona harap suka menunggu sebentar, tentu akan ada tempat kosong." Seorang di antara gadis itu yang badannya agak tinggi lantas dengan suaranya yang bagai burung kenari berkata : "Apa sudah tak ada tempat lain ?" "Tidak ada" begitulah si pelayan menjawab.
Tan Liong yang saat itu juga angkat kepala matanya justru beradu dengan dua bola mata gadis baju merah yang tinggian itu.
Gadis itu seperti terperanjat sedikit, tetapi hanya sekejap lalu terdengar suara ketawanya yang merdu, kemudian kepada kawan di sampingnya, gadis yang agak kecil, berkata : "Adik, mari kita kesana." Dan ia menarik tangan si adik itu ke tempat duduk Tan Liong.
Semua tetamu yang ada di loteng itu hampir menujukan mata mereka kepada dua gadis baju merah itu.
Tan Liong yang mengawasi kedatangannya dua gadis baju merah itu terkejut dalam hatinya.
Sebabnya salah seorang di antara mereka yang badannya lebih pendek sedikit seperti pernah dilihatnya entah dimana, dan waktu kapan sudah lupa dia.
Ia tak berani memandang lebih lama karena saat itu dua gadis baju merah sudah berdiri di hadapan mejanya hingga membuat anak muda itu berdebar"debar hatinya.
suara yang merdu terdengar dalam telinganya : "Tuan, bolehkah kita numpang duduk di sini ?" Tan Liong sesaat lamanya bungkam tak dapat menjawab, tetapi kemudian lantas menyahut : "Jikalau nona tidak menganggap terlalu sulit pergaulan lelaki dan wanita, silahkan saja.
\\ "Kalau begitu, kami ucapkan terima kasih kami terlebih dahulu.
\\ Pelayan itu ketika melihat Tan Liong suka memberikan tempat duduk kepada tetamu tetamu manisnya itu, sudah merasa gembira.
Maka sambil unjuk sikap manisnya lagi lantas ia menanya : "Nona-nona ingin bersantap apakah ?" Gadis yang lebih tinggi badannya itu setelah duduk terus mengawasi meja sebentar lalu berkata : "Kau sediakanlah hidangan sama seperti yang tuan ini minta, cukuplah." Pelayan rumah makan itu agaknya merasa heran, sambil ketawa lebar mengawasi hidangan yang dipesan Tan Liong kemudian setelah menyahut : "Baik" lantas berlalu.
Kejadian itu sangat menarik perhatian sekalian tetamu di situ, tidak terkejut dengan Ciang Hay Sin Kun bertiga.
Sebab dua gadis dengan seorang pemuda yang masing masing agaknya, dibawah sorot mata begitu banyak tetamu, tanpa mengindahkan peraturan keras yang ada pada jaman itu, telah duduk makan minum di satu meja bersama"sama.
Untuk sesaat lamanya Tan Liong merasa seperti duduk di atas jarum.
Hatinya merasa dak dik duk.
Karena semenjak dijelmakan hingga menjadi manusia dewasa itu belu pernah mengalami kejadian itu.
Pusaka Tuak Setan 2 Pendekar Mata Keranjang 21 Prahara Dendam Leluhur Sepasang Garuda Putih 6

Cari Blog Ini