Ceritasilat Novel Online

Naga Merah 5

Naga Merah Karya Khu Lung Bagian 5


Kecantikan dan kepolosan dua gadis itu benar"benar mengejutkan semua orang.
Kejadian itu bukan hanya membuat Tan Liong merasa kikuk dan kaget.
Ciang Hay Sin Kun bertiga pun merasa heran melihat tindakan yang diambil oleh dua gadis itu.
Pendekar Kalong sambil kerutkan kening berkata perlahan : "Loko, itu gadis yang lebih kecil badannya, rasa-rasanya pernah kulihat.
" Ciang Hay Sin Kun dan Yan San It Hiong yang mendengar perkataan kawannya itu, matanya tidak ditujukan kepada gadis baju merah yang berbadan agak kecilan itu lalu menjawab dengan serentak : "Benar, dimana rasanya kita pernah melihat." Apa yang dipikir oleh Ciang Hay Sin Kun bertiga, ada serupa dengan pikirannya Tan Liong, sebab mereka rasanya pernah melihat gadis baju merah yang badannya agak kecil itu.
Para tamu yang pada dahar minum di rumah makan Thay Khek Cau itu juga hampir semua merasa heran terhadap dirinya dua gadis itu.
Tan Liong minu sendirian sambil tundukkan kepala, ia seolah-olah tidak mempunyai itu keberanian untuk angkat kepala sebab jika ia angkat kepalanya, matanya sudah pasti akan kebentrok dengan pasang matanya dua dara di hadapannya itu.
Saat itu pikirannya sedang bekerja keras, entah dimana ia pernah melihat wajahnya gadis yang badannya agak kecil itu " saat itu pelayan rumah makan sudah mengantarkan hidangan yang dipesan oleh dua gadis baju merah itu.
Gadis yang badannya agak besaran itu mengawasi Tan Liong yang sedang minum sendirian sejenak, lalu berkata kepada adiknya sambil tertawa hambar : "Adik, sungguh tidak enak sekali, oleh karena memberi tempat bagi kita, sampai orang tidak berani angkat kepala, kau kata ada mirip dengan kelakuannya satu gadis tua tidak ?" Ucapan yang dikeluarkan dari satu mulut kecil mungil dengan nada suara sangat merdu, namun ada mengandung ejekan, telah membuat para tetamu yang mendengarnya pada merasa geli, sedangkan Tan Liong yang mendengar itu, segera mengerti bahwa perkataan itu ditujukan kepada dirinya, maka ketika itu wajahnya lantas merah kemalu"maluan.
JILID ke : 11 Gadis baju merah itu sesungguhnya sangat keterlaluan.
Gadis yang kecilan itu ketawa dan menjawab, "Enci, jangan menyakiti hatinya, kau lihat orang sampai merah mukanya, " Sang enci itu ketawa cekikikan.
"Kau jangan menganggap dia seperti gadis tua akan tetapi orangnya hehh! Sungguh tak boleh dibuat gegabah.
" "Bagaimana enci bisa tahu" " "Sebentar aku bisa beritahukan padamu, siapa adanya dia.
Kau nanti akan percaya perkataan encimu.
" Kedua gadis itu bicara seenaknya saja.
Agaknya tak pernah mereka melihat adanya Tan Liong didepannya.
Hal ini bukan cuma membuat Tan Liong merasa panas wajahnya, tetapi juga membuat ia tidak enak duduk di situ, Karena merasa sudah tak dapat menahan sabarnya lagi Tan Liong tiba"tiba angkat kepalanya, matanya menyapu dua gadis itu dan berkata dengan suara dingin.
"Harap nona-nona suka pegang derajat sedikit supaya kita tidak sampai melukai hati masing-masing.
" Gadis yang agak besaran itu sambil ketawa berkata, "Adik, tidak salah toh ucapanku tadi.
Sekarang kelihatannya dia sedang gusar.
" Sang adik, gadis yang kecilan itu rupanya merasa kasihan, maka lantas menyahut, "Enci, sudahlah.
" Sang enci ketawa dan menyahut, "Baiklah aku tak akan berkata apa-apa lagi.
Cuma, adikku yang baik, janganlah kau pikir yang tidak-tidak.
" Perkataan yang mengandung arti dalam itu membuat si adik wajahnya merah seketika, lantas berkata pada encinya itu, "Enci, jangan omong segala yang bukan-bukan! Aku tak senang.
" Mereka lantas mulai melahap hidangannya.
Dan selagi mereka berdua menyikat makanannya suasana kembali tenang.
Tan Liong kembali memikirkan tentang gadis yang kecilan itu.
Yang jelas masih berbayang dimatanya seperti pernah melihat.
Dan sekarang ia mulai mengingat"ingat .
. . . .. " Siapapun takkan menduga dan tak ada orang yang percaya bahwa di dalam sebuah rumah makan yang selalu penuh sesak dengan tetamunya itu sebetulnya sedang diliputi oleh suasana gawat yang setiap saat bisa meledak! Dan suasana tegang itu sedetik demi sedetik telah meningkat kepuncaknya tanpa diketahui orang .
. . . .. Agaknya Pendekar Kalong yang mempunyai ingatan tajam sedikit daripada kawan-kawannya, stelah mengawasi Tan Liong dan gadis baju merah itu sejenak, dalam otaknya tiba-tiba seperti ingat sesuatu.
Dan dengan suara perlahan lalu berkata pada dua kawan lainnya, "Loko, aku sekarang telah mendapat suatu pikiran." "Pikiran apa?" "Bukankah Loko telah menerima tusuk konde Naga Merah?" "Apa perlumu menanyakan soal itu lagi.
Diamlah. " "Justru aku mau membicarakan soal itu.
Tusuk konde itulah yang mungkin ditinggalkan oleh bocah itu.
Dan apa sebabnya aku bisa pikir sampai kesitu sudah tentu bukan tanpa sebab.
Bocah itu adalah murid si Naga Merah.
Dan tusuk konde yang pertama muncul di dunia Kang-zsouw sudah tentu adalah perbuatannya." Ciang hay Sin kun mengangguk.
Pendekar Kalong berkata pula.
"Tapi kita harus sedikit berlaku hati-hati tidak perduli Siapapun yang memberi tusuk konde itu padamu pertama yang harus kita ambil tindakan mendekati dia.
Jangan sampai dia mendekati kita barang setengah tindak saja.
Jikalau tusuk konde itu orang lain yang menimpukkan, berarti kita telah mendapat satu pembantu berharga." Pikirnya Pendekar Kalong itu memang benar masuk di akal.
Maka setelah mengangguk Ciang hay Sin kun lantas berkata, "Baiklah, setelah nanti dua gadis baju merah itu pergi, kesanalah kau.
" Tetapi pada saat itu suatu kejadian yang menakutkan telah terjadi dengan tiba-tiba.
Tan Liong setelah mengasah otaknya, mengingat ingat siapa adanya gadis baju merah itu, dan ia lantas ingat seseorang.
setelah berseru, "Aaaa!" tangan kananya lantas menggebrak meja sehingga lantas terdengar suara keras, dan mangkok cangkir pada jungkir balik pada pecah kemana-mana membuat kaget semua tetamu yang sedang makan minum di situ.
Tepat pada saat Tan Liong menggebrak meja tadi kedua gadis itu lantas melesat lompat ke samping.
Seketika itu juga para tetamu lantas pada meninggalkan tempat duduk masing-masing mereka tak mengetahui apa sebetulnya yang telah terjadi.
Tan Liong dengan sorot mata berapi-api menatap dua gadis baju merah itu.
Ia lantas berkata, "Aku kira siapa! Tidak tahunya kalian si Dua Naga?" Tan Liong sudah dapat ingat bahwa gadis baju merah yang badannya agak kecilan itu adalah itu Naga merah palsu yang dulu pernah dilukainya dalam suatu pertarungan sengit disuatu desa dalam kota Kay hong.
Perkataan Tan Liong sesingkat itu tambah membingungkan para tamu yang berada di situ.
Pada saat itu dari bawah kelihatan berjalan naik kasir rumah makan itu.
Ketika melihat keadaan demikian lantas ketakutan setengah mati.
Dengan badan gemetaran si pemilik rumah makan berkata, "Apa sebetulnya yang terjadi" " Para tamu agaknya merasakan hawa panas dan suasana gawat dirumah makan tersebut, maka pada lari serabutan turun ke bawah dan meninggalkan tempat di atas itu.
Sekarang di ruangan yang luas itu hanya tinggal tiga orang muda itu, dan gadis baju merah yang besaran itu lantas berkata, "Benar.
Kau ternyata jeli, dapat lagi mengenal orang." Tan Liong ketawa besar kemudian berkata, "Perhitungan antara kita sudah harus dibereskan sekali lagi." setelah berkata begitu perlahan-lahan ia mendekati si gadis baju merah.
Kejadian itu membuat Ciang hay Sin kun dan dua kawannya yang lain pada terperanjat.
Mereka tak tahu ada permusuhan apa antara Tan Liong dengan dua gadis itu.
Gadis yang besaran itu berkata pula, "Antara kau dengan aku sebetulnya laksana air sumur yang tak pernah terganggu oleh air sungai.
Perlu apa harus melakukan pertempuran mati-matian! Lagipun orang yang mencari kau, jumlahnya terlalu besar.
Apa lagi malam ini masih perlu kau menyelesaikan satu tugas menggempur si manusia gaib, bukan" " Pertanyaan itu membikin Tan Liong kaget dalam hatinya.
Apakah perbuatan yang menaruhkan tusuk konde di atas dirinya Ciang hay Sin kun sudah diketahui olehnya" Tetapi kemudian ia bisa berpikir dengan otak dingin.
Soal itu tak terlalu bisa diherankan, sebab jikalau bukan mereka sudah tentu adalah Tan Liong sendiri yang berbuat.
Kini si pemuda mendengar gadis yang besaran itu buka mulut pula.
"Adik," katanya, "Mari kita pergi.
Berkelahi di atas loteng orang, bisa bikin pecah piring mangkok, ini bisa membikin kita berabe." setelah berkata begitu tanpa memandang Tan Liong lagi ia sudah putar badan dan turun ke bawah.
Tan Liong mendadak lompat dan menghadang di hadapan mereka, berkata dengan nada dingin, "Nona-nona ingin pergi tidak semudah itu.
" Gadis yang besaran itu lantas berkata, "Dan yang kau inginkan" "Yang aku inginkan" Oho! Gampang sekali.
Bereskan dulu urusan kita, yang lain boleh pikir belakangan.
" Gadis yang besaran itu berdiri alisnya, dan berkata, "Kalau memang maksudmu ingin berkelahi bolehlah.
nanti pukul tiga tengah malam kita berjumpa lagi dikelenteng tua yang dari sini kira"kira letaknya lima lie." "Apa ini akal muslihatmu menunda waktu" " "Apa kau kira aku takut padamu" " "Aku toh tak pernah kata kalian takut padaku" " "Ingatlah! Berkelahi juga boleh, tapi jangan di sini.
Kalau barang orang pecah, aku sih tak suka mengganti segala kerugiannya.
" setelah berkata begitu, tanpa menanti jawaban setuju atau tidaknya Tan Liong, lantas mereka turun ke bawah melewati sisinya Tan Liong.
Kali ini Tan Liong tidak mencegah dua gadis itu.
Anggapnya perkataan dua gadis itu cukup beralasan.
sebab jikalau memecahkan barang orang lain, sebetulnya memang berabe juga.
Maka seketika juga ia merogoh sepotong uang perak yang diberikan pada kasir, "Uang ini selain untuk membayar hidangan kami, juga untuk mengganti kerugian barang"barang yang pecah tadi.
" setelah itu ia sendirian dengan cepat meninggalkan tempat tersebut.
Ciang hay Sin kun, Pendekar kalong dan Yau san It hiong bertiga tatkala menyaksikan peristiwa tadi mendadak ingat sesuatu.
Pendekar Kalonglah yang buka mulut terlebih dahulu.
"Ciang hay Loko dengarlah aku." katanya.
"Barusan, itu gadis baju merah kata pemuda itu malam ini perlu menggempur itu orang gaib bukan?" Ciang hay sin kun mengangguk matanya bersinar.
Pendekar Kalong berkata pula, "Loko ada mempunyai julukan "manusia gaib" di suatu masa.
Dari mulut gadis baju merah tadi itu orang meninggalkan tusuk konde itu atas dirimu tentu adalah bocah itu." "Ini benar-benar membuatku tak habis pikir.
Aku tahu bocah itu sama sekali tak pernah mempunyai permusuhan." Keterangan Ciang hay Sin kun membuat dua kawannya melongo.
Mereka agaknyapun tak mengerti.
suasana sunyi. Lama sekali . . . . .. baru terdengar lagi suaranya Pendekar Kalong, "Loko batas waktu yang diberikan oleh tusuk konde itu kapankah" " "Malam ini.
" Saat itu Yan san It hiong yang semenjak tadi selalu bungkam, mendadak buka mulut, "Jiwi Loheng, aku sekarang ingat.
Itu gadis yang kecilan tadi bukankah si Naga Merah tiruan yang dilakukan bocah tadi itu di kota Koay hong?" Dengan perkataannya Yan san It hiong itu kini telah membuat Ciang hay Sin kun dan Pendekar Kalong mengingat kembali semua kejadian yang pernah mereka saksikan maka dalam hati lantas berpikir.
"Pantas seperti pernah lihat.
Kiranya si Naga Merah tiruan ....
" Pendekar Kalong lantas berkata, "Benar dan gadis baju merah tadi sudah ingat aku, betul merekalah yang menyaru Naga Merah.
Dengan adanya pertukaran pikiran itu membuat Ciang hay Sin kun bercekat hatinya.
Sekarang ia dapat memastikan bahwa tusuk konde Naga Merah perlambang maut yang disematkan atas bajunya jikalau bukan Tan Liong tentu adalah dua gadis baju merah itu yang berbuat.
Dan di antara ketiga orang itu entah siapa yang melakukan ini yang membuat Ciang hay Sin kun belum dapat memecahkan persoalannya.
Tidak demikian halnya dengan Pendekar Kalong, orang ini dalam pikirannya, melihat dari apa yang terjadi barusan ada kemungkinan besar bahwa orang yang memberi tusuk konde itu pada kawannya pasti adalah Tan Liong si pemuda baju kelabu.
Dan untuk mendapat kepastiannya ia lalu memikir hendak mengikuti perginya pemuda itu lebih lanjut.
Maka lantas diutarakannya pikirannya itu kepada dua orang kawannya, "Sekarang telah kita ketahui yang memberi tusuk konde itu pasti adalah bocah itu atau salah satu dari dua gadis baju merah tadi.
Tapi siapa yang berbuat begitu berani perlu kita bikin penyelidikan.
Mari kita turun ke bawah, kita lihat mereka bertempur.
" Pikirannya itu mendapat sambutan setuju dari dua kawan lainnya.
TAN LIONG mengikuti dua gadis baju merah tadi.
malam itu juga setelah sampai di sebuah rimba yang luasnya kira-kira tiga lie persegi dan gadis baju merah itu baru menghentikan langkah mereka.
oleh karena sangat membenci pada perbuatan dua Naga Merah tiruan yang melakukan pembunuhan terus menerus maka malam itu Tan Liong telah menetapkan suatu keputusan mereka harus menjelaskan sebab"sebab semua peristiwa yang lalu.
Maka Tan Liong setelah mengawasi dua gadis baju merah itu sejenak lalu dengan nada dingin berkata, "Mengapa kalian menyaru dan memakai nama Naga Merah melakukan kejahatan" Lekas jawab ! " Gadis baju merah yang besaran itu sambil ketawa dingin menjawab, "Perduli apa kau ! Seandainya benar kami menggunakan nama Naga Merah, kau mau apa" " Berhenti si gadis sejenak, setelah mengawasi adiknya berkata pula, "Adik dulu yang melukai kau adalah dia ini" " Gadis yang badannya agak kecilan memandang Tan Liong sejenak dengan sorot mata gusar tetapi kegusarannya itu agaknya hanya sekejap saja dan lantas lenyap tak kelihatan lagi.
Wanita itu hanya memperlihatkan senyum ewah sambil mengawasi si kakak berkata, "Aku benci suruh aku bikin dia mati" " "Kepandaianmu masih dibawahnya, kau bukan tandingannya" " "Kalau begitu apa enci ingin mewakili membunuhnya" " Sang enci itu mengawasi adiknya sejenak, mendadak dari sorot mata si enci tampak berubah.
Ia seperti melihat apa-apa yang kurang beres .
. . . .. Dan apa-apa yang dilihat olehnya itu, dalam perhubungan antara pria dan wanita, ada sangkut pautnya erat sekali.
Iapun dapat merasakan itu apa yang sedang dipikir adiknya pada waktu itu, agaknya telah juga masuk diakalnya.
Dalam sejarah kehidupannya, gadis"gadis yang sebaya dengan mereka.
Vang saat itu sudah mendekati usia dua ouluh tahun.
Dalam sejarah kehidupannya, gadis-gadis yang sebaya dengan mereka, yang saat itu sudah mendekati usia dua puluh tahun, sudah sewajarnya kalau muncul perasaan "apa-apa" itu.
Mengingat akan hal itu, dengan sendirinya wanita yang besaran itu memandang Tan Liong sejenak lalu berkata kata pada dirinya sendiri, "Memang kalau bisa mendapat kawan hidup seperti orang ini kita juga tidak kecewa dalam penghidupan." Karena hatinya berpikir demikan pipinya lantas menjadi merah dadu.
Tan Liong yang melihat dua gadis itu masih berdiri tegak, wajahnya lantas berubah dan ia lantas berkata dengan suara gusar.
"Apa sebabnya nona harus menggunakan nama Naga Merah! Bukankah lebih baik lekas menjawab" Apa perlu aku turun tangan lebih dulu?" Gadis yang agak besaran itu melirik Tan Liong dengan sudut matanya, hatinya berdebar.
Pada saat itu barangkali pemuda itu sudah ingin membunuh sekali.
Maka lantas sang kakak ini menjawab, "Kami kakak beradik bolehkah lebih dulu mengetahui nama tuan yang mulia?" Jawaban berupa pertanyaan itu sesungguhnya jauh diluar dugaan Tan Liong.
Sungguh tak pernah ia menyangka kalau dua gadis baju merah itu bukan saja tidak menjawab langsung pertanyaannya, sebaliknya malah menanyakan namanya.
maka seketika itu ia hanya meloncat tak dapat menjawab.
"Kita toh akan berkelahi, perlu apa dengan soal nama segala" Tak perlu" Gadis yang agak besaran itu ketawa suaranya merdu sekali, kemudian berkata lagi! "Justeru karena kita hendak berkelahi aku tidak menanya.
Bagaimana harus berkelahi tanpa mengetahui lawan yang kita kalahkan" Tentu akan ditertawakan orang saja." Tan Liong merasa kewalahan, terpaksa menjawab.
"Namaku Tan. dan nona berdua" " "Enciku bernama Chie Peng, aku sendiri Chie Cui" nyeletuk si adik.
Chie Peng agaknya tak senang namanya diberitahukan kepada orang lain, ditatapnya wajah adiknya itu sejenak, anggapnya sang adik itu terlalu cepat dan terlalu gegabah memberikan jawa ban.
Chie Cui yang dipelototi oleh si enci, terkejut sekali.
Sambil balik menatap wajah encinya itu, berkata, "Enci, apakah aku salah kata" " "Adik, aku toh tidak katakan kau salah kata?" jawab sang enci sambil menghela napas.
Chie Cui tersenyum. dari sini da[at dilihat pebedaan sifat kedua gadis itu.
Yang satu yakni yang besaran hati-hati sikapnya sedang adiknya masih bersifat kekanak-kanakan, "Nama masing-masing sudah tahu sekarang boleh kita berkelahi." menantang Tan Liong dengan sikap dingin.
"Tuan, kita tahu bahwa orang yang kau ingin ajak berkelahi malam ini belum tentu adalah kita orang!" kata Chie Peng Sambil ketawa dingin.
Ia berhenti sejenak, matanya yang jeli mengawasi keadaan disekitarnya lalu berkata pula, "Orang yang hendak mencari kau sudah datang semua .
. . . .." Perkataan tu membuat Tan Liong diam-diam terperanjat.
Ia mengawasi keadaan sekitarnya, tiba-tiba ada muncul lima orang tua.
Menyaksikan keadaan demikian Tan Liong segera mengerti bahwa dua gadis she Chie itu telah memancing padanya datang kemari, memang ada maksudnya.
Karena itu. maka seketika itu alisnya lantas berdiri, dengan wajah penuh hawa amarah ia berkata Sambil tertawa mengejek, "Nona nona telah memancing aku yang rendah datang kemari, agaknya sudah nona rencanaknan lebih dulu.
Orang kata bahwa dalam dunia ini yang paling kejam adalah hati wanita, rasanya perkataan itu sedikitpun tidak salah .
. . . .. " Berbareng dengan itu lantas badannya lantas melompat dengan kecepatan bagaikan kilat, ia melancarkan dua kali serangan tanan kosong.
Serangan yang dilakukan secara tiba-tiba itu, sesungguhnya diluar dugaan Chie Peng, maka seketika itu hati gadis ini gelisah.
Sedangkan kekuatan tenaga dari serangannya Tan Liong saat itu sudah mengancam dirinya.
Chie Peng terpaksa dengan tersipu"sipu memutar tubuhnya, tangannya dikeataskan dan maju merangsak menyambuti serangan Tan Liong.
Suatu benturan kedua kekuatan lantas terdengar amat nyaring.
Di situ lantas timbul angin hebat, sampai tanah pada mengepul naik.
Pada saat itu tiba-tiba ada sesosok bayangan orang yang melayang turun di hadapan Tan Liong.
Pemuda itu terperanjat. Sampai mundur dia dua tindak, tatkala ujung matanya melirik siapa orang yang datang secara tiba-tiba itu ternyata adalah Seorang tua, ditangannya tergenggam sebuah tongkat besi.
Orang tua itu lantas menanya dengan sikap dan nada suaranya yang dingin, "Adakah tuan ini yang bernama Tan Liong" " Pada waktu itu empat orang tua yang lainnya yang mengikuti orang tua yang duluan sudah berbaris dan berdiri di hadapan Tan Liong.
Selagi Tan Liong baru saja hendak menjawab, terdengar suara merdunya Chie Peng yang berkata , "Tan Siangkong, kami ingin minta diri lebih dulu.
Sebagai orang"orang dalam kalangan Kang"zsouw, tak usah kuatir kita nanti tak bertemu lagi." Sehabis mengucapkan perkataannya itu Tan Liong hanya melihat berkelebatnya dua bayangan merah, dua gadis jelita berbaju merah itu sudah lenyap dari pandangannya.
Tan Liong berubah wajahnya.
Meski ia telah mengetahui dua gadis itu tanpa dapat dicegah akan berlalu tetapi rupa-rupanya ia masih penasaran maka mendadak ia berseru, "Ke mana kalian pergi Dengan cepat badannya melesat juga arahnya ke tempat di mana dua wanita muda tadi menghilang.
Tetapi baru pemuda ini bergerak, lima orang tua yang menghadang dihadapannya mendadak pada mengirim serangan-serangan mematikan dengan tangan kosong.
Serangan tangan kosong yang dilancarkan oleh lima orang itu tergabung laksana gelombang air laut yang menyerbu pantai, hebatnya bukan buatan.
Oleh karena tahanan itu pula si pemuda dengan hati mangkel urungkan niatnya dan lantas melompat menepi menghindarkan serangan gabungan itu.
Dengan demikian maka kedua gadis baju merah itu juga sudah tak tampak bayang-bayangnya sekalipun lagi.
Tan Liong mengkal hatinya, dirasakan dadanya turun naik bergelombang matanya memancarkan sinar menakutkan.
Dengan gerakan lambat-lambat lantas dihampirinya kelima orang itu, agaknya sudah ingin menelan bulat"bulat dirinya lima orang tua tersbut.
Dia menggeram Sambil kertak gigi.
Dan tanpa banyak bicara pula lantas menerjang lima orang tua itu sedang dalam hatinya sudah berpikir hendak menghabiskan nyawa kelima orang tua itu.
Diantara berkelebatnya bayangan tangan orang yang sudah kalap itu, dalam waktu sekejapan saja Tan Liong sudah melancarkan delapan kali serangan-serangannya.
Kemurkaan dan napsu membunuh telah mempengaruhi hati kecilnya anak muda itu.
Amarahnya benar"benar telah memuncak.
Sebab jikalau tak karena kelima orang tua itu tentu dua gadis baju merah itu takkan dapat lolos darinya dengan begitu mudah.
Serangan Tan Liong itu benar"benar hebat.
Diantara lima orang tua itu sudah dua orang yang bergelimpang jatuh terkena angin serangannya.
Darah segar lantas tersembur dari mulutnya masing- masing.
Tiga orang yang lain, melihat gelagat tidak menguntungkan lantas pada mundur teratur.
Tan Liong agaknya belum mau sudah.
Dengan wajah tetap beringas dihampirinya lagi sisa-sisa korbannya dengan suara nyaring, "Apa maksud kalian mencari setori dengan tuan mudamu.
Sekarang jangan harap kalian bisa kembali ke rumah dalam keadaan masih bernyawa !" Menyaksikan sikap angkernya Pemuda itu, ketiga orang tadi pada bergidik tanpa terasa, "Ada satu hal kami ingin tahu kepada tuan.
Orang yang melemparkan bom Pek lek tan membunuh Sembilan orang perkumpulan kami adakah tuan sendiri orangnya" " Mendengar pertanyaan itu Tan Liong bercekat hatinya.
Lantas dijawabnya dengan suara kuat-kuat.
"Apa tuan-tuan tiga orang tua ini dari Thian seng hwee ?" Seorang diantara tiga orang itu menjawab dengan lantang, "Benar |ll Tan Liong lantas dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak.
"Membunuh beberapa gelintir manusia manusia semacam mereka saja apakah artinya ?" demikian katanya, "Kalian kalau benarpun orang"orangnya Thian seng hwee rupanya malam ini juga harus menemani kawan"kawanmu yang Sembilan orang itu !" Tiga orang tua itu mendengar perkataan tersebut pada terperanjat.
Seorang diantaranya Selagi hendak menjawab, sudah didahului lagi oleh Tan Liong.
"Aku ingin tanya dulu pada kalian benarkah perkumpulan Thian seng hwee pernah mengirim ultimatum ke partai Ciong lam pay minta supaya partai itu menakluk pada perkumpulan kalian dalam waktu sepuluh hari ?" Orang tua yang dihadapi itu menjawab dengan senyum bangganya.
"Benar" katanya.
Tan Liong ketawa bergelak-gelak lagi setelah itu mendadak wajahnya berubah keren dengan suara dingin berkata, "Oleh karena itu sekarang kuampuni jiwa kalian tidak ingin kubunuh.
Dan kalian lekas pergi dari sini, kabarkan pada ketua kalian bahwa aku dalam waktu tiga hari akan datang kesana kalau mereka tidak menarik kembali ultimatum itu.
Kalian dengar" Katakan sekalian.
Aku datang dengan membawa banyak bom Pek lek tan ingin menghancur leburkan pusat Thian seng hwee kalau tidak menurut !" Baru saja Tan Liong menutup mulut dari jauh terdengar suara orang ketawa lalu kedengaran lagi suara itu yang berkata, "Bocah, kau Sungguh jumawa." Tan Liong cepat menoleh di suatu tempat kira-kira tiga tombak dari padanya ada berdiri seorang wanita cantik pertengahan umur.
Tiga orang itu ketika melihat wanita cantik itu muncul secara mendadak, terperanjat juga agaknya.
Mereka serentak berlutut dan berkata.
"Nyonya .." Perempuan cantik itu dengan sikap dan nada dingin berkata, "Samwi Tongcu silahkan bangun" Tiga orang tua itu dengan sikap sangat hormat sekali menyahut "Baik" dan lantas bangkit perlahan dan berdiri di samping.
Perempuan cantik pertengahan umur itu dengan matanya yang jeli mengawasi Tan Liong sejenak, lalu tertawa cekikikan kemudian ketika memalingkan matanya ke tempat di mana dua tongcu yang sudah rebah binasa ditanah berkata lagi, "Bocah, kepandaianmu benar-benar tidak ringan dapat membunuh tiga tongcu perkumpulan kami membuktikan kau ada menyimpan kekuatan cukup tinggi.
Semasa kau dalam usia mudamu ini kepandaian dan kekuatan tenagamu begitu hebat, sungguh amat mengagumkan." Sehabis berkata kembali perempuan itu ketawa cekikikan.
Tan Liong mengetahui munculnya perempuan cantik pertengahan umur itu dapat muncul tiba-tiba tanpa ia mngetahui sendiri heran dalam hatinya.
Wanita itu sekalipun usianya sudah tak bisa dikatakan muda lagi, tetapi kecantikan parasnya sungguh luar biasa.
Kulit badannya yang sebegitu putih halus potongan atau raut mukanya yang begitu menyegarkan macam buah Co, benar"benar seperti bidadari baru turun dari kayangan.
Cuma sayang sedikit, diantara alis dan matanya yang tajam laksana gunting itu ada tersenyum kegenitannya.
Tan Liong dalam hati mengerti bahwa perempuan cantik pertengahan umur itu dalam perkumpulan Thian seng hwee pasti mempunyai kedudukan tinggi sekali, Sebab kalau tidak tentu takkan ketiga orang tua tadi menyembah sujud begitu rupa sampai berlutut"lutut juga.
Ia lalu dengan sikap dan nada dingin bertanya "Apa kau juga orangnya Thian seng hwee ?" Perempuan cantik pertengahan umur itu obral ketawanya yang merdu terdengarnya.
"Benar" katanya.
"Aku adalah salah satu orangnya Thian seng hwee.
Sekarang giliranku bertanya, Kau
Perempuan cantik pertengahan umur itu obral ketawanya yang merdu terdengarnya.
"Benar" katanya.
"Aku adalah salah satu orangnya Thian seng hwee.
Sekarang giliranku bertanya, Kau sudah membunuh sebelas orang anggauta perkumpulan kami, bagaimana dengan perbuatanmu itu kau hendak menjelaskan?" Wajahnya Tan Liong berubah segera.
Dengan tegas menjawab lagi, "Jangan kata cuma sebelas orang, pusat perkumpulan kalian sekalipun kalau dalam tempo tiga hari kemudian tak menarik kembali ultimatum mengancam Ciong lam pay, dapat dengan mudah sekali kuhancur leburkan dengan bom Pek lek tan." "Ia barangkali tidak semudah yang tuan kira" begitu perempuan itu berkata lagi.
"Boleh coba saja" kata Tan Liong sinis.
"Pulanglah ke markasmu, beritahukan pada ketuamu kalau tak menarik ultimatum yang diberikan pada Ciong lam pay tahu sendiri.
Lihat saja aku bisa atau tidak menghancur leburkan markas kalian itu !" Sehabis mengucapkan perkataannya itu, tanpa memperdulikan lagi perempuan cantik itu Tan Liong lantas balikkan badan dan berlalu.
Perempuan cantik itu ketika melihat Tan Liong berlalu, lantas bergerak menghadang didepannya seraya berkata, "Tuan,.." "Barusan apa lagi yang perlu kita bicarakan ?" tegurnya Tan Liong gusar.
"Tuan telah membela partai Ciong lam pay apakah tuan mempunyai hubungan dengan partai tersebut ?" "Perlu apa kau ingin tahu aku ada hubungannya dengan Ciong lam pay atau tidak ?" "Kalau tidak ada hubungannya, kau tidak usah campur tangan dalam perkara partai itu." "Kau terlalu bawel! Lekas enyah dari sini dan beritahukan pada ketuamu.
Dalam waktu tiga hari suruh ia tarik lagi ultimatumnya untuk Ciong lam pay itu ! " Perkataan itu membuat perempuan cantik itu berubah parasnya.
Dia lantas berkata dengan sikapnya angkuh agung, "Aku mewakili ketua membalas kata-katamu, perkumpulan kami takkan menarik kembali ultimatum itu.
" Tang Liong berubah wajahnya.
Napsu membunuhnya nampak jelas pada wajahnya, Sambil ketawa bergelak-gelak berkata, "Perkataanmu sungguh sombong! Kau toh bukan ketua" Omonganmu itu tak berlaku! " "Setiap perkataan yang keluar dari mulutku, serupa dengan ancamannya ketua! " "Jadi maksudmu, kau nyonya ketua" " "Kalau ya bagaimana" Dan jika tidak apa maumu" " "Kalau kau benar nyonya ketua, itu yang paling baik.
Aku masih ada ucapan yang itu-itu juga sifatnya.
Jikalau perkumpulanmu tidak menarik kembali ultimatum untuk Ciong lam pay itu, akan kuhancurkan pusat perkumpulan itu! Titik! " Pada saat itu tiga Tongcu Thian seng hwee yakni tiga orang lihai yang berdiri di samping, ketiganya melompat melesat menghadang dihadapan Tan Liong.
Mereka agaknya hendak menantikan perintah dari perempuan cantik itu, tak lantas bertindak.
Mungkin asal saja perempuan itu membuka mulut mereka akan segera menyerang.
Dengan demikian kembali suasana berubah menjadi gawat.
Perempuan cantik pertengahan umur itu menatap wajah Tan Liong sejenak, lalu berkata, "Jangan kata tuan dapat masuk ke pusat perkumpulan kami, sekalipun malam ini.
Jikalau kau bisa pulang kerumah d alam keadaan selamat rasanya juga bukan soal gampang." "Kalau begitu coba"coba saja sekarang kau buktikan ancamanmu itu." kata Tan Liong dan ia pun lantas bersiap sedia hendak menantikan segala kemungkinan.
Diparasnya perempuan pertengahan umur yang cantik molek itu tiba"tiba terkilas senyum iblisnya, matanya yang tajam mengawasi ketiga Tongcunya, lalu berkata dengan suara yang nyaring, "Samwi Tongcu dengar perintah! " "Teecu sekalian siap." demikian sahut tiga Tongcu itu serentak.
"Harap Samwi Tongcu tangkap bocah itu jangan coba"coba menentang.
Ingatlah hukumannya orang yang melanggar perintah! " Ketiga orang tua itu tetap dengan sikap hormatnya menjawab, "Ya, baik." kemudian dengan lambat-lambat menghampiri Tan Liong.
Pemuda itu dengan paras berubah dengan suara bengis berkata, "Kau sendiri tidak mau gulung lengan baju mengantar jiwa" Apa Cuma bisamu menyuruh orang lain dijadikan kambing hitam" " Setelah itu badannya lantas bergerak menerjang ke arah perempuan cantik itu.
Tetapi baru saja Tan Liong bergerak, tiga orang tua itu sudah mendahului dan melancarkan serangan hebat.
Tiga orang itu begitu bergerak turun tangan lantas menyusulkan serangan lanjutan yang dilancarkan begitu cepat dan gencar.
Sambil membentak dengan suara keras Tan Liong dengan kedua belah tangannya menyambutii serangan ketiga orang tua itu.
Tan Liong pada saat itu sudah seperti orang kalap.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setiap serangan yang dilancarkannya selalu menggunakan seluruh kekuatan tangannya dan Setelah menyambuti serangan ketiga orang tua itu lalu melesat kedepan perempuan cantik itu lagi dan mengirim satu serangan kepada orang itu.
Gerakan Tan Liong kali ini sungguh cepat dan gesit luar biasa.
Perempuan cantik pertengahan umur itu diam-diam juga terperanjat buru"buru melompat ke belakang barulah berhasil dapat menghindarkan serangan pemuda tadi.
Semua kejadian itu hanya makan waktu yang sangat singkat sekali.
Ketiga Tongcu itu selagi hendak turun tangan lagi, tiba"tiba terdengar suara si pemuda membentak, "Kalian diam !" suara itu mengguntur terdengarnya, sampai telinga tiga orang tua Thian seng hwee itu seperti ketulian, dan benar saja mereka lantas pada berhenti tak bergerak lagi.
Diwajahnya Tan Liong saat itu terlihat jelas napsu membunuhnya yang selamanya belum pernah tertampak.
Dengan mata beringas perlahan-lahan dia berjalan menghampiri perempuan cantik itu sembari berkata dingin, "Benar-benar kau mau suruh ketiga Tongcumu ini mengantar jiwa dengan cuma-Cuma" Dan kau sendiri tak mau turun tangan" " "Tingkat dan kedudukanmu terlalu kecil.
Belum ada harganya aku turun tangan menangkapmu." begitulah jawaban yang keluar dari mulut perempuan cantik itu.
Untuk kesekian kalinya Tan Liong mendengar pula betapa orang ini mengatakan bahwa tingkat kedudukannya terlalu kecil, maka dengan wajah berubah bengis ia lantas berkata, "Dan kau sendiri berapakah tinggi tingkat kedudukanmu" " "Setidak-tidaknya jauh lebih tinggi dari pada Pangkatmu! " Baru saja perempuan cantik itu menutup kata-katanya dibelakangnya tiba"tiba terdengar suara orang berkata, "Hu Hweethio, janganlah kau tempelkan emas atas parasmu sendiri.
Tingkat dan kedudukanmu masih belum ada separuhnya dari bocah itu.
" MENDENGAR perkataan yang tiba"tiba itu Tan Liong dan perempuan cantik itu diam"diam pada terkejut.
Ketika mereka menengok, diatas sebuah pohon besar yang terpisah kira"kira satu tombak jauhnya ada duduk nongkrong seorang tua yang rambutnya sudah putih tapi wajahnya merah sekali seperti anak-anak.
orang itu ditangannya mencekal sebuag kebutan atau Hud tim yang biasa dibawa-bawa oleh kaum pertapa.
Perempuan cantik itu berubah lagi wajahnya, tiba"tiba badannya bergerak dan berdiri dibawah pohon besar itu dan membuka mulut bertanya, "Kakek tua, kau orang pandai dari manakah" " Kakek tua itu ketawa bergelak-gelak dan menyahut, "Hu Hweethio perlu apakah kau sampai begitu gelisah" Kau ingin dengar, aku bisa beritahukan.
kedudukan dan tingkat derajat bocah itu jauh lebih tinggi dari Pengkat apa yang kau miliki." Berkata sampai disitu, matanya yang tajam menyapu k e arah Tan Liong dan kepada pemuda ini ia berkata, "Ciang bun jin, bukankah kau hendak mencari Siao hun lie Cie Bun Bun" Itulah dianya! " Perkataan itu telah membuat kaget pemuda itu sampai berjingkrak dia.
Lalu dengan wajah berubah lantas bertanya, "Pernyataan Locianpwee tadi benarkah?" "Lohu ini kau lihat bagaimana tuanya.
Lohu sudah hampir masuk lubang kubur, selamanya tak pernah membohong.
Legakanlah hatimu, dengarlah kataku.
Selain itu barangkali perlu juga kuberitahukan padamu, ketua Thian seng hwee, bahkan adalah Tan Ciang Bin, yang dulu terkenal sebagai ahli pedang yang lebih terkenal dengan nama julukan Bwee hoa Sin kiam.
Dia Sekarang hanya mengganti namanya menjadi Bong bin Sin kiam".
Tan Liong yang mendengar perkataan itu merasakan kepalanya seperti kena disambar petir, sungguh tak pernah disangkanya bahwa ketua dan wakil ketua perkumpulan Thian seng hwee ternyata adalah ayahnya sendiri dan Siao hun Lie Cie Bun Bun ibu tirinya.
Maka seketika itu ia hanya dapat berdiri dengan wajah pucat.
Perkataan itu juga membuat Siao hun lie sendiri diam"diam merasa jeri.
Ia tidak habis pikir mengapa sampai orang tua asing itu dapat mengetahui segala urusan dalam Thian seng hwee.
Untuk sesaat lamanya Semua orang yang ada di situ dibikin terperanjat oleh kejadian ganjil yang datangnya secara tiba"tiba itu.
orang tua itu kembali tertawa bergelak-gelak dan lantas berkata, "Ciang bun jin, ucapanku cuma sebegitu dan Sekarang aku sudah harus pergi.
Dilain waktu, apabila masih ada jodoh barangkali kita bisa bertemu kembali." Perkataan yang terakhir itu baru saja keluar dari mulut orang tua muka merah itu, ternyata orangnya sudah lenyap entah kemana perginya.
Tan Liong ketika mendapat tahu bahwa perempuan cantik dihadapannya waktu itu sebenarnya adalah Siao hun lie Cie Bun Bun yaitu wakil ketua perkumpulan Thian seng hwee, maka nafsu membunuhnya sudah tak dapat dikendalikan lagi.
Keadaan ibunya selagi hendak menutup mata terbayang"bayang pula didepan matanya waktu itu.
Ia lantas mengeraskan hatinya bertekad hendak mengambil jiwa perempuan genit didepan matanya, semata-mata untuk menuntut balas bagi ibunya.
Mengingat sampai disitu ia lantas bergerak dan menerjang Siao hun lie sembari membentak.
"Siao hun lie! Bertahun-tahun lamanya aku cari kau dimana-mana, tak nyana malam ini kita bisa dipertemukan di sini.
Ha, ha..... Sekarang aku maui jiwamu !" Sehabis mengucapkan perkataan itu, tangannya lalu digerakkan menyerang Siao hun lie Cie Bun Bun dengan hebat.
Kegusaran Tan Liong saat itu agaknya sudah sangat memuncak.
Ibunya sendiri, apabila bukan karena gara-gara wanita genit di hadapannya ini, takkan sampai terbunuh oleh orang"orang partai Siao lim pay.
Siao hun lie Cie Bun Bun ketika melihat pemuda itu mulai turun tangan dengan serangan mautnya, hatinya terperanjat sekali.
Lantas diangkatnya tangannya maksudnya hendak menyambuti serangan itu sedang mulutnya lantas membentak, "Bocah.
Kau Ciang bun jin cabang persilatan mana " " Setelah berkata demikian masing-masing sudah pada mundur setengah tindak karena beradunya dua kekuatan mereka tadi.
Tan Liong lantas ketawa bergelak gelak dan berkata, "Perlu apa kau tanya-tanya dari partai manapun, aku apa pedulimu" Kau seharusnya sendiri jangan sampai melupakan yang atas perbuatanmu dulu, mengambil lelaki orang yaitu Bwee hoa Sin kiam yang karena itu membuat Cui hoa Sian cu sampai menderita seumur hidupnya.
" Perkataan Tan Liong itu telah membuat Siao hun lie pucat pias wajahnya dengan suara gugup menanya, "Dan kau .
. . . .. Kau siapa" "Akulah anak tunggal Cui hoa Sian cu" Siao hun lie bertambah kekagetannya.
Tanpa merasa sudah mundur selangkah, dan dengan suara keget kembali bertanya.
"Kau puteranya Cui hoa Sian cu" " "Ng !" jawab Tan Liong.
"Aku bukan Cuma hendak membunuh kau melulu tapi juga ingin megambil jiwa ayahku sendiri Tan Ciang Bin! " Bukan kepalang kagetnya Siao bun lie pada saat itu.
sungguh tak pernah disangkanya kalau pemuda dihadapannya itu adalah putera tunggal dari suaminya sendiri, putra Cui hoa Sian cu.
Seketika itu ia lalu ketawa dingin dan lantas bergerak.


"Akulah anak tunggal Cui hoa Sian cu" Siao hun lie bertambah kekagetannya.
Tanpa merasa sudah mundur selangkah, dan dengan suara keget kembali bertanya.
"Kau puteranya Cui hoa Sian cu" " "Ng !" jawab Tan Liong.
"Aku bukan Cuma hendak membunuh kau melulu tapi juga ingin megambil jiwa ayahku sendiri Tan Ciang Bin! " Bukan kepalang kagetnya Siao bun lie pada Saat itu.
Sungguh tak pernah disangkanya kalau pemuda dihadapannya itu adalah putera tunggal dari suaminya sendiri, putra Cui hoa Sian cu.
Seketika itu ia lalu ketawa dingin dan lantas bergerak.
"Jikalau kau tidak menyebutkan dari partai mana kau memegang jabatan ketua tak nanti aku turun tangan.
" "Tapi aku harus paksa kau turun tangan dan mati ! " Setelah berkata demikian Tan Liong dengan menggunakan tipu serangannya, "Jit hoat Kauw hwi" dalam ilmu silatnya yang dinamakan Chim liong Cap pak sek, melakukan serangan tiba-tiba.
Tapi baru saja Tan Liong bergerak, tiga orang tua Tongcu-tongcu Thian seng hwee yang rupanya sejak tadi memperhatikan terus sikap pemuda itu sudah bergerak serentak menyerang dari tiga jurusan kepada Tan Liong.
Bukan main gusarnya pemuda ini ia merasa selalu dihalangi perbuatannya oleh tiga orang tua itu, maka Sambil membentak keras "Kau cari mampus! " lantas mengeluarkan serangannya keatas tiga orang itu.
Tatkala kekuatan serangannya itu meluncur keluar, dua dari antara tiga orang tua itu lantas roboh menggeletak di tanah dengan mulut berlumuran darah.
Tan Liong lalu lompat melesat, kali ini yang diterjang adalah Siao hun lie si perempuan cantik itu.
Dengan kedua tangannya melancarkan serangan berbareng mengarah dua tempat dibadan perempuan itu.
Gerakan Tan Liong itu benar-benar mengejutkan Siao hun lie, wajah perempuan ini sudah begitu pucatnya Sungguh tak pernah disangka kalau bocah yang dikatakannya rendah tingka tannya itu begitu tinggi kepandaiannya.
Siao hun lie terpaksa lompat mundur beberapa tindak menghindarkan serangan pemuda kalap itu maksudnya, sedang mulutnya masih dengan suaranya yang sok sokan berkata, "Bocah, kalau kau tidak mengatakan kau ketua dari partai mana aku takkan turun tangan padamu ! " Sambil gertak gigi Tan Liong terpaksa menjawab, "Aku Ciang bun jinnya partai Ciong lam pay." Siao hun lie berseru kaget kakinya mundur setindak.
Tapi perasaan kagetnya itu sebentar sudah lenyap lagi.
Kembali dengan paras muka berseri-seri perempuan cantik itu berkata, "Kiranya kau inikah Ciang bun jin partai Ciong lam pay" Apakah buktinya?" Dari dalam sakunya Tan Liong lantas mencabut keluar sebuah panji kecil.
Panji yang berbentuk segitiga itu ditengahnya bersulam sebuah lukisan sedangkan disisinya ada gambaran sulam juga, Naga Mas.
Tan Liong masukkan kembali panjinya dan berkata denan suara dingin.
"Sekarang aku akan turun tangan lagi" " "Benar, sekarang marilah kita bergebrak dalam penentuan kita.
" Hari ini Siao hun lie benar-benar dibikin kesima.
Sungguh tak pernah disangkanya ke satu anak muda yang berada dihadapannya itu ternyata adalah ketua dari partai Ciong lam pay.
Selain daripada kaget yang meliputi hatinya timbul lagi perasaan kuatir dan jerinya.
Tan Liong sebagai putra tunggal Cui hoa Sian Cu sudah barang tentu takkan gampang mau melepaskan musuh bebuyutannya.
Oleh karena itu tanpa disadari oleh kemauan, hatinya sudah gemetaran.
Dan tatkala matanya melirik Tan Liong anak muda itu perlahan"lahan sedang bertindak mendatangi.
Dalam niatnya pada waktu itu mendadak terkilas sesuatu pikiran.
Dia mengaku ketua Ciong lam pay, kalau berhasil dia pergi ke gunung Ciong lam san, ini akan merupakan suatu rintangan besar bagi rencana perkumpulan yang mau menelan partai itu.
Apa lagi ditangannya masih ada bom Pek lek tan.
Baiklah kugunakan kesempatan sebelum dia sampai ke gunung Ciong lam san, aku menyatroni dulu partai Ciong lam pay dan bikin musnah.
Siao hun lie itu selagi dalam keadaan melamun, dengan rencananya yang keji, Tan Liong sudah melancarkan serangan setelah menggeram keras.
Siao hun lie saat itu rupa-rupanya sudah mempunyai semangat tempur lagi, maka tatkala Tan Liong melancarkan dua kali serangannya ia lantas menggerakkan tangannya dan Setelah berhasil menangkis serangan Tan Liong, badannya yang langsing lantas melesat keluar kalangan.
Perbuatan Siao hun lie itu jauh di luar dugaan Tan Liong.
Pemuda ini tak pernah menyangka kalau sampai perempuan itu berniat kabur.
Dan ketika mengetahui ternyata si perempuan genit itu sudah jauh lari dari padanya.
Maka Seketika itu lantas ia membentak.
"Kau mau lari kemana" " Dan berbareng dengan itu kakinya sudah menotol tangan hendak mengejar.
Tapi baru saja Tan Liong bergerak, di belakang badannya ada orang membisiki, "Tidak perlu dikejar, kau tak kan mungkin dapat menyandaknya.
" Tan Liong kaget sekali.
Ketika berpaling, tidak jauh di belakang dirinya entah sejak kapan sudah berdiri seorang wanita muda yang mengenakan baju merah seluruhnya.
Wanita muda itu ternyata adalah itu gadis jelita yang dulu mencuri mangkok pecahnya yang sepotong itu.
Untuk sesaat lamanya Tan Liong terpaku ditempatnya.
Gadis baju merah itu unjuk senyumnya yang menggiurkan kemudian berkata dengan suara merdu, "Tan Siangkong, apakah kau pikir kedatanganku ini begitu mengejutkan hatimu dan terlalu kurang ajar" " Saat itu Tan Liong hanya mengawasi belakang punggung si perempuan pertengahan umur Siao hun lie yang perlahan"lahan menghilang dari depan matanya, sedang dadanya dirasakan seperti mau meledak.
Dengan sorot mata gusar ditatapnya wajah gadis baju merah itu Sejenak, dan katanya, "Jikalau tidak lantaran kau, aku yakin aku sudah menyandak perempuan keparat tadi! " "Cuma memiliki kepandaian seperti sekarang ingin dapat mengejar Siao hun lie jangan mimpi.
Perlu kau tahu mengapa sampai Siao hun lie mendadak kabur.
Apa kau tahu" Saat ini ia niat lekas-lekas kembali ke pusat perkumpulannya dan hendak menggempur gunung Ciong lam san secara besar-besaran.
" Tan Liong terperanjat.
"Kau berkata tidak salahkah?" "Jikalau kiramu salah, kau barangkali menyangkal dia takkan mungkin mau menggempur Ciong lam san, tentu dia tak mungkin tidak mau melayani kau.
Justru karena sebelum naik gunung Ciong lam san ia hendak menggempur habis partai Ciong lam pay sebelum ada persiapan untuk melawan.
Alasan ini bukankah sangat sederhana sekali" " Tan Liong memikir Sejenak memang benar juga.
Besar kemungkinannya sampai Siao hun lie mendadak kabur Setelah mengetahui kalau yang sedang dihadapi adalah ketua Ciong lam pay yang masih memiliki bom Pek lek tan.
Gadis baju merah itu berkata pula, "Jikalau benar-benar Thian seng hwee akan menggempur Ciong lam pay secara besar-besaran tentu semua orang-orang Ciong lam pay akan dibasmi habis barangkali juga gunung Ciong lam san akan dibumi hanguskan oleh mereka.
" Bukan kepalang kagetnya Tan Liong mendengar petikan pikiran itu.
Tanpa merasa badannya sudah terasa menggigil.
Gadis baju merah itu berkata pula, "Keadaan terlalu mendesak, sekarang cuma ada jalan untuk kau pilih.
Lebih dulu pergi menyatroni Thian seng hwee atau pergi Ciong lam san menjaga serbuan mereka." Tan Liong mengangguk dan berkata, "Ya! Aku mesti mengobrak abrik pusat Thian seng hwee dulu.
Kalau perlu bom Pek lek tan masih ada padaku." Gadis baju merah itu kembali tersenyum manis dan berkata, "Kalau begitu, satu orang yang malam ini sedang kau arah, jiwanya barang kali hendak kau bebaskan begitu saja bukan" " Tan Liong mendengar perkataan itu terkejut sekali.
Tak pernah sampai pada pikirannya mengapa sampai gadis baju merah di depannya ini pun mengetahui sepak terjangnya.
Maka ia pura-pura menanya, "Siapa maksudmu yang hnedak kuarah" " "Apa perlu lagi aku menjelaskan?" begitu jawab si gadis baju merah dengan pertanyaan baliknya, Sejenak tak mendapat jawaban, lalu berkata pula, "Cuma orang itu hendak ku tolong, bagaimana?" "Jikalau maksudmu ingin menolongnya aku takkan mengerti! Kau yang akan kulabrak.
Lagi pun, sepotong mangkokku itu, ada satu hari akan kembali ketanganku.?" Sehabis mengucapkan perkataan itu, tanpa menanti jawaban gadis baju merah itu lagi ia sudah lompat dan menghilang.
Gadis baju merah itu mengawasi sambil bersenyum"senyum, dan sedangkan dalam hatinya lalu berkata-kata sendiri, "Kau pergi ke pusat Thian seng hwee, dalam pertempuran antara ayah dan anak mungkin tak luput dari saling gebuk.
Tapi apa kau yakin bisa keluar lagi dari pusat itu, rasanya masih belum tentu." Setelah itu iapun bergerak dan sudah menghilang dalam sekejap kedalam rimba.
Ciang hay Sin kun yang kini menjadi pusat perhatian orang-orang rimba persilatan, karena ia sebagai sasaran dari Naga Merah yang ke sembilan belas, benar saja dalam waktu tiga hari itu tidak binasa oleh Naga Merah.
Apa sebabnya Naga Merah tidak muncul" Apakah takut" Hal itu telah menimbulkan berbagai duga dugaan di dalam rimba persilatan.
Sedangkan bagi Ciang hay Sin kun sendiri, tak tahu juga ia apa sebabnya.
Semula memang ia menduga bahwa orang yang menyambitkan tusuk konde Naga Merah itu adalah Nag a Merah kedua, Tan Liong.
Tetapi kemudian memikir, agaknya tidak benar.
Satu peristiwa lain, yang menggetarkan dunia rimba persilatan adalah gerakan besar-besaran Thian seng hwee, yang mendadak mengirim anggota"anggotanya yang terlihai pergi berbondong" bondong mendaki gunung Ciong lam san.
Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yau san It Hiong pada hari ke empat ia dihitung semenjak hari Setelah menerima tusuk konde maut, mengetahui benar kalau Naga Merah pasti tak muncul, lalu berbarengan ke gunung Ciong lam san.


JILID ke : 12 Mereka agaknya menganggap bahwa apabila ada tenaga cukup bermaksud hendak memberi pertolongan bagi partai yang malang itu agar terhindar dari bencana kemusnahan.
Malamnya pada waktu Thian seng hwee mengirim orang-orangnya pergi naik ke gunung Ciong lam san di markas besar perkumpulan tersebut yang letaknya di dalam lembah Lui in Kok di gunung Kim kiong san tiba"tiba muncul satu bayangan orang.
Bayangan itu bukan lain daripada Tan Liong sendiri.
Pemuda ini tiba ditempat tersebut pada jam dua tengah malam.
Ketika memasang mata segera dilihatnya seluruh lembah semua tertutup kabut tebal sedikitpun tak tampak bayangan orang.
Dengan tindakan cukup hati-hati diperiksanya dulu keadaan disekitarnya dan mengetahui bukit itu di mulut lembah ada mengapit dua puncak gunung yang menjulang tinggi keadaan tempat tersebut sesungguhnya sangat strategis.
Tan Liong yang menyaksikan keseluruh tempat diam-diam memikir, "Jikalau lamping gunung yang sempit ini dijaga oleh satu orang lihai mungkin selain orang tentu binatang atau burung"burung juga tak dapat lalu." Setelah menanti cukup lama dan kabut mulai menipis, dilihatnya dalam lembah banyak bayangan orang yang sedang berjalan keluar lembah.
Tan Liong saat itu sudah berlaku nekad.
Lantas lompat keluar dari tempat persembunyiannya, tetapi tiba-tiba dibikin kaget oleh kejadian yang mendadak terjadi di luar dugaannya.
Sebab, Selagi badannya bergerak ke belakang, punggungnya tiba-tiba seperti ada orang yang menjambret, dan seseorang yang dengan suaranya yang adem berkata, "Paling baik tuan jangan sembarang bergerak." Dan tangan orang itu justru menekan jalan darah Kian kin hiatnya.
Ketika Tan Liong mengusahakan berpaling wajahnya berubah seketika.
Sebab orang yang mengancamnya dari belakang itu ternyata orang yang menyaru sebagai Naga Merah yakni Chie Peng.
Bukan kepalang kagetnya Tan Liong pada waktu itu.
Chie Peng sampai bisa menghampiri tempatnya, bahkan sampai berada didekatnya, sedikitpun ia tak merasa.
Padahal dalam hal ini adalah Tan Liong sendiri yang terlalu ceroboh.
Sebab dalam perkumpulan Thian seng hwee banyak orang-orang lihainya, sebelum Tan liong tiba di lembah Lui in kok di daerah satu lie seputar lembah itu, entah telah dipasang berapa banyak orang"orang Thian seng hwee sebagai mata-mata.
Maka ketika Tan Liong bersembunyi di belakang batu besar, semua gerak geriknya itu telah diketahui oleh Chie Peng yang justru sembunyi didekat tempatnya, hanya pemuda itu yang belum sadar saja.
Chie Peng dengan sikapnya yang acuh tak acuh berkata, "Jikalau tuan berani ambil tindakan sedikit saja, akan kau tahu rasa, pasti mati kau di lembah ini." Tan Liong berubah lagi wajahnya, didahinya keringat dingin mulai keluar.
Dan tatkala berpaling ke celah lembah, orang-orang Thian seng hwee itu sudah berjalan ke luar lembah .
. . . .. Jikalau orang"orang itu dibiarkannya keluar dari lembah Lui in kok, itu sama saja artinya membiarkan partai Ciong lam pay musnah.
Ia tahu bahwa dalam waktu singkat harus berdaya melepaskan diri dari ancaman si Naga Merah palsu ini, sebab apabila tidak berusaha keras, pasti segala rencananya akan tersia-sia saja, dan dalam arti kata lain, mengecewakan harapan ibunya.
Keringat dari dahinya turun semakin deras.
Dalam saat-saat demikian telinganya mendadak dengar suara perempuan dibelakangnya.
"Perlu apa tuan begitu gelisah" Tunggulah sebentar, pasti akan kulepas asal orang-orang kita itu sudah keluar semua dari lembah Kui in kok." Sebab mati hidupnya Chiong lam pay adalah tergantung pada dirinya.
Apabila gagal pergerakannya kali ini, gagal pula semua rencana, dan hancur pasti Chiong lam pay musnah oleh orang"orang Thian seng hwee.
"Nona, benarkah kau tidak mau lepaskan tanganmu" " "Siapa kata aku tak mau lepaskan kau" Itu cuma tunggu waktu saja.
" "Jika nona tidak mau lepaskan, aku akan berlaku nekad.
" Baru saja Tan Liong mengakhiri perkataannya itu, dilihatnya satu bayangan merah berkelebat dan Naga Merah tiruan yang satunya lagi, Chie Cui, juga sudah melayang sampai dihadapannya.
Gadis itu menatap Tan Liong sejenak parasnya berubah sedikit.
dengan suara terharu dipanggilnya sang enci.
"Enci .... " Dan pada saat itu orang"orang perkumpulan Thian seng hwee telah keluar semua dari lembah Kui in kok.
Agaknya mereka sedang berjalan kegunung Ciong lam san.
Tan Liong yang melihat gelagat tidak dapat menahan gusarnya.
Apabila tak mampu ia mencegah perjalanan orang-orangnya Thian seng hwee pasti hancurlah Ciong lam pay.
Maka ia membentak dengan suara keras tanpa memperdulikan ancaman yang dari belakang itu, lantas badannya loncat kedepan bagaikan terbang.
Selagi Tan Liong berlaku nekad tadi, tangan Chie Peng yang mengancam jalan darah Kian kin hiat Tan Liong lantas dikerjakan.
Dalam keadaan serba kilat itu, meskipun Tan Liong berhasil lolos dari totokan mautnya Chie Peng tetapi tubuhnya seolah-olah layang"layang putus talinya, jatuh sempoyongan ditanah, dari mulutnya darah merah terus keluar.
Dari tempat jauh orang"orang lihai Thian seng hwee perlahan"lahan sudah menghilang dari depan mata.
Chie Cui berseru kaget. "Enci . . . . .. ! " Dan kemudian jatuh menubruk dada anak muda itu .
. . . .. Melihat adiknya menubruk dirinya Tan Liong, hati Chui Peng tergoncang keras.
Seketika itu lantas menjerit.
"Adik ! ". Badannya lantas melesat, menarik adiknya yang menubruk Tan Liong.
Chie Cui memandang encinya sejenak, dengan suara sedih ia berkata, "Enci, apa benar kau tega turun tangan terhadap dia" " "Aku tidak mempunyai maksud melukai dirinya, cuma dia sendiri yang terluka keburu napsu.
" Jawabnya sang enci sa mbil menghela napas.
Chie Peng mengawasi Tan Liong yang mulutnya sudah mengeluarkan darah, hatinya merasa pilu.
Ia menanya kepada adiknya, "Adik, dimana suhu" " "Suhu berada di dalam ruangan pusat perkumpulan bersama-sama ketua kita." Chie Peng berpikir sejenak, lalu berkata pula, "Adik, apa kau suka padanya" " Pertanyaan itu membuat tercengang Chie Cui, sebentar ia lantas balas menanyai, "Apakah enci tidak suka padanya" " Chie Peng ketawa menyeringai.
"Ya, encimu juga suka padanya.
Tapi antara manusia dengan manusia, istilah suka itu ada mengandung maksud berlainan, tidak perlu disangkal lagi, antara kita berdua sudah sama-sama mencintai padanya.
" "Enci semula bukankah kita hendak menolong padanya" Mengapa sekarang kau turun tangan kejam terhadap dirinya" Enci, aku lihat kau memang tidak suka padanya.
" Dua butir air mata mengalir keluar dari kelopak matanya.
"Adik, bukan encimu hendak mengucapkan kata-kata yang tidak menggembirakan, meskipun kita mencintai padanya begitu dalam, tapi apakah dia juga mencintai kita" " Tanya Chie Peng Sambil menghela napas kemudian berkata pula, "Mungkin kita sedang meniru perbuatannya ulat sutera yang melibat dirinya sendiri.
" Dari pembicaraan mereka berdua, tidak perlu diragukan lagi, bahwa kedua gadis ini yang biasanya suka membunuh jiwa manusia seperti membabat rumput, kini terhadap dirinya Tan Liong telah timbul suatu perasaan luar biasa dalam hatinya yang selama ini tidak tahu apa artinya suka atau cinta.
Tapi, apakah perasaan cinta mereka itu bakal berhasil" Ataukah seperti apa yang diduga oleh Chie Peng, bahwa mereka benar-benar menelan perbuatannya ulat sutera yang melibat dirinya sendiri" sudah tentu dalam hal ini siapapun tidak ada yang berani meramalkan.
Chie Cui dengan perlahan mengangkat tangannya yang putih halus, menyusut air matanya yang mengalir keluar tidak hnetinya, lalu berkata dengan suara sedih.
"Enci, kalau benar kita cinta padanya, tidak seharusnya kita membiarkan dia terluka.
" "Ya, sucimu tadi sebenarnya tidak bermaksud turun tan gan keji padanya, cuma dia sendiri yang agak keburu napsu.
" "Apakah suci sekarang tidak mau menolong padanya" " "sudah tentu encimu akan menolong padanya.
" "Kalau begitu lekas enci tolong padanya.
" Chie Peng tertawa.
"Kalau ia nanti sudah sadar kembali, mungkinkah dia mau lepaskan kita orang begitu saja" " "Kenapa" " "Dia datang kemari adalah hendak mencegah supaya orang"orang kuat kita jangan sampai keluar dari lembah Lui in kok ini untuk menyerbu Ciong lam pay, tapi sekarang orang"orang kita itu sudah berangkat semua, jikalau ia sadar apakah kau kira dia mau mengerti" " "Kalau begitu sekarang kita harus berbuat bagaimana" " Chie Peng kerutkan keningnya dan berpikir sejenak, kemuadian berkata, "Adik, betulkah kau ingin aku menolong padanya" " Chie Cui membuka lebar matanya dengan perasaan bingung mengawasi sang enci, kemudian menanya, "Apakah enci tidak akan menolong dia" " "Baiklah, enci tolong padanya.
" Chie Peng ketawa getir lalu anggukkan kepala, dengan tindakan lambat ia berjalan menghampiri Tan Liong.
Ia hendak menolong padanya, tapi seperti apa yang dikatakan olehnya sendiri Tan Liong setelah dibikin sadar, apakah dia mau melepaskan diri mereka begitu saja" Inilah resikonya.
Kalau Tan Liong sadar kembali, pasti dia akan membunuh mati kedua saudara Chie itu.
Tapi oleh karena cinta, mereka sudah tidak perdulikan resiko itu lagi.
Saat itu Chie Peng sudah berada disampingnya Tan Liong, ia menghela napas panjang, kemudian angkat tangan kanannya, hendak menotok jalan darah Hoan bun hiat di belakang punggung Tan Liong.
Tapi, baru saja telunjuk jari tangan Chie Peng hampir menotok jalan darah tersebut, tiba-tiba terdengar suara orang berkata Sambil ketawa dingin.
"Nona, dia tidak boleh ditolong! " Chie Peng mendengar suara itu terperanjat.
Ketika ia menengok, segera dapat dilihat bayangan orang yang mengenakan baju hijau dengan cepat sudah melayang kehadapannya.
Orang itu bukan lain daripada Yao lie lu sendiri.
Diparasnya Yao lie lu yang cantik manis nampak tersungging senyuman yang menawan hati.
Kala itu dengan matanya yang jernih memandang Tan Liong yang menggeletak di tanah, lantas perdengarkan ketawa dinginnya.
Chie Peng dan adiknya begitu melihat munculnya Yao lie lu sudah mengetahui bahwa urusan ini akan timbul perobahan.
Yao li lu dulu pernah dilukai oleh Tan Liong.
Dan sekarang mana dia mau melepaskan pemuda itu begitu saja" Mengingat hal itu, Chie Peng dan Chie Cui hatinya tidak enak.
Seketika itu Chie Cui lantas bergerak dan menghadang di depan Yao lie In.
dengan suara dingin ia menanya, "Enci Tio, kau mau bikin apa" " "Aku hanya menghendaki jiwanyal" " jawab Yao lie lu bersenyum.
Diparasnya Yao lie lu yang cantik itu kini nampak diliputi oleh kemurkaan.
Chie Peng ada seorang yang bisa memikir panjang.
Ketika itu ia menghitung hitung keadaannya di depan mata.
Sambil mengawasi sang adik ia berkata, "Adik, mengapa kau berbuat begitu terhadap enci Tio" Mari sini! Perkataan yang keluar dari mulut Chie Peng itu telah membuat Chie Cui merasa bingung.
Selagi hendak buka mulut memprotes, dilihatnya sang enci tertawa hambar dan berkata pula, "Nona Tio, kau kata mau bunuh orang ini" " "Benar! Aku mau ambil jiwanya! " "Sebabnya" " "Dulu aku pernah dihajar olehnya.
Tidak boleh tidak aku harus membalas sakit hatiku.
" "Nona Tio, kita sama-sama kaum wanita, perkataan yang akan kuucpkan aku percaya kau takkan menjadi gusar kepadaku, bukankah kau cinta padanya" " Yao lie lu yang mendengar perkataan itu parasnya menjadi merah.
Agak lama baru dapat berkata, "Memang aku pernah cintakan dia.
Tapi itu urusan sudah lalu! " "Kalau begitu, nona dari perasaan cinta lantas berobah menjadi benci" " Perkataan itu membuat selebar parasnya Yao Lie lu jadi merah.
Perasaan malu lantas menjadikan gusarnya.
"aku mau bunuh dia, kalian mau apa"! " Chie Peng tertawa dingin.
"Jikalau kau berani melanggar seujung rambutnya saja, dalam tiga jurus akan kusuruh kau cium tanah dengan mulut berlumuran darah!" Yao lie lu bercekat hatinya.
Pikirnya, ucapan wanita itu memang bukan dilebih-lebihkan.
Kepandaian Chie Peng memang tinggi sekali, apa bila benar-benar dia turun tangan, tentu dia bukan tandingannya.
Oleh karena pikirannya demikian, maka ia lantas berkata, "Kalau begitu, apa kau tetap akan menolongnya" " "Benar! " Yao lie lu lantas tertawa terbahak-bahak, "Nona Chie, sekalipun kau menolong anak muda, dia juga tidak akan sudi terima budimu.
Lagi pula, ketua kita sudah keluarkan perintah tidak boleh melepaskan orang ini!" Chie Peng diam-diam berkata pada dirinya sendiri.
"Itu memang benar, sekarang Yao lie lu ada di sini, biar bagaimana tentu tidak bisa lepaskan Tan Liong begitu saja".
Dengan mata mendelik ditatapnya wajah Yao li lu sejenak, lalu berkata, "Jikalau aku pasti mau tolong sadarkan dia, bagaimana" " "Aku yakin kau tidak berani!" demikian Yao lie lu mengucapkan kata katanya Sambil cengar cengir.
"Kalau begitu" kata Chie Peng dengan gayanya menantang, "Aku


"Aku yakin kau tidak berani!" demikian Yao lie lu mengucapkan kata katanya Sambil cengar cengir.
"Kalau begitu" kata Chie Peng dengan gayanya menantang, "Aku tetap akan menolongnya! " Setelah itu dia berjalan mendekati Tan Liong pula kedua tangannya hendak menepuk lagi.
Yao lie lu parasnya berubah-ubah tak menentu.
Dengan suara dingin berkata.
"Jikalau nona Chie paksa mau tetap menolong akan kubunuh dia lebih dulu.
" Chie Peng seorang wanita yang tinggi hati.
Sebetulnya iapun ingin menyerahkan Tan Liong kepada ketuanya sendiri tetapi waktu mendengar Yao lie lu kata tidak berani menolong maka ia lalu mengambil keputusan tetap menolong anak muda itu.
Manakala Chie Peng gerakkan tangannya Yao lie lu pun telah siap saja.
Apabila Chia Peng turun tangan membuka totokan di jalan darah Tan Liong iapun agaknya akan terus turun tangan.
Suasana disitu seketika berubah jadi tegang disamping maksud baik yang terdorong oleh perasaan cinta masih ada lagi nafsu membunuh yang berkobar"kobar karena perasaan marah.
Chie Cui yang melihat keadaan begitu cepat menggerakkan badannya menghadang lagi di depan Yao lie lu.
Pada sat itu Chie Peng Sambil keluarkan seruannya sudah menjulurkan jari tangannya dan menotok jalan darah Hoan hun hiatnya Tan Liong.
Ketika Chie Peng turun tangan Yao lie lu pun angkat tangan kanannya dan mengeluarkan serangan tangannya.
Kedua pihak turun tangan sama-sama cepat.
Ketika Chie Peng menepuk dengan tangan kanannya, kekuatan yang timbul dari telapak tanan Yao lie lu pun sudah menyusul.
Apabila serangan itu mengena sasaran yang tepat, jiwa Tan Liong niscaya akan melayang seketika itu juga.
Chie Peng keluarkan bentakan keras.
Dengan kecepatan luar biasa menggunakan tangan kiri menyambuti serangan Yao lie lu yang sudah hampir mengenai sasarannya.
Kemudian bahkan balas menyerang! Setelah terdengar suara benturan ringan dari kekuatan dua wanita itu, badan Yao lie lu Nampak mundur setengah tindak.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chie Peng dengan wajah keren membentak, "Nona Tio! Jikalau kau tidak sayangi jiwamu cobalah menyerang sekali lagi! " "Yao lie lu sekalipun mesti korbankan jiwanya, tidak bisa membiarkan kau menolongnya! " Chie peng ketawa dingin.
"Kalau begitu, " katanya, "Mari kita coba-coba lagi! " Tetapi sebelum badan Chie Peng bergerak Chie Cui sudah berada didepan Yao lie lu.
sejenak menengok kearah encinya, berkata, "Encie, apa perlukan tenagaku membunuh orang ini" " Berubah wajah Chie Peng, "Jikalau dia berani turun tangan lagi bereskan saja jiwanya, habis perkara! " Chie Cie mengangguk.
Keadaan bertambah genting.
Saat itu Chie Peng telah kerahkan lagi kekuatannya kepada kedua belah tangannya.
Sambil berseru dua jarinya digerakkan lagi menotok jalan darah Tan Liong.
Hampir bersamaan pada waktu itu Yao lie lu pun bergerak, dengan kedua belah tangannya berbareng keluarkan serangan yang ditujukan ke arah Tan Liong.
Chie Cui sudah barang tentu tidak membiarkan Yao lie lu berbuat sesukanya, lantas membentak, "Akan kubunuh kau perempuan jahat! Dengan gerak tangannya yang begitu gesit tahu-tahu sudah memapaki serangan Yao lie lu sedang tangan kanannya lantas melancarkan satu serangan hebat.
Tiga wanita muda itu, hampir dalam sedetik, masing"masing telah turunkan tangan dalam tujuannya yang berlainan.
Mendadak pada ketika itu mendengar suara bentakan yang amat nyaring, "Tahan! Kalian tiga nona kenapa baku hantam sendiri" " Lenyapnya suara bentakan dan teguran itu disusul dengan masuknya sesosok bayangan orang ketengah lapangan.
Ketika wanita yang pada bergebrak itu terperanjat semuanya.
Mau tidak mau memaksakan diri mundur teratur.
Manakala mereka menoleh dan melihat siapa adanya yang datang itu, ternyata adalah seorang pria pertengahan umur yang berdandan bagai seorang terpelajar.
Ditangannya menyekal sebentuk kipas terbuat dari bahan besi agaknya kipas itu.
Dengan munculnya laki-laki itu Chie Peng beserta adiknya makin terperanjat.
Pria berdandan pelajar itu tujukan matanya bergantian kepada ketiga wanita itu lalu berkata Sambil tersenyum, "Nona"nona semua toh orang-orang sendiri.
Kenapa sampai bertempur begitu sengit" " Tiga orang yang ditegur demikian satu sama lain berpandangan sesaat lamanya tiada seorangpun yang keluarkan perkataan.
Chie Peng yang lebih cepat reda dari rasa gelisahnya, lalu ketawa dingin.
Dengan kerlingkan matanya yang tajam ditatapnya mata pria berdandan pelajar itu, kemudian katanya, "Ciok Tongcu, kenalkah dengan orang ini" " Pria pertengahan umur yang dipanggil Ciok tongcu itu adalah Tongcu dari bagian urusan dalam untuk perkumpulan Thian seng hwee yang bernama Ciok Eng Cay.
Setelah ditanya baik oleh Chie Peng, Ciok Eng Cay mengawasi sejenak Tan Liong yang masih menggeletak di tanah, lalu menggeleng"geleng kepala dan menjawab, " Tidak kenal.
" "Ciok Tongcu benar"benar punya mata tidak kenal Thay san.
orang ini adalah orang yang pernah membunuh sembilan orang lihai dari perkumpulan kita!" Demikian Chia Peng keluarkan kata-katanya setengah menyindir.
Ciok Eng Cay berubah sedikit wajahnya.
Agak lama baru berkata, "Apa nona tidak salah lihat orang" " "Sedikitpun tidak! " Ciok Eng Cay berubah lagi wajahnya.
Di parasnya yang baik itu terlintas napsu pembunuhan, seketika itu berkata Sambil ketawa dingin, "Bocah ini sungguh besar nyalinya! Dia berani bertingkah sesukanya di lembah Lui in kok ini ....
" "Ciok Tongcu, kau pernah dengarkah ketua kita berpesan untuk mengusir orang ini hidup-hidup" " "Tidak salah! Dan aku sekarang akan meringkusnya dan menggusurnya kedepan ketua kita biar dibereskan oleh ketua." Sehabis berkata, lantas disambarnya badan Tan Liong kemudian lompat melesat menuju ke dalam Lui in kok.
Sedetik kemudian pelajar itu sudah menghilang diantara kabut gelap.
Chie Peng mengawasi Yao lie lu yang tengah terbengong-bengong dengan suara dingin berkata, "Nona Tio, jalan itu yang paling baik.
Bukankah" Kau tak bisa bunuh dia, akupun tak dapat menolongnya lagi ......
Biarkan ketua kita yang jadi hakimnya, itulah jalan yang terbaik.!" Yao lie lu hanya bersenyum, sekali-kali tak menjawab.
Kemudian lompat melesat ke dalam lembah Kui in kok.
Chie Cui agaknya tak dapat menahan gelora hatinya lagi.
Seberlalunya Yap lie lu, lantas bertanya, "Enci, kenapa kau biarkan Ciok Tongcu bawa dia pergi" " Chie Peng mengawasi adiknya sejenak, "Habis bagaimana lagi" " jawabnya, "di depan mata Ciok Tongcu apa kau kira gampang bisa menolongnya" " "Tapi tidak semestinya juga kau biarkan orang lain bawa dia pergi! " "Adik, kau rupanya sudah terlalu tergila-gila kepada pemuda itu.
Terhadap kita, dia sudah tanam bibit kebencian.
Kalau dia kita sadarkan barangkali bisa.
" Mendadak berhenti kata"katanya, mengawasi paras adiknya sejenak, berkata pula, "Ciok Tongcu dalam perkumpulan kita tinggi sekali kedudukannya.
Dia yang mengurus segala perkara dalam perkumpulan kita, dan kita yang sudah masak jadi anggota Thian seng hwee, tentu tak boleh mempunyai pikiran bercabang dan berkhianat.
Apa adanya peraturan ini kau juga mau langgar" "Enci, aku mengerti itu.
Tapi bagaimana dengan dia .
. . . .." " kata pula Chie Cui dan menarik napas panjang.
"Boleh kita pikirkan daya upaya lain untuk tolong dia, tapi nanti saja.
" Chie Cui agaknya masih ingin buka suara tetapi kemudian batal.
Lantas terlihat paras sedihnya sedemikian rupa hingga dilihat encinya sangat mengharukan.
Sang enci ini hanya dapat mengangguk dan menarik napas tidak bisa kata apa-apa lagi.
Agak lama . . . . .. Chie Peng gertak gigi. Dalam hatinya pada waktu sesingkat itu juga timbul semacam perasaan ruwet yang tidak wajar.
Perasaan aneh yang timbul antara manusia dengan manusia.
Cinta kasih yang datang tidak terduga antara lelaki dan perempuan kadang-kadang memang sangat mengherankan.
Akan tetapi bagaimanakah akibatnya dengan timbulnya perasaan itu" sudah barang tentu dalam hal ini siapapun tidak berani memastikan hanya Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang tahu nasib mereka.
seketika itu Chie Peng menghela nafas panjang dan berkata, "Adik, mari kita pulang .
. . . .. " Chie Cui mengangguk dengan perasaan sedih bertanya pula, "Enci, benar kau suka menolongnya" " "Adik, kau legakan hatimu.
Aku pasti takkan membuat hatimu kecewa.
" Chie Cui lantas ketawa.
Ketawanya itu begitu manis menggiurkan tetapi juga agak kekanak"kanakan.....
Chie Peng sambut ketawanya sang adik dengan ketawa getir.
Badannya lalu bergerak dan lari menuju ke depan lembah.
Dalam waktu sekejap saja hanya terlihat dua bayangan merah melintas yang lantas menghilang ke dalam kabut tebal.
S a m a r - s a m a r . . . . .. semua dalam keadaan gelap samar.
Tan Liong tidak tahu sudah berapa lama telah berlalu baru tersadar dalam keadaan samar"samar.
Apa yang terbentang dihadapan matanya semua kelihatan samar-samar Dengan susah payah dicobanya memutar otak memikirkan semua kejadian yang lalu.
Tetapi semua apa yang telah terjadi itu bagai tersapu bersih, hanya samar"samat berkelebatan di dalam otaknya yang bagai kosong melompong.
Tiba-tiba . . . . .. Suatu pikiran terlintas dalam otaknya lalu bertanya kepada dirinya sendiri.
"Apa yang sudah terjadi di gunung Ciong lam san ...." " Pikiran itu hanya sepintas melewati otaknya yang membuatnya lantas menggigil bagai orang kedinginan.
Dicobanya merangkak bangun dari lantai tetapi baru bergerak sedikit rasa nyeri dan sakit yang amat sangat, membuatnya mau tak mau harus rebah kembali.
Di dalam telinganya tiba"tiba terdengar suara ketawa orang masuk.
Tan Liong yang mendengar suara itu diam merasa kaget.
Ia melongok ke arah darimana suara itu terdengar dan ap a yang terbentang dihadapan matanya adalah beberapa jenis bayangan orang yang samar-samar.
Tan Liong terperanjat. Dalam waktu sekejapan itu lantas kembali semua ingatannya yang tadi bubar.
Ia mengerti bagaimana telah terluka oleh seorang wanita baju merah.
Dan sekarang ini pasti sudah terjeblos dalam kamar tawanan perkumpulan Thian seng hwee.
Ingat sampai disitu, hatinya hampir lompat keluar.
Diam-diam mengeluh, "Habis sudah Ciong lam pay.
" Begitu ingat nasibnya Ciong lam pay, perasaan gusarnya lantas meluap.
Diam-diam dikeluarkannya tenaga dalamnya, menyalurkan kekuatan itu ke 36 lubang dalam darahnya.
Tan Liong memang ada seorang yang memiliki tenaga dalam yang sangat hebat.
Sebab dia pernah makan lima buah Leng cie yang berumur ribuan tahun.
Kekuatan tenaga dalamnya jadi tambah berlipat ganda.
Terhadap penyembuhan luka-luka sendiri atau memulihkan kekuatan dengan menyalurkan itu ke jalan darahnya, baginya amat mudah sekali.
Dalam waktu sekejap saja benar saja kekuatannya sudah bertambah, semangatnya terbangun kembali.
Lantas lompat dari lantai, tapi tatkala melihat keadaan diseputarnya, terperanjat hatinya bukan main.
Itu adalah ruang luas yang sangat mewah segala"galanya.
Di dalam ruangan itu lengkap terdapat segala macam alat rumah tangga.
Hiasan"hiasan berupa gambar atau tulisan-tulisan buah tangan orang-orang ternama yang terjajar diatas dinding tidak kurang dari 20 buah jumlahnya.
Tan Liong mengawasi sebentar sekitar ruangan itu, matanya kembali dialihkan ke tengah-tengah ruangan.
Dan apa yang dilihatnya ini" Wajahnya tampak berubah-ubah, tak menentu.
Di tengah-tengah ruangan yang luas terdapat seseorang, orang berkedok.
Di kedua belah sisinya, mengapit dua puluh lebih, mereka itu agaknya para pengawal orang yang duduk di kursi besar itu.
orang-orang di tengah ruangan itu semua mengawasinya dengan sikap garang dan mata mendelik lebar.
Tan Liong yamg menyaksikan keadaan demikian menjadi heran.
Untuk sesaat dia bungkam, namun telah sadar kalau dia di situ, tentu besar bahayanya, dia merasa seperti berdiam di sarang macan.
Sambil kertak gigi, dimasukkannya tangannya ke dalam saku, tangan itu telah menggenggam bom Pek lek tan! Apabila keadaan mendadak berubah atau manakala dia tiba"tiba terancam bahaya, bom Pek lek tan kini telah siap hendak memusnahkan orang-orang di situ.
Dengan sendirinya suasana dalam ruangan luas itu lantas menjadi sangat tegang.
Selagi tangan Tan Liong menggenggam bom Pek lek tan orang berkedok itu tertawa bergelak-gelak dan kemudian berkata, "Adakah tuan ini yang bernama Tan Liong" " Yang ditanya tiada menjawab sebaliknya balas bertanya, "Adakah kau yang menjadi ketua Thian seng hwee?" "Tidak salah!" demikian suara orang berkedok itu dan kembali tertawa.
Tampak berubah wajah Tan Liong.
Kepalanya mendongak lalu tertawa bergelak-gelak kemudian, "Kalau begitu kaulah yang bernama Tan Ciang Bin dengan gelarmu Bwee hoa Sin kiam, betulkah" " Baru Tan Liong tutupkan katanya, Tongcu dari bagian hukum, Song Han Chiu lantas membentak keras, "Tutup mulut ! Kau omong apa" " Terdengar suara gigi Tan Liong berkertakan amat nyaring.
Keadaan seorang ibu yang menanti panggilan maut, terbayang kembali dalam otaknya Tan Liong .....
semua kejadian yang telah lalu seakan-akan gambar hidup yang terpeta tegas dalam alam pikirannya.
orang yang sedang dicarinya.
Tan Ciang Bin, kini sudah berada di depan mata.
dan ucapan si orang tua berjenggot putih juga mendadak balik lagi


setiap seratus tahun baru berbunga sekali, seribu tahun baru sepuluh kali berbuah, seumur hidupnya manusia sukar untuk menemukan sekali saja.
Maka bagaimana khasiatnya rasanya dapat diduga sendiri.
Tan Liong masukkan tangannya ke dalam saku, mengambil keluar obat Soat-som, Kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan mulai dikunyah dengan perlahan.
Soat-som yang sudah ribuan tahun usianya itu benar-benar ada mempunyai khasiat luar biasa.
Tan Liong setelah mengunyah habis obat mujijat itu bukan saja luka-lukanya sudah sembuh sama sekali, rasa dingin yang tadi menyerang badannya begitu hebat juga sudah lenyap semua, bahkan kekuatan tenaga dalamnya dirasakan bertambah banyak.
Ia lantas duduk untuk mengatur pernapasannya, semangatnya terbangun seketika.
Tapi tatkala ia membuka matanya mengawasi keadaan sekitarnya, ia terpaksa menghela napas lagi.
Ia ulur tangannya meraba-raba dinding kamar itu ternyata dibikin dari besi dan baja seluruhnya.
Dalam hatinya lalu berpikir, dalam keadaan seperti ini, biar bagaimana tentu sudah tidak bisa keluar lagi.
Sang waktu dilewati dalam keadaan putus asa, penderitaan itu dirasakan sangat hebat.
Tiba-tiba ..... Telinganya menangkap satu suara yang sangat merdu, "Tan Saingkong, kau berada di mana" " Suara itu sangat halus, tapi jukup jelas.
Tan Liong semangatnya terbangun seketika ia coba pasang telinga dengan seksama, tapi hanya kedengaran suara mengalirnya air, di depan matanya tetap gelap gulita.
Ia merasa bergidik sendiri.
Diam-diam sudah siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan, kemudin ia membentak dengan suara perlahan, "Siapa" " Suara merdu dan perlahan terdengar ditelinganya.
"Tan Siangkong, aku! " "Kau, siapa" " "Yao lie lu! " Mendengar nama itu, perasaan gusar timbul dalam otak Tan Liong.
Kalau bukan lantaran perempuan genit Cu Liang Koan Beng pasti tidak akan terjadi kesalah pahaman sampai begitu dalam.
Maka seketika itu ia lantas berkata dengan suara dingin, "Perlu apa kau datang kemari" " "Apa kau tidak ingin keluar dari sini" " Perkataan itu mengejutkan Tan Liong, dalam hatinya lantas berpikir, "Apakah kedatangannya itu benar-benar hendak menolong diriku" " "Apakah kau hendak tolong aku keluar dari penjara air ini?" demikian ia menanya.
"Benar! " Meskipun Tan Liong membenci wanita centil genit itu tapi karena saat itu ia datang hendak menolong dirinya, itu berarti penting hubungannya dengan nasibnya dikemudian hari, apalagi terhadap mati hidupnya partai Ciong lam pay.
Kalau ia bisa keluar dengan selamat dari tempat tawanan tersebut besar sekali artinya.
Maka tidak boleh tidak ia harus menekan perasaan gusar dan bencinya terhadap wanita itu.
Ia lalu balas menanya, "Kedatangan nona ini barangkali bukan benar-benar hendak menolong diriku.
" "Apakah kau masih membenci aku" " "Kau telah membuat aku benci orang tanpa bisa memberi penjelasan, bagaimana aku tidak benci padamu" " Terdengar suara Yao Lie lu menghela napas, "Tan Siangkong, seperti bunyi pepatah kuno, *Dalam rasa cintanya, dalam pula rasa dengkinya'.....
tentang ini aku percaya kau tentu sudah mengerti sendiri.
Sekarang aku cuma ingin tanya kau sepatah kata saja, kau mau aku tolong atau tidak" " Tan Liong setelah berpikir sejenak lalu menjawab, "Peribahasa ada kata,' Paling berat adalah budinya wanita cantik'.
Hutang cinta kepadamu. aku yang rendah barangkali tak akan mampu membayar." "Aku cuma tanya kau, mau aku tolong atau tidak?" Ditanya demikian Tan Liong malah tidak bisa menjawab.
Karena ia merasa benci terhadap wanita centil dan genit itu, jika dirinya ditolong keluar dari tempat tawanan di dalam itu untuk selanjutnya sudah tentu ia harus diperlakukan lain dari biasanya.
Untuk sesaat lamanya ia terbenam dalam lamunannya sendiri, tak tahu bagaimana harus menjawab.
Kembali terdengar suara pertanyaannya Yao lie lu, "Tan Siangkong, kuberitahukan padamu, di luar penjara air ini ada dijaga oleh banyak orang lihai dari perkumpulan kami.
Yao lie lu datang kemari dengan menempuh bahaya besar maka waktunya juga sangat mendesak.
Asal kau katakan saja dengan sepatah kata, kau menghendaki kematian atau masih ingin hidup" Itu saja sudah cukup.
" Tan Liong terperanjat, ia dapat mengerti maksudnya wanita itu, kata-kata Yao lie lu itu memang keluar dari hati sejujurnya, di luar tempat tawanan itu, kalau dijaga keras oleh orang-orang Thian seng hwee, hal itu memang tak berlebihan.
Tapi apakah ia harus membiarkan dirinya ditolong oleh wanita itu" Soal ini ia tak dapat menetapkan dengan segera.
Jika tawaran itu diajukan oleh lain wanita, mungkin ia dapat menjawab dengan segera tapi dia adalah .....
Memang benar Yao lie lu dengan menempuh bahaya besar datang ketempat tersebut dan juga terdorong oleh rasa cintanya yang begitu besar terhadap dirinya, tapi wanita yang berpikiran cupat itu, kedatangnnya ke dalam tempat tawanan dalam air itu sudah tentu bukannya tanpa tujuan sama sekali.
Di dalam otaknya setelah berputaran sejenak ia lalu menjawab dengan suara hambar, "Aku tadi sudah berkata, bahwa kecintaanmu itu barangkali aku tak mampu membalas.
" "Kalau begitu kau tidak sudi aku tolong lagi" " Tan Liong menghela napas ia tidak mau jawab.
Terdengar suaranya Yao lie lu pula, "Tan Liong, kau harus ingat kematianmu sendiri tak menjadikan soal, tapi mati dan hidupnya partai Ciong lam pay bukankah tergantung dalam tanganmu" " Tan Liong yang mendengar perkataan itu dalam hati lantas berpikir, "Itu memang benar, pada saat itu aku sebetulnya tak boleh terlalu menuruti hatiku sendiri sehingga membuat partainya Ciong lam pay musnah di dalam tanganku.
" Karena berpikir demikian maka ia lantas menjawab, "Kalau begitu kau sekarang ada di mana" " "Akuberada dalam kamar tahanan ini juga.
" "Baiklah, kalau kau suka menolong diriku sudah tentu aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih lebih dulu, tapi dengan cara bagaimana kita bisa keluar dari sini" " Dalam kamar tahanan ini keadaannya gelap sekali meskipun jarak mereka berdiri hanya terpisah beberapa kaki saja jauhnya tapi dalam keadaan gelap gulita seperti itu mereka tidak dapat melihat satu sama lain.
Apa yang dikatakan Yao lie lu memang tidak salah.
Kalau perasaaan cinta itu ada begitu dalam, perasaan dengki juga dalam pula.
Ia ada mempunyai keyakinan bisa mendapatkan segala-galanya dari dirinya Tan Liong, jika ada lain wanita yang hendak merebut cintanya Tan Liong, ia bisa timbul rasa dengki dan bencinya yang begitu besar karena cintanya.
Semula dihadapannya Chie Peng dan adiknya karena ia tidak suka nanti dua saudara itu berhasil merebut cintanya Tan Liong, maka ia hendak membunuh dirinya si pemuda.
Ia mengerti jikalau membiarkan Chie Peng dan adiknya menolong dirinya Tan Liong selanjutnya jika ia ingin dapatkan cintanya Tan Liong itu berarti tambah sulit baginya.
Ia justeru ada seorang wanita yang berpikiran cepat, oleh karena itu maka ia hendak membunuh mati dirinya Tan Liong supaya siapapun tidak dapatkan cintanya pemuda yang dibuat rebutan itu.
Sekarang ia telah pertaruhkan jiwanya dengn menempuh bahaya kematian ia masuk kedalam kamar tawanan kang yang terendam air zusi itu jika ia berhasil menolong keluar dirinya Tan Liong dari kamar tawanan itu, sudah tentu cita-citanya akan terkabul.
Itulah hatinya seorang perempuan muda yang berpikiran cupat dan yang sedang dimabuk asmara.
Tan Liong mendadak merasakan ada satu tangan meraba-raba dirinya yang menyentuh bagian dadanya.
Tan Liong terkejut, ia mundur satu langkah.
Saat itu terdengar suaranya Yao lie lu, "Tan Siangkong, aku sudah berada didepanmu.
" Tan Liong mulai tenang pikirannya, ia lalu ulur tangannya untuk meraba tangannya Yao lie lu.
Sewaktu ia mencekal tangannya Yao lie lu hatinya berdebaran karena lengan lengan itu dirasakan dalam tangannya ada begitu halus.
Hatinya Yao lie lu sendiri juga tergoncang hebat di dalam kamar tawanan itu keadaannya sangat gelap hingga wajah orang yang berada di depan matanya juga tidak bisa tertampak jelas, jika tidak demikian mungkin Tan Liong dapat menyaksikan parasnya Yao lie lu yang merah membara.
Perlahan-lahan ia rapatkan dirinya kepada Tan Liong mulutnya berkata dengan suara yang hampir tidak kedengaran, "Tan Siangkong, coba kau raba baju di badanku sudah basah kuyup keseluruhan! " Tan Liong lalu ulur tangannya dan meraba badannya Yao lie lu.
Apa mau dikata tangannya telah menyentuh buah dada si nona.
Yao lie lu berdebar keras hatinya! Tan Liong juga terkejut, perbuatannya yang tidak disengaja itu membuat hatinya merasa tidak enak tapi karena Yao lie lu diam saja, ia juga tidak berkata apa-apa lagi.
Setelah menenangkan pikirannya, ia lalu berkata, "Ya, bajumu basah semua! " "Aku merasa dingin! " Dengan tanpa sadar Tan Liong lalu peluk tubuhnya gadis itu, dalam saat demikian ia agaknya sudah lupa kalau ia tadinya ada membenci wanita tersebut.
Gelap merupakan sumbernya segala macam kejahatan itu ada suatu kenyataan yang tak usah disangkal kebenarannya,, Banyak kejahatan di dalam dunia ini, yang terjadi diwaktu gelap.
Yao lie lu .... itu perempuan centil genit yang sangat erotis cepat pikiran.
Demikian pula dalam soal cinta akhirnya telah dapatkan Tan Liong pada saat itu, seluruh tubuhnya menempel rapat di badannya itu anak muda yang menjadi idamannya.
Tan Liong memeluk erat tubuhnya Yao lie lu, hingga rasa hangat pada badannya seolah-olah hendak disalurkan ke dalam tubuhnya orang muda itu.
Karena kedua-duanya dalam keadaan basah kuyup, dalam keadaan demikian memang ada memerlukan rasa hangat untuk badannya.
Tetapi itu juga merupakan suatu daya penarik bagi setiap orang muda gampang terjerumus dalam kedosaan.
sebab dalam keadan demikian jarang yang mampu melawan godaan hati yang bergolak.
Tan Liong pernah membenci wanita muda itu.
Tetapi kini wanita itu tubuhnya sdang berada dalam pelukannya.
Rasa bencinya seolah-olah sudah lenyap seperti asap tertiup angin Yao lie lu cintakan Tan Liong itu merupakan suatu kenyataan yang tidak perlu dikata lagi.
Dengan tindakannya yang menempuh bahaya besar untuk masuk ke dalam penjara air itu, guna menolong si pemuda, ada merupakan suatu bukti nyata dari perasaan cintanya itu.
tetapi cinta wanita itu sifatnya egoistis, Hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dalam keadaan gelap gulita seperti itu, kecuali gemerciknya suara air masih ada lagi suara napas yang keluar dari hidungna dua muda mudi itu.
Yao lie lu pejamkan kedua matanya dan Tan Liong akhirnya tidak tahan perasaan hatinya dan mencium pipi gadis itu.
Perasaan hatinya yang bergolak dan timbul secara mendadak itu tidak memberikan pemuda itu dapat berpikir lebih panjang lagi.
Itu ada merupakan kodrat manusia, di dalam keadaan bernapas lupa kepada segala-galanya.


Perasaan hatinya yang bergolak dan timbul secara mendadak itu tidak memberikan pemuda itu dapat berpikir lebih panjang lagi.
Itu ada merupakan kodrat manusia, di dalam keadaan bernapas lupa kepada segala-galanya.
Tan Liong, yang pun tidak tahan godaan sang hati sudah lupakan semua perbuatannya wanita itu di masa lampau.
Perasaan hatinya Yao lie lu pada saat itu makin berdebar- debar.
Seluruh tubuhnya sudah dalam pelukannya Tan Liong .....
Sekonyong-konyong Tan Liong tersadar.
Didorongnya keras-keras badan langsingnya Yao lie lu dan berkata dengan suara perlahan, "Harap suka maafkan aku.
Dikemudian hari kita mungkin bisa sama-sama menderita.
" Yao lie lu yang merasa badannya didorong mendadak oleh Tan Liong untuk sesaat nampak tercengang.
Ia lantas berkata sambil ketawa getir, "Tan Siangkong, apa kau masih benci padaku" " Tercekat hatinya si pemuda.
Lantas dialihkannya pembicaraan selanjutnya ke lain soal.
"Bagaimana bisa keluar dari sini" " tanyanya.
Yao lie lu menjawab sambil ketawa getir, "Ya, kita perlu dan mesti keluar.
Sebab aku sudah merasa puas telah dapatkan apa yang aku inginkan.
Ebook by : Dewi KZ, Aditya, aaa, Budi S, Nico kangzusi.com Tidak perduli ciumanmu itu ada mengandung rasa cinta atau tidak, namun itu akan menjadikan kenangan hidup bagiku untuk selama-lamanya.
" Tan Liong hanya dapat menarik napas, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa.
Yao lie lu berkata pula, "Cuma, Tan Siangkong perlu kuberitahukan padamu.
Hatiku ini sudah kuberikan hanya untukmu.
Sekalipun menjadi setan, juga akan tetap disampingmu.
Jikalau ada siapa saja yang ingin mendapatkan kau, aku takkan lepaskan orang itu!" Tan Liong terperanjat.
Memang tidak seharusnya dia tadi mencium wanita itu, bagaimana kalau perbuatannya itu menjadikan akibat yang menakutkan dikemudian hari" Setiap perbuatan tanpa pemikiran dan hanya melulu menuruti hawa napsu saja memang akan disusul oleh penderitaan yang tidak ada ujung tepinya.
Kembali terdengar suara Yao lie lu yang berkata, "Tan siangkong, semua apa yang ada didalam isi hatiku sudah kujelaskan kepadamu.
Sekarang kita harus keluar! " Berhenti dia sejenak, lalu berkata pula, "Di luar kamar tawanan ini terjaga keras oleh banyak orang lihai dari orang-orang perkumpulan.
Jikalau hendak mengelabui mata orang-orang itu, sebetulnya bukan merupakan soal gampang.
"Kalau begitu dengan cara bagaimana nona tadi bisa masuk kemari" " "Aku masuk melalui jalan sumber air jaraknya sampai kemari ada beberapa puluh tombak.
Bisa masuk dengan jalan menyelam, melalui jalan masuk itu, paling cepat harus makan waktu kira-kira seminuman teh.
tentang ini apa kau bisa kira-kira mengerjakan" " Ini sangat menyulitkan bagi Tan Liong.
Dia yang dibesarkan didaratan, dengan sendirinya tidak bisa berenang.
Dapat atau tidak menyelam dalam waktu seminuman teh, masih merupakan pertanyaan diotaknya.
"Aku semenjak kecil selalu berkecimpung dalam kalangan air.
Jangan kata berada dalam air tiga jam lamanya buat aku tidak merupakan soal.
Apa kau rasa mempunyai kesulitan" " "Aku rasanya tak mampu menyelam dalam waktu begitu lama.
" "Eeh, kepandaian dan kekuatanmu itu untuk apa" Untuk menahan napas dalam waktu sebegitu pendek rasanya tak menjadi halangan besar bagimu, bukan?" "Kita menyelam dengan melawan arus air atau mengikuti jalannya air" " "Mengikuti jalannya air.
" "Kalau begitu boleh kita coba.
" Tan Liong berhenti berkata sejenak bagai orang ingat sesuatu, bertanya pula, "Jalan yang menuju ke sumber air itu sampai di mana batasnya" " "Satu danau kecil.
" "Sebelum kau masuk kemari, apa perbuatanmu itu tak ada yang tahu" " "Barangkali tidak.
" "Jikalau kedatanganmu kemari itu ada yang tahu di sekitar danau kecil itu barangkali sudah dijaga keras.
hal ini bagi kita keluar dari sini juga merupakan tindakan yang sangat berbahaya.
" "Tidak mungkin, jangan kuatir.
" "Dalam segala hal tidak boleh tidak kita harus pikirkan akibatnya.
Jikalau ada seorang saja yang tahu dan kita dicegat di atas danau itu bagaimana" Coba kau kata benar atau tidak?" "Itu barangkali tidak mungkin.
seandainya perbuatanku tadi dipergoki orang terpaksa kita cari daya lain.
" Karena merasa tak ada jalan lain lagi Tan Liong terpaksa suka turut rencananya wanita itu.
"Baiklah. " demikian katanya kemudian.
Yao lie lu menarik tangan Tan Liong dengan suara perlahan berkata, "Mari ikut aku! " Tan Liong terpaksa mengikuti Yap lie lu.
Berjalan kira-kira lima tindak Yao lie lu tiba-tiba pendekkan badan dan berkata dengan suara perlahan, "Setelah buka pintu air ini kita lantas bisa masuk ke jalan yang menuju sumber air.
" Tangannya nampak meraba-raba dinding dengan sedikit tekanan terbukalah sebuah jalan dan pintu air terangkat.
Dari jalan sumber air lantas menggolak banyak air masuk.
Tan Liong berpikir jika bukan Yao Lie lu siapapun agaknya tak dapat memikir tentang tutup air itu.
Dalam pada itu terdengar suara disamping telinganya yang perlahan sekali.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tan Siangkong lekas kau tahan napasmu! Kita segera mulai menyelam di dalam air.
" Tan Liong yang mendengar perkataan itu merasa hatinya tergoncang keras.
seketika itu dihirupnya dalam-dalam dan setelah itu menutup pernapasannya.
Pada saat itu Yao lie lu sudah menariknya menyelam ke dalam sumber air di bawah tutup pintu air itu.
Menyelam di dalam air merupakan pengalaman pertama bagi pemuda ini.
Apabila tidak ada Yao lie lu yang menyeret sebelah tangannya mungkin tidak tahu dia bisa menyelam atau tidak" Akhirnya kedua muda mudi ini timbul juga dipermukaan air dari suatu danau kecil.
Danau itu bagai kobaran besar, luasnya kira-kira setengah lie persegi.
Terletak di sebuah bukit di dalam lembah Lui in kok.
Terpisah dengan pusat perkumpulan Thian seng hwee, cuma kira-kira seratus tombak jauhnya.
Saat itu hari sudah malam, Tan Liong dan Yao lie lu timbulkan kepala dipermukaan air buka mata dan mengawasi keadaan disekitar danau.
Benar tiada nampak sedikitpun pergerakan sunyi senyap.
Setelah mengetahui keadaan disekitarnya yang begitu tenang, Yao lie lu lantas buka mulut.
"Tan Siangkong, legakanlah hatimu.
Urusan ini tidak terlalu sulit seperti apa yang kau bayangkan.
Mari naikz! Kaupun barang kali perlu selekasnya pergi ke gunung Ciong lam san.
Pada saat ini barangkali partaimu sedang mengalami pertumpahan darah yang sangat hebat.
Setelah itu ditariknya lengan si pemuda menyeretnya dengan jalan berenang ketepian danau.
Kalau mengingat masibnya Ciong lam pay Tan Liong tentu lantas akan kuatirkn keselamatan partainya.
Maka diikutinya saja ajakan Yao lie lu yang membawanya ketepian danau.
Angin malam berembus sepoi-sepoi hawa udara terasa amat dingin.
Ketika itu Yao lie lu sudah bertanya, "Tan Siangkong apa kau perlu keringkan dulu pakaianmu sebelum berangkat" " Tan Liong menggeleng.
"Tidak usah" jawabnya, "aku perlu segera kembali ke Ciong lam san" Setelah itu si pemuda putar tubuh dan akan meninggalkan Yao lie lu.
Mendadak ketawa dinginnya seseorang memecahkan kesunyian suasana malam.
Tan Liong dan Yao lie lu yang lantas dengar suara itu pada unjukkan muka kaget.
Si pemuda lantas menotolkan kakinya melesat ke arah dari mana datangnya suara tadi, Yao lie lu pun segera mengikuti jejaknya.
Sebelum dua pasang kaki menginjak bumi, mendengar lagi suara orang berkata dengan suaranya yang tawar, "Yao lie lu! Sungguh besar nyalimu! Kau berani langgar peraturan perkumpulan dan masuk ke dalam penjara air menolong orang, kau tahu dosamu" Aku rasa kau tak sanggup memikul akibatnya! " Yao lie lu yang mendengar kata-kata itu wajahnya pucat pasi seketika.
Lantas menoleh dan mengawasi ke belakang dan apa yang terlihat membuat hatinya ciut.
Orang yang perdengarkan kata-katanya tadi ternyata adalah Chie Peng serta adiknya.
Chie Peng mengawasi Tan Liong dan Yao lie lu sejenak lalu berpaling mengawasi adiknya berkata, "Adik, legakanlah hatimu.
Dia tak kan mati. " Tan Liong begitu melihat Chie bersaudara, lantas semangatnya berkobar.
Sebab, apabila bukan karena Naga Merah tiruan yang peranannya dipegang oleh Chie Peng dan saudara mudanya itu, dan kalau tak ada perbuatan Chie Peng tadi, tentu orang-orangnya Thian seng hwee sudah dilabrak habis.
Mengingat hal itu terdengar kertak gigi Tan Liong dengan sorot mata buat beringas mengawasinya Chie Peng dan kemudian berjalan dengan tindakan lambat-lambat.
Rasa benci sudah teramat dalam terhadap perempuan muda itu.
Kalau dapat rasanya ingin ditelannya hidup-hidup.
Chie Peng yang menyaksikan Tan Liong begitu beringas dengan napsu membunuhnya agak terkejut juga.
Agaknya orang ini telah memahami pemuda itu tak akan melepaskan dia dan adiknya begitu saja.
Dalam saat-saat kritis itu, Chie Peng si perempuan muda yang berpikiran tajam dan dapat menguasai ketenangan hatinya telah timbul perasaan duka dan pilu hatinya.
Tan Liong berkata pula dengan suara tawar, "Chie Peng! tempo hari kalau bukan karena kau, aku tak akan sampai bisa kejeblos dalam penjara air! Tiga puluh lebih orang-orangnya Thian seng hweemu tidak nanti juga sampai ke gunung Ciong lam san! Kau! Perempuan beracun, ini aku menghendaki nyawamu! " Matanya nampak semakin beringas perlahan-lahan menghampiri Chie Peng, dia sudah akan menghajar wanita di depannya itu.
Chia Cui tiba-tiba nyeletuk, "Tan Siangkong, apa kau mau membunuh enciku" " tanyanya.
Dengan alis berdiri Tan Liong menjawab, "Aku bukan cuma mau bunuh dia! Jiwamupun akan kuambil sekalian." Chia Cui yang mendengar bentakan-bentakan itu, dalam hati kecilnya timbul perasaan sangat pilu.
air matanya hampir saja mengalir keluar.
Chie Peng ketawa getir. Ditatapnya wajah Chie Cui adiknya itu yang sudah mengalirkan air mata.
Dengan suara dingin lalu berkata, "Hidup manusia seperti dalam impian.
Dalam waktu sekejap saja beberapa puluh tahun berlalu tanpa kita merasa pada akhirnya juga cuma merupakan segundukan tulang-tulang dibawah tanah kang zusi com.
Apa senangnya orang hidup" Apa mesti takuti bayang-bayang kematian.
Tetapi satu-satunya hal yang akan disesalkan selama hidup tidak lain dari pada tak terwujudnya impian muluknya.
Perkataan itu diucapkan dengan nada suara yang memilukan sekali sehingga siapa yang mendengar mungkin akan tersayat hatinya.
Begitulah Tan Liong nampak pemuda ini tercengang sejenak tetapi lantas berkata sambil tertawa dingin, "Itu benar! Sekarang akan kujadikan kalian tulang-tulang dibawah tanah." Chie Peng ketawa panjang.
Suaranya dan kelakuannya mirip orang gila, membikin mengkirik bulu roma orang yang mendengarnya.
Setelah puas tertawa berpaling mengawasi adiknya sejenak, lalu berkata sambil ketawa dingin, "Adik, apa yang kau buat sedih" orang toh tidak akan suka terima perasaan hatimu.
" Teralih pandangnya tertuju kepada muka Tan Liong lalu berkata pula, "Tan Siangkong, kau meski berhasil bisa keluar dari tawanan dalam air tapi jejaknya nona Tio ada yang tahu.
Sekarang ini ketua Thian seng hwee sedang mengadakan pertemuan


Teralih pandangnya tertuju kepada muka Tan Liong lalu berkata pula, "Tan Siangkong, kau meski berhasil bisa keluar dari tawanan dalam air tapi jejaknya nona Tio ada yang tahu.
Sekarang ini ketua Thian seng hwee sedang mengadakan pertemuan dengan semua orang-orang lihai dari perkumpulan kami, semua mau menangkap kau dan nona Tio itu sekalian! " Keterangan ini membuat Tan Liong dan Yao lie lu berubah wajahnya seketika.
Tan Liong urung turun tangan terha dap Chie Peng sedetik itu bagai terlupa segala dendaman dengan suara cemas bertanya, "Apa perkataanmu itu benar" " "Apa kiramu aku perlu bohongi kau" " balas Tanya Chie Peng.
Dalam parasnya Yao lie lu sesaat tampak kecemasan yang tak terhingga tapi kemudian seperti dipaksakan tertawa lalu berkata, "Nona Chie, barangkali kalian sendiri yang memberitahukan pada mereka! " Chie Peng yang dituduh secara demikian wajahnya segera berubah dan berkata dengan suara gusar, "Nona Tio, jangan sembarang tuduh! Kami Chie bersaudara bukan orang-orang yang begitu rendah martabatnya! " Yao lie lu kembali buka suara, "Kecuali kalian dua orang enci adik, aku percaya dan yakin benar tidak akan ada orang lain tahu! " Merah padam selembar wajah Chie Peng.
Sambil ketawa menyengir berkata lagi, "Nona Tio, kau bicara jangan asal buka mulut! " Selagi Yao lie lu kembali ingin buka mulut, Tan Liong sudah bersuara, "Benar! Cuma dua perempuan beracun ini yang baru bisa mengerjakan perbuatan jahat itu! Sekarang kuambil dulu jiwa kalian berdua! " Baru keluar habis kata-katanya bergeraklah badannya.
Tangannya terulur panjang mencari sasaran di badan Chie Peng.
Berbareng pada ketika Tan Liong menyambarkan tangannya ke tubuh Chie Peng dari arah pusat tiba-tiba terdengar suara mengaung yang amat nyaring.
Apa yang dikatakan oleh Chie Peng mengambil jalan dari pintu air memang benar telah diketahui orang perbuatannya.
Tetapi orang yang memergoki perbuatan perempuan centil genit itu yang terus memberitahukan kepada ketua Thian sen g hwee bukanlah Chie Peng bersaudara melainkan orang lain, kalau Yao lie lu menuduh dua bersaudara Chie itu semata-mata melulu untuk menyingkirkan kedua saingan berat itu.
Kini Yao lie lu mendengar suara itu bukan kepalang kagetnya nampak dari perubahan parasnya yang pucat seketika.
Dalam pada itu serangan yang dilancarkan oleh Tan Liong sudah disambut oleh Chie Peng.
Dengan suara bengis nona itu berkata, "Tan Siangkong, kesalah-pahaman pasti akan ada satu hari dapat dijelaskan.
Sekarang ini kalau kau masih belum mau pergi apa kau mau tunggu kematianmu di dalam lembah Lui in kok ini" " "Tentang persengketaan antara kita lain hari kita perhitungkan kembali pasti tidak telambat.
" demikian sang adik melanjutkan.
Mendengar kata-kata dua saudara Chie itu Tan Liong tercengang.
Memang ada benarnya kata-kata dua saudara kang itu.
Cuma sebagaimana telah dibentangkan dibagian muka dia orang anak muda zusi yang berhati keras dan keras kepala tentu tidak gampang mau tunduk di bawah comkata-kata orang lain.
Seketika mendengar kata-kata itu lantas berseru, "Kecuali kalian mati lebih dulu! Sebelum bisa ambil jiwa kau siluman perempuan, aku takkan pergi !" Yao lie lu menyambungi kata-kata pemuda itu, "Benar! Kalau kau belum bisa habiskan riwayat dua perempuan ini, dikemudian hari barangkali jiwamu sendiri yang akan melayang! " Tan Liong yang sedang naik pitam, diojok lagi secara demikian oleh Yap lie lu, seperti kuga menyiramkan bensin ke api yang sedang berkobar-kobar.
Begitulah seketika itu juga terdengar geramannya, terus menerjang Chie Peng dengan serangkap kedua tangannya.
Kali ini pemuda ini turun tangan, cepat dan hebatnya bukan main.
Dalam waktu sekejap itu telah tiga serangan dilancarkan.
Chie Peng sambuti setiap serangan anak muda itu dengan ketawa dingin sedang di atas parasnya nampak kemurkaan besar, "Tan Liong, Kalau benar-benar kau tidak sayangi diri sendiri aku selanjutnya tidak mau ambil perduli! " Demikian dia berkata tangannya menyambuti serangan Tan Liong yang ketiga.
Apabila diukur dari sudut kekuatan Chie Peng dan Tan Liong memiliki tenaga yang boleh dikata berimbang.
Siapapun tidak bisa dikata berkekuatan lebih.
Tetapi Tan Liong yang telah memakan Soat-som kekuatannya bertambah entah berapa kali lipat.
maka tenaga anak muda tersebut pada saat itu jauh lebih besar daripada lawannya itu.
Chie Peng yang coba-coba sambuti serangan itu, merasa jauh lebih tinggi kekuatan pemuda tersebut daripada tenaganya sendiri.
Diam-diam mengalah dan mundur sampai dua langkah.
Tan Liong sebetulnya benci sekali kepada dua wanita itu.
Dia terlalu benci kepada mereka karena memerankan "Naga Merah" dan mengganas kepada orang yang tak bersalah dosa.
Ia tentu ingin membuka kedok rahasia dari mereka.
ditambah pula orang-orang Thian seng hwee yang mau pergi ke Ciong lam san, baru mau disergapnya mendadak dirintangi oleh Chie Peng maka rasa bencinya bertambah-tambah lagi.
Petualangan Dikapal Pesiar 2 Merantau Ke Deli Karya Hamka Jejak Di Balik Kabut 8

Cari Blog Ini