Pendekar Banci Karya S D. Liong Bagian 3
Mata Lu Kong Cu berkeliaran kian kemari. Rupanya ia masih bersangsi mendengar omongan Hong Ing itu.
Tiba2 Cong' Tikpun membuka mulut. "Lu lo-cianpwe" serunya, "harap suka "merapat kedekatku, aku hendak membisikkan beberapa patah kata kepadamu ".
Melihat Cong Tik bersikap begitu menghormat kepada Lu `Kong Cu, Hong Ing tak puas. Tetapi ia kuatir kalau Cong Tik akan 'memberitahu sungguh2 tentang tempat pelana bertahta mutiara itu kepada Lu Kong Cu'.
Buru2 ia berkata : "Orang" she Lu, jangan dengarkan omongannya. Asal engkau lepaskan aku, tentu segera kuberikan bukti kepadamu." Lu KongiCu tertawa mengekeh. "Hm, betapapun tak mungkin engkau mampu ?olos dari tanganku !" .
Cret, ia tebarkan kipas. Keduapuluh satu batang kerangka kipas yang terbuat daripada baja murni yang tajam sekali, segera ditamparkan pelahan-lahan dua kali ke tali 'urat kerbau. Dan tali yang luar biasa kuatnya itupun segera berhamburan putus.
' "Ah . , ", Hong Ing menghembuskan napas legah. Segera ia merogoh kantong bajunya. Ketika menyentuh tiga butir mutiara yang masih tersimpan dalam baju, `ia bersangsi lagi.
Sebenarnya agar Lu' Kong Cu percaya bahwa kedelapan butir mutiara pada pelana kulit bearuang" salju 'itu berada padanya, maka ia hendak mempertunj ukkan ketiga butir mutiara itu kepada 'Lu Kong Cu.
Tetapi tiba2 saja ia teringat bahwa 'pada ketiga butir mutiara itu terdapal tiga huruf yang berbunyi Cek-bi-san. Jelas merupakan nama sebuah tempat. Apabila tempat itu diketahui Lu` Kong Cu tentu dia akan girang sekali. Apabila tempat itu menyimpan suatu kitab pusaka yang luar biasa ataupun suatu harta karun, bukankah Lu Kong Cu akan mendapat keuntungan besar.
Itulah sebabnya mengapa Hong Ing tiba2 tampak ragu2. Set?lah menimang beberapa saat a- khirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan saja sebutir.
Cepat ia mengambil sebutir dari mutiara itu dan berseru : "Orang She Lu, lihatlah ! Sebutir mutiara pada pelana beruang salju itu berada dalam tanganku ini. Apakah engkau masih tak percaya kalau pelana itu aku yang menanam di bawah kaki gunung Tay-pat-san "'.
Melihat mutiara itu, merahlah biji mata Lu Kong Cu. Cepat ia menyambar mutiara itu dari tangan Hbng Ing. Dan ketika melihat-tulisan "C e k' 'pada mutiara itu, girangnya bukan kepalang.
"Bagus ! Sekarang juga kita berangkat ke Tay pat-san" serunya dengan serentak.
Hong Ing merasa bahwa kepergiannya ke Tay-pat-san itu ibarat naik punggung harimau. Kalau turun, tentu akan dimakan. Kalau naik terus, tentu akan mengalami siksaan mental yang mengerikan.
Akhirnya ia m?mutuskan, Lebih baik tetap naik saja. Mudah-mudahan akan terjadi suatu perobahan yang menguntungkan kepadanya.
Ia berpaling memberi isyarat mata kepada Cong Tik.
-Tampak Cong Tik gelisah sekali karena melihat Hong Ing telah menyerahkan sebutir mutiara kepada Lu Kong Cu. Tetapi dalam pada itu, sekarang iapun percaya pada perkataan Hong Ing bahwa pelana beruang salju itu telah disembunyikan dibawah kaki gunung Tay-pat-san. Balikan diaml2, ia girang juga.
"Lu cianpwe" serunya, "walaupun dalam tingkatan engkau lebih tinggi, tetapi apabila satu lawan satu, belum tentu engkau mampu mengalahkan aku. Bukankah begitu ?".
Walaupun ganas tetapi Lu Kong Cu itu juga licik. Tanpa malu2 ia mengiakan pernyataan Cong Tik.
"Sekarang aku hendak bicara secara peribadi dengan nona Hong Ing. Harap engkau ke luar dulu" kata Cong Tik pula.
Sejak masuk ke dalam ruang guha, CongTik 'hanya dipegang oleh dua orang anak buah Lu Kong Cu. Habis berkata. sekali pemuda itu' gerakkan tangannya, maka kedua anak buah Lu Kong Cu itupun segera terlempar jatuh ke tanah.
Melihat itu Hong Ing terkejut dan diam2 ia memuji kesaktian si pemuda. Tetapi dalam pada itu iapun heran mengapa Cong Tik begitu mudah dapat ditawan orang.
"Ah, apakah dia sengaja memang menyerahkan dirinya ditangkap agar dapat berjumpa dengan aku" Diam2 hong ing membatin. Waktu itu Lu Kong cu sudah percaya penuh bahwa pelana bertabur mutiara benar2 memang disembunyikan oleh Hong Ing.
Dia kuatir Cong tik akan main gila agar Hong ing jangan mengatakan tempat penyimpanan pelana beruang salju itu.
"Ya biar mereka saja keluar tetapi aku tetap disini, kalau kalian mau bicara, lekas bicara .serunya, ia tak marah karena `kedua anak buahnya dilempar keluar.
" aku hendak bicara empat mata dengan nona Ing' harap Locianpwe suka keluar sebentar, Cong Tik tetap menolak bicara, Terpaksa Lu Kong Cu mengalah Segera saja, ia melangkah keluar setelah itu, barulah Cong Tik bicara empat mata dengan Hong Ing dan bicara dengan bisik2 : "Nona Ing ,bukankah mutiara yang engkau simpan itu berjumlah tiga butir ".
Hong Ing nrengangguk pula.
`Seketika berobahlah Wajah Cong Tik serunya .bukankah ketiga-tiganya terdapat ukiran huruf ".
Hong Ing mengiakan. "Apakah bunyinya ?".
"Cek-bi-san". Hong 'Ing percaya bahwa pemuda itu tentu berfihak kepadanya. Kalau tidak masakan dia rela ditawan. Pada hal jelas kalau mau, Cong Tik dapat melawan mereka. Maka ia memberi keterangan sejujurnya kepada Cong Tik.
Diluar dugaan, setelah mendengar keterangan Hong Ing, tanpa mengucap apa2 'lagi, Cong Tik terus loncat ke mulut gua dan melesat 'keluar.
' Hong Ing termangu~mangu heran. Benar2 ia tak mengerti sikap pemuda itu. Dan diam2 iapun heran mengapa Cong Tik berbuat begitu kepadanya. Yang ditanyakan hanya soal huruf pada mutirara. Sepatahpun tak menanyakan tentang dirinya.
Dalam pada itu begitu berada di luar gua, Cong Tik ,segera berkata dengan bisik2 kepada Lu Kong Cu : "Lu cianpwe, ah, memang Lembah kupu2 'ini akan mengalami masa kejayaan. Waktu kutanya' kepada nona itu dia mengatakan bahwa apabila 'ada aku ikut mendengar, dia tentu tak mau melepaskan dia.
Maka dia tetap tak mau bilang,, Berhenti. sejenak, Cong Tik melanjutkan pula: "Tetapi ah, pada saat menghadapi bahaya, setiap orang tentu akan memikirkan keselamatannya, sendiri. Silahkan engkau membawanya ke
Tay-pat-san. Percayalah, dua tahun kemudian, Lembah Kupu2 pasti akan menjagoi dunia persilatan.
Maaf, akupun hendak mohon diri !" .
Ucapan yang tak keruan tetapi juga melantang secara biak-biakan, seolah2 sungguh2. " Sudah tentu karena berada dalam guha, Hong Ing tak mendengar ucapan itu. Sayang. Apabila mendengar, pasti dia segera mengetahui mentalitet' dari Cong Tik, seorang pemuda 'tampan yang berhati serigala.
Habis berkata Cong Tik-terus hendak pergi tetapi Lu Kong Cu mencegahnya: "Tunggu ! Engkau hendak mendahului aku ke Tay-pat-san, bukan ?" .
Cong Tik tertawa hambar, "Ah, perlu apa aku ke sana ?" "Akan kusuruh orang untuk mengawalmu kebarat terus ke tapal Sinkiang, maukah "engkau ?" seru Lu' Kong Cu.
Sebelum Cong Tik sempat menjawab maka Lu Kong Cupun bersuit dan tiba2 muncullah seorang nenek yang tua renta.
Cong Tik mengira bahwa yang akan diserahi untuk mengawal dirinya itu tentu si nenek berwajah terutul yalah nenek yang pernah bertempur mati-matian tetapi berimbang kekuatannya dengan Lu Kong Cu.
Tetapi diluar dugaan ternyata bukan nenek berwajah terutul melainkan seorang nenek lain yang paling tidak termasuk dua angkatan lebih tua dari Lu Kong Cu. Nenek itu bukan lain adalah nenek Li Wan, bergelar Thiat-koan-im atau Dewi Koan Im besi. Dia adalah isteri dari ketua partai Naga, dua angkatan lebih dahulu dari Lu Kong Cu.
Thiat-koan-im Li Wan adalah murid kesayangan dari Cian-jiu-sin-bu atau Dukun sakti Seribu-tangan, seorang tokoh wanita dari daerah Bian yang termasyhur Wanita itu jahat dan kejam sehingga dunia persilatan memberinya julukan Biaun ' ?iang Ok-jin, manusia jahat dari daerah Bian.
Saat itu Cong Tik menyadari bahwa percuma, saja ia akan bersikap keras kepala. Betapapun ia hendak mengulur waktu dan adu lidah, tetapi tentu saja. Apabila dia menolak tentu akan Celaka.
Dia pernah merasakan pil pahit dari Thiat-koan--im,Li Wan dan tahu bahwa wanita itu memang sakti sekali. Tak mungkin dia mampu menandingi.
Baiklah akhirnya ia terpaksa menyetujui dengan diiring tertawa, walaupun hendak dibuang ke~Thian-tiok (India), akupun menurut saja. Kembali Lu Kong Cu bersuit nyaring. Wanita tua itupun maju menghampiri.
Thiat-koan im Li Wan! Dan makin jelaslah keadaan wanita itu bagi Cong Tik. Wanita itu ber- tubuh pendek, mukanya ditutup dengan kain cadar warna hitam. Dari celah2 cadar, dapat terlihat wajahnya penuh dengan gurat dan goresan malang melintang sehingga wajahnya tak menyerupai manusia lagi.
Sinar matanya memancarkan sorot yang keras dan berpengaruh. Wanita pendek itu mencekal seutas tali yang panjangnya hanya satu setengah meter.
Karena tangannya gemetar maka tali itupun ikut bergoncang tak henti-hentinya, sehingga menyerupai seekor ular yang bergeliatan didalam air.
Tali yang berada di tangan Wanita itu, seutas tali yang lemas. Tetapi berada dalam tangannya, tali itu menyerupai sebatang tongkat yang keras, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk berjalan. Bahkan pada waktu menyentuh tanah, tali itu dapat menimbulkan degup suara yang cukup keras.
'Jelas, sudah bahwa wanita tua itu memiliki ilmu tenaga-dalam yang luar biasa saktinya.
Begitu muncul wanita tua. itu terus berkata : "Perintah apakah yang hendak ciangbunjin berikan "''.
,,Ah, harap thay- subo jangan keliwa menjunjung diriku," buru2 Lu Kong Cu berseru, "budak laki itu' terlalu mengganggu kita, maka kumohon thay-subo suka membawanya ke tempat yang jauh. Makin jauh makin baik agar jangan mengganggu pekerjaan kita lagi.".
Ternyata dalam partai Naga, ketua itu adalah yang tertinggi. Dan setiap ciang-bun-jin atau ketua partai sel alu tinggal dalam Lembah Kupu2.
Se tiap duapuluh tahun sekali maka berkumpullah seluruh anggauta' partai Naga di lembah itu. Mer?ka menulis na ma dan memilih ketua 'baru.
setiap ketua baru yang terpilih, harus dihormati dan ditaati oleh seluruh anakbuah partai Naga. Maka walaupun Thiat~koan~im Li Wan itu isteri dari ketua dua angkatan terdahulu tetapi dia harus tunduk pada ketua yang sekarang yakni Lu Kong cu.
Dengan mata berkilat-kilat nenek tua Li Wan Itu memandang kearah Cong Tik.
"Baiklah" serunya menjawab perintah Lu Kong Cu. Tiba2 tali digentakkan kearah Cong Tik. Seketika itu Cong Tik merasa dirinya dilanda oleh seg?lombang tenaga dahsyat sehingga ia t?rhuyung-huyung sampai tujuh delapan langkah. Setelah me- ngerahkan tenaga-dalam, barulah ia dapat b?rtahan diri dan berdiri tegak lagi.
Tahu gelagat kurang 'baik, dia segera gunakan ilmu ginkang melesat ke muka.
Sekali menusukkan tali ke tanah, tubuh Thiati-koan-im Li Wanpun segera melambung ke udara. Kain cadar hitam yang menutup wajahnya berkibar-kibar sehingga sepintas pandang wanita tua itu mirip dengan seekor burung yang aneh.
Dia mengikuti di belakang Cong Tik Hanya dalam beberapa kejab saja, kedua orang itupun lenyap ke balik gunung.
Saat itu Lu Kong Cu masih memain-mainkan mutiara. Wajahnya berseriseri." Ia segera masuk lagi kedalam 'guha untuk menemui Hong lng.
"Hayo, kita berangkat," serunya. Saat itu walaupun sudah terlepas dari tali pengikat, tetapi .Hong Ing rasakan hawa murni dalam tubuhnya masih seperti tatkala menderita luka. Ia segera menyadari bahwa tadi ia teringat banyak mengeluarkan tenaga untuk menghadapi serangan Lu Kong Cu.
Dalam keadaan sepeti itu ia kuatir mungkin tak dapat "bertahan" sampai 'empatpuluh sembilan hari.
Hong Ing makin putus asa. Perjalanan kembali ke Tay-pat-san paling tidak tentu menggunakan waktu selama empatpuluhan hari.
Dengan demikian tak mungkin lagi jiwanya akan tertolong. "Pergi ya pergi, jangan garang2 begitu!" 'akhirnya karena putus asa iapun nekad.
Merah juga wajah Lu Kong Cu di Sentil oleh Hong Ing. 'Tetapi sebagai seorang ketua sebuah partai persilatan, sudah tentu ia dapat mengendalikan perobahan airmukanya.
Diam2 Lo Kong Cupun heran mengapa Hong Ing menunjukkan tanda2 seperti orang menderita luka-dalam yang parah.
"Budak perempuan, bilakah engkau menderita.luka yang separah itu ?" tegurnya. "Tak usah peduli diriku!" seru Hong Ing dengan ketus.
' "Bagus masih berani bertingkah!" akhirnya Lu Kong Cu marah juga.
"Aku bebas untuk ngomong dan bertingkah, apakah engkau berani membunuh mati aku "'' tantang Hong Ing.
Memang 'karena ingin mendapatkan pelana bertabur mutiara. Kong Cu memerlukan tenaga Hong Ingg. Sudah 'tentu 'dia tak berani membunuhnya. Walaupun marah, tetapi 'ia tak dapat berbuat apa2 terhadap hong Ing.
"Hm, budak perempuan liar," diam2 Lu Kong Cu menggerutu dalam hati, "sehabis mendapatkan pelana beruang salju, jangan harap engkau dapat hidup lagi.
Tiba3 dari arah luar pintu terdengar orang berseru: "Suhu, ada tetamu !". Mendengar yang berseru itu anak muridnya sendiri, Lu Kong Cu terkesiap. "Siapa ?" serunya.
Tiba2 terdengar suara orang tertawa mengekeh dan berseru : , "Bagus, Lu-heng, boleh juga engkau bersikap begitu garang ! Apakah engkau akan menolak setiap kunjungan tetamu " Mendengar suaranya jelas yang bicara itu dua orang.
Lu Kong Cu terkejut. Selama ini ia jarang sekali bergaul dengan dunia persilatan.
'menilik nada suaranya yang tak baik, Lu Kong cu makin terkejut, Untuk menjaga kemungkinan yang tak diharapkan, Lu Kong Cu Segera menyambar selimut dan ditutupkan ke tubuh Hong Ing.
Ketika Hong Ing meronta-ronta, Lu Kong Cupun segera menutuk jalan darahnya lalu melesat keluar' dari`guha.
Ah, ,serentak Lu Kong Cu terbeliak demi melihat tetamunya itu tak lain yalah kedua saudara' kate Lo Thian dan Lo Te.
"Apakah keperluan kalian datang ke sini "' cepat ia menegur kedua orang kate itu.
Sepasang saudara kate itu tertawa. "Kami dengar Lu-heng mendapat rejeki besar maka kamipun datang kemari hendak minta bagian".
Diam2 Lu Kong Cu mengeluh. Mengapa berita tertangkapnya Hong Ing dapat tersiar ke luar begitu cepat sekali.
Diam2 ia memperhitungkan. Iamasih dapat menghadapi kedua orang itu. Tetapi apabila tambah lagi musuh yang datang, tentu ia celaka. Apalagi saat itu orang yang diandalkan, yani Th'iat~koan-im Li Wan, sedang disuruhnya membawa Cong Tik jauh ke daerah perbatasan barat. Coba wanita , tua itu ada, tentu dapat menghadapi musuh yang berdatangan, berapapun jumlah mereka.
Terpaksa Lu Kong Cu hanya menyeringai, "Aneh, dalam lembah ditengah pegunungan'yang begini sepi, apa yang dapat kuberikan pembagian kepada kalian berdua ?" .
Le Thian dan Lo Te saling tukar pandang mata. Tiba2 Lo Thian berseru : "Lo-ji, orang ini sungguh licin sekali ?".
"Benar," sahut" Lo 'te."kalau tidak diperas tentu tidak keluar minyaknya. Naiklah . , . " Lo Thian cepat loncat 'ke bahu Ian Te ;dan keduanya segera menyerang. Dari 'sepasang orang pendek kini mereka menjadi seorang orang biasa.
Demikian pula setiap gerakan golok. mereka 'selalu serempak dan seragam sehingga tak ubah seperti satu orang yang.bergerak.
Walaupun sudah lama Lu Kong Cu mendengar nama sepasang orang kate dari gunung'Tu~lian-san itu sebagai penyamun besar yang kaya de
ngan emas permata hasil rampasannya di daerah Tibet maupun pedagang2 yang hendak 'masuk ke Tionggoan.
Semula Lu Kong Cu memang sudah menduga bahwa kedatangan kedua orang kate itu tentu dengan maksud buruk. Dan setelah mereka benar2 menyerang, terpaksa Lu Kong Cupun harus melayani juga.
Ia akan menundukkan kedua orang kate itu dan lalu menawannya.
Akan ia ajak sekalian bersama Hong Ing ke Tay-pat san. Setelah urusan di Tay-pat-san beres, ia akan paksa ke dua orang kate itu menunjukkan simpanan harta emas nya di gunung Tu-lian~san. Hendak ia rampas semua ha sil mereka selama bertahun-tahun ini.
&nbs p; Dengan demikian sekali tepuk dia akan memperoleh dua lalat.
Tengah dia memperhitungkan segala sesuatu dan sudut yang menguntungkan dirinya, tiba2 kedua orang kate itupun menyerangnya.
Sret, sret golok dari Lo Thian segera membelah kearah kepala Lu Kong Cu.
Walaupun pernah mendengar namanya tetapi Lu Kong Cu belum pernah melihat kedua orang `kate itu, belum pula mengetahui cara2 mereka bertempur.
Dia tercengang ketika menyaksikan bagamana kedua orang kate itu menyerangnya.
Buru2 ia mengangkat kipas baja untuk menangkis. Tetapi golok Lo 'thian lebih cepat datangnya. Untunglah Lu Kong Cu masih sempat tundukkan kepala hingga tak sampai terbelah.
Tetapi pada saat itu pula, Lo Te yang berada di bawah segera membabatkan golok ke kaki Lu Kong Cu.
Lu Kong Cu sedang menjaga tabasan dari atas. Sudah tentu ia tak sempat memperhatikan se rangan dari bawah. Memang dengan saling berpanggul itu, sepasang orang kate itu seolah menjadi seorang raksasa yang mempunyai empat tangan dan dua kaki.
Waktu bertempur melawan nenek Cenderawasih-mini digunung Tay-pat-san, nenek itu kewalahan dan beberapa kali menderita rugi.
Apalagi 'Lu Kong Cu. Setelah paksakan diri untuk melayani sampai duajurus, Lu Kong Cu terpaksa loncat menghindai' ke samping lalu bersuit keras.
Bagai tawon dionggok dari sarang, berpuluh-puluh orang segera berhamburan keluar dari gunduk di sekeliling tempat itu. Mereka adalah anak buah'partai Naga.
Lo Thian terkesiap. serunya kepada Lo Te "Lo-ji, banyak sekali manusianya !'".
Kita berpisah untuk menjagal mereka !" seru L0 Te. Lo Thian berteriak aneh dan ujung kakinya menginjak bahu Lo Te dan Lo 'Thianpun segera guncangkan bahunya ke atas mengantar gerak Lo Thian yang Segera melambung ke udara lalu berjumpalitan meluncur ke arah anak buah partai Naga.
Brak. Begitu tiba di tanah, Lo Thianpun sudah melukai tiga empat orang.
Sedangkan Lo Tepun lalu mengendapkan tubuh ke bawah terus membuang diri bergelundungan ke tanah sambil melakukan permainan golok.
Sesaat segera terdengar jeritan ngeri dan lima enam anak buah partai Naga terbabat kurung kakinya ber gelimpangan dalam kubangan darah.
Melihat gelagat tak baik dan menyadari anak buahnya itu hanya kawanan kantong Nasi yang , tak berguna, diam2 Lu Kong Cu memperhitungkan Kalau ia turun tangan, memang ia mampu untuk menahan kedua orang- kate itu.
Tetapi apabila datang lagi .musuh baru jelas dia tentu celaka. Segala rencana yang hendak dilakukan oleh Hong Ing tentu berantakan.
Sebenarnya Lu Kong' Cu juga seorang jantan. Tetapi entah bagaimana pada saat itu, tiba2 dia hanya memperhitungkan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Ia menyuruh anakbuahnya menyerang maju t?tapi ia sendiri loncat mundur 'terus m?nyelundup kedalam guha sembari membawa Hong Ing.
Rupanya Lu Kong Cu hendak menggunakan berpuluh jiwa anakbuah partai Naga untuk menghalangi kedua orang kate dan dia sendiri hendak menyelamatkan jiwanya dengan membawa tawanannya.
Hong Ing. Melihat Lu Kong Cu m?larikan diri, kedua orang kate itupun marah. Mereka tinggalkan anak buah partai Naga lalu loncat mengejar. Sekali loncat mereka sudah mencapai empat lima tombak.
"Hai, jangan lari !" sambil melambung ke udara, L0 Thian segera bergabung dengan saudaranya lagi untuk mengejar'.
Peraturan dari partai Naga keras sekali. Perintah ketua harus ditaati walaupun harus mengha dapi kematian .Tahu kalau tak dapat menghadapi kedua orang kate itu, namun anak buah partai Naga itu tetap tak mau mundur.
Mereka tetap menyerang kedua orang kate.Memang ada juga yang agak pintar. Begitu terluka, walaupun hanya ringan lantas berguling-guling 'ke tanah dan mengerang erang tak henti-hentinya seperti orang yang 'terluka berat.
Oleh karena jumlahnya banyak maka walaupun banyak yang rubuh, namun masih terdapat leb ih kurang limapuluh orang yang mengepung lo' thian dan L0 Te.
Kedua orang kate itu berkaok kaok dan berkuik-kuik seperti orang yang kebakaran jenggot karena harus mengurusi orang2 itu.
Ketika berpaling dan melihat keadaan kedua orang kate itu, diam2 ,Lu Kong Cu girang.
Dengan ilmu gin-kang yang dimilikinya, ia percaya pada saat kedua orang kate itu dapat menerobos dari libatan anak buah'partai Naga, ia tentu sudah dapat lari sampai empat limapuluh jauhnya.
Sekali empos semangat, ia melambung keatas lagi lalu meluncur turun.
dengan gerak Naga-bermain-dalam-air, suatu ilmu ginkang warisan dari partai Naga yang memiliki ciri2 keistimewaan sendiri.
Dengan melambung dan melayang turun itu, setiap kali ia dapat mencapai lima tombak jauhnya.
Walaupun harus mengempit tubuh manusia, tetapi tak mengurangi kecepatan geraknya. Pada saat setelah meluncur turun dan h?ndak melambung pula, tiba2 terdengar suara orang tertawa dingin. Menyusul tiga sosok bayangan hitam susul menyusul telah tiba dan terus menyerangnya.
Saat itu Lu Kong Cu berlari ke arah barat. Matahari yang sedang terbenam di balik gunung masih memancarkan sinar merah yang menyilaukan matanya.
Ia tak dapat melihat siapa ketiga pendatang itu. Tetapi dari gerakan tubuh mereka, ia dapat menduga kalau mereka tentu tokoh2 yang lihay sekali tenaga dalamnya.
Siapakah mereka " Adakah ada pendatang baru lagi yang hendak merintanginya ".
Karena ingin tahu, Lu Kong Cu cepat menghindar ke samping dan serempak pada saat itu, ke tiga sosok bayangan itupun turun ke tanah. Ketika memandang, barulah Lu Kong Cu barulah tahu bahwa penyerangnya itu hanya 'seorang lelaki bertubuh pendek gemuk, memanggul pikulan dari dua buah batu besar. Tadi dia menyerang dengan kedua batu itu. Karena batu itu hampir sama besarnya dengan orangnya, sepintas pandang menyerupai tiga sosok tubuh manusia.
Kini Lu Kong Cu segera mengenali siapa orang pendek itu. Diam2 ia mengeluh, Ia tahu siapa ' Ciok Liu Seng. Tetapi ia tetap bersikap tenang. Setelah menganggukkan kepala sebagai tanda hormat, iapun t?rus menyelinap ke samping hendak melanjutkan langkah.
"'Tunggu dulu !'"' teriak Ciok Liu Seng sambil tertawa. Lu "Kong Cu tak mau terlibat dalam pertempuran dengan orang pendek gemuk itu. Menyurut mundur selangkah, ia berseru: "Sepasang saudara Lo yang kate, telah mendahului engkau selangkah. Apa yang engkau kehendaki, minta saja kepada mereka!".
Ciok Liu Seng juga seorang tua limbung. Mendengar kata2 itu, ia segera berpaling ke belakang.
Dilihatnya saat itu sepasang orang kate sedang mengamuk dan membunuhi anak buah partai Naga. Seketika timbullah dugaan pada Ciok Liu Seng.
"Hai, apakah kamu berdua hendak menelan sendiri ?" serunya. "Jangan percaya tipu muslihat bangsat itu ! teriak Lo Thian dan Lo Te. Saat itu Ciok Liu Seng dengan kedua 'orang kate terpi sah belasan tombak. Tetapi tanya jawab yang mereka l akukan dapat terdengar jelas.
Dari s udut itu dapat diketahui betapa tinggi ilmu tenaga-dala m yang mereka miliki.
Ciok Liu Seng mendapat gelar Lu-lam-in hiap atau pendekar tersembunyi dari Lulam. Sesungguhnya tempat kediamannya' tak jauh dari gunung Tu-lian-san, tempat tinggal kedua orang kate. Tetapi dasar Ciok Liu Seng memang berwatak angkuh, dia tak mau berhubungan dengan kedua 0rang kate itu.
Setelah mendengar jawaban dari sepasang orang kate, Ciok Liu Sengpun mau mempercayainya. Cepat ia berpaling menghadap ke muka lagi. 'Tetapi, astaga.
Pada saat Ciok Liu Seng sedang berpaling k? belakang berbicara dengan kedua orang kate, Lu Kong Cupun sudah loncat melambung ke udara dan meluncur belasan tombak jauhnya. Cepatnya luar biasa dan sama sekali tak mengeluarkan suara.
"Kurang ajar !" teriak Ciok Liu Sing. Cepat ia m?manggul pikulannya lalu berputar-putar sampai tujuh delapan kali. Wut, wut, kedua batu besar itupun segera terlempar melayang ke muka, Kedua batu besar itu berputar-putar di udara ,kemudian laksana gunung Thay-san tubuh'. secepat kilat pula kedua batu itu melayang ke arah LU Kong Cu.
Lu Kong' Cu' yang saat itu tengah lari kemati-matian, terkejut ketika mendengar angin menderu keras di belakangnya. Cepat ia berpaling- 'AStaga .
Seketika semangatnya serasa terbang' ketika melihat dua buah- batu besar yang masih 'terikat' dengan rantai dan berikut pikulan besi, Tengah melayang di udara dan meluncur ke arahnya.
Lu Kong Cu memang hebat dalam ilmu gikang atau meringankan tubuh. Tetapi betapapun saktinya ilmu ginkangnya, tak mungkin menandingi kecepatan dari luncur batu itu.
Dan bila tertimpah dengan batu itu, meski seorang manusia bajapun tentu akan hancur lebur
Karena takutnya, tanpa banyak pikir lagi Lu Kong Cu terus buang tubuh bergelundungan di ta nah.
Ciok Liu Seng disanjung sebagai Batu-meluncur oleh kaum persilatan karena berkat ilmu kepandaiannya melontarkan pikulan batu yang sangat istimewa.
Mungkin dia seorang yang memiliki kepandaian seperti itu. Betapa tidak ! Dua batu besar yang beratnya tak kurang dari tiga ratus kati dilontarkan ke udara dan batu itu dapat berputar2 lalu meluncur mengejar musuh.
sedemikian luas orang persilatan mengenal nama Ciok Liu Seng si Batu-komet yang melun?ur itu sehingga namanya yang aseli sampai dilupakan orang.
Kepandaian dan kekuatan berputar2 memikul batu lalu melontarkannya keudara itu memang kepandaian istimewa yang telah dilatih selama belasan tahun.
Dia menamakannya jurus Matahari rembulan terbang serempak.
Sebenarnya ia' menyiksa diri sampai belasan tahun berlatih ilmu itu adalah untuk melakukan pembalasan. T?tapi sayang, orang itu sudah mati.
Ketika melihat Lu Kong Cu melarikan diri, Ciok Liu Seng mengira kalau yang dikempit Lu Kong Cu itu tentu pelana bertabur mutiara.
Maka tanpa banyak pikir lagi, ia terus mengeluarkan ilmu kepandaiannya yang istimewa. Hasilnya benar2 bukan buatan !.
Banyak sekali jago2 silat yang memiliki pukulan keras dan tenaga yang keras. Tetapi kekerasan macam yang dimiliki Ciok Liu Seng, memang tak ada keduanya.
Walaupun Lu Kong Cu cepat2 mengetahui gelagat' yang berbahaya dan terus buang diri bergelundu?gan di tanah tetapi ternyata Ciok Liu Seng mempunyai perhitungan yang tepat dalam menggerakkan kedua batu besar itu.
Begitu Lu Kong Cu menggelundung' ke tanah, batupun karena digerakkan dengan tenaga-dalam 'oleh `Ciok Liu Seng, terus kontan 'meluncur ke bawah' menimpah Lu Kong Cu.
Untung Lu Kong Cu dapat mempercepat gerak tubuhnya. Sekalipun demikian angin keras dari, peluncuran batu itu, perbawanya dapat menghentikan napas orang.
Melihat gelagat yang membahayakan jiwanya terpaksa ia kendorkan kempitannya pada tubuh Hong Ing. Ia susupkan jari' tangannya ketanah untuk mempertahankan tubuhnya agar jangan terlempar oleh angin dahsyat.
Dia memang berhasil mempertahankan diri tetapi pakaiannya compang camping dicabik angin. Bahkan selimut yang membungkus tubuh Hong Ingpun terlanda angin dan membumbung sampai beberapa meter.
Untung karena membentur gerumbol pohon, selimut itupun berhenti.
Karena jalan darahnya tetutuk, Hong Ing tak'dapat berbuat apa2. Ia rasakan dirinya seperti melayang-layang diudara lalu membentur benda keras dan jatuh ke tanah.
Bum, bum . Kedua batu itu m?nghantam sebatang pohon yang bes arnya sepemeluk tangan orang, Pohon bergoncang-gon cang keras hendak 'rubuh.
Menyaksikan adegan yang sedemikian dahsyat Lu Kong Cu leletkan lidah, Tetapi tiba2 Ciok Liu Seng loncat menyerangnya lagi.
Seketika Lu Kong Cu melihat sepercik sinar warna kuning pelangi yang menyilaukan.
Memang Lu Kong Cu tak tahu bahwa k?tika berada di rumah keluarga Tan, Ciok Liu Seng berhasil merampas pedang Thian-liong-kiam dari Hong Ing.
Melihat sinar kuning pelangi melandanya, ia mengira Ciok Liu Seng tentu menyerang dengan pedang. Setitikpun ia tak menyangka kalau Ciok Liu seng menggunakan pedang pusaka Thian-liong-kiam.
Cret, Lu Kong Cupun tebarkan kipas baja dikebutkan ketanah, dengan meminjam tenaga kebutan itu, tubuhnya melambummg keudara lalu dengan jurus Tay-seng-san-san atau raja-monyet-menampar-gunung, ia menyongsong pedang lawan.
Jika Lu Kong Cu dari bawah menyongsong keatas, adalah Ciok Liu Seng menabas dari atas ke bawah. Tring, serentak berterbanganlah kutung2 kerangka baja ke udara.
Pedang Thian-Iiong-kiam memang sebuah pusaka yang luar biasa tajamnya. Pedang itu dapat memapas kutung kerangka kipas baja yang berjumlah lebih dari duapuluh batang.
Rupanya Ciok Liu Seng masih belum puas 'kalau tidak dapat merontokkan nyali Lu Kong Cu. Setelah memapas kutung kerangka kipas, ia masih membelah lagi kipas itu sehinga tidak berujut sebuah kipas.
Saat itu baru`Lu Kong Cu menyadari bahwa pedang yang berada ditangan' si pendek' gemuk Ciok Liu Seng itu ,bukan pedang sembarangan tetapi pedang pusaka Thian-liong-kiam yang termasyhur.
Namun sudah terlambat. Saat itu ia sudah kehilangan kipas baja dan akan kehilangan jiwa. Akhirnya ia nekad juga. la meremas hancur tali urat kerbau yang mengikat kerangka baja kipas itu.
menggenggam sisa kutungan kerangka kipas, seremtak ia gunakan ilmu menabur Boanthian-seng-tou atau Langit-penuh-bertabur-bintang.
_Seketika suatu gelombang' sinar bergemerlapan dalam kecepatan yang amat kencang dan desis angin yang tajam, m?ncurah kearah Ciok Liu Seng.
Ilmu lontaran Boan-'thian-seng-tou yang dimainkan Lu Kong Cu itu memang luar biasa. Bermula kutung2 kerangka baja itu merupakan seikat sapu lidi baja, yang melayang ke udara. Kemudian tiba2 ikat lidi baja itu pecah dan berhamburan mencurah keempat penjuru .
Terjadi beberapa benturan antara sebatang kutung lidi baja dengan lain' lidi baja. Benturan itu menimbulkan dering suara yang nyaring dan kedua lidi baja itupun terus t?rpencar melayang kelain arah.
Jika masih nemanggul pikulan dengan kedua batu besar sudah tentu' Ciu Liu Seng tak gentar' menghadapi hujan 'senjata rahasia semacam itu.
Dengan kedua batu besar, ia mampu menyapu lontaran senjata rahasia yang bagaimana berbahayanyapun.
Apalagi hanya kutung2 kerangka kipas, Tetapi karena pikulan dan kedua batu itu sudah terlanjur dilontarkan ke udara, Ciok Liu Seng agak gentar.
Apalagi ia kuatir kerangka kipas baja itu mengandung racun maka Ciok Liu Seng segera memutar pedang Thian-liong-kiam untuk melindungi tubuhnya.
Taburan kutung kerangka kipas itupun berdenting-denting tersapu ke empat penjuru oleh pe~ dang.
Hanya beberapa kejab mata, Ciok Liu Seng berjuang untuk melindungi tubuhnya dari hujan ku tung kerangka kipas itu, atau ketika memandang kemuka lagi, ternyata Lu Kong Cu sudah lari sampai satu li jauhnya.
Cepat Ciok Liu Seng loncat keatas pohon. Tampak jauh di sebelah muka, hanya. sebuah titik hitam yang meluncur pesat di sepanjang jalan.
Menyadari bahwa sukar untuk mengejar ketua partai Naga itu akhirnya. Ciok Liu Seng terpaksa melayang turun dari pohon lagi dan mencari Hong Ing.
Angin puyuh yang ditimbulkan dari jurus 'Jit Wat-ki-hui, tadi, ternyata dapat melempar' tubuh Hong Ing sampai jauh kedalam semak pohon.
Pada saat itu, tanpa sengaja. siku lengan Hong Ing telah membentur sebatang pohon dan terbukalah jalan darahnya yang tertutuk itu.
Saat itu Hong Ing menyadari bahwa daya khasiat pil Jit-hoan-leng-tan pemberian paderi yang menjadi suhu dari pemuda Su Ciau tak mungkin dapat menahan jiwanya sampai empat puluh sembilan hari lagi. Ia merasa hanya dapat bertahan tiga hari lamanya.
Sebenarnya Hong Ing sudah melepaskan harapannya hidup. Tetapi ketika melihat Lu Kong Cu diserang Ciok Liu Seng dan kedua orang kate dikepung anakbuah Lembah Kupu2.
seketika timbul pula semangat hidupnya.
Setelah jalan darahnya terbentur pohon dan terbuka, ia dapat bergerak. Maka ia segera menyu sup ke dalam semak. Di sebelah muka tampak sebuah telaga.
Ia tahu bahwa tak mungkin 'ia dapat melarikan diri maka lebih baik ia menyembun yikan diri saja.
Seketika timbul rencananya, Dengan pelahan-lahan ia merangkak ke arah telaga lalu membenam diri kedalam telaga itu. Sebelumnya ia memetik sebatang buluh ilalang, dikulumu dalam mulut. untuk pernapasan.
Lebih kurang tiga empat jam ia membenam dalam telaga, dilihatnya langit sudah mulai petang. Maka barulah ia berani menongol ke permukaan air.
Keliling empat penjuru kecuali hanya suara burung yang beterbangan pulang ke sarang tiada lain suara apa2 lagi. Sunyi senyap.
Hong ing menghela napas longgar, Ia kira kira sudah selamat dari kejaran Ciok Liu Seng. Pelahan lahan iapun merangkak ke daratan.
Dengan pakaian basah kuyup, ia menyusup lagi ke dalam semak. Keluar dari semak pohon dilihatnya bintang2 bersinar remang di langit. Pohon besar tadi rupanya telah patah terhantam kedua batu dari Ciok Liu Seng.
Sedang disisi pohon, terkapar sesosok mayat. Sebenarnya Hong Ing tak mau .mengacuhkan orang itu. la duga tentulah salah seorang anak buah Lembah Kupu2. Tadi dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan betapa kedua orang kate Lo 'Thian dan Lo Te telah mengamuk begitu rupa.
Setiap mereka! menerjang, tentu ada seorang atau beberapa' orang anak buah Lembah Kupu2 yang mati.
Tetapi entah bagaimana, baru beberapa langkah ia berjalan, ada sesuatu yang timbul dalam hatinya, Siapakah mayat itu." .
Cepat ia berpaling dan melihat di samping mayat itu memancar suatu sinar Kemilau.
Hola ! hampir Hong Ing ,bersorak dalam hati. Ya, jelaslah. Sinar 'kuning kemilau itu tak lain adalah pedang pusaka Thian liong-kiam.
"Adakah Ciok Liu Seng melempar pedang pusaka itu ?" tanyanya dalam hati. Ah, kalau begitu memang besar sekali rejekinya.
Pedang yang telah lepas dari tangannya, dapat kembali lagi.
Segera ia' ayunkan langkah menghampiri ke tempat mayat itu. Ah, ternyata memang pedang Thian-liong-kiam. Pedang itu menggeletak di samping orang itu. Cepat ,ia memungutnya kemudian memandang kearah muka mayat itu.
"Hai . , . !" hampir saja Hong Ing melonjak kaget "ketika mengetahui bahwa mayat itu bukan lain adalah Ciok Liu Seng sendiri.
sedemikian kejutnya hingga sampai beb?rapa saat terlongong-longong.
Ketika Ciok Liu Seng menggunakan jurus ilmu jit-gwat ki-hui tadi, Hong Ing melihat dengan jelas. Ia sampai leletkan lidah karena kagum.
Diam2 ia menimang suhunya sendiri. Sian Yan cinjin yang memiliki ilmu tenaga dalam sakti, belum tentu mampu melakukan jurus Jit-gwat ki-hui yang dapat melontarkan sepasang batu besar ke udara menurut sekehendak hatinya.
Tetapi mengapa seorang tokoh selihay Ciok Liu Seng sampai mati" Adalah dia mati sendiri atau dibunuh orang '" Mengapa mati sendiri, siapa pembunuhnya- ".
`Dalam hidupnya, baik sedang marahpun tentu selalu riang gembira, tersenyum simpul.
Tetapi saat itu mukanya perot, sepasang biji matanya melorot keluar. Menyeramkan sekali. Apabila bukan karena ciri tubuhnya yang gemuk pendek, tentu sukar untuk mengenalinya, Sukar pula untuk percaya bahwa dia adalah Ciok Liu Seng si Bintang-meluncur yang menggetarkan dunia persilatan.
Meskipun masih marah kepada Ciok Liu Seng yang menyebabkan dirinya sampai terluka parah, tetap entah bagaimana, setelah melihat orang itu mati dalam keadaan yang begitu menyeramkan.
timbul juga rasa kasihan dalam hati Hong Ing. Ia memberanikan diri untuk memeriksa tubuhnya tetapi tak menemukan suatu luka apapun.
Akhirnya Hong Ing tinggalkan tempat itu. Berjalan kemuka tibalah ia di sebuah tanah lapang. Disitupun terdapat beberapa sosok mayat yang malang melintang. Di antara sosok2 mayat itu, ia melihat dua buah golok pendek yang berkilat-kilat tajam sekali.
Segera ia menghampiri dan memungutnya. Dilihatnya salah satu dari golok itu terdapat ukiran huruf Thian yang satu ukiran huruf Te.
Segera ia mengenali kedua golok pendek itu tentu senjata dari Lo Thian dan Lo Te. kedua orang kate dari gunung Tu-lian-san.
Tetapi ketika ia memeriksa, ternyata di antara sosok2 mayat itu tak terdapat mayat Lo Thian dan Lo Te. Ia heran. Beberapa saat merenung, akhirnya ia tiba pada suatu dugaan.
Kemungkinan tentu di tempat itu muncul seorang sakti yang telah membunuh Ciok Liu Seng dan memaksa kedua orang kate itu membuang goloknya untuk melarikan diri.
'Tetapi siapakah tokoh sakti' itu". "Ha " jangan2 dia masih berada di sekitar tempat ini ?" tiba" timbul pertanyaan dalam hati Hong ing. Seketika tegaklah bulu kudukmya.
Segera ia keliarkan pandang mata ke sekeliling penjuru. Tetapi ia tak melihat suatu apa. lapun agak lega pikirannya.
Tiba2 ia melihat pula dari samping-mayat Ciok Liu Seng itu muncul dua deret benda. mengkilap Setiap deret terdiri dari sembilan gunduk kecil. semua berjumlah delapanbelas gunduk2 kecil Benda2 itu pelahan-lahan bergerak menuju ke tempatnya. Tak berapa lama benda2 itupun tiba dihadapan Hong lng.
Ketika memandang benda2 itu, Hong ing hampir melonjak kaget. Keringat dingin segera bercucuran membasahi tubuhnya. Dia berdiri tegak seperti patung.
Kiranya benda2 yang bundar bentuknya, sejenis binatang yang aneh. Seperti bangsa kura2 tetapi bukan kura". Panjangnya tiga empatpuluh senti.
Yang lebih aneh 'lagi, telinga Mulut dan hidung serta mata dari benda itu, mirip dengan manusia. Sehingga sepintas pandang benda" Itu menyerupai benar dengan beberapa kepala manusia yang bergerak-gerak di tanah. Benda2 aneh itu berhenti pada jarak dua meter di muka Hong Ing.
Hampir kaku tubuh Hong Ing melihat pemandangan yang sengeri itu. Diam2 ia `berpikir,memang di daerah Hunlam dan Kwiciu itu 'penuh dengan binatang2 yang aneh bentuknya. Sejak tinggal di gunung Ke-tiok-san, memang ia acapkali melihat beberapa jenis binatang yang an?h.
Tetap' binatang yang menyeramkan seperti saat itu, benar2 baru pertama kali ia melihatnya.
"Binatang apakah itu .?" diam2 berpikir,"ah, tentu bangsa binatang berbisa. Lebih baik kulenyapkan saja !" . Pada saat ia hendak menabas dengan p?dang Thian-liong-kiam, sekonyong telinganya terngiang suatu suara yang lembut macam nyamuk tetapi kata-katanya terdengar jelas.
"Jangan bergerak, nona. Begitu bergerak engkau tentu tak dapat bergerak. Jangan pula berpaling ke belakang melihat aku. Binatang ini disebut Katak-manusia. Luar biasa racunnya.
Sampai seorang tokoh hebat seperti Ciok Liu Sengpun, harus menyerahkan jiwanya. Jangan sekali-kali engkau bergerak !".
Hong Ing kucurkan keringat dingin. sebenarnya rasa seramnya sudah hampir hilang, bahkan dia hendak membunuh binatang itu. Tetapi demi mendengar nama Katak manusia, kembali keringat'dingin bercucuran membasahi tubuhnya lagi. Sesaat angin malam berhembus, maka menggigillah tubuhnya.
Tiba2 ia teringat bahwa jiwanya memang 'sudah tiada harapan lagi. Jangankan hanya menggigil kedinginan, sekalipun menderita yang lebih hebat dari itu lagi, pun tak apa. Ia tak takut mati tetapi kalau mati karena digigit Katak-manusia,ngerilah rasanya.
Mau 'tak mau ia harus menurut anjuran orang itu. Karena sekali ia sampai bergerak, tentulah kawanan katak-manusia itu akan bergerak menyerangnya. Dan sekali tergigit, jangan harap ia dapat' hidup lagi.
Tiba2 pula ia merasa seperti pernah kenal dengan nada suara orang itu. Demikian pula ilmu Menyusupkan-suara yang digunakan orang itu, rasanya ia pernah tahu. Tetapi dimana ".Yang jelas 0rang itu tentu seorang tokoh sakti. Ah ! bagaimana caranya ia dapat melihatwajah orang itu " Ya, hanya dengan menundukkan katak manusia itulah ia akan dapat berpaling kebelakang melihat siapa orang sakti itu.
Setelah menimamg-nimang, akhirnya ia harus paksakan diri berdiam seperti patung. Melihat Hong Ing tak bergerak, katak-manusia itupun hanya m?ngulur~surutkan tubuh tetapi tak ber gerak maju lagi.
Berdiri tegak seperti patung, memang bukan hal yang enak. Cukup membuat orang menderita tetapi saat itu Hong 'Ing terpaksa harus menyiksa diri.Sekali pun rasanya kaki sudah kesemutan tetapi ia tetap menahan diri tak bergerak sama sekali.
Memang demikianlah perasaan seorang manusia. Dikala pada waktu2 biasa, dia dapat bergerak bebas, ia tak merasa bahwa hal itu suatu kenikmatan. Tetapi setelah sakit atau dalam keadaan seperti yang dialami Hong Ing saat itu, barulah terasa, betapalah bahagia kita sesungguhnya ini karena tiap saat dapat bergerak bebas menurut sekehendak hati.
Entah berselang berapa lama kembali telinga Hong Ing terngiang oleh suara ngiang orang itu : "Engkau pintar sekali, nona. Dari gunung Ceng-shia-san baru saja aku menangkap dua ekor laba2 Emas. Harus tunggu mereka mengeluarkan ludah dan merangkai jaring baru dapat menundukkan katak manusia yang beracun itu.
Tahankanlah sebentar lagi, tentu takkan terjadi apa2. Jangan coba bergerak !".
Timbullah harapan hidup dalam hati Hong Ing. Ia sanggup untuk bertahan. Tetapi sampai beberapa Saat lagi tetap belum melihat suatu perobahan apa2.
Ia benar2 tak tahan lagi. Tubuhnya mandi keringat'. Keringat bercucuran deras dari dahinya sehingga mengenai mata. Sayup2 ia seperti melihat delapanbelasbintik2 mengkilap bersama bentuk wajah orang itu, serempak mulai menghampiri kearahnya.
Sepanjang hidupnya, belum pernah ia menderita siksa ketegangan seperti saat itu. Karena tak tahan lagi akhirnya ia memekik keras2 dan' berputar tubuh lari .
Tetapi, ternyata ia tak dapat' bergerak. Jalandarah Thian coan hiat pada punggungnya terasa mengencang dan ia tak dapat berkutik lagi.
Memandang ke muka ternyata katak~manusia itu berada tak jauh di sebelah muka.
Tadi hanya khaYalan belaka bahwa katak manusia itu bergerak kearah tempatnya. "Nona, telah kuketahui bahwa engkau sedang menderita luka parah. Kukuatir kalau menutuk jalan darahmu, lukamu akan bertambah berat. Karena engkau sudah tak dapat berkutik. Biarlah kubeberimu, kelonggaran. tiba2 telinga Hong Ing terngiang suara orang itu lagi.
Tertutuk jalan darahnya, bagi Hong Ing malah lebih enak. Karena dengan begitu ia tak usah menyiksa diri harus tak b?rkutik seperti patung.
Tetapi apabila memikirkan bagaimana andaikata katak-manusia itu akan merayap menghampirinya nanti', keringat dingin mengalir deras lagi.
Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Beberapa jenak kemudian baru terdengar orang itu berkata dengan ilmu Menyusup-suara lagi "Nona, jangan takut, jaring laba2 emas sudah jadi !. Kini-Hong Ing benar percaya pada omongan orang itu. Iapun menghela napas longgar ketifka mendengar keterangan itu.
"Apabila engkau rasakan jalandarahmu yang kencang itu sudah terbuka, lekaslah engkau loncat ke sebelah kiri. Harus loncat dengan cepat, ingatlah baik" !" .
kembali suara orang itu terngiang di telinga Hong Ing. Diam2 Hong Ing mengiakan. Sesaat kemudian ia rasakan' punggungnya terasa longgar. Segera ia mengempos hawa murni dan sekali enjot tubuh, ia gunakan seluruh tenaganya untuk loncat ke sebelah kiri.
Sesaat ia bergerak, katak-manusia itupun mendengkung keras dan mengejarnya. Kecepatan geraknya hampir serempak dengan loncatan Hong Ing.
Sudah tentu ia terkejut sekali Diam2 ia mengeluh. Apabila orang itu terlambat sedikit saja turun tangan, tentu ia akan mati disambar katak-manusia itu.
Pada detik2! yang berbahaya itu. tiba2 segulung sinar emas meluncur dari udara. Rupanya katak-manusia itu tahu kalau sinar emas itu sebuah jaring laba2 emas.
Cepat binatang itu mundur menghindar tiga iangkah.' Tiba2 timbul dalam pikiran Hong lng untuk mengetahui siapakah p?nolongnya itu. ,Melihat jaring laba2 emas itu dari samping .Iapun segera mengarahkan pandang matanya kesamping. Tetapi yang tampak hanya sebuah gerumbul pohon.
Jaring laba2 emas itu kembali menebar dan kali ini katak-manusia tak dapat menghindar lagi. Cepat jaring itu ditarik ke arah semak.
"Terima kasih, inkong ! seru Hong Ing. Sesosok' tubuh tinggi besar melesat ,tiga tombak jauhnya. Hong Ing berseru supaya orang itu berhenti. "Nona kecil, aku masih ada urusan, harap engkau lanjutkan perjalananmu," seru orang itu yang pada lain saat sudah lenyap.
Sekarang marilah kita mundur sejenak, untuk mengetahui mengapa Cong Tik tiba2 dapat muncul di Lembah Kupu2 dan tertangkap oleh anak buah Lu Kong Cu.
Oleh karena Cong Tik termasuk salah seorang 'tokoh yang banyak memegang peran dalam cerita ini, terpaksa kita harus mengikuti perjalanannya selama ini.
Memang Cong Tik seorang pemuda yang cakap tetapi berhati durjana, Dia rela mengorbankan Hong lng kepada Lu Kong Cu agar dirinya bebas.
Tetapi akhirnya ia tetap ditawan oleh Lu Kong Cu yang menyuruh nenek Thiat-koaiyim Li Wan untuk membuangnya jauh kedaerah barat.
Kisah dimulai ketika ia dan Hong Ing berada di gunung Tay-pat-san. Dengan tipu daya ia berhasil membuat Hong Ing tertegun lalu ia terus menyelinap pergi dan bersembunyi dalam simak belukar .
Setelah Hong Ing pergi, baru ia berani keluar dari tempat pers?mbunyiannya. Kuatir kalau di gunung itu akan dipergoki orang, cepat ia melolos baju luar dan membungkus pelana bertabur mutiara itu lalu bergegas tinggalkan tempat itu.
Kebetulan pula kuda kurus Pemburu petir masih beristirahat rebah dibawah pohon.
Cong Tik bersorak dalam hati. Seperti mendapat durian runtuh.
Sudah mendapat pelana bertabur mutiara 'masih menemukan kuda Pemburu petir lagi.
Masih kuatir kalau kesompokan dengan Hong Ing.Cong Tik Sengaja mengambil jalan melingkari gunung lalu menuju ke perbatasan Holam.
Sebenarnya karena tak kenal jalan. Hong Ing berjalan sepembawa kakinya. Dan kebetulan juga mengambil jalan yang dilalui Cong Tik.
Tetapi sayang tak berjumpa dengan pemuda itu, Setelah keluar dari gunung, Cong Tik tiba di sebuah kota dan kebetulan berjumpa dengan Tan Su Ciau.
Su Ciau tak kenal kepadanya tetapi ia tahu Su Ciau. Melihat Su Ciau, ia terkejut. Tetapi Su Ciau seorang pemuda yang jujur.
Melihat Cong Tik naik kuda Pemburu-petir, ia segera menanyainya. Dan ia percaya saja keterangan ,Cong Tik bahwa kuda itu diketemukannya dari gunung, Padahal jelas kuda itu telah' dibawa kabur oleh c in' Hong Ing, calon mempelainya. !.
Su ciau anak orang kaya.Daripada ribut2 ia mau juga' membeli kuda kurus itu dengan harga tiga ribu perak.
Karena pelana bertabur mutiara sudah di tangannya. Cong Tik sudah puas. Walaupun kuda kurus itu meman g sakti, tetapi asal jangan sampai menimbulkan onar, mau ia' 'menyerahkan dengan cuma2. Apalagi dibeli sampai sekian mahal, dapat dibuat ongkos perjalanan.
Setelah jual ibeli selesai, Cong Tik lalu melanjutkan perjalanan menuju ke selatan dan tiba diwilayah Ciatkang. Ia mencari suatu tempat yang sunyi dan membuka bungkusan pelana lalu rnemeriksanya dengan teliti.
Demi mendapatkan pelana kulit beruang salju'yang bertabur mutiara itu, entah berapa banyak tenaga dan pikiran yang telah dicurahkannya.
Sebenarnya dia mendapat perintah dari gurunya, 'paderi' lhama Bu Wi dari Sujwan untuk mencari susiok atau paman gurunya yang sudah bertahun2 mengembara ke Tiong-goan tanpa suatu berita.
Sejak kecil cong Tik sudah diasuh ` dalam pimpinan paderi lhama itu sehingga ilmu kepandai annya tinggi sekali.
Ketika tiba di propinsi Holam, dalam rumah makan secara tak s?ngaja ia"`telah mendengar pembicaraan orang tentang heboh pernikahan 'Tan Su Ciau.
M?mpelai perempuannya telah minggat dengan menggondol seekor kuda kurus.
' Serentak Cong Tak teringat akan suatu peristiwa. suhunya Bu Wi lhama itu seorang yang saleh dan alim. Tiap hari selain membaca kitab suci dan berlatih silat, jarang sekali paderi itu berbicara dengan Cong Tik.
Tetapi entah bagaimana dalam tahun2 terakhir ini, suhunya sering mengingau dalam tidurnya. Dia bicara keras sekali dalam mimpinya.
Bermula Cong Tik mengira kalau pada tengah malam itu suhunya memanggil dia. Maka buru2 ia ke tempat kamar Bu Wi lhama.
Tetapi' paderi lhama itu seperti terjaga dari mimpinya. Ia tak merasa menggigau dan tak merasa memanggil cong tik.
Karena hal itu bukan sekali duakali, akhirnya timbullah kecurigaan dalam hati Cong Tik, Apa yang terpikir pada siang hari tentu di 'mimplkan pada malam harinya," pikir Cong Tik.
Buru2 ia turun dari pembaringan dan menghampiri suhunya kalau sedang mengingau dan memanggil2 '.
'Kemudian ia berpikir lebih lanjut. Menilik ilmu kepandaian dan kebatinan yang telah dicapai suhunya, tak lnungkin sampai tak dapat menindas hal2 yang terkandung dalam hatinya.
Tetapi mengapa Suhunya terus menerus mengingau dalam mimpinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk mendengarkan apa yang diomongkanr suhunya dalam mimpi- nya itu.
Tetapi dia kecewa dan putus asa karena apa yang diucapkan suhunya dalam mimpi itu hanya lima buah kata saja. Yang dua kata, ia masih dapat menangkap dengan jelas yaitu "susiok" (paman guru). Sedang yang tiga kata, bolak balik hanya 'pelana bertabur mutiara' saja.
' Cong Tik tak mengerti apa yang dimaksud 'dengan pelana bertabur mutiara itu. Pelana apakah 'itu " Pelana, tentulah pelana kuda.
Tetapi mengapa bertabur mutiara ".
Hal itu berlarut~larut tanpa terpecahkan sehingga sampai pada suatu hari suhunya menitahkan dia ke daerah 'Tionggoan untuk mencari susiok atau paman guru dari suhunya.
Anehny, dalam perintah itu. Bu Wi lhama tidak m?nyebutkan nama paman guru atau paman kakek guru dari Cong Tik' itu.
Bu Wilhama hanya mengatakan bahwa paman kakek guru itu seorang paderi lhama tua yang alisnya panjang sekali.
Cong Tik hanya dibekali 'seekor burung kakak tua putih yang pandai bahasa manusia.
Bu Wi mengatakan bahwa burung kakak tua itulah yang akan mengenali paman gurunya nanti. Bu Wi pesan apabila bertemu dengan lhama tua beralis panjang itu, Cong Tik harus segera mengatakan kalau dia adalah cucu muridngya dan minta supaya kakek guru itu kembali ke Sujwan.
Selama dalam perjalanan, masih Cong 'Tik menimang-nimang tentang perintah suhunya untuk mencari kakek guru itu dengan hubungan igauan suhunya dalam mimpinya.
Namun ia tetap tak dapat memecahkan rahasia itu.
Kini set?lah mendengar pembicaraan dari tetamu2 dalam 'rumah makan tentang heboh perkawinan dalam keluarga Tan, bahwa mempelai perempuan telah minggat dengan membawa sebuah pelana mutiara dan seekor kuda kurus, tergeraklah pikiran Cong Tik, diam2 ia menimang2 benda yang selalu menjadi igau tidur suhunya .
s?tiap malam itu, bukankah pelana mutiara juga Pelana kuda, hanya sebuah benda biasa. Tetapi mengapa sampai sedemikian rupa menjadia buah tidur suhunya.
' Ah, tentulah mengandung suatu rahasia. Pikirnya.
Memang Cong Tik seorang pemuda yang berWajah-cakap dan ramah. Tetapi sesungguhnya ia berhati kejam dan tamak. S?jak meninggalkan Sujwan, ia mempunyai suatu pemikiran, Memang suhunya, Bu Wi lhama itu. memiliki ilmu kepandaian yang sakti.
Tetapi untuk memperoleh seluruh kepandaian dari 'suhunya itu, rasanya tldak mudah.
Bu Wi lhama tiap hari 'duduk bersemedhi sampai enam jam. Baru liat itu saja, Cong Tik sudah merasa tak sanggup melakukan.
ACapkaLi ia mendengar orang2 persilatan mengatakan, bahwa dalam dunia persilatan itu banyak sekali terdapat tokoh2 sakti yang menyembunyikan diri.
Ataupun kitab2 pusaka, senjata2 sakti yang jarang terdapat didunia. Sukar untuk mendapatkan hal itu. Tetapi apabila punya rejeki dan sekali dapat menemukannya, tentu akan membuat seseorang memperoleh kepandaian yang sakti.
Memikir sampai disitu, diam2 timbul keinginan Cong Tik terhadap pelana mutiara itu. Pikirnya, dalam keluarga Tan yang sedang mengadakan hajat perkawinan itu', tentu tak begitu memperhatikan akan tetamu. Kurang atau lebih seorang tetamu, tentu takkan diperhatikan oleh tuan rumah.
Tetapi walaupun ia sudah berusaha untuk 'menjadi tetamu secara terang-lereingan, kemudian menyelidiki juga secara diam2, tetap ia tak berhasil mengungkap rahasia pelana mutiara itu.
Akhirnya ia mundur. Saat itu ia memperhitungkan bahwa kepergiannya ke tanah Tiong-goan sudah berselang setengah tahun.
la harus pulang ke Su-jwan untuk memberi laporan kepada suhunya.
Maka iapun segera berangkat pulang. Tiba digunung Hungsan propinsi An hui dia tertarik, akan keindahan alam gunung itu. la memutuskan untuk menetap beberapa hari disitu.
Pada pagi itu ia berada di puncak gunung Hongsan. Puncak tertutup oleh awan beraneka ragam bentpknya. Sepintas pandang menyerupai gugusan pulau! kecil di tengah laut.
Dalam keindahan alam dan ketenangan suasana itu, ia merasakan dadanya amat longgar, perasaan bebas, la ingin bersuit sekeras-kerasnya untuk menghamburkan kesesakan hawa dalam dada.
Tetapi sekonyong-konyong ia mendengar suara orang merinti -rintih.
Cong Tik tertegun. Diam2! ia merenung bahwa tempat yang seindah gunung' Hongsan, itu sudah selayaknya menjadi tempat penyepian dari tokoh2 sakti.
Tetapi suara tadi jelas suara orang mengerang. Bangsa ko-jin (orang sakti) tak mungkin, mengeluarkan suara demikian.
Tertarik akan suara itu, ia segera, ayunkan langkah menghampiri. Dalam sebuah gerumbul pohon2 pendek, ia melihat seorang gadis terkapar ditanah. Bajunya lusuh. kakinya mengucurkan darah.
Rupanya tentu menderita luka. Begitu melihat ada' orang menghampiri, gadis itu mengangkat muka.
Ah, seorang gadis yang cantik rupawan. Timbul keheranan Cong Tik, tegurnya : "Mengapa nona seorang diri disini "'.
Tetapi nona itu tak menjawab melainkan berbalik tubuh, menubruk ke sebuah buntalan Sikapnya' seperti orang yang hendak mempertahankan buntalan itu. Dan serempak pula, ia mencabut pedang yang berada di sampingnya lalu membentak: "Siapa engkau ?".
Melihat pedang nona itu berkilat-kilat memancarkan sinar kekuning-kuningan. Cong Tik segera menduga tentu bukan pedang biasa. Seketika timbullah pikirannya untuk merebut pedang itu. Tetapi ia tak tahu apakah nona itu sungguh2 menderita luka atau hanya pura2 saja.
Tiba2 terdengar suara kuda meringkik. Ketika berpaling, ia melihat seekor kuda kurus sedang makan daun-daunan, Makin besar kecurigaan Cong Tik.
Puncak Thian-tou-hong merupakan puncak yang tertinggi dari gunung Hongsan. Juga yang paling berbahaya keadaannya.
Untuk mencapai puncak itu, tidak 'mudah. Tetapi mengapa kuda sekurus itu mampu mendaki sampai di puncak situ ?".
r"Nona siapa ?" ia cepat balas bertanya. Sepasang mata gadis itu berkilat-kilat serunya : "Tak usah mengurus -diriku ! Lekas engkau turun dari sini dan jangan sekali-kali memberitahu orang bahwa engkau bertemu dengan aku bersama kuda kurus itu" '.
Cong Tik yang cerdik Segara tahu apa yang sedang dihadapinya. Bukan melainkan pedang ditangan gadis itu sebuah pedang pusaka, 'pun kuda kurus ,itu juga bukan kuda sembarangan.
Segera ia melangkah maju dan berkata2 "Itu mudah, asal engkau memberikan pedang dan kuda itu kepadaku !".
Gadis itu marah. Dengan gunakan siku lengan untuk menahan tanah, ia bergeliat bangun: Tetapi rupanya ia terlalu' memaksa diri sehingga napasnyra terengah-engah.
"Apabila pedang dan kuda kuberikan kepadamu apakah engkau takkan mengatakan kepada orang bahwa aku berada disini?" .
Dalam pada berkata-kata itu ia. mendekap kencang2 buntalan itu. Kesemuanya' itu tak lepas dari mata Cong Tik. ,Apabila dia bukan seorang temaha tentulah ia sudah puas karena permintaannya telah disetujui nona itu. 'tetapi ia memperhatikan bahwa buntalan yang dipeluk nona itu tentu merupakan barang berharga. Kalau tidak masakan nona itu memeluknya begitu rupa- Pedang dan kuda masih belum memuaskan hatinya.
Namun ia tak mau mengatakan hal itu. Sambil menepuk paha ia berseru: "Ucapan seorang lelaki, takkan dijilat kembali !" . Gadis itu 'tak bicara. Tiba2, ia memutar pedang lalu di lempar menyusup keatas batu_karang.
Cong Tik girang sekali. Jelas pedang itu sebuah pedang pusaka yang luar biasa tajamnya.
Cepat2 ia menghampiri dan mencabutnya. Ketika menjentik dengan jari, batang pedang itu mengeluarkan bunyi mendering yang nyaring sekali. Cong Tik makin girang.
"Pedang sudah engkau terima' dan kuda pun sudah tinggal ambil, mengapa engkau tak lekas tinggalkan tempat ini?" seru si nona dengan napas terengah.
Menilik bahwa pedang pusaka yang sedemikian berharga dan kuda telah' diserahkan dengan serta merta hanya dengan imbalan supaya ia Cong Tik' pergi, makin besarlah dugaan Cong Tik bahwa buntalan yang dipeluk nona, itu tentu`benda yang lebih berharga 'lagi.
"Nona, aku masih menghendaki dua buah barang lagi baru mau pergi," serunya dengan tertawa menyengir.
"Engkau menjilat ludahmu sendiri!" teriak`noha itu marah sekali; "ketahuilah, aku bukan gadis yang mudah dihina. Tak lama lagi suhuku, Hian-Li Lim Sam Kho segera datang. Saat itu, mungkin engkau 'takkan mendapat pedang dan kuda itu !".
Mendengar nama -Hian li Lim San Kho, Cong Tik terkejut. Pernah ia mendengar orang mengatakan bahwa Hian-li Lim Sam Kho itu mempu- nyai ilmu pedang yang sakti. Ilmu pedang itu diciptakan oleh olehnya dan diberi nama Hian li-kiain-hwat.
Gerakannya cepat dari penuh perobahan yang sukar diduga. Dibanding dengan ilmu pedang Gwat-li-kiam-hwat lebih unggul setingkat.
Apabila yang dikatakan gadis itu benar, lebih baik ia lekas2 pergi saja. la bersangsi dan' ,mundur tiga langkah. Pikirnya, walaupun andaikata benar nona itu mund dari Hian-li Lim Sam Kho,tetapi dia sedang menderita luka, tentu' tak"dapat melawannya, Kemudian ia menduga 'pula bahwa nona itu hanya jual gertak.
Tak mungkin Hian Lim Sam Kho akan segera datang kesini.
Setelah meneguhkan 'nyali ia, tertawa' dingin, 'serunya "Sekalipun raja yang datang 'kemari, aku tetap menghendaki -kedua benda ini. Jika engka tak meluluskan, mungkin engkau akan mendapat kesulitan." .
Nona itu marah sekali tetapi ia menyadari kalau tak mampu melawan'.
"Engkau masih menghendaki apa lagi ?" serunya. Cong Tik tertawa gembira. "Yang satu adalah kerangka pedang ini!". Gadis menghelamapas longgar lalu melempar kerangka pedang kepada Cong Tik. Cong Tik menyambutinya lalu menyusupkan pada pinggangnya' "Lekas bilang, apa yang kedua "' seru nona itu gopoh.
Cong Tik mengangkat muka dan berseru dengan santai: "Buntalan yang engkau peluk itu." Kali ini si nona benar2 tak dapat menahan kemerahannya lagi. Sekali tangan menekan pada tanah, ia melayang menyerang pemuda itu. Tetapi cong Tik sudah mengetahui bahwa gerakan`nona,itu walaupun dahsyat tetapi ibarat Pelita yang sudah kehabisan minyak.
Cepat ia menghindar kesamping ,dan bluk . , . , nona itupun jatuh k? tanah menjerit marah dari terus pingsan.
Cong Tik menggosok-gosok kedua tangannya. Ia merasa hari itu benar2 'mendapat rejeki yang luar biasa. Ia duga nona itu tentulah mempelai perempuan yang melarikan diri dari rumah keluarga Tan. Segera ia menghampirinya.
Ya. mengambil buntalan si nona, ah, berat sekali. Begitu dibuka, hampir ia melonjak kegirangan. Isinya bukan lain adalah sebuah pelana kuda.
Dilihatnya nona itu menderita luka Parah. Tak usah ia turun tangan, tentu sudah mati sendiri. Pada saat dan tempat seperti yang dihadapinya tak mungkin lain orang tahu akan peristiwa itu.
Ia dapat mengambil pelana itu dan mempelajari rahasianya. Ia yakin tentu ada sesuatu yang berharga pada pelana itu.
Kalau tidak' masakan seorang mempelai perempuan mau melarikan diri hanya karena hendak mencuri pelana itu.
Setelah memasukkan pedang dalam kerangka ,ia memasang pelana ,itu pada punggung kuda kurus. Setelah itu ia bersuit nyaring. Burung kakak tua putih pemberian suhunya, Bu Wi lhama, segera terbang melayang dan hinggap pada bahunya.
,Setelah itu maka Cong Tik lalu menuntun kuda kurus menuruni gunung .
Cong Tik tak menyangka bahwa kuda kurus yang tak sedap dipandang mata itu ternyata dapat lari sepcsat angin. Dalam waktu yang singkat sudah keluar dari daerah gunung Hong-san dan tiba dikota ceng-yang dan berhenti untuk beristirahat.
Pertama kali melakukan kejahatan, membuat hati pemuda itu berdebar-debar. Dia melakukan perjalanan dengan tergopoh-gopoh.
Ketika malam itu menginap didalam sebuah hotel. Cong Tik memeriksa pelana kuda dari kulit beruang putih itu. Tetapi kecuali hanya mutiara yang menabur di atas peluru, tak ada ha!2 lain yang menarik perhatiannya. Dia kecewa namun ia tetap menyimpanya baik2. Keesokan harinya iapun melanjutkan perjalanan pula.
Tiba2 disebelah muka tampak seorang gadis "Hah !" hampir ia menjerit dalam hati .ketika melihat bayangan gadis itu tak lain seperti gadis yang terluka 'di puncak gunung Hong-san tadi malam atau gadis pemilik kuda, pedang dan pelana yang dirampasnya itu.
Tetapi gadis itu jelas menderita luka parah,mengapa sekarang sudah sembuh dan tampak segar bugar.
Perjalanan turun dari gunung Hong-san ke'Kota Ceng-yang, memerlukan waktu yang cukup lama. Andaikata tiada naik kuda kurus tentu malam itu ia tak dapat menginap dj hotel.
Tetapi mengapa gadis itu pagi2 sudah tiba disitu " Adakah dia dapat lari lebih kuat dari kudu kurus itu '".
Diam2 Cong tik mengeluh. Jangan2 gadis ini hanya pura2 saja untuk mencoba dirinya. Jika 'benar demikian. celaka, ia harus' berurusan dengan seorang gadis yang sakti.
Kebingungan Cong Tik itu memang beralasan. Gadis yang terluka dipuncak gunung Hongsan. memang seperti 'pinang dibelah dua dengan gadis yang terlihat-di sebelah muka. Hanya bedanya gadis disebelah muka agak lebih tinggi.
Tapi perbedaan itupun sukar dilihat apabila kedua gadis itu tak berdiri berjajar.
memang seorangpun tak menyangka bahwa sesungguhnya gadis yang terluka dipuncak gunung Hong~san itu adalah Cin Hong Ing, mempelai perempuan dari Tan Su Ciau yang melarikan diri dari rumah keluarga Tan Sedang gadis yang berada di jalan itu adalah Ui Hong Ing, gadis yang minggat dari guha Siau-yau-long di gunung Ke-liok-san.
Memang paras muka kedua orang itu mirip sekali, seolah sebagai saudara kembar. Pada hal keduanya berasal dari tempat yang berlainan, berbeda pula suhu mereka.
Cin Hong Ing' yang terluka adalah murid dan Hunli Li Sam Kho. Sedang Ui hong Ing itu murid dari Siau Yau cinjin. keduanyapun tak kenal mengenal.
Karena sudah kepergok. Cong Tik tak dapat menghindar lagi. Dengan cepat ia mencongklangkan kuda kurus mendahului Hong Ing. Setelah Jauh, ia berpaling kebelakang.
memang mirip sekali dengan gadis yang terluka di gunung Hong-san semalam Pikirnya.
Saat itu Ui Hong lng hanya memikirkan perjalanannya, tak menghiraukan tentang gerak gerik pemuda yang naik kuda kurus itu.
Cong Tik heran. Mengapa nona itu diam saja melihatnya " Ah, apakah mungkin nona itu memang masih terluka "' Hm, baiklah ia akan menyelidikinya.
Cong Tik hentikan kuda. Tampak nona itu tetap ayunkan langkah menghampiri.
"Ah tiba2 timbul suatu pikiran dalam hati Cong Tik. 'anak gadis memang berhati lemah. Kalau dengan bujuk rayu kata2 manis ia meminta maaf. tentulah nona itu mau memaafkan kesalahannya kemarin malam.
Cong Tik memang seorang pemuda yang licik dan licin. Dalam melakukan sesuatu, ia tak menghiraukan cara.Parasnya memang tampan tetapi sifatnya buruk, temaha dan licik.
Malam itu dia tiba disebuah kota. Demikian'juga dengan Ui Hong Ing. Dilihatnya nona itu bermalam dalam sebuah rumah penginapan. Buru2 ia menyelidiki keterangan pada jongos.
Setelah mendapat keterangan tentang nama gadis itu. dia buru2 kembali kedalam kamarnya sendiri. Semalaman ia tak bisa tidur pulas karena takut kalau Hian-li Lim Sam Kho datang untuk menghajarnya.
Keesokan harinya ia mendapat keterangan bahwa UI Hong Ing sudah berangkat melanjutkan perjalanan lagi. Segera iapun mcongklangkan kudanya menyusul.
Semalam ia sudah merencanakan suatu siasat terhadap nona itu. la mendahului mengambil ja- lan singkat dan lalu menggeletak di' tepi' jalan dan pura2 mati.
Ui Hong Ing memang terpikat untuk menolongnya. Tetapi sudah ,tentu nona itu tak mengenalnya. Dia kasihan terhadap pemuda itu.
sudah tentu Cong Tik makin heran dan bingung. Apakan aku salah lihat " Pikirnya.
Tetapi karena terlanjur sudah basah. Cong Tik memutuskan untuk mandi sekali. Karena terlanjur sudah basah, ia akan melanjutkan siasatnya untuk mengelabuhi Hong lng dan dirinya Ciu Hong Ing itu.
la tetap pura2 seperti orang yang tengah meregang jiwa mau mati dan kemudian hendak minta tolong kepada nona itu mengantarkan ketiga benda atau pedang dan pelana bertabur mutiara, ke gunung 'Tay- pat-san.
ternyata siasatnya itu berhasil. Hong Ing dapat dikelabuhi. Nona itu mau menolongnya untuk membawakan ketiga benda itu ke gunung tay-pat-san.
Demikian asal mula Hong ing menunggang kuda kurus, membekal pedang pusaka dan naik kuda kurus Pemburu-angin menuju ke gunung Tay-pat-san dan dalam perjalanan itu banyak mengalami gangguan2 dari beberapa tokoh aliran persilatan.
Sedangkan Cong Tik setelah melihat Hong Ing sudah jauh, iapun segera melenting bangun. Lalu tertawa gelak2 karena siasatnya berhasil.
la akan mengikuti perjalanan nona itu dan tiba pada saatnya. ia akan merampas kembali barang2 yang dititipkan Hong lng itu.
Demikian dengan diam2 ia mengikuti perjalanan' Hong Ing. Nona itu t?rnyata menuiu keutara dan benar2 ke gunung Tay pat-san.
Tetapi dalam pada itu, ia mulai curiga bahwa Ui hong Ing ,itu bukan Cin Hong Ing nona yang teruka dipuncak gunung hong-san. Dia berusaha hendak merebut kemhall barang titipan itu. Tetapi ternyata kaum persilatan aliran hitam sudah mendengar tentang pusaka keluarga Tan yang dibawa lari mempelai perempuan.
ltulah sebabnya mereka herbondong-bondong mencegat perjalanan Ui Hong lng.
Memang Cong Tik yang terus menerus mengikuti secara diam2 tahu juga akan peristiwa pencegatan itu, tetapi ia tak turun tangan. la tetap menyembunyikan diri.
Baru setelah Hong Ing memasuki daerah gunung Tay-pat-san. Cong Tik lalu muncul dan dengan mulut manis dan siasat yang licin berhasil ia dapatkan kembali pelana yang bertabur mutiara itu dari tangan Ui Hong Ing lagi.
Setelah dapat,ia terus menggunakan siasat untuk menipu Hong Ing. K?tika Hong lng berpaling ke belakang. Cong Tik terus loncat kebelakang melarikan diri.
Dengan membawa pelana itu segera ia menuju ke Ciat kang dan beristirahat di kota itu.
Saat itu ia tahu bahwa kaum persilatun gempar karena berita pelana kuda bertabur mutiara. Dan mereka berbondong-bondong hendak merebutnya.
Bahkan Nenek-cendrawasih-tutul tokoh wanita dari pulau Ki-lo-to di Laut 'Timur yang termasyhur sakti juga ikut-ikutan hendak merebut pelana mutiaa itu.
Makin keras dugaan Cong Tik bahwa pelana dari kulit beruang salju yang bertabur mutiara itu tentu sebuah pusaka yang tak ternilai harganya.
Setelah malam tiba dan suasana hotel sunyi senyap, barulah ia mengambil lampu dan mulai memeriksa pelana itu. Tetapi secepat itu ia seg?ra mengetahui bahwa mutiara yang bertabur pada pelana itu ternyata kurang tiga butir.
Makin keras keinginannya untuk menyingkap rahasia yang menyelimuti pelana itu. Segera ia mencongkel sebutir mutiara dan memeriksanya. Ah ! ternyata di belakang mutiara itu terdapat ukiran huruf 'goo' atau mulut.
Cong Tik girang sekali. Segera in mencongkel semua mutiara yang menghias pelana itu.Jumlahnya lebih dari duapuluh butir. Ternyata setiap mutiara belakangnya diukir dengan sebuah huruf.
Setelah dijajar-jajar 'diatas meja, barulah mutiara itu merupakan rangkaikan tulisan yang berbunyi demikian:.
Masuk mulut _ ke selatan belok kearah puncak ketujuh pada bayangan orang yang jatuh pada batu besar,ke kiri dan berada dalam guha nomor tujuh.,.
Cong Tik terkejut. Tetapi secepat itu ia menyadari bahwa dalam guha nomor tujuh tentu terdapat suatu pusaka yang luar biasa. Tetapi pada saat itu juga dia segera kecewa karena tiga butir mutiara yang hilang itu.
Tentulah tiga butir mutiara itu mengandung ukiran huruf yang menyebutkan nama dari' tempat.
'Dan tempat itu rnerupakan kunci dari segala tulisan itu. Tanpa mengetahui tempatnya bagaimana ia hendak mencari guha ketujuh itu " Walaupun huruf2 yang .terdapat dimutiara saat itu tertera huruf 'puncak', yang berarti tentu puncak gunung. Tetapi gunung di seluruh dunia itu banyak sekali jumlahnya.
Apabila ia harus satu demi satu menjelajahi gunung2 itu, entah sampai berapa puluh tahun baru ia berhasil menemukan guha itu.
Jelas bahwa tiga butir mutiara yang hilang itu penting sekali artinya. Tanpa itu, dia tak mungkin dapat mencari puncak itu.
Lalu siapakah yang mengambil ketiga butir mutiara itu" Jelas ia ingat bahwa ketika pertama kali' merebut pelana itu dari tangan Cin Hong ing atau gadis yang terluka di puncak hong san. , ia tahu bahwa mutiara pada pelana itu masih lengkap.
Tak ada yang kurang. Diam2 ia menyesal kenapa saat itu ia tak memeriksa mutiara2 itu.
ia tak tahu bahwa mutiara2 itu ternyata berukir huruf2 penting. Ah. tetapi apa mau dikata. Sekarang mutiara2 'itu sudah hilang. ia harus berusaha untuk mencarinya.
Menurut seingatnya, kecuali jatuh di tangan Ui Hong Ing. _pelana itu tak pernah berada ditangan lain orang lagi'. Ketiga mutiara yang hilang itu kemungkinan besar tentu berada di' tangan nona itu.
iapun ingat bahwa Ui Hong Ing mengaku sebagai murid dari Siau Yau cinjin diguna Sian yan-tong digunung Ke tiok- san, propinsi hun lam.
Iapun harus mencarinya ke sana. Syukur ditengah perjalanan dapat berjumpa, kalau tidak ia tetap akan menyusul ke guha Sian-yan tong. Tentulah nona itu akan mengaku dan menyerahkan ketiga mutiara itu.
Demikian setelah tetap keputusannya, ia segera menyembunyikan pelana dan mutiara di dalam tembok hotel. kemudian segera ia berangkat keluar, baru ia membuka pintu kamar. tiba2 t?rdengar seorang gadis bertanya kepada pengurus pemilik hotel :,, apakah ada kamar kosong ".
Dan ketika Cong Tik mengintai, girangnya bukan kepalang. Ternyata nona yang datang ini bukan lain adalah Ui Hong ing. Tetapi ia heran mengapa Pakaian dan sikap nona itu lain dengan Ui Hong Ing yang ia titipi pelana mutiara itu.
Selain pakaiannya kumal, letih, pun celananya terdapat bintik2 noda darah.
Ia seperti orang tidur yang diguyur air dingin. S?ketika ia menyadari bahwa nona itu walaupun wajahnya mirip benar dengan nona yang pernah membawa titipan pelana kuda, tetapi seorang nona lain atau jelasnya nona yang terluka di Puncak gunung Hong-san tempo hari, Atau nona yang memiliki pelana mutiara, pedang dan kuda kurus itu.
"Celaka . . " buru2 ia menyurut ke dalam kamar dan mengucurkan keringat dingin. Diam2 bersukur karena belum terlanjur keluar dan menemui nona Itu.
memang nona Yang datang ke hotel itu adalah cin Hong Ing, mempelai perempuan dari keluarga Tan yang telah melarikan diri dengan membawa pelana kuda dan pedang.
Setelah beberapa saat pingsan, ketika sadarkan diri ternyata Cin Hong ing tak melihat Cong Tik lagi. la rasakan kakinya yang terkena senjata rahasia dari Sam Hoa niocu. masih belum sembuh dengan susah payah akhirnya in turun gunung dan menuju ke tepi sungai Hok-jun-kiang untuk mencari suhunya Hian-li Lim Sam Kho.
Hian-Ii Lim Sam Kho tak menentu tempat tinggalnya. Tetapi tokoh wanita itu telah memberi Cin Hong Ing sebatang panah api untuk pertandaan.
Setiap kali Cin Hong Ing perlu menemuinya' asal pada tengah malam melepaskan panah api pertandaan itu ditepi sungai hok-jun-kiang,walaupun berada pada jarak yang jauh sekali, Hian-li Lim Sam Kho pasti akan dapat mengetahui dan terus akan dalang. ltulah sebabnya maka Cin Hong lng menuju kekota kecil ditepi sungai Hok-jun kiang.
Memang hidup manusia itu sering mengalami hal yang aneh. Dan peristiwal aneh itu sesungguhnya adalah peristiwa! yang terjadi secara Kebetulan saja.
Demikian yang dialami Cin Hong Ing. Ketika dia tiba di kota kecil dl tepi sungai Hok-jun-kiang itu, secara kebetulan pula Tan Su Ciau dan Ui Hong Ingpun tiba dikota' itu juga dan menginap dihotel itu.
Tetapi Cin Hong Ing dan Cong Tik tak tahu kedatangan kedua orang itu.
Begitu melihat Cin Hong Ing sudah masuk kedalam kamar, Cong Tik mulai menimang-nimang. Ia belum tahu apakah cin Hong Ing sudah mengetahui tentang rahasia pelana kuda bertabur mutiara itu atau belum.
Tetapi karena nona 'hanya seorang diri, apalagi dalam keadaan terluka sehingga jalannyapun terseok seok. Ia percaya tentu dapat mengatasi nona itu.
Demikian ia segera loncat keluar dari jendela lalu berjalan diatas atap mencari kamar si nona.
Baru ia hendak membuka jendela. tiba2 jendela kamar Cin Hong Ing terbuka lebar dan nona itupun melontarkan sebuah tabung bambu keudara. Bum .
tabung bambu itu jatuh ketanah mengepulkan asap tebal yang membubung keudara.
Setelah di tengah udara, gulungan' asap itupun berhamburan pecah macam bunga api yang indah.
Sudah tentu Cong Tik terkejut dan ia tak tahu apa yang dilemparkan nona itu.Ia nekad memberanikan diri loncat turun ke muka jendela.
" apakah nona baik2 saja selama ini ?"' serunya. Demi melihat pemuda yang merampas ketiga benda pusakanya muncul lagi, marah Hong Ing bukan kepalang. Serentak ia menyurut mundur selangkah.
Kesempatan itu digunakan cong Tik untuk loncat masuk kedalam kamar.
"Nona tak perlu takut. Kedatanganku kemari bukan dengan maksud jahat." seru Cong Tik.
Sebenarnya Cin hong Ing terkejut dan cemas sekali berhadapan dengan pemuda yang telah merampas pelana kuda, pedang dan kuda.
la sedang terluka. kemungkinan tentu tak mampu menghadapi pemuda itu apabila dia hendak bermaksud buruk.
tetapi ketika mengangkat muka dan memandang Cong Tik. segera pandang matanya melihat sesosok tubuh sudah-berada di belakang pemuda itu. Dan secepat itu kecemasan hatinya bagai awan tersapu angin. Cin Hong Ing serentak tertawa girang.
"Hm, budak hina _kematianmu sudah didepan mata!" teriaknya dengan geram.
Cong Tik tak tahu apa yang sudah terjadi sehingga nona itu tiba2 saja telah berobah tentu main gertak untuk menakut-nakutinya.
'Ho, harap nona yang menakuti aku Kurasakan tubuhku masih segar bugar dan sehat wal'afiat begini, sudah akan mati ?".
Cin hong lng tertawa hina. "Cobalah engkau berpaling ke belakang dulu sebelum engkau menepuk dada berkokok' seper ti ayam jagoan !" .
Namun Cong Tik masih mengira bahwa nona itu hendak menggunakan siasat agar ia berpaling ke belakang terus nona itu akan melarikan diri.
la tertawa terbahak-hahak. serunya : "nona jangan harap engkau mampu melarikan diri !".
Habis berkata ia terus mengangkat tangan hendak menutuk Cin hong Ing.
Tetapi uh ., begitu tangan diangkat ia merasa tak dapat digerakkan turun lagi. Bukan 'saja maksudnya hendak menutuk tubuh si nona itu tidak terlaksana, bahkan ia merasa lengannya kesemutan sehingga tak dapat digerakkan lagi.
Kejut Cong Tik bukan alang kepalang. Buru2 ia salurkan pernapasan menurut ajaran suhunya Bhu Wi lhama.
Penyaluran napas dan hawa murni ajaran Bu Wi lhama itu adalah Ilmu untuk'membuka jalan darah yang tertutuk lawan. Setelah melakukan dua kali penyaluran napas.
Berhasillah ia membuka jalan darahnya yang tertutuk orang.
'Tetapi walaupun sudah terbuka jalan darahnya sudah bebas tetapi ia tetap tak berani berkutik. la tahu bahwa tak mungkin Cin Hong Ing 'yang melakukan hal itu.
Tentu dalam kamar itu telah muncul seorang sakti. Jika saat itu ia melarikan diri apabila gagal tentu akan celaka akibatnya.
&nbs p; Diam2 ia telah mengatur siasat. Biarlah ia seperti masih tertutuk jalan darahnya. Begitu lengah, barulah ia akan meloloskan diri.
Terdengar Cin Hong ing menghela napas dan duduk di kursi-seraya berseru : "suhu benda apakah yang suhu bawa itu ?" .
"Ing-ji" tiba2 terdengar suara orang wanita tua menjawab : kabarnya engkau ribut mulut dengan suamimu baru itu, benarkah itu" Kuanjurkan engkau jangan menikah, engkau tetap menikah. Lekas ikut aku. setelah lukamu sembuh, barulah engkau boleh membuat perhitungan lagi dengan kawanan manusia busuk itu !" .
Bum ! tiba2 wanita itu melemparkan sebuah benda ke atas ranjang lalu menghampiri Cin Hong. Saat itu Cong Tik baru tahu bahwa yang menutuk jalandarah pada lengannya itu tentu. wanita berpakaian seperti pertapa itu. Menilik Cin Hong Ing menyebutnya dengan' panggilan 'suhu', ia menduga bahwa wanita tua Itu ten
tulah Hian-li Lim 'Sam Kho.
lapun melirik dan melihat benda yang dilempar wanita pertapa itu ke ranjang bukan lain adalah segulung selimut.
Tetapi gulungan selimut , itu sedemikian besarnya. tentulah isinya manusia.
Dan, ketika memandang kemuka tampak 'Hian-li Lim Sam Kho berdiri membelakangi berhadapan dengan Cin Hong Ing. Dengan jelas bahwa wanita-sakti itu tentu tak tahu' jika jalandarahnya yang tertutuk sudah terbuka, serentak timbullah pikirannya. jika tak saat ini meloloskan diri. lalu hendak menunggu sampai kapan lagi" '.
Secepat memutuskan rencana, secepat ini, pula ia berputar tubuh dan sekali enjot tubuhnya ia sudah melayang keluar jendela, Dia mendengar Hian li Lim Sam Kho menjerit marah.
Tetapi saat itu malam gelap gulita. Cong Tik menyelinap kedalam sebuah gang dan' berdiri diam.
Dilihatnya Hian Lim Sam Kho sambil menghunus pedang lari cepat memburu ke muka tetapi tak berani muncul kembali dan terus masuk kedalam kamar Cin Hong In lagi. iCong Tik menghela napas longgar. la merasa sudah terlepas dan harus cepat tinggalkan tempat itu.
sekali loncat, ia pun terus menghilang dalam kegelapan malam. "Suhu apakah suhu berhasil membekuk bangsat itu?" seru Cin Hang Ing demi melihat suhunya kembali.
Dengan geram Lim Sam Kho rnenyahut : ilmu ginkang bangsat itu hebat sekali dan orangnyapun licik sehingga dia dapat kabur. Engkau mempunyai permusuhan apa dengan dia?".
Cin hong Ing segera menceritakan tentang kisahnya selama ini, Sejak melarikan diri dari rumah keluarga Tan Su Ciau, hingga terluka dipuncak gunung hongsan dan bertemu dengan Cong Tik yang 'merampas ketiga benda pusaka itu.
Hian-li' Lim Sam Kho tertawa dingin: "Ing-ji, jangan kuatir. Orang persilatan semua mengatakan bahwa aku tak mengajarkan ilmu tenaga-dalam yang tinggi kepadamu sehingga mereka berani menghina engkau. "tunggu setelah kuajak engkau pulang ke gunung, dalam waktu satu setengah tahun saja, siapa yang berani menghina engkau ing-jie !'.
Dengan wajah berseri girang. Cin Hong-Ing ' Segera berlutut: "Terima kasih, suhu !".
Sekali gerakkan tangan. Lim Sam Kho telah menyedot tubuh muridnya sehingga bangkit lagi.
Sambil menunjuk k?arah ranjang. Lim Sam Kho berkata:"lng ji', ketika dulu engkau mengangkat suhu kepadaku di tepi telaga Se-ou di Hang-ciu engkau masih menjadi seorang anak gelandangan.
Apakah engkau ingat siapakah ayah bundamu" .
Apakah engkau tuk punya sanak keluarga lagi ".
cin Hong Ing gelengkan kepala : "Entah, aku tak tahu. Sejak aku dapat lahir. kudapatkan diriku dipelihara seorang pengemis tua she cin. Aku ikut padanya dan nama Hong ing itupun pengemis tua yang memberi.
Aku mempunyai sebuah kalung yang merupakan bentuk huruf Hong ing. Itulah sebabnya mengapa pengemis tua memberi aku nama begitu" .
"Sekarang dimanakah pengemis tua she Cin' itu ?" tanya Lim Sam Kho.
"Sudah lama meninggal' sahut Hong Ing. Jika dia tak meninggal aku tentu takkan dihina orang dan suhupun takkan menerimaku sebagai murid".
Hian-li Li Sam Kho term?nung. "Suhu,' mengapa engkau tiba2 mengingat peristiwa itu lagi ?" tanya Cin Hong Ing.
Hian li Lim Sam Kho tak menyahut melainkan menunjuk ke ranjang "Cobalah engkau buka buntalan selimut itu.
ia berkata : "Selama ini aku tak tahu apakah masih mempunyai sanak keluarga atau tidak, coba kau buka buntelan selimut itu." ' Cin Hong lngpun melakukan perintah suhunya. Ketika membuka buntelan selimut. ia menjerit kaget : "lh . , siapakah orang ini ?".
Ternyata dalam gulungan selimut itu berisi seorang gadis yang tampang mukanya menyerupai benar dengan dirinya.
Hian-li Lim Sam Kho gelengkan kepala.
"Aku sendiri juga tak kenal. Hanya malam itu dia bersama seorang pemuda menginap di hotel sebelah, Kukira dia itu engkau. Tetapi 'kuperhatikan-dia tak mengacuhkan sama sekali kepadaku. akupun curiga. Tadi kugunakan sebatang dupa ,Bi-hun-hiang sehingga dia tidur pulas. Saat itu kulihat panah api yang engkau lepaskan".
.Mungkin dia mempunyai hubungan keluarga dengan engkau maka diapun kubungkus dengan selimut dan kubawa kemari." .
Cin Hong Ing tertegun. Sejenak kemudian ia berkata , selama ini aku tidak apakah aku masih mempunyai sanak keluarga atau tidak, nona itu hanya kebetulan mirip dengan wajahku." .
"Kalau begitu, tak usah mempedulikannya lagi. hayo kita-pergi" seru Hian-li Lim Sam kho seraya terus menarik tangan Cin Hong Ing _terus diajak loncat keluar.
Pada lain kejab suhu dan murid itupun sudah lenyap dalam kegelapan malam.
Beberapa rumah penginapan dalam kota milik seorang saja. Maka bangunan dan kamar2-nya hampir sama semua. Secara kebetulan kamar yang dipakai Cin Hong Ing itu kamar bertanda hian.
Dupa Bi-hun-hiang dari Hian-li Lim Sam itu, mempunyai riwayat. Ketika Hian-li Lim Kho sedang pesiar ke sungai Hok-jun-kiang, tak sengaja ia mendapatkan sebuah kitab kecil yang sudah tak lengkap.
Isinya hanya tinggal tiga lembar 'tetapi diluar dugaan, pada tiga lembar halaman itu tercantum resep rahasia dari bermacam-macam obat bius.
Dari resep itulah Lim Sam Kho membuat dupa pembius Bi bun-huang. Betapapun sakti kepandaian orang itu tetapi apabila disembur dengan asap dupa Bi-hun-liiang dia pasti akan rubuh tak sadarkan diri.
Tetapi setelah sadar, orang itupun tak ntend?rita luka apa2.
Sudah tentu .Ui Hong Ing tak tahu kalau malam itu ia terkena asap Bi-hun-hiang. Ketika terjaga dan membuka mata ternyata matahari teah sepenggaalah tingginya. Diapun tak menyadari' bahwa kamarnya sudah pindah.
ltulah sebabnya ia terus keluar lalu bertanya kepada jongos _tentang 'Tan kongcu atau Tan Su Ciau.
Sudah t?ntu jongos gelagapan. Karena semalam waktu Cin Hong Ing datang hanya seorang diri saja.
Mengapa sekarang nona itu (ui hong lng yang disangka sijongos sebagai Cin Hong Ing) ngotot mengatakan bahwa ia datang bersama seorang pemuda .
Mendengar ribut2, pengurus hotelpun datang setelah mendengar persoalannya, iapun membenarkan keterangan jongos.
Bahwa nona itu (Ui Hong ing) memang hanya datang seorang diri. Karena kewalahan, dengan murka Ui hong ingpun segera tinggalkan rumah penginapan itu terus menuju ke gunung Ke-tiok-san.
Sekarang mari kita ikuti lagi perjalanan Cong Tik. Ternyata setelah meloloskan diri dari kejaran Hian-li Lim Sam Kim, pemuda itupun juga menuju ke gunung Ke-tiok-san.
Jarak antara ui hong ing dengan Cong Tik hanya terpaut tiga empat puluh li.
'Tetapi karena arahnya sama, merekapun tak berjumpa. Ketika tiba di lembah Kupu2. Cong Tik bertemu dengan Lu Kong Cu.
Mereka terus 'bertempur. walaupun sebagai ketua dari partai Naga, tetapi kepandaian Lu Kong Cu ternyata kalah tinggi dengan Cong Tik. 'tiga empatpuluh Jurus kemudian. Lu Kung cu sudah terdesak.
Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena kalah, Lu Kong Cu terus bersuit nyaring dan sesaat kemudian muncullah Thiat-kwan- im Lian Wan.
"Perintah apakah yang ciangbunjin hendak berikan kepadaku ?" seru wanita itu.
Pada saat Iu Kong Cu sedang membagi perhatian kepada Thiat koan im li Wan, Cong Tik melancarkan serangan gencar.
Tiga jurus kemudian Lu Kong Cu hampir celaka. "Iekas ringkus bangsat ini !" teriaknya kepada 'thiat-kwan im Lian wan.
wanita tua itu mengiakan dan sekali ayun tali yang dipegangnya maka sebuah gelombang' tenaga dahsyat segera melanda ke kaki cong Tik.
Dalam kesempatan itu Lu Kong Cupun loncat menghindar keluar gelanggang.
cong Tik mengira kalau wanita tua yang memanggil Lu Kong Cu dengan sebutan 'ciang-bun jiu` (ketua), hanya salah seorang bawahan Lu Kong Cu maka diapun tak memandang mata kepada wanita tua itu.
Memang Cong Tik tahu tentang peraturan partai Naga. Ketua partai mendapat kehormatan yang paling tinggi.
Tak peduli salah seorang anak buah atau orang sebawahannya memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi tapi ia harus menghormati dan taat pada ketua. Demikian pula berlaku pada tokoh yang lebih tua angkatannya dari ketua, pundemikian juga.
Apalagi ketika Cong Tik melihat bahwa senjata dari wanita tua itu hanya seutas tali kasar, dia makin memandang rendah.
Pada waktu tali menyambar cepat ia loncat keatas. Ia yakin dapat terhindar.
Diluar dugaan Thiat-kwan im Li Wan itu jauh lebih sakti beberapa tingkat dari Lu Kong cu. Begitu Cong 'tik loncat keatas, Thiat-koan-im gentakkan tangannya dan tali yang sebesar lengan anak itupun bergeliat keatas seperti seekor ular.
Cong tik rasakan telapak kakinya tersambar angin. belum sempat ia menghindar, tahu2 betisnya terasa kesemutan dan bluk . , . , jatuhlah ia terbanting ke tanah.
Saat itu baru Cong Tik menyadari kesaktian wanita tua tetapi sudah terlambat.
tampak wanita tua ayun tubuhnya, gentakkan tali mengencang lurus kemuka untuk menutuk jalandarah Cong Tik. Pemuda itupun menyerah.
Setelah berhasil meringkus Cong Tik, Lu Kong Cu segera menanyakan tentang mutiara2 yang menghias pelana kuda. Dengan cerdik Cong Tik memberi keterangan bahwa mutiara2 itu sudah jatuh ke tangan Raja-binatang Siang Bung. Bahkan ia menambahkan' bahwa ia sendiri juga tak tahu apa gunanya mutiara itu.
Sudah tentu Lu Kong Cu tak mau percaya tetapi Cong Tik tetap menyangkal keras.
Bahwa pelana kuda itu tak berada padanya.
Karena tak berhasil mendapat keterangan' .
Lu Kong' Cu marah. Ketika ia hendak bertindak maka Ui Hong Ingpun muncul. Hong Ing tak tahu kalau Cong Tik jatuh ketangan Lu Kong Cu.
Karena kalah tempur dengan Lu-Kong Cu, akhirnya Hong Ing mengatur siasat, mengatakan kalau pelana mutiara itu memang dia sembunyikan di bawah kaki gunung 'Tay-pat-san.
Tetapi Lu Kong Cu bukan orang bodoh. la tahu bahwa salah satu seorang dari kedua pemuda itu tentu bohong. Maka ditangkapnya Hong Ing dan dipadunya' dengan Cong Tik. Hong Ing berkeras pada keterangannya.
Ia hendak menolong' Cong Tik supaya jangan dibunuh Lu Kong Cu. Dalam pembicaraan berdua dengan Cong Tik dengan terus terang _Hong Ing menerangkan tentang ketiga butir mutiara 'yang diambilnya itu.
Ketiga mutiara itu berbunyi Cek-bi-san, nama sebuah gunung. Sudah tentu Cong tik girang bukan alang kepalang. Bertahun- tahun dia tinggal dikuil Ko-liong-si ditepi telaga Udah. propinsi suji-iwan. Dia faham sekali akan tempat dan gunung dan tanah daerah itu. Iapun tahu bahwa gunung cek-bi san itu terletak di sebelah barat dari gunung Go-bi-san, lebih kurang duaratusan li jauhnya.
Telah berulang kali disebut, Cong Tik itu orang pemuda yang berparas Cakap. Tetapi sifatnya buruk dan jahat. Jika Hong Ing berusaha ` menolongnya dan memberitahu tentang huruf pada ketiga butir mutiara kepadanya, adalah cong Tik tidak menghiraukan keselamatan Hong ing lagi.
Pikirnya, hanya dua ratus li saja ia akan dapat mencapai gunung Cek-bt-san dan mencari pusaka yang terpendam dalam guha di gunung itu.
Biarlah Hong Ing dibawa Lu Kong Cu ke gunung Tay-pat-san sedang dia sendiri akan merencanakan untuk melarikan diri.
Tetapi diluar dugaan Lu Kong Cu ternyata 'juga manusia licin. Kuatir kalau Cong Tik secara sembunyi akan mengikutinya maka ia segera minta kepada Thiat-kwan-im Li Wan supaya 'membuang' pemuda itu ke daerah yang jauh.
Setelah Thiat-koan-im . Li Wan mengawal Cong Tik. barulah secara berturut-turut sepasang manusia kate Lo Thian dan Lo Te datang. disusul pula dengan Ciok Liu Seng dan lainnya.
Demikian asal mula dari peristiwa2 yang telah diceritakan pada jilid2 yang lalu.
Mudah mudahan sekarang pembaca cerita-silat.mywapblog.com sudah jelas dan tidak bingung lagi atas jalannya cerita yang memang agak berliku-liku ini.
Sekarang mari kita ikuti perjalanan Cong tik yang dikawal thiat-kwan--im Li Wan.
Saat itu Cong Tik sudah memiliki pengetahuan tentang huruf2 yang terukir pada mutiara dengan lengkap. Tetapi ia mendongkol dan gemas karena tak dapat menuju ke gunung Cek-bi -san.
Terpaksa ia menahan keinginannya. Selama dalam perjalanan Thiat-koan-im Li wan tak mau bicara sepatahpun kepadanya. Dia memaksa Cong Tik terus berjalan sehingga mencapai empat limapuluh' li.
Selama itu Cong Tik mengasah otaknya untuk mencari siasat meloloskan diri. Tetapi benar2.
'ia tak berdaya menghadapi wanita sakti yang tak mau bicara itu.
Beberapa saat kemudian baru ia menyadari mengapa ia harus sebodoh itu.
"Li lo-cianpwe." mulailah ia membuka mulut, "sebenarnya hendak kemanakah lo-cianpwe" akan membawa diriku ini .
Thiat- kwan-im Li Wan menyahut dingin "Makin jauh makin baik. ke tempat yang ,tak pernah dijelajah manusia." .
Cong Tik tertawa. ada sebuah tempat serunya. "yang benar2 tak pernah diinjak kaki manusia ' .
Sebenarnya 'Thiat-kwan im Li Wanpun belum mempunyai rencana tentang t?mpat pembuangan itu." Lu Kong Cu hanya suruh membuang di tempat jauh tetapi tak menyebutkan nama tempat.
"Dimana ?" seru wanita tua itu. Melihat umpannya sudah mulai termakan.
Cong Tik tertawa "lebih kurang duaratus li sebelah barat gunung go-bi-san terdapat daerah gunung Cek-bi-san. Gunung itu sebuah daerah yang tak pernah dijelajahi manusia".
"o, kalau begitu engkau kulempar kesana saja" sahut thiat-kwan -im Li Wan. Bagai mendapat durian runtuh. demikian kegembiraan hati Cong tik saat itu. Tetapi Ia berusaha menekan perasaannya bahkan malah pura2 sedih.
"Li lo-cianpwe." serunya dengan menghiba'. aku tak mempunyai kesalahan apa2 terhadap lo-cianpwe. Mengapa Io-cianpwe hendak membuang aku kedaerah yang menyeramkan itu '".
Thiat kwan im seorang wanita yang berhati kaku dan tak mengerti kelicinan lidah cong tik.
"Jangan banyak bicara !" bentaknya lagi, Ayo lekas-jalan lagi".
Thiat-koan-im Li Wan belok ke barat laut menuju ke gunung cek-ci-san.
Sudah tentu Cong Tik bersorak dalam hati. la 'yakin begitu tiba di Cek-bi-san, 'thiat-koan-im Li Wan tentu segera kembali ke lembab Kupu2 lagi.
Dengan begitu dapat dipastikan, ia tentu akan memperoleh pusaka yang tercantum dalam mutiara2 itu.
Tetapi Cong Tik tetap bermain sandiwara.
Selama dalam perjalanan tak henti-hentinya ia metatap belas kasihan agar wanita tua itu jangan membawanya ke gunung Cek-bi-san.
Tetapi makin mendengar tatapan Cong Tik, makin keras Thiat koan-irn Li Wan menolak dan tetap akan membawanya kegunung tersebut.
Memang Cong Tik cerdik tetapi licin. Ia cepat dapat mempelajari sifat thiat-koan-im Li Wan yang keras tetapi bodoh.
Demikianlah dengan akal bulus yang licin. Cong Tik dapat memaksa Thiat- koan-im Li Wan mengantarkan ke gunung Cek-bi san.
Sekarang kita tinggalkan dulu perjalanan mereka dan marilah kita mengikuti kisah Ui Hong Ing lagi.
Setelah terlepas dari bahaya maut katak manusia. Hong Ing hendak menghaturkan terima kasih tetapi penolongnya itu sudah melesat pergi.
Hong lng benar2 tertegun. Diam2 ia merasa bersyukur karena telah terlepas dari katak manusia, dan telah ditolong oleh orang aneh yang tak mau mengunjukkan diri itu, jelas ia tentu sudah mati di gigit katak manusia.
Makin merenungkan hal itu makin ngerilah hati Hong lng. Seorang tokoh berilmu tinggi macam Ciok Liu Sengpun harus mati menghadapi 'katak manusia. Apalagi dia. Untung sepasang manusia kate Lo 'thian dan Lo Te keburu melarikan diri.
Kalau tidak mereka tentu juga mampus.
Tetapi siapakah sesungguhnya penolong itu " Mengapa dia tak mau unjuk diri " Ah, ia sungguh menyesal dan kecewa karna dengan tak dapat mengetahui siapa penolongnya itu, kelak dia tentu tak dapat membalas budi.
Tetapi karena orang itu sudah pergi, iapun tak dapat berbuat apa2. Saat itu malam terang dan hening. Sambil mencekal pedang Thian-liong-kiam, Hong Ing sejenak memandang ke sekeliling.
Melihat beberapa sosok mayat terkapar di tanah. ia merasa tak enak hati. Segera ia ayunkan langkah akan pulang ke guha Siau-yau-tong.
Manusia dalam peti. Keesokan harinya,' Hong Ing rasakan daya khasiat pil jit-hoat l?ng-tan dalam tubuhnya sudah hampir habis.
la rasakan dadanya senyeri pada waktu dihantam batu oleh Ciok Liu Seng tempo hari.
Maka ia tak dapat berjalan cepat. Semalam itu ia hanya dapat melintasi sebuah pegunungan kecil.
Bahkan ketika dipuncak gunung terpaksa berhenti karena kepalanya pening, berkunang2.
'Uh' . , akhirnya ia tak dapat mempertahankan kaki dan tergelincir ke bawah. Untung lembah gunung itu merupakan padang rumput dan semak2 pohon kecil.
Tiba di kaki gunung ia tak menderita luka yang berarti. Setelah menghela napas, iapun menggeliat bangun. Ia gunakan pedang sebagai tongkat untuk menopang tubuhnya dikala berjalan.
ia paksakan langkah kakinya. tetapi baru setengah ,li, matanya makin gelap, hawa murni dalam tubuhnya terasa meluap. dan mulutnya haus sekali.
Pada saat ia sudah hampir tak kuat lagi. tiba2 ia melihat cahaya air berkilau dari sebuah parit kecil.
Hong ing telah menyadari bahwa kali ini ia tentu mati. Menengadahkan muka. ia merasa langit seperti turun kebawah menekan kepalanya. Sekeliling tempat itu, tak tampak barang seorang manusia 'apapun juga.
la menghela napas panjang. "Jika mati, biarlah air parit itu menjadi bekal pengisi perutku" katanya dalam hati seraya terus menghampiri parit dan membungkukkan tubuh `lalu merebahkan kepala untuk meneguk air parit. setelah beberapa tegukan, ia rasakan kepalanya agak terang. pandang matanyapun lebih jelas.
Mengangkat kepala dan memandang ke hulu parit, serasa terbanglah semangatnya. Parit itu berasal dari sebuah telaga. Dan telaga itu airnya dari tiga aliran air terjun yang mencurah ke bawah. Di mulut telaga yang mengalirkan air ke parit itu.'tampak seekor binatang yang besar dan bulat tengah bergeliatan.
Ketika mernandang dengan seksama. barulah Hong Ing tahu jelas bahwa benda itu bukan lain adalah sebuah
Liang-yang menjadi sarang ular beracun.
Beb?rapa ekor ular tengah melingkar-lingkar saling melilit.
Sungguh menyeramkan sekali.
Karena sarang ular beracun itu berada dalam telaga, jelas air telaga itu tentu mengandung racun.
Bermula Hong lng masih mengandung harapan, betapa' ganaspun racun yang menyerang tubuhnya, tetapi begitu tiba di guha Siau-yaw! Tong. suhunya tentu 'mampu mengobati.
Dia masih punyai harapan hidup. Tetapi saat itu. harapan Itu semua. Tak mungkin ia dapat mencapai guha Siau-yau-tong lagi. Dan dia tentu akan mati di tengah jalan.
Walaupun seorang nona yang periang tetapi pada saat2 menghadapi kematian di mana dia akan berpisah dengan dunia dan manusianya, mau tak mau hatinya' rawan juga.
La merasa belum lama hidup di dunia. Saat itu sedang dalam masa remaja dan dia harus dipaksa pergi meninggalkan dunia.
Mau tak mau hatinya sedih dan kerongkongannyapun terasa tersekat. Ia menangis.
Tengah ia mengucurkan airmata, tiba2 permukaan telaga itu mengembang dua buah gelembung air.
Dan ketika gelembung air itu pecah maka tampaklah sebuah peti berbentuk segi-empat mengapung di permukaan telaga.
- mengganggu latihanku saja !".
Jika di permukaan telaga muncul sebuah peti. itu mungkin tak mengherankan. Tetapi anehnya begitu muncul peti itu dapat melambung k? atas dan meluncur jatuh ke samping Hong Ing .
Sudah tentu Hong Ing terkejut sekali. Pikirnya, mengapa dalam`menghadapi saat2 kematian.
masih harus disiksa untuk menghadapi peristiwa2 yang aneh Adakah Tuhan memang hendak menghukum dia ".
Melirik kearah peti itu. Hong Ing tak melihat sesuatu yang aneh. Peti itu sebuah peti biasa. Karena terkejut, iapun berhenti menangis.
' Dan lebih terkejut lagi ia, ketika saat itu dari dalam peti terdengar suara orang memaki-maki .
"Hai, siapa yang menangis itu ".
Kurangajar, Mendengar peti itu berisi orang", Hong Ing makin terperanjat. 'la terus merangkak beberapa 'langkah dari peti itu tetapi matanya tetap melekat ke peti' itu.
Iapun tak berani bersuara .sampai beberapa saat.
Tiba2 orang dalam peti itu b?rsuara lagi : "Tadi jelas kudengar suara orang menangis Kalau bukan orang yang belajar silat, tentu tak mungkin datang ke tempat yang begini' sunyi.
Walaupun berada dalam peti, tetapi apa yang kudengar tadi tentu tak salah. Jika mau menolong mengeluarkan aku dari peti ini.
kedua belah fihak tentu akan mendapat keuntungan. Jika tak menghiraukan. kita berdua temu sama! menderita.
Sukalah mempertimbangkan omonganku ini ".
Walaupun nadanya jauh lebih ramah dari tadi. tetapi jelas nadanya masih mengunjuk kekuatan diri. "Walaupun jelas orang itu tak mampu keluar dari peti tetapi dia masih unjuk kegarangan terhadap orang.
Sebenarnya Hong Ing tak puas dengan omongan orang itu. Dia anggap lebih baik pergi saja tak usah menghiraukan. Tetapi mengingat bahwa dirinya tak lama bakal mati.
sebelum mati berbuat kebaikan menolong orang rasalnya juga 'perbuatan yang baik.
"Siapakah engkau !" akhirnya ia berseru.
Tetapi baru Hong Ing mengucap teguran tiba2 peti itupun sudah rnelenting dan melayang kearah Hong Ing.
Peti itu terbuat daripada besi, tingginya hampir satu setengah meter.
Melayang di udara dan meluncur turun, sudah tentu dahsyat sekali. Bahkan tak kalah dahsyatnya dengan senjata batu besar dari ?iok Liu Seng.
Hong lng terkejut dan bergelundungan 'sampai setombak lebih jauhnya.
Kemudian in memutar pedang Thian-Iiong-kiam dan menerjang maju.
Cret ! . begitu terbacok. ujung peti itu pun rompal. Petipun Jatuh ke tanah dengan menimbulkan suara bergemerincingan yang amat keras.
'Bagus !' teriak orang. dalam peti itu. Dan serentak dengan itu dari ujung peti yang rompal menyembul keluar sebuah kepala manusia.
Rambutnya panjang dan morat marit menutupi mukanya.
Dan warna rambutnya itupun bukan hitam melainkan kuning emas. Sepintas pandang manusia itu menyerupai binatang buas.
Setelah muncul di luar. Orang itu mengebas-kebaskan kepalanya sehingga rambutnya tersiak dan tampaklah 'wajah aneh , 'seorang tua 'yang berwajah aneh. Hidungnya besar. ,mulut lebar. Raut mukanya menyeramkan.
Orang tua aneh itu memandang pedang 'Thian- Liong-kiam yang masih dicekal Hong Ing dengan mata berkilat kilat.
'Kemudian menengadahkan kepalanya tertawa keras. Pelahan- lahan orang itu tadi menyembul keatas sehingga separuh dari tubuh saat itu sudah keluar dari Lubang peti yang amat sempit.
Pada hal lubang itu hanya cukup untuk sebuah kepala orang. Jelas bahwa orang tua aneh itu tentu ,menggunakan .ilmu Sut-kin-ih-kubhwat atau ilmu Menyusutkan tulang.
Suatu ilmu lwekang yang bertaraf tinggi.
Begitu badannya menyembul keluar'.
kedua tangan orang tua aneh itupun tampak juga. kurus dan panjang seperti bambu. Jari-jarinya runcing macam cakar dan kukunyapun panjang sekali.
Dengan jari2 yang berkuku panjang itu. tak henti-hentinya ia menutuk peti sehingga menimbulkan bunyi berdenting-denting.
Bernada perlahan tetapi lama2 agak cepat tetapi berirama.
Beberapa saat kemudian. ia pun menyanyi:.
Tujuh tahun lamanya disimpan.
dalam peti besi'. ' Kini aku bebas gembira sekali.
'ting. ting. ting, ting, ting.
"Nona, sekarang aku tak perlu lagi mengintip langit dari dalam peti. Tak perlu pula harus berbenam dalam dasar telaga mencari makanan dari ikan2 kecil. Engkau ikut bergembira untuk kebebaaanku atau tidak "' serunya.
Hong lng terkejut. Nada suara orang' itu bergema seperti memenuhi udara. menusuk telinga.
Tetapi demi melihat air mukanya jelas kalau orang itu bergembira sekali.
Diam2 Hong Ing menimang. Menilik dari nyanyiannya tadi, orang tua aneh itu telah dimasukkan dalam peti selama tujuh tahun, Dia mengandalkan lubang kecil pada peti itu untuk . menghisap udara dan mencari ikan kecil sebagai makanan.
Tetapi ternyata orang tua aneh itu dapat menyurutkan tulang2 tubuhnya hingga tak sampai menderita apa2 dalam peti yang sekecil itu. Pun 'dia' masih dapat loncat dan bergerak dengan lincah. Dapat -dibayangkan betapa saktinya orang itu.
Tetapi bagi Hong Ing, dia tak peduli siapa orang itu, bagaimana sakti kepandaiannya. Dia kan sudah akan 'mati. Lukanya kambuh dan sekarang ia bahkan `minum air yang terendam ular berbisa.
Apa gunanya ia harus memperhatikan orang itu ".
'Ya. ya. aku ikut gembira ! sahutnya acuh tak acuh.
Orang tua aneh itu tertawa gelak2. Sret tiba2 tubuh orang itu menerobos keluar dan' peti besi.
Trang !. terdengar bunyi gemerontang keras, Kiranya kakinya masih terikat. dengan rantai besi.
Begitu loncat kaluar, barulah Hong Ing dapat melihat perwujudan dari orang itu.
Kepalanya kecil tetapi lengannya panjang dan kakinya pendek. Begitu lengan dijulurkan kebawah, dapat mencapai betis bawah.
Pakaiannyapun aneh. Sebelah kanan segumpal kain, sebelah kiri berlubang secarik. Compang camping dan penuh berlumuran pakis hijau.
Melihat itu timbullah keheranan Hong Ing ia menanyakan bagaimana orang itu dapat hidup dalam peti yang dimasukkan kedasar telaga selama tujuh tahun itu.
Tetapi baru ia hendak membuka mulut, 'orang aneh itupun sudah berteriak: "Budak perempuan, lekas berikan Pedang ' Thian-liong kiam ditanganmu itu kepadaku!".
Hong lng agak terkesiap ketika mendengar orang tua aneh itu dapat menyebutkan nama pedang pusaka ditangannya.
"Hendak engkau' gunakan apa pedang serunya.
Sekonyong-konyong .orang aneh itu maju.
Sret. tiba2 ia gentakkan rambutnya yang panjang dan kusut masai.
"Kalau engkau tak mau memberikan, apakah aku tak bisa mengambil sendiri?" teriaknya marah.
Bersama dengan peti ia terus maju menerkam., Karena masih menderita luka, Hong Ing tak mau menghindar.
Siku lengannya terasa mengencang. Jari2 tangan orang itupun serentak menjulur lurus ke muka.
Mencengkeram tangkai pedang. secepat kilat ia lepaskan pedangnya dan pedang Thian-liong-kiampun sudah pindah dari tangan Hong Ing ketangan orang itu.
Tring, cepat pedang itu ditebaskan pada rantai kakinya. Rantaipun putus seketika. Sambil mengacungkan pedang Thian-Iiong-kiam. Orang itu tertawa gelak2 .
"Pertapa bangsat. pertapa bangsa!. tujuh ' tahun menyiksa diriku, sekarang masakan aku tak dapat melakukan pembalasan "''.
Melihat gerak gerik orang tua itu sedemikian buasnya diam2 Hong Ing menyesal ia telah menolong orang itu. Kalau tadi ia diam saja.
Kisah Teladan Islam 1 Pendekar Naga Putih 25 Malaikat Gerbang Neraka Sayap Sayap Terkembang 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama