Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong Bagian 8
sedangkan diapun telah melanjutkan perkataannya lagi
dengan suara menggumam, dan perlahan:"Sebenarnya,
untuk soal ini memang dapat diselesaikan dengan berdua
saja antara Koko Timo dan Loceng. Akan tetapi jika
memang dia memperalat anak buahnya untuk mencelakai
mereka belaka, hal inilah yang membuat Loceng jadi tidak
gembira dan terpaksa membuka pantangan membunuh"
Dan pendeta tua cakal bakal Siauw Lim Sie ini menghela
napas berulang kali. Sin Han dau Su Lian girang mendengar sore ini mereka
akan menyatroni markas Koko Timo.
Dengan demikian mereka juga akan dapat menyaksikan
suatu keramaian pula. Akan tetapi, Su Tianglo sendiri telah berdiam diri
dengan wajah yang murung. Walaupun bagaimana, dia
belum pulih kesehatannya secara menyeluruh.
Dan juga, jika dia ikut ke markas Koko Timo, Su
Tianglo kuatir nanti orang akan menyebut bahwa pihak
Kay-pang memperalat pendeta Siauw Lim Sie untuk
menindas Koko Timo Setelah merenung sejenak, Su Tianglo berkata "Pangcu,
jika diperbolehkan, ada sesuatu yang ingin kusampaikan
kepada Pangcu" "Silahkan Su Tianglo" menyahutlah Sin Han cepat
sambil tersenyum. 472 "Sebenarnya, alangkah baiknya jika kita bertiga tidak
ikut serta Siansu pergi ketnarkas Koko Timo karena kelak
orang bisa saja mengatakan bahwa pihak Kay-pang
memperalat Tat Mo Cauwsu. Dimana kita hendak menumpas Koko Timo, akan tetapi tidak memiliki
kesanggupan dan akhirnya meminta bantuan pada Siauw
Lim Sie. Akibat yang muncul dari tanggapan seperti itu
sangat luas sekali karenanya, jika memang Pangcu tidak
berkeberatan, maukah sekiranya kita menantikan Tat Mo
Cauwsu disini saja" Sin Han ragu2, dia tidak segera menyahuti sedangkan
Tat Mo Cauwsu tersenyum, "Apa yang dipikirkan Su
Tianglo memang baik, karena menyangkut nama baik dari
Kay-pang maupun nama baik Siauw Lim Sie. Dimana oleh
Koko Timo bisa saja dia mengatakan bahwa Kay-pang
bekerja sama dengan Siauw Lim Sie untuk merubuhkan
dengan cara yang demikian jelas akan menimbulkan
tanggapan2 yang salah buat orang2 rimba persilatan
Bukankah begitu apa yang dimaksudkan oleh Su Tianglo?"
Su Tianglo cepat-cepat mengangguk. "Memang Siansu
seorang yang bijaksana dan memiliki pikiran yang luas
sekali" memuji Su Tianglo sambil merangkapkan kedua
tangannya memberi hormat. "Dengan demikian, tentunya
Siansu mengerti akan maksud perkataanku sipengemis tua,
bukan?" Tat Mo Cauwsu mengiyakan.
"Akan tetapi." kata Tat Mo Cauwsu lagi kemudian.
"Jika memang Su Tianglo bermaksud menantikan Loceng
di rumah penginapan ini bersama Sin Pangcu dan nona ini
ada sesuatu yang sangat Loceng kuatirkan".
"Apakah itu, Siansu?" tanya Su Tianglo.
473 Tat Mo Cauwsu tidak segera menjawab, ia hanya batuk
beberapa kali. Sampai kemudian katanya: "Jika memang
kalian berdiam disini, tentu akan mudah sekali kalau
sampai orang2 Koko Timo datang kemari dan mengganggu
kalian. Dan bukannya Loceng tidak percaya akan
kepandaian kalian, akan tetapi mereka dapat mempergunakan jumlah banyak buat mengeroyok kalian.
Itulah yang Loceng kuatirkan.... Nah. silahkan kalian
bertiga berunding, apakah ada baiknya ikut bersama
Loceng, atau berdiam disini. Karena justeru yang
dikuatirkan oleh Loceng adalah keselamatan kalian jika saja
Koko Timo bermaksud busuk pada kalian."
Su Tianglo mengangguk. "Ya" katanya kemudian. "Apa
yang dikatakan oleh Siansu memang benar"
Sin Han tersenyum, "Su Tianglo, apa yang dikatakan
Siansu memang tepat sekali. Bukan kita mau
menyombongkan diri, Walaupun kenyataannya kepandaian
kita tidak rendah. Namun harus diingat Su Tianglo baru
saja sembuh, dan tinggal aku berdua nona ini, jika memang
orang2 Koko Timo mempergunakan kesempatan disaat
Siansu ini tengah pergi berurusan dengan Koko Timo,
mereka datang kemari beramai-ramai untuk mengeroyok
kita. bukankah kita akan memperoleh kesulitan?"
Su Tianglo mengiyakan. Begitulah, mereka telah
mengatur segalanya dengan cermat, sore ini mereka akam
menghadapi Koko Timo dan orang-2nya. Disamping itu
juga, Tat Mo Cauwsu mempergunakan kesempatan tersebut
untuk memberikan petunjuk2 kepada Sin Han, Su Lian dan
Su Tianglo mengenai ilmu silat mereka dan bagian2 mana
yang lemah dan harus diperbaiki.
Demikian juga Tat Mo Cauwsu telah memberikan cara
berlatih Lweekang untuk tingkat tinggi, dan semua itu telah
474 membuat Sin Han bertiga tidak hentinya mengucapkan
terima kasih. Memang benar si pendeta hanya mempergunakan waktu
yang singkat sekali buat memberikan penjelasan kepada
mereka, akan tetapi justru keterangan2 dan penjelasan yang
diberikannya itu merupakan penjelasan2 dari seorang guru
besar seperti dia, dengan sendirinya memiliki arti yang
sangat berguna sekali buat Sin Han bertiga.
Setelah hari mendekati sore, mereka berempat ber-siap2
untuk datang kemarkas Koko Timo. Sebagai seorang
beribadah yang memiliki kepandaian sempurna, sikap Tat
Mo Cauwsu tenang sekali, dan sabar setiap perkataan dan
tindakannya. Dia memang tidak lama lagi tentu akan
bertempur dengan Koko Timo, seorang tokoh yang
memiliki kepandaian sangat tinggi, namun Tat Mo Cauwsu
tidak sedikitpun tidak memperlihatkan perasaan tegang,
malah sambil tersenyum cerah dia pun bercerita, barangkali
dalam satu tahun dua tahun lagi Tat Mo Cauwsu akan
kembali ke India, karena adik seperguruannya telah
memanggilnya. Sin Han bertiga yang mendengar hal itu terkejut sekali.
Mereka berusaha membujuk pada Tat Mo Cauwsu agar
tetap berdiam di Tionggoan, sebab jika pendeta itu kembali
ke India, Tionggoan akan kehilangan seorang tokoh rimba
persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali
seperti Tat Mo Cauwsu. Akan tetapi Tat Mo Cauwsu telah tetap dengan
keinginannya untuk kembali ke India.
"Ada urusan penting yang harus diselesaikan disana,
karenanya tak bisa membatalkan maksud Loceng.
mudah2au saja urusan itu dapat di selesaikan dalam
beberapa tahun dan Loceng masih memiliki usia panjang
475 sehingga hemm, dapat ke Tionggoan kembali untuk
berkumpul lagi dengan semua sahabat di tempat seindah
ini" Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu
merangkapkan sepasang tangannya, dia memuji akan
kebesaran Sang Buddha, Begitulah setelah ber-cakap2 sesaat lagi,
berangkat menuju ke markas Jie Liong Kauw.
mereka Ketika mereka sampai didepan markas Jie Liong Kauw
tampak anak buah Jie Liong Kauw telah mengadakan
penjagaan yang ketat sekali. Diantara mereka tampak Jiauw
Hoat, Koat Jie, Cin Liang dan Siangkoan Jie. Keempat
orang ini tampak memandang bengis dengan senjata
masing2 tergantung di pinggang.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu dengan tersenyum lebar
telah menghampiri gerbang markas Jie Liong Kauw
tersebut, pendeta tua itu dengan sabar merangkapkan kedua
tangannya memberi hormat dan katanya: ''Apakah Loceng
dapat bertemu dengan Kauwcu Siecu kalian, untuk
melanjutkan pertemuan kita tiga hari yang lalu?"
Koat Jie yang memang memiliki adat sangat keras,
sebenarnya ingin membentak dan menyerang pendeta ini.
Akan tetapi mengingat bahwa Tat Mo Cauwsu memiliki
kepandaian sangat tinggi, dia tidak berani bertindak gegabah. Sedangkan Jiauw Hoat, sisembrono dan pemberang
itupun telah memperdengarkan suara mendengusnya
beberapa kali, tampaknya ia sudah tidak sabar dan
tangannya telah mencekal gagang senjatanya, ber-siap2
untuk menyerang Tat Mo Cauwsu begitu saudara2nya
menyerang. Siangkoan Cie yang dapat bersabar, telah melangkah
maju dua tindak, katanya:"Kauwcu kami tengah ada
476 urusan yang penting dan harus diselesaikannya dengan
segera, karena itu maafkanlah Kauwcu kami tidak dapat
menemui Siansu" Tat Mo Cauwsu tersenyum. "Bukankah Kauwcu kalian
yang telah men janjikan Loceng untuk bertemu lagi
sekarang ini, dan untuk menepati janji, Loceng telah datang
kembali kemari. karena itu, walaupun alasan apa saja yang
kalian kemukakan, hal itu tidak akan dapat menolong muka
terang Kauwcu kalian"
Sedangkan Jiauw Hoat yang mendengar perkataan Tat
Mo Cauwsu telah naik darahnya, dia membentak keras
setelah mengerang gusar "Kau kepala gundul, mulutmu
terlalu jahat sekali. Hemm apakah kau kira Kauwcu kami
jeri berurusan denganmu" Hemmm, sebenarnya jika
Kauwcu kami menginginkannya, hanya dalam beberapa
jurus kau telah dapat dibinasakannya Akan tetapi Kauwcu
kami mengatakan, karena kau sigundul pelontos ini seorang
cikal bakal dari sebuah pintu perguruan didaratan
Tionggoan. Kauwcu kami jadi merasa sayang jika kau
harus dikirim ke Giam Lo Ong Ternyata kau seorang yang
tak tahu diri. Nah, baiklah, kami yang akan menghadapimu
kami akan memperlihatkan kepadamu, agar matamu
terbuka, bahwa Jie Liong Kauw bukanlah sebangsa
perkumpulan yang mudah untuk dihina oleh siapapun
juga" Setelah berkata sampai disitu, sebat sekali tangan Jiauw
Hoat mencabut keluar senjatanya, yang dibolang
balingkannya beberapa kali. Senjatanya itu adalah sebatang
golok dengan bentuk dipunggung senjatanya itu bergigi-gigi.
tak ubahnya seperti gergaji.
Sedangkan Siaugkoan Cie telah mengangkat tangannya
mengisyaratkan, kepada Jiauw Hoat, jangan bertindak
sendiri2 seperti itu. Setelah dapat menenangkan Jiwa Hoat,
477 Siangkoan Cie berkata lagi dengan suara yang lantang: "Tat
Mo Cauwsu, sebagai seorang cukai bakal Siauw Lim Sie,
seharusnya kau memiliki harga diri yang besar sekali.
Seorang lawan sedang terluka, tentu kau tidak akan
mendesak dan mempergunakan kesempatan itu guna
memperoleh kemenangan. Jika memang kau yakin bahwa
dirimu memiliki kepandaian yang tinggi datang saja kemari
dua bulan kemudian, di mana Kauwcu kami tentu akan
sembuh dari lukanya dan dapat pula berurusan denganmu.
Hemmm. jika sekarang kau tetap mendesaknya, berarti kau
iagin memperoleh kemenangan dengan memanfaatkan guru
kami dalam keadaan lemah tidak berdaya seperti itu"
Tat Mo Cauwsu tersenyum lebar, katanya: "Baiklah,
karena kata2 itu diucapkan oleh kalian, tidak dapat Loceng
menerimanya begitu saja. Siapa yang yakin bahwa Kauwcu
kalian dalam keadaan yang terluka atau tidak berdaya
untuk mengadakan suatu pertempuran. Hemmu, siapa yang
berani pula untuk menduga bahwa Kauwcu kalian itu
merupakan seorang pengecut yang tidak punya guna,
sehingga hanya pandai memajukan murid2nya belaka" Jika
memang Kauwcu kalian yang keluar sendiri, dan dia yang
mengatakan bahwa dirinya tengah dalam keadaan terluka
parah, dan kenyataan memperlihatkan bahwa Kauwcu
kalian itu tidak dapat melakukan suatu pertempuran,
Loceng kira akan mengerti duduknya persoalan"
"Pendeta gundul keparat" bentak Cin Liang dengan
murka, dimana rupanya dia sudah tidak bisa menguasai diri
lagi, tubuhnya telah menerjang maju, dan ditangannya
tercekal sebatang pedang, senjata mana telah menyambar
menikam kearah ulu hati dari pendeta tersebut. Dengan
demikian, tampak jelas betapa dia dan bermaksud untuk
menikam binasa Tat Mo Cauwsu, tanpa memperdulikan
478 lagi bahwa Tat Mo Cauwsu sesungguhnya seorang -pendeta
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali.
Sedangkan Koat Jie yang melihat saudara sepeguruannya telah menyerang Tat Mo Cauwsu seperti
itu, juga tidak tinggal diam. Ia tahu jika saja Cin Liang
dibiarkan menyerang seorang dici kepada si pendeta,
niscaya akan menyebabkan jiwa Cin Liang terancam bahaya yang tidak kecil.
Melihat saat itu Tat Mo Cauwsu masih tetap berdiri
ditempatnya. Koat Jie juga telah melompat kesamping Tat
Mo Cauwsu, dimana senjatanya bergerak untuk menabas
batang leher pendeta tua itu. Dengan begitu, Cin Liang
bersama Koat Jie telah menyerang si pendeta Siauw Lim
Sie itu dari dua jurusan Siangkoan Cie dan Jiauw Hoat juga tidak tinggal diam.
Waktu melihat kawan mereka telah menyerang Tat Mo
Cauwsu, mereka juga telah menyerang cakal bakal Siauw
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Sie tersebut. Gerakan yang telah dilakukan oleh
mereka sangat cepat dan gesit sekali, karena memang
sebelum Tat Mo Cauwsu datang, mereka telah
merencanakan untuk mengadakan penyerangan yang hebat
bukan main padanya Dalam keadaan seperti itu Tat Mo Cauwsu sama sekali
tidak berkisar dari tempatnya, dia mengawasi dengan tajam,
dan keempat senjata yang tengah menyambar kearah
dirinya dari berbagai jurusan itu terus juga meluncur pesat.
Ketika senjata2 itu hampir mengenai sasarannya,
dengan gesit Tat Mo Cauwsu telah berkelebat ringan, tahu2
tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata keempat
lawannya. Sehingga serangan keempat orang Jie Liong
Kauw tersebut jatuh ditempat kosong.
479 Kiranya Tat Mo Cauwsu dengan mengandalkan
kesempurnaan ginkangnya, telah melompat dan melewati
kepala mereka dan telah berada di luar kalangan.
Tat Mo Cauwsu juga tidak bertindak sampai disitu saja,
sebab dia telah menepuk pundak Jiauw Hoat.
Tepukan itu perlahan, akan tetapi Jiauw Hoat
merasakan tangannya seperti mati dan kaku tidak bisa
digerakkan lagi, senjatanya terlepas dan jatuh berkontrangan. Sedangkan ketiga saudara seperguruannya yang lainnya
terkejut, mereka memutar tubuh masing2, sambil disertai
dengan suara bentakan bengis, tampak mereka telah
meluruk menyerang pada si pendeta lagi.
Tat Mo Cauwsu hanya menggerakkan tubuhnya kekiri
dan kekanan, maka senjata ketiga orang penyerangnya itu
telah mengenai tempat kosong. Hanya saja, disebabkan
mereka menyerang dengan bernafsu dan mempergunakan
tenaga yang berlebihan, dengan sendirinya senjata mereka
telah melukai kawan mereka masing-masing.
Mereka bertiga mengeluarkan jerit kesakitan dan
melompat mundur. Sedangkan si pendeta masih tetap
berdiri tenang-tenang ditempatnya dengan bibir tersenyum
sabar. Sin Han yang menyaksikan cara Tat Mo Cauwsu
menghadapi keempat orang murid Jie Liong Kauw tersebut,
diam2 dihatinya sangat kagum pada cikal-bakal Siauw Lim
Sie ini. Karena dengan demikian memperlihatkan bahwa
kepandaian pendeta ini memang hebat luar biasa dan telah
sempurna tiada tandingannya, hanya dengan gerakan yang
begitu mudah dan tanpa membalas menyerang, dia telah
berhasil merubuhkan lawan2nya.
480 Su Tianglo sendiri telah berseru memuji: "Bagus"
Sedangkan Su Lian menepuk-nepuk tangan.
Dengan meringis menahan sakit, tampak keempat orang
murid Jie Liong Kauw itu telah ber-siap2 hendak
menyerang lagi. Hampir seratus lebih murid2 Jie Liong
Kauw yang lain2 nya telah mencabut senjata mereka, dan
hanya menantikan perintah dari Siangkoan Cie untuk
menyerbu mengeroyok Tat Mo Cauwsu.
Siangkoan C?e sendiri, kecuali terkejut melihat hebatnya
kepandaian Tat Mo Cauwsu, juga penasaran. Dengan
diiringi dengan bentakan yang mengguntur, tampak ia
membacok lagi dengan goloknya. Namun belum lagi golok
itu tiba menyambar pundak Tat Mo Cauwsu, cakal bakal
Siauw Lim Sie itu telah mengkibaskan lengan jubahnya,
tidak ampun lagi Siangkoan Cie terpental dan tubuhnya
terbanting keras sejauh lima tombak lebih.
Ketiga saudara seperguruannya menjadi memandang
bengong, dan murid2 Jie Liong Kauw yang lainnya telah
memandang dengan mata terpentang lebar2, diarn2 nyali
mereka juga jadi ciut melihat kehebatan pendeta tua itu.
Koat Jie, Jiauw Hoat dan Cin Liang waktu melihat
keadaan Siangkoan Cie seperti itu, mereka telah tersadar
dengau cepat dari tertegunnya hampir berbareng ketiganya
telah berteriak. "Maju, bunuh pendeta keparat ini"
ketiganya telah menerjang lagi, diikuti oleh seratus orang
lebih anak buah Jie Liong Kauw yang lainnya.
Mereka menyerang dengan mempergunakan cara
mengeroyok seperti ini merubuhkan Tat Mo Cauwsu, jika
memang memungkinkan juga untuk membinasakan
pendeta yang menjadi cikal bakalnya Siauw Lim Sie itu.
Hal ini memang sengaja diatur oleh Koko Timo, dimana
dia tidak keluar dari markasnya itu, karena dia tidak ingin
481 melibatkan diri dalam hal pengeroyokan seperti itu. Dengan
tidak munculnya dia, jelas hal ini telah membuat Koko
Timo dapat melepaskan tanggung jawabnya, tanpa perlu
kelak ditertawai oleh orang-orang rimba persilatan, jika
Koko Timo muncul dari markasnya membiarkan
murid2nya itu main keroyok seperti ini.
Tat Mo Cauwsu yang berdiri tenang ditempatnya sama
sekali tidak memperlihatkan pera saan gugup, karena
diwaktu itu dia telah menyaksikan bahwa murid2 dari Koko
Timo tersebut, walaupun mereka berjumlah sangat banyak,
toh mereka bukan merupakan lawan yang berarti,
karenanya, Tat Mo Cauwsu mengawasi saja mereka yang
menerjang maju dengan tidak mengadakan suatu gerakan
apapun juga. Cuma saja, begitu senjata lawar.2nya itu
hampir tiba, dengan gerakan yang ringan dan luar biasa
cepatnya Tat Mo Cauwsu telah melompat kesana-kemari.
gerakannya itu menyebabkan murid2 Koko Timo itu jadi
kacau, karena mereka kehilangan sasaran, dan jika saja
mereka meneruskan serangan dan pengeroyokan seperti itu,
niscaya akan menyebabkan mereka menyerang satu sama
lain sesama kawan. Dikala murid2 dari Koko Timo itu bingung tiba2
terdengar suara jeritan yang nyaring sekali.
Kiranya Sin Han yang melihat Tat Mo Cauwsu
dikeroyok seperti itu, tidak bisa berdiam diri saja. Dia telah
melompat ketengah gelanggang dan mengulurkan tangan
kanannya, menjambak punggung seorang murid Jie Liong
Kauw, kemudian melemparkannya. Tubuh murid Jie Liong
Kauw itu terbanting keras sekali ke tanah, dan tidak
beruntung justeru perutnya menghantam mata pedangnya,
sampai mata pedang itu telah menumblas masuk menembus
perutnya terus kepinggangnya.
482 Tidak ampun lagi Jie Liong Kauw yang seorang itu
putus napas. Dan sebenarnya Sin Han sama sekali tidak
ingin menurunkan tangan kematian kepada murid2 Jie
Liong Kauw kematian murid Jie Liong Kauw tersebut
hanyalah kebetulan sekali dia tidak bisa menguasai
tubuhnya ketika terbantting, sehingga mata pedangnya
sendiri makan tuan. Murid2 Jie Liong Kauw yang lainnya terkejut melihat
keadaaan seperti itu. Mereka mengeluarkan seruan gusar
ketika tersadar dari tertegunnya, masing2 melompat untuk
menyerang dengan senjata tajam mereka. Sebagian
menyerang Tat Mo Cauwsu, sebagian lagi dari mereka telah
menyerang kepada Sin Han, Su Lian dan Su Tianglo.
Dengan demikian, pertempuran jadi kalut,.
Jika Tat Mo Cauwsu, memang cikal bakal Siauw Lim
Sie ini sama sekali tidak memperoleh kesulitan apa juga
dalam menghadapi orang2 itu, dimana dia telah membuat
kocar-kacir setiap kali cikal bakal Siauw Lim Sie tersebut
menggerakkan tangan dan kakinya. Namun, Su Lian dan
Su Tiangio sendiri, walaupun memiliki kepandaian yang
tinggi, namun tetap saja mereka kewalahan juga
menghadapi pengepungan seperti itu, sehingga murid2 dari
Jie Liong Kauw dapat mendesak mereka. Itulah disebabkan
jumlah mereka yang terlalu banyak.
Sin Han sendiri dengan mengandalkan kelincahannya,
tubuhnya berkelebat kesana kemari-dengan gerakan yang
sangat cepat, sepasang tangannya telah bergerak, dia dapat
merampas senjata lawannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Sin Han merupakan
gerakan sekadar membela diri belaka jadi bukanlah
bermaksud untuk membinasakan atau mencelakai lawanlawannya.
483 Jika memang keadaan memaksa dan mendesak, barulah
Sin Han menurunkan tangan yang Jauh lebih keras lagi,
sehingga ada salah seorang lawannya yang terbanting
pingsan. Akan tetapi murid2 Jie Liong Kauw seperti juga telah
nekad sekali, karena mereka tanpa memperdulikan
keselamatan jiwa masing2 telah menyerang dengan gencar,
sehingga membuat Sin Han agak sibuk juga untuk berkelit
kesana kemari. Dan suatu kali dengan disertai oleh seruan
yang nyaring, Sin Han menggerakkan sepasang tangannya,
tampak tiga orang murid Jie Liong Kauw terpental dan
tubuh mereka terbanting bergulingan ditanah.
Kemudian kedua tangannya bergerak pula menghantam
kekiri dan kekanan, tampak lima orang lawannya telah
dibuat terpental olehnya Sin Han tidak berhenti sampai disitu saja karena
beberapa kali dia telah berhasil merubuhkan beberapa orang
murid dari Jie Liong Kauw, dengan demikian telah
membuat murid murid Jie Liong Kauw lainnya tidak berani
terlalu mendesaknya. Tat Mo Cauwsu seorang beribadah yang saleh, maka
setiap kali merubuhkan lawannya dia, mempergunakan cara
yang sekiranya tidak membahayakan orang2 yang
dirubuhkannya situ. Dia hanya melontarkan mereka,
sehingga, akhirnya tidak ada seorangpun dari murid2 Jie
Liong Kauw yang berani terlalu mendesak.
Jiauw Hoat, Cin Liang, Siangkoan Cie dan Koat Jie
waktu itu juga telah berdiri berendeng. Mereka serba salah,
karena maju salah mundurpun tidak dapat, sebab walaupun
bagaimana mereka telah memperoleh perintah dari Kauwcu
mereka untuk membendung keempat orang tersebut.
484 Dengan demikian, keempat orang Jie Liong Kauw serta
saudara2 seperguruannya yang lain, telah berdiri mematung
mengawasi ragu kepada Tat Mo Cauwsu dan yang lainnya.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat, katanya: "Silahkan kalian meminta
Kauwcu kalian menemuiku" kata-katanya itu sabar sekali.
Sedangkan Siangkoan Cie jadi bingung juga, dia cepatcepat menyahuti dengan suara tidak lancar. "Jika memang.
memang kau ingin bertemu dengan Kauwcu kami, datang
saja kemari dua bulan mendatang, kelak tentu Kauwcu
bersedia menerimamu untuk bertemu muka"
Tat Mo Cauwsu tersenyum, "Sekarang kau jawablah
yang jujur Siecu Sebenarnya Kauwcu kalian berada disini,
atau memang dia telah menyembunyikan diri di sebuah
tempat lain?" tanya si pendeta.
"Ini.... ini....'' Siangkoan Cie tidak dapat menjawab
dengan segera. "Jawablah yang jujur" kata Tat Mo Cauwsu sambil
memperlihatkan senyum bibirnya, akan tetapi sikapnya itu
berwibawa dan angker sekali.
"Janganlah menakut nakuti anak2 seperti itu" Tiba2 dari
pintu gerbang markas Jie Liong Kauw terdengar seseorang
berkata dengan suara yang dingin sekali, tidak enak
didengar karena suaranya yang nyaring itu cempreng sekali
seperti banci. Semua orang menoleh, tampak dimuka pintu gerbang
dari markas Jie Liong Kauw berdiri seorang tua yang
bertubuh kurus jangkung, matanya bersinar tajam,
hidangnya mancung sekali, bahkan melebihi dari
kemancungan yang wajar, hidungnya sampai bengkok
karena terlalu mancung, bibirnya lebar, seperti juga bibir
485 nya itu terpecah sangat lebar. Dilihat dari ke adaannya dia
memang bukan seorang Han, tentunya seorang asing.
Tat Mo Cauwsu tersenyum, katanya: "Siapakah Siecu?"
"Hemmm" mendengus dingin orang itu, "Aku adalah
sute dari Koko Timo. Namaku Tangki Lalang Hemmm,
sejak tadi kulihat bahwa engkau memang mengandung
maksud tidak baik, pendeta gundul Kau telah menimbulkan
kekacauan disini. Menurut apa yang kudengar dari kakak
seperguruanku, bahwa dia terluka olehmu beberapa hari
yang lalu, dan sekarang muridnya itu telah kau acak-acak
sedemikian rupa," Tat Mo Cauwsu tersenyum, katanya: "Jika memang
Koko Timo bersedia menemui Loceng, tentu tidak akan
terjadi urusan yang tidak menggembirakan ini" Sambil
berkata, begitu, Tat Mo Cauwsu juga berpikir: "Hemm
tampaknya adik seperguruan Koko Timo ini bukan orang
sembarangan, dia tampaknya memiliki kepandaian yang
tinggi sekali." Tangki Lalang tertawa dingin, dia melangkah menuruni
undakan tangga dan kemudian katanya: "Baiklah Karena
kau selalu memaksa ingin bertemu dengan kakak seperguruanku itu, sedangkan kakak seperguruanku tidak dapat
menemui, maka biarlah aku yang mewakilinya. nah,
sesungguhnya ada sangkutan dan dendam apakah antara
kalian?" Murid2 Jie Liong Kauw waktu itu telah mundur
menjauh, mereka sangat girang dengan munculnya Tangki
Lalang, karena dengan demikian mereka tidak perlu
berkuatir lagi menghadapi Tat Mo Cauwsu berempat,
karena merekapun telah memiliki tulang punggung yang
kuat, dimana mereka mengetahui bahwa kepandaian yang
486 dimiliki Tangki Lalang tidak berada disebelah bawah
kepandaian Koko Timo Karena itu, cepat sekali mereka hanya mengambil sikap
mengurung saja dalam jarak yang cukup jauh dari kalangan
itu. Sedang kan JiauwHoat berempat dengan C?a Liang,
S?angkoan C?e dan Koat J?e te?aht mengawasi bengis
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan bibir tersenyum mengejek. Mereka yakin, jika
memang Tangki Lalang bisa menghadapi Tat Mo Cauwsu,
maka Sin Han Su Lian Tan Su Tiang?o tentu dapat mereka
hadapi. Tai Mo Cauwsu waktu itu telah merangkapkan sepasang
tangannya, katanya: "Sesungguhnya Loceng telah mencari
Koko Timo sejak beberapa tahun yang lalu, dimana sejak
masih berada di Persia Locengpun telah mencari jejaknya.
hemmmm, hemmmm, jika Siecu memang adik
seperguruannya, tentu Siecu telah mengetahui urusan itu sejelas2nya"
Tangki Lalang tertawa dingin, katanya: "Sejak puluhan
tahun yang lalu kita berpisah karena itu apa yang dilakukan
oleh kakak seperguruanku tidak diketahui dengan jelas
Hemmm, jika memang demikian baiklah Kalau saja dalam
urusan ini dapat di selesaikan dengan cara yang baik, itu
lebih bagus lagi. Akan tetapi jika kau terlalu mendesak
kepada kakak seperguruanku itu, biarlah aku mewakili
menerima satu dua pukulan dari kau, wahai pendeta yang
sombong" Waktu berkata begitu, Tangki Lalang memperlihatkan
sikap yang keras, matanya memancarkan sinar yang sangat
tajam sekali. Tat Mo Cauwsu dengan sabar mengangguk, "Jika saja
memang Koko Timo bersedia kembali ke Persia dan
berjanji tidak akan melakukan kejahatan pula selama sisa
487 hidupnya, tentu Loceng juga tidak akan memusingi diri
dengan urusannya Akan tetapi kejahatan", yang
dilakukannya sanga ber-tumpuk2, dimana jiwa manusia
dianggapnya sebagai jiwa kecoa. Jika memang Siecu ingin
mewakilinya, mungkin hai itu bukan berdasarkan keinginan
yang tulus dari hati Siecu, melainkan untuk memenuhi
permintaan Koko Timo yang mungkin telah meminta
bantuan dan pertolongan kepada Siecu Bukankah begitu?"
Muka Tangki Lalang berobah merah padam, dia
menjadi gusar, "Aku tidak perlu berdebat-bicara dengan
sebangsa manusia keparat seperti kau" kata Tangki Lalang
dengan suaranya yang keras sekali, kedua tangannya
mendadak sekali menyambar dengan gerakan luar biasa,
dimana dia telah menyampok dengan kekuatan Lwekang
yang menyesakkan napas Tat Mo Cauwsu
Diam2 Tat Mo Cauwsu jadi terkejut, karena dia melihat
bahwa Tangki Lalang memang bukan sebangsa manusia
yang lemah, tenaga Iwekangnya itu sangat kuat, juga
memiliki sifat yang aneh, yaitu panas seperti juga menyambarnya api.
Diantaranya menderu-derunya angin serangan dari
Tangki Lalang, tampak Tat Mo Cauwsu telah mengelakkan
diri kesamping kanan kemudian mengibas tangan kanannya
diiringi seruannya: "Siecu ternyata memiliki ilmu silat yang
sesat" Tangki Lalang telah tertawa dingin: "Sesat atau tidak,
yang terpenting bisa atau tidak kau menandingi
kepandaianku" Tat Mo Cauwsu sendiri merasa heran, mengapa setiap
kali menyerang, tenaga dari Tangki Lalang semakin kuat
dan semakin hebat. 488 Jika serangannya tidak mengenai sasarannya, Tangki
Lalang akan menyusuli pula dengan serangan berikutnya,
dan serangannya ini jauh lebih kuat dari yang sebelumnya.
Hal ini membuat Tat Mo Cauwsu benari tidak mengerti.
Semula dia menduga bahwa Tangki Lalang memang
mempergunakan taktik menyerang dengan bertahap, yaitu
semula dia mempergunakan empat bagian dari tenaga
serangan Lwekangnya, kemudian meningkat menjadi lima
bagian, enam bagian dan seterusnya. Akan tetapi setelah
bertempur sekian lama, akhirnya Tat mo Cauwsu melihat
bahwa tenaga serangan itu memang semakin hebat juga,
tentu didalam ini terdapat sesuatu yang tidak beres.
Cepat sekali Tat Mo Cauwsu telah mengerahkan tenaga
dalamnya, waktu sewaktu kali Tangki Lalang menyerangnya, dia telah menangkis dengan memusatkan
enam bagian dari tenaga dalamnya, gerakannya itu telah
menyebabkan tenaga serangan yang dilakukan oleh Tangki
Lalang terbentur hebat, dan mereka berseru kaget, karena
dia merasakan tubuhnya seperti juga terdorong dengan kuat
oleh suatu tenaga raksasa.
Tubuh Tangki Lalang telah terhuyung satu langkah.
Walaupun hanya satu langkah, akan tetapi ini memiliki arti
yang sangat besar sekali, karena disaat mana telah
dipergunakan oleh Tat Mo Cauwsu untuk mendesaknya.
Diantara men-deru2nya angin serangan kedua orang itu,
tubuh mereka juga berkelebat kesana kemari dengan
gerakan yang eepat sekali, setiap kali serangan yang
dilakukan Tat Mo Cauwsu maupun Tangki Lalang telah
menyebabkan batu2 kerikil yang kecil dan pasir
beterbangan. Murid2 Jie Liong Kauw malah telah mundur jauh sekali
membuka kalangan lebih luas karena mereka tidak sanggup
489 berdiri diam ditempat mereka terkena dorongan angin
serangan Tat Mo Cauwsu maupun Tangki Lalang.
-o0od0wo0o- JILID XIV MALAH, ada seorang murid Jie Liong Kauw yang tidak
keburu melompat ke belakang mundur menjauhi diri,
dirinya itu telah terhantam oleh angin serangan Tat Mo
Cauwsu dan Tangki Lalang yang tengah saling bentrok,
tidak ampun lagi tubuhnya terguling rubuh di tanah.
Untung saja dia tidak sampai terluka dalam, dan cepat2
bangun berdiri dan menjauhi gelanggang pertempuran itu
dengan muka yang pucat pias.
Sin Han sendiri yang menyaksikan jalannya
pertempuran itu, diam2 jadi berpikir bahwa didalam
kalangan rimba persilatan yang memang memiliki
kepandaian tinggi dan sempurna ternyata tidak sedikit.
Terbukti dari yang dilihatnya, bahwa Tat Mo Cauwsu
memiliki kepandaian yang benar2 telah sempurna, sedangkan Koko Timo juga memiliki kepandaian yang tinggi,
lalu Tangki Lalang yang kepandaiannya pun tidak berada
disebelah kepandaian dari Koko Timo, kakak seperguruannya itu. Dengan demikian tefah membuat Sin Han juga bertekad
kelak akan melatih diri lebih baik lagi, guna memperoleh
kemajuan yang lebih pesat.
Jika dibandingkan kepandaiannya dengan ketiga orang
itu, Tat Mo Cauwsu, Koko Timo dan Tangki Lalang, Sin
Han masih jauh karenanya, dia segera dapat rnelihat masih
490 banyak sekali kekurangan2 yang terdapat
kepandaiannya yang telah dimilikinya sekarang ini
pada Su Lian pun demikian, gadis ini berdiam diri dengan
sepasang mata yang terpentang lebar-lebar, karena dia
menyadari bahwa kepandaiannya masih belum berarti
apa2, sehingga dia masih membutuhkan banyak waktu
untuk latihan memahirkan kepandaiannya.
Jika dia melatih diri selama dua puluh tahun lagi, belum
tentu gadis ini bisa memiliki kepandaian setinggi Tat Mo
Cauwsu, Koko Timo maupun Tangki Lalang.
Su Tianglo yang memiliki kepandaian lebih tinggi juga
diam2 mengakuinya jika dibandingkan dengan Koko Timo
maupun Tangki Lalang dia masih kalah beberapa tingkat
dibawah kepandaian kedua orang itu. Terlebih lagi jika mau
dibandingkan dengan kepandaian Tat Mo Cauwsu.
Diam2 Su Tianglo telah mementang mata
mengawasi jalannya pertempuran itu dengan
berhatian, karena dari pertempuran yang
berlangsung antara Tat Mo Cauwsu dan Tangki
dapat ditarik banyak manfaat oleh Su Tianglo.
lebar2 penuh tengah Lalang Dikala itu Tat Mo Cauwsu sendiri tengah mengeluarkan
beberapa macam kepandaian serta ilmu simpanannya,
Tangki Lalang sendiri tampaknya telah mengeluarkan
seluruh kepandaiannya untuk menandingi kepandaian Tat
Mo Cauwsu yang memang sangat luar biasa hebatnya,
"Hemmmm. orang ini bernafsu sekali buat merubuhkan
aku" pikir Tat Mo Cauwsu dalam hatinya. "Sebenarnya,
jika memang aku mau mempergunakan Kiu Im Cinkeng
dan Kiu Yang Cinkeng yang baru saja telah berhasil Loceng
gubah, tentu dengan mudah ia bisa dirubuhkan, akan tetapi
orang ini tentu rubuh dengan tubuh yang bercacad, inilah
yang harus disayangkan, karena dia memiliki kepandaian
491 tinggi seperti sekarang ini diperolehnya dengan sulit dan
latihan2 yang tidak mudah"
Sedang Tat Mo Caawsu berpikir seperti itu, justru
Tangki Lalang telah menyerangnya dengan dahsyat.
Karenanya Tat Mo Cauwsu mengelak beberapa kali,
kemudian dia mengibas dengan tangan kanannya, dari
telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan
yang aneh sekali, sebentar lunak sebentar lembut, sebentar
lagi menjadi keras dan kuat sekali.
Melihat perubahan pada tenaga Lweekang Tat Mo
Cauwsu membuat Tangki Lalang jadi terkesiap hatinya, dia
heran dan kaget, cepat cepat dia mengulangi serangannya
lagi. Namun sama seperti tadi, begitu Tat Mo Cauwsu
menggerakkan tangan kanannya, maka seketika tenaga
serangan dari Tangki Lalang telah dapat dipunahkan.
Tangki Lalang penasaran sekali, dia mengulangi lagi
serangan-serangannya. Namun seperti tadi, tetap saja setiap
kali Tat Mo Cauwsu menggerakkan tangan kanannya yang
dikibaskannya, maka tenaga serangan dari Tangki Lalang
dapat dipunahkannya. Diluar tahu dari Tangki Lalang, sesungguhnya Tat Mo
Cauwsu tengah mempergunakan Kiu Yang Cinkeng dan
Kiu Im Cinkeng bergantian, dua macam kekuatan
Lweekang yang baru saja berhasil digubahnya, merupakan
Lweekang kelas satu dan sulit untuk dihadapi oleh siapapun
juga. Sedangkan semula Tat Mo Cauwsu memang tidak ingin
mempergunakan ilmu gubahannya itu pada siapapun juga.
Sekarang dia mempergunakan juga dua macam Lweekang
yang baru digubahnya itu, inilah disebabkan dia terpaksa
492 sekali buat menguasai lawannya yang memilki kepandaian
tidak lemah. Selama sepuluh tahun lebih Tat Mo Cauwsu telah
menghabisi waktunya untuk menciptakan semacam ilmu
baru yang luar biasa, la telah menyaring dari seluruh
kepandaiannya yang ada, untuk menggubah Kiu Im
Cinkeng dan Kiu Yang Cinkeng. Dengan demikian, dia
telah menghabiskan tenaga dan pikiran maupun waktu yang
tidak sedikit. Dan akhirnya memang Tat Mo Cauwsu
berhasil menggubah Kiu Yang Cinkeng dan Kiu Im
Cinkeng. Kedua macam ilmu itu merupakan seluruh
kepandaian Tat Mo Cauwsu yang tergabung menjadi satu.
Dapat dibayangkan betapa hebatnya ilmu yang telah
berhasil digubah oleh Tat Mo Cauwsu, dengan demikian
telah membuat dia sendiri bimbang dan ragu2 buat
mempergunakannya sembarangan pada lawan2 yang biasa.
Sejak berhasilnya digubah ilmu tersebut, baru pertama
kali inilah Tat Mo Cauwsu mempergunakannya. Inipun
disebabkan dia terpaksa sekali, karena Tangki Lalang
tampaknya mendesaknya dengan pukulan yang semakin
lama semakin dahsyat, disamping itu memang kepandaian
Tangki Lalang pun sangat tinggi.
Sebenarnya, jika saja Tat Mo Cauwsu memiliki
kekerasan hati untuk melukai lawannya tentu dengan
mudah dia bisa merubuhkan lawannya dengan
mempergunakan Kiu Yang Cinkeng atau Kiu Im Cinkengnya. Hanya saja, Tat Mo Cauwsu masih berusaha, jika
dapat dia ingin menyudahi pertempuran tersebut tanpa ada
yang terluka diantara mereka berdua.
Tangki Lalang sendiri menduga bahwa lawannya hanya
memiliki semacam ilmu yang aneh, yaitu setiap kali
mengibaskan tangannya dia bisa memunahkan 493 serangannya. Hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh Tat
Mo Cauwsu, karenanya Tangki Lalang juga berpikir,
mungkin dia hanya bisa menangkis dan memunahkan
serangan yang bagaimana hebat sekalipun. Akan tetapi
tidak pernah dia dapat menyerang kepadanya.
Teringat akan itu, Tangki Lalang bukannya kembali jadi
menurun semangatnya, malah semakin terbang semangatnya dan mempergencar serangannya.
Menurut anggapan Tangki Lalang, jika ia mendesak
terus lawannya dengan serangan yang hebat, niscaya akan
menyebabkanTat Mo
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cauwsu kehabisan tenaga bertahannya dan suatu saat akan rubuh juga.
Tat Mo Cauwsu melihat betapa Tangki Lalang
menyerangnya dengan tenaga yang semakin kuat dan hebat,
karenanya diapun tidak berdiam diri.
"Aku harus dapat menyelesaikan pertempuran ini
dengan segera" pikir Tat Mo Cauwsu. Sambil berpikir
begitu, juga telah mengerahkan tenaga dalamnya pada
kedua telapak ta ngannya, tahu2 tangan kanannya
dikibaskan, menangkis serangan Tangki Lalang, kemudian
menyusul tangan kirinya yang memukul mempergunakan
enam bagian dari Kiu Yang Cinkeng-nya.
Tangki Lalang merasakan semangatnya seperti terbang
meninggalkan tubuhnya. Waktu itu dia tengah menyerang
hebat, tahu2 tenaganya lenyap karena kibasan tangan kanan
Tat Mo Cauwsu dan sekarang dari tangan kiri Tat Mo
Cauwsu menerjang suatu tenaga serangan yang hebat bukan
main. Tenaga yang membuat dia sulit bernapas dan tahu2
pandangan matanya jadi gelap, dimana dia mengeluarkan
seruan tertahan, tubuhnya terpental sampai enam tombak
lebih. 494 Untung saja Tangki Lalang tidak pingsan sebab dia
dapat berpoksay dan berdiri di atas kedua kakinya. Diantara
keadaaan sadar dan tidak sadar Tangki Lalang masih ingat
atas keselamatan dirinya dari serangan lawan, karenanya
sambil mengeluarkan seruan walaupun matanya belum
dapat melihat dengan jelas, dia telah menghantam beruntun
mempergunakan kedua tangannya.
Karena jarak mereka yang terpisah cukup jauh. dengan
sendirinya pukulan yang dilakukan oleh Tangki Lalang
tidak bermanfaat apa2, Tat Mo Cauwsu tetap berdiri
ditempatnya. Yang menjadi korban justru patung naga-nagaan yang
berada disamping pintu gerbang dari perkumpulan Jie
Liong Kauw tersebut, hancur menjadi bubuk.
Tat Mo Cauwsu menghela napas. "Tampaknya Tangki
Lalang memang bukan seorang manusia baik-baik.
Ttangannya telengas dan hatinya kejam sekali...." pikir Tat
Mo Cauwsu. Karena berpikir begitu, akhirnya dengan penuh
penyesalan Tat Mo Cauwsu telah mengambil keputusan
walaupun bagaimana hari ini dia harus membuka
pantangan membunuh. Jika dapat memang dia hanya ingin
melukai Tangki Lalang dan memusnahkan seluruh
kepandaiannya, akan tetapi jika terpaksa sekali diapun akan
turunkan tangan kematian buat Tangki Lalang.
Tangki Lalang yang melihat serangannya yang terakhir
itu tidak membawa hasil sama sekali. Dia cepat2
mengeropos semangatnya dan meluruskan pernapasannya.
Matanya yang ber-kunang2 kini sudah pulih kembali,
dia dapat melihat dengan jelas. Semangatnyapun telah
terkumpul pula. 495 Jika tadi dia menyerang yang terakhir dengan
kemarahan yang me-luap2, namun sekarang setelah berhasil
memulihkan semangatnya Tangki Lalang jadi teringat akan
pantangan rimba persilatan, yang tidak boleh mengumbar
kemarahannya, karena jika demikian pemusatan tenaga
dalamnya tidak bisa dikerahkan keseluruhannya dan
membawa kerugian pada dirinya sendiri.
Karena itu perlahan-lahan kemarahan hatinya jadi
menurun. Disamping itu pula, memang Tangki Lalang
diam2 mengagumi kepandaian dan ilmu Tat Mo Cauwsu,
yang diakui merupakan suatu kepandaian yang benar2
tinggi. Hanya saja untuk mengakui bahwa dia berada dibawah
kepandaian sang pendeta, tentu saja dia tidak mau.
Karenanya, setelah seluruh tenaganya sudah terkumpul dan
pernapasannya telah dapat diluruskan kembali, per-lahan2
ia melangkah menghampiri Tat Mo Cauwsu.
Sikap yang di perlihatkan Tangki Lalang ngancam
sekali, dan juga matanya yang kebiru biruan itu telah
memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.
Tat Mo Cauwsu berdiri diterapatnya dengan tenang dan
kedua tangannya di rangkapkan, sikapnya itu merupakan
sikap seorang pendeta yang welas asih.
Sin Han dan lainnya waktu melihat keadaan yang
menegangkan itu, jadi menahan napas masing2, karena
mereka jadi tegang bukan main, hati mereka jadi berdebar
keras, mereka menyadarinya bahwa inilah penentuan dari
pertempuran kedua orang tokoh rimba persilatan itu yang
masing2 memang berkepandaian yang telah mencapai
puncak kesempurnaan. 496 Sikap yang diperlihatkan Tangki Lalang menunjukkan
bahwa Tangki Lalang seperti juga akan menyerang
mencapai penentuan diantara mereka berdua.
Setelah melangkah beberapa tindak lagi, dan jarak
antara Tangki Lalang dengan Tat Mo Cauwsu hanya
terpisah beberapa tombak saja,. Tangki Lalang mengerang
perlahan, kemudian disusul dengan suara mendesis penuh
penasaran: "Hemmm, sekarang aku ingin melihat apakah
kau sanggup menerima ilmu pukulan geledekku"
Tat Mo Cauwsu hanya tersenyum saja. Namun pendeta
yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie menyadari apa
maksud dari perkataan Tangki Lalang itu, yaitu dia mau
mengeluarkan kepandaian atau ilmu simpanannya.
Karenanya, Tat Mo Cauwsu telah memusatkan seluruh
kekuatan Lwekangnya dan berwaspada.
Tangki Lalang setelah mengerang dua kali-lagi,
menggerakkan sepasang tangannya, dia mengangkatnya
sampai diatas kepalanya, lalu dia turunkan menghantam ke
arah sipendeta. Seketika itu juga, tenaga Lwekang Tangki Lalang
menyambar. Dan seperti juga halnya, dengan nama ilmu
pukulan itu sebagai Ilmu Pukulan Geledek, maka angin
pukulan itu benar-benar seperti sambaran petir,
sambarannya sangat cepat sekali dan mengandung hawa panas luar biasa.
Tat Mo Cauwsu tidak tinggal diam. Dia menggeser
kedudukan kedua kakinya,. Dan tubuhnya telah menyingkir
kesamping kanan. Dengan demikian pukulan yang di
lakukan oleh Tangki Lalang mengenai tempat kosong,
menghantam tanah tempat dimana Tat Mo Cauwsu berdiri.
Dan kesudahannya memang mengejutkan sekali, tanah itu
jadi berlobang sedalam dua tombak lebih
497 Hal itu menunjukan betapa hebatnya tenaga Pukulan
Geledek yang dilancarkan Tangki Lalang, sehingga tanah
itu bagaikan benar2 disambar geledek hingga berlobang
lebar. Tat Mo Cauwsu sendiri jadi tercekat hatinya, karena ia
tidak menyangka sehebat itu ilmu simpanan Tangki Lalang.
Namun tekad Tat Mo Cauwsu untuk merubuhkan Tangki
Lalang semakin kuat, Dengan ilmu dan kepandaian yang
demikian tinggi, jelas Tangki Lalang merupakan manusia
yang berbahaya sekali, karena dia memiliki tangan yang
telengas dan hati yang kejam. Dengan sendirinya telah
membuat Tat Mo Cauwsu berpikir jauh sekali demi keselamatan jago2 rimba persilatan lainnya.
Melihat Tangki Lalang tengah menggerakan tangannya
yang diangkat keatas kepalanya ber siap2 hendak
menyerang lagi, Tat Mo Cauwsu tidak mau mem-buang2
waktu, tangan kanannya tahu2 meluncur, dia menyerang
dengan disertai tenaga dalam Lweekang dari Kiu Yang
Cinkeng. Kiu Yang Cinkeng ilmu ciptaannya itu merupakan ilmu
yang luar biasa. Tenaga Lweekang dari pukulan yang
menyambar itu sangat keras dan kuat sekali.
Tangki Lalang yang melihat dirinya tidak keburu
melancarkan serangan berikutnya, malah dia yang diserang
oleh pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie itu,
membuat dia jadi mendongkol bukan main.
Tidak menanti tenaga serangan dari Tat Mo Cauwsu
tiba dan waktu dia merasakan bahwa tenaga pendeta itu
bersifat Yang (keras) dengan cepat dia menurunkan kedua
tangannya. Bukannya menangkis, justeru Tangki Lalang
telah menyerang juga dengan mempergunakan pukulan
498 Geledeknya. Dia ingin membarengi dengan cara begitu,
karena bermaksud keras lawan keras.
Hanya saja begitu dia memusatkan tenaga ilmu Pukulan
Geledeknya, Tangki Lalang jadi kaget dan hatinya tercekat.
Semula tenaga serangan dari Tat Mo Cauwsu keras dan
kuat, dan dia telah mempergunakan ilmu pukulan
Geledeknya. Akan tetapi disaat kedua macam kekuatan
tenaga itu akan saling bentur, justru tenaga serangan dari
Tat Mo Cauwsu telah berubah lagi menjadi lunak, selunak,
kapas. Seketika, tenaga ilmu pukulan Geledek dari Tangki
Lalang seperti jatuh kedasar lautan tidak berbekas dan
punah sendirinya. Akan tetapi tenaga serangan dari pendeta
itu sendiri walaupun telah berobah menjadi lunak, tetap saja
meluncur menyerang Tangki Lalang.
Sudah tidak ada jalan lain buat Tangki Lalang
mengelakkan diri dari tenaga dalam lawannya dan belum
sempat dia berusaha untuk menghindarkan atau menangkis,
tubuhnya seperti telah terbungkus oleh selubung yang tidak
tampak, hawa yang dingin sekali dan tubuhnya terangkat ke
tengah udara. Terangkatnya tubuh Tangki Lalang perlahan-lahan naik
satu demi satu dim, tetapi tubuhnya itu semakin naik
meninggi. Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi mementang
mata mereka lebar2 dengan mulut yang terbuka karena
heran dan takjubnya. Tat Mo Cauwsu seperti juga tengah
mempergunakan ilmu sihir.
Tangki Lalang telah berusaha memusatkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya, dia berusaha memberikan
perlawanan dan meronta guna melepaskan dirinya dari
libatan dan pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu, akan
499 tetapi gagal sama sekali, sebab di waktu itu tubuhnya tetap
tidak dapat berkutik tak bisa melepaskan dirinya dari
libatan dan pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu yang
begitu luar biasa tubuhnya tetap terapung semakin lama
semakin naik meninggi, Tat Mo Cauwsu tampak menggerakkan tangannya itu
perlahan-lahan yang bergerak semakin lama semakin naik
keatas. Sedangkan dari kening dan kepalanya telah keluar
semacam uap tipis, yang telah membubung tinggi sekali.
Semakin lama uap itu keluar dari kepala Tat Mo Cauwsu
makin tebal juga, itu menunjukkan bahwa pendeta yang
menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie tersebut telah
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga Lweekangnya, buat
menjerat dan melibat musuhnya.
Memang Tangki Lalang seorang tokoh yang memiliki
kepandaian tinggi sekali.
Jika saja Tat Mo Cauwsu setengah hati melibatnya dan
juga mengikat dengan kekuatan tenaga Lweekangnya, tentu
Tangki Lalang akan dapat memberikan perlawanan dan
dengan sendirinya bisa menyebabkan dirinya berbaiik
diserang oleh Tangki Lalang. Itulah sebabnya Tat Mo
Cauwsu juga tidak berani berayal sedikitpun juga, tenaga
dalamnya tetap dikerahkan sepenuhnya.
Tangki Lalang sangat gusar, berulang kali dia gagal
dalam memusatkan seluruh tenaga dalamnya, bahkan dia
merasakan tubuhnya seperti terlibat oleh kekuatan tenaga
dalam yang tidak tampak, membuat sekujur tubuhnya
terasa sakit sakit. Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri telah beberapa kali
menambah kekuatan tenaga dalamnya.
500 Jika tubuh Tangki Lalang itu mulai menaik keatas, si
pendeta telah mengerahkan Kiu Im Cinkengnya lebih kuat
lagi. Dengan demikian, Tangki Lalang telah dapat dilibat dan
dibawa naik sampai beberapa tombak tingginya.
Itulah pemandangan yang benar2 luar biasa sekali,
karena bagi Sin Han, Su Tianglo, Su Lian dan lain2nya,
merupakan peristiwa yang pertama kali mereka saksikan
seumur hidupnya. Semua orang2 itu jadi memandang dengan mata yang
terpentang lebar2, di samping itu juga mereka semuanya
menahan napas dengan hati yang berdebar.
Tangki Lalang sebagai seorang tokoh terkemuka di
negerinya, Persia, yang memiliki kepandaian tidak berada
disebelah bawah kepandaian Koko Timo, mana mau
membiarkan dirinya terjerat terus seperti itu" Dia berusaha
dengan berbagai cara buat menghancurkan dan
memunahkan tenaga libatan Tat Mo Cauwsu. Walaupun
selalu gagal, Tangki Lalarg tidai. pernah berdiam diri dan
berputus asa, dia terus juga berusaha untuk meloloskan diri
dari pengaruh tenaga dalam Tat Mo Cauwsu.
Karena selalu gagal untuk meloloskan diri dari libatan
tenaga mujijat Tat Mo Cauwsu, dengan sendirinya
membuat Tangki Lalang jadi nekad.
Waktu merasakan tubuhnya semakin lama semakin naik
tinggi juga, akhirnya dia telah menyedot hawa udara, dan
mengumpulkan seluruh kekuatan Lwekangnya. Dia
menyadarinya jika ia mempergunakan kekuatan Iwekang
yang berkelebihan, niscaya,dia akan terluka di dalam oleh
tenaga dalamnya sendiri. Akan tetapi memang waktu itu
Tangki Lalang sudah tidak memiliki pilihan lainnya, dia
501 harus dapat melepaskan kekuatan tenaga dalam Tat Mo
Cauwsu yang melibatnya itu.
Waktu itulah, setelah dia berhasil mengumpulkan
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seluruh kekuatan, tenaga Lwekangnya. dia membentak
bengis dan kedua tangannya digerakkan untuk melepaskan
jeratan tenaga dalam Tat Mo Cauwsu. Memang Tangki
Lalang berhasil menggerakkan sepasang tanganrrya itu
hanya setengah saja, waktu dia ingin mengangkatnya
keatas, diwaktu itulah tenaga libatan dari Tat Mo Cauwsu
semakin kuat juga. Dengan sendirinya membuat Tangki
Lalang jadi terjerat kuat lagi. Beberapa kali dia mencoba.
Dan sampai suatu kali, dia berhasil menggerakkan sepasang
tangannya, dengan disertai serangan yang keras, dia
mengangkat sepasang tangannya.
Begitu sepasang tangannya dapat diloloskan dari jeratan
tenaga dalam lawannya, seketika itu pula tampak Tangki
Lalang telah mempergunakan ilmu pukulan Geledeknya.
Hebat benar tenaga serangannya, dia langsung
menyerang mempergunakan pukulan Geledeknya itu
kepada Tat Mo Cauwsu. Jika memang Tat Mo Cauwsu tidak melepaskan jerat
tenaga dalamnya yang melibat tubuh lawannya itu, niscaya
tubuh pendeta itu akan hangus terkena serangan ilmu
pukulan Geledek yang dilancarkan oleh Tangki Lalang
Tat Mo Cauwsu sendiri terkesiap hatinya. Sebelum
angin serangannya itu tiba, dan masih terpisah beberapa
tombak dan dirinya, Tat Mo Cauwsu sudah merasakan
betapa panasnya angin serangan itu. Diapun menyadarinya
betapa hebatnya kekuatan tenaga dalam yang dipergunakan
oleh Tangki Lalang. Dalam keadaan seperti inilah tampak Tat Mo Cauwsu
tidak bisa bersikeras terus dengan caranya menjerat Tangki
502 Lalang mempergunakan Kiu Yang Cinkeng-nya, terpaksa
Tat Mo Cauwsu menarik pulang kekuatan tenaga Kiu Yang
Cinkengnya, sehingga tubuh Tangki Lalang tidak terjerat
terus, dan tubuhnya telah meluncur turun ke bawah dari
ketinggian beberapa tombak.
Namun memang Tangki Lalang memiliki kepandaian
yang tinggi dan juga ginkang yang telah sempurna, sehingga
dia bisa meluncur turun dengan pesat dan ringan, dia telah
hinggap dengan kedua kakinya terlebih dahulu.
Hanya saja, disebabkan Tangki Lalang tadi telah
mempergunakan kekuatan tenaga Lwekangnya berkelebihan, membuat napasnya megap memburu keras
sekali. Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri telah menghela
napas dalam-dalam. Pendeta yang menjadi cikal bakal
Siauw Lim Sie ini menyadari, jika pertempuran ini
dilanjutkan, berarti mereka berdua akan bersama-sama
terluka. Akan tetapi dilihatnya Tangki Lalang telah menyerang
sambil mengangkat kedua tangannya, siap untuk menerjang
dan menyerang lagi dengan pukulan Geledeknya.
Diantara serangannya itu, kedua tangan Tangki Lalang
terangkat tinggi. Namun dia tidak menyerang dengan
segera, hanya bola matanya yang mencilak besar terpentang
lebar. Tat Mo Cauwsu tetap berwaspada, diam2 pendeta yang
menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie ini berpikir, entah tipu
daya apa yang ingin dipergunakan Tangki Lalang dengan
berdiam diri seperti itu, ialah mengangkat sepa sang
tangannya dan mata mendelik serta muka seperti meringis.
503 Tidak lama kemudian, Tat Mo Cauwsu habis sabar. Dia
berseru: "Menyeranglah, mari kita lihat, sesungguhnya
kepandaian siapakah yang lebih sempurna...."
Akan tetapi waktu Tat Mo Cauwsu berkata sampai
disitu, justeru tubuh Tangki Lalang telah terhuyung maju
dua langkah, kemudian rebah tengkurap.
Ternyata waktu tubuh Tangki Lalang tadi terlibat tenaga
Lwekang Tat Mo Cauwsu di udara, dia telah tergempur
hebat dan terluka didalam. Seluruh anggota didalam
tubuhnya telah rusak dan hancur.
Hanya disebabkan perasaan penasaran saja yang
membuat Tangki Lalang tidak segera putus napas, dia
masih bisa mengangkat kedua tangannya guna menyerang
lagi. Begitu dia berhasil mengangkat kedua tangannya,
napasnya telah putus dan berhenti, dan dia telah meninggal
dunia dalam keadaan berdiri.
Dan diwaktu itulah, disaat Tat Mo Cauwsu yang
menanti sekian lama orang ini tidak menyerangnya, telah
menantangnya, tubuhnya Tangki Lalang telah terhembus
angin dan dia rubuh rebah tidak berkutik lagi.
Melihat lawannya telah menyadari itulah kematian
penasaran. Dan cepat2 Tat Mo Cauwsu telah
merangkapkan sepasang tangannya, kemudian Tat Mo
Cauwsu telah memuji akan kebesaran Sang Buddha.
Kemudian tanpa memperdulikan semua orang yang berada
disitu, Tat Mo Cauwsu telah duduk bersila untuk mengatur
jalan pernapasannya. Memang diwaktu itu Tat Mo Cauwsu juga telah terluka
didalam yang tidak ringan. Hanya saja disebabkan dia
memang memiliki kepandaian yang telah mencapai puncak
504 kesempurnaan, dengan sendirinya dia bisa bertahan. Dan
setelah mengetahui lawannya terbinasa dengan cara yang
mengenaskan seperti itu, ia tidak memperdulikan apa yang
ada disekitarnya, karena jika ia terlambat mengatur
pernapasannya, niscaya diapun akan mengalami bencana
yang tidak ringan. Dalam keadaan seperti ini Sin Han, Su Lian dan Su
Tianglo tidak bisa berdiam diri saja, mereka telah melompat
berdiri mengelilingi Tat Mo Cauwsu.
Mereka rupanya kuatir kalau2 disaat Tat Mo Cauwsu
tengah bersemadhi mengatur jalan pernapasannya untuk
memulihkan luka didalam tubuhnya, ada anak buah dari Jie
Liong Kauw yang menyerang secara membokong.
Seorang yg tengah mengerahkan dan memusatkan
Lweekangnya guna menyembuhkan luka didalam
tubuhnya, tidak dapat terganggu oleh apapun juga, karena
begitu perhatiannya terpecahkan, niscaya orang yang
bersangkutan itu akan menerima bencana yang lebih hebat
lagi. Sedangkan orang2 Jie Liong Kauw sendiri telah berdiri
mematung dengan hati ber-debar2 Mereka telah melihatnya
dengan jelas, betapa Tangki Lalang yang memiliki
kepandaian begitu tinggi masih bisa dibinasakan oleh Tat
Mo Cauwsu dengan kematian yang begitu mengenaskan
sekali. Semuanya jadi ciut nyalinya, tidak seorangpun yang
berani menerjang maju. Sedangkan keadaan di sekitar tempat itu, walaupun
terdapat ratusan orang, hening sekali, bagaikan tempat itu
tidak ada manusia. 505 Tat Mo Cauwsu masih tetap bersemadhi meluruskan
pernapasannya. Tidak lama kemudian dari dalam gerbang gedung itu
telah keluar seseorang manusia.
Mata Sin Han terpentang lebar-lebar.
Orang yang baru keluar itu tidak lain Koko Timo.
Sebenarnya Koko Timo tengah terluka akibat
pertempurannya dengan Tat Mo Cauwsu tiga hari yang
lalu. Akan tetapi dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Kebetulan dia dikunjungi oleh adik seperguruannya,
Tangki Lalang yang memiliki kepandaian tidak berada
disebelah bawah kepandaiannya.
Demikianlah, dengan mempergunakan Lwekangnya
sendiri dan ditambah dengan bantuan tenaga dalam Tangki
Lalang, luka didalam tubuh Koko Timo telah dapat
dilenyapkan dan disembuhkan kembali, sehingga seluruh
pernapasannya dan jalan darahnya dapat berjalan dengan
lancar. Akan tetapi, walaupun begitu. Koko Timo memerlukan
waktu kurang lebih satu bulan untuk memulihkan
kesehatan keseluruhannya.
Tadi dia memang telah mendengar suara ribut-2,
sebenarnya Koko Timo tengah bercakap-cakap dengan adik
seperguruannya itu. Mendengar suara ribut2 dan menduga bahwa yang
datang dan menimbulkan keributan diluar gedung Jie Liong
Kauw itu adalah Tat Mo Cauwsu bersama Sin Han, Su
Lian dan S u Tianglo, maka Tangki Lalang telah diminta
506 oleh Koko Timo untuk mewakilinya melayani Tat Mo
Cauwsu. Tangki Lalang yang memang memiliki kepandaian
tinggi dan jiwa yang sombong, segera menyataakan pada
adik seperguruannya, bahwa dia akan membinasakan
pendeta itu dan Koko Timo tidak perlu ikut keluar.
Begitu pun halnya dengan Koko Timo, dia memang
yakin bahwa adik seperguruannya itu akan berhasil
membinasakan Tat Mo Cauwsu. Bukankah tiga hari yang
lalu pendeta itu telah mengadu kekuatan dan bertempur
dengannya, sehingga diakhiri dengan lukanya Koko Timo.
Tetapi Koko Timo yakin bahwa Tat Mo Cauwsu juga tidak
luput dari terluka didalam.
Dan sekarang Tangki Lalang yang memiliki kepandaian
tidak berada disebelah bawah keadaannya masih dalam
keadaan segar dan semangat dan tenaganya masih dalam
keadaan penuh, dengan sendirinya ia akan dapat
merubuhkan Tat Mo Cauwsu.
Itulah sebabnya mengapa Koto Timo ber diam diri saja
didaiara, dia tidak ikut keluarSiapa tahu Tangki Lalang justru menemui kematiannya
dengan cara yang begitu mengenaskan sekali.
Dan setelah keadaan hening, Koko Timo-jadi heran,
mengapa tidak ada anak buahnya yang melaporkan hal itu.
dan juga Tangki Lalang tidak masuk menemuinya.
Bukankah pertempuran telah selesai dengan keadaan yang
menjadi hening seperti itu" Apakah Tangki Lalang telah
terluka hebat oleh Tat Mo Cauwsu. Atau memang mereka
telah ber-sama2 terluka"
Karena memiliki dugaan dan pertanyaan-pertanyaan
seperti itu, membuat Koko Time jadi keluar dari dalam
507 gedung Jie Liong Kauw untuk melihatnya sebenarnya apa
yang telah terjadi. Dikala itu, ia telah melihat jelas betapa tubuh Tangki
Lalang rebah menggeletak tidak bergerak dan tidak
bernapas lagi, hatinya tercekat dan hampir saja
mengeluarkan suara seruan murka. Akan tetapi Koko Timo
segera menguasai goncangan hatinya, karena jika dia
menuruti kemarahan hatinya, sulit buat dia untuk
menghadapi Tat Mo Cauwsu.
Yang membuat hatinya terhibur, dia melihat Sin Han,
Su Liati dan Su Tianglo tengah berdiri di sekitar Tat Mo
Cauwsu, yang kala itu tengah duduk bersemedhi, dengan
mata ter pejamkan, mukanya pucat pias.
Hai itu menunjukkan bahwa pendeta tersebut tengah
berada dalam keadaan terluka di dalam yang cukup parah.
Dan inilah kesempatan yang paling baik buat Koko Timo.
Semangatnya jadi terbangun, dia tidak mau terpengaruh
dulu perasaannya oleh kematian Tangki Lalang, adik
seperguruannya itu. Dengan langkah kaki yang lebar, dia mendekati kepada
Tat Mo Cauwsu. Sejak munculnya Koko Timo, telah membuat Sin Han,
Su Lian dan Su Tianglo berdebaran hati mereka. Karena
jelas, mereka menghadapi kesulitan yang tidak kecil
menghadapi Kauwcu dari Jie Liong Kauw ini untuk melindungi Tat Mo Cauwsu yang waktu itu tengah terluka
didalam dan sedang berusaha memulihkan pernapasannya.
Kepandaian KokoTimo sangat tinggi sekali, mereka bertiga
bukan menjadi tandingan dari ketua Jie Liong Kauw
tersebut. 508 Orang-orang Jie Liong Kauw waktu melihat munculnya
pimpinan mereka, seketika jadi bersorak dengan suara
mengandung kegembiraan. Mereka yakin, jika ketua mereka turun tangan, tentu Tat
Mo Cauwsu akan dapat dibinasakan, untuk membalas
dendam dan sakit hati Tangki Lalang.
Sedangkan Su Lian, Sin Han dan Su Tianglo akan dapat
dikeroyok oleh mereka. Waktu itu Koko Timo telah mendekati lebih jauh pada
Tat Mo Cauwsu. Sin Han yang melihat keadaan sudah tidak mengijinkan
dia berdiam terus, dimana diapun tidak bisa membiarkan
Koko Timo menghampiri jauh lebih dekat pada Tat Mo
Cauwsu, telah melompat dan menggerakkan tangan
kanannya, dia mendahului menyerang.
Tenaga serangan yang dilakukan oleh Sin Han
menghandung tenaga Lweekang yang cukup hebat, karena
dia menyerang dengan mempergunakan sembilan bagian
tenaga dalamnya. Mengetahui bahwa orang yang diserangnya ini memang
memiliki kepandaian yang sangat sempurna sekali, dengan
sendirinya membuat Sin Han tidak berayal, sekalimenyerang dia menghantam dengan pukulan yang sangat
dahsyat sekali. Sedangkan Koko Timo tetap tenang2 saja melangkah
maju menghampiri terus. Waktu kepalan tangan Sin Han menyambar ke arah
dadanya, dia mengibaskan tangannya.
Kepalan tangan Sin Han tak berhasil mencapai sasaran,
atas kibasan tangan dari Kauwcu Jie Liong Kauw tersebut,
509 tangan Sin Han terpukul mencong, dan seketika hilang
tenaga serangannya.
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Koko Timo masih melangkah maju terus.
Walaupun terkejut, Sin Han tidak berani berayal.
Dengan cepat dia menggerakkan sepasang tangannya dan
menyerang lagi. Malah sekali ini, Sin Han telah menyerang
dengan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Hebat bukan main cara menyerang yang dilakukan oleh
Sin Han, namun memang dasarnya dia masih berada
beberapa tingkat di bawah kepandaian Koko Timo, maka
dianggapnya bukan apa2 serangan yang telah dilancarkan
oleh Sin Han. Malah dengan cepat tangan kanan Koko
Timo telah dikibaskan kembali.
Sin Han telah ber-siap2 sejak tadi, dia telah menduga
pukulannya yang kedua kali ini, begitu dikibas oleh tangan
kanan Koko Timo, akan lenyap tenaganya, maka Sin Han
mengempos semangatnya, tanpa menarik pulang
tangannya. dia telah menyalurkan tenaga dalamnya dan
telah menyerang terus dengan kepalan tangan yang berisi
tenaga Lweekang tetap sehebat tadi.
Koko Timo tertawa dingin, dan dia telah mengangkat
tangan kirinya, menghantam ke arah pundak Sin Han.
"Bukkkkk" dada Koko Timo berhasil dihantam oleh
pukulan Sin Han. Namun tidak urung pukulan tangan
Koko Timo juga mengenai tepat sekali pundak Sin Han,
sampai tubuh pemuda itu telah terpental, terapung di
tengah udara Su Lian yang menyaksikan keadaan seperti ini menjadi
terkejut kuatir, dia menerjang dan mempergunakan
pedangnya menikam kepada Koko Timo.
510 Kepandaian Su Lian tidak seberapa, mana dapat dia
menyerangnya. Waktu mata pedang menyambar akan
menikam dada Koko Timo, di waktu itulah tangannya telah
terulurkan dan dia menjepit pedang Su Lian.
Sekali menggerakkan jari tangannya sedikit saja, pedang
sigadis telah patah. Dan berbareng dengan itu, tanpa melepaskan potongan
pedang si gadis yang masih dijepit oleh jari telunjuk dan jari
tengah tangannya, Koko Timo telah menyampok.
Tidak arnpun lagi lengan sigadis kena di sampok dan
tubuhnya telah terpental keras sekali. Sambil mengeluarkan
suara jeritan, Su Lian terlempar jauh sekali, hampir lima
tombak, tubuhnya bergulingan di tanah.
Walaupun tidak pingsan, Su Lian tidak bisa segera
bangun berdiri, karena matanya menjadi ber-kunang2 dan
gelap tidak dapat melihat sesuatu apapun juga, selain
bintang2 yang gemerlapan didepan matanya.
Disaat itu tampak Koko Timo telah melangkah terus
menghampiri Tat Mo Cauwsu.
Su Tianglo yang menyaksikan keadaan su dah
berlangsung seperti, itu, tidak memiliki pilihan lain.
Walaupun dia yakin bukan merupa kan tandingan Koko
Timo, akan tetapi Tat Mo Cauwsu tengah memusatkan
seluruh perhatiannya untuk menyalurkan tenaga murninya
guna menyembuhkan luka didalamnya dan meluruskan
pernapasannya, maka Su Tiangio telah menjejakkan
kakinya, tubuhnya melompat dengan pesat sekali, demikian
juga dengan kedua tangannya bergerak dengan sebat.
Karena keadaan yang mendesak, dengan sendirinya
membuat Su Tianglo mempergunakan seluruh kekuatan
511 tenaga dalam yang dimilikinya guna mengadu jiwa dengan
Koko Timo Pukulan yang dilakukan oleh Su Tianglo ternyata tidak
diacuhkan oleh Koko Timo yang melangkah terus dengan
langkah lebar kepada Tat Mo Cauwsu. Malah Koko Timo
seperti juga tidak memandang sebelah mata padanya.
Ketika pukulan itu akan tiba, dengan perlahan Koko Timo
telah mengibaskan tangan kanannya.
Hebat kesudahannya. Dengan mengeluarkan suara seruan kaget, Su Tianglo
menarik pulang tangannya, karena dia merasakan tenaga
serangannya telah lenyap begitu kebentur dengan tangan
kanan Koko Timo. Yang membuat dia lebih terkejut lagi
justeru diwaktu itu tampak betapa tenaga serangan dari
Koko Timo, dari bersifat lunak, kemudian berobah menjadi
keras dan kuat sekali, menerjang kepadanya, membuat
napasnya jadi sesak. Cepat2 Su Tianglo berusaha melompat mundur, guna
mengelakkan diri dari tindihan tenaga Koko Timo, akan
tetapi terlambat. Tubuh Su Tianglo telah terpental, karena dia sudah
kehilangan keseimbangan tubuhnya, yang melayang
kemudian terbanting di tanah.
Su Tianglo masih berusaha untuk dapat menguasai
dirinya, dia mencoba melompat berdiri.
Tubuhnya terhuyung dan dia akan rubuh kembali.
Namun dia tetap memusatkan seluruh kekuatan yang ada
padanya untuk menyerang lagi kepada Koko Timo.
Tampaknya Su Tianglo memang berlaku nekad sekali.
Diantara berkesiuran angin serangan dari Su Tianglo,
Koko Timo yang waktu itu telah menghampiri dekat sekali
512 pada Tat Mo Cauwsu telah mengibaskan tangan kanannya
lagi. Tidak ampun lagi Su Tianglo terpental kembali,
tubuhnya bergulingan pula di tanah. Dan kali ini dia
merasakan matanya gelap berkunang2, napasnya sesak,
waktu dia berusaha merangkak bangun, dia telah
memuntahkan darah segar beruntun dua kali.
Tat Mo Cauwsu sendiri waktu itu tengah berada dititik
penutupan. Sedikitpun dia tidak boleh terganggu oleh
apapun juga yang terjadi disekitarnya.
Disaat itu pengerahan tenaga dalamnya telah berada di
Tantian, dengan demikian membuat dia harus memusatkan
seluruh perhatiannya pada penyaluran hawa murninya.
Jika saja dia memecahkan perhatiannya, niscaya akan
membuat dia terluka didalam, karena tenaga dalam yang
tengah dipusatkannya itu akan terpecah dan berarti seluruh
pertahanan tubuhnya dan seluruh jalan darah ditubuhnya
akan hancur dan tenaga murninya akan berbalik
membahayakan dirinya. Kemungkinan dia bisa terbinasa
kalau saja pemusatan tenaga dalamnya itu terpecahkan,
Sedangkan Koko Timo sendiri telah mendatangi dekat
sekali padanya. Jika memang waktu itu dia melakukan
penyerangan, niscaya Tat Mo Cauwsu tidak dapat
memberikan perlawanan. Apalagi memang Koko Timo
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dimana
Lwekangnya memang tidak berada disebelah bawah
Lwekang dari Tat Mo Cauwsu. Dengan demikian telah
membuat si pendeta dalam keadaan terancam jiwanya.
Su Tianglo walaupun telah terluka didaam dan
memuntahkan darah segar dua kali namun dia masih
memikirkan keselamatan Tat Mo Cauwsu.
513 Dilihatnya Koko Timo tengah melangkah maju
mendekati Tat Mo Cauwsu, sehingga jelas akan membuat
jiwa si pendeta terancam kematian, kalau saja Koko Timo
mempergunakan kesempatan itu menyerang padanya.
Dengan mengeluarkan pekik nekad, Su Tianglo telah
menjejakkan kedua kakinya. Tubuhnya telah mencelat
menerjang lagi kepada Koko Timo, kedua tangannya
digerakkan beruntun, mempergunakan sisa tenaga
dalamnya yang masih ada padanya.
Koko Timo yang waktu itu telah menghampiri Tat Mo
Cauwsu hanya terpisah beberapa tombak saja telah
bermaksud mengayunkan tangannya buat menghajar Tat
Mo Cauw su. Diam2 hatinya jadi girang, karena melihat
sipendeta dalam keadaan tidak berdaya. Jika saja dia
berhasil menghantamnya, sekali pukul saja tentu Tat Mo
Cauwsu akan dapat dibinasakannya. Karena itu tanpa
berayal lagi Koko Timo telah menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam dengan tenaga yang telah dikerahkan
seluruhnya pada telapak tangannya
Namun belum lagi Koko Tirno menggerakkan
tangannya menyerang kepada cikal bakal Siauw Lim Sie
yang waktu itu tengah berada didalam detik2 yang
menentukan, tiba2 Koko Timo merasakan sambaran angin
dari belakangnya. Sambaran itu walaupun tidak kuat sekali,
namun mengincar jalan darah Tu-liang-hiatnya, jalan darah
yang jika tertotok akan membawa kematian baginya.
Dengan gusar Koko Timo berseru nyaring, sebab dia
merasa orang yang menyerang itu sebagai pengganggu.
Disaat dia akan dapat membinasakan Tat Mo Cauwsu,
justru orang ini berusaha merintanginya. Serangan itu
dilakukan oleh Su Tianglo, dan memang waktu itu Su
Tianglo telah nekad benar. Dia bermaksud untuk mengadu
jiwanya guna melindungi Tat Mo Cauwsu.
514 Tanpa menoleh lagi Koko Timo telah menggerakkan
tangan kanannya kebelakang, tenaga dalam yang
dikerahkan tadi untuk menghantam sipendeta jadi
dihantamkannya kepada Su Tianglo, kemudian disusul
dengan gerakan tangan kirinya.
"Bukkk Bukkkk" dua kali terdengar suara benturan yang
sangat keras sekali, dan disusul dengan suara jeritan yang
mengenaskan sekali. Tubuh Su Tianglo bagai bola ditendang, terlempar jauh
dan tubuhnya bergulingan beberapa tombak.
Dari mulutnya mengeluarkan darah segar, matanya
mencilak keatas, napasnya tersengal-sengal wajahnya pucat
pias, dan akhirnya Su Tianglo pingsan, tak sadarkan diri....
Koko Timo tidak mem-buang2 waktu lagi di melihat
dari seluruh kepala Tat Mo Cauwsu itu mengucur deras
sekali keringat yang menitik jatuh ke jubahnya.
Jika memang dia terlambat untuk bertindak dan Tat Mo
Cauwsu sempat menyelesaikan meluruskan pernapasannya
itu, niscaya sulit buat Koko Timo untuk dapat merubuhkan
si pendeta, karena cikal bakal dari Siauw Lim Sie itu
memang memiliki Lweekang yang berada diatasnya,
karenanya, jika pendeta itu telah dapat memulihkan
keadaannya, niscaya akan lebih sulit lagi untuk
mengharapkan kemenangan darinya.
Karena mempunyai pemikiran seperti itu, dengan cepat
Koko Timo bertindak, tanpa memandang lagi kepala Su
Tianglo yang telah dibuat terpental dan pinggan, dia segera
juga menghampiri pendeta Siauw Lim Sie dan
menghantamkan tangan kanannya.
515 Cakal bakal Siauw Lim Sie tengah memejamkan
matanya rapat2 dan tengah menyelesaikan pengerahan
tenaga dalamnya pada titik terakhir yang menentukan.
Dalam keadaan demikian, tenaga dalam yang
dikerahkan Koko Timo pada serangannya itu telah
meluncur kepadanya, angin dari serangan itu mendesir
sangat kuat sekali. Tat Mo Cauwsu masih memejamkan matanya, Sin Han,
dan Su Lian yang menyaksikan keadaan Tat Mo Cauwsu
terancam seperti itu jadi mengeluarkan seruan kuatir,
mereka memandang dengan mata terpentang lebar2.
Buat menolongnya dan mencegah Koko Timo
menyerang lebih jauh sudah tidak mungkin, karena jarak
mereka memang terpisah jauh sekali.
Tangan Koko Timo terus meluncur dengan cepat dan
Tat Mo Cauwsu masih memejamkan matanya. Angin
serangan itu telah berkesiuran membuat jubah pendeta itu
jadi berkibaran. "Bukkkkkk.....!" Tenaga serangan yang dilancarkan oleh
Koko Timo telah tiba pada dada Tat Mo Cauwsu.
Akan tetapi tubuh Tat Mo Cauwsu tidak bergeming dari
tempatnya duduk bersemedhi, dia tetap diam tidak bergerak
dan wajahnya tetap tenang dan sabar sekali, dengan
dibibirnya tersungging senyuman. Bagaikan pukulan yang
dilancarkan oleh Koko Timo tidak memberikan hasil apa2
dan juga tidak mendatangkan perasaan sakit padanya.
Koko Timo sendiri sangat terkejut. Semula dia yakin
bahwa serangannya ini akan dapat membinasakan
lawannya, akan tetapi begitu serangannya tiba pada
sasarannya, dia menghantam dada yang sekeras baja.
516 Dengan demikian telah membuatnya dia cepat2 menarik
pulang tangannya. Kepalannya dirasakan nyeri, disamping itu juga dia
merasakan tulang2 kepalan tangannya itu bagaikan remuk
waktu menghantam dada Tat Mo Cauwsu.
Sebenarnya, apa yang terjadi sehingga Tat Mo Cauwsu
tidak dapat dicelakai oleh pukulan yang dilancarkan oleh
Koko Timo" Tat Mo Cauwsu rupanya telah berhasil untuk
merampungkan pengerahan tenaga dalamnya, malah ketika
Koko Timo tengah menyerangnya dengan pukulan yang
hebat itu, ia sebenarnya telah selesai dengan pengerahan
tenaga dalamnya. Kalau saja memang Koko Timo mempergunakan waktu
yang lebih cepat lagi dan tak dirintangi Su Tianglo, niscaya
waktu itulah Tat Mo Cauwsu akan bercelaka ditangan
Koko Timo. Namun adanya rintangan dari Su Tianglo.
membuat Tat Mo Cauwsu sempat menyelesaikan
pengerahan tenaga dalamnya untuk meluruskan pernapasannya, sehingga telah membuat Koko Timo gagal
dengan maksudnya, Koko Timo telah mengerahkan seluruh ke kuatan tenaga
dalamnya, dimana dia telah melompat maju lagi, kedua
tangannya digerakkan silih berganti, menghantam dengan
kedua tangannya bergantian.
Koko Timo kali ini menyerang dengan tidak mensia2kan waktu sedikitpun juga, sehingga dia bermaksud
untuk menyerang Tat Mo Cauwsu yang waktu itu belum
lagi sempat buat mengadakan penjagaan dirinya.
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia juga memang di waktu itu, Koko Timo yakin bahwa
Tat Mo Cauwsu belum sempat memusatkan seluruh
517 kekuatan tenaga dalamnya, dan jika sampai cikal bakal
Siauw Lim Sie itu sempat berdiri, niscaya untuk
merubuhkan Tat Mo Cauwsu jauh akan lebih sulit lagi.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri yang ketika itu
masih duduk bersemadhi merasakan sambaran angin
pukulan dari Koko Timo yang begitu kuat. Dia telah
tersenyum dan membuka matanya mengawasi dengan sikap
yang tenang sekali. Ketika tenaga serangan dari Koko Timo tiba, tampak
sipendeta telah menggerakkan tangan kanannya dan tangan
kirinya ditempelkan pada sikutnya, dia mempergunakan
salah satu jurus Kiu Yang Cinkeng-nya.
"Bukkkk Bukkkk Bukkk!" tiga kali terdengar suara
benturan yang kuat sekali. Koko Timo merasakan
jantungnya seperti berhenti berdenyut.
Dikala itu, terlihat Tat Mo Cauwsu dengan tersenyum
sabar melompat berdiri. "Nah, mari sekarang kita main2.
Akhirnya kau keluar juga, Koko Timo..... Loceng
menginginkan kau keluar untuk menemui Loceng" Sambil
berkata begitu, sang pendeta telah melangkah mendekati
lawannya. Di waktu itu hati Koko Timo telah tergoncang dan
nyalinya ciut. Dia telah menyaksikan betapa kepandaian
sang pendeta itu memang hebat sekali. Dengan demikian
tidak mudah dia menghadapi pendeta itu, karena dia yakin
bahwa kepandaiannya masih kalah satu dua urat dari cakal
bakal Siauw Lim Sie tersebut. Dengan cepat dia
mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dia
memusatkannya untuk menyerang lagi kepada pendeta
Siauw Lim Sie itu. "Siecu tengah terluka, seharusnya jangan terlalu
mengumbar tenaga dalam seperti itu, sebab akhirnya akan
518 membuat Siecu terluka didalam yang tidak ringan" kata Tat
Mo Cauwsu sabar. Diantara berkesiuran angin serangan yang dilancarkan
Koko Timo, Tat Mo Cauwsu bukan hanya berkata seperti
itu, dia telah merangkapkan kedua tangannya.
Pendeta Siauw Lim Sie memang sudah bertekad, dia
ingin memunahkan kepandaian Koko Timo, karena itu dia
ingin mempergunakan Kiu Yang Cinkeng-nya, untuk
memunahkan seluruh tenaga Lwekang lawannya.
Begitu serangan KokoTimo tiba. dengan cepat Tat Mo
Cauwsu menyambuti serangan itu dengan kedua tangan
yang dirangkap dan diulurkan maju ke depan.
Luar biasa hebatnya tenaga tangkisan yang
dipergunakannya, karena tubuh Koko Timo seperti juga
sehelai daun kering yang dihembus angin, melayang di
tengah udara, kemudian terbanting ditanah dengan diiringi
suara jeritannya, lalu diam tidak bergerak, pingsan....
Waktu itu Su Lian telah melompat kedekat Su Tianglo
untuk menyadarkan dari pingsannya. Sin Han juga
mendekati Tat Mo Cauwsu_ "Siansu, orang ini harus dihabisi sampat disini saja, jika
dibiarkan hidup, tentu akan membahayakan dunia
persilatan di-waktu2 mendatang kelak" kata Sin Han.
Tat Mo Cauwsu menggeleng perlahan sambil
tersenyum: "Tidak Tidak dapat Loceng bertindak dalam
keadaan dia pingsan seperti itu. Biarkan sampai dia tersadar
dan memberikan perlawanan lagi dalam keadaan tidak
berdaya itu tidak boleh dianiaya oleh Loceng" Sabar sekali
suara si pendeta yang menjadi cakal bakal Siauw Lim Sie
tersebut. 519 Sedangkan anak buah Jie Liong Kauw telah berdiri
dengan semangat yang seperti terbang meninggalkan raga
masing2, mereka ketakutan bukan main, nyalinya telah
pecah dan juga tubuh mereka menggigil dengan lutut
gemetaran. Sedangkan Jiauw Hoat berempat dengan Cin
Liang, Koat jie dan Siangkoan Cie berdiri bengong dengan
muka yang pucat. Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri,
betapa Koko Timo dan Tangki Lalang telah dibuat tidak
berdaya seperti itu oleh Tat Mo Cauwsu, rubuh dalam
keadaan yang mengenaskan sekali. Sekarang keadaan Koko
Timo masih belum diketahui dengan pasti, apakah dia
masih hidup atau memang hanya pingsan. Semua anak
buah Koko Timo hanya mengawasi bengong saja dengan
hati yang berdebaran. Tat Mo Cauwsu telah menoleh kepada Jiauw Hoat dan
kawan-kawannya. "Siramlah kepala Kauwcu kalian dengan
segayung air, dan usahakan agar dia tersadar"' perintahnya
dengan suara yang sabar. Tiauw Hoat tidak berani berayal, dia mengambil
segayung air dan menyiram muka Koko Timo.
Kauwcu dari Jie Liong Kauw tersebut seketika tersadar,
dan dengan mata mencilak beringas dia mengawasi Tat Mo
Cauwsu. Tat Mo Cauwsu yang telah berada didekat Koko Timo,
berkata dengan suara yang sabar dan tenang: "Kauwcu, kau
tidak akan terbinasa oleh lukamu ini. Hanya saja, engkau
harus dapat bertahan selama satu hari satu malam
menderita kesakitan seperti itu, dimana seluruh urat dan
jalan darahmu akan hancur dan seluruh kekuatan tenaga
Lweekang yang telah kau latih selama puluhan tahun akan
sirna dan punah, sehingga selanjutnya engkau tidak akan
520 memiliki tenaga Lweekang lagi, dengan demikian Loceng
mengharapkan agar Kauwcu di-waktu2 mendatang dapat
merobah kelakuanmu itu. Maafkan, Loceng terpaksa sekali
mengambil tindakan seperti ini, demi kebaikan jago-jago
rimba persilatan dari kelelengasan Kauwcu"
Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu menghela
nafas berulang kali, diapun mengucap pujian2 buat
kebesaran Sang Buddha. Koko Timo sendiri tengah menderita kesa kitan yang
hebat, masih merintih, karena seluruh tubuhnya seperti
disayat dan di-potong2. Dia menderita sekali, akan tetapi
kegusaran yang menguasai diri dan hatinya masih juga
tidak berkurang, dengan berang, diautara suara rintihannya
Koko Timo telah mengerang "Kau.... kau pendeta
keparat.... kau telah mencelakaiku secara kejam....."
Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam-dalam,
wajahnya muram sekali. "Janganlah Kauwcu berprasangka
seperti itu, karena sesungguhnya diantara kita berdua tidak
tersangkut dendam atau juga permusuhan, hanya saja
semua ini demi kebaikan jago2 rimba persilatan yang
kemungkinan bisa menjadi korban atas keganasan Kauwcu
Itulah sebabnya Loceng memilih jalan seperti ini, yaitu
tidak membinasakan Kauwcu, akan tetapi memusnahkan
seluruh Lweekang dan kepandaian Kauwcu"
Muka Koko Timo tampak merah padam, akan tetapi dia
telah merintih lagi. Sesaat kemudian ia mengerang lagi dan
bentaknya "Suatu saat kelak.... aku.... aku akan menuntut
balas kepadamu..... pasti..... aku akan mencarimu" Dan
Koko Timo telah mengerang lagi karena menahan persaan
sakit yang terlalu menyiksanya.
Tat Mo Cauwsu dengan tenang telah berkata "Jika
memang Kauwcu mempunyai pikiran buat menimbulkan
521 keonaran pula. hal itu merupakan maksud yang tidak baik,
karena jika memang Loceng mempunyai maksud yang
tidak baik, dapat saja Loceng membinasakan Kauwcu
disaat sekarang ini, bukankah Kauwcu ini dalam keadaan
tidak berdaya" Akan tetapi justru Loceng bermaksud agar
Kauwcu menjadi sadar dan tidak menimbulkan keonaran
lagi, walaupun kepandaian Kauwcu telah dimusnah kan,
akan tetapi Kauwcu masih dapat hidup dikelak kemudian
hari dengan badan yang sehat"
Akan tetapi Koko Timo tidak melayani kata-kata Tat
Mo Cauwsu, dia telah mengerang lagi.
Sin Han telah maju kedepan, katanya: "Koko Timo, Tat
Mo Siansu telah berlaku murah hati padamu, dengan
sendirinya kau harus berterima kasih, sebab jiwamu tidak
diambil dan dibinasakan. Walaupun jika memang Tat Mo
Siansu membinasakanmu, itu masih pantas. Nah, kuharap
kau bisa sadar dan insaf"
Koko Timo memperdengarkan suara tertawa mengejek,
dia mengerang kesakitan, baru kemudian menyahuti:
"Dan..... dan dengan engkaupun kelak aku akan mencari
balas semua sakit hati ini harus diselesaikan"
Sin Han tertawa dingin.. "Jika memang kau masih
bermaksud menuntut balas dikemudian hari, lebih baik hari
ini kau dibinasakan saja" kata Sin Han dengan suara yang
tawar. Koko Timo memperdengarkan suara tertawa dingin.
"Hemmm, kau bunuhlah jika memang kau ingin
membunuhku....." Sin Han jadi mendongkol, katanya: "Manusia seperti
engkau memang tidak mengenal terima kasih atas kebaikan
hati orang lain Hemmm, baik, aku akan memenuhi
522 permintaanmu agar kau dibinasakan saja" Setelah berkata
begitu, tampak Sin Han melangkah mendekati Koko Timo.
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu telah mencekal lengan Sin
Han, dan mencegahnya: "Jangan, biarkan dia hidup, karena
seluruh kepandaiannya telah dimusnahkan, kelak diapun
tidak berbahaya lagi. Mari kita pergi"
Sin Han mendelik kepada KokoTimo, katanya sengit:
"Jika memang Tat Mo Siansu tidak mencegah, niscaya kau
akan kubunuh" Dan setelah berkata begitu, Sin Han mengikati Tat Mo
Cauwsu untuk berlalu. Sedangkan Su Lian dan Su Tianglo juga-telah mengikuti
dari belakang. Su Tianglo rupanya setelah beristirahat sejenak,
sekarang dapat berjalan pula, walaupun dengan perlahan
dan tidak terlalu cepat. Orang-orang Jie Liong Kauw sama sekali tidak ada yang
berani mencegah kepergian mereka, semuanya hanya
mengawasi saja kepergian mereka itu
Jiauw Hoat berempat dengan Cin Liang, Koat Jie dan
Siangkoan Cie telah menghampiri si Kauwcu mereka, guna
membawa Koko Timo masuk ke dalam gedung markas
mereka. -o0od0wo0oTAT MO CAUWSU setelah tiba di rumah penginapan
menyatakan kepada Sin Han bertiga dengan Su Lian dan Su
Tianglo, bahwa dia ingin kembali ke Siauw Lim Sie.
Urusan dengan Koko Timo telah selesai. Walaupun
Koko Timo tidak sampai dibinasakannya, akan tetapi
523 memang dia telah dimusnahkan seluruh ilmu dan tenaga
dalamnya, dengan demikian kelak dikemudian hari Koko
Timo sudah tidak berarti apa2 lagi dan juga sudah tidak
membahayakan lagi. Sin Han bersama Su Lian dan Su Tianglo, berusaha
menahan keinginan Tat Mo Cauwsu buat berpisah di waktu
itu juga. Mereka membujuk agar Tat Mo Cauwsu mau
berdiam beberapa hari bersama mereka, karena banyak
yang ingin mereka tanyakan guna meminta petunjuk dari
Guru Besar tersebut. Tat Mo Cauwsu sendiri tidak keberatan dengan
permintaan Sin Han bertiga, Karenanya, ia telah tinggal
dirumah penginapan itu buat tiga hari lagi, dan kemudian
setelah banyak menjelaskan segala hal yang menyangkut
dengan urusan ilmu silat dan tenaga dalam, bagian2 mana
yang masih lemah dari latihan yang diperoleh Sin Han
bertiga, akhirnya Tat Mo Cauwsu merasa sudah cukup dan
dia pun telah meminta diri buat berpisah.
Begitulah Sin Han bertiga, dengan Su Lian dan Su
Tiangio telah mengantarkan Guru Besar itu sampai diptntu
kota, dan akhirnya mereka berpisah.
Setelah melihat Tat Mo Cauwsu sudah pergi jauh, dan
lenyap dari pandangan mata mere ka, Sin Han menghela
napas dalam2, dia pun menggumam "Sayang.... sangat
sayang sekali"' "Kenapa?" tanya Su Tiangio.
"Karena kita tidak bisa berkumpul lebih lama lagi
dengan Tat Mo Cauwsu. Jika tidak, tentu kita akan dapat
bertanya yang lebih banyak lagi. sehingga kita akan
memperoleh petunjuk yang lebih berharga buat kemajuan
ilmu silat kita" 524 Su Tiangio mengangguk, sedangkan Su Lian pun
memang merasa menyesal mengapa mereka tidak bisa
berkumpul lebih lama lagi dengan Guru Besar itu.
"Malam ini kita harus kembali menyatroni markas Jie
Liong Kauw, karena gurumu harus kita bebaskan Koko
Timo telah dibuat bercacad dan tidak memiliki kepandaian
lagi, sedangkan Tangki Lalang pun telah terbinasa dengan
demikian sudah tidak ada orang Jie Liong Kauw yang
dibuat jeri oleh kita" kata Sin Han.
Su Lian menganggung mengiyakan.
Demikianlah, malam itu mereka bekerja menyatroni
markas Jie Liong Kauw. Mereka bekerja dengan mudah dan tidak menemui
rintangan apapun juga, dan malah guru Su Lian telah
berhasil di bebaskan. Akhirnya Su Lian berpisah, karena dia
bersama gurunya telah mengambil arah lain. Sin Han
bersama Su Tiangio juga telah meneruskan perjalanan
mereka buat kembali ke markas Kay-pang
Didalam perjalanan Sin Han sering mengemukakan
kepada Su Tianglo, jika kelak dia memiliki kesempatan
tentu ingin sekali mengunjungi Siauw Sit San buat
mengunjungi Tat Mo Cauwsu, guna meminta petunjuk2
berharga dari guru besar tersebut. Su Tianglo sendiri
menyatakan, jika memang Pangcu ini pergi ke Siauw Lim
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sie, diapun bermaksud ikut serta guna mendengarkan
petunjuk Tat Mo Cauwsu tersebut.
Sin Han tidak keberatan. Begitulah, selama dalam
perjalanan Sin Han telah mempergunakan Lwekangnya,
untuk membantu Su Tianglo guna mengobati luka didalam
tubuhnya. Dalam waktu setengah bulan, kesehatan Su
Tianglo sudah pulih seluruhnya.
525 Mereka telah sampai di markas Kay-pang dan Sin Han
sendiri segera mengatur orang2 Kay-pang itu, guna
mengadakan rapat besar, sebab pihak Kay-pang bermaksud
untuk membentuk cabang-cabang perkumpulan di beberapa
propinsi. Rapat besar itu dihadiri oleh semua tokoh tokoh Kaypang.
Memang Kay-pang sekarang merupakan sebuih
perkumpulan pengemis yang beranggota sangat banyak
sekali, semakin lama jadi semakin besar kekuasaannya.
Sin Han sendiri seoang pemuda yang memiliki hati yang
keras dan kemauan yang tinggi, dimana diapun giat sekali
melatih diri, sehingga dia memperoleh kemajuan yang pesat
dan dengan kecerdasan maupun kecerdikan yang
dimilikinya Sin Han dapat memimpin Kay-pang sampai
pada zaman jayanya..... -o0od0wo0oTAT MO CAUWSU telah tiba di Siauw Lim Sie tanpa
memperoleh kesulitan apapun juga didalam perjalanannya.
Malah dia merasa puas, karena selama berkelana didalam
rimba persilatan dia telah banyak melakukan kebaikan.
Dengan begitu dia juga puas melihat perkembangan yang
ada didalam rimba persilatan. Dia yakin, selain dari Koko
Timo, tidak terdapat jago2 lainnya yang memiliki
kepandaian berarti, yang bisa membahayakan keselamatan
orang2 rimba persilatan. Karena itu Tat Mo Cauwsu pun
telah menyatakan kepada murid2nya, mungkin dalam satu
dua tahun mendatang dia bermaksud pergi ke Persia dan
India, untuk me-lihat2 keadaan disana.
526 Semua murid2nya jadi terkejut, karena mereka tidak
menyangka disaat usia guru besar ini sudah lanjut,
terkandung maksud buat pulang dan melihat negeri asalnya.
Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu terkejut dan
berusaha membujuk guru mereka, agar tetap berdiam di
Tionggoan. Akan tetapi Tat Mo Cauwsu tetap dengan
keinginannya itu, karena adik seperguruannya yang
menyampaikan perihal pergolakan yang terjadi di Persia
dan India selama ditinggal Tat Mo Cauwsu, telah kembali
lebih dulu ke India. Dengan demikian menurut Tat Mo
Cauwsu, dia harus segera berangkat kesana menyusulnya,
dimana memang Tat Mo Cauwsu telah memberikan
janjinya, untuk mengatasi pergolakan yang terjadi di Persia
dan di India. "Walaupun bagaimana, Loceng harus pergi ke sana dan
untuk keperluan ini, selama Loceng pergi ke India dan
Persia, pimpinan di Siauw Lim Sie ini kuserahkan kepada
kau, Sam Liu, agar memimpin sebaik-baiknya dan jika saja
terjadi sesuatu di luar dugaan, kau harus segera
mengatasinya dengan seadil dan sebaik-baiknya, dengan
penuh bijaksana. Kalau memang dalam sepuluh tahun
Loceng tidak kembali, berarti kedudukan Ciangbunjin
kuserahkan kepadamu, Sam Liu, dan kau boleh memimpin
Siauw Lim Sie ini sebaik mungkin Kukira dalam satu dua
tahun mendatang akupun telah dapat menyelesaikan
catatan mengenai dua macam ilmu yang kugubah, yaitu
Kiu Yang Cinkeng dan Kiu Im Cinkeng, yang akan
kuwariskan kepada kalian berdua....."
Habis berkata begitu, Tat Mo Cauwsu tersenyum lebar.
Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu telah berdiam diri
dengan wajah yang muram. Mereka berat sekali jika harus
berpisah dengan guru mereka.
527 Tat Mo Cauwsu melihat sikap kedua muridnya itu, telah
tersenyum sabar, katanya: "Sebagai seorang yang telah
mensucikan diri yang per-tama2 harus dimiliki oleh kalian
adalah mengendalikan dan mengekang perasaan kalian.
Jika memang kalian berdua belum dapat mengendalikan
perasaan kalian dan berduka jika harus berpisah dengan
Loceng, bagai mana kalian dapat menjadi seorang pendeta
yang baik?" Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Siansu terbuka pikiran dan
hati mereka, segera juga mereka berdua mengiyakan.
Tat Mo Cauwsu juga telah meminta mereka agar
mengundurkan diri, sebab dia ingin beristirahat.
-o0od0wo0oMALAM itu rembulan tergantung indah diatas langit
yang cerah, karena awan bersih dan tidak memenuhi
permukan langit. Angin berhembus lembut sehingga cuaca
waktu itu sangat baik sekali, udara segar dan menyenangkan sekali. Disekitar kuil Siauw Lim Sie tampak hening
sekali, samar2 terdengar suara kayu Bokkie yang dipukul
irama mengiringi suara pendeta-pendeta yang tengah
membaca Liam-kheng. Dan juga harumnya dupa dan hio
tercium menambah kesegaran disekitar Siauw Lim Sie, apa
lagi dengan banyaknya pohon2 bunga yang bertumbuhan
disekitar tempat itu, menyebabkan keadaan Siauw Lim Sie
benar2 merupakan sebuah tempat yang akan mendatangkan
kedamaian buat siapa saja yang berada disitu.
Dalam suasana yang demikian tenang, diantara
bayangan pohon2 yang memang banyak sekali
bertumbuhan disekitar Siauw Lim Sie sebelah barat, tampak
dua sosok tubuh yang me-lompat2 dengan gerakan yang
528 ringan, tubuh mereka bagaikan me-layang2 di tengah udara,
di mana sepasang kaki mereka tidak berpijak pada tanah.
Dilihat dari ginkang yang begitu sempurna tentunya
kedua orang yang tengah me-lompat2 berlarian pesat sekali
disekitar Siauw Lim Sie bukanlah sebangsa manusia
sembarangan. Setetah tiba didekat dinding dibagian belakang kuil
tersebut, kedua sosok tubuh itu telah berhenti berlari.
Mereka saling pandang satu dengan yang lainnya dan
kemudian mengangguk. "Kita masuk saja?" tanya salah seorang diantara mereka
yang berdiri disebelah kanan, dengan suara yang parau dan
dingin sekali tidak mengandung perasaan apapun juga.
"Ya.... kita masuk saja" menyahuti segera kawannya.
Diantara sinar rembulan terlibat jelas mereka
merupakan dua orang laki2 tua bertubuh kurus jangkung,
demikian kurusnya, sehingga tubuh mereka begitu tipis dan
jubah panjang yang mereka kenakan, masing2 berwarna biru dan hijau, kebesaran dan ber-gerak2 terhembus angin,
Seperti memang telah berjanji, tubuh mereka dengan
serentak mencelat ke atas dinding dan telah melompat
masuk ke dalam kuil Siauw Lim Sie.
Waktu itu keadaan di dalam kuil sangat sepi, tidak
terlihat seorang pendeta pun juga. Hanya pohon2 bunga
yang tampak penuh di dalam kuil tersebut. Ternyata tempat
yang mereka masuki itu adalah taman kuil, yang diatur
indah dan bersih sekali, sehingga tempat itu merupakan
sebuah tempat yang sangat menyenangkan sekali.
-o0od0wo0o- 529 JILID XV KEDUA orang itu telah berhenti bergerak lagi. Mereka
berdiri sambil mengawasi di sekitar tempat itu dengan sorot
mata yang tajam sekali. Setelah melihat bahwa ditempat itu memang tidak ada
seorang manusiapun juga, mereka berdua saling pandang
lagi. "Jika kita menerbitkan keonaran sebelum bertemu
dengan Tat Mo Cauwsu si keledai gundul itu, tentu akan
menimbulkan banyak kesulitan buat kita" begitu kata orang
yang memiliki suara parau dan dingin tidak berperasaan.
"Lebih baik kita meneliti dulu, dimana tempat berdiamnya
Tat Mo si keledai gundul itu"
Kawannya tersenyum, katanya "Walaupun kita
menyelidiki kesana kemari, tentu tidak mudah buat
menemui tempat kediamannya Tat Mo sikeledai gundul itu.
Lebih baik kita memancing keributan dulu, toh akhirnya
Tat Mo sigundul itu akan keluar juga jika memang murid2nya itu mengalami ancaman bahaya aku tidak percaya jika
memang dia tidak muncul" Dan setelah berkata, orang tua
berba ju biru tersebut telah memandang sekelilingnya lagi,
barulah kemudian melanjutkan lagi dengan suara yang lebih
perlahan: "Kita mulai sekarang?"
Kawannya menggeleng. "Jangan" cegah kawannya yang
berpakaian hijau itu. "Jika memang kita menimbulkan
keonaran, tentu Tat Mo si keledai gundul itu akan
menyembunyikan diri berusaha menggelakkan pertemuan
dengan kita paling tidak dia hanya memajukan muridmuridnya saja, bukankah jika terjadi seperti itu usaha kita
akan gagal" 530 Kawannya tertawa lagi. "Kau terlalu berpikiran panjang
sekali" katanya. "Seharusnya kau mengerti bahwa Tat Mo
Cauwsu si gundul itu tidak akan membiarkan murid2nya
itu kita aniaya, walaupun bagaimana dia akan keluar
memperlihatkan dirinya"
Mendengar perkataan kawannya, orang tua berbaju
hijau itu berdiam diri. Melihat kawannya bimbang, maka orang tua yang
memakai baju biru itu telah berkata lagi: "Sekarang saja kita
menimbulkan keributan buat memancing Tat Mo si gundul
itu keluar dari tempat sembunyinya"
Akhirnya orang tua berbaju hijau itu mengangguk
mengiyakan. "Baiklah" katanya. "Jika memang kau
beranggapan bahwa dengan cara seperti itu adalah yang
terbaik, akupun hanya menurut saja. Akan tetapi yang
harus diingat bahwa Tat Mo si keledai gundul itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali, jika memang nanti
kita tengah menghadapinya, kita harus hati-hati"
Kawannya mengangguk. memancingnya" katanya.
"Biarlah aku akan Dan dia bukan hanya sekedar berkata saja, sebab dengan
cepat tangan kanannya telah digerakkan, dia menghantam
batu gunung gunungan palsu yang berada didekatnya.
"Plaakkk" batu gunung-gunungan palsu itu telah
dihajarnya hancur. Tentu saja pukulan itu menimbulkan suara yang berisik
sekali, apa lagi memang kea daan disekitar taman kuil itu
sangat hening sekali, suara keributan itu membuat penghuni
kuil pasti mendengarnya. 531 Orang yang berbaju biru itu tidak berhenti hanya sampii
disita saja, karena dia telah menggerakkan tangannya lagi,
dimana dia menghantam sampai tiga kali beruntun.
Batu gunung gunungan itu hancur dengan menimbulkan
suara yang gaduh. Yang luar biasa sekali telapak tangan
orang itu sangat kuat sekali, karena setiap kali dia
menghantam maka batu gunung- gunungan itu pasti
hancur. Kawannya yang berdiri diam saja dengan mata yang
bersinar tajam mengawasi keadaan disekitar tempat itu,
mungkin juga dia ingin ber-siap2 kalau saja ada penghuni
kuil yang mendengar suara gaduh tersebut dan keluar.
Memang apa yang diduganya itu benar, tampak dari
dalam kuil telah ber-lari2 beberapa sosok tubuh. Itulah lima
orang pendeta Siauw Lim Sie yang mendengar suara ributribut itu.
Cepat sekali kelima pendeta itu telah sampai ditaman
kuil. Mereka melihat kedua orang tua itu. Dan juga mereka
melihat orang tua yang memakai baju biru tersebut tengah
mengayunkan tangannya buat menghantam lagi pada
gunung2an palsu tersebut.
"Berhenti, jangan merusak kuil kami" terdengar salah
seorang pendeta itu berseru dengan suara yang nyaring.
Orang yang berpakaian baju biru itu telah menahan
tangannya, dia menoleh sambil tertawa menyeringai,
katanya: "Hemmm, akhirnya kalian mau juga keluar
menyambut tamu" Pendeta yang berada didepan, yang berusia tiga puluh
tahun lebih merangkapkan kedua tangannya, katanya
"Siapakah Jiewie, mengapa Jiewie merusak taman kuil
kami. Sesungguhnya ada urusan apakah sehingga Jiewie
532 tega hati buat menghancurkan keindahan yang terdapat
ditempat ini?" Mendengarkan pertanyaan pendeta itu, si tua yang
berpakaian baju biru dan yang memakai baju hijau, telah
memperdengarkan suara tertawa mengejek. "Kami mencari
Tat Mo sikeledai gundul. Jika memang dia mau keluar
untuk menemui kami, segera juga kami menghentikan
pengrusakan taman ini. Akan tetapi jika memang dia
menyembunyikan ekor hemm, hemm.... kuil Siauw Lim Sie
yang sesungguhnya sangat indah ini, akan kami hancur dan
ratakan dengan tanah."
Mendengar perkataan orang itu, kelima pendeta itu
berubah mukanya. Mereka jadi gusar disamping juga
memang mereka telah melihat batu-batu gunung-gunungan
yang hancur berantakan. Dikala itu dengan bersuara tawar, seorang pendeta yang
berdiri di belakang telah berkata "Hemmmm, rupanya
kalian berdua hanya merupakan manusia-manusia
pengacau belaka" Kedua orang tua itu tertawa bergelak-gelak mengejek.
"Hemmm, kau berani menyebut kami sebagai manusia
pengacau?" katanya dengan suara yang dingin. "Baik Baik
Jika memang demikian kami akan membuktikan kepada
kalian, apakah memang benar-benar kami merupakan
manusia-manusia pengacau."
Sambil berkata begitu, kedua orang tua tersebut
melangkah menghampiri kelima pendeta itu dengan sikap
mengancam. "Tahan. tunggu dulu. Beritahukan dulu siapa kalian
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdua?" tanya pendeta yang berdiri didepan.
533 Kedua orang itu menahan langkah kakinya mereka
mengawasi tajam sekali. "Jika memang Tat Mo si keledai
gundul itu mau keluar menemui kami, diwaktu itulah kami
akan memberitahukan siapa adanya kami berdua. Akan
tetapi jika memang dia tidak sudi keluar buat menemui
kami, hemmm, kalian pun tidak perlu tahu siapa adanya
kami berdua." Sambil berkata begitu, berulang kali orang
tua tersebut mendengus mengejek dengan sikap
meremehkan, bagaikan Siauw Lim Sie tidak berarti apa-apa
dimatanya. Rupanya kelima pendeta itu juga tidak menahan sabar
lagi. Mereka telah maju dan mengawasi dengan tajam.
"Baiklah, karena kalian berdua telah merusak taman ini
tanpa sebab, kalian berdua aekan kami tahan" kata pendeta
yang berada didepan dengan sikap yang gagah. "Nah,
kalian harap menyerahkan diri secara baik baik..."
Baru saja sipendeta berkata begitu, orang tua yang
memakai baju biru telah berada di depannya dan
menggerakkan tangan kanannya, penyampok dengan kuat.
Si pendeta melihat orang menyerang, dia tidak jeri,
malah menangkis dengan mempergunakan kekerasan, dan
akibatnya benar-benar membuat pendeta itu terkejut, karena
tubuhnya seperti dihantam oleh gelombang kekuatan tenaga
yang dashyat, dan dia sampai mundur empat langkah ke
belakang. Masih beruntung dia dapat menguasai dirinya, dan telah
menguatkan kuda kuda kakinya, sehingga dia tidak sampai
terguling. Akan tetapi dengan adanya kejadian seperti itu telah
memperlihatkan bahwa tenaga dalam dari kedua orang tua
itu memang luar biasa sekali.
534 Kelima pendeta tersebut juga tidak berani untuk berlaku
lengah lagi atau memandang remeh kedua orang tersebut.
Dilihat dengan hanya sekali serang, dia telah berhasil
membuat pendeta itu terhuyung mundur, itu saja telah
cukup membuktikan bahwa lwekang dari orang itu sangat
tinggi. Dengan berseru penasaran, sipendeta telah melompat
maju sambil menggerakkan kedua tangannya. Rupanya si
pendeta yang memaklumi bahwa lawan-lawaanya ini
merupakan dua manusia yang memiliki kepandaian sangat
tinggi sekali, iapun telah mengerahkan tenaga Lwekangnya
untuk menyerangnya. Serangan yang dilancarkannya bukanlah serangan mainmain, karena dia telah mempergunakan sembilan bagian
tenaga dalamnya. Sebagai murid Siauw Lim Sie. pendetapendeta ini telah memperoleh bimbingan dan gemblengan
yang sangat berat, sehingga mereka boleh dibilang telah
memiliki kepandaian yang cukup tinggi dan sulit sekali
dicari tandingannya. Melihat bahwa kedua lawannya memang bukan lawan
sembarangan, telah membuat pendeta itu tidak berani mainmain juga.
Angin dari serangan tersebut berkesiuran menderu-deru
membuat kedua orang itu merasakan terjangan angin
serangan yang dahsyat walaupun serangan yang
dilancarkan oleh si pendeta belum lagi tiba. Malah jubah
panjang mereka telah berkibar-kibar oleh angin serangan
itu. Kedua orang itu tetap berdiri tenang ditempatnya, tanpa
bergerak sama sekali. Mereka hanya mengawasi saja
datangnya serangan itu 535 Ketika tangan dari si pendeta tersebut hampir tiba,
dengan cepat, orang tua yang berpakaian baju warna biru,
telah menghantam dengan segera kearah dada dari
sipendeta. Jadi jelasnya, dia sama sekali tidak bermaksud
buat menangkis serangan dari pendeta itu, malah dia telah
balas menyerang dengan hantamannya.
Angin pukulan yang meluncur dari telapak tangan orang
itu tidak lemah, bahkan melebihi kekuatan tenaga serangan
dari si pendeta sendiri. Memang kepandaian kedua orang ini rupanya telah
mencapai tingkat yang tinggi sekali, karenanya mereka
begitu tenang dan yakin akan dapat mengatasi pendetapendata Siauw Lim Sie. Yang jelas, mereka harapkan
justeru malah dapat bertemu muka dengan Tat Mo
Cauwsu, cikal bakal Siauw Lim Sie yang terkenal memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, dan mereka ingin mengadu
dan mengukur ilmu. Sedangkan si pendeta yang telah menyerang dengan
hebat itu, sekarang jadi terkejut bukan main, dia merasakan
tenaga serangannya seperti diserap dan lenyap oleh
lawannya, malah malah dia merasakan terjangan angin
serangan yang dahsyat sekali.
Cepat-cepat sipendeta yang mengenal selatan telah
menarik pulang tangannya karena dia menyadari jika dia
membarengi dengan serangan berikutnya, niscaya akan
membuat dia bercelaka. Itulah sebabnya, dia malah telah
menjejakkan kedua kakinya di tanah, tubuhnya melompat
ke belakang. Namun tetap saja terlambat buat sipendeta meloloskan
diri dari serangan lawannya, karena baru saja tubuhnya
terapung, tenaga serangan orang tersebut telah tiba,
menghantam tepat sekali dada si pendeta.
536 Hantaman itu ternyata sangat kuat sekali, disusul
dengan suara jeritan tersendat dari si pendeta, yang
tubuhnya telah terapung ke tengah udara.
Keempat orang kawannya yang menyaksikan keadaan
kawan mereka yang seorang itu jadi terkejut bukan main,
mereka telah melompat mengurung kedua orang tersebut,
sedangkan yang seorang telah menghampiri sipendeta yang
telah menggeletak terbanting.
Ketiga pendeta itu telah mengepung kedua orang
tersebut dengan tersorot mata yang tajam sekali, mereka
telah membentak hampir berbareng.
"Pembunuh..... kalian harus ditangkap guna menerima
hukuman..." teriak mereka dan ketiga pendeta itu tidak
berdiam diri saja, karena serentak mereka bertiga telah
melompat menerjang maju untuk menyerang.
Hebat cara menyerang ketiga pendeta itu, karena dari
telapak tangan masing-masing telah meluncur keluar angin
serangan yang dahsyat. Karena menyadari bahwa kedua orang asing yang
telengas tangannya ini mempunyai kepandaian yang tidak
rendah, ketiga pendeta itu tidak berani main ayal-ayalan,
mereka telah menyerang dengan mempergunakan tenaga
lwekangnya. Sedangkan kedua orang itu tetap berdiri tenang-tenang
di tempatnya, sama sekali mereka tidak bergerak dari
tempat berdiri mereka, malah dengan segera, mereka telah
mengeluarkan suara bentakan nyaring dan membarengi
waktu angin serangan hampir mengenai diri mereka, maka
mereka telah mengibaskan kedua tangan mereka. Sungguh
luar biasa, begitu bentrok dengan angin serangan ketiga
orang-pendeta Siauw Lim Sie tersebut, seketika tubuh
pendeta itu telah terpental berguling-guling di atas tanah
537 dengan disertai oleh mengenaskan sekali. suara jeritan mereka yang Si pendeta yang seorang lagi yang tengah berusaha
memeriksa keadaan sipendeta yang tadi terpental pingsan,
jadi kaget mendengar jeritan ketiga orang saudara
seperguruannya. Dia segera menoleh.
Dan tentu saja pendeta yang tinggal seorang ini tambah
terkejut lagi, karena diwaktu itu dia menyaksikan betapa
ketiga orang kawannya telah menggeletak juga ditanah
dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri.
Dikala itu, kedua orang asing itu telah mengeluarkan
suara tertawa bergelak gelak yang nyaring sekali dan
mereka telah melangkah perlahan-lahan menghampiri si
pendeta yang tinggal seorang diri itu.
Dengan maka yang berobah pucat dan sebentar merah,
sipendeta yang tinggal seorang diri itu telah melonpat
berdiri dan memang dikala itu dia melihat bahwa kedua
orang itu bersiap-siap hendak menyerang dirinya.
Akan tetapi kedua orang itu tidak segera menyerang
sipendeta yang seorang tersebut, kedua orang itu telah
berkata dengan suara dingin sekali: "Pergi kau panggil
keluar Tat Mo sigundul. Jika memang kau berani
membantah perintah kami, hemm, hemmm, kami akan
membinasakan kau dengan cara yang paling sedap...."
Mendengar ancaman dari kedua orang itu, si pendeta
yang tinggal seorang diri itu jadi nekad.
Sebagai murid Siauw Lim Sie tentu saja si pendeta
memiliki harga diri, dan dengan sendirinya tidak mau dia
menyerah begitu saja diperhina oleh kedua orang tersebut.
Maka begitu kedua orang itu baru saja menyelesaikan
ancaman mereka, si pendeta telah mengeluarkan suara
538 seruan yang nyaring dan melompat sambil mengulurkan
kedua tangannya untuk menyerang sekuat tenaga kepada
kedua orang asing tersebut.
Sedangkan kedua orang asing itu, yang masing-masing
mengenakan baju hijau dan biru telah memperdengarkan
suara tertawa dingin, dan salah seorang diantara mereka,
yang mengenakan baju warna biru, telah melangkah maju
buat memapaki serangan sipendeta. Gerakan dari orang
tersebut ternyata sangat sebat dan cepat sekali, karena
begitu dia menggerakkan tangannya, maka dia telah
berhasil menangkis serangan lawannya, tenaga tangkisannya itupun sangat kuat sekali, sehingga tubuh
sipendeta tergoncang hebat sekait, dimana si pendeta Siauw
Lim Sie yang tinggal seorang itu mengalami nasib seperti
kawan-kawannya, karena dia telah terpental keras sekali,
dan tubuhnya terbanting di tanah bergulingan, lalu pingsan.
Melihat pendeta itu sudah pingsan, rupanya orang yang
mengenakan baju berwarna biru masih penasaran dan
gusar, dia telah maju lebih dekat, dimana tangan kanannya
telah digerakkan, dia menghajar kepala pendeta tersebut,
dengan penuh kekuatan tenaga dalam.
Dalam keadaan seperti ini, rupanya dia memang ingin
melampiaskan kemendongkolannya itu untuk membunuh si
pendeta tersebut. "Tahan!" tiba-tiba terdengar suara seseorang berseru,
walaupun suara seruan itu perlahan, akan tetapi memiliki
kewibawaan yang besar sekali.
Kedua orang asing itu telah membalikkan tubuh mereka,
dan mengawasi kepada orang yang mencegah tersebut.
Segera juga mereka melihat seorang pendeta tua yang
memelihara jenggot yang telah memutih. Waktu itu, si
pendeta tengah melangkah mendekati ke arah mereka, dan
539 dengan sikap yang sabar bertanya "Mengapa Jiewie berdua
telah melakukan penganiayaan kepada murid2 kami" Apa
kesalahan mereka sehingga perlu dianiaya seperti itu?"
Walaupun nada suara itu menegur, namun suara teguran
pendeta itu terdengar sabar sekali.
Sedangkan orang yang memakai baju warna biru telah
mengeluarkan dengusan mengejek katanya dengan dingin:
"Hemmm, engkau tidak perlu banyak bertanya, keledai
gundul, jika memang kau ingin mampus juga, mari, mari
tuan besarmu tidak akan mengecewakan"
Sambil berkata begitu, dimana dia telah menantang
sipendeta tua yang baru muncul itu agar datang mendekat,
justru dia sendiri yang telah melangkah melangkah
menghampiri pendeta tua yang baru muncul itu.
Sedangkan pendeta tua itu merangkapkan tangannya,
katanya dengan sabar "Loceng Sam Liu Taisu ingin sekali
meminta pengajaran dari tuan-tuan berdua"
Sebelum pendeta tua itu, yang tidak lain dari Sam Liu
Taisu, murid pertama dari Ta Mo Couwsu, menyelesaikan
perkataannya, justru orang asing yang memakai baju warna
biru telah maju lebih dekat, dia menggerakkan tangan
kanannya menghantam Sam Liu Taisu
Akan tetapi Sam Liu Taisu tetap berdiam diri di
tempatnya dengan tenang, ketika kepalan tangan orang
asing yang berbaju biru itu hampir tiba, cepat luar biasa
Sam Liu Taisu telah mengibaskan lengan jubahnya.
Lengan jubah kependetaan dari Sam Liu Taisu memang
lebar dan besar. Waktu pendeta ini mengibaskan tangan,
ujung lengan jubah itu melibat tangan orang asing berbaju
biru itu. Libatan itu tampaknya perlahan, akan tetapi orang
yang berpakaian biru itu jadi terkejut, sebab tangannya yang
540 dilibat ujung lengan jubah pendeta ini mendatangkan rasa
sakiut yang tidak terkira.
"Siancay Siancay.... Mengapa harus mempergunakan
tangan" Jika memang tuan memiliki persoalan dengan kami
dari Siauw Lim Sie, silahkan tuan bicara dengan cara yang
baik, kami akan melayani sebaik mungkin. Kami pihak
Siauw Lim Sie merupakan tuan rumah yang baik, tidak
mengecewakan tamu-tamu kami. Akan tetapi disamping
itu, jika sang tamu bertindak sekehendak hatinya dan
menimbulkan kerusuhan di kuil kami ini, inilah persoalan
yang sulit sekali buat dimaafkan..."
Sabar suara si pendeta Siauw Lim Sie ini. akan tetapi
sikapnya tegas sekali. Orang asing yang telah memakai baju biru itu telah
menarik tangannya tanpa memperdulikan perkataan Sam
Liu Taysu. Malah begitu menarik tangannya, dia telah
membarengi menggerakkan tangannya yang satunya buat
Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghantam lagi. Lengan dengan demikian mungkin dia
bermaksud buat menggertak Sam Liu Taysu, agar si
pendeta membuka libatan lengan jubahnya. Dan apa yang
dilakukannya itu tidak berhasil sama sekali.
Selain ujung lengan jubah dari Sam Liu Taisu masih
tetap melibat tangannya, justru tangan dari lawannya yang
satu itu telah berhasil disampok oleh Sam Liu Taisu dengan
Kuil Atap Langit 1 Goosebumps - Pantai Hantu Api Di Bukit Menoreh 33
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama