Ceritasilat Novel Online

Golok Naga Terbang 2

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 2


sempat menggerakkan goloknya menahan tongkat yang dapat mencabut nyawa itu.
Sayang sekali, keadaan Pendekar Golok Terbang ini tak menguntungkan dirinya. Setelah
mengeluarkan suara keras goloknya terlempar ke udara.
"Ha-ha-ha ... mau lari ke mana kau sekarang?" Seruannya dibarengi dengan babatan
tongkat ke arah tubuh Liok Ing Gie. Sedangkan tangan kirinya siap untuk memberi
serangan susulan dengan pukulan jarak jauh yang ampuh.
"Pehdeta keparat! Aku akan mengadu nyawa denganmu!"
Liok Ing Gie yang telah tertutup segala jalan larinya menjadi beringas dan menjadi
nekat. Dengan lweekang dikerahkan di kedua tangan Liok Ing Gie menyambut datangnya
tongkat lawan. e-bukugratis.blogspot.com
47 Wuttttt ... ! Blarrr! Desssss ... ! Bagaikan layangan putus talinya tubuh Pendekar Golok Terbang melayang ke
belakang beberapa tombak. Ternyata dadanya telah terkena pukulan tangan kiri Sim Tok
Tojin. Pukulan yang mengandung racun!
Pendekar ini masih berusaha untuk bangkit, akan tetapi kembali tubuhnya tak kuat
dan dia lalu terjerambab ke depan!
"Suhu ... !" Sesosok bayangan kemerahan meluncur. Sebelum tubuh Pendekar Golok Terbang
jatuh di atas tanah telah disambar dan dibawa meloncat ke dalam pondok. Ternyata Li Cu
Liong belum pergi meninggalkan pondok. Pemuda ini mengintai dari dalam melihat
betapa gurunya dibuat permainan Si Tosu yang bernama Sim Tok Tojin. Maka setelah
melihat suhunya terluka, tanpa mempedulikan bahaya lagi ia lalu keluar untuk
menyelamatkan gurunya. "Liong ... ji ... ce-ce ... la-la-la ... ri!" dan kepala Liok Ing Gie terkulai setelah
menyuruh pemuda itu cepat-cepat melarikan diri.
Mendengar ini, Li Cu Liong hanya merandek sebentar. Akan tetapi begitu melihat
gurunya tewas, kemarahan telah membakar dada pemuda ini sehingga tanpa
mempedulikan apa pun dia lalu menuju ke belakang pondok sambil memondong tubuh
gurunya. "Ha-ha-ha, keparat cilik, hayo serahkan kitab yang dicuri gurumu kepadaku.
Mungkin pinto akan memberi jalan hidup kepadamu, ha-ha-ha!" Suara Ini mendatangi
semakln dekat. Akan tetapi Cu Liong acuh saja.
Brakkkkk ... !! Pintu depan pun hancur terkena pukulan jarak janh Sim Tok Tojin. Akan tetapi
keadaan dalam ruangan itu gelap dan bayangan manusia tak nampak sama sekali. Melihat
ini, Sim Tok Tojin lalu melesat ke dalam sambil tangan kirinya bergerak memukul.
Wuttttt ... ! Brakkkkk ... !!
Kembali dinding belakang jebol dan sekarang nampaklah sesosok tubuh sedang
membopong orang sedang berjalan menuju ke tepi jurang.
e-bukugratis.blogspot.com
48 "Tahan ... ! Jangan kaulanjutkan langkahmu, anak muda!" Teriaknya lantang
disertai tenaga sihir. Cu Liong merasa kakinya tidak mau mengikuti perintahnya lagi. Ia berhenti
mendadak. Pelan-pelan ia menoleh, begitu melihat pendeta tua ini melangkah satu demi
satu mendekati dirinya ia segera meletakkan jenazah gurunya di atas tanah. Sepasang
matanya merah dan beringas. Penuh rasa penasaran dan kemarahan, memandang pendeta
tua berambut putih yang dia tahu namanya adalah Sim Tok Tojin. Entah apa
kedudukannya di Perkumpulan Naga Terbang.
"He, anak muda, cepat keluarkan kitab yang dicuri gurumu. Kalau tidak ... "
"Keparat ... ! Terimalah pembalasanku ... !!"
Ucapan Sim Tok Tojin diputus oleh bentakan Cu Liong yang segera meluncur
sambil menggerakkan senjata Golok Pusaka Naga Terbang yang dicuri gurunya dari
kamar perpustakaan. Seleret sinar hijau mengarah kepala Sim Tok Tojin yang masih
berjalan mendekati anak muda tersebut. Pendeta ini memandang rendah kepandaian anak
muda itu, maka ketika sinar kehijauan tersebut menyambarnya dia lalu menggerakkan
tangan kanan menyambut. Singgggg ... ... ! Takkkkk ... !!
Dapat dibayangkan betapa kaget hati Sim Tok Tojin ketika tahu bahwa tongkat
pusakanya dapat terputus oleh benda bersinar kehijauan tersebut. Walaupun pemuda itu
juga terlempar ke belakang, akibat kuatnya tenaga yang berada dalam tongkat hitam.
Sepasang mata Sim Tok Tojin mengawasi senjata bersinar kehijauan penuh perhatian.
"Bocah! Apakah senjatamu itu adalah Golok Pusaka Naga Terbang" Itu lambang
kekuasaan perguruanku yang hilang ratusan tahun lalu?" tanya Sim Tok Tojin ragu.
Sepasang mata pendeta To ini bercahaya penuh harapan.
"Kalau benar mau apakah kau, Pendeta Bau!" jawab Cu Liong berani.
"Bocah kurang ajar! Serahkan golokmu itu!"
Sim Tok Tojin meloncat maju dengan kedua tangan membentuk cengkeraman. Dari
kedua tangannya keluar hawa berbau amis. Cu Liong tidak berani memandang ringan
serangan tosu tersebut. Golok di tangan kanan diputar depan dada melindungi tubuh
depannya dengan kecepatan kilat. Bagaikan sebuah payung berwarna kehijauan
membentengi tubuh dari serangan kedua tangan yang tak boleh dipandang ringan tersebut.
e-bukugratis.blogspot.com
49 Darrrrr ... !! Terdengar suara keras ketika Tenaga Pukulan Beracun dari tangan Sim Tok Tojin
bertemu dengan putaran senjata golok yang digerakkan dengan tenaga Iweekang tingkat
tinggi tersebut. Akan tetapi tetap saja Cu Liong terdorong beberapa langkah ke belakang.
"Berhenti anak muda! Awassssss, di belakangmu jurang!"
Tanpa terasa Sim Tok Tojin berteriak memperingatkan. Tosu ini merasa sayang
kalau barang pusaka di tangan pemuda tersebut nanti jatuh ke dalam jurang, jadi bukan
menyayangkan diri Si Anak Muda.
"Ciattttt ... !!"
Cu Liong melengking keras dan tubuhnya meluncur ke depan bagaikan panah
terlepas dari busurnya. Golok hijau di tangan diputar bagaikan baling-baling cepatnya
mengarah tubuh pendeta Agama To itu dari berbagai jurusan.
Cring-cring-cring ... ! Desssss ... !!
Tubuh Cu Liong bagaikan layangan putus mencelat ke belakang. Lebih celaka lagi
tubuhnya melayang, melewati pinggir jurang dan tak ampun lagi pemuda ini terjatuh ke
dalam jurang yang tak terukur dalamnya. Awan putih menutupi atas jurang membubung
naik menyambut tubuhnya. "Aaaaaaa ... !!!!"
"Celaka ... !" Sim Tok Tojin berseru kecewa.
Tanpa membuang waktu lagi tosu ini segera meloloskan angkin dari tubuhnya dan ...
Bet-bet-bet!! Bagaikan ular hidup angkin itu meluncur mengejar tubuh pemuda tersebut.
Plakkk ... ! Cu Liong menggunakan tangan kiri menangkis. Akibatnya Cu Liong terlempar
semakin ke tengah. Bagaikan batu disedot pusaran angin tubuhnya berputaran jatuh ke
dalam jurang! "Sialan! Gara-gara keparat tak tahu diri ini semua menjadi berantakan!"
umpatannya jengkel. Tosu berpakaian serba abu-abu ini menggerakkan kaki kanannya
mencokel tubuh Pendekar Golok Terbang.
Desssss ... ! e-bukugratis.blogspot.com
50 Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie yang telah menjadi mayat itu tubuhnya
melayang meluncur turun menyusul muridnya.
"Ha-ha-ha-ha ... !! Biar kalian berdua bersama-sama menghadap Giam-Io-ong!"
Setelah puas tertawa tosu ini lalu berkelebat lenyap menuruni Bukit A wan.
Bagaikan setan gentayangan tubuhnya berkelebat cepat menuruni puncak bukit.
--o0o-- Kota Merak Emas, di sebelah utara Bukit Awan, siang itu ramai sekali.
Para penduduk desa di sekitar kota telah berdatangan semenjak kemarin dulu.
Mereka mengenakan pakaian serba indah dan baru. Apalagi penduduk Kota Merak Emas
sendiri, mereka tidak mau kalah dalam hal pamer kekayaan dan kebagusan pakaian
mereka dengan para pendatang dari luar kota. Wajah-wajah penuh keceriaan memenuhi
kota tersebut. Hal ini tidaklah aneh. Sebab di Kelenteng Dewa Langit akan diadakan arak-arakan
Dewa Langit mengelilingi kota. Hal ini sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun
semenjak kuil itu dikepalai oleh pendeta baru. Memang, semenjak pendeta yang berjuluk
Pek Bin Tojin menguasai kuil, banyak sekali perubahan di Kuil Dewa Langit. Menurut
kata para penduduk yang datang mengunjungi kuil, kuil itu sangat manjur dan dapat
memberi berkah kepada mereka. Maka tidaklah mengherankan apabila sekarang keadaan
di dalam kuil menjadi demikian mewah dan indahnya. Banyak sekali penyumbang bagi
kehidupan kuil ini. Dewa Langit yang menjadi pujaan tunggal di tempat itu terbuat dari batu yang
diselaputi emas, tinggi patung ada sekitar dua meteran. Ditaruh di tengah ruangan dalam.
Bagaikan hidup di asap yang selalu mengepul keluar dari berbagai ukuran dupa biting.
Apalagi di kanan kiri meja depan nampak banyak sekali sesaji dan lilin-lilin besar kecil
menyala. Sehingga menimbulkan bayang-bayang aneh. Sejak beberapa hari lalu nampak
banyak sekali orang masuk kuil sambil membawa bungkusan besar kecil. Agaknya
mereka ini datang untuk menyumbang atau membayar kaul. Maka tak mengherankan
kalau di depan kuil itu banyak sekali penjual makanan dan kebutuhan sembahyang
memenuhi jalan menuju ke kuil. Para pengemis pun tidak ketinggalan memasang aksi,
e-bukugratis.blogspot.com
51 duduk di pinggir jalan dan merengek-rengek memohon sedekah dengan ciri khas mereka
masing-masing. Akan tetapi, bukan keanehan ini yang menjadi berita utama di kota itu, melainkan
berita yang tersiar dari mulut ke mulut tentang keluarnya atau munculnya senjata Golok
Pusaka Naga Terbang! Senjata pusaka yang menjadi incaran semua orang rimba persilatan.
Tak mengherankan apabila di kota Merak Emas menjadi ramai dengan kedatangan
para pesilat dari deiapan penjuru dunia. Mereka ini selalu memburu benda-benda yang
akan membuat nama mereka terangkat tinggi-tinggi apabila dapat menguasai benda
tersebut. Rumah makan dan rumah penginapan telah penuh semenjak kemarin. Jangankan
rumah penginapan, emper-emper toko pun, jadilah untuk tempat tidur, daripada tidak
dapat tidur sama sekali. Apalagi ruangan-ruangan kuil, semua penuh dengan manusia.
Seakan-akan manusia di seluruh bumi ditumplek di kota Merak Emas!
Dengan adanya banyak pesilat di kota ini maka kerusuhan pun tak dapat
dihindarkan lagi. Apalagi kedatangan mereka ini semua demi sebuah pusaka kuno. Maka
sudah jamaklah apabila setiap hari terjadi pembunuhan dan perkelahian di sembarang
tempat. Baru berjalan dan saling pandang, sudah cukup untuk mencabut senjata saling
serang adu nyawa. Semua ini membuat para petugas keamanan bertugas ekstra ketat dan kuat!
Ketika itu, masuklah rombongan piauwkiok dari luar daerah. Bendera di tiang yang
tertancap di atas gerobak nampak berkibar dengan gagahnya. Dasar bendera yang
berwarna merah tampak menyala di siang yang panas itu, apalagi gambar Garuda Putih di
tengah bendera. Seperti garuda putih hidup dan terbang di atas puncak gerobak tersebut
Pek-eng-piauwkiok (Perusahaan Pengawal Barang Garuda Putih) nama perusahaan
pengiriman barang itu! Tar-tar-tar ... !! "Minggir! Minggir ... !"
Tar-tar-tar ... !! Orang-orang yang memenuhi jalan menepi ketika mendengar suara cambuk dan
teriakan keras penunggang kuda di depan rombongan piauwsu, mereka minggir sambil
e-bukugratis.blogspot.com
52 menyumpah-nyumpah gemas. Akan tetapi ketika datang serombongan prajurit
menyongsong, tiba-tiba saja piauwsu berkuda yang jalan di depan tersebut menahan lari
kudanya dengan mendadak sehingga. kudanya meringkik dan berdiri mengangkat kedua
kaki depan. "Hiyeeeee ... !!"
Orang-orang di pinggir jalan menengok dan memandang kagum piauwsu tua
tersebut. Walaupun kuda itu berdiri dengan kaki belakang saja, akan tetapi piauwsu
tersebut masih dapat duduk di pelana dengan amat baiknya. Tidak terpelanting akibat
kagetnya kuda tersebut. Kepala prajurit memberi hormat dan berkata sopan setelah
melihat piauwsu itu dapat menguasai kudanya.
"Maafkan kami kalau kami membuat kaget Tuan. Kami diperintahkan oleh Kepala
Daerah untuk menyambut kedatangan rombongan Tuan."
"Ahh, untung aku tidak terlempar dari kuda," tegur piauwsu tua berwibawa.
"Tolong antarkan kami menuju rumah Kepala Daerah segera."
"Silakan, Tuan."
Kepala prajurit segera memerintahkan anak buahnya untuk membuka jalan bagi
rombongan piauwsu ini. Maka rombongan Piauwkiok yang berbendera Garuda Putih itu
pun segera melanjutkan perjalanan. Akan tetapi sekarang yang membuka jalan adalah
prajurit penjaga kota. Sehingga sebentar saja sampailah rombongan tersebut di rumah
Kepala Daerah. Ketua rombongan Pek-eng-piauwkiok yang bernama Hung Ci Pao turun dari
kudanya. Ketua ini berusia antara lima puluh tahun sampai lima puluh lima tahunan dan
perawakannya tidaklah begitu tegap, akan tetapi sepasang mata yang agak sipit itu
berkilat-kilat ketika memandang. Wajahnya yang kurus dihiasi jenggot panjang berwarna
dua, putih dan hitam. "Ha-ha-ha, akhirnya sampai juga."
Kepala Daerah tertawa senang menyongsong Ketua Garuda Putih ini. Wajahnya
bersinar senang. "Berkat doa restu Taijin semua berjalan tiada halangan suatu apa pun." Hung Ci
Pao menjura sambil menjawab.
e-bukugratis.blogspot.com
53 Keduanya lalu berjalan menuju ke arah kereta di tengah yang tertutup. Ketua
Garuda Putih Hung Ci Pao membuka pintu kereta dan tak lama kemudian turunlah dari
dalam kereta seorang wanita setengah umur yang mengenakan pakaian indah. Wajahnya
berbentuk kwaci dengan sepasang bibir merah basah menyungging senyuman dan
sepasang matanya memandang dengan kerlingan yang akan meruntuhkan iman lelaki.
Kulitnya putih mulus, seakan-akan apabila lalat hinggap akan terpeleset saking halusnya.
Bentuk tubuhnya sangatlah menggairahkan, penuh tonjolan merangsang.
"Selamat datang, Dewi." Sambil membungkuk hormat Kepala Daerah menyambut
perempuan cantik tersebut penuh kehormatan.
"Hemmmmm ... !!" Wanita cantik yang bernama Dewi tadi hanya mendengus
pendek menerima sambutan ini.
Dengan langkah anggun Dewi ini melangkah menuju rumah Kepala Daerah,
langkah yang indah, membuat pinggulnya menari-nari menambah daya tarik wanita
cantik ini. Banyak pasang mata memandang melongo melihat keindahan wanita yang
berjalan memasuki rumah kepala daerah itu. Malahan ada diantara mereka sampai
melongo dan kedua mata tak berkedip melotot melihat goyangan pinggul Sang Dewi.
"Ck-ck-ck ... betapa eloknya!"
"Amboiiiii ... yahud mek!"
Suittt-suittttt ... !! Pujian ini hampir terdengar di semua tempat ketika mereka menerima lirikan
sepasang mata menantang dari wanita cantik ini. Akan tetapi, wanita cantik itu pun terus
berjalan masuk diiringkan dengan hormat oleh Kepala Daerah. Beberapa orang prajurit
segera menurunkan beberapa peti besar dari beberapa kereta.
Sehabis wanita cantik bersama barang-barang dibawa masuk. Sebentar saja mereka
melanjutkan perjalanan tak henti-hentinya membicarakan wanita cantik yang menjadi
tamu Kepala Daerah. Siapakah gerangan wanita tersebut"
Akan tetapi tak seorang pun dapat menjawabnya, karena mereka kebanyakan hanya
penduduk kota dan dusun biasa saja. Akan tetapi apabila ada tokoh-tokoh kang-ouw
kalangan tua melihatnya, mereka akan menjadi kaget. Perempuan cantik jelita yang
e-bukugratis.blogspot.com
54 menggugah berahi lelaki tersebut bukan lain adalah Dewi Seruni Ungu atau lebih terkenal
nama poyokannya yaitu Iblis Penghisap Sukma.
Bersambung jilid III e-bukugratis.blogspot.com
55 Jilid III Begitu tiba di ruangan dalam rumah kediaman Kepala Daerah, Dewi Seruni Ungu
tersenyum manis melihat orang-orang yang menyambutnya di ruangan itu. Sepasang
mata wanita yang jeli ini mengerling ke seluruh ruangan, mencari dan meneliti semua
yang hadir dalam ruangan itu kalau-kalau ada yang dipenujuinya!
"Hik-hik-hik. Mana itu tosu bau Sim Tok" Kenapa belum kelihatan batang
hidungnya" Apakah orang yang meng-undang malahan belum datang sendiri. Gila! Hi-hihik ... !" Dewi Seruni Ungu tertawa renyah.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seorang lelaki pendek gemuk dengan wajah bagaikan bulan dan mulut lebar maju
menjura. "Selamat datang, Sianli. Suhu sedang membereskan sebuah urusan penting
sehingga beliau datang terlambat."
"Hi-hi-hi ... ! Jadi kau inilah murid tosu bau itu. Sungguh seperti Siluman Babi! Hihi-hik ... !"
Para tamu dalam ruangan itu tersenyum geli mendengar kelakar ini. Akan tetapi tak
seorang pun berani tertawa, maklum bahwa orang gendut itu bukanlah orang
sembarangan. Memang benar, dia bukan lain adalah Coa Sim Ok Wakil Ketua Naga Terbang!
Sedangkan Coa Sim Ok sendiri ketika mendengar ucapan Dewi Seruni Ungu ini
hanya tersenyum kecut. Dengan ramah ia mempersilakan tokoh wanita sahabat baik
gurunya ini menempati tempat duduk kehormatan. Setelah Dewi Seruni Ungu duduk,
dengan langkah gagah Coa Sim Ok menuju ke tengah ruangan. Akan tetapi sebelum dia
mengucapkan sepatah kata pun tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak. Suara tawa yang
tinggi menusuk gendang telinga. Suara yang dilambari tenaga Iweekang tingkat tinggi.
"Ha-ha-ha-ha ... ternyata engkau menepati janji, Sianli. Ha-ha-ha-ha ... !!"
Sebelum gema ketawa itu hilang ternyata di tengah ruangan telah berdiri seorang
tosu berjubah abu-abu. Kakek tua ini bukan lain adalah Sim Tok Tojin, guru Coa Sim
Ok! e-bukugratis.blogspot.com
56 "Tua bangka bangkotan! Kalau mengundang orang seharusnya kau menyambut
sendiri depan pintu. Dasar tua bangka pikun!" Dewi Seruni Ungu menegur Sim Tok
Tojin. "Maaf, maafkan Pinto, Sianli. Sebenarnya sejak kemarin dulu Pinto menanti
kedatanganrnu. Akan tetapi aku mendengar kabar bahwa kau datang dengan menyewa
rombongan piauwsu Pek-eng-piauwkiok, karena itu Pinto segera mengejar orang jail
sendirian saja." Sim Tok Tojin mencari alasan untuk menyenangkan hati perempuan itu.
"Hi-hi-hik, apakah ada anak ayam menggugah seleramu?" ejek Dewi Seruni Ungu.
"Wah, kau terlalu memandang rendah Pinto, Sianli. Mana ada anak ayam yang
dapat menggugah selera kalau akan datang seorang dewi seperti engkau ini."
Sim Tok Tojin membalas memuji wanita ini. Para tamu di ruangan itu mendengar
omongan ini hanya tersenyum-senyum penuh arti. Tidak ada seorang pun yang berani
angkat bicara ketika kedua tokoh besar ini sedang saling tegur. Hanya rata-rata pandang
mata mereka memandang ke arah Dewi Seruni Ungu penuh dengan gairah. Apalagi
ketika ucapan Sim Tok Tojin terakhir tadi. Membuat mata mereka bercahaya dan pikiran
mereka melayang ke awang-awang!
"Kalau begitu kenapa?"
"Agaknya Si Nelayan Pantai Timur yang ingin membuat ulah. Ketika Pinto kejar,
Nelayan Pantai Timur mengajak Pinto main kucing-kucingan selama dua hari satu malam,
akan tetapi akhirnya keparat itu hilang di tengah keramaian kota ini. Benar-benar
keparat!" "Hi-hi-hik!" Sim Tok Tojin segera menuju kursi di samping Dewi Seruni Ungu dan segera saja
menjatuhkan pinggulnya yang tepos di kursi. Sepasang mata pendeta ini tidak pernah
lepas dari tubuh wanita di dekatnya, seakan dengan pandang matanya pendeta ini
membelai seluruh tubuh Dewi Seruni Ungu.
Akan tetapi wanita cantik itu hanya tersenyum kecil dan melirik ke arah tamu muda
yang juga memenuhi tempat itu. Matanya mengerling genit dan tersenyum-senyum
menantang. Para tamu muda menjadi panas dingin ketika pandang mata mereka beradu
dengan pandangan dan senyum mengajak dari wanita yang bernama Dewi Seruni Ungu!
e-bukugratis.blogspot.com
57 Seakan jantung di dalam meloncat-loncat tersedot kerling mata dan senyum
menantang. Mata mereka tak pernah lepas dari wanita cantik tersebut. Sambutan Coa Sim
Ok hampir tidak masuk dalam telinga mereka. Seluruh perhatian hanya ditujukan kepada
gerak- gerik Dewi Seruni Ungu seperti sudah kena sihir maut layaknya!
"Kuminta bantuan Saudara-saudara untuk mencari dan menemukan pusaka kami
tersebut! Kami dari Hui-liong-pang tidak akan melupakan budi Cuwi sekalian.
Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang Cuwi berikan.
Atas nama Ketua Naga Terbang saya akan membalas semua kebaikan yang telah Cuwi
limpahkan kepada kami."
Coa Sim Ok menutup keterangan dan sambutannya. Dua kali tangannya bertepuk
memberi isyarat. Plok-plok! Dari dalam ruangan belakang masuklah para muda yang mengenakan pakaian
serngam dan di dada kanan mereka nampak gambar naga bersayap. Mereka memasuki
ruangan dengan memanggul peti-peti besar.
Begitu peti dibuka, terbelalaklah semua hadirin melihat isinya. Mata mereka
berkilat melihat harta bertumpuk-tumpuk tersebut. Bibir mereka merekah senyum berseri
dan wajah-wajah mereka berbinar-binar.
"Sebagai tanda persahabatan dari Pinto sebagai wakil dari Hui-Iiong pang, saya
akan membagi-bagikan sekedar tanda persahabatan." Sim Tok Tojin berkata lembut dan
berwibawa. "Kuharap saja berita ini tidak bocor keluar. Siapa sengaja atau tidak sengaja
telah membocorkannya, dia akan menerima hukuman dari Pinto."
Coa Sim Ok begitu menerima isyarat dari gurunya segera membagi-bagikan hadiah
yang cukup besar kepada semua hadirin yang hadir. Ternyata mereka yang datang dalam
ruangan ini bukanlah sembarang orang saja, melainkan para kepala perkumpulan atau
kepala kaum sesat di seluruh penjuru. Setelah pembagian harta selesai maka dimulailah
pesta besar-besaran. Semua pelayan yang melayani mereka ternyata adalah anak buah Perkumpulan
Naga Terbang. Tak seorang pun prajurit atau pelayan di rumah Kepala Daerah yang
menampakkan batang hidung mereka. Pesta pun berjalan meriah sampai malam. Mereka
e-bukugratis.blogspot.com
58 yang berada dalam ruangan itu tidak peduli akan keramaian yang terjadi di jalan di kota
Merak Emas. Ternyata iring-iringan Dewa Langit berujud patung tersebut telah dimulai. Barisan
depan sendiri, para prajurit dengan pakaian serba gemerlap dan tombak di tangan berbaris
rapi. Suara tambur dan seruling, gembreng dan rebab memenuhi angkasa di malam hari
itu. Di belakang prajurit ini, berjalan pula penduduk kota dan dusun dengan mengenakan
pakaian para dewa dan binatang-binatang raksasa. Mereka mengenakan topeng berwarnawarni malahan ada yang membuat teng besar dari bambu dan kertas, teng-teng tersebut
kebanyakan berbentuk liong, ikan mas dan ada pula binatang kilin. Setelah barisan ini
barulah tampak barisan para tosu. Di tengah-tengah barisan inilah dipanggul oleh
beberapa puluh orang patung Dewa Langit yang diselaput emas. Nampak tinggi besar dan
berwibawa. Bau dupa biting pun menyengat hidung saking banyaknya.
Di belakang pendeta tosu dan patung masih nampak pula iring-iringan penduduk
yang menyambut gembira perayaan dibawa kelilingnya Dewa Langit ini. Semua muka
mereka dicat seperti tokoh-tokoh wayang. Senjata-senjata wayang pun tidak ketinggalan
mereka bawa sehingga semakin semaraklah pesta mengarak Dewa Langit ini.
Semua penduduk kota, desa, dan pendatang dari jauh, menyembah hormat ketika
patung Dewa Langit melewati mereka. Mereka percaya bahwa Dewa Langit akan melihat
penghormatan dan pengorbanan yang mereka lakukan untuk menyembahnya.
Di dalam barisan ini tak ketinggalan pula wajah-wajah berujud setan dengan tangan
membawa senjata menggiriskan dan tubuh serta topeng mereka mengerikan orang yang
melihatnya. Wajah-wajah yang menjadi gambaran dari setan neraka dalam versi mereka!
Darrr ... ! Tarr-tar-dung! Dung! Blearrr ... !!
Suara mercon pun memecah angkasa. Ternyata mereka telah menggunakan anak
panah untuk melon tarkan mercon ke udara. Suara letusan ini sambung menyambung
menambah meriah dan gembira kota Merak Emas.
Dalam keadaan saling berjubel ini, banyak tangan jail berpesta pora. Meraba-raba
tubuh dan menggerayangi kantong, memindahkan isi kantong uang ke dalam kantong
sendiri alias mencopet. Sedangkan lelaki hidung belang memanfaatkan keadaan ini untuk
memuaskan tangan dan nafsu mereka.
Menggaet pasangan! e-bukugratis.blogspot.com
59 Pesta iringan Patung Dewa Langit ini terjadi sampai pagi hari. Pintu kota Merak
Emas selama semalam suntuk tak pernah ditutup, dibiarkan terbuka tanpa ada penjaga
sama sekali. Agaknya mereka telah percaya dengan diaraknya Dewa Langit mengitari
kota, semua bencana atau yang berniat jahat akan undur, takut akan kemurkaan Dewa
Langit. Percaya bahwa Dewa Langit akan memberi keselamatan bagi semua yang hadir
dalam pesta arak-arakan tersebut.
Ketika matahari telah naik tinggi, di mana orang-orang yang berada di kota sudah
banyak pula yang kembali ke desa masing-masing, masuklah dari pintu utara seorang
lelaki tampan mengenakan pakaian serba putih seperti pakaian orang sedang berkabung.
Kainnya dari bahan sederhana. Wajahnya tampan dengan hidung mancung dan menarik,
sepasang matanya memandang ke bawah, ke arah jalan di depannya. Seakan-akan
pemuda itu takut kalau-kalau ada batu yang dapat membuatnya kesandung. Akan tetapi
apabila kebetulan ada yang bertatap muka dan melihat pandang mata pemuda tersebut,
maka dapat dipastikan bahwa orang itu akan menjadi kaget saking tajamnya sinar mata Si
Pemuda itu. Seakan sinar mata itu dapat menembus ke dalam jantung orang yang
dipandangnya! Langkahnya tanpa terasa lagi lewat di samping rumah makan di tengah kota. Bau
masakan yang sedang dimasak menyambut hidungnya. Pemuda itu menoleh dan
membelokkan langkahnya menuju ke rumah makan.
Seorang pelayan menyambut hormat dan mempersilakan pemuda itu menempati
sebuah meja di sudut yang kosong. Memang secara kebetulan saja ada tamu yang keluar
sehingga meja satu-satunya itulah yang kosong. Maka Si Pelayan segera mengantar
pemuda ini ke sudut. Setelah menerima pesanan segera pelayan itu pergi mengambil pesanan anak muda
baju putih. "Uhhh, pemuda kampungan! Bantai kerbau!" terdengar suara menggerutu dari
seorang pemuda pakaian perlente. Tiga orang temannya menoleh dan mengawasi anak
muda pakaian putih. Begitu melihat pakaian anak muda itu, mereka tersenyum sinis.
"Benar apa katamu, Toako. Sungguh tak tahu diri! Berani-berani masuk kesini.
Jangan-jangan ... " teman yang kini mengejek ini tepat berhadapan duduknya dengan
tempat duduk Si Pemuda. e-bukugratis.blogspot.com
60 "Tidak kuat bayar maksudmu!" potong teman lainnya.
"Ha-ha-ha ... ! Mungkin saja. Melihat pakaiannya saja dapat diketahui bahwa orang
seperti itu pasti bokek (tak punya uang). Paling-paling nanti akan melarikan diri kalau
ditarik bayaran. He-he-heh!"
"Husss! Jangan menghina, siapa tahu kalau dia habis jual kerbau!" ejek orang
pertama tadi sambil berkedip kepada teman-temannya.
"Kerbau tetangga kali!"
"Ha-ha-ha ... !!"
"Ha-ha-ha-hi-hi-hi ... !!"
"Ha-ha-ha-ha ... haeeppppp ... !!"
Ketika sedang tertawa terbahak ini tiba-tiba terasa ada benda kecil memasuki
mulutnya. Orang ketiga ini menjadi tersedak dan terbatuk-batuk. Melihat ini, ketiga
kawannya malah menertawakan.
Pemuda berpakaian putih itu menengok ke samping kanan. Mulutnya tersenyum
kecil ketika pandang matanya ketemu dengan sepasang mata bintang seorang dara cantik.
Dara itu pun tersenyum dan mengangguk tak kentara.
Ketika itulah pelayan datang membawa beberapa macam masakan pesanan Si
Pemuda. Setelah menaruh masakan di atas meja, pelayan itu pun berlalu sambil
tersenyum. "Gila ... ! Apakah kuat bayar penjual kerbau itu, hee?" orang yang tertua berkata
lagi. Teman di samping kanannya menoleh. Sepasang matanya terbelalak melihat
pesanan anak muda baju putih tersebut.
Akan tetapi ia segera mengejek. "Uhh, agaknya dia tak tahu berapa harga makanan
yang dimakannya itu. Dikiranya ini rumah makan pinggir jalan desanya. Ha-hahaaaduuhhhhh!!"
Sebutir kacang mengenai pelipis kepalanya ketika dia sedang ketawa mengejek.
Ketika jari-jari tangannya meraba ternyata di pelipis kanannya telah tumbuh jendolan
sebesar telur puyuh. Terasa sakit ketika teraba. Dengan celingukan dia memandang ke
sekeliling, mencari orang yang telah berbuat jail.
e-bukugratis.blogspot.com
61 Pemuda baju putih pun tersenyum kecil, merasa geli akan ulah gadis muda yang
makan bersama dengan seorang kakek berpakaian seperti nelayan.
Ketika pandang mata pemuda yang benjol pelipisnya itu melihat gadis cantik
ketawa geli dan melihat ke arahnya, tanpa terasa mulutnya menyeringai membentuk
senyum. "Aih, cantiknya!" desisnya disela rasa sakit.
Ketika kawannya menoleh mengikuti ke arah pandang temannya. Hampir
bersamaan mereka memuji. Perhatian mereka sekarang tertuju kepada gadis cantik
tersebut. Tidak mempedulikan lagi kepada pemuda pakaian kasar berwarna putih lagi.
Tentu saja hal ini membuat pemuda baju putih dapat menikmati hidangan di meja dengan
tenang. "Aduhhh manisnya, mau aku kalau bisa memetik kembang itu." pemuda di kanan
yang bermata juling berbisik perlahan.
"Mau apa?" tanya pemuda paling tua yang mengenakan pakaian serba mewah.
"Mau itu tuh, hi-hi-hik." Si Juling tertawa.
"Tampangmu kayak monyet makan terasi itu mana sudi dia meladenimu!" ejek
temannya yang bermuka codet.
Si Codet ini sebentar-sebentar melirik sambil melempar senyum ke arah sang Dara.
"Husssss! Apakah kalian tidak menghargai Toako lagi" Biar Toako saja yang
menentukan." orang ke empat menyela.
"Itu baru kata-kata yang mengandung cengli. Menghormati yang tua dan
mengetahui keadaan diri sendiri. Ha-ha-ha ... !"
Sang Toako ketawa senang mendengar ucapan pemuda nomor empat.
"Tentu saja! Akan tetapi setelah nanti Toako dapat menikmati bunga segar, barulah
kita yang mendapat giliran. Namun kita harus diundi terlebih dahulu agar tidak berebut!"
Si Codet mengusulkan. Kedua temannya segera mengiyakan.
Keempat orang tersebut tidak menyadari bahwa ucapan mereka walaupun lirih,
tetapi terdengar jelas dalam telinga dara cantik yang sedang makan bersama kakeknya
tersebut. Ternyata empat orang itu tidak tahu sama sekali bahwa dua orang itu bukanlah
e-bukugratis.blogspot.com
62 orang sembarangan saja. Kakek yang mengenakan pakaian seperti nelayan tersebut bukan
lain adalah Nelayan Pantai Timur, seorang tokoh besar di timur.
Dan dara cantik itu pun bukanlah dara sembarangan saja, dia adalah murid tunggal
dari Nelayan Pantai Timur. Ilmu silatnya jangan ditanya lagi. Seluruh kepandaian
Nelayan Pantai Timur telah dilalapnya sampai habis. Hanya tinggal mematangkan saja.
Dara itu bukan lain adalah Tan Gin Nio.
Nelayan Pantai Timur berkedip, memberi isyarat agar muridnya tetap tenang. Gin
Nio menahan kemarahan yang akan meledak mendengar ucapan pemuda pemogoran tadi.
"Toako, ayolah, biasanya tak pernah gagal apabila Toako merayu seorang wanita.
Ayolah Toako, tunggu apa lagi?" desak Si Juling.
"Ya cepatlah, Toako. Nanti keburu burung itu terbang lari." pemuda keempat juga
mendorong-dorongnya agar lekas bertindak.
Dengan lagak seorang kongcu tulen, langkah pemuda itu penuh gaya ketika
mendekati kedua orang yang sedang makan itu. Sepasang mata gadis tersebut seperti
mengeluarkan kilat melihat hal ini, akan tetapi meredup kembali ketika gurunya menegur
dengan pandang matanya! Setelah dekat meja kedua kakek dan dara cantik itu, pemuda ini menjura dengan
gaya yang menarik dan mulutnya tersenyum manis menambah tampan wajahnya.
"Maaf, bolehkah kami berkenalan denganmu, Nona. Aku yang rendah adalah anak
Kepala Daerah, Thio Si An."
"Huh!" dengus Gin Nio tak acuh.
Nelayan Pantai Timur terus melanjutkan makan bakmi gorengnya. Sama sekali
tidak peduli akan kedatangan anak muda tersebut.
Thio Sin An kecele ketika dua orang itu tidak kaget mendengar bahwa dirinya
adalah anak Kepala Daerah. Seakan-akan nama Ayahnya hanya nama penjual bakso atau
penjual tahu pinggir jalan saja! Bukan seorang pejabat tinggi.
Si Pemuda yang mengenakan pakaian serba putih memandang ke arah pemuda
bangsawan dengan alis berkerut.
"Hemm, sudah kelewatan sekarang ulah pemuda-pemuda pemogoran itu," katanya
dalam hati. e-bukugratis.blogspot.com
63 "He, Kakek Butut. Jangan menjual lagak di depanku kalau kau tidak ingin
dirangket!" bentak Thio Si An lantang.
Para tamu rumah makan yang sudah mengenal siapa adanya anak muda itu bersama
teman-temannya, segera membayar harga makan minum mereka. Hampir berurutan
mereka keluar dari rumah makan tersebut. Sebentar kemudian di ruang itu hanya ada


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

empat pemuda pemogoran dan seorang pemuda yang mengenakan pakaian serba putih
yang sedang makan minum, serta kakek dan dara cantik tersebut. Para pelayan rumah
makan, tak seorang pun yang berani mendekat.
"Heee, Kakek, bisu kau ya" Apa memang telingamu telah tuli" Kenapa sedari tadi
diam seperti patung batu. Hayo cepat jawab!"
Thio Si An marah-marah ketika tidak diacuhkan sama sekali.
"Kadal buduk! Kau ingin kuhajar ya, berani memaki-maki orang seenak udelmu
sendiri!" Tan Gin Nio membalas dengan kemarahan meluap-luap melihat pemuda itu
semakin tak tahu diri. "Eit, eit, eit, manisnya kalau marah-marah. Bertambah cantik lho kalau Nona
marah." Thio Si An malahan menggoda ketika gadis cantik itu marah-marah.
Ketiga pemuda yang lain ternyata telah maju mendekat ketika melihat pemimpin
mereka tadi membentak kakek Nelayan Pantai Timur. Dengan cepat ketiganya telah
mengambil posisi mengurung Si Kakek. Siap mengeroyok kalau kakek itu membuat ulah.
"Pemuda pemogoran hidung belang! Sebelum dihajar tak akan kapok mengganggu
gadis baik-baik!" Setelah mengeluarkan ucapan tersebut tiba-tiba entah kapan dan
bagaimana tahu-tahu tangan dara cantik itu telah mendarat di pipi Thio Si An.
Plakkk! "Aduhhhhh!!" Thio Si An tak dapat mengelak dari tamparan yang mempunyai kecepatan kilat itu.
Tahu-tahu pipinya menjadi bengkak biru dan beberapa buah giginya tanggal. Pemuda
pemogoran ini terpelanting beberapa langkah ke belakang. Ketiga temannya segera maju
untuk meringkus gadis cantik yang berani menampar anak Kepala Daerah.
Plakkk! Plakkk! Plakkk! e-bukugratis.blogspot.com
64 Tiga tubuh terlempar ke kanan kiri. Ternyata ketiga pemuda itu pun telah mendapat
hadiah tamparan di pipi mereka. Sambil merintih kesakitan keempatnya merangkak
bangun dan matanya melotot memandang ke arah dara itu.
Thio Si An mengusap darah yang menetes keluar dari mulutnya mengancam.
"Tunggu pembalasanku gadis liar! Berani kalian menghajar anak murid Naga
Terbang. Awas, jangan lari kalau berani!"
Tanpa menanti jawaban lagi keempatnya menggeloyor pergi. Bagaikan anjing kena
pukul, tanpa berani menoleh lagi!
Pandang mata pemuda pakaian putih berkilat ketika mendengar Naga Terbang
disebut-sebut oleh anak muda pemogoran tadi. Akan tetapi segera melembut lagi ketika
pandang matanya beradu dengan pandang mata gadis cantik itu. Tanpa terasa lagi dia
mengangguk dan tersenyum.
"Ahh, celaka ... ! Nio, kenapa kau tidak dapat menahan nafsumu. Cepat kita
tinggalkan tempat ini." Si Kakek Nelayan Pantai Timur menggerutu, memarahi muridnya.
"Selalu, selalu saja murid yang disalahkan! Suhu ini bagaimana sih, terang mereka
adalah pemuda-pemuda kurang ajar, kenapa tak boleh kalau aku menghajar mereka."
"Bukannya tidak boleh, Gin Nio. Akan tetapi kau kan tahu, tosu bau itu masih
berada di tempat ini dan kita haruslah berhati-hati!"
"Baiklah, memang murid salah!" Gin Nio menjawab jengkel.
Nelayan Pantai Timur hanya tersenyum saja melihat kejengkelan muridnya ini.
Tanpa terasa kakek ini memandang ke arah Si Anak Muda dan sepasang matanya
bersinar. Akan tetapi sambil menggandeng tangan muridnya kakek ini segera keluar dari
rumah makan dengan cepat.
Ketika pemuda berpakaian putih itu keluar pula, ternyata kakek dan gadis yang dia
ketahui bernama Gin Nio tadi telah tidak nampak batang hidungnya lagi. Seakan-akan
keduanya telah lenyap ditelan bumi!
"Ahh, ternyata mereka dua-duanya adalah orang-orang sakti," katanya pelan
seakan-akan kepada diri sendiri. Lalu dia pun pergi ke timur keluar dari gerbang kota.
--o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
65 Sesosok bayangan putih berkelebatan dari wuwungan rumah satu ke wuwungan
rumah lainnya. Gerakannya cepat sekali bagaikan bayangan iblis saja. Ketika tiba di
rumah Kepala Daerah yang terjaga ketat, dia segera mendekam di balik wuwungan rumah
dekat rumah kepala daerah. Sepasang mata bayangan putih itu bercahaya, mencorong
tajam di kegelapan, seperti mata kucing candramawa. Setelah melihat dua orang peronda
lewat, sekali berkelebat, dia tiba di dalam taman rumah kepala daerah. Lalu menyelinap
cepat dan bersembunyi di balik tembok. Ternyata bahwa pada saat itu lewat pula dua
orang peronda. Wirrrrr ... ! Tahu-tahu dia telah meloncat ke atas penglari. Mendengarkan percakapan dalam
kamar di belakang dekat taman.
"Ha-ha-ha ternyata sekarang kau bertambah hebat Sianli. Aku merasa kalah."
Disela-sela dengusan nikmat, terdengar pujian merayu.
"Hi-hi-hik, aneh sekali kalau sekarang kau begini loyo, Sim Tok."
"Tentu saja, setelah tenagaku dikuras Si Nelayan dari Timur itu selama dua hari
semalam kucing-kucingan. Mana kuat aku melayani jurusmu yang demikian hebat."
"Hi-hi-hik." "Kudengar di rumah makan tadi Nelayan itu berada dalam rumah makan. Apakah
muridmu Siluman Babi dapat menjumpainya?" Cu Kiok Sianli bertanya.
"Sialan! Sungguh pintar Nelayan gila itu melarikan diri. Awasss! Kalau ketemu lagi,
akan kucincang dia!" umpat Sim Tok Tojin gemas.
Bayangan di luar itu tercekat hatinya ketika mengetahui bahwa di kamar itu ternyata
berisi Sim Tok Tojin dan Cu Kiok Sianli. Sim Tok Tojin sudah dikenalnya, dialah musuh
besar yang telah membunuh suhunya. Sedangkan wanita yang dipanggil Cu Kiok Sianli,
ia sama sekali tidak mengenalnya.
"Aku harus lebih berhati-hati. Jangan sampai bangsat itu tahu," katanya dalam hati.
Tanpa menimbulkan suara sedikit pun pemuda berbaju putih itu segera melayang keluar
dari gedung kepala daerah. Sebentar saja pemuda itu lenyap di belakang tembok pagar.
"Sebetulnya Golok Pusaka Naga Terbang itu terjatuh di mana, Sim Tok" Apakah
kau tidak dapat mengambilnya sendiri?" tanya Dewi Seruni Ungu Cu Kiok Sianli.
"Betul-betul sialan budak itu! Ditolong malahan tidak mau!"
e-bukugratis.blogspot.com
66 Sim Tok Tojin lalu menceritakan kejadian di Puncak Bukit Awan. Akan tetapi tentu
saja cerita pendeta ini, tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ini sudah menjadi
sifat dari manusia, seperti pendeta ini pun selalu ingin mencari benarnya sendiri saja. Dia
menceritakan betapa dia ingin menolong Si Anak Muda yang menjadi murid Pendekar
Golok Terbang, malahan ingin mengangkat anak muda tersebut menjadi muridnya.
"Sungguh bodoh anak muda itu. Kenapa dia lebih suka terjun ke dalam jurang tak
berdasar?" gerutu Dewi Seruni Ungu, tangan wanita cantik mengelus dada kerempeng
Sim Tok Tojin yang ditumbuhi bulu keabu-abuan. Sesekali bibirnya yang merah
menantang menyedot kulit keriput tosu itu.
"Ihhh, geli, ahh." Sim Tok Tojin menggelinjang kegelian.
"Hi-hi-hik! Hayo kerahkan lagi tenaga dalammu!"
Dewi Seruni Ungu mengajak pendeta ini bertempur kembali. Tanpa dapat menahan
gejolak darahnya yang berjalan cepat, Sim Tok Tojin memainkan senjata pusakanya.
Meladeni serbuan Dewi Seruni Ungu dengan tidak kalah buasnya. Terjadi pertandingan
adu tenaga dalam kamar tersebut, di mana dua orang berlawanan jenis saling pamer
ilmunya. Tak lama kemudian terdengar suara dengusan panjang hampir berbareng dan
lenguhan kepuasan dari wanita hamba nafsu. Dan bunyi derit kayu pun terhenti. Suasana
semakin malam semakin sunyi. Akhirnya keadaan menjadi hening.
Apa yang diceritakan Sim Tok Tojin di dalam kamar bersama pasangannya tadi
adalah tidak sesuai dengan niat yang tersembunyi di dada pendeta tersebut. Setelah murid
Pendekar Golok Terbang jatuh ke dalam jurang dan lenyap ditelan halimun tebal yang
menutupi jurang. Sim Tok Tojin masih penasaran.
Setelah mengobrak-abrik rumah pondok kediaman Pendekar Golok Terbang dan
tidak menemukan apa yang dicarinya, Sim Tok Tojin menanti hari menjadi terang. Begitu
matahari telah muncul di balik bukit pendeta ini mencari tempat untuk mengikatkan tali
dan berusaha untuk menuruni jurang. Akan tetapi baru beberapa tombak Sim Tok Tojin
dapat menembus halimun karena pendeta tersebut mengerahkan seluruh tenaga
lweekangnya untuk menahan dinginnya hawa dingin dalam kabut di jurang itu.
Tiba-tiba pendeta ini kaget ketika ada angin yang seakan-akan menyedotnya. Walau
pun Sim Tok Tojin mengerahkan seluruh kepandaiannya hampir saja pendeta ini tidak
e-bukugratis.blogspot.com
67 kuat melawan tenaga sedotan alam ini. Maka Sim Tok Tojin lalu membatalkan niatnya
menuruni jurang dari tempat tersebut. Dia mengumpat panjang pendek tak keruan
juntrungannya. Sim Tok Tojin pun lalu menuruni Puncak Bukit Awan. Sebentar saja pendeta ini
telah berada di kantor cabang Perkumpulan Naga Terbang. Sim Tok Tojin segera
mengambil burung dara (merpati). Setelah menulis surat, dia lalu menalikan kertas
tersebut di kaki merpati dan melemparkannya ke atas.
"Ha-ha-ha ... ! Akan kusuruh semua murid Naga Terbang untuk mencari benda itu.
Siapa pun tidak boleh memiliki kedua benda pusaka itu selain diriku. Ha-ha-ha ... !!"
Bagaikan orang gila pendeta ini tertawa dan menggerutu seorang diri.
Wajahnya sebentar merah sebentar hijau!
Beberapa minggu kemudian datanglah Coa Sim Ok. Kedatangan murid gendut ini
disertai beberapa orang murid kepala yang dipercaya. Segera saja Sim Tok Tojin
memerintahkan murid tersebut untuk mencari jalan atau menuruni jurang di mana anak
muda yang membawa senjata Golok Pusaka Naga Terbang terjatuh!
"Cari benda tersebut sampai ketemu. Baik bangkainya maupun bendanya ... !"
Sim Tok Tojin menahan bicaranya ketika datang seorang pembantu kepala hukum
Naga Terbang. "Baik, Suhu. Murid mengerti semua perintah Suhu." Coa Sim Ok menjawab cepat
dan segera berlalu meninggalkan gurunya dan pembantu kepala hukum perkumpulannya.
Tanpa mengenal lelah orang bertubuh pendek gemuk ini melaksanakan perintah
gurunya. Sampai berbulan-bulan Coa Sim Ok dan murid-murid kepala Naga Terbang
berusaha mencari jalan untuk dapat masuk jurang. Namun, semuanya tak berhasil.
Akhirnya Sim Tok Tojin menyusul ke atas puncak Bukit Awan dan memarahi muridnya
ini. "Dasar kalian semua tiada guna. Bisanya galak kalau menghadapi perempuan, akan
tetapi kalau menghadapi sedikit kesukaran saja tak becus. Goblok! Dungu! Otak udang
semua!" "Ampun Suhu. Telah banyak cara kami tempuh, akan tetapi semua mengalami jalan
buntu." e-bukugratis.blogspot.com
68 Coa Sim Ok menjelaskan. Mulutnya yang lebar itu hampir membelah pipinya ketika
dia mewek-mewek mau menangis.
"Hemmmmm ... !" Sim Tok Tojin mendengus pendek.
Coa Sim Ok menceritakan semua usaha yang telah dilakukannya bersama anak
buahnya. Sim Tok Tojin mendengarkan penuturan muridnya ini dengan seksama. Setelah
itu dia pun lalu berpikir keras agar supaya berhasil memiliki pusaka yang terjatuh ke
dalam jurang tersebut. Tiba-tiba wajah pendeta ini bersinar-sinar.
Melihat keadaan gurunya Coa Sim Ok menyapa.
"Bagaimana Suhu?"
"Hemmm, aku menemukan jalan terbaik buatku. Ha-ha-ha ... ! Tanpa mengeluarkan
sedikit pun tenaga aku akan memiliki kedua benda tersebut ha-ha-ha ... !" Sim Tok Tojin
maju membisiki Coa Sim Ok.
Orang gendut ini manggut-manggut kayak ayam makan padi. Mulutnya yang lebar
menyeringai. Dunia kang-ouw menjadi geger ketika tersiar berita bahwa Golok Naga Terbang
terjatuh ke dalam jurang di Bukit Awan. Berbondong-bondong mereka berdatangan ke
bukit tersebut. Ingin mengadu untung. Kalau mungkin memiliki golok pusaka yang
menjadi salah satu benda keramat di rimba persilatan!
Ini semua adalah siasat dari Sim Tok Tojin. Memang pendeta ini cerdik sekali dan
dia pun memiliki ilmu kepandaian setinggi langit. Baik ilmu silat maupun ilmu sihir,
yang dipelajarinya ketika berada di Pegunungan Himalaya!
Maka tidaklah aneh kalau ia selalu berada di dekat Bukit Awan. Apalagi di kota
Merak Emas, ada seorang murid Naga Terbang yang menjadi kepala daerah. Rumah
muridnya ini menjadi markas sementara buatnya.
Ketika dua orang itu sedang asyik diamuk nafsu berahi di dalam kamar mewah
kepala daerah, ada sesosok bayangan yang mengintai di luar kamar, di atas penglari.
Sebetulnya aneh kalau sampai dua orang gembong persilatan itu sampai tidak mengetahui
ada orang mengintip mereka. Kedua orang tersebut sebetulnya memiliki ilmu kepandaian
sangat tinggi, akan tetapi pada waktu itu keduanya sedang dibuai oleh nafsu jalang
sehingga kewaspadaan dan kelihaian ilmu silatnya hampir tak berfungsi separohnya.
Maka bayangan putih itu pun dapat bebas bergerak keluar masuk taman Kepala Daerah.
e-bukugratis.blogspot.com
69 Akan tetapi kalau bayangan putih tersebut tidak memiliki ilmu kepandaian yang
sangat tinggi, tidak mungkin sampai ia tidak dapat diketahui. Memang benar. Pemuda
baju putih yang seperti pakaian berkabung itu bukanlah pemuda biasa. Dia adalah murid
Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie.
Benar! Dialah Li Cu Liong yang jatuh ke dalam jurang.
Bagaimana sampai pemuda itu tidak mampus terjatuh kedalam jurang tak berdasar"
Sedangkan Sim Tok Tojin sendiri yang memiliki ilmu kepandaian beberapa kali
lipat dari pemuda itu tidak kuat menahan hawa dingin kabut di jurang tersebut.
Ini memang sesuatu di luar akal pikiran manusia. Kejadian yang seharusnya tidak
dapat terjadi, bukan barang mustahil bagi Dia. Tak ada barang mustahil bagi Dia dan
segala kehendakNya untuk menolong umatnya.
Li Cu Liong masih sadar ketika dia terjatuh ke dalam jurang. Maka ketika tubuhnya
meluncur tanpa sengaja kakinya tertekuk ke atas dan tubuhnya meluncur cepat bagaikan
melayang. Ketika memasuki halimun, hampir saja pemuda ini pingsan, akan tetapi tibatiba tubuhnya tersedot angin kuat sekali. Li Cu Liong tak kuasa melayani sedotan angin
tersebut. Maka dia lalu menyerah saja dibawa angin tersebut. Akan tetapi akhirnya, Li Cu
Liong jatuh pingsan. Dan selagi dalam keadaan pingsan inilah, Li Cu Liong tidak tahu
apa yang terjadi pada dirinya. Tahu-tahu ketika dia sadar, tubuhnya terasa sakit semua.
"Air ... air ... !"
Sebuah tangan lembut halus meraba dahi Li Cu Liong. Lalu dengan kecepatan tak
terkira jari tangan itu menotok beberapa tempat di tubuh anak muda yang masih rebah
telentang di atas batu hitam itu. Wajahnya yang putih kemerahan bersinar lembut, penuh
kesabaran dan pengertian. Sepasang matanya bagaikan mata telaga yang tenang sinarnya,
berseri dan penuh pengertian. Membuat siapa saja yang beradu pandang merasa tenang
damai. Bibirnya tersenyum wajar dan lembut.
"Tenang anak muda. Ini minumlah dahulu, obat ini akan menghilangkan rasa
sakitmu." Kakek ini membantu meminumkan obat ke mulut Li Cu Liong. Tak lama kemudian
pemuda ini pun tertidur setelah meminum obat tersebut.
e-bukugratis.blogspot.com
70 Li Cu Liong terbangun dengan kaget. Dalam tidurnya pemuda ini seperti mimpi
terjatuh ke dalam jurang tak berdasar dan tubuhnya menabrak dinding jurang dan
terpental kembali ke dasar jurang.
Hancur berkeping-keping! "Tolong ... ! Tolong ... !"
Ketika kedua matanya telah biasa dengan keadaan di sekelilingnya, Cu Liong
terheran-heran melihat dirinya tidak kurang suatu apa. Sepasang matanya meneliti
seluruh tubuh dan merasakan rasa sakit di tubuh telah banyak berkurang. Pemuda ini
seakan bangun dari sebuah mimpi.
"Tak mungkin! Pasti ini di neraka!" desisnya lirih.
Tidak mengherankan apabila pemuda ini mengira bahwa dirinya berada dalam
neraka. Neraka seperti yang pernah didengar atau diceritakan orang tua dan gurunya.
Tempat itu penuh dengan batu-batu besar, ada yang menggantung berujud kerucut, ada
pula yang berbentuk sebuah pintu, akan tetapi ada pula yang berbentuk aneh. Bentukbentuk seperti binatang atau kepala-kepala setan!
Apalagi matanya belum begitu melihat jelas dalam keremangan cahaya obor kecil
di kejauhan! "Sudah bangun, Anak Muda!" terdengar teguran lembut dari dalam.
Li Cu Liong mencari-cari dari arah mana asal suara tadi. Tiba-tiba sepasang mata
Cu Liong terbelalak ketika dari tempat gelap nampak sesosbk bayangan putih melayang
datang! Ingin pemuda ini berteriak, tetapi lidahnya terasa kelu. Sehingga dia hanya ah-ahuh-uh tak jelas maknanya!
"Jangan takut! Aku manusia biasa seperti engkau, Nak!"
Bayangan yang datang itu berkata lagi ketika melihat anak muda itu berah-uh-ah-uh.
Setelah dekat, barulah Cu Liong melihat bahwa yang datang adalah seorang kakek yang
mengenakan jubah putih. Rambut dan jenggot kakek itu telah putih semua seperti perak
dan alisnya pun dibiarkan panjang di kanan kiri pipi, berjuntai ke bawah, juga telah
berwarna putih. Akan tetapi wajahnya masih kemerahan kulitnya dan sepasang mata
kakek tersebut memandang lembut, apalagi senyum ramah selalu menghiasi wajahnya.
"Benarkah ... " Apakah saya belum mati ... ?"
e-bukugratis.blogspot.com
71

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"He-he-he ... mengapa kau menduga demikian, Nak?"
"Apakah ini bukan Neraka" Dan ... Kakek ini bukan Malaikat Pencabut ... ?"
"Bukan ... bukan ... aku manusia biasa. Dan kau masih hidup, Nak, walaupun kau
telah rebah di batu itu hampir sebulan lamanya," ucapan lembut ini malah mengagetkan
Li Cu Liong. "Se ... se ... bulan?"
"Benar, Nak. Kalau boleh, aku ingin tahu bagaimana kau sampai terjatuh ke dalam
jurang ini dan siapakah orang tua gagah yang telah tewas itu?"
Cu Liong segera bangun dan menjatuhkan diri berlutut di depan kakek berpakaian
jubah putih. "Terima kasih atas pertolongan Siansu. Teecu ... teecu ... murid Liok Ing Gie. Suhu
di dunia kang-ouw dikenal sebagai Pendekar Golok Terbang dan nama teecu Li Cu
Liong." "He-he-he ... !"
Kakek berjubah putih ketawa geli. Dia maklum bahwa anak muda ini belum sadar
betul sehingga ucapannya tidak teratur.
"Ini sebuah golok dan kitab yang kutemukan di sampingmu."
Kakek itu menyerahkan sebuah kitab kuno kepada Cu Liong dan sebuah golok.
Golok itu adalah senjata Golok Pusaka Naga Terbang yang menjadi rebutan di dunia
persilatan. Li Cu Liong melihat benda itu menjadi terkejut sekali. Samar-samar dia
teringat apa yang terjadi. Suhunya dibunuh tosu berpakaian abu-abu bernama Sim Tok
Tojin. Dan dia pun terlempar ke dalam jurang oleh tangan pendeta lihai itu.
Kakek itu pun mendengarkan cerita Li Cu Liong penuh perhatian. Semua kejadian
yang menyangkut diri pemuda itu diceritakan tanpa ada yang terlewat sehingga dia
terjatuh ke dalam jurang. Kakek berjubah putih tersenyum maklum, seakan-akan dalam
pandang matanya telah tahu apa yang terlah terjadi dan akan terjadi!
"Ha-ha-ha, semua sudah terjadi seperti apa yang telah digariskan, Liong, kau
berjodoh dengan kedua pusaka itu, dan aku. Tinggallah di sini mempelajari isi kitab, dan
sedikit ilmu dariku!"
"Terima kasih atas kemurahan dan bimbingan yang Suhu berikan. Teecu mentaati."
e-bukugratis.blogspot.com
72 Sejak saat itu, Li Cu Liong mempelajari isi kitab kuno. Kitab pusaka itu ternyata
berisi pelajaran ilmu silat dan tenaga dalam yang sangat hebat. Sedangkan dari kakek
berjubah putih itu pun menurunkan ilmu meringankan tubuh yang sukar dicari
tandingannya di dunia persilatan. Kakek itu bukanlah seorang pertapa biasa. Ketika Cu
Liong ingin mengetahui namanya, kakek berjubah putih menjawab lembut.
"He-he-he sebut saja San In Lojin. Aku berada di Bukit Awan maka sudah wajar
kalau kau memanggilku Kakek Bukit Awan. Ha-ha-ha."
Ilmu Golok Terbang yang diwarisinya dari Pendekar Golok Terbang pun tak
ketinggalan menjadi bertambah lihai. Sekarang Li Cu Liong dapat menguasai Golok
Naga Terbang dan membuat senjata terbang tanpa tali seperti senjata gurunya. Liok Ing
Gie masih membutuhkan tali halus untuk membuat goloknya terbang. Sekarang dengan
kepandaiannya, Cu Liong telah dapat membuat senjata itu terbang bagaikan sebuah
bumerang. Apalagi gagang golok telah dirubah oleh Kakek Bukit Awan sedemikian rupa.
Entah berapa bulan Li Cu Liong tidak tahu. Pemuda ini hanya berlatih dan berlatih. Di
samping menerima latihan ilmu silat, Cu Liong juga menerima petunjuk tentang
kehidupan dan kebatinan. Sehingga pada suatu hari Kakek Bukit Awan telah
membolehkan pemuda itu untuk keluar dari jurang.
Li Cu Liong terbelalak. "Ke ... ke ... keluar?"
"Ya!" Kakek berjubah putih tersenyum melihat keheranan Cu Liong. "Apakah kau
ingin tinggal di sini selama hidupmu?"
"Ohhh," Li Cu Liong terpana. "Tapi, lewat manakah, Suhu?"
"Ha-ha-ha, tentu saja lewat dari mana kau datang!"
Li Cu Liong tak dapat buka mulut mendengar ucapan gurunya ini. Melihat ini
dengan tersenyum penuh pengertian, Kakek Bukit Awan segera menerangkan jalan
masuk menuju ke jurang itu. Li Cu Liong mendengarkan penuh perhatian dan setelah
mengerti dia pun mengucapkan terima kasihnya.
Ketika Li Cu Liong bangun dari tidur, ia tidak melihat kakek berjubah putih lagi.
Walaupun telah dicari-carinya di seluruh goa dan dasar jurang tak nampak bayangan
Sang Kakek. Maka setelah memberi hormat kepada batu yang biasa dibuat tempat
samadhi Kakek Bukit Awan, Cu Liong mengikuti petunjuknya. Sehingga dia dapat keluar
e-bukugratis.blogspot.com
73 dari dasar jurang. Pemuda ini keluar dari jurang setelah samadhi di dekat makam gurunya
Si Pendekar Golok Terbang selama tiga hari tiga malam!
--o0o-- Li Cu Liong berjalan perlahan di tengah malam. Pada waktu melewati sebuah
gedung besar di perempatan jalan, dari dalam gedung besar keluarlah seorang laki-laki
gendut pendek. Laki-laki gendut ini diiringi oleh empat orang anak muda yang siang tadi
dihajar dara cantik bernama Gin Nio di rumah makan.
Melihat keempat anak muda itu, Cu Liong segera mengintilnya.
"Wah, Suhu sungguh luar biasa! Tiga bunga digasak sokaligus. Suhu ajarilah saya
ilmu itu." Thio Si An memuji-muji orang gendut yang berjalan di depannya.
"Heh-heh, tenaga kalian belum mencukupi. Mana bisa kalian seperti aku, ha-haha!"
"Suhu sebagai Wakil Ketua Naga Terbang tentu saja telah memiliki sinkang tinggi
luar biasa. Tentu saja dapat menghadapi lima bunga sekaligus," puji Si Codet
mengumpak. Mendengar omongan ini, Cu Liong segera berkelebat. Tahu-tahu ia telah
menghadap di depan Si Gendut. Sepasang matanya mengawasi tajam ke arah lima orang
itu. "Siapa kau" Berani menghalangi jalan Tangan Maut Coa Sim Ok." bentaknya
garang. Akan tetapi yang dibentak hanya diam seribu bahasa. Hanya sepasang matanya
mencorong mengawasi orang bernama Coa Sim Ok yang tadi dia ketahui sebagai Ketua
kedua Naga Terbang. "Ia pemuda dusun itu." Tiba-tiba orang bermata juling berteriak.
"Benar!" Thio Si An maju ke depan, dengan lagak gagah pemuda ini mengusir
pemuda dusun itu. "Hee, kerbau jelek, minggat kau dari depanku!"
Wuttttt ... ! Plakkkk ... ! Blekkkkk ... !
e-bukugratis.blogspot.com
74 Thio Si An kelengar di tengah jalan. Ketiga kawannya segera memburu maju dan
segera menolong anak Kepala Daerah. Berusaha untuk menyadarkannya. Coa Sim Ok
kaget juga melihat kecepatan gerak anak muda berpakaian putih di depannya itu. Akan
tetapi kemarahan melihat anak Kepala Daerah dibuat tak berdaya telah memenuhi kepala.
Tanpa anak banyak cincong lagi Coa Sim Ok menerjang dengan pukulan maut.
Wuuttttt ... ! Plakk! Dukk! Dukkk!
Coa Sim Ok terdorong mundur beberapa langkah ke belakang. Sepasang mata orang
gendut ini terbelalak seakan tak percaya akan kejadian ini. Tak mungkin anak begini
muda dapat membuatnya terpelanting. Mungkin dia telah menguras tenaga tadi di rumah
bordil, pikirnya. Setelah mengatur napas kembali, Sim Ok menggerakkan tangan dengan
sinkang sepenuhnya. Dua telapak tangannya didorongkan ke depan dan bau amis
mendahului tangan yang meluncur itu.
Desssss ... !! Bagaikan layangan putus tubuh Coa Sim Ok melayang kembali ke belakang.
Tiga orang pemuda pemogoran teman anak kepala daerah melongo.
"Keparat!" Setelah dapat berdiri kembali Coa Sim Ok mengumpat.
"Ha-ha-ha ternyata hanya begini saja nama besar Naga Terbang!"
Ketika itu dari pintu rumah bordil itu keluarlah beberapa lelaki mengenakan
pakaian ringkas, di dada mereka nampak sulaman naga bersayap. Begitu melihat
pemimpinnya gelayaran maka tanpa banyak omong lagi lalu mencabut senjata dan
menerjang pemuda berpakaian putih berkabung.
Singg! Singg! Wirrr! Wuuuttttt!
Seperti kilat di kala hujan saja kelebatan senjata anak murid Naga Terbang itu
menghujani lawannya. Akan tetapi mereka kecele kalau mengira dapat dengan mudah
menjatuhkan lawan tersebut. Begitu senjata-senjata mereka tiba, ternyata anak muda itu
telah berkelebat, tak sebuah pun senjata anak murid itu dapat menyentuh ujung baju Si
Pemuda. Dengan berteriak-teriak mereka menggerakkan senjata mereka terlebih cepat
dan ganas. Akan tetapi tetap saja pemuda berpakaian putih dapat menghindar dengan
baiknya, seakan-akan tubuhnya seringan bulu ayam saja. Begitu senjata datang disertai
angin menguik, tubuhnya telah melayang pergi. Coa Sim Ok setelah dapat menguasai
e-bukugratis.blogspot.com
75 dirinya segera terjun ke dalam kancah pertempuran. Kedua tangannya memukul dan
menebak dengan ilmu pemberian Sim Tok Tojin yang mengandung racun.
Desss! Plakkk! Blekkk! "Aduhhhhh ... !!"
Kembali dua orang murid Naga Terbang terpental dan merintih-rintih di pinggir
jalan. Tak dapat melanjutkan pengeroyokan mereka lagi. Entah berapa tulang iganya
yang patah kena tamparan Cu Liong. Sekarang pemuda berpakaian putih ini membalas
serangan mereka. Ternyata sejak tadi Cu Liong hanya menggunakan kegesitan mengelak
dari hujan serangan. Melihat hasil serangan ini, Cu Liong bertambah semangat.
Desss! Blukk! Plakkk! "Hiyaaattt ... !" Coa Sim Ok melengking dan menubruk!
Blarrrrr ... ! "Augghhhhh ... !"
Coa Sim Ok terlcmpar menabrak dinding tembok pinggir jalan. Bagaikan karung
terkena air, tubuhnya melorot turun dan tak bangun kembali. Dari pinggir mulutnya
mengalir benda cair kemerahan.
Darah! Ternyata Sim Ok telah menderita luka dalam akibat tenaga dalamnya membalik.
Wajah orang gendut ini pucat bagai kertas. Melihat ini, keempat pemuda
pemogoran menjadi pucat. Thio Si An kebetulan sudah sadar dari pingsannya. Maka
melihat kejadian ini wajahnya berubah seperti kertas pula, apalagi ketiga temannya. Mata
mereka terbelalak ketika melihat anak muda itu mendekati dengan langkah satu-satu.
"Ammmm ... puuunnnnn! Sa ... sa ... saya ... ampunnn!" Si Juling cepat berlutut dan
merintih memelas. Ketiga temannya mengikuti ulahnya, berlutut di pinggir jalan, tak peduli kain
mereka kotor. Cu Liong hampir tak dapat menahan rasa gelinya melihat keempat pemuda itu.
Tidak seperti di rumah makan lagak keempatnya.
e-bukugratis.blogspot.com
76 "Hemm, biar kuancam mereka!" katanya dalam hati. "Hee, kalian berempat,
katakan kepada Sim Tok, tosu bau itu. Katakan ditunggu murid Pendekar Golok
Terbang!" "Baaaaa ... baaa ... ikkkkk!" Hampir berbareng mereka menjawab.
"Kutunggu di Puncak Awan!"
Keempat pemuda itu mau berlalu begitu saja. Tiba-tiba mereka kaget ketika pemuda
dusun itu membentak lagi.
"Hayo kalian jalan dengan empat kaki! Kalian kerbau-kerbau tolol!"
Tanpa berani membantah keempat pemuda itu menuruti perintah. Mereka
merangkak tanpa berani menoleh lagi. Untung bahwa keadaan jalan itu telah sepi dari
orang berlalu-lalang, apabila tidak, entah akan ditaruh di mana muka mereka!
Setelah menahan ketawa geli, Cu Liong mengawasi bekas lawannya. Lalu sekali
berkelebat pemuda itu telah lenyap.
Ketika prajurit peronda lewat dan melihat tubuh tamu tuannya menggeletak di
pinggir jalan segera para prajurit itu menolong. dengan cepat mereka membawa mereka
menuju rumah Kepala Daerah. Keadaan menjadi ribut dan kacau.
Sim Tok lojin yang sedang menikmati lawan jenisnya terpaksa keluar ketika
mendengar laporan di depan pintu bahwa muridnya menderita luka parah. Betapa marah
hati pendeta ini ketika mendapat laporan anak buah Naga Terbang. Wajahnya berubah
menjadi ungu dan sepasang matanya seperti mengeluarkan bara api.
"Keparat! Budak kecil tunggu saja kau!" umpatnya.
Sim Tok Tojin kembali ke kamar ingin melanjutkan petualangannya ke sorga ke
tujuh. Akan tetapi begitu membuka pintu, matanya menyipit.
Dewi Seruni Ungu tidak ada lagi dalam kamar!
"Sialannnnn ... !"
--o0o-- "Waduuuuuhhhhh, ck-ck-ck ... cantiknya!"
"Ihhhhh, luar biasaaaaa! Mau umurku dipotong sehari asalkan dapat bermesraan
dengannya." orang kedua mendesis.
e-bukugratis.blogspot.com
77 "Gombalmuuu! Kalau hanya begitu saja aku pun mau. Setahun dah, asal dapat
bersama selalu!" orang ketiga yang berwajah penuh brewok tak mau kalah.
Sepasang matanya melotot memandang keluar rumah makan. Orang-orang dalam
rumah makan pun menengok mendengar ucapan keras ketiga orang tadi. Pandang mata
mereka tertuju kepada semaug wanita yang mengenakan pakaian serba ungu di depan
rumah makan. Wanita itu berdiri membelakangi rumah makan seakan-akan melihat ke
atas Bukit Awan penuh perhatian. Dilihat dari belakang saja tubuh yang tinggi semampai
dan lekung-lengkung sempurna, sudah dapat menimbulkan bayangan yang bukan-bukan
di benak lelaki. Apalagi yang berada di warung itu terdiri dari para kaum persilatan.
Malah ada yang wajah menyeramkan, wajah kasar perampok!
"Ck-ck-ck ... !" Seorang pemuda tampan duduk seorang diri menelan ludahnya.
Pemandangan di depan warung itu memang sangat mempesona. Membuat darah
dalam tubuh berjalan lebih cepat karena pikiran mereka membayangkan kenikmatan yang
akan terima kalau dapat menikmati seorang perempuan seperti itu.
"Gilaaaaa ... !" Untung saja ucapan ini tidak keluar dari mulut pemuda tampan.
"Luar biasa cantik jelita. Seorang dewi sorga agaknya."
Ketika wanita itu menoleh, hampir saja seorang yang sedang minum, tersedak
saking takjubnya! Banyak tamu rumah makan terlongong melihat dara cantik pakaian ungu itu.
Malahan ada yang membuka mulutnya, membiarkan saja bakso di dalam mulut. Tak
ingat sama sekali untuk mengunyah sehingga ada beberapa ekor lalat mendekatinya.
"Huuuk-huekk-huukkk!"
Matanya mendelik ketika pria itu menelan ludah, bukan ludah saja masuk ke dalam
mulut, tetapi, bakso pun nyangkut di tenggorokan. Matanya mendelik merah.
Dukkk! Temannya menepuk punggung.
"Huuaahhemmm ... !"
Bakso pun masuk dalam goa. Orang itu merasa lega dan malu tak terkira.
Perempuan pakaian ungu berjalan memasuki rumah makan. Langkah kakinya
e-bukugratis.blogspot.com
78 bagaikan langkah kaki seorang penari, begitu indahnya tubuh itu berjalan. Lenggangnya
seakan-akan lengan itu tak bertulang. Ketika dapat dilihat dari jarak dekat hampir semua
pria yang berada dalam warung mengilar dibuatnya.
"Luuaaarrr biiiaaasaaaaa!!" puji kagum seorang pelayan setengah tua.
Bukan hanya pelayan tua itu saja yang memuji demikian. Rata-rata semua pria
dalam ruangan rumah makan itu berpikiran sama dengan pelayan tua tersebut. Hanya saja
mereka merasa malu atau sungkan sehingga hanya memuji dalam hati saja. Akan tetapi
kentara dari pandang mata mereka. Pandang mata penuh nafsu kelaparan, nafsu lelaki.
Dari pandang mata yang terpancar, terlihat bahwa hampir semua lelaki dalam warung
membelai dan mengelus wanita cantik berbaju ungu dengan pandangan mereka.
Perempuan itu seakan tidak melihat mata yang hampir menjuling karena mengawasinya
ini. Langkahnya menuju ke arah pemuda tampan di sudut, pemuda yang duduk sendiri
saja. "Bolehkah aku duduk di sini, Kongcu." sapanya lirih.
Pemuda sastrawan itu tidak menjawab. Pandang matanya melekat di wajah gadis
baju ungu. Kembali diulanginya permintaan itu beberapa kali.
"Cantiknya, luar biasaaa!" hampir tak kedengaran pujian anak muda berpakaian
sastrawan ini. Akan tetapi tentu saja Dewi Seruni Ungu mendengar jelas. Wajahnya kemerahan
dan senyumnya merekah. Bagaikan seorang dungu, tanpa mempersilakan untuk duduk wanita di depannya
semenjak tadi. Semua tamu rumah makan melihat ke arah mereka penuh iri. Sungguh
beruntung anak muda tersebut, bisik hati mereka.
"Ehhemmm ... !" Terdengar suara dehem agak keras di belakang anak muda itu.
Kembali Dewi Seruni Ungu berkata. Wanita ini merasa bangga sekali menjadi
perhatian demikian banyak pasang mata. Bibirnya menyungging senyum menantang dan
sesekali lidah merah itu menjilat bibir, sehingga hampir saja semua orang menelan ludah
beberapa kali. "Sila ... silakan ... silakan ... Sianli!"
e-bukugratis.blogspot.com
79

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa sengaja anak muda ini menyebut Sianli. Dalam benak anak muda sastrawan
ini hanya terisi bahwa wanita di depannya yang cantik jelita ini pastilah seorang bidadari.
Tanpa terasa lagi dia mengucapkan isi pikirannya ini spontan.
"Hi-hi-hik ... !" Sambil tertawa Dewi Seruni Ungu duduk di depan anak muda itu.
Seorang pelayan maju mendekat.
Dewi Seruni Ungu segera memesan beberapa macam masakan. Sebentar saja
terhidang diatas meja bermacam masakan.
"Mari silahkan, Kongcu. Biarlah saya menjamu Kongcu untuk merayakan
pertemuan ini." "Terima kasih ... !"
Akan tetapi tetap saja anak muda sastrawan ini tak bergerak. Hanya pandang
matanya menggerayangi seluruh tubuh wanita di depannya sepuasnya. Setelah kembali
Dewi Seruni Ungu mengulang ucapannya, barulah pemuda itu menggerakkan sumpitnya.
"Bolehkah aku tahu nama Kongcu dan dari aliran manakah?"
"Hekkk ... !" "Cegluk-cegluk!"
Setelah minum beberapa teguk untuk mendorong daging yang mengganjal.
Sastrawan muda itu menjawab.
"Saya bernama Su Kien, bermarga Yoo. Bukan dari perguruan manapun. Saya
belajar dari ayahku sendiri," jawabnya lirih.
"Uhhh, kebetulan sekali kalau begitu!" bisik hati wanita ini. Setelah beberapa saat
keduanya berdiam diri sambil makan tiba-tiba Dewi Seruni Ungu bertanya. "Apakah
Yoo-taihiap, tidak marah kalau kupanggil Taihiap bukan" Bermaksud mencari senjata
pusaka tentunya sehingga tiba di sini"
"Mana saya mempunyai kepandaian seperti itu. Saya hanya ingin menonton
keramaian, sambil meluaskan pengalaman mengenal dan berkenalan dengan para
locianpwe." "Hi-hi-hik, kenapa merendah!"
"Betul, Sianli!" Selagi keduanya asyik saling bicara sambil menikmati masakan
depan mereka, tiba-tiba melayang sebuah belati dari samping.
Singg ... ! Dukkk! e-bukugratis.blogspot.com
80 Belati terbang itu menancap di atas meja. Gagangnya bergoyang-goyang saking
kuatnya tenaga pelemparnya.
Hampir berbareng keduanya menoleh. Seorang laki-laki bertubuh kekar dan muka
penuh bekas luka, datang menghampiri. Di pinggang laki-laki ini tergantung senjata
golok telanjang. Golok besar yang berkilat-kilat saking tajamnya.
"Bocah! Minggat kau dari sini. Tuan besarmu ingin makan dengan bidadari ini. Tak
pantas Kutu Buku macammu, duduk berendeng dengan seorang bidadari demikian
cantiknya. Pergi!" Bentaknya keras dan tangan kanannya terayun.
Melihat tangan yang begitu besar menyambar kepala, Su Kien cepat mengelak.
Kakinya mendorong dan tempat duduknya meluncur ke belakang.
Wuutttt! Bau apak tercium ketika tamparan itu lewat.
"Huuuaaaaaciiihhhhh!!" Su Kien berbangkis. "Sial, ada orang hutan mengamuk!"
katanya meledek. Dapat dibayangkan betapa marah Si Muka Cacat ini. Selain tamparan tangannya
luput mengenai sasaran juga dia malah terima ejekan pemuda sastrawan itu. Orang
bermuka penuh bekas senjata itu pun menggereng keras dan menubruk maju. Sepasang
lengannya terpentang menutup jalan lagi atau mengelak pemuda sastrawan tersebut.
Sekali ini serangannya pasti berhasil. Di belakang anak muda itu ada sebuah meja yang
ditempati beberapa tamu. Brakkkkk! Crottttt ... ! Meja pun hancur tertimpa tubuh tinggi besar, sialnya lagi ada kuah babi kecap
menyiram mukanya, memasuki bekas luka-luka bacokan di mukanya.
"Hi-hi-hik ... !"
Terdengar ketawa nyaring yang merdu. Ternyata Dewi Seruni Ungu yang
mengeluarkan suara ketawa ini. Wanita cantik ini tak dapat menahan gelinya melihat
pemandangan tersebut! Suara ketawa ini disusul oleh ketawa para tamu lainnya sehingga ramailah keadaan
di rumah makan itu Orang-orang yang kebetulan lewat depan rumah makan menjadi
keheranan. e-bukugratis.blogspot.com
81 Menahan langkah dan menonton kejadian di rumah makan!
Setelah membersihkan kecap babi orang bertubuh iinggi besar ini segera mencabut
golok besarnya. "Bangsat jangan lari! Hari ini jangan panggil aku Golok Setan kalau aku tidak dapat
mencincang tubuhmu menjadi bakso!"
Yoo Su Kien memandang waspada. Kedua kakinya bergerak maju mundur
bergantian cepat sekali. Orang bertubuh tinggi besai ini menendangi meja kursi untuk membuat tempat itu
menjadi lapang lalu memutar-mutar golok besarnya di atas kepala. Desing suara
goloknya menciutkan hati para tetamu yang kecil hatinya, akan tetapi banyak yang masih
menonton dalam rumah makan tersebut. Mereka ini adalah orang-orang kang-ouw yang
senang menonton perkelahian!
"Mampuslah!" Tiba-tiba ia menubruk maju sambil mengayun senjata golok besarnya. Yoo Su Kien
yang sedari tadi telah bersiap diri tidak menjadi gugup. Dengan manis dan indah
tubuhnya meletik ke atas dan dari atas, Su Kien menggerakkan jari tangannya, melakukan
totokan-totokan cepat. Dielakkan lawan dan dibalas babatan golok, akan tetapi Su Kien
telah melayang pergi. Dan kembali datang serangan bertubi dari senjata golok besar,
dielakkan dan dibalas dengan tak kalah hebatnya.
Telah beberapa jurus berlalu dengan cepatnya. Akan tetapi kentara bahwa pemuda
sastrawan itu memang lihai. Gerakannya gesit dan cepat luar biasa dan tenaga sinkangnya
pun lumayan sehingga dia dapat mendesak lelaki pemegang golok tersebut. Walaupun
merasa kalah lihai, orang bertubuh tinggi besar ini tak mau menyerah begitu saja.
"Hiaaattttt ... !!"
Kembali dia berteriak sambil membabat pinggang lawan. Serangan ini masih
disusul dengan tendangan menyamping.
Dukkkkk!! Croottttt ... !! Hidung pemegang golok pun bocor terkena tamparan Su Kien. Setelah mengusap
darah yang mengalir dia menggerakkan kembali goloknya.
"Teman-teman majuuuuu! Bunuh keparat ini dan tangkap dara cantik itu!"
e-bukugratis.blogspot.com
82 Lima orang temannya datang maju sambil berteriak. Suara teriakan ini membuat
takut para pelayan dan pemilik rumah makan. Wajah mereka yang sudah pucat ketika
terjadi pertarungan tadi sekarang tubuh mereka menggigil. Mulut mereka tak hentinya
berkemak-kemik membaca doa!
"Haittt ... !" Terdengar seruan melengking nyaring dan berkelebat bayangan ungu cepat sekali.
Bayangan ini berkelebatan menyerang para orang kasar dengan kecepatan kilat, tak dapat
diikuti pandang mata. Terdengar suara keras dari tubuh yang terkena tamparan atau
tendangan dan berpelantinganlah para orang kasar tersebut ke segala jurusan. Ketika
bayangan ungu tadi hilang ternyata banyak tubuh bergelimpangan dalam rumah makan
sambil merintih mengenaskan.
Bersambung jilid IV e-bukugratis.blogspot.com
83 Jilid IV "Lhohh, mana gadis cantik tadi?" teriak seseorang lantang. Agaknya dia tak pernah
melepaskan matanya dari tubuh nan elok tadi.
"Pemuda sastrawan itu juga tidak ada. Aneh?"
"Wahh, tentu wanita itu seorang tokoh besar dunia kang-ouw. Siapakah dia, ya?"
kata pula yang lain. Akan tetapi siapakah yang dapat menjawab pertanyaan mereka. Tidak seorang pun
yang ada di tempat itu mengenal siapa adanya wanita cantik berpakaian serba ungu tadi!
Begitu melihat bahaya mengancam Su Kien, Dewi Seruni Ungu segera turun tangan.
Dia merasa sayang kepada anak muda sastrawan tampan tadi sehingga menghajar semua
orang kasar dan dengan kecepatan kilat ia pun lalu menyambar tubuh Su Kien untuk
dibawa lari. Begitu tiba di tengah hutan, Dewi Seruni Ungu segera menurunkan Su Kien. Dua
kali jari telunjuknya menotok dan Su Kien menjadi tersadar kembali. Su Kien
memandang ke sekeliling, keheranan. Seingatnya tadi dia masih menghajar orang
bermuka penuh goresan senjata di rumah makan dan melihat bayangan ungu berkelebatan.
Kenapa sekarang dia berada di dalam hutan di pinggir sebuah sungai.
"Kau sudah bangun, Kien. Ini makanan telah siap," terdengar suara merdu di atas
sebuah batu. Su Kien maju mendekat dan terbelalak melihat dua ekor ayam panggang dan seguci
arak terhampar di atas batu.
"Bagaimana ... ?"
"Hi-hi-hik, mari makanlah dahulu, nanti setelah makan barulah kita bicara lagi."
ajak Dewi Seruni Ungu. Memang hebat wanita ini begitu bergerak telah memanfaatkan
keadaan. Ternyata hari telah menjelang senja.
Sehingga tanpa banyak omong lagi menyikat dua ekor ayam dan minum arak wangi.
Hawa arak segera membuat tubuh pemuda ini terasa panas, panas yang aneh sekali.
Pandang mata Su Kien menjadi redup dan memandang makhluk di depannya tak
berkedip. Dewi Seruni Ungu tersenyum manis melihat keadaan pemuda sastrawan ini.
e-bukugratis.blogspot.com
84 Dengan lembut wanita ini menuntun Su Kien, membimbingnya ke arah surga ketujuh. Di
malam yang dingin itu hanya terdengar rintihan-rintihan kepuasan berkali-kali. Dewi
Seruni Ungu menghisap habis Yoo Su Kien pemuda sastrawan yang mempunyai
kepandaian silat cukup lumayan itu. Tak puas-puasnya wanita ini menghisap sehingga
ketika pada keesokan harinya, setelah wanita ini berkelebat pergi. Di dekat batu di
pinggir kali itu, nampak tergolek sesosok tubuh yang telah tak bernapas lagi!
Tubuh Yoo Su Kien! Pemuda ini telah menjadi korban Dewi Seruni Ungu seorang iblis wanita yang
jarang sekali muncul di dunia kang-ouw sejak puluhan tahun lalu. Sekarang iblis ini
muncul kembali dari pertapaannya karena mendapat undangan salah seorang kekasihnya
yaitu Sim Tok Tojin! Dunia persilatan selain geger dengan kabar munculnya Golok Pusaka Naga Terbang,
kini akan kembali geger dengan munculnya iblis cabul ini!
Marilah kita ikuti perjalanan Li Cu Liong setelah menghajar Ketua dua Naga
Terbang Coa Sim Ok bersama anak buahnya dan empat pemuda pemogoran di dalam
kota Merak Emas. Setelah memberi pesan dan tantangan kepada pendeta tosu pembunuh gurunya,
Pendekar Golok Terbang Lio Ing Gie, Cu Liong melesat cepat menuju ke Bukit Awan.
Pemuda ini semenjak keluar dari jurang melalui jalan yang ditunjukkan suhunya dan
dapat keluar dari tempat tersebut, Li Cu Liong segera menuju ke dusun terdekat, akan
tetapi kebanyakan penduduk pergi ke kota Merak Emas, sehingga dia pun ingin tahu ada
kejadian apa di kota itu. Dan peristiwa pun bermunculan cepat sekali. Sehingga dia dapat
menantang pendeta penganut Agama To untuk datang di Bukit Awan.
Akan tetapi karena malam terlalu gelap pemuda ini terpaksa harus menghentikan
perjalanannya. Cu Liong mencari sebuah pohon yang tinggi dan tidur di dahan cukup
besar! Ketika matahari telah naik cukup tinggi, Cu Liong terbangun. Setelah mengolet
dan mengendorkan otot-otot yang terasa kaku Cu Liong ingin meloncat turun. Akan
tetapi, telinganya yang tajam luar biasa itu mendengar suara-suara yang mencurigakan
sehingga dia membatalkan niatnya. Menanti apa yang akan terjadi dari atas pohon.
Tak lama kemudian nampak iring-iringan gerobak. Di atas gerobak nampak
berkibar dengan gagahnya bendera bergambar burung garuda berwarna putih. Kiranya
e-bukugratis.blogspot.com
85 mereka adalah para piauwsu dari Pek-eng-piauwkiok dari Bunting. Ketuanya Hung Ci
Pao, seorang laki-laki setengah baya berjenggot panjang berwarna dua, hitam dan putih.
Duduk di atas kuda dengan gagahnya dan berjalan paling depan.
Semua anak buah Piauwkiok nampak gembira dapat pulang ke kampung halaman
sambil rnembawa barang hantaran kembali sehingga bolak-balik perusahaan mereka
dapat mengangkut barang. Mereka berjalan sambil bernyanyi riang. Sudah terbayang
keluarga di depan mata. Isteri dan anak yang akan menyambut dengan senyum senang
dan penuh kelegaan karena semua dalam keadaan selamat dan sehat!
Belum begitu jauh rombongan ini memasuki hutan tiba-tiba terdengar suara
menjepret beberapa kali dan berkesiur desing senjata tajam.
Wirrr ... siuttt siuttt-siuttt!
Cap-cap-cap! Tiga buah anak panah melesat dengan kecepatan kilat tahu-tahu telah menancap di
atas gerobak terdepan. Batang anak panah bergoyang-goyang menimbulkan dengung
aneh. "Seiiittt ... !" Hung Ci Pao mendesis tajam. Kepala piauwsu ini memandang ke arah
dari mana anak panah tadi datang. Sepasang matanya tajam mengawasi ke rimbunan
semak di depan. Tiba-tiba terdengar suara ketawa memecahkan keheningan. Disusul
suara bentakan dari kanan kiri.
"Ha-ha-ha, akhirnya ketemu juga kau, keparat busuk! Sudah lama hal ini
kunantikan. Ha-ha-ha ... !"
Dari dalam hutan keluarlah seorang laki-laki yang cukup menyeramkan. Wajahnya
penuh dengan cambang tak terawat. Sedangkan rombongan piauwkiok tersebut kini telah
dikepung puluhan orang yang menghunus senjata telanjang.
Hung Ci Pao merasa marah. Dia merasa seperti kenal dengan orang tinggi besar
bersenjatakan tombak bercagak itu. Akan tetapi lupa lagi. Hanya dia merasa pasti bahwa
dia pernah berjumpa dengan orang ini.
"Keparat!" umpatnya. "Siapa kalian dan apa maksud kalian menghadangku"
Menyingkirlah kalian! Sebelum kalian hancur dibabat anak buahku!"
"Hung Ci Pao, keparat sombong! Lihat matamu baik-baik, pentang lebar itu mata
dan lihatlah siapa aku. Jangan bilang bahwa kau tidak kenal lagi kepadaku, bangsat
e-bukugratis.blogspot.com
86 hina!" bentak kepala rampok keras dan ucapannya memandang rendah kepala Hu-engpiauwkiok ini.
Hung Ci Pao mengawasi tajam kepala rampok di depannya ini sekali lagi dan tibatiba saja kepala piauwsu ini mendengus mengejek, menghina.
"Huh, tak tahunya kau keparat busuk. Kiranya kau tidak mampus ketika jatuh ke
jurang itu, heh-heh-heh." Hung Ci Pao tertawa mengejek. "Mana itu konco-koncomu
yang lain" Kenapa tidak nampak batang hidung mereka" Mampus "ngkali?"
"Bangsat! Hari ini jangan harap kau dapat terlepas dari tanganku."
Setelah berkata demikian, kepala rampok yang bukan lain adalah Si Tombak Sakti
Ma Ciu, orang termuda dari Tiga Tombak Maut Heng-san. Menggerakkan tombaknya
menyerang dengan tusukan kilat. Ujung tombak bercabang di tangannya menusuk dengan
kecepatan kilat ke arah dada Hung Ci Pao. Serangan bohongan ini hebat sekali karena
dilakukan ketika dia menjawab pertanyaan lawan.
Akan tetapi Hung Ci Pao bukanlah jago kemaren sore, dia adalah Ketua Pek-engpiauwkiok yang telah malang melintang di dalam rimba persilatan. Keluar masuk hutan
dan mengenal banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan para perampok yang
mengingini barang yang dikawalnya. Maka sejak tadi Ci Pao telah waspada. Begitu
kepala rampok Tombak Sakti Ma Ciu menggerakkan senjatanya tanpa banyak kesukaran
ia menggeser kakinya ke samping beberapa langkah.
Wuttt ... !! Tombak yang tak mengenai sasaran itu diputar cepat membabat kaki lawan.
Gerakan Sin-chio Ma Ciu sungguh luar biasa. Tak heran orang ini mendapat julukan
Tombak Sakti karena memang permainan tombaknya hebat sekali. Hung Ci Pao sampai
kaget. Tak disangka sama sekali bahwa setelah enam tahun tidak ketemu yaitu semenjak
dia mengalahkan ketiga bersaudara ini di Bukit Iblis! Cepat dia mencabut pedang dan
menangkis, lalu membalas serangan lawan tak kalah hebatnya.
Cring-cring! Tak-tak-tranggg ... !!"
Berkali-kali kedua ujung senjata yaitu ujung tombak dan mata pedang beradu.
Bunga api pun berloncatan, saking kuatnya dua orang itu menggerakkan senjata mereka.
Tak heran kalau keduanya telah mengerahkan sinkang (tenaga sakti) untuk menyerang
lawan. Kalau Sin-chio Ma Ciu ingin membalas dendam, sedangkan Hung Ci Pao harus
e-bukugratis.blogspot.com
87 mempertahankan dirinya dan barang angkutannya. Puluhan jurus telah berlalu cepat
sekali. Akan tetapi Sin-chio Ma Ciu tak dapat mendesak pengawal barang tua ini, dia
masih kalah beberapa usap dari Hung Ci Pao. Permainan pedang dari piauwsu tua ini
memang hebat. Ilmu Pedang Garuda Putih dari cabang Siauw-lim memang terkenal kuat
dan tangguh. Rapat dalam penjagaan dan ganas dalam penyerangan.
"Maju ... ! Bunuh semua piauwsu dan rampas barangnyaaaa!" kepala rampok Ma
Ciu memerintahkan anak buahnya menyerang.
Begitu mendengar teriakan pimpinannya ini, bagaikan air bah datang perampokperampok itu pun maju sambil berteriak-teriak dan menggerakkan senjata di tangan


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka. Para piauwsu Pek-eng-piauwkiok tak lagi berdiam diri ketika diserang perampok
anak buah Sin-chio Ma Ciu. Mereka pun melolos senjata dan menyambut tak kalah
garangnya. Pertempuran terjadi dengan serunya di tengah hutan itu. Saling bacok dan
saling babat silih berganti. Teriakan kemenangan dan jerit kesakitan dari orang yang
terluka memenuhi angkasa. Akan tetapi keduanya tak mempedulikan ini. Hanya
memainkan senjata untuk membunuh sebanyak-banyaknya dan mendapat kemenangan
secepat mungkin. Perang campuh ini terjadi dengan brutalnya, senjata digerakkan
menyerang lawan terdekat!
Wuttt-wuttt-wuttt ... ! Tiga tusukan tombak Ma Ciu dielakkan dengan manis oleh Hung Ci Pao. Pendekar
tua ini pun lalu menusukkan pedangnya. Tusukan pedang ini dilakukan dari tengah udara
selagi tubuh Hung Ci Pao melayang.
Sin-chio Ma Ciu kaget juga mendapat serangan balasan ini. Kecepatan pedang dari
jurus Garuda Putih Menyambar Hati ini sungguh tak dapat diduganya sama sekali dan
sialnya tombak berada dalam keadaan yang sukar untuk menangkis. Maka Ma Ciu
mendoyongkan tubuhnya ke kiri sambil memutar tombak menyambut.
Tranggg ... ! Crooottt ... ! e-bukugratis.blogspot.com
88 Ma Ciu berteriak kesakitan. Pundaknya berdarah terkena tusukan ujung pedang
lawan. Sedangkan dengan indah, bagaikan seekor burung garuda putih, tubuh Hung Ci
Pao melayang ke belakang beberapa tombak.
Pendekar tua ini dapat berdiri di tanah dengan ringannya!
"Bangsat busuk! Tunggu saja pembalasanku, jangan kau kira kau telah dapat
mengalahkan aku. Walaupun ujung senjatamu dapat melukai pundakku ini."
Ma Ciu menotok pundak untuk menghentikan keluarnya darah.
"Suhuuuuuu ... tolonggg ... " teriaknya kemudian.
Kepala rampok ini setelah melirik ke anak buahnya segera meneriaki suhunya minta
pertolongan. Ternyata anak buahnya dibuat kocar-kacir oleh para piauwsu Pek-engpiauwkiok yang rata-rata juga memiliki ilmu kepandaian yang lumayan juga itu.
"Ha-ha-ha-heh-heh ... ! Siapa berani lancang mengganggu muridku?"
Terdengar suara yang mengandung tenaga khikang tingkat tinggi. Kentara sekali
dari kuatnya gema ucapannya yang tak hilang-hilang. Seakan-akan dari seluruh penjuru
hutan itu berteriak banyak orang secara bersama-sama. Para perampok bersorak
mendengar suara ini dan para anak buah piauwkiok menjadi pucat wajahnya. Mereka
segera meloncat mundur dan saling melindungi dengan senjata siap di tangan.
Hung Ci Pao sendiri juga memandang penuh perhatian. Hati pendekar tua ini juga
merasa cemas, ia juga tahu bahwa yang akan tiba di sini pastilah bukan sembarang orang.
Dilihat dari suara ketawa itu saja dia tahu bahwa dia merasa tak ungkulan dari lawan
yang akan segera tiba. Belum hilang gema suara ketawa tadi, tiba-tiba berkelebat bayangan merah dan
tahu-tahu di samping Sin-chio Ma Ciu berdiri seorang hwesio tua dengan pakaian serba
merah. Kepalanya yang gundul pelontos itu pun ditutup kopyah berwarna merah pula.
Sepasang mata hwesio ini lebar dan alisnya gombyok tebal berwarna kemerahan pula.
Malah kumis dan janggutnya juga kemerahan. Seakan-akan pendekar ini api kemerahan
yang terbang datang! "Mana dia orangnya he," katanya dengan logat suara asing.
Bentuk tubuhnya yang tinggi besar dan bulu-bulu yang ada di tubuh kemerahan
menandakan bahwa hwesio itu tentulah keturunan orang barat. Apalagi dari logat
bicaranya. e-bukugratis.blogspot.com
89 "Itulah orangnya, Suhu. Dialah yang telah membunuh kedua saudara teecu."
"Hemmm, tak seberapa, tak seberapa ... !"
Begitu memandang Hung Ci Pao,Hwesio berjubah merah berkata mengejek.
Sepasang matanya berwarna kebiruan memandang tajam penuh ejekan.
"Hee kau! Hayo maju ke sini terima binasa!" bentaknya nyaring.
Hung Ci Pao tidak menggubris sama sekali panggilan ini. Akan tetapi, aneh bin
ajaib! Seakan-akan pendekar tua ini tidak dapat menguasai dirinya sendiri, pendekar tua
ini melangkah satu-satu menuju ke arah hwesio jubah merah.
"Ha-ha-ha-ha ... cepat serahkan nyawamu!" Hwesio jubah merah mengulur tangan
kanannya. Hung Ci Pao terbelalak melihat tangan maut itu mendekati dirinya. Ingin pendekar
tua ini memberontak dan mengelak dari serangan tersebut, akan tetapi ia merasa tubuhnya
tidak lagi mau menuruti keinginannya. Maka piauwsu tua ini hanya memandang tangan
maut tersebut, hati tak karuan rasanya!
Akan tetapi sebelum tangan maut pendeta berkopyah merah mengenai sasaran,
berkelebat sesosok bayangan putih dengan kecepatan tak dapat diikuti pandang mata.
Wirrrrr ... ! Hung Ci Pao hanya merasa tubuhnya terbang dan angin menyambar keras mukanya.
Tahu-tahu dia telah berdiri beberapa tombak dari tempat di mana maut siap
menyambutnya. Sepasang mata pendekar tua itu memandang penuh keheranan kepada
pemuda berpakaian serba putih di depannya.
"Terima kasih, Taihiap. Taihiap telah menyelamatkan diriku yang tak berdaya ini."
"Tidak apa, Locianpwe. Hwesio itu menggunakan ilmu siluman untuk mengalahkan
Locianpwe. Saya kira apabila pendeta gundul itu menggunakan ilmu silat, Locianpwe
tidak akan kalah!" "Hoat-sut ... !"
"Mungkin!" "Setan kecil kurang ajar! Hayo kau, Si Baju Putih, pandang mata pinceng baikbaik!" Terdengar bentakan menggeledek dari arah hwesio berjubah merah.
e-bukugratis.blogspot.com
90 "Hiyehhh-hiyehhh ... ! Mampus kau sekarang! Hayo hadapi Suhuku Ang I Hwesio
Takonana!" ejek Sin-chio Ma Ciu keras.
Pelan-pelan Li Cu Liong, pemuda berpakaian serba putih murid Pendekar Golok
Terbang Liok Ing Gie memutar tubuhnya. Sepasang mata anak muda ini mencorong
tajam. Dengan tenang Cu Liong menatap sepasang mata kebiruan Ang I Hwesio
Takonana. Dua pasang mata yang sama tajamnya saling beradu pandang. Keduanya diam
tak bergerak, hanya sepasang mata mereka saling belit dan saling serang yang tak kalah
dahsyatnya dengan pertempuran para ahli silat. Keduanya beradu ilmu tenaga batin. Atau
lebih tepat lagi, kalau hwesio bernama Takonana memerintahkan anak muda berpakaian
serba putih Li Cu Liong untuk tunduk di bawah perintahnya dan murid Pendekar Golok
Terbang tersebut sedang mengerahkan seluruh tenaga batinnya menolak!
Lama juga keduanya diam tak bergerak.
Sin-chio Ma Ciu menjadi tidak sabar lagi melihat ini, sambil mengeluarkan teriakan
nyaring dia memutar-mutar senjata tombak mautnya. Tiba-tiba saja Sin-chio Ma Ciu
meluncurkan tombak mautnya ke arah pemuda baju putih musuh gurunya.
"Curanggg ... !" Hung Ci Pao menjerit keras dan tubuhnya melayang ke depan.
Dia tidak rela kalau penolongnya itu mendapat celaka oleh ulah kepala rampok
yang curang itu, dan ia pun lalu menggerakkan pedangnya memapak tombak. Sebelum
tombak itu mengenai penolongnya.
Takkkkk ... !! Mata pedang Hung Ci Pao membabat kayu di belakang mata tombak bercabang.
Krakkkk ... !! Tombak pun patah di tengah!
"Auuuuurrrrrggggghhhhh ... !!!" Ang I Hwesio Takonana mengerang keras dan
Hung Ci Pao merasa kedua kakinya lumpuh dan tanpa dapat dicegah lagi tubuhnya
mendeprok di tanah. Hung Ci Pao merasa tubuhnya lemas tak berdaya mendengar seruan bagaikan
harimau marah tadi. Melihat kesempatan baik ini, Sin-chio Ma Ciu segera menubruk
maju dengan kedua tangan terulur ke depan. Niat kepala rampok ini akan menghancurkan
kepala Hung Ci Pao dengan kedua tangannya yang besar. Wajah kepala rampok ini
berseri. e-bukugratis.blogspot.com
91 "Mampus kau sekarang bangsat! Lunas sudah hutang darah yang sudah sekian
tahun lamanya!" jerit hati Ma Ciu girang!
"Haaaaiiiiiiikkkkkk!!"
Li Cu Liong melengking panjang. Tenaga khikang yang keluar dari mulut anak
muda ini kiranya dapat membuyarkan tenaga sihir Ang I Hwesio Takonana. Hung Ci Pao
segera tersadar dari keadaannya tepat pada saat dirinya ditubruk!
Plakkkk ... !! Blessss ... !! Hung Ci Pao menggerakkan tangan kanan untuk menusuk ke depan dan tangan
kirinya menangkis tangan kanan Sin-chio Ma Ciu. Hanya inilah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan dirinya dari ancaman maut kedua tangan kepala rampok.
Dessss ... ! "Aduhhhh!!" Teriakan kematian keluar dari mulut kepala rampok.
Kejadian tersebut sangatlah cepat sekali sehingga hampir tak terbendung oleh apa
pun. Yaitu ketika tubuhnya tertusuk pedang dan tangan kanannya tertangkis, Ma Ciu
masih dapat memukul dengan tangan kirinya ke arah piauwsu tua pemimpin Pek-engpiauwkiok.
Hung Ci Pao masih berusaha menghindarkan kepalanya dari sentuhan tangan kiri
Ma Ciu, dengan dimiringkan ke belakang. Akan tetapi tetap pundaknya terkena juga.
Walaupun akhirnya dia yang lebih untung. Karena lawannya setelah menimpa tubuhnya
sehingga membuatnya terguling dengan tubuh Ma Ciu di atas tubuhnya, namun kepala
rampok ini telah menjadi mayat karena tepat di jantung Ma Ciu masuknya pedang tadi.
"Keparat ... !" umpat Hung Ci Pao sambil melontarkan tubuh kepala rampok Ma
Ciu. Akan tetapi begitu dapat berdiri dan memandang sekeliling, matanya menjadi kabur.
Hung Ci Pao dan anak buah perampok maupun para piauwsu memandang penuh kagum
ke arah dua bayangan yang saling libat dan saling kejar di tempat itu. Bayangan pemuda
baju putih dan bayangan Ang I Hwesio Takonana yang bergerak cepat saling serang dan
saling elak itu. Plakkk-plakkk-plakkk-duk-duk-dukkk!
e-bukugratis.blogspot.com
92 Bumi seakan-akan tergetar ketika dua kekuatan dahsyat saling bertemu di udara
beberapa kali. Apalagi ketika keduanya menginjak tanah kembali saling dorong dengan
kedua tangan. Blaaaarrrr ... ! Hwesio berjubah merah bertopi kopyah berwarna merah pula itu terlempar ke
belakang. Tubuhnya bagaikan layangan terbawa angin menabrak pohon di belakang.
Krakkk!! Pohon sebesar lengan patah ketika ketimpa tubuh Ang I Hwesio Takonana. Tidak
kuat menerima kekuatan lontaran tubuh seratus kilo lebih!
Ang I Hwesio Takonana bangkit berdiri, tangan kanannya mengusap darah yang
keluar dari ujung bibirnya. Sepasang mata biru hwesio ini menatap tajam Si Baju Putih,
menatap penuh kebencian dan dendam.
"Bangsat cilik aku mengaku kalah. Kalau kau memang jantan sebutkan siapa dirimu
dan murid siapa kau" Aku ingin membalas budi kebaikanmu hari ini di lain kesempatan!"
"Aku bukanlah pengecut yang hanya lari kalau menemui lawan tangguh, namaku Li
Cu Liong. Guruku adalah Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie," jawab pemuda baju
putih Li Cu Liong dengan berani. "Apakah maumu sehingga kau tanya-tanya nama guru
segala" Kalau ingin membalas carilah saja aku tak usah guruku, pengecut gundul!"
"Bangsat sialan lancang mulut! Kalau pinceng tidak sedang menghadapi sebuah
urusan penting, siapa takut padamu" Biar kau datang bersama gurumu pun pinceng
takkan mundur!" "Omong kosong! Kalau berani majulah!" tantang Cu Liong lantang.
"Tunggu saja lain kali. Aku tak ada waktu lagi melayanimu."
Tanpa menanti jawaban lagi hwesio berjubah merah berkelebat masuk hutan.
Pendeta ini diam-diam merasa jerih juga dalam hatinya dan melihat muridnya pun telah
tewas dia lalu ngeloyor pergi meninggalkan gelanggang. Tak peduli lagi akan anak buah
Sin-chio Ma Ciu yang masih berada di situ.
"Kawan-kawan angin kencang ... !"
Entah siapa yang berteriak ini. Mendengar teriakan ini bagaikan kesetanan para
anak buah perampok itu pun lalu melarikan diri ke dalam hutan dengan berpencar,
mencari selamat jiwa sendiri-sendiri.
e-bukugratis.blogspot.com
93 Anak buah Pek-eng-piauwkiok bersorak keras. Sorak kemenangan dan kelegaan.
Wajah penuh kegembiraan karena dapat terlepas dari bahaya ini. Dengan cepat mereka
saling membantu dan merawat teman-teman terluka, malahan ada yang membuat lubang
untuk mengubur mayat-mayat musuh yang tadi telah ditewaskannya.
"Taihiap ... !" sapa Hung Ci Pao pelan. Kepala piauwsu ini mendekati anak muda
bernama Li Cu Liong, murid Pendekar Golok Terbang.
"Ohh, Locianpwe, harap jangan memanggil saya Taihiap. Saya bukan seorang
pendekar besar, kok!" jawab Cu Liong malu.
"Tidak, Taihiap. Taihiap adalah seorang pendekar besar walaupun masih muda.
Saya tahu bahwa Taihiap memiliki kepandaian tinggi sekali. Sudah sepantasnya kalau
saya memanggil dengan sebutan Taihiap!"
"Ahhh, Locianpwe,"
"Benar Taihiap." Hung Ci Pao menjura dalam-dalam kepada anak muda di
depannya. "Kalau tidak ada Taihiap yang datang menolong ... entah apa jadinya dengan
Pek-eng-piauwkiok. Saya pun pasti sudah menjadi bangkai di dalam hutan ini. Sekali lagi
saya mengucapkan banyak terima kasih, Taihiap."
Li Cu Liong cepat-cepat membalas penghormatan jago tua itu. Wajahnya
kemerahan malu. "Ah, Lociapwe janganlah berbuat begini. Aku tak dapat menerimanya. Sudah biasa
di kang-ouw saling tolong menolong sesama yang sedang kena musibah. Janganlah ini
dibuat terlalu berarti, membikin saya menjadi tak enak."
"Baiklah! Kalau begitu, aku akan menganggap Taihiap sebagai keponakan sendiri
saja. Ini kalau Taihiap berkenan!" Hung Ci Pao mengusulkan.
"Terima kasih, Paman."
Keduanya lalu bicara asyik sambil menanti selesainya pemakaman rekan mereka
yang gugur. Tiga orang anggota Pek-eng-piauwkiok tewas dalam membela barang
kiriman mereka. Setelah berdoa di dekat kuburan itu bersama-sama, maka berangkatlah
rombongan piauwkiok itu kembali. Li Cu Liong naik seekor kuda pemberian salah
seorang anak buah Pek-eng-piauwkiok dan Hung Ci Pao berjalan di sebelahnya.
"Sebetulnya hendak ke manakah Cu Liong pergi" Sehingga tahu-tahu dapat datang
menolongku?" tanya Hung Ci Pao. "Apakah hendak mencari benda pusaka itu?"
e-bukugratis.blogspot.com
94 Li Cu Liong memandang keheranan ke samping. Dalam hati bertanya-tanya benda
apakah yang dicari-cari. Banyak ia mendengar di warung-warung makan akan pencarian
benda pusaka, akan tetapi ia tidak tahu pusaka apa yang dicari. Maka inilah suatu
kesempatan baik untuk mengetahui rahasia tersebut, cepat ia bertanya kembali.
"Benda pusaka apakah, Paman" Saya malahan tidak tahu sama sekali."
"Apaaaa" Kau tidak tahu benda pusaka yang diperebutkan?" Hung Ci Pao
memandang keheranan, pandang mata tak percaya. Mungkinkah anak muda ini betulbetul tidak tahu ataukah hanya sekedar memancing saja.
Li Cu Liong yang melihat pandang mata keheranan dari pendekar tua ini segera
menjawab, pemuda ini tidak mau menimbulkan salah pengertian.
"Benar, Paman. Saya baru saja turun dari gunung sehingga tak tahu sama sekali
berita apa pun di kang-ouw. Maklumlah, Paman. Saya ini bagaikan seorang buta yang
baru saja melek tepatnya."
"Oooo, begitu ... !" Hung Ci Pao melongo seakan baru dia tahu bahwa pemuda yang
lihai ini baru keluar dari perguruannya. "Apakah Suhumu juga tidak memberitahu"
Aneh ... ?" "Paman, Suhu telah lama sekali tiada," jawab Cu Liong pelan.
"Apaa" Kapan itu terjadinya?"
"Kejadiannya belum begitu lama, Paman. Suhu terbunuh oleh musuh besarnya."
"Siapakah pembunuhnya" Mungkin aku tahu dari mana orang itu?" Hung Ci Pao
mendesak. Akan tetapi Cu Liong hanya menggeleng kepala sebagai jawaban, dia tidak ingin
semua orang tahu akan rahasia kematian gurunya. Maka Cu Liong segera diam dan
merenung. "Baiklah, kalau kau tidak mau memberi tahu. Tentang benda pusaka yang
diperebutkan itu, sekarang muncul di Bukit Awan. Menurut kabar angin, benda pusaka
itu berwujud sebuah golok dan menjadi pusaka rebutan sejak puluhan tahun yang lalu
yaitu, Golok Pusaka Naga Terbang!"
Hung Ci Pao berhenti sejenak untuk menarik napas panjang, tak berapa lama
kemudian piauwsu tua itu melanjutkan ceritanya.
e-bukugratis.blogspot.com
95 "Entah benar entah tidak kabar angin tersebut. Yang terang sekarang banyak sekali
para pesilat dari delapan penjuru pada meluruk ke Bukit Awan. Berusaha untuk mencari
benda pusaka itu. Sudah banyak korban berjatuhan karena saling bentrok di antara
mereka, akan tetapi tak seorang pun yang telah melihat benda yang diperebutkan itu
sampai sekarang!"

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu Liong mendengar cerita itu penuh perhatian. Hatinya tercekat ketika mendengar
bahwa yang diperebutkan itu ternyata adalah pusaka pemberian mendiang gurunya.
Golok Pusaka Naga Terbang!
"Apakah kau tidak ingin mencoba nasibmu, Liong?" tanya piauwsu mendadak.
Bagaikan tersentak dari mimpi, Cu Liong menoleh memandang kepada orang yang
berkuda di sampingnya itu. Sepasang matanya memandang tak mengerti. Akan tetapi
segera dia teringat akan janjinya kepada pendeta berjubah abu-abu, pendeta yang telah
membunuh gurunya itu. Maka Cu Liong cepat menjawab, "Saya menjadi tertarik sekali, Paman. Siapa tahu
kalau saya berjodoh. Saya mohon diri untuk mengadu nasib dan peruntunganku di Bukit
Awan, Paman." "Hati-hatilah, Cu Liong. Kalau kau kebetulan lewat di Bunting, mampirlah ke
tempatku!" teriak Hung Ci Pao dari jauh.
Setelah Cu Liong membelokkan kudanya barulah piauwsu tua ini teringat sehingga
dia berteriak keras. "Baik, Paman." Setelah menjawab Cu Liong segera membedalkan kudanya menaiki bukit melalui
jalan setapak. Tahulah pemuda ini sekarang, mengapa di dekat Bukit Awan banyak
perampok dan orang-orang yang datang dengan pakaian dan wajah aneh, kiranya tosu tua
itu telah menyebarkan berita tentang munculnya Golok Naga Terbang di bukit itu.
Pemuda ini berjalan mendaki ke arah sebuah bukit kecil yang penuh dengan hutan besar
nan lebat daunnya. Cu Liong menjalankan kudanya seperti orang mimpi. Membiarkan sang kuda
berjalan seenaknya, membawa tubuhnya yang duduk di atas punggung kuda seperti orang
tidur atau lebih tepat lagi seperti patung hidup. Ketika kudanya membelok di sebuah
Memanah Burung Rajawali 37 Dewi Ular Gadis Penunggu Jenazah Penobatan Di Bukit Tulang Iblis 2

Cari Blog Ini