Ceritasilat Novel Online

Tat Mo Cauwsu 2

Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong Bagian 2


mengantarkannya pulang ke rumahnya pula" Sedangkan tadi
dia dikejar-kejar oleh puluhan orang yang ingin
Koleksi kang zusi.com 63 membinasakannya juga, jika tidak ada aku, hemmm, hemmm
tentu batok kepalanya itu telah berada diatas tanah!"
Sin Han diam saja, dia jadi serba salah. Tetapi saat itu Bun
Tai Cie telah tertawa kecil, katanya dengan suara yang sabar :
"Biarlah......aku akan mengantarkannya pulang, aku ingin
melihat siapakah orangnya yang telah membinasakan
ayahnya........!" "Itu namanya usil....." kata si pengemis tua Lo.
"Biarlah, justru manusia2 yang main kroyok dan main
bunuh seperti itu yang harus dibasmi...." kata Bun Tai Cie.
Disaat itu si gadis kecil Lianjie telah bilang. "Akupun ingin
pergi....guruku mungkin sedang menantikan aku !" dan setelah
berkata begitu, si gadis cilik telah menjura memberi hormat
kepada Bun Tai Cie dan Lo Ping Kang, lalu dia memutar
tubuhnya dengan beberapa kali menjejakkan kakinya, tubuhnya
telah melompat gesit sekali, menghilang dari pandangan mata
orang2 itu. Sin Han mengawasi bengong saja, dia kagum bukan main
kepada Lianjie, yang usianya masih begitu kecil, tetapi telah
memiliki kepandaian yang tinggi itu.
Dan Sin Han jadi berpikir, coba kalau ia memiliki
kepandaian seperti itu, tentu diapun dapat mengadakan
perlawanan kepada musuh2 ayahnya.
"Ayoh kita berangkat !" kata Bun Tai Cie kepada Sin Han.
Sin Han jadi gugup cepat2 dia menggelengkan kepalanya.
Hatinya takut sekali untuk kembali ke rumahnya, karena dia
tidak ingin bertemu dengan pembunuh-pembunuh ayahnya
yang menakutkan itu. Bayang2 mengenai peristiwa yang
mengerikan dengan terbunuhnya ayahnya itu masih belum lagi
lenyap, sekarang bagaimana dia berani datang ketempat
dimana berkumpul musuh2nya" Walaupun Bun Tai Cie
Koleksi kang zusi.com 64 tampaknya liehay, tetapi hanya seorang diri, Sin Han kuatir
kalau2 nanti Bun Tai Cie tidak berdaya untuk melindunginya.
Maka Sin Han telah menggeleng sambil berkata cepat :
"Terima kasih lojinke.....aku tidak ingin kembali ke sana! Apa
yang dikatakan oleh Lo Lojinke memang benar, ayahku telah
dibunuh orang, bahkan mereka juga ingin membinasakan
diriku !" Muka Bun Tai Cie berobah mendengar penolakan Sin Han,
belum lagi dia berkata apa-apa, tampak Lo Ping Kang telah
tertawa gelak-gelak, lalu disusuli kata-katanya : "Apa yang
kukatakan tadi " Bukankah anak ini seorang yang tidak
mengenal budi ?" Bun Tai Cie menghela napas saja, sedangkan Sin Han telah
menjura memberi hormat sambil katanya : "Terima kasih atas
pertolongan yang diberikan jiewie lojinke dan sekarang aku
ingin pergi kemana saja, untuk menjauhi diri dari orang2 jahat
itu......!" dan dia telah memutar tubuh dengan hati yang sedih,
dia melangkah meninggalkan tempat itu. Bun Tai Cie tidak
mencegahnya, sedangkan Lo Ping Kang tertawa terus seperti
juga mentertawakan Bun Tai Cie.
Sin Han melangkah terus dan keluar dari semak belukar itu,
dia melihat hujan mulai reda, hanya kelihatan tanah2 yang
basah dan banyak yang digenangi air, Sin Han berjalan terus,
dia memang tidak memiliki tujuan, maka dia berjalan kearah
Barat tanpa mengetahui harus pergi kemana......
Setelah berjalan cukup jauh, Sin Han merasakan tubuhnya
letih sekali, dia menghampiri sebatang pohon, dan merebahkan
dirinya disitu untuk tidur.
Dirasakan perutnya lapar sekali, memang waktu dia berlari
berusaha meloloskan diri dari pengejar2nya dia sama sekali
tidak membawa uang atau barang. Dan juga sejak malam tadi
belum makan apapun juga. Koleksi kang zusi.com 65 Dengan menahan lapar itu, akhirnya Sin Han bisa juga
tertidur, dan keesokan paginya waktu dia terbangun, matahari
sudah naik tinggi, cahaya matahari menyilaukan matanya.
Saat itu dilihatnya ada beberapa orang penduduk kampung
yang lewat dijalan tersebut rupanya mereka ingin berangkat
ketempat pekerjaan masing2.
Melihat seorang anak kecil dengan pakaian yang kotor
dekil rebah tertidur dibawah sebatang pohon, tampaknya
mereka tidak mengacuhkan dan tidak merasa heran, karena
mereka menduga bahwa anak itu hanyalah seorang pengemis
kecil belaka....... Sin Han merasakan tubuhnya lesu sekali, tetapi hatinya
agak terhibur karena dengan melihat orang-orang yang lewat
dijalan tersebut, tentu didekat-dekat tempat ini ada
perkampungan, dan disana Sin Han bisa meminta makanan
untuk menghilangkan laparnya ini.
Dengan langkah kaki cepat dia telah menyusuri jalan
tersebut. Setelah berjalan kurang lebih satu jam, sampailah dia
dipermukaan sebuah kampung, kampung yang besar dan ramai
sekali, dimana tampak banyak pedagang yang tengah
memperdagangkan barang dagangannya.
Sin Han memasuki perkampungan itu, dia memandang kiri
dan kanan, keramaian kampung itu tidak menarik perhatiannya,
karena Sin Han tengah men-cari2 rumah makan untuk nanti
meminta sekedar makanan. Setelah melewati sekian banyak rumah2 penduduk dan
toko2 banyak terdapat dimulut kampung itu, Sin Han akhirnya
melihat sebelah kanannya jalan itu terdapat sebuah rumah
makan yang tengah sibuk melayani dan menerima tamu2 yang
memenuhi ruangan dalam. Koleksi kang zusi.com 66 Harumnya makanan dan masakan yang terpancar dari
dalam rumah makan itu membuat perut Sin Han jadi
berkeruyukan nyaring dia merasakan perutnya itu perih sekali.
Cepat2 dia menghampiri rumah makan itu, mendekati seorang
pelayan yang kebetulan berada didekat pintu.
"Paman....." panggilnya.
Pelayan itu menoleh dengan cepat, tetapi alisnya seketika
terangkat begitu melihat seorang anak dengan pakaian yang
compang camping, muka yang kotor dan babak belur, bahkan
terdapat noda2 darah didekat mukanya itu, sedang berdiri
didepan pintu, seketika dia memperlihatkan perasaan tidak
senangnya. "Mau apa kau ?" tegurnya dengan suara tidak senang.
"Aku lapar sekali paman, tolonglah bagi sedikit makanan
untukku.......!" kata Sin Han dengan suara tidak lancar, karena
dia agak malu waktu mengucapkan kata2nya itu.
"Bagi makanan ?" tanya pelayan itu sambil memperlihatkan
muka yang semakin tidak enak dilihat. "Engkau kira rumah
makan ini kakek moyangmu punya, sehingga seenakmu saja
meminta makanan ! Cepat pergi ! Ayo pergi !"
Dibentak bengis begitu, Sin Han jadi berdiri tertegun agak
lama, tetapi kemudian dia menghela napas dan ngeloyor pergi.
Perutnya dirasakan semakin pedih saja, karena dia benar2
lapar sekali. Dia tidak menyangka, betapa kejamnya pelayan
itu. Dan disaat itu Sin Han juga jadi menyesal, jika seandainya
dia membawa uang waktu ingin melarikan diri dari rumahnya,
tentu tidak sesulit sekarang ini untuk memperoleh makanan.
Waktu Sin Han berjalan dengan tubuh lesu dan lemas tidak
bersemangat begitu, tiba2 tanpa disengaja dia telah membentur
Koleksi kang zusi.com 67 seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang tengah berjalan cepat
sekali. Benturan itu telah membuat Sin Han yang terhuyung akan
jatuh terjerembab, dan disaat itu lelaki bertubuh tinggi besar itu
juga menahan langkah kakinya. Mukanya jadi merah padam
waktu melihat pakaiannya jadi kotor akibat benturan dengan
Sin Han yang pakaiannya begitu kotor.
"Setan kecil kau....apakah kau tidak memiliki mata, jalan
dengan selonongan " Lihatlah bajuku telah kotor karenanya....."
kata lelaki tinggi besar itu dengan suara keras mengandung
kemarahan yang sangat. Sin Han cepat2 berkata: "Maafkanlah paman........aku tidak
sengaja........" "Tidak sengaja ?" bentak lelaki tinggi besar itu, dan dia
bukan hanya membentak saja, tetapi telah mengulurkan
tangannya, dan telah mencengkeram baju didada Sin Han, yang
dijambaknya dengan keras, lalu tangannya yang kiri telah
melayang menempiling Sin Han beberapa kali, "Pakaianmu itu
terlalu jorok dan kotor, setan kecil....sengaja atau tidak, engkau
tidak pantas ber-sama2 kami berada dijalan."
Sin Han merasakan mukanya sakit sekali, dan belum lagi
dia tahu apa2 tubuhnya telah didorong terjerunuk jatuh ke
tanah. Sedangkan lelaki bertubuh tinggi besar itu telah
meninggalkan tempat tersebut dengan memperdengarkan suara
menggumamnya yang tidak jelas.
Sin Han merangkak bangun dengan kepala yang pening dan
pipi yang sakit akibat tempilingan yang keras lelaki galak itu,
sedangkan orang2 yang berlalu-lalang ditempat itu tidak ada
yang merasa kasihan atau menolongi bahkan mereka hanya
Koleksi kang zusi.com 68 memandang tidak acuh dengan sorot mata yang memancar
kejijikannya. Sin Han berlalu dengan tubuh yang lesu. Dia tidak
mengerti, mengapa orang2 itu kejam dan memperlakukan
dirinya demikian galak. Anak inipun seperti tidak melihat
kebaikan diantara masyarakat sekitarnya.......
Setelah berjalan sekian lama, Sin Han melihat sebuah
rumah makan pula, dia telah berdiri didepan rumah makan itu,
tanpa berani meminta makanan kepada pelayan yang berada di
muka rumah makan itu. Sin Han hanya mengawasi saja betapa
didalam rumah makan itu banyak sekali tamu yang tengah
bersantap dengan lahap sekali, dan juga makanan yang tengah
mereka hadapi itu tampaknya enak2 dan gurih, sehingga
menitikkan selera Sin Han, yang beberapa kali telah menelan
air liurnya. Lama juga Sin Han berdiri dimuka rumah makan itu,
sampai akhirnya salah seorang pelayan melihat anak ini, segera
mendelikkan matanya dan mengusirnya.
"Setan bau, hanya mengganggu pemandangan saja!"
katanya dengan suara mendongkol dan disaat itu tampak
pelayan itu telah mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Sin
Han berlalu. Sin Han menghela napas dan meninggalkan rumah makan
itu tanpa mengatakan apa-apa, dia tidak berani meminta
makanan pula kepada pelayan rumah makan itu.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Sin Han singgah
disebuah kuil tua yang telah rusak. Keadaan disekitar tempat
itu sepi sekali, jarang ada orang yang berlalu lalang disekitar
tempat tersebut. Sin Han duduk menangis didekat tangga batu dimuka
gerbang kuil itu, menyesali nasibnya. Perasaan lapar yang
Koleksi kang zusi.com 69 bukan main membuat anak ini jadi menahan perasaan perih di
perutnya. Sedang Sin Han menangis begitu, tiba-tiba dia mendengar
suara seseorang berkata dengan perlahan : "Enak menahan
lapar?" dan suara itu dibarengi juga dengan suara tertawa yang
mengandung ejekan. Sin Han terkejut, dia menyusut air matanya dan menoleh
kedalam kuil. Diruang tengah kuil itu, yang telah kotor dan tidak teratur,
dibawah meja sembahyang yang sudah acak2an, tampak rebah
seorang pengemis yang tengah mengawasi dia sambil tertawa.
Tangan pengemis itu memegang paha panggang bebek, yang
tengah digerogoti per-lahan2 dengan sikap yang nikmat.
Hati Sin Han tercekat, dia mengenali pengemis tua itu tidak
lain dari pada Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang.
Mengetahui bahwa pengemis tua itu nakal dan sering
menggoda, Sin Han hanya mengangguk sambil bertanya:
"Lojinke, kau disini." Dan Sin Han telah membalikkan
tubuhnya dengan maksud untuk meninggalkan kuil tersebut.
"Hei berhenti, kemari kau !" tiba2 Sin-Kun Bu Tek telah
membentak dengan suara yang nyaring.
Sin Han mendengar ucapan itu, tidak berani dia berjalan
terus, dia menahan langkah kakinya dan telah menghampiri
ragu2 kepada pengemis tersebut.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengawasi dia sambil
tertawa, dia mengangsurkan sepotong paha ayam panggang.
"Mau ?"" tanyanya.
Sin Han memang telah lapar, disamping itu juga dia
merasakan perutnya perih sekali, harumnya ayam panggang itu
membuat perut berkeruyukan.
Koleksi kang zusi.com 70 Dengan muka yang berobah merah, dia menyambuti paha
ayam panggang itu. Sambil mengucapkan terima kasih lalu
dimakannya paha ayam itu.
"Enak tidak" Kau tidak jijik makanan yang diberikan
pengemis bau seperti aku?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping
Kang sambil tertawa menggoda anak itu.
Sin Han menggeleng perlahan.
"Terima kasih Lojinke, kau baik sekali........" katanya
kemudian. "Hemmm, kau jangan mengepul meng-angkat2 pantatku !"
kata si pengemis dengan tertawa. "Sekarang kau bisa me-muji2
aku untuk memperoleh paha ayam panggang pula bukan?"
Muka Sin Han jadi berobah merah, dia menggeleng
perlahan. "Terima kasih lojinke, inipun telah cukup .......!" kata anak
itu. "Sekarang engkau baru tahu, tidak sembarangan orang
bersedia memberikan makanan kepadamu....! Bukankah tadi
engkau telah diusir oleh pelayan rumah makan" dan pernah
juga ditolak permintaanmu agar dibagi makanan?"
Muka Sin Han jadi berobah merah lagi, dia likat bukan
main, tetapi disamping itu dia juga jadi sangat heran sekali,
mengapa pengemis ini mengetahui segalanya itu. Dia menduga
pengemis itu tentunya telah mengikutinya secara diam2.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang rupanya merasakan bahwa


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia telah cukup menggoda anak ini, maka dia telah tertawa
sambil katanya: "Sudahlah! Aku hanya bergurau saja! Tetapi
engkau harus tahu, begitulah sifat masyarakat....! Jika kita
lemah, jarang sekali ada orang yang bersedia membantu kita,
bahkan akan ditindas pula. Itulah sebabnya kami kaum
pengemis tidak pernah ingin meminta belas kasihan mereka,
Koleksi kang zusi.com 71 kami lebih senang jika memilih dan mengambil sendiri
makanan yang kami kehendaki......!" dan setelah berkata
begitu, si pengemis telah tertawa agak keras.
Sin Han diam saja, dia telah menghabiskan makanannya
itu, lalu tulang ayam itu dibuangnya kesamping.
"Mau lagi ?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil
tertawa, kali ini dia menawarkannya dengan ber-sungguh2
karena dia telah melihatnya bahwa anak ini tidak bisa
digodanya terus, karena Sin Han memiliki sifat kepala batu.
Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah
mengangguk. Si pengemis memberikan sepotong lagi ayam panggang,
dan dimakan oleh Sin Han dengan cepat.
Waktu si pengemis menawarkan lagi, Sin Han telah
mengucapkan terima kasih, dia telah mengatakan cukup
kenyang. "Setelah dari tempat ini, kau ingin kemana ?" tanya si
pengemis setelah mereka berdiam diri sejenak.
Sin Han menggeleng perlahan dia mengatakan: "Aku tidak
memiliki tujuan....aku sendiri tidak tahu harus pergi
kemana.....!" "Jika memang demikian, bukanlah lebih baik kau ikut
bersama denganku ?" Sin Han ragu2, tetapi akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah lojinke, asalkan tidak mengganggu dan
merepotkan lojinke...!" kata Sin Han mengucapkan terima
kasih. Si pengemis tampak jadi girang dengan pernyataan Sin
Han, dia telah menepuk tangan beberapa kali sikapnya jenaka
sekali. Koleksi kang zusi.com 72 "Jika engkau ikut bersamaku, aku jamin engkau tidak akan
kelaparan lagi....!" katanya. Muka Sin Han jadi merah, dia likat
sekali. Kemudian si pengemis berkata lagi : "Tetapi kita tidak bisa
pergi dari kuil ini sekarang, karena aku tengah menantikan
seseorang ......! Kau tidurlah beristirahat, besok pagi baru kita
pergi, setelah malam ini aku selesaikan urusanku."
Sin Han mengangguk. Perutnya kini telah kenyang, maka
dia rebahkan dirinya disudut ruangan itu dan kemudian
menggeros tertidur nyenyak. Si pengemis juga memejamkan
matanya, dia telah tertidur juga.
Ketika Sin Han terbangun dari tidurnya, hari telah sore
menjelang malam. Didekatnya tampak beberapa macam
makanan, ada bebek panggang, ada sayur ceker ayam yang
terkenal mahalnya, dan beberapa macam sayur lainnya. Si
pengemis sedang duduk didekat kaki meja sembahyang tengah
sibuk memakani paha ayam panggang.
"Makanlah !" kata pengemis itu. "Aku telah mengambilnya
untukmu....itulah makanan yang paling enak......"
Sin Han sekarang tidak malu2 lagi, dia telah menyikat
makanan itu. Sebentar saja, semua makanan itu telah pindah ke
perutnya. Sehingga anak itu kekenyangan.
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 3 SEDANGKAN si pengemis tetap dengan sikapnya yang
adem-ayem, dia duduk sambil memakan daging ayam
panggang diselingi dengan tegukan araknya.
Koleksi kang zusi.com 73 "Siapakah yang ditunggu lojinke ?" tanya Sin Han setelah
selesai menghabiskan makanan itu, "Apakah sahabat lojinke ?"
Si pengemis menunda makannya, dia telah tertawa
menyeringai. "Sahabat" Hmm, orang itu justru menghendaki jiwaku....!
Kukira, mereka juga datang bukan hanya seorang diri, tetapi
mungkin juga membawa beberapa orang sahabatnya.....!"
katanya. Sin Han terkejut. "Kalau begitu, yang tengah ditunggu Lo jinke adalah
musuh2 Lojinke !" tanya Sin Han
"Tidak salah.......!"
"Liehaykah dia ?"
"Liehay sekali !"
Sin Han menghela napas. "Mengapa orang2 yang mengerti ilmu silat senang sekali
berkelahi ?" tanyanya perlahan sekali, seperti juga dia bertanya
kepada dirinya sendiri. Si pengemis tertawa lagi.
"Engkau masih terlampau kecil, dan belum mengerti
urusan.........nanti kau lihat saja. Tetapi ingat, jika musuhmusuhku itu telah datang, engkau hanya boleh menyaksikan
dari dalam ruangan ini, selangkahpun juga engkau tidak boleh
keluar.......jika kau melanggar pesanku ini, niscaya jiwamu
akan terancam bahaya kematian........!"
Mendengar perkataan si pengemis, Sin Han jadi takut, dia
hanya mengangguk. Pengalamannya menyaksikan ayahnya dikeroyok dan juga
dibinasakan oleh orang-orang yang kejam dan bertangan
Koleksi kang zusi.com 74 telengas, membuat Sin Han jadi sering diliputi ketakutan. Maka
sekarang melihat si pengemis tengah menantikan musuhnya
yang katanya memiliki kepandaian yang tinggi, disamping itu
juga jumlahnya mungkin bukan hanya seorang diri, telah
membuat Sin Han berkuatir, dia takut kalau2 nanti si pengemis
dikeroyok dan binasa oleh lawan-lawannya itu.........
Sin Han menghela napas, dia telah merebahkan tubuhnya
pula. Hari lewat dengan cepat, sang malam mulai menyelimuti
bumi. Kegelapan telah mulai meliputi sekitar tempat itu.
Tempat yang semula sepi, jadi semakin sepi saja. Terlebih lagi
menjelang tengah malam, disaat penduduk kampung itu tentu
telah berada ditempat tidur masing-masing......
"Musuh lojinke belum juga datang ?" tanya Sin Han
berselang lagi sejenak, malampun telah semakin larut.
"Ya, dia menjanjikan aku untuk bertemu tepat ditengah
malam," menyahuti si pengemis.
"Sebentar lagi dia tentu akan muncul......"
Tetapi baru saja si pengemis tua Lo tersebut bicara begitu,
disaat itu telah terdengar suara sesuatu, seperti angin yang
mendesir, tetapi menyerupai juga suara air yang tengah
mengalir. Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi heran
bukan main, dia telah berkata dengan suara yang ragu2 :
"Suara apakah itu, Lojinke ?"
"Dia telah datang, ingat pesanku tadi !" kata pengemis tua
itu. "Engkau tidak boleh keluar dari ruangan ini......walaupun
apa yang terjadi, engkau harus baik-baik diam di dalam
ruangan ini !!" Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua yang bergelar
Kepalan Sakti Tanpa Tandingan itu telah melompat berdiri, dia
Koleksi kang zusi.com 75 telah bersiap-siap untuk keluar menyambut kedatangan
musuhnya. Suara desir seperti angin dan mengalirnya air itu terdengar
semakin dekat. Disaat itu juga telah terdengar suara
meraungnya sesuatu yang sangat menyeramkan, sekali seperti
menyalaknya anjing atau meraungnya binatang buas.
Suara meraung yang sangat menyeramkan itu terdengar
semakin mendekati dan bertambah menyeramkan saja, bahkan
mendirikan bulu tengkuk. Sin Han telah berdiri dengan lutut agak gemetar, hatinya
tegang sekali. Beberapa saat yang lalu dia telah mengalami
peristiwa yang tegang dan menakutkan, maka sekarang
mendengar suara raungan yang menyeramkan itu yang
terdengar semakin mendekati, telah membuat anak ini takut
bukan main. Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah tertawa
dingin, dia berkata perlahan : "Bagus! Rupanya dia datang
bersama lima orang kawannya."
Sin Han heran sekali. "Bagaimana Lojinke mengetahui hal
itu ?"" tanyanya, karena Sin Han melihatnya bahwa pengemis
itu masih berada didalam, tetapi telah mengetahui jumlah orang
yang tengah mendatangi itu.
"Dari suara langkah kaki mereka..........!" menyahuti
pengemis itu dengan suara yang perlahan. "Sttttt, mereka telah
sampai..." Berbareng dengan habisnya suara pengemis, keadaan jadi
sunyi sekali karena suara desir angin dan suara seperti
mengenalinya ia telah lenyap. Begitu pula suara raungan yang
nyaring sekali juga telah lenyap.
Dalam keadaan seperti ini, telah membuat Sin Han
bertambah tegang. Koleksi kang zusi.com 76 Dia mendengarkan saja, dan disaat itu dia tidak mendengar
suara apapun juga. Namun hal itu tidak berlangsung lama,
keadaan seperti itu telah disusul dengan suara bentakan yang
sangat nyaring sekali : "Pengemis bau, keluarlah kau untuk
menerima kematian........!" terdengar suara bentakan yang
nyaring dan mengandung hawa pembunuhan, suara bentakan
itu juga parau dan menyeramkan sekali.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengeluarkan suara
tertawa dingin. "Memang telah cukup lama aku menantikan kau !" katanya.
"Bagus! Bagus! Rupanya engkau membawa kawan-kawanmu
untuk bantu mengeroyok diriku !"
Dan sambil berkata begitu, tangan si pengemis telah
mengambil tempat araknya, buli buli berukuran kecil, dia
meneguknya hanya saja arak itu tidak ditelannya, tahu2 dia
telah menyemburnya. Arak yang muncrat dari mulutnya itu seperti juga sebaris
benang putih yang panjang sekali, menerjang ke arah pintu
gerbang kuil, yang tahu2 hancur kena dilanggar semburan arak
itu. Dan membarengi dengan itu, tampak Lo Ping Kang
melompat dengan gerakan yang gesit sekali, dia telah mencelat
keluar. Tentu saja Sin Han jadi kagum bukan main, dia hanya bisa
melihat tubuh si pengemis berkelebat, kemudian telah lenyap
dibalik pintu gerbang itu. Dan Sin Han juga tahu, bahwa
semburan arak yang dilakukan si pengemis tadi rupanya untuk
mencegah lawannya melancarkan serangan menggelap dengan
tiba2. Terdengar suara tertawa yang menyeramkan diluar pintu
gerbang kuil itu, disusuli juga oleh kata2 : "Lima orang
sahabatku ini ingin sekali menyaksikan pertandingan diantara
kita berdua, sulit bagiku untuk menolak keinginan mereka,
Koleksi kang zusi.com 77 maka aku telah meluluskan permintaan mereka......! Mari !
Mari ! Sepuluh tahun berpisah sejak aku dirubuhkan olehmu,
maka sekarang aku ingin menebus kekalahan itu ! Sakit hati
Samte (adik ketiga)ku yang telah dibinasakan olehmu harus
diperhitungkan hari ini !"
"Hahahaha !" terdengar suara tertawa si pengemis Lo Ping
Kang yang sangat panjang, "Manusia rendah seperti engkau ini
seharusnya tidak boleh dibiarkan hidup terus! Tetapi sepuluh
tahun yang lalu aku memang terlanjur telah menjanjikan
kepadamu, tidak akan membinasakan engkau ! Maka aku
berikan kesempatan selama sepuluh tahun kepadamu untuk
melatih diri.....agar hari ini engkau bisa menyaksikan dengan
hati yang puas, bahwa kepandaianmu tidak ada artinya apa2 !
Tetapi ingat kali ini aku tidak akan membebaskan engkau pula
dari kematian, engkau harus hati2......!"
Terdengar suara seruan gusar, rupanya orang yang menjadi
lawan dari Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara bentakan
disebabkan amarahnya yang meluap. Sin Han tertarik sekali
ingin melihat bagaimanakah rupa dari lawannya si pengemis
tua itu. Berjingkat-jingkat Sin Han mendekati pintu gerbang kuil
itu, dia menghampiri sela2 di pintu itu, dan mengintai keluar.
Begitu melihat, segera tubuh anak ini menggigil keras
ketakutan. Ternyata diluar kuil itu berdiri Lo Ping Kang menghadapi
enam orang lelaki yang potongannya pendek dan tinggi tidak
rata. Dan yang luar biasa adalah muka mereka yang semuanya
aneh menakutkan. Yang seorang berdiri dihadapan Lo Ping Kang yang tengah
berkata-kata itu, adalah seorang lelaki dengan potongan tubuh
yang gemuk dampak, tengah memandang Lo Ping Kang
dengan sorot mata yang sangat tajam sekali dengan mata yang
Koleksi kang zusi.com 78 terpentang lebar2, karena dia memang memiliki mata
berpotongan sangat menakutkan sekali. Bibirnya tebal,
potongan mukanya segi empat, rambutnya hanya sedikit sekali
bagian atasnya digulung dalam bentuk konde kecil. Yang
menyeramkan adalah kuku jari2 tangannya yang dibiarkan
tumbuh panjang. Kelima kawan dari manusia menyeramkan ini juga masingmasing memiliki bentuk tubuh yang menyeramkan. Yang
seorang jangkung kurus seperti galah, dengan mata yang
lonjong panjang, hidung yang bengkung dan kepala yang licin
dan botak, dengan sepasang mata yang sipit. Tangannya juga
agak panjang, melewati lututnya. Yang lainnya juga memiliki
bentuk menyeramkan, dengan masing2 menyandang senjata
tajam yang tersoren dipinggangnya.
Saat itu tampak Lo Ping Kang telah tertawa dingin sambil
katanya : "Sekarang bersiap-siaplah! Engkau ingin maju
seorang diri atau serentak berenam" Silahkan, walaupun kalian
berenam, aku akan melayaninya....!" dan setelah berkata
begitu, tampak Lo Ping Kang mengambil sikap bersiap-siap,
dia seperti menantikan serangan lawannya. Dalam keadaan
seperti ini, jelas Lo Ping Kang juga telah mempersiapkan
ilmunya untuk menghadapi keenam lawannya.
Orang yang bertubuh gemuk dampak dihadapan Sin Kun
Bu Tek Lo Ping Kang itu telah berseru gusar : "Menghadapi
aku saja belum tentu kau bisa melayani lebih dari sepuluh jurus
! Kau terimalah seranganku ini ! Arwah Samte (adik ketiga) Su
Siang Hoat harus menyaksikan malam ini kematian merenggut


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyawamu !!" Dan orang itu bukan hanya berkata saja, kedua tangannya
tahu2 diangkat, dengan jari2 tangan yang terpentang dan
kuku2nya yang panjang tajam itu, dia mencengkeram kemuka
Lo Ping Kang. Koleksi kang zusi.com 79 Tetapi Lo Ping Kang telah tertawa dingin.
"Su Cie Pan, sia-sia engkau mempelajari dan melatih
ilmumu selama sepuluh tahun, aku melihat engkau tidak
memiliki kelebihan lainnya, ilmumu juga tidak mengalami
kemajuan apa2.........!" dan sambil berkata begitu, dengan cepat
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengelakkan diri dari
serangan lawannya, tubuhnya berkelebat luar biasa cepatnya,
sehingga jari-jari tangan Su Cie Pan yang bermaksud akan
mencengkeram kearah mukanya tetapi telah mencengkeram
tempat kosong. Tentu saja Lo Ping Kang tidak berdiam diri, dia bukan
hanya mengelakkan saja, karena tahu2 tangan Su Cie Pan telah
disampoknya dengan keras sekali, gerakan yang dilakukan Sin
Kun Bu Tek sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata
orang biasa. Su Cie Pan terkejut, tetapi dia menyadarinya, selama
sepuluh tahun belakangan ini Lo Ping Kang tentunya telah
melatih diri dan memperoleh kemajuan yang jauh lebih pesat
dari sebelumnya, tentu saja dia bertambah liehay. Maka Su Cie
Pan tidak membiarkan tangannya itu dibentur oleh tangkisan
tangan Lo Ping Kang, buru2 dia menarik pulang tangannya.
Dalam beberapa jurus ini saja, kedua orang lawan tersebut
masing2 telah mengetahui tingkat kepandaian mereka. Su Cie
Pan melihat walaupun dia telah melatih diri selama sepuluh
tahun, tetap saja dia masih kalah satu tingkat dari kepandaian si
pengemis. Lo Ping Kang tampaknya memiliki lwekang yang
jauh lebih tinggi dari dia.
Tetapi Su Cie Pan yakin, ilmu yang dilatihnya itu, yaitu
ilmu "Cengkeraman Sepuluh Jari Tangan beracun" dimana
semua ujung kuku2 jari tangannya itu telah dilatih dengan
berbagai jenis racun yang sangat hebat daya kerjanya, bisa
diandalkan untuk merubuhkan Lo Ping Kang.
Koleksi kang zusi.com 80 Pengemis tua itupun waktu melihat cara menyerang
musuhnya itu, merasakan tenaga lwekang Su Cie Pan tidak
berada disebelah atas tenaga dalamnya, ilmu cengkeramannya
itu juga tidak dapat menindih dirinya, hanya yang membuat Lo
Ping Kang jadi kuatir juga hatinya terkesiap, justru dari
kesepuluh jari tangan lawannya itu telah melancarkan bau yang
amis sekali, yaitu bau racun yang sangat keras.
Dengan sendirinya Lo Ping Kang menyadari bahwa dirinya
tidak boleh terserang lawannya. Sekali saja bagian tubuhnya
terluka oleh cengkeraman kuku-kuku jari tangan beracunnya
Su Cie Pan, maka dia akan terbinasa karena Lo Ping Kang
menyadari racun yang dipergunakan oleh lawannya merupakan
racun yang sangat hebat bekerjanya.
Begitulah, Lo Ping Kang telah mengandalkan kegesitan
tubuhnya untuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang
dilancarkan lawannya. Setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Su Cie
Pan, selalu dapat dihalaunya atau dielakkannya.
Tiba-tiba waktu Su Cie Pan sedang melancarkan serangan
dengan cengkeraman jari2 tangannya, disaat itulah tampak Su
Cie Pan mengeluarkan teriakan terkejut, karena tahu2 jari
tangan kanan Lo Ping Kang menyambar akan mencengkeram
jalan darah Po-ma-hiat dipunggungnya.
Tentu saja Su Cie Pan tidak mau membiarkan jalan darah
berbahaya ditubuhnya itu kena dicengkeram oleh lawannya,
sebab begitu kena dicengkeram, berarti kematianlah untuk
dirinya. Itulah sebabnya Su Cie Pan telah berjongkok dan memutar
sedikit tubuhnya, dia telah menggerakkan tangan kanannya
dengan maksud akan membalas mencengkeram tangan
lawannya. Dan ternyata tangan lawannya telah kena
dicengkeramnya. Koleksi kang zusi.com 81 Namun waktu Su Cie Pan hendak meremas untuk
menusukkan kukunya ke daging pergelangan tangan lawannya,
disaat itulah Lo Ping Kang telah mengibaskan tangannya, dari
telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan yang
lunak sekali, lalu pergelangan tangannya itu berobah menjadi
licin seperti belut, entah dengan cara bagaimana, tahu2
pergelangan tangannya itu telah berhasil lolos dari
cengkeraman lawannya. Segera Lo Ping Kang melanjutkan pula serangannya,
tangannya secepat kilat telah menampar ke batok kepala Su Cie
Pan. Manusia bertubuh teromok gemuk itu jadi terkejut, dia
mengeluarkan suara siulan panjang, tahu2 dia telah membuang
dirinya kesamping kiri, waktu dia telah berdiri tetap napasnya
agak memburu. Hanya beberapa jurus saja, mereka telah dapat mengukur
kepandaian mereka masing-masing.
Su Cie Pan semakin gusar saja mengingat lawannya ini
adalah pembunuh adiknya. Dia memang telah memutuskan,
malam ini, malam yang telah mereka janjikan sepuluh tahun
yang lalu, adalah malam yang akan menentukan, dimana Su
Cie Pan menghendaki kematian Lo Ping Kang.
Sedangkan Lo Ping Kang sendiri yakin, bahwa dalam
pertempuran ini dia tidak mungkin dirubuhkan oleh lawannya
yang seorang itu. Tetapi yang membuat dia berkuatir sekali
justru adalah kawan2 dari Su Cie Pan yang lima orang itu, yang
dilihat dari sorot mata mereka yang tajam, tentunya kelima
orang itu bukanlah sebangsa manusia lemah.
Sin Han yang tengah mengintai dari balik pintu gerbang
kuil tersebut, tergoncang hatinya. Dia melihat lawan-lawan Lo
Ping Kang semuanya orang-orang yang memiliki bentuk tubuh
menyeramkan dan tampaknya tidak memiliki kepandaian
Koleksi kang zusi.com 82 lemah, Lo Ping Kang tentu menghadapi ancaman bahaya yang
tidak ringan. Namun melihat sikap pengemis tua yang bergelar
"Kepalan Sakti Tanpa Tandingan" itu, yang tenang dan
tersenyum-senyum, agak terhibur juga hati Sin Han.
Tiba2 Su Cie Pan mengeluarkan suara teriakan yang sangat
keras, dia telah merentangkan kedua tangannya dengan gerakan
yang mengepung, yaitu menyambar dari samping kiri dan
kanan pengemis tua itu, maka Lo Ping Kang jadi terdesak dari
dua jurusan. Jika menangkis, hal itupun akan berbahaya sekali, karena
Su Cie Pan juga telah ber-siap2, begitu lawannya menangkis,
maka Su Cie Pan bukan membenturkan pergelangan tangannya
tetapi dia akan mempergunakan kuku2 jari tangan untuk
mencengkeram tangan lawannya.
Tentu saja Lo Ping Kang mengenal bahaya, dia juga sudah
dapat menduga maksud lawannya itu. Maka jalan satu2nya
ialah melompat mundur. Tetapi Su Cie Pan tetap membayanginya dengan melompat
maju dan meneruskan serangannya dengan kuku2 jari
tangannya itu. Hebat cara menyerang Su Cie Pan, karena dia melancarkan
serangannya dengan nekad tanpa memikirkan perlindungan dan
keselamatan dirinya, dia bernafsu sekali ingin merubuhkan
lawannya. Tetapi Lo Ping Kang telah menekuk kedua kakinya, dia
berdiri dengan setengah berjongkok, kemudian secepat kilat
kaki kanannya menendang menyerampang dalam bentuk
setengah lingkaran. Tendangan si pengemis itu merupakan serangan maut,
karena dia mengincer kelemahan dari Su Cie Pan, yaitu bagian
selangkangan dari lawannya ini, jika tendangan itu tepat
Koleksi kang zusi.com 83 mengenai sasarannya niscaya akan mematikan orang she Su
tersebut. Su Cie Pan sangat terkejut melihat cara menyerang
lawannya itu. Dia mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah
melompat mundur dengan cepat.
Kemudian dengan didampingi kelima orang kawannya, dia
memandang bengis kepada Lo Ping Kang.
"Pengemis bau ternyata engkau telah memperoleh banyak
kemajuan pada dirimu..........!" katanya dengan suara yang
mengejek. Dan kelima kawan Su Cie Pan telah melompat kedepan
untuk menghadapi si pengemis she Lo itu. Mereka
memperlihatkan sikap yang sangat mengancam sekali.
"Siapakah kelima sahabatmu ini ?" tanya Lo Ping Kang
sambil tersenyum mengejek. "Kukira, aku belum mengenal
mereka......!" Su Cie Pan tertawa dingin, kemudian dia berkata dengan
suara yang keras : "Hemm," katanya. "Mereka adalah yang
sangat terkenal didalam rimba persilatan dengan gelaran Ngo
haw Siang-kiam! Merekalah pendekar-pendekar yang memiliki
kepandaian sangat luar biasa sekali.......!"
Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran kelima orang itu,
yang disebut sebagai Ngo Hauw Siang Kiam (Lima harimau
dengan sepasang pedang), tampaknya dia bangga sekali.
Hati Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang jadi terkesiap juga,
karena dia sering mendengar nama hebat dari pendekar2 lima
harimau ini. Mereka memiliki kepandaian sangat tinggi,
disamping itu merekapun terkenal sekali sebagai orang2 yang
tidak berketentuan pendiriannya, seringkali berdiri dijalan
Koleksi kang zusi.com 84 putih, tetapi tidak jarang pula berdiri dipihak jalan hitam, yaitu
golongan penjahat. Sehingga sulit sekali menempatkan mereka dibarisan putih
atau hitam, karena mereka memiliki pendirian yang sulit
diterka, di mana isi hati merekapun sulit untuk diraba.
"Aha, rupanya aku yang dekil kotor ini, memiliki rejeki
yang sangat besar bertemu dengan kelima tuan-tuan yang
memiliki nama besar, ada petunjuk apakah untukku ?" dan
sambil bertanya begitu, tampak Lo Ping Kang telah menatap
dengan sinar mata yang sangat tajam sekali, sikapnya itu sangat
menantang sekali. Kelima orang pendekar yang bergelar Ngo hauw Siangkiam
itu tidak memberikan penyahutan, mereka hanya berdiam diri
mengawasi tajam sekali kepada si pengemis.
Sedangkan Su Cie Pan telah menyahuti dengan sikap yang
temberang sekali : "Aku justru menerima uluran tangan dan
bantuan dari sahabat-sahabat ini, untuk memusnahkan seorang
anjing dekil seperti kau dari permukaan dunia ! Karena itu, bersiap2lah untuk menerima kematian." Setelah berkata begitu, Su
Cie Pan kemudian mengeluarkan suara seruan lagi, tahu2
tubuhnya telah melompat dengan lincah sekali dan kedua
tangannya kembali bergerak menyambar ke kiri Sin Kun Bu
Tek. Lo Ping Kang telah berpikir keras, karena dia mengetahui
bahwa lawannya ini sangat tinggi kepandaiannya, tidak bisa dia
menghadapi dengan main2, terlebih lagi sekarang lawannya itu
dibantu oleh kelima orang jago yang sangat ternama sekali
seperti Ngo-houw Siang Kiam, tentu saja mereka merupakan
lawan yang sangat tangguh sekali.
Namun Sin Kun Bu Tek tidak memperlihatkan perasaan
kuatirnya itu, dia telah mengawasi datangnya samberan
serangan lawannya, dengan cepat sekali dia telah
Koleksi kang zusi.com 85 mengeluarkan kepandaian utamanya, yaitu Kepalan Tangan
Saktinya, tahu2 tangan dari pengemis ini telah melayang
menyambar kearah bahu Su Cie Pan. Gerakannya itu sulit
diterka, karena seperti menyambar kearah kanan, tetapi justeru
yang menjadi sasaran sebenarnya adalah sebelah kiri.
Su Cie Pan melihat betapa lawannya mulai mengeluarkan
ilmu simpanannya, dia telah mengibas dengan kuku2 jari
tangannya, untuk melindungi dirinya.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak mau
berlaku tanggung lagi, ia mengulurkan tangannya dan
mengeluarkan kepandaiannya dengan delapan bagian kekuatan
lweekangnya tersalur dalam kepalannya. Waktu menghantam
jitu sekali pergelangan tangan Su Cie Pan, terdengar suara
"krekkk" yang cukup nyaring.
Tentu saja benturan itu membuat Su Cie Pan jadi kesakitan
dan kaget. Untung saja dia bergerak cepat sekali, dan telah melompat
sambil menarik tangannya.
Jika saja dia terlambat, tentu pergelangan tangannya itu
akan patah, atau juga bisa terjadi tulang pergelangan tangannya
akan menjadi hancur. Disaat itu, dengan mengeluarkan suara seruan yang
nyaring, dua orang dari Ngo Hauw Siang Kiam telah melompat
ke dekat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, tahu2 tangan mereka
telah meraba gagang senjata masing2, mereka telah mencabut
sepasang pedangnya masing2. Secepat kilat pedang mereka itu
telah menyambar ke arah Lo Ping Kang.
Pengemis tua yang bergelar Sin Kun Bu Tek itu tidak jeri
menghadapi serangan lawannya, dia hanya tercekat hatinya,
karena walaupun bagaimana memang gerakannya itu
merupakan gerakan yang sangat berbahaya, yaitu tubuhnya
Koleksi kang zusi.com 86 telah ber-kelebat2 diantara samberan empat batang pedang,
ditambah ancaman jari jari mautnya Su Cie Pan.
Gerakan itu menimbulkan getaran yang kuat sekali, getaran
yang sangat dahsyat dan telah mendorong mundur kedua
lawannya, karena kedua telapak tangan Sin Kun Bu Tek telah
tersalur kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.
Dalam sekejap mata mereka telah terlibat dalam
pertempuran yang seru sekali dan mereka seperti juga
bayangan yang berkelebat kelebat saja. Sin Han sendiri sudah
tidak bisa mengenali, yang mana Sin Kun Bu Tek yang mana
lawan-lawannya itu. Mata Sin Han jadi kabur menyaksikan
Koleksi kang zusi.com 87 pertempuran seperti itu, hati anak ini tergoncang keras sekali,
dia berkuatir kalau2 si pengemis dilukai lawan-lawannya.
Didalam hatinya Sin Han telah berdoa agar si pengemis tua
itu berhasil menghadapi lawan2nya.
Ketiga orang Ngo Hauw Siang Kiam lainnya tidak ikut
menerjang maju, rupanya mereka yakin bahwa kedua orang


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawan mereka itu, ditambah dengan Su Cie Pan, sudah lebih
dari cukup untuk menghadapi Sin Kun Bu Tek.
Sejak munculnya mereka, Ngo Hauw Siang Kiam memang
tidak banyak bicara. Didalam rimba persilatan mereka memang terkenal sebagai
jago2 yang pendiam, dan tidak pernah banyak bicara. Yang
tertua bernama Miang Khu Lie, sedangkan yang kedua Miang
Khu An yang ketiga bernama Man Siang Ha, keempat dan
kelima Man Su Liong dan Man Tia Lu. Mereka berlima bukan
merupakan satu keturunan, melainkan dari dua marga keluarga,
yaitu keluarga Miang dan Man. Mereka memang satu
perguruan silat, maka setelah merasa cocok satu dengan yang
lainnya, disaat itulah mereka telah melatih diri bersama, dan
selanjutnya setiap menghadapi lawan mereka selalu berlima.
Keadaan seperti ini tentu saja telah membuat mereka sangat
terkenal sekali, karena kepandaian mereka sangat tinggi dan
sulit sekali dicari tandingannya.
Saat itu yang telah terjun dalam kalangan mengeroyok Sin
Kun Bu Tek adalah Miang-Khu Li, kedua saudara dari she
Miang itu. Mereka mengandalkan sekali sepasang pedang
masing2. Setiap serangan yang dilancarkan Miang Khu Lie dan
Miang Khu An merupakan tikaman dan tabasan yang sangat
hebat sekali yang bisa mematikan, karena selalu menuju ke
bagian yang mematikan ditubuh lawannya.
Koleksi kang zusi.com 88 Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sendiri jadi gusar bukan
main, dia telah mengeluarkan 'kepalan sakti' yang merupakan
ilmu kepandaian yang paling diandalkannya, kedua tangannya
itu silih berganti ber-gerak2 melancarkan gempuran yang
dahsyat sekali. Angin berkesiuran menerbangkan daun2 kering dan debu
yang terdapat dihalaman kuil tersebut, bahkan disaat itu
tampak Miang Khu An dan Miang Khu Lie agak terdesak oleh
kepalan tangan Sin Kun Bu Tek.
Hanya Su Cie Pan yang masih dapat melancarkan serangan
tanpa terdesak karena Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak
berani terlalu mendesaknya, sebab walaupun bagaimana Sin
Kun Bu Tek Lo Ping Kang masih jerih jika terkena racun di
kuku jari tangan lawannya yang seorang ini.
Gerakan yang dilakukan Su Cie Pan semakin lama semakin
cepat dan nekad, karena Su Cie Pan telah bertekad, walaupun
bagaimana dia bermaksud untuk mengadu jiwa dengan
lawannya tersebut. Dalam keadaan demikian, tiba2 Sin Kun Bu Tek telah
merobah cara bertempurnya.
Diantara deru angin serangan kedua kepalan tangannya
yang dahsyat itu, tubuhnya telah berlompatan kekiri dan
kekanan, tahu2 dia telah berhasil mencengkeram baju
dipunggung Miang Khu Lie dan Miang Khu An.
Dengan gerakan menghentak, dia telah melemparkan kedua
lawannya itu kesamping. Dan membarengi dengan itu, tanpa
membuang waktu sedikitpun juga, tahu2 kepalan tangan
kanannya telah meluncur masuk ke dalam penjagaan Su Cie
Pan, dan dada orang she Su itu telah kena digempurnya.
"Bukkkk !" keras sekali dada orang she Su itu terhajar,
tubuhnya terhuyung, dan belum lagi dia bisa berdiri tetap,
Koleksi kang zusi.com 89 disaat itulah dia telah memuntahkan darah segar dua kali dari
mulutnya. Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang ingin meneruskan
serangannya, tetapi dia telah diserang oleh ketiga orang
lawannya, yaitu Man Siang Ha, Man Su Liong dan Man Tia
Lu. Ketiga orang ini ketika melihat ketiga kawan mereka telah
mengalami kekalahan ditangan orang she Lo tersebut, dan
melihat jiwa dari Su Cie Pan terancam kematian, maka dengan
segera mereka mencabut sepasang pedangnya masing2 lalu
menerjang maju melancarkan serangan hebat.
Hal itulah yang membuat Lo Ping Kang harus membatalkan
maksudnya untuk meneruskan serangannya kepada Su Cie Pan,
sebab dia harus menyelamatkan jiwanya dari ancaman keenam
pedang lawan yang menyambar dengan serentak. Tetapi Sin
Kun Bu Tek benar2 merupakan jago yang tangguh sekali,
karena dia bisa menghadapi serangan ketiga lawannya dengan
baik. Dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya dan
kedua tangannya telah digerakkan dengan beruntun, dan hebatnya justru dari kedua kepalan tangannya itu mengeluarkan
serangan angin yang kuat sekali menyampok keenam pedang
yang tengah menyambar dirinya.
Sin Kun Bu Tek mempergunakan kesempatan itu untuk
melompat mundur, dia telah ber-siap2 menghadapi serangan
berikutnya dari lawan2nya tersebut.
"Mari, mari, kalian maju semuanya !" kata Sin Kun Bu Tek
dengan suara yang sangat nyaring, dia juga telah mengeluarkan
suara tertawa mengejek, seperti meremehkan keenam lawannya
itu. Su Cie Pan yang hampir saja terhajar oleh gempuran dan
serangan Sin Kun Bu Tek jadi bertambah gusar dan nekad, dia
yang pertama-tama ingin melompat untuk melancarkan
serangan pula kepada si pengemis tua she Lo itu.
Koleksi kang zusi.com 90 Tetapi baru saja tubuhnya ingin bergerak disaat itulah
keheningan malam telah dipecahkan oleh suara pekik yang
sangat nyaring, suara pekik yang menyerupai suara jeritan
seekor burung rajawali yang terluka.
Kemudian disusul ditengah udara beterbangan berputarputar sepasang burung merpati, yang berputar-putar kira2
sepuluh kali. Tampak muka Su Cie Pan dan yang lainnya juga telah
berobah menjadi pucat. Begitu pula tubuh mereka akan
menggigil. "Siang-niauw Pek Sian !" berseru mereka. Siang Niauw Pek
Sian berarti Sepasang Burung Dewata Berpakaian Putih.
Suara Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran itu juga
tergetar, memperlihatkan bahwa dia sangat ketakutan sekali,
lalu tanpa memperdulikan Sin Kun Bu Tek, dia telah memutar
tubuhnya dan menjejakkan kakinya, berlari cepat sekali untuk
meninggalkan tempat tersebut. Tampaknya Su Cie Pan sangat
ketakutan sekali. Begitu juga dengan Ngo Hauw Siang Kiam
yang telah berobah pucat pias mukanya masing2, lalu tanpa
mengeluarkan sepatuh kata, mereka telah melompat untuk
melarikan diri juga. Suara pekik itu terdengar semakin nyaring dan mendekati,
cepat sekali perpindahan suara itu, yang semula terdengar jauh
dan samar, akhirnya jadi begitu dekat sekali.
Sedangkan sepasang burung merpati yang berbulu putih itu
masih ber-putar2 diatas kepala Sin Kun Bu Tek.
Waktu melihat burung merpati itu, Sin-Kun Bu Tek
memang ketakutan juga, mukanya pun telah berubah pucat,
seperti juga Siang-niauw Pek Sian itu merupakan manusia atau
mahluk yang sangat menakutkan sekali. Dia telah memutar
Koleksi kang zusi.com 91 tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali menuju kedalam kuil,
dia hampir saja bersamprokan dengan Sin Han.
"Ayo cepat lari.......cepat lari," katanya sambil mengulurkan
tangannya, dia telah menyambar pinggang Sin Han, yang
dipeluknya dan tubuh anak itu telah dibawanya lari dengan
cepat sekali meninggalkan tempat itu.
Dalam sekejap mata saja, Sin Kun Bu Tek telah berlari
puluhan lie, waktu sampai didekat pintu kampung sebelah
selatan, pengemis tua itu telah berhenti berlari, dia
menenangkan goncangan jantungnya, dan meluruskan
napasnya. Sin Han heran bukan main melihat sikap si pengemis tua
she Lo itu yang sangat ketakutan.
Waktu berhenti berlari, pengemis tua itu pun telah
memandang sekelilingnya. Ketika melihat tidak ada yang
mengejar, dia baru menghela napas lega.
"Lojinke......." kata Sin Han kemudian.
"Diam, jangan bicara dulu.....kita harus cepat2 menyingkir,
sekali saja kita terlambat, niscaya jiwa kita sulit diselamatkan
pula.....!" dan sambil berkata begitu, si pengemis telah berlarilari lagi dengan cepat.
Setelah berlari terus menerus hampir lima puluh lie, barulah
dia menghentikan larinya itu sambil membuang napasnya yang
memburu. "Kita selamat !" katanya kemudian sambil melepaskan
pelukannya dipinggang Sin Han.
Sin Han memandang bingung kepada si pengemis tua yang
telah menjatuhkan dirinya duduk didekat bawah batang pohon
yang ada disitu. "Ada apa sebenarnya Lojinke ?" tanyanya kemudian.
Koleksi kang zusi.com 92 "Siapa itu Siang Niauw Pek Sian?" tanya Sin Han tidak
mengerti. "Kalau tidak salah tadi lawan2 Lojinke juga
menyebut gelaran itu pula......."
"Ya, majikan kedua burung merpati putih itu ! Itulah Siauw
Niauw Pek Sian !" mengangguk Sin Kun Bu Tek.
"Tetapi mengapa lojinke dan lawan2 lojinke tampaknya
begitu ketakutan sekali ?" tanya Sin Han lagi.
"Takut " sudah tentu takut ! sedikit saja kami terlambat
angkat kaki, niscaya jiwa kami sudah tidak bisa dilindungi lagi
!" dan sambil berkata tampak si pengemis telah menyusut
keringatnya, dia telah menghela napas. "Untung saja aku masih
sempat lolos diri, jika tidak.....ihihih....." dan diakhir katakatanya itu Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara seruan
seperti orang yang merasa ngeri sekali.
"Apakah Siang Niauw Pek Sian itu memang benar2
merupakan manusia yang sangat menakutkan sekali,
Lojinke.....?" tanya Sin Han lagi.
"Bukan hanya menakutkan, tetapi telengas dan kejam sekali
!" menyahuti Sin Kun Bu Tek.
"Apakah kepandaiannya lebih tinggi dari kepandaian
Lojinke ?" tanya Sin Han lagi.
"Anak tolol......!" bentak Sin Kun Bu Tek mendongkol.
"Jika kepandaiannya dibawahku tentu saja aku tidak perlu jeri
kepadanya ! Sudahlah......pergilah kau duduk disitu untuk
mengaso, setelah beristirahat sejenak dan napasku sudah tidak
memburu lagi, kita harus cepat-cepat berlalu dari tempat
ini.....!" dan setelah berkata begitu, Sin Kun Bu Tek
memejamkan matanya untuk beristirahat.
Sin Han duduk tidak begitu berjauhan dari si pengemis. Dia
heran sekali, akhir2 ini dia banyak sekali menemukan jago2
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dimana menurut
Koleksi kang zusi.com 93 si pengemis justru Siang Niauw Pek-Sian merupakan orang
yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya. Melihat sikap
Sin-Kun Bu Tek dan keenam lawannya tadi, yang begitu
ketakutan bukan main walaupun baru mendengar suara pekik
dari Siang Niauw Pek Sian, membuktikan bahwa Siang NiauwPek Sian itu merupakan jago yang luar biasa sekali.
Sin Han menghela napas. "Ayah mengerti sedikit ilmu silat, tetapi akhirnya karena
ilmu silat dia harus menemui kematian dengan menyedihkan
sekali dan aku harus terlantar seperti ini........!" berpikir Sin
Han tanpa diinginkannya, dari sudut matanya menitik butir2 air
mata yang bening. "Andaikata ayah tidak mengerti ilmu silat
tentu bencana seperti ini tidak pernah menimpa kami." Dan Sin
Han telah menghela napas panjang.
Tiba-tiba sekali Sin Kun Bu Tek telah melompat berdiri
dengan gerakan yang sangat cepat, matanya terpentang lebar2
pengemis sakti ini juga telah mengawasi sekelilingnya.
"Ada apa, lojinke ?" tanya Sin Han dengan perasaan heran.
"Apakah......apakah engkau tidak mendengar suara itu ?"
tanya Sin Kun Bu Tek dengan sikap yang tegang sekali.
"Suara......." Suara apa, Lojinke ?" Tanya Sin Han heran,
dia memasang baik2 pendengarannya, dan disaat itulah dia
mendengar samar samar suara pekik yang serupa dan sama
dengan yang pernah didengarnya, yaitu pekik dari Siang Niauw
Pek Sian. Tanpa membuang waktu, dan tanpa berkata apapun juga,
tahu2 Sin Kun Bu Tek telah menyambar pinggang Sin Han
yang dirangkulnya dan dia telah berlari-lari lagi dengan cepat
sekali, gerakannya kali ini jauh lebih cepat dari tadi, bahkan si
pengemis tampaknya semakin ketakutan.
Koleksi kang zusi.com 94 "Dia mengejar aku....tampaknya dia tidak mau melepaskan
aku !" menggumam si pengemis seperti berkata kepada dirinya
sendiri. Sin Han berdiam diri karena dia mengetahui si pengemis
tengah dikejar oleh perasaan takut yang luar biasa, diam2 Sin
Han juga jadi berpikir, kalau sampai Sin Kun Bu Tek berhasil
dikejar oleh Siang Niauw Pek Sian yang ditakutinya itu tentu
dirinya sendiripun tidak akan lolos dari malapetaka, yaitu tentu
saja akan dibinasakan oleh Siang Niauw Pek Sian pula.
Berpikir begitu, Sin Han jadi bergidik.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek telah ber-lari2 terus dengan
cepat sekali. Dia seperti juga tidak memikirkan yang lainnya,
karena baginya yang terpenting disaat itu adalah meloloskan
diri dari kematian, meloloskan diri dari Siang Niauw Pek Sian
yang rupanya mengejarnya.
Suara pekik itu akhirnya lenyap tidak terdengar
lagi.....Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak berani berhenti berlari, dia
terus juga mementangkan kakinya mempergunakan
ginkangnya, karena dia jeri kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian
akan berhasil menyusulnya.
Diantara angin yang berseliweran di telinganya yang
menyambar-nyambar dengan keras, Sin Han pun menjadi
ikut2an ketakutan, kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian itu
berhasil mengejarnya......
Tetapi disaat Sin Kun Bu Tek tengah enak2nya berlari,
tiba-tiba dia mengeluarkan suara seruan tertahan, dan langkah
lakinya yang terhenti. Sin Han merasakan betapa tangan Sin Kun Bu Tek yang
melingkar dipinggangnya itu tergetar, seperti juga Sin Kun Bu
Tek menyaksikan sesuatu yang hebat.
Koleksi kang zusi.com 95 Sin Han berusaha mengangkat kepalanya dan melihat
kedepannya. Terpisah lima tombak lebih dihadapan mereka, berdiri
sesosok tubuh, yang mengenakan pakaian serba putih,
jubahnya itu berkibar kibar yang tertiup oleh hembusan angin..
"Kau.......?" suara Sin Kun Bu Tek tergetar waktu menegur
begitu. Sosok tubuh berpakaian putih itu tidak menyahuti, hanya


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiam diri saja. Sin Han berusaha melihat muka orang itu. Seorang lelaki
berusia diantara tiga puluh tahun, dengan kumisnya yang tipis
dan mukanya licin kelimis bersih sekali, tampak berdiri
dihadapan mereka. Lelaki berjubah putih itu telah mengawasi
kearah Sin Kun Bu Tek dengan sorot mata yang dingin tetapi
dalam sorot matanya itu memancarkan sinar yang mengerikan
sekali. Diam2 Sin Han sendiri jadi bergidik waktu melihat sinar
mata orang itu..... "Siang Niauw Pek Sian, aku tidak bermusuhan denganmu
!" kata Sin Kun Bu Tek akhirnya setelah berhasil menenangkan
goncangan hatinya. "Hmmm.....!" hanya dengus dingin mengejek seperti itu
yang diperdengarkan sosok tubuh berpakaian serba putih itu.
Sin Kun Bu Tek jadi tambah ketakutan saja, tubuh sampai
gemetaran. "Siang Niauw Pek Sian....." katanya kemudian dengan
suara yang tergetar. "Tidak perlu kau banyak bicara.........serahkan jiwamu...."
suara orang berjubah putih keseluruhannya itu sangat dingin,
menyeramkan sekali. Koleksi kang zusi.com 96 "Apa........apa salahku " Aku tidak bersalah, bukan ?" tanya
Sin Kun Bu Tek dengan suara yang gemetar karena sangat
ketakutan. "Aku tidak pernah bertemu dengan kau, aku tidak
pernah melakukan kesalahan apa2 padamu, tetapi........mengapa
kau harus menghendaki jiwaku ?"
"Tidak perlu dijelaskan, aku menghendaki jiwamu, dan
engkau jangan rewel !" menyahuti orang berjubah putih itu.
Disaat itulah, ditengah udara terdengar suara pekik burung
merpati. Tidak lama kemudian, tampak sepasang burung merpati
telah terbang berputaran di atas kepala Sin Kun Bu Tek.
Melihat sikap Siang Niauw Pek Sian yang dingin dan
menyeramkan itu, dan melihat bahwa dirinya tak mungkin
lolos dari kematian, dengan sendirinya Sin Kun Bu Tek jadi
nekad. Karena sudah tidak ada jalan mundur lagi baginya. Dia
nekad ingin coba2 melakukan perlawanan.
Dilepaskannya rangkulannya pada pinggang Sin Han, dan
anak itu telah menyingkir ke samping, dia telah melihat betapa
Sin Kun Bu Tek menghadapi orang berpakaian putih itu
dengan sikap ragu2. "Engkau ingin mengadakan perlawanan ?" dingin sekali
suara Sian Niauw Pek Sian itu, dia menegur dengan tatapan
mata yang mengerikan. Sin Kun Bu Tek masih diliputi kebimbangan. Selama dua
tahun belakangan ini memang dia telah mendengar perihal
Siang Niauw Pek Sian, jago yang tiada tandingannya yang
memiliki kekejaman seperti iblis - bahkan melebihi iblis.
Memang hampir seluruh orang-orang rimba persilatan merasa
takut untuk bertemu dengan majikan kedua burung merpati itu,
karena telah tersiar banyak jago2 rimba persilatan yang mati
secara mengerikan datangnya Siang Niauw Pek Sian.
Koleksi kang zusi.com 97 Hal ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi ragu2
menghadapi lawannya, namun dia telah melihat betapa ginkang
Siang Niauw Pek Sian benar2 hebat, karena Siang Niauw Pek
Sian dapat mengejar dirinya dengan mudah sekali.
Walaupun Sin Kun Bu Tek telah berlari dengan
mengerahkan seluruh ginkangnya, namun kenyataannya dia
masih bisa dikejar juga oleh Siang Niauw Pek Sian tersebut.
Dengan sendirinya, dia sudah bisa mengukurnya bahwa
ginkang Siang Niauw Pek Sian mungkin berada diatasnya
beberapa tingkat. Disaat itu Siang Niauw Pek Sian masih berdiri dengan
sikapnya yang kaku dan wajah yang dingin, hanya tangan
kanannya telah merogoh saku jubahnya, dia mengeluarkan
selembar daun kering. Digerakkan tangannya dan "Serrrr" daun kering itu telah
menyambar datang kepada Sin Kun Bu Tek.
Daun kering itu ringan sekali, dan juga jarak Siang Niauw
Pek Sian dengan Sin Kun Bu Tek terpisah cukup jauh, namun
aneh sekali, justru Siang Niauw Pek Sian dapat melemparkan
daun itu dengan baik, menyambar lurus dan ringan sekali, lalu
jatuh tepat didekat kaki Sin Kun Bu Tek.
"Itu hadiah dariku...." kata Siang Niauw Pek Sian dengan
suara yang dingin. Sin Kun Bu Tek bertambah menggigil tubuhnya, dia telah
mengambil daun itu, diperhatikannya, dan melihatnya betapa
didaun itu terlukis gambar seekor burung merpati, yang
dibuatnya tentu dengan pisau atau semacam benda tajam
lainnya. Itulah hadiah kematian ! Memang telah tersiar didalam
rimba persilatan selama dua tahun belakangan ini, setiap calon
Koleksi kang zusi.com 98 korban dari Siang Niauw Pek Sian akan menerima hadiah
selembar daun kering yang berlukisan seekor burung merpati.
Dengan menerima daun kering itu, berarti dirinya juga
merupakan calon korban dari Siang Niauw Pek Sian.
Menyadari sulit baginya untuk lolos dari tangan Siang
Niauw Pek Sian, tentu saja telah membuat Sin Kun Bu Tek
bertambah nekad. Dia telah merobek daun itu katanya dengan muka yang
merah padam. "Siang Niauw Pek Sian, aku denganmu sama sekali tidak
terdapat ganjalan apa2, tetapi engkau terlalu mendesak diriku !
Baiklah ! Baiklah ! Terpaksa aku memberanikan diri untuk
menyambuti beberapa jurusmu...." Dan setelah berkata begitu,
Sin Kun Bu Tek bersiap-siap untuk menerima serangan
lawannya, dia telah mengerahkan sebagian besar tenaganya
pada kedua kepalan tangannya. Lo Ping Kang terkenal sebagai
"Kepalan Sakti Tanpa Tandingan'' yaitu Sin Kun Bu Tek,
dengan sendirinya kedua kepalan tangannya itulah yang hebat
sekali. Maka dalam menghadapi bahaya dari lawan tangguh
seperti Siang Niauw Pek Sian, dia telah mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk melawan mati2an. Siang Niauw Pek Sian
telah melangkah setindak menghampiri Sin Kun Bu Tek.
Walaupun dia tidak memperlihatkan sikap mengancam, tetapi
mukanya yang dingin, dan tubuhnya yang mengejang kaku
waktu dia melangkah maju menghampiri cukup menyeramkan
juga keadaannya itu. Sin Kun Bu Tek menjadi semakin tergoncang keras hatinya.
Sin Han yang mengawasi dari pinggiran juga berdiri
dengan gemetaran. Anak ini bahkan merasakan lututnya jadi
lemas waktu melihat sinar mata Siang Niauw Pek Sian yang
dingin dan tidak memancarkan cahaya sedikitpun juga.
Koleksi kang zusi.com 99 Tiba2 Siang Niauw Pek Sian telah mengibaskan lengan
bajunya, sambil bentaknya : "Engkau belum mau menyerang?"
Dan dalam keadaan terjepit seperti itu, dan Sin Kun Bu Tek
telah tidak melihat jalan keluarnya lagi, dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat kuat, dan nekad sekali dia
menerjang maju. Dia telah menggerakkan kedua kepalan
tangannya, gerakannya itu gesit luar biasa, kedua tangannya
yang digerakkannya itu juga telah menyambar dengan
menyilang, maka hebat kesudahannya, tenaga gempuran yang
seperti memiliki kekuatan ribuan kati itu, menyambar kepada
Siang Niauw Pek Sian. Tetapi Siang Niauw Pek Sian sama sekali tidak
memperlihatkan gerakan sesuatu apapun juga, dia tetap berdiri
tegak dengan sikapnya yang dingin, dengan membusungkan
dadanya ia telah menerima gempuran kedua kepalan tangan
dari Sin Kun Bu Tek. "Bukkkk ! Bukkk !" kuat bukan main tenaga serangan Sin
Kun Bu Tek menghantam dada Siang Niauw Pek Sian.
Gempuran itu jika jatuh pada diri seorang jago biasa saja,
tentu tulang dadanya akan hancur dan korban pukulan dari
kepalan sakti Sin Kun Bu Tek, akan menemui kematian.
Tetapi aneh sekali Siang Niauw Pek Sian seperti tidak
merasa kesakitan sedikitpun juga dia bahkan telah tersenyum
tawar menyeramkan sekali.
Sikapnya yang tenang sekali memperlihatkan bahwa dia
sama sekali tidak merasa sakit, bahkan dia telah tersenyum
dengan sikapnya yang menyindir dan mengandung hawa
pembunuhan. Kemudian Siang Niauw Pek Sian juga telah berkata:
"Sekarang sudah saatnya engkau harus menyerahkan jiwamu !"
dan Sin Kun Bu Tek merasakan kepalan tangannya yang
Koleksi kang zusi.com 100
menempel didada Siang Niauw Pek Sian kesemutan, dia
sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan berusaha menarik
kepalan tangannya itu dengan cepat, agar terlepas dari
tempelan Siang Niauw Pek Sian. Namun terlambat!
Kepalan tangannya itu tidak bisa ditariknya kembali,
sehingga dia mengeluarkan suara seruan yang keras, dan
memusatkan tenaga dalamnya dengan mengeluarkan dan
menarik lebih kuat lagi. Tetapi kembali dia gagal, sehingga Sin
Kun Bu Tek jadi bingung sendirinya.
Tetapi sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian
cukup tinggi, Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup, dia telah
cepat2 mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan
menyepak mempergunakan kedua kakinya dengan tendangan
yang beruntun, mengancam keperut Siang Niauw Pek Sian.
Dan Siang Niauw Pek Sian benar2 merupakan seorang
yang aneh dan memiliki kepandaian yang tinggi sukar dijajaki,
dia berdiam diri saja, hanya tangan kirinya diangkat dan
dikibaskan ringan. Kesudahannya sangat hebat sekali, karena disaat itu juga
tubuh Sin Kun Bu Tek telah terpental keras, ambruk diatas
tanah bergulingan sambil mengeluarkan suara jeritan yang
mengerikan. Setelah rebah sejenak, Sin Kun Bu Tek merangkak untuk
berdiri, tetapi belum lagi dia bisa berdiri tetap, dari mulutnya
dia telah memuntahkan darah segar.
Muka Lo Ping Kang pucat pias, tubuhnya gemetaran.
Rupanya kibasan tangan yang dilakukan Siang Niauw Pek Sian
benar2 dahsyat luar biasa, karena Lo Ping Kang merasakan
dadanya sangat nyeri sekali.
Koleksi kang zusi.com 101
Dari peristiwa tersebut, Sin Kun Bu Tek telah bisa
menduga berapa tinggi kepandaian lawannya, yang berada
beberapa tingkat diatas kepandaiannya.
Sehingga Sin Kun Bu Tek bertambah ketakutan, walaupun
bagaimana tidak dapat dia lolos dari tangan Siang Niauw Pek
Sian, sebab selain kepandaian lawannya itu memang jauh lebih
hebat dari dia beberapa tingkat, juga kini Sin Kun Bu Tek telah
terluka hanya dalam satu jurus dari Siang Niauw Pek Kut yang
perlahan seperti itu. Tanpa dikehendakinya Sin Kun Bu Tek
jadi menghela napas putus asa, dia berusaha mengerahkan
tenaganya pada kedua lututnya, untuk memperkuat kuda2
kedua kakinya. Siang Niauw Pek Sian telah menghampirinya dengan wajah
yang mengerikan karena disamping matanya yang mengawasi
dingin sekali tanpa ber-gerak2 bola matanya, juga mukanya itu
bagaikan secarik kertas yang tidak memancarkan perasaan
apa2. Disaat seperti itu Sin Han juga mengawasi dengan sorot
mata memancarkan kekuatirannya, karena walaupun dia
mengetahui Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian tinggi dan
Sin Han tidak mengerti ilmu silat, tetapi anak itu menyadarinya
bahwa dalam hal kepandaian tentu saja Siang Niauw Pek Sian
berada diatasnya si pengemis. Dengan hanya sekali
mengibaskan tangannya saja, si pengemis telah dapat dibuat
terpelanting begitu hebat oleh Siang Niauw Pek Sian.
Diam2 Sin Han berdoa agar Sin Kun Bu-Tek tidak kena
dirubuhkan lawannya, setidak tidaknya Sin Han mengharapkan
Sin Kun Bu Tek bisa meloloskan diri dari kematian
ditangannya Siang Niauw Pek Sian.
Cepat sekali Sin Kun Bu Tek menyalurkan tenaga
lwekangnya, tetapi karena dia tengah terluka parah, begitu dia
mengempos kekuatan tenaga dalamnya, segera dia merasakan
Koleksi kang zusi.com 102
darah didadanya jadi bergolak, dan tanpa bisa ditahan lagi
seketika itu juga dia telah memuntahkan darah segar......
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi
berdiri dengan muka pucat pias, habislah harapannya untuk
meloloskan dirinya dari ancaman lawannya yang luar biasa ini.
Siang Niauw Pek Sian telah menghampiri dekat sekali dia,
menyeringai perlahan: "Kini kau serahkanlah jiwamu." dan
tangan kanannya telah diangkatnya, untuk menepuk batok
kepala Sin Kun Bu Tek. Sin Kun Bu Tek menghela napas putus asa; dia
memejamkan matanya, dia pasrah menyerah menerima
kematian, sebab Sin Kun Bu Tek mengetahui percuma saja dia
melakukan perlawanan, tidak mungkin dia lolos dari kematian
ditangan lawannya yang tangguh luar biasa ini.
Tangan Siang Niauw Pek Sian telah meluncur terus dengan
cepat, dan Sin Han memejamkan matanya tidak berani
menyaksikan Sin Kun Bu Tek terserang begitu.
Namun waktu telapak tangan Siang Niauw Pek Sian hampir
mengenai sasarannya, batok kepala dari Sin Kun Bu Tek,
disaat itulah terdengar suara seruan perlahan sekali, disusul
dengan munculnya sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit
sekali. Gerakan itu menyerupai bayangan, dan belum lagi
telapak tangan Siang Niauw Pek Sian sempat mengenai batok
kepala Sin Kun Bu Tek, sosok bayangan yang baru muncul itu
telah mengulurkan tangan kanannya, maka terdengar suara
benturan yang keras sekali.
"Bukkk !!" tubuh Siang Niauw Pek Sian terhuyung
beberapa langkah, mukanya berobah hebat, sebab dia kaget
bukan main. Sebagai seorang jago yang telah merubuhkan
ratusan tokoh2 ternama didaratan Tionggoan, selama itu belum
pernah Siang Niauw Pek Sian menemui tandingan yang bisa
membuat dia mundur sejauh itu. Dan baru pertama kali ini dia
Koleksi kang zusi.com 103
terhuyung begitu.......maka seketika itu pula dihati Siang Niauw
Pek Sian telah menduga, tentunya orang yang baru muncul ini
seorang yang memiliki kepandaian sempurna sekali.
Dengan sorot mata yang tajam dan dingin tampak Siang


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Niauw Pek Sian telah memandang kepada orang yang baru
muncul dan tengah berdiri tegak disamping Sin Kun Bu Tek.
Itulah seorang pendeta dengan kepala yang dikonde, dan
pakaian yang agak aneh, bukan cara berpakaian orang Han.
Dilihat dari wajah yang ditumbuhi kumis, janggut dan juga
hidungnya yang mancung, jika bukan orang Tibet, tentunya
pendeta itu dari India. "Siapa kau...." Sungguh berani kau mencari mati dengan
mencampuri urusanku ?" bentak Siang Niauw Pek Sian dengan
suara yang bengis, mukanya tidak memancarkan perasaan
apapun juga namun sangat menyeramkan sekali.
Pendeta asing itu telah tersenyum dengan sikapnya yang
sabar, dia telah merangkapkan tangannya dengan sikap seorang
pengikut agama Buddha. "Siancai! Siancai! Aku pendeta kecil Gunal Sing bukan
lancang tangan mencampuri urusan tuan, tetapi apakah
kesalahan tuan ini sehingga tampaknya tuan ingin
membinasakannya ?" menyahuti pendeta itu dengan suara yang
sabar, sikapnya juga tenang sekali, sedikitpun juga dia tidak
memperlihatkan perasaan takut terhadap Siang Niauw Pek Sian
yang mukanya tampak sangat bengis sekali. "Jika aku si
pendeta kecil boleh tahu, siapakah nama tuan yang mulia ?"
Muka Siang Niauw Pek Sian berobah merah padam karena
marah, biasanya jika seseorang berhadapan dengannya tentu
akan ketakutan bagaikan tengah berhadapan dengan dewa
pencabut nyawa. Tetapi sekarang pendeta ini memperlihatkan
sikap yang tenang sekali.
Koleksi kang zusi.com 104
"Dengarlah, aku masih ingin memberikan kesempatan
kepadamu, hanya kali ini saja, untuk cepat2 angkat kaki......!"
kata Siang Niauw Pek Sian. "Aku Siang Niauw Pek Sian Bo
Siong Kun tidak akan segan untuk mengantarkan kau pergi
menghadap Giam-lo-ong si raja akherat....."
Mendengar perkataan Siang Niauw Pek Sian, muka si
pendeta tidak berobah, bahkan dia tersenyum ramah sekali.
"Jangan galak2 begitu, orang gagah !" katanya kemudian
dengan suara yang sabar. "Kulihat anda memiliki kepandaian
yang sangat tinggi dan sempurna. Tidakkah sayang jika
kepandaian yang tinggi dan sempurna itu harus dibawa ke jalan
yang sesat ?" "Apa perdulimu tentang diriku" Kesempatanmu rupanya
kau sia2kan pendeta gundul dan kau memang sengaja rupanya
mencari-cari urusan denganku ! Baiklah! Aku ingin melihat,
sampai berapa tinggikah kepandaian seorang pendeta seperti
engkau seorang pendeta asing yang tidak mengenal selatan dan
tidak mengenal jalan hidup !"
"Siancai, jangan marah dulu, tuan..........!" kata Gunal Sing
dengan suara yang sabar sekali. "mengapa tuan harus bersikap
begitu garang, bukankah tidak ada persoalan yang tidak dapat
diselesaikan jika kita menghendakinya dengan hati yang baik !
Mengenai persoalan tuan dengan tuan pengemis itu, aku pun
tidak mengetahui ujung pangkalnya, namun aku percaya, tentu
itulah bukan urusan yang harus menyebabkan jatuhnya
korban....!" Baru saja si pendeta asing tersebut berkata sampai disitu,
Siang Niauw Pek Sian telah tertawa gelak2 dengan suaranya
yang nyaring bukan main, suara tertawanya itu seperti
menggetarkan sekitar tempat itu.
Tentu saja Gunal Sing mengetahui bahwa suara tertawa
Siang Niauw Pek Sian itu mengandung kekuatan tenaga
Koleksi kang zusi.com 105
lwekang yang sangat kuat, karena suara tertawa itu
bergelombang, semakin lama semakin menggetarkan sekitar
tempat itu. Tetapi Gunal Sing tetap membawa sikap yang
tenang dan sabar, sama sekali dia tidak memperlihatkan
perasaan takut atau gugup.
"Baiklah !" kata Siang Niauw Pek Sian setelah cukup lama
tertawa keras. "Rupanya engkau memang benar2 keledai
gundul yang tidak tahu diri.......nah, kau terimalah seranganku
ini!!" dan sambil berkata dengan wajah yang menyeramkan,
Siang Niauw Pek Sian telah melangkahkan kaki kirinya
setengah langkah, tangan kanannya telah ditekuk sedikit,
tangan kirinya dilonjorkan kedepan, lalu tubuhnya agak
membungkuk kedepan. Berbareng dengan itu, dia telah
mengibas. Dari tangan kanan Siang Niauw Pek Sian mengalir keluar
serangkum tenaga sakti yang kuat sekali, tetapi Gunal Sing
tetap berdiri di tempatnya tanpa berusaha berkelit. Sin Kun Bu
Tek yang melihat cara menyerang Bo Siong Kun jadi terkejut
bukan main, karena Sin Kun Bu Tek menyadari bahwa
serangan yang dilakukan oleh Bo Siong Kun merupakan
serangan yang sangat dahsyat, melebihi dahsyatnya dari
serangan-serangannya kepada Sin Kun Bu Tek sendiri.
"Taisu, hati2........!" teriak Sin Kun Bu Tek dengan suara
tergetar. Tetapi belum lagi suara peringatan itu selesai terdengar,
angin gempuran yang dilancarkan oleh Siang Niauw Pek Sian
Bo Siong Kun telah menyambar tiba.
Gunal Sing tetap berdiri tegak tanpa bergerak, dia melihat
betapa Bo Siong Kun menyerang dengan bernafsu sekali, dan
melancarkan gempuran dengan kekuatan sangat dahsyat.
Dengan gerakan yang perlahan, tetapi gesit, tahu2 si
pendeta menggerakkan tangan kirinya, dia telah mendorong
Koleksi kang zusi.com 106
perlahan. Memang tidak keras dorongan itu tetapi
kesudahannya membuat Bo Siong Kun, si raja iblis yang
terkenal keganasannya itu jadi terkejut sekali, dia terkesiap
waktu merasakan gempuran itu bagaikan menghantam tempat
yang lunak dan kosong. Dan belum sempat dia menarik
serangannya itu, justru dia merasakan dorongan yang kuat
sekali pada dadanya, cepat2 Bo Siong Kun mengempos
pernapasannya, dia berusaha berdiri tetap untuk melawan
tenaga mendorong Gunal Sing, tetapi nyatanya tidak urung
tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.
Pengalaman ini merupakan pengalaman pertama kali buat
Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun, karena untuk pertama
kali ini dia gagal melancarkan serangan dan bahkan dia sendiri
yang terhuyung begitu, sedangkan si pendeta asing itu
tampaknya tenang2 saja berdiri ditempatnya tanpa bergeming
sedikitpun juga. "Kau......" berseru Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun
dengan suara yang tersendat tertahan, tampaknya dia kaget dan
gusar sekali. "Sabar tuan, serangan tuan tadi merupakan serangan yang
kejam sekali....maka jika dalam hal ini orang yang menyambuti
serangan tersebut tidak memiliki kepandaian yang berarti, tentu
korban itu telah terbinasa karenanya ....!" sabar suara pendeta
itu, walaupun dia ber-kata2 dengan suara yang mengandung
teguran. Bo Siong Kun jadi tambah gusar, dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat keras, dan tahu2 tanpa bicara
sepatah kata perkataanpun juga, kedua tangannya silih berganti
melancarkan serangan2 yang gencar.
Kedua tangannya itu diputar-putar dalam bentuk lingkaran
kecil. Tetapi di kesepuluh jari tangannya itu dia telah
menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya, sehingga waktu dia
Koleksi kang zusi.com 107
menggerakkannya, tenaga serangannya itu menimbulkan angin
yang berkesiuran keras sekali dan sekali saja dia mendorong,
maka bagaikan ada gempa bumi yang menghantam diri pendeta
asing itu. Gunal Sing sedikitpun tidak menjadi gugup atau takut,
bahkan dia telah tersenyum sabar sekali. Dengan perlahan,
namun gerakannya itu dapat mengimbangi gerakan tangan Bo
Siong Kun, dia telah mengebutkan lengan bajunya.
Kembali Bo Siong Kun terdorong mundur, sehingga
membuat dia jadi tambah marah saja. Dengan suara yang
sangat keras dan bengis, beberapa kali Bo Siong Kun
melancarkan gempuran2 yang hebat, namun selalu gagal.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan peristiwa
ini, berdiri tertegun ditempatnya.
Sejak pertama kali dia bertemu dengan Bo Siong Kun,
memang Sin Kun Bu Tek telah ketakutan bukan main, karena
diapun telah merasakan betapa kepandaian Bo Siong Kun
sangat hebat, beberapa tingkat diatas kepandaiannya, dan
hampir saja jiwanya melayang di tangan orang she Bo itu.
Namun sekarang, nyatanya Gunal Sing dapat melayaninya
dengan baik, dengan tenang dan sabar, dan tanpa terdesak
sedikitpun juga. Bahkan sebaliknya Bo Siong Kun jadi sibuk
sekali melancarkan serangan2 yang beruntun tanpa
memperoleh hasil. Setelah lewat belasan jurus, tampaknya Bo Siong Kun
merasa kesal juga serangan2nya itu tidak memberikan hasil
sedikitpun juga dia telah mengeluarkan suara bentakan kecil
sambil melompat kebelakang menjauhi diri.
@-dewikz~Hendra-@ Koleksi kang zusi.com 108
Jilid 4 MUKA Bo Siong Kun merah padam, dia gusar sekali.
Tahu2 mulutnya itu berkemak kemik perlahan, sepasang
matanya yang memancar menyeramkan itu semakin
mengerikan saja, dan saat itu sepasang burung merpati putih
yang sejak tadi ber-putar2 ditengah udara, kini telah terbang
mendekati Bo Siong Kun, dan kedua merpati putih itu telah
me-layang2 diatas kepala Bo Siong Kun.
Saat itu keadaan Bo Siong Kun aneh sekali, dia berdiri
dengan sepasang kaki yang tegak dan muka yang semakin lama
semakin menyeramkan sekali.
Dengan cepat segera terlihat perobahan di diri Bo Siong
Kun, dari atas kepalanya itu telah mengepul mengeluarkan
asap, dan waktu dia menggerakkan tangan kanannya, dia
mengeluarkan suara erangan perlahan.
"Oh, ilmu hitam !!" berseru Gunal Sing dengan suara yang
nyaring, tampaknya dia terkejut.
Cepat2 pendeta ini merangkapkan sepasang tangannya, dan
membaca ayat2 suci Sang Buddha, dia telah membacanya
dengan suara yang cukup nyaring.
Yang membuat Sin Han dan Sin Kun Bu Tek jadi terkejut
bukan main justru disaat itu dihadapan Gunal Sing seperti
muncul sesosok tubuh, sesosok tubuh seekor harimau.......yang
tengah meraung dan mengulurkan sepasang kaki depannya,
akan menerkam Gunal Sing...!
Sin Han sendiri sampai mengeluarkan suara pekik
ketakutan dan menubruk Sin Kun Bu Tek, sedangkan si
pengemis Lo Ping Kang juga telah ber-siap2 untuk melarikan
diri. Koleksi kang zusi.com 109
Tetapi Gunal Sing mengetahui bahwa lawannya tengah
mempergunakan ilmu hitam, semacam ilmu sihir. Dia tidak
takut sedikitpun juga, karena Gunal Sing telah memiliki
kekuatan tenaga bathin yang sempurna sekali.
Setelah membaca sejenak lamanya ayat2 suci Sang Buddha,
dan melihat harimau ganas itu siap akan menerkamnya, Gunal
Sing telah mengebutkan lengan jubahnya : "Kembalilah ke
asalmu..!" Seketika tubuh harimau itu seperti terbakar mengeluarkan
asap, lalu lenyap ! Yang tertinggal diatas tanah hanyalah
sepotong besi yang bentuknya menyerupai harimau2an ...yang
menggeletak diam. Koleksi kang zusi.com 110
Muka Bo Siong Kun jadi berobah merah padam. Jago sakti
she Bo itu memang seringkali mempergunakan ilmu hitamnya
jika tengah menghadapi jago2 yang hebat dan sulit
dirubuhkannya. Dan dia selalu berhasil dengan caranya itu,
karena dengan mempergunakan ilmu hitamnya itu, tentu saja
telah membuat Bo Siong Kun mudah sekali memusnahkan
lawan2nya. Tidak mengherankan lagi jika dalam dua tahun ini justru Bo
Siong Kun cepat sekali berhasil mengangkat namanya menjadi
sangat terkenal dan ditakuti, karena setiap jago yang bentrok
dengannya, jangan harap bisa lolos dari kematian. Itulah
sebabnya, begitu terkenalnya kebengisan Bo Siong Kun,
dengan gelaran Siang Niauw Pek Sian, karena disamping dia
mengenakan pakaian serba putih juga burung merpatinya
itupun berbulu putih, membuat Sin Kun Bu Tek jadi ketakutan
bukan main begitu mengetahui dia akan bertemu dengan Bo
Siong Kun. Jika saja tidak ditolong oleh Gunal Sing, niscaya Sin Kun
Bu Tek sulit lolos dari kematian. Teringat akan itu, tampak Sin
Kun Bu Tek jadi menggigil karenanya, dia merasa ngeri
sendirinya. Sedangkan Bo Siong Kun waktu melihat ilmu hitamnya
bisa dipunahkan oleh Gunal Sing, dia jadi berdiri dengan tubuh
gemetar menahan kemarahan yang luar biasa. Diapun telah
mengeluarkan suara bentakan dan mulai melancarkan
serangan2 dengan kedua tangannya.
Anehnya, Bo Siong Kun sendiri tidak melangkah maju, dan
kedua tangannya itu hanya me-nyerang2 udara kosong, sama
sekali dia tidak menujukan sasarannya ke tubuh si pendeta
Gunal Sing. Tetapi bagi yang mengetahui, tentu akan terkejut, karena
ilmu yang tengah dipergunakan oleh Bo Siong Kun justru
Koleksi kang zusi.com 111
merupakan ilmu hitam kelas tinggi yang sangat aneh dan
memiliki kedahsyatan yang luar biasa. Ilmu hitam itu
dinamakan 'Gugur Hancurkan Udara', dimana setiap kali ilmu
tersebut dipergunakan, tentu akan menimbulkan pengaruh yang
hebat, akan menyebabkan lawan seperti tengah menghadapi
badai hujan pasir yang hebat, bagaikan juga menghadapi
gunung berapi yang meletus, sehingga membuat korban dari
ilmu itu seperti orang gila yang ketakutan dan panik. Jika
memang korban telah panik demikian, dengan mudah Bo Siong
Kun akan menghabisi jiwa korbannya itu dengan satu pukulan
yang mematikan. Gunal Sing juga terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan
puja-puji akan kebesaran Sang Buddha, namun disebabkan
kebathinan dari Gunal Sing memang telah sempurna, dia tidak
menjadi gugup menghadapi ilmu hitam serupa itu. Walaupun
dimatanya pendeta itu seperti melihat dua makluk yang tinggi
besar menakutkan, dengan senjata kampak mengancam akan


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerangnya, Gunal Sing tidak menjadi gentar. Dia membaca
ayat2 suci Sang Buddha, kemudian mengerahkan kekuatan
bathinnya, kedua telapak tangannya itu telah di-gosok2kannya,
diapun telah melawan ilmu hitam itu dengan ilmu kebathinan
pula. Aneh sekali, disaat Gunal Sing meng-gosok2 kedua telapak
tangannya itu, justru disaat itu juga kedua makluk
menyeramkan itu meraung dan lenyap..suara berisik seperti
gempa bumi atau meletusnya gunung berapi juga ber-angsur2
telah lenyap, dan sirna. Tentu saja keadaan seperti ini membuat Bo Siong Kun jadi
terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan suara seruan seperti
rintihan. Dengan punahnya ilmu hitam yang dipergunakannya
itu, bukan berarti tanpa adanya akibat buruk pada dirinya,
karena segera Bo Siong Kun ter-huyung2 beberapa langkah
dengan muka yang pucat, dia merasakan dadanya nyeri dan
Koleksi kang zusi.com 112
sakit bukan main. Namun sebagai seorang yang memiliki
kepandaian tinggi sekali, Bo Siong Kun masih bisa
mempertahankan diri. Dengan muka yang pucat pias, dia telah merangkapkan
sepasang tangannya, dan telah menjura kepada Gunal Sing,
katanya: "Hari ini aku telah menerima petunjuk Taisu yang
sangat berharga, dan tentu saja pelajaran hari ini tidak akan
dilupakan oleh Bo Siong Kun. Jika ada jodoh, tentu aku akan
menemui Taisu pula disuatu hari kelak untuk meminta
petunjuk pula !" dan setelah berkata begitu, dia memutar
tubuhnya untuk berlalu. Masih sempat juga Bo Siong Kun
mengawasi mendelik kepada Sin Kun Bu Tek dan Sin Han
dengan sorot mata yang sangat mengerikan.
Sepasang burung merpati berbulu putih yang tengah
beterbangan diudara itu pun rupa2nya mengetahui bahwa
majikan mereka telah kena dipecundangi, dengan sendirinya
sepasang burung merpati itu mengeluarkan suara pekik yang
nyaring, dan terbang menuju kearah majikannya itu pergi....ikut
berlalu juga, dengan me-mekik2 mengeluarkan suara yang
berduka, bagaikan ikut bersedih hati atas kekalahan yang
dialami majikannya itu.....
Gunal Sing menghela napas, dia menggumam perlahan,
katanya : "Sayang ! Sayang sekali, ilmu setinggi itu
disalahgunakan !" Dan setelah menghela napas lagi, pendeta ini menoleh
kepada Sin Kun Bu Tek : "Apakah tuan tidak cidera ?"
tanyanya. Sin Kun Bu Tek cepat2 menghampiri si pendeta dan
merangkapkan sepasang tangannya menjura dalam2 memberi
hormat kepada Gunal Sing.
Koleksi kang zusi.com 113
"Terima kasih atas pertolongan Taisu.... tentu aku si
pengemis miskin Lo Ping Kang tidak akan melupakan budi
kebaikan Taisu...!" kata si pengemis tua itu.
Si pendeta tersenyum sabar, katanya : "Tidak ada budi dan
kebaikan, yang ada ialah kewajiban diantara sesama manusia
harus saling tolong menolong, dan sudah menjadi kewajiban
aku si pendeta kecil harus menolongi seseorang yang tengah
dalam penderitaan ! Syukur saja atas kebesaran Sang Buddha,
aku berhasil menundukkan ilmu hitamnya orang itu..."
"Kepandaian Taisu luar biasa, Siang Niauw Pek Sian yang
begitu tinggi kepandaiannya, dapat Taisu tundukkan..!" puji
Sin Kun Bu Tek. "Kemenangan itu bukan merupakan kemenangan apa2,
karena orang itu tidak berhasil kusadarkan dari kesesatannya !
Jika aku berhasil membinasakannya itupun bukan merupakan
suatu kemenangan apa2. Justru kemenangan itu akan tiba jika
saja berhasil membuat sadar orang itu agar dia kembali ke jalan
yang lurus menjauhi diri dari kesesatan.."
Sin Kun Bu Tek kagum sekali kepada pendeta yang gagah
dan ramah ini disamping sikapnya yang tenang dan sabar itu.
Saat itu si pendeta telah menoleh kepada Sin Han, mata
pendeta itu tiba2 bersinar dan dia tersenyum penuh welas asih:
"Adik kecil ini tampaknya tengah menghadapi kesulitan...apakah yang telah mempersulit dan menyusahkan
hati adik kecil ?" Sin Kun Bu Tek cepat2 menyahuti, "Dia tengah
menghadapi musibah yang besar, ayahnya baru saja terbunuh,
dia sendiri di-kejar2 musuh ayahnya dan juga ingin
dibinasakan, untung saja bertemu denganku yang bisa
memukul mundur musuh2nya itu..."
Gunal Sing menghela napas panjang, katanya :
"Permusuhan ! Dendam ! Pembunuhan ! Apa artinya itu "
Koleksi kang zusi.com 114
Ketakutan " Apakah artinya itu " Terhindar dari bahaya dan
tengah menderita " Apakah artinya " Yang terpenting bagi
seorang umat manusia, haruslah ber-sungguh2 menghadapi
kehidupan ini dengan jalan2 yang benar, dengan cara2 yang
benar...harus mengetahui kunci rahasia hidup..!"
Sin Han tertarik sekali mendengar perkataan si pendeta.
Setelah menjura memberi hormat, Sin Han masih sempat
bertanya : "Taisu, apakah yang Taisu maksudkan dengan kunci
rahasia hidup itu ?"
Si pendeta tersenyum sabar, dia menyahutinya : "Engkau
masih terlampau kecil nak, engkau tidak mungkin mengerti hal
itu. Maka, nanti jika engkau telah dewasa, aku akan mengupas
dan memberikan pengertian atas pertanyaanmu itu. Yang
terpenting, engkau tidak perlu di-kejar2 perasaan takut, tidak
perlu engkau men-cari2 yang belum ada, yang terutama sekali
engkau harus menjalankan apa yang ada disaat ini, engkau
harus berusaha hidup dengan cara yang baik, diliputi welas asih
dan kebajikan. Jika engkau bisa menghindarkan diri dari
tuntutan2 hati kecilmu, tuntutan2 badaniah, tentu engkau akan
mencicipi kehidupan yang tenang tenteram serta bahagia...!"
Sin Han memang tidak dapat memahami perkataan si
pendeta, dia hanya berdiam saja. Tetapi berbeda dengan Sin
Han, justru Sin Kun Bu Tek telah mengangguk kagum, bahkan
katanya : "Taisu benar, aku Lo Ping Kang berusaha untuk
dapat hidup dengan cara yang benar, untuk dapat menuruti
nasehat Taisu !" "Itu bukan merupakan suatu nasehat, kesadaran harus
berasal dari dasar hati sendiri...!" kata Gunal Sing. "Tidak bisa
dipaksakan tetapi haruslah kita yang membuka mata, telinga
dan hati. Dengan demikian barulah kita akan mengenal apakah
artinya hidup ini...! Pahamkah engkau, tuan ?"
Koleksi kang zusi.com 115
Sin Kun Bu Tek mengangguk sambil menjura lagi untuk
menyatakan terima kasih dan kagumnya.
Disaat itu tampak Gunal Sing telah tersenyum lagi, katanya
dengan sabar, "Baiklah, kukira sekarang telah cukup lama kita
ber-cakap2, dilain kesempatan jika ada jodoh, kita akan
bertemu lagi...!" Baru saja selesai perkataannya itu, si pendeta
tahu2 telah lenyap dari hadapan Sin Han dan Sin Kun Bu Tek.
Sin Han heran bukan main, dia menduga si pendeta
mengerti ilmu menghilangkan tubuh.
Dia menanyakannya kepada Sin Kun Bu Tek, si pengemis
itu tertawa, katanya: "Bukan! Bukan ilmu melenyapkan tubuh!
Tetapi justru itulah ilmu meringankan tubuh yang telah
mencapai puncak kesempurnaan, sehingga begitu bergerak, dia
bisa berkelebat dengan cepat sekali, secepat angin, dan dalam
sekejap mata saja dia telah berhasil mencapai tempat yang jauh
sekali," menjelaskan si pengemis dengan suara memantul
perasaan kagum yang luar biasa.
Sambil ber-cakap2, Sin Han dan Sin Kun Bu Tek
melanjutkan perjalanan mereka.
Tiba2 Sin Han telah bertanya : "Lojinke, sebenarnya
siapakah manusia jahat berpakaian serba putih itu " Mengapa
dia bergelar Siang Niauw Pek Sian dan membawa2 sepasang
burung merpati putihnya itu, yang tampaknya jinak sekali
padanya?" Ditanya begitu, Sin Kun Bu Tek menghela napas panjang,
tampak mukanya jadi muram.
"Sesungguhnya dia manusia jahat yang kejahatannya
melebihi iblis mana saja, tangannya juga sangat telengas, dan
sifatnya buruk bukan main, karena dia selalu diburu oleh
keinginan untuk membunuh orang sebanyak mungkin.....maka
dari itu, dengan munculnya manusia seperti dia, niscaya dunia
Koleksi kang zusi.com 116
persilatan akan kacau dan menghadapi ancaman yang tidak
ringan. Hai ! Hai ! Sayang sekali, sayang sekali ! Entah telah
berapa banyak jago2 yang rubuh dan terbinasa ditangan dia...!"
dan setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas
beberapa kali, tampaknya dia benar2 berduka sekali.
Selama setengah bulan lamanya Sin Han ikut si pengemis
melakukan perjalanan dari sebuah kampung ke kampung
lainnya, tidak jarang merekapun singgah di sebuah rumah
makan. Sin Kun Bu Tek gemar sekali makan santapan yang enak2,
tetapi semua itu tidak pernah dibelinya, karena dengan
mengandalkan kepandaiannya, ilmu meringankan tubuhnya
yang tinggi sekali, dia selalu mencurinya.
Selama ikut Sin Kun Bu Tek, Sin Han juga selalu
memperoleh kegembiraan, karena dia dapat makan yang enak2,
juga dia pesiar ke tempat2 yang indah, dimana Sin Kun Bu Tek
telah mengajak anak ini untuk mendatangi tempat2 yang indah
sekali, seperti menikmati keindahan ditepi telaga Tai Ouw,
juga mendatangi tempat2 yang terkenal akan keindahannya,
serta kota2 yang sangat ramai.
Karena Sin Kun Bu Tek sebagai seorang pengemis, dengan
sendirinya pakaian Sin Han yang telah robek2 dan pecah itu
tidak diperhatikannya. Diapun tidak pernah menganjurkan Sin
Han untuk mengganti pakaian itu, bahkan si pengemis juga
sama sekali seperti tidak pernah teringat untuk membelikan
pakaian untuk Sin Han. Semula memang Sin Han agak canggung dengan
pakaiannya yang compang-camping seperti itu, dengan
keadaan yang dekil dan kotor, tetapi setelah lewat setengah
bulan, dia akhirnya menjadi terbiasa juga.
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Han tidak
mengacuhkan pula pada pakaiannya yang tidak keruan,
Koleksi kang zusi.com 117
tampaknya dia seperti pengemis kecil saja, keadaannya sama
seperti Sin Kun Bu Tek. "Apakah aku selamanya akan menjadi pengemis seperti dia
?" berpikir Sin Han pada suatu malam, disaat dia tengah rebah
diruang sebuah kuil tua bersama Sin Kun Bu Tek. Pikiran anak
ini telah me-layang2 memikirkan nasibnya, dimana dia teringat
ayahnya yang dibinasakan oleh lawan2nya, sehingga dia
akhirnya harus terlantar seperti sekarang ini...diam2 anak itu
telah menitikkan air matanya.
"Mengapa kau menangis ?" tiba2 suara Sin Kun Bu Tek
telah mengejutkan Sin Han. Anak ini cepat2 menyusut air
matanya, dia telah menyahuti perlahan : "Aku teringat kepada
ayahku, lojinke !" "Hemm, untuk apa memikirkan orang yang telah mati ?"
kata si pengemis dengan suara yang datar dan telah
memejamkan matanya lagi. Sin Han juga telah memejamkan matanya pura2 untuk
tidur, karena dia tidak mau terlalu rewel membantah perkataan
pengemis tua itu. Sedangkan Sin Kun Bu Tek tidak segera tidur, walaupun
dimulutnya dia berkata : "Untuk apa memikirkan orang yang
telah mati ?" dan sikapnya tawar sekali, namun didalam hatinya
si pengemis justru berpikir : "Anak ini baik sekali...ternyata dia
tidak terlalu memikirkan kepentingan dirinya sendiri, kasihan
nasibnya terlalu buruk, dalam usia sekecil ini dia sudah harus
ter-lunta2 kehilangan orang tuanya ! Entah siapa musuh2nya
itu, yang telah membinasakan ayahnya ! Sesungguhnya aku
ingin mengambilnya menjadi muridku, tetapi aku kuatir dia
menolak ! Tentang pengangkatan guru dan murid, tentu saja
tidak boleh ada unsur memaksa...!" dan setelah berpikir begitu,
tanpa dikehendaki si pengemis telah menghela napas dalam2,
tampaknya dia berduka sekali.
Koleksi kang zusi.com 118
Diam2 juga, si pengemis jadi teringat akan dirinya. Sejak
kecil dia telah kehilangan kedua orang tuanya, yang saat itu
terserang semacam penyakit menular, dan kedua orang tuanya
yang kena terjangkit penyakit menular itu jadi menemui
ajalnya. Sejak saat itulah si pengemis hidup sebagai anak
yatim. Dia telah berusaha untuk dapat hidup terus dengan jalan
mengemis, tetapi kesengsaraan yang dideritanya terlalu berat,
dihina orang, dipukuli dan juga dijauhi dari pergaulan, dengan
sendirinya telah membuat si pengemis waktu berusia sebelas
tahun, bermaksud menghabiskan dirinya dengan terjun
kedalam sebuah jurang digunung Heng-san. Namun siapa
sangka, justru disaat itu Lo Ping Kang telah ditolongi oleh
seorang pertapa sakti digunung tersebut, yang lalu
mengambilnya menjadi murid dan mendidik ilmu silat. Dengan
memiliki kepandaian yang tinggi, tentu saja selanjutnya tidak
ada orang yang bisa menghinanya dengan begitu saja, bahkan
nama Lo Ping Kang jadi terkenal didalam dunia persilatan atas
perbuatannya yang selalu membasmi kebathilan dan
kejahatan.... Walaupun telah memiliki kepandaian yang tinggi, Lo Ping
Kang tidak menjadi angkuh, bahkan dia senang sekali
menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan. Disamping itu
juga untuk mengenang penderitaannya dimasa lalu, dimana dia
pernah ter-lunta2 dan hidup sebagai pengemis kecil, maka Lo
Ping Kang telah berpakaian sebagai seorang pengemis, bahkan
selamanya dia menuntut penghidupan sebagai seorang
pengemis. Sebetulnya, jika memang Lo Ping Kang ingin hidup
mewah dan senang, dia bisa saja memperoleh semuanya itu,
karena dengan memiliki kepandaian yang sangat tinggi seperti
dia, tentu saja dengan mudah dia dapat mengambil uang dari
para hartawan kaya, dan diapun bisa saja berpakaian mewah
yang terbuat dari bahan yang mahal asal saja dia mau.
Tetapi Lo Ping Kang tidak menghendaki semua itu, dia
tetap berpakaian sebagai pengemis miskin yang butut sekali,


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koleksi kang zusi.com 119
rombeng dan cabik2. Jika suatu saat dia mencuri uangnya
hartawan kaya raya yang jahat, tentu saja uang itu di-bagi2kan
kepada penduduk yang miskin dan memerlukannya. Dengan
perbuatannya itu nama Lo Ping Kang, dengan gelarannya Sin
Kun Bu Tek, jadi semakin terkenal dan dihormati.
Tetapi watak dan sifat si pengemis sangat aneh, dia selalu
menghilang tanpa meninggalkan jejak, kemana saja dia senang,
dia datang, dan tidak pernah menetap disuatu tempat lebih dari
satu bulan. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang
mengetahui dimana jejak si pengemis yang senang berkelana
ini. Banyak sahabat2 yang telah dijalin oleh Lo Ping Kang,
karena selama berkelana, dia senang mengunjungi jago2 silat
yang ternama dan dengan mereka telah bertukar pikiran dan
pandangan mengenai ilmu silat.
Tetapi disamping memiliki banyak sahabat2 tidak kurang
pula musuh2nya si pengemis, karena selama dia melakukan
perbuatan2 mulia membela si lemah dari tindasan si jahat
namun kuat, maka dia telah menanamkan tali permusuhan
dengan beberapa tokoh dari jalan hitam.......
Teringat semua itu, si pengemis she Lo tersebut jadi
teringat lagi akan perkataan Gunal Sing, pendeta asing itu,
"Apa itu penderitaan " Apa itu ketakutan " Apa itu kesengsaraan ?" dan disaat inilah si pengemis baru menyadarinya bahwa
sebenarnya apa yang dikatakan oleh pendeta itu sangat tepat
sekali. Dia seharusnya tidak mengenal penderitaan, jika dia
menganggap penghidupan dan kehidupannya menggembirakan. Dan diapun tidak perlu merasa bersengsara
jika saja menerima apa adanya saja yang terdapat di dirinya.
Yang terpenting seperti apa yang dikatakan oleh pendeta asing
itu, yaitu harus mengenal cara2 hidup yang baik, harus
mengetahui juga kunci hidup yang masih terselubung oleh
suatu rahasia yang sulit tertembusi. Jika saja seorang manusia
Koleksi kang zusi.com 120
telah mengenal rahasia kunci kehidupan, dengan sendirinya
orang itu akan hidup tenang dan bahagia, sehingga dapat
mengikuti tata cara kehidupan yang baik, yang diliputi welas
asih dan kebajikan.... Berpikir sampai disitu, perasaan kagum Sin Kun Bu Tek
terhadap Gunal Sing ber-tambah2 saja.
"Dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa, kebathinan
yang mengagumkan dan pengetahuan yang sangat luas
sekali...!" berpikir Sin Kun Bu Tek. "Dia benar2 merupakan
seorang tokoh persilatan yang hebat sekali, karena dengan
mudah dan hanya beberapa jurus saja Gunal Sing berhasil
merubuhkan jago sehebat Siang Niauw Pek Sian...! Hai ! Hai !
Hai ! Siapakah sebenarnya Gunal Sing itu " Dan apa maksud
kedatangannya ke daratan Tionggoan ini " Jika mendengar
namanya, tentu tidak salah lagi pendeta itu dari India..!"
Berpikir sampai disitu, Sin Kun Bu Tek jadi menghela
napas lagi. Matanya telah mengawasi tertegun kepada langit2
ruangan kuil di mana dia berada.
Sin Han yang pura2 tidur, sesungguhnya masih tidak bisa
tertidur lelap, karena pikirannya me-layang2 memikirkan juga
akan nasibnya di-masa2 mendatang. Walaupun bagaimana Sin
Han berusaha untuk tidur dengan memejamkan matanya
rapat2, dia tidak berhasil juga.
Disaat itulah Sin Han mendengar si pengemis tua Lo Ping
Kang berulang kali telah menghela napas panjang dan
nampaknya berduka sekali. Sin Han membuka matanya dan
mengintainya. Dia melihat sikap si pengemis, dengan
sendirinya dia jadi heran.
"Entah apa yang sedang dipikirkan oleh orang tua itu...!"
berpikir Sin Han didalam hatinya. "Hai ! Hai ! Tampaknya
Lojinke itu juga tengah berduka, tentu ada sesuatu yang tengah
menyusahkan hatinya...!"
Koleksi kang zusi.com 121
Tetapi Sin Han tidak berani lancang menanyakannya,
karena dia kuatir nanti disemprot oleh makian, maka Sin Han
telah memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur lagi...
Xdewi kzX WAKTU Sin Han terbangun dari tidurnya matahari telah
naik tinggi, karena cahaya matahari telah menerobos masuk ke
dalam ruangan kuil yang kotor itu.
Sin Han memandang sekelilingnya, tetapi dia tidak melihat
Sin Kun Bu Tek. Anak itu segera menduga si pengemis tentunya sedang
pergi mencari makanan yang enak...seperti hari2 sebelumnya,
setiap pagi Sin Kun Bu Tek tentu akan berkeliling, dari rumah
makan yang satu ke rumah makan lainnya, bukan untuk
mengemis, tetapi untuk mencuri makanan enak...dan setiap kali
dia kembali, tentu akan membawa ber-macam2 makanan yang
sedap dan gurih..... Dengan sabar Sin Han telah duduk menantikan kembalinya
pengemis itu. Dia telah membayangkan, sebentar lagi tentu dia akan
makan enak. Tetapi menantikan sampai menjelang tengah hari, Sin Kun
Bu Tek tidak juga muncul.
Sin Han jadi gelisah, dia telah menantikan lagi sejenak, dan
kegelisahannya semakin menjadi waktu menjelang lohor si
pengemis tua Sin Kun Bu Tek masih juga belum muncul.
Dengan heran Sin Han telah keluar dari kuil itu, dia
memandang sekitar tempat tersebut.
Dilihatnya cukup banyak orang yang berlalu lalang dimuka
kuil, karena didepan kuil itu memang merupakan jalur jalan
yang cukup ramai dilalui orang.
Koleksi kang zusi.com 122
Tetapi Sin Han tidak melihat si pengemis. Hal ini membuat
Sin Han jadi berkuatir sekali.
Maka setelah menantikan sekian lama lagi, akhirnya Sin
Han memutuskan untuk mencari si pengemis. Dia telah
meninggalkan kuil itu dan mengelilingi kota Po-siong-kwan,
dia ber-putar2 dari jalan yang satu ke jalan yang lain.
Dan yang diperhatikan sekali oleh Sin Han adalah setiap
rumah makan yang dijumpainya. Dia selalu berdiri lama
dimuka rumah makan yang dijumpainya, untuk me-lihat2
apakah di rumah makan tersebut bercokol si pengemis tua yang
cukup nakal itu....... Tetapi menjelang sore hari, usaha Sin Han tetap nihil, dia
tidak berhasil menemui si pengemis tua itu.
Ketika menjelang malam hari Sin Han kembali ke kuil
rusak itu, hatinya jadi kecewa waktu melihat didalam kuil tetap
tidak terlihat bayangan si pengemis tua itu.
"Apakah lojinke itu mengalami suatu halangan ?" pikir
anak itu kemudian. "Apakah disaat dia ingin mencuri makanan
dia telah kena dipergoki sehingga dia dikeroyok..." Atau dia
memang sudah tidak mau mengajak aku..." Dia sengaja
meninggalkan aku disaat aku masih tertidur nyenyak...?" bermacam2 pikiran memenuhi benak anak ini.
Dengan jengkel dan sedih, Sin Han menantikan terus
kembalinya Sin Kun Bu Tek di kuil tersebut. Menjelang tengah
malam, Sin Kun Bu Tek masih juga belum kembali, dan
akhirnya karena terlalu letih, Sin Han telah tertidur lagi.
Keesokan paginya, tetap saja dia tidak melihat si pengemis,
hal itu menunjukkan bahwa si pengemis belum kembali ke kuil
ini. "Lojinke itu tentu tidak mungkin kembali ke kuil ini
lagi...jika dia menemui halangan, tentu dia telah berurusan
Koleksi kang zusi.com 123
dengan bahaya yang mungkin tidak kecil...atau jika dia
memang bermaksud meninggalkan aku, tentunya dia telah
pergi jauh sekali...lebih baik aku melanjutkan perjalanan
seorang diri saja ! Tetapi...kemana aku akan pergi " Kemana
tujuanku " Dan besok2 aku harus makan apa " Uang tidak ada,
dan kepandaian tidak bisa...paling tidak aku hanya melakukan
pekerjaan mengemis...!" dan setelah berpikir begitu, Sin Han
menghela napas lagi dengan hati berduka sekali. Dia
merasakan perutnya sangat lapar, karena sejak kemarin pagi
sampai pagi ini masih belum ada secuil barang makanan yang
sempat masuk ke dalam perutnya......
Dengan langkah kaki yang lesu, tampak Sin Han telah
keluar dari kuil itu. Dia berjalan tanpa tujuan, hanya ada sedikit
harapan dihatinya, kalau2 dia bisa berjumpa dengan Sin Kun
Bu Tek. Perutnya lapar sekali, tetapi untuk meminta makanan
kepada pelayan rumah makan, Sin Han tidak berani lagi,
karena pengalamannya beberapa saat yang lalu telah membuat
Sin Han tidak mau mengalami pula peristiwa yang tidak
menggembirakan itu. Setelah berkeliling kota dan hari mendekati siang, Sin Han
telah letih bukan main. Akhirnya karena tidak bisa menahan
laparnya pula, Sin Han telah menghampiri sebuah rumah yang
tidak begitu bagus bentuknya dipintu kota itu.
Dilihatnya didekat pekarangan rumah itu, yang banyak
sekali tumbuh pohon2 bunga, tampak berdiri seorang lelaki
setengah baya yang memelihara kumis dan jenggot cukup
panjang. Sin Han menghampiri, dia telah menjura sambil katanya
dengan sikap yang sangat hormat sekali : "Maaf lojinke...aku
ingin meminta tolong sesuatu dari lojinke...!" kata Sin Han
kemudian. Koleksi kang zusi.com 124
"Pertolongan apa ?" tanya orang tua itu sambil
memperlihatkan sikap tidak senang setelah melihat yang
menegurnya itu seorang pengemis kecil, yang pakaiannya
compang camping dan kotor serta dekil sekali.
"Aku ingin mencari pekerjaan, lojinke..." kata Sin Han.
"Mencari pekerjaan ?" tanya orang tua itu sambil melirik
dengan sikap yang sinis. "Ya Lojinke...tidak perlu lojinke membayar gajiku, asalkan
lojinke mau memberikan makan dan tempat bernaung untukku
!" kata Sin Han kemudian.
Orang tua itu tersenyum sinis.
"Setan kecil, tubuhmu begitu kurus kering, pekerjaan apa
yang bisa engkau lakukan" Tanpa bayar dan tanpa memberi
makan pun aku tidak sudi ! Hemm, hanya akan mengotori
rumahku saja ! Cepat pergi...! Merusak keindahan
pemandangan saja kau ! Masih kecil sudah malas...hanya
pandai berpakaian sebagai pengemis dan meminta belas
kasihan orang...'' Melihat orang tua itu bukannya menyanggupi, bahkan telah
memaki dan mengusirnya dengan cara yang kasar seperti itu,
tentu saja telah membuat Sin Han jadi tersinggung.
"Lojinke, aku tidak meminta makanan darimu, aku hanya
menawarkan tenagaku untuk bekerja kepada Lojinke dengan
pembayaran hanyalah lojinke cukup memberi makan kepadaku...! Jika memang Lojinke keberatan, itupun tidak
apa2...asalkan lojinke jangan memaki dan memperlakukan aku
begitu kasar...!" Muka orang tua itu jadi berobah merah karena mendongkol
dan gusar. "Eh, engkau berani menasehati aku?" bentaknya dengan
suara yang bengis. "Cepat pergi, sebelum aku perintahkan
Koleksi kang zusi.com 125
pelayanku untuk membikin kau babak belur dan merobek
mulutmu yang kurang ajar itu !"
Dan setelah berkata begitu, orang tua itu telah mengawasi
Sin Han dengan sorot mata yang bengis, mendelik lebar2.
Sin Han jadi takut juga, walaupun dia mendongkol sekali
atas sikap orang tua itu, tidak urung anak ini hanya berdiam
diri saja dan telah memutar tubuhnya, dia telah berlalu
meninggalkan orang tua itu.
Hati anak ini sangat sedih, karena Sin Han tidak mengerti,
mengapa justru manusia2 seperti lelaki setengah tua itu yang
harus memperlakukan dia dengan kejam.
Bukankah jika memang orang tua itu tidak mau menerima
tawarannya untuk bekerja, dengan cara yang baik dia bisa saja
menolaknya " Tidak perlu dia memaki dan mengusirnya
dengan cara begitu "
Sin Han sambil berjalan dengan langkah2 kaki yang lesu,
telah menghela napas berulang kali. Didalam hatinya, dia jadi
berpikir keras, entah bagaimana caranya mengatasi keadaannya
yang seperti ini. Perutnya juga telah lapar bukan main.
Sambil berjalan Sin Han juga telah menunduk mengawasi
pakaiannya, dia melihat pakaian yang compang-camping. Dan
dia menghela napas lagi. "Mungkin pakaian compang-camping inilah yang membuat
setiap orang menuduh aku sebagai pengemis kecil dan mereka
jadi membenci aku...!" pikirnya didalam hatinya. "Dan... aku
harus berusaha untuk memperoleh sepotong pakaian yang agak
baik ! Tetapi bagaimana caranya yang terbaik " Bagaimana
caranya aku bisa memperoleh sepotong pakaian yang cukup
pantas dan baik " Bukankah untuk mengisi perut yang tengah
lapar ini saja aku tidak memiliki uang untuk membeli
makanan...?" Koleksi kang zusi.com 126
Karena sangat bingung, Sin Han sampai mengucurkan air
mata sambil mengayunkan langkah kakinya. Tanpa terasa dia
telah berada dipintu kota sebelah barat.
Tanpa memiliki tujuan, Sin Han telah berjalan terus, dia
telah menghampiri sebuah pinggir hutan kecil yang ada didekat
bukit disamping kota itu, dimana terpisah enam tujuh lie.
Kemudian Sin Han duduk termenung mengawasi matahari
yang mulai tenggelam diufuk barat...sebentar lagi sang malam
akan tiba. Disaat itulah, tiba2 Sin Han melihat seseorang yang
berpakaian sebagai seorang imam, tengah berjalan cepat sekali.
Keadaan imam itu tidak aneh dan tidak luar biasa. Tetapi justru
Pendekar Guntur 18 Pendekar Mabuk 082 Kuil Perawan Ganas Golok Maut 3

Cari Blog Ini