Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong Bagian 3
yang agak mengherankan adalah kelakuan imam itu, yang
berjalan sambil membawa sebuah tempayan air yang sangat
berat dikepalanya. Mungkin tempayan air yang berukuran
besar itu memiliki berat hampir dua ratus kati lebih. Tetapi
imam itu dapat berjalan dengan cepat sekali. Waktu melewati
tempat dimana Sin Han tengah mengawasi dia, imam yang
berusia diantara empat puluhan tahun itu telah menghentikan
langkah kakinya, dia telah menatap Sin Han dengan sorot mata
yang dalam. "Anak, mengapa engkau seorang diri di tempat ini ?"
tegurnya. Sin Han melihat muka imam itu bengis, tetapi nada
suaranya lembut dan ramah, sehingga agak lenyap perasaan
takutnya. "Aku...aku tidak tahu harus pergi kemana, aku tidak punya
rumah...!" kata Sin Han agak bingung.
"Hemmm, jadi dalam usia semuda ini engkau telah
melakukan pekerjaan mengemis ?" tanya si imam, dan nada
suaranya berobah jadi tidak sedap didengar.
Koleksi kang zusi.com 127
"Ti...tidak...!" menyahuti Sin Han. "Aku kebetulan tidak
memiliki uang untuk membeli pakaian yang lebih pantas, maka
banyak orang menuduh aku sebagai pengemis...!"
Muka si imam telah berobah.
"Hemmm, masih sekecil ini engkau telah berani berdusta !"
katanya dengan suara tidak senang. "Apakah engkau menduga
aku akan mempercayai perkataanmu begitu saja " Hem, jika
memang hanya untuk membeli pakaian yang cukup pantas
buatmu, tentu mudah sekali, asalkan kau mau bekerja, dan
kemudian memperoleh uang, lalu membelinya...! Mungkin
engkau yang sangat malas, hanya mau memperoleh yang
mudah saja...!" Sin Han menggelengkan kepalanya dan dia telah berduka
bukan main, karena hatinya sedih mendengar perkataan imam
itu seperti memojokkannya dan menuduh dia sebagai pemalas !
"Bukan totiang...bukan begitu ! Aku telah berusaha untuk
bekerja, tetapi tidak ada orang yang hendak memakai tenagaku
!" kata Sin Han. "Hemm, kembali kau berdusta ! Dasar kunyuk kecil yang
pandai berbohong ! Memang pengemis2 cilik seperti kau inilah
yang pandai sekali berdusta !"
Dan setelah berkata begitu, si imam telah berkata lagi
sambil menunjuk ke dalam jambangannya : "Aku yang
bersedia menerimamu sebagai pembantuku ! Bersediakah
engkau " Tetapi pekerjaanmu harus menggotong tempayan
ini...!!" "Menggotong tempayan itu ?" tanya Sin Han terkejut.
"Aku...aku... mana kuat ?"
Imam itu telah tertawa dingin.
"Memang aku telah menduga sebelumnya !" kata imam itu.
"Memang engkau seorang anak yang malas...!!"
Koleksi kang zusi.com 128
Dan imam itu telah mengayunkan langkah kakinya lagi
akan berlalu. "Tunggu dulu menghampirinya. totiang...!" kata Sin Han sambil "Mau apa lagi kau " Meminta uang atau makanan dariku ?"
tanya si imam dengan suara mengejek.
"Bukan begitu, totiang, aku ingin sekali bekerja, jika
totiang memiliki pekerjaan yang bisa kukerjakan, aku tentu
mau bekerja...mengerjakan apa saja... asalkan yang cocok
dengan tenagaku ini...!"
Si imam telah tertawa dingin.
"Pintar bicara kau !" kata imam itu mengejek. "Dengan
perkataan asal sesuai dengan tenagaku, berarti engkau artikan
pekerjaan yang ringan2 saja, bukan " Dan pekerjaan yang
berat2 engkau katakan tidak sesuai dengan tenagamu ! Hemm,
hemm, kunyuk kecil yang pandai bicara ! Pintar sekali lidahmu
itu !!" Muka Sin Han jadi merah, dia mendongkol juga si imam
selalu menyebut dia dengan perkataan 'kunyuk kecil yang
pandai bicara', dia berkata dengan suara kurang senang : "Jika
memang totiang keberatan memberikan pekerjaan kepadaku,
umpamanya merawat kuil atau menyapu halaman kuil, ya
sudah...!" dan anak ini telah memutar tubuhnya, dia bermaksud
berlalu. "Tunggu dulu !" bentak imam itu dengan suara yang
nyaring, "Jangan pergi dulu...!"
Sin Han menahan langkah kakinya, dia telah menoleh
kepada imam itu, tanyanya : "Apakah Totiang bersedia
membantu aku memberikan pekerjaan yang cocok dengan
tenagaku?" Koleksi kang zusi.com 129
"Ya ! Tetapi engkau harus berjanji, pekerjaan apa saja harus
kau terima...!" Alis Sin Han jadi tergerak, mengkerut dalam2. Karena dia
kuatir kalau dia memenuhi permintaan si imam dan
menyanggupi untuk mengerjakan apa saja, itulah berabe sekali,
karena sekali saja dia menyanggupi dan imam itu kembali
perintahkan dia menggotong tempayan air yang berukuran
besar dan berat itu, bukankah itu merupakan pekerjaan yang
mustahil dilakukannya " Maka Sin Han telah menggelengkan
kepalanya. "Maafkan totiang, aku meminta pekerjaan sebagai tukang
sapu atau pekerjaan merawat pekarangan kuil totiang saja,
untuk mengangkat barang2 berat seperti tempayan air itu, aku
tidak sanggup...!" "Kalau memang begitu, engkau boleh bertahan dengan
laparmu itu juga...!" kata si imam. Dan dia telah membalikkan
tubuhnya pula untuk berlalu.
"Imam jahat...!" menggumam Sin Han dengan suara
perlahan, karena anak ini sangat mendongkol sekali, dia merasa
seperti dipermainkan imam itu.
Walaupun Sin Han menyebutkan perkataan: "Imam jahat !"
itu sangat perlahan sekali, namun pendengaran imam itu
ternyata sangat tajam sekali, dia tahu2 telah memutar tubuhnya
dengan sikap yang marah dan telah bertanya dengan suara yang
mengandung kegusaran : "Apa kau bilang " Kau mengatakan
aku imam jahat ?" Sin Han jadi gelagapan, dia tidak menyahuti, hanya
menundukkan kepalanya. "Cepat jawab ! Apa maksudmu menuduh aku sebagai imam
jahat !" bentak si imam. "Apakah kau ingin dihajar mampus
dengan tempayan air ini, heh ?"
Koleksi kang zusi.com 130
Diancam begitu, tentu saja Sin Han jadi ketakutan bukan
main, dia jadi mengeluarkan keringat dingin, dan tahu2 dia
telah memutar tubuhnya, dia bermaksud melarikan diri.
Tetapi imam itu telah tertawa dingin, tahu2 dia
mengibaskan tangan kirinya, menggerakkan lengan jubahnya
yang kebesaran itu, dari lengan jubahnya itu menyambar angin
yang keras sekali menghantam punggung Sin Han, sehingga
anak itu jadi kesakitan, sampai dia mengeluarkan seruan
kesakitan bercampur kaget. Untuk kagetnya lagi, tubuhnya
juga telah terjerunuk dan terjerambab jatuh mencium bumi !
Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi mendongkol
sekali, di hatinya dia telah mengatakan bahwa imam ini
memang benar2 jahat, karena bermaksud mempersakiti dirinya.
Sambil merangkak bangun dan menyusut hidungnya yang
telah mengeluarkan darah, Sin Han telah berkata dengan
mendongkol : "To-tiang, aku seorang anak kecil yang tidak
berdaya ! Jika totiang tidak bermaksud memberikan pekerjaan
dan menolong aku, mengapa totiang harus mempersakiti
aku...?" Ditegur begitu, si imam tampaknya jadi tambah gusar, dia
telah menggerakkan tangan kirinya lagi, dan sekali ini Sin Han
telah terdorong kembali oleh serangkum angin yang kuat bukan
main, sehingga dia menderita kesakitan, apa lagi sekarang yang
terkena gempuran itu dadanya, sehingga anak itu jadi
kejengkang dan kepalanya membentur tanah menimbulkan
sakit yang bukan main, sampai pandangan matanya jadi gelap.
"Anak kurang ajar ! Kunyuk kecil yang tidak tahu diri !
Sungguh lancang dan kurang ajar sekali mulutmu itu !" dan
setelah berkata begitu, si imam telah menggerakkan tangannya
lagi. Sin Han takut bukan main, dia pikir imam itu ingin
memukulnya lagi. Tetapi anehnya imam itu bukannya
memukul Sin Han bahkan telah memegang tempayan air yang
Koleksi kang zusi.com 131
tadi dibawa diatas kepalanya, dilontarkan ke tengah udara,
sehingga tempayan air yang berat itu terlemparkan dengan
mudah, seperti juga imam itu sama sekali tidak
mempergunakan tenaganya. Disaat itulah, dengan cepat sekali tampak si imam telah
melompat dengan gesit, tangannya diulur, dia telah menjambak
punggung Sin Han. "Mandilah kau disitu !" katanya dengan suara yang keras.
Dan tubuh Sin Han telah dilontarkan juga, sehingga tubuh anak
itu telah terlempar dan masuk kedalam tempayan air itu!
Waktu tempayan itu meluncur turun dengan air yang
bercipratan keluar, imam itu telah menyanggah kembali
tempayan air itu dengan mempergunakan kepalanya !
Itulah suatu cara yang sangat luar biasa sekali,
memperlihatkan imam itu memiliki kepandaian yang sangat
tinggi. Sin Han yang tercebur kedalam tempayan air itu tidak bisa
melakukan apa2, diapun takut bergerak, karena tempayan itu
berada di kepala si imam. Anak ini kuatir kalau dia melakukan
gerakan2 yang cukup kuat, nanti tempayan itu rubuh dan
diapun ikut jatuh terbanting.. maka dia hanya berdiam diri di
dalam rendaman air tempayan itu, hanya kepalanya saja yang
muncul keluar dengan sepasang tangan memegangi tepian
tempayan itu........ Imam itu telah berjalan lagi seperti tidak pernah terjadi
suatu apapun juga, dengan membawa tempayan air yang telah
tambah isinya seorang anak.......
Setelah berjalan sekian lama, imam itu telah tiba di muka
sebuah kuil. Disaat itu hati Sin Han ber-debar2 keras sekali, dia tidak
tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan imam itu kepada
Koleksi kang zusi.com 132
dirinya. Tetapi diperlakukan begitu oleh si imam, dengan
sendirinya Sin Han jadi membenci imam tersebut.
Waktu imam itu mendorong pintu gerbang dia disambut
seorang imam kecil, yang telah langsung memberi hormat
kepadanya dengan membungkukkan tubuh : "Suhu telah
pulang?" "Hem !" imam itu hanya menyahuti begitu saja, dia telah
melangkah masuk terus ke dalam kuil.
Setibanya dipekarangan kuil, dia melontarkan tempayan air
itu, sehingga Sin Han menjerit kecil, karena dia yakin
tempayan air itu akan terbanting berikut dirinya.
Tetapi anehnya, tempayan air yang berukuran besar itu
seperti dikendalikan oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
Memang benar tempayan air itu jatuh diatas tanah, di pinggir
kelompok pohon bunga, tetapi tempayan itu tidak terbanting
keras, juga tidak menimbulkan goncangan sedikitpun juga.
Sin Han cepat2 merangkak untuk keluar dari tempayan air
tersebut. Tetapi imam itu telah mendelikkan matanya, dia telah
berkata : "Sekali saja kau melangkah keluar, aku akan
menghukummu !" "Tetapi totiang..." mendongkol sekali Sin Han dibuat imam
itu. "Apa yang tetapi, tetapi?" bentak imam itu dengan suara
yang bengis. "Hemm....lihatlah, sekali saja kau keluar, aku
akan menghajarmu dengan hukuman yang sangat berat !"
Tetapi dalam mendongkolnya, Sin Han jadi tidak takut lagi,
dia jadi nekad. Dengan cepat anak itu telah melangkah turun
dari dalam tempayan air itu.
Koleksi kang zusi.com 133
Si imam jadi berobah mukanya, dia telah melompat dan
mengulurkan tangannya. Dijambaknya baju Sin Han, kemudian
anak itu dimasukkan kembali kedalam tempayan air itu.
Namun Sin Han telah muncul pula dari permukaan air
tempayan dan bermaksud untuk melangkah keluar dari
tempayan air itu pula. Imam itu telah menekan punggungnya, sehingga anak itu
tenggelam didalam air kembali.
Sin Han me-ronta2, sampai dia meneguk air cukup banyak,
dan sulit bernapas. Tetapi imam itu tidak juga mau melepaskan
tekanan tangannya itu. Setelah Sin Han lemas dan hampir jatuh pingsan, barulah
imam itu melepaskan tekanannya.
Sin Han cepat2 muncul dari permukaan air, dia telah
mengambil napas dalam2, mukanya pucat pias dengan tubuh
basah kuyup. "Totiang...kau...kau jahat sekali !" memaki Sin Han nekad.
"Jika memang engkau hendak membunuhku, bunuhlah !
Janganlah engkau menyiksa aku demikian rupa !"
"Hemm, membinasakan dirimu " Apakah kau kira pantas
tanganku dikotori oleh darah pendusta seperti kau ?" bentak si
imam. "Tetapi...tetapi totiang hanya berani kepada seorang anak
kecil seperti aku...coba jika aku memiliki kepandaian, tentu aku
akan melawan perlakuanmu ini ! Aku seorang anak kecil tidak
berdaya, apakah totiang tidak malu menghina aku ?"
Muka si imam jadi berobah merah padam, tampaknya dia
mendongkol sekali. "Bagus ! Rupanya engkau benar2 pandai bersilat lidah !"
katanya. "Engkau tidak puas dan menganggap bahwa aku telah
Koleksi kang zusi.com 134
menghina dirimu ! Baik ! Baik ! Aku akan perintahkan
muridku yang sebaya usianya dengan engkau... aku ingin
melihat, apa yang bisa kau lakukan terhadap anak yang sebaya
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
usianya dengan engkau, untuk mencegah kau mengatakan aku
si tua menghina si kecil !"
Dan setelah berkata dengan nada suara mendongkol seperti
itu, imam itu telah melambaikan tangannya memanggil imam
kecil itu, dia telah berkata : "Kemari kau !"
Imam kecil itu, yang mungkin berusia delapan tahun dan
tinggi tubuhnya sama seperti Sin Han, telah menghampiri
sambil memberi hormat. Diapun telah bertanya : "Ada perintah
apakah suhu ?" "Kau lawan anak itu, kau hajar dia !" perintah imam itu.
Imam kecil itu tertegun. "Suhu...?" tanyanya tidak
mengerti. "Aku perintahkan kau melawan anak itu kau hajar dia
sampai puas...dia beranggapan bahwa dirinya pandai sekali,
dan jika berkelahi dengan anak seusia dengan dia tentu akan
memperoleh kemenangan...!"
Mendengar sampai disitu, imam kecil itu baru mengerti, dia
segera menyahutinya : "Baiklah suhu...!" dan imam kecil itu
telah menghadapi Sin Han yang masih berada didalam
tempayan : "Engko kecil, mari kita main2...!"
Sin Han telah lemah sekali, diapun tadi telah disiksa si
imam ditenggelamkan didalam air tempayan itu, dengan
sendirinya dia kehabisan tenaga. Dan kini dia ditantang begitu,
diapun jadi kuatir sekali, karena memang Sin Han tidak bisa
berkelahi. Tetapi melihat sinar mata si imam yang tengah mengawasi
dia dengan mendelik, Sin Han jadi nekad. Tidak mau dia
memperlihatkan kelemahannya dihadapan imam yang
Koleksi kang zusi.com 135
dianggapnya jahat ini, dia telah melangkah keluar dari
tempayan air itu, kemudian menghadapi imam kecil itu.
"Baiklah... tetapi aku tidak bisa berkelahi !" kata Sin Han.
"Bagaimana cara berkelahinya..."
"Terserah padamu, engko kecil !" menyahuti imam kecil itu
tertawa. "Kau boleh menyerangku dulu, karena bukankah
engkau ini seorang tamu...?"
Sin Han bingung sekali, belum lagi dia tahu apa yang harus
dilakukannya, imam itu telah membentak muridnya. "Kiang-jie
hajar dia ! Berilah pelajaran, agar lain waktu dia tidak besar
kepala dan lenyap sifat pendustanya itu...!"
Imam kecil itu tampaknya takut gurunya nanti menggusari
dia, segera dia mengiyakannya, dan melangkah maju satu
tindak mendekati Sin Han. Dan sambil mengayunkan
tangannya itu, dia telah menggerakkan kepalan tangan
kanannya. Gerakan itu sangat cepat sekali, dan belum lagi Sin
Han berhasil melihat datangnya kepalan si imam kecil, tiba2
dia telah merasakan sakit pada hidungnya, karena hidungnya
itu telah terkena hajaran yang dilakukan oleh kepalan tangan
imam kecil tersebut. Tubuh Sin Han terhuyung lalu jatuh duduk diatas tanah
dengan hidung bercucuran darah segar, pandangan matanya
jadi gelap dan berkunang2.
Disaat itu si imam tua telah berkata dengan suara yang
keras : "Hemm, hemm, semangat tempe! Mana itu
kepandaianmu ?" dan ejekan itu membuat telinga Sin Han jadi
merah. Dengan menahan sakit, dia telah bangkit berdiri. Walaupun
bagaimana Sin Han sangat mendongkol dan benci sekali
kepada imam itu. Koleksi kang zusi.com 136
Imam kecil itu menanti Sin Han berdiri, lalu dengan cepat
sekali tangan kanannya telah bergerak lagi.
"Bukk ! Bukk !" pundak dan dada Sin Han telah kena
dihajarnya dengan telak sekali.
Sin Han menderita kesakitan yang luar biasa, tetapi dia
tidak mau mengeluarkan jeritan, hanya sekuat tenaga, tahu2 dia
menubruk dan memeluk tangan imam kecil itu, lalu Sin Han
menundukkan kepalanya dan telah memegangi tangan imam
kecil itu. Imam kecil itu jadi kaget, dia menarik pulang tangannya,
tetapi tidak bisa. "Hajar dia, Kiang-jie !" perintah imam tua itu dengan suara
keras. "Mengapa seperti anak perempuan yang main
pegang2an begitu ?" Dibentak begitu, simurid tampaknya jadi takut, dia telah
cepat2 mengerahkan tenaganya, sambil menarik tangannya, dia
menggaet kaki Sin Han, sehingga Sin Han terjengkang dengan
kedua tangan terbuka, dengan sendirinya imam kecil itu bisa
menarik pulang kembali tangannya.
Sin Han merangkak bangun lagi dengan mendongkol, anak
ini jadi tambah nekad, dia telah menubruk dan akan memukul
imam kecil itu, Kiang jie, dengan mempergunakan kedua
kepalan tangannya. Tetapi pukulan Sin Han mana memiliki tenaga seperti yang
dilakukan Kiang-jie " Kiang jie merupakan murid imam itu,
dengan sendirinya dia mengerti ilmu silat dan sudah biasa
melatih diri, maka setiap pukulannya mengandung kekuatan
yang lumayan disamping taktik2 dari jurus2 pertempuran yang
memang telah dikuasainya.
Maka belum lagi kedua tangan Sin Han tiba, disaat itulah
Kiang-jie telah menyambuti tangan kanan Sin Han dengan
Koleksi kang zusi.com 137
kibasan tangan kiri, lalu tangan kanan Kiang-jie menerobos
nyelonong kemuka Sin Han lagi.
Kembali Sin Han harus terjungkel dan menderita kesakitan,
pipinya yang terpukul juga telah agak ke-biru2an
membengkak. Tetapi Sin Han jadi semakin nekad.
"Sejak ayah menemui ajal ditangan musuh2nya, aku selain
menderita dihina orang ! Biarlah! Hari ini biarpun harus mati,
aku harus melawan imam kecil ini, untuk membuktikan bahwa
aku tidak mudah dihina ! Walaupun harus mati, aku harus
memberikan perlawanan sekuat tenagaku...jika aku sampai
mati, itupun bagus, aku bisa berkumpul kembali dengan ayah,
sehingga untuk selanjutnya tidak ada orang yang bisa
menghina aku pula ! Lagi pula, hidup dengan selalu dihina
orang, apakah gunanya ?"
Karena berpikir begitu, maka Sin Han jadi nekad sekali.
Waktu dia merangkak bangun, tanpa menanti dia bisa
berdiri tetap, dan sebelum Kiang jie sempat melancarkan
serangannya lagi, Sin Han telah menubruk dan memeluk kedua
kaki Kiangjie, kemudian ditariknya dengan kuat sekali,
sehingga tubuh Kiangjie terjungkel bergumul ber-sama2
dengan Sin Han diatas tanah.
Kiangjie mengeluarkan seruan tertahan, dia jadi
mendongkol atas perbuatan Sin Han yang dianggapnya licik.
Dengan cepat kedua tangannya menghantam kepala Sin Han.
"Bukk ! Bukk !" kepala Sin Han terpukul keras, tetapi dia
tidak menjerit, dia hanya merangkul kedua kaki Kiangjie
semakin kuat. Lalu dengan nekad dia menundukkan kepalanya,
tahu2 giginya telah terbenam dikaki Kiangjie yang digigitnya
dengan kuat sekali. Koleksi kang zusi.com 138
Kiangjie menjerit kesakitan, dia jadi kelabakan dan
berusaha mendorong bahu Sin Han, agar anak itu melepaskan
kakinya. Tetapi bukannya melepaskan rangkulannya itu, Sin Han
justru telah memeluk semakin kuat saja, dia juga menggigit
terus dengan gigi di-gerak2kan, sehingga menimbulkan
perasaan sakit bukan alang kepalang buat Kiangjie, sehingga
imam kecil ini telah men-jerit2 sambil menangis.
"Aduhh ! Aduhh, Suhu, tolong suhu...dia main curang !"
teriak Kiangjie dengan suara sesambatan menahan sakit, kedua
tangannya masih berada dipunggung Sin Han, berusaha
mendorong sekuat tenaganya.
Imam yang menjadi guru Kiangjie jadi berobah merah
padam, dia mendongkol dan gusar sekali, dia telah melompat
maju dan menjambak punggung Sin Han, yang ditariknya
dengan kuat untuk dilemparkan.
Tetapi untuk kagetnya imam itu, waktu dia mengangkat
naik tubuh Sin Han, tubuh Kiangjie juga ikut terangkat, karena
Sin Han mati2an merangkul terus kedua kaki Kiangjie, yang
terus juga digigitnya semakin keras.
Keruan saja Kiangjie jadi me-raung2 kesakitan dan
menangis, karena imam kecil itu merasakan dagingnya seperti
copot tergigit Sin Han. Cepat2 guru Kiangjie menghantam pundak Sin Han,
sehingga anak itu merasakan tulang pundaknya seperti akan
patah, dia kesakitan bukan main, dan mengeluarkan suara
jeritan. Karena menjerit maka gigitannya dikaki Kiangjie jadi
terlepas. Dan Kiangjie sambil ter-aduh2 telah meng-usap2
kakinya yang bekas tergigit itu, dia marah dan kesakitan sekali.
Koleksi kang zusi.com 139
Imam yang menjadi guru Kiangjie telah melontarkan tubuh
Sin Han, sehingga Sin Han terguling diatas tanah beberapa
tombak jauhnya, dan bantingan itu menyebabkan Sin Han juga
jadi kesakitan bukan main.
Sehingga imam itu telah menyalahi janjinya sendiri, dia
telah mengadu kedua anak itu, yang katanya ingin dilihat
apakah Sin Han sanggup merubuhkan muridnya ! Tetapi
kenyataannya Sin Han telah mempergunakan cara menggigit,
sehingga murid imam itu terhitung kalah, sebab dia telah
menangis dan ter-aduh2 tidak berdaya untuk melepaskan diri
dari gigitan Sin Han. Sin Han jadi gusar dan bertambah nekad.
"Imam jahat ! Imam tidak tahu malu ! Engkau bilang ingin
membiarkan kami berkelahi, tetapi mengapa engkau imam tua
bangka yang ikut campur tangan ?" dan sambil membentak
begitu, Sin Han telah merangkak bangun untuk berdiri.
Muka imam itu jadi merah padam, dengan gusar dia telah
membentak : "Kunyuk kecil yang licik, engkau telah berkelahi
dengan cara yang curang !"
"Curang " Hemm, kalian yang curang ! Muridmu itu telah
berlatih diri mempelajari ilmu silat, sedangkan aku tidak !
Dengan mengandalkan semua itu, karena yakin muridmu dapat
menyiksa aku, maka engkau berani memajukan muridmu itu
untuk bertanding dengan aku ! Kenyataannya " Hemm, hemm,
muridmu walaupun memiliki kepandaian silat, ternyata
gentong kosong tidak punya guna ! Bukankah dalam suatu
pertempuran kita bebas mempergunakan cara apa saja, asalkan
bisa merubuhkan lawan...?"
Disanggapi begitu, Si imam jadi mendongkol sekali.
"Kiangjie !" panggilnya kepada muridnya dengan suara
membentak keras. "Kau lawan lagi dia, kau harus memberikan
Koleksi kang zusi.com 140
ganjaran padanya ! jika engkau sampai dirubuhkan lagi oleh
dia, hemm, hemm, aku akan menghukum berat padamu !"
Mendengar ancaman gurunya itu, tentu saja Kiangjie jadi
sangat ketakutan, dia sampai mengeluh perlahan, dan
kemudian telah melangkah menghampiri Sin Han dengan muka
merah padam : "Engkau tidak boleh main gigitan lagi...kau
boleh memukul aku semaunya, tetapi tidak boleh curang main
gigit seperti anak perempuan...!" kata Kiangjie.
Dia telah berpesan begitu, karena dia kuatir nanti Sin Han
main gigit pula. Karena jika sampai dia digigit pula, tentu dia akan
mengalami penderitaan yang tidak ringan dan kesakitan yang
tidak tanggung2. Sin Han telah mentertawai untuk mengejeknya : "Dalam
perkelahian, kita bebas mempergunakan cara apa saja.." kata
Sin Han kemudian. "Mengapa engkau harus takut kepada
gigitan " Bukankah engkau juga memiliki tangan yang bebas
memukul " Dan lagi pula engkaupun memiliki gigi " Engkau
boleh main gigit pula."
Disahuti begitu oleh Sin Han, muka Kiangjie jadi berobah
merah. Selama dia berguru kepada gurunya, dia telah digembleng
keras mempelajari ilmu silat, mana mungkin dalam suatu
perkelahian dia main gigit seperti Sin Han " Bukankah hal itu
akan membuat nama gurunya jatuh " Lagi pula, main gigit
seperti Sin Han itu, merupakan perbuatan yang dianggapnya
pengecut. Namun Kiangjie takut dan berkuatir kalau2 nanti Sin
Han akan main gigit lagi, karena dikakinya masih ada tapak
bekas gigi Sin Han, yang terbenam dalam sekali didaging
kakinya. Koleksi kang zusi.com 141
Melihat muridnya ragu2, imam itu telah membentak :
"Kiangjie, apakah engkau ingin kuhajar " Cepat pukul anak itu
! Awas, jika engkau kalah lagi atau menangis, aku akan
menghukum berat padamu !"
Itulah ancaman kedua kalinya dari sang guru, jika sampai
dia masih ragu2, tentu gurunya akan segera menghukumnya.
Maka, karena takut gurunya itu marah, Kiangjie telah
memaksakan diri maju menghampiri Sin Han, tetapi matanya
telah menatap terus kepada mulut Sin Han, kepada gigi dari
anak itu yang tampak samar2 dari sela bibirnya. Hati Kiang jie
jadi tergoncang. Dia telah mengayunkan tangannya, tetapi
matanya terus menatap ke mulut Sin Han.
Melihat imam kecil itu mulai memukulnya lagi, Sin Han
menggeser dirinya ke samping kanan, dia telah mengelakkan
serangan itu. Tetapi Kiangjie telah mempelajari ilmu silat dibawah
didikan seorang guru seperti si imam yang tampaknya memiliki
kepandaian sangat tinggi, maka begitu Sin Han mengelakkan
diri ke kanan, dengan cepat sekali Kiangjie telah
menggerakkan lagi tangan kirinya berusaha menjambak Sin
Han, sedangkan tangan kanannya telah nyelonong menghantam
dada Sin Han. "Bukk !" tubuh Sin Han telah terjungkel rubuh terguling
diatas tanah, sehingga Sin Han mengeluarkan suara seruan
tertahan dengan menahan perasaan sakit didadanya.
Kiangjie berdiri diam saja ditempatnya, dia tidak mengejar
untuk menyerang lagi, karena dia kuatir kalau2 nanti kakinya
itu ditubruk dan dipeluk lagi oleh Sin Han. Jika sampai terjadi
begitu, berabelah dia, karena kakinya tentu akan merasakan
pula gigi2 dari Sin Han.....
Melihat sikap muridnya itu, si imam jadi mendongkol
bukan main. Koleksi kang zusi.com 142
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kiangjie...mengapa kau diam saja ?" bentaknya dengan
suara bengis. Kiangjie terkejut, cepat2 dia menyahuti : "Aku akan segera
menyerang lagi, suhu !"
Dan benar2 Kiangjie telah maju, tetapi sekarang dia berlaku
hati2 sekali. Waktu dia berada didekat Sin Han yang masih
rebah di tanah, ketika Sin Han mengulurkan tangannya ingin
merangkul kedua kaki Kiangjie, maka imam kecil itu telah
melompat mengelakkan rangkulan itu, bahkan waktu tubuhnya
meluncur turun, kaki Kiangjie telah menjejak punggung Sin
Han, sehingga Sin Han menjerit kesakitan.
Belum lagi Sin Han tahu apa yang terjadi, kaki kanan
Kiangjie telah menyambar menendang mukanya lagi,
gerakannya itu sangat cepat, sehingga Sin Han tidak bisa
mengelakkannya, seketika itu juga pandangan mata Sin Han
jadi gelap dan dia sampai bergulingan di atas tanah beberapa
kali... Kemudian Kiangjie menggerakkan tangan kanannya, dia
telah menjambak rambut Sin Han, kepala anak itu diangkatnya,
sehingga muka Sin Han menengadah keatas, dan membarengi
itu tangan kirinya menghajari muka Sin Han beberapa kali.
Walaupun menderita kesakitan, Sin Han tidak
mengeluarkan suara jeritan, dia hanya mengulurkan kedua
tangannya berusaha untuk mencekal tangan Kiangjie.
Tetapi kali ini Kiangjie berlaku waspada sekali, dia tidak
memberikan kesempatan kepada Sin Han memegang bagian
tubuhnya, maka dengan demikian Sin Han gagal beberapa kali
untuk mencekal tangan Kiangjie.
Bahkan Kiangjie terus menerus beruntun telah
menghantami muka Sin Han, sampai muka anak itu babak
belur. Koleksi kang zusi.com 143
Apa lagi Kiangjie juga teringat betapa tadi Sin Han telah
menggigit kakinya, menimbulkan perasaan sakit yang bukan
main, sampai dia menangis, dan juga malu kepada gurunya.
Maka Kiangjie semakin bernafsu sekali melancarkan
pemukulan kepada Sin Han.
Sin Han yang sangat kesakitan, merasakan pandangan
matanya gelap, hampir saja dia jatuh pingsan.
Dalam keadaan tertekan seperti itu, Sin Han jadi kalap dan
nekad. Dia telah meronta sekuat tenaganya untuk menubruk
kepada Kiangjie, tanpa memperdulikan lagi perasaan sakit
rambutnya yang dijambak Kiangjie, dia juga telah
mengulurkan kedua tangannya.
Usaha Sin Han berhasil, karena dia telah dapat merangkul
pinggang Kiangjie ! Hal ini tentu saja mengejutkan Kiangjie, dia sampai
berjingkrak mengeluarkan seruan kaget dan ketakutan.
Tetapi Sin Han seperti seseorang yang tenggelam disungai,
maka sekarang mendapatkan pinggang orang yang telah bisa
dirangkulnya, dia seperti mendapat kayu penolong. Dia
merangkulnya kuat2 dan tidak mau melepaskannya kembali
walaupun Kiangjie telah menjambak keras rambutnya dan
menarik kepala Sin Han kuat2 agar Sin Han tidak bisa
mendekati mulutnya ke perut Kiangjie.
Tetapi Sin Han benar2 nekad, tanpa memperdulikan
perasaan sakit dikepalanya, karena rambutnya tertarik keras,
Sin Han memajukan kepalanya, dan "Cepp !" mulutnya telah
berada diperut Kiangjie, seketika itu juga gigi2nya terbenam
didaging perut Kiangjie !
Melengkinglah suara jeritan Kiangjie, dia men-jerit2 sambil
berjingkrakan, dan juga telah mengucurkan air mata kesakitan,
Koleksi kang zusi.com 144
karena perut adalah bagian yang sensitif, sekarang digigit kuat2
oleh Sin Han begitu rupa, dengan sendirinya telah membuat
Kiangjie kesakitan luar biasa. Kedua tangannya juga telah
berkelejatan tidak bisa memegang tubuh Sin Han lagi.
"Ampun...ampun, jangan menggigit terus ! Aku kalah !
Aku kalah !" teriak Kiangjie melupakan malu dan takut pada
gurunya. Dia telah menyerah, dengan harapan Sin Han akan
melepaskan gigitannya itu.
Tetapi Sin Han tetap menggigit terus.
"Suhu...ohh suhu, tolongi aku suhu...dia...dia main gigitan
lagi...!" teriak Kiangjie kelabakan.
Imam itu jadi mengerutkan sepasang alisnya, karena dia
mendongkol bukan main. Dia telah menghampiri dan dengan bengis dia telah
menarik tubuh Sin Han. Tetapi Sin Han tetap merangkul keras pinggang Kiangjie,
dia juga menggigit sekuat tenaganya tidak mau melepaskan
gigitan di perut Kiangjie.
"Biarlah aku dihajar mati oleh imam jahat ini, tidak
nantinya aku melepaskan gigitanku ini...!" pikir Sin Han
dengan hati yang nekad. Tentu saja yang menderita kesakitan hebat adalah Kiangjie,
karena dia merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, yang
digigit oleh Sin Han semakin lama semakin keras sekali.
Disaat itu tampak Sin Han telah berkeringat, tetapi dia tetap
menggigit terus. Si imam yang menarik tubuh muridnya juga tidak berdaya,
karena begitu dia menarik, segera Kiangjie menjerit dengan
tubuh berkelejatan, sebab begitu tubuh Sin Han ketarik, berarti
Koleksi kang zusi.com 145
gigitannya tertarik, dan perut Kiangjie yang tergigit itu ikut
tertarik juga. Dengan sendirinya menimbulkan perasaan sakit yang tak
terhingga...membuat Kiangjie jadi mengucurkan air mata terus
menerus. "Oh suhu, tolonglah aku...aduhh, suhu, tolonglah
cepat...gigitannya semakin keras...!" teriak Kiangjie dengan
suara sesambatan. Imam itu jadi bingung juga. Memang bisa saja dia
menghantam pecah batok kepala Sin Han, membinasakan anak
itu, dengan demikian dia bisa menolongi muridnya. Tetapi,
apakah hanya persoalan kecil seperti itu dia harus
membinasakan Sin Han "
Akhirnya imam itu telah menghela napas dia menyerah
juga. "Baiklah, sudahilah gigitan gigimu itu,aku menyerah kalah,
muridku itu memang tolol...!" kata imam tersebut kemudian
dengan suara yang tidak sebengis tadi.
Tetapi Sin Han tetap menggigit, dia meng-geleng2kan
kepalanya. Mungkin maksudnya dia ingin menyatakan bahwa dia tidak
mau melepaskan gigitannya itu.
Keruan saja Kiangjie jadi semakin men-jerit2, karena
begitu Sin Han menggelengkan kepalanya, berarti gigitannya
diperut Kiangjie juga jadi ter-gerak2, sehingga menimbulkan
perasaan sakit sampai terasa tulang2 tubuhnya pada ngilu.
"Kalau engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu,
terpaksa aku akan menghajar hancur batok kepalamu !" kata
imam itu dengar suara yang bengis sekali.
Tetapi Sin Han tidak memperdulikannya.
Koleksi kang zusi.com 146
"Walaupun engkau menghantam pecah batok kepalaku, aku
tidak akan menuruti lagi kata2mu, imam busuk !!" pikir Sin
Han didalam hatinya. Bahkan Sin Han telah merangkul pinggang Kiangjie
semakin kuat, dia takut kalau2 si imam nanti menariknya
terlepas dari Kiangjie. Kiangjie masih men-jerit2 kesakitan, dia kelabakan sekali,
sehingga membingungkan juga imam itu. Dia berpikir keras
untuk memisahkan muridnya dari Sin Han.
"Baiklah !" kata imam itu jengkel sekali, dengan hati yang
gusar. "Karena engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu,
biarlah aku akan menghajar hancur batok kepalamu...!" dan
setelah berkata begitu, imam itu menggerakkan telapak
tangannya, dia bermaksud akan menghantam dengan tenaga
yang diperhitungkan, yaitu dengan pukulan yang akan
membuat Sin Han pingsan saja, tidak sampai menghancurkan
kepala anak itu. Tetapi Sin Han benar2 nekad, walaupun dia telah melihat
imam itu mengayunkan tangannya untuk menghantam
kepalanya, tetap saja Sin Han tidak mau melepaskan gigitannya
pada perut Kiangjie, yang telah menangis meng-gerung2
kesakitan. Telapak tangan imam itu telah meluncur dengan cepat
sekali menyambar kearah batok kepala Sin Han, dan hanya
terpisah beberapa dim lagi.
Tiba2 terdengar suara tertawa geli disertai dengan
perkataan : "Imam jahat...jangan menghina anak kecil !"
Berbareng dengan habisnya perkataan itu, dari balik
sebatang pohon telah melompat keluar sesosok tubuh, dengan
gerakan yang ringan, tahu2 punggung imam itu telah
ditepuknya. Koleksi kang zusi.com 147
Tetapi imam tersebut juga tidak lemah ilmunya, dia
mendengar mendesirnya angin serangan yang tajam. Keruan
saja dia jadi terkesiap hatinya, dengan cepat dia membatalkan
serangannya kepada Sin Han, dan kemudian dia memutar
tangannya itu, yang diteruskan untuk menangkis serangan
lawan gelap itu. "Bukk !" kedua tangan itu telah saling bentur dengan kuat
sekali. Tubuh imam itu tergoncang dan tampak orang yang
melancarkan serangan itupun mengeluarkan suara seruan
tertahan, dan telah melompat mundur sambil tertawa.
"Hebat ! Hebat ! Memang nama Tung Sie Cinjin tidak
kosong...!" Imam itu, yang memang benar Tung Sie Cinjin adanya, jadi
marah sekali, dia melepaskan cengkeramannya pada Sin Han
dan membalikkan tubuhnya mengawasi orang yang baru
datang. Ternyata seorang pengemis berusia diantara enam
puluh tahun, yang pakaiannya compang-camping, tampak
berdiri dihadapannya sambil tersenyum seperti mengejek.
"Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang ?" tegur imam itu,
"Rupanya engkau yang usil dengan urusanku !!"
"Oho, bukan usil, tetapi engkau yang telah main curang,
yang mau menghina seorang anak kecil tidak berdaya lewat
tangan muridmu....Tetapi kau gagal, muridmu itu terlalu
goblok dan tolol, seperti gentong nasi yang setiap hari hanya
bisa gegares saja, maka dari itu, kau sendiri yang akhirnya
ingin menghina anak itu, mencelakainya ! Kalau urusan ini
tersiar keluar didalam kalangan Bu Lim, apakah engkau tidak
takut akan menjadi bahan tertawaan dari para orang gagah ?"
Ditegur begitu oleh si pengemis, muka Tung Sie Cinjin jadi
berobah merah padam. Dia gusar bercampur malu sekali,
Koleksi kang zusi.com 148
sehingga tubuhnya marahnya. telah gemetaran menahan perasaan "Baik ! Baik Sin Kun Bu Tek, aku memang telah lama
mendengar namamu yang sangat terkenal ! Dan juga kita telah
dua kali bertemu, tetapi sayangnya justru kita tidak memiliki
kesempatan untuk mengukur kepandaian ! Kali ini memang
benar2 merupakan kesempatan yang baik sekali, untuk melihat
siapa yang lebih tinggi kepandaiannya diantara kita berdua...!"
Tetapi baru saja Tung Sie Cinjin berkata sampai disitu,
kembali Kiangjie telah men-jerit2 dengan suaranya yang sangat
keras : "A-duhh ! Suhu...tolongi aku dulu...suhu..suhu.... aduhh
tolongi aku dulu suhu...dia menggigit sangat keras sekali..."
Dan sambil ber-teriak2 menangis, Kiangjie juga mengayunkan
kedua tangannya memukuli punggung Sin Han.
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 5 TETAPI Sin Han telah nekad benar, apa lagi sekarang dia
mendengar tadi Tung Sie Cinjin me-nyebut2 Sin Kun Bu Tek,
pengemis tua yang diketahui baik padanya, dengan sendirinya
semangat Sin Han jadi terbangun, dia pun girang si pengemis
yang di-cari2nya itu bisa muncul ditempat ini. Maka bukannya
dia melepaskan gigitannya, dia justru telah menggigit semakin
kuat saja, disamping itu, tangannya juga telah merangkul
pinggang Kiangjie dengan keras tanpa memperdulikan
pukulan2 kalap dari Kiangjie dipunggungnya.
Sin Kun Bu Tek yang melihat kejadian itu telah sengaja
memperdengarkan suara tertawa mengejeknya.
"Hemm, lihatlah muridmu yang goblok dan hanya bisa
gegares itu, telah me-lolong2 seperti anjing yang terjepit !
Koleksi kang zusi.com 149
Padahal dia telah kau didik bertahun-tahun ilmu pukulan dan
ilmu silat, mana itu kepandaian bangpaknya " Hemm,
menghadapi seorang anak sebayanya yang tidak mengerti silat
saja dia sudah tidak sanggup! sebagai seorang guru, kau
terhitung guru macam apa" Muridnya begitu goblok, tentu saja
gurunya juga tolol sekali.... bagaimana kau bisa temberang dan
sesumbar ingin mengadu kepandaian denganku?"
Diejek begitu rupa oleh Sin Kun Bu Tek bukan main
murkanya Tung Sie Cinjin, sehingga dia tidak bisa menahan
kemarahannya itu lagi. Dengan mengeluarkan suara bentakan
yang keras sekali, dia telah menerjang maju. Dan sambil
melompat dia telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk
melancarkan serangan yang sangat hebat pada jurus
pembukaan itu. Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak takut sedikitpun juga, dengan
tenang dia memperhatikan datangnya kedua kepalan tangan
dari imam itu. Waktu kepalan tangan kanan imam itu hampir
sampai dimukanya, pengemis tua ini telah berkelit dengan
memiringkan kepalanya, sedangkan tangan kirinya dipakai
untuk menotok mata imam itu dengan gerakan secepat kilat.
Tentu saja hal ini tidak pernah diduga oleh Tung Sie Cinjin,
sehingga dia mengeluarkan seruan tertahan. Tetapi sebagai
seorang yang pandai dan memiliki kepandaian yang sangat
tinggi, dia tidak menjadi gugup menghadapi keadaan seperti
itu. Cepat sekali dia menarik pulang tangannya, dan kakinya
tahu2 telah menendang beruntun dengan mempergunakan ilmu
tendangan 'Ban-lian-tui" (tendangan selaksa berantai), tampak
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedua kaki Tung Sie Cinjin telah saling samber tidak hentinya,
dan kepalanya juga telah mundur kebelakang sehingga totokan
jari tangan dari Sin Kun Bu Tek jadi bisa diloloskannya dengan
mudah, apa lagi si pengemis juga harus melompat mundur
akibat desakan tendangan2 berangkai yang sangat berbahaya
itu. Koleksi kang zusi.com 150
"Haha, inikah kepandaian istimewa ?" tegur Sin Kun Bu
Tek dengan suara mengejek. "Nah, sekarang kau lihatlah
seranganku ini, aku ingin memperlihatkan sedikit kebodohan !"
Setelah berkata mengejek begitu, tampak Sin Kun Bu Tek
telah menggerakkan kedua kepalan tangannya, yang digerak2kan dengan cepat, sehingga berseliwiran seperti juga
ular2 naga yang me-nyambar2 dengan sasaran yang sulit
diterka. Tung Sie Cinjin jadi kelabakan, dia berulang kali
mengeluarkan suara seruan2 tertahan dan melompat mundur,
karena kedua kepalan tangan Sin Kun Bu Tek itu telah berobah
jadi seperti seratus kepalan tangan yang berseliwiran didepan
mukanya, dan mengancam akan menghantamnya.
Itulah semacam kepandaian yang luar biasa karena Sin Kun
Bu Tek telah berhasil menggerakkan kedua kepalan tangannya
dengan cepat sekali, sehingga menyebabkan kepalan tangan itu
seperti juga berobah menjadi sangat banyak, menyesatkan
sasaran yang diincernya, menyebabkan lawan juga sulit sekali
untuk mengadakan penjagaan terhadap serangan semacam ini,
karena yang pasti lawan tentu bingung akan sasaran dari
serangan itu. Disaat itu, Sin Han masih terus juga menggigit dengan
keras sambil merangkul semakin ketat, sehingga Kiangjie terus
men-jerit2 kesakitan. Tentu saja jeritan2 Kiangjie membuat terpecahnya
perhatian Tung Sie Cinjin, dia sering dikejutkan oleh jeritan
dan teriak kesakitan Kiangjie.
Apa lagi dalam satu jurus permulaan tadi dia telah bisa
melihat bahwa dia masih kalah seurat dengan kepandaian Sin
Kun Bu Tek, walaupun per-tama2 di jurus pendahuluan ini
memang mereka tampak berimbang, tetapi jika nanti telah
Koleksi kang zusi.com 151
bertempur cukup lama, tentu akan berakhir dengan kekalahan
di dirinya. Akibat pecahnya dari pemusatan pikirannya telah membuat
Tung Sie Cinjin tidak bisa bertempur dengan se-baik2nya, dan
membuat dia jadi berada dibawah angin, apa lagi tenaga
lwekangnya masih berada dibawah kepandaian Sin Kun Bu
Tek. Tetapi disebabkan malu, maka imam ini jadi bertempur
terus dengan kalap dan nekad.
Lalu tanpa memperdulikan suatu apapun juga, dia telah
mengeluarkan kepandaian simpanannya, dengan melancarkan
serangan yang beruntun kepada Sin Kun Bu Tek, sehingga
memaksa pengemis itu harus melompat mundur beberapa kali
mengelakkan diri. Tung Sie Cinjin mempergunakan kesempatan disaat tubuh
Sin Kun Bu Tek tengah melompat mundur, dia telah mencabut
pedangnya yang sejak tadi terselip dipunggungnya. Kemudian
dia telah menggerakkan pedangnya itu, untuk menikam dengan
ujung pedang digetarkan. Sin Kun Bu Tek terkejut juga melihat cara menyerang
lawannya itu, karena jurus serangan yang dipergunakannya itu
merupakan jurus yang bisa mematikan.
Dengan cepat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang berlaku lebih
waspada, dia telah memandang dengan sikap yang sangat hati2
sekali, mengawasi mata pedang yang tengah menyambar
kearah dadanya. Sebagai seorang yang telah digelari "Kepalan
Sakti Tanpa Tandingan" tentu saja Sin Kun Bu Tek memiliki
kepandaian yang telah tinggi sekali pada kedua tangannya.
Itulah sebabnya waktu pedang lawannya menyambar datang,
dengan cepat Sin Kun Bu Tek menggerakkan tangan kanannya
kesamping kanan, lalu tahu2 jari tangannya akan menjepit
badan pedang itu. Koleksi kang zusi.com 152
Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat dan berada
diluar dugaan dari Tung Sie Cinjin. Sehingga telah membuat
Tung Sie Cinjin mengeluarkan seruan kaget dan cepat2
menarik pulang pedangnya, agar tidak terjepit oleh jari tangan
lawannya, tetapi Tung Sie Cinjin jadi mengeluarkan keringat
dingin. Jika tadi pedangnya dapat dijepit, tentu dia akan mengalami
kesulitan yang tidak kecil. Disamping itu juga, dia terkejut
untuk liehaynya tangan Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek kembali melancarkan serangan kepada si
imam, waktu Tung Sie Cinjin melompat mundur, dengan cepat
tubuh si pengemis telah doyong kemuka, dia telah membarengi
dengan gempuran kedua kepalan tangannya. Gerakannya itu
agak aneh, karena biasanya jika orang melancarkan serangan
dengan kepalan tangan, tentu dia menyerang dengan jurusan
dari depan menerjang ke lawan. Tetapi justru Sin Kun Bu Tek
menggerakkan tangannya itu dengan jurus yang berlawanan,
yaitu kepalan tangannya itu menyambar dari bawah menuju
keatas. Keruan saja Tung Sie Cinjin jadi heran, dia tidak bisa
tenggelam begitu saja dalam keheranannya itu, sebab jika dia
berlaku lambat sedikit saja, tentu dadanya, tepat dijalan darah
Mia-liu-hiatnya akan menjadi sasaran yang empuk.
Dengan cepat pedang ditangan kanannya diputar seperti
titiran, dan tangan kirinya mengibas kearah Sin Kun Bu Tek.
Titiran pedangnya yang cepat sekali dan memancarkan
hawa dingin, membuat Sin Kun Bu Tek menarik kembali
kedua tangannya, sebab jika meneruskan serangannya itu,
berarti kedua tangannya itu akan menjadi sasaran pedang dan
bisa buntung. Koleksi kang zusi.com 153
Ketika Sin Kun Bu Tek menarik pulang tangannya, disaat
itu juga dia merasakan samberan angin dari tangan kiri si
imam, sehingga membuat dia jadi sibuk untuk menangkisnya.
Tenaga dalam Sin Kun Bu Tek memang menang seurat
dengan tenaga dalam yang dimiliki Tung Sie Cinjin, maka
waktu dua kekuatan tenaga itu saling bentur tubuh Tung Sie
Cinjin jadi terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek tidak terdorong sedikitpun juga
dari tempat berdiri, dia berdiri tegak tanpa bergeming.
Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek, dia telah berkata dengan dingin, "Mana
kepandaianmu yang berarti " Semua kepandaian yang tadi
kaukeluarkan merupakan jurus2 bangpak yang tidak memiliki
arti apa2 ! Jika aku mau, dalam sekejap mata saja, dengan
membalikkan telapak tangan, aku bisa mengirim kau pergi
menemui kakek moyangmu !" Itulah ejekan yang hebat, karena
si pengemis ingin mengartikan bahwa dia bisa saja
membinasakan imam itu dengan mudah, dengan mengirim
Tung Sie Cinjin ke neraka menemui kakek moyangnya .... !
Kumis dan jenggot Tung Sie Cinjin jadi bergerak gerak
menahan amarah, dia sampai lompat berjingkrak dengan
disertai teriakan kalap. Tetapi waktu dia mau melompat menerjang kepada si
pengemis kembali dia mendengar Kiangjie telah menjerit jerit
kesakitan, sebab perutnya masih belum dilepas dari gigitan Sin
Han. Mendengar suara jeritan muridnya itu, Tung Sie Cinjin jadi
semakin gusar, dengan cepat dia membatalkan maksudnya
menerjang Sin Kun Bu Tek, dia telah melompat ke dekat
muridnya, dan pedang ditangan kanannya itu digerakkan akan
menabas ke batang leher Sin Han !
Koleksi kang zusi.com 154
"Ihhh !" Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan seruan kaget,
karena dia tidak menyangka bahwa Tung Sie Cinjin bisa
melakukan perbuatan keji dan hina seperti itu, ingin
membinasakan seorang anak kecil seperti Sin Han dengan cara
yang demikian rendah. Untuk melompat mencegah maksud Tung Sie Cinjin, jelas
sudah tidak lagi, karena Sin Kun Bu Tek terpisah ditempat
yang cukup jauh. Maka dari itu, dia telah cepat2 menendang
sebutir batu didekat kakinya dengan mempergunakan ujung
kaki, batu itu telah tertendang menyambar kearah pedang Tung
Sie Cinjin. "Tringggg ....!" pedang itu telah terbentur oleh batu yang
ditendang Sin Kun Bu Tek dengan keras, sehingga tergetar
mengeluarkan suara mengaung, maka sasaran pedang Tung Sie
Cinjin jadi berobah arah.
"Imam hina-dina ... !" bentak Sin Kun Bu Tek sambil
melompat membarengi dengan tendangan pada batu kerikil itu,
maka belum lagi Tung Sie Cinjin sempat mengulangi tabasan
pedangnya pada diri Sin Han, disaat itu kepalan tangan Sin
Kun Bu Tek telah menyambar ke punggungnya, memaksa
Tung Sie Cinjin harus mengelakkan diri dengan melompat sejauh empat tombak dari tempat Sin Han berada.
Justru begitu, tampak Kiangjie telah men-jerit2 kesakitan
lagi, dia sudah tidak memperdulikan keadaan gurunya yang
tengah terdesak oleh Sin Kun Bu Tek, Kiangjie telah berteriak2 : "Aduhhh...suhu tolong...tolong suhu ! Sakit
sekali...setan kecil ini, eh toako, jangan gigit terus, lepaskan,
aku akan menuruti perintahmu...tolonglah aku jangan menyiksa
aku demikian rupa...!"
Sambil menangis seperti itu, tampak Kiang jie telah teraduh2 tidak memukul lagi, karena dia ingin meminta belas
kasihan dari Sin Han. Koleksi kang zusi.com 155
Tetapi Sin Han tetap menggigit, dan merangkul kuat2, dia
memang tidak mau melepaskan gigitannya itu karena Sin Han
menyadarinya jika saja dia melepaskan gigitan dan
rangkulannya itu, tentu Kiangjie akan menghantami lagi muka
dan tubuhnya seperti tadi.
Sin Kun Bu Tek jadi tertawa geli sendirinya melihat
keadaan murid Tung Sie Siangjin. Dia telah berkata dengan
suara nyaring, "Eh kerbau kecil sekarang kau coba
bilang......jika memang engkau mau menjadi budak dari engko
kecil itu, gigitan itu akan kuperintahkan lepas ....!"
"Mau ! Mau ! Aduhhhh ! Sakit ! Sakit sekali !" teriak
Kiangjie dengan bercucuran air mata karena dia menahan
Koleksi kang zusi.com 156
perasaan sakit yang bukan main. "Aku akan menuruti semua
perintah dari engko kecil ini .. !"
"Benar janjimu itu ?" tanya Sin Kun Bu Tek.
"Benar......aku tidak akan ingkar !" kata Kiangjie dengan
suara sesambatan. "Baiklah ! Sebagai tanda bahwa engkau akan menuruti
setiap perintah dari engko kecil itu, sekarang coba engkau maki
si imam tua keparat itu, katakan dia dengan makian yang sehebat2nya, semakin hebat makianmu semakin baik dan
semakin cepat pula aku perintahkan engko kecil itu untuk
melepaskan gigitannya !!"
Kiangjie tengah kesakitan bukan main, tetapi mendengar
dia diminta untuk memaki gurunya, dia jadi kaget sendirinya.
Untuk sejenak dia tertegun, tetapi kemudian dia telah ter-aduh2
kembali. "Mengapa engkau tidak segera memaki ?" tegur Sin Kun
Bu Tek dengan suara mengejek. "Semakin lama engkau tidak
memaki, semakin lama pula engkau tersiksa dan menderita
kesengsaraan seperti itu ! Ayo cepat maki imam tua bangka
itu..!" kata2 Sin Kun Bu Tek itu disertai dengan suara
tertawanya yang nyaring, dia tidak memperdulikan Tung Sie
Cinjin yang berdiri dengan tubuh gemetar karena menahan
amarahnya yang me-luap2, si imam merasakan dadanya seperti
mau meledak. Kiangjie tidak tahan terus menerus perutnya digigit seperti
itu. Maka dia telah mengeluarkan suara makiannya:
"Imam..imam busuk...aku benci padamu tidak bisa menolongi
aku !! Aku benci..!"
Dada Tung Sie Cinjin seperti mau meledak, dia sampai
merasakan telinganya merah panas dan kumis maupun
jenggotnya telah berdiri.
Koleksi kang zusi.com 157
"Murid murtad.." dia memaki dengan suara gemetar.
"Itulah makian yang cukup baik, tetapi tidak begitu hebat !
Ayo maki lagi !" perintah Sin Kun Bu Tek, pengemis tua yang
nakal itu. "Sin Han, gigit yang lebih keras kalau dia tidak mau
memaki lebih hebat !"
Sin Han mengiyakan, dia menggerakkan giginya, sehingga
Kiangjie merasakan gigitan diperutnya itu semakin sakit saja.
Dia sampai menjerit ter-aduh2 dengan suara yang
melengking nyaring. Disaat itu, sebetulnya Kiangjie tengah ragu2 untuk memaki
pula, karena walaupun bagaimana dia menghormati dan juga
merasa takut kepada gurunya itu. Kemudian dia telah berkata
dengan menangis ter-isak2 : "Lebih baik ... lebih baik bunuh
saja aku ... jangan menyiksa aku begini !" dan waktu dia
berkata sampai disitulah, justru Sin Han tengah menggerak2kan giginya, sehingga menimbulkan perasaan pedih
diperut imam kecil itu, yang membuat dia menjerit me-raung2.
Tung Sie Cinjin melihat muridnya tersiksa begitu rupa,
sudah tidak bisa mempertahankan kemarahannya lagi, dia
mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali, dan
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan
cepat sekali menerjang kearah Sin Han, yang maksudnya akan
ditikam dengan pedangnya.
Tetapi Sin Kun Bu Tek sangat waspada sekali, melihat
gerakan yang dilakukan Tung Sie Cinjin, dia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek, "Dasar imam tidak tahu
diri .. !" dan tubuh Sin Kun Bu Tek telah bergerak menyusul
imam itu, bahkan waktu tubuhnya tengah melayang seperti itu,
tangan kanannya telah bergerak dengan cepat sekali
menghantam ke punggung imam itu.
Koleksi kang zusi.com 158
Serangan yang dilancarkan Sin Kun Bu Tek merupakan
serangan yang luar biasa, angin berkesiuran sangat kuat sekali,
Tung Sie Cinjin sendiri merasakan betapa angin itu menyambar
dengan hebat ke punggungnya. Dengan sendirinya dia jadi
terkesiap juga, karena Tung Sie Cinjin menyadarinya bahwa
serangan yang dilancarkan oleh Sin Kun Bu Tek tidak dapat
diremehkan. Dia telah membatalkan tikamannya kepada Sin
Han, kemudian memutar tubuhnya mengayunkan pedangnya
dengan cara melingkar, akan menabas perut dari si pengemis
tua yang nakal itu. Gerakan yang dilakukan oleh Tung Sie Cinjin merupakan
salah satu jurus berbahaya dari ilmu pedangnya, karena dia
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melancarkan tabasan tanpa tanggung2 lagi.
Tetapi Sin Kun Bu Tek juga memiliki kegesitan dan
kepandaian yang telah tinggi, sehingga dia bisa menghadapi
tabasan itu dengan baik. Waktu pedang berkelebat kearah perutnya secepat kilat si
pengemis tua itu telah menyentil badan pedang dengan
mempergunakan jari telunjuknya, sehingga menimbulkan suara
"Tringggg..!" yang sangat nyaring.
Pedang ditangan Tung Sie Cinjin telah melejit kesamping
terkena sentilan itu, dan hampir terlepas dari cekalan tangan si
imam. Tung Sie Cinjin sendiri telah mengeluarkan suara seruan
kaget berbareng gugup juga karena hampir saja pedangnya
terlepas dari cekalannya dan yang terpenting sekali justru
pedang itu terpental menyambar kearah mukanya sendiri..!
Cepat2 dia memiringkan kepalanya, sehingga dia bisa
menghindari samberan pedangnya, yang hampir saja terjadi
senjata makan majikan......
Koleksi kang zusi.com 159
Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek, "Hemmmm, memang sejak semula aku telah
menduga bahwa Tung Sie Cinjin hanyalah seekor kerbau
dungu yang pintar menghina anak2 kecil saja ..... ! Ternyata
dugaanku itu tidak meleset......!" dan setelah berkata begitu, si
pengemis tua tersebut tertawa ber-gelak2 dengan suara yang
sangat nyaring sekali. Dengan gusar Tung Sie Cinjin menyerang sekaligus dengan
mempergunakan empat jurus yang menyambar saling beruntun,
sehingga pedangnya itu ber-gerak2 dengan gerakan yang
berbahaya sekali. Maka dari itu Sin Kun Bu Tek tidak berani main2 lagi
menghadapi serangan seperti itu, dia telah berusaha
menghadapinya dengan ber-sungguh2, karena dia merasakan
samberan pedang justru menyambar ke bagian2 yang sangat
berbahaya ditubuhnya. Waktu itulah, cepat luar biasa tampak Sin Kun Bu Tek
menggunakan kegesitan tubuhnya untuk berkelit kekiri dan
kekanan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, disamping
itu kedua tangannya juga telah berseliwiran menyambar kearah
Tung Sie Cinjin. Gerakan tangannya itu sangat dahsyat sekali,
sebagai seorang pendekar gagah perkasa yang telah terkenal
dengan julukan Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya kepalan
tangan si pengemis merupakan kepalan tangan maut, jika
lawannya terkena satu kali saja serangan kepalan tangan Sin
Kun Bu Tek, jika dia tidak segera tewas, tentu dia akan
menderita luka berat didalam....
Kembali keduanya terlibat dalam pertarungan yang seru.
Disaat itu Kiangjie kembali ber-teriak2 kesakitan,
teriakan2nya itu telah membuat Tung Sie Cinjin jadi kelabakan
juga. Walaupun dia tidak ingin memperhatikan suara teriakan2
dari muridnya itu, tetapi pemusatan pikirannya tetap saja
Koleksi kang zusi.com 160
terpecahkan, sehingga setiap serangan pedangnya selalu
mengalami kegagalan. Sin Kun Bu Tek juga sering mentertawai dan mengejeknya,
sehingga ketenangan dari Tung Sie Cinjin semakin berkurang.
Harus diketahui kalau seorang jago sedang bertempur, jika
ketenangannya berkurang dengan sendirinya kepandaiannya itu
seperti menurun seberapa bagian !!
Tung Sie Cinjin juga mengetahui pantangan terutama dalam
bertempur itu, yaitu tidak boleh lenyap ketenangan diri. Maka
dia telah berusaha untuk memulihkan kembali ketenangan
hatinya, selalu gagal, karena suara jerit2 kesakitan dari
Kiangjie selalu mengganggu pemusatan pikirannya.
Lebih2 disaat itu Kiangjie juga mulai memaki maki Tung
Sie Cinjin dengan kata2 yang kotor dan hebat2, seperti : "Guru
bangsat, guru tidak tahu adat, pantes saja kau digebuk oleh
pengemis itu .... engkau memang harus mampus ! Engkau
imam cabul, imam yang gemar sekali paras cantik, yang hanya
pandai menghina anak kecil, imam yang bisa makan saja ....
lihat saja aku sebagai muridmu, engkau tidak bisa mendidik
aku untuk menjadi seorang yang memiliki kepandaian yang
bisa diandalkan...kenyataannya justru jadi tersiksa! Tahu
begini, lebih baik aku tidak mempelajari ilmu silat...!"
Dan banyak lagi makian2 hebat yang dilontarkan Kiangjie
kepada gurunya. Sang murid ini demikian nekad, karena dia sudah tidak bisa
menahan perasaan sakit diperutnya, akibat gigitan Sin Han
yang semakin kuat. Tung Sie Cinjin merasakan dadanya seperti mau meledak,
karena dia merasakan darahnya meluap sampai keujung
kepalanya. Tetapi dia tetap berusaha menenangkan hatinya,
walaupun berulang kali konsentrasi dirinya gagal pula.
Koleksi kang zusi.com 161
Kenyataan seperti inilah telah membuat Sin Kun Bu Tek
semakin men-jadi2 melontarkan ejekan2 kepada imam itu
untuk membangkitkan kemarahannya.
"Hahaha, maka dari itu aku menasehati agar engkau hati2
melatih diri, jika belum yakin bahwa dirimu memiliki
kepandaian yang tinggi, jangan sekali2 sok menjadi guru dan
mengambil murid ! Lihatlah hasilnya sangat mengecewakan
sekali !" Diejek pulang pergi seperti itu, Tung Sie Cinjin tidak bisa
menahan kemarahannya lagi, dengan mengeluarkan suara
teriakan kalap, dia telah menyerang si pengemis secara
membabi buta, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya lagi.
Sin Kun Bu Tek semakin girang, karena dia melihat
usahanya membikin marah Tung Sie Cinjin telah berhasil. Dia
melihat bahwa Tung Sie Cinjin mulai kehilangan
keseimbangan tubuhnya, karena dia terlalu mementingkan
penyerangannya dari pada pembelaan dirinya, maka banyak
sekali lowongan2 yang terdapat di diri Tung Sie Cinjin.
Dengan mempergunakan kepalan tangannya dalam suatu
kesempatan, tampak Sin Kun Bu Tek telah melancarkan
pukulan tangannya ke bahu lawannya.
Bukkkkkkkk! tubuh Tung Sie Cinjin telah jatuh terpental
kedepan. Di saat itulah Sin Kun Bu Tek tidak memberikan
kesempatan lagi kepada lawannya, dia telah mencecar
lawannya dengan pukulan2 yang dahsyat.
Tetapi Tung Sie Cinjin merupakan salah seorang tokoh
yang memiliki kepandaian cukup tinggi, sehingga dia masih
bisa mempertahankan diri.
"Engkau mau menyerah atau tidak ?" bentak Sin Kun Bu
Tek dengan suara mengejek.
Koleksi kang zusi.com 162
Muka Tung Sie Cinjin jadi merah padam, walaupun
bagaimana, dia mana bisa diperhinakan sedemikian rupa.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras
sekali, pedangnya menyambar dengan hebat sekali, berkelebat2 di empat penjuru.
Serangan Sin Kun Bu Tek sementara bisa dibendung
dengan pedangnya itu. Kiangjie yang melihat walaupun dia telah memaki2 hebat
gurunya, namun masih juga gigitan Sin Han tidak dilepaskan,
telah berteriak sambil menangis : "Eh pengemis bau apakah
engkau tidak menepati janjimu ! Lihatlah, apakah anak ini mau
menuruti perkataanmu .... dia belum mau melepaskan
gigitannya..." "Hahahaha," tertawa si pengemis tua itu dengan suara yang
nyaring sekali, dia telah berkata dengan suara yang datar :
"Kau tanyakan saja langsung kepada anak kecil itu, apakah dia
bersedia untuk membebaskan engkau dari gigitannya itu ....!"
Mendengar perkataan pengemis itu, tentu saja membuat
Kiang-jie jadi kecewa sekali, sehingga dia jadi menangis
meng-gerung2. Si pengemis tua she Lo itu telah tertawa lagi dengan suara
yang panjang. "Eh imam tua busuk, apakah engkau tidak bisa mengajar
murid " Lihatlah muridmu itu sudah tidak tahu malu menyembah2 orang lain dan men-dewa2kan musuh untuk memaki
hebat kepada gurunya yang dianggap sebagai gentong
kosong......! Mana kewibawaanmu ?"
Tetapi Tung Sie Cinjin sudah tidak mau memperdulikan
lagi ejekan si pengemis. Dia telah berseru keras dan melancarkan serangan2 dengan
pedangnya secara kalap. Koleksi kang zusi.com 163
Cara bertempur dari imam ini membuat Sin Kun Bu Tek
akhirnya jadi kelabakan juga, karena dia melihat bahwa
lawannya dalam keadaaan nekad sudah tidak mengacuhkan
keselamatan dirinya lagi, setiap tusukan pedangnya merupakan
serangan yang mengajak musuhnya untuk gugur ber-sama2.
Tentu saja si pengemis Lo Ping Kang tidak mau jika harus
binasa ber-sama2 dengan imam itu.
Buru2 Lo Ping Kang telah merobah cara bertempurnya, dia
melompat mundur beberapa tombak, kemudian berdiri bertolak
pinggang menghadapi imam itu, diapun telah berkata dengan
suara yang dingin : "Bagaimana " Apakah engkau ingin
melanjutkan pertempuran ini atau memang engkau menyerah
kalah saja ?" Ditanya begitu, si imam telah menjawab dengan getir :
"Lebih baik aku mati bersamamu daripada harus menyerah !"
sahutnya. Dan dengan cepat sekali pedangnya telah
menyambar lagi secara beruntun, sehingga terdengar suara
"Sringggg....!" yang nyaring dan pedang itu menyambar kearah
tenggorokan Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek melompat mundur terus menerus, bagaikan
seekor kucing tengah mempermainkan tikus.
Tung Sie Cinjin jadi semakin kalap saja, dia terus menerus
me-lompat2 melancarkan serangan sambil ber-teriak2
penasaran. Dalam soal ketenangan, tentu saja si pengemis tua itu yang
menang, karena justru dia yang sedang mempermainkan
lawannya. Tetapi Tung Sie Cinjin memiliki ilmu pedang yang
cukup hebat, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek tidak berani
bertempur dalam jarak yang dekat, karena dalam keadaan kalap
dan tidak memperdulikan keselamatan diri dan jiwanya tentu
saja setiap serangan yang dilancarkan oleh Tung Sie Cinjin
sangat berbahaya sekali. Koleksi kang zusi.com 164
Disaat itu Kiangjie rupanya sudah tidak sanggup bertahan
terus terhadap gigitan diperutnya yang sakit luar biasa, dia
telah jatuh pingsan. Sin Han yang sedang menggigiti perut Kiangjie waktu
merasakan tubuh orang itu terkulai lemas tidak bertenaga, dia
menduga Kiangjie tentu telah pingsan, maka perlahan lahan dia
telah melepas rangkulan tangannya dari tubuh imam kecil itu
lalu rubuh ke tanah, waktu tubuh si imam cilik itu terjungkel,
Sin Han telah melepas gigitan pada perut imam itu.
Dia melihat betapa perut si imam kecil berlumuran darah,
dan waktu Sin Han menyusutnya, mulut itu juga telah
berlumuran darah. Sin Han jadi bergidik sendirinya. Kiangjie kuatir nanti mati,
berarti dia jadi pembunuhnya...
Sin Kun Bu Tek yang juga melihat kiangjie telah rubuh
pingsan segera berteriak teriak dengan suara yang nyaring, "Eh
imam bodoh, lihat muridmu benar2 tidak punya guna setelah
puas memaki dirimu, dia tertidur nyenyak...ha ha ha ha !!"
Tung Sie Cinjin jadi tambah gusar saja, tetapi dia tahu
bahwa lawannya telah mancing kemarahannya, untuk
mengurangi ketenangan dirinya. Dia telah berseru keras dan
melancarkan tikaman lagi, waktu Sin Kun Bu Tek meloncat
mundur mengelakkan diri, Tung Sie Cinjin tidak mengejarnya,
dia berdiri mengatur jalan pernapasannya, untuk memulihkan
ketenangan hatinya, menjernihkan otaknya dan juga berusaha
mengendalikan lwekangnya yang mulai kacau balau itu. Dia
adalah seorang akhli lwekhe tenaga dalam, dengan sendirinya
dia memiliki lwekang yang tinggi, maka jika dia marah dan
lupa diri, sehingga lwekang itu berbalik menghantam dirinya,
tentu saja ini sangat berbahaya sekali, berarti dia akan
menerima bencana yang tidak kecil....
Koleksi kang zusi.com 165
Waktu Tung Sie Cinjin berdiam diri begitu, Sin Kun Bu
Tek telah melambaikan tangannya memanggil Sin Han :
"Kemari kau !" Sin Han cepat2 menghampiri si pengemis, tangan anak itu
dicekel oleh si pengemis, kemudian Sin Kun Bu Tek menoleh
kepada Tung Sie Cinjin sambil berkata : "Baiklah, sekarang
kita akhiri pertemuan ini sampai disini saja.... dilain
kesempatan nanti kita bertemu lagi...!"
Setelah begitu, dengan cepat si pengemis menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah melompat keatas dinding kuil dan
mencelat pergi seperti bayangan saja.
Tung Sie Cinjin yang menyadari dia tidak mungkin bisa
merubuhkan pengemis itu tidak mengejarnya, hanya saja dia
telah berseru dengan suara yang sangat keras : "Dilain waktu
aku akan mencarimu, Sin Kun Bu Tek !"
"Aku selalu siap menanti kedatanganmu," Sahut Sin Kun
Bu Tek sambil berlari pergi, dalam sekejap mata saja suara si
pengemis telah terdengar jauh. Hal itu memperlihatkan bahwa
pengemis tersebut telah pergi jauh........
Sin Han yang dicekal tangannya oleh Sin Kun-Bu Tek
merasakan tubuhnya terangkat lalu terapung apung dimana
angin berseliwiran menyambar nyambar telinga dan mukanya.
Angin itu berkelisiran keras sekali, menunjukkan Sin Kun
Bu Tek berlari lari dengan cepat sekali.
Setelah berlari lari cukup lama dan telah mencapai tempat
yang jauh terpisah dengan kuil Tung Sie Cinjin, Sin Kun Bu
Tek berhenti berlari, dia menurunkan Sin Han.
"Lojinke, aku kuatir memikirkan kau beberapa hari ini !"
kata Sin Han begitu cekalannya dilepaskannya. "Kau
menghilang begitu saja."
Koleksi kang zusi.com 166
Sin Kun Bu Tek tertawa renyah, dia menyahuti : "Kau
duduklah disitu, kita beristirahat dulu disini, nanti aku
ceritakan mengapa aku meninggalkan kau seorang diri selama
dua hari ini..." Sin Han menuruti perintah si pengemis, dia telah duduk
dibawah sebatang pohon! Si pengemis juga duduk disamping Sin Han, dia mulai
bercerita : "pagi itu, seperti biasa aku ingin mencari makanan ...
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetapi dengan tidak terduga aku telah bertemu dengan seorang
penjahat pemetik bunga..."
"Penjahat pemetik bunga ?" Sin Han heran. "Apakah
bungapun ada pencurinya ?"
Sin Kun Bu Tek tersenyum lebar, "Penjahat pemetik bunga
adalah seorang penjahat yang senang mengganggu anak istri
orang, tegasnya wanita2 cantik...yang selalu dirusak
kesuciannya..." ''Dirusak kesuciannya ?" tanya Sin Han, bingung lagi.
"Apakah dipukul pantatnya atau dihina oleh penjahat itu ?"
Mendengar pertanyaan Sin Han yang terakhir, pengemis itu
telah menggelengkan kepala sambil garuk2 kepalanya yang
tidak gatal, dia telah berkata, "Ah, sulit sekali aku
menjelaskannya, bagaimana ini harus dijelaskan .. ?"
Sin Han tertawa melihat sikap pengemis itu.
"Sudahlah lojinke, teruskan ceritamu, walaupun aku tidak
mengerti apa maksudnya dirusak kesuciannya itu, tetapi yang
terpenting sekarang aku telah berkumpul dengan lojinke lagi..."
"Ya, waktu itu kebetulan sekali aku melihat penjahat itu
seorang pemuda yang tentu saja tampan memasuki sebuah
rumah makan, aku mengenali dia sebagai pejahat pemetik
bunga, karena itu dengan adanya dia di kota ini, aku yakin
tentu dia tengah mengincar korbannya pula ... maka aku
Koleksi kang zusi.com 167
menantikan sampai dia selesai sarapan dan meninggalkan
rumah makan, aku menguntitnya terus......ternyata dia
menginap disebuah rumah penginapan yang cukup mewah !
Sebetulnya saat itu aku bermaksud kembali untuk
memberitahukan kepadamu, tetapi kupikir nanti kehilangan
jejaknya dan jadi repot. Tentu akan terjadi seorang korban yang
jatuh ditangannya maka dari itu aku telah membatalkan
maksudku itu aku telah menantikan saja dimuka rumah
penginapan itu sampai langit mulai menjadi gelap. Rupanya
penjahat cabul itu menantikan waktu menjelang tengah malam,
dia enak2an tertidur nyenyak ketika menjelang tengah malam,
benar saja, dari sebuah jendela kamar di rumah penginapan itu
telah melompat keluar sesosok tubuh ..."
"Bagaimana Lojinke dapat melihat sosok bayangan itu
keluar dari sebuah jendela kamar?" tanya Sin Han heran.
"Karena aku bercokol diatas genting, aku telah mengawasi
setiap kamar dari rumah penginapan tersebut. Dan menjelang
tengah malam itulah aku melihat sipenjahat pemetik bunga itu
telah keluar dari rumah penginapan tersebut. Dia memiliki
ginkang yang cukup sempurna, karena dia telah mengambil
jalan diatas genting dan berlari dengan cepat menuju ke utara,
maka aku segera mengikutinya .... disaat itu tentu saja aku
mengikutinya tanpa menimbulkan kecurigaan padanya,
sehingga dia tidak mengetahui bahwa aku mengikutinya aku
telah mengikuti terus dengan leluasa... ternyata penjahat
pemetik bunga itu telah menuju ke sebuah gedung yang cukup
besar dan mewah, disaat itulah aku menyaksikan dia menyilap
kedalam gedung itu lewat tembok dan kemudian berdiam
disamping jendela kamar. Dia telah mengintai dan
mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyalakan
sepasang dupa tidur, dibakarnya sehingga asap yang harum
memenuhi tempat itu, ketika itu aku telah gusar bukan main,
dan aku ingin menerjangnya untuk menghajarnya, tetapi aku
tidak mau mengejutkan pemilik gedung ini maka aku berdiam
Koleksi kang zusi.com 168
diri saja, untuk mengawasi sejenak lamanya. Hanya waktu
penjahat cabul itu ingin beraksi, aku telah menimpukkan
sebutir batu untuk mengalihkan perhatiannya dan
memancingnya keluar dari gedung itu......"
"Tampaknya penjahat itu menjadi terkejut sekali, dia
mengeluarkan seruan tertahan dan telah mengawasi
sekelilingnya dengan muka yang bengis."
"Aku sengaja memperdengarkan suara tertawa kecil, agar
dia mendengarnya. Dan seperti yang kuduga, tiba2 penjahat itu
telah menjejakkan kakinya, dia berusaha untuk mengejar aku.
Aku memperdengarkan lagi suara tertawa yang keras dan
berlari-lari menjauhi gedung itu. Aku memancingnya sampai
diluar kota. Setelah itu barulah aku menghajarnya...sampai dia
terkencing-kencing dan memohon pengampunan..."
Sin Han tertawa mendengar cerita si pengemis yang
dianggapnya sangat jenaka itu. Dia telah bertanya lagi : "Lalu
bagaimana Lojinke ?" tanya Sin Han.
"Tetapi rupanya penjahat cabul itu ada gurunya, yang
membelanya, kebetulan sekali gurunya melihat muridnya itu
kuhajar terkencing kencing, maka dia telah menyerbu dan melancarkan serangan kepadaku dengan sendirinya hal ini
membuat aku jadi sengit dan melabrak juga gurunya. Tetapi
guru si penjahat cabul itu cukup tinggi kepandaiannya, kami
bertempur satu hari satu malam, barulah aku berhasil
merubuhkannya .... waktu aku kembali ke rumah penginapan,
justru aku tidak melihat lagi, rupanya engkau telah pergi
meninggalkan kuil rusak itu ....!" Sin Han tersenyum.
"Memang aku menantikan Lojinke cukup lama, setelah
melewatkan satu malam lagi, keesokan paginya aku pun
meninggalkan kuil itu ....!" kata Sin Han kemudian, "Lalu
bagaimana Lojinke mengetahui bahwa aku dibawa oleh imam
jahat itu ?" Koleksi kang zusi.com 169
"Tentu saja aku mencarimu dengan hati yang kesal, karena
engkau tidak mau menantikan....!" kata si pengemis tua she Lo
dengan disertai suara tertawa. "Aku ingin sekali
menempilingmu saat itu...aku mencarinya kemana mana, dan
secara kebetulan aku melihat kau ribut dengan imam itu maka
aku bersembunyi dan menyaksikan semua itu. Aku telah
mengikuti sampai dikuilnya, dan waktu melihat kau terancam
bahaya, sengaja aku menggertak dan mempermainkan imam
itu....!" Mendengar cerita Pengemis itu, Sin Han tertawa terpingkal
pingkal, dia anggap si pengemis ini walaupun usianya telah
lanjut, kenyataannya dia sangat jenaka sekali.
"Lain kali kau tidak boleh keluyuran seorang diri !" kata si
pengemis kemudian. "Bukankah lojinke yang telah meninggalkan aku seorang
diri ?" tanya Sin Han kemudian.
"Mungkin ...mungkin begitu !" sahut si pengemis jadi
gelagapan ditanggapi oleh Sin Han.
Sin Han tertawa. "Masih untung lojinke berhasil menolongi aku, jika tidak,
tentu aku telah mati disiksa oleh tojin itu."
Si pengemis Sin Kun Bu Tek telah mengangguk
membenarkan, dan disaat itu dia telah berkata lagi :
"Seharusnya, mulai hari ini engkau mempelajari sedikit2 ilmu
silat, agar bisa kau pergunakan untuk menghadapi orang2 yang
menghinamu ........!"
Tetapi ..... Sin Han jadi tertegun waktu disinggung harus
mempelajari ilmu silat. "Tetapi kenapa ?" tanya si pengemis tua she Lo sambil
mengawasi. Koleksi kang zusi.com 170
Sin Han tidak menyahuti. Dimatanya segera terbayang kembali peristiwa mengenaskan yang telah menimpa ayah dan dirinya. Ayahnya
memang mengerti ilmu silat, dan justru karena mengerti ilmu
silat, akhirnya telah bermusuhan dengan seseorang, sehingga
dia akhirnya dibinasakan oleh anak buah musuhnya itu.
"Kenapa engkau tampaknya keberatan sekali mempelajari
ilmu silat ?" tanya Sin Kun Bu Tek mendesak.
"Aku sebenarnya tidak ingin mempelajari ilmu silat,
lojinke...!" menyahuti Sin Han.
"Eh ?" Sin Kun Bu Tek jadi tercengang heran. "Mengapa
begitu ?" "Karena...karena..."
"Karena apa?" desak si pengemis.
"Yang telah kusaksikan, setiap orang yang mengerti ilmu
silat, tentu memiliki musuh !"
"Eh, mengapa begitu ?"
"Seperti ayahku, karena dia mengerti ilmu silat, maka dia
telah terbinasakan oleh lawan2nya ...dan seperti Tung Sie
Cinjin, dia mengerti ilmu silat, tetapi akhirnya dia dibuat penasaran dan kecewa oleh tekanan Lojinke...!!"
Mendengar perkataan Sin Han, si pengemis telah tertawa
ber-gelak2 dengan suara yang keras.
"Hahaha, engkau ini lucu sekali !" katanya kemudian. "Lalu
apa manfaatnya jika tidak memiliki ilmu silat ! Ayo engkau
katakan, aku ingin mendengarnya...!"
Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah berkata
lagi : "Sebetulnya orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu
saja kemungkinan memiliki musuh sangat kecil sekali...!"
Koleksi kang zusi.com 171
"Hemm, salah besar jika engkau memiliki pikiran seperti
itu...!" kata si pengemis.
"Mengapa begitu ?" tanya Sin Han. "Bisa Lojinke
menjelaskannya ?" "Jika seseorang tidak mengerti ilmu silat lalu bertemu
seseorang yang jahat dan kejam" sehingga orang itu disiksa,
apakah dia bisa memberikan perlawanan?"
Sin Han diam, dia tidak bisa menyahuti. Tetapi kemudian
dengan suara tidak lancar, dia coba menyahuti juga, "Mungkin
bisa juga asalkan kita jangan mencari musuh dan lawan.
Bukankah kita memang tidak memiliki ilmu silat !"
"Enak saja kau bicara !" kata si pengemis sambil tertawa
lagi. "Hmm, salah satu contohnya seperti tadi, waktu engkau
disiksa oleh muridnya Tung Sie Cinjin dan si imam sendiri,
bagaimana kalau tidak ada aku ?"
Ditegur begitu, Sin Han benar2 mati kutu tidak bisa
memberikan penyahutan. "Nah anak, engkau telah mengalami sendiri, walaupun
engkau tidak bermaksud bermusuhan dengan orang2 tetapi
manusia2 jahat didunia ini terlalu banyak sekali. Jika engkau
tidak membekali dirimu dengan kepandaian yang tinggi,
akhirnya engkau sendiri yang akan menjadi bulan2an mereka,
dipermainkan dan bahkan dianiaya ...!"
Setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas lagi,
rupanya dia juga teringat akan pengalamannya sendiri waktu
masih kecil sewaktu dia belum memiliki kepandaian apa2 ...
Sin Han sendiri berdiam diri, dia tengah merenungi
perkataan si pengemis, sampai dia mengangguk ragu2 :
"Baiklah lojinke, tampaknya ilmu silat cukup penting untuk
bekal kita menjaga keselamatan diri ... jika memang lojinke
tidak keberatan, mau juga aku mempelajarinya ...!"
Koleksi kang zusi.com 172
"Haahaha, enak saja kau berkata, anak kecil !" kata si
pengemis. "Untuk mempelajari ilmu silat, engkau harus
memiliki seorang guru. Dan seorang guru tidak bisa diperoleh
begitu saja, harus disertai pengangkatan antara guru dan murid
... mengerti kau ?" Sin Han mengangguk, dia telah bangun berdiri, tahu2 anak
itu telah berlutut dihadapan si pengemis, dia telah
menganggukkan kepalanya tiga kali, sambil panggilnya:
"Suhu, terimalah hormat tecu."
Si pengemis jadi ber-seri2, tampaknya dia girang bukan
main, dia berkata : "Anak yang baik! Arak yang baik !"
katanya. "Engkau harus baik2 mempelajari setiap jurus ilmu
silat yang kuajarkan ! Bangunlah muridku ... mulai saat ini
engkau adalah muridku, Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang. Dan
selama menjadi muridku ini, engkau juga harus baik2 mentaati
peraturan pintu perguruan !" dan setelah berkata begitu, si
pengemis menguraikan pantangan2 bagi seorang murid dari
pintu perguruannya, yaitu dilarang melakukan pekerjaan jahat,
dilarang melakukan perampokan, dilarang mengikuti jejak
penjahat, dilarang melakukan perbuatan2 yang langsung atau
tidak langsung menolong si jahat menindas si lemah.
"Tecu (murid) akan berusaha sebaik mungkin menjadi
orang baik, Lojinke...!" kata Sin Han kemudian memberikan
janjinya, yang mirip2 dengan sumpah. "Jika memang aku
melanggar janjiku ini, biarlah kelak aku mati dengan tubuh
yang tidak utuh dibacok ribuan golok !!"
Senang hati Sin Kun Bu Tek mendengarnya, dia telah
menepuk tangan sambil berseru : "Bagus muridku ! Bagus
muridku !" Kemudian banyak juga wejangan2 dan nasehat2 yang
diberikan Sin Kun Bu Tek kepada Sin Han. Terutama sekali
tentang kehidupan orang2 dikalangan rimba persilatan.
Koleksi kang zusi.com 173
Sin Kun Bu Tek juga menceritakan bagaimana peraturan2
didalam rimba persilatan, karena itu Sin Han kini mulai
mengerti sedikit2 sifat2 orang Bu Lim. Terutama sekali yang
ditekankan oleh Sin Kun Bu Tek adalah kesetia-kawanan
itulah. Sin Han juga berjanji, jika dia telah berhasil mempelajari
ilmu silat, tentu dia akan bertingkah laku baik dan tidak
sembarangan membela orang jahat. Sin Kun Bu Tek jadi girang
sekali, karena hal ini telah memperlihatkan bahwa Sin Han
merupakan bibit yang baik dikemudian hari.
Sin Kun Bu Tek juga percaya bahwa Sin Han jika
memperoleh bimbingan yang baik, tentu kelak akan menjadi
seorang pendekar yang baik, dimana bisa diharapkan Sin Han
akan berdiri digaris keadilan.
Begitulah, dari hari ke hari Sin Han telah diajak berkelana
oleh Sin Kun Bu Tek, tanpa terasa telah lewat hampir dua
bulan, dan selama itu Sin Han memperoleh gemblengan dari
gurunya itu ilmu2 dasar untuk ilmu silat.
Yang diutamakan oleh Sin Kun Bu Tek adalah melatih diri
dalam ilmu tenaga dalam, dan juga dia telah berusaha
memberikan keyakinan kepada Sin Han, dengan mempelajari
ilmu tenaga dalam (lwekang) tentu seseorang bisa mengatur
jalan pernapasannya dengan baik. Dengan menerima pelajaran
dasar seperti itu, tentu saja Sin Han jauh lebih mudah kelak
untuk mempelajari ilmu senjata tajam atau yang terutama
sekali adalah mempelajari ilmu pukulan dari Sin Kun Bu Tek.
Sin Han ternyata memiliki otak yang sangat cerdas sekali,
karena dia bisa menerima pelajaran yang diberikan oleh Sin
Kun Bu Tek dengan mudah. Selama dua bulan itu, dia telah berhasil mempelajari sampai
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tingkat mengatur pernapasan yang dihentikan selama setengah
jam. Dan sebetulnya pelajaran itu bukan hal yang mudah, tetapi
Koleksi kang zusi.com 174
Sin Han dapat melakukannya dengan baik. Dia telah berhasil
menutup pernapasannya hampir mencapai setengah jam !
Tentu saja Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan hasil yang
telah dicapai oleh muridnya itu, jadi girang bercampur kaget.
Sebab walaupun bagaimana dia heran juga melihat muridnya
bisa memiliki bakat yang begitu baik, dan juga memiliki
kecerdasan yang cepat sekali berhasil menangkap setiap
pelajaran yaug diberikan olehnya.
Maka Sin Kun Bu Tek semakin bersemangat untuk
mendidik Sin Han, dia telah berusaha untuk mengembleng
anak ini menjadi seorang pendekar yang gagah perkasa.
Selama hampir dua bulan itupun Sin Han telah melihat
betapa gurunya itu merupakan seorang yang adil bijaksana
karena selalu Sin-Kun Bu Tek banyak melakukan perbuatan2
mulia, menolongi orang2 yang lemah tertindas dari si kuat
tetapi jahat. Tidak jarang Sin Kun-Bu Tek Lo Ping Kang
terlibat dalam suatu pertempuran yang hebat sekali dengan para
penjahat tangguh, tetapi selama itu umumnya Lo Ping kang
berhasil memukul rubuh lawannya.
Sin Han kagum sekali, dia telah melihat betapa gurunya itu
tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tampaknya yang
diutamakan sekali oleh Lo Ping Kang adalah menolong orang
yang tertindas itu. Pagi itu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek tiba dikampung Liu
ho cung, sebuah perkampungan yang tidak begitu besar. Tetapi
penduduk kampung itu cukup padat dan ramai, pertama tama
yang dicari Sin Kun Bu Tek adalah sebuah rumah makan,
dengan mempergunakan kegesitan tubuhnya, dia telah
mengambil jalan melompati dinding belakang rumah makan
itu, dia telah mencuri beberapa macam sayur, makanan kering
dan buah2an. Kemudian si pengemis telah membawa Sin Han
Koleksi kang zusi.com 175
ke sebuah kuil rusak yang ada dimulut kampung, mereka telah
bersantap dengan lahap sekali.
"Lihatlah Sin Han, aku selalu mencuri makanan dari orang2
yang cukup berada dan mampu! Jika soal uang, aku tentu akan
mencurinya dari hartawan kaya raya....mereka memiliki banyak
uang, tetapi belum tentu bersedia menolong si lemah dan si
miskin. Sedangkan makanan, dirumah makan tentu memiliki
makanan yang sangat banyak..! Coba kau memintanya secara
baik2, tentu mereka tidak akan memberikannya, bahkan akan
memaki, mungkin juga memukulmu ! Maka lebih baik kita
mencuri saja...! Itulah ganjaran untuk manusia2 kikir dan jahat
seperti mereka...!" Sambil mengunyah daging kering, Sin Han mengangguk
tersenyum. "Benar suhu... dulu aku masih belum mengetahui, aku
menduga bahwa dengan meminta secara baik2, mereka tentu
akan menaruh belas kasihan kepada kita dan memberikan
sedikit dari makanan yang berlebihan...tetapi aku pun telah
mengalaminya beberapa kali...mengalami pengalaman pahit,
mereka bukannya memberi, bahkan sengaja mengusir dan
memaki aku...!" "Itulah umumnya sifat2 manusia kikir...Maka aku sendiri
selalu mengambilnya sesenang hati saja...karena jika aku
meminta, tentu mereka tidak akan memberikannya !" dan
setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa ber-gelak2
dengan suara yang sangat nyaring, tampaknya dia gembira
sekali. Sedangkan Sin Han telah meneruskan makannya, setelah
kenyang, anak itupun tidur dengan nyenyak disudut ruangan
kuil itu. Rupanya selama ini Sin Han telah terbiasa dengan tata-cara
hidup si pengemis, yang tidak pernah dipusingi segala apapun
Koleksi kang zusi.com 176
juga, yang hanya makan tidur sesenang hati, tanpa mau diliputi
segala persoalan yang tidak penting. Selama dua bulan itupun
tubuh Sin Han lebih gemuk dari saat2 yang lalu.
Tetapi baru saja Sin Han tertidur sejenak, tiba2 dia
tersentak oleh suara sesuatu yang gedubrakan keras sekali
didalam ruangan kuil. Sin Kun Bu Tek yang sedang rebah didekat meja
sembahyang juga terkejut. Waktu dia tengah memejamkan
mata menikmati ngantuknya dengan perut yang telah kenyang
itu tiba2 dia merasakan menyambarnya angin yang keras
sekali, dan dari arah atas genting telah menyambar turun
sebungkah batu yang sangat besar sekali, akan menimpa
tubuhnya. Sebagai seorang jago silat yang memiliki kepandaian telah
tinggi, tentu saja Sin Kun Bu Tek dapat bergerak cepat sekali,
dia telah melompat berdiri dan mengelak kesamping, sehingga
batu itu jatuh ditempat dia tadi tidur dengan mengeluarkan
suara gedubrakan keras sekali.
Sin Han yang terbangun dengan kaget itu masih sempat
melihat betapa Sin Kun Bu Tek dengan gerakan yang cepat
sekali, begitu kakinya menginjak lantai, segera menjejakkan
kakinya dan tubuhnya telah melompat pula ke atas dengan
gerakan yang sangat ringan.
Dia telah menerjang kearah dari mana batu besar itu tadi
jatuh. Segera disusul dengan suara bentakan2 yang sangat nyaring
dari si pengemis, yang telah melancarkan serangan kepada
seseorang. Sin Han cepat2 melompat bangun dan memburu kearah
meja sembahyang. Dia bergidik sendirinya. Coba batu itu
Koleksi kang zusi.com 177
menimpa dirinya, bukankah dia tidak bisa mengelakkan diri"
Dan akan tertimpa mati karenanya.
Disebabkan memikirkan begitu, Sin Han tidak berani
terlalu dekat pada batu itu karena anak ini menduga mungkin
nanti ada batu besar lainnya yang bisa jatuh menimpa dirinya.
Sin Han berlari keluar kuil, dia mengangkat kepalanya
mengawasi kearah genteng kuil, dilihatnya dua sosok tubuh
tengah ber-gerak2 cepat saling tempur.
Sin Han mengenali, salah seorang sosok tubuh itu tidak lain
dari gurunya. Sedangkan lawannya adalah seorang lelaki
berusia diantara lima puluh tahun, memiliki paras yang
menyeramkan, yang saat itu tengah membentak : "Hari ini
adalah hari kematianmu, pengemis busuk! Telah tiga tahun aku
mencari-cari jejakmu, baru hari ini aku berhasil menemuinya !"
dan berulang kali kedua tangannya telah melancarkan serangan
dengan ganas. Tetapi Sin Kun Bu Tek telah memiliki kepandaian yang
tinggi, mana mudah dia dihajar begitu, berulangkali si
pengemis telah mengelakkan diri dari serangan2 lawannya, dan
tidak jarang dia juga balas melancarkan serangan sambil
memperdengarkan suara tertawa mengejek.
"Ciang Ko Sin, empat tahun yang lalu aku pernah
mengampuni jiwamu, tetapi hari ini engkau sengaja
mengantarkan jiwamu lagi !" kata si pengemis dengan suara
yang nyaring. "Maka, manusia jahat seperti engkau, hari ini
tidak boleh dibiarkan hidup terus..."
Dan Sin Kun Bu Tek membarengi perkataannya itu dengan
menggerakkan sepasang tangannya untuk melancarkan
serangan balasan. Gerakan yang dilakukan Sin Kun Bu Tek sangat dahsyat
sekali, setiap tangannya digerakkan, tentu mendatangkan angin
yang berkesiuran sangat kuat mendesak lawannya.
Koleksi kang zusi.com 178
Orang itu yang dipanggil Ciang Ko Sin telah berusaha
memunahkan serangan Sin Kun Bu Tek dengan membalas
menyerang juga, dia telah berkata lagi : "Tiga orang adikku
telah binasa ditanganmu, maka jika hari ini aku tak bisa
membinasakan pengemis tua seperti engkau, biarlah aku tidak
hidup terus ....!" dan membarengi selesainya perkataannya
kembali dia melancarkan serangan2 yang cepat sekali,
mempergunakan tangan kosong juga. Namun hal itu
dilakukannya hanya beberapa jurus saja, setelah lewat belasan
jurus, tahu2 tangan kanannya telah mengambil golok yang
berada di-pinggangnya, mempergunakan senjata tajam itu
untuk melancarkan serangan2 yang beruntun membacok dan
menabas kearah Sin Kun Bu Tek.
Si pengemis mengeluarkan suara tertawa dingin waktu
melihat lawannya telah mempergunakan senjata tajam. Dia
juga berkata mengejek, "manusia rendah seperti engkau, yang
ingin menyerang secara menggelap dengan mempergunakan
batu besar itu mana pantes engkau dilayani olehku ?"
Dan sambil berkata begitu Sin Kun Bu-Tek mengeluarkan
suara seruan yang nyaring sekali, tahu2 kedua tangannya telah
dilintangkan dan didorong kedepan.
Ciang Ko Sin terkejut, dia merasakan tubuhnya diterjang
oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dia terhuyung dan
senjatanya itu hampir terlepas dari pegangannya. Dan belum
lagi dia mengetahui apa2, tiba2 tangan kanan Sin Kun Bu Tek
telah bergerak menerobos maju menggempur dadanya. Si
pengemis kita ini tidak berhenti hanya sampai disitu saja,
diapun telah menggerakkan tangan kirinya, menotok jalan
darah Kiu ho hiat dan ping cie-hiat dari lawannya, seketika itu
juga tubuh terbanting ditanah !
Sin Kun Bu Tek sama sekali tidak berusaha menahan
menggelindingnya tubuh lawannya itu, dia memandangi saja
dengan memperlihatkan senyuman dingin, kemudian dia
Koleksi kang zusi.com 179
menyusul melompat turun kebawah. Dengan mencengkeram
baju dipunggung Ciang Ko Sin, pengemis telah membawanya
ketengah ruang kuil, dilemparkannya tubuh Ciang Ko Sin
keatas lantai. Walaupun dalam keadaan tertotok, tetapi Ciang Ko Sin
tidak memperlihatkan perasaan takut, matanya memandang
mendelik dengan sikap yang bengis.
"Aku telah rubuh kembali ditanganmu, kau ingin
membunuhku, silahkan bunuh, aku tidak takut !" kata Ciang
Ko Sin dengan suara yang nyaring, sedikitpun dia tidak
memperlihatkan perasaan takut.
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin, dia telah mengejek: "Kau
minta mati" Hemmm, tidak semudah itu! Jangan harap kau bisa
memperoleh kematian begitu mudah !"
Lalu si pengemis telah duduk disamping tubuh Ciang Ko
Sin, mengawasi dengan wajah yang jenaka sekali, untuk
mempermainkan orang she Ciang itu. Tangan si pengemis juga
telah melambai memanggil Sin Han yang tengah berdiri
mengawasi saja. "Kemari kau, Han-jie (anak Han) !" panggilnya.
Cepat2 Sin Han menghampirinya, dan si pengemis
perintahkan muridnya itu duduk disampingnya.
"Sin Han !" kata Sin Kun Bu Tek berselang sejenak. "Hari
ini aku akan mengajari engkau ilmu memukul ...!"
"Baik suhu !" mengangguk Sin Han.
"Jurus yang pertama haruslah dilakukan dengan gerakan
yang perlahan, ilmu pukulan ini mengandalkan kesabaran dan
ketenangan, dinamai "Sin Kun Eng Jiauw" atau "Pukulan
Rajawali". Waktu Sucouw (kakek guru)-mu menciptakan ilmu
pukulan ini, dia telah melihat sepasang burung rajawali yang
tengah bertempur, dia melihat bagaimana cara mencengkeram
Koleksi kang zusi.com 180
sepasang burung rajawali itu, dan bagaimana binatang2 itu
menggerakkan sayap mereka saling kibas dan saling pukul,
sampai akhirnya Sucouwmu itu memiliki serupa ingatan untuk
menciptakan semacam ilmu pukulan yang disarikan dari cara
bertempur sepasang burung rajawali itu. Maka dengan
sendirinya ilmu pukulan itupun diberi nama "Sin Kun Eng
Jiauw", yaitu ilmu pukulan rajawali, yang digabung dari cara
mencengkeram maupun memukul dengan mempergunakan
sayapnya. Maka engkau harus memperhatikan baik2, inilah
jurus pertama...!" dan berbareng dengan selesainya perkataannya itu, tangan si pengemis telah bergerak ke arah tulang iga
Ciang Ko Sin dengan cepat sekali, dan terdengarlah suara
"Dukkk !" yang cukup nyaring.
Iga Ciang Ko Sin yang dijadikan sasaran dari serangan itu
tentu saja tergempur keras, dan orang she Ciang ini jadi
menderita kesakitan yang luar biasa. Tetapi dengan muka yang
bengis, dia menatap kepada si pengemis, sama sekali dia tidak
menjerit. "Inilah jurus yang kedua...!" kata Sin Kun Bu Tek lagi, dia
memutar kedua tangannya ditengah udara, kemudian meluncur
menyambar kearah dada lawannya, sehingga beruntun
terdengar suara "Bukkk ! Bukkk !" yang keras sekali, sehingga
walaupun Ciang Ko Sin bertekad tidak ingin menjerit, tidak
urung orang she Ciang tersebut mengeluarkan suara pekik
tertahan karena terlampau kesakitan.
Sin Han mengawasi saja cara gurunya itu melancarkan
serangan2 dengan jurus2 barunya itu, dimana Sin Han melihat
gerakan dan jurus2 itu memang sederhana sekali, tetapi
rupanya memiliki gerakan yang cukup ampuh untuk
menerobos pertahanan musuh. Walaupun kali ini musuh tidak
bisa bergerak, tetapi dari gerakannya yang hampir meliputi
sekitar tubuh lawan, tentu saja lawan sulit sekali mengelakkan
diri. Karena waktu melancarkan serangan yang kedua itu,
Koleksi kang zusi.com 181
justru si pengemis telah memutar terlebih dulu kedua
tangannya, dia telah menggempur dengan meluncur turun.
"Kau telah mengerti " Bisa kau menangkap gerakan dari
jurus2 itu ?" tanya Sin Kun Bu-Tek setelah melakukan
penyerangan kedua kali itu.
Sin Han mengangguk. "Bisa suhu..!" sahutnya.
"Coba kau lakukan...!'' Perintah si pengemis.
Sin han menuruti, dia telah mengikuti gerakan tangan
seperti yang dilakukan Sin Kun-Bu tek tadi dan melancarkan
serangan ke bagian tubuh dari Ciang Ko Sin.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah menggelengi kepalanya.
"Bukan begitu ! jika kau menyerang dengan cara demikian
memang gerakan2nya cepat tetapi tanpa diaturnya
pernapasanmu, tentu saja seranganmu itu tidak memiliki arti
apa2 .... tidak dapat membinasakan atau melukai lawan....!
Harusnya demikian !" dan si pengemis telah memberikan
beberapa petunjuknya lagi.
Begitulah, guru dan murid telah melatih dengan tubuh
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciang Ko Sin dijadikan bahan latihannya.
Semakin lama Ciang Ko Sin jadi semakin terkejut saja,
karena segera dia mengetahui bahwa sasaran ditubuhnya justru
merupakan bagian2 yang sangat berbahaya, jalan2 darah
terpenting. Maka jika hal ini terus menerus berlangsung, dimana
beberapa bagian jalan darah tergentingnya terpukul, berarti dia
akan mengalami luka parah, sedikitnya akan bercacad dan
musnah ilmu silatnya. Rupanya Sin Kun Bu Tek melakukan hal itu, karena dia
sengaja ingin memusnahkan ilmu silat dari orang she Ciang
Koleksi kang zusi.com 182
tersebut. Dia telah melatih muridnya dengan ilmu silat Pukulan
Rajawali itu, tetapi tujuan utama adalah memusnahkan seluruh
kepandaian Ciang Ko Sin. Setelah menyadari bahaya yang bisa mengancam dirinya,
Ciang Ko Sin akhirnya diliputi perasaan takut, karena kalau dia
sampai bercacad jelas hal itu jauh lebih mengenaskan
dibandingkan dengan kematian, maka akhirnya dengan suara
tersendat, Ciang Ko Sin telah berkata: "Aku .. aku mohon kau
bunuh saja aku ... aku bersedia untuk binasa .."
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin.
"Hemm, enak saja kau bicara !" katanya. "Tidak mudah
untuk mati..!" "Tetapi...tetapi pengemis bau, kau jangan menyiksa aku
demikian rupa...!" kata Ciang Ko Sin lagi.
"Hemm, menyiksamu " Tidak ! Aku tidak menyiksamu,
aku hanya melatih muridku...!"
"Tetapi dengan jalan darah Tai-cie-hiat, Su-kie hiat, Lianpo-hiat, Cung-tie-hiat dan beberapa jalan darah lainnya yang
terpenting ditubuhku dipukuli terus menerus, berarti kau
membunuh aku secara per-lahan2 ! Itulah suatu perbuatan
seorang pengecut ! Lawan yang sudah tidak berdaya, engkau
siksa untuk binasa per-lahan2 !!"
Mendengar perkataan Ciang Ko Sin yang terakhir, Siu Kun
Bu Tek telah tertawa ber-gelak2 keras sekali, dia juga telah
memperlihatkan wajah yang keren sekali.
"Orang she Ciang, kau dengarlah !" katanya kemudian
dengan suara yang nyaring. "Empat tahun yang lalu aku pernah
membebaskan dirimu dari kematian, walaupun seharusnya saat
itu engkau diganjar dengan kematian, sebab engkau melakukan
perbuatan terkutuk dengan membunuh gadis2 tidak berdosa,
memperkosa dan juga banyak perbuatan terkutuk lainnya
Koleksi kang zusi.com 183
engkau lakukan ! Lalu tadi engkau pernah mengatakan bahwa
engkau telah men-cari2 aku selama tiga tahun ! Hahaha,
sekarang engkau telah melihatnya bukan" Bahwa aku tidak
akan membiarkan kau lolos pula ! Aku memang menghendaki
engkau bercacad seumur hidup, memusnahkan seluruh ilmu
silatmu... dan untuk selanjutnya engkau akan menjadi manusia
bercacad yang tidak punya guna, sehingga berhadapan dengan
seorang manusia saja engkau tidak akan sanggup! Mengertikah
kau ?" Bergidik Ciang Ko Sin mendengar ancaman si pengemis
itu. "Jika demikian, engkau binasakan saja .. aku mohon engkau
bunuhlah aku," kata Ciang Ko Sin dengan suara sesambatan,
tampaknya dia ketakutan sekali.
"Haahaahaa, sudah kukatakan, tidak mudah untuk binasa,
tidak mudah meminta mati," kata Sin Kun Bu Tek dengan
suara yang dingin, "Manusia seperti engkau memang tidak
mudah hidup dan tidak gampang mati.... Hadiah yang paling
enak adalah memberikan cacad padamu dan memusnahkan
seluruh ilmu silatmu! Nanti aku akan membebaskan kau ...!"
kemudian si pengemis menoleh kepada Sin Han, katanya lagi:
"Ayo mulai berlatih lagi !"
Dan selesai berkata si pengemis telah memberikan beberapa
contoh lagi. Ciang Ko Sin jadi musnah harapannya untuk bisa lolos dari
tangan Sin Kun Bu Tek. Harus diketahui, bahwa seorang akhli silat paling takut jika
dirinya mesti bercacad dan musnah ilmu silatnya. Setiap akhli
silat yang telah melatih diri, tentu akan berusaha untuk
mempertinggi kepandaiannya, karena mereka pun banyak
memiliki lawan2 tangguh. Dengan musnahnya ilmu silat
mereka berarti akan berantakan hidup mereka.
Koleksi kang zusi.com 184
Itulah sebabnya, mengapa Ciang Ko Sin jadi demikian
ketakutan dan dia lebih rela harus mati, daripada musnah ilmu
silatnya. Sin Han telah menjalankan jurus2 yang diajarkan
kepadanya. Dan dia melakukan pukulan-pukulan dengan jurus2
ilmu pukulan Rajawali itu dengan gencar, walaupun pukulanpukulan yang dilancarkan Sin Han tidak begitu keras dan
tenaga serangannya juga tidak sehebat yang dilakukan Sin Kun
Bu Tek, namun disebabkan sasaran dari pukulan2nya itu
mengambil bagian2 jalan darah terpenting ditubuh Ciang Ko
Sin, maka Ciang Ko Sin menderita kesakitan bukan main,
sampai akhirnya dia rubuh pingsan waktu beberapa jalan darah
terpentingnya telah hancur pecah akibat getaran dari ilmu
Pukulan Rajawali itu. Sin Kun Bu Tek mengajarkan Sin Han jurus2 itu sampai
menjelang sore, Ciang Ko Sin telah tiga kali jatuh pingsan.
Setelah melihat cukup banyak pecahnya jalan2 darah terpenting ditubuh Ciang Ko Sin, barulah Sin Kun Bu Tek
mengajak Sin Han untuk berlalu meninggalkan kuil itu dan
Ciang Ko Sin yang menggeletak pingsan dilantai kuil tersebut.
"Tiga jam lagi dia akan tersadar dengan sendirinya, tetapi
saat itu dia telah berobah menjadi manusia bercacad dan
seluruh ilmu silatnya telah musnah, untuk selanjutnya manusia
jahat seperti dia tidak bisa membuat kejahatan lagi..."
menjelaskan Sin Kun Bu Tek.
Begitulah Sin Kun Bu Tek telah menanamkan sifat2
kegagahan seorang pendekar silat dari kalangan Kang-ouw.
Setiap kejahatan harus dibasmi.......
Pagi itu, Sin Kun Bu Tek berdua muridnya telah tiba
dipinggir sebuah hutan yang tidak begitu besar. Mereka sedang
melakukan perjalanan menuju kota Souwciu, karena si
pengemis ingin mengajak Sin Han menemui seorang
Koleksi kang zusi.com 185
sahabatnya yang telah lama tidak berjumpa, yaitu seorang akhli
silat ternama Goan Tie, yang kini telah hidup tenang
menyendiri di Souwciu, tidak mencampuri pula urusan2 dunia
persilatan. "Goan Tie susiok (paman Goan Tie) merupakan sahabat
yang baik, waktu kami masih sama2 muda, kami selalu bekerja
sama untuk membasmi kejahatan ..!"
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 6 Saat mereka tiba di sebuah hutan, mereka melihat didekat
akar pohon yang melintang itu terdapat sesosok mayat, yang
menggeletak sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya mayat itu tidak terlalu luar biasa jika tidak
terdapat sesuatu yaag istimewa. Tetapi keadaan mayat itu
justru sangat mengerikan sekali. Sepasang tangan dan kaki dan
mayat itu telah di-potong2 tidak karuan, dan muka mayat
itupun telah dibakar hangus sehingga tidak dikenali lagi
wajahnya. "Perbuatan biadab...!" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan
suara kemarahan. "Ya siapa yang telah melakukan perbuatan kejam seperti ini
?" menggumam Sin Han dengan hati yang goncang.
"Dan... dan kematian orang ini suhu, benar2 sangat
menakutkan sekali ....!"
"Inilah perbuatan manusia2 jahat yang tidak mengenal
perikemanusiaan !" kata Sin Kun Bu Tek dengan suara
mengandung kegusaran. "Hemm .... tunggu, apa itu !?" dan Sin
Kun Bu Tek berjongkok, dia mengambil sesuatu dari tangan si
Koleksi kang zusi.com 186
korban yang tercekal keras. Tangan itu, lengkap jari jari
tangannya, telah merupakan potongan kecil belaka, karena
mulai dari pangkal lengan dipotong menjadi enam bagian, dan
hanya bagian telapak tangan itulah yang utuh, dimana jari2
tangannya seperti mencekal sesuatu. Dan barang itulah yang
diambil Sin Kun Bu Tek. Waktu barang tersebut dikeluarkan, ternyata merupakan
secarik kertas kecil, dan didalam kertas itu terdapat empat
huruf tulisan : "Ban Hoa Ciang Mo'" yang artinya "Tangan
Iblis Selaksa Bunga".
"Ban Hoa Ciang Mo !" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan
suara terkejut, sepasang alisnya mengkerut dalam2.
Tampaknya pengemis tua she Lo ini tengah berpikir keras,
"siapakah dia?"
"Apakah orang itu pembunuhnya, suhu?" tanya Sin Han.
"Hemmm, jika dilihat keadaan demikian tentu Ban Hoa
Ciang Mo itu yang telah melakukan pembunuhan kejam seperti
ini, sebab korbannya ini telah mencekal keras2 kertas yang
bertulisan gelaran iblis itu..! Tetapi siapa dia, yang bergelar
"Tangan Iblis Selaksa Bunga'' itu" Tampaknya dia hebat dan
kejam sekali." Sin Han jadi merasa seram, karena dia melihat sosok mayat
itu terbinasa dengan cara yang sangat mengerikan sekali.
Sin Kun Bu Tek memasukkan secarik kertas yang
bertulisan Ban Hoa Ciang Mo itu kedalam sakunya, kemudian
dia menggali tanah dengan dibantu Sin Han untuk mengubur
mayat itu. Setelah menguruk liang yang digalinya itu yang merupakan
gundukan kecil, si pengemis menghela napas lagi. "Dan orang
yang terbunuh inipun entah siapa adanya" Entah dia memiliki
Koleksi kang zusi.com 187
sanak atau pamili dimana....dilihat dari pakaiannya, jelas dia
seorang ahli silat !"
Si pengemis menjauhkan dirinya duduk di bawah sebatang
pohon disamping gundukan kuburan baru itu untuk beristirahat.
Kemudian si pengemis memejamkan matanya untuk tidur.
Sin Han melihat gurunya telah tidur nyenyak, jadi gelisah
sekali. Dia merasa ngeri melihat gundukan kuburan baru itu,
karena dia membayangkan betapa mayat yang berada didalam
kuburan itu dalam keadaan rusak menyeramkan.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Sin Han
telah duduk tidak berjauh dari gurunya, dan dia
mempermainkan batang2 rumput.
Keadaan disekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada orang
yang berlalu lalang. Angin berhembus sepoi2. Lama juga Sin
Han menantikan gurunya itu bangun, tetapi Sin Kun Bu Tek
tampaknya benar2 pules. Untuk mengisi waktu isengnya, Sin Han telah melatih
beberapa jurus ilmu pukulan yang telah diturunkan Sin Kun Bu
Tek. Walaupun belum bisa dipergunakan untuk bertempur,
tetapi Sin Han telah berhasil menguasai jalan2nya setiap jurus
itu, disamping itu dia juga telah mengetahui cara2 untuk
melancarkan serangannya. Waktu Sin Han sedang berlatih, tiba2 dari kejauhan tampak
ber-lari2 dua sosok tubuh sambil memperdengarkan suara
jeritan yang menyayatkan hati, menghampiri kearah Sin Han
dan Sin Kun Bu Tek berada.
Sin Han jadi heran dan terkejut, dia berhenti berlatih dan
mengawasi kearah kedua orang yang sedang mendatangi itu.
Hatinya juga men-duga2 entah apa yang tengah terjadi di diri
kedua orang itu. Koleksi kang zusi.com 188
Kedua sosok tubuh itu ber-lari2 semakin mendekat saja,
dan waktu Sin Han bisa melihat jelas, dia jadi terkejut bukan
main, hatinya sampai tergoncang keras dan darahnya mendesir
cepat, karena dia melihat betapa muka kedua orang itu rusak
seperti bekas terbakar. Tubuh kedua orang itupun telah rusak
oleh luka2 yang banyak diberbagai bagian tubuhnya, dimana
darah mengucur membasahi tubuh mereka.
Setelah ber-lari2 sekian lama dan hampir sampai ditempat
Sin Han dan Sin Kun Bu Tek berada, keduanya telah rubuh
terjungkel, bergulingan ditanah sambil me-raung2 dengan
suara menyayatkan. Sin Han jadi bingung sekali, dia telah menghampiri
gurunya, yang tubuhnya telah di goncang2kannya dengan
keras. "Suhu ... suhu bangun !" panggilnya. "Ada sesuatu yang
luar biasa ... !" Si pengemis tua she Lo itu telah membuka matanya dengan
sikap tak acuh. "Ada apa ?" tanya Sin Kun Bu Tek dengan segan dan
menggeliat meluruskan tubuhnya. "Engkau selalu mengganggu
tidurku saja ..... !"
"Lihatlah suhu....kedua orang itu..!" karena diliputi
perasaan takut, ngeri dan kaget, Sin Han tidak bisa ber-kata2
dengan lancar, dia telah menunjuk kearah dua orang yang
mukanya hangus terbakar dan tubuhnya telah terluka parah itu,
yang bergulingan ditanah sambil me-raung2.
Sin Kun Bu Tek memandang kearah yang ditunjuk oleh Sin
Han, dan kemudian dia menguap. Sedikitpun juga dia tidak
memperlihatkan perasaan kaget. Dia telah memejamkan
kembali matanya, sambil sahutnya: "Biar saja, jangan
usil....jangan mengganggu tidurku lagi!"
Koleksi kang zusi.com 189
Sin Han jadi gelisah sekali bercampur heran karena dia
tidak mengerti mengapa gurunya membawa sikap demikian!"
Biasanya Sin Kun Bu Tek jika melihat urusan yang ganjil dan
tidak wajar, tentu akan segera bertindak.
Karena gurunya telah berpesan agar dia tidak mengganggu
tidurnya, Sin Han juga tidak berani membangunkan lagi
gurunya, walaupun hatinya tergoncang keras mendengar suara
jerit pekik kedua orang itu yang tetap bergulingan dengan
keadaan yang sangat mengenaskan sekali...
Kedua orang itu berkelejatan terus menerus, bergulingan
dan mengeluarkan suara pekik kesakitan. Disamping itu
samar2 kedua orang itu sesambatan :
"Ampun... aduhh...bunuhlah kami...aduhhh ..Ban Hoa
Ciang Mo, ampun..." dan suara teriakan mereka itu hanya
samar2, karena tampaknya mereka telah lemah benar.
Sedangkan saat itu Sin Han juga terkejut mendengar kedua
orang tersebut me-nyebut2 Ban Hoa Ciang Mo.
Bukankah Ban Hoa Ciang Mo itu merupakan iblis yang
membinasakan orang yang telah dikubur oleh gurunya dan dia
beberapa saat yang lalu "
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apakah kedua orang ini, yang mukanya juga hangus
terbakar seperti mayat yang telah dikubur itu, adalah dua orang
korban lainnya dari Ban Hoa Ciang Mo "
Hanya saja, bedanya mereka justru masih lengkap memiliki
sepasang tangan dan kaki yang belum ter-potong2..........
Sin Han jadi bingung sendirinya, beberapa kali dia menoleh
kepada gurunya, lalu beralih kepada kedua orang itu yang
Kedele Maut 7 Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Piramida Bangsa Astek 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama