Ceritasilat Novel Online

Tat Mo Cauwsu 6

Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong Bagian 6


berpikir : "Jika aku terus menerus bertempur dengan pasukan
ular, tentu tenagaku akan habis ! Jika aku tidak terbinasa oleh
pagutan ular ular itu, niscaya Mo Coa Bwe Sian Giok akan
dapat mengambil kesempatan itu untuk membinasakan aku."
Karena berpikir begitu, tampak Ceng-ie Hujin telah
mempercepat gerakan pukulan telapak tangannya, kembali dia
membinasakan lagi puluhan ekor ular.
"Mo Coa, engkau manusia licik, dengan mengandalkan
tentara ularmu ini, engkau ingin mencari kemenangan dariku !
Hemm, jangan mimpi, walaupun harus dikurung ular2mu itu
aku sama sekali tidak gentar !"
Dan sambil berkata begitu, tampak Ceng ie Hujin
menjejakkan kakinya, dia telah melompat menubruk ke arah
Mo Coa. Waktu kedua kakinya hampir menginjak tanah, disaat itulah
tampak Ceng-ie Hujin menggerakkan tangan kanannya yang
ingin menotok kedua mata Mo Coa.
Keadaan seperti ini membuat Mo Coa tidak dapat harus
menangkisnya. Karena dia disaat itu berada dalam jarak yang
tidak begitu jauh, juga telah membuat persiapan yang ter-gesa2
sehingga dia tidak berhasil untuk mengelakkan diri.
Waktu itu, tampak Ceng-ie Hujin telan menarik pulang
tangannya, lalu menyusuli dengan gerakan tangan lainnya,
karena Ceng-ie Hujin bermaksud membinasakan lawannya.
Koleksi kang zusi.com 320
Mo Coa juga tidak tinggal diam, dia telah mengeluarkan
suara bentakan marah dan tangan kirinya diulurkan untuk
mencengkeram baju bagian dada lawannya.
Ceng-ie Hujin tidak gentar menghadapi ancaman yang
keras seperti itu, dia mengelak sambil memiringkan tubuhnya,
kemudian dengan cepat sekali dia telah menabas dengan
telapak tangan. Tabasan telapak tangan itu dilakukannya
dengan kuat sekali, terdengar suara 'bukkk' yang keras sekali,
dan kedua orang itu, yaitu Ceng-ie Hujin dan Mo Coa telah
terhuyung mundur kebelakang beberapa langkah.
Kemudian tampak keduanya telah ber-siap2 lagi untuk
saling melancarkan serangan.
Ceng-ie Hujin tidak takut menghadapi Mo Coa, justru yang
ditakutinya adalah pasukan ular dari iblis Ular itu.
Mo Coa telah memonyongkan mulutnya memberikan
perintah kepada ularnya melalui siulannya lagi.
Tetapi Ceng ie Hujin tidak mau memberikan kesempatan
untuk Mo Coa bersiul, dia terus mencecar diri Mo Coa agar
tidak sempat bersiul. Sehingga Mo Coa jadi batal bersiul, karena dia harus
memperhatikan baik2 terhadap serangan yang akan dilancarkan
oleh lawannya. Melihat kedua tangan dari Ceng-ie Hujin telah menyambar
datang, maka Mo Coa cepat2 menangkisnya dengan
mempergunakan tenaga lunak.
Dilawan lunak seperti itu, serangan Ceng ie Hujin seperti
lenyap ditelan oleh kekuatan Mo Coa.
Ceng ie Hujin jadi terkejut merasakan tenaga serangannya
seperti lenyap tidak ada bekasnya.
Koleksi kang zusi.com 321
"Ihh !" berseru Ceng-ie Hujin dengan suara tertahan, karena
dia terkejut bukan main. Waktu itu Mo Coa telah mengeluarkan suara tertawa dingin
: "Sekarang sudah selesai pertandingan kita, karena ada urusan
lainnya yang perlu kuselesaikan, kita tunda sampai tiga tahun
mendatang bertemu di Tiang-lo-kwan di Souwciu. Nanti kita
bisa main2 sepuas hati."
Dan tanpa menantikan jawaban dari Ceng ie Hujin, Iblis
Ular ini telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Sedangkan Ceng-ie Hujin tidak mencegahnya, karena dia
memang tidak mau mencari urusan dengan si Iblis Ular ini.
Ceng-ie Hujin tidak jeri menghadapi Mo Coa, tetapi justru
pasukan Ular2nya itulah yang membuat dia ngeri.
Sedangkan Mo Coa telah melangkah jauh dan tanpa
menoleh lagi dia telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring
sekali, seperti juga dia memberikan perintah kepada Ular2nya
ini untuk berlalu dari tempat tersebut. Binatang melata yang
jumlahnya ribuan itu beringsut-ingsut mengikuti majikannya,
yaitu Mo Coa, meninggalkan tempat itu dengan mengeluarkan
suara desis yang ramai sekali.
Ceng ie Hujin jadi bergidik melihat pasukan ular Mo Coa.
Ceng ie Hujin ini membayangkan, kalau saja dia diserbu oleh
pasukan ular Mo Coa, niscaya sulit sekali baginya untuk
menghindarkan gigitan satu atau dua ekor ular Mo Coa itu.
Sin Kun Bu Tek menarik tangan Sin Han diajak untuk
menjura memberi hormat guna mengatakan terima kasih
mereka atas pertolongan Ceng ie Hujin.
Tetapi waktu Sin Kun Bu Tek menjura sambil berkata,
"Terima kasih atas pertolongan Liehiap..." disaat itulah Ceng ie
Hujin telah mendengus dingin.
Koleksi kang zusi.com 322
"Siapa yang sudi menolongmu ?" tegur Ceng ie Hujin
dengan suara yang tawar, mukanya juga tidak enak dilihat.
"Aku sedang mengurus persoalan aku, tidak ada sangkut paut
dengan diri kalian....!"
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang dan Sin Han jadi tertegun
mendengar perkataan Ceng ie Hujin. Lebih lebih Sin Kun Bu
Tek, dia tidak menyangka bahwa Ceng-ie Hujin akan
mengeluarkan kata2 yang kasar seperti itu.
"Lihiap..." kata Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil
menatap kepada Ceng-ie Hujin.
"Ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan tadi adalah
urusanku, bukan untuk menolongi kalian! Aku memang
memiliki persoalan dengan Siang Niauw Pek Sian dan istrinya
itu, yaitu Mo Coa ! Hemmm, aku justru ingin membinasakan
mereka untuk menyelesaikan persoalanku.....sayang Mo Coa
terlalu tangguh dengan pasukan ularnya."
Dan setelah berkata begitu, Ceng ie Hujin telah menghela
napas panjang. Sin Kun Bu Tek telah menatap lagi sekian lama pada Cengie Hujin, kemudian katanya. "Walaupun Liehiap tidak
bermaksud menolongku, tetapi memang kenyataan yang ada
telah memperlihatkan, jiwa kami selamat karena pertolongan
tidak langsung yang diberikan Liehiap. Jika tidak, bagaimana
kami bisa hidup sampai sekarang" Menghadapi Siang Niauw
Pek Sian saja aku tidak sanggup, apa lagi harus menghadapi
isterinya itu...." "Sudahlah !" kata Ceng-ie Hujin dengan suara yang tawar
dan muka yang tidak senang, rupanya dia tengah diliputi
kemendongkolan yang sangat. "Jangan kau menambah
kemendongkolanku ! Pergilah !!"
Koleksi kang zusi.com 323
Perkataan Ceng-ie Hujin seperti itu tentu saja merupakan
perkataan yang kasar, membuat Sin Kun Bu Tek tersinggung,
mukanya berobah merah. "Terlalu temberang dan sombong sekali wanita tua ini !"
pikir Sin Kun Bu Tek didalam hatinya, tetapi diapun telah
berkata : "Baiklah, terima kasih atas bantuan tadi yang
diberikan liehiap....!"
Ceng-ie Hujin hanya mendengus saja, kemudian dia
memutar tubuhnya, beberapa kali lompatan saja dia telah
lenyap dari pandangan mata Sin Kun Bu Tek dan Sin Han.
Sin Kun Bu Tek juga mengajak muridnya untuk berlalu.
Dua hari mereka melakukan perjalanan, dan tiba dipinggiran
kota Lam ciu-kwan, sebuah kota yang padat penduduknya,
karena sampai dipinggiran kotapun banyak sekali orang yang
berlalu lalang. Sin Kun Bu Tek telah mengajak Sin Han singgah disebuah
kedai arak. Disitu telah banyak pengunjungnya, tetapi masih
ada beberapa meja kosong, sehingga Sin Kun Bu Tek dan Sin
Han leluasa memilih meja didekat jendela.
Pelayan yang melihat tamunya ini merupakan pengemis tua
dan pengemis kecil, jadi memandang sinis. Tetapi Sin Kun Bu
Tek cepat mengeluarkan seraupan uang hancuran seberat lima
tail, diberikannya kepada pelayan itu: "Siapkan beberapa
macam makanan dan lebihnya boleh kau ambil..."
Peristiwa seperti ini tidak di-sangka2 oleh si pelayan
sehingga dia memandang tertegun sejenak, dan kemudian tergesa2 pergi ke belakang mempersiapkan santapan untuk Sin
Kun Bu Tek. Waktu pelayan itu menyusun makanan yang telah
matang, sikapnya menghormat sekali.
Sin Kun Bu Tek telah bersantap dengan bernafsu sekali,
karena dia melihat sayur2 yang disajikan merupakan sayur
Koleksi kang zusi.com 324
yang lezat2. Begitu pula halnya dengan Sin Han, biasanya sang
guru mencuri makanan dari rumah makan, dan kini justru dia
bersama gurunya bersantap dirumah makan, jelas dia lebih
berselera lagi. Tetapi waktu Sin Kun Bu Tek dan Sin Han bersantap, tiba2
terdengar suara seseorang di luar pintu kedai arak ini : "Apakah
kau melihat seorang lelaki berusia lima puluhan tahun, dengan
kumis tipis tanpa jenggot, memakai baju hijau ?" suara itu
bernada sabar dan ramah sekali.
"Tidak...!" pelayan diluar pintu menyahuti. "Mungkin
orang yang Taisu cari tidak lewat di kota ini ... !"
Terdengar suara menghela napas dari si penanya tadi,
tampaknya dia tengah berpikir sejenak lamanya, sampai
akhirnya dia telah berkata lagi : "Baiklah, siapkan meja
untukku lengkap dengan sayur2 tanpa daging ...!"
"Baik Taisu, silahkan masuk..!" kata pelayan yang diajak
ber-cakap2 tadi. Sin Kun Bu Tek dan Sin Han telah menoleh kearah pintu,
saat itu tengah melangkah masuk seorang pendeta dengan
pakaian yang diselempangkan, memelihara jenggot dan kumis
yang pendek, namun lebat. Rambutnya dikonde, hidungnya
mancung, dan juga pipinya merah, bersinar segar. Dialah
seorang pendeta asing, seperti juga pendeta dari Lhasa, Tibet
ataupun juga pendeta dari India, seperti diketahui bahwa
Hweshio (pendeta) agama Buddha di Tiong-goan selalu
mencukur rambut dan memiliki kepala yang botak licin, namun
pendeta India umumnya memelihara rambut walaupun sebagai
pemeluk agama Buddha, karena peralihan antara agama
Buddha dan Hindu masih memiliki kekuatan yang berimbang
di India. "Suhu.... bukankah itu Gunal Sing ?" tanya Sin Han waktu
melihat pendeta dari India itu.
Koleksi kang zusi.com 325
Sin Kun Bu Tek juga jadi girang, dia sampai cepat2 berdiri
menyambut pendeta itu. "Gunal Sing Taisu ....!" panggilnya dengan suara riang.
"Ternyata kita berjodoh bertemu kembali disini."
Sambil berkata begitu si pengemis Lo Ping Kang telah
menjura memberi hormat kepada Gunal Sing. Sedangkan Sin
Han juga telah memberi hormat kepada pendeta India itu.
Cepat2 Gunal Sing meminta kepada guru dan murid itu
agar jangan telalu banyak peradatan.
"Mari kita bersantap bersama, Taisu !" kata Sin Kun Bu
Tek. "Pertemuan ini tentu sangat menggembirakan sekali, aku
si pengemis miskin yang mengundang Taisu untuk ditraktir....."
Koleksi kang zusi.com 326
Gunal Sing tersenyum sabar waktu mendengar perkataan
Sin Kun Bu Tek, dia telah duduk dikursi yang lainnya,
santapan untuk pendeta ini juga diantar pelayan ke meja SinKun Bu Tek.
"Maafkan Siauwkeng (pendeta kecil) tidak makan barang
berjiwa....!" kata Gunal Sing setelah pelayan itu selesai
mempersiapkan santapan untuknya.
Sambil bersantap, mereka ber-cakap2 dengan gembira.
Terutama sekali Sin Kun Bu Tek yang berulang kali
menyatakan terima kasihnya kepada Gunal Sing yang telah
menolonginya. "Sesungguhnya...." kata Gunal Sing dalam suatu
kesempatan. "Kedatangan Siauwceng kedaratan Tionggoan,
ingin menyebar luaskan pelajaran sang Buddha. Disamping itu,
Siauw-ceng juga seringkali mendengar bahwa didaratan
Tionggoan banyak sekali pendekar2 Kangouw yang memiliki
kepandaian yang tinggi dan sempurna dalam ilmu silat..
Siauwceng tertarik sekali untuk melihat semua itu, .. sengaja
Siauw-ceng telah melakukan perjalanan yang jauh untuk
melihat dengan mata kepala sendiri ilmu silat didaratan
Tionggoan...! Disamping itu juga, keindahan alam
pemandangan yang dimiliki Kanglam (daerah selatan) ini, telah
menggugah hati Siauw-ceng untuk melihatnya."
Sin Kun Bu Tek tertawa mendengar perkataan si pendeta,
dia telah berkata, "Mungkin orang yang menceritakan
segalanya kepada Taisu hanyalah melebih-lebihkan saja !
Buktinya, waktu Taisu menolong jiwaku, kepandaian Taisu
jauh beberapa tingkat lebih tinggi dari kepandaianku maupun
kepandaian orang yang Taisu rubuhkan !"
Si pendeta tersenyum sabar.
"Siancai ! Siancai !" katanya kemudian dengan suara yang
tenang. "Tetapi kini Siauw-ceng memang telah beruntung
Koleksi kang zusi.com 327
dapat menyaksikan sendiri betapa kepandaian yang dimiliki
pendekar2 didaratan Tionggoan sangat hebat, hanya mereka
kurang melatih diri. Jika memang ada kesempatan, Siauw-ceng
juga ingin mendirikan kuil dan memberikan bimbingan kepada
mereka yang memiliki bakat baik dan tulang yang sempurna !"
Sin Kun Bu Tek jadi gembira sekali mendengar perkataan
si pendeta, dia telah berkata dengan suara yang riang. "Taisu,
jika memang begitu maksud Taisu, mungkin muridku ini cocok
sekali untuk menerima keberuntungan dididik oleh Taisu."
kemudian si pengemis Lo Ping Kang memberi isyarat kepada
muridnya. Sin Han juga mengerti arti isyarat dari gurunya itu, cepatcepat dia telah bangun berdiri dan berlutut mengangguk kepala
beberapa kali kepada pendeta Gunal Sing itu.
"Oh anak yang manis, jangan banyak peradatan..." kata
Gunal Sing dengan suara yang lembut dan sabar, dia juga telah
memegang bahu Sin Han, yang akan diangkatnya bangun
berdiri. Sin Han mana bisa membandel" Tenaga tarikan Gunal Sing
sangat kuat sekali ! dan karena Sin Han tetap berlutut, dia
terangkat dalam keadaan berlutut.
"Berdirilah anak manis...!" kata Gunal Sing sambil
tersenyum gembira, "Kelak jika kita berjodoh bertemu pula,
maka aku akan menurunkan kepandaian tenaga dalam yang
berasal dari ilmu Yoga yang dicampur dengan latihan


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernapasan yang kuperoleh didaratan Tionggoan ini selama
aku mengembara, dimana kedua jenis latihan yang sebetulnya
berlainan itu telah berhasil kugabungkan."
Sin Han girang bukan main, dia telah meluruskan kakinya,
maka dia bisa berdiri dihadapan si pendeta sambil katanya :
"Terimakasih Taisu......budi Taisu tentu tidak akan
kulupakan.....!" Koleksi kang zusi.com 328
Gunal Sing telah berkata lagi : "Sebetulnya aku tengah
mengejar seseorang ....! Orang itu merupakan iblis yang sangat
kejam dan membahayakan bagi jago2 didaratan Tionggoan.
Dia berasal dari daratan Persia dan memiliki kepandaian yang
sangat tinggi sekali yang sulit untuk ditundukkan. Hal ini
bukan aku sangat mengagul-ngagulkan kepandaian iblis itu,
memang sesungguhnya dia merupakan iblis yang benar2
tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu
juga sangat aneh sekali. Itulah sebabnya, karena memikirkan
keselamatan dari orang2 didaratan Tionggoan ini, terpaksa
Siauwceng melakukan pengejaran. Siauw ceng bermaksud
untuk membasminya, karena telah terlalu banyak dosa yang
dilakukannya." Sin Kun Bu Tek jadi memandang tertarik, tanyanya : "Lalu
sekarang, apakah Taisu sudah mengetahui jejaknya ?"
Gunal Sing menggeleng. "Dua hari yang lalu aku berhasil bertemu dengannya,
memergoki disaat dia ingin memperkosa seorang gadis, dimana
ayah dan ibu mau pun kakak adik dari si gadis telah
dibinasakan dengan cara yang kejam, yaitu disamping kepala
mereka dihajar pecah, pun tubuh mereka telah dirusak dengan
cara yang benar2 mengerikan ! Tentu saja hal ini membuat
Siauwceng merasa pedih dihati dan menyesali mengapa
didunia ini bisa terdapat manusia berhati srigala, bahkan lebih
kejam dari serigala itu sendiri.... Dan kebetulan sekali justru
Siauwceng tiba sebelum iblis Persia itu berhasil merusak
kehormatan calon korbannya itu, dan kami telah bertempur tiga
hari tiga malam tanpa berkesudahan, sehingga akhirnya kami
sama2 letih, dan duduk mengaso menghentikan pertempuran
itu. Sedangkan si iblis telah mempergunakan kesempatan itu
untuk melarikan diri ! Memang kepandaian iblis itu masih
berada satu tingkat dibawah kepandaian Siauw-ceng namun
untuk merobohkannya tidaklah mudah. Dengan berhasilnya dia
Koleksi kang zusi.com 329
melarikan diri, berarti Siauw ceng harus mengikuti jejaknya
lagi. Inilah yang sulit...."
"Siapakah nama iblis Persia itu, Taisu ?" tanya Sin Kun Bu
Tek tertarik sekali. "Di Persia dia memang merupakan jago yang sulit dicari
tandingannya. Dia bernama Koko Timo, kepandaiannya mirip2
dengan kepandaian Siauw ceng, karena rupanya diapun
mempelajari aliran latihan Yoga sehingga lwekangnya itu telah
mencapai tingkat yang sempurna ! Tetapi jika Siauw ceng tidak
berhasil merubuhkannya dan memunahkan kepandaiannya,
niscaya keselamatan dari para jago2 didaratan Tionggoan
terancam oleh bahaya yang tidak kecil, disamping itu juga
isteri dan anak orang baik2 akan terancam kehormatannya....!"
Setelah berkata begitu, Gunal Sing berulang kali menghela
napas, mukanya muram dan tampaknya dia jengkel sekali.
"Taisu, jika memang Taisu membutuhkan bantuan,
perintahkan saja, aku tentu akan melakukan perintah Taisu
tanpa berpikir dua kali, aku yakin Taisu berdiri di pihak yang
benar untuk membasmi kebathilan ! Walaupun harus terjun
kedalam kobaran api, tentu aku si pengemis miskin Lo Ping
Kang akan melakukannya dengan hati rela, asalkan Koko Timo
dapat dihancurkan...!"
Gunal Sing tersenyum sabar, wajahnya yang muram telah
lenyap, kini tampak berseri.
"Terima kasih ! Terima kasih !" kata si pendeta setelah
lewat sekian lama. "Walaupun tidak mudah untuk merubuhkan
Koko Timo, tetapi diapun tidak akan bisa merubuhkan Siauw
ceng. Justru yang terpenting, bagaimana Siauw ceng mencari
kelemahannya, untuk merubuhkannya dan memusnahkan
ilmunya itu ! Koko Timo saat sekarang berusia lima puluhan
tahun, memakai baju berwarna hijau dan memelihara kumis
yang tipis tanpa jenggot. Dia mudah dikenali, karena dia
Koleksi kang zusi.com 330
bangsa asing untuk daratan Tionggoan....! Sekarang yang
terpenting sekali, Siauw-ceng harus dapat menemui
jejaknya...!" Sin Kun Bu Tek mengangguk perlahan, kemudian dia telah
berkata lagi dengan nada yang hati2 sekali : "Taisu ...apakah
kami bisa ber-sama2 Taisu mencari orang Persia itu?"
Gunal Sing tersenyum sabar, katanya, "terima kasih, kalian
memang baik sekali, terima kasih ! Tetapi kepandaian Koko
Timo sangat tinggi sekali, dia memiliki lwekang yang
sempurna, yaitu cara mengatur pernapasan yang
dikombinasikan dengan pernapasan dari negeri lainnya !
sehingga dengan memiliki latihan pernapasan dari beberapa
aliran, Koko Timo memang sudah memiliki kepandaian yang
luar biasa hebatnya! Aku sendiri belum tentu dapat
merubuhkannya......"
Setelah berkata begitu, Gunal Sing telah berhenti sejenak,
kemudian dia baru melanjutkan perlahan sekali. "Dan kukira
lebih leluasa, jika Siauwceng (aku pendeta kecil) yang
mencarinya..." Sin Kun Bu Tek mengerti, itulah penolakan secara halus.
"Baiklah Taisu"semoga usaha Taisu berhasil !" kata Sin
Kun Bu Tek. Saat itu Gunal Sing telah berkata lagi : "Sesungguhnya,
keadaan Siauw-ceng juga belum memungkinkan bisa
memenangkan dia, tetapi Siauw ceng berusaha untuk
membendung kejahatan2 yang biasa dilakukannya...!"
Sin Kun Bu Tek mengangguk sambil mengeluarkan pujian
untuk pendeta tersebut. Gunal Sing tersenyum, katanya dengan suara yang sabar :
"Apa itu arti sanjungan dan pujian" Kosong, semuanya tidak
berisi. Apa pula artinya caci maki dan sumpah serapah, semua
Koleksi kang zusi.com 331
itupun Kosong. Yang ada, haruslah ada pengertiannya, dengan
adanya pengertian tentu semuanya akan berjalan dengan
lancar." Sin Kun Bu Tek cepat2 menyatakan terima kasihnya.
"Taisu telah memberikan wejangan yang sangat berarti, dan
nasehat Taisu tidak akan kulupakan.... !" kata si pengemis Lo
Ping Kang. "Selama setengah tahun berkelana didaratan Tionggoan
banyak sekali orang2 Han yang tidak mengetahui siapa adanya
Siauw-ceng, maka mereka selalu memberikan nama kepadaku
dengan sebutan Tat Mo, dan gelaran seperti itu memang tidak
memberatkan Siauw-ceng, hanya justru embel2 yang ada, yaitu
perkataan Cauwsu dibelakang dari Tat Mo, merupakan pujian
kosong yang terlalu tinggi melambungkan Siauw-ceng,
sehingga Siauw-ceng jadi kuatir kalau2 nanti nama Tat Mo
Cauwsu hanya merupakan nama kosong belaka...!"
Itulah kata2 merendah dari Gunal Sing atau Tat Mo
Cauwsu yang tidak ingin dipuji dan disanjung berlebihan.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah menepuk tangannya sambil
berkata : "Bagus ! Memang kepandaian seperti Taisu sulit
dicari duanya ! Taisu sudah memiliki kepandaian yang luar
biasa tingginya dan juga lwekang yang sempurna. Maka nama
Tat Mo Cauwsu itu memang tepat sekali diberikan untuk
Taisu." Gunal Sing mengeluarkan kata2 merendah. Setelah bercakap2 beberapa saat lagi, Tat Mo Cauwsu atau Gunal Sing
telah meminta diri untuk melanjutkan perjalanannya.
Waktu bangkit dari duduknya, Gunal Sing telah menoleh
kepada Sin Han : "Jika kelak aku memiliki kesempatan
berjodoh bertemu lagi dengan kau, anak yang manis, tentu
Koleksi kang zusi.com 332
Siauw-ceng akan menurunkan
kepandaian untukmu !"
beberapa macam ilmu Sin Han cerdas, segera dia juga berlutut menyatakan terima
kasihnya : "Budi Taisu tidak akan tecu (murid) lupakan ... !"
Cepat2 Gunal Sing membalas penghormatan Sin Han,
katanya : "Bukan berarti aku menjadi gurumu, nak ! Nanti aku
hanya menghadiahkan saja, karena sekarang2 ini aku belum
lagi bermaksud menerima murid, karena masih banyak
persoalan yang harus Siauw-ceng selesaikan ... !"
Sin Han mengucapkan terima kasihnya sekali lagi, lalu
katanya : "Baiklah Taisu, tetapi terimalah pernyataan terima
kasihku ..." Dan sekali ini Sin Han telah memberikan hormat tanpa
berlutut, dia hanya menjura membungkukkan badannya.
Tat Mo Cauwsu atau Gunal Sing, tidak mengelakkan diri
lagi dari penghormatan itu, dia hanya memegang bahu Sin Han
untuk diangkat agar anak itu tidak memberi hormat lebih jauh.
Kepada Sin Kun Bu Tek, Gunal Sing juga telah berkata
sambil tersenyum : "Lo-heng (saudara Lo) muridmu memiliki
bakat dan tulang yang baik, dia merupakan bahan yang baik
sekali, maka engkau harus mendidiknya baik baik."
Sin Kun Bu Tek cepat2 mengangguk !
"Benar Taisu," katanya sambil tertawa, "Apa yang
dikatakan oleh Taisu memang benar! Tetapi, jika anak ini
memperoleh bimbingan dariku, seorang guru yang butut dan
tidak memiliki kepandaian apa2 tentu sayang sekali bakat
bagus itu ter-sia2, untung saja Tai-su tadi telah menjanjikan
dalam suatu kesempatan akan menurunkan ilmu silat
kepadanya, sehingga kelak aku tidak perlu menelan kepahitan
dari perkataan orang2 yang mengatakan murid Sin Kun Bu Tek
tidak punya guna !" Koleksi kang zusi.com 333
"Siancai ! Siancai ! Siecu (anda) terlalu merendahkan diri !
Dan juga tampaknya lidah Siecu pandai sekali, sehingga
dengan berkata begitu Siecu telah mengikat diriku dengan
janjiku ini...!" Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah tertawa
ber-gelak2. Sin Kun Bu Tek tertawa dengan suara yang
gembira. Waktu Tat Mo Cauwsu telah berlalu, Sin Kun Bu Tek
menghela napas sambil meng-geleng2kan kepalanya : "Itulah
namanya gunung yang sangat tinggi masih ada yang lebih
tinggi lagi, begitu pula dengan kepandaian ilmu silat ! Semula
aku menduga bahwa kepandaianku sudah cukup tinggi dan
jarang yang bisa menandinginya, tetapi setelah bertemu dengan
Tat Mo Cauwsu, segera kurasakan bahwa kepandaianku belum
ada sepersepuluh dari kepandaiannya ... ! Itulah sebabnya aku
harus menyadari kenyataan seperti ini, beberapa kali aku
bertempur dengan Siang Niauw Pek Sian, Mo Coa dan
lain2nya, tetapi ternyata aku tidak berdaya apa2 sewaktu
menghadapi mereka ! Maka dari itu, yang jelas aku memang
harus berlatih diri lagi ... !"
Sin Han mengawasi gurunya dengan penuh perhatian,
diapun telah bertanya : "Suhu...!" katanya kemudian. "Apakah
kepandaian dari pendeta itu memang luar biasa sekali ?"
"Memang begitu keadaannya, kepandaiannya hebat sekali !
Tetapi bukan berarti dia tidak memiliki lawan yang punya
kepandaian setinggi dia, hanya jarang ada orang yang bisa
menandingi kepandaiannya ! Maka engkau, Sin Han
selanjutnya engkau harus belajar yang giat, dan kelak jika
memang masih berjodoh sehingga kau bisa bertemu dengan Tat
Mo Cauwsu, berarti engkau bisa memiliki kepandaian yang
lebih tinggi lagi....!"
Koleksi kang zusi.com 334
"Terima kasih suhu, semua ini berkat bantuan dan budi
suhu juga...!" kata Sin Han. "Aku bersumpah akan mempelajari
dan melatih diri sebaik mungkin, agar tidak mendatangkan
malu pada suhu....!"
Sin Kun Bu Tek tampaknya girang bukan main mendengar
janji muridnya itu, dia telah berkata : "Bagus! Bagus! Besok
aku akan mulai menurunkan jurus2 dengan mempergunakan
senjata tajam, disamping itu akupun akan mengajarimu ilmu
mengatur pernapasan !"
Sin Han mengucapkan terima kasihnya lagi.
Tidak lama kemudian, guru dan murid telah meninggalkan
kedai arak itu untuk melanjutkan perjalanan mereka.
XdwXkzX TAT MO CAUWSU atau Gunal Sing, begitu keluar dari
kedai arak itu, telah mengambil jalan kearah barat, dia
bermaksud untuk melanjutkan perjalanannya dengan
mengambil kearah barat, dimana begitu dia keluar dari pintu
kota, dia bisa mengambil kearah Selatan, karena tujuannya
adalah kota Phung-sie kwan sebuah kota yang tidak begitu
besar dan tidak begitu padat penduduknya. Menurut
penyelidikannya, justru Koko Timo bersembunyi mengasingkan diri dikota itu, untuk melatih semacam ilmu dari
kitab mustika yang diperolehnya ditanah Persia.
Dalam pengejaran kepada Koko Timo itu, Gunal Sing atau
Tat Mo Cauwsu ini telah melakoni banyak sekali perjalanan
jauh, tetapi karena Tat Mo Cauwsu memang bermaksud
membasmi kebathilan, dan dia juga merasakan bahwa
melakukan pengejaran kepada Koko Timo bukan merupakan
pekerjaan yang ringan disamping dia harus menyelidiki, juga
jika kelak telah saling jumpa, mereka akan terbentur dalam
suatu pertempuran yang seru sekali, sebab Koko Timo memang
Koleksi kang zusi.com 335
memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya, hampir
berimbang dengan kepandaian dia sendiri.
Cuma satu keuntungan dari Tat Mo Cauwsu sebagai orang
beribadat, dia memiliki iman yang jauh lebih kuat dan Koko
Timo, disamping itu juga dia memiliki ilmu kebathinan
disamping Lwekangnya yang sempurna.
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 10 DALAM perjalanan menuju kepintu kota sebelah barat Tat
Mo Cauwsu telah teringat kepada Sin Han.


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Anak itu merupakan bahan yang baik ! Mudah2an saja
urusan cepat selesai, dan berhasil merubuhkan Koko Timo,
sehingga aku bisa membimbing anak itu.....!!" berpikir Tat Mo
Cauwsu didalam hatinya. Dan diapun telah tersenyum.
Tampak Tat Mo Cauwsu memang terkesan baik sekali pada
Sin Han. Dia melihatnya Sin Han memiliki kepribadian yang
baik, tulang2 yang bagus, disamping bakatnya yang menonjol
sekali. Maka dari itu Tat Mo Cauwsu memang ber-sungguh2,
jika urusannya dengan Koko Timo telah dapat diselesaikannya,
maka dia akan mencari Sin Han, untuk mendidiknya berbagai
ilmu silat kelas tinggi....
Berpikir sampai disitu, tiba2 Tat Mo Cauwsu merasakan
bahwa dibelakangnya ada seseorang yang menguntitnya.
Walaupun Tat Mo Cauwsu tidak menoleh kebelakang, tetapi
lewat hati kecilnya dia yakin ada seseorang yang diam2
mengikutinya. "Siapa dia....?" pikir Tat Mo Cauwsu dalam hatinya.
"Didengar dari suara tindakan kakinya orang ini memiliki
Koleksi kang zusi.com 336
ginkang yang sangat tinggi sekali...apa maksudnya orang ini
mengikuti aku secara diam2 ?"
Saat itu Tat Mo Cauwsu melihat didepannya ada sebuah
tikungan. Dia telah membelok ditikungan itu, kemudian dia
mengintai kearah dari mana tadi dia mendatangi. Ternyata
seorang pemuda berusia diantara tiga puluh tahun, dengan
pakaiannya yang parlente, tengah ter-gesa2 berlari karena dia
takut kehilangan jejak dari Tat Mo Cauwsu.
Tetapi ketika pemuda itu membelok ditikungan tersebut,
tahu2 ada sebuah tangan yang besar dan kekar mencengkeram
baju dibagian pundaknya, disertai kata2 yang sangat sabar:
"Mengapa siecu mengikuti Siauwceng" Apa maksud siecu?"
Waktu pakaiannya kena dicengkeram dan mendengar
pertanyaan itu, pemuda tersebut jadi kaget bukan main, dia
sampai mengeluarkan seruan kaget dan telah meronta untuk
melepaskan cengkeraman yang dilakukan oleh Tat Mo
Cauwsu. Tetapi walaupun dia meronta dengan menyalurkan tenaga
lweekangnya, tetap saja dia tidak bisa membebaskan dari
cengkeraman itu. Lebih kaget lagi pemuda itu waktu dia mengenalinya
bahwa yang mencengkeramnya itu tidak lain dari Tat Mo
Cauwsu yang tengah dikuntitnya, maka seketika keringat
dingin membasahi muka dan tubuhnya.
"Lepaskan! Siang hari begini engkau ingin menghina
orang, heh ?" bentak pemuda itu setelah berhasil menindih
goncangan hatinya. Tat Mo Cauwsu memang telah melepaskan cengkeraman
tangannya, dia berkata dengan sabar : "Mengapa siecu
menguntit diam2..." Siapakah Siecu ?"
Koleksi kang zusi.com 337
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu yang sabar dan tidak
memperlihatkan kemarahan sedikitpun juga, pemuda itu jadi
lebih tenang, dia telah sengaja membentak : "Siapa yang
kesudian mengikutimu " Hemm, engkau disiang hari seperti ini
main tuduh orang! Apakah kau kira aku memiliki waktu yang
cukup banyak mengikuti dirimu ?"
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar, diapun telah berkata :
"Siancai ! Siancai ! Maafkanlah ! Mungkin juga Siauwceng
yang keliru menyangka....silahkan Siecu melanjuti perjalanan
Siecu, maafkanlah atas perbuatan kasar yang Siauwceng
lakukan tadi." Mendengar perkataan si pendeta, sebetulnya pemuda
tersebut ingin memaki lagi. Tetapi karena pemuda ini juga
menyadari si pendeta India ini memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, dia tidak mau banyak rewel lagi, segera dia
memutar tubuhnya dan berlalu dengan langkah kaki lebar2.
Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam2, diapun
menggumam : "Hemm, rupanya orang itu diperintah oleh
seseorang lainnya. Tetapi siapa dia" Apakah Koko Timo ?"
Sambil menggumam begitu, Tat Mo Cauwsu sudah
melangkah lagi menyusuri lorong jalan itu, dan dia sampai di
pintu kota sebelah barat.
Disekitar tempat itu sepi sekali, hanya beberapa orang
penjaga pintu kota yang juga tengah duduk seenaknya pada
mengantuk. Tat Mo Cauwsu telah keluar dari kota itu, menyusuri jalan
kecil berumput. Dalam perjalanannya, dia hanya sekali2 bertemu dengan
orang yang ingin menuju ke kota tersebut. Tetapi Tat Mo
Cauwsu kurang begitu memperhatikannya, sebab pendeta ini
Koleksi kang zusi.com 338
tengah berpikir keras untuk mencari jejak dari Koko Timo,
jago dari Persia itu. Tetapi waktu berpapasan dengan seseorang lagi, yang
jalannya dengan kepala tertunduk, Tat Mo Cauwsu tersenggol
pundaknya, sampai tubuhnya seperti tergoncang, karena
benturan yang terjadi itu merupakan benturan yang sangat kuat,
seperti juga disertai dengan tenaga lwekang.
Sebagai seorang pendeta yang telah memiliki kebathinan
kuat, tubuh Tat Mo Cauwsu hanya bergoyang sedikit,
sedangkan kedua kakinya tetap berdiri ditempatnya tanpa
berobah kedudukan kuda2 kedua kakinya.
Orang yang menyenggol Tat Mo Cauwsu itu adalah
seorang laki2 berusia enam puluhan tahun, memelihara kumis
yang tebal dan panjang, masih berwarna hitam, meskipun
usianya telah mencapai enam puluhan tahun.
Tat Mo Cauwsu segera juga memutar tubuhnya, tangannya
menyambar ke punggung orang itu dengan disertai kata2 :
"Tunggu dulu sahabat.....!"
Orang itu terkejut juga waktu dari arah punggungnya
menyambar angin serangan yang kuat sekali sehingga
punggungnya jadi sakit dan dingin.
Mengetahui cengkeraman tangan Tat Mo Cauwsu sangat
kuat, orang itu tidak berani berlaku ayal, dia telah bergulingan
kedepan, bersalto yaitu berjumpalitan beberapa kali,
meloloskan diri dari serangan lawannya.
Waktu itu, Tat Mo Cauwsu juga terkejut. Tapi
cengkeramnya berhasil mencengkeram tubuh orang itu, tetapi
tubuh orang tersebut seperti licin bagaikan belut. Hal itu
menunjukkan bahwa orang itu memiliki semacam ilmu weduk,
ilmu kebal terhadap serangan senjata tajam.
Koleksi kang zusi.com 339
Dengan sinar mata yang sangat tajam, Tat Mo Cauwsu
telah mengawasi orang itu. Sedangkan laki2 berusia enam
puluh tahun itu telah mengayunkan langkahnya ingin berlari
meninggalkan tempat itu. Tat Mo Cauwsu bergerak cepat
sekali, dengan mengeluarkan suara seruan, "Tunggu dulu
sahabat, mari kita bicara dulu secara baik2....!"
Sabar sekali seruan Tat Mo Cauwsu, tetapi justru sambil
berseru segera kedua tangannya telah bekerja, dia
mempergunakan tangan kanannya untuk mencengkeram tulang
pipe dipundak lawannya, sedangkan tangannya yang kiri telah
meluncur akan menotok jalan darah Lu hie hiat lawannya.
Serangannya itu sangat cepat sekali, kalau sampai lawannya
terkena cengkeraman tangan kanan Tat Mo Cauwsu, berarti dia
akan cacad seumur hidupnya....atau jika memang totokan jari
tangan Tat Mo Cauwsu berhasil menotok tepat jalan darah Lu
hie hiatnya, maka separoh tubuhnya akan mati serta lumpuh
..dan orang itu rupanya menyadari bahaya yang tengah
mengancamnya itu, maka dengan tidak berpikir panjang lagi
dia kembali bergulingan untuk menjauhi diri dari Tat Mo
Cauwsu. Tetapi belum dia sempat berdiri, Tat Mo Cauwsu tahu2
sudah berada dihadapannya dan berdiri tegak sambil
memperhatikannya dengan sinar mata yang sangat tajam sekali.
Laki2 berusia enam puluh tahun itu telah berdiri dengan
sikap. "Mengapa....mengapa kau menyerang aku " Apakah disiang
hari seperti ini engkau hendak merampok" Tidak takutkah kau
akan ancaman hukuman jika perbuatan ini kulaporkan kepada
Tiekwan ?" Ditegur begitu, Tat Mo Cauwsu tertawa tawar, kemudian
katanya, "Baiklah, jika engkau ingin melaporkan kepada
Tiekwan, silahkan ! Tetapi sekarang ini, sebelum engkau
Koleksi kang zusi.com 340
menjelaskan apa maksudmu menyenggol pundak Siauwceng
dengan kerahkan tenaga dalam, dan juga ingin merubuhkan
Siauwceng dengan kekuatan murnimu itu, jangan harap engkau
bisa meloloskan diri dari tanganku."
Muka orang itu jadi berobah pucat, walaupun bagaimana
memang dia telah mendengar sebelumnya bahwa Tat Mo
Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Dia
pun menyadari bahwa pendeta dari India ini bukan lawan yang
empuk, tetapi kini dia telah berada ditangan si pendeta.
Jika tadi orang tersebut sengaja menyenggolkan bahunya
kepada pundak Tat Mo Cauwsu, karena dia bermaksud untuk
mencoba kekuatan si pendeta dari India, yang selama ini
namanya telah sangat terkenal.
Begitu dia membentur, tadipun dia telah merasakan
kesakitan pada bahunya, karena bahunya itu seperti juga
menyenggol sebatang besi yang keras sekali.
Dan kini, diapun tampaknya tidak bisa meloloskan diri dari
lawannya. Tat Mo Cauwsu melihat orang itu berdiam diri ragu2, maka
pendeta ini telah bertanya dengan sabar : "Hemmm, apakah
engkau tidak ingin bicara secara jujur, sehingga menghendaki
aku mempergunakan kekerasan....?"
Ditegur begitu, orang yang berusia enam puluhan tahun itu,
jadi gentar juga. Dia telah melihatnya, kepandaian Tat Mo Cauwsu berada
diatas kepandaiannya sendiri, jika memang Tat Mo Cauwsu
melancarkan serangan yang sungguh2 niscaya dia akan binasa.
"Aku..... aku tadi tanpa sengaja telah menyenggol bahumu,"
kata orang tersebut berusaha mengalihkan persoalan. "Dan
maafkanlah, sungguh aku tidak sengaja menyenggol pundakmu
itu.....!" Koleksi kang zusi.com 341
Mendengar perkataan orang tersebut, dan melihat wajahnya
yang licik, Tat Mo Cauwsu merangkapkan tangannya, kembali
dia berkata : "Siancai ! Siancai ! Tampaknya memang engkau
sulit diajak bicara secara baik ! Jika siecu (anda) tidak bersedia
untuk bicara dengan baik, maka Siauwceng akan
mempergunakan kekerasan."
Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu menggerakkan
tangan kirinya, dia mempergunakan dua bagian dari tenaga
dalamnya, namun kesudahannya justru membuat orang berusia
enampuluhan tahun itu terhuyung mundur kejengkang diatas
tanah. Itulah membuktikan kepandaian Tat Mo Cauwsu
memang luar biasa sekali.
Bahkan lelaki berusia enam puluhan tahun itu bukan hanya
rubuh terjungkel saja, karena dia telah menjerit kesakitan, lalu
dia merangkak berdiri, tetapi tubuhnya masih sempoyongan,
dan mukanya juga jadi pucat pias.
Tat Mo Cauwsu berkata lagi dengan suara yang tawar :
"Berikanlah kepada Siauwceng keterangan yang sesungguhnya, setelah itu Siauwceng akan membiarkan Siecu
angkat kaki..." Hati lelaki tua itu jadi tergoncang, dia berada dalam
keraguan. "Siapa nama siecu ?" tanya Tat Mo Cauwsu, waktu dia
melihat orang itu berdiam diri saja.
"Aku Bong dan bernama Lap Hin," menyahuti orang
tersebut. "Siapa yang perintahkan kau untuk mencari urusan dengan
Siauwceng ?" tanya Tat Mo Cauwsu lagi.
"Aku.....aku tidak sengaja menyenggol bahu Taisu....sungguh aku tidak sengaja..!" menyahuti orang she
Bong itu dengan suara berusaha meyakinkan bahwa
Koleksi kang zusi.com 342
senggolannya tadi hanyalah merupakan senggolan tanpa disengaja.
"Hemm.....!" mendengus si pendeta dari India itu, sikapnya
tetap sabar. "Baiklah! Jika memang Siecu tetap bersikap keras
tidak ingin mengakui apa yang sesungguhnya, Siauw ceng juga
tidak bisa memaksanya.... maka dari itu, pergilah !!" kemudian
dengan perlahan Tat Mo Cauwsu mengebutkan lengan jubahnya, tepat disaat itu juga tubuh orang she Bong tersebut telah
terpental keras sekali. Tubuh Bong Lap Hin bergulingan diatas tanah, dia
merasakan dadanya seperti melesak dan ada beberapa tulang
ditubuhnya bagaikan patah.
Tetapi dia bandel sekali, dia berusaha merangkak untuk
berdiri, karena ia mengetahui Tat Mo Cauwsu tidak mungkin
menarik perkataannya tadi, yaitu membebaskan dia.
Secepatnya Bong Lap Hin bermaksud melarikan diri.
Disaat orang itu ingin berlalu, Tat Mo Cauwsu telah berkata
: "Ingatlah baik2 olehmu, jalan darah Tu liang hiat dan Tat cie
hiatmu telah kuserang hancur ! Jika dalam tiga hari engkau
tidak memperoleh obat yang tepat, maka jiwamu terancam
kematian, atau juga akan bercacad seumur hidup...!"
Sabar sudah Tat Mo Cauwsu, seperti juga urusan yang
menyangkut masalah jiwa dipandang ringan.
Muka Bong Lap Hin jadi berobah seketika itu juga, menjadi
pucat pias. "Apa.... apa yang Taisu bilang ?" tanyanya dengan suara
terkejut dan tubuh gemetar.
"Coba kau tarik napas dalam2, salurkan lwekangmu ke
jalan darah Tan Tian Hiat, nanti engkau akan mengetahuinya
apa yang telah terjadi ditubuhmu...!"
Koleksi kang zusi.com 343
Bong Lap Hin menuruti petunjuk yang diberikan oleh Tat
Mo Cauwsu, dia menghirup udara dalam2, kemudian
menyalurkannya ke jalan darah Tan Tian Hiat, seketika itu juga
dia merasakan betapa jalan darah Tu Liang Hiat dan Tat-ciehiatnya itu gatal2 bercampur sedikit perasaan sakit !


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka Bong Lap Hin jadi pucat seperti kapur tembok, tahu2
ia telah menekuk kedua kakinya berlutut dihadapan Tat Mo
Cauwsu sambil menangis. "Taisu....ampunilah jiwaku... memang aku bermaksud
buruk kepada Taisu, tetapi semua itu diperintahkan oleh
seseorang, aku hanya menerima upah saja....!" sesambatan
Bong Lap Hin. Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar, dia telah berkata:
"Bagus! Bagus! Engkau rupanya masih sayang pada jiwamu,
siecu! Aku akan memberikan obat yang bisa menyembuhkan
luka didalam tubuhmu itu, tetapi engkau harus menjelaskan
dulu apa sesungguhnya yang menyebabkan engkau mau
menerima permintaan seseorang untuk mencari urusan dengan
Siauw ceng?"" Tampak Bong Lap Hin ragu2, tetapi kemudian dia berkata
juga: "Sebetulnya ... sebetulnya orang yang memerintahkan
aku untuk mencelakai Taisu adalah...... adalah Tan.....Akhhh !"
Baru saja Bong Lap Hin berkata sampai perkataan 'adalah
Tan....', dia sudah mengeluarkan suara jeritan yang sangat
nyaring sekali, karena dipunggungnya telah menancap
sebatang pisau yang menembusi jantungnya, tubuhnya seketika
berkelejatan sebentar, lalu diam. Bong Lap Hin telah putus
napasnya dengan sepasang mata yang mendelik lebar.
Tat Mo Cauwsu juga jadi terkejut, dia cepat2 membungkuk
untuk memeriksa keadaan Bong Lap Hin. Dia melihat orang
she Bong itu telah putus napasnya, maka dia menghela napas
dalam2. Koleksi kang zusi.com 344
Senjata rahasia itu berbentuk sebilah pedang pendek, yang
diberi racun, karena dari luka itu mengalir keluar darah kental
yang ke-hitam2an.... mungkin racun yang dipergunakan
merupakan racun yang dapat bekerja cepat, disamping itu
mengenai sasaran yang tepat, yaitu jurusan jantung, maka telah
membuat Bong Lap Hin seketika menghembuskan napasnya
tanpa bisa ditolong lagi.
Sambil menghela napas, Tat Mo Cauwsu telah berdiri, dia
mengawasi kearah sekelilingnya, tetapi tidak ada seorangpun
disekitar tempat itu. Tadi Tat Mo Cauwsu sempat melihat
menyambarnya pedang itu dari arah belakang sebatang pohon
yang sangat besar. Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak keburu untuk
menolong orang she Bong itu dari kematiannya.
Tat Mo Cauwsu juga sempat melihat sesosok bayangan
yang melompat berlari dari balik batang pohon itu, tetapi Tat
Mo Cauwsu tidak ingin mengejarnya, sebab dia ingin
menolongi terlebih dulu korban serangan gelap itu, yaitu Bong
Lap Hin. Setelah menghela napas sekali lagi, Tat Mo Cauwsu lalu
menggali tanah, dia mengubur jenasah Bong Lap Hin.
"Bong Siecu, kasihan engkau menjadi korban dari
keganasan seseorang... tenanglah engkau diduniamu yang
baru....!" Kemudian Tat Mo Cauwsu telah membacakan beberapa
manteranya. Dengan langkah yang per-lahan2 Tat Mo Cauwsu telah
melanjutkan perjalanannya lagi.
Dia mengetahui dari Bong Lap Hin, bahwa orang yang
memusuhinya itu adalah orang she Tan. Siapakah orang she
Tan itu " Apa maksudnya memusuhi dirinya " ber-macam2
pertanyaan timbul dibenak Tat Mo Cauwsu.
Koleksi kang zusi.com 345
Saat itu hari sudah mendekati sore, dan udara mulai dingin
serta langitpun mulai gelap, dimana diufuk barat sisa cahaya
matahari itu tampaknya memerah indah sekali.
"Akh, manusia didunia ini selalu harus terlibat dalam suatu
pergolakan untuk kelanjutan hidupnya ! Seperti aku yang telah
mensucikan diri, akhirnya harus melibatkan diri pula dalam
kancah2 yang terjadi didaratan Tionggoan! Tetapi tugas mulia
seperti ini walaupun harus menghadapi peristiwa yang paling
mengerikan sekalipun, harus dihadapinya dengan tabah.. !
Siancai ! Siancai !" setelah berkata begitu Tat Mo Cauwsu
memuji kebesaran Sang Buddha, dia juga menghela napas
beberapa kali. Gunal Sing atau yang dikenal oleh jago didaratan
Tionggoan dengan nama Tat Mo Cauwsu telah melanjutkan
perjalanannya. Tekadnya untuk mencari Koko Timo semakin
besar saja, dia berusaha untuk membekuk Koko Timo, dan
membinasakannya, jika memang iblis itu sama sekali tidak
mau juga tersadar dari perbuatannya yang sesat.
Setelah melakukan perjalanan beberapa lie lagi, maka Tat
Mo Cauwsu telah sampai dikampung Liu-in-cung, sebagai
perkampungan yang tidak begitu besar.
Tat Mo Cauwsu mencari rumah penginapan dikampung itu,
dan dia memperoleh kenyataan bahwa dirumah penginapan
dikampung tersebut hanya satu, lagi pula keadaannya tidak
bersih dan jorok sekali. Pengunjung rumah penginapan inipun sedikit sekali, saat
itu yang menginap dirumah penginapan tersebut hanya satu
orang, masih terdapat tujuh kamar kosong.
Tat Mo Cauwsu memperoleh kamar yang paling ujung,
yang letaknya dibelakang rumah penginapan itu.
Koleksi kang zusi.com 346
Karena agak letih melakukan perjalanan setengah harian,
Tat Mo Cauwsu telah menaruh pauwhok (buntalan)nya di
meja, lalu dia meminta kepada pelayan untuk mempersiapkan
air mencuci muka. Setelah selesai bersalin, Tat Mo Cauwsu keluar dari
kamarnya, dia menghampiri ruangan untuk makan dan
memesan beberapa macam sayur tanpa daging.
Dengan segera pesanan Tat Mo Cauwsu telah dipersiapkan
dan pendeta ini meminta tambahan nasi. Waktu itu dikala
pelayan tengah menyediakan semangkok nasi pula, mata Tat
Mo Cauwsu yang tajam dan jeli telah melihat seseorang
melangkah masuk kedalam rumah penginapan yang merangkap
sebagai rumah makan juga. Namun waktu orang itu baru saja
melangkahkan kakinya diambang pintu, dia telah melihat Tat
Mo Cauwsu. Tampaknya orang tersebut jadi terkejut dan
mukanya juga berobah pucat, cepat2 dia memutar tubuhnya
untuk berlalu batal memasuki rumah makan tersebut. Dialah
seorang pemuda yang mungkin baru berusia dua puluh lima
tahun. Walaupun Tat Mo Cauwsu mengetahui bahwa pemuda itu
mengandung maksud tidak baik terhadapnya, tetapi pendeta ini
tidak mengejarnya, dia meneruskan santapannya.
Setelah membayar harga makanan itu Tat Mo Cauwsu
kembali kekamarnya. "Hemm, sikap pemuda tadi sangat mencurigakan sekali....
kukira malam ini akan terjadi sesuatu....!" pikir Tat Mo
Cauwsu. Pendeta dari India tersebut telah naik ke pembaringannya,
dia duduk bersemadhi. Pendeta inipun kemudian membaca
Liam Keng, yaitu ayat2 suci ajaran Sang Buddha.
Koleksi kang zusi.com 347
Menjelang sampai kentongan kedua ditengah malam, Tat
Mo Cauwsu masih juga duduk bersemadhi, seperti tengah
menantikan sesuatu. Karena lwekangnya telah tinggi dan
mencapai taraf yang sempurna, pendeta ini dapat tidak tidur,
dan hanya bersemadhi beberapa jam sudah bisa memulihkan
kesehatan tubuhnya. Tiba2 pendengaran Tat Mo Cauwsu yang sangat tajam telah
mendengar suara sesuatu diatas genting, suara yang sangat
ringan sekali, bagaikan jatuhnya sehelai daun kering di atas
genting. Tentu saja, suara itu menunjukkan ada 'tamu' malam yang
berkunjung. "Ginkangnya cukup baik, walaupun dia masih
memperdengarkan suara yang sangat perlahan itu pada langkah
kakinya namun hal itu telah membuktikan bahwa tamu ini
bukan lawan yang ringan."
Sambil berpikir begitu, Tat Mo Cauwsu tetap duduk
bersemedhi tidak bergerak dari tempat duduknya. Dia berdiam
diri saja, hanya telinga yang dipasang benar2.
Tidak lama kemudian, terdengar kembali suara kaki yang
perlahan diatas genting. "Ssttt....!" terdengar suara yang perlahan, rupanya orang
yang pertama telah memberi isyarat kepada kawannya yang
baru datang, agar tidak menimbulkan suara berisik.
Be-runtun2 telah terdengar tiga kali lagi suara langkah kaki
hinggap diatas genting. "Mereka berjumlah lima orang...." pikir Tat Mo Cauwsu
setelah sekian lama tidak mendengar suara langkah kaki
lainnya. "Apa maksud mereka dan siapa mereka ?"
Walaupun hatinya ber-tanya2, tetapi Tat Mo Cauwsu tetap
meneruskan semadhinya. Koleksi kang zusi.com 348
Waktu itu terdengar salah seorang diantara kelima 'tamu'
yang tidak diundang itu telah berkata dengan suara yang
perlahan sekali, hampir tidak terdengar : "Dia sedang
bersemadhi.... Toako, apakah kita terjang saja kedalam " Atau
kita memancing dia keluar dari kamarnya ?"
"Biarlah, kita lihat dulu, bagaimana akan dilakukannya !
Sesungguhnya, melihat keadaan seperti ini, kepandaian pendeta
India ini kurang begitu baik dan tidak setinggi apa yang
dibicarakan oleh orang2 rimba persilatan.....buktinya saja
kedatangan kita berlima tidak diketahui olehnya....."
"Siapakah tuan2 yang malam gelap pekat ini datang
berkunjung untuk menjengukku ?" tanya Tat Mo Cauwsu tiba2
dengan suara yang tawar dan sabar. "Silahkan kalian masuk
dari pintu saja, Siauwceng akan menerima dan menyambut
kalian dengan hati yang senang....."
Kelima orang yang berada diatas genting itu jadi terkejut,
mereka sejenak tertegun. Semula mereka menduga Tat Mo Caswsu tidak mengetahui
kedatangan mereka, tetapi justru mereka baru tahu, bahwa Tat
Mo Cauwsu telah mengetahui kehadiran mereka.
Setelah berhasil menenangkan goncangan hatinya, orang
yang dipanggil Toako itu, telah berkata dengan suara yang
mengejek: "Pendeta busuk, keluarlah untuk menerima
hukumanmu !" Suara itu keras sekali, terdengarnya sangat lantang, tetapi
Tat Mo Cauwsu menghadapinya dengan tenang sekali, dia
menyahuti dengan suara yang sabar : "Kalian berlima datang
berkunjung untuk bertemu dengan Siauwceng, mengapa harus
Siauwceng yang keluar menemui kalian ?"
Kembali kelima orang yang berada diatas genting jadi
terkejut, disamping itu mereka juga kagum sekali atas
Koleksi kang zusi.com 349
ketajaman pendengaran pendeta itu. Karena tanpa melihat, Tat
Mo Cauwsu telah berhasil menyebutkan jumlah ''tamu" tidak
diundang itu. "Tat Mo Cauwsu, kami Ngo Liong Tang Hay datang untuk
mengadakan suatu perhitungan.....!" seru si Toako dengan nada
yang meninggi menunjukkan kegusarannya. "Keluarlah, mari
kita bicara diluar...."
Dan selesai berkata, terdengar kelima orang 'tamu' tidak
diundang itu telah melompat turun saling susul.
Tat Mo Cauwsu juga telah turun dari pembaringannya,
dengan sikap yang tenang sekali, dia melangkah ke pintu,
membukanya dengan sabar. Sama sekali pendeta ini tidak
memperlihatkan perasaan jeri atau takut.
Begitu Tat Mo Cauwsu membuka pintu kamarnya dan
melangkah ke belakang rumah penginapan itu, dilihatnya
dipekarangan rumah penginapan itu telah berdiri lima orang
yang bentuk tubuhnya tidak rata, ada yang pendek ada yang
jangkung dan juga ada yang sedengan tubuhnya.
Kelima orang itu yang menyatakan gelaran mereka sebagai
Ngo Liong Tang Hay, atau Lima Naga dari lautan Tang Hay,
telah memandang Tat Mo Cauwsu dengan muka yang
mengerikan dan wajah yang bengis. Hampir berbareng mereka
pun berkata: "Mari kita memperhitungkan sakit hati dari Liokte (adik keenam) kami yang telah binasa ditanganmu..!"
Setelah berkata begitu kelima orang tersebut, yaitu Ngo
Liong Tang Hay telah melompat lincah sekali, mengurung Tat
Mo Cauwsu di-tengah2. Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak gentar sedikitpun juga, dia
telah memandang satu persatu wajah kelima Naga lautan Tang
Hay itu. Tanyanya kemudian dengan sabar : "Apa maksud
kalian yang sebenarnya" Liok-te kalian yang bernama Wu
Koleksi kang zusi.com 350
Sung Cie memang mati wajar, dia sangat jahat dan melakukan
banyak sekali pekerjaan2 yang tidak terpuji ! Sebagai penjahat
apa perlunya disayangkan kematiannya " Bukankah diapun
telah berusaha mempergunakan kepandaiannya sebelum binasa
ditangan Siauwceng" Siauwceng pun bukan membunuhnya
dengan mempergunakan akal licik atau tipu serangan
menggelap " Maka Siauwceng anggap, tidak perlu kalian
mengusut dan mengurusi persoalan itu pula, karena tidak ada
artinya! Sekarang kalian ingin memanjangkan urusan,
Siauwceng memang tidak kuatir kepada kalian, tidak mungkin
kalian bisa memenangkan Siauwceng dan juga tidak mungkin
kalian bisa membinasakan diri Siauwceng, karena kepandaian
kalian belum cukup sempurna! Lebih baik kalian hidup
mengasingkan diri untuk melatih ilmu silatmu, agar lebih
sempurna, dan hidup secara baik2 sebagaimana layaknya.....!"
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu tampaknya kelima
tamu tidak diundang itu jadi marah bukan main, mereka
berseru dengan suara yang hampir bersamaan.
"Engkau tidak perlu menasehatiku !" kata si Toako dengan
suara yang nyaring, menindih suara kawan2nya yang lain, dan
dia juga telah mengawasi Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata
yang sangat tajam sekali.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi, "Siancai !
Siancai ! Siauwceng hanya ingin menyadarkan kalian,
memberikan bimbingan atas belas kasih dan sayang Sang
Buddha, maka jika kalian memang tidak mengacuhkan
mengapa pula Siauwceng harus terlalu bersikeras memaksa
kalian agar hidup layak" Bukankah itupun tidak pantas, setiap
manusia tentu berhak dan bisa menentukan hidupnya sendiri."
Muka si Toako lelaki yang memelihara jenggot brewokan
itu, berobah merah padam, dialah seorang laki2 berusia
diantara lima puluh tahun, usianya itu lebih muda dan keadaan
wajahnya yang tampak menyeramkan. Dilihat dari keadaan


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koleksi kang zusi.com 351
tubuhnya, mungkin dia seorang akhli Gwa-khe (tenaga luar).
Dengan sikap yang berang mengandung kemarahan, tampak si
Toako itu telah berkata : "Sekarang yang terpenting kita tidak
perlu banyak bicara, kita harus mengadakan perhitungan
dulu...!" lalu si Toako mengebutkan lengan baju kanannya
untuk memberi isyarat kepada kawan2nya. Dan gerakan isyarat
itu telah diikuti oleh kawan2nya yang melompat mengurung
Tat Mo Cauwsu lebih dekat. Mereka juga telah mencabut
senjatanya masing2, yaitu sebatang pedang. Dengan bersenjata
pedang mereka memang bukan lawan yang ringan. Si Toako
yang telah mencabut pedangnya, dengan mengeluarkan suara
bentakan yang keras, dia melancarkan tikaman pembukaan
kepada Tat Mo Cauwsu. Tetapi pendeta dari India ini berdiri tenang ditempatnya,
sama sekali dia tidak berusaha mengelakkan diri dari serangan
lawannya itu. "Hati2 siecu, Siauwceng Gunal Sing sesungguhnya tidak
ingin memiliki musuh, karena Siauwceng menghendaki
persahabatan dan persaudaraan..." sabar suara si pendeta. Dan
waktu itu serangan si Toako telah sampai dekat sekali didada
pendeta itu. Dalam keadaan seperti ini, dengan gerakan yang sulit
diikuti oleh pandangan mata, tampak Tat Mo Cauwsu
menggeser kaki kirinya, dia telah merobah kedudukan
tubuhnya sambil mengangkat tangan kanannya, dia telah
berhasil mengelakkan diri dari serangan mata pedang
lawannya, yang menyambar lewat disisi ketiak tangannya.
Dan disaat itu dengan cepat Tat Mo Cauwsu telah
menurunkan tangannya, menjepit pedang itu dengan
mempergunakan ketiaknya. Si Toako jadi terkejut sekali, mukanya juga berubah
menjadi merah padam. Dia telah berkata dengan suara marah :
Koleksi kang zusi.com 352
"Cepat lepaskan pedangku. Kau bersikap jantan sedikit, jangan
hanya bisa main bicara dan menjepit ini !"
Itulah ejekan untuk Tat Mo Cauwsu, tetapi pendeta dari
India ini justru sangat sabar dan tenang, dia hanya berkata :
"Kau teriaklah sendiri...!"
Dan belum lagi kata-katanya itu habis diucapkan tiba2
keempat kawannya si Toako telah menerjang maju
melancarkan serangan kepada Tat mo Cauwsu dengan berbagai
gerakan, ada yang menikam ada pula yang menebas. Gerakan2
yang dilakukan oleh mereka merupakan yang bisa mematikan,
karena justru mereka mengincer bagian-bagian yang sangat
berbahaya ditubuh si pendeta India.
Tat Mo Cauwsu telah memperdengarkan suara tertawa yang
perlahan dan sabar, katanya, "Kalian benar2 terlalu mendesak
Siauw ceng !" Dan sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah melompat
keatas, berjumpalitan melewati atas kepala lawan-lawannya.
Pedang si Toako jadi terlepas.
"Serang terus, kita harus membinasakannya, jangan biarkan
dia bisa meloloskan diri......!" kata si Toako dengan suara yang
sangat keras. Mereka berlima, Ngo Tang Hay merupakan tokoh2
persilatan yang menjagoi selama puluhan tahun disekitar lautan
Tang Hay. Mereka lebih mirip hidup sebagai bajak laut. Dulu
mereka terkenal sebagai Liok Liong Tang Hay, tetapi beberapa
tahun yang lalu adik angkat mereka yang keenam, yaitu Wu
Sung Cie telah binasa ditangan Tat Mo Cauwsu, maka
seterusnya mereka memakai gelaran sebagai Ngo Liong Tang
Hay. Si Toako bernama Lim Cung Liang. Jite (adik kedua) dari
Ngo Liong Tang Hay itu bernama Tang Pao Liang, Samte
Koleksi kang zusi.com 353
(adik ketiga) bernama Yu Hui An. Siete (adik keempat)
kelompok Ngo Liong Tang Hay ini bernama Ho Sui In, dan
Ngote (adik kelima) dari Ngo Liong Tang Hay bernama Bun
Tai Lui, tentu saja mereka berlima memang memiliki
kepandaian yang cukup tinggi sebab selama puluhan tahun
mereka malang melintang dilautan Tang Hay, tidak pernah
menemui tandingan. Tetapi justru satu kali, disaat adik ke enam dari Ngo Liong
Tang Hay, yang bernama Wu Sung Cie itu tengah melakukan
suatu kejahatan, dia kepergok oleh Tat Mo Cauwsu yang telah
memberi ganjaran cukup keras. Tapi Wu Sung Cie terlalu keras
kepala, dia pantang menyerah dan telah mengadakan
perlawanan kepada pendeta India itu dengan tidak memikirkan
keselamatan dirinya. Maka dari itu tidak mengherankan dalam
waktu yang singkat hanya empat jurus saja, Tat Mo Cauwsu
kesalahan tangan telah memukulnya tepat dikepala, sehingga
kepalanya itu pecah dan remuk..
Saat itu Tang Pao Liang ber-sama2 dengan keempat
saudara angkatnya telah melompat dan menggerakkan pedang
mereka masing2 untuk melakukan tikaman dari berbagai
jurusan kearah tubuh pendeta dari India itu.
Tat Mo Cauwsu tercekat juga hatinya, karena dia melihat
kepandaian kelima orang lawannya ini jauh lebih liehay
dibandingkan dengan Wu Sung Cie, terlebih lagi sekarang Ngo
Liong Tang Hay itu berlima, maka setiap serangannya jauh
lebih hebat dibandingkan dengan kepandaian Wu Sung Cie.
Yang membuat Tat Mo Cauwsu berlaku lebih hati2 lagi,
karena dia melihat kekompakan kelima orang Ngo Liong Tang
Hay itu, yang dapat bekerja sama dengan baik. Jika yang
seorang tengah terdesak oleh Tat Mo Cauwsu, maka keempat
orang yang lainnya melancarkan serangan serentak.
Koleksi kang zusi.com 354
Tentu saja keadaan demikian membuat Tat Mo Cauwsu
harus mengeluarkan kepandaiannya juga. Jika semula dia
meremehkan kelima Ngo Liong Tang Hay, mengingat Wu
Sung Cie dapat dirubuhkannya dengan mudah, sekarang justru
tampak Tat Mo Cauwsu telah mengeluarkan ilmu Cap-sah Lo
Han Kun (Delapan belas arhad). Tubuhnya ber-gerak2 dengan
tindakan kaki yang mantap, setiap lengan jubahnya dikebutkan
juga membawa samberan angin yang men-deru2 keras sekali.
Lawan2 Tat Mo Cauwsu jadi sangat terkejut waktu melihat
bahwa Tat Mo Cauwsu bukan saja dapat menghindarkan diri
dari serangan serentak mereka, juga telah berhasil balas
menyerang dengan dahsyat luar biasa.
Tetapi Lim Cung Liang, si Toako, telah mengeluarkan
suara bentakan keras, dan merobah cara bertempurnya. Jika
tadi dia melancarkan serangan dengan pedangnya yang
menikam, maka kini dia menyerang dengan pedang yang
diputar ber-gulung2 bagaikan pelangi berkilauan.
Sedangkan Tang Pao Liang, si Jiete, telah menggerakkan
pedangnya dengan cepat sekali, dia memusatkan seluruh
kekuatan tenaga lwekang ke telapak tangannya, lalu disalurkan
ke pedangnya ! Serangan dari kedua Ngo Liong Tang Hay ini memang
mempengaruhi gerakan Tat Mo Cauwsu, karena pendeta itu
harus berulang kali berkelit kekiri dan kekanan, mengelakkan
diri dari lingkaran sepasang pedang itu.
Serangan Yu Hui An, si Samte, dan Ho Sui In, si Siete,
telah melancarkan serangan juga dengan cara yang me-lingkar2
seperti itu. Hanya adik kelima dari Ngo Liong Tang Hay, yaitu
Bun Tai Lui, yang tidak memutar melingkar pedangnya, dia
hanya menikam. Tetapi walaupun hanya menikam, justru
tenaga pokok dalam kelompok Ngo Liong Tang Hay dengan
ilmu pedang me-lingkar2 itu berada ditangan si adik yang
Koleksi kang zusi.com 355
kelima ini, karena Bun Tai Lui memegang peranan terpenting.
Keempat saudaranya hanya mengaburkan perhatian dan
pandangan mata dari lawan, sedangkan Bun Tai Lui yang
melancarkan tikaman2 di tempat2 yang lowong.
Tat Mo Cauwsu berseru : "Sianca i! Siancai !" dia kagum
sekali kepada kepandaian kelima orang ini, yang tentu tidak
mudah dilatih dalam waktu yang singkat, sebab kekompakan
mereka tampak jelas sekali. "Sayang sekali kepandaian yang
demikian tinggi dipergunakan oleh manusia2 jahat seperti
mereka..... jika bisa dimiliki oleh orang yang berbudi luhur dan
memiliki tanggung jawab, tentu kepandaian ini besar artinya.....
untuk keadilan dalam memberantas kebathilan.....!"
Karena berpikir begitu, dan juga kelima orang lawannya
telah mengepung dirinya rapat, Tat Mo Cauwsu juga tidak bisa
terlalu lama berpikir. Dengan cepat, dari gerakan Cap-Peh Lo
Han Kun, dia telah merobah kedua tangannya yang digetarkan
seperti pendeta ini tengah bersujud dihadapan Sang Buddha.
Hanya saja kedua tangannya itu yang telapak tangannya
dirangkapkan, telah bergetar keras sekali.
Melihat cara Tat Mo Cauwsu yang agak luar biasa ini,
kelima orang lawannya telah tertegun sejenak, dan mereka
mengawasi apa yang akan dilakukan olah Tat Mo Cauwsu,
karena mereka masih men-duga2 entah ilmu apa yang ingin
dipergunakan oleh Tak Mo Cauwsu.
Tetapi Tat Mo tidak memperdulikan sikap kelima orang
lawannya itu, dia telah mengeluarkan suara seruan yang
nyaring sekali, tahu2 sepasang tangannya telah ditentangkan
dan dibulatkan. Begitu tangan Tat Mo Cauwsu dikebutkan, dari telapak
tangannya menyambar angin yang dahsyat sekali sekaligus
kepada kelima lawannya, kekuatan tenaga serangan dari Tat
Mo Cauwsu itu seperti juga runtuhnya gunung.
Koleksi kang zusi.com 356
Tentu saja kelima orang Ngo Liong Tang Hay jadi kaget
bukan main. Mereka mengerahkan tenaga lwekang mereka
untuk menangkis dengan pedang masing2, tetapi tenaga
serangan yang menyambar itu terlalu dahsyat. Tanpa bisa
mereka kuasai lagi, tubuh mereka telah terpelanting keras
bergulingan diatas tanah!
Waktu kelima Ngo Liong Tang Hay itu berusaha
merangkak untuk berdiri, mereka masing2 telah memuntahkan
darah segar, ada yang dua kali, ada yang tiga kali
memuntahkan cairan merah yang mengerikan.
"Omitohud !" memuji Tat Mo Cauwsu dengan suara yang
perlahan, seperti mengandung penyesalan. "Terpaksa
Siauwceng menggunakan tangan keras kepada kalian, karena
tampaknya kalian sulit disadarkan dengan kata2 sang Budha
saja...." Muka kelima orang jago Ngo Liong Tang Hay itu merah
padam, tampaknya mereka sangat gusar sekali.
Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi : "Pergilah... kali ini
Siauwceng hanya mempergunakan lima bagian dari tenaga
mujijat api Yang-kang (yang kemudian setelah didirikan kuil
Siauw Lim Sie oleh Tat Mo Cauwsu, jurus Yang-kang itu
diberi nama Kiu Yang Cin Khe) .... tetapi jika memang kelak
kalian bertemu dengan Siauwceng dan masih juga belum sadar
akan kejahatan2 yang diperbuat oleh kalian, hemmm, hemm,
Siancai ! Disaat itu Siauwceng tidak bisa bertangan ringan lagi,
tentu kalian akan dibereskan, untuk menghindarkan umum dari
malapetaka tangan jahatmu."
Dan setelah berkata begitu Tat Mo Cauwsu telah memutar
tubuhnya, dengan langkah kaki yang tenang tampak pendeta
dari India tersebut telah melompati dinding dan kembali ke
kamarnya, merebahkan diri dan tidur nyenyak.
Koleksi kang zusi.com 357
Ngo Liong Tang Hay melihat kenyataan ilmu yang dimiliki
Tat Mo Cauwsu, baru sekarang mengakui bahwa pendeta dari
India itu sangat liehay dan sulit sekali untuk menandingi
kepandaian pendeta India itu. Sedangkan Tat Mo Cauwsu tadi
hanya mempergunakan lima bagian dari tenaga Yang-kangnya,
coba jika pendeta itu berhati kejam, dan melancarkan serangan
dengan delapan bagian tenaga Yang-kangnya itu, niscaya akan
menyebabkan tubuh Ngo Liong Tang Hay akan tergempur
hancur ber-keping2. Dengan tubuh lesu, Ngo Liong Tang Hay telah
meninggalkan pekarangan rumah penginapan itu, karena
mereka menyadari, sampai nantipun walaupun mereka melatih
diri sekuat mungkin, tidak bisa mereka mengharapkan
kemenangan untuk menundukkan pendeta India itu.
Kepandaian yang dimiliki Tat Mo Cauwsu memang merupakan
kepandaian mujijat yang jarang sekali dimiliki jago2 lainnya
didaratan Tionggoan. Keesokan paginya Tat Mo Cauwsu terbangun dari tidurnya
dengan tubuh yang segar. Pendeta itu telah bersembahyang
membaca Liamkeng beberapa saat lamanya, kemudian baru
keluar dari kamarnya untuk perintahkan pelayan
mempersiapkan santapan paginya dengan sayur2an saja tanpa
daging. Selesai bersantap, Tat Mo Cauwsu keluar dari rumah
penginapan itu, dia memandang sekitar tempat tersebut, cukup
ramai orang yang berlalu lalang. Memang Tat Mo Cauwsu
bermaksud untuk bermalam dua atau tiga malam dirumah
penginapan ini, untuk me-lihat2 keadaan disekitar tempat
tersebut. Sesungguhnya, Tat Mo Cauwsu datang kedaratan
Tionggoan untuk menyebar luaskan agama Buddha.
Dan dengan demikian, selama berkelana didaratan
Tionggoan, pendeta dari India ini pun telah melihat lihat daerah
Koleksi kang zusi.com 358
mana yang baik untuk mendirikan kuil, guna dijadikan pusat
penyebaran agama Buddhanya.
Sebegitu jauh Tat Mo Cauwsu masih juga belum menemui
tempat yang cocok dengan apa yang diharapkannya.
Setelah memandang sekitar tempat itu beberapa saat
lamanya, Tat Mo Cauwsu telah melangkah per-lahan2, dia
berjalan sambil menikmati keindahan di kampung itu.
Walaupun saat itu dia berada disebuah kampung tidak
begitu besar, namun Tat Mo Cauwsu melihat keindahan alam
yang sejati, kehidupan dan para penduduk kampung yang
tampaknya rukun dan ramah, dia mengakuinya, penghidupan
dikampung dengan di kota memang berbeda sekali. Manusiamanusia yang berada dikota kota besar umumnya memiliki
penghidupan yang agak berada dengan penghidupan
dikampung kampung kecil. Dimana mana manusia yang
kebetulan hidup dikota terutama sekali dikota besar maka
mereka menjadi seorang yang terlalu masa bodoh terhadap
sekitarnya dan juga selalu di-kejar2 oleh kebutuhan untuk
memuasi lahiriah mereka belaka dimana uang dan kekayaan
memegang peranan, dengan cara apa saja mereka mengejar
kekayaan, dan merekapun menghalalkan yang diharamkan.
Tetapi bagi penduduk di kampung2, terutama sekali di


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kampung yang kecil dan berpenduduk sedikit sekali, kehidupan
dan penghidupan manusia2 dikampung lebih tenteram, lebih
tenang dan rukun, karena mereka umumnya memang lebih bisa
menyelami perasaan diantara sesamanya. Pengejaran untuk
kekayaanpun hampir sama sekali tidak ada, karena umumnya
mereka telah puas dengan yang diperolehnya, yang telah
diperiksa oleh Thian, maka dari itu mereka tidak diperbudak
oleh berbagai cara untuk mengejar harta dan kekayaan.
Tat Mo Cauwsu menghela napas waktu berpikir sampai
disitu, betapapun memang pendeta ini selama berkelana
Koleksi kang zusi.com 359
didaratan Tionggoan, dia telah melihatnya perbedaan yang menyolok seperti itu.
Waktu Tat Mo Cauwsu sedang menyusuri sebuah lorong
kecil, yang jarang sekali rumah penduduknya hanya ada satu2
dan jaraknya pun terpisah cukup jauh, mata pendeta ini telab
melihat sesuatu yang agak aneh. Dia melihat disebuah batu
gunung yang ada disisi sebatang pohon, tampak ada guratan2
yang bentuknya seperti lukisan kepala tengkorak.
Setelah berada dekat Tat Mo Cauwsu memperhatikan
dengan cermat, hatinya terkejut juga, karena justru lukisan
kepala tengkorak itu dibatu merupakan ukiran yang sangat
dalam dan besar2. Tat Mo Cauwsu mengulurkan jari telunjuknya, tepat sekali
ukiran itu menurut ukiran dari telunjuknya, waktu Tat Mo
Cauwsu menggerakkan jari telunjuknya mengikuti jalur ukiran
dibatu itu, dia segera mengetahuinya bahwa ukiran tersebut
tentu telah dibuat oleh ukiran jari tangan.
Yang mengejutkan Tat Mo Cauwsu bukanlah ukiran kepala
tengkorak dibatu itu, karena diapun memang bisa saja
melakukan hal itu. Tetapi justru yang mengejutkannya adalah
dikampung sekecil ini bisa terdapat seorang tokoh persilatan
yang memiliki keakhlian lwekang begitu sempurna" Dan
siapakah jago luar biasa itu" Lagi pula untuk apa dia
meninggalkan ukiran kepala tengkorak dibatu tersebut" Apa
yang hendak dilakukannya.
"Omitohud....!" memuji Tat Mo Cauwsu kepada kebesaran
Sang Buddha. Dia telah merangkapkan tangannya didepan
dadanya, untuk menenangkan hatinya, karena melihat lukisan
berbentuk kepala tengkorak manusia, maka tentunya orang
yang mengukir batu tersebut merupakan seorang yang cukup
kejam hatinya. Koleksi kang zusi.com 360
Diwaktu Tat Mo Cauwsu tengah memuji akan kebesaran
San Buddha, disaat itulah terdengar suara seruling yang ditiup
perlahan sekali, mengalun lembut luar biasa, suaranya halus
dan syair dari suara seruling itu diambil dari sajak yang sangat
terkenal dari pujangga Ban Tiong Gie yang berjudul "Sin Sin
Po Ling". Dengan demikian, sipeniup seruling itu tentunya
seorang yang sangat terpelajar sekali, jarang orang bisa
membawakan sajak Sin Sin Po Ling karena sajak itu
mengandung banyak sekali kata2 sulit dari persediaan, 'Seribu
Kata Bahasa Tionggoan', maka jika ada sesorang yang sanggup
membawakan sajak itu dari awal sampai akhir tanpa salah
sehuruf pun, orang itu tentu merupakan seorang yang sangat
terpelajar sekali. Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah memandang kearah
datangnya suara seruling itu.
Terpisah kurang lebih belasan tombak, tampak mendatangi
per-lahan2 seorang lelaki bertubuh agak gemuk, memakai baju
panjang berwarna kuning, dengan kopiah pelajarnya yang
berwarna merah sangat menyala dan agung sekali sikapnya.
Usianya mungkin baru empat puluh tahun, tetapi karena dia
tidak memelihara kumis dan jenggot, wajahnya jauh lebih
muda dari usianya. Waktu itu dia mendatangi sambil
meneruskan tiupan serulingnya dia menghampiri Tat Mo
Cauwsu. Tepat waktu jarak mereka terpisah kurang lebih dua
tombak, pelajar itu telah menyelesaikan tiupan serulingnya dikata2 terakhir dari sajak Sin Po Ling.
"Bagaimana Taisu, cukup merdukah tiupan serulingku itu
?" tanya pemuda tersebut, tampaknya dia gembira sekali,
mukanya cerah dan waktu dia selesai bertanya, dia telah
tersenyum, sehingga tampak jelas sekali baris giginya yang
putih cemerlang itu. Koleksi kang zusi.com 361
Tat Mo Cauwsu telah berkata: "Siancai ! Siancai ! Merdu
sekali ! Tampaknya Hengtai seorang yang Bun bu Coancai
(Terpelajar memiliki ilmu surat dan silat)."
Mendengar perkataan si pendeta, muka si pelajar telah
berobah, sikap yang riang telah sirna, dan mukanya
memperlihatkan keterkejutannya.
"Bagaimana Taisu mengetahui aku memiliki kepandaian
silat dan surat ?" tanyanya kemudian sambil memandang
dengan sorot mata menyelidiki.
"Ha, rupanya Hengtai tidak mau memperlihatkan bahwa
engkau mengerti juga ilmu silat yang cukup tinggi disamping
ilmu suratmu yang sempurna itu ...." kata Tat Mo Cauwsu
sambil tertawa. "Walaupun Hengtai menyamar dengan cara bagaimanapun
juga tetapi dengan sinar mata seperti itu, tentu saja orang bisa
mengenali bahwa Hengtai sebetulnya bukanlah pelajar yang
sejati, karena Hengtai tentunya memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, karena sinar matamu yang tajam itu
memperlihatkan bahwa engkau memiliki lwekang yang sangat
tinggi....! Sinar mata itulah yang tidak bisa disembunyikan ...!"
Pelajar itu telah menggerakkan seruling ditangannya sambil
tertawa lebar. "Ternyata Taisu sangat tajam sekali pandangan matanya,
sehingga baru bertemu, engkau sudah bisa mengetahui bahwa
aku mengerti ilmu silat disamping menguasai ilmu surat!
Bagus! Bagus! Rupanya Taisu merupakan seorang sahabat
yang enak untuk diajak bicara ! Jika melihat cara berpakaian
Taisu, dan keadaan wajah Taisu, tentunya Taisu bukanlah
bangsa Han, setidaknya jika bukan berasal dari India, tentu
Taisu merupakan pendeta dari Tibet atau Persia...!"
Koleksi kang zusi.com 362
"Mata Hengtai (saudara) ternyata sangat tajam sekali,
memang Siauwceng berasal dari India. Hanya sejak kecil
Siauwceng senang mempelajari bahasa Han, karena ada paman
luar Siauwceng yang berasal dari Tionggoan dan menetap di
India, sehingga Siauwceng bisa menguasai sedikit bahasa
Tionggoan." Si pelajar tertawa. "Kita baru bertemu, tetapi kita seperti dua orang sahabat
lama yang baru bertemu...! tampaknya seperti ada kecocokan
diantara kita......!" kata pelajar itu lagi sambil menggerak
gerakkan serulingnya yang berkilauan, ternyata seruling itu
dibuat dari baja putih, mulus dan berkilauan indah sekali.
"Ya, memang Hengtai tampaknya ramah dan sopan sekali
sehingga Siauwceng kagum atas sikap Hengtai yang periang.."
mengangguk Tat Mo Cauwsu. "Memang mencari sahabat sejati
yang sulit, karena itu kita harus berkelana dari ujung dunia
yang satu ke ujung dunia lainnya untuk melihat, mencari dan
memperoleh sahabat sejati itu. Walaupun ada kata2 yang
mengatakan, manusia dibumi ini adalah saudara2 kita namun
tidak mustahil diantaranya terdapat manusia2 berwatak hina
dan berpribudi rendah, mereka hanya mementingkan
kepentingan pribadi, dan itupun masih bagus, asal mereka tidak
mencelakai sesamanya untuk kepentingan pribadinya
tersebut...! Tetapi, untuk mencari lawan, mudah sekali sama
seperti kita membalik telapak tangan...." Mendengar perkataan
Tat Mo Cauwsu, si pelajar telah mengacungkan ibu jari tangan
kanannya. "Tepat !" katanya setengah berseru sambil tersenyum lebar.
"Memang tepat apa yang dikatakan oleh Taisu, karena itu
marilah kita mengikat tali persahabatan, agar kita kelak
menjadi sahabat2......!"
Koleksi kang zusi.com 363
"Sejak tadi, Siauwceng telah menganggap Hengtai sebagai
sahabat.... begitu pula jika Siauwceng menghadapi siapa saja,
Siauwceng segera menganggapnya sebagai sahabat. Jika orang
yang bersangkutan menganggap Siauwceng sebagai musuh, itu
adalah urusan mereka, karena justru bagi Siauwceng, mereka
adalah sahabat ! Dan kalau sampai ada seseorang yang
memusuhi Siauwceng, itupun urusan pribadi mereka sendiri,
bukan persoalan bagi diri Siauwceng, karena Siauwceng akan
tetap menganggapnya sebagai sahabat..... sedapat mungkin
Siauwceng akan menyadari mereka dari segala kekeliruan yang
mereka lakukan, tetapi jika mereka menolak uluran tangan kita,
apa yang hendak dikata ...?"
Mendengar perkataan pendeta dari India ini yang cukup
panjang, tiba2 pelajar itu telah tertawa ter-bahak2 sambil
mengempit serulingnya di ketiak dan dia telah menepuk
tangannya keras2. "Bagus! Bagus ! Sejak aku dilahirkan sampai sekarang ini,
baru pertama kali ini aku mendengar kata2 sebaik itu !! Nah
Taisu, apakah kau bersedia mengikat tali persahabatan
denganku " Aku biasa dipanggil oleh sahabat atau lawan
dengan julukan Gin Tok Siucai (Pelajar berseruling perak),
namaku Cie Hok dibawah dan diatas huruf Tang. Bolehkah aku
mengetahui gelaran Taisu yang harum ?"
"Apa itu harum " Apa itu kemuliaan " Semuanya kosong!
Yang terpenting kita mengenal terlebih dulu diri kita, mengenal
pribadi kita dan barulah kita bisa membuka mata, memandang
sekitar kita, untuk melihat, mendapatkan dan memeliharanya....! Jika memang seseorang bisa terlepas dari
rangsang dan nafsu keduniawian, dia akan berhasil mengecap
hidup bahagia dan tenteram..!"
"Hai! Hai! Kembali Taisu mengeluarkan kata2 yang
membuat aku harus angkat topi karenanya...!" kata Tang Cie
Hok dengan suara yang riang. "Baiklah, jika memang Taisu
Koleksi kang zusi.com 364
tidak gemar dengan basa basi, akupun bisa bertanya langsung.
Dapat aku mengetahui gelaran Taisu ?"
"Sebetulnya Siauwceng bernama Gunal Sing, tetapi selama
berkelana didaratan Tionggoan, Siauwceng dipanggil dengan
sebutan Tat Mo Cauwsu."
"Tat Mo Cauwsu" Ohhh, ya...coba tunggu dulu, aku seperti
pernah mendengarnya nama itu... tetapi, sayang sekali aku lupa
! Mungkin dalam percakapan beberapa orang sahabat nama Tat
Mo Cauwsu itu di-sebut2. Tetapi yang kuingat, justru nama Tat
Mo Cauwsu itu mendatangkan kesan yang baik dan merupakan
nama yang mengejutkan bagi para penjahat, bukan ?"
Gin Tok Siucai Tang Cie Hok adalah seorang begal tunggal
yang memiliki kepandaian sangat tinggi, dia memiliki ilmu
silat totokan yang ampuh sekali. Selama lima belas tahun
belajar berseruling perak ini telah malang melintang didaratan
Tionggoan, selama itu dia belum memperoleh tandingan.
Dengan demikian timbul sikap angkuhnya dan selalu
memandang lawan2nya dengan ringan sekali, karena itu pula
diapun selalu bersikap congkak. Sikapnya memang periang,
karena dia merasakan dan yakin bahwa dirinya merupakan jago
nomor wahid didunia Kangouw. Dia selalu tertawa dan
meremehkan lawannya. Tetapi waktu dia bertemu dengan Tat Mo Cauwsu, justru
dia telah diberikan santapan kata2 wejangan seperti itu, keruan
saja dia merasakan bahwa sikap aneh dari Tat Mo Cauwsu
tidak berada dibawahnya. Memang Gin Tok Siucai selalu
membawakan sikap yang aneh, dan jika ingin membinasakan
lawannya pelajar ini sering memperlihatkan tingkah yang
bukan2, dia tertawa se-puas2nya, atau dia menakut-nakuti dulu
lawannya dengan wajah yang mengerikan dan ancaman2 yang
menakutkan. Setelah lawannya ketakutan bukan main, barulah
dia menghabiskan jiwa lawannya itu.
Koleksi kang zusi.com 365
Namun menghadapi Tat Mo Cauwsu yang wajahnya angker
dan agung sekali, dia jadi mati kutu. Lebih2 pendeta itu selalu
menyodorkan kata2 yang mengandung arti sangat luas sekali,
maka dari itu dengan sendirinya si pelajar berseruling perak itu
tidak bisa membawakan sikap ugal2annya.
Melihat cara Tat Mo Cauwsu yang agak aneh dalam
menghadapinya, yang baru saja bertemu telah ber-kata2
sebebas itu, Gin Tok Siucai malah jadi gembira! Dia
merasakan, bahwa dia telah bertemu dengan lawan yang
setimpal dengan dirinya. Sambil menggerakkan serulingnya, tampak Gin tok Siucai
telah berkata dengan suara yang nyaring: "Taisu, tentunya
Taisu memiliki kepandaian luar biasa yang mengagumkan
sekali bukan?" "Apa itu kagum" Apa itu yang luar biasa ?" balik tanya Tat
Mo Cauwsu sambil tersenyum sabar. "Sudah kukatakan sejak
tadi, apa yang masih menyangkut keduniawian, tentu akan
membawa malapetaka ! Maka dari itu, jika seseorang telah
berhasil melepaskan diri dari tuntutan2 keduniawian, maka
orang itu bisa hidup dengan teratur dan tenteram, apa adanya
disaat sekarang saja yang harus dikerjakan, tanpa memikirkan
masa lalu dan masa yang akan datang...! Tetapi sebagai
manusia tentu saja harus berpikir panjang dan luas, justru untuk
mengertikan saat2 sekarang ini yang sering dilupakan,
umumnya manusia sering dilemparkan dalam khayalan yang
terlalu jauh, sehingga menyeret mereka pula ke alam yang
belum terwujud bentuknya."
Si pelajar seruling perak itu telah meng-geleng2kan
kepalanya sambil tertawa.
"Taisu, pengetahuanmu mengenai penghidupan tampaknya
lebih jauh dan luas dibandingkan dengan apa yang telah kulihat
! Tampaknya Taisu memang benar2 menghayati segalanya itu.
Koleksi kang zusi.com 366
Sekarang marilah kita bicara mengenai ilmu silat ! Menurut
apa yang kulihat dan hematku tentunya, Taisu bukanlah orang
sembarangan. Dengan berani merantau seorang diri dari India
datang ke daratan Tionggoan, tentu Taisu telah memiliki bekal,
terutama sekali ilmu silatmu....! Maka menurut apa yang telah
Taisu alami, bagaimana pandangan Taisu mengenai jago2 di
daratan Tionggoan ini...?" tanya si pelajar berseruling perak itu.
Tat Mo Cauwsu tersenyum.

Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Semuanya hebat, hanya saja mereka belum dapat
mengekang nafsu dan emosi, mereka terlalu cepat puas dan
tidak melatih diri dengan penuh kesungguhan, karena perasaan
tinggi diri dan merasa puas yang terlalu cepat seperti itu,
membuat mereka akhirnya jadi tertinggal oleh yang muda2,
generasi yang mendatang....!"
Tat Mo Cauwsu berusaha memberikan penyahutan yang
cukup luas ruang lingkupnya.
"Bagus ! bagus ! Pendapat Taisu memang sependapat
dengan yang selama ini kupikirkan....! Begitu pula pendapatku,
memang banyak jago2 silat yang ternama dan memiliki
kepandaian tinggi, tetapi setelah memperolah keharuman nama,
mereka tenggelam dalam keharuman namanya itu, melupakan
untuk berlatih dengan giat, malas untuk meningkatkan
kepandaian, hatinya ber-senang2 dalam limpahan hormat dan
kemasyuran nama belaka, sehingga sepuluh atau dua puluh
tahun kemudian, mereka baru terkejut dan menyadari
ketertinggalannya itu oleh anak2 muda....!"
Tat Mo Cauwsu tersenyum pula.
"Hengtai bicara mengenai ilmu silat, apakah ada sesuatu
yang hendak Hengtai utarakan?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil
mengawasi pelajar berseruling perak itu dengan sorot mata
yang tajam sekali, karena Tat Mo Cauwsu begitu melihat
pelajar ini segera dapat merasakan di hati kecilnya, bahwa Gin
Koleksi kang zusi.com 367
Tok Siucai Tang Cie Hok tersebut bukanlah sebangsa manusia
baik2, bahkan sangat licik sekali. Itulah sebabnya mengapa Tat
Mo Cauwsu membuka perkataannya dengan kaitan yang
bersangkutan dengan ujar2 yang mengandung wejangan.
"Begini Taisu," kata Gin Tok Siucai Tang Cie Hok sambil
tertawa dengan muka yang riang, "Seperti tadi Taisu telah
mengetahui bahwa aku digelari sahabat2 maupun lawan
dengan julukan "Gin Tok Siucai", yaitu si pelajar berseruling
perak, maka aku ingin memperlihatkan kepandaian serulingku
itu, untuk dipergunakan menotok lawan, nanti setelah melihat
keburukan dari ilmu totokanku itu, harap Taisu memberikan
petunjuk !" Dan setelah berkata begitu, Gin Tok Siucai memang
menggerakkan serulingnya, dia ingin memperagakan
kepandaiannya dihadapan si pendeta, karena dia yakin Tat Mo
Cauwsu tentu akan terkejut nanti setelah melihat ilmu
serulingnya. Maka dia mulai bersilat dengan serulingnya itu,
dengan gerakan2 yang dahsyat dan cepat sekali. Setiap gerakan
pelajar berseruling perak ini memang dapat diikuti, tetapi
setiap jurus yang diperlihatkannya mengandung perobahan
gerak yang rumit sekali dan membahayakan lawannya.
Seruling itu bergerak me-lingkar2 dan setiap tusukan atau
tabasan ujung seruling itu, pasti akan mengenai tempat yang
sangat berbahaya sekali ditubuh lawannya.
Tat Mo Cauwsu sendiri tercekat hatinya, tetapi pendeta itu
tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya itu diwajahnya, dia
tersenyum saja mengawasi terus.
Setelah menjalankan dua puluh satu jurus dari ilmu
serulingnya itu, yang setiap jurus mengandung delapan
perobahan gerakan, Gin Tok Siucai berhenti dengan seruling
yang diturunkan ke dekat pahanya, seperti juga itulah jurus
yang penutupnya. Koleksi kang zusi.com 368
"Bagaimana Taisu ?" tanya Gin Tok Siucai sambil
tersenyum lebar, "Apakah engkau bisa membedakan gerakan
yang lemah dan kurang sempurna dalam jurus2 seruling itu ?"
Tat Mo Cauwsu telah berkata : "Siancai ! Jarang sekali
orang bisa memiliki kepandaian sehebat Hengtai. Itulah
kepandaian yang cukup sempurna...! Hanya sedikit sekali
kekurangannya, setiap totokan tidak mengandung kekuatan
lwekang yang mantap dimana Hengtai merobah perobahan dari
jurus2 seruling itu yang tampaknya semakin rumit semakin
hebat, coba kalau memang Hengtai menyertainya sejurus
dengan penyaluran lwekang yang kuat, niscaya Hengtai akan
lebih sempurna lagi......"
Muka Gin Siucai jadi berobah memperlihatkan perasaan
tidak senang dan penasaran.
Semula dia mengharapkan si pendeta akan memujinya
setinggi langit, seperti apa yang sering dialaminya. Tetapi kini
sebaliknya si pendeta telah mengemukakan kelemahan2nya,
walaupun apa yang dikatakan oleh Tat Mo Cauwsu memang
apa yang sebenarnya namun dalam hal ini telah membuat Gin
Tok Siucai kurang gembira. Sudah diketahui wataknya yang
sering mempermainkan lawan, maka sekarang dia dicela,
walaupun dengan perkataan yang halus dan tidak mencela
secara langsung se-tidak2nya telah membuat Gin Tok Siucai
Tang Cie Hok jadi penasaran.
"Mungkin apa yang dikatakan oleh Taisu memang benar...."
kata Tang Cie Hok kemudian sambil tersenyum, senyum yang
agak sinis, tidak seperti tadi cerah dan riang. "Tetapi apakah
Taisu mau untuk main2 beberapa jurus serulingku ini, agar
mataku terbuka ?" "Siancai ! Siancai ! Siauwceng tidak memiliki kepandaian
yang berarti, tentu tidak dapat dibandingkan dengan
Koleksi kang zusi.com 369
kepandaian Hengtai yang tinggi dan sempurna itu" Mana
berani Siauwceng mengadu tangan dengan Hengtai...?"
"Janganlah Taisu merendah seperti itu, aku mengetahui
tentunya Taisu memiliki kepandaian yang sempurna! Marilah
Taisu, kita main2 beberapa jurus untuk melewati waktu
senggang..." kata Tang Cie Hok mendesak.
Tat Mo Cauwsu kembali tersenyum, "Baiklah !" katanya
mengangguk sabar. "Tetapi kuharap saja Hengtai mau berlaku
murah hati kepada Siauwceng, tidak menurunkan tangan
keras....!" Gin Tok Siucai tertawa, dia menggerakkan tangan
kanannya untuk melancarkan serangan dengan jurus
pembukaan. Dia menggerakkan serulingnya itu lurus2 ke
depan, untuk menotok jalan darah Pa-tie hiat disamping dada
kanan dari si pendeta India tersebut.
Gerakannya memang tidak begitu cepat, dapat dilihat
menyambarnya seruling, tetapi justru perobahan dari serangan
itu yang rumit dan akan membingungkan lawan, maka seruling
bisa ber-obah2 arah dengan cepat sekali dalam satu kali
serangan tersebut. Hal ini membuat Tat Mo Cauwsu jadi berpikir dalam
hatinya, "Kepandaian pelajar ini memang cukup tinggi, tenaga
lwekangnyapun lumayan dan kepandaian menotoknya sangat
hebat, tetapi sayangnya dia tidak bisa memecahkan diri antara
penyaluran tenaga lwekangnya ke serulingnya ! Itulah
kelemahannya....!" Tat Mo Cauwsu bukan hanya berpikir begitu saja, tetapi dia
telah mengelakkan serangan lawannya dengan gerakan yang
cepat sekali, dia memiringkan dadanya tanpa merobah
kedudukan kuda2 kakinya. Koleksi kang zusi.com 370
Seruling lewat disamping dadanya hanya terpisah dua dim,
dan waktu itu Tat Mo Cauwsu telah mengulurkan tangan
kirinya, dia mengancam jalan darah Liong-ku hiat didekat
pergelangan tangan Tang Cie Hok, yang hendak
dicengkeramnya. Tang Cie Hok waktu memperoleh kenyataan serangannya
itu gagal dan mengenai tempat kosong, secara beruntun telah
melanjutkan dengan serangan kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya dengan beruntun.
Setiap serangan itu semakin lama jadi semakin kuat dan
menindih ruang gerak lawannya.
Tat Mo Cauwsu juga merasakan pengaruh dari tekanan
seruling itu, karenanya dia juga telah merasakan bahwa tidak
bisa dia hanya berkelit saja.
Ketika sampai jurus yang kedua belas Tat Mo Cauwsu
berkata sabar : "Maaf, Siauwceng harus menggagalkan
serangan ini !" Waktu itu seruling Gin Tok Siucai Tang Cie Hok tengah
meluncur turun akan menotok leher Tat Mo Cauwsu. Dengan
cepat sambil berkata begitu, si pendeta telah memiringkan
kepalanya, sehingga seruling itu gagal mengenai sasarannya
yang tepat, lewat disisi leher pendeta itu beberapa dim jauhnya.
Dan Tat Mo Cauwsu bukan bergerak sampai disitu saja, tangan
kanannya bergerak cepat sekali tahu2 dia berhasil menjepit
seruling Gin Tok Siucai! Gerakan yang dilakukan si pendeta sangat sulit untuk
diikuti oleh pandangan mata, sehingga serangan itu telah
mengejutkan Gin Tok Siucai, sebab pelajar ini justru tidak
dapat menarik pulang serulingnya.
Koleksi kang zusi.com 371
Cepat2 Tang Cie Hok mengerahkan tenaga lwekangnya
yang disalurkan sembilan bagian ke telapak tangannya, dia
menarik kuat2 sambil mengeluarkan suara teriakan nyaring.
Disaat itulah, dengan getaran yang kuat sekali, seruling
bergerak sedikit, tetapi tidak terlepas dari cekalan jari telunjuk
Tat Mo-Cauwsu yang menjepitnya bagaikan capit baja.
Tang Cie Hok jadi penasaran sekali, dia mengerahkan lagi
tenaga murninya dan berusaha sekuat tenaga untuk menarik
serulingnya. Tetap saja seruling yang dijepit oleh jari telunjuk Tat Mo
Cauwsu tidak bergeming. "Apakah telah cukup, Hengtai ?" tanya Tat Mo Cauwsu
dengan suara yang sabar. Muka Tang Cie Hok jadi berobah merah padam, dia marah
bercampur penasaran. Sekali lagi Tang Cie Hok telah menarik serulingnya itu,
tapi tetap tidak berhasil.
Akhirnya Tat Mo Cauwsu melepaskan juga japitan jari
telunjuknya, dia telah berkata dengan suara yang sabar dan
ramah : "Sudahlah Hengtai, apa lagi yang harus kita lakukan
hanya untuk sekedar memperoleh perkataan menang atau kalah
itu" Semuanya kosong dan tidak ada artinya. Marilah kita
menyudahi saja urusan ini sampai disini, selanjutnya kita akan
mengikat tali persahabatan yang erat....! Bukankah itu jauh
lebih baik?" Tang Cie Hok telah memandang Tat Mo Cauwsu dengan
muka yang berobah merah karena malu dan penasaran, tetapi
dia mengakui kepandaian Tat Mo Cauwsu memang benar2 luar
biasa dan tidak mungkin dapat ditandingi oleh kepandaiannya.
Jika tadi Tat Mo Cauwsu bermaksud untuk menurunkan tangan
jahat padanya atau melukainya, tentu hal itu dengan mudah
Koleksi kang zusi.com 372
dapat dilakukannya. Tetapi rupanya Tat Mo Cauwsu memang
tidak bermaksud buruk. Si pelajar seruling perak itu telah merangkapkan sepasang
tangannya menjura memberi hormat kepada Tat Mo Cauwsu.
"Terima kasih atas petunjuk Taisu...dengan demikian bisa
terbuka pandangan mata dan pikiranku bahwa diatas gunung
masih ada gunung yang lebih tinggi .....! Terima kasih Taisu
atas kemurahan hati Taisu yang tidak menurunkan tangan keras
kepadaku ! Selama aku berkelana malang melintang didalam
dunia persilatan, belum ada orang yang kupandang dan
kusegani tetapi sekarang mataku baru terbuka, bahwa ada
seseorang yang berjiwa luhur dan agung seperti Taisu, yang
memiliki kepandaian sangat menakjubkan sekali."
Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi: "Hengtai terlalu tinggi
memuji ! Tahukah Hengtai, bahwa pujian yang terlalu tinggi
akhirnya dapat mencelakai orang yang bersangkutan " Orang
yang di-puji2 dan dipuja itu, jika menerima suatu hal yang
tidak diinginkan, sama pula halnya dia jatuh dari tempat yang
tinggi sekali menimbulkan sakit yang luar biasa. Maka
alangkah bijaksananya jika saja kita bisa ber-hati2 dalam
persoalan ini dengan apa adanya saja....."
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 11 "TAISU terlalu merendah dan memang sudah sepatutnya
Taisu menerima penghargaan yang tinggi dari kami golongan
Kangouw di Tionggoan ! Jika menurut penglihatan aku yang
picik, tentu tidak ada seorangpun kaum gagah kalangan
Kangouw di Tionggoan ini yang bisa menandingi kepandaian
Taisu...." kata Gin Tok Siucai lagi dengan sikap bersungguhsungguh.
Koleksi kang zusi.com 373
"Ah, tidak bisa Hengtai berkata begitu, bukankah tinggi
gunung ada yang lebih tinggi lagi " Sudahlah, kini mari kita
melihat kepada persoalan lain ! Tadi secara kebetulan, aku
telah melihat dibatu itu terdapat lukisan yang berbentuk kepala
tengkorak manusia." Dan sambil berkata begitu, Tat Mo
Cauwsu telah menunjuk ke batu yang berada dibawah batang
pohon itu, dibatu yang berukiran kepala tengkorak manusia.
Gin Tok Siucai waktu melihat ukiran kepala tengkorak
manusia itu jadi berobah mukanya pucat pias, dia juga
mengeluarkan seruan tertahan.
Tat Mo Cauwsu melihat perobahan muka Gin Tok Siucai,
dia jadi heran melihat pelajar seruling perak yang
kepandaiannya tinggi itu bisa memperlihatkan sikap seperti
ketakutan begitu melihat ukiran kepala tengkorak di batu
tersebut. "Celaka Taisu ! kita harus cepat-cepat meninggalkan
tempat ini, kalau terlambat .....tentu kita bisa menerima
bencana yang sangat hebat sekali .....!" suara Gin Tok Siucai
waktu berkata begitu tergetar, tampaknya dia memang
ketakutan sekali. Tat Mo Cauwsu tambah heran dan menatap dalam dalam
kepada Pelajar berseruling perak tersebut, dia telah berkata
dengan suara yang tetap tenang. "Tunggu dulu Hengtai," dia
juga menarik tangan si pelajar seruling perak itu, karena Gin
Tok Siucai seperti hendak cepat-cepat angkat kaki berlalu dari
tempat tersebut. "Gambar ukiran kepala tengkorak manusia itu
apa artinya" Mengapa Hengtai begitu berkuatir ?"
Si pelajar seruling perak telah menatap Tat mo Cauwsu
dengan sinar mata yang gelisah, diapun telah berkata :
"Apakah... apakah Taisu belum pernah mendengar tentang Khu
Ke Lo Mo (Iblis Tengkorak) Cung Cie Liang ?"
Tat Mo Cauwsu memperlihatkan sikap seperti heran.
Koleksi kang zusi.com 374
"Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?" tanyanya.
Tang Cie Hok mengangguk, sedangkan matanya telah
memandang sekeliling tempat itu.
"Benar Taisu.... Iblis Tengkorak itu sangat telengas sekali


Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya...!" kata Tang Cie Hok dengan sikap ketakutan
sekali. "Setiap orang tentu akan menggigil ketakutan sampai
terasa tulang tulang ditubuh berlepasan jika bertemu dengan
Iblis Tengkorak itu, karena disamping adatnya yang aneh dan
senang sekali menganiaya lawannya, juga Iblis Tengkorak itu
memiliki ilmu yang sangat luar biasa, diapun memiliki
semacam kepandaian seperti ilmu sihir...! Mari Taisu, mari kita
cepat-cepat berlalu !"
Dan setelah berkata begitu, Tang Cie Hok menarik
tangannya agar terlepas dari cekalan Tat Mo Cauwsu, dia
cepat2 hendak berlalu dari tempat itu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Tang Cie
Hok, sehingga pelajar berseruling perak itu tidak berhasil
melepaskan tangannya. "Lepaskan Taisu! Aku ingin cepat2 menghindarkan diri
dari pertemuan dengan iblis itu...!" kata Tang Cie Hok. "Jika
kau mau tetap berdiam disini, terserah..!" kemudian tampak
Tang Cie Hok menarik tangannya lagi, untuk melepaskan
cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Cie Hok kuat kuat,
sia sia belaka Tang Cie Hok menarik tangannya, yang tidak
juga dapat terlepas dari cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.
"Sabar Hengtai, jangan tergesa-gesa! Tadi kau mengatakan
Khu Ke Lo Mo merupakan iblis yang sangat telengas sekali,
apakah dia berasal dari golongan hitam ?"
"Bukan hanya berasal dari golongan hitam, bahkan dia
biang dari kalangan para jago-jago di aliran hitam !" menyahut
Koleksi kang zusi.com 375
Tang Cie Hok jadi gelisah sekali, karena tidak juga Tat Mo
Cauwsu melepaskan cekalannya. "Cepat kita menyingkir,
Taisu... kalau kita sampai bertemu dengannya, tentu celakalah
kita... niscaya dia akan menguasai kita dengan ilmu sihirnya...
sejak dulu sampai sekarang, tidak pernah ada korbannya yang
lolos dari kematian ditangan iblis tersebut...! Tanda gambar
tengkorak yang diukir dengan jari telunjuk tangan merupakan
tanda kehadirannya ditempat ini ! Ayoh cepat kita berlalu
Taisu...!" Tat Mo Cauwsu menggelengkan kepalanya perlahan,
katanya sabar dan tenang : "Nanti dulu Tang Hengtai... justru
Siauwceng ingin bertemu dengan iblis itu...!"
"Apa ?" tanya Tang Cie Hok dengan bulu tengkuknya yang
berdiri, karena kaget bercampur perasaan ngeri. "Taisu... taisu
ingin bertemu dengan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?"
Tat Mo Cauwsu telah mengangguk.
"Ya, jika memang dia berada disekitar tempat ini, biarlah
kita nantikan saja munculnya ...."
"Mana...mana boleh begitu Taisu ?" kata Tang Cie Hok
gugup sekali, "Kita seperti juga menghampiri kematian !"
Tetapi Tat Mo Cauwsu tenang sekali, dia menggelengkan
kepalanya, "Biarlah aku berkenalan dengan iblis itu, dan
engkau tertarik untuk menyaksikan, bukan ?"
"Tetapi Taisu, bukan aku meremehkan kepandaian Taisu,
karena jika sampai iblis itu melihat kita, jangan harap kita bisa
menyingkir dari kematian ditangannya. Soal kepandaian ilmu
silatnya mungkin bisa ditandingi Taisu tetapi ilmu hitamnya
yang luar biasa anehnya mana dapat kita menghadapinya."
Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu
tersenyum sabar dan melepaskan cekalan tangannya.
Koleksi kang zusi.com 376
"Nah, jika memang Hengtai tidak bersedia menyaksikan
pertemuan Siauwceng dengan Cun Cie Liang, Siauwceng juga
tidak bisa memaksanya, silahkan Hengtai berlalu. Tetapi jika
seandainya nanti dalam perjalanan pergi itu Hengtai
berpapasan dengannya, bukankah itu lebih merepotkan lagi ?"
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu itu Tang Cie Hok
jadi mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya tergetar keras dan
kemudian ia menganggukkan kepala.
"Benar...Benar Taisu ... jadi bagaimana harusnya yang
kulakukan" Jika aku pergi melarikan diri dari tempat ini, lalu
berpapasan dengan dia, bukankah bahaya itu telah didepan
mata juga " Tetapi jika berdiam ditempat ini dan iblis itu
muncul, bukankah kematian juga untukku" Jelas aku tidak
sanggup menghadapi iblis itu, aku tidak bisa menghadapi ilmu
hitamnya." Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu telah
tertawa hambar. "Menurut hemat siauwceng, alangkah baiknya jika memang
Hengtai berdiam disini bersama Siauwceng, bukankah jika iblis
itu muncul Siauwceng yang akan menghadapinya dan Hengtai
hanya menyaksikan saja ! jika memang nanti Siauwceng
ternyata tidak sanggup menghadapinya, Hengtai bisa angkat
kaki untuk bersembunyi dari dia .... kukira itulah cara yang
baik ...!" Muka Tang Cie Hok berobah jadi merah. Dia merasakan
kata-kata Tat Mo Cauwsu itu merupakan sindiran halus untuk
dirinya, karena dia seperti dianggap pengecut.
"Baiklah Taisu," kata Tang Cie Hok setelah ragu2 sejenak,
"Tetapi .... apakah Taisu memilki ilmu andalan untuk
menghadapinya" Jika memang kita mengetahui tidak sanggup
menghadapinya, untuk apa kita mencoba coba menghadapinya
" Bukankah lebih baik kita berdua menyingkirkan diri tidak
Koleksi kang zusi.com 377
menahan permusuhan dengan iblis celaka itu " Tahukah Taisu,
telah ratusan jiwa para orang2 gagah yang terbinasa
ditangannya." Tat mo Cauwsu tetap membawa sikap yang tenang, dia
telah berkata sabar : "Tenang saja Hengtai, karena maksud
Siauwceng untuk menemui iblis Tengkorak itu bukan hanya
sekedar untuk memperoleh kemenangan saja..... justru
Siauwceng ingin menghadapinya untuk membasmi kebathilan.....! Maka dari itu, Siauwceng hanya akan berusaha
saja untuk menundukkan dan menyadari Iblis Tengkorak
tersebut dari jalannya yang sesat...! Sabar saja jangan berlalu
gugup seperti itu .....!"
Tang Cie Hok menghela napas, dia berkata dengan suara
terbata bata : "Terus terang saja Taisu, selamanya aku tidak
takut kepada siapapun juga, tetapi hanya iblis Tengkorak ini
saja yang membuat aku jadi gentar dan ketakutan, sehingga aku
melupakan harga diri dan malu, aku ingin melarikan diri dari
jaringan tempat dia berada. Hal itu disebabkan secara kebetulan
sekali aku pernah menyaksikan dengan mataku, betapa iblis itu
membinasakan tiga orang tokoh persilatan yang sangat
ternama, yang kepandaiannya tidak berada di bawah
kepandaianku, mereka hanya melayani empat jurus, kemudian
seorang demi seorang terbinasa dengan cara mengerikan sekali,
dengan sekujur tubuh yang hancur lumat oleh pukulan yang
dilancarkan oleh si iblis Tengkorak."
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah menepuk bahu Tang Cie
Hok, katanya : "Kau tenang saja, Hengtai, aku berjanji akan
menghadapi iblis itu sebaik mungkin......!"
Tetapi Tat Mo Cauwsu belum bisa meyakinkan penuh
kepada Tang Cie Hok, karena pelajar berseruling perak tersebut
tampaknya masih diliputi perasaan takut saja.
Koleksi kang zusi.com 378
"Sebenarnya Iblis Tengkorak Cung Cie Liang itu memiliki
kepandaian yang diandalkannya dalam bentuk ilmu sihir atau
memang ilmu silatnya ?" tanya Tat Mo Cauwsu.
"Kedua-duanya, disamping kepandaian silatnya dan
lwekangnya yang sempurna, juga dia memiliki ilmu sihir aliran
hitam, yang bisa menguasai lawannya dengan sinar
matanya....!" menyahuti Tang Cie Hok.
"Jika begitu, Hengtai tidak perlu kuatir, karena aku berjanji
akan menghadapinya nanti..! Soal ilmu hitamnya itu tidak perlu
Hengtai kuatirkan, bukankah Siauwceng seorang beribadat
yang memiliki mantera-mantera yang bisa mengusir iblis dan
setan ?" Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu yang seperti
merupakan jaminan untuknya, Tang Cie Hok jadi agak tenang.
Dia telah mengangguk. "Mudah-mudahan saja...!" tetapi baru saja Tang Cie Hok
berkata sampai disitu, justru suaranya terhenti, karena telah ada
yang menyambungi : "Mudah2an saja iblis Tengkorak itu
muncul sekarang juga."
Semangat Tang Cie Hok seperti terbang meninggalkan
raganya, dia mendengar suara itu parau menyeramkan, sampai
sepasang lututnya menggigil gemetaran.
"Ini...ini...," katanya dengan suara tersendat. Sebetulnya
Tang Cie Hok ingin memberitahukan Tat Mo Cauwsu bahwa
iblis Tengkorak itu telah datang ditempat tersebut tetapi karena
diliputi ketakutan yang luar biasa, Tang Cie Hok yang biasanya
periang dan sering meremehkan lawannya, jadi tidak bisa
berkata-kata dengan lancar.
Tat Mo Cauwsu juga telah mendengar suara yang parau
menyeramkan itu, dia menoleh kearah datangnya suara itu.
Dari balik gerombolan pohon bunga terpisah kurang lebih tiga
Koleksi kang zusi.com 379
puluh tombak tampak sesosok bayangan yang berkelebat cepat
sekali mendatangi. Sosok tubuh itu rupanya memiliki ginkang (ilmu
meringankan tubuh) yang sangat tinggi sekali. Karena begitu
dia berkata, segera tubuhnya telah sampai dihadapan Tat Mo
Cauwsu dan Tang Cie Hok, hanya terpisah dua tombak.
Tubuh Tang Cie Hok jadi gemetaran, belum apa apa dia
sudah jeri melihat munculnya si iblis Tengkorak yang
keadaannya memang agak luar biasa.
Tat Mo Cauwsu sendiri waktu melihat bentuk dan ujud dari
Iblis Tengkorak itu, jadi tergetar hatinya.
Dihadapan mereka berdiri seorang laki-laki yang bertubuh
jangkung kurus, dengan muka yang menyeramkan, bagaikan
muka itu tidak berdaging dan menyerupai tengkorak kepala
manusia... iblis itu memiliki sepasang mata yang cekung ke
dalam dengan kening yang menonjol dan beberapa rambut saja
yang bertumbuhan diatas kepalanya, bibirnya lebar sekali,
sehingga keadaan mukanya itu memang benar-benar seperti
tengkorak kepala manusia.
Matanya yang cekung itu memancarkan sinar kehijauhijauan menakutkan sekali.
"Kaliankah yang menantikan kedatanganku " Kudengar
kalian ingin bertemu... hahaha, maka aku telah cepat-cepat
datang kemari agar tidak mengecewakan kalian..!" kata Iblis
Tengkorak Cung Cie Liang dengan suara yang menyeramkan
sekali. Tat Mo Cauwsu cepat2 merangkapkan tangannya, dia juga
memuji kebesaran Sang Buddha untuk menenangkan kembali
goncangan hatinya. "Siancai ! Siancai ! Bolehkah Siauwceng mengetahui nama
Hengtai ?" tanya Tat Mo Cauwsu.
Koleksi kang zusi.com 380
"Hemm, bukankah engkau telah mendengar sendiri dari
mulut dia ?" tanya Cung Cie Liang dengan suara menyeramkan
dan menunjuk kepada Tang Cie Hok.
Ditunjuk begitu Tang Cie Hok jadi lemas seperti tidak
bertenaga, dia cepat-cepat menunduk tidak kuat saling
bentrokan mata dengan manusia yang ujudnya agak luar biasa
ini, karena terlalu kurusnya itu, sehingga kepalanya dan
mukanya bagaikan tidak berdaging lebih mirip tengkorak
kepala manusia. "Jadi Hengtai yang bergelar Khu Ke Lo Mo Cung Cie
Liang ?" tanya Tat Mo Cauwsu dengan suara yang tenang.
"Tidak salah ! Tepat sekali ! Tadipun engkau telah
mendengarnya ... memang akulah si iblis yang paling kejam,
iblis yang bertangan telengas yang tidak pernah memiliki
perasaan kepada lawannya, iblis yang selalu menyiksa
lawannya terlebih dulu sebelum membinasakannya ! Itulah aku
Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang....!"
Tat Mo Cauwsu tetap membawakan sikap yang tenang
sekali, dia telah berkata dengan suara yang sabar : "Cung
Hengtai, kiranya engkau memiliki ilmu menangkap suara yang
sempurna sekali ! Tadi engkau terpisah dengan kami cukup
jauh, tetapi engkau telah berhasil menangkap semua
pembicaraan kami dengan jelas ! Disamping itu engkau
memiliki Ginkang yang sangat tinggi sekali. Maka apakah
kepandaian yang begitu tinggi dan mengagumkan sekali tidak
dibuat sayang untuk dipergunakan melakukan hal hal yang
tidak baik dan tidak wajar ?"
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu seperti juga
menyesali perbuatan perbuatannya si Iblis telah tertawa dengan
suara bergelak gelak keras sekali.
"Bagus ! Bagus ! Seumurku ini, baru pertama kali ini aku
ditegur orang...! Bagus ! itulah yang kuhendaki ! Selamanya
Koleksi kang zusi.com 381
aku paling benci pada manusia manusia pengecut seperti dia !"
dan sambil berkata begitu tampak Khu Ke Lo Mo telah
menunjuk kepada Tang Cie Hok dengan sikap yang mengejek.
"Justru sekali-sekali aku ingin bertemu manusia seperti engkau,
yang baru pantas dijadikan lawan bertanding..!"
Kemudian mata Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang
memandang kepada Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata yang
Badai Di Keraton Demak 1 Gento Guyon 16 Mbah Pete Ketika Barongsai Menari 4

Cari Blog Ini