Ceritasilat Novel Online

Pengasuh Setan 3

Siluman Ular Putih 15 Pengasuh Setan Bagian 3


kalah. Sekaranglah gantian aku mengalahkanmu.
Bahkan aku bukan hanya ingin mengalahkanmu,
tapi juga ingin mengirim nyawa busukmu ke dasar neraka dengan aji 'Panglipur Setan'! Bersiapsiaplah menerima kematianmu, Ompong!"
Makin renyah saja tawa terkekeh Pelukis
Sinting Tanpa Tanding. Namun diam-diam tokoh
sakti dari Goa Bedakah ini gelisah sekali. Baru
saja Pengasuh Setan mengerahkan aji 'Tangkal
Petir' yang demikian hebat. Apalagi dengan aji
'Panglipur Setan' yang tentu lebih hebat dibanding ajiannya yang pertama.
"Boleh saja kalau kau bisa, Pengasuh Setan.
Ayo, jangan mengancam saja! Buktikan! Dari tadi
kau hanya pintar berkoar!" ejek Pelukis Sinting Tanpa Tanding hanya sekadar
menutupi rasa gelisahnya. Hatinya khawatir kalau-kalau tidak
mampu mengatasi aji 'Panglipur Setan' milik Pengasuh Setan. Maka diam-diam tenaga dalamnya
makin dilipatgandakan kalau-kalau ada serangan-serangan yang tak terduga. Namun serangan
yang ditunggu-tunggu tidak datang. Sementara
Pengasuh Setan malah duduk bersila di hadapannya. Kedua telapak tangannya ditangkupkan
di depan dada. Bibirnya berkemik-kemik dengan
mata tertutup. Entah, apa yang akan dilakukan.
Yang jelas, Pelukis Sinting Tanpa Tanding terus
berjaga-jaga. Di saat tengah berjaga-jaga, mendadak tokoh
sakti dari Goa Bedakah ini dikejutkan oleh bunyibunyi aneh yang keluar dari mulut Pengasuh Setan. Mula-mula bunyi gerengan itu hanya perlahan. Selang beberapa saat, gerengannya jadi
menghentak-hentak. Keras. Amat keras!
Pelukis Sinting Tanpa Tanding terperanjat.
Gendang telinganya terasa mau pecah. Buru-buru
tenaga dalamnya dikerahkan ke telinga untuk
melindungi gendang telinganya. Namun suarasuara gerengan semakin menyerang luar biasa.
Suara-suara gerengan itu terus menerobos gendang telinga Pelukis Sinting Tanpa Tanding. Ibarat tangan-tangan setan mengaduk-aduk ke dalam kubangan air!
"Celaka! Bisa modar kalau begini terus caranya. Aku harus bertindak. Aku tak mau mati
konyol seperti ini. Tapi, bagaimana?" gumam hati Pelukis Sinting Tanpa Tanding
gelisah. Suara-suara gerengan Pengasuh Setan pun
makin menghebat menghentak-hentak gendang
telinga Pelukis Sinting Tanpa Tanding tanpa ampun. Akibatnya tubuh lelaki tua dari Goa Bedakah itu terguncang. Dari kedua lobang telinganya
bahkan telah mengeluarkan darah segar!
"Sekaranglah saat kematianmu, Ompong!
Heaa...!" Tiba-tiba tubuh Pengasuh Setan meloncat
tinggi ke udara. Kedua telapak tangannya yang
berisi aji 'Panglipur Setan' siap meremukkan
ubun-ubun kepala lawan.
Pelukis Sinting Tanpa Tanding terperangah.
Tak mungkin serangan maut itu dipapak. Tubuhnya tengah limbung akibat serangan suara-suara
dahsyat tadi. Apalagi perhatiannya terpusat pada
gerengan-gerengan Pengasuh Setan yang mengandung tenaga dalam kuat luar biasa!
"Heaaa...!"
Pelukis Sinting Tanpa Tanding berusaha
berkelit sebisanya. Namun sayangnya, gerakan
tubuhnya terlalu lamban. Maka tanpa ampun lagi.... Crakkk! "Aaah...!"
Pelukis Sinting Tanpa Tanding menggembor
setinggi langit. Tubuhnya seketika terpental jauh ke belakang, berputar-putar
sebentar, dan jatuh
berdebam ke tanah. Untung saja serangan Pengasuh Setan tidak mengenai ubun-ubun kepalanya.
Kalau luput sedikit saja, bukan mustahil kepala
gundulnya hancur berkeping-keping!
Namun meski serangan Pengasuh Setan
hanya mengenai pundak, hal ini tak urung membuat Pelukis Sinting Tanpa Tanding meringis kesakitan. Pundak yang terkena hantaman tadi terasa ngilu bukan main. Dan.....
"Hoeeeekh...!!!"
Dan saking tidak tahannya, Pelukis Sinting
Tanpa Tanding kontan menyemburkan darah segar kehitam-hitaman dari mulutnya.
Pengasuh Setan tertawa bergelak. Perlahanlahan didekatinya tubuh Pelukis Sinting Tanpa
Tanding yang ambruk di tanah. Pandang matanya
mengerikan, siap merenggut nyawa musuh bebuyutannya! 9 Saat ini keadaan Pelukis Sinting Tanpa
Tanding benar-benar sangat mencemaskan. Tubuhnya terluka parah. Pakaiannya compangcamping tidak karuan. Banyak darah keluar dari
mulut, lobang hidung, maupun lobang telinga.
Sementara Pengasuh Setan terbahak-bahak
penuh kemenangan. Selangkah demi selangkah,
terus didekatinya Pelukis Sinting Tanpa Tanding
dengan tangan terkepal. Matanya-memancar bengis. Kalau sudah begini, apa yang bisa diperbuat Pelukis Sinting Tanpa Tanding"
Nyawanya sudah di ujung tanduk. Sekali tangan Pengasuh Setan
mengibas, bukan mustahil nyawa tokoh sakti dari
Goa Bedakah itu akan minggat untuk selamalamanya! Tentu saja Pelukis Sinting Tanpa Tanding tidak menginginkannya. Meski nyawanya sudah di
ujung tanduk, mana sudi ia menyerah begitu saja. Selembar nyawanya harus dipertahankan. Harus! Apa pun yang akan terjadi, ia harus berusaha. Baginya, tak ada kata menyerah sebelum
nyawanya melancong entah ke mana.
"Ha ha ha...! Sekarang kau bisa apa, Ompong" Beginikah caramu membalas sakit hati"
Ayo, Ompong! Bangun! Tunjukkan sampai di mana kehebatanmu!" ejek Pengasuh Setan.
"Manusia jadah! Kau kira.... Kau dapat
membunuhku, he"! Tidak! Sama sekali tidak! Jika
aku kalah, itu bukan berarti mati di tanganmu.
Melainkan karena aku memang sudah muak melihat tampang busukmu, tahu?" balas Pelukis
Sinting Tanpa Tanding, menyakitkan.
"Jahanam! Kau memang tidak patut dikasih
ampun! Kau harus modar di tanganku!" dengus
Pengasuh Setan penuh kemarahan.
Melihat Pengasuh Setan makin mendekat,
Pelukis Sinting Tanpa Tanding mulai mengatur
siasat. Ia tak sudi mati konyol di tangan musuh
besarnya tanpa sedikit pun berusaha melawan.
"Haaap...!"
Pengasuh Setan mengangkat kedua telapak
tangannya, bermaksud meremukkan kepala Pelukis Sinting Tanpa Tanding dari samping kanan kiri. Di saat kedua telapak tangannya bergerak....
"Hup...!"
Pelukis Sinting Tanpa Tanding yang berusaha mengumpulkan tenaga dalamnya cepat menggulingkan tubuhnya ke belakang. Sembari bertindak begitu, cat di tangan kirinya segera dihamburkan ke depan.
"Ah...!"
Pengasuh Setan terpekik kaget, tidak menyangka kalau Pelukis Sinting Tanpa Tanding
masih mampu melancarkan serangan demikian
mendadak sekaligus amat membahayakan.
Namun sebagai seorang tokoh sakti dunia
persilatan, sedikit pun ia tidak gugup
"Hup...!"
Begitu gulungan-gulungan cat minyak meluncur dengan kecepatan luar biasa, Pengasuh
Setan segera menjatuhkan diri. Dan dengan satu
perhitungan tepat, tahu-tahu kaki kanannya telah menendang pantat Pelukis Sinting Tanpa
Tanding telak sekali.
Bukkk...!! "Auuhh...!"
Pelukis Sinting Tanpa Tanding menggembor
setinggi langit. Seketika tubuhnya terlempar jauh ke belakang, bergulinggulingan bak trenggiling.
Dan ia baru berhenti saat menghantam batang
pohon. "Hoeeekh...!"
Sekali lagi Pelukis Sinting Tanpa Tanding
muntahkan darah segar. Parasnya tampak pucat
pasi. Kedua bibirnya berkemik-kemik hebat, pertanda tengah menderita luka dalam amat parah.
Belum lagi bagian pantatnya yang baru saja terkena tendangan kaki Pengasuh Setan.
Lelaki tua dari Goa Bedakah ini meringis kesakitan, seolah tak tahan dengan luka dalam tubuhnya. Lebih hebatnya lagi, sekujur tubuhnya
terasa lemas tak bertenaga. Tendangan Pengasuh
Setan barusan benar-benar dahsyat, membuat dirinya sulit sekali untuk berdiri!
"Ompong...! Kali ini tak mungkin kau lepas
dari tangan mautku. Bersiap-siaplah kau menerima kematianmu hari ini!" ancam Pengasuh Setan.
Pengasuh Setan menarik mundur kedua telapak tangannya ke belakang yang telah berubah
jadi merah menyala penuh aji 'Tangkal Petir'.
"Celaka! Tamatlah sudah riwayatku hari ini.
Tak mungkin aku lepas dari tangan mautnya tokoh edan dari puncak Gunung Sindoro ini. Ah...!"
Mata Pelukis Sinting Tanpa Tanding terbelalak lebar. Ia ingin menyambut kematiannya dengan mata terbuka. Kalau saja masih dapat menggerakkan tubuhnya, sudah pasti ia tak sudi mati
dengan cara itu. Malah kalau bisa mati dalam pelukan seorang gadis!
"Ah...! Kenapa dalam keadaan terjepit begini, sempat-sempatnya aku berpikir
ngeres?" Pelukis Sinting Tanpa Tanding mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Memang bila dalam bahaya maut, tak ada pilihan lain, kecuali menghibur diri sendiri. Ia malah membayangkan wajah
seorang gadis! Edan! Apa yang diinginkan sebenarnya" "Hiaaa...!"
Disertai bentakan membelah angkasa, kedua
telapak tangan Pengasuh Setan mendorong ke
depan. Seketika tampak melesat dua larik sinar
merah menyala dari kedua telapak tangannya,
siap melabrak tubuh lawan.
Pelukis Sinting Tanpa Tanding makin membelalakkan matanya lebar. Dipandanginya dua larik sinar merah yang siap merenggut nyawanya
dengan senyum terkembang di bibir.
Wesss" Wesss!
Namun sebelum dua sinar itu mengenai sasaran, mendadak serangkum angin dingin dari
samping melesat ke arah pukulan aji 'Tangkal Petir' milik Pengasuh Setan.
Blammm...! Seketika bumi bergetar hebat. Rantingranting pohon berderak dengan daun-daunnya
yang hangus terkena sambaran dari beradunya
dua kekuatan dahsyat barusan.
"Jahanam...! Siapa berani main gila dengan
Pengasuh Setan, he"!" bentak Pengasuh Setan, geram bukan main. Tubuhnya sempat
terjajar beberapa langkah ke belakang begitu pukulannya
terpapak. "Memalukan! Bisanya membunuh lawan
yang sudah tak berdaya. Apa ini tidak memalukan" Huh,..! Dasar manusia kampret dari puncak
Gunung Sindoro tak berperasaan. Akulah yang
tadi menghalangi niat busukmu!"
Terdengar suara cempreng, membuat Pengasuh Setan langsung berpaling.
10 Sepasang mata merah Pengasuh Setan berkilat-kilat penuh kemarahan menatap seorang lelaki berpakaian aneh dua tombak di hadapannya.
Bagaimana tidak aneh kalau kakek tua renta itu
berpakaian seperti bocah berusia tua tahun. Bentuk tubuhnya pun mirip benar dengan bentuk tubuh seorang bayi. Namun rambut, alis, dan bulu
matanya berwarna putih. Hal itu jelas menunjukkan kalau sosok di hadapan Pengasuh Setan adalah seorang kakek.
Tubuh si kakek pun tak lebih dari setengah
tombak. Kulitnya gembur berwarna putih bersih.
Namun tatapan matanya jelas menyiratkan kalau
ilmunya tak bisa dianggap remeh. Buktinya, aji
'Tangkal Petir' milik Pengasuh Setan bisa dikandaskannya. "Bayi Kawak...!" sebut Pengasuh Setan terkesiap. Saking terkejutnya, tokoh sesat
dari puncak Gunung Sindoro ini tanpa sadar mundur beberapa langkah ke belakang.


Siluman Ular Putih 15 Pengasuh Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun tidak demikian halnya Pelukis Sinting Tanpa Tanding. Begitu melihat, mulutnya
langsung mengukir senyum. Kini ia tahu, siapa
penolongnya. Dia adalah seorang tokoh aneh dari
puncak Gunung Merapi. Dan seperti perawakan
tubuhnya, sosok aneh itu memang tidak lain dari
Bayi Kawak. "Ah...! Rupanya kau masih mengenaliku.
Pengasuh Setan" Sungguh beruntung aku. Tapi
kenapa kulihat perangaimu malah makin menyeramkan. Hiy...! Ngeri aku...!" ujar Bayi Kawak.
"Sobatku, Bayi Kawak. Tampang manusia
edan satu ini memang menyeramkan. Aku ngeri
melihatnya. Kukira, kau pun ngeri melihatnya,
bukan?" timpal Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
"Betul. Aku ngeri sekali. Kok ada manusia
seseram dia, ya" Apa, jangan-jangan manusia seram itu jelmaannya iblis" Hiy...! Ngeri aku!" Bayi Kawak menciutkan kedua
bahunya. Matanya
membelalak liar seolah takut melihat sosok di hadapannya. "Benar. Dialah biangnya segala biang iblis.
Apa kau berani melawannya?" tanya Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
"Berani. Aku berani. Meski aku ngeri melihat tampang seramnya, aku ingin sekali
menghajar-nya. Tapi, kulihat kau terluka. Coba kau minum
obat pemunah racunku!" sahut Bayi Kawak.
Bayi Kawak segera merogoh saku baju
bayinya. Lalu dengan tangan kiri, segera dilemparkannya obat itu ke arah Pelukis Sinting Tanpa
Tanding. Pelukis Sinting Tanpa Tanding cepat menangkapnya. Bentuk obat pemberian Bayi Kawak
memang cukup aneh. Bulat bergerigi. Baunya
pun cukup tajam menyengat. Sejenak hatinya ragu-ragu. Saking baunya, tokoh sakti dari Goa Bedakah itu sampai memencet hidungnya. Namun,
ton akhirnya obat itu ditelannya juga
"Jangan sok berlagak, Bayi Kawak! Nama besarmu memang sudah cukup lama menggetarkan
dunia persilatan. Tapi Pengasuh Setan sedikit
pun tidak gentar menghadapimu. Malah hari ini
juga, aku harus memenggal kepalamu. Karena
kau telah lancing mencampuri urusanku!" ancam Pengasuh Setan, garang.
"Aku tahu! Terus terang aku pun sangat penasaran denganmu. Bahkan aku juga penasaran
dengan sepak terjangmu!" sahut Bayi Kawak,
mantap. "Bagus! Kalau begitu, buat apa bersilat lidah.
Aku tak sabar lagi untuk meremukkan batok kepalamu. Majulah, Bayi Kawak! Sekarang juga kutentukan hari inilah hari kematianmu!"
"Aku tidak takut. Menghadapi iblis jejadian
macammu, siapa takut" Hayo, serang aku!"
Bayi Kawak berkacak pinggang seenaknya.
Sesekali matanya mengerjap-ngerjap nakal. Dengan begitu, ia menunggu datangnya serangan.
Pengasuh Setan mendengus tak sabar. Kedua pelipisnya bergerak-gerak. Gigi-gigi gerahamnya bergemeletakkan, pertanda tak dapat mengendalikan amarahnya yang menggelegak. Apalagi
ketika melihat sikap Bayi Kawak yang anginanginan. Maka tanpa banyak cakap...
"Heaaa...!!!"
Dikawal teriakan nyaring, tahu-tahu tubuh
tinggi kurus Pengasuh Setan telah meluruk ke
arah Bayi Kawak. Tidak tanggung-tanggung.
Langsung dikeluarkannya aji "Tangkal Petir' saat kedua tangannya mendorong ke
depan. Seketika,
tampak dua larik sinar merah menyala telah melesat cepat menyerang Bayi Kawak.
Wesss! Wesss!!!
"Hup!"
Bayi Kawak yang cukup tahu keampuhan aji
'Tangkal Petir' tidak ingin mengadu tenaga dalam
dengan Pengasuh Setan. Dengan loncatan manis
ke udara dihindarinya serangan. Gerakan tubuhnya ringan sekali dengan kecepatanya sangat
mengagumkan. Braaakkk!!! "Bangsaaattt...!"
Pengasuh Setan menggeram penuh kemarahan melihat pukulan aji 'Tangkal Petir'-nya nyasar menghantam batang pohon di belakang Bayi
Kawak. Seketika itu pula batang pohon itu hangus terbakar!. Pada saat tubuhnya masih melayang di udara, Bayi Kawak terkekeh senang. Matanya mengerjap-ngerjap nakal. Kemudian dengan satu gerakan indah, tahu-tahu tangan-tangan mungilnya
telah mengancam sepasang mata Pengasuh Setan
dari udara! "Heh"!"
Bukan main terkejutnya Pengasuh Setan
melihat kedua bola matanya terancam serangan.
Tentu saja ia tidak sudi. Maka sambil menggeram
penuh kemarahan tubuhnya segera dilempar ke
samping. "Heaaa...! Heaaa...!"
Bayi Kawak terus mengejar. Tapi Pengasuh
Setan juga terus berjumpalitan ke sana kemari.
Pada satu kesempatan tamparan tangan kanan Bayi Kawak yang begitu cepat melesat menyerang Pengasuh Setan yang baru saja berkelit
menghindar. Begitu cepat datangnya, sehingga....
Plakkk! Telak sekali tamparan Bayi Kawak menghantam jidat Pengasuh Setan. Namun anehnya, seketika itu pula sekujur tubuh tokoh hitam dari Gunung Sindoro itu menyala merah. Lebih anehnya
lagi, sedikit pun tidak mendapat luka. Pengasuh
Setan hanya sempat kehilangan keseimbangan
sebentar, lalu dengan kemarahan meluap dialirkannya tenaga dalam ke tangan setelah membuat
beberapa gerakan tangan di depan dada.
Sejenak Bayi Kawak melongo di tempatnya,
seolah tak percaya dengan hasil serangannya barusan. Namun begitu menyadari. kalau musuhnya adalah Pengasuh Setan yang memiliki aji
'Tangkal Petir', baru maklumlah tokoh sakti dari
puncak Gunung Merapi itu
Dan baru saja Bayi Kawak memasang kudakudanya, Pengasuh Setan telah meluruk deras.
"Makanlah aji 'Tangkal Petir'-ku, Bayi Kawak! Heaaa...!"
Dikawal teriakan keras menggelegar, Pengasuh Setan mendorongkan kedua telapak tangannya ke depan. Seketika melesat dua larik sinar
merah menyala dari kedua telapak tangannya,
mengancam keselamatan Bayi Kawak.
Diam-diam tokoh yang berwajah seperti bayi
ini mengeluh. Serangan Pengasuh Setan demikian
dekatnya. Sulit rasanya untuk dihindari. Memang
tak ada pilihan lain. Terpaksa serangan Pengasuh
Setan harus dipapak bila masih ingin melihat terangnya sinar matahari esok hari.
"Heaaa...!!!"
Bayi Kawak menggembor keras. Kedua telapak tangannya yang telah berubah kuning berkilauan segera dihantamkan ke depan. Seketika
meluncur dua larik sinar kuning berkilauan dari
kedua telapak tangannya yang disertai bau menyesakkan bukan kepalang. Dan....
Blaaam...!!! Terdengar satu ledakan hebat di udara saat
empat buah sinar berbeda beradu di satu titik.
Bumi saat itu pula laksana diguncang prahara.
Debu-debu beterbangan. Ranting-ranting pohon
hangus terbakar. Asap merah dan asap kuning
berkilauan mengepul di udara.
Pada waktu terjadinya ledakan tadi, tubuh
Bayi Kawak sendiri kontan terpental jauh ke belakang. Begitu jatuh di tanah, parasnya pucat pasi, pertanda mengalami luka dalam lumayan. Itu
bisa dilihat dari lelehan darah yang mengalir di
sudut bibir. Lain halnya yang dialami Pengasuh Setan.
Meski tubuh tokoh sesat dari puncak Gunung
Sindoro itu sempat terguncang hebat, namun masih dapat menguasai keseimbangan tubuhnya.
Hanya kedua kakinya saja yang melesak beberapa
dim ke dalam tanah!
"Ha ha ha...! Tak kusangka hanya begini kepandaianmu, Bayi Kawak! Percuma saja kau
menghadapiku. Daripada tanganku kotor, lebih
baik bunuh diri saja," ejek Pengasuh Setan juma-wa. Terseok-seok Bayi Kawak
mencoba bangun.
Mulutnya meringis menahan luka dalam dada.
"Setan! Rupanya Pengasuh Setan, bukanlah
gelar kosong belaka. Padahal tadi aku telah mengerahkan pukulan 'Sukma Bayi'. Tapi kenapa malah aku sendiri yang terluka?" rutuk Bayi Kawak dalam hati.
"Ha ha ha...! Hari ini aku akan berpesta pora. Dua bangkotan tua yang menjadi sesepuh dunia persilatan sebentar lagi akan kubuat dendeng
bakar!" "Kuakui, nama besarmu bukanlah pepesan
belaka, Pengasuh Setan. Tapi demi menegakkan
kebenaran di muka bumi ini, aku Bayi Kawak
akan mengadu nyawa denganmu. Untuk itu aku
rela mati di tanganmu!" tandas Bayi Kawak, mulai nekat.
Bayi Kawak kembali memasang kuda-kuda
setelah berusaha mengumpulkan tenaga dalamnya. Tekadnya untuk mengadu nyawa dengan
Pengasuh Setan benar-benar telah bulat. Maka
begitu kedua telapak tangannya kembali berwarna kuning berkilauan, segera dilontarkannya ke
depan. "Heaaa...!!!"
Pengasuh Setan tersenyum dingin. Dari gebrakan pertama tadi, jelas kekuatan Bayi Kawak
telah bisa diukurnya. Namun ini bukan berarti
menyepelekan. Disadari betul kalau pukulan
'Sukma Bayi' milik Bayi Kawak cukup dahsyat.
Untuk itu tak segan-segan lagi aji 'Tangkal Petir'
dikerahkan kembali dengan penambahan tenaga
dalam tinggi. "Bagus! Memang inilah yang kunanti, Bayi
Kawak! Hayo, kita lihat siapa yang akan modar
terlebih dahulu! Hea...!"
Pengasuh Setan segera menghentakkan kedua telapak tangannya ke depan. Maka seketika
melesat dua larik sinar merah menyala dari kedua
telapak tangannya, langsung melabrak sinar kuning berkilauan dari kedua telapak tangan Bayi
Kawak. Blaaammm...!! "Aaa...!"
Kali ini tubuh Bayi Kawak melayang jauh ke
belakang disertai jeritan keras. Sebentar tubuhnya berputaran, lalu jatuh berdebam ke tanah.
Melihat sang penolongnya terkapar tak berdaya. Pelukis Sinting Tanpa Tanding jadi tidak
dapat menahan diri. Maka tanpa menghiraukan
luka dalamnya yang belum sembuh benar, ia segera bangkit dan memasang kuda-kuda.
"Bajingan...! Beraninya kau melukai sobatku, he"! Kau harus bayar mahal
perbuatan itu, Pengasuh Setan! Hea...!"
Dikawal bentakan nyaring, Pelukis Sinting
Tanpa Tanding segera menerjang garang Pengasuh Setan. Nampan cat di tangan kirinya segera
dilemparkan ke atas dan ditiupnya kuat-kuat
dengan tenaga dalam tinggi. Seketika percikanpercikan cat yang berhamburan itu segera menyerang Pengasuh Setan hebat
Werrr! Werrr! Tanpa mengenal ampun sedikit pun Pengasuh Setan segera menghentakkan kedua tangannya, melepas aji 'Tangkal Petir'. Maka begitu dua tombak lagi percikan-percikan
cat minyak Pelukis
Sinting Tanpa Tanding menghantam, dua larik sinar merah dari kedua telapak tangannya segera
memapakinya. Akibatnya, percikan-percikan cat
minyak itu terdesak ke belakang, balik menyerang
Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
Bukkk! Bukkk...!!!
Dua kali tubuh Pelukis Sinting Tanpa Tanding terhantam dua larik sinar merah sekaligus
percikan-percikan cat minyak sendiri. Tanpa
mengeluarkan erangan sedikit pun tubuh tokoh
sakti dari goa Bedakah itu kontan melayang jauh
ke belakang, dan jatuh menimpa tubuh Bayi Kawak yang hendak meloncat bangun.
Bayi Kawak menggeram murka. Sebentar-sebentar kepalanya menoleh ke arah Pelukis Sinting
Tanpa Tanding, sebentar kemudian beralih pada
Pengasuh Setan dengan sinar mata menyala. Namun belum sempat tokoh sakti dari puncak Gunung Merapi ini bertindak....
"Guru...! Apa yang terjadi disini" Siapa yang melukaimu seperti ini?"
Terdengar teriakan dari arah samping.


Siluman Ular Putih 15 Pengasuh Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Perhatian Bayi Kawak terusik buru-buru kepalanya dipalingkan ke samping. Seketika kening
tokoh sakti dari puncak Gunung Merapi itu kontan berkerut. Di hadapannya kini telah berdiri
seorang gadis cantik, berpenampilan manja. Siapa
lagi gadis itu kalau bukan Putri Manja.
"Mawangi muridku! Lekas tinggalkan tempat
ini! Berbahaya!" seru Bayi Kawak, khawatir terhadap gadis yang ternyata
muridnya. "Tidak, Guru. Aku tidak akan meninggalkan
tempat ini. Kulihat Guru terluka. Pasti memedi
sawah itu yang telah mencelakakan Guru. Aku
harus menuntut balas," tolak Mawangi alias Putri Manja, tegas.
"Tidak, Mawangi. Kau bukan lawannya. Lekas tinggalkan tempat ini!" sergah sang guru.
"Kenapa kau menyuruhku pergi, Guru" Apa
kau takut menghadapi memedi sawah ini" Kalau
begitu, mari kita hajar dia ramai-ramai!"
"Betina cantik! Aku senang sekali melihat
keberanianmu. Tidak seperti gurumu. Sungguh
beruntung aku bertemu denganmu, Manis. Apa
kau juga berani melayaniku" He he he...?" kata Pengasuh Setan, pongah.
Pengasuh Setan tersenyum-senyum senang.
Sepasang matanya yang tajam tak henti-hentinya
menjilati lekuk-lekuk tubuh Putri Manja yang
menggairahkan. Tanpa sadar ia jadi menelan ludahnya sendiri.
"Melayani apa, Memedi Sawah" Apa kau ingin menantangku bertarung" Sudah pasti aku
akan melayanimu. Apalagi, kau telah mencelakakan guruku. Dan aku akan menuntut balas!" sahut Putri Manja, ketus.
Pengasuh Setan tertawa bergelak
"Di samping kau pemberani, rupanya kau
lugu juga, Manis. Hm...! Alangkah menyenangkannya bila kau mau suka rela melayaniku, Manis. Hayo, lekas tanggalkan pakaianmu!" ujar Pengasuh Setan keterlaluan.
"Apa?" Sepasang mata indah Putri Manja
terbelalak lebar. "Jorok! Tua bangka jorok. Siapa sudi melayanimu?"
"Mundur, Putri! Kau bukanlah tandingannya!" Bayi Kawak yang sudah bisa bangkit berdiri menyingkirkan muridnya ke
samping. Putri Manja memberontak. Bahkan dengan
kemarahan meluap, tubuhnya mencelat menyerang Pengasuh Setan. Tidak tanggung-tanggung,
segera dikeluarkannya jurus 'Tarian Bidadari'.
"Hea! Hea...!!!"
Hebat bukan main serangan-serangan Putri
Manja. Namun Pengasuh Setan hanya meliukliukkan tubuhnya, menghindari serangan dengan
mudah. Bahkan belum sempat Bayi Kawak bertindak, tahu-tahu tangan Pengasuh Setan telah
berkelebat cepat ke tubuh Putri Manja...
Tuk! Tuk! "Oh...!"
Disertai keluhan tertahan, tubuh Putri Manja kaku tak dapat digerakkan lagi. Dua buah totokan Pengasuh Setan di atas dua bukit kembarnya langsung membuat urat geraknya tak berdaya lagi. "Ha ha ha...! Diamlah sebentar, Manis. Aku
akan membereskan gurumu sebentar."
Bayi Kawak geram bukan main. Wajahnya
menegang penuh amarah. Ia bukannya tidak tahu
apa yang diinginkan Pengasuh Setan. Dan hal inilah yang membuat Bayi Kawak nekat.
"Berani kau sentuh muridku, aku benarbenar akan mengadu nyawa denganmu, Manusia
Setan!" teriak Bayi Kawak kalap.
"Dari tadi kau hanya bisa mengancam. Buktikan kalau memang mampu mengalahkanku,
Bayi Kawak!" ejek Pengasuh Setan.
Bayi Kawak tak lagi ingin menanggapi ejekan
Pengasuh Setan. Amarahnya telah membuatnya
kalap. Maka diiringi teriakan nyaring, segera diterjangnya Pengasuh Setan hebat. Kedua telapak
tangannya yang sudah berwarna kuning berkilauan kembali dihantamkan ke depan.
Wuttt! Wuttt...!
Pengasuh Setan tertawa bergelak. Kali ini lelaki sesat itu tidak membalas serangan, melainkan membuang tubuhnya ke samping. Sehingga,
serangan Bayi Kawak hanya mengenai angin kosong. Bayi Kawak tidak terima melihat serangannya gagal. Dengan kemarahan membuncah kembali diserangnya Pengasuh Setan. Tetapi karena
luka dalamnya masih mendera, serangannya jadi
lamban. Hal ini tentu saja bisa mudah dihindari
Pengasuh Setan dengan menggeser tubuhnya ke
samping. "Percuma saja kau melawanku, Bayi Kawak!
Tapi, baiklah. Aku tidak ingin membunuhmu terlebih dahulu. Aku ingin kau melihat apa yang
akan kulakukan terhadap muridmu yang cantik
itu. Tentu ini akan menyenangkan hatimu, bukan?" ejek Pengasuh Setan.
Begitu habis kata-katanya, tahu-tahu Pengasuh Setan berkelebat cepat luar biasa ke arah
Bayi Kawak. "Setan alas! Kenapa gerakanku jadi begini
lamban" Ah...! Tak kusangka hari inilah hari kehancuran ku. Sedang sobatku Pelukis Sinting
Tanpa Tanding tak mungkin kuharapkan bantuannya. Ia sudah roboh di tangan Pengasuh Setan. Entah pingsan, entah... ohh...!"
Sebelum umpatan dalam hati Bayi Kawak
habis, jari-jari tangan Pengasuh Setan telah berkelebat, menotok tubuhnya.
"Nah! Diamlah kau di tempatmu, Bayi Kawak! Lihat apa yang akan kulakukan terhadap.
muridmu yang cantik ini!" ujar Pengasuh Setan, begitu menghentikan gerakannya.
Kini Pengasuh Setan bergerak mendekati Putri Manja dengan seringai di bibir. Lalu tanpa
mengenal belas kasihan sedikit pun, tahu-tahu
jari-jari tangannya telah merenggut pakaian Putri Manja.
Brat! Bret! Dua kali tangan Pengasuh Setan bergerak,
dua kali pula pakaian Putri Manja robek menjadi
dua bagian. Dan kini satu pemandangan indah
terpampang jelas di depan matanya.
"Setan! Bunuh saja aku dan muridku, Keparat!" Bayi Kawak berteriak-teriak kalap, namun
Pengasuh Setan tidak mempedulikannya. Perhatiannya seolah tersihir melihat lekuk-lekuk tubuh Putri Manja yang tidak
tertutup selembar benang
pun. Dan tanpa sadar ia menelan ludahnya sendiri melihat pemandangan indah di hadapannya.
"Bukan main...! Sungguh beruntung nasibku
hari ini. Bertahun-tahun aku tak pernah melihat
tubuh seindah ini. Dan hari ini pula aku akan
menikmati tubuh yang amat menggiurkan ini sepuas-puasnya," desah Pengasuh Setan tak kenta-ra. "Bedebah! Setan laknat!
Lepaskan aku!"
Putri Manja menjerit-jerit, ngeri. Meski belum tahu petaka apa yang akan dialami, namun
naluri kewanitaannya mengatakan kalau dirinya
sedang terancam bahaya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Apa yang
akan kau lakukan, Tua Bangka Keparat!"
Pengasuh Setan tersenyum senang.
"Tenanglah, Manis! Jangan menangis! Aku
malah ingin membuatmu melayang jauh ke angkasa." "Ya ya ya...! Buat apa membawanya jauh ke
angkasa, kalau di sini saja kau tidak becus!"
"Heh..."!"
Tiba-tiba terdengar suara sahutan. Bahkan
begitu sahutan itu terhenti, mendadak Pengasuh
Setan merasakan hawa dingin yang bukan kepalang telah menyambar tubuhnya. Lebih dari itu,
hidungnya pun mencium sesuatu yang sangat dikenalinya! "Keparat! Kubunuh kau! Kubunuh kau...!"
teriak Pengasuh Setan kalap sembari menggulingkan tubuhnya ke samping.
"Ah...! Kau ini kenapa sih" Katanya ingin
melancong ke angkasa" Tapi kenapa sekarang
malah ingin membunuhku" Kenapa?"
11 Pengasuh Setan tidak mempedulikan tubuh
indah Putri Manja lagi. Hidungnya yang kecil terus mengendus-endus bak anjing pelacak. Bau
anyir darah muridnya itulah yang membuatnya
tidak mempedulikan apa-apa lagi, kecuali pada
sosok pemuda tampan mengenakan rompi dan celana bersisik keperakan.
"Kau.... Kau pasti yang telah membunuh
muridku!" tunjuk Pengasuh Setan pada pemuda
yang tak lain Soma alias Siluman Ular Putih.
"Aha..." Benarkah" Kau ini bermimpi apa
kurang waras" Tak ada angin tak ada hujan teganya kau menuduhku begitu?" celoteh Soma
seenaknya. Pandang matanya yang nakal sempat
melirik tubuh polos Putri Manja. Tanpa sadar bibirnya menyeringai, lalu garuk-garuk kepala.
"Tutup mulutmu, Monyet Gondrong! Kau
pasti yang telah membunuh muridku yang berjuluk Penguasa Alam!"
"O..., itu. Aku memang yang membunuhnya.
Tapi kau ini siapa" Kenapa kau sewot mendengar
kematian manusia iblis itu" Apa kau ingin mengucapkan bela sungkawa" Kalau begitu, kau salah alamat. Aku bukan kerabat Penguasa Alam,"
sahut Soma, keterlaluan.
"Keparat...! Kau jangan menjual lagak di hadapanku, Monyet Gondrong! Apa kau tidak tahu
tengah berhadapan dengan siapa, he"!" hardik Pengasuh Setan penuh ancaman.
"Sudah pasti aku tahu siapa kau ini" Kau
adalah kawan dekat Penguasa Alam, bukan?"
"Aku gurunya!"
"Tidak masalah. Guru maupun kawan dekat
tidak masalah bagiku. Lalu kau mau apa" Apa
kau ingin menuntut balas atas tewasnya muridmu?" pancing Siluman Ular Putih.
"Sudah pasti!" sahut Pengasuh Setan mantap. "Kalau begitu kau salah alamat,
Manusia Peot! Karena sebenarnya aku bukanlah yang
membunuh muridmu."
"Apa" Kau mau mungkir" Kau tahu, aku telah mencium bau darah muridku di bagian tubuhmu. Itu menandakan kalau kaulah yang
membunuh muridku! Hayo, sekarang bersiaplah
untuk modar!"
"Ah...! Kau ini tak sabar betul. Apa kau tidak ingin tahu ceritaku yang
sebenarnya?"
"Aku tidak butuh segala bualan kosongmu.
Jelas, kaulah yang telah membunuh muridku.
Maka hari ini juga aku, Pengasuh Setan, akan
menuntut balas atas tewasnya muridku!"
Siluman Ular Putih terperangah kaget kendati hanya sebentar. Sejurus kemudian senyumnya telah terkembang di bibir.
"Tidak butuh bualanku juga tak apa. Tapi
yang jelas, sebenarnya aku bukan pembunuh
muridmu," kilah Siluman Ular Putih.
"Lalu, siapa yang telah membunuh muridku"!" teriak Pengasuh Setan penasaran. Hidung peseknya kembali kembang-kempis,
mengendus-endus bau anyir darah muridnya yang tercium
makin nyata. "Kau tentu ingin tahu siapa yang menyebabkan kematian murid tersayangmu, bukan" Dan
kau pun tentu ingin menuntut balas, bukan" Kalau begitu, bunuh saja Malaikat Maut! Karena dialah sebenarnya yang telah membunuh muridmu.
Aku hanyalah perantara. Sebab Malaikat Maut
malas mencabut nyawa manusia berhati iblis. Jadi, akulah wakilnya Malaikat Maut. Apa kau masih penasaran!"
"Bajingan...! Beraninya kau mempermainkan
aku, Kunyuk Gondrong! Apa nyawamu rangkap,
he"!" dengus Pengasuh Setan.
"Oh...! Sudah pasti nyawaku rangkap. Kalau
tak percaya, sekarang dengarkan!"
Siluman Ular Putih menepuk-nepuk perutnya beberapa kali. Tapi sayang, 'nyawa rangkap'
yang dimaksudkan belum keluar juga. Soma penasaran sekali, dan terus memaksakan diri mengeluarkan 'nyawa rangkap'-nya. Saking penasarannya, mukanya meringis mirip kambing minta
kawin. Namun akhirnya....
Pessss! Pessss!
Nyawa rangkap Soma pun meletus dari pantatnya. "Nah, apa kau dengar nyawa rangkapku,
Manusia Peot" Tapi sayang, tampaknya nyawa
rangkapku malu-malu. Mungkin sedih melihat
tampangmu," kelakar Soma.
Bukan main geramnya hati Pengasuh Setan
mendengar kelakaran pemuda gondrong di hadapannya. Sepasang matanya kontan menyala. Ra

Siluman Ular Putih 15 Pengasuh Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hangnya mengembung saking tidak tahan menahan gejolak amarahnya yang menggelegak. Lalu....
"Heaaa...!"
Disertai teriakan nyaring, tahu-tahu tubuh
Pengasuh Setan telah menerjang ganas Siluman
Ular Putih. Tak tanggung-tanggung kedua telapak
tangannya segera melontarkan aji 'Tangkal Petir'.
Wesss! Wesss! Seketika melesat dua larik sinar merah menyala dari kedua telapak tangan Pengasuh Setan,
siap melabrak tubuh Siluman Ular Putih.
Siluman Ular Putih bersiul-siul seenaknya
setelah mencabut keluar senjata pusakanya,
Anak Panah Bercakra Kembar. Tapi senjata itu
hanya ditimang-timangnya saja. Padahal, saat itu
pukulan aji 'Tangkal Petir' siap meluluhlantakkan tubuhnya.
Melihat hal itu, sudah pasti Putri Manja,
Bayi Kawak, dan juga Pelukis Sinting Tanpa
Tanding yang baru saja siuman sempat menahan
napas. Jantung mereka berdebar-debar, tak tega
melihat betapa sebentar lagi tubuh murid Eyang
Begawan Kamasetyo itu akan hancur!
"Awas, Soma! Jangan gegabah!" teriak Putri Manja.
"Jangan khawatir, Putri! Manusia peot ini
tak mungkin dapat membunuhku! Tenang saja
kau di tempatmu, Putri! Lihat...!"
Habis berteriak, tiba-tiba Siluman Ular Putih
menggulingkan tubuhnya ke samping. Gerakan
tubuhnya cepat luar biasa sehingga sulit diikuti pandangan mata. Lalu seperti
yang pernah dilakukan terhadap Penguasa Alam, tiba-tiba senjata
anak panahnya dilemparkan. Namun lemparannya kali ini tidaklah seperti biasanya, melainkan dilemparkan ke tanah terlebih
dahulu, baru menyerang Pengasuh Setan.
"Ah...!"
Pengasuh Setan terperangah kaget. Bukannya saja kaget melihat serangannya dapat dimentahkan dengan amat mudah, melainkan juga kaget melihat cara musuhnya menyerang. Sebab
memang dengan cara itulah aji 'Tangkal Petir' dapat dilumpuhkan!
"Bedebah! Jadi dengan cara inikah kau
membunuh muridku, Kunyuk Gondrong"! Jangan
mimpi! Aku adalah Pengasuh Setan. Tak mungkin
aku dapat dikalahkan dengan cara ini!" teriak Pengasuh Setan nyaring, langsung
mengegoskan tubuhnya ke samping. Maka senjata anak panah
itu pun terus melesat ke belakang.
Pengasuh Setan tertawa senang sama sekali
tidak disadari kalau tiba-tiba saja senjata anak
panah Siluman Ular Putih telah berputar, dan
kembali menyerang dengan kecepatan luar biasa.
Baru ketika merasakan hawa dingin menyerang
punggungnya, terperangahlah Pengasuh Setan.
Dan.... Clep! "Aaakh...!"
Pengasuh Setan menggembor keras ketika
senjata Anak Panah Bercakra Kembar menancap
di dadanya. Namun seketika semburat cahaya
merah memancar dari tubuhnya.
Siluman Ular Putih dan juga semua yang berada di tempat ini membelajakkan matanya lebar.
Hati mereka tegang menunggu datangnya ajalnya
Pengasuh Setan.
"Ha ha ha,..! Bocah bodoh. Sudah kubilang
kau tak dapat mengalahkanku dengan cara ini!
Dasar bodoh! Muridku boleh mati dengan cara
ini. Tapi aku... ha ha ha...! Tak mungkin kau dapat membunuhku dengan cara ini!" tawa Pengasuh Setan bergelak.
Siluman Ular Putih menggaruk-garuk kepalanya. Bingung.
"Slompret! Kenapa manusia peot ini tidak
modar" Ilmu apakah yang telah dimiliki?" gumam Siluman Ular Putih dalam hati.
"Bocah tolol! Jangan dikira aji 'Tangkal Petir'
yang kumiliki sama dengan milik muridku, Bocah! Kau keliru. Aji 'Tangkal Petir'-ku kini sudah mendekati kesempurnaan. Kau
tak mungkin dapat membunuhku, walau berbagai macam senjata
tajam maupun pukulan mau menyerangku!" teriak Pengasuh Setan.
Pengasuh Setan menepuk-nepuk dadanya
bangga. Anak panah milik Siluman Ular Putih
yang baru saja dicabut sejenak ditimangtimangnya. Pandang matanya bersinar bengis. Selangkah demi selangkah, mulai didekatinya Siluman Ular Putih.
"Celaka! Tua bangka ini tidak mampus dengan cara yang pernah kulakukan terhadap muridnya. Bagaimana ini?" gerutu Siluman Ular Putih dalam hati.
Wajah si pemuda menegang. Baru kali ini
hatinya merasakan ketegangan yang amat sangat.
Padahal, sebagai pendekar yang malang melintang dalam dunia persilatan, ia sudah sering
menghadapi ketegangan. Namun kali ini entah
mengapa hatinya tegang sekali.
"Bocah gondrong! Jawab pertanyaanku! Kau
pilih kematian dengan cara apa, he"!" bentak Pengasuh Setan.
Siluman Ular Putih bersiul-siul untuk mengenyahkan ketegangan.
"Kau ini ada-ada saja, Manusia Peot! Tentu
saja aku masih ingin hidup. Aku masih doyan
tempe. Kau ini aneh-aneh saja!" tukas Siluman Ular Putih.
"Keparat! Kau memang memuakkan, Bocah.
Baik. Yang jelas, kau tetap akan modar di tanganku! Nah, makanlah senjata andalanmu ini!"
dengus Pengasuh Setan seraya melemparkan senjata Anak Panah Bercakra Kembar ke arah si empunya. Wuttt...! "Hup...!"
Siluman Ular Putih mengegoskan tubuhnya
ke samping, membuat senjata anak panah itu terus melesat cepat ke belakang. Namun pada saat
itu, Pengasuh Setan juga menghentakkan kedua
tangannya. Seketika dua sinar merah menyala
melesat dari kedua telapak tangannya.
Wesss! Wesss! "Heaaa...!"
Tak ada pilihan lain. Begitu menegakkan tubuhnya Siluman Ular Putih menghentakkan kedua telapak tangan melontarkan pukulan maut
tenaga 'Inti Bumi'. Seketika dua larik sinar putih terang meluruk dari kedua
telapak tangannya
yang disertai berkesiurnya hawa dingin bukan
kepalang. Dan...
Blaaam...! Terdengar ledakan hebat di udara saat dua
buah kekuatan dahsyat bertemu di satu titik.
Bumi laksana diguncang prahara. Debu-debu
membubung tinggi ke udara. Ranting-ranting pohon berderak. Sebagian hangus terbakar. Sebagian lainnya membeku terkena pengaruh ledakan
yang disertai bunga api ke segala arah.
Dan sewaktu terjadinya bentrokan, tanpa
ampun tubuh Siluman Ular Putih terpental jauh
ke belakang bak layangan putus benang. Dan
saat murid Eyang Begawan Kamasetyo meloncat
bangun, wajahnya terlihat pias. Bibirnya berkemik-kemik. Kedua telapak tangannya terasa panas bukan main, seolah ingin menghanguskan
bagian dalam tubuhnya.
Pengasuh Setan yang sempat menyurutkan
langkah beberapa langkah ke belakang lagi-lagi
hanya mengumbar suara tawa. Sedikit pun tubuhnya tidak terluka akibat bentrokan tenaga dalam tadi. Malah dengan kekuatan tenaga dalam
penuh kedua tangannya menghentak ke depan.
"Hea...!!!"
Wesss! Wesss! Dua larik sinar merah menyala meluruk dari
kedua telapak tangan Pengasuh Setan. Hebat! Lebih hebat daripada serangan-serangan sebelumnya. Siluman Ular Putih mengeluh dalam hati.
Dadanya terasa nyeri bukan main. Tak mungkin
serangan Pengasuh Setan ditangkis kali ini.
Putri Manja, Bayi Kawak, dan juga Pelukis
Sinting Tanpa Tanding jadi tegang dibuatnya. Mereka cukup tahu, betapa hebatnya serangan Pengasuh Setan kali ini. Jangankan tubuh Siluman
Ular Putih. Batu sebesar gajah pun akan hancur
berantakan begitu terkena pukulan aji 'Tangkal
Petir'. Tidak ada pilihan lain. Siluman Ular Putih
memang harus memapaki serangan Pengasuh Setan dengan pukulan tenaga 'Inti Bumi'. Begitu kedua tangannya menghentak....
Blaaammm...! Akibatnya tubuh Siluman Ular Putih terlempar jauh ke belakang sebelum akhirnya menghantam batang pohon.
Brakkk!!! Batang pohon itu tumbang. Demikian pula
Siluman Ular Putih. Begitu menghantam batang
pohon, tubuhnya kontan luruh ke tanah. Untung
saja batang pohon itu tidak menimpa tubuhnya.
Namun tetap saja luka dalamnya makin parah.
Pucat sudah wajah Soma. Tampak darah segar membasahi sudut-sudut bibirnya, pertanda
menderita luka dalam lumayan. Bahkan seisi dadanya seolah terbakar.
"Hm...! Kukira Sudah saatnya aku mengeluarkan aji 'Titisan Siluman Ular Putih'. Mungkin
dengan ajian ini aku dapat mengalahkannya...,"
desah Siluman Ular Putih dalam hati.
Maka saat itu pula Siluman Ular Putih pun
segera merapalkan mantra ajian 'Titisan Siluman
Ular Putih'. Selang beberapa saat, tampak sekujur tubuhnya telah dipenuhi asap
putih. Sehingga,
sosok bayangan murid Eyang Begawan Kamasetyo kini tidak kelihatan sama sekali. Dan saat
asap putih yang menyelimuti tubuhnya hilang tertiup angin.... "Ggggeeerrr...!!!"
Seketika terdengar suara raungan yang
menggetarkan dada....
Sepasang mata merah Pengasuh Setan
membelalak liar dengan kening berkerut. Namun
tak lama senyum dinginnya tersungging di bibir.
"Hm...! Jadi kaukah yang bergelar Siluman
Ular Putih" Pantas?" Pengasuh Setan mengangguk-angguk. Putri Manja, Bayi Kawak, dan Pelukis Sinting
Tanpa Tanding terkejut bukan main. Mereka tidak
menyangka kalau pemuda gondrong itulah yang
bergelar Siluman Ular Putih. Meski demikian hati
ketiga orang itu tetap saja ragu. Apakah Siluman
Ular Putih dapat mengalahkan Pengasuh Setan"
"Ggggeerrr...!!!".
Sosok ular putih sebesar pohon kelapa itu
mengibas-ngibaskan ekornya beberapa saat. Taring-taringnya yang runcing berkilauan tertimpa
sinar matahari."
Melihat ular putih raksasa di hadapannya
bersiap-siap menyerang, Pengasuh Setan memilih
untuk menyerang terlebih dahulu. Begitu meloncat ke depan, kedua telapak tangannya yang berwarna merah menyala kembali melabrak tubuh
Siluman Ular Putih
Bukkk! Bukkkk! "Ggggeeerrr...!!!"
Tanpa ampun sosok tubuh Siluman Ular Putih terlempar ke belakang, langsung jatuh berdebam. Seketika debu-debu beterbangan menutupi
sosok tubuh ular putih raksasa itu.
Pengasuh Setan gembira bukan main. Dalam
benaknya terbayang kalau tubuh ular putih raksasa itu pasti sudah hancur berkeping-keping begitu terkena pukulan aji 'Tangkal Petir'. Namun
rupanya apa yang dibayangkan hanyalah tinggal
bayangan. Begitu debu yang menyelimuti sirna
tertiup angin, saat itu juga tampak sosok tubuh
Siluman Ular Putih tengah bersiap-siap membalas
serangan Pengasuh Setan.
"Ggggeeerrr...!!"
Diiringi gerengan keras, tiba-tiba ular putih
raksasa itu telah menerjang Pengasuh Setan hebat. Kecepatan geraknya pun sungguh mengagumkan. Sehingga, hal ini tak urung juga membuat hati Pengasuh Setan terkesiap. Dan belum
sempat Pengasuh Setan menghindar, tahu-tahu
taring-taring runcing Siluman Ular Putih telah
mengancam kepalanya!
Crakkk! Mantap sekali taring-taring Siluman Ular Putih memangsa kepala Pengasuh Setan. Namun
anehnya, kepala tokoh sesat dari Gunung Sindoro
itu sedikit pun tidak terluka. Bahkan begitu taring-taring Siluman Ular Putih menghujan kepala,
seketika sekujur tubuh Pengasuh Setan memancarkan cahaya merah menyala!


Siluman Ular Putih 15 Pengasuh Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ggggeeerrr...!!!"
Bersamaan itu pula, Siluman Ular Putih
menggereng hebat. Taring-taringnya yang runcing
seketika merasakan satu aliran dahsyat balik menyerang dirinya!
Siluman Ular Putih meraung setinggi langit.
Kini, ia tidak berani lagi menghujamkan taringnya ke kepala Pengasuh Setan.
Namun bukan berarti
harus melepaskan cengkeraman pada kepala lawannya. Dengan nekat ekor Siluman Ular Putih
telah melibat tubuh Pengasuh Setan kuat-kuat.
Pengasuh Setan kewalahan bukan main. Napasnya mulai terasa sesak. Tulang dalam tubuhnya terasa bergemeletakkan!
Siluman Ular Putih makin mempererat libatannya pada tubuh Pengasuh Setan. Kini baru diketahui kelemahan aji 'Tangkal Petir' milik lawannya. Ternyata meski tubuh
Pengasuh Setan kebal
terhadap berbagai macam senjata tajam maupun
berbagai macam pukulan maut, namun ternyata
tubuhnya tidak kebal terhadap libatan ekor Siluman Ular Putih.
Kini keadaan benar-benar berbalik. Perlahan-lahan tubuh Pengasuh Setan terasa lemas.
Sebenarnya, lelaki sesat ini ingin sekali mengeluarkan aji 'Panglipur Setan'.
Namun sayang, napasnya terasa sesak sehingga tak mungkin mengerahkan tenaga dalam begitu cepat. Mulutnya
terkunci, tak dapat mengeluarkan gerengangerengan gaibnya untuk balik menyerang Siluman
Ujar Putih. Malah yang terjadi justru sebaliknya.
Libatan ekor Siluman Ular Putih makin mengunci
tubuhnya. "Kuuukkkk...!!!"
Pada saat yang genting bagi keselamatan
Pengasuh Setan, mendadak meluncur satu
bayangan hitam dari angkasa. Begitu cepat
bayangan itu meluncur, bahkan langsung menyerang sepasang mata Siluman Ular Putih!
Siluman Ular Putih kaget bukan main. Tentu
saja kedua matanya tidak sudi dijadikan sasaran
empuk serangan bayangan hitam yang ternyata
seekor burung hantu raksasa sebesar kambing,
peliharaan Pengasuh Setan.
"Ggggeeerrr...!!!"
Siluman Ular Putih menarik kepalanya ke
belakang. Namun, burung hantu raksasa bernama Meruya itu mencecar kedua bola mata Siluman Ular Putih. Hal ini tentu saja sangat membuat gusar Siluman Ular Putih. Saking gusarnya
libatan ekornya dari tubuh Pengasuh Setan segera dilepas. Namun anehnya, begitu Siluman Ular Putih
melepaskan tubuh Pengasuh Setan, burung hantu itu tidak lagi menyerang, melainkan segera
menyambar tubuh majikannya dan membawanya
terbang tinggi ke angkasa!
"Ggggeeerrr...!"
Siluman Ular Putih dan semua yang berada
di tempat pertarungan menjadi kecewa melihat
Pengasuh Setan dapat diselamatkan oleh burung
peliharaannya. Untuk mengejarnya jelas tidak
mungkin. Karena burung hantu raksasa itu telah
terbang tinggi ke angkasa membawa tubuh majikannya. Dengan hati dongkol, mereka hanya dapat memperhatikan sosok hitam tubuh burung
hantu raksasa yang membawa Pengasuh Setan
hilang di batas langit sebelah utara!
Siluman Ular Putih berkali-kali menggereng
hebat, melampiaskan kekecewaannya. Namun selang beberapa saat, sekujur tubuhnya telah dipenuhi asap putih tipis. Sehingga sosoknya tidak
kelihatan sama sekali. Dan saat asap putih itu
sirna tertiup angin, maka yang tampak saat itu
bukan lain sosok ular putih raksasa. Melainkan,
sosok seorang pemuda tampan berpakaian rompi
dan celana bersisik warna putih keperakan. Itulah sosok murid Eyang Begawan Kamasetyo!
Pelukis Sinting Tanpa Tanding yang tak
mendapat totokan dari Pengasuh Setan segera
membebaskan totokan Bayi Kawak. Dan lelaki tua
itu tak mungkin membebaskan totokan Pengasuh
Setan di tubuh Putri Manja, karena itu tak mungkin dilakukannya. Sebab, keadaan tubuh bagian
atas gadis itu masih tak tertutup oleh pakaian.
"Cepat kau bebaskan totokan muridmu, sebelum perhatian pemuda itu tercurah pada tubuh
indah itu," ujar Pelukis Sinting Tanpa Tanding, menunjuk Putri Manja.
Cepat Bayi Kawak menghampiri Putri Manja. Setelah membebaskan totokan, segera dibenahinya pakaian Mawangi
"Soma...! Maafkan atas kelancanganku selama ini. Tak kusangka kau adalah Siluman Ular
Putih yang sangat terkenal itu!" teriak Putri Manja setelah membenahi pakaiannya
yang robek di dua
tempat. Yang penting, bagian-bagian terlarang bisa tertutup. Soma hanya menoleh ke arah Putri Manja
sebentar. Lalu perhatiannya tercurah ke angkasa,
ke arah burung hantu yang membawa tubuh majikannya pergi tadi.
"Kau.... Kau tak mau memaafkanku, Soma?"
kata gadis manja itu lagi sedih. Rasa malunya karena bagian tubuh indahnya sempat terlihat oleh
pemuda itu berusaha dienyahkan.
"Menyesal sekali...!" gumam Soma lirih. Pandangan matanya masih ditujukan ke
angkasa. "Jadi... jadi kau menyesali perbuatanku,
Soma" Kau tak mau memaafkanku?" rajuk Putri Manja. Kali ini si gadis benar-benar
mulai tak dapat mengendalikan perasaannya. Nada bicaranya
tadi pun memelaskan sekali. Ada cairan bening
berpendar-pendar di kedua bola matanya.
"Menyesal sekali aku tak dapat membunuhnya. Mestinya aku tadi tak boleh melepaskannya.
Huh...! Brengsek! Baru kali ini aku ditipu mentah-mentah oleh seekor binatang!" rutuk Siluman Ular Putih, membanting-banting
kakinya kesal. Entah kenapa, mendadak sepasang mata indah
Putri Manja jadi berbinar-binar indah. Namun
masih saja ada satu hal yang mengganjal hatinya.
Yaitu, Soma belum memaafkan kelancangannya!
"Sudahlah, Anak Muda! Percuma saja kau
menyesali yang sudah terjadi. Untuk beberapa
saat, sekarang lupakan saja manusia iblis itu!"
bujuk Pelukis Sinting Tanpa Tanding, tak lagi
memanggil 'monyet buduk'.
"Dia pasti akan terus mencariku. Karena
memang akulah yang membunuh muridnya," kata
Soma. "Ah...! Bukankah itu satu kesempatan bagus
untuk membunuhnya, bukan?" sahut Bayi Kawak. "Betul. Tapi... tapi...," Soma ragu-ragu. Hatinya masih belum puas dengan
kemenangannya barusan. Bagaimanapun juga, Pengasuh Setan
patut diperhitungkan. Tindakannya jelas tidak boleh gegabah lagi bila nanti berhadapan dengan
tokoh sesat itu.
"Tapi apa, Soma?" tanya Putri Manja.
Si gadis tampak ragu-ragu untuk mendekati
Soma, dan hanya bisa diam di tempatnya. Namun
sepasang matanya tak henti-hentinya terus memperhatikan Soma penuh kagum.
"Ah... sudahlah! Tak ada gunanya kita membicarakan manusia iblis satu itu," ujar Soma seraya mengibaskan tangan. "Sekarang kau sendiri mau ke mana, Putri?"
"Aku... Aku tidak tahu. Aku hanya ingin kau
memaafkan atas kelancanganku selama ini," ucap Putri Manja, gugup.
"Ah... sudahlah! Lupakan saja! Asal kau mau
bersahabat denganku, pasti aku memaafkanmu,"
tukas Soma dengan senyum manis terkembang di
bibir. Putri Manja tersenyum simpul. Entah kenapa kali ini matanya tidak berani membalas pandang mata Soma. Hatinya jadi tak karuan. Wajah
tampan Soma terus mengubek-ubek lubuk hatinya yang paling dalam.
"Kau harus pulang ke puncak Gunung Merapi, Putri! Kepandaianmu masih perlu ditambah.
Aku belum mengizinkanmu pergi kalau belum
mempelajari semua yang kuajarkan dengan baik,"
ujar Bayi Kawak tiba-tiba.
"Tidak, Guru. Aku tidak mau pulang ke puncak Gunung Merapi. Aku masih ingin berpetualang," tolak Putri Manja, berani.
"Tapi...."
"Sobatku, Bayi Kawak!" potong Pelukis Sinting Tanpa Tanding. "Apa matamu lamur"
Sia-sia saja kau mencegah anak gadis yang sedang kas-maran."
"Oh, ya" Tapi.... Tapi... baiklah! Kau kuizinkan berpetualang untuk beberapa
saat. Tapi jangan lama-lama, ya! Aku sendirian di puncak Gunung Merapi," ingat Bayi Kawak akhirnya.
"Baik, Guru. Terima kasih atas pengertianmu. Dan tentu aku akan segera pulang," sahut Putri Manja.
"Baik. Kutunggu kau di puncak Gunung Merapi, Putri," kata Bayi Kawak, lalu menoleh ke arah Pelukis Sinting Tanpa
Tanding. "Ayo, Ompong! Ikut aku. Aku masih ingin ngobrol denganmu!" Pelukis Sinting Tanpa Tanding hanya tersenyum. Lelaki tua ini tahu benar,
apa yang tengah
melanda hati dua anak muda di hadapannya. Untuk itu segera diturutinya ajakan Bayi Kawak
"Selamat, Sobat!" ujar Pelukis Sinting Tanpa Tanding seraya mengerlingkan
sebelah mata dan
segera meninggalkan tempat itu.
Soma mengangkat bahu tak mengerti. Lalu
entah kenapa tangannya telah menggaruk-garuk
kepala. Saat itu, Putri Manja tengah tersenyum
kepadanya. Entah senyum apa. Soma tidak tahu.
Yang jelas, tampaknya Putri Manja mulai menyukainya. Duh...! Gede rasa juga pendekar satu ini!
SELESAI Segera terbit!!
Serial Siluman Ular Putih dalam episode:
PASUKAN KUMBANG NERAKA
Scan/E-Book: Abu Keisel
Edit: Fujidenkikagawa
Wanita Gagah Perkasa 1 Pendekar Rajawali Sakti 74 Siluman Penghisap Darah Pemburu Dosa Leluhur 2

Cari Blog Ini