Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 15

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 15


lawan mengelak, takkan terlepas dari tangkapan kedua tangan
yang sudah siap dengan jari-jari terbuka. Sian Lun bersikap
tenang membalikkan tubuh dan membiarkan kedua
pundaknya dicengkeram, akan tetapi sambil mengerahkan
sinkang melindungi kedua pundak dari cengkeraman jari jari
tangan yang kuat itu, dia mengangkat lutut kirinya.
"Ngekkkk !" Lutut itu menyodok perut dan jagoan Uighur
itu untuk kedua kalinya terjengkang roboh. Kini dia maklum
bahwa pemuda yang baru datang ini bukanlah lawannya,
maka setelah dia merangkak dan bangkit, dia lalu melarikan
diri.. '"Jangan kejar dia......!" Ong-ciangkun sudah cepat
mencegah dan dia sendiri membantu para anak buahnya
untuk menawan para pemberontak. Sebagian besar para
pemberontak sudah kehilangan nyalinya melihat orang Uighur
itu dapat dikalahkan dengan mudah maka merekapun
melarikan diri secepatnya meninggalkan mereka yang terluka
15 dan tertawan. Setelah dikumpulkan dengan tangan diborgol,
ternyata yang tertangkap ada limabelas orang, sebagian
adalah tawanan yang tadinya sudah dapat dibebaskan kawankawan mereka sebagian lagi adalah
muka-muka baru. Di fihak pasukan itu terdapat lima orang perajurit terluka agak parah,
dan beberapa orang lagi terluka ringan saja. Mereka
bergembira karena dalam pertempuran itu, fihak merekalah
yang menang, apa lagi karena tawanan yang tadinya sudah
terlepas itu kini malah bertambah dengan tiga orang lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau tadinya hanya ada duabelas orang, kini tertawan lima
belas orang ! "Ah, sudah kuduga...... kiranya engkau adalah seorang
pendekar yang amat lihai, Tan taihiap !" Ong-ciangkun
menjura dan sebutan saudara atau sobat kini menjadi taihiap
(pendekar besar), "Kami menghaturkan terima kasih atas
bantuan tauhiap sehingga fihak kami memperoleh
kemenangan. Sian Lun balas menjura. "Kita kebetulan jumpa di jalan, hal
itu sudah menjadi keharusan untuk saling membantu dan
berdiri di fihak yang benar, Ong-ciangkun. Akan tetapi tentang
ciangkun sudah menduga itu ..... apa maksud ciangkun" "
Ong-ciangkun tersenyum sambil mengobati luka-lukanya
yang tidak berat itu dengan obat bubuk merah. Sian Lun tahu
bahwa obat bubuk merah itu amat baik untuk menyembuhkan
luka-luka sungguhpun amat perih kalau dipakai. Akan tetapi,
perwira itu menaruh obat merah pada luka-lukanya sambil
bercakap-cakap dan sedikitpun tidak memperlihatkan
penderitaan, Hal ini saja sudah menujukkan bahwa Ongciangkun
benar-benar seorang jantan. "Tan-taihiap, pekerjaanku memberi kesempatan kepadaku untuk bergaul
dengan banyak pendekar di dunia ini. Taihiap kelihatan lemah
lembut namun berani melakukan perjalanan seorang diri saja,
taihiap kelihatan seperti seorang pemuda dusun namun gerakgerik dan tutur sapa taihiap lembut
dan sopan, kemudian taihiap memiliki penglihatan tajam sehingga dapat
memperingatkan aku terhadap rombongan pemberontak itu.
Semua itu menunjukkan bahwa taihiap adalah seorang
pendekar yang berilmu, seperti yang sudah kuduga, dan oleh
karena itulah maka aku menawarkan taihiap untuk melakukan
perjalanan bersama."
Sian Lun tersenyun. Orang ini selain gagah perkasa juga
amat cerdik! "Ah, Ong-ciangkun terlalu memuji orang, padahal
engkau sendiri adalah seorang yang gagah dan cerdik."
16 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong-ciangkun lalu memerintahkan anak buahnya bersiap
dan berangkat agar sebelum malam tiba mereka dapat
memasuki kota Sin-yang. Sekali ini Sian Lun tidak menolak
ketika Ong-ciangkun mengajaknya melakukan perjalanan
bersama dan memberinya seekor kuda yang baik.
Berangkatlah rombongan itu membawa tawanan mereka
menuju ke Sin-yang dari ternyata di sepanjang perjalanan
tidak terjadi gangguan sampai mereka memasuki Sin-yang.
Ong-ciangkun segera menghadap pembesar setempat dan
para tawanan itu cepat dimasukkan ke dalam penjara agar
dapat terjaga dengan baik sedangkan Ong-ciangkun segera
mengirim kurir ke kota raja berikut pelaporannya tentang
pencegatan yang dipimpin oleh orang Uighur itu.
Malam itu Sian Lun dijamu oleh Ong-ciangkun di rumah
pembesar kota Sin-yang. "Ong-ciangkun, mengapa engkau
tadi melarang ketika anak buahmu hendak mengejar orang
Uighur itu" Akupun baru tahu bahwa dia itu orang Uighur
setelah mendengar anak buahmu bicara tentang dia."
"Ah, itulah akibatnya kalau negara lemah dan
mengandalkan bantuan keamanan dari tenaga lain bangsa.
Ketika terjadi pemberontakan-pemberontakan, semenjak
pemberontakan An Lu Shan dan selanjutnya, pemerintah
begitu lemah sehingga pemerintah minta bantuan Bangsa
Uighur untuk mengusir dan menundukkan pemberontak.
Setelah pemberontak dapat dihancurkan, maka Bangsa Uighur
yang telah memasuki daratan kita menjadi keenakan dan
tentu saja mereka yang dianggap sebagai bangsa yang telah
berjasa membantu kita, harus kita perlakukan dengan hormat!
Padahal mereka itu kadang kadang memperlihatkan sikap
sewenang-wenang dan kini bahkan mereka agaknya telah
bersekutu dengan fihak pemberontak seperti perkumpulan Imyang-kauw dan Pek-lian-kauw.
Keadaan menjadi gawat sekali,
maka aku mengirim utusan memberi laporan ke kota raja
sebelum melanjutkan membawa para tawanan ke kota raja.
Ahhh, minta bantuan bangsa lain untuk membasmi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan dalam negeri sama saja dengan menggunakan
harimau untuk mengusir srigala dalam rumah. Serigalanya
dapat dibunuh, akan tetapi sang harimau tetap bercokol dalam
rumah dan entah siapa yang lebih ganas dan berbahaya,
Serigala itu ataukah harimau itu! Para pemberontak,
bagaimanapun juga adalah bangsa sendiri dan betapapun
menyelewengnya mereka itu tetap saja mendasarkan
pemberontakannya kepada pembelaan terhadap rakyat,
sedangkan orang asing bagaimana" Tentu dasar mereka
adalah keuntungan bagi mereka, dan seburuk-buruknya
17 kekuasaan pemerintah dipegang bangsa sendiri, masih jauh
lebih baik dari pada kalau dipegang bangsa lain. Ahh, setelah
terbukti orang Uighur benar benar bersekongkol dengan Imyang-pai dan Pek lian-kauw maka
keadaanpun menjadi gawat!" Sian Lun adalah seorang pemuda yang buta akan keadaan
pemerintah di waktu itu maka mendengar penuturan yang
jelas itu dia menjadi tertarik sekali.
"Akan tetapi, pemerintah tidak seharusnya bersikap lemah
terhadap Bangsa Uighur, karena biarpun mereka pernah
membantu kita, akan tetapi untuk bantuan itu pemerintah
sudah pasti telah memberi upah. Jadi, pada waktu ini. mereka
yang menentang pemerintah atau yang dapat dianggap
sebagai pemberontak berbahaya adalah Im-yang-kauw, Peklian-kauw dan dibantu oleh Bangsa
Uighur yang menjadi tamu terhormat itu?" Ong-ciangkun menggelengkan kepala. "Bukan hanya itu.
Memang, Im-yang-kauw, Pek-lian-kauw dan dibantu Bangsa
Uighur merupakan satu kelompok, akan tetapi masih ada
kelompok lain yang tidak kurang pula berbahayanya, bahkan
mungkin lebih berbahaya lagi yang merupakan ancaman
besar, bagi keselamatan negara dan bangsa."
"Siapakah golongan atau kelompok itu, ciangkun ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Golongan ini terdiri dari Bangsa Khitan yang merupakan
pengikut-pengikut mendiang An Lu Shan, yang bersekutu
dengan Bangsa Tibet dan dari dalam negeri yang bersekutu
dengan dua bangsa asing ini adalah orang-orang dari
perkumpulan Beng-kauw. Jadi, pada saat ini terjadi perang
dingin antara tiga kelompok yaitu kelompok pertama tentu
saja pemerintah yang didukung oleh orang - orang gagah,
oleh para pendekar dan terutama sekali dari Siauw lim-pai dan
Thai-san-pai, kelompok ke dua adalah Im-yang - kauw, Peklian-kauw dan Bangsa Uighur,
sedangkan kelompok ke tiga
adalah Beng-kauw dan Bangsa Khitan dan Tibet."
Sian Lun menggelengkan kepala. "Heran ....dan selalu
rakyatlah yang menjadi korban."
"Begitulah ! Satu-satunya jalan bagi setiap orang gagah
hanyalah membantu pemerintah membasmi dua kelompok
pemberontak itu untuk menghalau bahaya perang saudara
yang akan menghancurkan kehidupan rakyat jelata. Tantaihiap, engkau adalah seorang muda yang
memiliki kepanduan tinggi, maka marilah kau ikut bersamaku ke kota
raja untuk menghadap Menteri Han Gi karena bantuan
seorang seperti engkau ini amatlah dibutuhkan."
Sian Lun menggeleng kepala. "Pada saat ini aku
mempunyai urusan penting sekali, ciangkun, urusan pribadi.
Aku akan pergi ke Cin-an dan tidak mungkin aku pergi
18 bersamamu ke kota raja. Akan tetapi, percayalah bahwa aku
setuju dengan semua pendapatmu dan kalau sudah tidak ada
lagi urusan pribadi, aku siap untuk membantu Menteri Han Gi
yang bijaksana untuk mengamankan negara."
"Sayang, akan tetapi tentu saja aku tidak dapat
memaksamu, taihiap. Hanya pesanku, kalau engkau benarbenar ingin membantu pemerintah yang
berarti juga membantu rakyat, maka datanglah ke kota raja. carilah aku di
benteng pengawal Menteri Han Gi dan aku akan membawamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap Menteri Han Gi yang tentu akan girang sekali
menerimamu" "Baik, ciangkun. Dan sekarang aku mohon diri karena aku
harus melanjutkan perjalananku ke Cin-an."
Malam hari itu juga Sian Lun meninggalkan kota Sin-yang
untuk melanjutkan perjalanannya. Dia menolak ketika Ong
ciangkun memberinya seekor kuda, juga menolak pemberian
sekantong uang dari pembesar kota Sin-yang yang mendengar
bahwa pemuda itu telah membantu pasukan mengusir para
pemberontak. Setelah dia pergi, Ong-ciangkun yang
mengantarnya sampai ke pintu halaman, berdiri sampai lama
termenung, kemudian menarik napas panjang dan berkata
kepada pembesar yang berdiri di sebelahnya, "Manusia seperti
dia itulah yang dicari-cari oleh Menteri Han Gi yang
mengatakan bahwa kalau beliau diberi pembantu-pembantu
yang muda, berjiwa bersih, gagah perkasa dan jujur, tidak
mabok harta dan kedudukan, maka beliau sanggup untuk
menenteramkan negara! Akan tetapi, ahhhh....... betapa
sukarnya mencari orang seperti dia....... !"
~0-dwkz~bds~234-0~ Segala harapan, segala bayangan yang muluk dan indah,
semua kegembiraan sirna seketika dari hati Sian Lun, terganti
oleh rasa kaget, duka dan marah yang membuat wajahnya
pucat sekali ketika dia tiba di Cin an dan mendengar berita
bahwa pamannya, Gan Beng Han dan bibinya, Kui Eng, telah
tewas terbunuh orang! Hampir dia tidak dapat percaya akan
pendengarannya ketika dia bertemu dengan seorang tetangga
tua yang menyampaikan berita malapetaka ini kepadanya.
Paman dan bibinya adalah orang-orang yang berilmu tinggi,
pendekar-pendekar budiman dan selalu membuka tangan
untuk menolong siapa saja. Mana mungkin terbunuh
keduanya" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa" Mengapa dan apa yang telah terjadi" bisiknya
dengan suara gemetar. Kakek tua itu memandang dengan
khawatir melibat wajah pemuda yang pucat sekali itu.
19 "Sayang aku tidak tahu, orang muda. Sebaiknya engkau
bertanya kepada para hwesio di Kuil Ban-hok-tong karena
merekalah yang tahu dan........" Tiba tiba kakek itu terbelalak
karena seperti setan saja, pemuda yang tadi berdiri di
depannya itu sekali berkelebat telah lenyap dari situ !
Para hwesio di Kuil Ban-hok-tong juga terkejut sekali ketika
pemuda berwajah pucat itu menerobos masuk kuil dan
dengan suara gemetar menuntut minta bertemu dengan ketua
kuil. Tentu saja para hwesio menjadi marah, akan tetapi Thian
Ki Hwesio, ketua Kuil Ban-hok-tong yang kebetulan berada di
dalam kuil, segera keluar ketika mendengar bahwa pemuda itu
adalah keponakan dari mendiang Gan Beng Han yang ingin
bertemu untuk bertanya tentang kematian suami isteri
pendekar itu. Begitu bertemu dengan Thian Ki Hwesio, Sian Lun cepat
memberi hormat dan berkata "Losuhu, harap sudi
menjelaskan apa yang telah terjadi dan bagaimana paman dan
bibi sampai tewas......... "
Thian Ki Hwesio memiliki pandangan yang tajam dan dia
mengenal bahwa pemuda ini bukan orang sembarangan.
"Silakan duduk, sicu dan tenangkanlah hatimu. Kematian
mendadak memang terlalu sering menimpa orang-orang yang
menjadi pendekar sehingga kematian Gan taihiap dan isterinya
bukanlah hal yang terlalu mengejutkan. Duduklah dan
katakan, siapakah sicu ini dan mengapa setelah sepuluh tahun
baru sekarang bertanya tentang kematian suami isteri
pendekar Gan itu?" Mendengar ucapan itu, Sian Lun menarik napas panjang
dan duduk, memejamkan mata sejenak. Sadarlah dia bahwa
dia terlalu menurutkan perasaan sehingga tindakantindakannya tadi terburu nafsu dan tidak
sepatutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dia membuka mata dan melihat betapa hwesio tua
itu sudah duduk di depannya dan menatapnya dengan tajam
akan tetapi bibirnva tersenyum.
"Harap losuhu sudi memaafkan kelancangan dan kekasaran
saya tadi. Saya bernama Tan Sian Lun, keponakan dari
mendiang supek Gan Beng Han dan isterinya. Sepuluh tahun
yang lalu, ketika terjadi keributan di kuil ini, saya pergi


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempelajari ilmu dan baru hari ini kembali ke Cin - an. Oleh
karena itu saya tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi
dengan mereka dan tadi saya mendengar bahwa mereka telah
tewas. Harap losuhu sudi menceritakan kepada saya apa yang
telah terjadi. " Hwesio tua itu memandang penuh selidik, menganggukangguk. "Ah, kiranya sicu adalah keponakan
Gan-taihiap yang hilang itu" Pernah pinceng mendengar tentang sicu. Memang
sesungguhnya, Gan-taihiap suami isteri tewas dalam
20 pertandingan melawan ketua dari Im-yang-kauw dan semua
itu adalah akibat dari peristiwa yang terjadi di kuil ini sepuluh
tahun yang lalu." Lalu hwesio tua ini menceritakan tentang
peristiwa penyerbuan pasukan pemerintah ke sarang Im-yangpai di mana diapun bersama sucinya,
Pek l Nikouw, ikut pula menyerbu dan di mana dia melihat sendiri pertandingan satu
lawan satu antara Gan Beng Han dan isterinya melawan Kimsim Niocu, yaitu Im-yang-kauwcu dan
suami isteri itu kalah sehingga roboh dan tewas.
"Betapapun juga harus pinceng akui bahwa paman dan
bibimu tewas sebagai orang-orang gagah dan mereka tidak
mati penasaran karena mereka tewas dalam pertandingan
yang bersih satu lawan satu. Hanya sayang bahwa kepandaian
ketua Im-yang-kauw itu terlampau tinggi sehingga mereka
roboh dan tewas. Dan lebih sayang pula bahwa ketika kami
bersama pasukan menyerang, kami hanya berhasil membasmi
sarang Im-yang-kauw dan membunuh banyak anak buahnya,
akan tetapi kami tidak berhasil menangkap atau membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketua Im-yang-pai, Kok Beng Thiancu dan puterinya, yaitu
ketua lm-yang-kauw, Kim-sim Niocu. Ilmu kepandaian ayah
dan anak itu terlampau tinggi sehingga di antara kami tidak
ada yang mampu melawan mereka."
Berkurang banyak kedukaan di hati Sian Lun setelah
mendengar penuturan hwesio itu, terganti oleh rasa
penasaran mendengar betapa paman dan bibi gurunya itu
keduanya tewas karena dikalahkan dalam pertandingan
melawan wanita lihai ketua Im-yang-kauw. Biarpun tidak ada
alasan untuk mendendam karena pertandingan itu adalah
pertandingan yang bersih dan jujur, namun ingin dia bertemu
dan mengukur kepandaian ketua Im-yang-kauw itu.
"Terima kasih atas semua keterangan losuhu. Lalu, ke
manakah perginya Gan Ai Ling, puteri paman" Apakah losuhu
mengetahuinya?" "Kalau tidak salah, pernah suci Pek I Nikouw bercerita
bahwa nona itu dibawa pergi oleh su-kongnya, yaitu Lui Sian
Lojin, untuk belajar ilmu. Akan tetapi hal ini tentu saja dapat
sicu tanyakan lebih jelas kepada suci atau kepada bibinya,
yaitu nyonya Yap yang tinggal di An-kian."
Sian Lun mengangguk. Diapun tahu bahwa adik pamannya
yang bernama Gan Beng Lian tinggal di An-kian bersama
suaminya, yaitu putera kepala daerah An-kian. Dia pasti akan
pergi ke sana untuk menyelidiki keadaan Ling Ling.
"Dan apakah losuhu mendengar pula tentang keadaan Coa
Gin San, murid dari paman dan tubi " Anak yang dulu terlibat
dalam kekacauan di sini, sepuluh tahun yang lalu...... "
"Ah, pemuda itu........!" Thian Ki Hwesio berseru lalu
melanjutkan dengan kagum, "Dia telah menjadi seorang yang
21 berilmu tinggi sekali ! Dia pernah datang ke sini belum lama
ini akan tetapi pinceng sedang pergi dan yang menemuinya
adalah sute Thian Lee Hwesio yang juga menceritakan
kepadanya tentang kernatian Gan-taihiap dan isierinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut Thian Lee Hwesio, pemuda itu berkelebat dan lenyap,
cepat sekali sehingga Thian Lee Hwesio sendiri tidak mampu
mengejarnya." Wajah Sian Lun berseri. Gembira hatinya mendengar
bahwa temannya di waktu kecil itu kini telah menjadi seorang
yang memiliki kepandaian tinggi.
"Ah, lalu ke mana perginya, losuhu?"
"Dia tidak meninggalkan pesan kepada sute, hanya
memberitahukan hal yang amat penting dan aneh, yaitu
bahwa Im-yang-pai tidak bersalah dalam peristiwa keributan
di kuil ini sepuluh tahun yang lalu, dan bahwa lambang Imyang-pai yang oleh sute dirampas dari
seorang di antara para perusuh itu adalah lambang Im-yang-pai curian."
"Ahh.......! " Sian Lun merasa heran dan kaget mendengar
ini. Apa yang dimaksudkan oleh Gin San, dan bagaimana Gin
San bisa mengetahui hal itu " "Apakah benar demikian,
losuhu?" Kakek itu mengangkat kedua pundak. "Entahlah, pinceng
sendiripun tidak tahu benar. Ketika kami menyerbu ke sarang
Im-yang-pai, memang ketua Im yang-pai menyangkal bahwa
Im-yang-pai yang melakukan penyerbuan itu, habis, kalau
bukan Im-yang pai lalu siapa " Dan apa maksudnya
menyamar sebagai orang orang Im-yang pai" Pinceng tidak
mengerti." "Biarlah, hal itu adalah kewajiban saya mtuk menyelidiki,
losuhu." Kemudian, setelah Memperoleh keterangan di mana
letak makam paman dan bibinya. Sian Lun berpamit dan
meninggalkan Kuil Ban-hok-tong.
Sampai setengah hari lamanya Sian lun duduk terpekur di
depan makam paman dan bibinya setelah bersembahyang.
Selama itu dia mengenangkan kembali semua kebaikan paman
dan bibinya dan hatinya terasa berduka sekali karena dia
merasa belum sempat membalas kebaikan mereka yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilimpahkan kepadanya dan sekarang setelah dia berhasil
memiliki ilmu kepandaian tinggi, mereka telah meninggal
dunia ! Dia merasa seperti kehilangan ayah bundanya sendiri
karena semenjak kecil hanya sebutannya saja yang berubah
terhadap mereka, akan tetapi di dalam hatinya, dia tetap
menganggap mereka sebagai ayah bundanya dan mencinta
mereka seperti seorang anak terhadap orang tuanya.
22 "Aku harus mencari Ling Ling, aku harus membalas segala
kebaikan ayah ibunya kepada sumoi," demikian akhirnya dia
mengambil keputusan dan setelah memberi hormat untuk
terakhir kalinya kepada gundukan makam itu Sian Lun lalu
meninggalkan tempat itu dia melanjutkanperjalanannya
menujuke kota An - kian. Kota Kabupaten An kian cukup besar dan ramai dan begitu
memasuki kota itu, Sian Lun mrasakan adanya ketenteraman
di dalam kota perdagangan yang ramai dan kota yang
keadaannya bersih. Kebetulan sekali pada waktu dia
memasuki kota itu di dalam kota sedang diadakan pesta ulang
tahun dari toa-pekong sebuah kelenteng di tengah - tengah
kota. Melihat keramaian ini dan banyak orang dengan
pakaian-pakaian indah menuju ke tengah kota, Sian Lun
tertarik, apa lagi ketika mendengar bahwa di kelenteng itu
diadakan pertunjukan wayang yang didatangkan dari kota
raja, para pemainnya adalah pemain-pemain yang sudah
terkenal keindahan tarian dan permainan mereka.
Kuil itu memuja Hok Tek Cing Sien, yaitu Malaikat Bumi
yang dianggap membawa berkah bagi manusia dan pada hari
itu diadakan pesta besar-besaran dan boleh dibilang seluruh
penghuni An kian ikut berpesta Hal ini tidak aneh karena
memang sebagian besar penduduk adalah orang-orang yang
memuja malaikat ini, apa lagi pada waktu itu orang
menghadapi panen sehingga meieka mengharapkan berkah
dari Malaikat Bumi agar hasil panen nereka berlimpahan.
Bakan pesta ini telah didengar oleh penduduk di kota-kota lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di wilayah itu sehingga banyak pula orang luar
kota yang sengaja datang untuk menyaksikan keramaian di
An-kian. Sian Lun terbawa oleh aliran manusia yang berkumpul di
depan kuil pada sore hari itu. Dia memang mengambil
keputusan untuk menunda sampai besok mencari Ling Ling,
karena kurang baiklah untuk berkunjung di rumah bibi dari
Ling Ling di waktu maiam hari.
Kuil Hok Tek Cing Sien dirias meriah dan di halaman depan
dibangun sebuah panggung yang cukup tinggi, tempat para
anak wayang bermain nanti sehingga semua orang dapat
menonton, biar dari tempat jauh sekalipun. Biarpun wayang
belum dimulai, akan tetapi penonton sudah penuh dan musik
sudah dimainkan. Suara musik inilah yang seakan-akan
menarik orang untuk berdatangan.
Suasana di situ memang meriah sekali. Banyak wanita
mengenakan pakaian - pakaian baru dan indah, dengan
berbagai macam lagak memperagakan diri mereka untuk
menarik perhatian sebanyak mungkin, terutama dari kaun pria
tentunya. Dan banyak pula pria-pria muda yang juga berlagak,
23 mata mereka mengerling ke sana-sini dan mereka kadang
kadang bergurau dan tertawa di antara teman mereka.
Sebaliknya, dengan sikap malu-malu para gadis juga
mengerling tajam dan berbisik bisik di antara teman mereka
sambil terkekeh menutupi mulut dengan saputangan.
Tiba - tiba semua mata memandang dan semua tubuh
berbalik ke arah jalan raya di depan kuil ketika terdengar
derap kaki kuda dan ternyata sebuah kereta berhenti di depan
kuil. Karena banyaknya orang, maka kereta tidak dapat
memasuki pintu halaman dan hanya berhenti di jalan depan
kuil itu. Pintu kereta terbuka, tirai tersingkap dan terdengarlah
suara kagum di sana-sini ketika dari kereta itu turun seorang
dara yang cantik luar biasa. Dara itu berusia kurang lebih
tujuhbelas tahun, pakaiannya bersih dan cemerlang, pakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara bangsawan, berwarna hijau dengan hiasan kuning dan
merah. Ikat pinggang merah muda mengikat pinggang yang
amat ramping itu dan wajahnya yang jelita itu rampak berseri
ketika dia menuruni kereta, diiringkan oleh dua orang wanita
pelayan yang juga terdiri dari dua orang gadis muda dan
cantik pula. Tentu saja kecantikan mereka itu tidak kentara
karena kalah jauh oleh kecantikan nona majikan mereka,
seperti dua buah bulan yang sinarnya menjadi suram karena
munculnya sebuah matahari.
"Beri jalan untuk siocia ........!" Terdengar para petugas
keamanan yang menjaga di sekeliling kuil itu berteriak dan
semua penonton yang bergerombol di depan kuil itu segera
terkuak dan terbukalah jalan untuk dara cantik jelita bersama
dua orang pelayannja itu.
"Bukan main, seperti bidadari turun dari kahyangan........"
"Seperti Kwan Im Pouwsat sendiri yang berkunjung kepada
Sang Malaikat Bum......."
"Tapi kabarnya dia amat lihai........"
Sian Lun mendengar semua bisikan para penonton ini dan
sejak tadi diapun sudah terpesona oleh kecantikan dara itu,
juga kagum melihat betapa dara itu sama sekali tidak
kelihatan kikuk, bahkan tersenyum manis dan memandang
kepada para penonton dengan sikap ramah, sedikitpun tidak
kelihatan malu-malu, seolah-olah dia telah mengenal semua
penonton itu, bahkan dia mengangguk ke sana-sini dengan
sikap yang menarik dan wajar.
"Hidup Yap siocia.......!" terdengar seruan orang dan seruan
ini banyak ditiru sehingga ramailah keadaan di tempat itu.
Karena wayangnya belum mulai, maka kini semua orang
menonton dara cantik itu! Mendengar seruan seruan ini, nona
itu tersenyum dan mengangkat tangan ke atas sambil
membungkuk ke sana-sini. 24 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Sian Lun melihat ada tiga orang pemuda yang
menggunakan tenaga mendesak sana-sini sampai mereka tiba
di depan, kemudian seorang di antara mereka, yang bertubuh
tinggi besar dan bermuka seperti singa meloncat ke depan
menghadang nona bersama dua orang pelayannya itu !
Sambil cengar-cengir memperlihatkan sikap kurang ajar,
pemuda tinggi besar ini berkata, ''Nona sungguh cantik
jelita........" "Seperti temannya. bidadari kahyangan!" Sambung dua orang Para pononton yang mendengar ucapan itu kelihatan
terkejut sekali dan memandang dengan mata terbelalak. Akan
tetapi pemuda tinggi besar dan teman-temannya itu tidak
perduli dan si pemuda tinggi besar sudah menyambung lagi
kata katanya ketika melihat nona baju hijau itu tidak kelihatan
takut, melainkan memandangnya dengan sinar mata tajam
dan jeli. "Melihat wajah dan tubuh nona, sungguh membuat aku
yang berjuluk Hek-houw (Macan Hitam) jadi mengilar........"
"Dan ingin memeluk cium......." Sambung kedua orang
temannya lagi. Mereka bertiga menyeringai dan para
penonton menjadi makin kaget. Beberapa orang penjaga
keamanan sudah melangkah lebar dengan wajah marah, akan
tetapi nona baju hijau itu menggerakkan tangan ke arah
mereka dengan isyarat menahan mereka untuk bertindak,
kemudian dia menghadapi tiga orang pemuda yang kini semua
sudah berdiri menghadangnya itu sambil berkata halus,
"Harap kalian bertiga suka minggir dan jangan bersikap tidak
sopan !" "Beritahukan dulu siapa nona........" kata si tinggi besar.
"Dan berapa usia nona tahun ini......." sambung orang ke
dua yang matanya sipit sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan apakah nona sudah ada yang punya....." sambung
pula orang ke tiga yang mempunyai tahi lalat di hidungnya.
25 Para petugas keamanan itu memandang dengan mata
melotot dan para penonton juga kelihatan marah, akan tetapi
nona itu kembali mengangkat tangan ke atas dan berseru,
"Biarkan aku menghadapi urusan ini sendiri !" Kemudian
sambil tersenyum manis dan tenang sekali dia menghadapi


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiga orang itu, lalu bertanya, "Agaknya kalian bukan penduduk
An-kian dan kalian tentu orang orang gagah yang pandai ilmu
silat, benarkah dugaanku ?"
"Ha-ha-ha, tidak salah, nona. Aku datang dari Lok-bun,
dusun di luar kota Lok-yang dan akulah jagoan nomor satu di
sana, dengan julukan Hek-houw, sedangkan mereka berdua
ini adalah kawan-kawanku."
"Bagus, aku minta kalian minggir akan tetapi kalian
mengajukan syarat dengan pertanyaan-pertanyaan, sekarang
akupun mengajukan syarat untuk menjawab pertanyaan kalian
tadi." Wajah mereka bertiga berseri karena merasa diberi hati,
maka seperti berebat mereka bertanya, "Apa syaratnya, nona
manis?" "Syaratnya, kalian bertiga harus dapat mengalahkan atau
menangkap aku di atas panggung, barulah aku mau
menjawab pertanyaan pertanyaan kalian tadi."
"Aha.......! Nona berani menantang begitu?" Si tinggi besar
berseru heran dan dua orang kawannya tertawa.
"Melihat bahwa kalian adalah orang-orang gagah, tentu
kalian tidak takut menyambut tantanganku," kata pula nona
baju hijau sambil tersenyum. Bukan main manisnya dara itu
kalau tersenyum seperti itu.
"Dan kalau kami berhasil, engkau suka menjadi sahabat
baik kami?" tanya si tinggi besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan mau pergi bermain-main bersama kami?" sambung si
sipit lebih berani. "Dan mau menjadi kekasih kami?" sambung si tahi lalat
makin kurang ajar. "Kita lihat saja nanti, kalian kalahkan aku lebih dulu!" kata
nona baju hijau dan dia sudah menggerakkan kakinya yang
kecil dan tubuhnya melayang naik ke atas panggung. Tepuk:
tangan para penonton menyambit loncatan indah ini biarpun
hati mereka masih marah dan panas sekali melihat kekurang
ajaran tiga orang pemuda itu. Diam-diam Sian Lun
memperhatikan dan hatinya lega. Dia sudah melihat gerakan
si tinggi besar ketika meloncat tadi, dan gerakan mereka
bertiga ketika menerobos di antara orang banyak dan dia
dapat menduga bahwa mereka itu hanya memiliki tenaga
kasar dan keberanian belaka karena orang-orang yang benar
benar memiliki kepandaian tidak akan bersikap seperti mereka
itu. Dan kini, melihat sikap nona bangsawan itu yang tenangtenang saja, kemudian melihat cara
26 nona itu meloncat ke atas
panggung, dia mengenal dasar gerakan silat tinggi, maka dia
maklum bahwa nona ini tidak akan terancam bahaya kalau
menghadapi tiga orang pemuda macam ini.
Akan tetapi pandangan tiga orang muda ini berbeda sekati
dengan pandangan Sian Lun. Karena merasa bahwa
kekurangajaran mereka memperoleh tanggapan, mereka
menjadi makin berani dan berlagak. Orang yang rendah
ilmunya akan menganggap diri sendiri setinggi mungkin untuk
menutupi kerendahannya. Binatang-binatang kecil yang lemah
memiliki suara yang lebih nyaring dari pada binatang besar
yang kuat. Dengan lagak jumawa sekali tiga orang pemuda ilu
lalu memperlihatkan kepandaiannya, meloncat ke atas
panggung. Loncatan mereka kasar dan ketika kaki ,mereka
turun ke panggung, terdengar suara gedebrukan seperti
benda - benda berat dilempar ke atas panggung, namun suara
ini bahkan membuat makin bangga dan dengan dada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terangkat mereka kini berdiri menghadapi si nona baju hijau
yang sudah berdiri menanti dengan sikap tenang sekali.
"Aku tahu bahwa kalian adalah orang-orang yang datang
dari luar kota, karena aku tidak percaya bahwa di An-kian
terdapat manusia-manusia tolol dan sombong macam kalian,"
tiba-tiba suara dara itu keren dan berwibawa. "Nah, aku sudah
siap dan kalau kalian masih ada keberanian untuk menyambut
tantanganku, majulah kalian bertiga, coba robohkan atau
tangkap aku!" Sebetulnya, sikap keren dan berwibawa dari nona ini saja
cukup untuk 'memperingatkan tiga orang muda itu, apa lagi
melihat betapa panggung itu dikurung oleh penjaga-penjaga
keamanan yang agaknya taat sekali kepada si nona baju hijau
dan pandangan para penonton yang marah. Akan tetapi, dasar
mereka itu adalah pemuda-pemuda kasar yang sudah biasa di
kampung mereka suka mengganggu wanita dan bersimaharajalela mengandalkan kepandaian silat mereka,
terutama Si Macan Hitam yang sudah terkenal sebagai putera
tuan tanah yang disegani bukan hanya karena ilmu silatnya
dan kerasnya kepalan tangannya, akan tetapi juga karena
pengaruh harta dari ayahnya yang kaya. Maka, kini
mendengar tantangan dara ini, apa iagi tantangan yang
dilakukan di depan banyak orang seperti itu, tentu saja
mereka bertiga tidak mau mundur, bahkan kini mereka
terdorong oleh dua macam keinginan. Pertama, tentu saja
27 untuk memenangkan pertandingan melawan dara ini agar
dapat memiliki dara jelita ini sebagai sahabat dan kekasih, dan
ke dua untuk membanggakan kepandaian mereka di depan
banyak orang. Nama mereka tentu akan disegani oleh semua
penduduk kota An kian! Akan tetapi bukan hanya karena kesombongan saja maka
Hek-houw dan dua orang kawannya itu berani berlagak di Ankian, melainkan ada hal lain yang amat
kuat yang menjadi dasar sikap mereka itu. Yaitu bahwa Hek-houw adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang anggauta Beng-kauw di wilayah Lok-yang dan hal
inilah sebenarnya yang membuat dia bersikap seolah-olah dia
itu ketua Beng-kauw sendiri! Padahal dia hanyalah anggauta
kelas terendah saja! Hanya, karena dia kaya, maka tokoh
Beng-kauw yang menjadi gurunya, yang tinggal di Lok-yang,
kelihatan amat sayang kepadanya bahkan Si Macan Hitam ini
maklum pula bahwa gurunya pada saat itu berada di antara
para penonton. Inilah yang membuat dia merasa aman dan
terlindung! "Ha-ha, nona manis, engkau sungguh bernyali besar. Akan
tetapi jangan khawatir, kami bertiga tidak akan menyakitimu,
apa lagi merobohkanmu dengan pukulan kami yang keras.
Kami hanya ingin menangkapmu dan kalau engkau sudah
tertangkap dalam pelukan kami, berarti kau kalah dan harus
memenuhi janjimu." "Hemmm, tikus kecil, jangan banyak cakap, kalian
bergeraklah!" Nona itu menantang dan kini tidak lagi
menyembunyikan kemarahannya maka dia menyebut si tinggi
besar itu tikus kecil. Hal ini membuat beberapa orang
penonton tertawa dan si tinggi besar itu memandang dengan
mata terbelalak. Dia adalah Macan Hitam, mengapa disebut
tikus kecil " "Hemm, untuk makianmu itu, engkau harus menebusnya
dengan tiga kali ciuman di depan orang banyak!" bentak Hekhouw sambil bergerak dengan cepat
dan kuat sekali, menubruk ke arah nona baju hijau itu. Biarpun dia sedang
marah, akan tetapi ternyata gerakannya dahsyat dan cukup
berbahaya, karena betapapun bodohnya, dia mengerti bahwa
nona yang berani menantang dia dan dua orang temannya ini
sedikit banyak tentu pernah belajar silat.
"Heeehhhhh !" Dia membentak sambil menubruk.
"Heiiiiitt........!" Nona itu berseru nyaring dan tubuhnya
sudah mengelak dengan gerakan indah. Tubrukan itu luput !
Dari kanan kiri, dua orang teman Macan Hitam yaitu si mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sipit dan si hidung tahi lalat, sudah menubruk pula. Cara
28 menubruk mereka seperti biruang menerkam, kedua lengan
dibentangkan dan menyambar dari kanan kiri.
Nona itu sengaja menanti sampai tubrukan mereka dekat,
barulah dengan kecepatan kilat dia mencelat ke kiri.
"Bresss......... auhh! Aduhh..........!" Tak dapat dicegah lagi,
si mata sipit dan si hidung tahi lalat itu saling tubruk dan
kepala mereka saling bentur dengan keras.
"Gerrr!" Suara ketawa para penonton memecahkan
ketegangan yang tadi mencekam hati mereka. Dua orang
yang bertabrakan itu saling melotot, kemudian mengelus
kepala yang benjol dan membalikkan tubuh, siap lagi untuk
menangkap dara itu. Pada saat itu, Hek-houw sudah
menubruk lagi, dengan lebih cepat dan ganas, bahkan kini
tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke arah dada
nona itu secara kurang ajar sekali! Akan tetapi, kini nona itu
agaknya sudah mengukur sampai di mana kecepatan gerakan
tiga orang lawan itu, maka dengan seenaknya saja dia
mengelak lagi dengan loncatan ke kanan, kemudian
menghindar lagi dari terkaman dua orang lawan lain. Maka
terjadilah kejar-mengejar yang amat lucu, seperti seekor tikus
yang cekatan mempermainkan tiga ekor kucing buta yang
menubruk sana-sini akan tetapi selalu hanya menubruk angin
belaka. Bukan main cepatnya gerakan dara itu sehingga ke
manapun tiga orang lawannya menerkam, selalu dia dapat
menghindar dengan amat mudahnya Para penonton bersoraksorak mengejek tiga orang itu karena
jelas bahwa mereka itu sama sekali tidak mampu menangkap dara itu, apalagi
menangkap orangnya, bahkan menangkap ujung bajunya saja
agaknya tidak mungkin! "Tikus-tikus busuk, katanya hendak menangkap aku,
mengapa menari-menari seperti monyet begitu" Hayo cepat
kalian tangkap aku!" Nona itu berteriak mengejek dan sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini para penonton hampir semua bersorak gembira dan
terdengar suara ejekan kepada tiga orang itu.
Wajah Macan Hitam menjadi merah padam, dan dua orang
temannya sudah mandi keringat dan napas mereka terengahengah.
"Bocah sombong!" Tiba-tiba Macan Hitam menerjang dan
tangan kirinya mencengkeram ke arah dada, tangan kanannya
menampar ke arah kepala. Ini sih bukan menangkap lagi
namanya, melainkan menyerang dengan jurus ilmu silat yang
amat dahsyat dan mengancam nyawa! Dan pada saat itu, dua
orang temannya juga sudah menerjang dengan jurus-jurus
ilmu silat, menyerang tanpa mengenal malu lagi.
"Bagus! Kalian memang pengecut-pengecut hina!" teriak
dara itu sambil mengelak ke sana-ini, kemudian tiba-tiba
tubuhnya bergerak cepat sekali. Sian Lun yang memandang
kagum melihat betapa gadis itu memiliki dasar ilmu silat Thaisan-pai dan serangan yang kini
29 dilakukan oleh gadis itu jelas
menunjukkan dasar ilmu silat Bu-tong-pai, karena dia telah
mempergunakan ilmu tiam-hiat-hoat (ilmu menotok jalan
darah) dari partai Bu-tong. Terdengar pekik berturut-turut tiga
kali dan robohlah tiga orang itu, roboh di atas papan
panggung dengan lemas dan tak mampu bergerak lagi karena
totokan nona itu membuat mereka menjadi lumpuh.
Sorak-sorai menyambut kemenangan ini "Bunuh saja tiga
ekor cecunguk itu!" Terdengar teriakan dari para penonton
dan beberapa orang penjaga sudah melompat naik ke atas
panggung, memberi hormat kepada nona itu.
"Biar kami menyeret mereka ke pengadilan siocia," kata
seorang yang berpakaian sebagai perwira penjaga keamanan.
"Jangan, tidak usah. Mereka hanyalah bocah-bocah nakal
yang perlu diperingatkan saja," kata nona itu dan dengan
gerak tangannya dia menyuruh para penjaga itu turun kembali
dari atas panggung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan senyum di bibir dan sedikitpun tidak kelihatan
lelah, nona itu lalu menghampiri tiga orang bekas lawannya,
lalu berkata lantang, "Menurut patut, kalian harus dituntut dan
diberi hukuman. Kalian mengaku orang orang gagah yang
berkepandaian, akan tetapi apakah bisa dinamakan gagah
kalau hanya kalian pakai kepandaian kalian untuk menghina
wanita, mengganggu wanita dan berlagak sombong sombongan ?"
Pada saat itu terdengar seorang penjaga menghardik dari
bawah panggung, "Tiga manusia busuk, buka mata kalian
baik-baik, apakah kalian tidak mengenal siapa siocia" Beliau
adalah cucu dari Yap taijin, bupati dari An-kian dan ayah
bunda beliau adalah pendekar-pendekar yang....... "
"Cukup !" Nona baju hijau itu membentak kepada penjaga
yang segera menutup mulutnya. Nona itu kini memandang
kepada tiga orang bekas lawan yang menjadi pucat wajahnya
mendengar ucapan penjaga tadi. Ah, sungguh mereka
terjeblos! Kiranya dara itu adalah cucu dari pembesar kepala
daerah An-kian! Masih baik mereka bertiga tadi tidak
dikeroyok perajurit - perajurit penjaga, diseret ke penja
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
ra atau dibunuh di tempat! "Maafkan saya, siocia....... saya........ kami ........tidak
tahu........!" "Keparat, pengecut hina!" Dara itu membentak marah,
memotong kata-kata si tinggi besar itu. "Engkau baru minta
maaf karena aku adalah cucu pembesar" Bagaimana kalau aku
seorang gadis dusun biasa" Tidak perduli cucu pembesar atau
puteri kaisar atau dara kampung, sama saja! Pengganggu
wanita macam kalian ini adalah laki - laki hina yang tak tahu
malu dan selayaknya kalau dibunuh tanpa ampun lagi!"
"Ampun......." Mereka bertiga yang tidak mampu bergerak
hanya dapat minta ampun dengan muka pucat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Phuhh! Mana mungkin negara bisa aman selama ada
manusia - manusia pengecut hina macam kalian" Pergilah!"
Dengan ujung sepatunya, dara itu menendang tiga kali dan
tubuh tiga orang itu terlempar ke bawah panggung dan
sekalian tendangan itu merupakan

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

totokan yang membebaskan jalan darah mereka!
Dari gerombolan penonton yang berjubel itu tiba-tiba
muncul seorang pria berpakaian seperti pendeta, usianya
sekitar limapuIuhan dan dengan amat cekatan dia menyambar
tubuh Si Macan Hitam lalu dibawanya lari cepat sekali pergi
dari tempat itu. Si mata sipit dan si hidung bertahi lalat lalu
terhuyung-huyung menghilang di antara penonton. Dari atas
panggung, dara baju hijau itu melihat hal ini dan tahulah dia
bahwa orang yang berpakaian pendeta tadi memiliki
kepandaian tinggi, akan tetapi dia tidak memperdulikan lagi
dan cepat turun dari atas panggung, lalu memasuki kuil
diiringkan oleh dua orang pelayan dan oleh para penjaga
keamanan. Pesta dilanjutkan karena wayang segera dimulai
dengan pertunjukannya, musik dibunyikan dan keadaan
menjadi meriah lagi sungguhpun di antara para penonton
banyak yang membicarakan peristiwa yang amat menegangkan dan juga menarik hati itu.
1 Dengan kepandaiannya yang tinggi, Sian Lun dapat dengan
mudahnya membayangi pendeta yang melarikan Hek - houw.
Dia berlari di belakang, jaraknya cukup jauh sehingga tidak
diketahui oleh yang dibayangi, akan tetapi juga tidak terlalu
jauh sehingga dia tidak akan kehilangan jejak orang itu.
Pendeta itu membawa Si Macan Hitam ke dalam hutan dan
akhirnya memasuki sebuah kuil tua yang sudah tidak
digunakan lagi. Sian Lun menyelinap dengan cepat dan ringan,
lalu mengintai dari jendela yang tinggal bingkainya saja ke
dalam ruangan belakang kuil rusak itu di mana si pendeta
membawa Si Macan Hitam. Dia melihat bahwa di dalam
ruangan itu duduk seorang kakek tua bertubuh raksasa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
usianya tentu sudah tujuhpuluhan tahun, dihadap oleh
beberapa orang yang pakaiannya menunjukkan bahwa mereka
adalah Bangsa Khitan, dan di situ hadir pula beberapa orang
pendeta atau yang berpakaian seperti pendeta seperti yang
menangkap Si Macan Hitam itu. Mereka semua ada belasan
orang dan agaknya di antara mereka, yang menjadi tokohnya
adalah kakek tinggi besar itu, bersama dua orang kakek
pendeta yang duduk di depannya.
Kedatangan pendeta bersama Si Macan Hitam ke dalam
ruangan itu agaknya mengejutkan hati mereka, dan si kakek
tinggi besar mengerutkan alisnya, kelihatan tidak senang dan
terganggu. Seorang di antara dua kakek pendeta yang duduk
di dekat kakek tinggi besar itu cepat bangkit dan memandang
kepada dua orang yang baru datang, lalu berkata kepada
pendeta yang membawa Hek-houw dengan suara
mengandung teguran, "Eh, sute (adik seperguruan), mengapa
engkau mengganggu pertemuan ini dengan kedatangan tiba tiba bersama muridmu?"
"Maaf, suheng, sengaja aku mencari suheng untuk minta
perkenan suheng sebelum aku pergi menghajar gadis yang
telah melukai dan menghina muridku ini, di depan orang
banyak! di depan Kuil Hok Tek Cing Sien."
"Hemm, Ma Siok, apa yang terjadi ?" tanya pendeta beralis
putih yang menjadi suheng guru Si Macam Hitam ini. Hekhouw Ma Siok lalu menceritakan betapa
dia bersama dua orang temannya yang ingin nonton keramaian, di depan kuil
bertemu dengan seorang dara yang datang berkendaraan
kereta indah. Karena tertarik dia ingin berkenalan, akan tetapi
gadis itu marah dan akhirnya dia bersama dua orang
temannya bertanding melawan gadis itu yang berakhir dengan
kekalahan dan penghinaan di fihaknya.
"Kalau suhu dan supek tidak membela teecu (murid), akan
habislah nama kita dan tentu nama Beng-kauw akan
terbanting pula," Hek-houw Ma Siok menambahkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 Dua orang kakak beradik seperguruan dari Beng-kauw itu
bukanlah orang sembarangan, melainkan tokoh-tokoh Bengkauw yang sudah tinggi kedudukan
mereka sehingga saat itu mereka menjadi wakil Beng-kauw untuk mengadakan
pertemuan dengan tokoh Khitan dan para pengikutnya.
Pendeta yang sudah duduk di situ tadi bukan lain adalah Uibin Sai-kong yang berusia enampuluh
tahun dan bermuka kuning, sedangkan sutenya yang menjadi guru Hek-houw
adalah Hek-bin Sai-kong, yang bermuka hitam penuh brewok,
dan usianya sudah limapuluh lima tahun. Seperti telah kita
ketahui, dua orang ini adalah murid-murid dari para ketua
Beng-kauw, maka tentu saja ilmu kepandaian mereka sudah
hebat. Wajah Ui bin Sai-kong yang biasanya kuning itu menjadi
agak merah ketika dia mendengar peuuturan murid
keponakannya. "Hemm, sungguh memalukan sekali engkau
kalah oleh seorang dara!"
"Supek, menurut suara di antara penonton, dara itu
katanya adalah cucu dari Yap-taijin...."
"Ahh.......!" Ui-bin Sai-kong berseru kaget dan dia
memandang kepada Hek-bin Sai-kong "Sute, apakah engkau
tidak menyelidiki dulu siapakah dia" Dan siapa gurunya
sehingga seorang dara bangsawan bisa begitu lihai ?"
Sutenya menggeleng kepala dan tiba-tiba seorang pendeta
lain yang tadi duduk di situ dekat Ui-bin Sai-kong berkata, "Jiwi (anda berdua) sungguh telah
main-main dengan keluarga
yang disegani. Gadis itu, kalau benar dia cucu Yap-taijin,
adalah puteri dari Yap Yu Tek dan dia ini adalah seorang
pendekar murid dari Tiong-san Lo-kai. Sedangkan ibunya
adala murid dari Pek I Nikouw ketua Kwan-im-bio!"
Dua orang tokoh Beng-kauw itu menoleh dan memandang
kepada pendeta kepala gundul yang bicaranya menunjukkan
bahwa dia adalah orang Tibet ini, lalu Ui-bin Sai-kong berkata,
"Ah, kiranya begitu " Kiranya kita bertemu dengan musuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lama" Bagus, sekarang kami harap locianpwe Tai-lek Hoat-ong
sudi membantu kami untuk membersihkan nama, juga
mengingat bahwa keluarga Yap adalah pembesar setia dari
pemerintah, sudah sepatutnya kita tentang. Sute, karena kau
baru datang, agaknya engkau belum mengenal siapa adanya
locianpwe dan saudara-saudara yang hadir di sini Ketahuilah,
locianpwe ini adalah Tai-lek Hoat-ong, tokoh Khitan yang
mewakili Bangsa Khitan yang gagah perkasa."
Hek-bin Sai-kong segera memberi hormat karena memang
sudah lama sekali dia mendengar tentang nama Tai-lek Hoatong atau Tayatonga, bahkan pernah
pula dia melihat tokoh ini
ketika Tai-lek Hoat-ong datang berlayat atas kematian Maghi
3 Sing atau See-thian Sian-su datuk Beng-kauw. Akan tetapi
ketika itu dia tidak sempat berkenalan, apa lagi karena tokoh
Khitan ini merupakan tamu kehormatan dan dia sendiri
hanyalah murid dari ketua-ketua Beng-kauw saja.
Tayatonga, atau Tai-lek Hoat-ong, bangkit dan balas
menghormat. Baru nampak bahwa biarpun dia bertubuh tinggi
besar, akan tetapi ketika berdiri dia agak membongkok. Tokoh
ini adalah seorang lihai dari Khitan yang menjadi guru dari An
Hun Kiong, yaitu keponakan mendiang pemberontak An Lu
Shan yang ingin melanjutkan cita-cita pemberontakan
pamannya itu. "Dan saudara ini adalah Sin Beng Lama, mewakili Bangsa
Tibet. Beliau ini adalah murid dari locianpwe Ba Mou Lama."
Hek-bin Sai-kong juga cepat memberi hormat kepada Sin
Beng Lama, pendeta Tibet yang tinggi kurus itu dan juga
cepat dibalas oleh pendeta itu. Kemudian terdengar Tai-lek
Hoat-ong berkata, suaranya nyaring sekali, "Ji-wi hendak
minta bantuan kami, hal itu sudah sepatutnya. Akan tetapi
kalau menyuruh saya bertanding melawan seorang dara, hal
itu sungguh tidak patut!"
Ui-bin Sai-kong cepat menjura. "Ah, harap locianpwe tidak
salah paham. Tentang dara itu, mudah saja. Biar kami sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menundukkannya. Akan tetapi, karena dara itu tentu
dibela oleh orang-orang seperti Pek I Nikouw dan juga Tiongsan Lo-kai, maka kalau dua orang
tokoh itu muncul, barulah
kami mengharapkan bantuan locianpwe dan juga saudara Sin
Beng Lama." Tiba-tiba pendeta Lama dari Tibet itu berkata, "Membunuh
ular harus menghantam kepalanya, membasmi segerombolan
harimau harus lebih dulu membunuh biangnya, baru anakanaknya mudah ditundukkan. Karena
yang mendukung keluarga pembesar Yap itu adalah Pek I Nikouw, maka
sebaiknya kalau kita lebih dulu mendatangi nikouw itu dan
menantangnya, juga minta datangnya Tiong-san Lo-kai. Nah,
setelah dua orang tua itu dapat kita tundukkan, apa sukarnya
menghajar pembesar penjilat seperti Yap-taijin dan anak
cucunya?" "Benar sekali!" kata Tai-lek Hoat-ong, tokoh Khitan itu.
"Dan baru ada harganya, kalau menghadapi orang-orang
seperti Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai yang pernah
kudengar namanya !" Sian Lun terkejut bukan main ketika mendengar semua
percakapan itu. Pertama-tama dia sudah kaget sekali
mendengar bahwa dara baju hijau yang lihai dan yang datang
ke kuil dengan naik kereta indah itu ternyata adalah puteri
dari Yap Yu Tek dan Gan Beng Lian, yaitu adik perempuan dari
supeknya, Gan Beng Han. Dia pernah mendengar dahulu
4 bahwa mereka itu mempunyai seorang puteri yang bernama
Yap Wan Cu. Apakah dara itu Yap Wan Cu" Kemudian dia
makin terkejut mendengar rencana persekutuan ini. Dia
teringat akan cerita Ong Gi atau Ong ciangkun tentang tiga
kelompok yang kini diam-diam bermusuhan di dalam negara.
Kelompok pertama tentu saja fihak pemerintah yang didukung
oleh para pendekar dan dipelopori oleh Siauw-lim-pai dan
Thai-san-pai, kelompok ke dua adalah golongan Im-yangkauw, Pek-lian-kauw, dan Bangsa Uighur.
Adapun kelompok Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke tiga adalah Bangsa Khitan, Tibet, dan Beng-kauw, yang kini
wakil-wakilnya mangadakan pertemuan di dalam kuil tua ini!
Rencana persekutuan terakhir ini sekarang hendak
menghancurkan keluarga Yap, bahkan dengan cara untuk
mengalahkan Pek I Nikouw dan Tiong-san Lokai, guru dari
suami isteri ayah bunda Yap Wan Cu! Dia harus menghalangi
perbuatan itu! Akan tetapi kalau dia sekarang muncul dan
menyerang kelompok yang berada di dalam kuil, berarti dia
yang mencari perkara. Padahal, selalu gurunya menekankan
kepadanya bahwa dia sama sekali tidak boleh menonjolkan
kepandaiannya, tidak boleh mencari perkara dengan orang
lain dan hanya boleh mempergunakan kepandaian di waktu
perlu saja, yaitu kalau dia terancam keselamatannya atau
kalau dia melihat orang lain terancam keselamatan mereka.
Jadi tugasnya hanyamemperingatkan ayah bunda Wan Cu
agar siap sedia dan berhati-hati karena ada fihak musuh yang
mengintai keselamatan keluarga mereka!
Setelah berpikir masak-masak, Sian Lun meninggalkan
tempat itu dengan hati-hati dan bergegas pergi ke dalam kota
An-kian. Keramaian masih berlangsung di Kuil Hok Tek Cing
Sien dan Sian Lun melihat pula kereta indah tadi masih
menanti di situ, berarti bahwa gadis baju hijau yang
diduganya tentu Yap Wan Cu adanya itu masih berada di kuil
dan mungkin sedang nonton wayang di antara banyak tamu
yang memenuhi kuil. Karena tidak ada kepentingan bagi dia
untuk bertemu dengan Wan Cu, apa lagi karena mereka
berdua tentu tidak saling mengenal lagi semenjak mereka
bertemu ketika masih kecil, Sian Lun lalu cepat pergi mencari
keterangan di mana tinggalnya Yap Yu Tek, putera Yap-taijin.
Betapapun juga, Yap Yu Tek adalah suami dari Gan Beng Lian,
adik kandung supeknya, maka kepada suami isteri inilah dia
berani bertemu, dan dia merasa tidak pantas kalau dia
lancang menemui Yap-taijin atau Pek I Nikouw yang dia tahu
menjadi ketua Kuil Kwan-im-bio di luar tembok kota An-kian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mudah saja bagi Sian Lun untuk memperoleh keterangan di
5 mana tinggalnya Yap Yu Tek. TernyataYap Yu Tek tinggal
tidak jauh dari gedung kabupaten di mana ayahnya menjadi
pembesar dan putera Yap-taijin ini ternyata tidak mau menjadi
pejabat pemerintah seperti ayahnya, melainkan membukatoko
obat dan rempah-rempah. Ketika Sian Lun datang bertamu, dia diterima oleh Yap Yu
Tek sendiri, seorang laki-laki tampan dan bersikap lemah
lembut, berusia hampir empatpuluh tahun. Dengan halus budi
Yap Yu Tek mempersilakan Sian Lun duduk dan menanyakan
maksud kedatangannya. "Apakah saya berhadapan dengan paman Yap Yu Tek ?"
Sian Lun bertanya dengan sikap hormat.
Yap Yu Tek mengangguk dan memandang wajah pemuda
tampan itu dengan penuh selidik. Sian Lun cepat menjura
dengan hormat dan wajahnya berseri. "Paman Yap, terimalah
hormat saya. Saya Tan Sian Lun........"
"Tan Sian Lun.......?" Yap Yu Tek mengerutkan alis,
mengingat-ingat. "Siapakah tamumu.......?" Tiba-tiba muncul seorang nyonya
setengah tua yang masih cantik sekali dan Sian Lun segera
dapat menduga siapa adanya nyonya berusia beberapa tahun
lebih muda dari Yap Yu Tek itu.
"Bibi tentulah bibi Gan Beng Lian," katanya sambil cepat
memberi hormat dengan menjura dan mengangkat kedua
tangan ke depan dada. "Saya Tan Sian Lun........"
"Ah........! Sian Lun........" Engkau lenyap bertahun tahun
..... ah, selama ini kemana saja engkau ?" Gan Beng Lian
berseru dan memegang lengan pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXI KINI Yap Yu

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tek teringat, "Ahhh ! Jadi
engkau keponakan kakanda Gan Beng Han yang kabarnya dibawa pergi oleh
seorang sakti yang menolongmu ketika terjadi
keributan di Kuil Ban-hok
tong itu " Duduklah dan
maafkan aku karena tadi aku lupa sama sekali...."
"Sian 6 Lun, sudah tahukah engkau akan kakanda Beng Han dan isterinya ......." " suara
nyonya itu tertahan isak ketika mengajukan pertanyaan ini.
Sian Lun mengangguk. "Saya sudah mendengar ketika saya
datang mengunjungi Cin-an dan saya sudah mengunjungi
makam mereka... " "Kasihan kakanda Beng Han dan so-so (kakak ipar
perempuan)........" Nyonya itu menghapus beberapa butir air
matanya. "Saya juga sudah bertemu dengan Thian Ki Hwesio dari Kuil
Ban-hok-tong, dan telah mendengar semua keterangan
dengan jelas tentang peristiwa yang terjadi. Akan tetapi,
paman Yap berdua, pertama-tama maksud kunjungan saya
adalah untuk bertanya kepada paman berdua tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan sumoi Gan Ai Ling dan keadaan sute Coa Gin San.
Apakah paman berdua mengetahui keadaan mereka ?"
"Adikmu Ai Ling diajak pergi oleh cukongnya, yaitu Lui Sian
Lojin dan sampai sekarang tidak ada kabarnya, entah diajak
ke mana, mungkin dilatih ilmu di Kwi-hoa-san. Sedangkan
mengenai sutemu Coa Gin San, murid kakanda Beng Han itu,
tidak ada yang tahu di mana dia berada. Semenjak peristiwa
di Kuil Ban hok tong itu, dia tidak pernah terdengar beritanya."
Sian Lun mengangguk dan tahulah dia bahwa Gin San yang
oleh Thian Ki Hwesio dikabarkan sebagai orang yang telah
memiliki kepandaian tinggi sekali itu tidak datang ke An kian.
Sian Lun tidak ingin bicara tentang dirinya dan tentang ilmuilmu yang dia pelajari dari gurunya, yaitu
mendiang Siangkoan Lojin. Maka dia lalu cepat menceritakan tentang maksud
kunjungannya yang ke dua, yaitu yang ada hubungannya
dengan Yap Wan Cu. "Harap paman dan bibi suka tenang, sebenarnya, maksud
ke dua dari kunjungan saya ini cukup gawat. Mula-mula saya
melihat pertandingan di depan Kuil Hok Tek Ceng Sien antara
tiga orang pria melawan seorang dara yang kalau tidak salah
dugaan saya adalah puteri paman dan bibi........"
"Wan Cu.....!" Gan Beng Lian berseru kaget.
"Ada apakah, ibu?" Tiba tiba terdengar jawaban suara
lembut dan dari pintu depan muncullah seorang gadis cantik
yang berpakaian hijau, dan gadis ini bukan lain adalah dara
yang bertanding dengan tiga orang laki-laki kurang ajar di
depan kuil tadi. Sian Lun segera bangkit berdiri dan dia
7 memandang kepada gadis itu dengan muka berobah merah
dan jantung berdebar. Entah mengapa, akan tetapi
berhadapan dengan dara yang dikaguminya ini dia merasa
canggung sekali dan tanpa dapat dikuasainya lagi jantungnya
berdebar aneh ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tadinya wajah dara itu berseri gembira dan dengan
lincahnya dia setengah berlari memasuki ruangan itu, akan
tetapi ketika dia melihat bahwa ayah ibunya sedang bicara
dengan seorang tamu dan kini pemuda yang menjadi tamu itu
sudah berdiri, seorang pemuda tampan sekali dan berpakaian
sederhana, tentu saja dara ini merobah sikapnya. Dia
mengalihkan pandang matanya ketika sinar matanya bertemu
dengan pandang mata pemuda itu, lalu melanjutkan katakatanya, "Mengapa ibu memanggil namaku
tadi?" "Wan Cu, benarkah engkau telah membuat keributan di
luar kuil tadi dan berkelahi dengan tiga orang pria ?" Yap Yu
Tek menegur puterinya dengan alis berkerut dan pandang
mata penuh teguran. Berobah wajah dara itu dan kini terbayang kemarahan
ketika dia mengerling ke arah pemuda yang menjadi tamu
ayah bundanya ttu, lalu terdengar dia mengomel, "Hemm,
kiranya sudah ada saja orang bermulut ceriwis dan berlidah
panjang yang mengadu kepada ayah ibu " "
"Wan Cu.......!" Ibunya menghardik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Sian Lun menjadi merah sekali dan dia cepat
memberi hormat kepada dara itu sambil berkata, "Maaf,
memang benar aku yang menyampaikan berita itu, akan tetapi
aku bukan mengadu melainkan hendak menyampaikan berita
penting sekali sebagai akibat dari pada pertandingan itu."
"Hemm, apapun akibatnya aku sendiri yang akan
menanggung dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya
dengan orang luar !" Dara itu berkata lagi dengan sikap ketus
biarpun kata-katanya masih halus, sedangkan sepasang
matanya memancarkan sinar penuh kemarahan karena dia
menganggap pemuda ini amat lancang telah berani mengadu
kepada ayah bundanya sehingga baru saja pulang dia kena
tegur ayahnya. "Wan Cu, jangan kurang ajar kau ! Dia ini bukan orang
luar, dia adalah Tan Sian Lun, keponakan dari mendiang
uwakmu Gan Beng Han, anak yang hilang pada sepuluh tahun
yang lalu itu " "Ahh....... !" Wajah yang cantik itu berobah, sinar
kemarahan lenyap seketika dari matanya dan kini dia
memandang kepada Sian Lun penuh perhatian, dari kepala
8 sampai ke kaki, kemudian dia menjura untuk memberi hormat
"Ah, maafkan aku, Tan....... suheng. Engkau adalah
keponakan dan juga murid paman tuaku, maka aku harus
menyebutmu suheng, bukan " Maafkan aku karena tidak
mengenalmu sehingga mengeluarkan kata kata keras. Akan
tetapi, hal apakah yang hendak kausampaikan, yang menjadi
akibat keributan tadi ?"
Sian Lun tersenyum, hatinya lega. Tadi dia sudah merasa
risau sekali melihat dara itu marah-marah kepadanya. Kiranya
dara ini manis budi dan lincah, dan memiliki watak yang keras
dan berani, akan tetapi juga ramah dan ....... bukan main
cantiknya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akulah yang harus minta maaf....... moi-moi, karena
datang-datang aku menimbulkan kekagetan dan ketidaksenangan hatimu........"
"Duduklah, Sian Lun, duduklah dan ceritakan apa yang
terjadi," kata Yap Yu Tek.
Mereka berempat duduk kembali dan dengan sikap hormat
dan suara halus Sian Lun lalu menceritakan bahwa dia tadi
melihat orang yang berjuluk Harimau Hitam atau Macan Hitam
itu dibawa pergi oleh seorang pendeta. Karena merasa heran,
dia membayangi dan kemudian dia menceritakan tentang
pertemuan antara orang Khitan, Tibet dan orang-orang Bengkauw di kuil rusak.
"Macan Hitam itu ternyata adalah murid Beng-kauw dan
yang membawanya pergi adalah gurunya. Dan mereka itu
menencanakan maksud yang amat jahat terhadap keluarga
paman Yap dan juga terhadap guru guru paman dan bibi." Dia
lalu bercerita tentang niat persekutuan itu untuk menentang
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai di Kuil Kwan Im Bio.
Mendengar penuturan itu, Yap Yu Tek dan Gan Beng Lian
terkejut bukan main, akan tetapi Yap Wan Cu bangkit berdiri,
mengepal tinjunya dan berkata, "Ayah dan ibu, karena aku
yang menimbulkan gara-gara, biarlah aku yang akan
menghadapi Macan Hitam dan gerombolannya! Sekali ini akan
kubasmi mereka!" "Wan Cu, kaukira akan semudah itu?" Ayahnya menegur.
"Kalau mereka itu sudah berani menantang suhu dan juga
guru ibumu, berarti mereka itu tentu memiliki kepandaian
tinggi sekali. Urusan ini gawat sekali, hanya menyangkut suhu
dan guru ibumu, bahkan juga melibat keselamatan keluarga
kong-kongmu (kakekmu). Sekarang juga aku dan ibumu-harus
pergi ke gedung kong-kongmu, untuk memberi laporan agar di
sana diadakan penjagaan, dan kami juga harus menjaga
9 keselamatan keluarga di sana. Engkau pergilah ke kuil, temui
guru ibumu dan ceritakan segala yang terjadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah tidak berbahaya kalau dia pergi sendiri saja?" Gan
Beng Lian menyatakan kekhawatirannya.
"Biarlah saya menemani adik Wan Cu, bibi. Mungkin Pek I
Nikouw akan bertanya sesuatu kepada saya tentang apa yang
saya saksikan dan dengar di kuil tua itu," Sian Lun berkata,
menawarkan tenaganya. Yap Yu Tek yang berpenglihatan tajam itu sudah dapat
menduga bahwa pemuda ini bukan pemuda sembarangan dan
sikapnya menunjukkan bahwa pemuda ini boleh dipercaya,
sopan dan baginya mudah saja menduga bahwa pemuda ini
telah memiliki kepandaian tinggi. Kalau tidak, mana mungkin
mengintai ke kuil rusak di mana berkumpul musuh-musuh
yang pandai tanpa diketahui" Maka dia cepat berkata,
"Baiklah, Sian Lun. Kau menemani adikmu Wan Cu ke Kuil
Kwan im bio. Biar pembicaraan kita lanjutkan kelak kalau
urusan ini sudah lewat, maafkan penyambutan kami yang
singkat ini." Yap Yu Tek lalu memerintahkan para pembantu untuk
menutup toko, kemudian dia bersama isterinya bergegas pergi
ke gedung ayah mereka, sedangkan Yap Wan Cu bersama
Sian Lun pergi keluar kota An-kian menuju ke Kuil Kwan-imbio yang berada di luar kota, di tempat
yang sunyi. Beberapa kali Wan Cu mengerling ke kiri, ke arah pemuda
yang berjalan di sampingnya itu. Pemuda yang amat pendiam,
padahal sudah beberapa kali dia mengajaknya bercakap cakap
di sepanjang perjalanan menuju ke Kuil Kwan-im-bio. Pemuda
itu hanya menjawab sekedarnya saja dan kelihatan canggung
dan malu-malu. Dia sudah banyak mendengar tentang
pemuda ini dari ibunya. Ibunya sering bercerita tentang
paman tuanya, yaitu mendiang Gan Beng Han dan isteri
pamannya itu, yaitu Kui Eng yang masih kakak beradik
seperguruan, juga ibunya pernah bercerita tentang mendiang
Tan Bun Hong, sute dari pamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka bertiga, kakak Gan Beng Han, Tan Bun Hong dan
Kui Eng merupakan tiga orang kakak beradik murid Lui Sian
Lojin dan terkenal sebagai tiga orang pendekar yang gagah
perkasa, bahkan dikenal sebagai Tiga Naga yang mengamuk
seakan-akan baru turun dari angkasa, menggegerkan kota
raja dalam usaha mereka menentang pembesar pembesar
lalim," demikian antara lain ibunya bercerita. Dan diapun
sudah mendengar bahwa sute dari pamannya itu, Tan Bun
Hong, menikah dengan puteri pangeran, akan tetapi karena
10 dia pernah mengamuk di kota raja bersama dua orang
saudara seperguruannya itu, akhirnya dia ketahuan dan
keluarga isterinya terbasmi semua, dia sendiri gugur dengan
gagahnya. Dan Tan Sian Lun, pemuda yang kini berjalan
dengan kepala tunduk di sampingnya adalah putera dari
pendekar Tan Bun Hong itu!
"Tan-suheng, engkau tentu pandai ilmu silat."
"Ah, sama sekali tidak, adik Wan Cu."
"Hemm, sejak tadi engkau menyebutku moi-moi (adik),
mengapa tidak sumoi (adik seperguruan)?" Wan Cu menoleh
dan menatap wajah itu sambil memandang dengan sinar mata
penasaran. Sian Lun berhenti melangkah dan mereka berdiri saling
berhadapan "Wan Cu moi-moi, maafkan aku kalau aku tidak
berani menyebutmu sumoi, karena sesungguhnya perguruan
kita bersumber lain. Bukankah guru dari ayahmu adalah
Tiong-san Lo-kai tokoh Bu-tong-pai sedangkan guru dari
ibumu adalah Pek I Nikouw tokoh Thai-san-pai " Sedangkan
mendiang paman dan bibi guruku, juga mendiang ayahku
adalah murid murid dari Lui Sian Lojin, bukan dari partai
manapun. Jadi antara perguruan kita tidak ada hubungan,
moi-moi." Yap Wan Cu tersenyum. "Ah, mengapa kau membikinnya
menjadi demikian ruwet" Engkau adalah murid keponakan dari
paman tuaku, jadi untuk mudahnya aku menyebutmu suheng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyebut kakak seperguruan atau kakak biasa apa sih
bedanya?" Sian Lun juga tersenyum. Gadis ini keras hati dan
pemberani, namun selain ramah dan lincah, juga wataknya
sederhana. "Sebetulnya sih tidak ada bedanya, hanya aku.......
ah, mana aku berani kausebut suheng, padahal engkau
memiliki kepandaian silat yang demikian lihai?"
"Kakak Sian Lun, jangan engkau merendahkan diri.
Menurut penuturan ayah ibuku, di waktu engkau lenyap
sepuluh tahun yang lalu, kabarnya engkau dibawa pergi
seorang sakti. Engkau diajar apa sajakah selama sepuluh
tahun ini ?" "Aku diajar hidup sebagai petani dan sebagai nelayan."
"Ehh ?" Dara itu memandang heran dan mengangkat kedua
alisnya yang kecil hitam dan panjang sehingga Sian Lun
melongo karena terpesona oleh kecantikan wajah dara itu.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untuk apakah pelajaran bertani dan menangkap ikan?"
Kini Sian Lun memandang dengan sinar muta tajam dan
sikapnya sungguh - sungguh ketika dia menjawab, "Cu - moi,
menurut kenyataannya, belajar bertani dan belajar
menangkap ikan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan
manusia dari pada belajar ilmu silat! Lihatlah hasil karya dari
11 para petani dan nelayan! Hasil karya mereka merupakan
kebutuhan hidup dari banyak orang, bukan kebutuhan mereka
sendiri. Betapa semenjak lahir kita telah berhutang budi
kepada para petani dan nelayan. Akan tetapi, apakah hasil
karya dari para ahli silat" Tak lain hanya kekerasan,
permusuhan dan saling bunuh!"
Dara itu mengerutkan alisnya, berpikir keras karena dia
merasa tidak setuju sepenuhnya dengan ucapan pemuda itu.
"Akan tetapi, Lun-ko, kalau semua orang yang jujur dan baik
menjadi petani dm nelayan sedangkan semua orang yang
jahat menjadi ahli silat, habis siapakah yang akan menentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penindasan dan kejahatan yang dilakukan oleh para penjahat
itu terhadap para rakyat yang lemah" Kalau tidak ada para
pendekar yang ahli silat untuk menghadapi mereka yang
jahat, akan bagaimana jadinya dengan kehidupan ini?"
Sian Lun menarik napas panjang. "Demikianlah
kenyataanya, moi-moi. Betapa banyaknya orang yang
mempergunakan ilmu silat atau kekuatan atau kekuasaan
untuk menindas orang lain sehingga orang-orang yang tidak
suka akan kekerasanpun terpaksa harus mempelajari silat
untuk membela kaum lemah yang tertindas. Memang benar
ucapanmu, ilmu silat, seperti juga ilmu bertani dan mencari
ikan, hanyalah ilmu yang semuanya berguna, tidak baik
maupun buruk sifatnya, karena baik atau buruknya itu
tergantung kepada si manusia yang memiliki ilmu itu. Ilmu
macam apapun di dunia ini, kalau dipergunakan untuk
menyenangkan diri sendiri dan mencelakakan orang lain,
menjadi ilmu jahat dan sebaliknya kalau dipergunakan untuk
menolong orang lain, adalah ilmu yang baik."
Dara itu tertawa dan memandang kepada Sian Lun dengan
girang. "Nah, begitu baru aku setuju, koko ! Jadi, engkau
hanya belajar bertani dan menangkap ikan dari orang sakti
yang membawamu itu" Apakah engkau tidak diberi pelajaran
ilmu silat oleh gurumu" Apakah engkau tidak mempelajari
silat, Lun ko ?" Sian Lun tersenyum. Dia mengangguk dan menjawab
sederhana, "Ada sedikit aku mempelajari ilmu silat, akan tetapi
hanya sedikit, moi - moi."
"Ah, engkau tentu pandai !"
"Tidak bisa dibandingkan denganmu."
"Ah, aku tidak percaya. Lain kali aku akan minta
petunjukmu, koko Sekarang mari kita cepat-cepat pergi ke
Kwan im bio." Setelah berkata demikian, tubuh dara itu
melesat cepat sekali karena dia sudah mempergunakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
12 ginkang untuk berlari cepat ke depan. Sian Lun tersenyum.
Dara itu memang cerdik sekali, dia harus berhati-hati agar
tidak sembarangan mengeluarkan kepandaian kalau tidak
terpaksa sekali, sesuai dengan ajaran dan sikap mendiang
gurunya. Maka begitu melihat Wan Cu berlari cepat yang dia
tahu adalah akal dara itu untuk menguji kepandaiannya, atau
setidaknya menguji ginkangnya, diapun berlari cepat akan
tetapi tanpa mempergunakan ilmunya, hanya lari cepat biasa
saja mengandalkan kekuatan kedua kakinya. Tentu saja dia
tertinggal jauh sekali oleh dara yang larinya seperti kijang
cepatnya itu! Sebentar saja tubuh dara itu telah berkelebat
dan lenyap di sebuah tikungan jalan.
Ketika Sian Lun tiba di tikungan itu, dia tidak melihat Wan
Cu, akan tetapi dia menahan senyum ketika tiba tiba tubuh
dara itu berkelebat dari atas pohon, menyambar turun ke
depannya seperti seekor burung garuda! Dara itu memang
lincah dan memiliki ginkang yang lumayan dan agaknya kini
sedang memamerkan kepandaiannya kepadanya.
"Ah, engkau membuat aku kaget saja, moi-moi ! Larimu
cepat sekali !" Wajah cantik itu berseri gembira, matanya bersinar sinar,
akan tetapi mulut yang manis itu tersenyum dan berkata
merendah, "Ah, larimu juga cepat, koko." Kini mereka berjalan
berdampingan dan Wan Cu tidak lagi mempergunakan ilmu
lari cepat, juga tidak lagi bertanya tentang ilmu silat karena
dia merasa sudah cukup menguji tadi. Pemuda ini mungkin
hanya mempelajari sedikit saja ilmu silat !
Akhirnya tibalah mereka di Kuil Kwan-im-bio yang sunyi
letaknya di luar kota itu. Akan tetapi dari jauh saja Sian Lun
sudah memandang dengan hati tegang. Jantungnya berdebar
ketika dia mengenal beberapa orang berada di depan kuil itu.
"Ah, agaknya nenek guru sedang menghadapi tamu !" Wan
Cu berseru dan tiba-tiba dia merasa lengannya dipegang
orang dan ketika dia menoleh, terheranlah dia melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketegangan membayang di wajah pemuda yang biasanya
tenang itu, "Ada apakah, Lun ko ?"
"Mereka........ mereka adalah orang-orang yang kuceritakan
itu, dari kuil rusak itu......."
"Ah, jadi mereka telah tiba di sini" Bagus, mari kita cepat
membantu nenek......."
Sian Lun hendak mencegah, akan tetapi dara itu sudah
cepat meloncat ke depan dan berlari cepat sehingga terpaksa
Sian Lun juga mengikutinya dari belakang.
Memang benar dugaan Sian Lun, Nampak Tai-lek Hoat-ong
atau Tayatonga, tokoh Khitan raksasa bongkok itu telah
berada di situ, bersama Sin Beng Lama dari Tibet, dan dua
13 orang tokoh Beng-kauw, yaitu Ui bin Sai-kong dan Hek bin
Sai-kong ! Dan di fihak Kuil Kwan- im-bio nampak seorang
nikouw tua dan seorang kakek pengemis bersama beberapa
orang nikouw Kwan-im-bio yang memandang dengan alis
berkerut. Sian Lun dapat menduga bahwa nikouw tua itu tentulah
Pek I Nikouw, karena selain sudah tua juga pakaiannya serba
putih, sesuai dengan julukannya, yailu Pek I Nikouw ( Peudeta Wanita Baju Pulih) Sedangkan kakek
berpakaian pengemis itu agaknya adalah Tiong-san Lo-kai!
Pada saat Wan Cu dan Sian Lun tiba di situ, terdengar Hekbin Sai kong yang mukanya hitam penuh
brewok berkata nyaring, "Bagus sekali, Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai!
Ayah bunda gadis itu adalah murid kalian ! Kami adalah orangorang yang tahu aturan, maka kami
tidak mau berurusan dengan mereka, melainkan langsung mendatangi kalian untuk
minta pertanggungan jawab kalian. Gadis cucu murid kalian
itu telah menghina kami, menghina Beng - kauw, oleh karena
itu Beng kauw minta pertanggungan jawab kalian! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum Pek I Nikouw atau Tiong san Lo-kai menjawab,
terdengar Wan Cu yang sempat mendengar ucapan tokoh
Beng-kauw itu sudah berseru nyaring sekali. "Memang aku
yang berbuat dan aku yang bertanggung jawab! Aku yang
menghajar tiga orang kurang ajar itu, dan kalau ada orang
lain hendak membela penjahat-penjahat hina itu, majulah, aku
Yap Wan Cu tidak takut menghadapinya !"
"Wan Cu, apa yang telah kaulakukan?" Hampir berbareng
kakek dan nenek itu menegur.
"Harap ji-wi tidak menanggapi omongan mereka ini, teecu
telah menghajar tiga orang laki-laki hina yang telah berani
bersikap kurang ajar kepada teecu di depan Kuil Hok Tek Ceng
Sien di depan banyak orang. Teecu tidak tahu mereka itu
murid-murid Beng-kauw atau murid dari neraka, yang teecu
ketahui hanya bahwa mereka itu hendak kurang ajar kepada
teecu, maka teecu menghajar mereka. Masih baik teecu tidak
membunuh mereka. Kalau sekarang ada antek antek mereka,
atau guru-guru mereka, datang hendak membela, teecu akan
menghadapinya!" "Bagus! Bocah sombong, kau majulah!" Hek-bin Sai-kong
sudah meloncat ke depan dan begitu kedua tangannya
bergerak, terdengar suara berkerotokan!
''Siapa takut padamu !" Wan Cu juga meloncat ke depan.
"Wan Cu, mundur kau !" Pek I Nikouw membentak, akan
tetapi dasar dara itu luar biasa tabahnya, dia meloncat sambil
menyerang dengan pukulan keras ke arah muka Hek-bin Saikong!
"Plak-plak!" Tubuh dara itu terlempar ke belakang dan dia
tentu sudah roboh terjengkang kalau saja tidak secara
14 kebetulan dia terlempar ke arah Sian Lun dan menabrak
pemuda ini yang sudah cepat menangkap lengannya.
"Dia lihai sekali, Cu moi........." Sian Lun berbisik, akan
tetapi dara itu memang keras kepala. Dengan marah sekali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedangnya dan tanpa memperdulikan bujukan Sian
Lun dan teguran Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai, dia
sudah menerjang ke depan, menyerang Hek-bin Sai-kong
dengan pedangnya. Kedua tangan pendeta muka hitam itu bergerak dan tahutahu nampak dua sinar berkelebat. Kiranya
dia sudah mencabut keluar sepasang pedangnya dan dua kali pedang itu
berkelebat, terdengar suara berdencing nyaring dibarengi
teriakan Wan Cu karena kalau dia tidak membuang tubuh ke
belakang, hampir saja ujung pedang lawan menggores
mukanya!. Wajah dara itu menjadi pucat sekali dan pada saat
itu Pek I Nikouw sudah meloncat ke depan dan menarik
lengan Wan Cu, lalu mendorongnya ke belakang. "Apakah
engkau sudah bosan hidup" Mundurlah dan jangan ikut
campur !" Wan Cu tidak membantah lagi karena maklumlah dia
bahwa fihak lawan terlalu lihai sehingga bukan lawannya,
maka dia lalu mundur dan berdiri di dekat Sian Lun sambil
menyimpan pedangnya. "Benar, dia lihai sekali ......" bisiknya
kepada pemuda itu, tidak tahu betapa pemuda itu masih
berdebar tegang dan betapa pemuda itu tadi sudah siap siap,
menegang seluruh urat syarafnya karena siap untuk
menyelamatkannya apa bila saikong itu menurunkan tangan
kejam ! "Omitohud, agaknya anda benar-benar mendesak kami!"
Pek I Nikouw berkata sambil melangkah maju menghadapi
Hek-bin Sai-kong. "Sebenarnya, apakah yang kalian kehendaki
?" "Pek I Nikouw, cucu muridmu adalah cucu dari Yap taijin,
dan sudah berani menghina murid kami yang bernama Ma
Siok, bahkan tadi telah berani menyerangku pula. Kalau tidak
ingat bahwa dia itu seorang anak-anak, apakah dia masih
dapat bernapas sekarang" " Hek-bin Sai-kong berkata. "Bukan
hanya urusan pribadi yang membuat kami ditang, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena penghinaan itu berarti penghinaan terhadap Bengkauw oleh seorang cucu pembesar dan
cucu muridmu. Oleh karena itu, maka aku dan teman-teman datang untuk
menantang engkau dan Tiong-san Lo-kai sebagai kakek guru
dan nenek guru dara itu !"
"Ha-ha ha, bagus sekali, sejak kapankah orang orang Bengkauw menarik bantuan seorang pendeta
15 Lama dari Tibet dan seorang tokoh Khitan" Apakah sejak tersiar desas desus
bahwa Beng-kauw bersama orang-orang Tibet dan Khitan
sedang bergerak hendak memperebutkan kedudukan" " Tiba
tiba Tiong-san Lo-kai yang sejak tadi diam saja berkata
dengan tertawa dan menir|ck.
Dengan alis berkerut Tai-lek Hoat-ong bertanya kepada
Hek-bin Saikong, "Hek-bin Sai-kong, siapakah jembel tua ini ?"
"Hemm, Tai-lek Hoat-ong, namamu sudah kukenal karena
selamu beberapa tahun ini engkau sudah banyak melakukan
hal-hal yang menggemparkan. Engkau mau mengenal jembel
tua bangka ini" Aku adalah Tiong-san Lo-kai."
"Aha, inikah orangnya" " Hanya demikian Tai-lek Hoat-ong
berkata, sikapnya menghina sekali.
"Terserah apa yang kalian katakan, Pek I Nikouw din Tiongsan Lo-kai ! Kami datang berempat dan
kalau kalian merasa takut, hayo cspat ajak cucu murid kalian itu berlutut dan minta
ampun kepada kami, juga memenuhi syaratku seperti kalau
kalian kalah dalam pertandingan melawan kami."
"Hemm, kalau kami takut atau kalah, apakah syaratmu?"
Pek I Nikouw bertanya, suaranya masih halus karena nikouw
ini memang sabar sekali. "Syaratnya, adalah pengikatan kekeluargaan. Nona ini
harus menjadi isteri muridku yang jatuh cinta kepadanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam busuk ! Lebih baik aku mampus!" Wan Cu sudah
menjerit dan tangan kanannya bergerak. Sinar kecil dari
jarum-jarum halus menyambar ke arah Hek bin Sai kong
Itulah jarum-jarum amat terkenal dari Pek I Nikouw yang telah
dipelajari dara itu dari ibunya, yaitu jarum-jarum Cai-li Toat
beng ciam, semacam jarum pencabut nyawa yang luar biasa
ampuhnya. "Huhh.......!" Hek - bin Sai - kong cepat menggerakkan
tangannya dan lengan baju yang lebar itu menyampok, akan
tetapi dengan terkejut dia terpaksa menarik tubuh atas ke
belakang karena masih ada jarum yang lewat dan mengancam
mukanya. Dia terkejut sekali dan marahlah saikong ini. Akan
tetapi sebelum dia dapat menyerang Wan Cu, Pek I Nikouw
telah meloncat ke depannya sambil menghadang dan
membelakangi cucu muridnya.
"Hek-bin Saikong, pinni (aku) terima tantanganmu! " kata
Pek I Nikouw dengan sikap tenang. "Akan tetapi, kalian tidak
boleh membawa-bawa nona ini! Biarlah kalau pinni dan Tiongsan Lo-kai kalah, kalian boleh
melakukan apa saja terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, sebaliknya kalau kalian kalah, kalian harus cepat pergi
16 dan tidak boleh mengganggu wilayah An kian lagi.
Bagaimana?" "Bagus, terima saja, Hek-bin Sai-kong," terdengar Tai-lek
Hoat-ong berkata dan Hek-hin Sai-kong mengangguk.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik, Pek I Nikouw, kami menerima taruhanmu!"
Dari jawaban ini dan sikap saikong itu, tahulah Pek I
Nikouw dan Tiong-san Lo-kai bahwa yang sesungguhnya
menjadi pemimpin dari empat orang itu adalah orang Khitan
ini. "Nikouw tua, biarkan aku yang maju menghadapi mereka!"
Tiong-san Lo-kai yang diam-diam merasa penasaran itu
berseru. "Tidak, Lo kai. Pinni adalah penghuni kuil ini dan menjadi
nyonya rumah, engkau adalah tamu, sungguhpun kita berdua
yang ditantang, akan tetapi pinni biarkan maju dulu. Kalau
pinni kalah barulah engkau yang maju!" bantah Pek I Nikouw.
Memang pada waktu itu, secara kebetulan saja Tiong-san Lokai berkunjung ke Kuil Kwan-im-bio
dalam perjalanannya menuju ke An-kian untuk menengok muridnya, yaitu Yap Yu
Tek. Dan ucapan nikouw tua itupun bukan tanpa alasan,
karena dia maklum bahwa ilmu kepandaian kakek pengemis
itu masih lebih tinggi setingkat dibandingkan dengan
kepandaiannya, maka sebaiknya dia yang maju lebih dulu dan
kalau dia terdesak oleh lawan, baru kakek pengemis itu yang
turun tangan. Pada saat itu, Sian Lun sudah melangkah maju dan
memberi hormat kepada Pek I Ni-kouw dan Tiong-san Lo-kai
sambil berkata, "Ji-wi locianpwe, harap ji-wi suka mengijinkan
teecu untuk mewakili ji-wi menghadapi mereka ini."
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai memandang dengan
heran kepada pemuda itu Mereka tadipun sudah melihat
bahwa cucu murid mereka datang bersama pemuda asing ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini mendengai bahwa pemuda itu minta persetujuan
mereka untuk mewakili mereka menghadapi empat oiang
lawan yang amat tangguh itu, mereka tentu saja terkejut dan
terheran. "Siapakah tuan muda ini?" tanya Pek I Nikouw kepada Wan
Cu. Wan Cu sendiri terkejut mendengar permintaan Sian Lun
dan hatinya terasa hangat karena kagum dan senang
mendengar pemuda itu membela nenek dan kakek gurunya.
Sikap pemuda itu dianggapnya gagah berani dan ini amat
mengagumkan hatinya, walaupun dia merasa lucu betapa
seorang seperti Sian Lun ini berani menghadapi orang-orang
yang demikian lihainya sehingga dia sendiri saja sama sekali
tidak berdaya menghadapi saikong itu, apa lagi yang lain,
yang kelihatan juga amat aneh dan tentu lihai sekali. Sikap
17 Sian Lun itu membuatnya bangga, maka tanpa ragu-ragu dia
lalu berkata, menjawab pertanyaan Pek I Nikouw
memperkenalkan, "Dia adalah Tan Sian Lun suheng!"
Jawaban ini membuat empat orang lawan itu diam-diam
memandang rendah. Apa artinya pemuda itu kalau hanya
suheng dari nona muda ini, pikir mereka. Ditambah sepuluh
orang lagi seperti pemuda itupun mereka tidak akan takut.
Akan tetapi Pek I Nikouw dan Tiong-sin Lo-kai memandang
dengan alis berkerut dain tentu saja mereka tidak dapat
meluluskan permintaan itu.
"Suhengmu dari mana......?" Pek I Nikouw bertanya lagi
karena kalau cucu muridnya ini mempunyai seorang suheng,
tentu dia mengenalnya, akan tetapi dia merasa tidak pernah
jumpa dengan pemuda ini. "Dia adalah murid keponakan dari mendiang paman Gan
Beng Han." "Omitohud........ dia yang dulu dibawa pergi oleh seorang
locianpwe........?" Pek I Nikouw memandang kepada Sian Lun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya mengangguk lalu menundukkan mukanya karena
dia tidak ingin bicara tentang gurunya.
Akan tetapi, melihat bahwa Sian Lun masih amat muda, di
dalam hatinya Pek I Nikouw dan Tiong san Lo-kai tentu saja
sangsi apakah orang semuda ini boleh diandalkan untuk
menghadapi lawan-lawan yang mereka tahu amat lihai. Dan
urusan ini sama sekali tidak menyangkut diri pemuda itu,
maka tentu saja mereka tidak mau membiarkan pemuda itu
terancam bahaya. Apa lagi pemuda itu bukan merupakan
murid segolongan, maka amat tidak baik menyeretnya ke
dalam bahaya sehingga melibatkan perguruan atau partai lain
ke dalam urusan pribadi. "Terima kasih atas kesediaanmu, sicu, akan tetapi biarlah
pinni dan Lo kai yang akan menghadapi mereka, tua sama
tua," kata Pek I Nikouw yang kemudian menghadapi empat
orang kakek itu dan berkata, "Nah, siapakah yang akan
memberi petunjuk kepada pinni ?"
Agaknya di antara empat orang penantang itu sudah ada
persepakatan, karena tiba-tiba pendeta Lama itu sudah
melangkah maju menghadapi Pek I Nikouw dan mengangkat
kedua tangan memberi hormat. "Siancai, pinceng mendapat
kehormatan untuk melayani Pek I Nikouw, ketua Kwan-im-bio
yang terkenal itu! Karena di fihak kalian ada dua orang yang
maju, maka fihak kamipun akan maju dua orang, yaitu
pinceng sendiri dan Tai lek Hoat-ong."
Pek I Nikouw memandang calon lawan ini dengan penuh
perhatian. Dia hanya pernah mendengar nama Sin Beng
Lama, satu di antara para pendeta Lama dari Tibet yang
berkeliaran di daratan besar, dan yang namanya terkenal di
18 dunia kang-ouw sebagai seorang yang berilmu tinggi, dan
kabarnya Sin Beng Lama ini adalah murid kepercayaan dari
tokoh besar Tibet yang berjuluk Ba Mou Lama, yaitu ketua
Lama Jubah Merah. Pendeta ini usianya lima-puluh lebih,
bertubuh tinggi kurus dan nampaknya masih kuat, pakaiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sederhana dan jubahnya berwarna merah, sepatunya berlapis
baja dan di pinggangnya sebelah kiri terselip sebatang tongkat
kuningan yang kecil dan tidak begitu panjang, hanya
sepanjang sebatang pedang biasa. Melihat sepatu itu, Pek I
Nikouw menduga bahwa lawan ini agaknya seorang ahli
tendangan, maka dia mencatat dugaan ini di dalam hatinya.
"Baik, majulah, Sin Beng Lama!" Pek I Nikouw berkata
halus dan nenek tua ini sudah memasang kuda kuda setelah
dia membalas penghormatan Lama itu.
"Lihat serangan!" Sin Beng Lama berseru keras dan dia
mulai menyerang dengan pukulan menyilang. Dua orang ini
kelihatan sungkan sungkan Karena mereka berdua adalah
pendeta-pendeta yang berjubah pendeta pula, biarpun bukan
segolongan namun setidaknya mempunyai aliran yang sama.
Pek I Nikouw adalah seorang nenek yang sudah tua, tidak
kurang dari tujuhpuluh tahun, usianya dan pada dasarnya
nikouw ini tidak menyukai kekerasan sungguhpun dia
merupakan seorang tokoh Thai-sin pai tingkat dua yang
berilmu tinggi. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah
bertempur, bahkan dia lebih tekun memperhatikan persoalan
batin dari pada ilmu silat, maka boleh dibilang dia kurang
latihan. Selain itu, juga tenaganya sudah banyak berkurang,
maka kini sekali bertanding menghadapi seorang lawan yang
lihai, maka tahulah dia bahwa dia menghadapi bahaya. Melihat
cara lawan menyerang dengan ganas, tak tertahankan lagi dia
berseru sedih, "Omitohud........!" dan meloncat ke belakang
untuk menghindarkan diri. Hatinya bersedih mengingat bahwa
dia harus berkelahi melawan seorang pendeta pula !
Memang sesungguhnya amat menyedihkan melihat
kenyataan betapa kekerasan tak pernah meninggalkan
manusia, atau lebih tepat lagi manusia tak pernah dapat
terbebas dari kekerasan, biarpun dia telah memiliki
pengetahuan bertumpuk-tumpuk dan telah mengusahakan
sedapat mungkin untuk menjadi orang baik, menjadi pendeta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau bahkan pertapa! Jelaslah bahwa kebersihan manusia
tidak dapat diukur dari kedudukan, usia, bangsa, agama
ataupun kepercayaan. Apa lagi diukur dari pakaian yang
membeda-bedakan manusia sebagai karyawan, usahawan,
seniman, sarjana, pendeta dan sebagainya lagi itu. Yang
19 menentukan adalah tindakan yang merupakan pelaksanaan
dari pada keadaan batin setiap orang, dan keadaan batin ini
hanya diketahui oleh diri sendiri masing-masing ! Oleh karena
itu, yang dapat membersihkan batin, membebaskan batin,
hanyalah diri sendiri belaka ! Dan pembersihan ini baru
mungkin terjadi apa bila kita masing-masing mengenal diri
sendiri, mengenal diri sendiri yang penuh dengan keinginan,
ingin senang, ingin baik, ingin berhasil, ingin "maju", ingin
melebihi orang lain dalam segala-galanya, dan seribu satu
macam keinginan lagi, mengenal diri sendiri yang penuh
dengan kemunafikan, kepalsuan, kebencian, iri hati,
permusuhan, rasa takut, dan sebagainya. Kitalah yang dapat
mengenal diri sendiri, dengan mengamatinya Setiap saat,
mengamati gerak-gerik jasmani kita, mengamati gerak-gerik
hati dan pikiran kita. Tanpa mengenal kekotoran yang melekat
pada diri sendiri, mana mungkin timbul pembersihan" Kita
selalu menganggap bahwa kita adalah orang yang paling
bersih, paling baik, dan dengan demikian kita tenggelam ke
dalamkepalsuan ini dan yang kotor menjadi tetap kotor,
bahkan menjadi semakin kotor !
Demikian pula dengan halnya Pek I Nikouw. Dia berduka
melihat orang lain menggunakan kekerasan, tanpa menyadari
bahwa tanggapannya terhadap kekerasan orang lainitupun
merupakan kekerasan yang tidak ada bedanya! Mungkin,
seperti yang kita lakukan kalau kita menghadapi kekerasan
orang lain dengan ke kerasan pula, Pek I Nikouw akan
beranggapan bahwa dia mempergunakan kekerasan demi
membela kebenaran! Inilah senjata kita yang selalu kita
pergunakan untuk membela diri sendiri, untuk mcmbenarkan
diri sendiri, untuk mencarialasan mengapa kita melawan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa kita menggunakan kekerasan. Kita selalu
beranggapan bahwa kita marah, kita keras, karena kita
membela kebenaran! Kita sama sekali tidak mau memandang
diri sendiri sehingga nampak jelas bahwa MARAH, BENCI,
BERKERAS itu sendiri sudah TIDAK BENAR! Namun kita pakai
untuk membela kebenaran! Kebenaran siapa"Tentu saja
kebenaran kita sendiri yang boleh saja kita selimuti dengan
umum kebenaran agama, bangsa, golongan dan lain-lain lagi
yang hanya merupakan pengluasan saja dari pada kebenaran
UNTUK AKU. Kita lupa bahwa kalau kita sudah menentukan
suatu kebenaran untuk diri sendiri sendiri, maka sudah tentu
fihak lawan kitapun memiliki ketentuan suatu kebenaran untuk
dirinya sendiri. Maka terjadilah perang kebenaran, perebutan
kebenaran dan sudah jelas dapat kita lihat bersama bahwa
kebenaran yang diperebutkan itu sesungguhnya BUKANLAH
KEBENARAN ADANYA. Semenjak sejarah dicatat manusia, selalu manusia
20 berenang dalam lautan kekerasan. Kita menyamakan diri
dengan hal-hal yang kita anggap lebih tinggi dari pada kita.
Melihat diri kita sendiri yang tidak berarti, yang tidak abadi,
maka kita suka melekatkan diri kepada yang kita anggap lebih
besar, seperti bangsa, agama, partai, golongan, keluarga, dan
lain-lain di mana kita mengharapkan akan dapat
"membonceng" untuk mengisi kekosongan dan kedangkalan
diri kita sendiri. Maka terjadilah perpindahan kekerasan. Kalau
tadinya kita memberatkan "aku" masing masing dan menjadi
marah, membenci dan sebagainya kalau aku diganggu, maka
kini terjadi perpindahan atau bahkan pengluasan si "aku" yang
menjadi "negaraku, bangsaku, agamaku, partaiku, golonganku" sehingga marahlah kita kalau semua itu
diganggu. Bahkan ada yang mengesampingkan dirinya sendiri,
seperti para pendeta dan pertapa, tidak akan marah kalau
dirinya diganggu, akan tetapi awas, jangan mengganggu
agamanya atau golongannya, karena kalau itu diganggu, dia
akan marah dan menggunakan kekerasan ! Padahal,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
golonganku, partai ku, bangsaku dan sebagainya itu hanya
merupakan pengluasan dari pada si aku itu juga!
Dapatkah kita hidup bebas dari segala ikatan, segala
pelekatan, segala penyamaan diri bebas dari si aku dengan
segala bentuknja dan pengluasannya yang penuh dengan
pengajaran kesenangan sehingga menimbulkan kebenaran
sendiri-sendiri dan akibatnya menimbulkan konflik dan
pertentangan" Karena terus diserang dan didesak oleh lawannya, akhirnya
Pek I Nikouw juga membalas serangan serangan lawan
dengan serangan-serangan maut dan pukulan-pukulannya
yang kelihatannya lemah lembut namun sesungguhnya
mengandung tenaga sinkang yang murni dan masih kuat di
samping ketepatan sasaran yang disambar oleh jari - jari
tangannya yang kecil, yaitu bagian bagian yang mematikan.
Tiba-tiba terdengar Sin Beng Lama mengeluarkan bentakan
nyaring dan terus-menerus. Kiranya dia telah mempergunakan
ilmu tendangannya dan kedua kaki yang terbungkus sepatu
berlapis baja itu sudah menyambar bertubi-tubi dan saling
susul kiri dan kanan- Hebat sekali tendangan - tendangan itu
karena selain cepat dan kuat, juga datangnya secara tidak
terduga duga. Agaknya kedua kaki pendeta Lama ini dapat
melancarkan tendangan diri segala macam posisi. Agak repot
juga Pek I Nikouw menghadapi serangkaian tendangan ini.
Akan tetapi setelah terancam bahaya, nikouw tua ketua Kwanim-bio yang memang memiliki dasar
21 ilmu silat murni dari Thaisan-pai ini, mendapatkan kembali ketenangannya dan pulih
kembali kelincahannya yang dahulu, secara otomatis tubuhnya
bergerak dan mengulur langkah-langkah Thai-san sin-po
sehingga akhirnya lawannya sendiri yang terengah-rngah
kehabisan tenaga karena melakukan tendangan lebih
membutuhkan dan menghamburkan tenaga dari pada pukulan
tangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat senjata!" Tiba-tiba pendeta Tibet itu berseru dan
nampak sinar kuning berkelebat. Kiranya dia telah mencabut
tongkat kuningan dan menggunakan senjata ini untuk


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan totokan ke arah leher lawan.
Terkejutlah Pek l Nikouw karena nyaris di terkena totokan
maut itu. Cepat dia membuang tubuhnya yang tua ke
belakang dan karena dia meragukan kelincahan tubuhnya
yang sudah tua, dia tidak berani berjungkir balik seperti ketika
masih muda, melainkan terus menjatuhkan diri ke belakang
lalu bergulingan menyelamatkan diri dari pengejaran tongkat.
Ketika dia meloncat berdiri, seorang nikouw yang membawa
pedangnya telah melemparkan pedang itu ke arah Pek I
Nikouw yang cepat menyambar gagang pedangnya. Timbul
kembali semangat Pek I Nikouw setelah merasakan gagang
pedangnya di tangan. Melihat lawan sudah menerjang lagi, dia
memutar pedangnya dan segera pedang itu lenyap bentuknya,
berobah menjadi gulungan sinar yang indah sekali karena
nenek ini telah mainkan ilmu pedang Thai san-pai yang sudah
terkenal keindahannya, yaitu Ngo-lian Kiam-hoat (Ilmu Pedang
Lima Teratai). Berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring
kalau pedang bertemu dengan tongkat kuningan dan yang
nampak hanya dua gulungan sinar putih dan kuning, diseling
muncratnya bunga api yang berpijar.
Diam - diam Wan Cu merasa khawatir dan terkejut sekali.
Baru sekarang dia melihat betapa sikapnya tadi amat lucu dan
memalukan. Sedangkan nenek gurunya saja agaknya tidak
mudah mengalahkan seorang lawan, apa lagi dia sebagai cucu
murid Pek I Nikouw" Dan dia tadi membuka mulut besar
menantang mereka! Dan Sian Lun juga menawarkan diri untuk
mewakili nenek dan kakek sakti itu untuk menghadapi lawan!
Wan Cu mengerling ke samping dan melihat betapa wajah
pemuda itu tetap biasa dan tenang saja, sungguhpun pandang
mata pemuda itu mengikuti jalannya pertandingan dengan
penuh perhatian. Huh, mana kau bisa tahu bagaimana
jalannya pertandingan, pikir Wan Cu. Dia sendiri tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat jelas bagaimana jalannya pertandingan antara nenek
gurunya dan lawannya, karena gerakan pedang dan tongkat
22 itu begitu cepat sehingga gulungan sinar putih dan kuning itu
menjadi satu dan menyilaukan mata.
"Lun - ko, untung engkau tadi tidak diperbolehkan
mewakili, kalau engkau jadi maju, sungguh berbahaya
bagimu. Lama itu terlalu lihai!" bisik Wan Cu untuk
membuyarkan perhatian Sian Lun karena dia merasa
penasaran melihat pemuda itu pura-pura tertarik melihat
pertempuran yang terlampau cepat sehingga sukar diikuti
pandang mata itu. "Hemm" Oh, ya, dia lihai sekali........" jawab Sian Lun yang
hanya menengok sebentar 1alu memandang lagi ke depan.
'Uh, jangan pura - pura pandai kau,' pikir Wan Cu,
mendongkol juga karena pemuda itu seolah-olah tidak
memperhatikan dia, agaknya lebih tertarik menonton
pertandingan yang tak mungkin dapat diikutinya itu dari pada
memandang kepadanya. "Kalau engkau yang maju, apakah kau mampu melawannya
dan dapat bertahan lebih dari duapuluh jurus?" tanyanya lagi
memancing, maksudnya untuk membikin pemuda itu malu
karena dia makin mendongkol.
"Ahh......... " Mungkin........ tidak mampu akan tetapi yang
jelas, Pek I Nikouw akan menang....... "
"Apa ........ " Bagaimana kau tahu........" "
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara berdencing
nyaring, disusul suara pendeta Tibet itu memekik kesakitan,
tongkatnya terlepas dan dia meloncat ke belakang, tangan
kanan yang tadi memegang tongkat berdarah karena tergores
pedang. Biarpun pendeta ini tidak tcrluka parah, namun jelas
bahwa dia sudah tidak mungkin bertanding lagi karena tangan
kanannya tidak dapat memainkan senjata dengan baik.
Melihat lawannya mundur dan memandang tongkat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlempar ke atas tanah dengan muka pucat, Pek l Nikouw
cepat melemparkan pedangnya kepada seorang nikouw, lalu
mengambil tongkat itu dan menyerahkan kepada Sin Beng
Lama. "Terima kasih bahwa Sin Beng Lama suka mengalah
terhadap pinni," katanya halus. Sin Beng Lana menyambar
tongkatnya dengan tangan kiri, lalu membalikkan tubuh dan
kembali kepada rombongannya. Pada saat itu menyambar
angin keras dan tubuh Tai-lek Hoat ong yang tinggi besar dan
bongkok itu sudah meloncat ke depan Pek I Nikouw.
"Kepandaian Pek I Nikouw sungguh hebat, ingin sekali saya
belajar kenal dengan kehebatan ilmu Thai san-pai !" kata
kakek bongkok yang tinggi besar itu dan sebelum Pek I
Nikouw menjawab, dia sudah menggerakkan kedua tangannya
ke depan dengan gerakan mendorong secara bergantian.
Ketika menyambar angin yang hebat, Pek I Nikouw terkejut
23 sekali dan cepat diapun mendorongkan kedua telapak tangan
ke depan karena maklumlah dia bahwa kakek Khitan itu sudah
menyerangnya dengan pukulan jarak jauh mengandalkan
sinkang! Dua tenaga yang tidak nampak bertemu dan akibatnya Pek
I Nikouw terdorong ke belakang, dan hampir saja terjengkang
kalau dia tidak cepat meloncat ke samping, Tai-lek Hoat-ong
tertawa dan dengan beberapa langkah saja dia sudah
mengejar, lalu menyerang dengan tamparan-tamparan kedua
tangannya yang besar. Kelihatannya perlahan saja dia
menampar, akan tetapi ternyata tamparan itu membawa hawa
pukulan yang amat kuat. Karena Pek I Nikouw tidak sempat
mengelak, dia terpaksa menangkis.
"Plakk!" Tubuh Pek I Nikouw terguling Tiong-san Lo kai
cepat meloncat ke depan sedangkan Pek I Nikouw segera
ditolong oleh para nikouw. Nikouw tua itu bangkit dengan
muka pucat, dia tidak sampai terluka hebat akan tetapi lengan
kanannya seperti lumpuh rasanya. Tahulah dia bahwa tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percuma tokoh Khitan itu memakai sebutan Tai-lek yang
berarti Tenaga Besar. Melihat majunya kakek pengemis itu, Tai lek Hoat-ong
tertawa. "Ha-ha-ha, kiranya tidak berapa hebat kepandaian
tokoh Thai-san-pai dan ingin aku mencoba kepandaian Tiongsan Lo-kai sebagai tokoh Bu tong pai."
Tiong-san Lo-kai tadi sudah menyaksikari kelihaian kakek
tinggi besar bongkok ini dan tahulah dia bahwa lawannya ini
memiliki tenaga besar, sesuai dengan julukannya, oleh karena
itu sebagai seorang tokoh tua yang cerdik dan
banyakpengalamannya di dumi kang otw, dia tentu saja tidak
berniat untuk mengadu tenaga dengan tokoh Khitan itu.
Sambil tersenyum dia memegang tongkatnya melintang di
depan dada seperti orang memegang sebatang pedang, dia
berkata, "Tai-lek Hoat-ong, kiranya engkau hanya seorang tua
Bangka sombong. Mari kita main main sebentar !"
Tai lek Hoat-ong atau Tayatonga juga maklum bahwa
senjata tongkat lawan itu adalah senjata yang berbahaya
karena ulet dan lemas, tidak terbuat dari logam keras yang
dapat dipatahkan dengan tenaganya yang besar, melainkan
terbuat dari kayu yang lemas. Di samping ini, juga tongkat itu
dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah dan beberapa
bagian jalan darah yang berbahaya dan lemah tidak mungkin
dilindunginya dengan kekebalan. Akan tetapi karena dia
merasa yakin bahwa kepandaiannya masih beberapa tingkat
lebih tinggi dari pada tingkat lawan, dia tersenyum lebar.
"Baik, baik, kau majulah, jembel tua!"
Mulutnya berkata demikian seolah-olah dia mengalah dan
mempersiapkan lawan untuk mulai menyerang, akan tetapi
ternyata kedua langannya sudah bergerak lebih dulu, yang kiri
24 mencengkeram ke arah tongkat di tangan inan lawan,
sedangkan yang kanan menampar dengan kekuatan dahsyat
ke arah kepala lawan. Sekali bergerak, tokoh Khitan ini selain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak merampas tongkat, juga hendak membikin pecah
kepala lawan dengan tamparannya yang hebat itu !
Tiong-san Lo-kai cepat menarik tongkatnya ke belakang
dan sambil mengelak dari tamparan itu, tongkatnya berkelebat
menotok ke arah pergelangan tangan kanan yang tadi
menimparnya, kemudian dengan membalikkan tongkat pada
saat lawan menarik kembali tangannya, dia sudah menotok ke
arah tiga jalan darah penting di leher, pundak dan ulu hati
secara susul-menyusuli "Bagus!" terdengar Tai-lek Hoat-ong berseru keras dan
tiba-tiba kedua tangannya bergerak ke depan dan kini Tiongsan Lo-kai menahan seruannya karena
terkejut bukan main ketika dari tangan kiri lawan itu menyambar hawa pukulan
yang sekaligus menolak atau mendorong kembali tongkatnya
dan tangan kanan lawan itu kembali sudah mencengkeram ke
arah lambungnya! Tiong-san Lo-kai cepat memutar tongkatnya membentuk
perisai melindungi lambungnya dan dia lalu cepat mainkan
Ilmu Tiong-san-tung-hoat (Ilmu Tongkat dari Tiong-san) yang
sesungguhnya dia ciptakan dari sumber ilmu pedang Bu-tong
Kiam - hoat. Sejak tadi Sian Lun tidak pernah lengah memperhatikan
jalannya pertempuran dan dari semula juga dia maklum
bahwa seperti juga Pek I Nikouw, tingkat ilmu kepandaian
Tiong-san Lo - kai, apa lagi tenaga sinkangnya, sama sekali
bukanlah lawan kakek Khitan itu yang benar-benar amat lihai
sekali. Biarpun harus diakuinya bahwa ilmu tongkat yang
dimainkan oleh kakek pengemis itu hebat, namun tidak cukup
kuat untuk melindungi Tai-lek Hoat-ong yang dengan
kekuatan sinkangnya dapat menolak semua serangan tongkat
sebelum tongkat itu dapat mendekati tubuhnya, sebaliknya,
dengan pukulan-pukulan jarak jauh dia sudah dapat membuat
Tiong- san Lo - kai kewalahan dan beberapa kali kakek
pengemis mi terhuyung ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong-san Lo-kai juga terkejut bukan main dan diapun
maklum bahwa dia bukanlah lawan kakek yang amat sakti ini.
Timbullah rasa khawatir di dalam hatinya, bukan
mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dia sudah tua dan
tenaganya memang sudah banyak berkurang dan dia sama
sekali tidak takut mati. Akan tetapi ia mengkhawatirkan cucu
muridnya, juga mengkhawatirkan muridnya, dan keluarga
25 muridnya yang tentu akan terancam bahaya dari persekutuan
itu kalau sampai dia kalah oleh Tai-lek Hoat-ong. Diapun tahu
bahwa Pek I Nikouw juga tidak berdaya menghadapi mereka
dan siapakah akan mampu melindungi keluarga Yap Yu Tek,
muridnya yang terkasih" Karena kekhawatiran ini, timbul
kenekatan di dalam hati Tiong-san Lo-kai. Dia harus dapat
merobohkan Tai-lek Hoat-ong, kalau perlu dia akan mengadu
nyawanya. Tiba-tiba kakek pengemis itu mengeluarkan suara bentakan
nyaring sekali karena bentakan ini dilakukan dengan
pengerahan khikang kemudian tongkatnya menyambar
dahsyat sekali karena dia telah menggunakan seluruh tenaga
dan perhatiannya, dipusatkan kepada serangannya itu tanpa
memperdulikan lagi segi pertahanan. Melihat ini, Pek I Nikouw
terkejut bukan main, juga Sian Lun menahan napas karena
maklum bahwa kakek pengemis itu tentu akan celaka.
Tai-lek Hoat-ong juga terkejut melihat serangan tongkat
yang demikian ganas dan dahsyatnya. Biarpun dia sudah
mengelak lalu menangkis, tetap saja kulit lengannya dekat
siku terobek sedikit, akan tetapi pada lain saat, dengan tangan
kanan dia berhasil menangkap kedua tangan lawan pada
pergelangannya dan mengerahkan tenaganya sehingga Tiongsan Lo-kai tak mampu bergerak lagi,
tongkatnya patah-patah dan kedua pergelangan tangannya telah "terbelenggu" oleh
jari-jari tangan kanan Tai-lek Hoat ong yang mengandung
tenaga amat kuatnya itu. Sambil tertawa mengejek Tai-lek
Hoat-ong mengerahkan tenaga lebih keras lagi dan kakek
pengemis itu memejamkan mata dan menggigit bibir menahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa nyeri yang hebat karena tulang-tulang pergelangan
tangannya serasa akan patah terhimpit jari-jari yang amat
kuat itu. Akan tetapi sedikitpun tidak terdengar keluhan dari
mulutnya dan dia memang sudah siap untuk menerima
kematian kalau serangan nekatnya gagal.
Tiba tiba terdengar bentakan Wan Cu, "Lepaskan sukong
(kakek guru)!" Dara itu dengan nekat telah menerjang ke
depan dan menggerakkan tangan untuk menyerang Tai-lek
Hoat-ong. Akan tetapi dengan tenang saja kakek raksasa
bongkok itu menggerakkan kakinya dan tubuh Wan Cu
terlempar ke belakang ! 'Omitohud, engkau sungguh kejam........ !"
Pek I Nikouw berseru dan nenek inipun sudah menerjang
ke depan untuk menolong temannya, akan tetapi tangan kiri
Tai-lek Hoat-ong bergerak mendorong ke depan dan nikouw
tua itu terpaksa mundur kembali terdorong oleh tenaga yang
amat kuat sampai dia terhuyung-huyung.
"Ha-ha-ha, orang-orang macam kalian berani memusuhi
Beng-kauw dan kami?" Tai-lek Hoat-ong berseru mengejek
26 dan memperkuat cengkeramannya pada kedua pergelangan
tangan Tiong-san Lo-kai. "Krekkk !" Tulang pergelangan tangan kiri kakek pengemis
itu patah dan kakek itu menggigit bibirnya sendiri sampai
berdarah, namun sama sekali tidak mengeluarkan keluhan.
"Aha, kiranya Tai-lek Hoat-ong yang namanya disohorkan
orang sebagai datuk orang Khitan yang memiliki kepandaian
tinggi, ternyata hanya seorang sombong yang suka melanggar
janjinya sendiri dan hanya mampu menghina lawan yang
sudah tidak berdaya." Tiba-tiba Sian Lun berkata, suaranya
nyaring dan penuh wibawa sehingga Tai-lek Hoat-ong terkejut
lalu menoleh, memandang kepada pemuda itu dengan alis
berkerut dan mata bersinar penuh amarah,
"Orang muda, apa maksudmu dengan kata kata itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah bunyi perjanjian antara kedua fihak sebelum
bertanding tadi" Bukankah kalian boleh memperlakukan kami
sesuka hati kalian kalau kami sudah kalah?" kata pula Sian
Misteri Kamar Tersembunyi 1 Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Dendam Para Pengemis 2

Cari Blog Ini