Ceritasilat Novel Online

Raja Rencong Dari Utara 1

Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara Bagian 1


PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212 WIRO SABLENG Ebook : Huybee 1 Bastian Tito SATU DISAMPING BUKIT KARANG YANG curam itu
terletak sebuah bangunan batu yang dikelilingi tembok setinggi sepuluh tombak.
Diluar tembok berderet-deret barisan pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai
ditiup angin laut. Bangunan yang terletak didekat pantai ini terdiri dari sebuah
rumah besar yang pada kedua ujungnya terdapat sebuah bangunan bertingkat
berbentuk menara. Bangunan ini adalah sebuah pesantren yang dipimpin oleh
seorang Kyai bernama Suhudilah. Karena itulah pesantren ini dinamakan Pesantren
Suhudilah. Disamping ilmu agama Kyai Suhudilah juga
mengajarkan ilmu silat dan ilmu kesaktian kepada murid2nya. Karena Kyai
Suhudilah lama sekali ber-mukim di Turki, maka jurus2 ilmu silatnya banyak
dipengaruhi oleh jurus2 silat Turki. Dengan sendirinya ilmu silat tersebut
disamping aneh juga hebat
sekali. Pada masa itu nama Pesantren Suhudilah telah terkenal didelapan penjuru
angin Pulau Andalas bahkan juga sampai2 ketanah Jawa.
Saat itu telah rembang petang. Satu dua jam
dimuka sang surya segera akan tenggelam, kembali masuk keperaduannya dan baru
akan muncul lagi esok pagi. Dibawah menara timur kelihatan dua orang berjubah.
Keduanya sama2 tua dan sama2 berjanggut putih. Mereka sedang asyik bermain dam.
Yang seorang menyodorkan buah damnya kedepan membuat satu
perangkap yang tak bisa dihindarkan oleh lawannya.
"Celaka!" kata Iaki2 tua yang kena dijebak sambil menepuk keningnya. Buah dam
yang disodorkan
lawannya mau tak mau harus dimakannya dan akibatnya dia akan kehilangan empat
biji dam sekaligus!
Lawannya tertawa mengekeh sambil mengelus-elus janggutnya yang putih.
"Mana bisa kau mau mengalahkan aku lagi", katanya, "tadi kuberi kau menang hanya
untuk memberi semangat saja. Ayo makanlah
"Tak ada jalan lain" kata sijanggut putih yang terjebak.
Diulurkannya tangan kanannya. Jari telunjuk dan ibu jari hendak memindahkan buah
dam. Tapi aneh! Buah dam yang kecil dan terbuat dari kayu itu tak bergerak
sedikitpun! Dicobanya sekali lagi mengangkat buah itu, tapi tak sanggup! Buah
dam itu laksana sebuah benda yang sangat berat!
"Heh, kenapa" Ayo jalan!"
"Buah dam ini ... . tak bisa bergerak! Tak bisa
.kuangkat"
Kawan Iaki2 itu menyangka dia ber-olok2. Dan
mengulurkan tangan kanan menyentuh buah dam!
Terkejutlah dia.! Memang betul! buah dam itu tak sanggup digeser, apalagi
diangkat. Diam" dia kerah 2 Bastian Tito
kan setengah bagian tenaga dalam dan mencoba lagi mengangkat buah dam! Tetap
seperti sedia kala ketika dicobanya mengangkat buah2 dam yang lain, benda2
itupun ternyata tak bisa terangkat! Laki2 ini memandang berkeliling.
"Aneh desisnya. Dan dikerahkannya kini seluruh tenaga dalamnya. Tangannya
tergetar hebat.
Keringat dingin memercik dikeningnya dan dadanya terasa sakit!
"Agaknya ada seseorang berilmu tinggi tengah mempermainkan kita "
"Tapi siapa
?". Keduanya memandang berkeliling. Suasana
sunyi sepi, jangankan manusia, seekor lalatpun tak engkaukelihatan! Laki2 itu
kerahkan lagi tenaga dalamnya.
Tiba2 papan dam mencelat menta! ke udara! Buah2
nya berhamburan! Kedua laki2 tua berjanggut putih tersentak kaget dan berdiri
cepat sewaktu kesunyian dirobek oleh gelak tertawa yang hebat, menggetarkan
liang telinga dan memukul-mukul dada serta menyen-datkan jaian darah ditubuh
mereka! Sesaat kemudian entah dari mana datangnya
tahu2 sesosok tubuh sudah berdiri dua tombak dihadapan mereka. Orang yang datang
ini berpakaian ungu berdestar tinggi dan juga berwarna ungu! Pada bagian muka
destar ini terdapat lukisan dua buah rencong kuning yang saling bersilangan!
Manusia ini bertampang ganas. Dibavvah hidungnya melintang kumis tebal. Bajunya
tidak terkancing, mungkin di-sengaja demikian untuk memperlihatkan dadanya yang
bidang dan berbulu! Pada kedua tangan dan kakinya terdapat gelang akar bahar.
Dan dari mulutnya masih terdengar suara tertawanya yang hebat!
Meskipun rasa geram menyelimuti hati kedua
orang tua itu namun mereka tak mau bertindak gegabah. Suara tertawa yang begitu
hebat cukup menjadi peringatan bagi keduanya bahwa manusia berbaju ungu
berdestar tinggi itu memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Salah seorang dari penghuni Pesantren Suhudilah ini menjura hormat dan
melayangkan senyum. Lalu menegur:
"Tamu dari manakah yang datang ini, tanpa memberi tahu lebih dulu sehingga kami
tidak menyambut sepatutnya?"
Orang yang ditegur tak segera menjawab, melainkan tertawa dengan lebih hebat
hingga tanah yang dipinjak oleh kedua orang tua berjanggut putih terasa
bergetar! Dan mereka mulai merasa tidak enak.
Perbuatan sang tamu yang tadi secara diam2 telah mengerahkan tenaga dalam
menahan buah2 dam yang
3 Bastian Tito tengah mereka mainkan sesungguhnya sudah sangat menyakitkan hati, apalagi
setelah ditegur hormat begitu rupa sang tamu masih bersikap seenaknya dan penuh
kecongkakan! "Saudara, harap beritahukan siapa kau! Juga maksud kedatanganmu kemari ....!"
Sang tamu bertolak pinggang.
"Apakah ini Pesantren Suhudilah?" tanyanya dengan suara berat dan serak.
"Betul "Kalau begitu lekas panggil Pemimpinmu dan bawa kehadapanku!" memerintahkan sang
tamu. "Ah, lebih dulu harap terangkan nama dan maksud kedatanganmu, baru kami bisa
menjalani sebagai-mana mestinya".
Sang tamu pelototkan mata.
"Benar2 Kalian berdua masih belum tahu berhadapan dengan siapa"!"
"Ya..ya kami belum tahu siapa sebenarnya saudara?".
Laki2 berpakaian ungu menyeringai.
"Aku adalah manusia yang bakal menguasai seluruh pulau besar ini, dari utara
keselatan, dari barat sampai ke timur! Apa kalian masih belum men dengar gelar
Raja Rencong dari Utara"!"
"Ah" kedua orang tua berpakaian putih sama2
menjura mesti hati mereka terkejut dan ter getar hebat sewaktu sang tamu
kenalkan gelarnya
"Nama itu sudah seringkali kami dengar. Tapi karena kami orang pesantrenan
jarang mengurus soal2 diluaran harap dimaafkan kalau tadi kami tidak
tahuengkautengah berhadapan dengan siapa.
Sementara itu yang seorang diam2 memberi
peringatan dengan ilmu menyusupkan suara: "Hati2 dan waspadalah. Manusia ini
adalah bangsa iblis terkutuk yang kekejamannya tiada tara!"
"Raja Rencong Dari Utara, sekarang harap terangkan maksud kedatanganmu kemari
" "Kalian tidak layak bertanya!" sentak Raja Rencong Dari Utara. "Lekas panggil
pemimpin kalian!"
"Menyesal sekali! Sebelum kami tahu angin apa gerangan yang membawa Raja Rencong
kemari, tak bisa kami memenuhi permintaanmu. Lagi pula pemimpin kami sedang
keluar ". "Kurang ajar! Kau berani dusta"!"
"Kami orang agama mana berani berdusta" Kyai Suhudilah pergi sejak pagi tadi
"Aku tidak percaya! Aku akan geledah seluruh pesantren ini!". Raja Rencong
melangkahkan kaki menuju kepintu dikaki menara tapi kedua orang tua berpakaian
putih menghalangi.
"Harap kau menghormati aturan kami. Tak se-4 Bastian Tito
orangpun boleh masuk tanpa mendapat izin . . . !"
"Kurang ajar! Terhadap Raja Rencong Dari Utara tak berlaku segala macam aturan!
Masakan untuk masuk kebangunan sarang tikus ini saja perlu minta izin"
Persetan!"
Tapi kedua orang tua itu kembali menghalangi
langkah Raja Rencong. Maka marahlah Raja Rencong dan dorongkan tangan kanannya!
Gerakannya acuh tak acuh dan kelihatannya Iemah2 saja! Tapi tahu2
suatu angin pukulan yang dahsyat sudah menghantam
,kedua orang dihadapannya!
Karena tak menyangka akan diserang mendadak
begitu rupa kedua orang tua berjubah putih itu tak sanggup menangkis atau
berkelit. Tak ampun lagi tubuh mereka dilanda angin pukulan Raja Rencong Dari
Utara. Keduanya mencelat mental sampai beberapa tombak. Yang satu begitu
terhampar ditanah tak berkutik lagi. Yang seorang lainnya masih mencoba bangun
terhuyung-huyung. Tubuhnya terbungkuk ke depan, dadanya sakit dan sewaktu
dirasakannya seperti mau batuk, yang keluar dari mulutnya ternyata adalah
muntahan darah kental berbuku buku!
Laki ini kesaktiannya cum" dua tingkat di bawah Kyai Suhudilah tapi Raja Rencong
merubuhkannya dalam satu kali pukulan saja! Namun sebelum meregang nyawa dia
masih sempat berteriak memberi tanda bahaya!
Sesaat kemudian dua puluh orang anak murid
Pesantren Suhudilah sudah berada ditempat itu.
Rata2 mereka memiliki kepandaian silat yang tak bisa dianggap enteng, bahkan
tiga diantaranya adalah kakek2 tua renta yang tingkat kepandaiannya sama dengan
Iaki2 yang berteriak tadi sebelum sampai ajalnya.
Ketiganya disamping berguru pada Suhudilah
juga merupakan tenaga pengajar murid2 yang masih muda.
Melihat dua orang kawan mereka menggeletak
dikaki menara tanpa nyawa, semuanya terkejut dan dengan segera mengurung Raja
Rencong Dari Utara.
Salah seorang dari mereka maju menegur:
"Tamu tak dikenal, alasan apakah yang membuat kau menjatuhkan korban ditempat
suci ini?"
Raja Rencong memandang berkeliling dengan
pandangan merendahkan semua orang itu.
"Mana pemimpinmu"!" tanya Raja Rencong.
engkau"Jawab dulu pertanyaanku, saudara tamu . . .".
"Heh apakah kau dan kawan2mu hendak menyusul yang dua orang itu"!" belalak Raja
Rencong. Dengan tenang orang tua tadi menjawab: "Musuh tidak dicari, kalaupun datang mana
mungkin kami berpangku tangan" Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
Kawan2 mari tangkap pembunuh ini! . Serempak dengan 5 Bastian Tito
itu dua puluh orang segera melompat kemuka.
Serangan2 bersiuran laksana hujan!
Raja Rencong Dari Utara ganda tertawa. Kedua
tangannya dipukulkan kemuka menyongsong serangan.
Dua gelombang angin menderu. Lima orang disebelah kiri dan lima orang disebelah
kanan menjerit lalu tergelimpang rubuh! Delapan diantaranya tiada berkutik lagi.
Yang dua menggerang kesakitan muntah2 darah!
Kejut para toa Pesantren Suhudilah bukan alang kepalang! Segera mereka menghunus
pedang panjang berkeluk dan menyerbu kembali!! Dengan senjata ditangan maka
meski jumlah mereka kini tinggal sepuluh orang tapi daya serang mereka jauh
lebih hebat Dan berbahaya dari pada pertama kali tadi!
Raja Rencong Dari Utara diserang demikian rupa masih cengar-cengir tertawa seakan2 serangan itu adalah satu permainan yang menyenangkannya!
"Manusia2 tak berharga berani melawan Raja Rencong Dari Utara terimalah mampus!"
Mendengar seruan itu, mengetahui bahwa manusia yang tengah mereka gempur adalah
Raja Rencong Dari Utara, tercekatlah hati orang2 Pesantren Suhudilah!
Untuk sesaat lamanya mereka tak jadi teruskan
serangan. Namun salah seorang dari mereka berseru : engkau
"Saudara2ku, kalau betul bangsat ini Raja Rencong Dari Utara mari kita berebut
pahala membunuhnya! Kita balaskan sakit hati saudara2 kita dan tokoh2 silat yang
telah dimusnahkannya!"
Mendengar ini keberanian yang tadi menciut kini berkobar kembali dan kesepuluh
orang itu dengan serentak teruskan serangan mereka secara lebih hebat lagi!
Sepuluh pedang menderu. Tiga menusuk, empat membabat dan tiga lainnya membacok
dari atas kebawah! Dapat dibayangkan bagaimana tubuh Raja Rencong akan tersatai
dan terkutung-kutung dilanda serangan sepuluh pedang itu!
Raja Rencong membentak garang. Tanah bergetar!
Tubuhnya lenyap dalam satu gerakan yang luar biasa cepatnya. Kemudian terdengar
satu suara keluhan yang disusul dengan suara "trang trang .trang2 sampai
beberapa kali! Jeritan terdengar susul menyusul. Tiga batang pedang mental
keudara, lima buah tangan terbabat putus!
Apakah yang sesungguhnya telah terjadi"!
Pada waktu sepuluh pedang berkiblat. Raja Rencong dengan jurus silat yang luar
biasa cepat dan hebatnya, menyelinap diantara tusukan, bacokan dan babatan
pedang. Kaki kanan menghantam kesamping
menendang seorang penyerang yang paling dekat dan berlaku lengah! Begitu
tendangan mendarat begitu Raja Rencong rampas pedang ditangan Iaki2 itu dan 6
Bastian Tito pergunakan senjata itu untuk menangkis serangan sembilan pedang lainnya dalam
satu jurus ilmu pedang yang teramat lihay! Tiga buah pedang ditangan tua2
Pesantren Suhudilah yang berkepandaian tinggi mental sedang lima orang lainnya
menjerit keras karena tangan masing2 terbabat buntung! Meski tahu bahwa Raja
Rencong bukanlah tandingan mereka engkautapi ketiga orang tua itu bukanlah
manusia2 pengecut. Lebih baik mati daripada lari atau menyerah!
Setelah saling memberi syarat ketiganya menyerang lagi dari kiri kanan dan
depan! Raja Rencong melintangkan pedang yang berlumuran darah dimuka dada. Sengaja ditunggunya sampai tiga serangan lawan berada
dekat sekali ketubuhnya baru dia menggerakkan' tangan kanan menyelundupkan
pedangnya dalam tiga tusukan berantai yang cepat laksana kilat dan sukar diduga!
Ketiga tua Pesantren itu terhuyung bermandikan darah.
Yang seorang segera roboh tak berkutik lagi karena tusukan pedang Raja Renconq
tepat menembus jantungnya. Yang dua lagi terhuyung2 nanar,
perut robek usus menjela2 dan akhirnya roboh pula menyusul kawan2nya!, Raja
Rencong tertawa gelak2
sambil bertolak tangan kiri kepinggang. Tiba2 Raja Rencong Dari Utara hentikan
tertawanya. Satu suara laksana ngiangan nyamuk menyelusup ditelinganya:
"Demi Tuhan! Pesantren yang begini suci telah jadi korban keganasan! Bangunan
suci hendak dimusuhi Padahal disini tidak terdapat harta berharga emas
berbungkah! Sungguh diluar perikemanusiaan!".
Belum lagi Raja Rencong sempat berpaling .
tahu2 sesosok tubuh berjubah putih melompat turun dari jendela menara sebelah
barat! Gerakan orang ini enteng seringan kapas!
7 Bastian Tito DUA ORANG BERJUBAH PUTIH INI berbadan sangat
pendek hingga jubahnya menjelajela ditanah. Dibahu kanannya terselempang sehelai
selendang putih berumbai-umbai. Sorbannya besar sekali. Melihat kepada keadaan
tubuhnya yang masih tegap itu orang akan menaksir dia baru berusia sekitar
setengah abad. Tapi sesungguhnya dia telah hidup tujuh puluh tahun lebih diatas
dunia ini! "Kau Kyai Suhudilah"!" bentak Raja Rencong Dari Utara. Orang pendek berjubah
putih tidak menjawab.
Diputarnya kepalanya memandang mayat2 yang
bergelimpangan hanya seorang yang masih hidup yaitu yang pedangnya tadi dirampas
Raja Rencong, namun keadaannya juga tak ada harapan karena tendangan Raja
Rencong telah mematahkan tulang pinggangnya!
Paras Iaki2 pendek itu mula2 tenang sekali.


Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun melihat mayat yang demikian banyaknya tak dapat iamenyembunyikan gelora
darahnya. Wajahnya yang tertutup kumis dan janggut putih itu kelihatan kelam
membesi! "Demi Tuhan", katanya seakan-akan pada dirinya sendiri, "dosa apakah yang telah
kami buat hingga menerima cobaan yang begini besar"!".
Sejak pertanyaannya tadi tidak dijawab, Raja Rencong merasa dianggap remeh dan
menjadi marah sekali. Dan mendengar ucapan sijubah putih Raja Rencongpun berkata
dengan suara lantang : "Manusia katai tolol! Ini bukan cobaan! Orang2 itulah
yang sengaja mencari mati sendiri karena keliwat berani melawan Raja Rencong
Dari Utara!"
"Alasan yang tidak beralasan!" jawab sijubah putih masih tanpa memandang pada
Raja Rencong. "Nyawa manusia bukan milik manusia! Kenapa ada manusia yang berani berbuat sewenang2 begini rupa"!"
"Katai! Jangan bicara ngelantur terus2anl Katakan kau Kyai Suhudilah apa
bukan"!"
"Ada apakah kau mencari Kyai itu"!"
"Tak perlu bertanya! Kalau kau bukan Kyai Suhudilah lekas katakan dimana dia
berada " "Apakah ada dendam kesumat lama yang kau bawa datang kemari" Kyai Suhudilah tak
ada disini! Aku wakilnya! Kalau ada keperluan katakan saja nanti kusampaikan!"
Raja Rencong Dari Utara menimang sejenak. Dia percaya kalau orang dihadapannya
tidak berdusta bahwa Kyai Suhudilah tak ada di Pesantren saat itu.
"Sebagai wakil di Pesantren ini, disamping harus menyampaikan pesanku pada Kyai
Suhudilah kurasa ada baiknya kau mengetahui maksud kedatanganku 8 Bastian Tito
kemari! Katakan pada Suhudilah bahwa pada tanggal satu bulan dimuka dia harus
datang ke Bukit Toba membawa lima puluh keping uang emas sebagai tanda tunduk
padaku dan masuk kedalam sebuah partai besar yaitu Partai Topan Utara yang bakal
kudirikan dan kuresmikan! Katakan juga padanya kalau dia berani menolak, lebih
baik bunuh diri saja!"
Paras laki2 berjubah putih itu tambah kelam membesi.
"Kalau aku boleh bertanya, hak apakah yang membuat kau memaksa orang untuk
tunduk dan tnaiuk kedalam partai yang hendak kau dirikan"!"
Raja Rencong Dari Utara tertawa tawar.
"Itu akan kuterangkan nanti pada hari peresmian berdirinya Partai Topan Utaral
Dan jangan lupa, adalah juga menjadi kewajibanmu untuk mematuhi pesanku tadi dan
datang ke Bukit Toba!"
Kini sijubah putihlah yang tertawa rawan.
"Hendak mendirikan partai dengan main paksa"
Hendak mendirikan partai dengan menempuh jalan berlumuran darah" Sungguh keji!"
"Jadi kau menolak untuk tunduk dan datang"!"
tanya Raja Rencong. Nada suaranya membayangkan ancaman.
"Aku Kyai Hurajang sebagai wakil pemimpin pesantren Suhudilah berhak menolak
permintaanmu yang secara memaksa itu, apalagi mengingat apa yang telah kau
lakukan disini! Pembicaraan tentang segala macam partai, tentang segala macam
tanggal dan tahun, tentang segala macam peresmian kita tutup
Sampai disini! Sekarang yang patut dibicarakan ialah tentang pertanggung jawabmu
atas dua puluh korban yang berhamparan itu!"
Raja Rencong Dari Utara meneliti paras Kyai Hujarang sejenak lalu tertawa ge!
ak2. "Kukira dengan melihat dua puluh mayat didekatmu Kukira hidungmu akan menjadi
satu. Peringatan Bagimu untuk tidak bicara apalagi bertindak gegabah! Tapi dasar
manusia tidak tahu tingginya Gunung Leuser tak tahu dalamnya danauToba! Dikasih
anggur malah meminta racun".
Kyai Hujarang menghela nafas dalam
" Betapapun tingginya gunung lebih bagus tingginya budi. Betapapun dalamnya
Danau lebih baik dalamnya jalan Pikiran dan kemanusiaan. Terserahlah kalau
disitu menganggap ini suatu penantangan Bagaimanapun aku tak dapat menerima
permintaanmu! Sekarang ulurkan tangan kananmu yang telah menebar maut disini!"
"Kalau kuulurkan tangan, kau mau berbuat apakah"!"
tanya Raja Rencong Dari Utara ingin tahu.
"Siapa yang membunuh hukumannya harus dibunuh!
Tapi aku masih memberi ampun padamu CUKUP hanya dengan memotong tangan kananmu
sebatas siku!"
9 Bastian Tito Kembali Raja Rencong Dari Utara tertawa
gelak2. "Kyai tak tahu diuntung!" dampratnya, "jika kau sanggup menahan seranganku
sampai lima jurus
aku bersumpah untuk bunuh diri dihadapanmu!"
"Ajaran agamaku mengatakan balaslah kebaikan dengan kebaikan, tapi balaslah
kejahatan dengan keadilan! Akan kulaksanakan keadilan namun sengaja kau minta
hukuman yang lebih berat! Ah ... . mungkin sudah takdir aku harus turun tangan
menyelamatkan dunia dari angkara murka yang kau timbulkan!"
"Sudah jangan ngelantur! Terima jurus yang pertama ini!" bentak Raja Rencong
Dari Utara. Tangan kanannya dipukulkan kemuka! Satu angin dahsyat menderu dengan
kekuatan setengah tenaga dalam!
Melihat datangnya serangan ini Kyai Hurajang salurkan tiga perempat tenaga
dalamnya kelengan jubah lalu kebutkan lengan jubah itu! Selarik angin putih
menyambar. Tapi betapa terkejutnya Kyai Hurajang sewaktu tenaga dalam mereka
saling bentrokan, tubuhnya terjajar kebelakang samai dua tombak!
Nyatalah tenaga dalam lawan jauh lebih hebat! Dan sang Kyai sama sekali tidak
tahu kalau Raja Rencong baru cuma mengandalkan setengah bagian saja dari tenaga
dalamnya! Melihat sekali hantam saja lawan sudah huyung
begitu rupa dengan tertawa Raja Rencong lipat gandakan tenaga dalamnya! Jika
saja Kyai Hurajang tidak engkaulekas melompat pastilah tubuhnya akan kena disapu
dan terlempar jauh!
Menyadari tenaga dalam lawan lebih hebat maka
Kyai Hurajang begitu melompat diudara segera
menyambar selendang berumbai-umbai yang
terselempang dibahunya! Dan serentak turun ketanah kembali selendang itu
dikebutkannya kearah lawan!
Raja Rencong terkejut sekali sewaktu merasakan bagaimana kebutan selendang
berumbai-umbai itu mendatangkan angin keras yang dingin menyembilu tulang2
sekujur badannya! Tubuhnya tergontai-gontai.
Tapi cepat dia menguasai diri dan membuka jurus kedua dengan satu serangan yang
luar biasa cepatnya!
Kyai Hurajang putar selendangnya sekeliling tubuh melindungi diri dari gempuran
dua tendangan dan dua jotosan lawan! Laksana disapu topan layaknya serangan Raja
Rencong menemui kegagalan total!
Tergetar juga hati Raja Rencong. Tidak disangkanya selendang lawan mempunyai
kehebatan demikian rupa! Tidak menunggu lebih lama dia segera pentang tangan
kanan dan kembangkan kelima jari.
"Aku mau lihat apakah kau sanggup menerima pukulan ilmu kuku api ini?"
hardiknya. Kelima jari tangan dijentikkan kemuka. Dari kuku2 jari tangan 10
Bastian Tito itu menderulah lima larik sinar merah!
Kyai Hurajang kerahkan seluruh tenaga dalam
dan menangkis dengan selendangnya!
"Wuss!"
Kyai Hurajang berseru kaget dan lepaskan selendangnya yang dalam kejap itu telah
berubah menjadi kepulan api dilanda pukulan kuku api yang dilepaskan Raja
Rencong! Muka Kyai ini berubah pucat laksana kertas! Raja Rencong Dari Utara tertawa
mengekeh. "Apakah cuma itu satu2nya senjata yang kau andalkan hingga kau demikian
pucatnya"!" ujar Raja Rencong mengejek!
"Aku masih belum kalah" kata Kyai Hurajang.
"Dalam Dua jurus mendatang jangan harap kau bisa lepas dari tanganku!"
Kyai Hurajang rangkapkan kedua tangan dimuka dada, mata meram dan mulut komat
kamit Sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi biru.
"Haha ... . ilmu siluman apakah yang
hendak kau keluarkan Kyai"!" ejek Raja Rencong Dari Utara.
Kyai Hurajang usapkan telapak tangannya kemuka.
Warna biru diwajahnya lenyap dan sebagai gantinya kini kedua tangannya sampai
pergelangan berubah menjadi biru legam dan bersinar!
"Bersiaplah untuk menerima kematian!" desis Kyai Hurajang lalu tutup ucapannya
dengan hantamkan kedua tangannya kemuka! Dua larik sinar biru menderu kearah
Raja Rencong Dari Utara! Inilah ilmu pukulan kelabang biru yang pernah dituntut
Kyai Hurajang dari seorang sakti di Pulau Jawa!
Jangankan manusia, batu karang yang bagaimanapun atosnya akan hancur lebur
dilanda dua larik sinar biru itu. Jika dipukulkan kepohon besar, maka pohon itu
akan menciut mati detik itu juga akibat racun dahsyat yang terkandung dalam
larikan sinar biru itu!
Raja Rencong Dari Utara juga sudah pernah
mendengar tentang ilmu pukulan kelabang biru dan sudah maklum akan kehebatannya.
Karenanya begitu lawan lepaskan pukulan tersebut tak ayal lagi dia segera
gerakkan tangan kanan kepinggang! Sekejap kemudian sewaktu dua larik sinar biru
itu akan melandanya, selarik sinar kuning yang terang berkelebat kedepan dan
terdengarlah satu letusan yang keras sekali sewaktu kedua sinar itu saling
beradu diudara!
Kyai Hurajang terjajar kebelakang, tersandar kekaki menara. Dadanya sakit,
nafasnya sesak sedang
parasnya pucat tiada berdarah. Dilain pihak kelihatan kedua kaki Raja Rencong
Dari Utara melesak ketanah sedalam satu setengah dim. Tangan kanannya yang
memegang sebilah Rencong Emas masih diacungkan ke udara! senjata inilah tadi
yang telah mengeluarkan 11 Bastian Tito
sinar kuning dan bertubrukan dengan sinar biru pukulan Kyai Hurajang! Perlahanlahan Raja Rencong turunkan tangan kanannya dan masukkan Rencong
Emas itu kebalik baju ungunya. Dan memandang kemuka. Kyai Hurajang telah melosoh
ketanah. Ketika kepalanya terkulai kesamping, nyawanyapun lepaslah!
Raja Rencong Dari Utara tertawa mengekeh.
Dari dalam saku pakaiannya dikeluarkannya sebuah benda dan dilemparkannya kearah
kepala Kyai Hurajang! Benda itu menancap tepat dikening sang Kyai dan ternyata
adalah sebuah bendera kecil berbentuk segitiga berwarna ungu, pada tengah2nya
terdapat gambar dua buah rencong kuning saling bersilangan.
Pada tiang bendera kecil terikat segulung kertas!
Raja 'Rencong terus juga mengumbar tertawanya.
Setelah memandang berkeliling akhirnya ditinggalkannya tempat itu!
12 Bastian Tito
TIGA PADA MASA ITU DIBAGIAN UTARA Pulau Andalas
terdapat satu gerombolan rampok yang sangat ganas dan ditakuti didelapan penjuru
angin. Gerombolan rampok ini terdiri dari lima orang yang dipimpin oleh seorang
yang bergelar Setan Cambuk. Empat orang anak buahnya masing2 Setan Pedang, Setan
Pisau, Setan Rencong dan Setan Gada. Kelimanya ahli dan lihay memainkan senjata
yang sesuai dengan gelar yang mereka pakai!
Dimana- mana mereka muncul pasti timbul keonaran bahkan tak jarang pula mereka
menculik perempuan2
untuk dirusak kehormatannya lalu dibunuh! Kelima rampok2 ganas yang
berkepandaian tinggi itu
menamakan kelompok mereka dengan nama
"Gerombolan Setan Merah" :
Telah beberapa orang tokoh silat diutara Pulau Andalas turun tangan untuk
membasmi Gerombolan Setan Merah! Tapi tokoh2 silat yang bermaksud suci itu
terpaksa korbankan jiwa mereka sendiri karena tidak sanggup menghadapi kelima
manusia jahat itu. Lagi pula untuk mencari sarang mereka bukan hal yang mudah!
Konon kabarnya Gerombolan Setan
Merah itu bersarang disatu rimba belantara yang sangat rapat tak tertembuysinar
matahari dan hampir tak pernah dimasuki manusia, bahkan binatang buas-pun ngeri
diam disana karena sekali masuk kedalam rimba itu sukar untuk dapat keluar lagi!
Dunia persilatan gempar ketika Gerombolan
Setan Merah bentrokan dengan seorang anak murid kias satu dari partai silat
Bintang Utara. Hal ini terjadi belum lama berselang. Anak murid Partai Bintang
Utara yang berkepandaian tinggi itu mula2 berhasil melukai salah seorang anggota
Gerombolan Setan engkauMerah yaitu yang bergelar Setan Pisau, namun nasibnya
sial. Gerombolan Setan Merah berhasil menawannya hidup2. Kepalanya dipenggal dan
dikirimkan kepada Ketua Partai Bintang Utara. Pecahlah
permusuhan dan ketika Gerombolan.Setan Merah datang mengamuk kepusat kediaman
Partai Bintang Utara, tak satupun yang mereka biarkan hidup! Ketua dan Wakil
Ketua Partai terbunuh! Seluruh anak murid Partai menemui ajal dan tempat
kediaman Partai Bintang Utara mereka musnahkan sama rata dengan tanah!
Sejak itu nama Gerombolan Setan Merah semakin ditakuti orang diseluruh pelosok
utara Pulau Andalas.
Jangankan berhadapan, mendengar namanyapun orang sudah tercekat dan ngeri!
Pada suatu malam yang gelap gulita tiada berbulan dan tiada berbintang, dipuncak
sebuah bukit kelihatanlah sesosok bayangan hitam berlari sangat cepatnya.
Demikian cepatnya hingga beberapa detik kemudian 13 Bastian Tito
bayangan itu sudah lenyap dari puncak bukit dan kini kelihatan dengan sebatnya
lari menuruni lereng bukit sebelah tenggara menuju kesebuah lembah berbatu-batu.
Dipertengahan lembah, diatas sebuah batu besar bayangan ini berhenti dan
memandang berkeliling.
Pandangannya tertuju pada rimba belantara hitam pekat ditelan kegelapan yang
terletak di ujung lembah. Ketika dia berniat hendak menggerakkan kedua kakinya
melanjutkan perjalanan menuju kerimba belantara itu mendadak telinganya
menangkap suara kaki2 manusia yang tengah berlari dikejauhan. Menurut
taksirannya lebih dari tiga orang. Dengan cepat orang ini menyelinap kebalik
batu besar dan bersembunyi.
Hampir setengah peminum teh kemudian, dari
arah timur kelihatan lima titik hitam yang lari dengan engkaucepat memasuki
lembah. Ternyata lima titik hitam ini adalah lima sosok tubuh manusia yang
berpakaian merah, berikat kepala merah, berambut gondrong merah bahkan muka
merekapun dicat dengan warna merah! Dan kelimanya bukan lain daripada Gerombolan
Setan Merah yang saat ini tengah kembali kesarangnya didalam rimba belantara.
Dua orang diantara mereka membawa sebuah buntalan. Dipertenganan lembah, tak
berapa jauh dari batu besar dimana orang tadi bersembunyi, salah seorang dari
kelimanya yaitu Setan Cambuk hentikan lari dan memandang berkeliling.
"Ada apa?" tanya Setan Rencong. Dia dan kawan2nya memandang pula berkeliling.
Sebagai pemimpin.
Setan Cambuk adalah paling tinggi ilmunya. Dia menjawab : "Aku mendapat firasat
ada seseorang yang tengah mengintai gerak gerik kita saat ini!"
"Ah, itu hanya perasaanmu saja, Setan Cambuk!" kata Setan Gada sambil usut2
dagunya. "Siapa manusianya yang berani berada ditempat ini" Bangsa iblis
jadi2anpun tak punya nyali berada disekitar daerah kita ini!"
Setan Cambuk masih kurang enak perasaannya.
Dia memandang lagi berkeliling sampai sepasang matanya membentur batu besar yang
terletak tiga tombak jauhnya. Tangan kanannya bergerak mengeluarkan senjatanya
yaitu sebuah cambuk berwarna merah! Sekali tangan itu menggerakkan hulu cambuk
maka terdengarlah suara menggelegar dan byurr! Batu besar ditengah lembah hancur
lebur berkeping-keping!
"Nah kau lihat sendiri Setan Cambuk!" kata Setan Gada. "Jika ada bangsa manusia yang
bersembunyi dan mengintai kita dibalik batu itu tentu sudah mencelat hancur
lebur tubuhnya! Ayo kita lanjutkan perjalanan!"
Sewaktu Gerombolan Setan Merah itu lenyap didalam rimba belantara, sesosok tubuh
yang bertiarap hampir sama rata didekat batu besar yang tadi dihancurkan oleh
Setan Cambuk, dengan cepat bangkit!
14 Bastian Tito
Meskipun batu dimana dia bersembunyi itu dihancur-leburkan oleh cambuk namun
keadaan malam yang gelap gulita ditambah dengan rumput2 liar yang tinggi masih
sanggup menyembunyikannya hingga tidak terlihat oleh Setan Cambuk dan kawan2nya.
"Kurang ajar!" maki orang ini. "Sebentar lagi kalian akan rasakan hadiahku
Setan2 Merah!". Habis berkata begitu orang ini segera berkelebat kearah
lenyapnya Gerombolan Setan Merah.
Kira2 setengah jam memasuki rimba belantara
yang gelap gulita itu dia menghentikan larinya dan berjalan dengan perlahan
penuh waspada. Sepasang matanya demikian tajamnya hingga meski disekitarnya
berada dalam kepekatan gelap gulita tapi dia masih sanggup melihat jelas sejarak


Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lima tombak berkeliling!
Kurang dari sepeminum teh orang ini menghentikan langkahnya. Didepannya berdiri
sebuah pohon yang luar biasa besarnya laksana raksasa hitam yang berdiri dengan megah dimalam
buta! Ketika mendongak keatas, tertahan oleh cabang2 pohon yang besar2
kelihatanlah sebuah pondok diatas pohon itu.
Mulai dari lantai dan dinding sampai keatap pondok ini terbuat dari rotan yang
sebesar-besar pergelangan kaki berwarna kuning mengkilap. Rotan2 itu dibuat
demikian licinnya hingga jangankan manusia biasa, seekor semutpun pasti akan
terpeleset dan jatuh bila engkau menginjaknya.
Pintu pondok diatas pohon besar itu kelihatan tertutup. Namun dari celah2
dinding, atap dan lantai kelihatan menyeruak sinar lampul Setelah meneliti
suasana sekitarnya orang yang berada dibawah pohon lalu melompat keatas pohon
dan sesaat kemudian tanpa mengeluarkan sedikit suarapun tahu2 dia telah berada
diatap pondok rotan. Seperti telah dijelaskan rotan itu sangat licin sekali
hingga jangankan manusia biasa, seekor semutpun akan terpeleset jika merayap
diatasnya. Tapi melihat kepada kenyataan bagaimana orang itu sanggup berdiri
diatas atap pondok bahkan tanpa suara sama sekali maka jelaslah dia seorang yang
berilmu sangat tinggi!
Melalui celah2 atap rotan orang itu mengintip kedalam pondok. Lima orang
berpakaian merah, berambut merah dan berwajah merah duduk mengelilingi meja
bukan lain dari. Gerombolan Setan Merah. Mereka sibuk
menghitung kepingan2 uang emas dan barang2 perhiasan hasil rampokan mereka malam
itu. Tengah asyik menghitung-hitung itu tiba2 dengan ilmu menyusupkan suara Setan
Cambuk berkata :
"Kalian bersiaplah! Ada seseorang diatas atap!"
Keempat orang itu terkejut dan segera bersiap.
Setan Cambuk mendongak keatas dan berseru
15 Bastian Tito
lantang : "Tamu lancang! Kau telah berani datang dan mengintai! Lekas turun
serahkan diri!"
Dari atas atap terdengar suara tertawa mengekeh! Tiba2
beberapa buah rotan diatas atap menguit dan terbuka lebar. Sesosok tubuh
berpakaian gelap melompat turun.
Serentak dengan itu Setan Cambuk kiblatkan senjatanya kearah sipendatartg! Setan
Pisau tak ketinggalan. Sekali tangannya bergerak maka lima buah pisau melesat
terbang! Lima buah pisau menancap dipakaian orang yang turun dan disaat itu pula
ujung cambuk melanda membuat sasarannya hancur lebur! Tapi alangkah terkejutnya
kelima orang itu melihat apa yang terjadi!
Ternyata yang mereka serang bukanlah sosok tubuh seseorang melainkan cuma
sehelai pakaian dan celana panjang yang saling dikaitkan satu sama lain!
"Kurang ajar! Siapa yang berani mempermainkan Gerombolan Setan Merah"!"
Terdengar lagi suara mengekeh diatas atap. Sebuah rotan terkuit dan sebuah benda
melayang kebawah!
Karena takut akan tertiup lagi, kelima manusia berwajah merah itu tak mau
menyerang! Tapi ketika benda yang melayang itu menancap diatas meja dihadapan
mereka maka kembali kelimanya terkejut! Benda itu ternyata adalah sebuah bendera
kecil berbentuk segi tiga dengan gambar dua buah rencong bersilangan dibagian
tengahnya! "Raja Rencong Dari Utara!" seru Setan Pisau!
Setan Cambuk meskipun berada disarang sendiri dan lengkap bersama kawan2nya
namun melihat bendera kecil itu dan mengetahui siapa adanya tamu diatas atap menjadi tercekat
lalu lambaikan tangannya dan sekaligus pelita diempat sudut pondokpun padamlah!
Suasana gelap gulita kini dan diatas atap terdengar suara tawa bergelak.
"Gerombolan Setan Merah! Beginikah cara kalian menyambut kedatangan tamu"l"
Didalam kegelapan Gerombolan Setan Merah sudah cabut senjata masing2. Juga dari
dalam kegelapan itu terdengar suara jawaban Setan Cambuk.
"Raja Rencong! Angin apakah gerangan yang membawa kau datang ketempat kami"!
Jika angin baik dipersilahkan turun dengan hormat! Jika angin engkauburuk yang
membawa penyakit sebaiknya lekas tinggalkan tempat ini!"
Terdengar suara tertawa gelak2 dari orang diatas atap yang memang Raja Rencong
Dari Utara adanya.
Dari celah2 rotan atap kelihatan melesat empat buah benda bercahaya seperti
kunang2 yang masing2 menuju keempat sudut pondok dimana terletak pelita.
Sesaat kemudian keempat pelita itupun menyalalah kembali! Lima manusia bermuka
merah terkejut bukan main namun mereka menyembunyikan rasa
16 Bastian Tito
kagum masing2. "Lekas katakan maksud kedatanganmu!" seru Setan Cambuk pula.
"Ah, aku sudah masuk kedalam pondokmu, sungguh keterlaluan kalau kalian tuan
rumah sama sekali tidak melihatnya!"
Gerombolan Setan Merah terkejut dan serempak
berpaling kebelakang. Astaga! Mata mereka terbeliak besar. Tamu yang mereka
sangkakan masih diatas atap tahu2 sudah masuk kedalam pondok dan berada
dibelakang mereka!
17 Bastian Tito
EMPAT SETAN PEDANG ADALAH YANG PALING
lekas naik darah diantara kelima Setan Merah.
Melihat orang berani mempermainkan dirinya
dan kawan2 serta masuk kedalam pondok dengan
petatang-peteteng begitu rupa marahlah dia dan segera menghunus pedang.
"Raja Rencong. Kau anggap kami ini apakah hingga tak memandang mata sedikitpun
terhadap kami"!" bentak Setan Pedang. Setan Gada menepuk bahu kerabatnya itu dan
berbisik : "Jangan kesusu bertindak gegabah. Bangsat ini sangat lihayl".
Sementara itu Setan Cambuk maju selangkah
dan berkata : "Harap segera beri tahu maksud kedatanganmu, Raja Rencong!".
Raja Rencong Dari Utara menyeringai dan rangkapkan tangan dimuka dada.
"Kedatanganku kesini adalah membawa angin baik dan juga angin buruk!"
Setan Cambuk kerenyitkan kening!
"Kami tak mengerti. Harap dijelaskan biar terang!"
Kembali Raja Rencong menyeringai dan membuka mulut : "Pertama jika kalian berlima sedia tunduk padaku dan masuk kedalam
Partai Topan Utara yang bakal kuresmikan pada tanggal 1 bulan dimuka maka aku
datang kesini membawa angin baik. Untuk itu kalian harus menyerahkan masing2
lima puluh keping uang mas dan pada hari peresmian berdirinya Partai Topan Utara
kalian harus datang ke Bukit Toba!" Kelima Setan Merah saling berpandangan.
"Dan kalau kami menolak?" menyeletuk Setan Rencong.
"Berarti kalian sengaja menghendaki angin buruk!" jawab Raja Rencong Dari Utara.
"Dan kalian terpaksa kumusnahkan dari atas bumi ini!".
Kesunyian menyeling beberapa saat lamanya.
"Bagaimana" Angin yang manakah yang kalian pilih?" terdengar Raja Rencong
bertanya. Setan Cambuk rangkapkan tangan dimuka dada
dan menjawab : "Soal mendirikan partai adalah urusanmu.
Mengapa kami yang tak ada sangkut pautnya hendak dilibatkan"!"
"Kau tak layak bertanyat" bentak Raja Rencong Dari Utara.
"Kalau begitu kau juga tidak layak memaksa!"
balas membentak Setan Pedang penuh berangasan.
Raja Rencong memandang Iekat2 pada Setan
Pedang lalu tertawa sedingin salju dipuncak gunung.
"Memang maksudku mendirikan Partai Topan Utara itu banyak mendapat tantangan!
Tapi semua yang menantang telah tinggal nama belaka Agaknya 18 Bastian Tito
hari ini aku berhadapan pula dengan manusia2 keras kepala yang ingin tinggalkan
nama percuma dimuka bumi ini!"
"Jangan mimpi disiang bolong sobat!" tukas Setan Pedang. "Kami bukan bangsa
kacoak yang bisa dipaksa, kami bukan bangsa kroco yang bisa diperbu-dak
siapapun! Sekalipun Raja Dari Akherat!".
Meski hatinya sepanas bara dan mukanya kelam
memerah namun Raja Rencong Dari Utara masih saja tertawa seenaknya.
"Setan Cambuk! Kau sebagai pemimpin dari Gerombolan Setan Merah harap segera
beri jawaban. Mau masuk partaiku atau musnah"!"
engkau"Raja Rencong!" menyahuti Setan Cambuk.
"Didunia ini masing2 manusia berhak hidup menempuh jalannya sendiri2! Mau
malang, mau melintang itu adalah urusan dan kepentingannya sendiri!
Maksudmu untuk mendirikan Partai Topan Utara itu tentu saja baik. Tapi untuk
masuk kedalamnya harap kau suka memberikan kelonggaran barang satu dua minggu
agar kami pertimbangkan dan pikirkan!"
"Aku datang malam ini dan harus dapat jawaban malam ini juga!" kata Raja Rencong
tegas. Mendidihlah amarah Setan Cambuk.
"Barangkali kau sudah jemu hidup Raja Rencong"!"
"Kurasa demikian" menimpali Setan Pedang.
"Dari Raja Rencong diatas dunia dia hendak minta jadi Raja Neraka dialam
akhirat!" Raja Rencong Dari Utara menyeringai. Dia memandang tak berkesip pada Setan
Cambuk dan berkata : "Sekali lagi aku minta jawabanmu yang tegas. Jika menolak
kalian tak akan melihat matahari besok hari!"
Setan Cambuk buka kedua tangannya yang sejak
tadi dirangkapkan dimuka dada. Dengan tertawa getir dia berkata : "Meski namamu
ditakuti dimana-mana tapi nama Setan Merah telah lebih dulu tersohor di delapan
penjuru angin! Adalah tidak sepantasnya kalau Setan Merah musti patuh pada Raja
Rencong!" "Jawabanmu sudah cukup jelas! Betul2 kau dan kambrat2mu sudah jemu hidup!"
"Kami berlima kau seorang diri! Sekalipun kau punya lima kepala sepuluh tangan
dan kaki, mana mungkin bisa menang"!" ejek Setan Gada.
"Sebaliknya sekalipun kalian dua kali lebih banyak dan ini jangan harap akan
lolos dari lobang jarum kematian!"
"Bangsat rendah! Minggatlah ke neraka!" ben tak Setan Pedang. Tak terlihat kapan
dia mencabut pedangnya dan tahu2 senjata itu sudah berkiblat didepan hidung Raja
Rencong Dari Utara!
"Keparat!" damprat Raja Rencong. Sesaat sebelum pedang menyambar mukanya lima
jari 19 Bastian Tito
tangannya menjentik! Lima sinar merah kekuningar menderu dan tubuh Setan Pedang
mencelat kedinding pondok dalam keadaan hangus, roboh kelantai tanpa bisa
berkutik lagi! Bau daging terpanggang memenuhi pondok itu!
Kejut Setan Cambuk dan tiga Setan Merah lainnya bukan alang kepalang! Setan
Pedang adalah jago nomer dua sesudah Setan Cambuk. Bagaimana dia bisa dibikin
konyol dalam satu gembrakan begitu saja"!
Setan Cambuk tak menunggu lebih lama. Begitu
juga tiga kawannya. Serentak mereka cabut senjata masing2 dan menerjang kedepan!
Pertempuran hebat segera berkecamuk! Bertempur dalam jarak dekat begitu rupa
menyukarkan bagi Setan Cambuk untuk mempergunakan senjatanya. Setelah melipat
tiga lebih, dulu cambuknya baru dia menerjang membantu kawan2nya.
Tiga jurus berlalu dengan cepat. Menyangka
dalam tiga jurus itu dia dan kawan2nya segera akan dapat membereskan lawan
sebaliknya Setan Cambuk mengeluh dalam hati karena kenyataannya dia ber-empatlah
yang kena didesak!
Tiba2 Setan Cambuk bersuit memberi tanda.
Setan Pisau , Setan Rencong dan Setan Gada melompat pondok. Dan disaat itu
terdengar suara menggelegar! Cambuk ditangan Setan Cambuk melesat
mengengkauhantam ke arah muka Raja Rencong. Dikejap yang sama lima buah pisau
menderu dilemparkan Setan Pisau! Raja Rencong membentak keras hingga pondok
rotan itu tergetar hebat! Kelihatan sekilas tangannya yang sebelah kiri bergerak
kemudian tubuhnya lenyap.
Sekejap kemudian terdengar suara bergedebuk
yang disusul suara pekik setinggi langit dan yang terakhir suara seruan
tertahan! Apa yang terjadi demikian cepatnya hingga tak sempat seorangpun dari keempat
Setan Merah itu dapat melihat dengan jelas. Ketika semua itu telah terjadi
barulah mereka sadar dan terkesiap!
Sewaktu diserang oleh cambuk dan lima buah
pisau. Raja Rencong jatuhkan dirinya kelantai sambil mempergunakan tangan kiri
menyambut bagian belakang dari ujung cambuk! Bukan saja Raja Rencong berhasil
menyambut dan menangkap ujung cambuk Setan
Cambuk tapi sekaligus begitu jatuhkan diri dia melewatkan lima pisau yang
terbang kearahnya dan bergulingan ketempat Setan Pisau yang telah melepaskan
kelima pisau itu. Saking cepatnya gerakan itu Setan Pisau sendiri tak tahu kalau
dirinya diserang.
Dan tiba2 saja satu jotosan yang ratusan kati beratnya telah melanda dadanya!
Tulang dadanya hancur! Darah membusah dimulutnya. Tubuhnya rebah kelantai!
Dilain kejap Raja Rencong melompat kekiri
20 Bastian Tito
dan membuat tiga kali putaran. Maka tahu2 Setan Cambuk merasakan sekujur
tubuhnya telah terikat erat oleh cambuknya sendiri hingga untuk beberapa saat
lamanya dia tak bisa bergerak barang sedikitpun!
Raja Rencong Dari Utara tertawa mengekeh!
Suara tawanya lenyap ditelan deru dua serangan dari samping yaitu serangan yang
dilancarkan Setan Rencong dan Setan Gada! Serangan ini hebat dan ganas
sekali karena dilancarkan dengan penuh amarah serta segala kelihayan yang ada!
Dan hasil dari serangan itu adalah lebih hebat lagi!
Sekejap senjata kedua Setan Merah itu akan menemui sasarannya maka kelihatanlah kiblatan sinar kuning yang menyilaukan.
Rencong dan gada ditangan kedua kawan Setan Cambuk itu terlepas mental.
Keduanya terhuyung-huyung dengan memegangi
dada yang berlumuran darah tertusuk Rencong Emas ditangan Raja Rencong Dari
Utara. Sesaat kemudian mereka merasa sekujur tubuh mereka panas dingin, jalan
darah seperti terbalik dan kepala laksana mau pecah. Sewaktu lutut masing2
menjadi goyah keduanya bergelimpangan rebah, berkelojotan sejenak lalu tak
bergerak lagi alias mati!
Raja Rencong Dari Utara tertawa mengekeh.
Sekali dia meniup Rencong Emas maka lenyaplah noda darah pada ujung senjata itu.
Sambil memasukkan senjata sakti itu kesarungnya yang tersisip dipinggang Raja
Rencong berpaling pada Setan Cambuk yang saat itu telah melupakan untuk
membebaskan dirinya dari libatan cambuk karena terkesiap melihat bagaimana
keempat anak buahnya satu demi satu menemui ajal ditangan Raja Rencong!
"Bagaimana"! Apakah kau masih punya nyali untuk menghadapi ku"!" tanya Raja
Rencong. Paras Setan Cambuk yang tadi sepucat kertas
kini menjadi kelam merah. Sekali dia berontak maka lepaslah ikatan cambuk
disekujur tubuhnya!
"Masih mau melawan"!" bentak Raja Rencong seraya siapkan ilmu pukulan kuku api
ditangan kanannya. Meski darahnya mendidih, meski amarah bergejolak membakar
hatinya namun pada dasarnya Setan Cambuk memang sudah tak punya nyali untuk
menempur Raja Rencong. Dia sudah saksikan sendiri kehebatan Raja Rencong! Sudah
saksikan pula kematian kawan2nya. Berlima dia tak sanggup mengalahkan Raja
Rencong, apalagi dengan seorang diri.
"Aku mengaku kalah", desis Setan Cambuk seraya melemparkan senjatanya.
"Mengaku kalah berarti tunduk kepadaku!"
"Aku tunduk!" kata Setan Cambuk dengan hati penasaran.
"Dan harus bersumpah untuk masuk kedalam 21 Bastian Tito
Partai Topan Utara!"
"Aku bersumpah!" dan Setan Cambuk mengangkat tangan kanannya sebagaimana laku
seorang yang tengah disumpah. Tapi tiba2 tangannya itu secepat kilat dipukulkan
kemuka. "Wutt!"
Selarik sinar hitam menderu kearah Raja Rencong. Kejut dan amarah Raja Rencong
bukan main! "Keparat berani menipuku!" hardik Raja Rencong.
"Bangsat! Mampuslah!" teriak Setan Cambuk seraya hantamkan tangan kanannya
sekali lagi! Tapi yang sekali ini Raja Rencong Dari Utara tidak memberi hati lagi. Lima jari
tangan kanannya menjentik. Lima sinar merah kekuningan menderu dan terdengarlah
pekik pemimpin Gerombolan Setan Merah itu! Riwayatnya tamat! Tubuhnya hangus
kehitaman menghampar bau daging yang terpanggang!
22 Bastian Tito


Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

LIMA PUNCAK BUKIT TOBA MERUPAKAN selimutan
hutan belantara yang amat rapat karena jarang diinjak dan didatangi manusia.
Delapan penjuru kaki bukit
berhubungan dengan pantai yang setiap saat disirami pecahan dan buih ombak
sehingga dengan kata lain bukit besar itu adalah sebuah pulau yang terletak di
tengah danau yang sangat luas.
Dalam tiupan angin siang yang sepoi2 basah, diatas air danau kelihatan meluncur
sebuah perahu yang ditumpangi oleh.tiga orang berjubah dan bersorban putih!
Ketiganya tidak memegang sebuah pendayungpun, tapi hebatnya, dengan
mempergunakan telapak2 tangan sebagai pengganti pendayuTig, ketiganya membuat
perahu itu meluncur laksana naga terbang diatas permukaan air danau hingga dalam
tempo yang singkat perahu merekapun sudah mendarat dibagian timur pulau, dan
mereka melompai dalam gerakan2 yang luar biasa ringannya! Sewaktu melangkah
diatas pasir pantai yang basah, sama sekal'
kaki2 mereka tidak meninggalkan jejak barang sedi kitpun Nyatalah ketiga orang
ini manusia2 berke pandaian tinggi!
Salah seorang dari ketiganya yang agaknya menjadi pemimpin rombongan memandang berkeliling, lalu memberi isyarat pada kedua
kawannya dan sebentar kemudian ketiganya sudah berlari laksana terbang menuju
kepuncak Bukit Toba. Semakin jauh keatas bukit semakin susah perjalanan karena
sangat rapatnya pohon2 dan semak beluar. Ketiga orang ini tentu saja tidak mau
rusak pakaian mereka terkait ujung ranting dan semak belukar. Karenanya merekaengkaupun melanjutkan perjalanan dengan "berlari"
diatas pohon, melompat dari satu cabang kecabang lain dan tanpa mengeluarkan
suara barang sedikitpun! Benar2
amat mengagumkan!
Beberapa lama kemudian ketiganya sampai
dipuncak Bukit Toba. Yang terdepan berhenti dicabang paling atas dari sebuah
pohon yang besar dan luar biasa tingginya. Kawan2nya kemudian berdiri disisi
kiri kanan dan mereka sama memandang kedepan.
Didepan sana, dikelilingi oleh pohon2 besar
tinggi terdapat sebuah bangunan berbentuk istana.
Tapi bangunan ini sudah sangat tua sekali dan tidak mendapat rawatan sebagaimana
mustinya hingga keadaannya amat menyeramkan!
Seluruh bangunan diselimuti debu tebal. Hampir disetiap sudut kelihatan jaring
Iabah2 bahkan juga tampak sarang2 burung dan kelelawar! Atap bagian depan miring
kekiri. Diatas genting tumbuh pohon2
23 Bastian Tito
kecil, lumut menyelimut dimana-mana.
"Inikah tempatnya"!" tanya salah seorang Iaki2
tua diatas pohon.
"Kelihatannya seperti tak pernah didatangi manusia.
Mungkin kau salah
". Laki2 yang berdiri ditengah memandang berkeliling sebentar lalu menjawab :
"Kemanapun mata ditujukan hanya itu satu2nya bangunan yang kelihatan dipuncak
bukit ini!"
"Tapi sungguh tak
". "Diam! Ada orang datang!" kata orang tua yang ditengah. Sesaat kemudian baru dua
orang tua lainnya mendengar suara bergemerisik. Ini sudah cukup menjadi pertanda
bagaimanapun tingginya ilmu kedua orang yang belakangan ini tapi masih berada
dibawah engkauorang tua yang pertama. Ketiganya cepat
memandang berkeliling. Baru saja memutar leher tiba2
mengumandang suara bentakan yang sangat keras!
"Tiga tua renta diatas pohon, apakah datang ada membawa kain kafan untuk
pembungkus jenazah kalian masing2 kelak"!"
Ketiga orang tua diatas pohon terkejut bukan alang kepalang. Terkejut bukan
karena keras lantangnya suara bentakan itu yang hingga saat itu masih
mengumandang keseluruh pelosok bukit, juga bukan karena bentakan yang demikian
menganggap rendah bahwa mereka akan menemui ajal! Yang mengejutkan mereka ialah
karena suara bentakan itu jelas sekali adalah suara perempuan!
Dan belum habis keterkejutan ketiganya suara bentakan itu mengumandang kembali
lebih keras dan kali ini bernada memerintah:
"Manusia2 berjubah putih! Lekas turun!"
Pertama sekali suara bentakan itu terdengar datangnya dari arah barat, diantara
pohon2 besar yang rapat. Yang kedua kali tadi bentakan itu datangnya dari arah
bangunan tua! Maka ketiga orang tua berjubah putih itupun tanpa melupakan
kewaspadaan segera melompat turun kepelataran batu yang terdapat didepan
bangunan. Namun tiada terkirakan kejut dan peranjat mereka sewaktu orang yang tadi membentak bukan muncul dari dalam bangunan tua
melainkan dari balik pohon besar diatas mana mereka tadi berdiri! Nyatalah
betapa hebat dan lihaynya ilmu memindahkan luara orang itu! Dan yang lebih
membuat ketiga orang tua bersorban itu Iebih2 kagum ialah orang yang muncul itu
adalah seorang perempuan berpakaian ungu. Rambutnya panjanq hitam tergerai
sampai Kepunggung. Parasnya ditutup dengan sehelai kerudung yang juga berwarna
ungu. Mendengar kepada
suaranya yang tajam menyorot perempuan ini pastilah bersifat keras dan galak!
Ketiga orang tua tak 24 Bastian Tito
dapat menduga berapa kira2 usia perempuan
berkerudung ini. Dan dalam berdiri terpisah sejauh beberapa tombak itu ketiganya
dapat mencium bau harum yang keluar dari tubuh dan pakaian perempuan
berkerudung! "Dengan siapakah kami berhadapan"!" tanya orang tua yang bertindak sebagai
pemimpin rombongan.
Dari balik kerudung ungu terdengar suara mendengus.
"Kalian pendatang2 yang tidak tahu diri dan lancang berani datang kemari yang
musti terangkan diri!"
Orang tua itu batuk2 dan sunggingkan senyum.
"Jangan tertawa macam monyet kurang ingatan!"
bentak perempuan-berkerudung!
"Kalau sekiranya kau mau membuka kerudung, baru kami akan terangkan siapa kami
dan juga maksud kedatangan kami bertiga kesini!"
Terdengar suara gigi2 berkeretakan!
"Tua bangka keparat! Sudah hampir mampus
masih berhati kotor ingin melihat paras perempuan!
Apakah itu sifat orang beragama macam kalian!"
Merahlah wajah ketiga orang berjubah putih,
apalagi yang tadi bicara. Dia berkata begitu tadi dengan maksud untuk mengetahui
dengan siapa sesungguhnya dia berhadapan, tapi sikerudung ungu salah, sangka dan
mendampratnya! "Kami orang2 tua mana ada pikiran untuk tergoda pada keindahan dunia ini! Justru
kedatangan kami kesini adalah untuk menyelamatkan dunia ini dari segala macam
kekotoran!"
Perempuan berkerudung tertawa. Suara tawanya cukup merdu tapi juga cukup
menyeramkan! "Hebat sekali kalau begitu!", katanya dengan nada mengejek. "Tapi kau kesasar
datang kesini, orang2 tua! Kau kesasar mengantarkan jiwa! Tahukah kau
bahwa'setiap ada manusia luaran yang berani menginjakkan kakinya dipulau ini
berarti mati"!
Sekarang lekas beri tahu nama kalian agar setan2
penghuni pulau lebih cepat mengenal calon2 kawannya!"
Penghinaan perempuan berkerudung itu sudah
melewati batas. Tapi ketiga orang tua berjubah putih tetap berdiri dengan sabar
malah yang seorang menjawab :
"Aku Kyai Suhudilah dan dua orang kawan-ku ini Kyai Selawah dan Kyai Tanjung
Laboh " "Hem jadi kau Kyai Suhudilah! Aku tahu sudah apa maksud kedatanganmu bersama dua
kambratmu itu kesini. Pasti untuk membalas dendam karena ayahku telah
menghancurkan Pesantrenmu beberapa waktu yang lampau!".
"Jadi kami berhadapan dengan anak perempuan 25 Bastian Tito
Raja Rencong Dari Utara"!" ujar Kyai Suhudilah.
"Sudah tahu kenapa tidak Iekas2 berlutut"!"
. Kyai Suhudilah tertawa dingin.
"Menurut ajaran agama kami, satu2nya kepada siapa manusia berlutut ialah Tuhan
bukan manusia, apalagi manusia macam kau, anak seorang durjana biang penyebab
malapetaka dan bencana didelapan penjuru angin!" Lekas panggil ayahmu!"
"Tua bangka sialan! Kau tidak layak memerintahku!"
bentak perempuan berkerudung ungu.
"Jika demikian ", berkata Kyai Selawah,
"harap dimaafkan kalau kami mungkin terpaksa me-maksamu ".
Anak Raja Rencong Dari Utara berpaling kepada
Kyai Selawah. "Mulutmu sombong, tapi kau bicara masih punya perasaan. Kelak
kematianmu lebih men-dingan dari pada kawanmu yang satu ini!" dan dia menuding
pada Kyai Suhudilah. Dan setelah memandang Kyai Suhudilah dengan sorot matanya,
perempuan itu berkata : "Kedatanganmu kesini pasti untuk balas dendam pada
ayahku! Sebelum avahku muncul kunasihatkan agar kau cepat2 saja bunuh diri!
Itu lebih baik bagimu, orang tua!".
Air muka Kyai Suhudilah kelihatan merah. Bagaimanapun sabarnya seseorang, lambat
laun kesabarannya akan luntur juga.
"Perempuan, kesombongan dan kecongkakan ayahmu rupanya sudah kau wariskan selagi
dia masih hidup! Kuharap kesombongan dan kecongkakan itu segera kau buang bila
ayahmu meninggal !"
"Tua bangka bermulut besar! Kau berani menghina aku dan ayah! Makan jariku
ini!". Perempuan berkerudung jentikkan lima jari tangan kirinya sekaligus!
"Wuut!"
Lima sinar merah kekuningan menderu kearah
Kyai Suhudilah!
"Awas pukulan kuku api!" teriak Kyai Suhudilah memperingatkan kedua kawannya.
Dia sendiri sambil menghindar kebutkan lengan jubahnya sebelah kanan!
"Wuus!"
Kyai Suhudilah pucat pasi parasnya! Meski kebutan lengan jubahnya berhasil
membuyarkan serangan maut itu namun tak urung lengan jubahnya menjadi hangus
hitam dan hawa panas menjalar kekulit lengan! Dengan cepat sang Kyai sobek ujung
lengan jubahnya.
Gadis berkerudung ungu tertawa gelak2.
"Kalau kepandaianmu cuma sedalam sungai yang dangkal, betul2 hanya mengantarkan
jiwa datang kemari! Lebih baik kalian bertiga bunuh diri!"
Kyai Suhudilah mendekam dalam hati, dan berkata :
"Kami bukan manusia2 bangsa pengecut yang bersedia melawan seorang perempuan!
Lekas panggil ayahmu!"
26 Bastian Tito
"Benar2 tidak tahu diri! Diberi kesempatan bunuh diri malah tambah menantang!".
Bola2 mata sigadis menyorot tajam dan sesaat kemudian tubuhnya berkelebat dan
tahu2 sudah membagi serangan pada ketiga Kyai dalam satu jurus bernama "tiga
ekor naga menggempur sang surya"
Kembali ketiga Kyai dikejutkan oleh kehebatan serangan ini! Cepat2 mereka
menghindar dan setelah aling memberi isyarat serentak maju untuk meringkus anak
gadis Raja Rencong itu hidup2! Namun mereka tertipu! Tidak semudah itu untuk
menangkap hidup2 gadis yang sudah menguasai lebih setengah bagian dari ilmu silat ajaran
ayahnya! Begitu ketiga Kyai serempak maju, tubuh sigadis berkelebat dan lenyap!
Lalu terdengar suara lengkingan seperti lengkingan burung raksasa. Lobang2
telinga ketiga Kyai terngiang sakit! Dan dalam pada itu satu tebasan tepi
telapak tangan menderu sekaligus kearah kepala mereka!
Kyai Suhudilah dan kawan2 terpaksa bersurut undur untuk selamatkan kepala
masing2! Mereka mengeluh, jika anaknya demikian hebatnya tentu ayahnya bukan
lawan enteng meskipun mereka bertiga!
Kyai Suhudilah merenung cepat. Dia adalah seorang yang bermata tajam dan setiap
bertempur selalu memperhatikan gerakan2 yang dibuat lawan!
Meski baru satu gerakan namun dia telah dapat melihat sifat2 gerakan sigadis dan
tahu dimana letak kelemahan ilmu silat lawan! Dengan cepat Kyai Suhudilah
berkaca dengan ilmu menyusupkan suara pada kedua Kyai lainnya : "Kita serang dia
dengan barisan tiga malaekat lenyap kelangit!"
Kyai Salawah dan Kyai Tanjung Laboh mengangguk tanda mengerti. Kyai Suhudilah
mengedipkan matanya dan ketiganyapun kemudian menyerbu dari tiga jurusan. Kyai Suhudilah
dari depan, Kyai Selawah dari samping kanan dan Kyai Tanjung Laboh dari samping
kiri! "Ilmu silat picisan macam apa yang hendak kalian obral di hadapanku"!" ejek anak
gadis Raja Rencong. Tubuhnya dibungkukkan sedikit dan dengan mengandalkan tumit
kaki kirinya, laksana sebuah titiran dia berputar dengan kaki kanan menderu ke
arah ketiga penyerangnya!
Yang sekali ini tidak mudah bagi gadis ber kerudung ungu ini untuk memusnahkan
serangan ke tiga Kyai itu.
Karena begitu tubuhnya berputar dan menghantamkan tendangan dalam bentuk
lingkaran, ketiga lawannya berkelebat cepat, lenyap dari pemandangannya dan
tahu2 sudah menyerang lagi dari jurusan yang lain yaitu Kyai Suhudilah dari
belakang. Kyai Selawah dari depan sedang Kyai yang satu lagi Dari samping kanan.
Tiga buah totokan menderu ke Arah tiga jalan darah si gadis!
Gadis itu kertakkan geraham tanda penasaran
Kedua kakinya menjejak tanah. Didahului oleh satu 27 Bastian Tito
lengkingan keras dia melompat ke atas. Kaki kiri dihantamkan kedepan menendang
lengan Kyai Selawah.
Kaki kanan ditendangkan saperti kuda menendang kearah Kyai Suhudilah yang
menyerang dari belakang sedang satu pukulan tangan kosong yang mendatangkan
angin keras dihantamkan kebatok kepala Kyai Tanjung Laboh yang menotok dari
samping! Karena tubuh sigadis berada diudara dan lebih tinggi dari ketiga lawannya maka
meski bagaimanapun
hebatnya serangan para Kyai namun serangan. balasan dari sigadis tak dapat tidak
akan berhasil mencelakakan mereka lebih dulu!
Anak gadis Raja Rencong menyeringai dibalik kerudungnya sewaktu melhat ketiga
penyerangnya menarik pulang tangan masing2. Segera dia hendak susulkah dengan
tiga serangan berantai yang
menurutnya tidak dapat tidak pasti akan mengirim mereka kepintu kematian! Dengan
gelak mengejek maka dia segera lancarkan tiga serangan berantai itu!
Tapi hatinya menciut!
Parasnya yang, tersembunyi dibalik kerudung berubah total! Peluh dingin mengucur
dikeningnya sewaktu entah bagaimana ketiga calon korbannya itu lenyap dari
pemandangan dan tahu2 tiga pusat jalan darahnya terasa dingin! Sadarlah sigadis
bahwa ketiga lawannya sebelum sempat dia menyerang telah lebih dulu mengirimkan
totokan2 dari jurusan lain yang tak diduganya! Meski bagaimanapun kehebatan dan
kecepatannya untuk mengelak atau menangkis tapi kini sudah kasip! Yang bisa
dilakukannya cumalah memaki dan merutuk dalam hati!!
engkauSigadis mengeluh tinggi sewaktu totokan yang pertama melanda jalan darah
dipunggungnya. Kedua tangannya dengan serta merta lumpuh. Tubuhnya terhuyunghuyung kemuka. Dalam sedetik lagi dua totokan segera pula akan mendarat susul
menyusul di bagian lain tubuhnya!
Dalam keadaan yang demikian kritisnya bagi sigadis tiba2
mengumandanglah suara bentakan yang kerasnya
laksana gelegar gunung meletus!
"Pandansuri! Siapa yang berani berlaku kurang ajar terhadapmu"!"
Satu gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya menderu, membuat ketiga Kyai
terhuyung lima langkah dari kalangan pertempuran sedang gelombang angin itu
sekaligus melepaskan totokan ditubuh sigadis yang ternyata bernama Pandansuri!
28 Bastian Tito
ENAM PENDENGAR SUARA BENTAKAN ITU
dan merasa totokan pada punggungnya lepas
Pandansuri menjadi lega. Sebaliknya ketiga
Kyai terkejut bukan main! Mereka adalah orang2
cabang atas dalam ilmu silat, tapi sekali terpa saja ketiganya telah
"dilemparkan" keluar sejauh lima langkah dari kalangan pertempuran! Mereka sama
palingkan kepala dengan cepat!
Seorang Iaki2 berbadan tinggi tegap berdiri bertolak pinggang dibawah atap
bangunan tua! Pakaiannya dan juga destarnya yang tinggi berwarna ungu.
Tampangnya yang angker itu dihias dengan kumis hitam melintang. Bajunya yang


Wiro Sableng 011 Raja Rencong Dari Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sengaja tidak dikan-cingkan memperlihatkan dada yang penuh otot dan berbulu!
"Apakah kami berhadapan dengan Raja Rencong dari Utara"!" tanya Kyai Suhudilah.
Pelipis Iaki2 itu menggembung. "Sialan! Ditanya malah menanya! Jawab! Apa kalian
tidak malu mengeroyok seorang perempuan"!"
"Malu atau tidak malu bukan itu soalnya", jawab Kyai Suhudilah. "Kami datang
mencari Raja Rencong! Dan anak gadisnya hendak membunuh kami bertiga! Apakah
salah kalau kami tak bisa berpangku tangan
"!" Laki2 berkumis melintang tertawa sambil usap2
dadanya yang berbulu.
"Baru menghadapi anaknya kalian sudah kewalahan!
Bagaimana kalian punya nyali untuk datang kemari dan mencariku "!"
"Ayah! Perlu apa bicara panjang lebar dengan Tua bungka ini! Dia telah menghina
kita! Biar kau engkausaksikan bagaimana daku memberi pelajaran caranya mati pada
mereka!". Pandansuri lantas cabut sebilah rencong perak dari balik pakaiannya.
Senjata ini berkilauan ditimpa sinar matahari dan adalah sebuah senjata mustika.
Tanpa berbaling pada anaknya Raja Rencong berkata : "Pandan, kau masuklah!
Siapkan Arena Topan Utara!".
Meskipun hatinya penasaran sekali diperintah demikian, dengan banting2 kaki
Pandansuri akhirnya masuk kedalam bangunan tua yang berbentuk seperti bangunan
tempat kediaman hantu itu!
"Raja Rencong Dari Utara!" kata Kyai Suhudilah.
"Banyak hal pertanggungan jawab yang hendak kuminta padamu !".
"Begitu"! Silahkan masuk ketempatku! Kita bicara di Arena Topan Utara!".
"Cukup disini saja", sahut Kyai Suhudilah.
Raja Rencong menyeringai. "Walau bagaimana-29 Bastian Tito
pun aku masih punya peradatan dalam menerima kunjungan tamu! Sekalipun tamu2 itu
datang sengaja untuk mencari mampus!". Habis berkata begitu Raja Rencong memutar
tubuh dan masuk kedalam bangunan tua. Mau tak mau ketiga Kyai terpaksa mengikuti
dari belakang! Bangunan itu ternyata panjang sekali. Ketiga Kyai melangkah dibelakang Raja
Rencong terpisah sejauh sepuluh langkah. Mereka senantiasa berlaku waspada
karena kalau bangunan tua itu betul2 menjadi sarang Raja Rencong Dari Utara
bukan mustahil dilengkapi dengan segala macam alat rahasia yang berbahaya. Dan
bukan tidak mustahil pula Raja Rencong tengah hendak menjebak mereka bertiga!
"Kawan2, bagaimana kalau kita serang dan ringkus dia hidup2 selagi membelakangi
kita ini"!" bisik Kyai Selawah. Kyai Suhudilah merenung sejenak lalu menggeleng
pelahan. "Itu tindakan pengecut", katanya.
"Kalau kita menang tak akan terpuji, kalah malah memalukan!"
"Tapi terhadap manusia biang malapetaka macam yang satu ini kurasa tak perlu
memakai segala macam ukuran baik dan buruk lagi!", bisik Kyai Tanjung Laboh.
"Walau bagaimanapun kita tak bisa bertindak begitu", menyahut Kyai Suhudilah.
Ketiganya melangkah terus mengikuti Raja Rencong.
Mereka menuruni sebuah tangga batu. Tangga
Itu sebenarnya terbuat dari batu mar-mar yang putih bersih. Tapi karena tak
pernah dirawat dan dibersih-kan tangga itu telah menjadi hitam diselimuti
lapisan debu setinggi beberapa mili! Raja Rencong menuruni anak tangga dengan
sikap acuh tak acuh. Ketika Kyai Suhudilah dan kawan2 memandang kebawah, pada
lapisan debu yang menutupi anak2 tangga tak kelihatan sedikit jejakpun!
Sebaliknya ketika mereka memandang kebelakang, keanak-anak tangga yang tadi
mereka lewati kentaralah jejak2 kaki mereka, meskipun tidak membayang jelas! Dan
ketiga Kyai ini sama2 menggigit bibir.
"Kuatkan hati kalian!" bisik Kyai Suhudilah memberi semangat. "Betapapun
kejahatan itu tak bisa bertahan lama! Kalaupun kita harus pasrahkan jiwa
ditempat ini, kita mati dalam berjuang! Mati syahid!"
Di bagian bawah bangunan tua itu terdapat sebuah ruang batu yang amat luas yang
kira-kira dapat menampung lima ratus orang di keempat tepinya.
Ruangan batu ini berbeda sekali dengan seluruh keadaan bangunan yang telah
dilihat oleh ketiga Kiai. Keadaannya luar biasa bersihnya hingga bayanganbayangan tubuh orang yang berada di ruangan itu akan kelihatan samar-samar di
lantai dan dinding serta atap. Ruangan itu 30 Bastian Tito
berbentuk empat persegi. Di bagian tengahnya terdapat pelataran yang agak
tinggi, berbentuk lingkaran. Inilah Arena Topan. Utara!
Di tengah Arena terdapat sebuah meja kayu jati yang indah berukir-ukir
dikelilingi empat buah kursi. Satu dari keempat kursi ini lebih bagus dan besar
dari tiga lainnya.
Di atas meja terdapat empat buah piala perak. Raja Rencong naik ke atas Arena
dan duduk di kursi besar, memandang pada ketiga tamunya dan berkata :
"Silahkan mengambil tempat duduk !"
Ketiga Kiai duduk di masing-masing kursi.
Kewaspadaan mereka semakin dipertebal. Tak seorang lainpun yang kelihatan.
"Sebelum kita bicara silahkan minum arak dalam piala!" Raja Rencong lalu
mendahului meneguk arak dalam piala di hadapanny.a. Ketika dia meletakkan piala
yang kosong itu di atas meja kembali matanya membeliak: ."Kenapa kalian tidak
mau minum?".
"Terima kasih! Agama kami tidak memperkenankan meneguk minuman keras macam
begini", sahut Kiai Suhudilah.
"Agamamu-agamamu! Di sini kalian harus mengikuti aturanku dan menghormati
diriku! Lekas minum!".
"Terima kasih. Lebih baik ".
"Apakah kau kira aku hendak meracuni kalian"!"
sentak Raja Rencong mulai beringasan.
"Kami datang ke sini bukan untuk minum-minum"
membuka mulut Kiai Tanjung Laboh.
"Tapi untuk bicara! Untuk meminta pertanggungan jawabmu ..
Raja Rencong menyeringai. Lalu matanya yang
garang menyapu paras ketiga Kiai di hadapannya.
Dan dari mulutnya mendesis suara pertanyaan :
"Bicara hal apa dan pertanggungan jawab apa"!"
"Kurasa kau sudah cukup maklumi" jawab Kiai Suhudilah. "Tapi aku tak keberatan
untuk mengatakannya blak-blakan padamu. Selama belasan tahun daerah utara ini
aman tenteram! Namun sejak kau muncul maka di mana-mana timbul malapetaka,
dlmana-mana timbul keonaran! Kalau cuma malapetaka dan keonaran biasa itu bukan
apa-apa tapi kau juga sekaligus mempunyai cita-cita untuk mendirikan sebuah
Partai yang bertujuan jahat sematamata!"
Sampai di situ Raja Rencong menukas.
"Apakah menjadi hak orang lain untuk tidak tenang dengan cita-cita seseorang "!"
"Memang bukan hak orang lain! Tapi kalau cita-cita itu hendak dicapai dengan
mengorbankan nyawa manusia yang tak mau tunduk dan ikut dalam Partaimu, dengan
jalan membunuh puluhan manusia tanpa kemanusiaan, 31 Bastian Tito
maka itu adalah hak setiap Orang untuk turun tangani Di samping itu aku pribadi
Ingin meminta pertanggungan jawabmu atas kematian Wakil serta duapuluh orang
penghuni Pesantren Suhudilah!"
Raja Rencong Dari Utara memuntir-muntir kumis kumisnya. Dalam pada itu Kiai
Tanjung Laboh berkata pula: "Aku dan Kiai Selawah merasa mempunyai tanggung
jawab untuk mengamankan dan
menenteramkan daerah utara yang telah dilanda malapetaka besar itu! Karena
itulah kami berdua datang menyertai Kiai Suhudilah !".
"Jika begitu katakan saja cara bagaimana kalian bertiga hendak turun tangan
terhadap Raja Rencong Dari Utara!", kata Raja Rencong.
"Atas apa yang kau telah buat didunia luar dan di Pesantrenku, aku dan kawan2
berhak memisahkan batang lehermu dengan badan! Namun sebagai orang beragama kami
masih mau memberikan ampunan
dengan jalan hanya memotong kedua tanganmu sebatas siku !"'
Raja Rencong Dari Utara kerenyitkan kening,
mendelikkan mata lalu tertawa gelak2 hingga keempat dinding ruangan itu
bergetar! Tangan kirinya mengusap-usap dadanya yang berbulu. Kyai Suhudilah
keluarkan sebatang golok besar yang tajam luar biasa.
Sehelai rambut yang dimelintangkan diatas mata golok lalu ditiup pelahan pasti
akan putus! "Terima kasih..terima kasih! Sungguh kalian bertiga manusia2 agama yang baik
budi dan punya pertimbangan yang adil!" kata Raja Rencong.
Lalu sambungnya : "Karena kalian bertiga mau meng-ampuni jiwaku, maka akupun
rela pula untuk tidak mencabut nyawa kalian meskipun aku mempunyai aturan bahwa
siapa yang berani datang kepulau ini pasti akan kubunuh! Karenanya kalian
bertiga Iekas2 saja bunuh diri! Bagaimana cara terserah masing2
kalian! Tentang jenazah kalian tak perlu dikhawatirkan! Danau yang mengitari
pulau ini cukup layak menjadi kubur kalian!"
"Raja Rencong", ujar. Kyai Suhudilah. "Keja-hatanmu akan kami balas dengan
keadilan! Itu sudah lebih dari layak! apakah kau masih hendak berkeras kepala
mengikuti kesesatannya setan"!"
Raja Rencong Dari Utara berdiri dari kursinya sambil tertawa sedingin es.
"Diberi kesempatan untuk bunuh diri, kalian tidak mau melakukan! Terpaksa
tanganku yang bertindak.
Perlahan lahan Raja Rencong angkat tangan
kanannya. Lima jari yang dikembang kukunya kelihatan berubah merah kekuningan!
"Wuut!"
Lima larik sinar merah kekuningan yang panasnya bukan 32 Bastian Tito
Peta Rahasia Lembah Kutukan 2 Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Hamukti Palapa 12

Cari Blog Ini