Ceritasilat Novel Online

Misteri Dewi Bunga Mayat 2

Wiro Sableng 055 Misteri Dewi Bunga Mayat Bagian 2


jelek itu dikawal oleh hampir dari dua lusin orang berkuda. Bahkan
diantara mereka tampak lima orang prajurit dan seorang perwira
muda. Kereta yang ditarik dua ekor kuda itu menderu kencang di
jalan berdebu. Matahari sore berwarna merah kuning keemasan.
Rombongan bergerak cepat menuju ke selatan yakni arah Kotaraja.
Namun saat itu mereka tidak akan keburu mencapai tujuan sebelum
pagi. Kotaraja masih sangat jauh dan jalan yang idtempuh bertambah
sulit serta buruk.
Selain lima prajurit dan seorang perwira muda itu maka
anggota rombongan lainnya adalah orang-orang berseragam pakaian
dan ikat kepala merah. Semua mereka memlihara berewok dan kumis
yang meranggas tidak diurus. Tampang mereka tak satupun yang
lumayan. Semua menunjukkan muka galak beringas.
Di sebelah depan memacu kudanya seorang lelaki berpakaian
merah dengan tubuh kurus tinggi luar biasa. Hampir mencapai satu
setengah tombak. Berewok dan kumisnya yang lebat menyembunyikan wajahnya yang bopeng. Matanya besar dan merah.
Dia adalah Kunto Pasirawang bergelar Datuk Hantu Merah, dikenal
sebagai Ketua Komplotan Hantu Merah.
Dalam dunia persilatan komplotan yang dipimpinnya ini
terkenal sebagai komplotan bayaran yang melakukan apa saja asal
mendapat bayaran. Yaitu mulai dari merampok, menculik sampai
membunuh. Belakangan komplotan ini dikenal pula sebagai penyedia
perempuan-perempuan lacur di berbagai kota termasuk Kotaraja.
Bahkan ada selentingan Datuk Hantu Merah sengaja mengirimkan
perempuan-perempuan cantik pada pejabat-pejabat tertentu di
Istana. Itulah sebabnya selama sekian tahun komplotan bejatnya itu
Lembar ke 40 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
tidak pernah dikejar apalagi ditumpas. Beberapa orang Adipati
diketahui tunduk dan ikut bekerjasama dengan sang datuk.
Siapakah sang datuk ini sebenarnya" Menurut mereka yang
tahu, konon Kunto Pasirawang dulunya adalah salah seorang
kepercayaan seorang Pangeran di Keraton Timur. Kemudian
ketahuan bahwa dia bersifat culas, suka menggelapkan barangbarang berharga, mencuri barang-barang pusaka. Dua kejahatan itu
masih bisa dimaafkan oleh sang Pangeran, namun ketika Kunto
Pasirawang diketahui pula suka mengganggu anak istri orang maka
dia dipecat dari jabatannya dan di usir dari gedung sang Pangeran.
Selama dua tahun Kunto Pasirawang malang melintang
ditengah lautan menjadi bajak. Bosan di laut dia turun ke darat
membentuk Komplotan Hantu Merah dan malang melintang
menimbulkan malapetaka.
Enam orang berseragam pasukan Kerajaan itu sebenarnya
adalah prajurit-prajurit
dan perwira palsu. Mereka
sengaja mengenakan pakaian anggota pasukan Kerajaan untuk mengelabui
dan menjaga kalau sewaktu-waktu ada kesulitan dengan petugas
Kadipaten atau Kerajaan. Lalu apakah isi kereta buruk yang mereka
kawal begitu ketat" Uang, harta perhiasan atau senjata baru"
Isi kereta itu bukan lain adalah perempuan-perempuan culikan
dari beberapa daerah di selatan. Rata-rata mereka masih sangat
muda. Ada yang ikut secara suka rela karena dijanjikan pekerjaan di
Kotaraja. Namun banyak yang diculik dari rumah orang tua mereka!
Sinar surya semakin redup tanda akan segera masuk ke tempat
tenggelamnya. Jalan yang ditempuh mulai gelap. Orang berseragam
perwira muda yang sebenarnya adalah anak buah Datuk Hantu
Merah memacu kudanya mendekati sang ketua lalu bicara keraskeras diantara bisingnya derap kaki kuda dan gemeletak suara roda
kereta. Lembar ke 41 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Ketua, anggota rombongan kelihatan sudah pada letih! Malam
ini sebaiknya kita berhenti dan istirahat di hutan Jatiroto. Besok
sebelum matahari terbit baru meneruskan perjalanan ke Kotaraja.
Menjelang tengah hari kita akan sampai disana...! Bagaimana
pendapatmu?"
"Aku tahu apa yang sebenarnya yang ada di otakmu. Wulung
Kingkit!" sahut Datuk Hantu Merah menyeringai.
"Apa maksudmu Ketua...?" tanya perwira muda palsu bernama
Wulung Kingkit itu.
"Sebelum gadis-gadis itu diserahkan pada mucikari di Kotaraja,
kau akan memilih salah satu diantaranya lalu bersenang-senang
malam ini! Bukan begitu..."!"
Wulung Kingkit hanya bisa balas menyeringai.
"Tapi jangan khawatir Wulung! Usulmu kuterima!" Datuk
Hantu Merah tertawa bergelak lalu dia mendahului membelok
memasuki jalan menuju hutan Jatiroto.
Di suatu tempat yang agak datar malam itu rombongan
Komplotan Hantu Merah berhenti. Enam buah obor dinyalakan.
Empat buah kemah besar didirikan. Setelah itu pintu belakang kereta
dibuka. Dua puluh gadis keluar dengan wajah letih dan tubuh
keringatan. Mereka dikumpulkan di dua tenda lalu diberi makan
seadanya. Masing-masing mereka ditemani oleh anggota komplotan
tanpa bisa menampik.
Banyak diantara gadis ini yang mulai curiga dan ketakutan,
meminta agar boleh naik ke dalam kereta kembali. Tapi permintaan
itu tidak dikabulkan, malah banyak diantara mereka mulai dijejali
tuak keras. Datuk Hantu Merah berbaring ditemani dua gadis yang
ketakutan setengah mati. Salah satu diantaranya mulai menangis.
"Anak bagus! Sekarang kau menangis. Nanti kalau sudah
merasa kau akan berlutut minta tambah. Ha... ha... ha..!" Sang datuk
Lembar ke 42 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
tertawa bekakakan, teguk tuaknya lalu merangkul dan menciumi dua
gadis yang dikempitnya di kiri kanan.
Kemudian manusia tinggi kurus bermuka bopeng dan
berewokan ini mulai menunjukkan kebejatannya. Gadis disebelah
kirinya dipaksanya membuka pakaian. Kesempatan ini dipergunakan
oleh gadis yang tadi menangis untuk lari keluar tenda. Tapi sang
datuk lebih cepat. Begitu berhasil menangkap gadis ini langsung
seluruh pakaiannya dirobek-robek. Lalu gadis itu di bantingkannya
ke alas tenda. Selagi berada dalam keadaan terlentang tak berdaya,
Datuk Hantu Merah menindih tubuhnya.
Saat itulah terdengar suara ribut-ribut di luar. Lalu ada
seseorang berteriak, "Ketua! Ada yang tidak beres! Lekas keluar!"
"Bangsat rendah! Apa yang tidak beres! Apa kalian tidak bisa
menyelesaikannya sendiri"! Keparat!" teriak sang datuk dari dalam
tenda. "Dua orang anggota ditemui mati!" terdengar orang di luar
berteriak memberi tahu.
"Anjing betul!" menyumpah Datuk Hantu Merah. Cepat dia
mengenakan celana dan pakaiannya lalu menyembul keluar tenda.
"Ada apa hah"!" sentaknya pada anggota komplotan yang tegak
di depan tenda.
Yang ditanya menunjuk ke arah kiri. Saat itu tampak beberapa
anggota Komplotan Hantu Merah menggotong dua orang kawan
mereka yang sudah jadi mayat lalu meletakkannya di hadapan sang
ketua. Datuk Hantu Merah kerenyitkan kening ketika melihat mayat
dua anak buahnya itu. Mereka mati dengan leher hampir putus.
"Apa yang terjadi" Bagaimana mereka bisa digorok begini rupa
tanpa ada yang tahu"!" bertanya Datuk Hantu Merah.
Lembar ke 43 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Mayatnya kami temui di dalam tenda sebelah sana ketika
beberapa gadis di dalam tenda berpekikan lalu berhamburan lari
keluar," menerangkan salah seorang anggota komplotan.
"Apa ada yang melihat siapa pembunuh mereka"!" bertanya
perwira muda bernama Wulung Kingkit yang juga sudah ada
ditempat itu. "Yang melihat adalah dua gadis di dalam tenda. Tapi kedua
gadis itu kabur entah kemana!"
"Bangsat rendah! Pasang lebih banyak obor dan cari gadisgadis yang melarikan diri itu!" Datuk Hantu Merah berpaling pada
Wulung Kingkit. "Kau dan anak buahmu segera lakukan penyelidikan! Pembunuh itu harus dicari sampai dapat!"
Belum sempat Wulung Kingkit menjawab, tiba-tiba terdengar
suara dari dalam kereta.
"Kalian tidak usah susah-susah mencari, aku pembunuh dua
anggota komplotan bejat itu ada di sini!"
Lalu braak! Pintu kereta terdengar ditendang hingga mental berantakan.
Dari dalam kereta keluar seorang pemuda berambut gondrong sambil
bertolak pinggang. Dia bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Wulung Kingkit segera hunus goloknya. Para anggota
komplotan lainnya juga melakukan hal yang sama, segera mencekal
senjata masing-masing. Ketika lebih dari selusin orang hendak
menyerbu, Datuk Hantu Merah berseru.
"Tahan! Sebelum dia kita cincang, aku ingin tahu siapa bangsat
gondrong ini adanya." Lalu sang ketua maju empat langkah dan
membentak. "Gondrong! Katakan siapa dirimu! Mengapa berani membunuh
dua anak buahku"!"
"Namaku Wiro Sableng! Aku membunuh dua anjing itu karena
dia hendak memperkosa dua gadis tak berdaya! Ketahuilah, masih
Lembar ke 44 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
banyak orang-orang di sini yang bakal menemui kematian karena
dosa terkutuk yang sama! Termasuk kau dedengkotnya!"
Marahlah Ketua Komplotan Hantu Merah itu mendengar
dirinya disebut dedengkot. Maka, diapun berteriak memberi perintah.
"Bunuh bangsat gondrong ini! Cincang sampai lumat!"
Selusin orang bergerak. Selusin senjata berkelebat.
Saat itu terlihat sinar menyilaukan menyambar dibarengi suara
mengaung macam ratusan tawon mengamuk. Lalu...
Trang...! Trang...! Trang...! Suara senjata beradu susul menyusul yang ditingkahi oleh
suara jeritan-jeritan kematian!
Empat anggota Komplotan Hantu Merah tergelatak roboh
mandi darah. Lalu menyusul dua orang lagi. Melihat ini enam orang
lainnya menjadi ciut nyalinya. Hendak melompat mundur mereka
takut pada sang ketua. Kalau maju terus pasti menerima nasib sama
seperti enam kawan mereka itu!
Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba terdengar teriakan Ketua
Komplotan Hantu Merah.
"Mundur semua! Biar aku yang mematahkan batang lehernya!
Akan kubetot jantung dan isi perutnya!"
Dari mulut sang datuk terdengar suara berkeretekan rahang
dan gerahamnya yang saling beradu. Matanya merah membara.
Berewoknya dan kumis tebalnya berjingkrak. Dia melompat ke
hadapan Pendekar 212 dengan tangan kosong.
Melihat orang tak bersenjata murid Sinto Gendeng ini segera
simpan Kapak Maut Naga Geni 212. Waktu itulah Wulung Kingkit
berbisik pada ketuanya.
Lembar ke 45 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Ketua, kalau aku tidak salah manusia bernama Wiro Sableng
ini adalah pendekar yang menyandang gelar Pendekar Kapak Maut
Naga Geni 212. Aku merasa sangat pasti setelah melihat senjatanya
tadi!" "Aku tak pernah dengar nama dan gelar itu! Sekalipun setan
dihadapanku aku tidak takut. Kau kepinggirlah Wulung Kingkit!"
"Jangan, Ketua. Biar aku saja yang bicara padanya. Aku akan
menawarkan sesuatu padanya asal kita bias selamat...!"
"Aku baru tahu kau sepengecut itu Wulung Kingkit!" bentak
Datuk Hantu Merah dengan mata melotot.
"Ketua, ini bukan soal pengecut atau apa. Manusia satu ini
bukan lawan kita...!"
Datuk Hantu Merah tertawa dan usap berewoknya sesaat lalu
mendorong Wulung Kingkit ke samping. Tapi saat itu Wulung Kingkit
yang sudah tahu apa yang bakal terjadi cepat mendahului melompat
ke hadapan Wiro Sableng.
"Pendekar 212, aku bicara membawa usul. Habisi semua
perkara antara kita. Tinggalkan tempat ini dan kau boleh membawa
semua gadis itu!"
Wiro keluarkan siulan keras lalu tertawa lebar.
"Usul yang menggiurkan perwira palsu!" jawab Wiro.
Wulung Kingkit terkesiap. "Bagaimana bangsat ini tahu aku
perwira palsu...?" dia bertanya dalam hati.
"Pendekar, apa yang aku usulkan adalah atas nama Kerajaan...
Kau boleh tidak menghormati diriku dan kami semua. Tapi kau wajib
menghormati Kerajaan!"
Wiro tertawa bergelak.
"Perwira tengik! Ternyata otakmu bukan cuma bisa berpikir
keji, tapi juga pandai mengatur rencana licik! Kalau kau mau
memberikan kepala Komplotan Hantu Merah padaku, baru aku mau
membuat urusan ini selesai!"
Lembar ke 46 dari 78 lembar
Wiro Sableng

Wiro Sableng 055 Misteri Dewi Bunga Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Mendengar ucapan Wiro itu, Datuk Hantu Merah menggembor
marah. Dia menerjang ke depan. Kali ini Wulung Kingkit tidak mau
mencegah lagi. Dia cepat menyingkir ke samping dan diam-diam
mulai berpikir untuk melarikan diri.
* * * Lembar ke 47 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
SEMBILAN Tegak berhadapan-hadapan begitu rupa tinggi Pendekar 212
hanya sampai sebahu Datuk Hantu Merah. Tangan sang datuk yang
panjang melesat ke arah batang leher Wiro. Pendekar 212 cepat
menunduk lalu hantamkan tinjunya ke perut lawan.
Buukk! Jotosan itu tepat mendarat di perut Datuk Hantu Merah. Mata
orang ini membeliak besar dan mukanya yang bopeng mengerenyit.
Tapi tubuh dan kakinya tidak bergeming sedikitpun!
Wiro memukul sekali lagi. Saat inilah tangan kiri sang datuk
berkelebat laksana pentungan menabas dari kiri ke arah batang leher
Wiro sementara tangan kanannya bersiap-siap untuk menggebrak
yaitu jika Wiro membuat gerakan menangkis atau menghindar.
"Bangsat ini tahan pukulan rupanya. Aku mau lihat apa dia
tahan yang satu ini." Membatin Wiro lalu dia jatuhkan diri berlutut.
Tangan kiri lawan menyambar di atas kepalanya. Tangan kanan yang
berusaha menggapai ke depan dipukulnya dengan tangan kiri. Dua
lengan beradu keras. Tetap saja si tinggi kurus itu tidak bergeming
walau mukanya jelas mengerenyit menahan sakit. Wiro pergunakan
kesempatan. Tangan kanannya meluncur ke depan menarik keraskeras celana merah sang datuk yang memang tidak terkancing betul.
Lalu dengan tangan kirinya Wiro mendorong tubuh Datuk Hantu
Merah. Karena kedua kakinya tertahan oleh celana yang merosot,
sang datuk hilang keseimbangan lalu, Brukk! Dia jatuh terduduk di
tanah! Sesaat Wiro hendak menghantam kepala lawannya, di bagian
lain terdengar jeritan-jeritan keras. Anggota Komplotan Hantu Merah
Nampak lari kian kemari menyelamatkan diri. Namun banyak
diantara mereka yang jatuh bergelimpangan di tanah dan menemui
ajal dalam keadaan mengerikan. Ada yang perutnya jebol, ada yang
Lembar ke 48 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
mukanya hancur! Wiro mengendus dalam-dalam. Dia mencium bau
sesuatu....! "Bau itu..." desis Wiro. "Bau bunga kenanga!"
Lalu dia dikejutkan oleh satu sosok tubuh yang jatuh di
sampingnya. Ternyata adalah sosok tubuh Wulung Kingkit si perwira
palsu. Mukanya tampak berlumuran darah dan di mata kirinya
menancap bunga kenanga!
Baik Wiro maupun Datuk Hantu Merah sama-sama mengenali
bunga itu. Sang datuk yang hendak melabrak dengan satu serangan
tangan kosong serta merta batalkan niatnya.
"Bunga mayat..." desis sang datuk. Dia melompat berdiri sambil
tarik keatas celana merahnya dengan susah payah. "Dewi Bunga
Mayat!" desisnya lagi penuh ketakutan. Dia tidak lagi perdulikan
Wiro. Wiropun tidak lagi perdulikan manusia satu itu. Yang ada
dalam benaknya saat itu adalah Bunga si dara jelita. Jadi dia ada
disini! "Bunga! Bunga...!" teriak Wiro berulang kali. Dalam kegelapan
malam dia melihat seorang berpakaian serba putih menunggangi
kuda putih. "Bunga!" memanggil Wiro. Akhirnya ditemuinya juga
gadis yang dicari-carinya selama ini. Dia berlari ke arah kuda dan
penunggangnya. Namun saat itu si penunggang telah menggebrak
kuda putihnya mengejar Datuk Hantu Merah yang tengah melarikan
diri. Begitu terkejar si penunggang jambak rambut sang datuk lalu
menyeretnya beberapa belas langkah. Begitu melewati sebatang
pohon besar kepala itu langsung dihantamkannya ke badan pohon.
Praakkk! Kelapa dan pohon beradu. Tak ampun kepala itu pecah dan
menggeletak mengerikan ketika si penunggang kuda melemparkannya ke tanah.
"Bunga!" teriak Wiro.
Lembar ke 49 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Orang diatas kuda putih menoleh. Lambaikan tangan sambil
tersenyum lalu membedal kudanya.
"Bunga!" teriak Wiro lagi. Kelabakan dia mencari kuda yang
bisa dibedal. Begitu dapat, Wiro langsung mengejar kuda putih dan
Dewi Bunga Mayat si penunggangnya!
Keluar dari hutan Jatiroto sang dewi ternyata melarikan
kudanya ke daerah persawahan dan berhenti di sebuah bangunan
kecil di tepi sawah tepat dekat sebuah mata air.
Wiro sampai pula di bangunan kecil itu dan dapatkan Bunga
telah duduk di dalam, memandang padanya sambil tersenyum.
Seperti lupa diri Wiro langsung melompat merangkul sang dara.
"Bunga... Aku mencarimu berhari-hari. Rasanya seperti mau
gila tidak melihatmu...." berucap Wiro.
"Seperti mau gila berarti belum gila benaran kan"!" ujar Bunga.
"Ah, kau masih tega mempermainkanku! Kemana saja kau
selama ini... Bagaimana kau tahu-tahu bisa muncul di hutan
Jatiroto?"
"Eh, pertanyaanmu banyak amat! Apakah semua itu sangat
penting bagimu...?"
"Tentu saja penting! Kini aku menemuimu. Jangan harap aku
akan melepaskanmu Bunga. Aku akan ikut kemana kau pergi...!"
Perlahan-lahan Bunga melepaskan pelukan Wiro. Sambil
menatap mata pemuda itu dia berkata, "Tidak mungkin Wiro. Tidak
mungkin kau mengikuti kemana aku pergi..."
"Tidak mungkin bagaimana" Bukankah aku sudah bilang kalau
aku mencintaimu. Eh..." ucapan Wiro terputus.
"Mengapa kau tidak meneruskan kata-katamu , Wiro" Apa kau
menyesal telah mengakui isi hatimu...?"
Lembar ke 50 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Bukan... Aku tidak menyesal. Dengar, aku pernah bermimpi
diatas kuburan..." lalu Wiro menceritakan mimpinya waktu dia
duduk ketiduran diatas batu hitam di pekuburan Batuwungkur.
Bunga tertawa lebar mendengar cerita itu lalu ulurkan kedua
tangannya memegang jari-jari sang pendekar. Wiro angkat kedua
tangan si gadis, menciumnya berulang-ulang. "Aku tak mau berpisah
lagi denganmu Bunga..." bisik Wiro lalu mendekap sang dara eraterat ke dadanya. Wiro lalu merasakan Bunga membalas rangkulannya itu. Keduanya hanyut dalam perasaan yang seolaholah menjadi satu. Walau mereka berpeluk dan berciuman, namun
dihati sang Pendekar 212 sama sekali tidak ada gejolak hawa nafsu.
Sentuhan cinta kasih yang tulus lebih menggema di dalam tubuh dan
aliran darahnya.
"Bunga..," bisik Wiro.
"Wiro...," balas berbisik Bunga.
"Kita tidak akan berpisah lagi bukan...?"
"Apa yang kau inginkan itu juga menjadi keinginanku, Wiro.
Tapi saat ini..."
"Jangan katakan tapi, Bunga. Aku akan membawamu pada
guruku di Gunung Gede. Lalu aku akan menemui orang tuamu.
Aku..." Jari-jari tangan Bunga menempel di atas mulut Pendekar 212
hingga Wiro tidak bisa meneruskan ucapannya.
"Saat ini aku harus pergi Wiro. Sebentar lagi hari akan pagi.
Ada sesuatu yang harus kulakukan..."
Bunga melepaskan pelukannya. Lalu cepat sekali dia melompat ke punggung kuda putih.
"Bunga..." Wiro hendak mengejar. Lalu didengarnya gadis itu
berkata, "Jika kau ingin bertemu lagi datanglah ke kedai Aki Sukri
tiga malam di muka. Aku menunggumu di sana... Saat ini
bagaimanapun tulusnya perasaanmu padaku, janganlah mengejar
atau mengikutiku. Berjanjilah Wiro..."
Lembar ke 51 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Aku berjanji Bunga. Demi cintaku padamu..."
"Dan cintaku padamu..." sahut Bunga.
"Ah! Jadi... kau juga mencintaiku Bunga...?" Tanya Wiro.
"Aku... aku tidak bisa menipu perasaanku sendiri. Aku tak
mungkin melawan kodrat..." jawab sang dara lalu mengusap leher
kudanya dan tinggalkan tempat itu.
Wiro merasakan kesejukan dalam dirinya mendengar kata-kata
itu. Dia mengikuti kepergian Bunga dengan pandangan mata dan
senyuman sampai akhirnya sang dara lenyap dikejauhan dalam
kegelapan malam yang menjelang pagi itu.
* * * Lembar ke 52 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
SEPULUH SORE ITU SUNTINI dan suaminya duduk bersama Menak
Tunggoro sang ayah sambil menikmati teh manis hangat di langkan
samping rumah besar kediaman mereka.
"Ayah, kami berdua benar-benar gembira melihat ayah kembali
berkumpul lagi di rumah besar ini..." berkata Suntini.
Menak Tunggoro tersenyum.
"Besar kegembiraan kalian berdua, lebih besar lagi rasa
gembiraku, Suntini..."
"Lalu apakah lusa ayah akan menghadap Adipati untuk
menerima jabatan yang ditawarkan beliau...?" yang bertanya adalah
Sadewo, sang menantu.
"Itu yang masih jadi pikiranku. Kalau aku datang berarti
setengahnya aku bisa dianggap sudah menerima jabatan itu. Padahal
rasanya aku belum siap..."
"Diterima atau tidak sebaiknya ayah tetap datang. Paling tidak
ayah sudah menghormati tawaran dan menghormati Adipati."
"Ucapan Kangmas Sadewo memang betul ayah. Ayah harus ke
sana menmui Adipati. Mungkin ayah perlu bertukar pikiran dengan
beliau..."
Menak Tunggoro tertawa dan memegang tangan anak
perempuannya itu. "Sudah maghrib..." katanya. "Aku harus
sembahyang dulu..."
Orang tua ini berdiri. Sesaat dia ingat sesuatu. "Ayah melihat
banyak orang berjaga-jaga di sekitar rumah kita ini. Ada apakah?"
Menak Tunggoro berpaling pada menantunya.
"Tidak ada apa-apa, ayah. Sekedar untuk berjaga-jaga dari
maling saja..." jawab sang menantu.
Lembar ke 53 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Ah, sudah banyak maling rupanya di pinggiran kota ini!?"
Menak Tunggoro mengangguk-angguk lalu masuk ke dalam.
* * * Udara malam itu terasa panas. Di atas ranjang di dalam kamar
mereka, suami istri Suntini dan Sadewo tengah bermesraan.
"Setiap kau terlambat datang bulan, aku selalu merasa gembira
karena mengira kita bakal dikaruniai anak... Ternyata sampai saat ini
masih belum..." berkata Sadewo sambil mengelus perut istrinya yang
putih. Suntini menggeliat kegelian. Dia merangkul tubuh suaminya
erat-erat dengan tangan dan kakinya. Ketika dia menaikkan
kepalanya, tak sengaja dia memandang ke arah jendela yang
hordengnya tersingkap. Saat itulah dia melihat ada sosok seseorang
memperhatikan ke arah dalam kamar. Langsung wajah Suntini
menjadi pucat dan sekujur tubuhnya bergeletar.
Mula-mula Sadewo mengira tubuh istrinya bergeletar karena
rangsangan birahi. Namun ketika dilihatnya kedua mata Suntini
melotot ke arah jendela kamar dan mulutnya bergerak-gerak tapi tak
ada suara yang keluar, Sadewo cepat berpaling ke arah yang
dipandang istrinya.
"Dia.. dia datang lagi..." bisik Suntini. Suaranya seperti kelu.
Lelaki itu serta merta melompat dan mengenakan pakaiannya
dengan cepat. Sebuah kelewang yang tergantung di dinding kamar di
sambarnya. Lalu dia membuka pintu dan lari keluar.
"Mas Sadewo! Jangan tinggalkan aku mas! Aku takut!" teriak
Suntini. Tapi Sadewo terus lari keluar. Saat itu sosok yang tadi tegak di
luar jendela sudah lenyap. Sadewo lari ke langkan depan rumah
Lembar ke 54 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
dimana terdapat kentongan kayu. Kentongan itu dipukulnya berulang
kali sampai enam orang lelaki bertubuh tegap muncul dihadapannya.
"Lekas siapkan obor dan kuda! Makhluk itu muncul lagi!
Malam ini kita harus membuatnya kapok! Membunuhnya!"
"Tapi kalau makhluk itu makhluk halus seperti katamu 'den,
bagaimana mungkin kita bisa membunuhnya"!" tanya salah seorang
yang datang menghadap.


Wiro Sableng 055 Misteri Dewi Bunga Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Diam! Kau tahu apa! Turut saja perintah! Ki Dukun telah
mengatur segala sesuatunya! Kita tinggal menjalankan! Lekas
siapkan obor dan kuda!" teriak Sadewo marah.
Enam orang itu segera berlalu. Tak lama kemudian mereka
kembali membawa tujuh ekor kuda dan tujuh buah obor menyala.
Sadewo melompat ke atas salah seekor kuda, mengambil
sebuah obor lalu memberi isyarat agar enam orang pembantunya
mengikutinya. Sadewo memimpin rombongan berkuda itu menuju bagian
pinggir selatan kota.
"Masih belum kelihatan den. Apa raden merasa pasti makhluk
itu lari ke jurusan sini?"
"Ki Dukun yang berkata begitu..." sahut Sadewo. Dia memacu
kudanya terus. Tak lama kemudian mereka memasuki satu jalan
menurun. Di depan mereka terdapat sebuah jembatan bambu yang
melintang di atas sebuah jurang dalam. Dulunya jurang itu
merupakan sebuah aliran sungai. Namun karena tidak dialiri air lagi,
sungai dalam itu berubah menjadi jurang.
"Raden!" tiba-tiba salah seorang dari enam pembantu berteriak
seraya menunjuk ke depan. "Lihat, Raden! Makhluk itu ada di depan
sana!" Semua kepala dipalingkan ke arah yang ditunjuk. Memang
benar. Di depan sana, beberapa belas tombak dari jembatan bambu
Lembar ke 55 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
tampak penunggang kuda putih tegak tak bergerak seolah-olah
sengaja menunggu mereka.
"Kejar!" Perintah Sadewo. "Ingat! Begitu kalian berhasil
mengejar, tusukkan obor ini ke kepala dan tubuh orang itu! Dia pasti
kapok! Mati konyol dimakan api dan tidak akan mengganguku lagi!
Jalan!" Tujuh kuda melompat ke depan menuruni jalan menuju
jembatan bambu. Saat itu kuda putih di depan sana tampak bergerak
pula, melewati jembatan bambu dengan perlahan-lahan. Sepertinya
sengaja menunggu rombongan Sadewo di sebelah belakang. Ketika
melewati jembatan bambu, orang berkuda putih keluarkan sebuah
benda dari sebuah kantong dekat leher kuda. Ternyata segulung tali
besar yang ujungnya ada kaitan besinya. Tali ditebar dan diputarputar. Sesaat akan keluar dari jembatan bambu, tali itu melesat ke
bawah dan besi pengaitnya bergelung di sebuah tiang bambu yang
menjadi pusat daya tahan berat jembatan.
Di sebelah belakang tujuh penunggang kuda menderu di atas
jembatan. Saat itulah penunggang kuda putih keluarkan tawa
cekikikan. Dia menggebrak kuda tunggangannya. Kuda putih itu
melompat kencang. Tali berkait besi tersentak dan langsung menarik
tiang bambu di kolong jembatan. Begitu tiang berderak patah, tak
ampun lagi goyahlah bambu-bambu penopang lainnya. Jembatan
bambu itu langsung runtuh berderak. Tujuh peunggang kuda
bergemuruh jatuh ke dalam jurang. Suara ringkik kuda dan suara
jeritan tujuh orang itu menjadi satu merobek kesunyian malam
secara teramat mengerikan.
Lalu sunyi. Penunggang kuda putih campakkan tali yang
dipegangnya ke tanah. Dia berlalu sambil menabur tawa cekikikan
penuh kepuasan!
* * * Lembar ke 56 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
SEBELAS SORE TADI JENAZAH Raden Sadewo dan enam orang lelaki
yang menjadi korban jatuh ke dalam jurang telah dimakamkan. Atas
permintaan istrinya, jenazah tidak dikubur di pemakaman Batuwungkur yang terletak cukup jauh dari Sleman tempat kediaman
almarhum, tapi dimakamkan di pekuburan Kebalentoro di tenggara
kota. Malam itu suasana di gedung kediaman Menak Tunggoro
kelihatan sunyi senyap. Hanya sebuah lampu minyak saja yang
tampak menyala di bagian belakang rumah besar. Penghuninya
mungkin telah lelap keletihan karena siangnya melakukan berbagai
upacara sampai saat terakhir pemakaman Raden Sadewo.
Dalam kesunyian dan kegelapan itu tiba-tiba tampak jendela
bekas kamar almarhum terbuka. Lalu satu sosok menyelinap keluar,
bergegas menuju halaman belakang. Disini dia masuk ke dalam
kandang kuda. Tak lama kemudian orang tadi tampak keluar sambil
menuntun seekor kuda. Di luar halaman rumah besar baru dia naik
ke punggung kuda dan memacu binatang itu ke arah barat Sleman.
Ki Dukun Sambarekso tersentak kaget dari tidurnya ketika ada
yang mengetuk pintu rumahnya keras sekali. Dia terduduk di tepi
ranjang dan memasang telinga. Suara ketukan itu kini dibarengi oleh
suara orang memanggil.
"Ki Dukun! Lekas buka pintu! Aku perlu bicara denganmu! Ki
Dukun Sambar! Buka Pintu!"
Itu suara perempuan!
Orang tua hampir tujuh puluh tahun ini tapi masih bertubuh
kekar bangkit dari ranjangnya, bergegas keluar kamar. Setelah
menyalakan lampu minyak di ruangan depan dia langsung membuka
pintu. Begitu pintu terbuka, sebatang golok tahu-tahu sudah
Lembar ke 57 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
melintang di tenggorokannya! Membuat dia melangkah mundur
ketakutan dan akhirnya punggungnya tertahan dinding rumah.
"Den ayu Suntini..." desis Ki Dukun ketika dia mengenali siapa
adanya yang menempelkan golok ke lehernya. "Kau datang malammalam begini dan mengancamku dengan sebilah golok, ada
apakah..."!"
"Kau tahu suamiku meninggal karena kecelakaan masuk
jurang"!" sentak perempuan yang memegang golok yang ternyata
adalah Suntini, puteri Menak Tunggoro, bekas istri almarhum
Sadewo. "Aku tahu, den ayu..."
"Kejadian itu adalah karena kesalahamu!"
"Ke... kesalahanku" Aku tidak mengerti"!"
"Kau akan mengerti kalau lehermu sudah ku sembelih!"
"Tunggu! Jangan den ayu...! Jangan menuduhku begitu..."
"Jangan berani berdusta! Beberapa waktu lalu suamiku pernah
datang padamu meminta petunjuk...."
"Betul den ayu. Itu memang betul. Dia memberi tahu adanya
gangguan atas dirimu dan dirinya sejak tiga bulan terakhir ini. Aku
memberi perunjuk dan sebuah jimat untuk keselamatan..."
"Dan karena petunjuk serta jimatmu itu suamiku mati masuk
jurang bersama enam pembantunya! Kau harus tebus nyawa
suamiku dengan nyawa tua bangkamu!" Golok ditangan Suntini
menekan. Ki Dukun terpekik dan darah mengucur dari luka di
lehernya. "Den ayu... jangan... jangan bunuh diriku. Kurasa... kurasa
suamimu melakukan kesalahan. Jangan-jangan dia melakukannya
tidak sesuai petunjukku...."
"Tidak sesuai petunjuk bagaimana..."!" sentak Suntini.
Lembar ke 58 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Waktu suami den ayu datang terakhir aku pernah
memesankan, jika dia hendak menghadapi si penggangu, dia musti
berada dalam keadaan suci..."
"Suci" Suci bagaimana...?"
"Dirinya harus dalam keadaan bersih. Kalau sebelumnya dia
perhan berhubungan badan dengan den ayu maka dia harus mandi
basah lebih dulu. Kalau tidak... itulah bahayanya..."
"Kau dusta! Kau sengaja mencari dalih agar bisa cuci tangan!
Biar kubunuh kau saat ini juga!"
"Kalau kau bunuh diriku, berarti kau tak akan pernah bebas
dari si pengganggu itu! Aku masih ada cara lain untuk menolongmu
den ayu!" tiba-tiba Ki Dukun berkata.
Suntini yang hendak menekankan goloknya dalam-dalam ke
leher si orang tua urungkan niatnya. Dengan mendelik dia
membentak, "Apa yang ada dalam otakmu, Ki Dukun"!"
"Aku punya senjata rahasia bernama Pisau Daun Sirih. Dengan
senjata itu kau bisa menyingkirkan si penggangu. Asal kau mau dan
benar-benar mengikuti petunjukku..."
"Baik kuberi kau kesempatan sekali lagi. Jika tidak berhasil
jangan harap kau bisa lolos dari kematian!" Suntini turunkan
tangannya yang memegang golok. Ki Dukun merasa lega. Sepasang
mata orang tua itu tiba-tiba tampak berkilat seperti memancarkan
sesuatu. Pandangannya menembus ke mata Suntini.
"Ada satu syarat yang harus kau penuhi terlebih dulu den
ayu..." kata Ki Dukun perlahan.
"Jangan takut, kalau berhasil pasti akan kuberi hadiah uang!"
"Tidak, bukan uang. Ku inginkan dirimu..." Dari mata Ki
Dukun menyambar kembali kilatan cahaya aneh itu. Seperti orang
terkena sihir Suntini hanya diam saja ketika si orang tua mulai
membukai pakaiannya. Di lain saat perempuan muda ini sudah
Lembar ke 59 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
berada dalam keadaan polos dan mengikuti saja ketika Ki Dukun
membimbingnya ke dalam kamar!
* * * Lembar ke 60 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
DUA BELAS MATAHARI BARU SAJA tenggelam ketika Wiro masuk ke dalam
kedai. Aku Sukri si pemilik kedai segera mendatanginya dan hendak
mengatakan sesuatu. Tapi Wiro cepat memegang bahu Aki Sukri,
menekannnya sedikit hingga pemilik kedai itu mengerenyit kesakitan.
"Aku tahu kau tidak suka melihat kedatanganku. Tapi jangan
banyak bicara. Ini uang. Terima!" berkata Wiro lalu masukkan dua
keping uang ke dalam saku si pemilik kedai.
Mau tak mau Aki Sukri menerima saja uang itu lalu bertanya,
"Kau tidak ingin memesan makanan atau minuman?"
"Tidak, aku akan menunggu seorang sahabat! Nanti saja kalau
dia sudah datang..." jawab Wiro.
"Sahabat yang kau maksudkan itu, apakah dia dara temo hari"
Yang katamu bergelar Dewi Bunga Mayat?" tanya Aki Sukri dengan
wajah berubah. "Siapa dia kau tak usah tahu. Lihat saja nanti siapa yang
datang!" habis berkata begitu Wiro lalu duduk di sudut kedai yang
agaknya kegelapan.
Malam terasa merayap sangat perlahan. Sampai menjelang
tengah malam Wiro masih duduk di tempatnya dalam keadaan
terkantuk-kantuk. Dan orang yang ditunggunya masih belum
muncul. Aki Sukri mendatangi sang pendekar lalu berkata, "Maafkan,
aku bukan mengusir. Tapi kedai ini sudah mau kututup, anak
muda..." "Orang yang kutunggu masih belum datang. Tunggu sebentar
lagi, Aki..."
Aki Sukri keruk saku bajunya dan keluarkan dua keping uang
yang tadi diberikan Wiro, lalu letakkan di atas meja.
Lembar ke 61 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Ini uangmu. Ambil kembali dan pergi dari sini..."
Pendekar 212 tersenyum. Dengan tangan kirinya didorongnya
pemilik kedai itu seraya berkata, "Orang yang ku nanti sudah datang.
Kau tak usah menceloteh lagi, Aki. Siapkan dua kopi hangat..."
Aki Sukri berpaling ke arah pintu. Saat itu dilihatnya seorang
dara berwajah cantik berpakaian putih
melangkah masuk, melangkah menuju sudut dimana Wiro menunggu sambil berdiri.
Pemilik kedai ini mengenali dan ingat betul, dara ini adalah dara yang
tempo hari datang ke kedainya, yang menurut si anak muda bergelar
Dewi Bunga Mayat! Betul dia rupanya yang datang! Penuh rasa takut
Aki Sukri menyiapkan dua cangkir kopi.
"Kau pasti sudah kesal karena lama menunggu..." kata Bunga
lalu duduk dekat-dekat di samping Wiro.
Pendekar 212 pegang tangan Bunga dan menjawab, "Seratus
tahunpun aku bersedia menunggumu. Aku tahu kau pasti akan
datang Bunga. Aku sudah memesan kopi panas untuk kita berdua..."
"Aih aku tidak pengopi. Tapi tak apa. Malam ini malam
istimewa bagi kita berdua. Aku akan minum kopi hangat
bersamamu..."
"Setuju! Malam ini malam istimewa bagi kita berdua. Kau mau
aku memesan makanan...?"
"Tidak usah. Kopi saja sudah cukup..."
"Apakah kau baik-baik saja selama beberapa hari ini?" tanya
Wiro. "Ya... ya. Kau sendiri bagaimana?" balik bertanya Bunga.
"Ah, aku selalu ingat-ingat dirimu. Susah kalau sudah jatuh
cinta begini...!"
Wiro lantas tertawa sedang wajah Bunga tampak kemerahan.
Wiro angkat tangan kanan si gadis yang dipegangnya lalu diciumnya
berulang kali. Saat itu terdengar suara orang berdehem.
Lembar ke 62 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Aki Sukri datang membawa dua cangkir kopi. Wiro tersipu
malu, Bunga tundukkan kepala. Dua cangkir kopi diletakkan di atas
meja.

Wiro Sableng 055 Misteri Dewi Bunga Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bunga aku punya satu rencana besar..."
"Rencana besar apa, Wiro?"
"Rencana ini ada kaitanya dengan hubungan kita..."
"Hem... katakan maksudmu..."
"Aku akan menemui orang tuamu!"
"Eh, untuk keperluan apa"!" tanya Bunga heran.
"Aku hendak melamarmu!" jawab Pendekar 212 tanpa tedeng
aling-aling. Tentu saja Bunga jadi terkejut. Dia seperti hendak tertawa
gelak-gelak, namun akhirnya gadis jelita ini tundukkan kepala.
"Aku... aku sekarang baru sadar kalau kau memang
bersungguh-sungguh..." ucap Bunga perlahan.
"Astaga! Apa kau kira selama ini aku mempermainkanmu"
Katakan, kapan aku bisa ketemu kedua orang tuamu. Besok..." Eh,
rumahmupun aku belum tahu! Bagaimana ini"!" Wiro memandang
lekat-lekat ke wajah jelita itu.
"Ibuku sudah lama meninggal Wiro...."
"Maafkan aku..." kata Wiro lalu garuk-garuk kepala. "Tapi
ayahmu masih ada 'kan?"
Bunga mengangguk.
"Kalau begitu aku akan menemuinya. Bolehkah...?"
Bunga menatap paras pemuda itu sesaat, lalu mengangguk
perlahan. Wiro kembali meremas dan menciumi tangan kanan Bunga.
Hatinya berbunga-bunga. Dadanya seperti mau meledak karena
kegirangan. "Sekarang katakan di mana rumahmu..." bsisk Pendekar 212.
"Kapan kau mau datang, Wiro...?"
Lembar ke 63 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Makin lekas makin baik. Besok...?"
"Datanglah ke Sleman. Cari rumah Raden Menak Tunggoro. Itu
ayahku..."
"Raden Menak Tunggoro. Nama hebat! Ayahmu pasti seorang
yang hebat!" kata Wiro pula. "Lalu namamu sendiri siapa" Kalau aku
ketemu ayahmu, aku harus bilang mau bertemu siapa...?"
Sang dara tersenyum. "Namaku Suci..." bisiknya ke telinga
Wiro. "Suci... Nama bagus. Nama indah sekali..." ujar Wiro. Lalu
diciumnya kembali jari-jari tangan sang dara. "Eh, sebaiknya kita
teguk kopi ini. Jangan sampai dingin..."
Suci ulurkan tangan memegang cangkir. Wiro melakukan hal
yang sama. Sesaat sebelum sepasang muda mudi yang dilanda cinta
ini mendekatkan cangkir ke bibir masing-masing dan meneguk kopi
hangat itu, tiba-tiba mereka mendengar suara sesuatu di atap kedai.
"Aku mendengar suara sesuatu berdesing berputar-putar di
atas atap..." ujar Pendekar 212 sambil turunkan cangkir dan
meletakkannya di atas meja sementara Bunga masih memegangi
cangkir kopinya di depan dada.
"Aku juga mendengar..." menjawab Bunga. Wajahnya jelas
tampak berubah.
"Aku mencium bau seperti kemenyan terbakar..." bisik Wiro
lagi. "Aku juga mencium bau itu..." bisik Bunga. Suaranya bergetar.
Tiba-tiba suara mendesing itu terdengar tambah nyaring lalu
sebuah benda menerobos atap kedai yang terbuat dari rumbia! Benda
ini langsung melesat ke arah kepala Bunga yang duduk di samping
Wiro. Bunga melompat berdiri. Cangkir di tangan kanannya terlepas.
Kopi hangat menyirami dada, perut dan bagian bawah kebaya
putihnya. Melihat bahaya besar mengancam Bunga, Pendekar 212
Lembar ke 64 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
cepat dorong gadis itu ke samping lalu tangan kanannya
dihantamkan ke atas benda yang menukik melesat dari atas atap!
Sinar putih berkiblat menyilaukan. Kedai itu seperti diamuk
gempa dan hawa panas laksana membakar. Tidak tanggung-tanggung
Wiro telah lepaskan pukulan 'sinar matahari' demi menyelamatkan
orang yang dicintainya.
Atap kedai jebol dan terbakar karena hantaman sinar matahari.
Benda yang tadi melesat terpental kesamping dan jatuh tergeletak di
atas meja. Meskipun sanggup dibuat mental tapi ternyata benda itu
tidak patah atau hancur, apalagi leleh dihantam pukulan 'sinar
matahari'. Wiro dan bunga memandang membelalak pada benda di
atas meja itu. Benda ini adalah sebuah pisau aneh, badan dan
matanya berbentuk daun sirih. Kelihatannya terbuat dari tembaga
merah yang seluruh badannya penuh ukiran tulisan-tulisan aneh.
Pada gagangnya yang juga terbuat dari tembaga terikat sehelai kain
putih. Di dalam kain putih ini terdapat beberapa keping kemenyan!
Inilah Pisau Daun Sirih kiriman Ki Dukun Sambarekso!
Kedua muda-mudi itu baru sadar ketika mereka mendengar
pekik jerit Aki Sukri yang kalang kabut mendapatkan kedainya
terbakar. "Bunga..." Wiro pegang lengan gadis itu, "cepat keluar dari
tempat ini..." Lalu dipagutnya pinggang sang dara. Sebelum lari
keluar kedai, Bunga masih sempat menyambar Pisau Daun Sirih
diatas meja. Di satu tempat di halaman belakang kedai keduanya berhenti
berlari dan memandang ke arah kedai Aki Sukri yang terbkaar akibat
hantaman pukulan 'sinar matahari'
"Kasihan pemilik kedai itu. Aku harus mengganti kerugiannya..." Karena tak ada jawaban dari Bunga, Wiro berpaling.
Saat itu dilihatnya si gadis berdiri tidak bergerak. Kedua matanya
Lembar ke 65 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
terpejam. Pisau Daun Sirih yang dipegangnya di tangan kanan
diangkat ke depan mulutnya lalu Bunga meniup tiga kali.
"Eh, apa yang tengah kau lakukan Bunga...?" tanya Wiro.
Bunga mengangkat Pisau Daun Sirih tinggi-tinggi di atas
kepalanya. Lalu terdengar dia membentak, "Pergi! Kembali ke asalmu!
Minum darah asal leluhurmu!"
Habis membentak begitu, Bunga lemparkan Pisau Daun Sirih
ke udara. Senjata iu melesat dan lenyap dalam kegelapan malam!
"Wiro, kita berpisah disini..." terdengar Bunga berucap.
"Eh... Aku..."
"Besok kau akan datang ke rumahku, bukan?"
"Ya, tapi malam ini..."
"Aku harus pergi Wiro," kata Bunga pula lalu memeluk
Pendekar 212. keduanya saling berangkulan seperti tidak mau
dipisahkan lagi. Peluk rangkul dan kecupan saling bergantian
sementara di sebelah sana Aki Sukri masih kalang kabut berusaha
memadamkan api yang membakar kedainya.
* * * Ki Dukun Sambarekso tersentak dari samadinya. Telinganya
menangkap suara mendesing dikejauhan. Makin keras, makin keras
tanda tambah dekat. Sesaat dia mengenali suara desingan itu,
pucatlah wajah sang dukun, dia melompat sambil berseru keras.
"Pergi! Pergi! Bukan disini sasaranmu! Bukan disini asalmu!
Bukan disini leluhurmu! Pergi!"
Suara berdesing semakin keras. Lalu terdengar suara jebolnya
atap bangunan disusul melesatnya sebuah benda! Benda ini langsung
Lembar ke 66 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
mengarah Ki Dukun. Si orang tua menjerit keras untuk kedua
kalinya. "Pergi!" teriaknya. "Bukan disini asalmu! Bukan disini
sasaranmu. Bukan... aakhhhhh!!!"
Pisau daun sirih menancap di tenggorokan ki dukun
sambarekso. Tubuhnya langsung roboh terjengkang. Kedua kakinya
kelojotan beberapa kali. Lalu diam tak berkutik lagi. Orang tua
tukang santet ini menemui ajal dengan mata mendelik. Darah
mengucur dari tenggorokannya yang ditembus senjata rahasia
miliknya sendiri. Anehnya darah ini tidak berwarna merah tetapi
hitam pekat! * * * Lembar ke 67 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
TIGA BELAS SORE ITU DENGAN PAKAIAN sangat bersih dan rapi Pendekar
212 Wiro Sableng berangkat ke Sleman. Tidak sulit baginya mencari
rumah kediaman Raden Menak Tunggoro. Seorang pelayan muda
menemuinya dan menanyakan maksud kedatangannya.
"Namaku Wiro Sableng. Aku datang dari jauh guna menemui
Raden Menak Tunggoro. Apakah beliau ada di rumah...?"
"Majikan saya memang ada di rumah. Bisakah saya
menanyakan maksud kedatangan raden...?" tanya si pelayan pula.
"Aku hem... Aku datang untuk melamar anaknya," jawab Wiro
polos. Terkejutlah si pelayan. "Melamar anaknya...?" dia mengulang.
"Betul! Melamar anaknya!"
"Ah, pemuda ini pasti gendeng. Den ayu Suntini baru kemarin
ditinggal mati suaminya. Kini dia datang melamar!" berkata si
pelayan dalam hatinya. Tapi dia meminta agar sang tamu menunggu.
Dia akan menemui Raden Menak Tunggoro untuk memberi tahu
kedatangannya. Akan Raden Menak Tunggoro yang saat itu masih berada dalam
suasana berkabung dan sangat letih tentu saja sangat terkejut
mendengar penjelasan sang pelayannya.
"Orang gila dari mana yang kesasar ke rumah ini!" katanya
jengkel. Tapi dia keluar juga dari kamarnya menuju ruang depan.
Pendekar 212 Wiro Sableng menjura memberi hormat.
"Apakah saya berhadapan dengan Raden Menak Tunggoro?"
Wiro menyapa dengan sopan.
"Betul. Siapa engkau anak muda" Pelayan mengatakan bahwa
engkau datang hendak melamar anakku"!"
Wiro tersenyum dan garuk-garuk kepalanya.
Lembar ke 68 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Memang betul begitu. Harap maafkan kalau saya berlaku
lancang. Sebelumnya saya sudah bicara dengan putri bapak. Dia
menyetujui agar saya datang kemari menemui bapak untuk
meyampaikan lamaran..."
Raden Menak Tunggoro menatap pemuda dihadapannya lamalama lau berkata, "Putriku Suntini maksudmu...?"
Wiro menggeleng.
"Bukan, bukan yang bernama Suntini. Tapi Bunga..." kata Wiro
pula. "Bunga..." Tak ada anak gadisku yang bernama seperti itu..."
"Ah," Wiro tepuk keningnya. "maksud saya Suci..." katanya
cepat. Berubahlah paras Menak Tunggoro. "Suci...?" desisnya
mengulang. Kedua matanya kini memandangi Wiro dari kepala
sampai ke kaki. "Kau tidak keliru, anak muda...?"
"Maksud bapak, tidak ada gadis yang bernama Suci disini...?"
"Anak muda, masuklah..." Menak Tunggoro memegang bahu
Wiro, mengajaknya masuk ke dalam dan mempersilakannya duduk di
ruangan tamu. Wiro memandang berkeliling. Lalu berpaling pada Menak
Tunggoro. "Bapak belum menjawab pertanyaan saya tadi. Betul tak
ada..." "Kapan kau bertemu dengan Suci" Katamu kau sebelumnya
sudah bicara dengan dia..." Menak Tunggoro memotong ucapan Wiro.
"Malam tadi. Di kedai Aki Sukri. Apakah dia tidak
menceritakan pada bapak bagaimana dirinya hampir saja jadi korban
senjata rahasia..."
"Tunggu dulu anak muda. Coba kau katakan sekali lagi! Kau
bertemu dengan Suci malam tadi di kedai Aki Sukri. Betul begitu"!"
Lembar ke 69 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Betul!" jawab Wiro. Dia mulai tidak mengerti ucapan-ucapan
dan pertanyaan orang di hadapannya ini.
"Apakah sebelumnya... kau juga pernah bertemu dengan
Suci...?" "Beberapa kali. Dia gadis hebat. Kepandaiannya luar biasa. Dia
sanggup membunuh lawan hanya dengan setangkai bunga kenanga!
Itu yang membuat saya kagum. Tidak heran kalau orang-orang
menyebutnya dengan gelaran Dewi Bunga Mayat...!"
"Hah!" Menak Tunggoro terlompat dari kursinya. "Suci..." desis
orang tua ini. "Bagaimana mungkin..."!"
"Apa yang bagaimana mungkin, bapak?" tanya Wiro pula.
"Tidak mungkin anak muda. Tidak mungkin kau telah bertemu
dengan anakku Suci. Tidak mungkin dia yang dijuluki Dewi Bunga
Mayat itu..."
"Saya tidak berdusta bapak. Atau apakah saya perlu
bersumpah"!" tanya Wiro lagi. "Saya benar-benar tidak mengerti
semua ucapan-ucapan bapak...."
"Tentu! Pasti kau tidak mengerti anak muda. Aku juga tidak
mengerti! Karena Suci anakku telah meninggal dunia tiga bulan lalu!"
"Apa"!" kini Pendekar 212 yang tersentak kaget dan terlompat
dari kursinya. "Bapak bergurau agaknya...?"
Menak Tunggoro menutup wajahnya dengan kedua telapak
tangan. Kepalanya degeleng-gelengkan beberapa kali.
"Aku tidak bergurau anak muda! Aku juga tidak berdusta. Ya
Tuhan.... Mengapa semua ini bisa terjadi" Dosa apa yang aku buat
sehingga nasib anak-anakku tidak karuan begini rupa.."!"
"Bapak..." Wiro tak bisa meneruskan kata-katanya. Dia
melangkah ke pintu. "Orang tua ini mungkin saja berdalih karena
tidak suka aku menjadi suami anaknya. Tapi aku melihat keanehan
dibalik semua ini..."
Lembar ke 70 dari 78 lembar


Wiro Sableng 055 Misteri Dewi Bunga Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Saat itu tiba-tiba Menak Tunggoro berdiri. "Anak muda, jika
kau tidak percaya mari ikut aku. Aku akan antarkan kau ke kubur
puteriku itu!"
Wiro mengerenyit. "Katakan dimana Suci dikubur kalau dia
memang betul-betul sudah meninggal dunia..."
"Di pekuburan Batuwungkur!" jawab Menak Tunggoro.
Wiro Sableng terbelalak.
"Kalau begitu memang perlu kita kesana sekarang juga
sebelum hari malam. Kau harus membuktikan. Kau harus
menunjukkan kuburnya!"
Suara Wiro bergetar. Tengkuknya mendadak saja menjadi dingin dan sekujur tubuhnya keringatan.
Ketika dia membalik mendahului keluar dari ruangan itu, dia
melihat seorang lelaki tua melangkah terbungkuk-bungkuk menuruni
tangga langkan depan rumah besar. "Orang tua itu.... Aku tahu dia
sejak tadi mendengarkan pembicaraan. Siapa dia...?" bertanya Wiro
dalam hati. Selagi dia tegak dengan kepala penuh tanda tanya seperti itu,
Menak Tunggoro muncul diatas kereta terbuka. Dia memberi isyarat
pada Wiro agar lekas naik. Lalu setelah Wiro naik, kusir segera
mencambuk kuda penarik kereta. Saat itu sang surya bersinar merah
keemasan tanda tak lama lagi akan segera tenggelam.
* * * Lembar ke 71 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
EMPAT BELAS Roda-roda kereta bergemeletakan ketika memasuki tanah
pekuburan Batuwungkur. "Berhenti di sini!" kata Menak Tunggoro.
Lalu turun dari kereta sementara Wiro sudah melompat duluan.
Dadanya berdebar keras seolah-olah ada sesuatu yang hendak
meledak dari dalam!
Menak Tunggoro memberi isyarat agar mengikutinya di
hadapan sebuah makam yang ditumbuhi sepokok pohon kemboja
kecil orang tua ini berhenti.
Astaga! Wiro segera mengenali, itu adalah makam dimana dia
pernah melihat Bunga berdiri lalu lenyap diantara bayang-bayang
kabut malam. Batu hitam yang pernah didudukinya juga ada disitu.
Matanya bergerak ke arah papan nisan yang mulai lapuk. Lutut
Pendekar 212 goyah ketika matanya melihat tulisan hitam
bertuliskan Suci di papan nisan itu!
"Bapak..." Wiro berpaling ke arah Menak Tunggoro.
"Kalau kau tanyakan bagaimana ini bisa terjadi akupun tak
tahu jawabannya..."
"Tapi bagaimana saya bisa percaya kalau ini benar-benar
makam Suci. Lalu siapa gadis yang saya temui selama ini..." Gadis
cantik berkebaya putih..."
"Itulah pakaian yang dikenakannya ketika dia meninggal!" kata
Menak Tunggoro. "Sesuai pesannya, dia minta agar dikubur dalam
peti dengan kebaya putih dan celana panjang putih lalu baru
digulung dengan kain kafan. Ini bukan kebiasaan menguburkan
jenazah seperti itu. Tapi Suci sendiri yang berpesan begitu..."
"Bapak... Kau mengizinkan kalau makam ini dibongkar" Saya
hanya ingin melihat bahwa jenazah didalamnya benar-benar Suci..."
Lembar ke 72 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Aku tidak mengizinkan makam anakku dibongkar. Demi
Tuhan tak ada seorangpun yang boleh melakukan hal itu!" kata
Menak Tunggoro setengah berteriak.
"Kalau begitu biarlah aku pergi saja. Biar semua kejadian ini
berpangkal dan berujung pada keanehan! Kenaehan yang tidak
pernah terungkap....."
Wiro berbalik dan ketika dia hendak melangkah didengarnya
Menak Tunggoro berkata, " Tunggu... Aku akan panggilkan penggalipenggali makam...!" Lalu orang tua itu berseru memanggil kusir
kereta. Tak lama kemudian tiga orang penggali makam datang ke
tempat itu. Dua orang membawa pacul, datu membawa sendokan
besar seperti sekop. Sementara sang surya sudah hampir masuk ke
ufuk tenggelamnya. Daerah pekuburan Batauwungkur mulai
temaram. "Lekas gali sebelum malam turun!" ujar Wiro pada tiga
penggali. Dengan tangannya ikut menyibakkan tanah galian.
Tak! Salah satu pacul membentur benda keras.
Wiro tak tahan lagi. Dia segera terjun masuk ke dalam lobang
kubur. Sekop di tangan penggali kubur diambilnya lalu dia sendiri
melakukan penggalian dengan hati berdebar sampai akhirnya dia
melihat kayu penutup sebuah peti mati!
Dua orang penggali makam melompat ke atas. Menyusul
penggali yang ketiga. Ada satu keanehan yang membuat mereka
merasa ngeri ketika melihat penutup peti mati yang ternyata masih
dalam keadaan utuh, hanya rusak sedikit di beberapa sudut.
Kini tinggal Wiro sendirian dalam makam itu, dia mendongak
ke atas, pada Menak tunggoro.
"Bapak, izinkan saya membuka peti mati ini"!"
Lembar ke 73 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Menak Tunggoro tampak tegang. Lalu orang tua ini anggukkan
kepalanya. Di dalam kubur Wiro pergunakan sekop untuk menguit tepi kiri
peti mati. Karena beberapa bagian yang sudah lapuk, tidak sulit
membuka penutup peti mati itu. Begitu peti terbuka menebarlah bau
harum bunga kenanga! Wiro seperti terpukau. Tangannya gemetar,
lututnya goyah. Dikuatkan hatinya. Dibukanya tutup peti mati itu
lebih lebar, lebih lebar hingga akhirnya tersingkap keseluruhannya!
Menak Tunggoro dan tiga penggali kubur sama-sama keluarkan
seruan tercekat. Wiro sendiri untuk beberapa lamanya tertegun
seperti patung!
Dalam peti mati yang terbuka lebar itu kini terpampang satu
keanehan luar biasa yang sulit diterima akal. Sosok mayat di dalam
peti mati itu tampak utuh seperti seorang yang sedang tidur. Dan
sosok mayat ini adalah sosok mayat Suci! Wajahnya pucat tapi
kecantikannya tetap nyata. Dia mengenakan kebaya panjang dan
celana panjang putih. Disekitarnya berserakan robekan kain kafan
yang sudah melapuk.
Yang membuat Pendekar 212 Wiro Sableng terbelalak adalah
ketika dia melihat bagaimana pada dada, bagian perut dan bagian
sebelah bawah kebaya putih yang dikenakan mayat Suci jelas terlihat
bekas tumpahan kopi! Kopi yang tertumpah ketika malam tadi terjadi
serangan pisau daun sirih di kedai Aki Sukri!
"Suci..." bisik Wiro. "Keanehan atau keajaiban apa yang kau
berikan padaku. Aku tak percaya bahwa kau benar-benar sudah
tiada. Kalaupun itu memang kenyataan ketahuilah bahwa dirimu ada
dalam hatiku...." Wiro merasakan kedua matanya menjadi panas.
Kalau sebelumnya ada perasaan takut berada dalam kubur itu
dan menyaksikan mayat Suci, kini semua rasa takut itu lenyap tidak
berbekas. Diangkat tangannya, dipegangnya tangan Suci yang
bersilang di atas perut. Lalu ditundukkannya kepalanya untuk
Lembar ke 74 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
mencium kening dan kedua pipi Suci. Terakhir sekali dikecupnya
bibir mayat itu. Lalu terdengar suara isaknya. Inilah untuk pertama
kali dalam hidupnya Pendekar 212 menangis, sementara empat orang
di atas sana tampak bergidik melihat apa yang tadi dilakukan
pemuda itu. "Suci..." Wiro berbisik ke telinga mayat. "Aku akan pergi.
Tidurlah dengan tenang. Bagiku kau tak pernah mati. Aku membawa
cinta kasih kita yang berpadu rindu dalam diri ini kemanapun aku
pergi. Kalau aku rindu akan kucium bunga kenanga yang ada dalam
sakuku. Aku pergi Bunga... Aku pergi Suci..."
Wiro Sableng usap kedua matanya lalu tutupkan penutup peti
mati. Perlahan-lahan dia naik ke atas. Ketika sampai di atas hari
sudah gelap. Tiga penggali makam kembali bekerja. Kali ini untuk
menimbun tanah kubur yang tadi digali. Ketika pekerjaan itu selesai,
Menak Tunggoro memegang bahu sang pendekar lalu berkata.
"Sekarang kau melihat sendiri kenyataan ini, anak muda.
Kenyataan yang kita semua tak akan bisa mengerti. Inilah kekuasaan
Gusti Allah..." Orang tua itu diam sesaat. "Aku akan segera kembali
ke Sleman. Kau ikut...?"
"Terima kasih. Saya akan tetap disini malam ini..." jawab Wiro
pula. Menak Tunggoro diikuti tiga penggali makam tinggalkan tempat
itu. Kini tinggal Wiro sendirian, tegak termangu di hadapan Suci.
Tiba-tiba telinganya mendengar suara bergemerisik di sebelah kiri.
Sekali lompat saja murid Sinto Gendeng ini berkelebat ke arah
setumpukan semak belukar.
"Ampun! Jangan pukul diriku!" terdengar suara orang
berteriak. Wiro cekal leher pakaian orang itu. Ternyata dia adalah
orang tua bungkuk yang dilihat Wiro di gedung kediaman Menak
Tunggoro. Lembar ke 75 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Apa yang kau lakukan disini"!" bentak Wiro antara marah dan
heran. "Kau sengaja memata-matai diriku! Siapa yang menyuruh"!"
"Aku... Aku tidak memata-mataimu... juga tak ada yang
menyuruh..." berkata orang tua itu.
"Lalu apa maksudmu mengikut sampai kesini, sembunyi
dibalik semak belukar...?"
"Aku... aku bermaksud baik, anak muda. Ada sesuatu yang
ingin kuceritakan padamu. Aku... aku merasa kasihan padamu..."
"Tambah satu lagi keanehan di tempat ini!" ujar Wiro. "apa
yang hendak kau ceritakan padaku, orang tua?"
"Tentang riwayat orang yang kau cintai itu..."
Wiro pandang wajah tua keriput itu sesaat lalu berkata, "Kalau
kau memang punya cerita, ceritakanlah..."
"Aku bekerja sebagai pelayan di rumah Raden Menak Tunggoro
sejak lima puluh tahun lalu. Apa yang terjadi di rumah besar itu
kuketahui semuanya. Juga tentang kematian Suci tiga bulan yang
lalu. Dia mati tidak wajar...."
"Tidak wajar bagaimana?"
"Suci yang malang itu mati diracun oleh Sadewo atas suruhan
Suntini, adiknya sendiri..."
Tentu saja Wiro jadi terkesiap mendengar keterangan itu.
Untuk beberapa lamanya dia tidak bisa berkata apa-apa sampai si
orang tua bungkuk meneruskan ceritanya.
"Sebenarnya Suci bukan anak kandung Raden Menak
Tunggoro. Dia adalah anak pungut karena selama enam tahun kawin
Raden Menak Tunggoro tidak dapat anak dari istrinya. Tapi setelah
satu tahun mengambil Suci jadi anak angkat, tahu-tahu istrinya
mengandung. Lalu lahirlah Suntini. Kedua kaka beradik tiri itu samasama menjadi dewasa dengan kenyataan bahwa Suci jauh lebih
cantik dari adik tirinya."
Lembar ke 76 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
"Sebagai remaja puteri, Suci memiliki seorang kekasih yaitu
Sadewo. Celakanya, Sadewo ini dicintai setengah mati oleh Suntini.
Untuk merusak hubungan Suci dengan Sadewo, Suntini lalu
menceritakan siapa sebenarnya Suci. Pemuda itu ternyata menjadi
bimbang dan akhirnya tenggelam dalam rayuan Suntini yang
memang seorang gadis licik. Untuk menyingkirkan Suci maka Sadewo
disuruhnya meracun Suci dengan janji bahwa jika mereka kawin
nanti setengah dari kekayaan ayahnya akan diserahkan pada
Sadewo. Dan Sadewo lalu meracun Suci. Itu terjadi tiga bulan lalu...."
"Nah, itulah yang bisa kuceritakan padamu anak muda. Apa
yang terjadi selanjutnya kau sendiri sudah tahu.... Selamat tinggal
anak muda. Aku harus pergi sekarang..."
"Terima kasih orang tua. Keteranganmu sangat berharga
bagiku..." jawab Wiro lalu memutar tubuhnya dan duduk di atas batu
hitam di samping makam.
Angin malam bertiup dingin. Kegelapan semakin memekat.
Pendekar 212 duduk tak bergerak. Di telinganya terngiang kembali
kata-kata balasan yang diucapkan Suci....
"Aku berjanji Bunga. Demi cintaku padamu..."
"Dan cintaku padamu..."
T A M A T Lembar ke 77 dari 78 lembar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Misteri Dewi Bunga Mayat
Salam 212 SEMUA HAK KARYA CIPTA CERITA INI ADALAH MILIK
ALMARHUM BASTIAN TITO
Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia
Diektorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek di bawah nomor 004245
Diketik ulang oleh Kailani Sekali si Kucinglistrik
Hanya untuk para pendekar semua pecinta Wiro Sableng
Saran dan kritik kirim ke: kucinglistrik@gmail.com
Atau tulis aja langsung di thread Wiro Sableng Pendekar Kapak
Maut Naga Geni 212 di forum kaskus.us\education\book review\
Lembar ke 78 dari 78 lembar
Pendekar Baju Putih 5 Pendekar Rajawali Sakti 53 Jaringan Hitam Penjara Langit 1

Cari Blog Ini