Wiro Sableng 049 Srigala Iblis Bagian 1
SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sumber Buku : Dani (http://212.solgeek.org/pdf)
Scan : kiageng80
KARYA 1 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
1 KAPILATU DUDUK MENCANGKUNG di depan Kiai Talang Bungsu sambil mengipas kayu api
penjarang air. Sang Kiai sendiri duduk bersila di atas selembar tikar butut yang
terletak di langkan sebuah gubuk terbuat dari bambu. Kedua matanya terpejam,
mulutnya berkemik menggumam sementara jari-jari tangannya meluncur satu persatu
di atas seuntai tasbih berwarna putih kehijauan.
Saat itu hampir menjelang tengah hari. Di puncak bukit yang tinggi itu teriknya
sinar matahari dikalahkan oleh sejuknya udara segar. Justru saat itulah Kapilatu
si pembantu melihat sesuatu yang tidak dimengertinya. Sambil terus mengipasi
kayu api dan matanya memandang ke arah kanan, mulutnya berucap, "Aneh, siangsiang begini ada kabut di bukit..."
Sepasang mata Kiai Tawang Bungsu bergerak, tapi tidak membuka. Jari-jarinya yang
menyelusuri untaian tasbih berhenti bergerak.
"Kau melihat kabut katamu, Latu...?" bertanya Kiai Talang Bungsu.
"Benar sekali Kiai," jawab si pembantu.
"Di jurusan mana?" bertanya lagi sang Kiai.
"Kira-kira dua puluh langkah di sebelah kanan gubuk kita, Kiai. Searah matahari
terbit. Paras Kiai Talang Bungsu berubah.
"Yang kau lihat bukan kabut Latu. Ada seorang besar datang berkunjung..." kata
Kiai Talang Bungsu. Kedua matanya perlahan-lahan dibuka. Tasbih dimasukkannya ke
dalam saku jubah putihnya, lalu orang tua ini bangkit berdiri dan melangkah
turun dari langkan ke tanah. Dia berjalan tujuh langkah ke arah timur diikuti
pandangan mata Kapilatu yang terheran-heran. Dalam hatinya pembantu ini berkata:
"Makin lanjut usia orang tua ini, semakin banyak keanehan yang diperlihatkannya.
Aku menampak kabut di seberang sana.
Eh, dia bilang ada orang besar datang! Orang besar siapa...?"
KARYA 2 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Tepat pada langkah ke tujuh Kiai Talang Bungsu hentikan langkahnya. Dia
memandang tak berkesip ke arah kabut putih yang menyelubung semakin banyak
sejarak lebih sepuluh langkah di hadapannya.
Makin lama selubung kabut itu semakin tebal dan mendadak saja udara di bukit itu
menjadi lebih dingin dari biasanya. Selebung kabut bergerak dan berubah aneh
pada bagian tengah sampai ke atas. Lalu membentuk seperti bayang-bayang manusia.
Dari bayang-bayang berubah lebih jelas membentuk satu sosok tubuh yang hanya
terdiri dari bagian pinggang ke atas. Bagian bawah tenggelam dalam selubung
kabut aneh. Orang itu laksana melayang di awan.
Kapilatu terkesiap dan ternganga saking tidak percaya akan apa yang
disaksikannya. Di-antara selubung kabut itu dia melihat satu sosok tubuh seorang tua berwajah
gagah dan kelimis meskipun rambutnya yang disanggul kecil dan juga alis matanya
berwarna putih keseluruhannya. Pada tangan kanannya dia memegang sebuah tombak
emas bermata tiga yang memancarkan sinar kuning berkilauan.
"Manusia atau mahluk jejadiankah ini...?" ujar Kapilatu dan tengkuknya terasa
bergeming dingin. Perlahan-lahan dia beringsut ke belakang.
Ketika sosok tubuh yang muncul dari dalam kabut itu semakin jelas terlihat
hingga hampir tidak beda dengan keadaan manusia biasa, Kiai Talang Bungsu
menjura dalam-dalam lalu berucap: "Sang Prabu, salam sejahtera untukmu. Ada
gerangan apakah Sang Prabu berkenan berkunjung ke tempat saya yang buruk
ini...?" Orang tua berselempang kain putih menggerakkan tangan kanannya yang memegang
tombak emas bermata tiga. Sinar kuning menyambar ke arah wajah Kapilatu.
Langsung saja pembantu ini rebah ke tanah dan terbujur seperti orang tidur!
"Kiai Talang Bungsu, aku datang tidak lama. Di alam arwah aku merasa tidak
tenang karena ada orang-orang titisan darahku dalam menjalani masa kutukan telah
menambah dosa mereka dengan melakukan kejahatan keji. Membunuh dan menyiksa
orang-orang tidak berdaya dan tidak berdosa. Semua terjadi karena keserakahan
menuruti kata hati, hendak menguasai manusia lainnya demi kepentingan sendiri,
diatas kepentingan saudara bahkan di-KARYA
3 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
atas kepentingan orang tua! Mereka telah mencorengkan arang busuk ke mukaku,
yang tak mungkin dipupus oleh tabib manapun, tak mungkin hilang sampai aku masuk
liang kubur sekalipun! Mereka telah terlanjur hidup dalam kutukan, menjadi
insan-insan separuh manusia separuh iblis. Keputusasaan membuat mereka melakukan
perbuatan-perbuatan lebih jahat dari setan, lebih ganas dari iblis, lebih
mengerikan dari pada hantu! Aku merasa tidak tenteram sebelum mereka dihancurkan
sampai keakar-akarnya!"
"Sang Prabu, apa yang jadi perintahmu akan saya laksanakan. Hanya saja, kalau
saya boleh bertanya apakah insan separuh manusia separuh iblis yang sang Prabu
maksudkan itu adalah manusia-manusia srigala yang banyak gentayangan di rimba
belantara Rekso Pratolo?"
bertanya Kiai Talang Bungsu.
"Betul Kiai. Hancurkan mereka. Cuma, jangan samaratakan mereka. Ada beberapa
gelintir yang menjadi mahluk iblis karena kemurkaan dan kutukanku. Tapi mereka
tidak melakukan kejahatan. Untuk mereka hari-hari mendatang menjadi saat-saat
pengampunan..."
"Saya mohon petunjuk lebih lanjut, Sang Prabu..." kata Kiai Talang Bungsu pula.
"Dengar baik-baik Kiai. Saat ini juga kau harus pergi ke hutan Rekso Pratolo.
Pergi ke bekas gubuk peristirahatanku. Gubuk itu berusia lebih dari dua ratus
tahun. Masih untung kalau kau dapat menemukan bekas-bekasnya saja! Kau tunggu di
gubuk itu. Menjelang matahari menggelincir ke barat besok, akan muncul seorang
pemuda. Dia akan datang dalam keadaan kehausan. Berikan buah kelapa ini padanya.
Setelah kau lihat dia meminumnya kau baru boleh meninggalkannya. Hanya itu saja
yang jadi tugasmu!"
Orang tua yang dipanggil sebutan Sang Prabu itu gerakkan tangan kirinya. Tahutahu di tangan itu ada sebutir kelapa hijau. Buah kelapa ini diserahkannya pada
Kiai Talang Bungsu.
Sambil menerima buah kelapa itu sang Kiai bertanya: "Sang Prabu, pemuda yang kau
sebutkan itu bagaimanakah ciri-cirinya?"
"Kau bertanya begitu karena takut kesalahan, bukan" Kau tak usah khawatir Kiai.
Hanya dia satu-satunya pemuda yang berani masuk ke dalam rimba Rekso Pratolo.
Akan KARYA 4 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
ciri-cirinya dia berambut gondrong, berbaju dan bercelana putih. Begitu yang aku
lihat dalam petunjuk para Dewa. Tapi siapa namanya itulah yang tak sempat aku
tanyakan atau diberitahukan para Dewa. Semua sudah jelas, aku pergi sekarang,
Kiai..." Kiai Talang Bungsu mengangguk dan men-jura dalam. Ketika dia mengangkat
kepalanya kembali Sang Prabu sudah lenyap. Kabut yang tadi menyungkupi tempat
itu perlahan-lahan lenyap. Ketika keadaan terang kembali, disam-pingnya Kiai
Talang Bungsu mendengar suara pembantunya Kapilatu yang tiba-tiba saja
terbangun. Entah bangun dari tidur entah bangun dari pingsan.
Pembantu ini mengucak-ucak kedua matanya dan memandang berkeliling. "Eh,
tertidurkah aku barusan...?" tanyanya ketika matanya membentur Kiai Talang
Bungsu yang tegak memegang buah kelapa.
"Ya, kau memang barusan tertidur Kapilatu," jawab sang Kiai.
Sang pembantu garuk-garuk kepalanya. "Aneh, tak habis pikir jadinya. Bagaimana
aku bisa tertidur. Padahal..." Dia berpaling ketika mendengar suara air
mendidih. "Ah! Padahal jelas tadi aku tengah menjerang air. Kini air itu sudah
masak mendidih!" Kapilatu berpikir keras. Lalu dia ingat. "Kiai, tadi aku
melihat sosok tubuh seorang lelaki tua di antara kabut.
Dia mengenakan selempang kain putih. Memegang sebatang tombak emas bermata tiga.
Kau menyebutnya sebagai seorang besar. Sekarang kemanakah dia?"
"Orang besar itu sudah pergi, Kapilatu..." sahut Kiai Talang Bungsu.
"Pergi... Benar-benar aneh. Siapakah dia Kiai, kalau aku boleh bertanya?"
Pembantu itu bertanya lagi.
"Dia adalah sosok Sang Prabu Raja Blambangan yang muncul menjelma dari alam
arwahnya."
Sulit bagi Kapilatu mencerna penjelasan Kiai Talang Bungsu itu. Bagaimana
mungkin orang yang sudah lama mati hampir dua ratus tahun lalu tiba-tiba saja
bisa muncul begitu rupa. Kapilatu geleng-geleng kepala. Kemudian dilihatnya buah
kelapa yang ada di tangan kanan sang Kiai...
KARYA 5 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Ribuan tombak di seantero bukit ini, tak ada pohon kelapa. Dari mana kau
mendapatkan buah itu Kiai?" tanya si pembantu yang kembali jadi heran.
"Sang Prabu yang memberikannya padaku," jawab Kiai Talang Bungsu polos.
"Sang Prabu! Benar-benar luar biasa... Dia membawanya dari alam arwah! Pasti itu
buah kelapa ajaib! Buah kelapa jejadian...Bolehkah aku melihat dan memegangnya
Kiai?" Kiai Talang Bungsu gelengkan kepala.
"Kita harus pergi sekarang juga Kapilatu..."
"Kita harus pergi katamu Kiai" Pergi kemana...?"
"Antarkan aku ke hutan Rekso Pratolo."
"Hutan Rekso Pratolo!" mengulang Kapilatu dengan wajah berubah dan suara
terkejut. "Itu hutan tempat sarang segala mahluk halus jejadian yang menakutkan! Mulai
dari dedemit bermuka raksasa setinggi pohon sampai tuyul sebesar jempol. Mulai
dari mahluk jejadian bertaring besar bermata merah dan berlidah yang selalu
mengucurkan darah sampai jin perempuan bermuka sepucat mayat. Mahluk-mahluk itu
akan mencekik kita sampai mati!
jangankan manusia, setan sungguhanpun tak akan berani memasuki hutan seribu
keangkeran itu!"
Kiai Talang Bungsu tersenyum. Walau dalam hati dia membenarkan ucapan
pembantunya, namun tetap saja dia berkata, "Itu hanya omongan orang saja
Kapilatu. Hutan itu tak ada apa-apanya. Nah, kita berangkat sekarang supaya menjelang
siang besok bisa sampai kesana..."
"Lalu bagaimana dengan air panas ini. Aku masih belum membuatkan kopi untukmu
Kiai." "Lupakan saja kopi itu. Urusan kita lebih penting!" sahut Kiai Talang Bungsu.
"Ini bukan urusan penting Kiai. Tapi urusan mencari penyakit!' kata Kapilatu
pula. Tapi dia terus saja bangkit sambil tepuk-tepuk pantat celananya. Dari dalam saku
pakaiannya dikeluarkannya sebuah topi beludru hitam. Lalu topi ini dikenakannya
ke kepalanya. Karena kebesaran maka topi itu jadi kupluk sampai ke batas
alisnya. KARYA 6 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Kiai dan pembantunya itu menuruni bukit ke arah timur. Satu hari perjalanan baru
mereka akan sampai di hutan Rekso Pratolo. Kiai Talang Bungsu tak mau datang
terlambat di tempat tujuan. Dia sadar tugas besar yang harus dijalankannya demi
menyelamatkan manusia dari kehidupan alam sesat yang penuh kengerian.
*** KARYA 7 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
2 "KIAI, SUDAH LAMA SEKALI kita berada di tempat ini. Tengkukku sudah sejak tadi
terasa beku dan dingin. Perutku keroncongan. Siapa sebenarnya yang kita tunggu
disini...?"
begitu Kapilatu bertanya.
Saat itu mereka berada dalam hutan Rekso Pratolo yang redup karena sinar
matahari tak sanggup menembus lebat dan rimbunnya pohon-pohon besar. Keduanya
duduk di tanah, di depan sebuah bangunan kayu yang hanya tinggal tiang-tiang
lapuk serta dinding yang sudah hancur dimakan usia bahkan nyaris jadi bubuk.
Konon itulah dulu bangunan tempat istirahat Prabu Blambangan pada saat dia
melakukan perburuan dalam rimba belantara.
Saat itu menjelang tengah hari. Kiai Talang Bungsu diam-diam merasa cemas.
Apakah pemuda yang dikatakan Sang Prabu dalam penjelmaannya siang kemarin akan
benar-benar muncul di tempat itu" Pertanyaan pembantunya membuat dia menjadi
tidak enak. Karena sang Kiai tidak menjawab pertanyaannya Kapilatu tidak mau
mengulang. Dalam hatinya dia tetap tak habis pikir, apa sebenarnya tujuan Kiai
Talang Bungsu datang ke tempat itu, untuk apa pula dia membawa buah kelapa hijau
yang katanya didapat dari Sang Prabu Blambangan. Lalu siapa sebenarnya yang
tengah ditunggu sang Kiai"
"Kiai..." Karena tak tahan membisu Kapilatu kembali membuka mulut. Tapi Kiai
Talang Bungsu cepat menukas.
"Diam Kapilatu! Aku mendengar suara orang bersiul di hutan ini. Bukan suara
siulan biasa. Gendang-gendang telingaku terasa bergetar. Jangan-jangan inilah
orang yang dikatakan Sang Prabu..."
Kalau sang Kiai berkata begitu maka Kapilatu saat itu sama sekali tidak
mendengar suara siulan. Ini cukup memberi pertanda bahwa Kiai Talang Bungsu
memiliki ketajaman pendengaran dan ilmu yang tinggi. Beberapa saat kemudian
ketika pembantu itu akhirnya KARYA
8 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
bisa mendengar suara siulan tersebut, telinganya terasa laksana ditusuk dan
mendenyut sakit.
Cepat-cepat Kapilatu tekap kedua telinganya dengan telapak tangan.
Kiai Talang Bungsu bangkit berdiri. Matanya memandang ke arah kanan, dari
jurusan mana datangnya suara siulan itu. Tak selang berapa lama dia melihat
kepala orang yang bersiul itu, lalu dadanya. Ternyata dia seorang pemuda berikat
kepala kain putih. Dibawah ikat kepala, tampak rambutnya yang gondrong menjulai
bahu. Bajunya berwarna putih.
Ketika pemuda ini melihat Kiai Talang Bungsu dan Kapilatu serta merta dia
hentikan siulannya, memandang sesaat lalu melangkah mendekati kedua orang itu.
"Salam untuk kalian berdua..." Si pemuda menegur. "Setengah harian tersesat
dalam rimba belantara tidak sangka bertemu orang." Pemuda ini tersenyum lebar
pada Kiai Talang Bungsu dan Kapilatu. "Orang tua, sedang apakah kau di tempat
ini" Tampaknya seperti sedang menunggu seseorang..."
Kiai Talang Bungsu perhatikan pemuda di-hadapannya dengan seksama beberapa saat
lalu menjawab, "Aku memang tengah menunggu seseorang. Aku Kiai Talang Bungsu.
Siapakah engkau adanya, anak muda?"
"Namaku Wiro Sableng." jawab si pemuda yang ternyata adalah Pendekar 212 dari
Gunung Gede. Dalam hati Kiai Talang Bungsu berkata:
"Tampangnya tidak meyakinkan. Namanya malah lebih tidak meyakinkan. Janganjangan bukan manusia satu ini yang dimaksudkan oleh Sang Prabu. Tapi melihat
keadaan hari, saat ini sang surya telah condong ke barat. Kemunculannya tepat
waktunya seperti yang dikatakan Prabu. Bagaimana ini" Lebih baik aku langsung
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertanya saja..."
"Anak muda, katamu tadi kau tersesat masuk ke dalam hutan ini. Bagaimana bisa
terjadi begitu?" bertanya Kiai Talang Bungsu.
"Pagi tadi ada dua ekor anak rusa lucu-lucu di tepi hutan ini. Keduanya jinak
sekali. Mereka mengikuti ke mana aku pergi. Menjilati betisku. Melompat-lompat di
hadapanku lalu berlari-lari masuk ke hutan. Ketika ku-ikuti, dalam hutan
keduanya lenyap begitu saja.
Aku kembali ke tempat semula tapi ada hal yang aneh. Aku tak mampu keluar dari
hutan KARYA 9 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
ini! Makin kucoba mencari jalan keluar, makin jauh aku tersesat masuk ke dalam
rimba belantara ini. Gila betul!"
"Tersesat berarti berada dalam kesulitan. Tapi mengapa tadi kudengar kau
bersiul-siul seperti orang gembira saja?" tanya Kiai Talang Bungsu.
Wiro garuk kepala. "Pikiranku sedang kalut. Dengan bersiul mungkin aku bisa
tenang dan mampu mencari jalan keluar. Tahu-tahu aku bertemu kau dan kawanmu ini
disini..."
"Tahukah engkau kalau hutan ini merupakan hutan paling angker, penuh dengan
segala mahluk halus dan jejadian yang setiap saat bisa muncul mencekikmu sampai
mati?" Yang berkata adalah Kapilatu.
"Eh... Apa betul begitu orang tua?" tanya Wiro.
Kiai Talang Bungsu mengangguk.
Wiro kini perhatikan kedua orang di hadapannya itu. "Kalau begitu... Janganjangan kalian berdua ini adalah mahluk jejadian itu..."
Sang Kiai tersenyum tapi Kapilatu mendamprat. "Enak dan lancang amat mulutmu!
Apa kau lihat muka kami seperti dedemit dan kedua kaki kami tidak menginjak
tanah"!"
"Aku hanya bergurau," berkata Wiro. "Perutku lapar. Tapi rasa haus membuat
tenggorokanku seperti terbakar. Aneh, padahal hutan ini redup dan tidak
panas..." Kedua mata Wiro mengerling pada buah kelapa yang ada di tangan kanan
Kiai Talang Bungsu.
"Jika kuberikan buah kelapa ini padamu, apakah kau mau meminumnya?" tanya Kiai
Talang Bungsu sambil mengangkat buah kelapa itu dekat-dekat ke hadapan Wiro.
"Ah, kau baik sekali orang tua. Aku memang haus. Tapi aku tak akan
menghabiskannya seorang diri. Kita bagi tiga air kelapa itu..."
"Tak usah berbasa-basi. Kami sudah minum sebelumnya. Kelapa satu ini silahkan
kau habiskan sendirian." kata Kiai Talang Bungsu pula. Lalu dia berpaling pada
pembantunya dan berkata: "Buatlah lobang untuk minum sahabat kita ini..."
"Kiai, bagaimana kau ini..." Kapilatu berkata terheran-heran. "Kau hendak
memberikan kelapa ini padanya. Padahal kita berdua saat ini juga tengah keha..."
KARYA 10 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Lakukan saja apa yang aku perintahkan Kapilatu!" Kiai Talang Bungsu memotong
ucapan pembantunya dengan keras.
Meski dalam hati Kapilatu menggerendeng tapi pembantu ini mengerjakan juga apa
yang dikatakan sang Kiai. Dari balik pakaiannya Kapilatu keluarkan sebuah golok
kecil. Dengan golok ini dipapasnya ujung kelapa pada bagian tangkainya lalu dibuatnya
lobang. Air kelapa tampak bening dan segar.
Kiai Talang Bungsu lalu menyerahkan kelapa itu pada Wiro.
"Terima kasih, kau benar-benar baik Kiai," kata Wiro menerima kelapa. Lalu tanpa
menunggu lebih lama air kelapa segar itu langsung diminumnya sampai setengahnya.
"Manis sekali!" kata Wiro sambil menyeka mulut dengan belakang tangannya.
"Kenapa tidak kau habiskan sekaligus?" ujar Kiai Talang Bungsu pula.
"Jangan kawatir. Air kelapa seenak ini pasti akan kuhabiskan!" sahut Wiro. Lalu
kembali dia meneguk air kelapa itu. Saking asyiknya minum, Wiro tak sempat lagi
melihat gerakkan yang dibuat Kiai Talang Bungsu bersama pembantunya. Ketika air
kelapa yang diminumnya habis dan buah kelapa itu diturunkannya dari mulutnya,
terkejutlah pendekar ini. Baik sang Kiai maupun pembantunya yang berpeci kupluk
itu, tak ada lagi di situ. Dia memandang berkeliling bahkan melangkah menyibak
semak belukar. Kedua orang tadi lenyap seperti ditelan hutan!
Wiro Sableng bantingkan kepala di tangan kanannya ke tanah. "Heran...kemana
lenyapnya kedua orang itu. Kalaupun pergi mengapa pergi begitu saja! Janganjangan keduanya betul-betul mahluk jejadian seperti yang kubilang tadi. Dan air
kelapa yang kuminum itu, jangan-jangan air kencing setan!" Memikir disitu Wiro
pungut kembali kelapa yang tadi dicampakkanya lalu dihantamnya dengan tangan
kanan hingga terbelah dua.
Tampak bagian daging kelapa yang putih. Ketika daging kelapa itu dikorek dan
digigitnya, terasa manis dan legit.
"Ini kelapa betulan..." ujar Wiro. Tambah bingung murid Eyang Sinto Gendeng ini.
KARYA 11 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Dia menyeruak lagi beberapa kelompok semak belukar bahkan mencoba naik ke atas
sebatang pohon dan meninjau berkeliling. Tapi Kiai Talang Bungsu dan Kapilatu
tetap tidak kelihatan.
Wiro melompat turun ke tanah. Pada saat ke dua kakinya baru menginjak tanah
itulah murid Sinto Gendeng ini melengak kaget. Karena di depan bangunan gubuk
yang hanya tinggal reruntuhan itu tiba-tiba saja dilihatnya ada seorang lelaki
duduk bersila di tanah membelakanginya. Orang ini hanya mengenakan sehelai
celana berwarna biru gelap, punggungnya telanjang. Rambutnya digulung dan diikat
di atas kepala. Karena membelakangi Wiro tak dapat melihat wajahnya. Apa yang
membuat Wiro jadi lebih tercekat ialah adanya seekor ular hitam berbelang hijau
yang melingkar dan meliuk-liuk membelit lehernya!
"Orang itu..." kata Wiro dalam hati. "Tadi dia tak ada di situ. Mengapa tahutahu muncul..."!" Sambil menjaga jarak agar jangan terlalu dekat Wiro melangkah
ke sebelah kanan, terus maju ke bagian depan orang yang bersila agar dia dapat
melihat wajahnya.
*** KARYA 12 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
3 WIRO SAMPAI DI HADAPAN orang yang duduk bersila itu. Ternyata dia seorang pemuda
berwajah cukup tampan. Kumis dan janggutnya meranggas kasar dan lebat. Kedua
matanya terbuka tetapi memandang kosong seperti buta. Kedua tangannya terletak
di paha. Sikapnya seperti orang bersamadi. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Kedua
matanya tak pernah berkesip.
"Ki sanak... Siapakah kau" Apakah tengah bersamadi?" Wiro berseru.
Ssssssssssssh!!!
Yang ditanya tidak menjawab. Yang terdengar adalah desisan ular hitam belang
hijau. Binatang ini menegakkan kepala, mulutnya membuka, sikapnya siap hendak menerkam
Wiro! "Ki sanak!" Wiro berseru kembali.
Ular yang melingkar di leher pemuda yang duduk bersila mendesis keras. Kepalanya
terpentang, gelungannya membuka dan tiba-tiba sekali binatang ini melesat
terbang laksana sebatang anak panah menderu ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng!
Untung saja murid Sinto Gendeng ini sudah bersikap hati-hati sejak tadi. Begitu
dilihatnya ular hitam hijau membuka libatannya di leher orang dan melesat ke
arahnya, Wiro langsung menghantam dengan pukulan kosong tangan kanan mengandung
tenaga dalam. Pukulan yang dilepaskannya adalah pukulan "kunyuk melempar buah"
Begitu pukulan sakti itu menghantam kepala dan tubuhnya, tak ampun lagi ular
hitam belang hijau itu mental di udara dalam keadaan cerai berai. Tetapi begitu
hancuran tubuh jatuh menyentuh tanah, satu persatu hancuran itu lenyap seperti
ditelan tanah belantara! Di saat itu pula di dalam rimba terdengar suara orok
menangis, melengking keras dan panjang.
KARYA 13 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro merasakan bulu romanya berdiri, "Ular itu... Binatang jejadian..." katanya
dalam hati. "Begitu jatuh di tanah terus lenyap. Dan suara bayi menangis
itu...Keanehan apa yang tengah kuhadapi ini!" Wiro memandang ber keliling sampai
akhirnya pandangannya kembali membentur pemuda yang duduk bersila tak bergerak,
bermata nyalang tapi tak pernah berkesip.
Perlahan-lahan Wiro melangkah mendekati tubuh yang seperti tengah bersamadi itu.
Satu langkah dari orang itu Wiro mendadak tersentak kaget. Kedua kakinya laksana
ditancap ke dalam tanah. Kedua matanya terpentang lebar, hampir tak percaya akan
apa yang dilihatnya. Diulurkannya tangan kanannya-memegang bahu si pemuda.
Dipegangnya dengan keras, lebih keras. Dari hanya memegang kini Wiro mengetukngetuk bahu itu, memukulnya. Keras! Dengan tangan gemetar Wiro meraba naik ke
wajah yang penuh ditumbuhi kumis serta cambang bawuk yang lebat. Juga terasa
keras. Dan dua mata yang terbuka itu bukan seperti mata semula. Seluruhnya telah
berubah keras. Tubuh, anggota badan, kepala termasuk rambut dan mata telah
berubah keras! "Batu...! Manusia ini telah berubah jadi patung batu! Ya Tuhan! Bagaimana
mungkin ini bisa terjadi...!" ujar Wiro sambil menyurut satu langkah. Selain
rasa aneh dan heran, Pendekar 212 merasa ada hawa yang menakutkan merasuki
dirinya. "Hai!" Wiro seperti terlonjak. Dari sepasang mata yang telah berubah
menjadi batu keras itu dia melihat ada tetesan air mata jatuh berderai,
menggelinding diatas pipi yang juga telah berubah jadi batu!
Wiro ulurkan tangan kirinya yang gemetaran untuk menyentuh air mata yang
berderai di pipi. Terasa jari-jari tangannya basah.
"Manusia batu ini benar-benar menangis..." bisik Wiro. Saat itulah dia mendengar
suara seperti anjing melolong dikejauhan. Panjang dan menggidikkan. "Lolongan
anjing. Bukan! Bukan lolongan anjing. Itu lolongan srigala..." Murid Sinto Gendeng
memandang berkeliling. Tiba-tiba saja dia merasa seperti ada puluhan pasang mata
yang memperhatikannya. Puluhan pasang mata yang tidak terlihat oleh mata biasa,
oleh matanya sendiri! Rasa ngeri membuat keringat dingin mengucuri tubuhnya.
Menghadapi musuh yang bagaimanapun seramnya selagi masih bisa dilihat mata
telanjang, Pendekar 212 tidak pernah KARYA
14 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
merasa takut. Tetapi menghadapi mahluk-mahluk yang tidak terlihat, benar-benar
membuat Wiro merasa lebih baik dia segera meninggalkan tempat itu. Dia menyurut
beberapa langkah lalu balikkan diri dan tinggalkan tempat itu setengah berlari.
Berlari beberapa jauh Wiro berpaling ke belakang. Astaga! Larinya terhenti
sesaat. Manusia yang berubah jadi patung itu, tak ada lagi di tempatnya semula.
Bahkan bekas reruntuhan gubuk itupun tak tampak Segi di tempat itu!
Pendekar 212 Wiro Sableng tidak tahu berapa lama dia berlari, dalam lari itu dia
merasa seolah-olah ada yang mengikutinya. Namun setiap dia menoleh kebelakang
sama sekali tidak kelihatan ada orang yang menguntit!
"Orangnya tak kelihatan. Tapi aku yakin ada yang mengikutiku. Bukan cuma satu
orang..." kata Wiro dalam hati lalu mempercepat larinya.
Di hadapan sebuah pohon besar murid Sinto Gendeng ini akhirnya hentikan larinya.
Nafasnya mengengah dan keringat membasahi tubuh serta pakaiannya.
Di atas pohon dua mahluk yang tidak kelihatan perwujudannya di mata manusia
biasa termasuk Wiro saling berbisik satu sama lain.
"Dayang, kita mengikuti dan mengamati pemuda itu sejak tadi. Aku yakin memang
dialah orang yang kulihat dalam alam luar pandangku. Dialah orang yang akan
menyelamatkan kita ke dalam perwujudan semula..."
"Aku memang berpendapat dan berharap sepertimu Dewi. Menyelamatkan kita tapi
juga menghancurkan mahluk-mahluk iblis itu! Selama mereka masih ada di muka
bumi, dunia ini tidak akan pernah aman. Orang-orang sesat akan bertambah
berlipat ganda. Sudah saatnya kita melakukan sesuatu Dewi!"
Mahluk tanpa wujud yang dipanggil Dewi mengiyakan.
"Saatnya kita memperlihatkan diri pada pemuda itu dan bicara padanya." Dayang
merasakan tangannya ditarik. Ketika melayang turun dari atas pohon dimana dia
berada, Dayang memandang ke bawah lalu berseru terkejut seraya menunjuk.
"Dewi! Lihat apa yang dilakukan pemuda itu!"
KARYA 15 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Dewi berpaling ke arah yang ditunjuk dan ikut kaget. "Astaga! Dia...! Ah!
Mengapa dia melakukan hal itu disini! Celaka!"
"Kita harus mencegahnya Dewi!"
"Percuma! Sudah terlambat! Dia telah melakukannya!" ujar Dewi dengan suara
tercekat. "Nasib kita tak akan berubah. Kita akan tetap hidup di alam gelap ini..."
Terdengar suara Dayang sesenggukan, lalu dia memeluk Dewi kencang-kencang. Dua
mahluk ini saling berangkulan dan teteskan air mata dalam alam mereka.
Di bawah pohon saat itu Pendekar 212 Wiro Sableng tampak tengah membuang air
kecil. Minum air kelapa begitu banyak ditambah berlari cukup jauh membuat
tubuhnya sebelah bawah terasa berat dan tidak dapat lagi menahan kencing. Lalu
pemuda ini membuang hajatnya di bawah pohon besar itu!
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Dewi?" bertanya Dayang. "Pemuda itu telah
melanggar pantangan! Mengotori pohon besar dengan air kencingnya. Sebentar lagi
Srigala-srigala iblis pasti akan muncul disini...!"
"Mereka sudah datang, Dayang. Aku sudah melihat mereka muncul dari arah kanan
sana. Mari tinggalkan tempat ini..."
"Tapi Dewi, bagaimana dengan pemuda itu. Bagaimanapun juga dia harapan kita
satu-satunya. Kita harus menolongnya...!"
"Tidak Dayang. Kita tak mungkin menolongnya. Kau tahu hal itu. Saat ini tak satu
kekuatan pun sanggup melawan srigala-srigala iblis itu. Kita harus pergi..."
Dayang tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia mengikuti sang Dewi masih dalam
keadaan menangis sesenggukan.
Di bawah pohon selesai membuang hajat Wiro Sableng rapikan celananya lalu
memutar tubuh. Pada saat itulah suasan sunyi dalam hutan Rekso Pratolo dirobek
oleh suara lolongan riuh, panjang dan keras. Wiro merasakan tubuhnya bergetar
keras. Suara lolongan itu bukan lolongan biasa. Ada satu kekuatan aneh tapi juga
terasa mengerikan menyertai lolongan itu.
KARYA 16 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Lolongan srigala..." ujar Wiro dalam hati.
"Bukan hanya seekor... Mungkin puluhan. Tapi dimana binatang-binatang itu..."
Wiro memandang berkeliling. Suara lolongan semakin keras tanda semakin dekat.
Tapi mahluk yang melolong tetap saja tidak kelihatan. Murid Sinto Gendeng
gerakkan tangan kanan memegang hulu senjata mustikanya, Kapak Maut Naga Geni
212. Bersiap-siap menjaga segala kemungkinan.
Suara lolongan riuh srigala yang mengerikan mendadak lenyap. Dalam kesunyian
yang mencekam tiba-tiba membahana suara tanpa rupa.
"Anak manusia! Kau telah lancang dan kurang ajar mengotori istanaku! Bersiaplah
meninggalkan alam kasarmu! Bersiaplah menerima hukuman berat!"
* * * KARYA 17
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
4 PENDEKAR 212 WIRO SABLENG memandang berkeliling. Suara yang barusan membertak
garang telah lenyap tapi gaungannya masih terdengar membahana menggetarkan
seantero hutan Rekso Pratolo. Wiro merasakan daun-daun pepohonan bergemerisik
aneh. "Suara tanpa rupa!" Wiro balas berseru. "Kepada siapa ucapanmu tadi kau
tujukan"!"
Terdengar suara mendengus lalu bentakan keras, "Manusia tolol! Apa ada manusia
lain di sampingmu saat ini"!"
"Aku memang sendirian di sini!" sahut Wiro. Kembali terdengar suara mendengus.
"Berarti memang kaulah manusianya yang kurang ajar itu. Lancang mengotori
istanaku! Hukuman berat bagimu anak manusia!"
Wiro garuk-garuk kepalanya. Dalam hati dia membatin. "Suara itu aneh, menegakkan
bulu roma. Tapi masih mirip-mirip suara perempuan. Setelah berpikir sejenak,
Wiro kembali membuka mulut. "Aku tidak melihat istana di tempat ini. Apalagi
mengotorinya! Aku juga tidak mengerti soal hukuman berat itu!"
Terdengar suara menggereng banyak sekali.
"Kau mengencingi istana kami bangsat!!" terdengar suara teriakan.
Lalu terdengar suara tadi, "Kepalamu kulihat cukup keras! Cukup baik untuk jadi
ganjalan tiang istanaku! Hik... hik... hik!" Lalu menyusul suara lolongan
tunggal. Suara lolongan srigala! Dan lolongan tunggal ini kemudian ditimpali
oleh suara lolongan srigala banyak menggemuruh.
Wiro usap-usap kepalanya.
"Mahluk yang hendak menjadikan kepalaku ganjalan tiang istana! Siapa kau ini
sebenarnya! Mengapa tidak mau tampakkan muka"!" berteriak Pendekar 212.
"Kau akan lihat... Kau akan lihat!" menjawab suara itu. Lalu terdengar suara
keras laksana guntur menggelegar. Begitu suara gelegar ini sirna, asap putih
mengepul KARYA 18 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
membumbung ke udara setinggi lutut. Asap itu membentuk satu lingkaran besar dan
Pendekar 212 Wiro Sableng berada tepat di tengah lingkaran.
"Eh, kemana lenyapnya pohon-pohon besar itu!" Wiro terkejut ketika dia tidak
melihat lagi pohon-pohon ataupun semak belukar hutan Rekso Pratolo. Yang
dilihatnya kini hanyalah kepulan asap putih mengurungnya. Tapi tidak! Bukan
hanya kepulan asap putih setinggi lutut itu yang saja yang kelihatan! Ada lagi
benda lain yang tampak! Dan Pendekar 212 merasa lututnya seperti goyah ketika
menyadari mahluk apa yang mengelilinginya!
Mahluk-mahluk itu memiliki kepala berupa binatang yaitu kepala srigala,
bertelinga runcing ke atas, bermulut panjang yang selalu menganga memperlihatkan
taring-taring runcing dan lidah yang basah. Sepasang mata merah laksana menyala.
Anehnya mahluk yang berkepala srigala hitam ini memiliki tubuh sebatas leher
kebawah sama dengan tubuh manusia, kecuali sepasang tangan yang memiliki jarijari berkuku runcing mengerikan!
Seperti manusia adanya mereka mengenakan celana hitam sebatas lutut. Dari
keadaan dada mereka yang telanjang Wiro segera tahu kalau mahluk-mahluk setengah
binatang setengah manusia itu adaiah mahluk-mahluk jantan.
Menurut dugaan Pendekar 212 paling tidak ada sekitar tiga puluh mahluk berkepala
srigala mengurungnya saat itu. Semua memandang dengan buas ke arahnya.
"Yang tadi mengeluarkan suara jelas suara perempuan. Tapi aku tidak melihat
mahluk betina di antara mereka..." kata Wiro dalam hati sambil matanya mencaricari. "Berikan jalan pada Ratu!" tiba-tiba terdengar seruan sementara kepulan asap
putih masih terus mengambang setinggi lutut.
Kelompok mahluk manusia srigala di sebelah kanan menyibak.Bau harum semerbak
memenuhi tempat itu. Disaat itu pula Wiro melihat satu sosok manusia srigala
bertubuh tinggi melangkah mendatangi. Pada bagian atas kepalanya ada sebentuk
mahkota kecil dihiasi batu-batu permata yang-memancarkan sinar berkilauan:
Mahluk satu ini ternyata adalah manusia srigala betina. Dia mengenakan pakaian
sebentuk kemben di sebelah atas sedang di sebelah bawah memakai celana hitam
yang bagian atasnya lebih pendek hingga sebagian perutnya yang putih tampak
tersembul. Mahluk ini KARYA
19 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
miliki payudara yang luar biasa besarnya, putih menyembul diatas kemben. Di
belakangnya mengiring tiga manusia srigala betina yang tampaknya adalah
pengiring-pengiringnya.
Semua manusia srigala jantan menjura dalam begitu srigala betina bermahkota ini
muncul. "Hem... Yang betina ini agaknya pemimpin mereka!" ujar Wiro dalam hati. "Dadanya
tampak montok, sayang kepalanya kepala seekor srigala!" Dalam keadaan seperti
itu Wiro masih saja sempat berpikir yang bukan-bukan.
"Berlutut di hadapan Ratu kami!" satu suara membentak memerintah pada Wiro. Tapi
sang pendekar tetap saja berdiri sambil pandangi dada montok di bawah kepala
berbentuk srigala hitam itu!
Melihat orang tak mau berlutut, sang Ratu tampak marah. Dia berpaling pada salah
seorang pembantu betinanya dan memerintahkan. "Hajar dan paksa dia berlutut!"
Yang diperintah melangkah maju tapi berbalik kembali dan berbisik. "Jika dia
melawan, apakah harus dibunuh?"
Sang Ratu tampak bimbang sesaat. Lalu menjawab, "Kita sudah tahu bencana apa
yang bisa dilakukannya terhadap kita dengan kemunculannya. Tapi kau tak usah
kawatir Sari Gali Satu. Kau akan sanggup menguasainya. Lakukan apa yang
kuperintah!"
Srigala betina yang dipanggil dengan nama Sari Gaii Satu anggukkan kepala lalu
melompat ke hadapan Wiro. Pendekar 212 melihat bagaimana lompatan yang dibuat
mahluk itu bukan seperti manusia biasa melompat, tapi lebih menyerupai lompatan
seekor binatang. Lompatan srigala! Dua tangan yang memiliki jari-jari berkuku
panjang mengerikan berkelebat ke arah kepala Wiro. Murid Eyang Sinto Gendeng
cepat membuat gerakan mengelak sambil satu tangannya menangkis sekaligus memukul
lengan Sari Gali Satu. Tapi dia jadi terperangah karena begitu pukulannya
mengena dia seolah-oleh hanya menghantam angin atau udara kosong atau seperti
melabrak air saja! Dan justru selagi dia terkejut begitu rupa dirasakannya kedua
betisnya dihantam keras sehingga lututnya tertekuk dan tak ampun lagi tubuhnya
roboh ke tanah dalam keadaan berlutut. Ketika dicobanya untuk berdiri ternyata
sekujur badannya tak bisa lagi digerakkan. Tangan dan kakinya tegang kaku!
KARYA 20 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Celaka! Ilmu apa yang dipergunakan srigala betina ini membuat aku berlutut kaku
seperti ini"!" keluh Wiro.
Sari Gali Satu berpaling pada sang Ratu dan berkata, "Tugas sudah dilaksanakan,
mohon petunjukmu lebih lanjut, Ratu!"
Sepasang mata srigala sang Ratu memandang tak berkesip ke arah Pendekar 212.
Lalu terdengar dia berucap, "Geledah pakaiannya. Aku yakin dia membawa senjata.
Begitu kau temui ambil senjata itu dan serahkan padaku!"
Sari Gali Satu memeriksa pakaian Pendekar 212. Begitu melihat sebilah senjata
berupa kapak bermata dua segera diambilnya lalu diserahkannya pada sang Ratu.
"Kembalikan senjataku!" teriak Wiro dengan keras.
Ratu srigala membuka mulutnya lebar-lebar seolah menyeringai. "Aku mau lihat kau
mampu berbuat apa kalau ini tidak kukembalikan!"
Wiro kertakkan rahang, kumpulkan seluruh tenaga dan kerahkan tenaga dalam. Tapi
tidak ada otot-otot yang bisa digerakkan, tak ada hawa tenaga dalam yang bisa
dialirkan. Ratu srigala keluarkan suara melolong panjang. Begitu lolongannya lenyap dia
memerintah. "Bawa dia ke istana! Aku akan menentukan hukuman apa yang pantas
baginya! Dan Sari Gali Dua, simpan senjata ini di ruang benda-benda mustika!" Sang Ratu
lalu menyerahkan Kapak Maut Naga Geni 212 pada pengiringnya yang berdiri di
sampingnya. Setelah itu sang Ratu memandang sekilas pada Wiro, balikkan tubuh dan tinggalkan
tempat itu diikuti oleh dua pengiringnya.
Wiro merasa ada yang menepuk punggungnya. Lalu tubuhnya tertarik ke atas hingga
dia tertegak lurus. Kedua kakinya kini bisa digerakkan tapi sebatas pinggang ke
atas termasuk kedua tangannya tetap saja kaku tak bisa digerakkan.
"Jalan!" Sari Gali Satu memerintah.
KARYA 21 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Seperti kerbau dicucuk hidung Pendekar 212 Wiro Sableng melangkah mengikuti sang
Ratu bersama dua pengiringnya. Di sebelah belakang, sekitar tiga puluh manusia
srigala jantan mengikuti bergerak, berjalan dalam bentuk setengah lingkaran
seperti ladam kuda.
Jelas mereka sengaja membentuk barisan seperti itu untuk menjaga segala
kemungkinan agar tawanan satu itu tidak bisa melarikan diri.
*** KARYA 22 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
5 SETIAP LANGKAH YANG DIBUATNYA dirasakan seperti tambah menyesakkan dada bagi
murid Sinto Gendeng. Bulu tengkuknya merinding, keringat dingin membungkus
badannya. Berulang kali dicobanya untuk membebaskan diri dari rasa kaku yang
menghimpit tubuhnya sebelah atas. Tapi sia-sia belaka. Dia tetap saja melangkah
seperti orang berjalan dalam mimpi atau seperti mayat hidup! Gerak kedua kakinya
hanya mampu untuk sekedar berjalan saja, ketika dicoba berlari kedua kaki itu
seperti diganduli batu besar hingga dia :ak mampu melakukannya. Kalaupun dia
bisa lari, kecil pula kemungkinan untuk dapat menembus kepungan manusia-manusia
srigala hitam yang bergerak dalam bentuk ladam kuda itu Lalu apa yang membuat
Wiro Sableng semakin merinding ialah ketika menyaksikan bagaimana semua mahluk
setengah manusia setengah srigala itu melangkah dengan kedua kaki tidak
menyentuh tanah sama sekali! Telapak kaki mereka tampak putih pucat, seperti
kaki mayat! Wiro melangkah dengan kedua mata jelalatan kian kemari. Bagaimanapun juga
keadaannya yang tidak berdaya saat itu dia harus terus berlaku hati-hati, paling
tidak melihat apa yang ada di sekitarnya. Dia yakin sekali saat itu masih berada
dalam hutan Rekso Pratolo. Tetapi yang terasa aneh ialah dia sama sekali tidak
melihat pohon-pohon ataupun semak belukar. Dia sama sekali tidak melihat tanaman
apapun. Yang dilihatnya adalah tanah yang dilangkahinya, berupa tanah merah
kecoklatan. Lalu bagian kiri kanan dan atas yang seperti sebuah terowongan
panjang berlapis kabut tipis tak tembus pandang. Sepanjang perjalanan yang penuh
ketegangan itu Wiro tiada hentinya mendengar suara aneh. Mulai dari lolongan
srigala yang mencekam, suara tangis orok, suara mahluk aneh tertawa mengerikan,
suara erangan orang-orang yang seperti berada dalam keadaan tersiksa atau
sekarat. Sesekali lapat-lapat terdengar gema gamelan!
KARYA 23 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Gusti Allah dimana aku ini berada. Kemana aku ini mau dibawa..." ujar Wiro
dalam hati menyebut nama Tuhan. Baru saja dia berkata begitu mendadak terdengar
suara keras seperti guntur menggelegar. Wiro merasakan kakinya yang menginjak
tanah merah kecoklatan bergetar keras. Ada hawa aneh menjalar masuk ke dalam
tubuhnya. Tapi hanya sesaat. Di sekitarnya manusia-manusia srigala tampak
mendongakkan kepala ke atas, meraung melolong panjang. Wajah mereka tampak
cemas. "Ya Tuhan, apa pula ini!" Seru Wiro kembali dalam hati. Untuk kedua kalinya
menggelegar suara guntur di tempat itu. Lalu kembali ada hawa aneh yang mengalir
masuk dari dalam tanah ke tubuh Wiro lewat kedua kakinya. Rasa sesak yang
menghimpit dadanya berkurang sedikit. Begitu juga rasa berat yang mengganduli
kakinya juga berkurang, namun masih belum cukup untuk membuatnya mampu berlari.
Tiba-tiba saja Wiro mencium bau harum semerbak dan tiba-tiba saja Ratu srigala
telah berada di hadapannya. Mahluk aneh ini memandang dan berkata: "Jangan kau
berani mempunyai pikiran dan mengucap yang bukan dalam hatimu! Atau kucabut
lidahmu saat ini juga dan kutambah hukuman beratmu!"
Murid Sinto Gendeng hendak balas memaki tapi sang Ratu telah membalikkan diri
dan tinggalkan tempat itu, hanya bau harum tubuhnya saja yang masih tertinggal
di tempat itu! Hanya bisa memaki panjang pendek dalam hati, Wiro lanjutkan
langkahnya. Berjalan kira-kira selama sepeminuman teh, di sebelah depan terdengar suara
orang berseru. "Rombongan telah sampai di gerbang Istana!"
Seruan itu disambut oleh suara lolongan semua manusia srigala yang ada ditempat
itu. Karena jengkel dan juga sekadar untuk mengurangi rasa takutnya murid Sinto
Gendeng ikut-ikutan keluarkan suara meniru lolongan itu. Hanya saja suara
lolongannya terdengar berbeda dan agak terlambat. Ketika semua manusia srigala
telah berhenti melolong, suara lolongan Wiro tertinggal sendirian.
Plaaakkkk! KARYA 24 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Satu tamparan keras menghantam pipi kanan Pendekar 212. Demikian kerasnya
tamparan itu hingga tubuhnya terbanting ke tanah. Sudut bibirnya pecah, pipinya
bengkak membiru!
"Keparat! Kupecahkan kepalamu!" teriak Wiro geram. Dia bangkit berdiri dan
gerakkan tangan kanannya untuk memukul. Tapi bukan saja dia tidak mampu
menggerakkan tangannya yang kaku, dia juga tidak tahu siapa yang telah
menamparnya tadi.
Wiro memandang berkeliling. Saat itulah dia mendengar satu suara berucap, 'Anak
manusia! Jangan kau berani lagi meniru melolong! Itu penghinaan besar bagi kami orangorang Kerajaan Srigala!"
"Setan alas! Kalian semua srigala iblis!" Makian itu hanya bisa diucapkan Wiro
dalam hati karena kawatir kalau diucapkan keras-keras tamparan atau pukulan akan
mendera dirinya kembali! Dalam keadaan tak berdaya seperti itu adalah konyol
kalau dirinya akhirnya babak be-lur dihantami mahluk-mahluk srigala bertubuh
manusia itu. Wiro melangkah terus. Darah dari pecahan bibirnya jatuh ke dagu lalu menetes ke
pakaian putihnya. Belasan manusia srigala tampak beringas melihat darah itu.
Salah satu diantaranya tiba-tiba menerkam Wiro. Pendekar ini berteriak menyangka
kepalanya akan digerogot, ternyata mahluk itu hanya ingin menjilat darah di dagu
dan di bajunya!
"Edan!" maki Wiro dengan tubuh tambah merinding. "Mahluk-mahluk ini ternyata
pelahap darah!"
Rombongan bergerak maju sampai akhirnya Wiro melihat apa yang disebut pintu
gerbang istana itu! Pintu gerbang ini ternyata adalah sebuah ukiran raksasa
berbentuk kepala seekor srigala hitam yang mengangakan mulutnya lebar-lebar.
Gigi dan taring-taringnya membentuk pagar pintu sedang lidahnya merupakan tangga
pendek jalan masuk.
Wiro melangkah masuk, mengikuti mahluk-mahluk yang melewati pintu gerbang itu.
Begitu sampai di sebelah dalam, pemuda ini kembali tercekat. Dia sama sekali
tidak menemukan atau melihat sebuah bangunan istana menjulang megah, tapi yang
disaksikannya adalah sebuah pedataran luas, ditumbuhi sekitar seratus pohon
pohon besar.
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di sebelah tengah terdapat pohon paling besar dan paling tinggi. Rata-rata
pepohonan ini KARYA
25 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
bercabang banyak, memiliki dedaunan yang rimbun hingga pedataran itu tampak
suram menggidikan. Paling tidak pohon-pohon itu berusia rata-rata seratus
tahunan! Terdengar suara tawa mengekeh. Lalu menyusul lolongan panjang. Itu adalah tawa
dan lolongan sang Ratu.
"Anak manusia! Kau pasti kecele! Kau pasti menyangka akan melihat gedung besar
megah sebagai bangunan Istana! Yang kau saksikan justru hanya pohon-pohon besar!
Hik...hik... hik. Buka matamu lebih lebar! Kau belum melihat apa yang ada di
keseluruhan tempat ini! Saksikan sendiri kehebatan istanaku!"
Wiro kedip-kedipkan matanya lalu memandang berkeliling. Begitu matanya terbiasa
dengan keredupan di tempat itu maka mulutnya pun berseru tegang, matanya
mendelik. Apa yang dilihatnya benar-benar mengerikan. Berada di nerakakah dia
saat ini"!"
Di bawah pohon, terjepit antara batang dan akar besar-besar tampak kepala-kepala
manusia dibuat sebagai ganjalan. Setiap kepala tampak bergelimang darah mata
mendelik dan ada erangan keluar dari mulut mereka. Bagian leher hanya merupakan
kutungan mengerikan karena urat-uratnya tampak jelas berserabutan, melentiklentik memercikkan darah! Setiap pohon ada dua sampai tiga kepala yang berada
dalam keadaan seperti itu. Yang paling banyak adalah kutungan kepala di bawah
pohon paling besar. Di situ terdapat lebih dari lima kepala! Jika di tempat itu
terdapat seratus pohon berarti paling tidak ada dua ratus lima puluh kepala yang
dibuat jadi ganjalan seperti itu!
Kengerian itu bukan hanya sampai disitu. Di atas pepohonan Wiro menyaksikan
kengerian lain lagi. Disitu tampak beberapa sosok tubuh digantung berbagai cara.
Ada yang dengan kaki ke atas kepala ke bawah. Ada yang lehernya diikat langsung
ke cabang pohon.
Yang paling mengerikan ialah manusia-manusia yang digantung ke cabang pohon
dengan lidahnya sendiri! Kelihatannya lidah mereka ditarik keluar lalu lidah itu
dikatikan ke cabang pohon! Banyak diantara mayat yang tergantung itu berada
dalam keadaan perut terbuai hingga isi perutnya kelihatan jelas memberojot
keluar. Soal darah jangan disebut lagi. Rata-rata semua tubuh penuh gelimangan
darah! KARYA 26 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Gila! Apakah saat ini aku masih berada di dunia atau di neraka"!" membatin
Wiro. Dia memandang berkeliling lalu kembali melengak. Di bawah salah satu pohon dia
melihat satu sosok tubuh lelaki duduk bersila membelakanginya. Di lehernya
melilit seekor ular hitam belang hijau.
Walau tidak melihat wajah orang itu tapi Wiro yakin itu adalah pemuda yang
ditemuinya di hutan Rekso Pratolo, di depan reruntuhan gubuk tua. Pemuda yang
kemudian secara aneh berubah menjadi arca batu!
"Anak manusia! Akhirnya kau lihat juga pemuda itu! Juga ular itu! Binatang
itulah yang telah kau bunuh lima hari lalu...!" terdengar suara sang Ra'tu.
Sosoknya tidak kelihatan entah dimana.
"Lima hari..."!" Wiro mengulang terheran. Dia merasa yakin peristiwa itu baru
berlangsung siang tadi. Mengapa sang Ratu celaka itu menyebutnya lima hari lalu"
Terdengar tawa mengikik lalu suara lolongan srigala. "Kau tentu heran anak
manusia! Di tempat ini waktu berjalan lebih cepat dari waktu di alam kasarmu! Satu hari
di sana, lima hari disini. Dan ketahuilah di sini tidak ada siang ataupun
malam...! "Tidak ada siang tidak ada malam! Lalu bagaimana kalian tidur..."!"
Terdengar tawa dan lolongan riuh.
"Kami manusia-manusia Kerajaan Srigala tidak pernah mengenal apa yang dikatakan
tidur! Dan kaupun seumur-umur di sini tak akan bisa tidur anak manusia!"
terdengar sahutan sang Ratu.
"Seumur-umur"! Aku tak akan seumur-umur berada di tempat celaka ini! Aku akan
keluar dari sini dan dengar...Apa yang kalian lakukan padaku akan kubalas
setimpal berikut bunganya!" teriak Wiro pula.
Suara lolongan srigala yang riuh dan panjang menyambut ucapan Pendekar 212 itu.
Lalu terdengar suara Ratu srigala. "Mengangkat tanganmupun kau tidak sanggup,
bagaimana mungkin keluar dari tempat ini dan melakukan pembalasan"! Anak
manusia, apakah kau masih belum sadar bahwa kau saat ini tidak lagi berada dalam
alam kasarmu" Kau sudah berada dalam alam mahluk halus! Dan kau adalah satu
orang tawanan kami. Lihat, saksikan KARYA
27 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
berkeliling. Dua hari di muka nasibmu akan sama seperti tawanan-tawanan lainnya,
mungkin lebih buruk karena kau lebih berbahaya dari mereka!"
"Mengapa kau menawanku"! Aku yakin bukan soal kencing di bawah pohon itu saja
yang jadi alasan!"
Ratu srigala tertawa lalu melolong.
"Tampangmu tolol tapi otakmu cerdik juga! Memang kencing di pohon lima hari lalu
hanya pangkal sebab kesalahanmu. Justru memang ada yang lebih penting dan lebih
berbahaya dari itu. Kau hendak menghancurkan, meruntuhkan Kerajaanku!"
"Mahluk jejadian. Ternyata kau juga tolol...!"
Satu bayangan melompat ke arah Wiro. Terdengar suara sang Ratu. "Jangan hajar
dia. Biarkan dia terus berbicara! Anak manusia, lanjutkan ucapanmu!"
Bayangan yang tadi hendak menghantam mundur dengan cepat.
"Ayo lanjutkan kata-katamu. Mengapa kau katakan aku tolol?" terdengar suara Ratu
srigala. "Aku datang dari alam lain, sesuai ucapanmu! Mana aku tahu menahu tentang
Kerajaanmu! Apalagi berniat menghancurkannya! Apa itu tidak tolol"!"
"Anak manusia, kau tahu apa tentang alam halus dimana kau sekarang berada. Kau
sama sekali tidak tahu kalau dijadikan perkakas. Dijadikan alat orang-orang di
alam sana untuk menghancurkan kami. Sudahlah, apapun yang aku jelaskan kau tak
akan mengerti. Para prajurit, siapkan hidangan kelas satu untuk tawanan satu ini! Dia pasti
lapar dan haus!"
Hanya sekejapan mata saja tahu-tahu dihadapan Wiro sudah terhidang di atas daun
setumpuk nasi putih yang masih mengepul hangat, setumpuk sayur kangkung yang
ditumis dan menebar bau sedap, lalu sebuah bumbung bambu berisi tuak yang harum
sekali! Tenggorokan Pendekar 212 turun naik. Air liurnya terbit membasahi mulutnya yang
masih berdarah. Tapi ada rasa jijik dalam dirinya melihat hidangan itu.
"Anak manusia, silahkan makan. Anak buahku akan menolongmu. Sari Gali Dua, suapi
dia!' KARYA 28 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sementara itu bersernbunyi di salah satu pohon yang jauh dari tempat itu, dua
mahluk yang tak kelihatan berbisik satu sama lain.
"Dewi, apa yang bisa kita lakukan. Kalau makanan dan minuman itu sampai disantap
pemuda itu, makin parah keadaannya dan makin sulit kita menolongnya!"
"Aku tahu Dayang, aku tahu. Kita memang berada dalam kesulitan. Kita tak mungkin
menolongnya. Kita harus menunggu sambil mencari akal. Apakah kau ada membawa
potongan kemenyan itu...?"
"Ada Dewi, tapi bagaimana kita bisa memberikan padanya, apalagi menyuruhnya
menelannya?"
Dewi berpikir keras. Lalu dia berbisik, "Kau pergilah ke bagian timur. Timbulkan
keributan di sana pada saat mereka lengah, akan kucoba melemparkan sepotong
kecil kemenyan ke dalam sayur kangkung itu..."
Dayang mengangguk. Dia menyerahkan sepotong kemenyan pada sang Dewi lalu
tinggalkan tempat itu.
Tak lama kemudian...
Puluhan mahluk srigala berbadan manusia yang berjaga-jaga di bagian timur apa
yang disebutkan Istana itu tiba-tiba berseru dan melolong kaget ketika salah
satu pohon tiba-tiba bergoyang keras mengeluarkan suara berkereketan. Enam mayat
yang digantung di cabang pohon itu berpelantingan kian kemari lalu jatuh
bergedebukan ke tanah.
Mendengar ribut-ribut itu sang Ratu melolong keras dan memerintahkan anak
buahnya untuk menyelidik. Di saat itulah, tanpa ada satu pun yang tahu, sebuah
benda sebesar ujung jari kelingking melayang di udara dan jatuh tepat di atas
sayur kangkung yang terletak di atas daun di hadapan Wiro.
Seorang manusia srigala datang menghadap.
"Apa yang terjadi prajurit"!" tanya Ratu srigala.
"Pohon di sebelah sana tiba-tiba saja bergoyang keras seperti mau tumbang. Enam
mayat yang digantung jatuh ke tanah. Dua kepala yang jadi ganjalan mencelat
mental! Tapi KARYA
29 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
keadaan sudah kita kuasai Ratu walau kami tidak dapat mengetahui apa penyebab
kejadian itu..."
"Perintahkan semua prajurit untuk lebih berjaga-jaga. Aku yakin itu pekerjaan
mahluk putus asa srigala putih dan pembantunya!"
Sementara itu di bawah sana...
Ada rasa tidak enak membuat Wiro tak mau memakan hidangan yang disediakan. Tapi
dalam ketidakberdayaannya dia tidak mampu menolak. Nasi dan sayur disuapkan
dengan paksa kedalam mulutnya. Ketika dia hendak meludahkan makanan itu
tenggorokannya dicekik hingga akhirnya mau tak mau sayur dan nasi itu lewat juga
dirangkungannya.
Ternyata hidangan yang disantapnya itu sedap sekali rasanya. Hingga kalau tadi
Wiro merasa tidak suka, kini nasi dan sayur itu disantapnya dengan lahap sampai
habis termasuk secuil kemenyan yang ada di dalam sayur. Lalu tuak dalam bumbung
bambupun diteguknya sampai habis.
"Ratu, tawanan selesai bersantap. Menunggu perintahmu selanjutnya!" Sari Gali
Dua melapor. "Bawa dia ke ruang penantian. Dua hari di muka akan aku putuskan hukuman apa
yang bakal dijatuhkan. Jadi ganjalan tiang istana atau jadi kembang gantung
penghias langit-langit Istana!"
Sari Gali Dua menarik tengkuk pakaian putih Wiro. Dua orang prajurit manusia
srigala memegang lengannya. Terdengar suara lolongan panjang. Wiro merasakan
tubuhnya seperti dibawa terbang. Dia melayang ke atas sebatang pohon. Tubuhnya
disandarkan ke batang pohon sebelah atas, lalu segulung tali aneh dilibatkan ke
tubuhnya mulai dari kaki sampai ke dada, membuatnya laksana dipantek jadi satu
dengan batang pohon. Hanya satu jangkauan dari hadapannya, dua mayat tergantung
bergoyang-goyang. Satu digantung kaki ke atas kepala ke-bawah, lainnya digantung
pada lehernya dan mukanya dengan mata mendelik dan lidah mencelet menghadap ke
arah Wiro! Wiro hendak mengucap menyebut nama Tuhan, tapi aneh lidahnya terasa seperti
kelu. Ini bukan lain disebabkan oleh nasi dan sayur serta tuak yang disantapnya
barusan. Masih KARYA
30 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
untung ada secuil kemenyan yang ikut tertelan, kalau tidak keadaannya akan lebih
parah. Bukan saja dia akan lupa pada Yang Maha Kuasa, tapi dia juga bisa lupa terhadap
dirinya sendiri. Berada dalam keadaan terikat di atas pohon setinggi itu dalam
keadaan tubuh lemah lunglai, Pendekar 212 Wiro Sableng berusaha menguatkan diri.
Tapi sia-sia saja. Tak berapa lama kemudian kelihatan kepalanya terkulai ke
bawah. Pendekar ini jatuh pingsan.
*** KARYA 31 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
6 "DEWI, KULIHAT KEADAAN DI ISTANA srigala iblis sunyi. Sebagian dari mereka
berburu tawanan baru di rimba Rekso Pratolo sebelah selatan. Sang Ratu keparat
itu tengah berbincang-bincang dengan tiga pembantunya. Mungkin tengah menetapkan
hukum-, an apa yang bakal dijatuhkan terhadap tawanan baru itu. Kurasa inilah
saatnya kita berusaha menyelinap menolong tawanan itu..."
Sang Dewi terdiam beberapa ketika, lalu berkata: "Aku kawatir jangan-jangan ini
adalah satu perangkap yang sengaja dibuat oleh Ratu celaka itu. Kita harus
berhati-hati Dayang. Ingat luka di punggungmu masih belum sembuh ketika anak
buah srigala iblis itu memergoki penyelinapan kita tiga minggu lalu dan sempat
mencakar punggungmu"!"
"Apa yang telah kualami tidak membuatku takut, Dewi. Aku bersedia melakukan dan
mengorbankan apa saja, bahkan nyawa sekalipun. Asal bisa terlepas dan keluar
dari alam mahluk halus ini!"
"Aku terharu mendengar ucapanmu dan menyaksikan kesetiaanmu Dayang. Mudahmudahan para Dewa akan menolong kita. Mari kita melakukan pengintaian. Ingat,
jika kita sampai ketahuan, kita harus lari berpencar agar mereka lebih susah
mengejar kita."
Dayang mengangguk. Lalu kedua mahluk tanpa wujud itu berkelebat menuju kelompok
pepohonan yang menjadi kawasan Istana Ratu srigala hitam.
"Kita tak bisa menembus lapisan kabut di kiri kanan dan atas belakang kawasan
Istana. Kita harus lewat pintu gerbang kepala srigala. Hati-hatilah Dayang..." bisik
Dewi. Saat itu ada dua penjaga berdiri di mulut pintu gerbang. Keduanya adalah
manusia-manusia srigala berkepandaian tinggi dalam ilmu hitam. Ketika Dewi dan
Dayang mendekati pintu gerbang itu, keduanya segera mencium bau para pendatang
ini. "Aku mencium bau semerbak. Tapi ini bukan harumnya bau tubuh Ratu kita." kata
salah seorang dari manusia srigala itu. Dia mendongak ke atas tapi tak melihat
apa-apa. Lalu KARYA
32 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
dia memberi isyarat pada temannya. Kedua manusia srigala ini segera melangkah ke
pertengahan pintu gerbang, mengangkat kedua tangan ke atas menutup jalan masuk.
"Dayang, kita tak bisa melewati kedua pengawal itu. Kita harus melakukan sesuatu
untuk membuat mereka beranjak dari pintu gerbang itu!"
Dayang menghela nafas dalam. "Inilah nasib buruk kita. Kena sumpah jadi mahluk
halus, tak terlihat oleh mata siapapun tapi tetap saja tubuh kasar kita tak bisa
menyelinap seperti hembusan angin..."
"Kau tak usah putus asa Dayang. Keadaan itu membedakan kita dengan mahluk-mahluk
halus seperti srigala-srigala iblis itu. Berarti walau entah kapan sekalipun
kita masih bisa kembali ke alam dunia kita semula," kata sang Dewi pula.
"Dewi, aku akan menyalakan api di depan pintu gerbang lalu mengerang seperti
orang sekarat minta tolong. Begitu mereka bergerak meninggalkan pintu gerbang,
kita harus cepat-cepat menyelinap..."
"Otakmu cerdik. Lekas lakukan hal itu. Aku menunggu di samping pintu gerbang,
menjaga segala kemungkinan!"
Dayang tinggalkan sang Dewi. Sejarak lima tombak dari pintu gerbang berbentuk
kepala srigala raksasa itu dia membakar semak belukar lalu keluarkan suara minta
tolong sambil mengerang.
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa yang terjadi di depan pintu gerbang itu serta merta menarik perhatian dua
pengawal. "Ada api di sebelah sana...!"
"Aku mendengar suara perempuan mengerang..."
"Aku juga! Mari kita menyelidik!"
Dua prajurit penjaga pintu gerbang melompat. Pada saat itulah Dewi dan Dayang
masuk menyelinap.
"Kurang.ajar! Kita tertipu!" seru salah seorang manusia srigala ketika api yang
tadi terlihat dari jauh tiba-tiba saja lenyap begitu juga suara erangan minta
tolong! "Lekas kembali ke pintu gerbang!" Kedua manusia srigala itu cepat
kembali ke pintu gerbang, tapi KARYA
33 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
mereka menyadari kalau sudah kebobolan. Keduanya mencium bau harum di sekitar
pintu gerbang itu.
"Lekas lapor pada Ratu!" kata salah seorang diantara mereka dengan suara
bergetar karena takut. Dia tahu hukuman apa yang bakal dijatuhkan terhadapnya
dan kawannya. Ketika peristiwa itu disampaikan pada Ratu srigala, marahlah manusia srigala
bertubuh perempuan ini.
"Ganti penjagaan di pintu gerbang. Seret dua pengawal ceroboh itu ke tiang
gantungan!" perintah Ratu.
Dua pengawal jatuhkan diri berlutut minta ampun. Tapi sang Ratu tidak
perdulikan. Dia memberi isyarat. Lima prajurit segera bergerak jalankan perintah di bawah
pimpinan Sari Gali Tiga. Dua puluh prajurit disebar ke berbagai penjuru untuk
melakukan penyelidikan dan pengawasan. Sang Ratu sendiri melayang ke atas pohon
besar yang menjadi tempat ketidurannya. Dari sini dia memandang tajam dan
kerahkan penciumannya. Ada bau harum masuk ke dalam jalan pernafasannya.
Pertanda Istananya memang telah kemasukan musuh!
"Lipat gandakan penjagaan di pintu gerbang! Penyusup sudah masuk ke tempat kita!
Jangan sampai lolos keluar!" teriak Ratu srigala lalu laksana terbang tubuhnya
melesat ke arah pohon dimana Pendekar 212 berada. Di pohon itu dilihatnya Wiro
Sableng masih berada dalam keadaan terikat dan pingsan. Dia memandang
berkeliling. Tak tampak mahluk lain di sekitar situ. Tapi dia yakin ada yang
telah menyusup!
Maka Ratu srigala ini lantas berteriak: "Dewi! Dayang! Jangan kalian kira aku
tidak tahu kehadiranmu disini! Kalian terlalu pengecut untuk memperlihatkan
diri! Apakah kalian sangka bias lolos keluar dari sini"! Sampai kiamat kalian
tidak akan mampu kembali ke ujud semula! Ha... ha...ha...!"
Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara sitiran angin bergemerisik di daun
pepohonan. Saat itu Pendekar 212 Wiro Sableng yang tadi pingsan mulai sadarkan
diri. Dia mampu melihat sosok tubuh berupa kepala srigala bertubuh perempuan di
hadapannya KARYA
34 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
walau dalam keadaan samar-samar. Ketika Ratu srigala memandang ke jurusannya
pendekar ini kembali berpura-pura pingsan.
Ratu srigala mendengus. "Jangan berpura-pura. Kau kira aku tidak tahu kalau kau
sudah siuman!" bentak sang Ratu lalu jambak rambut Wiro hingga pemuda ini
menyeringai kesakitan.
"Besok hukuman atas dirimu dijatuhkan! Tamat sudah riwayatmu, anak manusia! Kau
tak bakal dapat kembali ke duniamu! Seumur-umur tubuhmu akan tersiksa, mati
tidak hiduppun tidak!"
Wiro buka kedua matanya. Lalu menjawab. "Bagiku hidup atau mati sama saja. Yang
aku kawatirkan justru keadaan dirimu, Ratu srigala..."
Mulut Ratu sengaja membuka lebar, lidahnya menjulur dan sepasang matanya
mendelik ke arah Wiro yang terikat dan terpentang di batang pohon.
"Anak manusia, apa maksudmu"!" sentak Ratu srigala.
"Menyiksa atau membunuh diriku tak ada artinya... Itu tidak akan membuat dirimu
bisa kembali ke bentukmu semula! Seumur-umur kau tetap akan jadi perempuan
srigala!" "Manusia keparat, jangan kau berani berkata lancang padaku!"
"Aku tidak lancang! Justru aku ingin menolongmu!" sahut Wiro.
Ratu srigala mendengus lalu tertawa panjang dan diakhiri dengan lolongan
menggidikkan. "Apa yang bisa kau tolong anak manusia" Apa kemampuanmu"! Saat ini membebaskan
dirimu saja kau tidak sanggup!"
"Memang aku tidak sanggup. Tapi kau sendiri yang akan menolong melepaskan
diriku. Lihat saja nanti!"
"Apa maksudmu"!"
Wiro tertawa lebar walaupun untuk tertawa begitu bibirnya yang pecah terasa
sakit. "Kau hidup di Istana megah ini sebagai seorang Ratu. Tapi apa yang kau dapat"
Apakah kau mendapat kebahagiaan dan kesenangan"!"
"Aku Ratu srigala tidak butuh kesenangan atau kebahagiaan!"
KARYA 35 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Jangan membohongi diri sendiri. Yang namanya mahluk, biar manusia atau setan
dan jin, ataupun mahluk jejadian tetap membutuhkan kesenangan dan kebahagiaan!
Dan sebagai seorang perempuan apakah kau tidak pernah memikirkan seorang lelaki
pendamping"
Seorang suami"!"
Ratu srigala tertawa panjang.
"Dalam dunia kami tidak ada yang dinamakan suami itu. Semua srigala lelaki di
sini bisa jadi suami setiap saat aku ataupun pembantu-pembantuku maui" ujar Ratu
srigala pula. "Seorang Ratu secantikmu, bersuamikan lelaki berkepala srigala, apa itu
lucu...?" "Kurobek mulutmu!"
"Dengar Ratu, jika kau mau membebaskan aku, aku bersedia menjadi pendampinmu di
Kerajaan ini..."
"Manusia tidak tahu diri!" sentak Ratu srigala. Tangan kanannya bergerak.
Plaak! Satu tamparan mendarat di muka Pendekar 212 Wiro Sableng. Pemuda ini mengeluh
pendek lalu jatuh pingsan. Ratu srigala pandangi Wiro sesaat kemudian tinggalkan
tempat itu. *** KARYA 36 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
7 "RATU KEPARAT ITU SUDAH PERGI, DAYANG...mari kita dekati pemuda itu..."
Dewi berbisik pada pembantunya. Kedua mahluk tanpa wujud ini keluar dari balik
pohon besar, melayang ke atas cabang pohon di mana Pendekar 212 berada dalam
keadaan terikat.
"Dia masih pingsan Dewi. Tamparan Ratu srigala tadi keras sekali! Biar kutolong
agar dia sadar..." berkata Dayang. Lalu dia mengurut beberapa bagian di kepala
Pendekar 212, juga urat besar pada pangkal lehernya. Dari balik kembennya Dayang
kemudian keluarkan sehelai sapu tangan yang menebar bau harum. Sapu tangan ini
diusapkannya ke hidung Wiro. Sesaat kemudian Pendekar 212 terbatuk-batuk. Dayang
cepat tekap mulut pemuda itu agar suara batuknya tidak terdengar.
Merasa ada yang memegang kepalanya Wiro buka kedua mata. Dia sama sekali tidak
melihat siapapun. Tapi jelas terasa ada yang menekap mulutnya!
"Hantu atau jin apa pula ini"!" ujar Wiro. Dibukanya mulutnya lalu digigitnya
tangan yang menekap. Terdengar suara jeritan. Suara jerit perempuan!
"Pemuda nakal! Orang hendak menolong mengapa kau gigit tanganku"!" ujar Dayang
lalu lepaskan tekapannya.
"Siapa kau" Aku tidak melihat siapa-siapa!" ujar Wiro.
"Ssst...Bicara lebih perlahan. Jangan sampai terdengar srigala-srigala iblis!"
yang berbisik Dewi.
"Hemm... Ada dua perempuan di dekatku! Tampang dan sosoknya tidak kulihat.
Kalian pasti mahluk-mahluk halus yang kesasar ke pohon ini...!"
"Dengar, kami berdua bermaksud menolongmu. Dengan perjanjian bahwa kau juga
bersedia menolong kami!" berkata Dayang.
"Kami... Kami! Siapa kalian berdua ini?" tanya Wiro tambah heran. "Aku mencium
bau harum semerbak. Kalian bukan anak buahnya Ratu srigala itu?"
KARYA 37 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Justru mereka adalah musuh-musuh kami!" jawab Dewi.
"Kalian belum menerangkan siapa diri kalian."
"Aku Dewi..."
"Aku Dayang, pembantu Dewi..."
"Aku Wiro Sableng. Tawanan Ratu srigala. Soal tolong menolong apa yang kalian
bicarakan ini?"
"Jika kita bergabung, kita pasti bisa keiuar dari Kerajaan iblis ini..."
"Eh, baiknya kalian perlihatkan dulu tampang-tampang kalian. Aku tidak sudi
bicara dengan angin!"
"Kami bukan angin," sahut Dayang. "Kami tidak bisa memperlihatkan diri karena
sekali terlihat oleh Ratu srigala atau anak buahnya bisa celaka!"
"Penderitaanku saat ini bukan olah-olah. Jangan tambah dengan segala macam
keanehan edan! Aku tidak bersedia berurusan dengan segala macam setan!"
"Mulutmu lancang sekali. Pantas Ratu srigala menamparmu tadi!" kata sang Dewi.
"Dengar, jika kita tidak saling kerja sama, sampai kiamat kita akan berada dalam
alam gelap hitam dan sesat ini. Dan besok kau bakal dijatuhi hukaman. Berarti
sampai kiamat kau akan tersiksa. Mati tidak hiduppun tidak. Mungkin kepalamu
akan dijadikan ganjalan pohon besar kediaman Ratu srigala. Mungkin juga
digantung kaki ke atas kepala ke bawah!
Apa kau suka dibuat seperti itu"!"
"Jangan-jangan kalian kaki tangan Ratu srigala yang hendak menjebakku!" kata
Wiro. "Akalmu pendek amat. Kau tahu, kalau Dewiku tidak menolongmu keadaanmu saat ini
pasti jauh lebih parah. Daging tubuhmu akan mengkerut dan otakmu tak bisa
bekerja wajar lagi..."
"Begitu..." Pertolongan apa yang sudah dilakukan Dewimu itu?" tanya Wiro.
"Dia telah melemparkan sepotong kemenyan mujizat ke dalam sayur yang tadi kau
santap. Tanpa kemenyan itu ikut tertelan olehmu nasibmu seperti yang aku bilang
tadi!" "Bagaiman aku bisa percaya apa yang kau katakana itu tidak dusta"!" ujar Wiro
pula. "Kau masih saja tidak percaya pada kami." Kata Dayang hampir putus asa.
KARYA 38 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Katakan saja apa sebenarnya yang tadi disantap dan diminumnya itu!" terdengar
suara sang Dewi.
"Memangnya apa yang sudah kumakan dan kuminum"!" tanya Wiro.
Maka Dayangpun menjawan, "Apa yang kau lihat sebagai nasi putih mengepul bukan
lain adalah kotoran mahluk-mahluk srigala."
"Apa"!" Kedua mata Wiro membelalak.
"Sayur yang kau lahap adalah cacing-cacing tanah!"
"Ah! Tidak mungkin!" seru Wiro. Perutnya jadi mual.
"Sstttt! Jangan membuka mulut keras-keras!" memperingatkan Dewi.
Lagi Dayang menyambung, "Dan tuak dalam bumbung yang kau teguk habis itu adalah
air kencing manusia-manusia srigala itu!"
Wiro ternganga. "Aku tidak percaya..." katanya. "Aku jelas-jelas melihat nasi
putih, sayur kangkung dan tuak harum!"
Sang Dewi tertawa lalu berkata: "Dalam dunia halus, mata orang biasa menjadi
terbalik. Apa yang dilihatnya bisa tidak sama dengan yang sebenarnya. Dan itu
yang terjadi dengan dirimu..."
"Kalau memang begitu, dan kau punya niat menolongku, mengapa kau tidak mencegah
aku menyantap kotoran, cacing dan air kencing itu....?"
"Kami berdua tidak punya kemampuan untuk melakukannya!"
"Kalau begitu berarti kau bohong besar mengatakan hendak bergabung dan saling
menolong! Kau tidak mampu!"
"Kami berdua memang tidak mungkin. Tapi bersamamu kami bisa! Kau mempunyai
kesaktian luar biasa untuk bisa menghancurkan Kerajaan srigala iblis..."
"Dalam keadaan tidak berdaya begini apa yang bisa kulakukan selain menerima
nasib...!"
"Jangan buru-buru putus asa! Bukankah sudah kami katakan kami akan menolongmu?"
ujar Dayang. KARYA 39 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Selama aku tidak melihat ujud kalian berdua, aku tak akan percaya. Apalagi
saling tolong menolong!"
Dayang dan Dewi saling pandang, lalu saling berbisik. Kemudian terdengar suara
Dewi. "Jika kami perlihatkan wujud kami, apakah kau tidak akan menyesal dan
membatalkan perjanjian saling menolong?"
"Aku akan memegang janji!" jawab Wiro.
"Kalau begitu lihatlah baik-baik. Kami hanya bisa memperlihatkan diri dalam
sekejapan mata saja!" kata Dewi.
Wiro buka matanya besar-besar. Ada angin bersiur di hadapannya. Sesaat kemudian
dua sosok tubuh muncul di depannya. Keduanya berupa sosok perempuan berkepala
srigala. Bedanya dengan manusia-manusia srigala sebelumnya dua srigala ini berbulu putih.
Yang satu memiliki tubuh dan kulit serta pakaian bagus. Seperti Ratu srigala,
srigala putih yang satu ini juga memiliki mahkota kecil di kepalanya. Tubuhnya
Dendam Iblis Seribu Wajah 15 Pendekar Cambuk Naga 9 Iblis Pulau Keramat Murka Sang Iblis 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama