Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan Bagian 2
kalung itu yang katanya sanggup membunuhku. Sekarang kalung itu tak ada
padaku...."
"Hemmm, sudah kau serahkan pula pada seorang gadis cantik?" tanya Wiro.
"Anak setan! Jangan mengejek!" bentak Tua Gila dengan mata lebar melotot.
Wiro menahan tawa sambil garuk-garuk kepala.
"Kalung mustika itu lenyap. Aku yakin pasti jatuh masuk ke dalam laut sewaktu
diserang oleh Sika Sure Jelantik. Dia menginginkan Kalung Permata Kejora
itu...." "Kurasa benda itu belum ada di tangannya...."
"Benar, otakmu cerdik juga. Setiap kali hendak membunuhku dia selalu menanyakan
di mana beradanya kalung itu. Aku khawatir kalau-kalau benda itu jatuh ke tangan
orang lain...."
"Apa Sabai Nan Rancak tahu kalau kalung itu berada padamu?" tanya murid Sinto
Gendeng. "Aku pernah mengatakan padanya tapi tidak memberi tahu di mana beradanya karena
memang aku sendiri tidak tahu benda itu hilang entah di mana...."
"Kalau begitu besar kemungkinan kalung itu masih berada di dasar laut tempat kau
diserang oleh Sika Sure Jelantik. Atau barangkali juga berada di tangan anak
buah Ratu Duyung...."
Tua Gila jambak-jambak rambut putihnya yang tipis. "Aku tidak yakin Ratu Duyung
mengambil benda itu sewaktu aku pingsan di tengah laut. Kalau dia menemukan
pasti akan dikembalikan padaku. Lagi pula waktu aku meninggalkan tempat
kediamannya aku tidak bertemu dengan dia. Menurut anak buahnya Ratu Duyung
tengah berada di satu tempat untuk satu urusan penting.... Kapan terakhir sekali
kau bertemu dengan dia?"
Wiro coba mengingat. "Waktu itu aku sedang bersama Bidadari Angin Timur. Ratu
Duyung tiba-tiba muncul. Agaknya dia merasa tidak enak atau cemburu melihat aku
berdua-duaan dengan Bidadari Angin Timur lalu pergi begitu saja tanpa sempat
Jagal Iblis Makam Setan 21
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
membicarakan apa-apa. Bidadari Angin Timur sendiri kemudian pergi pula tanpa
setahuku. Agaknya dia juga menanam rasa cemburu besar terhadap Ratu Duyung."
Tua Gila tertawa terkekeh dan goleng-golengkan kepalanya berulang kali.
"Kek, apa yang lucu" Ada apa kau ketawa?"
"Aku wajib mengingatkan dirimu, anak muda! Kau tahu akibat ulahku di masa muda,
terlalu banyak punya kekasih di hari tua begini semua mereka itu menjadi
musuhku! Ingin membunuhku! Aku tidak ingin hal seperti itu terjadi atas dirimu!"
"Aku memang banyak kenalan gadis-gadis cantik Kek. Tapi mereka semua adalah
teman-teman biasa, mungkin kuanggap sebagai saudara. Soal kekasih yang aku suka
cuma seorang. Yaitu Bidadari Angin Timur...."
Tua Gila kembali tertawa. "Sifat pemuda dan pemudi kalau sering berdekatan,
walau tadinya tidak ada hubungan apa-apa bisa saja terjadi sesuatu. Kau tahu,
anak muda. Kalau di satu tempat misalnya kau hanya berdua saja dengan seekor
kambing. Lama-lama kambing itu bisa saja kau lihat cantik juga, seperti
cantiknya seorang gadis! Hik... hik... hik!
Apa lagi seorang gadis sungguhan walau tadinya kau tidak menyukainya. Jadi hatihati anak muda! Jangan sampai nanti ada yang bilang gurunya kencing berdiri
muridnya kencing menungging! Ha... ha... ha...!"
Tua Gila usap dua matanya yang lebar dan berair. Dia memandang ke langit.
"Matahari sudah tinggi. Cukup lama kita meninggalkan nenek itu...."
"Kalau begitu kita segera saja kembali ke goa," kata Wiro.
"Ya, tapi masih ada satu hal yang ingin kusampaikan padamu...."
"Apa lagi Kek?" tanya Wiro kurang sabaran.
"Belakangan ini ada kabar yang meriwayatkan adanya satu makam disebut Makam
Setan di sebuah pulau di pantai barat Andalas.... Aku jadi ingat pada peristiwa
yang kita alami beberapa waktu lalu. Datuk Tinggi Raja Di Langit! Bangsat yang
menjerumuskan kita ke dalam makam batu! Mungkinkah dia masih hidup?"
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu Kek?" tanya Wiro.
"Di pantai barat pulau Andalas ramai dibicarakan orang tentang sebuah kuburan
yang diberi nama Makam Setan. Kalau ternyata makam ini ada sangkut pautnya
dengan Datuk Tinggi Raja Di Langit...."
"Mengapa setan tua itu masih kau pikirkan Kek" Dia sudah lama jadi jerangkong di
liang batu itu!" kata Wiro pula. "Baiknya kita segera kembali ke goa Kek."
Tua Gila mengangguk.
Ketika mereka sampai di goa di kaki bukit, Sika Sure Jelantik tak ada lagi di
tempat itu. "Apa yang terjadi?" ujar Tua Gila sambil memandang berkeliling.
"Jangan-jangan nenek itu kabur melarikan diri," ujar Wiro.
"Tidak mungkin. Kakinya masih cidera. Lagi pula dia masih dalam keadaan tertotok
ketika kita tinggalkan. Sesuatu telah terjadi. Ada orang yang menculiknya! Kau
tunggu di sini. Aku akan menyelidik keadaan sekitar sini."
Tak lama kemudian Tua Gila muncul kembali. "Tak ada tanda-tanda ke mana
lenyapnya nenek itu."
Wiro menunjuk ke tanah di depan mulut goa. "Ada bekas-bekas telapakan kaki.
Lebih dari dua orang."
Jagal Iblis Makam Setan 22
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Kau betul, aku bisa membedakan jejak mereka dengan bekas kaki kita! Bagaimana
sekarang...?"
"Aku harus mencarinya," jawab Tua Gila.
"Kau bermaksud mencari nenek itu" Buat apa mempersusah diri" Padahal dia benci
setengah mati padamu!"
"Soal kebencian itu tidak ada hubungannya dengan kelenyapannya! Aku harus
menyelidik, Wiro."
"Nenek brengsek itu hendak membunuhmu! Mengapa kini kau mengkhawatirkan dirinya"
Ingat urusan di masa muda" Kalau kau berpikir sampai ke situ, dia benar-benar
akan membuatmu celaka! Heran.... Nenek jelek begitu saja masih ada yang mau
menculik...."
"Jaga mulutmu anak muda!" hardik Tua Gila dengan berang. "Terserah kau mau
bilang apa. Bagaimana pun aku harus mencarinya...."
"Jangan harap sekali ini aku mau ikut denganmu Kek," kata Wiro.
Tua Gila tampak cemberut/Dengan ketus dia menjawab. "Aku juga tidak mengajakmu!"
Tua Gila siap berkelebat pergi.
"Tunggui" seru Wiro.
"Anak setan! Apa lagi maumu"!" bentak Tua Gila. Bola matanya seperti mau keluar
dari rongganya yang cekung.
Wiro menunjuk ke batang pohon besar di belakang Tua Gila. "Lihat! Ada guratan
tulisan di batang pohon itu!"
,"Kau bergurau atau hendak menipuku anak muda"!"
"Siapa bergurau! Siapa menipu! Lihat dan baca sendiri!" ujar Wiro setengah
kesal. Lalu melangkah melewati si orang tua mendekati pohon besar.
Tua Gila putar tubuhnya. Apa yang dikatakan Pendekar 212 memang bukan senda
gurau. Pada batang pohon yang kulitnya terkelupas ada sebaris tulisan berbunyi:
"Jika ingin mencari Sika Sure Jelantik silahkan datang ke Lembah Akhirat!"
"Jahanam!" rutuk Tua Gila.
"Nenek itu agaknya diculik oleh orang-orang Lembah Akhirat Kek!" kata Wiro
dengan suara bergetar.
"Pasti! Aku memang akan menuju ke sana! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Sika
akan aku ratakan seluruh Lembah Akhirat!"
"Kek, jangan terlalu bersemangat menolong bekas kekasihmu itu...."
"Tutup mulutmu! Diam!" bentak Tua Gila.
Wiro garuk-garuk kepala. Bagaimana aku harus memberitahu monyet yang jauh lebih
tua dariku ini!" katanya dalam hati. "Kalau kau tidak memperbolehkan aku bicara
terserah saja! Mulutku jadi tidak pegal karena tak perlu banyak bicara! Tapi
kalau semua ini hanya tipuan belaka, kau akan celaka tiga belas Kek. Aku
khawatir orang-orang Lembah Akhirat menjebakmu dengan sengaja menculik nenek
itu. Kalaupun kau sanggup membebaskan Sika Sure Jelantik lalu apa untungmu" Apa
sebenarnya maumu menyelamatkan orang yang jelas-jelas telah mencoba membunuhmu
sampai beberapa kali!"
"Sudah! Kau urus urusanmu. Aku urus urusanku!" Habis berkata begitu Tua Gila
lantas berkelebat tinggalkan tempat itu.
"Dasar orang tua gila!" gerutu Wiro sendirian.
Jagal Iblis Makam Setan 23
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ TUJUH pa sebenarnya yang telah terjadi dengan Sika Sure Jelantik" Hanya sesaat setelah
Tua Gila dan Wiro sampai di tepi mata air tempat mereka berbincang-bincang tibaAtiba muncul tiga orang bertampang dan berpakaian aneh di depan goa. Dua orang
mengenakan jubah merah, memiliki wajah dan rambut berwarna merah seperti dicat.
Masing-masing memegang sebatang tongkat yang bagian tengahnya ditancapi sebuah
tengkorak kepala manusia.
Orang ke tiga adalah yang paling angker di antara manusia-manusia aneh ini. Dia
mengenakan jubah gombrong warna merah. Wajahnya tanpa alis, berwarna merah dan
hidungnya ditancapi sepotong tulang manusia. Di atas kepalanya bertengger rambut
merah pekat, keriting kecil dan lebat berbentuk batok kelapa.
Dari ciri-ciri ke tiga orang itu jelas sudah bahwa mereka adalah orang-orang
dari Lembah Akhirat. Yang berpakaian gombrong dikenal dengan julukan Pengiring
Mayat Muka Merah, salah satu dari tiga tangan kanan pembantu Datuk Lembah
Akhirat. "Kita sudah terlalu lama meninggalkan Lembah Akhirat! Kalau hari ini tidak
berhasil mencari tahu di mana adanya Pengiring Mayat Muka Hijau, kita harus
segera kembali!"
Berkata Pengiring Mayat Muka Merah sambil memandang ke arah goa. Setelah
memperhatikan tanah di depan goa dia melanjutkan. "Ada bekas-bekas kaki walaupun
tersamar. Cepat kalian menyelidik ke dalam goa!"
Dua lelaki bermuka merah yang memegang tombak berkepala tengkorak serta meria
menyelinap masuk ke dalam goa. Sesaat kemudian salah seorang di antara mereka
keluar lagi dan memberi tahu.
"Ada seorang nenek bertampang angker tergeletak di lantai goa. Dua kakinya dalam
keadaan cidera. Tubuhnya kaku tak bisa bergerak...."
"Sudah mampus atau masih hidup"!" sentak Pengiring Mayat Muka Merah.
"Masih hidup. Pasti masih hidup karena ada hembusan nafas keluar dari hidungnya
dan erangan halus dari mulutnya."
Pengiring Mayat Muka Merah mendorong anak buahnya ke samping lalu melompat masuk
ke dalam goa. Seperti yang diterangkan tadi di lantai goa tampak terbujur
seorang nenek berjubah hitam. Sepasang kakinya dilumuri ampas berwarna hijau dan
diikat dengan beberapa ranting kayu. Dua mata si nenek yang tertutup perlahanlahan membuka. Lalu mulutnya menghardik.
"Siapa kalian" Setan atau masih bisa disebut manusia"!"
Dua anak buah Pengiring Mayat Muka Merah tersurut saking kagetnya disentak
demikian. Pengiring Mayat Muka Merah tampak tenang. Dia memperhatikan tampang si
nenek dengan seksama lalu menyeringai.
"Nenek sakti Sika Sure Jelantik! Sungguh peruntungan kami besar sekali hari ini.
Tidak menyangka akan bertemu dengan seorang tokoh besar sepertimu!"
"Kau kenal diriku! Huh! Kau sendiri siapa"!" Sika Sure Jelantik kerutkan kening
dan pelototkan mata.
"Kami orang-orang Lembah Akhirat. Aku Pengiring Mayat Muka Merah, pembantu
kepercayaan Datuk Lembah Akhirat!"
Jagal Iblis Makam Setan 24
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Tampang si nenek sesaat berubah. "Mereka bukan orang baik-baik. Aku sudah
menyirap kabar orang-orang Lembah Akhirat jahat dan busuk. Penuh tipu daya dan
kejam luar biasa!"
"Aku tidak suka melihat tampang-tampang kalian! Lekas keluar dari dalam goa
ini!" "Kau tidak suka kami tidak jadi apa. Tapi kami justru suka dirimu!" jawab
Pengiring Mayat Muka Merah. "Kulihat dua kakimu cidera. Agaknya ada tulang yang
patah, ijinkan kami menolongmu."
"Aku tidak butuh pertolonganmu! Keluar!"
"Kami akan keluar jika itu maumu. Tapi aku merasa kasihan. Kau agaknya merasa
tidak perlu ditolong karena telah ada yang menolong.. Bukan begitu?"
"Apa urusanmu!"
"Kami memang tidak ada urusan. Tapi ada satu hai yang perlu aku beri tahu
padamu," kata Pengiring Mayat Muka Merah. "Siapapun yang kau anggap telah
menolong mengobati cidera pada kedua kakimu sebenarnya orangnya telah menipu
dirimu. Dia sebenarnya bermaksud jahat dan keji!"
"Jangan bicara ngacok!"
"Pertama, kalau orang hendak menolong, mengapa tubuhmu dalam keadaan tertotok"!
Kedua obat yang dipakai melumuri dua kakimu yang cidera adalah ramuan tumbuk
berasal dari dedaunan beracun!"
Sepasang mata Sika Sure Jelantik kembali mendelik. "Kau mau menipuku!"
"Apa untungnya aku menipumu" Dengar, dalam waktu dua hari ke dua kakimu akan
mulai membusuk akibat racun jahat. Racun kemudian akan menjalar ke sekujur
tubuhmu. Kalau jantungmu tak sampai berhenti berdetak dan kau masih bisa bertahan hidup
maka anggota badanmu akan lumpuh dan kedua matamu akan buta!"
Paras Sika Sure Jelantik semakin berubah.
"Jika kau tidak mau kami tolong, maka tidak ada gunanya kami berlama-lama di
sini. Selamat tinggal nenek yang malang...."
Sika Sure Jelantik memandang berkeliling.
"Kau mencari orang yang katamu telah menolongmu?" ujar Pengiring Mayat Muka
Merah. "Dia pasti sudah lama meninggalkan kau di sini. Membiarkan dirimu
menderita sengsara dan menemui kematian secara perlahan-lahan...." Habis berkata
begitu Pengiring Mayat Muka Merah memberi isyarat pada ke dua anak buahnya.
Mereka lalu sama bergerak menuju mulut goa.
"Tunggu!" seru Sika Sure Jelantik.
"Hemm.... Ada sesuatu yang hendak kau katakan Nek?" tanya Pengiring Mayat Muka
Merah. "Kau tadi mengatakan hendak menolongku..."
"Benar!"
"Bagaimana caranya?"
"Kami memiliki sejenis obat yang ampuh. Kau bisa sembuh dalam waktu satu hari
satu malam...." "Kalau begitu lakukanlah. Mana obat itu!"
Pengiring Mayat Muka Merah melangkah mendekati sosok Sika Sure Jelantik. "Obat
itu tidak kami bawa saat ini. Obat itu tersimpan di Lembah Akhirat. Kami akan
membawamu ke sana jika kau memang suka ditolong!"
Jagal Iblis Makam Setan 25
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Jahanam! Bangsat bermuka merah ini jangan-jangan memang hendak menipuku!"
membatin Sika Sure Jelantik.
Pengiring Mayat Muka Merah letakkan telapak tangan kirinya di atas kening si
nenek lalu berkata. "Tubuhmu agak panas. Pertanda racun jahat dari tumbukan
dedaunan itu mulai bekerja. Waktumu sangat terbatas. Perjalanan ke Lembah
Akhirat tidak dekat. Jika kita berangkat sekarang, lusa pagi baru sampai. Kurasa
nyawamu masih bisa tertolong...."
Sika Sure Jelantik memandang melotot ke langit-langit goa. Dari mulutnya
terdengar kutuk serapah walaupun perlahan. "Tua Gila keparat! Kau benar-benar jahanam!"
"Ah, jadi itukah orangnya yang telah mencelakaimu Nek?" ujar Pengiring Mayat
Muka Merah dengan seringai penuh arti. "Kau tak usah khawatir! Kalau kau sudah
sembuh Datuk Lembah Akhirat pasti akan menolongmu mencari jalan agar kau bisa
membalas dendam...."
"Dari dulu-dulu aku memang sudah punya niat untuk membunuhnya! Tapi belum
kesampaian...!" kata Sika Sure Jelantik pula yang jelas sudah terpengaruh oleh
kata-kata bujukan orang.
"Maksudmu akan kesampaian. Selain itu siapa tahu kau berjodoh dengan Kitab
Wasiat Malaikat...."
"Apa betul kitab sakti itu benar-benar ada?" tanya si nenek yang semakin
terpikat
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja ada. Datuk Lembah Akhirat yang memegangnya. Dia akan memberikan pada
seseorang yang dianggapnya cocok. Siapa tahu Datuk Lembah Akhirat suka dan
memberikan kitab itu padamu. Datuk sangat menghormat dan menyukai orang tua
secantikmu ini...."
Sika Sure Jelantik tersenyum mendengar ucapan terakhir Pengiring Mayat Muka
Merah itu. Maka dia pun berkata. "Baik, kalian boleh membawa aku ke Lembah
Akhirat!" "Kau melakukan keputusan yang tepat Nek!" ujar Pengiring Mayat Muka Merah.
Lalu pembantu Datuk Lembah Akhirat ini memberi isyarat pada dua anak buahnya. Ke
dua orang itu segera menggotong sosok Sure Jelantik dan membawanya ke luar goa.
Sebelum meninggalkan tempat itu dengan jari-jari tangannya Pengiring Mayat Muka
Merah mengupas permukaan kulit pada batang pohon besar. Lalu dengan sepotong
patahan ranting dia menggurat permukaan batang pohon, menuliskan sebaris
kalimat. * * * Jagal Iblis Makam Setan 26
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ DELAPAN utan Alam Rajo Di Bumi menatap wajah Sabai Nan Rancak beberapa saat lalu
berkata. "Aku gembira dengan kemunculanmu yang tiba-tiba ini Sabai. Selama kau pergi
Sbanyak terjadi hal-hal yang menghebohkan dalam rimba persilatan pulau Andalas.
Beberapa tokoh golongan putih dibunuh. Para pembunuh walau sulit dijajagi siapa
adanya tapi aku berhasil mencari tahu. Kebanyakan setelah membunuh mereka
menghilang ke tanah Jawa. Seperti dara bernama Anggini, murid Dewa Tuak. Dia
kabur setelah diketahui membunuh Datuk Mangkuto Kamang. Agaknya ada orang-orang
tertentu yang dikirim ke sini untuk mengacau...."
"Aku kembali membawa kabar buruk," berkata Sabai Nan Rancak dengan suara agak
tersendat. Waktu bicara dia memandang ke jurusan lain seolah tidak berani
menatap wajah orang di hadapannya.
Sutan Alam Rajo Di Bumi tersenyum. "Kabar apapun yang kau bawa bagiku tidak
menjadi persoalan Sabai. Aku gembira melihat kau kembali. Apakah selama ini kau
ada merasa rindu padaku Sabai?"
"Bagaimana dengan dirimu sendiri. Apakah kau merindui diriku?" balik bertanya
Sabai Nan Rancak. Kali ini dia bertanya dengan menundukkan kepala.
"Kau tahu bagaimana hatiku padamu. Rasanya ingin aku balikkan langit. Ingin
kutarik matahari agar siang berganti malam dan malam cepat berganti siang. Agar
aku segera dapat bertemu denganmu...."
"Sutan...."
"Ah, kau lagi-lagi memanggilku dengan sebutan itu. Sudah berapa kali aku
mengatakan, jika kita berdua-dua seperti ini kau harus memanggilku dengan nama
asliku!" Sabai Nan Rancak tersenyum. "Suto, Suto Abang...." kata si nenek akhirnya
menyebut nama asli Sutan Alam Rajo Di Bumi. "Aku khawatir, kerinduanmu akan
berubah menjadi kemarahan setelah tahu kegagalan apa yang kubawa pulang ke
Singgalang ini."
"Kau boleh membawa seribu kegagalan Sabai. Hatiku tidak akan berubah.... Kau
tahu Bagaimana aku mengasihimu. Aku membutuhkan dirimu. Kau membutuhkan
diriku.... Kita orang-orang yang patah hati diterjang cinta dan bertemu dalam
satu perasaan..." Sutan Alam alias Suto Abang diam sesaat. Diulurkannya
tangannya memegang jari-jari si nenek.
"Aku sudah mengatakan isi hatiku. Apalagi yang kau khawatirkan Sabai?"
"Terus terang aku menaruh khawatir kalau lama-lama hubungan kita ini diketahui
orang luar...."
Lelaki tua bertubuh tinggi besar itu bangkit dari kursi batu yang didudukinya.
"Selama kita sama-sama memegang rahasia rasanya tak ada yang perlu ditakutkan.
Manusia hidup bercinta adalah hal yang lumrah saja. Mengapa kita harus
dikecualikan?"
"Aku masih punya satu kekhawatiran lain Suto," kata Sabai Nan Rancak pula.
"Hemm.... Katakan saja padaku...." ujar Sutan Alam sambil membelai wajah si
nenek dengan jari-jari tangannya.
"Aku khawatir kalau-kalau Sinto Weni...."
"Jangan kau sebut nama itu! Dalam sisa hidupku ini aku tidak ingin lagi
mendengar nama Sinto Weni atau Sinto Gendeng!"
"Tapi bagaimanapun dulu dia...."
Jagal Iblis Makam Setan 27
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Dia perempuan pengkhianat. Ketika Sukat Tandika meninggalkannya mentah-mentah
dia melarikan cintanya padaku. Namun kemudian dia tergila-gila dengan kakakku
sendiri! Hingga aku akhirnya disingkirkan secara halus, dilempar ke pulau
Andalas ini!"
"Kau salah Suto. Tidak ada yang menyingkirkan atau melemparkanmu ke sini. Aku
sering mendengar tuduhanmu terhadap Sinto Gendeng...."
"Aku bilang jangan sebut nama itu!" teriak Sutan Alam dengan suara menggeledek
dan dua tangan terkepal kencang. Tampangnya membesi mengerikan. Saking tak
dapatnya dia menahan luapan amarah. Kakek ini tiba-tiba balikkan badan dan
hantamkan tangan kanannya ke dinding goa.
Tanpa suara, tanpa bunyi, tanpa siuran angin tangan kanannya sampai sebatas
pergelangan amblas masuk ke dalam batu goa yang keras. Ketika perlahan-lahan
tangan itu ditarik batu di sekitarnya ikut terbongkar dan di dinding goa kini
kelihatan satu lobang besar!
"Pukulan Malaikat Maui Mendera Bumi itu membuat aku ngeri Suto..." kata Sabai
Nan Rancak. "Maafkan kalau aku telah membuatmu marah. Aku tidak bermaksud...."
Sabai terdiam sesaat. "Namun kalau aku masih boleh bicara, aku tidak yakin dia
bergila-gila dengan kakakmu Suto. Aku dengar perempuan itu keras hati. Mungkin
kau hanya korban fitnah. Mungkin juga perempuan yang kau benci itu mengarang
lalu menyebar cerita dusta.
Yang jelas ada sesuatu yang sampai saat ini belum dapat kau singkapkan. Lain
dari itu kau tidak pernah menceritakan siapa dan dimana adanya kakakmu itu. Kau
seolah satu manusia terdiri dari dua sisi saling berbeda. Sisi pertama kau
begitu terus terang padaku. Namun pada sisi kedua sepertinya kau menyembunyikan
sesuatu padaku...."
Sutan Alam Rajo Di Bumi alias Suto Abang tertawa lebar. "Kau pandai bicara, itu
yang membuat salah satu alasanku mencintai dirimu. Namun dengar Sabai. Aku tidak
ingin membicarakan masa silam. Lebih baik kau yang menceritakan pengalamanmu di
tanah Jawa," kata Sutan Alam mengalihkan pembicaraan.
Lama Sabai Nan Rancak terdiam. Lalu dengan suara perlahan sambil memegang jarijari tangan Sutan Alam Rajo Di Bumi nenek berjubah hitam itu berkata. "Kabar
buruk pertama yang bisa kuceritakan adalah tewasnya sahabat kita Datuk Angek
Garang...."
"Kabar itu memang sempat kudengar dari seorang nelayan mata-mata kita belum lama
berselang. Hanya saja belum diketahui siapa si pembunuh adanya..." ujar Sutan
Alam Rajo Di Bumi.
"Aku menduga keras pelakunya adalah seorang kakek aneh yang dijuluki Kakek
Segala Tahu...."
"Hemmm...." Sutan Alam usap-usap muka tuanya yang masih klimis. "Manusia satu
itu memang bukan orang sembarangan. Kehebatannya bisa disejajarkan dengan para
tokoh langka seperti Dewa Tuak, si keparat Sinto Gendeng dan Tua Gila sendiri.
Malah boleh dikata kakek Segala Tahu memiliki kehebatan tertentu yang tidak
dimiliki tokoh lainnya.
Jika memang dia yang membunuh Datuk Angek Garang, kita harus melakukan sesuatu
agar diantara sesama golongan putih tidak merebak silang sengketa
berkepanjangan. Berita apa lagi yang kau bawa dari tanah Jawa?"
"Sementara itu orang-orang Lembah Akhirat semakin sering meninggalkan markas
mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka katakan sebagai menyelamatkan
golongan putih dari bencana bentrokan satu sama lain...."
Jagal Iblis Makam Setan 28
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Apakah kau juga menyirap kabar mengenai Kitab Wasiat Malaikat?" tanya Sutan
Alam Rajo Di Bumi.
"Kitab itu memang telah menjadi pembicaraan para tokoh rimba persilatan. Banyak
di antara mereka yang mendatangi Lembah Akhirat. Namun kabar lebih lanjut tidak
diketahui. Mereka yang masuk ke Lembah Akhirat tak pernah keluar lagi. Kalaupun
kembali muncul di luaran sepertinya mereka membekal satu tugas."
"Orang-orang Lembah Akhirat memang aneh. Mereka bukan orang jahat, tapi juga
sukar dikatakan orang-orang baik. Kau harus berhati-hati terhadap mereka Sabai.
Kabarnya sudah ada satu dua kaki tangan Datuk Lembah Akhirat berkeliaran di
pulau Andalas ini.
Aku ingin melakukan penyelidikan apa sebenarnya yang ada di Lembah Akhirat yang
kabarnya begitu menggegerkan. Namun kau tahu waktuku sangat terbatas. Usiaku
sudah begini lanjut. Lagi pula aku merasa sudah saatnya mulai menjauhi segala
macam urusan dunia."
"Kalau kau mempercayai, aku sanggup mewakili. Namun tanpa tambahan ilmu
pengetahuan atau kesaktian agaknya sulit sekali bagiku untuk kembali ke Tanah
Jawa." "Jangan terlalu berputus asa Sabai. Adakah satu kejadian yang membuatmu kini
merasa takut kembali ke Jawa?"
"Bukan rasa takut Suto. Tapi rasa was-was..." Jawab Sabai Nan Rancak.
Sutan Alam Rajo Di Bumi tersenyum. Kepalanya didekatkan ke muka si nenek untuk
mencium pipi, leher dan kuduknya hingga Sabai Nan Rancak menggeliat dan
keluarkan suara mendesah.
"Rasa was-was adalah permulaan dari rasa takut. Ceritakan terus terang apa yang
kau alami dan menyebabkan kau mempunyai perasaan seperti . itu..." kata Sutan
Alam setengah berbisik ke telinga Sabai Nan Rancak.
Si nenek yang terangsang oleh ciuman Sutan Alam lebih dulu berusaha menindih
gejolak darahnya baru berikan keterangan.
"Dua kali aku hampir dapat menghabisi Tua Gila. Namun dua kali dia diselamatkan
oleh seorang perempuan aneh berkepandaian tinggi mengenakan pakaian dan penutup
wajah warna kuning. Yang membuat aku benar-benar merasa terpukul, dia sanggup
menahan pukulan Kipas Neraka dan mendorong hawa sakti yang kumiliki masuk
kembali ke dalam ke dua tanganku. Aku tidak malu mengatakan bahwa jika orang itu
mau dia bisa membuatku celaka waktu menghantam balik seranganku!"
"Jadi kau tidak mengalami cidera ketika orang itu menghantam balik pukulan
saktimu?" tanya Sutan Alam dengan kening berkerut.
"Untungnya tidak," jawab Sabai Nan Rancak.
"Lalu apa yang terjadi dengan tangan kananmu. Kulihat ada tanda-tanda kulit dan
daging tangan kananmu mengelupas!"
"Cidera ini terjadi dalam bentrokan ke dua. Aku berusaha menghantam kepalanya.
Agar bisa membunuhnya dengan cepat. Orang bercadar menangkis dan inilah
akibatnya!"
"Hemmmm...." Sutan Alam bergumam. "Kita harus mencari tahu siapa adanya orang
itu. Kalau tidak pasti bahaya yang lebih besar akan menimpa dunia persilatan.
Orang-orang golongan putih agaknya sudah terpecah-pecah oleh hasut dan fitnah.
Kau tak usah khawatir. Aku akan mengobati lukamu itu." Sekarang apakah masih ada
hal lain yang hendak kau sampaikan?"
Jagal Iblis Makam Setan 29
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Ada satu tokoh baru muncul yang memiliki kepandaian setara Tua Gila. Orang ini
memperkenalkan diri dengan julukan Iblis Pemalu! Walau dia kelihatan berpihak
pada kelompok Tua Gila namun sulit diduga apakah dia benar-benar seorang tokoh
golongan putih...."
"Tanah Jawa semakin dipenuhi tokoh-tokoh aneh berkepandaian tinggi. Kita harus
melakukan sesuatu Sabai. Kau memang perlu mendapat tambahan ilmu baru. Di
samping itu kita harus bertindak memakai siasat. Hanya sayang aku tidak dapat
memberikan ilmu kepandaian apa-apa padamu. Seperti kau ketahui aku disumpah
untuk tidak menurunkan ilmu kepandaian apapun pada siapapun...."
"Termasuk ilmu Pukulan Malaikat Mendera Bumi tadi?"
Si kakek maklum kalau sejak lama Sabai Nan Rancak sangat menginginkan memiliki
ilmu pukulan sakti itu. Perlahan-lahan dia anggukkan kepalanya lalu bertanya
mengalihkan pembicaraan.
, "Apakah kau pernah mendengar cerita tentang sebuah makam yang disebut Makam
Setan" Terletak di sebuah pulau sunyi dan angker serta rahasia di pesisir barat
Andalas?" "Dulu kau juga pernah menerangkan. Aku hanya tahu sedikit dan memang pernah
berencana untuk menyelidik. Namun karena hasrat ingin mengejar Tua Gila rencana
menyelidik Makam Setan itu jadi tertunda...."
"Aku akan mengobati cidera di tanganmu itu. Lalu memberi tahu apa yang aku tahu
mengenai Makam Setan. Mungkin itu satu harapan besar bagimu sebelum kembali ke
tanah Jawa. Aku sangat yakin makam itu menyimpan sesuatu yang hebat. Jika kita
bisa menguasai makam berarti kita akan menguasai rimba persilatan pulau Andalas.
Dan lebih dari itu tanah Jawa akan berada dalam genggaman kita. Semua urusan itu
kupercayakan padamu Sabai."
"Aku berterima kasih atas petunjuk dan kepercayaanmu Suto. Apa benar kabar yang
aku sirap bahwa makam itu ada sangkut pautnya dengan Datuk Tinggi Raja Di
Langit. Seorang tokoh paling hebat di pulau Andalas ini yang lenyap begitu saja sejak
beberapa waktu lalu?"
"Justru itulah yang harus kau selidiki. Namun aku memang menduga keras makam itu
ada hubungannya dengan diri Datuk Tinggi Raja Di Langit. Aku beritahukan padamu
bahwa tokoh tersebut memiliki dua senjata sakti yang sulit dicari tandingannya.
Pertama sebuah Mantel Sakti. Mantel ini mengandung satu kekuatan dahsyat yang
jika dihantamkan bisa menumbangkan pohon besar, menghancurkan batu. Jika
seseorang sampai kena angin pukulan mantel tubuhnya akan mental dalam keadaan
hancur. Kalaupun dia bisa bertahan hidup maka jalan darahnya akan tertutup,
urat-urat dalam tubuhnya akan hancur!"
"Luar biasa! Belum pernah aku mendengar senjata sehebat itu!" kata Sabai Nan
Rancak." "Senjatanya yang ke dua. Berupa butir-butir Mutiara Setan. Senjata ini sanggup
menembus tembok atau batu. Dapat kau bayangkan bagaimana kalau dipakai
menghantam manusia! Nah Sabai, jika kau bisa menyelidiki hal ihwal Datuk Tinggi
dan mencari jalan mendapatkan dua senjata itu apapun urusanmu di tanah Jawa,
siapa pun musuhmu kau tak usah was-was lagi. Semua akan beres! Namun ada satu
hal perlu kukatakan padamu. Jika kau mendapatkan dua senjata itu atau salah satu
dari keduanya, kau harus menemuiku terlebih dahulu. Kita perlu mengatur
siasat.... Bagaimana menurutmu. Ada yang hendak kau katakan Sabai?"
Jagal Iblis Makam Setan 30
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Sabai Nan Rancak gelengkan kepala. "Semua keteranganmu sudah jelas bagiku Suto."
"Bagus! Sekarang lupakan semua urusan dunia. Kau butuh istirahat. Aku akan
menemanimu. Kau suka Sabai...?"
"Sebentar Suto. Tadi kau bilang selanjutnya kita harus bertindak memakai siasat.
Apa yang ada dalam otakmu yang penuh akal itu Suto?"
"Aku mendengar Pendekar 212 Wiro Sableng anak murid si keparat Sinto Gendeng dan
juga murid Tua Gila berada dalam malapetaka besar, kehilangan ilmu kepandaian
dan kesaktian. Kalau kau nanti kembali ke Jawa yang harus kau cari lebih dulu
bukannya Tua Gila tapi Pendekar 212. Bunuh pemuda itu, maka Tua Gila ataupun
Sinto Gendeng pasti akan keluar dari sarang mereka. Saat itulah kau bisa
menghabisi mereka!"
"Tujuanku semula hanya membunuh Tua Gila. Mengapa kini kau tambahkan dengan
membunuh Sinto Gendeng?" bertanya Sabai Nan Rancak.
"Keadaan bisa berubah. Setiap perubahan bisa mendatangkan keuntungan bagi kita
jika kita mau memutar otak!"
Sabai Nan Rancak anggukkan kepala. "Kau memang pintar Suto.... Dan licik!"
Sutan Alam Rajo Di Bumi alias Suto Abang tertawa bergelak. "Jika kita ingin
menghadapi kehidupan, pergunakan otak, pergunakan kelicikan. Kalau tidak orang
lain akan mengotaki dan melicikkan diri kita. Kita harus kokoh tegar seperti
banteng ketaton tapi juga harus licik seperti seekor ular!"
Sutan Alam melangkah ke arah dinding goa. Tiga langkah di depan dinding tibatiba terdengar suara berkereketan. Dinding batu menggeser aneh. Sutan Alam
tersenyum dan anggukkan kepala memberi isyarat pada Sabai Nan Rancak lalu
melangkah masuk ke dalam ruangan batu.
Sabai Nan Rancak mengikuti dengan cepat. Sebelum batu kembali bergeser menutup
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masih kelihatan sepasang, kakek dan nenek itu saling berpeluk berpagut-pagutan.
* * * Jagal Iblis Makam Setan 31
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEMBILAN alam gelapnya malam dan dinginnya udara menjelang pagi serta gencarnya deru
angin yang bergabung dengan deru ombak, lelaki muda pemilik pukat merapatkan
Dperahunya itu ke lamping gundukan batu karang.
"Nek, aku hanya bisa mengantarkanmu sampai di sini." Si pemilik perahu berucap.
Sabai Nan Rancak pelototkan mata lalu memandang ke depan, ke arah gugusan batu
karang yang berbaris seolah membentengi pulau kecil di kejauhan sana.
"Tujuanku adalah pulau di balik batu karang itu. Kurang ajar sekali kau berani
menurunkan aku masih di tengah laut begini rupa!"
"Nek, pulau yang kau tuju hanya tinggal dekat. Air laut di kawasan ini tidak
dalam, hanya sebatas pinggul. Kau bisa turun dari perahu dan menuju ke pulau
dengan mudah. Jika kau tak mau pakaian mu basah, kau bisa melompat dari satu batu karang ke
batu karang rendah yang membujur sampai ke pulau sana...."
"Kau benar-benar kurang ajar! Berani mengajariku! Aku tidak akan membayar sewa
perahumu!"
"Jangan Nek! Jangan lakukan itu! Aku sudah menyabung nyawa mau mengantarmu ke
sini!" kata pemilik perahu setengah meratap.
"Katakan mengapa kau tidak mau membawa aku sampai ke pulau sana?"
"Sudah kubilang berulang kali. Itu pulau setan.
Ada seribu keangkeran di sana. Berani ke sana jangan mengharap bisa kembali
hidup-hidup...."
"Memangnya di pulau itu ada apa"!" tanya Sabai Nan Rancak lagi.
"Jawabnya hanya satu kata Nek. Maut!"
Sabai Nan Rancak tertawa mengekeh.
Mendadak di kejauhan dari arah pulau lapat-lapat terdengar suara aneh.
"Seperti suara lolongan anjing..." desis Sabai Nan Rancak.
"Kurasa itu baru satu saja dari keanehan yang menyeramkan. Aku minta bayaranku
sekarang juga Nek...."
"Hemmm...." Sabai Nan Rancak bergumam. Dari batik jubah hitamnya dikeluarkannya
sesuatu lalu diberikannya pada pemilik perahu.
Yang diberikan bukan uang tapi sepotong kecil perak. Semula lelaki itu hendak
mengembalikan perak ini pada Sabai. Tapi setelah menilai akhirnya dia berkata.
"Masih kurang Nek. Paling tidak kau harus memberikan tiga keping perak sebesar
ini...." "Kalau kau mau menunggu sampai aku kembali, aku akan berikan kau sepuluh keping
perak sebesar itu! Apa jawabmu"!"
"Menunggu di sini, tidak mendarat ke pulau sana?"
Sabai mengukur jarak antara perahu di mana dia berada, memperhatikan letak batubatu karang rendah yang bersusun ke arah pulau lalu anggukkan kepala.
"Berapa lama aku harus menunggu Nek" Aku khawatir...."
"Apa yang kau khawatirkan"!" sentak Sabai Nan Rancak.
"Aku menunggu ternyata kau tidak pernah kembali..."
"Maksudmu aku menemui kematian di pulau setan itu"!"
"Ki... kira... kira begitu Nek."
Jagal Iblis Makam Setan 32
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Sabai Nah Rancak tertawa bergelak. "Aku memang tidak punya nyawa rangkap. Tapi
aku pasti kembali! Tunggu di sini dan jangan berani menipu!" Dari balik jubahnya
si nenek keluarkan segulung tali. Dia membuat semacam buhul besar. Buhul ini
dilemparkannya hingga masuk dan menjirat di ujung lancip batu karang di samping
perahu. Ujung satunya lagi diikatkan ke tiang besar perahu. Lalu dia berpaling
pada pemilik perahu dan sambil menyeringai berkata. "Tali ini bukan tali biasa.
Buhul dan ikatannya bukan ikatan biasa. Tak ada yang bisa melepaskah. Jangan
harap kau bisa memutus tali dengan senjata tajam atau membakar dengan api!
Berarti kau tetap di sini sampai aku kembali! Hik... hik... hik!"
Masih tertawa panjang Sabai Nah Rancak lesatkan tubuhnya ke batu karang datar
yang tersembul di depan perahu. Dari sini dia melompat lagi ke batu karang di
depannya. Demikian beberapa kali hingga akhirnya dia mencapai pasir pantai pulau di balik
barisan batu-batu karang meruncing tinggi.
"Hebat!" kata pemilik perahu dalam hati yang memperhatikan kepergian si nenek.
"Nenek itu pasti sebangsa setan juga. Kalau tidak mengapa dia berani pergi ke
Pulau Setan itu!"
Di pasir pantai pulau sesaat Sabai Nan Rancak tegak tak bergerak. Empat
rongsokan perahu yang hanya tinggal kepingan-kepingan papan lapuk bergeletakan
di atas pasir pantai pulau. Sabai pasang telinganya baik-baik. Sepasang matanya
memandang menembus kegelapan. Dia tidak melihat sesuatu yang bergerak namun dia
dapat mendengar suara aneh dari arah timur pulau. Suara itu adalah suara orang
mendesah panjang yang sesekali berubah menjadi teriakan-teriakan seperti orang
mencaci-maki. Lalu terdengar pula suara lolongan anjing. Semua suara itu
ditimpali oleh deru angin dan debur ombak serta gemerisik daun-daun pohon
kelapa. Jika bukan Sabai Nan Rancak yang berada di tempat itu pasti orang sudah
merasa ngeri dan dingin kuduknya. Dan kalau bukan Sabai yang berkepandaian
tinggi tidak mungkin akan menangkap suara desah berkepanjangan yang bersumber
dari satu tempat cukup jauh di sebelah timur pulau.
Selain dari itu bagi si nenek menginjakkan kaki di pulau itu membawa kenangan
tersendiri walaupun merupakan satu kenangan pahit memerihkan yang sampai saat
itu membekas sangat dalam di lubuk hatinya. Pulau itu dulu adalah salah satu
tempat kediaman Tua Gila alias Sukat Tandika, pemuda yang pernah menjadi
kekasihnya Di pulau itu mereka memadu cinta berkasih sayang hingga akhirnya
Sabai Nan Rancak berbadan dua.
Sebelum bayi yang dikandungnya lahir Tua Gila meninggalkannya begitu saja. Si
nenek menarik nafas panjang beberapa kali.
Setelah memperhatikan keadaan sekelilingnya sekali lagi baru Sabai Nan Rancak
berkelebat cepat ke arah timur. Karena pulau itu tidak seberapa besar maka cepat
sekali dia sampai di tempat itu yang ternyata gugusan batu karangnya lebih besar
dan tinggi. Sabai menyeruak di antara lamping-lamping batu karang dan hentikan
langkahnya di satu tempat gelap di bawah bayang-bayang batu karang tinggi.
Di antara kerapatan pohon-pohon besar dan batu-batu cadas membentuk setengah
lingkaran terlihat satu lapangan datar. Di salah satu ujung lapangan tampak dua
buah batu nisan hitam berlumut tersembul dari permukaan tanah. Bagian badan dari
makam hanya merupakan satu timbunan tanah datar yang ditumbuhi rerumputan dan
alang-alang liar.
"Dua Makam Setan! Keanehan yang menggidikkan..." kata Sabai Nan Rancak dalam
hati. Pandangannya kemudian membentur pada dua onggok jerangkong tengkorak
manusia yang tulang-tulangnya tidak lagi memutih tetapi telah terselubung tanah
dan lumut. Lalu di Jagal Iblis Makam Setan 33
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
kiri kanan dua makam terpancang beberapa buah tiang kayu. Pada dua tiang
tergantung dua jerangkong manusia dalam keadaan terkulai. Keadaan di tempat itu
benar-benar menggidikkan. "Ada empat orang korban pembunuhan keji. Pasti terjadi
beberapa lama lalu. Siapa kira-kira pelakunya?"
Sabai Nan Rancak melangkah mendekati dua makam bernisan batu hitam itu.
Langkahnya tertahan ketika di kejauhan tiba-tiba terdengar suara raungan anjing.
Lalu keadaan kembali sunyi. Si nenek diam sesaat kemudian palingkan kepalanya ke
arah makam di sebelah kiri. Dari arah makam itu sekonyong-konyong terdengar
suara-suara aneh.
"Duk... duk... duk... duk!"
"Suara apa itu," pikir Sabai Nan Rancak. Tanah yang dipijaknya terasa bergetar.
"Seperti suara sesuatu dipukul berulang-ulang. Inikah yang dimaksud Suto Abang
dengan Makam Setan itu?" Sabai meneruskan langkahnya. Gerakannya kembali
tertahan begitu dari liang makam sebelah kiri terdengar seperti suara orang
meraung. "Dalam makam di sebelah kiri jelas ada makhluk hidup! Aneh! Mana
mungkin" Orang yang sudah dikubur masih hidup...?"
Langit masih kelam, malam masih gelap dan tiupan angin serta deru ombak di laut
terdengar lebih keras.
Sabai tenangkan gejolak hatinya. Kalau tadi dia hanya melangkah maka kini dia
membuat satu kali lompatan dan gerakannya ini membawa dia serta merta berada di
samping kiri makam. Di sini dia tegak berdiam diri, tak berani membuat suara.
Telinganya dipasang dan matanya menatap makam tak berkesip. Lalu ada suara orang
mendesah. Sunyi sesaat. Menyusul suara teriakan memaki. Tak jelas apa yang
diteriakkan atau dimaki. Tapi suara yang seolah terpendam itu jelas berasal dari
dalam liang makam di hadapannya.
Sabai perhatikan nisan makam yang terbuat dari batu hitam. Lalu kepalanya
didekatkan agar bisa melihat apa yang tertulis di batu itu. Selain gelap, batu
nisan itu juga kotor berselimut tanah. Dengan tangan kirinya Sabai mengusap
permukaan batu nisan.
"Astaga!" si nenek keluarkan suara tercekat ketika yang tertulis di batu nisan
hitam itu adalah nama "Tua Gila". "Bagaimana mungkin" Orangnya masih hidup tapi
kubur lengkap dengan namanya sudah ada di tempat ini..."!" Si nenek beranjak ke
makam satunya. Seperti tadi dia menggosok bagian datar batu nisan. Kembali dia tersentak. Di
batu nisan satunya ini tertera nama "Wiro Sableng"!
"Rahasia apa sebenarnya yang ada dibalik keanehan seram dua makam ini?" pikir
Sabai Nan Rancak.
Baru saja dia membatin begitu tiba-tiba dari makam di sebelah kiri kembali
terdengar suara "Duk... duk... duk... duk!" Menyusul suara orang berteriakteriak tak karuan. Karena tidak jelas Sabai Nan Rancak tempelkan telinga kirinya
pada batu nisan hitam di makam sebelah kiri.
"Duk... duk... duk,..!"
Sabai kerahkan tenaga dalam lalu ketuk-ketuk batu nisan hitam.
"Duk... duk... duk... duk!"
Suara pukulan dari dalam liang kubur terdengar makin keras dan terus-terusan.
"Hai! Siapa di dalam makam"!" Tidak sabaran Sabai Nan Rancak berteriak. Tentu
saja dengan pengerahan tenaga dalam hingga suaranya bergema keras di malam yang
kelam menjelang pagi itu.
Jagal Iblis Makam Setan 34
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Duk... duk... dukkk! Siapa yang berteriak di luar sana"! Setan atau manusia
harap sudi membebaskan diriku dari makam jahanam ini!"
Terdengar lagi suara pukulan yang menggetarkan batu nisan disusul lapat-lapat
suara seseorang minta tolong.
"Kau sendiri manusia atau setan"!" balik berteriak Sabai Nan Rancak.
"Aku manusia tapi mungkin sudah dua pertiga jadi setan!" jawab orang di dalam
makam. "Lekas bebaskan diriku dari liang keparat ini!"
"Aku tidak membawa peralatan! Bagaimana mungkin bisa menggali makammu"!"
seru si nenek. "Aku akan tunjukkan rahasianya. Makam ini terbuat dari batu! Melangkah ke
belakang batu nisan. Periksa tanah sekitarnya. Kau akan menemukan sebuah
tonjolan batu hitam. Tekan batu itu kuat-kuat. Batu penutup makam akan terbuka!"
* * * Jagal Iblis Makam Setan 35
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEPULUH abai Nan Rancak melangkah ke bagian belakang batu nisan hitam makam sebelah kiri
itu. Kakinya digeser-geserkan ke tanah sampai akhirnya dia menyentuh sesuatu. Si
Snenek membungkuk, pergunakan tangannya untuk menggali.
"Aku sudah menemukan batu hitam di belakang nisan!" berteriak Sabai Nan Rancak.
"Bagus! Demi setan aku berharap peralatan rahasianya tidak macet!" Orang di
dalam makam berseru.
"Peralatan rahasia apa"!" tanya Sabai tidak mengerti.
. "Tak perlu bertanya! Tekan batu itu dengan tanganmu. Kalau tidak ada gerakan
pergunakan kakimu! Lakukan cepat! Ratusan hari mendekam di liang neraka ini
nyawaku rasanya sudah sampai di tenggorokan!"
Sabai Nan Rancak tidak melakukan apa-apa. Dia diam saja tapi otaknya bekerja.
"Hai! Apakah sudah kau lakukan"!" Makhluk di dalam liang makam berteriak. ...
"Sebelum aku menolongmu kita perlu membuat perjanjian lebih dulu!" jawab Sabai
Nan Rancak. "Jahanam! Perjanjian apa"!"
"Pertama terangkan dulu siapa dirimu"!"
Orang di dalam liang makam tak segera menjawab. Lalu dia malah terdengar
bertanya. "Mengapa kau ingin tahu siapa diriku"!"
"Kalau ternyata aku hanya menolong seorang bangsa kecoak, apa untungnya"!
Mungkin juga kau benar-benar setan yang hendak mengganggu mempermainkan diriku!
Bukankah makammu ini yang disebut orang sebagai Makam Setan"!"
"Setan! Dari suaramu aku tahu kau seorang perempuan! Kau manusia licik!"
"Terserah kau mau bilang apa! Kau mau mengatakan siapa dirimu atau aku segera
pergi saja dari tempat celaka ini!"
"Tunggu! Aku akan terangkan siapa diriku! Sialan! Kau benar-benar menambah
siksaanku!" jawab orang di dalam makam. "Aku Datuk Tinggi Raja Di Langit! Nah
kau sudah tahu! Apa kau puas sekarang"! Ayo tepati janjimu! Tekan batu hitam
itu!" "Jangan kau berani mengaku-aku! Datuk Tinggi Raja Di Langit bukan manusia
sembarangan! Bagaimana mungkin dia bisa berada dalam makam ini dan masih hidup"!
"Kau benar-benar perempuan sialan! Kalau kau ingin bertanya jawab nanti saja
setelah aku keluar dari tempat celaka ini!"
"Mana bisa begitu. Aku yang akan menolongmu, aku yang harus mengatur: Aku tidak
percaya kau adalah Datuk Tinggi Raja Di Langit. Bagaimana kau bisa
membuktikannya"!" teriak Sabai Nan Rancak.
"Perempuan setan! Aku tidak perlu memberikan segala macam bukti! Jika kau tidak
percaya pergi saja ke neraka! Ratusan hari dikubur di sini aku sebenarnya sudah
pasrah mampus sejak dulu-dulu...!"
"Hemm.... Siapa yang menguburmu hidup-hidup di Makam Setan ini"!" Sabai ajukan
pertanyaan sekaligus memancing agar orang mau memberi keterangan.
"Dua jahanam! Satu tua bangka sedeng satunya pemuda edan keblinger! Mereka
bernama Tua Gila dan Wiro Sableng! Dua makam batu di pulau ini sebenarnya aku
sediakan untuk mereka!"
Jagal Iblis Makam Setan 36
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Tentu saja Sabai Nan Rancak jadi terkejut karena tidak menyangka akan mendengar
penjelasan seperti itu. Dia lantas teruskan pancingannya. "Setahuku Datuk Tinggi
Raja Di Langit memiliki kepandaian dan kesaktian tidak lebih rendah dari dua
orang itu! Bagaimana mungkin kau bisa mereka pendam di tempat ini"!"
"Aku kena tipu licik mereka!"
"Begitu" Hemm.... Lalu mayat siapa yang ada di makam satunya"!"
"Makam itu kosong! Wiro Sableng berhasil meloloskan diri!"
"Katamu kau sudah terpendam selama ratusan hari di makam ini! Bagaimana mungkin
kau masih bisa hidup?" tanya Sabai selanjutnya.
"Setan menolongku! Makam batu ini lembab berlumut! Aku tidak kekeringan dan
tidak kelaparan! Hanya dua anggota tangannya menjadi lemah, sulit digerakkan!"
"Kalau kau benar Datuk Tinggi Raja Di Langit apakah kau masih membekal Mantel
Sakti dan Mutiara Setan, dua senjata andalanmu"!"
Orang di dalam liang kubur tak segera menjawab.
"Kau tidak menjawab berarti kau tidak tahu menahu perihal dua senjata itu. Jadi
kau sebenarnya bukan Datuk Tinggi Raja Di Langit!"
"Kurang ajar! Omonganmu banyak amat! Pergi saja sana! Aku memilih mampus dari
pada melayani dirimu! Setan betul!" Orang di dalam liang kubur memaki panjang
pendek. "Aku akan menolongmu keluar dari Makam Setan ini. Tapi kita harus membuat
perjanjian."
"Perjanjian apa"!"
"Kalau kau berhasil kubebaskan, aku minta kau menyerahkan Mantel Sakti dan
Mutiara Setanmu padaku!"
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau benar-benar manusia licik!"
"Terserah padamu! Memilih mati atau masih ingin hidup untuk membalaskan sakit
hatimu pada Tua Gila dan Wiro Sableng"!"
"Setan betul! Aku mengalah! Dua benda yang kau sebutkan itu akan kuberikan
padamu kalau aku bebas!"
"Bagus!" seru Sabai Nan Rancak. Si nenek kerahkan tenaga dalam. Lalu dengan
tangan kanan ditekannya batu hitam di tanah. Batu itu tidak bergerak sedikitpun.
"Batu hitam tidak bergerak!" Sabai memberi tahu.
"Celaka! Mungkin peralatan rahasianya sudah karatan. Macet! Kerahkan tenaga
dalammu! Atau injak batu dengan kakimu kuat-kuat!" teriak orang di dalam makam.
Sabai Nan Rancak bangkit berdiri. Dia kerahkan tenaga dalam ke kaki kanan. Lalu
dengan kaki itu diinjaknya kuat-kuat batu hitam yang menonjol di tanah. ,
Terdengar suara berderak. Tanah makam bergetar. Rumput dan alang-alang liar yang
tumbuh di atasnya tampak bergoyang-goyang. Lalu perlahan-lahan tampak tanah dan
tetumbuhan liar itu terangkat ke atas. Hawa busuk menebar keluar dari dalam
liang makam membuat Sabai Nan Rancak tersurut beberapa langkah, mau muntah dan
terpaksa menutup hidungnya!
Pada saat batu penutup makam membuka setengah dari dalam liang dengan susah
payah tampak merayap keluar sesosok tubuh yang membuat Sabai Nan Rancak
merinding saking bergidiknya.
Sosok tubuh itu adalah sosok seorang kakek berambut panjang riap-riapan. Kumis,
janggut, dan cambang bawuknya jadi satu menjulai lebat. Sepasang matanya yang
besar Jagal Iblis Makam Setan 37
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
seolah terpuruk ke dalam rongga yang dalam. Ke dua pipinya kempot tak bertulang.
Tubuhnya kurus kering terbungkus pakaian yang hancur tak karuan rupa hingga
nyaris telanjang. Dia menyeringai mengeluarkan suara desau seperti gerengan
harimau dari mulutnya yang bergigi dan memiliki taring seolah binatang. Sekujur
tubuhnya menebar bau sangat busuk!
Yang membuat si nenek jadi merinding ialah menyaksikan keanehan pada sepasang
kaki orang ini. Mulai dari bawah lutut sampai ke ujung jari, dua kaki orang ini
tidak berdaging sama sekali. Hanya merupakan tulang putih pipih laksana badan
pedang bermata dua! Apa yang telah menyebabkan ke dua kakinya tidak berdaging
lagi" Seperti dituturkan dalam serial Wiro Sableng berjudul Makam Tanpa Nisan untuk
melumpuhkan tenaga dalam Tua Gila dan Wiro yang hendak disekapnya di dalam dua
makam batu itu, Datuk Tinggi Raja Di Langit telah menebar sejenis bubuk. Begitu
dia dilempar masuk ke dalam liang batu itu maka dia sendiri menjadi korban bubuk
beracunnya. Walaupun begitu karena ilmunya yang tinggi dia tidak sampai
menderita lemah atau lumpuh keseluruhan. Hanya ke dua tangannya saja yang tidak
bisa digerakkan.
Ke dua kakinya yang masih bisa digerakkan dipergunakannya untuk menendangi batu
penutup makam. Suara tendangannya itu disamping suara teriakannya diharapkan
akan terdengar oleh siapa saja yang berada di pulau dan dapat memberi
pertolongan. Selama ratusan hari tersekap dalam liang batu Datuk Tinggi hidup
dari lumut lembab yang bertumbuhan di Seantero liang batu. Dia bernasib untung
karena antara liang penyanggah dan lapisan batu penutup makam terdapat celah
yang walaupun sangat tipis masih bisa memasukkan hawa segar dari luar.
Selama ratusan hari disekap selama itu pula dia menendangi batu penutup makam
dengan ke dua kakinya. Tidak terasa ke dua kakinya menjadi kebal. Dia tidak
mengalami rasa sakit sama sekali ketika dua kaki yang dipakai untuk menendang,
lama-lama kulit dan dagingnya terkelupas hingga terkikis habis hanya tinggal
tulang-tulang yang memutih dan kebal rasa. Ternyata kelak sepasang kaki yang
tinggal tulang ini dapat diandalkan sebagai senjata dahsyat yang akan
menggegerkan rimba persilatan.
"Astaga, inikah Datuk Tinggi Raja Di Langit itu"!" pikir Sabai Nan Rancak dalam
hati. Tiga langkah dari hadapan si nenek sosok tubuh kurus dan bau itu tersungkur
menelentang di tanah. Berulang kali dia menarik nafas panjang berusaha menghirup
udara segar, Lalu matanya yang besar berputar memandang ke arah Sabai.
"Betul kau Datuk Tinggi Raja Di Langit?" tanya Sabai agak meragu.
Yang ditanya tidak menjawab.
"Setelah kutolong harap kau tidak lupa perjanjian kita! Mana Mantel Sakti dan
Mutiara Setan yang harus kau berikan padaku"!"
Orang yang diajak bicara masih diam hanya desau nafasnya terdengar seperti
gerengan harimau.
"Kau tidak tuli, jangan berpura-pura tidak mendengar!" Sabai Nan Rancak jadi
jengkel karena ucapan-ucapannya tidak dijawab.
"Perempuan tua! Beri kesempatan padaku untuk bernafas menghirup udara segar.
Beri kesempatan padaku untuk mengatur jalan darah dan hawa dalam tubuhku! Aku
bukan orang yang suka ingkar janji! Jadi jangan bicara macam-macam! Tunggu
sampai aku siap...."
"Boleh saja, tapi jangan coba menipuku! Aku sama sekali tidak melihat Mantel
Sakti dan Mutiara Setan yang jadi senjata andalanmu itu."
Jagal Iblis Makam Setan 38
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Aku akan beri tahu di mana dua benda itu beradanya. Sebentar lagi! Harap kau
suka bersabar. Dua tanganku terasa lumpuh! Aku harus mengatur jalan darah dan
mengerahkan tenaga dalam untuk memberi kekuatan!"
"Kau tak bakal bisa melakukannya dengan cepat! Ratusan hari kau tersekap di
liang setan itu, mana mungkin kau mengharap kesembuhan dalam sekejapan mata!"
kata Sabai Nan Rancak.
"Kalau kau tidak sabaran silahkan pergi! Aku tidak mau berurusan dengan neneknenek cerewet, bicara melulu dan tidak sabaran!"
Sabai Nan Rancak menjadi sangat jengkel. Kalau tidak mengharapkan Mantel Sakti
dan Mutiara Setan itu, mungkin sejak tadi dia sudah tinggalkan manusia itu,
tentu saja setelah memberikan satu gebukan padanya.
Beberapa saat berlalu. Perlahan-lahan Datuk Tinggi Raja Di Langit bergerak
duduk. Ke dua bahunya digoyang-goyangkan. Walau dua tangannya belum bisa digerakkan,
namun jari-jarinya tampak bergeletar.
"Aku tidak akan memberikan Mantel dan Mutiara Setan itu pada orang yang aku
tidak tahu nama atau gelarannya.... Katakan siapa dirimu adanya!" Tiba-tiba
Datuk Tinggi Raja Di Langit membuka mulut.
"Namaku Sabai Nan Rancak. Aku berasal dari puncak Gunung Singgalang!"
Kening sang datuk nampak mengerenyit. Mata besarnya tak berkesip memandangi
Sabai Nan Rancak.
"Aku pernah mendengar namamu. Bukankah kau seorang yang punya hubungan dengan
bangsat laknat bernama Tua Gila yang berhasil lolos dari pendaman Makam Setan"!"
"Dulu, puluhan tahun silam memang aku punya hubungan dengan dirinya. Saat ini
dia adalah musuh besar yang harus kuhabisi nyawanya!" jawab Sabai Nan Rancak.
Datuk Tinggi menyeringai. "Kalau kau membuat perjanjian, aku juga ingin membuat
perjanjian!"
"Apa maksudmu?" tanya si nenek.
"Aku berikan Mantel dan Mutiara Setan padamu. Tapi kau harus berjanji tidak akan
membunuh Tua Gila. Bangsat tua itu harus aku yang membunuhnya!"
Sabai Nan Rancak tertawa pendek. "Perjanjian seperti itu tidak ada gunanya. Yang
ingin membunuh Tua Gila bukan cuma kita berdua. Siapa cepat dia yang dapat!"
"Kenapa kau inginkan nyawa bangsat tua itu"!" tanya Datuk Tinggi Raja Di Langit.
"Itu bukan urusanmu! Kau sendiri mengapa mau membunuhnya"!"
"Dia membunuh adikku Datuk Sipatoka...."
Sabai Nan Rancak terkesiap mendengar jawaban itu. Dia tahu betul riwayat Datuk
Sipatoka yang pernah ingin menguasai dunia persilatan pulau Andalas. Dalam hati
dia berkata. "Manusia jahat dan biadab seperti Datuk Sipatoka memang pantas
dilenyapkan dari muka bumi. Datuk yang satu ini pun aku tidak percaya padanya!"
Lalu dia berkata:
"Aku sudah memberi tahu siapa namaku. Sekarang mana Mantel dan Mutiara Setan
itu" Lekas berikan padaku!" .
Datuk Tinggi tertawa lebar. "Rupanya kau tidak percaya padaku! Dua benda sakti
itu ada dalam makam batu di sebelah kanan. Kau tahu bagaimana membuka batu
penutup makam- Ada tombol di belakang nisan batu hitam!"
Jagal Iblis Makam Setan 39
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Tanpa menunggu lebih lama si nenek segera melompat ke belakang makam di sebelah
kanan yang batu nisannya bertuliskan nama Wiro Sableng.
Dengan cepat dia menemukan batu hitam menonjol di tanah. Sekali kerahkan tenaga
dalam dan injakkan kakinya di batu itu maka terdengar suara berderak. Lalu ada
suara siuran dan perlahan-lahan batu penutup makam yang tertutup tanah dan
ditumbuhi rerumputan serta alang-alang liar bergerak ke atas hingga akhirnya
berhenti. Walau berdiri dekat kepala makam namun Sabai tidak dapat melihat isi
makam itu karena sangat gelap.
"Mantel dan Mutiara Setan itu ada di dalam liang batu. Tunggu apa lagi" Mengapa
kau tak segera mengambilnya?" berseru Datuk Tinggi Raja Di Langit.
Sabai Nan Rancak tidak bergerak dari tempatnya. Hatinya bimbang. Dia menaruh
curiga. Selain tidak dapat menduga berapa dalamnya lobang makam batu itu serta
tidak bisa melihat karena gelap, dia juga menaruh curiga kalau-kalau begitu
masuk Datuk Tinggi menurunkan batu penutup makam hingga dia tersekap di Makam
Setan itu! "Kau saja yang turun ke dalam makam mengambil dua benda sakti Itu lalu
menyerahkannya padaku!" Berkata Sabai Nan Rancak.
"Nenek, kau benar-benar rewel dan banyak pinta! Aku sudah memberi malah kau
memerintah seolah aku ini kacungmu!"
"Kau memang bukan kacungku!" tukas Sabai. "Tapi jangan lupa! Jika aku tidak
menolongmu kau akan jadi jerangkong busuk dalam Makam Setan itu!"
Sambil mengomel Datuk Tinggi melangkah ke tepi makam.
"Gelap! Aku tidak bisa melihat apa-apa. Sebaiknya kita menunggu sampai hari
terang. Sebentar
lagi pagi datang. Aku sudah melihat ada saputan sinar kekuningan di sebelah
timur." "Jangan-jangan kau hendak memperdayaiku!" Kata Sabai Nan Rancak.
"Perempuan setan!" carut Datuk Tinggi.
Sabai Nan Rancak tersenyum dan melangkah mendekati si kakek. Ketika nenek itu
hanya tinggal satu langkah dari hadapannya tiba-tiba dalam keadaan masih duduk
di tanah Datuk Tinggi Raja Di Langit hantamkan kaki kirinya. Maksudnya hendak
menjegal kaki Sabai lalu mendorongnya ke dalam makam batu sebelah kiri.
Tapi Sabai Nan Rancak yang sejak tadi memang telah berlaku waspada dengan cepat
melompat. Serimpungan kaki Datuk Raja Di Langit mengenai tempat kosong lalu
menghantam pinggiran batu penutup makam.
"Traakkk!"
Sabai Nan Rancak mengira kaki yang hanya tinggal tulang itu hancur berpatahan.
Tapi alangkah kagetnya dia ketika menyaksikan bukan kaki si kakek yang patah
sebaliknya batu tebal penutup makam yang terbelah seolah papan dibabat sebilah
pedang sakti! Sang Datuk sendiri melengak kaget melihat apa yang terjadi. Dia
sanggup memutus batu tebal penutup makam sedang kaki atau tulang kakinya sama
sekali tidak merasa sakit sedikitpun!
Dalam kagetnya Sang Datuk menjadi lengah. Sebaliknya Sabai Nan Rancak tidak mau
berlaku ayal. Dengan cepat dia menyergap si kakek dengan satu totokan dahsyat.
Sang Datuk sekilas masih sempat melihat gerakan orang. Dia angkat tangan
kanannya untuk menangkis. Namun saat itu baik tangan kanan maupun tangan kirinya
masih berada dalam keadaan lemas tidak berdaya hingga dia tidak mampu
Pertarungan Raja Raja Arak 2 Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 22
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama