Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan Bagian 3
mengangkatnya. Totokan si nenek bersarang telak di dada kanannya.
Jagal Iblis Makam Setan 40
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Perempuan jahanam! Aku memang curiga padamu sejak tadi-tadi!" Ternyata totokan
yang dilancarkan Sabai hanya membuat tubuh Datuk Tinggi kaku tetapi jalan
suaranya masih terbuka.
"Tua bangka tidak tahu diri. Aku telah menolongmu! Janjimu belum lagi kau
tepati. Barusan kau yang lebih dulu menyerangku! Masih untung aku tidak segera
membunuhmu Saat ini juga!"
"Perempuan jahanam! Kau akan menyesal kalau tidak membunuhku!"
Sabai tertawa panjang. Dia pergi duduk bersandar pada sebuah batu besar di
pinggir lapangan. Kedua matanya dipejamkan. Dia sengaja tidur-tidur ayam sambil
menunggu datangnya pagi.
* * * Jagal Iblis Makam Setan 41
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEBELAS ebenarnya Datuk Tinggi Raja Di Langit memiliki kemampuan membuyarkan totokan.
Namun saat itu keadaannya masih sangat lemah. Bagaimanapun dia mengerahkan
Sseluruh kekuatan tenaga dalamnya dia hanya, mampu menggerakkan sedikit ke dua
tangan dan menggetarkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya.
"Perempuan jahanam!" maki Datuk Tinggi. "Aku harus bisa mengembalikan
kekuatanku! Aku harus mampu mengerahkan tenaga dalam sebelum matahari terbit.
Aku tidak akan memberikah Mantel Sakti dan senjata rahasia Mutiara Setan itu
padanya!" Mantel dan Mutiara Setan itu memang menjadi andaian Datuk Tinggi karena pada
dasarnya dia tidak memiliki kesaktian lain atau ilmu silat tinggi. Sepanjang
hidupnya dia mencurahkan perhatian pada dua hal. Pertama mempelajari
pengembangan tenaga dalam untuk dijadikan dasar penggunaan ilmu bertahan dan
menyerang yang mengandalkan Mantel Sakti. Hal kedua ialah ilmu melempar untuk
penggunaan senjata rahasia Mutiara Setan. Selama ini Datuk Tinggi telah banyak
berhasil hingga namanya mencuat dalam rimba persilatan sebagai salah satu momok
yang ditakuti. Itulah sebabnya saat itu dia berusaha mati-matian memulihkan
tenaga dalam dan kekuatannya. Kalau Mantel Sakti dan Mutiara Setan sampai jatuh
ke tangan Sabai Nan Rancak berarti dia tidak punya apa-apa lagi untuk
diandalkan. Namun di saat itu ada satu hal yang membuatnya heran, gembira,
tetapi juga jadi bingung sendiri.
"Tadi sewaktu terabasan kakiku gagal menghantam kaki perempuan setan itu, batu
atos penutup makam yang jadi sasaran. Batu itu terbelah putus. Tulang kakiku
sama sekali tidak terasa sakit! Kakiku yang hanya tinggal tulang pipih memutih
telah berubah menjadi satu senjata hebat yang benar-benar tidak bisa kupercaya!
Aku harus memanfaatkan kehebatan ini! Gila, dipendam orang selama ratusan tahun
aku kini memiliki satu kehebatan yang tidak terduga! Hemmm... Aku yakin akan
membuat nama: besar dalam rimba persilatan. Tua Gila! Wiro Sableng! Tunggu
pembalasanku! Hemmm.... Sekarang biar aku mengurus perempuan tua bangka dajal
ini lebih dulu!"
Di bawah pohon perlahan-lahan Sabai Nan Rancak buka ke dua matanya yang merammeram ayam. Di arah timur sinar terang tampak semakin jelas tanda sang surya
segera akan terbit. Di dekat makam dilihatnya Datuk Tinggi Raja Di Langit
terbujur tak bergerak, menghadap ke arah makam. Ke dua tangan terkulai di tanah.
Sepasang mata tertutup tapi si nenek tahu kalau mata: itu tidak terpejam dan
terus-terusan mengawasi gerak-geriknya.
"Setan itu tengah berusaha keras memulihkan dirinya. Aku melihat ada getarangetaran halus di beberapa bagian tubuhnya. Aku harus bertindak cepat!" Sabai Nan
Rancak bangkit berdiri lalu melangkah cepat mendekati makam yang batu nisan
hitamnya bertuliskan nama Wiro Sableng. Sinar terang di kejauhan yang jatuh di
atas makam membuat si nenek kini dapat melihat apa yang ada di dalam makam.
Lumut menempel di mana-mana. Lalu tetumbuhan liar, rumput dan alang-alang.
Cacing-cacing besar menggeliat-geliat di satu sudut makam. Juga ada beberapa
ekor kalajengking hitam pekat.
Kemudian sepasang mata si nenek membentur sebuah benda lebar berwarna hitam yang
tampak kotor diselimuti tanah bercampur lumut. Tak jauh dari. benda hitam ini
ada sebuah kantong kain tebal yang juga terbungkus tanah dan lumut.
Jagal Iblis Makam Setan 42
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Mantel Sakti, Mutiara Setan!" desis Sabai Nan Rancak dengan dada berdebar
keras. Dia melirik ke kiri. Datuk Tinggi Raja Di Langit masih tetap duduk bersila
seperti tadi di tempatnya. Sabai mengukur kedalaman makam batu. Dia yakin dengan
satu kali melompat lalu menggenjot dia bakal mampu menyambar mantel dan kantong
lalu melesat kembali keluar dari dalam makam. Setelah memperhitungkan segala
sesuatunya maka tanpa menunggu lebih lama Sabai Nan Rancak melompat terjun ke
dalam makam batu. Tangan kirinya menyambar kantong kain berisi Mutiara Setan.
Tangan kanan menarik Mantel Sakti.
Lalu ke dua kakinya dihentakkan ke lantai makam. Saat itu juga tubuhnya
berkelebat melesat ke atas.
"Wuuuttt!"
Sabai Nan Rancak terpekik kaget. Begitu sebagian tubuhnya keluar dari dalam
makam ada satu benda putih menyambar. Kalau dia tidak cepat membuang diri ke
samping lalu pergunakan sanding batu makam untuk menjejakkan kaki melontar diri
ke samping niscaya benda putih itu akan menghantam pinggangnya. Sabai tidak
jelas benar benda apa yang barusan menyerangnya. Dia cepat berpaling. Kagetlah
si nenek. Di hadapannya, di tepi makam dilihatnya Datuk Tinggi Raja Di Langit terduduk
setengah berlutut. Muka dan matanya yang seangker iblis menatap tajam ke
arahnya. "Tak bisa kupercaya! Dalam keadaan seperti ini dia ternyata mampu melepaskan
diri dari totokanku! Barusan dia menyerangku dengan kaki tulangnya! Tapi agaknya
kekuatannya masih belum pulih keseluruhan. Dari pada mencari perkara lebih baik
aku segera saja angkat kaki dari sini!"
Si nenek segera memutar tubuh siap tinggalkan tempat itu.
"Perempuan jahanam) Kembalikan Mantel Sakti dan Mutiara Setanku!" teriak Datuk
Tinggi dengan mata berapi-api. Setengah beringsut dia bergerak mendekati Sabai.
Si nenek menyeringai buruk. "Ini kesempatanku untuk mencoba kehebatan Mantel
Sakti ini!" pikir Sabai. Lalu dia berseru. "Kau inginkan mantel dan senjata
rahasiamu! Culas curang! Kau sudah berjanji menyerahkannya padaku! Tapi tak jadi
apa! Kau menginginkannya silahkan ambil sendiri!" Sabai acung-acungkan mantel
dan kantong kain, membuat sang Datuk meluap amarahnya. Dia jatuhkan diri ke
tanah lalu berguling. Kaki kirinya menyambar, membabat ke arah kaki Sabai. Si
nenek tidak tinggal diam. Dia melompat menjauh seraya kerahkan tenaga dalam ke
tangan kanan dan mengebutkan Mantel Sakti yang dipegangnya.
"Wussss!"
Satu gelombang angin laksana badai dan deburan air bah menyambar ke arah Datuk
Tinggi. Lumut dan tanah yang menempel di mantel itu ikut berlesatan.
Datuk Tinggi berteriak keras. Dia cepat jatuhkan diri sama rata dengan tanah.
Namun tak urung tubuhnya masih kena tersapu hingga mental sampai tiga tombak. Di
sebelah sana dua buah batu penutup makam tanah kubur dan batu-batu nisan hitam
amblas berantakan dihantam sambaran Mantel Sakti!
Datuk Tinggi merasakan tubuhnya seperti hancur. Dia meneliti dengan cepat. Tak
ada bagian tubuhnya yang cidera. Hanya dadanya terasa berdebar dan jalan
darahnya agak kacau. Ini membuatnya jadi heran. "Ada kekuatan aneh melindungi
diriku. Orang lain pasti sudah remuk dihantam angin Mantel Sakti tadi!"
Jagal Iblis Makam Setan 43
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Di depan sana Sabai Nan Rancak masih tegak sambil menyeringai. "Kau masih
inginkan mantel dan senjata rahasiamu ini Datuk" Ayo, aku memberi kesempatan
padamu untuk mengambilnya!"
"Perempuan jahanam! Kucincang tubuhmu!" teriak Datuk Tinggi lalu gulingkan diri
ke arah si nenek. Tapi saat itu Sabai tak mau melayani lagi. Dia berkelebat
tinggalkan tempat itu, cepat-cepat menuju ke pantai pulau tempat perahu sewaan
menunggunya. Dengan cekatan si nenek melompat dari batu karang datar ke batu
karang lainnya hingga akhirnya dia sampai di atas perahu besar.
Satu kejutan membuat si nenek melengak. Ada orang bersuara parau tiba-tiba
menegurnya. "Rejekimu besar sekali hari ini Nek. Mantel Sakti di tangan kanan. Kantong
Mutiara Setan di tangan kiri! Apakah kau mau berbagi rejeki denganku"!"
Sabai Nan Rancak palingkan kepalanya ke arah kanan dari jurusan mana datangnya
suara orang menegur.
"Siapa kau!" sentak Sabai Nan Rancak.
Orang yang dibentak dongakkan kepala lalu tertawa keras.
"Lain yang dicari lain yang kutemui! Tapi apa salahnya berkenalan berbasa-basi!"
"Jahanam! Kalau tidak lekas menjawab kulempar kau ke dalam laut!" Sabai Nan
Rancak angkat tangan kanannya yang memegang mantel. Dia melirik ke kiri dan ke
kanan. Lalu berteriak. "Pemilik perahu! Di mana kau"!"
"Aku di sini Nek...." Ada jawaban dari sebelah kanan.
* * * Jagal Iblis Makam Setan 44
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ DUA BELAS aat itu matahari telah terbit. Keadaan di laut cerah dan terang. Di sebelah
kanan, di lantai perahu Sabai Nan Rancak melihat lelaki pemilik perahu duduk
tersandar. SMulutnya pecah dan hidungnya hancur. Darah menutupi sebagian wajahnya.
Sabai berpaling ke arah lambung perahu. Orang bersuara parau yang tadi
menegurnya tegak sambil berkacak pinggang. Orang ini ternyata kakek berpakaian
kembang-kembang. Mukanya tertutup bedak tebal. Pipinya diberi merah-merah.
Alisnya melintang tebal dan rambutnya dikepang enam. Pada setiap kepangan
digantungi kertas dan kain-kain warna-warni. Dia memiliki bibir dower tebal dan
dilapisi cat merah mencorong.
"Pasti orang gila ini yang telah mencelakai pemilik perahu," membatin Sabai Nan
Rancak. "Aku tidak kenal padamu! Mengapa berani berada di atas perahu sewaanku"
Lekas menyingkir!" Hardik si nenek."
"Aha! Aku tidak tahu kalau ini perahu sewaanmu. Pantas waktu tadi aku naik ke
sini, monyet bau ini marah. Karena, mulutnya keiewat kurang ajar terpaksa aku
menggebuknya sedikit! Ha... ha... ha...!"
"Keparat! Dalam keadaan seperti ini bagaimana tahu-tahu ada orang gila datang
mengganggu!" Sabai bercarut sendiri dalam hatinya.
"Orang gila! Jika kau tidak lekas menyingkir aku benar-benar akan membunuhmu dan
melemparkan mayatmu ke laut!" Mengancam Sabai.
"Jangan terlalu galak sobat! Aku datang ke sini tidak bermaksud mencari lantaran
denganmu! Aku datang dari jauh mencari bangsat tua berjuluk Datuk Tinggi Raja Di
Langit! Satu tahun yang silam dia telah membunuh adikku Kiyai Surah Ungu, bergelar
Pangeran Tanpa Mahkota, berasal dari Banten."
"Aku tidak percaya orang gila sepertimu punya adik seorang Pangeran!" tukas
Sabai. "Terserah mau percaya atau tidak bukan urusanku! Aku hanya ingin menuntut balas.
Tahu-tahu aku ketemu kau! Ha... ha... ha! Kalau dulu ketemu di waktu masih mudamuda pasti sedap juga ya"! Tapi tak jadi apa! Aku tahu betul Mantel Sakti dan
kantong berisi senjata rahasia itu adalah milik Datuk Tinggi Raja Di Langit!
Bagaimana bisa berada di tanganmu" Apakah kau mencurinya"!"
"Enak saja menuduh aku pencuri! Aku mendapatkan dua senjata sakti ini setelah
membunuh Datuk Tinggi! Sebentar lagi kau akan jadi korbanku berikutnya!"
"Ah, kau pasti seorang nenek Sakti hebat luar biasa! Tapi mengapa aku harus
takut ancamanmu" Kalau belum melihat mayat sang Datuk bagaimana aku percaya kau
sungguhan telah membunuhnya" Itu sebabnya aku mengusulkan agar kita berbagi
rejeki. Berikan salah satu senjata sakti itu padaku. Aku akan menerima yang mana saja!"
"Baik! Aku akan berikan Mantel Sakti padamu! Harap kau suka menerima!"
Habis berkata begitu si nenek kebutkan Mantel Sakti di tangan kanannya.
"Wuttt!"
Perahu kayu itu bergetar keras ketika angin laksana badai menyambar. Tiang layar
berderak-derak. Semua benda yang ada di lantai perahu termasuk sosok lelaki
pemilik perahu hancur dan mental masuk ke dalam laut. Air laut bergelombang
muncrat. Jagal Iblis Makam Setan 45
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Kakek aneh bermuka seperti dirias tersentak kaget. Dia keluarkan bentakan parau
lalu melompat tinggi dan tahu-tahu seperti seekor burung elang dia sudah hinggap
di puncak tiang perahu layar!
"Srettt! Sett... settt! Wuttt!"
Sabai Nan Rancak berseru kaget ketika tiba-tiba kain layar perahu bergerak
kencang dan dengan ganas menggulung ke arahnya. Mantel Sakti di tangan kanannya
hampir-hampir terlepas mental kalau dia tidak cepat jatuhkan diri dan
bergulingan di lantai perahu.
Dalam keadaan seperti itu si nenek tak memperhatikan lagi keadaan jubah hitamnya
yang tersibak berantakan kian kemari. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara
tawa cekikikan.
Menyusul suara orang berucap.
"Nek, kau ini malu-maluin saja! Auratmu tersingkap ke mana-mana! Untung kau
pakai celana dalam! Kalau tidak! Walah! Pasti aku akan menyaksikan sepotong
serabi bulukan! Ha... ha... ha! Benar-benar memalukan!"
Saat itu jubah hitam Sabai Nan Rancak memang tersingkap lebar dari pinggang ke
bawah. Sabai Nah Rancak terkesiap kaget. Cepat si nenek rapikan jubah hitamnya dan
melompat bangkit. Dia palingkan kepalanya ke kiri.
"Dari cara bicaranya, rasa-rasanya memang dia! ujar Sabai dalam hati ketika
pandangannya membentur sesosok tubuh berpakaian ringkas hitam yang duduk
berjongkok di pinggir perahu sambil menutupi wajahnya dengan ke dua tangan.
"Anehi bagaimana dia tahu-tahu bisa berada di tempat ini. Jangan-jangan sejak di
tanah Jawa dulu dia telah menguntit diriku!" Sabai Nan Rancak seperti mau
mengeluh melihat kehadiran orang itu yang akan menambah buruknya suasana. Tapi
setelah memutar akal maka dia cepat berseru.
"Sobatku, bukankah kau Iblis Pemalu! Aku gembira bertemu dengan kau!"
"Sobatku" Aku sobatmu" Aha rasanya tidak pernah begitu! Sungguh memalukan!"
"Hai! Jangan malu-malu mengakui! Kau datang tepat pada waktunya. Sebagai sobat
lama aku akan memberikan salah satu dari benda sakti ini!"
"Ah, itu bagus juga! Tapi aku malu menerimanya!" jawab orang berpakaian hitam
yang mencangkung di pinggiran perahu.
"Tak usah malu! Aku memang sudah merencanakan untuk memberi sesuatu padamu
karena kau orang baik! Tapi di tempat ini...."
Ucapan Sabai Nan Rancak terputus. Sudut matanya melihat satu gerakan di arah
pantai. Ketika dia berpaling dan memperhatikan ternyata di tepi pasir tampak
tegak berdiri terbungkuk-bungkuk Datuk Tinggi Raja Di Langit. Orang ini tengah
bersiap-siap terjun ke laut. Sesaat dia seperti menggapai-gapai lalu meracau
masuk ke dalam air laut sedalam sepinggang. Perlahan-lahan tapi pasti dia akan
segera sampai ke perahu di mana Sabai berada.
"Celaka! Bangsat tua itu agaknya sudah pulih kekuatannya. Bagaimana ini...?"
Sabai memandang ke atas tiang layar. Saat itu kakek berbaju kembang-kembang
tengah meluncur turun sambil tertawa parau. Si nenek berpaling pada Iblis
Pemalu. Lalu berteriak. "Sobatku!
Kau tolong hadapi dulu orang tua gila itu! Aku akan mengayuh perahu. Kau harus
menolong! Jangan membuat aku malu!"
"Ya... ya! Aku akan menolong! Tapi awas! Rapikan dulu pakaianmu! Jangan sampai
aku melihat dua kali! Bisa sialan aku! Memalukan sekali! Hik... hik... hik!"
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jagal Iblis Makam Setan 46
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Sabai Nan Rancak cepat berkelebat ke kiri untuk menarik lepas tali pengikat
perahu yang dibuhulkan pada satu tonjolan runcing batu karang. Dia berhasil.
Selagi kebingungan mencari kayu pendayung kakek bermuka dirias sudah injakkan
kaki di atas lantai perahu.
Tapi Iblis Pemalu dengan menutupi wajah cepat menghadangnya.
"Orang tua bermuka cemongan! Jangan berbuat hal yang memalukan! Kau bilang
datang ke sini mencari Datuk Tinggi! Mengapa membuat keonaran dengan orang lain!
Memalukan!"
"Orang gila! Kasihan mengapa kau bisa kesasar ke tempat ini"! Kalau mencari mati
apa tidak bisa mencari tempat yang lebih enakan"!" Kakek baju kembang-kembang
tertawa bergelak.
"Memalukan!" teriak Iblis Pemalu. "Mengatakan aku gila! Padahal kau sendiri yang
gila mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki! Hik... hik... hik! Sungguh
memalukan menemui kematian sebagai orang gila!"
"Jahanam! Berani kau menghina diriku!" Kakek bermuka dirias jadi marah mendengar
ejekan orang. Dua tangannya yang sejak tadi terlindung di balik lengan bajunya
yang panjang tiba-tiba diangkat ke atas dan menyambar ke muka Iblis Pemalu yang
ditutupi ke dua tangannya. Ternyata kakek itu hanya memiliki tiga jari dan tiga
kuku panjang pada masing-masing tangannya.
"Aha! Aku mengenali siapa dirimu! Momok Berdandan Jari Tiga! Memalukan!
Tangan jelek begitu saja diperlihatkan!"
Habis mengejek begitu Iblis Pemalu cepat melompat mundur. Tapi seolah bisa
diulur, tangan kanan si kakek memanjang dan "Wuttt!" Tiga kuku jarinya yang
panjang mencakar ke arah kepala Iblis Pemalu. Untuk melompat mundur lagi sudah
tidak mungkin bagi Iblis Pemalu karena saat itu punggungnya telah menyentuh
pinggiran perahu. Mau tak mau dia angkat tangan kirinya menangkis sementara
tangan kanan masih tetap menutupi wajahnya.
"Bukkk!"
Beradunya dua tangan membuat dua orang itu sama-sama berseru kesakitan. Kakek
baju kembang-kembang berjuluk Momok Berdandan Jari Tiga terpental sampai dua
tombak. Ketika lengan tangannya disingkapkan dia terkejut melihat daging tangannya telah
menggembung merah. Dia cepat berdiri dan pandangi Iblis Pemalu dengan mata
melotot. Saat itu Iblis Pemalu sendiri terbungkuk-bungkuk menahan sakit namun dari
mulutnya keluar suara tawa cekikikan. Nyali si kakek baju kembang mau tak mau
menjadi goncang.
Dia mendengar kabar Datuk Tinggi orang yang dicarinya memiliki kepandaian
tinggi. Kini, belum lagi berjumpa dengan pembunuh adiknya itu, dia berhadapan
dengan seorang lelaki muda tidak dikenal yang ternyata mempunyai ilmu kepandaian
tidak sembarangan.
* * * Jagal Iblis Makam Setan 47
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ TIGA BELAS anusia gila! Katakah siapa kau adanya! Mengapa mau saja disuruh nenek buruk
itu"! "Kakek gila! Siapa diriku tak usah kau tahu! Jangan membuat aku malu!
M Nenek itu tak suka padamu! Mengapa masih nangkring di atas perahu ini! Ayo
lekas pergi! Kalau tidak aku akan membuatmu benar-benar menjadi malu besar!"
Momok Berdandan Jari Tiga tertawa parau. "Masih muda sudah gila! Sungguh aku
kasihan dan merasa malu padamu monyet berpakaian hitami Jika kau memang tahu
malu mendekatlah padaku! Akan kuajari kau bagaimana caranya agar tidak tahu
malu! Ha... ha...ha...!"
Ditertawai orang Iblis Pemalu ikut-ikutan tertawa. "Banci gila! Lelaki berdandan
seperti perempuan! Apa tidak malu"!"
Mendidihlah amarah Momok Berdandan Jari Tiga mendengar ejekan itu. Didahului
bentakan parau dia menyergap ke depan. Dari jari tengah tangan kiri mencuat
selarik sinar hitam pekat sedang dari jari tengah tangan kanan melesat sinar
biru kelam. Inilah ilmu yang sangat diandalkan si kakek, yang disebut Dua Larik
Sinar Kematian. Selama ini tidak pernah ada lawan yang bisa menghindar dari maut
jika dia sudah mengeluarkan ilmu kesaktian itu.
Iblis Pemalu sendiri tampak tersirap kaget. Walau masih tertawa namun dia cepat
menghindar dengan melompat dua tombak ke kiri. Si kakek memburu dengan ikut
melompat. Sinar hitam memang luput tapi sinar biru menghajar ke arah kepala
Iblis Pemalu. Sabai Nan Rancak tercekat menyaksikan hal itu. Dia gerakkan tangan kanannya yang
memegang Mantel Sakti. Maksudnya hendak menangkis serangan maut itu dan
sekaligus menghantam Momok Berdandan Jari Tiga. Tapi mendadak sinar hitam yang
mencuat dari tangan kirinya membalik dan menyambar ke arah Sabai. Nenek ini
berteriak keras. Mau tak mau dia terpaksa tarik tangan kanannya. Pada saat itu
sinar biru yang menghantam ke dada Iblis Pemalu hanya tinggal satu jengkal saja
lagi dari sasarannya.
Iblis Pemalu masih juga tertawa. Namun mukanya di balik dua tangannya tampak
berubah. Pada saat yang menegangkan itu, tiba-tiba sesosok tubuh entah dari mana
datangnya melesat ke atas perahu. Kepalanya menumbuk pinggul Iblis Pemalu dengan
keras, membuat Iblis Pemalu terlempar jauh dan roboh di lantai perahu. Namun
tumbukan ini menyelamatkan nyawa Iblis Pemalu, Karena sinar biru mematikan yang
akan membunuhnya menjadi lewat setengah jengkal dari tubuhnya!
Orang, yang menumbuk Iblis Pemalu saat itu tampak mencoba bangkit terhuyunghuyung. Keadaannya basah kuyup dan nyaris telanjang. Rambut, janggut, kumis
maupun berewoknya riap-riapan. Ketika rambutnya yang menutupi muka disibakkan,
kelihatanlah tampangnya yang angker menyeringai. Gigi-gigi besar berbentuk
taring binatang mencuat dari mulutnya.
"Hampir putus nyawaku! Memalukan!"
Sementara Iblis Pemalu berteriak begitu dua orang di atas perahu yakni Sabai Nan
Rancak dan Momok Berdandan Jari Tiga sama-sama terkesiap.
"Manusia satu ini benar-benar luar biasa! Dia sanggup menyeberangi pantai dan
naik ke atas perahu!" membatin Sabai Nan Rancak. Nenek ini segera memutar otak.
Dia sudah dapatkan Mantel Sakti dan Mutiara Setan. Mengapa menghabiskan waktu
dan merepotkan diri berlama-lama di atas perahu itu. Tapi dia mau kemana kalau
tidak kabur memakai perahu!
Jagal Iblis Makam Setan 48
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Momok Berdandan Jari Tiga yang tadinya begitu bernafsu hendak membunuh Iblis
Pemalu alihkan perhatiannya pada orang yang basah kuyup riap-riapan. Dari
tenggorokannya keluar suara menggembor ketika akhirnya dia bisa mengenali siapa
adanya kakek kurus kering bermuka setan ini.
"Datuk Tinggi Raja Di Langit! Setahun aku mencarimu! Kau muncul dengan sosok
begini rupa! Aku berpikir apakah malaikat maut masih mau dan tidak jijik
membetot lepas nyawamu dari tubuhmu"!" Yang berucap dengari suara keras itu
adalah Momok Berdandan Jari Tiga.
"Kakek aneh! Laki-laki tapi berdandan macam perempuan, berpakaian berbunga-bunga
seperti perempuan! Apa di bawah perutmu juga ada perkakas seperti perempuan"!"
Datuk Tinggi menjawab tak kalah lantang lalu tertawa bekakakan. Tiba-tiba dia
palingkan kepala pada Sabai Nah Rancak. Dia keluarkan suara menggeretak. "Urusan
kita belut lesai!
Jangan berani beranjak dari tempat ini!"
Sabai Nan Rancak menjawab dengan suara mendengus.
"Datuk Tinggi pembunuh adik kandungku! Mungkin kau tidak bakal dapat
menyelesaikan urusan dengan nenek itu! Aku lebih dulu datang menagih nyawamu!"
"Anjing tua berdandan slebor! Siapa adikmu yang pernah aku bunuh!"
"Kiyai Surah Ungu, Pangeran Tanpa Mahkota berasal dari Banten!" jawab Momok
Berdandan Jari Tiga.
"Oh, dia rupanya!" ujar Datuk Tinggi lalu tertawa gelak-gelak. "Kiyai itu memang
pantas disingkirkan!"
"Apa kesalahannya hingga kau membunuhnya!"
"Kesalahannya sepele saja! Dia datang menyambangi makam Tua Gila sahabatnya!
Padahal aku sudah menyebar niat! Siapa saja sahabat Tua Gila yang datang ke
makam harus menemui ajal!"
"Aneh!" kata Momok Berdandan sambil cibirkan bibirnya yang dower.
"Apa yang aneh"!" sentak Datuk Tinggi.
"Aku dengar Tua Gila masih hidup! Kau mengatakan dia sudah mati dan dimakamkan!
Jangan-jangan otakmu sudah tidak karuan!"
Mendengar ucapan orang Datuk Tinggi tertawa mengekeh. "Apa Tua Gila masih hidup
atau sudah mati, aku tidak begitu perduli. Dan kau datang sangat terlambat!"
"Apa maksudmu"!"
"Mayat kakakmu sudah berubah jadi jerangkong! Di pulau sana ada beberapa
jerangkong! Kalau kau suka aku bersedia menunjukkan yang mana jerangkong <
kakakmu. Tapi syaratnya kau harus mampus dan jadi setan lebih dulu! Ha... ha... ha!"
"Orang gila calon mayat! Orang yang mau mampus bicaranya memang tidak karuan!
Mari kutunjukkan jalan agar kau bisa menghadap Penguasa Neraka lebih cepat!"
Habis berkata begitu Momok Berdandan Jari Tiga angkat ke dua tangannya.
Tangannya yang berjari dan berkuku tiga menyembul dari balik lengan jubah yang
dalam. Langsung selarik sinar hitam pekat dan biru kelam menderu menghantam ke arah
Datuk Tinggi Raja Langit.
"Pasti mampus!" kata Sabai Nan Rancak begitu melihat Momok Berdandan lancarkan
serangan ke arah Datuk Tinggi. Iblis Pemalu pelototkan mata di sela-sela jarijari tangannya yang menutupi wajah. Seperti Sabai dia juga yakin kalau kakek
bermuka setan itu akan menemui ajalnya dilanda dua larik sinar maut serangan
kakek yang mukanya dirias.
Jagal Iblis Makam Setan 49
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Namun ke dua orang ini terkesiap dan jadi merinding ketika melihat apa yang
kemudian terjadi. Sebelum dua larik sinar menembus tubuhnya Datuk Tinggi yang
masih tegak terhuyung-huyung tiba-tiba membuat gerakan jungkir balik. Kepalanya
yang berambut basah riap-riapan kini menjejak lantai perahu. Dua tangannya yang
masih agak lemah menopang berusaha mengimbangi dan menunjang tubuhnya. Sinar
hitam menyambar di samping kaki kanan sedang sinar biru lewat di antara ke dua
kakinya. Dari mulut Datuk Tinggi tiba-tiba melesat keluar suara seperti lolongan anjing.
Bersamaan dengan itu tubuhnya mencelat ke atas setinggi satu tombak. Di udara
tubuh ini bergerak berputar aneh. Dua kaki terkembang. Lalu secepat kilat tubuh
itu melesat ke depan. Dua kaki yang kini hanya berupa tulang putih pipih setajam
pedang membuat gerakan seperti menggunting.
Momok Berdandan Jari Tiga keluarkah seruan tertahan. Suara seruannya lenyap
berganti dengan suara menggidikkan.
"Crassss!"
Kepala Momok Berdandan putus laksana ditabas pedang maha tajam lalu melesat
mental dan jatuh ke atas gundukan batu karang rata yang menyembul di permukaan
air untuk kemudian mental dan akhirnya masuk ke dalam lauti
Tubuhnya yang tanpa kepala terhuyung-huyung. Sepasang tangannya menggapai-gapai
kian kemari. Dua larik sinar biru dan hitam sesaat masih mencuat. Darah
bergejolak menyembur dari kutungan lehernya tanda masih ada tenaga dalam yang
menguasai tubuhnya. Sesaat kemudian tubuh itu terjengkang di lantai perahu,
menggeliat dan melejang-lejang beberapa kali lalu diam tak berkutik lagi.
Pada saat putusnya leher si kakek, Iblis Pemalu melompat ke samping Sabai Nan
Rancak. Tangan kanan menutupi wajahnya dan tangan kiri memegang lengan si nenek.
Orang ini berbisik.
"Ini satu tindakan memalukan! Tapi kau sudah dapatkan Mantel Sakti dan Mutiara
Setan! Buat apa berlama-lama di sini! Ayo ikut aku kabur!"
"Kita mau kabur kemana. Sekeliling kita hanya laut!" jawab Sabai Nan Rancak.
Setelah tadi dia melepaskan ikatan tali yang mengikat perahu ke batu karang,
gelombang telah membawa perahu itu ke tengah laut.
"Aku menyembunyikan sebuah perahu di balik gugusan batu karang sebelah sana!
Sekali ini kita benar-benar membuat malu besar! Ayo lompat! Lekas!"
Belum sempat Sabai Nan Rancak menjawab Iblis Pemalu sudah menarik lengannya.
Ke dua orang itu melompati pagar perahu di sebelah buritan.
"Kalian mau lari kemana!" satu teriakan menggeledek di belakang. Lalu "Wuttt!"
Dua benda putih bergerak memotong!
"Craaasss!"
Sabai Nan Rancak terpekik. Salah satu ujung mantel yang dipegangnya di tangan
kanan terbabat putus oleh tulang kaki kiri Datuk Tinggi yang coba mengejar. Lalu
sang Datuk sendiri terpelanting ke belakang ketika Sabai masih sempat
menggebrakkan Mantel Sakti yang dipegangnya. Ketika Datuk Tinggi coba mengejar
kembali Sabai dan Iblis Pemalu telah lenyap di bawah permukaan laut!
Datuk Tinggi Raja Di Langit berteriak marah! Suara teriakannya seperti lolongan
anjing. Lalu seperti kerasukan setan dia berkelebat kian kemari. Sepasang
kakinya menghantam apa saja yang ada di depannya. Tiang perahu besar patah
ditabasnya, dinding Jagal Iblis Makam Setan 50
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
dan lantai perahu robek-robek. Sekali lagi suara lolongan melesat dari
tenggorokannya lalu sang Datuk terkulai lemah. Tubuhnya terkapar di lantai
perahu. Matanya mendelik. Dari mulutnya keluar kutuk serapah tiada henti!
* * * Jagal Iblis Makam Setan 51
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ EMPAT BELAS ua perahu besar tiba-tiba muncul di balik gugusan batu karang tinggi, langsung, mengapit pukat yang
porak-poranda. Di perahu sebelah kiri seorang berpakaian Dkebesaran perang
menatap tajam ke arah perahu pukat di atas mana Datuk Tinggi Raja Di Langit
masih terkapar bercarut-marut.
"Panglima, saya yakin orang yang kita minta menyelidik telah mendarat di pulau
ini." Seorang lelaki berpakaian perwira muda yang tegak di sebelah lelaki
berpakaian perang berkata.
"Tiga hari kita menunggu, dia tidak muncul. Di tempat ini ada sebuah pukat dalam
keadaan porak-poranda. Aku merasa was-was. Coba kau dan beberapa anak buahmu
menyeberang ke pukat itu. Lakukan pemeriksaan!"
Perwira muda itu memberi isyarat pada empat orang anak buahnya. Kelima orang ini
lalu melompat ke atas perahu yang diapit. Hanya sesaat berlalu, dari arah perahu
itu mendadak terdengar bentakan-bentakan. Lalu salah seorang prajurit berlari
menemui sang Panglima. Mukanya pucat dan mulutnya sulit mau bicara.
"Prajurit! Jaga sikapmu! Ada apa"!" Panglima membentak.
Si prajurit menunjuk ke arah perahu. "Kami menemui mayat kakek sakti itu di
geladak pukat! Hanya sosok tubuhnya! Kepalanya putus entah ke mana!"
"Apa"!" Sang Panglima tersentak kaget. Tanpa tunggu lebih lama dia segera turun
dari anjungan dan melompat ke atas perahu. Selusin prajurit mengikuti. Dari
perahu besar satunya seorang perwira muda juga ikut melompat ke atas perahu
pukat bersama sepuluh prajurit.
Di atas perahu pukat perwira muda tadi dan tiga prajurit tampak tengah
mengelilingi seorang kakek bermuka setari yang pakaiannya penuh robekan dan
nyaris telanjang.
Sepasang kakinya sebatas lutut ke bawah hanya merupakan tulang pipih memutih.
Ada noda-noda darah pada kaki tulang itu. Ketika sang panglima mengalihkan
pandangannya ke samping kiri, berubahlah parasnya. Di situ, di lantai perahu
tergeletak sosok tubuh tanpa kepala. Dari pakaian nya yang berkembang-kembang
Panglima dan semua orang yang ada di sana sudah jelas tahu siapa adanya mayat
tanpa kepala itu.
"Perwira! Siapa yang membunuh Momok Berdandan Jari Tiga utusan Penyelidik itu"!"
bertanya Panglima.
Dua orang Perwira Muda yang ada di tempat itu tak bisa menjawab karena memang
tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba kakek kurus tinggi berwajah setan
keluarkan tawa mengekeh.
"Aku Datuk Tinggi Raja Di Langit yang membunuh tua bangka tak berguna itu.
Rupanya dia adalah orang yang kalian suruh menyelidiki diriku" Ha... ha... ha!
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengirim orang tolol lihat saja akibatnya!"
Mendengar manusia berwajah setan itu menyebut dirinya, semua orang yang ada di
situ menjadi gentar. Beberapa di antaranya sampai tersurut mundur.
"Jadi kau makhluknya yang bergelar Datuk Tinggi Raja Di Langit!" berkata sang
Panglima. "Setan alas! Aku sudah sebutkan siapa diriku! Kalian sendiri siapa"!"
Jagal Iblis Makam Setan 52
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Kami orang-orang Kerajaan! Setahun lalu kami punya bukti-bukti kau telah
membunuh Kiyai Surah Ungu, putera Sri Baginda yang bergelar Pangeran Tanpa
Mahkota!" "Orang sudah menjadi setan setahun silam! Kalian datang untuk mengambil mayatnya
atau apa"! Dia sudah jadi jerangkong di pulau sana!"
"Kau mengakui perbuatanmu! Kau juga mengakui sebagai pembunuh utusan kami!
Berarti tidak ada pengampunan bagi dirimu! Serahkan dirimu! Tiang gantungan
sudah sejak lama menunggumu!"
Datuk Tinggi Raja Di Langit tertawa bergelak.
"Kalian datang jauh-jauh bukan saja mencari perkara. Tapi juga mencari mati!"
Datuk Tinggi tiba-tiba melompat setinggi satu tombak. Di udara dia membuat
gerakan jungkir balik. Sesaat kemudian dia tegak di lantai perahu, kepala dan
tangan di sebelah bawah sedang dua kaki mengembang ke atas.
"Tua bangka gila! Akrobat apa yang hendak kau perlihatkan pada kami!" bentak
sang Panglima sementara dua Perwira Muda dan belasan prajurit yang ada di sana
menyaksikan perbuatan Datuk Tinggi Raja Di Langit terheran-heran.
"Makhluk-makhluk pengantar nyawa! Dulu aku bergelar Datuk Tinggi Raja Di Langit!
Mulai saat ini gelar itu akan aku kubur ke pusar bumi di dasar laut! Gelarku
sekarang adalah Jagal Iblis Dari Makam Setan! Siapa yang mau mati duluan
silahkan mendekat!"
Perwira Muda yang berada di sebelah kiri memberi isyarat pada lima anak buahnya.
"Tangkap orang gila ini!" perintahnya.
"Bunuh jika melawan! "kata sang panglima yang menyetujui tindakan bawahannya
itu. Lima prajurit menghunus senjata lalu menyergap.
Tubuh Datuk Tinggi yang kini menyebut dirinya sebagai Jagal Iblis Dari Makam
Setan melesat ke udara, berputar tiga kali berturut-turut lalu dua kakinya yang
mengembang menghantam dalam gerakan setengah lingkaran. Tiga prajurit yang
mengurungnya menjerit. Dua tergelimpang di lantai perahu dengan leher hampir
putus. Yang ke tiga terhuyung-huyung sambil pegangi perutnya yang bobol!
Dua prajurit lainnya terkesima. Muka mereka sepucat kain kafan menyaksikan apa
yang terjadi. "Perwira! prajurit!" teriak Panglima. "Cincang makhluk iblis itu!"
Dua Perwira Muda dan hampir dua puluh prajurit segera menghambur dengan senjata
di tangan. "Trang... trang... trang...!"
Suara berdentrangan terdengar tidak berkeputusan ketika Datuk Tinggi alias Jagal
Iblis Dari Makam Setan gerakkan dua kakinya menangkis dan balas menyerang.
Sepasang kaki yang hanya merupakan tulang putih itu seolah dua bilah pedang
tajam yang mengamuk di udara. Pekik jerit memenuhi perahu. Enam prajurit dan
seorang Perwira Muda terkapar berlumuran darah. Lima di antaranya tidak bernafas
lagi. Satu-satunya yang masih hidup adalah si Perwira Muda. Tangannya yang tadi
memegang pedang kini telah buntung sebatas pergelangan. Dia menjerit tiada
henti. Jagal Iblis Dari Makani Setan tertawa panjang lalu keluarkan suara seperti
lolongan anjing membuat semua orang jadi tercekat.
"Ambil Jaring Neraka!" teriak Panglima.
Jagal Iblis Makam Setan 53
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Perwira Muda satunya yang masih hidup melompat tinggalkan kalangan pertempuran.
Tak lama kemudian dia muncul bersama dua orang prajurit bertubuh tinggi besar.
Dua prajurit ini membawa sebuah jaring besar terbuat dari kawat baja. Jaring ini
mengeluarkan suara bergemerisik menakutkah. Tapi Jagal Iblis Dari Makam Setan
hanya ganda tertawa melihat benda itu.
"Libas!" teriak Perwira Muda memberi perintah. Dua prajurit bertubuh besar
gerakkan sepasang tangan, mereka.
"Sreeettt!"
Jaring kawat baja itu menebar di udara, menyapu ke arah sosok Jagal Iblis yang
masih tegak dengan kepala ke bawah kaki ke atas. Tiba-tiba dua kaki tulang putih
itu berkelebat dan berputar laksana titiran. Terdengar suara putus robeknya
jaring kawat baja. Disertai jeritan susui menyusul. Dua prajurit bertubuh besar
menemui ajal lebih dulu. Keduanya mati dengan pinggang hampir putus. Menyusul si
Perwira Muda. Semua orang hanya melihat sosok tubuhnya terkapar di lantai
perahu. Kepalanya tak ada lagi!
Semua orang yang masih hidup menjadi gempar. Serempak mereka melompat menjauhi
lantai perahu kalangan perkelahian yang kini basah tergenang darah!
Jagal Iblis Dari makam Setan tertawa panjang.
Panglima yang melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri merasa dingin
tengkuknya. Meski nyalinya tergetar hebat namun sebagai pimpinan dia tidak mau
memperlihatkan. Dia segera mencabut sebilah pedang yang tergantung di
pinggangnya. - Senjata ini bukan senjata sembarangan. Merupakan sebuah mustika hadiah Sri
Baginda karena jasa-jasanya. Karena dilapisi sejenis perak maka pedang ini
memancarkan cahaya putih menyilaukan.
"Panglima! Kau mau maju sendiri atau mengajak belasan anak buahmu"!" Jagal Iblis
Dari Makam Setan ajukan pertanyaan yang jelas-jelas sengaja mengejek.
Sang Panglima menjawab dengan mengirimkan satu tebasan. Yang di arahnya adalah
bagian leher lawan yang berada di sebelah bawah.
"Wuuuuuttt!"
Kaki kanan Jagal Iblis Dari Makam Setan menyambar ke arah leher lawan. Sang
Panglima cepat merunduk sambil teruskan membabat dengan pedangnya. Demikian
derasnya sambaran senjata ini hingga mengeluarkan suara bersiuran dan ada hawa
dingin menyambar keluar dari badan pedang.
"Wuuuuuttt!"
Tiba-tiba kaki kiri Jagal Iblis ganti berkiblat. Yang di arah adalah bagian
perut. Mau tak mau sang Perwira terpaksa tarik pulang serangannya dan pergunakan
senjata untuk menghantam kaki kiri lawan. "Trangg!"
Pedang dan kaki beradu mengeluarkan suara berdentrangan seolah kaki tulang putih
itu sebilah senjata tajam yang atos.
"Traaaak!"
Panglima Kerajaan berseru tegang ketika bentrokan senjata dengan kaki membuat
pedangnya patah dua! Dia melompat coba selamatkan diri. Tapi malang salah satu
kakinya terpeleset oleh licinnya darah yang menggenangi lantai perahu. Tak ampun
lagi tubuhnya terhuyung jatuh. Di saat yang bersamaan laksana sebuah gunting
raksasa kaki kiri dan kaki kanan Jagal Iblis Dari Makam Setan datang menyambar.
Sang Panglima mengalami nasib Jagal Iblis Makam Setan 54
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
sama dengan Momok Berdandan Jari Tiga serta Perwira Muda dan beberapa
prajuritnya. Mati dengan kepala teria bas putus!
Sisa-sisa prajurit yang masih hidup runtuh dan leleh nyali mereka. Semua
berserabutan menghambur lari ke perahu besar masing-masing.
Datuk Tinggi Raja Di Langit alis Jagal Iblis Dari Makam Setan tertawa panjang
lalu berjungkir balik. Kembali tegak dengan kaki ke bawah kepala di atas.
* * * Di atas perahu kecil Iblis Pemalu duduk melipat kaki. Wajahnya disembunyikan di
belakang sepasang telapak tangannya yang diletakkan di atas paha.
Sabai Nan Rancak yang duduk di ujung perahu menghadapi Iblis Pemalu pandangi
orang itu dengan berbagai perasaan. Ada rasa aneh, heran tetapi juga ada rasa
penuh curiga. Setelah pulau kecil itu lenyap di kejauhan Sabai Nan Rancak membuka mulut
berusaha mengorek keterangan.
"Waktu di tanah Jawa tempo hari kau menunjukkan sikap bermusuhan denganku.
Sekarang kau kelihatannya sengaja menolongku! Iblis Pemalu kau menyembunyikan
maksud busuk apa dalam hatimu terhadapku"!"
"Uhhhh...." Iblis Pemalu menggeliatkan tubuhnya seperti orang bangun tidur namun
wajahnya tetap saja disembunyikan di balik ke dua paha dan ke dua tangannya.
"Pada dasarnya aku tidak pernah merasa punya musuh! Buat apa! Memalukan saja!
Sudah tua bangka mencari musuh! Hanya anak-anak tolol yang suka bermusuhan hanya
gara-gara urusan sepele! Hidup paling enak adalah menjadi sahabat semua orang!
Tidak memalukan!
Aku juga tidak merasa menolongmu!. Apa untungnya" Buktinya kau malah mencurigai
diriku mengandung dan menyembunyikan maksud busuki Sungguh aku merasa malu!
Ucapan polos itu membuat wajah si nenek menjadi merah karena jengah terasa
diejek. Maka dia coba bicara berbaik-baik. "Waktu di atas perahu aku berjanji memberikan
salah satu dari dua senjata sakti milik Datuk Tinggi. Aku tidak akan mengingkari
janji!" Kau boleh memilih salah satu dari dua senjata ini. Mantel Sakti atau Mutiara
Setan di dalam kantongi"
Iblis Pemalu geleng-gelengkan kepalanya. "Kau tahu siapa diriku! Aku sangat malu
menerima pemberian apa saja. Apalagi kalau disangkutpautkan dengan pertolongan.
Seolah aku ini orang yang suka mencari pamrih! Aku malu menerima tawaranmu. Tapi
aku tidak malu mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu...."
Aku bukan orang baik!" kata Sabai Nan Rancak.
Iblis Pemalu tertawa panjang di balik paha dan telapak tangannya.
"Mengapa kau tertawa. Ada sesuatu yang kau anggap lucu"!" tanya Sabai Nan Rancak
heran. "Manusia tidak bisa menilai dirinya sendiri. Orang lain yang menilai orang lain.
Jangan sebaliknya karena itu hanya akan memalukan saja! Aku bilang kau orang
baik! Karena begitu aku melihatnya. Aku tidak malu mengatakan begitu...."
Sabai Nan Rancak menarik nafas dalam.
Jagal Iblis Makam Setan 55
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Mengapa kau menarik nafas" Ada sesuatu yang mengganjal di hatimu"! Coba katakan
kalau kau tidak malu! Aku juga tidak malu mendengarkannya!"
"Terlalu banyak yang mengganjal di hatiku!" jawab Sabai Nan Rancak.
"Ya... ya! Aku tahu kau punya silang sengketa dengan Tua Gila. Lalu dengan
muridnya bernama Wiro Sableng itu. Entah dengan siapa lagi. Mungkin dengan Datuk
Tinggi Raja Di Langit itu.... Mungkin kau masih punya banyak persoalan lain yang
aku tidak tahu. Aku malu menanyakan. Kau juga pasti malu menceritakan. Itu
namanya hidup. Semua sudah tersurat sebelum kita dilahirkan! Apa kau anggap
takdir itu memalukan?"
"Takdir.... Kau anggap jalan hidup seseorang itu adalah satu takdir"!"
"Aku tidak malu mengatakan iya! Karena manusia hanya bisa berbuat tapi takdir
yang menentukan! Mengapa harus malu mengakuinya" Mengapa harus malu menghadapi
hidup! Biar segala yang memalukan menjadi bagian diriku si buruk ini!"
Sabai Nan Rancak tertawa.
"Nah, nah! Tawamu sekali ini polos. Benar-benar keluar dari lubuk hati yang
putih. Aku suka, aku tidak malu mendengarnya. Nek, sebenarnya kalau manusia mau kembali
kepada hati nurani, kembali ke lubuk sanubarinya segala urusan di dunia ini
mudah-mudah saja. Tak bakal ada silang sengketa. Tak akan ada dendam kesumat.
Tak akan ada permusuhan, apa lagi pembunuhan! Tak sampai membuat kita jadi malu
besar! Tapi apa mau dikata. Begitu yang namanya hidup di dunia. Memalukan!"
Lama Sabai Nan Rancak pandangi orang yang duduk di hadapannya itu yang terusterusan selalu menutupi wajahnya. "Manusia satu ini tampaknya serba aneh. Sikap
dan bicaranya. Tapi aku merasa sebenarnya dia seorang pandai berhati polos."
"Iblis Pemalu, kalau aku boleh bertanya siapakah kau ini sebenarnya?" tanya si
nenek sambil mendayung membelokkan perahu lalu mengatur arah layar.
Perlahan-lahan Iblis Pemalu angkat kepalanya dari atas paha. Namun dua tangannya
tetap menutupi hingga Sabai Nan Rancak tetap tak bisa melihat jelas raut wajah
orang yang duduk dekat di hadapannya itu.
Dari sela-sela jarinya sepasang mata Iblis Pemalu pandangi wajah Sabai Nan
Rancak. Dipandang seperti itu si nenek jadi gelisah dan diam-diam tergetar hatinya.
Jantungnya berdebar. Seolah pandangan mata orang di depannya itu menimbulkan
satu kontak yang terasa aneh dalam dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara tawa Iblis Pemalu.
"Nenek, kau ini bagaimana. Kau sudah tahu siapa namaku. Bagaimana sifatku.
Bagaimana tindak tandukku. Mengapa kau masih bertanya siapa aku sebenarnya"! Ah!
Aku jadi malu! Malu sekali!"
Sabai Nan Rancak ulurkan tangannya memegang lengan kanan Iblis Pemalu. Si nenek
terkejut ketika jari-jarinya menyentuh lengan orang itu, kulit lengan itu terasa
lembut dan sangat halus. Debaran di dada Sabai kembali muncul. Dengan suara
perlahan dia berkata.
"Siapapun kau adanya aku tahu ada sesuatu yang membuatmu sengaja menunjukkan
sikap aneh, seperti orang pemalu. Itu bukan sikapmu yang sesungguhnya. Kau
mungkin marah atau mungkin malu sekali mendengar kata-kataku ini. Namun...."
Sapai Nan Rancak tidak meneruskan ucapannya karena saat itu Iblis Pemalu telah
berdiri. Dua tangannya masih terus menutupi Wajahnya. "Siapapun adanya diriku,
aku tetap aku! Memalukan!" Terdengar suara Iblis Pemalu. Tapi suaranya kali ini
terasa ada getaran anehnya.
Jagal Iblis Makam Setan 56
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Ada perahu mendatangi!" Tiba-tiba iblis Pemalu berkata seraya berpaling ke arah
kiri. Sabai Nan Rancak memandang ke jurusan yang diperhatikan Iblis Pemalu. Apa yang
dikatakan memang benar. Sebuah perahu kecil meluncur pesat dari arah daratan
pulau Andalas. Setelah dekat penumpangnya hanya satu orang tua dan bertampang
luar biasa aneh yang membuat baik Sabai Nan Rancak maupun Iblis Pemalu jadi agak
bergeming. Orang itu tegak di atas perahu yang diapungkan sekitar dua tombak dari perahu
dimana Sabai dan iblis Pemalu berada. Di tangan kanannya dia memegang sebuah
kayu pendayung. Tubuhnya tinggi besar sehingga perahu yang ditumpanginya tampak
kecil. Dia mengenakan pakaian serba hitam. Sepasang alisnya bergabung menjadi
satu membentuk satu alis aneh yang tebal. Pada wajahnya yang hitam legam
terdapat dua belas lubang hitam.
Rambutnya jabrik kasar seperti ijuk. Yang membuatnya lebih mengerikan, adalah
sebuah lubang luka yang belum kering dan masih bernanah menggeroak di bawah bahu
kanannya! Orang bermuka angker ini menyeringai lalu berseru. "Sabai Nan Rancak! Dicari di
daratan sulit sekali, di tengah laut baru bertemu!"
"Kalau aku tidak keliru, apakah kau yang di atas perahu adalah orang gagah yang
dijuluki Hantu Balak Anam"!" Sabai Nan Rancak balas berseru.
Si tinggi besar di atas perahu kecil tertawa bergelak.
"Kalau tidak ada urusan penting, tak bakal kau mencariku sampai ke tengah laut
begini!" "Kau pandai menerka!" jawab Hantu Balak Anam. "Memang pertemuan ini kurang
mengenakkan." Hantu Balak Anam melirik pada Iblis Pemalu lalu bertanya. "Siapa
orang aneh yang selalu menutupi wajahnya dengan dua tangan itu"!"
"Dia seorang sahabat baikku, tak perlu dirisaukan!" jawab Sabai Nan Rancak.
"Aku percaya saja padamu. Walau biasanya setahuku orang-orang aneh selalu
membawa urusan pelik!"
"Hantu Balak Anam. Ada apa kau mencariku?" tanya Sabai Nan Rancak.
"Aku datang membawa satu pertanyaan!"
Si nenek tersenyum. "Hanya untuk satu pertanyaan kau sampai-sampai bersusah
payah mencegatku di tengah laut! Apa pertanyaan yang hendak kau ajukan itu"
Ingin sekali aku mendengarnya!"
"Apakah kau punya hubungan tertentu dengan Sutan Alam Rajo Di Bumi?"
Pertanyaan itu membuat si nenek terkejut tapi dia pandai menjaga agar air
mukanya tidak berubah.
"Sutan Alam Rajo Di Bumi yang di puncak Singgalang itu! Siapa tidak kenal
dirinya!
Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua tokoh silat di pulau Andalas kurasa pernah berhubungan dengannya! Ada
sesuatu yang luar biasa agaknya?"
"Aku punya firasat dia adalah biang racun segala kerusuhan di pulau Andalas!"
Sabai Nan Rancak tertawa panjang. "Kau ini ada-ada saja Hantu Balak Anam...."
"Kau mau buktinya!" ujar Hantu Balak Anam. Baju hitamnya dirobeknya di bagian
pundak dan dada kanan hingga luka berlubang yang tembus dari dada sampai ke
punggung terpentang jelas mengerikan. "Ini buktinya Sabai Dia hendak membunuhku
dengan ilmu kesaktian Sepasang Api Neraka!"
"Ah, kalau ada silang sengketa di antara kalian hanya kalian berdua yang dapat
menyelesaikan...."
Jagal Iblis Makam Setan 57
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Silang sengketa sudah terjadi. Lantai sudah terjungkat! Urusan antara aku
dengan dia hanya selesai jika salah satu dari kami menemui ajali" Hantu Balak
Anam kelihatan bernafsu sekali. "Sabai, kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kau
punya hubungan tertentu dengan Sutan Alam?"
"Hemm.... Bagaimana aku harus menjawab. Hubunganku dengan dia biasa-biasa
saja...." "Biasa-biasa bagaimana"! Aku ingin tahu!"
"Seperti hubungan para tokoh golongan putih lainnya!"
"Kau perempuan. Sutan Alam laki-laki! Jangan berusaha menyembunyikan sesuatu
Sabai!" "Hantu Balak Anam. Selama ini kita memang kurang dekat tapi ada pertalian
persahabatan antara kita. Jika kau bicara yang bukan-bukan apa lagi berani
kurang ajar, aku akan menambahkan sepuluh lubang di sekujur tubuhmu!"
Hantu Balak Anam tertawa bergelak.
Iblis Pemalu sejak tadi sudah gatal mulut hendak bicara. Tapi Sabai Nan Rancak
memberi isyarat agar dia diam saja hingga tidak membuat suasana bertambah keruh.
"Kalau kau tidak ada pertanyaan lain, kami akan meneruskan perjalanan!"
Hantu Balak Anam lambaikan tangannya. "Satu ha! harus kau ingat baik-baik Sabai.
Jika di kemudian hari ketahuan kau memang punya hubungan tertentu dengan Sutan
Alam, aku akan kembali menemuimu. Pada saat itulah aku terpaksa membunuhmu!"
"Ajal datangnya memang tidak terduga Hantu Balak Anam. Akan kita lihat siapa
yang duluan mati di antara kita!" jawab Sabai Nan Rancak seraya lontarkan
seringai dingin.
Hantu Balak Anam celupkan dayungnya ke dalam air. Perahu kecilnya berputar lalu
melesat ke arah timur.
"Manusia memalukan! Siapa dia Nek?" bertanya Iblis Pemalu.
"Seorang tokoh di daratan Andalas. Dulu sikapnya baik-baik saja. Kini seperti
ada yang menyengatnya."
"Lalu siapa pula Sutan Alam Rajo Di Bumi yang disebutnya tadi" Manusia memalukan
juga?" Sabai tersenyum. "Sutan Alam seorang tokoh sahabat segala tokoh golongan putih
rimba persilatan pulau Andalas. Ada lagi yang hendak kau tanyakan Iblis Pemalu?"
iblis Pemalu menatap si nenek dari celah-celah jari tangannya. "Nek, kini kau
sudah memiliki dua senjata dahsyat. Kau akan jadi seorang tokoh besar. Kau tidak
akan pernah merasa malu lagi. Tidak sembarang orang sanggup menghadapimu.
Tentunya kini kau bersemangat mencari Tua Gila, musuh besarmu itu."
"Aku memang telah memiliki dua senjata hebat. Tapi tugasku jadi tambah berat..."
jawab Sabai Nan Rancak.
"Eh, mengapa kau bicara memalukan seperti itu" Bukankah berarti kau akan lebih
mudah menghabisi kakek itu" Memalukan) Kau berkata tugasmu jadi berat. Memangnya
ada yang menugaskanmu melakukan semua itu"! Jangan mau jadi orang suruhan Nek.
Jangan sampai dirimu dibuat malu!"
Sabai Nan Rancak terdiam. Kemudian dia tampak tersenyum.
"Kalau tugasmu memang berat agar tidak memalukan apakah menurutmu aku bisa
menolong"!"
Jagal Iblis Makam Setan 58
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Apa yang jadi tugasku adalah urusanku sendiri. Terima kasih kau mau membantu.
Tapi kurasa aku bisa melakukannya sendiri."
"Ah, bagaimana ini Nek. Aku jadi malu mendengarnya. Tadi kau bilang tugasmu jadi
berat. Mau ditolong kau menolak malu. Apa sebenarnya tugas beratmu itu Nek?"
"Aku harus membunuh Tua Gila...."
"Itu aku sudah tahu. Kau tidak malu mengatakan aku tidak malu mendengarkan!
Apa tugas lainnya yang kau katakan sebagai tambah berat itu?"
Sabai Nan Rancak tak segera menjawab. Dia merasa bimbang memberi tahu. Namun
setelah berpikir tak ada salahnya memberi tahu maka dia pun berkata. "Selain Tua
Gila aku juga harus membunuh Pendekar 212 Wiro Sableng dan Sinto Gendeng."
Sepasang mata Iblis Pemalu memancarkan kilatan aneh mendengar keterangan si
nenek. Tapi kemudian dia tertawa cekikikan. "Benar kataku tadi Nek. Hidup dan
kehidupan manusia tidak lebih dari sebuah, takdir! Kebanyakan merupakah takdir
memalukan. Hik...
hik... hik. Aku sendiri merasa malu karena tidak tahu bagaimana cara matiku
kelak! Mati karena sakit atau mati dibunuh orang! Aku malu! Hik... hik... hik!
Tapi Nek, bagaimana kalau Datuk Tinggi mengejarmu?"
"Dia akan mati dengan senjata miliknya sendiri yang diberikan padaku!" jawab
Sabai. "Ah, memalukan! Senjata makan tuan!"
"Aku ingin bertanya, apakah Wiro Sableng dan Sinto Gendeng itu sahabatmu?" Sabai
ajukan pertanyaan sambi! menatap tajam pada Iblis Pemalu.
"Uhhhh! Memalukan! Aku sudah bilang aku tidak punya musuh di dunia ini. Malah
yang namanya Sinto gendeng aku belum pernah melihat ujudnya! Memalukan sekali!"
"Apa yang aku katakan padamu ini adalah rahasia kita berdua. Jika sampai bocor,
terpaksa aku membuat kepalamu menjadi bocor!"
"Kepala bocor! Aduh malunya!" kata Iblis Pemalu. Lalu dia kembali duduk
mencangkung di lantai perahu. Seperti tadi kepalanya yang ditutup tangan kini
ditempelkannya di atas ke dua pahanya.
"Kita harus segera melanjutkan perjalanan menuju daratan besar pulau Andalas,"
kata Sabai Nan Rancak.
"Ya... ya! Memalukan kalau kita sampai kemalaman di tengah laut!" jawab Iblis
Pemalu. Sabai Nan Rancak ambil dua buah kayu pendayung. Begitu dia mengayuh perahu itu
seolah melesat, meluncur pesat di atas permukaan air laut.
* * * Jagal Iblis Makam Setan 59
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
TAMAT Episode berikutnya :
UTUSAN DARI AKHIRAT
Hak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito
Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek dibawah nomor 004245
"Mengenang Alm. Bastian Tito"
Pengarang Wiro Sableng
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Komentar dan saran : samademail@gmail. com
IM : samchatacc@yahoo. com
atau Kaskus thread No. 414999
Jagal Iblis Makam Setan 60
Kemelut Kadipaten Bumiraksa 2 Pendekar Slebor 18 Warisan Ratu Mesir Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama