Ceritasilat Novel Online

Gondoruwo Patah Hati 3

Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati Bagian 3


melompat ke arah Ki Sepuh Item.
70 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Kaki kanannya bergerak menderu laksana topan.
Sementara itu, tidak diketahui oleh ke empat orang yang berada di bukit itu, di
atas punggung seekor kuda coklat yang hidungnya berwarna putih, di balik sebuah
pohon besar, satu-satunya pohon di puncak bukit teh
itu, seorang pemuda berpakaian kuning celana hitam
menyaksikan semua yang terjadi tadi dengan mata
hampir tak pernah berkedip. Pemuda ini bukan lain
adalah Damar Wulung yang terakhir kali beberapa
waktu lalu muncul di tempat kediaman Tumenggung
Cokro Pambudi, membawa dua buah peti berisi harta
perhiasan dan uang. emas milik Kerajaan serta sebilah keris yang semula diduga
adalah Keris Kiai Naga Kopek pusaka Keraton ternyata palsu. (Baca Episode
sebelumnya berjudul "Roh Dalam Keraton")
Dari balik pohon besar, Damar Wulung telah
menyaksikan apa yang terjadi di puncak bukit teh itu.
Sambil menyeringai dan usap-usap dagunya dia berkata
dalam hati. "Iblis Kepala Batu Alis Empat memang hebat. Tapi kehebatannya mengandalkan ilmu
gaib dan kekuatan
jin. Pendekar 212 Wiro Sableng, pendekar satu ini
memang berbahaya. Tapi juga gagah. Tidak salah kalau
aku menduga Dewi memendam rasa gairah
terhadapnya. Ketika dia tidak merasa mendapat
tanggapan, rasa suka berubah menjadi dendam.
Hemm... ini kali pertama aku melihatnya. Jadi ini
manusianya yang menurut Dewi harus aku tangkap
hidup-hidup." Damar Wulung tersenyum. "Pendekar 212 Wiro Sableng bisa menunggu.
Dewi boleh bersabar.
Aku harus mengatur siasat, biar bisa berlama-lama
menikmati kesenangan dengannya. Semakin lama aku
bisa bersiasat, semakin banyak kejadian besar di rimba persilatan tanah Jawa
ini. Aku bisa menjadi penonton
yang baik, sambil mencari keuntungan." Seringai menyungging lagi di mulut Damar
Wulung. Dengan 71 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
tenang pemuda itu duduk di atas kudanya,
memperhatikan dari balik pohon apa yang selanjutnya
akan terjadi antara Wiro dengan tiga orang yang masih ada di puncak bukit teh
setelah Iblis Kepala Batu Alis Empat meninggalkan tempat itu.
72 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
DI DALAM sebuah pondok kayu, tak berapa jauh dari Kali Lanang, malam itu nenek
berwajah setan tidak dapat memicingkan mata. Banyak persoalan membuncah benak
dan hatinya. Namun yang paling membuatnya gelisah dan tak habis-habis merenung
adalah pertemuan dengan
anak berambut jabrik bernama Naga Kuning itu. Dua kali sudah dia bertemu. Malah
pada kali terakhir dia sempat menyelamatkan nyawa anak itu. Dia sendiri merasa
heran, begitu ingin dia melihat si bocah tetapi mengapa setelah menolong dia
melarikan diri"
"Hatiku masih diselimuti kekecewaan di masa lalu. Lagi pula aku masih belum
yakin. Kalau-kalau dia bukan
orangnya, tak jadi apa. Tapi kalau memang dia,
bagaimana aku...." Si nenek geleng-geleng kepala, menarik nafas dalam beberapa
kali. "Ah, mengapa aku terlalu berkhawatir. Dengan keadaanku seperti ini, dia
tak mungkin mengenali diriku. Tetapi...." Si nenek terdiam sejenak. Dadanya
terasa berdebar. "Waktu aku samadi di tepi Kali Lanang malam itu, dia sempat
melihat keadaan tubuhku. Jika dia berusaha menyelidik keanehan itu, aku...."
Si nenek duduk di ujung ranjang, perhatikan sepuluh jarinya yang diletakkan di
atas pangkuan. Lalu kembali gelengkan kepala. "Anak itu.... Kalau saja dia tidak
jatuh di pangkuanku ketika aku hendak merampungkan ilmu
kesaktian i,tu, pasti saat ini aku sudah menguasai Ilmu Kuku Api. Nasibku
sial...."Si nenek menghela nafas panjang. "Saat ini agaknya hari hampir pagi.
Aku masih belum bisa memejamkam mata. Ada apa dengan diriku."
Tiba-tiba si nenek menahan nafas. Dua matanya
73 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
memandang ke atas atap pondok yang terbuat dari daun rumbia kering. Telinganya
dipasang. "Tak mungkin aku salah dengar. Itu bukan suara angin.
Ada orang di atas atap. Satu orang....Tidak, mungkin dua."
Ingat kejadian malam kemarin yaitu perkelahiannya
dengan orang bertudung hitam, mengira orang datang
hendak membalas dendam, si nenek berkelebat ke pintu.
Sekali tendang saja pintu pondok jebol. Di iain kejap nenek bermuka setan itu
sudah berada di halaman depan pondok. Memandang ke atas dia .melihat seseorang
berdiri di atas atap. Dari bentuk tubuh serta pakaian, apalagi orang itu tidak
bertudung, si nenek segera maklum, orang di atas atap bukansi tinggi besar
berjubah putih yang disangkanya.
"Siapapun manusia itu dia pasti bermaksud tidak baik!
Malam-malam buta mendekam di atas atap rumah orang!"
membatin si nenek. Lalu dia segera hendak melompat ke atas wuwungan sambil
siapkan pukulan tangan kosong di tangan kanan, tapi mendadak sudut matanya
melihat bayangan sesuatu di sebelah kiri. Cepat dia berpaling.
Kejut amat sangat membuatnya tersurut ketika matanya
membentur satu sosok putih samar-samar di dalam kabut.
Si nenek serta merta jatuhkan diri berlutut, membungkuk dalam. Suaranya tercekat
dalam ketika berucap.
"Ayah...."
Makhluk dalam kabut bergerak mendekat. Lalu si nenek merasakan usapan halus di
kepalanya. Perlahan-lahan dia angkat wajahnya sedikit. Dekat sekali di depannya
berdiri seorang tua berselempang kain putih.
"Kalau saja mata hati dan mata perasaanku tidak mendapat redho Gusti Allah,
niscaya aku tidak
mengetahui bahwa yang ada di depanku saat ini adalah puteriku sendiri. Ning
Intan Lestari, berdirilah. Benar rupanya apa yang aku dengar. Mengapa kau jadi
seperti ini?"
Perlahan-lahan si nenek muka setan yang dipanggil 74 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
dengan nama Ning Intan Lestari bangkit berdiri.
Kepalanya masih ditundukkan, tak berani memandang
pada orang tua di depannya. Si orang tua pegang dagu si nenek lalu mengangkatnya
hingga kini dia dapat melihat dengan jelas wajah seram itu. Desah panjang keluar
dari mulut kakek berselempang kain putih.
"Anakku, aku tahu penderitaanmu setinggi langit sedalam lautan. Tetapi sungguh
aku tidak menyangka
kalau tidak melihat sendiri. Apa yang telah menyebabkan wajahmu cacat begini
rupa?" "Ayah...."
Kembali orang tua berselempang kain putih mendesah dalam. "Aku bisa mengerti,
simpan ucapanmu. Tak usah kau terangkan kalau itu hanya akan menambah beban
derita hatimu."
"Ayah, maafkan kalau selama ini anakmu tidak pernah menyambangimu di puncak
Gunung Gede atau di Telaga
Gajahmungkur. Pertemuan ini membuat anakmu ini
merasa sangat berdosa. Karena ayah yang datang
mencari, bukannya saya yang mencari ayah."
"Tak ada rasa kecewa dalam hatiku. Aku datang menemuimu dengan satu harapan.
Agar kau bisa melupakan masa lalu. Lalu dalam sisa usiamu yang entah tinggal berapa tahun lagi
kau dapat menghabiskan dan menikmatinya sebagaimana layaknya manusia yang
pernah hidup di dunia ini. Sebagaimana layaknya seorang perempuan, seorang
gadis...."
"Ayah, saya gembira bisa bertemu dengan Ayah. Tapi saya tidak tahu apa arti
maksud kedatangan Ayah" Si nenek tundukkan kepalanya, menyembunyikan sepasang
matanya yang mulai berkaca-kaca.
Kakek berselempang kain putih pegang bahu si nenek lalu berkata. "Anakku, kau
tidak bisa hidup seperti ini terus menerus. Segala derita masa lalu harus
disingkirkan. Segala kehancuran hati dan jiwa masa silam harus
dilenyapkan. Kau lihat orang di atas atap pondok itu?"
75 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Si nenek melirik ke wuwungan pondok.
"Saya lihat Ayah. Siapakah dia?" tanya si nenek.
"Kau akan segera mengetahui, anakku." Si kakek lambaikan tangan kirinya. Melihat
isyarat ini, orang di atap pondok tampak bergerak. Sekali berkelebat dia sudah
berdiri di hadapan ke dua orang itu. Ternyata dia adalah seorang kakek berwajah
jernih, berusia sekitar delapan puluhan. Mengenakan pakaian ringkas warna
biru gelap, di usianya yang sudah sangat lanjut kakek ini tampak gagah. Di masa
mudanya pastilah dia merupakan
seorang pemuda sangat cakap.
"Rana Suwarte, aku sudah mengantarkanmu sampai ke hadapan orang yang selama ini
kau cari. Tugasku selesai.
Semoga nasibmu beruntung dan kau bisa menemui
kebahagiaan."
"Kiai Gede Tapa Pamungkas, saya sangat berterima kasih atas kebaikan Kiai...."
Kakek bernama Rana Suwarte berkata seraya membungkuk.
Orang tua berselempang kain putih yang ternyata
adalah Kiai Gede Tapa Pamungkas, makhluk setengah manusia setengah roh anggukkan
kepala lalu berpaling pada si nenek.
"Anakku Ning Intan Lestari, aku berharap malam ini segala derita sengsaramu
selama ini akan lenyap dan
biarlah menjadi satu kenangan belaka. Kau harus
menerima dan bersedia menghadapi kenyataan yang
datang padamu karena datangnya dari Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Selamat
tinggal anakku. Bungkus
benakmu dengan pikiran jernih. Urapi hatimu dengan
kecintaan yang tulus. Aku harapkan kalian berdua akan menemui kesepakatan demi
kebahagiaan yang selama
ini kalian dambakan...."
"Kiai...." Si nenek berucap.
Angin malam berhembus kencang. Kabut mengapung
naik. Sosok Kiai Gede Tapa Pamungkas lenyap dari
pemandangan. Si nenek tersurut. Dia melirik sekilas pada 76 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kakek di sampingnya, lalu tanpa berkata apa-apa dia
segera hendak melangkah pergi.
"Intan, tunggu!" kakek berwajah jernih bergerak mengejar..
Si nenek bimbang sesaat. Kakinya sudah melangkah, namun diurungkan. Dia
berhenti, dia menunggu. Tidak berpaling pada si kakek, melainkan memandang ke
jurusan lain. Kakek bernama Rana Suwarte mendatangi, tegak dua langkah di
hadapan si nenek. Dia pandangi wajah buruk si nenek beberapa ketika.
Rangkungannya turun naik bertanda dia tengah menahan gejolak hati
yang sulit diutarakan. Akhirnya mulutnya berucap juga.
"Intan, kalau tidak ditolong dan diantar sendiri oleh Kiai Gede Tapa Pamungkas,
mungkin aku tidak akan pernah
bisa mencarimu. Aku tidak tahu kalau selama ini orang yang memakai julukan
Gondoruwo Patah Hati itu
sebenarnya adalah engkau."
Ning Intan Lestari melirik, tapi tetap tak bergerak, juga tidak menjawab ucapan
orang. "Intan, ketahuilah berpuluh tahun aku mencarimu. Aku merasa bersyukur pada Gusti
Allah, saat ini akhirnya dengan pertolongan Kiai Gede Tapa Pamungkas akhirnya
aku bisa menemuimu...."
"Puluhan tahun adalah waktu yang sangat panjang.
Mengapa kau bersusah payah mencariku...?" tiba-tiba si nenek ajukan pertanyaan.
"Apakah aku masih perlu menerangkan, padahal hatimu tentu sudah menduga mengapa
aku melakukan semua
itu." "Maafkan. Tidak, aku tidak bisa menduga. Puluhan tahun terlalu lama untuk
mengingat-ingat. Aku sudah hampir pikun," jawab nenek muka setan.
Rana Suwarte terdiam sesaat, hanya matanya yang tak berhenti menatapi wajah si
nenek. Dalam hati kakek ini berkata. "Dia berkata dusta. Mustahil tidak tahu
mengapa aku mencari dan ingin menemuinya. Tapi aku dapat
77 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
memaklumi. Derita masa silam yang begitu parah terlalu sulit untuk disembuhkan."
"Intan, terus terang, aku tidak malu-malu mengatakan.
Apalagi tadi Kiai sempat menerangkan. Aku mencarimu
karena perasaan hatiku terhadapmu sejak puluhan tahun lalu tidak pernah berubah.
Aku masih tetap
mengharapkan...."
"Mengharapkan apa?" si nenek memotong.
"Sejak kita berpisah, kita telah dilanda gelombang kepedihan hati dan jiwa.
Dalam semua derita sengsara itu sampai saat ini kau masih tetap seorang gadis,
aku sendiri sampai saat ini masih tetap perjaka. Kita sama-sama
memiliki ketabahan hati. Mungkin itu satu pertanda
bahwa dalam derita dan ketabahan hati itu kita bisa bersatu.Mewujudkan cita-cita
di masa muda...."
"Cita-cita apa?" tanya si nenek.
Pertanyaan itu membuat Rana Suwarte bersemu merah
wajahnya. Tapi dengan sabar, malah dengan mengulum
senyum dia berucap.
"Intan, tujuh puluh tahun lebih kau hidup dalam beban kepatahan hati. Apakah itu
tidak cukup" Apakah kau tidak mendambakan satu kehidupan yang lebih baik. Kau
harus mengubur gelar yang diberikan orang-orang padamu.
Gelar Gondoruwo Patah Hati itu tidak pantas bagi dirimu.
Kau tahu Intan, aku mencintaimu sepenuh hati...."
"Setelah melihat wajahku yang seperti setan ini, apakah kau masih mencintaiku?"
" Kasih sayangku padamu, cinta kasihku padamu, tidak pernah berubah. Dari dulu
sampai sekarang. Apapun yang terjadi dengan dirimu...."
Dalam hatinya si nenek berkata. "Manusia gila!
Bagaimana mungkin dia bisa berkata begitu" Janganjangan "Kau berdusta! Mukaku cacat buruk begini rupa, lebih seram dari setan. Dan kau
mengatakan masih mencintai
diriku. Siapa orangnya yang bisa percaya" Kau tidak 78 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
buta, kau bisa melihat dunia ini dengan segala isinya.
Puluh perempuan cantik bertebaran di mana-mana. Jika kau memang menginginkan
kehidupan berumah tangga,
perempuan-perempuan itu lebih pantas bagimu daripada nenek cacat bermuka setan
seperti aku ini."
"Intan, jika seandainya aku menginginkan perempuan lain, sudah sejak lama aku
berumah tangga. Jika aku tidak mengasihimu sepenuh hati, tidak mungkin aku
meminta pertolongan Kiai Gede Tapa Pamungkas untuk
mencarimu. Kini setelah bertemu, aku mohon jangan kau tolak diri tua buruk ini.
Hidup kita berdua mungkin tidak berapa lama lagi. Mengapa sisa hidup itu harus
kita jalani dengan kesia-siaan?"
"Aku tidak merasa sisa hidupku sebagai satu kesia-siaan...."
"Mulutmu bisa berkata begitu. Tetapi hatimu mungkin berbeda. Intan, aku ingin
membawamu ke Telaga di
puncak Gunung Gede, meminta restu Kiai Tapa Gede


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pamungkas...."
"Gunung Gede...." Si nenek mengucapkan kata- kata itu sambil tersenyum. Ini
untuk pertama kali si kakek melihat Intan Lestari tersenyum. Dia merasa ada
sekelumit harapan muncul, namun jadi terkesima ketika mendengar si nenek melanjutkan
ucapannya. "Di puncak Gunung Gede, bukankah di situ juga merupakan tempat
kediaman Sinto Weni yang lebih dikenal dengan nama
Sinto Gendeng, orang yang pernah menjalin cinta kasih denganmu di masa muda?"
Kakek bermuka jernih berpakaian ringkas biru menarik nafas dalam. "Intan, kau
mungkin salah menyirap kabar.
Antara aku dan Sinto Gendeng tidak ada jalinan hubungan apa-apa. Dimasa muda dia
memang pernah tinggal di
tempat kediaman guruku, untuk menjadi teman latihan ilmu silat. Kiai Gede Tapa
Pamungkas juga mengetahui hal ini. Kemudian Sinto Gendeng pergi bersama pemuda
bernama Sukat Tandika yang dikenal dengan julukan Tua 79 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Gila Dari Andalas. Entah bagaimana kelanjutannya, yang jelas Sukat Tandikapun
ditinggalkannya. Kabarnya dia melarikan sebuah pedang pusaka...." (Baca serial
Wiro Sableng Episode "Tua Gila Dari Andalas" sampai "Gerhana Di Gajahmungkur"
terdiri dari 11 Episode)
"Kau merasa dipermainkan bahkan mungkin ditipu oleh Sinto Gendeng, lalu
berpaling padaku?"
Rana Suwarte gelengkan kepala. "Sinto Gendeng tidak mempermainkan diriku, juga
tidak menipu. Antara kami memang tidak ada hubungan apa-apa
selain persahabatan karena dikenalkan oleh guru
masing-masing...."
Wajah setan si nenek kembali tersenyum. "Aku
perlu menjajagi apa ucapanmu itu betul adanya.
Tapi apa ada gunanya" Maafkan aku, aku ada
keperluan lain. Aku terpaksa meninggalkanmu."
"Intan, aku mohon," si kakek cepat bergerak dan berdiri di hadapan orang yang
dikasihinya itu.
"Dengar," si nenek berkata seraya mundur satu langkah. "Aku hargai perasaanmu
dan aku berterima kasih. Tapi aku tidak menerima semua
ucapan dan hasratmu. Antara kita biar tetap menjadi
dua sahabat. Tidak lebih dari itu...."
"Intan, Kiai Gede Tapa Pamungkas akan sangat
kecewa...."
"Kiai adalah orang ketiga. Yang mengambil
keputusan adalah kita berdua."
"Aku sudah mengambil keputusan. Aku ingin
kau menjadi istriku. Dengan sepenuh hati."
"Terima kasih kalau memang itu keputusanmu.
Tapi aku belum bisa memberikan keputusan yang
sama...." "Sekarang belum, mungkin nanti. Aku akan
menunggu. Sampai kapanpun," kata Rana Suwarte
pula. "Mungkin keputusan itu tidak akan pernah aku
80 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
ambil. Maaf kalau aku mengatakan perasaanku apa
adanya.?"Intan, aku harap kau sudi merenung, memikirkan...."
"Aku sudah terlalu lama merenung dan berpikir hingga menjadi tua bangka tak
berguna seperti ini."
"Kau, kau bukan tua bangka tak berguna Intan.
Kau segala akhir dari harapanku..." si kakek berusaha mendekat sambil ulurkan
tangan hendak memegang lengan si nenek, tapi perempuan tua
itu cepat bersurut.
"Maafkan aku. Harapanmu terlalu indah, aku
tidak bisa menerimanya. Aku pergi sekarang...."
Rana Suwarte tampak benar-benar kecewa. Dua
matanya dipejamkan dan mulutnya berucap. "Intan, ini satu kenyataan dari
harapanku yang tidak
terduga. Teganya hatimu. Seandainya kau
menusukkan pisau panjang menghunjam jantungku
tembus sampai ke punggung mungkin tidak seperti
ini sakitnya. Sebelum kau pergi, ada satu
pertanyaan yang aku ingin kau menjawabnya
dengan segala kejujuran...."
"Kejujuran, apakah di dunia ini masih ada apa yang dinamakan kejujuran?"
bertanya si nenek.
"Kejujuran selalu ada dalam setiap lubuk hati sanubari manusia. Hanya saja
kadang-kadang manusia sengaja menyembunyikannya, apapun
alasannya."
Ning Intan Lestari tersenyum. "Baiklah, apa yang hendak kau tanyakan?"
"Kau menolak maksud baikku, apakah karena
kau belum lama ini mengetahui bahwa seorang
yang pernah kau cintai di masa muda telah muncul
kembali?" Tergetar hati si nenek mendengar pertanyaan
yang tidak disangka-sangka itu. Tapi dengan cepat
dia ajukan pertanyaan.
81 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa maksudmu" Siapa orang yang aku cintai
di masa muda itu?"
"Kau tahu siapa orangnya. Mengapa harus
pura-pura balik bertanya?"
Si nenek mendongak ke langit kelam. Lalu
tertawa panjang.
"Suara tawamu aneh terdengar di telingaku.
Intan. Ada getaran hati menggema dalam gaung
tawamu. Seolah, menyatakan bahwa memang
begitulah sebenarnya alasanmu menolak hasrat
baikku." "Maafkan aku. Agaknya aku belum bisa menjadi
orang jujur. Aku tidak bisa menjawab
pertanyaanmu. Selamat tinggal. Jangan coba
mencariku lagi."
"Intan, tunggu!"
Tapi si nenek bernama Ning Intan Lestari telah
berkelebat lenyap, meninggalkan Rana Suwarte
termangu seorang diri. Wajahnya yang jernih
tampak mengelam.
"Dunia penuh keanehan. Bagaimana bisa terjadi seseorang menolak kebaikan yang
datang dari hati
yang putih bersih" Intan, aku tahu kau mencintai
orang itu. Jika kau menolakku, bukan berarti kau
akan mendapatkan dirinya. Puluhan tahun aku
menunggu, sekarang mungkin sudah kepalang
tanggung." Rana Suwarte kepalkan dua tinjunya lalu diletakkan di atas kepala.
Dua gelungan asap
mengepul keluar dari tangan yang dikepalkan. Si
kakek ternyata tidak dapat mengendalikan tenaga
dalam akibat gejolak yang membakar dirinya.
* * * 82 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
KITA kembali ke puncak bukit teh di Karangmojo. Walau hampir berhasil menyentuh
Kapak Maut Naga Geni 212
namun mendengar deru angin keras menerjangnya dari
samping dengan cepat Ki Sepuh Item menyingkir
selamatkan diri sambil pukulkan tongkat tulang putihnya.
Dari lobang-lobang di badan tongkat menggema suara
seruling seperti ditiup berbarengan, menggetarkan
gendang-gendang telinga.
Wiro terkesiap. Bukan saja tendangannya hanya
mengenai tempat kosong, tapi angin yang keluar dari
lobang-lobang tongkat tulang putih lawan terasa dingin mencucuk, membuat kakinya
yang masih terulur seperti
ditusuk puluhan jarum dan mendadak sontak terasa
kaku. Cepat-cepat murid Sinto Gendeng tarik pulang
kakinya lalu jatuhkan diri di tanah. Sambil bergulingan Wiro sambar kapak
saktinya. Ki Sepuh Hitam alias Si Tongkat Akhirat melintangkan tongkat tulangnya di depan
dada lalu umbar tawa
bergelak. "Pendekar 212! Kekasihmu gadis makhluk alam roh sudah diringkus Iblis Kepala
Batu Alis Empat! Sekarang siapa yang hendak kau andalkan menjadi penyelamat
nyawamu"!"
Habis berucap begitu kakek berkulit hitam ini
sabetkan tongkat saktinya ke depan. Wusss! Selarik
angin mengeluarkan asap putih menyambar ke arah
Wiro. Dari bau aneh yang bertabur dalam tebaran asap
Pendekar 212 segera maklum kalau asap yang keluar
dari dalam tongkat tulang itu mengandung racun jahat.
Sambil melompat mundur dan menutup penciumannya
83 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Wiro pukulkan tangan kirinya ke arah lawan.
Satu gelombang angin melabrak ke arah ki Sepuh
Item. "Cuma pukulan Benteng Topan Melanda Samuderal Siapa takut!" seru si kakek.
Sambil melompat ke samping dia gerakkan tangannya yang memegang tongkat.
Murid Sinto Gendeng bukan saja penasaran melihat
lawan tahu nama pukulan yang dilancarkannya, namun
juga jengkel karena angin yang keluar dari sambaran
tongkat Ki Sepu Item membuat amblas pukulan saktinya
sementara tangan kirinya tergetar hebat. Sebenarnya
Ki Sepuh Item sendiri merasakan dadanya mendenyut
sakit akibat bentrokan itu namun dia mampu
menyembunyikan keterkejutannya. Dia tidak
menyangka pemuda lawannya memiliki tingkat tenaga
dalam demikian tinggi.
Didahului teriakan keras Wiro kembali menyerbu.
Kali ini dia menghantam dengan Kapak Maut Naga
Geni212. Satu cahaya putih menyilaukan berkiblat. Hawa
panas menyambar dan dengung suara tawon mengamuk
memenuhi udara.
Sambil lindungi matanya yang silau dengan tangan
kiri, Ki Sepuh Item membuat gerakan aneh. Tubuhnya
yang bungkuk meliuk rendah, tongkat di tangan
kanannya bergetar keras hingga berubah menjadi enam
buah. Luar biasanya, ke enam ujung tongkat menyusup
tembus ke arah tangan kanan lawan lalu memukul!
"Traang!"
Wiro berseru kaget. Tangan kanannya bergetar hebat.
Selagi dia berusaha bertahan hawa panas yang
keluar dari kapak sakti membalik memukul ke arah
tangan dan sisi tubuhnya sebelah kanan. Pendekar 212
berseru keras. Genggaman tangannya pada gagang
kapak goyah. Ketika lawan menggerakkan tangan
kanannya kembali, tongkat berubah lagi menjadi enam
84 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
buah dan menabur serangan ke arah dada, leher serta
kepala, mau tak mau murid Sinto Gendeng melompat
mundur sambil babatkan senjata. Mata kapak
membabat ke arah pinggang lawan. Saat itulah tongkat tulang mengayun dari bawah
ke atas. "Traang!"
Untuk ke dua kalinya dua senjata, kapak dan tulang saling beradu di udara. Wiro
berseru kaget. Kapak
sakti terlepas dari genggamannya, mental ke udara.
Sebaliknya Ki Sepuh Item tak kalah kejutnya ketika
meneliti dia dapatkan ujung tongkat tulangnya telah
berkurang satu jengkal, putus dibabat Kapak Maut Naga Geni 212! Selagi lawan
terkesiap, Wiro cepat melompat ke udara, menyambar kapak sakti yang melayang
jatuh. "Kehebatan kapak itu ternyata bukan cuma nama kosong!" kata Ki Sepuh Item dalam
hati. "Dari pada mencari penyakit, aku harus cepat-cepat menyudahi
pertempuran ini!"
Kakek berkulit gosong ini angkat tangan kirinya
sebatas tinggi telinga kiri. Telapak dibentang begitu rupa, diarahkan pada
lawan. Bersamaan dengan itu
tongkat tulangnya diarahkan ke depan, menjaga jarak
sehingga lawan tidak mudah mendekatinya.'Ki Sepuh
Item melirik pada muridnya Iblis Batu Hitam dan
Momok Dempet Tunggul Gono.
"Kalian berdua, apakah tidak ingin berebut pahala membereskan manusia satu ini"
Membalas dendam dan
mencari jasa pada Kerajaan"!"
Walau memang mendendam berat pada Pendekar
212 Wiro Sableng namun sejak tadi dua orang itu
tidak mau ikut terjun ke dalam pertempuran. Bukan
saja karena merasa sungkan terhadap Ki Sepuh Item,
tetapi juga karena diam-diam merasa jerih terhadap
Wiro. Tunggul Gono masih menderita sakit luar biasa
akibat selongsong besi tangan kirinya putus dan
membakar ujung lengannya. Sementara Iblis Hitam
85 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
masih melepuh sakit tangan-kanannya. Semua akibat
hantaman cahaya merah membara yang dilepas Bunga
dari sepasang matanya.
Didahului satu bentakan garang, Ki Sepuh Item
melesat ke depan. Tangan kanan yang memegang
tongkat bergerak. Tongkat tulang bergetar
mengeluarkan angin deras dan suara seperti beberapa
seruling ditiup berbarengan. Tongkat yang berubah
menjadi banyak itu menerpa ganas, menebar mengurung
Wiro dari enam penjuru.
Sambil menyerang dengan tongkat tulang putih,
tangan kiri Ki Sepuh Item tak berhenti bergerak. Dari telapak tangannya yang
dikembangkan, seperti ada
kaca memantul cahaya, menyambar menyilaukan dua
mata Pendekar 212. Inilah ilmu kesaktian yang disebut Kaca Hantu. Pada telapak
tangan kirinya itu Ki Sepuh
menanam sejenis susuk. Jika dia mengerahkan tenaga
dalam maka telapak tangannya bisa memancarkan
cahaya menyilaukan seperti pantulan sinar matahari
jatuh ke atas kaca.


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sialan! Ilmu setan apa yang ada di telapak tangan makhluk gosong pantat kuali
ini!" geram Wiro dalam hati.
Lima jurus pertama murid Sinto Gendeng benarbenar dibuat kelabakan. Serangan tongkat lawan
laksana curahan air hujan. Gerakan kapaknya untuk
melindungi diri ataupun balas menyerang seperti ditekan hingga dia tidak bisa
leluasa bergerak. Dua kaki Wiro bergerak dalam jurus-jurus silat "Orang Gila"
yang didapatnya dari Tua Gila sedang gerakan kapak
mengandalkan jurus-jurus silat yang dipelajarinya dari Sinto Gendeng.
Ilmu tongkat yang dimiliki Ki Sepuh Item sebenarnya tidaklah terlalu hebat.
Namun jurus-jurusnya memiliki daya susup yang tidak terduga selain tongkat itu
sendiri memang luar biasa. Disamping itu cahaya menyilaukan
yang keluar dari telapak tangan Ki Sepuh membuat
86 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Wiro kadang-kadang mati langkah karena kesilauan.
Setelah bertahan sampai lima belas jurus, dalam
satu gebrakan hebat kakek kulit gosong ini berhasil
susupkan satu tusukan ke arah lambung Wiro. Murid
Sinto Gendeng cepat berkelit tapi masih terlambat.
"Breettt!"
Masih untung cuma baju putihnya yang kena
disambar robek. Kalau sampai lambungnya yang
dimakan, isi perutnya pasti akan keluar berbusaian.
Ki Sepuh Item tertawa bergelak. Saat itu Tunggul
Gono dan Iblis Batu Hitam mulai bergerak memasuki
kalangan pertempuran. Iblis Batu Hitam mencekal golok mata duanya yang telah
berubah menjadi besi hitam.
Sementara Tunggul Gono yang tidak punya senjata
hanya mengandalkan tangan kosong.
Seperti diketahui walau tangannya kini cuma satu
yaitu tangan kanan sedang tangan kiri buntung dan
cidera hebat, namun Tunggul Gono masih sanggup.
melancarkan serangan-serangan berupa pukulan sakti
seperti Ladam Setan, Palu dan Ladam Membongkar
Bumi. Menghadapi Ki Sepuh Item sendirian Wiro sudah
banyak mendapat kesulitan.
Apalagi kalau dikeroyok tiga. Selain itu dia agak sulit memusatkan perhatian
karena sedikit banyak
pikirannya terbagi pada Bunga yang telah diculik dan
dimasukkan ke dalam guci tembaga oleh Iblis Kepala
Batu Alis Empat.
Ketika ketiga orang itu sama-sama menggebrak,
mulai menggempurnya, dari balik pinggang Wiro
keluarkan batu hitam pasangan kapak sakti. Melihat
ini Ki Sepuh Item segera berteriak memberi ingat pada Tunggul Gono dan Iblis
Batu Hitam. "Awas! Dia hendak menyulut api membakar kita!"
Memang betul. Baru saja teriakan kakek kulit gosong itu lenyap, Wiro telah
menempelkan batu hitam ke
mata kapak lalu digeser kuat-kuat dengan pengerahan
87 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
tenaga dalam. "Wuss!"
Lidah api menyambar. Tiga orang di depan sana
berteriak, berlompatan berserabutan. Sekali lagi lidah api menggebubu, lagi dan
lagi. Tetapi yang diserang
Wiro sebenarnya bukan langsung ke tiga lawannya itu, melainkan pohon-pohon teh
sekitar mereka. Dalam
waktu beberapa kejapan mata saja api mengurung
dimana-mana. Di balik pohon besar. Damar Wulung yang masih
duduk di atas kuda coklatnya menyaksikan pertempuran
dengan asyik kini terheran-heran.
"Apa perlunya pemuda gondrong itu menyemburkan api sakti demikian rupa" Untuk
mengacaukan lawan?"
Selagi ketiga orang dibuat kalang kabut terkurung
api, tiba-tiba terdengar suara reettttt! Menyusul
teriakan Tunggul Gono.
"Awas! Ilmu hantu membelah bumi!"
Iblis Batu Hitam dan gurunya si kakek muka gosong tidak mengerti apa yang
dimaksudkan Tunggul Gono
berteriak seperti itu. Mereka baru sadar dan samasama berteriak kaget ketika melihat bagaimana tanah
di depan mereka terkuak membelah, bergerak mengejar
ke arah kaki-kaki mereka!
Ki Sepuh Item pukulkan tongkatnya ke tanah.
Maksudnya menghentikan gerakan tanah yang
membelah dan memburu ke arahnya. Hantaman tombak
membuat tanah terbongkar dan malah mempercepat
gerak tanah yang membelah. Hendak lari api telah
mengurung. Hendak melompat ke atas, pemandangan
tertutup oleh asap tebal yang mengepul dari pohonpohon teh yang terbakar.
"Jahanam celaka!" maki Ki Sepuh Item.
Tengkuknya dingin, mata mendelik ketika menyaksikan
bagaimana sosok Tunggul Gono dan muridnya Iblis Batu
Hitam terperosok masuk ke dalam tanah yang
88 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
membelah. Jeritan mereka lenyap bersamaan dengan lenyap
amblasnya sosok ke dua orang itu ke dalam tanah!
Dalam keadaan maut sudah di depan mata seperti
itu, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda cepat sekali. Lalu satu tangan
kuat kokoh menyambar
pinggang Ki Sepuh Item. Tubuhnya seperti melayang
di udara, dibawa keluar dari kurungan api, selamat
dari jepitan tanah.
Di luar kurungan api Pendekar 212 terkesiap kaget.
Di bawah bayang-bayang kobaran api dia melihat seekor kuda coklat berhidung putih ditunggangi seorang yang
tiarap di atas punggung binatang itu. Dia hanya sempat melihat sekilas pintas
wajah si penunggang. Setelah
itu kuda dan penunggangnya lenyap di arah timur bukit.
Memandang ke depan, sosok Ki Sepuh Item tak
kelihatan lagi.
"Setan alas! Siapa penunggang kuda coklat yang menyelamatkan kakek gosong pantat
kuali itu"! Aku
rasa-rasa pernah melihatnya sebelumnya. Sial! Seharusnya tadi aku hantam dengan
pukulan Sinar Matahari!" Wiro memaki marah, garuk-garuk kepala habis-habisan.
DI KAKI bukit teh, saat itu keadaan masih gelap
dan udara dingin. Di satu tempat yang datar
penunggang kuda coklat menjatuhkan sosok Ki Sepuh
Item ke tanah kemudian melompat turun dari punggung
tunggangannya. Ki Sepuh Item sesaat bergulingan lalu melompat
dan tegak berdiri. Dia langsung menghadap ke arah
penunggang kuda yang barusan melompat turun. Dia
tidak menyangka kalau yang telah menolongnya itu
ternyata adalah seorang pemuda belia.
"Anak muda, kau telah menolong diriku! Namun
siapa dirimu aku belum tahu! Lalu mengapa kau sampai
89 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
berbaik hati menyelamatkanku"!" Ki Sepuh Item alias Si Tongkat Akhirat menegur
tapi sama sekali tidak
membungkuk atau memberi penghormatan sebagaimana
lazimnya orang yang telah ditolong.
"Namaku Damar Wulung! Setiap budi kebaikan pasti ada balas imbalannya. Bukankah
begitu"!" Pemuda
berpakaian kuning celana hitam mengaku bernama
Damar Wulung menyahuti.
Kening Ki Sepuh Item mengerenyit. Alis kiri kanan
mencuat naik. "Kalau saat ini aku bisa membalas budimu akan aku lakukan sekarang
juga! Harap kau
mau mengatakan bagaimana aku harus membalas budi
kebaikanmu agar diantara kita tidak ada segala hutang piutang!"
Damar Wulung tertawa.
"Bagiku segala hutang piutang tidak perlu ditagih cepat-cepat. Makin lama makin
baik karena ada
bunganya. Bukan begitu" Ha... ha... ha!"
"Anak muda bernama Damar Wulung, apa
maksudmu?" Ki Sepuh Item jadi merasa tidak enak.
"Kelak satu hari aku akan muncul untuk minta balas imbal budi baik menyelamatkan
nyawamu malam ini!
Ingat itu baik-baik."
"Aku akan ingat dan aku akan lakukan!" jawab si kakek penasaran, terlebih ketika
dilihatnya begitu saja pemuda itu melompat naik ke atas punggung kudanya
seolah tidak mengacuhkan dirinya.
"Kau mau kemana?" bertanya Ki Sepuh Item.
"Apakah perlu aku katakan padamu"!"
"Sialan!" maki si kakek dalam hati. "Mentang-mentang sudah menolongku, aku
dianggap rendah saja."
Masih penasaran Ki Sepuh Item kembali bertanya.
"Jika aku memerlukan dirimu, kemana aku harus
mencari?" "Kau tak perlu mencariku. Karena aku yang akan mencarimu!"
90 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Benar-benar kurang ajar!" rutuk Ki Sepuh Item lagi-lagi dalam hati. Dengan mata
tak berkedip dia
perhatikan pemuda itu memutar kudanya lalu
menghambur pergi dari tempat itu.
"Pemuda aneh, kurang ajar! Siapa dia sebenarnya!
Damar Wulung.... Damar Wulung. Apakah aku pernah
mendengar nama itu sebelumnya?" Ki Sepuh Item coba mengingat-ingat. Tiba-tiba
dipukulnya kening
sendiri."Astaga, nama itu! Damar Wulung! Bukankah itu pemuda yang menimbulkan
kehebohan di Keraton"
Dia kabarnya yang menggulung kepala rampok hutan
Roban Warok Mata Api! Yang kemudian menipu
Tumenggung Cokro Pambudi dengan Keris Kiai Naga
Kopek palsu! Dia belum tentu manusia baik-baik. Jelas!
Tapi mengapa dia menolong menyelamatkan diriku"
Ada sesuatu yang disembunyikannya dibalik pertolongan ini" Persetan! Mengapa aku
terlalu memikirkan
pemuda itu! Yang harus aku pikirkan adalah mencari
manusia bernama Wiro Sableng yang telah membunuh
muridku dan Tunggul Gono. Dia menipuku dengan
serangan lidah api. Lalu membunuh dengan ilmu jahanam aneh yang bisa membelah
tanah! Muridku Iblis Batu
Hitam, aku akan membalaskan dendam kematianmu!"
Ki Sepuh Item jadi merinding sendiri bila dia ingat
kematian yang dialami muridnya. Tanah terbelah. Iblis Batu Hitam menjerit. Suara
jeritan dan tubuhnya
kemudian amblas lenyap di dalam tanah yang kembali
menyatu. "Seumur hidup belum pernah aku menyaksikan ilmu mengerikan seperti itu. Aku
yakin Sinto Gendeng
sekalipun tidak memiliki ilmu celaka itu! dari mana
pemuda jahanam itu mendapatkan ilmu keparat yang
bisa membelah tanah dan mengubur amblas hidup-hidup
muridku dan si Tunggul Gono. Wiro Sableng tunggu
91 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
WIRO duduk di bawah pohon besar di puncak bukit teh.
Matanya mengawasi sisa-sisa kobaran api dan kepulan
asap. Apa yang telah dilakukannya dalam menghadapi tiga pengeroyok tadi membuat
Wiro ingat pada Luhrembulan, gadis cantik di Negeri Latanahsilam yang ujud
sebenarnya adalah seorang nenek buruk berjuluk Hantu Santet
Laknat. (Baca petualangan Wiro di Negeri Latanahsilam terdiri dari 18 Episode)
"Selama di tanah Jawa, sudah dua kali aku
mengeluarkan ilmu Membelah Bumi Menyedot Arwah.
Kalau dulu dia tidak memaksa memberikan ilmu itu
padaku, dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan
diriku. Mati sia-sia. Bagaimana keadaannya sekarang"
Masih di negeri seribu dua ratus tahun silam itu atau mungkin sudah terpesat
pula ke tanah Jawa seperti
yang terjadi dengan Luhjahilio" Ingin sekali rasanya aku bertemu dengan dia."
Dalam keadaan termenung dan mengingat-ingat
seperti itu tiba-tiba Wiro mendengar suara derap kaki kuda banyak sekali.
Datangnya dari kaki bukit teh
sebelah selatan. Wiro berdiri, melangkah ke tempat
ketinggian lalu memandang ke bawah. Dia melihat obor
barisan banyak sekali. Di bawah nyala api obor tampak para penunggang kuda.
Hampir semuanya mengenakan pakaian seragam
pasukan Kerajaan. Hanya beberapa orang saja di
sebelah depan tidak berseragam.
"Aneh, satu pasukan besar Kerajaan naik ke puncak bukit ini" Ada apa" Mungkin
gara-gara melihat pohon
teh yang terbakar?"
92 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Menjelang mencapai puncak bukit, di satu lereng
pasukan besar itu berpencar membentuk lingkaran. Lalu perlahan-lahan dalam
gerakan mengurung mendaki naik
ke atas. Karena merasa kehadiran pasukan kerajaan itu tidak ada sangkut paut dengan
dirinya, murid Sinto Gendeng
tidak beranjak dari tempatnya. Malah ada rasa ingin
tahu apa yang hendak diperbuat oleh orang-orang itu.
Rombongan pasukan kerajaan semakin dekat,
akhirnya sampai di puncak bukit. Wiro memandang
berkeliling. Dia baru menyadari, bahwa berdiri di bawah pohon besar itu dirinya
terkurung di tengah-tengah
lingkaran pasukan yang ternyata hampir dua ratus orang banyaknya! Ketika dia menyadari hal itu tiba-tiba seorang prajurit di ujung kiri berteriak.
"Perwira Kepala! Orang yang kita cari ternyata memang ada di puncak bukit! Lihat
ke bawah pohon besar sana!"
Wiro mulai merasa tidak enak. Dia memperhatikan
ke arah prajurit yang barusan berteriak. Dilihatnya
seorang berseragam Perwira Kerajaan memandang
ke arahnya. Perwira ini lalu menggerakkan kudanya
mende-kati kelompok penunggang kuda lainnya. Dipating depan ada orang berpakaian
kebesaran serba merah.
Wiro segera mengenali. Orang itu bukan lain adalah


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Raden Mas Selo Kaliangan, Patih Kerajaan.
"Kalau tak ada perkara besar, tidak nanti Patih Kerajaan langsung turun tangan,"
membatin Wiro. Disekitar sang patih ada beberapa penunggang kuda
yang dari pakaian serta sikap dan gerak gerik mereka mudah diketahui kalau
mereka adalah para tokoh silat
Istana. Setelah menerima laporan dari Perwira Kepala,
Patih Selo Kaliangan memberi isyarat pada orang-orang disekitarnya. Mereka berjumlah lima orang. Kelima 93 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
orang ini lalu mendahului menggebrak kuda masingmasing ke arah pohon besar tempat Wiro berdiri, sang
patih menyusul sementara Perwira Kepala tadi memberi
tanda pada ratusan prajurit untuk bergerak naik ke
atas puncak bukit, mempersempit lingkaran mengurung.
Para tokoh silat utama yang mendampingi Pati Selo
Kaliangan, yang pertama adalah Hantu Muka Licin Bukit Tidar. Mukanya masih
tampak pucat karena belum
sembuh benar dari racun miliknya sendiri yang terhisap ke dalam tubuhnya akibat
hantaman Pendekar Pelangi
ketika dia dipergoki hendak menggagahi Kinasih.
(Baca Episode "Roh Dalam Keraton")
Sebelumnya dia memiliki sebuah senjata yakni
seutas tali kuning yang bisa mengeluarkan jarum maut.
Seperti diketahui senjata andalannya telah musnah di
tangan Pendekar Kipas Pelangi. Sebenarnya Patih
Kerajaan tidak begitu suka membawa tokoh silat satu
ini, apalagi diketahui dia telah menculik Kinasih. Namun karena tenaganya
diperlukan maka mau tak mau dia
diajak serta bersama rombongan pasukan besar itu.
Biasanya dia selalu mengenakan jubah kelabu. Tapi
sekali ini Hantu Muka Licin mengenakan sehelai baju
biru dan celana komprang juga berwarna biru.
Orang kedua dalam rombongan besar itu adalah
Tumenggung Cokro Pambudi. Tumenggung ini
memaksakan diri ikut bersama rombongan karena ingin
menelusuri jejak Damar Wulung yang lenyap begitu
saja. Tokoh silat ke tiga seorang lelaki separuh baya
berwajah merah seperti udang rebus. Dulu dia adalah
seorang pentolan bajak sungai yang sangat ganas.
Beberapa tahun lalu dia bertobat melakukan kejahatan
dan mengabdi menjadi tokoh silat Istana.
Nama sebenarnya tidak ada yang tahu, dia hanya
dikenal dengan julukan Sanca Merah Bengawan So/o.
Bajak sungai ini memang mempunyai sejenis ilmu aneh.
94 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Sekali dia bisa menempelkan tangan atau kakinya ke
tubuh lawan maka dengan cepat dia bisa menggulung
tubuh itu seperti seekor ular. Lawan yang kena digulung akan menemui ajal dalam
keadaan luluh hancur tulang
belulangnya mulai dari batok kepala sampai ujung kaki!
Di samping Sanca Merah Bengawan Solo, di atas
seekor kuda hitam bertotol kelabu, duduk tokoh silat
Istana ke empat. Dia adalah seorang lelaki berusia
enam puluh tahun, berwajah gagah dan berpakaian
sangat rapi lengkap dengan blangkon. Orang ini
membekal sebilah keris.
Tidak seperti kebiasaan dimana orang membawa
keris di pinggang sebelah belakang, lelaki ini membawa keris di pinggang sebelah
depan. Dan tidak cuma satu, tapi sekaligus dua di pinggang kiri kanan. Dia
diketahui bernama Jalak Kumboro, bergelar Pendekar Keris
Kembar. Ilmu silatnya tinggi, otaknya terkenal cerdas.
Kabarnya dia berhasrat besar hendak menduduki
jabatan Patih Kerajaan. Apalagi konon dia masih
keponakan seorang Pangeran yang sangat dihormati di
kalangan Keraton.
Selama ini dia lebih banyak berada di Surokerto. Namun begitu mendengar banyak
huru-hara terjadi di Kotaraja maka dia menyempatkan diri untuk lebih banyak
berada di Keraton. Tokoh silat terakhir atau ke lima yang ikut bersama, rombongan pasukan besar
yang dipimpin langsung Patih
Kerajaan adalah seorang kakek aneh. Kepalanya yang
botak dicat kuning. Di hidungnya menyantel sebuah
anting-anting. Walau pakaiannya tak kalah bagus
dengan yang dikenakan Jalak Kumboro namun dia
menunggang kuda dengan bertelanjang kaki. Mungkin
ada sebabnya dia tidak mengenakan alas atau penutup
kaki. Karena seperti yang terlihat sepuluh kuku jari kakinya panjang-panjang dan
berwarna hitam kebiru-95 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
biruan. Di Kotaraja, kakek kepala plontos kuning ini dikenal dengan julukan Si Bisu
Penyabut Nyawa Tanpa Suara.
Gelar ini memang cocok dengan keadaan dirinya karena
selain bisu atau tidak bisa bicara, jika membunuh dia melakukan tanpa suara sama
sekali. Kebanyakan dari
musuh yang menjadi korbannya menemui ajal akibat
hunjaman kuku-kuku kakinya yang hitam angker.
Walau hatinya semakin tidak enak namun murid
Sinto Gendeng tetap berdiri tenang di bawah pohon.
Dia melihat Patih Kerajaan menyeruak diantara para
tokoh silat Istana, bergerak mendekati. Begitu sang
patih berada di hadapannya, sebagaimana lazimnya
rakyat biasa Wiro segera membungkuk memberi
hormat. ' "Pendekar 212 Wiro Sableng," berucap sang patih.
"Aku benar-benar merasa menyesal mengikuti anjuran mendiang Malaikat Alis Biru
membebaskanmu dari
penjara. Ternyata kau adalah seorang pembunuh keji!"
Murid Sinto Gendeng terkejut. "Patih Kerajaan, mohon saya diberitahu...."
Saat itu Perwira Kepala sudah berada di hadapan Wiro.
Dia memandang ke arah Patih Kerajaan menunggu
isyarat. Ketika sang patih anggukkan kepala Perwira ini cepat berkata dengan
suara lantang. "Pendekar 212 Wiro Sableng! Atas nama Kerajaan kau kami tangkap dan saat ini
juga dibawa ke Kotaraja.
Kau dituduh dengan bukti-bukti telah melakukan
beberapa pembunuhan!"
Wiro pandangi wajah Perwira Kepala itu sesaat lalu berpaling pada Patih Selo
Kaliangan. "Patih Kerajaan, mohon diberitahu kesalahan saya.
Siapa saja yang saya bunuh...."
Patih Selo Kaliangan goyangkan kepalanya pada
Perwira Kepala. Sang perwira kembali membuka mulut.
"Kau diketahui membunuh seorang prajurit petugas 96 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kepenjaraan bernama Lodan. Lalu kau juga dituduh
membunuh juru ukir Keraton Raden Mas Sura Kalimarta.
Korban kejimu berikutnya adalah istri sang juru ukir
bernama Kinasih. Kau membunuhnya dengan kejam,
malah tega-teganya mengguratkan jarahan 212 di
kening perempuan itu! Lalu kau juga dituduh sebagai
orang yang berada di belakang lenyapnya Keris Kiai
Naga Kopek, senjata pusaka Keraton."
Sesaat Pendekar 212 Wiro Sableng jadi ternganga
mendengar semua tuduhan itu. Dia pandangi Patih
Kerajaan sambil garuk-garuk kepala.
"Pemuda gondrong! Jangan menunjukkan sikap
berpura-pura bego!" membentak si muka merah Sanca Merah Bengawan Solo.
Wiro pandangi tampang merah udang rebus di atas
kuda itu sesaat, lalu memandang berkeliling. Melihat
ini Sanca Merah Bengawan Solo kembali membentak.
"Kau tengah berusaha mengintai mencari peluang melarikan diri hah" Lakukanlah!
Akan kulibas tubuhmu
sampai remuk mulai dari kepala sampai kaki!"
"Saya merasa tidak bersalah, mengapa harus melarikan diri"!" jawab Pendekar 212.
"Saya mengaku membunuh orang bernama Lodan.
Itu untuk menyelamatkan diri. Dia hendak mengguyurkan kelabang beracun ke
tubuhku! Semua orang jika
diperlakukan seperti itu pasti berusaha membela
menyelamatkan diri! Seorang hamba Kerajaan berbuat
kejam seperti itu sebelum membuktikan kesalahan
orang, apa layak" Tidak disebut gila, kejam atau keji"!"
"Apakah kau juga dalam usaha menyelamatkan diri ketika membunuh Raden Mas Sura
Kalimarta serta
istrinya Kinasih"!" bentak Hantu Muka Licin Bukit Tidar.
"Hantu bejat! Yang aku tahu adalah kabar bahwa kau menculik istri juru ukir itu!
Kau bawa kemana
perempuan itu. Apa yang kau lakukan"! Sekarang
kelihatannya kau paling bersemangat menuduh diriku!
97 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Kau sengaja menyembunyikan kebejatan dirimu sambil
berusaha memperlihatkan bahwa kau ingin berjasa besar pada Kerajaan! Hanya
manusia laknat yang bisa berbuat seperti itu!"
"Pembunuh jahanam! Berani kau bicara kurang ajar menghinaku!" teriak Hantu Muka
Licin Bukit Tidar yang masih sakit hati atas kejadian yang menimpanya belum
lama berselang, kini menjadi marah besar karena
merasa ditelanjangi di depan orang banyak. Dia
sentakkan tali kekang kudanya. Begitu tunggangannya
melompat maju kaki kanannya ditendangkan ke dada
Pendekar 212. Mana ada orang yang mau ditendang mentah-mentah
seperti itu. Termasuk Pendekar 212. Murid Sinto
Gendeng ini cepat menyingkir ke kiri. Begitu tendangan orang lewat, tangan
kanannya secepat kilat berkelebat membuat gerakan menotok.
Yang ditotok bukannya kaki atau tubuh Hantu Muka
Licin, tapi urat besar di leher kuda tunggangan orang.
Totokan ini bukan totokan yang melumpuhkan binatang
itu tetapi membuat arus darahnya mengalir terbalik!
Akibatnya kuda besar ini meringkik keras kesakitan.
Dua kakinya dihentakkan, dinaikkan tinggi-tinggi ke atas lalu menghambur kabur.
Tak dapat tidak Hantu Muka
Licin pasti akan jungkir baiik, terbanting berkelukuran di tanah.
Sambil memaki Hantu Muka Licin lesatkan tubuhnya
ke atas, berusaha menyambar cabang pohon besar di
atasnya. Dia memang berhasil memegang dan
bergantung di cabang pohon itu, tetapi satu kejadian
sangat memalukan terjadi tak terduga. Pada saat
tubuhnya melayang ke atas untuk bergantung di pohon,
sebuah benda kecil yang adalah sebutir batu ikut melesat ke atas.
"Tess!"
Batu kecil ini memutus tali celana komprang biru
98 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Hantu Muka Licin. Celakanya sang hantu tidak
mengenakan celana dalam. Ketika celana luarnya jatuh
merosot ke bawah, tak ampun lagi auratnya sebelah
bawah tersingkap amburadul tak karuan!
"Walah! Barang jelek saja dipertontonkan!" seru Pendekar 212 lalu tertawa gelakgelak. Puncak bukit teh menjadi gempar. Patih Kerajaan
tidak tahu mau berkata atau berbuat apa.
Si botak kepala kuning bisu keluarkan suara ha-hu
ha-hu berulang kali sambil menekap mulut menahan
tawa. Di atas pohon Hantu Muka Licin tampak
kelabakan. Tadinya dia hendak pergunakan salah satu
tangan untuk menutupi aurat. Tapi percuma saja. Lagi pula keadaan tubuhnya yang
lemah membuat dia
khawatir tak dapat bertahan menggantung terlalu lama.
Sambil memaki panjang pendek, tanpa celana, semua
orang melihat bagaimana Hantu Muka Licin menggapai
di cabang pohon, memanjat ke atas lalu mendekam
sembunyikan diri di balik kerimbunan daun-daun, tak
berani turun. "Ada tangan jahil kurang ajar melempar dengan batu!
Memutus tali celana Hantu Muka Licin!" Seseorang berteriak sambil menunjuk ke
balik serumpun pohon teh yang masih utuh tak kena terbakar.
Orang yang berteriak ini adalah Jalak Kumboro alias Pendekar Keris Kembar.
Rupanya dia sempat melihat apa yang terjadi. Begitu berteriak tubuhnya melesat
ke arah rerumpunan pohon teh. Tapi dia kecewa besar karena
orang yang tadi dipastikannya sembunyi di tempat itu tak ada lagi di situ.
"Kabur!" kata Jalak Kumboro cemas. "Kalau tidak berilmu tinggi tidak mungkin
bisa lenyap secepat itu!
Tindakan jahil begitu rupa, apakah orang ini ada sangkut pautnya dengan Pendekar
212 Wiro Sableng?" Sambil terus berpikir-pikir dia melangkah cepat kembali ke
kudanya. 99 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Patih Selo Kaliangan melompat turun dari kudanya.
Rahangnya menggembung, memandang membelalak
pada Pendekar 212 yang masih tertawa gelak-gelak.
"Pendekar 212, sebenarnya kami orang-orang
Keraton masih menaruh hormat terhadap gurumu Eyang
Sinto Gendeng. Apalagi kau dan gurumu pernah banyak
membantu Kerajaan. Tapi apa yang terjadi di tempat
ini benar-benar sudah keterlaluan. Kau terpaksa
dijebloskan ke penjara. Hukuman sangat berat bakal
jatuh atas dirimu!"
"Patih, saya tahu kau hanya menjalankan perintah!
Tapi menjalankan perintah tanpa menjalankan pikiran
sehat dan mempergunakan hati jernih sama saja melakukan satu tindakan tolol!"
"Pasukan! Tangkap pemuda ini!" teriak Patih Kerajaan. "Ikat tangan dan kakinya!
Perwira Kepala, totok tubuhnya, cepat!"
Perwira Kepala yang berhidung pesek segera
melompat dari kudanya lalu kirimkan satu totokan
ke urat besar di pangkal leher Wiro.
"Tunggu! Jangan!" teriak murid Sinto Gendeng sambil dua tangannya diangkat dan
digoyang-goyangkan
di depan dada Perwira Kepala. Hampir tak ada satu
orangpun yang melihat, sebelum totokan Perwira
Kerajaan menyentuh urat besar di pangkal lehernya,
totokan yang disusupkan Wiro lebih dulu mendarat di
pangkal bahu kiri kanan sang perwira.


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat itu juga Perwira ini menjadi kaku kaki, kepala dan tubuhnya. Tapi dua
tangannya bergerak-gerak
seperti orang setengah menari setengah bersilat.
"Kurang ajar! Apa yang dilakukan si gondrong keparat itu!" teriak Sanca Merah
Bengawan Soto yang pertama kali menyadari apa yang terjadi. Kembali
tempat Ku dilanda kehebohan.
Selagi semua orang terheran-heran. Pendekar 212
menyusup di bawah perut kuda Patih Kerajaan. Dia
100 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
menggayutkan tangan kirinya di leher binatang itu, lalu berlindung di balik
tubuh kuda. Sesaat kemudian kuda
tinggi besar ini meringkik keras. Dari hidungnya
menyembur cairan, dua matanya membelalak. Di lain
kejap binatang ini melompat lalu menghambur lari luar biasa cepatnya.
Para prajurit yang mengurung tak berani
menghadang. Takut diterjang kuda tinggi besar.
"Kejar! Jangan biarkan lolos!" teriak Patih Kerajaan.
"Tangkap! Jika melawan habisi saja!" menimpali Sanca Merah Bengawan Solo.
Bersama Pendekar Keris
Kembar dia segera membedal kuda masing-masing,
melakukan pengejaran.
Perwira Kepala bersama hampir dua puluh anak
buahnya ikut pula melakukan pengejaran. Di atas
kudanya si bisu Pencabut Nyawa Tanpa Suara
manggut-manggut sementara Tumenggung Cokro
Pambudi hanya bisa mengepal-ngepalkan tinju.
Tak selang berapa lama orang-orang yang
melakukan pengejaran itu kembali dengan tangan
kosong. Perwira Kepala yang muncul paling belakang
memberitahu, Pendekar 212 Wiro Sableng tidak berhasil mereka kejar. Selain
kudanya lari luar biasa cepat,
pemuda itu kemungkinan menyelinap ke satu jalan gelap yang tidak mereka ketahui.
Patih Selo Kaliangan membanting kaki. "Bagaimana aku menyampaikan kejadian
memalukan ini pada Sri
Baginda?" katanya sambil geleng-gelengkan kepala.
Lalu menyambung ucapannya. "Heran," aku tahu betul.
Kuda tungganganku waktu sampai di puncak bukit ini
kaki kanannya mengalami cidera cukup parah. Tapi
mengapa binatang itu bisa lari secepat itu, seperti
dikejar setan!"
"Maafkan saya Patih Kerajaan," kata seorang prajurit. "Saya sempat melihat,
waktu membedal kuda itu, pemuda gondrong bukannya menyentakkan tali
101 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kekang kuda. Tapi memencet biji kuda jantan itu. Kuda manapun kalau dipencet
begitu rupa, dalam kesakitan
luar biasa akan lari seperti dikejar setan. Ke neraka sekalipun kuda itu mau
saja menghambur...."
Patih Kerajaan melototkan mata, membuat si
prajurit yang barusan bicara ketakutan lalu cepat-cepat memutar tubuh. Beberapa
orang palingkan wajah,
menyembunyikan tawa.
Di atas kudanya tokoh silat gagu Si Bisu Pencabut
Nyawa Tanpa Suara usap-usap kepala kuning botaknya.
Lalu tertawa ha-hu ha-hu! Tangan kirinya ditunjuktunjukkan ke bagian belakang bawah kuda
tunggangannya sementara tangan kanan diangkat
membuat gerakan memencet. Si gagu ini seolah hendak
mengatakan. "Itu akibat memiliki kuda jantan. Kalau menunggang kuda betina
seperti milikku ini pasti tidak ada bijinya yang bisa dipencet!"
"Ha-hu... ha-hu!"
TAMAT 102 GONDORUWO PATAH HATI
Pisau Terbang Li 4 Pendekar Rajawali Sakti 96 Penghuni Lembah Neraka Makam Asmara 1

Cari Blog Ini