Ceritasilat Novel Online

Cinta Tiga Ratu 2

Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu Bagian 2


dia berhasil mencekal kaki satunya dari si nenek. Begitu dua kaki si nenek
berada dalam cengkeramannya, Durna Rawana menariknya ke arah yang berlawanan.
"Ggrreeek!"
Saat itu juga tubuh nenek jejadian robek mengerikan.
Mulai dari bawah perut hingga ke dada seolah dibelah!
Jin Durna Rawana keluarkan suara menggembor yang membuat air laut buncah
bergejolak dan cairan merah membersit keluar dari mulut. Lalu dengan gerakan
sangat kuat dia lemparkan tubuh si nenek ke atas permukaan laut.
Dalam keadaan tubuh terbelah dan alam roh siap menyambut kematian ke dua
kalinya, sementara tubuh melayang melesat di di udara nenek kembaran ketiga
masih mampu keluarkan teriakan untuk terakhir kali.
163. Cinta Tiga Ratu
29 Tiraikasih (Hanny)
"Wiroooooo....!"
163. Cinta Tiga Ratu
30 Tiraikasih (Hanny)
RATU Duyung masih duduk bersila di atas pasir pantai sementara badai terus
membuncah laut utara walau tidak sehebat sebelumnya. Dengan bantuan Nyi Roro
Manggut dia berhasil mengerahkan tenaga dalam dan mengalirkan hawa sakti ke
seluruh tubuh namun keadaanya masih belum pulih betul.
"Aku hampir saja membunuh sahabatku Itu..."Ucap Ratu Duyung perlahan.
"Maksudmu Purnama?" tanya si nenek cebol.
Ratu Duyung anggukkan kepala
"Dia bukan sahabatmu lagi Ratu. Bukan sahabatku.
Bukan sahabat kita. Gadis alam roh itu telah berlaku culas. Menyeberang ke pihak
musuh, menjadi kaki tangan Ratu Laut Utaraf
"Nyi Roro, aku melihat ada kelainan dalam dirinya.
Kalau dia memang pengkhianat berarti pantas dibunuh.
Lantas mengapa kau dan nenek kembar ke tiga itu mencegah apa yang tadi aku
lakukan?" "Kami tidak mencegah kematiannya. Justru mencegah kematian dirimu!" Jawab Nyi
Roro Manggut "Aku tidak mengerti Nek."
SI nenek manggut-manggut beberapa kali.
Matanya yang juling menatap Ratu Duyung. "Saat kau melancarkan pukulan Genta
Laut Selatan, keadaanmu sangat lemah. Kau mengerahkan seluruh tenaga dalam dan
hawa sakti. Sama saja dengan kau menguras membongkar diri sendiri. Pada saat kau
menghancurkan kepala Purnama, gadis dari alam roh itu akan memberikan perlawanan
berupa cahaya biru yang keluar menyelubungi tubuh. Kau bisa menembus cahaya itu
tapi sebagian kekuatan yang ada dalam cahaya biru akan berbalik menghantam
dirimu. Dia mati, kau juga akan menemui ajal."
"Kalau begitu, aku sangat berterima kasih padamu dan nenek kembar ketiga itu."
Kata Ratu Duyung pula
"Sekarang kita harus mengejar nenek itudan mencari Wiro. Mereka dalam bahaya. Si
nenek akan terjebak di dalam laut Wiro tidak mampu mengembalikan sukmanya ke
dalam raga. Dan Ratu Laut Utara kini menguasai raga Itu."
163. Cinta Tiga Ratu
31 Tiraikasih (Hanny)
Nyi Roro Manggut membantu Ratu Duyung berdiri seraya berkata. "Sebenarnya aku
lebih suka kau beristirahat barang beberapa lama. Biar aku yang masuk ke dalam
laut. Aku...."
SI nenek hentikan ucapan. "Aku mendengar suara di kejauhan. Seseorang berteriak
menyebut nama Wiro...."
"Aku juga," jawab Ratu Duyung seraya mendongak ke langit
Tiba-tiba sebuah benda melesat keluar dari dalam laut melayang di udara dan
blukkk! Jatuh di samping kedua orang itu!
Ratu Duyung menjerit keras. Nyi Roro Manggut meraung dahsyat ketika keduanya
mengenali siapa yang terkapar di atas pasir. Nenek kembaran ketiga Eyang Sepuh
Kembar Tilu! Keadaannya luar biasa
mengerikan.Tubuh terbelah dari bagian bawah perut sampai pertengahan dada!
Cairan merah kehitaman dan pekat menyelubungi seluruh tubuh dan jubah kuningnya.
"Gusti Allah! Siapa yang melakukan perbuatan kebiadaban ini!" teriak Ratu
Duyung. "Sobatku! Aku bersumpah akan membalas kematianmu!" Nyi Roro Manggut susul
berteriak. Tiba-tiba dua bayangan kuning samar-samar berkelebat dari langit, melayang turun
ke tempat nenek kembaran ke tiga tergeletak. Walau tidak jelas namun Ratu Duyung
dan Nyi Roro Manggut masih bisa mengenali.
"Arwah Eyang Sepuh Kembar Tilu bersama kembaran kedua datang menjemput kembaran
ketiga mereka..." bisik Nyi Roro Manggut dengan suara bergetar.
Ratu Duyung merasa tengkuknya dingin.
Cepat sekail dua nenek kembar samar menggotong mayat nenek kembaran ke tiga.
Lalu membawanya melesat ke langit gelap dibawahi deru badai dan lenyap dalam
sekejapan mata.
"Kasihan....kasihan sekali nenek itu..." kata Ratu Duyung sambil berusaha
menahan tangis. "Kalau Wiro tahu, dia pasti akan mengamuk. Sebelumnya Wiro telah
terpukul sewaktu seorang nenek dari Latanahsilam sahabatnya menemui kematian."
Ratu Duyung pegang lengan nenek cebol.
"Nak, kita harus segera pergi dari sini. Kita harus menemukan raga Wiro. Kita
harus mendapatkan Batu 163. Cinta Tiga Ratu
32 Tiraikasih (Hanny)
Mustika Angin Laut Kencana Biru..."
Belum sempat keduanya bergerak mendadak satu mahluk tinggi besar berkepala
botak, hanya mengenakan cawat melesat keluar dari dalam laut. Sekujur tubuh
tertutup bulu lebat. Jin Durna Rawanal
Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut sampai tersurut beberapa langkah melihat
kemunculan mahluk raksasa yang mengerikan ini.
"Aku mengenali mahluk ini... " bisik Nyi Roro Manggut." Dia jin yang telah hidup
ratusan tahun dan jadi anak buah kaki tangan Ratu Laut Utara. Lihat mata
kanannya. Melesak hancur. Jangan-jangan dia berkelahi dengan nenek kembaran ke
tiga. Nenek itu berhasil menghancurkan matanya"
"Berarti dia yang membunuh secara kejam nenek sahabat kita itu! ucap Ratu Duyung
pula. "Nak, kita sudah bersumpah untuk menghabisi siapapun yang telah membunuh
nenek kembaran ke tiga itu.Tunggu apa lagi.
Mari kita musnahkan mahluk durjana ini."
"Sumpah tinggal sumpah Ratu," jawab Nyi Roro Manggut. "Tapi kita berdua mungkin
tidak mampu membunuhnya. Mahluk jin seperti dia hanya bisa dihabisi dengan Ilmu
api. Kita berdua tidak punya ilmu kesaktian yang mengandalkan kekuatan api!"
"Nek, kita berdua orang-orang kepercayaan Nyi Roro Kidul. Kita mendapatkan
banyak ilmu kesaktian dari Ratu Agung! Kalau nenek kembaran ke tiga mampu
membuat matanya hancur melesak, masakan kita berdua tidak sanggup berbuat lebih
dari itu!" kata Ratu Duyung pula.
"Jangan keliru. Nenek itu mahluk alam roh yang punya kekuatan inti bumi dan inti
langit!" Jawab Nyi Roro Manggut
Ratu Duyung tidak perduli. Dia menyahuti. "Ilmu kesaktian kita berdua kalau
digabung masakan tidak bisa membunuh mahluk ini! Lihat, dia memiliki mala ke
tiga di kening. Aku yakin mata itu titik kekuatan sekaligus kelemahannya!"
Habis berkata begitu didahului teriakan keras Ratu Duyung melompat ke hadapan
Jin Durna Rawana sambil dua tangan kirimkan pukulan dua tangan menyilang.
"WuutttWuuutt!"
Dua larik sinar biru berkiblat ke arah kepala Durna Rawana. Ilmu Pedang Inti
Samuderal "Blaar! Blaaar!"
Suara laksana patir menyambar menggelegar di tepi 163. Cinta Tiga Ratu
33 Tiraikasih (Hanny)
pantai begitu pukulan sakti Ratu Duyung menghantam telak kepala dan leher Jin
Durna Rawana. Nyi Roro Manggut tak tinggal diam. Dia segera merapal ajian Ilmu Menggunung Raga
Melaut Tenaga. Saat itu juga tubuh si nenek berubah menjadi tinggi dan besar, hampir menyamai
sosok Jin Durna Rawana.
Bersamaan dengan perubahan tubuhnya. Nyi Roro Manggut lepaskan satu pukulan
tangan kosong ke arah lawan. Selarik sinar biru menggebubu menyapu tubuh Durna
Rawana. Akibat serangan yang dilancarkan Ratu Duyung kening Durna Rawana terbelah tepat
di bagian mata ke tiga.
Leher putus. Kepala menggelinding di pasir. Lalu begitu tubuhnya kena dihantam
pukulan sakti yang dilepas Nyi Roro Manggut tubuh tinggi besar Durna Rawana
laksana meledak, berubah menjadi kepingin-kepingan mengerikan, bertebaran di
atas pasir pantai!
"Nek!" Ratu Duyung berteriak girang. "Lihat! Kita berhasil membunuhnya!"
Nyi Roro Manggut diam saja. Dia tahu banyak tentang mahluk ini dan dia maklum
apa yang akan segera terjadi.
"Ratu, cepat tinggalkan tempat ini!" ucap si nenek sambil tarik lengan Ratu
Duyung. Ratu Duyung yang tidak mengerti malah menolak pegangan si nenek. Dia merasa puas
karena berhasil menghabisi mahluk yang telah membunuh sahabatnya nenek kembaran
ketiga. Namun gadis bermata biru ini membaliak dan keluarkan suara melengak
kaget ketika melihat bagaimana kening simahluk yang terbelah merapat kembali.
Kepala yang putus menggelinding melayang dan menempel lagi ke leher! Tubuh yang
berkeping-keping satu persatu melesat di udara, bergabung menyatu kembali! Asap
aneh mengepul! Sesaat kemudian mahluk itu, sudah berdiri tegak, menyeringai mengerikan lalu
wuuttt wuuutt! Dua tangan laksana kilat mencengkeram ke arah dada pakaian Ratu
Duyung dan Nyi Roro Manggut.
"Bukk! Bukkk!"
"Dukkk!"
Nyi Roro Manggut hantamkan dua Jotosan sekaligus ke dada Durna Rawana hingga
tubuhnya mengepulkan asap. Ratu Duyung menghajar perutnya dengan tendangan keras
membuat tubuh jin itu terangkat.
Namun Durna Rawana tidak cidera malah menyeringai.
163. Cinta Tiga Ratu
34 Tiraikasih (Hanny)
Didahului suara menggembor mulutnya menyembur.
Cairan merah dan hawa aneh melesat ke wajah serta tubuh Nyi Roro Manggut. Saat
itu juga sosok si nenek kembali mengecil ke bentuk asal! Mukanya tertutup cairan
merah yang membuat matanya perih.
"Jin Durna Rawana tertawa bergelak. Dua tangan kiri kanan bergerak menghantamkan
kepala Ratu Duyung dengan kepala Nyi Roro Manggut Jika Yang Maha Kuasa memang
sudah menakdirkan, kedua orang Itu akan hancur kepala masing-masing karena
saling kepruk! 163. Cinta Tiga Ratu
35 Tiraikasih (Hanny)
PADA saat sangat genting menegangkan itu dimana kepala Ratu Duyung akan
berhantaman dan saling menghancurkan dengan kepala Nyi Roro Manggut tanpa kedua
orang ini bisa berbuat sesuatu untuk selamatkan diri tiba-tiba dari arah pantai
sebelah timur muncul seorang berpakaian hitam. Dari arah orang ini terlihat
kilatan api. Lalu sesaat kemudian wussss! Larikan lidah api menyambar susul
menyusul melabrak Jin Durna Rawana.
Jin bertubuh raksasa meraung keras. Cengkeramannya pada Ratu Duyung dan Nyi Roro
Manggut terlepas. Kedua orang ini cepat jatuhkan diri, berguling di pasir
menjauh dari Durna Rawana yang saat itu telah dikobari api tubuhnya sebelah
belakang mulai dari tengkuk sampai ke kaki! Dalam keadaan seperti itu jin ini
balikkan tubuh sambil mulut menyembur dan tangan kanan memukul.
Cairan merah menderu, disusul gelombang angin pukulan yang bukan kepalang
hebatnya. Pasir pantai berserabutan, menghambur ke depan berubah menjadi benda
sangat berbahaya yang bisa membuat tubuh manusia berlubang hangus.
Orang berpakaian hitam yang mendapat serangan melesat dua tombak ke udara. Lalu
dari udara kelihatan dua lidah api menyambar. Jin Durna Rawana kembali meraung
begitu tubuh ditambus api! Kali ini muka dan perutnya. Sambil meraung keras
mahluk ini lari dan menceburkan diri ke dalam laut.
Saat itu Juga deru angin mengendur.Tebaran pasir yang membubung di udara
perlahan-lahan luruh jatuh ke laut dan ke tepi pantai. Gelombang raksasa yang
menggila di tengah laut sedikit demi sedikit menyurut dan akhirnya lenyap sama
sekali. Badai yang melanda sirna secara aneh. Laut kembali tenang seolah tidak
terjadi apa-apa sebelumnya. Di kejauhan terdengar suara raungan aneh riuh sekali
lalu sunyi. Itu adalah suara raung enam puluh dua jin anak buah Durna Rawana
yang terpuruk kembali ke alam gaib begitu pimpinan mereka menemui ajal. Tapi
apakah benar Jin raksasa ini telah menemui kematian"
Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut saling pandang.
163. Cinta Tiga Ratu
36 Tiraikasih (Hanny)
"Badai berhenti Nek. Apa yang terjadi?" ucap Ratu Duyung.
Nyi Roro Manggut menatap ke tengah laut."Kurasa ada sangkut paut dengan kematian
jin tadi. Pasti dia yang menciptakan badai setan atas perintah Ratu Laut Utara."
Sementara orang berpakaian hitam yang tadi menyerang Jin Durna Rawana melayang
turun ke arah Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut Di tangan kiri memegang sebuah
benda yang ternyata adalah batu hitam empat persegi panjang. Di tangan kanan dia
mencekal kapak bermata dua yang menebar cahaya menyilaukan di udara yang masih
gelap itu. "Wiro!" seru Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut Kedua perempuan ini langsung
memeluk sosok Pendekar 212 yang sebenarnya adalah sukma, bukan raga aslinya.
Seperti diketahui batu hitam batu sakti jika digesekkan dengan mata Kapak Naga
Geni 212 akan mencuatkan lidah api dahsyat Serangan lidah api inilah tadi yang
dilakukan Wiro terhadap Jin Durna Rawana.
"Syukur kau datang. Kalau tidak kami berdua pasti sudah mati di tangan mahluk
jin itu!" ucap Ratu Duyung terbata-bata.
"Seharusnya aku membunuh mahluk itu di dasar laut. Aku melihatnya sewaktu hendak
memasuki istana Ratu Laut Utara. Tapi aku memilih membiarkannya dulu karena
ingin buru-buru mengejar Ratu Laut Utara.
Ternyata Ratu Laut Utara tidak ada dalam istananya.
Aku juga berusaha mencari sahabatku Ayu Lestari, Ratu Laut Utara yang asli.Tidak
bisa aku temukan..."
"Pasti gadis itu disekap di satu tempat lain yang rahasia," kata Nyi Roro
Manggut sementara Ratu Duyung berdiam diri mendengar disebut-sebutnya nama Ayu
Lestari. Sambil bicara Nyi Roro Manggut melirik ke arah Ratu Duyung. Dia maklum
kalau dalam hati gadis ini ada seberkas rasa cemburu terhadap Ayu Lestari.
"He..he." Cemburu... Apakah aku sendiri tidak merasa cemburu?" si nenek berkata
dan tertawa sendiri dalam hati. Seperti diketahui ketika hendak memberikan Ilmu
Meraga Sukma pada Pendekar 212 Nyi Roro Manggut walau hanya menguji telah
merubah diri menjadi gadis cantik dan berusaha menggoda Wiro.
"Ketika aku berenang menuju permukaan laut, aku sempat mendengar suara orang
berteriak memanggil namaku..."
163. Cinta Tiga Ratu
37 Tiraikasih (Hanny)
"Wiro..." Nyi Roro Manggut tidak meneruskan ucapannya melainkan memandang pada
Ratu Duyung. "Ada apa Nyi Roro, intan?" tanya Wiro.
"Wiro," Ratu Duyung terisak dan jatuhkan kepalanya di dada Pendekar 212. "Yang
kau dengar Itu mungkin suara nenek kembaran ketiga Eyang Sepuh KembarTilu.
Seharusnya kau bunuh mahluk jin itu ketika masih di dalam laut. Ketahuilah, dia
barusan membunuh nenek sahabat kita Itu."
"Apa"!" Suara sukma Wiro menggelegar.
Terbata-bata Ratu Duyung ceritakan apa yang telah terjadi dengan nenek jejadian
kembaran ke tiga.
"Kurang ajar! Aku harus mengejar mahluk itu dan membunuhnya sekarang juga!
Mungkin dia belum mati dan sembunyi di dalam laut!"
Wiro acungkan Kapak Naga Geni 212.
"Kau tak perlu mengejar. Kau sudah membakar sekujur tubuhnya. Api adalah musuh


Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

utama dan kelemahan mahluk jin Kurasa saat ini dia sudah kembali ke alamnya,"
kata Nyi Roro Manggut.
"Yang lebih penting adalah mengejar Ratu Laut Utara." Kata Ratu Duyung pula.
Wiro memperhatikan berkeliling. Saat itu fajar telah menyingsing hingga dia bisa
melihat cukup jelas kemanapun dia memandang. Dia tidak menemukan apa yang
dicarinya. "Wiro, sesuatu telah terjadi dengan ragamu." Kata Ratu Duyung. Gadis ini
berpaling pada si nenek di sampingnya. "Nyi Roro, aku tidak tega mengatakan.
Tolong kau saja yang menceritakan apa yang telah dilakukan Ratu Laut Utara."
"Wiro, tak berapa lama setelah sukmamu masuk ke dalam laut, Ratu Laut Utara
muncul bersama Purnama..."
"Apa"! Ratu Laut Utara muncul bersama Purnama, Nek"! Kau ini cerita apa"!"
Nyi Roro Manggut angkat tangan kiri memberi tanda agar Wiro jangan memotong
bicaranya dulu.
"Sesuatu telah terjadi hingga gadis dari negeri seribu dua ratus tahun silam itu
tunduk dan ikut bersama musuh. Kurasa dia masuk perangkap sang Ratu. Kini dia
menjadi kaki tangan Ratu Laut Utara..."
"Aku tidak menduga seculas itu hatinya. Sejahat itu pekertinya..."
163. Cinta Tiga Ratu
38 Tiraikasih (Hanny)
"Ratu Laut Utara muncul membawa bambu kuning penangkal ilmu meraga sukma. Ratu
jahanam itu menancapkan bambu kuning ke leher ragamu. Selama bambu itu menancap
di ragamu, sukmamu tidak akan bisa masuk kembali. Kami berdua berusaha mencegah
tapi terlambat"
"Lalu ragaku, dimana ragaku sekarang. Seharusnya ada di sekitar sini."
"Ratu Laut Utara membawa lari ragamu. Ketahuilah ragamu yang tanpa sukma menjadi
sangat enteng. Mudah dibawa kemana-mana. Purnama lenyap dari tempat ini. Dia dalam keadaan
terluka setelah bertempur melawan Ratu Duyung. Pasti ada orang-orang sakti kaki
tangan Ratu Laut Utara yang menyelamatkannya."
Rahang Pendekar 212 menggembung. Darah dalam tubuhnya laksana mendidih. "Ratu
Laut Utara tidak ada di Istananya. Dia tidak ada di dalam laut Intan, coba kau
selidiki dengan cermin saktimu."
"Aku tidak tahu apa cerminku sudah bisa dipergunakan. Terakhir sekali cermin itu
berwarna hitam pekat..." Ratu Duyung keluarkan cermin bulat dari balik
pakaiannya. Dia membolak balik cermin sakti itu beberapa kali lalu
memperhatikan." Ah, syukur cerminku sudah bisa bekerja kembali!" Ratu Duyung
berseru girang. "Wama hitam titik buta lenyap. Aku melihat laut. Aku melihat..."
Tiba-tiba satu cahaya hijau melesat dan arah utara.
Sebelum tiga orang itu sadar apa yang terjadi cahaya hijau telah menghantam
cermin sakti di tangan Ratu Duyung hingga hancur berkeping-keping dan
mengepulkan asap.
Wiro cepat memeluk Ratu Duyung yang terpekik dan kini tertegun dengan muka
pucat. "Aku, aku tidak apa-apa Wiro.Tapi cermin Itu. Ah.-"
"Nyawamu lebih penting dari cermin itu. Aku berjanji akan memintakan cermin baru
dan iebih sakti pada Nyai Roro Kidul," kata Nyi Roro Manggut pula.
"Intan, waktu kau melihat ke dalam cermin kau berkata kau melihat laut. Lalu kau
masih sempat berucap kau melihat... melihat sesuatu yang tak sampai kau ucapkan.
Kau melihat apa Intan" Kau bisa mengingat?"
Ratu Duyung pegang lengan Wiro. "Ya, aku melihat sesuatu. Aku melihat pulau,"
jawab Ratu Duyung.
"Intan, cepat kau terapkan Ilmu Menembus Pandang.."
163. Cinta Tiga Ratu
39 Tiraikasih (Hanny)
"Pulau itu cukup jauh dari sini. Tak mungkin menyelidik dengan Ilmu Menembus
Pandang." "Aku dan Nyi Roro Manggut akan bantu mengerahkan tenaga dalam agar daya lihatmu
jadi berlipat ganda.
Kau pasti mampu. Ayo Intan, Nyi Roro. Mari kita lakukan!"
Wiro letakkan dua telapak tangan di punggung Ratu Duyung. Nyi Roro Manggut
melakukan hal yang sama. Perlahan-lahan Ratu Duyung hadapkan
wajahnya ke arah laut Sepasang mata biru menatap ke arah kejauhan, dlluar batas
kemampuan pandangan manusia. Mata yang bagus itu lalu dikedipkan.
163. Cinta Tiga Ratu
40 Tiraikasih (Hanny)
KITA kembali pada Bujang Gila Tapak Sakti dan Bidadari Angin Timur yang berada
di pantai selatan Pulau Karimunjawa. Dengan bantuan tenaga dalam gadis berambut
pirang itu Bujang Gila Tapak Sakti berhasil membuat air laut menjadi sedingin es
sehingga semua penghuni Istana Kerajaan Bawah Laut Ratu Laut Utara terpaksa naik
ke permukaan laut. Yang terlambat menyelamatkan diri menemui ajal secara
mengenaskan. Yang ikut jadi korban adalah tiga puluh delapan jin anak buah Jin Durna Rawana.
Satu-satunya mahluk yang masih bisa bertahan saat itu sebelum dibakar oleh
Pendskar212 Wiro Sableng adalah Durna Rawana sendiri
"Sobatku gendut Kurasa tak ada lagi mahluk yang masih hidup dan bisa bertahan di
dasar laut sana.
Ratu jahat itu bersama pengikut-pengikutnya pasti Juga sudah kabur. Saatnya kita
mencari tamen-teman.
Katamu menurut petunjuk Kakek Segala Tahu...."
Gadis berambut pirang itu tidak teruskan ucapannya karena tiba-tiba dari arah
barat dia mendengar suara perempuan berteriak. Walau badai membuncah kawasan itu
namun suara teriakan terdengar cukup jelas tanda perempuan ini memiliki tenaga
dalam tinggi serta mampu mengarahkan teriakannya kepada orang yang dituju.
"Bidadari Angin Timur! janda Kepala Pasukan Kesultanan Cirebon bernama Tubagus
Kesumaputra! Kau berada di Kawasan Kerajaan Laut Utara tanpa izin tanpa diundang! Kau
berserikat dengan musuh-musuh Kerajaan merencanakan sesuatu! Seharusnya kau
dihukum mati! Tapi aku Ratu Laut Utara berbaik hati memberi kesempatan hidup
padamu! Aku sudah lama mendengar kehebatanmu! Janda muda! Apa kau berani
menerima tantanganku barang satu dua jurus"! Jika kau mampu mengalahkanku maka
aku akan membebaskanmu! Tapi jika kau menjadi pecundang maka kau harus menyembah dan
tunduk padaku!"
Bukan teriakan yang menggelegar itu yang membuat kaget Bidadari AnginTimur setengah mati!
Tapi ucapan bahwa dia janda muda Kepala Pasukan Kesultanan Cirebon Tubagus
Kesumaputra itulah yang 163. Cinta Tiga Ratu
41 Tiraikasih (Hanny)
membuat gadis ini seperti mau meledak. Bidadari Angin Timur berpaling ke arah
barat pulau di mana terdapat satu bukit rendah. Di atas bukit ini ada gugusan
batu hitam. Di salah satu batu hitam berdiri seorang perempuan berpakaian biru
gelap. Rambut melambai-lambai ditiup angin. Di kepalanya ada sebuah mahkota emas
bertabur batu permata.
Bujang Gila Tapak Sakti yang Juga mendengar teriakan perempuan itu dan jadi
terheran-heran Setelah memandang ke arah barat lalu berkata
"Bidadari AnglnTimur. Aku yakin perempuan di atas batu itu adalah Ratu Laut
Utara Dia menantang dirimu!
Yang aku tidak mengerti mengapa dia menyebut dirimu janda muda Janda Kepala
Pasukan Kesultanan Cirebon! Eh, memangnya apa kau pernah kawin. Lalu suamimu itu
mati atau kau dicerai atau bagaimana?"
"Perempuan jahanam! Akan aku robek mulutnya!"
Ucap Bidadari Angin Timur."Bujang gila kau tetap di sini. Tunggu sampai aku
datang membawa kepala perempuan itu..."
"Kurasa tugasku di sini sudah selesai. Ratu Laut Utara musuh kita bersama. Aku
Ikut! Menurut Kakek Segala Tahu perempuan Itu sangat berbahaya!"
Tidak perdulikan ucapan si gendut, Bidadari Angin Timur telah berkelebat lebih
dulu ke arah bukit gugusan batu hitam. Bujang Gila Tapak Sakti tekan peci
hitamnya hingga turun sampai sebatas alis lalu memutar tubuh. Namun sebelum
sempat bangkit dan keluar dari dalam laut yang agak dangkal itu tiba-tiba dia
merasakan ada sesuatu menyusup ke balik celana komprang hitamnya.
Kaget si gendut ini bukan alang kepalang. Tapi ada rasa-rasa nikmat yang membuat
dia sesaat jadi terperangah diam, malah senyum-senyum keenakan
"Ini |elas bukan ikan. Heh, siapa yang meraba diriku...?"
Mendadak dari dalam laut dangkal melesat keluar sesosok tubuh. "Kini selain
kaget Bujang Gila Tapak Sakti juga terkesiap. Betapa tidak. Yang muncul di
antara dua kakinya yang terkembang adalah seorang gadis cantik bertubuh dan
berambut panjang basah riap-riapan. Di sebelah atas gadis ini tidak mengenakan
apa-apa. "Kekasihku, apakah kau sudah lama menungguku di tempat ini?"
163. Cinta Tiga Ratu
42 Tiraikasih (Hanny)
Si gadis yang bukan lain adalah Ning Kameswari menyapa sambil layangkan senyum
serta lirikan mata penuh menggoda. Sambil bicara dia menggoyangkan dada hingga
Bujang Gila Tapak Sakti yang mau bicara jadi tergagap-gagap.
Si gendut berkata polos. "Aku ... aku bukan kekasihmu. Aku ... aku tid ... tidak
menunggumu di sini."
"Hal, Jangan membuat hatiku sedih mendengar ucapanmu itu. Namaku Kameswari.
Bukankah namamu Bujang Gila Tapak Sakti?" St gadis bertelanjang dada berkata.
"Betul....Bagaimana kau tahu namaku" Eh, apakah tanganmu yang ada dalam
celanaku?" Bujang Gila Tapak Sakti bertanya sambil senyum-senyum.
Si gadis tertawa cekikikan. Saat itu dua tangannya mulai bekerja membuka kain
penutup tabung bambu berisi tujuh kalajengking biru. Begitu penutup tanggal,
tabung ditunggingkan. Tujuh kalajengking biru bertebaran langsung mengantuk
tubuh bagian bawah perut Bujang Gila Tapak Sakti. SI gendut ini mendelik lalu
menjerit keras. Tubuh terjengkang, dua kaki menggelepar. Hawa panas menjalar ke
sekujur tubuh. Kameswari tertawa panjang lalu menyusup masuk ke dalam air lautdan lenyap dari
pemandangan. Di saat bersamaan, di atas bukit dimana Datuk Api Batu Neraka menunggu, begitu
melihat Ning Kameswari berhasil melakukan tugasnya, orang tua bersorban dan berjubah putih
ini buka mulutnya yang lebar. Sekali menyembur dari mulut Itu bertumpahan
ratusan batu menyala, masuk ke dalam laut hingga air laut yang tadi telah dibuat
dingin oleh Bujang Gila Tapak Sakti kini berubah panas. Di dalam laut Bujang
Gila Tapak Sakti tidak beda merasakan seperti direbus! Keponakan Dewa Ketawa ini
menjerit keras, menggeliat beberapa kali tak berkutik lagi. Sekujur tubuhnya
berwarna biru. KETIKA melihat ratusan batu merah menyala melesat bertaburan ke arah laut.
Bidadari Angin Timur hentikan lari. Di satu bukit lain yang berdampingan dengan
bukit batu gadis berambut pirang itu melihat seorang tua bersorban dan berjubah
putih memuntahkan batu-batu menyala itu. Di saat yang sama dia mendengar suara
jeritan keras. Suara Bujang Gila Tapak Sakti!
163. Cinta Tiga Ratu
43 Tiraikasih (Hanny)
Bidadari Angin Timur menoleh ke belakang.
Memandang ke arah laut di bawahnya. Dia tidak melihat sosok Bujang Gila Tapak
Sakti. Malah sekelebatan dia melihat ada sosok lain yaitu seorang perempuan
bertelanjang dada mencebur masuk ke dalam laut. Ketika dia kembali memandang ke
arah bukit batu, perempuan berambut panjang berpakaian biru gelap tidak
kelihatan lagi!
Di bagian bukit yang lain Bidadari Angin Timur melihat orang tua bersorban dan
berjubah putih masih terus memuntahkan batu-batu menyala ke dalam laut.
"Tua bangka berilmu setan! Dia pasti anak buah Ratu Laut Utara. Dia hendak
mencelakai Bujang Gula Tapak Sakti!"Tidak menunggu lebih lama Bidadari Angin
Timur lepaskan pukulan tangan kosong jarak jauh mengandung tenaga dalam tinggi.
"Wuuutt!!"'
"Byaaarr!"
Pukulan sakti menghantam bukit kecil dengan tepat Bukit kecil itu laksana
meledak.Tanah mencuat bertaburan. Namun sosok orang tua berjubah putih telah
lebih dulu melenyapkan diri.
Penasaran Bidadari AnginTimur melanjutkan lari ke arah puncak bukit batu Sampai
di atas, perempuan Itu memang benar-benar tak ada lagi di tempat semula dia
berdiri! "Ratu keparat! Pengecut! Berani menantang tapi sekarang kabur menghilang!"
Mendadak selintas pikiran muncul di benak Bidadari Angin Timur.
"Aku dijebak! Ya Tuhan! Bagaimana mungkin aku bisa tertipu!"
Tidak menunggu lebih lama Bidadari Angin Timur segera lari menuruni bukit Ketika
dia sampai di tepi pantai dilihatnya sosok gendut Bujang Gila Tapak Sakti
sebagian terapung di laut setengah lagi terkapar di atas pasir.
"Celaka! Apa yang terjadi! Bujang Gila! Kau kenapa"!"
Tak ada sahutan.
Susah payah Bidadari Angin Timur cepat menarik tubuh gendut Bujang Gila Tapak
Sakti agar tidak terseret air laut Si gadis dekapkan telinga kirinya ke dada.
"Masih hidup. Masih terdengar detakan jantung.
163. Cinta Tiga Ratu
44 Tiraikasih (Hanny)
Tapi gila! Sekujur tubuhnya membiru!" Ucap Bidadari Angin Timur. Dia terpekik
dan melompat ketika melihat tujuh ekor kalajengking biru menyelinap keluar dari
balik kaki celana hitam komprang yang dikenakan Bujang Gila Tapak Sakti,
meluncur di atas pasir menuju ke laut. Bidadari Angin Timur ingat pada perempuan
setengah telanjang yang tadi dilihatnya berada di dekat Bujang Gila Tapak Sakti.
"Aku benar-benar tertipu Ketika aku mengejar Ratu keparat perempuan setengah
telanjang itu mengerjai Bujang Gila!"
Saking geramnya Bidadari Angin Timur lalu lepaskan pukulan tangan kosong.Tujuh
kalajengking biru hancur amblas masuk ke dalam pasir!
"Racun kalajengking! Bagaimana aku menolong!"
Dalam bingungnya Bidadari Angin Timur lalu membuat selusin totokan di berbagai,
bagian tubuh Bujang Gila Tapak Sakti. Gadis ini jatuhkan diri, terduduk di
samping tubuh gemuk tak bergerak itu.
Dta sadar totokan yang dibuatnya hanya sanggup menunda kematian Bujang Giia
Tapak Sakti selama satu hari. Mungkin lebih cepat dari Ku!
Dalam keadaan bingung begitu rupa tiba-tiba dua orang berkelebat di udara.
Gerakan mereka selain cepat juga enteng. Sekejap kemudian dua orang Itu telah
berdiri di hadapan Bidadari Angin Timur yang masih duduk kebingungan di samping
tubuh Bujang GilangTapak Sakti.
Orang pertama adalah kakek berjubah hitam dengan tangan kiri dibalut. Dia
bernama Ki Ngumpil Sebaki alias Si Lidah Hantu. Beberapa waktu lalu dalam satu
perkelahian dengan Nyai Tumbal Jiwo yang menyamar diri dengan ujud Ratu Duyung,
tangan kiri si kakek kena ditendang patah dengan tendangan Kaki Roh Menjebol
Karang. (Baca serial Wiro Sableng sebelumnya berjudul "Badai Laut Utara") Nenek
yang muncul bersama Ki Ngumpil Sebaki, berkepala kuncup berkulit dan berpakaian
ungu. Mata bengkak, bibir dower merah. Siapa lagi kalau bukan Nyi Kuncup lingga.
Mencium bahaya Bidadari Angin Timur segera berdiri lalu membentak.
"Kalian pasti dua cecunguk kaki tangan Ratu Laut Utara! Setelah teman kalian
mencelakai sahabatku ini, kalian masih berani muncul! Benar-benar minta 163.
Cinta Tiga Ratu
45 Tiraikasih (Hanny)
mampus!" "Gadis rambut pirang! Jangan salah menduga!"
menjawab Nyi Kuncup Jingga.
"Benar," menyambung Ki Ngumpil Sebaki. "Kami tidak ada sangkut paut dengan Ratu
Laut Utara. Kami datang justru hendak menolong sahabatmu yang terkena racun
kalajengking biru ini!"
Bidadari Angin Timur menatap dua orang di hadapannya tak berkesip. Lalu dia
dongakkan kepala dan tertawa melengking panjang.
"Tua bangka tolol! Kalau kalian bukan satu komplotan bagaimana tahu sahabatku
ini celaka karena racun kalajengking birui"
Nyi Kuncup Jingga dan Ki Ngumpil Sebaki sama-sama tersentak karena baru
menyadari kalau salah satu dari mereka telah salah bicara!
"Lihat Hantu," bisik si nenek pada temannya. "Dia sudah tahu siapa kita. Kita
sudah tahu siapa dia!


Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesuai perintah Sri Paduka Ratu kita harus menghabisinya sekarang juga!"
Bidadari Angin Timur yang sudah yakin kalau sepasang kakek nenek itu adalah anak
buah Ratu Laut Utara, selagi keduanya berbisik-bisik segera menerjang lancarkan
serangan. Dengan gerakan luar biasa cepat karena ilmu meringankan tubuhnya yang sangat
tinggi gadis berambut pirang ini kirimkan tendangan ke arah Ki Ngumpil Sebaki
sementara si nenek dihantam dengan pukulan tangan kosong. Sepasang kakek nenek
yang sudah bersiap-siap waspada tidak tinggal diam.
Sambil berteriak keras ke duanya rundukkan tubuh lalu secara berbarengan
lepaskan pukulan bernama Gelombang Laut Utara.
Suara ombak bergemuruh dahsyat memenuhi tempat itu. Di depan matanya Bidadari
Angin Timur benar-benar melihat gelombang besar menerjang ke arahnya. Sesaat
lagi tubuhnya akan digulung dan dilumat hancur serangan ganas itu Bidadari Angin
Timur cepat melesat ke udara. Dari atas dia hantamkan dua tangan sekaligus ke
arah dua lawan. Yang dicecar adalah kepala menakal
"Wuutt..Wuuuttt!"
Dua larik sinar biru berkiblat menyerupai pedang.
Menyambar ke arah batok kepala Nyi Kuncup Jingga dan Ki Ngumpil Sebaki.
163. Cinta Tiga Ratu
46 Tiraikasih (Hanny)
"Awas Pedang Biru Liang Akhirat!" Teriak Nyi Kuncup Jingga Serangan dua sinar
biru yang dilepas Bidadari Angin Timur seperti yang terlihat memang berbentuk
sepasang pedang namun ilmu kesaktian itu tidak bernama. Selama malang melintang
dalam rimba persilatan Bidadari Angin Timur memiliki beberapa pukulan sakti.
Tetapi semua pukulan itu seolah mengandung rahasia dan jarang sekali diberi
nama. Entah bagaimana si nenek bisa saja menyebut serangan sebagai Pedang Biru
Liang Akhirat. Menghadapi serangan lawan Nyi Kuncup Jingga cepat menyingkir ke kiri. Nenek ini
unjukkan muka pucat dan keluarkan keringat dingin waktu melihat bagaimana tanah
di hadapannya yang kena dihantam sinar biru terbongkar membentuk lobang besar
sedalam betis! Tidak menunggu lebih lama nenek ini segera melepas pukulan
bernama Mega Jingga.
Ki Ngumpil Sebaki juga berhasil menyelamatkan diri dari serangan Bidadari Angin
Timur. Sekujur tubuhnya dari kepala sampai kaki tertutup tanah yang mencuat ke
udara akibat pukulan sakti yang dilepaskan Bidadari Angin Timur. Kakek ini
jatuhkan diri ke tanah. Sambil bergulingan dia lancarkan pukulan Perangkap Raga
Penjirat Jiwa. Malah seolah belum puas dia susul serangan ini dengan ilmu yang
disebut Lidah Hantu. Sekali dia membuka mulut maka lidahnya yang merah basah
melesat panjang keluar.
Laksana ular hidup lidah ini menelikung ke arah pinggang Bidadari AnginTimur!
163. Cinta Tiga Ratu
47 Tiraikasih (Hanny)
SERANGAN maut Mega Jingga yang menebar cahaya ungu menyilaukan mencurah dari
tangan kanan Nyi Kuncup Jingga. Dari arah lain serangan Ki Ngumpil Sebaki yang
memancarkan cahaya hitam, begitu mencapai Bidadari Angin Timur cahaya
berubah menjadi jaring samar yang siap meringkus gadis berambut pirang ini.
Inilah serangan bernama Perangkap Raga Penjirat jiwa. Sekali seseorang masuk
terperangkap dalam jaring hitam, sulit baginya untuk bisa melepaskan diri. Lalu
masih ada serangan ke tiga yaitu sambaran lidah panjang si kakek yang melesat ke
arah pinggang! Walau Bidadari Angin Timur memiliki kecepatan gerak luar biasa yaitu Ilmu yang
disebut Selaksa Angin namun menghadapi tiga serangan sekaligus benar-benar
membuat gadis Ini tergetar nyalinya.
Selain kemampuan hebat yang dimiliki dua orang lawan itu. Juga telah dibekali
tambahan kekuatan oleh Ratu Laut Utara. Apa lagi saat itu pikiran Bidadari Angin
Timur masih tersita oleh keadaan Bujang Gila Tapak Sakti yang tengah sekarat
akibat keracunan.
Ditambah pula dengan teriakan Ratu Laut Utara yang masih terngiang di
telinganya, meneriakkan bahwa dirinya adalah seorang Janda!
Didahului teriakan dahsyat Bidadari Angin Timur berkelebat laksana angin.
Tubuhnya lenyap hanya tinggal bayangan biru. Dua tangan dipukul membuat gerakan
menangkis sekaligus balas menyerang. Sinar Jingga tercabik-cabik di udara
mengeluarkan letupan-letupan mengepulkan asap. Nyi Kuncup Jingga terjajar
beberapa langkah, muka pucat berkerut, kepala mengkerut aneh. Nenek ini
semburkan ludah ke tanah.
Ludahnya tampak berwarna merah pertanda bentrokan ilmu kesaktian tadi membuat
dirinya terluka di dalam walau tidak parah. Setelah kerahkan tenaga dalam dan
alirkan hawa sakti ke dada, sambil menjerit marah si nenek kembali lepaskan satu
pukulan. Kali ini memancarkan tiga cahaya sekaligus. Merah, hitam dan kuning!
Inilah ilmu pukulan mengandung racun jahat bernama Jelaga Kematian.
163. Cinta Tiga Ratu
48 Tiraikasih (Hanny)
Ilmu jaring yang dilepas Ki Ngumpil Sebaki untuk meringkus lawan juga musnah
berentakan dihantam serangan balasan Bidadari Angin Timur. Namun semburan
lidahnya berhasil menyusup dan menyambar ke arah pinggang si gadis.
Hantaman serangan dua lawan cukup membuat kuda-kuda sepasang kaki Bidadari
AnginTimur goyah.
Selagi dia berusaha mengimbangi diri lidah panjang Ki Ngumpil Sebaki telah
menjirat pinggangnya! Sekali lidah itu disentakkan maka hancurlah pinggang si
gadis sampai ke tulang-belulangnya! Kehebatan ilmu Lidah Hantu ini sudah pemah
kita ketahui ketika Ki Ngumpil Batangnipa menjerat hancur leher Gumelar
Kartasuwita, pemuda gagah pimpinan rombongan sandiwara keliling "Jaka
Lelana"(Baca "Badai Laut Utara")
"Ihhh!"
Bidadari Angin Timur berteriak kaget dan jijik. Dia coba lepaskan diri dengan
memukul lidah sambil melesat ke atas.
"Bukk! Bukkk!"
Dua kail tangan kiri Bidadari Angin Timur berhasil memukul telak lidah yang
menjirat pinggangnya.Tapi seperti memukul karet, tangan si gadis membal ke atas.
Bidadari AnginTimur merasa tangan yang tadi memukul sakit kesemutan, nyaris kaku
digerakkan. Dalam keadaan lidah terjulur begitu rupa Ki Ngumpil Sebaki masih bisa tertawa
bergelak dan keluarkan ucapan.
"Gadis cantik! Umurmu sampai di sini!"
Sebelum lidah menyentak meremukkan pinggangnya Bidadari Angin Timur berteriak
nekad. "Tua bangka jahanam! Aku mengadu jiwa denganmu!"
Lalu si gadis pergunakan dua tangan untuk membetot lidah. Begitu tubuh Ki
Ngumpil Sebaki ikut tertarik ke depan, Bidadari Angin Timur hantamkan kepalanya
ke kepala lawan!
Sama-sama mati, itulah yang bakal terjadi. Tapi Ki Ngumpil Sebaki belum mau
mati. Kakek ini buka mulutnya lebih lebar, tangan kanan bergerak menarik sendiri
lidah itu. Lalu greekk.
Lidah panjang merah dan basah itu terlepas tanggal dari mulutnya. Akibatnya
Bidadari Angin Timur yang menarik lidah dengan sekuat tenaga 163. Cinta Tiga
Ratu 49 Tiraikasih (Hanny)
terpental ke belakang. Di saat bersamaan tiga cahaya pukulan Jelaga Kematian
yang dilepas Nyi Kuncup Jingga datang menyambar wajah Bidadari Angin Timur.
Gadis ini merasa dadanya sesak dan peman-dangannya menjadi lamur. Lidah panjang
yang tadi berada dalam cekalan kedua tangannya lenyap meninggalkan bau amis!
Ki Ngumpil Sebaki keluarkan tawa bergelak.
Tangan kanan menjotos ke dada Bidadari Angin Timur.
Tepat di arah jantung. Di saat kematian sudah menghadang di depan mata dan tubuh
miring ke kiri, Bidadari Angin Timur kerahkan seluruh tenaga dalam lalu
singkapkan pakaian birunya di bagian perut.
Ki Ngumpil Sebaki yang melihat putih bagusnya perut si gadis sempat terkesiap
dan kerenyitkan kening. Dia berpikir Bidadari Angin Timur hendak membuka seluruh
pakaiannya dan tengah menggoda dirinya.
"Gadis cantik., kalau kau memang ingin menyerah dan mengundang bersenang-senang
aku yang tua ini tidak sungkan-sungkan menerima dan melayani. Tapi tempatnya
bukan di sini! Ha...ha... ha!" ucap si kakek lalu tertawa gelak-gelak.
"Ki Ngumpil awas!" Teriak Nyi Kuncup Jingga mengingatkan.
Tapi tertambat. Pusar Bidadari AnginTimur yang tadinya rata tiba-tiba mencuat
bodong. Selarik sinar biru mencuat berkiblat. Sinar Geni Biru. Ilmu Pusar
Pusaka! "Rertttt!"
Tubuh Ki Ngumpil Sebaki terbelah hangus mulai dari kepala ke dada. Kakek ini
menemui ajal tanpa jeritan sama sekali. Sekujur badannya berubah biru dan
kepuikan asap! Bidadari Angin Timur jatuh terduduk di tanah seolah kehabisan tenaga tiada daya
Pemandangannya semakin samar.
"Gadis celaka! Kau telah membunuh temanku!
Sekarang terima kematianmu!"
Nyi Kuncup Jingga melompat dan akan hantamkan tangan kanan ke batok kepala
Bidadari AnginTimur!
Untuk kesekian kalinya maut siap merenggut nyawa gadis cantik ini. Namun yang
sekali Ini agaknya dia tidak bisa lagi lolos dan kematian. Sesaat lagi kepala
berwajah cantik jelita itu akan pecah tiba-tiba air laut 163. Cinta Tiga Ratu
50 Tiraikasih (Hanny)
di tepi pantai bersibak, mencuat tinggi ke udara. Di celah sibakan muncul satu
mahluk putih besar panjang mengerikan. Meluncur ke arah Bujang Gila Tapak Sakti
terkapar di pasir. Tubuh dan kepalanya jelas adalah kepala seekor buaya namun
ada bagian-bagian seperti hidung, kening dan mata menyerupai manusia. Di kepala
binatang raksasa ini ada sebentuk mahkota kecil terbuat dari emas bertabur batubatu permata. "Buaya putih!" Nyi Kuncup Jingga berseru kaget Tubuh bergetar tengkuk dingin dan
wajah berubah. Nyalinya nyaris leleh.
Saat itu terdengar suara orang bicara. Suara perempuan. Entah siapa orangnya.
"Manusia malang! Hawa dingin yang kau tebar telah membangunkan aku dari tidur
seribu hari! Tidak ada salahnya aku membalas budi kebaikanmu."
Buaya putih buka mulutnya lebar-lebar. Diarahkan ke sosok Bujang Gila Tapak
Sakti. Dari dalam mulut binatang ini keluar suara menderu. Saat itu juga tubuh
gemuk Bujang Gila Tapak Sakti tersedot amblas, masuk ke dalam mulut buaya putih.
Buaya putih bergerak surut masuk ke dalam air laut berputar-putar beberapa kali.
Bidadari Angin Timur yang sempat menyaksikan kejadian itu walau dalam pandangan
samar hanya bisa berteriak.
"Hai! Jangan bunuh temanku!"
Lalu gadis ini terjerembab ke depan, tertelungkup di tanah tidak sadarkan diri
lagi. Nyi Kuncup Jingga melompat mendatangi. Kaki kanan ditendangkan ke kepala
Bidadari Angin Timur. Namun gerakannya tertahan ketika ada suara mengiang muncul
di telinganya. "Nyi Kuncup! Jangan dibunuh! Kita kekurangan orang. Bawa dia ke pulau. Masukkan
di ruang perawatan, satukan dengan Purnama. Obati lalu terapkan ilmu Penyejuk
Jiwa Pemikat Hati."
"Sri Paduka Ratu," kata Nyi Kuncup Jingga sambil membungkuk hormat. "Perintah
Sri Paduka Ratu akan saya jalankan. Namun kalau boleh izinkan saya memberi tahu
sesuatu terlebih dulu."
"Ada apa Nyi Kuncup. Sayang aku telah kehilangan Dulang Perak Sejuta Mata hingga
tidak dapat mengetahui banyak kejadian diluar. Aku kini hanya 163. Cinta Tiga
Ratu 51 Tiraikasih (Hanny)
bisa menyelidik secara tidak langsung melalui sambungan rasa dengan anak buahku
termasuk dirimu."
"Sri Paduka Ratu, barusan saya melihat seekor buaya putih berkepala setengah
manusia muncul di tepi pantai..."
"Apa Nyi Kuncup"!" suara mengiang itu seperti ledakan keras hingga si nenek
tekap ke dua telinganya yang kesakitan.
"Buaya putih Sri Paduka Ratu. Saya melihat seekor buaya putih." Mengulang Nyi
Kuncup Jingga Binatang itu menelan tubuh Bujang Gila Tapak Sakti yang sedang
sekarat akibat keracunan tujuh kalajengking biru yang dilepas Ning Kameswari.
Selesai menelan buaya putih melenyapkan diri masuk kembali ke dalam laut. Saya
kawatir buaya putih itu adalah penjelmaan Ratu Sepuh.."
"Gila. Ternyata dia masih hidup! Aku menyangka jahanam tua itu sudah lama
menemui ajal!"
"Sri Paduka Ratu, apa yang harus saya lakukan?"
Nyi Kuncup Jingga bertanya.
Tetap laksanakan apa yang aku perintahkan Mengenal buaya putih itu untuk
sementara tidak perlu dikawatirkan. Jika dia berani mendekati diriku aku akan
menghabisinya dengan benda penangkal!
Sekarang lekas laksanakan tugasmu!"
Nyi Kuncup Jingga membungkuk lalu cepat menggotong tubuh Biadadari Angin Timur.
Namun sebelum nenek ini sempat menyentuh tubuh si gadis, tiba-tiba dari dalam
laut melesat benda putih panjang, menyambar menggebuk bagian belakang tubuhnya.
Nyi Kuncup Jingga terpekik, terguling jatuh di atas pasir. Ketika mencoba
bangkit dia tak mampu melakukan. Ternyata tubuhnya sebatas pinggang ke bawah
mengalami kelumpuhan!
Dari dalam laut kembali melesat keluar benda putih panjang tadi yang ternyata
adalah ekor buaya putih.
Badan dan kepalanya tidak kelihatan. Ekor melilit pinggang Bidadari Angin Timur.
Sekali menyentak maka tubuh si gadis melesat lenyap masuk ke dalam air laut.
163. Cinta Tiga Ratu
52 Tiraikasih (Hanny)
BERSAMAAN dengan tersembulnya sang surya di ufuk timur, tiga orang yaitu Nyi
Roro Manggut, Ratu Duyung dan sukma Pendekar 212 berenang cepat mencapai pantai
selatan Pulau Menjangan besar. Badai besar yang oleh Nyi Roro Manggut disebut
sebagai badai setan telah lama berhenti. Keadaan di sekitar pantai sunyi.
Kesunyian yang membuat perasaan tiga orang itu justru tidak tenteram dan bedaku
waspada, "intan, kau merasa pasti Ini pulau yang kau lihat dalam cermin sakti sebelum
cermin itu hancur... "!"
bertanya Wiro pada Ratu Duyung.
Ratu Duyung memandang berkeliling, lalu menjawab sambil menunjuk ke arah barat.
"Benar sekali Wiro. Aku mengenali gugusan batu karang rendah yang membentuk
dinding kelabu kehitaman di sebelah sana..."
"Sekarang coba kau selidiki keadaan di pulau ini.
Pertama keberadaan ragaku, lalu keberadaan Ratu Laut Utara, Purnama, Ayu
Lestari..."
"Akan kucoba, akan kucoba..." kata Ratu Duyung pula.'Mek, bantu aku menambah
tenaga dalam."
"Kau perlu bantuanku juga Intan?" tanya Wiro.
"Terimakasih. Saat ini cukup Nyi Roro saja..."
Si nenek cebol gulung rambut putih panjangnya di atas kepala lalu tempelkan dua
telapak tangan di punggung. Begitu dia alirkan tenaga dalam, Ratu Duyung segera
pula mengalirkan tenaga dalam ke arah mata. Dua mata dikedipkan sesaat kemudian.
"Wiro, aku....aku melihat ragamu. Memang ada di pulau inl.Tergolek di atas
sebuah tempat tidur besar..."
"Kau Juga melihat Ratu Laut Utara?"
Ratu Duyung menggeleng.
"Aku melihat seorang lain. Seorang perempuan.
Wajahnya agak gelap. Dua kaki di rantai..."
"Itu pasti Ratu Laut Utara yang asli. Sahabatku Ayu Lestari yang disekap!" ucap
Wiro dengan suara keras sambil kepalkan tinju."Slapa lagi yang kau lihat Intan"
Cari... pasti ada yang lain. Mungkin Purnama..."
"Ah mengapa kepalaku tiba-tiba pusing," kata Ratu 163. Cinta Tiga Ratu
53 Tiraikasih (Hanny)
Duyung pula."Aku akan tambahkan tenaga dalam ke tubuhmu," kata Wiro.
Tiba-tiba Nyi Roro Manggut menjerit. Nenek ini melihat ada darah keluar dari
sepasang mata Ratu Duyung.
"Ada orang menghadang tenaga dalammu agar kau tidak bisa menyelidik." kata Wiro.
Dia seka darah yang mengalir di wajah Ratu Duyung lalu menekap kedua pipinya dan


Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung alirkan tenaga dalam.
"Intan, coba kau mencari tahu jalan ke arah tempat dimana ragaku dan Purnama
berada. Juga Ayu Lestari...."
Ratu Duyung kembali mencoba. Dia melihat sesuatu namun agak samar. Lalu apa yang
dilihatnya lenyap.
"Aku tidak bisa Wiro. Kepalaku sakit sekali." Jawab Ratu Duyung sementara darah
makin banyak mengalir dari kedua matanya. Wiro cepat totok pelipis serta pijat
bagian wajah sekitar kedua mata Ratu Duyung.
Tiba-tiba gadis Ini menjerit keras. Dari dalam kedua matanya kini bukan cuma
darah yang keluar tapi juga binatang aneh berbentuk belatung-belatung besar!
"Kurang ajar! Ini pasti perbuatan perempuan jahanam Ratu Laut Utara!"Wiro marah
sekali tapi juga bingung. "Nek, apa kau bisa menolong Intan?"
"Tenang... tenang. Ini memang perbuatan jahat ratu keparat itu. Aku akan
mengobati, aku punya penangkalnya..."
Dari balik jubah hijaunya nenek cebol Ini keluarkan sebuah benda yang ternyata
adalah sekeping kemenyan. Sekail meremas kemenyan itu berubah menjadi bubuk
putih kecoklatan. Sambil membaca mantera dalam hati bubuk kemenyan
kemudian disapukan pada mata kiri kanan Ratu Duyung. Menunggu sebentar si nenek
laiu meniup kedua mata tiga kali berturut-turut Cairan darah dan belatung serta
meria lenyap. Walau kini matanya bersih dan nyalang namun Ratu Duyung tidak bisa
melihat apa-apa.
"Nek, Wiro....Aku tak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap. Aku buta!" ucap Ratu
Duyung setengah meratap. Dua tangannya diulurkan ke depan. Wiro cepat pegang
tangan gadis itu dan diusap berulang kali.
"Ratu, jangan cemas. Hal itu hanya sementara.
Sebentar lagi kau akan melihat seperti semula." Kata 163. Cinta Tiga Ratu
54 Tiraikasih (Hanny)
Nyi Roro Manggut seraya mengusap rambut Ratu Duyung.
"Nek, kau jaga Intan di sini. Jangan kemana-mana."
"Memangnya kau mau kemana Wiro?"tanya Nyi Roro Manggut
"Aku akan membakar pulau ini! Kalau semua sudah dikobari api masakan perempuan
Jahat itu tidak akan menunjukkan diri!"
"Wiro, kau boleh membakar seluruh dunia ini. Ratu Laut Utara tidak tolol! Tunggu
sampai Ratu Duyung pulih keadaan matanya"
"Wiro, apapun yang terjadi, apapun yang kau lakukan jangan tinggalkan aku di
sini. Aku... aku tak ingin kehilangan dirimu. Aku ... aku sangat mencintaimu.
Kalau nasib buruk jatuh atas diriku, maukah kau..."
Wiro tekap mulut Ratu Duyung dengan memalangkan jari-jari tangan di atas bibir
lalu pegang dua tangan si gadis mendekapkan ke dada dan menciumnya berulang
kali. Perasaan haru biru memenuhi hati sanubari sukma Pendekar 212. Selama Ini
Ratu Duyung tidak pernah menyatakan perasaan hatinya terhadap Wiro secara terus
terang.Tapi dalam saat-saat sulit seperti Ku semuanya tercurah tanpa bisa
ditahan dan disadari. Wiro lantas saja memeluk gadis Itu erat-erat. Dalam hati
pemuda Ini berkata. "Intan, kau satu-satunya gadis yang berterus terang tentang
perasaan hatimu padaku.
Apakah selama ini aku memang menunggu sampai satu kali ada seorang gadis mau
mengucapkan kata-kata indah dan tulus itu padaku?" Wiro cium rambut Ratu Duyung.
Sesaat dia teringat pada Bunga. Gadis alam roh itu pernah mengatakan bahwa jika
Wiro ingin mencari pendamping dalam kehidupannya maka Ratu Duyunglah orangnya.
"Bunga mungkin benar, Kiai Gede Tapa Pamungkas dan Eyang Sinto juga mungkin
benar..." "Wiro, aku dengar kau berucap perlahan.
Mengatakan sesuatu. Apakah kau bicara padaku..."
Ratu Duyung bertanya
Wiro cium kening Ratu Duyung lalu lepaskan Pelukannya. Memandang pada Nyi Roro
Manggut sambil senyum-senyum. Si nenek balas menatap kosong. Dia ingat sewaktu
coba menggoda pemuda itu sebelum memberikan Ilmu Meraga Sukma.
"Wiro," kata Nyi Roro Manggut "Aku mencium ada bahaya besar di pulau ini. Kalau
kita bertindak keliru ragamu bisa dimusnahkan orang. Dan kau tak akan 163. Cinta
Tiga Ratu 55 Tiraikasih (Hanny)
bisa kambaii dalam ksadaan sapartl semula selama-lamanya."
Sukma Wiro terdiam dan masih bisa menggaruk kepala! "Nek, aku jadi setan
gentayanganpun mau! Asal bisa membunuh Ratu Laut Utara keparat Itu dan dapatkan
kembali Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru."
Ratu Duyung angkat tangannya memberi Isyarat.
"Wiro, sebelum belatung keluar dari mataku, aku melihat sesuatu dalam keadaan
samar.Tapi aku masih bisa mengenali."
"Katakan Intan, katakan apa yang kau lihat" Kata Wiro sambil pegang dua bahu
Ratu Duyung. Masih dengan mata nyalang tapi tak melihat apa-apa Ratu Duyung menjawab.
"Aku....aku melihat tiga pohon tumbuh berjajar di tengah hutan."
"Pohon apa?" Nyi Roro Manggut yang kini bertanya.
"Aku tidak tahu Nek. Terlihatnya samar-samar..."
"Ratu, kita tunggu barang beberapa saat sampai matamu bisa melihat kembali."
"Bagaimana kalau aku memang tidak bisa melihat lagi selama-lamanya alias buta?"
tanya Ratu Duyung.
"Kau jangan berpikiran buruk seperti itu. Yang penting jangan lagi kau
pergunakan Ilmu Menembus Pandang. Musuh pasti sudah mengintai gerak-gerik kita
dari jauh. Setiap ilmu yang kita pergunakan pasti akan mereka tangkal secara
ganas. Heran dari mana Ratu Laut Utara mendapatkan semua ilmu keji itu!"
Nyi Roro Manggut angguk-anggukkan kepala berulang kali. Wiro mendekati lalu
berkata. "Nek, setahuku kau punya Ilmu yang bisa menjajagi seseorang dari nafas, detak
Jantung, raga serta keringatnya. Apakah kau tidak Ingin mencoba agar kita bisa
lebih mengetahui..."
"Memang Itu yang sedang aku pikirkan." Kata Nyi Roro Manggut pula."Aku akan coba
dulu dengan ilmu Menjajag Nafas Menjajag Keringat"
Si nenek tegak diam tak bergerak. Dua tangan disilang di depan dada. Kepala
mendongak ke atas.
Dada kemudian bergerak turun naik sementara hidungnya yang pesek bergerak
kembang kempis.
Sesaat kemudian nenek ini menyapukan tangan kanannya ke udara lalu membuat
gerakan seperti menangkap seekor binatang yang sedang terbang.
Setelah itu tangannya dlletakan di depan hidung.
163. Cinta Tiga Ratu
56 Tiraikasih (Hanny)
"Hemm....aku mencium bau keringat seseorang.
Keringatmu sendiri. Mungkin keringat dari ragamu.
Berarti ragamu memang ada di pulau Ini. Coba kau cium sendiri!" SI nenek lalu
usapkan tangan kanannya yang keringatan ke hidung sukma Penekar 212.
"Puahl Bau ketek Nek!" ucap Wiro lalu meludah berulang kali. "Itu bukan
keringatku. Ketekku tidak bau! Kau pasti mencium ketek orang lain! Coba kau
jajagi sekali lagi!"
Nyi Roro Manggut tertawa cekikikan. Ratu Duyung mau tak mau ikut senyum-senyum.
"Sudah, aku pergunakan ilmu yang lain saja agar tidak keliru!" kata Nyi Roro
Manggut "Aku akan terapkan ilmu Menjajag Nafas Mendenqar Detak Jantung."Lalu
nenek cebol ini kembali tegak berdiam diri.
"Tunggu Nek," kata Wiro sambil memagang lengan Nyi Roro Manggut.
"Ada apa?" tanya si nenek.
"Kalau yang kau cium nanti nafas bau jengkol, itu pasti bukan nafasku. Aku tidak
pernah makan jengkol!
Jadi jangan nanti kau coba meniup-niup ke arah hidungku menyaru-nyaru bau
jengkol!" Nyi Roro Manggut tertawa cekikikan mendengar kata-kata Wiro.
"Pantas...pantas si Sinto Gendeng itu sering memanggilmu anak setan. Nyatanya
kau memang setan konyol! Dalam keadaan seperti ini masih bisa bergurau!"
Si nenek lalu kembali tegak berdiam diri, dua tangan dirangkap di depan dada.
Kalau tadi kepala didongakkan ke atas maka kini ditukikkan memandang ke arah
pasir pantai. Tiba-tiba si nenek terpekik. Tubuhnya terlonjak sampai tinggi. Mukanya tampak
merah. Sepasang mata julingnya memandang tak berkesip ke arah Wiro dan Ratu
Duyung ganti berganti. Saat itu pandangan gadis bermata biru ini telah mulai
pulih. "Ada apa Nek?" tanya Ratu Duyung sementara Wiro berpikir si nenek ini pasti mau
mempermainkan, membalas gurauannya tadi!
Nyi Roro Manggut tidak segera menjawab. Kepala manggut-manggut lalu digelenggelong berulang kali.
"Nek, apa kau kesambat setan lewat?" tanya Wiro.
"Dengar kalian berdua. Kalian tahu apa yang barusan terjadi"
163. Cinta Tiga Ratu
57 Tiraikasih (Hanny)
"Aneh, aku bukan mencium bau nafas atau mendengar detak jantung. Aku malah
melihat! Kalian tahu apa yang aku lihat?"
"Mana kami bisa tahu kalau kau tidak mengatakan Nek," jawab Wiro pula.
"Aku...aku melihat dua buah benda bengkak sebesar semangka. Berwarna biru. Aku
melihat sebuah benda panjang juga biru, kejepit di antara dua buah benda sebesar
semangka. Ada tujuh titik hitam berdarah pada benda. Kalian tidak tahu benda apa
Pedang Angin Berbisik 23 Si Kangkung Pendekar Lugu Soh Sim Kiam Karya Chin Yung Perjodohan Busur Kumala 22

Cari Blog Ini