Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu Bagian 3
rtu?" Wiro dan Ratu Duyung menggeleng. Heran.
Tiba-tiba Nyi Roro Manggut tertawa mengekeh, lama dan panjang hingga kedua
matanya yang juling basah oleh air mata.
"Yang aku lihat ...Hik...hik! Yang aku lihat, hik...
hik! Yang aku lihat adalah anunya. Bengkak gembung.
Berwarna biru. Ada tujuh titik luka. Empat di kantong menyan, tiga di pisang
raja! Lalu ada kipas kertas dan kopiah hitam dipakai mengipasi anunya itu!
Hik... hik...hlk!"
"Nek, kau ini bercanda atau bagaimana?" tanya Wiro garuk-garuk kepala
"Sumpah disambar petir! Aku tidak dusta?" Jawab Nyi Roro Manggut.
"Nek," kata Wiro pula. "Yang kau lihat itu bukan punyaku kan Nek?"
Tawa si nenek kembali tersembur.
163. Cinta Tiga Ratu
58 Tiraikasih (Hanny)
DALAM rimba belantara di pertengahan Pulau Menjangan Besar. Sukma Wiro, Nyi Roro
Manggut dan Ratu Duyung berdiri di hadapan tiga pohon Waru yang tumbuh sederet.
"Aku bersyukur penglihatanku telah pulih kembali. Aku berterima kasih padamu
Nek," kata Ratu Duyung pada Nyi Roro Manggut. Si nenek senyum lalu manggutmanggut Dia berbisik.'Kau gadis baik.Tapi bukan saatnya memakai segala macam
peradatan. Sebentar lagi kita akan menghadapi perkara besar."
Wiro yang sudah tidak sabaran segera bertanya.
"Intan, kau yakin Ini tiga pohon yang kau lihat sewaktu kita masih berada di
pantai seberang?"
"Aku yakin Wiro. Memang ini pulaunya."
Mendengar ucapan Ratu Duyung tidak menunggu lebih lama Wiro langsung hantamkan
tangan kanan ke deretan tiga pohon, melepas pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung
yang dipelajarinya dari Tua Gila alias Sukat Tandika, kekasih Sinto Gendeng
dimasa muda. "Braakkk!"
Tiga pohon Waru terbongkar sampai ke akar-akarnya.
Batang berpatahan lalu tumbang bergemuruh
memuncratkan tanah dan bebatuan ke udara.
Pada bekas pohon Waru di sebelah tengah terlihat satu lobang besar. Di bagian
bawah lobang ada tangga batu. Baru saja ke tiga orang itu ulurkan kepala hendak
menyelidik tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap dan suara menguik riuh
sekali. "Ada binatang terbang ke arah mulut lobang. Awas!
Lekas mundur!" teriak Wiro lalu menarik Nyi Roro Manggut dan Ratu Duyung
beberapa langkah
menjauhi lobang.
"Aku mencium bau amis aneh! Seperti bau..."
ucapan Nyi Roro Manggut terputus karena saat itu dari dalam lobang melesat
puluhan, bahkan mungkin ratusan kelelawar hitam kecoklatan, bermata merah.
Mulut terbuka mengeluarkan suara menguik keras.
kaki mencuatkan kuku hitam panjang dan runcing.
"Awas! Binatang itu menyerang kita!"Teriak Nyi Roro 163. Cinta Tiga Ratu
59 Tiraikasih (Hanny)
Manggut "Kukunya berbisa!" berteriak Ratu Duyung.
Kedua orang Ini lindungi diri dengan segera melepas pukulan tangan kosong,
menghantam ratusan kelelawar yang menyerbu laksana air bah!
Binatang-binatang itu berpekikan dan tubuh mereka mencelat mental. Namun luar
biasanya tidak ada yang cedera apa lagi mati. Malah didahului suara menguik
mengerikan mereka kembali menyerbu. Empat
kelelawar melesat ke arah Nyi Roro Manggut. Pukulan sayap dan cakaran kuku
menyambar kepala si nenek.
Nyi Roro Manggut cepat merunduk sambil memukul.
Rambut putih yang digulung di atas kepala terbongkar awut-awutan. Untung cakaran
kuku berbisa tidak mengenai kulit kepala si nenek!
Lima kelelawar berkelebat menyerang Ratu Duyung.
Gadis ini cepat menghantam dengan pukulan pedang biru. Lima kelelawar terpental.
Namun seperti tadi binatang itu tidak seekorpun yang cidera! Lalu ratusan
lainnya setelah berputar-putar kembali datang menyerbu!
"Ini bukan kelelawar biasa! Kalian berdua lekas menyingkir. Berlindung di balik
pohon!" teriak Wiro.
Lalu murid Sinto Gendeng ini berteriak menyebut Kapak Naga Geni 212 dan Batu
Hitam Sakti! Saat itu juga kapak dan batu sakti yang berada dalam sukma tubuhnya melesat
keluar dan tahu-tahu sudah berada di tangan kiri kanan.Tidak menunggu lebih lama
Wiro gesekkan kuat-kuat batu sakti ke mata kapak. Lidah api berkiblat ke udara.
Ratusan kelelawar menguik keras. Wiro terus menghantam tiada henti.
Kelelawar yang ditambus api bukan satu persatu tapi kelompok demi kelompok.
Anehnya begitu jatuh di tanah, kelelawar yang tubuhnya dikobar! api itu langsung
sirna. Yang tinggal hanya kepulan asap menebar bau daging terpanggang!
Kelelawar-kelelawar yang masih hidup menguik ketakutan, berserabutan masuk ke
dalam lobang di tanah.
Memperhatikan hal Itu Wiro langsung mengejar masuk ke dalam lobang. Tubuhnya
yang meraga sukma melayang seperti asap mengambang. Batu sakti dan mata kapak
masih terus digosokkan. Lidah api mencuat tiada henti, berubah menjadi gelombang
api luar biasa dahsyat dan menggebubu masuk ke dalam lorong. Puluhan kelelawar
yang tadi masuk ke 163. Cinta Tiga Ratu
60 Tiraikasih (Hanny)
dalam lobang di bawah tanah kini tidak bisa lagi selamatkan diri. Malah pimpinan
mereka Raja Kalong Laut Utara ikut menemui ajal. Bangkainya yang gosong hitam
tergeletak di depan pintu besi ruang tidur Ratu Laut Utara.
Di luar lobang.
"Wiro tunggu!" teriak Ratu Duyung ketika melihat Wiro melompat masuk ke dalam
lobang. Dia segera mengejar mengikuti Wiro.
Sebelum menuruni tangga Ratu Duyung berbalik dan berseru pada Nyi Roro Manggut.
"Nek! Kau tidak ikut"!"
"Kalau semua masuk ke dalam siapa yang menunggu di luar sini"!" sahut si nenek.
Lalu dia melompat ke atas satu pohon paling tinggi. Dari atas pohon ini dia bisa
melihat ke seantero rimba belantara di bawahnya.
Jangankan manusia, seekor kelincipun tidak akan luput dari pengawasannya!
Sebenarnya selain melakukan pengintaian nenek ini juga berusaha mendapatkan
sejenis buah dari pohon yang sebelumnya dilihatnya tumbuh di pulau itu.
***** DI DALAM kamar rahasia di bawah tanah rimba belantara Pulau Menjangan
Besar,empat orang berada di tempat itu. Yang pertama adalah raga Pendekar 212
dalam keadaan terbaring di atas tempat tidur besar.
Kedua tentu saja Ratu Laut Utara si pemilik tempat.
Orang ketiga Nyi Kuncup Jingga dan yang keempat adalah Purnama yang saat itu
telah dsembuhkan dari cideranya dan masih tetap berada dalam tenung Ilmu
Penyejuk Jiwa Pemikat Hati.
"Kalian semua dengar baik-baik apa yang aku katakan." Ratu Laut Utara berkata.
"Para penyerbu sudah berada di atas pulau. Kita membagi tugas mengatur rencana.
Nyi Kuncup Jingga, kau periksa kawasan laut utara. Cari Ratu Sepuh yang berujud
buaya putih."
Dari balik pakaian birunya Ratu Laut Utara mengeluarkan sebuah kotak kecil
terbuat dari perak.
Dia menyodorkan kotak Itu pada si nenek seraya berkata. "Di dalam kotak perak
ini terdapat sejumput 163. Cinta Tiga Ratu
61 Tiraikasih (Hanny)
benda sangat langka yaitu tembakau putih. Begitu bertemu Ratu Sepuh, keluarkan
tembakau putih dari dalam kotak. Ambil sejumput kecil tembakau putih dan
lemparkan ke arahnya. Dia pasti akan lari tunggang langgang karena tembakau
putih adalah pantangannya.
Jika kau mampu menyentuhkan tembakau putih ke tubuhnya maka seluruh kesaktian
Ratu Sepuh akan rontok! Bahkan dia akan menemui ajal dalam beberapa kejapan mata
saja!" Nyi Kuncup Jingga ambil kotak perak yang diberikan Ratu Laut Utara, menyimpan
diballk pakaian.
"Sri Paduka Ratu, saya pergi sekarang."
"Pergilah. Begitu kau berhasil membunuh Ratu Sepuh segera temui aku di Bukit
Cinta di Pulau Menjangan Kecil."
"Baik Sri Paduka Ratu," jawab Nyi Kuncup Jingga.
"Pergilah. Ingat, tinggalkan tempat ini melalui pintu rahasia Lantai Samudera
Atap Bumi."
Setelah Nyi Kuncup Jingga pergi membawa kotak perak Ratu Laut Utara segera
memanggul raga Pendekar 212 yang sejak tadi tergolek di atas tempat tidur.
"Purnama, ikuti aku. Ada seseorang yang harus kita habisi saat Ini juga!"
"Kalau saya boleh bertanya, siapa orang itu Sri Paduka Ratu?" tanya Purnama.
"Namanya Ayu Lestari..."
"Siapa dia Sri Paduka Ratu?"
"Kau tidak perlu tahu siapa dial" Ratu Laut Utara jadi jengkel karena ditanya
terus. "Yang penting kau harus membunuhnya!"
"Aku punya pantangan.Tidak bisa membunuhnya sebelum tiga ratus hari. Lagi pula
kau berada dibawah perintahku! Apakah kau masih mau bertanya.
Purnama?" "Tidak Sri Paduka Ratu."
Ratu Laut Utara menatap wajah pucat Purnama yang belum lama dilepaskan dari
totokan dan disembuhkan dari cidera. Diam-diam Ratu Laut Utara merasa kawatir
kalau totokan yang dilakukan musuh atas diri Purnama sebelum diselamatkan telah
merubah jalan pikirannya. Ternyata Ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat Hati masih
menguasai gadis itu. Untuk menghilangkan rasa was-was Ratu Laut Utara ajukan
beberapa pertanyaan.
"Purnama, apakah kau baik-baik saja?"
163. Cinta Tiga Ratu
62 Tiraikasih (Hanny)
"Saya baik-baik saja Sri Paduka Ratu."
"Ada sesuatu yang mengganjal di hatimu?"
"Tidak ada Sri Paduka Ratu."
"Ada sesuatu yang mengacaukan pikiranmu?"
"Tidak juga Sri Paduka Ratu."
"Apakah kau punya perasaan tertentu terhadap pemuda yang ada di bahu kananku
ini" Kau menyukainya?"
Purnama menatap wajah Pendekar 212 sebentar lalu menjawab.
"Tidak Sri Paduka Ratu."
"Kalau begitu laksanakan perintahku tanpa banyak bertanya."
"Mohon maafmu Sri Paduka Ratu. Saya akan melakukan apa yang Sri Paduka Ratu
perintahkan. Tunjukkan orang yang harus saya bunuh itu."
"Bagus. Sekarang ikuti aku!"
Begitu keluar dari ruangan, tepat di depan pintu besi yang hangus Ratu Laut
Utara dan Purnama melihat bangkai Raja Kalong Laut Utara tergeletak gosong
mengerikan. "Raja Kalong, aku akan membalaskan kematianmu!"
ucap Ratu Laut Utara lalu memberi isyarat pada Purnama agar berjalan lebih cepat
**** KETIKA membuka pintu merah di ruang batu tempat Ayu Lestari, Ratu Laut Utara
yang asli di sekap. Ratu Laut Utara melengak kaget Mata mendelik tubuh bergetar.
Tawanan itu tidak ada lagi di dalam ruangan.
Dinding batu di sebelah belakang hancur berentakan membentuk satu lobang besar!
"Kurang ajar. Tawanan melarikan diri!" teriak Ratu Laut Utara marah besar.
Kakinya ditendangkan. Dua jeruji besi sebesar betis patah berentakan. Ratu Laut
Utara masuk ke dalam ruangan."Benar-benar kurang ajar! Bagaimana mungkin"!"
"Sri Paduka Ratu," kata Purnama. "Menyaksikan keadaaan di tempat ini saya rasa
tawanan bisa melarikan diri karena ada pertolongan orang dari luar!"
"Aku sudah mengetahui hal itu," jawab Ratu Laut Utara sambil melotot
memperhatikan dinding batu yang Jebol. "Ilmu Dinding Gaib Laut Utara yang aku
163. Cinta Tiga Ratu
63 Tiraikasih (Hanny)
terapkan tidak mempan. Dinding yang jebol tidak bisa pulih kembali! Hanya ada
satu orang yang bisa melakukan hal itu. Ratu Sepuh!" Ratu Laut Utara
memperhatikan lantai ruangan dan sebagian dinding yang jebol. Keadaannya basah
oleh air laut. "Ada basahan air laut. Ada bau wangi. Ratu Sepuh! Dia memang
benar-benar sudah muncul! Dia yang datang ke tempat ini membebaskan tawanan!
Keparat kurang ajar!"
163. Cinta Tiga Ratu
64 Tiraikasih (Hanny)
YANG disebut pintu rahasia Lantai Samudera Atap Bumi adalah sebuah mulut goa
terletak di balik rerumpunan semak belukar lebat di rimba belantara Pulau
Menjangan Besar. Ketika Ratu Laut Utara yang memanggul Wiro keluar dari goa
rahasia itu bersama Purnama, kedua orang Ini kaget setengah mati melihat
pemandangan yang ada di depan matanya!
Di sebelah kiri Datuk Api Batu Neraka tergeletak di tanah. Mata mencelet, leher
robek besar nyaris putus.
Darah membasahi janggut dan sekujur tubuhnya yang sama sekali tidak mengenakan
pakaian.Tak jauh dari tempat sang Datuk tergeletak, terkapar sosok raksasa Jin
Durna Rawana dalam keadaan megap-megap.
Tubuh terkelupas hangus dan kepulkan asap menebar bau menggidikkan.
"Gila! Edan! Apa yang terjadi?" Ratu Laut Utara tampak marah besar. Dalam marah
dia menduga-duga.
Lalu dia mendengar suara perempuan mengisak.
Cepat dia palingkan kepala ke kiri. Di situ, di depan serumpunan semak belukar
Ning Kameswari duduk dengan muka pucat ketakutan, terisak menahan tangis sambil
menutupi tubuhnya dengan jubah putih milik Datuk Api Batu Neraka! Ternyata di
balik Jubah itu tidak selembar benangpun menutupi auratnya.
Ratu Laut Utara mendatangi dengan langkah besar.
Rambut Ning Kameswari dijambak.
"Katakan apa yang terjadi"! Cepat!"
"Saya mohon maafmu Sri Paduka Ratu..."
"Perempuan Jahanam! Aku tidak menyuruh kau minta maaf. Aku minta katakan apa
yang terjadi!"
"Plaakkki"
Ratu Laut Utara tampar pipi kiri Ning Kameswari hingga gadis berwajah cantik
bertubuh sintal ini terpekik kesakitan, kucurkan darah di sudut bibir. Di tengah
isakannya Kameswari kemudian bercerita.
"Mohon maafmu Sri Paduka Ratu. Saya mengaku salah. Berbuat lalai dalam
menjalankan tugas. Tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Datuk memaksa saya
Setelah saya berhasil mencelakai pemuda gemuk bernama Bujang Gila Tapak Sakti
dengan tujuh 163. Cinta Tiga Ratu
65 Tiraikasih (Hanny)
kalajengking biru, Datuk mengajak saya ke tempat Ini untuk bercinta.Tiba-tiba
datang Jin Durna Rawana Datuk di bunuh."
Rupanya setelah dihantam Wiro dengan lidah api dan dalam keadaan tubuh dikobar!
api Jin Durna Rawana masuk mencebur ke dalam air laut. Dia tidak segera menemui
ajal. Dalam keadaan sakarat dan tubuh hangus terkelupas dia mencari Datuk Api
Batu Neraka yang sudah lama dibencinya. Sang Datuk ditemui di pulau tengah
bercinta dengan Ning Kameswari yang diam-diam juga disukainya. Ini membuat
dendam kesumat Jin Durna Rawana semakin berkobar. Dengan cara membokong Durna
Rawana berhasil membunuh Datuk Api Bara Neraka.
"Mahluk-mahluk tak berguna!" teriak Ratu Laut Utara.
Kakinya menendang dua kali. Mayat Datuk Api Batu Neraka mencelat tiga
tombak.Tubuh raksasa Jin Durna Rawana yang tengah sekarat terguling-guling. Di
satu tempat sosoknya meledak berkeping-keping lalu berubah menjadi asap merah
dan sirna dari pemandangan. "Ratu saya mohon. Saya minta ampun. Saya jangan dibunuh!" Kata Ning Kameswari
Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil sujud menyembah di tanah ketika Ratu Laut Utara men-datanginya. Dia tidak
perduli lagi keadaan tubuhnya yang tersingkap bugil karena jubah milik Datuk Api
Batu Neraka telah merosot jatuh ke tanah.
"Aku memberi banyak kepercayaan dan keleluasaan padamu! Ternyata kau hanya
menimbulkan kekacauan!
Kau pantas menyusul kedua gendakmu itul" Habis berkata begitu Ratu Laut Utara
berpaling pada Purnama.
"Habisi dia!"
Ning Kameswari menjerit keras.
"Tidak! Jangan Ratu! Ampun!"
Purnama melangkah tenang mendekati Kameswari.
Tiba-tiba kaki kanannya melesat. Menghantam telak di dada orang. Darah menyembur
dari mulut perempuan itu.Tubuhnya mencelat jauh.
*** Di DALAM lorong di bawah Pulau Menjangan Besar Wiro dan Ratu Duyung masuk ke
dalam ruang tidur besar Ratu Laut Utara yang juga disebut Ruang Penantian Cinta.
Begitu masuk langsung saja dua kaki 163. Cinta Tiga Ratu
66 Tiraikasih (Hanny)
mereka laksana dipantek di lantai batu. Betapa tidak.
Pada dinding ruangan di seberang sana terpampang lukisan besar diri Wiro dalam
keadaan telanjang!
Ratu Duyung membuang muka lalu cepat balikkan badan dan keluar dari ruangan.
Untuk beberapa lamanya Wiro masih tegak memandangi lukisan dirinya lalu garukgaruk kepala. "Gila! Bagaimana ada lukisanku di tempat celaka Ini! Telanjang pula! Siapa yang
melukis" Ratu sialan itu" Wah, anuku dibikin mencong, begitu"! Jelek amat!
Untung tidak ada orang lain yang melihat lukisan ini.
Tapi Intan...." Wiro melirik ke arah Ratu Duyung yang tegak membelakanginya.
"Wiro, sebaiknya kita cepat-cepat tinggalkan tempat ini." Kata Ratu Duyung yang
wajahnya masih bersemu merah.
"Baik Intan. Aku memang mau pergi.Tapi biaraku musnahkan dulu lukisan edan itu!"
Tidak tanggung-tanggung Wiro lalu menghantam dinding yang ada lukisan dirinya
dengan Pukulan Sinar Matahari!
Bukan cuma dinding yang hancur berentakan tapi seluruh ruangan tidur runtuh,
beberapa bagian terowongan ikut ambruk.
*** MENDENGAR suara bergemuruh di bawah tanah sekitar lobang bekas pohon Waru si
nenek jadi merasa kawatir.
Dia segera terapkan ilmu mengirim suara dari jauh pada Ratu Duyung.
"Lekas keluar dari dalam goa! Kalian tidak akan menemukan Ratu Laut Utara di
sana. Aku barusan melihatnya berkelebat ke arah barat.
"Tak usaha kawatir Nek, kami sudah ada di sini."
Tiba-tiba terdengar suara Ratu Duyung. Dia muncul diikuti sukma Pendekar212.
"Dengar, aku barusan melihat Ratu Laut Utara melarikan diri ke arah barat.
Memanggul raga Wiro.
Kita bisa mengikuti dan mengejar mereka dengan ilmu Menjajag Nafas Mendengar
Detak Jantung..."
Ketiga orang itu segera berkelebat ke barat dan baru berhenti ketika sampai di
tepi pantai sebelah baret Pulau Menjangan Besar.
Nyi Roro Manggut menunjuk ke langit. Sebuah benda biru seperti seekor burung
melayang turun ke 163. Cinta Tiga Ratu
67 Tiraikasih (Hanny)
permukaan laut.
"Benda biru itu pasti Ratu Laut Utara. Ada sebuah pulau di sebenang sana," kata
Ratu Duyung. "Setahuku Ratu Laut Utara punya beberapa tempat rahasia,"menjelaskan Nyi Roro
Manggut. "Kita menyeberang sekarang juga! Pulau itu tak berapa jauh. Kita bisa berenang!"
kata Wiro. Ketiganya segera bersiap-siap masuk ke dalam laut.
Namun tiba-tiba air laut mencuat. Dari dalam laut melesat sosok berpakaian
hitam. Bau pesing menebar mencucuk pernafasan. Lalu terdengar suara membentak.
"Anak setan! Jangan buru-buru minggat! Aku mau bicara dan memberikan sesuatu
pada calon binimu!"
"Hahl" Wiro tersentak kaget Ratu Duyung tak kalah kejutnya sementara Nyi Roro
Manggut goleng-goleng kepala, tejuling-juling memperhatikan orang yang barusan
keluar dari dalam laut dan melangkah ke arah mereka.
"Eyang Sinto!" seru Wiro.
"Sssttt! Saat ini aku tidak mau banyak bicara denganmu. Apa lagi kau cuma sosok
sukma, bukan manusia benaran! Hik... hik! Aku mau bicara dengan Ratu Duyung!"
Orang yang bicara melangkah langsung ke arah gadis bermata biru.Ternyata dia
adalah si nenek bermulut perot Eyang Sinto Gendong guru Pendekar 212. Tubuhnya
melangkah agak menggigil seperti kedinginan. Mata tampak merah dan bergelembung
karena kurang tidur. "Nek, bagaimana kau bisa berada di pulau ini?" tanya Ratu
Duyung seraya menghampir dan memeluk bahu Sinto
Gendang. "Panjang ceritanya, panjang ceritanya...." jawab si nenek bau pesing. Dari balik
kebaya hitamnya nenek ini keluarkan sebuah kantong kain berwarna perak karena
dilapisi cairan timah yang sudah mengering.
"Aku sudah tiga hari tiga malam menunggumu di sini.
Lihat mataku sampai bengkak karena tidak tidur-tidur.
Tubuhku menggigil kedinginan karena terus-terusan berendam dalam air laut Ikanikan sudah banyak yang mati karena tidak tahan mencium bau pesing air kencingku.
Hik... hik...hiki"
"Nek, mengapa kau sengaja menunggu kami di sini"
Tadi Eyang bilang mau memberikan sesuatu pada..."
Si nenek segera membentak. Mata dibeliakkan.
"Aku sudah bilang aku hanya mau bicara dengan 163. Cinta Tiga Ratu
68 Tiraikasih (Hanny)
gadis Ini!"
"Baik Nek. baik Nek. Silahkan bicara!" kata Wiro sambil menyengir dan garuk
kepaJa. "Ratu Duyung..."
"Namanya sudah diganti jadi Intan Nek!" Wiro kembali menyeletuk.
"Anak setan sialan! Kau selalu memotong ucapanku!
Apa mau kusumpal dengan ini"!" Sinto
Gendeng keluarkan susur dari dalam mulutnya. Siap disumpalkan ke mulut Wiro.
Sang murid cepat-cepat mundur menjauh. Si nenek kembali berpaling pada Ratu
Duyung. "Dengar, aku datang jauh-jauh menemuimu ke sini hanya untuk menyerahkan ini..."
Sinto gendeng lalu serahkan kantong kain yang dilapisi timah kering.
Ketika menerima kantong si gadis melihat tangan kanan Sinto Gendeng melepuh
merah. "Kenapa tanganmu Nek?" tanya Ratu Duyung sambit pegang dan mengelus lengan kanan
si nenek. "Anu, aku teriuka karena ... karena tidak kuat memegang benda ini. Karena itu
benda aku bungkus dengan kain berlapis timah. Itu pun sesudah ada seorang teman
memberi tahu Kalau tidak oala, amblas tangan kananku. Bisa buntung! Cepat,
ambillah."
Walau heran mendengar keterangan si nenek Ratu Duyung segera mengambil kantong
kain."Apa Isinya Nek?"
"Buka kantongnya. Lihat sendiri," jawab Sinto Gendeng.
Ratu Duyung memandang pada Wiro, menatap ke arah Nyi Roro Manggut lebih dulu
baru membuka kantong kain. Ada hawa aneh dingin ketika tangannya menyentuh benda
dalam kantong. Begitu benda itu dikeluarkan tiba-tiba srettt!
Cahaya menyilaukan berkiblat. Di tangan Ratu Duyung kini tergenggam sebilah
pedang luar biasa tipis, memancarkan cahaya putih terang dan menebar hawa sejuk.
"Pedang Naga Suci Dua Satu Dua!" berseru Wiro.
Ratu Duyung sendiri tidak bisa percaya kalau yang diserahkan si nenek dan kini
dipegangnya adalah pedang mustika sakti yang terkenal itu.
Wiro garuk kepala.
"Nek," katanya. "Jadi kau yang mencuri pedang sakti Itu, menukarnya dengan yang
palsu. Nek, kau 163. Cinta Tiga Ratu
69 Tiraikasih (Hanny)
ini apa-apaan..."
Sinto Gendong tertawa mengekeh.
"Nek, aku masih kurang jelas. Tolong ceritakan bagaimana kejadiannya."
Si nenek seperti hendak marah namun kemudian tertawa cengengesan. "Sebetulnya
aku tidak mau bicara padamu.Tapi sekail ini tidak jadi apa. Biar aku mengalah.
Setelah dapatkan Pedang Naga Suci kembali, Kiai Gede Tapa Pamungkas membawa
pedang ke tempat kediaman di puncak Gunung Gede. Aku mencuri, menukar dengan
pedang palsu."
"Mengapa kau tega berbuat begitu Nek?" tanya Wiro.
"Ini bukan soal tega atau tidak tega. Aku tidak punya maksud jahat. Aku hanya
ingin menebus dosa."
Wiro garuk-garuk kepala. "Menebus dosa"
Memangnya kau punya dosa apa Eyang?"
"Aku ingin menyerahkan senjata itu kembali pada Tua Gila. Saat menerima warisan
dari Kiai Gede Tapa Pamungkas puluhan tahun silam, aku berlaku serakah. Aku
mengambil kapak dan pedang sekaligus.
Tua Gila tidak dapat apa-apa. Aku menyesal. Aku coba menebus dosa dengan
memberikan senjata itu padanya. Tapi itulah....Dengan cara mencuri dan
memperdayai guruku sendiri. Dosa sedikit tapi pahalanya kan lebih banyak. Hik...
hik... hik!"
"Kalau begitu ceritanya, saya tidak berani menerima senjata ini Nek," kata Ratu
Duyung pula, "Oala! Jangan kau bicara begitu. Pedang sakti Itu memang seharusnya akan menjadi
milikmu. Cuma aku saja tua bangka Ini yang membuat sedikit kericuhan. Sebenarnya
aku bisa menunggu mem-berikannya kapan-kapan.Tapi aku mendengar kalian ada
urusan besar dengan Ratu Laut Utara. Apa kalian tidak tahu kalau Ratu satu itu
hanya mampu dihabisi dengan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua?"
"Mengapa bisa begitu Nek?" tanya Wiro.
"Aku tidak tahu.Tapi kata orang pedang sakti ini adalah pedang betina alias
perempuan. Ratu Laut Utara juga perempuan. Nah perempuan dengan perempuan
biasanya jarang akur. Jadi ada yang bakal apes. Nah yang apes itu si Ratu Laut
Utara tadi! Hik...
hik...hik."
"Kalau begitu ceritanya, kami sangat berterima kasih sekali padamu Nek."
163. Cinta Tiga Ratu
70 Tiraikasih (Hanny)
"Anak setan! Sudah! Dari tadi kau paling banyak omong! Urus dulu masalahmu!
Kalau sukmamu tidak bisa masuk kembali ke dalam ragamu, celaka nasibmu. Kau akan
gentayangan seumur-umur di kolong langit. Manusia bukan setan juga bukan!"
Habis berkata begitu Sinto Gendeng tertawa cekikikan lalu berkelebat tinggalkan
tempat itu. 163. Cinta Tiga Ratu
71 Tiraikasih (Hanny)
PULAU Menjangan Kecil. Walau udara cerah namun angin laut bertiup lebih dingin
dan lebih kencang. Begitu berada di tepi pantai Wiro, Ratu Duyung dan Nyi Roro
Manggut melihat sebuah bukit kecil. Inilah bukit yang oleh Ratu Laut Utara
diberi nama Bukit Cinta. Di atas bukit sebelah kiri terdapat dua buah patung
telanjang. Satu patung perempuan dalam keadaan berbaring menelentang, satu lagi patung
lelaki yang merunduk di atas patung perempuan. Di kejauhan sayup-sayup terdengar
suara alunan gamelan.
"Sepi, tapi ada alunan gamelan." Kata Ratu Duyung.
Lalu dia memegang lengan Wiro dan berbisik. "Aku ingin menerapkan Ilmu Menembus
Pandang.Tapi kawatir Ratu Laut Utara masih memagar diri dengan ilmu jahat yang
bisa membutakan mata."
"Biar aku yang mencoba," kata Wiro pula. Dia segera kerahkan tenaga dalam ke
mata. Setelah menunggu beberapa lama tidak terjadi apa-apa. "Aku tidak bisa
mempergunakan ilmu itu. Ratu Laut Utara pasti sudah memagari tempat ini."
"Aneh. bagaimana ada gamelan di tempat seperti ini. Kalau ini memang
pekerjaannya Ratu Laut Utara apa maksudnya?" kata Ratu Duyung.
"Yang lebih aneh lagu yang aku dengar adalah gending duka cita. Gending
kematian." Ujar Nyi Roro Manggut.
"Ratu Laut Utara sengaja mengacau hati dan pikiran kita." Menyahuti Wiro.
"Jangan terpancing." Mengingatkan Nyi Roro Manggut
"Aku akan hancurkan dua patung itu!"Wiro angkat tangan kanannya. Siap melepas
pukulan dahsyat
"Tunggu!" kata si nenek pula. "Patung itu, aku seperti mengenali raut wajah
mereka. Coba kita mendekat lebih dulu."
Ketika ketiga orang itu hanya tinggal lima belas tombak dari mereka tersentak
kaget dan sama hentikan langkah.
"Apa kataku!" ucap si nenek.
"Gila! Ini benar-benar gila!" teriak Wiro. "Tadi lukisan! Sekarang patung!"
Ratu Duyung menutup dua mata dengan tangan.
163. Cinta Tiga Ratu
72 Tiraikasih (Hanny)
Patung perempuan yang berbaring menelentang raut tubuh serta wajahnya jelas
merupakan Ratu Laut Utara.
Sedang patung lelaki yang berada di atas patung perempuan bukan lain membentuk
sosok dan wajah Pendekar 212 Wiro Sableng. Dua patung berada dalam keadaan
bersatu badan! Sukma Wiro tidak dapat menahan diri lagi.
Tangan kanan dipantang. Tangan itu serta meria berubah menjadi putih perak
menyilaukan. Wiro hendak menghantam patung dengan Pukulan Sinar Matahari!
"Wiro, tahan!" Ratu Duyung berkata. Nyi Roro Manggut cepat memegang tangan kanan
sang pendekar. "Lihat!" Ratu Duyung menunjuk ke arah patung.
Saat itu tampak Ratu Laut Utara muncul melangkah perlahan memanggul raga Wiro.
Dengan hati-hati raga yang lehernya masih ditancapi bambu kuning itu dibaringkan
di samping patung perempuan. Di belakang Ratu Laut Utara berjalan perampuan
cantik berpakaian biru gelap yang bukan lain adalah Purnama. Gadis dari
Latanahsilam ini menating sebuah nampan di atas mana terdapat dua buah seloki
besar terbuat dari perak.
Nampan diletakkan dekat kaki patung lelaki.
"Purnama..." desis Wiro. "Benar-benar dia. Aku tidak bisa mempercayai mataku!"
Di belakang Purnama berjalan seorang nenek lagi, walau tua tapi masih berwajah
cantik, berambut putih mengenakan kebaya panjang serta kain warna putih.
"Astaga!" Ratu Duyung terkejut ketika melihat dan mengenali nenek itu.
Nyi Roro Manggut geleng-geleng kepala dan keluarkan suara tersedak beberapa
kali. "Bukankah nenek satu itu Nenek Cempaka" Orang kepercayaan Ratu Laut Utara
yang pertama" Bagaimana dia bisa bergabung dengan Ratu Laut Utara yang merebut
tahta dari anak asuhnya sendiri Ayu Lestari"!"
"Kurasa seperti Purnama nenek itu juga juga sudah kena ilmu tenung jahat Ratu
Laut Utara!" kata Ratu Duyung.
"Gila," bisik si nenek pada Ratu Duyung. Kita berdua belum tentu bisa menghadapi
nenek satu Ini..."
Ratu Duyung memang tahu betul kehebatan Ilmu kesaktian nenek itu. Untuk
menenteramkan hati dia pegang kuat-kuat gulungan Pedang Naga Suci 212
yang ada di genggaman tangan kanan.
"Aku tidak melihat Nyi Kuncup Jingga," bisik Nyi 163. Cinta Tiga Ratu
73 Tiraikasih (Hanny)
Roro Manggut. "Kurang ajar! Ragaku ada di sana. Aku tidak bisa menghancurkan patung bejat
itu!" Ucap Pendekar 212
penuh geram. Tiba-tiba suara alunan gamelan terdengar lebih keras lalu berubah perlahan.
Begitu suara gamelan lenyap Ratu Laut Utara bertepuk tiga kail. Suaranya merdu
sekali ketika berucap.
"Seorang kekasih penyanding tahta Kerajaan Bawah Laut Utara telah datang. Mohon
maaf kalau
Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penyambutan begini sederhana. Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng, minuman
kebahagiaan telah tersedia untuk kita berdua Silahkan datang mendekat dan
silahkan minuman diteguk."
Wiro tak bergerak di tempatnya Mulutnya berucap.
"Aku ingin sekali merobek mulut perempuan itu!"
"Wiro kekasihku! Mengapa kau berdiam diri.
Mengapa tidak mau datang kesini" Apakah dua orang yang bersamamu itu
menghalangi" Ah, sungguh sangat disayangkan kau tidak datang seorang diri.
Perlu apa membawa serta dua mahluk buruk dan busuk itu! Satu nenek jelek, satu
gadis kesasar tak tahu diuntung yang dulunya setengah manusia setengah ikan!
Bagaimana kalau keduanya kita masukkan dulu ke dalam kerangkeng"!"
Ratu Duyung jadi merah seluruh wajahnya. Seperti diketahui gadis bermata biru
ini dulu semasa kutukan masih menimpa dirinya, tubuhnya pernah sebelah atas
menyerupai manusia namun bagian bawah berbentuk ikan. Berkat pertolongan Wirolah
maka kelainan akibat kutuk itu berhasil dilenyapkan.
"Intan, tenangkan hatimu. Jangan terpengaruh ucapan Ratu durjana itu!" kata Wiro
pada Ratu Duyung.
Ratu Laut Utara tiba-tiba bertepuk dua kali. Entah dari mana asalnya tahu-tahu
dua kerangkeng besi melesat di udara dan melayang turun tepat di depan Ratu
Duyung dan Nyi Roro Manggut. Pintu kerangkeng terbuka dengan sendirinya.
"Jahanam kurang ajar!" rutuk Nyi Roro Manggut.
Nenek Ini hantamkan tangan kanannya ke arah kerangkeng besi. Ratu Duyung
melakukan hal yang sama. Dua cahaya biru berkiblat. Dua kerangkeng besi hancur
berkeping-keping.
Ratu Laut Utara tertawa panjang.
"Rupanya kalian tidak suka masuk kerangkeng.
163. Cinta Tiga Ratu
74 Tiraikasih (Hanny)
Tidak jadi apa. Nanti aku carikan tempat yang lebih baik bagi kalian. Mungkin
kandang ayam atau kandang kambing! Hik... hik..hik!"
Saat itu sukma Wiro telah melompat dan berdiri lima langkah di hadapan Ratu Laut
Utara. "Kekasih penyanding tahta. Akhirnya kau sudi juga mendekat. Betapa bahagianya
hati ini. Apakah aku boleh menawarkan minuman kebahagiaan itu kembali?"
"Ratu Laut Utaral" bentak Pendekar 212. "Kami datang bukan untuk sandiwara tolol
Ini! Jika kau sayang nyawamu, kembalikan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru
dan lepaskan Ayu Lestari, Ratu yang kau sekap selama inil"
"Kekasihku gagah! Rupanya aku salah mengira!"
jawab Ratu Laut Utara."Aku mengira kau datang untuk bersanding di tahta Kerajaan
Laut Utara bersamaku.
Tapi tak jadi apa. Apa hanya dua hal itu saja yang jadi permintaanmu?"
"Ratu, aku bukan kekasihmu! Jangan mimpi di siang bolong!" Hardik Wiro.
"Oh begitu" Lalu apa artinya dua patung yang bagus indah ini" Kita sudah bersatu
badan di dalam kegaiban. Dan kau masih mampu mengatakan dirimu bukan kekasihku!
Sungguh sedih aku mendengar.
Betapa malang diriku!"
"Perempuan liar! Nasibmu memang malang!
Mungkin lebih malang dari ini!"
Tiba-tiba ada orang bicara dengan suara keras.
Lalu bluuukk! Sebuah benda melayang jatuh tepat di depan kaki Ratu Laut Utara.
Perempuan ini delikkan mata. Semua orang ikut kaget Yang terkapar di depan sang
Ratu adalah sosok Nyi Kuncup Jingga yang sudah jadi mayat. Sosoknya mulai dari
kepala sampai ke kaki tampak bengkak. Di mulutnya menyumpal sebuah kotak perak.
Kejut Ratu Laut Utara, Purnama dan Nenek Cempaka bukan kepalang. Ketika mereka
dan semua orang memandang ke kanan, hanya dua tombak jaraknya, kelihatan seekor
buaya putih besar, seorang pemuda gendut yang sebentar-sebentar meringis
kesakitan sambil pegangi bagian bahwa perutnya yang tampak melendung bengkak
yang bukan lain adalah Bujang Gila Tapak Sakti. Di samping si gendut ini berdiri
seorang gadis cantik berpakaian hijau. Di sebelahnya tegak gadis berambut pirang
Bidadari Angin Timur.
163. Cinta Tiga Ratu
75 Tiraikasih (Hanny)
Wiro besarkan matanya memandang pada gadis berpakaian hijau. "Ayu
Lestari....Ternyata kau dalam keadaan selamat" Dia juga memandang dan kedipkan
mata pada Bidadari Angin Timur, tersenyum menyaksikan Bujang Gila Tapak Sakti
namun mengerenyit ketika memperhatikan buaya putih besar.
Akan halnya Ratu Laut Utara saat Itu boleh dikatakan tengkuknya terasa dingin
ketika melihat buaya putih. Dia tidak takut menghadapi semua orang yang ada di
tempat Itu. Tapi terhadap buaya putih itu! Sementara Purnama dan Nenek Cempaka
tegak tenang-tenang saja karena mereka memang tidak lagi mampu berpikir sendiri.
Otak keduanya berada di bawah kendali Ratu Laut Utara.
Tiba-tiba suara gamelan mengalun kembali.
Lagunya bukan gending yang tadi. Ini mengejutkan Ratu Laut Utara karena bukan
dia yang membuat gamelan gaib bergema lagi. Bersamaan dengan itu buaya putih
tegakkan kepala lalu ada kepulan asap putih. Begitu asap sirna buaya putih Itu
telah berubah menjadi seorang nenek berwajah kelimis, berpakaian beludru warna
hijau bertubuh tinggi semampai tapi agak bungkuk. Di tangan kanan dia memegang
sebatang tongkat emas. Di kepala ada satu mahkota emas bertabur batu permata.
Inilah perujudan asli Ratu Sepuh yaitu Ratu pertama Kerajaan Laut Utara.
"Ah dia benar-benar masih hidup. Malah datang unjukkan diri di tempat Ini.
Membawa Ratu keparat itu, seorang pemuda gendut dan janda muda Kepala Pengawal
Kesultanan Cirebon!" Ratu Laut Utara membatin dengan hati tergetar.Tiba-tiba dia
berkata. "Kekasihku Wiro, kau lihat sendiri. Ayu Lestari datang bersama
rombongan orang-orang yang tidak kukenal ini. Jadi jelas, aku tidak pernah
menyekapnya seperti yang kau katakan tadi. Ah, begitu banyak fitnah di dunia
ini!" Nenek berjubah bludru hijau ketukkan tongkatnya ke tanah hingga Seantero tempat
bergetar. Dua patung besar bergoyang dan keluarkan suara berderak.
Bidadari AnginTimur yang pernah ditantang dan diteriaki janda Itu sudah panas
hatinya, Ingin menghajar sang Ratu. Sesaat dia melirik pada Purnama.
Dadanya mau meledak."Pasti dia yang memberi tahu perihal diriku pada Ratu celaka
itu. Kalau bukan dia siapa lagi! Aku harus mencari kesempatan agar dapat merobek
mulutnya yang kotor jahat itu!"
163. Cinta Tiga Ratu
76 Tiraikasih (Hanny)
NYI HARUM SARTi! Tiba-tiba Ratu Sepuh menghardik menyebut Ratu Laut Utara dengan
nama aslinya. "Hentikan semua perbuatan tololmu dan aku percaya pertumpahan darah bisa
dihindarkan di tempat Ini!"
"Nenek tua! Aku tak kenal siapa dirimu! Mengapa bicara hebat!" Ucap Ratu Laut
Utara seraya perlahan-lahan melangkah mendekati mayat Nyi Kuncup Jingga.
Ratu Sepuh tertawa panjang mendengar kata-kata Ratu Laut Utara.Tiba-tiba Ratu
Laut Utara membungkuk, menyambar kotak perak yang menyumpal di mulut mayat Nyi
Kuncup Jingga. Dengan cepat dia membuka kotak itu.Ternyata apa yang dicarinya
tidak ada di situ.
Kotak dalam keadaan kosong!
"Ratu Laut Utara, kau mencari tembakau putih pahala kematian diriku?"Ratu Sepuh
menegur. "Sejak tadi aku mengunyah tembakau itu!" Si nenek lalu buka mulutnya
lebar-lebar, memperlihatkan tembakau putih yang dicari sang Ratu. "Ratu tolol,
kematian bukan disebabkan oleh tembakau atau segala macam barang tolol! Kematian
adalah Kuasa Gusti Allah! Ratu Sepuh memandang berkeliling, lalu ketukkan
tongkatnya ke kaki kanan Bujang Gila Tapak Sakti. "Out, apakah kau tidak bisa
diam barang sebentar. Dari tadi mengerang terus. Sekali sekali mengucapkan katakata kotor. Apa kau kira aku tidak mendengar?"
"Ampun Nek. Tapi barangku. Sakitnya tidak tertahankan. Kau berjanji mau
mengobati!" Jawab Bujang Gila Tapak Sakti.
Si nenek ketok kembali kaki pemuda itu hingga Bujang Gila Tapak Sakti terpaksa
tutup mulut rapat-rapat.
Ratu Sepuh berpaling kembali pada Ratu Laut Utara.
"Ratu Laut Utara, kau tadi mengatakan tidak kenal diriku. Hik... hik! Kau benar.
Karena kau bukan Ratu yang syah dari Kerajaan Laut Utara Pemuda gondrong itu
tadi ajukan dua permintaan padamu. Pertama kembalikan batu mustika milik orang
selatan yang saat Ini ada padamu. Hemm....aku bisa melihat batu sakti itu ada di
dalam dadamu. Permintaan kedua si gondrong ini yang patungnya bagus tapi konyol
163. Cinta Tiga Ratu
77 Tiraikasih (Hanny)
mesum sekall. Yaitu agar kau melepas Ayu Lestari yang kau sekap. Aku dan temanteman telah melepaskannya Jadi dari si gondrong kau hanya tinggal memenuhi satu
permintaan. Lalu dari aku ada satu permintaan.
Serahkan tahta Kerajaan Laut Utara secara damai pada Ayu Lestari. Dia yang
berhak karena dia menerima warisan dariku. Bukan kau!"
"Begitu?" ucap Ratu Laut Utara lalu mendongak dan tertawa gelak gelak. Tiba-tiba
suara tawanya lenyap, berganti dengan bentakan memerintah."
Purnama! Bunuh tua bangka sinting itu!"
Begitu mendengar perintah tanpa pikir panjang lagi Purnama langsung
melompat.Tangan kanan dipukulkan ke arah Ratu Sepuh, melepas pukulan Kutuk Alam
Gaib Lapis Ke Tujuh. Pukulan Ini adalah pukulan terhebat yang dimilik. gadis
dari alam 1200 tahun silam Ini. Si nenek merasakan tubuhnya bergetar. Sambil angkat tongkat
emasnya ke atas dia berkata
"Cucuku manis, ilmu baik harus untuk kebaikan.
Mengapa dipergunakan untuk kejahatan?"
Cahaya kuning menyilaukan membersit dari tongkat emas. Saat itu juga Purnama
terpaku diam tak bisa berkutik lagi.
"Nenek Cempaka! Jangan diam saja! Habisi tua bangka jahanam Itu!" Ratu Laut
Utara kini berikan perintah pada Nenek cantik berpakaian serba putih.
"Eh ... Nenek bagus, sobatku lama jangan kemana-mana. Tetap di tempatmu!" Ratu
Sepuh berkata sambil dorongkan tongkat emasnya. Selarik sinar kuning menderu,
membungkus tubuh Nenek Cempaka hingga seperti Purnama dlapun tak bisa bergerak
lagi. Diam kaku!
"Nyi Harum Sarti aku mulai bosan dengan permainan tak berguna ini. Apakah kau
tidak mau menyerahkan batu mustika dan tahta Kerajaan yang kau kuasai secara
tidak syah"!"
Ratu Laut Utara tidak menjawab.Tiba-tiba sekali lompat saja dia telah berada di
samping raga Wiro yang terbaring di kaki patung. Tangan kirinya mencekal salah
satu ujung bambu kuning yang menancap di leher.
"Nenek sinting! Semua yang ada di sini! Dengar baik-baik apa yang akan aku
katakan! Aku akan menyerahkan batu mustika dan tahta Kerajaan dengan satu syarat
sebagai imbalan. Aku harus mendapatkan 163. Cinta Tiga Ratu
78 Tiraikasih (Hanny)
orang yang sejak lama aku cintai! Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng! Aku tidak
akan berniat jahat terhadapnya. Aku Ingin dia menjadi pendamping hidupku untuk
selanjutnya. Aku ingin dia jadi suamiku karena aku memang mencintainya!"
Keadaan di tempat itu sirap seketika. Sunyi Hanya suara angin yang terdengar.
Semua orang memandang ke arah Wiro. Ratu Duyung pejamkan mata. Belum lama ini
dia berterus terang, dengan ketulusan hati menyatakan cinta kasihnya pada Wiro.
Kini ada orang lain mengatakan hal yang sama! Gadis Ini melirik ke arah Bidadari
Angin Timur. lalu melirik lagi pada Ayu Lestari.
Ratu Laut Utara yang asli yaitu Ayu Lestari merasakan dadanya sesak. Hatinya
bergetar. "Keclntaanku pada Wiro tidak pernah padam sejak pertama kail aku bertemu. Ketika
benih cinta Ini tumbuh semakin subur, ketika aku melihat dirinya kembali,
mengapa ada orang lain yang begitu berani mengatakan cintanya dalam keadaan
seperti Ini" Ada berapa banyak gadis yang mencintai dirinya" Tuhan, jika Wiro
kejatuhan kasih cintamu, aku ingin jangan perempuan seperti Nyi Harum Sarti itu
yang Kau beri rakhmat Tuhan, maafkan diriku kalau aku telah berlaku keliru..."
Air mata menggenang di kelopak mata gadis ini.
Ratu Sepuh batuk-batuk, senyum-senyum lalu berkata.
"Pendekar, apa jawabmu" Katakan sesuatu!"
Wiro menggaruk kepala. Ratu Laut Utara putar potongan bambu kuning yang menancap
di leher Wiro. Walau Wiro tidak merasakan apa-apa namun rasa ngeri membuat pendekar ini dingin
kuduknya! "Wiro. aku tahu kau tidak mencintai gadis bernama Ratu Duyung yang setengah
manusia setengah Ikan itu! Aku juga tahu kau tidak mencintai Ayu Lestari, Ratu
sengsara itu. Lalu aku juga tahu kau tidak mencintai gadis berambut pirang
bernama Bidadari Angin Timur yang janda muda dari Kepala Pengawal Kesultanan
Cirebon Tubagus Kesumaputra itu! Wiro, kalau kau tidak mengabulkan permintaanku
aku akan membunuhmu saat ini juga melalui ragamu! Lalu aku akan bunuh diri!"
Bujang Gila Tapak Sakti, Ratu Sepuh, Wiro, Nyi Roro Manggut dan Ratu Duyung sama
menatap ke arah Bidadari AnginTimur. Mereka tidak perduli Ratu 163. Cinta Tiga
Ratu 79 Tiraikasih (Hanny)
Laut Utara mau bunuh diri. Tapi mereka merasa heran akan apa yang barusan
diucapkan Ratu Laut Utara yaitu bahwa Bidadari Angin Timur sebagal janda muda
Kepala Pasukan Kesultanan Cirebon bernama Tubagus Kesumaputra! Suasana tampak tegang. Saat itu gadis
berambut pirang ini berdiri dengan tubuh seperti membara, wajah mengelam merah.
Sepasang mata memandang menyala ke arah Ratu Laut Utara.
"Nyi Harum Sarti," Wiro akhirnya memecah kesunyian.
"Aku masih mengharapkan ada cahaya kesadaran dalam dirimu.Tapi jika aku harus
mati di tanganmu apa boleh buat."
Saat itu tiba-tiba Ratu Duyung mendengar suara mengiang di telinganya.
"Ratu Duyung, aku Ratu Sepuh. Aku tahu ada seseorang memberikan sebilah pedang
sakti padamu. Aku tahu hanya senjata Itu yang bisa menghabisi perempuan jahat itu. Apa lagi
yang kau tunggu.
Lakukan sekarang!"
Ratu Duyung menatap ke arah Ratu Sepuh. Nenek ini kedipkan mata dan anggukkan
kepala. Perlahan-lahan gadis bermata biru Ini buka tangan kanannya yang sejak
tadi menggenggam.
"Srett!"
Pedang Naga Suci 212 terbuka dari gulungan, memancarkan sinar putih menyilaukan.
Ratu Duyung melangkah mendekati Ratu Laut Utara
"Ratu durjana! Ratu Sepuh sebenarnya telah memberi pengampunan atas dirimu.
Mengapa kau berlaku tolol dan angkuh!"
Ratu Laut Utara angkat kepalanya sedikit tapi sepasang mata memperhatikan pedang
di tangan Ratu Duyung. Setelah keluarkan suara mendengus dan sunggingkan senyum
mengejek Ratu Laut Utara berkata.
"Sebagai manusia aku mencium tubuhmu berbau harum. Tapi aku juga mencium bau
amis karena kau sebenarnya adalah ikan jejadian! Hik... hik! Aku tidak heran
mengapa kau jadi kalap! Aku tahu kau mencintai pendekar itu! Berusaha
mendapatkannya dengan berpura-pura menjadi orang gagah pembela kebenaran!"
Dikatakan bau amis dan sebagai mahluk Ikan jejadian Ratu Duyung kertakkan
rahang. Didahului teriakan keras menggelegar gadis ini putar senjata di tangan.
Cahaya putih berkiblat dingin. Ratu Laut Utara 163. Cinta Tiga Ratu
80 Tiraikasih (Hanny)
cepat hindarkan diri sambil berteriak.
"Manusia pengecut! Aku tidak bersenjata! Kau menyerangku dengan pedang!"
"Nyi Harum Sarti'."Ratu Sepuh berseru. "Kau boleh pakai tongkatku sebagai
senjata!" Si nenek lalu lemparkan tongkat emasnya ke udara. Ratu Laut Utara
cepat menyambar tongkat. Begitu tongkat berada dalam genggamannya langsung
dibabatkar. ke arah Ratu Duyung!
"Trang!"
Tongkat dan pedang bentrokan di udara mengeluarkan suara nyaring dan kilatan
warna kuning serta putih.
Selanjutnya pertarungan berlangsung hebat jurus demi jurus. Walau Ratu Laut
Utara memegang tongkat sakti milik Ratu Sepuh, namun dia tidak memiliki
kemampuan mengendalikan senjata itu. Setelah sepuluh jurus berlalu keadaannya
mulai terdesak. Untuk mengimbangi serangan gencar lawan Ratu Laut Utara mulai
lepaskan pukulan-pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi dengan
tangan kiri. Ratu Duyung tidak tinggal diam Tangan kirinya berulang kali melepas
pukulan sakti hingga iawan kembali terdesak. Kali Ini lebih hebat dari yang
tadi. Pada saat inilah tiba-tiba Ayu Lestari melompat ke dekat patung. Dengan
Wiro Sableng 163 Cinta Tiga Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat dia menyambar raga Wiro. Sambil berteriak memanggil Wiro dia membawa raga
sang pendekar ke tempat aman, menjauhi pertarungan yang tengah berkecamuk hebat.
Melihat apa yang dilakukan Ayu Lestari Nyi Roro Manggut cepat bertindak. Dia
segera mendatangi Ayu Lestari. Wiro menyusul.
"Nek, kau lebih tahu dariku bagaimana menolong Wiro.Tolong Nek, aku rasanya...."
Nyi Roro Manggut membantu Ayu Lestari
membaringkan raga Wiro di tanah.
"Anaksetan!"Nyi Roro Manggut berkata pada Wiro.
SI nenek rupanya sudah ketularan cara bicara Sinto Gendeng. "Aku akan mencabut
bambu kuning di leher ragamu. Begitu bambu dicabut kau lekas menerapkan Ilmu
Meraga Sukma agar sukmamu bisa masuk kembali ke dalam tubuh kasarmu."
"Aku siap Nek," jawab Wiro. Lalu dia duduk bersila di tanah.
Tanpa berkeslp Wiro perhatikan apa yang dilakukan Nyi Roro Manggut.
163. Cinta Tiga Ratu
81 Tiraikasih (Hanny)
"Sekarang Wiro!" seru si nenek.
"Kreekk"
Bersamaan dengan bergeraknya tangan Nyi Roro Manggut mencabut bambu kuning dari
leher raga Wiro, sukma Wiro mengucap Basmallah tiga kail disambung menyebut
Meraga Sukma Kembali Pulang juga tiga kali.
Walau tengah bertarung hebat dan dalam keadaan terdesak, namun apa yang
dilakukan Ayu Lestari Nyi Roro Manggut dan sukma Wiro tidak lepas dari perhatian
Ratu Laut Utara. Ketika dia melihat jelas si nenek hendak mencabut bambu kuning
di leher raga Wiro, Ratu Laut Utara menjerit keras.
"Tidak! Jangan! Hentikan....!!!"
Sambil babatkan tongkat emas ke arah Ratu Duyung, Ratu Laut Utara lepaskan satu
pukulan sakti ke arah Nyi Roro Manggut. SI nenek cepat jatuhkan diri, berguling
di tanah. Wiro dan Ayu Lestari ikut berlompatan selamatkan diri.
Sembari bergulingan di tanah Nyi Roro Manggut lemparkan bambu kuning di tangan
kanan ke arah Ratu Laut Utara Seperti anak panah melesat dari busur potongan
bambu menderu dan mendarat telak di kening Ratu Laut Utara. Tapi laksana
menghantam tembok batu atos bambu kuning Itu terpental patah dua tanpa mampu
melukai sasaran bahkan meng-gorespun tidak!
Serangan Ratu Laut Utara terhadap Nyi Roro Manggut bukan saja tidak mampu
mencegah masuknya kembali sukma Wiro ke dalam raga namun gerakannya menyerang sambil
melompat tadi di tambah adanya hantaman bambu di kening membuat genggamannya
pada tongkat emas goyah.
"Traang!"
Begitu tongkat emas dan pedang sakti saling beradu, tongkat terlepas mental ke
udara. Ratu Sepuh tanpa bergerak dari tempatnya ulurkan tangan kanan.
Tongkat sakti laksana seekor burung jinak melayang turun dan masuk ke dalam
genggaman pemiliknya.
Ratu Laut Utara dengan nekad masih meneruskan lompatan ke arah Wiro yang sudah
menyatu antara raga dengan sukma. Dia tidak melihat bagaimana dari arah samping
Pedang Naga Suci 212 berbalik, menderu dahsyat, membabat membelintang
pertengahan dadanya. Darah mengucur deras dari dada yang 163. Cinta Tiga Ratu
82 Tiraikasih (Hanny)
nyaris terbelah. Nyi Roro Manggut cepat melompat dan menangkap Batu Angin Laut
Kencana Biru yang melesat keluar dari dalam tubuh Ratu Laut Utara.
Apa yang dikatakan Sinto Gendeng jadi kenyataan.
Ratu Laut Utara hanya mampu dikalahkan dengan Pedang Naga Suci 212.
Tubuh sang Ratu tersungkur di tanah. Namun luar biasanya tubuh itu bangkit
kembali, melangkah terhuyung-huyung mendekati Wiro. Mulut berulang kali menyebut
nama Wiro. Dua langkah dari hadapan sang pendekar dia tak mampu lagi berjalan
jatuh berlutut tapi kepala masih menatap lurus ke arah Wiro dan mulut masih bisa
keluarkan ucapan.
"Wiro....Kasih sayangku padamu bukannya loyang.
Kasih sayangku padamu akan aku bawa ke liang lahat.
Aku sangat berbahagia karena kau turut menyaksikan kepergianku. Walau di dunia
kita tidak bisa bersatu.aku akan menantimu di akhirat...." Ratu Laut Utara
ulurkan tangan kanan, berusaha menyentuh wajah Pendekar212, namun tangan itu
terkulai jatuh ke tanah. Tubuh kaku tak bergerak namun mulut masih mengeluarkan
kata-kata walau kali ini suara yang keluar jauh lebih perlahan, tak ada yang
mendengar kecuali Wiro."Kekasihku, ini bukan akhir dari satu perjalanan. Ini
bukan akhir dari segala-galanya. Kita akan bertemu lagi. Karena aku akan menitis
masuk ke dalam diri Ken Permata..."
Pendekar 212 merasa sekujur tubuh mendadak menjadi dingin. Apa barusan dia tidak
salah mendengar. Apa dalam keadaan sakarat Ratu Laut Utara sadar apa yang
diucapkannya" Ken Permata adalah puteri Nyi Retno Mantili. istri mendiang Patih
Kerajaan Wira Bumi. yang selama Ini dicarinya dan tidak tahu berada dimana.
Di kejauhan kembali mengalun suara gamelan.
Perlahan-lahan tubuh Ratu Laut Utara condong ke depan lalu tersungkur di tanah.
Mahkota emas bertabur batu permata tanggal terjatuh ke tanah. Ratu Duyung
pejamkan mata menahan jatuhnya air mata.
Ayu Lestari Ratu asli Kerajaan Laut Utara benamkan wajah ke dada Nyi Roro
Manggut. Wiro terduduk di tanah, terkesiap menyaksikan apa yang terjadi. Ratu
Sepuh menatap sayu ke depan. Semua terdiam dalam pikiran dan hati masing-masing
Tiba-tiba satu bayangan biru berkelebat Tubuh tak bernyawa Ratu Laut Utara
mencelat mental lalu terkapar 163. Cinta Tiga Ratu
83 Tiraikasih (Hanny)
di tanah dalam keadaan mulut hancur. Semua orang berseru kaget Memandang
berkeliling mereka melihat Bidadari Angin Timur yang sejak tadi berdiri di
samping Ratu Sepuh tak ada lagi di tempat itu!
TAMAT Ikuti serial berikutnya
JANDA PULAU CINGKUK
163. Cinta Tiga Ratu
84 Darah Dan Cinta Di Kota Medang 10 Pendekar Pulau Neraka 03 Lambang Kematian Suling Naga 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama