Ceritasilat Novel Online

Empat Mayat Aneh 1

Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh Bagian 1


TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 172 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan Dani (solgeek)
1 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PUNCAK Bukit Batu Hangus, dini hari menjelang pagi. Udara dingin
luar biasa karena hujan lebat baru saja berhenti. Tiupan angin seperti
sembilu menyayat jangat, menusuk tulang sumsum. Dalam cuaca yang
masih gelap kelihatan jelas delapan benda bersinar mengapung di
udara, mengelilingi puncak bukit. Itulah delapan jimat yang
dilemparkan Eyang Dukun Umbut Watukura bersama Panglima
Pasukan Kerajaan Garung Parawata, Soka Kandawa Tabib Sepuluh Jari
Dewa, Klingkit Kuning dan empat tokoh silat Istana berkepandaian
tinggi lainnya.
Di puncak bukit, dt atas batu datar berwarna hitam gosong, Sri
Maharaja Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Uskapala duduk tak
bergerak tengah melakukan tapa. Mata terpejam, dua tangan disilang di
atas dada. Tubuh yang dipalut hawa sakti panas pelindung raga
mengeluarkan asap ketika bersentuhan dengan udara dingin. Delapan
jimat melindungi dirinya dari segala kemungkinan datangnya
marabahaya. Perlahan-lahan tubuh itu tampak memancarkan cahaya
lalu mulai bergetar. Pertanda ada bahaya mengancam!
Tiba-tiba wutt!
Delapan larik cahaya merah entah dari mana datangnya secara
bersamaan menyambar ke arah puncak Bukit Batu Hangus, tepat di
jurusan beradanya sang Maharaja Mataram yang tengah duduk bertapa
memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa, agar dapat menyelamatkan
Kerajaan dan rakyat Mataram.
Delapan jimat melesat menghadang sambaran delapan cahaya
merah. Delapan letusan keras disertai pijaran nyala api menggelegar di
udara malam. Seantero kawasan Bukit Batu Hangus bergoncang hebat.
Di lereng bukit terdengar jerit perempuan dan pekik tangis anak-anak.
Orang-orang lelaki berseru tegang dan berulangkali menyebut nama
Yang Maha Kuasa.
Sosok Raja Mataram tersungkur ke depan, seperti sujud tak
bergerak di atas batu yang didudukinya. Mahkota emas bertabur batu
permata yang ada di atas kepala terlepas tanggal, jatuh berguling ke
lereng bukit. Rambut yang tadi disanggul kini terlepas menutupi wajah.
Dalam keadaan seperti itu hebatnya Raja Mataram ini masih
meneruskan tapa, seolah tidak melihat, tidak mendengar letusan
dahsyat, tidak merasakan satu bahaya maut hampir melumat dirinya.
Delapan jimat para tokoh sakti hancur bertaburan sementara delapan
cahaya merah sesaat masih menggantung di udara lalu memudar dan
akhirnya lenyap tak berbekas.
Di kejauhan lapat-lapat terdengar suara binatang meraung
2 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membuat bulu roma merinding. Mungkin anjing liar mungkin juga
srigala rimba belantara yang kelaparan, atau mungkin pula mahluk
halus yang tengah berkeliaran dan terpesat di sekitar kawasan Bukit
Batu Hangus. Tepat ketika fajar menyingsing dan langit di ufuk timur mulai
terang dan ada cahaya sang surya menyentuh tubuhnya, perlahanlahan Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala buka kedua
matanya. Tubuh yang bersujud di atas batu hitam bergerak dan duduk
lurus. Mata memandang jauh ke selatan, ke arah Kotaraja. Apa yang
dilihat membuat air muka Sri Maharaja berubah.
"Dewa Jagat Bathara... Rata... Bhumi Mataram nyaris rata
dengan tanah. Genangan air merah di mana-mana. Bau busuk, mayat
manusia... bangkai binatang. Kerajaan... rakyatku... keluargaku..."
Raja Mataram pejamkan mata lalu berteriak keras. Tubuhnya
seperti hendak meledak. Dia melompat turun dari batu. Lari menuruni
puncak Bukit Batu Hangus.
Dalam waktu singkat Sri Maharaja Rakai Kayuwangi telah sampai
di lereng bukit di mana sebelumnya dia meninggalkan keluarga dan
semua orang yang ikut menyelamatkan diri. Kejut Raja Mataram ini
bukan alang kepalang ketika dia menemui dan melihat keadaan orangorang itu. Langsung saja dia jatuhkan diri, berlutut, dua tangan
diangkat ke atas dan mulut berteriak.
"Wahai Para Dewa di Swargaloka! Jika memang ada dosa
kesalahan setinggi langit sedalam lautan dan sepanas bara menyala
yang telah saya lakukan, mohon segala hukuman dijatuhkan hanya
pada diri saya. Jangan pada keluarga, para pengikut dan rakyat saya...!"
Setengah meratap Sri Maharaja Rakai Kayuwangi kemudian
memeluki istri-istri serta putera puterinya yang bergulingan di tanah,
tubuh panas menggigil, dua kaki lumpuh tak bisa digerakkan dan di
kening mereka terdapat delapan benjolan merah mengepulkan asap. Hal
ini ternyata terjadi juga pada ratusan orang yang ada di bukit termasuk
tokoh-tokoh sakti berkepandaian tinggi seperti Eyang Dukun, Panglima
Pasukan Kerajaan Garung Parawata, Tabib Sepuluh Jari Dewa, Klingkit
Kuning dan banyak lagi yang lainnya.
Sri Maharaja menggigit bibir menahan gejolak di dalam dada.
Melihat kening semua orang ditumbuhi delapan benjolan aneh itu Sri
Maharaja meraba kening sendiri. Astagal Ternyata di keningnya juga ada
delapan benjolan merah. Bedanya delapan benjolan merah di kening
sang Raja tidak mengeluarkan asap dan tubuhnya tidak terserang hawa
panas, dua kaki tidak mengalami kelumpuhan.
Terhuyung-huyung Sri Maharaja dekati kakek berjubah biru
Umbut Watukura, yang tergolek di tanah berbantalkan batu hitam.
Disampingnya tergeletak Panglima Pasukan Kerajaan Garung Parawata.
Tak jauh dari situ terkapar sosok gemuk Tabib Soka Kandawa.
"Eyang Dukun, kau bisa bicara..." Sri Maharaja usap kepala
Umbut Watukura.
3 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Yang ditanya kedipkan mata.
"Yang Mulia Sri Maharaja Mataram, saya bersyukur kepada Dewa,
Sri Maharaja berada dalam keadaan selamat. Sri Maharaja tidak sampai
celaka seperti kami-kami ini..."
"Jangan pikirkan diriku! Eyang, Panglima katakan apa yang
terjadi. Mengapa anak istriku, kalian semua, bergeletakan lumpuh,
tubuh panas dan ada delapan benjolan aneh di kening kita semua.
Apakah malapetaka ini juga melanda semua orang di Bhumi Mataram?"
Eyang Dukun Umbut Watukura batuk-batuk beberapa kali lalu
menjawab. "Tak lama setelah Sri Maharaja naik ke puncak bukit, karena
Sri Maharaja telah memberi izin, saya dan Panglima segera
menunggangi kuda masing-masing untuk menyelidik turun ke Kotaraja.
Namun entah apa sebabnya binatang-binatang itu meringkik roboh tak
mampu menggerakkan kaki. Di kening mereka muncul delapan benjolan
merah. Kami semua yang ada di sini mengalami hal yang sama. Lumpuh
tak mampu berdiri dan di kening ada delapan benjolan berasap..."
"Dari puncak bukit tadi aku melihat Kotaraja. Keadaannya nyaris
sama rata dengan tanah. Hanya satu dua pohon yang masih kelihatan
menyembul. Satu-satunya bangunan yang masih tinggal adalah sisasisa reruntuhan Istana dan beberapa candi. Cairan merah menggenang
di mana-mana. Malam Jahanam yang diceritakan Empu Semirang Biru
benar-benar menjadi kenyataan. Bhumi Mataram musnah dilanda
bencana. Di bukit ini kita semua mengalami kesengsaraan luar biasa.
Menderita kelumpuhan dan diserang demam panas. Bilamana dalam
waktu dua hari bencana ini tidak bisa dimusnahkan, kita akan
menemui kematian 1 Kalaupun bisa bertahan maka kita akan mati
kelaparan karena kita tidak sempat membawa persediaan makanan
cukup banyak untuk ratusan orang yang ada di bukit ini. Masih
bersyukur ada beberapa mata air kecil di sekitar sini. Tapi karena tak
mampu bergerak kalian semua tidak bisa mendatangi air itu." Sepasang
mata Sri Maharaja tampak berkaca-kaca. Dia menatap ke langit. "Wahai
Para Dewa di Swargaloka, mengapa Kau turunkan cobaan begini berat
yang tidak sanggup kami semua menghadapi..."
"Yang Mulia, dalam keadaan seperti ini tidak ada yang dapat kita
lakukan selain berpasrah diri dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar
diberi pertolongan..." Berkata Panglima Garung Parawata.
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi menghela nafas dalam. "Kita nyaris
tidak punya daya apa-apa. Memang hanya kepada Para Dewa kita bisa
berharap. Kita sudah memanjatkan seribu doa. Kereta Putih, Kereta
Kencana Ratu Adil yang diharapkan bisa menjadi penangkal malah
hancur lebur. Apa lagi yang bisa kita lakukan..." Raja Mataram itu
memandang ke arah Tabib Soka Kandawa. "Tabib Sepuluh Jari Dewa, di
tempat ini hanya aku seorang yang masih bisa berdiri dan berjalan.
Yang lain-lain termasuk dirimu lumpuh tak berdaya! Dengan kesaktian
yang kau miliki, kau bisa melakukan sesuatu?"
Tabib gemuk bermata sipit itu unjukkan air muka redup, menarik
4 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
nafas berulang kali lalu gelengkan kepala.
"Saya mohon maaf dan ampunan Yang Mulia. Sejak pertemuan di
ruang rahasia di Istana beberapa waktu lalu saya sudah menyadari
bahwa kemampuan saya tidak dapat menghadapi datangnya bencana..."
"Bencana ini bukan datang dari kemurkaan alam atau peringatan
atau hukuman dari Para Dewa. Apa yang dinamakan Malam Jahanam
adalah buatan manusia, yang bersekutu dengan roh dan arwah jahat!
Kita pasti punya jalan untuk menghancurkannya! Kalau tidak dalam
waktu dua hari, keluargaku, kalian semua akan menemui ajal! Aku
sendiri tidak tahu berapa lama bisa bertahan. Cepat atau lambat aku
merasa giliranku akan datang juga! Oh Dewa Jagat Bathara..."
"Sri Maharaja," berkata Panglima Garung Parawata. "Dari tapa
Yang Mulia di puncak bukit tengah malam sampai pagi ini, apakah yang
Mulia berhasil memasuki alam gaib dan bertemu dengan roh pertapa
Sedayu Galiwardhana?"
"Aku berhasil masuk ke alam roh. Tapi ada satu kekuatan dahsyat
luar biasa menghalangi dan memagari roh Sedayu Galiwardhana hingga
aku tidak bisa menemui pertapa itu. Namun tapaku bukan satu kesiasiaan. Dalam tapaku aku mendengar suara genta lonceng. Lalu muncul
satu cahaya kuning emas disusul suara berucap. Aku harus mencari
seorang anak lelaki berusia dua belas tahun. Menurut petunjuk anak itu
mampu memberi pertolongan dan mengeluarkan kita dari bala bencana
ini. Paling tidak melenyapkan kelumpuhan yang kita alami..."
5 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MENDENGAR ucapan sang Maharaja, Eyang Dukun, Panglima Garung
Parawata dan Tabib Sepuluh Jari Dewa jadi saling pandang. Untuk
beberapa lama ketiganya hanya bisa berdiam diri. Panglima Garung
Parawata kemudian memberanikan diri berkata.
"Yang Mulia, mudah-mudahan saya tidak salah mendengar.
Seorang, anak lelaki berusia dua belas tahun apa kemampuan yang
dimilikinya" Saya mohon maaf kalau saya berkata salah..."
"Kalian pernah mendengar nama Mimba Purana?" Bertanya Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapaja.
Tiga orang di hadapan sang Raja terkejut. "Maksud Yang Mulia,
pendekar Satria Lonceng Dewa, Pendekar Bhumi Mataram yang terlahir
di dalam Sumur Api, dari seorang perawan abadi pilihan Dewa..."
berucap Panglima Garung Parawata.
"Yang pada awal pemerintahan Sri Maharaja telah menyelamatkan
Bhumi Mataram dari angkara murka orang-orang jahat dari selatan?"
Menyambung Eyang Dukun.
"Namun... bukankah pemuda belia tapi sakti itu kemudian lenyap
begitu saja. Sampai hari ini tak ada kabar beritanya..." Berkata Tabib
Soka Kandawa. "Saya ingat," ikut bicara Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa Soka
Kandawa. "Tak lama setelah lenyapnya Kesatria Lonceng Dewa Mimba
Purana, kemudian muncul seorang pendekar belia yang konon masih
saudara kembar Mimba Purana bernama Dirga Purana. Tapi kesatria
yang satu ini agaknya bersilang jalan dengan Mimba Purana..."
"Kau benar Tabib Sakti," kata sang Raja. "Aku harus mencari dan
mendatangi sumur tua yang dikenal dengan nama Sumur Api itu.
Letaknya di kawasan rimba belantara antara Candi Prambanan dan Kali
Dengkeng. Jika anak lelaki bernama Mimba Purana itu memiliki
kesaktian yang dititiskan Para Dewa, maka aku sangat yakin Para Dewa
akan mempertemukan aku dengan dia. Mudah-mudahan kita semua
mendapat keselamatan..."
"Yang Mulia, petunjuk yang didapat dalam tapa Yang Mulia
pastilah datang dari Swargaloka. Kalau saja saya tidak lumpuh, saya
akan ikut bersama Yang Mulia mencari SumurApi itu." Kata Eyang
Dukun. "Saya juga," kata Tabib Soka Kandawa dan Panglima Garung
Parawata hampir berbarangan.
"Aku pergi sekarang juga," ucap Sri Maharaja. Dia memandang
berkeliling. Tiba-tiba saja dia ingat seseorang. "Dari tadi aku tidak
melihat salah seorang pembantu kepercayaanku. Raden Ageng Daksa, di
mana dia" Ada dari kalian yang melihat?"
6 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tiga orang di hadapan Raja baru menyadari. Mereka semua
memandang berkeliling, mencari-cari lalu sama-sama menggelengkan
kepala. "Kalau dia memang meninggalkan bukit ini, dia pergi ke mana"
Mengapa tidak memberi tahu?" Ujar Panglima Garung Parawata.
"Jika benar dia pergi, berarti dia pergi sebelum mala petaka
demam panas dan kelumpuhan menimpa kita semua..." Kata Tabib
Soka Kandawa pula. "Mudah-mudahan seperti Sri Maharaja, Raden
Ageng Daksa juga tidak mengalami bencana seperti kami. Siapa tahu dia
juga tengah berusaha mencari pertolongan..."
"Aku berharap begitu," kata Sri Maharaja Mataram walau hatinya
agak meragu. "Raibnya Empu Semirang Biru masih belum jelas siapa
penculiknya dan berada di mana orang tua itu sekarang. Apakah dalam
keadaan selamat atau bagaimana. Di mana keberadaan Keris Kanjeng
Sepuh Pelangi yang dicuri juga masih tidak jelas..." Sri Maharaja
menarik nafas panjang.
Lalu lanjutkan ucapan. "Sambil mencari Sumur Api aku akan
menyelidik ke mana raibnya Raden Ageng Daksa." Hati sang Raja benar
tidak enak. Perasaan kawatir laksana dua batu besar yang menghimpit
batok kepala dan dadanya.
Sebelum meninggalkan Bukit Batu Hangus Sri Maharaja
memindahkan istri-istri dan putera puterinya ke dalam cegukan batu
yang merupakan goa besar dan banyak terdapat di bukit batu itu. Dia
juga melakukan hal yang sama pada orang-orang perempuan dan anakanak serta lelaki-lelaki tua. Lalu Raja Mataram ini mengangkat puluhan
bebatuan yang terdapat banyak di bukit. Batu disebar dan diletakkan di
dekat orang banyak. Batu-batu ini di pukul dengan tangan yang
mengandung kekuatan sakti hingga membentuk cegukan dalam. Ke
dalam cegukan ini Sri Maharaja kemudian memasukkan air yang


Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diambil dari sumber mata air yang ada di sekitar bukit. Makanan yang
sempat dibawa ke bukit juga disebar. Dengan berbuat begitu Sri
Maharaja berharap bisa menolong orang-orang lebih mudah
menjangkau makanan dan mereguk air, paling tidak memperlambat
datangnya kematian.
Setelah memeluk anak istrinya, Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
berkata pada Eyang Dukun Umbut Watukura dan para tokoh lainnya.
"Eyang, aku pergi sekarang. Bertahanlah dan selalu memanjatkan
doa pada Yang Maha Kuasa agar kita semua bisa terlepas dari azab
bencana ini..." Raja Mataram ini lalu angkat dua tangannya ke udara.
Mulut berucap. "Wahai Para Dewa di Kahyangan. Saya bermohon,
lindungi semua orang yang ada di bukit ini, juga mereka yang berada di
seluruh Bhumi Mataram, yang saat ini mungkin jauh lebih menderita
dari kami di sini. Tolong kami semua. Keluarkan kami dari
kesengsaraan ini..." Suara ucapan lenyap. Sang Raja kini tampak
berkomat kamit membaca mantera aji kesaktian. Sesaat kemudian dari
ke dua tangannya memancar keluar sinar kuning, merebak membentuk
7 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kipas raksasa, menyapu
Bukit Batu Hangus mulai dari lereng sampai ke puncak. Itulah
ilmu kesaktian yang berintikan doa suci bernama Antara Bumi Dan
Langit Hanya Yang Maha Kuasa Yang Jadi Pelindung Dan Tempat
Meminta Pertolongan Bagi Semua Insan.
Baru saja Sri Maharaja Rakai Kayuwangi menurunkan kedua
tangan dan dua larik sinar kuning lenyap dari pemandangan mendadak
dari arah kaki bukit sebelah timur terdengar suara jeritan orang. Semua
yang ada di bukit batu terkesiap. Wajah berubah.
"Aku mengenali suara orang yang menjerit itu. Jangan-jangan..."
Tanpa meneruskan kata-katanya Sri Maharaja Rakai Kayuwangi segera
meninggalkan tempat itu, berlari menuruni bukit secepat yang bisa
dilakukan. Eyang Dukun Umbut Watukura ulurkan tangan memegang bahu
Garung Parawata lalu berkata dengan suara perlahan agar tidak
terdengar oleh orang lain.
"Panglima, aku kawatir. Apakah Raja kita mampu kembali ke
bukit ini dengan selamat...?"
Panglima Pasukan Mataram terkesiap sejenak mendengar ucapan
itu. Lalu dengan suara lirih dia berkata.
"Eyang, jangan bertanya seperti itu. Lebih baik kita doakan dan
memohon pada Para Dewa agar Sri Maharaja selamat, berhasil menemui
kesatria muda bernama Mimba Purana itu dan kembali tanpa kurang
suatu apa menemui kita di bukit ini..."
Eyang Dukun usap-usap tongkat tembaga yang diletakkan di atas
pangkuan dua kaki yang lumpuh. "Tadi malam kita masih bisa
melindungi dirinya dengan delapan jimat sakti. Kini kita tidak punya
daya apapun. Walau Sri Maharaja membekal segudang ilmu kesaktian
namun aku tetap merasa kawatir. Ingat kejadian di ruang rahasia ketika
kita mengadakan pertemuan. Kekuatan sakti dari luar mampu
menembus masuk. Ruangan jebol, cairan merah dan busuk
menggenang di mana-mana. Lalu saat itu aku berteriak. Delapan Sukma
Merah! Mahluk itu ada di sinil Kau ingat semua kejadian itu Panglima"
Apa pendapatmu?"
Panglima Garung Parawata memandang berkeliling. Dia tidak mau
menjawab ucapan dan pertanyaan sang dukun lalu memicingkan mata.
Sebenarnya kekuatiran juga memadati hati dan pikiran Panglima
Pasukan Kerajaan ini.
BELUM jauh Sri Maharaja Rakai Kayuwangi meninggalkan kaki
Bukit Batu Hangus menuju ke arah timur tiba-tiba di satu pedataran
kecil dia melihat ada semak belukar yang terbakar. Karena pedataran ini
terletak di tempat yang agak ketinggian maka air banjir yang berwarna
merah tidak sampai menggenang ke tempat itu.
Dengan cepat Raja Mataram ini berkelebat mendekati. Begitu
sampai di balik semak belukar serta merta dia tersentak kaget dan
8 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
keluarkan seruan tertahan.
"Dewa Jagat Bathara...!"
Di tanah tergeletak sosok Raden Ageng Daksa, orang kepercayaan
Sri Maharaja. Pakaian lurik hitam yang melekat di tubuhnya mulai dari
pinggang ke bawah tampak hangus mengepulkan asap. Empat kalung
emas yang tergantung di leher dan menjulai di dada leleh gosong. Topi
tinggi hitam yang selalu ada di atas kepala tercampak jauh, juga dalam
keadaan hangus mengepulkan asap. Walau pakaian tampak hangus
namun tubuh orang ini kelihatan tidak terluka sedikitpun. Ini satu
pertanda bahwa dengan ilmu kesaktian yang dimiliki Raden Ageng
Daksa masih mampu melindungi raga sebelah luar walau Sri Maharaja
tahu kalau pembantunya ini mengalami luka parah di sebelah dalam!
9 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"RADEN Ageng Daksa! Apa yang terjadi! Siapa yang mencelakaimu"!"
suara Sri Maharaja setengah berteriak. Dia lalu duduk di tanah,
memangku kepala orang kepercayaannya itu.
Megap-megap Raden Ageng Daksa membuka mulut. Berusaha
menjawab. Namun yang keluar dari mulutnya bukan ucapan melainkan
lelehan darah berwarna hitami Sri Maharaja cepat tempelkan tangan kiri
di atas kening dan tangan kanan di dada orang lalu salurkan hawa
sakti. "Bicara Rad"fi, katakan siapa yang melakukan perbuatan keji ini
atas dirimu..."
Bantuan tertata dalam dan aliran hawa sakti membuat Raden
Ageng Daksa mampu mengangkat tangan fcirinya. Tergontai-gontai
tangan ini ditunjukkan ke arah punggung. Lalu terdengar suaranya
perlahan dan terputus-putus sementara sepasang mata kini kelihatan
hanya tinggal putihnya saja.
"Ma... maafkan saya Yang Mul... Mulia..." Tangan kiri yang
menunjuk dada lalu berputar menunjuk ke arah kejauhan, ke jurusan
selatan. Sri Maharaja tahu kalau umur Raden Ageng Daksa tidak akan
lama lagi. Maka dia lipat gandakan tenaga dalam dan aliran hawa sakti
lalu berbisik ke telinga orang itu.
"Jangan bicara banyak. Lekas beritahu siapa yang telah
mencelakai Raden..."
Raden Ageng Daksa berusaha membuka mulut memberikan
jawaban. Namun sebelum suara keluar, kepala sudah terkulai, nyawa
keburu lepas. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi pejamkan mata. Dalam hati
menyebut nama Yang Maha Kuasa. Perlahan-lahan dia baringkan tubuh
Raden Ageng Daksa di tanah. Mata yang terbuka putih diusap hingga
menutup. Raja Mataram berpaling ke arah selatan, arah yang tadi
ditunjuk Raden Ageng Daksa. Dengan gerakannya tadi Raden Ageng
Daksa ingin memberi tahu siapapun yang membunuhnya orang itu telah
melarikan diri ke arah selatan. Raja Mataram kemudian ingat. Sebelum
menunjuk ke arah selatan Raden Ageng Daksa terlebih dulu menunjuk
ke arah bagian belakang tubuhnya sendiri. Raden Ageng rupanya
hendak memberi tahu sesuatu. Perlahan-lahan Sri Maharaja balikkan
badan pembantunya itu. Kejut sang Raja bukan alang kepalang ketika
melihat pada punggung Raden Ageng Daksa terdapat tanda dua telapak
tangan lengkap dengan jari-jari berwarna merah. Namun masing-masing
tangan hanya memiliki empat jari, tanpa jari tengah I
"Hyang Jagat Bathara..." ucap Sri Maharaja Rakai Kayuwangi. Dia
10 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
lalu ingat pada kejadian di ruang pertemuan rahasia di dalam Istana.
Waktu itu Ratu Randang penasihatnya tiba-tiba berteriak bahwa ada
orang meraba dadanya. Raden Ageng Daksa menjawab kalau tidak ada
orang yang meraba dirinya. Lantas Ratu Randang merobek dada
pakaian memperlihatkan aurat. Ternyata pada payu daranya kiri kanan
terdapat tanda telapak tangan berjari empat.
"Tanda telapak tangan merah berjari empat yang sama." Ucap
Raja Mataram perlahan. "Ini penyebab kematian Raden Ageng Daksa.
Aneh... Mengapa Ratu Randang tidak menemui ajal. Padahal dia
mengalami kejadian yang hampir tidak berbeda. Selain itu kesaktian
Ratu Randang tidak lebih tinggi dari Raden Ageng Daksa." (Perihal
kejadian aneh yang dialami Ratu Randang harap baca buku sebelumnya
"Malam Jahanam Di Mataram")
Sri Maharaja balikkan kembali jenazah Raden Ageng Daksa hingga
tertelentang. Lalu memandang berkeliling mencari tempat yang baik. Di
bagian pedataran yang agak tinggi Raja Mataram ini terapkan ilmu
kesaktiannya dengan melancarkan pukulan hingga tanah terbongkar
membentuk liang lahat. Jenazah Raden Ageng Daksa dimasukkan ke
dalam liang lalu ditimbun dan di atasnya ditancapi semak belukar
sebagai tanda. Setelah memanjatkan doa untuk keselamatan arwah
pembantunya itu Sri Maharaja segera tinggalkan pedataran.
*** MATAHARI semakin tinggi. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi yang
telah berada cukup lama dalam rimba belantara kecil antara Prambanan
dan Kali Dengkeng masih berputar-putar tidak berhasil menemukan
Sumur Api. Bahkan tanda-tandanyapun tidak kelihatan. Setiap
melangkah sepasang kakinya terasa semakin berat. Bahu seperti
dibebani batu besar dan kepala berdenyut sakit. Sesekali dia mendengar
suara deru angin namun anehnya tidak ada hembusan angin terasa
menyapu tubuhnya. Ranting dan daun-daun pepohonan sama sekali
tidak bergerak, tidak mengeluarkan suara bergemerisik.
"Ada kekuatan gaib mencegah diriku menemukan Sumur Api,"
pikir Sri Maharaja.
Ketika sang surya mencapai titik tertingginya, dalam keadaan
tubuh basah mandi keringat dan terasa sangat letih, dua lutut
mendadak goyah, nyaris tak berdaya Raja Mataram itu akhirnya jatuh
berlutut di tanah. Sambil letakkan dua tangan di dada dan
membungkuk dalam dia berkata dengan suara lirih.
"Wahai Yang Maha Kuasa di Swargaloka. Setengah hari telah saya
habiskan secara sia-sia. Saya masih belum menemukan petunjuk di
mana beradanya Sumur Api. Apa lagi menemukan Mimba Purana,
Kesatria Lonceng Dewa. Jika saya mengalami kegagalan berarti saya
tidak mampu menolong semua orang yang ada di bukit, tidak bisa
menyelamatkan rakyat yang berada di Kotaraja dan di seluruh pelosok
Bhumi Mataram. Wahai Yang Maha Kuasa, jangan berhenti memberi
saya petunjuk, berikan saya pertolongan. Jangan biarkan kami semua
11 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
musnah, jangan biarkan Bhumi Mataram lenyap dari permukaan
jagat..." Tiba-tiba keadaan di tempat itu berubah luar biasa sunyi. Suara
tiupan angin aneh lenyap. Saking sunyinya Sri Maharaja mampu
mendengar detak jantungnya sendiri. Sri Maharaja luruskan tubuh,
menunggu dengan hati berdebar. Dia maklum sesuatu akan terjadi.
Satu cahaya putih berkiblat. Sekejap kemudian di hadapan Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi berdiri seorang kakek berselempang kain
putih. Rambut putih panjang menjulai punggung. Wajah yang jernih
dihias kumis dan janggut putih. Di tangan kanannya orang tua ini
membawa sebatang tongkat kayu, besar di sebelah gagang, mengecil di
bagian ujung. Sadar kalau doanya didengar Yang Maha Kuasa dan tahu kalau
yang dihadapannya bukan mahluk biasa maka Sri Maharaja segera
membungkuk dalam seraya berkata.
"Orang tua, saya Rakai Kayuwangi Lokapala menghatur sembah
dan hormat untukmu..."
"Terima kasih untuk tutur sapa dan penghormatanmu. Tapi
bukan dirimu, sayalah
yang harus menghatur sembah dan
penghormatan padamu. Karena kau adalah Sri Maharaja Mataram
sementara saya hanya rakyat biasa..."
Selesai keluarkan ucapan si orang tua lalu berlutut dan
membungkuk dalam-dalam hingga kepalanya hampir menyentuh tanah.
Raja Mataram cepat memegang bahu orang tua ini, mengangkatnya
hingga berdiri kembali.
"Orang tua, saya..."
"Sri Maharaja, saya tahu Yang Mulia tengah berpacu dengan
waktu untuk menyelamatkan keluarga, kerajaan dan rakyat Bhumi
Mataram. Doa Yang Mulia telah didengar oleh Para Dewa di Swargaloka.
Saya orang tua buruk ini diutus untuk menemui Yang Mulia..."
"Terima kasih Sang Hyang Bathara Agung, terima kasih orang
tua... Saya mohon petunjukmu lebih lanjut."
"Nama saya Dhana Padmasutra. Dulu saya tinggal di Bhumi
Mataram ini, tak jauh dari Prambanan. Takdir menentukan bahwa saya
harus kembali ke alam baka. Saya datang dari alam roh..."
"Terpujilah Roh Agung..." Sri Maharaja membungkuk berulang
kali. "Para Dewa meminta saya menyerahkan tongkat kayu ini pada
Yang Mulia. Tongkat ini selanjutnya akan menuntun Yang Mulia ke
Sumur Api menemui orang yang dicari..."
Sebelum mengulurkan tangan mengambil tongkat kembali Sri
Maharaja membungkuk hormat dan berulang kali menyebut nama Yang
Maha Kuasa. Setelah tongkat kayu dipegang, orang tua mengaku
bernama Dhana Padmasutra berkata.
"Ada satu hal perlu saya beritahukan. Bilamana Yang Mulia telah
bertemu dengan Kesatria Lonceng Dewa Mimba Purana, berikan tongkat
12 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ini kepadanya. Walau dulu tongkat ini adalah milik saya, tapi telah saya
berikan kepada ibunya. Jadi saya hanya meminjam. Wajib
dikembalikan..."
"Saya mengerti. Apa yang Eyang katakan akan saya lakukan,"
kata Sri Maharaja pula. "Saya boleh memanggilmu dengan sebutan
Eyang?" "Itu merupakan satu kehormatan besar bagiku," jawab Dhana
Padmasutra. "Ada satu hal lagi," sambung si orang tua. "Yang Mulia
belum melihat tapi mungkin telah merasakan. Di dalam rimba belantara
ini ada bahaya besar mengintai. Bilamana bahaya datang tidak
terelakkan, robahlah cara memegang tongkat. Ujung yang menempel di
tanah pegang sebagai gagang. Sebaliknya gagang ditukikkan ke bawah
hingga menyentuh tanah. Maka Yang Maha Kuasa akan melindungi
Yang Mulia... Apakah Yang Mulia sudah mengerti atau ada yang hendak
ditanyakan?"
"Saya mengerti Eyang. Sekali lagi saya sangat berterima kasih.
Kalau beberapa saat lagi kita akan berpisah, apakah saya akan dapat
bertemu lagi dengan Eyang?"
Orang tua berwajah jernih berselempang kain putih tersenyum.
"Setiap perpisahan dan pertemuan diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Apa lagi kita hidup berlainan alam. Serahkan semua pada Yang Maha
mengetahui. Jika ada niat baik di dalam dada, masakan Yang Maha
Kuasa tidak akan memperhatikan" "
"Terima kasih Eyang."


Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dhana Padmasutra mengangguk. "Kita berpisah sampai di sini.
Semoga Yang Maha Kuasa melindungi Yang Mulia dan keluarga serta
Bhumi Mataram bersama rakyatnya..."
"Tunggu Eyang, sebagai tanda saya tidak melupakan budi Eyang,
terimalah kalung ini sebagai kenang-kenangan..." Raja Mataram
tanggalkan kalung emas besar bertabur permata lalu diulurkan pada si
orang tua. Dhana Padmasutra tersenyum.
"Yang Mulia, niatmu ingin membalas budi sungguh sangat terpuji.
Tapi bukan untuk imbalan itu saya datang menemui Yang Mulia. Selain
itu, di alam saya, perhiasan luar biasa mahal seperti itu tidak ada
kegunaannya. Maafkan kalau saya menolak..." Sambil bicara Dhana
Padmasutra gerakkan tangan kanannya. Kalung yang berada dalam
pegangan Sri Maharaja tahu-tahu sudah menggantung kembali di
lehernya. Wajah Rakai Kayuwangi tampak agak berubah. Namun cepatcepat dia membungkuk hormat. Ketika dia meluruskan tubuh kembali
orang tua berwajah jernih itu tidak ada lagi di hadapannya. Sang Raja
menarik nafas dalam.
Tiba-tiba tongkat kayu yang dipegangnya bergetar lalu bergerak ke
samping. Sesuai petunjuk si orang tua Raja Mataram mengikuti gerakan
tongkat lalu melangkah ke arah mana tongkat kayu itu membawanya.
13 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Gerakan ke dua kakinya terasa sangat ringan. Walau cuma melangkah
biasa namun dalam waktu singkat dia sudah berjalan puluhan langkah.
Tongkat kayu menuntunnya masuk kembali ke bagian barat rimba
belantara yang sebelumnya telah didatangi dan diselidiki.
Getaran pada tongkat kayu semakin keras. Sepasang kaki Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi tidak lagi menginjak tanah. Dia seolah
terbang. Pandangan mata membesar, dada berdebar ketika tidak berapa
jauh di depan sana dia melihat tumpukan batu hitam bersusun rapi
membentuk lingkaran mulut sumur setinggi pinggang.
"Aku yakin, inilah sumur keramat yang disebut Sumur Api. Tapi
mengapa tidak ada apinya" Heran, aku yakin tadi telah berada di sekitar
tempat ini. Tapi mengapa sama sekali tidak melihat sumur itu."
Membatin Sri Maharaja.
Seperti diriwayatkan dalam serial Satria Lonceng Dewa buku
pertama berjudul "Perawan Sumur Api", pada masa itu sumur batu ini
diketahui memancarkan cahaya terang merah karena di dasar sumur
ada api besar menyala. Saat itu nyala api tak ada lagi namun Sri
Maharaja dapat merasakan hawa angker yang menjalar di udara datang
dari arah sumur.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi dari samping sumur batu
mendadak tanah bergetar. Di langit siang terang benderang ada kilat
menyambar lalu menyusul suara gemuruh seperti suara geluduk. Tibatiba dari dalam tanah mencuat delapan larik cahaya merah. Mula-mula
melesat lurus ke udara lalu bergerak patah menyambar ke arah Sri
Maharaja Mataram!
14 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SRI MAHARAJA Mataram ingat akan ucapan Eyang Dhana
Padmasutra. Bahaya besar yang dikatakan mengintai kini muncul
sudah memperlihatkan ujudl Secepat kilat Rakai Kayuwangi jatuhkan
diri ke tanah. Dia tidak berani menangkis atau balas menyerang.
Delapan cahaya merah lewat dua jengkal di atas tubuhnya. Namun
setengah jalan berbalik dan kembali menyambar ke arah sang Raja yang
saat itu tengah berusaha berdiri.
Kali ini Rakai Kayuwangi tidak tinggal diam. Tangan kiri
dihantamkan ke depan melepas pukulan sakti bernama Payung Dewa
Mengguncang Badai. Seumur hidup ini adalah kali ke dua Raja Mataram
mengeluarkan pukulan sakti tersebut. Yang pertama kali ketika dia
menghadapi beberapa orang tokoh pemberontak dari selatan yang
berhasil menyerbu masuk ke dalam Istana beberapa tahun lalu.
Kehebatan ilmu pukulan ini memang bukan alang kepalang. Cahaya
ungu berkiblat menyerupai payung raksasa mengembang. Delapan
cahaya merah bermentalan ke udara namun hanya sesaat. Di lain kejap
delapan cahaya itu menukik ke bawah, memancarkan pijaran sinar
menyilaukan pertanda kekuatan yang ada di dalamnya kini berlipat
ganda! Kejut Sri Maharaja Mataram bukan olah-olah. Sulit dia
mempercayai pukulan saktinya tadi tidak sanggup memusnahkan
delapan cahaya merah. Namun sang Raja tidak bisa berpikir panjang
karena saat itu delapan cahaya merah datang menyerbu ke arahnya.
Sadar kalau saat itu dia memegang tongkat kayu pemberian Eyang
Dhana Padmasutra maka Raja Mataram alirkan seluruh kekuatan
tenaga dalam dan hawa sakti ke dalam tongkat hingga tongkat kayu
memancarkan cahaya merah laksana bara menyala! Tidak tunggu lebih
lama sang Raja segera sapukan tongkat di tangan kanannya ke udara,
ke arah datangnya serangan delapan cahaya merah! Sinar merah
raksasa berkelebat ke udara! Menghantam delapan larik sinar merah.
Delapan letusan dahsyat menggelegar dalam rimba belantara.
Tumpukan bebatuan yang membentuk mulut sumur mental, banyak
yang hancur berkeping-keping. Tanah terbelah di beberapa tempat.
Langit seolah hendak runtuh. Beberapa pohon bertumbangan dengan
ranting dan dedaunan hangus menghitam 1 Kabut kelabu entah dari
mana datangnya menggantung di tempat itul
Sosok Raja Mataram jatuh terbanting di tanah. Walau tulang
punggung serasa hancur dan dada laksana terpanggang namun dia
masih mampu berdiri menyaksikan bagaimana delapan cahaya merah
terpental memencar kian kemari lalu menyatu dan laksana tombak
raksasa menghunjam lenyap masuk ke dalam tanah.
15 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Rakai Kayuwangi menarik nafas lega. Dia menyangka serangan
kekuatan jahat telah berhasil dimusnahkan.
"Blaarr!"
Mendadak suara letusan dahsyat kembali menggelegar di tempat
itu. Rakai Kayuwangi tersentak kaget dan keluarkan seruan tertahan
ketika didahului teriakan-teriakan menggidikkan dari dalam tanah
mencuat keluar delapan mahluk dahsyat yang hanya mengenakan cawat
hitam Kecil. Mahluk ini mulai dari ujung rambut sampai ke kaki
berwarna merah. Sepasang mata membelalak putih semua. Di kening
ada satu benjolan besar berwarna merah pekat mengepulkan asap
menebar bau busuk. Rakai Kayuwangi memperhatikan mahluk ini
hanya mempunyai empat jari tangan. Jari tengah tidak ada sama sekali.
Sepuluh kuku jari kaki mencuat panjang merah seperti cakar burung
elang. "Dewa Maha Agungi Apakah ini mahluk yang bernama Delapan
Sukma Merah..."
Tiba-tiba delapan mahluk merah keluarkan pekik keras. Lalu
sambil tertawa haha-hihi mereka menebar membentuk lingkaran dan
mengurung Rakai Kayuwangi di tengah-tengah.
"Rampas tongkat!"
Empat mahluk merah berteriak.
Empat mahluk lainnya berseru.
"Rampas nyawa!"
"Kreekkk!"
Enam belas kuku jari tangan merah keluarkan suara
berkeretekan lalu mencuat panjang seperti clurit kecil, memancarkan
cahaya merah pekat menggidikkan.
Delapan mahluk merah menerjang. Empat pasang tangan berjari
empat berusaha merampas tongkat sedang empat pasang tangan
lainnya menyambar ke mata, leher, dada dan perut.
Raja Mataram Rakai Kayuwangi sadar, dalam keadaan punggung
dan dada masih mendenyut sakit, dia hanya memiliki satu pilihan. Jika
ingin menyelamatkan diri maka kemungkinan tongkat kayu yang
diberikan Eyang Dhana Padmasutra akan kena dirampas empat mahluk
merah. Sebaliknya kalau dia harus menyelamatkan tongkat maka muka
atau leher, mungkin juga dada atau perutnya akan jebol disambar
cakaran jari-jari berkuku panjang merah.
Sang Raja memilih menyelamatkan tongkat kayu ketimbang
selamatkan diri. Tongkat diputar di depan tubuh hingga mengeluarkan
suara mengaung lalu set! Selagi delapan mahluk merah mundur dan
menunda serangan, Rakai Kayuwangi selipkan tongkat di pinggang
sebelah depan lalu dua tangan sekaligus melepas pukulan Dewa Kembar
Membalik Gunung!*
Dua cahaya hijau kebiruan berkiblat disertai suara menggemuruh
seperti gunung runtuh. Delapan mahluk merah terkesiap kaget. Tubuh
bergoncang keras. Mereka berteriak keras sambil tusukkan empat jari
16 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tangan kanan ke atas. Kabut kelabu yang sejak tadi menggantung di
udara bergerak turun menghadang dua cahaya hijau biru dua pukulan
sakti yang dilepaskan Raja Mataram.
"Tembusl"
Delapan mahluk berteriak berbarengan. "Blaarr! Blaarrl"
Ternyata dua pukulan Rakai Kayuwangi tidak sanggup menahan
hantaman kabut kelabu yang dijadikan senjata oleh delapan mahluk
aneh. Begitu dua larik cahaya hijau biru musnah delapan mahluk ini
kembali berteriak.
"Rampas tongkat!"
"Rampas nyawa!"
"Breett!"
Empat jari tangan berkuku panjang salah satu mahluk merobek
dada pakaian Rakai Kayuwangi, menimbulkan luka panjang, memutus
kalung besar. Saat itu juga Raja Mataram ini merasakan tubuhnya
menggigil diserang hawa luar biasa dingin. Sepasang lutut goyah. Dua
kaki terjajar ke belakang.
"Rampas tongkat!"
"Rampas nyawa!"
Dua tangan menyambar ke pinggang sebelah depan di mana
terselip tongkat kayu, tiga lainnya melesat ke kepala, wajah dan leher
Sri Maharaja Mataram. Hanya beberapa ketika lagi tongkat kayu akan
dapat dirampas dan muka serta leher akan hancur jebol mengerikan
tiba-tiba di telinga Raja Mataram mengiang suara orang tua alam roh
Dhana Padmasutra.
"Bilamana bahaya datang tidak terelakkan, robahlah cara
memegang tongkat. Ujung yang menempel di tanah pegang sebagai
gagang. Sebaliknya gagang ditukikkan ke bawah hingga menyentuh
tanah. Maka Yang Maha Kuasa akan melindungi Yang Mulia..."
Rakai Kayu Wangi tersentak. Mengapa dia tidak ingat dari tadi
petunjuk orang tua yang dikirimkan Para Dewa untuk menolongnya itu.
Secepat kilat Raja Mataram cabut tongkat yang terselip di
pinggang. Ujung yang kecil dipegang sedang ujung yang biasa menjadi
gagang pegangan ditusukkan ke tanah. Pada waktu yang bersamaan
salah seorang dari empat mahluk merah yang berusaha merampas
tongkat berhasil mencekal pertengahan tongkat. Namun di saat itu pula
gagang tongkat telah menyentuh tanah.
"Blaarrl"
Letusan keras menggelegar. Sosok mahluk merah yang memegang
tombak keluarkan jeritan menggidikkan, tubuh mencelat ke udara
dalam keadaan tercabik-cabik lalu berubah jadi asap dan lenyap dari
pemandangan. Dua temannya menggembor marah. Segera menyerang
Rakai Kayuwangi. Raja Mataram dengan penuh percaya diri gebukkan
tongkat. Sekali menghantam kepala mahluk merah di samping kanan.
Pukulan kedua menghajar bahu mahluk merah di sebelah kanan.
Seperti kawannya tadi dua mahluk merah menjerit setinggi langit. Yang
17 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kena gebuk kepalanya meledak dengan mengeluarkan suara
menggelegar lalu hancur berkeping-keping, sirna setelah lebih dulu jadi
asap. Yang dihantam bahunya meraung dahsyat lalu suara raungan
lenyap begitu tubuhnya amblas masuk ke dalam tanahl
Lima mahluk merah yang masih hidup langsung jatuhkan diri
duduk bersila di tanah. Lima pasang mata putih membusat keluar.
Wajah berubah menjadi kuning. Tapi benjolan besar di kening tetap
masih berwarna merah dan mengepulkan asap. Mereka tampak
ketakutan begitu melihat Raja
Mataram mendatangi
sambil melintangkan tongkat kayu di atas kepala. Terjadi keanehan. Tubuh
bagian atas masih bisa bergerak sementara pinggang ke bawah berubah
lumpuh! Ke limanya membungkuk berulang kali tanda minta diampuni.
Walau takut setengah mati tapi mereka tidak mampu melarikan diri!
"Aku akan ampuni kalian berlima. Asal memberi tahu kalian ini
siapa sebenarnya. Siapa yang mengirim kalian untuk membunuhku dan
merampas tongkatl Apa kalian ikut mendatangkan bencana di Mataram
malam tadi!"
Tidak ada satupun dari kelima mahluk merah membuka mulut
keluarkan jawaban. Mereka terus saja membungkuk-bungkukkan
tubuh. "Bicara! Atau aku gebuk kalian semua!" Hardik Raja Mataram
mengancam. Tongkat di tangan kanan diangkat ke atas, siap
mengemplang kepala lima mahluk yang duduk menjele-pok di tanah di
hadapannya. Tiba-tiba ke lima mahluk merah pukulkan tangan kanan ke
kening masing-masing yang ada benjolan merah.
"Praakkk!"
Lima mahluk merah terkapar di tanah dengan kepala rengkah.
Kabut kelabu lenyap. Raja Mataram berulang kali mengucap menyebut
nama Yang Maha Kuasa. Dia bermaksud hendak memeriksa lima mayat
mahluk aneh, namun tiba-tiba lima sosok merah itu terangkat ke atas
lalu hancur berkeping-keping, berubah jadi asap dan lenyap!
Raja Mataram berulang kali menyeru nama Yang Maha Kuasa.
Tiba-tiba tongkat kayu yang dipegang bergetar keras. Tubuh rtakai
Kayuwangi terangkat ke udara, melayang sebentar lalu melesat masuk
ke dalam sumur batu. Sumur yang pernah dikenal dengan sebutan
Sumur Api di mana beberapa tahun silam Ananthawuri perawan suci
pilihan Para Dewa ibunda dari Mimba Purana dan Dirga Purana pernah
tercebur masuk ketika dikejar oleh anak buah Arwah Muka Hijau yaitu
Setunggul Langit dan Setunggul Bumi. (Baca serial Kesatria Lonceng Dewa buku
pertama berjudul "Perawan Sumur Api" karangan Bastian
Tito) Tanpa diketahui oleh Raja Mataram, begitu tubuhnya lenyap
masuk ke dalam Sumur Api yang telah padam seratus jarum hitam
melesat keluar dari dalam tanah lalu menyusul masuk ke dalam sumur!
Begitu seratus jarum hitam masuk ke dalam sumur, mendadak
18 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dari arah timur rimba belantara bertiup angin kencang. Pada saat angin
dan tumpukan batu yang membentuk bibir sumur saling bersentuhan,
cahaya putih berpijar. Saat itu juga sumur batu lenyap. Di tempat itu
kini terlihat satu jurang sangat dalam. Di sekelilingnya muncul tujuh


Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lobang sebesar kubangan kerbau. Begitulah keadaan akhir
Sumur Api seperti yang diriwayatkan dalam Mimba Purana Serial
Kesatria Lonceng Dewa buku ke empat berjudul "Dewi Tangan
Jerangkong"
19 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SRI MAHARAJA Rakai Kayuwangi Lokapala terheran-heran ketika
dapatkan dirinya berada di ujung satu pedataran pasir berwarna
kuning. Di kejauhan tampak sang surya memancarkan cahaya terang
benderang namun tidak terasa hawa panas menyengat jangat,
sebaliknya malah mengantar udara sejuk.
"Dewa Agung, bagaimana mungkin kalau bukan Kau yang punya
kuasa..." Berkala Rakai Kayuwangi dalam hati. Dia sadar betul kalau
saat itu berada di dasar sumur, mungkin Jaga d! dalam tanah entah
pada lapisan ke berapa. Tap} mengapa ada pedataran pasir dan seumur
hidup ban" sekali itu dia melihat pasir berwarna kuning laksana emas.
Lalu bagaimana mungkin ada matahari yang sinarnya terang benderang
namun menebar hawa sejuk" Lalu dia melihat lagi beberapa keanehan.
Di kejauhan, di tengah pedataran pasir kuning tampak sebuah
pohon sangat tinggi, tidak berdaun tidak beranting dan hanya memiliki
satu cabang menghadap ke timur yaitu ke arah sang surya. Angin
bertiup ke arah Rakai Kayuwangi. Raja Mataram ini mencium bau
harum semerbak berasal dari pohon tinggi bercabang tunggal. Dia
menatap kembali ke arah pohon. Saat itulah sang Raja melengak
terkejut. "Tadi aku tidak melihat sosok itu. Bagaimana kini tahu-tahu
muncul sejelas aku melihat tangan sendiri?"
Sambil memegang tongkat erat-erat Rakai Kayuwangi melangkah
cepat ke arah pohon bercabang tunggal. Pada pertengahan cabang
terlihat duduk bersila seorang anak lelaki berusia sekitar dua belas
tahun. Anak ini mengenakan pakaian hitam terbuat dari kain kasar
sederhana, berkasut kulit. Wajah tampan dihias alis tebal, mata bening
dan bibir merah. Samar-samar tampak cahaya kuning aneh
menyelubungi tubuh anak itu. Kalau saja Raja Mataram tidak memiliki
ilmu kesaktian tinggi, dia tidak akan mampu melihat cahaya kuning ini.
Maka sang Raja mempercepat langkah.
"Walau hanya bertemu satu kali beberapa tahun lalu, aku yakin
anak di atas cabang pohon adalah Mimba Purana. Kesatria penyelamat
Bhumi Mataram berjuluk Kesatria Lonceng Dewa. Terima kasih Dewa
Agung. Kau akhirnya mempertemukan saya dengan anak itu. Terima
kasih Eyang Dhana Padmasutra..."
Tiba-tiba anak lelaki di atas cabang pohon berdiri. Tangan kanan
di angkat, telapak dikembang. Mulut berseru.
"Yang Muliai Berhentilah melangkahi Jangan beranjak sebelum
saya memberi tanda. Maafkan saya karena telah berani memerintah
Raja Mataram!"
Rakai Kayuwangi hentikan langkah. Saat itulah di atas kepalanya
20 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
melesat puluhan benda hitam berpijar. Itulah seratus jarum hitam yang
menyusul masuk ke dalam sumur. Seratus jarum kemudian berubah
menjadi seratus tiang batu yang besarnya sepemeluk tangan dan tinggi
mencapai empat tombak, menyamai ketinggian pohon bercabang
tunggal. Seratus tiang batu menancap di pedataran mengelilingi pohon.
Saat itu Rakai Kayuwangi mendengar suara-suara pekik jerit riuh
sekali, aneh menggidikkan. Pedataran pasir bergetar dan telinganya
berdenging sakit. Namun dia sama sekali tidak melihat mahluk apa yang
menjerit dan berada di mana.
Kalau di pedataran Raja Mataram melihat seratus batu tinggi
hitam mengeliling pohon, maka di atas cabang pohon, anak lelaki
berusia dua belas tahun bukannya melihat seratus tiang batu tetapi
melihat seratus mahluk tinggi hitam bugil berperut buncit mengerikan.
Semua berkepala botak, bermata merah besar, di kepala ada sebuah
cula. Lidah panjang luar biasa, setiap dijulurkan bisa menyentuh pasir
pedataran. Sepuluh jari tangan memiliki kuku berwarna merah.
"Puluhan tiang batu hitam... Apakah ini yang jadi penyebab
Mimba Purana melarangku melanjutkan langkah?" pikir Raja Mataram.
Anak di atas cabang pohon gerakkan tangan kanan. Dari telapak
yang terkembang keluar sinar kuning menyilaukan, menyambar
berputar ke arah seratus tiang batu tinggi hitam.
"Seratus Jin Perut Bumi!" Anak di atas pohon beseru lantang.
"Aku Mimba Purana tidak akan beranjak dari tempatku berdiri. Kalian
tidak akan bergerak dari tempat kalian tegak! Tidak ada di antara kita
yang akan mulai melakukan kekerasan!"
Rakai Kayuwangi merasa heran. Tidak tahu pada siapa anak di
atas pohon bicara. Seratus Jin Perut Bumi"! Dia tidak melihat mahluk
apapun kecuali seratus tiang batu tinggi hitam.
Rakai Kayuwangi dikejutkan oleh suara menggemuruh yang
menggetarkan pedataran pasir. Lalu terdengar suara membahana
diucap seratus mahluk yang tidak mampu dilihatnya.
"Mimba Puranal Kami akan memanggangmu sampai menjadi
debu!" "Seratus Jin Perut Bumi! Kalian tidak memandang sebelah mata
pada maksud baikku! Aku tahu kalian diperalat! Aku masih memberi
kesempatan!"
Jawaban yang terdengar adalah suara menggembor dahsyat.
Rakai Kayuwangi bersurut sampai beberapa langkah ketika
melihat ratusan larik sinar merah menyembur dari seratus tiang batu
lalu melesat ke arah pohon di mana anak lelaki berusia dua belas tahun
berdiri di atas cabang tunggal.
"Wuss ! Wusss !"
Pohon tinggi besar tenggelam dalam kobaran api berwarna merah
bercampur biru. Hawa panasnya membuat Rakai Kayuwangi terpaksa
melompat menjauh.
21 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Satria Lonceng Dewa!" Raja Mataram berteriak karena saat itu dia
tidak dapat lagi melihat anak di atas cabang pohon. Dia merasa sangat
kawatir kalau terjadi sesuatu dengan anak lelaki bernama Mimba
Purana itu. Karena sesuai petunjuk Eyang Dhana Padmasutra anak itu
adalah kunci petunjuk selanjutnya bagi keselamatan Mataram.
Seratus Jin Perut Bumi! Di hadapannya ada seratus tiang batu.
Apakah ini ujud mahluk gaib itu" Karena merasa punya kewajiban
melindungi anak di atas pohon maka tidak pikir panjang lagi Rakai
Kayuwangi segera sapukan tongkat di tangan kanan ke arah tiang-tiang
batu. "Wuttt!"
Cahaya merah bertabur menebar hawa panas.
"Dess! Dess!"
Raja Mataram menjerit keras ketika tubuhnya terpental oleh
hantaman hawa panas yang berbaiik menyerangnya. Pakaian
mengepulkan asap. Tongkat hampir terlepas. Tiba-tiba suara jerit pekik
yang tadi mereda kini kembali menggelegar.
Rakai Kayuwangi melihat ratusan tiang batu hitam yang
mengelilingi pohon di tengah pedataran berubah ujud menjadi mahluk
mengerikan. Tubuh bugil buncit dan hitam. Kepala botak bercula.
Seratus lidah menjulur melesat ke arahnya. Puluhan larik cahaya merah
panas datang menggulung.
"Dewa Bathara Agung! Saya pasrah menerima kematian jika ini
memang kehendakMu. Permohonan saya yang terakhir, selamatkan
keluarga, kerajaan, para pengikut dan rakyat Mataram!"
Sri Maharaja Mataram berseru keras karena sadar tidak mampu
menyelamatkan diri lagi. Tubuh terhuyung ke belakang lalu jatuh
terduduk di tanah. Tangan kanan masih memegang tongkat namun
keadaannya seperti lumpuh tak mampu digerakkan. Rakai Kayuwangi
berusaha pergunakan tangan kiri untuk mencabut keris di belakang
pinggang. Namun salah satu lidah mahluk hitam bugil menggebuk bahu
kirinya hingga sang Raja terbanting ke tanah. Kulit bahu hangus
melepuh! Di sebelah dalam daging dan tulang serasa remuk!
Sekejapan lagi sekujur tubuh Raja Mataram akan lumat dan
gosong dilanda serangan puluhan lidah dan cahaya merah panas, tibatiba terdengar bahana suara lonceng yang agaknya bukan lonceng biasa
tetapi merupakan satu lonceng raksasa yang seolah menggantung di
udara. Langit di atas kepala sang Raja tertutup cahaya kuning. Lalu
cahaya ini menerpa ke bawah.
Pedataran laksana disergap badai. Pasir kuning menggebubu ke
udara. Ketika sesaat pandangan mata terhalang tiba-tiba ada seseorang
merangkul pinggang Rakai Kayuwangi, lalu laksana terbang
membawanya pergi dari tempat itu.
Sebelum pedataran lenyap dari pandangan matanya, Rakai
Kayuwangi masih bisa melihat bagaimana seratus mahluk seram
22 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berubah menjadi tiang batu kembali lalu melesak masuk ke dalam
pedataran pasir I Suara jerit pekik menggelegar di Seantero pedataran.
Namun lenyap ditelan bahana suara lonceng raksasa yang tidak terlihat
ujud dan entah berada di mana.
Raja Mataram berusaha melihat dan mencari tahu siapa orang
yang menyelamatkan lalu melarikannya laksana terbang membelakangi
sinar sang surya. Namun dia tidak melihat apa-apa kecuali cahaya
kuning benderang. Selain itu pemandangan matanya perlahan-lahan
berubah pudar. Lalu sang Raja terkulai tak sadarkan diri. Ini adalah
akibat cairan dari lidah panjang mahluk hitam bugil yang melukai bahu
kirinya. Ternyata cairan itu mengandung racun jahatl
23 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SRI MAHARAJA Rakai Kayuwangi tidak tahu pasti apa yang telah
terjadi atas dirinya. Yang masih diingatnya terakhir sekali adalah
seseorang membawanya lari laksana terbang dan dia hanya melihat satu
cahaya kuning. Ketika perlahan-lahan kesadarannya mulai pulih,
memandang berkeliling dia melihat sosok anak lelaki itu, duduk bersila.
Rambut hitam menjulai panjang setengkuk. Wajah tampan dan
sepasang mata bening dibawah alis tebal hitam menatap ke arahnya.
Walau agak tersuruk tapi Sri Maharaja dapat melihat kalau ada
sebentuk anting emas mencantel di daun telinga kanan anak lelaki ini.
Kemudian, jika dia menatap dan memusatkan perhatian agak lama
maka dia melihat ada bayangan cahaya kuning menyelubungi tubuh si
anak. Rakai Kayuwangi merasa jaraknya dengan anak lelaki itu hanya
terpaut sepejangkauan tangan, dekat sekali. Namun ketika dia
mengulurkan tangan kanan berusaha hendak menjangkau, dia tidak
berhasil menyentuh tubuh anak itu. Bocah luar biasa I
"Satria Lonceng Dewa..."
Anak yang disapa tersenyum lalu membungkuk tiga kali lalu
berkata. "Sri Maharaja, penghormatan saya untuk Yang Mulia. Nama saya
Mimba Purana. Mohon memanggil saya dengan nama itu..."
Suara yang terdengar adalah suara anak lelaki usia dua belas
tahun. Namun suara itu begitu jernih dan penuh wibawa.
Sadar kalau saat itu dia dalam keadaan tersandar ke dinding,
Rakai Kayuwangi cepat luruskan tubuh, lipat kedua kaki dan duduk
bersila. Saat itulah dia juga mengetahui kalau ada dua buah benda
tergeletak di pangkuannya. Ketika menunduk memperhatikan dia
melihat sebilah keris telanjang memancarkan cahaya putih keabuabuan. Keris Widuri Bulan. Keris miliknya sendiri. Sesuai dengan
namanya senjata bertuah itu konon terbuat dari gumpalan besar batu
Widuri Bulan yang secara gaib melayang jatuh ke bumi setelah seorang
kakek sakti melakukan tapa selama tujuh purnama. Si kakek kemudian
menyerahkan batu itu kepada Sri Maharaja Mataram yang waktu itu
masih berusia sepuluh tahun. Lalu seorang tokoh istana meminta
seorang sakti di Jawa sebelah timur untuk menempa batu menjadi
sebilah keris setelah dicampur dengan beberapa jenis logam
berkekuatan gaib.
Di samping keris, melintang sebatang tongkat kayu. Itulah tongkat
pemberian Eyang Dhana Padmasutra. Dia merasa ada sesuatu di bahu
kirinya. Ketika diperhatikan di bahu itu menempel sehelai daun keladi
yang warna hijaunya telah berubah menjadi hitam.
24 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Rakai Kayuwangi mengingat-ingat. Dia berkelahi melawan
puluhan mahluk ganas hitam telanjang berkepala botak bercula di satu
pedataran pasir. Dalam keadaan terdesak dia berusaha menyelamatkan
diri dengan mencabut keris itu. Lalu lidah salah satu mahluk
menggebuk bahu kirinya. Ketika hampir menemui ajal tiba-tiba ada
seseorang menyelamatkan dan menerbangkan dirinya ke langit.
Sri Maharaja angkat daun keladi yang menempel di bahu kirinya.
Kulit bahu itu tampak kemerah-merahan namun tidak lagi hangus
melepuh. Sang Raja menatap ke arah anak lelaki di hadapannya. Dalam
hati berkata. "Hanya selembar daun keladi hutan. Sungguh anak pilihan
Para Dewa ini sakti luar biasa."
"Mimba Purana, saya percaya kaulah yang telah menyelamatkan
diri saya dari puluhan mahluk seram itu. Saya percaya engkau pula
yang membawa saya ke tempat ini dan mengobati luka parah di bahu
kiri saya. Untuk itu saya berterima kasih..." Tanpa segan-segan Raja
Mataram ini lalu rundukkan tubuh.
Anak lelaki bernama Mimba Purana yang tadi dipanggil dengan
julukan Satria Lonceng Dewa tampak jadi kikuk dan beringsut ke
belakang. Buru-buru dia berkata.
"Yang Mulia, saya tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Semua
terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa. Mohon tidak menghormati
saya secara berlebihan. Menurut usia, saya seharusnya seumur dengan
putera Yang Mulia."
Raja Mataram anggukkan kepala berulang kali. Berdasarkan
riwayat yang diketahuinya dari para cerdik pandai dan para tokoh di
Istana, dia mengetahui kalau anak lelaki yang duduk bersila di
hadapannya itu sebenarnya baru berusia dua belas bulan. Namun anak
keramat yang terlahir dari seorang ibu yang tetap perawan ini, atas
kehendak Para Dewa selain memiliki ilmu kesaktian juga memiliki usia
yang satu bulan dirinya sama dengan usia satu tahun anak biasa. (Baca
serial Mimba Purana "Satria Lonceng Dewa")
"Saya mengerti," kate Raja Mataram pula. "Mulai saat ini saya
akan memanggilmu dengan sebutan Ananda."
"Yang Mulia, satu kehormatan yang terhingga kalau Yang Mulia
memanggil saya sebagai anak..."
"Tapi saya tetap menghaturkan terima kasih pada Ananda.
Beberapa tahun lalu kita pernah bertemu. Saat itu Ananda
menyelamatkan Kerajaan dari perbuatan jahat orang-orang di selatan.
Sekarang kembali Bhumi Mataram digoncang malapetaka. Jauh lebih
hebat dari yang terjadi sebelumnya. Banjir besar yang airnya berwarna
semerah darah dan menebar bau busuk membuat Bhumi Mataram
porak poranda hampir sama rata dengan tanah. Ratusan bahkan ribuan
rakyat tidak berdosa termasuk ternak menemui ajal. Yang masih hidup
diserang penyakit aneh. Kaki lumpuh, di kepala ada delapan benjolan
berwarna merah seperti yang Ananda bisa lihat sendiri di kening saya.


Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika saya bertapa di puncak Bukit Batu Hangus memohon
25 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
keselamatan bagi para pengikut, keluarga saya dan seluruh rakyat
Mataram, saya mendapat petunjuk dari Sang Hyang Bathara Agung
bahwa saya harus mencari dan menemui Ananda. Saya tidak tahu di
mana harus mencari. Namun saya tahu riwayat Sumur Api. Saya
memasuki rimba belantara tak jauh dari Kali Dengkeng. Namun saya
tersesat dan terputar-putar di dalam hutan. Ada satu kekuatan gaib
menghalangi saya dalam mencari Ananda..."
"Kekuatan penghalang itu ditimbulkan oleh mahluk bernama
Delapan Sukma Merah... Kekuatan itu pula yang hendak mencelakai
Yang Mulia dengan mempergunakan delapan mahluk merah jejadian..."
Berkata Mimba Purana.
"Ananda rupanya sudah tahu peristiwa itu," kata Sri Maharaja
Mataram. Dia tidak merasa heran karena tahu Mimba Purana bukanlah
anak sembarangan. "Ananda, saya ingat sekarang. Delapan Sukma
Merah. Kata-kata itulah yang pernah diucapkan oleh mahluk roh
Sedayu Galiwardhana. Delapan Sukma Merah penguasa tujuh
samudera, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Ananda, apakah kau
tahu siapa adanya mahluk itu?"
"Yang Mulia, harap teruskan dulu cerita Yang Mulia," jawab
Mimba Purana. "Para Dewa Maha Pengasih. Seorang kakek bernama Dhana
Padmasutra muncul dari alam roh..." Sri Maharaja meneruskan ucapan
setelah terdiam sesaat.
Mimba Purana luruskan tubuhnya. Lalu berkata. "Orang tua itu
adalah sahabat dan sudah dianggap kakek sendiri oleh Ibunda saya..."
"Sungguh besar rahmat Yang Maha Kuasa..." ucap Sri Maharaja
dengan agak tercengang.
"Saya hanya mendengar cerita Ibunda. Saya sendiri belum pernah
bertemu dengan kakek itu. Yang Mulia lebih beruntung dari saya, telah
menemui kakek Ibunda saya..." Berkata anak lelaki bernama Mimba
Purana. Sri Maharaja terdiam sejurus mendengar ucapan Mimba Purana.
Lalu meneruskan penuturan.
"Eyang Dhana memberikan tongkat kayu miliknya pada saya.
Katanya tongkat ini akan menjadi penuntun untuk mencari dan
menemui diri Ananda. Orang tua itu juga berpesan, setelah kita bertemu
maka tongkat ini harus saya serahkan pada Ananda karena menurut
Eyang Dhana tongkat ini sebenarnya adalah milik Ibunda Ananda yang
dipinjam..."
Sri Maharaja beringsut mendekati anak lelaki di hadapannya
untuk menyerahkan tongkat kayu. Si anak menatap tongkat itu
sebentar lalu berkata.
"Yang Mulia, mungkin tongkat itu akan lebih banyak manfaatnya
jika tetap berada di tangan Yang Mulia. Mengapa tidak dipegang saja
untuk sementara?"
"Ananda Mimba, saya berterima kasih atas kepercayaan dan
26 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
perhatian Ananda. Namun begitu pesan Eyang Dhana, begitu pula yang
harus saya lakukan. Ananda Mimba, terimalah tongkat ini..."
Anak lelaki berusia dua belas tahun itu akhirnya ulurkan tangan
menerima tongkat. Sri Maharaja sendiri cepat-cepat mengambil Keris
Widuri Bulan dari pangkuannya dan memasukkan ke dalam sarung
yang masih terselip di belakang pinggang. Tanpa diketahui, dilihat
ataupun disadari oleh Raja Mataram ketika Mimba Purana menerima
tongkat, anak ini dengan kesaktiannya menyusupkan tongkat itu ke
dalam tubuh Rakai Kayuwangi melalui lengan kanannya sementara
yang dilihat sang Raja, tongkat yang diletakkan si anak di lantai di sisi
kanannya hanyalah bayangan semata.
"Ananda, saya bersyukur Para Dewa telah mempertemukan saya
dengan diri Ananda. Selanjutnya saya mohon petunjuk, apa yang harus
saya lakukan."
"Yang Mulia, apakah Yang Mulia telah menceritakan semua apa
yang terjadi di Mataram?" Mimba Purana bertanya.
Sri Maharaja merenung sejenak sambil menatap wajah tampan
anak lelaki di hadapannya.
"Mungkin saya perlu memberi tahu dari asal muasal kejadian."
Berkata Sri Maharaja. Lalu dia menceritakan riwayat pembuatan Keris
Kanjeng Sepuh Pelangi oleh Empu Semirang Biru. Keris lenyap dicuri
mahluk jejadian yang menampilkan diri sebagai pertapa sakti dari
Gunung Merbabu bernama Sedayu Galiwardhana. Raja Mataram juga
menceritakan lenyapnya Empu Semirang beberapa waktu sebelum
bencana melanda Kerajaan. Lalu perihal Raden Ageng Daksa yang
ditemukan sudah menjadi mayat dengan tanda dua telapak tangan
berjari empat di punggungnya.
"Ananda Mimba, itu semua yang bisa saya ceritakan padamu."
"Yang Mulia, saya menduga Yang Mulia belum menceritakan
semua kejadian penting yang berlangsung di Mataram." Berkata Mimba
Purana. Raja Mataram berpikir-pikir. Dia merasa telah menuturkan semua
kejadian. Namun tiba-tiba dia ingat satu hal.
"Ketika saya dan para tokoh Kerajaan mengadakan pertemuan di
satu ruang rahasia di Istana, seorang penasehat saya yaitu perempuan
berusia sekitar setengah abad bernama Ratu Randang telah kesusupan
serangan aneh. Di dadanya tiba-tiba saja ada tanda dua telapak tangan
berjari empat tanpa jari tengah..."
"Yang Mulia tahu, di mana sekarang beradanya Ratu Randang?"
"Dia minta izin untuk menemui Arwah Ketua. Mahluk alam gaib
yang tinggal di sebuah Candi Miring untuk mencari keterangan serta
petunjuk agar dapat menyelamatkan Kerajaan." Sri Maharaja diam
sebentar lalu bertanya. "Ananda, ada apa Ananda menanyakan
pembantu saya itu?"
"Saya hanya ingin tahu agar tidak ada yang tertinggal di pikiran
dan benak saya," jawab si bocah yang dijuluki Satria Lonceng Dewa,
27 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar Bhumi Mataram.
"Yang Mulia, sekarang katakan apa yang bisa sama-sama kita
lakukan untuk menyelamatkan Kerajaan dan rakyat Mataram."
"Dengan Kuasa Yang Maha Kuasa Saya ingin kami semua bisa
keluar dari malapetaka yang mengerikan ini. Yang pertama sekali,
bagaimana caranya rakyat dan semua mahluk hidup yang ada di Bhumi
Mataram lepas dari kelumpuhan dan demam panas yang menyerang
mereka. Lalu delapan benjolan merah agar bisa dilenyapkan dari kening
mereka. Kemudian mohon sekali bantuan Ananda agar Keris Kanjeng
Sepuh Pelangi bisa ditemukan kembali. Saya berharap Ananda bisa
menolong..."
"Yang Mulia, saya bocah yang tidak punya kepandaian apa-apa.
Apa lagi yang namanya kekuasaan. Tapi karena saya adalah anak
Mataram, Ibunda saya juga orang Mataram maka saya merasa diri yang
tidak berdaya ini ikut punya rasa pengabdian terhadap Yang Mulia dan
Kerajaan. Jika Yang Mulia mengizinkan saya akan melakukan tapa
untuk mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa..."
"Saya mengikut saja. Namun saat ini kita berpacu dengan waktu.
Jika Ananda melakukan tapa sampai berhari-hari, semua orang,
termasuk yang kini berada di Bukit Batu Hangus akan menemui ajal
karena penyakit dan kelaparan..."
"Saya tahu apa Yang Mulia kawatirkan. Tapi satu tahun bagi kita
manusia biasa, bisa saja hanya satu hari bagi Yang Maha Kuasa. Satu
minggu bagi kita, bagi Yang Maha Kuasa bisa saja hanya sekejapan
mata. Apakah Yang Mulia sudi menunggu sementara saya mulai
bertapa?" "Ananda, saya serahkan semuanya padamu. Saya akan
membantu dengan doa," jawab Sri Maharaja Rakai Kayuwangi lalu
tanpa memejamkan mata dia susun sepuluh jari di atas kepala dan
mulai memanjatkan doa.
Di hadapan Raja Mataram anak lelaki berusia dua belas tahun
duduk bersila dengan khidmat. Mata dipejam, dua tangan disilang di
atas dada. Bayangan cahaya kuning yang samar-samar membungkus
sekujur tubuh Mimba Purana tampak memancar lebih terang. Dari
ubun-ubun di kepalanya memancar satu cahaya kuning berbentuk garis
lurus, menembus langit-langit batu. Itu garis batin hati nurani yang
paling suci yang tengah coba bersentuh dengan kekuatan gaib dari Yang
Maha Kuasa. Tiba-tiba Raja Mataram yang tengah berdoa melihat larikan garis
kuning lenyap. Cahaya terang yang membungkus sosok Mimba Purana
juga sirna. Anak itu turunkan dua tangan dari atas dada, diletakkan di
atas pangkuan, perlahan-lahan mata dibuka.
"Yang Mulia, saya baru saja menyelesaikan tapa dua puluh satu
hari." Berkata Mimba Purana Satria Lonceng Dewa.
"Ananda Mimba, sungguh luar biasa..." Ucap Raja Mataram
sambil menurunkan kedua tangan yang tadi disusun di atas kepala.
28 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Di dalam tapa saya mendapat petunjuk bahwa pertolongan yang
kita harapkan itu berada dalam sebuah ruangan keramat yang pintunya
terkunci. Kunci pembuka pintu itu ada dua buah. Keduanya ada pada
Yang Mulia..."
"Saya..." Saya merasa tidak pernah membawa atau memiliki dua
buah kunci..." Kata Raja Mataram pula dengan heran sambil merabaraba pakaiannya.
Untuk beberapa ketika si anak menatap wajah sang Raja. Air
mukanya tampak meredup. Lalu dia berkata dengan suara perlahan.
"Kunci yang dimaksudkan itu adalah dua jari tengah kedua
tangan Yang Mulia. Dua jari tangan itu harus dipotong tepat pada
pangkalnya..."
Kejut Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Lokapala bukan alang
kepalang. Wajah berubah. Namun dia cepat menguasai diri lalu
bertanya. "Ananda Mimba Purana. Tidak salahkah telinga saya
mendengar?"
"Pertunjuk telah didapat. Kata telah diucapkan. Yang Mulia, saya
minta maaf. Saya mohon Yang Mulia segera mencabut Keris Widuri
Bulan. Yang Mulia harus memotong sendiri dua jari tengah Yang Mulia
dengan keris itu..."
29 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SRI MAHARAJA Rakai Kayuwangi terkesiap. Mata menatap lekat-lekat
ke wajah anak lelaki dua belas tahun di hadapannya. Kalau tadi dia
masih meragu dan bertanya apakah tidak salah mendengar ucapan
maka kini keraguan itu serta merta lenyap malah berubah menjadi
kecurigaan I Dia diminta si anak untuk memotong kedua jari tangan
sebelah tengah dengan mempergunakan Keris Widuri Bula& Jari lengahi
Tentu saja sang Raja ingat akan peristiwa yang sudah-sudah. Raden
Ageng Dak&* menemui kematian dengan tanda dua telapak tsrtg&ft
oerjari empat-tanpa jari tengah-di panggungnya. Ratu Randang diserang
secara gaib oleh mahluk yang tidak kelihatan dan meninggalkan tanda
dua telapak tangan lengkap dengan jari-jari namun tanpa jari tengah.
Delapan mahluk merah yang hendak membunuhnya juga tidak memiliki
jari tengah. Delapan Sukma Merah.
"Punya hubungan apa bocah ini dengan mahluk bernama Delapan
Sukma Merah. Jangan-jangan... Dewa Agung, apakah saat ini saya
benar-benar berhadapan dengan anak bernama Mimba Purana, berjuluk
Kalung Keramat Warisan Iblis 3 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Makam Bunga Mawar 30

Cari Blog Ini