Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh Bagian 2
Satria Lonceng Dewa" Atau hanya jejadiannya yang hendak mencelakai
diri saya" Menjebak hingga saya berubah menjadi mahluk celaka yang
tidak punya jari tengah"!"
Selagi sang Raja berpikir menduga-duga penuh curiga seperti itu
tiba-tiba ada suara mengiang di telinga kanannya.
"Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Lokapala. Bocah jahat hendak
menipumu. Dia bukan Satria Lonceng Dewa yang asli! Dialah mahluk
biang racun penimbul bencana Malam Jahanam! Cabut keris sakti di
pinggangmu sekarang jugal Bunuh dia dengan senjata itu! Jika dia mati
maka dirimu, keluargamu, rakyat dan Kerajaan akan selamat dari
malapetaka. Bunuh dia sekarang jugal"
"Pertunjuk Dewa Agungi Ini pasti petunjuk Yang Maha Kuasa!"
ucap Rakai Kayuwangi dalam hati. Sekujur tubuh menggeletar dialiri
hawa amarah. Tidak menunggu lebih lama Raja Mataram ini segera
cabut Keris Widuri Bulan. Sambil melompat keris sakti ditusukkan ke
dada anak lelaki yang duduk tak bergeming di hadapannya. Gerakan
yang dipergunakan adalah jurus bernama Kilat Menyabung Di Langit
Mataram. Gerakannya luar biasa cepat dan disertai tenaga dalam penuhi
"Setttl"
Raja Mataram melengak kaget. Keris Widuri Bulan jelas dan telak
menusuk masuk ke dalam dada si bocah. Namun dia seperti merasa
menusuk kapas yang lembut. Ketika anak yang hendak dibunuhnya itu
tampak tersenyum, bergetarlah sekujur tubuh Rakai Kayuwangi,
tengkuk serta merta menjadi dingini
Dengan cepat Rakai Kayuwangi cabut keris yang menancap di
30 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dada si anak. Tidak ada lobang bekas tusukan, tidak ada darah yang
mengucur. Badan keris sampai ke ujung bersih sama sekali, tidak ada
noda darah! Cahaya benderang putihnya sama sekali tidak redup!
Tiba-tiba Raja Mataram melihat ada titik putih muncul di
permukaan kening Mimba Purana. Dengan cepat titik ini berubah besar
dan astaga! Titik itu dengan cepat membentuk mata berwarna kuning.
Mata ketigal Mata Dewal Lalu.
"Wuss!"
Selarik sinar kuning melesat keluar dari mata di kening,
menyambar ke arah Raja Mataram. Sinar menyilaukan itu lewat hanya
satu jengkal di atas kepala. Sesaat kemudian terdengar suara jeritan,
disusul suara gedebuk jatuhnya satu sosok ke lantai ruangan. Rakai
Kayuwangi cepat memutar tubuh palingkan kepala.
Di lantai, sedikit tertutup oleh kepulan asap tipis hitam tergeletak
sosok seorang tua berambut putih panjang mengenakan selempang kain
putih. Di keningnya ada delapan benjolan merah. Raja Mataram ingat,
dia pernah bertemu orang tua itu satu kali ketika masih berusia enam
tahun. Namun dia masih bisa mengenali. Si orang tua adalah pertapa
sakti dari Gunung Merbabu bernama Sedayu Galiwardhana yang
diketahuinya telah tewas terbunuh beberapa tahun silam. Tentu saja
yang terlihat saat itu bukanlah jazad asli sang pertapa, melainkan ujud
roh yang menampakkan diri sebagai manusia biasa. (Mengenai siapa
adanya Sedayu Galiwadhana. harap baca serial Mimba Purana "Satria
Lonceng* Mataram", karangan Bastian Tito)
"Eyang Sedayu Galiwardhana, saya tahu kau muncul dari alam
roh. Berbuat kejahatan bukan maumu. Karenanya kembalilah ke alam
sana dengan segala ketenteraman. Maafkan kalau saya telah berlaku
kasar terhadap Eyang."
Baru saja Mimba Purana selesai mengeluarkan ucapan, kepulan
asap hitam lenyap. Bersamaan dengan itu sosok orang tua yang
tergeletak di lantai ruangan batu bergerak bangun, duduk di lantai lalu
bangkit berdiri. Dia menatap ke arah Sri Maharaja Mataram lalu
berpaling pada Mimba Purana. Sepertinya ada yang hendak diucapkan.
Namun mulut tetap terkancing sampai akhirnya sosok gaibnya melesat
ke atas, menembus atap batu dan lenyap dari pemandangan.
"Ananda Mimba Purana..." Berkata Rakai Kayuwangi. "Orang tua
tadi... menurut keterangan yang saya dengar dari Empu Semirang Biru,
dialah yang telah mencuri Keris Kanjeng Sepuh Pelangi. Seharusnya tadi
kita tanyai dulu dia..."
"Saya tahu Yang Mulia. Seperti kata saya tadi, dia berbuat
kejahatan bukan kehendaknya. Ada yang menguasai dan mengendalikan rohnya. Saya tidak bisa berbuat banyak selain
membiarkannya kembali ke alamnya. Mungkin saja dia akan kembali
muncul melakukan kejahatan. Tapi jika Yang Maha Kuasa berkehendak
lain maka hal itu tidak akan terjadi. Yang Mulia perlu menemuinya..."
Raja Mataram sadar. Cepat-cepat dia membungkuk.
31 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ananda, saya minta maaf. Saya telah tertipu. Ketika Ananda
meminta saya memotong kedua jari tengah tangan saya, saya mendapat
bisikan kalau..."
"Saya tahu Yang Mulia dan saya mengerti. Sekarang apakah Yang
Mulia yakin bahwa diri saya bukan mahluk bocah jahat yang hendak
menipu Yang Mulia" Apakah Yang Mulia masih merasa ragu untuk
memotong kedua jari tengah Yang Mulia sebagaimana petunjuk yang
saya dapat dalam tapa dua puluh satu hari tadi?"
Raja Mataram menatap Keris Widuri Bulan yang masih
tergenggam di tangan kanannya.
"Ananda, saat ini tidak ada lagi keraguan dalam diri saya.
Jangankan memotong jari, demi keselamatan rakyat dan Kerajaan
Mataram memenggal leherpun akan saya lakukan. Karena saya tahu
semua ini adalah kehendak Yang Maha Kuasa," jawab Rakai Kayuwangi.
Lalu Raja Mataram ini letakkan tangan kiri di atas lantai batu. Lima jari
dikembang. Keris Widuri Bulan pancarkan sinar terang ketika
didekatkan ke pangkal jari tengah tangan kiri. Bibir digigit. Tangan
kanan bergerak ke bawah dengan tekanan penuh.
"Crasss!"
32 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DARAH menyembur begitu jari tengah tangan kiri putus habis di bagian
pangkal! Potongan jari tengah tergeletak di lantai batu. Rakai Kayuwangi
ingin berteriak akibat rasa sakit yang luar biasa. Namun dia kuatkan
diri menahan sakit agar tidak sampai mengeluarkan jeritan hingga
sekujur tubuh bergetar dan memercikkan keringat.
Dalam keadaan tangan kiri berlumuran dan masih mengucurkan
darah dipindahkan Keris Widuri Bulan ke tangan kM. Kini tangan kanan
diletakkan dan dikembangkan di lantai.
Keris sakti berpijar terang-Bagian ujung yang tajam ditetakkan ke
bawah, ditekan ke pangkal jari tengah tangan kanan. "Crass!"
Seperti keadaannya jari tangan kiri, jari tengah tangan kanan
putus buntung! Darah mengucur deras. Rakai Kayuwangi menggigit
bibir sendiri menahan sakit dan berusaha untuk tidak menjerit. Walau
mampu menahan sakit dan tidak menjerit namun sepasang mata Rakai
Kayuwangi tampak berkaca-kaca. Inilah satu pertanda bahwa dia
memotong putus kedua jari tengahnya dengan segala kepasrahan dan
ketegaran. Sambil membungkukkan tubuh Raja Mataram keluarkan ucapan.
"Wahai Yang Maha Kuasa, apa yang menjadi petunjukMu telah
saya lakukan. Saya mohon selamatkan rakyat dan Kerajaan..."
"Yang Mulia, apa Yang Mulia ucapkan telah didengar oleh Yang
Maha Kuasa. Sesungguhnya Yang Mulia telah berhasil melalui satu
ujian yang sangat berat. Luruskan tubuh. Pandanglah baik-baik kedua
tangan Yang Mulia. Tidak ada yang putus, tak ada yang berkurang pada
diri Yang Mulia. Baik yang berupa daging, tulang ataupun cairan.
Sesungguhnya Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan juga Maha
Pengasih. Yang Maha Kuasa tidak akan pernah mencelakai ummatNya
sendiri. Kecuali jika itu memang maunya sang ummat sendiri..."
Raja Mataram terdiam sesaat mendengar kata-kata Mimba
Purana. Dia merasa aneh. Rasa sakit pada kedua tangannya yang
seperti hendak meledakkan kepala tiba-tiba lenyap. Malah kini dia
merasakan kesejukan di sekujur tubuhl
Perlahan-lahan Rakai Kayuwangi luruskan tubuh dan angkat
kepala. Pandangan mata diarahkan pada kedua tangan.
"Dewa Agungi Hyang Jagat Bathara!"
Di tangan itu tidak ada lagi noda darah. Tidak ada darah yang
menyembur. Tidak ada jari yang putus buntungl Tidak ada daging dan
tulang yang putusl Kedua jari tengah tangan kiri kanan masih utuh di
tempatnya semula, diantara empat jari lainnyal
Lalu buntungan tangan yang tadi jelas-jelas dipotongnya sendiri"
Rakai Kayuwangi memandang ke lantai batu. Astaga! Di lantai di mana
33 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
seharusnya tergeletak dua buntungan jari tengah kedua tangannya kini
tergeletak dua potongan kayu!
"Dewa Maha Agung..."
Raja Mataram menatap ke arah anak lelaki yang duduk tenang di
hadapannya malah tampak tersenyum.
"Yang Mulia, Yang Maha Kuasa menguji kita manusia dengan
berbagai cara. Kadang-kadang tidak masuk akal. Yang Maha Kuasa
telah mendengar permohonan Yang Mulia. Ketika memohon Yang Mulia
tidak mengatakan minta keselamatan bagi diri Yang Mulia ataupun
keluarga Yang Mulia. Tapi memohon dan mementingkan keselamatan
rakyat dan Kerajaan. Yang Mulia telah membuka dua kunci pintu
ruangan keramat. Sekarang baru saya berani mengatakan apa yang
harus kita lakukan."
Raja Mataram rundukkan tubuh dan mengucapkan terima kasih
berulang kali pada Yang Maha Kuasa dan pada anak lelaki di depannya.
"Yang Mulia, petunjuk dalam tapa mengatakan pada saya bahwa
Yang Mulia harus mencari Empat Mayat Aneh yang terkubur dalam
sebuah makam. Makam itu terletak di sekitar Candi Gedong Pitu yang
dibangun oleh Sri Maharaja Mataram para pendahulu Yang Mulia. Dari
Empat Mayat Aneh itulah kelak Yang Mulia akan mampu mengetahui
dan mencari jalan bagaimana menyelamatkan rakyat dan Kerajaan.
Tentu saja menyelamatkan pula keluarga serta para pengikut yang setia
dan Yang Mulia sendiri."
"Terima kasih Ananda, saya tahu di mana letak Candi Gedong
Pitu. Saya pernah satu kali diajak mendiang Ayahanda ke tempat itu.
Mudah-mudahan saya masih ingat jalan ke situ." Rakai Kayuwangi
terdiam sejurus. Lalu bertanya. "Ananda, saat ini sebenarnya kita
berada di mana?" (Kawasan Candi Gedong Pitu terletak di desa Candi,
kaki selatan Gunung Ungaran. Pada masa itu Raja-Raja Hindu di Jawa
membangun tujuh candi agung. Itu sebabnya kawasan candi tersebut
dinamakan Candi Gedong Pitu yang berarti Tujuh Bangunan Candi.
Kemudian dibangun lagi dua buah candi baru dan sekarang kawasan
tersebut dikenal dengan nama Candi Gedong Songo atau Sembilan
Bangunan Candi- penulis)
"Yang Mulia, kita berada di bawah Pegunungan Oieng, pada
lapisan tanah ke tiga..."
Sri Maharaja Mataram sampai ternganga mendengar ucapan
Mimba Purana. Si anak tampak tenang-tenang saja.
"Yang Mulia, satu hal perlu saya beritahu. Makam Empat Mayat
Aneh itu tidak terletak di tanah sekitar Candi Gedong Pitu, di kaki
selatan Gunung Ungaran. Tapi tergantung di udara. Yang Mulia harus
mampu menurunkannya ke tanah lalu baru bisa menggali. Satu hal lagi,
ada kesulitan lain. Makam yang tergantung di udara itu tidak mampu
dilihat dengan mata kasat biasa..."
"Ananda, kalau begitu penjelasan Ananda
34 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
apakah ada petunjuk lain yang bisa membantu saya menemukan
makam empat mayat aneh itu. Ananda tahu, waktu yang ada sangat
singkat..."
Mimba Purana mengangguk. Dua telapak tangan saling disatukan.
Tak selang berapa lama dua tangan tampak memancarkan cahaya
kuning. Lalu wuttl Sebuah benda melesat keluar diantara dua telapak
tangan, berputar tiga kali di udara lalu melayang turun dan tersandar di
dinding ruangan. Sri Maharaja memperhatikan keberadaan benda itu
dengan mata tak berkesip. Seumur hidup baru sekali ini dia melihat
benda seperti itu. Berbentuk kuda, lengkap dengan kepala dan buntut
tapi tidak berkaki. Kuda-kuda ini terbuat dari kajang bambu yang
dianyam halus, berwarna hitam dengan sepasang mata coklat besar.
Pada bagian leher melingkar seutas tali kulit. Pada leher itu pula
tergantung seuntai giring-giring atau kerincingan perak dan terselip satu
cemeti kecil. "Ananda, benda apa ini" Seumur hidup baru sekali ini saya
melihat yang seperti ini. Apa kuda jejadian, tapi mengapa tidak
berkaki..."
"Yang Mulia, benda yang tersandar di dinding itu disebut Kuda
Lumping. Tidak berasal dari alam kita. Tapi berasal dari alam delapan
ratus tahun dimuka kita..."
Rakai Kayuwangi bertambah heran.
"Keberadaan Kuda Lumping itu adalah atas kehendak Yang Maha
Kuasa. Kuda Lumping itu akan menjadi tunggangan Yang Mulia menuju
Gunung Ungaran dan selanjutnya menjadi penghubung antara Yang
Mulia dengan beberapa mahluk tertentu, manusia, bangsa jin dan
mahluk dalam alam roh lainnya..."
Kening Sri Maharaja mengerenyit. "Kuda mainan, kuda mati, tidak
berkaki. Bagaimana mungkin..."
Mimba Purana si bocah sakti berjuluk Satria Lonceng Dewa
tertawa. Lalu berkata.
"Bagi Yang Maha Kuasa tidak ada yang tidak mungkin. Tunggangi
Kuda Lumping itu. Sangkutkan lingkaran tali di leher Yang Mulia. Dia
tidak berkaki karena dia memang tidak berlari seperti kuda biasa.
Pergunakan cemeti untuk memecut pinggulnya maka dia akan
menerbangkan Yang Mulia secepat kilat menyambar. Bilamana Yang
Mulia telah sampai di kawasan Candi Gedong Pitu, akan ada seseorang
menemui Yang Mulia. Selanjutnya setelah Yang Mulia menemui Empat
Mayat Aneh, tanggalkan giring-giring perak dari leher Kuda Lumping,
digoyang-goyang sambil disapukan diatas wajah Empat Mayat Aneh.
Maka dengan izin Yang Maha Kuasa ke empat mayat itu akan terbangun
dari keleiapan tidur mereka di alam baka. Lalu dari merekalah Yang
Mulia akan mendapat petunjuk lebih lanjut."
Mendengar ucapan Mimba Purana, Raja Mataram mengucap
berulang kali menyebut Kebesaran Yang Maha Kuasa.
"Ananda, saya akan melakukan apa yang Ananda katakan.
35 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Namun sebelum pergi ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan.
Ketika saya dihadang oleh puluhan mahluk hitam bugil, Ananda telah
menyelamatkan saya. Mengapa Ananda tidak terlebih dulu mengambil
Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakan terhadap mereka" Bukankah mahluk seperti itu perlu dibasmi.
Apa lagi saya yakin mereka ikut mengambil peranan jahat dalam
bencana yang melanda Kerajaan dan rakyat Mataram. Siapa puluhan
mahluk itu sebenarnya?"
"Mereka dikenal dengan nama Seratus Jin Perut Bumi. Mereka
diam di hutan Mentaok. Walau mereka jahat ganas tapi saya punya
kendala. Para Dewa tidak memberi izin saya untuk menghabisi mereka.
Saya tidak menerima tanda berupa bunyi suara lonceng di dalam kepala
saya. Karena sebenarnya mereka dahulu adalah yang termasuk jin putih
dan pernah berbakti pada para sepuh Raja Raja Mataram. Sekarang
mereka berada dibawah satu kekuasaan mahluk jahat.."
"Delapan Sukma Merah?" tanya Raja Mataram pula.
"Tidak bisa diduga," jawab Mimba Purana. "Namun Para Dewa
menginginkan agar mereka disadarkan. Itu menjadi tugas saya. Mudahmudahan Yang Mulia bisa membantu..."
"Ananda, menurutmu apakah Delapan Sukma Merah ini ada
sangkut pautnya dengan orang yang menyebut dirinya sebagai Sri
Maharaja Ke Delapan yang melakukan pemberontakan beberapa tahun
silam?" "Saya tidak bisa memastikan Yang Mulia. Tapi yang namanya
dendam kesumat itu bisa saja muncul dalam berbagai bentuk ketika
melakukan pembalasan. Karenanya kita harus waspada dan berhatihati..." Rakai Kayuwangi mengusap dagu lalu bertanya.
"Mengenai Keris Kanjeng Sepuh Pelangi, apakah saya akan
mampu mendapatkannya kembali" Lalu siapa yang telah menculik
Empu Semirang Biru dan bagaimana keadaannya...?"
"Saya berharap jika Yang Mulia telah bertemu dengan Empat
Mayat Aneh, semua pertanyaan Yang Mulia akan terjawab."
"Terima kasih Ananda. Rasanya saya harus pergi sekarang juga."
Kata Rakai Kayuwangi.
"Benar Yang Mulia, Yang Mulia harus segera pergi. Namun ada
sesuatu yang akan saya berikan pada Yang Mulia."
Mimba Purana bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekati
Sri Maharaja Mataram. Tangan kanan menggenggam dan tangan itu
tampak mengeluarkan cahaya putih. Ada sesuatu dalam genggaman si
bocah sakti. Tangan diulurkan pada Rakai Kayuwangi yang cepat
disambut oleh sang Raja dengan mengulurkan tangan kanan dan
membuka telapak lebar-lebar. Mimba Purana buka genggaman tangan
kanan, letakkan sebuah benda di atas telapak tangan kanan Sri
Maharaja Mataram. Ketika sang Raja memperhatikan benda yang ada di
telapak tangannya itu ternyata sebuah batu tipis berwarna putih
berbentuk segi tiga. Pada ujung kiri segi tiga terdapat guratan angka 2
36 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berwarna biru. Di ujung segi tiga sebelah atas tertera angka 1, juga
berwarna biru. Lalu pada ujung segi tiga sebelah kanan ada lagi angka 2
berwarna biru. "Batu putih berangka Dua Satu Dua. Apa artinya ini, Ananda"
Apa kegunaannya?" tanya Raja Mataram.
"Yang Mulia, simpan batu itu baik-baik. Jangan sampai hilang.
Kelak batu itu akan menjadi tanda pengenal bagi seseorang yang datang
dari negeri delapan ratus tahun mendatang, yang akan menemui Yang
Mulia. Yang dengan izin Yang Maha Kuasa akan menolong Yang Mulia,
Kerajaan dan rakyat Mataram... Yang Mulia, kita berpisah sampai di
sini. Semoga Yang Maha Kuasa melindungi kita semua..."
"Seseorang dari negeri delapan ratus tahun mendatang akan
memberi pertolongan. Apakah tidak ada orang di Bhumi Mataram ini
yang berkemampuan melakukan hal itu" Bagaimana mungkin orang
yang masih belum ada dimintakan pertolongannya" Ananda, maafkan
saya. Tapi saya benar-benar tidak mengerti."
"Yang Mulia," sahut Mimba Purana, "kekuasaan Yang Maha Kuasa
terkadang tidak bisa diterima akal kita bangsa manusia. Tapi siapakah
yang berani membantah" Selain Kuasa, Dia juga Maha Mengetahui apaapa yang ada di dalam hati kita, apa-apa yang telah terjadi di masa lalu
dan apa-apa yang akan terjadi sekalipun di masa ribuan tahun
mendatang. Yang Mulia boleh merasa ragu akan kemampuan manusia
termasuk diri saya. Tapi jangan sekali-kali meragukan kemampuan
Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa..."
Seiring dengan berakhirnya ucapan, anak leiaki dua beias tahun
itu lenyap dari pemandangan, meninggalkan selubung cahaya kuning
yang menebar bau harum untuk beberapa lamanya. Rakai Kayuwangi
menghela nafas panjang berulang kali sambil menyebut nama Yang
Maha Kuasa. Lalu dia melangkah mendekati Kuda Lumping yang
tersandar di dinding ruangan. Setelah memperhatikan dan mengusapusap benda itu, punggung dan tubuh Kuda Lumping diletakkan di
antara kedua kakinya. Lingkaran tali disangkutkan ke leher. Cemeti
dicabut lalu dicambukkan ke pinggul Kuda Lumping sebelah kanan.
"Taarrr!"
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi tercekat.
Suara menggeledek membahana dalam ruangan batu. Di
kejauhan terdengar suara kuda meringkik. Giring-giring di leher Kuda
Lumping berbunyi nyaring.
Wuttt! Saat itu juga Kuda Lumping melesat ke udara, menembus
atap ruangan bersama Raja Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
yang da di atas punggungnya!
37 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DALAM serial sebelumnya yang berjudul "Malam Jahanam Di Mataram"
diceritakan Pendekar 212 Wiro Sableng bertemu dengan seorang gadis
usia empat belas tahun, bernama Ni Gatri anggota pemain rombongan
Kuda Lumping Cahaya Utara. Ketika tengah mengadakan pertunjukan
di sebuah pasar di Demak Ni Gatri hampir celaka bahkan tewas akibat
perbuatan jahat seseorang yang berada di antara para penonton. Wiro
yang ikut berkerumun dEanfaraorafig banyak menyaksikan pertunjukan
berhasil menyelamatkan si gadis.
Di balik kejadian Itu ternyata pembunuhan terhadap Ni Gatri
memang sudah direncanakan oleh mahluk alamroh yang telah sejak
lama mengikuti si gadis. Di saat yang bersamaan ada roh putih seorang
kakek memasuki tubuh si gadis sehingga Ni Gatri berperi laku aneh dan
bicara dengan suara mahluk yang ada dalam tubuhnya yaitu suara si
kakek. Saat itu Ni Gatri mengeluarkan ucapan aneh menyangkut diri
Wiro. "Kau... Akhirnya kutemui juga dirimu... Ki Sugeng saya memang
tidak mengenal pemuda ini. Tapi saya yakin dialah orangnya."
Di pasar itu ada seorang kakek berdestar merah yang dibentak
oleh Ni Gatri dengan suara anehnya. "Kaulah pembawa roh jahat itu!
Kau yang hendak memasukkan angkara murka ke dalam tubuhku. Tapi
Dewa Penguasa Jagat melindungi diriku, menghancurkan kejahatanmu!
Sekarang tinggalkan tempat ini atau kau akan kujadikan mahluk paling
hina di muka bumi ini!"
Sewaktu Wiro meninggalkan pasar, Ni Gatri melarikan diri dari
rombongan dan pergi mengejar Wiro. Dalam usahanya mencari Wiro
gadis ini dikejar oleh seekor anjing buduk jejadian yang memiliki
delapan benjolan merah di kepala. Binatang ini jelas hendak membunuh
si gadis. Kembali Wiro menyelamatkan Ni Gatri. Anjing hitam dihajar
dengan pukulan Tangan Dewa Menghantam Matahari hingga kepalanya
hancur. Sosok anjing berubah menjadi kepulan asap merah yang
kemudian melesat lenyap ke udara. Di tempat itu lalu muncul samar
sosok seorang lelaki tua berpakaian hitam. Di keningnya ada delapan
benjolan merah. Sebelum lenyap orang tua ini berkata pada Wiro. "Anak.
muda, jangan pernah mengira kalau aku sudah menemui ajal! Delapan
Sukma Merah tidak pernah mati! Ha... ha... ha!"
Yang membuat murid Sinto Gendeng jadi bingung adalah ketika Ni
Gatri menyatakan bahwa dia ingin ikut ke mana Wiro pergi. Dia tidak
mau kembali ke rombongan pemain Kuda Lumping karena takut akan
diperlakukan mesum oleh pimpinan rombongan yang bernama Ki
Sugeng Jambul. Karena merasa ada sesuatu yang aneh dalam diri Ni
Gatri yang berhubungan dengan dirinya Wiro akhirnya mengajak gadis
belia itu ke Kotaraja untuk dititipkan pada seorang sahabat. Dia merasa
38 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hiba dan sekaligus bertanggung jawab kalau sampai terjadi sesuatu
yang buruk dengan Ni Gatri.
Mereka memasuki pinggiran Kotaraja sebelah barat menjelang
senja. Sahabat yang dimaksudkan Wiro adalah sepasang kakek nenek
yang dikenal dengan panggilan Kakek dan Nenek Pringkun. Kedua
suami istri yang tidak punya anak ini bekerja sebagai abdi dalem di
Keraton Sultan. Sekali seminggu mereka pulang ke rumah mereka di
pinggiran Kotaraja.
Kakek-nenek Pringkun selain terkejut melihat kedatangan Wiro
yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ditemui sekaligus merasa
gembira mengetahui bahwa Pendekar 212 datang membawa seorang
gadis belia ayu. Sambil membelai kepala Ni Gatri Kakek Pringkun
berkata. "Pendekar, kami berdua tentu saja sangat bahagia ketitipan Ni
Gatri. Puluhan tahun kawin tidak punya keturunan. Hari ini Dewa
Agung mengulurkan tangan Kasih memberikan seorang gadis pada
kami. Namun mungkin Ni Gatri belum berjodoh dengan kami..."
"Apa maksud Ki Pringkun?" tanya Wiro yang biasa memanggil si
kakek dengan sebutan Ki.
Kakek Pringkun menatap wajah istrinya yang tampak seperti
sedih. Baru kemudian dia menjawab pertanyaan Wiro.
"Kedatangan Ni Gatri sudah diketahui Raden Mas Jonggrang
Pringgo. Beliau sejak sore tadi sudah menunggu. Saat ini beliau berada
di halaman belakang. Seperti kami berdua beliau juga tidak punya
keturunan..."
Wiro merasa heran. Sementara mendengar kata-kata si kakek Ni
Gatri langsung memegang lengan Wiro.
"Kakak, Gatri suka tinggal di sini bersama kakek-nenek ini. Tapi
kalau ikut orang yang bernama Raden Mas Jonggrang Pringgo itu Gatri
tidak mau. Gatri mau ikut Kakak saja."
"Ni Gatri, kau tentu saja belum tahu siapa adanya Raden Mas
Jonggrang Pringgo. Nanti kau lihat sendiri. Orangnya baik, istrinya juga
baik." Berkata nenek Pringkun.
Sebagai jawaban Ni Gatri menggelengkan kepala berulang kali
sementara kedua matanya mulai merebak berkaca-kaca.
"Ki Pringkun, siapa adanya orang bernama Raden Mas Jonggrang
Pringgo itu?" Bertanya murid Sinto Gendeng.
"Beliau seorang bangsawan, tinggal di Kotaraja, tak jauh dari
kawasan Keraton. Masih punya pertalian darah dengan salah seorang
istri Pangeran Kerajaan. Nasib anak ini benar-benar cemerlang. Dia
akan bahagia tinggal bersama Raden Mas Jonggrang Pringgo..."
Wiro memandang pada Ni Gatri. Si anak kembali geleng-gelengkan
kepala. Kakek Pringkun lantas berkata.
"Karena Raden Mas Jonggrang sudah ada sejak petang tadi berada
di rumahku, dan kalian berdua sudah datang, tidak baik membiarkan
39 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
beliau menunggu berlama-lama. Baiknya aku perkenalkan kalian
berdua dengan beliau."
"Ki Pringkun, tunggu dulu. Bagaimana Raden Mas Jonggrang tahu
kalau gadis ini akan datang ke sini hari ini?" Murid Sinto Gendeng
kembali ajukan pertanyaan.
"Pendekar, sudahlah. Simpan dulu pertanyaanmu. Mari kita
menemui bangsawan yang baik hati itu." Kakek Pringkun lalu menarik
tangan Wiro sementara istrinya menuntun Ni Gatri membawa mereka
masuk ke dalam rumah terus menuju ke halaman belakang di mana
terdapat sebuah taman kecil.
Di dalam taman kecil dan sederhana di atas sebuah tonggak batu
yang dibentuk menyerupai bangku, duduk seorang lelaki berbadan
gemuk, berperut buncit. Kumis dan janggut tebal menghias wajah yang
berminyak. Pakaian mewah, kalung bersusun sampai tiga. Di atas
kepala bertengger topi tinggi hitam bersulam benang emas. Sebilah keris
bersarung perak terselip di pinggang.
Sambil setengah membungkuk Kakek Pringkun berkata. "Raden
Mas Jonggrang, Raden Mas ternyata betul. Ini gadis bernama Ni Gatri
yang Raden Mas katakan itu..."
Orang bernama Raden Mas Jonggrang berdiri dan tersenyum
lebar. Namun Wiro melihat senyum itu menjadi berubah pencong ketika
pandangan sepasang mata mereka saling beradu.
"Kakak, saya tidak mau ikut orang buncit itu..." Berkata Ni Gatri
sambil memegang Wiro kuat-kuat.
"Ni Gatri, jangan bicara seperti itu." Berkata Nenek Pringkun.
Raden Mas Jonggrang Pringgo tertawa gelak-gelak. Wiro merasa
suara tawa itu membuat tanah yang dipijak bergetar.
"Hemm... Raden Mas ini agaknya sengaja hendak memperlihatkan
kehebatan tenaga dalamnya. Apa maksudnya...?" Membatin Pendekar
212 dalam hati.
"Anak ini takut melihat perut buncitku! Ha... ha... ha! Tak jadi
apa. Ki Pringkun kereta yang akan menjemputku agaknya terlambat
datang. Biar aku langsung saja membawa gadis ini..."
Sementara Raden Mas Jonggrong Pringgo bicara Wiro
memperhatikan. Dalam hati dia berkata.
"Aku merasa ada yang aneh pada orang satu ini. Tapi aku tidak
bisa memastikan apa. Topi dan pakaiannya bagus. Kasut juga bagus.
Dua kaki menginjak tanah pertanda dia memang manusia
benaran adanya. Janggut dan kumis tebal melintang, terpelihara rapi.
Tapi..." Tiba-tiba ada satu cahaya kelabu berkelebat, entah dari mana
datangnya masuk ke dalam tubuh Ni Gatri. Pada saat yang bersamaan
keanehan yang tadi dirasakan Pendekar 212 kini dilihatnya sebagai satu
kenyataan. Sang Raden Mas Jonggrang Pringgo tidak memiliki bandar di
bibir bagian atas, yaitu antara kumis kiri kanan yang tebal melintang.
40 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mahluk yang tidak memiliki bandar di bibirnya seperti itu hanyalah
sebangsa mahluk halus, jin atau roh jahatl
41 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
TIDAK menunggu lebih... lama Pendekar 212 Wiro Sableng segera
melompat dan mencekal kerah pakaian bagus Raden Mas Jonggrang
Pringgo. "Bangsawan keparat! Kau punya niat jahat terhadap Ni Gatri!
Perlihatkan ujudmu sebenarnya!" Sambil membentak Wiro alirkan
tenaga dalam mengandung hawa sakti panasi
Kakek nenek Pringkun berseru kaget melihat apa yang pakukan
Wiro. Meski tubuhinengepulkan asap akibat hawa panas yang
menghantamnya namun Raden Mas Jonggrang Pringgo menyeringai lalu
tertawa bergolak. $?aJEitu juga delapan benjolan merah muncul di
keningnya! "Jahanaml" Wiro ingat anjing buduk dan kakek berpakaian hitam
yang pernah hendak mencelakai Ni Gatri. Kedua Mahluk itu sama
memiliki delapan benjolan merah di kening. Dan kini benjolan seperti itu
Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ada pula di kening Raden Mas Jonggrangl
Tangan kanan Wiro segera bergerak melepaskan pukulan jarak
dekat. Pukulan diarahkan ke kepala Raden Mas Jonggrang. Orang yang
diserang masih menyeringai. Padahal pukulan yang dilancarkan murid
Sinto Gendeng adalah pukulan Kilat Menyambar Puncak Gunung yang
bisa membuat hancur batu sebesar rumah! Apa lagi kepala manusia,
bisa hancur lumat dan gosong!
"Anak muda, kau punya tangan yang bisa memukul. Tapi kau
tidak pernah menyadari tangan itu adalah seekor ular besar yang akan
melilit menghancur remuk tubuhmu sendiri!"
Begitu Raden Mas Jonggrang selesai keluarkan ucapan tiba-tiba
tangan kanan Wiro yang mencekal leher bajunya berubah menjadi
seekor ular hitam legam yang memiliki delapan benjolan merah kecil di
kepalanya. Serta merta gerak serangan sang pendekar menjadi tertahan!
Pendekar 212 berseru kaget ketika ular besar itu tiba-tiba
mendesis keras lalu berbalik dan dalam sekejapan mata saja binatang
ini telah melilit Wiro mulai dari bahu sampai ke kaki!
"Kreekk! Kreekk!"
Tulang bahu dan pinggul Wiro mengeluarkan suara berderak.
Sambil jatuhkan diri Wiro dengan cepat terapkan ilmu Belut
Menyusup Tanah. Tubuhnya serta merta menjadi licin seperti belut.
Walau cukup susah namun Wiro berhasil lepaskan diri dari lilitan ular
hitam. Tidak mampu melumat Wiro, ular hitam melesat ke arah Ni Gatri.
Mulut dibuka lebar. Selarik sinar hitam yang menebar bau sangat busuk
menyembur ke sekujur tubuh Ni Gatri mulai dari kepala sampai ke kaki.
42 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Gadis ayu! Ubah dirimu dan ikut aku! Atau kau kubunuh sekarang
juga!" Ular hitam besar keluarkan ucapan suara manusia.
Ni Gatri menjerit. Dari tubuhnya memancar cahaya putih,
berusaha membendung datangnya semburan sinar hitam. Namun
kekuatan serangan ular hitam setingkat lebih hebat. Walau cahaya
putih sanggup bertahan tapi tubuh dari pinggang ke bawah saat itu
tampak telah berubah menjadi tubuh ular hitami "Ikut aku."
Ular hitam besar kembali keluarkan ucapan.
Ni Gatri tampak menggapai-gapai. Buntut ularnya menjejak-jejak
tanah seperti berjalan. Tiba-tiba tubuh gadis ini melayang ke arah ular
besar. Dua tangan dikembang seperti hendak minta dirangkul!
"Orang tua, peluk diriku. Aku ikut bersamamu..." Ni Gatri
berseru. Dan suara yang terdengar adalah suara aslinya.
Namun ada satu kekuatan di dalam tubuh si gadis yang berusaha
menolak dan melindungi dirinya dari kekuatan yang hendak merubah
dan membawa melarikannya. Dari mulut Ni Gatri lalu keluar ucapan
suara seorang kakek.
"Delapan Sukma Merah! Kau boleh muncul seribu ujud. Kau boleh
berada di mana-mana. Tapi kematian bagimu juga ada di mana-mana!
Bagi roh jahat tidak ada tempat di alam manapun!"
Ular besar mendesis keras. Ujung ekor yang panjang runcing
laksana sebilah pedang menyambar ke arah leher Ni Gatri. Si gadis yang
sebagian tubuhnya telah berubah menjadi ular hitam menjerit keras.
Saat itulah dari samping kanan tiba-tiba berkiblat cahaya putih
menyilaukan disertai suara menggelegar dahsyat dan tebaran panas luar
biasai Taman kecil di bagian belakang rumah kediaman Ki Pringkun
laksana terbongkar. Tanah dan segala macam tanaman termasuk batu
dan meja terbuat dari batu bermentalan ke udara. Sebagian dinding
halaman belakang roboh hangus. Kakek nenek Pringkun jatuh
bergulingan di tanah. Udara panas terasa seperti hendak melelehkan
tubuh. Ni Gatri menjerit keras. Anak perempuan ini tergolek dekat
sebuah jambangan besar yang telah hancur. Tubuhnya masih
berbentuk setengah manusia setengah ular.
Di tanah, dekat reruntuhan tembok halaman sosok ular besar
hitam yang telah berubah gosong menggelepar-gelepar mengeluarkan
suara desis berkepanjangan. Tak selang berapa lama ujud binatang
jejadian ini kepulkan asap busuk. Dalam kegelapan senja memasuki
malam, asap berubah membentuk sosok seorang kakek berpakaian
hitam yang kemudian melesat ke udara dan lenyap dari pandangan
mata. Orang tua ini adalah yang pernah dilihat Wiro secara samar,
muncul setelah dia membunuh anjing besar hitam dan buduk yang
mengejar Ni Gatri.
Tiba-tiba ada suara orang tertawa cekikikan.
"Hik... hik... Pukulan Sinar Matahari! Aku kira ilmu kesaktian itu
sudah kau jual pada orang lain!"
43 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Wiro terkejut. Memandang berkeliling.
"Ada suara tak ada orangnya. Mungkin aku salah mendengar.
Tapi rasa-rasanya itu memang suara dia. Atau masih ada mahluk gaib
berkeliaran di sekitar sini menyaru suara, mengincar Ni Gatri. Anak itu
dirinya selalu diikuti maraba-haya ke mana dia pergi. Bagaimana aku
harus menolongnya. Aku tak mungkin membawanya ke mana aku pergi.
Dan sekarang sosoknya berbentuk setengah ular setengah manusia.
Ketika ular jahanam itu tadi menyemburnya, ada cahaya putih di dalam
tubuhnya berusaha menolong namun kalah kuat..."
Wiro melangkah mendekati Ni Gatri.
"Kakak, tolong... Bagaimana ini. Bagaimana tubuh Gatri bisa jadi
begini. Gatri takut..." Ni Gatri berucap dengan suara tersendat-sendat.
Wajahnya tampak pucat.
Ketika Wiro berjongkok di samping anak perempuan itu, tiba-tiba
satu bayangan hitam berkelebat. Wiro melihat dua kaki kurus kering tak
berkasut berdiri di tanah di hadapannya. Lalu ada kain panjang dan
kebaya hitam basah menebar bau pesing. Melihat lebih ke atas Pendekar
212 tersentak kaget. Buru-buru dia melompat lalu membungkuk dan
berseru. "Eyang Sinto!"
"Hik... hik! Anak setan, aku belum ingin bicara denganmu. Aku
mau bicara dulu dengan anak perempuan ini. Tidak! Bukan dengan
anak perempuan ini, tapi dengan mahluk yang ada di dalam dirinya!"
Orang yang berdiri di hadapan Wiro saat itu adalah nenek tua
berkulit hitam bermata cekung. Rambut putih jarang digulung di atas
kepala. Kepala itu sendiri ditancapi lima tusuk konde dari perak. Nenek
ini bukan lain Sinto Gendeng, tokoh angker rimba persilatan dan adalah
guru sang pendekar.
Dengan ujung tongkatnya Sinto Gendeng mengangkat tubuh Ni
Gatri hingga terduduk tersandar ke runtuhan tembok. Dengan tongkat
itu pula si nenek kemudian mengusap bagian tubuh gadis belia itu
mulai dari pinggang ke bawah. Tongkat berpijar biru. Tubuh Ni Gatri
tersentak. Di kejauhan lapat-lapat terdengar suara seperti orang
menjerit. Ujud tubuh bagian bawah Ni Gatri yang sebelumnya berbentuk
ular serta merta berubah, kembali pada keadaan aslinya. Sadar dirinya
ditolong orang, walau takut melihat wajah si nenek namun Ni Gatri
cepat berlutut.
"Nenek, saya Ni Gatri menghatur ribuan terima kasih kau telah
mengembalikan ujud saya..."
"Hemmm..." Sinto Gendeng keluarkan suara bergumam. Tongkat
kayu diusap-usapkan di atas kepala Ni Gatri. "Anak baik, anak tahu
diri. Sekarang kancing dulu mulutmu. Aku mau bicara dengan mahluk
yang ada dalam tubuhmu!"
44 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SINTO GENDENG bungkukkan tubuh sedikit. Wiro melihat tidak
biasanya sang guru memberi penghormatan seperti itu. Apa lagi pada
orang yang sosoknya tidak terlihat.
"Sahabat di dalam tubuh anak perempuan bernama Ni Gatri, kau
telah melindungi anak ini. Berarti kau mahluk putih. Harap kau mau
memberi tahu siapa dirimu, kau datang dari mana dan apa maksud
keperluanmu. Apakah kehadiranmu dan semua apa yang terjadi di sini
sesuai dengan petunjuk Yang Maha Kuasa yang aku terima melalui
mimpi..." Baik Wiro apa lagi nenek Pringkun memperhatikan dengan
perasaan mencekam. Mereka sama memandang ke arah Ni Gatri.
Ni Gatri membuka mulut. Suara yang keluar dan terdengar bukan
suaranya namun suara kakek-kakek. Wiro ingat kejadian di pasar
Demak. Ketika memaki kakek jahat berdestar Ni Gatri juga bicara bukan
dengan suaranya sendiri.
"Nenek bersunting lima di atas kepala. Saya sangat menaruh
hormat padamu. Saya mahluk yang datang dari jauh dari Kerajaan
Mataram Kuna, di alam yang berbeda delapan ratus tahun silam dari
saat ini. Saya menerima tugas dari Yang Maha Agung untuk melindungi
anak perempuan bernama Ni Gatri itu. Ternyata ilmu kepandaian yang
saya miliki masih belum memadai. Bersyukur kepada Sang Hyang
Bathara Agung kau dan muridmu telah memberikan pertolongan..."
"Oala... Kalau begitu kau adalah salah seorang leluhur kami...
Hanya Yang maha Kuasa yang mampu membuat kejadian seperti ini..."
Sinto Gendeng membungkuk sampai beberapa kali.
"Nenek berkonde lima, jangan membuat aku sungkan dengan
segala pernghormatan..." Berkata mahluk yang ada di dalam tubuh Ni
Gatri. "Sahabat, mengapa kau merasa perlu menyelamatkan anak
perempuan itu. Siapa yang berhati jahat menginginkan kematiannya
dan apa alasannya..." Bertanya Sinto Gendeng.
"Anak perempuan itu akan menjadi penghubung bagi Raja
Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala dalam menyelamatkan Kerajaan
dan rakyat Mataram yang saat ini tengah ditimpa bala bencana
mengerikan. Mahluk-mahluk jahat yang dikendalikan seseorang yang
menginginkan agar hubungan tidak terjadi. Itu sebabnya mereka ingin
menghabisi anak perempuan itu..."
"Sahabat, apakah kau mempunyai nama. Dapatkah kau
memperlihatkan ujudmu...?"
"Nenek berkonde lima. Tidak ada kesulitan bagi saya untuk
memberi tahu nama dan memperlihatkan ujud. Namun saya membekal
45 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pesan Para Dewa di Swargaloka untuk tidak melakukan hal itu.
Penyebabnya karena di alammu dan di alam saya banyak sekali telinga
musuh yang bisa mendengar dan mata yang bisa melihat. Kematian bagi
saya bukan apa-apa. Tapi jika tugas saya gagal di tengah jalan maka
seumur hidup bahkan sampai di liang kubur saya akan dibebani dosa
pada Raja dan rakyat Mataram. Saya mohon maaf karena waktu saya
sudah habis. Satu hal sangat saya harapkan. Jangan pisahkan Ni Gatri
dengan muridmu. Paling tidak sampai tengah malam nanti. Dan mohon
diwaspadai, jangan sampai ada kekuatan gaib memisahkan mereka.
Saya mohon nenek bersunting bisa membawa mereka ke rimba kecil tak
jauh dari candi Prambanan. Tunggulah di sana sampai sesuatu
terjadi..."
Kening berkulit tipis Sinto Gendeng mengerenyit lalu berpaling
menatap pada sang murid. Wiro garuk-garuk kepala.
"Mengapa kau meminta agar muridku dan anak perempuan itu
jangan sampai dipisahkan...?" bertanya Sinto Gendeng.
"Karena muridmulah orang yang akan dihubungi oleh Raja
Mataram melalui alam gaib dan melalui anak perempuan bernama Ni
Gatri." Sinto Gendeng kini semakin mengerti mengapa musuh Raja
Mataram ingin mencelakai bahkan membunuh Ni Gatri. Supaya
hubungan terputus.
"Tapi sahabat, kenapa musti muridku?" bertanya lagi Sinto
Gendeng. "Maaf, saya tidak bisa mengatakan. Saat ini saya melihat di
sekeliling tempat ini ada bayangan seratus mahluk hitam bugil yang di
negeri dan zaman kami disebut Seratus Jin Perut Bumi. Mereka bisa
mencelakai diri saya dan juga muridmu..."
"Persetan! Jangankan Jin Perut Bumi. Jin Dari Perut Neraka
sekalipun aku tidak takut I" Ucap Sinto Gendeng. Si nenek lalu
memandang sekeliling kegelapan malam. Dia tidak melihat mahlukmahluk yang dikatakan kakek di dalam tubuh Ni Gatri. Namun si nenek
sakti bisa merasakan kehadiran mahluk asing itu. Cuping hidung Sinto
Gendeng bahkan bisa mencium bau mereka. Bau amis!
"Wiro, kau mencium bau sesuatu...?" Tanya Sinto Gendeng pada
Wiro. Sang murid menghirup udara malam dalam-dalam. Lalu
gelengkan kepala.
"Maaf Eyang, saya tidak mencium bau apa-apa. Kecuali..."
"Kecuali apa"!" tanya si nenek dengan pelototkan mata karena
sudah merasa. "Maaf Eyang Guru. Yang tercium oleh saya saat ini hanya bau
pesing di tubuh dan pakaianmu..."
"Anak setan! Dasar! Kurang ajar!" Sinto Gendeng memaki panjang
pendek. Ni Gatri tertawa cekikikan. Suara tawanya adalah suaranya
46 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sendiri. Pertanda mahluk yang ada di dalam tubuhnya telah
meninggalkan dirinya.
"Kalian berdua lekas ikut aku ke rimba belantara dekat candi
Prambanan itu..." Berkata Sinto Gendeng. Kalau sampai tengah malam
nanti tidak terjadi apa-apa berarti tak ada yang perlu dicemaskan. Dua
malam lalu aku memang bermimpi bahwa ada seseorang dari alam gaib
memberikan mahkota padamu. Mahkota dalam artian mimpi adalah
tugas sangat berat dan juga satu pertanda bahwa kau akan pergi ke
satu alam lain..."
"Nek, apa kau percaya ucapan mahluk yang tadi berada di dalam
tubuh Ni Gatri itu" Bagaimana kalau dia menipu hingga kita semua
kelak jadi celaka."
Sinto Gendeng gelengkan kepala lalu tersenyum.
"Kau tersenyum Nek, memangnya kenapa" Ada yang lucu?" tanya
Wiro. "Tidak ada yang lucu. Aku hanya mengenang..."
"Mengenang" Mengenang apa Nek?" Senyum sang guru semakin
lebar. "Mengenang wajahnya."
"Heh..." Wajah siapa Nek?" tanya Wiro lagi.
"Wajah kakek gagah yang ada di dalam tubuh Ni Gatri," jawab
Sinto Gendeng. Wiro tercengang, menggaruk kepala lalu berkata.
"Ah... rupanya kau tertarik pada kakek itu. Hemm... pantas tadi
aku melihat Eyang Guru kau bulak balik merunduk membungkukkan
tubuh. Pasti Eyang Guru bukan cuma tertarik. Tapi sudah kepincut
alias jatuh hati padanya..."
"Husss!" Sinto Gendeng membentak.
"Nek, cinta dimasa tua memang lain pula indahnya dibanding
dengan cinta orang muda-muda..."
"Anak setani Jangan macam-macam kau. Aku pelintir pusarmu
nanti!" Mengancam Sinto Gendeng. Lalu dia sambumg ucapannya. "Para
leluhur kita sedang dalam kesulitan. Lekas kau gendong anak
perempuan itu. Kita harus segera berada di hutan yang dikatakan kakek
itu."
Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kakek atau kakak Nek," ucap Wiro menggoda.
"Anak setan!" Kembali sang guru memaki.
"Anu Nek, mengapa kau tidak minta dipeluk dan dicium sama
kakek gagah itu?"
"Heh"!" Sinto Gendeng tertegun sejenak. Lalu kembali mulut
perotnya berteriak memaki.
"Anak setan! Bego! Gelo! Sinting! Edan! Jangan sampai aku remas
kantong menyanmu!"
47 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PEDATARAN kecil di luar desa Candi di kaki Gunung Ungaran. Saat itu
matahari bersinar terik-teriknya. Kegersangan agak berkurang dengan
kehadiran tujuh buah candi walaupun dari keadaannya jelas kurang
terawat. Itulah kelompok Candi Gedong Pitu yang dibangun oleh Raja
Raja Mataram pendahulu Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Lokapala.
Di langit setelah utara serombongan burung melayang terbang ke
arah barat. DI Ujung pedataran yang sunyi sebelah selatan enam orang
anak penggembala menggiring selusin kerbau ke arah kali kecil cabang
sungai Wringin.
Ketika rombongan burung lenyap di langit sebelah barat dan
anak-anak penggembala bersama kerbau-kerbaunya menghilang di
lembah yang menurun yang menuju kali, di langit sebelah utara tibatiba kelihatan satu pemandangan aneh. Ada orang melayang terbang
menunggangi benda berbentuk kuda. Orang ini bukan lain Sri Maharaja
Mataram yang diterbangkan oleh Kuda Lumping yang menurut Mimba
Purana, Satria Lonceng Dewa, berasal dari alam delapan ratus tahun
dimasa yang akan datang.
Di pertengahan pedataran di mana kelompok tujuh candi berada,
Kuda Lumping melayang turun. Begitu Sri Maharaja Mataram
menjejakkan kaki di tanah telinganya mendengar suara orang
melafatkan bacaan yang berasal dari Kitab Weda. Demikian indahnya
orang itu melafat hingga siapa saja yang mendengar akan merasakan
kesejukan dalam jiwa raganya.
Rakai Kayuwangi selipkan cemeti di leher Kuda Lumping,
tanggalkan tali kulit yang melingkar di lehernya lalu membuka giringgiring perak yang tergantung di leher, menyimpannya di balik pinggang
pakaian. Kuda Lumping kemudian disandarkan pada serumpun semak
belukar. Dia memandang berkeliling, mata mencari-cari orang yang
tengah melantunkan bacaan Kitab Weda.
Sang Raja kemudian melihat ada seorang tua renta berpakaian
dekil penuh tambalan duduk dekat tangga salah satu candi. Rambut
putih panjang dan janggut menjela dada melambai-lambai ditiup angin
pedataran. Rakai Kayuwangi perhatikan kening si orang tua. Dia merasa
lega karena kening itu licin, tidak ada delapan benjolan merah berasap.
Di atas kakinya yang bersila terletak sebatang tongkat berlapis daundaun kering. Di sebelah depan, di tanah ada sebuah tempurung. Orang
tua ini melafalkan isi Kitab Weda di luar kepala sambil jari tangan
diacung-acung ke udara dan digoyang-goyang sesuai dengan lantunan
irama bacaan. Kepala diangkat menghadap ke langit, mata dipejamkan.
Debu pedataran mengotori wajahnya. Berarti dia sudah cukup lama
48 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berada di tempat itu.
Rakai Kayuwangi berhenti di hadapan si orang tua. Mengira orang
tua ini adalah seorang pengemis maka dia memeriksa saku baju
pakaiannya. Ternyata dia tidak memiliki sekeping uangpun. Tidak mau
mengecewakan pengemis tua itu Rakai Kayuwangi tanggalkan sebuah
gelang emas yang melingkar di per-gelangan tangan kirinya.
Ketika dia membungkuk untuk menaruh gelang itu di dalam
tempurung dua hal mengejutkan sang Raja.
Hal pertama karena melihat, di dalam tempurung ada dua
potongan kayu. Dua potongan kayu itu sangat sama dengan dua potong
kayu yang tahu-tahu muncul di ruangan di bawah Pegunungan Dieng
setelah dia memotong ke dua jari tengahnya sesuai dengan permintaan
bocah sakti Satria Lonceng Dewa Mimba Purana. Bagaimana mungkin"
Hal kedua. Ketika menatap wajah si pengemis dalam jarak yang
begitu dekat, ternyata orang tua ini memiliki sepasang mata yang
keseluruhannya putih alias butal
Tidak ada waktu untuk berpikir karena dia harus segera
menemukan makam Empat Mayat Aneh maka Rakai Kayuwangi berlalu
dari hadapan sang pengemis.
Sang Raja berjalan sambil menatap ke atas. Sesuai keterangan
Mimba Purana, Makam Empat Mayat Aneh terletak di udara, tidak bisa
terlihat mata biasa. Rakai Kayuwangi jadi bingung. Bagaimana dia bisa
menemukan makam itu" Mengapa sebelumnya dia tidak meminta
petunjuk pada Mimba Purana"
Baru berjalan sekitar tiga tombak Rakai Kayuwangi hentikan
langkah. Di sebelah sana orang tua pengemis berhenti melafatkan
bacaan Kitab Weda. Kini terdengar suaranya menyanyi.
Seorang insan berlalu begitu saja
Berhati baik dan pemurah
Namun berpikiran tidak sejernih kaca
Apakah mungkin membuka pintu
Tanpa memiliki kunci
Apakah mungkin melihat yang gaib
Dengan mata telanjang
Tanpa terlebih dulu
Membuka pintu hati
Sri Maharaja Mataram terpana seketika. Lalu dia ingat ucapan
Mimba Purana sewaktu berada di dalam ruangan batu yang terletak di
dasar pegunungan Dieng.
"...Bilamana Yang Mulia telah sampai di kawasan Candi Gedong
Pitu, akan ada seseorang menemui Yang Mulia..."
"Jangan-jangan pengemis itu orang yang dimaksud anak itu."
Tidak berpikir lebih lama Rakai Kayuwangi segera berbalik mendatangi
si orang tua. Sampai di hadapan sang pengemis, Raja Mataram duduk
bersila di tanah. Dia memegang lutut orang. Pengemis tua hentikan
nyanyiannya. 49 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Raja Mataram segera keluarkan ucapan.
"Orang tua, maafkan kalau saya pergi begitu saja. Apakah kau
orang yang dimaksudkan Satria Lonceng Dewa sebagai orang yang akan
saya temui di kawasan Candi Gedong Pitu ini?"
Orang tua bermata buta menatap Rakai Kayuwangi lalu berkata.
"Aku mengenal anak keramat berjuluk Satria Lonceng Dewa,
bernama Mimba Purana. Tapi aku tidak mengenal dirimu. Siapakah kau
adanya hingga begitu dermawan memberi aku sebuah gelang emas
besar. Padahal aku tidak meminta, tidak pula mengemis..."
Berubahlah paras Raja Mataram.
"Orang tua, maafkan diri saya. Saya tidak bermaksud
merendahkan dirimu. Tapi di tempat seperti ini, keadaan dirimu, bacaan
suci yang kau lafatkan serta tempurung yang ada dihadapanmu
memberi kesan... Saya mohon beribu maaf kalau telah mengira dirimu
adalah seorang pengemis. Tapi saya tidak akan mengambil kembali apa
yang telah saya berikan kepadamu. Itu saya berikan dengan keikhlasan
hati saya."
"Insan, dari bau debu yang melekat di tubuh dan pakaianmu
rupanya kau datang dari jauh. Dari suaramu tersirat tanda kau
mengidap penyakit, menanggung beban yang maha berat dan sangat
keletihan. Siapakah dirimu adanya?"
"Saya Rakai Kayuwangi."
"Rakai Kayuwangi." Mengulang si orang tua bermata putih buta.
"Ada banyak orang bernama Rakai Kayuwangi di jagat ini. Kau Rakai
Kayuwangi yang mana" Berasal dari mana?"
"Saya Rakai Kayuwangi Lokapaia. Berasal dari Bhumi Mataram,"
Sang Raja masih belum mau menjelaskan siapa dirinya sebenarnya,
kalau dia adalah Sri Maharaja Kerajaan Mataram. Ini disebabkan karena
dia masih merasa was-was siapa sebenarnya orang tua bermata putih
buta di tempat sepi kawasan tujuh candi ini.
"Aku mengharapkan kedatangan seekor burung elang, yang
datang ternyata seekor burung pipit. Insan dalam perjalanan, silahkan
berlalu, aku akan meneruskan bacaan melafatkan isi Kitab Weda..."
Rakai Kayuwangi bangkit dari duduknya. Si orang tua ulurkan
tangan kanan mengambil gelang emas besar di dalam tempurung
dengan maksud hendak mengembalikan pada Rakai Kayuwangi. Ketika
jari-jari tangannya memegang gelang, kebetulan menyentuh permukaan
yang ada ukiran burung Rajawali mengembangkan sayap. Dia mengusap
ukiran berulang kali dengan ujung jari tangan. Ukiran itu adalah
gambar atau salah satu lambang-lambang keramat Kerajaan Mataram.
Wajah si orang tua berubah. Mata yang buta ditatapkan ke arah Rakai
Kayuwangi. Tubuh dibungkukkan. Mulut berucap.
"Sri Maharaja Mataram, Rakai Kayuwangi Lokapala, saya memang
menunggu kedatangan Yang Mulia. Mengapa tidak memberi tahu dari
tadi siapa Yang Mulia sebenarnya. Mohon maafmu kalau saya telah
berlaku tidak sopan bahkan mungkin kurang ajar."
50 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Raja Mataram usap wajahnya berulang kali lalu menjawab.
"Saya juga mohon maaf kalau telah mengambil sikap yang tidak
berkenan di hatimu. Orang tua siapakah namamu. Apakah benar kau
orang yang dimaksudkan Satria Lonceng Dewa sebagai orang yang akan
menemui diri saya?"
"Yang Mulia, apa yang dikatakan anak keramat itu benar adanya.
Nama saya adalah Kambara Walanipa. Tapi orang-orang lebih sering
menyebut saya Si Tringgiling. Ini disebabkan karena dalam satu tahun,
saya hanya dua puluh satu hari berada di alam terbuka. Selebihnya
saya berada di dalam tanah. Yang Mulia, silahkan bertanya. Mudahmudah Yang Maha Kuasa membimbing saya memberi petunjuk yang
benar." "Orang tua, saya datang ke sini demi mencari jalan untuk
menyelamatkan Kerajaan dan rakyat Mataram dari malapetaka yang
sedang menimpa. Saya harus menemukan sebuah makam dari Empat
Mayat Aneh..."
"Apakah Yang Mulia telah menemukan?" bertanya si Tringgiling.
"Belum. Konon makam itu tergantung di udara. Mata biasa tidak
bisa melihatnya. Saya mohon petunjuk..."
"Makam Empat Mayat Aneh masih tertutup dua pinm gaib. Yang
Mulia tidak akan menemukan makam itu tanpa membuka kunci dua
pintu." "Kalau begitu saya mohon petunjuk lebih lanjut."
"Dua buah kunci pembuka pintu adalah dua potongan kayu yang
ada di dalam tempurung." Menjelaskan Kambara Walanipa.
Rakai Kayuwangi terkejut. Dia memperhatikan dua potongan kayu
dalam tempurung sebentar lalu berkata.
"Orang tua, tolong saya diberi tahu. Di mana letak dua pintu yang
harus dibuka dengan kunci berupa dua potong kayu itu?"
"Dua pintu itu adalah dua mata Yang Muiia sendiri. Ambil dua
potong kayu di dalam tempurung. Cucukkan ke mata kiri kanan Yang
Mulia lalu diputar ke arah yang berlawanan, masing-masing ke arah
samping kepala. Kalau Yang Mulia mendengar suara kreek, maka berarti
dua pintu telah terbuka. Yang Mulia akan melihat makam yang
mengambang di udara. Yang Mulia hanya tinggal berdoa memohon
pertolongan Yang Maha Kuasa maka makam Empat Mayat Aneh akan
turun ke tanah..."
Mendengar penjelasan orang tua buta berjuluk Si Tringgiling kali
ini kejut Raja Mataram bukan alang kepalang.
"Sebelumnya aku diminta harus memotong dua jari tengah.
Sekarang menusuk dua mata dengan potongan kayu. Kalau orang tua
ini mahluk jahat yang menyaru maka aku akan buta seumur-umur.
Kerajaan dan rakyat Mataram tidak akan tertolong..."
Rakai Kayuwangi perhatikan dengan teliti sosok si orang tua mulai
dari kepaia sampai ke kaki. Dia tidak melihat adanya tanda-tanda yang
mencurigakan. 51 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tahu kalau Raja Mataram berada dalam kebimbangan, si orang
tua angkat kepala lalu kembali lantunkan suara nyanyian.
Keraguan sifat setiap insan
Keraguan sifat untuk berhati-hati
Tapi keraguan bisa juga mengandung kecurigaan
Hidup di dunia berserah diri kepada Yang
Maha Kuasa Percaya pada diri sendiri
Adalah pangkal percaya pada orang lain
Mendengar nyanyian Kambara Walanipa keraguan dalam hati
Raja Mataram serta merta sirna. Dia segera mengambil dua potong kayu
di dalam tempurung yang besar dan panjangnya seukuran jari tangan
sebelah tengah. Tidak membuang waktu lagi Raja Mataram ini lalu
tancapkan dua potongan kayu ke mata kiri kanan.
"Craasss!"
Darah mengucur. Tubuh menggigil menahan rasa sakit yang luar
biasa. Dua potongan kayu yang telah menancap di mata diputar ke arah
samping wajah. "Kreek! Keekk!"
52 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEKONYONG-KONYONG di siang hari yang terang dan panas itu di
langit berkiblat kilat empat kali berturut-turut. Suara guntur
menggelegar. Lalu awan tebal kelabu muncul hingga udara yang tadinya
terang benderang berubah menjadi kelam. Angin bertiup kencang
namun tidak setetes air hujanpun yang turun.
Sri Maharaja Mataram tersentak ketika rasa sakit pada kedua
matanya mendadak hilang. Dia usapkan tangan ke muka. Dua potongan
kayu yang tadi menancap di kedua matanya lenyap! Tidak ada darah
yang mengucur. Tidak ada lagi lelehan darah pada wajah dan kedua
tangannya! Matanya tidak hancur dan juga tidak butaiSelagi dia
terheran-heran tiba-tiba di langit muncul satu cahaya coklat kehitaman.
Rakai Kayuwangi angkat kepala, mendongak ke atas. Dada berdebar dan
tubuh bergetar, mulut berucap.
"Makam Empat Mayat Aneh... Hyang Jagat Bathara! Dewa Agung!"
Raja Mataram merasakan tengkuk dingin merinding.
Seolah tergantung, saat itu di udara tampak sebuah kuburan luar
biasa besar yang tanahnya masih merah, sebagian tertutup tebaran
bunga menebar bau harum. Di kepala makam terdapat empat buah
batu nisan hitam tanpa teraan nama atau tulisan apapun. Di kejauhan
terdengar suara tiupan terompet ditingkah suara tambur.
Perlahan-lahan kuburan atau makam raksasa yang menggantung
di udara bergerak turun ke bawah. Ketika bersentuhan dengan tanah
pedataran di antara dua buah candi, pedataran terasa bergetar dan
debu serta tanah muncrat beterbangan ke udara hingga kedaaan di
tempat itu menjadi bertambah gelap.
Rakai Kayuwangi bungkukkan tubuh berulang kali. Dalam
keadaaan tercekat matanya yang ternyata tetap utuh tidak buta
Wiro Sableng 172 Empat Mayat Aneh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menatap besar tak berkesip. Dia lalu ingat pada si orang tua buta
bernama Kambara Walanipa alias Si Tringgiling. Memandang ke arah
tangga candi di mana orang tua itu tadi duduk bersila, ternyata Si
Tringgiling tidak ada lagi di tempat itu! Rakai Kayuwangi rapatkan dua
tangan di depan wajah. Saat itulah dia terkejut ketika melihat gelang
emas besar yang sebelumnya dimasukkan ke dalam tempurung
diberikan pada si orang tua, kini telah melingkar kembali di lengan
kirinya! "Luar biasa! Bathara Agungi KuasaMu sungguh luar biasa!"
Dalam keadaan yang penuh keanehan dan keangkeran itu, Raja
Mataram melangkah mendekati kuburan besar yang memancarkan
cahaya coklat kehitaman. Sementara belum tahu bagaimana dia akan
membongkar makam dan menemukan Empat Mayat Aneh, di hadapan
kuburan Rakai Kayuwangi perlukan membungkuk memberi 53 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
penghormatan pada para arwah. Setelah meragu sebentar, sang Raja
duduk bersila, mengheningkan cipta meminta petunjuk pada Yang Maha
Kuasa. Ketika petunjuk tidak didapatkan maka Rakai Kayuwangi mulai
membaca mantera aji kesaktian bernama Sepasang Tangan Dewa
Menebar Pahala.
Dua tangan Rakai Kayuwangi mulai dari bahu sampai ke ujung
jari berubah menjadi sepuluh kali lebih besar. Raja Mataram Ini lalu
bangkit berdiri, melangkah lebih dekat ke arah kuburan besar, siap
untuk melakukan penggalian. Namun darahnya tersirap, wajah berubah
dan tubuh bergeletar ketika tiba-tiba ada suara mendesis keras disusul
suara kreekkk! Tanah kuburan besar, terbelah dan menguak lebar tepat
di bagian tengah. Dalam udara gelap Rakai Kayu Wangi melihat sebuah
peti mati hitam berukuran besar menyembul dari dalam kuburan yang
tanahnya telah terkuak. Sementara dua tangannya kembali ke bentuk
semula, sang Raja lagi-lagi merasa tengkuknya menjadi dingin
merinding. Dia pandangi peti mati besar itu untuk beberapa lama lalu
melangkah mendekati. Tangan kanan bergetar hebat ketika diulurkan
untuk menyentuh dan membuka penutup peti mati. Selain sangat berat
penutup peti keluarkan suara berkereket angker ketika dibuka.
Sedikit demi sedikit penutup peti mati terbuka. Setengah jalan
tiba-tiba penutup peti terpentang membuka sendiri. Dari dalam peti
memancar empat cahaya coklat menyilaukan mata hingga Rakai
Kayuwangi tersurut mundur. Dari dalam peti terdengar pula suara
berucap keras yang membuat Raja Mataram jadi tercekat.
Pelihara mata hanya melihat kebaikan
Pelihara mulut hanya bicara kebaikan
Pelihara telinga hanya mendengar kebaikan
Pelihara kemaluan hanya untuk kebaikan
Untuk beberapa lama Rakai Kayuwangi tidak dapat melihat apa
yang ada di dalam peti mati besar karena ada kepulan asap kelabu
menutupi pemandangan. Tak selang berapa lama, begitu asap kelabu
sirna Rakai Kayuwangi menyaksikan satu pemandangan yang sungguh
luar biasa! Di dalam peti mati besar terbujur empat sosok mayat laki-laki
yang sekujur tubuh kecuali wajah dan kepala terbalut gulungan kain
putih. Mayat pertama dalam keadaan dua tangan ditutupkan ke mata.
Mayat kedua tangan menutupi mulut. Mayat ketiga dua tangan
ditutupkan ke telinga kiri kanan. Mayat terakhir yaitu mayat ke empat
tekapkan dua tangan di atas kemaluan. Empat Mayat Aneh!
"Hyang Jagat Bathara, bagaimana saya bisa mendapat petunjuk
dari Empat Mayat Aneh ini," membatin Rakai Kayuwangi.
Setelah merenung sejenak, Raja Mataram bergerak lebih
mendekati peti mati besar. Tiba-tiba dia melihat mayat ke tiga turunkan
dua tangan yang menutup telinga.
"Dia siap mendengarkan apa yang hendak aku sampaikan..." kata
Rakai Kayuwangi dalam hati. Lalu setelah lebih dulu membungkuk Raja
54 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mataram ini cepat berkata.
"Empat Mayat Aneh, salam sejahtera bagimu semua. Saya Rakai
Kayuwangi Lokapala Raja Mataram datang mengunjungi untuk mohon
diberikan petunjuk. Mohon maaf kalau kedatangan saya telah
menggangu ketenteraman mu di dalam roh di alam baka..."
Seierai Raja Mataram blcar", mayat ke tiga yang telah mendengar
ucapan sang Raja tutup kembali ke dua telinganya dengan dua tangan.
"Hyang Jagat Bathara, apakah saya akan menerima jawaban?"
ucap Rakai Kayuwangi dalam hati.
Tak ada suara jawaban. Tak "da satupun dari Empat Mayat Aneh
yang bergerak. Kayu penutup peti bergoyang-goyang dan ber-kereketan
ketika angin kembali berdesau bertiup kencang. Rakai Kayuwangi
berdoa dalam hati. Meminta pada Yang Maha Kuasa agar sesuatu
terjadi. Tiba-tiba Raja Mataram Ingat. Ada sesuatu yang terlupa
dilakukannya. Dari balik pinggang pakaian Raka! Kayu-wa ". gi keluarkan qir:r?goiring porsk. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan Satria Lonceng
Dewa Mimba Purana, giring-giring digoyang hingga keluarkan
suara bergemerincing keras. Giring-giring lalu disapukan pulang balik di
atas wajah Empat Mayat Aneh.
Keajaibanpun terjadi!
"Yang Maha Kuasa, terima kasih..."
Rakai Kayuwangi
membungkuk dalam-dalam sementara sepasang mata tak berkesip
memperhatikan mayat kedua yang ada dalam peti mati besar.
Mayat ke dua, yang menutup mulut dengan dua tangan, turunkan
dua tangan ke samping. Lalu terdengar suara ucapan penuh
kelembutan. "Raja Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala saiam sejahtera
bersambut dan berbalas untuk dirimu, keluargamu, para pejabat
Kerajaan dan rakyat Mataram. Kami berempat merasa masih sangat
dihargai karena telah dimintai kehadiran untuk memberi petunjuk.
Petunjuk mana yang sebenarnya bukan datang dari kami mahluk tiada
guna ini, namun berasal dari Yang Maha Kuasa. Selama kami hidup dan
sampai kembali menghadap Yang Maha Kuasa, para sepuh Raja-Raja
Mataram telah sangat memperhatikan kami. Kami diberikan tempat
beristirahat di alam yang indah dan penuh ketenangan, di udara yang
penuh kesegaran. Adalah pada tempatnya kalau kami membalas semua
budi kebaikan itu. Namun rasanya sampai kiamat budi baik itu tidak
sanggup kami balaskan. Maafkan dan ampuni kekurangan kami ini
wahai Para Dewa di Kahyangan. Yang Mulia Raja Mataram, sebelum
lanjut bersuara kami perlu melihat lebih dulu apakah kau sebenarbenarnya Yang Mulia Sri Maharaja Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala.
Kami perlu berhati-hati karena alam arwah dan alam nyata selalu penuh
dengan tipu daya."
Selesai bicara, mayat kedua tutup kembali mulutnya dengan
kedua tangan. Di sebelahnya, mayat pertama lepaskan tekapan dua
55 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tangan pada kedua mata. Mata yang nyalang ini kemudian menatap
memperhatikan Rakai Kayu Wangi. Hidung menghirup dalam-dalam.
Mayat pertama ini kemudian menepuk mayat kedua lalu menutup
matanya. Mayat kedua membuka mulut dan berkata.
"Saudaraku bertiga, orang yang ada di hadapan kita memang
adalah Sri Maharaja Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala, putera dari
Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu. Tiada keraguan untuk
membantu dirinya, keluarganya, Kerajaan dan rakyat Mataram agar
terlepas dari malapetaka yang menimpa..."
Tiga kepala mayat di samping mayat ke dua tampak bergerak
menganguk-angguk.
"Sahabatku Empat Mayat Aneh, saya sangat berterima kasih.
Saya mohon malapetaka itu dimusnahkan dengan segera..."
Mayat ke empat yang menutupkan kedua tangan di atas
kemaluan tiba-tiba angkat dua tangannya ke atas. Mulut keluarkan
ucapan lantang.
"Salah satu penyebab kejahatan angkara murka di alam arwah
dan dimuka bumi berasal dari kemaluan yang tidak terpelihara secara
baik! Hyang Jagat Bathara Dewa, kami Empat Mayat Bersaudara yang
tiada daya ini, mohon pertolonganMu. Kirimkan kuasaMu untuk
menjemput pemuda pilihan, di negeri dan alam delapan ratus tahun
kemudian nun sangat jauh di sana, yang telah tertulis di dalam aksara
takdir suciMu, satu-satunya insan yang kau berikan kekuatan dan
kemampuan untuk menyelamatkan Raja, Rakyat dan Kerajaan Mataram
dari malapetaka yang sedang menimpa!"
Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara kuda meringkik.
"Wuss!"
Kuda Lumping yang disandarkan Raja Mataram di rerumpunan
semak belukar berpijar terang lalu melesat ke udara!
Selagi Raja Mataram tercekat melihat apa yang terjadi, mendadak
mayat ke empat ulurkan tangan kanan sembari berkata.
"Yang Mulia, serahkan pada saya batu putih segi tiga yang
diberikan Satria Lonceng Dewa, Pendekar Bhumi Mataram Mimba
Purana..."
Raja Mataram tersentak kaget.
TAMAT 56 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mengapa mayat ke empat meminta batu segitiga putih bertuliskan
angka 212 pemberian Mimba Purana "
Benarkah Raja Mataram akan mendapatkan pertolongan dari
empat mayat aneh . Karena kekuatan gaib jahat penimbul bencana
memperalat Seratus Jin Perut Bumi untuk berusaha menjemput roh
dari manusia paling jahanam yang pernah menjadi musuh besar
Pendekar 212 Wiro Sableng "
Ikutilah Episode Berikutnya: ROH JEMPUTAN
57 172 Empat Mayat Aneh -WIRO SABLENG 212
Memperebutkan Bunga Wijaya 1 Pendekar Mabuk 066 Hulubalang Iblis Pergolakan Goa Teratai 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama