Ceritasilat Novel Online

Kupu Kupu Mata Dewa 2

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa Bagian 2


Minang ini, dikawatirkan orang tersebut akan berat sebelah dan condong ke salah
satu pihak, yang berarti akan merugikan pihak lain. Bukankah dalam hal ini Raja
di Pagaruyung telah bertindak sangat bijaksana dan sangat adil" Tetapi jika
maksud baik diriku Si tua buruk ini, jika 170 Kupu-kupu Mata Dewa
20 kebijaksanaan dan sikap adil Sri Baginda Raja tidak dapat diterima maka jika
kekerasan yang diinginkan maka halaman rumah gadang ini cukup luas untuk
dijadikan kubangan darah. Lihat saja, sebelum para Datuk datang ke sini sudah
ada dua orang yang jadi korban. Pertama Jambak Magang penjaga Rumah Gadang
Sambilan Ruang. Kedua
Pandeka Bumi Langit Dari Sumanik. Apakah ada yang mau segera menyusul menjadi
korban kedua, ketiga dan seterusnya..." Aku yang tua bangka ini saja kalau bisa
masih ingin hidup berlama-l
ama. . . " Halaman luas di depan rumah gadang itu kini tenggelam dalam Kesunyian. Tidak ada
satu orangpun yang bicara.
" I nyi ek, sebai knya pembi car aan di mul ai saj a, " ber kat a Dat uk Bandar o Put i h. Tua Gila anggukkan kepala, menatap Datuk Marajo Sati lalu mulai bicara.
" Semua yang hadi r disini harap berkata kalau benar katakan benar, kalau salah katakan
salah walaupun pahit Datuk Marajo Sati, ada dua perkara besar menyangkut dirimu.
Pertama Datuk dikabarkan telah membunuh Datuk Panglimo Kayo, Datuk Penghulu di
Luhak Tanah Datar. Apa yang hendak Datuk katakan sebagai jawaban ?"
" Kabar i t u adal ah f i t nah busuk bel aka. Aden t i dak membunuh Dat
uk Panglimo Kayo
yang adalah sahabat, bawahan bahkan aden anggap maSih mertua sayal Sekalipun
aden dalam keadaan gila, otak miring, aden tidak akan pernah membunuh Datuk
Panglimo Kayo! Tidak mungkin!"
Menj awab Dat uk Mar aj o Sat i dengan suar a l ant ang dan t egas. (Aden=Aku, bahasa kasar. Diucapkan Datuk Marajo Sati saking marahnya)
" Terima kasih Dat uk mau menj awab. " Kat a Tua Gi l a pul a. " Sewakt u j enazah Dat uk Panglimo Kayo sampai di rumah gadang di Batu Sangkar, dalam genggaman tangan
almarhum terdapat robekan ujung sorban milik Datuk. Banyak orang yang
menyaksikan hal itu. termasuk Datuk Bandara Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang
yang saat ini hadir di sini. Tersirat dugaan bahwa sorban itu adalah milik sang
pembunuh yang berhasil direnggut cabik oleh Datuk Panglimo Kayo sebelum dia
dibunuh. Apa jawab Datuk Marajo Sat
i ?" 170 Kupu-kupu Mata Dewa
21 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
7 RAHANG Datuk Marajo Sati menggembung. Dari hidungnya membersit suara
mendengus. Lalu mulutnya berucap.
" Just r u disitulah titik tolak tuduhan dan fitnah terhadap diriku! Ada orang yang sengaja
menggenggamkan robakan sorban milik saya ke dalam tangan mayat Datuk Panglimo
Kayo. . . " " Apakah Dat uk Mar aj o t ahu at au bi sa mengi r a-ngira siapa pel akunya ?" Tanya Tua Gi l a sang utusan yang mewakili Sri Baginda Raja di Pagaruyung.
Dat uk Mar aj o Sat i menggel eng " Saya t i dak ber ani menuduh sembar angan, t i dak mau memfitnah orang lain. Sangat besar dosanya!"
" Apakah Dat uk Mar aj o punya syak wasangka t er hadap sal ah sat u at au sekal i gus pada kedua Datuk yang ada di sini
?" Datuk Marajo Sati menatap dengan mata besar pada Datuk Kuning Nan Sabatang dan
Datuk Bandara Put
i h. Lal u ber kat a. " Coba I nyi ek Sukat Tandi ka saj a yang menanyakan pada mereka! Kal au mer eka j uj ur mer eka akan mengakui " " Dat uk Mar aj o Sat i ! Jangan menuduh tanpa bukti!"
Dat uk Kuni ng Nan Sabat ang menegur. Datuk Marajo Sati kembali mendengus. Dengan mata dimendelikkan dia berkata.
" Kal i an

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang membawa per kar a! Kalian harus ikut bertanggung jawab!"
Inyiek Sukat Tandika alias Tua Gila angkat tangan kirinya lalu berkata.
" Dat uk Mar aj o, jika ditanya mereka pasti akan menjawab tidak. Bukankah begitu Datuk Kuning dan
Datuk Bandara. Dua orang Datuk yang diajak bicara sama-sama anggukkan kepala.
Panaslah dada Datuk Marajo Sati. Wajah kaku membesi lalu sunggingkan tawa buruk.
" Sel aku ut usan t er nyat a I nyi ek ber l aku ber at sebel ah. I nyi ek bel um ber t anya t api sudah menjawab sendiri!"
' Tenang Dat uk, j angan kebur u menduga sal ah, " kat a Tua Gi l a pul a. Dat uk Mar aj o Sat i kembal i menyempr ot " Kal au I nyi ek t i dak bi sa membukt i kan mer eka sebagai pelaku yang menyusupkan cabikan sorban saya ke dalam tangan mayat Datuk
Panglimo Kayo, berarti sama saja Inyiek juga tidak bisa membuktikan saya yang
telah membunuh Datuk Luhak Tanah Datar itu!"
Tua Gi l a t er senyum " Unt uk j awaban yang Dat
uk ber i kan, apakah Datuk berani
bersumpah bahwa Datuk benar-benar
t i dak membunuh Dat uk Pangl i mo Kayo?" " Saya or ang yang di f i t nah saya orang yang teraniaya. Mengapa saya tidak berani
mengangkat sumpah. Sesungguhnya Allah semata yang Maha Melihat dan Maha
Mengetahui!"
Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang sama-sama tertawa sinis
mendengar ucapan Datuk Marajo Sati.
" Kal au begi t u bai kl ah " Tua Gi l a l al u member i t anda pada Penghul u Sangkal o. Kusir kereta ini lalu melangkah ke hadapan Tua Gila. Dari satu kantong kain berwarna
putih dia mengeluarkan sebuah kitab tebal berkulit hijau yang ternyata adalah
kitab suci Al Qur'
an. Belum disuruh Datuk Marajo Sati segera saja mengambil kitab suci itu, menjunjung
di atas kepala seraya mulut mengucapkan sumpah bahwa dia tidak membunuh Datuk
Panglimo Kayo. Habis mengucapkan sumpah Datuk Marajo Sati mengembalikan Al Qur'
an pada Penghul u Sangkal o dan ber kat a pada Tua Gi l a. " Saya har ap I nyi ek memi nt a dua Dat uk i t u 170 Kupu-kupu Mata Dewa
22 bersumpah bahwa mereka bukan orang-orang yang berbuat keji telah menyusupkan
cabikan sorban saya ke dalam genggaman tangan almarhum Datuk Panglimo Kayo!"
Tua Gila memberi isyarat pada Penghulu Sangkalo. Orang ini kemudian menyerahkan
kitab suci pada dua Datuk. Seorang demi seorang mereka kemudian mengangkat
sumpah bahwa mereka tidak pernah menyusupkan robekan kain sorban Datuk Marajo
Sati ke dalam genggaman tangan mayat almarhum Datuk Panglimo Kayo.
Dengan tersenyum simpul Tua Gila menggosok-gosok dua telapak tangannya satu sama
lain lalu berkata.
" Ti ga Dat uk dan semuayang hadir di Sini. Perkara pertama sudah kita selesaikan
dengan baik dan cepat. Datuk Bandara Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang telah
bersumpah di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Melihat.
Bahwa mereka tidak pernah menyusupkan cabikan sorban milik Datuk Marajo Sati ke
dalam genggaman tangan mayat Datuk Panglimo Kayo. Berarti ada orang lain yang
melakukan hal itu dengan maksud melancarkan fitnah! Siapa orang ini belum
diketahui. Tapi cepat at au l ambat past i akan t er ungkap. " Set el ahdiam sebentar baru Tua Gila
mener uskan ucapan. " Dat uk Mar aj o Sat i t el ah ber sumpah pul a di hadapan Tuhan

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Melihat.
Ki t ab suci Al Qur ' an di j unj ung di at as kepala. Bahwa dia tidak membunuh Datuk Panglimo Kayo! Berarti ada orang lain
yang membunuh Datuk itu. Siapa orangnya kita belum tahu. Tapi Tuhan pasti akan
memberi petunjuk. Siapa
pel akunya ni scaya akan t er ungkap. . . " Tiba-tiba ada orang berucap dengan suara tersendat dan gemetaran disertai desah
tarikan nafas dalam berulang kali. Suara itu tidak begitu keras namun cukup
dapat didengar oleh semua orang yang ada di tempat itu.
" Pembunuh Dat uk Pangl i mo Kayo. . . adal ah. . . Tuanku Lar as, di bant u. . . or ang Jawa bernama Ki Bonang, orang Cina bernama Teng Sien. Tuanku Laras pula yang
kemudian... menggenggamkan robekan sorban Datuk Marajo Sati ke dalam tangan Datuk Pangllmo
Kayo. Tuanku Laras kemudian mengirim mayat Datuk Panglimo Kayo dengan sebuah
pedat i ke Bat u Sangkar . . . " Keadaan di halaman depan Rumah Gadang Sambilan Ruang untuk beberapa lamanya
tenggelam dalam kesunyian. Semua pandangan tercekat ditujukan dengan perasaan
tidak percaya pada Pandeka Bumi Langit Dari Sumanik yang terkapar di tanah.
Dialah tadi yang bicara. Tiba-tiba Datuk Marajo Sati menggembor keras.
Sekali lompat saja dia sudah berada di samping Pandeka Bumi Langit
" Pandeka kepar at ! Ternyata kau belum mati! Kalau Datuk Panglima Kayo dibantai oleh
Tuanku Laras dan kawan-kawannya berarti kau juga turut terlibat dalam perbuatan
durjana itu! Kau pula yang telah membunuh burung Alang peliharaanku!"
Kaki kanan batuk Marajo Sati bergerak.
" Pr aak!" Tubuh Pandeka Langit Bumi mencelat menghantam batang pohon besar. Lalu jatuh
menggelepar di tanah dengan kepala pecah! Sekali ini nyawanya benar-benar lepas
sudah! Melihat apa yang terjadi Si Kamba Mancuang cepat melompat mendekati Wiro lalu
berbisik. "
Pandeka Bumi Langit menyimpan tiga batang emas hadiah dari Teng Sien. Pasti ada
di bal i k pakai annya. . . " Wiro yang tahu maksud Si
nenek cepat ber kat a. " Bi ar kan saj a. Jangan diambil dulu
terlalu banyak mat
a di t empat i ni . . . " " Aku menger t i , " j awab Si nenek laiu kembali ke tempat tegaknya semula yaitu di
sebelah kiri Datuk Marajo Sati.
Dari tempatnya berdiri Datuk Marajo Sati tegak berkacak pinggang. Dengan suara
kerasa bergetar dia berkata.
" Semua sudah mendengar apa yang di ucapkan Pandeka Bumi Langi t Apa masih ada yang menaruh syak wasangka terhadap diriku"!"
170 Kupu-kupu Mata Dewa
23 Inyiek Sukat Tandika alias Tua Gila angkat kedua tangannya ke udara. Lalu
berkata. " Saksi telah berucap. Kenyataan yang benar telah terungkap. Datuk Marajo Sati,
aku selaku utusan yang dipercaya Sri Baginda Raja Pagaruyung menyatakan bahwa
Datuk tidak terbukti membunuh Datuk Panglimo Kayo. Sekarang harap kau kembali
berdiri di atas batu bulat. Karena masih ada satu perkara lagi yang harus
mendapat kejelasan dar
i mu. . . " Set el ah mengusap j anggut nya I nyi ek Sukat Tandi ka mener uskan ucapan. " Dat uk Mar aj o Sat i bukan saj a di Luhak Nan Ti go, t api hampi r sel ur uh t anah Minangkabau ini telah dilanda kehebohan. Berita sampai pula kepada Sri Baginda
Raja di Pagaruyung. Karena ini menyangkut aib luar biasa besar maka itu sebabnya
Sri Baginda Raja sangat perlu untuk mendapat kebenaran hingga jika hukum kelak
dijatuhkan dapat dilakukan dengan seadil-adi
l nya. " " I nyi ek, saya sudah t ahuperkara apa yang hendak Inyiek sampaikan. Tidak usah
berpanjang-panj
ang. Langsung saj a pada per soal annya! " Kat a Dat uk Mar aj o Sat i pul a dengan wajah beringas dan pelipis bergerak-gerak.
Tua Gila angguk-anggukkan kepala.
" Dat uk Mar aj o Sat i , seper t i kabar yang tersiar di delapan penjuru angin ranah Minang,
Datuk dikatakan selama beberapa hari telah menyembunyikan seorang gadis Cina di
goa kediaman Datuk di Ngarai Sianok. Kabar yang bergulir bukan saja Datuk
dikatakan hanya sekedar menyembunyikan, tapi juga telah berbuat yang tadi baik.
Datuk dikabarkan telah berbuat mesum dengan gadis itu. Padahal Datuk adalah
Datuk Pucuk dari semua Datuk di Luhak Nan Tigo yang selama ini menjadi panutan.
Tahu di adat taat beragama. Apa tanggapan Datuk Marajo atas kejadian ini
?" 170 Kupu-kupu Mata Dewa
24 BASTIAN TITO

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KUPU-KUPU MATA DEWA
8 SETELAH menarik-narik janggut tebalnya pertanda sangat kesal. Datuk Marajo Sati
menjawab. " Mul ut manusia bisa seperti seratus mulut ular berbisa. Tuduhan punya seribu muka!
Fitnah punya sejuta bencana! Inyiek pandai bicara begini begitu. Semua hanya
berdasarkan kabar. Kabar yang tentunya berasal dari mulut para pemfitnah. Kalau
Inyiek ingin meneruskan perkara ini saya minta Inyiek menghadirkan gadis Cina
yang Inyiek maksudkan itu! Kapanpun Inyiek bisa menghadirkannya akan saya
tunggu! Saat ini saya merasa tidak punya kepentingan lagi di tempat ini!"
Habis berkata begitu Datuk Marajo Sati segera turun dari atas batu bulat datar
lalu membalikkan diri siap untuk pergi.
' Tunggu!Tidak semudah itu Datuk pergi begitu saja!"
Tiba-tiba Datuk Kuning Nan Sabatang berteriak sementara Datuk Bandaro Putih
sudah turun dari batu bulat, sikapnya jelas hendak menghadang. Melihat hal ini
naiklah amarah Datuk Marajo Sati.
" Apa mau kal i an ber dua"! Dat uk kepar at t ukang fitnah!" " Dat uk Mar aj o Set i ! Jaga mul ut mu! " Dat uk Kuni ng Nan Sabat ang seger a pul a t ur un dar i at as bat u. " Kami t i dak per nah memf i t nah. Kabar per buat an mesum Dat uk sudah t er siar kemana-mana dan bukan berasal dari mulut kami berdua! Kami hanya menyelidik,
mencari kebenaran. Negeri ini perlu dibersihkan dari manusia-manusia bejat dan
kami menemukan bukti-buk
t i yang t i dak mungki n Dat uk i ngkar i ! " " Bukt i . . . ?" Dat uk Mar aj o Sakt i del i kkan mat a. Lal u t er t awa gel ak-gel ak " Kal au t i dak menghormati Inyiek Sukat Tandika selaku utusan Raja Pagaruyung sudah tadi-tadi
aku robek mulut kalian berdua!"
" I nyi ek! Kami minta izin untuk memberi pelajaran pada manusia busuk ini!"
Kat a Dat uk Kuning Nan Sabatang yang rupanya sudah tidak bisa bersabar diri lagi.
Lalu tidak menunggu jawaban Tua Gila Datuk Kuning Nan Sabatang segera menerjang.
Tubuh merunduk seperti harimau hendak menerkam. Tapi tangan kanan tiba-tiba
melesat ke atas, ke arah mulut Datuk Marajo Sati. Lima jari terpentang.
Hebatnya, lima kuku pada jari tangan itu mendadak sontak mencuat panjang dan
berwarna merah! Inilah jurus dari ilmu yang disebut Jari Hantu Gunung Pangilun.
Rupanya Datuk Kuning Nan Sabatang benar-benar ingin merobek mulut Datuk Marajo
Sati. Namun serangan ganas ini tidak menemui sasaran karena Datuk Marajo cepat
melompat mundur sambil menendang ke arah perut lawan dalam Jurus Dongkak Kilek
Nan Tongga. (Tendangan Kilat Tungal) Datuk Bandaro Putih tidak tinggal diam. Dia
berteriak. " I nyi ek, Dat uk Pucuk har us di t angkap l ebi h dul u. Bar u nant i di adi l i . Kal au di bi ar kan pergi dia bisa melarikan diri!"
Lal u Dat uk Bandar o Put i h ber kel ebat pul a memasuki kalangan pertarungan.
Tua Gila goleng-goleng kepala. Wiro dan Si Kamba Mancuang hanya tegak diam
memperhatikan jalannya pertarungan dua lawan satu itu tanpa ada rasa kawatir.
Setelah lima jurus berlalu dan tidak mampu menjatuhkan Datuk Marajo Sati, dua
Datuk lipat gandakan tenaga dalam dan hawa sakti pada setiap serangan mereka.
Kini keadaan berubah. Datuk Marajo Sati harus berhati-hati agar tidak terdesak.
Maka dia segera pula mengeluarkan ilmu kesaktiannya. Dapat dipastikan bahwa
cepat atau lambat bakal ada yang mengalami cidera bahkan bisa-bisa menemui ajal.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
25 " Awas Dat uk!" Mur i d Sinto Gendeng berseru ketika gempuran hebat Datuk Bandaro
Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang membuat Datuk Marajo Sati mundur terhuyunghuyung. Sebelum dia sempat mengimbangi diri tangan kanan Datuk Kuning Nan
Sabatang menyelinap dari bawah, melesat ke arah dagu lawan. Dari deru angin
serta hawa aneh yang mendahului pukulan itu dapat dipastikan serangan yang
dilancarkan Datuk Kuning Nan Sabatang merupakan serangan mematikan.
Sambil berseru Wiro pura-pura hendak menahan tubuh Datuk Marajo Sati yang nyaris
jatuh. Namun di saat yang sama dia juga majukan bahu kirinya menahan serangan
Datuk Kuning Nan Sabatang.
" Bukk! " Hantaman keras mendarat di bahu kiri Pendekar 212 hingga mengeluarkan suara
keras bergedebuk. Wiro melintir lalu terbanting ke tanah. Pura-pura menjerit
sakit Padahal sebenarnya dia sudah terlebih dulu melindungi diri dengan tenaga
dalam tinggi dan hawa sakti yang memancar dari Kapak Naga Geni 212 yang ada
dalam tubuhnya hingga dia tidak sampai mengalami cidera tapi hanya menderita
sakit di sebelah luar. Ketika mengerenyit pura-pura kesakitan tak sengaja Wiro
memandang ke bagian kolong rumah gadang. Di bagian kolong rumah yang gelap dia
melihat ada seseorang mendekam bersembunyi. Dia kerahkan Ilmu Menembus Pandang
yang membuat dia bisa melihat lebih jelas. Orang yang sembunyi di bawah rumah
itu ternyata adalah seorang pemuda berpakaian biru.
" Dat uk! Mengapa Datuk memukul saya" Apa salah saya"!"
Ter i ak Wi r o pada Dat uk Kuning Nan Sabatang tapi kedipkan mata ke arah Si Kamba Mancuang.
" Pemuda j ahanam! Kau melindungi Datuk itu, sengaja memasang badan!"
Yang menjawab Datuk Bandaro Putih karena dari samping tadi dia melihat jelas gerakan
Wiro. " Pemuda sombong! Aku mau t
ahu sampai di

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana kehebat an i l mumu! " Maka Dat uk Bandaro Putih langsung saja menyerang Wiro.
" Dat uk Bandar o Put ih!" Si Kamba Mancuang melompat menghadang gerakan Datuk
Luhak Limapul uh Kot a i t u. " Sungguh t i dak ber budi . Pemuda i ni adal ah t amu dar i j auh yang pat ut di hor mat i . Mengapa Dat uk menyer angnya t anpa l ant ar an?" " Tua bangka busuk! Aku tahu kau sudah bergendak dengan pemuda itu! Tidak heran
kalau kau membelanya!"
Kalau tadi Datuk Bandaro Putih mengarahkan serangan pada Wiro maka kini dia
menyerbu Si Kamba Mancuang. Si nenek bergigi perak sambut serangan lawan dengan
menyilangkan dua tangannya yang panjang ke depan.
" Wuut t ! Wuuttt!"
Datuk Bandaro Putih terkejut ketika tahu-tahu dua tangan Si Kamba Mancuang
dengan cepat menyambar ke pinggang, satu lagi bergulung hendak menelikung
lehernya! itulah jurus serangan bernama Manyapo Puncak Gunung Merapi. (Menyapa
Puncak Gunung Mer
api ) Wal au namanya " menyapa" t api " sapaan" i ni bi samendatangkan malapetaka!
Datuk Bandaro Putih tahu benar kehebatan dua tangan Si Kamba Mancuang.
Pinggangnya bisa remuk, leher bisa hancur! Karena tidak sempat menghindar
menyelamatkan diri maka Datuk Bandaro Putih tanpa perasaan malu segera cabut
keris besar Nago Gunung Singgalang dari pinggang. Sinar biru berkiblat,
menyambar ke arah Si Kamba Mancuang. Selagi Si nenek berusaha menghindar, tahutahu ujung keris telah membabat
" Br eet t !" Jubah putih Si Kamba Mancuang robek di bagian bahu kiri. Untung dagingnya tidak
ikut tersayat. Melihat kejadian ini Wiro jadi mengkelap.
" Dat uk pengecut ! Ber ani menyer ang per empuan! Dengan senj at a pula! Teriak murid
Sinto Gendeng lalu menggebrak ke arah sang Datuk dalam Jurus Dewa Topan
Menggusur Gunung. Dari telapak tangan kanan murid Sinto Gendeng menyembur angin
170 Kupu-kupu Mata Dewa
26 dahsyat disertai suara menderu seperti topan menggila. Sesuai dengan nama jurus
yang dilancarkan. Jangankan manusia, lereng gunungpun bisa dibuat ambruk.
Kejut Datuk Bandaro Putih mendapat serangan itu bukan olah-olah. Namun
keterkejutan ini bukan saja karena kehebatannya melainkan juga karena dia
mengenali jurus serangan itu.
" Dewa Topan Menggusur Gunung! " Ter i ak Dat uk Bandar o Put i h sambi l mel ompat j auh dan melintangkan keris sakti di depan dada. Matanya yang mendelik diarahkan
sekilas pada I nyi ek Sukat Tandi ka al i as Tua Gi l a. " Pemuda kepar at ! Dar i mana kau mendapat ilmu pukulan itu.
Apa hubunganmu dengan I nyi ek Sukat Tandi ka"! " " Hi k. . . hi k. . . hik!" Si Kamba Mancuang t er t awa ceki ki kan. " Dat uk Bandar o Put i h, bel um tahu kau rupanya kalau sobatku ini adalah murid Inyiek Sukat Tandika!"
Di tempatnya berdiri di atas batu bulat datar Tua Gila mengomel sendiri.
" Anak set an! Mengapa dia mengeluarkan jurus serangan itu! Apa tidak ada jurus
serangan yang lain "! Lalu nenek bergigi perak itu, mulutnya seperti ember!"
Datuk Bandaro Putih tentu saja terkejut sekali mendengar ucapan Si Kamba
Mancuang. Untuk beberapa ketika dia memandang ke arah Tua Gila dan Wiro ganti berganti
dengan rasa tidak percaya.
Akan halnya Datuk Kuning Nan Sabatang yang saat itu tengah menggempur habis
Detuk Marajo Sati dan berusaha merobohken lawan dengan beberapa pukulan kilat,
mau tak mau ikut terpengaruh mendengar teriakan Datuk Bandaro Putih tadi.
Sebaliknya Datuk Marajo Sati yang memang sudah tahu siapa adanya Pendekar 212
yaitu murid Inyiek Sukat Tandika alias Tua Gila, tidak mensia-siakan kesempatan.
Selagi lawan agak terpana dengan cepat dia susupkan jurus serangan bernama
Tangan Sakti Menggapai Puncak Singgalang. Tangan kanan yang menyerang berubah
panjang dan melesat ke arah kening Datuk Kuning Nan Sabatang didahului sambaran
cahaya hitam pekat!
170 Kupu-kupu Mata Dewa
27 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
9 " GI LA SEMUA! Kal i an gi l a semua! Kal au memang

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah i ngi n mencar i mat i aku akan buatkan liang kubur buat kalian
seor ang sat u! " Di tengah membuncahnya pertarungan antara Datuk Kuning Nan Sabatang melawan
Datuk Marajo Sati dan Datuk Bandaro Putih menghadapi Pendekar 212 tiba-tiba di
tempat itu berkiblat cahaya putih, enam kali berturut-turut, luar biasa
cepatnya. " Bumm. . . bumm. . . bumm. . . bumm. . . bumm. . . bummi " Enam letusan dahsyat menggelegar di Bukit Batu Patah. Rumah Gadang Sambilan
Ruang bergoyang berderak-derak. Tanah bergetar. Kuda penarik kereta meringkik
keras. Penghulu Sangkalo cepat melompat ke atas kereta, menahan tali kekang agar kuda
tidak menghambur lari. Dua belas perajurit Kerajaan Pagaruyung berseru kaget
ketika dapatkan tubuh masing-masing terlempar ke udara lalu jatuh terbanting ke
tanah! Serta merta mereka berdiri sambil mencabut lading besar di pinggang
(lading = golok)
Di kolong rumah gadang Pakih Jauhari tersungkur ke tanah. Kepalanya terantuk
salah satu tiang rumah hingga benjut.
Di beberapa tempat udara mendadak gelap tertutup lapisan tanah dan debu yang
bermuncratan ke udara. Begitu muncratan tanah dan debu luruh maka di halaman
rumah gadang terlihat menganga enam buah lobang. Ukurannya memang cukup besar
untuk menjadi liang kubur!
Empat orang yang sedang bertarung tampak terhuyung-huyung. Gerakan mereka
terhenti dan mata sama dipalingkan ke arah Inyiek Sukat Tandika yang saat itu
tegak menatap dengan mata cekung membeliak dan tampang angker.
" Kal i an t ua bangka t ol ol semua!" Mendampr at I nyi ek Sukat Tandi ka. " Semua cepat kembali tegak di atas batu semula. Semua persoalan harus selesai malam ini!
Kalau tidak mau aku selesaikan maka silahkan melanjutkan saling bunuh! Jangan
kira aku tidak senang melihat darah! Nanti satu persatu mayat kalian aku tendang
masuk ke dalam lobang! Ha... ha... ha!"
Tua Gi l a t ut up ucapannya dengan suar a t awa mengekeh. Ucapan Tua Gila bahwa dia senang melihat darah bukan asal bicara. Karena konon di masa
muda dia diketahui telah membunuh hampir tiga ratus orang yang dianggapnya
sebagai musuh! Dengan terengah-engah karena lebih banyak menahan amarah Datuk Bandaro Putih dan
Datuk Kuning Nan Sabatang bersurut mundur, kembali berdiri di atas batu bundar
di kiri kanan Inyiek Sukat Tandika.
Di bagian lain sebelum naik ke atas batu bulat, Datuk Marajo Sati memandang Wiro
sesaat. Lalu berkata.
" Aku t ahu kau t adi menyel amat kan kepalaku dari serangan Datuk Kuning Nan
Sabatang. Tapi jangan harap aku akan berterima kasih.
. . " " Dat uk t i dak t ahu diuntung!"
Si Kamba Mancuang memaki dalam hati mendengar
ucapan Datuk Marajo Sati itu. Sebaliknya dengan tenang Wiro menanggapi.
" Dat uk, saya memang tidak perlu terima kasih
Dat uk, " j awab Wi r o. " Pukul an l awan t adi bisa menghancurkan muka Datuk. Saya menolong bukan kasihan pada Datuk, tapi cuma
menar uh sedi h pada or ang di r umah. . . " " Or ang di r umah siapa maksudmu"!
" Bent ak Dat uk Mar aj o Sat i denganmata berkilat
Wiro menyeringai.
" Ah, r upanya Dat uk t er l al u l ama t i nggal di goa di Ngar ai Sianok hingga lupa padusi di
rumah! Siapa lagi yang saya maksud dengan orang di rumah kalau bukan istri Datuk
yang 170 Kupu-kupu Mata Dewa
28 masih muda belia itu! Apa tidak kasihan melihat dia nanti masih muda sudah jadi
janda" Selain itu arwah Datuk pasti tidak tenteram kalau nanti dia kawin lagi dengan
orang lain. Mungkin kawin dengan pemuda yang pernah jadi kekasihnya dulu. Apa lagi kalau
sampai kawin dengan diriku! Eh, Siapa namanya istri Datuk yang konon setengah
abad lebih muda
dar i Dat uk i t u. . . ?" Habi s ber kat a Wi r otertawa keras.
Mendengar ucapan Wiro menggelegak amarah Datuk Marajo Sati. Kaki kanannya
diinjakkan ke kaki kiri Wiro. Sekeli injak pasti hancur kaki Si gondrong ini.
Dengan cepat Wiro melompat selamatkan kaki kirinya.
" Br aakk!Desss!"
Batu bulat datar hancur berkeping-keping, mengepulkan asap. Akibatnya kalau
semua orang telah berdiri di atas batu bulat masing-masing, kini hanya Wiro
seorang yang tegak di atas tanah. Pakaian hitamnya kotor oleh debu hancuran
batu. Si Kamba Mancuang berteriak marah dan siap bergerak hendak melakukan sesuatu.
Tapi Wiro cepat memberi isyarat agar Si nenek tidak melakukan apa-apa. Ini
membuat Si Kamba Mancuang jadi gemas geregetan.
Setelah membersihkan pakaian hitamnya yang berselomotan tanah dan debu. Datuk
Bandaro Putih menatap ke arah Datuk Kuning Nan Sebatang. Yang ditatap memberi
isyarat dengan anggukan kepala. Maka Datuk Bandaro Putih berpaling pada Tua
Gila. " Inyiek Sukat Tandika. Sebelum pembicaraan dilanjutkan, saya dan Datuk Kuning Nan
Sabat ang i ngi n mengaj ukan per t

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anyaan. . . " " Aku t i dak keber at an. Tapi cepat dan j angan ber t el e-tele! "Jawab Tua Gila sambil
menatap ke langit. Saat itu di langit dari arah timur nampak gumpalan awan hitam
bergerak ke arah barat. Sementara angin bertiup agak kencang. Pertanda mungkin
malam itu akan turun hujan.
" Set el ah kami t ahu kal au pemuda Jawa itu adalah murid Inyiek, untuk selanjutnya,
dalam perkara yang dipercayakana Raja pada Inyiek apakah Inyiek bis
a ber t i ndak adi l ?" " Dat uk Bandar o Put i h, aku t ahu maksud per t anyaanmu. Bi car a soal keadi l an bagi ku dan bagi Sri Baginda Raja dan bagi Kerajaan Pagaruyung bukan berarti siapa
orangnya, tapi apa perbuatannya. Kalau muridku aku jadikan saksi dan ternyata
dia bersaksi palsu, aku
akan cabut l i dahnya seper t i i ni ! " Habis berkata begitu Tua Gila lalu buka mulutnya lebar-lebar. Tangan kiri
dimasukkan ke dalam mulut lalu dipelintir dan disentakkan.
" Kr eekk!" Dari dalam mulut keluar sebuah benda merah sepanjang tiga perempat jengkal. Oleh
Tua Gila benda ini dilemparkan ke tanah, tepat di hadapan kaki Datuk Bandaro
Putih. Di atas tanah benda ini bergerak-gerak seolah hidup. Benda itu ternyata
adalah lidah sang Inyiek. Semua mata membelalak. Semua tengkuk jadi merinding
dingin. Sang murid, yaitu Pendekar 212 Wiro Sableng walau kaget tapi tetap
tenang dan berucap dalam hati.
" Set ahuku kakek Tua Gi l a t i dak punya i l mu seper t i I ni . Aneh. Hampi r menyer upai I l mu Menahan Darah Memindah Jazad yang aku dapat dari negeri LatanahSilam.
" Tua Gila ulurkan tangan kanannya. Lidah yang ditanah melesat ke atas, cepat
ditangkap lalu dimasukkan kembali ke dalam mulut.
" Ada l agi yang hendak bi car a at au mau ber t anya?" Tak ada yang bersuara. Tak ada yang berani menjawab pertanyaan sang inyiek
utusan Kerajaan Pagaruyung itu. Si Kamba Mancuang berdiri sambil mengusapi
pangkal lehernya. Selain ngeri nenek satu ini juga merasa jijik hingga dia
megap-megap menahan muntah.
" Kal au begi t u ki t a t er uskan pembi car aan, " kat a Tua Gila pula. Matanya yang cekung
angker menatap ke arah Datuk Marajo Sati yang berdiri di atas batu antara Wiro
dan Si Kamba Mancuang.
" Dat uk Mar aj o Sat i , kembal i pada per kar a kedua menyangkut di r i Dat uk dan gadi s Ci na itu. Tadi Datuk meminta agar aku menghadirkan gadis Cina itu sebagai saksi. Saat
ini hal 170 Kupu-kupu Mata Dewa
29 itu tidak bisa dilakukan. Karena turut kabar yang aku dengar dari Penghulu
Sangkalo bukankah gadis itu telah dilarikan oleh Tuanku Laras yang tadi ada di
sini, lalu kabur melarikan diri!"
" I nyi ek Sukat Tandi ka. Per i hal bagai mana dan dimana beradanya gadis itu, saya tidak
mau perduli. Jika Inyiek Ingin mencari kebenaran dan mau berlaku adil, hanya
gadis itu satu-satunya yang bisa memberi kesaksian nyata dan benar. Bahwa saya
dan dia tidak melakukan perbuatan mesum! Tidak melakukan zinah!"
" Per kar a ini memang sulit.
Tapi bukan ber ar t i per l u di per sul i t . . . " Ucap Tua Gi l a pula. " Gadi s Ci na itu tidak bisa, dihadirkan sebagai saksi. Bagaimana, kalau kita memeriksa
dulu saksi yang l ai n ?" Semua orang bertanya-tanya siapa saksi yang dimaksud oleh sang utusan Sri
Baginda Raja itu. Tua Gila menatap ke arah muridnya. Pasti muridnya sendiri,
pemuda jawa berambut panjang sebahu itu!
" Pendekar Dua Sat u Dua.

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

. . " ber kat a Tua Gi l a. " Bukankah sej ak t adi kau mel i hat ada seseorang bersembunyi di bawah
kol ong r umah gadang ?" Wiro terkejut tapi cepat-cepat mengiyakan ucapan Tua Gila.
" Temui or ang itu. Bawa dia ke hadapanku. Jika dia menolak kau boleh menggebuk dan
menyeretnya kesini!"
Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang memutar tubuh sama berpaling,
membungkuk sedikit dan memandang ke bawah kolong rumah gadang. Begitu juga Si
Kamba Mancuang, kusir kereta Penghulu Sangkalo dan dua belas perajurit Kerajaan.
Semua memperhatikan ke kolong gelap rumah gadang. Ingin mengetahui siapa adanya
orang yang sembunyi di bawah kolong rumah. Datuk Marajo Sati sendiri tetap tak
bergerak dari tempatnya. Sikapnya acuh saja.
Saat itu Wiro sudah masuk ke bawah rumah gadang. Tak lama kemudian dari bawah
rumah gadang terdengar suara jeritan seseorang minta ampun dan minta agar
dirinya dilepaskan.
Wiro keluar dari kolong rumah gadang. Datuk Marajo Sati baru tersentak ketika
melihat siapa adanya pemuda yang diseret Wiro ke hadapan Inyiek Sukat Tandika
itu. " Jahanam Paki h Jauhar i ! "rutuk Datuk Marajo Sat
i . " Mengapa keparat ini berada di sini.
Apa yang di l akukannya! " Dengan geram Datuk Marajo Sati melangkah cepat mendekati Pakih Jauhari. Tangan
kanan diangkat tinggi-tinggi lalu secepat kilat dihantamkan ke batok kepala
pemuda yang berasal dari Biaro itu.
Sekejapan lagi kepala Pakih Jauhari akan remuk dihantam pukulan, tanpa bergerak
dari batu bulat yang dipijaknya Tua Gila kebutkan selempang kain putih yang jadi
pakaiannya. Selarik angin menderu dan wuuttt!
Datuk Marajo Sati terhuyung-huyung satu langkah. Tapi dengan sebat orang ini
sanggup imbangi diri dan lanjutkan serangan ke arah Pakih Jauhari. Yang dituju
masih tetap kepala pemuda itu pertanda Datuk Marajo Sati memang sangat mendendam
dan ingin membunuhnya!
" Dat uk sadar ! Jangan!"
t er i ak Wi r o ber usaha mencegah. Tapi Datuk Marajo Seti tidak bergeming.
Melihat hal ini Wiro segera dorong tubuh Pakih Jauhari hingga pemuda ini jatuh
terguling di tanah. Pukulan maut Datuk Marajo Sati menghantam tempat kosong. Ini
membuat sang Datuk menjadi marah setengah mati. Dua kaki diputar cepat. Tangan
kanan kembali berkelebat. Kali ini yang dituju adalah kepala Pendekar 212!
170 Kupu-kupu Mata Dewa
30 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
10 SEPASANG mata Pendekar 212 t
er bel al ak. " Dat uk! Apa yang kau l akukan i ni ! Mengapa menyer angku! " Ter i ak Wi r o. Datuk Marajo Sati tidak perduli
. Mal ah mul ut nya ber ucap. " Kau dan pemuda i t u sama keparatnya! Aku tidak akan pernah menyesal membunuhmu!"
Di tempatnya berdiri Tua Gila menjadi marah melihat apa yang dilakukan serta
barusan diucapkan Datuk Marajo Sati. Kehadirannya di situ seolah tidak dipandang
sebelah mata. Maka orang tua ini segera kirimkan suara mengiang ke telinga muridnya
" Anak set an, coba kau ber i pel aj ar an pada Dat uk Sialan itu! " Wiro yang semula hanya berniat akan menghindarkan diri dari serangan Datuk
Marajo Sati, namun begitu mendengar ucapan sang guru dengan cepat alirkan tenaga
dalam ke tangan kiri. Lalu menangkis pukulan Datuk Marajo Sati dengan Jurus
Tangan Dewa Menghantam Matahari.
Jurus pukulan ini adalah jurus pertama dari enam pukulan sakti yang bersumber
pada Kitab Putih Wasiat Dewa pemberian Datuk Rao Basaluang Ameh, tokoh silat
yang kesaktiannya dianggap setengah Dewa, diam di Danau Meninjau. Datuk Rao
Basaluang Ameh seperti diketahui adalah salah seorang guru Pendekar 212 Wiro
Sableng dan orang tua inilah - yang konon dikabarkan telah meninggal dunia
sekitar seratus tahun silam yang meminta Wiro untuk datang ke tanah Minangkabau. Orang tua sakti itu agaknya
sudah mengetahui bahwa satu peristiwa besar akan terjadi di negeri tempat
kediamannya. Wiro diharapkan akan dapat mencegah berlarut-larutnya hal-hal yang tak diingini
di negeri itu. Namun seperti yang dituturkan Wiro malah menjadi bulan-bulanan
tuduhan dan dianggap sebagai biang keladi pembuat keonaran serta kekacauan
termasuk tewasnya beberapa tokoh rimba persilatan tanah Minang.
" Bukk!" Dua lengan beradu keras.
Wiro merasa tanah yang dipijaknya seperti melesak. Dua lutut menekuk. Sebelum
tubuhnya terbanting jatuh duduk di tanah, Wiro cepat kerahkan ilmu meringankan
tubuh. Sambil berseru keras dia melesat ke atas. Di udara Wiro jungkir balik satu kali.
Beradunya dua tangan tadi membuat Datuk Marajo Sati terlempar hampir satu tombak
ke udara. Tangan kanan sakit luar biasa seolah saat itu tangannya sudah putus!
Getaran rasa sakit menjalar sampai ke dada! Di saat yang sama Wiro yang tengah
melayang turun pergunakan bahu kiri kanan sang Datuk sebagai tumpuan sebelum
akhirnya menjejakkan kaki berdiri di tanah sambil cengar-cengir padahal lengan
kirinya tampak menggembung bengkak biru kehitaman!
Ketika kaki Wiro mendarat di bahunya kiri kanan, Datuk Marajo Sati merasa
seperti tubuhnya dihimpit dua batu besar. Bagaimanapun dia kerahkan tenaga
sampai rambut, kumis dan janggut pendeknya berjingkrak tetap saja dia tidak
mampu bertahan. Tubuh besar berjubah putih ini akhirnya jatuh terduduk di tanah.
Mukanya tampak agak pucat dan penuh keringat. Seumur hidup baru sekali ini Datuk
Marajo Sati dibuat seperti itu oleh lawan bertarung.
" Tenaga dal amnya l uar biasa. Kalau dia berniat jahat saat ini aku pasti sudah muntah
darah!" Membatin Datuk Pucuk Luhak Nan Tigo itu.
Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang saling pandang satu sama lain.
Keduanya maklum kalau pemuda yang selama ini dianggap remeh ternyata memiliki
170 Kupu-kupu Mata Dewa
31 tenaga dalam yang jauh melebihi apa yang dimiliki Datuk Marajo Sati. Ini berarti
melebihi pula tingkat kepandaian mereka berdua!
Wiro cepat dekati Datuk Marajo Sati, mengambil tangannya dan membantu berdiri
seraya berkata.
" Dat uk, maaf kan saya. Saya t ahu ki t a ber dua t i dak ada maksud jahat terhadap satu
sama l ai nnya. " Mendengar ucapan Wiro Datuk Marajo Sati termenung dan pejamkan mata. Mulutnya
ingin menyemburkan carut marut. Namun hatinya tak kuasa melakukan.
Di langit awan tebal semakin banyak. Bergerak mulai menutupi bulan sabit hari ke
tiga. Dari tempatnya berdiri di atas batu bulat datar Tua Gila berkata.
" Dat uk, saya har ap Dat uk kembal i ke t empat semula. Saya mengerti Datuk sangat
benci dan dendam pada pemuda bernama Pakih Jauhari itu. Saya harap hal itu
dilupakan dulu. Yang l


Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ebi h pent i ng adal ah mencar i kebenar an! " " I nyi ek, pemuda i ni pangkal bahal a dar i semua f i t nah yang t er j adi at as di r i saya. Hi dup saya jadi begini karena dia!"
Kat a Dat uk Mar aj o Sat i . Suar anya masih keras tapi tidak lagi
terdengar garang.
" Aku t ahu Dat uk. Untuk itulah kita akan menanyainya. Mudah-mudah yang hitam akan
tersingk ap hi t am, yang put i h akan t et ap t er l i hat put i h. " Tua Gi l a member i isyarat. Dua orang perajurit membawa Pakih Jauhari ke hadapan sang utusan Raja.
Pakih Jauhari ketakutan setengah mati. Beberapa kali dia berteriak minta ampun
sambil berlutut memegangi kaki Tua Gila dan minta diperkenankan meninggalkan
tempat itu. " Anak muda, ber di r i l ah di hadapanku! Jangan berteriak seperti orang gila. Berdiri luruslurus atau aku patahkan kedua kakimu!"
Diancam Tua Gila seperti itu Si pemuda segera berdiri. Kepala ditundukkan, tapi
mata sesekali melirik ke arah Datuk Marajo Sati. Kawatir sang Datuk akan
menghajarnya dari belakang.
" Anak muda, Siapa namamu ?" ber t anya TuaGila. Pakih Jauhari menjawab memberi tahu namanya.
" Menur ut kabar , juga seperti yang dikatakan Datuk Marajo Sati tadi, apa benar kau
yang membuat cerita bahwa Datuk Marajo Sati telah menyekap seorang anak gadis di
dalam goa di Ngarai Sianok dan melakukan perbuatan aib. Kabar buruk itu telah
membuat buncah seluruh nagari. Telah pula sampai ke telinga istri Datuk Marajo
Sati di Batu sangkar. Bahkan beberapa orang telah tewas menemui ajal oleh ulah
perbuatanmu! Apa Jawabmu"!
" " Inyiek, saya..."Pakih Jauhari jatuhkan diri.
" Saya mi nt a ampun. . . " " Ber di r i !" Bent ak Tua Gi l a. " Jawab saj a apa yang aku t anya!" Pakih Jauhari berdiri.
" I nyi ek. semua or ang yang ada di aini. Saya minta ampun. Mohon saya jangan diapaapakan. . . " Lalu pemuda yang dilanda ketakutan ini meraung-raung.
" Pl aakk!" Datuk Kuning Nan Sabatang yang berdiri di sebelah Tua Gila jadi kesal, hilang
sabarnya. Langsung saja tangan kanannya melayang menampar Pakih Jauhari hingga
pemuda ini menjerit keras dan darah meleleh dari sudut bibirnya yang luka.
" Kal au kau masih meraung aku
pat ahkan bat ang l eher mu! " Mengancam Datuk Kuning Nan sabatang.
" Ampun Dat uk. . . ampun ber i bu ampun. Saya akan menj awab. Saya akan bi car a. . . Apa yang t adi I nyi ek t anyakan. . " Dengan kesal Tua Gila mengulang ucapannya.
" Kau di t uduh menyebar cer i t a bahwa Datuk Marajo Sati telah berbuat aib dengan
seorang gadis Cina di goanya di Ngarai Sianok. Akibat perbuatanmu itu orang
seranah Minang menjadi buncah. Kabar itu telah sampai pula ke telinga istri
Datuk Marajo Sati di 170 Kupu-kupu Mata Dewa
32 Batusangkar. Apa kau sengaja hendak menghancurkan rumah tangga orang "! Kau juga
diketahui mengumpulkan orang banyak dari beberapa dusun. Menghasut untuk
menghujat dan menyerang Datuk Marajo Sati. Kau juga diduga membawa-bawa Datuk
Luhak Nan Tigo ikut terlibat dalam perkara. Jika apa yang kau ceritakan adalah
dusta maka berarti kau
menyebar f

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

i t nah. Ji ka kau mer asa benar apakah kau memi l i ki bukt i ?" Sebel um Paki h Jauhar i menj awab Dat uk Kuni ng Nan Sabat ang mendahul ui . " I nyi ek, izinkan saya bicara. Saya dan Datuk Bandaro Putih pernah menyelidik ke dalam goa
kediaman Datuk Marajo Sati. Maaf bicara disana kami menemukan bukti, berupa
tanda-t anda nyat a keber adaan seor ang per empuan. . . " " Apa yang Dat uk t emukan. . . " t anya Tua Gi l a. " Pakai an l uar per empuan, per al at an unt uk ber hi as seper t i pupur . Lal u, maafinyiek. Kami j uga menemukan cel ana dal am per empuan. . . " Sampai disitu entah sadar entah tidak Pendekar 212 Wiro Sableng tertawa gelakgelak. Si Kamba Mancuang satu tangan memegang perut satu lagi menekap mulut menahan
tawa cekikikan yang menyembur. Sementara itu Datuk Marajo Sati tampak kelam
membesi wajahnya. Mulut berkomat kamit tapi tidak ada suara yang keluar.
" Di am semua!"
I nyi ek Sukat Tandi ka membent ak. " Apa kal i an ki r a i ni panggung sandiwara lucu-l
ucuan"! " Wiro dan Si Kamba Mancuang segera hentikan tawa. Namun ditempatnya berdiri wajah
sang inyiek sekilas tampak tersenyum.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
33 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
11 UNTUK beberapa ketika halaman rumah gadang tenggelam dalam kesunyian, inyiek
Sukat Tandi ka memandang pada Paki h Jauhar i . " Kau sudah Siap menjawab semua apa
yang aku kat akan t adi "! " Paki h Jauhar i mengangguk. Sebel um bi car a di a kembal i mer at ap minta ampun. " i nyi ek, saya or ang ber dosa. Saya mengaku sal ah. Memang benar saya ket ahui Dat uk Marajo Sati berdua-dua dengan seorang gadis Cina di goanya di Ngarai Sianok
selama beberapa hari. Tapi cerita bahwa Datuk telah berbuat aib, semua itu
hanyalah karangan saya
bel aka. . . " " Kau mengaku t el ah menyebar f i t nah?" Tanya Tua Gi l a. " Saya mengaku dan saya mi nt a ampun, mi nt a maaf . Mengenai beber apa orang yang tewas, tidak ada sangkut pautnya dengan diri saya. Tiga Datuk dari Luhak Nan
Tigo sama sekali tidak terlibat dalam urusan ini. Pada pagi hari sewaktu saya
membawa penduduk ke Ngarai Sianok, sayalah yang menghasut, saya pula yang
menancapkan tiga bendera lambang Luhak Nan Tigo. Kedatangan Para Datuk Luhak Nan
Tigo di Ngarai Sianok hanyalah satu kebetulan saja. Saya mohon maaf pada semua
Datuk..." " Pemuda kepar at ! Karena mulut beracunmu Datuk Panglimo Kayo sampai menemui
ajal!" Ter i ak Dat uk Bandar o

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Putih. " Saya mohon ampun, mi nt a maaf . Kemat i an Dat uk Pangl i mo Kayo t i dak ada sangkut pautnya dengan diri saya. Datuk Panglimo Kayo adalah korban kejahatan seorang
yang datang dari Jawa. Orang itu membawa seorang tentara Cina. Dia dibantu oleh
beberapa orang tokoh di negeri ini. Semua yang berkomplot dengan dia diberi
hadiah batangan emas.
. . " " Hemmm. . . " Tua Gi l a ber gumam sambi l usap-usap janggut
put i hnya. " Sekar ang jelaskan padaku dan semua orang yang ada di sini. Mengapa kau berbuat jahat
mengarang cerita menebar
f i t nah at as di r i Dat uk Mar aj o Sat i . . . " Paki h Jauhar i t ampak r agu j uga t akut Tapi akhi r nya membuka mul
ut j uga " I nyi ek. . . banyak orang di Luhak Nan Tigo mengetahui, termasuk keluarga besar Datuk
Panglimo Kayo di Tanah Datar bahwa saya dan Gadih Puti Seruni sudah lama
menjalin hubungan dan kami berniat hendak naik ke pelaminan. Namun semua rencana
gagal karena Gadih Puti Seruni yang kemenakan Datuk Panglimo Kayo itu dijodohkan
dengen Datuk Marajo Sati. Suatu hari saya memberanikan diri menemui Datuk Marajo
Sati memohon agar beliau membatalkan pernikahannya dengan gadis yang saya cintai
itu. Tapi saya dihajar sampai setengah mati. Selama puluhan hari saya terbaring
menderita sakit di tempat tidur.
Aj al saj a yang bel um sampai . . " " Dat uk Mar aj o Sat i , apa betul yang dikatakan anak muda ini" Kau menghajarnya
sampai set engah mat i ?" Datuk Marajo Sati anggukkan kepala.
" Rupanya t el ah t er j adi apa yang di namakan hukum sebab aki bat . . . " kat a I nyi ek Sukat Tandi ka pul a. " Paki h Jauhar i , cer i t amu bi sa di t er i ma. Tet api kalau apa yang terjadi kau
buat alasan untuk menebar fitnah, itu perbuatan salah dan tercela. Kau mungkin
tidak berjodoh dengan gadis yang kau cintai. Apa kau lupa ajaran agama kita
kalau langkah, rezeki, pertemuan atau jodoh dan maut itu semua adalah kehendak
dan kuasaNya Allah
?" " Saya sadar I nyi ek. Saya menger t i . Saya mi nt a ampun. . . " 170 Kupu-kupu Mata Dewa
34 Sang Inyiek berpaling pada Datuk Marajo Sati.
" Dat uk Mar aj o Sat i , aku gembira kau mau mengakui perbuatanmu terhadap pemuda ini.
Sekarang di hadapan semua orang kau harus menuturkan apa sebenarnya yang telah
terjadi antara dirimu dengan gadis Cina itu yang aku dengar punya beberapa nama
elok. Puti Bungo Sekuntum, Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok. Konon dia juga disebut Kupu
Kupu Mata Dewa..."
Datuk Marajo Sati memulai penuturannya dari kedatangan Chia Swie Kim dalam ujud
seekor kupu kupu besar. Yang terpesat ke dalam goanya di Ngarai Sianok dalam
gulungan sorban milik Sutan Panduko Alam.
" Di a mi nt a per l i ndungan pada saya kar ena di r i nya dal am keadaan di kej ar ser ombongan orang. Dia menceritakan bahwa dirinya berasal dari negeri Cina. Ujudnya
sebenarnya adalah sebuah kupu kupu batu giok bernama Kupu Kupu Mata Dewa yang
merupakan satu benda pusaka milik Kerajaan Cina dan harus berada di tangan
Kaisar Cina sebagai tanda syahnya dia menduduki tahta. Sebelum dirinya masuk ke
dalam Kupu Kupu Mata Dewa gadis itu adalah puteri seorang Pangeran yang
melarikan diri karena dituduh telah berbuat zinah dengan seorang pemuda. Pemuda
itu sendiri telah dibunuh. Yang Maha Kuasa masih menolong Si gadis. Dia berubah


Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi angin dan masuk ke dalam Kupu Kupu Mata Dewa. Selanjutnya dia mampu
merubah diri menjadi seekor kupu kupu besar dan hidup. Untuk menyelamatkan diri
dari hukuman pancung oleh ayahnya sendiri kupu kupu itu melarikan diri dan
terpesat masuk ke dalam sebuah kapal. Ayah gadis Cina itu kemudian mengirim
seorang Perwira Muda bernama Teng Sien untuk melakukan
pengejaran. Ketika sampai ditanah Jawa, Teng Sien minta bantuan seorang sakti
bernama Ki Bonang Talang Ijo. Kupu kupu hampir tertangkap namun masih bisa
menyembunyikan diri di dalam sebuah kapal yang kemudian membawanya terpesat ke
tempat kediaman Sutan Panduko Alam di Pesisir Barat. Menurut gadis yang
menjelma, sebagai kupu-kupu itu Sutan Panduko Alam berusaha menolongnya dari
kejaran Ki Bonang dan kawan-kawan. Namun jumlah lawan yang harus dihadapi Sutan
Panduko Alam terlalu banyak. Meski dia berhasil menewaskan salah satu dari
mereka dan menyelamatkan kupu kupu itu di dalam sorbannya, namun Sutan Panduko
Alam sendiri akhirnya menemui ajal, dibantai beramai-ramai. Gadis itu
menerangkan bahwa namanya adalah Chia Swie Kim. Dalam perasaan tidak percaya
saya, saya uji dia untuk memperlihatkan ujud sebenarnya. Maka dia merubah diri
kedalam ujud manusia, ujud seor
ang gadi s Ci na. . . " " Luar biasa! Sulit dipercayai Inyiek, ada satu hal yang tidak masuk akal tiba-tiba
Datuk Kuning Nan Sabatang memotong cerita Datuk Marajo Sati. "
Seekor kupu kupu bisa bicara
bahasa manusia, itu adalah ajaib. Lalu jika dia bisa memperlihatkan diri dengan
ujud sebagai seorang gadis, ketika bicara bahasa apa yang dipakainya. Bukankah
Datuk Mar aj o Sat i t i dak t ahu bahasa Ci na?" Tua Gi l a ber pal i ng pada Dat uk Mar aj o Sat i . Dat uk i ni seger a ber kat a. " Keaj ai ban adal ah kuasaNya Allah. Gadis itu mampu bicara bahasa Minang. Kepada gadis itu saya
bertanya, bagaimana mungkin dia bisa bicara bahasa anak negeri ini. Dia
menerangkan dalam pelariannya, suatu malam, masih dalam ujud seekor kupu-kupu
dia hinggap di atas sebuah rumah di pesisir barat Di rumah itu tengah terjadi
musibah. Seorang anak gadis penghuni rumah meninggal dunia. Secara aneh dari
tubuh gadis yang sudah meninggal keluar cahaya putih yang kemudian masuk ke
dalam tubuh Chai Swie Kim. Sejak saat itu dia mengerti dan mampu bicara dalam
bahasa Minang. Namun dia tidak bisa lagi bicara dalam bahasa leluhurnya walau
dia masih mengerti apa yang diucapkan orang. Saya kemudian memberinya nama Puti
Bungo Sekuntum disertai julukan Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok
" " Dat uk Mar aj o Sat i . . . " Tua Gi l a ber kat a. " Sel ama beber apa har i gadi sCina itu berada di
dalam goa kediamanmu, apa yang telah terjadi " Harap Datuk menjawab dengan
jujur. Kalau perlu akan kusumpah lagi dengan menjunjung kitab suci Al Qur
' an di at as kepal a. " 170 Kupu-kupu Mata Dewa
35 " Jangankan ber buat ai b, menyent uh gadi s i t upun saya t i dak per nah. Niat saya hanya
ingin menolong karena Lil
ahi Ta Al ah. . . " Dat uk Bandar o Put i h menyer i ngai . " Saya ingat ajaran agama kita. Jika ada seorang
lelaki dan seorang perempuan di satu ruangan, maka di ruangan itu akan ada pula
orang ke tiga. Orang ketiga itu adalah setan!"
" Saya t i dak pernah menjadi setan dan tidak ingin menjadi setan. Saya cukup mampu
berlindung pada Allah Yang Maha Kuasa hingga tidak berbuat aib seperti yang
difitnahkan kepada
saya. " Kat a Dat uk Mar aj o Sat i pul a. " Tapi t i dak ada saksi yang menguat
kan ket er angan Dat uk, " kat a Dat uk Kuni ng Nan Sabatang pula. " Saksi saya adal ah Al ah Yang Maha Menget ahui dan Maha Mel i hat . . . " Jawab Dat uk Marajo Sati. Tiba-tiba Pendekar 212 maju selangkah.
" I nyi ek, bol ehkan saya member i kesaksian?"
t anya sang pendekar pada Tua Gila.
" Memang i t u gunanya kau ber
ada di sini ,

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Jawab Tua Gi l a. " Apa yang hendak kau
katakan ?"
Datuk Marajo Sati menjadi agak tegang sementara dua Datuk lainnya tampak
menyeringai senang karena mengira Wiro akan memberi kesaksian yang akan
mengungkap perbuatan busuk Datuk Marajo Sati.
Wiro angkat kopiah hitamnya, garuk-garuk kepala baru keluarkan ucapan "
Pada malam yang sama masuknya kupu kupu besar ke dalam goa kediaman Datuk Marajo Sati saya
juga terpesat masuk ke dalam goa itu. Tidak ada maksud jahat, semata-mata karena
rasa ingin tahu saja yaitu gara-gara saya melihat ada seekor burung masuk ke
dalam goa. Di dalam goa, saya mendengar semua pembicaraan gadis kupu kupu itu
dengan Datuk Marajo Sati. Apa yang dikatakan Datuk Marajo Sati tadi sedikitpun
tidak berbeda dengan apa
yang saya dengar . Dat uk Mar aj o Sat i t i dak ber dust a. . . " Kalau Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan Sabatang terheran-heran
mendengar penjelasan Wiro maka Datuk Marajo Sati sampai terpana saking tidak
percayanya kalau pemuda yang selama ini dibenci dan malah hendak dibunuhnya itu
ternyata kini membela dirinya.
" Dat uk Mar aj o Sat i , apakah Dat uk ber sedi a mengangkat sumpah at as semua yang tadi
Dat uk cer i t akan?" Ber t anya Tua Gi l a. Sebagai jawaban Datuk Marajo Sati berpaling ke arah Penghulu Sangkalo. Kusir
kereta i ni seger a mengel uar kan ki t ab suci Al Our ' an dar i dal am kant ong put i h dan menyer ahkan kepada Datuk Marajo Sati. Datuk Marajo letakkan kitab suci itu di atas kepala
lalu mengucap sumpah. Begitu sumpah diucapkan tiba-tiba di langit sebelah utara
kilat menyabung disusul gelegar suara guntur. Angin bertiup kencang. Hujan mulai
turun. Tua Gila angkat dua tangannya ke udara "
Saksi sudah berucap. Sumpah sudah
disampaikan! Aku utusan Raja Pagaruyung menyatakan bahwa untuk saat ini Datuk
Marajo Sati tidak terbukti telah melakukan perbuatan mesum dengan gadis Cina
itu. Namun agar lebih ada kejelasan, gadis Cina itu harus ditemukan untuk diminta
kesaksiannya. itu menjadi tugas Datuk Marajo Sati kalau memang benar-benar ingin
membersihkan diri dari lumpur fitnah. Muridku Pendekar Dua Satu Dua dan nenek
bernama Si Kamba Mancuang itu mungkin bisa membantu. Aku akan berada di
Pagaruyung selama beberapa hari. Mudah-mudahan dalam waktu Singkat Datuk Marajo
Sati bisa menemukan gadis Cina itu dan membawanya ke Istana di Pagaruyung.
Bukankah di a t el ah di cul i k ol eh Tuanku Lar as Muko Bal ang ?" Baru saja Tua Gila selesai berucap hujan turun dengan lebatnya. Dua obor di
halaman serta merta padam. Halaman rumah gadang diselimuti kegelapan. Tua Gila
melesat naik ke atas kereta diikuti Penghulu Sangkalo. Dua belas perajurit
serentak naik ke atas tunggangan masing-masing. Sesaat kemudian rombongan dari
Pagaruyung itu telah bergerak pergi dengan cepat Datuk Bandaro Putih dan Datuk
Kuning Nan Sabatang 170 Kupu-kupu Mata Dewa
36 melompat ke atas harimau besar tunggangan masing-masing. Pakih Jauhari lenyap
entah kemana. Wiro menekan kopiah hitamnya sampai ke alis. Sekujur tubuhnya basah kuyup.
" Uhh di ngi n Nek, " kat a Wi r o pada Si Kamba Mancuang.
" He...he1 Jangan mencari akal! Awas kalau kau berani memelukku1"
Kat a Si nenek cepat tanggap. Wiro tertawa gelak-gelak. Si nenek ikut-ikutan tertawa cekikikan. Saat itu tibatiba Wiro mendengar
suar a ngi angan Tua Gi l a. " Anak set an! Kalau kau tidak mampu menemukan
gadis Cina itu lebih baik kau pulang kampung saja. Apakah kau tidak ingin
melihat wajahnya" Apa benar dia cantik" Ha...ha...ha. Awas kalau kau sampai kepincut
Nenek bergigi perak itu pasti akan meremas kantong menyanmu sampai hancur dan
dibuatnya dendeng balado! Ha... ha... ha!"
( dendeng balado = dendeng bumbu cabe. Makanan khas
orang Minang) Wiro senyum-senyum mendengar suara ngiangan sang guru. Lalu dia mengambil kain
putih yang tercampak di tanah.
" Nek!" kat anya pada Si Kamba Mancuang.
" Dengan kesakt i anmu kita bisa mempergunakan kain ini untuk kembali menjajagi dimana beradanya Tuanku Laras
Muko Balang. Ki t a har us mengej ar dan menemukannya secepat mungki n! " Mengerti apa yang dimaksudkan Wiro maka Si Kamba Mancuang segera ambil kain
putih yang tercampak di tanah lalu dililitkan di pinggang. Hujan lebat membuat
enam lobang di tanah tergenang air, berubah menjadi kolam.
Sebelum pergi Si Kamba Mancuang lari ke arah mayat Pandeka Bumi Langit yang
tergeletak tak jauh dari salah satu lobang besar yang telah digenangi air hujan.
Dengan cepat dia berhasil menemukan tiga batang emas di balik pakaian lelaki
itu. " Nek, kau r upanya t i dak l upa har t a i t u, "tegur Wiro.
" Bukan unt uk di r i ku. Kel ak akan aku

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedekahkan pada f aki r mi ski n. " Jawab Si nenek bergigi perak. Sebelum berkelebat pergi di bawah hujan lebat Pendekar 212 berseru pada Datuk
Marajo Sati. " Dat uk, apa Dat uk mau ber huj an-hujan dan kedinginan sendirian di tempat ini" Lekas
ikut bersama kami! Bukankah kita punya kepentingan yang sama" Mencari Tuanku
Laras, menyelamatkan gadis Cina bernama
Put i Bungo Sekunt um i t u"! " Datuk Marajo Sati terkesima. Tidak menyangka Wiro akan berkata seperti itu.
Sadar kalau dia punya tanggung jawab dan memang harus ikut bergabung
menyelamatkan gadis Cina itu maka sang Datuk berseru. Tunggu!"
Wiro dan Si Kamba Mancuang hentikan lari. Datuk Marajo Sati perhatikan kain
putih yang melilit di pinggang Si nenek.
" Kamba Mancuang, kau memi l i ki i l mu Sapanj ang Jal an Mangaj a Raso ?" ( Sapanj ang Jalan Mangaja Raso = Sepanjang Jalan Mengejar Rasa)
Si nenek terkejut mendengar Datuk Marajo Sati mengetahui limu pemberian gurunya
Inyiek Susu Tigo. Memang dengan ilmu kesaktian. yang tadi disebutkan Datuk
Marajo Sati dengan mengandalkan kain putih yang telah bersentuhan dengan pedang
Al Kausar dia akan mampu mencari dimana beradanya Tuanku Laras seperti yang
telah dilakukan sebelumnya. Sambil tersenyum Si nenek
menj awab. " Ah, Dat uk sudah t ahu i l mu i t u r upanya. " " Bagus, di manapun Tuanku Lar
as ber ada ki t a sudah punya kepast
i an akan dapat mengetahui dan mendatanginya. Tapi kita harus bertindak cepat. Aku kawatir
terjadi sesuat u dengan gadi s Ci na i t u. " Datuk Marajo Sati lalu susun sepuluh jari di atas kepala.
Mulutnya berucap perlahan
" I nyi ek Har i mau Nan Tongga, Ji ka kau sudah sembuh dat angl ah Aku Dat uk Mar aj o Sat i sangat membutuhkan
per t ol onganmu! " 170 Kupu-kupu Mata Dewa
37 Dalam gelapnya malam, di bawah hujan lebat dan deru angin luar biasa kencang
tiba-tiba tanah menggeletar oleh suara auman dahsyat.
Sesaat kemudian sebuah benda besar melayang turun dari langit. Ketika ujudnya
nampak nyata ternyata benda itu adalah seekor harimau kuning belang hitam.
Sepasang matanya yang kebiru-biruan seperti menyala dalam gelap. Ekor menyentaknyentak mender a ai r huj an. " Al hamdul i l ah. . . Aku ber syukur pada Al ah. " Mengucap Dat uk Mar aj o Sati. Seperti, diketahui sebelumnya harimau sakti itu pernah mengalami cidera
keracunan dan sakit akibat serangan Ilmu Santuang Panyasek yang dilancarkan
Tuanku Laras. Ingat akan hal itu muncul rasa kawatir dalam diri Datuk Marajo
Sati. Bukan tidak mungkin kalau tahu dirinya dikejar Tuanku Laras kembali akan
melancarkan serangan yang sama, malah bisa saja lebih dahsyat yang bisa membunuh
harimau peliharaannya.
" Dat uk, ada sesuat u yang mer i saukan Dat uk?" Ber t anya Wi r o. Datuk Marajo Sati lalu menceritakan apa yang pernah dialami harimau
tunggangannya itu.
" Kal au cuma I l mu Sant uang Panyasek, mudah menangkal nya! ' Si Kamba Mancuang berkata. Lalu dari balik pakaiannya dia mengeluarkan satu
kantong kecil. Dari dalam kantong dia mengambil sebuah cermin kecil. Bagian
belakang cermin dijilatnya diberi ludah. Lalu cermin itu ditempelkan ke kening
harimau peliharaan sang
Dat uk. " Ber es Dat uk. Segal a i l mu set an panyasek apapun t i dak akan t embus!" " Kau hebat Nek, " memuj i Dat uk Mar aj o Sat

Wiro Sableng 170 Kupu Kupu Mata Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

i . " Ki t a ber angkat sekar ang. " Ketiga orang itu lalu naik ke punggung harimau besar Inyiek Nan Tongga.
170 Kupu-kupu Mata Dewa
38 BASTIAN TITO KUPU-KUPU MATA DEWA
12 PENDERITAAN gadis Cina Chia Swie Kim Si Kupu Kupu Mata Dewa yang oleh Datuk
Marajo Sati diberi nama Puti Bungo Sekuntum dan dijuluki Kupu Kupu Giok Ngarai
Sianok serasa tidak tertahankan lagi. Selama dirinya dalam penculikan gadis ini
senantiasa dihantui rasa takut. Siang tadi yaitu sejak Tuanku Laras Muko Balang
meninggalkannya dia tergolek miring di lantai batu yang dingin. Dia Ingin
berteriak namun mulut tak bisa bersuara. Tenggorokan terkancing akibat totokan
yang dilakukan Tuanku Laras. Selain tak bisa bersuara gadis ini juga tidak mampu
menggerakkan kepala, badan, tangan ataupun kaki. Dia tidak tahu kemana perginya
Tuanku Laras. Sebelum pergi Tuanku Laras menyalakan sebuah pelita kecil yang ada
di dalam ruangan. Ini satu pertanda bagi Chia Swie Kim kalau orang yang
menculiknya itu akan pergi cukup lama dan baru kembali pada malam hari. Yang
jelas cepat atau lambat Tuanku Laras pasti akan datang kembali.
Dalam derita sengsara seperti itu Chia Swie Kim tiada hentinya berdoa mohon
keselamatan pada Thian Yang Maha Kuasa. Dengan air mata berderai dia memohon
agar dirinya diberi perlindungan dan diselamatkan dari segala maksud jahat
Tuanku Laras. (Thian = Tuhan)
Tiba-tiba terdengar suara berdesir disertai kilauan cahaya pulih. Sesaat
kemudian seseorang melayang masuk, terbang bergayut pada sebilah pedang.
Meskipun tidak bisa melihat, karena dirinya tergolek miring membelakangi namun
Lembah Nirmala 16 Suramnya Bayang Bayang Karya S H. Mintardja Penculik Penculik Misterius 1

Cari Blog Ini