Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang Bagian 3
mulut merapal aji kesaktian.
"Aku harus menguncinya dengan ilmu Merekat Raga Menahan Jiwa!"
Lima kuku jari kaki Inyiek Susu Tigo berpijar merah. Namun belum
sempat ilmu kesaktiannya menderu ke arah Denok Tuba Biru mendadak
terdengar suara menggereng disertai berkelebatnya satu bayangan putih
besar. Menyusul suara mengaum yang membuat tanah bergetar. Di dalam
gelap kelihatan dua buah cahaya hijau!
Denok Tuba Biru tercekat.
48 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MELIHAT mahluk apa yang datang Inyiek Susu Tigo terkesiap. Malin
Kapuyuak tersentak kaget dan takut sementara Denok Tuba Biru yang sudah
bisa menduga bersurut mundur sambil berucap dalam hati.
"Oala, binatang sakti ini datang pasti mencariku. Jangan-jangan dia
ketagihan..."
Belum habis si gadis membatin tiba-tiba binatang besar putih yang
bukan lain adalah Datuk Rao Bamato Hijau, harimau putih besar peliharaan
Datuk Rao Basaluang Ameh sudah berada di hadapannya. Harimau ini
geserkan tubuh ke pinggang, mulut mengerang halus, kepala diputar lidah lalu
menjilati paha putih gemuk gempal si gadis.
"Celaka, si Datuk ini pasti mencari aku, agaknya dia ingin diusap lagi
anunya" Kuduk gadis ini jadi merinding.
"Binatang keparat..." Inyiek Susu Tigo mendelik melihat apa yang
terjadi, juga ada rasa cemburu serta marah. Saat itu mau rasanya dia
menendang harimau putih. Terlebih ketika dilihatnya Denok Tuba Biru
mengusap-usap tengkuk harimau putih itu. Namun selintas pikiran muncul
dalam benaknya.
"Harimau putih... Setahuku, turut riwayat yang aku dengar di tanah
Minang hanya ada satu orang yang memiliki dan memelihara harimau putih.
Mahluk ini lebih dahsyat dari Inyiek Batino Ratu Sekalian Harimau Betina Di
Tujuh Gunung Batuah. Yang empunya konon seorang Datuk berkepandaian luar
biasa tinggi. Tapi Datuk itu kabarnya sudah meninggal dunia puluhan bahkan
mungkin ratusan tahun silam... Binatang itu tampak jinak dengan istriku.
Agaknya mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Bagaimana mungkin..."
Si Kamba Mancuang yang menyaksikan kemunculan harimau putih itu
mendadak punya firasat tidak baik. "Agaknya Inyiek tidak akan dapat
menguasai gadis itu. Apa lagi menjadikannya istri... Kalau tadi-tadi dia
mendengar kata-kataku..."
Tiba-tiba Denok Tuba Biru menarik tangan Malin Kapuyuak lalu
melompat ke atas punggung harimau besar putih.
"Datuk, lekas terbang... Kita harus meninggalkan tempat ini sekarang
juga!" teriak Denok Tuba Biru sambil menepuk pinggul harimau.
"Siapa yang berani pergi dari sini akan aku bunuh!" mengancam Inyiek
Susu Tigo. 49 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Harimau putih mengaum keras, lalu melesat ke udara.
"Istriku! Kembali! Jangan pergi!" teriak Inyiek Susu Tigo.
Tapi Datuk Rao Bamato Hijau melesat terus. Denok Tuba Biru tidak
menjawab malah berbisik pada harimau putih.
"Melesat lebih tinggi. Orang itu pasti akan menyerang kita!"
Dugaan si gadis benar adanya. Inyiek Susu Tigo melompat setinggi dua
tombak. Dari dua puting susu di kiri kanan dadanya menyambar dua larik sinar
merah. Masing-masing mengarah pada kepala dan tubuh harimau putih yang
ditunggangi Denok Tuba Biru dan Malin Kapuyuak.
Datuk Rao Bamato Hijau mengaum keras. Udara malam laksana
tercabik-cabik. Sekali binatang sakti ini goyangkan kepala, dua larik sinar
hijau pekat menyembur dari sepasang matanya, melabrak dua larik serangan
sinar merah yang dilepas Inyiek Susu Tigo!
Dua letusan keras berdentum di kepekatan dingin udara malam. Tubuh
Datuk Rao Bamato Hijau yang tengah melayang terbang di udara bergoncang
keras. Cahaya hijau dan merah berbuntal-buntal lalu menebar membentuk
kabut luas. Inyiek Susu Tigo terjajar beberapa langkah. Dada berdenyut sakit. Dia
segera merapal aji kesaktian, mengerahkan tenaga dalam dan hawa sakti dan
dialirkan pada susu ketiga di pertengahan dada, siap menyerang lagi. Konon,
selama ini tidak ada satu musuhpun sanggup menghadapi jika sang Inyiek
menyerang dengan cahaya biru yang keluar dari susu ketiga. Namun saat itu
Datuk Rao Bamato Hijau bersama dua penunggangnya sudah tidak kelihatan
lagi di langit malam.
Inyiek Susu Tigo berteriak marah. Jatuhkan diri ke tanah dan mukul
tanah berulang-ulang dengan dua telapak tangan hingga tempat itu seperti
dilanda gempa. Si nenek Kamba Mancuang sampai jauh terduduk di tanah
saking hebatnya kemarahan sang guru. Namun dia cepat berdiri dan cepatcepat pula tinggalkan tempat itu. Dia tidak perduli teriakan Inyiek Susu Tigo
yang memanggil-manggilnya.
"Kamba Mancuang! Kau mau ke mana"!" Jangan pergi! Ada yang akan aku
tanyakan padamu!"
Yang menjawab hanya hembusan angin malam yang dingin.
"Murid durhaka! Jangan harap aku akan mengembalikan dirimu ke
bentuk semula!"
Si Kamba Mancuang yang tengah berlari laksana kilat tercekat.
Berhenti sebentar. Sesaat ada kebimbangan dalam hatinya. Namun dia
berkata perlahan."
50 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ya Allah, ya Rabbi. Nasib diri denai, denai serahkan pasrah padaMu!"
Habis keluarkan ucapan si nenek teruskan larinya. Matanya berlinang-linang.
Inyiek Susu Tigo usap muka berulang kali. Mulutnya meratap sedih.
"Istriku mengapa kau tega pergi tinggalkan aku! Bahkan namamupun aku
belum tahu. Ke mana aku harus mencarimu. Tapi aku tak akan bisa pergi jauh.
Kita tidak akan berpisah terlalu lama. Bau tubuhmu sudah ada dalam alur
napasku! Aku bersumpah tidak akan kawin dengan perempuan lain selain
dirimu. Wajahmu yang bundar, tubuhmu yang montok putih, bulu ketiakmu
yang lebat oooh... Tak ada perempuan lain yang bisa menandingi!"
Dalam meratap Inyiek Susu Tigo bersujud di tanah. Tiba-tiba dia ingat.
"Pemuda di telaga itu! Akan aku bunuh dia sekarang juga! Perlu apa
menunggu sampai matahari terbit!"
Inyiek Susu Tigo berteriak keras, memukul-mukul dada beberapa kali
lalu berkelebat lenyap dari tempat itu. Dia lupa apa yang dikatakan muridnya
Si Kamba Mancuang. Bahwa membunuh Wiro merupakan satu tindakan keliru.
Dengan ilmu kesaktiannya laksana kilat menyambar Inyiek Susu Tigo
berkelebat di kegelapan malam. Tak selang berapa lama ketika dia sampai di
telaga kejutnya bukan alang kepalang. Puluhan buaya peliharaannya
bergelimpangan di sekitar tepian telaga. Tapi tidak satupun dari mereka yang
mati atau pingsan. Binatang-binatang itu seperti tertidur pulas! Inyiek
mendongak ke langit gelap tidak berbintang. Hidung menghirup udara dalamdalam. Dia mencium bau kemenyan.
"Ada orang pandai berkepandaian tinggi barusan datang ke sini. Pasti
dia yang membungkam semua buaya peliharaanku..." Sambil bertanya-tanya
dalam hati siapa adanya orang itu Inyiek Susu Tigo memandang ke tengah
telaga kejut. Kejut si gemuk tinggi ini tambah menjadi!
Sosok pendekar 212 Wiro Sableng yang sebelumnya mengapung kaku di
permukaan air telaga kini tidak kelihatan lagi!
"Bangsat kurang ajar! Pasti orang pandai yang sama yang menolong
pemuda itu lolos dari sini! Akan kubunuh! Akan kubunuh semuanya!"
Mendadak sang Inyiek terdiam.
"Mungkinkah ini pekerjaan Inyiek Batino Ratu Sekalian Harimau Betina
di negeri ini" Aku ingat, pemuda yang datang bersama si rambut panjang dan
istriku itu pernah menyebut-nyebut Inyiek satu itu... Ah, perduli setan!
Siapapun yang kurang ajar dan menghalangiku akan aku habisi!"
Inyiek memandang berkeliling lalu berteriak.
"Kamba Mancuang! Apa kau ada di sini"!"
Tak ada jawaban. Puluhan buaya masih bergelimpangan tak bergerak di
51 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sepanjang tepian telaga.
MESKIPUN tidak akan mampu menolong namun Si Kamba Mancuang
Tangan Manjulai tidak ingin membiarkan Wiro begitu saja. Dengan harapan
akan terjadi satu keajaiban maka dia berlari kembali ke tempat kediaman
gurunya. Ketika dia sampai Inyiek Susu Tigo sudah berada di sana, tengah
berteriak maiah memanggil namanya. Si nenek menyelinap sembunyi di balik
pohon besar. Yang membuat si nenek heran tapi agak lega adalah melihat
Pendekar 212 Wiro Sableng tak ada lagi di tempat itu. Berarti dia selamat
dari serbuan puluhan buaya pada saat matahari terbit. Lalu apa pula yang
terjadi dengan puluhan binatang peliharaan sang guru itu" Mengapa mereka
bergeletakan tak berkutik semua" Si Kamba Mancuang tak berani mendekati
untuk memeriksa.
"Di mana pemuda itu sekarang" Apa ada orang pandai yang
menolongnya" Apa sekarang dia berada di tempat yang aman atau malah
dalam keadaan lebih berbahaya?"
Selagi berpikir-pikir begitu tiba-tiba ada suara menghilang di dua
telinga si nenek.
"Perempuan tua berambut dan berjubah putih, tinggalkan tempat ini.
Berjalan kurus-lurus ke arah matahari terbit. Jangan berbelok. Kau akan
menemukan pemuda yang kau cemaskan itu. Dia telah selamat dari mangsa
puluhan buaya. Namun dia masih memerlukan pertolonganmu..."
Si Kamba Mancuang tersirap kaget. Memandang berkeliling.
"Orang pandai siapa yang bicara dengan denai?" Si nenek bertanya.
"Jangan perdulikan siapa diriku. Pergilah cepat..."
"Denai akan menuruti ucapan orang pandai. Namun kunci keselamatan
pemuda Jawa itu berada di tangan Inyiek;"
"Ilmu seorang anak manusia bisa setinggi gunung sedalam lautan.
Namun setinggi-tingginya ilmu adalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa juga.
Jangan lupakan hal itu. Dengan izin Allah kau akan mampu menolongnya karena
bukankah kau telah mewarisi ilmu Inyiek Susu Tigo.
"Orang pandai. Guru denai Inyiek Susu Tigo adalah orang baik. Namun
kalau timbul suganya dia bisa berbuat apa saja. Membunuh orang sama dengan
membunuh lalat baginya. Mohon orang pandai dapat menasehatinya..." (suga:
gila) "Inyiek Susu Tigo adalah orang baik dan tetap akan jadi orang baik.
Nasihat yang terbaik bagi seorang manusia adalah suara hati nuraninya yang
murni. Pergilah, sebentar lagi malam akan berganti siang..."
Si Kamba Tangan Manjulai membungkuk dalam-dalam.
52 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Orang pandai, denai mengucapkan terima kasih. Jika orang pandai
mengizinkan, denai sangat ingin bertatap muka dengan orang pandai."
Terdengar suara tertawa perlahan. Saat itu juga tercium santar bau
kemenyan disertai kabut tipis yang muncul entah dari mana datangnya. Lapatlapat di kejauhan Si Kamba Mancuang mendengar suara tiupan saluang.
"Perempuan tua berambut dan berjubah putih. Allah akan melindungi
dan memberkatimu..."
"Terima kasih atas doa orang pandai."
Sekali lagi si nenek membungkuk.
53 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DARI hanya berjalan cepat, kemudian berlari kencang sekarang Si Kamba
Mancuang melesat laksana terbang di kegelapan malam menjelang pagi.
Akhirnya di satu tempat yang tak jelas di mana adanya nenek ini hentikan lari.
"Sudah cukup lama aku berlari seperti dikejar Palasik Kuduang. Tapi
pemuda itu tidak juga kutemui. Jangan-jangan orang yang bicara tapi tidak
kelihatan ujudnya itu telah menipuku!" (Patasik Kuduang: mahlukyang suka
menghisap darah manusia terutama darah bayi dan anak-anak. Jika mencari
mangsa hanya kepalanya yang gentayangan ke mana-mana sementara tubuh
buntung berada di tempat lain Mahluk seram ini sangat terkenal dan ditakuti
di tanah Minang)
Setelah membuangrasa bimbangnya jauh-jauh Si Kamba Mancuang
Tangan Manjulai kembali menerus kan lari ke arah timur, tidak membelokbelok. Satu saat matanya melihat cahaya terang di kaki langit.
"Fajar sudah menyingsing. Aku berlari seperti tidak sampai-sampai.
Pemuda itu belum juga aku temui..."
"Dukkk!"
Si nenek terpekik. Kakinya mendadak membentur sesuatu yang
tergelimpang di bawah pohon. Membuatnya nyaris tersungkur jatuh di tanah.
"Kulihat matamu tidak buta. Hari sudah mulai siang. Apakah kau
sengaja menendangku Nek" Kau masih marah padaku ya"! Gara-gara aku peluk
dan aku cium dulu itu...?"
Satu suara menegur.
Astaga! Si Kamba Mancuang sampai terlonjak saking terkejut. Dia
mengenali suara itu. Cepat-cepat dia berpaling.
"Kau!" Pekik si nenek terkejut tapi juga gembira. Yang tergelimpang di
tanah di bawah pohon besar itu ternyata adalah Pendekar 212 Wiro Sableng
yang memang tengah dicarinya sesuai petunjuk suara mengiang tanpa ujud.
"Bagaimana kau bisa sampai di sini"! Jauh dari telaga"!"
"Ada orang menolongku."
"Siapa?" tanya si nenek pula.
"Aku tidak tahu. Gerakannya cepat sekali. Dia membawaku ke tempat
ini. Sebelum pergi dia memberitahu bakal ada orang yang menolongku.
Ternyata kau yang datang." Si nenek tersenyum.
"Aku tahu kau berdusta. Kau pasti tahu siapa orang yang menolongmu.
54 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tapi kalau kau tidak mau memberi tahu siapa penolongmu tak jadi apa. Yang
penting kau sudah diselamatkan dari malapetaka besar. Aku mencium bau
kemenyan di sekitar sini. Pasti orang yang menolongmu sama dengan yang
memberitahu padaku melalui suara mengiang dari jarak jauh."
Wiro menyeringai. Hendak menggaruk kepala tapi tidak bisa.
"Syukur kau tidak dimangsa buaya itu. Tapi tubuhmu kulihat masih
diselubungi air beku dari telaga. Kau masih berada di bawah pengaruh ilmu
Merekat Raga Menahan Jiwa Inyiek Susu Tigo..."
"Nek, kau murid Inyiek Susu Tigo. Mungkin..."
"Ya, aku tahu apa maksud bicaramu. Mudah-mudahan aku bisa
mencairkan air telaga beku yang membungkus tubuhmu. Waktu kau masih di
tengah telaga aku tak bisa melakukan karena puluhan buaya. setiap kejapan
mata bisa menerkam diriku!" kata Si Kamba Mancuang.
"Aku sudah coba mengerahkan tenaga dalam dan hawa sakti panas. Tapi
air beku ini tidak mau leleh." Selain mengerahkan tenaga dalam dan hawa
sakti Wiro juga berusaha menyalurkan kekuatan sakti yang ada di dalam
Kapak Naga Geni 212 yang ada di dalam tubuhnya. Namun sungguh luar biasa
kekuatan ilmu lawan. Dia tidak berdaya melakukan apapun untuk melenyapkan
air telaga beku yang membungkus tubuhnya.
"Sekalipun ada api di dalam tubuhnya atau dirimu dipanggang satu hari
satu malam, kekuatan ilmu Inyiek itu tidak akan bisa dibuat lumer."
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oala... Tolong aku cepat Nek!"
"Sudah, diam saja. Aku akan menolongmu!"
"Ah! Aku tahu kau orang baik. Kita sudah menjadi sahabat. Sejak
pertama kali aku melihatmu, aku selalu mengingat-ingat dirimu."
"Rayuan Jawa!" ejek si nenek sambil cibirkan bibir. "Manusia aneh!
Dalam keadaan seperti ini kau masih bisa bergurau!"
Si nenek mengangkat Wiro lalu disandarkan ke pohon besar tapi dalam
menyandarkan kepala Wiro di sebelah bawah di tanah dekat akar pohon
sementara kaki di sebelah atas.
"Nek, apa-apaan ini..."
"Aku bilang diam saja! Jangan banyak bicara! Kalau kau mau kutolong,
kalau tidak biaraku pergi sekarang juga! Aku masih banyak kepentingan lain..."
"Baik Nek, maafkan aku..."
"Dengar, kira-kira seratus hitungan darahmu akan mengalir lebih
banyak turun ke kepala. Kau akan merasa pusing. Kerahkan tenaga dalam
hingga darahmu mengalir wajar lagi ke seluruh tubuh. Aku akan
meninggalkanmu sebentar..."
55 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Kau... kau mau pergi ke mana Nek?"
"Jangan macam anak kecil yang ditinggal sebentar saja sudah mau
menangis!" bentak si nenek.
"Ah, kau ini Nek. Aku... aku cuma mau tahu..."
"Aku pergi ke hutan sana mencari kelelawar," menerangkan si Kamba
Mancuang. "Kelelawar" Untuk apa" Mau kau panggang" Memangnya kita mau
sarapan pagi bersama?"
Si nenek pelintir kuat-kuat telinga kiri Wiro. Tapi karena telinganya
tertutup air telaga beku maka Wiro tak merasa apa-apa. Si Kamba Mancuang
lalu berkelebat dan lenyap dari bawah pohon.
Cukup lama si nenek pergi akhirnya muncul kembali sambil menenteng
seekor kelelawar hutan besar berbulu coklat. Binatang bermata merah ini
mencicit tiada henti, membuka mulut lebar-lebar memperlihatkan barisan gigi
kecil runcing dan tajam.
Wiro merasa lega si nenek sudah kembali. Tapi hatinya was-was karena
menduga-duga si nenek mau melakukan apa.
Sambil mengeluarkan suara meracau berkepanjangan, entah membaca
mantera entah. menyanyi Si Kamba Mancuang menjengkal-jengkal tubuh
kelelawar besar itu dari kepala ke kaki, dari sayap kiri ke ujung sayap kanan.
Dia melakukan hal itu sambil mengelilingi pohon di mana Wiro tersandar.
Tiba-tiba si nenek totok tenggorokan kelelawar hingga binatang ini membuka
mulut lebar-lebar dan menguik keras. Setelah itu kepala dan mulutnya tidak
bisa bergerak lagi. Hanya sepasang mata dan dua kaki serta sayap yang masih
bisa bergerak-gerak perlahan.
Suara meracau dari mulut si nenek berhenti. Dia memandang ke bawah,
menyeringai. Lalu dia maju mendekati Wiro. Tangan kiri menarik pinggang
celana sebelah depan lalu tangan kanan dengan cepat memasuk menyelinapkan
kelelawar besar ke dalam celana Wiro.
Langsung saja murid Sinto Gendeng berteriak-teriak. Memang
kelelawar itu tidak bisa menggigit, namun gesekan sayap dan dua kakinya
membuat Wiro merinding kegelian.
"Nek, kau ini mau berbuat apa" Masakan hendak melumer air beku
dengan cara begini rupa..."! Aduuhhhh! Apa tidak ada cara lain yang lebih
gila"!"
Si Kamba Mancuang tertawa mengekeh.
"Kelelawar binatang yang bisa menghimpun hawa panas lalu mengalirkan
56 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ke seluruh tubuhmu. Binatang ini satu-satunya mahluk penangkal ilmu Merekat
Raga Menahan Jiwa yang saat ini membungkus seluruh badanmu! Aku tidak
memperdayai dirimu. Kau lihat saja hasilnya sebentar lagi!"
"Tapi Nek, aku tidak tahan! Geli sekali! Huaahhhh!"
Mendadak di tempat itu terdengar suara beberapa orang tertawa
bergelak. "Nek, orang sudah berteriak tidak tahan kegelian! Mengapa kelelawar
itu tidak kau ganti saja dengan tanganmu"; Ha... ha... ha!"
"Betul! Dia enak kau juga enak!" Ada suara lain menyambung yang
kemudian kembali disusul suara tawa tergelak banyak orang.
Si nenek terkejut dan cepat memutar tubuh.
Wiro juga tak kalah kaget dan melirik ke arah beberapa orang yang
barusan muncul di tempat itul
57 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
YANG muncul di tempat itu di saat fajar mulai menyingsing adalah Ki Bonang
Talang Ijo yang keningnya luka parah dan mata kanan dibalut kain hitam
akibat amblas diinjak Datuk Panglimo Kayo. Kakek dari Kuto Gede ini sunguh
luar biasa. Dalam keadaan cidera berat seperti itu dia masih sanggup
memimpin rombongan. Di samping Ki Bonang berdiri Perwira Muda Teng Sien
yang daun telinga kanannya sumplung. Lalu berjejer Tuanku Laras Muko
Balang, Pandeka Bumi Langit Dari Semanik yang memanggul Puti Bungo
Sekuntum alias Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok alias Chia Swie Kim. Si gadis
dalam keadaan tertotok, tak bisa bergerak tak bisa bersuara.
Orang-orang ini sebenarnya dalam perjalanan ke satu tempat rahasia
milik Tuanku Laras Muko Balang. Namun di tengah jalan mereka mendengar
suara teriak teriakan. Ketika mereka mendatangi sumber suara, mereka tidak
menyangka akan bertemu dengan Wiro dan Si Kamba Mancuang.
"Kalian berdua! Lengkap sudah!" kata Ki Bonang Talang Ijo.
"Yang satu pengkhianat musuh dalam selimut, berkawan dengan yang
satunya pemuda Jawa yang berusaha menghalangi urusan kita!" menyambung
Tuanku Laras Muko Balang. "Ki Bonang, aku akan menabas batang leher
pemuda Jawa itu. Kau dan teman-teman cepat habisi si nenek agar dia bisa
bertemu saudara kembarnya di alam baka! Ha... ha... ha!" Lalu Tuanku Laras
hunus pedang Al Kausar. Melangkah mendatangi Wiro yang sampai saat itu
masih tersandar di pohon kepala ke bawah kaki ke atas. Rupanya orang ini
masih sangat mendendam atas apa yang telah diperbuat Wiro beberapa waktu
lalu. Yaitu menyerang dengan ilmu kesaktian aneh hingga celana luar dan
dalamnya tanggal tersedot masuk ke dalam belahan tanah.
Sementara Ki Bonang dan Pandeka Bumi Langit melangkah mendekati Si
Kamba Mancuang, Tuanku Laras bertengkar dengan Perwira Muda Teng Sien.
Orang Cina yang kuping kanannya kini sumplung akibat tertabas patahan
goloknya sendiri lebih suka tidak mencari urusan baru tapi cepat-cepat
menuju ke pesisir timur agar dia bisa membawa Puti Bungo Sekuntum ke
Tiongkok. Tuanku Laras yang didukung oleh Ki Bonang tetap merasa Wiro dan
si nenek sebagai batu sandungan yang bisa mencelakai mereka jika tidak
segera disingkirkan.
Si Kamba Mancuang perhatikan tampang Ki Bonang dan Teng Sien lalu
tertawa gelak-gelak.
"Kening luka besar, mata dibalut kain. Jauh-jauh datang dari tanah
58 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Jawa hanya mencari celaka! Masih tidak tahu diuntung! Hik... hik... Satunya
lagi buntung daun telinganya. Masih saja belum jera! Bergundal-bergundal
busuk! Kaki tangan orang asing! Penculik anak gadis orang! Kalian kalau tidak
dibunuh semua tidak akan aman tanah Minang ini!" teriak Si Kamba Mancuang.
"Nenek culas!" Hardik Ki Bonang Talang Ijo. "Kau dan saudaramu yang
sudah mampus telah menerima masing-masing tiga batang emas! Kalau kau
bisa mengembalikan semua emas itu kami mungkin akan memberikan hukuman
yang lebih ringan padamu!"
Si nenek kembali tertawa mengekeh.
"Dasar manusia serakah! Kau mau nyawaku atau batangan emas"! Kalau
mau nyawaku aku ingin tahu bagaimana caramu mau membunuhku! Kalau ingin
batangan emas, silahkan cari di neraka! Hik... hik... hik!"
"Tua bangka setan! Kau akan mampus dan mayatnya kubuat tidak
berbentuk!" teriak Ki Bonang Talang Ijo marah sekali.
Dua tangan panjang Si Kamba Mancuang melesat ke depan,
menyongsong serangan yang dilancarkan Teng Sien yang mempersenjatai diri
dengan sebilah golok baru dan datang dari arah kiri. Dari kanan Pandeka Bumi
Langit Dari Sumanik, suara kaki dan dua tangannya bergemuruh memainkan
silat Sitaralak yang sangat berbahaya.
Si Kamba Mancuang yang maklum kehebatan ilmu silat tidak mau
berlaku ayal apa lagi sampai saling beradu tangan. Tangan kanan Pandeka
Langit Bumi masih tampak kemerah-merahan karena melepuh sewaktu
bertarung dengan Pendekar 212.
Ki Bonang sendiri langsung menggebrak dari depan. Seperti biasa
sebelum menyerang dia sudah tanggalkan belangkon hijau yang merupakan
senjata andalan. Sebelum serangan ketiga orang itu sampai Ki Bonang lebih
dulu kebutkan belangkon, untuk mempengaruhi dan melumpuhkan gerakan
lawan. Tapi Si Kamba Mancuang yang sudah tahu kehebatan lawan dengan
cepat melompat mundur satu tombak sementara dua tangan diulur laksana
sepasang ular menyambar ganas.
"Hebat! Hebat! Aku suka ini! Hik... hik! Nenek jubah putih, aku tahu
siapa kau walau kita tidak saling kenal sebelumnya! Jangan takuti Aku berada
di pihakmu menumpas pengeroyok pengecut! Orang-orang asing pembawa
bahala harus dimusnahkan dari tanah Minangkabau!"
Tiba-tiba ada suara perempuan berseru. Di lain kejap di samping Si
Kamba Mancuang telah berdiri seorang nenek bungkuk, bertubuh kurus
kering, kulit muka tipis hingga wajahnya nyaris menyerupai tengkorak. Di
tangan kanannya bergayut sebuah benda menyerupai jaring. Nenek ini bukan
59 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
lain adalah Niniek Panjalo.
Ki Bonang, Pandeka Bumi Langit, Perwira Muda Teng Sien tampak
terkejut besar. Bahkan Tuanku Laras Muko Balang yang telah menghunus
pedang dan tengah mendekati Wiro terhenti langkahnya.
"Niniek Panjalo, apa yang terjadi" Mengapa kau jadi begini" Kau
membela musuh kita"!"
Menegur Ki Bonang Talang Ijo.
"Niniek, melangkahlah ke dekat kami. Jangan berdiri di samping tua
bangka pengkhianat itu!" Ikut bicara Pandeka Langit Bumi Dari Sumanik.
Niniek Panjalo pelototkan mata lalu tertawa mengekeh.
"Aku membela musuh kita" Hik... hik! Siapa musuhku, siapa kita"!
Dengar baik-baik apa yang aku katakan! Kalian keparat semua! Ketika aku
lumpuh tak berdaya akibat serangan Rantai Pintu Halilintar kalian pergi
begitu saja meninggalkanku. Sementara sahabatku Datuk Pancido tewas
menemui ajal secara mengenaskan! Aku sudah tahu siapa kalian sebenarnya!
Manusia-manusia rakus yang menghalalkan nyawa orang lain asal mendapat
imbalan dan mencapai tujuan! Kalian menculik anak gadis tidak berdosa itu!
Apakah aku masih pantas berada di pihak kalian"!"
, "Ah, kau pasti sudah termakan bujuk rayu. Kesinilah Niniek," kata Ki
Bonang. "Bergabung kembali bersama kami. Urusan kita akan segera rampung.
Kita semua akan mendapat hasilnya sama rata..."
Niniek Panjalo cibirkan bibir lalu keluarkan suara seperti orang kentut
dari mulutnya. Di lain kejap nenek ini gerakkan tangan kanan. Benda
berbentuk jala berpijar lalu menyambar ke arah Ki Bonang Talang Ijo.
"Kurang ajar! Mampuslah kalian berdua!" teriak Ki Bonang. Tubuh
dirundukkan, tangan kanan mengibaskan belangkon, tangan kiri melepas
pukulan Di Atas Awan Menyergap Rembulan. Namun sebelum serangan
dilakukan, salah satu tangan panjang Si Kamba Mancuang telah mencekal
pergelangan tangannya.
Pendekar 212 yang menyaksikan apa yang terjadi dan tidak mampu
berbuat apa-apa sebenarnya sejak tadi ingin berteriak memberi tahu pada Si
Kamba Mancuang bahwa pembunuh saudara kembarnya adalah Ki Bonang dan
kawan-kawannya itu. Namun dia khawatir si nenek akan terpengaruh dengan
ucapannya dan larut dalam kemarahan yang bisa membahayakan dirinya. Kini
setelah Ki Bonang kena dicekal tangannya oleh si nenek maka Wiro baru
memutuskan untuk memberi tahu.
"Nek, habisi tua bangka berjubah hijau itu! Dia dan kawan-kawannya
yang membunuh saudara kembarmu Si Kamba Peseki"
60 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Si Kamba Mancuang seperti mendengar suara guntur menggelegar di
atas kepalanya.
"Manusia jahanam! Aku sudah punya dugaan kau dan teman-temanmu
yang membunuh saudaraku! Sekarang terbanglah ke akhirat untuk menghadap
penjaga neraka!"
Tangan kiri Si Kamba Mancuang melesat ke depan siap menggulung
leher Ki Bonang Talang Ijo.
61 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PANDEKA Bumi Langit Dari Sumanik berusaha menolong Ki Bonang namun
sapuan jala sakti Niniek Panjalo yang hendak menggebuk kepalanya membuat
orang ini cepat-cepat melompat mundur. Ki Bonang Talang Ijo yang tidak
berhasil melepas cekalan Si Kamba Mancuang dengan nekad melompat
menerjangkan kaki kanan sementara dari dalam belangkonnya dia keluarkan
sebuah benda hitam bulat sebesar ujung ibu jari.
Didahului suara letupan keras tempat itu kini diselubungi asap hitam
menutup pemandangan. Si nenek terbatuk-batuk. Walau Ki Bonang akhirnya
mampu lepaskan cekalan si nenek namun tak urung dua jari tangan kirinya
patah, "Lekas tinggalkan tempat ini!" teriak Ki Bonang Talang Ijo.
Perwira Muda Teng Sien sambil menghambur kabur memaki panjang
pendek. "Aku sudah bilang! Jangan mencari urusan baru! Gadis itu lebih
penting!" teriak Teng Sien yang hanya dimengerti Ki Bonang.
Di bagian lain, begitu asap mengepul, Tuanku Laras Muko Balang dengan
cepat melompat ke hadapan Wiro yang tersandar di pohon kepala ke bawah
kaki ke atas. Pedang Al Kausar menderu ke bawah. Menyambar ke arah leher
Pendekar 212! Cahayanya berkilauan terkena sinar matahari pagi yang belum
lama menyembul di arah timur.
Sesaat lagi pedang sakti akan membabat putus leher Wiro tiba-tiba
kelelawar besar yang ada di dalam celana sang pendekar menguik keras dan
weerrrr! Binatang itu menghambur keluar dari dalam celana. Terbang ke
udara dan lenyap dari pemandangan, lalu greekkk! Lapisan air telaga beku
yang membungkus sekujur tubuh murid Sinto Gendeng hancur Berantakan.
Ratusan keping air telaga beku mental. Sebagian berhamburan ke arah
Tuanku Laras Muko Balang.
"Brett!"
Bahu kiri pakaian Tuanku Laras robek besar. Kejut orang ini bukan
alang kepalang. Dengan cepat dia putar pedang Al Kausar melindungi tubuh.
Suara berdentangan terdengar berulang-ulang seolah pedang sakti itu
membentur logam keras. Tuanku Laras selamat dari hantaman air telaga beku
namun ketika satu kepingan menancap di lengan kanannya, orang yang
wajahnya ditumbuhi bulu tipis hitam putih ini menjerit kesakitan. Pedang Al
Kausar terlepas jatuh ke tanah. Selagi dia hendak mengambil senjata ini, di
62 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadapannya telah berdiri Pendekar 212. Kaki kanan bergerak menendang ke
arah kepalanya!
"Jahanam kurang ajar!" Tuanku Laras Muko Balang menyumpah lalu
jatuhkan diri ke tanah. Sambil bergulingan ke arah sosok Puti Bungo
Sekuntum tangan kiri lepaskan satu pukulan tangan kosong menyerang Wiro.
Wiro cepat membalas dengan pukulan Tangan Dewa Menghantam Karang, ini
adalah salah satu pukulan sakti yang didapatnya dari Datuk Rao Basaluang
Ameh di Danau Maninjau.
Wiro terkejut ketika mendadak melihat sosok Tuanku Laras Muko
Balang tahu-tahu telah berdiri di hadapannya, menyeringai lalu berteriak.
"Wusss!"
Pukulan sakti yang dilepaskan Wiro melabrak tubuh Tuanku Laras
dengan telak hingga hancur berkeping-keping tapi kepingan-kepingan itu
kemudian mengambang ke udara berubah jadi asap. Wiro sadar kalau lawan
telah membuat tubuh jejadian... Lalu ke mana tubuh Tuanku Laras yang asli"
Dengan mengeluarkan ilmu yang disebut Bayangan Menipu Mata Tuanku Laras
bukan saja berhasil selamatkan diri dari serangan Wiro tapi juga melarikan
diri sambil memboyong Puti Bungo Sekuntum. Wiro siap berkelebat hendak
mengejar. Tapi Niniek Panjalo berteriak.
"Tak usah dikejar! Aku tahu tempat di mana mereka akan berkumpul
sebelum pergi ke pesisir timur!"
Wiro balikkan tubuh. Menatap pada Si Kamba Mancuang dan Niniek
Panjalo. Si Kamba Mancuang berdiri sambil memegang pedang Al Kausar milik
Tuanku Laras Muko Balang yang tercampak dan tidak sempat diambil karena
saat itu selain menyelamatkan diri dia juga lebih mementingkan memboyong
Puti Bungo Sekuntum. Kawan-kawannya yang lain sudah kabur lebih dulu
begitu asap hitam menggebubu menutupi pemandangan.
"Anak muda," ucap Si Kamba Mancuang. "Tadi kau berteriak
mengatakan bahwa Ki Bonang Talang Ijo dan kawan-kawannya yang membunuh
saudara kembarku. Aku memang punya dugaan begitu setelah menyirap kabar
apa yang terjadi. Apa kau menyaksikan sendiri peristiwanya?"
"Saat saudaramu dibunuh memang tidak menyaksikan Nek. Tapi Ki
Bonang dan kawan-kawan menghadangku di tengah jalan lalu melempar mayat
saudaramu di hadapanku."
Si Kamba Mancuang mengucap berulang kali. Sepasang matanya
berkaca-kaca. "Luar biasa buas! Mereka bukan manusia tapi binatang! Lalu
bagaimana dengan jenazah saudaraku...?" Si nenek berucap seolah bertanya
pada diri sendiri.
63 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku dibantu Malin Kapuyuak dan seorang sahabat bernama Denok
Tuba Biru. Jenazah kami bawa ke sebuah dusun. Kami minta bantuan kepala
Dusun untuk mengurus jenazah sampai di penguburan."
"Terima kasih... Kau baik sekali. Aku sangat berterima kasih. Kau tahu
nama dusun di mana saudaraku dimakamkan!" Si Kamba Mancuang bertanya
dengan suara terisak.
"Aku tidak tahu Nek. Tapi Malin Kapuyuak pasti tahu. Nenek berdua,
aku juga berterima kasih. Kalian sudah menolong diriku..." Berkata Wiro pada
dua nenek. Lalu dia ingat pada kelelawar di dalam celananya. Celana ditarik ke
depan. Tangan kanan dimasukkan ke dalam celana lalu disusupkan kian kemari.
Niniek Panjalo palingkan wajah melengos. Sebenarnya ini adalah satu
kepura-puraan belaka. Padahal hatinya bergetar melihat apa yang dilakukan
Wiro. Dia rasa-rasa ingin pula memasukkan tangannya ke dalam celana sang
pendekar. "Dasar pemuda gilo! Tidak malu dia membuncah barangnya di hadapan
kami orang tua-tua! Memangnya ada apa" Hilang burungmu"!" Si nenek yang
tidak tahu apa asal muasal kejadian hingga Wiro berlaku begitu memandang
pada Si Kamba Mancuang. Nenek satu ini yang masih diselimuti kesedihan
lantas saja masih bisa tersenyum.
Niniek Panjalo geleng-geleng kepala.
"Sahabatku, kau rupanya sudah ketularan penyakit gilo pemuda Jawa
itu! Ayo ikuti aku. Aku tahu ke mana orang-orang itu pergi. Gadis Cina itu
harus diselamatkan!"
"Nenek berdua, sambil berjalan banyak hal yang akan aku tanyakan
pada kalian..."
"Satu hal yang ingin aku tanyakan lebih dulu," kata Niniek Panjalo pula.
"Kau tidak ada perasaan marah, benci atau dendam padaku. Karena
sebelumnya aku mengambil sikap bermusuhan dan pernah menyerangmu?"
Wiro tersenyum.
"Nek, melihat dirimu aku ingat pada guruku di tanah Jawa. Aku
menghormatimu seperti aku menghormati beliau..."
"Ah, aku berterima kasih. Kalau panjang umur mudah-mudahan aku
nanti bisa bertemu dengan gurumu itu. Siapa nama gurumu?" tanya Niniek
Panjalo pula. "Sinto Gendeng."
"Aneh kedengarannya nama gurumu itu. Di negeri ini tidak ada
Gendeng. Yang ada Gandang. Hik... hikl Apa nama gurumu itu ada artinya?"
(Gandang: Gendang)
64 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Betul Nek, ada artinya. Sinto Gendeng artinya Sinto Gila!"
Niniek Panjalo tertawa terkekeh-kekeh sambil tangan kanan mengayunayun jala. "Ki Bonang memberi tahu namamu Wiro Sableng yang artinya Wiro Gila.
Sekarang aku tahu gurumu juga gila! Jadi guru dan murid sama-sama gila! Hi...
hik... hik..."
Tiba-tiba Niniek Panjalo putar tangannya yang memegang jala demikian
rupa hingga rreettttt saat itu juga jala berpijar terang, menebar di udara
dan di lain kejap sekujur tubuh Pendekar 212 terjirat erat nyaris tak bisa
berkutik di dalam jala!
Si Kamba Mancuang sebenarnya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat
itu hendak mengejar Ki Bonang dan kawan-kawannya. Dalam dia berpikir-pikir
dia tersentak melihat apa yang dilakukan Niniek Panjalo. Nenek ini berteriak
marah namun sebelum bisa berbuat apa-apa Niniek Panjalo sudah berbalik,
menotok tubuhnya di dua tempat, mukanya diusap hingga nenek bergigi perak
ini tak bisa bergerak tak mampu bersuara. Dengan cepat Niniek Panjalo
kemudian mengambil pedang Al Kausar milik Tuanku Laras Muko Balang yang
dipegang Si Kamba Mancuang.
"Nek, kau ini sedang mempermainkan kami atau tengah bergurau
bagaimana...?" Wiro berseru. Walau bertanya namun ketika melihat Niniek
Panjalo menotok serta mengambil pedang dari tangan Si Kamba Mancuang,
murid Sinto Gendeng segera maklum kalau Niniek Panjalo tidak sedang mainmain. Ada yang tidak beres. Lebih tepat kalau dikatakan ada bahaya besar
mengancam! Karenanya dengan cepat Wiro kerahkan tenaga dalam. Dua
tangan berusaha merobek menjebol jala berpijar. Namun tidak berhasil!
Aneh, tangannya tidak bisa merenggut, menyentuh apa lagi merobek. Dia
seolah menggapai angin!
Tawa cekikikan Niniek Panjalo semakin menjadi-jadi.
"Siapa bilang aku main-main. Tidak ada yang bergurau! Hik... hik... hik!"
Nenek ini kemudian bertepuk tiga kali.
"Dua kekasihku! Kalian silahkan ke sini! Saatnya kita menyiangi dua
ayam besar ini! Hik... hik... hik!"
65 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SESAAT kemudian berkelebat satu sosok aneh besar. Ketika sosok ini berdiri
di hadapan si nenek ternyata adalah dua pemuda, satu berkumis biru, satunya
berkumis merah. Tubuh dua pemuda ini saling berdempetan di bagian
punggung dan keduanya mengenakan sehelai jubah besar berwarna merah
gelap. Ketika keduanya sama-sama menyeringai kelihatan barisan gigi besar
yang berwarna sama dengan warna kumis masing-masing. Di dalam rimba
persilatan di tanah Minangkabau dua pemuda dempet ini dikenal dengan
julukan Tengku Mudo Sagalo Duo. (Tengku Muda Sagala Dua) Konon keduanya
berasal dari sebuah pulau di Selat Malaka. Menurut orang yang mengetahui
mereka terlahir dalam kutukan karena ayah dan ibu mereka merupakan kakak
dan adik kandung sedarah sedaging, Penduduk desa mengusir pasangan suami
istri salah kaprah itu. Dua bayi dempet lenyap secara aneh. Dua puluh tahun
kemudian dua bayi dempet itu muncul dalam keadaan sudah menjadi dua
pemuda yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Ada yang menduga, ketika masih
bayi mereka dilarikan oleh orang pandai yang diduga sebangsa mahluk
jejadian, dibawa ke sebuah pulau dan disitu diberi pelajaran berbagai macam
ilmu. Karena wajah dua pemuda ini memang gagah, serta keadaan tubuhnya
yang aneh serba dua konon banyak perempuan tua muda yang jalan hidupnya
tidak senonoh menyukai Tengku Mudo Sagalo Duo. Salah seorang di antara
mereka adalah Niniek Panjalo yang selama ini menganggap dua pemuda dempet
sebagai kekasihnya. Dua pemuda dempet yang merasa mempunyai kelebihan di
dalam kekurangannya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka
memanfaatkan keadaan diri mereka yang bisa memberikan kesenangan tidak
terhingga pada kaum perempuan untuk mendapatkan imbalan berupa uang dan
harta. "Niniek, bagus sekali tipu dayamu!" memuji Ki Bonang. "Sekarang cepat
kau geledah nenek rambut putih bergigi perak itu! Pastikan bahwa tiga batang
emas yang pernah didapatnya dari kakek Jawa itu benar-benar ada padanya.
Jika tiga batang emas sudah ditemukan, kita pergi satu persatu lalu kedua
baruak-baruaktak berguna ini dihabisi saja!" (baruak: beruk/monyet)
"Kekasihku, kalian berdua tidak usah khawatir. Tiga batang emas itu
pasti ada padanya! Lihat aku akan geledah nenek ini!"
"Kalau perlu kau telanjangi dia!" kata pemuda dempet berkumis dan
berjanggut biru.
"Aku setuju... aku setuju!" Menyahuti pemuda dempet berkumis merah.
66 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lalu sambung ucapannya. "Niniek Panjalo, selama ini aku dan saudaraku hanya
melihat tubuhmu. Sekali-sekali untuk penyedap mata rasanya boleh juga jika
kami melihat tubuh yang lain! Ha... ha... ha!"
"Jangan bicara kurang ajar yang membuat aku marah!" bentak Niniek
Panjalo. "Hai! Aku hanya bergurau!" Si kumis merah cepat-cepat menyahuti.
Niniek Panjalo melangkah mendekati Si Kamba Mancuang. Setelah
memeriksa sekujur tubuh si nenek, dia akhirnya menemukan tiga batang emas
dalam sebuah kantong di balik pinggang jubah Si Kamba Mancuang. Sambil
tertawa gembira Niniek Panjalo perhatikan tiga batang emas itu.
Dua pemuda mengambil masing-masing sebatang emas, memperhatikan
dengan mata besar, mencium berulang kali. Si kumis biru berkata.
"Seumur hidup baru sekali ini aku melihat dan memegang emas sebesar
ini. Ini bukan emas palsu! Kita akan jadi kaya raya! Ha... ha... ha!" Lalu
batangan emas enak saja disusupkannya ke balik pinggang. Hal yang sama
dilakukan oleh si kumis merah. Niniek Panjalo delikkan mata hendak menegur
dan meminta kembali batangan emas itu.
"Jangan serakah Niniek. Masing-masing kita sudah dapat satu batang
emas. Dibagi rata dan adil. Malam nanti kita akan bersenang-senang dan kami
berdua akan memberikan pengalaman paling hebat bagimu."
Walau masih cemberut Niniek Panjalo masukkan sisa satu batangan
emas ke dalam saku pakaiannya lalu mundur dua langkah. Memandang ke arah
Kamba Mancuang, berpaling pada Wiro, lalu bertanya pada dua pemuda
dempet. "Dua kekasihku Sunguik Biru dan Sunguik Merah. Mana dari dua baruak
ini yang akan kita habisi lebih dulu?" (Sunguik: Sungut, Kumis)
"Terserah padamu. Tapi bagusnya kau habisi nenek bergigi perak itu
lebih dulu. Agar kau tidak cemburu pada kami! Ha... ha... ha!" jawab pemuda
dempet berkumis merah lalu tertawa tergelak-gelak.
Niniek Panjalo tersenyum, kedipkan mata pada pemuda berkumis biru.
"Kau kekasih yang baik. Malam nanti aku akan berikan kenikmatan lebih
padamu! Hik... hik... hik!"
Ketika si nenek melangkah mendekati Si Kamba Mancuang dengan
terpentang, Wiro yang tidak mampu merobek jala berpijar cepat berteriak.
"Niniek Panjalo! Jika batangan emas yang jadi incaranmu dan dua
gendakmu, kalian sudah mendapatkan! Mengapa masih hendak menurunkan
tangan jahat membunuh nenek itu" Bebaskan kami berdua!"
67 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Niniek Panjalo hentikan langkah, menatap ke arah Wiro. Dalam hati dia
berkata, "Pemuda berambut panjang, sebenarnya kau sudah jadi salah satu
lelaki yang aku taksir. Sayang..."
Tampang Niniek Panjalo tiba-tiba berubah. Dari hidungnya keluar suara
mendengus. "Gara-gara kalian berdua sahabatku Datuk Pancido tewas dihantam
besi putih Datuk Panglimo Kayo. Apa kau masih mau bermulut besar di
hadapanku" Mungkin aku perlu merobek mulutmu lebih dulu sebelum giliranmu
aku bantai!"
Habis berkata begitu Niniek Panjalo kembali balikkan badan,
meneruskan langkah mendekati Si Kamba Mancuang. Tangan yang memegang
pedang Al Kausar diangkat tinggi-tinggi ke atas.
Di dalam jala berpijar yang tidak bisa ditembus dengan tangan kosong,
rahang murid Sinto Gendeng menggembung.
"Tua bangka jahanam itu harus dihentikan! Aku harus bertindak cepat
sebelum dia membunuh si nenek mancung!"
Dari mulut Wiro kemudian keluar pekik menggeledek.
"Kapak Naga Geni Dua Satu Dua!"
Didahului dengan memancarnya sinar terang di bagian dada Wiro,
Kapak Naga Geni 212 yang dengan kesaktiannya oleh Kiai Gede Tapa
Pamungkas dimasukkan ke dalam raga Wiro, kini melesat keluar dari dalam
tubuh Wiro. Memancarkan cahaya terang menyilaukan, menebar hawa panas.
Jala yang melibat tubuh Wiro robek besar lalu hangus menjadi bubuk hitam.
Kapak Naga Geni 212 melayang sebat di udara mengeluarkan deru seperti
ratusan tawon, menyambar ke arah Niniek Panjalo.
"Niniek! Awas!" teriak dua pemuda dempet Sunguik Merah dan Sunguik
Biru. Kapak Naga Geni 212 senjata sakti pemberian Eyang Sinto Gendeng
bukanlah senjata sakti biasa. Senjata ini seolah memiliki mata dan jiwa yang
tidak mau memperlakukan diri atau diperlakukan secara pengecut. Walau saat
itu kapak mampu menghantam tubuh bagian belakang Niniek Panjalo namun
secara aneh dan dalam kecepatan kilat senjata berputar hingga sebelum
Niniek Panjalo sempat berbalik, Kapak Naga Geni 212 telah mendarat telak di
pertengahan dadanya!
Niniek Panjalo meraung dahsyat. Tubuhnya mencelat jauh dan akan
terus terpental kalau tidak menabrak pohon. Walau tubuh itu tergelimpang di
tanah nyawanya sudah lepas lebih dulu.
Wiro yang saat itu sudah berhasil keluar dari jala yang robek cepat
68 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengangkat tangan. Kapak Naga Geni 212 melesat kembali ke arahnya,
sementara melayang di udara noda darah yang ada di mata kapak lenyap
dengan sendirinya. Senjata sakti itu sesaat kemudian masuk kembali ke dalam
tubuh Wiro. Melihat apa yang terjadi dua pemuda dempet menjadi kecut tegang. Si
Singuik Biru berbisik pada saudaranya Si Singuik Merah.
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita sudah dapatkan emas itu. Sebaliknya cepat-cepat pergi dari sini.
Perlu apa mencari celaka membuat urusan dengan pemuda Jawa itu. Aku
dengar dia seorang tukang sihir..."
"Dari gerak geriknya aku sudah bisa menjajagi sampai di mana
kehebatan ilmunya. Kita masih satu tingkat di atas..." kata Si Singuik Merah.
"Matamu apa sudah buta"! Mulutmu asal bicara! Apa tadi tidak kau
lihat bagaimana senjata aneh berbentuk kapak bisa keluar dari tubuhnya"!
Mana ada manusia yang punya ilmu seperti itu!"
"Soal itu apa yang perlu ditakutkan" Dia hanya menyihir pandangan
mata!" Si Singuik Merah masih menganggap enteng urusan.
"Menyihir katamu! Buktinya nenek itu mati dengan dada terbelah
dibuatnya! Senjatanya keluar dari dalam perut masuk lagi ke dalam perut! Apa
tidak gila"!" tukas Si Singuik Biru.
"Baik, aku ikut apa katamu. Tapi jangan lupa. Masih ada emas satu
batang lagi pada Niniek Panjalo yang bisa kita ambil..." jawab Si Singuik
Merah. "Jangan menganggap enteng pemuda Jawa itu! Serakah adalah biang
celaka! Jangan turutkan ketamakan hatimu! Yang paling penting saat ini
adalah cepat-cepat pergi dari tempat celaka ini!"
"Lalu bagaimana dengan mayat Niniek?" ujar Si Singuik Merah pula.
"Masih banyak perempuan hidup yang masih muda dan cantik-cantik.
Mengapa mengurusi nenek yang sudah jadi bangkai"!" jawab Si Singuik Biru.
Lalu dia betot kuat-kuat punggungnya hingga saudaranya yang menempel di
belakangnya tertarik ke depan. Empat kaki menjejak tanah, Sesaat kemudian
kedua pemuda dempet berjuluk Tengku Mudo Sagalo Duo ini telah lenyap dari
tempat tersebut.
Wiro melompat ke hadapan Si Kamba Mancuang Tangan Manjulai.
Dengan cepat dia memeriksa keadaan nenek ini. Setelah melepas dua totokan
yang tadi ditanamkan Niniek Panjalo, Si Kamba Mancuang bisa bergerak
kembali namun belum mampu keluarkan suara.
Dengan gerakan tangan Si Kamba Mancuang memberi tahu pada Wiro
agar pemuda itu mengusapkan tangannya ke wajahnya untuk melepas ilmu
69 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pembungkam yang menguasai dirinya.
Wiro lakukan apa yang diberi tahu si nenek. Begitu dia mengusapkan
tangan kanan ke wajah Si Kamba Mancuang maka nenek ini langsung
tersenyum dan keluarkan ucapan.
"Terima kasih kau telah menyelamatkan nyawaku..."
"Terima kasih kembali Nek," jawab Wiro. "Aku minta maaf kalau
menduga keliru perbuatanmu ketika menolong mengobati adikku." "Aku sudah
melupakan hal itu, Nek." "Tadi kau menyebut seorang sahabat bersama Denok
Tuba Biru. Apakah dia gadis bertubuh gemuk yang mukanya biru berbelang
kuning?" bertanya Si Kamba Mancuang. "Betul Nek."
"Kalau memang dia, gadis itu... dia sedang dikejar Inyiek Susu Tigo. Dia
menghisap tiga puting susu Inyiek. Padahal disitu ada rahasia kaulan. Siapa
perempuan yang bisa menghisap akan dijadikan istri..."
"Si gembrot itu! Sudah gatal dia rupanya! Aku harus mencarinya dan
memberi pelajaran. Jangan membuat malu di negeri orang!" ujar Wiro.
"Pemuda Malin Kapuyuak itu yang punya pekerjaan mempermainkan si
gadis." Menjelaskan si nenek. Lalu dia menyambung. "Anak muda saat ini aku
ingin segera mengejar Ki Bonang dan kawan-kawannya..."
"Aku ikut bersamamu Nek."
Si Nenek menatap wajah sang pendekar lalu tersenyum.
"Kau akan membuat budi lagi. Padahal aku mau mengatakan kalau saat
ini diriku benar-benar berhutang budi besar padamu. Bagaimana aku harus
membayarnya?"
Wiro garuk-garuk kepala. Dilihatnya wajah si nenek sudah tidak redup
sedih seperti tadi lagi. Sudah agak cerah. Dia memandang berkeliling. Tidak
ada orang lain di tempat itu kecuali Niniek Panjalo yang sudah jadi mayat.
"Ada apa" Kau mencari siapa?" tanya si nenek.
Wiro tak menjawab melainkan ulurkan dua tangan memeluk Si Kamba
Mancuang lalu mencium pipinya kiri kanan. Si nenek jadi terkejut dan
kelagapan. Tubuhnya sampai bergetar panas dingin. Mendadak Wiro melihat
ada selapis cahaya biru tipis menyelubungi sekujur kepala dan tubuh si nenek.
Wiro melihat satu sosok yang lain. Sosok seorang gadis berkulit putih
berwajah cantik dengan lesung pipit di kedua pipi. Tapi hanya sekilas lalu
sosok itu kembali pada ujud si nenek semula.
"Nek... kau..." Wiro mempererat pelukannya. Si nenek membalas lebih
kencang sambil kepala disandarkan di bahu Wiro. Namun kemudian seolah
sadar cepat-cepat lepaskan diri dari rangkulan Wiro.
"Oooh... jadi begitu caranya aku harus membayar budi besarmu?" ucap
70 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
si nenek pula sambil tersipu-sipu.
"Anu Nek, aku..."
Sambil berkelebat pergi dari tempat itu Si Kamba Mancuang berkata.
"Ada satu rahasia besar yang akan aku ceritakan padamu. Ikuti aku..."
"Tunggu Nek, batangan emas yang dicuri nenek satu itu harus kita
selamatkan." Wiro mengambil batang emas yang ada di saku pakaian Neniek
Panjalo lalu lari mengejar Si Kamba Mancuang. Dia juga mengambil pedang Al
Kausar tak bersarung milik Tuanku Laras Muko Balang yang tergeletak di
tanah. Sambil lari mengikuti Si Kamba Mancuang Wiro membatin.
"Aku tidak mungkin bermimpi. Tidak pula melihat mahluk jadi-jadian.
Tapi tadi, walau sekilas aku jelas-jelas melihat... Agaknya aku harus memeluk
dan mencium nenek itu sampai dia mau bicara, memberi tahu siapa dia
sebenarnya!"
TAMAT Episode Berikutnya:
BULAN SABIT DI BUKIT PATAH
71 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
Sepasang Garuda Putih 2 Pendekar Gila 50 Prahara Di Gunung Kematian Tusuk Kondai Pusaka 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama