Ceritasilat Novel Online

Misteri Bunga Noda 2

Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda Bagian 2


lihat perubahan yang terjadi! Aku sudah menjadi kakek reot, rambut, kumis dan
janggutku putih semua Separuh gigiku sudah tanggal ompong. Usiaku sekarang
delapan puluh tahun, Suma. Dan kau seharusnya saat ini sudah berumur lima puluh
lima tahun. Namun yang aku lihat kau tetap pada usiamu dulu, usia dua puluh lima
tahun" Pemuda bernama Suma Mahendra tersenyum
"Paman, seperti yang disebutkan dalam kitab Jagat Pusaka Dewa, aku berhasil
memindahkan pohon tanjung yang terletak di alun-alun Singosari. Lihatlah ke
belakangmu!"
Saat itu terdengar suara menderu keras, seluruh kawah bergetar, membuat orang
tua bernama Darmasewara tercekat dan berpaling ke belakang. Mata terbeliak,
mulut ternganga.
"Dewa Penguasa Langit dan Bumi! Sungguh luar biasai"
ucap Darmasewara. Hanya mulut yang bersuara sementara sekujur tubuh laksana
terpaku, diam tak bergerak. Di hadapannya, mengambang di atas kawah Gunung Bromo
tegak menjulang sebatang pohon tanjung besar berbunga lebat.
Sebelumnya Darmasewara telah melihat ratusan, mungkin 153. Misteri Bunga Noda
26 Ebook byHanny Tiraikasih
ribuan kali pohon tanjung itu yang tumbuh di alun-alun Kerajaan Singosari.
Saking seringnya dia melihat, orang tua ini nyaris mengenali setiap sudut batang
pohon, setiap cabang dan ranting serta pada saat-saat pohon Itu berbunga.
"Singosari akan geger besar begitu besok pagi semua orang melihat pohon tanjung
besar di alun-alun tak ada lagi di tempatnya semula" Darmasewara gelengkan
kepala terkagum-kagum.
"Paman..."
Si orang tua palingkan kepala, memandang pada Suma Mahendra.
Tiga puluh tahun aku mendekam bersamadl di dalam perut kawah Gunung Bromo
ternyata tidak semua permintaanku dikabulkan secara langsung oleh para Dewa.
Dewa memberiku kekuatan luar biasa hingga aku mampu bertahan hidup, sehat dan
tidak menjadi tua. Dewa memberiku kekuatan dan ilmu luar biasa untuk memindah
pohon tanjung besar ke dalam kawah.
Kelak pohon itu nantinya akan muncul di pedataran pasir Tengger. Namun tidak
semua mata manusia bisa melihatnya.
Aku sedih, tapi jauh dari kecewa. Dewa tidak mengabulkan permintaanku untuk
mendapatkan ilmu kesaktian seperti yang tertulis dalam kitab Jagat Pusaka Dewa.
Aku tidak diperkenankan untuk membalas dendam kematian Paman Tunggul Ametung.
Lebih dari itu aku tidak mendapat restu untuk mengambil alih tahta Kerajaan
Singosari. Paman, setelah tiga puluh tahun berlalu, apa yang terjadi dengan
Kerajaan dan siapa sekarang yang berkuasa. Apakah masih Ken Arok, Raja yang
telah membunuh pamanku dan saudara sepupumu itu?"
Darmasewara menghela nafas panjang lalu gelengkan kepala.
"Lima tahun setelah berkuasa hukum karma berlaku. Ken Arok dibunuh oleh anak
tirinya sendiri yaitu Anusapati, putera Ken Dedes dari pamanmu Tunggul Ametung.
Anusapati kemudian di bunuh oleh Tohjaya, putera Ken Arok dari istrinya Ken
Umang. Tahta berdarah berkelanjutan. Tohjaya dibunuh oleh Ranggawuni.
putera Anusapati. Sekarang Ranggawuni yang menduduki tahta Kerajaan Singosari."
"Selama ini apakah Paman mengabdikan diri pada Kerajaan?"
"Sri Baginda Ranggawuni adalah kerabat satu aliran darah kita. Namun sesuai
petunjukmu sebelum masuk ke dalam kawah Gunung Bromo ini dulu, selama tiga puluh
tahun aku menjauhkan diri dari segala hal dan kegiatan yang berhubungan dengan
Kerajaan. Sri Baginda pernah menanyakan keberadaan dirimu dan meminta aku datang
ke Istana. Namun sampai hari ini aku belum berani memperlihatkan diri. Kecuali
kalau kau memberi petunjuk dan izin untuk melakukan."
"Sebaiknya Paman jangan dulu menemui Ranggawuni. Kita 153. Misteri Bunga Noda
27 Ebook byHanny Tiraikasih
tidak tahu kemelut apa yang akan terjadi. Besok atau lusa bisa saja Ranggawuni
dibunuh orang. Lalu Paman akan ikut menjadi korban, paling tidak dijebloskan
masuk penjara."
"Suma, aku akan menuruti nasihatmu," kata Darmasewara pula.
Setelah mendengar penuturan pamannya dan merenung beberapa lama Suma Mahendra
berkata. "Mungkin sekali karena perselisihan yang membawa dendam, darah dan
nyawa berkepanjangan itu yang menyebabkan para Dewa tidak memberikan ilmu
kesaktian padaku secara langsung dan juga tidak membenarkan aku mengambil alih
tampuk Kerajaan. Ilmu yang aku harapkan itu tadinya akan dipergunakan untuk
menghadapi Ken Arok yang sakti mandraguna. Namun sekarang segala sesuatunya
telah berlalu. Ken Arok sendiri sudah tak ada lagi di permukaan bumi Ini. Aku
sangat berterima kasih, walau tidak memberikan secara langsung padaku namun para
Dewa tetap akan menurunkan ilmu kesaktian itu ke muka bumi ni. Seseorang kelak
akan mendapat menerimanya mewakili diriku."
"Suma. kau mengatakan para Dewa tidak memberikan ilmu kesaktian padamu secara
langsung. Dan ada seseorang yang akan menerimanya mewakili dirimu. Bagaimana
maksudnya"'
bertanya Darmasewara.
"Paman, ada satu berita sedih bagimu. Aku tidak akan pulang ke Singosari, tapi
akan kembali masuk ke dalam goa.
Malam ini juga. Tiga hari dari malam ini aku akan menemui akhir dari perjalanan
hidupku. Aku akan menghembuskan nafas terakhir..."
"Suma Mahendra' Kau bicara apa"!" ucap sang paman setengah bertenak saking
kagetnya. "Begitu petunjuk yang diberikan para Dewa dalam samadiku."
"Suma, apakah kau telah melakukan satu kesalahan selama kau bersamadi hingga
Dewa menjadi marah?"
Pemuda tampan itu menggeleng. "Justru karena Dewa sayang padaku, maka petunjuk
itu diberikan dan pasti akan terlaksana.
Paman tak usah memikirkan bagaimana nasib jazadku. Aku akan terkubur baik-baik
di dasar kawah Gunung Bromo ini."
"Seandainya kau tidak mengikuti petunjuk dalam Kitab Jagat Pusaka Dewa itu dan
tidak melakukan samadi. Mungkin kau tidak akan mengalami nasib seperti yang
barusan kau katakan"
"Nasib seseorang sudah tertulis di dalam Kitab yang bernama Takdir. Sebagai
manusia kita tidak perlu kecewa. Ini adalah satu kenyataan. Kematian adalah
kenyataan yang akan dialami semua orang. Apakah dia seorang Raja atau seorang
hamba sahaya rakyat jelata. Hanya sayang aku tidak dapat membalaskan sakit hati
Kematian paman Tunggul Ametung Para Dewa tidak ingin tanganku berlumur darah
akibat dendam berkepanjangan 153. Misteri Bunga Noda
28 Ebook byHanny Tiraikasih
Kenyataannya dendam saling bunuh itu telah berlangsung." Suma Mahendra pandangi
wajah tua Darmasewara dengan senyum lembut lalu berkata. "Paman, jika paman
suka, paman boleh meninggalkan tempat ini. Aku akan masuk ke dalam goa..." Suma
Mahendra pegang bahu pamannya. Sang paman pegang lengan pemuda itu erat-erat
"Kau belum menjawab pertanyaanku mengenai ilmu kesaktian yang akan diberikan
secara tidak langsung. Kau mengatakan ada seseorang yang bakal mendapatkan ilmu
kesaktian Ku. Apakah berarti..."
"Setelah aku mati, aku akan menitis pada diri seorang bayi.
Namun aku tidak tahu kapan kejadiannya. Mungkin mmggu atau bulan dimuka. Mungkin
juga puluhan atau ratusan tahun kemudian. Bayi itulah kelak, yang setelah dewasa
akan mendapatkan ilmu kesaktian seperti tertulis dalam Kitab Jagat Pusaka Dewa.
Namun Paman, ada satu hal yang aku lihat dalam samadiku. Ada satu kekuatan alam
roh yang datang dari negeri jauh Ingin mengacaukan keadaan. Aku melihat gurun
pasir luas sekali. Jauh lebih luas dari gurun pasir Tengger. Aku melihat gunung
yang terbuat dari tumpukan jazad perempuan. Di lereng gunung mengalir sebuah
sungai yang airnya berwarna merah seperti darah, menebar bau busuk menjijikkan.
Aku mendengar raung suara anjing yang seolah sangat ketakutan dan meratapi apa
yang bakal terjadi. Lalu aku melihat ratusan bunga tanjung beterbangan, luruh
jatuh masuk ke dalam sungai darah.
Warnanya yang putih kekuningan berubah menjadi semerah darah. Bunga yang tadinya
suci itu kini telah dibungkus noda.
Paman, aku mohon kau menjaga Kitab Jagat Pusaka Dewa baik-baik. Jangan sampai
jatuh ke tangan siapapun..."
"Aku akan melakukan pesanmu itu Suma." jawab si orang tua.
Kedua orang itu kemudian saling berpelukan. Darmasewara tinggalkan dasar kawah
dengan mata berkaca-kaca. Suma Mahendra mengikuti langkah cepat sang paman
dengan mulut tersenyum lalu perlahan-lahan balikkan diri, masuk kedalam goa.
Ketika Darmasewara sampai ke ujung kawah sebelah atas tiba-tiba dia mendengar
suara deru seperti angin bertiup. Orang tua Ini berpaling, memandang ke dalam
kawah Dia terheran-heran melihat ratusan bunga tanjung yang ada di pohon besar
mengambang di atas kawah, berlesatan masuk ke dalam goa tempat Suma Mahendra
bersamadi. Bau harum semerbak bunga menebar dan tercium sampai ke atas kawah
Namun orang tua ini jadi tercekat ketika bau harum itu mendadak berubah menjadi
bau anyir busuk, menyengat jalan pernafasan hingga dia tak sanggup menahan
muntah. Darmasewara Ingat ucapan Suma Mahendra. Bunga tanjung telah berubah
menjadi bunga noda.
KETIKA dua hari kemudian Darmasewara kembali ke tempat 153. Misteri Bunga Noda
29 Ebook byHanny Tiraikasih
kediamannya di pinggiran Kotaraja, orang tua ini terkejut mendapatkan lemari
jati yang ada dalam kamar terguling roboh di lantai. Bagian dinding kamar yang
sebelumnya terlindung di balik lemari hancur berantakan. Pada dinding itu ada
sebuah kotak kayu tempat dimana dia menyimpan Kitab Jagat Pusaka Dewa sejak tiga
puluh tahun lalu. Kotak itu kini tak ada lagi di tempatnya. Raib bersama kitab
yang ada di dalamnya!
Darmasewara jatuh terduduk di lantai kamar. Dia lebih baik mati dari pada
menyaksikan kejadian ini. Sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya
dia berkata lirih.
"Dewa. saya mohon dengan segala kerendahan.siapapun yang telah mencuri Kitab
Jagat Pusaka Dewa. jangan jadikan hal ini sebagai pangkal munculnya malapetaka."
Perlahan-lahan Darmasewara turunkan dua tangannya yang menutupi wajah. Ketika
pandangannya membentur dinding di hadapannya, dia terkejut
"Astaga, sebelumnya tulisan itu tidak ada disitu!" ucapnya.
Saat itu di dinding kamar entah bagaimana kejadiannya tertera tulisan.
"Kitab Jagat Pusaka Dewa tidak dicuri orang. Kitab itu hanya perlu diselamatkan
dan orang-orang yang berniat jahat"
Darmasewara bangkit berdiri. Dia memandang seputar kamar.
"Siapa yang menulis" Aku tidak melihat orang masuk ke tempat ini!" Paman Suma
Mahendra, saudara sepupu Tunggul Ametung ini melihat jendela terbuka. Secepat
kilat dia melompat keluar rumah lewat jendela itu. Berkali-kali dia memutari
rumah, menyelidik sampai ke luar halaman namun tak seorangpun yang kelihatan.
153. Misteri Bunga Noda
30 Ebook byHanny Tiraikasih
RATUSAN tahun setelah lenyapnya Suma Mahendra di dasar kawah. Desa Tumpang, di
barat Gunung Bromo.
Pagi buta hari Jum'at Legi, dingin dan gelap. Aki Jarot memacu gerobak sapi
sekencang yang bisa dilakukannya.
Tuminah. istrinya yang dukun beranak duduk tergoncang-goncang di sampingnya,
berpegang erat pada tiang kayu di pinggiran gerobak. Susur dalam mulutnya
dipindah kian kemari.
"Pakne. kalau kau memacu gerobak ini lebih kencang, kita berdua bisa mati
terbalik. Maksud hendak menolong orang tidak kesampaian." Tuminah berkata cemas
pada suaminya. Aki Jarot mencambuk punggung sapi dengan cemeti, menjawab.
"Tadi kau sendiri yang minta diantar cepat-cepat Sudah diam saja.
Aku sudah bertahun-tahun menarik gerobak, sudah belasan tahun kenal jalan ke
desa Tumpang. Mau takut apa?"
"Aku tidak takut Pakne, aku ingin sampean berhati-hati,"
jawab sang istri dengan nada mengalah.
Melewati sebuah tikungan, jalan yang ditempuh agak mendaki.
Sapi penarik gerobak tidak mampu berlari sekencang tadi lagi.
Tepat di puncak pendakian binatang ini berhenti berlari. Bukan karena keletihan,
tapi ada seseorang di depan sana, berdiri di tengah jalan. Orang ini mengenakan
jubah hitam dan ikat kepala seperti sorban juga berwarna hitam. Wajahnya yang
putih tertutup kumis, janggut dan cambang bawuk hitam pekat, di dalam gelap
tampak berkilat. Mungkin diberi minyak.
Tubuhnya menebar bau wangi kembang. Dari raut wajah serta perawakannya yang
tinggi besar agaknya orang ini bukanlah penduduk asli setempat. Mungkin sekali
dia seorang keturunan Arab atau berdarah India. Di tangan kanannya orang ini
memegang sebuah kitab terkembang.
Sepertinya dia asyik membaca isi kitab. Aneh. selain tak masuk akal ada orang
membaca kitab di malam buta di tengah jalan seperti itu, juga apakah dia bisa
melihat di malam segelap itu"
Orang asing ini mengangkat tangan kiri ke atas. Telapak terkembang diarahkan ke
depan pada sapi ponarik gerobak.
Gerak tangan inilah agaknya yang membuat binatang itu berhenti berlari.
"Ki sanak di tengah jalan, menyingkirlah. Kami harus melanjutkan perjalanan.
Kami ada urusan pentingl Jangan menghadang di tengah jalan" Aki Jarot berteriak.
Orang berjubah hitam terus saja membaca kitab seperti tidak mendengarteriakan
itu. Aki Jarot jadi jengkel.
153. Misteri Bunga Noda
31 Ebook byHanny Tiraikasih
"Pakne. orang itu kelihatannya bukan orang Jawa. Mungkin dia tidak mengerti
ucapanmu berkata Tumlnah.
"Siapapun dia, kalau berada di tempat ini pasti mengerti bahasa di sini. Hantu
sekalipun tahu apa yang aku ucapkan!"
jawab Aki Jarot. Lalu kembali dia berteriak. "Jangan salahkan kalau kau
diterjang sapiku!" Lelaki separuh baya ini kemudian cambuk sapinya kuat-kuat,
tali kekang disentak berulang kali.
Namun jangankan berlari, bergerakpun tidak binatang itu Malah sesaat kemudian
sapi putih ini tekuk dua kaki depannya lalu rundukkan diri bersimpuh di tanah.
"Hai!" Aki Jarot berteriak kaget juga heran. Setelah menyuruh istrinya tetap
duduk di atas gerobak dia melompat turun menemui orang berjubah hitam. Namun
baru menindak tiga langkah, orang tinggi besar angkat tangan kirinya dan tibatiba saja langkah Aki Jarot tertahan. Dua kaki lelaki itu laksana dipantek ke
tanah. "Apa yang terjadi dengan diriku" Kaul" Aki Jarot berteriak kaget
Tuminah turun dari gerobak menemui suaminya.
"Pakne. ada apa?"
"Orang berjubah hitam itu! Dia mengangkat tangan. Kakiku lantas saja tak bisa
digerakkan. Pasti dia orang jahat! Mungkin begal!"
"Biar aku menemuinya." kata sang istri. Dalam hal-hal tertentu Tuminah memang
perempuan pemberani. Dia turun dari gerobak lalu melangkah ke arah orang tinggi
besar berjubah cian bersorban hitam yang masih tegak dengan sikap asyik membaca
kitab. Tuminah keluarkan susur dari dalam mulut lalu menegur orang di tengah jalan
dengan suara keras. "Kalau kau memang begal, kami tidak punya apa-apa. Mau
merampok apa"!"
Si jubah hitam tinggi besar perlahan-lahan tutup kitab yang dibaca lalu
dimasukkan ke balik jubah. Dia menatap perempuan di depannya, tersenyum lalu
membungkuk dan berkata.
Suaranya berat tapi lembut. Dialeknya terdengar kaku aneh.
"Bukankah Ibu ini dukun beranak bernama Tuminah yang tinggal di desa
Samberrejo?"
"Sumberrejo. Kami tinggal di Sumberrejo. Bukan Samberrejo," jawab Tuminah. "Eh.
sompoan tahu namaku. Sampean ini siapa" Sampean pasti bukan orang sini. Mengapa
menghadang perjalanan kami?"
"Tuminah! Hati-hati! Orang itu pasti punya niat jahat!
Jangan bicara padanya! Kembali ke sini!" Aki Jarot berteriak, kawatir akan
keselamatan istrinya.
"Aku bukan orang jahat," lelaki berjubah berucap. "Namaku Deewana Khan. Kau dan
suamimu bukankah dalam perjalanan 153. Misteri Bunga Noda
32 Ebook byHanny Tiraikasih
menuju desa Tumpang?"
"Benar," jawab Tuminah. Dia hendak masukkan susurnya ke dalam mulut kembali tapi
tak jadi. Perempuan ini bertanya.


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sampean pasti bukan penduduk sini. Bagaimana bisa tahu kemana kami mau pergi?"
"Di desa Tumpang ada seorang perempuan muda bernama Sulin, bersuamikan
Tajurpambayan. Perempuan muda itu hendak melahirkan. Anak pertama. Dan Ibu ke
Tumpang hendak menolongnya. Benar begitu?"
Tuminah tercengang mendengar ucapan orang tinggi besar Jubah hitam yang benar
semua adanya. Sampean orang aneh.
Tahu kemana kami pergi dan apa yang hendak aku lakukan.
Kalau tahu kami mau menolong perempuan yang hendak melahirkan mengapa
menghadang?"
"Aku tidak menghadang. Hanya ingin memberi tahu bahwa Ibu tidak perlu bersusah
payah jauh-jauh pergi ke Tumpang.
Sudah ada orang lain yang akan menolong perempuan yang hendak melahirkan itu."
"Siapa" Mana boleh jadi" Mulai dari Sumbermanjing di selatan sampai Lawangan di
utara hanya aku seorang dukun beranak..."
Orang mengaku bernama Deewana Khan tersenyum
"Sudahlah, kau dan suamimu kembali saja ke Sumberrejo. Tak perlu mengawatirkan
perempuan muda yang hendak melahirkan itu."
Habis berkata begitu orang berjubah membuat gerakan mengusap di depan wajah dan
tubuh Tuminah. Tangan kanan kemudian diusapkan ke wajah dan tubuhnya sendiri.
Saat itu juga wajah dan sosok orang ini berubah menjadi wajah dan sosok sama
dengan Tuminah si dukun beranak!
Tuminah sampai keluarkan seruan tertahan saking kagetnya.
Suaminya Aki Jarot berteriak menyuruhnya menjauhi orang aneh itu. Namun Tuminah
seperti tak berkuasa beranjak dari tempatnya.
Dengan tangan kanannya Deewana Khan mengambil susur yang dipegang Tuminah, lalu
dimasukkan ke dalam mulut langsung dikunyah-kunyah!
"Ujud kita sama. Aku akan mewakilimu menolong Sulin melahirkan." Lelaki tinggi
besar yang berubah menjadi Tuminah itu suaranya kini berubah menjadi suara
perempuan, bahkan suara itu sama benar dengan suara si dukun beranak. "Sebelum
aku pergi ada satu hal yang harus kalian ingat baik-baik. Kalian suami istri
tidak pernah bertemu denganku, tidak akan pernah memberi tahu siapapun apa yang
terjadi malam ini di tempat ini.
Kalau hal itu kalian langgar, akan ada kutuk penyakit yang membuat kalian berdua
menemui ajal secara sengsara. Namun 153. Misteri Bunga Noda
33 Ebook byHanny Tiraikasih
jika kalian mematuhi, berkah besar akan menjadi bagian kalian."
Deewana Khan alias Tuminah palsu memasukkan sesuatu ke dalam genggaman tangan
kanan Tuminah. Ketika perempuan ini memperhatikan ternyata benda itu adalah
sekeping perak.
Sepasang mata Tuminah berkilat-kilat
"Itu pembayar kebajikan hendak menolong orang." kata Tuminah jejadian.
"Tapi...tapi aku belum melakukan apa-apa. Aku belum menolong Sulin melahirkan."
"Budi baik dan kebajikan tidak selalu diperlihatkan dengan pekerjaan nyata. Niat
yang luhur dalam hati sudah merupakan satu pahala besar. Ibu. kau dan suamimu
kembalilah ke Sumberejo."
Habis berkata begitu Tuminah palsu angkat tangan kirinya ke atas. Tahu-tahu di
tangan itu sudah ada kitab yang tadi dibaca sewaktu ujudnya masih merupakan
lelaki tinggi besar.
Kitab dikembang, tubuh diputar. Sambil membaca kitab Tuminah palsu melangkah
pergi. Hanya sesaat saja tubuhnya kemudian lenyap di telan kegelapan malam.
Saat itu Aki Jarot merasakan ke dua kakinya enteng dan bisa digerakkan lagi.
Secara bersamaan sapi yang terduduk di tanah perlahan-lahan bangkit berdiri. Aki
Jarot cepat menemui istrinya.
"Apa yang tadi diberikan orang itu padamu?" tanya Aki Jarot pada istrinya.
Tuminah buka genggaman tangan kanannya, memperlihatkan kepingan perak yang
berkilau di dalam kegelapan. Aki Jarot sampai terbeliak.
Luar biasa. Kita jadi orang kaya Bune! Siapa sebenarnya orang tadi" Dia bisa
merubah ujud menyerupai dirimu!"
"Pakne. baiknya kita lekas-lekas tinggalkan tempat ini.
Kembali ke Sumberrejo."
"Tunggu dulu." jawab sang suami. "Aku tadi mendengar orang itu mengatakan dia
yang hendak menolong Sulin melahirkan. Aku kawatir..."
"Aku juga kawatir. Kawatir kalau mahluk jejadian itu sebenarnya adalah mahluk
halus hantu pelayangan..." Tuminah merasa tengkuknya dingin dan memegang tangan
suaminya erat-erat.
"Aku menduga orang tadi adalah tukang sihir jahat yang hendak melakukan sesuatu
terhadap Sulin. Mungkin dia hendak membunuh perempuan itu atau bayinya Mungkin
juga dia hendak menculik bayi yang nanti dilahirkan Sulin
'Lalu apa yang kita lakukan sekarang'' Maunya aku kita kembali saja ke
Sumberrejo Kita sudah dapat rejeki besar..
"Kita bisa saja mendapat rejeki lebih besar" jawab Aki Jarot.
153. Misteri Bunga Noda
34 Ebook byHanny Tiraikasih
"Apa maksudmu Pakne?"
"Kita tidak kembali ke Sumberrejo. Tapi lanjutkan perjalanan ke Tumpang. Kita
harus tahu apa yang akan dilakukan orang itu Jika benar dia hendak berbuat jahat
kita harus mencegah. Jika kita berbuat begitu pasti kau akan dibujuknya dan
diberi lagi tambahan kepingan perak!"
Rupanya perasaan serakah ketamakan sudah menyelinap di hati Aki Jarot Sang istri
yang tidak begitu suka dengan sikap suaminya itu berkata.
"Tapi Pakne kalau kita ke Tumpang apa nanti tidak akan membuat ricuh"''
'Ricuh" Ricuh bagaimana"'
'Apa kau tadi tidak mendengar" Orang Itu berkata agar kita bersikap seolah tidak
pernah bertemu dengan dia. Kita dilarang memberi tahu apa yang terjadi di sini
pada siapapun. Kalau sampai kita melanggar akan ada kutuk penyakit yang membuat kita sengsara
bahkan menemui ajal "
"Bune kau percaya orang itu atau padaku suamimu" Lagi pula kita berniat baik!
Melindungi bayi Sulin dan Tajur dari kemungkinan hendak diapa-apakan orang asing
aneh itu! Sudah, lekas naik ke gerobak. Kita berangkat ke Tumpang sekarang juga"
Tuminah tidak bisa membantah. Setelah memasukkan kepingan perak ke sebuah
kantong kecil di balik siagen di pinggangnya perempuan ini naik ke atas gerobak.
153. Misteri Bunga Noda
35 Ebook byHanny Tiraikasih
BERSAMAAN dengan menyingsingnya fajar di ufuk sebelah timur, dari sebuah rumah
di desa Tumpang terdengar suara tangis bayi, keras sekali. Itulah suara tangis
bayi yang dilahirkan Sulin dengan pertolongan dukun beranak Tuminah palsu.
"Bayimu laki-laki. Den Ayu Sulin," memberi tahu dukun beranak yang disambut
senyum bahagia serta perasaan syukur oleh Sulin.
Selesai bayi dibersihkan, diperlihatkan pada sang Ibu lalu dibaringkan di
sampingnya Suami Sulin. Tajurpambayan tidak sabar lagi segera masuk ke dalam
kamar. Dibelainya kepala dan diciumnya kedua pipi puteranya itu lalu Tajur
mencium kening Sulin. Dengan hati-hati penuh kasih sayang Tajurpambayan kemudian
coba menggendong puteranya. Diam-diam Tuminah pejamkan mata sesaat. Pikiran dan
pandangan matanya melanglang jauh keluar rumah. Hatinya berucap. "Untuk
sementara keadaan aman. Tapi pasti akan ada yang datang.
Aku harus berlaku waspada. Terutama menjelang putusnya tali pusar bayi, saat
berlangsungnya penirisan...."
"Ibu Tuminah, saya berterima kasih. Kau telah menolong Kelahiran anak kami
dengan setamat" Berkata Tajurpambayan.
Tuminah palsu alias perubahan ujud dari lelaki bernama Deewana Khan tersenyum.
"Den Mas. anakmu laki-laki Apakah kau sudah menyiapkan nama?" tanya Tuminah.
"Kami sudah sepakat kalau anak yang lahir seorang laki-laki maka akan diberi
nama Cakra. Karena dia lahir tepat pada saat sang surya terbit maka kami
memberikan nama tambahan Mentari. Jadi namanya adalah Cakra Mentari."
"Nama yang sangat bagus." Memuji Tuminah. "Kalian pandai memilih nama Cakra
adalah satu senjata ampuh yang direstui para Dewa sebagai pembasmi kejahatan dan
pelindung mereka yang lemah. Mentari adalah penorang jagat Puteramu kelak akan
menjadi seorang berkepandaian tinggi bijak yang mampu menerangi hati setiap
manusia yang ditemui dan dikenalnya sehingga kedamaian akan tercipta dimuka bumi
Ini" Tajurpambayan hanya tersenyum dan mengangguk saja mendengar ucapan dukun beranak
Itu Karena dia hanya memberi sekedar nama pada sang putera tanpa mengetahui
maknanya. Tiba-tiba di halaman rumah terdengar deru suara roda gerobak disusul
suara sapi melenguh Lalu menyusul suara orang berteriak Wajah Tuminah dukun
beranak palsu berubah.
153. Misteri Bunga Noda
36 Ebook byHanny Tiraikasih
"Tajuri Kau ada di dalam rumah" Lekas keluarl Ada yang hendak aku katakan
padamul Cepat! Ini menyangkut keselamatan bayimu!"
Sulin terkejut Tajurpambayan kaget dan letakkan bayinya di pembaringan. Tuminah
palsu cepat mendahului keluar dari rumah, tepat pada saat Aki Jarot melompat
turun dari atas gerobak sementara istrinya Tuminah asli tetap duduk di atas
gerobak, kelihatan bingung.
"Aki Jarot, kita sudah membuat perjanjian. Kau dan Istrimu seharusnya kembali ke
Sumberrejo. Mengapa datang ke sini"
Kau merusak semua tugas yang harus aku laksanakan."
Tuminah palsu menegur.
"Aku....Aku menduga kau punya maksud tidak baik terhadap Sulin dan bayinya..."
"Maksud tidak baik apa" Jangan kau berprasangka buruk.
Bayi itu telah lahir dengan selamat Aku minta kau segera pergi bersama istrimu
sebelum Tajurpambayan keluar dan melihat keanehan ini."
"Jika itu maumu baiklah. Aku akan segera pergi. Tapi aku minta tambahan hadiah."
Jawab Aki Jarot.
Tuminah palsu menatap wajah lelaki di hadapannya. Kepalanya digeleng-gelengkan
tanda dia tidak senang dengan sikap orang itu. Namun kemudian tangan kanannya
diulurkan. Entah dari mana datangnya di tangan itu sudah terpegang sekeping
perak lalu diserahkan pada Aki Jarot
"Cuma satu keping"! Aku minta tambahan satu keping lagi!"
kata Aki Jarot dengan serakahnya.
Tuminah palsu kembali menatap muka Aki Jarot. Dalam hati dia berkata bagaimana
mungkin ada manusia seperti ini.
Namun kemudian untuk kedua kalinya dia mengulurkan tangan menyerahkan tambahan
sekeping perak yang diminta.
"Lekas pergi sebelum lelaki itu keluar..." berkata Tuminah palsu.
Tapi terlambat. Saat itu Tajurpambayan telah keluar dari dalam rumah. Begitu
sampai di halaman dia terheran-heran melihat ada dua Tuminah. Yang pertama yang
berdiri di depan Aki Jarot sedang yang kedua duduk di atas gerobak.
Tuminah palsu merasakan sekujur tubuhnya bergetar.
Hatinya berucap. "Pertanda buruk. Agaknya akan terjadi sesuatu di luar rencana.
Aku tak bisa merubah ujud sebelum malam tiba. Lebih baik saat ini aku
melenyapkan diri saja. Aku harus menjaga bayi itu sampai tali pusarnya putus.
Aku harus mengamankan Cakra Mentari sewaktu berlangsungnya titisan Suma
Mahendra."
"Hai!" Tajurpambayan yang tengah terheran-heran terkejut sekali ketika melihat
sosok dukun beranak Tuminah yang berdiri 153. Misteri Bunga Noda
37 Ebook byHanny Tiraikasih
di hadapan Aki Jarot lenyap tak berbekas. Dia memandang pada Aki Jarot. "Tadi
jelas-jelas kulihat ada ada dua. Lalu kemana lenyapnya yang satu" Aki, Tuminah
istrimu tadi kulihat ada dua. Satu berdiri di sini satunya yang duduk di atas
gerobak itu..."
"Tajur, Tuminah istriku cuma satu." menyahuti Aki Jarot Dia segera saja mendapat
akal memberikan jawaban. "Kau mungkin hanya melihat bayang-bayang karena
keletihan semalaman menunggui istrimu. Mana mungkin ada dua Tuminah! Aku datang
menjemput istriku. Lihat, dia sudah duduk di atas gerobak Aku ucapkan selamat
karena sekarang kau sudah punya momongan. Jaga bayimu baik-baik. Kami pergi
dulu.." Aki Jarot naik ke atas gerobak
"Aki, tunggu. Aku belum membayar istrimu...." Tajurpambayan masuk ke dalam
rumah. Namun ketika keluar lagi Aki Jarot dan gerobaknya serta Tuminah tak ada
lagi di halaman.
Tajurpambayan tegak termangu. "Heran," ucapannya sendirian.
"Waktu muncul malam tadi dukun beranak itu sendirian. Ketika suaminya datang
katanya hendak menjemput tiba-tiba salah satu sosok dukun beranak itu mendadak
lenyap. Tadi Aki Jarot berteriak hendak mengatakan sesuatu padaku. Tentang
keselamatan bayiku. Aku lupa menanyakan, dia keburu pergi Aku tak mengerti. Ada
apa ini?" Tajurpambayan merasa kawatir lalu cepat-cepat masuk ke dalam rumah.
*** SETELAH sekian lama berdiam diri. sampai di luar desa Tumpang baru Aki Jarot
berkata. "Bukne, aku merasa letih. Tubuhku terasa agak panas. Kita perlu mencari tempat
yang baik untuk istirahat barang sebentar."
"Aneh, aku juga merasa panas," menyahuti Tuminah.
"Jangan-jangan kita ini mau kena demam."
"Aku tahu ada sebuah telaga di satu kaki bukit kecil. Tak jauh dari sini. Kita
kesana. Berendam dulu barang beberapa lama biar sejuk..."
Hawa paras aneh yang dirasakan dua suami istri itu semakin lama semakin tak
tertahankan. Karenanya begitu sampai di tepi telaga kedua orang ini langsung
mencebur masuk ke dalam air, berendam sebatas leher. Sesekali mereka menyelamkan
kepala. Ketika terakhir kali menyembulkan kepala dan dalam air, Aki Jarot dan Tuminah
sama-sama terkejut Mereka mencium bau wangi. Lalu mereka melihat Di atas air
telaga sekitar mereka mengambang bertaburan puluhan bunga kecil berwarna putih
kekuningan. "Bunga tanjung...." ucap Aki Jarot 153. Misteri Bunga Noda
38 Ebook byHanny Tiraikasih
Tuminah memandang berkeliling. Tak ada pohon tanjung sekitar telaga. "Aneh, dari
mana datangnya?"
"Bune, hatiku merasa tidak enak. Ayo kita naik, cepat-cepat pulang ke
Sumberrejo."
Ketika suami istri itu sampai di rumah mereka di Sumberrejo.
hawa panas terasa semakin hebat Selain itu mereka dapatkan ada benjolan-benjolan
merah di wajah, badan serta anggota tubuh mereka. Gatalnya bukan main. Setiap
digaruk benjolan itu pecah mengeluarkan nanah.
"Pakne, apa yang terjadi dengan kita?" Tuminah ketakutan setengah mati.
"Aku tidak tahu Bu" Jawab Aki Jarot Ketika membuka bajunya dia tiba-tiba ingat
pada dua keping perak yang didapat dari Tuminah palsu. Dua keping perak itu
dikeluarkannya dari kantong celana. Alangkah terkejutnya lelaki Ini ketika
mendapatkan dua keping perak telah berubah jadi batu.
"Aku tak percaya!" seru Aki Jarot sambil menggaruk yang membuat dua benjolan di
tubuhnya pecah.
Melihat apa yang terjadi Tuminah keluarkan pula kepingan perak yang disimpannya
dibalik setagen. Ternyata kepingan perak inipun sudah berubah menjadi batu.
"Pakne, mungkin ini akibat karena kita melanggar apa yang dikatakan orang tinggi
besar berjubah hitam itu. Aduh Pakne, aku tak tahan Rasanya mau leleh. Tubuhku
panas. Gatal...."
Tuminah gulingkan diri di lantai. Suaminya melakukan hal yang sama. Karena tidak
tahan oleh rasa panas dan gatal, kedua orang ini kemudian lari keluar rumah
sambil menjerit-jerit.
Tetangga berdatangan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena Aki Jarot dan
Tuminah sudah tergeletak tak bergerak di tanah. Wajah dan tubuh mereka
berselomotan darah dan nanah Perjanjian telah dilanggar. Keserakahan telah
diumbar! *** HARI ke sebelas setelah kelahiran Cakra Mentari. Sore itu ketika Tajur pulang
dan ladang, Sulin memberi tahu bahwa tali pusar putera mereka telah putus. Malam
barnya hujan turun lebat Angin cukup kencang membuat udara terasa dingin.
Cakra Mentari tidur nyenyak diapit ayah dan ibunya.
Menjelang tengah malam, ketika hujan mulai reda, di halaman samping rumah Tajur
berkelebat satu bayangan hitam.
Orang Ini bertubuh tinggi besar, mendekam di balik pohon.
Tangan dilipat di atas dada, sepasang mata menatap mengawasi rumah kayu di
hadapannya, memperhatikan mulai dari atap bangunan sampai ke dinding sebelah
bawah yang bersentuhan dengan tanah. Lalu dia sapukan pandangan ke langit lepas.


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

153. Misteri Bunga Noda
39 Ebook byHanny Tiraikasih
Telinga di pasang tajam-tajam. Setelah yakin segala sesuatunya berada dalam
keadaan aman, orang ini yang bukan lain adalah Deewana Khan pejamkan mata,
pusatkan pikiran. Di pelupuk matanya terbayang kawah Gunung Bromo.
"Stt..sstt...stttl"
Tiba-tiba di langit kelam berkiblat tiga kali cahaya terang.
Deewana Khan buka kedua matanya.
"Titisan datang..."
Hidungnya mencium bau harum bunga. Di langit sebelah timur tampak puluhan bahkan
mungkin ratusan bunga tanjung melayang memancarkan cahaya terang seperti kunangkunang. Di atas atap rumah kediaman Tajurpambayan dan Sulin, bunga tanjung berputarputar membentuk lingkaran. Lalu satu persatu bunga berkilau itu melesat menembus
atap rumah, masuk ke dalam kamar dimana Cakra Mentari tertidur lelap bersama
kedua orang tuanya. Bunga tanjung secara aneh menyusup masuk ke dalam tubuh bayi
lelaki ini. Satu demi satu, sekuntum demi sekuntum tanpa si bayi terusik dari
tidur nyenyaknya.
Saat hal aneh itu berlangsung tiba-tiba dari arah barat ada satu cahaya merah
berkelebat Sesaat kemudian seorang tinggi kurus mengenakan jubah merah bermantel
merah, berkepala botak dan memiliki tanduk seperti cula badak muncul di tempat
itu. Dia langsung berdiri di atas atap bangunan. Dua tangan dikembang lalu
mantel merah dikebutkan.
"Wuuttt!"
Sinar merah berkiblat. Ratusan bunga tanjung yang melayang berputar di udara di
atas atap bergoyang hebat Beberapa di antaranya terpental. Sebagian luruh ke
tanah sebagian bergabung lagi dengan bunga tanjung lainnya dan kembali melayang
berputar, lalu seperti tadi melesat menembus atap.
Orang bertanduk di atas atap kembali hendak mengebutkan mantel merahnya. Saat
itu Deewana Khan telah melesat ke atas atap seraya membentak.
"Rajip Kupal. Jin pembawa bahala. Siapa yang memerintahmu datang ke tanah Jawa
ini"l"
Orang bermantel yang disebut dengan nama Rajip Kupal dan dicap sebagai jin
pembawa bahala keluarkan suara menggembor lalu menyeringai. Lidah terjulur serta
barisan gigi besar runcing berwarna merah seperti dilapisi lelehan darah.
"Kau mengenali diriku itu sudah cukup. Kau tak layak bertanya siapa yang
memerintahkan aku datang ke sini.
Sebaliknya siapa yang mengutusmu hingga berani-beraninya berada di tempat ini"l
Kau rupanya sudah mendekam sejak lama, sengaja menghadangku!"
Deewana Khan sunggingkan senyum mengejek.
"Bangsa jin berada dibawah telapak kaki manusia 153. Misteri Bunga Noda
40 Ebook byHanny Tiraikasih
Jadi tidak pantas kau menanyai diriku. Lekas menyingkir dari tempat ini atau
dengan izin para Dewa aku akan
membenamkanmu ke dasar neraka ke tujuh!"
Rajip Kupal tertawa gelak-gelak. Dengan suara lantang dia membentak.
"Deewana Khan! Kaulah yang harus segera angkat kaki dan sini. Atau kulumat
tubuhmu sekarang jugal"
153. Misteri Bunga Noda
41 Ebook byHanny Tiraikasih
MAHLUK jin Rajip Kupal pegang tanduk di kepalanya dengan tangan kiri lalu mulut
keluarkan suara menggembor. Saat itu juga asap merah mengepul dari batok kepala
yang botak plontos dan tubuhnya berubah besar serta tinggi tiga kali sebelumnya.
Dua tangan menjulai sampai menyentuh tanah. Dua tangan ini tiba-tiba berkelebat
ke leher Deewana Khan. Siap mencekik dan mematah hancur leher itu
Deewana Khan cepat jentikkan Ibu jari dan jari tengah tangan kanannya hingga
mengeluarkan suara berkelik. Saat itu pula tubuhnya berubah besar dan tinggi,
jauh lebih tinggi dari sosok Rajip Kupal. Kepala menembus awan gelap. Sekail
Deewana Khan menggerakkan dua tangan menangkis serangan lawan, benturan keras
dua pasang lengan membuat Rajip Kupal terhuyung-huyung. Selagi mahluk jin Ini
berusaha mengimbangi diri tendangan kaki kanan Deewana Khan bersarang di
perutnya. Rajip Kupal meraung setinggi langit Tubuh terpental belasan tombak. Perut pecah.
Isi perut berkelojotan keluar, menjela di tanah.
"Jahanam Deewana Khan! Terima pembalasanku!" Teriak jin pembawa bahala Rajip
Kupal. Tangan kanannya bergerak.
Selarik sinar merah menyambar luar biasa cepat ke arah langit.
"Cahaya Dewa Langit Ke Tujuh!" teriak Deewana Khan kaget bukan main. "Jin
pembawa bahala! Bagaimana kau bisa menguasai ilmu itu. Kau mencuri dari...."
Sambil berteriak Deewana Khan cepat menghindar selamatkan kepalanya dari
serangan lawan. Namun terlambat Gerakannya menjadi lamban karena ada getaran di
kaki yang berasal dari hawa aneh yang disebar Rajip Kupal.Sesaat kemudian
terdengar jeritan Deewana Khan. Dia tak sempat mengelak. Mata kanannya kena
dihantam sinar merah hingga hancur dan meninggalkan lobang besar dikucuri darah.
Deewana Khan totok pelipisnya kiri kanan lalu susutkan tubuh kembali melompat
turun ke tanah. Dua tangan dipentang, siap menghantam dengan sepasang pukulan
sakti.Tapi Rajip Kupal tak ada lagi. Yang tinggal hanya isi perutnya yang
tergeletak di tanah, berbusaian bergerak-gerak mengerikan.
Di atas atap rumah kediaman Tajurdan Sulin ratusan bunga tanjung masih melayang
berputar-putar. Seperti tadi kembali melesat masuk ke dalam rumah, terus
menyusup ke dalam tubuh Cakra Mentari.
Di bawah pohon besar. Deewana Khan rangkapkan dua 153. Misteri Bunga Noda
42 Ebook byHanny Tiraikasih
tangan di depan dada, mata setengah terpejam dan perlahan-lahan mulutnya
berucap. Mahluk penitisan, datanglah. Para Dewa telah memberkatimu untuk masuk ke dalam
tubuh bayi bernama Cakra Mentari.
Namanya Cakra Mentari Cakra Mentari...."
Baru saja Deewana Khan selesai berucap dalam hati begitu rupa, tiba-tiba langit
menghitam membuat keadaan gelap luar biasa. Angin berhenti bertiup. Kesunyian
mencengkam seluruh kawasan. Di dalam kegelapan, dari arah timur tampak seberkas
cahaya melayang ke biru-biruan. Sampai di atas atap rumah kelihatan cahaya itu
ternyata keluar dari satu sosok mahluk berujud manusia mengenakan pakaian serba
hitam Deewana Khan letakkan dua telapak tangan di atas dada lalu membungkuk dalamdalam. Dia baru mengangkat kepala dan luruskan tubuh setelah mahluk di atas atap
perlahan-lahan melayang ke bawah, menembus atap rumah dan lenyap dari
pemandangan. Di dalam rumah semua keributan yang terjadi di luar membuat Tajur dan istrinya
terbangun. Anehnya sang bayi terus saja tertidur lelap. Begitu membuka mata
kedua suami istri itu sama-sama terkejut melihat ada benda-benda kecil putih
kekuningan melayang dari atas langit-langit kamar, masuk dan lenyap ke dalam
tubuh bayi mereka. Udara di dalam kamar berbau bunga harum mewangi.
Sulin terpekik ketakutan. Dia dan suaminya berusaha melindungi bayi mereka dari
benda-benda yang masuk ke dalam tubuh namun dua-duanya sama-sama tidak bisa
bergerak. Yang bisa mereka perbuat hanyalah menyaksikan apa yang terjadi dengan mata
terbeliak penuh takut Cukup lama hal itu berlangsung. Ketika tak ada lagi benda
yang melayang masuk ke tubuh Cakra Mentari tiba-tiba dari atas langit-langit
kamar melayang turun satu sosok yang dibungkus cahaya aneh terang kebiru-biruan,
hingga Tajur dan Sulin dapat melihat jelas wajah dan pakaiannya.
Mahluk ini adalah seorang pemuda berambut hitam sebahu, mengenakan pakaian hitam
berbunga-bunga. Wajahnya tampan, memelihara kumis kecil, janggut dan cambang
bawuk tipis rapi. Mahluk ini bukan lain adalah perujudan gaib Suma Mahendra yang
hidup ratusan tahun silam di masa berdirinya Kerajaan Singosari. Seperti yang
pemah diucapkan Suma Mahendra pada pamannya Darmasewara di kawah Gunung Bromo,
malam itu roh Suma Mahendra tengah melakukan penitisan, masuk ke dalam bayi
Cakra Mentari, putera Tajurpambayan dan Sulin.
Sementara sosok gaib Suma Mahendra perlahan-lahan melayang turun siap untuk
memasuki tubuh Cakra Mentari, 153. Misteri Bunga Noda
43 Ebook byHanny Tiraikasih
di luar rumah busaian isi perut jin Rajip Kupal bergulung ke udara, mengepulkan
asap hitam. Dan balik asap itu kemudian menyembul sosok sang jin. Deewana Khan
yang menyaksikan kejadian itu terkejut sekali. Tidak menyangka kalau dari sisasisa isi perutnya jin pembawa bahala bisa muncul memperlihatkan diri kembali.
"Pasti dia hendak menghadang dan menghancurkan roh penitis. Aku harus
menyingkirkan mahluk ini untuk selama-lamanya!" Sosok Deewana Khan naik ke udara
setengah jengkal hingga dua kakinya tidak lag! menginjak tanah. Dua tangan
dipukulkan ke depan. Dua larik sinar biru menyembur lalu bergulung membentuk api
biru. Rajip Kupal berteriak marah. Tangan kiri melepas pukulan menangkis yang
mengeluarkan cahaya hitam, tangan kanan mengebut mantel membersitkan cahaya
merah. "Asalmu dari alam rohl Karenanya kau harus kembali ke alam roh. Kau tidak akan
keluar lagi ke alam manusia untuk selama-lamanya!" teriak Deewana Khan.
"Wusssl"
Api biru menyambar membakar Rajip Kupal. Dia berusaha memadamkan api yang
membuntalnya dengan berbagai cara namun sia-sia. Dalam keadaan terbakar sosoknya
melesat ke langit diringi raung panjang menggidikkan.
Di dalam kamar Tajur dan Sulin berpekikan ketika melihat bagaimana sosok pemuda
aneh yang melayang dari atas langit-langit kamar berubah seperti selendang
bercahaya kebiruan lalu perlahan-lahan masuk ke dalam tubuh bayi mereka.
"Mahluk jahat! Tidakl" teriak Tajur.
"Jangan!" pekik Sulin.
Bersamaan dengan lenyapnya cahaya biru masuk ke dalam tubuh Cakra Mentari, Tajur
dan Sulin mendadak sontak mampu menggerakkan badan. Sulin cepat menggendong
bayinya yang saat itu telah terjaga dan menangis keras Tubuh sang bayi terasa
hangat dan keningnya penuh keringat. Tajur seka keringat di kening puteranya
lalu berkata pada istrinya.
"Sulin, kau tunggu di sini. Tadi aku mendengar suara ribut di luar rumah. Aku
mau memeriksa. Pasti ada hubungannya dengan peristiwa aneh yang terjadi dengan
anak kita."
"Aku takut Mas. Hati-hati. jangan lama-lama..."
Sebelum keluar Tajurpambayan mengambil sebilah golok yang tersisip di dinding
dekat tempat tidur. Tajur keluar dari kamar langsung membuka pintu depan.
Kegelapan, kesunyian dan hawa dingin menerpa lelaki muda ini. Tiba-tiba entah
dari mana munculnya tahu-tahu di hadapannya telah berdiri seorang lelaki tinggi
besar. Berjubah dan bersorban hitam. Bercambang bawuk. berjanggut dan berkumis
hitam berkilat. Yang membuat 153. Misteri Bunga Noda
44 Ebook byHanny Tiraikasih
Tajur tersurut gemetar dan hendak berteriak adalah ketika dia melihat mata kanan
orang itu yang hanya merupakan rongga besar, dipenuhi cucuran darah. Tajur
langsung lunglai. Tangan kanan yang memegang golok tidak berdaya seolah lumpuh.
"Hantu. Tolong....!"
Orang di hadapan Tajur cepat menutup mulut lelaki itu.
"Tajurpambayan, dengar baik-baik. Namaku Deewana Khan Aku bukan hantu. Aku tidak
akan menyakitimu. Aku hanya ingin menyerahkan sesuatu padamu." Dari balik jubah
hitam besar orang ini keluarkan kantong kain. "DI dalam kantong ini ada sebuah
kitab. Kitab Jagat Pusaka Dewa. Di dalam kantong juga ada seperangkat pakaian
hitam dan ikat kepala kain merah.
Jika puteramu telah berusia dua puluh empat tahun berikan kitab ini padanya.
Suruh dia membaca dan mempelajari Isinya.
Kitab Ini berisi ilmu dahsyat yang tidak sembarang orang mampu memilikinya.
Puteramu dengan mudah bisa menguasai ilmu yang tersimpan dalam kitab karena dia
barusan telah ketitisan seorang sakti mandraguna bernama Suma Mahendra, yang
hidup di masa berdirinya Kerajaan Singosari ratusan tahun silam. Serahkan juga
seperangkat pakaian ini pada puteramu.
Dia harus mengenakan pakaian ini. Selanjutnya ada petunjuk yang bisa diikutinya,
tertulis di dalam kitab. Simpan kitab ini baik-baik. Jangan sekali-kali sampai
ada satu orangpun mengetahui kalau kau memiliki kitab Jagat Pusaka Dewa ini.
Termasuk Istrimu. Puteramu kelak akan menjadi seorang sakti mandraguna yang akan
sangat berguna bagi rakyat banyak dan Kerajaan."
Dalam takutnya Tajur tidak menyambut! kantong kain yang diserahkan Deewana Khan.
Tak mau menunggu Deewana Khan letakkan kantong kain di tanah di depan kaki
Tajur. Lalu sekali berkelebat orang tinggi besar ini lenyap dari pandangan mata
Tajur. Untuk beberapa lamanya Tajurpambayan masih tegak tak beranjak dari tempatnya.
Dia baru sadar ketika istrinya memanggil berulang kali. Tajur bingung. Dia
hendak masuk ke dalam tapi ingat dan melihat pada kantong kain di depan kakinya
Dia membungkuk mengambil kantong namun tak berani membawa masuk ke dalam rumah.
Kantong itu kemudian dimasukkannya di bawah atap rumah.
Hanya sesaat setelah Tajur masuk ke dalam, di langit di arah tadi lenyapnya jin
pembawa bala Rajip Kupal, tiba-tiba kelihatan cahaya biru. Cahaya biru ini
adalah api yang membuntal satu sosok yang bukan lain adalah jin Rajip Kupal yang
dalam keadaan sakarat masih bisa turun kembali ke arah rumah Tajur. Di tangan
kiri dia membawa sebuah kitab. Dengan gerakan cepat dia mengambil kantong kain
yang disusupkan 153. Misteri Bunga Noda
45 Ebook byHanny Tiraikasih
Tajur di bawah atap. Kitab Jagat Pusaka Dewa diambil dan ditukar dengan kitab
yang dibawanya. Rajip Kupal kemudian melesat kembali ke langit membawa Kitab
Jagat Pusaka. Kitab ini kemudian ikut terbakar dan musnah bersama sosok Rajip
Kupal. *** DUA PULUH EMPAT tahun setelah terjadinya peristiwa hebat yang dialami oleh
Tajurpambayan bersama istrinya di Tumpang. Hari itu Tajur bangun pagi-pagi
sakali. Dia bermaksud hendak menemui dan bicara dengan puteranya Cakra Mentari yang kini
telah berusia dua puluh empat tahun.
Setelah sekian tahun berlalu ternyata kedua suami Istri itu hanya dikarunia
seorang anak yaitu Cakra Mentari yang kini telah menjadi seorang pemuda remaja.
Maksud sang ayah menemui Cakra ada hubungannya dengan bungkusan berisi kitab dan
pakaian yang pernah diterimanya dari Deewana Khan. Sejak kantong
disembunyikannya di bawah atap rumah. Tajur tidak pernah menyentuh benda itu.
Apa lagi memeriksa isinya apa benar ada kitab serta seperangkat pakaian. Dia
merasa takut kalau-kalau saat memeriksa mahluk bermata satu menyeramkan itu bbatiba muncul di hadapannya. Selain itu sesuai ucapan orang, dia tidak ingin
istrinya mengetahui kantong kain itu.Namun pagi itu dia tidak melihat puteranya.
Menurut istetinya Cakra pergi ke Kotaraja malam tadi. Kalau ke Kotaraja biasanya
dia selalu menginap di rumah salah seorang sahabatnya.
"Kalau tahu dia pergi ke Kotaraja dan menginap di sana seharusnya aku mencegah.
Ada hal penting yang hendak aku bicarakan dengan dia pagi ini." Berkata Tajur.
"Mengenai jabatan yang ditawarkan Patih Kerajaan padanya?" tanya sang istri.
Tajur menggeleng. "Cakra sudah memberi tahu dia tidak menginginkan jabatan
sebagal Perwira Kerajaan itu. Anak itu aneh. Katanya dia tidak tahu kalau punya
ilmu kepandaian silat serta kesaktian. Tapi utusan Patih Kerajaan Ki Demang
Surta pernah bicara padaku kalau Cakra punya Ilmu hebat luar biasa. Dibanding
dengan Ilmu yang dimiliki Patih Kerajaan, ilmu sang patih ketinggalan
jauh.Selain itu aku banyak mendengar kabar kalau Cakra sering membasmi orangorang jahat termasuk orang-orang yang jadi musuh Kerajaan. Belum lama ini
kabarnya dia pernah menangkap seorang tokoh silat istana yang punya niat hendak
membunuh Sri Baginda. Sri Baginda berulang kali mengirim orang meminta Cakra
menemuinya. Namun anak itu selalu menghindar. Selain itu 153. Misteri Bunga Noda
46 Ebook byHanny Tiraikasih
aku dengar dia juga menjadi pembicaraan belasan gadis cantik.
Banyak yang jatuh hati padanya. Tapi anak itu lebih suka berkumpul dengan temanteman lelaki sebayanya dari pada memperhatikan gadis-gadis cantik Itu."
Tajurpambayan yang sudah mulai putih rambutnya melangkah ke sumur untuk menimba
air. Pada saat itulah tiba-tiba serombongan penunggang kuda terdiri dari enam
orang memasuki halaman depan. Lima orang langsung berlompatan.
Masing-masing membekal golok besar di pinggang. Dari pakaian serta tampang
kelima orang itu yang kesemuanya ditutupi cambang bawuk, kumis serta Janggut
lebat tak terurus Tajurpambayan segera maklum kalau mereka bukan orang baik

Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik. Ketika melihat kalung tengkorak kecil berwarna merah terbuat dari kayu
yang tergantung di leher ke lima orang itu.
Tajur mendadak menjadi dingin tengkuknya.
"Lima Tengkorak Darah..." ucap Tajur dalam hati. Pada masa itu siapa yang tidak
pernah mendengar tentang kelompok lima penjahat yang menamakan diri Lima
Tengkorak Darah.
Selama bertahun-tahun mereka malang melintang melakukan Kejahatan, merampok dan
menjarah harta benda rakyat menculik anak gadis atau istri orang. Dalam
melakukan kejahatan mereka selalu bertindak cepat. Muncul dan menghilang.
Kabarnya mereka punya banyak tempat persembunyian. Kerajaan telah berulang kali
mengirimkan pasukan untuk menghancurkan Lima Tengkorak Darah. Namun selalu
mengalami kegagalan. Konon ada orang-orang tertentu yang punya jabatan tinggi di
Kerajaan melindungi para penjahat ini. Untuk itu orang-orang tersebut menerima
sejumlah upeti yang membuat mereka menjadi kaya raya sementara rakyat banyak
menderita dan dilanda ketakutan.
Selain itu diketahui pula disamping mereka berlima yang menamakan diri Lima
Tengkorak Darah, Juga memiliki banyak anak buah dan kaki tangan yang bertebaran
di wilayah timur terutama sekitar Pegunungan Tengger dan Pegunungan Semeru.
Orang ke enam, satu-satunya yang tidak turun dan tetap duduk di punggung kuda
adalah seorang kakek berjubah biru.
Seperti pakaiannya rambut, kumis dan janggut lebatnya juga berwarna biru. Walau
sikapnya tenang-tenang saja namun pandangan sepasang matanya tampak dingin.
Kakek ini bernama Janger Sawung namun lebih dikenal dengan julukan Si Tangan
Gledek. Julukan ini didapatnya karena dia memiliki ilmu kesaktian di tangan
kanan yang sanggup menghancurkan benda sekeras apapun Setiap kali tangan itu
memukul akan terdengar suara berdentum seperti guntur menggelegar. Meski
diketahui Janger Sawung sering berhubungan dengan kelompok penjahat Lima
Tengkorak Darah, namun pihak 153. Misteri Bunga Noda
47 Ebook byHanny Tiraikasih
Kerajaan sepertinya belum mampu untuk turun tangan menangkapnya. Dikabarkan pula
bahwa Janger Sawung punya banyak kerabat di kalangan tokoh nmba persilatan,
termasuk yang menjadi pembantu di Istana di Kotaraja.
"Ada apa manusia-manusia jahat in datang ke sini?" pikir Tajur. Dia tidak
mengenali siapa adanya kakek jubah biru. Tajur cepat-cepat hendak masuk ke dalam
rumah lewat pintu belakang untuk memberi tahu istrinya agar Jangan keluar. Namun
salah seorang dari lima orang itu yang bertubuh tinggi besar, bermata belok
merah laksana dikobari api dan ada cacat bekas luka di kening berteriak. Agaknya
dia adalah pimpinan dari Lima Tengkorak Darah. Anak buahnya memanggilnya dengan
nama Kunto Api.
"Manusia itu pasti bapaknya! Seret dia kemari!"
Salah seorang dari empat anak buah Kunto Api melompat ke hadapan Tajurpambayan.
Orang ini lebih dulu hantamkan satu jotosan ke muka Tajur hingga lelaki ini
jatuh tertelentang.
Matanya yang kena dihajar serta merta lebam bengkak dan merah. Rambutnya
dijambak lalu diseret ke hadapan si berewok tinggi besar Kunto Api.
Pimpinan Lima Tengkorak Darah Ini letakkan tangan kiri di gagang golok lalu kaki
kanannya berkelebat menendang dada Tajurpambayan hingga orang ini mengeluh
kesakitan. "Apa salahku" Mengapa...."
"Diaammm!" bentak si tinggi besar. "Kami mencari anakmu Cakra Mentari. Ada
dimana dia?"
"Anakku..." Mengapa anakku" Aku tidak tahu dia berada dimana..."
"Setan pendusta! Hanya orang tua gila yang tak tahu dimanatkaknya berada!"
"Duukkk!"
153. Misteri Bunga Noda
48 Ebook byHanny Tiraikasih
UNTUK kedua kalinya kaki kanan Kunto Api bersarang di tubuh Tajurpambayan. Kali
ini menghantam perut Tajur terguling, menjerit namun tercekik karena secara
berbarengan dia muntahkan darah segar.
Saat itu Sulin keluar dari dalam rumah. Perempuan ini memekik keras ketika
melihat suaminya terkapar meliuk di tanah, mulut bercelemong darah, mata kiri
bengkak, Sulin menghambur menghampiri Tajur lalu jatuhkan diri memeluk suaminya.
"Apa salah suamiku! Mengapa kalian menyiksanya"!" teriak Sulin.
"Suamimu tidak bersalah. Anakmu yang berlagak jago tapi kurang ajar. Mungkin
bapaknya tidak mendldlk.Jadi pantas kalau bapaknya diberi hajaranl"
Salah seorang anggota Lima Tengkorak Darah menjawab sementara Kunto Api saat itu
tegak sambil usap-usap dagu yang ditumbuhi janggut Matanya menatap ke arah
Sulin. Walau berumur empat puluh tahun lebih namun Sulin masih memiliki
kecantikan alami dan tubuh yang sintal. Hal inilah yang menarik perhatian Kunto
Api. Apa lagi ketika perempuan itu membungkuk. Kunto Api sempat melihat buah
dadanya yang putih membuyut besar dibalik kebaya serta betis bagus yang
tersingkap dari balik kain panjang, membuat kepala penjahat ini tersengat nafsu
bejatnya. "Kunto, kami akan menggeledah rumahnya! Bisa saja pemuda keparat itu sembunyi di
dalam sana!" Seorang anak buah Kunto Api bernama Jomblang berkata.
Kepala penjahat yang sudah dipagut nafsu mesum itu dan cepat-cepat mau memboyong
Sulin menjawab. "Tidak perlu.
Bapaknya tadi sudah berkata tidak tahu anaknya ada dimana.
Kalau dia berdusta akan tahu rasa sendiri. Jomblang, bawa perempuan itu sebagai
jaminan. Kita tunggu di air terjun Cemoro fjo. Jika sampai besok pagi anaknya
tidak menyerahkan diri perempuan ini akan jadi imbalan penghibur bagi kita
semua!" Penjahat bernama Jomblang maklum apa arti ucapan pimpinannya. Kunto Api tidak
akan menunggu sampai esok pagi. Begitu sampai di air terjun Cemoro Ijo pasti
akan langsung menggagahi perempuan itu. Jomblang segera menarik Sulin yang
tengah memeluki suaminya Karena meronta memberikan perlawanan Jomblang jadi
tidak sabaran lalu menotok perempuan itu. Dalam keadaan tak bisa bergerak Sulin
153. Misteri Bunga Noda
49 Ebook byHanny Tiraikasih
digeletakkan di atas punggung kuda. Perempuan ini berteriak tiada henti hingga
suaranya menjadi serak.
Tajurpambayan dalam menahan sakit coba berdiri dan berusaha menolong istrinya.
Namun Kunto Api lagi-lagi menendangnya hingga dia Jatuh terjengkang. Tajur
berusaha bangun tapi roboh kembali. Lelaki malang Ini hanya bisa kumpulkan
tenaga dan berteriak.
"Jangan bawa istriku! Apa salah anakku! Apa yang telah dilakukannya hingga
kalian berbuat sekejam ini! Jika anakku memang salah aku saja yang kalian bawa.
Lepaskan Istriku!
Turunkan dia dari kuda itul"
Kunto Api menyeringai Sambil salah satu kaki menginjak kepala Tajur dia berkata.
"Malam tadi Cakra anakmu membunuh empat orang anak buahku di hutan Klingkit Dia
juga membawa kabur harta rampasan..."
Habis berkata begitu Kunto Api melompat ke atas punggung kuda. Empat anak
buahnya mengikuti sementara Janger Sawung alias Si Tangan Gledek senyum-senyum.
Dia mendekati Kunto Api lalu berkata.
"Perempuan itu cocok dengan seleraku. Kali ini aku minta bagian paling dulu."
Kunto Api balas menyeringai. "Nanti kita atur di Cemara Ijo," jawabnya. Janger
Hikmah Pedang Hijau 8 Pendekar Mabuk 123 Pengawal Pilihan Darah Perawan Suci 1

Cari Blog Ini