Ceritasilat Novel Online

Misteri Bunga Noda 3

Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda Bagian 3


Sawung tidak percaya ucapan kambratnya itu. Yang sudah-sudah dia selalu kebagian
nomor dua setelah Kunto Api. Saat itu dia berpikir-pikir bagaimana caranya
menipu Kunto Api, memboyong dan mendapatkan Sulin lebih dulu.
Kunto Api memberi tanda. Semua orang menggebrak kuda.
Janger Sawung lebih dulu. Disusul Kunto Api. Lalu tiga anggota Lima Tengkorak
Darah dan terakhir sekali Jomblang yang membawa Sulin.
"Tolong! Kembalikan istriku!" teriak Tajurpambayan. Dia berusaha mengejar namun
jatuh tersungkur di tanah.
Belum sempat semua orang jahat itu keluar dari halaman rumah kediaman
Tajurpambayan. tiba-tiba di sebelah belakang terdengar ringkikan keras sekali.
Orang-orang hentikan kuda masing-masing dan menoleh ke belakang. Semua tercekat
kaget menyaksikan pemandangan mengerikan yang terpentang di depan mata mereka,
Jomblang yang tadi berkuda membawa Sulin kini mengapung di udara di bawah sebuah
pohon besar yang tumbuh dekat pintu halaman. Tubuhnya terombang-ambing setengah
berputar. Seutas tali menjirat leher, membuat sepasang matanya terbeliak dan
lidah terjulur. Ujung lain dari tali yang menjirat Jomblang terikat di salah
satu dahan pohon besar. Mengerikan luar biasa! Siapa yang telah menjirat
menggantung Jomblang begitu rupa"
Sementara di atas pohon besar tidak terlihat seorangpun 153. Misteri Bunga Noda
50 Ebook byHanny Tiraikasih
mendekam di sana.
Kuda yang tadi ditunggangi Jomblang masih meringkik beberapa kail lalu diam tak
bergerak, hanya mengibas-ngibaskan ekornya seolah tak ingin menjatuhkan Sulin
dari punggungnya yang bisa mencelakai perempuan yang berada dalam keadaan
tertotok itu. "Bangsat jahanaml Siapa yang punya pekerjaan gila Ini"!"
teriak Kunto Api marah sekail. "Jangan sembunyil Cepat unjukkan tampang"
Janger Sawung berkata setengah berbisik. "Hati-hati Kunto! Agaknya kita
berurusan dengan orang berkepandaian tinggi. Tidak sembarang orang bisa menjirat
dan menggantung anak buahmu seperti itu!"
"Siapapun adanya manusia keparat itu akan kubelah kepalanya!" sahut Kunto Api
lalu cabut golok besar di pinggang. Tiga anak buahnya segera mengikuti mencabut
senjata masing-masing. Janger Sawung usap-usap tangan kanannya yang punya
kemampuan mengeluarkan pukulan maut Tangan Gledekl Sampai saat itu tidak
seorangpun diantara mereka terpikir untuk melepaskan Jomblang dari jiratan tali
yang menggantung lehernya!
"Tangan Gledek. aku akan memaksa bangsat yang menggantung Jomblang keluar dari
persembunyiannya! Kau cepat tinggalkan tempat celaka ini! Bawa perempuan di atas
kuda itu! Tunggu aku di air terjun Cemoro Ijo."
Sebenarnya ini kesempatan baik bagi si kakek untuk memboyong Sulin. Namun dia
ingin sekali melihat sendiri siapa adanya orang yang telah menggantung Jomblang
begitu rupa. Dia punya dugaan bahwa yang melakukan adalah Cakra Mentari, putera
Tajurpambayan. Dia sendiri belum pernah melihat pemuda itu. Dia hanya mendengar
cerita bahwa pemuda itu memiliki ilmu sflat serta kesaktian tinggi Sampai
sehebat itukah kepandaiannya" Jika Cakra Mentari berhadapan melawan Kunto Api
maka ini merupakan pertarungan hebat yang patut disaksikan.
Janger Sawung lalu berkata. "Kunto Api aku tidak menganggap enteng ilmu
kepandaianmu. Tapi seperti aku bilang tadi kita berhadapan dengan orang berilmu
tinggi. Aku sendiri ingin melihat tampang orang itu. Aku punya dugaan dia adalah
orang yang kita cari. Pemuda bernama Cakra Mentari, anak Tajurpambayan!"
Kunto Api tidak perdulikan ucapan orang. Dia memandang ke berbagai jurusan,
memperhatikan pohon besar. Tetap saja dia tidak melihat orang yang dicarinya.
Dalam gelegak amarah melihat kematian anak buahnya dia melompat ke tempat
Tajurpambayan tergeletak. Dengan tangan kiri dia menjambak 153. Misteri Bunga
Noda 51 Ebook byHanny Tiraikasih
rambut Tajur lalu disentakkan ke atas hingga orang itu tertegak.
Golok di tangan kanan dimelintangkan ditekankan ke leher Tajur lalu dia
berteriak. "Cakra Mentari! Aku tahu kau ada di tempat ini. Jika kau tidak segera unjukkan
diri akan kugorok batang leher bapakmu!"
Tak ada jawaban. Tak ada gerakan. Sepasang mata merah Kunto Api, juga mata tiga
anak buahnya serta Janger Sawung memandang berputar. Tidak satu orangpun
kelihatan. "Manusia keparat! Jangan kira aku mengancam kosong!
Lihatl" Kunto Api gerakkan tangannya yang memegang golok.
Kulit leher Tajurpambayan tersayat Lelaki ini menjerit. Darah mengucur dari
goresan luka! Pada saat itulah tubuh Jomblang yang masih tergantung melayang-layang di udara
tiba-tiba laksana ditiup angin dahsyat melesat ke arah Tajur dan Kunto Api yang
ada dibelakangnya.
Kedua orang itu sama-sama terjengkang jatuh saling tindih, Tajur di sebelah
atas. Marah dan kalap Kunto Api memiting leher lalu bacokkan golok besar ke
kepala Tajur. Sulin yang kali ini bisa menyaksikan kejadian itu dari atas kuda
menjerit keras.
"Jangan bunuh suamiku!"
Hanya sekejapan lagi kepala Tajurpambayan akan terbelah tiba-tiba satu bayangan
putih berkelebat Satu tendangan keras menghajar lengan yang memegang golok.
"Kraakk!"
Jeritan setinggi langit keluar dari mulut Kunto Api. Kepala penjahat ini
berguling di tanah lalu bangun, berdiri terbungkuk-bungkuk sambil pegangi lengan
kanannya yang remuk. Di hadapannya berdiri seorang pemuda berwajah cakap,
mengenakan pakaian dan destar putih. Bibir dihias kumis tipis, pipi tertutup
berewok rapi dan dagu berjenggot pendek.
"Cakra anakku!" seru Tajurpambayan. "Lekas pergi dari sini. Orang-orang ini
hendak membunuhmu!" Tajur tekap lehernya yang berdarah.
Pemuda di hadapan Kunto Api gembungkan rahang. Pelipis bergerak-gerak.
"Kau mencari dirikul Mengapa mencelakai ayah dan ibuku"!"
Dalam marahnya si pemuda masih bisa unjukkan sikap tenang.
"Kau...kau Cakra Mentari?" tanya Kunto Api terputus-putus karena menahan sakit.
"Apa maumu"!" balik bertanya si pemuda yang memang adalah Cakra Mentari, putera
Tajurpambayan dan Sulin.
153. Misteri Bunga Noda
52 Ebook byHanny Tiraikasih
"Cakra! Lekas pergi dari slnil" Tajurpambayan kembali berteriak.
"Ayah, tidak usah kawatir," jawab Cakra Mentari. Pemuda ini melirik ke arah
ibunya yang masih tertelungkup di punggung kuda. Untuk sementara ibunya cukup
aman. namun dia harus cepat menolong karena keadaan bisa mendadak berubah. Cakra
Mentari berpaling pada Kunto Api.
"Aku tadi bertanya. Apa maumu! Apa pasal kau menyiksa ayahku dan mau menculik
ibuku! Ayo bicara!"
"Pemuda keparat! Malam tadi kau membunuh empat anak buahku di hutan Klingklt.
Kau juga menjarah barang rampasan..."
"Lalu"!" tanya si pemuda sambil berkacak pinggang.
Saat itu rasa sakit hancurnya lengan mencucuk sampai ke dada. Kunto Api
berteriak. "Jahanam! Kenapa kalian diam saja! Bunuh pemuda keparat ini!" Kepala penjahat
itu marah sekali. Karena sampai saat itu tiga orang anak buahnya masih tetap
duduk di atas kuda masing-masing, termasuk Janger Sawung alias Si Tapak Geledek.
Ke empat orang ini seolah terpana melihat apa yang terjadi. Mereka tidak b.sa
percaya pimpinan mereka yang berkepandaian tinggi bisa dihajar dipecundangi
begitu rupa hanya dalam satu kali gebrakan saja. Tidak heran kalau ke empat
teman mereka malam tadi menemui ajal di tangan pemuda ini.
Mendengar teriakan Kunto Api dua anak buahnya segera menghunus golok dan
melompat dari punggung kuda, menghambur ke arah Cakra. Penjahat yang ketiga
menggebrak kudanya. Binatang ini dipacu lurus-lurus untuk ditabrakkan pada
pemuda berpakaian putih.
Tenang saja tapi dalam ketenangan mampu membuat gerakan secepat kilat Kuda dan
penunggangnya lewat Cakra sudah berada di samping. Tangan kirinya melesat ke
depan menyambar tangan kiri penjahat Tidak disentakpun penjahat itu akan
terlempar ke udara. Apa lagi Cakra Mentari menyentakkan tangan itu. Tak ampun si
penjahat melesat tinggi di udara. Dia coba kerahkan ilmu meringankan tubuh agar
bisa jatuh di atas dua kaki. Namun dari tempatnya berdiri Cakra angkat tangan
kanan. Tangan diputar lalu ditopukkan ke tanah.
Di depan sana tubuh penjahat yang melayang ikut berputar lalu braakkl Sesuai
gerakan tangan Cakra orang ini jatuh ke bawah, kepala menghantam tanah lebih
dulu hingga rengkahi Meskipun berada dalam ketakutan namun Tajurpambayan tak
habis heran menyaksikan apa yang terjadi. Dari mana puteranya itu memiliki ilmu
silat hebat. Dengan siapa dia berguru"
Sementara itu dua orang anggota Lima Tengkorak Darah 153. Misteri Bunga Noda
53 Ebook byHanny Tiraikasih
yang bersenjatakan golok walau tercekat melihat kematian sahabat mereka keduanya
terus menyerang. Dua golok besar berkelebat dari kiri dan kanan, sama-sama
mengarah bagian atas tubuh Cakra Mentari.
"Tololnya kalian! Mengapa saling bunuh teman sendiri"!"
Cakra Mentari berseru sambil kaki bergerak mundur satu langkah, tubuh
dlrundukkan sedikit dan bersamaan dengan itu dua tangan melesat ke atas. Dua
anggota Lima Tengkorak Darah berteriak kaget ketika tangan kanan mereka dicekal
lawan, Lalu kedua tangan itu disentakkan ke samping. Akibatnya golok penjahat
yang dlsebeiah kanan membabat ke arah temannya di sebetah kiri sedang golok
penjahat yang di samping kiri menderu ke arah temannya yang berada di sebelah
kanan. Kedua orang Ini kemudian sama-sama keluarkan jerit kematian. Yang satu
nyaris putus lehernya, yang satu lagi hampir terbelah kepalanya!
Keduanya ambruk ke tanah bermandikan darah.
Melihat apa yang terjadi Kunto Api yang dalam keadaan remuk lengan kanannya,
tidak menunggu lebih lama gerakkan tangan kiri untuk mengeluarkan sesuatu dari
balik pinggang.
Benda ini ternyata adalah sebilah keris berluk lima, berwarna hitam legam.
Sarung keris masih terselip di pinggang.
"Keris Ratu Demit!" seru Cakra Mentari yang rupanya mengenali senjata itu.
"Ha ha! Keris curian dipakai untuk kejahatan!" Rupanya si pemuda tahu pula
riwayat senjata itu. Memang benar, Keris Ratu Demit yang tergenggam di tangan
kiri Kunto Api adalah senjata curian.
Beberapa waktu lalu Kunto Api dan anak buahnya menjebol dan menyusup satu
ruangan rahasia di Keraton. Selain menjarah barang-barang pusaka berupa
perhiasan dia juga berhasil mengambil senjata sakti mandraguna berupa sebilah
keris bernama Keris Ratu Demit Pihak Kerajaan beberapa kali mengirim pasukan ke
tempat-tempat yang diketahui menjadi sarang Lima Tengkorak Darah. Namun mereka
selalu terkecoh dan tak berhasil menemui para penjahat. Selain itu keadaan
negeri yang selalu kacau akibat dendam di tahta Kerajaan yang tak kunjung henti
membuat mereka yang berkuasa seperti tidak terlalu memusatkan perhatian untuk
mendapatkan harta serta benda pusaka yang dijarah. Termasuk Keris Ratu Demit
yang kini berada di tangan Kunto Api.
"Bagusi Kau mengenali senjata ini! Berarti kau sadar ajalmu sudah di depan
mata!" "Wuuttt!"
Keris Ratu Demit berkiblat. Buntalan sinar hitam menyambar, menutup pandangan
disertai suara pekikan aneh, suara perempuan. Cakra Mentari cepat bersurut
mundur sambil 153. Misteri Bunga Noda
54 Ebook byHanny Tiraikasih
dorongkan telapak tangan kirinya. Sinar hitam berhasil dibuyarkan namun buyaran
sinar kemudian membentuk larikan-larikan sinar baru banyak sekali hingga saat
itu juga Cakra Mentari berada dalam gulungan sinar. Ini sangat berbahaya karena
dia tidak mampu melihat di arah mana beradanya Keris Ratu Demit.
"Breett"
153. Misteri Bunga Noda
55 Ebook byHanny Tiraikasih
DADA kanan baju putih Cakra Mentari robek besar. Untung tadi dia sempat bergerak
mundur hingga hanya pakaiannya yang terkena sambaran ujung keris. Kalau tidak
walau tubuhnya hanya tergores pasti akan membawa celaka besar karena Keris Ratu
Demit mengandung racun jahat sangat mematikan.
Kunto Api yang berhasil merobek pakaian lawan kini jadi lebih bersemangat Dia
yakin dalam dua tiga jurus di depan dia pasti akan dapat melukai dan membunuh
pemuda itu. Sakit tangan kanannya yang remuk seperti tidak dirasakan. Sambil
mengeluarkan bentakan-bentakan garang tangan kiri yang memegang keris lancarkan
serangan berantai. Senjata sakti itu diputar, ditusukkan dan dibabatkan demikian
rupa hingga larikan sinar hitam laksana topan prahara menerpa Cakra Mentari,
membuat pemuda ini kelagapan. Merasa terdesak Cakra Mentari angkat dua tangan ke
udara mulut menghembus.
Serangkum angin dahsyat menyembur.Ketika larikan sinar hitam terkuak dan dia
dapat melihat jelas senjata di tangan lawan. Cakra Mentari pukulkan dua tangan
secara berbarengan ke arah tangan kiri Kunto Api.
Dua larik cahaya biru menderu Hawa luar biasa panas mendera seantero tempat
hingga beberapa ekor kuda yang masih ada di situ meringkik keras lalu lari
keluar halaman termasuk kuda dimana Sulin tergeletak dan juga kuda yang
ditunggangi Janger Sawung. Tajurpambayan bergulingan di tanah, menjauh dan ajang
pertarungan. Janger Sawung usap wajahnya berulang kali. Sejak tadi dia memperhatikan jalannya
perkelahian nyaris tak berkesip.
Sebagai orang berpengalaman luas dalam rimba persilatan dia tidak mengenali
jurus-jurus silat yang dimainkan Cakra Mentari.
Dia juga tidak tahu pukulan sakti apa yang barusan dilepas pemuda itu.
"Usia begini muda. Ilmu silat dan kesaktian luar biasa. Murid siapa dia
gerangan?" membatin Janger Sawung.
"Dessl Desss!"
Keris Ratu Demit bergetar hebat pancarkan cahaya kuning ketika menangkis
serangan dua larik sinar biru panas.
Sementara sinar hitam masih terus bergulung menelikung Cakra Mentari.
"Taarr..Taaarr!"
Dua letusan keras menggelegar. Kunto Api menjerit. Dia kalah kuat dalam tenaga
dalam dan hawa sakti. Tubuhnya 153. Misteri Bunga Noda
56 Ebook byHanny Tiraikasih
mencelat dua tombak. Keris Ratu Demit terlepas mental.
Tercampak di tanah namun masih memancarkan larikan sinar hitam. Tangan kiri
Kunto Api dilamun api berwarna biru.
Bersamaan dengan jeritannya tadi entah dari mana terdengar pula jeritan-jeritan
aneh perempuan. Membuat suasana jadi sangat menggidikkan. Larikan-larikan sinar
hitam yang keluar dari Keris Ratu Demit tiba-tiba lenyap, berubah menjadi sosok
lima demit rakseksi bertelanjang dada. Rambut hitam berkilat awut-awutan, mata
mendelik merah diberi cilak biru di sekelilingnya. Bibir tebal merah mencuatkan
taring besar dan runcing. Secarik cawat hitam hanya itu yang menutupi aurat
mereka. Payu dara yang lebih besar dari buah kelapa bergoyang-goyang kian
kemari. Lima demit rakseksi ini sama-sama keluarkan jeritan keras lalu serentak
menyerang Cakra Mentari.
Sepuluh tangan berkuku panjang hitam berkelebat Siap untuk membantai si pemudal
"Cakra! Lari!" teriak Tajurpambayan.
Tapi pemuda itu mana mau lari. Sambil melompat mundur dia lepaskan dua pukulan
tangan kosong. Lima mahluk demit perempuan yang kena dihantam hanya bergoyanggoyang seperti asap tertiup angin lalu sambil menjerit-jerit mereka kembali
menyerbu. Sadar kalau dia tidak mungkin menghadapi mahluk jejadian itu dengan dengan ilmu
luar atau cara keras Cakra Mentari kembali bersurut mundur beberapa langkah. Dua
kaki berjingkat tubuh terangkat ke atas hingga tidak menjejak tanak Dua tangan
diluruskan ke depan, telapak diusapkan satu sama lain. Mulut berucap perlahan.
"Ilmu gaib harus dihadapi dengan ilmu gaib! Ilmu hitam harus dilawan dengan ilmu
hitam. Paman Suma Mahendra, melalui rohmu kekuatan Para Dewa di atas segalanya!"
Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara aneh seperti topan berhembus mendatangi.
Ranting pepohonan bergoyang-goyang, daun-daun bergemerisik. banyak yang luruh ke
tanah. Janger Sawung yang menyaksikan kejadian itu kerenyitkan kening menahan
nafas. Dari sela-sela dua telapak tangan Cakra Mentari mengepul keluar asap


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merah disertai menebarnya bau setanggi.
Lima dedemit perempuan yang hendak menyerbu si pemuda hentikan gerakan,
mendongak ke langit Begitu hidung mereka kemasukan asap berbau setanggi,
kelimanya menjerit keras.
Mereka bergerak mundur dengan wajah ketakutan ketika kepulan asap merah yang
keluar dari sela dua telapak tangan Cakra Mentari berubah membentuk sosok
raksasa berambut dan berkulit merah. Kumis, cambang bawuk dan janggut lebat
hitam. Sekujur tubuh mulai dari leher, dada, pinggang sampai ke kaki ditumbuhi
bulu lebat warna kelabu. Deretan gigi besar 153. Misteri Bunga Noda
57 Ebook byHanny Tiraikasih
panjang berwarna merah mencuat keluar dari mulut Sepasang mata keseluruhannya
juga berwarna merah menatap mendelik garang ke arah lima dedemit perempuan. Yang
luar biasanya mahluk ini muncul dalam keadaan bugil telanjang bulat Berdiri di
depan Cakra Mentari.
Lima dedemit perempuan yang hendak membantai pemuda itu serta merta jatuhkan
diri, berlutut di tanah, tampak sangat ketakutan dan berbarangan mereka samasama berkata. "Raja Demitl Ampuni kami"
Mahluk telanjang yang dipanggil Raja Demit menyeringai.
Lalu keluarkan ucapan.
"Jika kalian ingin menemui celaka, bersiaplah menerimanya saat ini juga. Aku
akan mengirim kalian ke alam gaib dan kalian akan mendekam di sana untuk selamalamanya. Tapi jika kalian inginkan kenikmatan, jangan ganggu Cakra Mentari.
Tanggalkan pakaian kalian! Ikut bersamaku!"
Habis berkata begitu mahluk raksasa yang dipanggil Raja Demit melangkah
tinggalkan tempat itu. Lima dedemit perempuan meraung. Mereka tanggalkan pakaian
yang hanya berupa cawat hitam lalu mengejar Raja Demit Dua diantaranya melompat
ke bahu kiri kanan demit raksasa. Satu lagi sambil tertawa-tawa bergelantungan
di leher, tubuh ditempelkan dan dua kaki disilang di punggung Raja Demit. Di
satu tempat enam mahluk alam gaib itu melesat ke udara dan lenyap dari
pemandangan. Melihat apa yang terjadi nyali Kunto Api si pemimpin Lima Tengkorak Darah
menjadi leleh. Tidak tunggu lebih lama dia segera putar badan dan melompat ke
punggung seekor kuda lalu menghambur kabur dari tempat itu.
"Manusia jahatl Kau mau lari kemana"!" Teriak Cakra Mentari. Tubuhnya melesat ke
udara. Namun maksudnya mengejar Kunto Api terhenti ketika mendadak di samping
kanan terdengar satu gelegar dahsyat disertai berkiblatnya selarik sinar putih
terang panas, menyambar ke arah Cakra Mentari!
"Pukulan Tangan Gledek!" teriak Cakra Mentari sambil secepat kilat jatuhkan diri
ke tanah. "Wuuuttt!"
Sinar putih lewat satu jengkal di atas tubuh Cakra Mentari membuat punggung baju
putihnya hangus dan tubuTnya panas laksana dipanggang. Sinar putih itu kemudian
melabrak rumah orang tuanya dan wusss! Rumah kayu beratap ijuk itu langsung
tenggelam dalam kobaran api.
Cakra Mentari berteriak marah. Dia melompat bangun dan melihat ada dua kuda
kabur meninggalkan tempat itu. Yang pertama ke arah barat ditunggangi Kunto Api.
Satunya menuju 153. Misteri Bunga Noda
58 Ebook byHanny Tiraikasih
ke timur ditunggangi Janger Sawung alias Si Tangan Geledek yang sekaligus
memboyong ibunya.
Tidak tunggu lebih lama Cakra Mentari melompat ke atas punggung seekor kuda lalu
menggebrak binatang ini mengejar Janger Sawung. Tajurpambayan tidak tinggal
diam. Walau sekujur tubuhnya terasa sakit lelaki ini mengambil Keris Ratu Demit
dan sarungnya yang tergeletak di tanah lalu naik ke atas seekor kuda milik
penjahat lainnya Ikut mengejar Janger Sawung yang melarikan istrinya.
Cakra Mentari kenal betul wilayah kediamannya. Ketika melihat Janger Sawung lari
ke arah timur dia segera mengambil jalan pintas. Tak lama kemudian dia muncul di
satu jalan mendaki. Di balik serumpunan semak belukar pemuda ini berhenti. Orang
yang melarikan ibunya pasti melewati jalan ini. Karena itu satu-satunya jalan ke
arah timur. Menunggu tidak terlalu lama Cakra Mentari mendengar suara derap kaki
kuda mendatangi. Ketika kuda itu muncul ternyata tidak membawa penunggang. Tidak
ada Janger Sawung, juga tak ada ibunya.
Cakra Mentari jengkel sekali karena kena ditipu orang. Dia berlomba dengan waktu
sebelum ibunya diapa-apakan si kakek.
Tak lama kemudian Tajurpambayan sampai pula di tempat itu.
Cakra menerangkan apa yang terjadi
"Ayah tak usah kawatir. Pulanglah. Saya pasti bisa mengejar dan menangkap tua
bangka jahat itul"
"Tidak, aku ikut bersamamu sampai ibumu kita temukan."
Jawab sang ayah. "Aku mendengar para penjahat menyebut satu tempat rahasia di
air terjun Cemoro Ijo. Kakek berjubah biru itu pasti membawa ibumu ke sana."
Cakra Mentari menggeleng. "Tua bangka itu tidak akan berlaku sebodoh itu. Kita
akan menemukannya. Pasti!" Pemuda ini lalu angkat tangan kanannya ke udara.
Mulutnya berucap.
"Jambul Ireng. Aku perlu bantuanmu!"
Saat itu juga di langit tampak melayang seekor burung.
Sambil menguik keras binatang ini menukik dan melesat turun lalu hinggap di
lengan kanan Cakra Mentari Burung ini ternyata seekor elang berbulu putih yang
tidak biasanya memiliki jambul berwarna hitam.
"Seorang tua berjubah biru menculik ibuku. Tunjukkan aku dimana manusia jahat
itu berada."
Elang putih berjambul hitam yang disebut Jambul Ireng menguik keras, rentangkan
sayap lalu melesat ke atas. Di udara burung ini berputar-putar beberapa kali
lalu terbang rendah ke arah timur. Cakra Mentari mengikuti dengan kuda yang
ditunggangi. Tajurpambayan terheran-heran melihat ilmu kepandaian puteranya.
Banyak yang ingin ditanyanya.
Namun saat itu dia hanya bisa berdiam diri dan mengikuti 153. Misteri Bunga Noda
59 Ebook byHanny Tiraikasih
sang anak. Setelah kedua orang itu mengikuti beberapa lama Jambul Ireng tiba-tiba melayang
turun, hinggap di satu cabang pohon jati. Karena rapatnya pepohonan serta
lebatnya semak belukar Cakra Mentari tidak mungkin mendekati deretan pohon jati
dengan terus menunggang kuda. Pemuda ini melompat turun lalu memberi tanda pada
Tajurpambayan agar sang ayah menunggu di tempat itu. Cakra kemudian menyusup
cepat dikelebatan semak belukar. Saat dia sampai di deretan pohon jati Jambul
Ireng melayang ke bawah, hinggap di ranting kering serumpunan semak belukar lalu
terbang ke arah satu gundukan batu hitam yang menyerupai sebuah arca rusak
berbentuk gajah berlutut. Burung elang berjambul hitam ini mematuk-matuk arca
itu berulang kali lalu terbang ke udara.
bertengger di cabang pohon.
Cakra Mentari melangkah mendekati arca gajah duduk. Dia memutari arca itu satu
kali sambil menduga-duga. Tiba tiba diiringi teriakan keras pemuda Ini lepaskan
satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi.
"Braakk!"
Arca gajah hancur berkeping-keping. Di bekas arca itu tadi berdiri kini terlihat
satu lobang besar. Di dalam lobang ada tangga batu berundak lima. Di depan
undakan terbawah kelihatan mulut sebuah lorong batu.
"Pasti jahanam tua itu membawa ibuku ke lorong batu di bawah tanah fnil" Tidak
berpikir panjang lagi Cakra Mentari melompat ke dalam lobang. Baru kakinya
menginjak undakan tangga batu paling atas tiba-tiba dan dalam lorong menggelegar
suara keras, lalu satu sinar putih menyilaukan dan menghampar hawa panas menderu
ganas ke atas lobang.
Cakra Mentari bertenak kaget. Cepat pemuda ini membuang diri ke samping. Walau
dia berhasil menghindar namun tak urung bahu kirinya masih kena disapu hawa
panas. Untuk kedua kalinya baju putihnya hangus. Kini di sisi kiri. Sambaran
angin panas juga membuat pemuda ini terjajar keras lalu jatuh punggung di tanah.
Tubuhnya sebelah kiri terasa seolah lumpuh. Sebelum dia sempat bangkit satu kaki
telah menginjak dadanya. Satu tangan yang membekal pukulan sakti Tangan Geledek
siap dihantamkan ke arahnya.
"Tua bangka keparatl Mana ibukul" Cakra Mentari berteriak.
Janger Sawung alias Si Tangan Geledek tertawa mengekeh.
"Kau anak yang berbakti pada orang tua. Ibumu baik-baik saja di lorong sana.
Selagi aku bersenang-senang, aku tidak suka kau mengganggu. Jadi biar kau
kuhabisi dulu!"
Tangan kanan Janger Sawung bergerak.
Sesaat lagi pukulan Tangan Geledek akan mengakhiri 153. Misteri Bunga Noda
60 Ebook byHanny Tiraikasih
riwayat Cakra Mandiri tiba-tiba satu benda hitam melesat di udara.
153. Misteri Bunga Noda
61 Ebook byHanny Tiraikasih
SEHARUSNYA dengan ilmu kepandaian tinggi yang dimilikinya Janger Sawung mampu
mengetahui, paling tidak mendengar suara benda yang melesat di belakangnya.
Namun karena saat itu dia terlalu mengira akan segera dapat menghabisi Cakra
Mentari maka kakek jubah biru ini berlaku lengah. Dia baru sadar dan sudah
terlambat ketika sebuah senjata menancap di tengkuknya.
Benda ini bukan lain adalah Keris Ratu Demit. Dan yang melemparkan adalah
Tajurpambayan. ayah Cakra Mentari. Seperti diceritakan. sebelum mengejar Janger
Sawung bersama puteranya, lelaki ini masih sempat mengambil keris berikut
sarungnya yang tergeletak ditinggal begitu saja oleh Kunto Api sewaktu kabur
melarikan diri.
Kakek berjuluk Si Tangan Geledek menjerit keras. Mata mendelik, dua tangan
terpentang ke atas, dalam kalap melepas pukulan sakti ke udara. Gelegar dahsyat
menggetarkan seantero tempat
Janger Sawung menjerit sekati lagi. Busah cairan hitam muncul menyembur dari
mulut. Kulit, rambut, kumis serta janggutnya yang berwarna biru berubah menjadi
hitam legam. Perlahan-lahan bagian putih matanya juga berubah hitam.
Racun jahat Keris Ratu Demit tidak bekerja hanya sampai disitu.
Senjata curian milik Kerajaan itu kepulkan asap hitam. Sekujur tubuh Janger
Sawung bergetar, jubah hitamnya mengepul lalu terjadilah hal yang mengerikan.
Tubuh itu mulai dari kepala sampai ke kaki leleh laksana lumpur dilanda air.
Tajurpambayan yang melemparkan keris sakti jadi bergidik sendiri menyaksikan apa
yang terjadi. Lututnya goyah hingga dia terduduk di tanah dengan muka pucat.
"Ayah!" seru Cakra Mentari seraya melompat menghampiri Tajur lalu memeluk
ayahnya "Ibumu. Cakra. Cari ibumu. Selamatkan dia lebih dulu..."
"Ayah saya berterima kasih padamu. Kau telah menyelamatkan nyawa saya..." Kata
Cakra Mentari sambil mencium ayahnya berulang kali.
"Aku tak tahu bagaimana caranya mempergunakan senjata.
Aku hanya menurutkan naluri saja. Melempar senjata itu ketika melihat kakek
jubah biru hendak menghablsimu.."
"Saya tahu kehebatan senjata itu. Untuk mempergunakan keris sakti tidak perlu
ilmu kepandaian. Keris Ratu Demit mampu mencari jalan sendiri. Bagaimanapun juga
ayah telah menyelamatkan saya Saya berterima kasih."
153. Misteri Bunga Noda
62 Ebook byHanny Tiraikasih
Tajurpambayan memegang bahu puteranya lalu berdiri.
"Ayah tunggu di sini. Saya akan mencari ibu di dalam lorong batu di bawah tanah
sana." Cakra Mentari masuk ke dalam lobang di bekas hancurnya arca batu lalu menuruni
tangga lima undakan yang menuju ke dalam lorong. Tak lama kemudian pemuda ini
muncul kembali sambil menggendong ibunya yang telah dilepaskan dari totokan.
"Dewa Mahabesar! Sulin!" teriak Tajur gembira. Lelaki ini menghambur. Suami
istri itu saling berangkulan. Sulin menangis sesenggukan. Cakra Mentari
melangkah mendekati mayat leleh Janger Sawung lalu mengambil Keris Ratu Demit
yang tergeletak di atas tubuh meleleh nyaris tak berbentuk itu.
"Sulin, kau tidak apa-apa?" tanya Tajur sambil memeluk dan membelai rambut
istrinya. "Pakne, kau dan Cakra datang tepat pada waktunya. Saya tak kurang suatu apa
Mas." jawab Sulin.
Setelah ibunya kelihatan lebih tenang sambil memegang Keris Ratu Demit Cakra
berkata. "Ayah dan ibu pulanglah lebih dulu. Ada dua kuda yang bisa ditunggangi.
Saya akan membawa keris ini ke Kotaraja dan memberikannya pada seorang pejabat
untuk diteruskan pada Sri Baginda Raja."
Tajur menyerahkan sarung keris pada puteranya. "Soal menyerahkan senjata sakti
ini bisa nanti saja kau lakukan. Aku ingin kau pulang dulu bersama kami. Ada
sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu."
"Apakah tidak bisa ditunda sampai dua tiga hari dimuka, Ayah?" tanya Cakra
Mentari pula. "Cakra, aku menunggu dua puluh empat tahun untuk mengatakan hal ini padamu.
Apakah kau begitu saja ingin menundanya?"
Tentu saja Cakra Mentari terkejut mendengar keterangan ayahnya itu. Buru-buru
dia berkata. "Ah, maafkan saya Ayah.
Kalau begitu kita pulang sama-sama," jawab Cakra Mentari Lalu dia menolong
ibunya naik ke atas kuda. Tajurpambayan hendak naik dan duduk di belakang
istrinya. Tapi Cakra berkata.
"Ayah naik saja di kuda yang satu Itu."
"Lalu kau nafk apa" Hanya ada dua kuda di sini." Kata Tajurpambayan.
"Tidak apa, saya bisa jalan kaki."
Sang ayah kerenyitkan kening lalu tertawa.
"Sampai sore kau baru sampai di rumah. Aku tak mau menunggu selama itu!"
Cakra Mentari hanya tersenyum. Dia memegang tangan ayahnya lalu membantu
menaikkan lelaki ini ke atas punggung kuda.
153. Misteri Bunga Noda
63 Ebook byHanny Tiraikasih
Ketika Tajur dan Sulin sampai di rumah mereka yang kini hanya tinggal puingpuing abu karena telah dibakar Janger Sawung dengan pukulan saktinya, suami
istri itu melihat anak mereka tengah sibuk mengangkati bagian bangunan yang
masih utuh dan bisa dipakai. Selain itu mereka tidak melihat lagi mayat anggota
Lima Tengkorak Darah yang sebelumnya bergelim-pangan di tempat itu. Pasti anak
itu telah membuangnya ke satu tempat.
Dua suami istri itu hentikan kuda masing-masing.
Sebenarnya mereka sangat sedih atas musnahnya rumah mereka.
Namun saat itu keduanya hanya bisa tercengang-cengang.
"Bagaimana mungkin anak itu bisa sampai lebih dulu dari kita?"
ucap Tajurpambayan heran.
"Mas Tajur, agaknya anak kita sudah jadi orang sakti..."
berkata Sulin. Tajur geleng-geleng kepala. "Sulin. Untuk sementara kau tinggal dulu bersama
orang tuamu di Pakis. Aku akan antarkan dulu kau ke sana kembali ke sini menemui
anak itu."
"Sebaikya Cakra diajak serta mengantarku. Kalau tidak nanti anak itu pergi lagi.
Kalau sudah pergi sulit mencarinya."
Tajurpambayan tersenyum. "Tentu, tentu. Kedua orang tuamu kurasa juga sudah
kangen pada cucunya itu."
*** DI TEPI sebuah kali keci I dikaki barat pegunungan tengger, ayah dan anak duduk
berhadap-hadapan. Saat itu sang surya mulai condong ke barat, udara terasa
nyaman dan suasana begitu sunyi. Keadaan seperti inilah yang diinginkan
Tajurpambayan. "Ayah, saya masih tidak mengerti. Kalau mau bicara mengapa membawa saya ke
tempat ini Cukup jauh dari rumah. Kalau ada yang hendak Ayah sampaikan bukankah
kita bisa bicara di rumah Kakek sehabis mengantar Ibu?" Cakra Mentari memandang
ke arah bungkusan yang ada di pangkuan ayahnya. "Ayah, apa isi bungkusan itu?"
Dalam bicara anak Ini selalu bersuara lembut
"Cakra, aku sengaja membawamu ke tempat sunyi Ini karena tidak ingin ada orang
lain mengetahui apa yang bakal aku sampaikan."
"Termasuk Ibu?" tanya si pemuda.
Tajur mengangguk. "Termasuk ibumu, karena begitu pesan yang aku terima,"
jawabnya. "Sebaiknya aku mulai saja sekarang. Jika urusan ini selesai aku bisa
merasa lega. Dua puluh empat tahun silam, sewaktu kau masih bayi dan baru saja
lepas tali pusar. Saat itu malam hari. Entah bagaimana terjadi satu hal aneh.


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Puluhan bunga tanjung melayang 153. Misteri Bunga Noda
64 Ebook byHanny Tiraikasih
berjatuhan dari atas langit-langit rumah, satu demi satu masuk ke dalam tubuhmu.
Saat itu kau sendiri tengah tertidur lelap.
Aku dan ibumu memperhatikan kejadian ini penuh heran.
Setelah bunga tanjung lenyap, dari atap rumah melayang turun seorang pemuda yang
tubuhnya diselimuti cahaya biru. Seperti bunga-bunga tanjung, mahluk ini secara
aneh masuk ke dalam tubuhmu. Setelah kau dewasa seperti sekarang ini. baru aku
sadari bahwa wajah orang itu sangat menyerupai wajahmu.
Berkumis kecil, berjanggut dan bercambang bawuktipis...."
"Berarti ada mahluk yang menitis masuk ke dalam diri saya."
ucap Cakra Mentari. "Siapa?"
"Akan aku katakan nanti. Biar aku melanjutkan cerita dulu...." jawab
Tajurpambayan. Lalu dia melanjutkan kisahnya.
"Malam itu di luar rumah aku dengar suara ribut-ribut. Ada suara bentakan. Suara
seperti letusan Sesekali aku merasakan rumah bergetar. Beberapa kali aku dan
ibumu mendengar suara mahluk meraung. Ada yang berkelahi di luar sana. Aku
memberanikan diri keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Begitu pintu kubuka ada seorang tinggi besar berjubah dan bersorban hitam. Dari
perawakan serta raut wajahnya dia seperti seseorang berdarah India atau
keturunan Arab. Salah satu matanya hanya merupakan rongga mengerikan digenangi
darah. Aku menyangka dia bukan manusia tapi hantu pelayangan. Saking takut aku
hendak berteriak. Tapi mahluk ini menekap mulutku. Dia memberi tahu namanya...."
"Ayah ingat nama yang dikatakannya?"
"Ya, aku tidak bakal melupakan. Dia mengaku bernama Deewana Khan.."
"Ku nama orang India atau orang Gujarat. Lalu apa yang dilakukannya terhadap
Ayah?" tanya Cakra Mentari.
"Dia membawa kantong kain. Bungkusan yang sekarang ada di pangkuanku ini." jawab
Tajurpambayan. "Dia mengatakan di dalam kantong ada sebuah kitab bernama Jagat
Pusaka alam gaib.Juga ada seperangkat pakaian hitam dan sehelai ikat kepala kain
merah. Kata mahluk itu, jika kau sudah berusia dua puluh empat tahun, kitab dan
pakaian harus aku serahkan padamu. Kau harus membaca dan mempelajari isi kitab
karena di dalamnya tersimpan ilmu yang dahsyat. Jika kau mempelajarinya maka kau
kelak akan menjadi seorang sakti mandraguna. Selama dua puluh tiga tahun
bungkusan ini aku sembunyikan di bawah atap rumah. Satu tahun terakhir aku
pindahkan ke tempat lain. Aku bersyukur melakukan hal Itu.
Kalau tidak bungkusan dan isinya pasti sudah ludas sewaktu rumah kita terbakar
tadi pagi. Sampai saat ini ibumu tidak tahu perihal bungkusan dan isinya. Aku
tidak pernah bercerita."
Tajurpambayan berhenti bicara sejenak untuk menarik 153. Misteri Bunga Noda
65 Ebook byHanny Tiraikasih
nafas dalam Lalu dia melanjutkan. "Cakra, menurut orang berjubah itu kau akan
mampu dan mudah mempelajari isi kitab karena sebelumnya malam itu seorang sakti
dari jaman Singosari bernama Suma Mahendra telah menitis masuk ke dalam
tubuhmu ,."
"Suma Mahendra.. -" Cakra Mentari berdiri dari duduknya.
Dia menatap ayahnya beberapa ketika lalu berkata. "Saya memanggilnya Paman.
Ayah, orang itulah yang selama ini mengajarkan berbagai ilmu silat dan ilmu
kesaktian pada saya.
Ayah mungkin tidak percaya.."
"Aku dan ibumu selalu bertanya-tanya. Dari mana kau mendapatkan segala Ilmu
kepandaian itu. Tadi kami menyaksikan sendiri waktu kau berkelahi melawan Kunto
Api dan anak buahnya.. Sulit dipercaya. Kau berguru dengan siapa" Orang bernama
Suma Mahendra itu?"
"Ayah mungkin tidak percaya," jawab Cakra Mentari.
"Ketika saya menginjak usia dua belas tahun, setiap malam Jum'at ada seorang
pemuda gagah yang ciri-cirinya sama dengan orang yang ayah katakan menitis masuk
kedaiamdiri saya. Saya dibawanya ke pedataran pasir Tengger. Tempat itu jauh
dari sini. Tapi saya dan dia bisa sampai di sana hanya dalam sekojapan mata
saja. Di tempat itu dia mengajarkan pada saya berbagai ilmu kebajikan, ilmu
membela diri serta ilmu kesaktian. Pagi hari sebelum ayah dan ibu bangun, saya
sudah diantarnya kembali ke rumah. Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun..."
"Luar biasai Kau telah menerima berkah Dewa yang tidak terkirakan besarnya!"
kata Tajurpambayan sambil berdiri.
"Cakra, kau ambillah bungkusan ini. Baca dan pelajari isi Kitab Jagat Pusaka
Dewa. Jika orang memberikan seperangkat pakaian padamu berarti kau harus
mengenakannya. Nah semua itu yang harus aku sampaikan padamu Sekarang aku merasa
lega karena menyimpan rahasia ini selama puluhan tahun."
Karena ingin tahu Cakra keluarkan kitab dari dalam kantong kain. Kitab itu tidak
seberapa besar juga tidak tebal, hanya beberapa lembar. Terbuat dari kulit
kambing. Di bagian sampul tidak terdapat tulisan apa-apa sedang di sebelah dalam
dipenuhi tulisan Jawa Kuna. Ketika anaknya membalik-balikkan halaman kitab
Tajurpambayan coba memperhatikan.
"Aneh..." ucap sang ayah.
"Aneh bagaimana Ayah?"
"Aku melihat tak ada tulisan apa-apa dalam kitab itu.
Halamannya kosong..."
Cakra heran. "Tapi saya melihat banyak tulisan di dalamnya.
Tidak ada halaman yang kosong."
"Ah. semakin banyak keanehan yang tidak aku mengerti,"
153. Misteri Bunga Noda
66 Ebook byHanny Tiraikasih
kata Tajurpambayan pula sambil geleng- geleng kepala.
"Ayah, saya membutuhkan waktu untuk mempelajari isi kitab ini. Juga saya perlu
satu tempat yang sunyi tenang untuk melakukan hal itu. Saya ingin menitipkan
Keris Ratu Demit pada Ayah. Kalau sampai saatnya akan saya ambil kembali dan
serahkan pada Kerajaan."
"Aku rasa" Ucapan Tajurpambayan terputus.
Cakra Mentari memeluk ayahnya erat-erat lalu mencium tangan lelaki itu. Sekali
berkelebat dia sudah lenyap dari tepi sungai.
"Cakra." Tajurpambayan berseru. Namun sang putera tidak kelihatan lagi. Lelaki
ini juga tersentak heran ketika melihat tahu-tahu Keris Ratu Demit sudah berada
dalam genggaman tangannya. "Aku punya firasat sekali ini anak itu akan pergi
lama sekali. Dewa di Kahyangan, apakah Kau akan memper-temukan aku lagi dengan
puteraku itu" Aku mohon Kau melindungi anak itu kemana dia pergi, dimana dia
berada, apapun yang dilakukannya." Sepasang mata Tajurpambayan tampak berkacakaca. Baik Tajurpambayan maupun Cakra Mentari atau siapapun tidak seorangpun tahu
bahwa Kitab Jagat Pusaka Dewa yang kini berada di tangan pemuda itu adalah kitab
palsu. Seperti dituturkan sebelumnya kitab asli telah dicuri dan dimusnahkan
oleh mahluk jin Rajip Kupal lalu diganti dengan sebuah kitab lain. Kejahatan
pemalsuan ini kelak akan menimbulkan malapetaka besar dan kegegeran hebat di
kalangan rimba persilatan tanah Jawa. Antara lain seperti apa yang kini dialami
oleh Pendekar 212 Wiro Sobleng seperti dituturkan dalam awal kisah. Dan rentetan
peristiwa pemerkosaan serta pembunuhan sebagaimana yang diceritakan sebelumnya
dalam serial Wiro Sableng berjudul "Petaka Patung Kamasutra".
*** SEHARI setelah Cakra Mentari berpisah dengan ayahnya, pagi-pagi sekali alun-alun
Kerajaan dilanda kegemparan.
Ratusan orang berkerumun di dekat sebuah pohon besar. Di salah satu cabang pohon
itu tergantung kaki ke atas kepala ke bawah sosok Kunto Api pimpinan Lima
Tengkorak Darah. Di atas pohon tampak seekor burung elang putih berjambul hitam.
153. Misteri Bunga Noda
67 Ebook byHanny Tiraikasih
SANG SURYA yang tadi bersinar terik menyilaukan kini perlahan-lahan berubah
kekuning-kuningan.
Bola penerang jagat ini tengah meluncur menuju titik tenggelamnya. Di sebuah
dangau di tepi sawah kering yang sunyi karena telah dipanen, Cakra Mentari duduk
bersila, mengeluarkan kitab dari dalam kantong kain.
Ketika pertama kali memegang kitab itu. pada sampulnya tidak tertera tulisan
apa-apa. Tapi kini disitu ada tulisan dalam bahasa Jawa Kuna berbunyi "Kitab
Jagat Pusaka Alam Gaib".
Cakra ingat betul, ayahnya mengatakan kitab itu bernama "Kitab Jagat Pusaka
Dewa". "Aneh, apakah Ayah keliru menyebut nama kitab ini" Waktu pertama kali aku
keluarkan dari dalam kantong kain aku ingat betul. Tak ada tulisan di bagian
sampul." Ucap Cakra Mentari dalam hati.
Pemuda itu kemudian membuka halaman pertama. Disitu tertera rangkaian tulisan
dalam bahasa Jawa Kuna berwarna hitam.
KITAB JAGAT PUSAKA ALAM GAIB
" Halaman Pertama "
Bunga Tanjung Bunga Bertuah
Saat ini tiada tulisan dapat terbaca
Kecuali yang tertera di sampul dan halaman pertama Wahai anak manusia penerima
kitab Kenakan baju dan celana hitam
Ikatkan kain merah di kening
Pergilah ke puncak Gunung Mahameru
Bersamadldisana
Sampai ada satu kekuatan gaib
Yang muncul dan membawamu
Ke gurun pasir Tengger
Hanya matamu seorang yang akan melihat
Pohon tanjung di gurun pasir
Panjatlah, cari dahan yang kokoh
Yang menghadap ke utara
Duduk di sana dan kembangkan kitab
Bacalah halaman berikutnya
Niscaya kau akan mendapat petunjuk
Bunga Tanjung Bunga Bertuah
Cakra Mentari merenung sejurus, mengusap wajah lalu 153. Misteri Bunga Noda
68 Ebook byHanny Tiraikasih
membuka halaman berikutnya dari kitab, halaman kedua. Dia terkejut ketika
mendapatkan halaman kedua itu dan halaman selanjutnya benar-benar kosong.
Padahal sebelumnya ketika diberikan ayahnya, dia bisa melihat kalau semua
halaman dalam kitab itu penuh dengan tulisan. Sementara ayahnya tidak melihat
apa-apa. "Ada apa dibalik semua keanehan ini?" pikir Cakra Mentari. Pemuda ini lalu
keluarkan baju dan celana hitam serta sehelai kain merah dari dalam kantong
kain. Pakaian itu terbuat dari bahan sangat bagus, hitam pekat berkilat mungkin
dari sutera. Pada bagian kelepak baju,bahu, dada, punggung serta ujung lengannya
yang panjang tersulam rangkaian bunga tanjung dari benang emas dan benang perak.
Sulaman yang sama juga terdapat pada pinggiran celana, memanjang dari pinggang
sampai ke ujung kaki. Pada lipatan celana Cakra menemui secarik kain merah yang
juga bersulam bunga.
Cakra Mentari melirik ke kitab yang masih terbuka.
Wahai anak manusia penerima kitab. Kenakan baju dan celana hitam. Ikatkan kain
merah di kening.
"Aku si penerima kitab. Aku harus mengenakan pakaian dan ikat kepala ini..."
Cakra berucap pada diri sendiri. Lama dia memandangi pakaian itu. Ada rasa
tertarik akan semua apa yang baru dialaminya ini. Akhirnya dia membuka pakaian
putih yang dikenakannya lalu diganti dengan pakaian hitam.
Ketika dia mengikatkan kain merah di kening tiba-tiba di langit menggelegar
suara petir disusul cahaya menyilaukan seperti hendak membelah langit yang
disaput cahaya kekuningan.
"Ada kekuatan luar biasa menyambut diriku dalam pakaian ini. Namun mungkin juga
merupakan peringatan bahwa ada sesuatu yang tidak baik." Cakra berkata dalam
hati. Dia ambil Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib.simpan di balik baju hitam. Nun
jauh di timur dia melihat bayangan Gunung Mahameru bergandeng dengan Gunung
Kepolo. " " "
DENGAN ilmu kesaktian yang didapatnya dari mahluk gaib bernama Suma Mahendra
dalam waktu satu hari Cakra Mentari telah sampai di puncak Gunung Mahameru. Saat
itu sore hari. Dalam hawa dingin mencucuk tulang dia mencari tempat yang baik untuk bersemedi
sesuai dengan apa yang tertulis di kitab.
Dia menemukan sebuah batu hitam yang agak datar lalu duduk bersila. Sesaat
pemuda ini ingat pada mahluk bernama Suma Mahendra, dari siapa dia telah
menerima banyak sekali ilmu 153. Misteri Bunga Noda
69 Ebook byHanny Tiraikasih
kepandaian. Apakah semua yang kini terjadi dengan dirinya ada sangkut paut
dengan orang yang dipanggilnya paman itu" Jika memang ada kaitan mengapa sang
paman tidak muncul sekedar memberi petunjuk" Bersamaan dengan tenggelamnya
matahari di ufuk barat pemuda ini mulai bersemedi.
Menjelang pagi Cakra merasa ada hawa panas keluar dari dalam batu hitam tempat
dia duduk bcrsi a. Lalu perlahan-lahan muncul asap kelabu hangat menebar bau
wangi. Pada saat itu langit di sebelah timur tampak terang tanda fajar telah
menyingsing. Tiba-tiba satu sosok muncul dan berdiri di hadapan Cakra Mentari.
Pemuda ini merasa tidak asing dengan bau mahluk yang muncul. Dia buka kedua mata
"Paman Suma Mahendra!" Cakra Mentari berseru girang ketika mengenali siapa yang
berdiri di hadapannya. Namun sekali ini dia melihat kelainan pada sosok orang
yang telah mendidik dan memberinya berbagai ilmu kepandaian itu Wajah sang paman
tampak pucat- Pakaian hitamnya lusuh. Rambut, kumis, berewok serta janggutnya
tampak tidak rapi seperti biasanya. Ketika mulutnya terbuka mengucapkan sesuatu
Cakra tidak mendengar apa-apa.
Tiba-tiba di langit kilat menyambar aneh. Samar-samar, seperti melihat bayangan,
Cakra Mentari melihat sosok tinggi besar mengenakan pakaian selempang kain
putih. Luar biasanya mahluk ini tidak memiliki wajah. Wajah polos licin itu
berambut dan berjanggut panjang putih nap-riapan pertanda jika dia manusia maka
dia adalah seorang yang telah berusia lanjut. Di tangan kanan mahluk ini samarsamar memegang sebatang tongkat besi berlapis emas yang ujung sebelah atas
berbentuk bulat berhias batu permata berkilauan aneka wama.
Mahluk ini pentang tongkatnya ke atas. Saat itu juga dua gelombang angin menderu
dahsyat. Gelombang pertama menghantam Suma Mahendra hingga mahluk ini terlempar
jauh ke bawah gunung.
"Pamanl" teriak Cakra Mentari. Dia tidak tahu harus menolong bagaimana. Namun
saat itu gelombang angin kedua telah menghantam dirinya. Tubuhnya terpental
melayang dalam keadaan masih duduk bersila. Bahkan batu hitam tempat sebelumnya
dia duduk bersemedi ikut terlempar melayang bersamanya!
Cakra Mentari tidak mampu berbuat apa selain pasrah kemana diri dan batu hitam
yang didudukinya hendak diterbangkan angin dahsyat Dia ingat pada tulisan dalam
Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib.
Pergilah ke puncak Gunung Mahameru. Bersamadi disana.
153. Misteri Bunga Noda
70 Ebook byHanny Tiraikasih
Sampai ada satu kekuatan gaib Yang muncul dan membawamu.
Ke gurun pasir Tengger.
"Kekuatan gaib ini akan membawaku ke gurun pasir Tengger. Apa yang akan terjadi"
Pohon tanjung. Aku akan menemukan pohon tanjung."
Cakra Mentari tahu betul, dari Gunung Mahameru pedataran atau gurun pasir
Tengger cukup jauh. Paling tidak jika dia mempergunakan ilmu kesakitan yang
dimilikinya akan memakan waktu satu hari satu malam. Namun yang dialaminya,
hanya beberapa kejapan mata saja tahu-tahu dia sudah berada di gurun pasir itu.
Ketika dia meninggalkan puncak Gunung Mahameru hari masih pagi. sementara saat
itu dia dapatkan berada pada siang hari dimana matahari bersinar luar biasa
teriknya. Cakra Mentari turun dari batu hitam Dia memandang berkeliling. Ketika menghadap
ke arah timur pemuda ini terkejut, sekitar puluhan langkah di sebelah sana dia
melihat sebuah pohon besar.
Cakra ingat tulisan dalam kitab.
"Pohon tanjung..." ucapnya dalam hati. Sejauh mata memandang memang hanya itu
satu-satunya pohon yang tumbuh di gurun pasir itu. Oan pohon ini dalam keadaan
berbunga. Harumnya bunga tanjung itu tercium sampai di tempat si pemuda berdiri.


Wiro Sableng 153 Misteri Bunga Noda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak ada pohon atau
tumbuhan lainnya. "Aku harus memanjat pohon itu.
Duduk di dahan yang menghadap ke utara dan membuka kitab."
Cakra Mentari melangkah cepat di pedataran pasir. Sampai di bawah pohon tanjung
dia mencari dahan yang menghadap ke utara. Begitu menemukan pemuda ini segera
melompat ke atas dan duduk di pohon itu. Dari atas pohon dia memandang
berkeliling. Tak ada orang atau mahluk lain di gurun pasir itu.
Hanya dia dan pohon itu!
Cakra keluarkan Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib. Tangannya agak bergetar ketika
membuka halaman kedua. Dia mulai membaca apa yang tertulis di situ.
KITAB JAGAT PUSAKA ALAM GAIB
"Halaman KeduaBunga Tanjung Bunga Bertuah
Wahai anak manusia
Selamat datang di gurun pasir Tengger
Selamat pula dudukmu di pohon tanjung
Selamat membaca halaman kedua
Pada saat kau mendudukkan diri di cabang pohon
Saat itu pula terputus hubunganmu dengan masa lalu Kau tidak ingat apa-apa lagi
153. Misteri Bunga Noda
71 Ebook byHanny Tiraikasih
Bahkan kau tak ingat lagi ayah ibumu
Semua Hmu kepandaian yang selama ini
kau miliki akan lenyap
Seperti setetes air tenggelam dalam lautan pasir Namun kelak kau akan
mendapatkan ilmu yang
lebih hebat Kemana kau pergi kau akan menjadi raja diraja rimba persiktan
Kehidupanmu kini adalah kehidupan masa depan
Di pohon ini ada 305 bunga bertuah
Sebanyak itu pula hari yang harus kau habiskan
untuk bersamadi di pohon ini
Setiap hari sekuntum bunga bertuah akan masuk
ke dalam tubuhmu
Itulah makanan yang akan menjadi penguat badanmu Pada hari ke 306 kau baru boleh
membuka halaman ke tiga kitab ini
Sekarang simpanlah kitab, mulailah bersamadi
BungaTanjung Bunga Bertuah
Cakra Mentari menyimpan kitab ke balik baju hitamnya.
Tapi dia tidak segera melakukan samadi. Dia berpikir-pikir apa benar ilmu
kepandaian yang selama ini dimilikinya, didapat dari Suma Mahendra telah sirna"
Dia coba mengerahkan tenaga dalam ke tangan kanan. Dia tidak merasa apa-apa. Tak
ada aliran darah. Tak ada alur hawa sakti. Masih tak percaya dia hantamkan
tangannya ke bawah pohon. Seharusnya tanah tertutup pasir gurun itu akan
terbongkar. Namun saat itu yang terjadi.
bergerak sedikitpun tidak. Ada kerisauan dalam hati pemuda ini. Namun diam-diam
ada rasa tertarik untuk ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mendadak di bawah panas terik sinar matahari Cakra Mentari merasakan tubuhnya
kedinginan. Pikirannya terasa kosong. Dia tidak ingat lagi segala sesuatu masa
lalu termasuk orang-orang di sekelilingnya. Yang terlintas dalam pikirannya
adalah semua apa yang tertulis di halaman ke dua Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib.
Pemuda ini letakkan dua tangan di atas paha. Lalu perlahan-lahan pejamkan kedua
mata. Beg tu dua mata Cakra Mentari terpejam, di langit berkelebat satu cahaya aneh.
Sosok bayangan tanpa wajah mahluk berseiempang kain putih yang pemah muncul di
puncak Gunung Mahameru dan menghantam jatuh ke bawah gunung Suma Mahendra kini
terlihat lagi di tempat itu. Untuk sesaat dia berdiri di ujung ataa pohon
tanjung, menatap dengan wajahnya yang licin polos ko bawah ke arah Cakra Mentari
yang duduk 153. Misteri Bunga Noda
72 Ebook byHanny Tiraikasih
bersila mulai bersamadi
"Aku harus mengikuti terus gerak gerik pemuda Itu. Jika semua berjalan lancar
aku harus menunggu paling sedikit dua tahun untuk benar-benar mendapatkan patung
keramat itu. Dua tahun tidak lama. Yang penting aku pasti mendapatkannya..."
Mahluk tanpa wajah berambut dan berjanggut putih riap-riapan berucap dalam hati.
Ketika angin panas bertiup dari selatan gurun pasir, sosok aneh misterius itupun
lenyap dari pemandangan.
TAMAT Apakah selanjutnya yang akan dialami Cakra Mentari"
Bagaimana dengan Pendekar 212 Wiro Sableng, dapatkah dia disembuhkan dari
penyakit yang bisa mendatangkan azab sengsara seumur hidup atas dirinya"
Ikuti serial Wiro Sabieng selanjutnya dalam judul: INSAN
TANPA WAJAH 153. Misteri Bunga Noda
73 Asmara Pasak Dewa 2 Pendekar Gila 1 Seruling Naga Sakti Dendam Iblis Seribu Wajah 7

Cari Blog Ini