Arwah Ketua menghadangmu?"
"Bukan itu. Aku kembali untukmembawamu."
"Kau sudah mencoba sendiri. Apa kau masih
belum percaya kalau aku bdak mungkin bisa keluar
dari tempat ini?"
"Aku memang sudah membuktikan sendiri Kek.
Tapi aku yakin pasti ada cara untuk membawamu
keluar dari dalam tanah ini "Wiro melangkah
mundarmand rsambi menggaruk kepala.
"Kesatria dari negeri delapan ratus tahun
mendatang. Terus terang sebenarnya aku mengetahui
memang ada satu cara agar aku bisa keluar dari sini.
Namun aku tidak ingin kau punya sangkaan bahwa
hal itu sebagai permintaan balas budi darimu."
"Kakek Kumara, apa maksudmu" Ikut bicaramu
aku bisa menolongmu tapi kau tidak mau mengatakan caranya Kek, kau ingin mendekam terus
di sini sementara orang-orang Mataram membutuhkan pertolonganmu?"
Kumara Gandamayana terdiam sejurus. Kelihatannya tengah merenung berpikir-pikir. Apa
yang tadi dikatakannya pada Wiro kini orang
mengatakan pada dirinya sendiri.
"Kesatria Panggilan, kalau hatimu polos dan tulus
mau menolongku aku akan mengatakan."
"Tentu saja aku akan menolongmu kalau bisa
Kek. Aku tidak akan pergi tanpa membawamu. Lalu
buat apa kita berdua-dua mendekam menjadi cacing
tanah di tempat ini"l"
Kumara Gandamayana terdiam. Dia seperti dalam
kebimbangan. "Kesatria Panggilan, baiklahJXku akan mengatakan padamu bahwa kau memiliki satu ilmu
kesaktian. Dengan ilmu kesaktian itu kau bisa
membawaku keluar dari dalam tanah."
"Katakan Kek, ilmu kesaktianku yang mana yang
bisa membawamu keluar dari tempat ini." Ucap Wiro
pula. "Kau memiliki ilmu kesaktian yang disebut
Meragu Sukma Umu Hu kau dapat dari seorang sakti
di pantai selatan..."
"Betul sekali Kek. Kau tahu banyak tentang
diriku. Aku memang punya ilmu kesaktian itu.
Katakan bagaimana caranya aku bisa menolongmu."
"Keluarkan sukmamu dari dalam raga. Sukma itu
akan mampu membawaku keluar dari tempat ini. Jika
kau berkenan dan Yang Maha Kuasa menolong..."
Mendengar ucapan si kakek, tidak menunggu
lebih lama lagi Wiro segera duduk bersila di tanah.
"Tunggu. Ada yang harus aku beritahu terlebih
dulu. Jika aku sudah berada di luar sana, aku akan
meninggalkanmu, bergabung dengan Rauh Kalidathi
untuk menyelamatkan Raja ke tempat rahasia. Kau
sendiri segeralah pergi mencari gurumu dan Ni Gatri
Lalu kau juga harus pergi ke Candi KaJasan. Sahi
peristiwa besar akan terjadi di sana. Secepatnya Raja
selamat di tempatyang dituju aku akan menyusulmu
ke Candi Kerasan "
Wiro lantas saja ingat pada ucapan Dewi Ular
yang mengatakan kalau gadis alam gaib itu akan
menunggunya di Candi Kalasan. "Orang tua ini
sungguh luar biasa. Meski berada di dalam tanah tapi
dia tahu hampir semua hal di luar sana." Wiro berkata
dalam hati. Lalu dia ingat pada sang Arwah Ketua.
"Kek. apakah kita tidak berusaha bagaimana
mengeluarkan Ketua Jin Seribu Perut Bumi yang
mendekam di tubuh Arwah Ketua?" Wiro bertanya.
"Ah, itu memang satu hal yang harus segera
dilakukan sebelum Arwah Ketua tanpa sadar berbuat
lebih banyak kekacauan. Tapi itu tidak mudah.
Serahkan hal itu padaku. Aku akan menemu Satria
Lonceng Dewa Mimba Purana. Mudah-mudahan anak
keramat kesayangan Para Dewa itu mau menolong."
"Baik Kek. Apa katamu akan aku lakukan." Wiro
lalu duduk bersila dengan khidmat Dua lengan
disilang, dua telapak tangan ditempelkan di atas
dada. Perlahan-lahan sepasang mata dipejamkan.
Lalu perlahan-lahan pula mulurnya mengucap Bismillah tiga kali disusul kata-kata Meraga Sukma
juga tiga kali.
Saat itu juga Wiro merasa tubuhnya dirasuk
hawa d ingin luar biasa. Namun anehnya keringat
mengucur di seluruh badan dan wajah. Asap putih
mengepul dari ubun-ubun. Didahului satu getaran
hebat dari tubuh Pendekar 212 kemudian
menyeruak keluar satu bayangan samar dan
ketika bayangan berubah menjadi jelas sosok dan
wajahnya ternyata sangat sama dengan diri sang
pendekar inilah sosok sukma yang telah keluar dari
raga asli. Sementara raga Wiro masih tetap duduk
bersila, dengan gerakan seperti melayang sang sukma
mendekati Kumara Gandamayana yang sejak tadi
memperhatikan dengan penuh tercekat
'Kek, aku sudah siap membawamu." Sukma
Pendekar 212 berkata.
Si kakek segera berdiri. Sukma Pendekar 212
cepat merangkul pinggang orang tua itu. Lalu sekali
bergerak tubuhnya melesat ke atas.
"Wusss l"
Sukma dan sosok Kumara Gandamayana mencuat keluar dan dalam tanah tanpa ada benda
yang menghalangi
"Kita sudah berada di alam terbuka. Tempat ini
tak jauh dari kaki selatan Bukit Batu Hangus..." kata
Kumara Gandamayana sambil memandang berkeliling. "Kesatria Panggilan, kembalilah ke dalam
tanah dan cepat masuk ke dalam ragamu." Sebelum
sukma Pendekar 212 bergerak, dari balik jubah
kelabunya si kakek keluarkan sebuah benda yang
ternyata adalah tusuk konde terbuat dari emas.
"Bilamana kau menemui gurumu, tancapkan tusuk
konde ini di kepalanya. Mudah-mudahan Yang Maha
Kuasa akan melepaskan dirinya dari sirap
ilmu jahat pencuci otak Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Jika dia berhasil disembuhkan,
sampaikan salamku padanya."
"Terima kas*h Kek. Budimu sungguh besar."
Sukma Wiro cepat ambiI tusuk konde emas lalu sekali
dia menghunjamkan kaki sosoknya amblas lenyap
siap masuk kembali ke dalam raganya yang masih
berada di dalam tanah.
10 MALAM HARI, kurang satu hari dari saat Dewi
Kaki Tunggal dibawa pergi Empat Mayat Aneh. Di
sebuah pedataran miring dan sempit di lereng barat
Gunung Merapi terlihat satu pemandangan aneh.
Delapan batu hitam menyerupai tonggak setinggi
manusia menancap di tanah keras berbatu-batu,
membentuk lingkaran Di udara yang cukup dingin
menebar bau sangat busuk seperti bau busuk bangkai
manusia. Begitu hebatnya bau busuk ini seseorang
yang tidak memiliki ilmu pertahanan diri mungkin
saja bisa pingsan, paling tidak akan dilanda pening
dan mual lalu muntah-muntah
Salah satu dari tonggak batu yang delapan
tertutup oleh ribuan lalathljau yang entah dari mana
datangnya. Ketika di langit sebelah utara awan kelabu
berarak bergerak menuju ke timur tiba-tiba di arah
selatan terdengar satu suara suitan keras disertai
munculnya satu titik merah menyala. Titik merah ini
melesat ke bawah, semakin mendekat ke lereng
gunung semakin membesar dan pada akhirnya
membentuksatu ujud seorang kakek bertampang
dingin angker. Orang tua ini berdiri berkacak pinggang sambil
mata tak berkesip memperhatikan delapan tonggak
batu. Di kepalanya bertengger sebuah belangkon
merah Di bagian
depan belangkon tersemat hiasan bintang sudut
delapan terbuat dari suasa muda atau perunggu.
Orang tua berwajah angker dingin ini memiliki janggut
kumis, berewok serta sepasang alis berwarna merah.
Delapan benjolan merah terlihat jelas di kening.
Bagian mata yang seharusnya pubh ternyata juga
berwarna merah. Sesekali dari mulutnya mencuat
keluar lidah panjang basah dan merah. Orang ini
dongakkan kepala, menghirup udara dalam-dalam
seolah tidak merasa busuknya bau bangkai. Lalu
lidah d julur ke atas sampai setinggi satu tombaki
Sepasang mata kemudian mengawasi delapan tonggak
batu hitam. Untuk beberapa lama pandangannya
lebih memperhatikan pada batu yang diselubungi
ribuan lalat hijau.
Siapa gerangan orang ini. Jelas dia bukan lain
adalah adalah Sinuhun Merah Penghisap Arwah
mahluk alam roh penimbul bencana Malam Jahanam
di Bhumi Mataram
Sinuhun Merah melangkah mengelilingi lingkaran
batu hitam dua kali. Pada kali yang ke tiga dia
hentikan langkah tepat di depan babi hitam yang
diselubungi lalat hijau lalu berteriak.
"Sinuhun Muda Ghama Karadipal Kesatria Roh
Jemputan! Jangan membuat aku menunggu berlamalama! Hari ini hari luar biasa pentingl Keputusan
besar harus segera dibuarJ Apa kalian sudah berada
di sini"l"
Belum habis gema suara teriakan Sinuhun Merah
tiba-tiba blaar! Blaarr! Tanah pedataran sempit
menganga di dua tempat Bersamaan dengan berhamburannya tanah dan
bebatuan, dari dalam tanah melesat keluar dua
sosok, satu berpakaian dan benkat kepala hijau,
satunya lagi berikat kepala merah dan berpakaian
serta mantel hitam. Mereka bukan lain adalah
Sinuhun Muda Ghama Karadipa, saudara nyawa
kembar Sinuhun Merah dan Pangeran Matahari alias
Kesatria Roh Jemputanl
Sinuhun Muda menjawab.
"Sinuhun Merah, kau lihat sendiri, kami sudah
berada di sini, siap menunggu kedatanganmu dan
siap melakukan apa, yang menjadi keputusanl"
Sinuhun Merah perhatikan dua orang yang
berdiri di hadapannya. Kumis, janggut serta cambang
bawuk hitam Sinuhun Muda Ghama Karadipa
kelihatan meranggas panjang tidak terpelihara membuat wajahnya tampak lebih garang dari
biasanya. Kesatria Roh Jemputan berdiri dengan kaki
merenggang, seperti biasa penampilannya tetap
congkak. Hal ini membuat Sinuhun Merah merasa
kurang senang. Di tangan kanan dia memegang
Lentera Iblis. "Kalian berdua, apa kalian sudah memeriksa
keadaan delapan tanaman keramat"! Sinuhun Merah
bertanya. Yang menjawab adalah Sinuhun Muda. "Sinuhun
Merah, kau saksikan sendiri. Delapan tanaman telah
menyembul dari dalam tanah."
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sinuhun Merah melirik ke arah delapan batu
hitam. "Aku sudah menyaksikan. Yang aku ingin tahu
apakah saatnya panen sudah dapat dilaksanakan"
Keadaan di luar sana tidak
menguntungkan pihak kita!"
"Sinuhun Merah, jika kau inginkan, panen bisa
dilaksanakan sekarang juga!"
Sinuhun Merah pelintir ujung alis merah kiri
kanan. "Memang harus dilakukan sekarang juga! Keadaan sudah sangat mendesak. Keadaan di luar
sana tidak seperti yang aku harapkan."
"Bukankah Sinuhun telah berhasil menguasai
Arwah Ketua di Candi Miring, pimpinan semua arwah
di Bhumi Mataram?" Bertanya Sinuhun Muda
sementara Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran
Matahari memperhatikan dan mendengar pembicaraan kedua orang itu.
"Memang benar kita telah menguasai Arwah
Ketua. Aku memasukkan Ketua Jin Seratus Perut
Bumi ke dalam ujudnya untuk mengendalikan
dirinya! Tapi sampai saat ini dia belum mampu
menghabisi Kesatria Panggilan. Aku sekarang menugaskannya memburu Rauh Kalidathi yang
tengah berusaha menyelamatkan Raja Mataram dan
keluarga serta para pengikutnya ke satu tempat
rahasia yang belum bisa aku ketahui. Aku menerapkan Ilmu Tanpa Mata Mengandalkan Penciuman untuk mengetahui kemana tujuan mereka.
Tapi gagal karena Rauh Kalidathi nenek keparat itu
telah lebih dulu menylrap keadaan dengan Ilmu Asap
Biru Empat Mata Angin. Ada satu hal yang kurang
menyenangkan dan membahayakan. KumaM Gandamayana yang telah dikunci dan dipendam di
dalam tanah berhasil keluar. Pasti ada seseorang yang
menolongnya."
"Satria Lonceng Dewa Mimba Purana?" Ujar
Sinuhun Muda. "Kurasa bukan dia. Ilmu yang dipergunakan
untuk mengeluarkan Kumara Gandamayana dari
dalam tanah merupakan satu ilmu sangatlangka yang
tidak dikenal di Bhumi Mataram."
"Berarti si penolong adalah mahluk panggilan
keparat bernama Wiro Sableng itul" Kata Kesatria Roh
Jemputan alias Pangeran Matahari
"Bagus, kau bisa menduga. Apakah kau bisa
mengetahui apa nama ilmu yang dipergunakan untuk
menolong Kumara Gandamayana itu?"
Pangeran Matahari menggeleng "Sulit untuk
mengetahui kalau tidak melihat sen di ri..."
"Kau mahluk alam roh. Seharusnya kau punya
kemampuan untuk melihat ke dalam alam gaib."
Tukas Sinuhun Muda.
"Kalau aku bisa mengalahui pasti sudah aku
katakan pada kalian berdual" Kata Pangeran Matahari
pula yang membuatmembuat jengkel dua Sinuhun.
Sinuhun Merah lantas berbisik pada saudara
nyawa kembarannya Terus terang aku sudah sejak
lama tidak menyukai mahluk satu ini. Dia tidak
memberi pertolongan apa-apa pada kita..."
"Kita masih memerlukannya. Kita masih bisa
memeras tenaga dan kesaktiannya. Jika sudah tidak
berguna biar aku yang memecahkan kepalanya!"
Jawab Sinuhun Muda dengan berbisik pula.
"Ada satu kabar buruk Kesatria Panggilan
berhasil membunuh Iblis Menjunjung Dupa Kematian
Kesatu dan Ketiga. Aku mengutus mereka bersama
Arwah Ketua untuk membunuh Kesatria itu. Memang
sudah saatnya panen dilaksanakan! Kalian berdua
harap berjaga-jaga. Segala hal yang tidak diharapkan
bisa saja muncul tidak terduga!
Habis berkata begitu Sinuhun Merah Penghisap
Arwah susun dua telapak tangan di atas kepala.
Delapan jari menunjuk lurus ke langit, dua jari tengah
ditekuk. "Wusss!"
Delapan sinar merah berkiblat Saat itu juga
tubuh Sinuhun Merah Penghisap Arwah melesat ke
udara lalu turun mengambang di atas tonggak batu
hitam yang penuh dengan kerumunan lalat hijau.
Mulutnya berteriak keluarkan seruan.
"Mayat Kunci Bangkai Inb! Tabir Delapan Mayat!
Saal panen sudah bjpa' Aku Sinuhun Merah
Penghisap Arwah datang menjemput kalian!"
"Wuuuttr Tonggak batu dibawah kaki Sinuhun Merah
Penghisap Arwah amblas masuk ke dalam tanah.
Ribuan lalat hijau beterbangan mengeluarkan suara
menggidikkan membuat keadaaan di tempat itu untuk
beberapa ketika menjadi gelap. "Blessl Blessl BJess
Tujuh tonggak batu satu persatu meluncur
kebawah dan akhirnya semua lenyap dari pandangan
mata. 01 tanah bekas delapan tonggak batu
menancap kini kelihatan mahluk mengerikan berupa
delapan mayat telanjang yang keadaannya membusuk
jijik dan mengerikan. Dari liang mata, hidung, mulut
dan telinga menggeliat keluar puluhan belatung yang
juga berwarna hitam. Ribuan lalat hijau yang tadi
berterbangan di udara melayang turun dan hinggap
mengerumuni salah satu dari delapan mayat busuk
lalu terbang lagi ke udara dan lenyap.
Tabir Delapan MayatJ Melalui alam gaib aku
sudah mamberitahu apa tugas kalian! Cepatikuti
akui" Delapan mayat busuk dongakkan kepala. Mulut
menyembur cairan hitam kepala digoyang membuat
gerakan melingkar. Lalu wuuutJ Tubuh mereka
berubah menjadi bayang-bayang samar dan membuat
gerakan Hiatmembentuktabiraneh
berputar-putar.
Lalu satu persatu melesat ke udara, lenyap dari
pandangan mata meninggalkan berkas tabir samar
aneh sepanjang belasan tombak, mengambang dari
utara ke selatan.
11 KAMI AJAK dulu pembaca pada apa yang terjadi
dengan Ratu Randang yang dibawa terbang Jaka
Pesolek meninggalkan Bukit Babi Hangus. Di langit
lepas, sambil memanggul si nenek cantik kencangkencang Jaka Pesolek bada henti keluarkan suara
mendesah lalu tertawa cekikikan. Sepasang mata
terkadang dipejamkan lalu dibuka lagi. Lidah
berulang kali d ulur membasahi bibir. Nakalnya,
sesekali dia pergunakan tangan kiri mengusap pantat
Ratu Randang hingga si nenek memaki panjang
pendeki Sementara tangan kanan memegang Bunga
Matahari yang dirampasnya dari Sakuntaladewi.
"Gadis salah ujudl Jangan kurang ajari Kau mau
membawaku kemana" Lepaskan! Turunkan aku atau
kubuat bolong kepalamu!" Teriak Ratu Randang.
"Nenek cantik bertubuh molek. Jangan buruburu marah. Apa kau tidaksadar kita senasib.
Maksudku kita sedang sama-sama merana tapi
sekaligus merasa nikmat Hik-hlk. Aku tahu satu
tempat yang bagus untuk kita berdua bersenangsenang..."
'Aku memang dikungkung gairah. Tapi jika kau
mencoba-coba..." Meskipun ada kelainan di dalam
dirinya, rupanya si
nenek masih memiliki pikiran Jernih.
Ratu Randang pentang lurus dua jari tangan
kanan. Sinar biru memancar. Siap untuk menusukkan serangan Tombak Dewa Memancung
Berhala. Jangankan kepala manusia, tembok besipun
bisa jebol! Ilmu kesaktian inilah yang telah menghabisi riwayat Tiga Jerangkong Penebar Arwah,
kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap Arwah.
"Nek, kalau kau mau membunuhku maka aku
b'dak bisa membawamu turun ke tanah! Kita akan
sama-sama hancur luluh amblas ke bumil Tapi aku
juga bisa secepat kilat' membawamu kembali ke Bukit
Batu Hangus. Kau akan diminta pertanggungan jawab
atas perbuatan keji yang telah kau lakukan. Syukursyukur Raja Mataram tidak menyuruh pengawalnya
memenggal kepalamu!
"Gertakan ayam kampung jawab Ratu Randang
lalu ciblrkan bibirnya yang jontor Dua jari tangan
yang dipentang ke arah kepala Jaka Pesolek tampak
bergetar. Cahaya biru memancar lebih terang
pertanda serangan yang hendak J lancarkan si nenek
mengandalkan tenaga dalam penuh. Saat itu juga
Jaka Pesolek merasa hawa sangat dingin memancar
dari dua jari tangan si nenek. Tengkuknya jadi
merinding. Si enek rupanya bdak main-main Kecuali
memiliki berbagai ilmu jerakan kilat dan mampu
terbang laksana seekor burung besar serta ilmu
menangkap petir. Jaka Pesolekmem ang tidak punya
ilmu kepandaian lain yang namanya ilmu silat apa
lagi segala macam Umu kesaktian.
"Aku belum mau mati! Jika kau tidak mau kuajak
bersenang-senang tidak jadi apa!" Jaka Pesolekdengan
cepat membuat gerakan aneh. Tubuhnya yang melesat
di udara dan masih memanggul si nenek tampak
jungkir balik berputar seperti titiran. Dengan cara
begini dia mampu meredam kecepatan turun ke tanah
hingga tidak celaka.
Dalam kedaan tubuh terputar begitu rupa Ratu
Randang tidak mungkin meneruskan melancarkan
serangan dua jari tangan. Takut terlepas jatuh ke
tanah dari ketinggian lebih dari seratus tombak si
nenek bergayut erat-erat ke leher Jaka Pesolek.
Tubuhnya dingin gemetaran.
Tiba-tiba Jaka Pesolek mencium bau tidak enak
serta ada cairan hangat muncrat ke dada dan tengkuk
serta membasahi pipinya sebelah kiri. Langsung dia
berteriak sambil menggebuk pantat Ratu Randang.
"Nenek sialan! Kau ngompol mengencingi akui"
Tidak terdengar jawaban si nenek. Jangan-jangan
sudah pingsanl Menjelang belasan tombak kedua
orang itu akan jatuh di atas satu pedataran yang
banyak ditumbuhi pohon jati tiba-tiba dari arah barat
bergemuruh tiupan angin. Begitu dahsyatnya hingga
mengeluarkan suara mengerikan, membuat udara
bergetar, bumi bergoncang. Ratusan pohon jati
meliuk-iiuk. Ada yang kemudian terbongkar tumbang,
banyak pula yang berpatahan. Sungai yang melintas
di tengah pedataran
airnya bergelombang menimbulkan arus luar
biasa deras ke arah hilir.
"Badai di siang bolong' Teriak Jaka Pesolek.
"Celakai Aku mana mampu menangkap angin! Nek.
celaka kita berdua
Mendadak satu gelombang angin badai luar biasa
hebat menghantam ke dua orang itu hingga
bermentalan di udara, terpisah satu sama lain sejarak
sepejangkauan kemudian melayang jatuh berbarengan ke bawahi
"Byurrr! Byuur!"
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terdengar suara dua tubuh tercebur ke dalam
air. Lalu sunyi karena saat itu badai yang melanda
sudah melesat jauh ke kawasan lain.
Kepala seseorang menyembul keluar dari dalam
"r. Megap-megap orang ml berseru _
"Nek. aku masih hidup. Kau dimana Nek" " Orang
yang berseru ternyata adalah si gadis berkumis Jaka
Pesolek. Dia coba memperhatl-kan keadaan sekitarnya, berusaha mengetahui berada (Smana
namun tubuh dan kepalanya kembali tenggelam. Dua
tangan menggapai-gapai.
Tangan kanan masih memegang Bunga Matahari. Sebelum lenyap dari
permukaan Jaka Pesolek kembali berteriak. "Nek,
tolong! Aku dak bisa berenang!" Bleeppl Kepala gadis
berkumis halus itu lenyap dari permukaan air.
Di bagian lain muncul pula satu kepala lagi.
Kepala Ratu Randang. Si nenek megap-megap
berusaha menarik nafas
panjang. Tapi Karena bisa berenang maka dengan
cepat dia menguasai diri hingga bdak kembali
tenggelam. Selain itu dia juga sempat melihat dimana
dia berada Ternyata dia tadi jatuh ke dalam sebuah
telaga yang cukup besar, berair sejuk berwarna hijau
kebiruan. Ketika Ratu Randang muncul di permukaan air,
nenek ini tidak mendengar suara teriakan Jaka
Pesolek. Namun dia masih sempat melihat Bunga
Matanan yang dipegang gadis itu di tangan kanan
sebelum lenyap tenggelam ke dalam air. Ratu v
Randang menunggu beberapa ketika. Sewaktu Jaka
Pesolek tidak muncul-muncul maka nenek ini segera
menyelam ke dalam air.
Tidak lama berselang Ratu Randang timbul lagi
ke permukaan air. Kali ini sambil berenang dia
mencekal leher pakaian Jaka Pesolek dan membawanya ke tepi telaga.
Selamat sampai di tepi Ratu Randang baringkan
tubuh menelan tang di tanah. Aneh, nafasnya tidak
menyengat padahal berenang cukup jauh dan menarik
Jaka Pesolek pula. Tubuhnya tidak terasa letih malah
terasa sejuk dan nyaman. Rasa sakit akibat lebam di
pipi dan mata juga lenyap Ketika si nenek memegang
bibirnya ternyata bibir itu tidak jontor lagi! Yang
paling membuatnya jadi terkesiap adalah perasaan
gairah yang membangkitkan nafsu selama beberapa
waktu yang lalu saat itu juga lenyap! Otaknya jernih,
pemandangan terang. Tangan tidak lagi mengusap
atau memegang bagian bawah
perut Jika saja saat itu Ratu Randang bisa
melihat wajahnya sendiri dia pasti akan terkejut
besar. Bukan saja lebam di pipi serta matanya lenyap
tapi wajahnya sekarang tampak lebih segar dan lebih
mudai Dia juga tidak menyadari kalau goresan luka di
badan dan kakinya telah hilang tanpa bekas. Selagi si
nenek menduga-duga apa yang terjadi, di sampingnya
sosok Jaka Pesolek menggeliat bergerak bangun dan
duduk di tanah.
Gadis ini pandangi tubuh dan pakaiannya yang
basah kuyup, mengusap wajah dan rambut Lalu
memperhatikan Ratu Randang yang terbanng kini
dengan mata terpejam sambil terus berpikir dan
menduga-duga. "Heh...?" Jaka Pesolek terheran-heran. "Nenek
satu ini. kenapa wajahnya jadi lebih muda dan
tambah cantik"! Si gadis lalu goyang-goyang bahu
Ratu Randang. "Nek, bangun. Kau pingsan atau
ketiduran" Apa yang telah kau lakukan" Apa yang
terjadi dengan wajahmu?"
12 MENDENGAR pertanyaan Jaka Pesolek. Ratu
Randang serta merta buka sepasang mata julingnya
yang terpjdng laki bangun dan duduk. Dua tangan
mengusap wajari yang biasa berdandan mencorong,
mulut bertanya "Memangnya ada apa. Wajahku rusak
hancur-hancuran?"
"Justru sebaliknya! Wajahmu kulihat jadi lebih
muda. Pipimu licin Keriputan di pinggiran matamu
tidak ada lagi. Rambutmu lebih hitam mengkilap..."
"Jaka Pesolek, kau jangan bergurau. Aku tahu
bibirku jontor. Juga habis digebuki orang. Tampangku
pasti babak beluri Bagaimana enak saja kau bisa
bilang pipiku lldn, aku tampak lebih muda..."
"Sumpah Nek! Sumpah. Aku tidak dusta. Kau
jauh lebih cantik dari sebelumnya
Ratu Randang tarik-tarik bibirnya lalu usap
wajahnya berkail-kail.
"Cermin!" ucap si nenek pula. "Aku tahu kau
punya cermin. Coba keluarkan, aku mau meanat
sendiri kalau kau tidak ngacokl"
Jaka Pesolek segera memeriksa ke balik pakaiannya. Wajahnya mendadak berubah. Lalu gadis ini
terpekik. "Ada apa" Anumu digigit semut rangrang"! Tegur
Ratu Randang. "Mana cerminmu?"
"Ampun! Cerminku lenyap. Juga kotak bedak,
alat pemerah bibir, kayu penghitam alis. Hilang
semual Pasti jatuh di dalam telaga ketika aku
keceburl Oala. bagaimana nanti aku mau berdandan..."
Itu tandanya kau memang tidak perlu berdandan.
Kau ini laki-laki atau perempuan! Edani"
Jaka Pesolek sesenggukan menahan tangis.
"Jangan cengeng pakai menangis segala!" Bentak
Ratu Randang. "Kau tidak tahu bagaimana perasaanku Nek."
"Siapa perduli perasaanmu!"
Jaka Pesolek pupus air matanya. Dia memandang
berkeliling. "Nek Nek. kita ada di mana?" Jaka Pesolek
bertanya. "Kau punya mata, lihat sendiri!"
"Aku tahu Nek. kita ada di pinggir telaga."
"Kalau sudah tahu mengapa masih bertanya"!
Eh. Jaka, apa kau tidak sadar dan segera bersyukur
berterima kasih pada Yang Maha Kuasa karena dirimu
diselamatkan dari kematian mengerikan jatuh tercebur ke dalam telaga, bukan cfi atas tanah yang
bisa membuat tubuhmu hancur remuk tak karuan!
Apa apa kau sendiri sudah bersyukur dan
bertenma kasih pada Para Dewa Nek?" Tanya Jaka Pesolek.
"Tentu saja sudahi" Jawab Ratu Randang pula.
Jaka Pesolek terdiam, lalu manggut-manggut dan
picingkan mata. Mulut berkomat kamit Agaknya dia
tengah memanjatkan puji syukur pada Yang Maha
Kuasa. Ratu Randang memperhatikan sambil senyumsenyum karena sebenarnya dia sendiri belum
memanjatkan puji syukur terima kasih pada Yang
Maha Kuasa. Ketika nenek ini hendak mulai
melakukan hai itu dia merasa ada satu kelainan di
wajah Jaka Pesolek. Dia terus menatap. Tiba-tiba
Ratu Randang berteriak sambil menepuk bahu Jaka
Pesolek. Jaka Pesolek tersentak dan buka sepasang mata.
"Kau ini apa-apaan Nek" Tadi kau menyuruh aku
bersyukur dan berterima kasih pada Yang Maha
Kuasa. Kini kau malah menggangguku."
"Dengar, aku bukan mengganggu, tapi..." Si
nenek tidakmeneruskan ucapan, malah tertawa
cekikikan. "Wajahmu juga berubah!"
"Apa katamu Nek?" Jaka Pesolek sekarang yang
terkejut Seperti si nenek tadi kini giliran dia yang
mengusap wajah. Hidung d pencet-pencet, bibir
disentuh dan matadiusap. "Ada yang salah dengan
wajahku Nek" Apa kulit wajahku beruntusan" Apa
mukaku jadi peang" Atau mataku jadi jul ng seperti
matamu"!"
Ratu Randang tertawa geli.
"Oda, kaumalah tertawa! Jaka Pesolek tam bah
khawatir Dia bedarf ke tepi telaga Mendekatkan
wajahnya ke air, namun dia tidak mungkin melihat
jelas seperti orang bercermin Gadis ini kembal
mendatangi Ratu Randang. "Bilang Nek, apaku yang
berubah?" "Kumis halus di atas bibirmu itu, tahui" Kata
Ratu Randang. "Oalal Celaka! Apa kumisku bertambah tebal?"
Jaka Pesolek raba bagian atas bibir di bawah hidung.
"Bukan tambah tebal, tapi hilang semual" Jawab
Ratu Randang Jaka Pesolek terpekik saking kagetnya. Bibirnya
sebelah atas diusap berulang kali sementara mata
nyalang tak berkesip dan kening mengerenyit
"Kau benar Nek, aku tidak merasa bulu-bulu
halus itu. Bagaimana mungkin" Dewa Agung)
Sekarang wajahku benar benarmu us Tapi Mendadak
muncul bayangan kekawabran di wajah Jaka Pesolek.
Dia memandang pada Ratu Randang. Setengah
berbisik gadis ini berkata. "Nek, aku takut Kalau bulu
halus menyerupai kumis di bibirku lenyap secara
aneh. jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa" Tanya Ratu Randang meski
dia sudah bisa menduga-duga apa yang dimaksud
dan d kawabrkan Jaka Pesolek.
Jaka Pesolek perlahan-lahan singsingkan ke atas
bagian bawah pakaian merah muda yang dikenakannya
hingga pergeiangan kaki tersingkap lalu naik sampai
ka betis dan lutut
uNek...Juttjffhatsen
"Ya, aku Uhat Lalu kau mau memeriksa bulu
mana lagi?" Ratu Randang tidak dapat menahan tawa
cekikikan. Sedang Jaka Pesolek tampak semakin
kawatlr Dia hendak menyingkapkan pakaian leoti ke
atas namun memandang pada si nenek dia batalkan
dan malah lari ke balikserumpunan semak belukar.
Tak lama kemudian gadis itu keluar dari balik semaksemak, melangkah ka arah si nenek. Wajahnya
tampa> lega dan malah sudah bisa tersenyumeenyum. "Apa bulumu yang itu juga lenyap?" Tanya Ratu
Randang. 'Tidak Nek, untung tidak lenyap," jawab Jaka
Pesolek dengan suara dan raut wajah gembira lega
laki tertawa cekikan. "Ada satu hal lagi Nek. Mengapa
diriku rasanya tidak bergairah lagi. Hai., mengapa
mataku tidak meram melek lagi.Kemana lenyapnya
kenikmatan itu. Oala...gairahku hilangi Lihat)" Jaka
Pesolek kembangkan dua tangan ka atas. "Aku tidak
lagi memegangi...hik...hik."
Gadis itu hendak mengusap bagian bawah perutnya dengan tangan
kanan tapi mendadak tangannya cepat-cepat ditarik.
Jaka Pesolek lalu menatap Ratu Randang. "Nek.
sebelumnya aku melihatmu sangat mempesona,
membuat nafsuku meledak-ledak. Sekarang aku lihat
kau tambah muda, tambah cantik. Tapi mengapa aku
tidak lagi bergairah! Rasanya diriku lebih tenangi"
"Berarti kau juga mengalami seperti apa yang
kejadian dengan diriku."
"Aku tidak mengerti..." Kata Jaka Pesolek sambil
mengurut rambutnya yang basah agar kering.
"Secara aneh kita terlepas dari kualat gara-gara
aku mengusapkan Bunga Matahari ke anunya Dewi
Ular. Hai Bunga Matahari Hul Waktu kecebur ke
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam telaga kau kulihat mas* memegangi bunga
sakti itu. Sekarang kemana perginya?"
Jaka Pesolek mengangkat bahu. "Sepertinya Ikut
tenggelam ke dasar telaga bersama cermin dan
bedakku." "Jaka Pesolek, kita harus menyelidik. KHa samasama sembuh setelah kecebur dan keluar dari dalam
telaga. Pasb semua ini kuasahfya Para Dewa. Telaga
apa ini namanya..."
"Aku juga Ingin sembuh Nekl Tiba-tiba ada suara
perampuan berseru. Lalu satu benda hitam panjang
berkilat bermoncong putih seolah melayang turun dari
langit melesat masuk ke dalam air telaga.
Astaga! Itu suara Dewi Ular!" Seru Ratu Randang.
Si nenek dan Jaka Pesotekmemandang ke arah
pertengahan telaga dengan hati berdebar.
Tak selang berapa lama periahan-lahan muncul
sekuntum Bunga Matahari di permukaan air telaga
yang hijau kebiruan. Lalu kelihatan tangan putih
halus yang memegang tangkai bunga itu Tak lama
kemudian tampak kepala berambut hitam menyembul
disusul wajah cantik.
"Wuuttti"
Sosok perempuan di dalam telaga melesat keluar.
Ketika melayang di udara sebagian tubuh sebelah
bawah masih berbentuk ular hitam. Begitu sampai
dan berdiri di tepi telaga di depan Jaka Pesolek dan
Ratu Randang ujudnya berubah sempurna menjadi
sosok seorang gadis cantik berpakaian tipis hijau
basah kuyup. Dia memang Kunti Ambin alias Dewi
Ular Dewi Ular memandang tersenyum pada dua orang
di depannya lalu goyang-goyangkan Bunga Matahari
yang dipegangnya di tangan kanan. Ratu Randang
dan Jaka Pesolek karuan saja sama-sama melompat
m undur Janganl Aku sudah kapok!" Berkata Ratu
Randang. "Aku.,.aku masih mau tapi sebaiknya jangan.
Siksaan-nya lebih celaka dari pada nikmatnya!" Ucap
Jaka Pesolek. Dewi Ular tertawa cekikikan.
"Sahabat muda, apakah kau juga sudah sembuh
dari perasaan aneh itu?" Bertanya Ratu Randang.
"Kau lihat, apakah aku masih mendesah, wajah
memelas dan tanganku memegangi bagian bawah
perut?" Jawab Dewi Ularbalik bertanya.
"Memang tidak," jawab Jaka Pesolek. "Kalau
begitu sebaiknya Bunga Matahari itu cepat-cepat kau
buang. Lempar saja ke dalam telaga! Aku kawati r
kalau kalau kita salah lagi bertingkah untuk kedua
kali. Kalau hal itu sampai terjadi pasti bdak ada
ampunnya "
"Apa lagi saat ini pasti kau masih tidak pakai
celana dalami Menyambung Ratu Randang.
Ucapan Ratu Randang membuat Dewi Ular Ingat
sesuatu dan ini membuat wajahnya berubah. Ketika si
nenek mengusapkan Bunga Matahari ke bagian
bawah perutnya, selain dirinya digerayangi nafsu dan
hasrat yang bergejolak, keadaan auratnya juga
berubah. Perubahan ini telah disaksikan sendiri oleh
Sakuntaladewi dan gadis berkaki tunggal itu kemudian menceritakan pada Pendekar 212. Kini
ingat akan keadaan dirinya itu, Dewi Ular tanpa malumalu segera saja hendak memeriksa auratnya Namun
mendadak seperti ada gempa, tanah di pinggiran
telaga bergetar. Pepohonan bergoyang-goyang, air
telaga bergejolak. Lalu ada suara bergemuruh di dasar
telaga. "Celakai" Berseru Ratu Randang. "Pasti kita kena
kualat lagi) Jangan-jangan ada mahluk sakti atau jin
pubh di do'am telaga. Dia yang menolong kita. Tapi
tidak suka kalau ada gadis tidak pakai celana berada
di tempat ini!"
Mendengar ucapan Ratu Randang, Dewi Ular
merengut jengkel.
"Nek, jangan kau mengada-ada! Kalau memang
ada mahluk sakti di dalam telaga yang tidak suka aku
tidak pakai celana dalam, pasti sudah dari tadi tadi
aku dicekik lalu dibenamkan kedasar telaga. Buktinya
aku bisa keluar dari dalam telaga dan sembuh seperti
kalian. Hanya saja aku bdak memastikan apakah
auratku yang satu itu sudah kembali seperti semula.
Bagaimana aku tahu kalau bdak memeriksa dan
mtllnatnyaWbihdulu
Baru saja Dewi Ular berucap tiba-tiba byaarrrl
Air telaga mencuat muncrat tinggi ke udara.
Pepohonan di sekitar telaga bergoyang-goyang seolah
ditiup angin kencang. Udara di sekitar tempat itu
mendadak berubah dingin.
"Astaga! Lihat!" Berseru Dewi Ular sambil
menunjuk ke tengah telaga.
Ratu Randang dan Jaka Pesolek menoleh ke arah
yang ditunjuk Ratu Ular. Ketiga orang sama-sama
terbelalak ternganga ketika menyaksikan, di balik air
yang muncrat ke atas sampai beberapa tombak,
tampak menyeruak satu patung tinggi besar seolah
keluar dari dasar teiagal
"Nek, kau benari" Kata Jaka Pesolek dengan
suara gemetar. Telaga ini ada penghuninya! Pasti kita
bertiga bakai kena celaka. Oala, kumisku pasti akan
menjadi tebal lagil Biar aku lari duluan!"
Jaka Pesolek yang memiliki gerakan seperti kilat
segera berkelebat hendak meninggalkan tempat itu.
Namun dess desssl Entah apa yang terjadi dua
kakinya melesak masuk ke dalam tanah sampai mata
kaki dan dia tidak mampu untukmenggerakkan lagi.
13 PATUNG batu tinggi besar yang keluar dari dalam
telaga ternyata adalah patung perempuan berwajah
cantik, memiliki sepasang mata menawan yang
menatap penuh kelembutan. Demikian bagusnya
patung ini d ciptakan sehingga sekilas kelihatan
keadaannya seperti perempuan cantik hidup benaran.
Ratu Randang, satu-satunya orang yang mengenali patung siapa adanya yang muncul itu,
cepat-cepat jatuhkan diri. berlutut satu kaki sambil
rundukkan kepala.
"Nek, mengapa musti merunduk segala" Apa kau
m inta diselamatkan dan kami berdua saja yang bakal
kena celaka"!" Bisik Jaka Pesolek. Dewi Ular juga
agak heran, apa lagi sang patung muncul secara aneh
dari dalam telaga Mungkin ada seorang sakti yang
sembunyi di dalam patung, begitu pikir Dewi Ular.
Sshh Walau cuma patung tapi kita harus berlaku
hormat. Patung itu bukan patung sembarangan Ratu
Randang menyahuti ucapan Jaka Pesolek. Setelah itu
dia berbisik pada Dewi Ular. "Kau sudah berkeliaran
kemana-mana, apa tidak tahu itu patung siapa"
Patung itu pasti juga ada di negeri alam gaib asalmu.
Negeri delapan ratus tahun mendatang." Lalu
kepada patung perempuan di tengah telaga nenek
bermata juling ini berkata.
"Nyi Loro Jonggrang. salam hormat saya untukmu. Sungguh besar kuasa Para Dewa dan
sungguh rendah hatimu tapi u'nggi budi baikmu
hingga mau datang ke tempat ini. Apakah Nyi Loro
Jonggrang memang sengaja muncul untuk menemui
kami bertiga" Kami tidak tahu kalau telaga ini adalah
salah satu tempat tetirahan Nyi Loro Jonggrang.
Bertemu denganmu kami merasa menerima berkah
besar tiada taranya Tapi jika kami memang telah
berbuat salah, kami mohon maaf dan pengampunan
da mu Jaka Pesolek terkejut ketika mendengar Ratu
Randang menyebut nama patung itu. Dia telah sering
kali mendengar riwayat patung tersebut dan mengetahui dimana beradanya namun seumur hidup
baru kali ini melihatnya. Kunti Ambiri alias Dewi Ular
ternganga tercengang-cengang
"Perempuan yang berlutut, aku terima salam
hormatmu tapi aku bdak layak disembah. Bangkitlah
Mei hat dan mendengar patung batu bisa bicara,
bahkan mulutnya tampak bergerak, kebga orang di
tepi telaga kagum ada takut juga ada. Sementara Ratu
Randang cepat-cepat berdiri.
"Jangan-jangan aku benar-benar bakal kena
hukuman. Setahuku Bunga Matahari itu pernah
disirap d manterai oleh Nyi Loro Jonggrang..." Ratu
Randang membatin dalam hati
lalu cepat-cepat berdiri.
"Perempuan yang telah berdiri, bukankah kau
salah seorang kepercayaan Raja Mataram bernama
Ratu Randang"
Ratu Randang terkejut ketika patung bicara dan
menyebutmengenali
siapa dirinya. Cepat dia menjawab. "Nyi Loro Jonggrang. Kau benar. Saya memang
Ratu Randang."
Dalam hab Ratu Randang mendadak merasa
takut kalau-kalau sang patung akan memarahi
dirinya karena telah mempermainkan Bunga Matahari
sakti secara senonoh. Namun dia merasa lega ketika
mendengar pertanyaan Nyi Loro Jonggrang.
"Bukankah kau yang pemah mengantarkan
seorang pemuda dari negeri delapan ratus tahun
mendatang bernama Wiro Sableng ke tempat kediamanku di Candi Siwa" Pemuda* itu konon oleh
orang-orang di Bhumi Mataram disebut dengan nama
Kesatria Panggilan."
Ratu Randang menjawab sambil membungkuk.
"Benar sekali Nyi Loro."
"Pemuda itu membawa sekuntum Bunga Matahari yang berasal dari seorang gadis malang
bernama Sakuntaladewi..." Itu juga benar Nyi Loro,"
kata Ratu Randang pula.
"Dimana pemuda itu sekarang?" tanya patung Nyi
Loro Jonggrang.
"Kami berpisah di Bukit Batu Hangus. Terus
terang. gara-gara perbuatan saya yang tidak terpuji,
akibat mempermainkan Bunga Matahari pemberian
Nyi Loro saya dan beberapa sahabatbahkan termasuk
Raja mendapat kualat Saya mohon maaf dan minta
ampun." "Aku sudah tahu apa yang terjadi, itu sebabnya
aku muncul di sini. Kesalahanmu telah diampunkan
Para Dewa karena satu kebajikan besar yang telah
kau lakukan."
Ratu Randang terkejut dan berpikir-pikir.
"Nyi Loro, saya merasa tidak melakukan kebajikan apa-apa.Kapan d mana"
"Ketika gadis bernama Jaka Pesolek itu hampir
mati tenggelam di dalam telaga, kau telah menolong
dan menyelamatkan nyawanya."
Ratu Randang berseru tertahan. Matanya berkaca-kaca. Langsung saja dia hendak jatuhkan diri
berlutut tapi cepat dilarang oleh patung Loro
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jonggrang. Jaka Pesolek pegang lengan Ratu Randang. "Nek,
kau memang telah menyelamatkan jiwaku. Aku belum
berterima kasih. Sekarang kumengucapkan terima
kas h padamu..."
Ratu Randang tersenyum sambil usap air mata
yang meleleh di pipi. Sementara patung Nyi Loro
Jonggrang menatap ke tiga orang itu beberapa lama.
Pandangannya berhenti pada wajah dan sosok Dewi
Ular. "Kalian bertiga, apakah kalian tahu telaga apa ini
adanya dan apa namanya?"
Tiga orang yang ditanya sama-sama gelengkan
kepala. Telaga ini bernama Telaga Banyu Raden.
Diciptakan oleh Para Dewa bukan sebagai telaga biasa
karena keberadaannya tidak selalu terlihat kasatmata.
Di telaga ini, jika memang dikehendaki Para Dewa
seseorang bisa menerima berkah, bagi kebaikan hati
maupun kebaikan badanlah..."
Telaga Banyu Raden..." Ucap Ratu Randang
dengan suara perlahan bergetar. "Aku baru ingat
sekarang!" Nenek cantik ini terpekik kecil lalu usap
wajah dan tubuhnya. Jaka Pesolek terperanjat lalu
merangkul Ratu Randang seraya berbisik.
"Pantas Nek, mukamu jadi cantik, lebih muda
dan auratmu tampak tambah kencang. Aku sendiri
telah kehilangan bulu-bulu halus di kaki dan di atas
bibirku. Ini memang berkah besar bagi kita berdua..."
Ratu Randang dan Jaka Pesolek lalu sama-sama
membungkuk ke arah patung Loro Jonggrang
sementara Dewi Ular hanya berdiri tegaksambl
mengusap-usap Bunga Matahari Dia seolah merasa
tidak menerima berkah dan merasa tidak diperhatikan. Nyi Loro Jonggrang kemudian menyapa
gadis cantik berpakaian bpls hijau ini
"Sahabat, gadis cantik dari negeri delapan ratus
tahun mendatang. Siapa namamu?"
"Namaku Kunti Ambiri." Jawab Dewi Ular
menyebut nama aslinya
"Ketika masuk ke dalam telaga, sosokmu berupa
seekor ular hitam berkepala putih...**
"Ah, patung sakti ini tahu rupanya bagaimana
ujudku,** membatin Dewi Ular. Lalu dia berkata
menjawab ucapan Nyi Loro Jonggrang. "Selama ini
diriku memang dijuluki Dewi Ular. Aku mahluk alam
roh yang punya dua ujud. Ular dan manusia."
Siapapun dirimu adanya, jangan bersedih. Ketahuilah tanpa kau sadari kaupun telah mendapat
berkah jauh lebih besar dari pada dua sahabatmu ini.
Keadaan auratmu telah kembali seperti semula.
Namun perubahan badanlah tidak ada artinya
dibanding dengan perubahan yang terjadi dalam hati
sanubari serta budi pekertimu."
Kunti Ambiri alias Dewi Ular terkejut. Kening
mengerenyitmata menyipit Dia meraba ke bagian
bawah perut "Nyi Loro, apa aku boleh melihatnya
sendiri sekarang...?" Enak saja Dewi Ular balikkan
badan lalu hendak menyingkapkan bagian bawah
pakaiannya Nyi Loro Jonggrang tersenyum dan berkata
"Tidak usah dilakukan sekarang. Nanti saja
karena waktuku tidak lama."
"Nyi Loro, tadi kau mengatakan bahwa terjadi
perubahan dalam hati sanubari dan budi pekertiku.
Apa maksud Nyi Loro?" Dewi Ular bertanya.
"Kau telah berubah sifat Dari seorang gadis
cantik yang duiu ditakuti karena kehebatan ilmu
kesaktiannya, kini akan
menjadi sahabat semua orang. Tidakkah kau
merasa kelegaan di rongga dada dan kesejukan di
lubuk hati..."
"Nyi Loro, harap Nyi Loro berterus terang saja.
Maksud Nyi Loro dulu aku seorang jahat sekarang
berubah jadi orang baik?" Tanya Dewi Ular dengan
sepasang mata menatap patung Nyi Loro Jonggrang
tak berkesip. Ketika sang patung kedipkan mata dan anggukkan kepala Dewi Ular terpekik gembira. Masih
memegang Bunga Matahari di tangan kanan dia
langsung mencebur masuk ke dalam telaga dan
merangkul serta menciumi dua kaki Nyi Loro
Jonggrang. Setelah mengusap kepala Dewi Ular. Nyi
Loro Jonggrang meminta gadis alam gaib itu kembali
ke tepi telaga. Dewi Ular cepat melakukan apa yang
dikatakan. (Riwayat Telaga Banyu Raden sebagai telaga yang
memibki kesaktian dapat dibaca juga dalam episode
sebelumnya berjudul "Dewi Kaki Tunggal". Diceritakan
bagaimana sekujur tubuh Pangeran Matahari yang di
Bhumi Mataram dikenal dengan julukan Kesatria Roh
Jemputan gosong babak belur dihantam Pukulan
Sinar Matahari Pendekar 212. Sebelumnya Pangeran
Matahari telah pula dihajar oleh Kumara Gandamayana hingga tercebur masuk ke dalam
comberan busuk. Kebka bertarung melawan Dewi
Kaki Tunggal Pangeran Matahari dipecundangi dengan
Ilmu Enam Belas Gerakan Tangan Bisu. Akibatnya
sepasang mata sang Pangeran terbongkar keluar
nyaris lepas. Sinuhun Merah Penghisap
Arwah kemudian membawa Pangeran Matahari
ke Telaga Banyu Raden Setelah dimandi dibersihkan
keadaannya kembali pulih seperti sebelumnya)
"Nyi Loro Jonggrang." Ratu Randang berkata.
"Ketika aku berbuat bdak senonoh, bukan saja kami
bertiga yang kena kualat hukuman, tapi Raja
Mataram juga menderita hal yang sama gara-gara aku
mengusapkan Bunga Matahari ke aurat Raja Apakah
apakah Nyi Loro juga bisa dan bersedia menolong
beliau..."
"Rabi Randang, kau bdak usah mengawabrkan
keadaan Yang Mulia Raja Mataram. Kuasa dan
pertolongan Yang Maha Kuasa tidak terbatas pada
tempat dan waktu. Walau Raja Mataram tidak masuk
ke dalam telaga Banyu Raden namun saat ini Raja
juga telah sembuh dari semua kesengsaraan yang
dialami..."
"Terima kasih Nyi Loro, terima kasih..." Ucap
Ratu Randang berulang kali sambil membungkuk.
"Kalian bertiga. Bhumi Mataram masih dalam
cengkeram an bahaya. Manusia dan mahlukmahlukjahat yang mencelakai negeri ini masih
berkeliaran." Patung Nyi Loro Jonggrang berucap.
Sepasang matanya yang bagus menatap ke arah
Bunga Matahari di tangan kanan Dewi Ular. Tiba-tiba
dari dua mata itu mencuat keluar beberapa larik
cahaya putih. "Crass...crass!"
Dewi Ular terkejut
Bunga Matahari besar di tangan kanan Dewi Ular
terbelah delapan dan masing-masing belahan berubah
menjadi delapan Bunga Matahari sekecil dan seujung
ibu jari tangan.
"Sahabat bertiga, kalian segeralah pergi ke Candi
Kalasan. Dan kau Kunti Ambiri, jika kau bertemu
dengan Kesatria Panggilan Wiro Sableng, berikan
delapan Bunga Matahari kecil itu padanya. Lalu
jangan lupa menyampaikan ucap pesanku ini
padanya. Di dalam bilangan delapan ada satu yang
tidak asli. Yang busuk itulah yang harus mati Jangan
terlalu mengandaikan ilmu atau senjata sakti. Pergunakan akal untukmencan bukti Bunga sekuntum
bisa menjadi alat pemati. Apa kalian bisa saling
mengingat ucapanku tadi dan menyampaikannya
pada Kesatria Panggilan"
"Kami akan ingat baik-baik. Nyi Loro," kata Dewi
Ular sambil memandang pada Ratu Randang dan Jaka
Pesolek. Kedua orang sama anggukkan kepala.
"Kalau begitu baiklah. Aku pergi sekarang.
Selamat tinggal. Semoga Yang Maha Kuasa melindungi dan menolong sahabat bertiga!"
Begitu Nyi Loro Jonggrang selesai berucap di
udara nampak a r mencurah ke bawah. Dengan
mengeluarkan suara menderu sosok patung tinggi
besar Nyi Loro Jonggrang melesat masuk ke dalam air
telaga, lenyap dari pemandangan.
Tiga orang di tepi telaga menarik nafas lega.
"Nek," tiba-tiba Jaka Pesolek berkata "Wajahmu
memang tambah cantik dan tubuhmu tambah
kencang seperti gadis saja. Tapi tadi mengapa kau
tidak minta pada Nyi Loro Jonggrang agar matamu
yang juling disembuhkan?"
"Kau ini bicara memberi nasihat atau mengejek"!"
Tukas Ratu Randang. Lalu dia membalas. "Kau sendiri
mengapa tidak minta agar anumu ditambah satu agar
kau benar-benar jantan bisa betina bisa!" Ratu
Randang mencibir.
Jaka Pesolek hendak membalas lagi ucapan si
nenek Tapi tiba-tiba ada orang berseru keras disusul
suara tawa girang cekikikan.
itu suara Kunti Ambi n" Kata Jaka Pesolek.
"Aku lihat tadi dia lari ke balik pohon besar sana
sambil menyingsing pakaian. Pasti tengah memeriksa
keadaan dirinya"
Dari balik pohon tiba-tiba terdengar suara Dewi
Ular berseru. Ihhh! Mengapa jadi rimbun! Oala mengapa jadi
gempal montoki Terima kasih Nyi Loro! Terima kasih
Telaga BanyuRadenIHk. hik. hik!
Sementara Ratu Randang mendatangi Dewi Ular
di balik pohon, Jaka Pesolek tak sengaja melihat
sesuatu di balik satu gundukan batu. Gadis ini segera
melangkah cepat ke balik batu. Matanya membesar
dan dadanya berdebar ketika di tanah dia melihattiga
buah benda tergeletak.
Benda pertama sebuah cermin baru bulat
bergagang kedi. "Cermin! Oh Dewa Agung! Ini pasti hadiah dari
patung sakti Nyi Loro Jonggrang!"
Jaka Pesolekmembungkuk berulang kali laki mengambil
cermin itu Setelah memperhatikan wajahnya di
cermin dan ternyata memang bulu halus di atas bibir
tidak ada lagi. girangnya si gadis bukan alang
kepalang. Cermin disimpan di balik pakaian.
Benda kedua adalah sebuah kotak kecil terbuat
dari perak. Dengan dada semakin berdebar bahkan
tangan gemetar Jaka Pesolek mengambil kotak perak.
Ketika kotak dibuka dia terpekik kecil. DI dalam kotak
ternyata terdapat perlengkapan untuk bersolek. Mulai
dari bedak, kayu pemerah bibir dan kayu penebal
penghitam alis!
Jaka Pesolek jatuhkan diri berlutut "Dewa Agung
Nyi Loro Jonggrang, aku Jaka Pesolek menghaturkan
ribuan terima kasih Hidupku selama ini banyak tidak
karuan salah jalan dan penuh dosa Tapi Dewa Agung
dan Nyi Loro masih mau berbaik hati membenkan
semua ini padaku..."
Ketika membungkuk penuh khidmat Jaka Pesolek melihat benda ketiga. Seperti cermin, kotak
bedak segera disusupkan ke balik pakaian. Lalu dia
melangkah mendekati benda ke tiga yang ternyata
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah sehelai celana dalam perempuan, terbuat dari
kain halus berwarna merah muda dan pinggirannya
dihias renda putih.
"Oala bagusnya! Cocok dengan pakaianku yang
juga merah mudai" ucap Jaka Pesolek. 'Ini pasti
untukku jugal Ketika dia mengambil dan mengelus-elus celana
dalam itu sepintas hatinya membatin. "Jangan-jangan
celana ini diberikan Nyi Loro Jonggrang untuk Dewi
Ular. Ah, biar saja! Aku pakai saja! Dewi Ular
bdakmelihat, tidak tahu kalau ada rejeki bagus begini
rupa)" Lalu Jaka Pesolek cepat-cepat tanggalkan
celana dalam yang dikenakannya, celana merah muda
baru dipakai sebagai pengganti. Celana dalam
miliknya yang berwarna putih dibentang di pinggiran
batu. Setelah merapikan pakaiannya, gadis ini
berteriak. "Sahabatku Kunti Ambiril Cepat ke sinil Nyi Loro
meninggalkan hadiah bagus untukmu!"
Dari balik pohon Dewi Ular keluar diikuti Ratu
Randang. Jaka Pesolek menunjuk pada celana dalam putih
di atas batu. "Lihat bagaimana baiknya Nyi Loro. Dia
tahu kau tidak punya celana dalam. Lantas dia
memberikan celana itul" Jaka Pesolek menunjuk pada
celana dalam putih di pinggiran batu.
Dewi Ular segera mengambil celana dalam putih
itu. Memperhatikan dengan seksama. Lalu dia
berucap. "Kalau yang memberikan memang Nyi Loro
mengapa yang seperti ini" Celana ini lecak dan jelas
tidak barui"
Ratu Randang mengambil celana itu lalu di
dekatkan ke hidung.
"Edani Celana bau pesingl Ini pasti celana bekasl"
Si nenek melotot, menatap ke arah Jaka Pesolek. Dewi
Ular juga delikkan sepasang mata. Lalu berkata. "Jaka
Pesolek, katakan ini celana dalam siapa sebenarnya)
Sambil berkata Dewi Ular angkat tangan kanan siap
menggebuk. Ratu Randang mendengus. "Jaka Pesolek. Jawab
pertanyaan Kunti Ambiri! Jangan berani berdusta! Si
nenek juga mengangkat tangan kiri, mengancam si
gadis. Wajah Jaka Pesolek menjadi pucat Sikapnya
gugup. "Aku... aku..." Ucap jawaban gagap. Tiba bba
gadis ini balikkan diri lalu lari menjauh sambil tertawa
cekikikan. "Kunti Ambiri! Celana baru pemberian Nyi
Loro Jonggrang sudah kupakai. Mungkin itu memang
untukmu. Tapi biar aku memakainya barang sehari
dua hari. Nanti aku berikan padamu!"
"Kurang ajari" Dewi Ular memaki marah.
Ratu Randang kucai kucai celana bekas milik
Jaka Pesolek lalu dibanting ke tanah. "Liat saja! Nanti
dia yang tidak bakal pakai celana dalami Kunti. ayo
kita kejar dia!"
"Aku akan menelanjangi dirinya. B aulia tahu
rasai" Kata Dewi Ular lalu melompat mengejar ke arah
larinya Jaka Pesolek.
"Jangan! Jangan d telanjangi Itu memang
maunya!" Sahut Ratu Randang lalu tertawa bergolak.
14 SAKUNTALADEWI merasa peti mati melayang
turun. Gadis yang berada dalam keadaan kaku tak
bisa bergeraktakmampu bersuara akibat slrapan Ilmu
kesaktian Empat Mayat Aneh ini ingin sekali
mengintai lewat jendela kecil di dinding kiri kanan peti
mati. "Aku yakin orang mau berbuat jahatl Kalau tidak
mengapa diriku dibuat seperti ini! Kata Sakuntaladewi
dalam hati. Tiba-tiba ada empat kali ketukan di kayu
penutup peti m ab Lalu em pat sinar muncul m
enyapu tubuhnya m ulai dari kepala sampai ke kaki.
Sakuntaladewi menggeliat Aneh, mendadak saja
sekarang dia mampu bergerak. Dia hendak berteriak.
Tapi suaranya tidak keluar. Ternyata jalan suaranya
masih dikunci orang!
Cepat-cepat gadis berkaki satu ini merangkak
mendekati salah satu jendela kecil di dinding kiri peti
lalu mengintai keluar. Mula-mula dia hanya melihat
kerimbunan hijau daun-daun pepohonan. Lalu ada
satu sungai kecil di kejauhan. Kemudian matanya
membentur sebuah bangunan candi yang sebenarnya
sangat indah namun tampak kusam, sebagian
tertutup lumut karena tidak terawat
"Candi Kalasan..." Ucap Sakuntaladewi dalam
hati. Gadis ini masih heran dan terus bertanya-tanya
mengapa Empat Mayat Aneh membawa-nya ke candi
tersebut Dikatakan hendak menemui seseorang.
Seseorang siapa" Apakah orang itu penghuni candi"
Setahu Sakuntaladewi candi itu tidak ada yang
mendiami. Orang baru datang ke candi dan bermalam
di sana bilamana ada perayaan keagamaan.
Selagi asyik memperhatikan keadaan di luar sana
sementara peti mati melayang semakin rendah siap
mencapai dan menyentuh tanah tiba-tiba satu kaki
dibalut gulungan kain putih menjuntai di depan
jendela menghalangi pandangan si gadis. Pasti salah
satu kaki dari Empat Mayat Aneh Tidakpiklr panjang
Sakuntaladewi cepat menarik kaki itu kuat-kuat
hingga yang ditarik berteriak kaget dan terjungkal
jatuh bergedebuk di tanah. Untungnya saat itu peti
mati hanya tinggal satu tombak dari tanah hingga
yang terbanting tidak cidera. Yang kakinya ditarik
oleh Sakuntaladewi ternyata Mayat Aneh Keempat
Mayat Aneh Keempat berdiri sambil dua tangan
pegang! bagian bawah perut
"Dewi Kaki Tunggal, untung kakiku yang kau
tarik. Kalau sampai kau menarik..."
Tiga Mayat Aneh lainnya melompat dan atas peti.
Mayat Aneh Kedua membentak Mayat Aneh Keempat
"Pelihara mulut hanya bicara kebaikan!"
Mayat Aneh Kedua berkata. "Kita sudah sampai.
Sebaiknya kita keluarkan gadis itu dan diantar ke
dalam candi. Orang tua itu pasti sudah menunggu
sejak lama "
Tiga Mayat Aneh lainnya mengangguk. Mereka
melangkah mendekati peti lalu sama-sama membuka
penutup peti. Begitu penutup peb'tersingkap lebar
dan mereka melihat ke dalam peti. kaget Empat Mayat
Aneh bukan alang kepalang Sampai-sampai mereka
keluarkan seruan tertahan.
"Celakai Apa yang terjadil" Mayat Aneh Kesatu
berteriak. "Mana mungkin! Mana mungkin bisa kejadian
seperti ini!" Mayat Aneh Ketiga Ikut berseru.
Empat pasang mata mendelik besar memperhatikan bagian bawah peti mati yang papannya telah terlihat dalam keadaan jebol seperti
habis dibongkar. Sosok Sukantaladewi sama sekali
tidak ada lagi di dalam peti!
"Geser peti! Cepat!'* Teriak Mayat Aneh Keempat
Empat Mayat Aneh lalu mendorong peti mati
hingga mereka bisa menyaksikan tanah yang sebelumnya berada di bawah peb mati. Tanah itu
dalam keadaan rata. Tidak ada lobang, bahkan sedikit
goresanpun tidak kelihatan!
"Kalau bdak ada lobang, kemana gadis tadi
perginya"!" Berkata Mayat Aneh Kesatu sambil jitakjitak keningnya sendiri.
"Kalian berdua coba periksa ke dalam candi
Mungkin gadis itu sudah ada di sana menemui si
orang tua!" Berkata
Mayat Aneh Keempat pada Mayat Aneh Kedua
dan Ketiga. "Mana mungkin begitu. Dia tidak tahu mau
dipertemukan dengan siapa. Aku khawatir dia sudah
diculik Sihuhun Merahi" Menjawab Mayat Aneh
Kedua. Kalau kalian tidak mau menyelidik biar aku
masuk sendiri ke dalam candi! Kalau terjadi apa-apa
dengan gadis itu kalian bertiga punya tanggung
jawabi" Mayat Aneh Keempat Uru meleset memasuki
pintu depan candi yang di atasnya ada Lengkung Kala
Makara. Baik Mayat Aneh Keempat maupun tiga
saudaranya sama sekali tidak memperhatikan kalau
dari sepasang mata kepala patung pipih hiasan pada
lengkungan pintu memancar keluar asap tipis
kehitaman. Setelah cukup lama menunggu Mayat Aneh
Keempat masih belum keluar dari dalam candi tiga
Mayat Aneh lainnya mulai gelisah.
"KHa harus sama-sama memeriksamasuk ke
dalam candi sekarang jugal Aku punya firasat tidak
enaki" Kata Mayat Aneh Kedua. Dua saudaranya
menyetujui. Namun belum sempat bergerak tiba-tiba
di dalam candi terdengar suara Jeritan keras. Lalu
wuutttj Satu sosok putih melesat keluar dari pintu
candi danbraaak! Sosok itu terkapar di halaman
depan candi. "Saudara Keempat!" Teriak tiga Mayat Aneh
ketika melihat yang tergeletak di tanah adalah
saudara mereka Mayat Aneh Keempat! Gulungan kain
putih yang menyelubungi
sekujur tubuh dan kepala tampak hitam dan
mengepul. Sosoknya mengeluarkan bau sangat busuk
"Katakan apa yang terjadi"! Kata Mayat Anah
Ketiga. "Siapa yang menciderai dan melempar dirimu
begini rupa"l" Mayat Aneh Kedua bertanya.
Lalu Mayat Aneh Kesatu susul bicara. "Apa kau
menemui gadis berkaki satu itu di dalam candi"!"
Mayat Aneh Keempat membuka mulut Tapi tidak
ada suara yang keluar. Malah dari mulut Hu
menyembur darah kental merah.
Mayat Aneh Keempat keluarkan suara mengerang. Sepasang mata mendelik. Tangan kiri
memegang bagian bawah perut tangan kanan coba
diangkat menggapai-gapai lalu menunjuk ke arah
candi. "Ada mahluk jahat mencelakai Mayat KeempatJ"
teriak Mayat Kesatu marah.
Tangkap mahiuk itu dengan Amu Memintal Kati
Mtnjirat Atwthl* Teriak Mayat Aneh Ketiga.
Bersama dua saudaranya Mayat Aneh Ketiga
ulurkan tangan kiri kanan ke arah pintu candi.
"Srtettt areetf Wuuuttti"
Guhmgan kain putih pada dua tangan tiga Mayat
Aneh membuntal membuka Disertai kilauan cahaya
putih buntalan kain melesatmasuk ke dalam candi
lewat pintu depan laksana enam anak panah lepas
dari busurnya! Di dalam candi mendadak terdengar suara
teriakan* teriakan aneh. Lalu satu gelombang angin
busuk bersinar kehitaman menerpa keluar candi
menghantam bga Mayat Aneh.
"Bahaya besari Tarik gulunganl Teriak Mayat
Aneh Ketiga. Enam larik gulungan sinar putih yang tadi
menembus masuk ke dalam candi kini mem buntal
membalik dan sreetfl Gulungan kain berhasil kembali
ke lengan tiga Mayat Aneh. Namun ketiganya
mencelat mental akibat sambaran asap kehitaman
menghantam tubuh mereka!
Di saat yang bersamaan halaman depan Candi
Kilasan telah dibuncah oleh bau luar biasa busuk.
Tiga Mayat Aneh yang tengah megap-megap menahan
sakit akibat hantaman asap hitam kini mendadak
diserang rasa mual amatsangat Isi perut mereka
seperti jungkir balik, hidung seolah mau tanggal
pemandangan berkunang dan kepala laksana mau
pecah. Wajah mereka yang tidak tertutup kain putih
tampak hitam pekat
Tutup jalan nafas! Bersihkan diri dengan ftmu
Menguras Racun Menumpas B/sal" Berteriak Mayat
Aneh Kedua.
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiga Mayat Aneh rangkapkan dua tangan di
depan dada. Laki wuttfl Tubuh mereka melesat satu
tombak ke udara, berputar kembali ke tanah dengan
kepala lebih dulu
"DessIDessIDess!"
Kepala tiga Mayat Aneh menempel di tanah.
Tubuh bergetar hebat lalu memancarkan cahaya
kehitaman dan mengepul. Perlahan-lahan wajah yang hitam
kembali berubah putih pucat
"Gadis kaki satu itu tidak ditemui. Orang tua
yang meminta kita membawanya ke ani juga tidak
muncul! Kita benar-benar sudah tertipu!" Mayat Aneh
Kedua berteriak marah.
"Kita masih bisa selamat tapi bagaimana saudara
Keempat"!" Berkata Mayat Aneh Kesatu sambil
membalikkan tubuh, kembali berdiri di atas dua kakj.
Tiga Mayat Aneh capat mendatangi Mayat Aneh
Keempatyang masih tergeletak di tanah dalam
keadaan megap-megap dan wajah bersimbah darah.
"Membendung Darah Menyerap Racun!" Mayat
Aneh Ketiga berseru menyebut nama Ilmu kesaktian
sambil kembangkan telapak tangan di atas dada
Mayat Aneh Keempat Dua saudaranya segera
melakukan hai yang sama. Dari telapak tangan itu
memancar cahaya putih mengandung tenaga menyedot yang dahsyat Namun sebelum Mayat Aneh
Keempat sempat ditolong tiba-tiba ada suara berseru.
"Salah satu dari kalian sudah pantas menjadi
tumbal kembali ke alam rohl"
"Wusssl"
Dari dalam candi melesat keluar satu larikan
cahaya putih berbentuk tabir meHngkar disertai
menerpanya hawa luar biasa busuk. Di balik tabir
tampak delapan sosok samar hitam membentuk
mahluk aneh telanjang mengerikan! Sementara itu
bau busuk semakin menggila menjadi-jadil
Tabir Delapan MayatT Teriak Mayat Aneh Ketiga,
Kedua dan Kesatu berbarangan. Di tanah Mayat Aneh
Keempat keluarkan suara raungan keras, melejanglejang beberapa kali lalu diam tak bergeming lagll
15 MELIHAT apa yang terjadi dengan saudaranya,
tiga Mayat Aneh ikut meraung keras lalu serentak
pukulkan dua tangan ditujukan pada delapan sosok
hitam dlbali k tabir
Enam larik sinar putih menyambar ke arah
delapan sosok hitam. Tabir menguak, delapan sosok
hitam angkat dua tangan ke atas lalu mulut meniup.
-Wusssl" Enam cahaya putih musnah. Tiga Mayat Aneh
terpental jungkir balik, jatuh tumpang tindih di tanah.
Tubuh mengepul asap hitam dan baui Mayat Aneh
Ketiga yang berada di sebelah bawah berkata megapmegap. Tabir Delapan Mayat! Sesuai suratan kita bdak
mungkin menghadapi mereka. Lebih baiklekas pergi
dari sini. Bawa Mayat Aneh Keempati" Mayat Aneh
Ketiga berkata sambil berusaha keluar dari himpitan
dua saudaranya Delapan sosok hitam busuk serentak melompat
keluar dari balik tabir. Keadaan mereka benar-benar
mengerikan dan menjijikkan Tubuh hitam telanjang
membusuk seperti leleh. Dari rongga mata, lobang
hidung, mulut dan telinga bergel atan puluhan
belatung hitam, lalu ada suara tapi tidak tahu yang
mana yang bicara diantari mereka.
"Kalian mau kabur"! Enaksajal Sebelum kalian
kami kirim ke alam roh untuk selama-lamanya jawab
dulu pertanyaan kami! Mana gadis berkaki satu yang
kalian bawa ke sini dalam peti mau?"l"
Tiga Mayat Aneh saling pandang dan kedipkan
mata. Mereka sendiri sebenarnya tidak tahu kemana
lenyapnya Sakuntaladewi alias Dewi Kaki Tunggal.
Mayat Aneh Kesatu tiba-tiba menunjuk ke langit
Delapan mayat busuk dongakkan kepala memandang
ke langit Mayat Aneh Kedua tudingkan ibu jari ke tanah.
Delapan mayatbusuk tundukkan kepala, menatap ke
tanah. Mayat Aneh ketiga perlahan-lahan tekan dan
putar tumit kanan ke tanah. Getaran menjalar ke
arah peti mati. Peti bergetar, bagian bawah peti
pancarkan cahaya hitam kecoklatan Tiga Mayat Aneh
tiba-tiba membuat gerakan berputar. Gulungan kain
putih melesat ke udara, mengeluarkan suara bising
dan menutup pemandangan. Satu gulungan menyambar ke arah sosok Mayat Aneh Keempat yang
tergeletak di tanah lalu wuutt! Sosok itu melesat ke
udara, masuk ke dalam peti mati. Tiga Mayat Aneh
menyusul metompatmasuk ke dalam peti.
"Pertanyaan kami belum dijawabi Kalian mau
kabur kemana"! Kalian mayat-mayat kesasar tidak
layak berkeliaran lebih lama di Bhuml Matarami"
Salah satu dari mayatbusuk berteriak sambil
menunjuk. Tujuh lainnya ikut menunjuk. Di lain
kejap delapan larik cahaya
hham menyambar k* arah peti mati, siap
menghancurkan pati yang hendak dipargunakan Tiga
Mayat Aneh untuk menyelamatkan diri bersama
Mayat Aneh Keempat
'Mapan Taiunuk Arwah Busuki" Teriak Mayat
Aneh Kesatu yang mengenali serangan ilmu jahat
yang tengah dilancarkan Delapan Mayat busuk.
Bersama dua saudaranya dia bukan saja tidak
berani meneruskan masuk ke dalam pati mati tapi
juga sama-sama berseru tegang karena saudara
mereka yang keempat telah berada di dalam pati yang
siap dihancurkan Delapan Mayat busuki Cikajapanlagi peti mati akan hancur rmtsnahberkeping-keping lalu Mah tiba-tiba dari
dalam pati menyembul keluar sosok Mayat Aneh
Keempat Kepala agak torgontal miring ke kiri tapi dua
tangan terpentang ke depan. Dua tangan ini
memancarkan cahaya perakmenyuaukan, menebar
hawa luar biasa panas dan menderu. Hawa panas luar
biasa menebar menyongsong datangnya serangan
Delapan Terunjuk Arwah Busuki AJafc di atas ajaib!
Apakah saudara kita Keempat hidup kembali" Lalu
bagaimana dia bisa melancarkan serangan balasan
begitu rupa" ilmu kesaktian apa itu"! Aku..." Yang
berteriak adalah Mayat Aneh Ketiga. Dua saudaranya
ikut metengak heran.
LapaMapat mendadak ada orang berteriak.
"Weehhhhl Ternyata Candi Kalasan ada petirnya! Baru
tahu akui DI slang bolong pula! Kalian berdua
tunggu di sini. Aku mau melihat lebih dekati"
Orang yang barusan berteriak dibentak oleh
seorang Uln. "Jangan tolol! Kalau kau mau mampus Bilah kan
saja melompat ke sanal"
" Belum selesai Mayat Aneh Ketiga berteriak, dua
larik cahaya putih perak berkilau sudah saling
berhantaman dengan delapan sinar busuki
Langit laksana runtuh. Tanah seperti dhjoncang
gempa. Peti mati hitam berderak-derak. Sosok Mayat
Aneh Keempat lanyap. Mayat Anah Kesatu, Kedua dan
Ketiga jatuh bergelimpangan di tanah.
Delapan Mayatbusuk melompatmundur ka balik
tabir hitam. Pandangan mata membabak dipenuhi
belatung liar. Delapan tenggorokan mengeluarkan
suara menggeram Salah satu dari mereka bicara
dengan suara bergetar.
"Sinuhun Merah! Kau mengatakan kami adalah
segala-galanya! Ternyata saat ini Tabir Delapan Mayat
menghadapi kekuatan yang tidak bisa dkn usnahkan!"
Tabir Delapan Mayat!" Tiba-tiba ada suara
berucap datang dari kejauhan mengiang di telinga
Delapan Mayat busuk. "Jangan kalian berkecil hati!
Kailan tetap merupakan mahluk yang tidak akan
terkalahkan Kalian tidak mengalami cidera
sedikitpun Tapi mahluk yang barusan menyerangmu taat ini berada dalam keadaan teriuka
di dalam! Jangan berkeciI hati! Pantang kecewa dan
putus asal Saat ini ada tugas lain lebih penting yang
harus kau lakukan. Tugasmu di sini sudah ada yang
mewakili! Lekas ikuti akui"
Mendengar suara mengiang itu Delapan Mayat
busuk bergerak mundur dua langkah lalu berkelebat
cepat membuat lingkaran. Tabir hitam tipis bergulung
membunta! "Wusssl"
Tabir Delapan Mayat melesat ke udara, lenyap
dari pemandangan.
Masih dalam keadaan tegang, tiga Mayat Aneh
mendekati peti mati untuk melihat keadaan saudara
mereka MayatAneh Keempat
Tiba-tiba dari dalam peti mati muncul keluar
sosok seorang pemuda berikat kepala putih berpakaian putih. Rambut panjang menjulai sebahu.
Mulut menyenngai tapi ada lelehan darah di sela bibir
pertanda dia menderita luka dalam. Tangan kiri
diangkat hendak mengganik kepala namun belum
tersentuh tiba-tiba lututnya teri ipat dan tubuhnya
jatuh duduk di tanah, tersandar ke dinding peti mati.
"Astaga! Dia!" Seru MayatAneh Kedua.
"Kesatria Panggilanl Kau!" Mayat Aneh Ketiga
mendekat sambil memegang bahu si pemuda.
"Memang aku!" Menyahuti pemuda yang tersandar ke peti mati. Mulut kembali mengulum seringai.
"Kau teriuka di dalami" MayatAneh Kesatu
meraba dada si pemuda yang memang adalah Kesatria
Panggilan alias Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Aku tidak apa-apa," jawab Wiro sambil berdiri
dan menyeka lelehan darah.
"Saudara kita MayatAneh..sempat}" Tiba-tiba
Mayat Aneh Ketiga berteriak Ingat saudaranya.
"Akudisinil"
Dari dalam peti mati terdengar suara orang
menjawab. Sesaat kemudian dari dalam peti mati mencogok
keluar sosok Mayat Aneh Keempat Wajah pucat tapi
dua tangan sudah seperti biasayaitu memegangi
bagian bawah perut dan mulut menyeringai!
"Kau...kau tidak apa-apa" Kau tidak kembali ka
alam roh"l" Tanya MayatAneh Kesatu.
"Husssl Bicara yang baik-baik saja." Jawab
MayatAneh Keempat Dia lalu menunjuk ke arah Wiro
yang tengah duduk bersila di tanah mengerahkan
tenaga dalam dan hawa sakti untuk mengobati luka
dalam. Aliran hawa hangat dari kapak sakti yang ada
dalam tubuhnya Ikut membantu penyembuhan.
"Pemuda itu menolongku. Aku tidak tahu
bagaimana caranya dia menolong. Tubuhku terasa
dialiri hawa sejuk. Ketika dia tengah mengalirkan
hawa sakti ke dalam diriku, Delapan
Mayat busuk menyerang ke arah peti dimana
kami berada Pemuda itu mengangkat dua tanganku
dan melancarkan serangan balasan berupa pukulan
laksana petir melalui tanganku kiri kanan. Walau aku
bdakteriuka dan sembuh namun agaknya dia
mengalami luka dalam..."
"Hussl Bicara yang baik-baik saja! Aku Juga
sudah sembuhl" Wiro melompat dari duduknya,
batuk-batuk beberapa kali lalu tertawa geiak-gelak.
Mayat Aneh Keempat memeluk Wiro hingga sang
pendekar Jadi mengkirik.
"Sobatku dari negeri delapan ratus tahun
mendatang.
Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku Mayat Aneh Keempat mengucapkan terima
kasih. Kau telah menyelamatkan nyawa rohku..."
Wiro hanya manggut-manggut lalu cepat-cepat
melepaskan diri dari rangkulan Mayat Keempat
"Sobat berempat ketika kalian meninggalkan
Bukit Batu Hangus, bukankah kalian membawa gadis
berkaki satu bernama Dewi Kaki Tunggal itu?"
"Benar sekali," Jawab Mayat Aneh Kedua.
Wiro memandang ka arah pati mati. "Gadis itu
tidak ada di sana. Ketika aku menyelinap masuk, peb'
mati kosong. Lantainya seperti ada yang mencongkel.
Kemudian baru masuk saudara kalian Mayat Aneh
Keempat.."
Mayat Aneh Kesatu laki menceritakan apa yang
terjadi Ceritanya diakhiri dengan ucapan. "Kami
berempat juga tidak tahu apa yang terjadi dengan
gadis berkaki satu ftu. Dia sirna
tanpa bekas, seolah angin berhembus..."
"Sahabat berempat, aku pernah secara tidak
sengaja mendengar pembicaraan kalian dengan Dewi
Kaki TunggaJ Kalian membawa gadis itu ke Candi
Kaiasan karena ada seseorang yang menyuruh. Saat
ini apa kalian mau memberi tahu siapa orangnya..."
"Sebenarnya ini satu rahasia besar," jawab
MayatAneh Kesatu. Tapi karena kami sudah curiga
kalau kami ditipu dan orang itu mungkin saja adalah
kaki tangan anak buah Sinuhun Merah, maka kami
merasa tidak perlu lagi merahasiakan dirinya"
MayatAneh Kesatu memandang dulu pada ketiga
saudaranya seolah minta persetujuan. Tiga Mayat
Aneh sama anggukkan kepala. Mayat Aneh Kesatu
lalu kembali berpaling pada Wiro lalu berkata. "Orang
yang menyuruh adalah seorang Empu bernama Empu
Sem/rang Biru..."
"Empu Semirang Biru..." Wiro mengulang menyebut nama "Aku belum pernah mendengar nama
itu sebelumnya. Siapa adanya orang itu?"
"Dia adalah Empu sakti yang membuat Keris
Kanjeng Sepuh Pelangi atas perintah Yang Mulia Sri
Maharaja Mataram." Jawab Mayat Aneh Kesatu. Lalu
menambahkan. "Selain lenyapnya gadis berkaki satu
dari dalam peti secara aneh, kami berempat juga tidak
menemui Empu itu disini. Padahal dia yang
menyuruh kami agar membawa si gadis ke Candi
Kaiasan..."
"ApaEmpu Semirang Biru menerangkan mengapa
dia minta sahabat berempatmombawa gadis itu ke
Candi Kalasan?"
Mayat Aneh Kesatu menggeleng. Tiga saudaranya
ikut menggeleng.
"Agaknya ada hubungan antara gadis itu dengan
keris yang dtciptakan sang Empu. Kalau kalian
memang tertipu berarti gadis itu dalam bahaya besari
Aku..." Ucapan Wiro belum selesai ketika tiba-tiba tanah
di halaman Candi Kalasan terasa bergetar. Bangunan
candi tampak bergoyang.
Ada mahluk rak mendatangi tem at ini Bisik
Mayat Aneh Ketiga sambil mengusap telinga
"Aku mencium bau amfs..." Ucap Mayat Aneh
Kedua. Terdengar suara mengorok keras dari arah kiri.
Wiro berpaling ke arah satu gundukan batu besar di
balik sebuah pohon Mahoni Dia tidak melihat apa-apa
Kebka dia menoleh ke bagian belakang Candi Kalasan
pandangannya membentur sosok tinggi berjubah biru
dada berbulu, kepala botak bercula merah. Kumis dan
janggut serta sepasang alis hitam berkilat, mencuat ke
atas. Mata besar yang memiliki bola mata sebuah titik
kedi bergerak liar berputar lalu mengarah pada
Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Arwah Ketuai" Ucap Wiro. "Sebelumnya dia
jermaksud jahat hendak membunuhku. Kali ini kalau
dia hendak melakukan kembali, aku tidak perduli
larangan Sepasang Arwah Bisul Aku akan menghabisinya!"
"Aku mencium bau amis..." Mayat Aneh Kedua
mengulang ucapan.
"Bau amis itu adalah bau amis Ketua Jin Seratus
Perut Bumi yang menyusup masuk ke dalam tubuh
Arwah Ketua. Ini semua perbuatan Sinuhun Merah
Penghisap Arwah. Aku menaruh kasihan pada mahluk
raksasa ini. Tapi kalau dia memang ingin membunuhku, apa boleh buat Aku terpaksa menghabisinya lebih dulu!"
"Kalau memang di dalam tubuhnya ada roh jahat
Ketua Jin Seratus Perut Bumi. serahkan pada kami.
Biar kami menguli tinya Kata Mayat Aneh Ketiga lalu
memberi tanda pada tiga saudaranya.
"Kalian akan mengulitinya?" tanya Wiro sambil
menggaruk kepala heran. "Ah, ini satu ilmu baru yang
inpln sekali aku menyaksikannya "
Empat MayatAneh saling menempelkan dua
tangan satu sama lain. Lalu sama-sama berseru.
'Delapan Pisau Pengikis Arwahl"
"Sreett!"
Gulungan kain putih yang membungkus tangan
Empat MayatAneh bergulung membuka. Delapan
tangan tersingkap. Ujung tangan yang seharusnya
berupa lima buah jari ternyata berbentuk seperti
pahat besar yang berkilauan saking ta amnya
Seperti tadi, sayup-sayup terdengar suara orang
bicara. 'Baru kali ini aku mel hatmah uk raksasa. Tim
kekar, dada berbulu. Pasti kuat sekal H k. h k! Tapi
sayang mukanya jelek. Tidak ganteng Aku tidak
bernafsul Hik..hik...hiki Aih? Apa itu" Delapan tangan
berubah jadi pisau tajam. Eh. apa Empat Mayat Aneh
mau menyunat raksasa tu Oalal Hati-hati! Potongan
daging sunatannya pasti sekarung penuhi Bisa dibuat
dendeng untuk orang sekampung! Hik... hik... hik...!"
TAMAT Ikuti serial berikutnya berjudul
DELAPAN SUKMA MERAH
Pembunuh Dari Jepang 1 Keris Pusaka Nogopasung Karya Kho Ping Hoo Dendam Empu Bharada 17