Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 42
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
bulak di sekitar padukuhan. Bahkan kami akan dapat memperbaiki parit induk untuk mengalirkan air sampai ke tengah-tengah bulak yang kering itu" "Besok kita akan mulai" berkata Paksi. "Baik, Ki Sanak. Besok kita akan mulai" "Tetapi jangan terlalu siang. Kita akan mulai sebelum matahari terbit. Udaranya tentu terasa nyaman sekali" "Sebelum matahari terbit?" bertanya salah seorang di antara anak muda itu. "Jadi kapan kita harus bangun?" "Kalian harus bangun menjelang fajar" jawab Paksi. Anakanak muda itu saling berpandangan. Namun kemudian mereka tertawa. Seorang di antara merekapun berkata, "Kami tidak terbiasa bangun pagi-pagi sekali" "Kalian harus mencoba" "Baiklah, kami akan mencobanya" Namun pembicaraan merekapun segera terputus. Dari kejauhan mereka melihat Wandawa dan beberapa orang kawannya mendatangi tempat itu. Salah seorang anak muda yang berada di tempat itu berdesis, "Ki Bekel, Wandawa dan kawan-kawannya telah datang. Mereka tentu berusaha mencegah niat kita memasang talang bambu yang panjang sampai ke kotak-kotak sawah" "Aku akan mencegahnya. Tetapi jika Wandawa ingin memaksa dengan kekerasan, bukankah kalian dapat mengatasinya?" "Kami akan mencobanya, Ki Bekel" "Mereka datang berempat" "Mugi itu agaknya telah berkhianat. Semalam ia bersedia untuk datang bersama-sama dengan kami. Tetapi ternyata anak itu menemui Wandawa dan memberitahukan rencana kami" Sejenak kemudian, Wandawa dan tiga orang kawannya telah menjadi semakin dekat. Dengan wajah yang tegang, dipandanginya anak-anak muda yang telah datang lebih dahulu itu seorang demi seorang. Kemudian Wandawa itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
melangkah mendekati Ki Bekel sambil berkata, "Jadi Ki Bekel juga hadir di sini pagi ini?" "Ya, Wandawa" "Ki Bekel juga ingin membuat padukuhan kita ini resah dan kacau?" "Kenapa?" "Selama ini kita hidup dalam ketenangan dan ketenteraman, Ki Bekel. Kedua orang anak muda ini datang untuk mengguncang ketenangan itu. Seharusnya Ki Bekel mengusir mereka. Bukan sebaliknya justru melibatkan diri" "Kenapa padukuhan kita menjadi resah dan apalagi kacau?" bertanya Ki Bekel. Wandawa memang agak kebingungan menjawab pertanyaan itu. Namun kemudian iapun menjawab, "Sebaiknya kemapanan ini tidak usah diusik dengan cara apapun juga" "Siapa yang akan mengusik kemapanan?" Wandawa terdiam sejenak. Dengan wajah yang tegang iapun kemudian berkata, "Pokoknya aku dan ayah berkeberatan dengan rencana pembuatan parit itu" "Kau dan ayahmu tentu mempunyai alasan, kenapa kalian berkeberatan" sahut Ki Bekel. "Apapun alasan kami tidak penting. Yang penting tidak seorang pun akan membuat parit ke bulak di padukuhan itu" "Kami tidak akan membuat parit, Wandawa" Paksilah yang menyahut. "Membuat parit dibutuhkan banyak sekali tenaga dan waktu" "Jadi apa yang akan kalian lakukan?" "Kami akan membuat talang air dari bambu yang disambung-sambung. Empat atau lima jelujur talang bambu" "Bukankah itu sama saja?" "Tidak. Tentu ada bedanya" "Persetan dengan talang bambumu. Kami sangat berkeberatan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Sudahlah, Wandawa. Biarkan saja apa yang ingin mereka lakukan. Ini tidak mengganggu air di sawahmu yang terhitung subur di padukuhan kita yang kering dan gersang ini" "Aku tidak peduli" jawab Wandawa. "Yang penting, urungkan niat anak-anak muda itu" "Tentu saja aku tidak berhak mengurungkannya karena yang mereka lakukan itu sama sekali tidak bertentangan dengan paugeran yang berlaku di padukuhan dan bahkan seluruh kademangan kita ini" Tiba-tiba saja Mugi yang telah memberitahukan rencana pembuatan parit itu berkata, "Ki Bekel, jika parit itu nanti terwujud, maka ayah Wandawa akan menjadi sangat marah. Ia akan dapat kehilangan banyak tenaga karena mereka akan sibuk di sawah mereka masing-masing. Setidak-tidaknya upah tenaga akan menjadi semakin mahal" "Tutup mulutmu" bentak Wandawa. "Bukankah tadi ayahmu berkata begitu?" Wandawa justru telah menampar mulut Mugi sambil membentak, "Haruskah hal itu kau katakan kepada Ki Bekel?" Mugi terkejut. Mulutnya terasa pedih. Dari bibirnya yang pecah, darah mulai mengalir. "Aku rontokkan gigimu, anak dungu" Wandawa hampir berteriak. Wijang dan Paksi saling berpandangan sejenak. Jadi itulah alasan yang sebenarnya dari Ki Cakrajaya. Ki Bekelpun kemudian mengangguk-angguk sambil berdesis, "Jadi itukah alasan sebenarnya dari ayahmu, Wandawa" Selama ini, ayahmu dan aku sendiri, selalu berbicara tentang kemapanan hubungan antara penghuni padukuhan kita. Jadi itulah latar belakangnya" -ooo00dw00oooJilid 35
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"AKU TIDAK peduli dengan igauan anak setan ini. Tetapi Ki Bekel dapat melihat sendiri. Sebelum parit atau talang itu benarbenar di buat, di padukuhan kita telah timbul persoalan. Jika anak-anak itu nekat melanjutkan rencananya, maka persoalan ini akan menjadi semakin berkembang" "Katakan kepadaku, Wandawa. Siapakah yang telah menumbuhkan persoalan ini" Anak-anak itu atau kau?" Wajah Wandawa menjadi merah. Dengan suara yang bergetar iapun berkata, "Jika tidak ada gagasan gila ini, aku tentu tidak akan berbuat apa-apa" "Sudahlah, Wandawa. Pulanglah. Biarlah anak-anak ini membuat talang sesuai dengan gagasan yang mereka terima dari kedua pengembara itu. Jika talang itu memberikan kenyataan yang baik, maka rakyat di padukuhan kita tentu akan bersedia membuat parit ke bulak yang kering itu. Justru sekarang aku harus mengakui, betapa malasnya kita sebelumnya. Sikapmu, sikap ayahmu dan tekad anak-anak muda ini akan membuka mata kita, bahwa yang terjadi bukanlah kemapanan, ketenangan dan ketenteraman. Tetapi kemalasan berpikir dan berbuat" "Ki Bekel" berkata Wandawa, "aku minta Ki Bekel menghentikan rencana itu" Ki Bekel menggelengkan kepalanya. Katanya, "Tidak. Aku tidak akan menghentikan rencana itu" "Jika demikian, aku akan menyampaikannya kepada ayah. Ki Bekellah yang bertanggung jawab terhadap ayah jika ayah marah" Ki Bekel justru tersenyum. Katanya, "Wandawa, terserah saja kepadamu. Tetapi ingat, bahwa akulah Bekel di sini. Bukan ayahmu" "Aku tahu. Tetapi ayah adalah sahabat baik Ki Demang. Sedangkan Ki Bekel berada di bawah perintah Ki Demang. Jika Ki Demang memerintahkan untuk membatalkan rencana ini, maka Ki Bekel tidak akan dapat berbuat apa-apa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel justru tertawa. Katanya, "Terserah saja kepada ayahmu, Wandawa. Jika ia ingin berbicara dengan Ki Demang, biarlah ia melakukannya. Ki Demang tidak hanya mengurusi padukuhan ini. Tetapi Ki Demang juga harus memperhatikan padukuhan yang baru saja disinggahi oleh beberapa orang yang telah merampok padukuhan itu habis-habisan" Wandawa termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Kau akan menyesal, Ki Bekel" "Tidak. Aku tidak akan menyesali sikapku ini. Anak-anak muda ini juga tidak. Jika Ki Demang mendengar gagasan ini, maka ia tentu akan mendukungnya" Wandawa tidak menjawab. Namun iapun segera melangkah meninggalkan tempat itu. Ki Bekel, Wijang, Paksi serta anak-anak muda yang sudah siap untuk membuat talang air dari bambu itu memperhatikan Wandawa serta kawan-kawannya yang melangkah semakin jauh. Nampaknya mereka benar-benar menjadi marah. Apalagi Wandawa. Ia tidak saja marah kepada mereka yang akan membuat talang, tetapi ia pun marah kepada Mugi yang begitu dungunya dengan mengatakan alasan Ki Cakrajaya yang sebenarnya tentang pembuatan talang air itu. "Kita tidak akan terpengaruh oleh sikap mereka" berkata Ki Bekel. "Ya" berkata salah seorang di antara anak-anak muda itu. "Bagus" berkata Wijang. "Seperti yang kita bicarakan, besok kita akan datang sebelum matahari terbit. Kalian harus berlatih bangun pagi-pagi. Jika kalian tidak bersedia berlatih bekerja keras, maka kalian tidak akan dapat melahirkan perubahan apa-apa. Jika kalian hanya ingin yang termudah, tidak berani menghadapi kesulitan, maka tidak akan ada yang dapat kalian capai. Karena untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, kalian harus berani berbuat dan bekerja keras. Sebenarnyalah kebahagiaan yang diimpikan oleh setiap orang itu memerlukan pengorbanan. Jika kita ingin mengail ikan, maka kita harus bersedia mengorbankan umpan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Seorang di antara mereka berkata, "Baiklah. Besok kita akan datang menjelang matahari terbit" "Kalian dapat tidur sejak matahari terbenam" berkata Ki Bekel sambil tertawa. "Tetapi Ki Bekel sendiri juga harus bangun pagi-pagi" "Ya. Aku akan bangun pagi-pagi sekali. Menjelang fajar" Anak-anak muda itupun tertawa pula. Seorang di antara mereka berkata, "Tidak ada yang berani membangunkan Ki Bekel" "Tentu ada. Hari ini aku bangun pagi-pagi. Jika kalian tidak percaya, bertanyalah kepada kedua orang pengembara ini" Wijang dan Paksi hanya tersenyum saja. Demikianlah, beberapa saat kemudian mereka telah meninggalkan tempat itu. Mereka akan bekerja esok. Mereka akan datang sebelum matahari terbit sambil membawa peralatan yang diperlukan untuk menebang bambu serta membuat saluran air yang panjang. Dalam pada itu, Wandawa dan kawan-kawannya telah menghadap ayahnya. Wandawa memberitahukan, bahwa di antara anak-anak muda itu terdapat Ki Bekel. "Apa yang akan mereka lakukan?" "Mereka akan membuat talang air, Ayah. Mereka ingin mengalirkan air ke sawah mereka" "Iblis manakah yang telah memberikan gagasan tentang talang air itu?" "Ada dua orang pengembara di antara mereka. Tentu keduanyalah yang telah mempengaruhi Ki Bekel untuk ikut serta bersama anak-anak itu untuk membuat talang air. Kedua orang pengembara itulah yang telah minta berbicara dengan anak-anak muda di padukuhan ini" "Kerja itu harus dihentikan" "Ya" jawab Wandawa. "Tetapi mulut Mugi itu sangat lancang" "Kenapa?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ia sudah mengatakan alasan Ayah yang sebenarnya, kenapa kita berkeberatan jika orang-orang padukuhan ini membuat parit" "Gila" geram Ki Cakrajaya. "Apakah aku harus mengoyak mulutnya?" "Aku sudah menamparnya sehingga mulutnya berdarah" "Biarlah jika alasan yang sebenarnya itu sudah terlanjur dikatakan, meskipun terasa agak mengganggu. Biarlah aku menemui Ki Bekel dan langsung menyatakan keberatan itu" "Nampaknya Ki Bekel sudah bertekad untuk melaksanakannya. Sebaiknya yang menemui Ki Demang, serta minta Ki Demang mengurungkan rencana Ki Bekel untuk membuat talang air itu" "Aku akan menemui Ki Bekel lebih dahulu. Jika Ki Bekel menjadi keras kepala, aku akan menemui Ki Demang. Tergantung sekali kepada Ki Demang, apa yang akan dilakukannya. Jika Ki Demang berkeberatan untuk mencegah Ki Bekel, maka aku sendiri akan mencegahnya" Wandawa mengangguk-angguk kecil. Katanya, "Terserah saja kepada Ayah" "Besok aku akan menemui Ki Bekel yang tentu berada di gumuk itu" "Besok aku akan ikut bersama Ayah" "Tetapi kau harus menahan diri. Meskipun seandainya Ki Bekel tetap menolak, besok aku belum akan bertindak. Aku akan lebih dahulu menemui Ki Demang" Wandawa mengangguk-angguk pula. Tetapi ia tidak menjawab. Dalam pada itu, beberapa orang anak muda telah mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa esok. Sebagian dari alat-alat itu mereka pinjam dari Ki Bekel, sedangkan yang lain, mereka kumpulkan dari sanak kadang mereka. Ketika di sore hari anak-anak muda itu bertemu dan berbincang dengan kawan-kawannya, ternyata ada empat
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
atau lima orang lagi yang ingin ikut mencoba bekerja buat dari depan. "Malas juga bangun pagi-pagi sekali" desis seorang di antara mereka. "Tetapi rasa-rasanya ingin juga mencoba" "Menurut Paksi, salah seorang dari kedua orang pengembara itu, segala sesuatunya tergantung kepada niat kita. Apakah kita benar-benar ingin melakukannya atau tidak" "Baiklah" berkata salah seorang dari mereka. "Jika Ki Bekel juga ikut, kami akan mencoba untuk bangun pagi-pagi" Seorang yang lain menyahut, "Aku akan tidur sejak sekarang" Kawan-kawannya yang mendengar kelakar itupun tertawa. Namun tiba-tiba saja seorang di antara mereka berdesis, "Bagaimana dengan Wandawa dan ayahnya?" Anak muda yang telah dahulu datang ke gumuk itu menjawab, "Kita akan berusaha mengatasinya jika Wandawa ingin mengganggu. Sedangkan ayahnya akan diredam oleh Ki Bekel" "Tetapi pengaruh Ki Cakrajaya itu besar sekali. Tidak saja di padukuhan ini, tetapi di seluruh kademangan" "Kita akan melihat, apa saja yang dapat dilakukannya. Seandainya karena usahanya maka kerja ini harus dihentikan, kita akan berhenti" "Jadi apa yang kita lakukan besok itu akan sia-sia?" "Mungkin. Tetapi menurut Wijang, kita harus berusaha" "Siapakah Wijang itu?" "Salah seorang dari kedua pengembara itu. Yang seorang namanya Wijang, yang seorang namanya Paksi" Kawan-kawannya mengangguk-angguk. "Nah, sekarang kita pulang, beristirahat sebaik-baiknya. Tidur nyenyak sampai menjelang fajar. Kita akan mencoba bangun pagi-pagi sekali" "Ya, Ki Bekel" "Sekarang tidurlah. Agar kita tidak terlambat bangun" "Bukankah malam baru saja turun?" "Tetapi kita akan bangun menjelang fajar"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang tertawa. Katanya, "Aku terbiasa tidur setelah wayah sepi uwong" Ki Bekel mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi iapun bertanya, "Jadi, waktu tidur kalian hanya begitu pendek?" "Tetapi itu sudah cukup bagi kami" Ki Bekel tertawa. Katanya, "Baiklah. Aku akan mencobanya. Tetapi dari sedikit. Jika aku memaksa diri dengan serta-merta, mungkin aku akan menjadi sakit-sakitan" Wijang dan Paksipun tertawa pula. "Kami memang harus mengakui" berkata Ki Bekel kemudian, "bahwa kami adalah orang-orang yang malas. Tetapi kemalasan ini sudah berlangsung lama, sehingga untuk melakukan perubahan, diperlukan waktu" "Kami tahu, Ki Bekel" sahut Wijang. Sebenarnyalah, sejenak kemudian, Ki Bekelpun benarbenar pergi ke biliknya. Ia sudah berpesan kepada Nyi Bekel dan kepada pembantu-pembantunya agar Ki Bekel itu dibangunkan pagi-pagi sekali. "Yang tentu akan bangun pagi-pagi adalah anak-anak muda pengembara itu" berkata Nyi Bekel. "Mereka tentu tidak berani membangunkan aku" "Baiklah, aku akan berusaha untuk bangun pagi-pagi" Namun sebelum Ki Bekel tidur, terdengar pintu pringgitan diketuk keras-keras. "Siapa?" bertanya Ki Bekel yang matanya sudah redup. "Ki Bekel, buka pintunya" Ki Bekel termangu-mangu sejenak. Sementara Nyi Bekel berdesis, "Siapakah mereka, Kakang. Nampaknya bukan orang padukuhan ini. Suaranya terdengar keras dan kasar" Karena Ki Bekel tidak segera menjawab, maka terdengar lagi pintu itu diketuk semakin keras. "Buka pintunya, Ki Bekel. Kau dengar" "Siapa kau?" bertanya Ki Bekel. "Buka dahulu pintunya. Ki Bekel akan tahu, siapa aku" Meskipun Ki Bekel terhitung orang yang malas, tetapi ia bukan seorang penakut. Karena itu, maka iapun segera
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
bangkit. Disambarnya sebatang tombak pendeknya. Kemudian melangkah keluar dari biliknya menuju ke pintu pringgitan. "Hati-hatilah, Kakang" "Masuklah ke dalam bilik, Nyi" desis Ki Bekel. Perlahan-lahan Ki Bekelpun melangkah ke pintu. Diangkatnya selarak pintunya. Kemudian ditariknya sindik kayu di atas daun pintu itu. Dengan cepat Ki Bekel itu meloncat surut. Demikian pintu terbuka, maka Ki Bekel itupun melihat beberapa orang berdiri di belakang pintu. Orang-orang itu belum pernah dilihatnya sebelumnya. Namun ketika seorang di antara mereka akan melangkah masuk, Ki Bekel itupun berkata, "Berdiri saja di situ" Orang itu tertegun. Ujung tombak Ki Bekel merunduk setinggi jantung orang yang berdiri di depan pintu itu. "Siapa kalian dan untuk apa kalian datang malam-malam begini?" Orang itu memandang wajah Ki Bekel dengan tajamnya. Namun ia tidak melihat kecemasan membayang di wajah itu. "Ki Bekel" berkata orang yang berdiri di paling depan, "sebenarnya kami tidak berurusan dengan Ki Bekel" "Jadi, kenapa kalian kemari?" "Kami berurusan dengan Wijang dan Paksi. Dua orang yang mengaku sebagai pengembara" "Ada apa dengan mereka?" "Bukankah mereka bermalam di sini" Bukan di banjar?" "Ya. Malam ini mereka memang berada di sini" "Serahkan kedua orang itu kepada kami" "Kenapa aku harus menyerahkan mereka?" "Mereka telah melakukan kejahatan di kademangan kami" "Kejahatan apa?" "Sebenarnya mereka tidak hanya berdua. Tetapi kawankawannya ada sekitar empat orang. Mereka telah mengambil dengan paksa barang-barang milik beberapa keluarga di kademangan kami" "Kademangan mana, Ki Sanak?" "Kami adalah orang-orang dari Kademangan Randucawang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel termangu-mangu sejenak. Ia teringat kepada penuturan beberapa orang tentang pemerasan yang terjadi di sebuah padukuhan di kademangannya. Bahkan Ki Demang pun telah membenarkannya. Tetapi ciri-ciri orang yang memeras dan merampas beberapa barang berharga itu tidak seperti yang nampak pada kedua orang pengembara yang masih muda itu. Apalagi menilik sikap keduanya serta kesediaan mereka membantu menyelenggarakan perubahan di padukuhan itu. Apakah nanti akan berhasil atau tidak, bukan soal. Tetapi keduanya telah menyampaikan gagasan yang masuk akal bagi kesejahteraan padukuhan itu. "Ki Sanak" berkata Ki Bekel, "menurut pengamatan kami, tentu bukan kedua orang pengembara yang bermalam di sini. Jika Ki Sanak orang Randucawang, Ki Sanak tentu sudah mendengar, bahwa salah satu padukuhan di kademangan kami juga pernah didatangi beberapa orang yang memeras dan bahkan katakan saja, merampok beberapa orang penghuninya. Tetapi ciri-ciri dari para perampok itu sama sekali tidak sama dengan ciri-ciri kedua orang anak muda yang sekarang bermalam di rumahku ini" "Kami akan bertemu dengan mereka" "Baik. Tetapi kalian harus berjanji bahwa kalian tidak akan bertindak sendiri. Aku bekel di sini. Segala sesuatunya, akulah yang memutuskan" "Ki Bekel, peristiwa kejahatan itu terjadi di kademangan kami. Karena itu, maka kami akan minta untuk membawa kedua orang itu ke kademangan kami" "Jika yang datang Ki Demang Randucawang atau Ki Jagabaya atau bebahu Randucawang yang hampir semuanya sudah aku kenal, maka aku akan menyerahkannya. Tetapi aku belum mengenal Ki Sanak. Bahkan aku belum mengenal seorang pun di antara kalian. Padahal aku banyak mempunyai kenalan di Randucawang" "Ki Bekel, aku adalah utusan demang Randucawang itu" "Sudah aku katakan, jika yang datang bebahu Randucawang yang hampir semuanya sudah aku kenal, maka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
aku akan menyerahkan mereka berdua. Tetapi aku tidak akan menyerahkan mereka kepada orang yang tidak aku kenal" "Ki Bekel, kami datang dengan membawa kuasa dari Ki Demang. Itu tidak ada bedanya, bahwa Ki Demang sendiri datang kemari" "Apakah kalian dapat membuktikan bahwa kalian telah mendapat kuasa dari Ki Demang?" "Ki Demang hanya memberikan perintah lesan" "Karena itu, aku tidak dapat menyerahkan mereka" "Jangan berkeras, Ki Bekel" "Aku akan bertindak sebagai seorang bekel di sini" "Ki Bekel, jika Ki Bekel berkeberatan untuk menyerahkan keduanya, maka kami akan terpaksa mempergunakan kekerasan" Ki Bekel menjadi tegang. Ujung tombaknyapun menjadi bergetar. Dengan nada tinggi iapun berkata, "Jadi kalian juga akan merampok seperti orang-orang yang kalian cari itu?" "Kami tidak merampok. Tetapi kami sedang berusaha menangkap perampok" "Tetapi cara yang kau pakai tidak ada bedanya dengan cara seorang perampok. Bahkan kau akan merampok wewenangku di padukuhan ini" "Terserah saja apa yang akan Ki Bekel katakan. Tetapi kami akan mengambil kedua orang anak muda itu dan membawa ke Randucawang" "Tidak. Besok aku akan menemui Ki Demang Randucawang. Aku sendiri akan membawa kedua orang anak muda itu dan menanyakan kepada Ki Demang, apakah benar mereka yang dicari" "Aku tidak mau menunggu sampai besok. Aku akan membawa mereka sekarang" "Jika demikian, pengakuan kalian sebagai orang Randucawang justru meragukan" "Percaya atau tidak itu terserah saja kepada Ki Bekel. Tetapi yang penting, kami akan membawa kedua orang itu" "Tidak. Aku tidak akan menyerahkan mereka"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Bekel, bukankah selama ini tidak ada persoalan di antara kita" Jika Ki Bekel tidak mau menyerahkan keduanya, maka akan timbul perselisihan antara Ki Bekel dengan Ki Demang di Randucawang" "Aku tidak yakin. Besok aku akan pergi ke Randucawang" "Kami tidak dapat menunggu sampai esok. Serahkan keduanya sekarang, atau Ki Bekel akan menyesali kekerasan hati Ki Bekel" "Aku tidak akan menyesal" Tiba-tiba saja orang itu bergeser mundur selangkah. Kepada beberapa orang yang datang bersamanya, orang itu berkata, "Cari kedua orang itu. Ia ada di sini. Aku pikir keduanya ada di gandok kiri atau kanan" Namun mereka terkejut karena mereka mendengar suara di seketeng. "Kami ada di sini" Ketika orang-orang yang datang ke rumah Ki Bekel itu berpaling, mereka melihat dua orang berdiri di depan pintu seketeng. Remang-remang cahaya lampu minyak yang menyala di pendapa itu sempat menggapai mereka. "Ki Sanak" terdengar suara Wijang, "kami sama sekali tidak pernah melakukan perampokan sebagaimana kalian tuduhkan. Jika saja Ki Bekel meragukan bahwa kalian orang-orang Randucawang, maka kami pun akan menyatakan bahwa kami berkeberatan untuk ditangkap dan dibawa ke Randucawang. Sebaliknya jika Ki Bekel tidak meragukan kalian, maka kami akan melakukan apa saja yang diperintahkannya" "Setan kau" geram orang yang berdiri di depan pintu. "Tangkap mereka" Beberapa orang itupun segera menghambur berlari ke arah Wijang dan Paksi yang sengaja menunggu mereka di halaman. Orang yang berdiri di depan pintu itu masih berada di depan pintu. Kepada Ki Bekel iapun berkata, "Ki Bekel, kami telah menemukan kedua orang itu. Sebaiknya Ki Bekel tidak usah ikut campur. Kami akan menangkap mereka dan membawa mereka ke Randucawang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Orang itu tidak menunggu jawaban. Namun orang itu pun segera berlari pula ke pintu seketeng. Demikian orang itu meninggalkan pintu pringgitan, maka Ki Bekelpun segera meloncat keluar. Dilihatnya beberapa orang itu telah mengepung Wijang dan Paksi. "Menyerahlah" berkata orang yang telah menemui Ki Bekel di muka pintu pringgitan. Seorang yang berkumis lebat tetapi berjanggut tipis dan jarang. Ki Bekel yang masih berdiri di pendapa itu melihat Wijang dan Paksi yang berdiri di dalam kepungan orang-orang yang tidak dikenal itu berdiri berdampingan. Nampaknya keduanya sama sekali tidak menjadi cemas melihat orang-orang yang garang mengepung mereka. "Jika kalian menyerah, kami masih akan mempertimbangkan banyak hal tentang kalian berdua. Kalian akan mendapat banyak pengampunan, sehingga hukuman kalian akan menjadi sangat ringan" berkata orang berkumis lebat itu. "Kami tidak memerlukan pengampunan karena kami tidak bersalah" jawab Wijang. "Kalian tidak akan dapat ingkar" "Hanya orang yang merasa bersalah saja yang minta diampuni kesalahannya. Sementara itu, kami merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang dapat dianggap satu kesalahan. Jika di sini kami menyampaikan gagasan untuk membuat saluran air, bukankah itu bukan satu kesalahan?" "Kami tidak berbicara tentang saluran air" "Aku yakin, bahwa kalian datang karena saluran air itu. Bukan karena perampokan yang terjadi di Randucawang, meskipun kalian mengaku orang-orang Randucawang. Jika persoalannya adalah perampokan di Randucawang, di antara kalian tentu ada satu atau dua orang bebahu. Tetapi ternyata tidak. Tidak ada di antara kalian yang dapat mengaku bebahu Randucawang karena Ki Bekel mengenal semua bebahu di Randucawang itu" "Persetan dengan igauanmu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kalian tentu datang untuk menangkap kami dan mungkin untuk menyakiti kami karena kalian yakin bahwa kamilah yang telah melontarkan gagasan untuk membuat talang air itu" "Dugaan yang tepat" sahut Ki Bekel yang berdiri di pendapa dengan tombak di tangan. "Agaknya mereka datang karena rencana itu. Aku pun menjadi semakin yakin, bahwa mereka bukan orang-orang Randucawang" "Aku tidak peduli" berkata orang yang berkumis lebat. "Keduanya harus ditangkap dan dibawa ke Randucawang" Lalu katanya kepada kawan-kawannya, "Tangkap mereka. Jika mereka melawan, mereka harus ditundukkan. Jika karena itu maka mereka terluka, itu adalah salah mereka sendiri" Kawan-kawannya tidak menunggu terlalu lama. Lima orang bergerak serentak menyerang Wijang dan Paksi. Sementara orang yang berkumis lebat itu berdiri termangu-mangu. Agaknya ia sedang mengamati Ki Bekel, jika Ki Bekel itu akan ikut campur. Ki Bekel berdiri dengan tegang menyaksikan Wijang dan Paksi berloncatan membela diri. Namun Ki Bekel mengurungkan niatnya untuk turun ke arena ketika ia menyaksikan bagaimana Wijang dan Paksi menghadapi kelima orang laki-laki yang garang yang mengaku datang dari Randucawang itu. Dalam waktu yang singkat, seorang dari kelima orang itu terdorong beberapa langkah surut. Bahkan orang itu tidak lagi mampu mempertahankan keseimbangannya, sehingga jatuh terbanting. Namun orang itupun segera bangkit berdiri meskipun harus menyeringai menahan sakit di punggungnya. Tetapi belum lagi mampu berdiri tegak, maka seorang kawannya telah terlempar menimpanya, sehingga keduaduanya justru jatuh berguling di tanah. Seorang di antara mereka mampu segera bangkit sambil menahan pinggangnya dengan tangannya. Sedangkan yang seorang lagi baru kemudian tertatih-tatih berdiri. Sementara itu, ketiga orang kawannya justru telah mengambil jarak. Ternyata kedua orang pengembara itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
memiliki kemampuan melindungi diri mereka. Seorang di antara orang-orang yang mengaku dari Randucawang itu menggeram, "Ternyata dugaan kami benar. Kalian tentu bagian dari mereka yang telah merampok di Randucawang. Ternyata kalian mempunyai kemampuan dalam olah kanuragan, meskipun kasar dan liar" "Apakah hanya para perampok saja yang memiliki kemampuan untuk membela dirinya?" "Ya" "Bagaimana dengan kalian" Apakah kalian juga perampok atau orang upahan yang kerjanya menyakiti orang lain untuk beberapa keping uang. Bahkan membunuh?" "Persetan kau orang-orang yang licik" geram orang itu. "Semula kami memang tidak ingin membunuh. Kami hanya ingin membawa kalian ke kademangan kami. Tetapi jika kalian bersikukuh untuk menolak, bahkan melawan, maka mungkin saja kalian akan mati di halaman rumah Ki Bekel ini" "Aku menjadi saksi" berkata Ki Bekel yang telah melihat kemampuan Wijang dan Paksi, "siapa pun yang mati, tidak akan menjadi persoalan. Tidak akan ada yang dianggap bersalah karena pembunuhan. Apalagi karena aku meragukan bahwa kalian benar-benar orang Randucawang. Seandainya benar kalian orang-orang Randucawang, aku akan memberi penjelasan kepada Ki Demang Randucawang bahwa kalian telah melanggar unggah-ungguh dan paugeran padukuhan ini" Orang yang berkumis lebat dan berjanggut tipis itupun menggeram, "Ki Bekel, jika kau tetap melindungi kedua orang itu, maka kau akan kami anggap ikut bersalah" "Siapa yang melindungi para pengembara itu" Bukankah aku berdiri di sini dan tidak berbuat apa-apa" Kawankawanmu itulah yang harus bertanggung jawab jika mereka tidak berhasil menangkap kedua orang pengembara itu, apapun alasan kalian yang sebenarnya" Orang berkumis lebat itu menggeram. Tetapi ia tidak dapat mengingkari kenyataan yang dihadapinya. Kedua orang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
pengembara itu tidak mudah untuk ditaklukkan. Apalagi ditangkap dan dibawa keluar dari padukuhan. Dalam pada itu, kedua orang yang jatuh berguling itu sudah bangkit kembali. Mereka menggeliat untuk melenturkan tubuh mereka yang terasa sakit. Seorang di antara kedua orang itupun tiba-tiba saja menarik goloknya sambil menggeram, "Aku tidak peduli, apakah aku harus menangkapnya hidup-hidup atau mati. Tetapi aku akan membunuh mereka berdua" Orang berkumis tebal itupun berkata kepada Ki Bekel, "Lihat, Ki Bekel. Orang-orangku sudah kehabisan kesabaran" "Apa yang harus aku lakukan" Bukankah aku sama sekali tidak menghalangi usaha kalian untuk menangkapnya?" "Ki Bekel dapat memerintahkan mereka untuk menyerah" "Mereka bukan orang-orangku. Aku tidak dapat memerintah mereka. Seandainya itu aku lakukan, merekapun berhak untuk tidak mentaati perintahku" "Tetapi padukuhan ini berada di bawah perintah Ki Bekel" "Apakah dengan demikian mereka harus tunduk kepada perintahku?" "Bukankah itu wajar?" "Jika demikian, kenapa kalian tidak menurut perintahku" Jika kalian menurut perintahku, tidak akan terjadi pertempuran di sini. Sementara itu, aku akan dapat membawa keduanya menghadap Ki Demang di Randucawang" "Persetan" geram orang yang baru saja terpelanting jatuh sehingga pinggangnya terasa sakit sekali. "Aku akan membunuh mereka" Kelima orang itupun telah menarik senjata mereka masingmasing. Agaknya mereka benar-benar merasa tersinggung karena mereka berlima tidak segera berhasil menguasai kedua orang pengembara itu. Sejenak kemudian, maka kelima orang itupun telah berloncatan kembali di sekitar Wijang dan Paksi. Namun di tangan mereka sudah teracu senjata mereka masing-masing.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksi termangu-mangu sejenak. Meskipun sejak semula ia sudah memegangi tongkatnya, namun ia masih belum mengerahkan kemampuannya. Tetapi menghadapi lawanlawannya yang mengacu-acukan senjatanya, maka tongkat Paksipun berputar semakin cepat. Dalam pada itu, di kedua belah tangan Wijangpun telah tergenggam sepasang pisau belatinya. Ketika kedua Lawannya mulai menyerang, maka sepasang pisau belati di tangan Wijang itupun mulai berputar seperti baling-baling. Ki Bekel yang menyaksikan pertempuran yang terjadi di samping pendapa itu menarik nafas dalam-dalam. Iapun yakin, bahwa kedua orang pengembara itu ternyata memiliki ilmu yang tinggi, sehingga Ki Bekel sendiri tidak perlu turun dan melibatkan diri di arena. "Siapakah sebenarnya keduanya?" pertanyaan itu mulai menggelitik jantung Ki Bekel. Namun Ki Bekel pun yakin, bahwa kedua orang itu tentu bukan bagian dari para perampok yang manapun juga. Bahkan Ki Bekelpun menjadi semakin yakin pula, bahwa orang-orang yang datang itu bukan orang-orang Randucawang. Mereka tentu diupah untuk menangkap Wijang dan Paksi serta mengancamnya, mungkin dengan menyakitinya atau melukainya, agar mereka tidak lagi memimpin pembangunan talang air dari bambu sebelum padukuhan itu dapat membuat parit yang baru atau memperbaiki dan memanfaatkan parit yang sudah ada tetapi rusak serta menyempurnakannya. Dalam pada itu, pertempuran itupun menjadi semakin sengit. Senjatapun terdengar berdentang beradu. Bungabunga api berloncatan di keremangan cahaya lampu minyak dari pendapa. Namun Ki Bekel tidak lagi merasa cemas. Beberapa kali orang-orang yang bertempur melawan Wijang dan Paksi itu terdesak beberapa langkah surut. Meskipun mereka mengerahkan segala kemampuan mereka, namun mereka tidak mampu menguasai kedua orang pengembara yang akan mereka tangkap itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dalam pada itu, orang yang berkumis lebat itupun menjadi cemas. Iapun dapat melihat, bahwa orang-orangnya justru mengalami kesulitan. Apalagi ketika orang itu mendengar seorang di antara kelima orang itu berteriak nyaring. Ujung pisau belati Wijang telah menyentuh bahunya, sehingga kulitnya telah terluka. Meskipun lukanya tidak begitu dalam, tetapi darahpun telah mengalir dari luka itu. Dibasahi oleh keringatnya sendiri, maka luka itu terasa nyeri sekali. Sementara itu seorang yang lain telah jatuh menelungkup. Tongkat Paksi yang mengenai punggungnya, telah mendorong orang itu demikian kerasnya, sehingga orang itu tidak mampu untuk tetap tegak berdiri. Dengan derasnya ia terdorong dan jatuh menelungkup. Wajahnya tersuruk menggores tanah yang keras berdebu, sehingga dahinya telah tertoreh beberapa larik luka. Ketika orang itu bangkit berdiri, maka darah telah meleleh di wajahnya. Orang itu menggeram. Kemarahannya telah membakar isi dadanya. Darahnya yang bagaikan mendidih telah memanasi seluruh tubuhnya. Sementara itu, orang berkumis lebat yang masih berdiri di luar arena pertempuran itu menjadi berdebar-debar. Ia harus berbuat sesuatu untuk membantu orang-orangnya. Dua orang pengembara itu harus berhasil ditangkap. Bahkan menilik suasananya, agaknya orang-orangnya hanya dapat menangkap mati kedua pengembara itu. Ketika ia melihat Ki Bekel yang memperhatikan pertempuran itu dengan segenap perhatiannya, maka timbullah gagasannya untuk mempergunakan Ki Bekel sebagai alat untuk memaksa kedua orang pengembara itu agar mereka menyerah. "Aku akan menguasai Ki Bekel. Jika keduanya tidak bersedia menyerah, maka taruhannya adalah nyawa Ki Bekel itu sendiri" berkata orang berkumis lebat itu di dalam hatinya. Karena itu, selagi Ki Bekel memperhatikan pertempuran itu dengan seksama, maka orang berkumis lebat yang telah
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menarik pedangnya itu tiba-tiba saja telah meloncat. Ia berniat untuk memukul tombak Ki Bekel agar tombak itu terjatuh. Kemudian menempelkan ujung pedang dan memaksa kedua orang pengembara itu menyerah. Tetapi ternyata Ki Bekel sempat melihat gerakan orang itu. Karena itu, ketika orang itu mengayunkan pedangnya memukul ujung tombak Ki Bekel, maka Ki Bekel sempat menarik tombaknya sehingga pedang orang berkumis lebat itu tidak menyentuhnya. Namun justru karena gerakan yang tiba-tiba, maka Ki Bekelpun tidak mampu lagi memperhitungkan gerak naluriahnya. Tiba-tiba saja tombaknya menggeliat. Dengan cepat Ki Bekel itu telah menjulurkan tombaknya, langsung ke dada orang yang meloncat ke arahnya itu. Terdengar orang berkumis lebat itu berteriak. Kemudian mengumpat dengan kasarnya. Namun suaranyapun segera patah di kerongkongan. Orang itupun terjatuh di tanah seperti sebatang pisang yang roboh. Sekali orang itu menggeliat. Namun kemudian iapun terdiam untuk selama-lamanya. Ki Bekelpun segera meloncat dan berjongkok di sampingnya. Ketika ia meraba leher orang itu, maka tidak ada lagi tanda-tanda kehidupannya. "Aku tidak sengaja membunuhnya" desis Ki Bekel yang menjadi sangat gelisah. Dalam pada itu, kelima orang yang bertempur melawan Wijang dan Paksipun melihat, bahwa orang berkumis lebat itu telah terbunuh. Karena itu, maka mereka merasa bahwa tidak ada gunanya untuk bertempur terus. Merekapun merasa bahwa kedua orang yang mereka hadapi ternyata adalah orang-orang yang berilmu tinggi. Karena itu, maka seorang di antara merekapun segera bersuit nyaring untuk memberikan isyarat kepada kawankawannya agar mereka serentak melarikan diri dan berpencar ke arah yang berbeda-beda. Tetapi isyarat itupun ditangkap pula oleh Wijang dan Paksi. Karena itu demikian mereka mulai bergerak untuk melarikan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
diri, Wijang dan Paksi segera meloncat menangkap dua orang di antara mereka. Ketika mereka meronta, maka tangkai pisau belati Wijang telah memukul keningnya, sehingga orang itu terhuyung-huyung. Kepalanya terasa menjadi sangat pening, matanya berkunang-kunang dan akhirnya iapun jatuh terguling di tanah. Sementara itu, orang yang ditangkap oleh Paksipun telah meronta pula. Namun tongkat Paksi dengan kerasnya memukul kaki orang itu, sehingga rasa-rasanya tulangnya menjadi retak. Karena itu, maka orang itupun tidak mampu segera bangkit. Apalagi melarikan diri. Wijang dan Paksi tidak menghiraukan lagi ketiga orang yang berlari berpencaran. Seorang berlari lewat pintu regol yang terbuka. Seorang meloncat dinding halaman di sebelah gandok dan seorang lagi berlari ke kebun belakang menyusup di antara tanaman. Tetapi dua orang itu sudah cukup. Wijang dan Paksipun kemudian telah memaksa kedua orang itu bangkit dan mengikat mereka masing-masing pada sebatang pohon dengan ikat kepala mereka sendiri. Baru kemudian, Ki Bekel, Wijang dan Paksi telah mengangkat tubuh orang berkumis lebat itu dan membawanya naik ke pendapa. "Aku tidak sengaja membunuhnya" desis Ki Bekel. "Peristiwa ini terjadi begitu saja dengan cepatnya, sehingga Ki Bekel tidak sempat membuat pertimbangan-pertimbangan" desis Wijang. "Ya. Ternyata besok kita tidak dapat mulai dengan kerja itu. Aku harus memberikan laporan kepada Ki Demang" "Apakah di padukuhan ini tidak terbiasa dengan isyarat kentongan pada keadaan yang gawat seperti ini?" "Ya" jawab Ki Bekel. "Dalam keadaan yang memaksa, di padukuhan ini dapat dibunyikan tanda bahaya dengan kentongan dalam irama titir. Tadi aku sudah berpikir untuk membunyikan kentongan. Tetapi ketika aku melihat bahwa
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kalian akan segera dapat segera menguasai keadaan, maka niat itupun aku urungkan" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Sementara Ki Bekel berkata selanjutnya, "Pada satu kesempatan, ketika dibunyikan isyarat kentongan dalam irama titir, seluruh padukuhan menjadi sangat ketakutan. Kegelisahan dan kecemasan meliputi seisi padukuhan ini, sehingga aku berpendapat, bahwa jika tidak perlu sekali, kentongan tidak akan dibunyikan dengan irama titir" Wijang yang masih mengangguk-angguk itupun bertanya, "Jadi, bagaimana dengan orang yang tertangkap dan terbunuh ini" Apakah Ki Bekel akan menanganinya sendiri?" "Biarlah para bebahu dipanggil" Ki Bekelpun kemudian memanggil pembantunya. Diperintahkannya orang itu pergi ke rumah Ki Jagabaya dan bebahu yang lain. Juga menjemput salah seorang anak muda yang di keesokan harinya akan pergi ke gumuk kecil untuk membuat talang air. Tetapi pembantu Ki Bekel itu berkata, "Aku takut, Ki Bekel. Jika di jalan aku bertemu dengan salah seorang di antara mereka, maka aku akan menjadi sasaran dendam mereka" "Bukankah mereka tidak mengenalmu?" "Siapapun yang mereka jumpai, tentu akan mengalami nasib buruk" Paksilah yang kemudian menyahut, "Marilah bersama aku. Jika saja aku tahu di mana rumah mereka, aku dapat pergi sendiri" "Nah, biarlah kau diantar oleh Paksi" Pembantu di rumah Ki Bekel itu masih saja ragu-ragu. Namun Ki Bekel itupun berkata, "Pergilah. Jika kau bertemu dengan mereka, biarlah Paksi yang mengatasinya" Akhirnya pembantu Ki Bekel itupun turun ke jalan bersama Paksi, menyusuri jalan padukuhan. Sejenak kemudian, merekapun telah sampai ke rumah Ki Jagabaya yang sedang tidur nyenyak.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Memang sulit untuk membangunkan Ki Jagabaya. Namun Paksi dengan sengaja telah mengetuk pintu pringgitan agak keras dan menghentak, sehingga Ki Jagabaya dan seisi rumahnya terkejut karenanya. "Siapa di luar?" teriak Ki Jagabaya yang karena terkejut, iapun telah tersentak. Tiba-tiba saja matanya tidak lagi terasa mengantuk. "Aku, Ki Jagabaya. Pembantu di rumah Ki Bekel" "Ada apa malam-malam begini" Kau telah mengejutkan aku" "Ki Jagabaya diminta datang ke rumah Ki Bekel" "Malam-malam begini?" "Ya. Ada sesuatu yang penting" "Ada apa" Begitu pentingkah sehingga malam-malam begini aku harus dibangunkan?" "Ya, sangat penting" Terdengar langkah Ki Jagabaya menuju ke pintu pringgitan. Kemudian terdengar pula selarak pintu diangkat. Sesaat kemudian, maka pintu pringgitan itupun terbuka. Ki Jagabaya berdiri di pintu, di tangannya digenggamnya keris yang sudah telanjang. Sejenak Ki Jagabaya mengamati dua orang yang berdiri termangu-mangu di pringgitan. Seorang di antaranya memang dikenalnya sebagai pembantu Ki Bekel. "Ada apa sehingga kau bangunkan aku malam-malam?" "Ada beberapa orang perampok di rumah Ki Bekel" "Perampok?" "Ya. Seorang di antara mereka terbunuh oleh Ki Bekel. Dua orang diikat pada pohon yang ada di halaman" "Baik. Baik. Aku akan pergi" "Ki Bekel minta Ki Jagabaya singgah sebentar di rumah Ki Kamituwa" "Kenapa bukan kau saja?" "Aku akan pergi ke rumah Trima" "Kenapa dengan Trima?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Bekel minta Trima memberitahukan kawan-kawannya tentang rajapati yang terjadi di rumah Ki Bekel" "Bukankah lebih penting Ki Kamituwa dan bebahu yang lain?" "Ki Bekel minta Ki Jagabaya melakukannya. Aku harus memberi tahu Trima. Sedangkan Trima juga harus memberitahu beberapa orang kawannya" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian iapun berkata, "Baik. Baik. Aku singgah di rumah Ki Kamituwa" Pembantu di rumah Ki Bekel itupun segera minta diri. Masih diantar Paksi, orang itu pergi ke rumah salah seorang anak muda yang di keesokan harinya berjanji untuk berada di gumuk kecil. Sementara itu Ki Jagabaya telah berbenah diri sambil bersungut, "Enak-enaknya orang tidur. Kenapa Ki Bekel tidak memanggil aku besok pagi saja?" Nyi Bekel yang duduk sambil menggeliat di bibir pembaringannya berkata, "Dinginnya malam ini, Kang" "Tidurlah. Aku sebenarnya juga malas keluar di malam seperti ini. Aku sudah mulai mengantuk lagi" Nyi Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia justru harus bangkit dan melepas Ki Jagabaya di pintu pringgitan, karena ia harus menyelarak pintu dari dalam. Ki Jagabaya yang menyelipkan keris di pinggangnya, berjalan di dalam gelapnya malam dengan malasnya. Ki Jagabaya sama sekali tidak takut seandainya ia bertemu dengan salah seorang perampok di jalan padukuhan. Tetapi yang sangat mengganggunya adalah kemalasan berjalan di dinginnya malam. Ketika ia membangunkan Ki Kamituwa, maka seperti juga Ki Jagabaya, maka Ki Kamituwa itupun mengeluh karena ia harus bangun di dinginnya malam. "Ki Bekel tidak pernah memberikan perintah seperti ini" berkata Ki Kamituwa. "Tentu anak-anak yang bertualang itulah yang telah mempengaruhi Ki Bekel" desis Ki Jagabaya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun Ki Jagabaya itupun kemudian berkata, "Tetapi menurut pembantunya, di rumah Ki Bekel itu terjadi perampokan. Seorang di antaranya telah terbunuh oleh Ki Bekel" "Itupun tidak pernah terjadi sebelumnya" Ki Jagabaya dan Ki Kamituwa sebagaimana diminta oleh Ki Bekel, telah singgah di rumah beberapa orang bebahu. Betapapun segannya, namun para bebahu itu harus pergi ke rumah Ki Bekel. Untuk menghilangkan keseganan dan kemalasan mereka, maka para bebahu itu telah membangunkan dan mengajak tetangga-tetangga mereka pergi ke rumah Ki Bekel untuk melihat apa yang telah terjadi. Dalam pada itu, pembantu di rumah Ki Bekel itu telah membangunkan Trima yang tidur nyenyak. "Apakah sekarang sudah hampir fajar?" bertanya Trima. "Belum. Tetapi sesuatu telah terjadi di rumah Ki Bekel" "Apa?" "Perampokan. Seorang di antara para perampok itu terbunuh" Trima mengerutkan dahinya. Kemudian katanya, "Baik. Aku akan pergi ke rumah Ki Bekel" "Ajak kawan-kawanmu" berkata Paksi. "Dengan demikian, mungkin sekali kerja kita tertunda. Atau kita mulai dari kerja yang dapat dilakukan lebih dahulu" "Baik. Aku akan mengajak kawan-kawanku yang seharusnya esok mulai dengan kerja. Sebenarnya apa pun yang dapat kami lakukan, akan kami lakukan besok. Jika niat yang sudah bergejolak ini tertunda lagi, mungkin lusa gemuruh di dada kami sudah mereda" "Kami mengerti" Malam itu ternyata banyak orang yang berkumpul di halaman rumah Ki Bekel. Bukan saja para bebahu, tetapi banyak pula tetangga-tetangga Ki Bekel dan anak-anak muda yang berdatangan. Meskipun mereka merasa segan untuk keluar di malam yang dingin, serta kemalasan mereka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
mengatasi perasaan kantuk, namun perampokan adalah satu peristiwa yang sangat jarang terjadi. Apalagi setelah mereka mendengar bahwa salah seorang di antara para perampok itu telah terbunuh oleh Ki Bekel sedangkan dua orang perampok yang lain telah tertangkap dan masing-masing diikat pada sebatang pohon. Dalam kesibukan itu, Ki Bekel menyempatkan diri berbicara dengan anak-anak muda yang di keesokan harinya akan mulai dengan kerja mereka. "Jika kerja ini tertunda" berkata Trima, "maka gelora di dalam hati mereka akan mereda, sehingga untuk mengangkatnya kembali diperlukan waktu" "Baiklah" berkata Ki Bekel, "besok kalian pergi saja ke gumuk kecil. Mulailah dengan kerja itu bersama Wijang dan Paksi. Aku akan menyelesaikan persoalan yang terjadi malam ini. Aku harus melapor kepada Ki Demang. Kemudian menguburkan orang yang terbunuh itu. Mungkin aku harus memberikan penjelasan, apakah peristiwa ini berdiri sendiri, atau mungkin dapat dihubungkan dengan perampokan yang pernah terjadi di padukuhan lain" Trima itupun kemudian berpaling kepada Wijang dan Paksi. Sementara itu, seorang kawannya bertanya, "Apakah Wijang dan Paksi harus berada di rumah Ki Bekel" Mungkin mereka harus menjawab beberapa pertanyaan pula" "Tetapi akulah yang telah membunuh. Wijang dan Paksi memang terlibat dalam perkelahian. Tetapi mereka hanya membela diri saja" "Bukankah orang-orang yang mengaku dari Kademangan Randucawang itu datang untuk mencari Wijang dan Paksi?" "Aku akan dapat memberikan penjelasan kepada Ki Demang. Tetapi mungkin pula aku harus pergi ke Randucawang untuk mengundang Ki Demang Randucawang jika bersedia. Biarlah Ki Demang Randucawang melihat, apakah orang yang terbunuh itu orang Randucawang atau bukan. Jika orang itu memang orang Randucawang, maka akupun harus memberi penjelasan kepada Ki Demang di
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Randucawang. Mungkin Wijang dan Paksi memang diperlukan untuk memberikan keterangan. Tetapi jika keduanya harus ada, maka biarlah mereka dipanggil. Tetapi sebelumnya, ia dapat bekerja bersama anak-anak di gumuk kecil itu" "Baiklah, Ki Bekel. Tetapi jika benar orang-orang ini ada hubungannya dengan keberatan Wandawa dan ayahnya, maka akan dapat terjadi sesuatu di gumuk kecil itu" "Wijang dan Paksi akan membantu mengatasinya" "Tetapi mereka orang asing bagi kita" "Seorang bebahu akan pergi bersama kalian" Trima mengangguk-angguk. Katanya, "Jika demikian, apakah kami diperbolehkan pulang sekarang agar kami dapat tidur lagi" Besok kami harus bangun pagi-pagi sekali" "Sudah waktunya untuk tidak bermalas-malasan lagi sekarang" berkata Ki Bekel. Trima mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun tersenyum. Namun dalam pada itu, sebelum Trima dan kawan-kawannya meninggalkan rumah Ki Bekel, Ki Jagabaya dengan wajah yang tegang menemui Ki Bekel di pendapa sambil berkata, "Ki Bekel, kedua orang yang terikat di pohon itu mati" "Mati" Bagaimana mungkin hal itu terjadi?" "Aku tidak tahu, tetapi keduanya telah mati" Ki Bekelpun segera meloncat turun ke halaman diikuti oleh Wijang, Paksi dan anak-anak muda yang ada di pendapa. Sebenarnyalah kedua orang yang masing-masing terikat pada sebatang pohon itu telah meninggal. Wijang dan Paksi menemukan luka yang menganga di dada yang agaknya telah menembus jantung mereka. Ki Bekel menjadi tegang. Katanya, "Keduanya akan menjadi sumber keterangan, siapakah yang menggerakkan mereka datang kemari malam ini" "Terlalu banyak orang berkerumun, Ki Bekel. Sehingga aku tidak melihat seseorang yang telah menusuk dada orang itu" "Tentu kawan-kawannya sendiri" geram Ki Bekel. "Dengan demikian mereka tidak akan dapat berceritera tentang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
seseorang yang memerintahkan mereka datang malam ini kemari" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Mereka telah menutup jalur untuk menelusuri, siapakah yang berada di balik kehadiran mereka. Ternyata orang yang mengupah orang-orang itu adalah orang yang berperhitungan jauh tanpa menghiraukan nilai nyawa seseorang. Mereka menganggap bahwa kepentingan mereka jauh lebih berharga dari tiga nyawa orang-orang upahannya" "Mereka sudah terlanjur menapak. Karena itu, maka untuk menyembunyikan perbuatan-perbuatan mereka yang bertentangan dengan paugeran, maka mereka harus melakukan pelanggaran-pelanggaran berikutnya" sahut Paksi. Terasa jantung Ki Bekel berdegup semakin cepat. Namun dengan geram Ki Bekel itupun berkata kepada Trima, "Besok, kau dan kawan-kawanmu harus mulai dengan kerja itu. Biarlah Wijang dan Paksi bersama kalian. Justru usaha untuk menggagalkan kerja itu harus menjadi cambuk bagi kita. Biarlah aku yang mengurus orang-orang yang terbunuh di halaman rumahku ini. Aku akan berbicara dengan Ki Demang. Juga Ki Demang Randucawang. Karena orang-orang ini mengaku orang Randucawang" Trima mengangguk-angguk. Sebagai anak muda iapun merasa tertantang untuk melaksanakan rencananya. Peristiwa yang terjadi di rumah Ki Bekel itu akan menjadi pemacu kerja yang akan dilakukannya. "Bukan waktunya lagi untuk bermalas-malas. Kemalasan kita tidak akan pernah memberikan harapan cerah bagi anak cucu kita" berkata Trima di dalam hatinya. Sejenak kemudian, maka Ki Bekel justru telah minta agar anak-anak muda yang besok pagi akan pergi ke gumuk kecil itu pulang. "Tidurlah jika masih sempat. Besok kalian akan mulai dengan kerja besar kalian" Trima dan kawan-kawannyapun segera meninggalkan halaman rumah Ki Bekel. Peristiwa di halaman rumah Ki Bekel
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
itu justru telah mendera mereka untuk melaksanakan rencana mereka. "Aku sependapat dengan Ki Bekel" berkata Trima yang sudah berbicara panjang dengan Ki Bekel, Wijang dan Paksi. "Kedatangan orang-orang itu tentu ada hubungannya dengan rencana pembuatan talang air yang akan kita kerjakan esok" "Ya" sahut kawannya. "Alasan mereka untuk menangkap perampok di Randucawang tentu alasan yang dibuat-buat. Menurut Ki Bekel, mereka tentu bukan orang-orang Randucawang" "Ki Bekel tentu akan menyelesaikan masalah itu dengan tuntas. Tugas kita adalah membuktikan, bahwa air itu dapat disalurkan dengan cara yang bermacam-macam ke bulakbulak kita yang kering" Dalam pada itu, Ki Bekelpun telah minta agar Wijang dan Paksi beristirahat karena esok pagi mereka juga akan pergi ke gumuk kecil. Tetapi Wijang dan Paksi menggeleng sambil tersenyum. Dengan nada datar Wijang menjawab, "Kami sudah terbiasa tidak tidur semalam suntuk, Ki Bekel" Ki Bekel termangu-mangu sejenak. Katanya, "Terserahlah kepada kalian. Kalian tentu tahu apa yang harus kalian lakukan, karena kalian adalah pengembara yang sudah terbiasa menentukan sikap kalian sendiri" "Ya, Ki Bekel" Dalam pada itu, maka kedua orang tawanan yang masingmasing terikat pada sebatang pohon, namun yang kemudian diketemukan telah meninggal itupun telah ditempatkan di pendapa pula, sehingga di atas tikar pandan yang dibentangkan di pendapa, terbujur tiga sosok mayat yang tidak dikenal. Malam itu Ki Bekel, Ki Jagabaya dan beberapa orang bebahu hampir tidak dapat tidur sama sekali. Di dini hari, para bebahu itu tertidur sambil bersandar dinding di pringgitan. Beberapa orang masih berdatangan untuk melihat apa yang telah terjadi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel dan Ki Jagabayalah yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang berdatangan itu. "Perintahkan mereka untuk bangun, Ki Bekel" berkata Ki Jagabaya ketika ia melihat para bebahu yang tertidur. "Biarlah mereka beristirahat. Biarlah besok mereka sibuk pada saat penguburan ketiga orang itu" "Bukankah kita menunggu Ki Demang?" "Ya. Ki Demang dan Ki Demang Randucawang. Besok pagipagi aku akan menemui Ki Demang dan langsung ke Randucawang" Tetapi Ki Jagabaya ternyata tidak membiarkan mereka tidur lebih lama lagi. Ketika Ki Bekel baru sibuk berbicara dengan beberapa orang yang berdatangan, maka Ki Jagabayapun telah membangunkan mereka. "Ki Jagabaya mengejutkan aku" desis Ki Kebayan. "Bangun. Jangan hanya aku dan Ki Bekel saja yang harus berjaga-jaga semalam suntuk. Kita dapat bergantian" Ki Kebayan menguap. Katanya, "Baiklah. Silahkan Ki Jagabaya beristirahat. Biarlah aku menemani Ki Bekel" Tetapi Ki Jagabaya bersungut sambil berkata, "Langit sudah menjadi merah. Bagaimana mungkin aku dapat beristirahat" Sebentar lagi matahari terbit. Ki Bekel akan menemui Ki Demang dan Ki Demang dari Randucawang" Ki Kebayan tidak menjawab. Ia hanya menguap. Namun kemudian matanya telah terpejam lagi sambil bersandar dinding. Ki Jagabaya menghentakkan kakinya. Tetapi Ki Kebayan itu sudah lelap. "Orang-orang malas" geram Ki Jagabaya. Apalagi ketika ia melihat Ki Kamituwa yang tidur di sudut pringgitan. Nampaknya nyenyak sekali. Tetapi Ki Jagabaya tidak sempat membangunkannya. Iapun harus segera turun ke halaman ketika Ki Bekel memanggilnya. Ketika Ki Jagabaya itu melangkah mendekati Ki Bekel yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
berada di antara beberapa orang yang datang, iapun melihat Ki Cakrajaya bersama anak laki-lakinya, Wandawa. "Selamat malam, Ki Jagabaya" berkata Ki Cakrajaya. Ki Jagabaya mengangguk hormat sambil menjawab, "Selamat malam, Ki Cakrajaya" "Aku baru saja mendengar bahwa telah terjadi perampokan di rumah ini" "Ya, Ki Cakrajaya. Tiga orang telah terbunuh" jawab Ki Jagabaya. Namun Ki Bekelpun segera menyahut, "Sebenarnya bukan perampokan, Ki Cakrajaya" "Jadi apa?" "Ada beberapa orang yang datang untuk mencari kedua orang pengembara yang kebetulan bermalam di rumahku ini. Mereka mengaku orang dari Randucawang" "O" Ki Cakrajaya mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Bekelpun bertanya, "Ki Cakrajaya, bukankah Ki Cakrajaya mempunyai banyak kenalan di Kademangan Randucawang" Nah, apakah orang-orang itu benar-benar orang Randucawang?" "Aku memang mengenal banyak orang Randucawang, Ki Bekel. Tetapi kenalanku adalah orang-orang terpandang. Jika mereka orang-orang yang hidupnya berada di tataran rendahan, aku tentu belum mengenal mereka" "Tetapi mungkin Ki Cakrajaya pernah melihatnya" Ki Cakrajaya termangu-mangu sejenak. Sementara Ki Bekelpun berkata, "Marilah, silahkan melihat ketiga sosok mayat itu, Ki Cakrajaya" Ki Cakrajaya tidak dapat mengelak. Iapun kemudian melihat ketiga sosok tubuh yang terbujur membeku. Nampak ketegangan membayang di wajah Ki Cakrajaya. Demikian pula wajah Wandawa. Bahkan kemudian Wandawapun segera meninggalkan ketiga sosok mayat itu dan kembali turun ke halaman. Ki Cakrajaya menggeleng. Katanya, "Aku belum pernah melihat mereka"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kami telah kehilangan jejak" berkata Ki Bekel. "Maksud Ki Bekel?" "Sebenarnya dua orang di antara mereka dapat kami tangkap hidup-hidup. Agar mereka tidak melarikan diri, maka mereka kami ikat pada batang pohon yang tumbuh di halaman. Namun ternyata di antara sekian banyak orang yang berkerumun untuk melihat kedua orang perampok itu, adalah justru kawan mereka. Dengan tanpa menghargai nyawa kawan-kawannya sendiri, mereka telah menusuk dada kedua orang itu sampai ke jantung, sehingga kedua orang itupun telah meninggal pula" "Kematian mereka adalah tanggung jawab Ki Bekel" "Kenapa tanggung jawabku?" "Keduanya sudah menjadi tawanan Ki Bekel ketika mereka masih hidup. Merekapun terikat sehingga mereka tidak dapat melindungi diri mereka sendiri. Karena itu, maka seharusnya Ki Bekel melindungi mereka dari kemarahan rakyat padukuhan ini" "Bukan rakyat padukuhan ini yang telah membunuhnya, Ki Cakrajaya" "Jadi siapa?" "Jika rakyat padukuhan ini yang membunuhnya, maka bekas penganiayaan yang ada pada tubuh orang itu, tentu tidak seperti yang kita lihat. Luka tusukan di dadanya itulah yang telah membunuhnya" "Mungkin saja orang padukuhan ini yang marah telah menusuk dada kedua orang itu" "Mereka tidak akan melakukannya" "Jadi menurut Ki Bekel, siapakah yang telah membunuhnya?" "Seperti sudah aku katakan. Kawan-kawannya sendiri" "Tidak masuk akal, bahwa kawan-kawannya sendiri telah membunuhnya" "Kenapa tidak masuk akal" Justru dugaan itulah yang paling masuk akal. Mereka berusaha menghilangkan jejak, siapakah yang telah mengupah mereka untuk datang kemari"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mereka datang untuk merampok. Siapakah yang telah mengupahnya?" "Sudah aku katakan pula. Mereka tidak datang untuk merampok. Tetapi mereka datang untuk menangkap kedua orang pengembara itu dan mengaku orang-orang Randucawang" Ki Cakrajaya termangu-mangu sejenak. Namun ia tidak berkata apa-apa lagi tentang ketiga orang yang terbunuh itu. Bahkan kemudian Wandawa telah mengajak ayahnya itu untuk pulang saja. Beberapa saat kemudian, maka langitpun menjadi terang. Ki Bekelpun segera bersiap untuk pergi ke rumah Ki Demang untuk melaporkan peristiwa yang telah terjadi di rumahnya. Kepada Wijang dan Paksi, Ki Bekel itu berkata, "Pergilah ke gumuk itu. Mudah-mudahan anak-anak itu tidak terlambat bangun dan datang terlalu siang. Pergilah bersama Ki Kebayan" "Baik, Ki Bekel" sahut Wijang. "Aku akan menemui Ki Demang dan Ki Demang Randucawang" Demikian Wijang dan Paksi meninggalkan rumah Ki Bekel, maka Ki Bekelpun telah pergi pula ke rumah Ki Demang. Agar perjalanannya menjadi lebih cepat, maka Ki Bekelpun telah naik kuda. Ketika Wijang dan Paksi sampai di gumuk kecil, cahaya matahari sudah mulai nampak. Baru setelah menunggu beberapa saat, beberapa orang anak muda mulai berdatangan. "Maaf, aku terlambat sedikit" desis Trima. "Sejak dari rumah Ki Bekel aku tidak dapat tidur lagi. Namun menjelang fajar aku justru tertidur sesaat. Untunglah aku segera terbangun oleh kegelisahanku sendiri serta mimpi yang mencengkam" "Kami juga baru datang" jawab Paksi. "Apakah kalian juga tertidur menjelang fajar?" "Tidak. Kami tidak tidur sama sekali"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kalian tidak merasa mengantuk" Aku yang sempat tidur sesaat masih merasa sangat mengantuk" "Jika kita mulai dengan kerja kita, perasaan kantuk itu akan segera hilang" Trima mengangguk-angguk. Kawan-kawannya duduk bertebaran di atas rerumputan kering dan batu-batu padas. Nampaknya mereka masih saja malas untuk mengerjakan sesuatu. Bahkan masih ada di antara mereka yang menguap sambil menggosok matanya. Tetapi ternyata Trima sudah berhasil menambah jumlah anak-anak muda yang bersedia bekerja bersamanya. "Mumpung masih pagi. Marilah, kita mulai dengan kerja besar kita sambil berdoa di dalam hati kita masing-masing, agar kerja kita dapat menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan rakyat padukuhan kita yang kering, tandus dan miskin ini" berkata Wijang. Demikianlah, maka sejenak kemudian, anak-anak muda itu mulai dengan kerja mereka. Yang pertama-tama mereka lakukan adalah mempersiapkan tempat penampungan air yang akan mereka alirkan dengan talang bambu ke kotak sawah terdekat yang tanahnya menjadi pecah-pecah dan kering. "Aku Sudah menghubungi Mbah Rejeb" berkata Trima. "Apa katanya?" bertanya seorang kawannya. "Mbah Rejeb nampak acuh tak acuh. Iapun menganggap bahwa kami sedang bermimpi" "Tetapi bukankah Mbah Rejeb tidak keberatan?" "Tidak. Meskipun ia tidak menyambut rencana itu dengan harapan, tetapi ia tidak menolak" "Yang penting, Mbah Rejeb tidak menolak bahwa sawahnya akan menjadi kotak percobaan dengan talang air yang akan kita buat" Sementara tempat penampungan itu disiapkan, Paksipun berkata, "Marilah, sebagian dari kita pergi ke hutan bambu. Kita akan menebang bambu yang sudah tua. Kita akan membawanya kemari dan mengerjakannya menjadi talangtalang air"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Beberapa orang di antara anak-anak muda itu bersama Paksi telah pergi ke hutan bambu yang berada tidak terlalu jauh dari tempat itu. Hutan bambu itu masih berada di dalam lingkungan padukuhan, sehingga anak-anak muda itu merasa menebang milik mereka sendiri. Apalagi hutan bambu itu seakan-akan tidak dihiraukan lagi. Beberapa padukuhan yang memerlukan bambu juga mengambil bambu di hutan jika bambu di kebun mereka sendiri tidak mencukupi. Namun ketika sekelompok anak-anak muda itu mendekati hutan bambu yang lebat itu, mereka nampak ragu-ragu. Hutan bambu itu menjadi bagian dari hutan lereng gunung yang lebat yang memanjang, berhubungan dengan hutan yang menjadi wilayah kademangan tetangganya. "Di hutan itu terdapat binatang buas" berkata salah seorang dari mereka. "Ya" sahut yang lain. "Harimau loreng di hutan itu terkenal garang dan buas" Anak-anak muda itu memperlambat langkah mereka sehingga Paksi berjalan di paling depan. "Paksi" berkata salah seorang di antara anak-anak muda itu pula, "kita harus menjadi sangat berhati-hati. Jika ada harimau lapar, sementara angin yang membawa bau keringat kita berhembus ke hutan itu, maka harimau itu akan mencari kita" "Biarlah harimau itu mencari kita. Tetapi kita tidak mencari harimau itu" "Seseorang di antara kita akan diterkamnya" "Bukankah kita tidak sendiri" Sementara kita masingmasing membawa parang" "Maksudmu, apakah kita akan melawan harimau itu?" "Tentu. Bukankah kita tidak ingin membiarkan hidup kita diakhiri oleh taring harimau itu seandainya benar-benar ada seekor harimau yang mendatangi kita?" "Apakah kita akan dapat melawan seekor harimau meskipun kita berlima?" "Enam orang. Bukankah kita berenam" Apakah aku tidak dihitung?" bertanya Paksi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya. Meskipun kita berenam, kita tidak akan dapat berbuat apa-apa" "Seandainya kita tidak dapat melawan harimau itu, maka di hutan bambu, kita mempunyai banyak kesempatan untuk menghindar. Harimau itu tentu juga tidak akan dapat berjalan di dalam rumpun-rumpun bambu yang lebat. Sementara kita mempunyai akal yang tidak dimiliki oleh seekor harimau" "Tetapi naluri harimau itu justru lebih berarti dari akal kita jika kita berada di tengah-tengah hutan bambu" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Mudahmudahan tidak ada seekor harimau yang akan mengangguk kita. Biasanya harimau akan menjauhi manusia. Hanya harimau yang tua, lemah dan kelaparan sajalah yang sering memburu manusia, karena tidak lagi mampu memburu seekor kijang. Dengan demikian, harimau yang akan mendekat, tentu seekor harimau yang sudah lemah" "Betapapun lemahnya, tetapi seekor harimau tidak akan dapat kita lawan" "Karena kita tidak mencobanya. Jika kita mencobanya, maka betapapun garangnya seekor harimau, kita tentu akan dapat mengalahkannya. Setidak-tidaknya mengusirnya. Kecuali jika kita memang menyerahkan diri kita untuk dikoyakkoyak oleh harimau itu" Anak-anak muda itu terdiam. Namun mereka justru menganggap Paksi terlalu sombong, meskipun maksud Paksi hanya sekedar membesarkan hati mereka. Sejenak kemudian, maka merekapun telah berada di tepi hutan. Sederet hutan bambu seakan-akan memagari hutan yang lebat memanjang di kaki Gunung Merapi itu. "Beberapa padukuhan telah menebang bambu di sini pula. Mereka juga tidak bertemu dengan harimau" "Pernah terjadi, Paksi" berkata seorang anak muda yang nampak pucat. "Seekor harimau menghampiri orang-orang yang sedang menebang bambu. Tetapi waktu itu yang datang ikut menebang bambu cukup banyak. Lebih dari dua puluh orang. Merekapun segera berteriak-teriak sambil mengacuEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
acukan parang mereka, sehingga harimau itupun bergerak meninggalkan mereka" "Nah, bukankah harimau itu juga dapat ditakut-takuti?" "Tetapi kita sekarang hanya enam orang" "Tidak apa-apa" Anak-anak muda itupun telah memaksa diri mereka masing-masing untuk kemudian menebang bambu meskipun sebenarnya mereka masih saja merasa cemas. Tetapi ternyata tidak ada seekor harimau yang datang mendekat, sehingga mereka berhasil menebang dan mengumpulkan setumpuk batang bambu. "Kita akan mengusungnya ke tempat kawan-kawan kita membuat tempat penampungan air itu" berkata Paksi. Anakanak muda itupun termangu-mangu. Rasa-rasanya sangat malas untuk mengusung setumpuk bambu itu. Karena itu, maka untuk beberapa saat mereka hanya memandangi saja bambu-bambu yang telah mereka tebang dan mereka timbun di bawah sebatang pohon di padang perdu itu. Paksilah yang pertama-tama memikul dua batang bambu yang besar sambil berkata, "Jika terasa terlalu berat, maka kalian cukup membawanya sebatang-sebatang saja. Nanti kita ajak kawan-kawan kita yang membuat tempat penampungan air itu untuk mengusung bambu-bambu ini. Besok kita akan melakukan lagi" "Besok kita mencari bambu lagi?" bertanya seorang anak muda. "Ya. Besok dan lusa sampai bambu itu cukup untuk membuat talang air lima jalur sampai ke sawah Mbah Rejeb" Anak-anak muda itu saling berpandangan. Tetapi Paksi tidak menghiraukan mereka lagi. Iapun meninggalkan tempat itu sambil mengusung dua batang bambu di atas kepalanya dialasi dengan segenggam ilalang yang dilipat-lipat. Anak-anak muda itu termangu-mangu. Namun mereka tidak akan mampu mengusung dua batang bambu sekaligus. Mungkin dengan memaksa diri mereka kuat mengangkat dan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
meletakkannya di atas kepala. Tetapi pada saat mereka beringsut selangkah, mereka tentu akan merasa sangat letih. Karena itu, seperti yang dikatakan oleh Paksi, mereka masing-masing hanya membawa sebatang bambu. Dalam pada itu, selagi anak-anak muda itu sibuk mempersiapkan pembuatan talang air, Ki Demang telah berada di rumah Ki Bekel. Sementara itu, Ki Bekel sendiri langsung pergi ke rumah Ki Demang di Randucawang. Seorang bebahu yang menerima kedatangan Ki Demang telah menunjukkan orang-orang yang telah terbunuh dan terbaring di pendapa. "Seorang di antara mereka terbunuh oleh Ki Bekel saat orang itu menyerang Ki Bekel dengan tiba-tiba, sehingga Ki Bekel tidak sempat membuat pertimbangan-pertimbangan lain. Dengan gerak naluriah, Ki Bekel telah menjulurkan tombaknya menyongsong lawannya yang sedang menyerangnya" Ki Demang mengangguk-angguk. Sementara bebahu itupun berkata selanjutnya, "Sedangkan dua orang yang lain sebenarnya dapat ditangkap hidup-hidup. Tetapi ketika banyak orang berkerumun di halaman ini serta mengamati keduanya yang diikat masing-masing pada sebatang pohon, ternyata kawan dari kedua orang yang tertangkap hidup-hidup itupun hadir pula. Tidak seorang pun yang menyadari apa yang telah terjadi. Tetapi pada saat kami melihat darah mengalir di dadanya, barulah kami sadari, bahwa orang itu sudah terbunuh. Tentu oleh kawannya sendiri untuk menghindari agar persoalannya tidak dapat ditelusur lebih lanjut, siapakah yang telah memerintahkan mereka" "Menurut pendapatku, keduanya bukan orang Randucawang" "Ki Bekel juga menduga seperti itu. Namun Ki Bekel ingin kepastiannya. Jika Ki Demang Randucawang bersedia datang, maka kita akan dapat mendengar kesaksiannya" Ki Demang mengangguk-angguk. Sementara itu terdengar derap kaki kuda yang berhenti di depan regol. Sejenak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kemudian, maka Ki Bekel dan Ki Demang Randucawang memasuki regol halaman rumah Ki Bekel itu. Ketika Ki Demang melihat kehadiran Ki Demang Randucawang, maka iapun segera menyongsongnya. "Selamat datang, Ki Demang" Ki Demang Randucawang itu mengangguk hormat sambil menjawab, "Terima kasih, Ki Demang. Aku memerlukan datang setelah aku mendengar peristiwa yang terjadi di sini dari Ki Bekel" Ki Bekelpun kemudian membawa kedua orang demang itu ke pendapa. Kepada Ki Demang Randucawang iapun berkata, "Inilah, Ki Demang, orang yang mengaku penghuni Kademangan Randucawang. Bahkan orang itu mengaku telah mendapat perintah Ki Demang untuk menangkap kedua orang pengembara yang kebetulan berada di rumahku, karena keduanya diduga telah melakukan perampokan di Kademangan Randucawang" Ki Demang Randucawang itupun kemudian mengamati ketiga orang yang terbujur di pendapa rumah Ki Bekel itu. Namun kemudian Ki Demangpun menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aku tidak mengenal mereka. Aku pun tidak pernah memerintahkan mereka untuk menangkap perampokperampok yang telah merampok di Randucawang" "Tetapi apakah benar telah terjadi perampokan di Randucawang, Ki Demang?" bertanya Ki Bekel. "Ya. Tetapi perampokan itu tidak dilakukan oleh kebanyakan perampok. Perampok itu dapat melakukan hal-hal yang nampaknya mustahil. Ketika beberapa orang mencoba melawannya, maka dengan kekuatan ilmunya salah seorang dari para perampok itu telah merobohkan regol rumah orang yang dirampoknya itu tanpa menyentuhnya" "Apakah para perampok itu sudah kelihatan tua?" "Ya. Ada di antara mereka yang sudah kelihatan tua. Tetapi justru orang itulah yang memiliki ilmu yang sangat tinggi. Karena itu, maka aku telah memutuskan untuk tidak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
memburunya. Siapa pun yang mencoba menangkapnya, tentu akan mati olehnya" "Sedangkan kedua orang pengembara yang ada di rumah Ki Bekel?" "Keduanya masih muda. Ujud mereka, wajah mereka dan kata-kata serta sikap mereka, sama sekali tidak mencerminkan sikap dan tingkah laku seorang perampok. Mereka pun telah memberikan gagasan untuk mencari jalan, agar padukuhan ini tidak tertinggal terlalu jauh dari padukuhan-padukuhan yang lain" "Gagasan apa yang mereka berikan?" bertanya Ki Demang. "Membuat saluran air. Tetapi itu adalah sekedar perwujudan dari dasar gagasannya. Gagasan yang mendasar dari kedua orang pengembara itu adalah melawan kemalasan. Kesediaan bekerja keras untuk membangun padukuhan ini" Kedua orang demang itu saling berpandangan. Dengan nada dalam Ki Demangpun kemudian berkata, "Aku ingin berbicara dengan kedua orang pengembara itu" "Aku akan mengatakan kepada mereka. Biarlah nanti saat malam turun, mereka datang menghadap Ki Demang" Ki Demang mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Demang Randucawangpun berkata, "Tentu bukan bagian dari para perampok yang telah merampok di Kademangan Randucawang" "Perampok di Randucawang itu tentu gerombolan yang pernah merampok di padukuhan sebelah" berkata Ki Demang. "Ciri-ciri para perampoknyapun sama. Perampok di padukuhan sebelah itu juga menunjukkan kemampuannya yang sangat tinggi, sehingga orang-orang padukuhan tidak berani berbuat apa-apa terhadapnya" "Namun agaknya mereka hanya sekedar lewat. Sebelumnya dan sesudah itu tidak pernah lagi ada perampokan seperti itu. Jika saja ada sekelompok perampok yang memanfaatkan ketakutan kami, mungkin mereka akan berhasil" "Tetapi kami sudah mengenal ciri-ciri para perampoknya" sahut Ki Demang. "Karena itu, jika ciri-cirinya tidak sama
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
seperti perampok yang mengerikan itu, maka mereka tentu dapat dilawan oleh orang-orang padukuhan" Ki Demang Randucawang itu berada di rumah Ki Bekel untuk beberapa lama. Namun kemudian setelah dihidangkan minuman dan makanan, maka Ki Demang Randucawang itupun minta diri. Ki Demang sendiri berada tidak terlalu lama di rumah Ki Bekel. Ki Bekel sempat menceriterakan sikap Ki Cakrajaya yang tidak menyetujui gagasan kedua orang pengembara itu. Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Ki Cakrajaya adalah seorang yang sangat berpengaruh di kademangan itu. Jika ia tidak sependapat, maka persoalannya akan dapat menjadi rumit. "Ki Cakrajaya berkata, bahwa ia ingin menemui Ki Demang" Ki Demang mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian menjawab, "Baiklah. Biarlah Ki Cakrajaya menemui aku. Mungkin aku dapat menjelaskan persoalannya" Tetapi sikap Ki Cakrajaya itu benar-benar menggelisahkan Ki Demang. Beberapa saat kemudian, Ki Demangpun telah minta diri pula. Sebelum ia meninggalkan rumah Ki Bekel, maka Ki Demang itupun memberikan persetujuannya, bahwa ketiga sosok mayat itu akan dikuburkan. "Nanti, biarlah kedua orang pengembara itu menghadap Ki Demang" berkata Ki Bekel. Sementara itu, di rumahnya, Ki Cakrajaya menjadi sangat marah kepada anaknya. Ternyata di luar pengetahuan Ki Cakrajaya, Wandawa telah menghubungi dan minta beberapa orang upahan untuk mengambil dua orang pengembara di rumah Ki Bekel. "Jika ketahuan bahwa kau yang telah memerintahkan mereka, maka kedudukan kita akan menjadi semakin lemah. Bahkan seorang kawanmu yang sudah membuka rahasia alasan kita yang sebenarnya menentang membuat saluran air itu, sudah mencoreng arang di wajah kita. Kemudian kau telah memerintahkan orang-orang upahan itu untuk mengambil kedua orang pengembara yang berada di rumah Ki Bekel,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tetapi justru gagal. Untunglah kedua orang yang tertangkap hidup itu dapat dibungkam agar tidak berbicara dan menyebut-nyebut namamu" "Jadi kenapa Ayah masih risau?" bertanya Wandawa. "Bahwa kau telah berbuat lancang. Mungkin pada kesempatan lain kau akan melakukan lagi satu perbuatan yang merugikan sekali. Selebihnya, kau telah mengeluarkan uang banyak tanpa hasil apa-apa. Upah orang-orangmu itu banyak sekali. Selain upah mereka, maka setiap nyawa dari kawankawan merekapun mempunyai harga tersendiri. Semalam tiga orang di antara mereka mati" "Aku tidak akan membayar upah mereka. Aku mengupah mereka untuk satu tugas tertentu. Tetapi mereka tidak dapat melakukannya. Dengan demikian, aku tidak merasa wajib membayarnya" "Kau tahu akibatnya?" bertanya Ki Cakrajaya. Wandawa terdiam. Sementara ayahnya berkata, "Jika mereka merasa kecewa, maka akan dapat membuat kesulitan kepada kita. Untuk selanjutnya, kita pun akan kesulitan jika kita memerlukan tenaga mereka untuk kepentingan yang lebih besar. Bahkan mungkin mereka akan mendendam kepada kita dan mengambil langkah-langkah kewadagan" "Bukankah kita tidak takut kepada mereka" Ayah mempunyai ilmu yang tinggi" "Aku mempunyai ilmu yang tinggi yang dapat melindungi diriku sendiri. Tetapi kau sendiri" Ilmumu tidak maju-maju karena kau terlalu malas untuk berlatih. Kau merasa dapat melindungi dirimu sendiri dengan uangmu, uang kita" Wandawa tidak segera menjawab. Wajahnya nampak gelap. "Wandawa" berkata ayahnya, "lain kali kau tidak boleh bertindak sendiri tanpa sepengetahuanku. Kita masih beruntung, bahwa yang kau lakukan semalam masih dapat diredam. Tetapi kau harus membayar upah yang kau janjikan serta tebusan untuk setiap nyawa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Orang-orang itu seharusnya juga mempunyai harga diri. Mereka seharusnya tidak menuntut upah dari tugas yang gagal itu" "Jangan berharap. Kecuali jika mereka sendiri yang menyatakan kepadamu, bahwa mereka tidak minta upah dari tugas yang gagal itu" Wandawa termangu-mangu sejenak. Sementara ayahnya berkata pula, "Ingat, Wandawa. Jangan berbuat apa-apa tanpa sepengetahuanku. Kali ini kita masih dapat menyelamatkan diri meskipun harus mengorbankan tiga nyawa. Sementara itu, kita harus membayar tebusan bagi ketiganya" Wandawa tidak menyahut. "Hari ini kita jangan berbuat apa-apa" "Kedua orang pengembara itu tentu sudah mulai mengerjakan rencana gilanya itu bersama-sama anak-anak dungu yang berhasil dipengaruhinya" "Jangan menyebut mereka anak-anak dungu. Mereka justru anak-anak yang dapat melihat lebih jauh ke depan dari kawan-kawannya. Justru mereka yang tidak terpengaruh oleh kedua pengembara dengan gagasannya yang cemerlang itulah yang dungu" "Tetapi bukankah Ayah menghendaki rencana itu batal?" "Ya. Aku menginginkan anak-anak muda itu tetap dungu agar mereka tidak mau mendengarkan gagasan kedua orang pengembara itu" "Aku tetap berpendirian, bahwa kedua orang pengembara itulah yang harus dihapuskan lebih dahulu" "Kau dengar dari orang-orang yang sempat melarikan diri, bahwa kedua orang pengembara itu dan bahkan Ki Bekel mencurigai bahwa kitalah yang telah menggerakkan orangorang yang datang ke rumah Ki Bekel. Mereka tidak percaya bahwa orang-orang yang datang itu adalah orang-orang Randucawang. Sementara itu, Ki Demang Randucawang telah diminta pula untuk datang melihat orang-orang yang terbunuh itu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wandawa termangu-mangu sejenak. "Persoalannya tidak lagi sederhana, Wandawa. Semakin lama semakin rumit. Apalagi jika kau masih saja bertindak sendiri tanpa sepengetahuanku" Wandawa masih saja diam. Tetapi Ki Cakrajaya tidak yakin, bahwa kediaman Wandawa itu berarti menyetujui pendapatnya. Meskipun demikian, Ki Cakrajaya itu berkata sekali lagi, "Jika kau tidak mau semuanya menjadi gagal, sekali lagi aku peringatkan, jangan berbuat apa-apa lebih dahulu. Aku akan menemui Ki Demang. Aku akan mempergunakan pengaruhku dan sedikit menakut-nakuti. Mudah-mudahan aku dapat menghentikan dengan bersandar pada kuasa Ki Demang di kademangan ini. Dengan demikian, maka Ki Bekel tidak akan dapat berbuat apa-apa. Ia harus tunduk membatalkan kerja anak-anak muda itu" Wandawa tidak menjawab. Ki Cakrajayapun kemudian telah mempersiapkan kudanya. Bersama seorang pengawalnya, maka Ki Cakrajayapun telah pergi ke rumah Ki Demang. Kedatangan Ki Cakrajaya membuat Ki Demang menjadi berdebar-debar. Ia belum lama pulang dari rumah Ki Bekel untuk melihat ketiga orang yang terbunuh itu. "Marilah, Ki Cakrajaya. Silahkan naik" Ki Cakrajaya mengangguk sambil melangkah menaiki tangga pendapa rumah Ki Demang. Kemudian duduk di pringgitan. "Dari mana saja Ki Cakrajaya?" bertanya Ki Demang. "Dari rumah, Ki Demang. Aku sengaja ingin menemui Ki Demang. Ada sedikit masalah yang ingin aku bicarakan" Jantung Ki Demang berdebar semakin cepat. Ia tahu, apa yang akan dibicarakan oleh Ki Cakrajaya. Sementara itu Ki Cakrajayapun telah mengedarkan pandangan matanya memandangi tiang-tiang pendapa di rumah Ki Demang. Gebyok kayu yang memisahkan pringgitan dan bagian dalam rumahnya. Ukiran-ukiran yang rumit yang terdapat pada tiang-tiang pendapa serta gebyok penyekat itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tiba-tiba saja Ki Cakrajaya itu berkata kepada pengawalnya, "Kau lihat, sunggingan ukiran rumah Ki Demang ini sudah nampak suram" "Ya, Ki Cakrajaya. Mungkin Ki Demang tidak begitu rajin membersihkannya. Atau mungkin karena sudah terlalu lama tidak disungging lagi" "Apakah sunggingan pada ukiran itu sudah terlalu lama" Sungging pada uleng itu masih nampak cerah" "Ya, Ki Demang" "Ki Demang, bukankah aku telah mengupah orang untuk menyungging ukiran-ukiran di rumah Ki Demang beberapa waktu yang lalu?" Dengan nada dalam Ki Demang itupun menjawab, "Ya, Ki Cakrajaya" "Aku kira sudah waktunya aku mengupah lagi orang itu untuk menyungging kembali ukiran-ukiran yang bagus dan rumit di rumah Ki Demang ini" Baju Ki Demang mulai basah oleh keringat. Katanya, "Sudahlah, Ki Cakrajaya. Aku mengucapkan terima kasih. Aku kira warna sungging itu masih cerah jika nanti aku bersihkan" "Tidak apa-apa, Ki Demang. Aku kenal baik dengan juru sungging itu. Orang itu juga yang telah mewarnai ukiranukiran pada tiang-tiang di pendapa rumahku" "Aku mengucapkan terima kasih, Ki Cakrajaya. Agaknya aku belum memerlukannya sekarang. Selain warna-warna pada ukiran itu masih terang, apalagi jika dibersihkan, aku pun sedang sibuk sehingga aku masih belum sempat memikirkan ukiran pada tiang dan gebyok di rumahku" Ki Cakrajaya tersenyum. Katanya, "Jangan segan-segan, Ki Demang. Atau mungkin Ki Demang memerlukan yang lain" Seekor kuda tunggangan yang tegar atau sepasang lembu untuk mengerjakan sawah?" "Tidak, Ki Cakrajaya. Sekarang aku belum memerlukan apa-apa. Segala sesuatunya masih cukup" "Baiklah" Ki Cakrajaya mengangguk-angguk. "Nampaknya Ki Demang memang belum memerlukan apa-apa sekarang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Agaknya justru akulah yang memerlukan bantuan Ki Demang sekarang ini" Ki Demang menjadi semakin berdebar-debar. Ia sudah menduga, bantuan apakah yang diperlukan oleh Ki Cakrajaya itu. Meskipun demikian, Ki Demang itu masih juga bertanya, "Bantuan apakah yang dimaksud Ki Cakrajaya?" Ki Cakrajaya itu menaik nafas dalam-dalam. Setelah merenung sejenak, maka iapun berkata, "Bukankah Ki Demang sudah mendengar kehadiran dua orang pengembara di rumah Ki Bekel?" Ki Demang menarik nafas panjang. Sambil menganggukangguk iapun menjawab, "Ya, Ki Cakrajaya. Aku sudah mendengar. Tadi aku berada di rumah Ki Bekel karena beberapa orang perampok telah datang ke rumah Ki Bekel itu" "Mereka bukan perampok, Ki Demang" "Bukan perampok?" "Maksudku, mereka tidak akan merampok di rumah Ki Bekel" "Jadi menurut Ki Cakrajaya, siapakah mereka itu?" "Inilah yang sulit aku katakan, karena tentu tidak ada seorang pun yang bersedia menjadi saksi" "Maksud Ki Cakrajaya?" "Seseorang yang mendengar pembicaraan antara Ki Demang Randucawang dan orang yang terbunuh itu sama sekali tidak menyentuh niat orang-orang yang datang ke rumah Ki Bekel itu untuk menguasai harta bendanya" Ki Demang mengangguk-angguk. Katanya, "Orang-orang itu mengaku orang Randucawang. Bahkan mereka mengaku diperintah oleh Ki Demang Randucawang" "Ya. Untuk menangkap kedua orang pengembara itu" "Dari mana Ki Cakrajaya mengetahuinya?" "Banyak orang yang mengatakannya. Tetapi aku mendengar langsung dari orang yang mendengar sendiri pembicaraan itu" "Siapa?" "Orang itu tidak ingin dikenal namanya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Demang tidak dapat memaksa Ki Cakrajaya untuk menyebut nama itu. "Lalu, pertolongan apakah yang dapat aku berikan?" "Ki Demang, aku dan barangkali kita semua tidak tahu, siapakah kedua orang pengembara itu. Mungkin tidak nampak pada mereka ciri-ciri seorang penjahat. Tetapi siapapun mereka, dan apakah ia berbohong atau tidak tentang diri mereka sendiri, namun kehadiran mereka telah menimbulkan keributan yang dapat meluas menjadi keresahan yang mencengkam seluruh kademangan ini. Peristiwa di rumah Ki Bekel itu adalah contoh yang paling baik. Setelah peristiwa itu, mungkin akan menyusul peristiwa-peristiwa yang lain yang akan membuat rakyat kademangan ini menjadi semakin resah" "Mereka tidak berbuat apa-apa" "Di hadapan Ki Demang dan Ki Bekel. Tetapi siapa tahu, apa yang akan dikerjakannya kemudian di belakang Ki Demang dan Ki Bekel" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. "Ki Demang" berkata Ki Cakrajaya lebih lanjut, "bahwa kedua orang yang tertangkap hidup-hidup itu akhirnya terbunuh, tentu karena pokal kedua pengembara itu sendiri" "Tetapi kedua orang pengembara itulah yang menangkap mereka berdua" "Satu permainan yang sempurna. Dengan demikian, maka keduanya akan dapat mengenyahkan segala macam kecurigaan terhadap mereka. Bahkan mereka telah menjadi seorang pahlawan di sini. Apalagi dengan gagasangagasannya yang tidak masuk akal itu" "Gagasan itu berbobot, Ki Cakrajaya" Ki Cakrajaya seakan-akan tidak mendengarnya. Ia masih berkata selanjutnya, "Setelah kedua orang itu ditangkapnya, sehingga keduanya dianggap sebagai pahlawan, maka pada satu kesempatan kedua orang itu telah mereka bunuh sendiri" "Apa gunanya mereka membunuh kedua orang yang sudah tertangkap, menyerah dan tidak kuasa lagi melawan. Mereka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
telah terikat pula pada sebatang pohon. Lalu apa gunanya pembunuhan itu?" Ki Cakrajaya tertawa. Katanya, "Seharusnya kau dapat merabanya, Ki Demang" "Bagaimana menurut Ki Cakrajaya?" "Keduanya tentu ingin menghapus jejak. Jika keduanya yang tertangkap hidup itu sempat bersaksi, maka mereka akan dapat mengatakan siapakah kedua orang pengembara yang ingin mereka tangkap itu sebenarnya. Orang-orang yang terbunuh itu tentu akan dapat menunjukkan cacat dari kedua orang pengembara itu" "Jika demikian, kenapa keduanya tidak menangkap kedua pengembara itu melalui jalur yang wajar. Misalnya, keduanya datang kepadaku dan kemudian kepada Ki Bekel. Bukankah dengan demikian pelaksanaannya akan menjadi lebih mudah dan bahkan mungkin tidak harus menelan korban jiwa?" "Agaknya mereka tidak ingin terlambat. Sebelum kedua orang itu melarikan diri, maka keduanya harus ditangkap" "Tetapi kenapa mereka harus mengaku orang-orang Randucawang dan bahkan mengaku mendapat perintah dari Ki Demang Randucawang?" "Tentu ada beberapa hal yang tidak kita ketahui, Ki Demang. Karena itu, aku minta Ki Demang bertindak bijaksana. Sebelum persoalan yang menyangkut keduanya menjadi semakin berkembang sehingga keresahanpun menjalar sampai ke mana-mana, maka sebaiknya keduanya diusir dari kademangan ini. Bahkan jika Ki Demang ingin tegas, Ki Demang dapat menangkap mereka dan memaksa mereka mengaku, siapakah sebenarnya mereka berdua" "Bagaimana aku dapat mengusir mereka, Ki Cakrajaya" Sekarang mereka justru sedang mengembangkan satu gagasan yang sangat menarik. Beberapa puluh kali aku mencoba untuk membuat padukuhan itu bergerak. Aku sudah mengadakan penyuluhan tentang peningkatan kesejahteraan hidup. Memenuhi kebutuhan sendiri dalam batas kecukupan. Kerja dan mengusir kemalasan. Tetapi seisi padukuhan itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sama sekali tidak menanggapinya. Apalagi ketika bekel yang sekarang diwisuda. Ki Bekel itu memang orang malas sejak mudanya. Kemudian para bebahu pun terdiri dari orang-orang malas pula. Kemalasan itu benar-benar telah mencengkam padukuhan itu, sehingga mereka tidak peduli lagi tentang nasib buruk yang menimpa padukuhan mereka. Ki Cakrajaya tentu sudah mengetahuinya. Sawah yang kering dan gersang. Rerumputan pun tidak dapat hidup. Meskipun ada sebagian tanah yang subur, seperti tanah milik Ki Cakrajaya, yang lain adalah tanah kering di musim kemarau. Bahkan tanahnya pun menjadi pecah-pecah dan mengeras seperti batu padas. Nah, gagasan menyalurkan air dari gumuk kecil itu perlu disambut dengan harapan. Sedangkan air di gumuk kecil itu seakanakan tidak terbatas dan tidak akan pernah kering di segala musim" "Kau sudah terbius pula oleh harapan-harapan yang kosong itu, Ki Demang. Apa yang dapat dilakukan oleh anak-anak itu dengan talang bambu" Seberapa air yang mereka dapatkan lewat talang bambu itu" Ki Demang, mereka menunggu kita semua lengah. Dengan demikian, kita hanya akan dapat menyesal" "Apa yang akan mereka lakukan" Jika mereka ingin merampok, kenapa mereka tidak memilih sebuah padukuhan yang paling kaya di kademangan ini" Justru memilih padukuhan miskin dan kering?" "Ki Demang lupa, bahwa aku tinggal di padukuhan itu. Itulah yang membuat aku sangat cemas. Mungkin hanya ada satu dua orang yang akan menjadi sasaran mereka. Antara lain adalah keluargaku yang termasuk memiliki kelebihan dibanding dengan para penghuni yang lain" "Ki Cakrajaya, biarlah aku berbicara dengan Ki Bekel agar tidak akan pernah lengah. Biarlah Ki Bekel mengawasi kedua orang pengembara itu" "Itu tidak akan banyak menolong, Ki Demang" "Ki Cakrajaya, sebenarnya terdengar aneh jika Ki Cakrajaya mencemaskan keluarga Ki Cakrajaya. Selama ini keluarga Ki
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Cakrajaya dianggap keluarga yang tidak dapat disentuh oleh tangan siapa pun. Bahkan tangan Ki Bekel pun tidak mampu menjangkau kebebasan keluarga Ki Cakrajaya untuk berbuat apa saja di padukuhan. Sementara itu, di kademangan ini, tangan dan kakiku telah Ki Cakrajaya ikat dengan kepingkeping uang. Namun kadang-kadang juga dengan bayanganbayangan hitam yang menakutkan. Bagaimana mungkin Ki Cakrajaya menjadi ketakutan menghadapi dua orang anakanak itu?" "Dua orang anak-anak itu yang nampak di mata kita" "Sudahlah, Ki Cakrajaya. Jangan cemas. Ki Cakrajaya adalah orang yang memiliki ilmu yang tinggi. Demikian pula anak laki-laki Ki Cakrajaya itu. Kemudian beberapa orang yang bekerja pada Ki Cakrajaya. Selebihnya kesiagaan Ki Bekel serta anak-anak muda di padukuhan" "Ki Bekel mempergunakan tiga perempat waktu hidupnya untuk tidur. Siang dan malam" "Maaf, Ki Cakrajaya. Baiklah aku berterus-terang. Sebenarnya aku ingin melihat hasil gagasan anak-anak muda yang menyebut diri mereka pengembara itu" Wajah Ki Cakrajaya menjadi tegang. Nada suaranya pun telah meninggi, "Ki Demang, aku minta Ki Demang memerintahkan kedua orang pengembara itu pergi" Namun Ki Demang itu menggeleng. "Ki Cakrajaya, aku bukannya orang yang tidak mengenal terima kasih atas segala macam pemberian Ki Cakrajaya bagi keluargaku. Tetapi aku juga ingin melihat kehidupan di padukuhan itu berubah" "Perubahan itu tidak perlu, Ki Demang. Kehidupan di padukuhanku sudah cukup tenang dan tenteram. Biarlah ketenangan itu tidak terusik oleh mimpi-mimpi buruk yang hanya akan membuat malapetaka saja di padukuhan kami. Kerja yang sia-sia. Harapan yang kosong yang justru akan menjerumuskan padukuhan kami ke dalam kemelaratan yang semakin dalam" "Ki Cakrajaya" berkata Ki Demang, "selama ini aku telah menjadikan diriku sebagai seekor kerbau yang dicocok hidung
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
di hadapan Ki Cakrajaya. Aku sudah berbuat banyak bagi kepentingan Ki Cakrajaya. Tetapi kali ini, beri kesempatan rakyat padukuhan Ki Cakrajaya itu untuk bangkit. Kebangkitan padukuhan itu akan memberikan keuntungan pula kepada Ki Cakrajaya. Ki Cakrajaya dapat memperluas jaring-jaring perdagangan. Semakin tinggi kesejahteraan rakyat di sekitar Ki Cakrajaya, maka kebutuhan merekapun akan meningkat. Dagangan Ki Cakrajayapun akan menjadi semakin laku. Tidak hanya di pasar-pasar yang sedang ramai di hari pasaran. Tetapi di rumah pun Ki Cakrajaya akan melayani banyak orang yang kehidupan mereka menjadi semakin baik" "Mimpi seperti itulah yang aku maksudkan, Ki Demang. Daripada mereka merasa menjadi sangat kecewa setelah mereka terbangun, maka sebaiknya Ki Demang mencegahnya" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. "Ki Demang" berkata Ki Cakrajaya, "jangan menunggu aku bertindak sendiri. Jika aku sudah memutuskan untuk mempergunakan kekerasan, maka persoalannya akan berbeda" "Ki Cakrajaya" berkata Ki Demang, "bukankah Ki Cakrajaya mempunyai alasan yang lain kecuali yang telah Ki Cakrajaya katakan?" "Ya. Aku tidak mau kesejahteraan hidup orang-orang di sekitarku meningkat. Mereka tentu akan meninggalkan pekerjaannya di rumahku dan di sawahku. Meskipun mereka malas, tetapi mengupah mereka masih termasuk menguntungkan. Tenaga dari padukuhan lain, akan terasa jauh lebih mahal meskipun mereka dapat bekerja lebih cepat dari orang-orang malas itu" "Ki Cakrajaya terlalu mementingkan diri sendiri" "Ya. Aku tidak ingkar. Bahkan aku telah melakukannya sejak lama" "Tetapi seharusnya Ki Cakrajaya memperhitungkan kemungkinan lain yang lebih baik"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak. Aku tidak menginginkan satu perubahan apa pun terjadi di padukuhan ini" "Jika demikian, bukankah orang-orang yang datang untuk menangkap kedua pengembara, tetapi justru tiga orang di antara mereka terbunuh itu, Ki Cakrajaya pula yang mengirimkan?" "Tidak" Ki Cakrajaya menjawab dengan tegas. "Aku tidak akan berbuat sebodoh itu. Buat apa aku mengirimkan orang jika aku mempunyai jalan lain" Bukankah aku dapat berbicara dengan Ki Demang untuk minta agar anak-anak itu diusir dari padukuhan kami?" "Ki Cakrajaya, aku akan berusaha untuk memenuhi keinginan-keinginan Ki Cakrajaya yang lain. Tetapi aku tidak berani mengusir kedua orang pengembara yang sudah membuat kesepakatan dengan Ki Bekel. Seperti yang aku katakan, aku pun sangat berharap, bahwa padukuhan yang satu itu dapat menyusul ketertinggalannya. Sementara padukuhan-padukuhan yang lain menjadi semakin sejahtera, di padukuhan itu masih saja terdengar dengkur orang yang tertidur lelap, meskipun perutnya lapar" "Aku adalah satu di antara mereka yang menghendaki padukuhan itu tertidur terus" "Maaf, Ki Cakrajaya. Kali ini biarkan padukuhan itu mulai bangkit. Seperti yang aku katakan tadi, kebangkitan padukuhan itu akan dapat menumbuhkan pula kemampuan daya beli mereka. Nah, tentu satu kemungkinan baru untuk memasarkan barang-barang dagangan Ki Cakrajaya. Seandainya Ki Cakrajaya belum mulai sekarang, Ki Cakrajaya dapat memikirkan kemungkinan untuk menjual selain kebutuhan sehari-hari, juga kain lurik. Bukankah setiap orang membutuhkannya" Juga alat-alat pertanian yang selama ini seakan-akan tidak diperlukan karena sawah para penghuninya menjadi kering" "Ki Demang jangan mengajari aku berdagang. Aku sudah melakukannya bertahun-tahun. Selain berdagang hasil bumi, peralatan pertanian, aku juga sudah berdagang kain. Bahkan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
aku membawa dagangan kain sutera halus buatan negeri asing. Perhitungan serta naluriku sebagai pedagang, tentu lebih tajam dari Ki Demang yang setiap hari hanya mengurusi orang-orang kademangan yang dungu ini" "Aku percaya, Ki Cakrajaya. Aku juga tahu bahwa Ki Cakrajaya seorang pedagang emas, intan, berlian dan batubatu permata yang lain. Berdagang wesi aji dan berbagai macam benda yang bertuah. Tetapi mungkin ada satu hal yang terlampaui tidak sempat Ki Cakrajaya pikirkan" "Sudah cukup, Ki Demang" berkata Ki Cakrajaya. "Aku hanya minta dalam dua atau selambat-lambatnya tiga hari ini, kedua orang pengembara itu sudah pergi. Atau Ki Demang tidak usah terkejut jika hubungan kita selama ini diketahui oleh banyak orang" Ki Demang mengatupkan giginya rapat-rapat. Terasa dadanya menjadi pepat. Tetapi ia tidak dapat berbuat apaapa. Yang kemudian menghentak-hentak di dadanya adalah penyesalan, bahwa ia sudah menerima banyak pemberian dari Ki Cakrajaya. Sementara itu, Ki Cakrajaya tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun kemudian bangkit berdiri dan berkata, "Aku minta diri, Ki Demang. Ki Demang sudah tahu keinginanku. Aku berharap Ki Demang dapat memenuhinya" Ki Demang tidak menjawab. Sementara itu, Ki Cakrajayapun segera meninggalkan rumah Ki Demang itu. Sepeninggal Ki Cakrajaya, Ki Demang duduk merenungi dirinya sendiri. Penyesalan semakin terasa menghunjam di hatinya. Ada niatnya untuk mengusir kedua orang perantau itu dan tidak memperdulikan keadaan padukuhan yang miskin itu. Tetapi ternyata nuraninya tidak membenarkannya. "Kenapa baru sekarang aku dapat mendengarkan kata nuraniku sendiri?" berkata Ki Demang itu kepada diri sendiri. Dalam pada itu, di gumuk kecil, Wijang dan Paksi telah menunjukkan kerja yang harus dilakukan. Wijang dan Paksi berhasil memaksa dengan caranya, sehingga anak-anak muda
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
itu bersedia mengusung setumpuk bambu ke dekat gumuk kecil. Sementara yang lain telah mulai membuat semacam kolam penampungan air yang mengalir dari atas serta dari sela-sela batu-batu padas. Ternyata air itu cukup deras sehingga akan mencukupi untuk mengairi sebulak sawah. Namun untuk sementara air itu masih harus dialirkan mengikuti jalur alami yang telah dibuat oleh arus air itu sendiri, sebelum dibuat sebuah parit yang memadai. Wijang dan Paksipun telah memberikan beberapa petunjuk, bagaimana mereka harus membuat talang. Membuat tiangtiang penyangga di tanah-tanah yang lekuk. Namun mereka harus meratakan tanah-tanah yang agak mencuat dari permukaan. "Kita akan mulai membuat talang air. Sementara sebagian dari kita masih akan menebang bambu dari hutan di sebelah" berkata Paksi. Namun ternyata agak di luar dugaan Wijang dan Paksi, bahwa anak-anak muda itu menjadi gembira dengan kerja yang mereka lakukan. Pada saat lewat tengah hari, dua orang telah datang dari padukuhan sambil membawa makan dan minum bagi anak-anak muda yang sedang sibuk bekerja. "Kita berhenti sebentar untuk makan" berkata Wijang. Mereka yang menyiapkan tempat penampungan air dan mereka yang mengusung bambupun kemudian menghentikan kerja mereka. Mereka mencuci tangan dan kaki. Kemudian duduk di bawah pepohonan yang rimbun. Alangkah nikmatnya makan di bawah pohon yang rimbun itu. Sekali-sekali mereka mengusap keringat yang masih saja mengalir di leher dan kening. Yang mereka makan pada waktu itu tidak berbeda dengan apa yang mereka makan sehari-hari. Namun rasa-rasanya jadi lain. Yang mereka makan itu seolah-olah jenis nasi dan sayur yang belum pernah mereka makan sebelumnya. Kedua orang yang membawa makan dan minum itupun telah ikut pula makan bersama anak-anak muda itu. SekaliEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sekali mereka meneguk air dari dalam gendi. Terasa betapa segarnya. Tetapi seorang anak muda yang sudah selesai makan berkata, "Kita tidak kekurangan minum di sini. Air yang menitik itu rasanya segar sekali. Meskipun udara terasa terik, namun air itu tetap dingin, sehingga ketika melewati kerongkongan, rasa-rasanya seluruh tubuh telah berendam di air yang dingin dan sejuk di bawah pepohonan yang rimbun serta diusap oleh silirnya angin yang lembut" Kawannya tertawa. Katanya, "Itulah sebabnya, maka mata ini tiba-tiba saja telah mengantuk" Namun baru saja mulutnya terkatup, anak muda itu telah bangkit berdiri sambil berdesis, "Siapa yang sudah mendengkur ini, he?" Yang lain pun berpaling. Ternyata seorang anak muda yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan sudah tertidur di atas rerumputan kering di bawah sebatang pohon waru. "Bukan main" gumam seorang anak muda yang bertubuh pendek. "Tetapi mataku ternyata juga sudah ingin terpejam" "Kalian dapat beristirahat sebaik-baiknya" berkata Paksi. "Mungkin tidur. Tetapi setelah kalian bangun beberapa saat lagi, kalian tidak boleh menjadi malas. Kalian harus benarbenar terbangun untuk bekerja keras lagi" Dalam pada itu, selagi mereka masih beristirahat, mereka melihat Ki Bekel berjalan di teriknya sinar matahari ke arah mereka. "Selamat siang, Ki Bekel" sapa Wijang dan Paksi hampir bersamaan. "Selamat siang. Selamat siang, anak-anak muda" "Selamat siang, Ki Bekel" jawab anak-anak muda itu. Sementara seorang yang lainpun berkata, "Kami baru saja makan, Ki Bekel. Perut kami telah terisi penuh. Mungkin Ki Bekel juga belum sempat makan di rumah?" "Sudah. Aku sudah makan bersama beberapa orang yang baru saja menguburkan ketiga sosok mayat itu. Aku sudah kenyang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel itupun kemudian telah ikut duduk pula di bawah pohon yang rimbun bersama dengan anak-anak muda yang sedang beristirahat itu. Ternyata kerja anak-anak muda itu membuat jantung Ki Bekel bergetar. Ia tidak mengira bahwa anak-anak yang malas itu mampu menebang dan kemudian mengumpulkan setumpuk batang bambu serta membuat tanggul penampungan air. Begitu cepatnya mereka mengerjakannya. Namun anak-anak muda yang datang itu memang lebih banyak dari kemarin. Satu perkembangan yang sangat menggembirakan. "Kami sedang beristirahat, Ki Bekel" berkata Wijang kemudian. "Silahkan" sahut Ki Bekel. "Aku baru dapat datang kemari setelah lewat tengah hari. Tadi pagi kami menyelenggarakan penguburan ketiga orang yang terbunuh, setelah mendapat persetujuan Ki Demang dan Ki Demang dari Randucawang" "Kami baru mulai dengan kerja yang sesungguhnya, Ki Bekel. Baru inilah yang dapat kami kerjakan" "Menurut pendapatku, kalian bekerja sangat cepat. Setumpuk bambu dan tanggul yang membujur ini, bukankah kalian baru mulai pagi tadi?" "Ya, Ki Bekel" "Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana anak-anak malas ini dapat mengerjakan semuanya ini setengah hari" "Kami terdiri dari banyak orang, Ki Bekel" sahut Paksi. "Aku merasa sangat bangga, bahwa anak-anak padukuhan kami bersedia untuk menempuh jalan kehidupan yang baru. Aku tidak pernah bermimpi bahwa anak-anak muda yang malas itu akan bangkit. Mudah-mudahan tidak hanya hari ini atau hanya dua tiga hari saja. Tetapi untuk seterusnya. Mudah-mudahan pula banyak anak muda yang tertarik dan ikut bersama kita yang sudah ada di sini" "Mudah-mudahan, Ki Bekel. Tanah ini telah dikaruniakan kepada kita. Kita harus mensukurinya dan memanfaatkannya dengan baik"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya seakan-akan ditujukannya kepada dirinya sendiri, "Aku terlambat menyadarinya. Tanpa goncangan yang kuat, kami tidak tergerak untuk berbuat seperti sekarang ini. Peristiwa yang terjadi semalam merupakan tantangan yang justru menuntut jawaban kita semua" "Anak-anak muda itu sudah menjawabnya" Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Kepada Wijang dan Paksi iapun kemudian berkata, "Anak-anak muda, aku minta kalian tidak hanya dua atau tiga hari saja di sini. Aku ingin kalian tetap berada di sini. Keberadaan kalian akan banyak memberikan arti bagi padukuhan kami yang selama ini jauh tertinggal dari padukuhan-padukuhan lain" Wijang dan Paksi saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Wijangpun berkata, "Kami mohon maaf, Ki Bekel. Kami hanya dapat tinggal di sini untuk dua tiga hari saja. Kami masih harus menempuh perjalanan panjang" "Bukankah kalian pengembara yang tidak terikat oleh waktu dan ruang" Kalian dapat berada di mana saja dan kapan saja tanpa ada bedanya" Wijang tersenyum. Katanya, "Ki Bekel benar. Tetapi kami tidak dapat berada di satu tempat terlalu lama. Kami tidak dapat tinggal lebih dari sepekan" "Itukah paugeran yang mengikat seorang pengembara?" "Tidak, Ki Bekel. Tetapi niat kami dalam pengembaraan kamilah yang telah mengikat kami" Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Sementara Wijangpun berkata, "Ki Bekel, kami akan mulai membuat talang air. Sedangkan sebagian lagi masih akan mengumpulkan bambu, karena kami membutuhkan bambu cukup banyak" Ki Bekel mengangguk-angguk, sedangkan Paksi berkata selanjutnya, "Jika kami sudah mulai, maka anak-anak muda itu tinggal melanjutkannya. Mereka akan dapat melakukannya sendiri. Apalagi Ki Bekel sendiri telah hadir di arena. Agaknya tidak akan ada kesulitan lagi, Ki Bekel"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel terdiam. Sebenarnyalah bahwa ia merasa kecewa bahwa anak-anak muda yang mengaku sebagai pengembara itu akan segera meninggalkan kerja yang baru dimulai itu. Sebenarnya Wijang sendiri juga ingin melihat air yang kemudian akan mengalir lewat beberapa jalur talang bambu dan tumpah di atas tanah yang kering milik Mbah Rejeb. Tetapi Wijangpun tahu benar bahwa Paksi ingin segera melanjutkan perjalanan untuk mencari adiknya. Jika mereka menemukan adik Paksi itu berada di dalam keadaan yang buruk, maka Paksi akan dapat menyalahkannya, karena mereka terlalu lama menyusulnya. Karena itu, maka Wijang tidak dapat menunda-nunda lagi perjalanan mereka. Dalam pada itu, setelah beristirahat beberapa saat, maka Wijang dan Paksipun telah mengajak anak-anak muda itu untuk bangkit dan melanjutkan kerja mereka. Beberapa orang di antara mereka sempat tertidur. Sementara yang lain mulai memejamkan mata mereka. Rasa-rasanya memang malas sekali untuk mulai dengan kerja berat di teriknya matahari, justru setelah mereka beristirahat di bawah rimbunnya pepohonan. Angin yang berhembus di padang perdu di kaki gunung itu membuat anak-anak muda itu seakan-akan terbius. "Marilah" Ki Bekellah yang bangkit lebih dahulu, "aku akan ikut bekerja sama kalian" "Ah, jangan Ki Bekel" cegah Wijang. "Bahwa Ki Bekel hadir di sini sudah memberikan dorongan yang sangat kuat kepada kami" "Tidak apa-apa. Aku harus ikut pula mengalami kerja. Sejak kanak-kanak aku adalah seorang yang malas pula, sehingga orang tuaku tidak memberikan teladan, apa yang sebaiknya harus aku lakukan. Nah, sekarang aku mendapat teladan, bagaimana sebuah padukuhan harus bekerja bagi kesejahteraan padukuhannya" Ternyata Ki Bekel memang tidak dapat dicegah. Disingsingkannya kain panjangnya. Dilepaskan bajunya pula. Dengan mengenakan caping bambu, Ki Bekelpun mulai ikut
Tangan Darah 1 Animorphs - 46 The Deception Pendekar Cacad 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama