Ceritasilat Novel Online

Api Di Bukit Menoreh 32

11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja Bagian 32


kalian mengambil kayu dari hutan dilereng pegunungan ini. Ada beberapa alasan yang
dapat aku sebutkan. "
Tetapi orang-orang itu nampaknya tidak menghiraukan sama sekali dengan kuasa
KiGede Menoreh. Karena itu, maka seorang diantara mereka berkata " Persetan dengan
Ki Gede Menoreh. Aku tidak mengenalnya dan aku bukan orangnya. Buat apa aku patuh
kepadanya. " " Tetapi pegunungan ini, lerengnya dan hutan-hutannya adalah tlatah Tanah Perdikan
Menoreh. " sahut Glagah Putih.
" Sudah aku katakan, aku tidak peduli. Apakah kau tuli" " orang yang bertubuh tinggi
kekar itu membentak. " Tetapi yang penting, adalah bagi keselamatan kalian sendiri " tiba-tiba saja salah
seorang anak asuhan Rudita itu menyela. Katanya pula" Milik Tanah Perdikan atau
bukan, tetapi tanah itu akan dapat longsor dan menimpa tempat pemukiman yang sedang
kalian bangun itu. "
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam.Tetapi ia tidak memotong kata-kata anak itu.
" Cukup. Cukup. Aku tidak memerlukan kalian. Pergi, atau aku akan memperlakukan
kalian sebagaimana kami lakukan terhadap kedua orang anak gila itu. " teriak orang
bertubuh raksasa itu. Namun orang-orang kasar itu menjadi heran. Kedua orang anak yang telah mereka
pukuli itu masih saja tidak merasa takut meskipun mereka sudah merasa kesakitan.
Sedangkan kedua orang yang datang kemudian itu juga tidak nampak menjadi ketakutan.
Bahkan Glagah Putih melangkah maju sambil berkata"Jangan memaksa kita harus
mempergunakan kekerasan. Bukankah kita dapat menyelesaikan persoalan ini dengan
membicarakannya dengan baik. Jika kalian berkeras ingin menebangi pepohonan dilereng
pegunungan ini, maka kalian harus menghubungi Ki Gede Menoreh. Kalian harus
mendapat ijinnya. " Tetapi seorang dari kedua remaja itu berkata " Kalian hanya berbicara tentang hak
atas hutan ini. Dengan ijin apalagi tidak, pemukiman mereka akan tetap berbahaya.
Mereka harus menyadari, bahwa yang mereka Ikukan itu keliru sehingga akan dapat
berakibat burut bagi mereka kelak. Seandainya ada i j in dari Ki Gede sekalipun, bahaya
itu tetapi mengancam mereka. "
Glagah Putih mengangguk-angguk. Katanya " Ya. Kalian benar. Kamipun yakin, bahwa
Ki Gede tidak akan mengijinkannya. "
" Aku tidak memerlukan i j in dari siapapun juga. Sekali lagi aku minta kalian pergi,
atau kalian akan mengalami nasib buruk disini. Kami tidak akan segan-segan bertindak
kasar. Sabungsari yang tidak sabar itu berkata " Baiklah. Jika kalian ingin mempergunakan
kekerasan. " " Kalian berani menantang kami" " geram orang bertubuh raksasa itu.
" Sudah kami katakan, kami bertindak atas nama Ki Gede Menoreh " sahut Sabungsari.
Laki-laki bertubuh raksasa itupun segera memberi i-syarat kepada kawan-kawannya
untuk bersiap. Sementara anak-anak remaja itu menjadi gelisah. Dengan suara yang
bergetar seorang diantara mereka berkata " Apakah kalian mengira bahwa kekerasan
akan menyelesaikan masalah. Jika kedua orang pengawal ini ternyata kemudian dapat
mengalahkan kalian, nah, bencana yang aku katakan akan menimpa kalian dan daerah
pemukiman kalian jika hujan turun dengan lebatnya sehingga tanah ini longsor, ternyata
akan datang lebih cepat. " Lalu katanya kepada Sabungsari dan Glagah Putih " Jadi kalian
mencegah penebangan hutan ini bukan karena kalian mengasihi orang-orang yang telah
berpikir sesat ini, tetapi justru sekedar karena hak kalian telah dilanggar" Apakah artinya
kalian berbicara tentang bencan-na yang dapat menimpa mereka jika kalian berdua akan
membuat bencana pula atas mereka. "
Sabungsari mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia berkata " Aku tidak mengerti
jalan pikiran mereka. "
Namun Glagah Putih berkata " Caraku memang agak berbeda dengan cara yang kalian
tempuh. Aku mengerti bahwa kalian tidak senang melihat kekerasan meskipun kalian telah
mengalaminya. Namun kami berniat baik sebagaimana kalian inginkan.
" Berniat baik dengan melakukan kekerasan terhadap orang lain apapun alasannya" "
bertanya seorang diantara kedua remaja itu dengan heran.
" Baiklah anak-anak muda. Biarlah kita mempergunakan cara kita masing-masing.
Tetapi pada dasarnya, kami dan kalian tidak menghendaki orang-orang itu menebangi
pepohonan di lereng bukit ini karena ini akan dapat mencelakakan mereka sendiri. "
Glagah Putih itupun terdiam sejenak, lalu katanya " Merekapun tidak dapat tanpa ijin
membuka pemukiman dibawah lereng pegunungan ini. Mereka harus mendapat ijin dari
kademangan Kleringan, karena tanah yang mereka pergunkan termasuk tlatah
Kademangan Kleringan. "
" Kalian berbicara lagi tentang hak, bukan tentang keselamatan mereka " berkata
seorang diantara kedua remaja itu.
" Biarlah kita selesaikan dahulu orang-orang itu " berkata Sabungsari " nanti aku
akan mencoba memahami cara mereka berpikir dan bersikap.
Glagah Putih mengangguk-angguk. Katanya " Maaf anak-anak. Kami akan menempuh
jalan yang kami anggap terbaik menghadapi orang-orang ini. Mungkin kalian sulit
memahami jalan pikiran kami, sebagaimana kami sulit memahami jalan pikiran kalian. "
Kedua orang remaja itu saling berpandangan. Namun nampak wajah mereka kemudian
menjadi tegang. Dalam pada itu, beberapa orang laki-laki kasar yang menebangi pepohonan itupun
merasa terhina oleh sikap Sabungsari dan Glagah Putih. Karena itu, maka orang yang
bertubuh raksasa itupun berkata"Kalian mau apa" Apakah kalian sudah jemu hidup
sehingga kalian menyurukkan nyawamu kebawah kapakku ini" Jika itu yang kalian
kehendaki, baiklah. "
Sabungsari dan Glagah Putihpun segera bersiap. Dengan nada berat Glagah Putih
berkata " Seharusnya kalian mendengarkan peringatan kedua orang anak itu, sehingga
kalian tidak mengalami kesulitan apapun. "
Laki-laki bertubuh raksasa itu tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera
memberikan isyarat kepada kawan-kawannya sehingga hampir serentak mereka bergerak
maju. Namun Sabungsari dan Glagah Putihpun sudah bersiap untuk menghadapi mereka.
Perkelahian yang terjadi memang tidak terlalu lama. Orang-orang kasar itupun dengan
cepat ditundukkan oleh Sabungsari dan Glagah Putih. Mereka yang mencoba untuk
melawan terus, ternyata beberapa kali telah terdorong dan terbanting jatuh. Dua diantara
mereka telah terguling ke lereng. Ungtunglah, bahwa mereka telah tersangkut pada
pohon-pohon perdu. Beberapa saat kemudian orang-orang kasar itu benar-benar telah menghentikan
perlawanan mereka. Mereka sama sekali tidak mengerti, bagaimana tubuh mereka telah
menjadi merah biru. Orang yang bertubuh raksasa itupun hampir menjadi pingsan
karenanya. Wajahnya menjadi biru pengab. Sebelah matanya menjadi bengkak,
sedangkan lambungnya rasa-rasanya akan terputus karenanya. Sedangkan kawankawannya
pun mengalami nasib yang sama.
Sabungsari dan Glagah Putihpun kemudian menghentikan perkelahian itu. Kepada
orang-orang kasar itu Glagah Putih telah memerintahkan untuk menolong kedua orang
kawannya yang terguling kedalam lereng pegunungan itu.
" Kumpulkan kawan-kawanmu " berkata Glagah Putih kemudian.
Laki-laki kasar itu tidak berani melawan lagi. Mereka-pun kemudian telah berkumpul
dan duduk di rerumputan, sementara Sabungsari dan Glagah Putih, duduk diatas tonggaktonggak
kayu yang mulai mengering.
" Nah, kalian berdua sekarang dapal berbicara dengan mereka " berkata Glagah Putih
kepada kedua orang remaja itu.
Tetapi belum lagi keduanya mengambil sikap, terdengar suara dari puncak pegunungan
" kalian telah menunjukkan satu sikap yang kurang baik bagi kedua anak asuhanku itu.
Orang-orang yang ada dilereng pegunugan itu berpaling. Mereka melihat seseorang
menuruni lereng mendekati mereka.
" Bapa Rudita " desis kedua orang remaja itu berbareng.
Sabungsari dan Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Namun kemudian dengan
tersenyum Rudita berkata " Tetapi aku tidak heran melihat sikap kalian. Kalian tentu
telah diajari oleh Agung Sedayu untuk melakukan kekerasan, karena ia tidak melihat cara
lain yang lebih baik dari kekerasan.
Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata " Tetapi
paman melihat sendiri hasilnya. Mereka baru tunduk setelah kekerasan itu terjadi.
Meskipun kekerasan itu sama sekali bukan satu-satunya alat untuk menjelaskan persoalan
namun kadang-kadang kekerasan itu perlu kami lakukan. Apalagi untuk membela diri. "
Rudita masih saja tersenyum. Katanya " Semoga pada suatu saat hatimu terbuka.
Tetapi baiklah, kami akan melanjutkan perjalanan kami. Sampaikan salamku kepada
Agung Sedayu. Ia menjadi semakin mapan sekarang, karena ia telah menjadi Lurah
Prajurit. Tindakan-tindakan yang diambilnya
akan dapat mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi anak-anak yang
kehilangan orang tuanya. "
"Tetapi dapat juga sebaliknya"berkata Glagah Putih " jika kedatangan Manuhara di
Tanah Perdikan ini tidak disambut dengan kekerasan, apa yang akan terjadi di Tanah
Perdikan Menoreh, terutama padukuhan induknya, akan menjadi karang abang. "
" Kalian hanya melihat potongan peristiwa dari sebab dan akibat perbuatan manusia
sendiri. Nampaknya sudah tidak ada lagi hubungan mesra antara manusia dengan Penciptanya
serta kasih diantara sesama. Tetapi kita masih berpengharapan bahwa pada
suatu saat kasih itu akan menjadi bahasa dalam kehidupan manusia dihadapan Maha
Pencipta-nya. " Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Demikian pula Sabungsari. Ternyata mereka
mengerti maksud Rudita. Namun dalam kenyataan yang mereka temui dalam kehidupan
kadang-kadang memang terdapat pertentangan-pertentangan yang tajam. Sebagaimana
mereka menunjukkan kasih namun harus dengan kekerasan. Sehingga ujud kehidupan
yang manis masih merupakan jangkauan.
Demikianlah, sejenak kemudian, maka Ruditapun telah mengajak anak-anak asuhan
didalam padepokannya yang menampung anak-anak yatim piatu itu untuk melanjutkan
perjalana. Ketika mereka melangkah menjauh, maka Rudita itu berkata " Mudahmudahan
kalian semuanya, mendapat terang dihati kalian. "
Sabungsari dan Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Sambil berpaling kepada
orang-orang kasar itu Glagah Putih berkata" Pancaran hasilnya mudah-mudahan dapat
membuka nalar kalian. Hentikan perbuatan kalian, karena mereka mencemaskan bahwa
pada suatu saat kalian akan mendapat bencana.
Orang-orang itu termangu-mangu. Mereka mengalami satu peristiwa yang tidak mereka
mengerti jalan pikiran kedua remaja yang kemudian dibawa oleh seorang yang tidak
mereka lihat sebelumnya. Namun kedua orang anak muda yang datang kemudian itu juga aneh bagi mereka.
Keduanya memiliki kemampuan berkelahi yang sangat tinggi. Mereka dalam jumlah yang
berlipat ganda, sama sekali tidak mampu mengalahkan keduanya. Namun kemudian,
keduayapun tidak berbuat apa-apa pula atas mereka, setelah mereka menyatakan diri
mereka kalah dan menyerah.
Namun kedua orang anak muda itu masih mengancam. Seorang diantaranya yang
disebut salah seorang pemimpin pengawal Tanah Perdikan itu berkata " Aku peringatkan
agar kalian tidak melanjutkan rencana kalian. Ki Gede Menoreh dan Ki Demang Kleringan
tentu tidak akan mengijin-kan kalian membuat pemukiman di lereng pegunungan,
sementara hutan di lereng itu telah kau tebangi. Sehingga akan sangat berbahaya bagi
kalian sendiri. Lebih dari itu kalian harus membiasakan diri menempuh jalur yang
seharusnya berlaku sesuai dengan paugeran. Kalian harus menghubungi dan mohon ijin
kepada penguasa tlatah yang akan kalian pergunakan sebagai tempat pemukiman, karena
kalian tidak dapat berbuat menurut kehendak kalian sendiri dalam hidup bebrayan.
Didalam hidup bebrayan segalanya harus didasari atas kepentingan bersama, saling
menghormati dan tunduk pada paugeran yang sudah dibuat. Jika kalian merasa diri kalian
dapat berbuat menurut kehendak dan kepentingan kalian sendiri, maka ada pihak lain
yang akan melakukan hal yang sama dan mungkin akan merugikan kalian, karena
kepentingannya bertentangan dengan kepentingan kalian, baik kalian dalam kelompok
atau kalian seorang-seorang. "
Orang-orang itu saling berdiam diri. Namun mereka mulai mendengarkan keterangan
Glagah Putih. Sementara itu Glagah Putih mulai mengancam lagi " Aku setiap kali akan
mengirimkan peronda untuk melihat, apakah kalian mendengarkan kata-kataku atau tidak.
Jika kalian masih memaksa untuk menebangi pepohonan di lereng pegunungan ini, maka
para pengawal itu akan bertindak lebih dari yang aku lakukan. Aku juga akan mengirimkan
penghubung yang akan menemui Ki Demang Kleringan, yang memberitahukan apa yang
telah kalian lakukan disini. "
" Jika demikian, apa yang harus kami lakukan" " bertanya seorang yang nampaknya
tertua diantara sekelompok orang kasar itu dengan nada dalam.
" Bagaimana dengan tempat pemukiman kalian sekarang" " bertanya Glagah Putih.
" Kami sudah tidak dapat tinggal lebih lama lagi " jawab orang itu.
" Kenapa" Apakah di kediamanmu sekarang terjadi bencana" " bertanya Sabungsari.
Orang-orang itu menggeleng. Yang tertua diantara mereka berkata " Bukan bencana.
Tetapi tanah yang kami garap sudah menjadi kering, sumber-sumber airpun mengering.
" " Itu namanya juga bencana. Bencana kekeringan " sahut Sabungsari.
Orang-orang itu mengangguk-angguk lagi. Sementara yang lain berkata " Bebatuan
telah menutup tanah garapan kami. Bebatuan yang longsor dari lereng bukit. Batu-batu
padas dan bahkan batu-batu hitam.
*** Cewek 6 Pendekar Mata Keranjang 17 Manusia Titisan Dewa Pendekar Bayangan Setan 12

Cari Blog Ini