Ceritasilat Novel Online

Cinderella Rambut Pink 1

Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya Bagian 1


pustaka-indo.blogspot.com9
SUASANA pasar tradisional di sudut kota Jogja ramai
dengan pedagang yang menawarkan barang dagangannya.
Mulai dari ikan basah, sayur bayam, petai, jengkol, sampai
DVD bajakan pun tersedia di sana.
Aroma udara pagi telah bercampur dengan bau ikan asin
yang sama asinnya dengan keringat penjualnya.
Di sebuah lapak tampak seorang ibu sedang sibuk tawar"menawar harga mangga dengan sang penjual. Kelihatannya
si penjual kewalahan melayani ibu itu. Berkali-kali ia meng"usap keringat yang membasahi keningnya.
"Mangganya sekilo berapa, Bang?" tanya si ibu dengan tam"pang juteknya. Alisnya terlihat sangat aneh karena dibentuk
tajam dan tinggi dengan pensil alis. Nggak jauh beda dengan
gambar gunung zaman kita TK.
"Delapan ribu, Bu!"
"Hah! Mahal banget! Delapan ribu tiga kilo!"
http://pustaka-indo.blogspot.com10
Si abang penjual mangga cuma bisa menggeleng lemas.
Dalam hati ia ngomel betapa pelit wanita itu. Buktinya,
nawar mangga aja nggak kira-kira. Padahal penampilan
wanita itu udah kayak ibu-ibu arisan kelas atas. Tangannya
penuh gelang emas yang meskipun imitasi, lumayan bikin ia
terlihat kinclong di mata para pedagang di pasar.
"Boleh delapan ribu dua kilo, Bu. Tapi batangnya aja."
Si ibu tampak kesal dengan jawaban penjual mangga itu.
Ia mengangkat tasnya dan berjalan pergi dengan langkah
gontai untuk mencari-cari siapa tau ada pedagang bego yang
mau ditawar dengan harga ekstrem.
Di sudut lain, penjual daging tampak dengan sadisnya
memutilasi ayam di tangannya tanpa rasa canggung. Seperti
terbiasa dengan adegan pembunuhan sadis tersebut, di se"belahnya terlihat seorang ibu muda yang sibuk memilih
ceker ayam untuk dimasukkan ke plastik. Di kakinya, seekor
kucing kampung dengan sabarnya menunggu potongan
ayam yang terjatuh. Berkali-kali kucing tersebut menelan
ludah dan menyusun strategi jitu untuk mencolong salah
satu bagian potongan ayam di meja.
Beginilah suasana pasar tradisional di Jogja. Ramai tapi
aman terkendali. Bahkan preman pasar yang terkenal suka
meminta uang keamanan pun asyik menyeruput kopi hitam
bersama hansip di salah satu warung angkringan.
Tapi tunggu dulu. Dari seberang jalan yang cukup padat
terdengar seseorang berteriak histeris. Bukan lantaran melihat
artis sinetron nongol di pasar. Melainkan....
"Jambreeet! Tolooong"!"
http://pustaka-indo.blogspot.com11
Semua mata langsung tertuju ke arah datangnya suara.
Tampak seorang pria kurus kerempeng berkaus hitam kumal
dengan rambut keriting gondrong berlari kencang melewati
kerumunan orang sambil membawa sebuah tas wanita.
Tak satu pun orang bereaksi. Entah karena ngeri melihat
penampilan pria itu, atau memang nggak peduli. Aneh! Pada"hal hampir semua mata melihat aksi penjambretan tersebut.
Namun dari kejauhan, seorang cewek bertopi dengan
potongan rambut bob asimetris keluar dari kerumunan orang
dan berlari dengan sangat cepat mengejar penjambret itu.
Dengan gerakan yang lincah nan gesit, cewek itu mampu
melewati meja-meja sayur tanpa menyenggolnya sedikit pun.
Mungkin cewek itu sejenis Wonder Woman, Cat Woman,
atau Srikandi. Entahlah. Semua orang yang menyaksikan adegan itu berdecak ka"gum. Sebagian malahan bertepuk tangan riang, mengira
sedang ada shooting dan menerka-nerka siapakah artis wanita
yang jadi jagoan itu. Beberapa di antaranya malahan sibuk
mencari di mana kameramennya karena berharap bisa nongol
di film jadi figuran dadakan. Masuk tipiii".
Tanpa lelah cewek itu terus mengejar si penjambret yang
kemungkinan besar adalah penggemar Dao Ming Se karena
menggunakan kaus lengan buntung.
Aksi kejar-kejaran tersebut akhirnya melewati jalan raya,
jalan tikus, jalan semut, pertokoan, sampai taman kota yang
penuh dengan orang. Sepertinya si cewek ngotot ingin me"nangkap penjambret itu. Tak tebersit sedikit pun rasa takut
dalam dirinya. Baginya, nggak ada kata lolos untuk seorang
http://pustaka-indo.blogspot.com12
penjambret. Kalau setiap penjambret di negara ini selalu
lolos, bisa-bisa orang-orang lebih memilih jadi penjambret
daripada jadi pegawai negeri.
Sang penjambret mulai panik ketika menyadari cewek
yang mengejarnya begitu bersemangat ingin menangkapnya.
Penjambret itu berlari zig-zag layaknya penari salsa yang
ingin membuyarkan konsentrasi lawan. Tapi sang Wonder
Woman terus mengejarnya. Bahkan langkahnya sekarang
menjadi empat kali lebih cepat. Persis kayak lagi lari di
treadmill. Si cewek tampak ngos-ngosan. Keringat bercucuran di
keningnya. Kalau ditadahin bisa sampai seember. Ia merasa
tak mampu lagi mengejar penjambret itu. Tapi egonya terus
memaksanya untuk tidak menyerah. Maka dengan nekat
cewek itu melepas salah satu sepatunya. Ia menyipitkan mata,
mengukur jarak, memastikan seandainya sepatunya ia lempar,
apakah akan tepat mengenai sasaran. Lalu bak pemain softball
profesional, ia mulai mengayunkan tangannya, melemparkan
sepatu tercintanya ke arah penjambret itu. Dan" pletak!
Apakah berhasil" Nggak! Meleset total! Sepatu dekil ce"wek itu malah mendarat mulus di kepala seorang cowok
yang sedang serius memotret dengan kameranya.
"Uuups! Mampus gue!" ucap cewek itu panik sambil
memukul jidatnya kuat-kuat. Sampai-sampai dahinya
memerah. Dalam waktu beberapa detik, ia buru-buru kabur
melupakan penjambret tadi sebelum sang cowok berkamera
menyadari keberadaannya dan menyeretnya ke penjara satu
sel sama Bang Napi. http://pustaka-indo.blogspot.com13
Wajah cowok itu mendadak merah padam. Telinganya
sampai berasap saking marahnya. Bukan hanya karena kena
timpuk sepatu dekil cewek itu, tapi juga karena konsentrasi"nya mendadak buyar. Padahal ia baru saja mendapatkan
objek yang sangat bagus untuk difoto.
Tapi sayang, ketika ia mengangkat kepala untuk mengejar
pelaku penimpukan itu, si cewek udah keburu ngibrit.
Hilang tanpa jejak. Gone with the wind".
"Brengsek! Awas lo! Gue cari sampai ketemu!" omel
cowok itu sambil mengacung-acungkan sepatu sialan yang
mengenai kepalanya itu. Dalam hati ia bersumpah akan
mencari cewek itu sampai ke lubang tikus sekalipun. Kalau
perlu sampai cewek itu sangat menyesal dan memohon
ampun berkali-kali karena udah menimpuknya dengan sepatu
sialan itu. Kantor Radio Velocity, pukul 08.15.
"Goodbye, Mr. Dekiiil! Hahaha"."
Pagi ini tampang Dara, salah seorang penyiar Radio
Velocity, nggak ada cakep-cakepnya sama sekali. Kusut kayak
baju nggak disetrika. Rambutnya yang salah satu bagiannya
di-highlight pink, acak-acakan nggak keruan. Semua ini
lantaran cewek itu kehilangan sepatu kesayangannya yang
selalu setia menemaninya ke mana-mana. Si Mr. Dekil...!
http://pustaka-indo.blogspot.com14
Tapi kondisi itu ternyata beda banget sama teman-teman
kantornya di Radio Velocity yang bergembira ria menyambut
berita sepatu kesayangan Dara yang hilang. Beberapa di
antaranya malah pengen langsung ngadain selametan potong
kambing saking happy-nya.
"Selamat ya, Dar!" ucap Beno nyengir sambil menjabat
tangan Dara. Bibir Dara jadi tambah manyun, ngalahin
hidung Pinokio. "Huu" nyengir aja kayak kuda!" ucap Dara sewot sambil
mengelus-elus sepatu dekilnya yang tinggal sebelah kanan.
"Sabar ya, gue pasti nemuin pasanganmu"," ucap cewek itu
lirih pada sepatunya. Dara emang sayang banget sama sepatu Converse-nya.
Sampai-sampai sepasang sepatunya itu ia kasih nama Mr. and
Mrs. Dekil. Udah kayak saingannya, Mr. and Mrs. Smith.
Padahal sepatunya itu dekil minta ampun! Sumpah deh.
"Dara, lima menit lagi on air, ya," pesan Mbak Octa, wa"nita bertubuh tinggi besar yang juga produsernya, dari balik
pintu ruang siaran. "Sip, Mbak!" jawab Dara lemah. Sesaat kemudian ia ber"anjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang
siaran sambil melempar bolpoin ke arah Beno. "Huh! Aku
sumpahin nggak bisa mingkem!"
"Deeeileeh, segitunya". Takuuut". Whakekeke"."
Dara menjatuhkan tubuhnya di kursi studio. Ia mengeluar"kan permen karet dari mulutnya dan menaruhnya di sobekan
kertas di atas meja. Dara memang doyan banget ngunyah
permen karet. Tapi payahnya, dia suka asal buang permen
http://pustaka-indo.blogspot.com15
karetnya itu di mana-mana kalau rasanya udah pahit.
Beberapa orang pernah ngomel-ngomel lantaran menjadi
korban ranjau permen karetnya. Biasanya korban-korbannya
itu langsung rame-rame dikasih selamat biar tambah merasa
menderita lahir-batin. Dari ruang operator, Mbak Octa sibuk memberikan aba"aba dengan jari tangannya. Tiga" dua" satu".
Dara menarik napas dalam-dalam dan mendekatkan wajah"nya ke mikrofon. "Hai, hai, hai! Selamat pagi, Jogja! Ketemu
lagi bareng Dara di 85.12 Radio Velocity. Selama satu jam
ke depan, Dara bakalan setia nemenin kamu semua dengan
lagu-lagu yang pastinya bisa membuat harimu yang
menyebalkan menjadi menyenangkan. Satu lagu lama yang
asyik banget dari Sugar Ray, Someday"."
Dara menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menghela
napas panjang. Inilah risiko jadi penyiar radio. Mau gimana
pun kondisinya, haruslah tetap terdengar ceria di radio.
Nggak peduli penyiarnya lagi patah hati kek, nggak punya
duit kek, pokoknya semua harus terdengar perfecto!
"Jangan cuma gara-gara Mr. Dekil hilang, siaranmu jadi
kacau gitu dong, Dar," ucap Beno ketika Dara selesai siaran.
Tangannya sibuk menulis urutan lagu yang ingin dia putar
pada jam siarannya nanti. Meskipun berpostur mirip beruang
madu, selera musik Beno patut dikasih empat jempol plus
jempol kaki. Top abiiiez".
"Aku bener-bener nggak bisa konsen, Ben. Mr. and Mrs.
Dekil itu jimatku. Bisa kacau kalo salah satu hilang kayak
http://pustaka-indo.blogspot.com16
nya di tas biar mirip gantungan kunci. Padahal baunya"
naujubileee". Bayfresh aja nggak mampu melawan.
"Kasihan amat sih, Dar. Aku beliin yang baru aja deh.
Lagian orang kantor kan juga udah banyak yang protes
gara-gara kedekilan sepatu itu. Aku yakin, anak-anak lain
pasti langsung pada tumpengan kalo sampai tau Mr. Dekil
ilang. Hahaha"!"
"Weeiiits" beda, Ben. Kalau sepatu baru tuh masih bau
toko. Nggak ada sensasinya," potong Dara pakai jurus nggak
mau kalah. "Sensasi" Sensasi bau jempol kaki maksudnya?"
"Yo"i! Seneng kan, semriwing-semriwing?"
"Yaaii!" Dara nyengir melihat Beno meringis jijik. "Udah ah! Aku
cabut dulu ye, Bos. Takut telat ke toko kaset. Ntar bisa-bisa
aku digorok! Dee" duu" da...!"
Setiap hari Dara selalu melakukan rutinitas yang sama.
Pagi-pagi buta dia bangun dan langsung ngacir menuju
Radio Velocity untuk ngebawain acara Morning Day. Selesai
siaran, cewek itu berangkat menuju toko kaset untuk
kembali bekerja hingga pukul tujuh malam. Hebat, kan"
Dulu Dara tinggal di Bandung bersama kedua orangtua"nya. Tapi sejak kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah
kecelakaan mobil saat dirinya kelas satu SMA, Dara dititip"kan ke oomnya. Waktu tinggal dengan keluarga oomnya
itu, kehidupan Dara berubah drastis. Ia merasa menjadi
http://pustaka-indo.blogspot.com17
nya saat itu Dara terpaksa mencari penghasilan sendiri dan
berhenti sekolah. Untunglah ia ketemu Eyang Santoso. Seorang pelanggan
setia kedai tempat Dara bekerja yang ternyata pemilik kos"kosan di Jogja. Jadilah Dara memilih menata hidupnya
kembali di Jogja dengan ngekos di tempat Eyang Santoso
sampai sekarang. Ketika tiba di toko kaset, tanggapan teman-teman di sana
ternyata juga nggak jauh beda. Mereka terbengong-bengong
saat melihat Dara datang dengan wajah bete dan sandal
Swallow di kaki. Tapi ketika mereka melihat sebuah sepatu
dekil tergantung manis di tas Dara, mereka langsung girang
banget. Masing-masing mulai menerka-nerka sumber ke"betean Dara.
"Aku rasa Mr. Dekil-nya jebol."
"Ah nggak. Menurut aku, pasti Mr. Dekil ditahan polisi
karena berhasil membuat orang satu kompleks pingsan ke
bauan." "Atau... bisa jadi Mr. Dekil dibuang sama penjaga masjid
gara-gara baunya membatalkan orang shalat. Hahaha"."
Tinggallah Dara yang kesal setengah mati dengan tebakan
superngaco teman-temannya. "Uuugh" Bete. Bete. Bete
Beteeee!" Rana, cewek penggila Marilyn Manson yang selalu ber"dandan serbahitam menatap Dara datar tanpa ekspresi se"perti biasanya. "Kamu bete banget ya, Dar" Tadi ngomong
betenya sampai berkali-kali."
"Banget!" http://pustaka-indo.blogspot.com18
Saat itu Rana sedang mempertebal eye shadow hitamnya.
"Aku pinjemin sepatuku, mau?" tanya Rana dengan suara
serak-serak beceknya. Tumben banget si tampang "angker"
berbaik hati menawarkan bantuan. Biasanya dia diem aja
kayak patung Pancoran. Kesambet setan apaan nih"
Dengan berat hati Dara mengangguk.
"Tuh, ambil aja di loker."
Dara beranjak dari tempat duduknya menuju loker Rana
dengan ekspresi yang nggak berubah sama sekali. Mungkin
itu tema ekspresi wajah Dara untuk hari ini. Ruwet, kusut
kayak rumus aljabar. Tiba di depan loker Rana, Dara lantas membuka pintunya
dan terbengong-bengong melihat satu-satunya sepatu Rana
yang ada di sana. Dara mulai ingat selera "gila" temannya
yang satu itu. Rana kan manusia serbaekstrem. Tiap hari Jumat, di saat
cowok-cowok sibuk mencari pinjaman sandal buat shalat,
pasti banyak yang mau minjem sandal Rana. Masalahnya,
bentuk sandal jepit Rana agak aneh. Ada duri-duri di
pinggirannya gitu. Jadi kemungkinan dicolong sama maling
sandal kecil banget. Serem!
"Ra, sepatumu nggak ada yang lebih normal, ya?" ucap
Dara pelan sambil mengangkat sepatu boots kulit hitam yang
penuh rantai dan gerigi besi. Rana bisa aja dapet sepatu model
aneh begitu, pikir Dara. Rana menatap Dara tajam seperti tersinggung karena per"kataan Dara barusan. Pandangannya, wiiih, angker banget!
Dia satu-satunya orang yang sanggup mengubah suasana


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://pustaka-indo.blogspot.com19
dalam beberapa menit jadi mirip kuburan. Sepatunya aja
horor. Gimana orangnya! Kebayang, kan"
Dara langsung ketar-ketir ditatap segitu horor oleh Rana.
"Hehe" nggak deeng, sepatu yang ini juga nggak apa-apa.
Keren. Cool... Peace!" ucap Dara nyengir sambil meng"acungkan jari tengah dan telunjuknya tanda damai. Takut
dibacok! Klinting, klinting! Suara lonceng di pintu berbunyi. Itu
tandanya ada pengunjung yang datang.
Seorang cowok berambut kribo dengan pakaian yang
serba-tabrakan warna, nongol. Cowok itu meriah banget. Ia
mengenakan kemeja garis-garis vertikal biru-putih dan celana
cutbrai merah. Dengan pede cowok itu mengambil sisir di
saku celana dan mulai menyisir rambut sarang burungnya
yang sudah pasti nggak bakalan ngaruh kecuali pake garuk"an sawah.
"Tuh, Dar. Badut Ancol dateng!" Rana yang lagi sibuk
baca majalah musik memberikan isyarat pada Dara. Dalam
beberapa detik ia tertawa geli. Memang, belum pernah ada
yang sanggup membuat Rana tertawa geli selain cowok
kribo itu. Dara yang sedang memakai sepatu Rana mengangkat ke"palanya dan langsung menyapa riang cowok kribo itu, "Bang
Jhooony" Jho" Jho" Jhooony"!"
Cowok kribo bernama Jhony tersebut segera mendekati
kedua cewek itu dengan gaya seakan-akan dia paling oke
sedunia. "Hai, ladies! Double Ra. Dara, Rana. Dara and"
Rana," ucapnya sambil menunjuk Dara dan Rana bergantian
http://pustaka-indo.blogspot.com20
seperti koboi yang menembak-nembak musuhnya dengan
pistol. Jhony adalah teman satu kos-kosan Dara. Meskipun punya
penampilan yang kelewat norak, Jhony mahasiswa fakultas
hukum salah satu perguruan tinggi di Jogja.
"Ada apa, Bang Jhon" Mau minta kaset lagi, ya?"
"Weeeits" jangan salah, Nona Manis," sangkalnya still
pede. "Aku ke sini mau" minjem kaset."
"Hahaha" tuh, kan. Sama aja itu namanya!" Dara ter"tawa lebar karena berhasil membaca pikiran Jhony. Dasar
manusia minjem! Dengan gaya sok berwibawa, Dara kembali
bertanya, "Jadi mau minjem apa, Bang Jhony?"
"Cakep deh"!" kata Jhony sambil bergaya ala Elvis
Presley. "Aku lagi pengen review CD Konig Band yang baru
buat majalah bulan depan," ucap Jhony yang notabene
adalah penulis pada salah satu majalah remaja di Jogja.
"Siip deh!" Dara mengedipkan sebelah matanya. Dengan
sekuat tenaga Dara berjalan menuju rak CD Indonesia ka"rena sepatu Rana beratnya minta ampun. Heran! Sepatu kok
beratnya kayak batu bata.
Jhony yang mengikuti Dara spontan heran melihat sepatu
ajaib yang dipakai Dara. Ia menaik-turunkan alisnya.
"Emangnya kau mau daftar jadi ABRI, Dar" Kok sepatu kau
seperti kapiten saja" Kalau berjalan prok" prok... prok!"
Dara cuek aja dengan pertanyaan Jhony. Ia mengambil
CD yang diminta Jhony dan menyerahkannya pada cowok
nyentrik itu. "Inget, lusa balikin. Kalo nggak, aku bisa di"marahin sama si Bos."
http://pustaka-indo.blogspot.com21
"Beres". Cihuuy deh!" teriak Jhony sambil mencium CD
pemberian Dara. "Love you, darling!"
"Basi, ah!" Keesokan harinya, di sebuah rumah.
Gubrak! Pintu kamar Oscar terbuka keras saat cowok itu
masih tertidur pulas di balik bedcover bergambar catur. Pada"hal sekarang udah jam satu siang. Cowok itu masih aja
nyenyak bermimpi. Sejak tiba dari Amerika kemarin, hidup Oscar seperti ke"balik-balik. Kalau terang bawaannya ngantuk mulu. Tapi
giliran gelap, ngalahin kuntilanak yang jagain pohon
mangga. Maklumlah, soalnya perbedaan waktu di Amerika
dan di Indonesia kan lumayan jauh. Makanya dia tepar
banget waktu sampai di Indonesia jam tujuh pagi.
Seseorang menarik selimutnya, berharap Oscar bisa segera
bangun. Tapi sayangnya nggak ngaruh sama sekali. Oscar
malah membalikkan tubuhnya membelakangi orang itu.
"Wake up!" bentak orang itu bak pimpinan di sekolah mili"ter. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Oscar dengan keras.
Oscar membuka matanya perlahan. Mencoba melihat siapa
orang yang mengganggu tidurnya itu. Sial! Padahal Oscar
baru saja bermimpi indah banget. Mimpi keliling dunia
pakai balon udara kayak di lagu Sherina.
http://pustaka-indo.blogspot.com22
"Oscar! Bangun!"
Oscar mengucek matanya, kemudian memandangi cowok
di hadapannya dengan tatapan tajam. Cowok itu Bima,
kakak semata wayangnya yang punya penampilan dan sifat
berbeda seratus delapan puluh derajat dengan dirinya.
"Ngapain kamu ke Jogja?" tanya Bima tanpa peduli de"ngan wajah adiknya yang masih setengah sadar.
Oscar diam saja. Mungkin berusaha mengontrol sakit
kepalanya gara-gara dibangunin tiba-tiba. Dia malah me"nutup kepalanya dengan bantal seakan nggak peduli dengan
pertanyaan kakaknya barusan.
Bima menarik bantal yang menutupi wajah Oscar. Lalu
dengan setengah memaksa, ia menarik bahu cowok itu agak
keras. "Kamu bermasalah lagi, ya" Apa lagi yang kamu perbuat"
Kamu dikeluarin lagi dari kampus?" Dengan nada tinggi
Bima menghujani Oscar dengan berbagai pertanyaan yang
menyudutkan cowok itu. "Sampai kapan kamu mau mem"permalukan keluarga kita?"
Oscar bangkit dan menatap Bima dengan penuh ke"bencian, seakan sedang berhadapan dengan musuh bebuyutan"nya. Seperti Harry Potter menatap Lord Voldemort, Batman
menatap Jocker, atau Rama menatap Rahwana. Mata Oscar
berkilat tajam. "Jawab!" Bima semakin emosi. Wajahnya yang putih me"merah. Suaranya agak bergetar karena menahan amarah.
Masih dengan ekspresi sama, Oscar memalingkan muka.
http://pustaka-indo.blogspot.com23
Kemudian dengan lantang ia berkata, "Ngapain elo ngurusin
gue" Urus aja diri lo sendiri! So, get out!"
"Aku ngurusin kamu karena aku kakakmu!"
"Nggak usah sok romantis deh lo!" ucap Oscar nggak
kalah keras. "Jijik gue dengernya."
"Heh! Aku tuh lebih tua dari kamu. Seharusnya kamu
bisa menghormati aku sedikit."
Oscar tertawa keras. Kemudian ia kembali merebahkan
tubuh dan memejamkan mata. Ia malas mendengar ocehan
kakaknya yang membuatnya bertambah muak. Konyol ba"nget Bima minta dihormati setelah apa yang dia lakukan
dulu pada mantan pacar Oscar.
Mantan pacar Oscar" Ya, Karen namanya. Cewek yang
sangat dicintai Oscar dengan segenap jiwa dan raganya se"lama hampir dua tahun. Tapi apa yang terjadi" Oscar me"lihat Karen bermesraan dengan Bima sewaktu mereka
tinggal di Amerika. Setelah kejadian itu Oscar tidak me"medulikan Bima dan Karen. Kabar terakhir yang Oscar
dengar, Bima dan Karen berada di kota yang sama. Bima
menjalankan bisnis di Jogja, dan Karen memutuskan tidak
melanjutkan sekolah di Amerika, lalu menjadi model di Jogja
karena keluarga Karen memang tinggal di Jogja.
Bima, cowok yang terkenal paling sabar di antara teman"teman serta keluarganya jelas tambah naik pitam. "Percuma
aku ngomong sama orang kayak kamu!" ujarnya sambil ber"anjak dari kasur Oscar dan berjalan pergi meninggalkan
kamar cowok itu dengan gusar.
Ketika mengetahui Bima telah keluar dari kamarnya,
http://pustaka-indo.blogspot.com24
Oscar beranjak dari tempat tidur. Dengan langkah terseret,
ia mengambil tas ranselnya dan mengeluarkan seluruh isinya.
Handphone, notes, bolpoin, kaus, handuk kecil, parfum, dan
sebuah sepatu. Oscar menarik tali sepatu itu dan meletakkannya dengan
hati-hati di atas meja. Sejenak ia tertegun. Heran melihat
benda-benda yang tertempel di sepatu tersebut.
Ukuran sepatu tersebut termasuk mungil. Warna sebenar"nya merah. Tapi karena kotor, warna merahnya menjadi
agak pudar. Tapi uniknya, banyak banget benda kecil yang
tertempel di sepatu itu. Mulai dari peniti, kancing, stiker,
dan pin. Rame banget! "Sepatu ini dekil banget. Tapi kenapa cewek itu masih
mau pakai ya" Cewek kan kebanyakan anti sama yang
kotor-kotor. Tapi kenapa cewek itu"." Oscar berbicara
sendiri. Ia lalu membuka tas kecilnya dan mengambil kamera
kesayangannya. Cowok itu memang penggila fotografi.
Kerjaannya jalan-jalan dari satu kota ke kota lain untuk
hunting foto. Dia mulai menekuni hobinya itu sejak SMP.
Jadilah sekolahnya hancur-hancuran gara-gara sering bolos
untuk hunting foto. Pas SMA, dia sengaja dikirim orangtuanya ke Amerika
gara-gara tiga kali di-drop-out dari sekolahnya di Jakarta. Ke"lakuannya itu menurut orangtuanya memalukan nama besar
keluarga Montaimana. Yap, keluarga Montaimana adalah sa"lah satu keluarga tersohor di Jakarta. J.B. Montaimana, kakek"nya, adalah pengusaha sukses pemilik Montaimana Group
yang banyak memiliki bisnis hotel, kafe, dan restoran.
http://pustaka-indo.blogspot.com25
Oscar mengarahkan kameranya ke sepatu dekil tadi,
mencari angle yang tepat. Kemudian ditekannya salah satu
tombol dan" klik! Ia tersenyum lebar. Dilemparkannya
sepatu dekil itu ke bawah tempat tidurnya. Lumayan juga
buat nakut-nakutin tikus.
Sebenarnya Oscar menyukai foto bernuansa human interest.
Karena ia merasa bisa merasakan apa yang dirasakan oleh
objek dalam fotonya itu. Baginya, foto selalu memberikan
cerita tersendiri tentang kehidupan. Ya, kehidupan yang
kadang sulit untuk dipahami. Foto juga membuatnya nggak
pernah merasa sendiri meskipun berada di tempat sepi.
"Selamat pagi, Mas Oscar," sapa Mbok Ginah, pembantu
keluarga Montaimana yang telah mengabdi sejak Oscar
masih imut-imut. Mbok Ginah membawa nampan berisi
segelas susu dan roti tawar. Wanita tersebut hafal banget
kalau Oscar paling benci sama makanan yang manis-manis.
Roti aja nggak mau dikasih apa-apa. Tawar kayak sandal.
Oscar menggaruk-garuk kepalanya sambil menguap lebar.
Sejenak ia mengelap wajah dengan ujung kausnya. Meng"hilangkan iler-iler yang mungkin masih menempel.
Mbok Ginah tertawa melihat kelakuan anak majikannya
itu. Sorot mata Mbok Ginah tampak teduh. Adem. Menanda"kan betapa bijaksana dia.
"Kenapa, Mbok?"
Mbok Ginah tersipu malu. Mirip ABG ketahuan ngintipin
cowok-cowok ganti baju. "Ah, ndak. Mbok cuma teringat
waktu Mas Oscar kecil dulu."
Oscar membuka matanya lebar-lebar sambil menatap
http://pustaka-indo.blogspot.com26
wanita yang memakai kebaya dengan rambut digelung itu.
"Ingat apa, Mbok?" tanya Oscar tertarik dengan ucapan
Mbok Ginah. "Duduk, Mbok."
Mbok Ginah meletakkan nampan di atas meja. Kemudian
ia duduk di lantai. "Lho, kok Mbok duduk di lantai sih?"
"Udah, ndak apa-apa. Takut kasur Mas Oscar kotor."
"Ya udah, kalau Mbok duduk di bawah, saya juga duduk
di bawah aja." "Eh, jangan, Mas," ucap Mbok Ginah panik dan langsung
duduk di sudut tempat tidur Oscar dengan ragu.
Oscar memperhatikan wanita tua di hadapannya. Mbok
Ginah belum berubah. Rambut selalu dikonde cepol, me"makai kebaya, dan berjarik. Hanya rambutnya telah me"mutih. "Mbok tau nggak" Selama saya di Amerika, Mbok
satu-satunya orang yang saya kangenin lho. Ternyata Mbok
nggak berubah, ya. Masih seksi. Hahaha"."
"Ah, Mas Oscar dari dulu juga ndak berubah. Masih se"neng banget ngeledekin saya."
"Hahaha" masa sih saya nggak berubah" Saya kan seka"rang udah gede. Udah malu kalau dimandiin sama Mbok.
Nanti Mbok pengen, lagi," goda Oscar sambil tersenyum
jail. "Ya ndak mungkin toh. Mas Oscar kan udah saya anggap
cucu saya sendiri," ucap Mbok Ginah dengan wajah serius.
"Tapi beneran lho, Mbok. Selama saya di Amerika, saya
paling kangen sama Mbok Ginah. Soalnya waktu di Jakarta,
Mbok kan yang ngurus saya dari kecil. Mbok yang paling
http://pustaka-indo.blogspot.com27
tau saya. Mbok juga yang sering nenangin saya kalau saya
habis dimarahi Papa," tutur Oscar.
"Oh iya, dulu saya yang mandiin Mas Oscar waktu kecil,
nyuapin makan, nemenin tidur, bahkan saya yang ngejar"ngejar layangan sewaktu layangan Mas Oscar putus. Saya
dulu juga masih kuat lari-lari ngikutin Mas Oscar naik
sepeda roda tiga sambil nyuapin."
"Hahaha"." Oscar tertawa. Kemudian ia menghela napas
panjang. "Waktu itu, cuma Mbok yang sayang sama saya.
Sampai sebelum saya berangkat ke Amerika pun, Mbok
masih sering membela saya di depan Papa."
"Mbok masih ingat waktu Mas Oscar pulang jam empat
subuh sambil sempoyongan terus muntah-muntah."
"Iya, waktu itu Mbok bilang ke Papa kalau saya habis
pulang lari pagi dan langsung kecapekan di kamar."
Mata Mbok Ginah menerawang jauh. "Dulu Mbok suka
kasihan sama Mas Oscar. Anak kecil kok sering dimarahi"
Jadinya kan malahan tambah bandel. Tapi Mbok senang
melihat Mas Oscar sekarang."
Oscar mengerutkan keningnya. "Senang kenapa, Mbok?"
"Soalnya Mas Oscar sekarang guanteng tenan. Mirip artis
sinetron anu itu lho, hmmm" Primus!"
"Hahaha" Mbok bisa aja." Oscar tertawa melihat wajah
Mbok Ginah yang terlihat serius. Kemudian ia bertanya,
"Bima pergi ya, Mbok?"
"Iya. Jam-jam segini biasanya Mas Bima ke Soda."
"Soda?" http://pustaka-indo.blogspot.com28
Mbok mengangguk. "Soda itu nama kos-kosan, Mas. Yang
punya namanya Eyang Santoso. Beliau katanya masih
sahabatan sama Ndoro Monta. Orangnya buaiiik sekali. Mas
Bima sering datang ke sana. Soalnya teman-teman Mas Bima
banyak yang ngekos di sana. Udah gitu, cucu Eyang Santoso
yang namanya Mbak Melanie pernah dekat dengan Mas
Bima." "Mereka pacaran?" Oscar mulai tertarik. Soalnya jarang
banget Bima terdengar dekat dengan seorang cewek.
"Saya ndak tau, Mas."
Oscar berpikir sejenak. Apa mungkin Melanie itu pacar
Bima" Lalu bagaimana dengan Karen" Kabarnya kan Karen
menjadi model di Jogja. Apa mereka berdua masih sering bertemu"
"Mbok tau alamatnya?"
"Ya taulah, Mas. Lha wong kos-kosan Soda itu sudah
terkenal seantero Jogja kok. Mas Oscar mau ke sana?"
Oscar terdiam sambil menatap Mbok Ginah tajam. Sesaat
kemudian ia mengangkat bahu. Menandakan ia ragu dengan
jawabannya sendiri. "Hayooo". Mau ngincer cewek-cewek di sana ya,
Mas?"" "Nggak tertarik, Mbok. Pokoknya nggak ada cewek yang
bisa menggantikan keseksian Mbok Ginah."
"Aduh, Mas Oscar bercanda terus."
Oscar tertawa menatap wanita tua itu. Dalam hati ia
berkata, Waktu berjalan begitu cepat. Mbok Ginah sudah ber"tambah rapuh. Kedua tangannya sudah nggak kuat lagi memijat
seperti dulu. Walaupun begitu, wajahnya tetap nggak berubah,


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://pustaka-indo.blogspot.com29
hanya sekarang terlihat keriput-keriput yang tak bisa ditutupi.
Namun di balik semua itu, wajahnya tetap memancarkan kelembut"an dan kedamaian.
http://pustaka-indo.blogspot.com30
"CARI siapa, Mas?"
Cowok itu diam saja ketika Dara menanyakan tujuannya.
Mata cowok itu malah sibuk meneliti setiap sudut rumah,
seakan menilai sesuatu. "Nyari kos-kosan, ya" Semua kamar di sini udah penuh,"
lanjut Dara sok nebak. Ia heran banget sama cowok yang
tengah berdiri di hadapannya yang tiba-tiba nongol di Soda
kayak setan. Tapi setan mana yang keluar pagi-pagi"
Penampilan cowok itu lumayan keren sih. Dengan T-shirt
hijau dan celana jins. Tapi zaman sekarang kan penampilan
bukan jaminan orang berbuat baik. Lagian, kejahatan bukan
hanya karena niat dari pelaku. Tapi juga karena ada ke"sempatan. Jadi, waspadalah! Waspadalaaah!
Sambil mengunyah permen karet, Dara mengibaskan te"lapak tangannya di hadapan cowok itu yang masih serius
memperhatikan setiap sudut rumah. "Haloo"."
Cowok itu tersadar dari kesibukannya mengamati rumah.
http://pustaka-indo.blogspot.com31
Ia tampak nggak begitu suka keasyikannya terganggu. Ke"lihatan dari caranya berbicara dan tatapannya yang sangat
tidak bersahabat. "Saya nggak nyari kamar."
"Teeerus?" "Bener ini kos-kosan Soda?" tanya cowok itu dengan bola
mata yang masih mengamati sekitar. Namun sesaat
kemudian ia menatap Dara datar sedatar tripleks. Bahkan
Deddy Corbuzier pun nggak bisa membaca apa yang ada di
pikiran cowok itu seandainya menatap matanya.
Dengan ragu Dara menganggukkan kepalanya.
"Kos-kosan kok bentuknya kayak rumah gini?"
"Waah" ini kan kos-kosan gaul. Semua penghuninya
dianggap keluarga di sini." Dara masih bisa-bisanya nye"ngir. Cewek itu mengulum permen karetnya dan membuat
balon di mulut sambil terus melihat gerak-gerik cowok di
hadapannya. Cowok itu memandang Dara aneh. Seperti menatap makh"luk Mars angkatan 1708. Matanya seakan menelanjangi Dara
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Untuk beberapa lama
ia terdiam melihat rambut Dara yang warna dan bentuknya
aneh bin ajaib. Lama-lama Dara curiga juga sama cowok ini. Jangan-ja"ngan dia orang jahat. Hmm". maling barangkali. Masalah"nya, dia sama sekali belum pernah melihat cowok ini di
lingkungannya. Apa orang minta sumbangan" Ah, orang
minta sumbangan masa gayanya selengekan begini" "Ada
perlu apa" Mas ini siapa sih?"
http://pustaka-indo.blogspot.com32
"Elo siapa?" Cowok itu malahan ganti bertanya. Seakan
balik mencurigai Dara. "A-aku?" Dara tersentak. "Aku Dara. Aku ngekos di sini.
Kenalin," lanjutnya sambil menjulurkan tangan, berniat ber"kenalan sekaligus berusaha memberikan kesan ramah dan
menyenangkan. Tapi cowok itu hanya memandang sinis tangan Dara.
Mungkin ia heran kenapa kuku jari Dara jelek banget! Ka"yak orang yang nggak pernah tahu bahwa zaman sekarang
ada yang namanya manicure-pedicure.
Karena tengsin diliatin gitu, Dara buru-buru menarik
tangannya dan sok-sokan menggaruk-garuk kepalanya yang
nggak gatal. Dalam hati Dara masih mencoba menerka-nerka maksud
kedatangan cowok itu. Hmm". Mungkin cowok ini janjian
dengan salah seorang anak Soda. Saka mungkin" Atau Aiko"
Ipank" Atau" Bang Jhony" Yang paling mungkin sih Bang
Jhony. "Nyari Bang Jhony, ya?" tanya Dara. Lagi-lagi de"ngan sok tau.
"Memangnya kalau ke sini harus ada alasan dan tujuan,
ya?" ujar cowok itu sambil menaikkan satu alisnya. "Apa
saya perlu lapor ke ketua RT segala" Ribet amat!"
"Sorry," ucap Dara pelan, nggak enak hati. "Aku nggak
tau kalau kamu nggak su"."
"Gue cuma pengen tau tempat ini seperti apa dan
orang-orang macam apa yang tinggal di sini," potong
cowok itu sinis. Kemudian ia membetulkan posisi ranselnya
http://pustaka-indo.blogspot.com33
dan tanpa ba-bi-bu lagi bergegas pergi meninggalkan Dara
yang terdiam, bingung harus menanggapi cowok itu se"perti apa.
Jhony, cowok kribo yang juga penghuni kos-kosan Soda,
muncul dengan vespa pink kesayangannya yang berisiknya
naujubile. Matanya nggak berkedip ketika ia berpapasan
dengan cowok itu. Jhony memang penilai wajah yang jitu. Dia bisa membeda"kan mana cowok cakep dan mana cowok jelek. Tapi dia
siwer banget kalau disuruh membedakan mana cewek cantik
dan nggak. Buatnya, semua cewek itu cantik.
Dulu Dara pernah mengira Jhony homo. Tapi ternyata
nggak terbukti. Soalnya, Jhony naksir berat sama artis
sinetron Desy Ratnasari. Bahkan dia menempelkan poster
Desy Ratnasari di langit-langit kamar tidurnya biar tiap
malam bisa mimpiin artis itu.
Sebelum vespa pinky-nya betul-betul berhenti, Jhony sudah
turun dari kendaraan antiknya itu dengan tangan masih
memegang setang vespanya. "Ck... ck... ck" ganteng bener
tuh cowok." Dara masih bengong ketika Jhony menanyakan siapa
cowok yang barusan datang. Dara hanya bisa memberikan
isyarat dengan telapak tangan yang seakan memenggal
lehernya, tanda bahwa cowok itu sangat menyebalkan.
Siapa sih cowok itu" Apa maksudnya datang ke Soda"
http://pustaka-indo.blogspot.com34
Alunan suara petikan gitar meramaikan jalan panjang di alun"alun kota Jogja. Membuat jalanan yang padat oleh motor,
andong, dan becak menjadi menyenangkan.
Oscar menentukan objek fokus pada kameranya. Mencoba
membidik seorang mbok-mbok penjual pecel yang terduduk
manis di depan sebuah gudang. Cukup lama Oscar meng"utak-atik kameranya untuk memperoleh hasil yang bagus
sebelum akhirnya" klik!
Si mbok menengok, menyadari dirinya telah jadi objek
foto seorang remaja ganteng berpenampilan keren. Mbok
itu tertawa lebar, memperlihatkan deretan giginya yang
sebagian telah hitam akibat terlalu sering mengunyah
sirih. Bagi sebagian orang tua di Jogja, mengunyah sirih udah
kayak ketagihan nikotin. Saat ada waktu senggang, saat itu"lah sirih dikunyah. Konon dengan mengunyah sirih, mereka
nggak perlu lagi ke dokter gigi karena gigi mereka kuat,
bisa untuk menarik buldoser. Ruaaar biasaaa!
"Terima kasih, Bu!" teriak Oscar pada mbok-mbok pen"jual pecel itu.
Si mbok kembali tertawa sambil melambaikan tangan
seakan mengucapkan terima kasih kembali. Dalam hati ia
bertanya-tanya kenapa anak muda tadi menjadikan dirinya
bagai model, bukan gadis-gadis cantik seperti yang ada di
halaman majalah. Oscar berjalan perlahan untuk kembali mencari objek foto"nya. Matanya sibuk menatap setiap sudut kota. Instingnya
nggak pernah salah memilih objek. Nggak ada kata jelek
http://pustaka-indo.blogspot.com35
atau gagal dalam setiap fotonya. Every picture has a different
story. Kakinya berjalan santai melewati deretan toko kecil yang
banyak menjual suvenir khas Jogja. Tiba di perempatan, bola
matanya tertuju pada sebuah toko kaset di ujung jalan. Ba"ngunan toko kaset itu sangat kuno, bertentangan dengan
poster-poster grup band yang tertempel di setiap jendelanya
yang sangat modern. Mulai dari Blink 182 sampai grup
band asli Jogja, Sheila On7.
Oscar mengangkat kameranya. Tangan kirinya sibuk me"mutar-mutar lensa kamera, menentukan jarak bidik yang
paling sesuai dan" klik!
Tiba-tiba seseorang menyenggol tubuhnya. Lumayan keras.
Oscar menoleh ke arah orang yang nyaris menjatuhkan
kameranya dan mendapati seorang cowok bertopi dengan
postur tubuh nggak berbeda jauh dengan dirinya. Cowok itu
memegang sebuah es krim stroberi yang nyaris lumer.
"Maaf, Mas, maaf. Saya buru-buru," ujar cowok itu sambil
berlari menyeberangi jalan menuju toko kaset.
Oscar hanya terdiam tanpa sempat berkata apa-apa. Mata"nya terus mengikuti arah cowok itu pergi. Tapi lama"kelamaan ia hanya bisa melihat sosok cowok itu samar"samar. Maklum, mata Oscar minus empat. Jadi jarak
beberapa meter aja pandangannya langsung buram. Meski"pun begitu, ia malas mengenakan kacamata. Apalagi lensa
kontak. Ia lebih senang menggunakan kameranya untuk
membantunya melihat objek-objek yang nggak mampu ia
lihat. http://pustaka-indo.blogspot.com36
Oscar kembali mengangkat kameranya untuk melihat apa
yang sedang dilakukan cowok yang menabraknya tadi. Ia
zoom lensa kameranya. Kemudian kameranya ia gerakkan
untuk mencari sosok cowok itu.
"Gotcha!" ucap Oscar senang ketika melihat cowok bertopi
tadi sedang berdiri tepat di depan pintu toko kaset bersama
seorang cewek. Cewek itu tersenyum sumringah. Wajahnya tampak ber"seri-seri ketika bertemu dengan cowok bertopi itu. Tanpa
ragu cowok bertopi itu langsung memberikan es krimnya
dan mencium mesra kening cewek itu.
Oscar mendekatkan arah kameranya pada si cewek. Men"dadak alisnya berkerut seakan mengenal cewek itu.
"Cewek itu"." Oscar mencoba meyakinkan dirinya. Ya,
nggak salah lagi. Cewek itu adalah cewek yang ia temui di
kos-kosan Soda tadi pagi. Oscar yakin sekali meskipun ia
lupa nama cewek itu. Yang ia ingat dengan jelas adalah pe"nampilan cewek itu yang sangat cuek dengan potongan
rambut asimetris ber-highlight pink. Sangat unik!
Oscar mencari beberapa angle yang tepat untuk membidik
objeknya itu. Namun, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang mem"buatnya terkejut. Sebuah benda yang tergantung manis di
tas ransel cewek unik itu. Sebuah sepatu dekil. Sepatu yang
mirip dengan sepatu dekil yang ada di kolong tempat tidur"nya.
Oscar menghentikan keseriusannya menentukan angle. Ia
mengangkat wajahnya dari kamera. "What the hell is... Oh,
no. She"s the girl"."
http://pustaka-indo.blogspot.com37
Kepuasan muncul dari dalam diri Oscar ketika ia me"nyadari bahwa cewek itu adalah pemilik sepatu misterius itu.
Artinya, cewek itu adalah orang yang menimpuknya waktu
itu. Yang membuat Oscar bersumpah untuk mencarinya
sampai ketemu. Sekarang kena kau!
Oscar kembali membidik dari kameranya. Jari telunjuknya
terus menekan tombol capture di kameranya. "Oooh, jadi
cowok itu pacarnya"."
Cowok bertopi terlihat kembali memeluk cewek itu dan
mencium keningnya. Beberapa detik kemudian dia berjalan
pergi. Sedangkan si cewek memasuki toko kaset sambil ter"senyum ceria. Mirip anak kecil yang habis dibelikan es krim
oleh orangtuanya. Oscar buru-buru menyeberangi jalan menuju toko kaset
tersebut. Ia merentangkan tangan kanannya untuk memberi"kan tanda agar kendaraan yang lewat memberinya ke"sempatan untuk menyeberang.
Sampai di dalam toko kaset itu, Oscar celingukan men"cari sosok cewek unik tadi, tapi nggak ketemu. Ia malahan
disapa dengan pelototan maut seorang cewek berdandan
gothic yang duduk di meja kasir. Tapi Oscar cuek aja. Ia ber"lagak sibuk mencari kaset di deretan rak padahal matanya
masih berusaha mencari cewek berambut highlight pink tadi.
Mungkin cewek itu lagi di belakang.
Agak lama Oscar menunggu cewek itu. Masalahnya, dia
mau meyakinkan dirinya sendiri bahwa cewek tersebut
benar-benar cewek yang menimpuknya dengan sepatu waktu
itu. http://pustaka-indo.blogspot.com38
Oscar mengambil salah satu kaset dan sok-sokan melihat"lihat cover-nya. Sesekali ia menoleh ke arah pintu menuju
ruang karyawan. Gayanya kayak detektif yang sedang
memantau target operasi. Ke mana sih cewek tadi"
Ketika hendak menuju rak berikutnya, Oscar berjongkok
untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Refleks ia me"masukkan kaset ke saku jaket biar nggak ribet. Saat itu juga
sebuah benda berbulu dan berdebu tahu-tahu mendarat
mulus di kepalanya berkali-kali.
"Heh! Kamu mau nyolong, ya" Hayo ngaku!"
Oscar mendongak sambil memegangi kepalanya, mencoba
melindungi diri dari benda sialan itu. Didapatinya cewek
yang sejak tadi ia cari sedang memegang kemoceng dengan
mata melotot. "Kamu kan cowok yang waktu itu dateng ke Soda" Kamu
mau nyolong, ya" Wah, jangan-jangan waktu itu kamu mau
jadi maling juga." "Siapa yang mau nyolong sih, Mbak?"
"Itu apa?" tanya cewek itu sambil menunjuk kaset di kan"tong jaket Oscar dengan dagunya.
"Saya tuh mau ngiket tali sepatu. Bukannya nyolong!"
"Eeeh, mana ada maling yang mau ngaku!" ucap cewek
itu sambil tetap menakut-nakuti Oscar dengan kemocengnya.
Emangnya kucing" "Terserah Mbak deh!" kata Oscar sambil menyerahkan
kaset tadi pada cewek itu dan ngeloyor pergi tanpa peduli
lagi dengan cewek yang masih nyap-nyap itu. Ternyata ce"wek itu cerewet banget! Sialan!
http://pustaka-indo.blogspot.com39
"Eh, mau ke mana kamu" Eh, jangan kabur! Woi! Tung"gu! Tunggu!"
Keesokan harinya. Hari Minggu yang cerah. Pekarangan sebuah rumah tampak
sangat rindang. Seandainya pekarangan ini ada di tengah
kota, pasti udah jadi tempat pacaran. Mungkin karena
pekarangan itu ditumbuhi beraneka macam pohon. Dari
pohon toge sampai pohon rambutan.
Pohon paling besar di pekarangan tersebut adalah pohon
mangga. Pohon mangga itu hampir menutupi seperempat
bagian pekarangan rumah tersebut. Tepat di sebelah kirinya
terparkir sebuah mobil kuno tanpa mesin. Entah apa tuju"annya diletakkan di sana. Mungkin hanya sebagai pemanis
pekarangan. Dari pintu gerbang, terdapat jalan setapak yang mengarah
ke sebuah rumah yang terlihat luas namun sangat kuno.
Itulah Kos-kosan Soda. Tempat enam orang anak muda
tinggal. Pemilik kos-kosan itu bernama Eyang Santoso. Kakek
humoris yang selalu membuat seluruh penghuni kos-kosan
merasa memiliki keluarga kedua.
Siang ini, seperti hari Minggu biasanya, anak-anak Soda
sedang berkumpul di ruang TV. Sedangkan Eyang Santoso
http://pustaka-indo.blogspot.com40
sibuk bersenandung dengan Richard, burung beo kesayangan"nya sambil duduk di kursi goyang yang ada di teras rumah.
Jhony, cowok kribo yang ternyata penggemar berat
sinetron Indonesia, sedang serius menatap televisi. Matanya
nyaris nggak berkedip. Bahkan saat ada lalat yang terjebak
di rambutnya pun ia nggak sadar. Padahal lalat itu sudah
teriak-teriak butuh pertolongan.
Dara turun dari lantai atas dengan merosot di pegangan
tangga. Tangannya menggenggam sebuah DVD yang baru
dia pinjam di tempat ia bekerja. Toko kaset tempat Dara
bekerja memang juga menjual DVD. Biasanya setiap satu
judul film ada satu sampel yang bisa dipinjam oleh karyawan"nya. Hal itu dilakukan agar karyawannya nggak bego-bego
amat kalau ditanyain soal film. "Nih, Bang Jhony, aku
pinjemin film komedi baru," ucap Dara sambil melemparkan
DVD tersebut. Dengan tangkas Jhony menangkap DVD dari Dara dan
langsung berteriak, "Aaakh! DVD apaan nih?"
Dara terkekeh. Sementara Aiko, cewek berwajah oriental


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang juga kos di Soda langsung menengok heran. Begitu
juga Saka, cowok Jawa yang jago memainkan wayang itu
terdiam menatap Dara dan Jhony.
Hanya satu orang yang nggak peduli sama sekali. Cowok
berkacamata dan berambut jigrak mirip tokoh kartun Fido
Dido. Ia tampak mengenakan headphone sambil sibuk
berkutat dengan laptopnya. Sesekali telapak tangannya ber"gerak-gerak seakan begitu menikmati musik yang ia
dengarkan. Gaya menikmati musik yang aneh!
http://pustaka-indo.blogspot.com41
"Ini film horor, Dar! Edan!" Jhony ngomel-ngomel.
Cowok itu memang paling anti sama film horor. Beda
banget sama Dara yang penggemar film horor. Bukan karena
seram, tapi karena Dara menganggap film horor itu sangat
konyol. Menurut Dara, makhluk yang paling menyeramkan
malah Teletubbies. Dasar aneh!
Sebenarnya ada satu lagi penghuni kos-kosan Soda. Nama"nya Ipank. Tapi cowok itu jarang di rumah. Habis kerjaan"nya cuma naik-turun gunung, travelling dari satu kota ke
kota lain atau sibuk memimpin Senat Mahasiswa di kampus.
Hari ini aja cowok itu sedang mendaki Gunung Rinjani.
Sayup-sayup terdengar suara Eyang Santoso berbicara de"ngan seseorang. Sesaat kemudian Eyang Santoso masuk
rumah sambil merangkul seorang cowok berkaus hitam
bergambar sebuah grup band ternama.
Jhony sontak menoleh ke arah Dara yang kelihatan
bengong melihat kedatangan cowok itu.
Saking kagetnya, sampai-sampai balon di mulut Dara
yang ia bentuk dari permen karet meletus dan menutupi
wajahnya. Yuck! Eyang Santoso dengan ramah memperkenalkan anak-anak
Soda satu per satu kepada cowok itu. "Nah, Nak Oscar, itu
Aiko," ucap Eyang Santoso sambil menunjuk cewek Jepang
berkardigan putih. "Itu, yang rambutnya kayak sarang
tawon, namanya Jhony. Dan yang lagi megang gitar nama"nya Saka. Dia pintar main musik lho. Cita-citanya jadi anak
band. Sukanya musik yang keras-keras. Mungkin kalian bisa
nyambung kalo ngobrol"."
http://pustaka-indo.blogspot.com42
"Saya nggak bisa main musik, Yang," potong cowok itu
datar tanpa perasaan malu sedikit pun.
"Hhhmppfff"." Dara berusaha menahan tawa. Gimana
nggak ngakak" Gaya cowok itu seakan-akan dia pemain
band sejati. Kaus hitam, celana jins, dan tangan penuh
gelang. "Main suling aja," ucap Dara pelan sambil tetap me"nahan tawa.
Jhony yang mendengar ucapan Dara ikutan nyengir.
Eyang Santoso lanjut memperkenalkan yang lain. "Nah,
yang sibuk dengan laptop itu Dido. Dia sebenarnya tidak
ngekos di sini. Tapi dia memang sering main ke sini. Dan
cewek yang rambutnya kayak gulali itu" namanya Dara,"
tutur Eyang Santoso. Oscar mengamati Dido, memperhatikan gerakan cowok
itu yang menurutnya agak aneh. Dalam hati ia berkata, Nih
cowok dengerin musik atau lagi latihan jadi pembantu" Masalah"nya, gerakan tangannya kok mirip pembokat lagi ngelap meja"
Kemudian dengan wajah humorisnya, Eyang Santoso mem"perkenalkan cowok itu, "Anak-anak, kenalkan ini Oscar, adik
Bima." "Hah!" Anak-anak Soda kompak kaget. Gimana nggak
kaget. Masalahnya, cowok di hadapan mereka itu sangat ber"beda dengan Bima yang mereka kenal. Jhony saja sampai
terjungkal dari sofa saking kagetnya.
Bima adalah sahabat karib anak-anak Soda. Meskipun
nggak tinggal di Soda, Bima sudah dianggap seperti bagian
dari anak-anak Soda, sama seperti Dido. Tapi sumpah! Pe"nampilan Bima dan Oscar beda banget!
http://pustaka-indo.blogspot.com43
Kalau disebutkan perbedaan mereka, bisa-bisa panjangnya
ngalahin pergelaran wayang semalam suntuk. Nggak usah
muluk-muluk. Dari penampilannya saja Oscar sangat berbeda
dengan Bima. Bima senang berpenampilan rapi dengan
kemeja atau kaus polo plus sepatu sneakers. Sedangkan cowok
ini" Kaus, celana jins belel, dan sepatu Converse. Antara
langit dan bumi banget. "Kamu" Oscar Montaimana?" tanya Dara ragu. Cewek
itu masih aja nggak percaya. Ia buka matanya selebar mung"kin.
Oscar menatap Dara tajam. Nyaris tanpa ekspresi. Mata"nya seakan seperti anak panah yang langsung menusuk tepat
ke dalam mata Dara. Alisnya datar. Nggak bergerak sama
sekali. Mendadak Dara langsung merinding. Entah apa
dalam diri cowok ini yang membuat Dara enggan mengenal"nya lebih dalam. Beda banget sama Bima yang selalu mem"buat orang merasa nyaman bila berdekatan dengannya.
"Nama gue Oscar. Tanpa nama belakang. Elo nggak usah
menyebutkan nama belakang gue yang memuakkan itu","
jawab Oscar sinis. Kemudian ia melanjutkan, ?"gue nggak
suka!" "Angker bener. Hiii...," bisik Jhony pada Dara sambil ber"gerak-gerak kayak ulat keket.
Dara cekikikan menahan tawa.
Eyang Santoso kembali tersenyum untuk mencairkan sua"sana. "Nak Oscar ini baru datang dua hari lalu dari Ame"rika."
Semua mata menatap ke arah Oscar yang sejak tadi sibuk
http://pustaka-indo.blogspot.com44
melihat tiap sudut ruangan seakan dirinya anggota tim
investigasi polisi. Jhony mendekatkan kepalanya ke Dara dengan mata yang
masih menatap ke arah Oscar. Kemudian ia berbisik pada
cewek itu, "Eh, Dar, kau berani taruhan nggak kalau cowok
itu bisa bikin kau jatuh cinta?" tanya Jhony sambil me"nunjuk Oscar dengan dagunya.
Dara gantian berbisik, "Emangnya kenapa, Bang Jhon?"
"Ciri-ciri cowok yang bisa bikin 70 persen cewek di dunia ini
klepek-klepek itu adalah cowok yang kelihatan cool, perut six
pack, agak cuek, dan punya tatapan maut. Tipikal bad boy."
Dara terkekeh. "Bang Jhony sok tau!"
Oscar berjalan mendekati satu sudut ruangan yang
dindingnya penuh dengan foto. Ia menatap satu per satu
foto yang berada di sana. Matanya tertuju pada foto seorang
cewek berambut panjang yang tampak tertawa renyah
bersama Bima dan Saka. "Itu Melanie, cucu saya," kata Eyang Santoso sambil ter"senyum. "Tiga bulan lalu dia baru saja berangkat ke Paris.
Sekolah fashion designer di sana."
"Fashion designer?" ulang Oscar seakan menunjukkan ke"tertarikannya. Ia memandang wajah cewek dalam foto itu
sambil berusaha menerka kepribadiannya.
Eyang Santoso mengangguk pelan. Terlihat sekali ia
begitu bangga pada cucunya itu.
Dara melengos dan berkata pada Jhony. "Ah, bisa aja tuh
cowok. Giliran ada cewek cakep aja, nanya-nanya," ucap
Dara sambil mengunyah permen karetnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com45
Tiba-tiba Oscar menengok ke arah Dara. Matanya serem
beneer. Ia tersenyum sinis. "Zaman sekarang, cantik bukan
lagi jaminan." "Maksudmu" Mbak Mel itu cantik luar dalem, tau!" Dara
kepancing emosi. "Mana gue tau," ucap Oscar dengan nada yang cukup me"nyebalkan. Kemudian ia mencium tangan Eyang Santoso dan
beranjak pergi meninggalkan anak-anak Soda tanpa sepatah
kata pun keluar dari mulutnya.
"Uuugh! Kalo bukan karena adik Mas Bima, udah aku
cincaaaang!" Dara geregetan sambil memukul-mukul bantal
di tangannya. "Weiits, tenang, Dar. Sabar. Alon-alon"," ucap Jhony
panik menenangkan Dara. Di lubuk hatinya, tebersit pikiran
adik Bima itu akan membawa masalah besar.
Oscar mengeluarkan kamera dari tas hitamnya. Jari telunjuk"nya mengusap noda yang terdapat pada lensa kamera dengan
bantuan kain khusus. Sudah bertahun-tahun kamera itu me"nemaninya di saat suka maupun duka. Bahkan ketika model
kamera semakin canggih, Oscar masih setia dengan kamera"nya itu. Kamera seluloid. Baginya, lebih baik ia kehilangan
pacar daripada harus kehilangan kameranya itu.
Di tengah Taman Kota, Oscar terduduk sendiri di sebuah
bangku panjang. Matanya tak henti mencari-cari objek foto
http://pustaka-indo.blogspot.com46
di sekelilingnya. Taman Kota memang tempat paling pas
untuk menemukan objek foto yang bagus, karena setiap hari
tempat ini nggak pernah sepi pengunjung. Ada aja yang
datang. Ada yang main sepak bola, bulu tangkis, jajan, atau
sekadar duduk-duduk. Yah, meskipun sebagian besar tujuan
utama orang ke Taman Kota adalah pacaran, setidaknya
Taman Kota di Jogja bisa berfungsi dengan baik.
Seorang lelaki muda dengan pakaian santai tampak mem"bagi-bagikan sebuah selebaran kepada orang-orang di taman
tersebut. "Lomba foto, Mas. Lumayan lho hadiahnya," ucap lelaki
itu sambil memberikan selebaran pada Oscar.
Dengan cepat Oscar menerima selebaran pemberian lelaki
dan langsung membaca tulisan di dalamnya. Sementara itu
lelaki tadi bergegas pergi meninggalkan Oscar untuk
membagikan selebaran lomba foto itu kepada pengunjung
lain di taman tersebut. Oscar membaca judulnya, "Lomba fotografi" Hmm"." Ia
berpikir sejenak. Kemudian ia melanjutkan membaca. Dalam
selebaran tersebut tertulis tema lomba itu adalah "Cerita dari
Negeri Dongeng". Ia membayangkan objek apa yang bagus
untuk tema seperti itu. Sepertinya Oscar tertarik mengikuti"nya, meskipun sebenarnya ia tak peduli dengan hadiahnya.
Oscar memasukkan selebaran tersebut dalam tasnya. Ke"mudian ia kembali melanjutkan keasyikannya membidik dari
balik kamera. Matanya cukup jeli menentukan objek foto
yang bagus. http://pustaka-indo.blogspot.com47
tonton oleh orang yang berumur 17 tahun ke atas. Sepasang
remaja berciuman mesra di bawah sebatang pohon. Si cewek
mengenakan topi merah dan si cowok memeluk erat cewek itu.
Oscar mengarahkan kameranya ke arah pasangan itu, me"nentukan angle yang tepat dan" Klik! Perfecto!
Oscar tersenyum lebar. "Great love story," ucapnya sambil
tetap tersenyum bangga. Lama ia tertegun menatap objek
jepretannya itu. Sudah lama sekali ia tidak merasakan seperti
apa yang dirasakan pasangan itu. Semenjak ia putus dengan
Karen dua tahun silam, ia kehilangan rasa cinta dalam
dirinya. Hatinya begitu sakit. Ia tidak menyangka akan
dikhianati sebegitu dalam oleh Karen. Ia tidak menyangka
rasanya bisa sesakit ini.
Raut wajah Oscar mendadak berubah ketika ia menyadari
sesuatu. Jempol tangannya dengan cepat memencet tombol
zoom pada kameranya berkali-kali. Mencoba mendekatkan
wajah pasangan itu. "Wait, wait, cowok itu...." Oscar mengangkat kepalanya.
Keningnya berkerut, seperti berpikir keras. Rasanya ia me"ngenal cowok itu".
Pagi harinya, Oscar masih tertidur pulas lantaran seharian
kemarin ia muter-muter kota Jogja untuk hunting foto.
Namun, ia melonjak kaget ketika merasakan bahunya di"guncang-guncang. Ternyata dihadapannya ada seorang cewek
http://pustaka-indo.blogspot.com48
berpakaian sangat seksi dengan celana jins sepaha dan
kemeja ketat putih sambil membawa nampan berisi segelas
susu dan roti tawar. Dari penampilannya terlihat jelas cewek
itu berasal dari kalangan high society. Oscar yang bertelanjang
dada buru-buru mengenakan kausnya.
"Karen?" "Surprise!" "Kenapa elo bisa masuk kamar gue" Mbok Ginah mana?"
Cewek itu mengibaskan rambut panjangnya. "Tadi lagi di
dapur. Jadi aku langsung masuk deh!"
Oscar hanya diam. Ia berlagak sibuk membereskan
barang-barang di kamarnya.
"I"m not stupid, Oscar. Kalo nggak begini, kamu pasti
nggak akan mau ketemu aku."
"Kamu tau dari mana aku ada di Jogja?" tanya Oscar sinis
sambil membelakangi Karen.
Cewek bernama Karen itu tertawa lebar. "Oscar, Oscar.
Kamu masih belum berubah, ya" Semua harus serba
mendetail. Kamu lupa siapa aku" Karen Fayoza. Cewek yang
siap melakukan apa pun untuk mendapatkan cowok yang ia
cintai," ucap Karen sambil mendekati tubuh Oscar dan
meraba pelan dada cowok itu dari belakang.
"Keluar kamu, Karen!" pinta Oscar dingin.
"Kenapa" Takut jatuh cinta lagi?" ledek Karen dengan
tatapan menggoda. "Masih jealous sama Bima?"
Bayangan kejadian memilukan di Amerika waktu itu men"dadak muncul di benak Oscar. Saat Bima dan Karen berada
di apartemennya, berciuman mesra tanpa sepengetahuannya.
http://pustaka-indo.blogspot.com49
Ia masih mengingat jelas semuanya. Bahkan rasa sakit yang
bertahun-tahun membayanginya.
"Aku tau kamu masih sayang sama aku, Oscar." Karen
mendekati tubuh Oscar, tersenyum manis dengan mata
indahnya. Karen memang cantik. Semua kaum Adam yang
melihatnya pasti setuju. Oscar merasa terhipnotis. Ia tak kuasa membohongi dirinya
bahwa ia masih mencintai gadis itu. Ia rindu tatapan lembut
Karen, aroma tubuhnya, dan gaya pakaiannya yang
memikat. Tubuh Karen yang ramping dan tinggi semampai dirasa"kan Oscar menempel di sisinya. Sesuatu yang lembut dan
lembap menyentuh bibirnya. Mendadak Oscar merasakan
sesuatu yang telah lama hilang. Sesuatu yang membuatnya
melupakan segalanya dan terhanyut dalam suasana. Ya,
Oscar mungkin masih mencintai Karen....
Siang ini, selesai pulang siaran, Dara langsung meluncur ke
toko kaset. Second destination.
"Alohaaa!" dengan lantang Dara menyapa orang-orang di
dalam toko. Semua mata langsung tertuju pada Dara. Tapi
baru beberapa detik menatap heran, mereka kembali lagi
dengan kesibukan masing-masing seperti sudah biasa dengan
segala tingkah aneh di toko kaset itu.
Cuma Rana yang nggak berkutik barang sejari pun. Tuh
http://pustaka-indo.blogspot.com50
cewek emang kebal banget sama suara berisik. Mungkin dia
satu-satunya orang yang bisa tidur nyenyak di tengah konser
grup band metal Slipknot. Seperti biasa, saat ini Rana se"dang duduk santai dengan kaki diangkat ke atas meja.
Tangannya sibuk mengutak-atik gambar di Photoshop. Rana
emang jago desain. Tapi gambarnya nggak pernah lepas dari
sesuatu yang suram-suram sampai bisa membuat orang yang
melihatnya terkencing-kencing. Menurut gosip yang jelas
ngaco, konon nama Rana diambil dari kata "Merana".
Hiii". Dara berjalan menuju lokernya dan mengambil baju dinas"nya yang berwarna hitam. Sesaat ia melepas sandal jepit
yang sedang ia kenakan untuk memastikan jepitannya nggak
putus. Dia khawatir banget karena menyadari cara jalannya
yang suka sradak-sruduk kayak banteng. Dara emang paling
ribet kalau urusan alas kaki. Semuanya serbasalah. Kalo
pakai sandal jepit, sering banget putus. Kalo pakai sepatu,
suka lecet-lecet. Apalagi kalo pake high heels. Percaya nggak,
Dara sudah berhasil mematahkan 20 sepatu high heels"
Makanya dia sayang banget sama Mr. and Mrs. Dekil-nya
yang konon sudah hampir lima tahun menemaninya dalam
suka maupun duka. "Fiuuh, seandainya Mr. Dekil nggak hilang"," keluh
Dara sambil membuka kantong plastik hitam yang berisi
sepatu pinjaman dari Aiko. Better than Rana"s shoes.
Dara keluar dari ruang loker sambil membawa kemoceng.


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini rutinitasnya setiap sampai di toko kaset, yaitu mengelap
rak-rak CD biar nggak berdebu.
http://pustaka-indo.blogspot.com51
Sambil mengelap rak-rak CD, Dara bersenandung meng"ikuti alunan suara musik yang diperdengarkan di speaker toko
kaset. Kakinya bergerak-gerak mengikuti irama. Sesekali
tubuhnya ikut bergerak mengikuti dentuman suara musik
R&B di speaker. Dara sangat menikmati musik tersebut. Mata"nya terpejam, membayangkan dirinya berada di sebuah klub.
Kakinya mengentak, berputar, dan sesekali bergerak ke kiri"kanan. Detik itu ia merasa telah berubah menjadi J.Lo, yang
palsu tentunya. Saking "hot" nge-dance, tubuhnya sampai menabrak se"orang cowok di belakangnya. Ia terhuyung, kehilangan kese"imbangan.
Dengan cepat cowok itu memegangi kedua lengan Dara
agar Dara tidak terjatuh.
Dara tersentak. Bukan hanya karena nggak sengaja telah
menabrak cowok itu, tapi juga karena cowok itu adalah
Oscar. Adik Bima yang sangat menyebalkan itu.
"Kamu?" tanya Dara tak percaya. "Kamu ngapain ke sini?"
Oscar nggak menjawab. Ia hanya memandang Dara de"ngan tatapan dingin.
Dara mendadak merasa nggak nyaman. Dalam hati ia
bertanya kenapa Tuhan menciptakan makhluk sedingin itu.
Padahal kalau Oscar punya raut wajah yang lebih bersahabat,
pasti Dara bisa naksir berat. Soalnya tampang Oscar se"benarnya ganteng kayak Bima. Cuma bedanya, Oscar lebih
terlihat macho dengan jambang yang panjang dan alis yang
lebih tebal. Keren. Tapi sayangnya cowok itu nggak ramah.
Dara bukannya jadi naksir, tapi malah sebel!
http://pustaka-indo.blogspot.com52
"Di sini ada onderdil motor?" tanya Oscar masih tanpa
ekspresi. Dara mengerutkan keningnya. "Onderdil" Di sini kan toko
kaset, bukan bengkel."
Alis Oscar naik. "Oh" ya, ya. Toko kaset," ucapnya
sambil menyapukan pandangan ke sekelilingnya. "Jadi, apa
perlu elo nanyain tujuan gue ke sini kalau bukan mau beli
kaset, Nona?" Dara menahan emosinya. Ia mengangkat dagu. "Jadi, mau
cari kaset apa, Mas?"
"Ada kaset Sigur R"s, Iron and Wine, dan Husky
Rescue?" tanya Oscar sambil melihat-lihat deretan kaset di
rak tanpa menoleh ke arah Dara. "Atau mungkin elo nggak
tahu band-band apa itu?"
Dara terdiam sejenak, membayangkan betapa belagu co"wok di hadapannya itu. Kemudian cewek itu berjalan bebe"rapa langkah, mengambil beberapa CD di rak yang berbeda,
dan melemparkannya pada Oscar.
Oscar langsung menangkap CD pemberian Dara dan
melihat cover-nya. Sigur R"s, Iron and Wine, dan Husky
Rescue. Tepat sekali. "Itu album-album terbaru mereka. Ada lagi?" tanya Dara
dengan tatapan menantang. Matanya melebar, menunjukkan
betapa cerdas dan berani cewek itu.
Oscar menatap Dara lekat-lekat. Wajahnya nyaris tanpa
ekspresi. Ia berpikir, betapa smart cewek di hadapannya ini.
Ia memperhatikan mata Dara dengan saksama. Mata cewek
itu indah sekali. Cokelat muda. Seakan berbicara banyak hal.
http://pustaka-indo.blogspot.com53
Agak lama Oscar mengagumi mata Dara sebelum akhirnya
ia kelepasan memuji, "Mata lo bagus. I like it."
Dara melengos karena menganggap cowok di hadapannya
sangat tidak sopan. "Maaf ya, Mas. Saya kerja di sini untuk
mencari uang. Kalau Mas dateng ke sini cuma mau ngomong
yang aneh-aneh, ngabisin waktu saya, dan bikin saya dimarahin
sama bos saya, maaf, saya nggak bisa bantu. Saya sibuk."
"Elo hebat banget sih kerja sampai di dua tempat gini.
Habis siaran di Velocity, elo langsung ke toko kaset."
Dara menatap Oscar curiga. "Kamu tau dari mana kalau
aku siaran di Velocity" Kamu ngebuntutin aku, ya?"
Oscar nggak menjawab. Ia malah bertanya kembali, "Se"lain itu elo kerja di mana lagi, Nona?"
"Heh! Nama aku Dara. Bukan Nona! Yang penting itu
kan apa yang aku kerjakan. Bukannya berapa banyak yang
aku kerjakan. Lagian, apa urusannya sama kamu?"
Belum sempat Oscar menjawab, tiba-tiba terdengar suara
Rana teriak-teriak. "Dar! Tolongin doong!" teriak Rana dari meja kasir. Rana
jarang banget panik kayak gitu. Jadi kalau sampai Rana
panik, berarti sesuatu yang memusingkan telah terjadi.
Dengan cepat Dara berlari menuju meja kasir meninggal"kan Oscar yang malahan asyik melihat-lihat CD tanpa peduli
dengan suara teriakan Rana.
Di depan kasir, Dara mendapati Rana sedang menunjuk"nunjuk seorang turis di hadapannya. "Kenapa, Ran?"
"Aku nggak ngerti maksud dia," ucap Rana dengan wajah
http://pustaka-indo.blogspot.com54
bingungan. Sekarang wajahnya malah mirip panda. Soalnya
eye-shadow hitamnya nggak lagi menakutkan.
"Yah, Ran, kamu kan tau aku nggak lulus SMA. Bahasa
Inggris-ku pas-pasan," jawab Dara.
"Dia bukan ngomong bahasa Inggris. Tapi kayaknya ba"hasa Belanda deh."
"Kann ich es anprobieren?" ucap turis itu sambil menunjuk"kan CD di tangannya.
"Mampus! Dia ngomong apaan, Dar?" tanya Rana panik
sambil menatap Dara cemas.
"Waduh, apaan ya" Dia mau beli kali, Ran," ujar Dara
mengira-ngira dengan asal. Kemudian ia berpaling ke arah
turis tersebut. "Mau beli" Be" li?" tanya Dara pada turis
itu dengan gerakan tangan menunjuk kasir.
Turis itu menggeleng. Kemudian ia kembali mengucapkan
kata-kata yang sama. "Aduuh" maunya apaan sih?" Dara jadi ikutan panik.
Keningnya mendadak berkeringat meskipun AC di ruangan
tersebut dipasang full. "Kann ich es anprobieren?"
"Nat"rlich," tiba-tiba terdengar jawaban dari arah sam"ping.
Dara dan Rana meoleh ke arah suara tersebut dan melihat
Oscar dengan tenang menanggapi turis itu. Entah apa yang
mereka bicarakan. Tapi yang jelas Oscar mampu dengan
lancarnya mengobrol dengan si turis.
Turis itu tampak senang. Ia manggut-manggut sambil
memberikan CD yang dipegangnya pada Oscar.
http://pustaka-indo.blogspot.com55
"Dia mau nyoba CD ini," bisik Oscar pada Dara dengan
tampang santainya sambil menempelkan CD pemberian turis
itu ke bahu Dara. "Oooh" ya, nat"rlich, nat"rlich," ucap Dara ikut-ikutan
sambil kemudian membawa CD itu ke ruang operator untuk
disetel. Sesaat ia mengagumi kegapean Oscar berbicara bahasa
asing. "Akhirnya ada juga yang bisa dibanggakan dari dia,"
bisiknya tanpa sanggup didengar oleh orang lain.
Setelah mendengarkan CD, turis itu berkata pada Oscar,
"Das m"chte ich kaufen."
"Dia mau beli CD-nya," ucap Oscar pada Dara.
"Haik, haik!" Dara membungkuk-bungkuk seperti orang
Jepang melakukan penghormatan. Kemudian ia mengantar
turis itu ke kasir untuk membayar CD tersebut.
"Thanks ya," kata Rana pada Oscar ketika cowok itu mem"bayar CD-CD yang dibelinya.
Oscar hanya membalasnya dengan mengangkat bahu. Ia
kemudian memasukkan ketiga CD yang dibelinya ke dalam
ransel. "Iya, makasih karena udah bisa ngomong ke turis Belanda
itu." Dara ikutan nimbrung.
Oscar mengangkat ranselnya kemudian ngeloyor pergi.
"Sebenarnya dia bukan ngomong bahasa Belanda, tapi
Jerman," Oscar mengoreksi sambil melewati pintu toko. "Auf
wiedersehen!" Dara dan Rana berpandang-pandangan.
"Ran, dia ngomong apaan tuh?"
"Tau!" http://pustaka-indo.blogspot.com56
Malam harinya, Oscar menonton TV dengan gusar. Ia
memindah-mindahkan channel, menekan-nekan remote TV"nya, ditemani sekantong keripik kentang dan sebotol
minuman bersoda. Bima, kakaknya, datang dan langsung menekan tombol
off di TV. "Ngapain kamu datang ke Soda?"
Oscar diam saja. Ia kembali menyalakan TV dan langsung
dimatikan lagi oleh Bima. Oscar nggak peduli. Ia kembali
menyalakan TV dengan remote di tangannya dan lagi-lagi
Bima mematikannya. "Aku udah bilang, kamu jangan bikin masalah dengan
anak-anak Soda." "Gue nggak bikin masalah!"
"Kamu udah datang ke Soda, itu berarti udah bikin masa"lah."
"Oke, gue emang datang ke Soda, so what" Kenapa orang"orang di sini selalu mempermasalahkan ke mana gue pergi,
apa tujuan gue, dan bla... bla... bla...."
"Karena semua yang kamu lakukan selalu menimbulkan
masalah." "Oya?" Oscar bangkit dari sofa. Menatap benci Bima.
"Lalu, apa dengan merebut pacar gue itu bukan membuat
masalah?" "Aku nggak pernah merebut pacarmu, Oscar."
"Oh, jadi elo masih merasa diri lo malaikat" Hah" What a
http://pustaka-indo.blogspot.com57
pathetic person." Oscar menatap mata Bima dengan pandangan
merendahkan. "Lo tuh nggak beda dari seorang loser yang cuma
bisa mengharapkan pembelaan dari Mama-Papa. Lucu! Semua
selalu elo. Bima yang ganteng, Bima yang masuk kelas akse"lerasi, Bima yang dipuja-puja banyak cewek, Bima yang cum"laude, lalu apa lagi" Bima yang munafik" Atau Bima loser?"
"Jaga omonganmu, Oscar!"
Oscar menarik sudut bibirnya. Kemudian ia memandang
setiap sudut ruangan. "Gue pikir gue akan ketemu Melanie
di Soda. Sayang dia nggak ada. Kalo dia ada"," Oscar
menghentikan ucapannya. Ia mendekatkan wajahnya pada
wajah Bima, "udah gue pacarin dia!"
"Jangan pernah kamu dekati anak-anak Soda lagi!"
"Wah, sayangnya elo telat bilangin gue, Bim," ucap Oscar
santai sambil berjalan menuju dapur meninggalkan Bima.
Sesaat Oscar berbisik pelan tanpa sanggup didengar oleh
Bima, "Ternyata elo sesayang itu sama anak-anak Soda, Bim.
Liat aja nanti, gue akan bikin perhitungan"."
Sementara di Soda, Dara menjatuhkan diri di ranjang kamar"nya. Kedua tangannya ia letakkan di belakang kepala. Sesaat
ia memejamkan mata, menikmati sensasi kesegaran tubuhnya
setelah selesai mandi. Dengan menggunakan tanktop putih
dan hotpants ia berbaring sambil mendengarkan lagu-lagu Top
Ten dari radio. http://pustaka-indo.blogspot.com58
Hari ini dara capek banget. Masalahnya, tadi ia disuruh lem"bur sama bosnya gara-gara banyak CD yang baru datang. Maka"nya pas pulang, ia langsung mandi air hangat biar segar.
Lagu Umbrella milik Rihana terdengar dari radio. Dara
menggerak-gerakkan bibir mengikuti lirik lagu yang sebenar"nya nggak begitu ia mengerti artinya. Ia bangkit sambil
memegang sisir di depan mulutnya. Dalam beberapa detik
sisir tersebut telah berubah menjadi mikrofon dadakan.
Dara melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan cermin.
Ia bergerak layaknya penari profesional. Dara memang jago
banget nge-dance. Sayang bakatnya itu nggak diasah. Jadinya
dia cuma berani joget-joget di tempat-tempat tertentu.
Dara melompat ke atas ranjang. Gayanya udah kayak
Rihana naik ke atas panggung. Ia tampak begitu menikmati
gerakannya. Ringtone HP Dara berbunyi. Tanda ada SMS yang masuk.
Dara buru-buru mengambil HP-nya dan membaca SMS ter"sebut.
Syg, bsk kita nonton yuk. Luv U. Ray.
SMS dari Ray, pacarnya. Dara langsung tersenyum
sumringah. Dengan cepat ia membalas SMS Ray tanpa ragu.
"Oke. Love you juga. Sampai besok. Mmmuaah," ucap Dara
sambil mengetik SMS. Dara memejamkan mata dengan bahagia. Ia pengen buru"buru besok. Hmmm" nonton sama Ray pasti bakalan
menyenangkan. Good night, Dara".
http://pustaka-indo.blogspot.com59
"KENAPA kamu tidak mengabari Mama-Papa kalau kamu
datang ke Jogja?" Suara dingin nan tegas membangunkan Oscar dari mimpi
pada pagi hari. Sejak tiba di Jogja waktu tidurnya menjadi
nggak jelas. Kalau ia merasa ngantuk, ya langsung tidur.
Nggak peduli jam berapa itu.
Cowok itu membuka matanya perlahan dan terkejut
mendapati Papa dan Mama duduk di sofa tepat di hadap"annya. Dari kecil Oscar memang takut pada kedua
orangtuanya. Makanya setiap kali ia melakukan kesalahan
dan diketahui kedua orangtuanya, ia seperti maling ayam
tertangkap polisi. "Pa-Papa" Mama?"
"Kamu tidak bermasalah lagi kan, Sayang?" Mama yang
sabar dan bijak mencoba setenang mungkin bertanya.
Tampak kerutan-kerutan halus di wajahnya yang ayu itu.
Oscar menggeleng pelan. http://pustaka-indo.blogspot.com60
"So, why don"t you go to Jakarta!" Papa tampak emosi me"lihat tingkah laku anak bungsunya itu.
"I have something to do here. Aku ingin memperdalam hobi
aku di sini, Pa"."
"Apa" Fotografi yang nggak jelas itu?" tanya Papa sinis.
Pandangannya beralih ke arah jendela kamar. "Bilang saja
kamu malas kuliah. Huh! Memangnya Papa nggak tau kamu
seperti apa?" "Papa!" Mama berusaha menenangkan Papa. Tangannya
menyentuh bahu suaminya itu.
Papa mengangkat tangan menahan ucapan Mama. "Listen,
Oscar"." Papa membenarkan posisi duduknya. "You are
Montaimana. Tujuh turunan Montaimana tidak ada yang
hanya menjadi fotografer. Semua pekerja keras yang tidak
pernah mengenal kata malas. Semuanya jadi pengusaha suk"ses. Begitu pula Bima. Dia tidak pernah melupakan hal itu.
Jaga nama baik Montaimana, Oscar."
"Papa emang nggak pernah mengerti. Papa nggak pernah
tau apa yang sebenarnya aku mau. Papa nggak adil. Kenapa
sih Papa selalu membanding-bandingkan aku dengan Bima"
Apa karena Bima terlalu bodoh untuk menentang Papa?"
"Oscar!" "Papa!" Oscar malah gantian membentak papanya, mem"buat Mama agak shock dengan perlawanan itu. Selama ini
Oscar nggak pernah berkata sekeras itu pada papanya.
"Papa dan Mama bekerja siang-malam bukan untuk men"didik kamu jadi pembangkang. Selama ini kamu sudah Papa
http://pustaka-indo.blogspot.com61
masukkan ke sekolah-sekolah terbaik, sama seperti Bima.
Apa itu tidak adil namanya?"
"Keadilan itu menempatkan seseorang pada tempatnya,
Pa. Papa menempatkan aku di sekolah yang Bima suka. Bu"kan yang aku suka!"
"Tapi Bima tidak pernah mempermalukan nama baik Mon"taimana. Sementara kamu" Apa yang kamu lakukan" Berkali"kali kamu memalukan nama baik keluarga Montaimana."
"Kenapa sih Papa selalu berkata soal nama baik
Montaimana" Aku muak, Pa!"
"Tapi dalam dirimu mengalir darah Montaimana, Oscar."
Mama akhirnya ikut berbicara. "Kamu keturunan keluarga
Montaimana." "Kenapa Papa-Mama terus-terusan menganggap aku nothing
sih" Kenapa aku nggak pernah menjadi something kayak


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bima?" "Sayang...," Mama berusaha menenangkan. Tapi Papa
kembali menghalanginya. Papa beranjak dari tempat duduknya sambil menggeleng"kan kepala. Mama mengikuti. Sebelum meninggalkan kamar
Oscar, Papa berkata pelan, "Karena kamu belum bisa
menunjukkan bahwa kamu itu something, Oscar Montaimana.
Ingat, orang yang menggunakan akal lebih percaya pada
jerih payahnya. Sedangkan orang pemalas seperti kamu cuma
mampu mengandalkan mimpi."
"Tapi orang bisa sukses karena mimpinya, Pa!" teriak
Oscar tanpa dipedulikan oleh papanya.
http://pustaka-indo.blogspot.com62
nya. Kemudian ia membanting bantal di sebelahnya dengan
gusar. "Shit!" Oscar bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Ia membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Berharap bisa
mengontrol emosinya. Saat kembali ke kamar, ia mengambil sebuah selebaran
dari dalam tasnya. Cowok itu membuka lipatan kertas ter"sebut dan terdiam sejenak. "Gue harus ikut lomba fotografi
ini." Oscar teringat sesuatu. Ia meraba-raba kolong tempat
tidurnya. Tangannya menarik sebuah benda dari dalam sana.
Dipandanginya benda dekil tersebut, dan diamatinya
tempelan-tempelan pada sepatu itu. Hihi" sepatu ini lucu.
Sangat unik. Dekil sih, tapi lucu. Tanpa disadarinya, sepatu
itu mampu membuat Oscar melupakan emosinya pada Papa
untuk beberapa saat. Tiba-tiba pikirannya seperti di-flash back ketika Dara me"natapnya di toko kaset. Kenapa ia merasa ingin bertemu
gadis itu" Tanpa ia sadari, mendadak ia tersenyum sendiri.
Entah apa yang dipikirkannya saat itu.
"85.12 Radio Velocity. Ketemu lagi bareng Dara di sini.
Hai" tema kita kali ini seru banget, yaitu Mr. Nice Guy vs
Mr. Bad Guy. Wow! Kamu pilih yang mana" Langsung tele"pon ke sini aja, ya. Dara tunggu"."
http://pustaka-indo.blogspot.com63
Dara memasang sebuah lagu untuk para pendengarnya lalu
melepaskan headphone-nya. Ia menghela napas lelah. Ia
sandarkan tubuhnya di kursi saat Beno masuk ruang siaran.
"Mr. Nice Guy vs Mr. Bad Guy. Keren juga. Siapa yang
punya usul, Dar?" "Mbak Octa. Nggak tau dia dapet ilham dari mana."
"Hmmm... cewek-cewek pasti banyak yang lebih milih
Mr. Nice Guy." "Bener banget!" Dara menegakkan posisi duduknya. "Lagi"an, siapa juga yang mau punya pacar bad guy" Aku baru
kemarin ketemu cowok tipe begini."
"Oh ya" Siapa?"
"Namanya Oscar. Adik Mas Bima," ucap Dara agak ma"las.
"Oscar Montaimana?"
Dara menganggukkan kepalanya.
"Emangnya Montaimana Group mau bikin bisnis lagi di
sini sampai-sampai Oscar Montaimana diminta datang ke
sini" Eh, eh, tampangnya gimana, Dar" Mirip Mas Bima"
Badannya" Style-nya?"
Dara mengangkat bahu. "Dari sudut mana pun dia 180
derajat beda sama Mas Bima. Yah" Mr. Nice Guy vs Mr.
Bad Guy gitu." "Cool"." Beno menatap Dara takjub. "Aku yakin, kalau
sampai sebulan dia di sini, dia pasti bakalan jadi topik gosip
paling hot di Jogja. Ati-ati lho, Dar. Mr. Bad Guy punya
kemampuan di luar logika untuk menggaet cewek-cewek di
sekelilingnya." http://pustaka-indo.blogspot.com64
"Ha! Ha! Nggak tertarik! Lagian aku udah punya Ray
tercinta," ucap Dara bangga sambil mengenakan headphone"nya. Kemudian tanpa aba-aba, ia langsung melanjutkan siar"annya meninggalkan Beno yang tersenyum penuh makna.
Selesai siaran, Dara langsung memasukkan barang-barang"nya ke dalam tas. Sebelum beranjak pergi, ia menyempatkan
diri memasukkan permen karet rasa anggur ke dalam
mulutnya. Dia kelihatan semangat banget karena Ray akan
mengantarnya ke toko kaset.
Ketika keluar dari pintu Radio Velocity, Dara terkejut
melihat Oscar berdiri bersandar di gerbang masuk.
"Ngapain kamu di sini?"
"Kenapa sih elo selalu nanya pertanyaan yang sama setiap
kali kita ketemu?" "Yah" soalnya nggak ada pertanyaan yang jauh lebih
pantas untuk ditanyain, kan?"
"Ada." "Apa?" Oscar bergaya seolah-olah dia sedang berpikir. Kemudian
ia mengusap kedua telapak tangannya. "Kenapa nggak
tanya" mau ketemu siapa" Udah makan atau belum" Mau
nggak jalan sama aku" Atau" apa kamu mau jadi pacar
aku mungkin" Banyak kan yang bisa ditanyain."
Dara mulai merasa nggak nyaman. Entahlah. Mungkin
karena Oscar berkata dengan raut wajah yang sangat tenang
tanpa beban. Dara menghela napas panjang. "Oke" mau
ketemu siapa?" "Elo." http://pustaka-indo.blogspot.com65
"Kamu tuh nggak punya temen ya di sini?" tanya Dara
setengah mengejek. "Mau gue anterin ke toko kaset?" Oscar malah balik ber"tanya tanpa peduli dengan pertanyaan Dara barusan.
"Nggak perlu. Nanti ada yang jemput aku," tolak Dara
agak ketus. Sesaat ia heran kenapa cowok itu terlihat agak
bersahabat kali itu. Mimpi apa dia semalam"
"Sayaaang"." Seorang lelaki tiba-tiba muncul dan lang"sung mencium kening Dara tanpa peduli ada Oscar di sana.
"Udah siap, kan?"
Dara mengangguk salah tingkah karena sadar Oscar masih
menatapnya tajam tanpa berniat berpaling sedikit pun. Co"wok itu memang susah ditebak apa maunya. Sangat nggak
ekspresif! "Temen kerja kamu, Dar?" ucap cowok itu dengan masih
merangkul bahu Dara. Kemudian cowok itu dengan pede"nya mengulurkan tangannya ke Oscar untuk memperkenal"kan diri. "Ray."
Oscar terdiam sejenak menatap tangan Ray. Hal itu mem"buat Dara dag-dig-dug. Dalam hati cewek itu terus berdoa
agar kejadian memalukan saat dirinya dan Oscar bertemu
pertama kali di Soda nggak terulang. Saat itu Oscar nggak
membalas uluran tangan Dara.
Namun Dara lega karena Oscar membalas jabatan tangan
Ray dengan erat. "Oscar," ucap Oscar menyebutkan namanya tegas. Jujur
dari hatinya yang paling dalam, sebenarnya ia tidak me"nyukai orang seperti Ray. Baginya, Ray terlalu overacting dan
http://pustaka-indo.blogspot.com66
kelewat pede. Tadinya ia ingin mendiamkan Ray seperti
yang ia lakukan pada Dara waktu itu. Tapi ia kasihan me"lihat Dara yang tampak cemas melihat mereka.
Agak lama Oscar menjabat tangan Ray sambil menatap
cowok itu tajam. Ray pun agak kesusahan melepaskan jabat"an tangan Oscar. Namun akhirnya Oscar melepaskan geng"gaman tangannya.
"Hei, kayaknya kita pernah ketemu. Tapi di mana ya?"
ucap Ray masih dengan gaya sok akrabnya.
"Eh... Mmm" kayaknya aku udah telat deh, Sayang...."
Dara berusaha menyudahi percakapan supaya nggak terjadi
hal-hal yang tidak diharapkan.
"Oke, kalau begitu kami tinggal dulu, ya." Dengan lagak
ramahnya, Ray menepuk pundak Oscar, merangkul Dara,
kemudian pergi. Sebenarnya terlihat jelas banget Ray nggak
nyaman dengan situasi itu. Lagian, siapa juga yang bakalan
nyaman ditatap kayak gitu.
Oscar tertegun menatap Ray dan Dara pergi. Kenapa hati"nya sangat kesal" Apa dia nggak rela Dara bersama cowok
menyebalkan itu" Tapi kenapa" Oscar kan sudah punya
Karen. Malam hari di Soda. "Aku bete, Bang Jhon!"
http://pustaka-indo.blogspot.com67
"Kenapa lagi, Dar?"
Datang-datang Dara langsung ngomel panjang-lebar di
depan anak-anak Soda. Aiko, Saka, dan Jhony yang lagi ada
di ruang TV jelas heran. Masalahnya, Dara baru aja pulang
nonton bareng Ray. Jadi seharusnya kan dia bahagia. Kalau
lagi bete gini, Dara emang paling seneng curhat sama anak"anak Soda. Lumayanlah bisa bikin hati adem dikit.
"Aku tadi nonton sama Ray."
"Terus?" "Mulai dari beli tiket aja dia udah ngebetein banget. Masa
dia maunya nonton film drama romantis!" tutur Dara berapi"api. Dara emang nggak begitu suka film drama. Soalnya, dia
merasa perutnya kayak dikitik-kitik setiap kali adegan
romantis. "Lho, Mbak, bukannya kalau orang pacaran memang
biasanya nonton yang romantis-romantis?" kata Saka dengan
halusnya sambil membenarkan pengait wayang yang pu"tus.
"Tapi kan kalian tau sendiri, aku tuh tergila-gila sama
film horor. Ray juga tau. Tapi kenapa dia egois gitu ya"
Mana pas aku paksa dia beli tiket film horor, dia ngambek
nggak jadi nonton. Padahal kan lagi ada film horor yang
bagus di bioskop." "Terus, akhirnya nonton apa, Mbak?" Aiko ikutan ngo"mong.
"Aku paksa Ray nonton film pilihanku."
"Jadi kau udah nggak bete lagi, kan?"
"Masih bete, Bang Jhon!"
http://pustaka-indo.blogspot.com68
"Kenapa lagi?" "Nih ya, sepanjang film Ray nutupin muka pake tangan.
Udah gitu pas setan-setannya keluar, Ray jejeritan nggak jelas
gitu. Malu-maluin banget tau nggak, Bang! Kami hampir aja
diusir sama petugas bioskop gara-gara bikin ribut."
"Hahaha"." Jhony, Saka, dan Aiko tertawa terbahak"bahak.
"Masa cowok nggak ada jantan-jantannya?"
"Lagian kau juga sih yang kebalik-balik. Cewek masa
suka sama film horor" Terus kalau nonton horor, kau
malah cekikikan. Jelas saja kau nggak takut. Kuntilanak
di filmnya aja kalah seram dibanding kau," kata Jhony
sambil memegang-megang rambut kribonya. Gini-gini,
Jhony penggemar berat sinetron. Dia bisa nangis kejer
kalo udah nonton. Dulu dia suka ngabisin tisu setiap kali
nonton sinetron. Akhirnya anak-anak bikin kesepakatan.
Kalau mau nonton sinetron, Bang Jhony harus bawa tisu
sendiri. "Tetep aja kan, Bang Jhon, namanya juga film. Udah
pasti bohong," ucap Dara pelan. Kemudian wajahnya ber"binar. "Tapi besok Ray mau ngajak aku jalan-jalan lagi se"pulang aku dari toko kaset."
"Wah, bagus itu, Mbak. Itu tanda Mas Ray bersedia me"minta maaf," kata Saka memberikan harapan.
Dara menghela napas. "Hhmmff" semoga aja," harap
Dara. Padahal dalam benaknya, ia juga nggak yakin apakah
Ray akan berubah menjadi lebih baik. Masalahnya, Ray
sering kali mengulang kesalahan yang sama dan berkali-kali
http://pustaka-indo.blogspot.com69
pula Dara berusaha memaafkannya. Kata orang, keledai
nggak mungkin jatuh ke lubang yang sama. Tapi kenapa
Ray selalu nggak kapok-kapok melakukan kesalahan yang
sama" Jangan-jangan dia benar-benar" keledai!
Keesokan harinya di sebuah restoran mahal, Oscar duduk
dengan Karen di salah satu meja.
Bicara tentang tata krama dan formalitas, Oscar memang
paling anti sama yang namanya candle light dinner dengan
tuksedo seperti pangeran di negeri dongeng. Buat dia itu
terlalu naif. Terlalu dibuat-buat. Makanya malam ini Oscar
terlihat santai dengan celana jins dan jaket hitam. Sangat
berbeda dengan Karen yang mengenakan gaun panjang
merah dengan punggung terbuka hingga ke pinggul. Cewek
itu jelas membuat hampir semua mata cowok di sana
menatap ke arahnya sambil ngeces.
"Aku seneng banget deh kamu ngajak aku dinner," kata
Karen dengan nada antusias. Malam ini make-up Karen agak
menor. Blush-on pink di pipinya terlalu tebal, membuat
dirinya nggak jauh beda dengan boneka Jepang.
Oscar hanya diam. Dalam hati ia heran. Siapa juga yang
ngajak Karen dinner" Jelas-jelas Karen yang maksa dia untuk
dinner. Dasar cewek aneh!
"O iya, besok temenin aku belanja ya, Sayang. Aku
mau beli baju nih. Soalnya model baju-bajuku udah pada
http://pustaka-indo.blogspot.com70
ketinggalan zaman. Kuno gitu. O iya, kamu mau beliin
aku baju, kan" Kamu udah lama nggak beliin aku baju
lho." Oscar mengerutkan keningnya sejenak. Nih cewek emang
bener-bener aneh. Yang mau belanja kan dia. Kenapa gue
yang mesti bayarin dia" Saat itu Oscar mulai bertanya-tanya
kenapa dulu dia bisa sangat mencintai Karen. Padahal kalau
diperhatikan, cewek ini benar-benar menyebalkan. Nyusah"in!
Memang sih, Karen punya nilai plus dan minus. Nilai
plusnya karena dia cantik, bodinya oke, penampilannya seksi,
dan dia juga model catwalk. Dari sudut mana pun, Karen
selalu terlihat oke. Oscar ingat betapa ia sangat bangga
setiap kali berjalan dengan cewek itu. Betapa ia sanggup
membuat iri para lelaki yang melihat mereka.
Tapi Karen menyebalkan. Kalau dandan lamanya minta
ampun. Bisa sampai tiga jam! Kalau belanja suka nggak
mikir-mikir. Apa aja yang dia suka dibeli. Kalau punya ke"mauan selalu harus dipenuhi. Anehnya, Oscar selalu me"ngabulkan semua permintaan Karen. Termasuk saat cewek
itu memintanya membelikan kalung emas putih yang mahal"nya minta ampun bertuliskan nama Karen. Tapi saat itu
Oscar nggak pernah sadar betapa Karen menyebalkan.
Tadi aja cewek itu amit-amit ngeselinnya. Dijemput pakai
motor ngomel-ngomel. Katanya gini, "Kamu mau aku ma"suk angin?" Hah" Siapa suruh dia pakai gaun lobang bela"kang begitu" Kayak kuntilanak aja.
Tapi akhirnya Karen ngalah. Dia mau juga naik motor
http://pustaka-indo.blogspot.com71
sambil pakai jaket. Itu pun dengan tampang cemberut yang
ngeselin banget. "Eh, aku kelihatan gendut nggak, Sayang?" tanya Karen
pada Oscar dengan nada manja.
Oscar tampak ogah-ogahan menjawab, "Nggak."
"Masa sih?" tanya Karen sambil memutar-mutar pinggang"nya. "Kayaknya aku gemuk deh...."
"Nggak kok," jawab Oscar berusaha sabar. Padahal dalam
hatinya ia enek banget sama pertanyaan yang menurutnya
sangat nggak penting itu. Kenapa sih cewek-cewek di dunia
ini selalu mempermasalahkan urusan berat badan" Emangnya
kriteria cewek yang oke itu yang punya badan kurus ke"rempeng, apa" Nggak mengherankan banyak cewek yang
kena penyakit anoreksia gara-gara terobsesi punya badan
kayak Gwyneth Paltrow. "Ah, kamu bohong. Kamu mau nyenengin aku aja, ya?"
"Nggak, Ren...." Oscar menurunkan intonasi suaranya.
Berusaha sesabar mungkin.
"Nggak kok jawabnya ogah-ogahan! Pasti iya deh...."
"Nggak!" "Bohong!" "Ya udah, iya! Iya kamu kelihatan gendut!"
"Tuh kan aku kelihatan gendut! Pokoknya aku nggak
mau makan. Aku mau diet! Kamu jahat! Masa aku dibilang
gendut!"

Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oscar bangkit dari tempat duduknya. "Kamu tuh aneh ya,
Ren. Aku bilang kurus, salah. Aku bilang gendut, salah
http://pustaka-indo.blogspot.com72
juga. Kamu maunya apaan sih?" ucapnya sambil berjalan
meninggalkan Karen dengan gusar.
Karen terlihat panik. Ia nggak menyangka sama sekali
Oscar akan tega meninggalkannya begitu saja. Bahkan saat
mengharapkan Oscar bakal kembali, ternyata Karen salah
besar. Cowok itu sama sekali nggak kembali. Bahkan me"nengok ke arahnya aja nggak.
Oscar nggak peduli. Habis sudah kesabarannya. Baginya,
Karen udah super duper nyebelin!
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Salah seorang
pegawai toko kaset menurunkan rolling door toko dan
menggemboknya. "Aku pulang duluan ya, Dar," ucap cowok itu sambil me"ngenakan jaket kulitnya.
Dara mengangguk sambil tersenyum. Ketika cowok itu
berlalu dari hadapannya, Dara mengela napas panjang.
Malam itu ia janjian sama Ray mau jalan-jalan. Saat itu
Dara tampak keren memakai rok jins mini dengan stocking
pink dan jaket hitam. Tak lupa juga sepatu teplek milik
Mbak Octa, produsernya, di Radio Velocity. Meskipun
agak kebesaran, sepatu itu tetap lumayan bisa membuat
penampilannya tampak keren. Bukannya narsis, tapi Dara
sendiri juga menyadari penampilannya malam itu memang
keren. http://pustaka-indo.blogspot.com73
Sudah setengah jam Dara menunggu Ray. Cewek itu
mengambil iPod dari dalam tasnya. iPod ini hadiah ulang
tahun ke-17 dari Eyang Santoso. Ia langsung menyetel lagu
yang agak nge-beat untuk menghilangkan kejenuhannya me"nunggu. Permen karet yang dari tadi ia kunyah udah terasa
pahit. Seperti biasa, dengan jorok dia menempelkan bekas
permen karet itu pada sebuah tiang di sampingnya.
Cukup lama Dara bersandar pada tembok toko sebelum
akhirnya terduduk di lantai. Ia menggoyang-goyangkan
tubuhnya, sesekali memejamkan mata. Menikmati alunan
suara Usher di iPod yang berwarna serasi dengan highlight
rambutnya. Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul
sembilan malam. Artinya, sudah satu jam ia menunggu Ray.
Ke mana sih si Ray sialan itu"
Ketika tersadar, Dara langsung mengambil HP yang
warnanya saingan sama iPod dan highlight rambutnya. Pink
ngejreng. Baru aja ia mau menekan nomor telepon Ray,
mendadak layarnya mati. Lowbatt.
"Uuugh! Ada-ada aja sih!"
Dara menarik napas panjang, berusaha mengontrol dirinya
setenang mungkin. Kemudian ia mengambil dompet koin di
tasnya. Ia keluarkan beberapa uang receh untuk menelepon.
Cewek itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan pelan
menuju boks telepon umum di sebelah toko.
Dara memasukkan koin dan memencet nomor telepon
rumah Ray. Sambil menunggu telepon tersambung, tangan
Dara iseng mengetuk-ngetuk boks telepon umum.
"Halo?" Telepon tersambung.
http://pustaka-indo.blogspot.com74
"Halo, selamat malam, Tante. Ray ada?" ucap Dara pada
orang di seberang yang ternyata mama Ray.
"Ray" Ray pergi dari tadi sore tuh. Katanya mau ke ulang
tahun temannya." Mendadak Dara pucat pasi. Mana mungkin Ray melupa"kan janji dengan dirinya lagi" Ini bukan pertama kalinya Ray
membatalkan janji. Dengan berat Dara menyudahi pembicara"annya di telepon. "Kalau begitu terima kasih, Tante","
ucap Dara, kemudian meletakkan gagang telepon.
Kenapa Ray selalu begitu" Membatalkan janji begitu saja
tanpa ngomong A-I-U. Padahal sudah satu jam lebih Dara
menunggu sendirian di toko. Kenapa dia nggak menelepon"
Yah, setidaknya SMS gitu. Dasar keledai tolol!
Dara menyampirkan tasnya di bahu dan berjalan pelan
melewati deretan toko yang tutup, warung angkringan,
lesehan, dan pedagang wedang ronde. Wajahnya kelihatan
sangat lelah. Bukan hanya karena lelah menunggu Ray, tapi
juga karena jadwal siaran dan pekerjaannya di toko kaset
lagi banyak-banyaknya. Seketika air matanya menetes sebagai
ungkapan kelelahannya. Dara nggak pernah menangis kalau
bukan karena hal yang sangat berat. Seandainya saat ini
kedua orangtuanya masih ada, pastilah mereka akan marah
besar kalau tahu anak perempuannya jalan sendirian malam"malam. Mau dibilang apa"
Dara berjalan terseok-seok karena kakinya mulai lecet me"makai sepatu Mbak Octa. Belum lagi nggak ada angkot
yang lewat. Lengkap sudah penderitaannya hari ini.
Sebuah motor bebek melaju pelan seperti membuntuti
http://pustaka-indo.blogspot.com75
Dara. Dua cowok yang berada di atas motor tersenyum men"jijikkan. Dara mulai merasa nggak nyaman. Apalagi di"tambah siulan-siulan menggoda.
Salah seorang cowok menarik lengan Dara. "Ikut yuk,
Mbak." Dengan cepat Dara melepaskan tangan cowok itu sambil
memukul kepalanya menggunakan tas. "Jangan kurang ajar
ya, Mas!" "Ee" cantik-cantik galak!" ucap si pengendara motor sam"bil meliuk-likukkan motornya mengikuti Dara.
Dara mempercepat langkahnya. Tapi cowok itu malah
semakin nekat menggapai-gapai tubuh Dara dari atas mo"tor.
Dara berusaha menghindar dengan berjalan agak merapat
ke tembok toko. Kayaknya cowok-cowok itu lagi nge-fly.
Tiba-tiba sebuah motor biru berhenti di antara Dara dan
cowok-cowok tadi. Cowok-cowok itu ikut menghentikan
motor mereka karena takut menyenggol motor itu.
"Woi, Mas! Jangan berhenti sembarangan gitu!"
Sang cowok bermotor biru membuka helmnya dan lang"sung menarik keras lengan Dara untuk duduk di kursi bela"kang. Cowok itu adalah Oscar. "Kenapa" Ada masalah de"ngan pacar saya?"
Pacar" Pacar apaan" Nggak salah Oscar ngomong gitu" Dara
bertanya-tanya dalam hati.
Dua cowok yang tadi antusias menggoda Dara langsung
http://pustaka-indo.blogspot.com76
nggak, Mas. Maaf"." Nggak sampai semenit, kedua cowok
itu langsung ngibrit ketakutan.
Ketika melihat kedua cowok itu telah kabur, Oscar me"nengok ke arah Dara. "Nggak baik cewek jalan sendiri
malem-malem"." Dara hanya menatap Oscar tanpa sepatah kata pun keluar
dari mulutnya. Peristiwa tadi sudah membuat jantungnya
naik-turun kayak naik jet coaster Dunia Fantasi.
"Pake nih!" Oscar memberikan helm pink pada Dara.
"Gue anter pulang, ya," lanjut Oscar.
"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri."
"Elo tuh ya, udah digodain gitu masih mau nekat pulang
sendiri?" ucap Oscar sambil sedikit kasar menarik lengan
Dara agar naik ke motornya. Ia mengenakan helmnya dan
tanpa menunggu jawaban Dara, cowok itu telah melesatkan
motornya melewati jalanan panjang. "Lo pikir gue cowok
apaan" Tega ngebiarin cewek baik-baik pulang sendirian
malem-malem." Sampai di depan kos-kosan Soda, Dara turun dari motor
Oscar, kemudian mengembalikan helm pada Oscar.
"Makasih, ya!" ucapnya sambil beranjak masuk. Tapi tiba"tiba Oscar menahan tangan Dara.
"Tadi elo nungguin Ray, ya?"
Dara menatap Oscar heran. Bingung kenapa Oscar segitu
pedulinya pada apa yang dia lakukan. Malam ini ia sudah
cukup lelah. Jangan sampai diperparah dengan pertanyaan"pertanyaan aneh dari mulut Oscar. Jadinya dia diam aja
tanpa berniat menjawab sama sekali.
http://pustaka-indo.blogspot.com77
Oscar menatap Dara sejenak. Kemudian berkata, "Ada
bolpoin?" Dara memasukkan tangannya ke dalam tas, merogoh-rogoh
mencari bolpoinnya. Kemudian ia menyerahkannya pada
Oscar. Dengan cepat Oscar menerima bolpoin tersebut dan me"narik telapak tangan Dara. Sesaat ia menulis beberapa angka
di sana. "Ini nomor telepon gue. Kalau Ray nggak jemput,
lo hubungi gue aja. Jangan sampai kejadian kayak tadi ter"ulang lagi. Ray bukan cowok yang baik buat elo. Cowok
kayak dia nggak pantes mendapatkan cewek seperti elo."
"Hei, emangnya kamu siapa?" Dara yang semula diam
mulai emosi mendengar perkataan Oscar barusan. "Jangan
mentang-mentang kamu udah nganterin aku pulang terus
kamu bisa ngejelek-jelekin cowokku seenaknya ya!" bentak
Dara dan berjalan masuk meninggalkan Oscar yang ter"kejut.
Oscar terdiam. Ia kaget kenapa cewek itu marah men"dengar ucapannya" Padahal niat Oscar kan baik. Tapi ke"napa Dara begitu membela pacarnya yang brengsek itu"
Sungguh beruntung si Ray itu.
http://pustaka-indo.blogspot.com78
DARA sibuk banget di toko kaset lantaran ada album
baru band Konig yang diserbu anak-anak Jogja. Otomatis
Dara harus punya tenaga ekstra untuk terus mengecek stok
CD band itu. Ketika sedang menyusun CD di rak, dari balik rak di
hadapannya, seorang cowok menyapanya.
"Hai, Dar." Dara mengangkat kepalanya dan mendapati sosok cowok
yang amat sangat dikenalnya. Cewek itu lantas kembali
sibuk melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli dengan cowok
itu. "Aku mau minta maaf karena kemarin aku lupa kalau
janjian sama kamu." Dara menaruh CD di rak dengan sedikit kasar. "Lupa lagi"
Ini bukan pertama kalinya, Ray"."
"Iya, aku tau."
"Kamu jangan cuma tau, tapi kamu juga harus ngerti,
http://pustaka-indo.blogspot.com79
Ray," ucap Dara pelan sambil menatap Ray sedih. Dalam
hati ia menjerit kenapa kekasihnya itu terus-terusan meng"ingkari janji. "Aku nungguin kamu lebih dari satu jam.
Orang tuh yang dipegang janjinya, Ray. Jangan pernah janji
kalau kamu nggak yakin bisa menepati."
"Oke! Aku emang salah. Dan aku mau minta maaf.
Terus, apa yang mesti aku lakukan untuk membayar semua
kesalahanku?" ujar Ray dengan nada tinggi. Begitulah Ray.
Selalu bisa membuat kondisi seakan-akan orang lain yang
bersalah. Dara malas menatap Ray. Mungkin karena kata-kata
itu sudah biasa ia dengar dari mulut pacarnya itu. "Aku
capek, Ray, denger kamu terus-terusan ngomong kayak
gitu setiap kali kita berantem." Cewek itu lalu melang"kah melewati deretan rak sambil membawa kotak berisi
kaset dan CD. Hingga di ujung salah satu rak, ia berhadap-hadapan
dengan Ray. Mendadak Ray mengeluarkan setangkai mawar
sambil membungkukkan tubuhnya. "I love you, Dar. Please...
maafin aku." Dara salting berat lantaran hampir semua orang di toko
kaset menengok ke arah mereka. Ray memang selalu tau apa
yang harus dia lakukan untuk meminta maaf. Dia pacar
yang baik. Berkali-kali ia melakukan kesalahan, berkali-kali
pula ia mampu membuat Dara memaafkannya.
"Aku nggak tau apa jadinya kalau aku kehilangan
kamu"." Dara menatap Ray lembut. Hanya Ray satu-satunya orang
http://pustaka-indo.blogspot.com80
yang pernah memperlakukan dirinya begitu lembut. Makanya
Dara sayang banget pada Ray. "Kamu emang jago ngerayu,
Ray," ucap Dara sambil mendorong mesra bahu Ray. "Ya
udah, aku maafin. Asal jangan diulangin lagi, ya"."
"Aku nggak akan ulangin lagi."
"Janji?" "Aku janji." "Oke, aku maafin kamu."
"Makasih ya, Sayang. Kamu emang pengertian."
Ray mencoba berbuat hal semanis mungkin. Ia membantu
Dara memindahkan CD dari dalam kardus ke rak sambil
ngobrol seru berdua. Sampai akhirnya Ray pamit pergi untuk
menjemput ibunya. Sementara Dara tetap melanjutkan
kerja. Ketika jam pulang kerja, Dara masih cengar-cengir gara"gara perlakuan menyenangkan Ray tadi. Setelah berbenah di
lokernya, Dara langsung menyampirkan tas di bahunya dan
berjalan ke luar toko. Baru saja melangkah keluar dari pintu, Oscar tampak ber"diri bersandar pada tembok menunggu Dara keluar. Klik!
Oscar menjepret kameranya ke arah Dara.
Dara melengos, menandakan bahwa dirinya malas meng"hadapi Oscar. "Ngapain lagi sih?"
Oscar menarik lengan Dara seperti biasanya.
"Apaan sih pegang-pegang?" ujar Dara sewot.
Oscar tak berkata-kata. Ia hanya mengambil sebuah
bolpoin dari tasnya dan menuliskan beberapa kata di telapak
tangan Dara. Setelah selesai menulis, Oscar menggunakan
http://pustaka-indo.blogspot.com81
capuchon jaketnya dan berjalan santai meninggalkan Dara.
"Make it on time!"
Dara melihat tulisan yang ada di telapak tangannya.
"Taman Kota 14.00. Besok," baca Dara pelan. Kedua alisnya
menyatu saking bingungnya. Ada apa di Taman Kota pukul
14.00 besok" Semalaman Dara nggak bisa tidur. Sambil rebahan di ran"jang dalam kamarnya, ia membaca ulang tulisan di telapak
tangannya sambil memperkirakan apa maksud tulisan itu.
Apa Oscar mau ngerjain" Atau mungkin itu sebuah ajakan nge"date" GR banget!
"Ah, udahlah, apa salahnya datang. Kalau nggak datang,
gimana bisa tau?" Besok siangnya, di toko kaset, Dara meminta izin pada
bosnya untuk keluar pukul setengah dua siang. Karena Dara
termasuk pegawai yang paling rajin, si bos oke-oke aja pas
Dara minta begitu. Lagi pula karyawannya sedang lengkap.
Tumben. Biasanya kalau satu izin nggak masuk, langsung
nular ke lainnya. "Mau nge-date sama Ray ya, Dar" Tumben nge-date siang"siang," tanya Rana sambil menatap Dara curiga. Ia meng"hentikan keasyikannya mencorat-coret foto mantan pacarnya
dengan gambar tanduk dan buntut setan. Nggak ketinggalan
tongkat setannya juga. http://pustaka-indo.blogspot.com82
"Suka-suka dong," jawab Dara sekenanya.
"Ati-ati sama cowok. Jangan gampang percaya. Mereka
itu" iblis!" ucap Rana dengan horornya. Kalau dibuat
dalam salah satu scene film, saat Rana mengatakan itu,
background-nya berubah menjadi api yang menjalar-jalar.
Sementara back sound-nya dibuat menggelegar agar bisa
mendramatisasi suasana. "Kan nggak semua cowok kayak mantan kamu, Ran,"
jawab Dara santai. Mendadak Rana menatap Dara dengan pandangan angker.
Seperti nggak terima dengan jawaban Dara.
Dara yang agak gemetaran dipelototin Rana kayak gitu
langsung nyengir. "Peace, Ran."
Pas pukul setengah dua, Dara langsung meluncur ke
Taman Kota. Dengan berbalut T-shirt polos dipadukan syal
merah dan celana jins, Dara duduk di salah satu bangku


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

taman. Taman Kota ramai seperti biasa. Memang, tempat itu
pusat anak-anak muda Jogja untuk berkreasi. Ada yang
sibuk melukis, bermain biola, main skateboard, bahkan ada
juga geng sepeda onthel yang sering banget mangkal di
sana. Nggak terkecuali para ABG yang sedang dimabuk
asmara alias pacaran. Dara mengangkat tangannya untuk melihat jam. Waktu
menunjukkan pukul 14.10. Nggak ada tanda-tanda Oscar
ada di tempat itu. "Wah, tuh cowok ngerjain aku," gerutu Dara.
Beberapa saat kemudian, setetes air jatuh membasahi
http://pustaka-indo.blogspot.com83
tangan Dara. Gerimis. Orang-orang yang semula memadati
Taman Kota mendadak berlarian mencari tempat berteduh.
Dara pun berlari kecil menuju salah satu etalase toko.
Gerimis kemudian berubah menjadi hujan. Lumayan deras.
Langit yang semula terang benderang berubah gelap. Dalam
hati Dara terus-terusan ngedumel. Ngapain juga dia harus
percaya sama Oscar" Paling cowok itu cuma iseng. Sial! Sial!
Dara merapatkan tubuhnya pada dinding toko. Ia merasa
sedikit kedinginan. Samar-samar sebuah suara terdengar dari
dalam toko. "Kamu mau yang mana, Sayang?" Suara seorang cowok
terdengar bertanya mesra.
"Aku mau yang pink aja. Lebih girly," jawab seorang
cewek dengan manja. Dara menoleh ke arah datangnya suara dan mendadak
aliran darahnya serasa berhenti seketika. Ia mencoba mem"perjelas pandangannya. Dalam hati ia terus berdoa agar apa
yang dilihatnya tidak benar.
Cowok di dalam toko mencium mesra kekasihnya seakan
tidak memedulikan orang-orang yang melihat mereka.
Pasangan itu perlahan keluar toko. Cowok itu terkejut ketika
melihat Dara tengah berdiri di depan toko.
"Da-dara" Ka-kamu bukannya kerja?"
Tubuh Dara bergetar menahan emosinya yang meronta
minta keluar. "Ray, jadi kalau aku kerja, kamu bebas melaku"kan apa aja dengan cewek lain" Keterlaluan kamu, Ray,"
ujar Dara pelan. "Dar, aku bisa ngejelasin semuanya."
http://pustaka-indo.blogspot.com84
"NGGAK PERLU!" Dara mulai emosi. Air matanya yang
semula ia tahan-tahan menetes di pelupuk matanya. "Aku
emang nggak lulus SMA, Ray. Tapi bukan berarti kamu bisa
begoin aku seenaknya aja."
"Dia siapa, Sayang?" Cewek di sebelah Ray menatap sinis ke
arah Dara sambil mengibaskan rambut panjangnya, seakan"akan menunjukkan bahwa dia cewek tercantik di dunia.
"Kita putus, Ray!" kata Dara tegas. Setegas langkah kaki"nya yang melangkah meninggalkan Ray dan pacar centilnya
itu. Ia nggak peduli dengan air hujan yang mengguyur
tubuhnya. Mungkin memang lebih baik ia berlindung di
antara hujan agar air matanya tak terlihat. Ia begitu sakit.
Rasanya perih. Dara mempercepat langkahnya. Tidak peduli dengan
hujan yang bertambah deras. Ia terus berlari hingga sebuah
lubang membuatnya terjatuh. Bruuk! Sandal jepit Swallow
yang ia kenakan pun putus. Pergelangan kaki kanannya
berdarah. Dara terduduk sendiri di jalan, menangis kencang
di tengah guyuran hujan. Tidak seorang pun yang tahu apa
yang dirasakannya. Tidak ada yang peduli dengan dirinya.
Tiba-tiba sebuah tangan terulur ingin membantunya
berdiri. Dara menatap orang berpayung itu dan".
"Oscar?" "Lo ngapain hujan-hujan gini" Mau cari mati?"
Dara memegang tangan Oscar dan mencoba berdiri. Tapi
belum sempat tegak berdiri, ia sudah terjatuh lagi. Per"gelangan kakinya sakit sekali. Mungkin keseleo gara-gara
lubang sialan tadi. http://pustaka-indo.blogspot.com85
"Nih, pegang payungnya!" Dengan galaknya Oscar me"nyuruh Dara memegangi payungnya. Kemudian tanpa ba-bi"bu, ia mengangkat tubuh Dara yang basah kuyup. "Makanan
lo apaan sih" Berat banget! Pantat lo kegedean nih."
"Kalo nggak niat nolongin ya nggak usah nolongin!" Dara
gantian emosi. Sebenernya dia agak malu juga dengan
posisinya saat itu. Tengsin beraat!
Oscar mendudukkan Dara di emperan toko. Kemudian
tangannya mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya.
Sebuah plester. Cowok itu berjongkok di depan Dara dan
meletakkan telapak kaki cewek itu di pangkuannya.
Dara langsung panik, "K-kamu nggak usah segitunya?"
"Cewek kok kakinya banyak luka kayak gini sih" Jorok!"
ucap Oscar sambil menempelkan plester di kaki Dara. Ke"mudian tangannya memijat halus pergelangan kaki Dara
yang terkilir. "A-aduh, aduh!" Dara menjerit-jerit kesakitan sambil de"ngan refleks memukul-mukul tubuh Oscar.
"Heh! Nggak usah mukul-mukul kenapa sih?"
"Aku nggak mau ngerasain sakit sendirian!"
"Nggak usah pake jejeritan juga bisa, kan" Kayak mau
gue perkosa aja!" "Sakit, tau!" "Makanya ditahan! Cengeng banget sih" Dasar cewek!"
seru Oscar, ngeledek. "Emang aku cewek!"
Belum sempat Oscar membalas, Dara udah kembali
jejeritan karena Oscar memijatnya kencang sekali.
http://pustaka-indo.blogspot.com86
"Elo tuh nggak cocok pake sandal. Nih liat, kaki lo jadi
lecet-lecet semua. Nggak mampu beli sepatu, ya?"
"Enak aja! Sepatuku hilang."
"Alasan aja. Kenapa nggak beli baru?"
"Nggak enak. Nggak ada sensasinya."
"Ha.... Ha.... Sensasi jempol lo?"
Dara diam aja. Orang kayak Oscar kalau diladenin malah
semakin menjadi. Dara kembali teringat Ray. Cowok itu
memang bajingan. Padahal dirinya udah sayang banget sama
Ray. Udah berusaha percaya sama Ray. Tapi kenapa cowok
itu". "Brengseeek!" teriak Dara gemas.
"Heh! Elo ngatain gue brengsek?"
"Bukan kamu!" Dara malah membentak Oscar.
"Huaaaa"!" Dara mendadak menangis.
Oscar panik. Dia takut orang-orang mengira macem"macem. "Ah, dasar cewek! Ada nggak sih senjata yang lebih
canggih daripada nangis" Terkilir aja mewek!"
"Sialan!" Dara seakan nggak peduli dengan kata-kata
Oscar. Ia terus-terusan mengumpat Ray.
"Heh, elo ngatain gue sialan?"
"Udah aku bilang bukan kamu! Brengsek! Brengsek!
Brengsek!" Dara semakin hot berteriak-teriak gemas. Seka"rang malah ditambah dengan memukul-mukul bahu Oscar
sebagai pelampiasan. Orang-orang yang berjalan melewati mereka kontan me"nengok dan berbisik-bisik. Malah ada yang buru-buru men"jauh takut kena semprot.
http://pustaka-indo.blogspot.com87
Oscar menghela napas panjang, kemudian dengan pelan
dan pasrah ia berkata, "Baguuus". Sekarang elo udah ber"hasil membuat orang-orang mengira seakan-akan gue cowok
brengsek yang ketahuan sama pacarnya ngehamilin cewek
lain. Fine"." Keesokan harinya di Soda.
"Hatchiii!" Dengan tubuh setengah menggigil berbalut sweter hangat,
Dara terus-terusan bersin. Aiko yang berhati lembut kha"watir banget sama keadaan Dara. Cewek itu membuatkan
secangkir teh hangat untuk Dara.
"Makanya, kau jangan hujan-hujanan begitu. Kayak bocah
saja," saran Jhony sambil memijat-mijat tengkuk Dara. Tapi
anehnya justru dia yang bersendawa ria.
"Mau ke dokter?" tanya Eyang Santoso ikutan khawatir.
"Nggak usah, Yang. Palingan besok juga udah baikan,"
jawab Dara dengan wajah pucat. Koyo menempel di kedua
pelipisnya. "Saya telepon toko kaset untuk minta izin ya, Mbak," sela
Saka. Ia menawarkan diri sambil kemudian beranjak menuju
meja telepon. "Aiko, Jhony, kalian ndak berangkat" Nanti terlambat
lho," pesan Eyang Santoso, mengingatkan.
http://pustaka-indo.blogspot.com88
Aiko memang anak SMA Teratai. Sedangkan Jhony maha"siswa Fakultas Hukum semester tiga yang sedang magang
di kantor majalah. Makanya setiap hari mereka harus be"rangkat pagi-pagi.
Tiap pagi Aiko biasa nebeng Jhony naik vespa ke sekolah.
Buat Jhony, menyenangkan sekali nganter Aiko ke sekolah
pagi-pagi. Soalnya, kalau pagi cewek-cewek SMA masih pada
cakep. Makanya Jhony bisa langsung seger.
Jhony dan Aiko menyalami tangan Eyang Santoso satu
per satu sebelum pergi meninggalkan rumah.
Ketika kedua remaja itu membuka pintu teras, tiba-tiba
Oscar sudah berada di depan pintu sambil membawa sebuah
kotak kardus. Oscar minggir untuk mempersilakan Jhony
dan Aiko lewat. Di belakang Oscar, Jhony memperingatkan Dara dengan
memberikan kode dengan gerakan tangan memenggal leher.
Gerakan bibirnya membentuk kalimat, "Mr. Bad Guy."
Dara hanya bisa nyengir melihat tindakan Jhony baru"san.
"Eh, Nak Oscar. Masuk, masuk." Eyang Santoso tampak
sumringah ketika mengetahui kehadiran Oscar. Eyang
Santoso memang senang pada cowok itu. Bukan karena
Oscar adik Bima, tapi karena pengetahuan cowok itu yang
cukup luas tentang tempat-tempat menakjubkan di dunia.
Dulu, sewaktu masih muda, Eyang Santoso gemar
travelling. Bahkan konon kabarnya, dia pernah foto bareng
beruang kutub di Kutub Utara.
http://pustaka-indo.blogspot.com89
nyelesaikan TTS yang ini," kata Eyang Santoso sambil me"nunjukkan buku TTS di tangannya.
Oscar mengangguk sopan sambil membantu Eyang
Santoso menaiki tangga. Kemudian cowok itu duduk di
sebelah Dara. "Bawa apa, Os?" tanya Dara sambil menunjuk kotak
kardus yang dibawa Oscar.
"DVD." "DVD apaan" DVD film jorok, ya?" tanya Dara dengan
nada menggoda. "Nggaklah. DVD film komedi. Gue tau elo lagi sakit.
Makanya gue bawain film biar elo nggak bete."
"Mana" Coba liat!" Dengan antusias Dara menarik kotak
kardus dari tangan Oscar dan melihat-lihat DVD di dalam"nya. "Ini kan film horor!"
"Cover-nya doang yang horor. Menurut gue isinya konyol
banget." Dara merasa menemukan salah satu pendukungnya dalam
menonton film horor. Yup, Oscar benar. Film horor adalah
film paling konyol yang pernah ada. Ha... ha...
"Lo liat aja. Korban-korban di film horor suka melakukan
tindakan tolol yang membuat mereka terancam sendiri. Gue
heran kenapa penonton mau dibego-begoin."
"Setuju banget!" ucap Dara senang. "Eh, gimana kalau
kita nonton aja?" "Buat apa gue bawa DVD kalau bukan buat ditonton,
Nona," jawab Oscar. "Jangan manggil aku nona kenapa sih?"
http://pustaka-indo.blogspot.com90
Oscar cuek aja. Berlagak nggak mendengar kata-kata
Dara. Kemudian ia mengeluarkan satu kotak popcorn dari da"lam kantong plastik. "Nggak enak nonton tanpa popcorn."
"Hhhmmm... Yummy!"
Dan benar saja, sepanjang film Dara dan Oscar cekikikan
nggak keruan. Mereka nggak henti-hentinya berebut me"ngomentari setiap adegan di film itu. Mereka udah kayak
pakar film profesional yang doyannya cuma mengkritik film
sampai tuntas" tas" tas" tas".
"Liat aja tuh, pemeran utamanya sok-sokan menyelidiki
tempat-tempat misterius. Kayak kurang kerjaan aja. Terus,
perhatiin deh, kayaknya ada tempat yang jauh lebih terang
untuk lari kencang dibandingkan melewati lorong sempit
kayak gitu." "Nah, ini nih adegan paling penting. Nengok ke belakang!
Biar sempet ngeliat seseram apa setannya. Hahaha"!" ucap
Dara nggak mau kalah. Mendadak permen karet di mulut"nya membuatnya tersedak saking kencangnya dia tertawa.
"U-huk. U-huk!"
Oscar ikutan panik. Ia menepuk-nepuk punggung Dara
dengan cemas. "Elo jorok banget sih! Makan permen karet
dicampur popcorn!" Ketika permen karet itu keluar, dengan joroknya Dara
mencomotnya. "Uh! Permen karet sialan!"
Dengan santai. Oscar menyodorkan secarik kertas kecil
pada Dara agar cewek itu membuangnya di sana.
Dara pun menempelkan permen karet tersebut pada kertas
dan Oscar langsung melipatnya untuk dibuang.
http://pustaka-indo.blogspot.com91
"Kok lo suka makan yang manis-manis sih" Gue kalau
keseringan makan makanan manis suka mual."
"Pantesan muka kamu asem," jawab Dara asal.
"Kalo kebanyakan makan yang manis-manis, bisa diabetes
lho." Dara mengangkat bahu. Iseng, ia mengusap-usap poninya
ke atas. Lama-kelamaan poninya mencuat ke atas kayak
dikasih gel saking kakunya. Aneh! Oscar aja sampai heran
melihatnya. What a weird hair!
Acara nonton bareng Oscar tenyata seru banget. Dara me"nemukan banyak kesamaan dirinya dengan Oscar. Sepanjang
film mereka tertawa terbahak-bahak. Dara sampai lupa diri"nya lagi sakit. Saat itulah ia menyadari Oscar menyenang"kan.
"Os, kemarin aku nungguin kamu di Taman Kota lu"mayan lama lho," ucap Dara mengingat kejadian kema"rin.
Oscar terdiam. Mendadak senyumnya memudar. Di otak"nya sibuk memikirkan jawaban. "Sorry, gue dateng telat."
Dara nyengir tanpa berniat bertanya lebih jauh. Namun
kemudian raut wajahnya berubah. "Tapi sebelum kita
ketemu, aku malah ketemu sama Ray sialan itu!"
"Ray sialan" Emangnya kenapa?"
Dara menarik napas dalam-dalam. "Ray itu selingkuh!
Untung waktu itu aku ketemu dia. Kalo nggak, wah, nggak
tau sampai kapan kebusukan Ray bisa kebongkar."
"Kan gue udah bilang, cowok kayak dia nggak pantes
mendapatkan cewek seperti elo. Eh, elo nggak percaya."
http://pustaka-indo.blogspot.com92
"Hmm" nggak tau deh," ungkap Dara pelan. "Kalau
gitu menurutmu, cowok kayak apa yang seharusnya pantes
mendapatkan cewek seperti aku?"
"Kayak gue misalnya."
Dara gemetaran mendengarnya. Mungkin bagi Oscar ucap"annya itu nggak bermakna apa-apa. Tapi buat Dara, kata"kata Oscar barusan sanggup mengantarkan aliran listrik ke
sekujur tubuhnya. Tiba-tiba HP di tas Oscar berbunyi. Oscar melihat nama
yang tertulis di layar. Karen calling. Cowok itu beranjak dari
tempat duduknya dan berjalan agak menjauh.
Dara memperhatikan Oscar sejenak, kemudian kembali
asyik menonton film horor.


Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Halo?" sapa Oscar di telepon.
"Hai, Sayang, kamu lagi di mana" Kemarin kok kamu
pergi gitu aja sih" Aku jadinya pulang naik taksi deh.
Maafin aku ya, Sayang. Aku kemarin agak emosi. Soalnya
aku emang agak sensitif tentang masalah berat badan."
"Hmmm..." "Kamu mau nganterin aku belanja, kan?"
Oscar ngedumel dalam hati. Ampun deh! Nih cewek
keukeuh banget minta dianterin belanja. Kalau Karen yang
minta dianterin belanja, itu artinya dianterin belanja plus
minta dibayarin. "Aku nggak bisa, Ren."
"Yaa" sebisanya kamu aja. Kamu bisanya kapan?"
Oscar menoleh ke arah Dara sejenak. "Ren, nanti aku tele"pon lagi ya." Belum sempat Karen menjawab, Oscar telah
http://pustaka-indo.blogspot.com93
menutup HP-nya. Masalahnya, cowok itu udah males men"dengar semua permintaan Karen yang semakin lama semakin
nggak masuk akal. Oscar kembali ke sofa dan sok-sokan melanjutkan me"nonton film.
Dara menengok ke arah Oscar. "Pacar kamu, ya?""
Mata Oscar masih fokus ke layar TV. Kemudian ia meng"angkat bahu. "Dulu sih iya. Sekarang nggak jelas."
"Nggak jelas gimana?"
"Gitu deh. Namanya Karen, dia model di sini. Dulu dia
sempat sekolah di Amerika. Gue pacaran sama dia lumayan
lama. Tapi sayang, dia ngekhianatin gue."
"Khianatin gimana?"
Oscar diam saja. Kelihatan banget ia malas membahas
masalah itu. Dara berpikir sejenak, lalu berkata, "Karen" Jangan-jangan
Karen yang pernah jadi model kebaya Ibu Aryati Sastra itu!
Waaah, dia kan cantik banget! Seksi. Setiap cowok pasti
ngiler ngeliat cewek itu. Kamu beruntung, Os!"
Oscar tambah malas mendengarnya. Ia malah mengalih"kan pembicaraan mereka. "Eh, gue punya koleksi film indie
keren-keren gitu di rumah."
"O ya" Pinjem doong!" Dara sangat tertarik dengan ucap"an Oscar. Dia emang penggila film. Apalagi film inde"pendent.
"Main ke rumah gue aja. Lo pilih sendiri. Soalnya banyak
banget yang bagus. Gue bingung mau bawa yang mana."
http://pustaka-indo.blogspot.com94
"SILAKAN masuuuk"."
Dara melangkah memasuki pintu teras sebuah rumah.
Halaman rumah yang luas membuat Dara geleng-geleng
kepala saking takjubnya. Baru kali ini dia melihat tempat
tinggal Mas Bima di Jogja. Nggak mengherankan kalau
Mas Bima tinggal di rumah semewah ini. Mas Bima kan
cucu J.B. Montaimana. Pengusaha kaya raya di Indonesia.
"Heh, kok bengong?" tegur Oscar sambil menepuk bahu
Dara. Dara menggelengkan kepala, pura-pura nggak takjub.
Padahal dalam hati dia jejeritan terkagum-kagum.
Dara melewati ruang tamu yang bernuansa warna cokelat.
Mulai dari sofa, karpet, lampu, dan meja semua nggak lepas
dari warna tersebut. Suasana Jawa sangat kental terasa di
ruangan itu. "Kok sepi banget, ya?"
http://pustaka-indo.blogspot.com95
"Emangnya harus rame" Kayak nonton sepak bola dong,"
jawab Oscar sekenanya. "Ke kamar gue yuk."
"Hah" Kamar?" Dara langsung terkaget-kaget mendengar
ajakan Oscar barusan. Jantungnya berdegup kencang. Pikiran"nya langsung aneh-aneh. "Ke... ke kamar kamu?"
Oscar terkekeh. "Sorry, tapi di rumah ini wilayah ke"kuasaan gue cuma di kamar gue," ungkap Oscar sambil ber"jalan menyusuri taman belakang. Tiba-tiba langkahnya
terhenti di depan sebuah bangunan minimalis yang dibuat
agak terpisah dari rumah utama. Tangan Oscar langsung
menggapai gagang pintu dan membukanya. "Ini kamar
gue." Dara kembali terbengong-bengong. Kamar Oscar begitu
nyaman. Di depannya ada teras yang mengarah langsung ke
taman belakang. Tapi kenapa kamar Oscar terpisah dari
rumah utama" "Ini sebenarnya kamar tamu. Jadi letaknya agak terpisah.
Rumah di Jogja sebenernya cuma rumah peristirahatan. Tapi
gara-gara Bima disuruh tinggal di Jogja, ya udah deh," tutur
Oscar. Ia mencoba menjelaskan sambil duduk di sudut teras
kamar. "Emangnya di rumah utama nggak ada kamar?"
"Ada. Tapi gue nggak mau satu tempat sama Bima."
"Kenapa?" "Males aja. Udahlah, nggak penting!" Oscar beranjak dari
tempat duduknya dan berjalan masuk ke kamarnya. Ke"mudian dengan lincah ia melompat ke sofa dan menyalakan
TV. "Pintunya dibuka aja, Dar, kalo elo nggak nyaman."
http://pustaka-indo.blogspot.com96
Dara berjalan masuk dan melihat-lihat lemari berisi
deretan DVD film dan CD milik Oscar. Sejenak ia me"ngagumi koleksi cowok itu. Ternyata Oscar pelahap semua
jenis musik dan pencinta film seperti dirinya. Koleksi film
indie-nya patut diacungi jempol. Oke juga nih anak!
"Itu cuma beberapa koleksi gue. Yang lainnya kebanyakan
di Amerika dan Jakarta."
"Ooh"." Dara manggut-manggut. Buset! Koleksi di
lemari ini belum ditambah yang di Amerika dan Jakarta"
Nggak kebayang berapa banyak CD yang Oscar miliki.
Mungkin Oscar bisa mendirikan toko kaset sendiri. "CD-nya
boleh aku cobain nggak?"
"Cobain aja. Lo harus ngerasain kehebatan stereo set gue,"
kata Oscar sambil mengecilkan volume suara TV-nya dan
menunjuk stereo set di sebelah lemari CD.
Dara yang merasa sudah mendapatkan izin kontan senang
bukan main. Sebuah CD menarik perhatiannya. Ia menarik
CD tersebut dari rak dan memasangnya di stereo set di se"belahnya. Setelah menekan tombol play, sesaat kemudian
alunan musik klasik terdengar dari speaker.
Oscar tebengong-bengong dengan pilihan CD Dara yang
menurutnya sangat di luar dugaan itu.
"Ini kan lagu klasik, nggak..."
"Ssst"." Dara meletakkan telunjuknya di bibir. Kemudian
ia melepas sandal jepitnya. Sesaat ia memejamkan mata,
mencoba menghayati alunan musik yang terdengar. Kakinya
mulai bergerak-gerak ringan. Perlahan kedua tangannya ke
atas. Kakinya berjinjit menggunakan ujung jari.
http://pustaka-indo.blogspot.com97
Oscar menatap Dara dalam diam. Mana mungkin cewek
tomboi seperti Dara mampu melakukan gerakan balet seperti
itu. Cowok itu mengambil kamera kesayangannya dan mulai
mencari angle yang tepat. Ia tak mau momen indah tersebut
terlewatkan dengan sia-sia.
Dara mengangkat kaki kanannya sejajar dengan pinggang.
Ia berputar berkali-kali. Kemudian dengan lincah ia me"lompat ringan mengikuti irama musik yang mengalun dari
stereo set. Dara terlihat cantik saat itu. Gerakannya begitu luwes.
Seperti penari balet profesional. Ia seperti terhipnotis alunan
musik klasik itu sehingga tidak memedulikan Oscar yang
tampak sibuk mengambil fotonya dari berbagai sudut. Tiba"tiba...
"Aaaw!" Dara terjatuh karena kaki kanannya tak mampu
menopang tubuhnya lagi. Maklum, kaki kanannya kan habis
keseleo waktu itu. Dengan cepat Oscar mematikan stereo set-nya dan duduk
di sebelah Dara. "Elo nggak hati-hati sih, Dar...."
Dara nyengir sambil mengacak-acak rambutnya. Ia meng"hela napas panjang. Pandangannya menerawang jauh. "Dulu
aku pengen banget jadi belerina. Soalnya, setiap kali aku
ngeliat balerina, mereka kelihatan cantik banget"."
"Kenapa nggak sekolah balet?"
Dara tertawa kecil. "Yang sekolah balet kan kebanyakan
anak orang kaya. Sedangkan aku" Ayah-ibuku kecelakaan
dan meninggal waktu aku kelas satu SMA di Bandung.
Habis itu aku harus bekerja mati-matian untuk membiayai
http://pustaka-indo.blogspot.com98
hidup sendiri. Makanya, SMA aja aku nggak lulus. Uang
dari mana?" "Terus, kenapa elo bisa di Jogja?"
"Dulu di Bandung aku kerja di kedai kopi. Waktu itu
aku ketemu sama Eyang Santoso. Kami sering ngobrol
bareng. Sampai-sampai aku menganggap Eyang adalah kakek
kandungku sendiri. Pas tahu tentang kehidupanku, Eyang
Santoso memberikan alamatnya di Jogja. Suatu hari aku
iseng datang ke Jogja. Niatku cuma mau menjenguk Eyang
Santoso. Nggak taunya sampai sekarang. Hehehe"."
Oscar terdiam menatap Dara. Mengagumi kepribadian
cewek di hadapannya yang sangat luar biasa. Dara beda ba"nget sama Karen yang manja dan dibuat-buat. Dara sangat
tegar dan setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar
sangat tulus. "Kenapa kamu diam?"
Oscar menggeleng. "Nggak. Gue cuma lagi mikir."
"Mikirin apa?" "Sebenernya kehidupan gue dan elo sangat bertolak bela"kang. Tapi gue bisa merasakan hal yang sama kayak yang
elo rasain." "Maksudmu?" "Dari kecil gue nggak pernah kekurangan uang. Apa yang
gue mau, selalu aja dibeliin. Bahkan gue udah punya mobil
pribadi saat gue masih SMP. Tapi gue selalu merasa dike"kang, sendirian, dan kesepian. Nyokap-Bokap selalu sibuk
kerja. Gue harus mematuhi aturan mereka. Sekolah, les ini"itu, bahkan apa yang gue suka selalu ditentang. Akhirnya
http://pustaka-indo.blogspot.com99
gue jadi pemberontak. Sekolah gue asal-asalan, sampai
berkali-kali gue di-drop-out"."
"Separah itu?" Oscar mengangguk. "Setiap hal yang gue lakukan selalu
dibanding-bandingkan dengan Bima. Gimana gue nggak
kesel" Orangtua gue nggak ada yang peduli dengan apa
yang gue inginkan dan rasakan. Mereka sibuk kerja dan
berbisnis di mana-mana. Gue merasa sendirian. Mereka
nggak pernah sadar bahwa hal terbaik yang bisa diberikan
orangtua kepada anak-anaknya adalah waktu mereka."
Entah apa yang membuat Dara jadi bersimpati pada
Oscar. Cewek itu mengusap-usap punggung Oscar seakan
menenangkan emosi cowok itu. Menurut Dara, cukup sulit
untuk orang seperti Oscar berkata sejujur itu. Oscar adalah
tipe cowok cuek yang memiliki pembawaan tenang dan
dingin. Dari cerita cowok itu, Dara menyadari bahwa ke"nyataannya anak yatim-piatu bukan hanya anak yang kedua
orangtuanya meninggal seperti dirinya. Tapi bisa juga anak
yang diabaikan oleh orangtuanya yang sibuk.
Oscar menatap mata Dara lekat-lekat. "Menurut gue, elo
nggak perlu jadi balerina."
Dara balas menatap Oscar dan tertawa geli. "Ya iyalah.
Nggak mungkin juga orang kayak gue bisa jadi balerina."
"Bukan. Bukan itu maksud gue."
"Terus maksud kamu apa?" tanya Dara heran.
"Karena menurut gue, elo udah terlihat cantik meskipun
elo bukan balerina. Lo pekerja keras, berani, nggak pernah
mengeluh, dan nggak pernah menyesali apa yang telah
http://pustaka-indo.blogspot.com100
terjadi dalam hidup lo. Bego banget cowok yang menyia"nyiakan elo kayak Ray."
Dara menatap Oscar tak percaya. Baru kali ini ia dipuji
sebegitu manis oleh seorang cowok. Bahkan Ray saja nggak
pernah memujinya seperti itu. Dara tersenyum. "Kalau kita
selalu menyesali apa yang udah terjadi, atau kita selalu meng"harapkan bantuan dari seseorang, kita nggak akan pernah
maju, Os." Oscar menatap Dara lekat-lekat. Mereka berpandang"pandangan. Oscar tambah mengagumi inner beauty cewek itu.
Dara memang wanita spesial.
"Oscar!" Tiba-tiba terdengar teriakan seorang cowok dari
arah pintu. Membuyarkan suasana tenang tersebut.
Belum sempat Oscar menoleh, cowok di pintu sudah me"narik kaus Oscar dan mendorongnya ke tembok.
Dara mulai panik melihat kebrutalan yang sangat men"dadak itu. Sebenarnya nyalinya ciut juga ketika melihat
Bima bisa semarah itu. Bima yang ia kenal nggak pernah
marah. Apalagi emosi kayak gitu.
"Udah aku bilang, jangan ganggu anak-anak Soda!"
bentak Bima sambil mencengkeram kaus Oscar kuat-kuat.
"Ma-Mas Bima salah paham," ucap Dara panik. Tapi kayak"nya ucapannya sama sekali nggak menyusutkan emosi Bima.
"Ngapain kamu ajak Dara ke kamarmu" Dara cewek
baik-baik. Nggak seperti cewek-cewek yang sudah kamu
ajak tidur selama ini!" bentak Bima tepat di hadapan wajah
Oscar. Seluruh tubuh Bima terasa berdenyut. Ia mengepalkan
tangannya. http://pustaka-indo.blogspot.com101
"Pukul aja! Pukul! Biar elo merasa semakin hebat!" ucap
Oscar sambil tersenyum bengis.
Kepalan tangan Bima mengeras. Ia sadar banget bahwa
adiknya itu memang agak-agak psycho. Oscar bisa melakukan
apa pun yang ingin dilakukannya tanpa peduli pada orang
lain. Bima semakin sulit menahan emosinya. Kepalan tangan"nya semakin keras. Tanpa ia sadari kepalan tangannya me"layang dan".
"Stop!" Dara berteriak. "Oscar nggak melakukan apa-apa
sama aku. Mas Bima salah paham!"
Bima mengendurkan cengkeramannya pada kaus Oscar,
mengendalikan emosinya, dan mencoba mengatur napas"nya.
"Seharusnya aku nggak ada di sini," ucap Dara sambil
mengambil tasnya dan beranjak pergi. "Permisi."
Dengan langkah cepat Dara pergi meninggalkan rumah
Oscar. Jantungnya berdebar cepat. Kejadian barusan mem"buatnya shock sampai ia nggak sanggup berkata-kata lagi.
Sayup-sayup terdengar suara Oscar berteriak, "Lo liat kan,
Bim. Yang bermasalah itu elo! Bukan gue!"
Dara tiba di kos-kosan Soda dengan wajah yang masih
kusut. Tanpa berkata-kata, ia berjalan melewati ruang duduk
dan ke lantai atas menuju kamarnya.
Jhony, Aiko, Dido, dan Saka yang sedang nonton TV di
ruang duduk jelas saling bertanya-tanya. Tapi nggak ada
satu pun di antara mereka yang tau kenapa wajah Dara
kusut begitu. http://pustaka-indo.blogspot.com102
Pulang 2 Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May Dracula 9

Cari Blog Ini