Ceritasilat Novel Online

Negeri Van Orange 3

Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat Bagian 3


9. Bakat menari" Ikut les tari yang disediakan di kampus dengan harga miring khusus mahasiswa.
~193~ Beragam jenis tarian siap dipelajari, mulai dari salsa hingga ballrom dancing!
10. Mengaku bookworm" Selain menjadi anggota perpustakaan kampus, bisa juga daftar diri jadi anggota perpustakaan publik yang tersedia di masing-masing kota. Selain bisa pinjam buku, kadang juga tersedia fasilitas sewa majalah, koran, atau bahkan film!
1 Miss Ikut Indonesia" Pokoknya, ucapan pertama setiap ada
ajakan jalan-jalan adalah: Ikuuuuuut! . 2 Istilah untuk para suami yang kuliah di luar negeri tanpa disertai anak istri.
~194~ Maastricht .... Ooo my love ... my darling ... I hunger for your touch ... a long, lonely time ....
Nada dering garing Unchained Melody membuat Geri buru-buru mematikan kompor listrik dan mengambil HP dari atas meja makan. Setiap kali nada dering khusus itu mengalun, Geri selalu bergegas mengangkatnya.
Hoi .... Ik ben koken .... So" Are we going" Sigh.
Oh ... wat jammer! Okay, schaat, some other time maybe.
Fijn avond. Slaap lekker.
Wajah Geri sontak berubah 180 derajat. Ia jadi kehilangan selera meneruskan tika masala yang hampir rampung. Ia memilih untuk membuka laptop dan Yahoo Messenger-nya.
mighty_poffertjes : Hoi izbanjar : Hai ~195~ anak_gang_sanip : Yup anak_gang_sanip : Pa an"
mighty_poffertjes : Lintang kok nggak ada" izbanjar : Katanya sih tadi dia ada undangan dinner bareng housemate-nya. Tunggu aja bentar lagi, paling juga entar online.
mighty_poffertjes : Gue telepon dia deh. Gue
mo ngajak kalian jalan. greenwarrior : Ka mana Ger"
mighty_poffertjes : Entar, nunggu Lintang
online dulu. izbanjar : Yeee ... gue lanjutin makan dulu, ah. mighty_poffertjes : Oke, tapi jangan ditutup
yah window-nya. Tak butuh waktu lama untuk menunggu Lintang online. Hanya lima belas menit setelah Geri menelepon, Lintang sudah berada di depan laptopnya. Ia juga melewatkan makanan penutup yang rasa dan penampilannya dijamin bikin semua wanita yang sedang diet ketat diam-diam melanggar janjinya. Itulah kesaktian chocolate mousse yang dibawa langsung dari Austria oleh Astrid, teman satu asrama Lintang.
~196~ starlight has joined the room
starlight : Halo ... halo ... ada apaan, nih" anak_gang_sanip : Gile, makan lo cepet juga. starlight : Udah beres kok, cuma gue melewatkan chocolate mousse terenak sedunia. Lo mesti ngasih alasan yang lebih bagus dan enak dari itu, Ger! mighty_poffertjes : Hmmm ... hehehe ... mudah-mudahan ya. Begini, weekend depan pada mau liat Karnaval Maastricht nggak" Mirip-mirip Mardi Gras di Brazil gitu deh.
greenwarrior : Heh" Festival tanaman gitu, Ger" Bonsai" Anggrek" Kaca piring" Kecubung"
Susah memang kalau otak isinya cuma hutan, pohon, tanaman, dan sejenisnya. Baca gras aja langsung diasosiasikan dengan rumput.
mighty_poffertjes : Bodoh! Ini karnaval dan
pesta kostum! izbanjar : Karnaval" Bikini" Cewek-cewek seksi"
~197~ Joget maut" Wet T-shirt contest" *liur menetes ... tes ...*
mighty_poffertjes : Kekekek otak lo emang pol, Jar. Ini acara tahunan di Belanda yang top banget.
anak_gang_sanip : Kayak tujuh belasan gitu, Ger" Kalau di kampung gue dulu, gue pasti dipakein kostum polisi ama encang gue. Dia pengin banget liat gue jadi polisi, biar kampung gue kagak kerampokan mulu! Wet T-shirt contest apaan sih, Jar"
Daus yang sejak tadi diam saja, seperti biasa kembali mencerocos nggak keruan.
starlight : Waaa ... mau, mau! Jeroen juga kemarin bahas soal itu. Tapi sayang, dia nggak bisa ikut karena harus nganterin nyokapnya berobat. mighty_pofferjes : Tuh Lintang mau. Yang lain gimana" Karena gue yang ngajak, tiket kereta on me deh. Gimana"
izbanjar : Gue daptar! ~198~ greenwarrior : Setuju ....
anak_gang_sanip : Boleh banget deh.
Memang, kalau sudah menyentuh masalah prinsipil bertajuk gratisan , sering kali materi acara menjadi nomor kesekian.
mighty_poffertjes : Oke ... ketemuan di Utrecht Centraal" Terus, tema kostum karnaval yang kalian mau apa"
izbanjar : Apa aja asal Lintang pake kostum
hula-hula! anak_gang_sanip : Tema binatang aja Jar, biar
lo nggak usah pake apa-apa lagi. izbanjar : Kampret.
greenwarrior : Gimana kalau yang ada
Indonesianya" starlight : Boleh juga ... apa ya kira-kira" mighty_poffertjes : Nggak ada patokan sih, tapi biasanya banyak yang pake kostum dari Venesia, Itali. Udah kalian tahu beres aja deh, urusan kostum gue yang urus ya. Oke"
izbanjar : Siap! starlight : Okeee! ~199~ anak_gang_sanip : Gue demen yang kayak
begini! mighty_poffertjes : Oke deh. Gue off yah, mo
lanjutin masak. Doei! Geri tersenyum lebar. Ia tahu sahabat-sahabat barunya memang bisa diandalkan untuk melupakan masalahnya. Geri berjalan kembali ke dapur dan mulai melanjutkan tika masala yang sudah mengering.
Minggu pukul 8.00 pagi, kelimanya telah berkumpul di Stasiun Utrecht Centraal. Kota yang terkenal dengan Dom Tower itu memang terletak di persimpangan sehingga menjadi lokasi transit bagi sebagian besar kereta di Belanda. Menjadikan Utrecht sebagai tempat pertemuan Aagaban juga sudah tepat, mengingat di sini ada Daus yang selalu bermasalah dengan aktivitas bangun pagi.
Kota Maastricht terletak di sebelah selatan negeri Belanda. Jaraknya yang nun jauh di ujung selatan membuat harga tiket kereta menuju kota ini jadi lumayan mahal. Tapi, itu nothing buat orang seperti Geri. Ia menepati janjinya untuk membelikan mereka semua tiket bolak-balik ke Maastricht.
~200~ Jadinya entar pake kostum apaan" tanya Daus. Rahasia ... pokoknya lihat aja entar di sana! balas Geri sok misterius.
Huuu ... gitu aja pake rahasia segala! Daus mulai merajuk. Rasa kantuk membuatnya tambah bete.
Udah ... pokoknya nanti teman gue di sana bakal dandanin kalian! jawab Geri bersemangat.
Heh" Temen lo yang mana lagi" Banjar bertanya sambil berjalan menghirup segelas kopi Douwe Egbert panas.
Heh, lo ngopi enggak ngajak-ngajak! Daus berteriak kepada Banjar dengan mata yang sembap. Kafein sepertinya jalan keluar paling logis untuk lepas dari rasa kantuk yang tak tertahankan. Tak lama kemudian, Daus kembali ke tengah-tengah rombongan sambil memegang segelas kecil espresso.
Temen gue punya persewaan kostum di Maastricht, gue udah booking kita berlima buat didandanin, sambung Geri.
Orang Blande, Ger" Orang Indo juga, tapi udah jadi warga negara sini.
Ooo ..., kor mereka serempak.
Lima menit lagi kereta akan bertolak meniti perjalanan panjang ke Maastricht. Mereka bergegas
~201~ berlari kecil menuju peron 19. Lintang sudah semakin mirip selebritas dengan empat bodyguard di sekelilingnya. Kereta menuju Maastricht sudah padat terisi. Rupanya, pesta ini memang magnet yang menyedot perhatian warga Belanda. Bahkan, banyak di antara penumpang yang sudah berdandan heboh, mulai dari mengenakan rambut palsu warna-warni sampai mencoreng-moreng wajah dengan cat aneka warna. Daus mengulum senyum membayangkan dirinya berdandan seperti mereka. Lintang yang melihat Daus tersenyum sendirian hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia sudah kehabisan kata-kata untuk mencela Daus yang sudah begitu hidup dengan imajinasinya. Walau biasanya imajinasi jorok.
Karnaval Maastricht adalah suatu event rutin yang telah berlangsung sejak zaman Medieval. Pada awalnya, festival ini hanyalah bagi dan oleh warga Maastricht yang mayoritas beragama Katolik. Namun, dalam perjalanannya, beberapa kota di sekitarnya, seperti Roermond, Heerlen, Venlo, Tilburg, s-Hertogenbosch, Bergen op Zoom, Eindhoven, Breda, Oldenzaal, dan Prinsenbeek, pun menjalankan tradisi karnaval ini. Mereka merayakannya tepat empat puluh hari sebelum
~202~ Paskah dan tiga hari sebelum Ash Wednesday, alias Rabu Abu 1 .
Dalam perjalanannya, festival ini kemudian menjelma menjadi perayaan besar-besaran yang ditandai dengan parade kostum, karnaval, tari-tarian di jalan, minum-minum, parade musik, pesta, minum-minum lagi, pesta lagi, dan minum-minum lagi. Pada saat itulah kita bisa berdecak kagum menyaksikan dahsyatnya ketahanan perut orangorang Eropa dalam urusan tenggak-menenggak bir dan minuman alkohol lainnya.
Perayaan ini terus berlangsung selama tiga hari tiga malam sejak dibuka pada Minggu. Bila sudah begitu, Maastricht menjelma jadi bar raksasa yang kegilaannya cuma tersaingi oleh perayaan Oktoberfest 2 di Kota Muenchen, Jerman. Semua orang berpesta bergembira ria, tak terkecuali anak-anak yang berpawai sepanjang jalan dengan wajah semringah.
Setelah pesta habis-habisan, saat Rabu menjelang, para penganut Katolik memulai ritual puasa makan daging. Namun, mereka masih diperbolehkan mengisi perut dengan menu ikan haring plus roti. Uniknya, beberapa party goers justru menjadikan Rabu Abu sebagai alasan untuk melanjutkan pesta dan minum-minum, terutama bir. Alasannya, ikan
~203~ haring, kan, perlu berenang, jadi suplai aliran bir dalam perut pun pantang berhenti! 3 Bagi golongan yang terakhir ini, pesta akan terus berlanjut hingga genap tujuh hari tujuh malam. Mirip, ya, dengan konsep acara kendurian di kampung-kampung. Tentunya versi mereka lebih berisik, lebih mabuk, serta zonder layar tancap atau saweran!
Kereta ternyata masih menyisakan beberapa kursi kosong. Selama sejam pertama, Wicak dan Banjar yang duduk bersebelahan terlihat mengobrol dengan serius. Pembicaraan mereka sesekali memancing perdebatan seru tanpa sedikit pun melibatkan ketiga kawan lainnya. Geri yang menduduki kursi di sebelah Lintang lebih memilih topik yang ringanringan.
Lalu, Daus di mana" Bak Obelix, sejak lahir Daus pernah tercebur di panci berisi ramuan berkafein dosis tinggi. Akibatnya, segelas kopi yang ditenggaknya di stasiun tadi tak berpengaruh sedikit pun. Begitu pantatnya menyentuh kursi empuk di gerbong keenam, ia langsung tertidur pulas. Teman duduk di sampingnya, seorang perempuan cantik berparas Latin, tetap tak mampu membuat Daus menahan kantuknya. Sial benar Daus telah melewatkan kesempatan berharga yang selalu
~204~ dipintanya saat memanjatkan doa.
Ger, lihat Daus, tuh. Lintang menepuk bahu Geri yang sedang menikmati pemandangan di luar jendela.
Huahahahaha .... Geri tidak bisa menahan tawanya.
Yeh ngiler, doi! Sebaris titik-titik putih pucat tampak mengering di ujung bibir Daus.
Untung nggak ngorok! Lo lihat, dong, cewek yang di sebelahnya. Kalau ada bangku kosong lain, gue berani bayar kos lo empat bulan langsung kalau cewek itu nggak pindah!
Ye, gue juga berani taruhan kalau kayak gitu. Tapi, cantik bener, ya, tuh cewek"
Bukan tipe gue, Tang. Tipe lo emang kayak gimana, Ger"
Hmmm ... gue suka orang yang ... enak dilihat dan baik ... yang bisa bikin gue penasaran. Wah, subjektif banget. Jadi, lo dah punya cewek" Kan, gue udah pernah bilang waktu itu, kalau gue belum punya cewek. Lupa, ya"
Kapan" Emang lo pernah bilang" tanya Lintang berbohong.
Lintang sebenarnya tidak lupa. Ia hanya ingin
~205~ memastikan untuk kali kesekian bahwa Geri memang masih available. Entah kenapa, sekeping informasi itu berharga sekali bagi Lintang. Geri yang baik, ganteng, dan tidak punya pacar. Namun, pikiran Lintang tiba-tiba melayang pada Jeroen dan cepat-cepat ia mengusir Geri dari benaknya.
Kurang dari dua jam, tibalah kereta yang mereka tumpangi di Maastricht. Dengan bersusah payah Wicak membangunkan Daus dan menunjukkan kepadanya cewek yang sudah ia sia-siakan selama dua jam perjalanan. Sambil bersungut-sungut mengutuki nasib, Daus mengikuti keempat sahabatnya berjalan keluar stasiun. Langit di atas Maastricht begitu cerah meski angin cukup kencang bertiup. Acara paradenya sendiri baru akan dimulai pukul 1.30 siang. Aagaban masih punya banyak waktu untuk bersiap.
Setelah menunggu cukup lama di depan stasiun karena harus menunggu Daus yang mengantre sekotak patat met mayo (jajanan khas Belanda berupa kentang goreng dengan cocolan saus mayones), mereka meneruskan perjalanan menuju toko kostum yang berada di pinggir Centrum. Di sana mereka disambut langsung oleh Rendi, teman Geri pemilik dan pengelola toko kostum itu.
~206~ Rendi memiliki potongan tubuh tegap dengan potongan rambut klimis. Dua kancing teratas kemejanya sengaja tidak dikancingkan untuk memamerkan rantai emas sebesar rantai kaleng biskuit Roma zaman dulu. Potongan wajahnya tegas, menunjukkan akar moyangnya yang berasal dari Maluku. Populasi imigran asal Maluku memang lumayan besar di Negeri Kincir Angin.
Lintang sempat terkesima dengan kegagahan bercampur semerbak parfum Rendi yang dapat tercium dari jarak enam meter. Banjar pun tersadar, justifikasi betapa tidak gampang menarik perhatian gadis-gadis blonde dan brunette telah ada di hadapannya. Ya! Saingannya memang terlampau banyak di sini. Mungkin seharusnya dulu gue memilih untuk sekolah ke Rumania atau Bulgaria, bisik hatinya.
Hoooi ... Geriii ... kom binnen! Rendi mempersilakan Geri dan teman-temannya masuk. Saat itulah lambaian tangan Rendi mengejutkan Banjar yang tiba-tiba mundur selangkah dari depan pintu.
Banjar memang selalu menolak anggapan Wicak dan Daus yang menyebutkan dirinya trauma dengan orang-orang yang ia curigai gay. Namun, gerak gerik dan roman muka Banjar terlalu jujur menampilkan
~207~ pembenaran pendapat kedua sahabatnya. Di Tanah Air, sesungguhnya Banjar telah berulang-ulang mengalami pengalaman buruk dengan beberapa klien yang ternyata gay. Yang terparah adalah mereka sering nekat mengejar sampai ke rumahnya. Malang nian nasib Banjar, di satu sisi ia sulit mendapatkan wanita pujaannya, tapi di sisi lain, ia menjadi salah seorang pujaan para kaum gay di Jakarta. Ia sering bertanya pada dirinya sendiri saat gosok gigi pagipagi, Sisi gue sebelah mana, sih, yang bikin gue menarik pria gay"
Lintang tersenyum geli melihat gerak gerik Banjar. Ia sejak tadi telah memperhatikan gaya Rendi yang gemulai dan pandangannya yang seolah tak pernah lepas memperhatikan penampilan Banjar dari kepala hingga ujung kaki.
Geri mulai memperkenalkan kawan-kawannya kepada Rendi.
Nah, Meneer Rendi, ini teman-teman saya, Lintang, Wicak, Daus, dan Banjar. Friends, ini Rendi, temen satu asrama gue zaman bachelor dulu. Dia udah nyiapin kostum buat kita semua. Iya, kan, Ren"
Tenang saja, kalian pasti ... akan terlihat baik! sahut Rendi dengan bahasa Indonesia terbata-bata.
~208~ Mereka semua tertawa dan mengangguk senang.
Rendi Lumelle lahir dan besar di Maastricht. Ayah dan ibunya meninggalkan Maluku pada 1955. Mereka kemudian menjalani naturalisasi dan akhirnya pindah kewarganegaraan pada 1960. Kini, generasi kedua macam Rendi banyak yang sudah melupakan bahasa Indonesia. Beruntunglah Rendi yang masih sesekali berbicara bahasa Indonesia dengan ayah dan ibunya yang kini menghabiskan masa tuanya di Haarlem.
Sejam kemudian, kelimanya sudah berdandan lengkap dengan pakaian berwarna-warni, termasuk rambut palsu beraneka bentuk dan warna. Sial bagi Banjar, bentuk badannya membuat ia harus pasrah mengenakan baju wanita yang tersisa. Awalnya ia menolak mentah-mentah usulan itu dan sempat mengancam akan kembali ke Rotterdam. Namun, bujukan Lintang dan sisa kostum lain yang samasama tak menyenangkannya membuat Banjar tak punya pilihan lain. Wicak dan Daus puas menertawakan Banjar seusai didandani.
Geri dan Wicak kebagian kostum bajak laut. Daus mendapat jatah baju seperti layaknya prajurit Belanda di Perang Dunia II. Lintang dan Banjar pun bertransformasi layaknya putri bangsawan Eropa
~209~ pada zaman keemasan dahulu. Komposisi mereka berlima memang terlihat aneh, menembus waktu dan persilangan zaman. Tapi, mereka tidak peduli (kecuali Banjar), aura pesta di hadapan mata membuat mereka begitu bersemangat.
Rendi ikut bergabung dengan mereka. Bersama Martin, pacarnya, Rendi mengenakan kostum algojo dari kulit berwarna hitam legam, lengkap dengan pecut dan borgol sebagai aksesori tambahan. Sebenarnya, pakaian itulah yang membuat Banjar lebih memilih kostum yang ia kenakan sekarang. Untuknya, lebih baik terlihat sebagai perempuan dibanding harus memakai kostum yang menurutnya terlalu gay. Sebuah prinsip yang aneh memang.
Maastricht hari itu berpesta pora. Semua orang mengenakan kostum tidak lazim. Warna-warni mencolok menghiasi setiap pojok kota. Semua orang tiba-tiba kelihatan lebih ramah. Mereka bernyanyinyanyi dan menyapa setiap orang yang dilewati. Mereka pun langsung bergabung dengan rombongan parade dan ikut berputar mengelilingi kota.
Maastricht sering mendapat julukan The Grand Lady , ibarat wanita tua yang masih molek dan memesona. Sebagai salah satu kota tertua Belanda,
~210~ bangunan-bangunan tua yang megah bertebaran, bergaya arsitektur Roman peninggalan abad ke-16 dan ke-17. Belum lagi menara, gerbang, hingga dinding-dinding yang masih menggambarkan kejayaan peninggalan masa Medieval. Hingga saat ini masih terdapat perdebatan untuk menentukan kota tertua di Belanda, apakah Maastricht atau Nijmegen. Tak penting, karena keduanya sama indah.
Dibelah Sungai Maas dan dihubungkan Jembatan Saint Servaas yang legendaris, Kota Maastricht sudah menjadi rebutan kekuasaan sejak zaman Romawi dahulu. Setelah bangsa Romawi hengkang selamanya pada 402, Maastricht dikuasai oleh bangsa Franks yang berasal dari barat Jerman. Pada masa inilah dibangun sebuah istana di Vrijthof.
Pada 722, Bishop Hubertus memindahkan Bishop ke Li"ge dan Onze Lieve Vrouwe sehingga sisa kekuasaan Romawi resmi berada di bawah kekuasaan Prince Bishop of Liege. Bagian lainnya, seperti Vrijthof dan St. Servaas, jatuh ke kekuasaan Dukes of Brabant. Barulah pada 1248 dibuat sebuah perjanjian yang membagi Maastricht menjadi dua. Bagian hulu menjadi hak Liege Belgia dan bagian hilir sah milik Brabant.
Pada abad ke-15, daerah kekuasaan Brabant
~211~ berpindah tangan menjadi kekuasaan Kerajaan Burgundian hingga kemudian Habsburg menguasainya setelah terjadi pernikahan Maria of Burgundy dengan Maximilian of Austria pada 1477. Pembebasan Maastricht dari kaki Spanyol pada 1632 membuat pemerintahan berpindah ke tangan perwakilan Republik Belanda. Dualisme kekuasaan ini berakhir saat tentara Prancis mengambil alih kota ini pada 1794 dan menggabungkannya dalam D"partement de la Meuse inf"rieure .
Wicak, Daus, Lintang, Banjar, Geri, Rendi, dan Martin berparade menyusuri pusat kota. Mereka melewati lapangan besar lokasi pasar terbuka hari Sabtu dan bangunan indah balai kota. Berdansa di depan Vrijhof Square, di jantung kota yang mendapat julukan Living Room of Maastricht . Berfoto di depan Generaalshuis atau rumah sang jenderal yang sekarang telah beralih fungsi menjadi gedung pertunjukan. Bangunan bertarikh 1809 ini merupakan penghargaan bagi Jenderal Dibbets yang mempertahankan Maastricht tetap berada di dalam kekuasaan Kerajaan Belanda.
Parade kemudian bergerak ke barat, mendekati Saint Servatius Basilica yang kondang sebagai salah satu gereja tertua di Belanda. Dibangun sejak 1000,
~212~ gereja ini sekaligus menjadi kuburan bagi Saint Servatius. Karnaval terus berlanjut di Gereja Saint John yang terkenal dengan menara merahnya dan Gereja Our Lady yang tersohor dengan keindahan dinding baratnya.
Satu hal yang disayangkan, mereka tidak mengunjungi gua berlabirin di Gunung St. Pietersberg. Gua istimewa rumah karya seni para pekerja penggali lorong-lorong gua. Di bagian atas gua terdapat Benteng St.Pieter yang berbentuk pentagonal. Dari salah satu sudut galerinya, kita dapat menikmati keindahan Kota Maastricht dan sekitarnya.
Seiring jatuhnya mentari di cakrawala, usai pula kemeriahan parade. Tetapi, riuh rendah pesta seolah baru mulai bergelora. Perhatian kini beralih ke panggung musik hidup, begitu Wicak menyebut terjemahan langsung dari live music, yang bertebaran di mana-mana. Begitu raungan gitar, dentuman drum, dan jeritan vokalis mengentak, ribuan orang mulai bergoyang dan bernyanyi serentak. Botol dan gelas bir tak pernah kering di tangan mereka. Semua berpesta dan bergembira tanpa saling mengganggu satu sama lain. Minum boleh jalan terus, mabuk pun tidak dilarang, tapi jarang sekali timbul keributan.
~213~ Bagi Daus, pemandangan ini cukup ironis. Di sini minuman alkohol bertebaran di mana-mana, tapi setiap orang mampu mengontrol diri mereka masing-masing. Memorinya melayang pada anakanak muda di kampung. Tiap ada tujuh belasan atau keriaan , mereka langsung patungan beli Topi Miring atau bir murahan dari kios di ujung jalan. Tak lama kemudian, mereka yang teler maupun yang cuma pura-pura teler akan gentayangan dan menggoda setiap cewek yang ada di sana. Mereka akan terus berjalan hingga bertemu musuh yang bisa jadi siapa pun. Bila mangsa sudah didapat, mereka lalu menciptakan keributan yang cuma bisa dihentikan dengan campur tangan hansip dan polisi. Pertumpahan darah pun kerap tak bisa dihindari.
Yang paling menyedihkan adalah saat mereka lari tunggang langgang karena membuat musuh terkapar sampai mati. Tak jarang teman sendiri yang menjadi korban. Opi, Darno, dan Rojali adalah sebagian dari kawan-kawan masa kecil Daus yang mati konyol saat kemeriahan panggung terbuka di kampungnya. Tragis memang, tapi itulah kenyataan.
Setelah benar-benar lelah, haus, dan kram betis akibat pegal berjalan, menandak, berjingkrak, dan sesekali ngesot, mereka memasuki sebuah pub yang
~214~ sudah penuh sesak dengan manusia beraneka rupa. Beruntung mereka bisa mendapatkan meja yang baru saja ditinggalkan. Lintang berinisiatif memesankan mereka semua minuman.
Gue bir dingin, pesan Geri.
Idem, Tang, ucap Banjar dengan napas satu-dua. Wicak apa" tanya Lintang kepada Wicak yang menyelonjorkan kaki.
Hmmm ... sama ama Banjar, sahutnya kalem. Weeeits ... minum bir juga sekarang" tanya Banjar sambil tertawa.
Iya, nih, Wicak. Tumben, seru Lintang sambil mengedipkan mata. Wicak tersenyum simpul. Kepingin aja, mumpung lagi rame-rame. Kakakakakakak ... beraninya cuma kalau lagi rame-rame! Banjar tergelak mendengar alasan Wicak.
Bukan hal yang aneh melihat pelajar Indonesia di luar negeri merasa lebih bebas, lebih berani, ataupun lebih toleran terhadap hal-hal yang di Indonesia dianggap tabu atau dilarang. Wicak dan alkohol contohnya. Dengan dalih minum alkohol untuk kebutuhan sosial dan bergaul, ia pun akhirnya mendobrak tabu itu.
Pengalaman minum alkohol pertama justru Wicak
~215~ rasakan ketika kali pertama naik pesawat terbang meninggalkan Jakarta menuju Amsterdam. Ketika sang pramugari cantik datang menawarkan minuman, ia tidak mengacuhkan didikan dari kecil bahwa alkohol itu haram dan terbawa rasa penasaran memilih minum wine. Tak lama, perutnya terasa hangat dan kepalanya berputar. Tiba-tiba ia berhalusinasi Ustaz Arifin Ilham muncul berceramah di semua layar televisi pesawat. Ia kemudian pingsan hingga saat makan berikutnya. Sialnya, pengalaman pertama nahas tersebut tidak membuatnya kapok untuk mencoba minuman beralkohol lainnya.
Daus juga mengalami dilema yang serupa. Ironisnya, sejak pertama tiba di Belanda, Daus justru berniat ingin mencoba segala hal yang katanya dosa itu. Kapan lagi" pikirnya. Di sini gue bukan cucunya Pak Ustaz, bukan anak Betawi, bukan juga karyawan Depag. Gue cuma Daus, pelajar biasa, manusia yang tak luput dari dosa!
Sayangnya, niat Daus untuk mencicip kenikmatan duniawi itu hingga kini belum terlaksana. Ada saja penghalangnya. Mulai dari kehabisan bir sampai kehabisan duit, minuman tumpah sampai minuman yang direbut. Sampai sekarang, Daus belum sempat mencicip setitik alkohol pun di negeri Belanda. Daus
~216~ curiga ini akibat aji-ajian doa mujarab Engkong Ca a yang menjaganya agar tetap di jalan yang lurus. Tapi, malam ini, pada malam festival yang meriah, Daus sudah menguatkan tekad untuk merasakan tegukan bir pertamanya.
Daus" tanya Lintang seraya melihat Daus yang entah kenapa terlihat gugup.
Hmmm ... apa, ya" Daus berkata bimbang. Kita pesen cola, Tang, potong Rendi, disertai anggukan dari Martin.
Oke, gue ke bar dulu, ya. Gue pesen ....
Daus baru membuka mulut hendak memesan bir, ketika menyadari Lintang sudah tak berada di hadapannya. Ternyata, Lintang sudah merangsek ke meja bar yang penuh pengunjung dan meneriakkan pesanannya kepada bartender, suara cemprengnya bersaing dengan entakan musik keras yang keluar dari sound system.
Drie glasje cola, drie beer met een ice thee! teriak Lintang dalama bahasa Belanda sederhana.
Tangan sang bartender membentuk corong dekat telinga, dan ia berteriak:
Wat zeg je?"" I CAN T HEAR YOU!!!
ICE TEA!!! Lintang pun membalas teriakan itu
~217~ dengan nada dua oktaf dan tiga desibel lebih tinggi. Ooo ... Okay!!!
Tak lama kemudian, muncul seorang pelayan yang datang dengan baki besar berisi gelas-gelas minuman.
Bir untuk Geri, Banjar, dan Wicak. Cola untuk Rendi dan Daus! kata Lintang sambil membagi pesanan dengan sigap.
Oh ... gue dipesenin cola juga, ya, Tang" tanya Daus sedikit menyesal.
Lho, iya, kan" Tadi kata Rendi, kalian pesan cola ....
Ehm ... iya, iya. Makasih, ya ..., balas Daus cepat untuk menutupi penyesalannya. Aji-ajian Engkong Ca a manjur bener!
Setelah bersulang, Lintang meneguk pesanannya dengan cepat. Rasa haus memang membuatnya laksana kuda nil yang tersesat di padang pasir 4 . Tak lama kemudian, Rendi bertemu dengan Bram, sang pemilik bar, yang lalu mengajaknya bergabung dengan teman-teman mereka yang lain.
Saat sedang seru-serunya mengobrol, Banjar tibatiba melihat gelagat aneh pada diri Lintang. Dimulai dengan pandangannya yang mulai kosong, lalu diikuti dengan muka yang berubah menjadi pucat pasi dan diam seribu bahasa bagaikan Bruce Banner
~218~ yang sedang berubah wujud menjadi Hulk.
Banjar memegang bahu Lintang dan dengan pandangan khawatir berbisik pelan, Tang, lo masuk angin, ya"
Tanpa menjawab, kepala Lintang ambruk menuju meja.
Loh ... Lintang?"" Daus dengan panik berdiri menahan tubuh Lintang agar tak roboh ke samping.
Banjar yang sudah memperhatikan sejak sepuluh detik yang lalu dengan sok tahu berkata, Tenang ... tenang ... dia nggak apa-apa, kok. Capek aja paling. Lalu, ia menyalakan sebatang rokok dan mulai menepuk-nepuk pipi Lintang yang memerah.
Tang, Tang ... ada apa, Tang" tanya Geri sembari menepuk-nepuk pipi Lintang juga.
Sambil mengangkat kepalanya, Lintang mendesis lirih, Hemmm ... nggak apa-apa ... gue cuma puuusiiiiiing. Ia lalu menjatuhkan jidatnya kembali ke meja.
Lo minum, ya" selidik Banjar yang curiga melihat merah di pipi Lintang sudah menyebar ke seluruh wajah.
Enggak, gila aja. Gue cuman minum ice tea pesenan gue.
Mana gelas lo?"" tanya Geri yang sudah kadung
~219~ curiga. Geri mengangkat gelas bekas minuman Lintang dan mengendus-endus dengan saksama. Kok bau alkohol, sih" Ini bener gelas lo, Tang" Lintang melirik tak berminat lalu mengiyakan.
Kayaknya bartender-nya salah ngasih minum. Dari baunya, ini mah Long Island Ice Tea, tukas Geri perlahan.
Rupanya meneer bartender tidak jelas mendengar pesanan Lintang. Dengan yakin ia menyajikan Long Island Ice Tea, campuran teh manis dan liquor keras.
Wicak meradang dan menyalahkan mereka semua yang tidak membantu Lintang memesan minuman. Bahkan, Geri pun tak luput dari sasaran kemarahan Wicak. Menurutnya, Geri semestinya bisa melihat perbedaan itu sebelum Lintang meminum habis isi gelasnya. Keempat pria itu langsung berdebat dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk satu sama lain.
Udah ... udah ... kok, kalian malah ribut" Gue udah baikan, kok, bisik Lintang sebelum kembali tumbang.
Geri, Wicak, Daus, dan Banjar pun bergegas menggotongnya keluar agar Lintang mendapat asupan oksigen memadai. Rendi yang melihat peristiwa itu segera mengemas jaket kulitnya dan
~220~ dengan penuh rasa setia kawan menyarankan agar Lintang segera diangkut ke apartemennya.
Walhasil kemeriahan malam itu ditutup dengan keempat pria Aagaban menggotong Lintang keluar dari bar. Dalam perjalanan, Lintang dua kali memuntahkan semua yang ia telan sejak siang tadi. Benar-benar pengalaman minum alkohol pertama yang mengesankan.
Nun jauh di belahan bumi bagian timur, ibu Daus baru saja selesai menunaikan shalat Subuh. Tak lupa ia panjatkan doa untuk keselamatan anak kesayangannya yang sedang belajar di luar negeri, sambil berharap doa sapu jagat yang dulu pernah dibisikkan Engkong Ca a sewaktu Daus lahir masih setia melindungi dan menjaga Daus di mana pun dia berada.
Pada saat yang sama, terpaut ribuan mil, seorang Firdaus sedang terengah-engah membantu menggotong tubuh lemas Lintang ke apartemen Rendi. Dalam hati ia sempat membatin, Ternyata, aji-ajiannya Engkong ada hikmahnye juge!
Keesokan harinya, Lintang terbangun oleh teriakan Daus yang berdiri terbungkuk-bungkuk di depan toilet. Sambil memegangi perut, Daus mengetuk pintu toilet keras-keras, meminta Wicak secepatnya
~221~ keluar. Tiba-tiba Geri menghalangi jarak pandang Lintang sambil tersenyum dan memegang keningnya perlahan.
Sudah sadar, Tuan Putri" Masih pening" Huaaahhh ... jam berapa, Ger" Meski masih terhuyung-huyung, tetapi ia senang mendengar Geri memanggilnya Tuan Putri. Pipinya menghangat, lalu pelan-pelan memerah.
Udah jam sepuluh pagi. Lo tidur nyenyak banget sampe kita nggak tega bangunin supaya lo ganti baju.
Whaaat"! Oh my, no! Hahaha ... makanya, lo gue panggil Tuan Putri. Udah, ganti baju dulu, gih.
Seusai berganti pakaian, Lintang bergabung dengan Wicak dan Banjar yang sejak tadi berkumpul di meja makan. Semua senang melihat Lintang yang tampak hampir pulih dari kejadian semalam. Geri beranjak ke dapur dan kembali sepuluh menit kemudian dengan sebaki sarapan berisi omelet telur, volkoren (roti kering), dan mentega untuk Lintang. Tindakan yang membuat Lintang semakin jatuh hati.
Mau kopi atau teh, Nanda" tanya Geri. Pada saat yang bersamaan, dari sakunya, Wicak mengeluarkan sebungkus jamu tolak angin yang langsung
~222~ diserahkannya kepada Lintang. Barang langka yang membantu Wicak melewati musim dingin ganas di Belanda.
Teh aja, Ger, nggak pake gula. Lalu, ia memeriksa bungkusan dari Wicak. Dibolak-baliknya bungkusan itu sambil berpura-pura membaca komposisi bahan-bahan di dalamnya. Melihat gelagat kurang yakin akan kemanjuran jamu andalannya itu, Wicak menerangkan panjang lebar khasiat bahanbahan tradisional yang terkandung di dalamnya.
Pengetahuan Wicak seputar khasiat tanaman tradisional bahkan lebih canggih daripada sales jamu itu sendiri. Padahal, Lintang sesungguhnya berbuat demikian hanya untuk menyembunyikan salah tingkahnya atas perbuatan Geri yang sangat memanjakannya. Lintang sibuk mengangguk-angguk mendengar penjelasan Wicak yang hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Gue mabuk, ya, semalam" Gue nggak inget apaapa. Pertanyaan itu dilemparkan Lintang kepada Banjar yang duduk di ujung meja.
Iya, lo sampai muntah dua kali terus nggak sadar. Untung lo bareng kita, kalau nggak, biasanya udah diisengin orang, jawab Geri yang masih berdiri di sampingnya. Sial, Geri malah mengusap-usap
~223~ kepalanya sambil menjawab pertanyaan Lintang. Pipi Lintang yang sudah bersemu merah tambah terbakar jadinya.
Duh, malu-maluin banget. Gue ngigau apa" tanyanya malu-malu. Ia bersumpah samar-samar ingat dirinya menceracau.
Hmmm ... iya. Hahahaha, ngapain lo manggilmanggil nama gue terus"
Hah" Serius" ujar Lintang kaget. Pipinya memerah menahan malu.
Hahaha ... nggak, kok ... gue bercanda. Lo manggil-manggil mami lo! Udah, makan gih roti sama omelet-nya. Gue mau bikin teh dulu.
PHEW! Lintang menarik napas lega. Terima kasih, Tuhan, telah menyelamatkan hamba-Mu ini dari situasi memalukan!
Ger, sekalian ya, gue mau kopi pake gula dikit! suara fals Banjar dari ujung meja membuyarkan khayalan Lintang.
Heh! Bikin sendiri, dong! protes Lintang kesal sambil melemparkan bungkusan jamu di tangannya.
Kalau mau kopi, sudah ada di dapur. Tadi saya bikin untuk kita semua. Mau saya ambilkan" Kamu pakai gula atau tidak" Rendi masuk ke ruang makan sambil tersenyum manis ke arah Banjar.
~224~ Eh ... uh .... Makasih, Ren. Biar gue ambil sendiri, jawab Banjar sambil melempar pandangan dendam kepada Lintang yang sedang cekikikan. Ia lalu berlari menyusul Geri ke dapur dan mengambil kopinya sendiri.
Aduh, kapok, deh, party sama kalian. Lihat akibatnya, gue sampai nggak sadar digotong pulang! komentar Lintang malu-malu sambil menyeruput teh hangat buatan Geri.
Tapi, kalau sekadar jalan bareng belum kapok, kan" Kan, lo masih ada utang janji mau datang ke Wageningen minggu depan" tagih Wicak.
Iya, tenang aja, Cak. Gue pasti datang, sahut Lintang. Daus dan Banjar mengernyitkan dahi dan langsung menyemburkan protes.
Eh, kok, nggak ngajak kite" Lintang doang yang diundang" sergah Daus.
Oncol-oncol, kan, tinggal Lintang yang belum pernah gue ajak tur Wageningen. Ngapain gue kasih tur ke lo dua kali" tukas Wicak. Banjar dan Daus mendengus dongkol. Wicak tersenyum puas. Dia senang punya alibi kuat untuk jalan berdua dengan Lintang. Beberapa minggu silam, kebetulan Banjar dan Daus sudah memenuhi undangan Wicak ke Wageningen. Kala itu, Lintang tiba-tiba berhalangan
~225~ hadir karena ada acara dengan Jeroen, pacarnya.
Hehehe, sekakmat buat gue! pikir Wicak senang. Jarang-jarang ada kesempatan emas untuk jalan berdua Lintang tanpa direcoki teman-teman yang lain.
Di Belanda, kita akan puas menikmati berbagai cultural event yang unik dan tersohor seantero dunia. Selain Karnaval Maastricht, event lain berikut juga menarik untuk disaksikan!
1. Koninginnenacht/Koninginnedag (Hari Ulang Tahun Ratu), hari nasional setiap 30 April. Pada malam sebelum ulang tahun Ratu (Koninginnenacht), digelar panggung musik, pesta, dan beberapa permainan khas Belanda di berbagai kota besar. Pagi harinya (Koninginnedag), di istana kerajaan Den Haag, Ratu dan keluarga kerajaan akan keluar istana untuk menjumpai rakyatnya, diiringi pawai. Di kota-kota besar, terutama Amsterdam, diadakan perayaan berupa panggung musik dan berbagai jenis pertunjukan gratis. Istimewanya lagi, pada hari itu kita diperbolehkan berdagang barangbarang bekas dengan membuka lapak di pinggir jalan. Rakyat Belanda akan tumpah ruah ke jalan menggunakan berbagai aksesori berwarna oranye, warna nasional Belanda.
2. Summer Carnaval (Karnaval Musim Panas). Parade
~226~ besar mirip Mardi Gras di Brazil yang diselenggarakan di Kota Rotterdam, dengan berbagai tari-tarian dan kostum ala Karibia. 3. Heineken Dance Parade. Sebuah parade tarian bebas besar-besaran yang juga berlangsung di Rotterdam. Dari namanya, sudah ketahuan siapa sponsornya.
4. Northsea Jazz Festival. Event musik jaz kondang yang sudah menjadi agenda musik dunia. Sejak 2006, event ini digelar di Rotterdam setelah sebelumnya mengambil venue di Den Haag. Ribuan pemain jaz dunia mengisi event tiga harian ini. Beberapa nama kondang di blantika jaz Tanah Air, seperti Bubi Chen, Dwiki Dharmawan, Bill Saragih, Indra Lesmana, hingga Melly Goeslaw, konon pernah memeriahkan event ini. Oh ya, Northsea Jazz Festival biasanya dilaksanakan pada Juli setiap tahunnya.
5. Gay Parade. Inilah event terbesar bagi kaum gay se-Eropa bahkan sedunia. Biasanya berlangsung pada Agustus setiap tahunnya. Pada hari perayaan ini, mereka akan melakukan parade sepanjang kanal Amsterdam dengan berbagai kostum yang mencolok .
6. Taman Bunga Keukenhof (akhir Maret hingga akhir Mei). Ini adalah pameran bunga akbar milik Belanda. Ribuan jenis bunga beraneka warna (kabarnya mencapai hingga tujuh juta batang bunga) ditanam dalam pola warna-warni
~227~ membentuk permadani bermotif di areal taman yang sangat luas.
7. Pasar Keju Tradisional di Alkmaar (Alkmaar Kaasmart, April dan September). Satu-satunya pasar keju yang masih mempertahankan ritual perdagangan keju tradisional, terdapat di Kota Gouda. Atmosfer pasar keju di Belanda zaman dulu terasa kental dengan para pedagang berkostum tradisional dan menggotong ratusan roda keju yang dilelang dengan pikulan di tengah lapangan. Kegiatan ini biasanya berlangsung setiap hari Jumat kala musim panas.
8. Rotterdam Marathon (hari Minggu terakhir April). Para pencinta olahraga pastinya sayang melewatkan ajang lari terbesar nomor tujuh di dunia ini. Memang, ada juga Amsterdam Marathon yang menempati peringkat kesepuluh, tapi kemeriahan dan keingarbingarannya tidak bisa menyamai ajang serupa di Rotterdam.
9. Landgraaf Pinkpop Festival (awal Juni). Pinkpop adalah festival musik panggung terbuka paling terkenal di Belanda. Festival yang dibuat serupa dengan Woodstock ini berlangsung selama tiga hari, menampilkan penyanyi dan band papan atas dunia, dan dihadiri oleh lebih dari 60.000 orang setiap tahunnya.
10. Leiden Ontzet, hari pembebasan Kota Leiden. Di bab sebelumnya sudah sedikit disinggung. Jelas, event ini sayang untuk dilewatkan. Bagi yang ingin
~228~ mabuk makan ikan haring mentah, jangan sampai tidak hadir di Leiden pada 3 Oktober. Bisa juga jadi alasan valid untuk berpesta bersama para mahasiswi Leiden yang terkenal cantik.
1 Rabu Abu adalah hari pertama masa pra-Paskah. Ini terjadi pada Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung. Pada hari ini, umat yang datang ke gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual kuno ketika seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan, dan pertobatan. Dalam Mazmur, penyesalan juga digambarkan dengan memakan abu : Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan. Biasanya, pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan Bertobatlah dan percayalah pada Injil. . 2 Oktoberfest konon bermula dari peringatan pernikahan Crown Prince Ludwig (kemudian King Ludwig I) dan Princess Therese of Saxe-Hildburghausen, yang dilaksanakan kali pertama di Munich, pada 18 Oktober 1810. Festival ini kemudian dilaksanakan secara reguler setiap tahun selama dua mingguan, pada akhir September sampai awal Oktober. Festival ini merupakan salah satu acara paling terkenal di kota ini dan juga merupakan festival terbesar di dunia dengan sekitar enam juta pengunjung setiap tahunnya. Bir merupakan pusat perhatian utama dalam festival ini, dan pembukaan festival ditandai oleh pembukaan tong bir oleh Wali Kota M"nchen dengan mengatakan O zapft is! (Telah dibuka!). Ya ampuuun & . 3 Tampaknya kemampuan orang Indonesia untuk ngeles dan berkelit datang dari Belanda juga!
~229~ 4 Bukannya unta kalau di padang pasir" Suka-suka kita, dong ....
~230~ Utrecht Sedikit flashback. Us, lagi ngapain, Us. Banyak bener kertas-kertas lo siapin" Engkong Narjih bertanya kepada Daus. Engkong Narjih adalah sahabat dekat Engkong Ca a. Ia juga guru mengaji Daus semasa kecil. Engkong Narjih sedang lewat di depan teras rumah keluarga Daus.
Ini lagi ngurus beasiswa, Kong. Daus mau sekolah ke luar negeri, balas Daus sembari menghentikan sejenak kegiatannya. Daus mencium tangan si engkong, pertanda khidmat seorang murid kepada mantan gurunya.


Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wah, bagus. Udah lengkap semua" Apa yang kurang" Entar Engkong bantu. Akta kelahiran udah beres" Kalau belum, entar Engkong hubungin si Samin! Die, kan, sekarang di catatan sipil. Masih pamili kite juga, Us.
Kalau itu udah, Kong. Sekarang lagi pusing minta rekomendasi.
Rekomendasi" Iya, sepucuk surat dari orang berpengaruh,
~231~ terhormat, atau terkemuka di negeri inilah istilahnya, yang bisa cerita kenapa ane dianggap layak untuk memperoleh beasiswa, gitu, Kong.
Katebelece gitu" Lha, ya, bukan. Lain! Kalau itu mah buat jebolin proyek. Ini buat sekolah. Sistemnya orang bule itu, rekomendasi orang terhormat sangat-sangat dipertimbangkan, tutur Daus dengan wajah puyeng.
Engkong Narjih ikut-ikutan berpikir keras. Biarpun Daus suka bolos ngaji semasa kecil sehingga tangannya sering bengkak kena gebuk, Engkong Narjih tahu persis Daus adalah anak yang cerdas.
Ah ya, Engkong tahu ada kiai yang bisa bantu! Entar Engkong telepon Kiai Durrahman. Dulu temen Engkong nyantri, ujar Engkong Narjih dengan semangat menyala-nyala.
Lha. Kiai sape, Kong" Ane nggak mau masuk pesantren. Ane mau sekolah ke luar negeri! Giliran Daus yang bengong. Apa hubungannya sama kiai" Kiai siapa, sih"!
Udah, lo diem aja, Us. Tenang ama doa. Engkong mau ngubungin itu kiai. Kayanya telepon rumahnya nyelip di peci Engkong yang satu. Lamlekum! pamit Engkong Narjih berlalu.
~232~ Waalaikumsalam. Daus hanya bengong menatap Engkong Narjih dari kejauhan. Geleng-geleng kepala sebentar lalu kembali meneruskan kesibukannya.
Keesokan harinya, Daus menarik kesimpulan sederhana. Niat Engkong Narjih mungkin mulia, berusaha menemui kiai terpandang lalu minta agar Daus didoakan biar dilapangkan jalannya oleh Yang Mahakuasa.
Hingga suatu hari, HP Daus mendapat panggilan dari sebuah private number. Dengan keheranan Daus menjawab HP-nya.
Dengan Saudara Firdaus Gojali" Sebuah suara bariton terdengar dari speaker HP.
Eh ... ehm ... benar. Maaf, dengan siapa saya bicara" Daus tergagap. Tak biasanya ia menerima panggilan resmi seperti itu kecuali untuk wawancara kerja.
Saya Al Zastrouw, sekretaris pribadi Bapak Presiden. Apakah Anda bisa datang besok pagi jam sembilan ke Binagraha" Presiden ingin bertemu Anda.
Daus shock. Tangannya mencari-cari sandaran. Keesokan harinya, Daus datang mengenakan seragam PNS. Meski pertemuan itu hanya memakan
~233~ waktu sepuluh menit, tapi sangat berkesan baginya.
Hoalah, iki to, muridnya Kiai Santarji dari Prumpung yang mau sekolah ke luar negeri! sambut Presiden membuka percakapan. Gimana kabarnya Kiai Santarji" Sehat to" Masih suka lari pagi dia"
Siapa yang menyangka kalau kiai yang disebutsebut Engkong Narjih adalah Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, presiden Indonesia keempat. Sang engkong rupanya berkawan akrab dengan Gus Dur sewaktu sama-sama jadi santri di Tebu Ireng puluhan tahun silam.
Berkat pertemanan semasa kecil sang engkong, Daus berhasil mengantongi surat rekomendasi yang teramat sakti, lengkap dengan logo garuda emas di kop surat dan tanda tangan langsung Presiden Republik Indonesia.
Awal Maret di Belanda, udara musim semi masih dingin menggigit. Daus mengayuh sepedanya, sebuah sepeda tua berkelir hitam, tapi sudah dilengkapi gir tiga percepatan. Saat Daus tahu dirinya akan punya kesempatan menaiki sepeda kembali setelah lima belas tahun lamanya, ia langsung bertekad untuk mencari sepeda ontel tua. Sepeda
~234~ klasik mirip tunggangan Mang Miun tukang siomay langganannya di ujung Gang Sanip. Maklum, kali terakhir bersepeda adalah zaman demam mountain bike merek Federal semasa SMP dulu.
Daus menelusuri jalan utama Oudegracht. Di kiri dan kanan jalan berderet toko-toko khas Belanda. Pemandangan keseharian seperti ini selalu berhasil membuat Daus optimis. Beberapa bulan yang lalu, ia sekadar PNS biasa, dengan rutinitas bersepeda motor butut pulang-balik Jatinegara Lapangan Banteng. Kini, belasan ribu kilometer dari kampung halaman, ia mengayuh sepedanya dengan bahagia meski harus menempuh jarak empat puluh kilometer pulangpergi setiap hari.
Daus melepas pegangan setangnya sejenak untuk menyisir rambut cepaknya dengan jemari tangan. Melihat rombongan sepeda yang datang dari arah berlawanan, tangannya kembali memegang setang, penuh konsentrasi. Dengan lincah sepedanya berliuk di antara sepeda-sepeda lain. Sesekali bel kecilnya berdering nyaring, memberi peringatan kepada sepeda lain. Di persimpangan, ia menikung lagi ke Jalan Janskerkhof. Tepat di Drift 13, ia menghentikan laju sepedanya. Di hadapannya, sebuah gedung tua bergaya klasik berdiri gagah,
~235~ lengkap dengan menara tinggi berhiaskan jam besar berlapis emas.
Daus lalu menuntun sepedanya ke lokasi parkir di tepi kanal. Setelah menemukan spot kosong di antara dua sepeda jangkung, perlahan-lahan dikeluarkannya dua buah rantai sepeda. Rantai pertama yang sangat ramping melilit di bawah sadel, satunya lagi yang berukuran jumbo melilit di rangka sepeda. Bentuknya mengingatkan Daus akan rantai kapal yang cuma bisa putus oleh gigitan buto ijo. Dengan sigap ia mengunci sepeda jadi satu dengan pagar besi yang membentang di sepanjang kanal. Pagar itu tak pernah sepi dengan sepeda yang parkir tak beraturan.
Sepeda adalah transportasi nomor satu di Belanda yang tidak rentan oleh gejolak harga minyak dunia dan pastinya ramah lingkungan. Berikut beberapa kiat seputar sepeda dan pernak-perniknya yang bisa bermanfaat kalau ingin hidup di Negeri Kincir Angin. 1. Sepeda salah satu benda pertama yang harus dibeli setelah tiba di Belanda karena akan menghemat drastis lembaran euro-mu. Mengandalkan bus dan trem belum tentu efektif karena banyak jalan kecil di Belanda yang hanya bisa dijangkau dengan bersepeda atau jalan kaki.
~236~ Kecuali jika jarak tempuh cukup jauh atau cuaca seperti mau kiamat, baru bus dan trem terpaksa jadi pilihan utama. Lagi pula, enak, kan, bisa sekalian berolahraga sambil menghirup udara segar di Belanda"
2. Kecuali kita memiliki anggaran tak terbatas, cukup investasikan uang untuk membeli sepeda bekas. (Lah, kalau banyak uang ngapain naik sepeda" Beli aja motor atau mobil sekalian, hihihi). Ya! Dengan tingkat pencurian sepeda yang tinggi, tak perlu membeli sepeda baru yang selisih harganya cukup untuk berlibur ke Paris. Sepeda bekas yang cukup bagus dengan harga murah akan meredam sakit hati jika maling menggondol sepeda kita.
3. Biasanya, sepeda bekas yang dibeli resmi di toko sepeda bekas, atau via tangan pertama, harganya berkisar 40 80 euro. Ada juga pilihan membeli secara gelap di dekat stasiun-stasiun kereta. Harganya memang jauh lebih murah, mungkin cuma 10 30 euro. Tapi perlu diingat, ada kemungkinan sepeda semurah ini barang curian. Kalau tertangkap tangan sedang melakukan transaksi membeli sepeda curian, atau kalau ada orang lain yang dapat membuktikan bahwa sepeda itu adalah barang curian, bersiaplah menanggung konsekuensi hukumnya!
4. Kalau membeli sepeda di toko sepeda bekas, biasanya kita juga akan ditawari tambahan yang menarik: asuransi sepeda. Asuransi ini biasanya
~237~ berupa sebuah gembok tanam di sepeda, dengan satu mata kunci. Kalau sepeda kita dicuri, tinggal membawa kunci dan tanda pembelian sepeda tersebut ke toko asal, yang akan memberi penggantian sejumlah uang tertentu. Lumayan, kan"!
5. Investasi berikutnya adalah membeli gembok sepeda. Kadang, gembok bagus harganya bisa lebih mahal daripada sepedanya sendiri. Tapi, daripada nangis bombai karena gembok murahan kita dibongkar maling" Belilah minimal dua buah gembok sehingga lebih aman. Lagi pula, maling juga bisa terenyuh melihat sepeda bergembok dobel. Dalam hatinya dia pasti berpikir, ini orang pasti kere, sepeda murahan aje gemboknya segede gaban. Sampe dua biji malah!
6. Jangan lupa berbelanja aksesori sepeda. Yang paling penting tentunya membeli lampu sepeda, kalau sepeda Anda memang belum dilengkapi lampu. Bersepeda malam hari tanpa lampu depan dan lampu belakang adalah alasan valid polisi untuk menjatuhkan denda sebesar 25 euro! Tak kalah penting adalah kantong sepeda (saddle bag) untuk membawa barang-barang belanjaan, juga peralatan menambal ban. Dengan harga jasa tambal ban yang cukup mahal, sangat bijaksana untuk belajar jadi tukang tambal ban sendiri. Jadi, berlatihlah! Nah, kalau sudah bisa menambal sendiri, tak ada salahnya juga bermodal pompa
~238~ sepeda mini. Emangnya mau tiup ban sendiri"
7. Jangan lupa patuhi semua peraturan bersepeda, serta rambu-rambu dan lampu lalu lintas. Di negeri ini, sepeda punya jalur sendiri, seperti busway di Jakarta. Jadi, harkat dan martabatnya setara dengan kendaraan lain. Dan, pelanggaran lalu lintas dapat dikenakan denda serius.
Dengan lincah Daus menapaki tangga gedung. Di depan pintu, ia lalu menyorongkan tas ranselnya. Lampu sensor menembus lapisan tipis tas Daus dan membaca barcode yang tertera di kartu akses masuk kampus. Pintu di hadapannya kemudian terbuka otomatis.
Hoi .... Morgen! Daus menyapa sang resepsionis dengan ramah.
Halo, Erick, Daus menyapa sang janitor penunggu LLM room Utrecht Universiteit yang ramah. Om Erick ini sudah sepuh. Ia sangat akrab dengan anak-anak Indonesia dari tahun ke tahun. Istrinya malah masih berdarah Sunda.
Kemudian, Daus memasuki LLM room. Fasilitas istimewa ini disediakan Universitas Utrecht khusus bagi para mahasiswa LLM, alias mahasiswa pascasarjana hukum. Di sini, mereka bisa memakai 6
~239~ komputer flat screen untuk belajar dan jatah print hingga 1.000 lembar per bulan. Dilengkapi dengan 3 ruang meeting, 2 sofa empuk, 25 locker, dan 1 coffee machine, ruangan ini tidak kalah dengan executive lounge di bandara. Bonusnya adalah pemandangan indah yang menghadap ke jalan.
Bagi orang seperti Daus yang tidak bisa konsen belajar di kamar karena terkesima dengan internet yang supercepat yang menggodanya untuk menghabiskan waktu dengan unduh sana sini, inilah tempat yang tepat untuk belajar serius. Fungsi lainnya tentu saja untuk bersosialisasi dengan sesama international students. Mempererat relasi untuk masa depan.
Di pintu masuk, Daus berhenti sejenak, lalu nyengir mengagumi sebuah tulisan yang terpampang, Dear student, please do not smoke inside . Inilah mahakarya kelakuan norak Daus pada bulanbulan awal kuliah. Kala itu, hujan lebat membuatnya nekat merokok dekat pintu belakang yang terbuka sehingga asap keretek yang tajam masuk ke ruangan gedung dan menciptakan kegaduhan.
Di LLM room terlihat dua rekan sekelasnya yang telah datang sejak pagi buta untuk mengetik paper, Alberto dari Peru dan Aimable asal Rwanda.
~240~ Melihat kedatangan Daus, Alberto yang memiliki wajah mirip Erick Estrada 1 langsung menyambut ramah. Saat bersalaman, Daus mengucapkan sapaan khas latino.
Hola Alberto, como esta" Daus menyapa dengan satu-satunya kalimat bahasa Spanyol yang dihafalnya, yaitu Apa kabar" .
Muy bien! (Baik!) sahut Dora the Explorer, eh Alberto.
Ia memberi sapaan yang sama kepada sobatnya dari Rwanda, tapi kini dalam bahasa Afrikaans.
Jambo, Daus berujar seraya berjabat tangan yang dilanjutkan dengan saling membenturkan dada, mirip potongan adegan video klip Gangsta Paradise.
Setelah adegan teatrikal tadi, Daus beringsut menuju locker-nya, mengambil setumpuk dokumen dan buku-buku hukum yang tebalnya tidak kepalang tanggung. Tak lupa diambilnya juga ransum camilan dan kopi instan. Setelah seluruh perlengkapan perang -nya terkumpul lengkap di atas meja, barulah ia duduk tenang di depan komputer.
Dari buku catatan Daus menyembul selembar postit berwarna merah jambu yang bertuliskan target hari ini : membaca 5 artikel ilmiah di jurnal, 2 bab
~241~ buku referensi, dan 10 kasus European Court of Human Rights. Amunisi penting untuk makalah tugas kuliah yang deadline-nya semakin dekat. Sudah seminggu ini Daus stagnan di lembar ketiga.
Setelah berkutat setengah mabuk selama dua jam tanpa henti, buku catatannya mulai terisi penuh. Di layar komputer masih terbuka 5 windows penuh informasi dari perpustakaan United Nation, Peace Palace Library, dan US Library of Congress. Yang paling penting, paper sudah menunjukkan progres membanggakan ... tambah setengah lembar!
Dengan skor sementara tiga setengah lembar zonder revisi dari target sepuluh lembar paper, Daus merasa sudah saatnya membuang kepenatan dengan menghadiahi dirinya chatting sebentar. Blokir semua program chatting seperti YM dan MSN Messanger yang diterapkan pihak universitas ternyata tidak mempan bagi Daus. Tak lama, ia sudah membuka meebo.com, sebuah situs favorit jika komputer yang Anda gunakan tidak ter-install YM. Sambil melongok kiri-kanan khawatir kalau-kalau ada yang memperhatikan, langsung ia login dengan status: fully loaded scientific headache.
Semua gang Aagaban sayangnya sedang offline. Untuk menghabiskan waktu, Daus melayani
~242~ pertanyaan garing seorang teman SMA.
Us, seru nggak di sana" Lihat salju, nggak" Enak, deh, gimana supaya bisa ke sana" Rasanya setiap kali online, selalu itu-itu saja topik pertanyaannya. Dalam sebulan, sudah tujuh belas kali pertanyaan 5W+1H seperti ini berulang, padahal Daus sudah sabar memberi jawaban secara detail. Untunglah, sebuah layar kecil yang dinanti tiba-tiba muncul, menyelamatkan Daus dari obrolan garing dengan teman SMA-nya.
starlight : Buzz! anak_gang_sanip : Hi dear! starlight : Jalih, besok sibuk nggak" anak_gang_sanip : Hmm" Besok" anak_gang_sanip : Cek agenda dulu ye. starlight : Belanda banget lo.
anak_gang_sanip : Hehehehehehe. anak_gang_sanip : Kenapa emangnye, Tang" starlight : Lintang mau ke Utrecht besok. anak_gang_sanip : Wuih agenda gue berubah
kosong tuh. starlight : Eh serius, sibuk nggak" anak_gang_sanip : Mau gue siapin kasur" starlight : Dodol!
~243~ anak_gang_sanip : Kok tumben ke Utrecht"
Kangen sama gue" starlight : Nggak, ada rapat PPI, buat
persiapan acara di Den Haag. anak_gang_sanip : Oh yayaya, gue denger tuh
dari milis anak Utrecht. starlight : Nah, lo anterin gue ya! Gue nggak
tahu tempatnya! anak_gang_sanip : Sip sip.
anak_gang_sanip : Beres kalau buat Lintang
mah! starlight : Lo ikut rapat juga, Us" anak_gang_sanip : Wah nggak, udah ada
kerjaan. Lagian gue rada males. starlight : Hehehe. Mana katanya PNS abdi
bangsa, masa males" anak_gang_sanip : Emang jadi abdi bangsa di
Indonesia belum cukup ye" Hehehe. starlight : Yasud, besok kita ketemuan ya! starlight : Mau jalan dulu nih.
anak_gang_sanip : Sip, entar malem kita
lanjutin planning besok. starlight : Doei, Daus! Tot ziens!
Tak terasa sudah pukul 19.00. Waktu berlalu begitu
~244~ cepat. Sang satpam mulai mengusir mereka dengan ramah. Anak-anak rajin, udah dulu, ya, besok lanjutin lagi. Istirahat gih sono, udah malem. Belajar jangan main kebut! Sekarang waktunya dugem. 2 Begitu kira-kira ucapan Jan, sang satpam berkumis. Ia lalu memastikan tidak ada barang-barang anakanak yang tertinggal, mematikan komputer dan lampu ruangan satu demi satu, sebelum meluncur pulang dengan sepedanya. Daus segera merapikan barang-barangnya, tapi bukan untuk bersiap pulang. Ia sadar pengorbanan yang harus ia lakukan untuk bisa sampai di negeri ini. Ia mengayuh sepeda di kegelapan malam menjauh sedikit dari arah ia seharusnya pulang.
LLM room boleh tutup cepat, tapi masih ada lokasi belajar kedua Daus. The grote bibliotheek alias perpustakaan besar di kampus Utrecht Uithof, rumah bagi fakultas-fakultas ilmu eksak dan medik. Kampus Utrecht Universiteit memang tersebar di berbagai penjuru kota, tidak terpusat di satu lokasi saja.
Sesuai namanya, inilah salah satu perpustakaan terbesar di Belanda dengan arsitektur dan dukungan teknologi yang jadi kebanggaan warga Utrecht. Perpustakaan modern ini dilengkapi dengan
~245~ komputer bermonitor LCD 19 inci dalam jumlah besar dan akses wi-fi. Koleksi buku-bukunya sangat lengkap. Sensor otomatis untuk keamanan membuat Anda tidak perlu menitipkan barang-barang gembolan di loker. Selain itu, ada juga ruangan beristirahat dengan bantal-bantal besar yang nyaman. Bangunan lima lantai ini sangat ideal untuk keperluan riset dan belajar.
Daus segera menuju lokasi favoritnya yang belum terisi orang. Dengan sigap ia membongkar ransel dan mengeluarkan beberapa dokumen penuh stabilo di sana sini. Tak lama kemudian, ia menyalakan monitor komputer di depannya dan menenggelamkan diri sampai bergema pengumuman tanda berakhirnya jam operasional pukul sebelas malam. Kegigihan luar biasa bagi Daus, yang timbul seiring kesadarannya bahwa tidak mungkin gelar LLM dapat direngkuh tanpa pengorbanan.
Lintang keluar dari kereta. Ini kali pertama ia bertandang ke Utrecht meski sebelumnya sudah pernah mendarat sekadar untuk transit pindah kereta.
Dauuussssss! Lintang berteriak rada gokil
~246~ memanggil sosok culun yang celingukan menunggu di bawah papan biru jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta.
Wei. Daus mengerjap melihat sosok Lintang yang menghambur mendekatinya. Masih agak mengantuk.
Lintang menyapa dengan ciuman pipi tiga kali khas Belanda, kanan-kiri-kanan, pertanda pertemuan hangat dua sahabat. Daus merasa completely wake up sekarang.
Flashback lagi. September tahun lalu adalah kali pertama bagi Daus, anak kampung belakang showroom kendaraan Jepang jalan raya Jatinegara dekat Penjara Cipinang yang kalau malam berubah menjadi lokasi prostitusi, menjejakkan diri di Belanda.
Singkat kata, ia sedang berdiri di Stasiun Kereta Utrecht Centraal untuk kali pertama. Ia menatap dalam kesendirian, menunggu Amim Nasima kembali dari toilet.
Siapa gerangan Amim Nasima" Sekali lagi berkat kehebatan Engkong Narjih, Daus dijemput oleh Amim Nasima yang tiada lain adalah cucu Kiai Nasima asal Surabaya, teman lama Engkong. Amim
~247~ sudah tujuh tahun sekolah di Utrecht. Ia berbinarbinar menerima bingkisan Daus berisi beberapa bungkus Dji Sam Soe.
Mas, fotoin gue, dong, buat entar gue kirim. Biar Emak-Babe tahu kalau gue udah nyampe dengan selamet. Daus menyodorkan kamera digital kreditan yang baru lunas dua bulan lagi. Amim dengan sigap meraihnya.
Daus pun bergaya dengan sweter, duduk kedinginan dengan dua koper gede di kiri-kanannya. Begitu onlen, ini foto langsung mejeng di Friendster! Demikian tekad Daus. Hati Daus bersorak, halaman Friendster miliknya sebentar lagi tak hanya memajang hasil scan foto 3 x 4 wajahnya.
Hoi ... Amim! Dua orang wanita berambut pirang menegur Amim yang baru saja kelar memotret Daus. Amim menengok.
Ah, Janneke en Marlees. Hoe gaat het" Amim menyambut ramah, kemudian melakukan ritual perdana yang disaksikan dengan mata kepala Daus: Amim cupika-cupiki tiga kali dengan kedua wanita itu. The man fashionably kissing the lady lightly on the cheek three times, right-left-right. Persis seperti bunyi buku panduan Culture Shock Guide yang dibagikan oleh Netherland Education Support Office pada saat
~248~ briefing, persisnya di halaman 5.
Met mijn vriend, just kom uit Indonesi" 3 , Daus. Daus tersenyum ramah, mengulurkan tangannya untuk salaman. For first time introduction, you can get by with shaking hands. Masih terngiang petunjuk dari buku yang sama dan halaman yang sama.
Daus, sebagaimana orang Betawi asli, terdidik untuk menghormati sopan santun adat setempat. Di mana langit dijinjing di situ adat dijunjung. Atau, Ikutin aje sopan santun di kampung orang! kata Pak RT, Wak Haji Sapei.
Dan, karena ia belum begitu paham dengan bahasa Belanda, ia berbahasa Inggris dengan fasih.
Hi, I m Daus, nice to meet you. Kedua bule menyambut ramah dengan bahasa Inggris juga. Benar juga itu buku petunjuk. As you will find out, almost everyone in this country can speak English. So you will never find any difficulties. Dari Buku Living in Holland, halaman 7. Masih fasih, maklum baru saja khatam di kursi pesawat.
Dengan celana jeans berwana gelap, sweter tipis abuabu berbalut jaket putih bertudung, penampilan Lintang hari itu cukup stylish di mata Daus. Mereka pun ber-hahahihi, saling bertukar obrolan kecil
~249~ seputar teman-teman terdekat mereka.
Eh, Us, bentar, ya, tukas Lintang saat Daus mengajak pergi dari stasiun.
Lha, pan situ katanye mau gue tunjukin keliling Utrecht sebelum ke rapat PPI" tanya Daus dengan kening berkerut, membuat wajahnya serupa bayi ikan dugong.
Hihihi, iya, tapi nunggu Dita dulu. Dia anak PPI Den Haag yang mau ikut bareng ke rapat. Oh, iya" Si Dita juga dateng"
Lah, emang lo kenal, Us" tanya Lintang. Kayaknya gue kenal. Kalau emang bener Dita yang itu, ya, Daus berkata dengan nada sok yang bikin Lintang penasaran.
Nah, ini dia dateng! Lintang melirik SMS yang baru muncul di layar HP.
Sesosok wanita berkacamata dengan bingkai merah muncul. Wajah lebar, murah senyum, mata sedikit sipit, dan rambut ikal sebahu dicat warna plum. Ia mengenakan jaket tipis berwarna merah dengan bordiran merek terkenal di saku kiri. Tas ranselnya pun berwarna senada. Begitu pula dengan sepatu ketsnya.
Heeey ... lady in red! teriak Lintang sambil melambai memanggil Dita.
~250~ Eh ada Daus. Dita beralih ke Daus setelah berpelukan dengan Lintang. Daus ikut bertegur sapa cupika-cupiki.
Kalian kenal dari mana" tanya Lintang bingung. Dalam berbagai chat session-nya dengan Daus, rasanya nama Dita tak pernah muncul.
Kite sama-sama jadi moderator milis StuNed. Penjelasan Daus ini membuat Lintang manggutmanggut, rupanya keduanya datang dari program beasiswa yang sama.
Dari dulu sejak konsolidasi anak-anak beasiswa sebelum berangkat, kita suka nongkrong bareng di Bakoel Koffie Cikini 4 , ujar Dita.
Lintang terheran-heran, Daus PNS sableng Departemen Agama sering ngopi bareng Dita, aktivis LSM garis keras" Kalau bukan gara-gara networking sesama pelajar Belanda, skenario tersebut belum tentu terjadi. Hmmm, sungguh menarik dunia ini.
Karena sudah waktunya makan siang, Daus mengajak mereka makan siang khas Belanda, sandwich. Daus kebetulan tahu tempat mereka dapat membeli sandwich yang enak dengan harga lumayan murah. Syarat penting lainnya adalah cukup nampol, alias ngenyangin perut Indonesia! Apalagi, di tengah bangsa yang sangat tidak menghargai kenikmatan
~251~ dan porsi makan siang untuk ukuran mereka.
Gerai sandwich tersebut terletak tepat di depan gedung Netherland Institute of Human Rights. Panini Italia mereka terkenal di kalangan mahasiswa Utrecht. Porsinya sangat besar, seukuran telapak tangan pebasket raksasa Shaquille O Neal. Isi roti berupa potongan ikan tuna, daging asap atau ayam panggang, dilelehi keju mozzarella, dan diapit roti panini tebal yang renyah saat dipanggang. Saking besar dan tebalnya, Anda bisa merasa bego setelah menghabiskannya 5 .
Daus memastikan mereka dilayani oleh istri si orang Italia pemilik gerai. Dia punya dua istri. Nah, istri yang orang Somalia ramah sekaleee! Dia pasti nanya daerah asal, sembari memberi bonus saus pesto atau cabai jalapeno. Mengingatkan Daus akan sosok Mpok Mindun, tukang gado-gado di samping pangkalan ojek depan gang rumahnya.
Daus memesan broodje vegetarisch, roti isi sayurmayur dan keju. Selain pasti halal, roti isi sayur tentu harganya lebih murah, tapi tetap mengenyangkan! Lintang mengikuti pilihan Daus, sementara Dita yang beragama Kristen lebih leluasa memilih roti isi bacon. Dengan panini terbungkus rapi di tangan, Daus kemudian mengajak kedua wanita itu ke salah
~252~ satu tempat makan siang favoritnya di Utrecht, di sebuah deretan bangku tepi kanal yang dilewati sampan dan kapal.
Keren, kan" Mirip film tempo dulu. Kita bagaikan kembali ke masa Mieke Wijaya dan Dicky Zulkarnaen pacaran .... Kata-kata Daus kontan menuai cibiran dan tatapan Please, deh! dari kedua temannya. Mereka pun berpiknik sembari menikmati pemandangan. Gigitan panini sesekali diselingi tegukan minuman paling hemat bagi mahasiswa, yakni botol aqua refill. Karena air keran bisa diminum, kita tinggal membawa botol minuman ke keran kamar mandi terdekat, dan mengisi ulang botolnya. Praktis, kan"
Mereka bertiga bertukar pandang seputar PPI dan permasalahannya. Dita mendominasi percakapan dengan menyemburkan ide-ide idealis pelajar Indonesia di negeri orang. Sementara Dita mengungkap keheranannya akan struktur organisasi PPI yang terkotak-kotak hingga sering kali menimbulkan perbenturan antarcabang, Daus dan Lintang sekadar mengiyakan sembari menganggukangguk. Rupanya efek kekenyangan panini telah membuat IQ mereka berdua turun beberapa poin, di bawah ambang batas kecerdasan lumba-lumba 6 .
~253~ Seusai makan, Dita berpamitan. Rupanya dia punya kencan dadakan dengan Pierre, pacarnya dari Belgia. Sebelum berpisah, Dita berjanji kepada Lintang untuk bertemu kembali saat pertemuan PPI.
Daus dan Lintang meneruskan perjalanan ke Utrecht Centrum, pusat perbelanjaan terbuka mirip Cihampelas Walk Bandung.
Ini apaan, Us" tanya Lintang menunjuk pada sebuah menara tua besar di pojok jalan.
Nah, ini Dom Tower! Landmark terkenal Kota Utrecht, Daus memberi penjelasannya sambil memainkan ujung tali jaketnya.
Dulunya gereja besar, tapi sebagian bangunan aslinya runtuh. Sisanya, ya, tinggal menara tinggi ini. Mau tahu mitosnya" Daus mengerling kepada Lintang. Lintang mengangguk polos sambil memandang kagum ke arah bangunan bertembok bata bersusun itu.
Dulu waktu kita semua anak-anak baru masuk Utrecht, welcoming committee mengajak menaiki tangga hingga ke atas. Sampai ujung kalau dihitung pake penggaris ada kali satu kilometer. Tangga nanjak cukup tinggi. Nah, katanya, kalau udah sampai atas, make a wish. Nah, your dreams shall come true.
~254~ Mau tes" goda Daus.
Nggak minat ah, Us. Udah bikin pegel, belum tentu kejadian!
Areal dalam menara tersebut menyimpan sebuah taman kecil tersembunyi, berisikan patung-patung gargoyle tua. Lintang sibuk merekam foto patungpatung monster bersayap tersebut dari berbagai sudut.
Puas berfoto, Lintang menantang Daus mencari objek foto yang lebih menarik.
Nggak ada yang lain selain bangunan tua" Kayaknya semua kota modelnya sama, bangunan tua lagi, bangunan tua lagi.
Daus terkekeh, Eh, ane belum puas nyiksa lo! Satu gedung lagi. Mereka beranjak ke gedung sebelah.
Yang dimaksud Daus adalah sebuah gedung tua berarsitektur cukup unik. Di depan gedung tersebut terdapat patung kuda yang ditunggangi sosok pejuang lokal dan sebuah bola batu cukup besar.
Wah, kalau yang ini apa, Us" Jam matahari, ya" Lintang yang penasaran mendekat ke monumen bola.
Nah, kalau ini monumen seni lambang Universitas Utrecht, Tang. Kayak matahari, kan"
~255~ Universitas Utrecht emang ibaratnye matahari yang memancarkan ilmu kepada kita semua. Nih, logo besarnya. Kalau gedungnya, disebut Academiegebouw. Biasanya cuma dipake buat upacara penting, misalnya defence disertasi doktor, lulus-lulusan, sama seminar internasional. Interiornya juga canggih, mirip ballroom istana Eropa.
Cool, komentar Lintang singkat. Ia berpose menduduki sang bola raksasa, kemudian mengulurkan kameranya. Biasa, jadi banci foto.
Excuse me, would you mind taking a picture for us" Lintang tiba-tiba menodong seorang turis lewat untuk mengambil foto mereka berdua. Dengan sigap Daus menghampiri Lintang, mencari pose sempurna. Akhirnya, pilihan jatuh pada bersandar di batu bola ajaib dengan latar belakang Academiegebouw. Keesokan harinya, foto Daus berangkulan dengan Lintang di Academiegebouw telah muncul di Friendster dan Facebook, dan langsung mendapat komentar bernada cemburu dari para pemujanya di Tanah Air.
Saat melintas di depan Princehendriklaan, Lintang memperhatikan rumah bergaya minimalis yang dikerumuni serombongan turis lokal. Sang tour guide
~256~ sedang memberi penjelasan dalam bahasa Belanda yang membangkitkan rasa penasaran Lintang.
Emangnya rumah ini apa istimewanya, Us" Lintang kembali bertanya dengan intonasi bocah SD yang kali pertama diajak emak-babeh ke Museum Gajah.
Perasaan sama aja dengan rumah-rumah baru model townhouse di Jakarta. Warna-warni terus bentuknya kotak-kotak.
Justru itu istimewanya! Ngelihat modelnya, lo nggak bakal nyangka, kan, kalau rumah ini udah dibangun pada 1900-an awal" Coba bandingin sama rumah-rumah di sebelahnya yang seumuran, ujar Daus sambil menunjuk sederetan rumah bergaya Belanda klasik, seperti rumah-rumah kuno yang banyak bertebaran di kawasan elite Jakarta, Bogor, dan Bandung.
Rumah ini bukti kalau ilmu arsitektur Belanda dari zaman dulu udah maju! Nggak heran, Belanda dianggap sebagai salah satu negara kiblat ilmu arsitektur dunia.
Mereka berjalan terus hingga menyeberang jalan di bawah terowongan, mendekat ke bangunan besar berpagar besi. Tak lama kemudian, mereka tiba di tempat tujuan. UCU, alias University Campus
~257~ Utrecht, merupakan kampus besar dengan gedunggedung megah bergaya klasik, lapangan rumput yang luas dan terpangkas rapi, serta areal asrama mahasiswa yang fasilitasnya menyaingi apartemen paling luks di Jakarta. Campusplein dikelilingi pagar besi tinggi berwarna hitam, membuatnya terkesan sangat formal dan berkelas, bak sebuah kampus ivy league seperti Harvard atau Princeton di Amerika. Lintang berdecak kagum saat memasuki areal kampus, dan mengikuti Daus menuju gedung Kriekenpitplein, sebuah asrama elite bagi mahasiswa di Utrecht.
Dengan bangga, Daus menunjuk sana sini layaknya tour guide profesional.
Asrama ini canggih banget, lho, fasilitasnya! Ada kantin dan ruang makan besar, tempat fitness, meja pingpong, lapangan sepak bola, lapangan tenis, basket juga ada!
Kamar kita juga dimodalin, Tang. Kuncinya aja model kartu gesek, mirip kantor. Selain kamar mandi dan dapur pribadi, di kamar udah ada meja belajar dan tempat tidur, sofa, TV, kulkas, juga microwave! Mana apartemennya dua lantai, lagi! Kebayang, kan, anak udik kayak gue tahu-tahu pas sampe di Utrecht sempat tinggal di tempat yang
~258~ mirip Apartemen Rasuna selama dua bulan, hehehe.
Wuih, canggih banget, Us! decak Lintang dengan nada iri. Fasilitas yang baru dijelaskan Daus sangat mewah bila dibandingkan asrama international student tempat tinggal Lintang. Boro-boro tempat fitness, ada fasilitas mesin cuci gratis buat ramai-ramai aja kita udah seneng!
Tapi, nggak sanggup, Tang, tinggal di sini, sewanye mahal bener, sampai enam ratus euro! Untung disubsidi kampus. Akhirnya, terpaksa pindah, cari yang lebih irit.
Daus memijit tuts interkom, berbicara dengan tuan rumah, lalu pintu terbuka otomatis.
Oke, Tang, tempat pertemuan PPI lo ada di lantai atas sana. Gue nggak usah masuk, ye" Nggak enak. Lagian, gue mesti balik lagi ke kampus.
Wah, makasih banyak, ya, Us, dah dianter! Tapi, Jalih, lo kudu nemenin gue jalan-jalan lagi abis rapat PPI, udah janji, lho! Seharian bersama Daus membuat gaya bicara Lintang terbawa Betawi.
Iye, gampang. Kalau udah bubaran entar gue jemput lagi. Kasih kabar aje, ye" Daus melambaikan tangan dan menghilang di balik pintu.
~259~ 1 Bintang film seri polisi Chips di TVRI era 80-an.
2 Kalau nggak percaya terjemahannya, inilah dialog aslinya tanpa sensor: Beste studenten, het is tijd voor u naar huis te gaan. U kunt morgen terug keer. Ga naar huis, krijg wat rust. Bestudeer regelmatig elke dag. Nu kunt u naar partij gaan.
3 Kenalkan teman saya, baru datang dari Indonesia. 4 Product placement eksplisit. Tim penulis berharap mendapatkan empat gelas mocca frost gratis dari sang pemilik gerai pada kunjungan berikutnya.
5 Kalau habis makan masih merasa pintar, berarti Anda berhasil
menyaingi tim penulis atau Anda orang yang sangat rakus. 6 FYI, lumba-lumba termasuk binatang cerdas, lho. Kata orang, IQ mereka mencapai 80!
~260~ Studenten [Pelajar] Daus kembali menekuni monitor LCD di LLM room yang nyaman. Di monitor sebelah, Alberto bergumam sembari ngemil permen cokelat M&M s yang ia beli dari mesin makanan di depan. Daus dengan sukarela membantu Alberto mencomot butiran-butiran M&M s. Hidup memang harus senantiasa saling membantu.
Sambil mengetik dan membolak-balik buku, Daus menghitung berapa kali Alberto bergumam frasa I think , yang terus terang sangat mengganggu. Orangorang Amerika Latin macam Alberto memang sering kali menggunakan frasa I think , sementara orang Eropa senang memakai frasa more or less . Nah, kalau orang se-Tanah Air biasanya suka ikut-ikut orang Amerika yang senang mengulang You know" . Mungkin karena sifat kita yang sok tahu, hehehe.
Daus, I think I m so tired of working on my paper. Tuh, betul, kan, Alberto mengulang frasa ajaib itu lagi.
~261~ I think I need to go home now.
Daus cuma nyengir kuda sambil menjawab, I think so.
Alberto kemudian mengemasi peralatan dan bukubukunya, lalu sign out dari jaringan digital library online milik kampus.
Sementara Alberto sibuk bersiap pulang, pintu LLM room terbuka dan muncullah sosok Sofka Trajeska, teman sekelas Daus dari Belarus. Sofka memang terkenal cantik eksotis; garis tulang pipinya laksana mahakarya pemahat patung Dewi Aphrodite. Daus tak pernah sekali pun bermimpi suatu hari akan bertemu penduduk Belarus. Kini negeri itu masuk dalam daftar negara-yang-ingin-segeradikunjunginya-setelah-menjadi-konglomerat. Konon, wanita-wanita di negeri itu memiliki wajah yang tidak jauh berbeda rupa dengan Sofka.
Kehadiran Sofka selalu saja mengubah semua pria di sebuah ruangan kembali menjadi makhluk primordial yang hanya memikirkan satu hal: sex appeal. Di mata Daus, langkah Sofka seolah slow motion diiringi lantunan lagu Mulan Jameela, Makhluk Tuhan yang Paling Sexy yang entah muncul dari mana. Lihat aja, bahkan Alberto dan Aimable sudah berdiri berjajar menyambut Sofka.
~262~ Sofka menyapa mereka dengan ramah dan, tentu saja, ritual khas Belanda berupa cupika-cupiki tiga kali. Tiap orang kebagian.
Nah, lo katanye udah mau cabut, kok, masih mangkal di sini" cibir Daus dalam hati sambil melirik Alberto yang ikutan baris berharap kebagian jatah ciuman pipi dari Sofka. Sirik tanda tak mampu.
Tapi, demi tugas kuliah yang menumpuk, Daus menguatkan tekad. KONSEN WOI! Daus menegur dirinya sendiri dalam hati. Ia membuka database perpustakaan online, mencari buku Litigation Strategy in the International Court.
Wah, ada! Harus langsung di-booking, nih! Biasanya mahasiswa bisa memesan buku yang ingin dipinjamnya online, lalu buku itu dapat diambil keesokan harinya di konter lobi. Sistem yang canggih dan menghemat waktu dibanding harus berkutat mencari sendiri di antara rak-rak buku yang menjulang tinggi.
TET-TOOOT! Waduh" Ternyata, ada lima buku yang belum dikembalikan dan diperpanjang Daus, sementara jatuh temponya hari ini. Keterlambatan tersebut berpotensi menguras kantong Daus hingga harus hidup bermodalkan spageti rebus polos hingga akhir
~263~ bulan 1 . Jelas, Daus tidak rela hal itu terjadi.
Please, look after my things for a while, bro. I ll be back in a minute! kata Daus sambil melemparkan tatapan memohon yang paling mengibakan kepada Aimable. Si Aimable yang hitam keling cuma mengangguk oke setengah heran. Orang Indonesia di sini rada-rada ajaib semua.
Begitu mendapat lampu hijau berupa anggukan Aimable, Daus mengisi sebuah kantong belanja AH dengan lima buku setebal bantal lalu ngibrit ke Recht Bibliotheek alias perpustakaan Fakultas Hukum. Melintasi tabac store (toko rokok) dan Monumen Anne Frank, ia berbelok di konter kue dan Woonen. Di sebelah bioskop T Hoog ia berbelok lagi, hingga tibalah ia di sana.
Perpustakaan hukum Utrecht terletak di sebuah selasar kecil yang halamannya hanya cukup untuk parkir sepeda. Walaupun terlihat kecil dari luar, begitu kita masuk, voila! Muncullah sebuah perpustakaan lapang bertingkat empat dengan koleksi superlengkap. Pernah ada senior Daus yang bercerita bahwa koleksi buku hukum bisnis di sini bahkan lebih lengkap daripada London School of Economics. Sementara, database buku Human Rights milik Fakultas Hukum Utrecht termasuk yang
~264~ terlengkap di dunia. Ariana, penjaga perpustakaan cantik mirip presenter TV kesayangan Daus, Chantal Della Concetta, berdiri menyambut dengan ramah.
Hey, long time no see! Rupanya dia hafal wajah Daus yang sering bertandang ke perpustakaan. Akibatnya, Daus jadi salah tingkah. Entah kenapa, lidahnya selalu terasa kelu setiap kali berhadapan dengan Ariana.
Heran, deh, kenapa setiap ada die, gue jadi garing begini" Daus membatin dalam hati, mengutuki kegugupannya.
Mag ik helpen" si cantik bertanya.
.... Daus membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar.
Can I help you" Ariana kembali bertanya. Kali ini dengan senyum mengembang. Daus makin salah tingkah.
Ya ... ya .... I wanna ... I wanna ... this book ... this book ... keep again ... yes! Gawat. Hanya gara-gara seorang perempuan cantik, kemampuan bahasa Inggris Daus turun derajat dari TOEFL 580 kembali menjadi murid les bahasa Inggris kelas Basic 2.
Extend" si cantik mengerlingkan mata dan mengambil alat scan. Daus merespons dengan
~265~ anggukan mirip ikan pesut yang ditawari ikan. Sementara Ariana berkutat dengan scanner dan komputernya, Daus yang panik memanjatkan sebuah doa kecil.
Engkong! Bebaskan cucumu ini dari kutukan lidah yang kelu. Buatlah lidah ini mengucap dialog yang sudah lama dilatih. Dialog ngajak ngopi dan basa-basi pedekate mujarab lainnya, Daus membatin. Anything else" tanya Ariana dengan kedipan mata. Nih die, kesempatan lo! Ayo, ajak ngopi! Daus berupaya mengingat kembali susunan kalimat yang telah dirancang khusus untuk Ariana selama berbulan-bulan dalam hati.
Yes, uhm do you have any plan tonight after work" Do you mind to accompany me for a cup of coffee" I know a great place that serves excellent coffee!
Akan tetapi, seperti biasa, cuma serangkaian katakata memalukan yang berhasil keluar dari mulut Daus.
Yes, eh, I mean, no! Eh, I mean, thank you, yes! Gawat, gawat, gawat! Bikin malu bangsa Indonesia aje! Dan, dengan itu, Daus cepat-cepat kabur keluar dari perpustakaan.
Daus sedang bersiap membuka gembok sepeda, hendak meluncur ke Centrum. Ia ingat mesti belanja
~266~ deodoran dan after shave yang tinggal sedikit. Tebalnya lapisan baju kala musim dingin dan tingkat persentuhan pipi yang tinggi menyebabkan kedua barang tersebut menjadi perlengkapan esensial bagi para pria, agar terkesan wangi dan nggak dekil.
HP Daus tiba-tiba bergetar. Di layar HP, nama Neng Lintang Leiden muncul.
Di mana lo, Us" Rapat dah kelar, nih! todong Lintang tanpa tedeng aling-aling.
Iye, gue juga baru kelar. Ketemuan di Centrum aje bisa nggak"
Caranya" Lo naik bus yang arah ke Centrum, minta diturunin di halte Janskerkhof, persis depan kampus gue! Entar gue tunggu di sana.
Alhamdulillah, selamat juga lo sampe mariii ..., ujar Daus begitu melihat Lintang menapak turun dari bus.
Yaaa ... kan, berkat petunjuk arahnya Daus juga! Makasih, ya, Say! balas Lintang centil, membuat Daus gemas.
Terus, gue mau diajak jalan-jalan ke mana lagi, nih"
Daus mengajak Lintang berjalan menyusuri jalan~267~ jalan Centrum Utrecht. Di kiri-kanan terdapat tokotoko dengan etalase mungil, tapi terisi beraneka ragam barang komplet. Nggak kalah, deh, ama Bandung Super Mall. Tas-tas bermerek, prangko langka, kamera dengan aneka ragam aksesorinya, semua ada di sini.
Ini wisata penghilang stres, window shopping dalam arti sebenarnya karena open air area hehehe, bukan sekadar tawaf di mal kayak di Jakarta.
Dan ini .... Mereka berhenti di sebuah gerobak dorong yang tergeletak di sebuah pintu masuk tempat yang mirip-mirip kafe.
Lintang mengerling penuh tanda mengharap penjelasan bersejarah. Mungkin ini tempat raja zaman dulu ngopi-ngopi atau bagaimana"


Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

The best cappuccino in town. Daus mengacungkan jempol, lalu ujug-ujug menggamit lengan Lintang, mengajaknya masuk.
Busa di cangkir kopi milik Lintang sudah menyusut, white chocolate cappuccino pesanannya tinggal setengah. Sementara Daus menyulut batang rokoknya yang kedua, Lintang sibuk mencomot butiran kecil dark chocolate dari sebuah mangkuk hias berisi bongkahan gula batu dan butiran cokelat yang
~268~ disediakan gratis di setiap meja untuk para pelanggan. Hal-hal kecil seperti ini membuat Lintang sangat betah tinggal di Belanda. Keramahan para pemilik kafe tidak hanya ditunjukkan dengan sunggingan senyum di wajah, tetapi juga lewat personal touch berupa potongan kecil kue verkade atau sepotong kecil cokelat yang disajikan bersama setiap gelas kopi.
Lo nggak stres, Us, kuliah di sini" tanya Lintang sambil kembali menyeruput cappuccino-nya. Kayaknya beban kuliah lo berat banget. Daus terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. Bukan Daus namenye kalau nggak punya strategi jitu buat jadi mahasiswa teladan!
Wahahaha, paling bisa lo pake strategi segala! Bagi-bagi, dong, tipnya! todong Lintang penasaran. Aji-ajian Daus sering kali berbeda tipis antara gila dan brilian.
Daus mencondongkan badannya ke depan seolah takut terdengar orang lain, dan memelankan suaranya menjadi bisikan kecil.
Mau tahu rahasianya" Jadi begini ....
Kiat Jitu Jadi Pelajar Teladan Ala Daus
~269~ 1. Menjawab pertanyaan dosen di kelas. Ada yang ingat adegan film Legally Blonde, di mana dosen senang bertanya ala Socratic Method pada sang murid korbannya" Murid dibiarkan berkeringat dingin menjawab cecaran pertanyaan dosen yang tak kunjung berakhir hingga suatu titik di mana sang murid akhirnya K.O. Diharapkan dari drama tragis ini, murid-murid yang lain akan terdorong mencari jawaban paling tepat dari pertanyaan si dosen. Nah, di Eropa kita nggak bisa memakai strategi ala Indonesia berupa duduk di pojok belakang sambil pura-pura menutupi wajah dengan buku. Kuncinya adalah persiapan yang baik! Karena mencoba sok tahu menjawab dengan PD tanpa membaca bahan terlebih dahulu sama saja bunuh diri. Ya ya ya.
Tapi, ada cara lain untuk memukau si dosen, yaitu dengan bermodalkan Google desktop di laptop yang dibawa ke kelas. Situs web Wikipedia juga bisa menyelamatkanmu dengan memberikan ringkasan singkat topik yang sedang dibahas. Tapi, jangan coba-coba memanfaatkan fasilitas internet di kelas untuk update Friendster, Facebook, ataupun blog, apalagi chatting dan mengunduh macam-macam!
Ingat! Mengaku kepada dosen bahwa source kita adalah Wikipedia merupakan tindakan bunuh diri dalam dunia akademik. Karena itu, semua data yang diambil online harus diperiksa kembali
~270~ kesahihannya. Situ web seperti Wikipedia cuma langkah awal untuk mengetahui gambaran sesuatu yang abstrak menjadi konkret, bukan untuk ditelan bulat-bulat begitu saja. Sisanya harus dilanjutkan sendiri. Buka buku, jangan malas!
Dengan persiapan ekstra seperti ini, kita bisa tampil prima keesokan paginya di kelas dengan detaildetail klasik yang tidak dimiliki rekan lain. Canggih, elegan, gaya.
2. Seating arrangement. Kalau muncul di kelas di mana dosennya betah ngoceh dan bikin ngantuk, pilihlah posisi pewe di pojok belakang. Bagaimana untuk kelas debat atau diskusi" Inilah saatnya posisi menentukan prestasi. Upayakan berada satu tim dengan seorang native speaker. Mahasiswa asal Amerika, Australia, dan Inggris bisa meningkatkan performa. Meski mereka belum tentu lebih pintar, kosakata mereka dalam bercuap-cuap lebih memukau!
Lain halnya untuk debat dan diskusi perorangan. Untuk ini kita mesti pintar berstrategi. Duduklah di samping orang yang dianggap paling hancur bahasa Inggris-nya. Kenapa" Karena dengan begitu, dosen akan melihat perbedaan yang sangat kontras pada saat giliran kita menjawab, dan itu akan membuat kita terlihat lebih gemilang! Untuk urusan ini, posisi duduk favorit Daus adalah di samping kawan asal Amerika Latin atau Tiongkok, karena bahasa Inggris mereka biasanya sangat
~271~ terbatas. Jangan pilih duduk di samping orang Afrika. Meski bahasa Inggris mereka fasih, logat kental Afrika mereka akan menyulitkan Anda untuk memahami apa yang mereka katakan sehingga tidak bisa menyusun kalimat balasan yang jitu!
3. Bertanya kepada dosen. Ini Eropa, Bung. Kita tidak bisa berharap lulus dengan menghindar dari bertanya di dalam kelas. Walau begitu, bukan berarti kita juga bisa sekadar melemparkan pertanyaan asbun.
Ada jenis pertanyaan tertentu yang akan membuat hati dosen senang, yaitu pertanyaan yang mendetail. Misalnya, I have read your article in the Journal of Human Rights Law, May 2004 edition. You said that the government s regulation could stifle innovation. Is that point still valid, or have there been substantial changes since" I was thinking to start an independent study project on the issue, so I would appreciate your input. Tambahkan gesture mengangkat kedua bahu, bibir bawah agak dimonyongkan sesenti ke depan, lalu kedua alis mata diangkat tinggi-tinggi. Dijamin, perjumpaan besok, dia akan menawarkan kopi. Satu hal lagi yang penting: pay attention to the details! Dosen senang jika kita mengetahui detaildetail aneh karena ini memberi gambaran bahwa kita memahami lebih dari sekadar kerangka besarnya. Jadi, gunakan kebalikannya, kuasailah detail walau belum paham kerangkanya, hehehe.
~272~ 4. Presentasi. Presentasi menggunakan Power Point merupakan komponen penting dalam penilaian seorang murid karena mencerminkan pemahaman pribadinya terhadap sebuah topik permasalahan. Kalau mau mencuri nilai ekstra dari komponen presentasi ini, simak beberapa kiat kecil berikut.
Buatlah presentasi semenarik mungkin sehingga menutupi performa penyampaian kita. Hal ini bisa dilakukan dengan template slide yang tidak pasaran, yang dipercantik dengan sedikit kosmetik seperti gambar, video, atau sound bite. Yang penting semuanya relevan. Memaparkan perincian kebijakan DK PBB dengan efek latar belakang bebek terbang full audio adalah hal bodoh. Jangan menulis semua yang akan disampaikan di slide. Apa yang ditampilkan di layar dengan apa yang disampaikan haruslah dua hal yang saling melengkapi. Karena itu, perhatikan timing dan intonasi suara agar presentasi tidak terdengar monoton.
Kalau punya modal lebih, investasikan uang untuk membeli remote control. Dengan begitu, kita bebas menjelajah isi kelas sembari presentasi tanpa perlu kembali ke laptop, bak pengacara kawakan ala film-film Hollywood!
Nilai tambah juga bisa diperoleh dari busana. Kita ambil contoh kawan sekelas Daus yang selalu mengenakan jas lengkap setiap kali presentasi.
~273~ Efeknya, dia selalu tampil prima dan meyakinkan, bikin teman-temannya manggut-manggut sambil berguman Ooo ... yaaa . Kalau berani, mungkin bisa mencoba tampil dengan beskap Jawa lengkap full keris!
5. Persiapan bahan kuliah. Datanglah ke perpustakaan pada waktu sore sampai malam. Inilah saat-saat perpustakaan relatif sepi dari mahasiswa lokal. Mereka harus pulang dan makan malam secara teratur. Apalagi, jika ingin rehat merokok di luar sembari menenteng buku tebal. Tepat saat berdiri menerawang di luar pintu dengan satu tangan memegang rokok dan tangan lainnya mengepit kitab hukum Philip Alston, berlalulah program supervisor atau pak dekan yang hendak pulang kantor. Wuih, langsung tampak bagai mahasiswa teladan, bukan" (Hehehe, sumpah sebenarnya nggak ngaruh, Jek!) Print materi bisa bikin kantong jebol, padahal jumlah yang perlu dicetak untuk dibaca di luar perpustakaan sangat menentukan prestasi. Karena itu, bersahabat dengan mahasiswa peneliti Ph.D. hukumnya wajib. Mengapa" Karena biasanya mereka punya akses tak terbatas untuk fasilitas printer dan fotokopi!
Jangan lupa menjalin hubungan baik dengan para pustakawan dan sekretaris. Mereka berkuasa penuh atas macam-macam fasilitas tambahan, seperti akses pada terbitan lawas yang tidak beredar
~274~ bebas. Keuntungan lainnya" Saat ada terbitan baru yang datang ke perpustakaan kampus, Anda akan masuk prioritas pertama mereka untuk menjadi peminjam pertama, bahkan menerima hibah buku! Hubungan baik ini juga terbukti berguna saat sedang butuh pengokot (stapler), sementara fotokopian menumpuk, saat kartu akses Anda hilang, serta saat sedang butuh secangkir kopi gratis.
6. Research Paper. Inilah poin paling penting. Tiba saatnya semua kerja keras kita dinilai dalam sekelebatan mata sang Dosen. Pertanyaannya adalah bagaimana menaklukkan hati sang Dosen dalam beberapa lembar kertas" Well, agak berat memang menjawab hal ini. Terus terang, Daus belum pernah mencoba mengumpulkan paper dengan kertas fancy warna pink berparfum plus print tinta biru muda. Mungkin itu strategi yang patut dicoba, siapa tahu dapat A plus.
Ketahuilah bahwa dosen memberikan nilai berdasarkan: (a) topik yang eksotis, alias orisinal dan belum pernah ada yang pernah membuat sebelumnya. Jika ini gagal, maka (b) research question yang dahsyat, alias tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tak sanggup melakukan keduanya" Masih ada pilihan (c) daftar literatur referensi yang berkualitas dan super-duper-banyak. Sajikan paper dengan gaya yang memukau, sistematika yang bagus, konklusi tegas, tapi jangan deskriptif. Jangan pakai acara salah eja, apalagi
~275~ plagiat. Tolong jangan malu-maluin bangsa. Lah! Ini mah akademik banget, di mana triknya" Hehehehe. Ada hal-hal tertentu yang nggak bisa dihindari.
7. Jreng! Tipuan visual. Gunakan font Book Antiqua sebagai ganti Arial atau Times New Roman. Buatlah layout paper dengan model jurnal internasional. Apalagi kalau punya keahlian di bidang graphic design. Kita bisa memainkan psikologi pembaca lewat cara bermain-main dengan sedikit estetika clean design. Contohnya, pakai huruf ukuran ekstra besar di huruf pertama alinea pertama. Wuih, langsung keliatan lebih ciamik!
Hmmm, cara sederhana lainnya adalah mencantumkan abstract dan keyword di setiap final paper Anda. Dengan mencantumkan kedua hal ini, sang Dosen akan punya persepsi kalau yang bersangkutan sudah sering menulis untuk jurnal internasional. Nah, kalau berhadapan dengan dosen tua, memenuhi setiap halaman dengan footnote sepuluh sentimeter, meski tidak substansif, mungkin dapat membantu. In USA [footnote] and South Africa for instance [footnote] , lalu jelaskan pada catatan kaki yang kita buat dengan sejarah singkat Amerika pakai gaya refer to book anu and anu anu anu anu for further analysis. Meski rada maksa, usahakan serelevan mungkin. Hal ini akan membuat sang
~276~ Dosen berpikiran positif, gile ini anak rajin bener baca! Pelajar teladan! sambil menggoreskan huruf A atau angka 9 di paper Anda. Tapi, sejujurnya jarang ada dosen bule bisa dikibulin model begini! 8. Tesis. Nah kalau ada yang tahu bagaimana caranya mengembalikan konsentrasi agar tesis cepat kelar, kasih tahu Daus, ya ....
Huahahaha! gelak tawa Lintang membahana mendengar kiat dan trik Daus, sang pelajar teladan. Daus berpuas diri, telah mampu membuat Lintang tertawa hari ini. Setiap kali melihat lesung pipit Lintang yang muncul setiap kali tersenyum, atau mendengar tawa Lintang yang renyah, hari Daus pasti langsung bertambah cerah.
Waktu menunjukkan pukul 6.00 sore, tapi matahari belum juga tenggelam. Pemandangan indah Dom Tower tampak jelas dari jalan. Tak disangka pada saat itu, Dita melintas di depan mereka, menenteng tas belanjaan. Daus dan Lintang serta-merta memanggil.
Hei, lo berdua dari mana" sapa Dita.
Gue baru selesai belanja, tapi laper, nih. Makan di mana, ya, enaknya" Dita pasang muka pengungsi yang belum dapat jatah mi instan.
~277~ Ah, kalau pada nggak buru-buru, makan di tempat gue aja, yuk! tawar Daus penuh harap, berusaha menahan Lintang lebih lama di Utrecht.
Wah, seru juga, tuh, sekalian lihat-lihat rumah lo. Penasaran gue, sambut Lintang
Iya, boleh juga, entar kita bisa pulang naik kereta jam sembilanan. Dita pun sepakat, terdorong rasa lapar.
Dua puluh menit kemudian, mereka tiba di kediaman Daus. Sebuah kompleks flat besar delapan lantai bernama Complex de Warande, apartemen mahasiswa yang terletak di Zeist, sebuah wilayah di luar Kota Utrecht. Kamar Daus berada di Lantai 4, berbagi lorong dengan sembilan mahasiswa lain.
Daus membawa Lintang dan Dita ke common room atau ruang bersama, tempat tamu biasa bertandang. Ruang bersama itu dilengkapi sofa, televisi, meja makan, dan dapur. Saat mereka datang, Benny Horkstra, orang Belanda tulen teman satu koridor Daus, sedang tidur-tiduran di atas sofa sambil menonton televisi. Daus berbasa-basi menyapanya, menanyakan apakah mesin cuci sudah diservis atau belum.
Sementara Lintang dan Dita bercengkerama di common room bersama Benny, Daus sibuk
~278~ membongkar isi kulkas yang dipakai bersama dengan seorang cewek Belanda teledor. Cewek ini punya kebiasaan buruk suka salah meminum susu Daus. Daus kerap kebingungan kala menemukan kardus susu segarnya pagi-pagi sudah berlepotan noda lipstik 2 .
Daus menyiapkan semua bahan masakan dan menyalakan rice cooker warna pink kebanggaannya, kado perpisahan dari Ibu Ocha, rekan satu direktorat di Departemen Agama. Ibu itu memberikan rice cooker magic jar mini itu dengan harapan Daus tidak akan bertambah kurus sepulang dari Belanda. Dari bahan yang tersedia, Daus memutuskan untuk memasak nasi goreng bumbu instan isi bakso dan sosis.
Jangan-jangan, lo makan nasi goreng saban hari, ya, Us" cela Dita.
Pulang-pulang lo udah bisa buka warung tenda nasgor depan rumah, tuh, Lintang menimpali.
Yoi, nasi goreng Belanda Lekker. Hehehe. Daus tersipu malu. Maklum, Daus tergolong mahasiswa yang baru menyentuh peralatan dapur dan belajar masak ketika sampai di Belanda. Dibesarkan di negara yang kaya akan jajanan murah dan enak membuat bujangan macam Daus menjadi pelanggan
~279~ setia warteg dan warung Padang.
Baru lima menit Daus berkutat di dapur menyiapkan nasi goreng dengan bumbu-bumbu ajaibnya, Dita dan Lintang datang mengintervensi acara masak-masak Daus. Tak lama kemudian, kontrol atas dapur dan wajan telah dikuasai penuh oleh Dita dan Lintang. Daus hanya sanggup meratapi kekalahan aksesi tersebut dan cukup puas disuruh menyeduh teh.
Semua berakhir damai di meja makan dengan prosesi penyendokan nasi goreng pertama oleh Benny Horkstra, yang diajak bergabung karena mengaku belum makan. Walaupun masih ada rasa gondok karena terusir dari dapur sendiri, akhirnya Daus diam-diam mengakui nasi goreng karya Dita dan Lintang ternyata jauh lebih lezat. Mereka pun makan malam sambil mengobrol seru.
Seusai makan, Dita dan Lintang menyempatkan diri melongok ke kamar Daus. Mereka kembali bawel, mengomentari porak-porandanya kamar Daus. Pleidoi Daus bahwa itu hanya terjadi saat musim mendekati ujian juga tidak digubris.
Musim ujian apaan, nih, buktinya masih ada jadwal kuliah semester pertama yang ketumpahan kopi, belum dibuang-buang juga!
~280~ Daus hanya bisa tertawa kecut.
Mendekati pukul 9.00 malam, mereka berpisah di Stasiun Utrecht Centraal.
Entar kalau ke sini lagi, gue bikinin bajigur ama serabi, deh. Dijamin enak, resep rahasia engkong gue, janji Daus sebelum berpisah.
Eh, Dodol. Beresin, dong, kamar lo, mana ada cewek yang mau nginep di gudang kayak gitu! Dita memberi wejangan bijak.
Emang kalau rapi, cewek bakalan nginep" Wah, bener juga, ya" Gue nggak kepikiran sampe situ ....
Heh, jangan jadi punya pikiran macem-macem, deh! tegur Lintang.
Daus yakin seandainya percakapan tadi terjadi di kampungnya, bisa-bisa menyulut aksi sweeping yang diprovokasi Mpok Nira, si biang gosip.
Terdorong nasihat Dita, hasrat Daus untuk membersihkan kamar kembali menggebu. Daus mengkhayalkan sosok Sofka Trajeska datang untuk dinner dengan menu nasi goreng. Wah, rencana sempurna! Dan, semuanya akan berakhir di ranjang yang sudah rapi ....
BLAAAR!!! Bayangan skenario ala Nah Ini Dia 3 Pos Kota itu buyar tergantikan wajah angker engkongnya yang
~281~ sedang memilin janggut pertanda hatinya tidak enak. Daus pun tersentak. Ia kembali teringat misi agungnya di negeri ini.
1 Anda tidak akan jatuh miskin di negeri ini, cukup hidup dengan spageti (50 sen per bungkus untuk 5 porsi) dan ikan sarden (25 sen per kaleng untuk 3 porsi).
2 Percayalah, ini tidak seksi!
3 Nah Ini Dia adalah sebuah kolom sketsa kehidupan asmara yang, katanya, diangkat dari kisah nyata sehari-hari masyarakat. Namanya juga cerita asmara, sudah tentu bahasannya seputar hubungan lelaki-perempuan yang lumayan menjurus . Sedemikian populernya, semerakyat Pos Kota yang memuat kolom ini, Nah Ini Dia kemudian diangkat ke layar kaca, dengan kisah-kisah yang lebih panas dan pemeran yang luar biasa hot. Ah, basi! Siapa, sih, yang tidak menggemari tayangan ini"
~282~ Voor Indonesie [Untuk Indonesia] Sabtu pagi pertama Maret, Geri dan Lintang menjemput Daus, Banjar, dan Wicak yang tiba bersamaan di Centraal Station Den Haag. Mereka datang untuk mengikuti sarasehan yang dimotori oleh PPI Belanda, yang juga menghadirkan Menteri Pendidikan RI yang sedang mengadakan kunjungan dinas ke Belanda. Jarang-jarang, kan, bisa ketemu menteri secara face to face"
Walaupun tema yang diangkat lumayan berat: Peran dan Sumbangsih Mahasiswa Indonesia di Belanda bagi Indonesia , tapi bagi Banjar, Wicak, dan Daus, keikutsertaan mereka dalam acara ini lebih sebagai ajang untuk mengenal para mahasiswi Indonesia yang datang dari kota-kota lain. Motif lain yang tak kalah penting adalah mendapat makan siang gratis berupa nasi uduk lengkap dengan laukpauknya. Alasan yang masuk akal dan manusiawi (versi Banjar).
Semalam, melalui situs-situs jaringan sosial di
~283~ internet, ketiganya bahkan sudah bersusah payah mengumpulkan nama-nama mahasiswi potensial (baca: cantik) yang konon bakal hadir di pertemuan. Pukul 2.00 pagi, mereka tidur dengan list berisi dua belas nama mahasiswi Indonesia dari sepuluh kota di Belanda.
Jam di pergelangan tangan Lintang hampir menunjukkan pukul 09.30. Semuanya sudah berkumpul di depan Kiosk menanti Wicak yang muncul dan berjalan santai sambil asyik mengobrol dengan Bernadette, salah seorang mahasiswa sepuh 1 di Utrecht.
Lo pada ikut acara PPI itu, ya" tanya Bernadette setelah dikenalkan kepada Lintang, Geri, dan Banjar. Daus yang sudah mengenal sosok ini dengan baik hanya tertawa lebar.
Iya, lo juga" Ada menteri, lho, ajak Lintang dengan manisnya.
Nggak sudi ikut sibuk buat PPI! Gue ke sini mau ketemu temen gue aja, jawab Bernadette ketus.
PPI, tuh, menurut gue nggak esensial. Kalau emang mau ngumpul, ya, ngumpul aja, mau ngadain acara, ya, bikin aja panitia ad-hoc! Susahsusah pake organisasi segala, bikin anggaran, ngerepotin mahasiswa! Udah gitu eksklusif lagi, yang
~284~ dihitung cuma pelajar. Terus, masyarakat Indonesia yang bukan pelajar nggak dianggep" Bernadette berargumen panjang lebar.
Lintang terkejut mendengar pernyataan antipati Bernadette yang ternyata diamini oleh Wicak.
Iya juga, sih. Di kota gue, semua urusan PPI dikasih ke pengurus. Kegiatan A sampe Z selalu ketua dan staf-stafnya aja yang ngurusin. Katanya PPI organisasi semua mahasiswa" Buktinya, yang aktif dan capek cuma segelintir manusia. Lagian emang kita semua di sini buat dagang teh botol" Kan, perlu kuliah dan ujian juga, kali" cerocos Wicak.
Kok, gitu, sih, Cak" Kan, gue PPI juga! sahut Lintang sedikit tersinggung. Walau awalnya Lintang sempat malas juga, keterlibatannya di PPI beberapa minggu terakhir membuat Lintang turut bekerja keras untuk menyelenggarakan acara diskusi tersebut.
Apa yang lo bilang emang ada benarnya, Cak. Tapi, perlu kita hargai juga, dong, usaha temanteman yang sudah bekerja keras bikin acara positif kayak sarasehan ini. Kalau ada yang memilih untuk nggak aktif di PPI, itu hak mereka, Geri menengahi dengan kalem.
Lagi pula, lewat forum seperti PPI kita
~285~ berkesempatan mengenal sesama mahasiswa Indonesia dari kota-kota lain atau bahkan dari negara-negara lain! Kegiatan kita jadi nggak terpusat seputar masing-masing kota aja. Gue percaya kalau PPI tetap ada manfaatnya, kok!
Tuh, dengerin! sahut Lintang kekanakan sambil mendelik sebal ke arah Wicak. Wicak dan Bernadette bertukar pandang dan memilih untuk tidak berdebat lebih jauh.
Naik trem Nomor 9, mereka tiba di Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di Jalan Tobias Asserlaan, salah satu kawasan elite kuno di Den Haag. Ruangan aula telah disulap menjadi ruang seminar dengan deretan kursi peserta, tiga meja pembicara, dan pengeras suara. In-focus beserta laptop juga sudah siap dipergunakan. Inilah tipe seminar di Belanda yang tidak pakai kata repot. Yang penting adalah materi yang akan disampaikan. Tidak ada backdrop dan spanduk besar melambai-lambai untuk menandakan sedang berlangsungnya sebuah acara seminar.
Seperti yang sudah dijanjikan, Menteri Pendidikan datang menghadiri acara bersama delegasi dari Departemen Pendidikan Nasional. Rombongan Menteri Pendidikan masuk tanpa prosesi seremonial
~286~ dan iring-iringan protokol seperti layaknya di Indonesia. Hebatnya lagi: tepat waktu!
Duta Besar RI untuk Belanda hari itu tampak santai dengan batik lengan pendeknya. Seorang gadis manis turut memasuki ruangan mengikuti Pak Menteri yang langsung diikuti oleh puluhan pasang mata penasaran kaum pria. Banjar segera melirik list yang dipegangnya dan menerka-nerka siapa kira-kira gadis itu.
Geri yang duduk di sampingnya menggeleng ke arah Banjar.
Nggak ada di situ, Jar. Bukan anak Belanda. Lalu, siapa, Ger" Banjar meminta informasi kilat. No clue, sambung Geri seraya membetulkan tali sepatunya.
Wajah Banjar menekuk. Sekalinya ada cewek cakep, nggak ada yang kenal!
Setelah sambutan singkat dari menteri dan dubes, acara pun langsung bergulir pada dialog para peserta. Topik hangat yang diangkat adalah nilai sumbangsih mahasiswa yang pulang ke Indonesia untuk menerapkan ilmu yang telah diperolehnya di luar negeri versus mereka yang memilih menetap di luar negeri, dengan alasan kenyamanan hidup yang lebih terjamin dan kesempatan mengembangkan ilmunya
Rahasia Istana Terlarang 8 Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Pedang Naga Suci 2

Cari Blog Ini