Satria November Karya Mia Arsjad Bagian 3
Saira menatap Mima, menggeleng pelan sambil mengambil tisu yang disodorkan Mima. Nggak, makasih. Lalu buruburu mengelap air mata dan ingusnya.
Saira masih terisak sambil sibuk membersihkan muka. Inov bersandar ke dinding dengan muka capek dan putus asa.
Mima terdiam melirik Inov sekali-sekali. Penasaran banget pengin tahu ada apa, tapi males nanya. Soalnya males aja kalo ternyata ini masalah percintaan. Misalnya mereka putus, terus Saira nggak mau apa gimana gitu....
Nov, kamu harus balik ke Jakarta, Nov. Harus. Ya, Nov" Tiba-tiba Saira bersuara lagi.
Tunggu, tunggu! Apa katanya, ke JAKARTA"! Mima buruburu melirik Inov. Biarpun diam, Mima tahu banget Inov mendadak panik. Inov kelihatan berusaha menghindari tatapan Mima.
Waaahhh, kalo bakal aneh-aneh Mima harus turun tangan nih. Ra, memangnya Inov boleh keluar Bandung" Setahu gue Inov dititipin bundanya di rumah gue supaya... kalimat Mima menggantung. Aduh, gawat. Gimana kalo ternyata Saira nggak tahu kasus cowoknya dan nyangka Inov ke Bandung tanpa alasan"
Gue tau, potong Saira pendek.
Ohhh... dia tau. Mima jadi lega. Bagus deh. Jadi dia batal jadi pembocor rahasia. Kalo lo tau, terus kenapa lo suruh Inov ke Jakarta" Bahaya, kan" Lo sama aja nyeret dia balik ke orang-orang itu dong"
Pertanyaan Mima bikin Saira tersentak diam. Mematung dan nggak bisa jawab. Inov keliatan cemas dan nggak enak.
Atau... lo belum tau para kaki tangan bandar itu ngejer Inov sampe ke sini" Dan bikin Inov babak belur" Saira tercekat menatap Inov. Nov...
Inov meremas rambutnya frustrasi. Lalu balas menatap Saira. Kamu kan tau gimana mereka, Ra, katanya.
Eits, eits, tunggu! Tadi Saira juga bilang gitu. Kamu kan tau siapa mereka. Apa hubungannya Saira sama mereka" Ini pasti mereka yang sama, kan"! Mima menatap Saira kaku. Lo juga kenal... mereka" tanya Mima ragu-ragu. Yang namanya mulut ember bocor, mana bisa ditahan. Semua kalimat terlontar gitu aja.
Mima betul-betul sukses bikin Saira mati gaya. Matanya menatap Inov minta pertolongan.
Mima tau semuanya, kata Inov akhirnya. Saira menatap Inov nggak ngerti.
Dia yang nolongin aku, Ra. Waktu aku digebukin, sampe ngambil barang yang harus aku jual dan setor sama mereka. Mima bahkan ngasih uangnya buat aku untuk nutupin setoranku yang ditambah jumlahnya. Kalo nggak ada dia... Inov menatap Mima, aku nggak tau gimana nasibku sekarang.
Mima tak bicara. Diam-diam senang karena ternyata semua yang dia lakukan dihargai Inov.
Saira terkaget-kaget. Kamu... kamu masih jualan, Nov" Inov tertawa kecut. Ya nggak lah! Barang itu nggak aku jual. Aku cuma nyetor aja sama mereka. Aku nggak mau ngerusak orang lain lagi. Cukup. Aku cuma ngejaga Bunda dari mereka, supaya mereka nggak ganggu Bunda dan bikin hati Bunda hancur lagi gara-gara aku.
Reaksi Saira betul-betul bikin Mima shock. Tiba-tiba Saira melompat ke hadapan Inov. Memeluk cowok itu sambil menatap Inov dengan tatapan memohon dan memelas. Kamu nggak jual, Nooov" Berarti masih ada sama kamu dong barangnya" Nooov, kasih ke aku dong, Nooov. Kasih akuuu.... Aku, aku butuh bangeeet... mana, Nooov" Kasih aku, yaaaa" Nooov....
Mima melongo. Makin melongo waktu Inov mencengkeram lengan Saira lalu menatap tajam cewek itu.
Ra!!! Aku kan udah bilang! BERHENTI! Kamu ngapain masih terus kayak gini" Kamu liat aku, Raaaa, liat akuuu! Aku udah berhenti dari semua ini! Tapi semua kebusukan dan akibat buruknya masih ngikutin aku ke mana-mana!!! Mima tercekat.
Mata Inov yang tadi nyalang berubah sedih menatap Saira. Ra, berhenti, Raaa... sebelum terlambat. Kasian mami-papi kamu...
Lepaskan!!! Tiba-tiba Saira menjerit sambil menyentakkan tangan Inov yang menggenggam tangannya. Matanya kembali berlinangan air mata. Kamu jahat, Nov! Kamu jahaaat! Papi sama Mami nggak peduli sama aku! Aku pikir kamu yang cinta sama aku! Yang peduli sama aku! Aku jadi kayak gini juga karena aku cinta sama kamu!
TAPI AKU UDAH SADAAAR! teriak Inov keras sampe Mima mundur beberapa langkah saking kagetnya. Dengan napas terengah-engah Inov menatap Saira. Aku udah sadar semua itu salah! Dan aku pengin kamu juga sadar! Sadar, Sairaaa!!! Aku pengin kamu juga sembuh!
Air mata Saira semakin tumpah. Gampang aja kamu bilang gitu, Nov! Kamu punya Bunda yang masih bisa ngerti dan maain kamu! Aku"! Aku gimana, Nooov" Aku udah sejauh ini dan kamu tinggalin aku gitu aja. Badanku sakit semua, Nov. Aku butuuuh, tapi aku nggak punya uang! Kamu tega, Nooov" Kamu tega ninggalin aku!
Inov meninju dinding dengan frustrasi. AKU NGGAK NING- GALIN KAMU! AKU UDAH BILANG, AKU AKAN TETEP SAMA KAMU ASAL KAMU BERHENTI!!! Duag! Duag! Duag! Inov meninju tiang halte.
INOV! Mima memegang lengan Inov, menariknya mundur. Gila! Kok jadi gini sih"! Puk! Mima menepuk pipi Inov pelan. Nov, sadar, Nov. Jangan teriak-teriak di sini... ntar banyak orang bisa denger. Sabar, Nov, sabaaar... Mima sadar suaranya gemetaran. Sumpah, dia ketakutan! Pelan-pelan Mima mendorong Inov duduk. Tenang, Nov, tenang ya"
Mima lalu mendekati Saira yang menangis sampai terduduk di lantai. Dengan lembut Mima memegang kedua bahu Saira. Membantunya berdiri. Kotor, Ra, berdiri yuk" Duduk di situ. Kita ngomong baik-baik ya"
Saira mengikutinya dengan patuh.
Muka Inov tegang sementara mulutnya terkatup rapat. Tangannya mengepal sampai urat-uratnya bertonjolan keluar.
Saira duduk di sudut lain, masih sesenggukan dengan mata sembap dan ingus yang sesekali nongol.
Mima terdiam di tengah-tengah. Mima menatap Saira. Mmm.. Ra, sebenernya ada apa" Kenapa Inov harus ke Jakarta" Ada acara penting apa"
Saira diam. Masih terus menangis.
Busyet! Mima meringis bingung. Gimana nolonginnya nih kalo nggak kooperatif begini" Apa mending dibiarin aja mereka berdua cakar-cakaran ngurusin urusan domestik ini" Sekalian aja sediain piring, mangkok, ceret, ember, dan alatalat dapur lainnya buat lempar-lemparan seru juga, kali.
Anak-anak ngadain pesta rutin. Suara Inov yang serak merespons pertanyaan Mima.
Anak-anak" Maksud lo... mereka"
Inov mengangguk sekilas. Pesta gila-gilaan. Pesta rahasia, kalo ada rumah anak-anak yang kosong.
Kali ini rumah gue, sambung Saira lirih.
Mima menoleh cepat. Lo... lo mau gelar pesta narkoba" Ucapan Mima kali ini betul-betul langsung menusuk hati Saira. Pesta narkoba... ya, bener! Saira memang mau menggelar pesta narkoba. Tapi entah kenapa, waktu Mima yang ngucapin kata itu, rasanya bulu kuduk Saira merinding. Buat mereka itu cuma seneng-seneng aja, tapi pesta narkoba..." Bayangan cuplikan berita-berita penggerebekan pesta narkoba dalam berita kriminal gantian berkelebat di kepala Saira. Mendadak dia ketakutan. Padahal waktu anak-anak memilih rumahnya dengan iming-iming barang gratis, Saira semangat setengah mati.
Rumah Saira kosong. Anak-anak udah telanjur tau jadwal orangtua Saira yang jarang di rumah, Inov menjelaskan.
Mima menatap Saira khawatir. Lo kan bisa nolak. Ya, kan"
Saira mengabaikan pertanyaan Mima dan memandang Inov putus asa. Nooov, kamu beneran nggak mau nolongin aku, Nooov" Aku nggak mungkin minta uang sama Mama- Papa lagi, mereka udah nggak mau ngasih uang sama aku bulan ini. Aku... aku butuh, Noov. Kamu dateng, ya, Nooov"
Inov menatap Saira lurus-lurus dari tempat dia duduk. Ra, aku udah berhenti. Aku mau bebas dari semua ini, Ra. Lagian buat apa aku di sana, Ra" Aku nggak mau lagi make barang itu, Ra, aku nggak mau! Dan aku pengin kamu berhenti juga, Ra!
Saira berdiri, menghampiri Inov. Nov, kamu nggak perlu make. Kamu nggak perlu ngapa-ngapain. Aku cuma, aku cuma pengin ada kamu, supaya kalo ada apa-apa aku aman. Aku takut, Nov, aku takut mereka kelewatan di rumahku. Siapa yang bakal nolongin aku, coba" Kamu tau mereka, Nov, mereka nggak akan peduli. Aku takut, apalagi sama Revo. Dia makin sering deket-deketin aku, Nov. Aku nggak mauuu... aku... aku takut, Nooov. Aku cuma butuh barang gratis itu aja....
Inov mematung. Revo. Bandar gila itu! Jadi sekarang dia naksir Saira" Inov memandang Saira sedih. Dia nggak pernah berhenti sayang sama Saira. Tapi dia pengin Saira sembuh! Dia cuma minta Saira berhenti! Sadar! Kalau dia masih pengin jadi pacar Inov. Tapi ternyata Saira malah lebih milih muasin kecanduannya daripada berjuang sembuh demi Inov!
Saira menggenggam tangan Inov. Nooov, kamu tau kan, kalo aku jadi host pesta, aku nggak perlu keluar uang untuk... dapet barang. Nov...
Inov masih menatap Saira tajam. Dia tau masih ada yang disembunyiin Saira.
Revo bilang, aku bisa dapet free tiga kali... kalo kamu dateng, Nov, lanjut Saira putus asa, karena dia tahu percuma bohong sama Inov.
Inov mengusap mukanya. Aku nggak mau bantu kamu dapet barang itu, Ra. Aku mau kamu berhenti.
Saira mundur perlahan, menatap Inov putus asa. Kamu jahat, Nov, kamu jahat! Kamu tau aku butuh. Kamu jahat, Nov, kamu jahat! Katanya kamu sayang sama aku....
Mima bisa melihat jelas bibir Saira bergetar dan pucat. Ra, tenang dulu....
Kamu jahat, Nov! Saira lari pergi. Ra! panggil Mima panik.
ARGGH! BUAAAKK! Inov meninju dinding dengan keras. Serpihan cat dan tembok bobrok berjatuhan.
Nov! Tenang dooong! Mima menahan tangan Inov yang siap meninju dinding lagi. Lo duduk dulu deh, Nooov, duduk dulu. Ya" suara Mima makin gemetar ketakutan. Dia belum pernah berada dalam situasi kayak gini. Dan dia sebenernya nggak mau ada di situasi kayak gini. Nggak mauuu! AAARGGH!!!
INOV! Tenang dulu kenapa sih! Mima menahan tangan Inov sekuat tenaga. Lo mo bikin halte ini roboh"! Biar semua orang ke sini, gitu"! Nggak sengaja Mima menatap punggung tangan Inov yang tadi dipakai meninju dinding. Ya ampun! Tangan lo tuh, Nov... Tangan Inov merah kebiruan, mulai bengkak dan lecet-lecet. Lo nggak perlu ninju-ninju gitu kan Nov"
Inov nggak jawab. Dia cuma nunduk. Meremas-remas rambutnya dengan napas naik-turun nggak teratur dan gemetaran.
Mima duduk di sebelah Inov. Diam.
Cewek gobloook! desis Inov sambil tetap menunduk dan meremas rambutnya.
Inov memang masih cinta sama Saira. Mima mengusap punggung Inov hangat. Lalu menepuk-nepuknya pelan. Lo cinta banget sama Saira, ya, Nov"
Inov terdiam. Iya, kan, Nov" Inov mendongak menatap Mima. Gue yang bikin dia kayak gini. Sekarang gue nggak bisa nolong dia.
Mima menepuk-nepuk bahu Inov lagi. Mendingan sekarang kita pulang dulu yuk, Nov" Di sini kita bisa bikin orang curiga. Lo juga masih harus istirahat, kan" Lo belum sehat banget lho, Nov. Yuk" Mima membimbing Inov berdiri.
Tanpa perlawanan Inov bangkit. Baru kali ini Mima merasa Inov lemah banget. Sifat dingin dan datarnya hilang begitu aja. Pandangan matanya yang tajam mendadak redup dan putus asa. Pasti. Inov pasti masih sayang banget sama Saira.
Gian memandang nanar dari kejauhan. Mima membimbing Inov dengan telaten. Tangan Mima melingkar di pinggang Inov. Gian menghela napas panjang. Merasa kesempatannya makin kecil. Tapi dia juga nggak akan mundur begitu aja. Zaman sekarang kan prinsip yang dipegang bukan cuma selama janur kuning belum melengkung, tapi selama bendera kuning belum berkibar hehehe....
Mima menyodorkan air putih untuk Inov minum obat. Mima menyentuh dahi Inov sekilas. Lo anget lagi, Nov. Lo mending langsung tidur deh.
Inov menelan obatnya lalu merebahkan kepala ke bantal. Makasih, Mi.
Mima mengangkat bahu. Lo sampe mau repot-repot ngurusin dan khawatirin gue. Nov, ini semua karena gue tau. Gue nggak mungkin diem aja sementara gue tau masalah elo. Kalo gue nggak tau juga gue bakal cuek-cuek aja. Jadi santai ajalah, Nov, yang penting lo harus sehat! Lo juga harus mikirin gue, Nov. Oke"
Inov tersenyum masam. Kecengan lo pasti bete banget nih.
Gian. Mima teringat Gian. Gimana dia tadi ninggalin Gian yang lagi semangat ngomong nggak tau apa. Mima malah ngeloyor buru-buru pergi demi Inov.
Mima bangkit dari duduknya. Lo istirahat deh, Nov. Gue ke kamar dulu.
Makasih, Mi. Mima keluar.
Tuuuut... tuuut... Aduuuh, Giaaan, angkat dooong! Mima mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja dengan nggak sabaran.
Tuuut... tuuut.... Halo" Ah! Akhirnya! Gian" Ini aku, Mima.
Gian diam sejenak. Mima" Eh, hai... tadi... gimana acaranya"
Acara" Iya, itu lho, waktu kamu mendadak pergi tadi, pancing Gian penasaran.
Mulut Mima terkunci. Dia harus bilang apa"! Kok Gian mancing-mancing begitu sih" Apa jangan-jangan Gian... liat"
Hei, Mi, sori, sori, udah nggak usah dipikirin pertanyaanku tadi. Ada apa, Mi"
Ada apa ya" Mendadak Mima bingung sendiri kenapa dia nelepon Gian.
Mi" Eng... rapatnya kapan, Gi"
Gantian Gian yang bingung. Lho, tadi kan aku udah bilang sama kamu. Jadwalnya lagi dikerjain sama anak OSIS. Nanti segera disebar.
Oh... kamu udah ngomong tadi"
Gian makin bingung. Iya, udah. Kamu nggak denger ya, Mi"
So-sori, Gi, aku tadi Udah, udah, nggak pa-pa kok, Mi. Aku malah khawatir sama kamu. Kamu nggak kenapa-kenapa, kan"
Mima tercenung. Ternyata Gian makin hari makin perhatian sama dia. Tapi Mima melewatkan semuanya gara-gara urusan Inov. Ya ampuuun...! Aku" Aku nggak pa-pa kok. Ya udah, nanti ketemu lagi di sekolah, ya"
Oke. Oke Mi! Gi! Mima dan Gian bicara bareng-bareng. Iya, Mi"
Kamu manggil aku kenapa" balas Mima. Nggak. Nggak jadi, jawab Gian gugup. Kamu" Nggak jadi juga, Gi...
... ... Oke. Udah dulu ya, Gi" Bye.... Bye, Mi....
Klik. Mima memeluk HP-nya di dada. Ya Tuhaaan, semoga semua pertolongannya buat Inov dapat ending yang baik. Supaya semua pengorbanannya, termasuk ngorbanin Gian pangeran impiannya, nggak sia-sia.
Tok tok tok... S EMUA mata yang lagi serius mendengarkan penjelasan
sang ketua rapat, Gian, kontan menoleh kompak ke arah pintu. Gian sendiri langsung berhenti menjelaskan.
Mima nyengir nggak enak karena datang telat ke rapat pertama bazar. Sori telat.
Biarpun nggak terang-terangan, semua orang juga bisa liat Gian langsung sumringah dan senang melihat Mima akhirnya nongol juga. Nggak pa-pa, Mi, kami juga baru mulai kok. Masuk aja...
Mima menoleh ke belakang. Yuk...
Gian mengernyit penasaran. Yuk" Memangnya ada sia Oh iya, Gian inget. Dia sendiri yang waktu itu menyuruh Mima mengajak Inov bergabung. Dan akhirnya cowok itu setuju. Mendadak Gian sadar. Dan nyesel.
Inov mengekor di belakang Mima dengan tampang nggak enak.
Wah, Inov ikut juga" celetuk seorang cewek takjub. Kayaknya itu temen sekelas Inov. Inov cuma tersenyum tipis dan melambai sekilas ke cewek itu.
Mima duduk di kursi agak depan yang kosong. Inov duduk di dekat beberapa cowok di kursi belakang. Dalam hati, Gian seneng dan lega banget Inov nggak duduk di sebelah Mima. Dengan perasaan tenang, Gian melanjutkan menjelaskan materi rapat.
Sumpah deh! Mima berusaha banget berkonsentrasi pada apa yang dijelasin Gian. Semua yang penting Mima catat serapi-rapinya. Tapi...
Uhuk! Uhuk! Uhuk! ...Gimana mo konsentrasi kalau Inov batuk-batuk melulu kayak gitu"! Sekali-sekali Mima melirik ke arah Inov. Cowok itu kelihatan beberapa kali berusaha menahan batuk, tapi gagal. Dia tetep aja batuk-batuk sepanjang rapat.
Gian beberapa kali mergokin Mima melirik khawatir ke arah Inov. Hati Gian mencelos, bergetar aneh. Rasanya... nggak rela.
Mima... Mima menghentikan langkah begitu denger suara Gian manggil dia. Eh, hei, Gi. Sori ya, tadi aku telat.
Gian senyum maniiis banget. Bikin Mima deg-degan. Entah kenapa dia yang bawel, rese, dan cerewet ini bisa jatuh cinta pada Gian yang serba kebalikannya. Pendiam, berwibawa, kalem... pokoknya calon pemimpin masa depan deeeh!
Udah, nggak pa-pa, lagi. Eng, kamu mau ke mana habis ini, Mi" Gian udah mutusin untuk selangkah lebih berani daripada cuma berlindung di balik bazar. Biarpun malu dan rasanya aneh, Gian nekat berani-beraniin ngajak Mima jalan. Minimal makan siang bareng deh....
Eng, nggak ke mana-mana sih, Gi. Kenapa"
Wah! Kesempatan emas datangnya cepet bangeeet! pekik Gian girang dalam hati. Aku... aku pengin ngajak kamu...
Uhuk uhuk! Dari kejauhan suara batuk Inov yang lagi jalan menjauh kedengaran jelas.
Aduh, kenapa batuknya makin menjadi-jadi gitu sih"! Gi! Aku lupa! Soriii banget. Aku... eh... aku ada janji sama Mama hari ini. Lain kali aja, ya"
MIMAAA!!! Otak lo kutilan ya sampe jadi nggak mikir"! GIAN NGAJAK JALAN! Dan lo, berkat kutil lo itu, milih bohong karena denger INOV batuk"! teriak suara hati Mima. Tapi... sisi lain hatinya bilang, kalo Inov batuk-batuk biasa, gue tinggal nyuruh tu cowok beli obat batuk. Lah kalo pingsan kayak kemaren"
Gian menatap Mima. Kecewa. Oh... kamu dah ada acara, ya"
Oh tidaaak!!! Why, TUHAN, why..."! Sori banget ya, Gi" Aku beneran baru inget. Padahal aku pengin bangeeet. Wussss! Muka Mima memerah waktu ngucapin kalimat terakhirnya. Habis gimana dooong" Gian harus tahu Mima juga sebetulnya pengiiiin banget pergi sama dia. Mima nggak mau Gian nyangka Mima nolak karena nggak mau!
Gian tetep senyum, walaupun Mima bisa ngeliat senyumnya beda. Ya udah. Lain kali aja, Mi. Nggak pa-pa kok.
Sori ya, Gi, aku... aku pergi dulu ya... Mima buru-buru pergi.
Gian memandang punggung Mima yang berlari-lari kecil. Dia yakin Mima mendadak nggak bisa waktu denger suara batuk-batuk Inov.
Lagi-lagi Inov. TAP! Langkah Inov berhenti waktu tangan mungil Mima menggenggam lengannya. Mima" Inov celingukan mencari Gian.
Mima tersenyum tipis. Udah gue tinggalin di sana. Lo panas lagi, Nov. Mima melepas genggaman tangannya di lengan Inov.
Gue nggak pa-pa. Itu kan kata lo! Kata Dokter kan belum tentu! sembur Mima sewot. Udah batuk-batuk edan gini masih sok bilang nggak pa-pa.
Gue masih kuat. Mima melotot sebal. Kata lo! Kata Tuhan" Belum tentu! Inov mengernyit. Bibirnya menahan senyum geli. Makin hari dia makin ngeh Mima yang galak dan berisik ini kalau ngomong bener-bener nyablak kayak ember bocor.
Mima teringat amplop di rumah hasil rontgen Inov yang belum mereka bawa ke Dokter. Ayo kita ke dokter hari ini! ajaknya.
Nggak usahlah. Ke Gian aja sana.
Idih! Dasar sok kuat! Mima menyambar tangan Inov. Ayo ah! Ikut gue! Lagian ngapain kita keluar uang sampe miskin mendadak cuma buat bayar rontgen ini, kalo hasilnya nggak dibaca dokter"!
Inov terdiam. Lalu menatap Mima serius. Mi, kita baca hasil aja, ya" Kalo cuma baca hasil gue mau.
Mima balas menatap Inov nggak ngerti. Gue mau tau, tapi gue nggak mau dirawat. Belum. Buk! Mima mengentakkan kakinya ke aspal. Lo kok kerjaannya bikin pusing melulu sih!!!
KLINIK BERSAMA SEJAHTERA ABADI
Di klinik ini ada dokternya. Dia pasti bisa baca hasilnya. Kalo harus dirawat, kita pake alasan Mama-Papa-lagi-pergi lagi. Ngerti, nggak"! Mima menyiku lengan Inov. Inov menoleh. Ngerti, Bos.
Ih! Mima mendelik sebal. Lo bercanda nggak pada waktunya! Dasar robot! Baru jalan ya, chip bercandanya"! Ayo! Inov mengikuti langkah Mima masuk klinik.
Dokter jaga klinik itu masih kelihatan muda. Tersenyum ramah waktu Mima dan Inov duduk di kursi di hadapannya. Gimana, apa keluhannya" Siapa nih yang sakit" Inov menyodorkan amplop hasil rontgen ke depan dokter muda itu. Waktu itu saya sakit. Dokter di rumah sakit ngasih rekomendasi untuk rontgen, Dok. Tapi rumah kami jauh dari rumah sakit yang waktu itu. Jadi saya mau tau hasilnya di sini aja.
Dokter itu membuka dan membaca hasil rontgen itu serius. Alisnya beberapa kali berkerut. Tangannya bolak-balik mengusap dagu.
Selama ini Mima ngamatin, kalo Papa udah mulai begitu, biasanya pertanda nggak baik. Waktu Mima SMP, Papa baca rapor Mima begitu tuh gelagatnya. Alis berkerut-kerut, ngusap-ngusap dagu, habis itu... JDAR JDER ngomel! Dokter ini sih nggak mungkin ngomel, tapi bisa aja menyampaikan berita buruk, kan"
Oke, Satria November saya panggil apa nih" Satria" Inov aja, Dok.
Dan, gadis cantik ini..." Dokter itu menatap Mima sambil senyum.
Mima ikut-ikutan senyum. Saya adiknya, Dok. Dokter itu manggut-manggut. Inov. Saya Dokter Benny. Gini, Inov, saya udah baca hasil rontgennya. Akhir-akhir ini gimana" Masih pusing" Batuk" Demam" Apa ada yang dirasa nggak enak"
Inov melirik Mima. Ngasih kode supaya dia sendiri yang jawab sebelum si bawel ini merepet membocorkan yang nggak penting. Kadang-kadang, Dok. Memangnya apa hasilnya, Dok"
Dokter Benny menarik napas. Kayak siap-siap mo ngomong sesuatu yang serius banget. Jadi begini, Inov, lebih baik saya jelaskan aja semuanya, ya"
Inov mengangguk. Mima juga, biarpun dia nggak ditanya. Maklum, releks sok tahu dan sok pengin tahu.
Dokter Benny terdiam sebentar. Hasilnya nggak terlalu bagus, Nov. Kamu perokok"
Inov keliatan bingung. Lalu mengangguk. Dulu, Dok, tapi udah beberapa lama berhenti.
Dokter Benny manggut-manggut. Hm, ya, ya. Jadi, Nov, ada masalah sama paru-paru kamu. Kemungkinan ada infeksi. Lebih jelasnya kamu harus ke dokter spesialis, Nov. Sebaiknya kamu ke rumah sakit besar yang fasilitasnya lebih lengkap.
Bukan cuma rokok, tapi Inov udah menghirup berbagai macam zat berbahaya buat badannya. Nggak heran paru-parunya rusak.
Mima melirik Inov. Biarpun cowok itu berusaha kelihatan tenang, kekagetannya nggak bisa terlalu sukses disembunyiin. Gitu ya, Dok" Jadi saya kemungkinan... infeksi paru-paru" Dokter Benny berdeham pelan. Bukan cuma itu, Nov. Inov dan Mima menatap Dokter Benny penasaran. Sebelumnya maaf ya, Nov, saya perlu tanya sama kamu, Apa kamu pemakai atau pernah pake narkoba" DEG! Gile dahsyat juga ya hasil rontgen" Kok bisa Dokter Benny nanya begitu" Iya Dok, saya baru keluar rehab, dengan mantap Inov menjawab.
Mima tahu persis Dokter Benny kaget. Tapi dia kagum sama kebesaran hati Inov yang mau mengakui kesalahannya. Tapi sudah berhenti total"
Inov mengangguk. Lebih mantap lagi. Sudah, Dok. Dokter Benny menepuk-nepuk punggung tangan Inov kagum. Bagus, bagus. Yang kamu lakukan dulu memang salah. Tapi setidaknya kamu udah sadar, dan jadi lebih baik. Banyak orang yang sudah salah malah diterusin, kan" Menyesal lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali, kata Dokter Benny, mendadak ceramah.
Lalu Dokter Benny kembali menatap Inov serius. Begini, Nov, kemungkinan besar akibat perilaku kamu di masa itu, bisa jadi liver kamu juga ada masalah. Kelihatannya kamu harus mendapat penanganan serius, Nov. Organ dalam kamu kemungkinan banyak yang infeksi dan bermasalah. Kamu harus diperiksa lebih lanjut. Klinik ini nggak punya alatnya. Saya pun bukan dokter spesialis penyakit dalam. Sebaiknya secepatnya, Nov.
Harus ke internis" Kemungkinan harus dapat penanganan serius" Inov beneran mo mati, ya" Dan CUMA Mima yang tau"! Ini bener-bener malapetakaaa!!! Bencanaaa!!! Kutukaaan!!!
Dokter Benny mengambil kertas dengan cap nama dan alamat praktiknya, lalu menulis sesuatu, memasukkannya ke amplop, dan menutupnya rapat. Nah, ini surat pengantar buat dokter di rumah sakit. Biar mereka tau kamu sudah pernah saya periksa. Hasil rontgennya jangan lupa dibawa ya, Nov.
Inov menerima surat yang disodorkan Dokter Benny. Makasih banyak, Dok.
Semoga cepat sembuh ya. Inov mengangguk.
Ayo, Kak..., kata Mima. Teteup berakting.
D UAGHHHH! Argh! Inov terpental ke dinding rapuh bangunan tua yang mulai gelap karena sudah sore. Lumut dan serpihan tembok berjatuhan ke lantai.
Berani lo ya!!! Cowok ceking berkaus kutung dengan tato bergambar nggak jelas di tangannya itu mencengkeram kerah baju Inov. Lo mo pura-pura lupa hari ini tanggal lo setoran"! HAH"!
Sambil meringis, Inov mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Gue nggak pura-pura lupa. Gue juga nggak lupa. Gue cuma minta waktu, karena uang itu gue pake ke dokter.
Alaaahhh! Banyak bacot lo!!! Jdat! Cowok ceking lain yang kuping, hidung, dan alisnya penuh anting menoyor jidat Inov kencang. Sakit apa lo sampe perlu ke rumah sakit segala!" Sakit jiwa"! Gila lo sekarang"! HAH"!
Inov diam. Merasa pertanyaan nggak penting itu nggak perlu dijawab.
Lo minta dihabisin, ya"! Hah"! Paling juga tu barang lo pake sendiri tapi lo nggak mo bayar, kan"!
Susah payah Inov berusaha berdiri. Udah gue bilang, gue ke dokter. Gue cuma minta waktu. Gue pasti setor.
BUGHHH!!! Satu tonjokan lagi melayang ke muka Inov. Kali ini cowok rada pendek dengan rambut berdiri ikut berpartisipasi menyumbangkan tinjunya.
Tiba-tiba si ceking bertato maju. Lalu lagi-lagi mencengkeram kerah leher Inov yang terduduk kena pukul. Heh, lo tau pesta kami bakal di mana minggu ini"! Ha" senyum licik menghiasi bibir si ceking bertato ancur.
Saira! Inov terbelalak marah. Si ceking malah ngakak. Cewek lo itu cantik juga ya" Mana udah kehabisan uang, lagi! Cewek model begitu lo anggurin. Revo sih nggak bakal nyianyiain cewek itu! Hahaha!
EH! Jangan macem-macem kalian sama dia!!! teriak Inov sambil berusaha bangun dengan panik.
BRUKKK! Dengan cepat cowok-cowok ceking itu mendorong Inov sampe terjengkang duduk lagi. Apa"! Mo apa, lo"! Heh! Siapa suruh lo kabur ke sini dan ninggalin tu cewek sama kami"! Jangan sok jagoan, lo! Kalo setoran lo nggak beres, jangan sangka lo bisa kabur gitu aja ya! Jangan belagu lo mikirin cewek itu segala! Sebelah tangan si ceking bertato menekan leher Inov.
Mata Inov memerah. Mukanya menegang marah. Jangan ganggu Saira!
Plak! Si anting berderet menepak kepala Inov. Jangan ganggu" Siapa yang ganggu" Cewek lo tuh butuh barang! Sakaw! Nagih! Dia yang mau jadi tuan rumah demi barang gratis. Dan lo tau Revo, kan" Nggak ada yang gratis!
ERGGH! Lepasin gue! Kalian mo apa sekarang" Gue nggak ada uang. Gue bakal bayar, tapi perlu waktu! Atau kalian mo ngabisin gue aja sekarang, jadi kalian nggak dapet setoran sama sekali"!
Tiga preman ajaib itu saling pandang. Akhirnya si rambut berdiri mendekati Inov sambil cengengesan licik. Lo pinter juga ya" Lo ngancem kami" Iya"
Inov diam. Jari-jari si rambut berdiri mencengkeram pipi Inov kencang. Oke! Lo kami kasih waktu! Tapi kalo sampe lo molor, awas aja!!! Lo tau sendiri akibatnya!
HEEEH! LEPASIN TEMEN GUE!!!
Inov terenyak. Lengkingan suara itu... MIMA! Dengan susah payah Inov menoleh ke arah suara. Bener. Mima. Sial, ngapain dia ke sini"
Si ceking langsung menatap bengis, mengenali Mima. Naaah, kebetulan lo dateng! Eh, cewek sok jagoan! Lo yang janji setoran Inov bakalan lancar! MANA"!
Mima meluruskan tangan kanannya ke depan dengan telapak tangan terentang menahan si ceking mendekat. Berhenti!!! Lo pikir gue bego, ke sini sendirian"! Liat tuh! Mima menunjuk ke belakangnya. Itu satpam sekolah sama satpam kompleks deket sini! Di kejauhan tiga bapak-bapak dan satu orang berpakaian satpam tampak mendekat. Mereka semua jago kungfu, tau!
Berhasil! Tiga preman ceking itu panik ketakutan. Si rambut berdiri melepas cengkeramannya di pipi Inov dengan kasar, lalu mengancam sebelum kabur. Inget kata-kata kami tadi! Revo nggak pernah main-main! Lalu mereka bertiga kabur.
Mima berlari menghampiri Inov yang terduduk lemas, dengan sudut bibir masih sedikit berdarah dan pipi lebam kebiruan. Nov, Nov! Lo nggak pa-pa, kan"! Nov! Lo sadar, kan, Nov"! Sadar, kan"! Pak-pok-pak-pok. Mima menepuk-nepuk pipi Inov dengan gaya paramedis nyadarin orang pingsan.
Bisa pingsan bentar lagi... kalo terus ditabokin begini, kata Inov lirih.
Ups! Mima nyengir. Tangannya releks berhenti menaboki pipi Inov. Sori, sori, Nov. Tapi lo bener nggak pa-pa, kan" Aduuuh, lo memar-memar gini, lagi! Gue lagi nih yang kena interogasi!
Arghhh... Inov mengerang kesakitan memegangi perutnya.
Nov! Kenapa, Nov" Mima makin panik. Pak! Pak! Buruan, Paaak! Bantuin nih, bantuin!
Satu satpam dan dua bapak-bapak berlari mendekat dan buru-buru membopong Inov yang mengerang-erang kesakitan.
Apa nggak sebaiknya langsung dibawa ke dokter" Mima mematung. Mendadak beku mendengar suara cowok barusan. Takut-takut Mima menoleh. Gi-Gian..." Ngapain kamu..."
Gian buru-buru menopang Inov.
Mima melongo. Kenapa Gian ada di sini! Kenapa ada GIAN" Ngapain GIAN di sini"
Aku liat kamu panik berlari-lari ngajak Pak Satpam. Tadi aku baru selesai beresin ile di ruang OSIS. Aku... aku khawatir aja.
Glek! Mima menelan ludah. Antara ge-er dan bener-bener shock ada Gian di sini, ikut heboh nolongin Inov yang dikeroyok orang.
Kenapa bisa gini, Mi" Siapa yang mukulin Inov" Argh! Mikir, Mima! Mikiiir! Eng, itu... itu... preman. Ya, preman-preman. Waktu itu Inov pernah dipalak sama mereka, tapi nggak ngasih. Mereka dendam. Aku... aku curiga aja waktu tadi sempet liat Inov diseret mereka. Makanya aku ajak Pak Satpam ke sini. Lumayan lancar juga nih Mima ngeles. Padahal bohong buesaaar! Sebenernya tadi siang Mima heran Inov yang janji pulang bareng ngilang nggak bilang-bilang. Ditelepon nggak diangkat. Teringatlah Mima: JADWAL SETORAN! Seketika itu juga Mima tau di mana Inov. Dia langsung mengajak Pak Satpam menyusul Inov. Plus ngajak dua tukang becak buat pura-pura jadi anak buah satpam.
Inov melirik Mima yang dengan lancar ngibulin Gian. Bener-bener nggak nyangka Mima bakal muncul di sini. Cewek satu ini memang ratunya nekat. Ibaratnya, orang lain kecebur berenang cari selamat, yang satu ini begitu mau kecebur malah bawa peralatan selam.
Gian kayaknya termakan kibulan Mima mentah-mentah. Terus sekarang gimana, Mi"
Tolong bantu panggil taksi, ya" Pak, tolong panggilin taksi. Mima menahan punggung Inov yang sempoyongan dari belakang, sementara Gian dan Pak Satpam membopong Inov.
Salah satu bapak-bapak bayaran Mima langsung buru-buru jalan ke depan dan manggil taksi. Untung pas banget ada yang lewat.
Pelan-pelan Gian dan Pak Satpam mendudukkan Inov di kursi belakang.
Makasih ya, semua.... Mima merogoh sakunya, menyodorkan uang sepuluh ribuan buat masing-masing tukang becak bayaran. Dengan kaku dan serbasalah Mima mendekati Gian. Makasih banget ya, Gi, kamu mau repot-repot dateng ke sini.
Gian kelihatan khawatir. Kamu nggak mau aku temenin nganter Inov ke rumah sakit, Mi"
Giaaan! Elo baik banget siiiihhh!!! Hati Mima mencelos. Tapi sayang ia terpaksa menjawab, Nggak usah, Gi. Ni anak pasti nggak mau dibawa ke rumah sakit. Paling langsung pulang ke rumah.
Sekilas ekspresi Gian kelihatan kecewa. Enak ya, serumah sama kamu..., katanya setengah bergumam.
Apa, Gi" Gian gelagapan. Grogi setengah mati udah keceplosan. Eh, nggak, nggak. Maksudnya enak aja gitu, serumah, jadi nggak ribet nganterinnya. Ya, kan"
Mima tersenyum tipis. Ya udah, Gi. Aku jalan dulu ya" Mamaku bisa nge-rap nih kalo kelamaan.
Set! Tiba-tiba Gian menangkap pergelangan tangan Mima yang mau masuk taksi.
DEG! Jantung Mima serasa copot. Dengan muka merah padam karena dag dig dug tangannya dipegang Gian, Mima menoleh malu-malu. Kenapa, Gi"
Bukannya jawab, Gian malah bikin jantung Mima pengin I m sorry goodbye alias pamit berhenti kerja karena nggak kuat berdetak lagi, dengan menatap Mima lewat matanya yang tajam, teduh, plus penuh wibawa itu.
Gi" Setengah mati mengatur napas, Mima sukses bikin suaranya nggak gemetaran karena ge-er dan deg-degan.
Tangan Gian yang menggenggam pergelangan tangan Mima terasa dingin. Nggak salah nih"! Gian juga grogi! Engng, aku cuma mo bilang, ati-ati ya"
Wiiih, cuma mau bilang itu sampe pegang tangan" Mima pasang senyum grogi semanis mungkin. Iya, Gi. Tenang aja. Makasih ya...
Gian menatap Mima. Mima menatap Gian. Hening...
Neng" Ini teh ke mana tujuannya"
Uwaaa! Kejam nian wahai kau sopir taksi! Nggak bisa lihat adegan romantis!
Gian melepas genggamannya. Yaaah, Mima kecewa. Biarpun tangan Gian dingin karena grogi, Mima betaaah! Maunya Mima, Gian ikut aja. Tapi Mima nggak berani ambil risiko Gian penasaran dan tanya ini-itu. Mana bisa sih nahan rahasia lama-lama dari pujaan hatiii"! Ya, nggak"! Ya, nggaaak"! Dah, Gi... Mima masuk taksi, duduk di samping Inov. Dengan gentleman Gian menutupkan pintu Mima. Telunjuk Mima menekan tombol power window. Sementara taksi jalan pelan-pelan, Gian dan Mima masih sempet-sempetnya saling pandang malu-malu.
Ehem! Mabok cinta nih yeee" Uhuk! Uhuk!
Ih! Mima menepuk bahu Inov sebal. Apa sih"! Rese! Mima menyipitkan mata. Nov, lo tuh tadi apa-apaan sih"! Ngapain lo pergi sendiri kayak gitu" Untung gue cari bantuan. Coba kalo nggak! Sekarang gue mesti bilang apa lagi nih kalo ketauan Mama"!
Inov menepuk telapak tangan Mima pelan. Jangan bilang.
Enak aja nih kalo ngomong. Mima manyun. Gimana caranya" Kalo lo ketauan babak belur gini ya pasti gue ditanya dong, Nov! Mama itu instingnya tajem, tau! Cita-citanya aja waktu kecil pengin jadi polisi. Hobinya baca buku detektif. Film kesukaannya CSI! Gimana, coba"! Gue streeesss, tau, diinterogasi Mama! Mendadak Mima histeris.
Neeeng, masih sekolah mah jangan stres, Neeeng, nanti Neng teh pusing. Migren. Jantungan. Asma. Maag! Kata Dokter di TV, penyakit kayak begitu pemicunya itu bisa dari stres! Tahu-tahu si sopir taksi main nyamber aja.
Bibir Mima makin maju. Manyun gila-gilaan. Bapak juga nih. Udah tua jangan nguping! sahut Mima sebal. Kita berhenti di pos kosong kompleks ya, Mi, bisik Inov. Mima memutar bola matanya pasrah. Permintaan yang nggak mungkin Mima tolak. Mima tahu banget.
Nih, Pak, makasih ya... Mima menyodorkan ongkos taksi ke sopir taksi bawel dan suka ikut campur urusan anak muda itu.
Si sopir bukannya langsung menerima uang Mima, malah celingukan ngamatin pos satpam kosong di pinggir jalan. Ck, ck, ck, anak muda zaman sekarang. Kalian mau pacaran di pos satpam kosong itu" Ingat, itu dosa. Ingat orangtua kalian, ingat masa depan bangsa....
HAH"! Mima merengut sebal. Masa depan bangsa apaan"! Gimana masa depan bangsa ini kalo generasi mudanya sudah menyisihkan moral, norma-norma Pancasila, dan adat ketimuran"
Busyet deh! Pak, mau terima uangnya nggak nih" Apa gratis"!
Neng, saya ini cuma mengingatkan kalo...
Mima meletakkan uangnya di atas dasbor. Nggak perlu deh, Pak. Dijamin kami nggak bakal merusak masa depan bangsa! Udah deh, Pak. Narik aja gih! Daripada Bapak merusak masa depan uang belanja istri kalo setoran kurang.
Si sopir seolah kena skak mat. langsung tancap gas dan pergi.
Rese, sungut Mima. Ayo, Nov... Dengan hati-hati Mima membopong Inov ke pos satpam kosong.
Uhuk! Dia nggak tau aja, lo penyelamat masa depan bangsa. Gue, maksudnya.
Ha-ha! Dan mendingan nggak usah kayaknya. Ribet. Mima ngomel-ngomel.
Mima membimbing Inov duduk di balik pos. Inov bersandar di dinding yang mulai keropos. Mima duduk di sebelahnya.
Lo pulang duluan aja, Mi.
Pulang duluan gimana" Asal jeplak aja. Terus lo gimana" Mo gue biarin digerogotin tikus sama kecoak di sini" Nanti gue nyusul.
Nyusul" Maksudnya"
Biar lo nggak diinterogasi. Kalo kita pulang sendiri-sendiri, artinya lo nggak tahu apa-apa.
Genius! Tapi Mama lebih genius! Nggak ngaruh. Gue tetep bakal diinterogasi biarpun gue pulang sekarang terus lo pulang tiga tahun kemudian. Halooo! Secara gue yang tiap hari paling sering ketemu lo, satu sekolah sama lo! Dengan kata lain: Nggak ada orang lain yang bakal ditanya kecuali Mima menunjuk dirinya sendiri GUE! Udah. Kita pulang bareng.
Arghh... Inov memegangi perutnya yang beberapa kali kena tonjok dengan kesakitan. Sementara mukanya meringis akibat lebam di pipi dan luka di sudut bibirnya.
Karena kelihatannya memang menyakitkan, Mima ikutikutan meringis sambil menyentuh perut Inov pelan. Sakit banget, ya, Nov"
Inov nggak jawab. Cuma meringis.
Nov, mendingan kita pulang sekarang. Di rumah luka dan memar lo bisa dikompres dan diobatin. Kita pake alasan yang sama kayak ke Gian aja. Yuk, Nov, gue bantuin sini. Mima memapah Inov pelan-pelan.
Satria November Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Inov jalan terseok-seok. Makasih, Mi....
Nggak bisa selamanya gini, Nov. Harus ada penyelesaian, jawab Mima pelan tanpa menoleh ke Inov.
Makin deket rumah jantung Mima makin nyut-nyutan. Bener-bener ciut. Jam segini semua pasti lagi pada ngumpul di ruang TV. Daripada ngadepin Mama, kayaknya mendingan dipatok seribu ayam gendut, diciumin monyet, dikentutin sapi, atau apa pun. Biarpun pasti sakit, geli, dan bau, yang penting itu semua bukan tatapan tajam detektif ala Mama. Kayak sekarang ini....
Mama menatap penuh selidik ke arah Mima dan Inov. Mima yang cengengesan dan Inov yang bersandar lemas di bahu Mima dengan muka babak belur. Tahu-tahu Mama berdiri tergopoh-gopoh menghampiri Inov. Ya ampuuun, ini kenapa lagi sih" Kamu kenapa, Nov" Mama menoleh ke Mika. Mika, bantuin Mama dong, papah Inov ke kamarnya, ayo...
Mika buru-buru bantuin Mima dan Mama. Sementara Papa, yang seperti biasa lagi ngemil dengan penuh konsentrasi, baru ngeh belakangan tapi langsung menaruh stoplesnya, berdiri, dan lari menggantikan Mima memapah Inov ke atas.
Ini kenapa" Ada apa" Mi, Inov kenapa" Ramalan tepat seratus persen! Betul, kan, Mima nggak akan lepas dari interogasi Mama" Buktinya begitu Inov aman di ranjang, tatapan khawatir Mama otomatis berubah jadi tatapan detektif.
Ayo, Mimaaa! Tadi kan udah latihan, waktu ngomong ke Gian. Tinggal ngulang doang. Jangan kalah sama tatapan hipnotis Mama dooong. Ini, Inov dikeroyok preman, Ma. Aku... aku sama Pak Satpam datangnya telat. Makanya, makanya keburu babak belur gini.
Tatapan Mama yang memancarkan sinar X, Y, Z, dan segala sinar lain yang mematikan bergantian menatap Inov minta konirmasi. Iya, Tante... Uhuk! Aku nggak mau ngasih waktu dipalak. Mereka marah. Untung ada Mima sama satpam... Auw...
Berhasil nih kayaknya. Pandangan Mama yang tadinya bisa buat motong semangka, ngupas kentang, dan ngiris bawang saking tajamnya, pelan-pelan berkurang. Tapi, Kok ada preman di deket sekolah"
Ternyata Mama nggak main percaya gitu aja kayak Gian.
Yah, Mama, mana Mima tau" Masa Mima mesti tau jadwal nongkrong preman"
Mama diam. Ya udah, Nov, sini Tante liat luka kamu. Mama menyentuh lebam di pipi Inov. Dan sukses melengkapi hari ini sebagai Hari Meringis buat Inov. Kamu ke dokter aja, ya" Badan kamu juga agak panas nih. Jangan-jangan kamu demam, jadi nggak bisa melawan, ya" Pasti susah kan kalo lagi pusing harus ninju, nendang, ato apa gitu" Idih, Mama! Kok malah nyuruh Inov berantem siiih" Inov cuma meringis (lagi). Nggak usah, Tante. Nggak usah ke dokter. Luka kayak gini sih di-Betadine-in juga bisa sembuh, Tante.
Mama memandangi Inov khawatir. Kamu yakin" Inov mengangguk. Yakin, Tante.
Mama menepuk bahu Inov pelan. Ya udah. Tante ke bawah dulu. Ambil kompres sama kotak P3K. Mima, Mika, tolong bantu obatin Inov, ya"
Tante! panggil Inov cepat.
Langkah Mama terhenti di ambang pintu. Kenapa, Nov" Mata Inov memohon ke Mama. Jangan bilang Bunda ya, Tante" Tolong.
Mama cuma tersenyum keibuan, lalu keluar dan menutup pintu kamar.
Mika mengompres lebam Inov. Lo sebenernya kenapa sih, bro" Beneran kena hajar preman"
Sekilas Mima dan Inov pandang-pandangan. Saling melempar kode supaya jangan ngasih tahu Mika. Inov mengangguk pelan. Iya. Nggak tau gue, disangka gue banyak duit, kali. Apes.
Mungkin nggak ya tatapan itu menurun" Soalnya Mika tahu-tahu memandang Mima penuh selidik dengan tatapan tajam pengiris bawang, pengupas kentang, pemotong semangka Mama tadi. Kok lo bisa tau, Mi"
Ya tau lah! Pas gue mo keluar gerbang, gue liat dia digiring preman. Ya gue panggil satpam. Dasar aja tuh bapakbapak larinya pelan. Jadi aja Inov keburu bonyok.
Tangan Mika berhenti mengompres Inov. Bentar ya, gue ambil Betadine. Bibir lo luka tuh... Mika bangkit dan melangkah keluar kamar.
Begitu Mika tutup pintu, Mima melompat duduk di samping Inov. Nov, perut lo kayaknya sakit bukan cuma garagara kena bogem. Lo harus ke rumah sakit, Nov. Lo inget kan kata dokter waktu itu" Lo harus dapet penanganan serius. Nov, udah deh, emang kenapa sih kalo bunda lo tau lo sakit" Bunda lo juga tau kan lo pernah make" Lo harus ke rumah sakit, tau!
Ssst! Tahu-tahu Inov menempelkan telunjuknya ke bibir Mima.
Set! Mima releks menepis telunjuk Inov. Ih, apaan sih lo, Nov"
Sori. Gue nggak kuat bungkem mulut lo. Tapi gitu juga diem, kan"
Mima diem. Sebel banget. Mi, please. Gue nggak pa-pa. Gue nggak mau bikin Bunda kepikiran. Buktinya gue masih baik-baik aja, kan"
Baik-baik dari Hong Kong"! Babak belur gini baik-baik aja " Mana badannya panas, lagi.
Obat dari Dokter kemarin juga masih ada kok, sambung Inov.
Iya, tapi kan kata Dokter kalo sebelum obat habis lo masih ngerasa nggak enak, lo harus buru-buru ke rumah sakit.
Set! Telunjuk Inov menempel di bibir Mima lagi. Mima langsung angkat tangan ala orang kalah perang. Menyerah.
Please, Mi... Mima menghela napas putus asa. Tapi lo janji sama gue ya, Nov, kalo misalnya ngerasa nggak beres lo harus bilang sama gue. Nov, lo pikirin gue juga dong. Sebagai satu-satunya manusia yang memegang rahasia gila lo ini, gue juga bisa mendadak gila gara-gara stres kebanyakan pikiran! Lo mo bikin gue gila" Lo tau nggak, sakit jiwa itu
Cklek! Suara pintu terbuka bikin Mima menutup mulut. Melirik keki ke Inov yang membuang napas lega. Kayaknya kalau Mima masih merepet, telunjuk Inov bakal nemplok di bibirnya lagi. Kalau cewek-cewek yang lagi sok romantis pacaran, waktu telunjuk cowoknya nempel di bibirnya pasti langsung degdegan ke-ge-er-an. Itu sih romantis! Lah ini" Cuma gara-gara nggak kuat bungkem mulut Mima pake seluruh tangan, Inov malah ngerusak adegan yang seharusnya romantis itu. Nyebelin!
Mika masuk dengan kapas dan Betadine, dan percakapan Mima-Inov pun terpaksa ditunda.
M ENURUT kamu gimana, Mi" Gian melirik Mima yang berjalan di sampingnya. Eng... apa, Gi"
Gian tersenyum kocak. Dia suka banget Mima yang nyablak apa adanya. Tapi entah kenapa, Mima selalu mendadak salting dan gugup tiap kali ngomong sama dia. Yah, Gian sama aja sih. Udah aslinya pendiam, setiap berdekatan sama Mima kayaknya Gian harus mengeluarkan nyali cadangan biar nggak terlalu kelihatan culun di depan Mima.
Warna dasar panggung. Menurut kamu gimana, mendingan warna ngejreng kayak ungu, hijau elektrik, atau merah, apa warna-warna soft kayak biru langit"
Ohhh. Itu pertanyaannya. Mima meringis malu sendiri. Kirain ditembak. Ehm, kalo menurut aku sih warna-warna ngejreng juga seru, Gi. Sekarang kan lagi zamannya warna serbaberani gitu. Menurut aku sih...
Hhh! Hari ini indah banget. Inov nggak masuk karena mendadak nggak enak badan. Bukannya Mima nyukurin Inov
sakit. Tapi kan saat-saat kayak begini langka banget, bahwa dia bisa tenang di sekolah tanpa harus mikirin Inov. Gian membolak-balik buku contoh warna dengan serius. Mi! Tahu-tahu pundak Mima ditepuk pelan. Begitu menoleh, Mima langsung berhadapan dengan muka jail tiga sahabatnya yang cengar-cengir nggak jelas.
Ikut makan mie ayam, nggak" tanya Riva sambil cengengesan nyebelin.
Ya nggak laaahhh! jawab Mima dalam hati. Masa dia mau ngorbanin waktunya berduaan sama Gian demi mie ayam! Biar dikasih gratis plus gerobak dan abangnya sekalian juga Mima ogah! Ehm, gimana ya" Sebenernya gue pengin banget sih. Tapi gue sama Gian masih harus ngecek sesuatu. Mima melirik Gian, berharap Gian menangkap ketulusan, kesucian, kemurnian, dan kengebetan hatinya untuk bisa bersama dia.
Makan mie ayam di mana" tanya Gian kalem. Depan kantor pos. Dena menunjuk arah kantor pos. Tau, kan, Gi"
Gian ngangguk. Tau. Kebetulan urusan kami hampir selesai kok. Aku juga laper. Nanti Mima biar sama aku ke sananya. Gimana"
Enam deret alis naik-turun bareng-bareng. Persis grup ulet bulu joget breakdance. Sok-sok ngirim kode cieeeh-cieeehswit-swiiiit ke Mima.
Riva sok asyik menepuk lengan Gian. Beneran, ya" Mima dianter, yaaa"
Jempol Gian teracung. Pasti.
Tadi alis naik-turun bareng, sekarang tiga mulut nyengir genit berbarengan.
Ya udah, kalo gitu kami duluan yaaa..., Kiki mencubit pipi Mima sambil mengerling.
Mima mendelik galak. Iya, iya! Udah, sana pada pergi! Hus! Husss!
Kiki, Riva, dan Dena pergi sambil cekikikan.
Gian memarkir motornya di depan warung mie ayam.
Kiki, Riva, dan Dena langsung cengar-cengir begitu melihat Mima datang boncengan sama Gian.
Dateng juga. Kirain nggak jadi, celetuk Kiki usil. Gian menggantung helm di setang motor. Tangannya releks mendorong bahu Mima lembut. Bikin Mima jedagjedug serasa dirangkul. Yuk, Mi....
Baruuu aja mau melangkah masuk warung mie ayam, tahutahu...
Mima! Mima nggak terlalu ngenalin suara cewek yang manggil dia barusan. Tapi Mima yakin banget dia pernah denger suara itu. Sambil berharap semoga dia salah, Mima menoleh... Saira"
Ternyata tebakan Mima tepat, sama sekali nggak meleset barang setitik pun. Itu memang suara Saira. Mantannya Inov. Cewek ceking tapi cantik itu kelihatan lebih mending daripada waktu Mima pertama kali bertemu dengannya. Kali ini matanya yang sayu nggak berleleran air mata. Hidungnya yang bangir juga nggak berlepotan ingus. Tapi tetap aja mukanya sembap dan pucat.
Mima, gue mo ngomong soal Inov, suara Saira bergetar. UH! Spontan Mima menoleh ke Gian. Cowok itu masih berdiri di dekatnya. Bisa dipastikan dia mendengar kalimat Saira barusan. Berdasarkan pengalaman pertama dulu, Mima ingat cewek ini bisa histeris dan ngomong apa aja, tanpa peduli sekitarnya. Menurut yang Mima baca, itu memang kecenderungan para pecandu dan pemakai narkoba. Mereka jadi agresif, impulsif, dan nggak masuk akal.
Nggak bisa nanti aja ngomongnya"
Mata Saira yang sayu menatap Mima maksa. Gue mo ngomong sama lo soal Inov sekarang! Nadanya memerintah, langsung bikin Mima sadar Saira bakal segera histeris kalau nggak diturutin.
Mima mengangkat tangannya. Oke! Oke! Bentar! Dasar pengacau! Baru aja Mima mau makan mie ayam bareng Gian. Biarpun warungnya panas, Mas yang dagang agak-agak BB alias bau badan, makan sambil diliatin kucing buduk yang kelaperan, ini kesempatan LANGKA! Kenapa juga si Saira bisa tiba-tiba nongol di sini"!
Mima berbalik menghadap Gian. Gi, sori ya. Soriii banget. Aku nggak jadi makan mie ayam. Aku
Ada urusan" tebak Gian cepat. Bikin Mima nggak enak. Sori ya, Gi" Tapi... ini penting banget. Temen aku ini dari Jakarta. Kasian udah jauh-jauh.
Gian nggak bisa nyembunyiin kekecewaannya kali ini. Cowok itu setengah mati berusaha senyum, dan gagal kelihatan tulus kayak biasanya.
Hati Mima langsung nge-drop. Padahal dia udah satu langkah lebih maju. Lagi-lagi gagal karena urusan Inov. Kamu nggak pa-pa, kan, Gi"
Nggak. Nggak pa-pa kok. Aku makan mie ayam sama temen-temen kamu aja. Sekalian udah di sini ini.
Uwaaa! SEBEEEL! Mima melirik sandal jepit butut yang tergeletak di jalanan. Melihat muka Saira yang maksa dan nggak sabaran, pengin banget Mima memungut sandal butut itu buat dijadiin senjata jurus yang baru Mima ciptain: Kepretan Setan! di muka Saira.
Kamu nggak mau bungkus, Mi" Buat makan di rumah, suara Gian yang sejuk bikin Mima makin semangat pengin mungut sandal jepit terbengkalai itu buat ngepret muka Saira.
Nggak usah, Gi. Gi... sori banget, ya" Aku juga nggak tau dia ada di sini.
Gian menepuk-nepuk bahu Mima pelan. Nggak pa-pa. Set! Tahu-tahu Riva menarik lengan Mima sampai setengah badannya masuk ke warung mie ayam. Lo beneran mo cabut sama tu cewek" Siapa sih"
Panjang deh ceritanya. Tapi serius, gue harus nemuin dia. Riva menatap Kiki dan Dena bergantian. Yang ditatap angkat bahu. Sama-sama nggak tahu.
Nanti deh ya gue ceritain, sambung Mima. Gue pergi dulu ya. Dah, Gian... Mima melesat pergi.
Tu anak kenapa sih" Siapa lagi tu cewek yang mo ngomongin Inov" sungut Riva begitu Mima pergi.
Akhir-akhir ini Mima sering banget ngurusin Inov. Aduh! pekik Kiki begitu disiku Dena. Kiki menoleh dan baru ngeh kenapa.
Gian! Gian berdiri menatap mereka bertiga tetap dengan muka kalemnya. Kalian yakin Mima sama Inov nggak pacaran"
JREEENG! Gue telepon nggak bisa, gue SMS nggak dibales. Dia di mana sih"
Mima bengong melihat Saira yang heboh sendiri. Ngomel frustrasi sambil nangis-nangis.
Eh, eh, sekarang malah ngejambak-jambak rambut sendiri. Stres juga ni anak.
Ughhh! Jahat banget sih dia itu! Nggak mikirin gue! Inooovvv!!!
Waduh, waduh, waduh. Eng, Ra, Ra, tenang dulu deh, tenang....
Dengan mata berleleran air mata, Saira melotot ke arah Mima. Tak lupa ingus pun ikut beraksi. Tenang"! Tenang gimanaaa" Mana mungkin gue bisa tenang, Miii... gue lagi butuh dia banget, tapi dia tega menghilang kayak gini!!!
Duh, emang ya, efek narkoba itu mengerikan! Di mata Mima kelakuan Saira udah benar-benar kayak orang sakit jiwa!
Iya, iya, tapi lo jangan teriak-teriak dong. Saira masih terisak-isak heboh.
Inov nggak menghilang, Ra. Dia ada di rumah. Lagi sakit, kata Mima pelan. Jadi lo tenang aja
Ya, tapi kenapa dia harus nggak ngangkat telepon gue"! Kenapa dia nggak bales SMS-SMS gueee" Itu artinya dia sengaja, kan"! Dia emang menghindar, kan, dari gue"! Iya, kan"! Lo nggak perlu ngelindungin dia deh, Mi! Nggak perluuu!
Lah, siapa juga"! Gue nggak ngelindungin Inov. Gue cuma ngasih tau lo, dia ada di rumah. Lagi sakit. Kali aja HP-nya mati, Inov masih tidur. Namanya juga orang sakit.
Kenapaaa" Kenapa dia matiin HP-nya"! Buat ngehindarin gue, kaaan"! Iya, kaaan"
Busyet! Ge-er banget sih. Parno berlebihan. Iya, itu juga. Paranoid. Akibat narkoba sialan! Bikin orang kayak gini cantik, tapi otak sama kelakuannya nggak beres. Kayaknya bukan deh, kata Mima pendek.
Jawaban Mima bikin Saira makin nggak terkontrol. Nggak gimanaaa"! Apa lagi coba alasannya, apaaa"!
Tadi kan udah dibilang, HP-nya kali aja lagi mati, Inov mungkin masih tidur, sungut Mima sebal dalam hati. Tiba-tiba ia tersadar sesuatu. Eh, lo nggak sekolah, Ra" Kok lo bisa ada di Bandung"
Sekolah"! Ngapain gue sekolah! Gue harus ketemu Inov! Siapa juga yang peduli gue nggak sekolah! Siapaaa..."
Yee, ya siapa"! Badut Ancol, kali. Kuda nil, kali. Ya mana gue tau! Kok nanya gue"! Mima meringis putus asa. Terus lo mo gimana"
Gue harus ketemu Inov, Mi, harus!
Mima garuk-garuk kepala. Gimana dong" Gue serius, Ra. Inov beneran sakit. Sumpah deh! Atau lo mo nemuin dia di rumah gue" Tapi ada nyokap gue di rumah. Mima nggak mau Saira tahu rumahnya. Pasti bakal terjadi keributan. Makanya dia sengaja nyelipin ancaman terselubung dengan bilang Mama ada di rumah. Padahal sih nggak tahu juga. Secara Mama hobinya jalan-jalan.
Saira menggeleng-geleng dengan muka parno. Nggak, nggak.... Gue nggak mau ke rumah lo. Gue nggak mau ketemu nyokap lo. Nggak! Gue cuma mau ketemu Inov.
Mima diam-diam bernapas lega. Untung strateginya manfaatin keparanoidan Saira berhasil. Tampang Mima sok bingung mikirin nasib Saira yang pengin banget ketemu tambatan hati, cinta dalam hidupnya, pangerannya... hehe.
Mi, gue minta kertas, Mi, ada" Gue minta kertas, selembar aja, Mi, selembar....
Santai aja nggak bisa ya" Minta kertas aja kayak minta apa. Oh, ada, ada. Mima menarik buku kosong dari dalam tas. Bener cukup selembar aja" Nggak mau semua aja nih" Sebuku" Nggak pa-pa kok kalo mau semuanya, beneran! Mima menyodorkan bukunya.
Lagi-lagi Saira menggeleng berlebihan sambil masih agakagak berleleran air mata. Nggak, Mi, nggak, selembar aja. Cukup selembar....
Mima merobek selembar kertas. Nih...
Mima baru sadar tangan Saira gemetaran waktu cewek itu menerima lembaran kertas dari tangan Mima. Makasih. Gue... boleh pinjem bolpoin, Mi"
Yaelaah! Dari tadi kek. Mima merogoh-rogoh tasnya lagi. Nih....
Dan Mima baru sadar banyak lebam dan bekas suntikan di tangan Saira yang sebetulnya putih mulus. Sayang banget.... Makasih, Mi...
Santai, kata Mima nyengir.
Saira berjongkok dengan kertas di pangkuan. Sambil menangis kayak di ilm-ilm drama dan sinetron yang penuh tangisan dan air mata, Saira menulisi kertas itu. Air matanya menetes-netes ke kertas sampai dari jarak lumayan jauh juga Mima bisa melihat tinta tulisannya luntur. Efek dramatis abiiisss!
Hati-hati Saira melipat suratnya itu. Lalu menyodorkannya ke Mima. Mi, gue titip ya. Buat Inov. Tolong bilang sama dia, gue butuh dia. Dia jangan tinggalin gue gitu aja!
Mima memasukkan surat Saira ke kantong depan tasnya. Iya, nanti gue sampein suratnya. Mima menatap Saira prihatin. Terus sekarang lo gimana" Lo balik ke Jakarta naik apa"
Travel. Gue temenin, ya ke travelnya" Mima jadi khawatir sama Saira. Aduuuh! Kenapa jadi banyak yang bikin repot gini sih"! Yuk... Mima mengulurkan tangan ke Saira, mengajaknya naik angkot.
Saira nurut. TOK TOK TOK! .... Nooov, gue niiih... Mima menekan handle pintu. Dikunci. Kok dikunci sih" Tumben.
TOK TOK TOK! Nooov, lo tidur, Nooov" Buka dong! Penting niiih!
Hening. Busyet deh! Keturunan kebo, kali. Tidur sampe budek.
Tiba-tiba Mima merasa bahunya ditowel. Teh Jul" Apaan sih towel-towel" Kayak tuyul aja!
Teh Jul melongo dikatain tuyul. Emang tuyul suka towaltowel, Neng"
Yaaah... pertanyaan ngaco bin tolol. Ya mana gue tau, Teeeh! Belum pernah kena towelan tuyul! Tadi kan cuma perumpamaan, Teeeh, perumpamaan! Ungkapaaan!
Dengan muka bego, Teh Jul manggut-manggut sok ngerti. Ohhh. Tapi, Neng, perumpamaan itu dibikin mestinya kan ada alasannya" Jadi, perumpamaan ditowel tuyul teh pasti ada alasannya, Neng.... Ya nggak, Neng"
Aduh! Teh Jul! Emang penting ya, ngebahas towel-towelan tuyul"! Teteh ke sini mo ngapain sebenernya" Pake nowelnowel aku segala"
BET! Teh Jul mengibaskan serbet bau di depan muka Mima.
Uhhh! Bau, Teh! Teh Jul cengengesan. Neng, Teteh teh cuma mo bilang, Den Inov nggak ada, Neeeng! Jadi, mo Neng gedor pake palu godam sampe jarinya bengkak juga, nggak bakalan ada yang bukain pintu....
Mima mengernyit. Pergi, Teh" Ke mana" Ya Teteh donow, Neng. I donowww...
I don t know, Teh. I don t knooow. Ngasal aja kalo ngomong. Terus, dia pergi sama siapa" Jam berapa"
Muka Teh Jul mencong kanan-kiri, mikir. Waduuuh, Neeeng, Teteh juga lupa jamnya. Tapi perginya sama Den Mika pas Den Mika pulang sekolah. Kayaknya sih ke rumah sakit, kali, Neng. Habis Den Inov lemes gitu, sampe perlu dibopong-bopong.
WHAT"! Mima panik dan mengambil HP dari dalam tas. Menekan nomor telepon Mika.
Halo, Mima" Mika! Inov kamu bawa ke rumah sakit" Kenapa" Kamu di mana sekarang" Gimana Inov"
Aduuuh! Tenang, Mi, tenaaang.
Mikaaa, kasih tau aku! Kamu di mana" Aku nyusul sekarang!
Udah, nggak usah. Kamu tenang aja di rumah, oke"! Tunggu di rumah. Oke"!
Eh, eh, Mika! MIKA! Klik. Tut... tut... tut...
UGHHHH! Mima berbalik marah. GEDEBUK! Mima menabrak Teh Jul sampai terjengkang.
Aduh, Neeeng!!! Pantat Teh Jul, Neeeng, memaaar... aduduuh! Bemper Teteh rusak deh, Neeeng!
Ihhhh! Teh Jul juga, ngapain masih di belakang aku, coba"! Emangnya kupingku spion"!
Yeeee, Neng, mobiil, kali!
Ya makanya. Minggir ah, Teh! Mima turun tangga sambil manyun berat.
Inov tertidur dengan damai. Mika nih yang bakal nggak damai. Gimana mo damai, Mima melotot di ambang pintu, dengan garang nunggu dia yang habis ngangkut Inov ke kamar.
Benar saja. Mima langsung menyeret tangan Mika yang sengaja jalan lambat-lambat keluar kamar Inov. Kok kamu nggak bilang sama aku sih"! Aku kan bisa buru-buru pulang!
Mika mengernyit. Kok kamu panik begitu sih" Emang ada apa"
Waw waw! Salah ngomong. Mima jadi gelagapan sendiri. Ya, nggak ada apa-apa. Aku khawatir aja, aku kan, eng, ya khawatir aja! Emang nggak boleh" Terus apa kata Dokter" Kok Inov bisa lemes gitu, sampe nggak kuat jalan"
Mika angkat bahu. Padahal tadi di rumah sakit dia kuat lho, ngotot-ngototan sama aku dan Dokter, nggak mau dirawat inap, pengin pulang.
Raut Mima langsung khawatir. Emang harusnya dirawat, Ka"
Mika mengangguk cemas. Malah kata Dokter, Inov harus segera rontgen. Soalnya Dokter curiga ada apa-apa. Tapi dia ngotot pengin pulang. Alasannya macem-macem banget. Sampe akhirnya Dokter kasih obat sama wanti-wanti dia harus balik ke rumah sakit dan rontgen.
Mima terdiam. Berarti bukan dokter yang sama. Dia kayaknya harus bed rest. Besok juga belum boleh sekolah tuh.
Kontan Mima langsung batal menyerahkan surat Saira ke Inov. Nggak mungkinlah sekarang. Buka mata aja Inov nggak bisa, apalagi baca. Sebetulnya Mima penasaran banget sih sama isi suratnya. Tapi nggak deh. Nggak sopan banget ngobrak-ngabrik privasi orang sampe segitunya. Biarpun suratnya nggak dilem juga sih....
Inov muntah-muntah. Mima yang dapet tugas bawain makanan jadi makin ngeri. Mangkuk buburnya buru-buru ditaruh di meja. Minum nih, Nov, teh anget. Biar perutnya enakan. Muka panik Mima kentara banget.
Makasih, Mi, Inov menyeruput tehnya pelan-pelan.
Nov, mendingan lo balik ke rumah sakit deh. Parah nih... Dasar keras kepala, Inov lagi-lagi menolak. Nggak usah. Dokter udah kasih obat kok...
Ya, tapi itu kan cuma buat sementara, Nov. Bukan solusinya. Penyakit lo itu harus diobatin. Lo kan tau sendiri hasil rontgen-nya. Masa mau lo diemin sih" Kalo ada apa-apa gimana" Jangan gila deh, Nov, gue bisa ikut disalahin, tau!
Tangan Inov terasa panas banget waktu meremas pelan telapak tangan Mima. Gue janji, gue nggak akan bawa-bawa nama lo, Mi...
Mima mendengus sebal. Ya bukan cuma itu, Nooov! Tapi gue sekarang beneran khawatir. Gue tahu keadaan lo, masa lo mau gue diem dan pura-pura nggak tau sih" Tanggung jawab moral, Nooov! Tanggung jawab moraaal... Inov meringis. Pidato melulu ah.
Inov! Gue serius. Inov menepuk-nepuk tangan Mima pelan. Gue juga, Mi... serius.
Surat itu nggak mungkin diserahin sekarang. Keadaan Inov masih payah banget. Mima nggak mau nambahin beban pikiran Inov. Terserahlah, Nov, yang penting gue ingetin lo lagi. Nggak bisa selamanya kayak gini. Lo nggak bisa ngediemin penyakit lo dan kucing-kucingan sama dokter dan keluarga kayak gini terus. Lo harus mikirin semuanya ke depan, Noov, gue telanjur tau semuanya. Gue cuma khawatir.
Inov tersenyum. Kali ini beda. Senyum Inov yang biasanya cuma basi-basi dan datar, kali ini kelihatan tulus dan... terharu" Makasih, ya, Mi... lo udah percaya sama gue. Gue juga nggak mau... uhuk... kayak gini terus.
Mesti ngomong apa lagi, coba" Akhirnya Mima bangkit dari duduknya. Ya udah deh, lo istirahat, ya" Tidur. Gue keluar dulu.
Pelan-pelan Mima menutup pintu kamar Inov. Berdiri melamun di depan pintu kamarnya. Mikir. Apa dia udah salah langkah" Apa seharusnya dari awal Mima jangan mau nyemplung ke dalam rahasia besar ini" Apa harusnya dari awal Mima jangan mau bantu Inov untuk nyembunyiin semua ini dari bundanya"
Mima menghela napas berat.
Apa memang bunda Inov bakal lebih bahagia dibohongin gini daripada kalau Inov jujur"
M ASIH juga di dalam rumah, Papa udah jejingkrakan gaya
joging di tempat. Bener niih, kamu nggak mau ikutan joging" Sehat lhooo...
Mima menggigit rotinya sambil memandangi Papa heran. Males ah! Liburan tuh penginnya males-malesan. Papa juga biasanya males-malesan, tumben mau-maunya diajak Mama sama Mika joging"
Papa nyengir. Habis ada penyuluhan kesehatan tuh di kantornya. Itu lhooo, menyinggung soal ukuran lingkar pinggang yang berisiko kena penyakit. Papa kamu langsung ketakutan, celetuk Mama, menjatuhkan gengsi Papa yang ceritanya sok sadar kesehatan karena diri sendiri, padahal ketakutan garagara penyuluhan.
Bibir Mima membulat. Ooo... kirain insaf dari hati yang terdalam, Pa. Ya udah, gih pada joging, kesiangan lho ntar. Aku males ah! Lingkar pinggang aku kan nggak kayak Papa. Belum perlu panik, Paaa! Papa sih udah kritis. Kayak tas pinggang gitu. Aku pernah baca di buku nih, Pa, ukuran pinggang itu
DAAAHHH, MIMAAA! Mama, Papa, dan Mika kompak kabur dari pidato kenegaraan Mima.
Huuu! Dibilangin yang bener juga. Mima manyun. Eh, Mi... Tahu-tahu kepala Mika nongol lagi. Apa"
Kata Mama, karena kamu yang ada di rumah, titip si Inov, ya. Dia kan masih sakit tuh.
Huuu! Iya, iya! Udah sana ah! Mika cekikikan sambil ngabur.
Mima mengoles selai ke tangkup roti kedua. Enak banget sarapan sendirian. Nggak perlu rebutan roti atau selai, nggak perlu dipaksa minum susu sama Mama, pokoknya bebaaasss!
Hari libur gini memang mantap banget berleha-leha, nonton TV, nggak mandi biarpun udah cuci muka sama sikat gigi siiih! Mima ngulet puas sambil ngelirik jam dinding. Hah" Udah jam dua belas"! Kok yang joging belum pada balik sih" Pasti pake acara tambahan. Pasti makan-makan nih! Sama Papa, gitu lho! Eh, Inov kayaknya belum makan deh. Perasaan dari tadi dia nggak turun-turun.
Mima buru-buru ngambil piring dan bikin roti isi selai buat Inov. Lumayan, kan, ganjel sebelum makan berat. Eh, oh iya! Surat itu! Mima buru-buru melesat ke kamarnya dan mengambil surat titipan Saira.
Makan, lo. Ntar disangka lo di rumah gue disiksa lagi, nggak dikasih makan. Mima meletakkan piring roti di atas meja di dekat ranjang Inov.
Makasih. Nanti gue makan, Mi, suara Inov kedengaran sengau dan serak.
Jangan nanti-nanti... sekarang. Buruaaan....
Akhirnya Inov nurut dan mengambil setangkup roti. Menggigitnya dengan muka kelihatan terpaksa dan enek.
Kok muka lo gitu sih"! Nggak enak, ya" Inov menggeleng lemah. Bukan, bukan gitu... Habis apa dong" Nggak suka"
Inov menggeleng lagi, sama lemahnya. Bukan, Mi, bukan...
Terus apa" Nggak mau"
Inov tetep geleng-geleng. Bukan, Mi...
Ya terus kenapa dooong" Eh, Nov, lo harusnya bersyukur, tau, masih bisa makan enak berlimpah kayak gini. Coba lo bayangin orang-orang kelaparan di Bosnia, di Afrika, di manamana. Jangankan makan roti, makan ikan asin aja udah syukur!
Inov mengernyit. Di Afrika emang ada ikan asin" Eh, maksudnya sejenis ikan asin. Kayak... apa ya" Ikan kering! Ikan mati yang udah kering karena bencana kekeringan. Iya, kan" Kita beruntung, kan" Jadi, Nov, kita itu harus meningkatkan rasa bersyukur kita atas rezeki berlimpah, kemudahan, dan segala reze hmpphhh!!!
Inov berusaha nyengir. Melepas bekapan tangannya pelanpelan dari mulut Mima.
Inooov! Jahat banget sih! Mentang-mentang udah punya tenaga, berani maen bungkam mulut gue!
Gue kan tadi udah bilang, Mi, gue pasti makan. Bukannya nggak mensyukuri.
Mima manyun dan bersungut-sungut. Oh iya! Mima merogoh saku celana pendeknya. Nov, beberapa hari lalu, pas hari pertama lo nggak masuk karena sakit, Saira nyamperin ke sekolah.
Dari lemas nggak berdaya, tahu-tahu Inov tersentak bangun dengan mata melotot. Apa"! Saira" Ngapain"
Ya nyariin elo lah! Karena lo nggak ada, jadi gue yang kena cegat! Padahal gue nyaris makan siang bareng Gian.
Tapi cewek lo itu histeris banget, sungut Mima sebel, inget peristiwa waktu itu.
Dia ngomong apa, Mi" tanya Inov serius.
Ya gitu deh, nangis-nangis heboh, pengin ketemu lo. Gue sempet nawarin dia ke sini sih, tapi dia nggak mau, takut ketemu Mama. Ujung-ujungnya dia nitip ini. Mima menyodorkan surat Saira yang berlepotan karena ditulisnya sambil beleleran air mata. Sori ya, baru gue kasih sekarang. Habis kemaren lo tepar gitu. Ntar lo banyak pikiran, lagi.
Tangan Inov keliatan makin kering dan kurus waktu dia meraih surat dari tangan Mima. Dengan muka penasaran dan khawatir, Inov membuka lipatan surat Saira. Matanya menyipit serius, membaca kalimat demi kalimat di surat itu. Tiba-tiba...
AGHHH!!! Dug! Inov meninju kasur sekuat tenaga. Sampe Mima yang duduk di pinggir kasur ikut terlonjak. Kenapa lo, Nov"!
Ini jam berapa, Mi" Mima melirik jam meja di meja belajar Inov. Jam... eng... jam satu, Nov. Kenapa"
SIAL! Dug! Inov meninju kasur lagi.
Lama-lama Mima jadi keki. Dari tadi ninju-ninju kasur maksudnya apa, coba" Kenapa sih, Nov"
Sret! Tahu-tahu Inov berdiri. Sempoyongan.
Mima buru-buru mencengkeram lengan Inov yang limbung. Eh, eh, Nov, mo ke mana lo"!
Gue harus ke Jakarta, Mi! Sekarang! Inov memijat kepalanya yang pusing. Sebelum telat!
Hah"! Ni anak keram otak kali, ya" Mo ke Jakarta, mo ke Jakarta. Ngomong seenak udel aja! Eh, apa" Nggak, nggak. Lo udah gila ya, Nov. Lo masih sakit! Lagian, ngapain lo ke Jakarta" Ngapain, coba" Ngapaiiin"
Inov melepas cengkeraman Mima dengan pelan. Sebelah tangannya masih memijat dahinya yang kelihatan pusing banget. Gue harus ke Jakarta, Mi. Gue nggak bisa biarin Saira. Gue janji, gue nggak bakal kenapa-napa, Mi.
Mima mendelik. Enak aja janji-janji! Emang lo tau dari mana lo nggak bakal kenapa-napa" Nov, jangan gila dong! Jangan nekat dong! Lo nggak mikirin gue, apa"!
Dengan gusar dan buru-buru, Inov memakai sweter lalu menyambar dompet dan HP-nya. Inov berbalik menghadap Mima. Pelan-pelan Inov mendorong Mima sampe duduk di pinggir ranjang. Sori ya, Mi, tapi gue bener-bener harus ke Jakarta.
Mima bengong. Inov terhuyung-huyung berjalan cepat ke pintu. Ini ada apa sih sebetulnya" Kok habis baca surat Inov langsung blingsatan gitu" Ah! Itu suratnya! Mima menyambar surat Saira yang tergeletak di atas selimut.
Inov, aku mohon. Kamu harus dateng ke pesta di rumahku. Please, Nooov, pleaseee....
Aku takut. Kata Revo, kalo aku nggak bisa bikin kamu dateng ke pesta itu, dia bakal minta aku bayar barangnya. Bukan pake uang, Nov, dia mau aku bayar pake diri aku, Nov, aku nggak mau....
Aku cuma butuh barang itu, Nov, makanya aku mau jadi tuan rumah. Tapi aku nggak mau disentuh Revo, Nov.... Kecuali... kalo memang nggak ada jalan lain. Aku butuh barang itu, Nov... butuh banget.
Pestanya Minggu, Nov, jam 11 siang.
Seperti biasa, siang, supaya nggak ada orang yang curiga. Nov, aku sayang sama kamu....
Apa kamu udah nggak sayang sama aku"
Aku butuh kamu.... SAFIRABrengsek banget sih yang namanya Revo itu! Dia mau perkosa Saira, baru mau ngasih barang itu ke Saira" Dan Revo pasti tau persis, gimana orang yang lagi nagih. Sakaw. Butuh barang tapi nggak punya uang, mau ngelakuin apa aja demi barang haram sialan itu!
Mima inget cerita Inov waktu dia sampe ngebobol uang sekolah demi dapat barang. Dia nggak mikir risikonya kalau ketangkep. Dan sekarang" Inov udah insaf tapi tetep aja masih tersiksa.
Nggak kebayang Saira. Gimana kalo dia bener-bener nyerahin kehormatannya demi dapat barang nggak berguna itu"! Gimana masa depannya" Gimana kalo dia hamil" Gimana kalo dia trauma" Gimana kalo... ya ampuuun!!! Gimana sih Mima! Harusnya dia ikut nolongin Saira, bukannya ngebiarin Inov pergi sendirian!
INOOOOV! Mima lompat dari ranjang, lalu GRUBAK-GRU- BUK! pontang-panting berlari turun tangga mengejar Inov.
Inov memegang pohon, menahan badannya yang nyaris roboh. Mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar, lalu dengan susah payah melanjutkan berjalan menuju halte dekat rumah Mima. Gue nggak boleh roboooh... ugh!
Mima terbirit-birit mengejar Inov, yang biarpun sempoyongan ternyata jalannya cepet juga. Inooovvv! Tungguin gueee!
Inov meremas kepalanya. INOOOOOV! BUDEK YA, LOOO! NOOOV! Mima" Inov berbalik pelan.
Bener banget. Mima. Cewek bawel itu lagi lari serampangan dengan lubang hidung kembang-kempis dan muka jelek banget ngejer-ngejer Inov.
Hhah... hhah... gile lo ya! Jalannya cepet banget... hhah... hhah... dipanggil-panggil bukannya noleh, malah... hhah... hhah... ngeloyor!
Ngapain lo, Mi" PLAK! Mima menepuk bahu Inov dongkol. Ya nyusul lo, lah!
Inov menatap Mima nggak ngerti. Gue ikut lo ke Jakarta, kata Mima mantap.
Mantap. Mata Inov yang kaget juga melotot mantap banget. Apa"
Nggak kedengeran" Gue bilang, gue ikut
Inov mengangkat tangannya. Gue denger, Mi, gue denger. Tapi buat apa, Mi" Ngapain"
Mima menepis tangan Inov. Pertanyaan nggak mutu. Udah jelas lah kenapa! Lo pikir gue bakal biarin lo pergi sejauh itu sendirian"! Ke Jakarta, lagi. Nih ya, sekarang ini, buat gue mendingan lo pergi ke Sungai Nil daripada ke Jakarta, tau. Inov melongo. T-tapi, Mi...
Ahhhhh, udah deh! Ayo! Acaranya jam sebelas, kan"! Mima menyambar tangan Inov dan menyeretnya penuh semangat.
Mi... Inov menahan langkah Mima. Apa lagi" Mima berbalik menghadap Inov. Thanks ya....
Mima terdiam. Tapi cuma sebentar. Aduuuh! Jangan kayak sinetron ah! Yuk, kita naik travel aja. Biar cepet sampe. Mima menyeret Inov lagi.
Inov memandangi punggung Mima. Beruntung banget dia kenal Mima.
M IMA memandangi rumah gedongan dengan pagar tinggi
yang sepiii banget itu. Ini rumahnya, Nov" Kok sepi" Katanya ada pesta....
Lirikan Inov langsung bikin Mima sadar pertanyaannya sangat blo on bin tolol. Oh iya, ya, kan pestanya pesta narkoba. Masa rame-rame" Sekalian aja undang Serse Narkoba kalo gitu sih. Mima meringis.
Ayo, Mi... Inov menggandeng tangan Mima. Mengendapendap ke pintu samping yang katanya tembus ke kolam berenang.
Nov, emang nggak ada satpamnya rumah segede gini" Pembantu" Sopir" bisik Mima sambil releks mengikuti Inov mengendap-endap.
Inov celingukan. Lalu melirik Mima. Semua udah diatur, Mi. Rumah ini dibikin supaya kosong. Satpam di sini cuma dua. Sopir pergi nganter orangtua Saira. Pembantu cuma dua. Nggak susah buat mereka nyingkirin dua satpam dua
pembantu kalo Saira juga turun tangan. Semua pekerja di sini takut sama Saira, papar Inov pelan. Ayo, Mi...
Mima mengekor Inov lagi. Begitu dekat pintu, mereka mulai bisa melihat ada banyak orang di dalam. Tapi nggak banyak suara. Nggak kayak pesta umumnya, di situ nggak ada musik, nggak ada makanan. Yang Mima lihat orang-orang duduk bergelimpangan sambil cengengesan dan teler nggak jelas. Mungkin rumah pribadi yang kosong memang tempat yang mereka anggap aman. Polisi mana nyangka di rumah gedongan kayak gini ada anak-anak remaja lagi berbuat nggak jelas"
Mata Inov keliatan nyalang menatap ke dalam. Kenapa, Nov"
Satria November Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saira. Kok dia nggak ada" Saira nggak ada Mima ikut-ikutan menatap serius ke dalam. Iya, bener. Nggak ada. Mima menepuk bahu Inov pelan. Tenang, Nov, tenang, lo jangan gegabah. Kita cuma berdua, Nov. Gue nggak bisa berantem. Cuma bisa jurus maling kepergok ngembat cangcut doang alias kabur.
Inov pasang mata lagi. Mima ikut mengamati keadaan. Gila, mimpi apa dia semalam" Dia sedang menyaksikan pesta narkoba LIVE di depan mata. Dan bukannya lapor polisi, Mima malah mengintai sama Inov yang mau jadi jagoan menyelamatkan sang pujaan hati! Mima bener-bener nggak mikir. Seandainya tempat ini digerebek polisi, mereka berdua pasti kena seret juga. Beritanya pasti nyampe ke Bandung! MAMA BISA MURKA! Seluruh kekuatan godzilla ngamuknya pasti dikeluarin. Tanpa sadar Mima menghela napas. Dia udah nyemplung terlalu dalam dan nggak bisa mundur! Gimana mo mundur"! Dia udah di dalam rumah ini!
Mi, nunduk!!! Inov menekan kepala Mima sampai mereka berdua terlindung di balik semak-semak. Inov nempelin telunjuk di bibirnya. Ssst... ada yang ke sini!
Mima mengintip. Tiga cowok ceking cengengesan berjalan mendekati kolam renang. Dari gaya mereka melepas atasan, mereka pasti mau nyemplung ke kolam tuh.
Sebelum bener-bener high, mending kita berenang dulu..., ya nggak, brooo" kata salah satu cowok ceking berambut cepak.
Yoiiii! Yang dua setuju sambil saling toast dengan muka teler.
Mima mengernyit. Nov, emang orang teler bisa berenang" Bukannya kalo kita teler itu artinya kerja otak terganggu" Berarti sinkronisasi anta hmmpphhh. Mima merengut kena bekap lagi.
Ssst..., desis Inov pelan banget.
Oh iya! Dasar mulut ember bocor! Sampe lupa lagi mengintai , malah sempat-sempatnya pidato.
Tiga cowok itu semakin dekat ke kolam renang. Semakin dekat ke Mima dan Inov. Ini saatnya mengunci mulut rapatrapat. Jangan ada sepatah kata pun. Nggak boleh batuk, bersin, nguap, apalagi kentut.
Gileee, mantap banget rumah Saira, coy!
Hahaha, kita sih cuma dapet enak-enakan di rumahnya doang! Tapi cuma Revo yang bisa enak-enakan sama Saira! Hahahaa. Masa rumah segede GOR bulutangkis gini nggak punya uang buat beli barang" Payah!
Yoiiiiii! Untung banget si Revo! Ohhhh... Sairaaaa.... Hahaha!
DUG! Tanpa sadar Inov meninju tanah.
Sat! Mima menahan tangan Inov yang dengan marah beranjak berdiri dan muncul dari persembunyian. Nov! Ssst!
Inov kembali jongkok. Kita harus cari Saira, Mi... Mima ngangguk. Iya, gue tahu. Kira-kira dia di mana ya" Gue rasa di kamar. Di lantai dua. Kita harus ke sana Tapi kita harus tunggu sampe aman, Nov. Inget! Kita cuma berdua. Gue cuma bisa jurus maling kepergok ngembat cangcut. Gue nggak bisa bantu lo kalo dikeroyok.
Mending kalo Mima bisa lari cepet. Kalo lamban" Bisa-bisa nambah urusan, pikir Inov dalam hati.
Woiii! Naik, woiii, naiiik! Saira! Sairaaa! Tiba-tiba cewek berbaju hitam-hitam dengan rambut acak-acakan berteriakteriak sambil berlari-lari heboh mendatangi tiga tiang yang lagi berenang.
Cowok ceking berambut cepak menatap si cewek baju hitam heran. Ngapain lo ngibrit gitu" Kenapa Saira emangnya"
Udaaah, cepetan ke atas! Gawat, mampus kita! Si Fira kayaknya kebanyakaaan! Lo tau sendiri Revo!
APA"! Inov dan Mima kompak tersentak kaget. Saira kenapa" Kebanyakan" Maksudnya"!
Wah, parah nih, bro, ayo, ayo! Tiga belalang kerempeng itu naik dari kolam dan buru-buru lari ke dalam rumah.
Mi! Gue mo masuk! Lo di sini aja! Inov bangkit dan ikut panik lari ke arah rumah.
Waduh! Bunuh diri dengan sukarela ini namanya. Nov! Gila lo! Lo mo ke sana"!
Sambil lari Inov menoleh ke Mima yang dengan panik menyembul dari balik semak-semak. Udah, lo tunggu di situ! Lalu dia lari lagi dengan panik.
Nov! Inooov!!! Gila ni anak! Maen tinggal aja! Mima celingukan. Sepi. Inooov!!! jerit Mima lagi. Tapi sama sekali nggak ngaruh. Inov udah menghilang di balik pintu rumah. Ughhh! Gimana nih"! Susah payah Mima keluar dari semaksemak yang ternyata rimbun banget itu. Percuma gue sampe sini kalo Inov tetep sendirian. Nooov! Tunggu gueee! Mima tergopoh-gopoh menyusul Inov.
MINGGIR! MINGGIR! Inov menyeruak di antara kerumunan anak-anak teler yang mengelilingi ranjang di kamar Saira. Revo tergeletak nggak berdaya di sofa dengan mata setengah terbuka.
Inov" Cewek berbaju hitam yang tadi heboh turun ke kolam kaget, baru sadar ada Inov di situ. Lo...
Inov menepis minggir cewek itu. Mana Saira"! Minggir...! MINGGIR SEMUA!
Remaja-remaja ancur dan teler itu satu per satu minggir. Inov mematung. Terpaku memandang Saira tergeletak di ranjang dengan mulut penuh busa dan napas putus-putus.
SAFIRAAA!!! GOBLOK KALIAN SEMUA!!! GOBLOOOK!!! SAFIRA, LO KENAPA"! KENAPAAA"! Beberapa detik kemudian Inov melompat ke ranjang dan histeris memeluk Saira yang terkulai nggak sadarkan diri. KALIAN APAIN SAFIRAAA"! Kalian apain Sairaaa..." Badan Inov gemetar memeluk Saira.
INOV! Mima mematung di ambang pintu. Pemandangan Inov memeluk Saira yang nggak sadarkan diri bikin dia membeku. Kenapa Saira"! Demi ngeliat Revo yang tergeletak lemas, Mima sadar apa yang sebenernya terjadi. Buru-buru Mima mendekat ke ranjang. Tangannya gemetar waktu membelai pelan punggung Inov. Nov... mendingan kita bawa dia ke rumah sakit, Nov. Dia harus ditolong, Nov....
Kalimat Mima bikin Inov tersadar. Inov langsung membopong Saira. Ayo, Mi! Kita pake mobil Fira aja. Pasti kuncinya ada di bawah.
Mima mengangguk. Langkah Inov terhenti. Dengan marah Inov menatap semua orang teler yang masih mematung di situ. Gue nggak akan diem aja kalo ada apa-apa sama Fira! Kalian urus tuh si Revo!!! Inov menunjuk Revo yang tergeletak nggak bergerak.
Dasar orang teler semua. Setelah mendengar Inov ngamuk, mereka baru sadar Revo juga kritis. Dengan sempoyongan kayak zombie mabuk, mereka buru-buru mengerumuni Revo. Nov! Bawa Revo juga! teriak cewek berbaju hitam tadi.
Inov menatap sinis. Nggak! Kalian urus aja sendiri! Gue nggak mau! Inov berjalan cepat ke garasi.
Mima mengekor dengan panik. Ya Tuhaaan! Ini benar-benar mengerikan!
Mima menyodorkan gelas kertas berisi teh hangat buat Inov. Nov, minum dulu deh.
Inov menggeleng. Lalu mondar-mandir untuk kesekian kalinya. Mukanya keliatan makin pucat. Dan stres.
Nov... biar lo mondar-mandir Bojonegoro Zimbabwe bolak-balik sampe betis lo meledak juga, lo nggak bantu apaapa. Yang ada lo malah ikut-ikutan sakit, tau! Lo ngaca gih! Muka lo udah kayak zombie stres, tau! Minum dong, Nooov, gue udah capek-capek juga belinya, rayu Mima khawatir.
Rayuan Mima ternyata berhasil. Inov berhenti mondarmandir, mengambil gelas kertas dari tangan Mima. Thanks, Mi. Inov menyeruput tehnya. Sedikiiit banget.
Pelan-pelan Mima meraih lengan Inov. Menariknya duduk di kursi tunggu. Lo juga lagi sakit, Nov. Perlu istirahat. Gue tahu lo khawatir banget... tapi kita cuma bisa berdoa aja, Nov.
Inov diam. Menunduk sambil meremas-remas rambutnya. Mima jadi pengin nangis. Antara kasihan dan stres. Dari tadi HP-nya dimatiin. Entah berapa missed call dan SMS yang nongkrong di HP-nya seandainya sekarang HP-nya ON. Mama, Papa, dan Mika pasti udah khawatir. Mima melirik jam tangannya... jam lima sore. Mereka pasti udah missed call lima juta kali deh.
Mama-Papa lo pasti nyariin, Mi, kata Inov tiba-tiba, kayak membaca pikiran Mima.
Pasti. Gue mau nyalain HP gue, Nov. Gue nggak mau mereka stres terus lapor polisi. Hhh... bohong lagi deh.... Mima menekan tombol ON HP-nya.
Mata Inov menatap sayu. Sori, ya"
Mima menepuk paha Inov pelan. Udahlah, Nov, nggak pa-pa.
Begitu HP Mima ON... Triritiritriiiriit. HP itu langsung berisik jerit-jerit sambil bergetar-getar heboh saking banyaknya missed call dan SMS yang masuk. Nggak usah dibaca juga Mima udah bisa nebak. Penerima penghargaan pengirim SMS dan pe-missed call terbanyak adalah... MAMA! Mima sadar diri dan menelepon Mama balik setelah sebelumnya ngecek ke teman-temannya apa Mama ngecek mereka atau nggak. Ternyata IYA. Artinya, nggak bisa bawa-bawa nama mereka buat jadi alasan! Huh!
Mimaaaa! Kamu di mana sih"! Pergi nggak bilang-bilang Mama! Ditelepon nggak aktif! SMS nggak bales! Kamu tau nggak seisi rumah cemas mikirin kamu"! Kamu itu coba ya
Mama! Mama! Stop, Ma! Stop! Tuh, kelihatan banget kan dari siapa sifat bawel ini menurun sebenarnya" Udah pasti dari Mama! Nggak bilang halo udah langsung meletus kayak petasan banting.
Kamu ini! Malah nyuruh Mama stop segala. Mama udah tanya temen-temen kamu, kamu juga nggak sama mereka. Kamu di mana sih"! Kan Mama udah bilang, kalo mo pergi bilang dulu! Kamu bukannya jelasin malah
Mamaaa... aku kan mo jelasin. Gimana mo jelasin kalo Mama pidato sambutannya panjang kayak gitu. Interupsi, Maaa... interupsiiii!
Mama diam. Ya udah, apa"!
Aku jalan sama Inoooov. Aku suntuk di rumah. Makanya aku ajakin nonton. Ehhh, tau-tau ilm yang mo ditonton cuma ada malem. Ini aja masih nunggu. Nggak pa-pa ya, Maaaa" Sama Inov ini.
Hah" Kamu ini gimana" Inov kan lagi sakit, kok malah kamu ajak nonton"!
Yaaah! Malah ngomel lagi!
Ma, dianya mau. Katanya kasihan Mima sendirian. Udah deh, Ma, Mima cuma nonton kooook! Mima janji deh, nggak ngajakin dia itnes ato berantem sama badak. Nonton kan cuma duduk, Ma. Oke, Ma"!
Bener" Bener, Maaaa... ngapain juga sih berantem sama badak. Ya, kan"
Mama nggak menjawab pertanyaan bodoh Mima. Mana Inov"
Yaaah, dasar jiwa detektif! Mima menyodorkan HP-nya ke Inov. Pencet tombol loudspeaker. Inov makin pucat.
Inov, bener kamu udah nggak pa-pa dan bisa nemenin Mima nonton"
Mima mengangguk-angguk di depan muka Inov dengan heboh supaya Inov menjawab iya.
I-iya, Tante. Aku, aku udah nggak pa-pa kok. Jangan maksain ya, Nov. Apa tadi Mima maksa kamu" Mima melotot.
Nggak, Tante, nggak. Kebetulan aku juga suntuk di rumah terus.
Ya udah. Hati-hati ya. Inov, dengerin Tante, jangan mau ya kalo Mima ngajak kamu yang aneh-aneh.
Dah, Maaaa! Klik! FIUHHH! Mima mengelus dada lega. Nov, lo nggak ngasih tau keluarga Saira lagi" Kok belum ada yang dateng juga"
Inov menatap Mima sayu. Kalo mereka ada waktu dan masih peduli sama Saira, mereka pasti datang. Lagian, Saira udah biasa sendiri. Suara Inov tercekat.
Ya udah, kita tunggu aja, Nov, sambil berdoa buat Saira. Mata Inov menatap ruang tindakan dengan cemas. Kok lama ya, Mi"
Mima menggeleng pelan. Nggak tau, Nov...
Semoga Saira baik-baik aja.... Semoga Dokter bisa ngobatin Saira dan cewek itu bisa sembuh, kumpul sama keluarganya lagi... dan Inov. Semoga kejadian ini bikin dia sadar bahwa yang namanya narkoba cuma bikin diri sendiri ancur, hidup sendiri ancur, keluarga sendiri ancur, dan semua hal lain yang kita punya ancur. Semoga....
KLIK! Pintu ruang tindakan terbuka. Inov spontan berdiri. Mima juga.
Dokter yang menangani Saira keliatan capek dan stres. Kalian keluarga Saira"
Inov buru-buru mengangguk. I-iya, Dok. Mama-papanya belum datang. Saira... gimana keadaan Saira, Dok"
Di mata Mima gerakan Dokter itu melepas masker, lalu melepas kacamatanya jadi kayak slow motion. Pelan-pelan mata lelah Dokter menatap Inov dan Mima bergantian. Menarik napas dalam-dalam...
Maaf, kami sudah berusaha. Tapi zat berbahaya yang masuk ke tubuhnya terlalu banyak.
Apa"! Tunggu, tunggu, tunggu, ini maksudnya...
Maksudnya... maksudnya apa, Dok" Suara Inov bergetar. Saira mengalami overdosis. Waktu kalian bawa ke sini, dia sudah kritis. Maaf, kami nggak bisa menolong dia....
SIIING! Inov mematung. Mima terdiam beku, nggak tahu harus ngomong apa dan ngapain.
Saira, desis Inov. Kakinya melangkah pelan-pelan ke ambang pintu ruangan tempat Saira terbaring.
Jantung Mima serasa berhenti berdetak waktu dia mengikuti langkah Inov. Selain kaget dan shock mendengar berita tadi, ini juga pertama kalinya dia bakal melihat jasad orang. Dan orang itu baru saja mengobrol dan minta tolong pada Mima beberapa hari yang lalu. Apa... apa ini salah Mima" Apa seharusnya Mima memberikan surat itu lebih cepat, jadi hari ini Inov nggak terlambat" Glek. Mima menelan ludah dengan galau.
Yang Paling Oke 2 Pendekar Hina Kelana 13 Siluman Harimau Kumbang The Demigod Files 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama