Ceritasilat Novel Online

The Devil In Black Jeans 2

The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea Bagian 2


Gue bilang owner-nya sedang pergi liburan.
Jo, Goldie sudah tinggal sama elo selama enam bulan lebih, I think by now dia tau kalau owner-nya udah menelantarkan dia. Dear God woman. Apa lo nggak punya sisi kewanitaan yang lembut" Lo bisa bikin Goldie trauma dengan kata-kata lo itu, tau.
Sebelum Dara jadi semakin pusing dengan arah pembicaraan Jo dan Sita, Junet dan Marwan muncul dan mereka pun mengambil sisa perlengkapan kostum yang masih tertinggal di mobil.
Setelah selesai memindahkan kostum Blu, Dara meng-update ha laman Facebook dan Twitter Blu. Dia lalu membalas pertanyaan-pertanyaan dan dukungan yang berhamburan masuk setelah status update itu. Setelah semuanya selesai, merasa sedikit penasaran, Dara meng-Google nama Blu untuk melihat komentar apa saja yang berkeliaran di dunia maya tentang bosnya itu. Dara membaca satu komentar yang terdengar cukup mendukung pada sebuah chat room yang dia temukan.
Gw suka bgt sama Blu, suaranya mirip Charlote Church. Can t wait to go to her concert.
Jenny di Jakarta Merasa positif dengan komentar ini, Dara memutuskan untuk membaca beberapa komentar selanjutnya.
Blu emang betul2 berbakat. Gak salah Revelino Darby udah investasi ke dia.
Ryan di Jakarta Suara Blu selalu bisa bikin hai gw tenang. Mulai dari Ave Maria sampe Vide Cor Meum. Kasih waktu dia bbrp tahun lagi dan gw yakin dia bisa go internaional. Go, Blu!
Melly di Medan Anakku suka banget sama Blu dan aku juga jadi suka sama dia, meskipun sering gak ngeri apa yang dia
nyanyiin. J Mungkin ke depannya Blu bisa mulai
nyanyiin lagu Indonesia. Tety di Yogyakarta
Dara masih tersenyum sampai dia membaca komentar-komentar negatif tentang Blu.
Oh, plis deh, satu2nya alasan knp album Blu bisa laku ada lah krn dia itu dari keluarga Brawijaya, ada KKN-nya. Coba kalo dia berdiri sendiri, gak ada org yg mau beli albumnya.
Nia di Jakarta Gw sebel bgt liat gaya Blu yg sok sophisicated klo lagi di TV. Tolong deh, Blu, suara lo tuh terlalu pas-pasan untuk nyanyi opera.
Presiden www.ih8bluclub.co.id
Lima belas menit kemudian Dara harus menutup website yang dibukanya karena nyaris mengalami depresi berat setelah membaca komentar-komentar yang betul-betul bisa membuat Blu nangis tersedu-sedu kalau sampai membacanya.
Halo, Mbak. Suara ceria Blu membuat Dara hampir meloncat dari kursinya. Untung saja layar komputernya sedang mempertontonkan halaman Facebook Blu, bukan halaman web bejat yang bisanya memaki-maki orang. Blu kelihatan lelah, tapi tetap terse nyum. Andaikan saja semua orang yang membencinya tahu kerja keras Blu, mungkin mereka tidak akan meremehkannya.
Sudah selesai latihan vokalnya" tanya Dara dengan nada yang terlalu ceria.
Blu mengangguk. Oke, kalau gitu kita itting kostum konser kamu dulu yuk, ajak Dara sambil berjalan menuju lantai atas.
Omong-omong, bisa tolong kamu ceritain ke Mbak tentang konser kamu ini" Mbak cuma tau konser kamu akan diadakan di JHCC tanggal 14 Februari dari jam 20.00 sampai 22.00. Apa ada tema tertentu" Soalnya Mbak lihat kostumnya bergaya Helen of Troy semua.
Blu tersenyum malu-malu sebelum menjawab, Aku selalu suka pakaian wanita Yunani era itu. Dan Mama, Oom Danung, dan Mas Revel setuju bahwa musikku cocok dengan tema itu. Aaah, ucap Dara penuh pengertian.
Begitu mereka memasuki kamar, Dara langsung mengunci pintu sebelum Blu menanggalkan seragam sekolahnya tanpa malu-malu. Untung saja Pak Danung sudah menyiapkan beberapa cermin panjang yang ditata berbentuk segi empat terbuka, jadi Blu bisa melihat kostumnya hampir dari semua sisi. Dara membuka catatan yang diberikan oleh desainer kostum Blu tentang deretan pemakaian kostum itu.
Oke, kata Mas Iwan, kita harus mulai dari yang warna kuning neon, kemudian biru cerulean, merah darah, dan ditutup dengan warna putih. Ada beberapa pilihan desain untuk setiap warna itu.
Dan selama setengah jam ke depan mereka mencoba setiap kostum dan aksesorinya, mencari empat kostum yang paling nyaman untuk dikenakan Blu pada saat konser. Selama melakukan itting, Blu menceritakan konsep konsernya kepada Dara. Pada dasarnya back drop panggung akan ditata menyerupai kota Troya. Set panggung sendiri akan berganti empat kali, mengikuti pergantian kostum Blu.
Dara merasa agak kikuk dengan proses itting kostum ini, karena biasanya kalau artis-artisnya terdahulu akan mang gung, desainernya sendiri akan datang ke rumah untuk melaku kannya. Tapi Mas Iwan yakin ukuran kostumnya sudah pas dan dia tidak perlu datang untuk melakukan pengukuran ulang.
Ketika Blu sedang mencoba kostum yang terakhir, tiba-tiba terdengar suara ketukan.
Blu, kamu ada di dalam" Terdengar suara Jo dari balik daun pintu.
Ya, Mas. Sebentar, lagi nyobain kostum, teriak Blu. Keheningan menyambut mereka, dan Dara pikir Jo sudah pergi ketika dia mendengar suaranya lagi.
Mas boleh lihat nggak" teriak Jo.
Dara melirik ke atas dari posisinya yang sedang berlutut untuk memastikan bagian bawah gaun yang dikenakan Blu cukup panjang untuk menutupi sepatu hak tingginya, tapi tidak terlalu panjang hingga akan mengakibatkan Blu tersandung kalau sedang berjalan. Blu kelihatan lebih memilih dipotong lehernya daripada membiarkan kakaknya melihatnya berpakaian seperti ini, tapi akhirnya dia berteriak, Oke, sebentar.
Dara bangun dari posisinya untuk membuka kunci pintu dan memperbolehkan Jo masuk. Blu kelihatan cantik dan lebih dewasa mengenakan kostum dengan potongan yang sangat sesuai dengan bentuk tubuhnya. Warna putih kostum yang terbuat dari tulle tersebut membuatnya kelihatan seperti Athena, Dewi Perang Yunani. Hanya dengan sedikit sentuhan make-up dan hair stylist, Blu tidak kalah dengan artis muda Hollywood. Di antara semua kostum yang sudah dicoba, Dara paling suka yang ini.
Dan sepertinya begitu pula dengan Jo, karena dia langsung menarik napas ketika melihat Blu.
Wow, ucap Jo. Bagus, Mas" tanya Blu malu-malu.
Wajah Blu sudah seperti tomat, dan semakin memerah ke tika Revel dan Pak Danung ikut masuk ke dalam kamar untuk melihat Blu.
Beautiful, ucap Pak Danung sambil tersenyum senang. Kita harus ambil foto untuk ditunjukin ke Poppy, lanjutnya dan bergegas keluar dari kamar, kemungkinan untuk mencari kamera digital.
Ini kostum penutup, kan" tanya Revel sambil mendekat untuk memeriksa kalung yang dikenakan Blu.
Wow, kamu kelihatan... dewasa, ucap Jo masih dengan wajah terkesima.
Dara mengiyakan pertanyaan Revel sambil mencoba tidak tertawa melihat reaksi Jo. Pada detik itu Pak Danung muncul kembali dengan kamera digital di tangan.
Oke, coba sekarang pose untuk kamera, Blu. Say cheese, ucap Pak Danung dan blitz pun menyala berkali-kali karena Pak Danung mencoba mengambil foto Blu dari semua sisi.
Pak Danung segera menunjukkan foto itu kepada Revel dan Jo yang mengomentari bahwa kostum itu bahkan kelihatan lebih cantik lagi kalau difoto. Merasa risi, Blu berkata, Oke, sirkusnya sudah selesai. Bisa tolong semuanya keluar, jadi Mbak Dara bisa bantuin aku ganti pakaian"
Yah, kostum yang lainnya mana" Kok Mas cuma bisa lihat satu" protes Jo.
Yang lainnya sudah dicoba dan sudah diputuskan. Mas Jo bisa lihat nanti waktu aku konser, balas Blu sambil berusaha melepaskan kait kalung yang dikenakannya.
Jadi kamu milih kostum yang mana aja" tanya Pak Danung yang setelah menyerahkan kamera yang dipegangnya kepada Revel, berjalan menuju Dara.
Dara segera menunjukkan set kostum yang dipilih oleh Blu, dan Pak Danung mengangguk setuju akan semua pilihan itu.
Kostum yang ini gimana cara pakainya sih" tanya Jo yang kini memegang salah satu gaun berwarna biru di depan tubuhnya.
Itu bare-back Mas, dan talinya itu mengaitkan bagian belakang dengan bagian depan secara menyilang, jelas Blu sambil menunjukkan cara mengenakannya kepada Jo yang kelihatan bingung setengah mati.
Kenapa lo tanya-tanya, Jo" Memangnya lo mau pakai dress itu sambil main drum" ledek Revel.
Kiss my a... ankle, geram Jo.
Dara menghargai usaha Jo untuk tidak menyumpah di depan Blu, tapi sepertinya Revel sedang ingin mengejek Jo hari ini.
You were about to say ass , did you" ucap Revel dan meledaklah tawa Blu.
Dari wajahnya, Dara tahu Jo sama sekali tidak meng hargai candaan Revel ini, dan melanjutkan sesi tanya-jawabnya.
Gimana kamu bisa pakai bra kalau belakangnya terbuka seperti itu"
Pakai bra tempel, Dara mencoba menyelamatkan Blu yang mulai kelihatan tidak nyaman dengan ekspresi wajah Jo yang jelas-jelas lebih memilih membakar kostum itu daripada melihatnya menempel di tubuh adiknya.
You re not wearing this, are you" Jo menatap Blu tajam, seakan mencoba mengatakan bahwa dia tidak suka tanpa perlu mengucapkannya.
No, she s not, ucap Dara.
Dara memutuskan bahwa potongan kostum tersebut terlihat terlalu dewasa untuk dikenakan anak ABG, dan atas per setujuan Blu, Dara menyingkirkan kostum itu untuk dikenakan pada konser-konser selanjutnya setelah Blu setidak-tidaknya berumur 18 tahun.
Rev, ingatkan gue untuk minta diskon ke Iwan untuk baju yang itu. Desainer gila mana yang bikin kostum setengah jadi kayak begitu.
Meledaklah tawa Revel dan Pak Danung. Rev, potongan baju itu memang seperti itu. Untuk menunjukkan betapa seksi nya punggung seorang perempuan, jelas Revel.
Memangnya adik gue geisha apa sampai perlu mempertontonkan punggungnya segala" Awas aja si Iwan, gue akan bilang ke Poppy untuk nggak pakai dia lagi, gerutu Jo.
Ini bukan salah Oom Iwan, Mas. Itu desainnya sudah disetujui oleh Mama, Blu mencoba membela desainer kostumnya.
Well, I guess Mas harus bicara dengan mama kamu tentang itu, ucap Jo dan meletakkan kostum berwarna biru yang tadi dipegangnya kembali ke rak.
Blu memandangi kakaknya sambil mengernyitkan dahi dan bertolak ping gang. Dia sepertinya siap ngomel sebentar lagi.
Mencoba untuk mencegah adanya pertengkaran di antara Blu dan Jo, Revel berkata, Oke... kayaknya kita mendingan keluar sekarang, jadi Blu bisa ganti pakaian. Dan dengan paksa dia mendorong Jo keluar dari kamar.
Mas tunggu kamu di ruang makan untuk makan malam. Cepatan ya, ucap Jo sambil berjalan keluar dari kamar, diikuti oleh Pak Danung. Meninggalkan Dara dan Blu berdua saja.
oCD ENGAN tidak sabar Jo menunggu telepon dari Poppy. Beberapa jam yang lalu dia sudah meninggalkan pesan untuk Poppy agar meneleponnya kembali secepat mungkin. Dengan perbedaan waktu antara Jakarta dan Paris, Jo tahu sekarang sudah lewat tengah hari, jadi kenapa Poppy masih juga belum meneleponnya balik" Tidak biasanya Poppy mengabaikannya seperti ini, dan hal tersebut membuat Jo sedikit khawatir. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada Poppy. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, Jo tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada Blu. Apakah hak asuh Blu se cara otomatis akan jatuh ke tangannya" Orangtua Poppy sudah lama meninggal dan setahu Jo, Poppy anak tunggal. Yang berarti bahwa satu-satunya orang yang memiliki hubungan darah terdekat dengan Blu, selain Poppy, adalah dirinya.
Jo baru saja akan mengacak-acak e-mailnya untuk mencari nomor HP pemilik apartemen tempat Poppy tinggal selama di Paris, ketika HP-nya berdering.
Pop, kamu ke mana aja sih, kok baru balik telepon aku" omel Jo ketika menjawab telepon.
Selamat siang juga, Jo. Oh... aku baik-baik aja. hanks for asking, ucap Poppy sarkastis.
Tanpa memedulikan ledekan Poppy, Jo melanjutkan omelannya, Apa betul kamu memperbolehkan Iwan bikin kos tum berpunggung terbuka untuk Blu"
Dari nada suara kamu sepertinya kamu nggak suka dengan kostum itu. Apa jahitannya kurang bagus"
Who cares dengan jahitannya, aku membicarakan tentang potongannya.
Jadi jahitannya oke, ya"
Mendengar nada santai Poppy, Jo meledak. Poppy!!! Oh, right, sori. Apa ada yang salah dengan potongannya" Jo mencoba menarik napas dan menghitung sampai sepuluh sebelum berbicara lagi. First, jawab pertanyaan aku dulu. Apa kamu memang memperbolehkan Iwan membuat baju itu"
Of course. Desainnya bagus dan Blu memiliki punggung yang cukup mulus untuk dipertontonkan kepada semua orang.
She s ifteen. Dia bahkan nggak seharusnya diperbolehkan pakai pakaian yang nggak ada lengannya, terlalu ketat, atau terlalu pendek.
Would you calm down" Kamu ini memperlakukan adik kamu seperti dia biarawati aja deh.
Setelah ngelihat kostum yang akan dia pakai, aku berencana untuk masukin dia ke biara, setidak-tidaknya pakaian mereka akan tertutup.
Oh, kamu ini lebih parah daripada papa kamu, tau nggak" Mengingat betapa tidak pedulinya Papa pada anak-anaknya, Jo tahu bahwa sentimen Poppy benar, tapi hanya untuk membuat kesal Poppy, Jo menjawab, Yes and I m proud of it.
Poppy mendesah sebelum berkata, Tadi aku sudah bicara dengan Blu. Dia cerita tentang asisten barunya, Dara ya namanya.... She sounds like a nice girl. Blu seems to like her a lot.
Jo mendengus mendengar pujian yang diberikan Poppy untuk Dara, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Anyway, menurut Blu dia nggak memilih kostum itu untuk konsernya. So you can stop worrying.
Jo mengembuskan napasnya perlahan-lahan. Dia tidak tahu kenapa dia harus marah-marah kepada Poppy. Sebagai orangtua Blu, tentu saja Poppy lebih punya hak untuk mengambil segala keputusan menyangkut Blu daripada dirinya. Kalau Poppy mau, dia sebetulnya bisa mengatakan bahwa Jo tidak punya hak untuk mengatur kehidupan Blu, tapi Poppy tidak pernah mengatakan itu. Damn, sepertinya tanpa dia sadari, dia sudah mulai terlalu dekat dengan Blu. Dua minggu yang lalu dia ingin agar Poppy pulang dan mengambil alih tanggung jawabnya atas Blu, dan sekarang dia menginginkan otoritas lebih untuk mengatur kehidupan Blu. Dia maunya apa sih"
Untuk ke depannya bisa nggak kamu konsultasi terlebih dahulu dengan aku tentang desainer yang kamu pilih untuk Blu" Yang jelas aku nggak mau pakai Iwan lagi, ucap Jo setelah lebih tenang.
Oke, balas Poppy. Oke" tanya Jo tidak percaya. Dia tidak menyangka Poppy akan menyerah begitu saja.
Iya. Oke, balas Poppy. Kamu nggak akan ngomelin aku karena sudah menjadi diktator"
Nggak. Aku tahu alasan kamu berkelakuan begini adalah karena kamu menginginkan yang terbaik untuk Blu. You re a good brother to her, Jo.
God, can everyone just stop saying that!!! Jo benar-benar me rasa tidak nyaman dengan pujian ini. Untuk mengalihkan pembicaraan dari dirinya, Jo bertanya, Paris gimana" Cold, jawab Poppy.
Dua minggu berlalu dan Dara mulai terbiasa dengan rutinitasnya yang bekerja enam hari seminggu, lima belas jam sehari. Meskipun lelah, Dara tidak mengeluh karena dia lebih me milih kesibukan daripada duduk di rumah dan memikirkan Panji. Sudah dua minggu, tetapi Panji masih juga belum mau berbicara padanya. Sedangkan dia terlalu gengsi untuk me nelepon Panji lebih dulu. Kalau Panji memang menginginkan sedikit ruang untuk berpikir, dia akan memberikannya. Toh Kate Middleton memberikan ruang bagi Pangeran William un tuk bernapas ketika pangeran itu memintanya, dan buntutnya William-lah yang mengemis meminta Kate kembali padanya. Kalau Kate bisa jual mahal kepada seorang pangeran yang nantinya akan jadi raja Inggris, Dara pasti bisa jual mahal kepada seorang laki-laki biasa bernama Panji.
Hubungannya dengan Blu semakin erat, dia juga sudah menyempatkan diri meng-update Tante Poppy, yang terde ngar bersahabat dan sangat rileks, tentang keadaan Blu. Sayang nya hubungannya dengan Jo semakin hari semakin memburuk. Setiap kali Dara datang menjemput Blu dan Jo masih ada di ruang makan sedang sarapan, Jo langsung bangun dari kursinya dan meninggalkan ruangan. Kalau sampai berpapasan di MRAM, Jo berpura-pura tidak melihatnya. Di beberapa kesempatan yang membuat mereka harus berbicara satu sama lain, Jo selalu memastikan dia melakukannya di keramaian dan ada meja yang memisahkan mereka. Untung saja selama dua hari ini Jo tidak ada di Jakarta, jadi Dara bisa berhenti merasa sudah diperlakukan seperti pengidap kusta.
Mbak Dara, bisa tolongin Bibi sebentar" tanya Bi Uti ketika Dara sedang duduk di meja makan di rumah Jo, mencoba mencatat segala pengeluaran Blu untuk hari itu. Blu sedang mengerjakan PR-nya di ruang tamu.
Dara kini tahu Bi Uti sebenarnya pembantu rumah tangga Tante Poppy, tapi karena Blu akan tinggal dengan Jo selama Tante Poppy di Prancis, Bi Uti memutuskan pindah rumah juga.
Ada apa, Bi" tanya Dara sambil bangun dari kursinya. Bisa tolong tulisin daftar belanjaan" Bi Uti langsung menyodorkan sebuah notepad berwarna kuning padanya dan sebuah bolpoin.
Otomatis Dara langsung mengambil notepad dan bolpoin itu dari tangan Bi Uti.
Mas Jo sibuk sekali akhir-akhir ini dan kayaknya lupa kalau sekarang udah mau akhir bulan. Keperluan rumah tangga di rumah udah banyak yang abis, jelas Bi Uti sambil meminta Dara mengikutinya ke dapur.
Pada saat itu Dara mengerti apa yang diminta oleh Bi Uti. Seperti kebanyakan pembantu rumah tangga yang sudah berumur, Bi Uti buta huruf dan tidak bisa menulis atau membaca, sebab itu dia memerlukan bantuannya untuk membuat daf tar belanjaan. Setibanya di dapur yang bersih mengilat seakan tidak pernah digunakan, Bi Uti mempersilakan Dara duduk di salah satu kursi kayu yang tersedia, sedangkan Bi Uti mulai membuka lemari makanan dan secara sistematis menembakkan keperluan dapurnya.
Tuna kaleng udah abis. Perlu beli dua lusin. Sardin juga tinggal dua kaleng, jadi perlu beli satu lusin lagi. Sereal tinggal setengah kotak...
Dan selama setengah jam ke depan Dara mencatat semua keperluan rumah tangga Jo. Pada saat itu Dara menyadari betapa tidak sehatnya isi lemari makanan dan lemari es di rumah Jo. Semuanya makanan siap saji. Mulai dari sereal dengan kadar gula yang bisa menyebabkan diabetes, hingga tuna dan sardin kalengan dengan bahan pengawet yang bisa menyebabkan kanker. Dara tidak menemukan makanan segar sama sekali. Bahkan buah-buahan yang ditemukan adalah dalam bentuk beku di dalam freezer dan harus diblender terlebih dahulu untuk dikonsumsi. Ugh!!! Bagaimana mereka bisa hidup seperti ini"
Apa Mas Jo dan Blu nggak pernah makan makanan panas di rumah"
Mas Jo jarang ada di rumah, dan kalau pulang paling biasanya cuma untuk tidur doang. Kalau dia mau makanan panas, biasanya telepon katering atau restoran, minta diantar.
Kini Dara mengerti kenapa dapur ini bisa kelihatan bersih tanpa ada aroma makanan sama sekali, karena ternyata dapur ini memang tidak pernah digunakan. Selama ini Blu selalu makan malam di MRAM, sehingga Dara tidak pernah tahu jenis makanan apa saja yang biasa dimakan oleh Jo dan Blu kalau mereka di rumah. Beberapa kali ketika menemani Blu mengerjakan PR, Dara memang melihat Blu makan candybar atau Pringles, tapi dia berpikir itu cuma makanan ringan. Siapa yang menyangka itulah menu utama di rumah ini.
Dan Blu" tanya Dara lagi.
Apalagi Ade, kalau mau makan aja udah bagus. Dulu biasanya pulang dari sekolah dia langsung masuk ke kamar dan nggak keluar lagi sampai besok paginya. Sekarang aja udah ada Mbak Dara, jadi dia ada temannya dan baru masuk kamar setelah Mbak Dara pulang. Dulu biasanya Bibi cuma sendirian aja kalau Mas Jo nggak ada di rumah, sekarang ada Mbak Dara, Bibi jadi ada temannya juga.
Selama beberapa detik Dara hanya bisa menganga. Dia mencoba membayangkan kehidupan Blu di rumah Jo ini, yang menurutnya sangat kesepian. Blu pasti merindukan mamanya. Mungkin ada baiknya kalau Dara berbicara dengan Tante Poppy tentang ini.
Apa Bibi nggak pernah coba masak untuk mereka" Bibi sudah coba, tapi akhirnya mubazir karena mereka biasanya makan di luar, dan kalaupun makan di rumah, ya... ma kanan begini. Buntutnya masakan Bibi cuma Bibi aja yang makan.
Sejenak Dara berpikir. Stamina dan bentuk tubuh Blu tidak akan bertahan kalau setiap hari dia cuma makan junk food. Mungkin ada baiknya kalau Dara mulai mengatur menu makanan Blu sekalian. Dara lalu membicarakan rencananya ini dengan Bi Uti yang mendengarkan dengan antusias. Mereka setuju untuk mulai mengatur menu makanan rumah setiap harinya, agar Blu dan Jo akan lebih memilih makan di rumah daripada ma kan di luar. Selain itu, mereka juga akan menata ulang lemari makanan dan lemari es agar tidak lagi diisi junk food.
Sekembalinya Jo dari luar kota, dia langsung menghadang Dara di dapur MRAM yang kosong setelah makan siang. Kamu apain dapur saya" desis Jo.
Dara yang agak terkejut dengan nada suara Jo yang terdengar ter lalu ganas terdiam selama beberapa detik sebelum berkata, Saya tata ulang...
Siapa yang minta kamu melakukan itu" potong Jo. Nggak ada. Saya cuma ambil inisiatif...
Well, inisiatif kamu tidak diperlukan. Saya suka dapur saya as it was, geram Jo menyedekapkan tangannya.
Melihat ekspresi pada wajah Jo yang sudah memerah, Dara tahu dia seharusnya menutup mulutnya saja, tapi entah kenapa dia tidak bisa. Dan sebelum dia bisa menghentikan diri nya, kata-kata sudah keluar dari mulutnya.
Tapi dapur Mas Jo penuh dengan junk food yang nggak bagus untuk Blu. Dia masih dalam tahap pertumbuhan dan perlu makanan sehat yang bervitamin. Dia juga perlu jaga kesehatan dan bentuk badan menjelang konser.
Jo menatap Dara seakan ada sarang ular di kepalanya, tapi karena sudah telanjur, Dara pantang mundur. Saya sudah minta Bi Uti untuk masak makanan yang sehat untuk Blu dan Mas Jo, jadi Mas Jo nggak usah pesan dari katering atau restoran lagi. Mas Jo malam ini bisa makan di rumah, kan"
Muka Jo semakin memerah mendengar permintaannya. Uh oh!!! Sepertinya Dara sudah membuat Jo betul-betul marah. Jo melepaskan sedekapan tangannya dan perlahan-lahan berjalan menuju Dara yang tetap berdiri di tempat.
Kembalikan tata dapur saya seperti sebelumnya hari ini juga. Paham"
Usaha Jo untuk mengintimidasinya mungkin akan berhasil kalau Dara jauh lebih pendek darinya, tapi dengan tinggi 168 sentimeter dan sepatu hak, mata Dara hampir satu level dengan Jo yang hanya setengah kepala lebih tinggi darinya. Alhasil Dara bisa memberikan tatapan kekeraskepalaannya dengan sempurna. Nggak, saya nggak paham, balas Dara.
Entah berapa lama mereka berdiri saling tatap seperti itu, masing-masing ingin memenggal kepala orang satunya, tapi akhirnya Jo mendengus dan melangkah pergi. Dara tidak sadar bahwa dia sudah menahan napas sampai langkah Jo tidak terdengar lagi. Dara menyandarkan punggungnya pada dinding dapur dan mencoba menarik napas.
hat s it. Jo akan memecatnya dan tidak ada satu hal pun yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya. Kenapa oh kenapa dia tidak bertanya kepada Jo terlebih dahulu sebelum menata ulang dapurnya" Oh ya, mungkin karena tidak ada laki-laki normal yang menghabiskan waktunya di dapur, kecuali dia seorang koki. Laki-laki gila mana yang memedulikan dapur" Laki-laki gila bernama Jo Brawijaya, that s who.
Dara mendengar langkah mendekat, tapi sebelum dia bisa mengatur ekspresi wajahnya yang pasti kelihatan seperti orang habis kalah perang, Sita sudah muncul. Sepertinya wajahnya kelihatan lebih parah daripada perkiraannya karena Sita langsung bertanya dengan nada prihatin, What happened"
Jo mendudukkan dirinya di belakang set drum sebelum mengembuskan napas, mencoba mengontrol emosinya yang meluap-luap. Sudah lama dia tidak merasa seperti ini, seperti dadanya akan meledak. Terakhir kali dia merasa semarah ini adalah ketika surat wasiat Papa dibacakan. Dia lalu menarik stik drum dari kantong belakang celana jinsnya dan mulai menabuh drum mengikuti ketukan lagu Have a Nice Day milik Bon Jovi seakan besok akan kiamat.
Memangnya Dara pikir dia siapa, mencoba mengatur hidupnya" Pacar bukan, orangtua bukan, saudara juga bukan. Sebagai asisten Blu, dia boleh-boleh saja mencoba mengatur kehidupan Blu, tapi tidak kehidupannya. Apa sih masalahnya dengan kaum perempuan yang selalu menyangka bahwa dia memerlukan mereka untuk mengurusnya" Jo sudah hidup sendiri selama dua puluh tahun ini, dan dia yakin dia bisa melakukannya untuk dua puluh tahun lagi. Dia melanjutkan tabuhan drumnya ke salah satu lagu Avenge Sevenfolds ketika Bon Jovi sudah habis.
Dia baru saja mencapai chorus lagu tersebut ketika Sita melangkah masuk ke dalam live room dan mengetuk kaca ruang drum untuk menarik perhatiannya. Jo mengabaikannya dan melanjutkan tabuhan drumnya, betul-betul tidak berniat untuk berbicara dengan siapa pun sekarang. Emosinya masih belum stabil. Dengan keadaannya yang sekarang, bisa-bisa dia tidak se ngaja membentak siapa pun yang datang mendekatinya. Menya dari bahwa Jo sengaja mengabaikannya, Sita melangkah pergi. Dan Jo pikir Sita sudah memutuskan untuk meninggalkan nya sendiri ketika tiba-tiba suara Justin Bieber menyerang genderang telinganya.
Jo, gue akan putarin satu albumnya Justin Bieber kalau lo nggak keluar dari ruang drum sekarang juga dan ngomong sama gue, suara Sita terdengar di speaker yang menghubungkan live room dengan control room.
Tahu bahwa tidak akan menang berperang dengan Sita, Jo keluar dari ruang drumnya, melewati live room dan control room, menuju pintu keluar dan kebebasan.
Sit, I m not in the mood, okay" So leave me alone, ucap Jo ketika melewati control room.
Lo apain si Dara" Pertanyaan Sita membuat langkah Jo terhenti tepat di depan pintu keluar. Dia lalu memutar tubuhnya untuk menatap Sita sebelum bertanya, Dia memangnya bilang gue udah ngapain dia"
Dia nggak bilang apa-apa ke gue, tapi gue temuin dia kelihatan superstres di dapur.
Dan kemarahan Jo meluap. Dia stres?""!!! Mestinya gue yang stres. Orang gila mana yang ngatur-ngatur dapur orang lain tanpa permisi dulu!!!
She did what" teriak Sita terkejut.
Sita sudah cukup lama mengenal Jo untuk tahu bahwa lakilaki satu ini sangat OCD tentang segala sesuatu yang menyangkut kehidupannya. Jo paling tidak suka kalau orang asing menyentuh barang-barangnya, apalagi sampai memindahkannya tanpa seizinnya. Sita terkejut bahwa Dara masih hidup setelah apa yang dilakukannya.
Apa dia kasih penjelasan kenapa dia ngelakuin itu" Dia bilang dapur gue terlalu penuh dengan junk food, dan itu nggak baik untuk Blu.
Aaahhh, ucap Sita. Penjelasan Dara masuk akal. Harus Sita akui bahwa rumah Jo memang penuh dengan junk food. Untuk laki-laki lajang itu wajar-wajar saja, tapi tidak untuk laki-laki lajang yang memiliki anak gadis tinggal dengannya.
Apa Dara tahu dia nggak boleh mindahin barang-ba rang di rumah lo"
Hah" Masa soal itu aja perlu dibilangin sih" Itu kan common sense. Kalau itu bukan rumah lo, ya jangan sentuh barang-barangnya. Apalagi mindah-mindahin.
Sori ya, Jo, bukannya gue memihak Dara, tapi gue ngerti kenapa dia ngelakuin itu. Dan karena lo nggak pernah ngejelasin ke dia tentang peraturan di rumah lo, ya technically dia nggak salah.
Sit, lo tahu kan kalau lo bikin gue semakin pissed-of dengan omongan lo ini"
I know, tapi gue rasa lo juga tahu kalau gue benar. Jo menatap Sita seakan siap membolongi kepalanya dengan bor, sebelum memutar tubuhnya dan meninggalkan studio.
FrEE THErAPY EBERAPA hari berlalu dan Dara masih belum dipecat juga, dia akhirnya bisa mulai sedikit rileks. Jo tidak pernah memintanya menata ulang dapurnya lagi, tapi sebagai cara untuk menunjukkan aksi protes, Jo menolak untuk menyingkirkan junk food-nya. Dara tahu bahwa dengan tidak menghiraukan permintaan Jo, pada dasarnya dia sudah mencari mati, tapi entah kenapa hatinya menolak mendengarkan akal sehatnya.
Gue harus gimana dong, Dri" Sumpah deh, seumur hidup gue nggak pernah ketemu cowok yang tujuan hidupnya adalah untuk menyusahkan hidup gue. Kayak hidup gue nggak cukup susah aja. Kebayang nggak sih, selama sebulan ini Bokap selalu nungguin sampai gue pulang sebelum dia tidur" Nggak peduli bahwa itu sudah jam sebelas malam. Bokap gue kan biasanya su dah tidur dari jam delapan, omel Dara panjang-lebar melampias kan kefrustrasiannya kepada salah satu sobatnya, Adri. Jana sedang liburan ke Australia dengan suaminya, jadi tidak bisa dihubungi, sedangkan Nadia tidak mengangkat telepon. Dara baru saja selesai mandi malam dan sambil mengeringkan ram butnya dengan handuk dia berbicara dengan Adri melalui speaker HP-nya.
Adri terkikik sebelum menanggapi, Well, mungkin bokap lo takut anaknya diapa-apain oleh the big bad wolf.
Bayangan Jo sebagai seekor serigala terlintas di kepala Dara. Rambut Jo memang pendek, tapi bagian bawah wajah nya selalu ditutupi jenggot tipis, dan Dara mengerti bagaimana image seekor serigala bisa muncul.
Oh please... Jo nggak pantas mendapatkan predikat itu. He doesn t scare me.
Hmmm interesting, ucap Adri. Apa yang interesting"
Bahwa elo langsung mengasosiasikan the big bad wolf dengan Jo Brawijaya.
So" tanya Dara bingung dengan arah pembicaraan mereka. So, is there something going on between the two of you" Deinitely not.
Apa dia nggak mencoba untuk ngedekatin elo" Nanya nomor telepon gitu" pancing Adri.
Dri, dia itu kakaknya bos gue. Dia wajib punya nomor telepon gue, jaga-jaga kalau ada emergency dan dia harus menghubungi gue.
I think he s hot. Setiap kali ngelihat dia di TV, yang ada di pikiran gue adalah ngelempar dia ke tempat tidur dan melakukan serangan membabi buta.
Jangan ngasih image yang nggak-nggak deh di kepala gue. Gue harus ketemu dia tiap hari, tau.
Tanpa memedulikan kata-kata Dara, Adri melanjutkan, Apalagi kalau dia lagi main drum. Kesannya dia lagi having rough sex sama drumnya itu.
Whoaaa... what" tanya Dara mencoba menghentikan arah pembicaraan mereka.
Predatory tapi graceful. Orang nggak nyangka kalau dia akan menyerang, tapi tahu-tahu taringnya sudah terkubur di arteri lo, karena lo sudah terpesona dengan pergerakan tubuh nya, lanjut Adri.
Gue nggak peduli dia predatory kek, graceful kek, menurut gue dia brengsek.
Really" Menurut teman gue Ina, istrinya Revel, Jo itu sweet banget lho.
Sweet kalau dibandingin sama iblis, kali, lanjut Dara yang disambut oleh gelak tawa Adri.
Seriously. I think he hates me.
Adri terdiam sejenak sebelum berkata, Well, that s the irst. Setahu gue semua laki-laki tergila-gila sama elo. Nggak peduli mereka bayi atau kakek-kakek bangkotan.
Kecuali Jo Brawijaya, balas Dara.
Omong-omong, apa benar dia punya tato tapal kuda di... Dri, bisa nggak sih kita nggak ngebahas tentang itu" potong Dara.
Well, I was just curious, Adri membela diri. Buang jauh-jauh keingintahuan elo itu, oke"
Jangan lupa ngambil foto kalau memang kebetulan lo ngelihat. Kebayang nggak sih berapa banyak uang yang bisa lo dapatkan dengan menjual foto itu ke media" lanjut Adri.
Dara baru saja akan membalas bahwa kemungkinan dia bisa melihat bagian tubuh Jo itu adalah kurang dari nol persen, ketika dia mendengar suara bayi menangis dan mendengar Adri meminta suaminya, Ervin menghibur anak mereka, Scarlett, untuk semen tara waktu. Setelah keadaan sudah lebih tenang, Dara berkata, Eh, sori ya gue telepon malam-malam. Habis gue nggak tahu lagi siapa yang bisa dihubungi untuk dimintain pendapat. Nggak apa-apa kok. Omong-omong, gimana rencana pernikahan lo, lancar"
Mendengar pertanyaan ini Dara terdiam. Dia masih juga belum memberitahu siapa pun tentang status hubungannya dengan Panji. Selama sebulan ini Dara mencoba memfokuskan diri pada pekerjaan dan tidak menghiraukan bahwa Panji ma sih juga belum menghubunginya. Dara tahu inilah cara Panji menunjukkan superioritasnya sebagai laki-laki. Di kepalanya, Panji pasti berpikir bahwa Dara adalah pihak yang salah, maka Dara-lah yang harus minta maaf. Selama ini itulah yang selalu Dara lakukan. Tidak peduli siapa yang salah di dalam argumentasi mereka, dialah yang selalu meminta maaf duluan. Well, tidak lagi. Panji bisa menunggu hingga neraka membeku, karena kali ini Dara tidak akan meminta maaf duluan. Sebelum bisa berpikir lagi, Dara mengaku kepada Adri.
Sebetulnya, gue sama Panji sedang... hiatus. Hiatus" Maksud lo putus" teriak Adri. No, no. Nggak putus. Cuma hiatus. Apa bedanya"
Kami hiatus karena Panji minta waktu untuk memikirkan tentang hubungan kami.
Untuk sejenak Jo terlupakan dan Adri mengomel tentang Panji. Bercanda lo, Ra. Apa lagi coba yang dia mau pikirin" Dia udah ngelamar elo. Kalau dia masih belum pasti dengan hubungan elo ini, kenapa dia ngelamar elo" Dasar laki-laki gemblung.
Dia sih udah cukup pasti dengan hubungan kami, tapi dia mau gue berhenti kerja jadi PA artis. Lo tahu kan kalau dia nggak pernah suka gue jadi PA, jelas Dara.
Well, that s stupid. Lo ini bukannya main course di TGI Friday s dengan side dishes yang bisa ditukar-tukar. Lo itu menu utama di restorannya Gordon Ramsey, yang harus dimakan secara keseluruhan, dan kalau nggak suka itu, silakan keluar dari restoran.
Dara membutuhkan waktu beberapa menit untuk memahami perumpamaan Adri yang membingungkan itu. Tapi setelah dia sadar akan apa yang dikatakan sahabatnya itu, tanpa bisa menahan diri lagi, dia pun membeberkan pertengkarannya dengan Panji. Alhasil, Adri langsung memaki-maki Panji di telepon.
Dasar cowok brengsek, sok penting, sok perfect, sok... ugh!!! Masih mendingan deh waktu lo pacaran sama Charlie, yang meskipun kelihatan lebih cantik daripada elo kalau pakai maskara dan anak band, tapi setidak-tidaknya dia ngertiin elo. Lah Panji... gimana bisa dia mengharapkan elo untuk berhenti kerja cuma gara-gara dia nggak suka sama pekerjaan lo" Sori ya, Ra. Tapi cowok lo itu memang brengsek. Nadia, Jana, dan gue dari dulu memang nggak pernah suka sama dia.
Wait, hold on. Sejak kapan kalian nggak suka sama Panji" Kalian selalu baik dan ramah setiap kali ketemu dia. Kami baik sama dia cuma karena elo.
Dara tidak tahu apakah dia harus bersyukur oleh dukungan sobat-sobatnya atau justru marah karena mereka tidak pernah mengatakan apa-apa tentang perasaan mereka terhadap Panji. Setelah bertahun-tahun bersahabat dengan tiga wanita ini, satu hal yang Dara tahu adalah bahwa penilaian mereka tentang seseorang tidak pernah salah. Meskipun begitu, Dara juga tahu bahwa penilaian mereka juga sering timpang ketika memberi dukungan kepada sobat mereka.
Dengan hati-hati Dara bertanya, Do you think I m being stupid karena sudah bersikeras untuk mempertahankan pekerjaan gue daripada mengikuti kata Panji untuk mencari pekerjaan lain" Setidak-tidaknya Panji serius sama gue dan berani ngajakin nikah, nggak seperti mantan-mantan gue yang lain. Hell no, you re not being stupid!!! Jangan pernah ngebiarin seorang laki-laki mengubah diri lo yang sebenarnya. Trust me, honey, it s not worth it, omel Adri.
I guess you re right, ucap Dara pasrah.
Of course I m right. Besok pagi lo telepon si Panji dan lo putusin dia, oke" Hiatus, my foot.
Yes, Mom, desah Dara dan disambut gelak tawa Adri yang membuat Dara tersenyum.
Sebaiknya gue tidur sekarang. Salam buat Ervin dan Scarlett. Sampaikan permintaan maaf gue ke mereka karena sudah mengambil waktu lo, pamit Dara.
Don t worry, mereka ngerti kok, ucap Adri, masih tertawa. hanks ya, Dri.
Anytime. Bye, girl. Dara merasa lebih baik setelah menutup telepon. Dia lalu mematikan lampu dan langsung pergi tidur, bertekad untuk menelepon Panji besok pagi dan mengakhiri hubungan mereka.
Jo menciumi seorang wanita yang ada di dalam pelukannya seakan hidup-matinya bergantung kepada wanita itu. Aroma dan rasa perempuan itu betul-betul membuat kepalanya berputar dan seluruh tubuhnya gerah. Menyadari bahwa dia sudah menciumi seseorang tidak dikenal, Jo mengangkat bibirnya dari bibir wanita itu untuk melihat wajahnya. Mulai dari dagu berlesung, mulut yang sedikit terbuka untuk mengakomodasi napasnya yang memburu, hidung mancung, mata yang kurang fokus akibat ciuman mereka dan alis yang sempurna.
You re gorgeous, bisik Jo.
So are you, balas wanita itu dengan suara yang sangat familier, tapi Jo tidak tahu kapan atau di mana dia pernah mendengarnya.
Jo menarik wajahnya lebih jauh lagi dari wajah itu untuk menganalisisnya dengan lebih saksama. Wanita itu tersenyum dan menatapnya sebelum jemari tangan kanannya membelai pipi Jo. Belaian lembut dan hangat itu langsung membuat Jo menutup matanya, mencoba menyerapnya ke dalam seluruh tubuh, hati, dan sanubarinya. Jo meraih jemari yang sedang membelai pipinya itu dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan suara, jemari yang panjang dan halus itu pun terasa familier. Di manakah dia pernah menyentuh tangan itu" Jo menarik napas sambil memutar otaknya. Perlahan-lahan, dia mulai ingat di mana dia pernah melihat wajah itu... men dengar suara itu... dan merasakan sentuhan jemari itu.
Wajah, suara, dan jemari lentik milik... Dara Wulandari. Jo terbangun dari tidurnya dengan jantung berdebar-debar. Goldie yang ikut terbangun mendekatkan hidungnya pada bahu Jo, seakan menanyakan apakah dia baik-baik saja.
Yeah, I m okay. Cuma mimpi buruk, jelas Jo sambil kem bali merebahkan dirinya di tempat tidur dan membelai kepala Goldie.
Dalam hati Jo lega itu hanyalah mimpi. Dia tidak tahu bagaimana Dara bisa muncul di dalam mimpinya. Dia bahkan tidak menyukainya. Dia yakin Dara pun memiliki pe rasaan yang sama terhadapnya.
Perempuan itu sudah membuatnya gila selama beberapa minggu ini. Sudah suka mengatur, suka berdebat dengannya pula. Lihat saja apa yang dia telah lakukan pada kulkas dan dapurnya. Semua makanan kesukaannya sudah disingkirkan ke rak paling ujung, dan digantikan dengan makanan-makanan yang terbuat dari gandum, low-fat atau kurang gula. Segala jenis sayuran dan buah-buahan yang cukup untuk menenggelamkan Titanic kini mendominasi kulkasnya, hingga beberapa hari yang lalu dia mengalami masalah mencari cokelat Toblerone-nya yang ternyata sudah diasingkan ke kontainer kecil dan disembunyikan di bagian belakang lemari es.
Berbotol-botol minuman bersoda, Gatorade, dan kaleng-kaleng Red Bull yang biasanya dia simpan di dalam lemari es agar dingin juga sudah dibatasi jumlahnya. Kini bahkan dia hanya diperbolehkan minum Diet Coke. Apa pula ini" Laki-laki jantan dan tangguh sepertinya tidak minum atau makan sesuatu yang ada kata-kata low fat, less sugar, dan Diet-nya, that s just gay. Oh, andaikan dia bisa memecat Dara hanya dengan alasan bahwa wanita itu betul-betul menjengkelkan, tapi dia tahu dia lah satusatunya orang yang berpendapat begitu. Oom Danung tidak henti-hentinya memuji Dara sebagai seorang PA yang kompeten, dan Jo tahu bahwa Blu betul-betul menyukai Dara. Kini Blu sudah tidak lagi mengurung diri di kamarnya dan makannya sudah lebih teratur sehingga tubuh dan wajahnya ke lihatan lebih berisi dan sehat.
Bahkan Poppy yang hanya bertemu muka dengan Dara melalui Skype menyukai Dara yang tidak pernah lupa meng-update kehidupan keseharian Blu kepadanya. Pada intinya, dengan keberadaan Dara, Blu kini sudah bisa menjalankan kehidupannya secara lebih eisien tanpa perlu mengganggu Jo lagi. Tapi bukannya merasa lega atas pergantian suasana ini, Jo justru merindukan saat-saat ketika dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan Blu.
Tanpa disadari Jo, selama dua bulan sebelum kedatangan Dara di tengah kehidupan mereka, dia sudah mulai terbiasa hidup dengan Blu. Dan dengan Blu tidak lagi bergantung padanya, dia merasa sedikit kesepian. Sepertinya sudah tiba waktunya untuk mulai berburu perempuan yang bisa menghapuskan kesepian itu, toh itulah rencana awalnya untuk mendapatkan asisten untuk Blu.
Memikirkan tentang asisten Blu membuat Jo teringat kembali akan mimpinya dan dia menggelengkan kepala, mencoba mengusir bayangan itu. Dia tidak mau lagi memimpikan yang tidak-tidak tentang asisten adiknya itu.
Beberapa hari kemudian ketika Dara baru saja akan menghentikan mobil di depan gerbang sekolah Blu, bosnya itu memintanya menepi di samping trotoar seratus meter dari gerbang. Sebelum dia bisa bertanya alasannya, Blu sudah meloncat keluar dari mobil dan menghilang di tengah keramaian teman-teman sekolahnya. Beberapa menit kemudian Dara melihat Blu melambai padanya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya menggandeng seorang cowok paling preppy yang Dara pernah lihat sepanjang hidupnya. Lupakan Nate Archibald dari Gossip Girl, cowok ini lebih mirip Kurt dari Glee. Oh, dear God. Cara berjalan cowok ini bahkan seperti Kurt. Uh oh!!! Gay" Radar Dara langsung on alert. Dia mematikan mesin mobil dan turun, menunggu hingga Blu dan Kurt wannabe menghampirinya. Dalam hati dia berharap cowok ini bukan William, ataupun kalau dia memang William, dia hanyalah seorang cowok metro seksual yang suka pergi ke salon dan mengenakan pakaian yang satu ukuran lebih kecil daripada seharusnya.
Mbak Dara, kenalin ini William, ucap Blu semangat. William tersenyum malu-malu, mempertontonkan lesung pipi di kiri dan kanan pipinya. Dara menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri dan begitu telapak tangan William bersentuhan dengan telapak tangannya, Dara mengumpat. Tidak bisa diragukan lagi William memang seorang gay yang masih belum mau mengakui orientasi seksualnya kepada dirinya sendiri, apalagi pada orang lain.
Bagaimana mungkin Blu bisa menyukai cowok jenis ini" Bukankah seharusnya seorang adik perempuan cenderung menyukai jenis laki-laki yang mirip kakak laki-laki mereka" Jelasjelas William tidak ada mirip-miripnya dengan Jo yang sangat maskulin.
Dara memaksa dirinya menelan ludah se belum berkata, Ah, jadi kamu William yang akan membawa Blu ke pesta Tahun Baru"
Iya, Mbak, ucap William dengan suaranya yang terdengar sedikit melengking untuk seorang laki-laki yang sudah kelas 12.
Yaiks... Bahkan suaranya pun terdengar seperti Kurt. Dara tidak pernah ada masalah dengan kaum gay, selama mereka terbuka dengan status mereka. Masalah akan muncul kalau mereka tidak mengakui orientasi seksual mereka dan secara ti dak sengaja menyakiti hati orang lain. Tiba-tiba Dara merasa pesta tahun baru Blu ini memiliki kata BENCANA tertulis di manamana. Apa yang harus dia lakukan"
Blu, bisa Mbak bicara dengan William, sendiri" pinta Dara. Meskipun kelihatan agak bingung, Blu menuruti per mintaan ini.
Ketemu di dalam ya, ucap Blu, yang kemudian berlalu memasuki gerbang sekolah.
Setelah Blu menghilang, Dara menatap William dan berkata pelan, Apa kamu serius mau membawa Blu ke pesta Tahun Baru" Apa tidak ada orang lain yang mungkin lebih tipe kamu yang mau kamu bawa sebagai teman kencan"
William menatap Dara seakan dia sudah gila. Sejujurnya, pada saat ini pendapat Dara tidak jauh berbeda dengan William. Dara se harusnya tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan Blu pergi dengan pemuda ini. Tapi, toh mereka tidak bakal menikah, se hingga tak mungkin Blu suatu hari akan mendapati suaminya di tempat tidur dengan laki-laki lain. Ini cuma kencan, tidak le bih dari itu.
Maksud Mbak" Dara mengembuskan napas dan mengubah taktik. Mbak nggak akan pernah memperbolehkan Blu dipermalukan di depan umum dan disakiti oleh siapa pun. Kalau sampai Mbak mendapati Blu menangis sehabis acara ini, kamu akan berharap bahwa kamu tidak pernah dilahirkan.
Apa Mbak sedang mengancam saya"
Yep. Jadi, apa kamu masih berniat untuk jadi teman kencan Blu"
Ye-es, ucap William terbata-bata, membuat pernyataannya terdengar seperti pertanyaan.
Fine. Kamu sudah Mbak peringatkan. Sampai ketemu di pesta tahun baru, ucap Dara dan masuk kembali ke mo bil.
Dara melambaikan tangan kepada William yang membalas lambaian tangan itu dengan kurang antusias. Dara lalu memanuver mobilnya menuju jalan raya.
Malam Tahun Baru hanya seminggu lagi dan semuanya sudah direncanakan dengan sempurna, tapi itu sebelum dia bertemu William. Dan tiba-tiba Dara merasa sedikit nervous de ngan rencana ini. Untuk pertama kalinya dia menghargai ke macetan jalan raya, karena itu bisa membantunya berpikir. Di satu sisi, Tante Poppy sudah tahu dan setuju dengan rencana ini, dia bahkan setuju untuk tidak memberitahu Jo mengenainya, tapi Dara tahu dia akan disalahkan kalau rencana ini sampai buyar.
Oh!!! Kenapa baru sekarang dia menemui William" Seharusnya dia tetap memaksa untuk bertemu William bulan lalu meskipun Blu bilang William sibuk. Sekarang semuanya sudah terlambat. Blu tidak akan memaafkannya kalau dia sampai meminta Blu untuk membatalkan rencananya dengan William, tidak peduli bahwa alasannya adalah untuk melindungi hati Blu dari diinjak-injak oleh seorang cowok. Dalam hati Dara berharap semuanya akan berjalan lancar.
BUSTED J O menutup tas travel dari kulit yang diletakkan di atas tempat tidur. Tas tersebut berisi semua keperluannya untuk malam ini. Satu set pakaian ganti, peralatan mandi, handuk kecil untuk mengusap keringat, dan dua set stik drum, cadangan kalau saja terjadi apa-apa dengan stik drum yang sekarang disematkan di kantong belakang celana jinsnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 15.30, dia harus berangkat sekarang kalau tidak mau terlambat untuk sound check. Dia meraih jam tangan yang tergeletak di atas dresser ketika tatapannya jatuh pada fotonya dengan Blu, Poppy, dan Goldie yang diambil sebelum Poppy berangkat ke Paris. Suatu rasa yang sangat mirip seperti rasa bersalah karena sudah menelantarkan adiknya dan mengandalkan Dara untuk mengurus Blu selama dua bulan ini muncul di sudut hatinya.
Apa sebaiknya dia menarik diri saja dari pertunjukan malam ini dan memilih hangout dengan Blu yang tidak memiliki jadwal mang gung" Bi Uti sedang pulang kampung sejak minggu lalu, dan kalau bukan karena Dara, Jo mungkin harus menelepon Tante Mel atau salah satu sepupunya untuk menjaga Blu sampai dia pulang. Sesuatu yang dia yakin tidak akan dihargai sama sekali oleh mereka.
Nggak. Dia nggak bisa menarik diri pada detik terakhir sebelum manggung tanpa ada drummer pengganti untuk Revel. Oh, andaikan saja ini bukan malam tahun baru, dia mungkin bisa menelepon Ole, drummer cadangan Revel, untuk mengganti kannya malam ini. Tapi dia tahu Ole sedang pergi li buran de ngan pacarnya ke Shanghai. Setelah beberapa menit memper timbangkan pilihannya, Jo memutuskan untuk tetap berangkat kerja. Bukan karena dia tidak peduli akan Blu, tapi karena dia seorang profesional yang selalu memenuhi kontrak kerjanya.
Jo menarik pegangan tas travel ke dalam genggamannya dan melangkah ke luar kamar.
Blu, teriak Jo memanggil adiknya.
Ya, Mas, jawab Blu, yang suaranya sepertinya berasal dari ruang TV.
Jo menemukan adiknya sedang selonjoran di depan TV sambil mengenakan celana pendek dan kaus kedodoran dengan gambar Cookie Monster di bagian depan. Dara yang mengenakan jins dan kaus bertuliskan I heart London sedang duduk di sofa sambil membaca majalah. Kaus itu terbuat dari ba han yang agak tipis sehingga Jo bisa melihat Dara me ngenakan bra berwarna hitam. Selama beberapa detik dia mem bayangkan dirinya menanggalkan bra itu dari tubuh Dara seraya menguburkan jemarinya di rambut hitam Dara yang ke lihatan mengilat seperti pita sutra. Seperti sadar bahwa dia sedang diperhatikan, Dara mendongak dan Jo langsung bergegas ke lemari sepatu. Semenjak mimpinya, Jo mencoba sebisa mungkin tidak bertemu muka dengan Dara, sesuatu yang sulit dilakukan mengingat perempuan itu bekerja untuk adiknya. Yang ada ter kadang dia mendapati dirinya memperhatikan interaksi Dara dengan adiknya. Mereka sudah seperti kakak-adik yang sangat akur. Dara selalu bisa mengerti apa yang Blu inginkan tanpa Blu harus mengatakannya. Yang jelas Blu sepertinya telah menemukan seorang teman baik yang bisa dipercaya dengan segala rahasianya pada diri Dara.
Setelah beberapa menit memperhatikan jejeran sepatu di hadapannya tanpa betul-betul melihat apa yang ada di hadapannya, Jo akhirnya memilih mengenakan Converse.
Kamu yakin nggak mau ikut Mas malam ini" tanya Jo sambil duduk di salah satu kursi untuk mengenakan sepatunya.
Jo sudah menanyakan hal ini kepada Blu beberapa hari yang lalu dan Blu menolaknya. Tapi hanya untuk memastikan, dia bertanya lagi. Dan seperti waktu itu, Blu juga menggeleng.
Mendingan di rumah nonton TV sama Mbak Dara dan Goldie daripada dengerin cewek-cewek pada histeris ngelihat Mas dan Mas Revel.
Seperti sadar bahwa namanya sudah disebut-sebut, Goldie muncul dengan mulut sedikit basah. Daripada duduk di dekat tuannya, Goldie memilih duduk di dekat Blu. Jo memiring kan kepalanya melihat kelakuan anjingnya yang aneh itu. Goldie tidak pernah memilih orang lain selain dirinya kalau dia sedang ada di dalam ruangan bersamanya, tapi kemudian dia melihat Blu memegang sekantong makanan anjing di tangannya.
Goldie jangan kebanyakan dikasih jajan, nanti dia nggak mau makan makan malamnya, tegur Jo.
Blu tersenyum sebelum kemudian berkata, Goldie, no more, sambil menggoyangkan kedua telapak tangannya di hadapan Goldie yang kelihatan sedih.
Jo tertawa melihat tingkah laku anjingnya dan melirikkan matanya ke arah Dara yang sudah meletakkan majalah yang tadi dibacanya dan berdiri.
Kamu nggak apa-apa Mas tinggal sendiri di rumah semalaman" Jo menarik perhatiannya kembali kepada adiknya.
Blu mengangkat kedua alisnya sebelum menjawab, Aku nggak sendirian kok. Kan ada Mbak Dara dan Goldie.
Jo selesai mengikat kedua tali sepatunya dan berdiri. Oke, kalau gitu kamu Mas tinggal.
Blu segera beranjak berdiri untuk mencium pipi Jo sebelum kemudian menghilang masuk ke kamarnya, meninggalkan Jo berdua dengan Dara.
Jam berapa kira-kira Mas Jo pulang" tanyanya. Saya akan usahakan sampai di rumah sebelum jam dua pagi, jawab Jo.
Oke. Makasih ya karena sudah ngejagain...
It s ine, Mas Jo. Ini memang pekerjaan saya, potong Dara. Jo tahu itu benar, tapi entah karena angin apa, yang keluar dari mulutnya adalah, Actually it s not. Kamu dipekerjakan sebagai asisten Blu, bukan sebagai baby-sitter.
Selama beberapa detik Dara tertegun, seakan tidak percaya akan kata-kata Jo, tapi kemudian dia mengangkat bahu dan berkata, Nggak ada bedanya untuk saya.
Sebetulnya Jo masih ingin berdebat dengan Dara, tapi dia tahu hari sudah semakin sore. Akhirnya tanpa berkata-kata lagi dia keluar dari rumah.


The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu mobil Jo menghilang dari pandangan, Blu muncul di samping Dara.
Kira-kira Mas Jo tahu nggak ya tentang rencana kita" Blu terdengar khawatir.
I don t think so, ucap Dara sambil memutar tubuhnya. Sebaiknya kita mulai siap-siap kalau nggak mau telat. C mon, Cinderella, candanya dan mendorong Blu menuju kamarnya untuk mandi dan berdandan.
Selama hampir dua jam Dara sibuk mendandani Blu di temani gelak tawa mereka dan album terbaru Coldplay. Pukul 17.30 William menelepon, dan selama pembicaraan se puluh menit itu wajah Blu sudah seperti kepiting rebus dan senyum lebar menghiasi wajahnya. Dia betul-betul menyukai cowok ini rupanya. Hal tersebut membuat Dara merasa sedikit kasihan padanya. Percakapannya dengan Jana minggu lalu ter ngiang kembali.
Gue harus gimana dong, Jan" Bilang ke dia kalau teman kencannya itu gay atau nggak"
Menurut gue, lo biarin aja. Nggak ada gunanya menghancurkan kencan pertama Blu. Toh si William juga udah mau lulus sebentar lagi dan kemungkinan besar nggak akan ketemu lagi sama Blu. Bukannya terusnya mereka pacaran gitu lho, mereka cuma pergi ke pesta tahun baru sama-sama. Gue yakin pas Blu lulus SMA, dia pasti udah lupa siapa William.
I doubt that. Dari cara Blu ngomong tentang William, sumpah deh, di mata Blu, William ini udah kayak Romeo yang serba-perfect. Setiap hari ngomongin William melulu. Apa kita kayak begitu ya waktu SMA"
Pertanyaan ini disambut gelak tawa Jana yang membuat Dara tertawa juga.
Apa Blu nggak pernah ngerasa ya kalau William itu gay" Atau setidak-tidaknya ada orang kek yang bilangin ke dia. Gue benar-benar nggak mau jadi orang yang harus bilang ke Blu kalau Santa Claus doesn t exist, ucap Dara setelah tawanya reda.
I hate to break it to you, but Santa Claus really doesn t exist. Oh really... thanks for letting me know, balas Dara sesarkastis mungkin.
Jana terbahak-bahak. Again, it is up to you. Tapi menurut gue, lebih baik lo tutup mulut.
Gue cuma nggak mau Blu jadi bahan tertawaan orang. Sumpah deh, gue yakin salah satu orang yang sering banget nulis hatemail tentang Blu itu adalah teman satu sekolahnya. Ra, Blu itu artis, they are bound to be hated by some people. Tapi dia itu masih kecil, Jan. Masih lima belas tahun. Seberapa banyak orang sih yang dia sudah temui sampai mereka segitu nggak sukanya sama dia"
Lo nih berkelakuan kesannya Blu itu anak lo. Sudahlah, jangan terlalu diambil pusing. Oke"
Setelah pembicaraan dengan Jana, Dara pergi tidur dan bermimpi Blu ditertawakan oleh semua orang di pesta karena William muncul mengenakan gaun putih milik Blu dan Jo memecatnya karena sudah mempermalukan Blu.
Dara harus menarik dirinya kembali ke masa kini ketika mendengar Blu memanggil namanya. Dari nada tidak sabarnya sepertinya Blu sudah melakukannya selama beberapa menit.
So, William bilang apa" tanya Dara, mencoba menutupi pikirannya yang sempat melayang.
Dia cuma tanya apa aku yakin nggak perlu dijemput. Waktu aku bilang yakin, dia bilang dia akan tunggu aku jam 20.15 di depan ballroom.
Kalau gitu kita sebaiknya berangkat jam 18.30. Mbak nggak mau kamu terlambat untuk kencan pertama kamu.
Apa Goldie nggak apa-apa kalau kita tinggal sendirian" tanya Blu.
She should be ine. Mbak akan kasih makanan, minum, dan mainan favoritnya selama kita pergi. Itu bisa menghibur dia selama beberapa jam sampai kita pulang.
Blu mengangguk setuju. Lima belas menit kemudian Blu pun siap. Dara meminta Blu untuk makan sesuatu sebelum berangkat. Menurut undangan yang harganya cukup mahal itu, makan malam akan disediakan, tapi Dara tahu Blu kemung kinan akan terlalu sibuk dan nervous untuk betul-betul makan di acara tersebut. Dara memasukkan majalah dan iPod ke da lam tasnya untuk menghibur diri selama menunggu Blu. Tepat pukul 18.30, mereka sudah meluncur menuju Gran Melia.
Okay, that sounds good, everyone, ucap Ricky, manajer panggung untuk acara malam ini.
Dikarenakan masalah teknis, mereka harus menunggu satu jam sebelum bisa melakukan sound check, sehingga mereka baru selesai sekitar jam 18.00, sesuatu yang membuat Jo sedikit jengkel. Kalau saja dia tahu jadwal mereka akan diundur, dia bisa menghabiskan sedikit waktu dengan Blu sebelum berangkat, bahkan mungkin nonton acara reality TV tentang keluarga Kardashian yang sepertinya diobsesikan Blu. Yang ada dia harus sabar menunggu gilirannya diselubungi udara panas Sentul. Dia tahu dia harus mandi terlebih dahulu se belum manggung malam ini karena kaus yang dikenakannya sudah basah oleh keringat.
Revel yang menyadari bahwa mood drummer-nya sedang tidak baik, sesuatu yang semakin sering terjadi akibat kehadiran Dara, mendekatinya.
Hey, are you okay" tanyanya hati-hati.
Yeah. Why do you ask" tanya Jo balik sambil menyeka keringat di keningnya dengan handuk kecil yang biasa disematkan di sabuknya.
Lo kelihatan sedikit... I don t know... moody. Moody" Jo mengerutkan keningnya.
Untuk lebih tepatnya, jengkel. Apa semuanya baik-baik aja di rumah"
Jo mengangguk dan ngacir menuruni panggung ketika melihat tujuh cewek menaiki panggung. Mereka adalah girlband yang pamornya sedang naik daun di Indonesia. Jo hanya mengangguk kepada mereka tapi tidak berhenti. Bisa dibilang dia agak trauma pada mereka, karena terakhir kali mereka ber temu, salah satu personel girlband itu yang kemudian dia ketahui bernama Jessica, memasukkan sebuah amplop berwarna pink ke dalam kantong celananya. Berpikir bahwa amplop itu hanya ber isi nomor telepon, sesuatu yang sering dia terima dari kaum wanita, Jo membukanya di depan Revel. Dia baru menyadari kesalahannya ketika foto Jessica yang tidak mengenakan sehelai busana pun dan berpose menggoda terpampang di hadapannya.
Seakan belum cukup, di balik foto itu Jessica menulis kan kata-kata yang sampai kini masih akan membuat wajah Jo memerah kalau mengingatnya. Dan meskipun tidak per nah mengatakan apa-apa kepada orang lain tentang insiden tersebut, Revel tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meledek Jo.
Perlahan-lahan mereka berjalan menuju bus mewah milik Revel yang ada shower-nya. Jo berencana menggunakan shower itu secepat mungkin sebelum airnya dihabiskan oleh kru band Revel yang lain. Setelah mereka berada cukup jauh dari keramaian dan bebas dari tatapan orang banyak, Revel bertanya lagi, Blu nggak diajak"
Dia nggak mau ikut. Lebih milih hangout sama Dara dan Goldie di rumah.
Revel menatap Jo dengan saksama. Dan lo nggak suka" Gue nggak bilang begitu, bantah Jo.
Tapi lo kelihatan begitu.
Jo memilih diam daripada membalas komentar Revel dengan kata-kata sarkastis yang bisa tanpa sengaja menyinggung sahabatnya ini. Tapi sepertinya Revel tidak memiliki toleransi yang sama dengannya karena pertanyaan selanjutnya jelas-jelas menyinggung perasaannya.
Apa lo masih ada masalah dengan Dara"
Jo berhenti melangkah dan menatap Revel tajam. Kenapa lo ngomong begitu"
I don t know. You tell me.
Jo berpikir sejenak. Dia memang masih ada masalah dengan Dara, tapi bukan seperti yang dipikirkan Revel. Dulu masalah nya dengan Dara karena perempuan itu mengacak-acak hidup nya, tapi se telah mimpinya, sekarang masalahnya adalah karena wanita itu meng acak-acak pikirannya dengan membuatnya memikirkan yang ti dak-tidak kalau melihatnya. Tapi kali ini dia tidak bisa menumpukan kesalahan pada Dara, toh bukan salah Dara bah wa otaknya penuh dengan pikiran kotor setiap kali melihatnya.
Akhirnya Jo berkata, No. Gue nggak ada masalah dengan Dara.
Selama beberapa menit mereka kembali melangkah tapi dalam diam. Jo baru bersuara lagi ketika mereka sampai di pintu bus. Apa lo perlu gue sampai acara ini selesai"
Revel menatap Jo bingung, tidak betul-betul mengerti apa yang diminta temannya ini.
Kalau lo nggak masalah, gue mau cabut jam sebelas begitu kita selesai manggung.
Lo mau pulang untuk ngerayain tahun baru sama Blu" Jo mengangguk dan berkata, Tapi cuma kalau lo oke tentang itu.
Of course I m okay with it. Tapi lo tahu kan bahwa kemungkinan elo untuk bisa sampai di rumah sebelum jam 24.00 malam ini adalah hampir nol"
Setidak-tidaknya gue bisa coba, balas Jo.
Revel mengangguk mengerti dan Jo menepuk punggung Revel sambil mengucapkan terima kasihnya sebelum menghilang ke dalam bus.
Dara mencoba memanuver mobil di tengah keramaian lalu lintas, mencoba untuk bisa sampai di rumah Jo sebelum pukul dua dini hari. Jam pada dasbor mobil sudah menunjukkan pukul 01.15, dan dia mulai sedikit khawatir mereka tidak akan bisa sampai di rumah sebelum Jo tiba. Dia tidak berani membayangkan kemarahan jenis apa yang akan dia lihat kalau sampai mereka tertangkap basah pergi tanpa seizin Jo. Selama lima belas menit terakhir Blu sudah kelihatan senewen sehingga tidak bisa duduk diam di kursinya.
Do you think we can make it" tanya Blu. Yes, jawab Dara pasti.
Really" No. Not really. Dan Blu tertawa terbahak-bahak karena Dara masih bisa bercanda dalam situasi genting seperti ini.
Kita seharusnya ninggalin hotel lebih cepat tadi, ucap Blu. Yep. Tapi kalau kita ninggalin hotel lebih cepat, itu berarti kamu ketinggalan kesempatan untuk dicium sama William, kan" balas Dara sambil nyengir.
Blu langsung tersipu-sipu. Yep, bukan saja Blu mengalami kencan pertamanya, tapi juga irst kiss-nya malam ini. Itulah hal pertama yang diteriakkan oleh Blu pada Dara setelah William menghilang dari pandangan sehabis mengantarnya ke lobi.
He kissed me, ucap Blu berkali-kali sambil loncat-loncat kegirangan.
Hal pertama yang terlintas di kepala Dara ketika mendengar ini adalah rasa senang untuk Blu, yang diikuti oleh beberapa sumpah serapah. William sepertinya memang cari mati.
Apa itu berarti kalian boyfriend and girlfriend now" tanya Dara hati-hati.
Dalam hati dia berharap William setidak-tidaknya ti dak melangkah sejauh itu, karena kalau tidak, Dara harus me lakukan pembicaraan empat mata dengan anak laki-laki ingusan satu itu.
Pertanyaan ini membuat Blu tercengang selama beberapa detik. I don t know. Is it"
Lho, Mbak nggak tahu. Memangnya William bilang apa" Dia nggak bilang apa-apa.
Perlahan-lahan Dara mengembuskan napas lega dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas segala pertolongannya.
Dara belum sempat menghentikan mobil dengan sempurna ketika Blu sudah meloncat keluar dan berlari membuka pintu gerbang. Jam sudah menunjukkan pukul 01.45, berarti mereka hanya ada waktu lima belas menit sebelum Jo pulang. Seiring dengan terbukanya pintu gerbang, lampu depan mobil menyorotkan sinarnya kepada... Jo yang sedang berdiri sambil menyedekapkan tangannya di depan mereka. Dari wajah laki-laki itu Dara tahu bahwa kata marah tidak cukup untuk menggambarkan ekspresi wajah Jo.
FIrED ELAMA beberapa menit Jo membiarkan Dara memanuver mobil masuk ke pekarangan rumah dan Blu mendorong pintu pagar hingga tertutup dan mengunci nya. Jo hanya bisa terdiam, mencoba mengontrol kemarahan nya. Sejam yang lalu jantungnya hampir berhenti ketika dia pulang dan tidak menemukan Blu di mana-mana. Satu-satunya alasan kenapa dia tidak menelepon polisi untuk melaporkan ka sus anak hilang adalah karena Dara dan mobil dinasnya juga tidak bisa ditemukan. Ketika mencoba menelepon HP Blu, Jo menemukan HP tersebut tergeletak di meja makan. Dia bahkan tidak mencoba menelepon Dara setelah itu.
Mencoba mencari tahu ke mana Blu telah menghilang, Jo masuk ke kamar Blu yang memang tidak terkunci dan menemukan meja rias Blu penuh dengan peralatan make-up yang di biarkan bertaburan. Selama beberapa detik Jo hanya menatap semua itu dengan sedikit bingung. Lalu tatapannya jatuh pada sebuah undangan yang menjelaskan ke mana adiknya telah pergi. Perlahan-lahan Jo meletakkan undangan itu kembali pada tempatnya dan ke ruang tamu, menunggu hingga adiknya dan asisten adiknya itu kembali.
Gimana acara tahun barunya" Nada suara Jo mengalahkan dinginnya Pegunungan Himalaya.
Ba-baik, jawab Blu terbata-bata.
Good, karena kamu nggak akan boleh ke luar rumah selain untuk sekolah dan ke MRAM sampai mama kamu pulang.
Blu hanya menatap Jo dengan mulut ternganga, tanpa bisa berkata-kata.
Mas Jo... Dara kini sudah berdiri di hadapan Jo, seakan mencoba melindungi Blu.
Blu, sebaiknya kamu masuk ke dalam, potong Jo. Blu melirikkan matanya kepada Dara yang mengangguk padanya sebelum menuruti perintah Jo. Setelah Blu menghilang dari pandangan, Dara mencoba sekali lagi untuk menjelaskan. Mas Jo...
Sekali lagi kata-kata Dara terhenti, kali ini oleh tatapan ganas Jo. Tanpa Dara sangka-sangka Jo mengambil beberapa langkah mendekatinya. Dia kelihatan siap mencekiknya, dan untuk per tama kalinya Dara khawatir akan keamanannya. Tanpa dia sa dari dia sudah mengambil beberapa langkah mundur. Jo tidak berhenti sampai dia memojokkannya. Setelah yakin Dara tidak bisa bergerak lagi, Jo mengangkat tangan kanan nya dengan putus asa, otomatis Dara memekik sambil langsung mengangkat kedua tangannya untuk menutupi kepalanya. Ketika serangan tidak juga kunjung datang, perlahan-lahan Dara menurunkan tangan nya dan menatap Jo yang kelihatan terkejut dengan reaksinya.
Apa kamu pikir saya akan memukul kamu" tanya Jo tidak percaya.
Dara tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan ini. Jo memang tidak pernah digosipkan suka bersikap ganas kepada orang lain, dan Dara tidak pernah melihatnya menyakiti Blu, tapi bukan berarti Jo tidak akan melakukannya sekarang. Akhir nya Dara menelan ludah sebelum mengangguk dan Jo meng ambil langkah mundur seakan Dara baru saja menamparnya. Dia kelihatan betul-betul terhina dengan jawaban Dara, tapi bukannya mencoba membela diri, dia justru memutar tubuhnya dan meninggalkan Dara kebingungan sendiri di pekarangan rumahnya.
Keesokan harinya yang kebetulan hari Minggu dan hari cutinya, Dara baru bangun menjelang tengah hari. Kalau bisa sebetulnya dia ingin tidur sampai jam 16.00, atau sampai perasaan berat yang ada di hatinya hilang. Dia memeriksa HP-nya, kalau saja ada panggilan yang masuk selama dia tertidur lelap. Tapi dia tidak menerima satu missed call pun, bahkan tidak dari Blu. Atau dari Jo. Memori tentang kejadian beberapa jam yang lalu mengalir kembali dan Dara mendesah panjang.
Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia tidak melakukan kesalahan dengan membawa Blu ke pesta tanpa seizin Jo, toh dia sudah dapat izin dari Tante Poppy. Tapi kenyataannya adalah dia merasa bersalah. Jo sudah memercayakan Blu kepadanya, dan dia telah menginjak-injak kepercayaan tersebut. Dia baru saja akan menelepon HP Jo untuk minta maaf ketika Ibu menggedor pintu kamarnya.
Dara, bangun! Sudah mau tengah hari!!! Nggak bagus anak gadis tidur sampai sesiang ini, teriak Ibu.
Dara menggeram kesal. Ibu sudah menggunakan kata-kata itu sejak dia SMP dan Dara yakin beliau akan terus meng gunakannya selama dia tinggal di bawah atap rumahnya. Mung kin tiba waktunya untuk mencari rumah kos agar dia bisa ba ngun sesuka hatinya. Rencananya untuk menelepon Jo terabaikan, Dara melangkah menuju kamar mandi. Kurang dari tiga puluh menit kemudian Dara turun ke ruang makan dan di sana dia menemukan Papa, Ibu, dan Krisna sudah menunggunya. Dia segera mengucapkan kata maafnya karena terlambat dan mengambil tempat duduk.
Dara merindukan rutinitas makan siang bersama keluarganya setiap hari Minggu karena selama dua bulan terakhir dia selalu kerja. Seperti biasa, mereka membicarakan apa saja yang terjadi di sekeliling mereka. Mulai dari buku baru apa saja yang akan dikeluarkan oleh penerbit buku tempat Papa bekerja, resep cara membuat kue red velvet yang Ibu dapati dari Martha Stewart, dan tingkah laku lucu anak-anak TK yang diajar Krisna. Tentu saja lambat laun percakapan mereka menjurus kepada Panji. Ketika Panji tidak menunjukkan batang hidungnya pada bulan November, Dara beralasan bahwa laki-laki itu sedang di luar kota. Dan bulan Desember, sibuk dengan kantornya. Jelas saja keluarganya mulai curiga dengan keadaan ini.
Masa setelah dua bulan nggak pernah ke sini, dia nggak bisa menyempatkan diri datang hari ini sih" Bukannya semua orang dapat cuti tahun baru"
Dia perlu istirahat hari ini karena terlalu sibuk selama bulan Desember, jelas Dara.
Dari tatapan yang diberikan semua orang di meja makan, Dara tahu tidak ada satu pun yang percaya pada ke bohongannya.
Apa kalian sedang bertengkar" tanya Ibu dengan sangat berhati-hati.
Dara berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk menggeleng. Hubungannya dengan Panji dalam status hiatus, memang akibat pertengkaran, tapi pada saat ini mereka ti dak sedang bertengkar. Dara tahu dia seharusnya meng ikuti saran Adri untuk memutuskan hubungannya dengan Panji, tapi karena kesibukannya juga harapan bahwa Panji akan meneleponnya untuk mengakui kesalahannya, Dara selalu me nundanya. Dan sekarang, semuanya sudah semakin tidak pasti.
Nggak putus, kan" tanya Krisna curiga, yang langsung menerima pelototan Ibu.
Betapapun Dara mencintai adiknya, adakalanya dia ingin menggumpalkan sepotong kertas ke dalam mulut Krisna. Meskipun hatinya sebetulnya baik, Krisna memiliki kecenderungan tidak bisa mengontrol mulutnya.
Akhirnya Dara mendesah, Nggak, nggak putus, sambil mengangkat alisnya kepada Krisna sebagai peringatan agar menutup pembicaraan tentang Panji.
Ketika kembali ke kamar, dia melihat ada missed call dari MRAM. OH NO, ucap Dara dalam hati. Telepon ini pasti berhubungan dengan peringatan atau bahkan mungkin pemecatannya. Dia menimbang-nimbang apakah akan berlagak tidak tahu dan menunggu hingga hari Senin, tapi tindakan itu berbau pengecut. Dia baru saja akan menelepon balik ketika dia sadar bahwa amplop yang menandakan ada pesan voicemail sedang berkedip-kedip. Ketika mendengar pesan yang ternyata datang dari Pak Danung tersebut, Dara langsung menelepon MRAM.
Kami memutuskan bahwa Mbak Dara tidak lagi sesuai untuk posisi ini. Pembicaraan kita hari ini berfungsi sebagai pemutusan hubungan kerja secara resmi. Kami tetap akan membayar gaji Mbak untuk dua minggu ke depan seperti yang telah tertera di kontrak, tapi kami minta Mbak membereskan barang-barang Mbak dari MRAM hari ini juga, jelas Pak Danung ketika Dara datang ke MRAM hari itu juga atas permintaan beliau.
Kepala Dara langsung berputar mendengar berita ini. Dia sudah menyangka Jo akan marah besar, bahkan mungkin memecat nya, tapi tidak menyangka Jo akan meminta manajer Blu untuk melakukan pekerjaan kotor ini untuknya.
PENGECUT!!! Pak Danung, pertimbangan pemecatan saya ini apakah berdasarkan kinerja saya selama dua bulan ini, atau hanya berdasarkan insiden Blu pergi ke pesta tadi malam" tanya Dara dengan ketenangan yang tidak dia rasakan.
Saya rasa lebih baik kita tidak membahas soal itu. Yep, pemecatannya adalah gara-gara pesta tadi malam. Pak Danung tidak perlu mengatakannya, Dara bisa melihatnya dengan jelas dari ekspresi wajahnya.
Apakah keputusan ini diambil atas persetujuan Blu" Keputusan ini disetujui oleh semua orang yang terlibat dalam manajemen Blu.
Wait, what?""!!! Apa itu berarti Blu dan Tante Poppy berpikir bahwa dia patut dipecat" Setelah dia melakukan semua ini atas permintaan Blu dan persetujuan Tante Poppy" Dan se karang, setelah apa yang mereka inginkan tercapai, mereka akan mengambinghitamkannya" NO!!! Dara menolak percaya bahwa Blu yang masih innocent bisa melakukan sesuatu sejahat ini. Dia yakin biang keroknya tidak lain dan tidak bukan adalah Jo Brawijaya.
Ya Tuhan!!! Seharusnya dia memasukkan racun tikus ke dalam minuman laki-laki itu selagi dia bisa. Sekarang semuanya sudah terlambat.
I see, ucap Dara pelan. Dia membayangkan dirinya memasukkan Jo ke dalam karung dan memukulinya dengan tongkat baseball sampai kutu kupret satu itu minta ampun. Dan setelah dia minta ampun, Dara tetap akan memukulinya sampai dia puas.
Terima kasih atas kesempatan ini, ucap Dara sambil menyalami Pak Danung. Jadi asisten Blu adalah pengalaman yang... tidak akan saya lupakan.
Dia tetap menempelkan senyum di wajahnya ketika membereskan barang-barangnya. Untuk mempermudah transisi, Dara menyempatkan diri memberitahu Pak Danung hal-hal apa saja yang dia sudah lakukan atau masih perlu lakukan untuk Blu. Senyum di wajah Dara baru menghilang setelah dia keluar dari properti MRAM. Dia betul-betul merasa diper malukan dan dikhianati. Dia berharap semua orang yang menye tujui pemecatannya akan mendapatkan herpes.
Selama dua hari berikutnya Dara menghabiskan waktu membersihkan rumah. Dia merasa begitu depresi sampai-sampai dia menyikat lantai kamar mandi dua kali. Setelah semuanya mengilat, Dara menghabiskan waktu mencabuti rumput liar di taman belakang. Meskipun Ibu sedikit bingung dengan tingkah lakunya, beliau merasa terlalu berterima kasih atas bantuan ini sehingga tak mau bertanya-tanya kenapa anak perempuannya yang satu ini tiba-tiba jadi begitu terobsesi dengan kebersihan rumah.
Pada hari ketiga kemarahan Dara belum juga pudar, dan dia tahu satu-satunya cara untuk membuatnya bisa me rasa lebih baik adalah dengan bertemu muka dengan orang yang telah memecatnya. Dia perlu mendapatkan harkat dan martabat nya kembali.
Dara langsung mandi dan dengan mengenakan jins dan kaus putih polos menuju MRAM. Dia menjadwalkan kedatangannya tepat pada akhir sesi latihan vokal Blu. Satpam MRAM yang sepertinya tidak tahu bahwa Dara sudah dipecat beberapa hari yang lalu memperbolehkannya masuk, dan ketika berpapasan dengan Sita, Dara bertanya, Hei, Sit. Apa Mas Jo ada di sini"
Dara tahu Jo ada di MRAM karena melihat mobilnya diparkir di luar, tapi dia bertanya juga, hanya untuk mengetes apa Sita akan berbohong padanya.
Sita menunjuk ke arah ruang makan dengan mulut sedikit ternganga. He s not in a good mood. I won t go in there if I were you, ucap Sita.
Well, too damn bad. Dara bergegas menuju ruang makan. Beberapa kepala berputar ketika melihatnya. Tentu saja semua orang sudah tahu tentang pemecatannya. Begitu tiba di ruang makan, dia langsung berhadapan dengan Revel yang menatapnya seperti Dara makhluk gaib dan Blu yang berteriak sebelum berlari untuk memeluknya. Jo tidak kelihatan di mana-mana.
How are you" Are you okay" tanya Dara setelah Blu melepaskannya.
Blu menggelengkan kepala, matanya sudah berkaca-kaca, siap menangis. Aku minta maaf karena sudah... Kata-kata Blu terputus karena dia sudah menangis. Aku nggak tahu... Sekali lagi kata-katanya terputus oleh tangisnya.
Dara menarik Blu ke dalam pelukannya. It s okay. Mbak tahu ini bukan salah kamu, ucapnya selembut mungkin sambil mengusap punggungnya.
Di balik kepala Blu, Dara melihat Revel sedang memperhatikan segala tindak-tanduknya, tapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah tangis Blu agak sedikit reda, Dara melepaskannya. Mbak ke sini cuma mau memastikan kamu baik-baik aja dan untuk pamit.
Blu mengangguk sambil sesenggukan. Dara mengeluarkan paket tisu dari dalam tasnya untuk mengusap tangis Blu. Kamu tahu kan bahwa meskipun Mbak sudah bukan asisten kamu lagi, kamu selalu bisa telepon Mbak kalau perlu apa-apa" lanjut Dara lagi.
Tapi Mas Jo bilang... Mbak nggak peduli dengan apa yang Mas Jo bilang. Saluran telepon Mbak akan selalu terbuka untuk kamu, tegas Dara. Sekali lagi Blu mengangguk.
Dah, cup cup... jangan nangis lagi.
NGAPAIN KAMU DI SINI" Tiba-tiba terdengar bentakan dari belakang Dara.
Good, the bastard is here, ucap Dara dalam hati sebelum menarik napas dan mencium kening Blu yang kini matanya sudah terbelalak.
Mbak pamit dulu, ya, ucap Dara sambil tersenyum. Selama beberapa detik Blu kelihatan ragu, tapi kemudian membalas senyum itu dan mengangguk. Setelah Blu mengambil langkah mundur, Dara baru memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan playboy cap iblis bertanduk yang sudah berani memecatnya.
YOU!!! ucap Dara sambil menunjuk Jo dengan jari telunjuknya.
Salah satu alis Jo langsung naik dan kemarahan yang Dara sudah coba kontrol selama beberapa hari ini meledak.
Kamu yang memerintahkan saya untuk dipecat! teriak Dara tanpa memedulikan sopan santunnya yang telah menggunakan kata kamu kepada Jo. Dan jangan coba membantah, saya sudah tahu semuanya. Sepertinya kamu bahkan nggak pernah mempertimbangkan bahwa saya memerlukan pekerjaan ini. Cuma gara-gara saya tidak memberitahu kamu tentang pesta Tahun Baru itu, yang omong-omong, sudah disetujui oleh mamanya Blu, saya dipecat. Apa kamu pernah berpikir bahwa kami nggak perlu merahasiakan hal ini kalau aja kamu nggak terlalu over protective terhadap Blu" Saya harap kamu puas sudah bikin Blu merasa bersalah atas semua ini.
Dan untuk lebih menunjukkan kepada Jo betapa dia membenci laki-laki itu, Dara menambahkan, You are such a bastard, I hope you rot in hell.
Puas dengan omelannya, Dara bergegas keluar dari ruang makan, menuju pintu depan, masuk ke taksi yang me nunggunya dan meninggalkan MRAM untuk selama-lamanya. hat s it, setelah kejadian barusan, dia pada dasarnya sudah membunuh kariernya sebagai asisten artis. Tidak ada lagi artis yang akan mempekerjakannya. Fine!!! Dia akan menuruti ke mauan Panji, berhenti menjadi asisten artis dan menjadi istrinya. Untuk pertama kalinya setelah mereka hiatus, Dara menekan nomor HP Panji.
Damn you, Kate Middleton, yang sudah membuat semua wanita percaya bahwa kalau saja mereka bisa mendapatkan Prince Charming, kisah cinta mereka akan berakhir seperti Cinderella. Cinderella pale lo peyang.
Tiga hari kemudian, Dara sedang mempersiapkan diri pergi makan siang dengan Panji ketika HP-nya berdering. Ber pikir bahwa itu adalah Panji, dia langsung menjawabnya tanpa melihat caller ID.
Hey, baby, kamu sudah sampai mana" Dara"
Itu bukan suara Panji. Tapi... Dara melirik caller ID dan hampir saja menjatuhkan HP-nya. Dia berencana menghapus semua nomor telepon orang-orang yang berkaitan dengan Blu, tapi belum sempat.
Dara, kamu bisa dengar nggak" Ini Tante Poppy, ucap penelepon itu lagi.
Tante Poppy" ucap Dara, masih tidak memercayai pendengarannya.
Berpikir bahwa Dara tidak mengenalinya, Tante Poppy menambahkan, Mamanya Blu.
What the hell" Untuk apa mamanya Blu nelepon gue" tanya Dara dalam hati.
Kemudian, Apa kamu sedang sibuk" tanya Tante Poppy lagi. Saya sedang menunggu jemputan pacar saya untuk pergi makan siang, jelas Dara setelah beberapa detik.
Dia melirik jam tangannya dan tahu bahwa Panji yang selalu tepat waktu akan tiba tiga puluh menit lagi.
Bisa kita bicara untuk beberapa menit" desak Tante Poppy. Dara akhirnya menyerah dan mengiyakan permintaan itu. Pada intinya percakapan itu berisi permintaan maaf dari Tante Poppy atas semua kesalahpahaman yang mengakibatkan pemecatannya, dan beliau meminta Dara kembali bekerja se bagai asisten Blu secepat mungkin. Kalau bisa besok, karena Blu betul-betul memerlukan support-nya menjelang konser. Dara begitu shock dengan permintaan ini sehingga hanya bisa du duk diam di tempat tidur mendengarkan Tante Poppy bi cara.
Terima kasih atas tawarannya, Tante Poppy, tapi saya sudah memutuskan untuk mencoba karier di dunia lain, ucap Dara ketika Tante Poppy selesai dengan orasinya.
Tante Poppy langsung nyerocos, mencoba mengubah pikiran Dara. Mulai dari menaikkan gajinya, hingga memastikan bahwa Jo tidak akan mengganggu otoritasnya lagi. Akhirnya Dara harus menjelaskan tentang Panji dan persetujuan yang mereka buat beberapa hari yang lalu. Tante Poppy mengucapkan selamat atas rencana pernikahannya, tapi tetap maju terus dengan paksaannya. Lima belas menit kemudian Dara menutup telepon setelah sekali lagi menekankan bahwa dia tidak tertarik dengan tawaran itu.
Beberapa hari yang lalu Dara akhirnya menelan harga dirinya dan menelepon Panji, meminta bertemu. Dalam pertemuan itu dia sudah meminta maaf kepada Panji atas kekeraskepalaannya dan memberikan janjinya untuk menuruti semua permintaan tunangannya itu. Dara meringis mengingat senyum penuh kemenangan yang di berikan Panji padanya hari itu. Tapi apa mau dikata, dia sudah menentang Panji dengan memilih pekerjaan daripada hubungan mereka dan lihatlah apa yang terjadi. Mereka setuju me lanjutkan rencana pernikahan mereka yang akan dilaksanakan bulan Juli. Dara memang menyukai pekerjaannya dan menyayangi Blu seperti adiknya sendiri, tapi tidak mau menghancurkan jembatan yang baru saja dia bangun kembali untuk memperbaiki hubungannya dengan Panji hanya karena satu telepon dari Tante Poppy.
THE DEVIl EESOKAN paginya Dara dikejutkan oleh kunjungan satu-satunya orang yang dia yakin tidak akan pernah ditemuinya lagi, apalagi sampai datang ke rumahnya. Dia baru saja selesai sarapan ketika mendengar bel rumah berbunyi. Dia begitu terkejut atas kunjungan ini dan berpikir dia sudah berhalusinasi ketika melihatnya dari jendela ruang tamu, sehingga tanpa sadar dia sudah membuka pintu.
Pagi, Dara. Boleh saya masuk" tanya Jo.
Sebuah senyuman menghiasi wajah itu. Whoa... Sekarang Dara tahu dia memang sedang berhalusinasi. Sebelum dia bisa berpikir lagi, pertanyaan yang tadinya hanya berputar di kepalanya sudah terucapkan, Kamu ngapain ke sini"
Jo bahkan tidak berkedip mendengar pertanyaan yang sangat tidak sopan itu. Sekilas Dara bertanya-tanya apakah Jo keberatan dipanggil kamu daripada Mas Jo , tapi Dara terlalu terkejut untuk memikirkan hal ini lebih lanjut.
Ada sesuatu yang saya perlu bicarakan dengan kamu, jawab Jo tenang.
Dari mana kamu tahu alamat rumah saya"
Dari Oom Danung, jawab Jo polos. Now, kamu akan mengundang saya masuk atau membiarkan saya berdiri di teras" lanjutnya.
Yang ingin Dara lakukan sebenarnya adalah membanting pintu dan menguncinya, tapi kemudian Ibu muncul dan melihat Jo sedang berdiri di depan pintu. Dan habislah cerita. Ibu yang memang orang Jawa totok tidak mengenal konsep tamu tak diundang. Menurut beliau semua tamu adalah berkah dan mesti diajak masuk dan dikasih makan. Sebelum Dara sadar apa yang sedang terjadi, Ibu sudah mengundang Jo masuk dan menawarkan sarapan.
Bu, aku yakin Jo sudah sarapan, ucap Dara sambil berdiri di depan Jo, menghalanginya memasuki rumah.
Actually no. Saya belum sarapan, terima kasih atas tawarannya, balas Jo dan melangkah mengitari Dara.
Senyum semringah mewarnai wajah Ibu dan beliau langsung sibuk melayani Jo yang tanpa disangka-sangka Dara langsung akrab dengan Ibu. Jo memuji suasana rumah yang menurutnya nyaman, masakan Ibu yang dia bilang tasty, bahkan penampilan Ibu yang lebih muda daripada umurnya. Selama percakapan ini wajah Ibu semakin berseri-seri. Oh, ini betul-betul parah. Ibu bahkan tidak pernah kelihatan seperti ini di hadapan pacarnya Krisna, padahal beliau cinta mati pada pacar anak bungsunya itu. Dara tidak tahu bagaimana harus menginterpretasikan reaksi Ibu terhadap Jo.
Selama semua ini berlangsung, Dara memilih duduk di kepala meja makan dan diam seribu bahasa. Beberapa kali Jo melirik ke arahnya dengan senyum penuh kemenangan, dan Dara betulbetul ingin melempar beberapa garpu ke arahnya untuk menghapus senyum itu dari wajahnya. Kalau saja Ibu tahu apa yang sudah dilakukan Jo padanya, mungkin beliau tidak akan seramah ini. Dara mendesah. Ini semua salahnya. Dia seharusnya tidak menyimpan rahasia tentang pemecatannya dari keluarganya.
Satu jam kemudian Ibu yang sudah ngobrol panjang-lebar dengan Jo akhirnya menyingkir ke ruang TV untuk menonton sinetron Korea favoritnya dan meninggalkan mereka berdua.
Saya suka ibu kamu. Ramah sekali, ucap Jo setelah Ibu menghilang dari pandangan.
Dia lalu berdiri dari kursinya, berjalan mendekat dan mendudukkan dirinya di kursi sebelah kanan Dara.
Dara menunggu hingga terdengar suara TV yang menjamin bahwa Ibu tidak bisa mendengar percakapan mereka sebelum berkata, Sekali lagi saya tanya, ngapain kamu ke sini"
Saya dengar dari mamanya Blu bahwa kamu menolak tawarannya untuk kembali menjadi asisten Blu, ucap Jo sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan santai. Yeah, so" tantang Dara.
Menurut beliau, mungkin akan lebih efektif kalau saya yang menawarkannya langsung ke kamu.
Dara mendengus keras sebelum berkata, Jelas-jelas Tante Poppy nggak tahu pendapat kamu tentang saya, atau saya tentang kamu, karena kalau beliau tahu, beliau nggak akan mengidekan ini.
hat s what I said, balas Jo, dan secara tidak langsung mengakui bahwa mereka sama tidak sukanya satu sama lain. Tapi kemudian dia tersenyum dan berkata, Tapi beliau yakin bahwa kalau saja saya mencoba, saya pasti bisa mengubah pikiran kamu. Dara menggeleng. Keputusan saya sudah bulat. Jo menatap Dara sambil memiringkan kepalanya sebelum akhirnya berkata, Saya rasa sebaiknya kita mulai dari awal lagi, sebelum saya...
Menjadi seorang asshole" tandas Dara.
Jo terdiam sejenak, terkejut dengan keberanian Dara yang menyebutnya sebagai seorang bajingan tepat di mukanya. Terakhir kali ada perempuan yang berani melakukan itu adalah... sebetulnya tidak pernah ada perempuan yang melakukan itu sebelumnya. Beberapa hari yang lalu Dara sudah memanggilnya bastard dan sekarang asshole. Jo bertanya-tanya panggilan apa lagi yang dia miliki untuknya" Bukannya merasa jengkel, dalam hati Jo justru ingin tertawa. Sepertinya Dara memiliki nyali lebih dari yang dia perkirakan sebelumnya. Dan dengan penuh humor Jo berkata, Sebetulnya saya lebih memilih menggunakan berkelakuan kurang sopan terhadap kamu.
Dari gerakan alisnya yang langsung menyatu ketika mendengar ini, Jo sadar Dara jelas-jelas tidak menghargai usahanya untuk bercanda. Akhirnya dia menggunakan satu-satu nya cara yang dari awal dia tahu adalah cara terbaik untuk me nangani permasalahan ini, tapi dia menolak mengguna kannya. I m sorry, ucap Jo pelan.
Hah" I said I m sorry, ulang Jo lebih keras.
Oh, betapa memalukannya mengucapkan kata-kata itu. Seumur hidupnya Jo bisa menghitung dengan jari tangan kanan berapa kali dia mengucapkannya.
Kalau bukan karena aksi ngambek Blu yang hanya akan berbicara You suck padanya dan jadwal Blu yang jadi berantakan gara-gara Blu menolak tawaran Oom Danung untuk mencarikan asisten baru, Jo tidak akan berada di sini. Oke, itu tidak benar. Dia juga merasa bersalah karena sudah memecat Dara secara tiba-tiba tanpa mengetahui duduk permasalahannya. Dia masih tidak percaya bahwa adik dan mama tirinya itu sudah berkomplot untuk menyimpan rahasia sebesar itu darinya. Rasa sakit hati karena tidak dipercaya oleh keluarga sendiri menyelimutinya selama beberapa hari ini.
Jo mengambil kesempatan Dara yang sedang menatapnya dengan mata terbelalak tanpa bisa berkata-kata untuk melanjutkan kata-katanya. Saya minta maaf karena sudah membuat kamu dipecat. Hari itu saya marah sekali karena Blu pergi tanpa seizin saya, dia juga tidak mematuhi perintah saya untuk tidak menggunakan make-up di luar panggung. Dan kamu tahu semua ini tapi tidak pernah memberitahu saya.
I can t believe this. Kamu masih menyalahkan ini semua pada saya, omel Dara.
Apa kamu bisa menyalahkan saya" Kamu orang de wasa yang dipekerjakan untuk mencegah Blu melakukan hal-hal seperti itu, dan bukannya menghentikannya, kamu malahan ber sekongkol dengan dia.
Mata Dara langsung berapi-api mendengar ini dan Jo mencoba menyelamatkan keadaan dengan berkata, Tapi setelah saya bisa lebih tenang untuk berpikir rasional dan mendengar semua penjelasan yang diberikan Blu dan mamanya, saya tahu keputusan saya salah. Itu sebabnya saya ke sini hari ini, untuk minta maaf secara langsung.
Bukannya kamu ke sini untuk merayu saya agar kembali bekerja"
Itu juga. So, apakah saya dimaafkan"
Selama beberapa menit Dara hanya terdiam, hingga membuat Jo salah tingkah. Tapi kemudian suatu keajaiban terjadi, ka rena perlahan-lahan Jo melihat api di mata Dara melunak, lalu Dara mengangguk dan Jo mengembuskan napas lega. Jo bahkan tidak tahu bahwa dia sedang menahan napas. Kemu dian... hening.
Dara bangun dari kursinya dan mulai membereskan meja makan secara sistematis. Jo pun berdiri dari kursinya, berniat membantu Dara. Ketika tangan mereka meraih piring yang sama, selama beberapa detik mereka main tarik piring, masingmasing menolak melepaskan piring tersebut.
Akhirnya Jo harus menggeram, Dara, lepasin piringnya. Kamu yang lepasin, balas Dara.
Saya cuma mau bantu. Saya nggak perlu bantuan kamu, geram Dara dan menarik piring itu ke arahnya.
Saya tahu kamu nggak perlu bantuan saya, tapi saya tetap mau bantu, balas Jo dan menarik piring itu ke arahnya.
Menyadari betapa bodohnya mereka, dua orang dewasa bertengkar gara-gara sebuah piring, Jo akhirnya melepaskan piring itu dan mulai mengangkat piring yang lain. Ketika dia mendongak, Dara sudah melangkah menuju bak cuci piring yang letaknya tidak jauh dari meja makan. Dara meletakkan semua piring kotor dan gelas ke dalam bak dan Jo mengikuti langkahnya. Dara kemudian meraih sebuah celemek putih yang digantung di samping bak cuci dan mengenakannya. Melihat ini Jo langsung melipat lengan kemeja putihnya.
What are you doing" tanya Dara.
Bantu kamu cuci piring, balas Jo, dan tanpa menunggu reaksi Dara, dia langsung mencemplungkan tangan kanannya ke dalam mangkuk sabun untuk mengambil spons dan mulai menyabuni piring pertama.
Saya yang sabunin piring, kamu yang bilas, perintah Jo. Memangnya kamu tahu cara cuci piring" tanya Dara dengan nada sarkastis.
Sekilas Dara melihat sebersit kesedihan pada wajah Jo, tapi kemudian dia menutup matanya dan ketika membukanya kembali kesedihan itu sudah hilang.
Ya, Dara, saya tahu cara mencuci piring, cuci pakaian, nyikat kamar mandi, menyapu, ngepel, dan membereskan tempat tidur seperti saya tahu cara ganti oli mesin mobil, ngebetulin pipa bocor, telinga panci yang goyang dan masang mebel kalau ada instruksi nya, ucap Jo tidak kalah sarkastisnya.
Dara mendengus sebelum akhirnya mulai membilas piring dan gelas yang sudah disabuni oleh Jo. Selama beberapa menit tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa, memilih menumpukan perhatian pada aktivitas tangan mereka. Lima belas menit kemudian Dara memberikan sebuah serbet putih kepada Jo untuk menyeka tangannya yang basah dan berjalan kembali ke meja makan setelah menggantung celemek pada tempatnya.
Kali ini Jo tidak mengikuti Dara, dia menyandarkan bokongnya pada bak cuci piring dan memperhatikan Dara yang dengan saksama menyeka permukaan meja makan dengan lap sebelum kemudian menutup makanan yang tersisa dengan tudung saji. Ketika Dara masih juga tidak berkata-kata, mau tidak mau Jo harus memancing, So, apa kamu akan bekerja kembali untuk kami"
Dara mendongak ketika mendengar pertanyaan itu, tapi tidak langsung menjawab. Dia melangkah kembali ke dapur un tuk menggantung lap yang tadi digunakannya, memaksa Jo menggunakan senjata terakhirnya.
Blu titip salam. Dia mau saya mengatakan... Jo merogoh kantong celananya dan menarik selembar kertas dengan tulisan tangan Blu yang besar-besar. Blu menuliskan ini untuk saya supaya saya nggak lupa. Dia mau saya membacakannya ke kamu, jelas Jo dan mulai membaca.
Dear Mbak Dara, Would be really great if you can come back. I totally miss you.
XOXO, Blu God, Jo tidak percaya dia baru saja mengucapkan ka limat itu. Dia kedengaran seperti Kim Kardashian yang lagi ngobat. Meskipun begitu, kata-kata tersebut menghasilkan reaksi dari Dara, yang langsung menatapnya dengan mata terbelalak dan dari bahasa tubuhnya Jo tahu bahwa Dara ingin mengatakan iya atas permintaannya, tapi akhirnya Dara mengembuskan napas seperti orang putus asa sebelum berkata, I can t. Bukannya kamu bilang kamu memerlukan pekerjaan ini" Dara mendelik, terkejut bahwa Jo bisa ingat kata-kata yang diucapkannya tempo hari.
Saya memang memerlukan pekerjaan ini, ucapnya pelan. So, what s the problem" desak Jo.
Dara kelihatan berdebat dengan dirinya sendiri sebelum akhirnya berkata, Panji, tunangan saya tidak suka dengan pekerjaan saya ini. We had a big ight about it sampai harus hiatus. Tapi setelah pemecatan saya, akhirnya saya bilang bahwa saya akan mencari pekerjaan lain. Kami baru saja baikan, saya nggak bisa menarik kembali kata-kata saya itu.
Jo sudah mendengar tentang Panji dari Poppy. Ketika dia mendengarnya yang terlintas di kepala Jo adalah... Dara sudah bertunangan"! Dia bahkan tidak tahu Dara punya pacar. Detik selanjutnya dia memarahi dirinya sendiri karena peduli akan status Dara. Jo harus menggelengkan kepalanya untuk kembali fokus pada topik permasalahan. Dia harus mendapatkan Dara kembali, tidak peduli bagaimana caranya, karena dia tidak mau memikirkan konsekuensi kalau sampai dia gagal dengan misinya ini. Bayangan Blu dengan wajah merengut cukup membuatnya bergidik.
Oke, jadi Panji nggak mau kamu bekerja jadi PA. Kalau kamu sendiri bagaimana" tanya Jo selembut mungkin.
I love it dan saya suka Blu. She s very sweet, saya sudah nganggap dia seperti adik sendiri.
Jo terkejut melihat betapa tulusnya Dara ketika mengatakannya, sepertinya dia memang peduli pada Blu.
Dari observasi saya, kamu nggak pernah begitu aja menurut apa kata orang, jadi kenapa kamu menuruti apa kata Panji kalau itu tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan"
Jo tahu dia sudah melangkah ke luar batas ketika me nanyakan ini dan Dara kelihatan siap menamparnya.
Karena dia tunangan saya, desis Dara. Tentu aja orang seperti kamu nggak akan pernah mengerti.
Orang seperti saya" Iya, orang yang mungkin nggak pernah memiliki hubungan serius dengan siapa pun sepanjang hidupnya.
Jo terkesiap mendengar tuduhan ini. What the..." Kenapa gue jadi dibawa-bawa" pikir Jo bingung. Tapi dari pengalaman, dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk menenang kan perempuan yang sedang marah adalah mengalah.
Oke, saya memang berhak menerima sentimen itu. Bukan maksud saya menilai kamu. Saya hanya menyatakan observasi saya tentang kamu, ucap Jo sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
Tanpa Jo sangka-sangka, Dara menguburkan wajahnya di antara telapak tangannya dan mendesah panjang.
Shit!!! Is she crying"! Dalam hati Jo berteriak panik. Please please please... don t cry. Dia mampu mengatasi segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita, tapi tidak ketika mereka sedang menangis. Hal itu membuatnya merasa tidak berdaya.
Biasanya kalau melihat wanita seperti ini yang akan dia laku kan adalah memeluknya, tapi Jo yakin Dara akan menggigitnya kalau dia sampai melakukan itu. Jo baru saja akan bertanya apakah Dara baik-baik saja ketika Dara menurunkan kedua tangannya dan menatap Jo. Matanya kering tapi kelihatan lelah.
Saya minta maaf atas kata-kata saya barusan. Kadang kalau pikiran saya sedang berantakan, saya jadi defensif.
Jo mengangguk, bukan karena dia merasa Dara patut meminta maaf atas kata-katanya, tapi karena dia sedikit mengerti apa yang dimaksud Dara tentang jadi defensif. Untuk pertama kalinya dia bisa melihat sisi lain dari Dara, yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Dara kelihatan rapuh dan rasa ber salah muncul di lubuk hatinya. Dia memang tidak suka pada Dara, tapi dia tidak pernah bermaksud membuatnya kelihatan putus asa seperti ini.
Tapi kemudian Jo melihat perubahan pada postur tubuh Dara yang tadinya sedikit lemas jadi lebih tegak. Matanya lebih waspada dan perlahan-lahan ekspresi pada wajahnya berubah jadi pro fesional. Dara yang sekarang berdiri di hadapannya adalah Dara yang sudah mengenakan seragam PA-nya lagi.
Kalau saya mengambil kembali pekerjaan ini, apa kamu akan meminta Pak Danung untuk memecat saya lagi setiap kali saya berbuat sesuatu yang tidak disetujui oleh kamu" tanya Dara perlahan tapi jelas dan tegas.
Jo meringis mendengar pertanyaan blakblakan ini. Dia tahu tindakannya betul-betul tidak bijaksana, tapi pada saat itu dia terlalu marah untuk peduli.
Nggak. Saya nggak akan melakukan itu lagi.
Dara menyipitkan matanya selama beberapa detik, seakan tidak percaya pada omongan Jo.
You have my word, tegas Jo mencoba meyakinkannya. Oke, saya percaya, ucap Dara.
Jo mengangguk tapi tidak mengatakan apa-apa karena dari air muka Dara, Jo tahu bahwa Dara masih ingin mengatakan sesuatu. Dengan sedikit tidak sabar dia menunggu. Saya punya beberapa permintaan yang perlu dipenuhi untuk mencegah adanya salah paham lagi di waktu yang akan datang, ucap Dara akhirnya.
Are you kidding me"! Orang gila mana yang hari gini justru mengajukan permintaan sebelum menerima pekerjaan" Orang gila seperti Dara sepertinya. Sebelum Jo mengatakan apa-apa, Dara sudah memulai, Satu: Saya hanya akan mengambil kembali pekerjaan ini hingga Tante Poppy kembali bulan Juni.
Dara tidak menunggu reaksi Jo dan melanjutkan, Dua: Saya tahu kamu mencintai Blu dan menginginkan yang terbaik untuknya, tapi kamu harus berhenti jadi kakak yang terlalu overprotective, karena semakin kamu melarang, semakin Blu akan merahasiakan segala sesuatu yang menurutnya tidak akan kamu setujui. Buntutnya dia nggak akan pernah cerita apa-apa ke kamu.
Dara tidak perlu menjelaskan maksudnya tentang overprotective karena Jo yakin mereka akan berbeda pendapat tentang deinisi kata tersebut, seperti juga Jo sudah berbeda pendapat dengan Poppy. Menurutnya, tindakannya bukanlah overprotective, tapi peduli, namun dia memilih diam dan mengangguk kan kepalanya.
Tiga: Berhenti makan junk food karena bagaimanapun saya sudah mencoba mengontrol makanan Blu, dia masih suka sembunyi-sembunyi makan makanan kamu yang sama sekali nggak bagus untuk dia. Empat: Habiskan lebih banyak waktu dengan Blu sebagai kakaknya, bukan sebagai orangtua. Dia sedang melewati masa-masa dia perlu teman bicara yang nggak akan menilainya. Lima: Komunikasikan dengan jelas ke saya kalau ada sesuatu yang saya lakukan yang kamu nggak suka, jadi saya tahu batasnya, bukannya mengomeli saya nggak jelas. Jo terdiam, menunggu permintaan Dara selanjutnya yang tidak kunjung datang. hat s all" tanyanya setelah beberapa menit dalam keheningan.
It would be nice kalau kamu bisa lebih ramah kepada saya, tapi saya tahu itu tidak akan pernah terjadi, tandas Dara.
Perempuan ini cari mati!!! omel Jo dalam hati. Dia menaikkan alis kanannya sambil menggigit bagian dalam mulutnya, mencoba menahan diri agar tidak membalas komentar Dara. Tapi kemudian dia melihat seulas senyum muncul di sudut bibir Dara dan dia baru sadar bahwa wanita itu sedang menertawakannya. Tidak ada wanita yang pernah berani menertawakannya. Entah kenapa, tapi itu membuatnya tersenyum.
Jadi kamu setuju untuk mengambil kembali pekerjaan ini" tanya Jo. Masih melihat keraguan pada wajah Dara, Jo menambahkan, Gajimu akan kami naikkan dua kali lipat kalau kamu se tuju.
Kasih saya waktu untuk berpikir, saya akan kasih kabar secepatnya, balas Dara.
Jo betul-betul tidak puas dengan jawaban Dara, tapi dia tahu kalau dia mendesak ada kemungkinan Dara akan menolak mentah-mentah permintaannya ini. Akhirnya dia harus menerima jawaban Dara dan pulang dengan perasaan harap-harap cemas.
goINg HUNTINg NTUK kesekian kalinya Dara menekan nomor HP Panji, menempelkan gagang telepon pada daun telinganya selama satu detik, kemudian buru-buru menariknya kembali dan menekan tombol untuk mengakhiri panggilan itu sebelum terdengar nada sambung. Rasa panik menyelimutinya, kerongkongannya kering dan telapak tangannya lembap. Dara mempertimbangkan untuk menelepon Jo dan mengatakan bahwa dia tidak akan menerima tawaran kerja itu, tapi dia tidak bisa membuat dirinya melakukannya.
Kata-kata Jo terngiang kembali dan dia tidak bisa mengusirnya dari kepalanya.
Dari observasi saya, kamu nggak pernah begitu aja me nuruti apa kata orang, jadi kenapa kamu menuruti apa kata Panji kalau itu tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan"
Dara sudah mendengar Adri mengatakan hal yang sama, tapi untuk mendengarnya diulangi oleh orang asing seperti Jo membuat pesan itu terasa lebih mengena. Dara betul-betul sadar dia harus berhenti mengompromi dirinya tanpa pernah ada balasan dari Panji. Entah bagaimana caranya, dia harus membuat Panji mengerti. Selama beberapa hari ini dia rasanya sudah mau bunuh diri saking bosannya. Dia merindukan ke sibukannya sebagai seorang asisten. Dia merindukan Blu dengan cerocosannya yang sudah seperti pipa bocor, aksi ayo bikin Dara jatuh terjerembap Goldie setiap kali melihatnya, bahkan muka masam Jo.
C mon, Dara, you can do this, bujuk Dara dalam hati dan sekali lagi menekan nomor HP Panji. Dia mendengar nada sambung dari ujung saluran telepon. Satu kali... dua kali... tiga kali... empat kali... dia baru saja akan menutup telepon ketika terdengar suara Panji di ujung saluran telepon.
Dara, I can t talk right now. Panji terdengar distracted. Dara melirik jam dinding di kamarnya yang sekarang menunjukkan pukul 19.00. Tanpa perlu bertanya, Dara tahu Panji masih di kantor, mungkin sedang meeting dengan tim kreatifnya untuk menghasilkan satu lagi billboard iklan untuk dipampangkan di Sudirman, atau Rasuna Said, atau hamrin, atau jalan utama di Jakarta yang lain, dan Dara sudah meng ganggu aliran kekreatifannya dengan teleponnya.
Ji, apa kamu ada waktu sepuluh menit" Aku perlu menanyakan sesuatu yang penting ke kamu, ucap Dara buru-buru sebelum dia kehilangan keberaniannya.
Apa ini nggak bisa nunggu sampai besok" Aku harus mengejar deadline.
Nggak, ini nggak bisa nunggu sampai besok, desak Dara. Samar-samar Dara mendengar seseorang memanggil nama Panji, memintanya untuk berhenti menelepon dan kembali pada pekerjaannya. Panji mendesah sebelum berkata, Oke, you got ive minutes.
Dara buru-buru menceritakan tentang kunjungan Jo dan tawarannya.
Kamu sudah tahu jawaban aku atas pertanyaan ini. Kamu nggak perlu mengganggu aku di kantor, ucap Panji.
Dara menarik napas karena tahu bahwa kata-kata selanjutnya akan membuatnya merasa seperti sudah menjual jiwanya kepada iblis. Tapi dia tidak ada pilihan lain.
Apa pendapat kamu akan berubah kalau aku bilang bahwa aku akan menerima kenaikan gaji besar-besaran kalau aku menerima pekerjaan ini kembali"
Dara tahu Panji akan mengubah pikirannya ketika laki-laki itu bertanya, Apa maksud kamu dengan besar-besaran" Dua kali lipat.
Dara mendengar Panji bersiul. Mereka benar-benar putus asa rupanya, ucap Panji.
Dara tahu Panji tidak akan bisa menolak tawaran se perti ini. Mereka betul-betul memerlukan uang untuk membiayai pernikahan dan kehidupan mereka setelahnya, karena dana yang mereka punya sekarang sangat pas-pasan.
Coba kamu pertimbangkan, daripada aku coba cari kerja baru yang memerlukan waktu, akan lebih baik kalau aku menggunakan waktu itu untuk mendapatkan penghasilan yang nggak akan pernah mungkin ditawarkan oleh orang lain.
Selama beberapa detik Panji tidak mengatakan apa-apa, tapi dari napasnya yang berat, Dara tahu Panji sedang me mutar otak, mencoba mencari solusi lain atas masalah ini.
Ini hanya untuk lima bulan lagi, Ji. Setelah kita menikah aku janji akan mencari pekerjaan lain, desak Dara.
Fine, kamu bisa kembali bekerja jadi asisten Blu untuk saat ini, tapi kamu harus betul-betul janji bahwa setelah kita menikah kamu akan mencari pekerjaan baru.
Aku janji, ucap Dara, yang masih agak terkejut akan persetujuan Panji.
Aku perlu balik kerja. Bye. Dan Panji langsung menutup telepon tanpa menunggu balasan.
Setelah menutup telepon, Dara loncat dari tempat tidur untuk melakukan tarian penuh kemenangan. Mendadak dia berhenti ketika sadar bahwa alasan utama kenapa dia berani melakukan apa yang dia baru lakukan adalah karena Jo dan kata-katanya.
Dua hari kemudian Dara kembali beraktivitas sebagai asisten Blu seperti biasa. Blu kelihatan senang sekali melihatnya dan sibuk memberikan update tentang segala sesuatu yang terjadi selama satu minggu Dara tidak bekerja. Semua orang di MRAM bertingkah laku seakan pemecatan Dara tidak pernah terjadi, tapi Pak Danung menyambut kedatangannya dengan, I m glad you re back, dan seulas senyum semringah.


The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika Dara sampai di rumah Jo sore itu, Bi Uti langsung menarik nya ke dapur, tempat Dara menemukan dua boks besar berisi makanan. Baru setelah beberapa menit Dara sadar bahwa se muanya adalah junk food-nya Jo. Kenyataan ini membuatnya mundur selangkah. Dia tidak percaya Jo betul-betul mengikuti permintaannya.
Kemarin Mas Jo ngeluarin semua makanannya dari kulkas dan lemari makanan. Makanan yang sudah dibuka terpaksa Bibi buang, tapi yang masih baru Bibi simpan di boks ini. Bibi nunggu sampai Mbak Dara pulang untuk nunjukin ke Mbak sebelum Bibi kasih ke satpam kompleks. Kalau Bibi suka sih mungkin sudah Bibi makan sendiri, tapi Bibi nggak suka makanan orang Barat.
Dara hanya bisa mengangguk sebelum Bi Uti berkata-kata lagi dengan mata berbinar-binar. Mas Jo minta dimasakin gurame asam manis dan dia bilang dia bakalan makan di rumah malam ini.
Oh adalah satu-satunya kata yang keluar dari mulut Dara. Bibi senang Mbak Dara sudah kembali. Bibi balik dari kampung Mbak sudah nggak ada dan Ade dan Mas nggak saling ngomong, jadinya rumah sudah mirip kuburan. Bibi tahu pasti ada apa-apa waktu Bibi pergi, tapi nggak ada yang mau ngejelasin ke Bibi. Memangnya ada apa ya, Mbak, selama Bibi pergi"
Sejengkal Tanah Sepercik Darah 6 Pendekar Rajawali Sakti 209 Memburu Rajawali Thalita 1

Cari Blog Ini