The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea Bagian 4
Punggung Dara menempel di dada Jo dan Dara meremas lengan Jo mencoba melepaskan diri darinya. Menolak melepaskannya Jo mengeratkan pelukannya. Usaha ini mungkin akan berhasil kalau Blu tidak memutuskan untuk meloncat ke atas mereka pada saat itu dan mulai menggelitiki Jo lagi. Alhasil be berapa detik kemudian Jo harus minta ampun. Blu melepaskannya setelah Jo melepaskan Dara. Kedua perempuan itu mempertontonkan senyum penuh kemenangan di wajah mereka.
Girl power, ucap Blu dan memberikan hi-ive kepada Dara. Kepala Jo agak pusing karena tertawa terlalu banyak dan sedikit kesal karena sudah diperlakukan tidak adil, tapi dia tidak bisa berhenti tersenyum.
Jo dan Dara menghabiskan waktu beberapa menit untuk membereskan papan permainan dan segala bagiannya yang terpencar ke mana-mana sebelum Blu pamit untuk tidur, meninggalkan Dara berdua saja dengan Jo.
Well, that was fun, ucap Jo.
Yeah, that was fun, balas Dara sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Dara masih tidak percaya dia baru saja menghabiskan lima belas menit belakangan ini bergumul dengan Jo. Kalau bu kan karena kaus Jo yang agak kusut dan bekas karpet pada pipinya, Dara mungkin berpikir kejadian barusan hanya di imajinasinya saja. Jelas-jelas dia tidak pernah bergumul seperti ini dengan Panji yang tidak mengenal arti kata bercanda dan terlalu jaim untuk melakukan apa yang dia dan Jo baru saja lakukan.
Dara meletakkan boks scrabble pada tempatnya di lemari dan berjalan menuju tasnya, siap untuk pulang. Panji akan menjemputnya lima belas menit lagi dan dia harus bersiap-siap.
Gimana sih, Blu kok bisa tahu kata-kata yang nggak lazim seperti itu" tanya Jo.
Dara terkikik sebelum berkata, Blu hobi baca. So, semakin banyak buku yang dibacanya, semakin banyak kosakata yang dia tahu.
Saya juga suka baca, tapi kosakata bahasa Inggris saya nggak sebegitu canggihnya. Gimana kamu bisa menjelaskan itu"
Dara mengangkat bahu. Mungkin Blu benar. Dia awesome dan kamu nggak.
Apa kamu sedang menghina saya" Jo berusaha terdengar tersinggung, tapi tidak berhasil. Dia ingin tertawa.
Tentu saja saya sedang menghina kamu, balas Dara dengan polosnya.
Jo yang mengerti bahwa Dara sedang bercanda dengan nya mulai tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh Dara. Segala ketegangan dalam hubungan mereka selama beberapa minggu ini terlupakan pada saat itu, digantikan oleh rasa persahabatan.
Sumpah deh. Saya nggak tahu Blu makan apa waktu kecil, tapi itu anak jauh lebih pintar daripada saya, ucap Jo.
Dara hanya nyengir, lalu seperti teringat akan sesuatu, senyuman itu menghilang dan dia langsung kelihatan gugup.
Saya pulang dulu. Selamat malam, ucap Dara buru-buru sambil berjalan menuju pintu depan.
Biar saya antar, ucap Jo, mengikuti Dara, tidak rela membiarkan Dara menarik diri dan melepaskan rasa persahabatan yang mereka miliki.
Mendengar ini Dara langsung memutar tubuhnya, membuat Jo hampir saja menabraknya.
What the..., sumpah Jo. Dara tidak memedulikan sumpahan Jo. Laki-laki satu ini su dah gila kalau dia berpikir bahwa dia akan mengantarnya pu lang. Apa dia tidak belajar dari pengalaman mereka terdahulu"
Saya bisa pulang sendiri, nggak perlu diantar, ucap Dara setegas mungkin.
Saya tahu kamu nggak perlu diantar, tapi saya mau ngantar. Oke, saya ganti argumentasi. Saya nggak mau kamu mengantar saya pulang.
Apa kamu takut saya akan ngebut"
Kamu tahu itu bukan alasan saya nggak mau diantar sama kamu, jawab Dara sedikit putus asa.
Jo rasanya ingin mengepalkan tinjunya ke atas dengan penuh kemenangan. Akhirnya Dara mengakui bahwa ciuman itu berarti sesuatu untuknya. Detik selanjutnya Jo harus mengontrol emosinya ketika melihat ekspresi wajah Dara yang kelihatan sedang meringis, seakan kejadian itu adalah pengalaman pahit untuknya. What the hell"!
Merasa tersinggung, Jo menyipitkan mata dan berkata, Fine. Kalau kamu mau pulang sendiri, silakan aja. Saya me nawarkan karena kamu mungkin akan sedikit susah cari taksi malam ini karena ada demo sopir taksi.
Itu sebabnya Panji menjemput saya.
Panji"! Panji pacar kamu itu" Dari mana dia tahu alamat rumah saya" geram Jo.
Panji bukan pacar saya, dia tunangan saya. Dara tidak tahu kenapa dia merasa harus mengklariikasikan hal tersebut kepada Jo. Mungkin karena dia berpikir Jo akan mundur kalau tahu betapa seriusnya hubungannya dengan Panji. Lalu Dara menambahkan, Tentu aja dia tahu, dia sudah menjemput saya setiap hari setelah...
Dara terdiam, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu, kini Panji selalu memastikan untuk menjemputnya setiap hari. Panji bilang dia tidak mau mengambil risiko... dan Dara mengulang kata-kata Panji di kepalanya... Tunanganku diembat oleh laki-laki kadal seperti Jo beberapa bulan sebelum pernikahan.
Setelah apa, Dara" tanya Jo tenang ketika sadar Dara tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
I have to go, ucap Dara dan langsung melangkah ke luar rumah menuju pintu gerbang.
Untung saja Panji sudah sampai dan Dara baru saja akan berjalan menuju kursi penumpang ketika dia melihat Panji membuka pintu mobil dan turun.
Ji, kenapa kamu turun" tanya Dara bingung.
Tapi Panji kelihatan tidak mendengarnya. Tatapannya lurus ke depan, tubuhnya kaku dengan kedua tangan dikepalkan. Dara memutar tubuhnya untuk mengikuti arah tatapan Panji dan matanya melebar ketika melihat Jo. Dia bahkan tidak tahu Jo sudah mengikutinya.
Selamat malam, ucap Jo tenang.
Tapi bukannya menawarkan tangannya untuk bersalaman, Panji membiarkan kedua tangannya tersembunyi pada kantong depan celana jinsnya.
Malam, balas Panji, yang juga tidak kelihatan berniat untuk menyalami Jo.
Tatapan Dara terpaku kepada dua laki-laki ini. Jo dengan rambut cepak, badan bertato, tubuh tinggi tegap yang ditutupi pakaian santai; dan Panji dengan rambut potongan militer, badan yang kalah tinggi tapi tidak kalah tegapnya dan pakaian kantornya. Satu anak band dan satu lagi eksekutif muda. Satu spesimen laki-laki yang supercuek dan satu lagi yang penuh dengan tanggung jawab. Tapi sampai di situ saja perbedaan mereka, karena sekarang keduanya mengenakan ekspresi wajah yang sama, yaitu ekspresi what the hell are you doing here, punk" .
Dara tahu Panji berhak memiliki ekspresi ini karena dia sendiri juga mempertanyakan hal yang sama, tapi dia bingung melihat ekspresi ini pada Jo.
Seperti sadar bahwa mereka hanya akan berdiri lihat-lihatan sepanjang malam, Dara akhirnya memperkenalkan mereka. Ji, ini Jo, kakaknya Blu, bos aku. Jo, ini Panji tunangan saya. Kedua laki-laki itu hanya mengangguk, tapi masih tidak bersalaman. Dara melihat Jo sedang menatap tajam padanya dan Panji yang jelas-jelas tidak suka dengan tatapan yang diberikan Jo itu langsung bergerak mendekati Dara.
Kamu sudah siap, Sayang" tanyanya.
Dara yang terkejut karena Panji memanggilnya Sayang di depan umum, sesuatu yang terjadinya hampir sejarang gerhana matahari, hanya bisa mengangguk. Panji buru-buru menggiringnya ke kursi penumpang dan setelah menutup pintu dia mengitari mobilnya untuk masuk ke kursi pengemudi. Dara hanya sempat melihat ekspresi wajah merengut Jo di bawah sinar lampu mobil sebelum mereka berlalu.
Cemburu. Itulah satu kata dan perasaan yang tidak pernah dialami Jo sebelumnya, karena itu butuh waktu beberapa hari baginya untuk memahaminya. Itu semua juga karena Revel yang mengatakannya.
Sumpah, man, lo harusnya lihat tunangannya si Dara. Kaku, preppy, dan kutu buku abis. Gue nggak nyangka Dara suka lakilaki model begitu, ucap Jo suatu sore ketika mereka sedang duduk di control room studio Revel.
Ehm, adalah satu-satunya respons yang didapatkan Jo dari sobatnya ini, yang kelihatan lebih tertarik dengan laptopnya.
Dan cara dia nge-handle si Dara itu lho. Kesannya mereka sudah nikah.
Well, mereka memang akan menikah sebentar lagi, kan" Pantas aja kalau dia bertingkah laku seperti itu, balas Revel tenang.
Jo membolongi kepala Revel dengan tatapannya. Gue tahu mereka akan menikah, tapi bukan berarti dia bisa mem perlakukan Dara kesannya Dara itu propertinya.
Mendengar ini Revel menoleh. Apa Dara kelihatan keberatan diperlakukan seperti itu"
hat s not the point. So, what is the point"
Bahwa perempuan nggak seharusnya didominasi oleh lakilaki seperti itu, geram Jo.
Dominasi hanya akan jadi masalah kalau perempuannya merasa tertindas oleh aksi tersebut. Banyak wanita yang justru melihat dominasi laki-laki sebagai tanda bahwa mereka peduli.
Gue yakin Dara nggak masuk ke dalam kategori itu. Dia terlalu keras kepala untuk mengikuti kemauan laki-laki.
Apa pernah lo pikir bahwa dia hanya bertingkah laku seperti itu sama elo" Karena selama ini dia nggak pernah sekali pun membantah gue.
Jo mengertakkan giginya kesal. Tapi...
Jo, bisa nggak sih lo ngaku aja bahwa lo cemburu supaya kita bisa menyelesaikan pembicaraan yang sudah berlarut-larut selama beberapa hari ini"
Siapa bilang gue cemburu" teriak Jo dengan mata terbelalak. Gue, Ina, Sita, Oom Danung, Oom Siahaan, mama gue, Blu, dan siapa aja yang mendengar elo merungutkan soal pertemuan lo dengan tunangannya Dara bisa ngelihat kalau lo sudah cemburu nggak jelas.
WHAT"! Jo mencoba berpikir apakah dia memang cemburu selama beberapa hari ini dan mendapati bahwa Revel benar, dan itu membuat wajahnya langsung memerah. Sudah tidak bisa diperdebatkan lagi, dia memang cemburu. Selama ini kalau dia menginginkan seorang wanita, dia selalu mendapatkannya, tanpa ada halangan. Namun kini bukan saja ada Panji di hadapannya (yang Jo yakin akan menonjoknya kalau Panji sampai tahu apa yang Jo pikirkan tentang tunangannya), tapi juga kekeraskepalaan Dara yang menolak mengakui chemistry yang mereka miliki.
Beberapa kali Jo memergoki Dara menatapnya dengan intens, seakan sedang mempertimbangkan sesuatu tentang Jo. Perlahanlahan Jo menganalisis situasinya. Ada dua cara baginya untuk mendapatkan Dara, pertama dengan menyingkirkan Panji, kedua, mencoba mengubah pendapat Dara tentang Jo. Jelas-jelas Jo tidak bisa melakukan yang pertama karena meskipun dia atletis, dia tidak sebanding dengan Panji, yang meskipun sedikit lebih pendek, bertubuh gempal bak petinju. Jo yakin Panji bisa membuatnya babak belur hanya dalam waktu dua menit. Sepertinya dia tidak punya pilihan selain mengubah pendapat Dara tentang hubungan mereka.
Oke, ine, kalau itu yang Dara inginkan, dia akan melakukannya. Ketertarikannya pada Dara sudah melanggar semua peraturan yang dia miliki tentang perempuan. Dia tidak pernah main-main dengan wanita yang sudah menikah, bertunangan, atau punya pacar, dia tidak pernah mendekati wanita yang bekerja dengannya, dia juga tidak pernah mengejar wanita yang blakblakan menghindarinya. Tapi satu hal yang harus dia selesaikan terlebih dahulu sebelum melancarkan aksinya me ngejar Dara, yaitu dia harus memutuskan hubungannya dengan Kayla.
Bulan April pun tiba dan Dara membereskan semua rencana pernikahannya yang dipenuhi oleh argumentasi dengan Panji. Semua keputusan yang dia buat beberapa bulan yang lalu tentang tema, pakaian, katering, lokasi, jumlah tamu, dan desain undangan kini dikritik habis-habisan oleh Panji.
Kenapa kamu memilih warna undangan itu" Kamu kan tahu aku nggak suka warna hijau" protes Panji.
Ji, kan aku sudah coba bicarakan ini dengan kamu beberapa bulan yang lalu, tapi kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan kamu dan bilang terserah aku. Jadi kenapa kamu baru protes sekarang" balas Dara kesal.
Pokoknya aku mau undangan ini diganti. Ji...
Perdebatan mereka, seperti juga perdebatan lainnya yang mereka miliki akhir-akhir ini, terputus oleh bunyi HP Panji.
Kita perlu membicarakan masalah ini lagi nanti, ucap Panji dan pergi meninggalkan Dara untuk menjawab panggilan itu.
Dara sudah mencoba menoleransi sikap Panji sebagai akibat stres dari pekerjaan, tapi dia mulai kehabisan kesabaran nya. Dan dengan menipisnya kesabarannya, sesuatu yang mirip kepanikan dan keraguan menyerangnya. Kenapa mereka mengalami begini banyak masalah untuk merencanakan pernikahan mereka" Dara bukanlah tipe orang yang percaya takhayul, tapi dia mulai bertanya-tanya apakah semua masalah ini adalah suatu tanda dari Tuhan untuk menunda pernikahan mereka sampai mereka lebih pasti"
Belum cukup dia pusing dengan kehidupan pribadinya, dia mendapati kehidupan profesionalnya juga semakin aneh. Semuanya diawali dengan keluarnya iklan body wash yang shooting-nya dilakukan Jo sebulan yang lalu di Bandung. Iklan itu dibuat dengan begitu seksinya sampai Dara merasa berdosa hanya dengan menontonnya. Melihat tubuh Jo yang berotot di bawah semburan air yang lebih kelihatan dari slang pemadam kebakaran daripada shower membuat Dara hanya bisa melongo di depan TV selama semenit iklan itu ditayangkan. Dara bahkan mendengar Krisna yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan sama sekali pada laki-laki lain kecuali pacarnya berkata, Oh... my... God. Arman, pacar Krisna langsung kelihatan tersinggung setengah mati mendengar kata-kata Krisna. Dan selama sepuluh menit Krisna mencoba memastikan kepada Arman bahwa dia jauh lebih keren daripada Jo Brawijaya. Jelas-jelas suatu kebohongan karena Arman adalah tipe laki-laki yang tidak pernah berolahraga sepanjang hidupnya, karena itu di usianya yang baru tiga puluh tahun dia sudah kelihatan seperti oom-oom berumur empat puluhan dengan badan penuh lemak, perut buncit, dan kepala botak.
Dara memerlukan waktu dua minggu sebelum akhirnya bisa bertatap muka dengan Jo tanpa memikirkan iklan itu dan pada saat itulah dia semakin sadar bahwa ada sesuatu yang aneh pada Jo. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia men dapati Jo jadi... well, sweet. Satu kata yang tidak akan pernah digunakannya untuk menggambarkan Jo sebelumnya. Dimulai dari Jo mencoba sebisa mungkin menghabiskan hampir setiap waktunya bersama Blu, otomatis dengannya untuk main scrabble, ticket to ride, monopoli, atau hanya sekadar nonton TV sama-sama. Dara bahkan mendapati Jo mencoba membantu Blu me ngerjakan PR isikanya dan menemani Blu pergi belanja di MNG. Dara ingat betul kejadian hari itu yang dia yakin akan terukir di kepalanya untuk selama-lamanya.
UNDErSTANDINg ELAMA ini kalau Dara keluar bersama Blu, pasti ada banyak fans yang mendekati mereka untuk minta tanda tangan atau foto, tapi hampir semuanya bertingkah laku sopan dan beradab. Sama sekali berbeda dengan fans Jo yang cenderung ganas. Semua orang tahu Jo cukup populer dan sering diserang fans, tapi selama ini Dara tidak pernah keluar dengannya di tempat umum dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Awalnya semuanya masih kelihatan adem ayem saja ketika mereka memasuki mal karena orang-orang masih belum sadar siapa mereka. Jo sengaja menyembunyikan wajahnya di bawah topi baseball, tapi sepertinya itu tidak berfungsi karena lambat laun orang-orang mulai berhenti berjalan, menengok, berbisik, Itu bukan nya Jo Brawijaya" dan akhirnya berteriak histeris, Aggghhh... Mas Jooo...! dan I love you, Jo! . Tak lama kemudian beberapa pengun jung mal mulai mengikuti mereka.
Kalau saja Blu atau Jo berjalan sendirian, mungkin khalayak ramai masih bisa berpikir bahwa mereka sudah salah orang, tapi tidak ketika kakak-beradik ini muncul bersama-sama. Buntutnya mereka harus lari ke MNG dengan Jo menarik Blu ke dalam pelukannya, melindungi Blu dengan tubuhnya sambil berlari. Meskipun Dara agak terkejut dengan aksi Jo yang lebih memilih melindungi Blu daripada dirinya sendiri, karena jelas-jelas orangorang ini mengejar Jo, tapi Dara menghargainya karena dia yakin tubuhnya tidak akan bisa melindungi Blu sebaik tubuh Jo.
Ketika mereka sedang menaiki eskalator, salah satu fans yang terlalu antusias menarik lengan kemeja Jo dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.
Wait, wait, jangan narik-narik saya, ucap Jo sambil mencoba menarik lengannya kembali, tapi pegangan fans itu cukup kuat.
Mencoba mengatasi keadaan, Dara menggenggam bahu fans itu dan berkata dengan sopan tapi tegas, Mbak, tolong lepasin Mas Jo.
Penggemar Jo itu menatap Dara dengan bingung, tapi melihat tampang Dara yang siap memanggil security kalau dia tidak melepaskannya, dia akhirnya terpaksa melepaskan Jo. Mereka hanya tinggal beberapa meter dari MNG, tapi kini Dara me nyadari ada sekitar sepuluh orang yang mengejar mereka. his is crazy! Hari ini bahkan bukan hari libur dan sekarang sudah jam 19.00. Bukankah cewek-cewek ini perlu pulang untuk mengerjakan PR atau mengurus makan malam suami mereka"
Dara baru bisa bernapas ketika memasuki MNG, dan sales assistant yang tidak mau menoleransi kegilaan ini langsung menelepon security mal. Satpam tersebut sekarang berdiri di luar MNG untuk menahan para fans yang berniat menyerbu masuk. Hanya ada lima pelanggan lain di toko itu. Dua orang dari mereka untungnya adalah orang asing yang hanya menatap Jo dan Blu dengan sedikit ingin tahu, tapi tidak kelihatan mengenali keduanya. Tiga orang lainnya adalah seorang ibu dengan dua anaknya yang meskipun kelihatan mengenali Jo dan Blu tapi cukup menghargai privasi mereka untuk tidak mendekat. Dara berterima kasih akan ini.
Setelah keadaan lebih tenang dan Dara memastikan Blu memilih beberapa pakaian yang disukainya sebelum menghilang ke ruang ganti untuk mencobanya, Dara melihat luka cakaran di lengan kiri Jo.
Let me see that, ucap Dara dan menarik lengan Jo. Luka cakaran itu tidak dalam, tapi titik-titik darah mulai muncul ke permukaan.
It s ine. It s just a scratch, ucap Jo pasrah dan mencoba menarik lengannya.
Oh, Dara rasanya ingin mencakar balik fans cewek yang tadi menarik lengan Jo. Dara yakin luka cakaran itu disebabkan olehnya.
Luka ini perlu dibersihkan. Kalau nggak, nanti berbekas atau lebih parah lagi infeksi. Bisa kamu tunggu beberapa menit" Saya perlu ke farmasi sebentar. Dara segera melambaikan ta ngannya pada seorang sales assistant bernama Ane.
Tolong jagain Mas Jo dan Blu sebentar, saya perlu ke farmasi, ucap Dara.
Oh, bisa, Mbak, jawab Ane ramah.
Dara lega Ane kelihatan sangat profesional dan tidak menganga ketika melihat Jo.
Saya nggak perlu dijagain, saya bisa menjaga diri sendiri. Dan sudah saya bilang saya nggak perlu diobatin, tangan saya nggak apa-apa, gerutu Jo.
Dara melirik ke luar toko. Meskipun keramaian di luar sudah jauh berkurang, dia masih bisa melihat beberapa fans berkeliaran. Memikirkan bahwa dia harus berhadapan dengan mereka lagi membuatnya bergidik.
Oh, come on, Dara, ini bukan pertama kalinya kamu harus berhadapan dengan fans artis, omel Dara dalam hati. Tapi tidak ada dari mereka yang segila ini, ucap suara kecil. Kalau Mbak perlu P3K, kita punya persediaan di sini. Katakata Ane menarik perhatian Dara kembali.
Oh. Kalau gitu, boleh saya pinjam" tanya Dara. Sebentar saya ambilkan. Ane pun menghilang selama beberapa menit ke ruangan di bagian belakang kasir.
Pada saat itu Blu muncul kembali dari ruang ganti dengan hampir dua puluh potong pakaian, mulai dari gaun, beberapa atasan, celana pendek, hingga rok terlampir pada lengannya. Oke, aku mau ambil ini semua, ucap Blu.
Coba Mas lihat. Blu memindahkan semua pakaian dari lengannya ke lengan Dara sebelum mulai menunjukkannya satu per satu ke Jo. Dengan penuh perhatian Jo memberikan komentarnya. Yep, yang itu boleh.
Nggak, yang itu bikin kamu kelihatan seperti lampu lalu lintas. Yang disambut oleh gelak tawa Blu.
Itu kayaknya sedikit kedodoran, lebih bagus kalau satu ukuran lebih kecil.
Warna hitam lebih bagus daripada cokelat, lebih gampang dicari pasangannya.
Dara memperhatikan interaksi ini sambil tersenyum. Sekali lagi dia sadar betapa banyaknya Jo berubah. Seakan laki-laki yang kerjaannya ngomel melulu padanya selama berbulan-bulan ada lah orang yang lain sama sekali dibandingkan laki-laki yang sekarang se dang mencoba mendandani adiknya.
Setelah mengikuti saran Jo untuk melakukan beberapa perubahan pada pilihan pakaiannya, Blu menghilang ke kasir sambil menggenggam kartu kredit Jo.
Ane kembali dengan kotak P3K dan Dara langsung mengeluarkan alkohol swap.
Give me your hand, ucap Dara sambil mengulurkan tangannya.
Jo kelihatan ragu sesaat, tapi kemudian mendesah pasrah dan mengulurkan tangannya. Jo sedikit tersentak ketika kapas beralkohol itu menyentuh kulitnya.
Sori, ucap Dara dan mengangkat tangan Jo mendekati bibirnya untuk meniup kulitnya.
Dia lalu mengoleskan salep antibiotik pada luka itu dengan cotton bud sebelum mengembalikan kotak P3K kepada Ane yang kemudian meninggalkan mereka sendiri.
Oke, sudah beres. Nanti sebelum tidur perlu diobatin lagi, ucap Dara dan mendongak untuk tersenyum kepada Jo.
Jo menatap luka di tangannya dan menatap Dara sebelum kemudian berkata, Kamu perempuan pertama yang mengobati luka saya selain Mama.
Dara mencoba mengingat apakah dia pernah melihat mama Jo sebelumnya. Dara tahu beliau sudah nggak ada, tapi dia nggak tahu kapan atau kenapa beliau meninggal. Sebelum menyadari apa yang dilakukannya, Dara sudah berkata, Kamu pasti kangen sama mama kamu.
Jo kelihatan terkejut mendengar kata-kata Dara dan Dara memarahi dirinya sendiri yang terdengar sok tahu. Tapi kemudian dia mendengar Jo berkata, Setiap hari. Terutama waktu ketemu ibu kamu. Beliau banyak ngingatin saya pada mama saya. Cara ibu kamu ngasih makan saya, seperti saya orang kelaparan, sudah seperti mama saya. Jo tersenyum sambil menggelengkan kepala nya, seakan menertawakan diri sendiri. Saya selalu iri sama orang-orang yang masih punya orangtua. Dara mengangkat alisnya tidak mengerti.
Ada yang datang ambil rapor, nelepon untuk tanya apa kita lulus ujian atau apa kita rencana pulang liburan, masakin makanan favorit kita, memeluk kita sewaktu kita sedih, atau menepuk punggung kita kalau mereka bangga dengan sesuatu yang kita sudah lakukan, jelas Jo.
Wajah Jo kelihatan sangat sedih ketika mengatakan semua itu, membuat Dara ingin memeluknya, tapi dia menahan diri dan justru bertanya, Apa mama dan papa kamu nggak pernah melakukan itu semua"
Dulu memang ada Mama, tapi setelah beliau nggak ada... Jo mengangkat bahunya sebagai penjelasan.
Kapan mama kamu meninggal"
Waktu saya umur sepuluh tahun. Kanker paru-paru, kata dokter karena second hand smoke dari Papa.
Dan papa kamu nggak pernah... Dara tidak tahu bagaimana menanyakan hal selanjutnya.
Jo terkekeh. Let s just say... Papa saya lebih tertarik menjadi seorang drummer yang dipuja satu Indonesia daripada menjadi seorang ayah.
Dara tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tahu kejadian barusan adalah langka. Entah bagaimana, tapi menurutnya Jo bukanlah tipe orang yang akan menceritakan apa saja kepada siapa pun. Selama hampir enam bulan bekerja untuk Blu, otomatis mengetahui kehidupan Jo juga, Dara mendapati bah wa aktivitas Jo terbatas pada bekerja dan mengurus Blu. Sekali-sekali dia akan keluar dengan Kayla, atau teman-teman bandnya, tapi lebih seringnya dia hanya hang-out dengan Revel. Dara kini menyadari Jo adalah orang yang sangat tertutup, karena itu Dara superbingung kenapa Jo baru saja menumpahkan semua itu kepadanya. Dan Jo sepertinya menyadari hal itu ka rena dia kini kelihatan seperti ingin menarik kata-katanya kem bali kalau bisa.
Well, thanks karena sudah ngobatin saya, ucap Jo sedikit gelisah.
Mengerti bahwa percakapan mereka barusan sudah ditutup, Dara membalas dengan nada bercanda, You re welcome. Mudahmudahan ini juga yang terakhir kali saya harus melakukannya. Saya nggak tahu kalau fans kamu sebegini gilanya. Apa selalu seperti ini"
Biasanya memang begini, tapi semenjak iklan body wash saya keluar, mereka jadi lebih... antusias.
Dara mencoba menahan tawa. Saya nggak tahu bagaimana kamu bisa keluar rumah dengan segala kegilaan yang mengikuti kamu ini.
Memang susah kadang-kadang. Itu sebabnya saya hanya pergi ke tempat-tempat yang lebih sering dikunjungi oleh lakilaki atau orang-orang yang nggak mengenal saya.
Sebelum ada saya, gimana kamu bisa belanja bulanan" Super market kan penuh dengan wanita"
Jo terkekeh sebelum menjawab dengan sedikit sedih, Lebih seringnya saya nebeng sama Revel. Kalau staf dia sedang belanja bulanan, saya nitip.
Kapan terakhir kali kamu menginjakkan kaki di supermarket"
Jo berpikir sejenak. Mungkin sekitar empat tahun yang lalu. Jo mendesah panjang. I really miss it sometimes. Untuk memiliki kebebasan pergi ke mana aja yang saya mau tanpa perlu khawatir apakah ada orang yang mengikuti saya.
Dara agak terkejut dengan reaksi Jo ini. Selama ini dia menyangka Jo menikmati segala perhatian yang diterimanya. Dia sudah salah sangka.
Mungkin kalau kamu nggak terlalu ramah dengan fans kamu, mereka nggak akan segini ganasnya. Apa kamu nggak risi dengan cara mereka memperlakukan kamu"
Terkadang memang risi, tapi saya juga nggak bisa marah pada mereka karena tanpa mereka saya nggak akan bisa mendapatkan segala sesuatu yang saya punya sekarang.
What do you mean" Kamu drummer berbakat, dan bukan mereka yang mengajari kamu cara main drum. Oto matis Dara membela bakat Jo. Dia tidak tahu kenapa dia me lakukannya karena sejujurnya, hingga sekarang, pendapatnya tentang drum masih belum berubah. Dan dia menyesali ko mentarnya ini ketika mendengar pertanyaan Jo.
Dari mana kamu tahu saya drummer ber bakat" Dara mencoba berpikir cepat dan berkata, Well, Revelino Darby telah mempekerjakan kamu sebagai drummer-nya selama beberapa tahun belakangan ini. Meskipun saya nggak tahu apaapa tentang drum, saya tahu standar musik Revel. Kamu nggak akan dipekerjakan kalau nggak berbakat.
Jo terkekeh. I guess kalau kamu mengatakannya seperti itu, saya harus setuju dengan kamu.
So, kamu nggak harus merasa berutang apa-apa pada orangorang di luar sana, tegas Dara merangkum pembicaraan mereka. Jo tertawa sebelum membalas, I do actually.
Dara mengangkat alisnya meminta penjelasan.
Saya memang dapat uang yang cukup dari main drum, tapi mayoritas pemasukan saya datang dari hal-hal lainnya, seperti jadi duta beberapa produk. Apa kamu pikir perusahaanperusa haan itu mau saya jadi duta mereka kalau mereka tahu saya nggak punya daya tarik fans yang besar" Anyway, saya main drum karena saya suka, tapi mereka... Jo melirikkan matanya pada beberapa fans yang berdiri diluar toko. Mereka sumber pemasukan saya. Dan selama mereka masih mau melihat saya, saya akan berusaha sebaik mungkin melayani mereka.
Dara hanya menganga mendengar kata-kata Jo. Dia tidak tahu kenapa dia membutuhkan waktu sebegini lama untuk menyadari ini. Laki-laki yang ada di hadapannya penuh kontradiksi. Dia laki-laki yang penuh kasih sayang, yang mencintai adiknya, pekerjaannya, tahu cara menghargai segala sesuatu yang dimilikinya, tanpa mengharapkan apa-apa dari orang lain. Jo spesimen laki-laki langka yang sulit ditemui pada zaman sekarang, karena itu patut dihargai.
Setelah hari itu, Dara mendapati dirinya mencoba membangun persahabatan dengan Jo yang begitu charming, penuh perhatian, dan lucu dengan humor yang senang merendahkan diri sendiri. Intinya, Jo sangat menyenangkan untuk diajak bicara karena dia bisa membuat lawan bicaranya merasa nyaman. Berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang mementingkan diri sendiri, Jo justru lebih suka membicarakan segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Yang jelas kini Dara mulai bisa melihat diri Jo yang sebenarnya, di luar semua personaliti playboy dan drummer paling ganteng se-Indonesia yang dia sudah kenakan selama bertahuntahun. Jo selalu penuh perhatian dengan menatapnya kalau dia sedang berbicara, mendengarkan kata-katanya, betul-betul mendengarkan dan mempertimbangkan pendapatnya, bukannya hanya berpura-pura, dan tidak pernah bernada merendahkan kalau sedang menjelaskan sesuatu.
Seiring dengan rasa nyaman yang Dara rasakan ketika bersama Jo, tanpa dia sadari dia mulai dengan lebih terbuka menjawab pertanyaan Jo tentang dirinya. Mulai dari berapa bersaudara, nama kakak dan adiknya, nama keponakannya, makanan ke sukaan, hobi, bahkan tentang rencana hidupnya. Apa kamu memang bercita-cita jadi asisten artis" ta nya Jo suatu malam ketika mereka sedang duduk di depan TV di rumah Jo sementara menunggu hujan dan macet reda se belum Dara pulang.
Blu sedang bergosip di telepon dengan Kat di kamarnya. Mbok Uti sudah beristirahat. TV sedang menayangkan salah satu episode CSI: New York, tapi volumenya cukup rendah sehingga Dara bisa mendengar pertanyaan Jo dengan jelas.
Nggak sama sekali. Saya rasa nggak akan ada orang yang cita-citanya jadi asisten dalam jenis apa pun. Biasanya orang maunya jadi bos, bukan asisten bos. Jadi artis daripada asisten artis.
Jadi kenapa kamu jadi asisten artis" Jo memutar tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada pegangan tangan sofa untuk bisa menghadap Dara.
Awalnya karena bayarannya, tapi kemudian kok ternyata saya cukup suka dengan pekerjaannya. Jadi asisten sebetulnya nggak ada bedanya dengan jadi akuntan atau pengacara. Yang kita tawarkan adalah jasa yang sifatnya abstrak. Tujuannya adalah mempermudah kehidupan klien kita. Bedanya, jasa yang ditawarkan oleh PA biasanya sifatnya lebih personal, karena itu bisa lebih mengenal klien. Itu yang saya suka dengan pe kerjaan ini. Personal connection dengan klien yang dalam, sampai-sampai kita dianggap sebagian dari keluarga.
Wow, kamu betul-betul serius dengan pekerjaan kamu ini ya, ucap Jo kagum.
Karena ini satu-satunya hal yang saya tahu saya bisa lakukan dengan baik.
Apa kamu pernah berambisi untuk jadi manajer artis, daripada asisten"
Ambisi sih ada, cuma kesempatan yang belum ada. Kalau ada yang memberi kamu kesempatan untuk jadi manajer artis, apa kamu mau"
Kalau sekarang mungkin sudah terlambat. Karena Panji"
Dara mengangguk. Saya rasa pendapat Panji sama saja dengan saya jadi asisten atau manajer artis. Dia tetap nggak akan suka.
Dara tahu dia sudah salah bicara ketika melihat tubuh Jo jadi kaku dan dia juga sadar ini sesuatu yang konsisten dilakukan Jo setiap kali nama Panji muncul di dalam pembicaraan mereka.
Well, that s too bad. Padahal menurut saya kamu punya potensi yang cukup kuat untuk jadi manajer artis.
Dara hanya bisa tersenyum kaku, menghargai dukungan yang diberikan Jo kepadanya.
Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan Jo bersama Blu, oto matis hubungan Jo dengan Kayla semakin merenggang. Dulu setiap kali Dara bertemu Jo, Kayla akan ada bersamanya. Bahkan beberapa kali Dara mendapati Kayla sudah ada di ru mah Jo ketika dia datang untuk mengantar Blu ke sekolah. Dalam hati Dara bertanya-tanya apakah Kayla menginap di rumah Jo" Dan kalau menginap, di manakah dia tidur" Dara mencoba mengingatkan dirinya sendiri bahwa apa pun yang di lakukan Jo bukan urusannya, tapi hal itu tidak me madamkan keingintahuannya. Kemudian suatu hari dia men dengar berita tentang putusnya hubungan Jo dan Kayla melalui infotainment.
Jo kelihatan cukup santai menanggapi putusnya hubungannya dengan Kayla, tapi Kayla betul-betul mengamuk dengan mengatakan bahwa Jo adalah seorang pembohong dan senang mempermainkan hati perempuan kepada media mana saja yang mau mendengarkannya. Sebagai sesama perempuan, seharusnya Dara bersimpati kepada Kayla, tapi dia justru tertawa. Bukan me nertawakan Kayla, tapi menertawakan dirinya yang menyangka Jo sudah berubah. Dia seharus nya tahu laki-laki seperti Jo tidak akan pernah berubah karena mereka tidak mau berubah. Mereka terlalu mencintai kebebasan, jadi jangan harap mereka mau settle down. Komitmen adalah hal terakhir yang terlintas di kepala mereka.
Dara sadar betapa beruntungnya dia memiliki Panji yang serius, bertanggung jawab, dan tidak takut akan komitmen. Panji memiliki kapasitas mental laki-laki dewasa yang stabil. Dan Dara memerlukan kestabilan itu di dalam hidupnya. Dara meringis mengingat betapa ketiga sobatnya mengamuk ketika mendengarnya baikan lagi dengan Panji.
HArDBAll ou are shitting me" teriak Adri.
Tangan kanannya yang sedang memegang kuas lipgloss berwarna merah bata berhenti di udara ketika dia menoleh dari bangku depan.
Mereka sedang menghabiskan girls nite bersama Jana dan Nadia dengan pergi makan malam dan nonton ilm. Ritual yang sudah mereka lakukan semenjak mereka masih single dan berlanjut hingga sekarang. Meskipun kini sibuk dengan keluarga dan pekerjaan, mereka harus puas dengan kumpul-kumpul kapan saja mereka ada waktu, yang biasanya berarti enam bulan sekali.
Ya, persis seperti yang Adri bilang, sahut Jana yang tidak bisa menoleh karena sedang nyetir.
Kayaknya gue udah bilang ke elo deh untuk putus sama dia, bukannya malah balik lagi, ucap Adri lagi sambil memasukkan tube lipgloss ke dalam tasnya.
Melihat wajah meringis Dara, Nadia yang duduk di sebelahnya di bangku belakang berkata, Oh my God, Ra. Jangan bilang ke gue kalau lo yang minta balik.
Dengan anggukan dari Dara, ketiga sobatnya langsung menggeram keras. Beberapa kata sumpahan keluar dari mulut Adri yang keahlian menyumpahnya bahkan bisa membuat nenek moyang para pelaut bangga.
I hate that guy, gerutu Adri. Me too, sambung Jana.
Nadia tidak mengatakan apa-apa, lebih memilih diam. Tapi dari kerutan di keningnya Dara tahu Nadia sedang me nahan diri untuk tidak menyumpah.
Sudah mana sombong. Gue nggak tahan cara dia ngomong. Kesannya merendahkan. Sok tahu, lagi.
Guys!!! Bisa nggak sih lo pada nggak ngejelek-jelekin calon suami gue"
Kami nggak sedang menjelek-jelekkan Panji, karena dia sudah cukup jelek tanpa itu, bantah Adri.
Sumpah deh, Ra, lo tuh bisa ngedapatin siapa aja, kenapa juga sih elo harus sama dia" Apa nggak ada yang lain" tanya Jana.
He s nice okay. Dara mencoba membela Panji dan dirinya yang telah memilih Panji.
hat s the lamest excuse I ve ever heard, ucap Adri. No it s not, bantah Dara keras.
Yes it is, Adri balik membantah tidak kalah keras nya. Dara melirik kepada Nadia yang masih juga tidak mengatakan apa-apa, meminta pertolongannya.
What do you think, Nad" tanya Dara pada sobat yang paling dekat dengannya ini.
Sewaktu Adri dan Jana terlalu sibuk dengan kehidupan mereka di Amerika, Nadia satu-satunya yang masih ber hubungan dengan Dara secara konstan.
Sori, Ra, tapi gue harus setuju dengan Jana dan Adri, ucap Nadia pelan.
Told ya, dengan penuh kemenangan Adri menambahkan. Oke, nggak penting apa alasan gue untuk menikahi Panji. Yang penting adalah gue akan menikahi dia.
Dan membuat hidup lo merana" sindir Jana. Hidup gue nggak akan merana, teriak Dara.
Dude, Panji mencoba mengubah elo jadi... Adri kelihatan berpikir sejenak memikirkan kata-kata yang tepat, Virgin Mary.
Dan kita semua tahu dosa lo terlalu banyak untuk jadi Mary. Dan kita semua juga tahu lo sudah lama ke hilangan hak untuk mengaku virgin, tandas Jana.
Dan meledaklah tawa empat sobat itu. Tidak ada yang bisa berbicara selama beberapa menit karena setiap kali mereka mencoba berhenti, mereka akan meledak tertawa lagi.
Look, our point is apakah lo akan happy menikahi Panji" tanya Nadia yang akhirnya bisa berkata-kata.
I think so, jawab Dara. hat means you will not be happy, ucap Adri. I said I will be happy, teriak Dara.
Nope. Lo bilang I think so , yang berarti bahwa lo bahkan nggak yakin.
I WILL BE HAPPY!!! teriak Dara lebih keras. Meskipun dia nggak pernah dan gue yakin nggak akan pernah memperbolehkan elo jadi diri lo yang sebenarnya" tanya Jana.
Itu nggak penting. Panji jenis laki-laki yang gue butuhkan di kehidupan gue.
But is he the one you want" tanya Nadia pelan. Apa bedanya"
Well, coba pikirkan seperti ini. Semua orang perlu pakaian, kan" Dan lo bisa mendapatkan pakaian yang pada dasarnya hanya sehelai kain, di mana aja. Dan mungkin lo nggak peduli dengan style-nya atau bahannya karena yang ada di pikiran lo adalah bahwa lo hanya perlu menutupi tubuh lo. I mean itu fungsi utama pakaian. Sekarang gue tanya ke elo... lo beli jins yang sekarang lo pakai di mana"
Di MNG, jawab Dara, masih bingung dengan arah pembicaraan ini.
Kenapa lo beli di MNG" Kenapa nggak di Pasar Blok M, misalnya. Toh itu sama-sama jins.
Karena gue suka potongan jins di MNG, bikin gue kelihatan lebih seksi dan bahannya lebih halus.
Meskipun harga jins di MNG mungkin 10 kali lipat harga jins di Pasar Blok M, lo tetap beli di MNG, kan" Dara mengangguk. Semakin bingung.
Dan gue yakin lo akan lebih menghargai jins MNG lo ini daripada jins yang lo beli di Blok M. Karena lo lebih co cok dengan jins MNG, karena lo mau jins MNG, sambung Nadia, yang sengaja menekankan kata mau pada penjelasannya itu. Gue nggak ngerti, ucap Dara.
Ra, Panji itu sudah seperti jins di Blok M, sedangkan lakilaki yang elo mau adalah jins dari MNG.
Tunggu sebentar... Protes Dara dipotong oleh Jana. Ra, kami nggak bermaksud mempertanyakan keputusan lo...
Tapi itu yang kalian sedang kerjakan, omel Dara. Atau bikin elo bingung, sambung Nadia, tidak menghiraukan omelan Dara. Tapi lebih dari apa pun, yang kami mau adalah ngeliat elo bahagia, karena pernikahan bukan main-main lho. Kalian akan terikat untuk jangka panjang. Jangan sampai elo menikah karena alasan yang salah, apalagi laki-laki yang salah.
Gue yakin pernikahan nggak akan bertahan kalau itu sampai terjadi.
Kata-kata Nadia membuat keadaan di dalam mobil lang sung sunyi.
Apa lo cinta sama Panji" tanya Adri pelan.
Of course! jawab Dara dengan terlalu bersemangat yang membuatnya terdengar seperti sedang mencoba meyakinkan dirinya sendiri daripada orang lain.
Apa dia bikin jantung lo berdebar-debar setiap kali lo ngelihat dia" tanya Jana.
Heh" Passion itu penting lho dalam suatu hubungan, Jana mencoba membela diri.
Saran ini datang dari orang yang nikah sama laki-laki paling kaku yang gue pernah temui di seluruh dunia ini"
Tapi sampai sekarang dia tetap bikin jantung dan beberapa bagian diri gue yang lain berdebar-debar setiap kali gue ngelihat dia.
Ewww!!! Too much information. Kayaknya telinga gue baru berdarah mendengar itu. Dara, Adri, dan Nadia berteriak pada saat yang bersamaan dan Jana hanya cekikikan.
Apa yang hati lo bilang tentang pernikahan ini" tanya Nadia. Gue sudah berhenti mendengarkan hati gue kalau sudah urusan laki-laki, karena bagian itu cenderung hormonal dan emosional. Setiap kali gue memutuskan untuk mengandalkannya, segala sesuatu berakhir dengan bencana, gerutu Dara. Jadi lo mengambil keputusan berdasarkan apa" tanya Adri. Akal sehat.
Adri tersedak, Jana mulai cekikikan, hanya Nadia yang bisa berkata-kata. And how is that working so far"
Great sampai kalian membuat gue merasa bersalah karena sudah mengambil keputusan sendiri, tandas Dara.
Nadia menyipitkan matanya, mempelajari proil Dara yang memperlihatkan kekeraskepalaannya. Dia tahu sobatnya ini sedang melakukan kesalahan tapi menolak mengakuinya. Sebagai seorang teman, yang bisa dia lakukan adalah mengingat kannya. Selain itu tidak ada yang bisa dia lakukan karena ke putusan ada di tangan Dara.
Well, sepertinya keputusan lo untuk menikahi Panji sudah bulat. Nggak ada lagi yang bisa kami lakukan untuk mengubahnya. I... well, we just hope that you know what you re doing.
Adri dan Jana sudah siap protes dengan kata-kata Nadia ini, tapi mereka menutup mulut ketika dipelototi oleh Nadia. Ya, tepat sekali. Dara juga berharap dia tahu apa yang dia sedang lakukan.
Jo mematikan TV, bosan mendengarkan berita yang itu-itu saja tentang putusnya hubungannya dengan Kayla. Di luar saran PR MRAM yang memintanya menyangkal tuduhan Kayla itu, Jo memutuskan diam. Selain karena dia tahu bahwa masalah akan jadi lebih besar lagi kalau sampai dia memberikan respons atas amukan Kayla, juga karena di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia merasa bersalah. Dia sudah menyalahgunakan Kayla dari awal untuk melupakan Dara. What a mess!
Dia memutuskan hubungannya dengan Kayla untuk memfokuskan perhatiannya kepada Dara, tapi setelah dia putus dengan Kayla, Dara sepertinya justru menjaga jarak lagi dengannya. Dan hal ini membuatnya bingung. Apa dia sudah salah membaca semua sinyal yang diberikan Dara padanya" Hal ini membuatnya semakin kalang kabut. Dia sudah kehabisan waktu.
Sekarang sudah akhir April dan Dara akan berhenti bekerja bulan Juni, itu berarti Jo hanya memiliki waktu kurang dari dua bulan untuk melaksanakan misinya. Dia sudah mencoba jadi seorang gentleman dan menghormati Dara dengan tidak memaksanya, tapi sepertinya tiba waktunya untuk main hardball dengan Dara.
Pada saat itu Jo mendengar suara tawa Blu dan Dara yang baru pulang dari MRAM dan dia langsung mengambil keputusan. It s now or never. Jo menunggu hingga Blu meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya, sebelum mengalihkan perhatiannya kepada Dara.
Dara, bisa saya bicara sebentar" Sure. What s up"
Blu gimana kabarnya"
Dara menatap Jo dengan bingung dan menjawab, Kayaknya kamu bisa menanyakan itu sendiri ke dia deh. Kenapa tanya ke saya"
Karena saya merasa dia cerita lebih banyak ke kamu daripada ke saya.
Dara mendengus. Apa yang kamu mau tahu tentang Blu" Apa dia masih tergila-gila pada William" Jo memper silakan Dara duduk di kursi makan.
Dara menerima undangan itu. Yep, tapi sudah banyak berkurang. William sedang sibuk UN.
Kamu mau teh" Ini baru diseduh, jadi masih panas, Jo menawarkan.
Dara mengangguk dan Jo menuangkan satu cangkir teh untuk Dara sebelum berkata-kata lagi.
Gimana nilai akademis Blu untuk semester ini" hanks, ucap Dara menerima cangkir yang disodorkan padanya. Dia menghirup teh itu sebelum melanjutkan, Bagus. Stabil.
Sekarang dia sudah tidak perlu lagi membagi waktu dengan persiapan konser, jadi bisa lebih konsentrasi pada pelajaran. Apa dia excited dengan kepulangan Poppy bulan Juni" Yeah. I think she misses her mom. Meskipun mereka sering ngobrol lewat Skype, itu nggak sebanding dengan memiliki mamanya kembali di Jakarta.
Jo menyadari bahwa dalam waktu enam minggu, rumahnya akan kosong melompong lagi. Mencoba mencari topik yang tidak membuatnya depresi, dia bertanya, Apa dia sudah ngomong tentang apa yang dia mau untuk ulang tahunnya"
Not really. Kenapa" Apa kamu sudah membelikan dia sesuatu"
Tanpa pikir panjang Jo langsung mengarang. Dia belum betulbetul memikirkan rencananya ini dengan matang. Yang dia tahu adalah dia ingin membawa Dara ke suatu tempat yang bisa membuat perhatian Dara hanya akan terfokus padanya, bukan pada pekerjaannya, tunangannya, dan rencana pernikahannya. Hanya dengan cara ini Jo akan mendapatkan kesempatan.
Saya berencana mau ngajak Blu liburan ke Singapura untuk lihat Universal Studios. Dia selalu mau pergi ke sana, tapi nggak sem pat-sempat.
Shit!!! hat s a lie. Blu bahkan sama sekali tidak pernah mengatakan apa-apa tentang Universal Studios atau keinginannya untuk pergi ke Singapura. Sekarang Jo harus berbicara dengan Blu tentang ini sebelum Dara mengonirmasikannya.
Oke, kapan mau berangkat" Dara sudah mengeluarkan agendanya.
Coba tolong carikan tiket pesawat dan hotel. Kita berangkat Jumat depan setelah Blu pulang dari sekolah, dan kembali Minggu sore. Saya mau dia sudah ada di Singapura pada hari ulang tahunnya.
Dara segera mencatat informasi ini. Dia baru akan bertanya jumlah orang yang akan pergi ketika Jo bertanya, Kamu punya paspor, kan"
Punya, jawab Dara dengan sedikit bingung.
Oke, kalau gitu kamu pesan tiga tiket atas nama saya, Blu, dan kamu. Ini kartu kredit saya, jadi kamu bisa pesan lewat internet.
Jo mengulurkan kartu kredit AMEX yang dikeluarkan dari dompet kepada Dara. Dara tidak menyambut uluran tangan Jo dan memilih untuk mendelik.
Kenapa saya harus ikut" tanyanya curiga. Karena saya bilang kamu harus ikut, tegas Jo. Dara menahan diri agar tidak mengertakkan giginya dan berkata, Saya rasa acara ulang tahun Blu akan lebih tepat untuk dirayakan bersama keluarga. Dan saya bukan keluarga.
Nggak peduli bahwa kamu nggak menganggap diri kamu sebagian dari keluarga kami, tapi Blu menganggap kamu keluarga. So, you re going.
Ketika Dara masih juga tidak mengambil AMEX yang disodorkannya, Jo meraih tangan kanan Dara dan meletakkan kartu kredit itu di telapak tangan Dara sebelum melipat jemarinya pada kartu itu. Dara tidak percaya Jo sudah memercayakan kartu kreditnya padanya. Meskipun ini bukan sesuatu yang baru karena Tante Emil juga melakukannya, apakah Jo sadar bahwa Dara baru bekerja selama lima bulan" Tante Emil baru memercayai Dara memegang kartu kreditnya setelah Dara bekerja selama dua tahun untuknya. Dara tidak tahu apakah dia seharusnya terharu dengan kepercayaan yang diberikan padanya atau khawatir.
Pesan dua kamar, kalau bisa sebelahan. Untuk saya tempat tidurnya queen. Kamu bisa pilih sendiri yang untuk kamu dan Blu. Saya rasa Blu lebih memilih tidur sama kamu daripada sendiri atau sama saya, ucap Jo.
Saya nggak... Saya yakin Blu mau kamu ikut. Jadi jangan berdebat dengan saya. Kamu bisa kembalikan kartu itu ke saya when you re done, Jo memotong protes Dara.
Jo, saya nggak bisa ikut. Saya ada rencana dengan Panji weekend itu, ucap Dara cepat.
The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Meskipun ini tidak benar, Dara tahu inilah satu-satunya cara untuk melarikan diri dari rencana Jo. Jelas-jelas Panji akan mengamuk kalau sampai tahu bahwa Jo sudah meminta Dara menginap di hotel dengannya di Singapura, tidak peduli bahwa Blu turut serta dalam perjalanan itu dan mereka tidur di kamar yang terpisah.
Dan sepertinya Jo sadar bahwa Dara sudah berbohong karena dia menyipitkan matanya dan berkata, Telepon Panji dan bilang bahwa kamu harus kerja weekend itu.
Hah" Telepon dia sekarang, biar saya yang bicara. I don t think so.
Kenapa" Apa kamu takut Panji bilang bahwa kalian nggak ada rencana weekend itu dan bahwa kamu baru aja membohongi saya" tantang Jo.
Mereka saling tatap selama beberapa detik. Jo yang berkedip duluan dan berkata, Look, saya akan hargai kalau kamu bisa ikut dengan saya dan Blu ke Singapura. Betapapun saya mencintai adik saya, sejujurnya saya nggak tahu apa yang harus saya lakukan dengan Blu kalau nggak ada kamu yang membantu saya. Kamu penerjemah bahasa Blu, yang sampai sekarang masih suka membuat saya bingung.
Awww shit! Bagaimana Dara bisa menolaknya sekarang" Dia mendesah karena tahu ini keputusan terburuk yang dia pernah ambil sepanjang hidupnya, tapi dia tetap akan melakukannya. Saya akan bicara pada Panji, ucapnya akhirnya.
Mereka terpaksa mengambil penerbangan malam ke Singapura untuk menghindari keramaian bandara dan dengan begitu mencegah diserang oleh fans, namun beberapa ground crew bandara tetap berkesempatan meminta tanda tangan Jo pada saat mereka check-in dan ketika di ruang tunggu. Jo menanganinya dengan ramah dan penuh senyum. Atas permintaan Jo mereka terbang irst class untuk kenyamanan dan privasi. Jo menolak mendengar protes Dara yang mengatakan bahwa lain dengan Jo dan Blu, Dara bukanlah seorang selebriti dan dengan begitu tidak memerlukan privasi.
Ini bukanlah penerbangan pertama Dara ke luar negeri. Dia pernah pergi ke Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura sebelumnya, tapi selama ini dia hanya mampu terbang di kelas ekonomi. Buntutnya Dara harus duduk dengan tidak nyaman di kursi irst class pertamanya untuk penerbangan yang memakan waktu 90 menit itu. Blu duduk di sebelahnya, di window seat, sedangkan dia duduk di aisle seat. Jo yang duduk di seberang gang kabin kelihatan sibuk dengan iPad-nya. Keningnya berkerut penuh konsentrasi dan jari telunjuknya beberapa kali meluncur di atas layar iPad.
Blu menjulurkan tubuhnya di hadapan Dara agar bisa berbicara dengan Jo tanpa harus berteriak mengalahkan suara mesin jet.
Sudah sampai level berapa, Mas"
Sssttt, Mas lagi konsentrasi, balas Jo tanpa mengangkat tatapannya dari layar iPad.
Pfttt, cuma main Angry Birds aja segitu seriusnya. Sudah aku bilang jangan mulai main, lihat kan sekarang, sudah ketagihan, ucap Blu tersinggung karena dicuekin dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Dan Dara menggigit bibirnya mencoba menahan tawa.
JETlAg EGITU mendarat, Dara langsung membeli makan malam untuk mereka bertiga sebelum menuju hotel. Dara harus puas dengan fast food untuk malam ini. Besok dia akan pastikan Blu mendapatkan makanan yang lebih sehat. Setelah makan malam dan mandi Blu langsung terkapar di tempat tidurnya, meninggalkan Dara sendirian memindahkan semua isi kopernya ke lemari.
Dara baru saja menutup koper yang sudah kosong dan mendorongnya ke dalam lemari ketika terdengar ketukan pada connecting door yang menghubungkan kamarnya dan Blu dengan kamar Jo. Yep, Jo bersikeras bahwa kamar mereka harus punya pintu penghubung. Katanya untuk jaga-jaga kalau ada orang asing yang mencoba masuk ke kamar mereka. Berbagai macam argumen yang dikemukakan Dara hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Akhirnya Dara harus mengalah ketika melihat Blu sudah siap menarik kopernya kembali ke bandara melihat mereka berdebat di depan konter check-in hotel.
Sekilas Dara memperhatikan pakaian yang dikenakannya. Celana piama dan kaus kedodoran yang sudah lusuh tapi sangat nyaman dipakai tidur. Kata-kata Panji yang akhirnya membolehkannya pergi ke Singapura setelah dibujuk habis-habisan oleh Dara, terngiang di kepalanya ketika tunangannya itu mengantarnya ke bandara.
Pastikan dia nggak macam-macam dengan kamu. Oke" Jangan sampai berduaan sama dia juga. Kamu akan ada di negara orang, dan kita nggak tahu hukum di negara itu. Jangan minum alkohol atau segala sesuatu yang kamu nggak tahu campurannya. Stick with softdrinks atau air dari botol atau kaleng, jadi nggak akan ada yang bisa memasukkan obat-obatan terlarang ke dalam minuman kamu. Langsung hubungi saya kalau ada apa-apa, saya akan langsung ke Singapura kalau kamu membutuhkan saya.
Dara tertawa. Kamu nih parno deh. Jo itu artis, bukannya serial killer. Lagi pula Blu akan ada di sana. Aku yakin Jo nggak akan mencoba macam-macam di depan adiknya.
Panji mendengus dan berkata, Kita ini sedang membicarakan Jo Brawijaya. Nggak ada satu hal pun yang dia nggak akan lakukan kalau ada kesempatan. Kalau dia bukan artis, aku yakin dia bisa jadi serial killer yang senang membuat korbannya mabuk dulu sebelum dia melakukan aksinya.
Puas karena sudah mengikuti kata-kata Panji dengan memakai pakaian yang jelas-jelas tidak akan membuat laki-laki mana pun tertarik padanya, Dara membuka pintu dan menemukan Jo sedang berdiri di ambang pintu mengenakan celana piama dan... nothing else. Dara bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri semua otot di tubuh Jo dengan segala tatonya. Pikiran bahwa iklan body wash Jo menggunakan tubuh orang lain atau mungkin teknik kamera, punah.
HOLY HELL!!! Ini tidak seseksi yang di iklan, tapi cukup dekat. Tunggu sebentar, kalau nggak salah tadi Dara melihat dua botol Evian di kamarnya. Mungkin dia bisa menyemprotkannya ke tubuh Jo untuk mendapatkan efek basah sedang mandi itu. Atau lebih baik lagi, menggeret Jo ke kamar mandi, memaksanya berdiri di bawah shower dengan semprotan air sekencang-kencangnya, dan memaksa laki-laki itu menyentuh dirinya sendiri (no no no... maksudnya adalah menggunakan sabun untuk menyabuni dirinya...) sementara Dara merekamnya.
Lain dengan rencana Adri yang kemungkinan besar ingin menjual video itu, yang Dara inginkan adalah menyimpannya untuk lain waktu kalau dia sedang kesepian sendiri di rumah. SHIT SHIT SHIT. STOP IT STOP IT STOP IT. Dara memaksa dirinya untuk berhenti memikirkan yang tidak-tidak dan berhenti memperhatikan dada Jo yang superbidang, perut Jo yang six packs, dan menarik matanya ke atas untuk menatap mata Jo.
Blu sudah tidur" tanya Jo pelan.
Selama beberapa detik Dara tidak bisa menjawab. Dia memang mendengar Jo berbicara, tapi tidak bisa mencernanya. Yang ada di pikirannya adalah: jangan lihat dadanya, jangan lihat perutnya. Fokus ke matanya, matanya, MATANYAAA... Dara"
Ya" Are you okay" NO, I m not okay. Betul-betul tidak adil. Setidak-tidaknya yang bisa dia lakukan dengan wajah ganteng seperti itu adalah memiliki perut buncit.
Sekali lagi dia mendengar Jo memanggil namanya dan dia mengucapkan hal pertama yang terlintas di kepalanya, Jetlag. Jetlag"
He-eh. Perhatiannya sudah kembali pada dada Jo.
Perbedaan waktu antara Jakarta dan Singapura hanya satu jam, kamu nggak mungkin jetlag.
Dara mendengar dirinya berkata, Right. Dara"
Ehm" Wow, simbol yin-yang di dadanya ternyata lebih besar daripada yang dia kira. Dara ingin menunduk untuk membaca ayat Alkitab di tulang rusuknya, dia juga ingin memutar tubuh Jo untuk memastikan bahwa laki-laki itu memiliki angka 2 di tulang bahunya.
Berhenti ngelihatin saya seperti itu kalau kamu nggak mau mendapati diri kamu telanjang di atas tempat tidur saya dalam waktu lima detik, geram Jo.
Dara menarik napas, shock mendengar kata-kata Jo. Perhatiannya sudah kembali pada wajah Jo yang kelihatan sedang bersusah payah mengontrol dirinya. Mata Jo kelihatan tidak fokus. Napasnya memburu. Kedua tangannya sudah mencengkeram lengan Dara bagian atas. When did that happen" Dara bahkan tidak sadar Jo sudah menyentuhnya.
Go to sleep, Dara. Putar tubuh kamu, tutup pintu, kunci, dan pergi tidur. NOW!!! geram Jo.
Sadar akan apa yang akan terjadi selanjutnya kalau dia tidak segera bertindak, buru-buru Dara melepaskan diri dari cengkeraman tangan Jo, memutar tubuhnya, menutup pintu penghubung ke kamarnya, dan menguncinya.
Jo terbangun dengan kepala sedikit pusing. Dia mengangkat tubuhnya untuk menarik jam tangan yang tadi malam diletakkannya di atas nakas. Pukul 6.00 waktu Jakarta, berarti pukul 7.00 di Singapura. Masih terlalu pagi baginya untuk bangun.
Melalui jendela yang tirainya dibiarkannya terbuka tadi malam, langit sudah mulai terang. Universal Studios tidak akan dibuka hingga pukul 10.00. Dia masih punya waktu tiga puluh menit lagi untuk tidur.
Kejadian tadi malam kembali memenuhi memorinya. Jo mendesah dan mengangkat kedua tangannya menutupi matanya, mencoba menenangkan pikiran. Setelah sepuluh menit dia menyerah dan menatap langit-langit kamarnya. Dia memang berencana untuk menggoda Dara dalam perjalanan ini. Tapi kenyataannya adalah bahwa ketika dia mencoba melakukannya tadi malam, dia tidak bisa. Dia tidak mau dan tidak bisa memaksa Dara untuk menginginkannya. Yang dia mau adalah, kalau Dara sampai menerimanya, itu karena Dara rela dan mau melakukannya. Ketakutan pada wajah Dara menghantuinya. Mudah-mudahan Dara tidak berpikir bahwa dia laki-laki buaya atas tingkah lakunya tadi malam.
What the heck am I talking about" Gue memang laki-laki buaya yang nggak pantas dipercaya oleh wanita mana pun, omel Jo dalam hati.
Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri Jo mendengar pintu kamarnya diketuk. Bukan connecting door, tapi pintu depan. Dia tidak menghiraukan ketukan itu dan menutup matanya. Tapi ketukan itu berbunyi lagi dan dengan kesal dia pun bangun dari tempat tidur. Kalau itu adalah housekeeping, dia akan mengajukan keluhannya kepada manajer hotel. Ketika sampai di depan pintu kamar dia melihat selembar koran di atas karpet di depan pintu. Dia mengangkat koran itu dari lantai dan mengintip pada peep hole.
Dia harus mengedipkan matanya berkali-kali untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak salah lihat. Nggak salah lagi, di balik pintu kamarnya adalah Dara. Meskipun kelihatan agak lelah dan sedikit nervous, tapi itu adalah Dara. What the hell... Apa yang dia mau pagi-pagi begini" Jangan bilang dia mau... no no no... nggak mungkin. Mungkin dia mau mengundurkan diri dari pekerjaannya karena kejadian tadi malam" Oh please God, jangan sampai itu terjadi. Apa jangan-jangan telah terjadi sesuatu pada Blu" Memikirkan itu Jo langsung membuka pintu kamarnya.
Akibatnya, tangan Dara yang sudah siap mengetuk pintu jadi mengetuk dada Jo yang sekali lagi tanpa kaus. Menyadari hal ini Jo menyumpah dan langsung bergegas ke lemari untuk menarik kaus pertama yang ditemukannya. Buru-buru dia memakainya. Ketika dia menoleh, Dara masih berdiri di ambang pintu.
Apa sesuatu sudah terjadi pada Blu" tanya Jo sambil menghampiri Dara.
No, semuanya baik-baik aja. Blu masih tidur, jelas Dara. Apa kamu baik-baik saja" tanya Jo hati-hati.
Bukannya menjawab pertanyaan Jo, Dara berkata, Hari ini ulang tahun Blu.
I know that. Saya nggak tahu tradisi di keluarga Blu, tapi tradisi di keluarga saya adalah menyanyikan lagu Panjang Umurnya untuk membangunkan yang ulang tahun. Saya cuma mau tanya apa kamu mau melakukan itu dengan saya.
Suatu pemahaman muncul pada diri Jo dan dia berkata, Oh... o-oke. Apa dia juga buka kadonya sekarang atau nanti" Sekarang.
Kalau gitu tunggu sebentar. Jo baru saja akan masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil kado Blu, CD terbarunya Justin Bieber, satu set seri novel remaja terbaru yang menurut Jo akan disukai Blu, dan gift card MNG, ketika sadar bahwa Dara masih tidak beranjak dari posisinya di ambang pintu.
Kamu masuk aja, Dara. Nggak usah berdiri di depan pintu begitu, undang Jo.
Dara langsung menggeleng. Saya tunggu di sini aja. Dalam hati Jo menyumpah, rasa serbasalah menyelimutinya. Satu-satunya hal yang dia syukuri adalah bahwa Dara setidaktidaknya tidak kelihatan marah padanya. Buru-buru dia menarik kadonya dari dalam tas, mengantongi kartu kunci, dan keluar mengikuti Dara sebelum memasuki kamar wanita itu. Jo merasa seperti seorang idiot ketika keluar melalui pintu depan padahal mereka memiliki pintu yang menghubungkan kedua kamar, tapi dia tetap mengikuti Dara.
Blu masih tewas di tempat tidurnya. Mulutnya agak sedikit menganga. Jo terkekeh melihat pose tidur adiknya. Mungkin dia bisa mengambil foto dan menggunakannya sebagai senjata pada saat-saat Blu tidak mau menuruti keinginannya. Jo sadar kembali ketika merasa tangan Dara mendorongnya menuju sisi tempat tidur. Dan dengan anggukan dari Dara mereka mulai menyanyikan lagu Panjang Umurnya sekencang-kencangnya.
Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia...!
Blu yang jelas-jelas terkejut langsung bangun dari tidurnya dengan rambut acak-acakan, mata terbelalak, dan bekas bantal pada pipinya. Jo terkekeh melihat reaksi adiknya, tapi dia tetap menyanyi.
Aduuuhhh, ngagetin orang aja deh pagi-pagi begini!!! omel Blu ketika akhirnya sadar dari tidurnya.
Omelan Blu itu disambut dengan Dara dan Jo mengulangi lagi lagu Panjang Umurnya dengan tempo lebih cepat dan lebih keras, membuat Blu akhirnya tertawa cekikikan.
Selamat ulang tahun ya, Blu, ucap Dara dan mencium pipi Blu setelah mereka selesai menyanyi.
Jo pun mengikuti jejak Dara dan melakukan hal yang sama. Dia kemudian menyerahkan kado-kadonya pada Blu.
Ini semua untuk aku" tanya Blu dengan mata melebar melihat bungkusan-bungkusan kado yang sekarang ada di pangkuannya.
Dan dengan anggukan dari Jo, Blu langsung merobek bungkus kado tanpa belas kasihan.
Aggghhh... Justin Bieber!!! teriaknya ketika melihat cover CD. Dia juga berteriak gembira ketika melihat gift card dari MNG. Dia kelihatan agak sedikit bingung ketika melihat satu set novel iksi ilmiah remaja yang dibelikan Jo, tapi kemudian tersenyum.
hank you, Mas, ucap Blu dan beranjak dari tempat tidur untuk memeluk Jo yang duduk di kaki tempat tidur.
Kamu suka kadonya" tanya Jo sambil membalas pelukan Blu.
Of course. You re welcome then. Blu kemudian melepaskan Jo dan kembali duduk dekat bantal sambil memeluk dengan posesif kado-kadonya. Jo tersenyum melihat tingkah laku adiknya.
Ini dari Mbak dan mama kamu, ucap Dara sambil menyodorkan bungkusan kadonya.
Oh, Mbak nggak perlu kasih kado ke aku, ucap Blu, tapi dia tetap meraih kado itu dan merobek bungkusannya.
Jo mendekat agar bisa melihat apa yang telah dibelikan Dara untuk adiknya. Ternyata Dara membelikan Blu sebuah album foto berwarna biru langit. Baru ketika Blu membukanya Jo sadar bahwa itu bukan sekadar album foto, tapi scrapbook yang dipenuhi foto-foto Blu. Jo beranjak dan berdiri di samping Blu agar bisa melihat scrapbook itu lebih jelas. Foto ketika Blu masih bayi, TK, dan SD, terkadang sendirian atau bersama dengan Papa dan Poppy, mengisi beberapa lembar pertama scrapbook itu.
Oh, my God. Aku nggak nyangka foto-foto ini masih ada. Dari mana Mbak dapat foto-foto ini" tanya Blu sedikit terkesima.
Dari mama kamu. Beberapa minggu yang lalu Mbak pergi ke rumah kamu untuk mencari foto-foto ini. Habis itu Mbak bawa ke tukang foto untuk di-scan supaya kamu punya versi digitalnya.
Dara menunjuk sebuah CD yang tersemat di balik cover belakang album tersebut.
Blu berlanjut melihat-lihat beberapa foto yang lebih baru. Ketika dia sedang latihan vokal dengan Joyce kelihatan supergarang, main dengan Goldie di halaman depan rumah, membaca novel dengan serius sambil mendengarkan iPod di sofa ruang tamu, tertawa dengan teman-temannya di sebuah foodcourt, belajar masak dengan Bi Uti, geladi resik konser dan sesi meet and greet-nya, di dalam kamar gantinya dikelilingi tim make-up sebelum konser dan sesudah konser dikelilingi semua kru konser, serta foto Blu pada malam pesta tahun baru berdiri di sebelah remaja cowok yang ditebak Jo adalah William. Kebanyakan dari foto-foto yang diambil kelihatan candid, karena Blu kelihatan tidak berpose sama sekali.
Dua halaman terakhir album tersebut diisi dengan foto-foto Blu bersama Jo. Salah satu foto itu menunjukkan Blu kelihatan supercemberut. Jo ingat kapan Dara mengambil foto itu, yaitu ketika mereka main scrabble beberapa minggu yang lalu. Pada foto itu Blu dan Jo sedang berdebat tentang kata git . Apakah kata tersebut bisa digunakan ketika main scrabble" Blu berkata bahwa slang tidak diperbolehkan, tapi Jo berkeras bahwa git bukan slang, akhirnya mereka harus memburu sebuah kamus untuk membuktikan siapa yang benar.
Beberapa foto lainnya termasuk foto ketika Jo masih SMA dan menggendong Blu yang masih balita, serta foto dia memeluk Blu setelah konser. Kedua foto itu diletakkan bersebelahan. Jo tidak tahu apakah dia harus senang karena Dara sudah menghabiskan banyak waktu mempersiapkan kado ini, atau khawatir karena tanpa dia sadari Dara sudah mengambil fotonya dan Blu tanpa seizinnya. Satu lirikan kepada Blu mengatakan bahwa dia jelas-jelas tidak peduli akan itu.
Blu mengucapkan terima kasih dengan memeluk Dara dan menelepon Poppy untuk mengucapkan terima kasihnya. Ketika Blu sedang berbicara di telepon, Dara membuka lemari pakaian dan mulai menarik sebuah kaus dan jins dari dalamnya. Jelasje las dia sedang mempersiapkan diri untuk aktivitas hari itu.
Menyadari bahwa sesuatu yang sangat simple seperti Dara mempersiapkan diri, membuat Jo merasa seperti seorang pengintip, dan Jo merasa tidak nyaman.
Saya sebaiknya juga bersiap-siap. Kita ketemu lagi jam setengah sembilan untuk sarapan, ucap Jo setelah melambaikan tangan pada Blu dan berjalan kembali ke kamarnya.
rollErCoASTEr J O mendapati separo tubuhnya basah kuyup setelah Jurassic
Park Rapids. Jas hujan yang dikenakannya bisa menyelamatkan kausnya, tapi itu tidak membantu celana pendek, sandal, dan rambutnya sama sekali. Rambut Blu dan Dara juga basah, tapi karena keduanya mengenakan celana pendek yang jauh lebih pendek dari celana pendek Jo, hanya sandal dan kaki mereka yang basah. Jo berterima kasih bahwa Dara mengusulkan untuk membawa pakaian ganti. Setelah memastikan tidak ada lagi permainan yang akan membuat mereka basah, Jo bergegas ke kamar mandi untuk mengganti celana pendeknya dan mengeringkan rambutnya yang agak-agak berbau klorin. Great, dia harus mencuci rambut dua kali malam ini untuk menyingkirkan segala kuman yang kemungkinan menempel pada rambutnya sekarang.
Dia tidak percaya bahwa dia sudah menghabiskan hampir 500 dolar Singapura dan waktu paginya menyiksa dirinya menaiki satu permainan ke permainan yang lain. Semuanya dimulai dari Battlestar Galactica, dan Blu memaksa untuk naik dua kali. Satu kali dengan versi Human , satu kali lagi dengan versi Cyclon . Jo cukup menyukai rollercoaster waktu dia berumur belasan tahun, tapi tidak ketika dia berumur 30 tahunan seperti sekarang. Banyak orang mengatakan bahwa naik rollercoaster sudah seperti seks, dengan segala stimulasi isik dan mentalnya. Karena Jo lebih senang seks jenis vanila dengan hanya satu wanita setiap kalinya, dia yakin dia tidak akan pernah naik rollercoaster jenis apa pun lagi sepanjang hidupnya.
Setelah rollercoaster mereka mencoba permainan Transformers yang menurut Jo cukup cool karena Optimus Prime. Lalu mereka bergerak ke area Ancient Egypt, di sana mereka menaiki permainan Revenge of the Mummy yang membuatnya kehilangan pendengaran pada telinga kanannya selama beberapa detik karena Blu berteriak sekencang-kencangnya di telinga tersebut. Jo mulai menyesali usulnya mengajak Blu ke Universal Studios. Adiknya itu begitu antusias dengan pengalaman ini, sementara dia sudah mau menembak dirinya dengan pistol.
Setelah keluar dari kamar mandi dengan celana pendek baru dan rambut lebih kering minus jas hujan, mereka langsung ke foodcourt untuk makan siang dan harus agak sedikit berlari setelah itu agar tidak ketinggalan pertunjukan Waterworld. Untung saja Dara mengusulkan agar mereka duduk di belakang, jadi tidak kena semprotan air ketika salah satu aktor yang menaiki jetski sengaja membanting jetskinya sedekat mungkin dengan penonton, otomatis menyemprot penonton yang duduk di bagian depan.
Perlahan-lahan mereka berjalan menuju Far Far Away untuk meet and greet dengan Fiona, Shrek, Donkey, dan Puss in Boots. Begitu melihat karakter-karakter animasi ini Blu langsung berteriak minta difoto. Jo ingat akan candaannya dengan Dara beberapa waktu yang lalu dan dia melirik Dara yang sedang mencoba menyembunyikan senyumnya. Jelas-jelas Dara juga ingat akan candaan itu dan apa yang terjadi setelahnya. Dengan sabar mereka mengantre, menunggu giliran berfoto.
Blu sana berdiri sama Mas Jo, biar Mbak ambil fotonya, ucap Dara ketika giliran mereka tiba.
Mbak Dara ikutan dong foto bareng sama kami, teriak Blu sambil melambaikan tangannya semangat.
Dara baru saja akan menolak, tapi Jo langsung mengambil kamera dari tangannya dan meminta orang yang mengantre di belakang mereka untuk mengambil foto. Jo lalu menarik Dara menuju Shrek dan kawan-kawan yang menunggu dengan sabar, dan Blu yang kurang sabar. Jo memilih berdiri di samping Shrek yang memeluk pinggang Fiona. Dia merasa agak jengkel ketika Dara melepaskan diri dari pegangannya dan justru lari ke samping Blu yang berdiri di sebelah Puss in Boots dan Donkey. Jelas-jelas perempuan satu ini tidak mau tertangkap difoto berdiri di sebelahnya. Mungkin untuk mencegah gosip yang tidaktidak tentang mereka atau karena dia tidak mau foto itu sampai jatuh ke tangan tunangannya.
Blu yang puas dengan foto ini menggeret Jo dan Dara ke Shrek 4d Adventure. Jo masih bisa menoleransi permainan ini, tapi tidak Enchanted Airways yang dia yakin dibuat untuk anakanak berumur sepuluh tahun ke bawah.
Nggak mau. Memangnya Mas umur sembilan tahun apa naik begituan" gerutu Jo.
C mon, Mas. Sudah sampai di sini kan tanggung. Mendingan naik sekalian, pinta Blu sambil menarik tangan kanan Jo.
Sudah sana kamu naik sama Mbak Dara, Mas tunggu di sini.
C mon, be in touch with your kiddy side and come with us, bujuk Dara.
No way, bantah Jo. Apa yang kami harus lakukan agar Mas Jo mau ikut sama kami" tanya Blu masih tidak melepaskan tangan Jo.
Jo berpikir sejenak. Tatapannya jatuh pada Blu yang menatapnya penuh antisipasi dan Dara yang menaikkan alisnya menunggu. Kemudian satu ide muncul di kepalanya. Dengan satu desahan, seakan dia tidak rela melakukannya, dia berkata, Cium dulu, sambil mengetuk pipinya dengan jari telunjuknya.
Blu terkekeh dan langsung mencium pipi Jo yang sudah membungkuk untuk mengakomodasi ketinggian Blu.
Muaaahhh. Oke, let s go, ucap Blu, melepaskan tangan Jo dan siap bergegas menuju Enchanted Airways.
Tunggu dulu. Itu baru dari kamu. Yang dari Mbak Dara mana" Pertanyaan Jo ini membuat Blu menoleh.
Mata Dara melebar mendengarnya. Kenapa saya harus cium kamu juga" tanyanya penuh kecurigaan.
Jo betul-betul ingin tertawa melihat ekspresi itu. Perempuan ini memang tahu segala trik kotor laki-laki rupanya.
Karena kan kalian berdua yang minta saya menaiki permainan ini, jadi adil kan kalau saya minta dua ciuman" jawab Jo tenang.
Dara menyipitkan matanya dan berkata penuh kemenangan, Blu, sana kamu cium Mas Jo sekali lagi.
Oh no no no no... Satu orang, satu ciuman, itu peraturannya, protes Jo.
Mana peraturannya" Coba saya mau lihat, balas Dara. Hak saya untuk mengatakan iya atau tidak. Peraturan saya yang harus diikuti, tandas Jo.
Jo tersenyum melihat Dara yang sedang bertolak pinggang di hadapannya. Dia yakin Dara tidak akan melakukannya, meskipun itu tidak menghentikannya dari berharap.
Oh God, buruan deh, Mbak, cium Mas Jo. Keburu sore nih, nanti nggak cukup waktu untuk naik yang lainnya, omel Blu dengan tidak sabar.
Gimana kalau kita naik permainan ini berdua aja, biar Mas Jo nunggu di sini, ucap Dara dan mencoba menarik Blu.
Nggak mau. Hari ini hari ulang tahunku dan aku mau naik semua permainan dengan Mas Jo dan Mbak Dara. Blu bergeming dari posisinya.
Jo terkikik ketika melihat Dara menatap Blu seakan ingin membolongi kepalanya dan dia tidak bisa menahan diri untuk menambahkan, It is her birthday, dan nggak baik menolak kemauan yang ulang tahun pada hari ulang tahunnya.
Dara menatap Jo dengan mata berapi-api sebelum akhirnya mengaku kalah dan melangkah mendekati Jo. Jo langsung memasang pipinya dan dengan ragu-ragu Dara mendekatkan wajahnya pada wajah Jo. Pada saat itulah dia mendengar bisikan Dara.
Asal kamu tahu aja, ini yang terakhir kali saya akan melakukan ini. Paham"
Jo mengangguk tanda mengerti. Kalau ini memang terakhir kali Dara menciumnya, dia akan pastikan bahwa ciuman tersebut akan meninggalkan bekas di memorinya. Akan lebih baik lagi kalau ada orang yang mengenalinya dan mengambil foto tersebut kemudian menjualnya ke tabloid. Foto itu jelas-jelas akan membuat tunangan Dara berpikir dua kali sebelum menikahinya, dan memberikan jalan pada Jo untuk mendapatkan Dara tanpa perlu ada paksaan darinya.
Ketika bibir Dara hanya sekitar beberapa milimeter lagi dari pipinya, Jo memalingkan wajah agar bibir Dara mendarat pada bibirnya. Dara menarik napas terkejut ketika menyadari lokasi pendaratan ciumannya dan mencoba menarik diri, tapi Jo lebih cepat. Dia langsung mengangkat tangan kanannya untuk meremas leher Dara dan tangan kirinya melingkari pinggang Dara, menahannya agak tidak menjauh. Jo merasakan kedua tangan Dara naik ke dadanya mencoba mendorongnya, tapi dia tidak memperbolehkannya. Dan di depan semua orang di kerajaan Far-Far Away, Jo Brawijaya, drummer paling ganteng se-Indonesia ditemukan sedang mencium Dara Wulandari, asisten adiknya.
Dari sudut matanya Jo melihat beberapa orang mengambil foto mereka. Puas bahwa dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, Jo melepaskan Dara yang menatapnya penuh kemarahan. Kalau mereka sedang tidak di depan umum atau di depan Blu, Jo yakin Dara akan menamparnya bolak-balik. Dan dia tidak akan bisa melakukan apa-apa kalau Dara melakukannya, karena dia memang berhak mendapatkan tamparan itu.
Sedetik kemudian Dara kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Blu yang sedang menatap Dara dan Jo dengan mulut ternganga dan berkata, Oke, let s go.
Dan Dara menggeret Blu untuk menaiki Enchanted Airways, meninggalkan Jo tersenyum simpul. Dia mengalihkan perhatiannya kepada para fotografer yang sedang menatapnya dengan mulut ternganga dan melambaikan tangan kepada mereka sebelum mengikuti Blu dan Dara.
Jo tahu Dara marah besar padanya karena perempuan itu tidak berbicara padanya sama sekali selama sisa tur di Universal Studios atau dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Hal ini tentunya membuat Blu marah pada Jo karena secara tidak langsung dia sudah membuat hari ulang tahunnya berantakan.
Mas Jo sih pakai cium Mbak Dara tanpa seizinnya segala, omel Blu ketika mereka baru saja memasuki rumah sambil menggeret koper-koper mereka.
Mereka berpisah dengan Dara, yang dijemput oleh Panji di bandara. Melihat Dara memeluk Panji seakan laki-laki itu dewa penyelamatnya dan Panji memeluk Dara dengan sangat posesif membuat Jo ingin menggebuki laki-laki itu. Jo harus menahan diri untuk tidak meneriakkan, I kissed your girl. TWICE. What do you have to say about that, dumbass"
Kan Mas sudah minta izin. Mas bilang satu ciuman, bantah Jo, memfokuskan diri kembali pada omelan Blu.
DI PIPI, bukan di bibir!!! teriak Blu.
Bi Uti yang datang menyambut mereka kelihatan terkejut mendengar omelan Blu, tapi Jo hanya melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar Bi Uti tidak menghiraukan Blu yang sedang ngambek ini.
Well, karena itu nggak dispesiikasikan pada awalnya, jadi pada dasarnya di mana aja boleh, kan"
Aaarrrggghhh, you are really annoying, geram Blu putus asa. Aku nggak akan memaafkan Mas kalau sampai Mbak Dara mengundurkan diri gara-gara ini, ancamnya dan berjalan ke arah kamarnya sambil mengentakkan kakinya ke lantai.
Bi Uti menatap Jo dengan mata melebar sebelum mengikuti Blu sambil menggeret kopernya, meninggalkan Jo dengan Goldie yang sedang menamparkan buntutnya pada lantai dan menatapnya dengan penuh harap.
I guess, kamu satu-satunya perempuan yang nggak marah sama aku ya, ucap Jo sambil membelai kepala Goldie.
Goldie mencoba menjilat wajah Jo, tapi Jo sedang tidak mau menerima jilatan itu dan berdiri. Perlahan-lahan dia menarik kopernya ke kamarnya. Dia ingin menelepon Dara untuk minta maaf atas kelakuannya, tapi dia tahu Dara tidak akan menjawab telepon itu begitu melihat namanya pada layar HP. Jo sudah mencoba mencari kesempatan untuk minta maaf berkali-kali selama 24 jam terakhir ini, tapi usahanya gagal. Dara sepertinya menolak tertangkap kamera sedang berduaan dengannya, dan entah kenapa Jo tidak memiliki cukup keberanian untuk minta maaf di hadapan Blu.
Are you okay" Kamu kelihatan distracted. Suara Panji membangunkan Dara dari lamunannya.
Dara sedang mempertimbangkan pro dan kontra kalau dia menceritakan apa yang terjadi di Universal Studios kepada Panji. Tadi malam ketika dia terbaring di atas tempat tidurnya di hotel, tidak bisa tidur karena hatinya terasa berat dan merasa berdosa, dia sudah yakin bahwa dia harus menceritakan kejadian itu kepada Panji. Tapi sekarang, ketika pikirannya sudah lebih fresh, dia tidak terlalu yakin lagi dengan rencananya itu.
Perlahan-lahan dia mulai membuat daftar pro dan kontra di dalam kepalanya.
Pro: * Panji akan tahu bahwa ciuman itu bukan dimulai olehnya * Panji tidak akan terkejut kalau sampai berita itu keluar di media karena Dara sudah menceritakan lebih dahulu padanya (damage control).
Kontra: * Panji akan memintanya berhenti bekerja sekarang juga. * Panji akan membunuh Jo (bukan sesuatu yang buruk karena
pada saat ini itulah yang ingin dia lakukan kepada Jo). * Panji tidak akan bisa memercayainya lagi.
* Dan karena Panji tidak bisa memercayainya lagi, dia akan membatalkan pernikahan mereka.
Menyadari bahwa lebih banyak kontra daripada pro, akhirnya Dara berkata, Nothing. Cuma capek aja.
Panji kelihatan sedikit curiga mendengar kata-kata Dara, tapi dia tidak menanyakan lebih lanjut, dan Dara bersyukur akan itu.
Dara betul-betul bingung menghadapi tingkah laku Jo. Apa dia sudah memberikan sinyal yang membingungkan kepada Jo sehingga laki-laki itu berpikir bisa melakukan apa yang dia sudah lakukan pada Dara tanpa ada penolakan darinya" Oh, kenapa Jo melakukannya" Untuk apa dia melakukannya"
Ketika Dara memutar kembali ciuman itu, dia sadar bahwa ada satu detik ketika dia membalas ciuman Jo dan hal itu membuatnya marah. Bukan hanya kepada Jo karena sudah menggodanya malam sebelumnya dengan tidak mengenakan kaus, kemudian keesokan harinya melancarkan ciuman yang tidak bisa dia tolak, tapi pada dirinya yang membalas ciuman itu. Dara bahkan tidak bisa beralasan bahwa itu hanya releks karena shock seperti ciuman yang lalu. Dia telah secara sadar mencium balik lelaki itu.
Kemarin aku sudah bayar uang muka katering. Mahal banget. Kenapa kita pakai mereka sih"
Pertanyaan Panji menarik pikiran Dara dari Jo. Karena mama kamu bilang makanannya enak dan kamu setuju. Aku sudah bilang mereka mahal, tapi kamu nggak mendengarkan aku, tandas Dara.
Aku nggak ingat pembicaraan itu.
Dara mendesah, mencoba menahan sakit kepala yang mulai menyerangnya. Dia betul-betul tidak ada waktu untuk berhadapan dengan tingkah laku Panji yang tidak mau mengakui kesalahannya ketika keputusan yang dia sudah ambil sebelumnya ternyata salah, dan malah berpura-pura lupa.
Seminggu setelah kepulangan mereka dari Singapura, Jo menunggu dengan tidak sabar hingga foto dirinya mencium Dara keluar di media. Ketika setelah seminggu foto itu tidak muncul juga, Jo harus mengakui bahwa sepertinya permainan kotornya tidak membuahkan hasil. Setidak-tidaknya Dara tidak mengundurkan diri, dan Jo bersyukur untuk itu, meskipun kini Dara juga semakin menjaga jarak dengannya, dan itu membuatnya tidak nyaman sama sekali. Dia betul-betul merindukan persahabatan, perhatian, dan kepedulian Dara padanya.
Did something happened in Singapore that I should know about" tanya Revel ketika mereka sedang main PlayStation di rumah Revel setelah semua pegawai MRAM pulang.
Nothing happened. Kenapa lo tanya-tanya" Jo mencoba melewati Revel di arena balap.
Revel mencoba menghalangi Jo untuk menyusul dengan membanting mobil balapnya ke kiri. Mobil balap mereka bergesekan selama beberapa detik.
Get of me, man. Let me through, omel Jo. Not on your life, balas Revel.
Jo mengurangi kecepatan mobilnya dan membiarkan Revel berlalu.
Kalau nggak terjadi apa-apa di antara lo dan Dara, kenapa kalian berdua seperti jalan di atas kulit telur setiap kali ketemu" tanya Revel lagi.
Jo mengembuskan napas. Mempertimbangkan apakah dia akan tetap menyangkal atau berkata jujur pada Revel. Dia tahu Revel tidak akan berhenti mengganggunya sampai dia mendapatkan jawaban.
I kissed her, ucap Jo pelan.
Ciuman yang seperti apa yang kita bicarakan di sini" tanya Revel sedikit berhati-hati.
Bukan yang bersahabat, I can tell you that much, jawab Jo.
Revel mendesah. Semua orang di MRAM tahu bahwa sesuatu seperti ini cepat atau lambat akan terjadi di antara Jo dan Dara. Ketertarikan mereka satu sama lain terlalu nyata. Revel cukup terkejut bahwa Jo bahkan menunggu hingga tujuh bulan sebelum mendekati Dara.
Jo, lo tahu kan kalau dia sudah punya tunangan, Revel mencoba memperingatkan.
I know. I just can t help it, though.
Revel terkekeh mendengar jawaban Jo. Dasar si Jo. Mencium cewek bukan kejadian yang langka bagi Jo, tapi ini pertama kalinya Jo kelihatan sedikit tidak nyaman membicarakannya. Sejujurnya, kalau saja Jo bukan sobatnya, Revel mungkin sudah mengategorikan Jo sebagai bajingan, tapi Revel tahu bahwa di balik semua itu, ada seorang teman yang setia dan rela melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Oleh karena itu dia masih bersahabat dengan bajingan satu ini.
Apa lo merasa bersalah karena sudah menciumnya" tanya Revel.
Jo mempercepat mobil balapnya untuk menyalip Revel di tikungan. Setelah puas karena sekarang berada di depan, baru dia menjawab, Tentu aja gue merasa bersalah.
Really" Revel terdengar tidak yakin.
Ah, sobatnya ini sudah cukup mengenalnya dan tahu bahwa dia sudah berbohong. No, not really, aku Jo.
lETTINg go EVEL menekan tombol pause, otomatis membekukan layar TV. Dia menolehkan kepalanya kepada Jo yang sedang menunduk dan berkata dengan nada lebih tajam daripada yang dia rencanakan, Kalau lo berencana mempermainkan Dara, gue sarankan lo berhenti sekarang juga, karena selama Dara masih jadi asisten Blu, secara tidak langsung dia bekerja untuk MRAM. Karena itu gue berkewajiban melindungi dia sebagai pegawai dari segala sesuatu yang mungkin bersifat sexual harassment.
Selama beberapa detik Jo hanya bisa menatap Revel dengan mata terbelalak. Dia tidak percaya sobatnya ini sudah mengancamnya. Revel tidak pernah mengancamnya.
No, gue nggak main-main sama Dara. I really like her, man. I mean really really like her. Dan gue rasa dia juga ada rasa sama gue, jelas Jo.
Jadi kenapa elo kelihatan seperti orang kalah perang begini" Jo mengembuskan napas keras sebelum berkata, Karena Dara nggak akan pernah mau mengakui bahwa dia ada rasa sama gue.
hat sucks for you. Jo melirik kepada Revel sambil tertawa garing. Yeah, tell me about it. Oh!!! Kenapa juga gue nggak bisa suka sama cewek yang masih single, coba" Dari berjuta-juta perempuan di Indonesia yang ngejar-ngejar gue, gue harus suka sama cewek yang bekerja untuk adik gue, sudah punya tunangan, dan sekarang berusaha sebisa mungkin menghindari gue.
Revel terkekeh melihat reaksi Jo yang dramatis ini. Mereka kemudian terdiam sejenak. Masing-masing sudah tidak tertarik lagi dengan balapan mobil mereka dan tenggelam di dalam pikiran masing-masing.
Ina kapan due date-nya" tanya Jo. Dua minggu lagi.
Lo nervous" Yeah. Extremely. Jo menoleh mendengar nada khawatir Revel ini. Why" tanyanya.
Revel kelihatan berpikir sejenak sebelum berkata, Karena gue takut akan terjadi komplikasi pada saat Ina melahirkan, gue takut anak gue terlahir tidak sempurna, gue takut nggak bisa menjadi orangtua yang baik... the list goes on and on.
Wow, thanks karena sudah bikin gue ngerasa hidup gue nggak separah kehidupan lo saat ini, canda Jo.
Revel terkekeh sambil mematikan PlayStation dan beranjak membereskan aksesorinya sebelum memasukkannya ke lemari. So, apa rencana lo berkaitan dengan Dara" tanya Revel. I don t know. I ll igure something out. Rencana yang gue punya sekarang sepertinya nggak bekerja.
Revel menatap Jo ingin tahu, tapi dia tidak mendesak, malah justru berkata, Kasih tahu gue kalau lo perlu bantuan. Jo hanya nyengir. Yeah, thanks man.
Dara menghabiskan sisa bulan Mei dengan menghindari Jo, tapi semakin dia mengelak, Jo justru sepertinya semakin bertekad mendekatinya. Jo selalu ada di mana pun Dara berada, seakan menguntitnya. Dia ada di ruang makan waktu Dara menjemput Blu, di MRAM pada hari-hari dia mengantar Blu latihan vokal, dan di rumahnya waktu Dara mengantar Blu pulang. Jo juga menjadikannya suatu kebiasaan untuk berbicara dengannya seakan kejadian dia menciumnya di depan orang ramai tidak pernah terjadi. Seakan itu semua belum cukup, Jo sekarang senang sekali berdiri terlalu dekat dengannya sampai Dara bisa mencium aromanya dan menyentuhnya, meskipun hanya di bahu, punggung, atau di lengan dan tidak pernah lebih dari beberapa detik.
Pertama kali Jo menyentuhnya Dara ingin mengomel, tapi melihat ekspresi wajah Jo yang kelihatan innocent, Dara berpikir itu hanyalah ketidaksengajaan. Kemudian ketika Jo terus melakukannya setelah itu, masih dengan wajah innocent, Dara bertanya-tanya apakah Jo bahkan sadar akan apa yang dia sedang lakukan. Tapi bagaimanapun, lebih daripada aksi penguntitannya atau amnesianya, sentuhan-sentuhannya ini membuat Dara serasa gila.
Suatu hari, ketika Dara sedang menunduk untuk mengambil tasnya, siap untuk pulang, Jo menyentuh kulit punggungnya, tempat segaris kulit kelihatan karena kaus yang dikenakan tertarik ke atas ketika dia menunduk.
Would you stop doing that, desis Dara ketika dia sudah berdiri tegak lagi sambil menarik kausnya ke bawah dan pada saat yang bersamaan mengambil beberapa langkah mundur menjauhi Jo.
Doing what" tanya Jo dengan tampang tidak bersalah. Menyentuh saya, desis Dara lagi.
Jo mengangkat bahu, mencoba kelihatan tidak peduli. Saya hanya mau memastikan kamu nggak jatuh tersungkur. Kamu nunduk terlalu jauh untuk ngambil tas kamu.
Dara menyipitkan matanya dan berkata, Just... berhenti menyentuh saya, oke"
Dara memutar tubuhnya, bergegas menuju pintu depan. Dia perlu melarikan diri dari Jo. Untung saja besok dia cuti, jadi dia tidak perlu bertemu dengan laki-laki itu, tapi kata-kata Jo menghentikan nya.
Or what" Apa yang akan kamu lakukan kalau saya nggak berhenti menyentuh kamu"
Dara tidak percaya Jo baru saja menanyakan hal ini kepadanya dan secara tidak langsung mengonirmasi bahwa selama ini dia sadar akan apa yang dia lakukan dan sengaja melakukannya.
Apa kamu akan ngelaporin hal tersebut ke tunangan kamu itu" ejek Jo.
Mata Dara melebar mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan nada mengejek itu. Ini pertama kalinya Jo menye butnyebut soal Panji. Dan dia kelihatan tidak rela mengucapkannya, seakan kata tunangan adalah kata yang kotor.
Merasa tersinggung karena Jo sudah memperlakukan Panji, laki-laki yang tidak pernah melakukan apa-apa kepadanya, seperti ini, Dara berkata, Kalau itu yang memang diperlukan untuk membuat kamu berhenti, saya akan melakukannya.
Jo mendengus, Yeah, right, ucapnya. Apa kamu nggak takut dia mulai bertanya-tanya kenapa saya dengan bebasnya bisa menyentuh kamu"
Dara mengerutkan keningnya, dan Jo melanjutkan. Apa dia tahu bahwa kita sudah melakukan lebih daripada hanya bersentuhan"
Jo, stop! ucap Dara. Tapi Jo sepertinya tidak peduli dan menambahkan, Bahwa kita sudah pernah ciuman"
Jo... Dara mencoba menghentikan apa pun yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.
Dua kali. Dan kamu mencium saya balik, kalau mau lebih spesiik lagi. Pupil Jo melebar hingga matanya kelihatan hitam daripada kecokelatan.
Apa Panji bahkan terlintas di kepala kamu waktu bibir saya bersentuhan dengan bibir kamu"
Suara Jo terdengar serak dan lebih dekat. Tanpa Dara sadari, Jo sudah berdiri di hadapannya. Bagaimana lelaki itu melakukannya" Dara bahkan tidak melihatnya bergerak. Dara mendongak untuk menatap mata Jo, dan apa yang dia lihat di sana membuatnya tertegun. Mata itu berapi-api. Ada kemarahan, kesedihan, kekecewaan, kepanikan, keinginan, dan... kerinduan akan sesuatu. Dan Dara curiga sesuatu itu adalah dirinya. What do you want from me" tanya Dara pelan. Jo menutup matanya seakan pertanyaan Dara barusan telah menimbulkan rasa sakit yang tidak terkira. Entah kenapa, tapi melihatnya seperti ini membuat Dara mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Jo yang ditutupi oleh jenggot tipis. Jo meringis tanpa membuka matanya dan Dara buru-buru menarik tangannya, tidak mau menyakitinya. Tapi tangan Jo sudah meraihnya, menahannya. Dara melihat tubuh Jo yang tadinya sudah kaku mulai rileks dan dia mengistirahatkan pipinya pada telapak tangan Dara.
Dara sedikit bingung melihat tingkah laku Jo, tapi tidak berani mengatakan apa-apa atau menarik tangannya. Jo kelihatan lemah, bingung, dan takut. Dara terkejut sendiri dengan keinginannya untuk memeluk Jo, untuk mengusir semua hal yang membuat Jo kelihatan seperti ini, tapi dia tidak berani. Dia takut kalau dia melakukannya, itu akan mengundang hal-hal lainnya yang tidak dia inginkan. Akhirnya dia hanya menunggu.
Entah berapa lama mereka berdiri seperti itu. Dara berterima kasih bahwa Blu memutuskan mengurung diri di kamarnya untuk belajar setelah mandi dan Bi Uti tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali, meninggalkan mereka berdua saja. Kemudian Dara melihat Jo perlahan-lahan membuka matanya, dan Dara tidak bisa menghentikan dirinya dari tersenyum ketika melihat mata Jo yang sudah kembali cokelat.
Jangan menghindari saya lagi, pinta Jo.
Empat kata. Empat kata dengan beribu-ribu makna di dalamnya. Lebih daripada agar dia tidak menghindarinya lagi, Dara tahu Jo menginginkan lebih dari itu. Dia menginginkan sesuatu yang tidak bisa Dara berikan. Dan itu membuat Dara panik.
Jo... Dara mencoba menarik tangannya, tapi Jo mengeratkan genggamannya dan membawanya ke dadanya.
Please, Dara. Saya nggak bisa, Jo, ucap Dara dengan lebih tegas dan sekali lagi mencoba menarik tangannya.
Kenapa nggak bisa" suara Jo terdengar tajam. Apa karena saya mencium kamu di Singapura" Kalau itu alasannya, saya minta maaf, oke" Saya nggak akan melakukannya lagi. Bukan itu alasannya, teriak Dara mulai panik. Jadi kenapa kamu terus menghindari saya"
Dara menggeleng. Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa ini -lah alasan kenapa dia harus menghindari Jo. Karena setiap kali dia dekat dengan Jo, pikirannya berantakan.
Jo, tolong lepasin tangan saya, pinta Dara.
Nggak. Saya akan tetap memegang kamu sampai kamu menjelaskan kepada saya kenapa kamu terus menghindari saya. Jo, please, mohon Dara.
Oh, tolong lepasin tanganku, please. Aku nggak bisa ada di sini sekarang. Aku nggak bisa ngelihat kamu sekarang, teriak Dara dalam hati.
No! tegas Jo. Dan dengan satu kata ini, Dara berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri.
Jo... lepasin saya, lepasin, lepasin... lepas... please... please... Setiap kali Dara mengatakan kata lepas , Jo membalasnya dengan kata no yang semakin tegas. Pada detik itu Dara sadar bahwa dia tidak berdaya di bawah genggaman erat tangan Jo dan dia sudah capek melawan apa yang dia rasakan terhadap Jo.
Beberapa minggu ini adalah minggu-minggu tersulit dalam hidup Dara. Dia mendapati dirinya memikirkan Jo ketika dia sedang bersama Panji. Keinginan untuk bersama Jo pada saat dia mencoba menghindari lelaki itu terasa sangat kuat. Dia tidak pernah merasa sebingung ini tentang perasaannya sendiri sepanjang hidupnya. Pakaian pengantin sudah tergantung di lemari pakaiannya, menunggu hari akan dikeluarkan untuk dikenakan. Tapi dia mendapati dirinya tidak merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan oleh calon pengantin.
Setiap hari dia mendapati dirinya mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Panji adalah laki-laki yang akan dinikahinya, dan semakin dia melakukannya, semakin dia memahami apa yang dikatakan Nadia padanya tentang perbedaan kata perlu dan mau . Dia mungkin memang memerlukan Panji, akal sehatnya mengatakan itu, tapi hatinya... hatinya menginginkan orang lain. Dia menginginkan Jo.
Jo yang kadang-kadang menyebalkan dan konyol, tapi membuatnya kangen kalau mereka tidak bertemu. Jo dengan tawanya yang lepas dan tatapannya yang hangat. Jo yang telah membuatnya merasa nyaman menjadi dirinya sendiri, yang menyukainya dan menerimanya apa adanya. Menyadari hal ini membuat Dara ingin menangis. Semua laki-laki yang dia kenal akan melakukan itu. Mereka awalnya memang berkata bahwa mereka menyukai kepribadiannya yang berani mengemukakan pendapat, tegas dengan pendirian dan mandiri, tapi buntutnya mereka meninggalkannya karena semua hal tersebut juga. Lambat laun kebanyakan dari mereka merasa terancam dengan kepribadian kuat seperti itu. Jo mungkin menyukainya sekarang bak mainan baru, namun nanti setelah efek baru -nya pudar, Dara yakin Jo pun akan meninggalkannya untuk wanita lain yang lebih mudah diatur dan penurut.
Dia merasa bodoh karena sekali lagi tersandung oleh batu yang sama. Begitu lemahnyakah dia hingga sekali lagi dia membiarkan hidupnya didikte oleh keinginannya, bukan kebutuhannya" Tanpa dia sadari pipinya sudah basah oleh air mata dan dia tersedak mencoba menelan tangisnya. No... no... no... dia lebih kuat dari ini. Dia akan melawan ketertarikannya pada Jo, dan dengan kekuatan baru dia melawan Jo lagi.
Detik selanjutnya dia merasakan dirinya ditarik ke dalam pelukan Jo.
Jo memaksa kedua lengannya agar memeluk tubuh Dara dengan selembut mungkin, meskipun yang dia inginkan adalah memeluknya dengan seerat-eratnya, melingkupi seluruh tubuh Dara dengan seluruh tubuh dan jiwanya. Untuk memberikan segalagalanya yang dia miliki. Dia bisa merasakan isak tangis Dara pada pergerakan tubuhnya itu dan dia ingin menendang dirinya sendiri karena sudah menyebabkan Dara dalam kondisi sekarang. Tangisan itu penuh kesedihan dan keputusasaan. Jo betulbetul tidak bermaksud membuat Dara menangis. Dia hanya ingin Dara memberikan penjelasan dan membuatnya mengerti kenapa wanita itu tidak menginginkannya, maka dengan demikian dia bisa mengaku kalah dan mundur teratur.
Oke, that s a lie. Dia tidak akan mengaku kalah dan tidak akan begitu saja mundur setelah mendengarnya. Dia akan introspeksi diri dan berusaha sepuluh kali lipat untuk memenuhi semua kriteria yang diinginkan Dara dari seorang lakilaki. Kini dia sadar bahwa dia bukan hanya merindukan persahabatan dan kepedulian Dara seperti yang dia pikir sebelumnya. Jo merindukan Dara, titik. Dara membuatnya memikirkan bagaimana rasanya bangun setiap pagi di sebelahnya. Membuatnya menjadi orang pertama yang melihatnya setiap pagi, dan orang yang terakhir melihatnya setiap malam. Jo ingin berbagi meja makan, tempat tidur, lemari, dan kamar mandi dengannya. Jo ingin diberi kesempatan untuk berbagi kehidupannya bersama Dara.
Please, let me in, bisik Jo ketika merasakan Dara masih mencoba melawannya, tapi hal itu justru membuat Dara semakin melawan dan Jo harus mengambil alternatif lain.
Dengan selembut mungkin Jo mencium kening Dara dan merasakan perlawanan Dara melemah dan dia mendengar Dara mendesah. Jantungnya hampir meloncat keluar ketika dia merasakan detik saat Dara tidak mencoba menolaknya lagi.
Apa pun yang coba kamu lakukan. Tolong berhenti. Saya mohon, pinta Dara.
Kata-kata Dara membuat hati Jo sakit. Dengan susah payah dia berkata, I can t.
Why" Because I m madly in love with you. Jo tertegun sendiri ketika menyadari pengakuan itu. Dan dia bukannya lari pontang-panting, takut akan perasaannya sendiri, tapi justru merasakan kebebasan. Namun, Jo tahu Dara akan menghilang dalam sekejap mata dari hadapannya kalau dia mengucapkan ini sekarang. Akhirnya, dia harus puas dengan mengungkapkan kata cinta tanpa betul-betul mengucapkan kata tersebut.
Jo mendekatkan keningnya pada kening Dara sebelum mendesah, Because I want you. Lebih dari apa pun juga sepanjang hidup saya.
Dara menggeleng. You don t want me.
I do. Dan kalau saja kamu berhenti menghindari saya untuk satu detik aja, saya tahu kamu juga mau saya.
Jo tidak memberi Dara kesempatan untuk menyangkalnya, dia mengeratkan pelukannya dan menciumnya dengan semua energi dan perasaan yang dia miliki. Wajah Jo sudah ikut basah oleh air mata Dara dan Jo merasa seakan seseorang sedang meremas hatinya. Kalau saja dia bisa menyerap semua kesedihan Dara ke dalam dirinya, dia akan melakukannya.
I m sorry, bisik Jo. Dia tidak tahu kenapa dia mengatakan itu. Mungkin untuk mengatakan maaf karena sudah menguntit Dara selama beberapa minggu ini, membuatnya menangis, menciumnya dengan paksa, atau karena semua itu.
Stop ighting us. Please just give us a chance, pinta Jo di antara ciumannya.
Jo menunggu balasan dari Dara dengan jantung berdebardebar. Kalau Dara menolaknya sekarang, setelah dia memaparkan seluruh perasaannya seperti ini, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, dia yakin jantungnya akan berhenti berdetak. Detik demi detik dan Dara masih juga tidak bereaksi, Jo merasakan hatinya perlahan-lahan mulai retak. Dia sudah mulai putus asa ketika dia melihat Dara mengangguk.
hank you, God, ucap Jo sambil mencium Dara, dan kali ini Dara membalas ciuman itu.
Dia ingin menunjukkan kepada Dara betapa dalam perasaannya dan dia hanya tahu satu cara untuk melakukannya, yaitu dengan menyatukan segala sesuatu yang mereka miliki. Menyadari bahwa mereka berada di ruang tamu, di mana Blu atau Bi Uti bisa memergoki mereka kapan saja, dengan susah payah Jo melepaskan ciumannya dan berkata, Kamar saya.
Dia bahkan tidak mengenali suara itu sama sekali. Suaranya terdengar serak. Tubuhnya bergetar mencoba mengontrol perasaannya yang meluap-luap.
Kamar kamu" tanya Dara pelan.
Jo mengangguk dan rasa panik muncul ketika melihat keraguan di wajah Dara.
Saya nggak akan memaksa kamu melakukan sesuatu yang nggak mau kamu lakukan.
Jo hampir saja mau menarik kembali kata-katanya yang terdengar memaksa ketika dia mendengar Dara berkata, Oke de ngan pelan.
Jo menggandeng tangan Dara menuju kamarnya, sambil berusaha berjalan sepelan mungkin, memberi Dara kesempatan untuk mundur. Tapi Dara hanya mengikutinya tanpa mengatakan apa-apa.
INSECUrITIES ARA terbangun di tempat tidurnya, di kamarnya di rumah, oleh deringan HP, dan memutuskan untuk tidak menghiraukannya. Ini hari cutinya, maka dia tidak perlu ada di mana-mana. Masih diselimuti rasa kantuk, Dara membalik tubuhnya dan meringis ketika merasakan kekakuan ototnya. Menyadari hal ini, matanya langsung terbuka lebar. Flashback tentang kejadian tadi malam perlahan-lahan mengalir kembali. Mengingat apa saja yang dia lakukan tadi malam dengan Jo membuat wajahnya memerah.
The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tadi malam, ketika Dara beranjak turun dari tempat tidur untuk mencari pakaiannya, Jo menariknya kembali ke dalam pelukannya, tidak rela membiarkannya pulang. Dan buntutnya mereka duduk di tempat tidur, Jo bersandarkan bantal-bantal dan Dara bersandar pada dada Jo, ngobrol sampai lewat malam. Jo menghiburnya dengan cerita-cerita masa kecilnya. Betapa dia harus belajar mandiri setelah mamanya meninggal karena papanya tidak pernah ada waktu untuk mengurusnya.
Itu sebabnya kenapa kamu bilang begitu waktu kamu nyuci piring di rumah saya, gumam Dara.
Jo menyentuh dagu Dara, memintanya mendongak. Jo kelihatan bingung dengan kata-katanya ini.
Kamu kelihatan... sedih waktu kamu bilang kamu bisa cuci piring seperti kamu bisa ganti oli mesin mobil, jelas Dara.
Jo melepaskan dagu Dara dan mendengus, Saya bilang begitu"
Dara mengangguk, kini mengistirahatkan kepalanya di bahu Jo agar bisa melihat wajah Jo dari samping.
Saya juga bisa masak sendiri. Bukan gourmet food or anything, tapi saya bisa bikin telur mata sapi dengan kuning telur persis di tengah.
Really" Jo mengangguk dan tersenyum malu-malu mendengar nada antusias Dara. Oh, andaikan aku bisa memasukkan senyum Jo ke dalam botol, ucap Dara dalam hati.
Kalau kamu mau, saya bisa bikinin kapan-kapan, ucap Jo. Sounds great. hank you.
Bayangan Jo berada di dapur dengan mengenakan celemek sambil menggoreng telur untuknya membuat Dara sedikit terharu. Tidak pernah ada laki-laki yang pernah memasakkan apaapa untuknya. Dan tanpa bisa menahan diri lagi, dengan tangan kirinya dia memaksa Jo menolehkan kepalanya dan memberikan ciuman di bibirnya. Ciuman itu bertahan selama beberapa menit, tapi Dara menghentikannya sebelum menjadi terlalu intense.
Bagaimana kamu bisa berakhir berkarier menjadi drummer" tanya Dara sambil menjalinkan jemari tangannya dengan jemari Jo.
Dia merasa dada Jo naik ketika lelaki itu menarik napas dan turun ketika dia mengembuskannya sebelum menjawab, Not by choice. Setelah melihat apa efek drum pada Papa, saya nggak mau dekat-dekat dengan alat musik itu. Setelah Mama meninggal, emosi saya suka tidak terkendali. Saya jadi anak yang pemarah dan senang buat onar di sekolah. Bude Mel, kakaknya papa, yang khawatir dengan tingkah laku saya, membawa saya ke psikolog yang mengatakan bahwa saya memendam banyak kemarahan di dalam diri saya. Kayak saya perlu psikolog saja hanya untuk memberitahu saya soal itu.
Dara terkekeh mendengar komentar Jo ini. Terus" pancing Dara.
Waktu saya umur dua belas tahun dan sudah menjalani terapi selama setahun lebih tanpa hasil yang jelas, psikolog itu mengatakan bahwa mungkin saya memerlukan suatu sarana untuk melepaskan semua kemarahan saya. Pilihannya adalah belajar tinju atau drum, mungkin karena dua hal itu memperbolehkan saya ngegebukin sesuatu.
Kali ini Dara tergelak dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Jo. Dia mencoba membayangkan Jo pada umur dua belas tahun dan membandingkannya dengan Jo sebagai laki-laki dewasa. Apa dia sudah tahu cara menggoda wanita semenjak umur itu" Namun Jo sepertinya tidak sadar bahwa dia sedang diperhatikan dan melanjutkan ceritanya.
Bude Mel nggak memperbolehkan saya mencoba tinju, karena menurutnya itu terlalu ganas untuk anak umur dua belas tahun, jadi saya nggak punya pilihan lain selain drum. Saya nggak pernah nyangka itulah terapi yang saya butuhkan. Saya juga nggak nyangka bahwa saya akan menyukainya, atau bahwa saya ternyata cukup berbakat dengan alat musik itu. I guess it runs in the family.
Jo nyengir ketika mengatakan itu, membuat Dara ingin menciumnya lagi. Gosh, laki-laki ini memang ngegemesin. Dia ingin memasukkan Jo ke boks dan membawanya ke mana pun dia pergi.
Anyway, the rest is history, sambung Jo.
Saya pernah dengar berita bahwa kalau aja kamu nggak kembali ke Indonesia, karier kamu mungkin sudah mendunia. Apa kamu pernah menyesali keputusan kamu itu"
Jo mengangkat bahu. Waktu saya kembali ke Indonesia tujuh tahun yang lalu, band saya di Jerman baru akan tanda tangan kontrak dengan salah satu label musik ternama di Eropa. Tapi karena saya mundur, mereka akhirnya harus mencari drummer baru. Album perdana mereka cukup sukses di Eropa waktu keluar, tapi nggak lama setelah itu mereka bubar. Apakah mereka bisa mendunia kalau aja saya nggak mundur" Kemungkinan itu selalu ada, tapi saya menolak menghabiskan waktu memikirkan sesuatu yang hanya mungkin terjadi. So, untuk menjawab pertanyaan kamu... nggak, saya nggak pernah menyesali pilihan saya untuk kembali ke Indonesia.
Mereka lalu duduk hanya berpelukan tanpa mengatakan apaapa lagi. Setelah beberapa lama Dara sadar bahwa napas Jo sudah semakin dalam dan tangannya sudah tidak lagi memeluk pinggangnya. Dia sudah tertidur. Perlahan-lahan Dara mencoba bangun dari posisinya dan tangan Jo langsung melingkari pinggangnya lagi.
Where are you going" tanyanya dengan suara serak penuh kantuk.
Kamu perlu tidur dan saya harus pulang, jelas Dara sambil memutar tubuhnya agar menghadap Jo. Dia harus menarik seprai yang melapisi selimut untuk menutupi dadanya.
Sekilas, Jo yang masih mengantuk kelihatan terhibur dengan aksi Dara ini, dan itu membuat wajah Dara memerah. Please, stay the night with me, pinta Jo.
Segala sisa kantuk di wajahnya sudah hilang, yang ada adalah tatapan yang menghangatkan hati Dara. Dan selama beberapa detik Dara hanya bisa menatap Jo dengan mata terbelalak.
Is he kidding me" Dia memintaku menginap" teriak Dara dalam hati.
Please, pinta Jo lagi. Kita nggak perlu melakukan apa-apa, hanya tidur sama-sama di sini, sambung Jo.
Melihat cara Jo memohon dan tatapan pada matanya, seakan hatinya akan hancur berkeping-keping kalau dia menolaknya, Dara mendapati dirinya ingin mengatakan Iya . Tapi kemudian dia sadar bahwa kalau dia menginap, Blu dan Bi Uti akan tahu apa yang sudah mereka lakukan.
Saya nggak mau kepergok Blu dan Bi Uti, ucap Dara. Saya yakin mereka nggak akan keberatan. hey love you, you know" balas Jo tenang.
Dia Dia Dia Sempurna 7 Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang Karya S H Mintardja Warisan Iblis 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama