Ceritasilat Novel Online

Into Dark 2

Into The Dark Karya Babyzee Bagian 2


Into The Dark - Baby Zee dari atas sampai bawah. Dia sungguh merasa dipermalukan dan dilecehkan. Lucas
sama sekali tidak melihat ke arahnya. Pria itu memalingkan wajah sejak pengawal
Madam Bertha mulai melucuti pakaian Sheila. "Kau bawa barang bagus," Madam Bertha
berdecak senang, "Apa dia masih perawan?" Butuh beberapa saat bagi Lucas untuk
menjawabnya. Dan saat pria itu melakukannya, suaranya masih datar dan tanpa emosi,
"Ya." 49 | Senyuman licik Madam Bertha kembali
mengembang. Dia menggosok-gosok tangannya dengan tamak, "5000 dollar." "10.000."
Sheila merasa mual. Lucas dan Madam Bertha sedang melakukan tawar menawar.
Untuk dirinya. "Kau memasang harga yang tinggi. 7000 dollar." "9000. Terima atau aku
akan membawanya kembali." Sedikit kelegaan menyusup dalam dada Sheila saat
mendengar kata-kata Lucas. Lucas tidak berniat untuk benar-benar menjualnya. Pria itu
sengaja memasang harga yang tinggi agar Madam Bertha tidak membelinya. "Baiklah,"
kata-kata Madam Bertha langsung mematikan harapan Sheila, "Kau beruntung karena
suasana hatiku sedang bagus saat ini." Wanita itu kembali ke balik meja dan membuka
lemari di bawahnya yang ternyata adalah brankas. Dia mengeluarkan setumpuk uang,
menghitungnya, memasukkan uang itu ke dalam amplop, lalu menyerahkannya pada
Lucas. Sheila terpaku. Dia masih tidak percaya Lucas benar-benar menjualnya. Ke
rumah pelacuran. Pria itu menerima amplop yang diberikan oleh Madam Bertha dan
memasukkannya ke dalam saku jaket. "Senang berbisnis denganmu," Madam Bertha
mengulurkan tangan gemuknya namun Lucas tidak menerima uluran tangan itu. Pria itu
berbalik dan berjalan menuju pintu. Saat itu Sheila menyadari keadannya yang
benar-benar genting. Dia berteriak memanggil Lucas hingga akhirnya pria itu hanya
berdiri diambang pintu sambil membelakanginya. "Lucas! Jangan tinggalkan aku!
Kumohon jangan lakukan ini! Please, jangan lakukan ini, Lucas. Please." Teriakan serta
isakannya memenuhi ruangan. Lucas masih tidak bergerak dari tempatnya. Pria itu juga
tidak menoleh meski Sheila mulai menangis dengan
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pilu sambil memohon padanya. Rahang Lucas mengetat dan otot-otot di pipinya
berkedut. Namun pria itu masih tidak mau melihat ke arahnya. "Selamat tinggal." 50 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Lalu Lucas pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.
Meninggalkan Sheila dengan hati dan harapan yang hancur berantakan. *** 2014 Dia
telah mengamati rumah itu selama beberapa hari ini. Tidak banyak perubahan yang
terjadi. Masih pemandangan yang sama dengan security yang berjaga di depan pagar
dan hanya pelayan yang terlihat di sana. Namun dia harus kembali memastikan. Dia
sudah merencanakan segalanya dengan matang. Dia tidak akan merusaknya hanya
karena hal kecil. Orang yang ditunggunya telah datang. Dia menunjukkan dirinya sedikit
yang tengah bersembunyi disalah satu sudut gedung di seberang jalan. "Hai," gadis
berambut merah wortel menghampirinya dengan wajah berbinarbinar. Dia berusaha
tersenyum melihat kehadiran gadis itu. Bukannya dia tidak menyukai gadis itu. Gadis itu
cukup berguna untuknya, hingga saat ini. Dan setelah dia mendapatkan informasi yang
dibawa oleh gadis itu sekarang, jasa gadis itu sudah tidak dibutuhkan lagi. "Hai," dia
membalas sapaan gadis itu dengan senyum terbaiknya. Mata gadis itu makin berbinar
ketika melihatnya. Semoga dia tidak melakukannya secara berlebihan dan memberi
harapan kosong pada gadis itu. "Bagaimana keadaan di dalam?" "Masih tenang. Kau
tidak perlu khawatir." "Kapan dia akan kembali?" "Tidak dalam waktu dekat. Itu bukan
hanya perjalanan bisnis biasa, dia sedang mencari investor di sana. Tidak akan kurang
dari satu bulan." "Bagaimana dengan adiknya?" "Yang di Connecticut" Kau tidak perlu
khawatir. Wanita itu hampir tidak pernah datang ke sini. Biasanya keponakannya yang
datang berkunjung. Itu pun hanya untuk formalitas. Mereka tidak terlalu dekat. Wanita itu
Into The Dark - Baby Zee seperti lintah penghisap darah dan kakaknya tahu benar bagaimana sifatnya. Tapi dia
adalah 51 | satu-satunya keluarga yang mereka
miliki, jadi mereka selalu berusaha menjaga hubungan baik dengannya." Dia
mendengarkan penjelasan gadis itu dengan seksama. Sejauh ini semuanya berjalan
sesuai rencana. Dia hanya perlu membereskan satu hal. "Kau sudah membereskan
barangmu?" "Aku tidak membawa apa-apa ke sana," gadis itu mengangkat bahu.
"Bagus. Segera pergi sebelum ada yang curiga. Tidak perlu mengajukan surat
pengunduran diri." "Pelayan datang dan pergi di rumah itu. Aku bukan yang pertama
melakukannya." Dia menyeringai. Sempurna. Segalanya sempurna. Setelah
bertahun-tahun, akhirnya Tuhan menunjukkan kemurahan hati padanya. "Ayo pergi," dia
merangkul pinggang gadis itu dan dia dapat merasakan gelenyar senang dari gadis itu
ketika dia melakukannya. "Ke mana?" Dia hampir saja meludah ketika mendengar nada
merayu yang dilontarkan gadis itu padanya. Tapi dia menahan diri. Dia hanya harus
segera menyelesaikannya. "Ke tempat kau akan mendapat imbalanmu." Dia tidak
mungkin salah mengartikan tatapan antusias yang diberikan gadis itu. Dia sudah
meniduri banyak wanita. Satu lagi bukan masalah baginya. Dan gadis ini, hanya akan
menjadi satu wajah lagi yang akan segera dia lupakan. *** 52 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m Bab 7 Lucas berjalan cepat menuruni tangga. Dia masih dapat
mendengar tangisan Sheila. Dia harus segera menjauh dari tempat ini. Namun meski
dia sudah berada di luar, tangisan serta jeritan gadis itu masih terngiang-ngiang di
telinganya. Lucas merogoh sakunya lalu mengumpat saat tidak menemukan rokok di
sana. Dia berjalan menuju bar terdekat. Sekarang dia bisa mabukmabukan tanpa
mengkhawatirkan apa pun. Akan tetapi kakinya tidak dapat melangkah terlalu jauh.
Lucas duduk di tepi trotoar dan membuka topinya. Dia melarikan tangan ke rambutnya,
nyaris menjambak helai-helai tebal itu. Rencananya berjalan dengan lancar. Dia
seharusnya merasa puas. Tapi kenapa pikirannya bertambah kalut dan perutnya serasa
habis dihantam oleh tinju mematikan. Dia ingin muntah. Dalam arti sebenarnya. Sheila
berteriak memanggil-manggil namanya, dan Lucas benarbenar nyaris membawa gadis
itu pergi dari sana. Melindunginya dari segala macam bahaya. Bahaya yang dibuat oleh
Lucas. Tidak. Dia tidak boleh menjadi lemah hanya karena air mata dan isakan penuh
permohonan. Dia telah menunggu sangat lama untuk mewujudkan saat ini. Saat putri
dari Trevor McAdams terpuruk ke neraka yang gelap. Sama seperti dirinya. Tapi gadis
itu tidak tahu apa-apa. Rasa mual kembali merayap naik ke tenggorokan Lucas. Sheila
hanya korban tak bersalah. Korban tak bersalah yang adalah anak Trevor McAdams.
Lucas menggertakkan gigi. Dia telah melakukan hal yang seharusnya. Gadis itu bukan
lagi tanggung jawabnya. Dendamnya sudah terbalas. Habis cerita. Sekarang yang akan
dia lakukan adalah merayakannya dengan menghabiskan uang yang dia dapatkan. Dia
bangkit berdiri. Merasa lebih tenang dengan pemikirannya barusan lalu mengenakan
topi. Sialan. Lucas tidak dapat menipu dirinya sendiri. Dahinya berkeringat dan
tangannya gemetar. Ini bukan dirinya. Dia tidak dapat melakukan hal ini, sekalipun pada
putri Trevor McAdams. Dia tahu dia akan menyesal. Rasanya dia ingin berteriak dan
mengutuki hati nurani sialannya. Lucas berjalan pergi. Kembali ke tempat Madam
Bertha. Dia nyaris berlari saat melakukan itu. Apakah dia terlambat" Jantungnya
berdebar dengan liar memikirkan kemungkinan tersebut. Lucas mengetuk pintu kayu
hitam di depannya, nyaris menggedor dengan kepalan tangannya. "Aku ingin bertemu
Madam Bertha." 53 | Pria yang tadi membukakan
pintu untuknya menatap Lucas penuh selidik. Namun tidak lama karena pintu itu
langsung mengayun terbuka di depannya. Lucas tidak membuang-buang waktu lagi. Dia
membuat Madam Bertha terlonjak dari kursinya saat tiba-tiba saja dia berjalan cepat ke
arah wanita itu. "Apa-apaan ini"!" Wanita itu berseru marah. Lucas merogoh saku
Into The Dark - Baby Zee jaketnya dan mengeluarkan amplop coklat yang belum di bukanya. "Kembalikan dia
padaku," Lucas menyodorkan amplop itu ke depan Madam Bertha. Wanita itu tampak
bingung. Namun dia segera menguasai diri dan berkata tenang. "Bukan begitu cara
kerjanya, Lucas," Madam Bertha berkata licik. Lucas tahu itu. Yang dia tidak tahu,
apakah dia punya cukup uang untuk menebus Sheila kembali. Dia mengepalkan
tangannya, berusaha tidak menghajar wanita culas di depannya untuk melepaskan
emosi, "Berapa?" "12.000." "Kau gila," Lucas mendesis marah, "Apa yang membuatmu
berpikir aku akan membayar sebanyak itu?" "Kau yang putuskan," Madam Bertha
bersandar dengan nyaman di kursinya sambil menyilangkan jari-jari gemuknya. Lucas
benar-benar ingin melompat ke atas meja dan mencekik wanita di depannya. Tapi dia
sadar kalau dia melakukan hal itu, dia tidak akan mendapatkan Sheila kembali.
Lagipula, kedua orang pengawal Madam Bertha yang kini berdiri dengan waspada di
belakangnya, akan mematahkan kedua tangan Lucas sebelum niatnya sempat
terlaksana. Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Jadi dia merogoh dompet, lalu mengeluarkan satu-satunya benda berharga yang dia
punya. Benda yang tidak pernah lepas darinya. Dia meletakkan cincin emas putih
dengan berlian besar di atasnya. Satu-satunya peninggalan ibu Lucas. "Cincin ini
harganya melebihi apa yang kau minta," Lucas menyerahkan cincin di tangannya
dengan enggan. Madam Bertha melihat benda itu dengan mata berkilau penuh
ketamakan. Lucas kembali menarik cincin itu sebelum Madam Bertha sempat
mengambilnya. "Hanya untuk jaminan," dia berkata memperingatkan, "Aku akan
melunasinya begitu punya uang." 54 | Kilatan itu
tidak juga hilang dari mata Madam Bertha, "Satu bulan." Wanita itu berkata dengan
santai. Lucas hampir saja meledak. Bagaimana dia bisa mendapat uang 3000 dollar
dalam waktu satu bulan" Namun alih-alih menyuarakan keberatannya, dia mengangguk
sambil menyerahkan cincinnya. Madam Bertha langsung menyambar benda itu dan
mengamati dengan kagum. Lucas berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri. "Di
mana dia?" "Kamar VIP," kata Madam Bertha tanpa melepaskan tatapannya dari cincin
ibu Lucas. "Apa"!" "Kebetulan ada pelanggan yang secara spesifik menyebutkan
keinginannya. Dan kebetulan, gadis yang kau bawa sesuai dengan kriteria yang dia
minta," dia berhenti saat melihat wajah Lucas yang pucat pasi, "Lebih baik kau
bergegas." Lucas tidak perlu disuruh dua kali. Dia berlari seperti orang kesetanan.
Setibanya di sana, dia berusaha membuka pintu kamar yang di tujunya. Terkunci.
Dengan geram dia menendang pintu itu hingga engselnya nyaris terlepas.
Pemandangan di depannya sudah cukup membuat kemarahan Lucas naik sampai ke
ubun-ubun. Seorang pria yang lebih pantas menjadi ayahnya sedang menindih Sheila.
Gadis itu tidak melawan dan hanya berbaring nyalang dengan pandangan kosong.
Entah apa yang telah di katakan Madam Bertha padanya. Tapi Lucas tahu wanita licik
itu sanggup mematikan semangat apa pun pada gadis-gadis miliknya hanya dengan
lidah berbisanya. Lucas maju dan langsung merenggut pria itu lalu menghantamkannya
ke dinding. Dia butuh memukul seseorang dan tampaknya pria itu adalah sasaran yang
tepat. Lucas melayangkan tinjunya. Berkali-kali. Hingga tubuh pria di bawahnya lemas
seperti seonggok kain basah. Dia bangkit dengan terengahengah, tidak mempedulikan
buku-buku jarinya yang berdarah dan berdenyut. Sheila masih berbaring tak bergerak di
tempat tidur saat Lucas menghampirinya. Dia membuka jaket lalu menyelimutinya ke
tubuh gadis itu yang hanya mengenakan gaun tidur transparan yang sama sekali tidak
dapat 55 | menutupi tubuhnya. Lucas
mengangkat Sheila hingga gadis itu duduk di pangkuannya. "Sheila," dia menepuk pipi
Into The Dark - Baby Zee Sheila perlahan karena sepertinya gadis itu masih tidak menyadari keberadaan Lucas
dan hanya melemparkan tatapan kosong pada dinding di depannya. "Sheila," panggil
Lucas sekali lagi, "Sheila, ini aku. Lihat aku. Ini Lucas." Perlahan-lahan, sinar kembali ke
dalam mata Sheila. Dia melihat sekeliling dengan bingung lalu ketakutan saat menyadari
dia berada dalam pelukan Lucas. "Tidak. Tenanglah," Lucas berusaha menenangkan
Sheila yang meronta untuk melepaskan diri, "Aku datang untuk menolongmu. Sheila,
aku sudah menebusmu kembali. Kau tidak perlu berada di sini lagi." Kata-kata Lucas
segera menghilangkan perlawanan apa pun yang sedang diberikan Sheila. Dia menatap
Lucas dengan mata berkaca-kaca lalu seketika itu juga tangisnya pecah. Dia menangis
keras di dada Lucas hingga air matanya membasahi bagian depan T-Shirt pria itu.
Lucas memeluknya erat sambil menciumi puncak kepalanya. "Maafkan aku. Tidak akan
terjadi lagi. Aku berjanji padamu. Kau aman sekarang. Maafkan aku, Sheila. Maaf."
Lucas terus membisikkan kata-kata menenangkan itu di telinga Sheila, hingga gadis itu
berbaring rileks di pelukannya. Mempercayakan diri sepenuhnya pada Lucas. *** Sheila
bangun saat cahaya matahari menelusup masuk melalui tirai jendela yang terbuka. Dia
duduk sambil mengucek matanya lalu melihat sekeliling. Di mana dia" Ruangan
tempatnya berada terlihat familier. Lalu ingatan akan kejadian hari sebelumnya
menelusup masuk. Lucas menjualnya ke Madam Bertha. Ingatan itu membuat dadanya
terasa nyeri. Sekarang setelah keadaan kembali tenang, berbagai emosi berkecamuk di
hatinya. Dia marah, sedih, dan sakit hati. Namun perasaan itu juga diliputi berbagai
pertanyaan saat dia ingat ketika Lucas datang kembali untuk menolongnya. Pria itu
menebusnya. Sebenarnya, Sheila bertanya-tanya kenapa Lucas melakukan hal itu.
Mungkin Lucas tidak sejahat yang dia sangka. 56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Sheila menyadari T-Shirt besar yang sedang dia kenakan lalu wajahnya langsung
bersemu. Dia ingat semuanya. Lucas membawa Sheila ke apartemennya. Meski
sederhana, namun apartemen studio tempat Lucas tinggal sangat nyaman dan bersih.
Sheila juga ingat bagaimana dia masih terus menangis setelah pergi dari tempat Madam
Bertha dan tidak mau melepaskan Lucas. Pria itu tidak memprotes meski tidak
mengatakan apa pun. Lucas hanya memeluk sambil menggendongnya di sepanjang
perjalanan. Bahkan pria itu yang membantu Sheila membersihkan diri serta mengganti
bajunya saat tiba di apartemen Lucas. Meski sudah jelas Sheila tidak memiliki pakaian
sehingga Lucas memberikan salah satu T-Shirtnya untuk dia kenakan. Pria itu bersikap
begitu lembut padanya. Bahkan dia membiarkan Sheila tidur di satu-satunya tempat
tidur yang ada di ruangan itu. Lalu memberinya ciuman di kening sebelum akhirnya
Lucas tidur di sofa di dekat situ. Rona di wajah Sheila menjalar hingga telinga.
Bagaimana dia akan menghadapi Lucas hari ini" Pertanyaan bodoh. Seharusnya dia
bertanya apa yang selanjutnya akan dilakukan Lucas pada dirinya. Pria itu tidak jadi
menjualnya ke tempat pelacuran, jadi Sheila sudah tidak berguna lagi baginya. Mungkin
pria itu akan melepaskan Sheila. Pemikiran itu membuatnya senang sekaligus sedih.
Namun lamunan Sheila segera diputus saat Lucas tiba-tiba saja muncul. Rambut Lucas
masih basah dan dia hanya mengenakan singlet putih serta celana jeans dan
bertelanjang kaki. Sheila dapat melihat otot-otot yang menonjol di lengan telanjang
Lucas dan kembali bersemu saat mengingat bagaimana lengan itu memeluknya
kemarin. Namun bukan hanya itu yang dia rasakan. Melihat pria itu bersikap seakan
tidak terjadi apa-apa, membuat Sheila ingin menerjangnya. Dia tahu dia akan kalah. Jadi
yang dia lakukan hanya melemparkan tatapan membunuh terbaiknya pada Lucas dari
atas tempat tidur. Tidak mengerikan. Tapi setidaknya menunjukkan bahwa dia masih
marah karena tindakan Lucas kemarin. Lucas membawa dua buah piring di tangannya.
Aroma roti bakar dan telur langsung memenuhi hidung Sheila. Pria itu meletakkan
piring-piring tersebut di sebuah meja panjang di depan sofa. Lucas menoleh ke tempat
Into The Dark - Baby Zee tidur saat melihat Sheila yang sudah bangun. 57 |
"Selamat pagi," Sheila berkata dingin. Pria itu hanya menatapnya lalu berkata singkat,
"Pagi." Lucas kembali menghilang dari pandangan Sheila saat pria itu menuju ke dapur
kecil di dekat sana dan kembali sambil membawa segelas susu dan secangkir kopi.
Sheila ingin menjerit. Lucas mengabaikan kemarahannya. Pria itu tahu dia
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sedang marah dan memilih untuk mengabaikannya. Lucas duduk di sofa dan mulai
mengunyah roti dari salah satu piring. Sheila turun dari tempat tidur dan bergabung
dengannya di sofa. Postur tubuhnya kaku tapi dia kelaparan. Dia akan memakan apa
pun yang diberikan Lucas padanya. Sheila mengambil roti di piring yang satu lagi, tanpa
menatap Lucas. Namun roti yang di makannya sungguh lezat hingga dia mau tidak mau
mendesah nikmat. "Enak," dia mendesah puas saat merasakan butter yang meleleh di
lidahnya. Lucas melirik dari sudut matanya meski tidak berkomentar. Sheila
menghabiskan isi piringnya lebih cepat daripada Lucas. Dia baru menyadari bahwa
dirinya sungguh-sungguh kelaparan. Bahkan tanpa sadar, matanya menatap sarapan
Lucas yang belum habis dengan penuh nafsu. "Kau mau?" Lucas menawarkan salah
satu rotinya pada Sheila dan gadis itu merona saat tersadar akan apa yang tengah di
lakukannya. "Makan saja," Lucas setengah mendorong roti itu ketika melihat Sheila
hanya menatapnya dengan ragu. Sheila mengambil roti yang diberikan Lucas dan
langsung mengunyahnya dengan bersemangat. "Jadi, kuanggap kau sudah tidak marah
lagi." Mendengar Lucas mengatakannya, membuat Sheila teringat kembali akan
amarahnya. Dia meletakkan piring di tangannya sebelum dirinya tergoda untuk
melemparkan benda itu ke wajah Lucas. "Setelah apa yang kau lakukan padaku
kemarin?" Sheila mendengar getaran dalam suaranya. Namun Lucas masih
menatapnya dengan wajah tenang terkutuk. "Aku menyelamatkanmu," pria itu berkata
santai. 58 | "Kau menjualku!" Tiba-tiba Lucas
bangkit dan meraih lengannya hingga dia ikut berdiri. "Kalau kau lupa, biar kuingatkan.
Menjualmu adalah tujuanku sejak awal. Kau beruntung aku berubah pikiran di saat-saat
terakhir. Jangan mengujiku. Karena bisa saja aku berubah pikiran lagi dan
melemparkanmu ke tempat sialan itu!" Lucas tidak meneriakinya. Atau membentaknya.
Namun nada rendah dan mengancam pria itu cukup untuk membuat Sheila merinding
mengingat pengalaman buruknya kemarin. Dia tidak mau mengulanginya lagi. Jadi dia
bertindak bijak dengan tidak menjawab atau berusaha memancing kemarahan Lucas
lagi. Lagipula, kalau dari awal dia tidak begitu bodoh hingga terjatuh dalam perangkap
Lucas, dia tidak akan terjebak dalam situasi ini. Harusnya dia tidak pernah mengabaikan
ketika alarm di kepalanya mulai berdering. Lucas menatap Sheila. Gadis itu tidak lagi
gemetar ketakutan, tapi dia tahu Sheila diam karena takut akan memancing
kemarahannya. Hati nurani sialannya menggeleng tidak senang. Lucas menghela nafas
panjang. Dia tidak marah. Namun dia harus menegaskan sesuatu pada Sheila. Nasib
gadis itu berada di tangannya dan akan lebih baik kalau Sheila tidak pernah melupakan
hal itu. Lucas melarikan tangannya pada rambut di sekitar telinga Sheila hingga
membuat gadis itu menatapnya dengan terkejut. Helai-helai rambut itu terasa sangat
halus di tangannya. Dia menyelipkan sebagian rambut itu ke belakang telinga Sheila.


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lucas berusaha meminta maaf, meski pria itu tidak mengatakannya. Setidaknya pria itu
berusaha. Lucas tidak seburuk itu. Dia memang sering berkata kasar tapi Sheila yakin
Lucas bukan orang jahat. "Boleh aku duduk kembali dan menyelesaikan sarapanku?"
Lucas hanya menatapnya dengan mata melebar tanpa berkedip. Lalu tiba-tiba pria itu
tertawa mendengar permintaannya. Sheila tidak mengerti apa yang lucu dari
kata-katanya. Mungkin karena bagaimana dia dengan cepat dapat menghilangkan
Into The Dark - Baby Zee amarahnya. Sheila bukan orang pendendam. Dan dia memang tidak bisa marah terlalu
lama. Akan tetapi yang membuat kemarahannya lebih cepat surut adalah ketika melihat
Lucas saat ini. Pria itu tertawa lebar hingga Sheila dapat melihat deretan gigi putihnya.
"Kau tertawa," Sheila berkata takjub. Wajah Lucas langsung cemberut. "Apa yang
aneh?" 59 | "Bukan. Kau jarang tertawa
akhir-akhir ini. Padahal saat pertama kali kita bertemu?" "Manis," Lucas memotong
kata-kata Sheila dengan tajam sambil tersenyum sinis, "Kurasa kau mulai melupakan
posisimu saat ini. Aku memang menebusmu kembali dari Madam Bertha, tapi sebagai
gantinya aku menanggung hutang cukup banyak karena dirimu." "Hutang?" Sheila
bertanya bingung, "Berapa banyak?" "3000 dollar," Lucas berkata kesal. Sheila
terkesiap. Itu jumlah yang besar. "Kalau kau membiarkanku menghubungi ayahku,
mungkin aku bisa menolongmu." Kali ini Lucas mendekat padanya sambil
mengacungkan jari seakan ingin menyodoknya. Namun mengurungkan niat karena
merasa menyentuh Sheila bukan ide yang bagus saat dia sedang marah. "Kau
benar-benar lupa posisimu. Kau pikir aku bodoh"! Melapor pada ayah tercintamu agar
kau bisa menjebloskanku ke penjara, hah! Kau adalah tawananku sampai aku
memutuskan yang sebaliknya. Mulai sekarang buat dirimu berguna atau aku akan
menjual ginjalmu untuk melunasi hutang itu." Sheila menatap Lucas dengan tercengang.
Lalu tawa merdu keluar dari mulutnya tanpa bisa dia tahan. "Apa yang lucu"!" Hardik
Lucas saat Sheila tidak juga berhenti tertawa. Gadis itu berusaha keras mengendalikan
diri agar tidak memancing kemarahan Lucas lebih jauh. "Maafkan aku. Hanya saja, kau
masih suka mengancam, Lucas." Sheila merasa pelototan yang Lucas berikan sanggup
melubangi dirinya. "Kau pikir aku hanya menggertak"! Apa kau lupa bagaimana aku
membuatmu gemetaran" Perlu kuingatkan?" Sheila menggeleng kuat-kuat. Tapi dia
sudah tidak terlalu takut lagi pada Lucas. Pria itu menyadarinya hingga bertanya dengan
jengkel. "Kenapa kau tidak takut lagi padaku?" "Karena kau telah menolongku," Sheila
menjawab sambil tersenyum hangat. 60 | Lucas
merebahkan diri di sofa dan menutupi wajah dengan satu tangan. "Aku tahu aku akan
menyesalinya." Sheila hanya tersenyum geli. Lucas bilang dia harus membuat dirinya
berguna. Dia menumpuk piring serta gelas kotor di depannya lalu berjalan menuju dapur
untuk membersihkannya. "Letakkan saja di bak," Lucas masih tidak menyingkirkan
tangan dari wajahnya, "Aku tidak mau kau menghancurkan barang-barangku." "Aku bisa
melakukannya," Sheila berkata defensif. Lucas menyingkirkan tangannya lalu
mengangkat alis dengan tidak percaya. "Aku bisa," ulang Sheila dengan meyakinkan.
Lucas hanya mengangkat bahu lalu berdiri, "Aku akan dengan senang hati menghadiahi
pukulan di bokongmu untuk setiap piring yang kau pecahkan." Wajah Sheila merona
mendengarnya. Dia tahu kata-kata Lucas dimaksudkan untuk mengancam, akan tetapi
entah kenapa malah memberi efek yang berbeda pada dirinya. Perutnya serasa di
hinggapi oleh ribuan kupu-kupu saat membayangkan tangan pria itu berada di
bokongnya. Apapun tujuannya. Namun orang yang telah menciptakan efek itu pada
dirinya hanya berjalan santai melintasi ruangan menuju ke sebuah lemari dengan dua
pintu. Lucas membuka singletnya, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Sheila. Meski
Sheila berusaha keras untuk berpaling, dia tidak dapat melakukannya. Matanya melirik
sedikit untuk melihat pemandangan tubuh setengah telanjang Lucas. Dia tahu dia akan
melihat tubuh dengan otot dan tanpa lemak, tapi bukan itu yang membuatnya memekik
ketika melihatnya. Lucas yang sedang berdiri membelakanginya, membalikkan badan
dengan terkejut sambil memegang TShirt yang belum sempat dia kenakan.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Ada apa?" Dia bertanya waspada. "Punggungmu"," Sheila menunjuk punggung Lucas
Into The Dark - Baby Zee dengan jari bergetar. Lucas langsung mengenakan T-Shirt di tangannya saat menyadari
apa yang di lihat oleh Sheila. Selama ini dia hidup sendiri hingga tidak pernah khawatir
orang lain akan melihat punggungnya. Dia memang tidak akan memenangkan kontes
model apa pun, namun punggungnya memang bukan bagian tubuh yang 61 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m dapat dia banggakan. Bekas-bekas luka yang memanjang
menutupi sebagian besar punggungnya. Bekas luka itu berwarna lebih putih daripada
kulit di sekitarnya, membentuk garis-garis yang saling menyilang satu sama lain. Bahkan
ada beberapa yang lebih dalam hingga menimbulkan tonjolan panjang di beberapa
tempat. "Apa yang terjadi?" Sheila bertanya lirih. Lucas dapat melihat wajah gadis itu
yang nampak sedih. Untung saja. Karena kalau Sheila mengasihaninya, dia akan
membuat gadis itu menyesal. Lucas tidak suka dikasihani. "Sudah lama. Aku lupa," kata
Lucas acuh. Sebenarnya, dia tidak lupa. Dia hanya tidak ingin mengingatnya. "Apakah
masih sakit?" "Aku bahkan tidak punya cukup syaraf di punggung untuk merasakannya,"
dia berkata sinis. "Jadi jawabannya tidak." "Ya Tuhan!" Sheila membekap mulut dengan
kedua tangan dan Lucas melihat bulir-bulir air mata yang mulai jatuh. "Hentikan itu!"
Lucas berkata marah, "Aku sedang tidak punya rokok agar dapat bersabar mendengar
tangisanmu." Sheila mengusap air matanya namun Lucas dapat mendengar isak
tertahan gadis itu. Lucas mengerang. Dia lebih suka mendengar gadis itu menangis
keras daripada melihatnya menahan tangis. Bersikap kasar tidak akan menghentikan air
matanya. Lucas menghampiri Sheila lalu melingkarkan lengannya ke seputar tubuh
gadis itu. Sheila membenamkan wajah di dadanya. Pria itu berusaha meredakan
tangisan Sheila sambil mengusap punggungnya dengan kikuk. Dia tidak tahu cara yang
lain. "Kalau kau menangis begini, aku akan mengkhawatirkanku," Lucas berkata
menggoda. mengira kau sedang "Tapi aku memang khawatir," Sheila mendongakkan
kepala dan menatap Lucas dengan mata berkaca-kaca. Lucas menelan ludah. Dia
sungguh-sungguh menahan diri agar tidak menunduk untuk menciumi air mata di wajah
Sheila. "Aku berterima kasih," dia menjauhkan Sheila hingga sejangkauan lengannya,
"Tapi tidak perlu." 62 | Lucas berbalik kembali
menuju lemari dan mengambil sebuah jaket jeans dari sana. "Kau mau ke mana?" "Cari
kerja. Kau pikir bagaimana aku akan mendapatkan uang 3000 dollar tanpa bekerja?"
"Selama ini kau tidak bekerja?" Pertanyaan Sheila tidak bermaksud merendahkan, murni
hanya rasa penasaran. "Sebenarnya, karena beberapa hari ini aku sibuk, aku terpaksa
melepaskan Lucas adalah menyekap dirinya, hanya dapat berdiri dengan tidak nyaman
di tempatnya. "Jadi saat ini aku agak berharap mereka mau menerimaku kembali," lanjut
Lucas. "Di Twisted Head?" Awalnya Lucas agak bingung dengan pertanyaan Sheila.
Lalu dia tersenyum tipis saat mengingat bahwa Sheila bertemu dengannya di sana.
"Tidak, Manis. Aku tidak kerja di sana. Saat itu aku hanya menggantikan seseorang. Aku
tidak sebodoh itu untuk membiarkan kau tahu aku kerja di mana, apalagi aku telah
menduga kau pasti bawa teman." Harus Sheila akui, dia kagum dengan rencana Lucas
yang matang. Pria ini benar-benar tidak main-main saat telah menemukan korban yang
tepat. Agak miris kalau mengingat itu sekarang. "Lalu, sebenarnya apa pekerjaanmu?"
Lucas merasa tidak ada salahnya kalau memberitahu Sheila saat ini. Toh, gadis itu tidak
bisa pergi ke mana-mana. "Aku bekerja di tempat konstruksi bangunan," Lucas
mengambil topi dan memakainya. "Maksudmu mengangkat batu, membuat dinding,
seperti itu?" tanya Sheila penasaran. "Yah" semacam itulah." "Pantas saja." 63 | R a t u
- b u k u . b l o g s p o t . c o m Lucas mengangkat alisnya penuh tanya. Sheila
langsung menggeleng, "Bukan apa-apa. Lupakan saja." Tidak mungkin Sheila
mengatakan bahwa dia berpikir pantas saja Lucas memiliki tubuh yang cukup berotot.
Pasti karena pekerjaannya. Lucas berjalan menuju pintu dengan Sheila yang mengekor
di belakangnya. "Kau akan pulang jam berapa?" "Tidak tahu." "Lalu apa yang harus
Into The Dark - Baby Zee kulakukan selama kau pergi?" "Seingatku," Lucas berdiri di ambang pintu dengan
tangan memegang kenop sambil tersenyum lebar. Namun kata-katanya sangat berbeda
dengan raut wajahnya. "Itu bukan urusanku, Manis. Sampai nanti." Lalu dia membanting
pintu di depan wajah Sheila dan memutar kunci dari luar. Gadis itu hanya bisa berdiri
terpaku selama beberapa saat lalu mendesah keras. Dia terkurung di apartemen
seorang pria yang telah menculiknya, dengan hanya mengenakan T-Shirt besar lusuh,
dan terancam akan mati bosan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Nasib
sungguh tidak adil padanya. Sheila berjongkok sambil memeluk lutut di tempatnya
berdiri. Ini sungguh konyol, tapi rasanya dia ingin menangis. Dia tidak suka di tinggalkan
sendirian di tempat asing, tanpa seorangpun yang bisa diajaknya bicara. Tiba-tiba saja,
dia mendengar bunyi kunci yang diputar dan pintu di depannya kembali terbuka. Dengan
Lucas yang berdiri di sana. "Jangan bilang kau mulai menangis lagi," pria itu berkata
lesu. "Tidak," Sheila buru-buru menghapus air matanya yang hampir jatuh, "Aku hanya
sedang berpikir apa yang dapat kulakukan." Lucas ikut berjongkok di depannya lalu
menyapukan buku jarinya untuk menghapus sisa air mata di kelopak mata Sheila. "Aku
akan berusaha untuk kembali secepat mungkin. Kalau kau jadi gadis baik dan bersabar
menunggu, malam ini aku akan membawamu makan di luar. Bagaimana?" Sheila
mengangguk dengan bersemangat. Dia akan melakukan apapun agar dapat pergi
keluar meski hanya sebentar. Namun Lucas belum selesai. 64 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m "Tapi kau harus berjanji untuk tidak kabur," Lucas mengeluarkan satu jari
dari kepalan tangannya, "Tidak teriak," dia mengeluarkan jari kedua, "Atau melakukan
apa pun yang menarik perhatian," dia menyelesaikan syaratnya di jari ketiga, "Kalau kau
tidak mematuhinya, maka?" Dia berhenti, berpikir sejenak untuk memikirkan ancaman
yang akan membuat Sheila takut.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kau akan mengirimkan telingaku pada ayahku?" Sheila berkata dengan wajah polos.
Ekspresi yang di berikan Lucas adalah campuran dari kesal dan geli. Meski pria itu
harus menahan senyum saat bicara kembali. "Aku akan mempertimbangkan saranmu.
Jadi, kau akan baik-baik saja kalau kutinggal?" "Aku akan baik-baik saja." "Bagus,"
Lucas meraih siku Sheila dan menariknya agar berdiri bersamanya, "Ada makanan di
lemari es. Kau bisa mandi dan memakai pakaianku dulu untuk sementara. Dan satu hal
yang paling penting. Jauh-jauh. Dari. Kompor," dia memberi penekananan pada setiap
kata, "Aku ingin menemukan apartemenku tetap utuh saat pulang nanti, bukan jadi
tumpukan abu. Paham?" Melihat bibir Sheila yang mengerucut dengan kesal, Lucas
menganggap gadis itu sudah paham. Dia mengusap kepala Sheila sekilas dan kali ini
benar-benar pergi sambil berdoa dalam hati bahwa dia telah melakukan hal yang benar
dengan meninggalkan gadis itu sendirian. *** 65 |
Bab 8 Lucas menepati janjinya untuk kembali secepat yang dia bisa, yang berarti
adalah sore menjelang malam. Dia harus pergi ke beberapa tempat. Ke tempat kerja
lamanya yang untungnya mau menerimanya kembali karena mereka kekurangan orang
lalu mencari pekerjaan tambahan. Menjadi pekerja konstruksi memang memiliki gaji
yang cukup besar mengingat tenaga yang dipakai, tapi tetap saja tidak dapat
menghasilkan 3000 dollar dalam satu bulan. Jadi dia mencoba melamar kerja di
beberapa kafe dan diterima di tempat keempat yang di datanginya. Gajinya lumayan,
meski berarti setelah dari tempat kerja konstruksi dia harus langsung pergi ke kafe
tempat dia akan bekerja. Tidak sulit. Dia hanya berharap tubuhnya dapat menerima
pengurangan drastis pada jam tidurnya. Lucas mengacak rambutnya dengan gemas.
Dia membuat dirinya terjebak dalam apa" Jelas-jelas rencana awalnya tidak termasuk
dalam terjebak dengan seorang gadis yang bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri,
Into The Dark - Baby Zee harus menjalani dua pekerjaan, dan sekarang bingung mencari orang yang akan
menjaga gadis itu selama dia tidak ada di rumah. Hidupnya sungguh runyam. "Kau
baik-baik saja?" Sheila menatapnya dengan cemas dari atas kepala Lucas. Saat ini dia
sedang merebahkan dirinya di atas sofa dengan kepala bersandar di salah satu
sandaran tangannya. Gadis itu telah mengenakan gaun yang tadi dibelikan oleh Lucas.
Oh ya, Lucas juga harus menanggung malu saat harus membeli pakaian dalam untuk
Sheila dan akhirnya membiarkan pegawai wanita di toko itu yang memilih beserta
beberapa gaun juga. Dia tidak seputus asa itu untuk berkeliling toko membawa-bawa
gaun wanita serta setumpuk bra dan celana dalam di tangannya. Gaun yang dipilih oleh
pegawai wanita itu terlalu terbuka di bagian dada, protes Lucas dalam hati. Dia dapat
melihat belahan dada Sheila ketika gadis itu menunduk saat ini. Dia tidak suka reaksi
yang timbul pada dirinya karena hal itu. Lebih baik dia menutup matanya. Jadi dia
melakukannya. "Aku baik-baik saja," Lucas berusaha membuat suaranya tidak terdengar
letih. Namun suara gadis itu masih terdengar cemas. "Mau kuambilkan sesuatu?" Lucas
diam sejenak. "Air putih saja. Kalau kau tidak keberatan." 66 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Sheila langsung melesat ke dapur tanpa bertanya lagi. Lucas menghela
nafas. Saat ini dia harus menghidupi dua orang, nyaris bangkrut karena harus
membelikan pakaian-pakaian Sheila, serta berhutang besar. Mungkin lebih baik dia
melepaskan Sheila. Ide itu menggodanya sejenak, sebelum dia mengetatkan rahang
dan mengingat kenapa dia menahan gadis itu. Rencananya belum terlaksana, dan
Sheila adalah satu-satunya pion yang dia miliki agar dapat membalas dendam pada
Trevor McAdams. Dia akan bertahan sampai menemukan caranya. Meski hati nuraninya
yang lebih sering sembunyi di pojokan menggeleng dengan tidak setuju. "Ini." Lucas
duduk dan mengambil segelas air yang dibawakan oleh Sheila. Dia meminumnya
sampai habis dan merasa sedikit lebih baik. Sheila bergerak gelisah di tempatnya
berdiri. "Ada apa?" Lucas bertanya penuh selidik. "Kita tidak perlu pergi kalau kau
kurang sehat," Sheila berkata penuh pengertian. Meski Lucas mendengar sedikit
kekecewaan menyusup dalam suaranya. Sejenak, muncul rasa kasihan dalam dirinya.
Sheila tidak tahu apaapa. Dia tidak melakukan kesalahan apapun pada Lucas. Tapi
terkadang, darah yang buruk cukup menjadi alasan. Setidaknya bagi Lucas. "Aku tidak
apa-apa. Ayo pergi," Lucas bangkit dari sofa dan meregangkan tubuhnya. "Kau yakin?"
"Kalau kau tidak mau ikut, aku akan pergi sendiri." Kata-kata itu otomatis membuat
Sheila melesat ke seberang ruangan dan mengambil sesuatu dari dalam laci. Ternyata
karet. Gadis itu mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Lucas memutar bola matanya.
Dia bisa di sangka membawa gadis di bawah umur. Lucas menghampiri Sheila lalu
melepas karet dari rambutnya. "Gerai saja," dia berdiri di depan gadis itu sambil
merapikan rambut Sheila dengan tangannya. Tidak memedulikan pipi gadis itu yang
dihiasi rona merah muda karena tindakan intimnya. 67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Lucas mengunci pintu di belakangnya lalu melingkarkan tangan di sekeliling
pinggang Sheila hingga gadis itu merapat padanya. Dia berkata pada dirinya sendiri
bahwa dia melakukan hal itu agar Sheila tidak bisa lari darinya, bukan karena ingin
merasakan kehangatan tubuh gadis itu. Lucas membawa Sheila ke sebuah restoran
Italia yang tidak jauh dari gedung apartemennya. Jenis restoran yang menyediakan
makanan Italia rumahan dan suasana yang hangat. Lucas melihat Sheila gembira, gadis
itu banyak tertawa dan menikmati semua makanan yang mereka pesan. Untuk gadis
semungil dirinya, Sheila memiliki selera makan yang cukup besar. Lucas menganggap
hal itu menarik meski tidak berkomentar karena tidak ingin menyinggung gadis itu.
Setelah makan, mereka berjalan-jalan di taman sebentar. Mereka benar-benar nampak
seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan, dengan Lucas yang tidak pernah
menjauhkan tangannya dari Sheila barang sedetik pun. "Ada yang perlu kubicarakan
Into The Dark - Baby Zee denganmu." Sheila mendongak saat mendengar suara Lucas yang tiba-tiba menjadi
serius. "Aku akan sibuk dalam beberapa waktu ke depan," lanjut Lucas, "Kau akan
kutinggalkan bersama seorang teman." Lucas merasakan Sheila yang menegang dalam
pelukannya. "Seorang wanita. Namanya Jeannie. Dia bisa menemanimu dari pagi
hingga sore hari. Tapi setelah itu, kau harus bertahan di dalam apartemenku sampai aku
pulang." Lucas menunggu reaksi dari Sheila. Penolakan, kemarahan, apa pun. Tapi
gadis itu hanya berdiri di depannya sambil menatap Lucas lurus-lurus dengan mata
abu-abu terangnya. "Kau akan mengurungku?" Gadis itu bertanya lirih. Lucas
mengangguk dan menjaga ekspresinya tetap datar. "Apa kau tidak bisa mempercayaiku
meski aku bilang tidak akan kabur?" Lucas tersenyum sinis sebelum bicara, "Dan
kenapa aku harus percaya bahwa kau tidak akan kabur sementara jelas-jelas aku yang
membawamu dengan paksa?" "Mungkin," Sheila mendekat lalu meletakkan tangannya
di dada Lucas, tepat di atas jantungnya. Lucas yakin pasti gadis itu merasakan
jantungnya yang 68 | Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
berdebar dengan cepat, namun dia tidak sanggup untuk menyingkirkan tangan Sheila
dari dadanya. Dia tidak mau. "Karena aku tidak ingin berpisah denganmu," suara Sheila
lebih menyerupai bisikan sehingga Lucas mengira dia salah dengar. Lucas
membelalakkan matanya. Tidak sanggup berkata-kata. Namun batinnya begitu ramai
dengan berbagai macam suara. Sheila menyukainya" Setelah semua perbuatan buruk
yang dia lakukan pada gadis itu, Sheila masih tetap menyukainya. Ini buruk. Sangat
buruk. Gadis itu tidak boleh menyukai Lucas. Hubungan mereka terlarang. Tetapi Lucas
tidak dapat mengatakan apapun. Dia masih terhipnotis oleh mata abu-abu terang di
hadapannya serta kata-kata Sheila. Lucas masih tidak bergerak bahkan saat Sheila
mendekatkan wajah padanya dan menciumnya. Hanya ciuman biasa, dengan bibir
lembut Sheila yang menyapu bibirnya, tanpa lidah atau pun gigitan-gigitan kecil untuk
menggoda. Murni ciuman dari seseorang yang tidak berpengalaman. Tapi cukup untuk
membuat Lucas merasa seperti mendapat kejutan listrik. Gadis itu berjinjit dan menarik
leher Lucas mendekat agar dapat mengimbangi tinggi badannya. Payudaranya yang
lembut menekan dada keras Lucas dan samar-samar dia dapat mencium bau mawar
dari tubuh Sheila serta bau sabun yang sama dengan yang dia gunakan. Kombinasinya
sungguh memabukkan. Hanya karena masih ada sedikit akal sehat yang tersisa dari
pikirannya yang berkabut sehingga dia mampu menarik diri. "Sheila, ini tidak benar,"
Lucas mendengar suaranya yang bergetar bahkan oleh telinganya sendiri. Sheila
mengerjapkan matanya dengan bingung. "Kau tidak benar-benar menyukaiku." "Kau
pikir aku berbohong agar dapat merayumu untuk melepaskanku?" Lucas dapat
mendengar rasa sakit hati dalam suara Sheila. "Tidak," Lucas menjawab cepat-cepat.
Dia tahu Sheila berkata jujur. Gadis itu terlalu polos untuk menipu Lucas yang


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menguasai segala tekhnik dalam hal memanipulasi. "Kau pernah dengar *Stockholm
syndrome?" Mata Sheila melebar dengan pemahaman saat menyadari maksud Lucas,
"Aku tidak mengalami Stockholm syndrome!" Sheila berseru marah. Dan sejujurnya,
rona merah yang menyebar di pipinya serta mata yang menyala-nyala membuat gadis
itu terlihat makin cantik di mata Lucas. 69 |
"Percayalah padaku. Hanya itu satu-satunya alasan," Lucas menggenggam kedua bahu
Sheila erat-erat. Gadis itu tampak ingin mengatakan sesuatu namun segera
mengurungkan niatnya. Wajahnya terlihat sendu. Lucas tidak punya pilihan, gadis itu
tidak boleh punya perasaan apapun padanya. "Kita pulang?" Lucas bertanya lembut
untuk memperbaiki suasana hati Sheila, meski sepertinya tidak terlalu berhasil. Gadis itu
hanya tertunduk lesu dan mengangguk perlahan. Kali ini saat mereka berjalan pulang,
Into The Dark - Baby Zee Lucas hanya menggenggam tangan Sheila. *** *Stockholm syndrome: Respon
psikologis di mana dalam kasus-kasus tertentu para sandera penculikan menunjukkan
tanda-tanda kesetiaan kepada penyanderanya tanpa mempedulikan bahaya atau risiko
yang telah dialami oleh sandera itu. 70 | Bab 9
Ternyata, wanita bernama Jeannie tempat Lucas akan menitipkan dirinya tinggal di
gedung yang sama dengan mereka. Jeannie adalah wanita cantik berusia awal tiga
puluhan dengan rambut pirang pucat yang lurus serta mata coklat gelap. Sheila
bertanya-tanya kenapa nama Jeannie terdengar familier di telinganya. Lalu dia teringat
bahwa Madam Bertha pernah menyebutkannya. Apakah ini Jeannie yang sama"
Apakah Lucas dulu juga menculik lalu menjualnya" Tapi kenapa Jeannie bisa bebas
bahkan memiliki kehidupan sendiri" Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam otak
Sheila. Namun pertanyaan-pertanyaan itu segera terhenti saat seorang bocah laki-laki
yang kirakira berumur 4 atau 5 tahun berlari menghampiri Lucas sambil memeluk
kakinya. "Papa Lucas!" Teriak bocah berambut pirang gelap itu saat melihat Lucas. Pria
itu tertawa lebar dan mengangkatnya lalu memutar-mutarnya hingga bocah itu memekik
kegirangan. "Hei boy," Lucas mengacak rambut anak itu dengan sayang, "Apa kau jadi
anak baik selama aku pergi?" Bocah itu menganggukkan kepala dengan bersemangat.
Sheila terpaku di tempatnya berdiri. Apa pendengarannya tidak salah" Papa Lucas"
Entah mana yang lebih membuatnya terkejut. Melihat Lucas yang tertawa lepas tanpa
beban atau karena seorang bocah yang memanggil Lucas dengan sebutan Papa.
"Ethan," Jeannie berkacak pinggang pada bocah laki-laki yang ternyata bernama Ethan
itu, "Mommy sudah bilang tidak boleh memanggilnya dengan sebutan Papa Lucas. Dia
bukan Ayahmu." Tanpa bisa di tahan, desahan lega meluncur dari bibir Sheila. Tapi
kelegaannya hanya bertahan sebentar. "Tapi aku ingin dia menjadi Papaku," Ethan
memeluk leher Lucas erat-erat. Lucas tergelak dan mencubit ujung hidung Ethan
dengan sayang. "Dengarkan ibumu, ok?" Ethan cemberut meski akhirnya mengangguk,
"Baik, Paman Lucas." Lucas menurunkan Ethan ke lantai agar bocah itu dapat
menghampiri ibunya lagi. Jeannie menyuruh Ethan masuk ke dalam saat Lucas
menggiring Sheila 71 | dan memperkenalkannya.
Wanita itu tersenyum hangat menerima uluran tangannya. "Jadi, kau bisa menjaganya?"
Lucas mengatakan itu pada Jeannie seakan Sheila adalah bocah 10 tahun yang butuh
diawasi. Sheila tidak menyukainya. Apalagi di depan Jeannie yang jelas-jelas lebih
dewasa dan menawan hingga dirinya merasa agak rendah diri. "Tentu saja. Tapi maaf
aku hanya bisa sampai sore. Shiftku di mulai pukul 3 nanti," Jeannie tersenyum meminta
maaf meski sebenarnya tidak perlu. "Tidak apa-apa," Lucas berkata maklum, "Kau
sudah sangat membantu. Saat kau mau berangkat nanti, antarkan saja dia kembali ke
apartemenku dan kunci pintunya dari luar. Kau bisa meletakkan kuncinya di tempat
biasa." Lucas menyerahkan kunci apartemennya pada Jeannie. Wanita itu menerimanya
tanpa bertanya. Tampaknya Lucas telah menjelaskan situasinya dan Sheila tidak habis
pikir kenapa wanita itu menyetujui begitu saja apa yang dilakukan Lucas. Sebelum pergi,
Lucas mencium pipi Jeannie sekilas dan menepuk kepala Sheila sambil melambai lalu
menghilang di belokan lorong. "Masuklah," Jeannie membuka pintu apartemennya
lebar-lebar sambil tersenyum hangat. Sheila masuk ke dalam dan mengamati
apartemen Jeannie. Apartemen itu hampir sama besar dengan milik Lucas. Namun
apartemen itu di bagi menjadi beberapa ruangan, tidak seperti milik Lucas yang hanya
terdiri dari satu ruangan besar tanpa penyekat apa pun di tiap ruangannya kecuali
kamar mandi. "Kau mau sarapan?" Tawar Jeannie. Sheila menggeleng lalu berkata
dengan suara agak tajam. Dia tidak bermaksud begitu, namun dia tidak dapat
mencegahnya. "Lucas sudah membuatkan sarapan untukku tadi. Kami makan
bersama." Sekarang setelah kata-kata itu keluar dari mulutnya, dia langsung
Into The Dark - Baby Zee menyesalinya. Dia terdengar seperti seseorang yang cemburu dan sangat
kekanak-kanakan. Jeannie menatapnya sambil mengerjapkan mata, lalu tiba-tiba saja
dia tertawa keras. "Tenang saja," dia berusaha bicara di antara tawanya, "Apa pun yang
pernah terjadi antara aku dan Lucas, itu semua sudah berakhir. Aku bukan ancaman 72
|Ratu-buku.blogspot.com Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
untukmu." Lalu dia melirik Ethan yang sedang menonton kartun di televisi tanpa
terganggu oleh percakapan mereka berdua. Sheila merasa malu luar biasa. Namun dia
sungguh tidak bisa menahan rasa penasarannya saat melihat reaksi Jeannie yang
melirik Ethan tadi. "Apa Ethan adalah anak Lucas?" Dia berharap suaranya tidak
terdengar terlalu ingin tahu. "Ya Tuhan, bukan! Aku sudah mengatakannya tadi, kan"
Dia memang pria yang menyenangkan dan aku berhutang budi padanya, tapi kami baru
bertemu dua tahun yang lalu sedangkan usia Ethan sudah 4 tahun sekarang." "Maafkan
aku. Kukira tadi saat kau melihat ke arahnya?" Jeannie kembali tergelak. Suara
tawanya yang merdu memenuhi ruangan. "Aku hanya tidak ingin Ethan mendengar apa
pun tentang hubungan masa laluku dengan Lucas. Anak itu benar-benar ingin Lucas
menjadi ayahnya. Sedangkan hubunganku dengan Lucas sudah lama berakhir."
"Apakah dia juga berusaha menjualmu ke rumah pelacuran lalu menebusmu kembali?"
Ekspresi yang diberikan Jeannie sungguh tak ternilai. Mulutnya menganga begitu lebar
hingga Sheila merasa rahangnya bisa lepas sewaktu-waktu. "Dia melakukan apa?"
Reaksi Jeannie yang di luar dugaan malah membuat Sheila gugup dan tidak sengaja
mengatakan lebih banyak. "Tapi memang itu yang dia lakukan, kan" Menculik
gadis-gadis lalu menjualnya ke rumah pelacuran." "Siapa yang mengatakan itu
padamu?" Raut wajah Jeannie yang nampak marah membuat Sheila terheran-heran.
"Lucas sendiri yang bilang," jawab Sheila dengan bingung. Jeannie
menggeleng-gelengkan kepalanya, "Entah apa yang ada di pikirannya sampai
mengatakan hal seperti itu padamu. Tapi bisa kupastikan, Lucas tidak seperti itu. Dia
tidak menculik gadis-gadis dan menjualnya. Ya, dia memang menebusku dari Madam
Bertha, karena itu aku berhutang budi padanya. Saat itu dia datang ke tempat Madam
Bertha dengan tujuan yang sama dengan pria-pria yang datang ke sana, mencari
pelacur untuk ditiduri. Di situlah pertama kalinya 73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m kami bertemu. Aku yang sedang sangat sedih karena dipisahkan dari anakku, tidak
bisa berhenti menangis bahkan hingga saat dia masuk ke dalam kamar. Tapi Lucas
tidak seperti pria lain yang tidak peduli. Dia duduk dan menungguku selesai menangis
lalu bertanya apa yang membuatku begitu sedih. Setelah mendengarnya, dia bahkan
tidak repot-repot untuk mengecek kebenaran ceritaku dan pergi menemui Madam
Bertha untuk menebusku. Aku tidak akan pernah cukup berterima kasih padanya di hari
saat dia mengeluarkanku dari neraka itu hingga aku bisa bersama Ethan lagi." Sheila
duduk di sana dan tercenung mendengar cerita Jeannie. "Tapi kenapa Lucas
menculikku dan berusaha menjualku?" "Apa kau sungguh-sungguh dengan
kata-katamu?" Sheila dapat melihat bahwa Jeannie tidak percaya padanya. Dan tanpa
bisa dia cegah, cerita itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Dari awal pertemuannya
dengan Lucas, hingga bagaimana pria itu membawanya ke tempat Madam Bertha lalu
menebusnya kembali dan bagaimana dia bisa berada di sini saat ini. Jeannie
mendengarkan dengan takjub. "Kalau Lucas belum mengatakannya padamu, kenapa
kau setuju untuk mengunciku di apartemennya?" "Terkadang ada sisi diri Lucas yang
memang terlihat gelap dan tidak dapat kumengerti. Aku tidak pernah bertanya atau
menolak apa pun yang dia inginkan dariku. Aku berhutang besar padanya. Tapi aku
memang merasa agak aneh saat dia membawamu ke sini. Sejauh yang aku tahu, dia
Into The Dark - Baby Zee tidak pernah dekat dengan siapa pun." "Kalau begitu kau tahu banyak tentang Lucas?"
Sheila melihat kesempatan untuk mengenal pria itu lebih jauh dan langsung
menyambarnya. "Dia orang yang cukup tertutup," Jeannie terlihat tidak nyaman dengan
rasa penasaran Sheila. Tapi gadis itu tidak menyerah begitu saja. "Apa kau tahu apa
yang terjadi pada punggungnya?" Jeannie menatap Sheila dengan terkejut, "Kau sudah
melihatnya?" Lalu tibatiba saja dia tersenyum lebar. "Yah" kurasa seorang pria dan
wanita yang tinggal bersama dapat memicu terjadinya banyak hal. Meskipun situasi
kalian agak unik." 74 | "Bukan begitu," Sheila
tidak dapat mencegah wajahnya yang bersemu merah, "Aku melihatnya dengan tidak
sengaja. Bukan berarti aku dan Lucas" maksudku kami tidak seperti yang kau
pikirkan." "Tidak usah malu," Jeannie menepuk punggung Sheila kuat-kuat hingga gadis
itu meringis, "Mustahil dia akan melewatkan gadis sepertimu dan kau menunjukkan
ketertarikan yang cukup besar padanya." Namun sikap diam Sheila dan wajahnya yang
masih bersemu membuat senyum Jeannie perlahan memudar. Dia memperhatikan
Sheila dari atas sampai bawah, lalu sampai pada satu kesimpulan. "Aku tahu Lucas
bukan gay, tapi aku tetap aku berasumsi kau masih perawan." Saat Sheila mengangguk
dengan malu, Jeannie membuang nafas dengan lesu sambil menepuk bahu Sheila
tanda simpati. "Dia tidak akan menyentuhmu. Jangan tersinggung, tapi Lucas menjauhi
gadis polos sepertimu." Bukan berarti saat ini Sheila ingin tidur dengan Lucas, tapi entah
kenapa katakata Jeannie membuatnya agak kecewa. "Jadi, kau tahu sesuatu tentang
bekas luka di punggung Lucas?" Sheila berusaha menutupi kekecewaannya dengan
mengganti topik pembicaraan. "Kurasa kau harus bertanya sendiri padanya," Jeannie
menjawab dengan wajah meminta maaf. Sheila kembali merasa kecewa. Ternyata, tidak
banyak informasi yang dia dapatkan. "Jangan sedih," kali ini Jeannie menepuk
punggung Sheila dengan lebih perlahan. "Ayo kita lakukan hal yang menyenangkan.
Apa saranmu?" Sheila berpikir sejenak. Apa yang dapat dia lakukan untuk mengisi
waktu" Sheila masih terngiang-ngiang dengan kata-kata Lucas yang menyuruh untuk
membuat dirinya berguna. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu dengan itu. "Apakah
kau bisa mengajariku melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga?" Jeannie
menatapnya dengan alis terangkat. "Terus terang, bukan itu ideku tentang
bersenang-senang. Tapi kalau itu yang kau inginkan, kurasa aku akan membuatnya
semenyenangkan mungkin untukmu." 75 |
Jeannie tersenyum lebar dan seketika itu juga Sheila merasa bahwa mereka berdua
akan jadi teman yang sangat baik. *** 76 | Bab
10 Lucas menatap Sheila dengan heran karena gadis itu nyaris melompat-lompat dalam
perjalanan mereka ke tempat Jeannie. "Apa yang membuatmu begitu gembira?" Tanya
Lucas kemudian. Sheila menyeringai padanya. "Jeannie." "Kau menyukainya?" Lucas
tersenyum tipis ketika mendengar jawaban darinya. "Dia mengajarkanku banyak hal.
Dan selalu memiliki cerita yang menarik." "Cerita apa?" Lucas langsung bertanya
waspada. Sheila hanya menjulurkan lidah padanya dan bersenandung seakan tidak
mendengar pertanyaan Lucas. "Sheila," Lucas memberinya tatapan penuh peringatan.
"Kita sudah sampai," Sheila buru-buru bicara ketika mereka berada di depan pintu
apartemen Jeannie. Lucas memasang wajah masam. Sheila menekan bel dan pintu di
depannya terbuka tidak berapa lama kemudian. "Hai," Jeannie menyambut mereka
berdua dengan senyum lebar di wajahnya. Dia memberi pelukan singkat pada Sheila
sebelum mengajak gadis itu ke dalam.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Keduanya langsung mengobrol dengan seru. Mengabaikan Lucas yang masih berdiri di
ambang pintu. Lucas memutar bola matanya. Dasar wanita. "Aku pergi dulu," dia
Into The Dark - Baby Zee setengah berteriak dan kedua orang itu hanya melambai tanpa menoleh padanya. Dia
meninggalkan apartemen Jeannie dengan wajah lebih masam daripada saat datang.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?" Tanya Sheila bersemangat ketika Lucas
sudah pergi. "Aku akan mengajarimu memasak." Sheila tersenyum lebar mendengar ide
Jeannie. Kalau dia bisa memasak, maka dia akan sedikit lebih berguna untuk Lucas.
Jeannie menyiapkan bahan-bahan untuk memasak sambil berceloteh. Wanita itu
memang suka sekali mengobrol. Karena kegemarannya itu, Sheila mengetahui bahwa
ternyata Jeannie adalah seorang perawat di sebuah klinik. Dulu dia 77 | R a t u - b u k u
. b l o g s p o t . c o m pernah mengambil sekolah keperawatan sebelum terjerumus ke
lubang gelap. Kini setelah bebas, dia berhasil mendapat pekerjaan. Di tempatnya
bekerja terdapat tempat penitipan anak khusus pegawai sehingga dia tidak perlu
khawatir tentang Ethan. Setelah beberapa lama saling mengenal, Jeannie bercerita
cukup banyak tentang Lucas pada Sheila. Lucas sudah bekerja dan tinggal sendiri sejak
lulus SMA, dia tidak pernah masuk college. Ibu Lucas meninggal sedangkan pria itu
tidak pernah tahu siapa ayahnya. Jeannie bercerita saat mereka sedang bekerja di
dapur hingga Sheila hampir saja tidak sengaja mengiris tangannya sendiri dengan
pisau. "Ibu Lucas sudah meninggal?" "Ya. Setahun yang lalu," Jeannie yang sedang
mengupas bawang berkata tanpa mengalihkan pandangannya pada Sheila. "Kenapa?"
"Overdosis," Jeannie berkata sedih. Untunglah wanita itu masih belum menatap Sheila.
Kalau tidak, dia juga akan melihat bahwa Sheila lebih dari sekedar terkejut ketika
mendengarnya. Dia baru mendengar hal ini. Sheila berdiri gelisah di tempatnya.
Haruskah dia mengatakannya pada Lucas" Menceritakan segalanya. Tentang ayah pria
itu. Tapi Lucas mungkin saja tidak akan percaya padanya. Sheila hanyalah seseorang
yang kebetulan diculik olehnya untuk dijual. Namun kini dia mulai ragu. Benarkah ini
semua hanya kebetulan" Jeannie jelas-jelas mengatakan padanya bahwa Lucas bukan
seorang penjahat. Lalu untuk apa dia menculik Sheila" Dan tidak mau melepaskannya
hingga saat ini. Apakah pria itu berpikir bisa meminta tebusan pada ayahnya yang kaya"
Tapi ayahnya masih di Perancis dan Lucas tidak menunjukkan tanda-tanda akan
melakukan hal itu. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Tiba-tiba Sheila
merasa cemas. Lucas tidak mungkin tahu siapa dirinya. Tapi kalau pria itu sudah tahu"
Tidak. Semuanya makin tidak masuk akal. Kalau Lucas tahu maka dia tidak akan
melakukan hal ini pada Sheila. Dia tidak akan tega. *** 78 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Lucas duduk di atas kursi kayu dengan beberapa pekerja. Dia membuka
helmnya lalu mengambil handuk untuk mengusap keringat yang menetes. Hari ini Sheila
menyiapkan kotak makan siang untuk dibawanya. Awalnya dia ingin menolak. Tapi
mengingat bagaimana Sheila bangun lebih pagi untuk membuatnya, akhirnya dia
membawanya juga. Dia membuka tutup kotak di tangannya dan langsung menemukan
setumpuk kentang goreng, salad, serta dada ayam panggang yang berkilau karena di
lapisi butter. Sepertinya enak, katanya dalam hati. Dia bahkan tidak menyadari kalau
dirinya sedang tersenyum, sampai salah seorang pekerja di sana menyenggol
lengannya. "Masih muda tapi sudah memiliki Istri yang menyiapkan makan untukmu.
Apa rahasiamu?" seorang pria dengan jenggot dan kumis tebal di sebelahnya
menyeringai pada Lucas. Kalau tidak salah namanya Bob. "Aku belum menikah," elak
Lucas. "Kalau begitu pacar yang perhatian." "Bukan." Pria itu menatapnya penuh tanya
sebelum berkata. "Gadis ini bukan istri atau pacarmu, tapi dia menyiapkan makan siang
untukmu. Kau sungguh beruntung. Seandainya aku juga punya wajah seperti dirimu
agar ada gadis yang mau berbuat begitu untukku." Lucas tertawa hambar. Pria ini
benar-benar tidak tahu masalah yang sedang dia hadapi. Dia harus melakukan dua
pekerjaan sekaligus untuk menghidupi dirinya setiap dia bangun di pagi hari karena
tidak cukup istirahat setelah kerja berat. Beberapa hari belakangan sungguh menyiksa
Into The Dark - Baby Zee untuknya. Tapi setidaknya hanya bagi tubuhnya, yang begitu sibuk sehingga tidak
memberi kesempatan bagi otaknya untuk memikirkan Sheila. Namun ketika dirinya
sedang duduk diam seperti ini, pikirannya kembali melayang kepada gadis itu. Dia harus
menghilangkan perasaan apa pun yang tumbuh dalam diri Sheila kepada dirinya. Begitu
juga perasaan yang mulai tumbuh di hatinya. Selain karena Sheila hanyalah alat untuk
membalas dendam, mereka juga memiliki hubungan yang membuat dia dan gadis itu
tidak boleh bersama. Lucas mulai menyantap makanannya namun rasanya seperti
menelan kapas. Dia mengamati kotak makanan itu lagi. Sepertinya tidak ada yang
salah. Lalu dia menyadari yang salah adalah dirinya. Tenggorokannya seperti terbakar
dan 79 | sangat nyeri. Abaikan saja, dia berkata
dalam hati. Dia akan baik-baik saja dengan makan dan tidur. Lucas kembali berusaha
menelan makanannya dan tidak memikirkan apa-apa lagi. *** Sheila duduk termenung
sambil memikirkan percakapannya dengan Jeannie. Haruskah dia mengatakan pada
Lucas siapa dirinya" Akankah itu membuat perbedaan pada keadaannya saat ini"
Mungkin iya. Mungkin juga tidak. Dia tidak tahu. Dan dia terlalu takut untuk mencari
tahu. Namun Sheila tidak mencegah dirinya berhenti bertanya-tanya. Kenapa Lucas
menculiknya" Apakah ada hubungan dengan siapa dirinya" Atau apakah ini hanyalah
usaha putus asa Lucas untuk mendapatkan uang dengan mudah dan Sheila kebetulan
menjadi korbannya" Tapi selama tinggal dengan Lucas, Sheila tidak merasa bahwa pria
itu adalah tipe yang menghalalkan segala cara untuk mendapat uang dengan mudah.
Lucas selalu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia bahkan tidak
cukup istirahat karena harus melakukan dua pekerjaan agar dapat membayar hutang
karena menebus Sheila dari Madam Bertha. Tiba-tiba Sheila merasa sedih. Dia telah
terbiasa ditinggalkan sendirian hingga Lucas datang. Namun melihat bagaimana setiap
hari Lucas pulang dengan wajah letih dan langsung tertidur, membuat hatinya sakit
karena dia tidak dapat melakukan apa pun untuk membantu. Bahkan Lucas masih tetap
tidur di sofa dan bersikeras bahwa Sheila yang harus tidur di ranjang. Suara pintu yang
terbuka dan batuk keras membawa Sheila kembali ke dunia nyata. Lucas masuk ke
dalam masih mengenakan kemeja dan celana hitam yang merupakan seragam pelayan
kafenya. "Kenapa kau belum tidur?" Sheila dapat mendengar suaranya yang sangat
serak saat bicara. "Kau sakit?" Sheila tidak menjawab pertanyaan Lucas dan bergegas
menghampiri pria itu. Lucas kembali terbatuk keras sebelum bicara lagi. "Hanya flu
biasa. Akan sembuh dengan istirahat dan minum obat." "Kau sudah makan?" Lucas
menggeleng. "Aku tidak lapar. Aku hanya ingin mandi dan tidur." 80 | R a t u - b u k u . b


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

l o g s p o t . c o m Dia berjalan ke arah kamar mandi dengan terhuyung dan menutup
pintunya. Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Sheila menggigit bibir bawahnya dengan cemas. Lucas terlalu lelah. Dia harus
memaksa pria itu untuk tidak masuk kerja agar dapat beristirahat. "Besok kau harus
libur." Lucas bahkan belum menutup pintu kamar mandi saat Sheila mengatakan itu
padanya. Sheila mengambil handuk basah dari tangan Lucas dan menyerahkan sebuah
T-Shirt berwarna putih padanya. Lucas mengenakan T-Shirt itu di atas celana piyama
yang menggantung rendah di pinggulnya. "Tidak bisa," Lucas berjalan ke arah sofa,
"Aku akan baik-baik saja dan bisa kembali bekerja setelah tidur sebentar. Kau tidak
perlu cemas." Sheila menangkap tangan Lucas sebelum pria itu mencapai sofa. "Kalau
begitu tidurlah di tempat tidur. Kau butuh istirahat yang nyaman. Biar aku yang di sofa."
Lucas masih dapat tersenyum geli meski wajahnya nampak lesu. "Manis, kau tidak perlu
memanjakanku. Ini hanya flu." Sheila tidak menghiraukan kata-kata Lucas dan mulai
menyeretnya ke tempat tidur. Dia hanya berhasil membawa pria itu dua langkah lebih
Into The Dark - Baby Zee jauh. Akhirnya Sheila berbalik dan menatap Lucas dengan wajah memelas. "Please."
Lucas menghela nafas panjang. "Tapi kau harus tidur denganku. Tempat tidurnya cukup
besar untuk kita berdua dan aku tidak mau kau pegal-pegal saat bangun nanti karena
harus tidur di sofa yang keras." Itukah yang dirasakan Lucas setiap hari" Sheila tidak
tahu dan itu membuatnya sedih. Padahal Lucas harus bekerja dari pagi hingga larut
malam tapi pria itu bahkan tidak bisa mendapat tidur yang nyaman untuk
mengistirahatkan tubuhnya. Pantas saja dia sakit. Lucas berbaring dan menepuk tempat
di sebelahnya agar Sheila ikut bergabung bersamanya. Sheila merangkak naik lalu
berbaring di sebelah Lucas. "Selamat tidur." Lucas tersenyum samar dan langsung
memejamkan matanya sebelum akhirnya Sheila ikut tertidur. *** 81 | R a t u - b u k u . b l
o g s p o t . c o m Bab 11 Sheila tidak perlu memaksa Lucas untuk tidak masuk kerja,
keesokan harinya pria itu bahkan hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur. Suara
batuk yang sangat keras membangunkan Sheila pagi itu. Dia melihat Lucas di
sebelahnya yang sedang duduk dan terbatuk-batuk. Sheila meraba dahi Lucas dan
merasakan kulit yang nyaris terbakar di bawah tangannya. "Ya Tuhan, kau sangat sakit,"
pekik Sheila saat mengatakannya. Lucas hanya kembali berbaring di tempat tidur
dengan punggung tangan menutupi wajahnya. "Jam berapa sekarang?" Sheila nyaris
tidak mengenali suara Lucas saking seraknya. Dia melihat ke arah jam dinding. "Pukul 6
pagi." "Biarkan aku tidur 30 menit lagi." "Tidak." Lucas mengangkat tangannya sedikit
sambil melirik Sheila. Gadis itu terlihat seperti akan mengatakan sesuatu yang tidak
ingin dibantah. "Kau tidak akan masuk kerja." "Sheila?" "Tidak." Sheila nampak siap
berdebat dan saat ini kepala Lucas sedang sangat sakit sehingga dia akhirnya
mengalah. "Baiklah. Kau menang. Aku akan tidur seharian sesuai yang kau inginkan
dan besok aku akan kembali bekerja." "Kalau kau sudah sembuh." Sebagai seorang
gadis yang mungil, Sheila cukup keras kepala. "Kita lihat saja besok," Lucas berkata
lelah sebelum akhirnya terbatuk lagi. "Aku akan membeli obat untukmu," Sheila turun
dari tempat tidur namun katakata Lucas menghentikannya. "Tidak. Kau diam di sini." 82 |
"Lucas, ini bukan waktunya untuk berdebat."
"Diam di sini. Atau aku yang akan membuatmu melakukannya. Aku masih bisa
menangkapmu sebelum kau mencapai pintu." Sheila mendesah panjang. Dia duduk di
tepi tempat tidur sambil membelai rambut Lucas. Pria itu masih menatapnya dengan
ekspresi keras kepala. "Aku tidak akan lari. Aku berjanji padamu." Lucas tidak
menjawab. Sheila kembali berkata membujuk, "Apa yang dapat kulakukan untuk
membuatmu lebih baik?" "Panggil Jeannie ke sini." Dadanya serasa diremas. Lucas
lebih menginginkan Jeannie untuk berada di sisinya daripada dirinya. Pria itu menyadari
perubahan suasana hati Sheila. "Jangan pasang tampang begitu. Jeannie seorang
perawat jadi dia bisa mengobatiku." Otaknya yang bodoh. Tentu saja. Apa yang ada di
pikirannya hingga berpikir ke arah lain" Dia buru-buru mengambil ponsel Lucas dan
menghubungi Jeannie. Jeannie datang bersama Ethan tidak sampai 10 menit kemudian.
"Apa yang kau rasakan?" Dia menyuruh Lucas duduk lalu mengeluarkan senter kecil
dan sebuah spatula lidah. "Hanya flu biasa. Bukan masalah besar," Lucas duduk sambil
mengernyit. "Suaramu seperti katak. Bukan pertanda bagus. Buka mulut." Lucas
membuka mulut dan Jeannie menahan lidahnya dengan spatula lalu menyinari bagian
dalam mulutnya dengan senter. "Kau mengalami radang tenggorokan parah. Dan
menilai kondisinya, sepertinya kau juga kena infeksi. Kita harus segera menurunkan
demammu," Jeannie menyuruh Lucas memasukkan thermometer ke dalam mulutnya
lalu menggeleng saat melihat hasilnya. "39,4? C. Ini bukan main-main, Lucas." "Paman
Lucas sakit?" Ethan bertanya polos. "Jagoan tidak pernah sakit, boy," Lucas
menyeringai lalu batuk lagi. "Mungkin sedikit." 83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m "Kau harus minum obat dan antibiotik. Tidak akan sembuh hanya dengan tidur,"
Into The Dark - Baby Zee Jeannie berkata tegas. "Dia tidak mengizinkanku keluar," akhirnya Sheila bicara setelah
diam sejak tadi. Jeannie menatap mereka bergantian lalu berkata penuh pengertian,
"Aku yang akan pergi membeli obat. Pastikan dia makan sesuatu dan beristirahat." Lalu
Jeannie pergi bersama Ethan yang mengekor di belakangnya. Sheila kembali duduk di
samping Lucas lalu menempelkan kompres dingin yang telah disiapkannya di dahi pria
itu. Lucas menggumamkan terima kasih sambil tersenyum tipis. "Kau ingin makan apa?"
Lucas menggeleng. "Aku hanya butuh tidur." "Kau dengar apa kata Jeannie tadi," Sheila
berkata galak. "Terserah padamu," pria itu menjawab lelah seraya memejamkan
matanya. Sheila mencari sesuatu di dalam lemari es yang bisa di siapkannya dalam
waktu cepat. Dia mengambil beberapa lembar roti, memanggangnya, lalu menyiramnya
dengan susu hangat yang telah di beri kayu manis. Jeannie datang tepat saat Sheila
sedang berusaha memaksa Lucas untuk memakan suapan ketiganya. Pria itu hanya
menggeleng dan menepis tangan Sheila yang menyuapinya. "Lucas, kau harus makan,"
bujuk Jeannie dengan lembut. "Aku sudah makan cukup banyak. Berikan saja obatnya,"
Lucas berkata ketus. Jeannie dan Sheila hanya bisa mendesah pasrah mendengar
kekeraskepalaannya. "Aku telah menulis instruksi untuk obatnya di sini," Jeannie
memberitahu Sheila ketika Lucas telah meminum obatnya dan langsung tertidur
beberapa saat kemudian. Sheila mendengarkan penjelasan Jeannie dengan seksama
begitu juga saat Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
wanita itu menerangkan apa saja yang boleh dan tidak boleh di makan. "Bersabarlah.
Mungkin dia akan jadi pasien paling rewel mengingat sifatnya. 84 | R a t u - b u k u . b l
o g s p o t . c o m Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu," Jeannie berusaha memberi
semangat pada Sheila sebelum pergi. Sheila tidak keberatan asalkan Lucas sembuh.
Saat ini dia sangat sedih karena secara tidak langsung turut andil atas jatuh sakitnya
Lucas. Dia bisa menghadapi sifat keras kepala. *** Tantangan besar. Hanya itu
kata-kata yang cocok untuk menggambarkan perjuangannya merawat Lucas. Kalau ada
orang yang lebih kepala batu dari pria itu, dia ingin orang itu muncul saat ini juga agar
Sheila bisa mencekiknya. Lucas tidak mau makan, mengabaikan permohonan Sheila,
bahkan membanting piringnya saat gadis itu bertindak cukup memaksa. Ditambah
dengan bentakanbentakan yang Sheila yakin disesali oleh Lucas karena membuat pria
itu kembali batuk-batuk. Sampai akhirnya Sheila menangis saking putus asanya dan
tanpa diduga, Lucas mau menyantap makanannya. Meski kemudian Sheila tahu bahwa
itu karena tangisannya membuat sakit kepala Lucas makin parah. Tapi tidak masalah.
Kalau dia harus menangis agar Lucas mau makan, dia akan melakukannya. Menangis
adalah hal yang paling dikuasainya. Bukan sesuatu yang membanggakan, tapi
setidaknya sangat berguna pada keadaan seperti ini. Hari sudah menjelang sore dan
keadaan Lucas tidak juga membaik. Demamnya hanya turun sedikit. Sheila berinisiatif
untuk membuka pakaian Lucas dan menempelkan kain dingin di seluruh tubuhnya untuk
menurunkan demam. Pria itu menolak mentah-mentah ide untuk melepaskan seluruh
pakaian kecuali boxernya sementara dirinya di lap seperti orang sakit. Sheila memeras
kompres di tangannya dengan gemas. Kenapa Lucas tidak bisa bersikap seperti orang
sakit yang normal dan berbaring diam tanpa memprotes apapun" "Lucas, buka
pakaianmu," pinta Sheila untuk kesekian kalinya. "Kau begitu ingin melihatku telanjang,
Manis?" Lucas berkata sinis meski wajahnya telah memerah karena demam. "Kalau kau
juga membuka pakaianmu, mungkin ide itu akan terdengar lebih menyenangkan di
telingaku." Pria itu masih bisa melontarkan kata-kata untuk mengintimidasi Sheila meski
sedang kesakitan. Lucas yakin dia tidak akan melakukannya hingga pria itu berkata
begitu. Coba tebak. Pria itu salah besar. 85 |
Into The Dark - Baby Zee "Baiklah," Sheila berusaha mengabaikan Lucas yang terperangah saat perlahanlahan
dia menurunkan ritsleting gaunnya. "Tunggu dulu," pria itu berkata cepat-cepat. Sheila
mulai menurunkan tali bahu gaunnya saat Lucas berseru panik. "Berhenti. Pakai lagi.
Aku akan menurut." Lucas duduk dan mulai melepas pakaiannya sambil menggerutu.
"Tadi menangis," dia melepaskan T-Shirtnya, "Sekarang kau mengancam akan melepas
pakaianmu," dia membuka celana piyamanya lalu melemparnya ke lantai, "Apalagi yang
akan kau lakukan untuk mendapatkan keinginanmu" Menari striptease di depanku?"
Sheila pura-pura tidak mendengar ucapan Lucas meski wajahnya saat ini hampir
semerah wajah pria itu. Dia mengumpulkan pakaian yang Lucas lemparkan dan kembali
membawa seember air dingin beserta setumpuk kain. Dia membasahi kain-kain itu lalu
mulai meletakkannya di tubuh Lucas. Pria itu menepis tangannya sebelum Sheila
sempat melaksanakan niatnya. "Aku bisa melakukannya sendiri," Lucas berusaha
mengambil kain di tangannya namun Sheila segera menariknya menjauh dari jangkauan
tangan pria itu. "Tidak bisakah kau berbaring dan diam sebentar?" Sheila berkata
dengan jengkel. Lucas memelototinya sambil masih berusaha mengambil kain basah itu
dari tangannya. "Tidak. Berikan itu padaku" aahhh" itu sungguh nyaman," Lucas
mendesah saat kain dingin itu menyentuh kulitnya. Sheila hampir saja menyeringai saat
melihat kelegaan menghiasi wajah Lucas. Namun dia segera meredamnya ketika
merasakan kulit yang benar-benar panas di tangannya. Sheila berusaha bersikap
selembut mungkin saat dia meluncurkan kain dingin di tangannya ke kedua lengan
Lucas, lalu berpindah ke leher dan dada telanjangnya. Namun dia tidak dapat
melewatkan wajah Lucas yang berubah menderita saat tangannya mulai turun ke arah
perut pria itu meski Lucas tengah memejamkan matanya. "Apakah aku menggosok
terlalu kuat?" Tanya Sheila cemas. Lucas membuka mata pelan-pelan dan menatap
Sheila seakan dia baru pertama kali melihatnya. 86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m "Sudah kubilang ini bukan ide bagus," Lucas mengerang sambil menutupi wajah
dengan kedua tangan. Nafasnya bertambah cepat seiring setiap usapan kain yang
diberikan oleh Sheila. Pasti karena demamnya, pikir Sheila khawatir. "Kau tahu,"
tiba-tiba saja Lucas duduk hingga Sheila hampir menjatuhkan kain di tangannya karena
terkejut, "Kalau ini idemu untuk mendinginkanku, harus kukatakan bahwa ini tidak
berhasil. Aku butuh mandi air dingin. Sekarang." "Tapi demammu masih tinggi," Sheila
memprotes saat Lucas bangun dari tempat tidur dan berdiri agak terhuyung. Namun
Lucas terus berjalan dengan gontai dan dua kali hampir jatuh dalam perjalanannya
menuju kamar mandi meski pada akhirnya berhasil. Saat Lucas sudah masuk, tidak
lama kemudian Sheila mendengar bunyi berdebam dari dalam kamar mandi hingga dia
langsung menggedor pintunya dari luar. "Lucas!" "Aku tidak apa-apa," terdengar suara
sesuatu yang di seret, "Hanya tertidur di toilet." "Apa kau butuh bantuan di dalam sana"
Aku bisa menggosok punggungmu." Sepertinya dia mendengar Lucas mendengus tapi
tidak terlalu yakin karena dinding yang memisahkan mereka. "Kau sedang berusaha
membunuhku, hah?" Sheila hanya berusaha membantu, jadi dia heran dengan
komentar Lucas. Pasti karena demamnya, dia kembali menyimpulkan sambil
menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah prihatin. *** Lucas lebih mudah ditangani
malam itu. Namun lebih karena pria itu sudah tidak sanggup melawan lagi. Demam
tinggi mengalahkannya dan dia batukbatuk tanpa henti. Sheila mulai merasa cemas dan
menurutnya Lucas harus dibawa ke rumah sakit. Untung saja Jeannie datang. Masih
mengenakan seragam perawat dan dengan Ethan yang tertidur di gendongannya, dia
tiba setelah shiftnya selesai. Sheila mengambil alih Ethan ke dalam gendongannya agar
Jeannie dapat memeriksa Lucas. "Apa dia sudah meminum obatnya?" 87 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m Sheila mengangguk, "Dia memuntahkan sebagian besar
obatnya tapi aku berhasil memaksakannya lagi." Jeannie mengamati penampilan Sheila
Into The Dark - Baby Zee yang acak-acakan dan bekas-bekas tumpahan obat di bagian depan pakaiannya.
Rambutnya di gelung ke atas dan dia tampak lelah, namun Sheila tidak mengeluh
sedikitpun. "Kau harus menempelkan kain dingin ke seluruh tubuhnya. Itu akan
membantu menurunkan demamnya." "Aku sudah mencoba, tapi Lucas menolak dan
menghentikanku di tengah jalan." "Coba lagi. Ayo, sekarang dia tidak punya cukup
tenaga untuk melawan." Sheila meletakkan Ethan di sofa dan menyelimutinya lalu
membantu Jeannie untuk melepaskan pakaian Lucas. Jeannie benar. Lucas hampir
tidak bergerak saat mereka berdua melakukannya. Bahkan dia terlihat tidak sadar.
Matanya terus terpejam dan gerakannya sangat sedikit. Baru saat Jeannie dan Sheila
mulai menempelkan kain basah ke tubuhnya, pria itu bergidik dan berusaha
menyingkirkannya meski tetap tidak membuka mata.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Apa dia baik-baik saja" Kenapa dia tidak bangun?" Sheila bertanya cemas.
"Demamnya sudah terlalu tinggi dan dia mulai kehilangan kesadaran. Kita harus segera
menurunkannya," Jeannie bergerak dengan sangat efisien dan mengganti kain-kain
yang mulai kering karena demam Lucas yang tinggi. "Apa lebih baik kita membawanya
ke rumah sakit?" Sheila menerima kain yang diberikan Jeannie dan memberikan kain
basah baru padanya. "Kita tunggu besok. Kalau dia tidak membaik, kita berdua yang
akan menyeretnya ke sana tidak peduli seberapa kerasnya Lucas menolak." Mereka
terus bekerja tanpa henti hingga akhirnya demam Lucas mulai turun. Masalah datang
saat harus mengganti sprei yang basah. Sheila benar-benar harus menahan tubuh
Lucas di tepi tempat tidur saat Jeannie mengganti spreinya. Bukan perkara mudah
karena bobot Lucas hampir dua kali bobot tubuhnya meski usahanya berbuat manis.
Usaha mereka tidak sia-sia saat akhirnya Lucas tertidur dengan wajah lebih damai dan
berhenti terbatuk. Mereka berdua juga berhasil memakaikan pakaian kering pada Lucas
meski dengan sedikit perjuangan. 88 | "Apakah
kau akan baik-baik saja kalau kutinggal?" Tanya Jeannie sambil membereskan tasnya
dan menggendong Ethan yang masih tertidur. Malam sudah larut dan Sheila melihat
garis-garis kelelahan di wajahnya setelah shift yang panjang dan merawat Lucas. "Tidak
usah khawatir. Istirahatlah, Jeannie," Sheila tersenyum tipis. Jeannie memberikannya
pelukan singkat dengan satu tangan. Tiba-tiba saja dia terkekeh. "Aku tahu akan
terkesan kejam kalau mengatakannya sekarang, tapi aku benar-benar ingin melihat
wajah Lucas saat dia tahu kita mengelap dan mengganti pakaiannya seperti bayi. Dia
akan benar-benar malu karena kita telah melihatnya nyaris telanjang dan tidak berdaya.
Akan jadi terapi yang bagus untuk sikap keras kepalanya." Jeannie tertawa kecil seakan
menikmati lelucon pribadi hingga Sheila mau tidak mau ikut menyeringai. Dia melambai
sebelum pergi dan berjanji akan datang besok pagi sebelum akhirnya meninggalkan
apartemen Lucas. Sheila mengunci pintunya. Lucas harus mulai mempercayainya untuk
tidak kabur, karena kalau dia mau, dia pasti sudah pergi saat ini. Dia membasuh wajah
dan mengganti pakaiannya lalu menghampiri Lucas di tempat tidur. Pria itu tidak lagi
terlihat menderita seperti tadi setelah demamnya agak turun. Sheila mengganti kompres
di dahinya sambil mengamati wajah tidur Lucas. Saat ini Lucas benar-benar terlihat
seperti usia sebenarnya, wajah tanpa beban pria 23 tahun, ketika tidak ada kerutan di
antara kedua alisnya. Sebenarnya apa yang membuat Lucas selalu berwajah seakan
seluruh beban di dunia diletakkan di pundaknya" Lucas tidak pernah terlihat bahagia
dan jarang tertawa. Awal Sheila bertemu dengannya, dia mengira Lucas adalah orang
yang humoris dan suka menggoda. Namun lama kelamaan, Sheila tahu itu hanya kedok
untuk menjeratnya. Meskipun Sheila tahu Lucas bukan orang jahat, dia hanya diliputi
oleh kepahitan karena masa lalunya. Oh ya, Sheila yakin ada sesuatu yang buruk pada
Into The Dark - Baby Zee masa lalu Lucas, bekas luka di punggungnya mengatakan hal itu. Sheila benar-benar
ingin menghapus segala kenangan buruk itu agar Lucas dapat terus berwajah damai
seperti saat ini. Sheila naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sebelah Lucas. Dia
melihat Lucas mengernyit. Mimpi apa yang sedang di alami oleh Lucas" Sheila
melarikan jemarinya ke arah kerutan dalam di antara kedua alisnya dan 89 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m mendengar Lucas menggumamkan sesuatu dengan tidak
jelas sebelum kemudian wajahnya kembali rileks. Dia menggenggam tangan Lucas lalu
menautkan jemari mereka. Sheila membawa tangan Lucas ke dada lalu memeluk Lucas
dengan jemari mereka yang masih bertautan. Lama dia menatap pria di sampingnya
sampai akhirnya dia memejamkan mata menuju kegelapan yang menenangkan. *** 90 |
Bab 12 Sheila bangun bukan karena fajar yang
mulai menyingsing, tapi karena teriakan yang memekakkan telinganya. Dia terduduk
dengan tiba-tiba dan menoleh ke kanan kiri dengan panik, mengira ada kebakaran atau
sesuatu yang menyebabkan teriakan itu. Tapi tidak ada apa-apa, keadaan apartemen
sama seperti saat sebelum dia memejamkan mata. Namun gerakan di sebelahnya
membuatnya sadar bahwa yang berteriak adalah Lucas. Pria itu bergerak dengan
gelisah seperti sedang melawan sesuatu dalam mimpinya. Sheila mengguncang bahu
Lucas untuk membangunkannya dan nyaris kena tampar karena tangan Lucas yang
mengibas ke arahnya. "Lucas! Bangun! Kau harus bangun! Itu hanya mimpi!" Lucas
membuka mata lebar-lebar dan langsung duduk dengan waspada, seakan bersiap
menerima serangan. Dia menoleh kearah Sheila dan tidak melihat tandatanda bahwa
pria itu mengenalinya. Sepertinya Lucas belum sadar sepenuhnya. T-Shirt putih Lucas
basah oleh keringat dan dadanya naik turun dengan cepat. Sheila dapat melihat nadi di
lehernya yang berdetak kuat karena darah yang mengalir deras. Dia mengulurkan
tangannya dan Lucas langsung bergerak mundur. "Ini aku," dia menyentuh keringat
yang menetes menuruni pelipis Lucas, "Kau tidak apa-apa. Hanya mimpi buruk." "Dia
datang," ketakutan membayang di mata Lucas dan pria itu seperti sedang berada di
tempat lain. "Aku sudah bilang berhenti tapi dia tidak mau dengar. Dia tetap
mengayunkan benda itu. Berkali-kali. Aku berusaha melawannya. Dia terlalu besar. Dia


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat besar?" "Lucas!" Sheila menghentikan Lucas yang terus meracau seperti orang
bingung, "Tidak ada siapa-siapa di sini. Hanya ada aku dan kau. Lihat, hanya ada kita
berdua." Lucas mengedarkan pandangannya. Sheila benar. Tidak ada siapa-siapa
kecuali mereka berdua. Sheila mendekatkan dirinya pelan-pelan lalu menempelkan
pipinya di dada Lucas. Dia dapat mendengar jantung Lucas yang berdebar dengan liar
hingga dia melingkarkan kedua lengannya ke sekeliling pria itu. Detak jantung Lucas
mulai melambat dan Sheila merasakan nafasnya yang mulai teratur. Dia baru saja akan
melepaskan pelukannya saat dia merasakan 91 |
lengan Lucas yang merengkuhnya. Pria itu memeluknya sangat erat hingga Sheila sulit
bernafas. Namun dia tidak melakukan apa pun untuk menyadarkan Lucas karena
sepertinya pria itu butuh berpegangan pada sesuatu setelah mimpi yang dialaminya.
"Jangan tinggalkan aku. Berjanjilah kau tidak akan pergi dariku," suara Lucas sarat
dengan emosi hingga rasanya Sheila ingin menangis. Dia mengetatkan pelukannya
sampai nyaris menyamai lengan Lucas yang tengah mendekapnya. "Aku akan selalu
bersamamu, Lucas. Aku berjanji." Mereka berpelukan sangat lama tanpa ada yang
bersuara. Membiarkan keheningan yang menjadi saksi pada janji itu. *** Lucas sudah
sehat. Tidak sepenuhnya. Tapi setidaknya dia mulai dapat berakvitas yang berarti
bekerja kembali. Sheila benar-benar sudah melarangnya, namun rasanya seperti bicara
dengan sebongkah batu. Akhirnya setelah perdebatan yang cukup sengit, Lucas
bersedia libur bekerja di kafe, untuk sementara waktu. Setidaknya sampai dia
benar-benar sehat, karena Sheila masih melihat Lucas yang nampak sangat kelelahan
Into The Dark - Baby Zee saat pulang di sore hari karena kondisi tubuh yang belum pulih sepenuhnya. Setelah
beberapa hari, Lucas yang telah betul-betul pulih memulai aktivitasnya yang padat.
Meski tampaknya dia telah belajar dari pengalaman sakit kemarin, Lucas mengambil
libur kerja satu hari dalam seminggu dan tidak lagi bekerja nyaris 7?24 jam. Setidaknya
Sheila memiliki Lucas selama satu hari penuh
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
setiap minggunya. Dia nyaris menyeringai dengan gagasan itu. Karena terus terang,
Sheila tidak suka kalau hanya bertemu pria itu di malam hari. Itu pun hanya saat tidur.
Dan Lucas kembali tidur di sofa. Sheila tidak bisa berbuat apa-apa soal itu. Akan
memalukan kalau dia meminta Lucas kembali ke tempat tidur dan tidur bersamanya.
Tapi dengan tidak adanya pria itu di sampingnya, entah kenapa tempat tidur jadi terasa
sangat besar. Dan dia kesepian. Sheila mendesah panjang hingga Lucas yang sedang
duduk di sofa sebelahnya sambil menonton televisi langsung menoleh. "Ada yang
mengganggumu?" Lucas mengalihkan pandangan dari acara yang di tontonnya. 92 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Sheila hanya menatapnya. Sebenarnya apa yang
Lucas rasakan tentang dirinya" Apakah pria itu menyukainya" Atau membencinya"
Sepertinya di antara keduanya. Karena kadang Lucas bersikap baik tapi tidak jarang
juga menjadi ketus dan menjaga jarak darinya. Namun satu hal yang pasti, Sheila
menyukai Lucas. Dia mencintainya. Sejak dulu. Apakah salah kalau dia berharap Lucas
juga menyukainya" Atau setidaknya mengetahui perasaan pria itu terhadapnya. Setelah
Lucas memeluknya dan memintanya untuk tidak pergi, harapan Sheila melambung.
Tidak mungkin Lucas berkata begitu kalau tidak memiliki perasaan apa-apa padanya.
Lagipula Lucas pernah menciumnya. Meski mungkin hanya terdorong nafsu, tapi masih
lebih baik daripada tidak ada ketertarikan sama sekali. "Bisakah kau berhenti menatapku
seperti itu dan katakan ada apa sebenarnya?" Lamunannya terputus oleh pertanyaan
Lucas yang menuntut. Pria itu nampak tidak nyaman karena Sheila hanya menatapnya
tanpa bicara. "Kalau aku bertanya sesuatu padamu, maukah kau menjawabnya dengan
jujur?" Lucas terdiam agak lama sebelum menjawab, "Tergantung." Lalu dia kembali
melihat tayangan acara di televisi dan meneguk sekaleng soda di tangannya. Sheila
ragu-ragu sejenak. "Kenapa kau tidak ingin aku meninggalkanmu" Apa karena itu kau
masih menahanku hingga saat ini?" Sheila dapat melihat Lucas menelan minumannya
dengan susah payah. Pandangannya tidak lepas dari televisi. Sepertinya Lucas sengaja
agar tidak perlu menatap Sheila. "Aku tidak pernah bilang begitu," elak Lucas. Mau tidak
mau, Sheila mengernyit dengan heran saat mendengar ucapannya. "Tapi malam itu?"
"Aku tidak ingat. Pasti karena demam. Jangan terlalu dipikirkan. Sekarang biarkan aku
menonton, acaranya sedang bagus." "Apa yang kau takutkan, Lucas?" "Manis, kalau
ada sesuatu yang aku takuti, yang jelas itu bukan kau," kali ini Lucas menoleh padanya
sambil meletakkan kaleng soda di tangannya dengan jengkel. 93 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m "Kalau begitu, tidurlah denganku," Sheila heran suaranya tidak
bergetar saat dia mengatakannya. Sesaat dia melihat Lucas kehilangan kata-kata dan
hanya menatapnya dengan mata terbelalak. "Aku tidak tidur dengan perawan."
Meskipun nada suara Lucas terdengar sinis, namun Sheila dapat melihat jakunnya yang
naik turun sebelum pria itu bicara tadi. "Aku akan jadi yang pertama," Sheila berusaha
menjaga wajah dan suaranya tetap datar. "Aku tidak akan menuntut apa pun darimu."
"Sheila," Lucas berusaha nampak tenang saat bicara namun usahanya tidak terlalu
berhasil. Tangannya mengepal dan dia harus menarik nafas beberapa kali sebelum bisa
berkata. "Ingat yang kukatakan soal Stockholm Syndrome." "Aku tidak sedang
mengalami Stockholm Syndrome!" Lucas terkejut saat melihat ledakan kemarahan
Sheila. Gadis itu kini telah bangkit dari sofa dan berdiri dengan wajah memerah karena
Into The Dark - Baby Zee berteriak begitu keras. Lucas ikut berdiri. Ini tidak bagus. Mungkin dia menggunakan
cara yang salah. Namun dia harus membuat Sheila mengerti bahwa mereka tidak bisa
bersama. Lucas adalah kakaknya. "Sheila, dengarkan aku," Lucas mengulurkan tangan
namun Sheila langsung menepisnya. Dia terlihat sangat marah dan Lucas melihat bibir
bawahnya yang mulai bergetar. Sheila akan menangis, Lucas mengerang dalam hati.
Dia benarbenar harus mencegahnya. Kombinasi air mata dan tatapan sakit hati tidak
akan sanggup dia hadapi. Apalagi dari seorang gadis yang mati-matian dia hindari untuk
mencegahnya meniduri adiknya sendiri. Dia tidak akan bisa menolak Sheila.
"Perasaanmu padaku hanya sesaat. Kalau kau mengabaikannya, perasaan itu akan
hilang seiring waktu yang berjalan." "Tidak," Sheila menggeleng kuat-kuat saat setetes
air mata jatuh ke pipinya. "Perasaan ini tidak akan hilang, Lucas. Aku mencintaimu." Kini
Lucas yang menggelengkan kepalanya dengan tidak setuju. "Kita baru bersama selama
beberapa minggu. Itu bukan waktu yang lama. Terlalu cepat memutuskan bahwa kau
mencintaiku." 94 | Sheila hanya menatapnya
tanpa berkata apa-apa. Namun ada sesuatu di matanya. Sesuatu yang tidak dapat
ditutupinya. Tiba-tiba Lucas merasa ada yang tidak beres di sini. Sheila mengetahui
sesuatu yang tidak Lucas ketahui. "Ada yang ingin kau katakan padaku, Sheila?" Suara
Lucas berubah rendah dan berbahaya. Saat Sheila tidak menjawab dan hanya
memberinya tatapan putus asa, seketika itu juga Lucas merasakan perutnya seakan
diremas. "Kau tahu siapa aku?" Pertanyaan itu di lontarkan dengan sangat lambat dan
dingin. Sheila tidak dapat membendung air matanya lagi dan menutupi wajah dengan
kedua tangan sambil mengangguk. Lucas berusaha mengabaikan rasa tidak nyaman di
perutnya saat dia bertanya lagi dengan lirih. "Apa kau tahu kalau aku adalah kakakmu?"
Kali ini Sheila menggeleng hingga mengejutkan Lucas. Namun saat Sheila bicara,
keterkejutan itu langsung diganti dengan rasa sedingin es yang menjalari tulang
punggungnya. "Kau bukan kakakku. Aku bukan anak kandung ayahku. Aku diadopsi
saat masih bayi," Sheila berkata dengan suara tercekat. Lucas merasakan
pandangannya menggelap. Dia begitu marah hingga rasanya ingin menghantam
sesuatu dengan tangan kosong. "Selama ini kau tahu. Tunggu dulu. Kau sudah tahu
sejak aku muncul di malam prom sekolahmu." Saat Sheila menyingkirkan tangan dari
wajah dan mengangguk dengan air mata berlinang, Lucas merasakan amarahnya naik
ke tingkat yang berbahaya. Dia tertawa getir dan bicara sangat pelan untuk mencegah
dirinya sendiri berteriak. "Jadi selama ini aku yang begitu bodoh." Saat Sheila membuka
mulut untuk memotong, Lucas mengangkat tangan untuk mencegahnya bicara. "Aku
memang bodoh. Mengira akan mudah untuk menipu gadis polos sepertimu. Tapi coba
tebak, kau yang berhasil menipuku. Dengan air mata dan wajah lugumu," Lucas
bertepuk tangan seakan mereka sedang menonton 95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m pertunjukan yang menarik dan dia menyukainya. "Satu pertanyaan, apakah yang
sekarang asli" Apakah kau benar-benar menangis, Sheila?" "Lucas?" "Jadi kau
sengaja mengikutiku" Apa yang terjadi kalau aku tidak kembali ke tempat Madam
Bertha" Jangan dijawab, kau pasti telah menyiapkan segalanya. Ayah akan datang dan
membayarmu, kan" Apa ayah yang menyuruhmu melakukan ini" Dia tidak punya cukup
nyali menemuiku langsung sehingga mengirimmu untuk menyelidiki anak haramnya!"
Lucas menggeram pada kalimat terakhir.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Sheila menggeleng begitu kuat hingga rambutnya menampar wajahnya, "Lucas, kau
salah. Ini tidak seperti yang kau pikirkan." "AKU SALAH"!" Lucas berteriak sangat keras
hingga Sheila nyaris melompat dari tempatnya berdiri. Lalu dia bicara lebih pelan namun
dengan sorot berbahaya di matanya. "Hanya satu kesalahanku, terlalu menganggap
Into The Dark - Baby Zee suci dirimu. Tapi itu akan segera berubah." Lucas mengatakannya tanpa ekspresi dan
Kota Seribu Cerita 1 Pendekar Rajawali Sakti 83 Siluman Muka Kodok Unforgiven Hero 4

Cari Blog Ini