Ceritasilat Novel Online

Into Dark 3

Into The Dark Karya Babyzee Bagian 3


mata biru sedingin es. Pria itu maju selangkah dan Sheila mundur saat merasakan aura
mengancam dari dalam dirinya. "Apa yang kau lakukan?" Sheila melangkah mundur
seiring setiap langkah yang diambil oleh Lucas. "Hal yang seharusnya kulakukan sejak
awal," Lucas melepas T-Shirt dan mencampakkannya ke lantai dengan sembarangan.
"Kenapa, Lucas?" Sheila nyaris menangis lagi dan dia menggosok matanya untuk
mencegah air mata yang hampir jatuh. "Karena aku sudah bersumpah untuk
menghancurkan hidup Trevor McAdams. Kalau itu berarti aku harus merusakmu, maka
itu yang akan kulakukan." "Kenapa kau begitu membenci ayah?" Lucas menghentikan
langkah saat mendengar pertanyaan penuh kesedihan Sheila. Dia tertawa keras. Tawa
pahit yang menggema di ruangan sunyi itu. "Kau sudah melihat punggungku, Manis.
Berbeda dengan hidupmu yang sempurna, itu adalah hidup yang harus kujalani sejak
kecil. Ayah 96 | meninggalkanku dan ibu. Dia
tidak pernah muncul, satu kali pun, bahkan untuk mengakui bahwa aku ada. Terlalu
sibuk bersenang-senang dengan keluarga bahagianya! Sementara aku dan ibu"," dia
terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya sebelum bicara lagi, "Kami hidup
seperti di neraka. Apa kau tahu berapa pukulan yang harus kuterima kalau kekasih
ibuku marah" Apa kau tahu apa yang dia gunakan agar dapat meninggalkan bekas di
punggungku" Kau tidak akan tahu. Kau tidak akan tahu rasanya" saat sabuk itu
mencabik punggungmu"," Lucas menutupi wajahnya dengan dua tangan. Berharap
tindakannya akan menghapus bayangan mengerikan yang muncul di depan matanya.
Lupakan. Lupakan. Lupakan. Saat ini, tangisan Sheila adalah satu-satunya suara di
ruangan itu. Sheila tidak tahu kalau Lucas mengalami hal yang seburuk itu. Dan dia
yakin ayahnya juga tidak tahu. Ayahnya tidak akan membiarkan hal itu terjadi bila
mengetahui apa yang telah di alami Lucas. "Lucas, ayah sangat menyayangimu. Kau
harus percaya padaku. Dia?" Sheila tidak melanjutkan ucapannya dan menjerit ketika
tiba-tiba saja Lucas maju dan mengangkatnya dari lantai. Dia melemparkan Sheila ke
tempat tidur dengan kasar hingga terpelanting beberapa kali sebelum Lucas
menindihnya. "Lucas, jangan! Jangan lakukan ini!" Namun pria itu tidak peduli dan
merenggut pakaiannya. Sheila meronta dan memukul-mukul Lucas hingga kepalan
tangannya terasa kebas. Lucas sama sekali tidak mencegah maupun menunjukkan
ekspresi kesakitan sedikit pun. "Sudah selesai?" Tanya pria itu saat tinju Sheila mulai
melemah dan air mata yang mengalir di pipinya tidak juga berhenti. "Please, jangan."
Akan tetapi Lucas tidak menghiraukan kata-kata penuh permohonan Sheila. Pria itu
begitu marah hingga yang dia pedulikan hanya bagaimana melampiaskannya. Lucas
merobek pakaian dalamnya hingga Sheila telanjang sepenuhnya di bawahnya. Sheila
kembali meronta dan mencakar bahunya. Jejak-jejak darah kecil terlihat di sana dan
Lucas masih tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Seakan dia telah mati rasa
terhadap segalanya. 97 | Lucas menciumnya
dengan brutal hingga Sheila merasakan perih di bibirnya. Dia menggigit bibir Lucas dan
akhirnya Sheila mendengar pria itu meringis kesakitan. Namun hal itu tidak mencegah
Lucas untuk meneruskan tindakannya. Sheila menjerit saat Lucas meremas
payudaranya dengan kasar hingga menimbulkan bekas kemerahan di sana. Lucas
bahkan tidak memegangi tangan Sheila dan membiarkan gadis itu melawan dengan
segenap kekuatan. Lucas menciumi leher Sheila dan meraba seluruh tubuhnya.
Sentuhannya tidak lembut dan bermaksud untuk menyakiti. Dia menarik kaki Sheila
hingga terbuka membuat gadis itu langsung menjerit panik dan menangis lebih keras.
Sheila mendengar suara ritsleting yang dibuka, lalu tangisannya bertambah pilu saat dia
merasakan nyeri yang amat sangat di antara kedua kakinya. Lucas telah merenggut
keperawanannya dengan cara yang paling kejam. Pria yang dicintainya telah
Into The Dark - Baby Zee memperkosanya. *** 98 | Bab 13 Lucas
memasang ritsleting celana jeansnya lalu turun dari tempat tidur untuk mengambil
T-Shirt yang tadi dia lempar. Dia mengenakannya melalui kepala. Lucas mendengar
tangisan lirih Sheila di belakangnya. Dia tidak menoleh. Seluruh tubuhnya gemetar.
Bukan karena kepuasan, tapi lebih mirip sesuatu yang mendesak ingin segera keluar
dari tubuhnya. Dia berjalan keluar dan membanting pintu. Tidak lagi peduli untuk
menguncinya. Lucas menuruni tangga dan keluar dari gedung apartemennya. Lalu
dorongan itu tidak tertahankan lagi. Dia memuntahkan seluruh isi perutnya di tepi
trotoar. Orang-orang yang tengah lalu lalang melihat ke arahnya dengan jijik tapi dia
tidak peduli. Dia mengelap mulutnya, lalu duduk bersandar dengan kaki berselonjor.
Lucas melarikan jemari ke rambutnya dan merasakan keringat dingin yang mengalir
turun dari pelipisnya. Dia telah membalas dendam. Kemarahan yang telah dia pendam
selama bertahun-tahun akhirnya mendapat pelampiasan. Tapi kenapa yang dia rasakan
hanya jijik" Kepada dirinya sendiri" Lucas telah menghancurkan harta paling berharga
Trevor McAdams. Dia telah memperkosa Sheila. Seiring dengan pemikiran itu di
kepalanya, Lucas kembali merasakan dorongan untuk muntah. Kenapa harus Sheila"
Mungkin Lucas tidak akan merasa seburuk ini kalau bukan Sheila yang menjadi
korbannya. Sekarang setelah kemarahan Lucas mulai reda, kejadian tadi berputar
dengan cepat di benaknya. Tidak peduli meski gadis itu menipunya, atau berpura-pura
lugu untuk menjeratnya, seberapa buruk pun Sheila, dia tidak dapat mengingkari satu
hal. Dia mencintai Sheila. Kenyataan itu menghantamnya seperti lelucon yang kejam.
Tadi dia begitu marah sehingga tidak memikirkan tindakannya. Yang ada dipikirannya
hanyalah membalas dendam pada ayah yang meninggalkannya untuk hidup seperti di
neraka. Dan dia melampiaskan dendamnya pada gadis yang dicintainya. Ya Tuhan, apa
yang telah dia lakukan" Sheila adalah seorang perawan, dan Lucas menidurinya seperti
seorang pelacur rendahan. Dia masih ingat jeritan kesakitan Sheila saat Lucas merobek
selaput dara gadis itu. Tanpa menunggu Sheila siap. Dia tidak dapat membayangkan
rasa sakit yang harus ditanggung Sheila. Dan Lucas yang menyebabkan rasa sakit itu.
Sheila tidak akan pernah memaafkannya. Mungkin memang inilah takdir yang digariskan
padanya. Di tinggalkan oleh orang-orang yang dia cintai dan 99 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m menjalani hidup di kegelapan tak berdasar. Namun kali ini, dia tidak
dapat menyalahkan takdir. Karena dia sendiri yang menyebabkan satu-satunya orang
yang dia cintai membencinya. Dan tidak ada yang dapat dia lakukan untuk
mengubahnya. *** Sheila meringkuk di tempat tidur sambil memeluk dirinya lebih erat.
Rasa dingin yang dia rasakan saat ini bukan karena ketelanjangannya. Begitu juga
dengan rasa nyerinya. Seluruh tubuhnya memang sakit, terutama bagian di antara
kedua kakinya. Tapi keadaan hatinya jauh lebih parah daripada itu. Dia
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
hancur. Begitu hancurnya hingga dia tidak tahu bagaimana membuat dirinya utuh
kembali. Dia tidak bisa lagi menangis. Air matanya telah kering ketika Lucas
memperkosanya tadi. Begitu juga dengan suaranya, hanya tinggal isakan lirih yang
tersisa. Sheila hanya berbaring tak bergerak. Dia merasa dikhianati. Oleh seseorang
yang telah menjadi cinta dalam hidupnya. Sejak dulu. Dia memejamkan mata.
Mengingat ketika pertama kali ayahnya menunjukkan foto pria itu padanya. Foto Lucas.
Dadanya serasa di tusuk-tusuk. Malaikat itu. Malaikat yang dicintainya telah mencabik
dirinya seperti seorang iblis. Tanpa menunjukkan belas kasihan sedikit pun. Semua
dilakukan karena dendam. Dendam pada ayahnya yang juga ayah Lucas. Trevor
McAdams. Sheila mengingat pertemuan pertama mereka. Bagaimana dia menjadi
begitu terkejut ketika Lucas muncul di situ. Tidak mungkin dia salah karena ayahnya
Into The Dark - Baby Zee tidak pernah berhenti bercerita tentang Lucas sejak dirinya mulai mengerti. Ayahnya
begitu membanggakan Lucas, begitu menyayanginya, meski tidak dapat mendekat. Ibu
Lucas tidak pernah mengijinkannya. Selalu mengancam akan bunuh diri kalau Trevor
McAdams mengatakan pada Lucas siapa dirinya sebenarnya. Ayahnya mundur teratur,
mengingat keadaan ibu Lucas, Melanie, yang labil karena obat-obatan yang
dikonsumsinya. Tapi dia selalu mengamati Lucas dari jauh. Ayahnya selalu
menunjukkan foto Lucas sejak dia masih kecil. Bercerita dengan penuh kegembiraan
bahwa Sheila memiliki seorang kakak di luar sana. Meski Lucas bukan benar-benar
kakaknya. 100 | Sheila bukan putri dari Trevor
McAdams. Ayahnya telah mengatakan itu sejak usianya 13 tahun agar Sheila tidak perlu
mendengarnya dari orang lain. Trevor mengadopsinya sejak bayi, karena istrinya tidak
dapat memiliki anak disebabkan oleh kondisinya yang lemah, bahkan sejak awal mereka
menikah. Barbara, istri Trevor sekaligus ibu tiri Sheila, mengidap penyakit jantung sejak
kecil. Hingga akhirnya penyakit itu merenggut hidupnya lima tahun yang lalu. Sejak
itulah ayahnya memberitahu tentang Lucas dan dirinya yang anak angkat. Namun
kenyataan itu tidak mengurangi rasa cinta Trevor pada dirinya. Trevor selalu
membesarkan Sheila seperti anaknya sendiri, anak yang tidak pernah dapat dimilikinya.
Dan Sheila menyayangi ayahnya karena itu. Sheila tidak pernah iri pada Lucas, meski
ayahnya selalu bercerita dengan penuh cinta tentang putra satu-satunya itu. Sebaliknya,
dia jatuh cinta dengan sosok yang diceritakan ayahnya. Meski mungkin ayahnya
bercerita agar Sheila menyayangi Lucas sebagai seorang kakak, tapi dia tidak dapat
mencegah perasaan yang timbul dalam dirinya. Dia telah jatuh cinta pada Lucas
sebelum dia bertemu dengan pria itu. Hingga di malam prom sekolahnya. Dia tidak
dapat mempercayai matanya sendiri. Akhirnya dia nekat bertanya pada pria yang saat
itu berbicara pada Lucas dan dugaannya terbukti. Dia telah ratusan kali melihat foto
Lucas, sejak pria itu masih kecil hingga dewasa, dan melihat sosoknya secara langsung
membuatnya senang sekaligus gugup. Sheila begitu penasaran dengan sosok yang
selama ini selalu diceritakan padanya, hingga dia mengabaikan alarm yang berdering di
kepalanya setiap Lucas berada di dekatnya. Dan akhirnya terjerumus ke dalam rencana
pria itu. Sheila berusaha bergerak meski tubuhnya seperti baru saja dipukuli. Dia meraih
selimut di sampingnya dan memakainya untuk menutupi dirinya. Darah masih mengalir
menuruni kakinya ketika dia mencoba berdiri. Sheila berjalan dengan tertatih-tatih. Dia
harus pergi dari sini. Dia tidak sanggup tinggal di sini lagi. Sebesar apapun cintanya
pada Lucas sebelum ini, tidak berpengaruh lagi padanya. Dia ketakutan. Dan yang
menyebabkan ketakutan itu adalah Lucas. Matanya menangkap benda berwarna hitam
di atas meja. Ponsel Lucas. Pria itu tidak membawanya ketika pergi tadi. Sheila tidak
menyia-nyiakan peluang itu. Dia mengambil ponsel itu dan langsung menekan nomor
telepon Jeannie. "Hai, Lucas. Ada apa?" Suara riang Jeannie menyapanya.
Tenggorokannya tercekat. Sheila berusaha menguatkan diri dan bicara. 101 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m "Ini aku. Jeannie, bisakah kau datang?" "Sheila" Ada apa"
Kukira kau sedang bersama Lucas," Jeannie bertanya dengan bingung. Namun ketika
tidak segera mendapat jawaban dari seberang, wanita itu memanggilnya penuh
kecemasan. "Sheila" Kau masih di situ?" "Jeannie, datang saja. Kumohon." Menilai dari
suara Sheila yang tidak lazim, Jeannie merasa ada yang tidak beres dengan gadis itu.
Dia tidak bertanya lagi. "Aku ke sana sekarang." Jeannie menutup telepon. Sheila
meletakkan ponsel itu kembali. Tadi dia tidak benar-benar memperhatikan, namun kini
matanya menangkap gambar yang ada di layar ponsel itu. Fotonya bersama Lucas. Di
ambil ketika mereka pergi ke taman hiburan minggu lalu. Dia sedang tertawa bahagia
meski Lucas seperti biasa hanya menunjukkan wajah cemberut. Namun pria itu tidak
menunjukkan keberatannya ketika Sheila mengajaknya berfoto. Sheila memalingkan
Into The Dark - Baby Zee wajahnya. Dia akan melupakan semuanya. Sama seperti dia akan melupakan Lucas. ***
Lucas berjalan gontai menuju apartemennya. Saat ini, dia benar-benar tidak tahu apa
yang dia inginkan. Pikirannya kacau balau. Tiba-tiba membalas dendam pada ayahnya
tidak lagi berarti. Dia hanya ingin Sheila memaafkannya. Kalau itu mungkin. Dia tidak
peduli jika ternyata selama ini gadis itu hanya diperintahkan oleh ayahnya untuk
menyelidiki dirinya. Dia bahkan tidak akan peduli jika Sheila selama ini berbohong dan
pura-pura menyukainya. Perbuatannya pada Sheila telah menghapus segala kesalahan
apa pun yang telah gadis itu lakukan. Lucas hanya berharap Sheila mau
memaafkannya. Dan tidak merasa jijik pada dirinya. Meskipun saat ini itulah yang dia
rasakan terhadap dirinya sendiri. Lucas berhenti di depan pintu apartemennya.
Ragu-ragu sebelum masuk ke dalam. Dia akan menerima apa pun. Bahkan jika Sheila
berteriak dan memakinya. Dia hanya tidak akan sanggup bertahan kalau gadis itu
berkata bahwa dia membenci Lucas. Yang dia yakin pasti itu yang di rasakan Sheila
saat ini kepadanya. 102 | Dia memutar gagang
pintu dan masuk ke dalam. Alih-alih melihat Sheila, yang dia temukan adalah Jeannie
yang sedang mengganti sprei. "Di mana dia?" Jeannie menegang saat mendengar
kedatangan Lucas. Dia menoleh perlahan dan Lucas melihat bara api di matanya.
Jeannie melempar benda pertama yang dia lihat, sebuah mug, dan melemparkannya ke
arah Lucas. Benda itu menghantam dinding di belakang Lucas dan pecah
berkeping-keping. Jeannie menghampirinya dengan langkah-langkah lebar dan
mendorong Lucas penuh kemarahan. "Hanya itu yang bisa kau katakan"! Setelah apa
yang kau lakukan padanya! Dia bahkan tidak sanggup bicara saat aku datang ke sini!"
Jeannie berteriak dan menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi. Baru pertama kali
Lucas melihatnya marah hingga kehilangan kendali seperti ini. "Teganya kau, Lucas! Dia
mencintaimu! Dan kau bertingkah seperti binatang padanya. Sheila memar hampir di
seluruh tubuhnya. Dia" dia masih berdarah ketika aku datang." Wajah Lucas langsung
seputih kertas saat mendengarnya. Setan macam apa yang telah merasukinya hingga
berbuat sekejam itu pada Sheila" Kata-kata Jeannie selanjutnya tidak membuat
perasaan Lucas menjadi lebih baik. "Oh Tuhan" gadis malang itu bahkan tidak bisa lagi
menangis. Dia hanya diam seperti patung saat aku membersihkan dirinya." Suara
Jeannie bergetar dan dia tidak bisa lagi menahan air matanya. Lucas mencengkeram
kedua bahunya dan bertanya tegas.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Di mana dia?" Lucas memberi penekanan pada setiap kata yang di ucapkannya.
Jeannie menatapnya dengan penuh kebencian saat bicara. "Aku membiarkannya pergi,"
dia mendesis marah, "Dia tidak bisa berada disini lagi. Dia tidak bisa bersamamu.
Mendengarku menyebut namamu saja membuat Sheila menjerit seperti orang gila. Aku
harus memberinya obat penenang agar bisa membawanya pergi dari sini." "Ke mana
kau membawanya?" Cengkeraman Lucas di bahu Jeannie makin erat dan suaranya
terdengar tidak sabar. "Pulang," Jeannie berkata singkat. 103 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m Lucas melepaskannya dan bergegas pergi. Namun Jeannie menarik
tangannya. Dia menoleh dengan kesal. "Lucas, kau tidak mengerti. Dia tidak ingin
bertemu denganmu. Kau telah menghancurkannya. Hati dan tubuhnya," Jeannie
menyodorkan sprei bernoda darah yang tadi dipegangnya. Lucas terpaku dan kembali
merasa muak pada dirinya sendiri saat melihatnya. "Jauhi Sheila. Selamanya." ***
Jessica menatap sahabatnya. Tidak sekalipun dia pernah melihat Sheila sekacau ini.
Seorang wanita bernama Jeannie yang membawa Sheila ke tempatnya. Dia tidak
mengenalnya, wanita itu terlalu tua untuk menjadi teman Sheila. Tapi tampaknya Sheila
mempercayai wanita itu dari cara dia bersandar dan membiarkan Jeannie
Into The Dark - Baby Zee membawanya. Saat itu, dia nyaris tidak mempercayai matanya sendiri saat melihat
keadaan Sheila. Gadis itu mengenakan gaun katun sederhana dengan jaket di atasnya.
Rambutnya di kepang satu dengan rapi, seakan orang lain mendandaninya dan
berusaha menutupi keadaannya yang kacau. Namun dengan mata sembab, wajah kuyu,
dan bibir bengkak, Jessica tahu telah terjadi sesuatu pada Sheila. Dia telah bertanya,
tapi Sheila hanya menggeleng dan tidak mau bercerita. Jessica sering memergoki
Sheila menangis saat sahabatnya itu mengira tidak ada yang melihat. Meski hanya
isakan yang nyaris tanpa suara, tapi Jessica masih dapat mendengarnya. Sudah hampir
seminggu Sheila berada di rumahnya, dan Jessica sudah tidak tahan lagi. Dia harus
tahu apa yang terjadi. "Sheila, tidakkah kau ingin menceritakan sesuatu padaku?" Dia
duduk di sebelah Sheila yang sedang berada di balkon sambil menatap ke kejauhan.
"Tidak ada apa-apa, Jess. Aku hanya rindu pada ayah," Sheila tersenyum samar.
Namun matanya sama sekali tidak ikut tersenyum. Bahkan, Jessica tidak melihat binar
yang biasanya menghiasi mata Sheila. "Kau ingin aku menghubungi ayahmu?" Tawar
Jessica. Sheila menggeleng, "Aku akan menunggunya pulang." Jessica menatapnya
penuh selidik, "Di mana ponselmu, Sheila?" 104 |
"Sudah kubilang aku menghilangkannya," Sheila mengalihkan pandangan darinya dan
kembali menatap ke luar balkon. "Sebelum atau setelah ke tempat Bibi Sophie?" "Aku
tidak ingat." Sheila pembohong yang buruk. Jessica tahu saat ini sahabatnya tengah
berbohong karena dia telah mengenalnya hampir seumur hidup. "Di mana kau berada
selama ini, Sheila" Aku tahu kau tidak tinggal di tempat Bibi Sophie. Dan aku baru
pertama kali melihat teman yang membawamu ke sini. Jangan berbohong dan bilang dia
adalah saudara jauhmu atau apa pun." Sheila masih tidak menjawab bahkan tidak
menoleh padanya. "Apakah ini ada hubungan dengan pria bernama Lucas itu?" Kali ini
Sheila membalas tatapan Jessica dan dia melihat matanya yang berkacakaca. "Please,
bisakah kita tidak membicarakannya" Aku akan benar-benar menghargai kalau kau
tidak bertanya lagi, Jess." "Jadi memang ada hubungannya dengan dia," Jessica
berusaha agar suaranya tidak terdengar terlalu marah. Dia belum pernah bertemu
dengan pria bernama Lucas ini, namun dia telah membencinya karena melihat
penderitaan yang disebabkan pria itu pada Sheila. "Aku ingin tidur," Sheila berdiri
seketika itu juga. Jessica mengikutinya ke dalam apartemen saat Sheila berjalan masuk
ke sana. "Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi." Sheila menghentikan langkahnya dan
menoleh pada Jessica. "Tapi dengan satu syarat," lanjut Jessica. Sheila mengerutkan
alisnya penuh tanya. "Kau harus pergi keluar. Bersenang-senang untuk menghilangkan
apa pun yang mengganggu pikiranmu." "Tapi?" "Ayolah. Aku juga sudah bosan di
rumah terus," rengek Jessica. "Baiklah," Sheila mendesah pasrah, "Ke mana?" 105 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m "Belanja," jawab Jessica otomatis, "Kau
benar-benar harus mengenakan gaun murahan itu." berhenti Sheila menunduk dan
mengamati gaun kuning sederhana yang sedang dikenakannya. Dan entah kenapa, dia
tidak suka mendengar nada mencemooh Jessica terhadap gaun yang diberikan Lucas
untuknya. Ternyata meski pria itu telah menyakitinya begitu dalam, dia masih ingin
membelanya. Sungguh menyedihkan. "Ayo cepat, sebelum kau berubah pikiran,"
Jessica tidak membuang-buang waktu dan langsung menyambar tas. Sheila
membiarkan dirinya ditarik keluar oleh sahabatnya. Mungkin Jessica benar. Dia harus
berhenti terpuruk dan berusaha melupakan Lucas. Karena satu hal yang pasti, Sheila
tidak sanggup lagi bertemu pria itu. Sudah tidak ada lagi ruang untuk Lucas di hatinya.


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Lucas datang lagi ke rumah itu. Entah untuk ke berapa kalinya. Meskipun dulu dia
pernah bersumpah untuk tidak kembali lagi ke sana, namun dia tidak tahu harus
mencari Sheila ke mana lagi. Security yang berjaga di depan pintu gerbang langsung
menatapnya dengan jengkel saat dia datang lagi. Lucas dapat mengerti hal itu, karena
Into The Dark - Baby Zee setiap datang dia selalu bertanya hal yang sama dan berkali-kali juga mendapat
jawaban yang sama. Security itu, yang belakangan ia ketahui bernama Billy, bahkan
menjawab pertanyaan tak terucap Lucas sebelum dia benar-benar berhenti di
depannya. "Miss Sheila belum pulang." Lucas mendesah panjang. "Apa tidak ada yang
bisa memberitahuku di mana dia berada?" "Kami tidak memberi tahu keberadaan
majikan kami pada sembarang orang," Billy menjawab dengan dingin. Lucas sudah siap
berbalik pergi saat mendengar suara Billy, "Dan tolong jangan datang setiap hari.
Tinggalkan saja nomor telepon dan saya akan menghubungi anda begitu Miss Sheila
ada di rumah." Lucas mendengus dengan tidak percaya. Seakan Billy mau repot-repot
melakukan itu untuknya, dia mencibir dalam hati. Dia baru berjalan beberapa 106 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m langkah saat sebuah mobil BMW hitam melintas di
sebelahnya. Dia membeku. Lalu menurunkan topinya lebih dalam dan cepat-cepat pergi
dari situ. Sayangnya, dia tidak cukup cepat. Lucas mendengar mobil itu mendadak
berhenti lalu seseorang membuka pintu. Dan suara seorang pria yang memanggil
namanya. "Lucas." Dia pura-pura tidak mendengar dan berjalan lebih cepat. Terdengar
suara orang Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
berlari di belakangnya. Dia tidak akan lari untuk menghindar. Dia bukan seorang
pengecut. Lucas membalikkan badan dan memasang ekspresi sedatar mungkin pada
wajahnya. Mata biru gelapnya sewarna badai. Seorang pria setengah baya, berusia
sekitar akhir empat puluhan, menatapnya dengan tercengang. Setelan mahalnya buatan
Italia dan dijahit khusus agar pas di tubuhnya yang masih tegap. Rambut pirangnya
telah dihiasi helai-helai putih di bagian pelipis. Lucas seperti melihat dirinya sendiri di
masa tua. Oke, mungkin tidak terlalu tua. Karena Trevor McAdams jelas terlihat lebih
muda dan masih sangat bugar di usianya saat ini. Trevor McAdams masih menatapnya
tanpa berkata apa-apa seakan-akan sedang trans. Jadi, Lucas yang lebih dulu
membuka percakapan. "Hai, Ayah," suara Lucas begitu tenang dan tanpa emosi, seperti
raut wajahnya saat ini. Ayahnya seakan baru terbangun dari tidur dan mengerjapkan
mata beberapa kali. Hampir tidak percaya bahwa Lucas berdiri di depannya dan bicara
tanpa meneriakinya. "Hallo," sosok pria penuh percaya diri itu tiba-tiba terlihat rapuh di
hadapannya. Wajahnya diliputi berbagai macam emosi hingga Lucas takut ayahnya
tiba-tiba akan menghambur ke arahnya dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu?"
"Baik," jawab Lucas acuh. Lalu hening. Ayahnya tampak salah tingkah dan tidak tahu
harus berkata apa lagi. Lucas tahu suasana sangat canggung saat ini, tapi dia tidak mau
repot-repot untuk memecahkan kecanggungan itu. Setelah keheningan yang cukup
menyiksa, akhirnya Trevor McAdams buka suara lagi. "Kau datang untuk bertemu
denganku?" 107 | Lucas mendengar harapan
dalam suaranya, dan dia akan mematahkannya seketika itu juga. Sama seperti yang
dilakukan ayahnya pada Lucas sejak dulu. "Dia mencari Miss Sheila." Billy, si security,
tiba-tiba muncul dan berkata angkuh. Tukang ikut campur, Lucas menggeram dalam
hati. "Sheila?" Ayahnya tampak bingung, "Kenapa kau mencarinya" Tunggu dulu. Sejak
kapan kalian saling mengenal?" Kalau ayahnya sedang berakting, Lucas yakin dia layak
mendapat Academy Award. Namun Trevor McAdams terlihat benar-benar bingung.
"Bukan kau yang menyuruh dia untuk menyelidikiku?" Lucas berharap suaranya tetap
datar dan tanpa emosi. Dia tidak ingin ayahnya tahu bahwa dia sedang sangat gugup
menunggu jawabannya. Dan jawaban ayahnya akan menentukan apakah dia telah
mengacau sedemikian parah hingga tidak dapat diperbaiki lagi. "Menyelidiki?" Ayahnya
hanya bisa mengulangi kata-kata Lucas dengan wajah tidak mengerti. Lalu dia bicara
lagi dengan nada menuntut. Penjelasan lebih tepatnya. "Apa yang terjadi selama aku di
Into The Dark - Baby Zee Perancis?" Resmi sudah. Lucas telah mengacau. Dengan sangat buruk. Sheila tidak
pernah berbohong padanya. Gadis itu selugu dan sepolos yang selama ini
diperlihatkannya. Sebelum Lucas menghancurkannya. Dadanya serasa ditusuktusuk.
Kenapa dia selalu menaruh curiga dan sulit mempercayai orang lain" Bahkan gadis
yang dicintainya. Penyebabnya ada di hadapannya. Ayahnya telah membuat Lucas
tidak lagi percaya pada orang lain. Semua karena pria yang telah meninggalkan dirinya
dan ibunya. Tiba-tiba dia ingin menertawakan dirinya sendiri. Apa yang dia pikirkan"
Kalau memang harus ada yang disalahkan atas kejadian ini, dialah orangnya. Tidak ada
yang memaksanya untuk merusak Sheila. Dia melakukannya tanpa dorongan siapapun.
Kecuali dendam yang telah bercokol dihatinya sejak lama. Dia membuang-buang waktu.
Berdiri di sini bersama ayahnya sama sekali tidak berguna. Dia harus menemukan
Sheila. Gadis itu harus memaafkannya. Bahkan jika Lucas harus bersimpuh di kaki
Sheila, dia akan melakukannya. Dia tidak 108 |
akan sanggup hidup dengan beban rasa bersalah ini selamanya. Egois memang. Tapi
dia tidak peduli. Dia akan membuat Sheila kembali padanya bagaimanapun caranya.
Lucas berbalik pergi tanpa mengucapkan apa pun lagi. Tidak mempedulikan ayahnya
yang memanggilnya berkali-kali. Dia sudah tidak punya urusan dengan pria itu. Menurut
Lucas, ayahnya sudah mati sejak pria itu melangkahkan kaki pergi meninggalkan dia
dan ibunya. "Lucas, kembali!" Lucas mendengar nada panik dalam suara ayahnya. Dia
berusaha mengabaikannya dan terus berjalan. "Aku bisa mengantarmu pada Sheila."
Lucas berhenti melangkah. Kemarahan mengumpul di dada dan naik hingga ke
ubun-ubunnya. Saat dia menghadapi ayahnya, wajah Lucas tidak lagi datar, namun
berkerut penuh amarah. "Semudah itu?" Dia mendengar suaranya sendiri yang mirip
geraman, "Kau bahkan tidak tahu kenapa aku mencarinya. Kau tidak tahu bagaimana
cara kami bertemu. Kau tidak tahu apa yang telah dia alami karena aku," Trevor
McAdams menatapnya tanpa berkedip. "Dan kau," Lucas tidak dapat mencegahnya.
Ayahnya turut andil dalam kekacauan ini, sejak awal. "Bagaimana kalau ternyata aku
berniat jahat padanya" Kau akan melemparkannya padaku begitu saja" Kau anggap dia
apa, hah"! Satu lagi anak yang siap kau korbankan"!" Lucas mengakhiri semburan
amarahnya dengan nafas tersengal. Ayahnya tampak benar-benar menderita
mendengar kata-katanya. "Lucas, aku tidak akan pernah mengorbankan dirimu atau
Sheila demi apa pun. Aku mencintai kalian berdua." Lucas benar-benar ingin meledak
tertawa saat ini. Begitu banyak kata cinta yang diucapkan padanya dalam beberapa hari
ini daripada yang dia terima selama 23 tahun hidupnya. "Apa kau selalu mengabaikan
orang yang kau cintai" Seperti menyingkirkan mereka dari hidupmu seakan mereka
tidak pernah ada," Lucas mendengar suaranya sendiri yang bergetar saat bicara.
Brengsek. Dia tidak akan membiarkan emosi menguasai dirinya. Dia telah berlatih cukup
lama untuk menghadapi hari ini. Hari di mana dia bisa tertawa penuh kepuasan di depan
109 | wajah Trevor McAdams saat melihat pria
itu hancur berantakan di depannya. Namun semuanya telah melenceng dari yang dia
rencanakan. Sheila telah merubah segalanya. Gadis itu telah memberi tujuan dalam
hidup Lucas. Dan saat ini, dia benarbenar terkejut bahwa dia sungguh-sungguh tidak
peduli lagi pada balas dendamnya. Meski bukan berarti dia akan memaafkan ayahnya
begitu saja. "Kau salah paham, Lucas. Aku benar-benar tidak punya pilihan. Keluargaku
telah terikat pertunangan dengan keluarga Barbara, mendiang istriku, sejak lama. Aku
tidak bisa meninggalkannya. Dia lemah dan sakit-sakitan sejak kecil. Bahkan kami tidak
bisa memiliki anak karena kondisinya. Ibumu wanita yang mandiri dan kuat?" "Ibuku
jadi pecandu sejak kau pergi dan mati karena obat-obatan. Kau salah, Ayah. Dia tidak
sekuat itu," kegetiran mewarnai suara Lucas. Ayahnya hanya menatap Lucas dengan
tidak berdaya. "Aku tahu." "Kau tahu"! Kau tahu tapi tidak berbuat apa-apa"! Bahkan
Into The Dark - Baby Zee untuk melindungi anakmu satu-satunya dari?" Lucas tidak sanggup bicara lagi.
Matanya terasa panas hingga dia harus mengerjap beberapa kali agar dapat melihat
ayahnya dengan jelas. "Aku tidak bisa. Ibumu selalu mengancam akan bunuh diri kalau
aku sampai mengambilmu darinya. Dia sedang labil dan aku tidak berani menguji
katakatanya," ayahnya nampak sangat frustasi dan menyapukan kedua tangan pada
rambut pirangnya. Sekarang Lucas tahu darimana kebiasaannya berasal. Lucas tidak
ingin mendengar lagi. Tidak ada penjelasan apa pun dari ayahnya yang dapat membuat
dia memaafkan begitu saja. Fisiknya telah terluka begitu parah. Belum lagi jiwanya. "Aku
harus pergi," kali ini Lucas benar-benar berjalan cepat tanpa menoleh
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
lagi. "Apapun yang terjadi antara kau dan Sheila, aku yakin kau tidak datang untuk
menyakitinya," dia mendengar ayahnya berkata meski tidak mengejarnya. 110 | R a t u b u k u . b l o g s p o t . c o m Terlambat. Lucas telah menyakiti Sheila dan dia yakin
ayahnya tidak akan berkata seyakin itu kalau dia tahu apa yang telah Lucas lakukan.
Lucas menghentikan langkah dan menoleh sedikit. "Di mana dia?" "Dia di apartemen
Jessica, sahabatnya." "Berikan alamatnya padaku." "Aku bisa mengantarmu padanya."
Lucas menggeleng tegas, "Berikan saja alamatnya." Ayahnya menghela nafas panjang
sebelum meraih pena di sakunya lalu menuliskan alamat di secarik kertas kecil. Dia
memberikannya pada Lucas yang tidak membalas tatapannya sama sekali. "Maafkan
aku, Lucas. Atas segalanya." Lucas pergi tanpa berkata-kata. Berusaha tidak
mempedulikan nyeri yang berkumpul di dada karena kata-kata ayahnya. *** 111 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Bab 14 Lucas menatap bangunan berdinding bata di
hadapannya. Sejenak dia ragu. Bukan. Dia takut. Takut kalau dia mengetuk pintu itu lalu
bertemu Sheila, gadis itu akan muncul dan berkata bahwa dia membenci Lucas. Bahwa
dia tidak dapat memaafkan Lucas. Lucas yakin dia akan hancur kalau hal itu terjadi.
Tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa. Semua karena kesalahannya sendiri. Namun dia
tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kalau dia tidak menemui Sheila. Bisa saja
gadis itu telah memaafkannya. Dia tersenyum miris. Harapannya sungguh terlalu tinggi.
Setidaknya dia bisa berpegangan pada harapan tipis itu. Dia memang bukan pengecut,
tapi dia tetap butuh sesuatu untuk mendorong keberaniannya. Lucas memencet bel.
Telapak tangannya berkeringat karena gugup. Tidak berapa lama, seorang wanita paruh
baya dengan rambut disanggul ketat muncul membukakan pintu. "Cari siapa?" Tanya
wanita itu dengan senyum hangat di bibirnya. "Aku ingin bertemu dengan Jessica
Walter. Apakah dia ada?" Ekspresi wajah Lucas yang tenang sangat bertentangan
dengan detak jantungnya yang berpacu seperti kuda liar. Dia sengaja berpura-pura
mencari teman Sheila itu, karena kalau dia langsung menanyakan Sheila, bisa saja
gadis itu langsung bisa menduga kedatangannya dan langsung kabur sebelum bertemu
dengannya. Lucas hanya berharap semoga sahabat Sheila ini bisa diajak bekerjasama
dan membiarkan dirinya menemui Sheila. "Aku akan mengeceknya dulu. Bisakah kau
menunggu di sini" Karena aku tidak dapat membiarkanmu masuk sebelum penghuni di
sini mengijinkan," wanita itu tersenyum meminta maaf. Lucas balas tersenyum tipis.
"Tidak masalah. Aku akan menunggu." Pintu di depannya ditutup kembali dan dia berdiri
dengan cemas sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana. Inilah saatnya. Lucas
sudah menyiapkan berbagai macam bujukan bahkan kalau perlu ancaman agar Jessica
membiarkannya bertemu Sheila. Dia akan sangat memaksa kalau perlu. Pintu kembali
terbuka dan Lucas langsung membuka mulut. Siap dengan rentetan kata-kata yang
sudah berada diujung lidahnya. Namun dia hanya bisa terdiam saking terkejutnya. 112 |
"Jessica sedang per"," kata-kata Sheila
seketika terputus saat melihat pria di hadapannya. Wajah Sheila langsung pucat seperti
Into The Dark - Baby Zee mayat. Dia berbalik untuk lari dan saat itu juga Lucas meraih pergelangan tangannya.
Sheila menepisnya dengan keras. Seakan tidak tahan dengan sentuhan itu. Tangannya
tersilang di depan dada untuk melindungi diri. "Sheila?" "Mau apa kau?" Suara Sheila
seperti tercekik dan badannya gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pemandangan itu membuat Lucas sakit lebih daripada bila seseorang menikamkan
belati ke dadanya. "Aku ingin bicara." Lucas maju selangkah dan Sheila mundur dengan
waspada. Dia memeluk dirinya sendiri makin erat, siap jika Lucas akan kembali
menyakitinya. Lucas tidak akan pernah menyakiti Sheila. Tidak lagi. Dia telah mendapat
pelajaran dari pengalamannya yang terakhir. Kehilangan gadis itu membuatnya lebih
menderita dari yang Sheila ketahui. "Please, jangan mendekat." Lucas dapat mendengar
ketakutan dalam suara Sheila dan nyeri di dadanya makin menjadi-jadi. "Aku tidak akan
menyakitimu, Sheila," Lucas berkata sendu. Dia dapat melihat bahwa Sheila tidak
mempercayai kata-katanya. "Aku hanya ingin minta maaf." "Kau sudah dimaafkan,"
Sheila berkata cepat, "Sekarang pergilah." Lucas kembali mendekatinya hingga Sheila
mundur lebih jauh. "Kau takut padaku?" Sheila menggeleng tanpa melepaskan
pandangannya dari Lucas, seakan takut pria itu sewaktu-waktu akan menerkamnya.
Sangat bertentangan dengan penyangkalannya. Lucas menelan ludah dengan susah
payah. Berharap suaranya tetap tenang saat bicara lagi. "Apakah aku tidak termaafkan,
Sheila?" "Kau sudah dimaafkan." 113 | "Kau
bersungguh-sungguh" Atau kau hanya mengatakannya agar aku cepat pergi?" Sheila
tidak menjawab dan hanya menggigit bibir bawahnya. Dia takut. Takut kalau dia tidak
bilang kalau telah memaafkan Lucas, pria itu akan marah dan berbuat di luar kendali.
Sheila telah merasakan dampak kemarahan Lucas. Dia tidak ingin mengalaminya lagi.
"Bisakah kau pergi sekarang" Aku sedang tidak enak badan dan ingin beristirahat,"
nada suara Sheila memohon namun Lucas mengabaikannya. Dia harus mendapat
jawaban sebelum pergi dari sini. "Masihkah kau mencintaiku?" Sheila merasakan
dorongan untuk menjerit dan tertawa sekaligus saking frustasinya. Berani-beraninya
Lucas menanyakan hal itu setelah yang pria itu lakukan padanya. Kalau memang masih
ada cinta pada dirinya untuk Lucas, maka dia adalah gadis yang sangat bodoh.
Sayangnya, dia adalah gadis paling idiot sedunia. "Aku tidak pernah mencintaimu. Kau
benar. Yang kurasakan hanya Stockholm Syndrome. Perbuatanmu padaku telah
menyadarkanku," Sheila berusaha berdiri setegak mungkin saat mengatakannya.
Padahal kakinya begitu lemas dan yang dia inginkan saat ini hanya pegangan agar tetap
bisa berdiri. "Aku mencintaimu." "Itu tidak mengubah apapun, Lucas," Sheila berkata
sedingin mungkin. Dia tidak peduli apakah Lucas berkata jujur atau tidak. Yang jelas,
sekarang dia hanya ingin Lucas pergi karena kehadiran pria itu kembali membuka luka
yang telah berusaha dia tutupi selama ini. "Kau benar. Itu tidak mengubah kenyataan,"
senyum yang tersungging di bibir Lucas terlihat sangat sedih. Sheila berusaha tidak
mempedulikannya. "Setidaknya, bisakah kau memaafkanku?" Sheila tidak tahan lagi.
Dia benar-benar ingin Lucas menyingkir dari hadapannya. Keberadaannya saat ini
terlalu menyakitkan dan Sheila tidak
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sanggup menanggungnya. "Aku tidak bisa memberi maaf pada orang yang kubenci."
114 | Ekspresi yang ditampakkan Lucas seakan
ada seseorang yang menghantamnya. Darah menghilang dari wajahnya dan dia terlihat
sangat kesakitan. Sheila memeluk dirinya lebih erat hingga kuku-kuku jari tangannya
menusuk lengannya dengan menyakitkan. Kalau Lucas tidak segera pergi, dia bisa
menangis saat ini juga. Tidak. Dia tidak ingin Lucas melihatnya. Dia tidak ingin Lucas
tahu bahwa pria itu masih memberi pengaruh yang begitu besar pada dirinya. "Aku tidak
Into The Dark - Baby Zee akan mengganggumu lagi," suara Lucas terdengar parau hingga Sheila hampir tidak
mengenalinya, "Selamat tinggal." Saat Lucas pergi, Sheila langsung tersungkur di lantai.
Pria itu meninggalkan pintu tetap terbuka namun Sheila tidak peduli. Dia memeluk
lututnya dan menangis. Rasanya begitu menyakitkan. Berusaha membenci orang yang
kau cintai. Tapi ini lebih baik. Dia belum bisa memaafkan Lucas. Dan dia tidak tahu
apakah dia bisa. *** Lucas berjalan meninggalkan gedung apartemen itu seperti mayat
hidup. Dia tidak merasakan apa-apa. Perkataan Sheila membuatnya kebas. Gadis itu
membencinya. Saat Sheila mengatakannya, rasanya seperti seluruh tulang dalam
tubuhnya dicabut keluar. Dia sendiri tidak yakin apa yang masih dapat membuat dirinya
bisa berdiri. Lucas tahu tidak akan mudah bagi Sheila untuk memaafkan dirinya setelah
apa yang dia lakukan. Dia bahkan rela berlutut dan memohon maaf di kaki Sheila, tapi
Lucas tahu tidak akan ada yang berubah. Lucas dapat melihat ketakutan dan kebencian
yang terpancar di mata Sheila saat melihatnya. Lucas telah menyakitinya terlalu dalam.
Bahkan dia tidak pantas untuk mendapat maaf dari Sheila. Dia tidak tahu lagi. Seperti
dunia sedang runtuh di hadapannya. Lucas tidak pernah merasa sehancur ini. Bahkan
ketika dia tahu ayahnya tidak akan pernah datang untuk menolongnya, Lucas tidak
pernah merasa sesakit ini. Lucas berjalan tanpa arah. Dia tidak mendengar
teriakan-teriakan di sekitarnya sampai sudah terlambat. Lucas hanya sempat melihat
sekilas mobil berwarna silver itu. Dia tidak sempat menghindar. Pengemudi mobil itu
berusaha membanting setir agar tidak menabrak dirinya, namun sudah terlambat. Lucas
merasakan nyeri yang amat sangat di bagian mobil itu menabraknya. Tubuhnya 115 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m menghantam kap dan kaca mobil itu hingga retak
parah, sebelum akhirnya dia mendarat di aspal dengan keras. Lucas terbaring di jalanan
itu dengan kaki yang terasa remuk dan sakit yang tak tertahankan di seluruh tubuhnya.
Dia merasakan cairan hangat mengalir keluar melalui lubang hidung dan lebih banyak
lagi yang keluar dari belakang kepalanya. Apakah tubuhnya sudah hancur" Apakah dia
akan mati" Banyak wajah muncul di depannya. Banyak suara yang bicara di
sekelilingnya. Namun semua hanya tampak seperti bayangan buram dan dengungan di
telinganya. Kegelapan mulai menguasainya. Memanggil-manggilnya untuk datang dan
tenggelam di sana. Lucas mulai menyerahkan dirinya pada kegelapan itu, namun
sebelum dia benar-benar terhanyut, dia melihat Sheila yang bersimbah air mata. Wajah
gadis itu terlihat begitu menenangkan. Sheila mengatakan sesuatu padanya, tapi Lucas
sudah tidak dapat mendengarnya lagi. Tidak apa-apa. Setidaknya dia melihat hal yang
paling dia sayangi sebelum meninggalkan dunia ini. Dia bisa mati dengan tenang
sekarang. Dengan pemikiran itu, Lucas jatuh ke dalam tidur yang damai dan tidak
merasakan apa-apa lagi. *** Sheila menghapus air mata di wajahnya dengan punggung
tangan. Menangis tidak akan mengubah apa pun. Dia berdiri untuk menutup pintu yang
dibiarkan Lucas terbuka lebar saat pergi. Dia baru saja sampai di ambangnya saat
melihat kejadian itu. Darah langsung terkuras dari tubuhnya ketika dia melihat Lucas
terpelanting dan mendarat dengan keras setelah mobil itu menabraknya. Sheila
mendengar banyak jeritan. Namun pikirannya sudah begitu kalut. Dia bahkan tidak
sadar kalau dirinya ikut menjerit. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia harus menghampiri


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lucas secepatnya. Orang-orang mulai berkerumun dan turun ke jalan melihat kejadian
itu. Sheila berlari kencang menyeberangi jalanan di depannya dan berusaha menembus
kerumunan orang. Teriakan di mana-mana dan banyak suara di sekelilingnya.
"Ambulance! Seseorang telepon ambulance!" "Apakah dia mati?" "Aku melihatnya.
Kukira aku sedang melihat malaikat ketika pria itu menyeberang. Aku tidak dapat
melepaskan pandangan darinya hingga baru sadar bahwa mobil itu berada terlalu dekat
dengannya." 116 | "Mobil itu menabraknya!"
"Tidak. Pria itu menyeberangi jalan tanpa melihat sekelilingnya. Dia hanya menunduk
Into The Dark - Baby Zee tanpa melihat ke arah lain." Pengemudi mobil silver itu turun dari mobilnya. Wajahnya
begitu panik dan ketakutan ketika melihat pria yang ditabraknya, sedang berbaring
berlumuran darah di tengah jalan. "Aku" aku sudah menelepon ambulance. Dia" dia
muncul entah darimana. Aku sudah berusaha menghindar. Aku bahkan tidak
mengemudi terlalu cepat tapi aku masih tidak dapat mencegah diriku menabraknya. Dia
sudah terlalu dekat ketika aku menyadarinya." Sheila mendengar suara-suara itu namun
tidak dapat menyimaknya. Dia harus menghampiri Lucas. Dia harus menghampiri
Lucas. Seseorang menghalanginya saat dia berusaha mendekati Lucas. "Aku" aku
keluarganya," dia berkata terbata-bata. Dia tidak tahu harus bilang apa lagi. Orang itu
melihatnya dengan prihatin. Melihat air mata yang tidak berhenti mengalir di pipinya dan
wajahnya yang begitu kalut. Orang itu melepaskannya dan Sheila langsung berlutut di
samping tubuh Lucas, masih tidak menyadari air matanya yang terus mengalir. Darah
membasahi aspal di bawahnya, membentuk kolam yang makin lama makin membesar.
Begitu banyak darah yang keluar dari kepalanya. Menciptakan kekontrasan yang sangat
mencolok dengan rambut pirang Lucas. Yang kini mulai berubah warna menjadi merah.
Bagian samping tubuh Lucas juga mengeluarkan darah. Merembes hingga menembus
jaketnya. Salah satu kaki Lucas bengkok ke arah yang aneh, namun pria itu masih
sadar. Setidaknya Sheila melihat mata Lucas yang setengah terbuka. Lucas berusaha
mengatakan sesuatu namun Sheila mencegahnya. Dia meletakkan tangannya di atas
jantung Lucas, berdoa semoga bagian tubuh itu tidak akan berhenti berdetak. Sheila
merasakan degup jantung Lucas. Dan dia tahu bahwa detaknya makin lemah seiring
berjalannya waktu. "Jangan bicara. Bantuan akan segera datang. Kau akan baik-baik
saja." 117 | Sheila tidak tahu itu. Tapi dia
sungguh-sungguh berharap bahwa kata-katanya benar. Dia tidak bisa kehilangan Lucas.
Dia tidak akan sanggup. Lucas masih membuka mulut seperti akan bicara namun tidak
ada suara yang keluar. Sheila mendekatkan wajahnya ke wajah Lucas. Setetes air
matanya jatuh ke pipi pria itu seperti butiran hujan. "Aku memaafkanmu. Aku
mencintaimu, Lucas. Aku akan selalu mencintaimu." Sheila melihat Lucas tersenyum
tipis sebelum akhirnya benar-benar memejamkan mata. Dan dia langsung menangis
keras saat tidak lagi merasakan detak jantung Lucas di bawah tangannya. ***
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
118 | Bab 15 Jessica berlari menyusuri lorong
rumah sakit itu dengan tergesa-gesa. Matanya mencari-cari sosok seseorang saat
akhirnya tiba di tempat tujuan. Tidak butuh waktu lama untuk menemukannya. Orang
yang dicarinya sedang berdiri menatap jendela di hadapannya dengan rambut kusut dan
baju yang berlumuran darah di bagian depan. Jessica segera menghampiri Sheila yang
masih tidak menyadari kehadirannya. Dia menepuk bahu Sheila pelan hingga gadis itu
menoleh. Namun tatapan mata Sheila kosong. Mati. Seperti boneka. "Sheila?" Jessica
memanggil namanya dengan cemas. Sheila mengerjapkan mata beberapa kali. Seakan
baru menyadari bahwa yang berdiri di sampingnya adalah Jessica. "Jess" Oh Ya
Tuhan, Jess," Sheila terisak sambil menghambur ke pelukan Jessica. Jessica memeluk
Sheila erat-erat, tidak peduli bahwa pakaiannya akan ikut terkena darah dari pakaian
Sheila. "Aku akan mati. Kalau dia mati, aku juga akan mati," Sheila berkata setengah
histeris di sela tangisannya. Jessica mempererat pelukannya. "Berhenti bicara begitu!"
Hardiknya meski Jessica berusaha menjaga agar suaranya tidak terlalu keras, "Kau
harus tegar. Dia membutuhkanmu lebih dari apapun saat ini. Kau harus kuat, Sheila."
Sheila mengangguk meski masih belum berhenti menangis. Jessica membiarkan Sheila
menumpahkan bebannya hingga akhirnya gadis itu mulai tenang. Tangisannya tinggal
berupa sesenggukan saat Jessica bertanya. "Kau sudah memberitahu ayahmu?" Tanya
Into The Dark - Baby Zee Jessica lembut. "Dia sedang bicara dengan dokter," tiba-tiba bibir Sheila kembali
bergetar setelah mengatakan hal itu, "Dokter bilang" Lucas mengalami perdarahan
hebat, tapi ayah telah mendonorkan darahnya untuk menyelamatkan Lucas. Aku tidak
bisa berbuat apa-apa, Jess. Aku tidak ada hubungan darah dengannya. Dia sedang
sekarat dan tidak ada yang bisa kulakukan untuknya." 119 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Tangis Sheila kembali pecah sehingga Jessica harus kembali memeluknya
untuk meredamnya. Jessica telah mendengar sebagian ceritanya. Selama ini, dia
menyelidiki wanita bernama Jeannie yang datang bersama Sheila saat itu. Usahanya
membuahkan hasil. Meski awalnya Jeannie enggan bercerita padanya, namun wanita
itu tidak dapat menghindar dari Jessica terus-menerus. Akhirnya Jeannie bercerita
padanya. Meski Jessica yakin wanita itu belum menceritakan segalanya. Namun
setidaknya Jessica tahu selama ini Sheila ada di mana. Dia tinggal dengan pria
bernama Lucas itu. Jessica yakin setelah dia mengantar Sheila malam itu ke klub
malam, Sheila tidak kembali ke rumah maupun ke tempat Bibi Sophie seperti
pengakuannya. Namun yang Jessica tidak mengerti adalah, kenapa Sheila mau saja
pergi dan tinggal bersama pria yang baru ditemuinya. Jawabannya muncul beberapa
saat kemudian, saat Jeannie menunjukkan foto Lucas padanya. Dia begitu terperangah.
Jessica tahu Sheila adalah anak adopsi. Itu bukan rahasia lagi. Yang membuat Jessica
terkejut adalah, dia pernah melihat pria bernama Lucas itu. Setidaknya sekali. Dia
pernah menemukan foto pria itu di dompet Sheila. Jauh sebelum Sheila bertemu Lucas
malam itu, setahun lalu, pada saat mereka kelas 2 SMA. Meski hanya melihat fotonya
satu kali, sulit untuk melupakannya. Pria itu sangat tampan. Wajahnya benar-benar
mencolok. Mengingatkan Jessica pada lukisan-lukisan malaikat, apalagi dengan rambut
pirang dan mata biru gelapnya. Pria itu benar-benar seperti sosok yang jatuh dari langit.
Seandainya saja sorot matanya tidak sedingin itu. Bahkan Jessica menjadi
bertanya-tanya bagaimana seseorang dengan wajah selembut itu dapat melemparkan
tatapan yang begitu dingin. Akan tetapi ketika Jessica bertanya pada Sheila siapa foto
pria yang ada di dompetnya, gadis itu langsung menghindar. Setelah itu, Jessica tidak
pernah melihat Sheila membawa-bawa foto itu lagi. Jadi betapa terkejutnya dia saat
Jeannie menyodorkan foto pria yang sama dengan yang dilihatnya ketika itu. Otaknya
berusaha keras memproses segalanya. Kenapa Sheila mengejar-ngejar pria ini" Apa
hubungan Lucas dengan Sheila" Pertanyaannya belum juga terjawab hingga siang ini
ketika Sheila meneleponnya. Dengan kata-kata yang terbata-bata dan agak histeris.
Jessica tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang dikatakan Sheila. Dia hanya tahu
bahwa Lucas mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di rumah sakit.
Mendengar nada suara Sheila dan keadaannya yang berantakan, pria itu sangat berarti
bagi sahabatnya. Sejak dulu. 120 | Sheila telah
kembali tenang saat Jessica melepaskannya. Dia baru saja akan bertanya di mana ayah
Sheila saat pria itu muncul. Keadaan Trevor McAdams sama menyedihkannya dengan
Sheila. Kalau tidak bisa dibilang lebih parah. Jessica tidak pernah melihat ayah Sheila
itu tampak begitu rapuh dan seperti akan hancur. Sheila yang menyadari arah tatapan
Jessica, segera menoleh dan menghampiri ayahnya seketika itu juga. "Papa,
bagaimana keadaan Lucas?" Sheila setengah berlari menghampiri ayahnya dengan
Jessica yang mengekor di belakang. "Mereka baru saja selesai mengoperasi luka di
kepalanya," suara Trevor terdengar lelah dan penuh tekanan. Sama seperti wajahnya
yang kuyu serta kantung di bawah matanya, "Dokter bilang" kita harus siap dengan
segala kemungkinan." "Apa maksudnya itu?" Wajah Sheila menjadi lebih pucat saat
mendengarnya. "Kakinya patah namun perdarahannya telah teratasi. Tapi luka di
kepalanya cukup parah. Andai kata operasinya berhasil, kecil kemungkinan dia akan
bangun lagi. Lucas" mungkin akan koma." Jessica merangkul Sheila. Namun
Into The Dark - Baby Zee sepertinya yang lebih butuh topangan saat ini adalah ayah Sheila. Pria itu terlihat sangat
menderita saat menyampaikan kabar tersebut. Jessica merasakan tubuh Sheila yang
gemetar, meski kata-kata selanjutnya yang dilontarkan gadis itu terdengar sangat
tenang. "Aku ingin bertemu dengannya." "Mereka sedang membawanya ke ruang ICU.
Kita boleh melihatnya sebentar. Tapi untuk sementara, hanya satu orang yang boleh
masuk hari ini." "Kumohon, biarkan aku melihatnya, Papa." "Kurasa saat ini Lucas lebih
membutuhkanmu daripada aku," Trevor McAdams mendesah pasrah sebelum
membawa mereka menuju ICU. Mereka tiba di depan sebuah ruangan dengan pintu
ganda berwarna putih. Seorang perawat menyuruh Sheila memakai baju khusus
pengunjung di atas pakaiannya saat dia mengatakan ingin menjenguk Lucas. Perawat
itu juga memberinya sebuah tutup kepala dan masker serta mengatakan dia hanya
punya waktu lima menit sebelum membimbingnya ke salah satu pintu ruangan yang
lebih kecil bertuliskan ICU 3. 121 | Sheila masuk
ke dalam ruangan berdinding serba putih dan penyejuk udara yang dingin langsung
menyambutnya. Ruangan itu cukup besar dengan beberapa alat yang berdiri di sekitar
sebuah tempat tidur di tengah-tengah ruangan. Alat-alat tersebut memiliki kabel-kabel
yang terhubung dengan seseorang yang tengah berbaring di atas tempat tidur tersebut.
Sheila nyaris tidak dapat melihat Lucas di antara alat-alat yang mengelilinginya. Dia
mendekat dan harus membekap mulutnya agar tidak menangis. Lucas terbaring dengan
wajah yang sangat pucat dan mata terpejam hingga Sheila mengira pria itu sudah mati.
Perban putih melilit kepala Lucas yang rambutnya telah dipotong sangat pendek untuk
kepentingan operasi. Sebuah *ventilator sedang menyokong pernafasannya dengan
*ETT yang terpasang di mulut Lucas. Sheila dapat melihat detak jantung Lucas yang
lemah dari layar di Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sebelah tempat tidur. Layar itu terhubung dengan suatu alat yang memantau tanda vital
Lucas melalui kabel-kabel kecil yang menempel di dadanya. Sheila berdiri sambil
menggenggam tangan Lucas. Tangan pria itu terasa sangat dingin di dalam
genggamannya. Seandainya tidak ada layar yang menunjukkan tanda-tanda vital Lucas,
Sheila pasti benar-benar mengira bahwa pria itu sudah mati. "Lucas," dia mengucapkan
nama itu dengan sangat pelan. Berharap Lucas akan terbangun saat mendengarnya.
Namun pria itu tidak bergerak. Hanya gerakan dadanya yang naik turun dengan teratur
yang menunjukkan bahwa Lucas masih bersama Sheila. "Kau harus berjuang," Sheila
berusaha menahan air matanya yang akan tumpah saat dia bicara. Dia menggenggam
tangan Lucas lebih erat, "Aku akan menunggumu di sini. Kau tidak boleh pergi seperti
ini. Masih banyak yang ingin kukatakan padamu. Masih banyak waktu yang ingin kulalui
bersamamu," dia berhenti untuk mengatur suaranya yang tercekat, "Bangunlah, Lucas.
Kita akan memulai semuanya dari awal lagi. Kau harus bangun." Tidak ada reaksi. Tidak
ada petunjuk apapun yang menandakan bahwa pria itu mendengar apa yang dia
katakan. Sheila membawa tangan di genggamannya ke bibir lalu menciumnya. "Aku
akan menunggumu. Selalu." Dan dia membiarkan air matanya jatuh seiring dengan
kata-katanya tersebut. *** 122 | Sheila datang
lagi ke ruangan itu. Perawat yang biasa menyambutnya langsung tersenyum tipis dan
menyodorkan pakaian pengunjung padanya. "Ada perkembangan?" Tanya Sheila saat
perawat itu membantunya memasang tali-tali di punggung. Sheila dapat merasakan
perawat itu menggeleng. Lagi. "Maafkan saya," jawab perawat itu muram. Sheila
mendesah. Sudah hari kesembilan sejak kecelakaan itu dan dia masih mendapatkan
jawaban yang sama. "Jangan putus asa," kata-kata perawat itu yang penuh semangat
mengejutkan Sheila, "Ingat apa yang kukatakan." Sheila tersenyum tipis. Dia masih
Into The Dark - Baby Zee ingat. Perawat itu mengatakan bahwa meski Lucas sedang koma, tapi dia masih dapat
mendengar dan merasakan berbagai hal di sekelilingnya. Sheila akan terus
mengajaknya bicara, seakan-akan pria itu sedang duduk dan mendengarkan. Lalu
berharap suatu saat Lucas akan bangun dan benar-benar sedang menatapnya balik
sambil mendengarkan dia bicara. Sheila memaksakan senyum di wajahnya sebelum
memasuki ruang ICU tempat Lucas di rawat. Meski Lucas tidak dapat melihatnya, dia
yakin pria itu tahu bila dia sedang bersedih. Sheila tidak ingin Lucas melihatnya sedang
sedih. "Hai," dia masuk dan menyapa Lucas yang terbaring di tempat tidur seakan pria
itu sedang menunggunya. "Aku datang lagi. Kau tidak kesepian kan selama aku pergi?"
Dia menghampiri Lucas masih dengan senyum di wajahnya lalu di samping tempat tidur.
Sheila menggenggam tangan Lucas lalu mencium pipi pria itu. Sesuatu yang selalu di
lakukannya bila dia datang. "Apakah dokter dan perawat di sini merawatmu dengan
baik" Aku yakin begitu. Kau bosan" Kau harus cepat bangun kalau ingin keluar dari sini.
Kita akan pergi ke tempat yang kau sukai saat kau bangun nanti. Kau ingin pergi ke
mana" Pantai" Gunung" Kurasa kau akan lebih suka pantai. Banyak gadis cantik di
sana," dia pura-pura cemberut saat mengatakannya, "Tapi aku akan memukul kepalamu
kalau kau berani main mata dengan gadis-gadis itu. Aku serius, Lucas." 123 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m Hanya keheningan yang menjawabnya. Namun Sheila
sudah terbiasa dengan hal itu. Dan dia tidak pernah berhenti berharap bahwa Lucas
akan menjawabnya suatu saat nanti. "Lihat apa yang kubawa," dia mengeluarkan
sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah cincin berlian, "Papa menebusnya kembali dari
Madam Bertha. Kau tidak keberatan kan" Aku terpaksa menceritakannya pada Papa.
Tidak semua. Hanya bahwa kau terlibat hutang dan cincin ini sebagai jaminannya.
Kuharap kau tidak marah. Tapi aku tahu cincin ini sangat berarti untukmu dan kau telah
bekerja begitu keras untuk mendapatkannya kembali. Lagipula, dia adalah ayahmu.
Tidak ada salahnya menerima bantuan darinya sesekali. Dia sangat menyayangimu,
Lucas. Papa juga berharap kau segera bangun?" Kata-kata Sheila terhenti saat air
matanya tak terbendung lagi. Dia buru-buru menghapus air mata yang terlanjur jatuh itu
dan berusaha kembali tersenyum. Hal itu sangat sulit dilakukan dengan tenggorokannya
yang terasa panas karena air mata yang ditahannya. "Kita bicara hal yang
menyenangkan saja," suaranya bergetar meski wajahnya dapat menyunggingkan
senyum, "Oh ya, tadi Jeannie datang sebentar. Ethan membuatkanmu gambar yang
sangat menarik tapi perawat tidak mengizinkanku membawanya masuk. Kau bisa
melihatnya saat bangun nanti. Gambarnya sangat lucu. Dia menggambarmu dengan
kostum super hero dan kau sedang terbang menuju matahari"." Tangan di
genggamannya bergerak. Sangat lemah hingga Sheila tidak yakin apakah dia
benar-benar merasakannya atau hanya membayangkannya. Namun tangan itu kembali
bergerak dan Sheila yakin dia tidak sedang bermimpi. "Lucas," dia menyebut nama pria
itu penuh harap. Tidak ada gerakan lagi setelah beberapa saat. Kali ini Sheila
benar-benar ingin menangis saking frustasinya. Tadi harapannya melambung begitu
tinggi dan kini tiba-tiba saja harapan itu dihempaskan begitu keras di atas tanah. Akan
tetapi kekecewaannya tidak berlangsung lama. Sheila menatap dengan takjub saat mata
Lucas bergerak-gerak dan perlahan-lahan mulai terbuka. Mata biru gelap yang
dikenalnya itu melihat ke arahnya. Pandangannya tidak fokus namun Sheila tahu Lucas
dapat melihatnya. Dia tidak membuang-buang waktu dan langsung berlari memanggil
dokter. *** 124 | *Ventilator: Suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. *ETT (Endotracheal
Tube): Sejenis alat yang digunakan di dunia medis berupa kateter yang di masukkan ke
dalam trachea melalui mulut (orotracheal) atau hidung (nasotracheal) untuk menjamin
Into The Dark - Baby Zee saluran nafas tetap bebas. 125 | Bab 16 Lucas
tengah duduk di tempat tidur sambil menatap pemandangan senja yang terlihat dari
jendela rumah sakit ini. Lucas banyak berpikir akhir-akhir ini. Terutama tentang masa
lalunya. Dan juga ayahnya. Dulu, Lucas tidak pernah dapat memikirkan pria itu tanpa
dendam membara di hatinya. Ayahnya. Pria yang telah meninggalkan dia dan ibunya
sejak kecil untuk menikahi wanita kaya yang dijodohkan padanya. Lucas tahu uang
bukan masalah bagi Trevor McAdams. Itulah yang membuatnya lebih marah. Pria itu
sudah sangat kaya tanpa harus menikahi wanita kaya lainnya untuk menambah
pundi-pundi uangnya, dan meninggalkan Lucas serta ibunya. Trevor McAdams tidak
tahu kehidupan macam apa yang harus dijalani oleh Lucas dan ibunya setelah pria itu
meninggalkan mereka. Kehidupan di jalanan yang kejam. Sampai ibunya menemukan
orang yang mau menjadi kekasihnya dan menampung mereka. Sambil mencekoki
ibunya dengan alkohol dan obatobatan, serta menghadiahi Lucas pukulan di punggung
setiap kekasih ibunya marah. Kadang dengan sabuk. Kadang dengan gulungan kabel.
Apa pun yang bisa dia temukan untuk meninggalkan bekas yang cukup dalam di
punggung Lucas. Sejak kecil, Lucas selalu bertanya siapa ayahnya. Karena dia yakin
ayahnya tidak akan menyakiti dirinya seperti yang dilakukan oleh kekasih ibunya. Dia
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tidak pernah tahu hingga saat ibunya meninggal. Dan saat dia mengetahuinya, sudah
terlambat. Kebencian yang begitu lama terpendam sudah terlalu dalam merasuki hatinya
hingga menjadi dendam. Kenapa ayahnya meninggalkan mereka" Kenapa ayahnya
tidak pernah satu kali pun menemuinya" Lucas tahu ayahnya mengetahui keberadaan
dirinya. Surat yang ditinggalkan ibunya serta cincin pertunangan yang diberikan oleh
ayahnya memberitahu hal itu. Mereka telah berencana menikah karena Trevor
McAdams tahu bahwa Melanie, ibu Lucas, sedang mengandung Lucas saat itu. Tapi di
saat terakhir pria itu membatalkannya, menganggap ibu Lucas tidak cukup baik untuk
mendampingi jutawan seperti dirinya. Lucas merasa dadanya ngilu ketika mengingat
ibunya. Dia sangat menyayangi ibunya. Meski wanita itu hampir tidak pernah cukup
sadar untuk mengatakan bahwa dia mencintai Lucas. Lagi-lagi, Lucas makin membenci
ayahnya karena hal itu. Trevor McAdams secara tidak langsung telah merenggut sosok
orang tua pada diri Lucas. Saat masih kecil, dia hanya bisa menangis sambil 126 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m memanggil ayah yang tidak pernah dikenalnya ketika
kekasih ibunya memukulinya. Namun saat dia sudah cukup besar untuk bisa melawan
bajingan itu, Lucas sudah berhenti berharap bahwa ayahnya akan menjawab teriakan
minta tolongnya. Sebenarnya cukup mengherankan bagaimana ibunya masih memiliki
cukup kesadaran untuk menyekolahkannya. Meski akhirnya Lucas keluar dari rumah


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat usia 18 tahun dan mulai bisa menopang hidupnya sendiri dari uang tabungan yang
didapatnya dengan bekerja sambilan sejak dia 14 tahun, ibunya tidak mau ikut
dengannya. Seberapa kerasnya dia memohon pada wanita itu untuk meninggalkan
kekasihnya dan hidup bersama Lucas, ibunya tetap tidak bergeming. Karena Lucas
tidak dapat memberikan hal yang benar-benar diinginkan oleh ibunya, alkohol dan
obat-obatan terlarang. Lucas menolak membuat ibunya terjerumus lebih jauh. Jadi dia
pergi, dengan berat hati meninggalkan ibunya bersama kekasih brengseknya. Namun
Lucas tetap datang untuk menengok ibunya setiap minggu. Mengabaikan rasa tidak
suka kekasih ibunya atas kedatangannya. Karena pria itu sudah tidak berani berbuat
lebih jauh selain menunjukkan wajah kesal. Tidak sejak Lucas menghantam wajahnya
saat dia beranjak remaja. Ibunya makin tenggelam dalam obat-obatan. Dan akhirnya
benar-benar meninggal karena overdosis satu tahun yang lalu. Lucas mengubur ibunya
tanpa perasaan apa pun. Dia tidak lagi memiliki perasaan sedih atau air mata yang
Into The Dark - Baby Zee tersisa. Sampai dia menemukan surat yang ditinggalkan ibunya, beserta cincin berlian di
dalam amplopnya. Akhirnya setelah sekian lama, dia kembali merasakan sesuatu.
Amarah dan benci. Surat itu mengatakan dengan jelas siapa sebenarnya ayah Lucas,
dan kenapa pria itu meninggalkan mereka. Ayahnya tidak punya pilihan. Tidak punya
pilihan" Dia butuh alasan yang lebih kuat daripada sekedar tidak punya pilihan. Alasan
yang dapat membuatnya mencintai ayahnya. Alasan yang membuat dia dapat menerima
bahwa tidak ada seorang pun yang membelanya saat kekasih ibunya menanamkan
tanda di punggungnya. Tapi hanya itu yang tertulis di sana. Bahwa Lucas harus
mengerti dan tidak membenci ayahnya karena meninggalkan mereka. Lucas berusaha,
benar-benar berusaha memahami segalanya. Jadi suatu saat dia pergi ke rumah Trevor
McAdams. Dia hanya berdiri saja di luar sambil menatap 127 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m rumah megah di depannya. Berusaha menemukan alasan, meski hanya
sedikit, kenapa ayahnya tidak pernah menemuinya. Dia datang hampir setiap hari,
hingga suatu saat alasan itu muncul di depan wajahnya. Dalam sosok seorang gadis
cantik dengan rambut merah kecoklatan dan mata abu-abu terang. Ayahnya telah
memiliki pengganti dirinya. Seorang anak untuk dicintai. Tiba-tiba kemarahan yang
begitu besar menguasainya. Ayahnya memiliki seorang putri dari pernikahannya dengan
wanita yang dijodohkan padanya. Gadis itu sama sekali tidak mirip dengan Trevor
McAdams, karena pria itu memiliki rambut yang sama dengan Lucas yaitu berwarna
pirang. Lucas menduga Sheila mirip dengan ibunya. Dia tidak mencari tahu. Dia terlalu
marah untuk mencari tahu. Hatinya telah dipenuhi dengan dendam. "Apa yang sedang
kau pikirkan?" Lamunan Lucas terputus oleh sebuah suara lembut yang menyapanya.
Sheila masuk ke dalam ruangan tempatnya dirawat sambil menghampiri dirinya yang
sedang duduk di tempat tidur. Tiba-tiba semua kemarahan dan kebencian itu menguap.
Semua karena gadis yang kini tengah menatapnya dengan hangat. Lucas tersenyum.
"Kau." Jawaban Lucas membuat pipi Sheila merona merah. Lucas menyeringai. Sheila
mudah sekali di goda dan Lucas menyukainya. "Jangan menggodaku, Lucas." "Aku
sungguh-sungguh." Rona di wajah Sheila menyebar hingga ke lehernya dan Lucas
langsung tersedak tertawa. Rasanya lumayan menyakitkan mengingat dia masih
memiliki jahitan di sekitar perutnya. "Kau baik-baik saja" Apa perlu kupanggilkan
dokter?" tanya Sheila cemas saat Lucas meringis sambil memegangi perutnya.
"Mungkin sakitnya akan berkurang kalau kau menciumku," dia masih menyeringai
sehingga Sheila mendaratkan pukulan ringan ke lengannya. "Kalau bisa bercanda
begitu, kurasa kau baik-baik saja." 128 | Lucas
kembali tersenyum. Akhir-akhir ini Sheila sering melihatnya tersenyum. Meskipun
senyum Lucas terlihat sedih dan sendu. "Ada apa, Lucas?" "Kenapa kau bertanya
begitu?" "Kelihatannya ada sesuatu yang mengganggumu." Lucas menjatuhkan
kepalanya di bantal sambil menghela nafas. Dia memikirkan banyak hal sejak
kecelakaan yang menimpanya. Akan seperti apa hidupnya setelah ini. Apakah dia akan
kembali ke jalanan" Lucas tidak tahu. Dia telah berbicara empat mata dengan ayahnya.
Ayahnya datang tidak berapa lama setelah dia dipindahkan dari ICU ke ruang
perawatan. "Kurasa" ini milikmu," Trevor McAdams menyerahkan sebuah kotak kecil
padanya. Lucas tidak perlu membukanya untuk mengetahui isinya. Itu adalah cincin
ibunya. Sheila menyuruh ayahnya untuk memberikan itu padanya. Dengan harapan hal
itu dapat membuka jalan agar ayahnya dapat memperbaiki hubungan dengan Lucas.
Lucas tidak mengambil kotak itu dari tangan ayahnya. Jadi pria itu meletakkannya di
meja yang berada di sebelah tempat tidur Lucas. Lucas tidak membalas tatapan
ayahnya dan berpaling menghadap jendela. Trevor McAdams berdiri dengan canggung
di sana, lalu akhirnya menatap Lucas dengan pasrah. Putranya belum siap untuk bicara
dengannya. Dia meninggalkan ruangan itu. Namun langkahnya terhenti tidak lama
Into The Dark - Baby Zee kemudian. "Terima kasih," Lucas berkata pelan meski masih tidak menatapnya. Tapi
untuk saat ini, itu sudah cukup bagi Trevor McAdams. Matanya berkaca-kaca karena
satu kata sederhana itu. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan
anak satu-satunya. "Aku akan datang lagi," kata ayahnya setelah sampai di ambang
pintu. Lucas tidak mengatakan apapun. Atau menunjukkan penolakan apa pun. Ayahnya
tersenyum tipis sebelum meninggalkan ruangan. Setelah itu, ayahnya sering datang.
Kadang mereka hanya duduk diam tanpa mengatakan apa pun. Kadang mereka bicara
meski hanya beberapa patah kata. Lambat laun, Lucas mulai bisa menerima kehadiran
ayahnya. Dia sedang 129 |
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mencoba, dan sepertinya hubungan mereka sedang menuju ke arah yang lebih baik.
Terkadang dia masih merasa marah. Namun hanya dengan mengingat Sheila,
amarahnya langsung lenyap. Dia menatap gadis itu yang sedang meletakkan
sekeranjang buah di meja besar. Setelah semua perlakuan buruk Lucas padanya,
Sheila masih bisa memaafkan dan kembali berada di sisinya. Tuhan tahu dia tidak
pantas dicintai oleh gadis seperti Sheila. Tapi bertentangan dengan segala hal yang
diyakininya, Sheila masih bersamanya hingga saat ini. Lalu kenapa dia tidak dapat
melakukan hal yang sama dengan mencoba memaafkan ayahnya" "Kemarilah," Lucas
menepuk tepi tempat tidurnya agar Sheila duduk di situ. Gadis itu menghampirinya
dengan wajah heran. "Ada apa, Lucas" Kau tidak seperti biasanya." "Aku
merindukanmu," dia mengambil sejumput rambut menciumnya. Sheila menjadi salah
tingkah karena tindakan itu. Sheila dan "Tapi" aku tidak ke mana-mana," Sheila
berkata agak terbata-bata. "Memang," Lucas tidak melepaskan rambut di
genggamannya, "Tapi biasanya kau selalu memberiku ciuman setiap datang. Sejak aku
sadar, kau tidak pernah melakukan itu lagi." Wajah Sheila langsung semerah kepiting
rebus. Lucas tersenyum miring saat merasakan kegugupan Sheila. "Ya, Manis. Aku
selalu mendengarkan celotehanmu saat masih koma dan menikmati saat-saat kau
memberiku ciuman di pipi. Meski saat ini aku menginginkan lebih." "Aku" aku tidak
mengerti apa yang kau bicarakan," Sheila memalingkan wajah berusaha menghindari
tatapan Lucas. Pria itu meraih dagunya hingga Sheila menatapnya kembali. Nafas
hangatnya menghembus wajah Sheila karena wajah mereka yang begitu dekat hingga
bibir mereka berdua nyaris bersentuhan. "Aku akan membuatmu mengerti," Lucas
berkata dengan suara parau lalu mencium bibirnya. 130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t
. c o m Awalnya Lucas ingin melakukannya perlahan-lahan, namun kerinduan karena
lama tidak merasakan bibir Sheila membuatnya tidak dapat menahan diri. Dia menarik
Sheila mendekat lalu mengangkat gadis itu kepangkuannya. "Lucas" lukamu"," Sheila
berseru panik di antara ciuman mereka. "Biar aku yang mengkhawatirkan hal itu.
Sekarang biarkan aku mencintaimu." Lucas kembali menciumnya dan Sheila tidak lagi
memprotes. Pria itu menyusurkan tangannya di rambut panjang coklat kemerahan itu
dan mengerang saat Sheila merapatkan pelukan mereka dengan melingkarkan tangan
di lehernya. Lucas melumat bibir Sheila dan mencicipi rasa gadis itu melalui mulutnya
yang terbuka. Kepalanya terasa pening saat hasratnya mulai naik. Dia tidak habis pikir
bagaimana selama ini dia dapat bertahan tanpa kehadiran Sheila. Merasakan kulit halus
gadis itu di bawah tangannya dan merasakan bibir semanis madu yang sedang
dicumbunya. Dia tidak akan pernah membiarkan Sheila lepas dari genggamannya lagi.
Lucas melepaskan ciumannya untuk mengambil nafas. Dia menempelkan dahinya pada
dahi Sheila saat dadanya naik turun dengan cepat karena hasratnya yang memuncak.
"Jangan tinggalkan aku lagi." Dia nyaris tidak mengenali suaranya sendiri saat
mengatakannya. "Kukira" kau yang akan pergi," kata Sheila yang keadaannya tidak
Into The Dark - Baby Zee jauh berbeda dengan Lucas. "Aku akan melakukan apapun agar bisa bersamamu,
Sheila. Ya Tuhan, kau tidak tahu seberapa besar aku mencintaimu. Kau adalah alasan
aku masih bernafas hingga saat ini. Suaramu yang membawaku keluar dari lubang
hitam yang terus menyeretku saat aku sedang koma." Sheila terpaku dan tidak tahu
harus berkata apa. Pria di hadapannya terlihat sangat hangat dan penuh cinta, sangat
berbeda dengan Lucas yang biasanya. Dadanya terasa penuh oleh rasa haru dan
bahagia. Namun dia masih memiliki satu keraguan. "Apakah kau akan pulang bersama
kami, Lucas" Bersamaku dan" Papa." 131 |
Lucas menatapnya tanpa ekspresi. Sheila mulai cemas saat mata sewarna badai itu
tidak menunjukkan emosi apa pun. Lalu dia melihatnya. Secercah cahaya di tengah
badai yang menggulung. "Bukankah aku sudah bilang apapun agar bisa bersamamu?"
"Kau memaafkan Papa?" "Aku sedang mencobanya. Dan kalau bersamamu berarti aku
juga harus mentoleransi keberadaan Pak Tua itu, maka aku bisa?" Lucas tidak dapat
menyelesaikan kalimatnya saat Sheila tiba-tiba membungkam mulutnya dengan bibir
gadis itu. Gadis itu seakan melompat di pangkuan Lucas hingga dirinya nyaris
terjengkang ke belakang. "Manis, pelan-pelan," dia meringis ketika Sheila menekan
jahitan di perutnya, "Aku belum benar-benar sehat untuk ditiduri." Sheila meminta maaf
sambil tersipu. Namun suara ribut di pintu membuat mereka menoleh ke sana dengan
tiba-tiba. "Sudah kubilang seharusnya kita mengetuk pintu dulu," Jeannie berkata gusar
sambil menutupi mata Ethan yang berada di gendongannya dari pemandangan di depan
mereka. "Seharusnya mereka sadar ini adalah rumah sakit, bukan motel tempat mereka
bisa bercumbu. Masih untung kita yang datang. Bayangkan kalau Paman Trevor yang
menemukan mereka seperti ini," Jessica berkata ketus. Sheila buru-buru menjauhkan
dirinya dari Lucas, namun pria itu menahan pinggangnya hingga dia tidak bisa ke
mana-mana. Lucas tersenyum ramah seakan tidak sedang kepergok bermesraan
dengan Sheila di tempat tidur rumah sakit. "Baik sekali kalian datang menjengukku."
"Kulihat kau sudah sangat sehat," Jessica masuk ke dalam ruangan sambil memelototi
Lucas yang tidak juga melepaskan Sheila. "Tidak juga. Melihatmu datang membuat sakit
kepalaku kambuh lagi. Sungguh mengherankan rasa tidak nyaman ini hanya muncul
saat kau ada di dekatku," Lucas berkata sinis yang membuatnya mendapat tatapan
membunuh dari Jessica. Entah kenapa, dua orang ini tidak pernah bisa akur. Bahkan
ketika 132 | Lucas baru saja keluar dari ICU,
Jessica tidak menunjukkan rasa simpati yang terlalu dalam pada Lucas. Dan pria itu
memberi perlakuan yang sama pada orang yang tidak menyukainya. "Lucas," Sheila
memberi pandangan peringatan pada Lucas. Pria itu melepaskan dirinya dengan
enggan agar Sheila bisa turun dari tempat tidur. "Terima kasih," Jeannie berkata pada
mereka penuh kelegaan dan melepaskan tangannya dari wajah Ethan. Bocah itu
langsung turun dari gendongan ibunya dan menghambur ke arah Lucas. "Aku
membawakanmu gambar lagi, Paman Lucas," Ethan melompat ke atas tempat tidur
dengan gembira sambil menunjukkan buku gambar di tangannya. "Oh ya" Kali ini aku
jadi apa?" Tanya Lucas riang saat menatap buku gambar yang disodorkan oleh Ethan.
"Doraemon!" Jessica langsung meledak tertawa seketika itu juga. Membuat Lucas
tersenyum masam pada Ethan. Namun tiba-tiba senyuman Lucas berubah menjadi licik
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
saat bicara lagi pada bocah itu. "Bagaimana kalau kau menggambar Bibi Jessica" Aku
punya ide. Penyihir jahat terdengar cocok untuknya." "Suatu hari, aku akan mengajari
mulut kurang ajarmu itu sopan santun," Jessica berkata jengkel. "Kurasa kau lebih butuh
pelajaran itu daripada aku." Mereka berdua saling memelototi lawan masing-masing.
Sheila dan Jeannie hanya bertukar pandang dengan pasrah. Rasanya seperti menonton
Into The Dark - Baby Zee dua ekor singa yang sedang berkelahi dalam satu kandang. "Jadi, kapan aku bisa keluar
dari sini?" Tanya Lucas yang tidak tertuju secara khusus pada siapapun di ruangan itu.
Jeannie yang menjawabnya. Dengan agak kesal. Karena ini bukan kali pertama Lucas
menanyakannya. "Kau harus bersabar, Lucas. Dokter baru saja melepas jahitan di
kepalamu kemarin. Kakimu yang patah juga butuh direhabilitasi. Masih cukup lama
sebelum kau bisa keluar." 133 |
"Membosankan," Lucas melipat tangan di depan dadanya sambil berkata dengan keras
kepala, "Aku merasa jauh lebih sehat dan sudah siap keluar dalam beberapa waktu.
Katakan itu pada dokter yang merawatku." Jeannie mengangkat kedua tangannya tanda
menyerah, "Untung saja dia bukan pacarku. Kau harus bersabar menghadapinya,
Sheila." "Tidak akan lama," Jessica berkata sambil lalu tapi Lucas mendengarnya.
"Kenapa kau berkata begitu, penyihir?" Dia berkata menantang. "Sheila tidak akan tahan
lama-lama denganmu. Hubungan kalian tidak akan berlangsung?" "Aku akan
menikahinya." Semua orang di ruangan itu terhenyak. Termasuk Sheila. "Dan saat itu
terjadi," Lucas melanjutkan kata-katanya dengan senyum jahat tersungging di bibirnya,
"Kau akan berlutut di kakiku dan memanggilku kakak." Sepertinya hanya sampai disitu
kesabaran Jessica. Dia menghentakkan kakinya dengan kesal lalu menjerit hingga
Ethan langsung memeluk Jeannie. Gadis itu tidak peduli bahwa mereka sedang berada
di rumah sakit. Dia menyambar tasnya lalu berkata marah saat mencapai pintu. "Itu tidak
akan pernah terjadi," Jessica menjulurkan lidahnya lalu menutup pintu sebelum Lucas
dapat melontarkan komentar balasan. "Bagaimana kau bisa tahan berteman dengan
ular berbisa itu?" Lucas bertanya jengkel pada Sheila saat tidak menemukan
pelampiasan. Sheila hanya tersenyum tipis saat menjawab Lucas. "Dia teman yang baik.
Kau hanya belum cukup mengenalnya." "Sepertinya kau akan menghadapi banyak
rintangan sebelum bisa menikahi Sheila," Jeannie yang sejak tadi hanya menonton
berkata dengan geli. "Aku bisa mengatasinya," Lucas berkata santai seraya
menyilangkan kedua tangan di belakang kepala dan merebahkan diri di atas bantal.
"Kau serius?" tanya Sheila terkejut. 134 | Lucas
mengerutkan alis saat mendengarnya. Sheila buru-buru menjelaskan, "Kukira kau
mengatakannya hanya untuk membuat Jessica kesal." "Aku selalu bersungguh-sungguh
dengan ucapanku, Manis. Aku bisa menikahimu sekarang kalau kau mau." Sheila
menggelengkan kepalanya kuat-kuat membuat kerutan di dahi Lucas makin dalam. "Kau
tidak mau?" "Bukan begitu," dia berkata gugup, "Maksudku, ini terlalu cepat. Dan kita
belum membicarakan hal ini dengan Papa." "Tenang saja," Lucas tersenyum geli sambil
menarik tangan Sheila agar gadis itu kembali duduk di sampingnya, "Maksudku bukan
saat ini. Suatu hari nanti. Dan aku baru menyadari bahwa kalau nanti aku menikahimu,
aku harus meminta restu pada Pak Tua itu. Kurasa aku masih harus menyesuaikan diri
dan melatih kesabaranku sebelum bisa menundukkan kepala di depannya." Meski
Sheila dapat mendengar rasa tidak senang dalam suara Lucas, namun dia tahu pria itu
tidak sungguh-sungguh dengan kalimat terakhirnya. Lucas mulai bisa menerima
kehadiran Papa dan itu adalah awal yang baik. "Kalian tahu, kurasa lebih baik
percakapan ini berlangsung tanpaku. Aku tidak bisa berhenti tersipu sejak tadi. Ucapkan
sampai jumpa pada Paman Lucas dan Bibi Sheila, Ethan." Ethan mencium pipi Sheila
dan Lucas sebelum pergi dengan Jeannie. *** "Jadi, kita lanjutkan yang tadi," kata Lucas
dengan senyum nakal di wajahnya. "Jessica benar. Bisa saja Papa yang masuk ke sini
tadi." "Kunci saja pintunya." "Katamu kau belum cukup sehat." "Manis, banyak hal yang
bisa kita lakukan tanpa menyakitiku. Akan kutunjukkan padamu." 135 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m Lucas mengangkat sebelah alisnya saat Sheila hanya dapat
terdiam dengan wajah memerah. "Baiklah." Lucas menyeringai lebar saat Sheila
berjalan menuju pintu untuk menguncinya. *** 136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
Into The Dark - Baby Zee m Epilog 4 TAHUN KEMUDIAN Jessica sedang merapikan gaun Sheila saat
mendengar suara ribut itu. Lucas membuka pintu kamar diikuti beberapa pelayan di
belakangnya. "Lucas, kau tidak boleh masuk." Meski agak terlambat, Jeannie tetap
melontarkan peringatan itu pada Lucas. Untuk kesekian kalinya. "Aku hanya ingin
menyapanya sebentar. Aku belum bertemu dengannya seharian ini," Lucas berkata
galak. "Kau tidak seharusnya berada di sini," Jessica berkacak pinggang dengan kesal
saat melihat kedatangan Lucas. "Siapa yang bisa melarangku" Kau?" Kata Lucas sinis,
"Ke mana dia?" "Sembunyi. Seperti seharusnya," Jessica maju mendekati Lucas dengan
sikap menantang, "Keluar, Lucas." "Tidak ada yang bisa melarangku bertemu calon
istriku," Lucas memelototi Jessica dengan ganas tapi gadis itu tidak gentar. "Kau
mempelai pria. Itu artinya kau tidak boleh menemui mempelai wanitamu sebelum
upacara," Jessica membalas pelototan Lucas dengan keganasan yang sama. Jeannie
langsung muncul di antara mereka untuk menengahi, "Kita tidak ingin ada pertumpahan
darah di sini. Apakah masing-masing dari kalian bisa mengambil satu langkah mundur?"
Namun sepertinya baik Jessica maupun Lucas tidak ada yang menggubris katakata
Jeannie. "Mau taruhan?" Lucas tersenyum sinis lalu tiba-tiba saja dia berteriak keras
tepat di depan wajah Jessica, "Sheila! Keluar atau aku akan mengobrak-abrik tempat ini
sampai menemukanmu!" Sheila keluar dari sekat tempatnya bersembunyi sambil
menenteng rok gaunnya. "Demi Tuhan, Lucas! Kau tidak perlu berteriak seperti itu." 137
| Lucas terpaku di tempatnya berdiri. Dia
menatap gadis paling cantik yang
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pernah dilihatnya. Gaun pengantin putih yang dikenakan Sheila melekat dengan pas di
tubuhnya. Bahu telanjangnya dihiasi kalung dengan liontin berlian yang jatuh di antara
belahan dadanya yang mengintip karena leher gaun yang rendah. Ekor gaunnya
memanjang hingga menyapu lantai di belakangnya. Rambut coklat kemerahannya ditata
dengan sanggul rumit dan dihiasi oleh beberapa bunga liar. Lengannya tertutup sarung
tangan hingga siku dan Lucas melihat cincin tunangan berhias berlian melingkar di jari
manis tangan kanannya. Gadis menawan ini adalah calon istrinya. Tuhan sungguh
bermurah hati padanya. "Hilang sudah kejutannya," Jessica melempar tangannya ke
udara dengan frustasi. Diikuti Jeannie yang juga menggeleng tidak setuju. Namun Lucas


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalan melewati mereka berdua seakan mereka tidak ada di sana. "Lucas," Sheila
tidak dapat menyembunyikan kekesalannya, "Tak bisakah kau menunggu sebentar
sampai kita dipertemukan di?" Sheila tidak menyelesaikan kata-katanya ketika Lucas
meraihnya dan menciumnya saat itu juga. Dia sungguh merindukan bibir Lucas
sehingga tidak kuasa menolak. "Make-upnya!" Jessica berseru ngeri, "Berciumanlah
yang sopan. Jangan terlalu bernafsu" Oh, sudahlah. Aku akan memanggil penata rias
lagi." Jessica meninggalkan kamar itu dengan Jeannie yang mengikuti di belakangnya
lalu menutup pintu. Lucas melepaskan bibir mereka dan bicara dengan suara rendah
yang sangat di sukai Sheila. "Aku merindukanmu," Lucas menempelkan dahinya pada
dahi Sheila sambil memeluk calon istrinya itu dengan posesif. "Kita baru berpisah satu
minggu," Sheila meletakkan tangannya di dada Lucas yang mengenakan tuxedo serba
putih. "Seminggu paling menyiksa dalam hidupku," gerutu Lucas dan Sheila tertawa
kecil saat mendengarnya. "Ingatkan aku kenapa aku mau melakukan ini semua?" Lanjut
Lucas. "Karena kau mencintaiku," Sheila tertawa geli. "Alasan yang satu lagi." 138 | R a
t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m "Karena Papa mengancam kalau sampai dia
menemukanmu terbangun di tempat tidurku lagi dia akan memastikan kita berdua sudah
menikah." "Pak Tua itu," Lucas tidak berusaha menyembunyikan kejengkelannya. "Kau
tidak ingin menikah denganku, Lucas?" Lucas menatap Sheila dengan terkejut dan dia
Into The Dark - Baby Zee melihat kecemasan di mata abuabu terang gadis itu. "Seharusnya aku yang
menanyakan itu padamu. Apa kau menginginkan pernikahan ini?" Sheila balik
menatapnya dengan bingung. "Tapi kukira kau yang"," Lucas mengangkat sebelah
alisnya penuh arti hingga Sheila menghentikan katakatanya, "Maksudku," Sheila
melanjutkan argumennya, "Kau memang pernah melamar dan aku menolak. Tapi
pernikahan kita saat ini memang agak terburuburu" Tunggu dulu." Sheila kembali
berhenti bicara saat melihat kilatan itu di mata Lucas. Lalu dia mulai memahami
situasinya dan kini dia yang menatap Lucas dengan terkejut. "Kau sengaja! Aku tahu
ada yang aneh! Biasanya kau kembali ke kamarmu sebelum fajar tapi hari itu kau tidak
melakukannya. Aku sendiri sama terkejutnya seperti Papa saat menemukanmu ada di
sampingku pagi itu. Selama ini kau tidak pernah menemaniku sampai pagi!" "Kau
marah?" Lucas bertanya geli. "Tentu saja!" Sheila melayangkan tinjunya ke dada Lucas.
"Kau selalu menolak lamaranku. Aku harus memikirkan sesuatu untuk menyeretmu ke
altar." "Aku belum siap jadi ibu!" "Alasan macam apa itu?" Lucas tergelak tapi dia segera
menghentikan tawanya saat melihat wajah serius Sheila, "Kau sungguh-sungguh?"
"Umurku baru 22 tahun. Aku tidak yakin akan mampu melakukannya," Sheila berkata
cemas. Lucas meraih dagunya dan mendongakkannya agar mereka bertatapan. 139 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m "Kau tidak sendirian. Nanti kita berdua yang akan
merawat anak itu," katanya lembut. Namun kekhawatiran itu tidak hilang dari wajah
Sheila. Lucas mendesah dan meraih kepala Sheila hingga menempel pada dadanya,
"Kita bisa menundanya kalau kau belum siap." "Sungguh?" Suara Sheila yang penuh
harap membuat Lucas tidak tega untuk membohonginya. Sedikit. "Iya." Sheila
menyadari jeda yang terlalu lama pada jawaban Lucas. Dia mendongakkan kepalanya
hingga bertatapan dengan mata biru gelap itu. "Kau tukang bohong, Lucas McAdams,"
dia berkata sambil cemberut. Lucas menyeringai. "Kau mencintai tukang bohong ini,
Sheila McAdams." Mereka sama-sama tertawa mendengar lelucon pribadi itu. Sheila
dan Lucas selalu menertawakan nama belakang mereka yang sama dan bercanda
kalau mereka menikah, tidak perlu ada yang mengubah nama belakangnya. Siapa yang
menduga kalau saat itu telah tiba. "Kurasa kalau denganmu" aku bisa melaluinya,"
Sheila berkata pelan. "Memangnya kau pikir kau akan punya anak dengan siapa lagi?"
Kata Lucas dengan gemas. Dia kembali mencium calon istrinya hingga seseorang
membuka pintu dan suara berat bicara pada mereka. "Anak-anak," Lucas dan Sheila
sama-sama menoleh ke arah datangnya suara dan menemukan Trevor McAdams
berdiri dengan pose mengancam di pintu. Di belakangnya, Jessica menjulurkan lidah ke
arah Lucas. Dasar culas, gerutu Lucas dalam hati. "Apa yang kukatakan tentang
menahan diri?" Lanjut Trevor McAdams. Mereka memisahkan diri dengan enggan.
Jessica masuk ke dalam kamar dengan wajah puas. Dan Lucas juga melihat Jeannie
yang berjalan di sampingnya sambil tersenyum meminta maaf. Seorang penata rias
mengikuti di belakang mereka. "Lucas, keluar," kata Trevor McAdams dengan nada
tegas yang tidak bisa di bantah. Lucas menghampiri ayahnya dengan wajah masam.
140 | "Akhirnya," Jessica berkata dengan
dramatis. "Jessica," Jeannie berusaha memperingatkan gadis itu, "Lebih baik tidak
memancingnya terlalu jauh." "Aku akan bilang pada Greg kalau kau bohong soal berat
badanmu," Lucas menyeringai sambil berkata kejam. "Kau tidak akan berani!" Jessica
terkesiap dan Lucas meninggalkan ruangan sambil tersenyum puas. "Aku tidak pernah
menyukaimu sejak dulu!" Lucas mendengar teriakan marah Jessica dan dia ikut
berteriak untuk menjawab, "Impas." Lalu dia tergelak saat kembali mendengar seruan
marahnya dengan Jeannie yang berusaha menenangkan. "Kau bahagia, Nak?"
Pertanyaan ayahnya yang tiba-tiba mengejutkan dirinya. Dia menatap pria setengah
baya yang telah dibencinya hampir seumur hidupnya. Namun segalanya telah berubah.
Into The Dark - Baby Zee Kebencian itu telah lama meninggalkan dirinya. Saat ini, perasaan lain telah
menggantikannya. Dan semua berkat Sheila. Gadis yang sangat dicintainya. Wajahnya
melembut dan bibirnya tersenyum hangat saat memikirkan Sheila. Trevor McAdams
terkejut saat melihatnya. Selama ini, dia tidak pernah melihat anak satu-satunya itu
tersenyum seperti itu kepadanya. "Ya, Ayah. Aku bahagia." Mereka berdiri bersisian
sambil menatap langit biru tanpa awan. Begitu jernih dan bersih. Seperti awal yang baru.
-THE END- E-Book by Ratu-buku.blogspot.com
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
- 141 | Pusaka Gua Siluman 11 Rajawali Emas 27 Misteri Batu Bulan Dia Tanpa Aku 1

Cari Blog Ini