Ceritasilat Novel Online

Asmara Pedang Dan Golok 6

Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Bagian 6 mati pun tidak menyesal!" kata suara itu. Di bawah sinar kuning redup, di dalam rumah sedikit pun tidak ada suara. Pu-couw-siancu dan Liong Siang-yang, yang satu sedih, yang satu lagi bola matanya berputar-putar memeriksa keadaan di sekeliling. Siapa pun tidak tahu mereka telah berbicara cukup banyak (sebenarnya mereka berbicara di dalam hati, makanya bisa disebut pikirannya menyambung). Ilmu aneh dan misterius ini, adalah salah satu ilmu silat Sen Hai-kun yang paling rahasia, disebut Yang-yan-hoansimkang (Ilmu matahari berganti ha ti). Ilmu aneh ini dibagi dua bagian, yang satu adalah Simsuo (Kunci hati), yang satu lagi adalah Sim-jiau (Jembatan hati). Yang pertama disebut ilmu mengunci pikiran, yang belakangan disebut ilmu menghubungkan pikiran. Kemampuan kedua ilmu ini sangat aneh dan misterius, kadang malah tidak terlihat manfaatnya. Tapi sekarang jelas sudah manfaat Yang-yan-hoan-simkang. Terhadap saudara kembarnya, hubungan batin Pu-couwsiancu yang sejak lahir sudah terputus. Di lain pihak, Pucouwsiancu Cui Lian-gwat dengan Liong Siang-yang, malah bisa berbicara menggunakan pikiran nya. Pu-couw-siancu bangkit berdiri, sengaja dengan suara pelan berkata: "Aku keluar dulu memeriksa, aku tidak akan pergi jauh, tapi aku juga akan menggunakan anak buah di luar." Liong Siang-yang berbisik: "Kau tenang saja keluar memeriksa, tapi kenapa anak buah di luar harus ditarik?" "Aku merasa musuh sepertinya masih ada di sekitar ini, malah aku bisa mencium baunya. Makanya aku akan memeriksa seluruh kekuatannya, kau seorang menjaga disini sudah cukup!" "Benar!" Liong Siang-yang menganggukkan kepala menjawab, "Siancu tenang saja, walaupun aku bertemu dengan musuh, paling sedikit aku masih mampu bertahan seratus jurus lebih, aku pikir ada waktu selama ini, Siancu pasti bisa tepat waktu kembali lagi membantuku!" "Tentu bisa, asal kau mampu bertahan lima puluh jurus itu sudah cukup!" $ $ $ Malam semakin larut, lampu akan padam. Pu-couw-siancu segera pergi keluar rumah, bukan saja tubuhnya menghilang di kegelapan malam, wajah kejinya pun tidak ada orangyangbisa melihat-nya. Tapi kenyataan tidak bisa menyalahkan dia, sebab Yangyanhoan-sim-kang dibandingkan dengan Coan-sen-pian-cie dan Sin-ie-tay-hoat lebih sulit dipelajari. Kecuali Sen Hai-kun menganggap orang ini bisa diberi tugas berat, sudah bisa menggantikan kedudukannya, baru diajarkan ilmu berbicara pikiran yang sangat hebat ini. Maka bagaimana pentingnya Liong Siang-yang di mata Sen Hai-kun, sampai menaruh harapan pada dia, jelas seperti huruf hitam di atas kertas putih. Terhadap orang yang mungkin mengambil alih kedudukanmu, malah mungkin bisa mengambil nyawa mu, bagaimana akalmu menghadapi dia" Dalam sejarah mau pun kehidupan nyata, keadaan seperti ini banyak sekali contohnya. Dan cara menghadapinya juga sulit dihitung. Pokoknya tergantung kepintaran orang masing-masing, kelembutan hati berbeda-beda, caranya lembut atau keji pun berbedabeda. Karena itu cara menghadapinya tidak ada satu patokan yang pasti, itu hanya tergantung pilihanmu saja! Liong Siang-yang membuka mulurnya lebar-lebar menguap dan meluruskan pinggangnya. Walaupun dia bersifat kelaki-lakian, tapi juga bersifat kewanitaan, hingga orang tidak tahan menganggap dia adalah wanita... malah wanita cantik. Mendadak matanya menatap tajam, kantuknya tersapu hilang. Dalam matanya yang seperti berlian, menyorot sinar waspada yang amat tajam, dia melihat keluar pintu lapangan yang gelap. Dalam sekejap mata mendadak di depan pintu muncul seorang laki-laki yang wajahnya sempit mata-nya besar, tubuhnya kurus tinggi, kerutan di keningnya dan garis wajahnya, menerangkan usia dia diantara tiga puluh sampai empat puluh tahun. Kedua belah pihak saling menatap sejenak, di dalam mata besar laki-laki itu tampak tersenyum dengan bersemangat. Sebenarnya sudut bibir dia sedikit pun tidak bergerak, tapi dari matanya orang bisa tahu dia sedang tersenyum, malah tertawa yang bersemangat. Jika seorang wanita melihat senyum laki-laki seperti ini, tentu tidak akan merasakan keheranan. Tapi terhadap laki-laki tidak mudah muncul keadaan begini. Maka seharusnya Liong Siang-yang merasa terkejut dan heran, baru betul. Reaksi Liong Siang-yang di luar dugaan, dia tidak marah, malah dengan genit mengangkat bahunya dengan lembutberkata: "Siapa kau?" "Aku Un Ci-eng, apa kau pernah mendengar nama ini?" "Belum pernah," Suara Liong Siang-yang meng anclung rasa sesal dan berkata lagi, "kau dari perguruan mana" Kau mahir ilmu silat apa?" Un Ci-eng menggelengkan kepala: "Tidak perlu sedih, jika kau pernah mendengar namaku, aku malah merasa tidak baik. Aku tidak ada perguruan, senjataku juga kampungan sekali, yaitu sebuah palu tembaga dan sebuah pahat besi." Liong Siang-yang tertawa lalu berkata: "Wajahmu sempit, tapi matamu besar sekali, sekarang aku menemukan lagi, gigi kau sangat putih." Mendadak dia berbicara menyimpang dari arah pembicaraan. Un Ci-eng tertegun karenanya, berkata: "Lalu kenapa?" "Walaupun kau seperti punya rasa permusuhan denganku, tapi jika kita tidak punya dendam kesumat, bukankah lebih baik kita berteman saja" Tentu saja bukan teman biasa, tapi teman yang akrab! Baik tidak?" Sejenak Un Ci-eng ragu-ragu, di dalam matanya kembali tampak senyum bergairah. Dia berkata: "Aku bisa pertimbangkan usulmu, biasanya aku tidak ada gairah pada wanita, tapi aku bukan kayu atau patung batu, aku juga harus melampiaskan!" Perbincangan seperti ini sungguh menyebalkan. Namun di dunia ini justru ada orang menyebal-^ kan seperti ini, bisa menikmati perbincangan yang menyebalkan semacam ini. Liong Siang-yang melihat-lihat keluar, berkata: "Sekarang tidak akan ada orang yang datang lagi?" Jika mereka siap melakukan hal yang tidak bisa dilihat orang, lalu ada orang datang tentu akan merasa canggung dan tidak baik. "Tidak akan ada orang yang datang lagi!" dalam suaranya terdengar sangat yakin. Tapi masalahnya adalah darimana keyakinan-nya datang" Pu-couw-siancu dan anak buahnya dua orang laki-laki dan satu orang wanita itu, kemana perginya" Un Ci-eng mendekati Liong Siang-yang, sampai tubuh mereka bersentuhan. Sehingga muncullah pemandangan yang aneh. Setelah beberapa saat tiba-tiba Un Ci-eng seperti memeluk wanita saja, dia memeluk Liong Siang-yang, dan mencium bibirnya, setelah itu baru berkata: "Kau sungguh cantik, aku tidak pernah melihat orang secantik kau!" Senyum Liong Siang-yang sangat genit, pipinya yang putih lembut bersinar seperti bunga Tho, dia berkata: "Masih banyak yang belum pernah kau lihat! Ada sebuah benda setelah kau melihatnya, dijamin kau sulit melupakannya seumur hidup......" "Benda apa itu?" "Bunga mawar dan durinya, hanya saja bunga mawar semacam ini bukan bunga mawar seperti biasanya, durinya mengandung racun yang sangat berbisa. Siapa pun jika tertusuk, segera akan bertemu dengan Giam-lo-ong! Maka kau paling bagus jangan melihatnya seumur hidup, jika tidak tentu seumur hidupmu sulit melupakannya!" Sepasang mata Un Ci-eng yang besar itu menyempit menjadi satu garis, seperti tertawa tapi tidak tertawa, katanya: "Aku harap tidak melihat bunga mawar semacam itu. Bagaimana dengan kau" Kau ini bunga apa?" Saat dia bicara terlihat sepasang tangan dia meraba-raba tubuh lawan. Rupanya dia menganggap Liong Siang-yang sebagai wanita! Liong Siang-yang malah tidak malu atau marah! Dia malah berlaku seperti wanita, tubuhnya bergoyanggoyang di dalam pelukan Un Ci-eng. Kejadian seperti ini, orang yang melihat tentu akan muntah. Tapi melihat wajah Liong Siang-yang yang tampan, kulitnya yang putih, dan gerakannya seperti seorang wanita, semua membuat orang merasa alami dan masuk akal. Sepertinya dia dilahirkan untuk dipeluk laki-laki. Dalam jenis yang sama, tidak peduli laki-laki atau perempuan, bisa saja melakukan gerakan selanjut-nya, tidak hanya sebatas berciuman berpelukan. Un Ci-eng mulai melakukan serangan berikutnya, dan Liong Siang-yang tampak tidak bermaksud menolaknya. Mereka pertama kali bertemu di tempat seperti ini dan di dalam situasi seperti ini. Siapa yang percaya mereka bisa langsung bermesraan" Apakah benar seperti cerita orang-orang, setiap homosek memiliki satu kemampuan aneh, di dalam puluhan ratusan ribu orang, langsung bisa menemukan teman kencannya" Tiba-tiba Liong Siang-yang menekan tangan Un Ci-eng yang bergerak kemana-mana, karena tangan ini tidak saja sudah masuk ke dalam bajunya, dan malah mau membuka kancing dan ikat bajunya, mau melepaskan baju dia. Dia tersenyum dan berkata: "Jangan terburu-buru, kau tidak melihat disini tidak ada ranjang yang nyaman dan hangat?" Nafas Un Ci-eng terengah-engah, berkata: "Siapa yang perlu ranjang" Asal ada meja sudah cukup!" Liong Siang-yang tetap menekan tangannya: "Tidak bisa, aku suka ranjang yang nyaman dan hangat. Aku percaya kau juga pasti suka, makanya kenapa kita tidak ganti tempat saja?" "Di kemudian hari masih banyak waktu untuk menikmatinya. Tapi sekarang aku sudah tidak tahan lagi, kau menurutlah padaku?" Liong Siang-yang menarik wajahnya sedikit ke belakang, sehingga kedua belah pihak bisa saling melihat dengan jelas. Wajah Un Ci-eng tampak gelisah dan terburu-buru, seperti seorang laki-laki yang sudah berada di atas tubuh telanjang wanita, tapi sesaat tidak tahu jalan masuknya, dia sudah tidak sabaran. Liong Siang-yang seperti seorang wanita cantik, tang sedang mempermainkan laki-laki yang tidak sabaran. Dia sangat genit dan tersenyum simpul. Bibirnya yang merah dan giginya yang putih, kulitnya yang hangat licin, membentuk daya tarik yang amat besar, dan membuat orang marah tidak bisa melampiaskan kegairahannya. Dia berkata lembut: "Buat apa kau begini terburu-buru" Aku takut ada orang tiba-tiba menerobos masuk, juga takut ada orang asing tibatiba muncul. Tentu saja takut dia seorang pesilat tinggi kelas satu, dan yang paling menakutkan adalah dia mungkin tidak setuju dengan perbuatan kita, sehingga dia mungkin akan membunuh kita berdua!" Un Ci-eng tertegun sejenak, tubuh dan wajah-nya mendadak berubah. Berubah menjadi sangat dingin dan waspada. Liong Siang-yang kembali berkata: "Kita pindah tempat ada baiknya, tidak ada buruknya, apakah kau setuju dengan usulku?" Un Ci-eng ketakutan: "Ada pesilat tinggi tidak dikenal" Siapa dia" Coba kau terka, salah menerka juga tidak masalah!" "Mungkin Mo-to Hoyan Tiang-souw" Di jaman sekarang selain dia, siapa yang bisa membuat Pu-couw-siancu ketakutan" Menurutmu betul tidak?" Un Ci-eng menganggukan kepala: , "Tidak salah......" t Mendadak dia bersuara "Heek!" Wajahnya berubah menjadi pucat seperti kertas putih, sorot matanya pun sudah kehilangan sinarnya. "Kau......kau menggunakan cara apa?" Liong Siang-yang tersenyum, dia mengangkat tangan mengusap wajahnya dan berkata: "Dengan cara apa kau bisa dilumpuhkan" Jika aku adalah kau, aku pasti bisa menduganya!" Suara Un Ci-eng terlihat sangat lemah, tidak bertenaga. Dia berkata: "Apakah Soh-yang-sam-kou (Tiga kancing mengunci matahari) dari aliran Kong-tong" Tapi jurus hebat dari aliran Kong-tong ini sudah ratusan tahun menghilang, kau Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mungkin bukan murid dari Kong-tong" Siapa kau sebenarnya?" "Siapa aku sepertinya bukan masalah penting, siapa dirimu itu baru penting. Ini dilihat dari sudut pandangku, apa kau setuju?" Un Ci-eng tertawa pahit dan berkata: "Aku setuju atau tidak setuju, rasanya juga tidak bisa merubah keadaan!" Dia sudah tahu lawan sedang mempermainkan dirinya, maka sambil tertawa pahit dia berusaha mengumpulkan tenaga dalamnya. Liong Siang-yang menunggu sebentar, lalu tertawa sambil berkata: "Kau tidak perlu berusaha lagi, di dunia ini ada bermacam-macam jurus pengunci jalan darah dan pemotong tenaga dalam, Soh-yang-sam-kou disebut nomor satu. Menurut aku walaupun tidak disebut nomor satu, juga bisa disebut nomor dua!" Un Ci-eng tertawa pahit dan berkata: "Benar saja jurus rahasia Soh-yang-sam-kou dari aliran Kong-tong, hay, tidak kusangka Khu-eng (Elang yatim) Un Ci-eng benar-benar roboh di bawah jurus hebat aliran ini!" Liong Siang-yang menggelengkan kepala tanda tidak setuju: "Ku dengar kau mahir ilmu Siau-yang-sin-kang (Ilmu tenaga sinar matahari), maka Lui-cui-tian-couw mu (Palu petir pahat listrik) benar-benar sedahsyat geledek. Juga karena itulah selama dua puluh tahun, kau berkelana tidak pernah bertemu dengan lawan yang setanding, dan orang yang ingin kau bunuh, pasti tidak bisa hidup......" Un Ci-eng mengerutkan alisnya dalam-dalam, berkata: "Kau tadi mengatakan tidak pernah mendengar namaku?" "Kata-kataku kadang bisa dipercaya kadang tidak. Ketika kau memandang aku sebagai wanita, saat di dalam hatimu timbul gairah yang tidak normal padaku, maka kata-kataku sama sekali tidakbisa di percaya!" Dia berjalan mengelilingi tubuh kurus Un Ci-eng dan berkata lagi: "Aku jelas seorang laki-laki, tapi kau justru menganggap aku seorang wanita, jadi kenapa aku harus berkata jujur padamu?" Kata-kata dia tidak peduli benar atau salah, juga tidak peduli nadanya penuh dengan hawa kematian dan kejam. Tapi wajah dia begitu cantik, bibir merah gigi putih mengeluarkan bau harum, sungguh sulit bagi orang, tidak menganggap dia seorang wanita cantik. Un Ci-eng tetap mencoba mengumpulkan tenaga dalamnya. Dengan susah payah selama dua puluh tahun lebih dia berlatih Siau-yang-sin-kang, maka walau pun seluruh tenaga dalamnya di kurangi menjadi tiga bagian, saat ini pasti tidak mampu melawan pesilat tinggi dunia persilatan. Tapi baju di seluruh tubuhnya tetap sedikit mengembang bergetar-getar, hanya bicara soal ini saja, itu sudah bukan keberhasilan pesilat biasa! Liong Siang-yang mengangguk kepala, bau harum menyembur ke wajah lawan sambil tertawa dia berkata: "Bagus, sangat bagus, tapi aku sampai sekarang hanya tahu aku adalah Khu-eng Un Ci-eng. Pesilat tinggi kelas satu yang sifatnya suka menyendiri, mungkin juga satusatunya orang di jaman sekarang yang berhasil melatih Kiuhoasiau-yang-sin-kang. Tapi aku tetap tidak tahu siapa kau sebenarnya?" Un Ci-eng keheranan: "Jika aku Un Ci-eng, maka akulah Un Ci-eng, selain itu aku bisa siapa lagi?" Liong Siang-yang mengangkat tangan, jarinya yang putih mulus mencubit-cubit wajah dia. "Yang ingin aku tahu adalah kedudukanmu sekarang ini, bukan namamu, kenapa kau mau menjadi musuhku" Siapa yang menyuruh kau melakukan ini?" Perbincangan mereka berputar-putar, akhirnya sampai pada masalah yang sebenarnya. Un Ci-eng tertawa pahit berkata: "Kau kira aku bisa mengatakannya?" "Orang lain tentu saja tidak bisa. Tapi kau adalah pesilat kelas satu, kau pasti tidak mau hanya karena uang lalu sembarangan membunuh orang. Mungkin kau sudah menyelidiki aku, tahu banyak tentang diriku. Tapi sayang kau tidak berhasil mengetahui aku berhasil mempelajari jurus Soh-yang-sam-kou yang hebat itu. Sekarang kau beritahu aku, siapa yang menyuruhmu membunuhku?" Mata Un Ci-eng mengawasi keluar jendela sejenak, dengan pelan berkata: "Apa untungnya bagiku kalau aku katakan?" "Kalau kau mengatakan, kau tidak perlu khawatir tidak bisa melihat matahari besok, kau malah bisa menjadi temanku, kau bisa bantu aku menghadapi beberapa bahaya, atau mengusir orang-orang yang aku benci!" Un Ci-eng seperti tergoda, berkata: "Kau sungguh mau melakukan ini" Kau tidak bohong?" "Kenapa aku harus bohong" Ada seorang pesilat tinggi seperti kau, tentu saja lebih baik dari pada seluruh anak buahku!" Un Ci-eng berpikir sejenak lalu berkata: "Kalau begitu kau buka dulu totokan dua belas jalan darah di tubuhku, sebab aku sudah merasakan tidak enak!" Liong Siang-yang menggunakan jarinya yang mulus itu mencubit-cubit wajahnya dan berkata: "Tidak sulit membuka totokan ini, sebenarnya aku tidak menotok dua belas jalan darah besarmu. Hanya saja ilmu jari dari Soh-yang-sin-kang memang aneh sekali, laksana jurus rahasia Ban-ji-to-go-cie dari Siauw-lim, orang yang terkena jari ini tiga ratus enam puluh jalan darah di tubuhnya seperti tersumbat?" Tiba-tiba seluruh tubuh Un Ci-eng tergetar, matanya melotot lebih besar lagi dan berkata: "Apa kau sudah membukanya" Kenapa hanya mencubitcubit wajahku sudah bisa membukanya?" Liong Siang-yang tertawa, tangan kirinya tidak tahu bagaimana sudah dijulurkan ke dalam perutnya, telunjuk jari tengah dan jari manis bersama-sama disentilkan dengan pelan. Wajah Un G-eng kembali berubah besar, hati-nya menyesal sekali. Yang dia sesalkan adalah kenapa dirinya tidak bisa mengambil kesempatan ini, saat lawan membuka totokannya yang keji, segera bergerak mundur ke belakang! Sekarang dia sudah dilumpuhkan lagi, tampaknya sudah tidak ada kesempatan tawar menawar lagi! Dia mengeluh dan berkata: "Baiklah, tampaknya jika aku tidak mengalah, jika tidak percaya padamu, maka tidak perlu ada yang dibicarakan lagi." Liong Siang-yang memasang telinganya: "Siapa yang menyuruh kau?" "Pu-couw-siancu!" "Dia?" Liong Siang-yang tertegun, sesaat baru berkata lagi, "dia sungguh pintar, dia tahu siapa orang yang benarbenar berbahaya! kulihat aku pasti tidak bisa melawan dia, jika aku cukup pintar, paling baik adalah cepat-cepat menyerah pada dia." "Jika kau menyerah, bagaimana dengan aku?" Suara Un Ci-eng penuh ketakutan, sebab jika Liong Siang-yang menyerah, maka segala yang terjadi malam ini tentu saja akan dilaporkan semuanya. & & & Angin dingin meniup ke dalam, api lampu di dalam rumah bergoyang-goyang orang yang bertarung dan berbincang Liong Siang-yang dan Un Ci-eng mendadak meninggalkan rumah. Dia yang telah membocorkan rahasia, bagaimana mungkin Pu-couw-siancu mau mengampuninya" Liong Siang-yang kembali mencubit wajah kurusnya sambil tertawa berkata: "Masalahmu, kau bereskan sendiri, aku harap kau bisa melanjutkan hidupmu. Laki-laki berumur empat puluh seperti sekuntum bunga, semua orang berkata begitu. Aku harap kau jangan mati di usia sekuntum bunga......" Un Ci-eng meloncat mundur dua belas kaki. "Aku sulit bisa percaya ini adalah kenyataan, tapi apa benar kau telah membuka totokan jalan darah-ku. Bagaimana aku harus berpikir?" Perbincangan kedua orang ini dari pertama sampai terakhir, sangat seru juga berubah-rubah sulit diduga. Sedangkan jurus Soh-yang-sam-kou Liong Siang-yang sangat hebat, beberapa kali dilakukannya, dimata ahli, seperti kembang api yang paling bagus dari Tong-kwan. Lima sinar dengan sepuluh warna sangat meriah, membuat orang tidak keburu melihatnya. Tidak ada orang yang tidak tertarik melihatnya. Akibatnya...... Angin dingin bertiup masuk dari lubang di atap rumah. Di sana tadinya ada genteng yang amat rapat dan rapih, tapi mendadak hilang tujuh delapan buah, maka terjadi sebuah lubang besar, juga karena itu angin dingin meniup masuk dari sana. Li Poh-hoan tengkurap di atas tiang atap. Punggung dan lehernya tertiup angin dingin hingga merasa tidak nyaman. Tapi yang benar-benar tidak nyaman dua puluh kali lipat adalah hawa membunuh dari ketajaman jari. Dia tahu jari yang bisa membuat hawa menjadi dingin, membuat darah orang membeku, hati menjadi ciut, adalah jari yang enak dilihat dan bagus sekali! O))~~dw~~((O BAB 16 Jari ini walaupun tidak secantik jari giok, tapi paling sedikit jari giok tidak bisa mencabut nyawa orang, sedangkan jari ini bisa. Dia tidak memalingkan kepala, kain warna abu-abu di bawah tubuhnya tadinya untuk menghalangi mata orang yang di bawah. Tapi sekarang jika di bawah sudah tidak ada orang, tapi di atas atap malah terbuka sebuah lubang, dari kejauhan sejalur tenaga dari jari telunjuk mengarah ke jalan darah kematiannya, sehingga kain abu-abu yang terjuntai ke bawah juga menjadi tidak masalah! Li Poh-hoan terpaksa tertawa pahit, dia ingat jarang sekali dia berekspresi seperti ini, sekarang selain hanya bisa tertawa pahit, masih bisa berbuat apa lagi" Di atas atap rumah terdengar suara lembut merdu berkata: "Aku Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat, mungkin kau sudah tahu?" Li Poh-hoan malas bicara, hidung hanya mengeluarkan suara "Mmm!" sekali. Pu-couw-siancu kembali berkata: "Maafkan, aku terpaksa menggunakan cara ini. jika aku tidak menyuruh orang melakukan pertunjukan tadi, bagaimana aku bisa mendapatkan dirimu" Dan bagaimana bisa mengalahkanmu" Pertunjukan mereka tadi tidak jelek bukan?" Li Poh-hoan merasa dia tidak bisa berdiam diri terus, sebab tidak sopan, maka jawabnya: "Tidak jelek! Jika ada kesempatan, aku masih mau menontonnya sekali lagi!" Sebenarnya posisi seperti dia itu, tertelungkup di atas tiang' atap, kesopanan apa pun tidak perlu dibicarakan. Pu-couw-siancu mungkin tidak memperhatikan hal ini, dia hanya tertawa ringan dan berkata: "Baik, jika ada kesempatan, kau bisa melihat yang lebih hebat lagi!" Lewat beberapa saat, dia tidak bicara, tidak mengerahkan tenaga dalamnya mencabut nyawa atau melumpuhkan dia. Sehingga Li Poh-hoan merasa tidak mengerti dan berkata: "Hei.. Pu-couw-siancu, kau kenapa" ku harap kau tidak kedinginan sehingga menjadi pilek, sampai tidak bisa memutar otak!" Suara Pu-couw-siancu sedikit marah. "Kau bilang apa" Kau ingin aku pilek?" "Tidak, aku sedikit pun tidak mengharapkan. Tapi di atas atap sangat dingin, juga harus mengerah kan tenaga dalam mengendalikan aku dari kejauhan. Dengan demikian kau mudah terkena pilek!" "Kau ini bodoh benar, ingin aku tidak membunuhmu itu baru persoalan sulit. Maka aku sedang berpikir, berpikir apakah bisa memecahkan persoalan ini" Jika persoalannya bisa dipecahkan, itu artinya dia tidak perlu membunuhnya. Tentu saja ini hal yang bagus, tapi kenapa dia harus membunuh Li Poh-hoan" Apa dosa Li Poh-hoan pada dia" Jika bukan karena persoalan dendam pribadi, kenapa Tong-to-bun ingin membunuh Li Poh-hoan" Malah harus sampai melenyapkan perkumpulan Thi-pian-tan-pangbaru merasa puas" Pu-couw-siancu berpikir sesaat, berkata lagi: "Cara memecahkan persoalan bukan tidak ada, tapi benar-benar tidak mudah, makanya aku berharap bisa mendapatkan cara yanglebih mudah dan mantap. Kata Li Poh-hoan: "Anggap saja tidak mudah, tapi kau bisa mencoba mengatakannya supaya aku tahu!" "Kau yang ingin aku mengatakannya, di kemudian hari kau jangan menyalahkan aku!" Li Poh-hoan sadar, dia sudah terjerumus ke dalam jebakan lembut dan hangat seorang wanita licik, tapi kalau sudah terjerumus ya terjerumuslah! Siapa yang bisa seumur hidup tidak pernah melakukan Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hal bodoh" Dia berkata: "Aku tidak akan menyalahkanmu, beritahu saja padaku, mungkin jika aku mengerjakannya tidak terasa sulit!" Pu-couw-siancu dengan pelan berkata: "Baik, kau dengar dengan jelas. Persoalannya ada di Liong Siang-yang, jika sebelum hari terang kau bisa membunuhnya, maka aku tidak perlu membunuh mu!" Li Poh-hoan berpikir sejenak, dia adalah orang yang berambisi menguasai dunia persilatan, kepintaran nya tentu saja tidak bisa disamakan dengan orang biasa. Maka sekali berpikir, dia sudah mengerti banyak hal. Sekarang kunci yang paling penting adalah setelah membunuh Liong Siang-yang, maka hubungan dia dengan Pu-couw-siancu akan bagaimana" Sorot mata dia tiba-tiba berubah dalam mem-buat orang terkejut, lalu dia membalikan kepalanya, melihat pada orang di atas atap itu. Wajah Pu-couw-siancu segera muncul di lubang itu, dengan sinar lampu sekarang dia bisa melihat wajahnya yang cantik melebihi bunga! Li Poh-hoan berkata pelan: "Bisa, aku bisa membunuh dia. Tapi setelah itu walaupun aku tidak bisa memiliki seluruhnya, paling sedikit harus memiliki setengahnya!" Inilah hal yang sulit dijelaskan. Seorang wanita bagaimana mungkin di miliki hanya setengahnya" Lalu setengah lagi milik siapa" Apakah boleh menjadi milik laki-laki lainnya" Pu-couw-siancu tersenyum manis, sedikit pun tidak merasa kesulitan. Dia menganggukan kepala dan berkata: "Baik, tapi aku harus beritahu, Liong Siang-yang sulit dibunuh, selain itu dia menguasai ilmu hebat dari berbagai perguruan besar, dia sendiri juga benar benar memiliki jurus rahasia yang hebat, aku sendiri juga tidak bisa memperkirakan, sehingga membuat aku merasa ngeri! Kau harus hati hati sekali!" Lalu dia menarik jari tangannya, dan Li Poh-hoan kembali jadi bebas. Tapi jika diselidiki lebih dalam lagi, sebenarnya dia hanya melepaskan kelumpuhan yang berbentuk, tapi terjerumus dalam ke dalam kelumpuhan yang tidak berbentuk. Li Poh-hoan terbang laksana asap, dalam sekejap sudah berada di atas atap rumah. Lubang itu walaupun lebih kecil dari pada tubuhnya, tapi tidak bisa menghalangi dia. Dia melihat pada Pu-couw-siancu dan bertanya: "Mungkinkah perbincangan kita didengar oleh dia" Apakah aku harus waspada pada Un Ci-eng itu?" Pu-couw-siancu menunjuk ke arah timur, Li Poh-hoan melihat ke arah itu, terlihat di dalam ruangan kecil lainnya ada sinar lampu, samar-samar masih terlihat Liong Siangyang dan Un Ci-eng berdua sedang bergerak-gerak dan berbicara. "Mereka adalah anak buahku, tapi Un Ci-eng sudah tidak bisa mengancam kedudukanku lagi, sedangkan Liong Siang-yang masih bisa, aku hanya bisa memberitahu ini saja padamu, mengenai kau harus waspada pada Un Ci-eng" Aku sendiri juga tidak tahu!" Setelah selesai bicara, setelah meninggalkan senyumnya yang sangat cantik, diapun melayang pergi! Bintang di langit masih berkedip-kedip sebentar terang sebentar gelap. Bintang malam ini, bukan malam kemarin, juga bukan malam besok. Malam ini artinya 'sekarang', di depan 'sekarang', yang lalu dan yang akan datang jadi samar-samar, jadi seperti ada tapi tidak ada...... Manusia seperti kebanyakan binatang lainnya, biasa bergerak di siang hari, istirahat di malam hari. Maka orang-orang yang seharusnya istirahat tapi masih bergerak, pasti ada sebab khusus. Misalnya orang biasa tidak bisa tidur, berjudi, ramai mengobrol sehingga tidak tidur. Pasukan yang khusus bergerak di tengah malam, mau menghancurkan musuh. Orang orang malam berjalan di atas ribuan atap rumah, ada yang mau mencuri atau mau balas dendam. Orang orang yang disebut di atas ini mungkin bisa disebut ada alasan khusus, maka seharusnya tidur lelap, malah sebaliknya bekerja dengan giat. Sekarang Khu-eng Un Ci-eng benar-benar menyendiri, di bawah sinar bintang yang lemah, dia melangkah di atas lapangan liar yang luas berjalan ke depan. Setiap malam dia menginap dimana, selalu menjadi rahasia besar. Sampai atasan dia Pu-couw-siancu juga tidak tahu. Tapi dia pasti bisa berhubungan atau muncul pada saat yang menentukan, tidak pernah absen. Maka kebiasaannya yang menyendiri dan rahasia jadi dibiarkan saja. Tiba-tiba Un Ci-eng menyelinap ke belakang pohon, sorot matanya berkilat-kilat menatap ke arah kanan depan di pinggir sungai. Setelah beberapa saat, dia pelan-pelan menggelengkan kepala tanda dia tidak puas pada dirinya. Diam-diam dia terpikir lagi, 'Apakah karena usiaku maka perasaan yang tadinya tajam sekarang menjadi tumpul" apakah ilmu silatku menjadi mundur dibandingkan dulu" Jika bukan, kenapa aku merasakan ada bahaya, tapi setelah berhenti dan teliti mengawasinya beberapa saat, tetap saja tidak menemukan bahaya itu ada dimana"' Setelah lewat beberapa saat lagi, dari belakang pohon dia kembali ke jalanan, gerakannya seperti roh, sangat cepat tapi tidak bersuara. Dia membusungkan dadanya melangkah ke depan, meneruskan perjalanannya. Tapi baru saja kakinya diangkat, mendadak dia berhenti lagi, dengan posisi aneh dia berdiri di kegelap-an malam, sedikit pun tidak bergerak. Malah seperti ditotok jalan darahnya, hingga tubuhnya menjadi kaku seperti kayu. "Ssst" Serumpun rerumputan di pinggir sungai terbang ke atas, entah terbang kemana. Tapi siapa pun tidak akan memperhatikan kemana terbangnya rerumputan itu. Setelah rerumputan terbang, yang muncul di tempat rerumputan itu adalah sesosok bayangan manusia yang berbaju putih melayang-layang ditiup angin, tubuhnya tinggi ramping. Wajah orang berbaju putih ini dalam beberapa., detik tidak bisa dilihat dengan jelas, tapi tangan kiri dia yang memegang pedang panjang dengan sarungnya, tentu tidak lolos dari penglihatan orang. Suara Un Ci-eng sangat tenang dan berkata: "Ternyata ketua Li Poh-hoan. Kau mau membunuh aku?" Orang berbaju putih itu memang Li Poh-hoan. Dia tertawa dua kali baru berkata: "Mata saudara Un sungguh tajam, aku memang Li Pohhoan. Ada satu hal dari saudara Un yang membuat aku kagum, yaitu menduga masalah dengan tepat." Jika dugaan Un Ci-eng selalu tepat, berarti Li Poh-hoan benar berniat membunuhnya. Un Ci-eng berkata: "Terima kasih atas kejujurannya. Sebelum kau menyerang, aku hanya punya satu pertanyaan mohon dijelaskan dulu." "Silahkan katakan!" "Li-pangcu ternyata punya keahlian menjadi pembunuh bayaran, hingga aku tidak bisa mengantisipasinya. Tapi punya keahlian menjadi pembunuh bayaran kelas satu tidak gampang, punya uang punya nama punya kedudukan juga belum tentu bisa menjadi ahli, makanya aku menjadi heran bagaimana kau bisa mempunyai keahlian hebat ini?" Li Poh-hoan hanya tertawa, di dalam hati dia berkata, 'Jika kau tahu pembunuh bayaran nomor satu di dunia dulu Leng-hiat (Darah dingin) Li Cap-pwee adalah kakekku, maka kau tidak akan menanyakan hal ini!' Dia berkata pelan-pelan, tapi bukan menjawab malah balik bertanya: "Di mana aku telah membuat kau merasakan aku ini pembunuh bayaran?" "Pertama kali saat aku bersandiwara dengan Liong Siang-yang, aku dan dia juga merasakan hawa membunuhmu. Kedua kalinya adalah tadi, aku juga merasakan hawa membunuh menerpa kepadaku." "Banyak orang punya hawa membunuh, kau juga ada!" "Tapi hawa membunuhmu tidak sama. Setelah aku menyelidikinya dengan teliti, ternyata seperti ada seperti juga tidak ada, seperti jauh tapi juga seperti dekat, malah mendadak kuat mendadak lemah, mendadak tajam mendadak tumpul. Sulit sekali menduga keberadaanmu, malah aku tidak yakin pada perasaan sendiri, keadaan begini, selain orang yang berhasil berlatih jadi pembunuh bayaran kelas satu, siapa yang mampu melakukannya?" Li Poh-hoan tersenyum dan berkata: "Sekarang aku sudah muncul, dan jaraknya dengan kau sejauh dua tombak, jika aku pembunuh bayaran, aku pasti dengan sabar menunggumu berjalan lebih dekat lagi, baru menampakan diri!" Un Ci-eng menganggukan kepala: "Kata-katamu benar juga!" Li Poh-hoan menunggu orang sudah setuju, baru merubah nada bicaranya: "Tapi mungkin aku mampu membunuh orang dalam jarak dua-tiga tombak, maka tidak masalah akut muncul, betul tidak?" Un Ci-eng tertegun sejenak dan berkata: "Betul juga!" "Maka aku pembunuh bayaran kelas satu atau bukan, itu tidak penting. Yang penting adalah apakah aku mau membunuhmu atau tidak, dan bisa tidak kau membunuhku. Apakah kau setuju dengan kata-kata ini?" "Tentu saja aku setuju," kata Un Ci-eng. "Kalau begitu kau dengar baik-baik, jika aku tidak muncul mencegah kau berjalan ke depan, asalkan kau melewati sungai itu, maka kau akan bertemu dengan orang yang benar-benar ingin membunuhmu, juga orang yang mampu membunuhmu!" Un Ci-eng merasa bingung, tidak tahan tanya-nya: "Siapa orang itu?" "Dialah Liong Siang-yang, sekarang kau boleh melanjutkan perjalananmu, jadi paling sedikit kau bisa memastikan apakah aku bohong atau tidak." Benar saja, Un Ci-eng melangkah sampai lima langkah, baru tiba-tiba sadar, dan berhenti sambil melotot berkata: "Kalau aku berjalan ke depan memang bisa mengetahui apakah kau bohong atau tidak. Tapi dilain pihak, begitu aku berjalan sejauh sepuluh langkah, saat itu kau bisa menggunakan jurus yang paling dahsyat, menyerang mengambil nyawaku!" Li Poh-hoan berkata: "Kedengarannya kau seperti terjun sendiri ke dalam perangkap, tapi kau tidak perlu khawatir, aku berani bertaruh setelah aku pergi, tidak lama Liong Siang-yang akan muncul. Sebab dia sudah berjalan memotong menunggu kau di depan, jika kau tidak muncul pada saat yang diperkirakan, maka dia akan berbalik kemari mencarimu, menurutmu betul tidak?" Suara Un Ci-eng mengandung nada sangat hati-hati, berkata: "Dengan demikian, bukankah sama dengan kau nembantu aku" Tapi apa sebabnya" Apakah kita dulu nempunyai dendam atau budi?" "Tidak ada." Jawaban Li Poh-hoan tegas sekali, 'aku hanya tidak suka pada orang seperti Liong Siang-yang. Dan aku ingin tahu Soh-yang-sam-kou dia, apakah benar-benar bisa melumpuhkan Siau-yang-sin-kang punyamu?" Selesai bicara dia melayang menjauh, dalam sekejap sudah menghilang di dalam bayangan hitam pohon. Un Ci-eng mengatur nafasnya, bersamaan memusatkan pikiran memasang telinganya. Dalam sekejapbenar saja terdengar suara aneh yang pelan sekali. Jika bukan Li Poh-hoan yang memperingatinya, sehingga dia berhenti melangkah dan mendengarkan, suara ini pasti tidak akan terdengar! Dia tersenyum dingin, mendadak berkata: "Liong Siang-yang, rasa ingin tahumu pasti besar sekali, bagaimana sampai tempat istirahatku pun kau ingin tahu?" Di atas jalan menuju sungai, sesosok bayangan manusia melayang turun ke bawah. Orang ini masih berjalan ke depan beberapa langkah, maka walaupun tidak terlihat rupanya, tapi dari cara jalannya yang khusus, dia tahu itu adalah Liong Siangyang. Kenyataannya karena jarak kedua orang itu hanya delapan langkah, dan juga karena berilmu tinggi maka walaupun malam hari, dia bisa melihat lawan dengan jelas. Senyum Liong Siang-yang selain bagus juga ada sinar kelicikan. Dia berkata: "Wow, telingamu cukup tajam, otaknya pun encer. Aku memang ingin tahu setiap malam kau tidur di tempat yang bagaimana!" Sambil berkata dia maju tujuh langkah. Tapi kaki Un Cieng ikut bergerak, juga berturut-turut mundur tujuh langkah. Jarak kedua belah pihak tidak bertambah, juga tidak berkurang. Kata Un Ci-eng: "Pergilah, anggap saja aku suka tidur di kubur-an, itu juga urusanku sendiri." Tiba-tiba Liong Siang-yang menyerang dengan sangat cepat, lima jarinya berbentuk bunga anggrek disapukan. Hampir saja ujung jarinya mengenai Un Ci-eng. Jika ke Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lima jarinya tidak gagal, Un Ci-eng tentu segera roboh ke tanah. Karena Un Ci-eng tidak roboh, berarti mundur nya Un Ci-eng tadi ada gunanya, jika saja mundurnya kurang satu langkah, keadaannya tentu tidak bisa dibayangkan. Sepasang tangan Un Ci-eng menghantam, "Traang!" kembang api memancar, pukulan yang seperti kilat mendadak membuat terang radius seluas dua tombak lebih. Ribuan titik sinar kembang api itu terjadi ketika dia mengadukan Lui-cui-tian-couwnya. Dan dalam situasi yang menyilaukan mata ini, palunya mengarah ke atas kepala, pahat menuju dada, dengan dahsyat balas menyerang Liong Siang-yang. Palunya sangat dahsyat dan pahatnya tajam menusuk, jurusnya hebat sekali. Ilmu silat seluas lautan tidak ada batasnya, jurus hebat apa pun di dunia, pasti selalu ada beberapa cara untuk menghadapinya. Tapi cara yang mana yang paling berguna, apa lagi jika mampu balik mengancam lawan" Itu harus dibuktikan dengan kenyataan. Karena selain di dalam jurus dan caranya, ada tidak kelemahan nya, masih harus ditambah lagi kharakter masing-masing orang dan kemahiran ilmu silatnya, baru bisa ditentukan. Teori ini seperti air bisa memadamkan api, kenyataan yang tidakbisa dibantah. Tapi jika apinya besar dan airnya lemah, maka setelah air bereaksi menjadi hidrogen, malah bisa menambah kekuatan api. Teori Im-yang-ngo-heng dari daratan tengah, sejak dahulu sudah menggunakan teori ini. Seperti air bisa menumbuhkan kayu, tapi jika airnya terlalu besar, dan juga bukan waktunya kayu tumbuh, maka kayu malah menjadi busuk karenanya (sama dengan mati tenggelam). Pokoknya, semua kejadian di alam semesta ini, saling berhubungan dengan aturan. Tapi karena setiap benda sendiri mengandung perubahan yang tidak menentu, dan bersifat tidak abadi, sehingga di saat saling bersatu, sering terjadi keadaan di luar aturannya! Kembali dalam pertarungan Liong Siang-yang dengan Un Ci-eng. Dengan jurus Wie-cin-thian-sia (Getar tertinggi langit di bawah) dari Un Ci-eng, sekilas terlihat tidak ada orang yang mampu menahannya, sangat dahsyat. Tapi Liong Siang-yang memiringkan tubuhnya, sepasang tangan bersama-sama menyerang. Terlihat sepuluh jarinya terbuka dengan rapih, bersamaan waktu mencengkram kedua arah. Sesaat kembang api yang memenuhi langit tidak terlihat lagi) kembang api yang seperti kuntung rokok masuk ke dalam air, sampai asap terakhir pun tidak bisa muncul. Sepuluh jari Liong Siang-yang masing-masing sudah menyentuh dua macam senjata lawan. Tenaga jarinya laksana jarum panjang yang sangat tajam menusuk ke dalam tahu, sudah menusuk jalan darah di kedua pergelangan tangan Un Ci-eng. "Lepaskan," Liong Siang-yang berteriak dingin. Tiba-tiba Un Ci-eng bergerak mundur miring tiga langkah. Dua senjata anehnya masih tetap di dalam genggaman tangannya. Sambil tertawa dingin berkata: "Lepaskan" Tidak semudah itu!" Setelah berkata, dia sudah menyerang sebanyak lima jurus dengan lima belas perubahan. Malam yang tadinya gelap gulita, mendadak terdengar suara geledek memekakan telinga, sinar kilat menyilaukan mata. Lima jurus dengan lima belas perubahan ini menyerang secara beruntun, sangat cepat dan dahsyat. Liong Siang-yang sekaligus menggunakan telapak tangan dan jari tangan menangkis tiga belas perubahannya, dua perubahan terakhir walaupun bisa ditangkisnya, tapi samarsamar dia mendehem sekali, dengan cepat mundur ke belakang delapan kaki. Dengan kata lain, jarak mereka sekarang kembali lagi ke semula, kurang lebih delapan langkah. Tapi jarak yang tadi sebisanya dipertahankan oleh Un Ci-eng, sekarang malah berbalik menjadi jarak yang ingin dipertahankan oleh Liong Siang-yang. Selain itu, wajah Liong Siang-yang sudah menjadi pucat seperti kertas, bibirnya tertutup rapat. Jelas dalam babak pertama pertarungan ini, dia telah kalah sejurus. Tapi saat ini masih belum diketahui separah apa kekalahannya" Apakah dia masih mampu menghadapi Un Ci-eng" Sekarang malah Liong Siang-yang yang membuka mulut dulu. Sebelum berkata dia tertawa dingin dulu sejenak baru berkata: "Bagus, bagus, Un Ci-eng, aku ingin memberi tahu satu hal padamu, harap kau mau mendengar-kannya!" Suara Un Ci-eng seperti batu besi, dingin menusuk hati, berkata: "Katakanlah! Jika kau perlu istirahat dulu, aku juga akan memberi waktu padamu!" Siapa yang mau melepaskan musuh di saat penentuan siapa hidup siapa mati ini" ^ Setelah melepaskan apakah dia masih mampu memenangkannya lagi" Walaupun Un Ci-eng mengatakan dengan lapang dada, tapi apakah kenyataannya dia mau" Liong Siang-yang segera menjawab, untuk menyatakan bahwa dia bukan mengambil kesempatan untuk bernafas. Dia berkata: "Tidak perlu, keluarkan seluruh kemampuan-mu, aku ingin melihat selain Siau-yang-sin-kang dan Ngo-im-ie-mehhiat (Lima hawa dingin mengalihkan jalan darah) dari utara, kau masih memiliki jurus hebat apa lagi?" Ternyata dia tadi sudah menggunakan jurus Soh-yangsamkou, tapi Un Ci-eng menggunakan Ngo-in-ie-meh-hiat dari perguruan Pak-boang. Sehingga serangannya tidak berhasil, malah sebaliknya men-dapat sedikit luka. Un Ci-eng berkata: "Tidak ada gunanya banyak bicara, silahkan coba saja maka kau akan tahu!" Liong Siang-yang berubah dari marah jadi tertawa lalu berteriak pelan: "Bagus, bagus sekali!" Sepasang tangannya seperti ekor burung walet, dengan cepat menggunting. Sebelah tangan menyerang wajah lawan, sebelah lagi menjepitleher lawan. Un Ci-eng berteriak dingin, Lui-cui-tian-suo nya menyerang tujuh kali. Dalam radius dua tombak dari atas ke bawah, kembang api meletup-letup, laksana pohon kembang api perak menyilaukan mata orang. Liong Siang-yang menerjang masuk, di bawah sorotan kembang api terlihat pemuda tampan bermuka putih bibir merah ini, mendadak jadi semakin cantik, malah bisa dilukiskan cantik genitnya menarik orang. Sayang sinar yang terbentuk dari ribuan kembang api dalam sekejap menghilang. Maka ketika kedua orang itu beberapa detik beradu lalu berpisah lagi, masing-masing berdiri sejauh tujuh langkah, saat ini wajah cantik yang menarik orang itu pun sudah hilang di kegelapan malam! Angin malam bertiup di atas permukaan sungai, menembus hutan, mengeluarkan suara "Mmm, mmm!" yang memilukan. Di dalam kegelapan, dua orang yang saling berhadapan itu, salah satunya mengeluh dalam, lalu lemas jatuh ke tanah...... @ @ @ Laksana harimau yang bersembunyi di-kegelapan, atau sendirian dan liar yang abadi, ada lagi bahaya yang berkeliling di sekitar dan ketakutan...... Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya, dalam matanya menyorot sinar kengerian yang tidak bisa dilihat orang. Tentu saja ini disebabkan terlalu gelap. Jika di siang hari, mungkin anak kecil juga bisa melihatnya. Sebenarnya dia orang yang sulit ketakutan, selamanya orang lain yang ketakutan karena dia. Tapi sekarang malah sebaliknya. Tidak jauh di depan rumah berderet-deret, tapi hanya sedikit rumah yang ada sinar lampu, itu karena malam sudah sangat larut! Tanpa bersuara sedikit pun dia berputar di tempat itu. Mata, hidung, telinga sampai seluruh tubuhnya dikerahkan semua. Jika perasaannya sudah ada tanda peringatan, maka itu bukan hal kecil yang bisa dihadapi sembarang an, tapi masalah besar tentang hidup atau mati. Tapi dimana musuhnya berada" Jika benar ada musuh yang bersembunyi, kenapa orang ini sangat sulit ditemukan tempat persembunyiannya" Jika benar ada musuh yang tidak bisa ditemu-kan, maka masalahnya menjadi sangat serius sekali! Itulah sumber ketakutannya. Hal-hal begini panjang jika diceritakan, tapi kejadian di dalam hatinya hanya sekejap mata saja! Di depan dan di belakang jalan luas dan datar, tidak ada satu halangan pun, tapi di kedua sisinya ada pepohonan dan rumput liar yang bisa dijadikan tempat persembunyian oleh musuh. Dia melihat-lihat sejenak, tiba-tiba sepasang tangannya di ayunkan, enam titik sinar biru melesat ke kiri dan kanan, setiap sisi tiga titik sinar, semuanya mengenai sasarannya yaitu pohon yang berbeda-beda. "Buum buum!" timbul enam gumpalan api, seperti tibatiba menyalakan enam buah obor. Maka di sekeliling tempat itu segera menjadi terang benderang. Enam gumpalan api itu dalam beberapa detik tidak mati, tapi membara di atas pohon. Maka di bawah sorot sinar api, orang yang berdiri di tengah lapangan jadi terlihat jelas wajahnya. Terlihat wajahnya berpupur, berbibir merah. Tubuhnya tidak tinggi juga tidak kurus, kulit-nya putih, seperti seorang wanita cantik. Wajah diantara laki-laki yang bisa seperti dia, tidak ada satu pun di antara sepuluh ribu. Memang wajah Liong Siang-yang sangat mudah dikenal, asalkan orang telah melihat dia sekali saja, maka sedikit sekali yang akan lupa terhadap dia. Dia memakai baju hitam untuk orang keluar malam, sehingga kulitnya semakin tampak putih, di kiri kanan pinggangnya tergantung satu kantong kulit yang isinya penuh. Sinar api walaupun menerangi lapangan seluas sepuluh tombak, tapi Liong Siang-yang tetap tidak bisa melihat musuhnya. Apa benar ada musuh kuat yang sedang bersembunyi" Atau itu hanya perasaan saja" Sesaat dia benar-benar tidak berani menentukannya, keadaan begini tidak pernah terjadi sejak dia turun gunung. Pertama, perasaan dia tidak pernah salah, kenapa sekarang tidak terlihat ada musuh" Kedua, walaupun dia belum lama turun gunung, tapi telah banyak membunuh orang. Kenapa malah bisa muncul perasaan takut" Enam gumpalan api itu seperti semakin besar. Tapi mendadak api di kiri dan kanan yang tepat berhadapan masing-masing apinya padam. Api bisa menyala juga bisa padam, itu adalah kejadian lumrah. Tapi jika bahan apinya belum habis, dan tidak ada benda untuk memadamkannya, seperti air dan lain lain, maka api yang sedang membara bisa mendadak padam, tentu itu hal yang aneh! ^^% dw %^^ Sampai orang biasa pun akan merasa aneh, apalagi buat mata Liong Siang-yang, maknanya jadi bukan hanya aneh saja. Sebisanya dirinya tenang, sebisanya menahan rasa ketakutan di dalam hatinya. Dia segera memeriksa keadaan di sekeliling, dan dua pohon yang apinya mati sebagai bagian yang terpenting, di dalam radius beberapa tombak apakah ada benda yang menghalangi" Misalnya batu, lubang, pohon rumput dan yang lainlainnya. Setelah itu dari kedua sisi jalan, di atas tanah, di antara pepohonan, rumput dan lain-lain, tiba-tiba bersama-sama membara terbakar api. Liong Siang-yang sudah mengerahkan jurus membunuhnya. Ini adalah jurus terhebat yang tidak pernah diketahui oleh orang luar.... api. Bara api di puluhan tempat ini, timbulnya sangat misterius, dan api di setiap tempat dengan sekejap membara besar, api menjilat setinggi lima enam kaki ke atas. Malam di musim semi hawanya masih sangat dingin, sekarang mendadak hawanya meninggi, dan bersamaan itu di sekeliling juga semakin terang, bisa melihat dengan jelas. Dia berdiri diam. Sinar api di sekeliling menyinari dirinya yang menyendiri dan wajahnya yang seperti wanita cantik. "Kau tidak mampu membunuh dia?" orang yang bertanya bukan saja wajahnya secantik dewi, juga seperti bunga di musim semi. Suaranya pun manis menyejukan hati. Tapi makna dari pertanyaan ini, malah sedikit terlalu Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kejam. Laki-laki di depan matanya berbaju putih bersih seperti baru ganti baju saja, rubuhnya tinggi ramping, wajah bersih tampan, di mata dan alisnya tampak hawa yang mempesona. Pelan-pelan dia duduk di depan wanita cantik itu, tapi dia tidak melepaskan pedang panjang yang dikepit di ketek kirinya. Dia menganggukan kepala, suara dan sikapnya juga tenang sekali. Orang yang seperti dia yang begitu tampan, apa benar bisa mencabut pedang dan membunuh orang" Dia berkata: "Liong Siang-yang bukan orang yang mudah dibunuh." Wanita cantik itu tertawa dan berkata: "Tapi kau adalah Li Poh-hoan!" Li Poh-hoan sedikit menggelengkan kepala: "Liong Siang-yang bukan pesilat tinggi biasa, walaupun kau mengerahkan seribu pasukan khusus mengeroyok dia, dia pun punya akal untuk bersama-sama mati dengan seribu orang ini." Dia berhenti sejenak dan berkata lagi: "Maka julukanmu harus dirubah!" Wanita cantikitu sedikit keheranan d.m kata: "Julukanku harus dirubah" Dirubah jadi bagaimana?" "Sekarang kau harus dijuluki Yu-couw-siancu bukannya Pu-couw-siancu!" (Dewi gelisah) Pu-couw-siancu tertawa sambil meludah: "Jangan main-main. Ku lihat disorot matamu ada sinar kelelahan, tapi kau masih bisa berkelakar..." "Aku tidak main main juga tidak berkelakar. Coba pikir ada 'seorang yang seperti Liong Siang-yang mengikutimu, apakah kau tidak diam-diam gelisah?" Pu-couw-siancu menatapnya, sorot matanya lama tidak pindah dari wajahnya. Lalu, di matanya mendadak timbul perasaan sayang. Di dalam ruangan sesaat dipenuhi oleh hawa kemesraan. Dia berkata pelan: "Kau tampak kelelahan, bisa dilihat kau memang telah menghabiskan tenaga dan pikiranmu demi aku, bagaimana kalau aku pijat?" Li Poh-hoan berpikir sejenak, lalu pelan-pelan menaruh pedang panjang yang dikepit di kereknya ke atas meja, pinggangnya yang tadi tegak lurus sekarang sedikit bungkuk, tiba-tiba di matanya tampak jelas sinar kelelahan. Tentu saja dia sangat kelelahan. Sebab saat dia menghadapi Liong Siang-yang, dia telah menggunakan hawa pedang dari kejauhan mengirim hawa membunuh yang amat dingin dan tajam, membuat lawan ragu-ragu dan ketakutan. Juga karena itu akhirnya memaksa Liong Siang-yang mau tidak mau harus mengeluarkan jurus membunuh yang menakutkan dan sangat rahasia. Dalam kejadian itu, bukan saja Li Poh-hoan harus mengendalikan hawa pedangnya, ada satu kali dari jarak puluhan tombak dia mengerahkan seluruh tenaganya melontarkan dua butir Pi-han-cu (Batu giok dingin), memadamkan api di dua pohon itu. Dua butir Pi-han-cu itu bisa segera memadam-kan berbagai macam api (walaupun api dari kimia), penemuan yang mengejutkan dari ahli senjata. Saat Li Poh-hoan melontarkan dua butir Pi-han-cu, dia menghabiskan banyak tenaga dalam karena menggunakan ilmu Cui-cu (meniup bambu). Menggunakan tenaga yang dibentuk oleh dua macam tenaga dalam, melontarkan dua butir Pi-han-cu. Kelihatannya dia hanya dua kali meniup, tapi sebenarnya dia sudah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, maka dia kehabisan tenaga. Kehabisan tenaga dalam tidak seperti kehabisan tenaga luar, lebih mudah pulih kembali. Maka Li Poh-hoan memutuskan menerima kebaikan hati wanita cantik ini, membiarkan dia memijitnya. Saat dia mengendurkan seluruh tubuhnya, segera kelelahannya terlihat dengan jelas. Jari cantik Pu-couw-siancu memijat-mijat leher, bahu punggung dan tempat lain-lainnya. Tubuh dia kadang-kadang menyentuh tubuh-nya, bau harum tercium oleh hidung Li Poh-hoan...... Apakah kelelahannya bisa segera dihilangkan, sepertinya sudah menjadi hal yang tidak penting! Ketika pikirannya melayang-layang, siapa yang memikirkan tubuhnya masih lelah atau tidak" Sepasang tangan Pu-couw-siancu sambil memijat-mijat, sambil membungkukkan tubuh, dengan demikian dia bisa melalui keningnya Li Poh-hoan ke bawah melihat matanya. Walaupun mereka saling pandang, tapi sedikit pun tidak mengganggu penampilan masing-masing di dalam hati mereka. Karena sentuhannya semakin meluas, dan saling menempel, maka kemesraannya semakin kental seperti bisa dilihat, bisa diraba oleh tangan. Malah bisa tercium hawa harum...... Setelah beberapa saat, Pu-couw-siancu baru kembali berdiri ke posisi semula. Tetap berdiri di belakangnya. Tapi sepasang tangannya masih memijat-mijat. Lalu, sepuluh jari dia mendadak terbuka, setiap ujung jari dengan tepat berhenti di satu jalan darah, di antara sepuluh jalan darah itu, ada tiga jalan darah adalah jalan darah yang sangat penting. Tentu saja Li Poh-hoan tahu. Ilmu silat dia yang sangat tinggi, terhadap setiap jalan darah selalu terasa paling sensitif. Tapi dia tidak bergerak, tidak melawan. Malah sampai berpikir was-was pun tidak timbul. "Ada pikiran apa di dalam hatimu?" dia pelan bertanya, bau harum mulutnya membuat orang mabuk. Li Poh-hoan menjawab: "Perasaanku seperti gelombang di lautan besar bergolak, aku tidak tahu sebabnya, sama sekali......" Dia pelan-pelan menutup matanya, menghirup nafas dalam-dalam. Perasaan yang melayang-layang, darahnya mengalir semakin cepat seperti ini, kenapa begitu asing begitu aneh" Kenapa tiba-tiba dia mendapatkan kehidupan yang begitu penuh begitu mantap" Mendadak bisa melihat sinar cemerlang musim semi" Dulu dia tidak pernah ada perasaan ini, apa karena hatiku dulu masih tertutup" Atau mataku buta" Lalu kenapa dengan rela melepaskan segala kewaspadaan" Kenapa mendadak kehilangan kecurigaan dan ketakutan" Dia jelas-jelas tahu sepasang tangan cantik itu, setiap saat bisa mengambil nyawa pesilat tinggi dunia persilatan, tapi kenapa dia tidak takut bisa muncul kejadian menakutkan ini" Dia menghela nafas, tapi suaranya penuh dengan kebahagiaan dan kepuasan. Pipi mulusnya Pu-couw-siancu timbul warna merah yang mencolok. Entah kapan sudah ditempelkan pada wajah-nyaa Dua orang itu sedikit pun tidak bergerak, setelah lewat beberapa saat tetap masih begitu. Perasaan yang lembut seperti air, dan juga panas seperti api, sering membuat banyak hal di dunia ini berubah, malah bisa membuat sejarah ditulis ulang...... Ambisi pelan-pelan mengangkat kepalanya dari riak asmara ini. Istri yang secantik bunga, wanita cantik sehebat ini. Jika orang biasa-biasa saja, bagaimana mungkin serasi dengan dia" Laki-laki sejati seharusnya berjuang mendirikan usaha besar, lalu menggandeng istri kesayangannya, berdiri di gerbang perbatasan, bercengkrama...... Saat semangatnya bergelora, tapi bersamaan itu dia merasakan tubuh Pu-couw-siancu semakin kaku, hangat di wajah cantiknya semakin berkurang. Apa penyebabnya sehingga dia berubah jadi begini" Haruskah dia bertanya padanya" Pu-couw-siancu pelan-pelan meninggalkan dia, tetap berdiri di belakang dia, sepuluh jarinya masih tetap menempel di sepuluh jalan darahnya, katanya: "Kau membuat perasaanku bergolak, membuat aku mendadak berubah kembali menjadi gadis tujuh delapan belas tahunan." "Bukankah itu bagus?" "Kenyataannya kurang bagus, begitu perasaan-ku bergolak, aku jadi teringat kakakku, maksudku di dalam hati jadi memikirkannya, bukan hanya di mulut saja, pun bukan ada kemauan lainnya..." "Tujuan berbeda, apa ada hubungannya?" "Hubungannya terlalu erat. Jika aku berpikir dengan sungguh-sungguh, akibatnya bukan saja ber-beda juga akan ada orang lain yang tahu (Hal ini sudah diberitahukan oleh Tong-leng-siang-jin)." 00oodwoo00 BAB 17 Li Poh-hoan tidak mengerti, dia bertanya: "Siapa lagi yang tahu?" "Liong Siang-yang akan tahu." Jawabnya, "dia pun telah berhasil melatih jurus rahasia Sin-ie-tay-hoat dari Tong-tobun, makanya aku dengan dia bisa berbicara menggunakan pikiran." "Kalau begitu apa yang kita perbincangkan, apa yang kita pikiran disini, dia juga bisa tahu?" Hal ini membuat Li Poh-hoan sangat terkejut. Dia bukan terpikir 'bahaya', tapi terpikir dua orang ini bisa saling berhubungan melalui pikirannya, wajah dan kepintaran mereka juga begitu serasi. Coba tanya siapa yang sanggup merebut Pu-couw-siancu dari tangannya Liong Siang-yang" Pu-couw-siancu menggelengkan kepala: "Dia tidak akan tahu, kecuali aku sengaja membiarkan dia tahu. Selain ini aku pernah belajar Yang-yan-hoan-sim-kang, maka hubungan batinku dengan kakakku sejak lahir jadi terputus, tentu saja Liong Siang-yang juga tidak bisa tahu pikiranku." Li Poh-hoan jadi merasa sedikit lega, dia berkata: "Kelihatannya aku masih ada kesempatan, tadi hatiku mendadak seperti berhenti, itu disebabkan oleh rasa putus asa......" Pu-couw-siancu terdiam sejenak lalu berkata: "Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan hal lainnya, baru betul, tapi kau malah hanya memikirkan perasaan! Kau seperti remaja delapan belas tahun saja, bukan ketua perkumpulan yang gagah perkasa yang berambisi menguasai dunia!" Li Poh-hoan tertawa pahit dan berkata: "Jika bisa sekalian demi seorang lain, bukan hanya untuk diri sendiri, menguasai dunia persilatan baru sangat berarti. Aku sungguh berpikir demikian!" Pu-couw-siancu tidak segera menjawab. Tapi sepuluh ujung jarinya mengeluarkan hawa panas, masuk ke dalam sepuluh jalan darah Li Poh-hoan. Sepuluh hawa panas ini ada yang lemah ada yang kuat, ada yang keras ada yang lembut. Saat masuk ke dalam mula-mula dihadang oleh tenaga dalam Li Poh-hoan, tapi segera menjadi satu tanpa ada hambatan. Jelas Li Poh-hoan sudah melepaskan segala pertahanannya, seluruh rubuhnya sudah menjadi benteng yang tanpa ada pertahanan. Jika dia sekarang mau mengambil nyawanya, sangat mudah seperti membalikan telapak tangan. Tapi dia tidak melakukannya, Dia hanya tersenyum pahit. "Aku tidak tahu kenapa aku bisa melepaskan dirimu" Aku pernah mengutus orang membunuhmu, aku merencanakan jebakan untukmu, tapi ketika aku mendapatkan kesempatan yang sangat bagus, aku malah tidak bisa melakukannya?" Li Poh-hoan memeramkan mata tidak bicara. Karena hawa panas yang dikeluarkan dari ujung jarinya, dengan cepat memulihkan tenaga dalam-nya malah menambahnya. Jelas dia dengan rela menghabiskan tenaga dalamnya sendiri, melalui jarinya menyalurkan tenaga dalamnya...... Dia berguman kembali: "Walaupun Liong Siang-yang tidak tahu arah tujuan hatiku, tapi dia bisa mengetahui aku sudah mengeluarkan perasaan hatiku sekali, maka dia akan berusaha secepatnya mencari aku. Dia akan menggunakan kesempatan baik ini mengerahkan Sin-ie-tay-hoat, mengendalikan pikiranku. Jika pikiranku sudah dikendalikan oleh dia, aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku akan menjadi bawahan dia, atau menjadi selir dia......" ((8-dxw-8)) Benar saja Liong Siang-yang dengan cepat menemukan ruangan yang masih ada sinar lampunya. Dia berdiri di luar ruangan beberapa saat. Akhirnya sorot mata dia melihat kesekeliling lagi, lalu menatap tajam pada wajah cantik Pu-couw-siancu yang sedang duduk di sisi meja. Pu-couw-siancu tersenyum. Tapi senyumnya terlihat sedih. Liong Siang-yang melangkah masuk ke dalam ruangan, wajahnya yang seperti wanita cantik itu tampak keheranan dan gembira, dia tidak mendesak terlalu dekat," dia berhenti dalam jarak delapan kaki lebih. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Cepat sekali kau menemukan aku." Pu-couw-siancu berkata, "aku sungguh kagum." "Kelihatannya kau sangat lelah, kenapa bisa begitu?" kata Liong Siang-yang. "Nada bicaramu dan tingkah lakumu tiba-tiba berubah menjadi sangat hormat dan sungkan, apakah kedudukan kita sudah bertukar, beritahu aku dulu, kenapa kau tampak begitu lemas" Apakah tadi kau bertemu dengan musuh?" "Musuh di dalam hatiku. Aku tidak perlu bertemu dengan dia, dia selalu mengikuti aku." Liong Siang-yang menjadi sangat senang dan berkata: "Ooo begitu, tidak heran setelah aku memeriksa nya, di dalam kamar tidak ada bekas pertarungan. Jika musuhnya ada di dalam hatimu, itu bagus sekali!" "Bagus bagaimana?" "Paling tidak aku bisa membantumu, jika orang lain pasti tidak bisa membantumu!" Pelan Pu-couw-siancu menggelengkan kepala. "Tidak bagus, walaupun kata-katamu masuk akal, namun ketika pikiranku sedang kelelahan karena bertarung dengan musuh, saat itu kau tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, akan mengunci pikiran ku." Dia berpikir sejenak lalu berkata lagi: "Ku rasa kalau aku menjadi orang yang tidak punya pikiran, bukankah itu sama dengan menjadi budakmu?" Liong Siang-yang menggoyangkan kepala dan topinya jatuh, rambutnya yang panjang menjumtai ke bawah, lalu melangkah ke depan tiga langkah. Wajah dia berubah menjadi pucat seperti es, sepasang matanya menyorot sinar dingin. Muka dia yang tampan berubah menjadi menyeramkan, tampak seperti dukun jahat. Suaranya pun jadi tajam dan dingin, menambah keseramannya. Dia berkata: "Biar kucoba saja sekarang, aku suka mengunci pikiran orang lain, jika pada pikiranmu, maka aku akan lebih suka lagi!" Sinar lampu seperti ada tenaga misterius, warna nya tibatiba berubah dari kuning padam menjadi hijau putih, membuat orang dan segala sesuatu di dalam ruangan seperti disinari oleh sinar yang menyeramkan dan dingin. Api lampu tiba-tiba membesar lalu tiba-tiba mengecil bergoyang-goyang, menimbulkan banyak bayangan yang menyeramkan. Sepasang tangan Pu-couw-siancu menekan meja, tubuhnya duduk dengan tegak, laksana seorang dewi. Setiap dewi berkonsentrasi, selain dilindungi oleh roh dewa, berusaha menangkal serangan setan. Selama di dunia masih ada setan-setan, maka harus mendirikan altar dan segala keperluannya, supaya tubuh berwarna ini bisa bertahan. Jika hanya sihir yang menyerang, maka di saat berkonsentrasi tidak ada pikiran, pikirannya bersih dan tenang, kebanyakan sihir itu tidak bisa masuk. Jika Pu-couw-siancu benar-benar seperti dewi yang berkonsentrasi, dan juga mencapai taraf benar-benar tenang, tentu saja dia tidak perlu takut pada sihirnya Liong Siangyang. Sayang dia tidak bisa mencapai taraf seperti itu, maka warna wajahnya mendadak menjadi putih pucat, saling berhadapan dengan wajahnya Liong Siang-yang. Bersamaan waktu itu sepasang tangannya perlahan mulai gemetar. Tampak dia berusaha keras supaya sepasang tangannya yang cantik itu tidak gemetar, tapi dia tidak mampu menahannya. Jika dia mampu menahan sepasang tangannya tidak gemetar terlalu keras itu sudah bagus sekali. Saat ini sinar dingin dari sepasang mata Liong Siangyang terasa semakin dingin, wajahnya pun dingin menakutkan. Sorot matanya ditujukan pada Pu-couwsiancu, hidungnya mengeluarkan suara dengus-an yang aneh. Suara anehnya masuk ke dalam telinga Pu-couw-siancu, dia merasakan seperti dipukul oleh palu besar, dan seperti bor tajam menusuk telinga. Jiwanya jadi terasa sangat sakit. Waktu di dalam ruangan seperti membeku, dalam situasi angker ini. Sangat mungkin hanya dalam sekejap, juga mungkin sudah berlalu lama. Pokoknya mala petaka yang tidak bisa dilihat atau diraba ini, dalam perasaan tidak ada mulanya, juga tidak ada akhirnya. Masalah apa saja (termasuk kebahagian atau mala petaka) jika tidak ada permulaannya, maka hanya bingung saja yang ada. Jika merasa tidak ada akhirnya, maka kese-nangan pun bisa berubah menjadi tidak bisa menerima-nya. Maka tidak perlu dikatakan lagi malapetaka, kesedihan dan lain-lainnya. Ternyata kita manusia semua karena ketakutan terhadap kemusnahan dan kematian yang tidak bisa diketahui sehingga berusaha mati-matian mencapai keabadian. Tapi di luar dugaan, kita juga tidak begitu mengerti sifat abadi itu apa. Ketika kita benar mendapatkan keabadian, tidak peduli itu kegembiraan atau kesusahan, pasti berubah jadi hal yang tidak bisa diterima. Maka pelepasan yang sungguh-sungguh, sebenarnya adalah di luar batas keabadian. Jika kau bisa membayangkan bagaimana keada-an di luar batas keabadian itu, maka kau boleh mencoba membayangkan. Tapi jika tidak bisa, itu pun tidak perlu sedih dan putus asa. Karena itu sebenarnya tidak bisa dilukiskan oleh huruf, bahasa, pikiran dan lain-lain manusia! Gemetarnya sepasang tangan Pu-couw-siancu tampak bertambah keras. Dialisnya ada tetes keringat, sorot matanya tampak putus asa dan sedih. Liong Siang-yang tertawa licik sambil melangkah maju. Dia tahu secara garis besar dia sudah mengendalikan Pucouwsiancu, hanya perlu menghampirinya, hanya perlu menyentuh tubuhnya bagian mana saja, maka berhasillah dia. Dan selanjutnya pikirannya akan dikendalikan, selanjutnya jiwanya akan diborgol, selamanya jadi budak Liong Siang-yang, selamanya diperintah dia, sama sekali tidak akan bisa melawan. Satu-satunya sisa pikiran dia, semuanya diguna kan untuk berjalan. Maka di dalam waktu kritis ini, begitu ada sesosok bayangan seperti daun jatuh ke tanah, tanpa bersuara tanpa peringatan turun di belakang tubuhnya, dia masih tidak merasakannya. Dia bukan tidak merasakan sama sekali, tapi sudah terlambat satu kedipan mata. Dia melihat sepasang tangan Pu-couw-siancu mendadak tidak gemetar lagi, di dalam hati dia jadi terkejut, dari keadaan itu di dalam hati segera sadar keadaannya ada yang tidak beres. Bagaimana Pu-couw-siancu bisa dalam keadaan terkendali, mendadak timbul perlawanan" Satu-satunya jawaban adalah dia mendapatkan bantuan. Tapi tenaga semacam ini sepertinya tidak mungkin datang dari dirinya sendiri, kalau begitu datangnya pasti dari luar, datang dari orang lain. Baru saja dia berpikir begitu, tiba-tiba hatinya muncul perasaan terkejut dan ketakutan yang belum pernah terjadi, tapi juga sedikit mengenalnya. Dari mana datangnya" Siapa orang yang bisa menimbulkan perasaan takut ini" Ketuanya hari itu pernah berkata..... sayang baru sekarang dia teringat.... tidak mudah menghadapi Pu-couwsiancu Cui Lian-gwat, jika ingin benar-benar bisa mengendalikan dia, paling sedikit dia harus giat belajar sepuluh tahun lagi. Tapi, jika hanya mau membunuh dia, hanya menginginkan kedudukan dia, maka kesempatannya besar sekali! Ketuanya memang tidak berat sebelah, dia memang menunjukan keadaan sebenarnya. Mengingat kembali hal itu, akhir-akhir ini, jelas dia ada kesempatan membunuhnya, tapi dia selalu melepaskan begitu saja, kenapa" Oh langit" Apakah sebenarnya jiwaku diam-diam sudah dikendalikan oleh dia" Sorot matanya kembali normal, sampai warna wajahnya pun ada kemerahan. Pokoknya, dia sudah kembali lagi ke 'manusia' bukan 'dukun'. Bersamaan waktu itu, dia merasakan punggung sampai dadanya entah kapan seperti telah ditembus oleh sebuah benda dingin, sehingga dia merasa dingin sekali dan sakitnya sampai ke tulang. Dia tidak pernah mengalami hal ini, namun yang aneh adalah dia tahu perasaan aneh dan sakit ini, pasti ditimbulkan oleh pedang yang menakutkan. Jika pedang itu tidak muncul di depan mata di dadanya, pasti ditusukan dari belakang punggung, dan masuk ke dalam tubuhnya. Maka dada dan punggungnya menjadi ber-lubang sehingga terasa dingin dan sakit. Siapa yang menggunakan pedang ini" Bagaimana orang ini bisa melakukannya tanpa diketahui" Jurus pedang apa ini" Wajah Pu-couw-siancu pun sudah pulih kembali menjadi segar, kecantikannya membuat orang tidak berani menatap dia. Dia berkata sambil tersenyum, suaranya sangat lemah tidak bertenaga: "Coba ceritakan, Li Poh-hoan, aku sungguh berterima kasih padamu!" Liong Siang-yang tidak perlu memalingkan kepala, di dalam kepalanya sudah terbayang seorang laki-laki berbaju putih yang sangat tampan. Hanya saja entah pedang itu sekarang sudah kembali ke sarungnya lagi atau belum" Apakah sudah dikepitlagi di keteknya" Ternyata dua jam sebelumnya, di atas jalan raya itu, yang menimbulkan perasaan dingin dan takut adalah hawa membunuh dari pedang Li Poh-hoan. Tidak heran saat dia tadi merasa takut, juga ada perasaan seperti yang pernah dirasakannya! Di belakang dia terdengar suara Li Poh-hoan yang nyaring dan kuat dan berkata: "Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya kau sendiri yang mengalahkan Liong Siang-yang! Aku hanya menusukan pedang saja!" Pu-couw-siancu berkata: "Hai... jangan bicara begitu. Aku punya kemampuan apa bisa menggerakan pedangmu ?" Liong Siang-yang masih berdiri tegak, tidak jatuh kebawah, juga tidak ada wajah yang menunjukan seperti orang akan mati, dia menyela: "Li Poh-hoan, sebagai Pangcu satu perkum-pulan. Ku dengar ambisimu ingin menguasai dunia sangat besar. Berita yang ku dapatkan itu salah tidak?" "Tidak!" jawaban Li Poh-hoan sangat terus terang, "sekarang kau menyinggung hal ini, apa ada gunanya?" "Aku merasa kau tidak pantas diam-diam menyerangku dari belakang. Jika kau hanya bisa menggunakan cara ini untuk menghabisi musuh-musuhmu, mungkin orang-orang di dunia tidak akan tunduk padamu!" "Benar juga kata-katamu. Tapi apakah kau sudah lupa di jalan raya di luar kota, kita pernah diam-diam bertarung satu kali?" "Aku tidak lupa, lalu kenapa?" "Jujur saja pertarungan kali itu, aku sudah kalah. Hanya saja kau tidak tahu!" Liong Siang-yang keheranan dan berkata: "Kau sudah kalah" Tapi sebenarnya kita belum benarbenar bertarung kan?" "Memang benar belum benar-benar bertarung. Tapi setelah kau menghabisi Un Ci-eng, tenaga dalam-mu sudah berkurang tidak sedikit, dan di saat itu aku malah tidak bisa membunuhmu, malah kehabisan tenaga dalam, terpaksa diam-diam aku meninggalkan tempat itu. Jadi sebenarnya aku pernah kalah sekali." "Aku masih kurang mengerti!" "Kau mengerti atau tidak sudah tidak penting. Sebab tidak peduli kau menggunakan cara apa ingin mengumpulkan tenaga untuk menyerang terakhir kalinya, pasti akan gagal semua. Aku tahu serangan terakhirmu menggunakan senjata api, ini semua tidak ada bedanya dengan diam diam menyerang orang dari belakang. Aku juga tahu kau^ ingin sekali melakukan tindakan besar mati bersama-sama. Tapi menyesal sekali, aku tidak meng-izinkan mala petaka ini terjadi!" Saat ini wajah Liong Siang-yang mendadak jadi pucat, sorot matanya memudar, pikirannya putus asa dan ketakutan. Dia berguman: "Li Poh-hoan, siapa kau sebenarnya" pikiran dan tindakanmu jelas seorang ketua perkumpulan besar. Tapi cara dan siasatmu malah seperti seorang pembunuh bayaran kelas satu!" Jawab Li Poh-hoan: "Kalau begitu kau bolah menganggap aku sebagai Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seorang pembunuh bayaran kelas satu saja!" Liong Siang-yang roboh ke bawah, sepasang matanya sudah tertutup, nafasnya sudah berhenti. Pu-couw-siancu memperingati Li Poh-hoan: "Orang yang menakutkan ini sudah mati!" Li Poh-hoan tetap berkata: "Liong Siang-yang, supaya kau tahu saja, sebenarnya aku terlahir sebagai seorang pembunuh bayaran kelas satu, sebab darahku yang mengalir bersifat demikian! Jika kau tahu asal-usulku, maka kau sedikit pun tidak akan keheranan!" Lampu di atas meja belum padam. Tetap mengeluarkan sinar kuning, suasananya menyedihkan! Tapi saat tangan Li Poh-hoan memegang tangan mulusnya Cui Lian-gwat, di dalam hati kedua orang itu timbul api muda dan api harapan. Sehingga di dalam relung hati mereka, ruangan ini tidak lagi dingin menyedihkan, tapi adalah harapan dan kehidupan di kemudian hari...... # # # Kecantikan Pu-couw-siancu, senyumannya, penampilannya dan lain-lain, hanya ada satu di antara sepuluh ribu, sulit dilukiskan. Tapi wanita yang sama secantik semenarik seperti dia.... sebenarnya digambarkan persis sama dengan dia juga boleh.... Di dunia ini masih ada satu lagi. Yaitu kakak kembarnya Cui Lian-hoa. Setelah Cui Lian-hoa mengalami siksaan dan mala petaka, juga kemiskinan, kesendirian dan lain-lainnya, akhirnya dia bisa lega, paling sedikit sekarang ada seorang Hoyan Tiang-sou w yang gagah perkasa di sampingnya. Pesilat tinggi dunia persilatan ini jika ditaksir usianya sepertinya lebih kecil dari dia. Tapi dia adalah pesilat tinggi dunia persilatan, dari ahliahli golok yang ada di dunia persilatan, tidak kurang puluhan ribu ahli golok yang hebat-hebat, tapi dia adalah salah satu yang terhebat. Orang ini membuat orang-orang menjadi teringat akan To-ong (Raja golok) Pouw Kang-ong. Dahulu Pouw Kang-ong dengan Hiat-kiam (Pedang darah) dari Yan-pak bersama-sama tiada tandingannya di dunia. Tapi jika kedua orang pesilat tanpa tandingan di dunia ini bertarung, siapa sebenarnya yang benar-benar tanpa tandingan di dunia" Pertanyaan ini sangat menarik, ratusan juta orang-orang di dunia persilatan sering diam-diam memperkirakannya. Hanya saja masalah seperti ini tidak bisa hanya memperkirakan saja, lalu mendapatkan jawabannya. Maka beberapa tahun lalu To-ong Pouw Kang-ong dan Hiat-kiam dari Yan-pak mendadak meng-hilang, selanjutnya kedua orang itu tidak ditemukan lagi, maka masuk akal jika banyak orang mencurigai di antara kedua orang itu pasti ada hubungannya. Selain itu, diantara mereka, masih terselip seorang yang disebut Opas nomor satu dunia Tiong-liu-ti-cu (Di tengah air mengalir di hadang tiang) Beng Ci-siu. Orang inipun dalam waktu bersamaan ikut menghilang, dan prestasi opas nomor satu ini selama beberapa tahun, tidak ada satu perkara pun yang tidak bisa dia pecahkan, tentu saja dia tidak mau membiar-kan To-ong dan Hiatkiam kedua pesilat tinggi ini meraja lela di dunia persilatan. Sehingga menghilangnya para pesilat tinggi ini, menjadi perbincangan seru di kalangan orang-orang persilatan! Saat ini Mo-to Hoyan Tiang-souw di dunia persilatan hampir diakui sebagai orang yang mampu menggantikan kedudukannya To-ong Pouw Kang-ong. Sayangnya dia bukan keturunannya Pouw Kang-ong, maka walau dia lebih lihay, tapi muncul dari golongan yang berbeda. Seperti pepatah berkata: "Setiap generasi di dunia selalu muncul genius silat......" Di dunia yang ramai oleh manusia, waktu berputar tanpa berhenti, memang selalu muncul orang genius, gelombang belakang mengejar gelombang di depannya, setiap saat selalu begitu. Maka di dunia tidak berhenti-hentinya ada permasalahan, kenangan yang tidak ada batasnya! Banyak sekali orang yang tersisih ke belakang gelombang waktu, bagaimana tidak mengenang masa lalu sehingga mengeluh" Hoyan Tiang-souw mengepit Mo-to, di bawah sinar mentari musim semi, diam memandangi wanita yang seperti dewi itu. Hati dia terasa sakit sekali, pengalaman ini tidak pernah dia alami selama hidupnya. Dia sebenarnya dewi atau iblis" Dia sebenarnya punya ilmu silat atau tidak" Dia sungguh dihina orang dan tidak mampu melawan" Cui Lian-hoa dengan kaku melangkah di pinggir sungai, kelihatannya setiap saat bisa jatuh ke dalam sungai. Maka Hoyan Tiang-souw segera menghampirinya, dengan tangannya yang amat kuat menangkap lengannya. Saat ini walau pun dia berada di pinggir jurang yang amat curam, tapi bisa dipastikan dia tidak akan jatuh ke bawah, apa lagi hanya di pinggir sungai kecil" =V v V v V= Di atas air sungai yang tenang dan jernih, tercermin satu bayangan wajah yang sangat cantik. ' Dia mengambil air sungai dan dibasuhkan ke wajahnya. Saat air sungai turun menimbulkan jipratan air, membuat bayangan yang amat cantik itu terpecah. Sebenarnya kehidupan manusia seperti itu. Segala sesuatu yang paling bagus, paling cantik, juga hanya 'bayangan palsu' saja, begitu dihantam atau diganggu oleh kekuatan luar, maka segera pecah dan menghilang. Cui Lian-hoa menghela nafas: "Hoyan Tiang-souw, jika di dalam jiwamu tidak ada aku, bukankah itu akan lebih bebas dan tidak ada beban" Bukankah itu akan lebih bersinar?" Suara Hoyan Tiang-souw selamanya seperti geledek, tapi sekarang kedengaran walau pun masih memekakan telinga, tapi mengandung kelembutan. "Aku tidak mengerti, kau tahu aku tidak banyak membaca buku, pengalamanku pun tidak luas!" "Lalu kenapa kau membawa golok datang ke selatan." Cui Lian-hoa berkata, "Apa tujuannya" Kau sepertinya telah membunuh banyak orang, juga bermusuhan dengan tidak sedikit musuh kuat, untuk apa semua itu?" "Tidak untuk apa-apa. Asalkan orang yang pantas mati, orang yang tanpa alasan jelas menghadang jalanku, juga bukan orang yang baik-baik, aku juga akan membunuhnya!" "Hay! To-ong Pouw Kang-ong dulu meraja lela di dunia, tidak ada lawannya, juga tidak meraja lela seperti itu......" "Kalau begitu coba kau beritahu aku!" suara Hoyan Tiang-souw sangat tulus, "aku harus bersikap bagaimana" Apakah jika bertemu dengan orang-orang yang menghina dan mencelakai orang lain, aku tidak boleh turun tangan?" Cui Lian-hoa terkejut sekali, berkata: "Bicara apa itu" kenapa kau tidak boleh turun tangan?" Hoyan Tiang-souw menjadi gelisah: "Membunuh orang tidak boleh, tidak turun tangan juga tidak boleh! Kalau begitu kau suruh aku bagaimana?" Cui Lian-hoa berpikir sejenak, pelan-pelan melihat ke atas langit, juga pelan pelan menghela nafas, baru dia berkata: "Saat ini aku baru benar-benar mengerti, sebab masalahmu sudah berubah menjadi masalahku, sehing-ga aku benar-benar terlibat dan harus memutuskan." Dia menurunkan pandangannya ke wajah Hoyan Tiangsouw, sorot matanya lembut sekali seperti tiupan angin di musim semi. Dia berkata lagi: "Dulu aku hanyalah orang luar, maka masalah yang aku pikirkan tidak begitu mendetail, juga tidak bisa merasakan keadaanmu, tapi sekarang aku sudah tahu." Tahu dan mengerti satu hal, tapi bagaimana melakukannya, itu hal lain lagi. Dengan lembut dia berkata lagi: "Kau sebisanya jangan membunuh orang, tidak mencari musuh itu yang paling bagus, karena itu sangat berbahaya sekali. Orang dulu berkata tinggi gunung ada yang lebih tinggi lagi, sungguh sedikit pun tidak salah. Tapi jika sampai terdesak tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ingin tidak membunuh orang juga tidak bisa, saat itu kau tentu saja harus berkonsentrasi penuh, supaya bisa" melaksanakan tugas menyelamat-kan diri atau' menyelamatkan orang lain." Hoyan Tiang-souw menghela nafas panjang, kelihatannya di dalam hatinya juga bukan tidak pernah tidak ada pertanyaan ini, hanya saja dia bisa menahan diri tidak banyak memikirkannya saja. Sekarang jika Cui Lian-hoa sudah berdiri di pihaknya, dia mengatakan sendiri mendukung diri-nya, maka tidak ada pertanyaan lagi" Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi" Semangat dia jadi menggelora, dia bersiul panjang ke langit, suaranya menggetarkan lapangan liar. Saat "ini di dalam hatinya merasa senang sekali. Cui Lian-hoa memeluk tangan dia yang kekar kuat, tersenyum lembut berkata: "Aku masih punya beberapa rahasia ingin memberitahukan padamu, tapi waktunya bukan sekarang! Aku senang sekali melihat kau gembira, dan melihat semangatmu yang menggelora itu. Apakah kau tidak pernah merasa ketakutan!" Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Betul, tapi aku juga sangat mudah marah. Asalkan lawan bukan orang baik-baik, atau dia menggunakan akal busuk, tidak menggunakan cara terang-terangan mencelakai aku, maka aku tidak akan bisa menahan diri, akan marah sekali, saat itu golokku akan dicabut keluar!" Cui Lian-hoa tersenyum, mengangkat tangan-nya mengusap dengan lembut wajah muda yang penuh dengan brewok pendek dan keras, tangan mulus dia hampir saja terluka olehbrewoknya. Tapi dia merasa sangat senang juga nyaman. Dia berkata: "Kelihatannya jurus golokmu, semakin kau marah semakin lihay. Ini sungguh hal yang sangat aneh dan misterius, jika aku ingin tahu kenapa bisa begitu, di dunia ini mungkin hanya ada satu orang yang bisa menjelaskannya." Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata: "Siapa orang itu?" Di dalam hati Cui Lian-hoa muncul satu wajah Cin Sentong yang bersih berusia setengah baya itu. Tapi dia tidak mengatakannya, buat apa mengatakan keadaan hati gadis remaja yang dulu diam-diam mencintainya" Cin Sen-tong itu adalah opas paling kuat nomor satu dunia di jamannya. Walaupun dia telah mengundurkan diri beberapa tahun, tapi generasi penerusnya di dunia persilatan sudah tidak ada orang yang mengenal dia. Tapi di dalam hati Cui Lian-hoa, selamanya tidak bisa melupakannya, juga tidak tahan jika teringat pelayan yang sangat cantik Li Hong-ji (sebenarnya dia adalah ketua perkumpulan Sin-jiu (Tangan dewa) di Hang-ciu, tapi karena sesuatu hal, menjadi pelayannya Cin Sen-tong) yang ada disisi dia. Dimana mereka sekarang berada" Bagaimana keadaan mereka" Hari-hari keperkasaannya yang menggempar-kan dunia persilatan, apakah masih muncul di dalam mimpinya Cin Sen-tong" Hoyan Tiang-souw berkata: "Kau tidak mau mengatakannya, aku pun tidak akan bertanya, tapi ada satu hal aku harus tanyakan padamu!" Cui Lian-hoa sedikit terkejut dan kebingungan berkata: "Kau tanya saja! Kau mau tanya apa?" Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw mengerutkan alisnya, tampak dia merasa kesulitan, seperti berkata pada dirinya sendiri: "Tidak bisa, jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, apa gunanya aku menanyakan?" Wajah dan suaranya Cui Lian-hoa, seperti ada semacam tenaga aneh yang membuat orang tidak bisa, tidak tega dan tidak percaya. Sebenarnya 'bersumpah' sama sekali tidak ada hubungannya 'asli atau palsu', ada orang tidak bisa berbohong sejak lahir, makanya bersumpah atau tidak sama saja, sebab kata-katanya pasti jujur. Tapi ada orang sejak lahir tidak pernah berkata jujur, walaupun setiap katanya di ikuti sumpah, tapi tetap saja bohong, kata-katanya pasti tidak akan berubah menjadi kata-kata jujur. Mengenai apakah bersumpah bisa mengikat orang" Juga berbeda-beda pada masing-masing orang. Tapi kebanyakan orang tidak terlalu sulit mengingkari sumpah, makanya orang yang sudah lama di dunia persilatan, selalu tidak mau mempercayai sumpah orang. Hanya saja Hoyan Tiang-souw sudah seratus persen mempercayainya. Dia ingin sekali mengeluarkan hatinya untuk dipelihatkan padanya. Dia buru buru berkata: "Tidak perlu bersumpah, aku pasti percaya padamu, pasti akan percaya padamu!" "Kalau begitu kau tanyalah!" Hoyan Tiang-souw hampir lupa apa yang tadi dia ingin tanyakan" Maka dia berpikir-pikir lagi sejenak baru berkata: "Apakah kau kadang-kadang bisa berubah menjadi Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sangat jahat" Maksudku adalah kau sekarang ini sungguh seperti dewi yang paling baik hati paling cantik dan paling nyata. Tapi apakah kau kadang-kadang bisa berubah menjadi sangat jahat?" Di dalam hati Cui Lian-hoa terasa sangat pahit. Yang membuat dia berpikiran demikian tidak salah lagi, pasti Cui Lian-gwat. Hay! Adik yang dulu pikirannya bisa saling berhubungan dan sifatnya baik dan lincah, kenapa sekarang berubah menjadi orang asing yang sangat menakutkan" Dia yang dulu, sekarang sudah pergi entah kemana" "Aku tidak akan berubah menjadi jahat." Dia menenangkan diri sesaat baru menjawab, "tapi aku masih ada aku satunya lagi, aku yang ini bisa bagaimana" Aku tidak tahu!" Hoyan Tiang-souw teliti memikirkan, kepala-nya segera menjadi pusing, dia merasa kata-katanya yang seperti katakata agama Budha ini, pasti sulit dimengerti. Maka dia mengangkat tangan tanda menyerah dan berkata: "Baiklah, hal ini dibicarakan lain hari saja......" Dia berhenti dan berpikir sejenak, mendadak sebuah senyuman muncul di wajahnya yang muda dan kasar itu, semakin melebar, laksana gelombang di air. Dia berkata: "Mendadak aku ingat sekarang seharusnya waktunya makan. Dulu begitu perutku lapar, dengan mudah sekali aku menyelesaikannya, rumah makan besar boleh, tukang mie di pinggir jalan juga boleh, pokoknya aku bisa mengisi penuh perutku. Tapi sekarang sedikit berbeda!" Cui Lian-hoa tertawa sambil berkata: "Perkataanmu seperti seorang ahli philosophy saja, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" "Sekarang aku terpikir makan nasi, jadi dengan sendirinya terpikir selera makanmu. Dan juga bersamasama denganmu, tentu saja paling bagus makan di rumah makan besar yang bersih dan megah." "Tempat yang bersih dan megah tentu saja akan lebih romantis! Sekarang yang aku tahu hanya kau sangat baik padaku, tapi sepertinya kau masih ada maksud lain?" Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Dari masalah makan ini, aku jadi teringat kata katamu tadi. Kau berkata di dalam kehidupanku jika kehilanganmu, tentu akan lebih bebas merdeka, aku lihat di dalam masalah makan nasi ini saja, sudah membuktikan perkataanmu tadi betul sekali." Cui Lian-hoa tersenyum manis: "Sebenarnya tidak hanya satu hal makan nasi saja" Mungkin kau sudah merasakannya, juga bisa membayangkannya?" Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw menjulurkan sepasang tangannya, dengan mantap tapi lembut memeluknya. Dia tidak pernah memeluk wanita. Tapi hal ini sepertinya tidak perlu diajarkan orang. Dia memeluknya dengan baik, membuat dia selain merasakan hangat dan aman, masih merasakan rangsangan dari seorang laki-laki. Dia masih bisa menundukan kepala mencium bibirnya yang merah lembut, dan saat ini bumi langit dan kesibukan manusia, sudah tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggu mereka...... =XoXoX= Musim semi yang hangat dan bunga mekar di Kang-lam, perbedaannya seperti bumi dan langit dibandingkan dengan cuaca yang dingin di utara. Hoyan Tiang-souw yang terbiasa hidup di utara memang sangat merasakannya. Sampai orang yang sudah lama tinggal di Kang-lam, melihat bunga-bunga mekar di lapangan liar, juga bisa dengan sendirinya terpikir kesusahan hidup di utara yang dingin tandus, terpikir indahnya Kang-lam di musim semi! Sekarang yang merasakan perasaan ini adalah Pu-couwsiancu Cui Lian-gwat, dia sendiri sudah berubah menjadi seorang nyonya setengah baya yang berwajah kuning. Ilmu merubah wajahnya sungguh hebat, wajau pun mata cantik dan bibir munggilnya masih tetap sama, tapi karena warna wajahnya kuning kering, rambut dan pakaiannya berubah, maka kelihatannya seperti seorang wanita kampung setengah baya. Sorot mata dia menatap tajam ke bawah satu pohon bunga Tho yang sedang mekar, di sana ada seorang wanita cantik berpakaian biasa, namun lebih cantik lebih mencolok mata dibandingkan dengan bunga Toh. Tentu saja Cui Lian-gwat mengenal wanita cantik ini, walaupun sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi kakak kembar yang pikirannya bisa ber-hubungan, bagaimana mungkin dia bisa melupakan-nya" Cui Lian-hoa berada di bawah pohon bunga Toh, matanya melihat ke permukan air danau yang beriak, tubuhnya sedikit pun tidak bergerak, bengong seperti sedang memikirkan sesuatu! Lalu muncullah Hoyan Tiang-souw yang bertubuh gagah perkasa itu. Tangan kiri dia memegang golok pusaka, tangan kanan di julurkan memeluk Cui Lian-hoa dengan lembut, membisikan entah perkataan apa, lalu kedua orang itu tertawa terkekeh-kekeh. O00-dw-00O BAB 18 Di dalam hati Cui Lian-gwat tidak ada rasa senang, juga tidak ada cemburu. Jika dia teliti memperhatikan dirinya sekarang, pasti diapun akan merasa keheranan. Sebab jika kakak yang sudah beberapa tahun tidak bertemu sekarang tiba-tiba muncul di depan matanya, dan dia pun bersama-sama teman laki-lakinya, kenapa perasaan dia sedikit pun tidak ada reaksi" Anggap saja cemburu! Itu jauh lebih baik dari pada sampai perasaan ini pun tidak ada. Kenapa dia jadi seperti kayu atau batu, hanya terus mengawasi gerak-gerik mereka, tapi tidak meng-hampiri kakaknya untuk bertemu" Hoyan Tiang-souw dan Cui Lian-hoa berjalan menyusuri pantai See-ouw. Melihat arahnya jelas mereka ingin mencari sebuah perahu kecil, untuk pergi ke gedung Lo-say-lou yang berada di tengah danau, minum dan makan sambil melihat pemandangan di sana. Cui Lian-gwat berdiri diam, sampai bayangan sepasang kekasih itu menghilang, dia baru tersenyum dingin, membalikan tubuh diam-diam pergi. O O O Hoyan Tiang-souw merasa selama sepuluh hari ini, dia seperti hidup di sorga bukan di dunia. Sekarang, dia baru menyadari pemandangan di sekelilingnya selain indah, malah masih ada sebuah tenaga yang membuat hatinya bergetar! Dia tahu walaupun telah melewati beberapa tahun, walaupun sampai tua, berambut putih, jika dari kejauhan melihat seorang gadis cantik berdiri di bawah pohon bunga Tho yang sedang mekar, dia pasti akan ingat hari-hari ini, pasti darahnya bergolak, juga pasti terharu dan mengenangnya! Dia sudah bisa minum sedikit arak, dan disaat sedikit mabuk, dia merasa kecantikan dan penampilan Cui Lianhoa malah terlihat lebih cantik lagi. Dia sudah bisa berkata yang lucu-lucu, mem-buat keadaannya jadi lebih akrab lebih mesra. Jika arak hanya ada kegunaan ini, tidak ada kejelekan lainnya, mungkin danau dan bak penampungan air di seluruh dunia akan di isi oleh arak, juga tidak akan cukup untuk kebutuhan manusia. Satu keburukan dari arak adalah bisa mem-busukan malah menghancurkan jiwa. Dan ketika sedang kesal, maka arak bisa menambah kekuatan kekesalannya. Maka ketika seseorang sedang mabuk, berjalan sempoyongan dan menabrak dia, maka dia akan memutuskan sepanjang hidupnya tidak boleh berbuat seperti orang yang begini menyebalkan. Tapi pikirannya dengan cepat beralih ke tempat lain. Dia melihat Cui Lian-hoa dengan pandangan yang sangat dalam, lalu bangkit dan pergi ke tembok penghalang, menjulurkan kepala melihat ke bawah pohon bunga Tho. Sebenarnya mata dia melihat ke atas kertas kusut yang ada ditangannya, di atas kertas tertulis: "Jam tiga hari ini, bertarung di lereng selatan Giok-koan, jangan membawa wanita. Kie Ting-hoan." Walaupun hurufnya ditulis sangat kecil, tapi sangat bertenaga dan mantap. Kie Ting-hoan adalah pesilat tinggi nomor satu dari keluarga Kie di Hong-lai Soa-tang, juga yang paling berkuasa dalam keluarga Kie. Dia datang sendiri ke Hang-ciu, secara diam-diam mengundang tarung, membuat orang kebingung-an tidak bisa mengerti. Satu-satunya penjelasan adalah kalimat 'jangan membawa wanita'. Tombak baja Mo-tang dari keluarga Kie sangat ternama di dunia persilatan, dan Kie Ting-hoan adalah pesilat tinggi nomor satu di keluarga Kie, tentu saja ilmu silatnya sangat hebat. Tapi benar atau tidak dari kejauhan dia pernah melihatkecantikan Cui Lian-hoa yang sangat cantik itu" Melihat tingkahnya yang sedang senang sekali, dia tidak tega mengganggunya" Dia tidak ingin menyaksikan keadaan lapangan pertarungan yang berlumuran darah" Hoyan Tiang-souw sangat setuju dengan cara pertarungan seperti ini, tapi mempertimbangkan keadaan Cui Lian-hoa yang sudah tidak bisa bersilat itu, maka dia jadi bimbang dan sulit menentukan. Hari sudah melewati tengah hari, sudah lewat jam satu siang. Saat ini matahari bersinar terang. Jika naik perahu di danau, tentu sangat menyenangkan sekali. Dia kembali ke tempat duduknya, mengangkat gelas dan sekali teguk menghabiskan araknya. Di dalam mata Cui Lian-hoa tampak sinar gelisah. Dia dengan lembut berkata: "Tiba-tiba kau punya pikiran, darimana datangnya pikiran ini" Apakah pemandangan indah disini, masih tetap membuat kau merindukan utara?" Hoyan Tiang-souw kembali menghabiskan segelas penuh araknya. Cui Lian-hoa berkata: "Aah! Maksudku tadinya bukan menduga begitu. Kau jangan terlalu banyak minum arak, banyak minum arak bisa mempengaruhi refleksi jarak dan kecepatan (kecelakaan lalu lintas masa kini mabuk mengendarai mobil, sama alasannya). Aku tahu kau sebentar lagi sangat memerlukan refleksi ini." Keluhan Hoyan Tiang-souw seperti orang biasa berteriak. Setelah mengeluh baru dia berkata: "Ucapanmu betul sekali, tapi aku tidak ingin menjelaskan padamu." Cui Lian-hoa berkata pelan: "Kau hanya perlu menentukan mau pergi atau tidak! Mengenai akibatnya, aku pasti akan tahu." "Aku harus pergi, karena dia bukan orang hina, dia sama sekali tidak mau mengganggumu!" "Pergilah! Jika aku yang kau beratkan, maka aku sekarang juga bisa memberitahu, aku masih bisa mengurus diriku sendiri. Paling sedikit aku ada cara selamanya melepaskan diri dari kesedihan dan kesulitan, aku beritahu, aku pasti masih duduk di tempat duduk ini, menanti kau muncul dari kejauhan di luar pagar!" Apa saja yang dia tahu" Tentu saja dia tidak tahu. Tapi jika Hoyan Tiang-souw menganggap orang itu bukan orang yang hina, maka bahayanya jadi berkurang banyak. Jika demikian, jika tidak membiarkan dia pergi, mungkin sepanjang hidup ini, dia akan resah karena-nya, selamanya tidak bisa tenang, dan dia sendiri pun tentu juga tidak bisa tenang. Bahaya dan kesulitan di dunia ini, selalu harus dihadapi dengan tegar, itu baru cara yang tepat. Tapi kali ini entah betul atau tidak" 00=dw=00 Pohon tua di sekeliling sangat rimbun, suasana sangat tenang. Lapangan rumput yang sangat luas seperti gelombang lautan, hijau lembut, membuat orang jadi bernafsu ingin berguling-guling diatasnya, atau tidur diatasnya, membiarkan matahari menjemurnya. Kie-samya menenteng tombak baja sebesar telur bebek, berdiri di tengah lapangan rumput yang luas dan datar. Perawakan dia pendek tegar dan mantap, usia-nya kurang lebih lima puluh tahunan. Wajahnya berbentuk pesegi memberi kesan adil dan jujur pada orang. Yang dipandang oleh mata walaupun sebatang pohon tua sejenis cemara, tapi di dalam hati dia malah melihat pohon Tho yang indah, bunga-bunga Tho yang indah, malah masih kalah oleh sinar kecantikan Cui Lian-hoa. Tidak mengherankan keponakannya Kie Hong-in rela tewas demi dia. Aku sendiri pun... berpikir sampai disini dia tertawa pahit sejenak... setelah melihatnya, sepertinya tidak bisa tidak dia merasa harus merebut dia kembali adalah satu hal Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang paling penting dalam hidupnya. Tapi dia jika begitu akrab dengan Hoyan Tiang-souw, kenapa diam-diam bisa muncul di hadapanku, memohon padaku supaya aku mengusulkan pertarung-an yang adil" Jika tidak bertarung berarti tidak usah mengalirkan darah, bukankah itu lebih bagus" Kie Ting-hoan merasa yakin pandangannya luar biasa, setelah melihat orang sekali saja, dia pasti tidak pernah lupa. Tapi, tentu saja dia tidak tahu wanita cantik yang diamdiam muncul di hadapannya ini adalah Cui Lian-gwat bukan Cui Lian-hoa. Apakah tombak baja Mo-tang Kie Ting-hoan bisa mengalahkan Mo-to" Pertanyaan ini sangat menarik sekali, banyak orang pun tentu ingin mengetahuinya. Mengenai dua orang yang bersangkutan... Kie Ting-hoan dan Hoyan Tiang-souw... tentu saja mereka juga sangat ingin tahu. Hanya saja ketika jawabannya diumumkan, salah satunya selalu menemukan jawabannya itu tidak ada arti lagi baginya. Sejauh seratus langkah lebih muncul bayangan tubuh Hoyan Tiang-souw yang gagah perkasa. Dia mengapit Mo-to, datang dengan langkah besar. Langkah dia tidak tergesa-gesa, juga tidak dibuat-buat. Namun kekuatan terlihat seperti pasukan tentara, seperti tenaga aneh yang bisa mempengaruhi lawan. Dengan hawa kekuatan pasukannya, dia 'menerjang' (sebenarnya hanya berjalan saja) sepuluh langkah di depan lawannya, baru berhenti. Walaupun sudah berhenti, tapi keadaan laksana ada sepuluh ribu pasukan yang mengepung, sangat menakutkan. Kie Ting-hoan berdiri tegak tidak bergerak sedikit pun, laksana batu karang yang kokoh. Matanya pun tidak berkedip. Sorot matanya damai, sedikit pun tidak ada perasaan senang marah terkejut dan lain-lainnya. Walaupun mereka berdua belum bertarung, juga belum berbicara sepatah kata pun. Tapi hati mereka sama-sama tahu satu hal. Yaitu lawan pasti pesilat tinggi yang ternama. Tentu saja mereka akhirnya akan berbicara dulu', baru bertarung. Jika yang satu adalah pejabat kerajaan, yang satu adalah buronan, maka itu tidak perlu berbicara apa-apa lagi, pejabat menangkap buronan, buronan menolak ditangkap. Suara Kie Ting-hoan sangat kuat bertenaga dan berkata: "Aku Kie Ting-hoan dari Hong-lai di Soa-tang." Hoyan Tiang-souw mengikuti cara dia memperkenalkan dirinya. "Benarkah kau telah membunuh keponakanku KieHongin?" "Benar," kata Hoyan Tiang-souw. "Ku'dengar kau hanya mengeluarkan satu jurus saja, sudah berhasil melepaskan tombak baja di tangannya, apakah betul?" "Tidak salah!" "Di antara kita ada dua masalah yang harus dibicarakan," kelihatannya Kie Ting-hoan semakin mantap semakin percaya diri, "satu masalah orang, satu lagi masalah tombak baja." "Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" "Silahkan dengar," nada bicara dia sopan, karena ahli golok yang berusia muda ini, adalah lawan yang pantas dihormati, "mengenai soal orang, kelaku-an Kie Hong-in memang tidak betul, maka dibunuh orang pun tidak keterlaluan, walaupun aku merasa sedih atas kematian dia dan merasa malu, tapi niat untuk membalasnya tidak terlalu kuat." Hoyan Tiang-souw mengangkat angkat bahu, tidak bicara. Karena ini hanyalah pikiran dan perasaan Kie Tinghoan, tidak ada hubungannya dengan dia. Kie Ting-hoan kembali berkata: "Mengenai hal kedua yaitu tombak baja, inilah penyebab aku terpaksa datang ke Kang-lam mencari-mu." Dia mengangkat tombak baja di tangannya, di bawah sinar matahari baja murni itu berkilau-kilau menyilaukan mata. "Tombak baja Kie Hong-in serupa dengan yang aku punya, yang dia pelajari juga jurus tombak turun temurun dari keluargaku. Maka jika tombak baja dia dipukul jatuh olehmu, maka tombak bajaku juga akan terjadi hal yang sama. Aku datang kemari justru ingin minta pelajaran darimu, membuktikan kenyataannya!" Hoyan Tiang-souw malas membicarakannya, sebab akhirnya tetap tidak terhindar harus mencabut golok, bertarung. Apa gunanya membicarakan omong kosong ini" Kie Ting-hoan tidak percuma menjadi seorang angkatan tua di dunia persilatan, begitu melihatnya dia sudah tahu apa yang menjadi pikiran lawannya. Saat itu sambil tersenyum dia berkata: "Mungkin kau merasa aku terlalu cerewet, merasa aku mencari alasan untuk bertarung. Tapi setiap orang di dunia ini, dalam kehidupannya selalu ada pandangan sendiri, dia harus membujuk dirinya sendiri, merasa perbuatannya masuk akal sekali, baru hatinya bisa tenang." Kata Hoyan Tiang-souw: "Pokoknya, tetap saja akhirnya tombakmu dan golokku harus bertarung, bertarung sampai mati! Ada alasan atau tidak ada alasannya, sama sekali tidak ada urusannya denganku!" Kie Ting-hoan menggelengkan kepala tanda tidak setuju, berkata: "Tidak, sama-sama membunuh, tapi mem-bunuh orang yang sudah diadili, algojonya tidak bersalah. Sedangkan membunuh orang karena gengsi, pamer kekuatan atau sengaja dengan siasat mem-bunuhnya, maka masalahnya jadi berbeda! Kau lihat, akibatnya sama-sama membunuh orang, tapi alasan-nya sangat berbeda." Kata-kata dia seperti tidak bisa dibantah. Hoyan Tiang-souw tidak pandai bicara, maka seharusnya dia diam membisu baru benar. Walaupun kenyataannya Hoyan Tiang-souw tidak pandai bicara, tapi itu bukan berarti otaknya ada masalah, maka dia mengatakan perasaan di dalam hatinya. Dia berkata: "Aku hanya tahu sejak dulu aku sudah memasukan kalian di dalam satu kelompok, makanya teori apa pun darimu, buatku sama dengan tidak ada. Karena kau pasti ingin bertarung menggunakan tombakmu, pasti akhirnya semacam ini!" Kesimpulan dia memang tidak salah. Kecuali Kie Ting-hoan sekarang langsung membalikan tubuh dan pergi, jika tidak walaupun ada seribu alasan, di dalam hatinya Hoyan Tiang-souw, tetap saja jenis orang yang sama! Tentu saja Kie Ting-hoan tidak membalikan tubuh dan pergi, senyumnya juga sudah menghilang. Suara dia menjadi tidak enak di dengar: "Sebenarnya aku jenis orang yang mana?" "Sejenis dengan orang yang pasti mau mencari kesalahanku, yang pasti ingin bertarung denganku!" Kie Ting-hoan merasa lega, tadinya dia mengira Hoyan Tiang-souw memasukan dia ke dalam jenis orang yang tanpa alasan yang tepat, hanya mengandal-kan kekuasaan menghina orang. Jika bukan, maka itu tidak apa-apalah! "Hoyan Tiang-souw, sebenarnya kata-katamu itupun benar, jika aku sudah memutuskan datang ke Kang-Iam, berarti aku harus bertarung, makanya aku sejenis orang dalam pandanganmu!" Dengan jujur dia mengakui, hingga membuat Hoyan Tiang-souw diam-diam timbul rasa simpati, dia merasa orangini walaupun termasuk golongan jenis orang yang mau tidak mau harus bertarung, namun dia sepertinya tidak sama dengan orang semacam itu! Mo-to di bawah ketek kiri, yang tadinya dikepit dengan kuat sekali, mendadak meluncur ke bawah ke telapak tangan kirinya. Sekarang selain goloknya belum keluar dari sarungnya, segalanya sudah siap! Kie Ting-hoan berturut-turut mundur tiga langkah, bukan mundur karena kalah atau mau melarikan diri. Sebaliknya, dia mundur dengan cara angkuh, laksana naga meluncur macan melangkah, membuat orang tidak berani memandang rendah dirinya. Tombak baja dia yang berkilau-kilau, sudah j diangkat sejajar dengan pinggangnya, ujung tombak ditujukan pada lawan. Dari mimik wajahnya yang serius dan pemusat-an pikiran penuh, sekali melihat sudah tahu dia sedikit pun tidak memandang remeh lawannya, dia sedang mengerahkan seluruh kemampuannya. Inilah sikap seorang ternama, menangkap kelinci menggunakan seluruh kemampuannya, menang kap singa pun menggunakan seluruh kemampuannya. Seluruh tubuh Hoyan Tiang-souw dari atas ke bawah sedikit pun tidak bergerak. Maksudnya tidak bergerak untuk beberapa saat lamanya. Kie Ting-hoan pun diam hanya menatap tajam, tombak bajanya masih belum menyerang. Setelah lewat cukup lama. Hoyan Tiang-souw seperti kelelahan berdiri, titik berat tubuhnya dipindahkan ke kaki belakang. Tapi gerakan yang sangat kecil ini malah menimbulkan tekanan dan serangan yang dahsyat seperti gunung runtuh, gelombang laut menerpa. Terlihat tombak baja sepanjang tujuh kaki itu berkilaukilau menyilaukan mata, dalam sekejap mata sudah menusuk sebanyak tujuh kali. Jika menganalisa tujuh tusukan tombak ini, kehebatannya sulit diutarakan. Pokoknya setiap serangan tombak Kie Ting-hoan laksana ada puluhan ribu tentara menyerang dan ingin membunuh, kedahsyatannya sulit digambarkan. Sehingga tidak perlu ditanyakan orang yang berani menghadapinya pasti berbahaya sekali. Setiap serangan tombaknya menyerang titik penting di atas tengah danbawah, ketiga bagian tubuh. Ujung tombaknya hanya berjarak kurang dari satu inci lagi akan mengenai kulitnya. Maka jika tombak baju itu bisa seperti sulap memanjang dua tiga inci saja, maka paling sedikit di atas wajah dan tubuh Hoyan Tiang-souw akan ber tambah tujuh lubang! Sesudah Kie Ting-hoan mengeluarkan tujuh jurus tombaknya, dia sudah mendesak mundur Hoyan Tiangsouw tujuh langkah ke belakang, selangkah pun tidak lebih dan selangkah pun tidak kurang, lalu dia kembali melanjutkan serangan tombaknya. Arah, cara dan kecepatan setiap serangannya persis sama dengan serangan pertamanya. Hoyan Tiang-souw kembali di desak mundur tujuh langkah ke belakang, dia tidak bisa mencabut Mo-to nya untuk balas menyerang. Tombak baja Mo-tang keluarga Kie di Hong-lai Soa-tang memang bukan nama kosong, apa lagi diperagakan oleh Kie Ting-hoan, seorang pesilat tinggi kelas satu. Walaupun jurus tombaknya sama, tapi di dalamnya samar-samar mengandung perubahan lain, dan juga kedahsyatannya tidak berkurang. Teriakannya menggetarkan gunung dan bumi, sinar tombak baja berkilau-kilau menyilaukan mata, setelah gelombang pertama serangannya diteruskan dengan Memanah Burung Rajawali 18 Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat Sayembara Maut 2

Cari Blog Ini