Bandit Penyulam 3
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung Bagian 3 Cao Cao dan menonton pertunjukan itu di pinggir." Lu Xiao Feng memasang muka serius. "Kami tahu kalau kau akan datang ke sini karena kami tahu bahwa kau tentu ingin memeriksa sendiri apakah orang bisa masuk ke dalam Ruang Harta!" jawab Jin Jiu Ling. "Jadi itulah sebabnya kalian menungguku di sini, untuk melihat apakah aku bisa masuk!" "Tapi waktu kau melompat ke atas atap barulah kami melihatmu!" aku Jin Jiu Ling. "Maka kalian menunggu untuk melihat apakah aku benar-benar akan terbunuh oleh Tuan Ye!" "Kau tahu betul bahwa ia sebenarnya tidak ingin membunuhmu!" Jin Jiu Ling memprotes. "Tapi serangan tadi beneran lho!" "Lu Xiao Feng kan juga beneran!" Jin Jiu Ling tertawa. Ia benar-benar orang yang pintar bermain kata-kata. Mustahil bagi siapa pun untuk marah padanya. "Sebelum kau datang, kami telah tiba pada sebuah kesimpulan!" "Apa itu?" "Bahwa jika Lu Xiao Feng tidak bisa masuk, maka tidak ada seorang pun manusia di dunia ini yang bisa." "Apakah si Bandit Penyulam bukan seorang manusia?" Jin Jiu Ling tidak menjawab. "Aku benar-benar tak bisa menemukan cara untuk masuk. Bahkan jika aku punya kunci Ruang Harta, aku tak bisa membuka pintunya tanpa terlihat oleh penjaga; bahkan jika aku bisa membuka pintu itu, tak mungkin aku bisa mengunci pintu dari sebelah luar." "Waktu Jiang Chong Wei masuk ke Ruang Harta hari itu, pintu masih terkunci dari luar!" ucap Jin Jiu Ling. "Aku tahu." "Maka, menurut logika, tentu ada jalan lain untuk masuk ke Ruang Harta dan itulah jalan yang digunakan oleh si Bandit Penyulam!" "Tapi kenyataannya jalan seperti itu tidak ada." "Tentu ada," Hua Man Lou tiba-tiba berkata. "Hanya saja, kita tidak berhasil menemukannya." Ye Gu Cheng dari tadi duduk di sana dalam diam dan dengan dingin mengamati mereka, tampaknya ia benar-benar tidak tertarik pada urusan ini. Ia hanya tertarik pada satu hal. "XiMen ChuiXue adalah sahabatmu?" Lu Xiao Feng mengangguk. "Ada seseorang yang sedang menungguku di luar, kalian bisa menebak siapa orang ini?" Tiba-tiba ia bertanya. Ia khawatir kalau Ye Gu Cheng mulai bertanya-tanya tentang XiMen ChuiXue, maka ia segera bertanya, ia berusaha mengalihkan pokok pembicaraan. Tapi Ye Gu Cheng tidak mau merubah pokok pembicaraan. "Pernahkah kau bergebrak dengannya?" "Tidak!" Lu Xiao Feng terpaksa menjawab kali ini. "Bagaimana ilmu pedangnya?" "Tidak buruk." Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman. "Apakah DuGu YiHe mati di bawah pedangnya?" Lu Xiao Feng terpaksa mengangguk. "Ini berarti bahwa ilmu pedangnya telah berada di atas ilmu pedang Tosu Kayu." Perasaan gembira dan bergairah tiba-tiba muncul di wajah Ye Gu Cheng yang dingin Koleksi Kang Zusi 60 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dan ia meneruskan dengan lambat-lambat. "Jika aku bisa beruji coba dengannya, maka inilah sebuah kebahagiaan dalam hidupku!" "Arak, kenapa tidak ada arak di sini!" Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit dan berteriak. "Biar kuambilkan untukmu." Jin Jiu Ling menawarkan diri. "Ambil dari mana?" "Di sini ada sebuah gudang bawah tanah untuk menyimpan arak." "Kau bisa masuk?" "Mungkin tidak ada satu pun tempat di Istana Kerajaan ini yang tak bisa ia masuki sekarang!" Hua Man Lou tertawa mendengar pertanyaan Lu Xiao Feng itu. "Benarkah?" "Kau menyusup ke dalam Istana Kerajaan dan masih tidak tahu siapa yang baru diangkat sebagai Komandan Istana Kerajaan?" Hua Man Lou bertanya. "Bisakah Komandan Jin membawaku ke gudang arak?" Lu Xiao Feng tertawa dan memohon. Gudang arak itu berada di dalam bangunan kecil di samping Ruang Harta. Jin Jiu Ling membuka pintu dengan kuncinya. Seorang penjaga telah menyalakan lentera untuk mereka. Setelah memasuki ruangan itu, mereka harus mengangkat salah satu lempengan batu dan menuruni beberapa tangga sebelum tiba di gudang arak. Dan betapa besarnya gudang arak itu! "Jika aku seorang yang benar-benar pencandu minuman keras, maka kalian tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan tempat ini walaupun kalian menodongkan sebilah pisau di leherku!" Lu Xiao Feng menarik nafas. "Aku tahu banyak orang yang berpendapat bahwa kau memiliki masalah itu, tapi kau tentu saja bukan seorang pencandu minuman!" Jin Jiu Ling tersenyum. "Benarkah?" "Kau datang ke sini hanya karena kau khawatir kalau Ye Gu Cheng akan memaksamu untuk membawanya pada XiMen ChuiXue!" "Aku benar-benar mengkhawatirkan pertemuan 2 orang ini." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Sekali salah seorang dari mereka menghunus pedangnya, hampir tak ada orang di dunia ini yang bisa membuat mereka menyarungkannya lagi!" "Tapi mereka akan bertemu juga cepat atau lambat!" "Dan apa yang akan terjadi pada hari itu adalah sesuatu yang tak sanggup kubayangkan!" Lu Xiao Feng tersenyum lelah. "Kau khawatir kalau ia akan membunuh XiMen ChuiXue?" "Aku juga khawatir kalau XiMen ChuiXue akan membunuhnya!" Lu Xiao Feng menarik nafas. "Mereka berdua adalah jago-jago pedang yang luar biasa. Jika salah satu dari mereka mati, itu adalah hal yang sangat disayangkan. Hal yang paling menakutkan adalah mereka berdua hanya tahu jurus membunuh. Sekali pedang terhunus, maka seseorang harus mati!" "Mutlak harus mati?" "Mmhmm!" "Tapi tak ada yang 'mutlak' di dunia ini!" Jin Jiu Ling tersenyum. "Oh?" "Ruang Harta itu tadinya dianggap 'mutlak' tak dapat ditembus, tapi tetap saja seseorang berhasil masuk. Ia tak mungkin turun dari langit atau muncul dari tanah, kan?" Mata Lu Xiao Feng tiba-tiba berkilauan. "Apakah gudang arak ini berada di bawah Ruang Harta?" "Tampaknya begitu!" "Jika kita berdua menggali sebuah lubang di langit-langit tempat ini, tidak bisakah kita masuk ke Ruang Harta?" Mata Jin Jiu Ling pun berkilat-kilat. Koleksi Kang Zusi 61 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Sebelah luar gudang arak ini mungkin tidak dijaga dengan ketat, tapi orang tetap harus punya kunci untuk bisa masuk ke sini!" Jin Jiu Ling berkata. "Apakah Jiang Chong Wei memiliki kuncinya?" Jin Jiu Ling mengangguk. "Tapi ia tak akan pernah memberikan kunci itu pada si Bandit Penyulam!" "Tentu saja ia tidak, tapi orang lain kan bisa!" "Siapa?" "Seseorang yang dekat dengannya, seseorang yang bisa mengambil kunci itu darinya dan membuat cetakannya!" "Menurutmu orang itu adalah Jiang Qing Xia?" Mata Jin Jiu Ling berkilauan. "Tampaknya kau memang pantas dikenal sebagai orang yang paling cerdas di Enam Pintu!" Lu Xiao Feng menepuk pundaknya dengan keras. Sambil membawa sebuah kendi arak yang besar, Lu Xiao Feng kembali ke tempat teman-temannya. Ia memutuskan untuk mengadakan sebuah perayaan. Ia tidak yakin apakah ia pernah sebahagia ini sebelumnya. "Apa yang membuat kalian begitu gembira" Apakah kalian menemukan harta di tengah gudang arak itu?" Hua Man Lou bertanya ketika mendengar suara tawa mereka. "Benar!" Lu Xiao Feng tertawa. "Harta seperti apa?" "Seutas benang!" "Benang" Benang macam apa?" Hua Man Lou tidak faham. "Benang yang tak bisa kau lihat, tapi kita hanya perlu mengikuti benang ini dan kita akan dapat menemukan ekor rubah itu!" "Rubah apa?" Hua Man Lou masih agak bingung. "Rubah yang bisa menyulam, tentu saja!" Lu Xiao Feng tertawa. Sekarang, akhirnya ia bisa merasa yakin akan sesuatu. Jiang Qing Xia dan si Bandit Penyulam itu berasal dari organisasi yang sama. Maka yang harus ia lakukan adalah menemukan Jiang Qing Xia dan ia tentu akan dapat menemukan si Bandit Penyulam. "Kau yakin bahwa kau bisa menemukan Jiang Qing Xia?" "Sedikit." "Bagaimana rencanamu tentang cara mencarinya?" "Aku berencana mencari sepasang sepatu merah. Sepasang sepatu merah yang seharusnya tidak dipakai, tapi karena sesuatu sebab tetap dipakai juga!" "Gagasanmu makin lama semakin tidak bisa difahami!" Hua Man Lou menarik nafas dan tersenyum. "Kujamin bahwa kau akan segera memahaminya!" Lu Xiao Feng tertawa. Tiba-tiba ia melihat bahwa seseorang telah menghilang dari ruangan itu. "Di mana Ye Gu Cheng?" "Ia tidak suka minum, dan tidak suka menonton orang lain minum, dan sekarang telah tiba waktunya bagi dia untuk pergi tidur!" Hua Man Lou menjawab. "Menurutmu dia benar-benar pergi tidur?" "Aku hanya tahu bahwa jika ia benar-benar ingin menemukan XiMen ChuiXue, maka tidak ada orang yang bisa menghentikannya!" Hua Man Lou menarik nafas lagi. ______________________________ Lu Xiao Feng tidak sering mabuk, tapi ia sering berpura-pura mabuk. Karena bila ia berpura-pura mabuk, ia bisa membuat semua suara berisik yang ia inginkan tanpa mendapat kesulitan karenanya. Hua Man Lou tidak memperdulikan suara berisik yang ia buat, tapi ini adalah Istana Kerajaan, ia tidak ingin Lu Xiao Feng merusak 'periuk nasi' Jin Jiu Ling. Lu Xiao Feng mengetuk-ngetukkan sumpitnya pada cangkir arak untuk membuat irama. Koleksi Kang Zusi 62 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Sungai Kuning mengalir di antara awan-awan putih, "Benteng yang sunyi bertengger di atas gunung yang bagaikan golok. "Mengapa seruling harus menggunakan pohon willow untuk mengucapkan selamat tinggal, "Angin musim semi tak bisa melewati Gerbang Yu Men." Itu adalah syair terkenal dari penyair dinasti Tang, Wang Zhi Huan, dan kebetulan juga merupakan puisi kesukaan Majikan Benteng Awan Putih Ye Gu Cheng. Jelas ia masih sedang memikirkan tentang Ye Gu Cheng. Jelas, ia masih belum mabuk. {Saya minta maaf untuk terjemahan kasar dari puisi yang indah ini. Bagi yang memahami bahasa China: Huang He yun shang bai yun bian, Yi pian gu cheng wan ren shan. Qiang di he xu chou yang liu, Chun feng bu du yu men guan. Puisi ini adalah salah satu puisi terbesar dan paling terkenal di China. Isinya sebenarnya ada kaitannya juga dengan Ye Gu Cheng. "Gu Cheng" dalam nama Ye Gu Cheng berarti "benteng/kota yang sunyi" dan nama julukannya cocok benar dengan puisi ini. Gerbang Yu Men sendiri adalah simbolis dan merupakan gerbang yang paling sering disebut-sebut dalam puisi China. Letaknya di pertemuan antara Tembok Besar dan Sungai Kuning. Isi puisi ini juga menyiratkan karakter Ye Gu Cheng. Bila baris-baris terakhir bicara tentang bagaimana angin musim semi tidak pernah melewati Gerbang Yu Men, ini berarti bahwa pohon willow tidak akan pernah tumbuh subur, karena tak ada Musim Semi.} Ia selesai menyanyikan satu puisi dan berpindah ke puisi yang lain. Seolah-olah ia sedang merasa gatal untuk menyanyikan puisi-puisi itu dengan suara keras. "Kau bilang seseorang sedang menunggumu di luar, siapakah dia?" Hua Man Lou tiba-tiba bertanya. Lu Xiao Feng berhenti bernyanyi. Tentu saja ia tidak benar-benar mabuk, tapi Xue Bing mungkin saja. Bila seseorang sedang cemas dan kesal, sangat mudah baginya untuk mabuk. Lu Xiao Feng melompat bangkit dan berlari keluar. "Menurutmu, siapa yang sedang menunggunya di luar?" Jin Jiu Ling bertanya. "Pasti Xue Bing!" Hua Man Lou bahkan tidak perlu berfikir sama sekali. "Tentu saja!" "Aku tahu kalau Xue Bing sangat menyukainya, dan ia juga selalu menyukai Xue Bing!" Tapi Xue Bing tidak menunggunya di penginapan. Kenyataannya, ia malah belum kembali ke sana sejak mereka berpisah. Lu Xiao Feng tahu bahwa, saat ini, hanya ada satu cara baginya untuk menemukan Xue Bing - Raja Ular. Kali ini ia tidak membutuhkan seseorang untuk menunjukkan jalan. Malam telah larut, tapi Raja Ular masih belum tidur. Ia pun tidak terkejut saat melihat Lu Xiao Feng. "Aku sedang menantikanmu!" "Kau sedang menungguku" Kau tahu aku akan datang ke sini?" Raja Ular mengangguk. "Xue Bing tadi ke mari?" Ia bertanya lagi. Raja Ular mengangguk lagi. "Ia lama berada di sini, minum. Minum yang banyak. Dan ia pun banyak bicara!" "Apa yang ia katakan?" "Ia bilang bahwa kau seorang bajingan, dan bahwa kau sama sekali bukan manusia." Walau ia tersenyum, tanda-tanda kecemasan terlihat jelas dari senyumannya. "Ia tentu mabuk!" Lu Xiao Feng tersenyum sabar. "Tapi ia tetap bersikeras ingin pergi, ia ingin mencarimu. Aku tak bisa menghentikannya, tapi aku pun tak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Maka aku Koleksi Kang Zusi 63 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hanya bisa mengutus 2 orang untuk membuntutinya dan melindunginya kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi!" "Apakah kedua orang itu telah kembali?" "Mereka tak akan kembali!" Raja Ular menarik nafas. "Mengapa tidak?" Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah. "Seseorang telah menemukan mayat mereka, tapi Nona Xue tidak terlihat di manamana!" Ekspresi wajah Raja Ular pun tampak sangat serius. Mayat-mayat itu ditemukan di sebuah gang yang gelap. Luka yang mematikan tampak di mata mereka. Saat mereka mati, mereka telah buta. "Bandit Penyulam!" Tubuh Lu Xiao Feng menjadi dingin. Mungkinkah Xue Bing telah jatuh ke tangan Bandit itu" Mungkinkah ia tahu bahwa Lu Xiao Feng telah menemukan rahasianya" Paling tidak hal ini membuktikan satu hal - petunjuk yang ditemukan Lu Xiao Feng itu benar! Berhasil menemukan sebuah fakta dalam awan keraguan dan kebimbangan yang bergolak seharusnya merupakan hal yang menggembirakan. Tapi Lu Xiao Feng merasa seolah-olah hatinya telah tenggelam hingga ke ujung kakinya dan terinjak oleh dirinya sendiri. Tiba-tiba ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Xue Bing ternyata lebih kuat daripada yang ia kira. Sekembalinya ke paviliun kecil itu, ia menemukan Raja Ular masih menunggunya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Raja Ular menuangkan secangkir arak dan memberikannya padanya. Lu Xiao Feng mengangkat cangkir itu, tapi kemudian meletakkannya kembali. "Kau tidak ingin minum?" "Aku hanya ingin meringankan kepalaku sedikit!" Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. Senyumannya membuatnya tampak seperti sedang menangis. Raja Ular tak pernah melihatnya demikian sedih sebelumnya. Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku punya lebih dari 3000 orang saudara yang bekerja untukku, selama Nona Xue masih berada di dalam kota ini, aku akan menemukannya!" Kata-katanya itu tidak bermaksud sekedar untuk menghibur Lu Xiao Feng, ia benar-benar memiliki kekuasaan sebesar itu. Tapi, saat ia menemukan Xue Bing, tubuh gadis itu pun mungkin sudah dingin. "Pernahkah kau dengar tentang seorang laki-laki berjenggot yang bisa menyulam?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya. "Walaupun tidak pernah, kurasa kau datang ke sini karena urusan ini!" Raja Ular menggeleng. "Kedua orangmu itu mati di tangan orang ini, maka...." "Jadi kau khawatir kalau Nona Xue juga telah jatuh ke tangan orang ini?" Lu Xiao Feng mengangkat cangkir itu sekali lagi. Tapi kali ini Raja Ular yang menghentikannya. "Jika kau benar-benar ingin meringankan kepalamu sedikit, maka cara terbaik adalah tidur sebentar!" "Jika kau adalah aku, bisakah kau tidur?" Lu Xiao Feng tersenyum letih. "Aku tidak pernah tidur satu malam pun dalam 10 tahun ini," Raja Ular tersenyum letih juga. "Ini adalah sebuah penyakit juga. Tapi penyakit ini telah membuatku jadi ahli dalam masalah ini, maka aku punya obat khusus untuk masalah tersebut." Obat itu adalah semacam bubuk putih yang berada di dalam sebuah botol giok berwarna hijau dan transparan. Raja Ular menuangkannya sedikit ke dalam arak. "Kau bisa duduk di sini dan menatap hampa selama 10 tahun lagi dan kau tetap tak akan berhasil menyelamatkan Nona Xue. Tapi jika kau bisa tidur sebentar dan meringankan segala fikiranmu, mungkin kau bisa menemukan sebuah cara untuk menyelamatkannya." Lu Xiao Feng bimbang sebentar sebelum akhirnya meneguk arak itu. ______________________________ Koleksi Kang Zusi 64 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Saat ia bangun, hari telah siang, sinar matahari menembus masuk melalui tirai sutera hijau itu. Raja Ular sedang duduk di bawah tirai dan, dengan sehelai kain yang berwarna putih seperti salju, sedang menggosok sebatang pedang hingga mengkilap. Sebatang pedang yang sangat tipis dan sempit yang terbuat dari besi bermutu tinggi yang telah ditempa sebanyak ratusan kali. Pedang ini bisa dililitkan di pinggang seperti sebuah ikat pinggang. Inilah senjata Raja Ular yang terkenal: "Pedang Ular Gesit". "Apa yang sedang kau lakukan?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya sambil duduk. "Aku sedang menggosok pedangku." "Tapi sudah 10 tahun kau tidak pernah menggunakan pedang itu lagi." "Aku sedang menggosoknya, aku tidak bermaksud menggunakannya." Ia tidak memandang mata Lu Xiao Feng, seakan-akan ia khawatir kalau Lu Xiao Feng nanti menemukan sebuah rahasia tertentu. Walau bermandikan sinar matahari, air mukanya tetap tampak pucat pasi. Hanya orang-orang yang benar-benar menderita insomnia (penyakit tak bisa tidur) yang bisa tahu betapa menakutkan dan betapa menyakitkan penyakit itu. Ini bukanlah sebuah penyakit lagi, tapi sebuah hukuman dan siksaan yang lebih mengerikan daripada penyakit mana pun. Orang ini telah tersiksa selama 10 tahun. Lu Xiao Feng menatapnya. "Dan aku tak pernah bertanya tentang masa lalumu!" Ia akhirnya berkata lambatlambat setelah beberapa lama. "Memang tidak." "Aku tidak bertanya, mungkin hanya karena aku telah tahu!" "Apa yang kau ketahui?" Ekspresi wajah Raja Ular segera berubah. "Aku tahu kau dulu bukanlah si Raja Ular. Seorang sepertimu tidak akan pernah menjadi seorang Raja Ular jika kau tidak berusaha menghindar dari sesuatu yang sangat menyakitkan." "Menjadi Raja Ular bukanlah hal yang aneh," Raja Ular menjawab dengan dingin. "Bisakah kau katakan bahwa hidupku tidak jauh lebih nyaman daripada sebagian besar manusia di dunia ini?" "Tapi kau bukanlah orang seperti ini. Jika bukan karena melarikan diri dari sesuatu, kau tak akan pernah bersembunyi di gang-gang gelap di kota ini!" "Jadi orang seperti apakah aku ini?" "Aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa kau adalah sahabatku. Dan di antara sahabat seharusnya hanya ada kejujuran!" Air muka Raja Ular tampak bertambah pucat sebelum ia tiba-tiba menarik nafas lelah. "Seharusnya kau tidak bangun begitu cepat!" "Tapi aku telah bangun sekarang!" "Menurutmu, aku melarikan diri dari apa?" "Kebencian dan balas dendam! Tidak banyak hal di dunia ini yang bisa menyebabkan rasa sakit seperti yang dilakukan oleh perasaan benci!"Ekspresi wajah Raja Ular benar-benar tampak merasa sakit. "Kau datang ke sini untuk melarikan diri dari kebencian itu dan menyembunyikan dirimu dalam gang-gang gelap di kota ini. Karena kau tahu bahwa musuhmu tak pernah mengira bahwa kau akan menjadi si Raja Ular." Raja Ular ingin menyanggahnya, tapi ia tidak membuka mulutnya. "Tapi kau pun tak pernah melupakan kebencian ini. Itulah sebabnya, segera setelah mendapat kesempatan, kau akan menyelesaikan seluruh urusan itu!" Tibatiba ia berjalan menghampiri, meletakkan tangannya di pundak Raja Ular, menatap lurus ke matanya, dan berkata, sambil menekankan setiap kata. "Apakah kau menemukan kesempatanmu sekarang" Apakah kau mendapatkan keterangan tentang Koleksi Kang Zusi 65 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. keberadaan musuhmu?" Mulut Raja Ular tetap tertutup, tapi ekspresi wajahnya tampak semakin sakit! "Siapakah musuhmu itu" Apakah orang itu berada di kota ini?" Mulut Raja Ular masih tetap terkunci. "Kau tidak perlu memberitahuku, tapi aku pun tak akan membiarkanmu pergi." "Sudah cukup banyak hal yang harus kau khawatirkan, mengapa kau masih turut campur dalam urusan orang lain?" Raja Ular bertanya dingin dengan wajah yang kaku. "Aku tahu betul bahwa kau tidak ingin orang lain membalas budi baikmu, itulah sebabnya kau tidak mau bercerita padaku." Raja Ular menutup mulutnya lagi. "Dan aku pun tidak ingin membalas budimu, aku hanya ingin berjual-beli denganmu!" "Berjual-beli apa?" Raja Ular tak tahan untuk tidak bertanya. "Biarkan aku berurusan dengan orang itu untukmu, dan kau mencari Xue Bing untukku!" "Kau benar," Raja Ular mengepalkan tinjunya dengan erat, tapi tangannya yang kurus dan pucat tak berhenti bergetar. "Aku punya seorang musuh, dan memang ada sebuah urusan yang belum terselesaikan antara aku dan orang itu." "Jadi dugaanku benar!" "Karena hal ini adalah urusan pribadiku, mengapa aku harus membiarkanmu menggantikanku?" Raja Ular mendengus. "Karena tanganmu gemetaran," Lu Xiao Feng balas mendengus. "Karena selama 10 tahun ini kau sakit, karena kau telah tersiksa hingga ke titik di mana kau bahkan tidak tampak seperti seorang manusia lagi. Karena jika kau pergi sekarang, itu sama saja dengan bunuh diri!" Tubuh Raja Ular yang kaku tiba-tiba menjadi lemas di kursinya, seolah-olah seluruh tubuhnya telah melunglai. Tapi Lu Xiao Feng masih belum melunak. "Mungkin itulah yang kau inginkan, mati. Karena kau merasa bahwa hidup terus adalah jauh lebih menyakitkan daripada mati. Tapi aku tidak ingin melihatmu mati di tangan orang itu, dan tidak ingin melihat orang yang menghukummu hingga menderita seperti ini hidup di dunia ini." Ia menggenggam tangan Raja Ular yang dingin dengan erat dan meneruskan, sambil menekankan setiap patah katanya. "Karena kita bersahabat!" Raja Ular memandang matanya, tiba-tiba air matanya mulai mengucur seperti pancuran. "Pernahkah kau melihat isteriku" Tentu saja belum. Maka kau juga tak akan pernah tahu betapa hangat dan lembutnya dia sebagai seorang wanita." Ia bergumam. "Pernahkah kau melihat kedua puteraku" Mereka adalah anak-anak yang cerdas dan lucu, mereka baru berumur 5 dan 6 tahun...." "Mereka tewas di tangan manusia itu?" Lu Xiao Feng bertanya dengan rahang terkatup rapat. "Ia bukan manusia!" Raja Ular mulai sesenggukan lagi, suaranya semakin serak. "Hatinya lebih berbisa daripada ular atau kalajengking, sifatnya juga lebih kejam daripada monster. Mungkin ia adalah seorang setan betina yang telah melarikan diri dari neraka jahanam!" "Ia seorang wanita?" Raja Ular mengangguk. "Siapa namanya?" "Nyonya Pertama Gong Sun." Raja Ular menjelaskan lagi. "Namanya yang sebenarnya adalah Gong Sun Lan, 'Lan' seperti dalam anggrek. Menurut kabar burung, ia adalah keturunan dari si cantik yang termasyur Nyonya Pertama Gong Sun di jaman awal Dinasti Tang. Maka orangKoleksi Kang Zusi 66 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. orang yang mengenalnya semua memanggilnya Nyonya Pertama Gong Sun juga." "Tapi aku tidak mengenalnya, aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya." "Ia tidak terkenal, ia juga tidak ingin terkenal. Menurutnya, kemasyuran itu hanya akan membawa kesulitan." "Paling tidak ia tentu seorang wanita yang sangat cerdas." Desah Lu Xiao Feng. Siapa lagi yang lebih tahu tentang kesulitan dan kecemasan yang datang bersamaan dengan kemasyuran selain dari Lu Xiao Feng" "Tapi ia menggunakan banyak nama alias, nama-nama itulah yang mungkin kau kenal!" "Oh?" "Wanita Penjagal, Lebah Bunga Persik, Wanita Lima Racun, Nenek Perampas Jiwa.... Kau tentu telah mendengar semua nama ini sebelumnya!" "Mereka semua itu adalah dia?" Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah. "Semuanya." "Tampaknya ia benar-benar seorang wanita yang sangat hebat dan menakutkan." Lu Xiao Feng menarik nafas dan bertanya. "Jika gerak-geriknya begitu rahasia, lalu bagaimana caramu menemukannya?" "Aku tidak menemukan dia, dialah yang menemukan aku." Raja Ular memasukkan tangannya ke dalam bajunya dan mengeluarkan sehelai amplop yang tadinya tergulung kusut tapi kemudian dilicinkan kembali. "Aku tahu siapa dirimu, dan aku juga tahu kau tentu benar-benar ingin menemuiku. Saat senja hari bulan purnama, aku akan menunggumu di Gerbang Barat. Sebaiknya kau datang membawa beberapa keping uang perak dan mengundangku untuk menikmati masakan sayur-sayuran yang terkenal di sana." Tulisan tangan itu sangat rapi, sangat indah. Di bagian bawah di mana orang biasanya mencantumkan tanda-tangannya, malah terdapat gambar sebatang bunga anggrek. "Ia memberikan surat ini pada salah satu anak-buahku yang berada di bagian selatan kota dengan instruksi menyerahkannya langsung padaku!" "Ia tidak memberikan surat ini langsung padamu, mungkin karena ia tidak tahu di mana kau tinggal!" Lu Xiao Feng termenung setelah berfikir sebentar. "Memang tidak banyak orang yang bisa sampai ke tempatku yang kecil ini!" "Gerbang Barat, apakah itu Pintu Gerbang Barat di mana ada sebaris pohon plum di sebelah dalamnya?" "Ya." "Dan hari ini adalah hari bulan purnama?" "Hari ini tanggal 15." "Ia mengatur pertemuan itu pada malam hari, sekarang masih pagi dan kau telah bersiap-siap untuk pergi?" "Kau fikir sekarang ini waktu apa" Pagi?" Lu Xiao Feng tiba-tiba melihat bahwa sinar matahari di luar sana mulai pudar, ternyata matahari sudah hampir terbenam. "Dosis obat itu sebenarnya cukup untuk membuatmu tidur sampai besok pagi, tapi tampaknya tidak ada obat yang cukup kuat untukmu." "Mungkin karena aku benar-benar sudah hampir mati rasa." Lu Xiao Feng tersenyum sabar. "Aku tahu kalau aku benar-benar bukan tandingannya," Raja Ular memandang Lu Xiao Feng. "Tapi kau...." "Kau tidak perlu mencemaskanku, aku pernah bertemu dengan orang-orang yang 10 kali lebih menakutkan daripada dia dan aku masih bisa berada di sini." Ia tidak membiarkan Raja Ular menjawab dan meneruskan. "Tapi masih ada satu hal yang membuatku khawatir!" "Apa?" Koleksi Kang Zusi 67 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Aku khawatir kalau aku tak dapat menemukannya. Karena ia memiliki segala macam nama yang berbeda, maka ia tentu memiliki segala macam wujud yang berbeda-beda pula. Di samping itu, semua wanita hanya perlu mengganti pakaiannya dan mereka akan tampak benar-benar berbeda." "Keahlian menyamarnya memang benar-benar luar biasa dan ia sangat jarang memperlihatkan wajahnya yang asli pada orang lain. Tapi ia memiliki sebuah cacat, selama kau tahu cacat ini, maka kau akan selalu dapat mengenalinya!" Tampaknya setiap wanita memang memiliki semacam cacat. "Apa cacatnya?" Lu Xiao Feng cekikikan sedikit. "Cacatnya sangat luar biasa." Tampaknya, semakin cerdas dan cantik wanita itu, semakin luar biasa pula cacatnya. "Ia memiliki sebuah kebiasaan. Tak perduli apa pun yang ia pakai, tak perduli ia sedang menyamar jadi apa, sepatu yang ia kenakan tidak pernah berubah!" "Sepatu macam apa yang ia kenakan?" Mata Lu Xiao Feng tampak berkilauan. "Sepatu merah!" Lu Xiao Feng tersentak. "Sepatu sulam berwarna merah darah, seperti yang dipakai oleh pengantin di hari pernikahannya. Kecuali bukan angsa yang tersulam di sepatu itu, tapi burung hantu!" Bab 6: Cara Meloloskan Diri Yang Cerdik Gerbang Barat terletak di bagian barat kota. Tempat itu adalah sebuah taman bunga dan kebun yang amat besar. Matahari telah terbenam, di bawah naungan pohon, di dalam pondok-pondok dan paviliun, menyala sejumlah lentera yang terang seperti bintang. Bersama hembusan angin malam, tercium harum bunga, dan juga bau arak. Bulan tampak bundar seperti sebuah cermin yang bergelantungan di salah satu pohon. Dua batang pohon kapas berwarna merah seperti buah cherry saling bertautan dengan akar yang saling mengait, dan berdiri miring satu sama lain, seperti dua orang kekasih yang saling berpelukan dengan lembutnya. Lu Xiao Feng tiba-tiba teringat pada Xue Bing lagi. Bila Xue Bing muncul di dalam fikirannya, seakan-akan seseorang telah menusuk hatinya dengan sebatang jarum. Ia bukanlah orang yang tidak berperasaan, tapi ia juga tahu bahwa ini bukanlah saatnya untuk bersedih. Ia telah berjalan mengelilingi taman itu sebanyak satu kali. Malam itu tidak banyak tamu wanita di tempat itu, tapi ia masih harus mencari seorang wanita yang mengenakan sepatu merah. Tetapi ia tidak menjadi gelisah. Karena Gong Sun Lan tidak tahu bahwa ada seseorang seperti Lu Xiao Feng yang sedang mencarinya di taman ini. Ini tentu saja memberi keuntungan baginya. Bulan yang berbentuk seperti piring dingin telah beranjak naik semakin tinggi di langit malam. Sinar bulan yang kabur dan samar-samar tampak cukup indah untuk memikat hati manusia. Jika Xue Bing berada di sisinya, ia tentu akan merengek minta dicarikan tempat duduk dan minta dipesankan seporsi besar masakan yang terkenal di tempat ini. Di depan orang lain, ia selalu bersikap sangat pemalu, wajahnya memerah sebelum ia bisa mengucapkan sepatah kata pun. Tapi bila bersama Lu Xiao Feng, maka ia tiba-tiba seperti berubah menjadi seorang anak kecil yang manja. Meributkan tentang satu hal sebentar, selanjutnya mengomel tentang hal lain, hampir tidak ada saat-saat yang damai di antara mereka. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari sesuatu - ia menyukai omelan gadis itu, suka mendengar omelannya, melihatnya mengomel, suka melihatnya melakukan suatu kenakalan di depannya, suka.... Ia berhenti melamun lebih jauh. Ia bersiap-siap untuk berjalan ke arah lain. Tepat saat ia hendak berputar, tiba-tiba ia melihat seorang nenek berjalan Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keluar dari bawah naungan sebatang pohon. Ia adalah seorang nenek yang sangat tua dan Koleksi Kang Zusi 68 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mengenakan gaun atau jubah hijau yang telah ditambal lebih dari seratus kali. Di atas punggungnya seperti ada sebuah batu karang raksasa yang membuat tubuhnya jadi bungkuk. Maka, bila ia berjalan, ia selalu terbungkuk-bungkuk seperti sedang mencari sesuatu di atas tanah. Sinar bulan menerangi wajahnya dan tampaklah wajah yang penuh keriput, seperti sehelai kertas kapas yang telah digulung-gulung tapi kemudian dilicinkan kembali. "Kacang gula!" Di tangannya tergantung sebuah keranjang bambu yang tertutup oleh sehelai kain katun yang sangat tebal. "Kacang goreng gula yang segar, lezat dan masih panas. Hanya sepuluh sen sekatinya!" Wanita tua yang miskin dan kesepian serta telah memasuki usia senja ini masih perlu keluar dan berteriak sekeras mungkin dengan suaranya yang serak itu untuk menjual kacang gulanya. Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa sangat iba padanya, ia memang seorang laki-laki yang penuh perasaan belas kasih. "Nenek, ke sinilah, aku beli dua kati." Kacang itu benar-benar harum aromanya dan panas, dan juga segar, persis seperti yang ia teriakkan tadi. "Kau bilang tadi harganya sepuluh sen sekatinya?" Nenek itu mengangguk, ia masih terbungkuk-bungkuk, seakan-akan ia sedang tertarik pada sepatu Lu Xiao Feng, padahal itu terjadi karena ia tidak bisa berdiri tegak lagi. "Tidak, sepuluh sen sekati tidaklah mungkin!" Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya. "Hanya sepuluh sen, Tuan, menurutmu itu masih terlalu mahal?" "Kacang yang begini bagus harganya paling tidak 10 tael perak sekati dan aku tidak mau membayarnya kurang dari satu sen pun!" Si nenek tersenyum. Senyuman itu membuat keriput di wajahnya makin kelihatan. Apakah orang ini memang dungu ataukah ia seorang yang benar-benar amat kaya" "Sepuluh tael perak sekati, jika kau mau menjualnya dengan harga itu, maka aku akan membeli dua kati darimu." Tentu saja si nenek setuju. "Aku bahkan mau menjualnya dengan harga 20 tael perak sekati!" Mengapa orang semakin tamak bila mereka semakin tua" "Tapi aku membutuhkan bantuanmu!" Lu Xiao Feng tersenyum. "Tuan, apa yang bisa dibantu oleh sekantung tulang tua seperti diriku ini?" Si nenek balas tersenyum secara sekilas. "Hanya kau yang bisa melakukan ini!" Mengapa" "Karena kau terbungkuk-bungkuk seperti itu sehingga kau seolah-olah sedang mencari sesuatu di atas tanah." Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku butuh bantuanmu untuk menemukan sesuatu!" Menemukan apa" "Aku ingin kau menemukan seorang wanita yang memakai sepasang sepatu merah untukku. Bukan sepatu merah biasa, tetapi sepasang sepatu merah dengan sulaman burung hantu di atasnya." Si nenek pun tersenyum. Tak ada yang lebih cocok untuk diminta dari seseorang seperti dia. Bahkan jika ia merunduk-runduk di bawah pakaian orang lain, tak ada orang yang akan curiga padanya. Ia mengambil uang 20 tael perak itu. Senyumannya begitu lebar sehingga matanya hanya tampak seperti dua garis yang tipis. "Tunggulah di sini, Tuan, aku akan memberitahumu setelah aku menemukannya." "Jika kau bisa menemukannya, maka aku akan membeli 5 kati lagi darimu saat kau kembali nanti." Koleksi Kang Zusi 69 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Si nenek meneruskan langkahnya dengan gembira. Lu Xiao Feng juga merasa bahagia, bukan hanya bahagia, tapi juga bangga. Hanya orang cerdas seperti dirinya yang bisa memikirkan cara yang demikian cerdik. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ia adalah seorang yang jenius. Tapi ia lupa sesuatu - hidup orang-orang jenius biasanya singkat! Kacang itu masih panas, panas dan mengundang air liur. Lu Xiao Feng memutuskan untuk memberi selamat pada dirinya sendiri atas kerja kerasnya. Ia menemukan sebuah batu cadas yang besar dan relatif bersih untuk diduduki. Setelah duduk, ia membuka kulit sebutir kacang dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya ketika ia tiba-tiba teringat lagi pada Xue Bing. Xue Bing sangat suka makan kacang. Pada hari yang dingin, ia selalu meletakkan kacang di pangkuannya dan menggunakannya untuk menghangatkan tangannya sebelum memakan kacang itu satu demi satu. Sekali waktu saat Lu Xiao Feng bertemu dengannya, ia sedang asyik makan kacang. Hari itu sangat dingin. Tangan Lu Xiao Feng rasanya seperti akan buntung dalam hawa yang dingin membeku itu. Gadis itulah yang menggenggam tangannya dan meletakkannya di atas pangkuannya. Bahkan hingga saat ini, kehangatan yang manis itu tampaknya masih terasa di ujung jari Lu Xiao Feng. Tapi di manakah si dia sekarang berada" Bagaimana mungkin Lu Xiao Feng sanggup memakan kacang ini" Dari balik semak-semak bunga di kejauhan sana, sebuah suara nyanyian yang sedih dan memilukan terdengar mengalun di udara malam. "Rambut hitam acak-acakan, malam yang telah hening larut, alis mata yang membawa kebencian memikirkan bukit-bukit di kejauhan, tunas bambu yang sedang tumbuh membawa keharuman, untuk siapakah air mata mengalir, untuk siapakah air mata terbagi?" Suara nyanyian yang indah itu penuh dengan semacam kenangan yang tebal dan tak dapat ditembus. Lu Xiao Feng menarik nafas dengan lembut. Kacang-kacang yang tadinya berada di tempatnya karena tertahan oleh sabuk yang diletakkan di atas pangkuannya, sekarang jatuh ke tanah dan berserakan. Bahkan ia sendiri tidak menyadari bahwa ia adalah orang yang demikian sentimentil dan mudah gelisah. Ia bersandar pada sebatang pohon di samping batu cadas yang ia duduki dan menutup matanya. "Bagaimana jika aku tidak pernah menemukannya lagi?" Tiba-tiba ia merasa amat tertekan dan putus asa, bahkan tidak ingin bergerak sedikit pun. Tubuhnya sama sekali tak bergerak sehingga ia mirip seperti orang mati. Saat itulah nenek penjual kacang tadi muncul kembali dari balik kegelapan. Mata Lu Xiao Feng tidak sepenuhnya tertutup, matanya masih terbuka sedikit seperti sebuah garis tipis. Reaksi awalnya adalah ia akan duduk dan bertanya pada si nenek apakah ia telah menemukan wanita bersepatu merah itu. Tapi tiba-tiba, ia melihat bahwa matanya yang tadi tua dan kabur sekarang berkilauan dengan sinar setajam pisau, sinar pembunuh. Seorang nenek seperti ini seharusnya tidak memiliki sinar mata seperti itu. Jantung Lu Xiao Feng tiba-tiba seperti tertusuk oleh seberkas cahaya, cahaya inspirasi. Ia menahan nafasnya. Nenek itu memandang padanya, memandang pada kacang-kacang yang berserakan di atas tanah, pada bibirnya yang kering, di mulutnya mulai tersungging sebuah senyuman yang menyeramkan dan keji. Di bawah bayang-bayang pepohonan, air muka Lu Xiao Feng tampak pucat pasi. "Kacang yang begini enak," si nenek bergumam. "Satu saja cukup untuk membunuh paling sedikit 3 orang, sayang sekali kalau membiarkannya berserakan saja di sini." Maka ia berjalan menghampiri dengan terpincang-pincang. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa walaupun jalan si nenek lambat dan canggung, langkah kakinya Koleksi Kang Zusi 70 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sangat ringan. Pakaian yang ia kenakan pun begitu panjangnya hingga terseretseret di tanah, menutupi kakinya. Sepatu macam apakah yang ada di kaki itu" Lu Xiao Feng tiba-tiba membuka matanya, menatap si nenek. Anehnya, si nenek tidak terkejut, paling tidak Lu Xiao Feng tak melihat tanda-tanda kekagetan di wajahnya. Ia benar-benar seorang wanita yang tak mudah tergoyahkan dan dapat mempertahankan sikapnya dan tersenyum seperti saat mereka bertemu pertama kalinya tadi. "Tampaknya tidak ada perempuan bersepatu merah di sekitar sini, tapi ada dua orang yang bersepatu kuning dan ungu!" Lu Xiao Feng membalas senyumannya. "Di sini ada seorang wanita bersepatu merah, aku telah menemukannya!" "Tuan telah menemukannya" Di mana Tuan menemukannya" " "Di sini. Kamu!" "Saya?" Si nenek memandangnya dengan heran. "Mengapa seorang nenek tua sepertiku memakai sepatu merah?" "Mataku bisa menembus benda-benda." Lu Xiao Feng berkata seenaknya. "Dan aku bisa melihat saat ini juga sepatu merah itu ada di kakimu, dan burung hantu itu tersulam di sepatu tersebut!" Nenek itu tiba-tiba tertawa. Tawanya terdengar seperti suara denting lonceng perak, bukan, bahkan jauh lebih merdu di telinga daripada suara lonceng perak. "Kau tidak memakan kacang gulaku?" "Tidak." "Kacang goreng gula yang begitu lezat, mengapa kau tidak memakannya?" Lu Xiao Feng menarik nafas. "Karena aku seorang yang romantis!" "Orang yang romantis tidak makan kacang gula?" Si nenek mengedip-ngedipkan matanya. "Kadang-kadang ya, tapi hanya yang tidak beracun." Si nenek tertawa, tawa yang bunyinya seperti suara denting lonceng perak. "Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng!" "Kau tahu bahwa aku adalah Lu Xiao Feng?" "Berapa banyak orang di dunia ini yang memiliki 4 alis di wajahnya?" Ia tertawa. Lu Xiao Feng pun tertawa. Tawanya, tentu saja, tidak menggelitik seperti suara si nenek, ini karena ia bukan benar-benar sedang tertawa. Ia tahu kalau si nenek hendak menyerang, dan juga tahu bahwa serangan ini tidak akan mudah dihadapi. Ia benar. Tepat saat ia mulai tertawa, si nenek mengeluarkan sepasang pedang pendek, belati, dari keranjangnya, pedang dengan seutas selendang sutera berwarna merah menyala terikat pada gagangnya. Tepat saat ia melihat pedang itu, kedua bilah pedang itu pun berkilauan dan telah tiba di tenggorokannya. Serangan yang demikian cepat! Pedang yang begitu cepat! Lu Xiao Feng tidak berani menangkap pedang itu dengan tangannya, ia khawatir kalau badan pedang telah dilumuri dengan racun. Biasanya ia merupakan orang yang suka seenaknya dan acuh tak acuh, tapi di saat-saat genting antara hidup dan mati, tidak banyak orang yang lebih bijak dan teliti daripada dirinya bisa ditemukan di dunia ini. Seperti seekor ikan yang sedang berenang, tiba-tiba ia melayang menjauh. Bukan hanya reaksinya cepat, gerakan itu sendiri bahkan lebih cepat. Tapi tidak perduli ke mana pun ia pergi, kilauan pedang yang terang dan menari-nari itu tetap mengikutinya. Kilauan pedang itu berwarna-warni dan berkerlap-kerlip, di bawah hawa pedang yang dingin dan tak kenal belas kasihan itu, daun-daun di pepohonan rontok dari dahannya dan perlahan-lahan melayang turun ke tanah hanya untuk dicabik-cabik sesaat kemudian oleh kilatan pedang itu. Tubuh Lu Xiao Feng telah basah kuyup oleh Koleksi Kang Zusi 71 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. keringat. Ia dulu beranggapan bahwa XiMen ChuiXue dan Ye Gu Cheng adalah jagojago pedang yang paling menakutkan di dunia persilatan, tapi ia tidak membayangkan bahwa ada seseorang seperti ini di dunia. "Gong Sun si Cantik dari Masa Lampau, tarian pedangnya bergerak ke segala penjuru, para penonton seperti gunung yang kehilangan warnanya dalam kesedihan, dunia mengaku kalah dan tunduk untuk selamanya." "Indah seperti Yi yang melesat di antara 9 matahari, angkuh seperti kaisar yang melompat naik ke atas punggung naga, datang seperti guntur yang keras dan mengguncangkan dunia, pergi seperti murninya air sungai dan samudera...." Mungkin tidak ada penonton yang seperti gunung di sini, tapi wajah Lu Xiao Feng memang telah kehilangan warnanya. Bahkan bulan purnama yang terang benderang pun kehilangan sinar dan warnanya di bawah hawa pedang yang membekukan ini. Mungkinkah ini tarian pedang yang dulu diajarkan Nyonya Gong Sun Cui di jaman dulu pada murid-muridnya" Baru sekarang Lu Xiao Feng benar-benar menyadari bahwa sutera dan pedang tidak hanya bisa digunakan dalam tarian untuk menghibur orang, tapi juga bisa digunakan untuk membunuh. Kapan saja ia bisa terbunuh oleh pedang-pedang ini. Mengendalikan pedang-pedang itu dengan kain sutera merah ternyata membuat pedang-pedang itu jauh lebih cepat dan gerakannya jauh lebih lincah daripada hanya menggunakan tangan. Dan kecepatan pedang-pedang itu dalam perubahan gerakan dan variasinya benar-benar amat membingungkan. Baju Lu Xiao Feng telah robek di beberapa tempat dan sekarang punggungnya pun terpaksa telah mepet pada sebatang pohon. "Sing!" Suara desing terdengar saat pedang-pedang itu terbang membelah udara seperti sepasang naga merah yang memburu ke arahnya. Kali ini tak ada lagi tempat untuk melarikan diri baginya. Sudut bibir Nyonya Pertama Gong Sun sekali lagi membentuk sebuah senyuman yang keji. Tapi ia pun tahu bahwa kemampuan terbaik Lu Xiao Feng adalah menemukan cara untuk bertahan hidup dalam situasi yang amat genting. Tiba-tiba tubuh Lu Xiao Feng merosot turun di batang pohon seperti seekor ular, dan terus merosot sampai ke tanah. "Duk!" Badan pedang itu telah mengenai batang pohon dan menancap di dalamnya. Saat itulah Lu Xiao Feng melompat bangkit dari tanah dan, dengan sebuah sentilan tangannya, memotong jadi dua selendang sutera yang terikat pada gagang pedang itu! Ini sama saja seperti memotong tangan yang memegang kedua pedang itu. Tubuh Nyonya Pertama Gong Sun pun melayang dan ia berjumpalitan di udara, membuat gaunnya yang panjang itu berkibar-kibar. Akhirnya, Lu Xiao Feng melihat sepatunya. Sepatu merah! Bulan yang terang benderang masih bergantung di tengah angkasa, sepatu merah itu hanya terlihat sekilas dalam sinar bulan sebelum tubuh wanita itu melesat pergi sejauh 10 meter lebih. Tentu saja Lu Xiao Feng tidak mau membiarkannya pergi seperti itu. Tapi saat ia mulai mengejar, ia telah ketinggalan selangkah di belakang. Satu langkah yang tak bisa ia perpendek lagi. Tak perduli apa pun yang ia lakukan, jarak di antara mereka tetap 10 meter. Lu Xiao Feng telah bertemu dan melihat sejumlah jagoan ilmu meringankan tubuh di dunia persilatan. Tentu saja, SiKong ZhaiXing adalah yang terbaik di antara mereka, tapi Yan TieShan, Huo TianQing, XiMen ChuiXue dan Hwesio Jujur tidak terlalu jauh di bawahnya. Tapi jika orang-orang itu berlari menjauh dari Lu Xiao Feng pada saat ini, ia tentu telah berhasil mengejar mereka. Ia tiba-tiba menyadari bahwa bukan hanya ilmu pedang "nenek" ini yang sangat tangguh, tapi ilmu meringankan tubuhnya pun telah mencapai tingkatan yang belum pernah ia temui sebelumnya. Bunga-bunga, pohon-pohon, taman, hutan, pondok-pondok, altar, paviliun, gedung-gedung, semuanya Koleksi Kang Zusi 72 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. seperti terbang di bawah kaki mereka dan menghilang. Berikutnya adalah deretan atap rumah, lalu jalan-jalan. Nyonya Pertama Gong Sun masih belum melambat, jelas ia bukan seorang nenek yang kemampuannya mundur oleh usia tuanya. Tapi Lu Xiao Feng adalah seorang pemuda bertubuh kuat yang sedang berada di puncak kekuatan mental dan fisiknya, maka ia pun tidak melambat. Nyonya Pertama Gong Sun menyadari bahwa menyingkirkan orang di belakangnya ini bukanlah urusan yang gampang. Jalan yang sekarang mereka lewati tampak terang benderang. Malam masih belum begitu larut dan jalan ini kebetulan merupakan jalan yang paling ramai dan sibuk di kota itu. Di sana ada dua atau tiga buah warung teh dan warung arak yang berbeda-beda di sepanjang jalan bersama dengan berbagai macam pedagang di kedua sisinya, beberapa di antaranya menjual peralatan rumah tangga dan bumbu masak, sementara beberapa lainnya sibuk menjual makanan seperti bubur ikan dan angsa bakar. Nyonya Pertama Gong Sun tiba-tiba turun dan mendarat di tengah jalan raya. "Tolong! Tolong!" Ia pun mulai menjerit. Ia berlari ke sebuah warung teh sambil menjerit-jerit. Lu Xiao Feng mengikutinya dengan rapat. Tapi seorang nenek yang menjerit-jerit minta pertolongan dengan Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seorang laki-laki muda yang kuat sedang mengejarnya, bukanlah pemandangan yang indah bagi orang-orang itu, mereka juga tak senang melihat kejadian seperti itu. Sekarang telah ada beberapa orang pemuda yang tampaknya marah sedang berteriakteriak dan memaki Lu Xiao Feng, bahkan di antaranya ada yang mengeluarkan pisau. Lu Xiao Feng tahu kalau ia berada dalam kesulitan. Tentu ia bisa saja berusaha memberi penjelasan pada orang-orang muda yang pemberani dan adil ini, yang berusaha melakukan apa yang mereka anggap benar, tapi orang-orang ini tampaknya tidak sabar lagi untuk memukulinya hingga jadi bubur! Tujuh atau delapan orang di antara mereka tiba-tiba menyerangnya secara serentak, ada yang mengayun-ayunkan golok, yang lainnya membawa bangku, dan mereka mengepung Lu Xiao Feng. "Hei, ken'pa kau mengej'r-ngej'r seor'ng wan'ta tua di teng'h jal'n sini" Kau ing'n memp'rkosanya?" Mereka berteriak-teriak padanya. Lu Xiao Feng tak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Ia ingin menjelaskan, tapi tak tahu harus mulai dari mana. Ia ingin menyerang, tapi tidak tega melakukannya. Sementara ia sedang bimbang, sebuah bangku datang mengaung dari atas. Yang bisa ia lakukan adalah mengulurkan tangan dan menangkis dengan tangannya. "Bum!" Tangannya baik-baik saja, tapi bangku itu hancur berantakan. Orang-orang itu terperanjat dan terdiam selama beberapa saat. Saat itulah seseorang tibatiba bergegas maju dan memberikan tamparan di setiap wajah mereka. Tapi anehnya, tak satu pun dari pemuda-pemuda itu yang membalas serangan itu, mereka juga tidak berusaha menghindar. Lu Xiao Feng akhirnya menarik nafas lega, ia mengenali orang ini sebagai salah satu dari dua orang laki-laki yang berada di halaman luar paviliun Raja Ular yang mencoba untuk mengujinya kemarin. "Ap'kah kali'n bangs't-bangs't ini tida'k ta'u s'apa dia?" Orang itu menunjuk Lu Xiao Feng dan berkata dengan keras. "Beli'u ad'lah sah'bat b'ik Raja Ular dan or'ang y'ang memil'ki kungfu terb'ik di dunia, Luk Siu Fung!" Bagi orang-orang muda ini, nama Lu Xiao Feng tidak berarti banyak, tapi sahabat Raja Ular tentu saja tidak boleh disentuh. Maka orang-orang yang menghunus golok pun segera menyarungkan goloknya, orang-orang yang membawa bangku segera meletakkan bangkunya dan mereka masing-masing berjalan menghampiri Lu Xiao Koleksi Kang Zusi 73 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Feng dan meminta maaf! Tapi Lu Xiao Feng telah mengambil kesempatan itu untuk keluar dari kepungan itu dan berlari ke pintu belakang. Tadi ia melihat Nyonya Pertama Gong Sun melarikan diri lewat pintu belakang ini, tapi sekarang hanya ada seekor anjing tak bertuan yang sedang menggerogoti sebatang tulang di selokan. Sedikit pun tidak terlihat bayangan Nyonya Pertama Gong Sun. Lu Xiao Feng menarik nafas dan berputar, ia tahu tidak ada gunanya mengejar lagi. Laki-laki bertubuh besar itu telah mengikutinya sampai ke sini dan sekarang berjalan menghampirinya. "K'mi b'ru saja hend'k menc'ri Tuan di G'rbang Bar't," sambil tersenyum, ia berkata pada Lu Xiao Feng, berusaha keras untuk menghilangkan dialek lokalnya. "Tapi terny'ta Tuan m'lah ada di sini!" "Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Orang itu mengangguk. "K'mi t'lah menem'kan di mana nona itu berada, ia...." Jika ada satu hal yang perlu ditakutkan di dunia ini, itu adalah bila orang-orang Canton berusaha mengucapkan bahasa Mandarin. Sambil tergagap-gagap dan ucapannya pun terpotong di sana-sini, orang itu telah mengeluarkan butiran keringat yang besar-besar karena frustrasinya. Tapi Lu Xiao Feng lebih frustrasi lagi. "Di mana dia?" Ia memotong. "Aku 'kan memb'wa Tuan ke s'na!" Jalan itu masih ramai, tapi melihat laki-laki bertubuh besar ini berjalan ke arah mereka, orang-orang itu semuanya dengan diam-diam dan penuh hormat menyingkir ke samping. "Marg'ku juga Luk, 'ku Luk Guang." Tampaknya ia merasa terhormat karena memiliki marga Lu juga. Tapi Lu Xiao Feng hanya berharap agar dia mengurangi bicaranya dan berjalan lebih cepat. "Aku meng'gumi T'an, k'ngfu T'an ben'r-ben'r yang terb'ik." Tapi Lu Guang tetap berusaha keras untuk membuatnya terkesan. "Ini en'ak, T'an mau?" Ia berkata sambil memasukkan tangannya ke dalam baju dan mengeluarkan beberapa butir kacang gula, kacang goreng gula yang panas dan tampak lezat! Tapi Lu Xiao Feng seperti melihat seekor ular berbisa. "Dari mana kau mendapatkan ini?" Ia bertanya sambil mencengkeram tangan Lu Guang. "Aku memb'linya, tentu s'ja!" Lu Guang menjawab setelah terkejut sebentar. "Aku tid'k pern'h meng'mbil barang or'ng lain tanpa al'san!" "Di mana kau membelinya" Di mana orang yang menjualnya padamu?" "Di s'na." Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Lu Guang itu, di sana benar-benar ada seorang penjual kacang. Orang itu sedang sibuk menggoreng sekaleng besar kacang. Kacang memang bukan barang langka, banyak orang yang menjualnya di mana-mana. Lu Xiao Feng menarik nafas lega, tapi telapak tangannya telah penuh dengan keringat dingin. Sambil merenung kembali, ia menyadari bahwa saat-saat ia tadi membuka kulit kacang itu bisa jadi merupakan saat yang paling berbahaya dalam hidupnya. Jika ia memasukkan kacang itu ke dalam mulutnya, ia tak akan menjadi Lu Xiao Feng lagi saat ini. "Orang mati adalah orang mati. Orang mati tidak punya nama." Bahkan detik-detik saat pedang Ye Gu Cheng mengancam dadanya tidaklah begitu berbahaya seperti saat tadi. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ternyata ada untungnya juga tadi merasa romantis. Di samping itu, paling tidak ia sekarang telah menemukan di mana Xue Bing berada. Koleksi Kang Zusi 74 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa sangat bahagia. "Jadi namamu juga Lu, hah" Hebat!" Ia tersenyum dan menepuk pundak Lu Guang. "Bila kita punya waktu, aku akan mengundangmu minum teh bersamaku." Minum teh adalah hobinya orang-orang Canton, tidak makan sih oke-oke saja, tapi tidak minum teh adalah tak dapat dimaafkan. Tapi, dengan tidak terduga, Lu Guang menggelengkan kepalanya. "Aku tidak minum teh, aku hanya minum arak!" Lu Xiao Feng tertawa, tertawa begitu keras dan kuatnya sehingga orang-orang di jalan itu berpaling dan menatapnya. Tapi ia tidak perduli. Bila ia sedang bahagia, ia ingin setiap orang di dunia ini tahu dan bahagia bersamanya. Sekarang, Lu Guang telah berbelok ke sebuah gang sempit. Gang ini berada di antara sebuah toko roti dan tukang jahit. Gang itu sendiri sangat sempit dan tidak mungkin dua orang bisa berjalan berdampingan di situ. Gang itu seperti sebuah ruang kecil yang sengaja disisakan oleh kedua toko itu saat mereka membangun tokonya. Mungkin hal itu terjadi karena kedua toko itu tidak saling akur, tak ada yang mau mempunyai sebuah dinding milik bersama yang memisahkan mereka dengan orang yang tidak mereka sukai. Tapi di ujung gang itu ada sebuah pintu kecil bercat merah. Seorang laki-laki sedang berdiri di depan pintu itu dengan gelisah. Begitu gelisahnya ia sehingga ia terus-menerus menggosok kedua tangannya. Saat melihat Lu Guang, orang itu berjalan menghampiri dan berbisik di telinganya. Ekspresi wajah Lu Guang segera berubah secara dramatis. Ia berpaling pada Lu Xiao Feng dengan sebuah senyuman tanda bersalah di wajahnya. "Di s'ni temp'tnya. Aku...aku t'k bisa m'suk bers'ma Tuan." Mengapa ia tidak bisa masuk" Mungkinkah ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana" Lu Xiao Feng berlari masuk. Ia tak memperdulikan apa yang mungkin ia temui selama ia bisa menemukan Xue Bing. Di halaman itu hanya ada dua buah kamar, di dalamnya pun telah ada dua orang. Tak satu pun di antara mereka itu Xue Bing. Keduanya laki-laki, salah satunya adalah Jin Jiu Ling. Lu Xiao Feng merasa terkejut melihat perubahan situasi ini. "Apa yang kau lakukan di sini" Di mana Xue Bing?" Jin Jiu Ling tidak menjawab, ia malah mengulurkan tangannya - di tangannya ada sehelai baju, baju putih yang ringan dan lembut. Baju Xue Bing. Tentu saja Lu Xiao Feng mengenalinya, ekspresi wajahnya pun berubah. Baju Xue Bing ada di sini, tapi orangnya tidak. Baju ini tidak mungkin bisa bangkit dan berjalan ke sini dan orangnya pun tidak mungkin melepaskan bajunya di sini dan berjalan ke luar dalam keadaan telanjang. Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa lututnya lemah. Ia mundur dengan sempoyongan sejauh 2 langkah ke belakang sebelum jatuh ke atas sebuah kursi. Perutnya mulai terasa sakit lagi. Ekspresi wajah Jin Jiu Ling pun tampak muram. "Kau mengenali ini sebagai baju Xue Bing, kan?" Akhirnya ia bertanya dengan lambat-lambat. Lu Xiao Feng mengangguk. Waktu ia berpisah dengan Xue Bing, gadis itu sedang memakai baju ini. "Jika bajunya ada di sini, maka ia tentu berada di sini juga tadi!" "Kau melihatnya?" Lu Xiao Feng masih menyisakan sebuah harapan. Tapi Jin Jiu Ling menggelengkan kepalanya. "Waktu kami tiba di sini, tempat ini telah sepi." "Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" "Bukan kami yang menemukan tempat ini." "Raja Ular?" Kali ini Jin Jiu Ling mengangguk. Koleksi Kang Zusi 75 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Ia benar-benar seorang sahabat yang baik, ia melakukan segalanya untukmu!" Lu Xiao Feng tidak menjawab. Ia sedang bertanya-tanya di dalam hatinya. "Apakah aku melakukan segala yang aku bisa untuk dia?" "Mulai pagi ini, semua orang yang berada di bawah pimpinannya mulai mencari Xue Bing untukmu!" Mereka sangat efektif dalam mencari seseorang, karena mereka menerobos sampai ke sudut-sudut terdalam di kota ini, terutama warung-warung teh, warung arak, penginapan, pedagang kecil, bahkan gerobak-gerobak yang menjual makanan kecil. Ini biasanya merupakan tempat-tempat di mana berbagai macam orang berada, dan karena itu merupakan tempat terbaik untuk mendapatkan informasi. Mereka mulai menyisiri tempat-tempat ini untuk mencari informasi serta mencari tahu apakah ada orang-orang asing yang mencurigakan muncul akhir-akhir ini. Setiap orang, tidak perduli siapa, tentu harus makan dan minum. Tak ada siapasiapa di hotel-hotel, maka mereka pun bertanya-tanya apakah ada rumah-rumah yang telah menyewakan kamar kosong pada orang asing. Dengan tiga ribu orang anggota kelompok itu menanyakan hal yang sama ke seluruh penjuru kota, tentu sesuatu akan muncul ke permukaan dalam waktu yang tidak terlalu lama. "Di belakang Toko Roti Keluarga Mai, ada sebuah rumah kecil. Tiga atau empat bulan yang lalu, rumah itu disewakan pada seseorang." Waktu ditanya, pemilik rumah berkata seperti ini. "Orang yang menyewa rumah itu adalah seorang yang amat tampan dan juga sangat murah hati karena ia telah membayar di depan uang sewa untuk setahun. Tapi sejak itu ia tidak pernah muncul lagi, maka rumah itu tetap kosong selama ini. Tampaknya tidak ada siapa-siapa di dalamnya." Tidak ada orang di dunia ini yang mau menyewa sebuah rumah dan kemudian hanya membiarkannya kosong. Di balik semua ini tentu ada sebuah alasan, sebuah rahasia. "Waktu mereka mendapatkan informasi ini saat senja hari, salah seorang dari mereka segera pergi ke sini. Saat itu sepertinya ada suara erangan perempuan di dalam sini. Orang itu tidak berani berlaku gegabah dan pergi mencari bala bantuan. Tapi, waktu mereka kembali, tidak ada siapa-siapa lagi di sini." "Bagaimana kau tahu semua ini?" Jin Jiu Ling tersenyum. "Saudara-saudara yang dulu bekerja untukku sekarang semuanya telah terkenal dan hebat!" Ia menepuk pundak laki-laki di sampingnya dan tersenyum. "Ini adalah Ketua Para Pemburu Hadiah di kota ini, Lu Shao Hua." Baru sekarang Lu Xiao Feng melihat bahwa di sampingnya sedang berdiri seorang laki-laki bertubuh pendek tapi kuat, berambut putih tapi tidak begitu tua, dan mengenakan pakaian berwarna hijau. Bahkan walaupun bentuk tubuhnya tidak seperti orang normal, matanya berkilat-kilat penuh dengan tenaga, hidungnya bengkok seperti paruh burung elang, dan pinggangnya agak menggelembung, menunjukkan bahwa di samping memakai sebuah cambuk lemas atau tombak bengkok atau senjata lainnya yang luwes, ia juga mungkin membawa rantai dan borgol yang tersembunyi di balik bajunya. Siapa pun yang telah menghabiskan waktu beberapa hari di dunia persilatan, tentu akan segera mengenalinya sebagai salah seorang jagoan top di Enam Pintu, "Elang Botak" Lu Shao Hua. Orang ini dikenal di dunia bawah tanah daerah Tenggara sebagai pemburu hadiah yang paling efektif dan paling ditakuti. "Walaupun aku adalah seorang abdi masyarakat dan bekerja untuk pemerintah, aku selalu mengagumi Raja Ular. Jika mungkin, aku ingin selalu saling memahami dengan orang-orang di bawah komandonya!" Lu Shao Hua tersenyum dan berkata. Tapi kenyataannya, ia tahu betul bahwa jika ia ingin menjaga kedamaian kota ini, sebaiknya ia tidak menimbulkan keributan dengan Raja Ular dan orang-orangnya. "Tapi waktu terbitnya fajar, sekitar 3000 orang anak buah Raja Ular mulai bergerak Koleksi Kang Zusi 76 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tanpa seorang pun dari kami tahu apa yang sedang terjadi, aku tak bisa tinggal diam dan menonton saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa." Maka ia mengirimkan para pemburu hadiah untuk mendapatkan informasi dan mencari tahu tentang kejadian itu. Kota ini adalah kota terbesar di selatan, sebuah tempat di mana kelompok masyarakat yang terbaik dan terjahat bertemu dan bercampur. Untuk dapat naik ke posisi Pemimpin para pemburu hadiah di sebuah tempat seperti ini, tentulah membutuhkan seseorang yang istimewa. Lu Shao Hua meneruskan. "Waktu informasi tiba padaku bahwa hal ini berhubungan dengan Pendekar Besar Lu, maka aku segera berusaha menemukan cara untuk menyampaikan informasi ini kepada Bos." Walaupun Jin Jiu Ling telah lama tidak menjadi bos-nya lagi, ia masih tetap memelihara kebiasaan untuk memanggilnya seperti itu. Lu Xiao Feng sekarang faham mengapa Lu Guang tadi tidak mau masuk ke tempat ini. Dengan adanya Pemimpin para pemburu hadiah di tempat ini, sebaiknya mereka memang menghindari tempat ini. "Pakaian Nona Xue ada di sini, tapi orangnya tidak. Hanya ada satu penjelasan!" berkata Jin Jiu Ling. Lu Xiao Feng mendengarkan. Ia percaya pada analisa Jin Jiu Ling, tapi hatinya terasa kacau lagi. "Orang yang menculik dan membawanya ke sini telah menyadari bahwa mereka telah ditemukan, maka orang itu segera membawanya pergi. Tapi karena pakaiannya yang putih seperti salju ini terlalu menyolok, orang itu lalu menukarnya!" "Apakah di sini ada pakaian ganti?" Lu Shao Hua membuka laci di sudut kamar, di dalamnya masih ada 6 atau 7 stel pakaian yang berbeda-beda, ada yang untuk lakilaki, ada yang untuk wanita, ada yang untuk orang tua, dan ada pula yang untuk orang-orang muda. "Di sini hanya ada sebuah ranjang dan ruangannya pun hanya cukup untuk tempat tinggal satu orang. Tapi di sini ada 6 atau 7 macam pakaian yang berbeda-beda, ini membuktikan satu hal." Jin Jiu Ling menarik kesimpulan. "Ini membuktikan bahwa orang ini tentu seorang ahli menyamar dan kapan saja bisa muncul dalam wujud berbagai macam orang yang berbeda-beda!" Lu Xiao Feng menyelesaikan dugaannya yang belum selesai dilontarkan itu. "Tapi di sini cuma ada pakaian, tidak ada sepatu. Ini juga membuktikan sesuatu!" Jin Jiu Ling meneruskan. "Ini membuktikan bahwa tidak perduli ia sedang menyamar sebagai apa, ia selalu memakai sepatu yang sama!" Lu Xiao Feng menyimpulkan. "Sepatu merah?" Jin Jiu Ling bertanya. "Benar, sepatu merah, sepatu merah yang terbuat dari sutera merah, seperti yang dipakai pengantin baru di saat pernikahannya!" Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ada beberapa petunjuk yang memperlihatkan bahwa laki-laki tampan yang menyewa tempat ini sebenarnya adalah seorang wanita yang sedang menyamar!" Jin Jiu Ling berkata. "Benarkah?" "Tempat ini penuh dengan debu, sebuah bukti nyata bahwa telah lama tidak ada orang yang tinggal di sini. Alat kebutuhan sehari-hari juga tidak terlihat di sini. Tapi di sini ada sebuah cermin!" Wanita memang suka bercermin, tapi "Laki-laki juga suka bercermin, dan untuk menyamar pun dibutuhkan sebuah cermin!" Lu Xiao Feng menawarkan pendapatnya. Jin Jiu Ling berjalan ke meja yang berada di dekat jendela dan mengambil cermin itu. "Di sini ada bekas tangan seseorang," ia berkata. "Tampaknya masih sangat baru." "Bekas tangan seorang wanita?" Lu Xiao Feng bertanya. Jin Jiu Ling mengangguk. Koleksi Kang Zusi 77 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Tapi tidak mungkin bekas tangan Xue Bing. Ia disekap di sini. Bahkan jika tangannya tidak terikat, paling tidak urat darahnya tentu tertotok." Selimut dan seprai tempat tidur tampak berantakan, seolah-olah seseorang tadinya tidur di atas ranjang. "Jika dugaanku benar, maka selama ini ia tentu berbaring di ranjang ini." Jin Jiu Ling menarik kesimpulan. "Anak buah Raja Ular tadi melaporkan bahwa ia mendengar suara rintihan wanita, maka dugaanku adalah Nona Xue tentu sedang terluka!" Komentar Lu Shao Hua itu mendapatkan tatapan marah dari Jin Jiu Ling. Ia tidak ingin Lu Xiao Feng mengetahui fakta itu, ia tidak ingin Lu Xiao Feng nantinya jadi terlalu khawatir. "Bahkan jika ia tidak mengatakannya, aku pun telah menduga demikian!" desah Lu Xiao Feng. "Tapi tidak ada bekas-bekas darah di ruangan ini." Jin Jiu Ling segera menyahut. "Maka apa pun lukanya itu, tentu tidak serius!" Kata-kata itu hanyalah untuk menghibur Lu Xiao Feng. Jika luka yang diderita Xue Bing adalah luka dalam, maka tak perduli betapa pun parahnya luka itu, tentu tidak ada bekas-bekas darah. Tapi walaupun demikian, Lu Xiao Feng senang mendengar kata-kata itu, ia perlu dihibur saat ini. "Jelas orang ini membawa pergi Xue Bing dengan tergesa-gesa, itulah sebabnya ada petunjuk-petunjuk yang tertinggal di sini!" Jin Jiu Ling meneruskan. "Kapan ia pergi?" "Sebelum gelap!" Saat itu Lu Xiao Feng sedang dalam perjalanan ke Gerbang Barat untuk memenuhi perjanjian. "Nenek" penjual kacang itu pun belum muncul. Bisa saja ia berangkat bersama Xue Bing dan pergi ke Gerbang Barat. Mungkin dialah orang yang menyewa tempat ini. "Tempat ini disewa 2 bulan yang lalu," Jin Jiu Ling menambahkan. "Tepatnya, tanggal 11 Mei." "11 Mei?" Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah mendengar fakta itu. "Perampokan di Istana Kerajaan terjadi pada tanggal 11 Juni. Hari mulai ia menyewa tempat ini adalah tepat sebulan sebelum kejadian itu." "Dan juga 3 hari sebelum hari ulang tahun Jiang Chong Wei!" Lu Xiao Feng menambahkan. "Apa hubungannya hari ulang tahun Jiang Chong Wei dengan urusan ini?" "Pada hari ulang tahunnya, Jiang Qing Xia datang mengunjunginya untuk mengucapkan selamat ulang tahun." "Dan hari itulah ia membuat cetakan kunci untuk gudang arak." Mata Jin Jiu Ling tampak berkerlap-kerlip. "Untuk menghindari kecurigaan orang bahwa ia mungkin ada hubungannya dengan semua ini, mereka menunggu kira-kira 20 hari lagi sebelum membuat gerakan!" "Untuk melakukan perampokan yang demikian besar, diperlukan sejumlah rencana, belum lagi mereka harus mencari tahu tentang detil keamanan dan tata ruang Istana Kerajaan. Barulah kemudian rencana itu bisa dilaksanakan dengan kemungkinan berhasil." "Tentu saja ia tidak bisa terus-menerus muncul sebagai seorang laki-laki berjenggot, maka ia pun berencana pergi ke sebuah tempat terpencil untuk melakukan penyamaran pada malam itu." Lu Xiao Feng menarik kesimpulan. "Dan inilah tempat yang sempurna untuk itu!" Jin Jiu Ling setuju. "Karena tempat ini berada di tengah-tengah bagian tersibuk dan paling ramai di kota ini, tak seorang pun yang akan curiga!" "Tampaknya ia sangat mahir dalam mengambil keuntungan dari kesalahan asumsi orang lain!" desah Jin Jiu Ling. Lu Shao Hua selama itu mendengarkan dalam bisu. Tapi sekarang ia tidak bisa diam Koleksi Kang Zusi 78 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lagi. "Mungkinkah orang yang menyewa tempat ini adalah si Bandit Penyulam?" "Walaupun kita belum yakin betul saat ini, menurutku keyakinan kita adalah 60 atau 70 %!" Lu Xiao Feng menjawab. "Lebih dari 70 %!" Jin Jiu Ling tiba-tiba menyanggah. "Benarkah?" "Aku berani mengatakan bahwa paling tidak kita 90 %, jika tidak lebih, yakin tentang hal itu saat ini!" "Apa yang membuatmu begitu yakin?" "Karena ini!" Jin Jiu Ling mengeluarkan sebuah dompet kecil dari sutera merah. "Aku tadi menemukannya di dalam laci sana. Lihatlah apa isinya!" Di dalam dompet itu tak lain tak bukan ada sebungkus jarum jahit yang masih baru! ______________________________ Dari toko roti Keluarga Mai di mulut gang, Lu Shao Hua membeli beberapa potong kue bulan yang baru dikeluarkan dari panggangannya. Bulan purnama masih akan muncul sampai Perayaan Musim Gugur, tetapi kue bulan telah masuk ke pasaran. Lu Xiao Feng memaksakan dirinya untuk makan setengah potong. Jalan ini sangat sunyi. Mereka berjalan kaki sambil makan - Bandit Penyulam tentu tak akan pernah kembali ke tempat itu lagi, maka tidak ada gunanya bagi mereka untuk tinggal di sana lebih lama lagi. "Jarum ini semuanya terbuat dari besi terbaik dan dibakar lebih dari 100 kali, ini bukanlah jarum biasa!" kata Jin Jiu Ling. "Apakah ujungnya dilumuri racun?" "Tidak." Jawab Jin Jiu Ling. "Ia membiarkan korban-korbannya tetap hidup mungkin dengan tujuan untuk membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita, tapi seorang laki-laki berjenggot yang bisa menyulam." "Dan ia memang tidak perlu membunuh mereka!" "Menurutmu, mungkinkah dia adalah Jiang Qing Xia?" "Tidak, tidak mungkin!" Lu Xiao Feng menjawab. "Ilmu kungfu Jiang Qing Xia memang tidak lemah, tetapi bila dibandingkan dengan orang itu, ia masih jauh sekali!" Ia meneruskan. "Tugas Jiang Qing Xia adalah mencari tahu tentang tata ruang Istana Kerajaan dan membuat kunci duplikat untuknya!" "Menurutmu, Jiang Qing Xia berada di bawah komandonya?" Lu Xiao Feng mengangguk. "Jiang Qing Xia adalah orang yang cukup termasyur di dunia persilatan, dan terkenal angkuh pula, bagaimana mungkin ia bersedia menjadi bawahan orang lain?" Jin Jiu Ling bertanya-tanya. "Karena orang itu jauh lebih baik daripada Jiang Qing Xia dalam segala hal." Desah Lu Xiao Feng. "Tidak pernah dalam hidupku aku bertemu dengan seorang wanita dengan kemampuan kungfu yang begitu luar biasa dan juga licik!" "Kau bertemu dengannya?" Jin Jiu Ling terkejut mendengar berita itu. "Bukan hanya melihatnya, tapi juga hampir terbunuh olehnya!" Lu Xiao Feng tersenyum murung. "Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" "Aku datang untuk memenuhi perjanjian bagi seorang sahabat di Gerbang Barat!" "Perjanjian" Perjanjian macam apa?" "Perjanjian hutang jiwa!" Lu Xiao Feng menarik nafas lelah. "Dengan siapa sahabatmu itu membuat perjanjian?" "Nyonya Pertama Gong Sun, Gong Sun Lan." "Kurasa aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya." Jin Jiu Ling mengerutkan keningnya. "Itu karena ia memang bukan orang yang terkenal, dan tidak pernah ingin jadi Koleksi Kang Zusi 79 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. terkenal!" "Orang macam apakah dia?" "Tak tahu." "Jika kau telah bertemu dengannya, lalu bagaimana kau bisa tidak tahu orang macam apakah dia?" Jin Jiu Ling bertambah bingung. "Aku hanya melihat seorang nenek penjual kacang dan membeli dua kati kacang gula darinya. Jika aku memakan satu butir saja, maka kau tidak akan bicara denganku saat ini." "Kacang gula Nenek Xung!" Jin Jiu Ling hampir menjerit. "Kacang gula Nenek Xung?" Lu Xiao Feng tidak memahami arti kalimat itu. "Dua tahun yang lalu, sering ditemui orang-orang yang mati di jalan raya." Jin Jiu Ling menjelaskan. "Mereka semua diracun sampai mati dan di dekat tubuh mereka selalu berserakan beberapa butir kacang gula." "Dan semua peristiwa itu terjadi pada malam bulan purnama." Lu Shao Hua pun tahu tentang kejadian itu. "Malam ini sedang bulan purnama." Lu Xiao Feng berkata. "Dulu aku ditugaskan untuk menangani beberapa kasus ini, tapi aku tak pernah berhasil menemukan petunjuk apa pun," Lu Shao Hua menjelaskan lagi. "Orang-orang yang tewas itu bukan dibunuh oleh musuh bebuyutan yang membalas dendam, mereka juga bukan dibunuh karena uang." "Tapi karena orang-orang yang mati itu sebagian besar adalah orang-orang yang tidak terkenal, maka peristiwa itu tidak menimbulkan gelombang besar di dunia persilatan." Jin Jiu Ling menambahkan keterangannya. "Hanya orang-orang yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang mengetahui hal ini." "Dua tahun yang lalu, ada seorang pegawai perusahaan ekspedisi bernama Zhang Fang yang baru saja terlibat dalam bisnis tersebut, ia pun mati seperti itu." Berkata Lu Shao Hua. "Tapi sebelum mati, ia mengucapkan dua kalimat." "Apa yang ia katakan?" "Kalimat pertama adalah: 'Kacang gula Nenek Xung.' Kami bertanya siapakah Nenek Xung itu" Mengapa perempuan itu meracuninya" 'Karena setiap bulan purnama, ia selalu ingin membunuh'." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Jadi dia bukan hanya si Wanita Penjagal, Lebah Bunga Persik, dan Wanita Lima Racun, tapi juga Nenek Xung!" "Menurutmu, si Bandit Penyulam juga dia?" "Aku awalnya tidak yakin, tapi ada beberapa hal yang membuktikan bahwa ia adalah si Bandit Penyulam!" "Hal seperti apa?" "Aku telah mengejarnya sampai di jalan raya di mana toko roti Keluarga Mai berada sebelum aku kehilangan dia, sekarang aku faham kenapa ia berlari ke arah sini." "Karena ia tinggal di jalan ini dan lebih mengenal lingkungan sekitarnya daripada kamu!" "Di samping itu, pakaian yang ada di dalam laci tadi sesuai dengan postur tubuhnya. Didengar dari suaranya, bisa dipastikan bahwa ia belum tua, maka dengan mudah ia bisa menyamar sebagai seorang pemuda tampan!" Tapi bukan hanya itu hal-hal yang terpenting! Lu Xiao Feng meneruskan. "Walaupun ia menyamar sebagai seorang nenek tua, ia tetap memakai sepasang sepatu merah - sepatu sutera berwarna merah menyala. Menurut kabar angin, di sepatu itu ada sulaman burung hantu." "Tidak perduli apa pun, setidak-tidaknya kita sekarang tahu siapa Bandit Penyulam itu!" Jin Jiu Ling menarik nafas. "Sayangnya kita tidak berhasil menemukannya, bahkan kita tidak memiliki petunjuk di mana akan memulainya!" ucap Lu Shao Hua. Koleksi Kang Zusi 80 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Kita punya." Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata. "Kita punya sebuah petunjuk?" "Kita bukan hanya memiliki sebuah petunjuk, kita punya lebih dari satu!" Lu Xiao Feng meneruskan. "Yang pertama, kita tahu bahwa Jiang Qing Xia mengenalnya. Yang kedua, karena dia punya markas untuk perampokan di tempat ini, maka di tempat-tempat lain tentu juga ada markasnya yang digunakan untuk perampokannya yang lain!" "Benar!" Mata Jin Jiu Ling tampak bersinar-sinar. "Tidak perduli apa pun, seorang penjahat yang ahli tentu memiliki beberapa kebiasaan khusus. Bagi mereka, sangat sukar untuk merubahnya." "Itulah sebabnya aku berpendapat bahwa ia tentu memiliki sebuah markas di Nan Hai!" Nan Hai adalah kota tempat tinggal Hua Yu Gan. Mata Lu Shao Hua pun tampak berkilauan. "Pemimpin para pemburu hadiah di Nan Hai adalah Meng Wei. Dulu ia juga merupakan anak buah Bos Jin. Aku bisa memintanya untuk mulai mencari sekarang juga. Mungkin saat kalian tiba di sana, mereka telah menemukannya!" "Kau bisa memintanya untuk melakukan itu sekarang juga?" "Selama bertahun-tahun ini kami punya suatu cara untuk berkomunikasi," Lu Shao Hua mengangguk. "Dan kami juga berkomunikasi dengan menggunakan cara yang tercepat!" "Cara apakah itu?" "Burung merpati." "Mungkin ia bermaksud membawa Xue Bing ke sana. Jika kita bertindak cepat, mungkin kita dapat menangkapnya di sana!" ucap Jin Jiu Ling. "Aku akan meminta Meng Wei untuk bersikap ekstra hati-hati dan tenang waktu memimpin pencarian supaya tidak mengejutkannya!" "Kau akan menuliskan surat itu sekarang juga?" Jin Jiu Ling bertanya. "Ya." Ia baru saja hendak mempercepat langkahnya waktu Jin Jiu Ling tiba-tiba memanggilnya kembali. "Satu hal lagi!" Lu Shao Hua berhenti dan menunggu instruksinya. "Berapa banyak uang upeti yang kau dapatkan setiap bulannya dari orang-orang Raja Ular?" Jin Jiu Ling bertanya, sambil tersenyum. Wajah Lu Shao Hua tampak memerah, tapi ia masih takut untuk mengatakan yang sebenarnya. "Delapan ratus tael perak, tapi itu dibagi untuk kami semua!" "Apakah kau tahu bahwa Raja Ular adalah sahabat Lu Xiao Feng?" Wajah Jin Jiu Ling menjadi gelap. "Apakah kau tahu bahwa sahabat Lu Xiao Feng juga adalah sahabat Jin Jiu Ling?" "Aku tahu," Kepala Lu Shao Hua makin menunduk. "Mulai besok aku akan berhenti mengumpulkan uang itu." "Bagus, mulai besok aku akan mengganti kerugianmu itu dengan menaikkan gajimu!" Jin Jiu Ling tersenyum. Lu Shao Hua memandangnya dengan sorot mata yang penuh dengan perasaan terima kasih. Sambil membungkuk dalam-dalam, ia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, dan tanpa perlu bicara apa-apa lagi. Lu Xiao Feng mengawasi kepergiannya, lalu ia tiba-tiba menarik nafas. "Sekarang aku tahu mengapa orang lain mengatakan bahwa kau adalah orang nomor satu dalam 300 tahun sejarah Enam Pintu!" "Mengapa?" Jin Jiu Ling tersenyum. "Karena kau bukan hanya pintar membeli hati orang, kau juga pintar menjual Koleksi Kang Zusi 81 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. teman-temanmu." "Siapa yang kujual?" Senyuman Jin Jiu Ling tampak agak dipaksakan sekarang. "Aku!" Lu Xiao Feng tersenyum letih. "Jika bukan kau yang menyeretku ke dalam kekacauan ini, aku tentu tidak akan memiliki perasaan gelisah dan sakit kepala seberat ini." Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tapi kau akan segera dapat mengalihkan sakit kepalamu itu pada orang lain!" "Siapa?" "Si Bandit Penyulam," Jin Jiu Ling tersenyum dan menambahkan dengan lambat. "Nyonya Pertama Gong Sun." "Haruskah kita berangkat sekarang?" Lu Xiao Feng tertawa. "Tentu saja sekarang juga, hal-hal lain harus dikesampingkan saat ini." "Tapi masih ada sesuatu yang tidak bisa kukesampingkan!" "Apa?" "Persahabatan." "Aku tahu kau hendak pergi menemui Raja Ular lagi," Jin Jiu Ling menarik nafas. "Tapi aku ingin tahu apakah ia bisa dan mau bersahabat denganku?" Raja Ular tidak bisa. Karena ia tidak bisa lagi berteman dengan orang lain. Bagaimana mungkin orang mati bersahabat dengan orang hidup" Bangunan kecil itu benar-benar sunyi, tidak ada satu pun lampu yang menyala. Orang-orang yang biasanya berkumpul di halaman telah dikirim keluar semuanya, hanya empat orang yang tinggal untuk berjaga-jaga. Mereka tampak bingung, tapi tak seorang pun dari mereka yang berani masuk dan melihat ke dalam. Tanpa ijin dari Raja Ular, tak seorang pun berani naik ke lantai atas. Tapi tentu saja Lu Xiao Feng adalah sebuah pengecualian. "Beliau tidak tidur tadi malam, mungkin beliau akhirnya tertidur sekarang." Pintu itu tidak tertutup rapat. Lu Xiao Feng mendorongnya hingga terbuka. Jin Jiu Ling memberinya kayu api untuk penerangan. Kayu itu baru saja dinyalakan sebentar sebelum padam lagi dan jatuh. Tangan Lu Xiao Feng seperti kejang, begitu kejangnya sehingga ia tak mampu menggenggam kayu api itu di dalam tangannya. Dalam waktu sekilas tadi, ia telah melihat mata Raja Ular, mata yang hampir melompat keluar dari kelopaknya. Ia telah dicekik hingga mati di atas kursinya yang lembut itu, dicekik hingga mati dengan menggunakan sehelai selendang sutera berwarna merah menyala. Selendang sutera yang sama dengan selendang yang diikatkan oleh Nyonya Pertama Gong Sun pada pedang pendeknya. Lu Xiao Feng berjalan menghampiri dan menggenggam tangan Raja Ular. Seluruh tubuhnya pun mulai bergetar. Tangan Raja Ular lebih dingin daripada tangannya. Kamar itu gelap gulita. Jin Jiu Ling tidak menyalakan obor lagi, ia tahu bahwa Lu Xiao Feng tak sanggup untuk melihat wajah Raja Ular lagi. Ia juga tidak memiliki kata-kata untuk menghibur Lu Xiao Feng. Kegelapan yang menyerupai kematian, kesunyian yang menyerupai kematian, kesepian yang menyerupai kematian, dalam suasana seperti inilah seorang manusia baru benar-benar merasakan dan memahami betapa nyata dan menakutkan "kematian" itu. Waktu pun berlalu serasa bertahun-tahun. "Mari kita pergi, kita pergi sekarang juga." Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata. "Ya!" "Tapi aku tidak akan memberikan sakit kepalaku padanya." Tiba-tiba ia tertawa, sebuah tawa yang penuh dengan perasaan sakit hati dan amarah yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata. Untunglah Jin Jiu Ling tidak menyalakan lentera, karena ekspresi wajah Lu Xiao Feng itu terlalu menakutkan untuk dilihat. Yang ia dengar adalah Lu Xiao Feng menekankan setiap patah katanya saat ia berbicara. "Aku menjamin bahwa ia tidak akan pernah mendapatkan sakit kepala lagi." Koleksi Kang Zusi 82 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Jin Jiu Ling memahami apa maksud ucapannya. Bila kepala seseorang telah dipenggal, orang itu tidak akan pernah menderita sakit kepala lagi! Bab 7: Kegigihan Yang Tak Tergoyahkan Lu Xiao Feng tidak suka naik kereta kuda, tapi ia malah berada di atas sebuah kereta saat ini. Orang memang tak bisa menghindar dari melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai. "Kau harus menemukan sebuah cara untuk bisa tidur di atas kereta, maka bila kau bertemu dengan Nyonya Pertama Gong Sun, kau berada dalam kondisi terbaik untuk menantangnya!" Lu Xiao Feng tahu bahwa kata-kata Jin Jiu Ling itu benar. Tapi bagaimana mungkin ia bisa tidur pada saat seperti ini" "Pangeran kecil sangat mengagumi Hua Man Lou dan telah memintanya untuk tinggal di Istana selama beberapa hari. Ia mendapat pelayanan yang baik di Istana, kau tidak usah mengkhawatirkannya lagi." Lu Xiao Feng lebih tahu daripada orang lain bahwa ia memang tidak perlu mengkhawatirkan benda-benda atau orang-orang di dalam Istana, ia juga tidak perlu khawatir mengenai Raja Ular lagi. Orang yang harus ia khawatirkan saat ini tidak lain adalah dirinya sendiri. Tidak perduli betapa kuatnya seseorang, bila dihadapkan dan dibebani dengan tekanan dan beban seberat ini, orang itu tentu akan 'meledak'. Kuda itu menarik kereta dengan langkah yang amat cepat, dan kereta pun terguncang ke sana ke mari. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memusatkan fikirannya, terlalu banyak hal yang harus ia fikirkan. Tapi bagaimana jika hati rasanya seperti sedang tercabikcabik" Pagi harinya, kereta berhenti di depan sebuah warung tahu yang kecil di sebuah desa di pinggir jalan. Aroma susu tahu panas yang harum terbawa oleh angin pagi yang lembut sampai di kereta. "Aku tahu kau sedang tidak ingin makan, tapi setidak-tidaknya kau harus minum sedikit susu tahu panas ini." Walaupun Lu Xiao Feng tidak ingin membuang-buang waktu, ia tahu kalau ia tidak boleh mengacuhkan perhatian seorang sahabat. Di samping itu, sais kereta dan kuda penarik kereta pun membutuhkan sedikit istirahat. Lentera masih menyala di dalam warung itu. Seseorang sedang duduk di sudut dan meneguk semangkuk besar susu tahu di tangannya dengan suara yang keras. Sinar lentera berkerlap-kerlip dan menyinari kepalanya, kepala yang benar-benar gundul. Ia adalah seorang hwesio. Hwesio ini memiliki wajah persegi dan telinga yang besar. Sebuah wajah yang membawa keberuntungan, itulah yang akan dikatakan para peramal padamu. Tapi pakaian yang ia kenakan tampak kotor dan compang-camping, dan sepasang sandal jerami di kakinya pun sudah hampir rusak. Hwesio Jujur! Waktu ia melihat hwesio paling aneh di dunia ini, barulah sebuah senyuman muncul di wajah Lu Xiao Feng. "Hwesio Jujur, kau telah melakukan sesuatu yang tidak jujur baru-baru ini?" Hwesio Jujur tampaknya benar-benar terkejut saat melihatnya dan hampir menumpahkan susu tahu di tangannya. "Dilihat dari tampangmu, aku tahu pasti bahwa kau tentu telah berbuat tidak baik tadi malam!" Lu Xiao Feng tertawa terbahak-bahak. "Mengapa kau tampak begitu serba salah bila kau melihatku?" "Hwesio Jujur hanya sekali berbuat tidak jujur dalam hidupnya," Hwesio Jujur seperti baru saja menelan seekor tikus. "Buddha Maha Pengampun, mengapa Hwesio harus bertemu denganmu?" "Apa salahnya bertemu denganku" Setidak-tidaknya aku bisa membelikan semangkuk susu tahu untukmu!" Lu Xiao Feng tersenyum. "Hwesio tidak perlu membayar susu tahu. Hwesio tahu bagaimana caranya Koleksi Kang Zusi 83 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. memohon belas kasihan pada dermawan." Ia meneguk tetesan terakhir susu tahunya dengan cepat dan tampaknya ia hendak lari dari tempat itu dengan segera. Tapi Lu Xiao Feng menghalangi jalannya. "Karena kau tidak membutuhkan aku untuk membayarimu, lalu mengapa kau tidak tinggal di sini dan berbincang-bincang sebentar" OuYang Qing tidak ada di sini, untuk apa kau cepat-cepat pergi?" "'Sasterawan bertemu dengan prajurit, tidak ada gunanya bicara tentang logika'," Hwesio Jujur tersenyum sabar. "Hwesio bertemu dengan Lu Xiao Feng, ini jauh lebih tidak beruntung daripada sasterawan itu. Bincang ini bincang itu, akhirnya Hwesio juga yang menderita!" "Apa maksud ucapanmu itu?" "Jika Hwesio tidak menderita, lalu kenapa dulu Hwesio akhirnya harus merangkak di atas tanah?" "Baiklah, kujamin kau tidak akan merangkak hari ini!" Lu Xiao Feng tertawa. "Masih bisa menderita walaupun tidak merangkak," Hwesio Jujur menarik nafas. "Hwesio hanya takut pada dua orang di dunia ini, mengapa Hwesio bertemu denganmu lagi hari ini?" "Siapa orang satunya lagi?" "Bahkan jika Hwesio mengatakan siapa orang itu, kau tidak akan kenal!" "Cobalah!" Hwesio Jujur bimbang sebentar sebelum akhirnya menyerah. "Orang ini adalah seorang wanita!" "Hwesio tampaknya cukup banyak mengenal wanita!" Lu Xiao Feng bergurau. "Cukup banyak wanita yang juga mengenal Hwesio." "Apakah wanita ini OuYang?" "Bukan OuYang, Gong Sun!" "Gong Sun?" Lu Xiao Feng hampir berteriak. "Apakah itu Nyonya Pertama Gong Sun?" "Kau juga kenal dia" Bagaimana kau bisa tahu tentang dia?" Hwesio Jujur juga terkejut. "Kau mengenalnya?" Lu Xiao Feng sekarang telah menjerit. "Kau tahu di mana dia berada?" "Mengapa kau bertanya?" "Karena aku punya urusan yang belum terselesaikan dengannya!" Hwesio Jujur menatap Lu Xiao Feng selama beberapa saat, dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa begitu kerasnya sehingga tubuhnya terbungkuk-bungkuk. Tiba-tiba ia melarikan diri melalui sisi Lu Xiao Feng dan sudah menjauh hampir 10 meter. Walaupun jaraknya sudah 10 meter, ia masih tertawa. Tapi kali ini Lu Xiao Feng telah memutuskan untuk tidak membiarkannya lolos. Ia berjumpalitan dan menghalangi jalannya lagi. "Mengapa kau tertawa?" "Bila Hwesio menemukan sesuatu yang lucu, Hwesio tertawa. Hwesio selalu jujur." "Apa yang lucu dengan urusan ini?" "Mengapa kau harus 'menghancurkan kendi' dan bertanya terus?" "Bahkan jika aku harus menghancurkan kepala seorang hwesio, aku akan terus menanyakan hal ini." Ia bersikap sangat serius waktu bicara. Hwesio Jujur hanya bisa menarik nafas. "Kepala Hwesio tidak boleh dihancurkan, Hwesio hanya punya satu kepala." "Maka bicaralah, mengapa urusan ini begitu lucu?" "Yang pertama: karena kau tidak akan menemukannya. Yang kedua: karena walaupun kau menemukannya, kau tidak akan mampu mengalahkannya. Yang ketiga, karena walaupun kau bisa mengalahkannya, itu semua sia-sia." "Kenapa begitu?" Koleksi Kang Zusi 84 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Karena setelah kau bertemu dengannya, kau tak akan tega memukulnya. Bahkan kau mungkin berharap bahwa ia akan memukulmu beberapa kali!" "Ia sangat cantik?" "Ada empat Wanita Cantik di dunia persilatan, kau mungkin mengenali semuanya, bukan?" "Ya." "Apakah menurutmu mereka cantik?" "Tentu saja cantik." "Tapi Nyonya Pertama Gong Sun 10 kali lebih cantik dari mereka berempat digabungkan semuanya!" "Kau telah melihatnya?" "Buddha Maha Pengampun," desah Hwesio Jujur sambil tersenyum murung. "Jangan biarkan Hwesio melihatnya lagi. Kalau tidak, walau Hwesio punya 10 buah kepala, Hwesio akan kehilangan semuanya." "Kau tahu di mana dia berada?" "Tidak tahu." Waktu Hwesio Jujur mengatakan tidak tahu, maka ia pasti tidak tahu. Hwesio Jujur tidak pernah berdusta. "Di mana kau melihatnya terakhir kali?" "Tidak boleh kuberitahu padamu." Waktu Hwesio Jujur mengatakan tidak boleh diberitahu padamu, maka ia pasti tidak akan memberitahumu. Walaupun kau menghancurkan kepalanya, ia tetap tidak akan memberitahumu. Bahkan Lu Xiao Feng pun tahu bahwa ia tidak mungkin memaksanya bicara. Yang bisa ia lakukan hanyalah menatapnya dengan marah selama sesaat. Tiba-tiba ia tertawa. "Sebenarnya Hwesio tidak hanya memiliki satu kepala." Hwesio Jujur tidak faham. "Karena Hwesio masih punya si 'Hwesio Cilik'!" Ia tertawa, tertawa begitu kerasnya sehingga tubuhnya pun terbungkuk-bungkuk. Hwesio Jujur menjadi demikian marah sehingga ia tidak sanggup memikirkan sesuatu untuk diucapkan. Ia tahu bahwa Lu Xiao Feng sedang menggodanya dengan sengaja, tapi tetap saja menjadi marah, begitu marahnya sehingga ia hampir pingsan. Jin Jiu Ling menonton di pinggir, bahkan ia pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil. "Hwesio tidak berdusta dan masih punya satu hal kecil yang harus diberitahukan padamu." Hwesio Jujur tiba-tiba menarik nafas. "Ya" Apa itu?" Lu Xiao Feng bertanya, tetapi setelah berusaha keras untuk menghentikan tawanya. "Dilihat dari tampang kalian berdua, wajah kalian tertutup oleh pertanda buruk. Dalam waktu tiga hari, kepala kalian akan dihancurkan oleh seseorang!" ______________________________ Walaupun Meng Wei juga hanya memiliki satu kepala, ia dikenal sebagai "Ular Berkepala Tiga". Di antara Sembilan Pemburu Hadiah Ternama, ia selalu dianggap sebagai orang yang paling kejam dalam metode kerjanya dan paling tidak kenal belas kasihan dalam melakukan pemeriksaan. Ular Berkepala Tiga, tentu saja, memiliki tiga wajah yang berbeda. Waktu ia melihat Jin Jiu Ling, bukan hanya sikapnya amat hormat, senyumannya pun sangat manis dan murni. Bahkan Lu Xiao Feng merasa sukar untuk membayangkan kalau orang seperti ini tega menuangkan air garam ke luka tawanannya atau memukuli orang hingga jadi bubur di dalam ruangruang tahanan yang gelap. Tapi karena adanya orang-orang seperti ini di dunia, setiap orang seharusnya tahu bahwa sebaiknya ia tidak melakukan kejahatan selama hidupnya. Sais yang mengemudikan kereta juga merupakan orang yang berada di bawah komando Lu Shao Hua. Setelah mereka memasuki kota, seseorang dari kelompok pemburu Koleksi Kang Zusi 85 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hadiah setempat segera menyambut mereka dan membawa mereka ke tempat ini. Ini juga merupakan bagian kota yang sibuk - jelas sebagian besar orang memang benar-benar sukar menyingkirkan kebiasaan semacam ini. Itulah sebabnya sangat sedikit kejahatan dan misteri yang tidak berhasil diungkapkan di dunia ini. Meng Wei telah menanti mereka di sebuah warung teh di sudut jalan. Tujuan akhir mereka adalah sebuah jalan kecil di belakang sana, di ujung jalan itu ada sebuah rumah kecil. "Orang yang menyewa rumah ini juga seorang pemuda yang amat tampan, dan juga membayar uang sewa setahun di depan." "Ada orang yang melihat sesuatu di rumah ini sejak itu?" "Tidak, tampaknya tidak ada orang yang tinggal di sana sejak penyewaan itu." Mungkin kedatangan mereka telah mendahului Nyonya Pertama Gong Sun. Setelah membunuh Raja Ular, ia tentu berhenti dulu di suatu tempat. Apalagi ia juga harus membawa Xue Bing yang sedang terluka. Itulah sebabnya Jin Jiu Ling memberi instruksi: "Perintahkan orang-orangmu yang gampang dikenali untuk pergi menjauh sehingga tidak ada orang yang melihat bahwa perhatian khusus sedang ditujukan ke tempat ini!" "Kami telah bertindak sangat hati-hati selama ini," Meng Wei meyakinkannya. "Orang-orang yang berada di sini semuanya telah menyamar dengan sangat baik." "Apakah samaran saja sudah cukup?" Jin Jiu Ling mendengus dingin. "Seolah-olah orang lain tidak bisa melihat samaran kalian itu." Bahkan Lu Xiao Feng pun bisa melihat dalam sekilas pandang bahwa para pelayan warung teh, pedagang buah berry di seberang jalan, peramal di sampingnya, dan 7 atau 8 orang tamu di warung teh itu semuanya adalah para pemburu hadiah yang sedang menyamar. Setelah lama menjadi abdi masyarakat, sukar bagi seseorang untuk menjaga sikap dan tingkah lakunya agar sama seperti orang biasa, terutama ekspresi wajah, yang hampir mustahil tidak terlihat oleh siapa pun yang memperhatikannya. "Aku akan menyuruh mereka pergi sekarang." Meng Wei mengiyakan. Di bawah sudut sebuah atap yang menjuntai di atas jalan, ada seorang pengemis Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo botak kudisan dengan selembar genteng atap yang patah di tangannya. Waktu Meng Wei lewat, ia mengulurkan genteng atap itu, meminta uang. Apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah tendangan. Segera semua pemburu hadiah yang menyamar itu bergegas pergi. "Aku hanya menyisakan dua orang di sini," lapor Meng Wei. "Dengan demikian, bila terjadi sesuatu, mereka bisa digunakan sebagai kurir." Yang satunya adalah si pedagang yang berada di seberang jalan. Warungnya masih seperti semula, tapi pedagang itu telah digantikan oleh seseorang yang tidak begitu menyolok. Tapi yang satunya lagi siapa" "Song Hong semakin bagus akhir-akhir ini," Jin Jiu Ling memandang pada si pengemis botak. "Jaga dia baik-baik, dia akan hebat nantinya." Lu Xiao Feng akhirnya faham bahwa si pengemis botak kudisan itu adalah salah seorang dari mereka juga. Saat itu belum jam 9 malam, pada bulan Juli waktu terbenamnya matahari memang sedikit lebih lama, maka orang pun tidak perlu menyalakan lampu di dalam rumah. Sinar matahari terbenam terlihat menembus jendela, memperlihatkan sebuah ruangan yang penuh dengan lapisan debu. Sepertinya sudah lama tidak ada orang yang tinggal di dalamnya. Kondisi dan suasana kamar itu sangat mirip dengan kamar sebelumnya. Di dalam lemari ada 8 atau 9 stel pakaian yang berbeda-beda, di atas meja ada sebuah cermin, dan di samping meja ada sebuah ranjang kecil. Tidak ada yang menarik, dan juga tidak ada petunjuk yang ditemukan. Seakan-akan seluruh perjalanan ini cuma sia-sia belaka. Jin Jiu Ling menggendong tangannya di belakang punggungnya sambil berjalan mondar-mandir di tempat itu. Tiba-tiba, dengan Koleksi Kang Zusi 86 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sebuah gerakan yang cepat, ia melompat ke atas sebuah balok penyangga atap, menggeleng-gelengkan kepalanya, dan melompat turun lagi. "Di sini!" Meng Wei tiba-tiba berseru dari dapur. Waktu ia berlari ke luar, di tangannya telah ada sebuah kotak kayu berukuran kecil. "Di mana kau menemukannya?" Jin Jiu Ling tampak sangat bersuka-cita. "Di dalam perapian." Tempat itu benar-benar tempat yang amat baik untuk menyembunyikan sesuatu. Karena benda ini disembunyikan di sana, tentu ada rahasianya. Jin Jiu Ling tampaknya bermaksud untuk membuka paksa peti itu, tapi Lu Xiao Feng segera mencegahnya. "Hati-hati, mungkin ada perangkap di dalamnya." Jin Jiu Ling menimbang-nimbang berat kotak itu sebentar dan tersenyum. "Kotak ini benar-benar ringan. Jika ada pegas atau perangkap di dalamnya, seharusnya kotak ini sangat berat." Tentu saja ia merupakan orang yang selalu berhati-hati, kalau tidak ia tentu telah mati 20 kali sejak 10 tahun yang lalu. Pegas dan perangkap biasanya terbuat dari logam, yang tentunya akan memberi tambahan bobot yang cukup besar. Kotak itu tidak ada kuncinya, maka Jin Jiu Ling bisa membukanya dengan mudah. Tiba-tiba segumpal asap keluar dari dalam kotak. Jin Jiu Ling berusaha menahan nafasnya, tapi terlambat. Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dan membentur lemari. Lalu ia roboh ke lantai! Di dalam kotak itu tidak ada perangkap mekanis, tapi ada sebuah balon kecil yang terbuat dari perut ikan. Ketika kotak dibuka, jarum yang dipasang di tutup kotak akan menusuk balon dan segera mengeluarkan gas racun yang tersimpan di dalam balon. Walaupun berhati-hati dan berpengalaman, Jin Jiu Ling tidak mencurigai hal ini. Tergeletak di atas lantai, ia tampak seperti sebuah balon yang menggelembung. Seluruh tubuhnya membengkak, parasnya pucat pasi, dan di kepalanya terdapat sebuah goresan. Kepalanya tadi membentur lemari dan terluka. - Wajah kalian tertutup oleh pertanda buruk. Dalam tiga hari, kepala kalian akan dipecahkan oleh seseorang -. Hwesio Jujur memang jujur. Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam dan membuyarkan gas beracun itu dengan kibasan tangannya. Memikirkan kembali kata-kata Hwesio Jujur itu, hatinya tiba-tiba terasa agak dingin. Meng Wei tadi berlari keluar dari ruangan itu secepat yang ia bisa. Barulah setelah gas itu buyar, ia masuk kembali, sambil mendekap hidungnya. Sekarang Lu Xiao Feng membantu Jin Jiu Ling duduk dan melindungi jantungnya dengan tenaga dalamnya, berharap dapat menyelamatkan nyawanya. Meng Wei malah pergi dan memungut kotak itu, tampaknya ia lebih tertarik pada kotak itu daripada terhadap Jin Jiu Ling. Tapi kotak itu kosong, tidak ada apaapa di dalamnya. Setelah memeriksanya beberapa lama, tiba-tiba ia berseru. "Ini dia!" Rahasianya bukan berada di dalam kotak, tapi pada tutupnya. Jika memeriksa dengan cermat, orang bisa melihat bahwa di antara ukir-ukiran pada tutup itu ada sebuah tulisan kuno, yang berasal dari masa sebelum Kaisar Pertama. Totalnya ada 6 kata. "Pergi ke Ah-Tu, akan segera kembali." Semakin jelas, semakin tidak diperhatikan orang, semakin sukar pula menemukannya. Nyonya Pertama Gong Sun benar-benar memahami bagaimana caranya fikiran manusia berfungsi. Siapa yang memikirkan cara berkomunikasi seperti ini" - Ia menyuruh seseorang untuk memberi sesuatu pada Ah-Tu, karena Ah-Tu akan segera kembali. Tapi kepada siapa instruksi itu ditujukan" Apa yang harus diserahkan pada Ah-Tu" Siapa pula Ah-Tu" Pertanyaan-pertanyaan ini mustahil untuk dijawab saat ini. Koleksi Kang Zusi 87 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Ah-Tu, Ah-Tu...." Meng Wei mengerutkan keningnya dan bergumam pada dirinya sendiri. "Mungkinkah Ah-Tu yang itu?" "Kau kenal Ah-Tu?" Lu Xiao Feng bertanya, walaupun ia tahu jawabannya. "Di mulut jalan ada seorang pengemis, semua orang memanggilnya Ah-Tu." "Di mana dia sekarang?" "Supaya Song Hong bisa tinggal di sana dan menyamar sebagai dirinya, kami telah mengusirnya pergi." "Cepat, cari dia." Meng Wei segera hendak berlalu. "Tunggu sebentar." Meng Wei menunggu instruksinya. "Apakah ia tahu mengapa kalian mengusirnya pergi?" "Aku hanya mengatakan padanya bahwa ia tidak diijinkan mengemis di situ." Meng Wei menggelengkan kepalanya. Seorang pemburu hadiah sebenarnya tidak memerlukan alasan apa pun untuk mengusir seorang pengemis. "Bila kau menemukannya, segera beritahu aku. Tidak perduli apa pun, jangan biarkan dia tahu." "Ya, Tuan. Aku akan segera kembali setelah aku menemukannya." "Tidak usah kembali ke sini. Aku akan membawa Jin Jiu Ling ke tempat Shi Jing Mo. Jika kau menemukan sesuatu, pergi saja ke sana!" Shi Jing Mo adalah tabib paling terkenal di kota ini, tentu saja Meng Wei pun tahu hal ini. "Juga suruh orang-orangmu mencari debu dan menaburkannya di tempat kita tadi berada, pastikan debu itu kelihatan wajar." "Ya, Tuan." "Dan letakkan kembali kotak ini di tempat kau menemukannya." "Ya, Tuan." "Song Hong juga harus pergi dari sini, suruh orang lain yang berpatroli di mulut jalan. Mungkin ada baiknya juga menempatkan seseorang di halaman rumah sebelah, ia juga harus segera memberitahuku bila ada sesuatu yang mencurigakan!" "Ya, Tuan." Meng Wei berdiri di sana dan memandang pada Lu Xiao Feng, seolaholah ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Tapi waktu berjalan ke pintu, ia lalu berubah fikiran dan berpaling. "Jika Pendekar Besar Lu masuk Enam Pintu, maka kami semua terpaksa harus ke belakang untuk mengurus bayi saja." Ia berkata sambil tersenyum. ______________________________ Lu Xiao Feng pun cukup bangga pada dirinya sendiri. Caranya menangani keadaan yang genting benar-benar mengagumkan. Bahkan jika Jin Jiu Ling dalam keadaan sehat, ia tidak bisa berbuat lebih baik lagi daripada dirinya. Sayangnya, Lu Xiao Feng bukanlah seorang dewa, maka ada kejadian-kejadian tertentu yang tidak bisa ia duga sebelumnya. Shi Jing Mo tidak berada di rumahnya. Tabib ini biasanya suka berlagak sok penting dan sangat jarang pergi ke rumah pasiennya tapi merekalah yang harus datang kepadanya. Tetapi Majikan Serambi Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak 1 Rajawali Emas 06 Kitab Pemanggil Mayat Golok Bulan Sabit 12