Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 12
itu. Tapi gadis cantik jelita tersebut sudah
melepaskan belasan butir benda bulat itu, yang
meledak dan mengeluarkan asap beracun yang
sangat tebal. Untuk sejenak Cu Lie Seng tak berani
menorobos gumpalan asap beracun itu, demikian
juga halnya dengan Tong-mo dan yang lainnya.
Mendadak Giok Han merasa tangannya ditarik
seseorang, dan mendengar gadis itu berbisik di
dekatnya: "Ayo cepat menyingkir!" Dia juga
merasakan ada sesuatu yang dimasukkan ke dalam
mulutnya, sejuk sekali, dan lenyap perasaan pusing
dan mualnya. Dia merasa tangannya itu ditarik
terus, sehingga dia seperti terseret.
Rupanya mempergunakan kesempatan waktu
asap beracun itu bergumpal tebal, si gadis berusaha
menyelamatkan Giok Han yang ditariknya agar
meninggalkan tempat tersebut. Giok Han yang
pikirannya waktu itu melayang layang setengah
sadar karena terpengaruh asap beracun, hanya ikut
berlari saja. Setelah beberapa saat lamanya, rupanya obat
pulung yang sejuk yang tadi masuk ke dalam
948 mulutnya mulai bekerja, dia baru bisa mengerahkan
tenaga dalamnya, untuk berlari lebih cepat.
Tang San Siansu marah-marah mengibasngibaskan
lengan jubahnya, guna membuyarkan
gumpalan asap beracun. Dia batuk-batuk, berusaha
menahan pernapasannya. Sempat juga Tang San
Siansu memperingatkan murid dan kawankawannya;
"Tahan pernapasan, asap ini beracun!"
Angin telah membuat asap itu semakin lama
buyar semakin tipis, akhirnya tempat itu bersih dari
pengaruh asap dan mereka bisa melihat lagi dengan
jelas. Namun di situ sudah tak tampak Giok Han
maupun si gadis yang pandai melontarkan peluru
berasap yang mengandung racun. Bukan kepalang
marahnya Tang San Siansu.
"Kejar dan bekuk mereka!" Serunya. Dia juga jadi
kuatir, merasakan hatinya dingin sekali, ada
perasaan aneh yang menakutkan, kalau dia berpikir
Giok Han bisa lolos dari tangannya. Dia tahu,
ancaman sangat menakutkan kalau pemuda itu bisa
lolos dari tangannya. Keringat dingin mengucur dari
kening Tang San Siansu. Belum pernah dia merasa
gentar seperti saat itu. Karena dia menyadari bahwa
Giok Han menguasai semacam ilmu yang tampaknya
untuk menindih dan mengatasi Liong-beng-kun !
949 Cu Lie Seng dan yang lainnya sudah berusaha
mencari Giok Han dan gadis itu, tapi mereka tak
berhasil menemui kedua orang itu. Orang yang
mereka kejar seperti lenyap ke dalam perut bumi,
tak kelihatan bayangannya lagi. Lama juga setengah
harian Cu Lie Seng, Tong mo. Pak mo, Lam-mo dan
See-mo mencari Giok Han dan gadis yang
menolonginya, tapi usaha mereka gagal.
Dengan uring-uringan Tang San Siansu mengajak
mereka pulang, tapi sepanjang perjalanan pendeta
ini marah-marah tak sudah-nya, Cu Lie Seng dimaki
terus menerus dengan keras, dan diperintahkan
mencari jejak Giok Han dan gadis itu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Setelah berlari cukup lama, kesadaran Giok Han
pulih kembali. Pengaruh asap beracun yang tadi
sempat terhisap olehnya kini sudah berkurang. Dia
merasa malu tangannya digenggam oleh gadis
cantik disebelahnya, yang mengajaknya berlari.
Ditarik tangannya, tapi gadis itu menggenggam
kuat. Karena Giok Han menarik tangannya, gadis itu
menghentikan larinya. "Kita sudah lolos dari mereka
! Tempat ini jarang didatangi manusia !
"Menjelaskan si gadis.
950 Giok Han menoleh kekiri kanan. Ternyata dia
berada di sebuah lembah, yang memiliki
pemandangan sangat indah. Sejenak Giok-Han
terpukau oleh pemandangan yang ada di sekitar
tempat itu. Tadi dia tak memperhatikan
sekelilingnya, karena dia dalam keadaan
terpengaruh astp beracun. Sekarang setelah
pengaruh asap beracun itu lenyap, dia baru
menyadari bahwa dirinya berada di suatu tempat
yang demikian indah dan tertutup oleh tebing-tebing
yang sangat tinggi menjulang ke langit.
"Telanlah pil penawar racun." kata gadis itu
sambil mengulurkan tangannya memberikan dua
butir pil pada Giok Han. "Tadi sudah kau telan dua
butir pil sehingga kesehatanmu tak perlu dikuatirkan
lagi, tak membahayakan asap beracun yang sudah
kau hirup bersama dengan napasmu. Tapi, untuk
membersihkan badanmu dari pengaruh racun itu,
kau harus menelan lagi dua butir. Hayo, telanlah."
Giok Han menelan pil itu, tanpa ragu-ragu
menelannya. Kemudian dia merangkapkas
tangannya mengucapkan terima kasih. Hatinya
waktu itu sedang coba mengmgat-ingat, karena
rasanya dia sering mendengar suara sepeti si-gadis,
suara yang sering didengarnya, nadanya maupun
irama kata-katanya. Dia juga seakan-akan merasa pernah bertemu
dengan gadis ini, namun dia tak ingat entah di mana
pernah bertemu dengan ; adis di depannya, yang
951 demikian cantik, berpakaian mentereng dan mewah,
manis senyumnya, tajam matanya berbulu lentik
serta memiliki bentuk yang menarik.
Rambutnya yang hitam digelung dua merupakan
sanggul yang sangat rapi. Bibir-nya yang tipis selalu
tersenyum manis. Canggung buat Giok Han
berhadapan dengaa gadis secantik ini, kulitnya
begitu putih mulus dan seperti lapisan salju di
musim dingin saja. Suara gadis itu merdu, tapi suara
itu serasa dikenalnya, sering mendengarnya, tapi di
mana " Waktu dia memberi hormat, dia diam-diam
memperhatikan wajah si gadis.
Gadis itu tersenyum. "Kau masih pusing?"
tanyanya, halus. "Terima kasih, nona. Pil penawar racun yang
diberikan nona ternyata bekerja cepat sekali,
sekarang rasa pusing dan mual sudah lenyap, tapi . .
. mengapa nona menempuh bahaya menolongiku ?"
Gadis itu tersenyum. "Kau kira, hanya engkau
yang bermusuhan dengan Tang San si pendeia jahat
itu " Kau tahu, dia merupakan musuh besarku. Kau
mungkin saja memiliki dendam yang besar padanya,
tapi justeru dendamku melebihi besarnya dari
dendammu pada si pendeta jahat itu !"
Giok Han mengawasi gadis ini. Usianya masih
muda. Cantik jelita. Biasanya wanita cantik paling
pantang mempelajari ilmu silat. Giok Han tak
952 percaya bahwa gadis semuda ini memiliki
kepandaian tinggi, karena wanita paling kuatir kalau
tangan dan kakinya berobah jadi berotot-otot besar
dan kasar. Kenyataannya justeru gadis ini memiliki
kepandaian tinggi, ginkangnya juga cukup tinggi,
karena waktu tadi dia menyeretnya, dia bisa
membawanya lari begitu cepat, buat menyingkir dari
Tang San Siansu dan anak buahnya. karenanya,
diam-diam Giok Han merasa kagum pada gadis ini.
Sekali lagi kuucapkan terima kasih atas
pertolongan nona Terlepas apakah nona juga
menaruh dendam pada Tang San Siansu, aku telah
menerima pertolongan nona sehingga terlepas dari
kepungan mereka." "Jangan selalu bilang terima kasih! Ka-lau
memang tidak memiliki tujuan yang sama, yaitu
sama-sama memusuhi Tang San si pendeta jahat
apakah kau kira aku mau menempuh bahaya
menolongi kau?" bilang gadis itu sungguh-sungguh.
"Karena memiliki tujuan yang sama, maka aku
bersedia bersahabat dengan kau."
"Baiklah nanti kita menghadapi Tang San Siansu
bersama-sama. Dengan bekerja sama tentu kita bisa
menghadapi Tang San Siansu dan orang-orangnya
jauh lebih baik! Sebetulnya, bicara soal dendam, aku
tak mem punyai dendam apa-apa padanya, cuma
mempunyai tugas untuk membasmi dia karena
953 sepak terjangnya yang ganas dan ini atas perintah
guruku, sebab Tang San Siansu merupakan murid
murtad dari salah seorang di antara murid murid
guruku." "Tapi kau juga mau membantuku untuk
menghadapinya, bukan?"
"Tentu saja, sudah kuberitahukan bahwa aku
juga mempunyai tugas yang diberikan guruku untuk
membasminya. Kalau kau memang tak keberatan
nona, bolehkah kuketahui namamu" "
"Aku she Cang. Ayahku Cang O Han."
menjelaskan si gadis. Giok Han jadi merasa lucu, karena ditanya nama
kok malah memberi tahukan nama ayahnya.
Mungkin gadis ini keberatan buat memberi tahukan
namanya padanya. Dia tidak memaksa terus.
"Oya, kau belum lama yang lalu mempunyai
sahabat, bukan?" tanya gadis ini sambil
memperhatikan Giok Han yang tersenyum senyum
mengawasinya. Giok Han jadi heran, lenyap
senyumnya, "siapa sahabatku yang kau
maksudkan?" tanyanya.
"Hemm" sigadis tersenyum sinis "Kau mengakui
seseorang sebagai sahabatmu, tapi baru berpisah
beberapa hari saja sudah kau lupakan!"
954 "Maaf nona Cang, kalau kau tak memberitahukan
siapa sahabatku yang kau maksudkan, bagaimana
mungkin aku mengetahui siapa yang kau maksudkan
?" Gadis itu tak berkata apa-apa, dia memutar
tubuhnya, memandang tebing yang tinggi menjulang
ke langit, dia menggumam: "Benar. lidah tak
bertulang dan manusia selalu bicara manis. Sahabat,
sahabat, sahabat, tapi itu di mulut dan merupakan
kata-kata basa-basi sebagai pemanis.
Sesungguhnya, sulit sekali mencari sahabat sejati
didalam dunia ini !"
Giok Han tambah heran menyaksikan kelakuan
nona Cang, dia mengawasi dengan hati merasa tak
enak, karena itu mungkin menyangka dia berpurapura.
Tiba-tiba nona Cang memutar tubuhnya
mengawasi tajam pada Giok Han. "Sekarang kau
mempunyai sahabat berapa orang?" tanyanya.
"Tidak banyak. Hanya beberapa orang."
"Hanya beberapa orang " Tapi yang belakangan
ini orang yang menjadi sahahatmu itu ada beberapa
orang " Maksudku selama beberapa bulan terakhir
ini ?" Giok Han coba ingat-ingat. Kemudian: "Ada
beberapa orang." 955 "Siapa-siapa ?" tanya gadis itu, wajahnya
berobah. "Sahabatku yang pertama adalah seorang yang
sulit diketahui siapa dia sebenarnya, dia tak pernah
mau memberitahukan namanya dia juga berpakaian
kurang rapi, sebagai pengemis." menjelaskan Giok
Han. Si gadis memotong: "Seorang pengemis kotor
mesum mengapa harus kau akui sebagai sahabat "
Apa lagi kau bilang dia berpakaian jorok dan tidak
rapi, mesum sekali tentunya, mana pantas menjadi
sahabatmu ?" Giok Han cepat menggeleng. "Sahabat sejati
tidak melihat kaya-miskin, biar dia berpakaian tidak
rapi, tapi dia mempunyai pendirian dan sifat yang
gagah yang patut dikagumi. Tapi... tapi akhirnya
kuketahui dia seorang gadis...!"
Berkata sampai di situ, mendadak Giok-Han
menepuk tangannya dan berjingkrak seperti kaget
campur girang- "Ahhh. . Sekarang aku tahu ! Aku
tahu !" Gadis itu menatapnya heran, dia bertanya raguragu
:"Apa yang kau ketahui?"
"Aku sudah ketahui !" menyahut Giok-Han sambil
mengawasi gadis di depannya sambil tersenyumsenyum.
Kau adalah sahabatku itu ! Kaulah.. si
956 pengemis itu" Tapi berkata begitu Giok Han
menyesal sendirinya. Mana mungkin dia si pengemis
merupakan nona secantik dan berpakaian demikian
mewah" Tapi waktu menyebut si pengemis diketahui
pada akhirnya adalah seorang wanita, dia jadi
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
teringat akan suara si pengemis, yang nada dan
suaranya sama dengan nada suara gadis
didepannya. Memang waktu pengemis itu melarikan diri ketika
kopiahnya terpukul jatuh sehingga rambutnya turun
beriap, Giok Han tak bisa melihan jelas. Justru
merasa suara nona Cang sama dengan suara si
pengemis, dia jadi menduga begitu, namun dia jadi
menyesal serdiri. Tak mungkin gadis secantik nona
Cang mau berpakaian sebagai pengemis yang kotor
mesum seperti itu. Gadis itu sudah memandangnya sambil
tersenyum. "Kau bilang aku si pengemis sahabat
itu!" Giok Han memandang ragu-ragu, namun
akhirnya dia bilang bimbang: "Nona jangan marah,
tapi. .... suaramu sangat sama seperti sahabatku itu
!" "Coba kau perhatikan baik-baik, apakah aku mirip
sahabatmu itu ?" Giok Han memperhatikan si gadis. Diiihatnya pipi
si gadis memerah malu, berwarna dadu, menambah
957 mukanya semakin cantik saja. Dia ragu-ragu. Gadis
ini demikian cantik jelita, tak mungkin menganut
penghidupan sebagai pengemis. Pakaiannya
demikian mewah dan mentereng, memakai
perhiasan bermacam-macam berkilauan. Tapi,
bentuk dan tinggi tubuhnya memang hampir sama
dengan sipengemis. Dia jadi semakin ragu-ragu.
"Bagaimana" Miripkah aku dengan sahabatmu itu
"* tanya gadis itu lagi.
"Bentuk badan nona memang mirip dengan
bentuk badannya, juga tinggi tubuh nona... suara
nona juga sama, tapi.... mana mungkin sahabatku
itu adalah kau... kalian merupakan langit dan bumi,
satu dengan yang lainnya sangat berbeda.
Sahabatku itu adalah pengemis yang berpakaian tak
rapi, muka yang selalu kotor, sedangkan kau adalah
gadis... gadis yang cantik jelita dan... dan
berpakaian demikian bagus."
Pipi nona Cang berobah mendengar kata-kata
Giok Han yang secara tak langsung memujinya. Dia
sampai mendehem sambil menunduk. "Apakah
sahabatmu itu... secantik... secantik aku ?" tanya
nona Cang kemudian, suaranya perlahan.
"Aku tak melihat jelas mukanya, karena mukanya
sangat kotor corang-coreng oleh debu dan diapun
memakai kopiah. Waktu bertempur dengan orangorang
Cu Lie Seng, kopiahnya jatuh dan tampak
rambutnya panjang, tapi aku tak keburu melihat
958 jelas, dia sudah pergi meninggalkan aku. Sejak saat
itu kami tak pernah bertemu lagi."
"Bagaimana kalau sahabatmu itu sekarang
datang lagi, apakah setelah kau ketahui dia seorang
gadis, maka masih tetap akan menganggapnya
sebagai sahabatmu ?" tanya nona Cang sambil
mengawasi Giok Han sungguh-sungguh.
Giok Han bukan seorang yang tolol. Dia bahkan
seorang pemuda yang cerdas. Cuma saja, dia sering
merasa kikuk kalau berhadapan dengan seorang
gadis, apa lagi gadis yang cantik jelita. Dugaannya
semakin keras bahwa gadis ini adalah si pengemis.
Cuma dia masih ragu ragu belum berani
memastikannya. Dia mengawasi gadis ini tajam dan
cermat, sampai akhirnya dia bilang: "Seorang
sahabat sejati tentu tak melihat apakah dia kaya
miskin atau dia pria dan wanita, yang terpenting
adalah pengertian dan persahabatan yang murni,
karenanya kalau memang sahabatku itu datang dan
kami bertemu, tetap saja dia sahabatku."
Si gadis tersenyum. Manis senyum nona Cang,
dia bilang: "Kalau begitu kita tetap bersahabat.
Akulah si pengemis kotor mesum itu !"
Walaupun sejak tadi sudah memiliki dugaan
bahwa gadis didepannya ini, yang mempunyai suara
sama seperti suara si pengemis juga bentuk
tubuhnya, adalah sahabatnya itu, tapi tak urung
959 Giok Han jadi kaget juga. "Kau... kau benar
sahabatku itu ?" Si gadis tersenyum. "Kau tunggu di sini." Dia
kemudian berlari-lari menyelinap ke balik sebungkah
batu dipinggir tebing. Giok Han menunggu dengan
hati bertanya-tanya entah apa yang hendak
dilakukan nona Cang. Tak lama kemudian nona Cang
telah keluar kembali, tapi sekarang keadaannya
sudah berobah benar, karena yang muncul bukan
nona Cang yang cantik jelita dan berpakaian mewah,
melainkan seorang pengemis! Pengemis yang jadi
sahabatnya, yang selama ini telah menghilang tak
diketahui jejaknya. Mukanya kotor, kopiahnya dibeleseki sampai
menutupi keningnya, pakaiannya compang-comping.
Dia berjalan berlenggang lenggok menghampiri Giok
Han. "Nah, aku sahabat mu, bukan ?"
Giok Han mengawasi tertegun sejenak, tapi
tertawa keras. Dia girang bisa bertemu lagi dengan
sahabatnya ini, cuma yang tak disangkanya justeru
sahabatnya itu adalah seorang gadis yang cantik
jelita menawan hati yang disembunyikan di balik
pakaian yang compang-camping dan muka yang
kotor. "Nona Cang, kau rupanya selama ini
mempermainkan aku !" kata Giok Han tertawa.
960 "Jangan memanggilku nona Cang, bukankah
biasanya kau memanggilku dengan sebutan
"sahabat?" Mengapa sekarang kau robah cara
memanggilmu, apakah aku sudah tak menganggap
aku sebagai sahabatmu lagi ?"
Pipi Giok Han merah, dia tertawa. "Kau jangan
salah paham...aku...aku semula tak tahu siapa
namamu, maka aku menyebutmu dengan "sahabat"
selalu, sekarang setelah kuketahui namamu..."
"Sekarangpun kau belum mengetahui namaku."
Memotong si gadis. Giok Han tertegun, namun dia tertawa dan
mengangguk. "Benar, sampai sekarang aku belum mengetahui
namamu. Tapi.... namaku tentu kau sudah tahu.
Sekali lagi dalam kesempatan ini kuperkenalkan diri,
namaku Giok Han." "Namamu sudah kuketahui, berapa kali sudah
kau beritahukan padaku ! Sampai bosan
mendengarnya ! Dengan bicara seperti itu kau
hendak memancingku, agar memberitahukan
namaku. Kau jangan mimpi ! Aku tak mungkin dapat
kau pancing dengan cara seperti itu."
"Nona manis, jangan bilang begitu. Tentu saja
sebagai sahabat, aku harus mengetahui namamu."
Kata Giok Han tertawa. 961 Pipi nona Cang berobah merah, dia menunduk
malu mendengar Giok Han memanggilnya dengan
sebutan nona manis. Apa lagi didengarnya Giok Han
sudah bilang lagi: "Kalau kau tak mau memberitahukan namamu,
biarlah selanjutnya aku memanggilmu nona manis,
Nona manis yang baik, kemana saja selama ini kau
pergi, sampai aku mencari-carimu ke penjuru
tempat bercapai lelah tanpa menemukan jejakmu."
"Ihhh, mulutmu ternyata ceriwis. Kalau kau tetap
bersikap ceriwis, aku tak sudi bersahabat denganmu
lagi !" kata si gadis seperti mengambek.
"Nah, kalau kau tak mau aku memanggilmu
dengan sebutan nona manis, beritahukan dong
namamu." "Namaku jelek, nanti kau mentertawakan."
"Jelek atau bagus, tetap nama dari sahabatku.
Kalau ada orang yang berani mengejek dan
menghina nama sahabatku, pasti akan kuhajar
orang itu agar kapok!" kata Giok Han bersemangat.
Pipi si gadis berobah merah, biarpun mukanya
sudah dikotori oleh debu dan tanah tetap saja masih
tampak kecantikannya. Dia melirik dan berkata
malu: "Namaku .... In Bwee." Perlahan sekali
suaranya, hampir tak terdengar.
962 Mendadak si nona Cang jadi kaget, karena Giok
Han menjura berkali-kali padanya sambil berkata:
"Terima kasih nona Cang... terima kasih, kau sudah
mau memberitahukan namamu, itu tandanya kau
memang mau bersahabat denganku !"
Cepat-cepat Cang In Bwee menyingkir ke
samping tak mau menerima hormat Giok Han.
"Jangan begitu akh, seperti anak nakal saja kau...!"
Mulutnya cemberut, tapi hatinya senang sekali.
"Aku senang sekali mempunyai sahabat yang
cantik seperti kau !" bilang Giok Han polos, namun
pemuda ini cepat jadi menyesal, karena dia kuatir
nanti kata-katanya yang diucapkan setulus hati itu
bisa menyebabkan nona Cang salah paham dan
menganggapnya dia seorang yaug ceriwis dan
kurang ajar. "Bohong !" kata nona Gang sambil geleng-kan
kepala, "Aku tak percaya kau cuma bersahabat
denganku. Buktinya, kau mempunyai sahabat lain,
yang cantik manis, yang telah mentraktir kau makan
minum, yang tampaknya... tampaknya begitu
sayang padamu !" Berkata sampai di situ muka si gadis berobah
merah. Tampaknya malu dan sudah terlanjur
berkata demikian. Cepat-cepat da meneruskan:
"Perduli apa sahabatmu itu denganku... cuma aku
ingin mengingatkan padamu, bahwa kau juga
mempunyai sahabat-sahabat lain selain diriku."
963 "Maksudmu . . . nona Cu ?" tanya Giok Han.
"Ya, bukankah dia sangat cantik " Sangat manis
sikapnya padamu ?" "Dia memang sangat baik, tapi aku kurang...
kurang menyukainya."
"Mengapa " Dia sangat baik dan manis budi, juga
sangat cantik jelita."
"Dia she Cu, sama dengan she musuh besarku."
"Oooo ..." si gadis tak menggoda lebih jauh...
Siapa musuh besarmu itu ?"
"Cu Bian Liat..." menyahuti Giok Han dengan
sikap sengit, mukanya jadi bersungguh-sungguh dan
keras, matanya bersinar tajam, karena waktu itu
hatinya bergolak marah teringat keluarganya telah
dibinasakan dan dimusnahkan oleh orang she Cu
tersebut. "Oooo, Cu-kongkong itu ?" tanya Cang In
Bwee kaget. Giok Han mengangguk. Giginya berkeretekan,
karena dia gegetun sekali, "Benar, dia musuh
besarku. Dalam waktu dekat aku akan mengadakan
perhitungan dengannya !"
"Mengapa kau bermusuhan dengan orang
kepercayaan Kaisar ?" tanya Cang In Bwee tertarik.
964 Giok Han menghela napas, dia ragu-ragu, tapi
kemudian menceritakan apa yang telah menimpah
keluarganya. Cang In Bwee sekarang tak bersikap
ugal-ugalan seperti tadi, karena dia sekarang
memandang iba dan kasihan kepada Giok Han. Dia
juga kaget mengetahui Giok Han adalah satu
satunya keturunan Jenderal Giok Hu yang sangat
terkenal dan telah menjadi korban fitnah itu.
"Kalau begitu kita senasib. Keluargaku juga telah
dihancurkan tangan bengis seorang manusia sadis.
Aku pun sudah yatim piatu sejak kecil." Muka nona
Cang berubah muram dan sedih.
"Keluargamu juga dihancurkan seseorang ?"
tanya Giok Han yang sekarang jadi kaget.
Cang In Bwe mengangguk. "Ya, keluargamu
dihancurkan oleh Cu kongkong, keluargaku juga
dihancurkan tapi oleh orang lain, yaitu Tang San si
pendeta jahat itu ! Ayah ibuku dibinasakannya,
beberapa orang saudara ku, dua kakak laki-laki dan
tiga orang adik perempuanku telah dibinasakan
juga. Cuma aku seorang yang berhasil lolos dari
kematian, itupun berkat pertolongan guruku..."
"Keluargamu dihancurkan oleh Tang San Siansu?"
tanya Giok Han menegasi. "Ya. karenanya aku sekarang hendak membalas
sakit hatiku padanya!" Mengangguk nona Cang.
965 "Kau... kau tentu mau membantuku menghadapinya,
bukan?" Dengan bersemangat segera Giok Han
menyahuti. "Tentu saja aku mau membantumu.
Biarpun keluargamu dihancurkan Tang San-Siansu,
tapi yang harus bertanggung jawab adalah Cu Bian
Liat. Bukankah Tang San Siansu juga bekerja pada
keluarga Cu itu, menghamba dan menjadi guru
puteranya Cu Bian Liat, yaitu Cu Lie Seng."
Cang In Bwee berjingkrak dengan muka merah
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padam, dia berseru bersemangat. "Tang San si
pendeta jahat dan Cu Bian Liat memang harus
dibasmi, mereka berdua sama-sama manusia berhati
iblis, yang selalu mencelakai orang lain!"
Kemudian dia menoleh pada Giok Han, katanya
lagi: "Kalau begitu, kita akan bekerjasama untuk
membasmi kedua orang itu."
Giok Han mengangguk bersemangat sekali
menghampiri si gadis, menggenggam tangan Cang
In Bwee. katanya dengan gagah: "Ya aku akan
bekerjasama dengan kau untuk membasmi Tang San
Siansu dan Cu Bian Liat."
Mendadak Giok Han ingat dia telah memegang
tangan si gadis, mukanya jadi merah dan cepatcepat
melepaskan, Sedangkan Cang In Bwee waktu
dipegang tangannya, pipinya terasa panas, dia malu
bukan main, tapi tak ditariknya tangannya dibiarkan
966 si pemuda memegangnya, sampai akhirnya si
pemuda melepaskan genggamannya itu. Tangan
yang sangat hangat sekali.
"Maaf," kata Giok Han sambil menunduk malu.
"Aku terlalu lancang dan kurang ajar berbuat tak
sopan." Cang In Bwee menggeleng. "Kau adalah
sahabatku," katanya menghibur. "Kau seorang
sahabat yang baik, aku percaya kau tak mempunyai
tujuan-tujuan yang buruk, sejak pertama kali kulihat
segera kutahu kau adalah seorang yang baik hati
seorang laki-laki jantan! Tapi aku menyesal telah
mempermainkanmu, aku ingin minta maaf padamu."
"Mempermainkan aku" Kapan dan bagai mana
kau mempermainkan aku?" tanya Giok Han heran.
"Aku pernah membuat kau pusing dan terheranheran,
karena pelayan rumah penginapan telah
kuberikan sejumlah uang dan membayarkan semua
makan dan menginapmu di rumah penginapan
tersebut, dengan demikian selalu membuat kau
heran karena selalu ada orang yang telah
membayarkan makanmu."
"Oooooh kalau begitu yang selama ini
mempermainkanku adalah kau!" berseru Giok Han.
Meudadak dia tertawa dan menepuk jidatnya.
"Benar-benar aku tolol!"
967 "Apa yang kau tertawakan?" tanya Cang In Bwee.
"Aku benar-benar tolol! Kalau siang-siang aku
tahu yang membayarkan makanku dan juga
mengaku sebagai calon... calon isteriku adalah kau,
tentu aku tidak akan... tidak akan repot-repot
menyelidiki, akan menerimanya dengan girang!"
Setelah berkata begitu Giok Han nyengir.
Muka Cang In Bwee berobah merah, dia
melengos. "Kalau mulai ceriwis, kalau kau berani
ceriwis lagi, aku tak akan meladenimu !"
"Tidak berani lagi, nona manis. Kau adalah
sahabatku, bukankah wajar seorang sahabat
membayarkan makan sahabatnya?" kata Giok Han
cepat, karena dia tahu si gadis merasa malu dan
canggung. "Aku berterima kasih sekali padamu
karena telah membayarkan semua makanku.
Sayangnya waktu itu aku tak mengetahui, sehingga
tak bisa cepat-cepat mengucapkan terima kasih
padamu." "Sudah jangan menggodaku terus. Sekarang kita
harus memikirkan dengan cara apa harus
menghadapi Tang San si pendeta jahat. Dia memiliki
ilmu yang sangat tinggi dan bukan lawan yang
mudah dihadapi." 968 "Nanti akan kita rundingkan caranya yang
terbaik. Sekarang kau ceritakan dulu mengapa
keluargamu dicelakai Tang San Siansu?""
Muka si gadis berobah murung, namun dia
menceritakan juga riwayatnya. Sambil bercerita, air
matanya sudah berlinang membasahi pipinya dan
jatuh tetes demi tetes. Ternyata Cang Ing Bwee puteri Cang Ce Han,
seorang tokoh persilatan yang sudah menyimpan
pedang dan mengundurkan diri. Tetapi siapa tahu,
pada malam malapetaka itu, muncul Tang San
Siansu dengan anak buahnya membasmi keluarga
Cang. Sebagai seorang kiam-kek (ahli pedang) tentu
saja Cang Ce Han tak mau berdiam diri begitu saja,
segera memberikan perlawanan dan dia terbinasa di
tangan Tang San Siansu. Sedangkan isterinya dan
lima orang anaknya dibinasakan oleh anak buah
Tang San-Siansu. Dari keenam orang anaknya, hanya Cang Ing
Bwee yang berhasil lolos, karena waktu terjadi
keributan dan malapetaka yang menimpa keluarga
Cang, kebetulan Toat-beng-sinciang berada di situ,
dan segera melarikan Cang In Bwee, lolos dari
tangan maut Tang-San Siansu.
Toat-beng-sin-ciang berada di rumah keluarga
Cang karena sedang bertamu, dia sahabat Cang Ce
969 Han. Dia rasa tak sanggup menghadapi Tang San
Siansu, dia segera meloloskan diri bersama Cang In
Bwee. Hal inilah yang seringkali disesalkan oleh
Toat-beng-sin ciang karena dia menyesal tak bisa
membantu temannya menghadapi rombongan Tang
San Siansu yang begitu banyak dan semuanya
memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Berhasilnya lolos Cang In Bwee menyebabkan
keluarga Cang tak putus keturunan, dia dirawat oleh
Toat-beng-sinciang, yang sejak terjadi peristiwa itu
telah menyembunyikan diri dan tak muncul lagi
dalam rimba persilatan, karena seluruh perhatian
dicurahkan buat mendidik Cang In Bwee.
Dia juga telah menciptakan beberapa jurus
pukulan baru, untuk muridnya ini. Waktu itu Cang In
Bwee baru berusia 8 tahun, selama delapan tahun
dia belajar di bawah gemblengan gurunya.
Kemudian dia turun gunung, selama dua tahun dia
menyelidiki jejak Tang San Siansu, akhirnya
berhasil. Dia seorang gadis yang nakal, dia sengaja
berpakaian sebagai pengemis untuk mencegah
kerewelan karena dia memiliki wajah sangat cantik
dan bentuk tubuh sangat bangus. Gurunya yang
perintahkan dia selama mengembara agar
menyamar sebagai pengemis kotor dan mesum.
Dengan cara demikian memang Cang In Bwee tak
pernah bertemu kerewelan. Sebagai pengemis kotor
970 dan mesum tentu saja tak ada pemuda-pemuda atau
laki-laki mata keranjang yang menggodanya.
Namun. kalau memang ada juga orang yang
berbuat kurang ajar dan tak pantas padanya. Cang
In Bwee sendiri tidak gentar, dia sudah memiliki
kepandaian tinggi, baru jago-jago tanggung pasti
dapat dirobonkannya. Apa lagi gurunya telah
mengajarkan padanya berbagai cara
mempergunakan racun, sehingga dia selamat tak
pernah memperoleh kesulitan !
Justeru di saat dia mengendus dan mulai
munemukan jejak Tang San Siansu. ia berkenalan
dengan Giok Han, dengan cara perkenalan yang
aneh, di mana Cang In Bwee mempermainkan Giok
Han. Senang si gadis melihat Giok Han kepusingan dan
bingung mencari-cari orang yang telah
mempermainkannya. Sampai akhirnya dia melihat
Giok Han bentrok dengan Siangkoan Giok Lin, dia
segera mengajak si pemuda untuk memberitahukan
apa yang selama ini dilakukan Siangkoan, Giok Lin.
Siapa nyana belum lagi dia sempat menjelaskan,
telah datang Cu Lie Seng dan anak buahnya yang
semuanya berkepandaian tinggi, sampai akhirnya
Cang In Bwee berpisah dengan Giok Han. Sekarang
urusan telah jadi jelas dan terang, dia melihat juga
Giok Han memang seorang yang baik dan jujur.
971 Dia sempat mengawasi secara diam-diam waktu
Giok Han ditraktir makan oleh Cu Siauw Hoa.
Hatinya mendongkol dan diam-diam merasa ada
sesuatu perasaan aneh yang tak diketahuinya apa
namanya padahal perasaan cemburu, yang sempat
bersemayam di hatinya. Entah mengapa pemuda itu
sangat mengusik hatinya, diam-diam dia menyukai
Giok Han. Justeru perasaan menyukai seperti itulah yang
akhirnya timbul sifat-sifat kewanitaan Cang In Bwee.
Setiap wanita tentu akan berusaha sekuat tenaga
agar ia sangat cantik jelita dan menonjolkan
kelebihan-kelebihannya di mata orang yang
disukainya, dan demikian juga dengan Cang In
Bwee. Karenanya dia telah melepaskan pakaian yang
selama ini dipakainya dalam menyamar sebagai
pengemis, dia berpakaian rapi sebagai seorang
gadis, yang memang cantik jelita dan muncul di
depan Giok Han sebagai gadis jelita !
Sambil menyusut air matanya Cang In Bwee
menyudahi ceritanya. Tentu saja dia tak
menceritakan apa yang dirasakannya terhadap Giok
Han, cerita tentang keluarganya itulah yang
menimbulkan kesedihan hatinya Giok Han jadi sibuk
menghiburnya. Tapi semakin dihibur oleh Giok Han,
bukannya berhenti air mata si gadis, bahkan jadi
semakin deras mengucur keluar, karena dia jadi
972 semakin sedih menerima perlakuan yang sedemikian
manis dari sahabatnya, pemuda yang disukainya.
Giok Han sampai bingung dan kelabakan sendiri,
karena semakin dihiburnya gadis uu jadi semakin
sedia saja tangisnya, karena bingungnya Giok Han
sampai diam dan bengong saja, mengawasi si gadis
menangis. Justeru Giok Han bengong mengawasi dengan
mata terbuka lebar-lebar karena kebingungan,
mendadak Cang In Bwee mengangkat kepalanya dan
tertawa, padahal air matanya masih mengucir keluar
dan pipinya masih basah. Dia merasa lucu melihat
sikap Giok Han. "Kenapa kau bengong seperti patung saja "!"
tanya si gadis lucu campur mendongkol. Apakah ada
yang aneh di tubuhku " Atau ada yang tak lengkap
di badanku " Mataku mungkin picek sebelah, atau
mulutku tak benar letaknya miring ke samping ?"
Giok Han kaget cepat-cepat menggeleng.
"Bukan... bukan begitu. Aku bingung kau menangis
terus menerus. Rasanya aku jadi ingin ikut
menangis." "Kalau kau mau ikut menangis, mengapa tak ikut
menangis?" "tanya sigadis bertambah lucu. "Ayo.
menangislah!" 973 "Dan dia jadi tertawa sendirinya setelah
mengajurkan begitu. Giok Han juga tertawa "Air mataku tapi tak mau
keluar." justeru karena tertawa geli terus menerus,
malah air mata Giok Han sampai keluar !
Mereka jadi merasa dekat dan senasib,
merekapun jadi akrab di waktu itu, karena, mereka
segera tahu bahwa mereka mempunyai musuh yang
sama yaitu Cu-kongkong Cu Bian Liat dan Tang San
Siansu. Mereka berdua sudah bertekad hendak bekerja
sama untuk membasmi musuh guna membalas sakit
hati mereka. Kemudian kedua muda-muda ini
meninggalkan lembah itu sambil merencanakan apa
yang hendak mereka lakukan terhadap musuh besar
mereka... ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Malam itu bulan bersinar cukup terang
berkilauan, sinarnya seperti cahaya yang membias
ke sekitar tempat itu, yaitu sebuah jalan raya yang
cukup lebar ditengah-tengah kota, beberapa orang
penduduk kota ada juga yang tengah duduk-duduk
di halaman depan rumah masing-masing, untuk
memperoleh hawa sejuk di malam yang kering
tersebut. sambil menggoyangkan perlanan-lahan
974 kipasnya dan ada juga yang menikmati keindahan
bulan dan udara malam sambi! menghisap
huncwenya. Serombongan orang berkuda tampak menyusuri
jalan itu, jumlah serombongan itu cukup banyak,
mungkin lebih empat puluh, Dan pakaian mereka
jelas semuanya tentara kerajaan. Tentu saja
beberapa orang penduduk yang sedang beranginangin
di muka halaman rumahnya jadi kaget dan
heran. Mereka yang takut dan bernyali lemah segera
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat-cepat masuk ke dalam rumah, sedangkan
beberapa orang yang agak berani, tetap di halaman
rumahnya mengawasi bimbang entah apa yang
hendak dilakukan rombongan tentara kerajaan
tersebut. Rombongan tentara kerajaan itu berhenti didepan
sebuah rumah tak begitu besar, yang pintunya
tertutup rapat-rapat. Salah seorang dari rombongan
pasukan kerajaan itu meloncat turun, berbisik-bisik
pada seorang bertubuh tinggi besar berpakaian
sebagai perwira, orang itu mengangguk angguk dan
kemudian orang yang tadi meloncat turun dari
kudanya menghampiri pintu rumah. Menendang
kuat-kuat pintu itu sambil berseru: "Buka pintu,
kami pihak berwajib"
Pintu terbuka dan keluar seorang laki-Iaki tua
berusia hampir enampuluh tahun dengan tubuh agak
975 bungkuk dan kumis jenggot yang sudah memutih,
sikapnya takut takut dan gugup, dia bertanya
bingung: "Ada... ada apa, taijin ?"
Tentara kerajaan yang seorang itu tak menyahuti,
cuma mendorong kuat-kuat daun pintu sampai
orang tua itu ikut terdorong terhuyung hampir jatuh.
"Mana pemberontak itu" Kau jangan
menyembunyikannya kalau tak mau celaka!"
bentaknya. "Pemberontak " pemberontak apa taijin" Aku....
aku benar-benar tak tahu, taijin..." Tapi dia tak bisa
meneruskan perkataannya, karena tangan tentara
itu sudah menghajar mulutnya keras sekali sampai
dia terhuyung. Tentara kerajaan tersebut melangkah
masuk, tapi waktu itulah dia menjerit kuat-kuat,
tubuhnya mundur beberapa langkah dengan mata
terbuka lebar-lebar. Darah sudah menyembur dari
perutnya yang tertembus sebatang pedang,
kemudian dia terjungkel rubuh tak bernapas lagi.
Jilid ke 22 Orang tua berjenggot dan kumis sudah memutih
itu, yang tadi tampak lemah dan ketakutan,
sekarang justeru sudah berdiri tegak di depan pintu
dengan pedang tergenggam di tangannya, sikapnya
gagah sekali. 976 Tentara kerajaan yang lain jadi kaget dan marah,
mereka segera lompat turun dari kuda masingmasing
menyerbu ke pada kakek tua tersebut,
dengan senjata telanjang siap mengeroyok. Tapi
waktu itu orang yang berpakaian sebagai perwira,
yang tadi dibisiki oleh tentara kerajaan yang sudah
menggeletak tak bernyawa karena perutya dilobangi
oleh mata pedang kakek itu, sudah berseru:
"Biarkan aku yang menghadapinya!" Suaranya
belum habis tubuhnya sudah melayang di tengah
udara, dia bukan meloncat turun dari kudanya ke
tanah, melainkan tubuhnya melambung dari
punggung kudanya dan hinggap di tanah tepat di
depan pintu rumah kakek itu, bahkan tangan
kanannya menyambar dengan kecepatan luar biasa
seperti cakar naga yang hendak merampas pedang
ditangan kakek tersebut. Kakek tua itu ternyata memiliki kepandaian yang
tinggi, karena tadi dia cuma pura-pura ketakutan
dan bingung, waktu tentara kerajaan yang seorang
hendak memaksa masuk rumahnya, dia telah
membarengi dengan tikaman pedang, pedangnya itu
memang telah disimpannya di balik jubahnya ketika
hendak membukakan pintu. Sekarang melihat perwira kerajaan tersebut
melompat menubruk ke arahnya sambil tangannya
diulurkan untuk merampas pedangnya, dia tidak
tinggal diam. Gesit sambaran tubuh perwira
kerajaan tersebut tangannya juga sangat sebat.
977 Tapi pedang si kakek tua inipun sangat cepat. Dia
segera menggeser kedudukan pedangnya yang
diturunkan kebawah dengan pundak yang
direndahkan mempergunakan jurus: "Seng Lo Ko
Goan" atau "Bintang jatuh ditanah Tinggi", kemudian
pedangnya ditegakkan dengan mata pedang
menghadap keatas siap menerima perut si perwira
kerajaan tersebut. Tapi perwira kerajaan itu benar-benar sangat
tangguh dan berkepandaian tinggi, karena dia
tertawa dingin, kemudian cepat sekali tangannya
yang batal menyerang itu di tarik pulang, tahu-tahu
kaki kanannya menendang ke pergelangan tangan si
kakek yang kena jitu sekali, tampai kakek tua itu
terkejut merasakan tangannya tergetar keras,
pedangnya seperti mau terlepas dari
genggamannya. Yang membuat kakek tua tersebut lebih kaget
lagi justeru pada saat itu tampak tangan kiri
lawannya sudah menyambar ke-arah dadanya. Dia
tak bisa diam saja karena kagetnya, harus
menyelamatkan dadanya yang hendak dicengkeram.
Maka dengan jurus "Yauw Cu Hoan Sin" atau
"Elang Membalikkan Badan", dia segera menggeser
sambil memutar badan bagian atas, untuk
menghindarkan cengkeraman tangan lawan, Justeru
apa yang dilakukannya itu melakukan kekeliruan
yang tak disangkanya, karena begitu dia
memiringkan tubuhnya kesamping, saat itulah
978 tangan kanan lawannya bergerak lagi, tahu-tahu dia
merasakan tenaga genggaman pada pedangnya jadi
lenyap, entah bagaimana caranya perwira kerajaan
itu sudah berhasil merampas pedangnya, yang
pindah ke tangan si perwira tersebut.
Bahwa tangan kiri siperwira kerajaan itu tahutahu
berobah arah menyambar kesamping maka tak
ampun lagi dada kakek tua itu kena digempur keras,
sampai dia terhenyak dan terpental dengan
punggung menghantam tembok dan benturan itu
sangat keras sekali! Darah segera terpancur keluar dari mulutnya,
muntah cukup banyak. Si perwira kerajaan yang
berhasil merampas pedang kakek itu berdiri
mengejek, dia tak meneruskan serangannya,
membolang-balingkan pedang itu, kemudian
"trskkknggg!" pedang itu dipatahkan menjadi dua
potong dan membuangnya ke tanah. Dengan sinis
dia berkata : "Apakah kau masih mau melindungi
pemberontak itu " Tidak mau cepat-cepat
mengeluarkan pemberontak itu ?"
Kakek tua itu biarpun sudah tak bersenjata
pedang, juga terluka cukup parah, dengan mulut
berlumuran darah memaksakan diri mengempos
seluruh sisa tenaga yang masih ada, dia tahu-tahu
menubruk sangat cepat sekali, untuk menerjang
kepada lawannya, dia bermaksud untuk mengadu
jiwa. 979 Sepasang tangannya diulurkan untuk
mencengkeram dada lawannya. Apa yang di
lakukannya benar-benar merupakan tindakan yang
sangat nekad, karena dia tidak mengadakan
perlindungan dan penjagaan untuk dirinya, di mana
dia rupanya memang bermaksud untuk mati
bersama dengan lawannya. Cara mengadu jiwa seperti yang dilakukan oleh
kakek tua tersebut merupakan perbuatan yang
sudah benar-benar nekad, karena dalam berbagai
hal umumnya seseorang yang nekad, masih
melakukan suatu gerak pukulan untuk melindungi
juga tubuhnya dari kemungkinan serangan lawan.
Si perwira kerajaan tak gentar melihat kenekatan
lawannya, karena dia hanya berdiri diam di
tempatnya, kemudian dengan cepat dia
mempergunakan tangan kanannya untuk menyentil
waktu melihat serangan lawan sudah hampir tiba, di
saat itulah terjadi suatu peristiwa yang benar-benar
mengejutkan. Kakek tua yang nekad dan hendak mengadu jiwa
itu tak berhasil dengan serangannya, karena dia tak
bisa mendekati lawannya, sentilan jari tangan
perwira kerajaan tersebut membuat dia terjangkang
rubuh, sebab yang disentil oleh perwira kerajaan
tersebut adalah titik jalan darah yang berbahaya di
pelipisnya ! 980 Tidak ampun lagi tubuh kakek tua itu terjungkal
rubuh terjengkang ke belakang, bersamaan dengan
itu berkelojotan di lantai dengan mata mendelik
terbuka lebar-lebar, dadanya bergerak-gerak keras,
kemudian diam tak bergerak.
Si perwira kerajaan telah memberi isyarat kepada
beberapa orang tentara kerajaan yang sedang
berdiri menanti perintahnya. Tak ayal Iagi lima
orang tentara kerajaan sudah menyerbu masuk ke
dalam rumah dengan senjata terhunus, bersamaan
dengan itu mereka menjerit, dua orang di antaranya
terpental, karena dari dalam telah menerobos,
keluar seorang laki laki bertubuh tinggi tegap
dengan lumuran darah di beberapa tempat di
anggota tubuhnya, menerjang keluar sambil
mengayunkan goloknya ke kiri kanan. Goloknya
itulah yang menyebabkan beberapa orang tentara
terjungkel rubuh dan menjerit karena terluka pada
lengannya. Sisa tentara kerajaan yang lain, tiga orang,
cepat-cepat menerjang dengan senjata masing
masing. Tapi, orang bersenjata golok tersebut dapat
menangkis dengan goloknya, sehingga pedang
ketiga orang tentara kerajaan itu terpental keras,
berbareng dengan itu golok orang tersebut telah
menabas perut salah seorang tentara kerajaan yang
ada di sebelah kanan, seketika terjungkel dan mati
tak bergerak. 981 Dua orang tentara kerajaan yang lain segera
meloncat ke samping. Orangbersenjati golok
tersebut telah meloncat menerjang ke pintu hendak
menerobos keluar. Di saat itulah tahu-tahu ada tangan yang
menyambar, dan golok ditangan orang itu kena
dirampas dengan mudah. Bahkan, sebelum orang
bersenjata golok tersebut tahu apa-apa, tubuhnya
terpental karena dadanya terasa sakit kena
digempur oleh tangan yang menyambar sangat kuat,
dia terjengkang dan terlempar.
Orang bersenjata golok itu, walaupun sudah
terampas goloknya dan dia sendiri kena dihajar
terpental, cepat bukan main dia telah meloncat
berdiri lagi, dengan gesit menerjang kalap kepada
orang yang telah merubuhkannya tadi, yang tak lain
adalah perwira kerajaan yang tadi sudah
merobohkan si kakek. "Cun Siang... lari... jangan layani. lari dari
belakang ! "Kakek tua yang tadi telah dirobohkan si
perwira kerajaan, masih sempat berseru dengan
suara perlahan lemah menganjurkan kepada orang
yang bersenjata golok itu agar melarikan diri.
Namun peringatannya itu sudah terlambat, sebab
waktu itu tampak si perwira kerajaan sudah
meloncat ke depan, ketika orang bersenjata golok
itu henddk menerjang nekad, dia telah didahulukan
oleh perwira tersebut, yang mencengkram pundak
982 orang tersebut, golok rampasannya menabas lengan
kanan orang itu yang seketika tertabas buntung
sebatas siku, pundaknya memperdengarkan suara
"krekkkkkk . . .krakkkkkkk... !" Tulang pipe (tulang
selangkahnya) jadi hancur kena remasan tersebut,
dan orang itu lunglai rubuh di lantai. Tapi tidak
terdengar suara jeritannya, dia masih berusaha
merangkak bangun untuk mengadu jiwa pada si
perwira. Tapi perwira itu tertawa keras. "Kau masih
penasaran dan hendak mengadakan perlawaran ?"
ejeknya. "Baik, aku ingin melihat sampai sejauh
maca kenekadanmu. "Berdirilah !" Setelah mengejek begitu, si perwira
kerajaan itu berdiri menantikan orang tersebut, yang
tadi dipanggil si kakek dengan sebutan Cun Siang.
Beberapa orang pasukan tentara kerajaan sudah
ada yang masuk, mereka bersiap sedia. Tapi tanpa
perintah dari perwiranya, mereka tak berani
menyerbu untuk membekuk Cun Siang. Cuma berdiri
diam mengawasi saja. Sedangkan Cun Siang sudah merangkak berdiri,
mukanya bengis penuh dendam, mukanya itu penuh
luka-luka goresan senjata, banyak mengeluarkan
darah, begitu juga luka dibeberapa anggota tubuh
lainnya, ditambah oleh tangannya yang baru saja
tertabas putus oleh goloknya sendiri yang dirampas
983 oleh si perwira kerajaan itu. maka darah yang keluar
terlalu banyak. Biarpun hatinya tabah dan dia nekad sekali,
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akibat kekurangan daran tenaganya sudah tak ada,
dia cuma bisa berdiri dengan kaki gemetar, mata
seperti juga hendak meloncat keluar dari rongga
matanya dan mulutnya digigit kuat-kuat untuk
menam m ^isa tenaganya. Tapi tanpa si perwira kerajaan turun tangan, dia
sudah terjungkel rubuh kembali...
Si perwira kerajaan mendengus, dia mengibaskan
tangannya dan beberapa orang tentara kerajaan
telah meloncat maju untuk membekuk orang itu,
yang diringkus kasar sekali.
Si perwira jalan berlenggang keluar dari rumah
itu. Namun waktu melewati si kakek tua, mendadak
kakek tua yang sudah payah keadaannya dan masih
menyender di tembok, sudah menerjang dengan sisa
tenaga terakhir dia ingin mencekik batang leher si
perwira, tapi belum lagi kedua tangannya yang
hendak mencekik itu mengenai leher si perwira saat
itulah mata si kakek mendelik, mulutnya terbuka
dan mukanya memperlihatkan kesakitan yang hebat,
dia mengejang kaku dengan dengan kedua tangan
terangkat tinggi-tinggi, kemudian rubuh terkulai.
Rupanya golok di tangan si perwira sudah
menancap diperutnya... dia kalah cepat dengan si
984 perwira, karena sebelum bisa mencekik, justeru
golok lawannya sudah menghunjam perutnya.
Napasnya seketika putus. Si perwira melangkah keluar tanpa menoleh
kepada kakek tua yang sudah jadi mayat, dia
meloncat ke atas kudanya, sedangkan orang yang
tadi bersenjata golok dan sekarang sudah jadi
tawanan sudah digusur oleh beberapa orang tentara
kerajaan, keluar dari rumah itu.
Orang itu, Cun Siang, masih berusaha
memberikan perlawanan Tangannya yang tinggal
satu masih berusaha memukul tentara yang
menyeretnya, tapi tenaganya sudah habis, dia tidak
bisa berbuat apa-apa. karena tubuhnya diseret terus
keluar... darah mengucur keluar dari tangannya
yang buntung... dan dia didorong terguling-guling di
tanah. "Ikat pinggangnya dan seret oleh kuda!" Perintah
si perwira. Dua orang tentara kerajaan segera meloncat ke
dekat tawanan mereka, mengikat pinggang orang itu
dengan seutas tambang yang sangat besar dan
panjang, juga kedua tangan Cun Siang. Cuma kedua
kaki Cun Siang yang dibiarkan tak terikat, karena dia
mau diseret kuda dan harus berlari-lari mengikuti
kuda yang akan menyeretnya.
985 Keadaan Cun siang sudah lemah terlalu banyak
darah yang dikeluarkan. Hatinya pun sedih bukan
main, karena melihat kakek tua pemilik rumah itu
sudah jadi korban keganasan si perwira kerajaan,
sehingga menemui kematian dengan cara yang
begitu mengenaskan. Dia sendiri memang dalam keadaan luka parah
waktu minta menumpang di rumah kakek itu, untuk
berobat. Tapi siapa tahu jejaknya sudah diendus
oleh pasukan kerajaan yang memang hendak
menangkapnya, berakhir dengan kematian kakek
itu. "Geledah rumah ini perintah perwira kerajaan itu
sambil menghampiri kudanya dan meloncat naik
kepelana kudanya, duduk di situ mengawasi kerja
anak buahnya. Enam orang tentara kerajaan
menyerbu ke dalam rumah untuk memeriksa.
Akhirnya mereka keluar kembali sambil menyeret
seorang wanita yang dalam keadaan terluka parah
serta sudah tak bertenaga. Wanita itu baru berusia
antara duapuluh empat atau duapuluh lima tahun,
dia dicampakkan sampai terjerambab di tanah
dengan tubuh berlumuran darah. Tapi, sedikitpun
tak terlihat rasa takut di mukanya, karena wanita itu
mengawasi si perwira dengan sorot mata penuh
kebencian. "Hemmmm, dua penjahat sudah berhasil
ditangkap!" menggumam si perwira. "PemberontakKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
986 pemberontak yang pasti menerima hukuman mati!
Ikat dan seret juga wanita itu dengan seekor kuda!"
Perintah itu segera dilaksanakan, kedua tangan
wanita itu diikat oleh seutas tambang, begitu juga
pinggangnya yang diikat oleh seutas tambang
lainnya. Cuma kedua kakinya yang dibiarkan tak
terikat. "Seret mereka!" perintah si perwira, kuda yang
ditunggangi segera diputar untuk mengajak
pasukannya meninggalkan tempat itu. Sedangkan di
kejauhan satu dua orang penduduk menyaksikan
dengan perasaan sedih dan takut melihat tindakan
para tentara kerajaan yang demikian sadis dan
ganas. Cun Siang dan wanita itu, kedua-duanya dalam
keadaan terluka cukup parah, diseret berlari-lari di
belakang kuda yang menarik tambang yang
mengikat tubuh mereka. Walau-pun sudah tak
memiliki tenaga lagi, kedua orang itu masih tetap
harus berlari lari, disamping itu kalau mereka sudah
benar-benar tak kuat berlari, tubuh mereka terseret
oleh lari kuda yang tidak perlahan.
Waktu itu, mendadak dari samping rumah
seorang penduduk meloncat dua sosok tubuh yang
menghadang di tengah jalan raya, menahan
jalannya pasukan kerajaan. Kedua orang itu
sepasang muda-mudi, mereka tak lain Giok Han
berdua dengan Cang In Bwee.
987 Kebetulan mereka menyaksikan perbuatan kejam
pasukan kerajaan terhadap kedua orang yang
tengah diseret oleh dua ekor kuda, maka tak pikir
panjang Giok Han segera hendak menolongi kedua
orang itu. Cang Ing Bwee tak menghalangi, karena
diapun gusar melihat keganasan pasukan kerajaan
yang bertindak semena-mena.
Muka si perwira berobah melihat dua o-rang
menghadang jalan maju dia dan pasukannya. Segera
dia Keprak kudanya maju mendekati kedua orang
itu. "Menyingkir kalau tak mau ditabrak kuda !"
Bentak perwira tersebut garang. Dia juga tak
menghentikan kudanya, karena bermaksud sengaja
menubruk kedua orang itu. Tapi, kedua kudanya
menerjang maju, Giok-Han tak meloncat ke pinggir
atau menyingkir, maiah dia menyambuti dada kuda
dengan pukulan tangan kanannya. Kuat pukulan
yang dilakukan disertai tenaga Lwexang, angin
berkesiutan keras. Si perwira kaget, tapi sudah terlambat buat
menahan lari kudanya. Telak sekali sebelah depan
leher kudanya itu kena dihantam telapak tangan
Giok Han, seketika kuda itu kesakitan, meringkik liar
mengangkat kedua kaki depannya. Kalau memang
si-perwira tak memiliki ilmu yang tinggi tentu
tubuhnya sudan terbanting jatuh dari punggung
kudanya. 988 Untung saja dia gesit dan linear, begitu kudanya
terpukul dan mengangkat kedua kakinya, dia sudah
meloncat turun dari kuJanyu dengan tubuh yang
ringan. Kudanya meringkik nyaring, kemudian
lunslai roboh menggeletak di tanah tak bergerak
lagi. Pukulan yang dilakukan Giok Han ternyata
merupakan puKulan mematikan.
Mata si perwira tajam mengawasi Giok-Han dan
Cang In Bwee bergantian, kemudian dengan garang
karena marah berkata: "Sahabat, siapa kalian
berdua " Mengapa mencari urusan dengan kami
pihak kerajaan ?" tegurnya. "Apakah kalian sudah
bosan hidup?" "Bebaskan kedua orang itu, mereka jangan
disiksa seganas itu." Bilang Giok Han dengan suara
tawar. "Kalau kalian membebaskan kedua orang itu,
kami tak akan menghalangi lagi jalan kalian! "
Si perwira gusar bukan main sampai dia tertawa,
menyeramkan suara tertawanya." Ooo, kalian kira
Ban It Say dapat digertak begitu oleh kalian "
Walaupun kalian tambah empat pasang kaki dan
tangan, tetap kalian juga harus ditangkap, karena
kemungkinan besar kalian sahabat kedua
pemberontak ini !" Setelah berkata begitu, tubuh
Ban It Say menerjang maju.
Dia seorang berkepandaian tinggi, tangannya
tangguh sekali, maka Ban It Say yakin dalam satu
dua jurus bisa membekuk pemuda dan gadis ini.
989 Karenanya dia tidak perintahkan anak buannya,
melainkan dia turun tangan-sendiri.
Giok Han dan Cang In Bwee kaget mengetahui
perwira kerajaan ini Ban It Say, yang sangat
terkenal di kota raja sebagai congkoan Gi lim-kun,
yang berkepandaian tinggi dan selalu bertindak
semena-mena terhadap orang yang lemah tak
berdaya. Sedangkan Giok Han sendiri meluap
kemarahannya dia masih ingat. Ban It Say adalah
salah satu dari orang-orang yang menghancurkan
keluarganya, yang dikirim Cu Bian Liat. Congkoan
Gi-lim kun ini bersama Thio Yu Liang merupakan dua
orang yang memimpin pasukan kerajaan untuk
"menghukum" ayahnya, menghancurkan
keluarganya. Sekarang Siapa sangka bisa bertemu di sini, Giok
Han girang campur gusar. Tak menunggu tangan
Ban It Say tiba pada sasaran, dia sudah memapaki
dengan loncatan yang cepat, tangannya diulurkan
untuk menyambuti pukulan Ban It Say. Sekali turun
tangan Giok Han lantas mempergunakan
sinkangnya,dikerahkan pada jari-jari tangannya,
karena mengetahui bahwa lawannya bukan orang
lemah yang bisa dipandang remeh.
Ketika tangannya beradu dengan Congkoan Gilimkun tercebur, terdengar bentrokan sangat
nyaring, disusul dengan pengerahan tenaga yang
990 kuat, karena Giok Han merasakan tenaga dalam Ban
It Say seperti datang bergelombang semakin lama
semakin kuat. Maka dia membendung tenaga lawan
dengan memusatkan tenaga sinkangnya. Mereka
mengadu kekuatan. Ban ItSay bukan hanya mempergunakan
sinkangnya saja, mengetahui lawannya yang masih
muda tapi memiliki tenaga dalam yang kuat, segera
membaiengi dengan tangan kirinya untuk
mencengkeram pundak Giok Han.
Giok Han mana bisa diserang seperti itu, biarpun
tangan kanannya sedang menahan tangan congkoan
Gi-lim kun tersebut, dia juga bisa mengerahkan
tenaga sinkang pada tangan kirinya. Ketika tangan
lawan menyambar ke pundaknya, dia menurunkan
pundaknya dengan menekuk kaki kirinya, kemudian
menghantam pusar lawannya.
Kembali Ban It Say kaget campur heran, karena
lawannva biarpun berusia masih muda tapi memiliki
ilmu yang tinggi. Dia tak menyangka bahwa
lawannya bisa melakukan tindakan demikian maka
segera dia meloncat kebelakang menarik pulang
kedua tanganya. Dia memandang tajam,
"Bocah, ternyata kau memang kawan
pemberontak-pemberontak ini! Atas nama Kaisar
aku menangkapmu juga!" Dan segera Ban It Say
mengisyaratkan kepada pasukannya untuk
991 menyerbu maju menangkap Giok Han dan Cang In
Bwee. Belasan orang tentara menyerbu maju lengkap
dengan senjata tajam terhunus. Mereka menerjang
untuk mengeroyok Giok Han dan In Bwee.
Semuanya berpikir, dengan mengandalkan jumlah
banyak tentu Giok Han dan In Bwee dapat dibikin
tak berdaya dan akan mereka tangkap dengan
mudah. Namun tak mereka sangka-sangka, justeru waktu
itu Giok Han sudah memukul telak sekali dada
seorang tentara kerajaan yang paling depan sampai
terpental dan dadanya melesak. karena kuatnya
pukulan yang dilakukan Giok Han bahkan tentara
kerajaan yang seorang itu terlambung ke tengah
udara sambil menjerit, berkelojotan ketika
terbanting di tunah dengan mulut berbusa, lidah
terjulur keluar seperti anjing kepanasan dan
matanya mendelik dengan hidung keluar darah!
Giok Han bukan hanya merobohkan seorang
tentara kerajaan itu, karena begitu berhasil
memukul terpental tentara kerajaan yang seorang
kaki kanannya juga sudah melayang menendang
selangkangan tentara kerajaan yang lainnya yang
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerbu dari arah samping kanan.
Tak ampun lagi tubuh tentara kerajaan itu
terputar-putar menjerit kesakitan sambil memegangi
selangkangan, tubuhnya berpusing berjingkrakKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
992 jingkrak karena rasa sakit yang serasa seperti
menerobos sampai ke ubun-ubun kepalanya.
Sakitnya bukan main, bahkan akhirnya dia roboh
pingsan tidak ingat diri.
Teman temannya yang lain dari kedua tentara
kerajaan itu jadi bimbang dan gentar melihat dalam
waktu singkat Giok Han sudah berhasil memukul
roboh dua orang teman mereka, maka sejenak
mereka berhenti menyerbu.
Ban It Say mendongkol bukan main, apa lagi
melihat pasukan tentaranya berdiam diri tak
meneruskan serbuan mereka. Maka dibentaknya
bengis. "Tangkap kedua pemberontak itu!"
Bentakan ini menyebabkan pasukan tentara
kerajaan itu sadar apa yang di perintahkan atas
mereka segera meloncat menerjang lagi sambil
mengayunkan senjata masing-masing, untuk
menyerang Giok Han maupun Cang In Bwee. waktu
itu Giok Han pun tak sungkan sungkan lagi, dia
segera menampar muka seorang tentara kerjaan
yang ada di sebelah kiri, membuat tentara itu
kelojotan sambil membuang senjata, memegangi
mukanya, karena matanya dirasakan gelap,dan
tulang mukanya seperti jadi hancur akibat pukulan
tersebut, sakitnya sampai terasa diulu hati. Giok Han
pun membarengi dengan pukulan lainnya pada
tentara lainnya, yang mengalami nasib yang sama.
993 Cang In Bwee tidak tinggal diam, gadis ini
memiliki kepandaian yang mengagumkan karena
begitu tangan dan kakinya bergerak, dia sudah
merobohkan tiga orang tentara kerajaan yang
jungkir balik kesakitan. Menyaksikan ini kemarahan Ban It Say meluap.
Dia tahu, kedua orang ini orang-orang yang memiliki
kepandaian tinggi, menyaksikan dalam waktu
singkat, dia sudah melihat bahwa setiap pukulan
Giok Han maupun In Bwe memiliki tenaga yang
ampuh dan kuat sekali, tidak mungkin pasukannya
itu bisa menghadapinya. Maka dia membentak keras
"Semua minggir, biasa aku yang menghadapi
kedua pemberontak itu." Dengan langkah lebar dia
maju ke tengah gelanggang.
Tentara kerajaan yang tidak terluka segera
mengundurkan diri meninggalkan arena
pertempuran sambil menggotong kawan mereka
yang terluka. Memang mereka girang menerima
perintah mudur, sebab hati mereka gentar dan jeri
kepada kedua orang muda ini yang dalam satu dua
gebrak sudah dapat merobohkan kawan-kawan
mereka begitu mudah. Maka mendengar Ban It Say perintahkan mereka
mundur, girang bukan main hati tentara-tentara
kerajaan itu yang tak ayal lagi segera meninggalkan
Giok Han dan In Bwee. 994 Ban It Say sudah berada di depan sepasang
orang muda itu, yang diawasi tajam tajam.
"Apakah kau juga orang-orang Thio Hong Can
dan Giam cu." tegurnya dingin.
"Kalau ya kenapa, kalau tidak kenapa ?"
menyahuti Cang In Bwee sebelum Giok Han
menjawab pertanyaan congkoan Gi-lim-kun itu.
"Kalau memang kau benar orang-orang Giam cu
atau Thio Hong Gan, kalian harus ditangkap, karena
kalian bekerja untuk pemberontak, bermaksud
memberontakan terhadap kekuasaan Kaisar yang
ada, karenanya kalian harus menerima hukuman.
Tapi kalau memang kalian bukan orang-orang
Giamcu maupun Tho Hong Gun. aku masih memberi
kesempatan kepada kalian untuk cepat-cepat angkat
kaki. Aku akan meramkan mata dan tak akan
mengganggu kalian." "Hemmm, aku tidak mengharapkan belas
kasihanmu !" kata In Bwee, yang sudah berkaia lagi
mendahului Giok Han "Yang kami harapkan kau
bebaskan kedua orang tawananmu itu, kalian boleh
pergi tanpa kami ganggu!"
"Kalau aku menolak permintaan kalian?" tanya
Ban It Say mengejek dan sinis, menahan kemarahan
hati yang sudah meluap. 995 "Kami akan tetap merampas kedua tawanan itu!"
menyahuti In Bwee tegas. "Ya, kami akan mengambil kedua tawanan itu
dari tangan kalian !" kata Giok Han ikut bicara.
"Baik, ambilah oleh kalian ! "Berbareng dengan
kata-katanya itu, cepat bukan main kedua tangan
Ban It Say sudah meluncur kepada Giok Han dan In
Bwee jari-jari tangannya terpentang siap
mencengkeram seperti jari-jari naga dan
mengandung tenaga sinkang yang amat ampuh. Dia
hendak mencengkeram batok kepala Giok Han dan
In Bwee. Dia seorang congkoan Gi-lim kun, yang
kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi serta
di kotaraja terkenal sebagai salah seorang jago
utama Kaisar. Sekarang dia diejek dan seperti tidak
dipandang mata oleh la Bwee dan Giok Han, tentu
saja jadi murka, dapat dibayangkan kekuatan
singkang yang dipergunakannya.
Giok Han dan In Bwee walaupun tampak tidak
memandang mata kepada congkoan Gi-lim kun ini
diam diam di hati masing-masing sudah tahu, bahwa
lawan mereka ini bukanlah orang sembarangan.
Melihat lawan menyerang dahsyat seperti itu,
mereka tidak berani menyambuti dengan kekerasan,
cuma menghindar, masing-masing meloncat ke kiri
dan kanan, terpisah agak jauh, membuat Ban It Say
dalam waktu beberapa detik harus memutuskan
996 apakah dia akan menyerang Giok Han atau kepada
ln Bwee, karena keduanya berada di tempat yang
bertolak kebelakang, di kiri dan kanan.
Tapi akhirnya Ban It Say memilih Giok Han
sebagai sasaran dari tangan kanannya yang
menyerang pada titik kematian di ulu hati Giok Han.
Tangannya begitu cepat sulit diikuti oleh pandangan
mata, juga memang gerakan tangannya adalah jurus
yang aneh sulit ditentukan arah sasaran yang
sebenarnya. Tak percuma Ban It Say sebagai
congkoan Gi-lim-kun, karena kepandaiannya
memang sangat tangguh. Giok Han tertawa mengejek dan menghindar lagi.
Tapi sekarang dia mengelak bukan berdiam diri
seperti tadi, melainkan tangan kanannya tahu-tahu
sudah nyelonong ke arah pelipis lawannya, tangan
kirinya menyampok tangan Ban It Say.
Pukulan itu bukan pukulan sembarangan, karena
itulah jurus kesembilan dari "Sin-beng-kun" yang
khusus dipelajari Giok Han untuk menghadapi
"Liong-heng-kun"-nya Tang San Siansu.
Tangannya panas seperti api membakar, seperti
api yang siap menyambar membakar apapun yang
berada di dekatnya. Tidak kepalang kaget congkoan Gi-lim-kun
tersebut, tangannya seperti terbakar oleh api yang
panas luar biasa, juga urat nadi pusat di
997 pergelangan tangannya berdenyut keras, seakan
seluruh darah deras berkumpul di situ berdesakdesakan
akan meletus! Tentu saja dia kaget tidak
terkira, karena denyut urat pusat nadi di
pergelangan tangan merupakan urat nadi yang
terpenting, kalau sampai nadi pusat di pergelangan
tangan meletus, biarpun dia memiliki kepandaian
lima atau enam kali lipat lebih lihai dari sekarang,
niscaya dirinya akan mati seketika begitu pembuluh
darah itu meletus. Tak pikir lagi tangannya segera ditarik pulang dan
dia meloncat mundur, memandang Giok Han dengan
terheran-heran. Usia orang ini masih muda,
mengapa dia memiliki kepandaian demikian tinggi
dan ampuh sekali " Murid siapakah dia "
Giok Han tertawa mengejek. "Ayo maju lagi,
mengapa bengong di situ?" tantangnya. Dia, tahu
Ban It Say kaget karena menerima salah satu jurus
"Sin beng-kun" yang sangat ampuh itu, dan
memang Giok Han sengaja mempergunakan jurusjurus
ampuh itu, dia ingin membekuk Bin It Say,
karena congkoan Gi-lim-kun ini termasuk salah
seorang musuhnya yang ikut menghancurkan
keluarganya. Ban It Say tidak bengong terlalu lama, walaupun
bagaimana dia seorang lihai berkepandaian tinggi
dan memiliki kedudukan terhormat di kotaraja
sebagai congkoan Gi-lim-kun. Sekarang dia dibikin
tercengang seakan tak berdaya terhadap lawannya
998 yang masih muda belia ini, bahkan di depan anak
buahnya, mereka menyaksikan apa yang terjadi.
Timbul penasaran dan kemarahan yang meluap
sampai memukul ubun-ubun kepalanya. Tak buang
waktu lagi tubuhnya loncat ke depan Giok Han dan
sekarang dia menyerang dengan penuh perhitungan,
mempergunakan ilmu andalannya.
Tangan kanannya berkesiutan mengeluarkan
angin yang menderu-deru menerjang Giok Han. Jarijari
tangannya siap untuk merobek kulit tubuh dan
mencopot daging tubuh lawan, mencengkeram mati
jalan darah terpenting di tubuh lawan.
Giok Han tahu Ban It Say memang berkepandaian
tinggi, kalau tadi dia berhasil membuat congkoan Gilimkun itu kaget karena Ban It Say tak menyangka
dia memiliki ilmu mujijat seperti Sin-beng-kun,
memandang rendah padanya sehingga
mempergunakan tenaga sinkangnya tak
sepenuhnya, juga kurang waspada.
Tentu saja hal ini membuat Ban It Say menderita
kerugian, pelajaran pahit tadi membuat Ban It Say
sekarang hati-hati dan jauh lebih tangguh dari tadi.
Angin pukulan kedua tangannya seperti juga ingin
melepaskan baju yang melekat di tubuh Giok Han,
karena menyambar-nyambar dahsyat membuat baju
pemuda itu jadi beterbangan keras sekali.
999 Tak ayal lagi Giok Han mempergunakan jurusjurus
Sin-beng-kun untuk menghadapinya
berulangkali Ban It Say terkejut menerima tangkisan
Giok Han yang dahsyat dan aneh, tapi dia tidak
sampai harus menghentikan serangan-serangannya,
karena Ban It Say masih dapat bertahan.
Giok Han telah menduga bahwa congkoan Gi-limkun
ini paling lama bisa bertahan cuma 10 jurus.
Tidak lebih dari itu. Karena Sin beng-kun adalah
pukulan mujijat yang diperuntukkan Giok Han
menghadapi Tang San Siansu. Dan dugaan pemuda
ini memang tepat. Sebab pada jurus ke enam saja
Ban It Say mulai gugup dan panik, karena dia
seperti terkurung suatu kekuatan yang
menyesakkan napasnya, biarpun dia memusatkan
sinkangnya pada kedua lengannya, namun
tampaknya dia tidak berhasil untuk menghalau
kekuatan Sin-heng kun pemuda tersebut.
Mati-matian Ban It Say mencurahkan seluruh
kekuatan singkangnya, tetap saja dia terdesak.
Masih untung buat Ban It Say karena usianya yang
masih muda Giok Han kalah pengalaman dan latihan
dibandingkan dengannya, kalau tidak dalam tiga
jurus dengan Sin-beng-kunnya itu Gion Han pasti
sudah dapat merobohkan Ban It Say.
Pada jurus kedelapan tangan Giok Han berputarputar
dan di sekitar kepala Ban It Say berkeliling
sebuah bola api yang panas bukan main melingkar
isi kepala serta otak nya, matanya juga pedas sekali.
1000 Ban It Say semakin kaget, tapi waktu dia mau
meloncat mundur dan terpikir untuk perintahkan
pasukannya buat mengeroyok Giok Han, keadaan
sudah terlambat. Belum lagi dia meloncat menjauhi
Giok Han, tahu-tahu tangan kanan Giok Han berhasil
mencengkram lengan Ban It Say. Walau congkoan Gi
lim-kun ini hendak melepaskan tangannya dari
cengkeraman jari-jari tangan Giok Han yang begitu
kuat dan sangat panas, tangan kiri Giok Han sudah
menyambar lagi pada leher di bawah cuping daun
telinga. Bagian dari anggota tubuh di situ memang
merupakan daerah paling lemah buat pertahanan
seorang manusia, lehernya terkena pukulan begitu
kuat seketika tubuh Ban It Say terhuyung, namun
dia masih bisa mempertahankan kuda-kuda-nya
sehingga tidak sampai mencium tanah.
Mukanya merah padam. Giok Han tak memberi
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesempatan kepada musuhnya belum Ban It Say
sempat memperbaiki posisi tubuhnya, pemuda ini
tahu-tahu sudah berada di sampingnya dan
tangannya menghantam iga kanan Ban It Say,
sampai congkoan Gi lim-kun itu terhenyak kesakitan,
mukanya meringis dan buyarlah kekuatan tenaga
kuda-kuda kedua kakinya, dia jatuh terduduk
dengan muka pucat, mulutnya tampak merah
karena darah mengucur keluar.
"Orang she Ban, hari ini adalah hari kematianmu,
untuk membayar hutang jiwa dari keluarga Jenderal
1001 Giok Hu!" Teriak Giok Han yang menghampiri
dengan muka yang kaku dingin tak memancarkan
perasaan, memandang tajam penuh dendam, karena
yang terduduk tak berdaya ini adalah seorang
musuhnya yang ikut menghancurkan keluarganya.
Muka Ban It Say masih pucat waku dia bertanya
bingung: "Si.... siapa kau " Dan . . . mengapa kau
kait-kaitkan aku dengan persoalan Jenderal Giok Hu
almarhum ?" "Jangan pura pura tolol bertanya seperti itu !
Tentu kau sendiri sudah tahu mengapa kau harus
mati hari ini, untuk menebus dosa-dosamu yang
telah mencelakai keluarga jenderal Giok Hu. Kau
juga termasuk salah satu yang mengambil bagian
menghancurkan keluarga Jenderal Giok Hu."
Sekarang Ban It Say gentar terhadap pemuda di
depannya, dia melihat kenandaian pemuda ini benar
benar tangguh dan jurus-jurus silatnya mujijat sulit
dihadapi. Dia jadi lemah dan lenyap keberanian
maupun keangkuhannya. "Tunggu dulu, dengar dulu penjelasanku!" Serak
suara Ban It Say waktu bilang begitu, dia juga
menggoyang-goyangkan tangannya mencegah Giok
Han maju lebih dekat padanya. Beberapa orang
pasukannya telah coba mengurung Giok Han, tapi
tak seorangpun berani menyerbu untuk menyerang
Giok Han. 1002 Mereka menyaksikan betapa congkoan mereka
sangat mudah dirubuhkan pemuda tangguh itu,
aoalagi mereka, jika maju sama saja dengan
mengantarkan jiwa. Semuaoya jadi berdiri diam,
seakan menanti keputusan atau perintah congkoan
mereka. "Beritahukan dulu padaku, siapa kau sebenarnya
agar aku mengetahui jelas duduk persoalannya !"
Bilang Bin It Say gugup ketua melihat Giok Han
tetap maju selangkah demi selangkah mendekati
tanpa melayani permintaannya. Mata pemuda itu
memancarkan sinar berkilauan seakan menusuk
kedalam haci Ban It Say. Melangkah maju menghampiri tiga langkah Giok
Han akhirnya berhenti dan mukanya kaku tak
berperasaan ketika bertanya: "Apa yang ingin kau
jelaskan " Duduk persoalan sudah jelas, kau salah
seorang yang ikut menghancurkan rumah tangga
dan keluarga Jenderal Giok Hu."
"Aku hanya seorang yang makan gaji negara,
maka aku harus taat pada perintah. Aantara aku
dengan Jenderal Giok Hu tak ada permusuhan, cuma
melaksanakan perintah dari Cu-kong-kong untuk
membasmi jenderal yang mau memberontak itu..."
"Bohong ! Mana mungkin jenderal setia itu ingin
memberontak dan itu pasti fitnah belaka, alasan
1003 yang kalian cari cari untuk mencelakai keluarga
jenderal Giok Hu !" bentak Giok Han dan suaranya
penuh kemarahan. "Tapi kami hanya mengiringi thaykam yang jadi
utusan Hongsiang, untuk menghukum jenderal Giok
Hu. Kami melaksanakan perintah, janganlah
menimpahkan dendam itu kepadaku ssluruhnya,
karena Thio Yu Ling, congkoan Kim-ie-wie juga ikut
pada pengawalan thay kan yang hendak
menghukum jenderal Giok Hu. Hukuman yang
dijatuhkan pada diri Jenderal Giok Hu berasal dari
firman Hongsiang, maka seluruhnya menjadi
tanggung-jawab Hongsiang! Kami yang makan gaji
negara cuma melaksanakan perintah dan tugas
kewajiban belaka...!"
"Manusia pengecut," memaki Giok Han
mendongkol. "Sekarang kau hendak pungkiri
perbuatan kejam yang pernah kau lakukan bersamasama
dengan kawanmu itu. Walaupun demikian,
tetap saja kau harus mati !"
"Tunggu . . .kau belum memberitahukan siapa
dirimu dan masih ada hubungan apa antara kau
dengan keluarga Jenderal Giok Hu?" Ban It Say
bertanya seperti itu, sebab dia tak berhasil menduga
siapa ini. Yang diketahuinya bahwa seluruh keluarga
Giok Hu telah dibasmi bersama Thio Yu Ling.
Namun mendadak mukanya berobah, jadi pucat
pias dan memandang Giok Han dengan sorot roata
1004 guram. Dia teringat sesuatu dan pundaknya jadi
terasa dingin seperti ditempelkan batangan es. Dia
ingat waktu terjadi pembasmian keluarga
pemberontak Jen-deral Giok Hu, ada seorang anak
Jenderal Giok Hu yang tak ditemukan, walaupun
telah dicari disekitar tempat kediaman Jenderal Giok
Hu, tetap saja anak Jenderal itu menghilang.
Waktu itu dia tak begitu memperhatikan keadaan
tersebut, karena dianggapnya apa yang bisa
dilakukan oleh anak jenderal tersebut. Siapa tahu,
sekarang timbul urusan pembunuhan keluarga
jendral Giok Hu, maka teringat pada lenyapnya anak
Jenderal Giok Hu di saat pembasmian keluarga
jenderal itu, seketika Ban It Say menduga bahwa
pemuda di depannya ini apakah bukan anak jenderal
tersebut" Giok Han berkata sinis: "Kalau aku tak
menjelaskan siapa diriku, tentu kau mati dengan
mata tak meram serta penasaran. Baiklah, akulah
anak jenderal Giok Hu yang sempat lolos dan tangan
mautmu dan kawan-kawanmu ! Sudah dengar jelas
" Akulah Liong-kak-sin-hiap, anak jenderal Giok Hu
yang akan mengadakan perhitungan dengan semua
orang-orang yang pernah ikut ambil bagian
mencelakai keluargaku !"
Ban It Say sudah berdiri dan otaknya berpikir
keras. Dugaannya benar. Pemuda ini anak jenderal
Giok Hu yang lenyap pada hari itu. Sekarang muncul
lagi dengan kepandaian yang sangat tangguh. Dia
1005 tidak kaget lagi mendengar keterangan Giok Han,
sebab dia sudah menduga. Otaknya bekerja keras
untuk mencari jalan lolos dari tangan pemuda ini.
Sekali saja dia bisa lolos, selanjutnya dia akan
melakukan pengejaran ketat pada Giok Han.
Akan diajaknya pasukan Gi-lim-kun yang
umumnya memiliki ilmu silat tinggi untuk mencari
pemuda yang jadi cucu jenderal Giok Hu. Waktu itu
diapun bisa memakai pahlawan istana lainnya, baik
dari Kim-ie-wie maupun dari pasukan pribadi Kaisar,
untuk membantunya mengadakan pengejaran pada
Giok Han, dengan tuduhan pemuda itu bermaksud
memberontak! Cang In Bwee mengawasi Giok Han, namun dia
jadi kaget karena tahu-tahu secara mendadak Ban It
Say loncat menyerang untuk menyergapnya.
Ban It Say licik, dia tahu kepandaian Cang In
Bwee jauh di bawah kepandaian Giok Han,
karenanya dia memilih "pengemis" kotor ini sebagai
sasaran tangannya, di mana dia hendak menangkap
In Bwee, untuk dijadikan sandera. Sambil
menyerang In Bwee dia juga berseru:
"Tangkap pemberontak itu mati atau hidup!"
Serunya itu ditujukan buat pasukannya.
Sejak tadi semua pasukan Ban It Say cuma
berdiri ragu ragu, tapi mendengar perintah congkoan
1006 mereka, tak berayal lagi mereka meluruk menyerang
Giok Han untuk mengeroyok.
In Bwee coba menangkis cengkeraman tangan
kanan kanan Ban It Say, tapi tangan kiri Ban It Say
tahu-tahu menyambar sudah berada di depan
mukanya. Ban It Say girang dia yakin bisa menawan
pengemis kotor ini dan bisa memaksa Giok Han agar
menyerah untuk ditawan olehnya. Tangannya cuma
terpisah beberapa dim lagi dari muka In Bwee.
Tapi tak disangka-sangkanya, Ban It Say
merasakan tangannya yang kiri dan tengah hendak
mencengkeram muka In Bwee, sakit luar biasa, gatal
gatal, seperti tertusuk sesuatu. Bahkan dia
mendengar In Bwee tertawa sambil meloncat
mundur. Tubuh Ban It Say juga mengejang, rasanya
tak enak, tangannya sudah kejang sulit digerakkan,
seperti tak memiliki tenaga lagi. Tubuhnya
terhuyung ke belakang dengan muka berobah pucat
dan mata memandang murka kepada In Bwee.
Apa yang terjadi dan mengapa Ban It Say
mendadak menarik tangannya yang hampir
mengenai muka In Bwee, bahkan dia merasakan
tangannya jadi kejang kaku tak bertenaga sulit
untuk digerakkan " Rupanya In Bwee menyadari juga bahaya yang
mengancam dirinya, keselamatan jiwanya terancam
oteh tangan maut Ban It Say, kalau saja mukanya
kena dicengkeram, dan pasti dia akan ditawan oleh
1007 congkoan Gi-lim-kun tersebut. Dalam keadaan
terancam bahaya seperti itu. In Bwee tidak tinggal
diam, sebab cepat sekali tangannya terangkat ke
atas, seperti menyambuti tangan Ban It Say.
Padahal dia mempergunakan jarum beracun
untuk menyambuti pukulan Ban It Say, sehingga
congkoan Gi-lim-kun itu kesakitan dan menarik
tangannya membatalkan cengkeramannya.
In Bwee melakukan pembelaan diri seperti itu
karena tahu kalau dia menangkis dengan kekerasan
cengkraman Ban It Say, pasti dia kalah tenaga
lwekang, dan akan jatuh ketangan musuh. Memang
Ban It Say sengaja menyerang mencengkram muka
In Bwee dengan harapan In Bwee coba menangkis
tangannya. Waktu itulah Ban It Say akau mencengkeram
tangan In Bwee, batal menyerang mukanya,
mencengkeram pa ia nadi jalan darah "cung koanniat,"
nya, pasti akan membuat tubuh In Bwee jadi
lumpuh tak bertenaga dan jatuh ke dalam tangan
Ban It Say, untuk dijadikan sandera.
Ban It Say sudah memperhitungkan segalanya
sebaik-baiknya,tapi siapa tahu juteru In Bwee juga
sangat cerdik Dalam keadaan terjepit di- bawah
ancaman lawan, dia masih bisa meloloskan diri
dengan mempergunakan jarum beracun yang
dipergunakan menyambuti tangan Ban tt Say.
Setelah Ban It Say menjerit dan tertusuk jarumnya,
1008 In Bwee juga tidak tinggal diam, tubuhnya ringan
meloncat ke belakang. Dia mengejek sinis mentertawai ketololan
lawannya, yang kena diselomoti seperti itu.
Ban It Say melihat keadaan tangan kiri nya. Ada
titik hitam di tangannya, tanda bekas tertusuk
sesuatu, yang di sekitarnya berwarna gelap kehitamhitaman.
Meluap darah Ban It Say, dia berjingkrak
sambil meraung sengit, karena segera diketahui
dirinya sudah dilukai dengan senjata yang beracun,
Matanya bengis mengawasi si pengemis, dia
memusatkan seluruh tenaganya, untuk loncat
menyerang. Tapi, sebelum dia meloncat, sempat
ditelannya beberapa pil, untuk penawar racun. Pil,
yang ditelannya adalah pil yang dibuat tabib istana,
karena dia yakin pil itu bisa memunahkan racun
yang di pergunakan si pengemis. Diiringi raungan
bengis dia loncat menerjang si pengemis, sepasang
tangannya bergerak-gerak dengan tenaga sinkang
penuh pada lengannya. Dia bertekad hendak
membunuh si pengemis. Giok Han terkejut melihat kekalapan congkoan Gi
lim-kun itu, sebab diketahuinya kepandaian In Bvvee
berada dibawahnya, tentu agak sulit menghadapi
congkoan Gi-lim-kun yang memang berkepandaian
tinggi. 1009 Tapi untuk menolongi In Bwee dan menghadapi
Ban It Say diapun tak bisa, dirinya sedang dikeroyok
oleh belasan orang tentara kerajaan yang
mempergunakan berbagai macam senjata tajam.
Cang In Bwee cendiri menyadari bahwa dirinya
sulit mengimbangi Ban It Say, dia memang masih
setingkat di bawah sinkang congkoan Gi-lim-kun
tersebut. Tapi kini mau tak mau dia harus
menghadapi congkoan Gi-lim-kun tersebut, dia
berharap bisa mempergunakan racun lagi, Waktu itu
sepasang tangan Ban It Say sudah menyambar
didepan mukanya, dan In Bwee tidak tinggal diam
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia mengelakkan beberapa kali pukulan yang di
lakukan congkoan Gi-lim-kun tersebut, bahkan dia
telah coba balas menyerang.
Seluruh kepandaiannya dipergunakan, dia
mengandalkan Ginkangnya untuk menghindari setiap
sambaran tangan lawannya, dan setiap ada
kesempatan In Bwee mempergunakan racunnya
untuk menerima serangan, misalnya dengan
mempergunakan jurus beracun atau peluru
beracunnya. Tapi Ban It Say dalam keadaan kalap benar-benar
tangguh sekali, sebab setiap In Bwee melontarkan
peluru beracunnya, congkoan Gi-lim-kun yang sudah
berpe ngalaman tersebut tidak menyampok dengan
tangannya, melainkan menyambuti peluru itu agar
tak meledak, kemudian dia melontarkan kembali
1010 kepada In Bwee. Dengan demikian. In Bwee sering
kecele melihat timpukannya gagal.
Ban It Say bukan hanya menggagalkan setiap
timpukan peluru racun dan juga jarum beracun, In
Bwee, melainkan dia sudah menyerang gencar
sekali. Masih tertolong In Bwee, memiliki ginkang yang
aneh gerak-geriknya, juga tubuhnya kecil lincah,
sehingga selama itu masih bisa menghadapi
lawannya yang tangguh dan kalap ini.
Giok Han yang sedang dikeroyok belasan orang
tentara kerajaan bekerja cepat, berulang kali sudah
merobohkan lawan-lawannya Mungkin sudah
delapan orang tentara kerajaan yang menggeletak
terluka, sebagian tak bisa bergerak bangun, cuma
mengerang-erang kesakitan.
Giok Han mau secepatnya merobohkan semua
tentaia kerajaan itu, untuk dapat menghadapi Ban It
Say dan menolongi In Bwe, dia kuatir bukan main
pada keselamatan gadis itu, yang tengah terancam
ditengah kekalapan congkoan Gi-lim-kun itu.
Tetapi setiap ada seorang tentara kerajaan yang
dirobohkan, maka maju dua tiga orang tentara
kerajaan yang lainnya, yang mengeroyok dan
mengepung Giok Han semakin lama bukannya
semakin sedikit malah jadi semakin banyak. Dengan
1011 demikian Giok Han tak berdaya untuk menggeser
tubuhnya kedekat In Bwee.
Keadaan In Bwe semakin terancam, sebab
biarpun dia memiliki kepandaian yang tinggi, namun
menghadapi lawan kalap seperti Ban It Say benarbenar
membuat dia jadi sering terdesak sampai tak
bisa balas menyerang. Kekalapan Ban It Say demikian besar dan dia
menyerang tanpa memperdulikan keselamatan
dirinya, seakan juga hendak mengadu jiwa. Sebab
itu, In Bwee sering terdesak tanpa bisa balas
menyerang. Menghadapi lawan yang kalap memang
lebih sulit dari lawan yang biasa, apa lagi lawannya
ini merupakan komandan pasukan yang khusus
menjaga keselamatan kaisar, yang pasti mempunyai
kepandaian tinggi. Dalam keadaan seperti itu, In Bwee berulangkali
berusaha menjauhi Ban It Say, tokh dia selalu gagal.
Ban It Say selalu mendesaknya dan menyebabkan
mereka bertempur jarak dekat, sebab Ban It Say
melancarkan pukulan-pukulan kilat mengandung
maut serta mematikan. Suatu kali In Bwee sulit untuk menghindarkan
lagi tangan kanan Ban It Say yang menyambar
cepat sekali, dia sudah tidak keburu untuk loncat
menjauhi diri. Terpaksa dia harus menangkis tangan
kanan lawannya, biarpun dia tahu tenaga pukulan
yang dilakukan lawannya itu sangat kuat sekali,
1012 sebab tenaga sinkangnya tampaknya sudah
dipusatkan disitu. Angin pukulan itu sampai berkesiutan keras,
Dess:.... bukkk" Tangan In Bwee saling bentur
dengan tangan Ban It Say. Akibatnya benar benar
hebat untuk In Bwee, tubuhnya yang kecil langsing
terpental seperti terdorong oleh suatu kekuatan
yang tak terlihat, bagaikan sehelai daun kering dia
melayang di tengah udara setinggi tiga tombak,
dengan menderita kesakitan pada tulang tangannya
yang tadi dipakai buat menangkis pukulan lawannya.
Untungsaja In Bwee mempunyai ginkang yang
tinggi, dia berpoksai di tengah udara agar tubuhnya
tak sampai terbanting di tanah. Tapi, begitu kedua
kakinya hinggap di tanah, tangan Ban It Say sudah
menyambar datang lagi. Lawannya tidak tidak
memberikan kesempatan sedikitpun pada In Bwee
untuk mengadakan persiapan.
Kaget In Bwee, hatinya mencelos. Bahaya maut
sudah mengancam datang dari arah atas kepalanya.
Dia baru saja hinggap, belum keburu mengerahkan
tenaga sinkangnya pada tangan untuk menangkis.
Tapi sebagai seorang berkepandaian tinggi, tentu
saja In Bwee tak mau begitu saja batok kepalanya
dihantam pecah hancur berantakan, dia telah mengigoskan
secepat kilat, tapi masih terlambat,
pundaknya kena dihantam oleh serempetan tangan
Ban It Say, nyerinya bukan main, sampai In Bwee
1013 meringis menahan sakit. Menyusul lagi tangan kiri
nan It Say menyambar ke-dadanya.
In Bwee dalam kesakitan seperti itu masih berusa
ia menghindarkan tangan kiri lawan dengan
mendoyongkan tubuhnya kesamping kanan, tapi
terlambat. Baju didada nya kena dijambret robek,
malah dadanya kena dicengkeram keras sekali,
untung saja terlepas dan cuma kulit dadanya yang
terkelupas, darah segera mengucur keluar.
Sejenak Ban It Say tertegun melihat dada yang
membulat montok padat dan putih mulus mencuat
keluar dari robekan baju, diantara darah yang merah
membasahi baju dan kulit dada In Bwee. In Bwee
cepat-cepat menutupi dengan tangannya, agar
dadanya tak terlihat olen Ban It Say.
"Hah-hah-hah-hah-hah !" Tertawa Ban-It Say
nyaring sekali. "Tak tahunya kau budak hina siluman
wanita !" Sambil berkata begitu, tubuhnya meloncat
lagi, sekarang dia memukul kearah kepala la Bwe
dengan mengerahkan sinkang sepenuhnya, yang
semuanya berkumpul di kepalan tangan kanannya,
dia mau menghantam pecah batok kepala In Bwee.
Maut benar benar mengancam In Bwee dia dalam
keadaan kikuk melindungi dadanya agar tak terlihat
orang, juga dia baru saja terluka, sekarang dia
diserang begitu hebat. maka dia berada pada posisi
yang terancam benar buat keselamatan jiwanya.
1014 Biarpun Giok Han sibuk menghadapi
pengeroyoknya yang berjumlah sangat banyak
namun matanya tak pernah lepas mengawasi In
Bwee. Melihat In Bwee terluka, Giok Kan seperti kalap
menerjang tiga orang lawannya yang dirobohkan
dengan pukulan-pukulan yang dahsyat, dia ingin
segera me-nolongi In Bwee. Tapi, tiga orang lawan
iiu rubuh, maju enam orang lawan lainnya, yang
tetap melibaikan Giok Han dengan seranganserangan
mematikan, terpaksa Giok Han harus
melayani lagi, tak bisa mendekati In Bwee.
Hati Giok Han kuatir bukan main, apa lagi
sekarang dilihatnya jiwa In Bwee terancam
kematian, Ban It Say tengah meloncat melayang di
udara dengan tangan kanan berkesiutan
menghantam ke arah batok kepala In Bwee.
In Bwee sendiri mengeluh, tenaganya seperti
lenyap, lukanya di dada tak ringan, selain kulit
dadanya terkelupas, juga memang dia tergempur
oleh tenaga pukulan Ban It Say.
Datangnya tangan mengandung maut hendak
memukul kepalanya sulit untuk dihindarkan, untuk
mengerahkan tenaga menerima serta menangkis
pukulan Jtu, juga sudah tidak mungkin. Maka jalan
satu-satunya mengadu jiwa dengan menyambuti
pukulan itu sedapatnya dan sekuat sisa tenaganya.
Hati In Bwee berdebar, dia menyadari bagitu
1015 tangannya bentrok di udara dengan tangan
lawannya, maka habislah dia !
Tapi, waktu tangan Ban It Say terpisah tak jauh
lagi, cuma setengah meter dari kepala In Bwee,
mendadak congkoan Gi-lim-kun itu mengeluh,
matanya dirasakan berkunang-kunang, tubuhnya
seperti jadi kejang dan kepalanya seperti dihantam
oleh palu yang berat dan keras. Tenaganya juga
seperti lenyap. Dia tahu-tahu rubuh terjungkel, di
tanah. In Bwee kaget, tapi juga tak mau mensia-siakan
kesempatan ini, sebab dia segera meloncat menjauhi
Ban It Say, yang waktu itu sudah meloncat berdiri
lagi, berdiri dengan tubuh bergoyang-goyang, dia
rupanya sedang berusaha mengendalikan tubuhnya,
memulihkan tenaganya. Mengapa terjadi begitu"
Ternyata dia saat saat In Bwee menghadapi
detik-detik menentukan, waktu Ban It Say hampir
berhasil mencelakainya justru racun yang tadi
dipergunakan In Bwee pada jarumnya yang melukai
tangan Ban It Say, sudah bekerja ! Pil obat yang
diminum Ban It Say hanya dapat bertahan sebentar
saja, racun kemudian bekerja keras, sehingga mata
Ban It Say gelap serta badannya jadi mengejang dan
dia gagal untuk mencelakai lawannya.
1016 Giok Han tadi mencelos hatinya, karena tahu
mencelos hatinya, karena tahu sahabatnya akan
celaka ditangan Ban It Say. Tapi dia jadi heran
melihat Ban It Say roboh sendirinya sebelum
serangannya itu tiba pada sasaran, sedangkan In
Bwee sudah meloncat menjauhi diri dari congkoan
GLiim-kun itu. Giok Han jadi agak tenang, walaupun
dilipua tanda tanya mengapa Ban It Say bisa roboh
sebelum serangannya tiba pada sasarannya.
Dia cuma menduga mungkin In Bwee yang
sangat cerdik sudah berhasil mempergunakan
senjata rahasia beracun. Semangat Giok Han terbangun, dia
memperhebat, pukulan-pukulannya pada pasukan
tentara kerajaan, sehingga dua orang seketika
terpental dengan dada terpukul rusak, karena
tenaga pukulan yang kuat itu membuat tulang dada
mereka patah dan jatuh terbanting di tanah
berkelojotan dengan lidah terjulur dan mata melotot
seperti bijimata mau keluar, kemudian pingsan tak
sadarkan diri. Menyusul Giok Han meloncat menghindarkan
tabasan golok seorang lawannya di sebelah kanan,
tangannya bekerja lagi. Sekali ini dia bernasil
memukul muka tentara yang seorang itu sampai
tulang pipinya remuk, waktu terjengkang ke
belakang tentara kerajaan itu berkelojotan seperti
seekor babi ingin dipotong, sakitnya bukan main, di
samping pandangan matanya jadi gelap, dia
1017 menjerit jerit kesakitan dengan tubuh tak hentinya
berkelojotan. Tentara kerajaan yang lainnya jadi gentar
menyaksikan kawan kawan mereka roboh dengan
keadaan yang mengenaskan seperti itu karena
hebatnya pukulan Giok Han, mereka jadi ragu-ragu
untuk maju terus,bahkan beberapa orang segera
meloncat mundur, kuatir jadi sasaran pukulan Giok
Han. Mempergunakan kesempatan tersebut Giok Han
menyambar pundak seorang tentara yang ada
didekatnya, dia memutar tubuh tentara itu,
membuka jalan keluar dari keroyokan lawanlawannya.
tubuhnya kemudian meloncat kedekat In
Bwee sambil melemparkan tubuh tentara yang tadi
dicengkeram punduknya. In Bwee menyambar tangan Giok Han. "Mari kita
tolongi mereka dulu !"
Giok Han menurut, dia meloncat berdua In Bwee
kedekat Cun Siang dan wanita yang jadi tawanan. Di
situ berjaga tiga orang tentara kerajaan. Mudah saja
Giok Han dan In Bwee merobohkan ketiga orang
tentara kerajaan itu. Giok Han sekaligus
menghantam dua orang roboh dengan dada rusak
karena tulang patah dan pingsan, sedangkan In
Bwee membereskan yang seorang, yang dihantam
oleh peluru beracunnya, maka tidak sempat menjerit
1018 lagi tentara kerajaan yang seorang itu roboh di
tanah pingsan tak sadarkan diri.
Giok Han berdua la Bwee bekerja cepat, mereka
telah membuka ikatan tali pada pinggang Cun Siang
dan wanita itu. ln Bwee menggotong wanita itu,
sedangkan Giok Han menggendong Cun Siang, yang
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum sempat dibuka ikatan pada tangannya.
Mereka segera menyingkir dari situ, sebelum Ban
It Say berhasil menguasai keadaan dirinya. Dalam
waktu singkat Giok Han sudah lenyap dari para
pengejarnya, yaitu tentara-tentara kerajan yang
berusaha mengejar mereka sambil berteriak-teriak:
"Tangkap ! Tangkap pemberontak !"
Ban It Say ingih berdiri di tempatnya berusaha
menguasai diri karena rasa sakit di kepalanya
semakin hebat sehingga dia meringis menahan rasa
sakit yang terlalu dahsyat, sampai tangannya yang
merogoh saku bajunya gemetar, mengeluarkan botol
pil obatnya, menelan lima butir.
Rasa sakit itu berangsur-angsur mulai berkurang,
tapi itu memakan waktu cukup lama, mungkin lebih
dari sepuluh menit. Butir-butir keringat mengucur
deras dari sekujur tubuh Ban It Say, dia cepat cepat
menghampiri kudanya meloncat ke punggung
binatang tunggangannya tersebut.
"Ayo berangkat! Cepat ! Jangan kejar mereka !"
Dia bermaksud akan pulang cepat cepat untuk
1019 mempergunakan singkang-nya dan mencari obat
yang cocok untuk menawarkan racun yang sudah
terlanjur mengendap di dalam badannya.
Sebagai seorang yang berpengalaman, Ban It Say
menyadari tadi dia sudah melakukan kekeliruan. Dia
terlalu kalap, sehingga darahnya beredar jauh lebih
cepat dari wajarnya, racun ini terbawa arus darah
lebih cepat. Coba kalau dia tidak mengumbar amarahnya,
mungkin racun tak bekerja sehebat itu, dua butir pil
yang telah ditelannya bisa membendung sedikitnya
buat beberapa hari. Sekarang setelah dia mengalami kejadian yang
sangat pahit, di mana kepalanya sakit luar biasa,
tangannya lunglai tak bertenaga, barulah dia kaget.
Untung dia masih memiliki simpanan pil obat
penawar racun, yang segera ditelannya sekaligus
lima butir, sehingga sakit di kepalanya berangsurangsur
berkurang dan dia sudah bisa menggerakkan
tangan kakinya, tak mengejang lagi tubuhnya, itulah
sebabnya dia mau cepat-cepat meninggalkan tempat
itu tanpa memperdulikan Giok Han dan In Bwee
yang sudah melarikan diri dengan membawa ke dua
tawanannya. Yang terpenting, dia ingin oiengooati
dulu dirinya .... Tentara kerajaan yang semula pura-pura
mengejar, karena mereka takut pada Ban It Say
yang murka jika tawanan itu lolos, padahal hati
1020 mereka gentar buat mengejar sungguh-sungguh
pada Giok Han dan In Bwee yang sangat lihai dan
tangguh itu. Sekarang mendengar perintah Ban It
say mereka jadi girang, segera menggotong kawan
kawan mereka yang terluka dan berangkat
meninggalkan tempat tersebut.
Dalam waktu singkat tempat itu jadi sepi lagi....
seperti tak. pernah terjadi sesuatu di tempat
tersebut. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------GIOK HAN berdua In Bwee berlari cepat sekali,
tapi tak lama kemudian Giok Han terpaksa
memperlambat larinya, karena dilihatnya In Bwee
yang menggotong tawanan wanita yang mereka
rampas sudah sempoyongan tak bisa berlari cepat.
Luka di dadanya tampaknya tidak ringan, di mana
selain kulit dadanya terkelupas, juga ia terluka di
dalam dari tenaga pukulan tangan Ban It Say, itulah
sebabnya dia tidak bisa lari secepat semula.
Semakin lama lukanya jadi semakin berat.
Karena kuatir Ban It Say dan pasukannya
melakukan pengejaran terus. In Bwee masih
memaksakan diri berlari terus. Tapi akhirnya dia
tidak kuat lagi, segera menurunkan tawanan wanita
yang digendongnya, dia sendiri roboh menggeletak
di tanah. 1021 Giok Han kaget, cepat-cepat menurunkan Cun
Siang. Dia memeriksa keadaan ln Bwee. Ternyata
keadaan gadis ini menguatirkan sekali, sekujur
tubuh dan mukanya bercucuran keringat yang besarbesar
seperti kacang hijau. Cepat-cepat Giok Han
menotok beberapa jalan darah di tubuh si gadis,
agar darah yang keluar terus menerus dari luka di
dadanya berhenti. Ambilkan... ambilkan... kantong obatku... di
dalam sakuku..." Suara In Bwee lemah sekali. Dia
sudah berada dalam keadaan setengah sadar
setengah tidak, matanya mulai kabur gelap, apapun
tak bisa di lihatnya dengan jelas.
Giok Han sudah mengesampingkan tata krama
antara pria dan wanita, segera dirogoh saku baju si
gadis mengeluarkan sebuah kantong yang terbuat
dari kain warna merah, di. dalam penuh bermacam
macam obat yang bermacam warna. Giok Han jadi
bingung, obat yang mana harus diberikan kepada
In-Bwee. "Ambilkan tiga butir obat yang berwarna coklat..."
suara In Bwee semakin lemah, Kata-kata
selanjutnya sudah tak jelas terdengar lagi.
Jilid ke 23 Tidak buang waktu segera Giok Han mengambil
botol obat yang warnanya coklat, dan memasukkan
tiga butir di mulut si gadis, yang menelannya
1022 mempergunakan bantuan air ludahnya. Sesudah
meneIan obat itu, In-Bwee diam sejenak, napasnya
semakin lama semakin teratur dan perlahan-lahan
pandangan matanya pulih bisa melihat jelas lagi.
Dengan tubuh masih lesu si gadis kemudian bangun
duduk untuk memusatkan sinkangnya, guna
memulihkan luka di dalam tubuhnya.
Cun Siang berdiri agak jauh, disamping
kawannya, yaitu wanita yang bersama dia di tawan
Ban It Say. Dia mmta wanita itu membuka tali yang
mengikat tangannya. Biarpun tangan wanita itu
diikat juga oleh tali yang besar, tapi dia bisa
membuka tali yang mengikat tangan Cun Siang.
Setelah tangannya bebas dari ikatan tali, Cun
Siang cepat-cepat membukakan tali yang mengikat
tangan wanita itu. Giok Han membiarkan In Bwee mengerahkan
sinkangnya duduk bersemedi untuk melawan
goncangan luka dalam tubuh, supaya tak terlalu
membahayakan, setidak-tidaknya agar dia bisa
memperingan luka didalam tubuhnya. Dia
menghampiri Cun Siang dan wanita itu.
Cepat-cepat Cun Siang dan wanita itu berlutut
didepan Giok Han. "Terima kasih atas pertolongan
In-kong." Kata mereka berbareng.
Giok Han cepat cepat menyingkir ke-belakang ke
samping tak mau menerima hormat kedua oraag itu.
1023 Dia juga mengeluarkan tangannya menyuruh
mereka bangun. "Jangan banyak peradatan, kami
memanj berkewajiban menolong siapa saja yang
ditindas oleh manusia-manusia kejam seperti para
tentara kerajaan itu! Siapakah kalian?"
"Aku Tio Cun Siang dan ini isteriku Ho Bin Nio.
Kami telah dicelakai oleh pasukan kerajaan itu...
menjelaskan Cun Siang. "Mengapa pasukan kerajaan hendak mencelakai
kalian?" tanya Giok Han ingin tahu.
Tapi Cun Siang tampak ragu ragu, dia melirik
pada isterinya, kemudian isterinya setelah
mengangguk, barulah CunSiang bilang: "Kalau di
depan In-kong yang telah menyelamatkan jiwa kami
berdua tidak bicara terus terang, bukanlah
perbuatan yang pantas dan terpuji. Kami telah
diselamatkan In kong karenanya kami harus
memberikan penjelasan yang terang. Kami berdua
adalah utusan Tio-Hong Gan taijin, untuk menyelidiki
keadaan diselatan ini, karena belakangan ini kami
sudah mendengar pihak kerajaan sedang
mengerahkan jago-jagonya untuk pergi
menghancurkan pasukan kami!"
Kaget dan girang Giok Han mendengar kedua
orang ini anak buah Thio Hong Gan, pejuang yang
semakin Iama sekarang semakin bergerak maju,
sebab sudah bertambah beberapa kora yang berhasil
direbutnya. 1024 Segera Giok Han maju memegang tangan Cun
Siang, membuat sepasang suami isteri itu kaget tak
terkira, hampir saja Cun Siang menarik tangannya
buat menyerang, untung Giok Han sambil tertawa
sudah bilang: "Kalau begitu kita orang sendiri!
Akupun sedang melakukan perjalanan untuk
bergabung dengan Thio taijin."
Cun Siang dan isterinya mengawasi Giok Han
ragu-ragu, mereka tak bisa mempercayai begitu saja
apa yang dikatakan tuan penolong ini, sudah
menyelamatkan jiwa mereka tokh tetap mereka
harus bersikap waspada. "Aku Giok Han, anak Jenderal Giok Hu yang
dicelakai oleh kaisar lalim itu, guruku perintahkan
bahwa sekarang saatnya aku menggabungkan diri
dengan Thio-taijin." memberitahukan Giok Han.
Tak terkira kaget dan girangnya Cun Siang dan
isterinya, bahkan Cun Siang tiba-tiba berlutut, diikuti
oleh isterinya yang menganggukkan kepala sambil
menangis. "Thian rupanya memiliki mata! Kami berdua
memang diperintahkan Thio-taijin untuk menyelidiki
tentang anak Giok Hu Goanswe yang lolos dari
tangan jahat orang-orangnya kaisar lalim itu. Siapa
tahu kami bertamu dengan kongcu di sini."
"Kaget Giok Han. ..Benarkah itu ?" tanyanya
kemudian. 1025 "Tugas kami ialah menyelidiki tentang orang
orang yang dihimpun Siangkoan Giok Lin. Orang she
Siangkoan telah diberi kekuasaan oleh Kaisar lalim
itu untuk menghimpun orang-orang kangouw.
Rupanya sekarang raja lalim itu sudah menyadari
bahwa kekuatan kita bukanlah hal yang bisa
diremehkan, apa lagi sekarang Thio-tai jin sudah
berhasil masuk Ciatkang, itulah sebabnya raja lalim
itu ingin merangkul orang-orang kangouw, agar
membantu pihak kerajaan memusuhi kita ! Daftar
mereka ada di tangan Siangkoan Giok Lin, sebab
kemarin malam orang kaisar lalim itu sudah datang
untuk mengambil daftar orang-orang kangouw yang
mau tunduk dan bekerja pada pemerintah!
Kalau hal itu terjadi, tentu menimbulkan banjir
darah yang hebat diantara kita-kita sendiri diadu
domba oleh raja lalim itu, karena kita orang-orang
Han ingin diadu agar menjadi lemah kekuatan dan
persatuan kita, kemudian raja lalim itu baru
menggempur hancur, menggagalkan perjuangan
suci kita! Di samping tugas penting itu, kami diberi tugas
yang tak kalah pentingnya, yaitu menyelidiki dan
kalau bisa mencari kontak untuk bertemu dengan
anak Giok Hu Goanswe, untuk dihubungi dan diajak
menemui Thio taijin yang siang dan malam selalu
menguatirkan keselamatan kongcu dan berduka
sekali pada peristiwa yang menimpa Giok Hu
Goanswe. Kalau saja peristiwa itu bisa digagalkan
dan Giok Hu Goanswe bisa diajak berdiri di pihak
1026 kita, niscaya kerajaan ini akan kembali ke tangan
kita orang-orang Han dalam waktu singkat!"
Cun Siang bicara sambil menangis, sebentarsebentar
menyusut air matanya. Giok Han terharu
mendengar Thio Hong Gan begitu memperhatikan
keselamatan dirinya. Dia merasa berterima kasih
dan berduka ingat pada keluarganya yang telah
dihancurkan oleh orang orang kaisar lalim itu.
Dia jadi ikut menangis, tapi cuma sebentar,
cepat-cepat menghapus air matanya lagi, dia bilang:
"Baiklah! Aku tak lama lagi akan menghubungi Thiotaijin,
sekarang aku mau membereskan dulu
beberapa orang yang mungkin bisa membahayakan
usaha Thio-taijin. Usaha besar ini harus dapat dijaga
jangan sampai gagal, karena rakyat selama ini
sudah tertindas benar oleh kaisar yang lalim itu !"
"Benar Giok Kongcu, menurut Thio-taijin justeru
semakin lama raja lalim itu semakin ganas, rakyat
sudah semakin menderita, kaki tangan kaisar lalim
itu bertindak semakin ganas dan sadis tanpa
pandang bulu, sehingga menimbulkan kegelisahan di
kalangan rakyat. Kami juga berhasil menghimpun
rakyat yang ikut bergabung dengan kita, jumlahnya
sudah melebihi dari empat ratus ribu orang...!"
Giok Han girang bukan main mendengar
kemajuan yang dicapai oleh pasukan Thio Hong Gan
dalam mengadakan pemberontakan untuk
Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1027 mengambil pulang negeri mereka dari tangan raja
penjajah. "Giok kongcu, balehkah kami mengetahui siapasiapa
saja orang yang hendak kongcu bereskan ?"
tanya CJ Siang kemudian. "Yang pertama-tama harus disingkirkan adalah
Siangkoan Giok Lin, karena dengan matinya dia
tentu usaha raja lalim itu buat mempengaruhi dan
"membeli" orang-orang gagah kangouw lewat
tangan kotor Siangkoan Giok-Lin bisa digagalkan.
Orang lainnya adalah Tang San Siansu, ia sekarang
menjadi tangan Cu Bian Liat, thaykam keparat itu !
Demikian pula Cu Bian Liat harus dilenyapkan, aku
akan berusaha untuk membunuhnya. Kalau urusan
ini berhasil tanpa rintangan, tentu berkurangnya
rintangan buat usaha-besar Thio-taijin."
Cun Siang dan isterinya mengangguk-angguk
kagum. Mereka sudah menyaksikan betapa tinggi
kepandaian Giok Hu, mereka yakin Giok Hu pasti
bisa membereskan Siangkoan Giok Lin dan yang
lainnya. "Biarlah kami ikut membantui dulu kongcu,
baru nanti kami kembali ke markas."
Giok Han menggeleng. "Kalian sudah terluka,
tampaknya Tio hujin juga dalam keadaan terluka
tidak ringan. Bawalah isterimu pulang ke markas,
kirim salam kepada kawan kawan dan Thio-jin,
beritahukan juga tak lama lagi pasti aku akan
bergabung dengan mereka. Tentang daftar orangKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
1028 orang gagah yang bersedia bekerja pada kerajaan
bisa kuusahakan merampas dari tangan Siangkoan
Giok Lin. Memang berbahaya kalau kita tak berhasil
memperoleh daftar itu, sebab besok-besok kita akan
kemasukan mata-mata musuh, bisa saja seorang
kangouw yang kita kira sahabat tak tahunya berdiri
dipihak kerajaan ! Aku akan berusaha sekuat tenaga
untuk mendapatkan daftar itu. Tenanglah Tiosuheng,
ajaklah isterimu pulang untuk merawat
lukanya." Cu Siang mengangguk berterima kasih, dia yakin
Giok Han pasti berhasil membunuh Siangkoan Giok
Lin dan memperoleh daftar orang-orang kangouw
yang bekerja pada pihak kerajaan. Kepandaian Giok
Han beberapa tingkat di atasnya. Secara selintas
dan cepat dia menceritakan bahwa di kota ini dia
mempunyai dua orang kawan, anak buah Thio-Hong
Gan juga yang bekerja untuk memata-matai pihak
kerajaan, di samping itu menampung orang-orang
Thio Hong Gan yang kebetulan datang di kota ini.
Kakek tua yang binasa di tangan Ban It Say salah
seorang dari mata mata yang ditempatkan Thio
Hong Gan. Dia sudah melaksanakan tugasnya
dengan baik, selain merawat Tio Cun Siang dan
isterinya yang terluka karena gagal menyerbu
gedung slangkoan Giok Lin, tak berhasil merampas
daftar orang-orang kangouw yang berhasil dibujuk
orang she Siangkoan itu untuk bekerja di kaki Kaisar
penjajah, juga memang mereka telah dilukai oleh
orang-orang Siangkoan Giok Lin.
1029 Beruntung suami isteri itu bisa meloloskan diri
dan menumpang di rumah kakek tua A-nam, matamata
Thio Hong Gan yang berjuang dengan sepenuh
kemampuannya tanpa pamrih. Tapi siapa tahu, jejak
sepasang suami isteri ini diendus oleh pihak
Siangkoan Giok Lin, dengan munculnya Ban It Say
dan juga matinya kakek tua itu. Kalau saja tak
muncul Giok Han dan In Bwee, tentu celakalah Cun
Siang dan isterinya. Selama mendengarkan cerita Cun Siang, Giok
Han sering melirik kepada In Bwee yang masih
mengerahkan sinkangnya dengan duduk bersila buat
menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Memang
luka di dalam tubuh tak bisa disembuhkan dengan
satu kali saja pemusatan tenaga sinkang, namun
setidaknya bisamengurangi luka itu agar tak terlalu
parah. Lama juga ln Bwee mengerahkan pemusatan
sinkangnya, sampai akhirnya dia menyudahi dan
meloncat berdiri. Mukanya masih agak pucat.
Giok Han cepat-cepat menghampiri, muka si
gadis berobah merah, cepat cepat menutupi
dadanya dengan kedua tangannya, isteri Cun-Siang
segera membuka buntalan bajunya yang cuma dua
potong, dia berikan kepada In Bwee. Gadis itu cepat
cepat memakainya, walaupun ukuran baju itu agak
kebesaran tapi jauh lebih baik dari pada dadanya
yang putih montok itu terlihat orang.
1030 Giok Han menceritakan apa yang telah
didengarnya dari Cun Siang, dia juga
memperkenalkan Cun Siang suami isteri kepada In
Bwee. Mereka segera merundingkan cara untuk
membunuh Siangkoan Giok Lin. Akhirnya Giok Han
bilang: "Tio-suheng percayalah, aku berdua Cangkouwnio
akan berusaha membunuh orang she
Siangkoan itu. Sekarang pergilah kau kembali ke
samping Thio-taijin, beritahukan pada Thio-taijin
kalian sudah bertemu denganku, dalam waktu dekat
aku akan berangkat bergabung. Tenaga kalian
sangat diperlukan oleh Thio-taijin. Berangkatlah
sekarang, kalau Ban-It Say, congkoan Gi-lim-kun
tadi, menyusul mengejar kita sampai disitu, kami
yang akan menghadapi, kalian bisa mempunyai
waktu yang cukup buat meninggalkan tempat ini."
Tio Cun Siang dan isterinya bimbang, namun Giok
Han mendesaknya terus, maka akhirnya dengan hati
dan perasaan berat merekapun pamitan untuk
berpisah dengan anak jenderal Giok Hu yang
tampaknya memiliki kepandaian tinggi serta tangguh
ini. Kenyatsan yang aangat menggembirakan,
karena merekapun yakin Thio Hong Gan kalau
menerima laporan ini pasti ikut gembira....
Setelah Tio Cun Siang dan isterinya pergi, Giok
Han mengawasi In Bwee, dengaa sorot mata
memancarkan kekuatiran yang sangat dia bertanya:
"Bagaimana keadaan lukamu, nona Cang?"
1031 "Tangan orang she Ban itu ternyata berbisa
juga." bilang In Bwee dengan muka murung,
"Mungkin aku memerlukan waktu satu bulan agar
tenaga dalam pulih dan kesehatanku baik kembali."
"Baiklah kalau begitu, sementara ini kau
beristirahat dulu, untuk menyembuhkan lukamu.
Marl kita mencari tempat untuk berdiam sementara
waktu. Dalam kesempatan itu aku akan pergi
mencari Siangkoan Giok Lin, untuk membunuhnya
kau dapat memusatkan sinkang untuk
menyembuhkan lukamu."
In Bvves tiba-tiba teringat sesuatu. Dia
memegang tangan Giok Han.
"Hampir aku lupa memberitahukan padamu! Dulu
aku sudah menjanjikan kau akan memberitahukan
rahasia Siangkoan Giok Lin. bukan ?"
Gok Han mengangguk, mengawasi si gadis
dengan sikap berkuatir. "Ya. tapi bukan sekarang
Begal Dari Gunung Kidul 1 Rajawali Emas 03 Raja Lihai Langit Bumi Pendekar Bodoh 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama