Ceritasilat Novel Online

Cula Naga Pendekar Sakti 5

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 5


346 keberaniannya itu untuk membela negara! Tapi kau"
Kau lebih rela mati teraniaya ditangan orang-orang
rendah kaki tangan kaisar lalim itu !Dimana
kegagahanmu" Mana usahamu agar kelak bisa jadi
seorang yang berguna untuk bangsa seperti yang
dirintis oleh ayahmu ?"
Ditegur dengan suara keras seperti itu. Giok Han
jadi tertunduk. Dia kaget dan hatinya bimbang. Apa
yang diucapkan pendeta suci Siauw Lim itu sangat
mendera dihatinya. Ya, Thia-thia sudah tiada,
apakah sebagai anak Thia-thia aku tidak berusaha
untuk menjadi seorang manusia berguna untuk
bangsa" Walaupun pendeta-pendeta ini belum tentu
bisa mendidikku dengan ilmu yang berarti, tapi apa
salahnya" Dia tokh bermaksud baik." Nanti masih
bisa dipertimbangkan lagi kalau ternyata dia tidak
bisa mendidik dengan ilmu yang tinggi. . ."
Disebut-sebut tentang ayahnya, Giok Han juga
jadi sedih. Wie Sin Siansu menghela napas dalam-dalam,
kemudian menghampiri Giok Han, di usap-usap
kepala sibocah. "Hanjie," suara Wie Sin Siansu berobah sabar,
penuh kasih sayang. "Loceng harap kau mau
memenuhi satu permintaan Loceng. Terimalah
keinginan Loceng, kau menjadi murid Loceng. Nanti
setelah tamat pelajaran mu, kau boleh pergi kemana
347 kau suka. Loceng tidak akan melarang, inilah janji
Loceng." "Luar biasa!" Pendeta suci Siauw Lim Sie tingkat
kedua sampai meminta dan berharap bisa
mengambil Giok Han sebagai muridnya-agar Giok
Han mau mengangkatnya sebagai guru sibocah !
inilah urusan yang baru pertama kali terjadi dalam
rimba persilatan! Orang lain, walaupun bersembah sujud sambil
menangis tujuh hari tujuh malam, memohon agar di
terima menjadi murid Siauw Lim Sie, merupakan
urusan yang sulit sekali! Tetapi Giok Han kini yang
didesak oleh Wie Sin Siansu, pendeta suci Siauw Lim
Sie tingkat dua, agar mau menjadi muridnya!
Kepalanya diusap-usap seperti itu oleh Wie Sin
Siansu, juga mendengar suara sipendeta yang
lembut, hati Giok Han jadi lunak lagi.
"Bagaimana ?" Tanya Wie Sin Siansu ketika
melihat Giok Han menengadah tanpa berkata apaapa,
mata sibocah memancarkan keraguan.
"Baiklah, Taysu..." perlahan suara Giok Han.
"Siancay ! Omitohud ! Sekarang kembalilah kau
ke Im Giok Tong. Ini adalah malam terakhir kau
tidur disitu, saat-saat terakhir untuk membersihkan
tubuh dari racun-racun yang pernah mengendap
didalam tulangmu." 348 Giok Han tidak bilang apa-apa, ngeloyor kembali
kedalam Im Giok Tong. Wie Sin Siansu berdiri disitu
dibawah siraman sinar rembulan, menghela napas
lega. Tampaknya Giok Han mulai mengerti akan
maksud baiknya. Wie Sin Siansu mempunyai alasan
sendiri mengapa ia demikian memaksa agar Giok
Han menjadi muridnya. Pertama-tama ia ingat bahwa Giok Han seorang
bocah yang jelas sifatnya masih kekanak-kanakan
Hal itu dimaklumi oleh Wie Sin Siansu. Ke-dua, ia
merupakan putera satu-satunya dari Jenderal besar
Giok Hu, yang sekeluarga telah dianiaya dan musnah
oleh tangan kejam Kaisar lalim yang tengah
berkuasa. Wie Sin Siansu seperti rakyat lainnya, sangat
menghormati Jenderal yang jujur dan setia pada
negeri. Rasa hormat itulah menimbulkan rasa
sayang kalau Giok Han sebagai keturunan Giok
Goanswee satu-satunya yang masih hidup, harus
terlantar dan tersia-sia.
Jika anak itu kelak memperoleh seorang guru
yang biasa saja, bukankah arwah Giok Goan-Svvee
tidak akan meram" Belum lagi kemungkinan kalau
terjadi sibocah jatuh ketangan orang-orang golongan
hitam. Karena itulah Wie Sin Siansu berusaha agar
sibocah bisa ditundukkannya dan mau menjadi
muridnya! 349 Itu pula sebabnya mengapa Wie Sin Siansu akan
mendidik langsung bocah itu, tidak diserahkan
kepada muridnya ataupun cucu muridnya, agar
menjadi guru sibocah. Masih ada alasan lainnya yang terpenting buat
Wie Sin Siansu, la melihat Giok Han memiliki bakat
yang sangat baik, ditambah kecerdasannya yang
memang terpuji, bahwa bocah itu memiliki otak
yang terang. Hal ini telah dibicarakan Wie Sin Siansu
dengan Tang Sin Siansu, Hongthionya.
Kekuatiran terbesar jika dengan semua keadaan
seperti itu, dimana bakat, kecerdasan dan juga api
dendam yang terpendam didasar hati sibocah, jatuh
ketangan orang tidak bertanggung jawab, nicaya
bisa disalah gunakan ! Memang kemungkinan Giok
Han kelak menjadi seorang yang tanguh dan cerdas,
bisa saja terjadi. Tanpa pengarahan yang tepat, apa jadinya pada
bocah itu kelak " Apakah bocah itu akan dibiarkan
tanpa pengarahan dan kelak menjelma jadi seorang
dedengkot iblis" Alasan-alasan itulah mengapa Tang-Sin Siansu
dan juga Wie Sin Siansu memilih lebih baik bocah itu
dirawat dan dididik dalam lingkungan Siauw Lim Sie,
dengan harapan agar bocah itu kelak tumbuh dalam
350 lingkungan baik, bisa menjelmakan jiwa dan
perasaannya pada arah yang baik pula.
Wie Sin Siansu menghela napas dalam-dalam,
rembulan bersinar terang, akhirnya pendeta suci
tersebut kembali kekamarnya.
Keesokan paginya tampak kesibukan di ruang Tat
Mo Tong, belasan murid Siauw Lim Sie tengah
mempersiapkan suatu upacara sembahyang. Tidak
lama lagi akan diselenggarakan upacara
sembahyang pengangkatan guru-murid antara Giok
Han terhadap Wie Sin Siansu. Hanya bedanya
sekarang, tidak terdapat alat-alat pemangkas
rambut, seperti yang biasa terjadi pada upacaraupacara
yang sama di waktu-waktu sebelumnya,
karena sekali ini memang terdapat pengecualiannya
dimana Giok Han tidak akan dicukur rambutnya,
tidak menjadi murid Siauw Lim Sie yang harus
menjadi Hweshio. Sejak pagi tadi Giok Han sudah diajak Bun An
Taysu untuk salin pakaian, dengan seperangkat
pakaian yang rapi dan bersih. Kemudian diajak ke
Tat Mo Tong, dimana sudah berkumpul banyak
sekali murid-murid Siauw Lim Sie. Giok Han di
dudukkan di-sebuah tikar anyaman bergamparkan
patkwa. Suasana hening sekali. Waktu Wie Sin Siansu
melangkah masuk dalam ruangan, semua murid
yang berkumpul di ruang itu, yang semuanya terdiri
351 dari tingkat ke 9, 8, 7, 6, 5, dan 4, berdiri menjurah
memberi hormat, Murid murid Siauw Lim tingkat 3,
dan duduk di sebelah atas undakan ruang itu ikut
berdiri memberi hormat kepada Wie Sin Siansu.
Setelah Wie Sin Siansu mengambil tempat duduk
tidak jauh dari Giok Han, beralaskan selembar tikar
bergambar patkwa juga, menyusul masuk Hongthio
Siauw Lim Sie Tang Sin siansu.
Didahului oleh suara genta yang dibunyikan
berturut-turut sebanyak 10 kali, suara genta
menggema di seluruh tempat itu seputaran kuil
Siauw Lim Sie. Di belakang Tang Sin Siansu tampak
murid-murid Siauw Lim Sie tingkat ke 1, sute dari
Tang Sin Siansu. Mereka terdiri dari Tang Lang
Siansu, Tang Lu Siansu dan Tang Bun Siansu.
Untuk keperluan menghadiri upacara
pengangkatan murid baru Siauw Lim Sie, Tang Lun
Siansu yang menerima perintah Suhengnya untuk
pergi ke Bu Tong Pay, sudah menangguhkan
keberangkatannya. Ini memang merupakan
peraturan Siauw Lim Sie. dimana untuk
pengangkatan seorang murid baru Siauw Lim Sie,
selain harus dipimpin oleh Hongthio Siauw Lim Sie,
juga disaksikan oleh tiga tetua lainnya. Tang Bun
Siansu Tang Lang Siansu dan Tang Lu Siansu,
dengan demikian resmilah sang murid menjadi
murid Siauw Lim Sie. Ketika keempat pendeta suci Siauw Lim Sie
memasuki ruang Tat Mo Tong, semua pendeta yang
352 berkumpul di ruangan itu berdiri. Murid-murid Siauw
Lim mulai dari tingkat ke 4 sampai tingkat ke 9
berlutut menyambut kedatangan ketua mereka.
Tang Sin Siansu berempat dengan ketiga orang
sutenya mengambil tempat duduk. Sikap mereka
angker sekali, masing-masing mengenakan jubah
merah darah bersulamkan benang emas kuning
gemerlapan. Inilah jubah resmi pemimpin-pemimpin
Siauw Lim Sie. Keadaan di dalam ruangan itu hening sekali
"Murid-murid dan cucu murid yang berkumpul hari
ini," berkata Tang Sin Siansu dengan suara yang
jelas dan sabar, tapi berwibawa, "semua untuk
menyambut kehadiran seorang saudara seperguruan
kalian. Hari ini adalah hari pengangkatan resmi
seorang murid baru dari pintu perguruan kita. Calon
murid itu bernama Giok Han, berusia 7 tahun tiga
bulan, putera dari tuan Giok Hu, yang pernah
menjabat pangkat Goanswee. Setelah
mempertimbangkan dalam beberapa hal yang
berhubungan dengan anggaran dasar pintu
perguruan kita, calon murid Giok Han akan diterima
menjadi murid Siauw Lim Sie perawatan dan
pendidikannya akan dipercayakan kepada Wie Sin
Siansu, murid Siauw Lim Sie tingkat ke 2..."
Berkata sampai di situ, Tang Sin Siansu tidak bisa
meneruskan kata-katanya, karena seketika di dalam
ruangan itu ramai oleh suara bisik-bisik di antara
para pendeta. Ini merupakan kejadian yang tidak
353 pernah terjadi dalam pintu perguruan Siauw Lim Sie,
seorang anak berusia 7 tahun yang akan diterima
menjadi murid Siauw Lim Sie bisa langsung dirawat
dan dididik oleh murid tingkat ke 2, merupakan
urusan yang janggal bagi semua pendeta yang
berkumpul di situ, sebabnya, dengan menjadi murid
Wie Sin Siansu, status Giok Han resmi menjadi
murid tingkat ke 3, setingkat dengan Bun An Taysu
dan beberapa murid-murid Wie Sin Siansu lainnya.
Juga Giok Han seketika menjadi Susiok (paman
guru) dan Susiokcouw (kakek paman guru) dari
murid Siauw Lim Sie tingkat 4, 5, 6,7,8, dan 9.
Murid-murid Bun An Taysu dan yang lainnya
otomatis menjadi keponakan murid Giok Han !
Urusan demikian luar biasa, karenanya murid-murid
Siauw Lim Sie itu saling berbisik.
Tang Sin Siansu mengangkat lengan jubahnya,
mendehem, kemudian berkata angker: "Loceng
harap semua tenang. Dengarkan baik-baik. semua
keputusan yang diambil bukan berdasarkan
keputusan seketika. Hal ini telah dirundingkan di
antara tetua-tetua dan pimpinan-pimpinan kita. Ada
beberapa faktor dan alasan mengapa kami harus
mengambil keputusan seperti itu, yang rasanya agak
panjang kalau harus dikemukan di sini sekarang,
apakah ada pertanyaan ?"
Sepi ruangan itu. Tidak ada yang bertanya.
"Omitohud," memuji Tang Sin Siansu atas kebesaran
354 Sang Buddha "Kita bisa segera memulai upacara
sembahyang pengangkatan guru-murid."
Segera beberapa orang pendeta yang memang
bertugas mengurus jalannya upacara sembahyang
pengangkatan guru-murid itu menghampiri Giok
Han, yang sejak tadi duduk diam saja dengan hati
bertanya-tanya, mengapa pendeta-pendeta yang
berkumpul di ruangan tersebut memandangi dengan
sikap tidak puas. Giok Han dipimpin jalan kehadapan Tang Sin
Siansu, ia diajarkan berlutut dan memanggil Tang
Sin Siansu dengan dengan sebutan "Sucouw" (kakek
guru) tiga kali. Tang Sin Siansu meletakkan telapak
tangan di pundak si bocah, sabar dan halus
suaranya ketika ia bilang: "Bangunlah."
Menyusul kemudian baru Giok Han memberi
hormat dengan berlutut kepada Tang Bun Siansu,
Tang Lang Siansu dan Tang Lu Sian Su yang
masing-masing dipanggil dengan sebutan
"Susiokcouw." Upacara berikutnya Giok Han
melakukan sembahyang terhadap meja abu Tat MO


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

COUWSU pendiri pintu perguruan Siauw Lim Sie,
leluhur pertama yang membangun kuil Siauw Lim
Sie. Oi meja abu itu terdapat gambar lukisan
seorang Hweshio bertubuh tinggi besar dan tegap,
dengan berewok yang tebal, tampaknya bukan
seperti orang Han. 355 Angker dan berwibawa sekali. Hidup lukisan
tersebut, sehingga mata pendeta dalam gambar itu
seakan memancarkan sinar berpengaruh. Giok Han
memasang hio tujuh batang, berlutut di depan meja
abu mengangguk tujuh kali. Waktu itu Tang Sin
Siansu pun sudah berdiri di samping Giok Han,
dengan tangan mencekal beberapa batang hio
menyala, berucap dengan suara nyaring : "Tecu
Tang Sin Siansu menghadap Couwsuya menghunjuk
hormat. Bersama Tecu ikut serta murid tingkat
ketiga, Giok Han, menghadap pada Couwsuya. Berkah
dan bimbingan Couwsuya diharapkan benar oleh
Giok Han." la berlutut dan menganggukkan
kepalanya tiga kali. Menancapkan hio di tempatnya,
menjurah lagi. Kemudian, Tang Sin Siansu memutar tubuhnya
Tang Bun Siansu, Tang Lang Siansu dan Tang Lu
Siansu pun setelah memberi hormat kepada meja
abu Tat Mo Couwsu, berdiri di belakang Tang Sin
Siansu. Giok Han masih berlutut.
"Giok Han !" suara Tang Sin Siansu angker sekali.
Giok Han terkejut mengangkat kepalanya, tapi
seorang pendeta pengatur upacara sembahyang
yang ada disamping Giok Han berbisik: "Menunduk,
jangan angkat kepala. Menjawablah panggilan
Hongthio." "Ya Hongthio . . ?"
356 "menyahuti Giok Han perlahan sambil
menundukan kepalanya lagi.
Sepasang alis Tang Sin Siansu dan juga Tang
Bun. Tang Lang maupun Tang Lu Siansu, jadi
mengkerut. Pendeta pengatur upacara sembahyang
itu sibuk membisikan Giok Han: "Jangan memanggiI
dengan sebutan Hongthio. Kau harus memanggil
dengan Sucouw." "Ya.. Sucouw "! Giok Han mengulangi
jawabannya, tapi hatinya jadi tambah tidak senang.
Demikian bertele-tele dan rumit upacara
pengangkatan guru-murid. Dia jadi sebal.
"Dengarkanlah baik-baik Giok Han !" kata Tang
Sin Siansu lagi. "Mulai hari ini kau diterima menjadi
salah seorang murid Siau Lim Sie. Karena yang akan
mendidik dan merawat kau murid-murid Siauw Lim
Sie tingkat ke dua, dengan sendirinya kau sebagai
murid Siauw Lim Sie tingkat ke 3. Berkat doa dan
restu Couwsuya, ijin dari leluhur-leluhur kita yang
lainnya, upacara sembahyang pengangkatan guru
murid berlangsung dengan lancar. Mengingat akan
usiamu yang masih terlalu kecil, kami tidak akan
memaksa kau mengambil jalan HOED, karenanya
kau adalah satu-satunya murid Siauw Lim Sie yang
tidak cukur rambut, kaupun tidak perlu
mempergunakan gelar kependetaan, cukup
mempergunakan namamu yang semula.
357 Kelak jika kau sudah dewasa dan bermaksud
menempuh jalan HOED, hal itu baru akan
dipertimbangkan kembali, barulah Kami tetuatetuamu
akan mencarikan gelaran mulia untukmu.
Mulai sekarang, kau terikat oleh peraturan-peraturan
Sauw Lim Sie yang harus kau patuhi sebaik-baiknya.
Dengarkanlah baik-baik!"
"Ya, Sucouw ..." Menyahuti Giok Han
Walaupun sebal tapi hatinya gentar melihat
keangkeran Tang Sm Siansu dan tiga pendeta Suci
Siauw Lim lainnya yang berdiri di belakang Hongthio
tersebut, sehingga ia tidak berani rewel.
"Peraturan yang pertama," bilang Tang Sin Siansu
lagi, "bunyinya : Setiap murid Siauw Lim Sie harus
patuh pada gurunya seperti kepada orang tuanya,
menghormati guru maupun pintu perguruannya.
Harus patuh kepada saudara seperguruan yang
tingkatannya lebih tinggi darinya, harus
memperhatikan kesejahteraan saudara-saudara
seperguruan, demikian juga terhadap saudarasaudara
seperguruannya yang tingkatannya lebih
bawah. Tidak boleh mempelajari ilmu silat dari
perguruan lain, terlebih lagi ilmu sesat."
Giok Han hanya mendengarkan, sepatah
perkataanpun tidak diperhatikan, masuk telinga kiri
keluar telinga kanan, Sebal sekali sibocah dengan
upacara-upacara yang demikian rumit dan berteletele.
358 "Bunyi peraturan kedua: Setiap murid Siauw Lim
Sie harus menjunjung tinggi kebenaran, keadilan
dan welas asih. Tidak boleh mempergunakan
kepandaiannya buat melakukan perbuatan tercela
atau tindakan yang bisa mendatangkan malu
terhadap pintu perguruan. Tidak boleh
mempergunakan kepandaiannya untuk menindas
yang lemah. Peraturan yang ketiga : Setiap murid
Siauw Lim Sie ..." Hongthio Siauw Lim Sie itu
membacakan terus peraturan-peraturan Siauw Lim
Sie, yang harus dipatuhi oleh setiap murid Siauw Lim
Sie, yang keseluruhannya berjumlah 30 peraturan.
Sampai akhirnya setelah selesai membacakan ketiga
puluh peraturan tersebut, Tang Sin Siansu bilang:
"Dan bagi setiap murid Siauw Lim Sie yang
melanggar salah satu dari peraturan yang telah
diberitahukan kepadanya di hadapan Couwsuya,
akan menerima hukuman yang setimpal dengan
dosa-dosanya !" Tang Sin Siansu mengibaskan lengan jubahnya,
Wie Sin Siansu maju, duduk di sebuah kursi yang
ada disamping Hongthio Siau Lim Sie, kemudian
Giok Han maju berlutut di depan Wie Sin Siansu,
memanggil "Suhu !" tiga kali sambil memanggutkan
kepala tujuh kali. Wie Sin Siansu menepuk-nepuk pundak Giok Han
sambil tersenyum. "Bangunlah muridku . . . mulai
sekarang kau harus rajin-rajin-belajar apa yang
akan kuajarkan kepadamu."
359 "Ya Suhu," dan Giok Han berdiri di samping
gurunya. Murid-murid Siauw Lim Sie mulai dari
tingkatan ke sembilan maju memberikan ucapan
selamat kepada Giok Han. Memang agak lucu juga
peristiwa pengangkatan guru murid sekali ini, karena
pada waktu ini murid-murid tingkat 9, 8. 7 dan
seterusnya memanggil Giok Han dengan panggilan
"Susiokcouw" "Susiok" dan Iain-lain, panggilan tingkat yang
lebih muda kepada tingkat yang lebih tinggi.
Sedangkan murid-murid Siauw Lim Sie tingkat 2
dan 3 yang memberikan ucapan selamat kepada
Giok Han sambil menyertai nasehat-nasenat mereka,
agar Giok Han rajin-rajin belajar.
Pendeta tingkat 2, saudara-saudara seperguruan
yang sama tingkat dengan Wie Sin Siansu,
memanggil Giok Han dengan sebutan Sutit,
keponakan murid. Pendeta dan tingkat 3 memanggil
Giok Han "Sute " adik seperguruan. Bun An Taysu
sendiri sambil tertawa berkata kepada sute
bungsunya ini: "Sute, aku akan senang sekali nanti
latihan bersama-sama kau!"
Tetapi 8 murid Wie Sin Siansu lainnya,
tampaknya tidak begitu gembira dengan
memperoleh seorang sute kecil seperti Giok Han,
mereka tampak tidak puas. Seorang bocah seperti
Giok Han mendadak saja bisa mencapai kedudukan
yang sama tingkat dengan mereka.
360 Upacara pengangkatan guru-murid itupun
dilanjutkan dengan minum teh, dan akhirnya bubar.
Giok Han memperoleh kamar yang terletak pada kuil
sebelah timur, tempat untuk murid-murid Siauw Lim
Sie tingkat 2 dan 3. kamarnya bersih, ia sekamar
dengan Bun An Taysu, si Toasuheng (kakak
seperguruan tertua), karena Wie Sin Siansu
memerintahkan Bun An Taysu mendampingi si Sute
bungsu ini sambil membimbingnya.
Memang benar Wie Sin Siansu yang akan
mendidik langsung murid bungsunya. namun Bun An
Taysupun harus sering-sering memberikan petunjuk
kenada Giok Han. agar si adik seperguruan bungsu
itu tidak mengalami kesulitan untuk menerima
semua pelajaran dari Wie Sin Siansu.
Wie Sin Siansu mulai mendidik Giok Han dari ilmu
dasar, yaitu ilmu pukulan delapan belas arhad, Cap
Peh Lo Han Kun. Ilmu pukulan ini terbagi dalam 18
jurus dan setiap jurus terbagi dalam 6 gerakan,
sehing ga keseluruhannya berjumlah 108 gerakan.
Ini merupakan langkah pertama bagi murid
SiauwLim Sie melatih ilmu pukulan, jika sudah
menguasai Cap Peh Lo Han Kun, barulah akan
ditingkatkan kepada ilmu pukulan lainnya. Walaupun
disebut sebagai ilmu dasar, Cap Peh Lo Han kun dari
Siauw Lim Sie ini bukanlah ilmu sembarangan.
Seorang ahli dari Siauw Lim Sie, dengan
mempergunakan ilmu pukulan tersebut pasti tidak
361 akan rubuh ditangan musuh berjumlah lebih dari 70
orang! Terlebih lagi kalau ilmu pukulan Cap Peh Lo
Han Kun disertai dengan tenaga Sinkang akan
menjelma sebagai ilmu pukulan yang tiada
lawannya! Setelah sebulan lebih berlatih, Giok Han mulai
senang. Kegembiraannya pulih. Ternyata para
pendeta-pendeta itu tidak mengajarkannya
membaca Liamkheng seperti yang ditakutinya.
Hanya Bun An Tavsu suka juga mengajarkan Giok
Han membaca maupun menulis, yang sama sekali
tidak ada sangkut paut dengan kependetaan.
Membaca syair-syair kuno, menulis dan juga
mengenal makna huruf-huruf dari jaman kuno
sampai huruf yang sekarang dipergunakan.
Karena sekamar dengan Giok Han, Bun An Taysu
pun di waktu-waktu senggang suka bercerita pada si
bocah tentang pengalamannya di dunia Ka-ngouw.
Memberitahukan juga cara hidup orang-orang
Kangouw, tokoh-tokoh Kangouw yang terkenal. Jika
mendengarkan cerita Bun An Taysu tentang tokohtokoh
Kangouw maupun kejadian-kejadian di rimba
persilatan Giok Han senang sekali. Sebagaimana
seorang anak kecil lainnya, diapun senang di
dongengi, hanya bedanya bocah ini menginginkan
dongeng dari kisah kenyataan para pendekar
dijaman silam, bukan dongengan yang tidak masuk
dalam akal. 362 Otak Giok Han memang encer dan mudah
menerima semua pelajaran yang diberikan Wie Sin
Siansu maupun Bun An Taysu. Tidak pernah si bocah
mengalami kesulitan dalam mempelajari Cap Peh Lo
Han Kun. Wie Sin Siansu sendiri merasa heran campur
girang. la tidak menyangka Giok Han bisa menerima
semua pelajaran dengan mudah. Dengan sendirinya,
semuanya berlangsung lancar tanpa kesulitan.
Sebelumnya Wie Sin Siansu merencanakan untuk
mengajarkan ke setiap jurus dari Cap Peh Lo Han
Kun pada Giok Han selama seminggu. Jurus pertama
sudah dilatih seminggu baru akan diajarkan jurus
yang kedua dan begitu seterusnya.
Tetapi ketika hari pertama Wie Sin Siansu
mengajarkan jurus pertama Cap Peh Lo Han kun,
Giok Han sudah segera bisa menangkap apa yang
diajarkan kepadanya. Tidak sampai setengah hari
tangan dan kuda-kucla kedua kakinya sudah
mantap, dan menjelang sore hari ia sudah
menguasai jurus pertama ilmu pukulan delapan
belas arhad tersebut ! Mulanya Wie Sin Siansu tercengang, takjub, tidak
mempercayai apa yang disaksikannya. Namun
akhirnya pendeta alim Siauw Lim Sie itu harus
mengakui kelebihan-kelebihan Giok Han dari bocahbocah
sebaya dengannya, baik bakat maupun
kecerdasannya. "Tidak kecewa ia keturunan seorang
363 besar seperti Giok Hu Goanswee !" Berpikir Wie Sin
Siansu saat itu. Keesokan paginya Wie Sin Siansu perintahkan
Giok Han mengulangi jurus pertama yang kemarin
dipelajarinya. Si bocah bisa menjalankan jurus itu
dengan baik tanpa kesalahan sedikitpun. Kuda-kuda
kedua kakinya pun tepat. Wie Sin Siansu jadi
memutuskan mengajarkan jurus kedua. Jurus ini
lebih rumit dan sulit, dengan enam gerakan juga
seperti jurus pertama. Tapi setiap gerakan memiliki perobahanperobahan
yang mendadak. Dia menyangka Giok
Han memerlukan waktu empat atau lima hari untuk


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempelajari dan menguasainya, walaupun otak si
bocah sangat encer. Tapi si pendeta tua itu kecele
lagi. Giok Han bisa mempelajaiinya malah lebih
cepat dari jurus pertama ! Jurus kedua dari ilmu
pukulan delapan belas arhad itu telah dikuasai waktu
matahari tepat bersinar di tengah-tengah, menjelang
tengah hari ! Tidak ada alasan lagi buat Wie Sin
Siansu menunda-nunda jurus lainnya, yang siang itu
diajarkan kepada Giok Han.
Sebagai pendeta yang sakti, Wie Sin Siansu pun
akhirnya mengetahui mengapa jurus pertama yang
lebih mudah dari jurus ke dua malah dilatih lebih
lama oleh Giok Han. Jurus pertama dilatih satu harian, sedangkan
jurus kedua yang lebih sulit hanya setengah hari
364 saja. Hal itu disebabkan jurus pertama adalah saatsaat
pertama kali Giok Han melatih ilmu silat Cap
Peh Lo Han Kun, memerlukan persesuaian keadaan
tubuh dan lain-lainnya. Jurus kedua dilatihnya
justeru ketika ia sudah bisa menyesuaikan diri,
karenanya jauh lebih cepat !
Jurus ketiga, ke empat dan seterusnya dilatih
pada hari ke dua itu, mulai tengah hari sampai sore!
Waktu akan kembali ke tempatnya, Wie Sin Siansu
sudah menurunkan seluruh ke delapan belas jurus
Cap Peh Lo Han Kun ! Memang suatu kejadian luar
biasa, dalam dua hari Giok Han sudah menguasai
kedelapan belas jurus Cap Peh Lo Han K.un, lengkap
dengan setiap 6 perobahan gerakan dari setiap
jurus, yang dapat dikuasainya dengan baik tanpa
ada kesalahanpun juga ! Malam iiu Wie Sin Siansu segera melaporkan hal
itu kepada Tang Sin Siansu. Dengan muka berseriseri
penuh rasa girang dan takjub, Wie Sin Siansu
menceritakan bagaimana mulai jurus ke 2 sampai
jurus ke 18, dilatih oleh Giok Han hanya dalam
waktu 1 hari saja ! Mendapat keterangan seperti itu muka Tang Sin
Siansu malah jadi murung, tampaknya ia bersusah
hati. Wic Sin Siansu kaget, ia menyangka dirinya
melakukan suatu kesalahan. Apalagi dilihatnya
Hongthionya berdiam diri saja.
365 "Hongthio," kata Wie Sin Siansu hati-hati.
"Apakah... apakah ada sesuatu yang tidak benar ?"
Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam.
"Tampaknya apa yang Loceng kuatirkan akan
menjadi kenyataan. Jika anak itu tidak dipelihara
dengan pengarahan sebaik-baiknya, bisa
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit."
Wie Sin Siansu tidak mengerti, hanya mengawasi
Hongthionya. "Wie Sin, kau sudah melihat betapa cerdasnya
anak itu, bukan?" Tanya Tang Sin Siansu sambil
mengawasi Wie Sin Siansu, Cepat cepat Wie Sin
Siansu mengiyakan. "Nah, dari semua itu saja sudah
bisa kita pastikan, bahwa Giok Han dapat
mempelajari sebagian besar ilmu silat Siauw Lim Sie
tidak lebih dari dua atau tiga tahun! Ilmu perguruan
kita tidak akan rampung hanya di latih dua puluh
tahun, sedikitnya memerlukan tigapuluh tahun,
itupun belum pasti bisa dilatih keseluruhannya.
Kalau sekarang ilmu pintu perguruan kita yang harus
dilatih oleh seorang murid selama tigapuluh tahun
lebih, dapat dilatih oleh seseorang hanya dalam
waktu dua atau tiga tahun, apa yang akan terjadi ?"
Wie Sin Siansu tercekat, mukanya jadi pucat.
Seketika ia baru tersadar. "Maksud Hongthio... Giok
Han..." 366 "Bocah itu tampaknya luar biasa sekali, berbeda
dengan anak-anak sebaya lainnya. Buktinya" Cap
Peh Lo Han Kun biasanya bisa dikuasai oleh seorang
murid baru setelah ia berlatih dengan tekun selama
satu tahun. Terkadang lebih. Tapi, Giok Han bisa
menguasainya dalam dua hari, seperti dalam
laporanmu tadi ! Benar-benar kejadian yang sulit
diterima oleh akal kita. Sesuatu yang sangat
mustahil, tapi sudah menjadi kenyataan.
Melihat kenyataan seperti itu, Loceng berani
memastikan anak itu bisa mempelajiri sebagian ilmu
silat kita dalam waktu dua tiga tahun. Tidak lebih
dari itu!" Wie Sin Siansu jadi berpikir keras. Apa yang
dikatakan Hongthionya ini tidak keliru. Melihat
kecerdasan yang dimiliki Giok Han, tampaknya
memang bukan mustahil ia bisa mempelajari
sebagian ilmu silat Siauw Lim Sie dalam waktu yang
sangat singkat. "Hongthio," kata Wie Sin Siansu kemudian,
"apakah hal ini bukan terjadi hanya kebetulan saja,
mungkin nanti melatih ilmu lainnya ia tidak akan
secepat itu" Atau..."
Tang Sin Siansu tersenyum sabar, ia
mengulapkan tangannya. "Omitohud! Siancay! Kau
tentu ingin bilang bahwa Giok Han kebetulan bisa
mempelajari Cap Peh Lo Han Kun begitu cepat dan
mungkin jika mempelajari ilmu lain ia tidak secepat
367 itu" Loceng kira malah sebaliknya ! ia akan lebih
cepat dan lebih mudah menguasai ilmu lainnya,
karena semakin banyak ilmu yang telah diserap,
bukakah ia akan lebih cepat memahami sesuatu
jurus dari setiap ilmu pukulan, yang bagaimana sulit
sekalipun" Boleh saja kita menduga bahwa dulu waktu
ayahnya masih hidup, ia sudah mulai mempelajari
ilmu silat dibawah bimbingan ayahnya atau
panglima-panglima kepercayaan ayahnya.
Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi mengingat
ayahnya seorang Jenderal besar, Tapi, masuk
akalkah jika Cap Peh Lo Han Kun dipelajari dan
dikuasai oleh seorang anak seperti Giok Han hanya
dalam dua hari" Sedangkan murid tingkat sembilan,
yang sudah bertahun-tahun berdiam disini, jika kita
perintahkan membawakan Cap Peh Lo Han Kun,
belum tentu bisa membawakannya dengan
sempurna, kesalahan kesalahan kecil pasti
dibuatnya. Sedangkan menurut laporan kau Wie Sin,
waktu itu Giok Han sudah menguasai kedelapan
belas jurus Cap Pen Lo Han Kun, kau perintahkan
kepadanya membawakan dari mulai jurus-jurus ilmu
pukulan itu dan tidak ada kesalahan kecilpun yang
dilakukannya! Yang Loceng kuatirkan, kalau
memang anak itu bisa dibawa dalam pengarahan
yang baik, tentu merupakan anugerah HODCOUW
(Sang Budha), tapi kalau sebaliknya " Siapa yang
bisa mengendalikannya kelak kalau ia sudah dewasa
dan menguasai ilmu silat Siauw Lim ?"
368 Wie Sin Siansu menggidik mendengar perkataan
Tang Sin Siansu terakhir itu. "Kalau demikian,
apakah harus ada pembatasan-pembatasan dulu
dalam menurunkan pelajaran kepada anak itu.
Hongthio?" tanya Wie Sin Siansu.
Tang Sin Siansu menggeleng. "Siancay, hal itu
tidak baik. Tidak pernah perbuatan seperti itu kita
lakukan terhadap murid yang manapun. IImu Siauw
Lim yang manapun berhak dipelajari oleh seluruh
murid-murid Siauw Lim Sie, tanpa pengecualian,
tergantung dari kemampuan dan bakat mereka.
Hanya Giok Han tampaknya memiliki keluar-biasaan
yang harus dipertimbangkan sebaik-baiknya,
bagaimana caranya membawa anak itu pada
suasana lingkungan jiwa yang baik, agar
perkembangan jiwanya lurus dan bersih."
"Kita tak berhak menghambatnya dengan
membatasi ilmu untuknya, tapi perlu sekali
pengamatan terhadap semua sepak terjangnya,
dengan demikian kita bisa mengetahui secepatnya
bagaimana jiwa dan watak anak itu, agar tidak
terjadi penyesalan setelah terlambat. Jika terlihat
tanda-tanda kurang baik dalam sepak terjangnya,
kita harus segera menghentikan pengajaran
padanya. Kita akan rundingkan lagi hal itu, apakah
perlu diambil langkah-langkah seperlunya, misalnya
anak itu dikeluarkan dari Siauw Lim Sie dengan
alasan tertentu dan dipercayakan kepada pintu
perguruan lainnya." 369 Wie Sin Siansu mengangguk. "Tecu akan
memperhatikannya sebaik mungkin. Mudahmudahan
apa yang kita kuatirkan tidak terjadi, dan
sepak terjang anak itupun semoga saja tida sesat."
"Omitohod." Tang Sin Siansu merangkapkan
tangannya memuji kebesaran Sang Buddha. "Besok
adalah hari ketiga kau mendidik Giok Han, ilmu apa
yang akan kau ajarkan lagi padanya ?"
"Semula Tecu bermaksud akan mengajarkan Sin
Wan Kun, tapi setelah menerima petunjuk-petunjuk
Hongthio, biarlah anak itu akan tecu perintahkan
melatih dulu sebulan jurus-jurus Cap Pen Lo Han
Kun, agar ia lebih mahir."
Tang Sin Siansu mengangguk, menyetujui
rencana Wie Sin Siansu. "Besok jika ia sedang
berlatih Loceng akan pergi melihatnya," kata
Hongthio tersebut. Wie Sin Siansu pamitan mengundurkan diri dari
hadapan Hongthionya, di kamarnya ia duduk
bersemedi. Tapi pikirannya tidak bisa tentram.
Sebagai seorang yang sejak kecil melatih ilmu silat
dan hidup sebagai seorang pendeta alim, ia sangat
menomor satukan ilmu silat, semakin tinggi
kepandaiannya, semakin besar penghargaannya
terhadap ilmu silat yang lebih sulit.
Juga akan merasa gembira jika bisa mendidik
murid-muridnya memperoleh kemajuan, sekarang
370 Giok Han menjadi muridnya, bocah itu memiliki
bakat dan kecerdasan yang luar biasa tentu saja di
samping kekuatiran terhadap pesan-pesan
Hongthionya, ia pun merasa bersyukur, di mana
Giok Han bisa mengharapkan menerima semua
ilmunya dengan baik. Walaupun sebagai pendeta alim, Wie Sin Siansu
tetap saja seorang manusia, yang masih belum
keseluruhannya sanggup melepaskan diri dari
perasaan girangnya. Sebab itu ia merasa sayang
kalau bakat yang demikian bagus pada diri si bocah
tersia-sia. Hanya saja Wie Sin Siansu pun berpikir,
kalau sampai apa yang dikuatirkan oleh Hongthio
Siauw Lim Sie terjadi, di mana Giok Han berhasil
melatih seluruh ilmu Siauw Lim Sie dalam wakta
singkat, kemudian berpaling dari jalan yang lurus,
siapa yang bisa menguasainya "
Wie Sin Siansu jadi gelisah ia bcrsemedhi umuk
menenangkan pikirannya, sampai akhirnya selesai
bersemedhi, si pendeta alim yang biasanya tidak
pernah bingung menghadapi persoalan bagaimana
rumitpun, memutuskan bahwa ia akan mengulur
waktu dulu sementara ini, agar bisa memperhatikan
sepak terjang Giok Han, adakah jiwa dan watak si
bocah bersih dan lurus atau kebalikannya, Jika
memang terbukti bocah itu memiliki sifat yang baik
dan terpuji, ia tidak akan ragu-ragu lagi meneruskan
pendidikan pada bocah itu.
371 Keesokan harinya, waktu Wie Sin Liancu
Perintahkan Giok Han melatih kedelapan belas jurus,
Cap Peh Lo Han Kun, secara diam-diam Tang Sin
Siansu memperhatikan. Dia ia semakin yakin dengan
dugaannya bahwa Giok Han merupakan seorang
bocah luar biasa, yang memiliki banyak kelebihan
dari bocah-bocah sebaya lainnya Delapan belas jurus
Cap Peh Lo Han Kun, dengan setiap jurus ada 6
perobahan gerak, dapat dilakukan Giok Han dengan
baik, tanpa melakukan satu kesalahanpun juga,
walaupun ia baru 3 hari mempelajari ilmu Cap Peh
Lo Han Kun tersebut. Keputusan Tang Sin Siansu
semakin bulat, bahwa Wie Sin Siansu harus
membatasi dulu dan mengulur waktu dalam
mewarisi kepandaiannya pada si bocah.
Hal itupun disampaikan kepada Wie Sin Siansu.
"Kita perhatikan dulu selama tiga bulan, jika selama
ini Giok Han berkelakuan baik, barulah diwarisi
secara wajar." perintah Tang Sin Siansu pada Wie
Sin Siansu. Karena keputusan Tang Sin Siansu, akhirnya
selama sebulan lebih itu Giok Han hanya melatih
semacam ilmu saja, yaitu Cap Poh Lo Han Kun. la
melihat delapan belas jurus, jurus ke satu sampai
jurus ke delapan belas, kemudian kembali ke jurus
pertama. Memang membosankan, pernah Giok Han
menanyakan kepada Wie Sin Siansu, apakah tidak
ada ilmu lainnya yang bisa dipelajarinya, selain Cap
372 Peh Lo Han Kun, Giok Han juga memperlihatkan
bahwa ia benar-benar sudah menguasai kedelapan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belas jurus ilmu pukulan Arhad tersebut.
Tapi Wie Sin Siansu selalu bilang. "Kau harus
berlatih sampai benar-benar menguasai ke delapan
belas jurus itu, muridku. Masih banyak kelemahan
dan kekurangan yang kau lakukan. Jika sudah tiba
waktunya aku akan mengajarkan lagi ilmu lainnya !"
Jilid ke 9 Karena rasa bosannya harus terus menerus
melatih Cap Peh Lo Han Kun, akhirnya Giok Han
lebih sering memperhatikan Bun An Taysu yang
tengah berlatih, Giok Han duduk dan mengawasi
saja latihan yang dilakukan Bun An Taysu. Kalau
malam hari, Giok Han pun sering meniru-niru Bun
An Taysu duduk bersemedi, banyak bertanya kepada
Toasuhengnya ini apa yang harus dilakukan melatih
ilmu pernapasan. Karena Bun An Taysu menyukai sute kecilnya ini,
akhirnya ia suka juga memberitahukan cara-cara
melatih ilmu pernapasan. la menyangka Giok Han
hanya iseng-iseng meniru setiap gerak-gerik yang
dilakukannya, ikut duduk bersemedhi. Tetapi siapa
tahu, Giok Han benar-benar melatih dengan penuh
kesungguhan. Rasa isengnya malah membuat si bocah lebih
tertarik untuk mendengarkan Toasuhengnya
373 menceritakan berbagai ilmu-ilmu silat Siauw Lim Sie,
yang telah dikuasai Toasuhengnya tersebut. "Nanti
jika kau sudah memperoleh dasar yang cukup kuat,
Suhu tentu akan mengajarkan kau ilmu-ilmu itu,"
Bun An Taysu selalu berkata begitu jika Giok Han
terlalu rewel bertanya sesuatu yang berhubungan
dengan ilmu silat yang diceritakan oleh Bun An
Taysu. Pada suatu malam, ketika mereka ingin tidur,
Giok Han menggoyangkan lengan Toa suhengnya.
"Ada apa, Sute ?" tanya Bun An Taysu sambil
bangkit duduk. "Tadi siang kuperhatikan kau berlatih,
Toasuheng. Aku telah meniru setiap jurus yang kau
latih. Sekarang Toasuheng lihat, apakah aku keliru
menirunya "!" Setelah bilang begitu, Giok Han mulai
bergerak-gerak dalam jurus-jurus silat.
Bun An Taysu tertawa dan memperhatikannya. la
memang sangat sayang pada Giok Han, karenanya
senang si pendeta melihat kegembiraan sute
kecilnya itu- "Kau benar-Suteku yang cerdas, jurus-jurus itu
dapat kau tiru bagus sekali..." puji Bun An Taysu.
Tapi mendadak senyumnya lenyap, matanya terbuka
lebar-lebar, mukanya jadi tegang. la memperhatikan
lebih serius setiap jurus yang dilakukan oleh Giok
374 Han, sampai akhirnya Bun An Taysu memekik kaget,
melompat dan memegang lengan Giok Han.
"Sute, siapa yang mengajarkan kau ilmu ini ?"
tegur Bun An Taysu. Giok Han tertawa. "Suhu rnana mau mengajarkan
aku ilmu ini " Selalu Suhu perintahkan aku melatih
Cap Peh Lo Han Kun tanpa pernah mengajarkan ilmu
lain, sampai aku bosan melatih delapan belas jurus
itu-itu juga !" "Lalu siapa yang mengajarkan Tat Mo Kunhoat ini
padamu ?" Giok Han tertawa "0oo, jadi nama ilmu pukulan
itu Tat Mo Kunhoat, Toasuheng" Lucu, namanya
mengambil nama Couwsuya!"
"Jangan bergurau, Sute... beritahukan kepadaku,
siapa yang mengajarkan ilmu itu padamu ?" desak
Bun An Taysu, wajahnya tegang dan sikapnya
serius. "Sudan kuberitahukan tadi padamu, Toasuheng...
aku melihat kau berlatih dan aku meniru
jurus-jurus yang kau latih!"
"Benarkah " Kau tidak berbohong?"
"Benar, Toasuheng, sebetulnya ada apa "
Tampaknya kau tegang sekali "!"
375 Bun An Taysu tidak segera menyahuti. la
menggumam sambil melepaskan cekalannya pada
kedua lengan Giok Han. "Mustahil ! Benar-benar
mustahil !" "Apanya yang mustahil, Suheng ?" tanya Giok
Han jadi heran melihat kelakuan Toasuheng nya
tersebut. Tiba-tiba Bun An Taysu menoleh mengawasi Giok
Han tajam. "Sute, jangan sekali-kali kau perlihatkan
pada Suhu babwa kau bisa membawakan jurus-jurus
Tat Mo Kun Hoat. Kita berdua akan dihukum Suhu..."
"Oooo, kita akan dihukum Suhu?" Tanya Giok Han
kaget. "Ya. Suhu pasti menyesali aku, karena akan
menuduh aku sudah mengajarkan kau Tat Mo Kun
Hoat. Tahukah kau. ilmu itu baru boleh dipelajari
oleh murid-murid yang sudah mencapai tingkat
empat. Kalau sampai Suhu mengetahui kau bisa
menjalankan jurus-jurus itu, niscaya Suhu akan
marah. Kau harus berjanji Sute, sampai kapanpun
juga tidak akan memperlihatkan kepada Suhu bahwa
kau bisa membawakan jurus-jurus Tat Mo Kun Hoat
!" Giok Han mengangguk, tertawa. "Suheng jangan
kuatir. Aku tidak tolol, kalau untuk dihukum buat
apa kuperlihatkan kepada Suhu " Bukankah itu sama
saja seperti ular cari penggebuk ?"
376 "Tapi aneh," kata Bun Au Taysu seperti,
mengoceh sendiri. "Aku tidak pernah
memberitahukan kepadamu bagaimana menjalankan
jurus-jurus Tat Mo Kun Hoat, tapi mengapa sekarang
kau bisa membawakan semua jurus itu tanpa satu
juruspun salah?" "Apa susahnya, Suheng "!" menyahu ti Giok Han
"Oja, tadi Suheng bilang murid tingkat 4 baru boleh
mempelajari Tat Mo Kun hoat, kenapa begitu
Suheng?" "Sute, kalau kita belum mencapai tingkat 4 dan
mempelajari Tat Mo Kun Hoat, kita bisa tersesat.
Juga untuk melatih Tat Mo Kun Hoat, diperlukan
penggunaan lwekang yang tepat, sedangkan kau
sendiri belum pernah melatih Lwekang, kalau
melatih Tat Mo Kun Hoat bukankah kau akan
tersesat ?" Giok Han lari memeluk Bun An Taysu "Aduhh,
bagaimana ini, Suheng" Aku akan tersesat " Kau
harus menolongku Suheng, kau harus mengajarkan
aku ilmu itu dengan cara yang tepat... mengajarkan
aku lwekang..." Rasa kaget Bun An Taysu sudah berkurang, ia
tertawa melihat lagak Giok Han, senang hati si
pendeta dipeluk seperti itu oleh adik seperguruannya
yang masih kecil ini. 377 "Sudahlah" Kata Bun An Taysu sambil mengusapusap
kepala Giok Han. "Asal kau mau berjanji tidak
memberitahukan Suhu, aku nanti akan mengajarkan
kau ! ingat semua ini harus kau latih secara diamdiam,
jika ketahuan Suhu selanjutnya aku tidak mau
perdulikan kau lagi !"
"Aku berjanji tidak akan membocorkan rahasia
kita berdua, Suheng," berjanji Giok Han.
Sejak malam itulah Giok Han banyak menerima
petunjuk-petunjuk dari Bun An Taysu. si murid
kepala Wie Sin Siansu, kepandaiannya pun sudah
mencapai tingkat yang tinggi, sehingga diajarkan
oleh Bun An Taysu sebetulnya bagi Giok Han sama
saja seperti diajarkan oleh Wie Sin Siansu.
Walaupun sudah mencapai tingkat yang tinggi,
tingkat ke tiga, namun Bun An Taysu tetap rajin
belajar dan berlatih. Jika dulu ia selalu berlatih
seorang diri, sekarang selalu ditemani oleh Giok
Han. Bahkai setelah lewat dua minggu, Giok Han
dijadikan sebagai kawan berlatihnya! Bun An Taysu
pun mengajarkan Giok Han bagaimana cara duduk
bersemedhi mengatur jalan pernapasan sarta
melatih lwekang. Yang membuat Bun An Taysu kagum campur
heran, melihat Giok Han dapat menerima semua
petunjuknya dengan mudah dan cepat bisa
menguasainya. Bun An Taysu jadi tertarik, sengaja
ia memberikan pelajaran yang lebih berat, namun
378 tetap saja Giok Han bisa menerima dengan mudah !
Tat Mo Kun Moat saja sudah seluruhnya dikuasai
oleh Giok Han hanya dalam lima hari! Memang
hampir sulit dipercaya tapi hal itu sudah menjadi
kenyataan. Hari-hari lewat cepat sekali, tanpa terasa Giok
Han sudah hampir tiga bulan berada di Siauw Lim
Sie. Wie Sin Siansu sendiri mulai mengajarkan ilmu
pukulan Sin Wan Kun. Ia melihat selama hampir tiga
bulan ini Giok Han tidak memperlihatkan tandatanda
yang tidak baik, anak itu malah semakin patuh
dan jinak, berbeda dengan sebelumnya yang cukup
binal dan keras kepala. Sama seperti waktu mempclajari Cap Peh Lo Han
Kun, mempelajari Sin Wan Kun pun Giok Han tidak
memerlukan waktu terlalu banyak. Hanya empat
hari ia sudah berhasil menguasai semua jurus Sin
Wan Kun. Wie Sin Siansu tambah takjub saja, hanya
di dasar hatinya terdapat kegembiraan yang meluapluap,
memiliki murid secerdas Giok Han. la pun
sangat sayang serta memanjakan Giok Han.
Akhir-akhir ini malah Wie Sin Siansu seperti
sudah melupakan pesan-pesan Tang Sin Siansu,
Hongthionya. la bersemangat sekali mendidik Giok
Han. Semakin cepat bocah itu mencernakan
pelajaran yang di berikan, semakin banyak yang
diturunkan oleh Wie Sin Siansu.
379 Giok Han sangat rajin dan tekun berlatih. Pada
pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, Giok Han
pergi ke hutan kecil di belakang kuil Siauw Lim Sie
sebelah utara. la melatih ilmu Cap Peh Lo Han Kun
disusul kemudian dengan Sin Wan Kun. Malah, kalau
sudah melatih ilmu pukulan Sin Wan Kun ia akan
menyusuli dengan Tat Mo Kun Hoat.
Cuma saja, pagi ini waktu Sin Wan Kun tengah
dijalankan pada jurus ke enambelas, tiba-tiba
didengarnya seseorang berkata : "Kita harus bangga
mempunyai Susiok kecil yang lincah!" Disusul
kemudian tertawa terbahak-bahak beberapa orang.
Giok Han berhenti berlatih, ia menoleh, Tampak
Kam Siang Cie bertiga dengan dua orang sutenya,
yaitu Phoey Cie Seng dan Lo Tam Bun, yang rupanya
sejak tadi sudah berdiri di situ menyaksikan si bocah
latihan. Sambil tertawa Kam Siang Cie menghampiri Giok
Han "Susiok" kata murid Bun An Taysu ini sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat,
tadi sempat kulihat Susiok menjalankan jurus ke
enambelas dari Sin Wan Kun. Apakah Susiok tidak
keliru menjalankannya ?"
Muka Giok Han berobah merah. "Suheng maukah
kau memberikan petunjuk kepadaku?" tanya Giok
Han. 380 ?"Oooo, ooo, mana berani Sutit menerima
sebutan Suheng dari Susiok" Sutit seperti kejatuhan
bulan saja!" Kata Kam Siang Cie, tertawa. Tetapi
jelas sikapnya mengejek. "Mana berani memberi
petunjuk kepada Susiok ! Malah, Sutit ingin minta
nasihat dan petunjuk dari Susiok!"
Muka Giok Han memerah sedikit, la baru teringat
bahwa kedudukannya dalam Siauw Lirn Sie berada
setingkat di atas Kam Siang Cie bertiga, Bukankah
dia adik seperguruan Bun An Taysu, guru ketiga
pendeta itu" Tapi melihat sikap mengejek Kam Siang Cie, Giok
Han tidak senang. Bukankah mereka bertiga harus
menghormatinya sebagai Susioknya. "Baiklah," kata
Giok Hnn akhirny. "Kalian datang kemari mau apa ?"
"Kami tahu Susiok sedang berlatih di-sini," kata
Phoey Cie Seng, yang ikut bicara. "Karena itu ccpatcepat
kami datang kemari buat minta nasehat dan
petunjuk Susiok ! Bukankah begitu Liok Siete ?"
"Benar," menyahuti Lo Tarn Bun. "Harap Susiok
mau memberikan nasehat dan petunjuk pada kami
!" "Susiok," kata Kam Siang Cie yang tidak mau
memberikan kesempatan kepada Giok Han. "Harap
Susiok bermurah hati dan tidak menolak
permohonan kami." 381 "Hari ini aku tidak sempat," kata Giok Han raguragu.
"Lain kali saja..."
"Kalau tidak hari ini mau kapan lagi?" Tanya Kam
Siang Cie, sikapnya jadi semakin kurang ajar,
mengejek, sinis dan meremehkan susiok kecilnya
itu.

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Harap Susiok tidak menolak !" Tanpa menanti
jawaban Giok Han, Kan Siang Cie menoleh pada Lo
Tam Bun. "Lo Siete, pergi cepat kau minta petunjuk
dari Susiok !" "Baik! Baik!" "menyahuti Lo Tam Bun dengan sikap sama
kurang ajarnya. la ber-sama-sama Kam Siang Cie,
Phoey Cie Seng dan murid-murid Bun An Taysu
semuanya tidak puas waktu Tang Sin Siansu
mengumumkan Giok Han diterima menjadi murid
Siauw Lim Sie tingkat 3, menjadi murid Wie Sin
Sansu. Dengan demikian Giok Han resmi sebagai adik
seperguruan dari guru mereka. Juga resmi sebagai
Susiok (paman guru) mereka. Dengan usia begitu
kecil, apa kelebihan Giok Han menjadi Susiok dari
Kam Siang Cie dan yang lain-lainnya" Dan ingatan
seperti itulah membuat murid-murid Bun An Taysu
yang jumlahnya tujuh orang itu jadi tidak puas.
382 Sudah cukup lama mereka bertujuh ingin mencari
gara-gara dengan Susiok kecil itu. tapi selama itu
belum juga memperoleh kesempatan. Siapa tahu,
pagi ini waktu mereka sedang bercakap-cakap
bertiga di depan hutan kecil itu, dilihatnya Giok Han
mendatangi dan berlatih seorang diri. Kam Siang Cie
segera mendapat ide untuk mempermainkan Susiok
kecilnya itu. Dia memberitahukan maksudnya dan
disetujui oleh Phoey Cie Seng dan lo Tam Bun.
Karenanya mereka cepat-cepat menghampiri Giok
Han, untuk mempermainkannya.
Lo Tam Bun merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat pada Giok Han. "Harap Susiok
memberi petunjuk !" la me-rani dengan sikap yang
muda menantikan petunjuk dari yang tua.
Giok Han jadi bingung, la mana bisa berkelahi
dengan tiga pendeta itu" Sebagai anak yang cerdas,
Giok Han tahu mereka tidak puas karena dirinya jadi
Susiok mereka karenanya pendeta-pendeta itu selalu
menyebut panggilan "Susiok" dengan suara serta
sikap sinis. Juga sekarang ketiga pendeta itu mau
mempermainkannya. "Aku benar-benar tidak punya waktu, sekarang
aku harus berlatih. Pergilah kalian!" Kata Giok Han
sekenanya. Lo Tam Bun rupanya tidak mau kehilangan
kesempatan bagus ini. Tahu tahu tangan kanannya
383 menjambak pundak Giok Han, ingin dicengkeram
"Maafkan Susiok, Sutit berbuat kurang ajar !"
Giok Han kaget, dia melihat tangan Lo Tam Bun
menyambar pundaknya, tari dia mana bisa
mengelakkannya. Segera si bocah merasakan
pundaknya sakit, belum lagi berkurang kagetnya
tahu-tahu tubuhnya sudah terjerunuk ditarik oleh
kekuatan yang membuatnya mencium tanah!
Kam Siang Cie dan Phoey Cie Seng tertawa
terbahak-bahak. Sedangkan Lo Tam Bun sambil
tertawa bilang: "Maaf, maaf Susiok, tidak sengaja..."
"Ooo. kau membuat Susiok kaget," berseru Phoey
Cie Seng sambil tertawa, menghampiri Giok Han,
mengulurkan tangannya mencekal lengan Giok Han.
Dipegangnya tangan Phoey Cie Seng, Giok Han
berusaha bangun, karena menyangka bahwa Phoey
Cie Seng ingin bantui dia bangun. Tetapi hati Giok
Han tercekat lagi. Phoey Cie Seng bukan bermaksud baik, ketika
memegang tangan Giok Han ia terhuyung seperti
ingin jatuh, Eiii, eiii," dia berseru. Secara diam diam
Phoey Cie Seng mengerahkan tenaga pada jari-jari
tangannya, menghentak tubuh Giok Han, sehingga
terbanting di tanah! Debu mengepul, pakaian Giok
Han kotor dan waktu ia merangkak bangun mukanya
kotor bercampur darah yang keluar dari bibirnya
yang pecah beradu dengan gigi.
384 Giok Han tersadar bahwa Hwesio-Hwesio ini ingin
mempermainkannya. Dia mengibaskan bajunya,
matanya mendelik sambil menghampiri Lo Tam Bun.
"Kau berani mempermainkan aku, ya ?" Mengomel
Susiok kecil itu. Tetapi waktu melewati Kam Siang Cie, tanpa
diketahui olch Giok Han. kaki si bocah digaet oleh
kaki kanan Kam Siang Cie, tidak ampun lagi si bocah
terjerembab dengan hidung mencium tanah ! Dari
hidungnya segera keluar darah.
Melihat muka Giok Han berlumuran darah, ketiga
Hweshio itu jadi kaget. Timbul rasa takutnya. Kalau
urusan ini diketahui oleh suhu mereka, pasti mereka
bertiga menerima hukuman.
"Sahte." kata Kam Siang Cie yang berhenti
tertawa. "Jangan keterlaluan !"
Waktu itu Phoey Cie Siang tengah mencengkeram
baju dipunggung Giok Han, ia dengan tertawa-tawa
menampari muka si bocah. "Ah, muka Susiok kotor.
Maaf ! Maaf ! Ka-rena keteledoran kami telah
membuat Susiok kaget dan kotor seperti ini !"
Tamparan itu bukan tamparan biasa. Phoey Cie
Seng memang sudah tiga bulan ini merasa iri dan
tidak senang harus menjadi keponakan murid Giok
Han, sekarang ada kesempatan seperti ini, maka
dipergunakan sebaik-baiknya, "plak, plak, plakkk,
385 plokkk !" terdengar berulang kali suara tamparan
tersebut. Giok Han selama tiga bulan ini mendapat
pelajaran langsung dari Wie Sin Siansu dan Bun An
Taysu yang mengajarkannya secara diam-diam
diluar tahu Wie Sin Siansu.
Juga dia selalu melatih diri dengan tekun.
Sebenarnya Giok Han sudah mempunyai dasar-dasar
lwekang yang cukup kuat. Dalam kegusarannya dan
kesakitan, dimana Giok Han jadi mata gelap,
walaupun dia seorang bocah cilik, tokh akhirnya dia
memberikan perlawanan. Demikianlah, waktu
mukanya ditampari Phoey Cie Seng yang pura-pura
membersihkan abu yang melekat diwajahnya, tanpa
pikir dua kali lagi Giok Han menyambar tangan
Phoey Cie Seng, digigit jari telunjuknya sampai
Phoey Cie Seng menjerit seperti babi disembelih.
Orang sering bilang, sepuluh jari tangan mempunyai
hubungan dengan sang hati dan jika jari tangan
dibikin sakit, sakitnya sampai ke ulu hati !
Juga, Phoey Cie Seng bisa tergigit jari
telunjuknya, hal itu disebabkan pendeta ini tidak
waspada, sebab beranggapan Giok Han seorang
bocai. cilik. Phoey Cie Seng angkat tangan kirinya
dan jotos pundak Giok Hoan. "Apa kau mau mampus
" hayo, lepas !" dia membentak dengan bengis.
Sedari kecil Giok Han hidup ditengah-tengah
keluarga Jenderal, ayahnya seorang Goanswee
386 dimana pembantu-pembantunya yang
berkepandaian tinggi. Adatnya keras dan tidak
mengenal takut dan selalu dihormati oleh semua
orang. Dalam kegusarannya yang meluap-luap,
walaupun golok dan tombak datang menyambar, ia
tokh tak akan melepaskan gigitannya.
Begitu rasakan pundaknya sakit, giginya
menggigit semakin keras. Dengan satu suara "krek ,
tulang jari Phoey Cie Seng patah! Sekarang Phoey
Cie Seng yang jadi mata gelap. Tanpa perdulikan
segala akibatnya, ia hantam kepala Giok Han yang
lantas saja menjadi pingsan dan sesudah itu barulah
dia dapat cabut jarinya cari mulut sibocah.
Biarpun tulangnya masih dapat disambung, akan
tetapi mulai dari waktu itu tenaga jari telunjuk
tersebut tidak akan pulih seperti sediakala dan
sedikit banyak ada pengaruhnya dengan ilmu
silatnya. Dalam kegusaran yang sukar dilukiskan, ia
tendang tubuh sibocah beberapa kali.
Kam Siang Cie berdua Lo Tam Bun menyaksikan
jari Phoey Cie Seng digigit Giok Han, jadi kaget.
Mereka ingin menolongi, tapi Phoey Cie Seng keburu
menghantam kepala Giok Han sampai sibocah
pingsan. Mereka jadi kaget sampai muka mereka
pucat seperti kapur tembok. "Sahte." kata Kam
Siang Cie menyesnli Phoey Cie Seng, mengapa
dihajar begitu keras " Bagaimana kalau Suhu tahu ?"
387 Phoey Cie Seng tengah gusar, ia sobek jubah
pertapaannya yang digunakan buat membungkus
jari tangannya yang luka. Untung saja disekitar
tempat itu hanya mereka bertiga, tidak ada pendeta
lainnya yang menyaksikan, sebab jika sampai
diketahui orang lain, disamping dia tak tahu dimana
harus taroh mukanya, juga urusan ini akan sampai
kegurunya. Bun An Taysu. "Kita harus paksa agar dia tidak buka mulut !"
Kata Phoey Cie Seng, suaranya keras, menunjukkan
dia masih gusar, walaupun tidak urung kaget juga
melihat susiok kecilnya itu pingsan. "Siete, tolong
ambilkan air ." Lo Tam Bun yang sempat kesima melihat paman
guru kecil itu pingsan dan kuatir guru mereka
mengetahui hal ini, jadi tersadar, la mengiyakan dan
pergi mengambil se-paso air dingia buat mengguyur
muka Giok Han, Begitu siuman seperti kerbau gila
Giok Han menerjang pada Phoey Cie Seng. Pendeta
itu mencengkram dadanya sambil membentak:
"Binatang, Benar-benar kau bosan hidup ?"
"Anjing ! Hwesio bau! Kaulah yang binatang !"
berteriak Giok Han. Phoey Cie Seng bermaksud ingin mengancam dan
memaksa Giok Han untuk tutup mulut tidak
bercerita pada siapapun juga apa telah dialaminya.
Tapi dimaki begitu oleh Giok Han, lenyap rasa kuatir
Phoey Cie Seng, tak dapat tahan lagi hawa
388 nafsunya, Tangan kanannya melayang dan
menggampar lagi. Giok Han menerjang, tapi sekali
ihi ia sudah siap sedia. Dalam waktu sekejap,
beberapa kali Giok Han terpelanting, tapi ia ternyata
bandel luar biasa. Kam Siang Cie berdua Lo Tarn Bun sibuk
mencegah agar Phoey Cie Seng tidak turunkan
tangan keras lebih jauh, tapi pendeta yang seorang
itu seperti sudah kesurupan, tidak meladeni seruan
Kam Siang Cie berdua. Jika mau, dengan satu
gerakan tangan saja ia bisa membikin Giok Han
mendapat luka berat, akan tetapi, lantaran memikir
biar bagaimanapun juga anak itu adalah Susioknya
dan mengingat Suhu dan Sucouwnya, Bun An Taysu
dan Wie SinSiansu, yang pasti akan murka dan
menghukumnya kalau sampai anak ini mengalami
luka berat, Phoay Cie Seng jadi sungkan turunkan
tangan yang berat. Tapi Giok Han terus menerjang seperti orang gila
dan biarpun sudah terguling-guling berulangkali
dengan seluruh badan dirasakan bukan main
sakitnya, ia masih pantang mundur, Benar ia sudah
melatih Cap Peh Lo Han Kun, Sin Wan Kun dan Tat
Mo Kun Hoat, namun sejauh itu Giok Han belum
pernah mempergunakannya untuk berkelahi. Apa
lagi ia tengah dalam keadaan gusar, dan kalap, lupa
baginya mempergunakan ajaran Wie Sin Siansu,
selain menerjang terus menerus dengan kalap
seperti kerbau gila. 389 Kam Siang Cie berdua Lo Tarn Bun yang
berusaha menenangkannya tidak berhasil. "Sudahlah
Susiok, kami memang bersalah kurang hati-hati
mengejutkan susiok... sudahlah kami minta maaf !"
Kam Siang Cie berdua LoTam Bun berseru-seru tidak
hentinya dengan gelisah. Tapi Giok Han begitu jatuh, segera bangun dan
menerjang pula! Diam-diam hati Phoey Cie Seng
merasa menyesal, sampai akhirnya lantaran
terpaksa ia totok pundak Susiok kecilnya itu buat
tutup jalan darahnya dan mau tak mau Giok Han
rubuh tanpa bisa bangun lagi. Cuma kedua bola
matanya masih mengawasi Phoey Cie Seng dengan
sorot gusar, terbuka lebar-lebar mendelik.
"Binatang ! Apa sekarang kau tahu takut?"
Bentak Phoey Cie Seng. "Hemmm, macam kau
bocah setan ingin jadi Susiok kami... apa yang kau
bisa heh ?" Giok Han terus mengawasi dengan mata mendelik
tanpa memperlihatkan rasa takut sedikitpun.
Dengan napas sengal-sengal Phoey Cie Seng
duduk di atas batu besar yang tidak jauh dari situ.
Jika ia bertempur dengan musuh tangguh satu jam
lamanya, belum tentu ia merasa begitu lelah.
Sekarang, biarpun kaki dan tangannya tidak merasa
cape, seluruh badannya dirasakan lelah sekali,
akibat naiknya darah yang sangat tinggi. Buat
beberapa saat keponakan murid dengan paman guru
390 itu saling mengawasi dengan mata gusar. Kam Siang
Ci berdua Lo Tam Bun membujuk Phoey Cia Seng


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agar tidak mengumbar kegusarannya dan
membebaskan Giok Han, meminta maaf dan
menghabisi urusan sampai disitu."
"Menghabisi urusan ini sampai di sini ?" tanya
Phoey Cie Seng tambah mendongkol. "Mana
mungkin " Sekali saja bocah ini buka mulut pada
Suhu. kita akan rusak! Belum lagi dia mengadu
tidak-tidak kepada SUCOW, tentu kita akan dihukum
berat! Bukankah dia murid Sucouw yang tersayang?"
Kam Siang Cie berdua Lo Tam Bun jadi bengong.
Sekarang mereka pun tambah bingung. Jika
sebelumnya mereka hanya ingin menghina dan
mempermainkan paman guru kecil itu, sekarang
justeru merasa menyesal. Keadaan mereka seperti
menunggang macan, diam terus tidak bisa, turunpun
tidak bisa. Phoey Cie Seng putar otaknya, tapi ia belum
mendapat jalan cara bagaimana harus bersikap
terhadap paman guru kecil yang luar biasa nekad ini.
Selagi kejengkwlannya belum berkurang, mendadak
terdengar suara lonceng nyaring dibunyikan keras
sekali, itulah satu pertanda bahwa Ciangkauw
(pemimpin agama) perintahkan semua murid Siauw
Lim Sie agar berkumpul. Phoey Cie seng terkejut,
demikian pula Kam Siang Cie berdua Lo Tam Bun,
mereka kaget, sampai muka mereka berubah pucat
seperti kertas putihnya 391 Agak gugup Phoey Cie Seng berdiri, dia bilang :
"KaIau kau berjanji tidak akan memberitahulan
kejadian tadi kepada Suhu dan Sucouw, aku akan
lepaskan kau." Sehabis berkata begitu ia lantas
menotok pula buat buka jalan darah Giok Han.
Tapi tak dinyana, begitu bangun, Giok Han sudah
mau menerjang "Aku tidak pukul kau, kau mau apa lagi ?" Tanya
Phoey Cie Seng. "Apakah kau nanti berani menghinaku lagi?"
tanya Giok Han. Terpaksa sekali Phoey Cie Seng menggeleng.
Habis muka terangnya, hatinya penasaran sekali,
terhadap seorang bocah sekecil iiu ia terpaksa
menyerah kalah. "Tidak..." katanya perlahan.
"Susiok jangan marah..."
"Kau harus berlutut meminta maaf dan
manggutkan kepala tiga kali !" kata Giok Han sambil
menelan rasa sakit di sekujur tubuhnya karena tadi
terpelanting berkali-kali.
"Apa ?" Mata Phocy Cie Seng mendelik, darahnya
naik lagi. Tapi Kam Siang Cie sudah menarik ujung
lengan jubah Phoey Cie Seng dan melirik memberi
isyarat. 392 "Susiok," kata Phoey Cie Seng, lesu. "Aku minta
maaf atas kekurang ajaran kami bertiga pada
Susiok..." kata Phoey Cie Seng, ia merangkapkan
kedua tangannya menjura memberi hormat kepada
Giok Han. Kam Siang Cie berdua Lo Tam Bun ikut
memberi hormat. Giok Han menggeleng, "Tidak kalian bertiga harus
berlutut, minta maaf dan berjanji tidak akan
menghinaku lagi !" Muka Phoey Cie Seng bertiga jadi pucat, mereka
salah tingkah, saling pandang satu dengan yang
lainnya. Mereka juga mendongkol bukan main.
Suara lonceng yang dipukul semakin keras,
membuat ketiga Hweshio itu semakin gelisah,
mereka tak berani ayal-ayalan lagi.
Tiba-tiba Phoey Cie Seng menjatuhkan dirinya
berlutut didepan Giok Han sambil manggutmanggutkan
kepalanya tiga kali! Kam Siang Cie
berdua Lo Tam Bun pun putus asa, mereka
mengikuti perbuatan Phoey Cie Seng, berlutut dan
manggutkan kepala mereka sebanyak tiga kali ! Di
dalam hati ketiga Hwesio itu memaki kalang
kabutan. karena mereka gusar tanpa bisa
melampiaskannya dan pamor mereka hancur di
tangan seorang bocah seperti Giok Han !
"Kami bertiga tidak berani berbuat kurang ajar
lagi pada Susiok !" Berjanji mereka, itupun karena
terpaksa benar. Suara mereka sampai serak sember,
393 tergetar menahan kegusiran yang meluap bahkan
Phoey Cie Seng karena darah nya naik tinggi sekali,
hampir saja rubuh pingsan. Untung dia masih bisa
mempertahan kan diri dan cuma matanya yang
berkunang-kunang gelap. "Baiklah," kata Giok Han. "Kalau kalian kelak
berani berbuat kurang ajar padaku akan kulaporkan
penstiwa ini pada Toa suhengku, guru kalian. Kalau
perlu akan kulaporkan pada Sucouw. Selamalamanya
kalian tidak boleh berbuat kurang ajar lagi
padaku !" Kam Siang Cie tertawa meringis dan terpaksa
manggutkan kepalanya. Demikian juga Lo Tam Bun,
yang nyengir pahit. Phoey Cie Seng yang cuma
menunduk dengan muka muram lesu. la penasaran
bukan main. Jari telunjuknya tergigit sampai
tulangnya patah, sekarang dia harus berlutut
memanggutkan kepalanya tiga kali buat si bocah,
malah berjanji tidak akan berbuat kurang ajar lagi
pada si bocah ! Benar-benar penasaran dan dia
rasanya mau menangis tidak bisa, tertawapun tidak
dapat. "Ciangkauw panggil semua murid Apakah Susiok
mau kesana dengan kami ?" tanya Kam Siang Cie
setelah berdiri. "Kalian pergilah, aku akan pergi sendiri kesana !"
menyahuti Giok Han. 394 Ketiga Hwesio itu manggut dan ngeloyor pergi
dengan sikap lesu. Giok Han merasa puas, walaupun
tubunnya masih terasa sakit-sakit. Setelah
merapikan bajunya, si bocah cepat-cepat pergi ke
Tat Mo Tong. Ketika si bocah tiba dtsitu, semua
Hwesio sudah berdiri berjejer, berbaris rapi. Tang
Sin Siansu tampak dudui angker di tempatnya, di
sisi kirinya berdiri Tang Lang Siansu. di sisi
kanannya Tang Lu Siansu. Tang Bun Siansu tidak
tampak, ia kembali tengah menjalankan tugas pergi
ke Bu Tong Pay. Wie Sin Siansu dan murid-murid
tingkat 2 pun sudah berkumpul. Giok Han
menghampiri gurunya. Wie Sin Siansu tercengang melihat keadaan
muridnya yang babak belur matang biru pakaiannya
pun tidak karuan. "Kenapa kau?" tegurnya, berbisik
waktu muridnya sudah berada disampingnya.
"Tadi tecu panjat pohon di hutan kecil sebelah
Utara, tecu terpeleset jatuh," berbohong Giok Han.
la melirik kepada kelompok murid murid tingkat 4 ia
melihat Kam Siang Cie, Lo Tam Bun dan Phoey Cie
Seng bertiga tengah mengawasi kearahnya dengan
berkuatir. Muka mereka pucat, mata mereka ter
buka lebar-lebar. Hanya Phoey Cie Seng di samping
memancarkan rasa kuatir, juga sorot gusar.
Ketiga Hwesio itu rupanya kuatir Giok Han
mengadu kepada Wie Sin Siansu. Giok Han
meleletaan lidahnya secara diam-diam kepada ketiga
395 Hwesio itu, membuat Kam Siang Cie hertiga segera
melengos dengan muka merah kaiena mendongkol
Wie Sin Siasu megusap kepala bocah itu "Lain kali
kau harus hati-hati dan jangan nakal," sabar
pendeta tua itu. Tidak lama lagi aku akan ajarkan
kau Ginkang (ilmu meringankan tubuh), sehingga
tidak perlu jatuh babak belur seperti ini jika
memanjat pohon !" Girang Giok Han. "Terima kasih, Suhu." Waktu itu
Tang Lu Siansu tepuk tangannya dan seluruh
ruangan jadi sunyi sepi. Selama ini kuil Siauw Lim
Sie merupakan tempat yang suci dan siapapun tidak
akan lancang datang untuk mengacau! Tadi
dilaporkan ada seorang tosu yang memaksa untuk
naik kemari dan mengacau, melukai banyak orangorang
kita. Karena itu kami teieh perintahkan murid-murid
barisan depan Pat Kwa Tin, pergi membendung dan
menangkapnya ! Hanya saja, musuh yang datang
sekali ini rupanya bukan orang biasa, ia bisa
menerobos barisan depan Pat Kwa Tin, sehingga
perlu kalian pun bersiap siaga. "Nah, laksanakan
tugas"."Tang Sin Siansu memberikan perintahnya.
Semua Hwesio yang berkumpul di situ, tidak
perduli dari tingkat yang mana, jadi terkejut. Musuh
dari manakah yang begitu tangguh bisa menerobos
dari barisan muka Pat Kwa Tin, pasukan muridKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
396 murid Siauw Lim Sie yang d.bentuk dalam posisi
kedudukan Pat Kwa. Jangan seorang musuh, seratus orang musuh
yang sudah terkurung oleh barisan Pat Kwa Tin
niscaya tidak akan berdaya apa-apa, bagaimana
tangguhnya sekalipun musuh-musuh itu. Sekarang
yang datang hanya seorang tosu, tapi berhasil
menerobos barisan depan Pat Kwa Tin, jelas tosu itu
berkepandaian liehay sekali.
Semua Hwesio itu bubar, untuk bersiap-siap di
pos masing-masing. Wie Sin Siansu mengajak Giok Han ikut
dengannya, untuk memimpin beberapa orang
Hwesio menantikan kedatangan musuh.
Kalau nanti musuh telah datang, kau harus
menyaksikan dari jauh saja, jangan dekat-dekat !"
bisik Wie Sin Siansu pada murid bungsunya.
Giok Han mengangguk, ia girang akan
menyaksikan keramaian... kesibukan terlihat di
dalam kuil Siauw Lim Sie, semua Hwesio dan
berbagai tingkat tengah bersiap-siap dengan senjata
masing-masing. Tapi walaupun semua Hwesio sibuk,
seluruhnya berlangsung dengan tertib, sampai suara
sekecil apapun tidak terdengar!
-ooo0oooKANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
397 Mari kita mundur sejenak. Di kaki gunung Siauw
Sit San, dimana pada puncak gunung itu berdiri
megah kuil Siauw Lim Sie, terdapat beberapa buah
desa. Di kaki gunung sebelah barat ada desa
Siecoan, sebuah desa yang cukup besar. Di sebelah
timur kaki gunung itu terdapat desa Lin-su dan
dikaki gunung sebelah utara terdapat sebuah desa
yang terbesar dari desa-desa di kaki gunung Siauw
Sit San. yaitu desa Lam-kim-cung.
Penduduk dcsa itu hampir berjumlah 100 kepala
keluarga, yang sebagian terbesar dari mereka hidup
bercocok tanam. Pada pagi itu tampak seorang tosu
berpakaian bersih, berusia antara 60 tahun, tengah
berjalan di pasar dalam kampung Lam-kim cung. la
kemudian memasuki sebuah kedai arak.
Dimintanya satu teko teh, lalu minum secawan
demi secawan dengan tenang. Tosu itu tampak
mengagumi keindahan alam desa Lam-kim-cung,
karena biarpun desa ini terpencil di kaki gunung
Siauw Sit San, namun daerah itu merupakan daerah
pegunungan yang penuh dengan pohon Siong dan
bambu, serta di seputarnya terdapat sawah-sawah
yang subur, sehingga keadaannya seperti juga
keadaan daerah Kanglam yang indah permai.
Dilihat dari sikapnya, tosu itu mempunyai
perasaan halus dan sabar. Kumis jenggotnya sudah
berobah warna menjadi putih seperti benang-benang
perak, yang terjuntai sampai ke dadanya
398 Seorang pelayan yang menyediakan teh buat tosu
itu dan membawa beberapa bak-pauw tanpa isi,
sempat tersenyum dan berkata kepada si tosu
(paderi Agama Tookauw): "Tampaknya totiang
bukan penduduk sekitar sini, kemanakah tujuan
totiang ?" Tosu tua ita tersenyum sabar. "Dari sini kuil
Siauw Lim Sie tidak jauh lagi. Aku ingin pergi ke
sana, untuk mengurus suatu persoalan..."
Mendadak terdengar suara tindakan kaki yang
enteng, ketika tosu dan si pelayan menoleh, mereka
melihat dua Hwesio usia pertengahan sedang berdiri
dipintu kedai arak dan mengawasi tosu tua itu
dengan mata tajam. Sesudah mengawasi beberapa saat, waktu tosu
tua itu menoleh, kedua Hwesio itu lantas berjalan
keluar. Melihat gerakan kedua Hwesio itu, si tosu
tahu mereka mempunyai ilmu silat yang tidak
rendah. Tempat itu sangat berdekatan dengan Siauw
Lim Sie, maka si tosu menduga kedua Hwesio
tersebut adalah pendeta dari Siauw Lim Sie.
Sudah sebulan lebih tosu tua itu melakukan
perjalanan jauh, sekarang ia sudah tiba di Siauw Sit
San. la mempunyai urusan yang sangat penting
dengan pimpinan Siauw Lim Sie. Karena mengingat
bahwa ia bertujuan buat menemui Tang Sin Siansu,


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hongthio Siauw Lim Sie. maka hatinya jadi ingin
399 berkenalan dengan kedua Hwesio itu buat bersamasama
naik ke atas gunung. Tosu itu lantas saja meninggalkan mejanya dan
pentang kedua kakinya setelah meletakkan uang
pembayaran air teh yang diminumnya. Tapi kedua
Hwesio itu sudah ber-lari-Iari tanpa menengok dan
berada dalam jarak puluhan tombak jauhnya.
"Jiewie Taysu, berhentilah dulu," berteriak sitosu.
"Pinto (aku) mau bertanya sedikit." Suara tosu tua
itu sangat nyaring bagaikan genta, sehingga selat
gunung seakan-akan jadi bergoyang.
Kedua hweshio itu agaknya kaget, tapi sebaliknya
dari hentikan tindakan kaki mereka, malah keduanya
lari terlebih keras. "Apa mereka tuli?" menggumam si tosu yang
terheran-heran melihat kelakuan kedua hweshio itu,
lalu ia mempercepat langkah kakinya. Dalam
sekejap mata ia sudah menyandak dan menghadang
di depan kedua hweshio itu sambil berkata dengan
suara manis, membungkuk hormat: "Jiewie Taysu,
selamat bertemu !" Menyaksikan gerakan si tosu yang begitu gesit,
disertai dengan membungkukkan tubuh" kedua
hweshio jadi terkesiap dan menduga si tosu tua
sedang kerahkan tenaga dalamnya. Kedua hwshio
lalu meloncat ke samping dan membentak: "Kau
mau apa ?" 400 "Apakah jiewie dari Siauw Lim Sie?" tanya si tosu,
sabar suaranya, sikapnya tetap manis.
"Kalau benar, mau apa?" jawab salah seorang
hweshio dengan suara tawar.
"Pinto yang rendah adalah sahabat lama dari
Hongthio Tang Sin Siansu dan kedatangan Pinto ini
adalah buat berjumpa dengannya," jawab si tosu.
"Jika diluluskan, Pinto mohon jiewie sudi
mengantarkan." "Kalau kau mempunyai nyali, pergilah sendiri !"
kata salah seorang hweshio yang badannya kate
gemuk. Sehabis berkata begitu, mendadak ia
menyabet dengan tangannya, sehingga si tosu
terpaksa berkelit ke samping kanan. Tapi siapa
nyana, hweshio yang badannya kurus juga turut
menyabet dengan tangannya, dan si tosu jadi
tergencet di sama tengah.
Pukulan itu adalah pukulan "Toa Koan Bun Sit"
atau "Pukulan Menutup Daun Pintu", rnerupakan
salah satu ilmu pukulan Siauw Lim Pay yang sangat
liehay. Si tosu terkesiap melihat kedua hweshio itu
turunkan tangan jahat, tanpa suatu sebab. la tahu
kejadian ini pasti timbul dari suatu salah mengerti. la
tidak berkelit atau menangkis, tapi lantas kerahkan
tenaga dalamnya dan hampir berbareng, kedua
pukulan itu mengenai telak pada pundaknya.
401 Sebaliknya bukan si tosu yang terluka, malah kedua
hweshio itu yang berteriak kesakitan dan tangan
mereka menjadi bengkak, sebab kena dipukul balik
dengan satu tenaga dalam yang sangat hebat.
Sebagai orang yang sudah berlatih mahir ilmu
silatnya dan dua puluh tahun sudah melatih tenaga
dalamnya, bukan main kagetnya kedua hweshio itu,
Sambil berseru keras, mereka lantas menendang
dada si tosu. Si tosu adalah seorang yang mempunyai
kesabaran luar biasa. Ketika itu, ia tidak jadi gusar,
cuma hanya merasa sangat heran.
Setahu si tosu Siauw Lim Sie merupakan kuil di
mana pusat perguruan silat yang tertua dan
mempunyai pemimpin-pemimpin yang selama
generasi demi generasi dapat bersikap agung dan
dihormati oleh seluruh orang rimba Persilatan.
Dia jadi heran mengapa murid-murinnya begitu
berangasan Si tosu juga mengenali bahwa
tendangan yang dilakukan kedua hweshio tersebut
adalah Wan Yang Giok Lian Hoan yang berantai dan
sangat liehay. Tapi si tosu tokh masih belum
menjadi gusar dan kembali kerahkan tenaga
dalamnya. Dalam sekejap, belasan tendangan sudah mampir
pada dadanya yang tipis kurus, sedangkan kedua
hweshio itu merasakan kaki mereka seperti juga
402 menendang karung pasir. "Apakah tosu ini manusia
atau setan?" pikir kedua hweshio itu kaget didalam
hati masing-masing. Mendadak kedua hweshio ini mencabut pedang
mereka yang disimpan dalam jubah pertapaan. Si
hweshio kate menikam bagian bawah badan si Tosu
dengan gerakan "Tan Hay Tok Liong" atau "Masuk
KeLaut Membunuh Naga", sedangkan hweshio jang
satunya lagi menabas dengkul kanan si tosu dengan
jurus "long Hong Sauw Yap" atau "Angin Utara
menyapu Daun". Serangan terhadap dirinya walaupun tampaknya
hebat, tidak membuat tosu tua itu gentar. Hanya
saja, menyaksikan gaya telengasnya kedua
serangan pedang, jadi gusar. "Kita tidak saling
kenal, baru sekali ini bertemu, mengapa kalian
begitu kejam?" pikirnya didalam hati. Ia
memiringkan badannya dan sampok gagang pedang
sihweshio kate dengan pukulan Sun Cm Tui Couw
(Dengan Tangan Mendorong Perahu). sehingga
pedang itu jadi berbalik dan menangkis pedang si
hweshio kurus. Itulah suatu ilmu siiat yang melawan
musuh dengan gunakan musuh juga, merupakan
satu bagian dari ilmu Kong Ciu Jip Pek To (Dengan
Tangan Kosong Masuk Ke Dalam Rimba Golok).
jangan kata baru dua orang, biarpun dikerubuti dua
puluh orang, sitosu masih dapat melayaninya
dengan pinjam tenaga musuh buat lawan musuh
yang lainnya. 403 Begitu kedua pedang kebentrok, kedua hweshio
itu rasakan tangan mereka sakit sekali dan buruburu
balik badan sambil mengawasi sitosu tua
dengan sorot mata gusar berbareng kagum. Sambil
menggereng, mereka kembali menyerang dengan
pedang masing-masing. Sitosu tua kenali bahwa serangan itu adalah
serangan dari orang-orang yang baru saja
mempelajari barisan Pat Kwa Tin, ilmu barisan
andalan Siauw Lim Sie yang sangat terkenal lihay,
Oleh karena kuatirkan keadaan bertambah gawat
serta salah paham bertambah berat, sitosu segera
juga berseru: "Aku adalah sahabat Tang Lu Siansu,
harap jiewie jangan main-main !"
"Andaikata kau pinjam nama Hongthio Tang Sin
Siansu juga tak ada gunanya!" membentak si
hweshio kurus. "Tapi benar-benar Tang Sin Hongthio juga
memiliki hubungan cukup baik dengan Pinto!"
berkata sitosu dengan suara nyaring dan sikap
bersungguh-sungguh. "0mong kosong!" membentak sihweshio kate.
"Sebentar lagi kau akan bilang Tang Lan Siansu
Susiokcouw pun sebagai sahabatmu !" Sambil
membentak, pedangnya sudah menikam lagi dada
sitosu. 404 Sitosu tua yang sabar itu benar-benar tidak
mengerti. Dari ilmu silatnya, kedua hweshio itu
memang benar merupakan murid-murid Siauw Lim
Sie. Tapi mengapa tanpa sebab, mereka jadi
memusuhi dirinya ?" Sitosu tua adalah seorang yang pribadinya tebal
luar biasa dan di samping itu ia pun tengah
mempunyai suatu persoalan penting dengan
Hongthio Siauw Lim Sie, sehingga tidaklah pantas
kalau belum apa-apa, ia sudah bentrok dengan
hweshio disitu. Maka itulah, ia cuma kelit serangan orang dan
sama sekali tidak membalas. Ke-dua hweshio itu jadi
semakin gusar dan ro-bah cara menyerangnya, yaitu
terus tujukan pedang mereka ke arah dada si tosu,
itulah tikaman mengandung maut!
Biar bagaimana sabarnya si tosu tua itu, ia masih
tetap seorang manusia biasa juga. darahnya
sekarang mulai naik. Begitulah seketika pedang si
hweshio kate menyambar, ia lonjorkan tangan
kanannya sembari pentang dua jarinya yang lamas
digunakan buat jepit badan pedang, berbareng
dengan itu, ia tekuk lengannya ke dalam buat bentur
hidung si hweshio dengan sikutnya
Begitu pedangnya kena dijepit, si hweshio coba
membetot, tapi tidak bergeming dan malahan lihat
sambaran sikutnya si tosu. la tahu, kalau mukanya
kena dibentur, biarpun tak sampai mati, ia pasti
405 akan mendapat luka berat. Maka itu, sebab tiada
jalan lain, buru-buru ia lepaskan pedangnya dan
loncat mundur ke belakang.
Ilmu silat si tosu tampaknya sudah mencapai
puncak sedemikian tinggi, sehingga kaki tangannya
secara otomatis selalu menurut keinginan hatinya.
Sesuatu gerakannya keluar pas-persis menurut
kemauannya. Ketika itu, ia gerakkan sedikit kedua
jarinya yang menjepit pedang dan gagang pedang
itu segera menyampok ujung pedang si hweshio
kurus yang sedang membabat lehernya.
Begitu kena benturan, si hweshio rasakan
tangannya gemetaran dan pundaknya panas, mau
tidak mau ia juga lantas lepaskan pedangnya buat
segera loncat keluar dari gelanggang.
"iblis ini benar-benar lihay, ayo lari !" mereka
berteriak sambil panjangkan langkah seribu.
Selama hidupnya si tosu menganut penghidupan
yang suci dan alim, selamanya tidak pernah
melakukan perbuatan tercela. Sekarang, "baru sekali
ini, ia digelarkan iblis"
Karuan saja ia jadi gusar dan segera menguber
Sesudah datang dekat, dengan sekali enjot,
tubuhnya terbang melewati kepala kedua hweshio
itu, untuk kemudian hinggap di atas tanah, di depan
kedua hweshio itu!" 406 "Hei, kalian memaki Pinto apa ?" ia membentak.
Si hweshio kate terkesiap dan balas membentak:
"Bukankah kau datang di Siauw Sit San dengan
bermimpi untuk menimbulkan keonaran ?" Sehabis
berkata begitu, oleh karena kuatir diserang, hweshio
itu mundur beberapa tindak.
Si Tosu bengong. la sungguh tak mengerti,
kenapa si hweshio bilang begitu, sedangkan ia sama
sekali tidak bermaksud menimbulkan kekacauan
apa-apa di Siauw Lim Sie. Bahkan, kedatangannya
disebabkan suatu urusan, di mana ia ingin bertemu
dengan Hongthio dan tetua-tetua Siauw Lim Sie,
untuk merundingkan suatu persoaIan yang sangat
penting. Selagi si tosu bengong, kedua hweshio itu saling
lirik dan lantas kabur dari kedua samping badan si
tosu. Seperti orang yang baru sadar dari tidur-nya, si
tosu keluarkan satu suara "hemm," dan lewat
beberapa saat barulah mengguman,: "Benar-benar
aneh. Apa maksud kedua hweshio itu" Mengapa
mereka menyerang secara buta-tuli " Mungkin sekali
mereka salah mata." Si tosu mulai mendaki gunung, dengan
menenteng dua batang pedang yang ditinggalkan
kedua hweshio. Si tosu melihat pada batangnya
407 kedua senjata tersebut tertata tiga huruf kecil :
"Siauw Lim Sie."
Sesudah berjalan lebih semakanan nasi, si tosu di
bagian yang jalanannya jadi lebih sukar dan
berbahaya buat dilewati. Dengan masih bertanyatanya
memikirkan kelakuan kedua hweshio yang
bertemu dengannya tadi si tosu berjalan terus,
beberapa lama di depannya menghadang satu batu
gunung yang luar biasa bentuk maupun besarnya
Batu itu melengkung dari atas ke bawah, seperti
seorang nenek yang sedang membungkukkan tubuh
dan kelihatannya menyeramkan sekali.
Saat itu bulan sisir sudah muncul di tepian langit,
hari sudah malam dan sang magrib sudah berlalu.
Melihat itu, si tosu jadi berdiri diam sejenak. Hatinya
jadi sedikit tergerak menyaksikan pemandangan
yang luar biasa ditempat tersebut. "Memang tidak
percuma Siauw Lim Sie mempunyai nama besar
sepanjang jaman, tempatnya saja demikian luar
biasa dan angker !" menggumam tosu itu akhirnya,
penuh perasaan kagum Tiba-tiba dari belakang batu terdengar beberapa
seruan dan loncat keluar empat hwesio yaig masingmasing
tangannya mencekal pedang. Begitu muncul


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperlihatkan diri, mereka lantas berbaris di
tengah jalan tanpa keluarkan sepatah kata.
Si tosu maju menghampiri dan memberi hormat
seraya berkata: "Pinto yang rendah adalah Soan Lo
408 Cinjin dari Bu Tong San. Kedatangan Pinto ke sini
buat menemui Tang Sin Hong thio."
Seorang hwesio yang badannya jangkung maju
setindak dan berkata sembari tertawa dingin:
"Sebagai salah seorang pimpinan Bu Tong Pay,
namanya Soan Lo Cinjin tersohor di kolong langit.
Tapi mengapa kau begitu tidak mengenal malu"
Hmmm, tentu kau ingin menjual nama Soan Lo
Cinjin! Ayo cepat kau turun gunung !"
Si tosu mendongkol sekali lantaran dikatakan
tidak mengenal malu, juga hwesio itu meragukan
bahwa dia hanya menyamar dan menjual nama Soan
Lo Cinjin dari Bu Tong San. Sembari menahan sabar,
ia berkata: "Pinto adalah Soan Lo. Pinto mohon
Taysu sekalian sudi antarkan Pinto kepada Tang Sin
Hongthio, supaya segala apa bisa segera menjadi
terang." "Begitu tiba di Siauw Sit San, kau sudah
pertunjukkan kepandaianmu," membentak si hwesio
jangkung. "Kau benar-benar sudah bosan hidup!
Kalau tidak dikasih sedikit pelajaran, kau nanti kira
di Siauw Lim Sie sudah tidak ada orang pandai lagi."
Sehabis berkata begitu, ia lantas saja sabet
pinggang si tosu tua, Soan Lo Ci ijin, dengan
gerakan "Hun Hoa hud Liu" (Sampok Kembang
Menyapu Pohon liu). 409 Bukan main herannya si tosu tua. "Baru saja
belasan tahun aku tidak berkelana dalam kalangan
Kangouw, peraturan di dalam dunia sudah berobah
begini besar !" la mengeluh dalam hatinya.
"Dulu murid-murid Siauw Lim Sie merupakan
pendeta-pendeta terhormat, alim dan saleh, tapi
sekarang mereka merupakan manusia-manusia yang
sulit diajak bicara baik-baik ! Soan Lo Cinjin
miringkan badannya buat keiit serangan itu dan
sebelum dapat membuka mulut, tiga hwesio lainnya
sudah turut menerjang dan mengepung si tosu di
tengah-tengah. "Suwie Taysu !" Soan Lo Cinjin berseru. "Cara
bagaimanakah Pinto mesti berbuat supaya Suwie
percaya bahwa Pinto adalah Soan Lo Cinjin dari Bu
Tong San ?" "Kau mesti lebih dulu rebut pedangku !"
membentak si nwesio jangkung yang segera
menikam pula dengan pedangnya. Mendengar
perkataan yang temberang itu, Soan Lo Cinjin jadi
mendongkol. "Apa susahnya merebut pedangmu?" katanya
didalam hati. Begitu ujung pedang menyambar
dadanya, si tosu kerahkan tenaga dalamnya dan
mementil dengan jari tangannya. Dengan satu suara
mengaung yang nyaring, pedang itu terpental ke
tengah udara, sedang si hwesio jangkung dalam
kagetnya, loncat keluar dari gelanggang
410 pertempuran. Sebelum pedang itu jatuh di atas
tanah, dengan beruntun Soan Lo Cinjin mementil
lagi tiga kali dan tiga barang pedang lainnya segera
beterbangan di tengah udara! Dalam sekejap mata
empat pedang dari empat hwesio itu sudah dibikin
terlempar ke udara ! Menurut kebiasaannya, setiap kali turun tangan.
Soan Lo Cinjin selalu memberi kesempatan kepada
lawannya buat mengundurkan diri. Akan tetapi
lantaran hatinya mendongkol melihat
kesombongannya si hwesio jangkung, ia lantas
keluarkan ilmu mementil yang dikuasainya liehay
luar biasa. Ilmu itu bukan main tangguhnya dan cuma dapat
dikuasai oleh orang yang sudah mempunyai tenaga
dalam yang sangat tinggi.
Sesudah pedangnya pada terbang, ke-empat
hwesio itu masih belum tahu, ilmu apa yang telah
digunakan oleh lawan mereka. "Lekas menyingkir!
iblis terkutuk itu menggunakan ilmu siluman!"
berteriak si hwesio jangkung. Mereka segera
meloncat balik ke belakang batu besar dan dalam
sekejap mata sudah menghilang diantara kegelapan
malam. Mendengar. sesudah dimaki "iblis terkutuk" ia
sekarang disebut-sebut menggunakan "ilmu
siluman" Soan Lo Cinjin jadi gusar berbareng geli
dalam hatinya. la adalah seorang tosu yang sifatnya
411 tidak mau gampang-gampang sudah, jika menemui
persoalan yang tidak dimengerti olehnya. Semakin
sulit persoalannya, semakin ia ingin mengetahui
jelas sampai didasar-dasarnya.
Sesudah melewati dua tikungan, jalanan jadi
lebih rata dan mudah untuk dilalui. Mendadak telinga
si tosu mendengar satu tanda dari bentrokan senjata
dan dari dalam hutan muncul keluar delapan hwesio
yang masing-masing mencekal sebatang pedang.
Melihat kedudukan delapan orang itu, yaitu
empat di sebelah kiri dan empat disebelah kanan,
tosu itu segera mengetahui bahwa hwesio hwesio itu
maju dengan barisan Pat Kwa (Barisan Pat Kwa
Delapan segi) sesuai dengan jumlah delapan hwesio
itu, yang seorang demi seorang menduduki posisi
dari salah satu pintu Pat Kwa.
Soan Lo Cinjin mjngswasi delapan orang
lawannya. Diantara sinarnya bulan dan remangremang,
ia tidak dapat melihat tegas muka delapan
hweshio iti, akan tetapi, dilihat dari jenggotnya,
mereka tentunya tidak berusia muda.
Diantara mereka terdapat seorang yang berbadan
kecil langsing dan berpakaian jubah Hweshio warna
merah, tujuh yang lainnya mengenakan jubah warna
kuning. Menyaksikan beruntun ia selalu dirintangi oleh
hweshio-hweshio yang tidak dikenalnya dan
412 berulangkali ia disebut sebagai "iblis", maka Soan Lo
Cinjin sekarang hanya berharap secepat mungkin
pergi menemui Tang Sin Hongthio, supaya bisa
menghilangkan segala salah mengerti. Maka itu,
dengan sekali Ioncat, ia sudah berada di kedudukan
sebelan kiri, pintu Bong.
Melihat tanpa bersuara Soan Lo Cinjin loncat ke
arah kiri, Su Taysu (hweshio yang ambil kedudukan
di posisi pintu Su) lantas gerakkan barisannya ke
arah kiri dan ingin kepung Soan Lo Cinjin di arena
tengah. Tapi baru saja kedelapan nweshio itu
bergerak, Soan Lo Cinjin sudah maju dua tindak kejurusan
kanan dan tetap menduduki kedudukan
pintu Bong. Melihat musuhnya mengambil
kedudukan aneh, Su Taysi segera coba mengepung
bersama dua kawannya, akan tetapi lantaran
kedudukan Soan Lo Cinjin yang aneh itu, tiga batang
pedang bukan saja tidak dapat berbuat suatu apa,
malahan seluruh barisan menjadi terbuka dan tidak
dapat saling membantu. Su Taysu kibaskan tangan
kirinya buat memberi tanda agar seluruh barisan
balik belakang. Tepi baru saja Bong bergerak. Soan
Lo Cinjin kembali maju dua tindak dan lagi-lagi
menduduki kedudukan pintu Bong, sehingga ketika
Pat K-wa Tin beres diatur, Soan Lo Cinjin sudah
berada pula dalam kedudukan yang selamat.
Harus diketahui bahwa Pat Kwa Tin adalah ilmu
silat yang paling istimewa dari Siauw Lim Sie.
Dengan delapan orang bekerja sama, mereka dapat
menahan serangan dari ratusan orang. Cuma saja,
413 Soan Lo Cin-jin tampaknya pun mahir dalam ilmu
Pat kwa, sehingga Pat Kwa tin dari Siauw Lim Sie
tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Di sebelahnya, ke
delapan hweshio yang mengepung Soan Lo Cinjin
juga belum matang be. tul kepandaiannya,
Andaikata barisan tersebut di pertahankan oleh Wie
Sin Siansu, berdelapan dengan sute-sutenya, Soan
Lo Cinjin tentu tak akan dapat gampang-gampang
menduduki kedudukan pintu Bong.
Demikian sesudah beberapa kali Pat Kwa Tin
merobah kedudukan, barisan itu masih tidak dapat
berbuat suatu apa terhadap Soan Lo C'injin dari Bu
Tong San Jika mau dengan sekali terjang saja, tosu
itu sebenarnya bisa untuk memecahkan barisan
tersebut. Akan tetapi ia sungkan terbuat sedemikian
rupa dan cuma berdiri di tempat yang selamat.
Diantara kawan-kawannya, Su Taysu yang
mempunyai ilmu silat yang paling tinggi. Melihat
pihaknya berada dibawah angin, hweshio yang
menduduki pintu Su segera mengambil putusan buat
merobah siasat dan berseru: "Robah barisan !"
Pat Kwa Tin segera saja terpencar dan kedelapan
hweshio itu berputar-putar secara kalang kabut,
dengan tujuan membikin kabur mata Soan Lo Ciijin.
Sesudah terpencar-pencar beberapa saat, secara
mendadak barisan itu berkumpul kembali, cuma
pintu Yauw dan pintu San yang saling ganti
kedudukan, dan dari barat barisan Pat Kwa Tin
tersebut menikung ketenggara.
414 Begitu cepat Pat Kwa Tin teratur lagi, kedua
hweshio yang menduduki pintu Shan dan Bie, lantas
saja menerjang dengan pedangnya, Tapi tiba-tiba
mereka melihat Soan Lo Cinjin berdiri disebelah
utaranya Yauw dengan bibir tersungging senyuman,
dalam terkesiap dan tidak berani terus turun tangan,
lantaran mengetahui jika menerjang terus, dua
hweshio yang menduduki posisi pintu Bong dan Su
akan mendapat luka berat.
"Jangan terjang ! Mundur !" Berseru hweshio
yang menduduki pintu Su yang juga sudah dapat
melihat bahaya itu. Sehabis memerintah begitu, ia
segera pimpin tujuh orang kawannya buat merobah
lagi bentuk Pat Kwa Tin, akan tetapi sesudah dirobah
berulangkali, Soan Lo Cinjin masih tetap tak dapat
ditowel badannya. Sesudah melayani perobahan-perobahan barisan
ini buat beberapa lama, mendadak Soan Lo Cinjin
tepuk kedua tangannya sambil Perkata: "Maaf." ia
maju dua tindak ke arah kiri.
Ketika itu Pat Kwa Tin sudah berada di bawah
pengaruh sitosu. Jika ia pergi kekiri, seluruh barisan
juga mesti ikut kekiri, sebab jika tidak, jiwa
kedelapan orang-orang itu akan terancam bahaya
besar. Jika Soan Lo Cinjin lari keras, kedelapan
hweshio itupun harus lari keras, dan kalau sitosu
memperlahankan tindakan kakinya, para hweshio
itupun mesti jalan terlebih perlahan. Diantara
415 kedelapan hweshio itu, sihweshio berjubah merahlah
yang tenaga dalamnya paling cetek.
Baru saja diajak berlari-lari belasan putaran,
sihweshio jubah merah sudah merasakan kepalanya
berdenyut pusing, napasnya sengal-sengal. la segera
menyadari tenaganya bakal jadi habis dalam waktu
cepat, cuma saja lantaran mengetahui seluruh
barisannya akan menjadi berantakan jika ia rubuh,
maka si hweshio sambil kertak gigi, ia coba
pertahankan dirinya semampu mungkin.
Usia Soa Lo Cinjin sudah lanjut, mungkin sudah
lebih dari enampuluh tahun. Tapi saat itu timbul sifat
kekanak-kanakannya yang ingin mempermainkan
kedelapan hweshio itu, untuk melampiaskan
kemendongkolan hatinya. Saat itu sitosu melihat
kedelapan hweshio sudah jatuh dibawah
pengaruhnya, kemana saja ia pergi kedelapan
hweshio itu akan mengikuti, ia bergerak kekiri maka
kedelapan hweshio itu kekiri, jika si tosu kekanan.
kedelapan hweshio itu kekanan.
Timbul kegembiraan dihati Soan Lo Cinjin, ia jadi
tersenyum sendirinya. "Hari ini," pikirnya gembira.
"tanpa sebab aku kena di. maki-maki oleh kalian !
Aku dimaki sebagai iblis terkutuk dan disebut-sebut
memiliki ilmu siluman. Biarlah sekarang aku
memperlihatkan sedikit kepada kalian ilmu siluman."
Berpikir begitu, Soan Lo Cinjin dengan sekali en
jot badannya sudah hinggap diatas satu batu besar.
416 Ketika itu seluruh barisan sudah berada dibawah
kekuasaannya dan jika kedlapan hweshio tidak turut,
naik keatas, kelemahannya Pat Kwa Tin akan segera
terlihat jelas oleh musuh. Beberapa hweshio
kelihatan bimbang, tapi dengan satu bentakan
keras, hweshio yang menduduki pintu Su yang
berangasan, sudah melenyapkan kesangsian kawankawannya
dan mengajak mereka menyusul keatas.
Baru saja kaki kedelapan hweshio menginjak
batu, badan Soan Lo Cinjin kembali melesat keatas
dan hinggap diujung satu batang pohon Siong besar.
Walaupun badannya berada jauh di atas ia tetap
menempatkan dirinya dikedudukan pintu Bong,


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga kedudukannya jadi luar biasa teguh.
Kedelapan hweshio itu mengeluh dan terpaksa turut
loncat ke atas pohon dan cari cabang-cabang yang
cocok serta sesuai dengan kedudukannya masingmasing
guna meletakkan kaki. Soan Lo Cinjin
tersenyum, serunya: " Ayolah sekarang kita turun
lagi!" Sitosu enjot badannya yang lantas melayang,
tangannya menjambret salah satu hweshio yang
mengambil kedudukan pintu Yauw.
Lihaynya Pat Kwa Tin Siauw Lim Sie terletak pada
kerja sama dan saling bantu membantu antara
kedelapan pintu. Dengan Yauw diserang, Sian dan
Bic mesti turut turun membantu dan dengan
turunnya kedua hweshio itu. Su dan Kie harus ikut
turun. 417 Dengan demikian, seluruh barisan lantas turun
kepermukaan bumi ! "Sekarang kukira sudah cukup Iah meyakinkan
mereka, pasti mereka percaya bahwa aku dari Bu
Tong San !" pikir Soan Lo Cinjin didalam hati.
"Segala apa tidak boleh keterlaluan, aku harus
menjaga mukanya Tang Sin Hongthio .... terlebih
lagi kedatangan Pinto kemari untuk menyelesaikan
suatu persoalan, dimana diperlukan saling
kepercayaan dan pengertian kedua belah pihak."
Jilid ke 10 Berpikir begitu Soan Lo Cinjin segera
merangkapkan kedua tangannya, berdiri tegak
ditempatnya. katanya nyaring: "Patwie Taysu.
sudahlah! Pinto kira tentu kalian mau percaya bahwa
pinto dari Bu Tong San !"
Pat Kwa Tin waktu itu sudah terbentuk lagi
masing-masing sudah kembali pada kedudukan pintu
yang menjadi pos mereka, Su Taysu ingin
memberikan perintah untuk membuka serangan,
waktu Soan Lo Cinjin berkata begitu, dia jadi raguragu.
"Dia memang liehay. Tampaknya memang dari
Bu Tong San. Tapi keadaan sudah berlangsung
demikian .... kalau kami melayani terus, belum tentu
tosu bau itu dapat kami rubuhkan, kalau sampai
pihak kami yang rubuh di tangannya, berarti muka
kami akan hilang. Sekarang boleh dibilang kami
418 dalam keadaan berimbang, tidak ada yang kalah dan
menang." Setelah mengawasi Soan Lo Cinjin, bimbang
sejenak, Su Taysu bilang : "Baik lah apa yang kau
inginkan ?" Soan Lo Cinjin tersenyum sabar. "Pinto
mempunyai urusan penting yang harus dirundingkan
dengan Tang Sin Hongthio, harap Taysu mau
membawa pinto menghadap padanya."
Su Taysu bimbang, namun akhirnya
mengangguk. "Baiklah, mari ikut aku !" Sambil
berkata begitu, dia mengibaskan tangannya. Barisan
Pat Kwa Tin segera bubar, tapi mengambil
kedudukan tetap bersiap sedia menghadapi sesuatu
jika si tosu tua ini main giia.
Girang Soan Lo cinjin, dia mengucapkan terima
kasih dan ikut rombongan pendeta itu ke Siau w Lim
Sie. Tang Sin Hongthio kaget diberitahukan tentang
kedatangan Soan Lo Cinjin "undang masuk...!"
perintah Hongthio itu, yang segera keluar untuk
menyambut. Ketika berada dtruang tamu, dilihatnya
Soan Lo Cinjin tengah menantinya, dengan cepat
pendeta ketua Siauw Lim Sie ini merangkapkan
kedua tangannya. 419 "Omitohud, kiranya kami menerima rejeki besar
dengan kunjungan Sian jin !"
Soan Lo Cinjin merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat. "Sudah hampir duapuluh tahun
kita tidak bertemu, apakah Hongthio baik-baik saja
?" Tang Sin Hongthio tersenyum. "Loceng kira siapa
yang telah membuat murid-murid Loceng kalang
kabut, tidak tahunya Sianjin yang menggoda
mereka. Pantas! Pantas! Hampir saja Loceng
mengerahkan murid-murid lain, karena menerima
laporan ada orang jahat yang hendak mengacau di
Siauw Sit San! " Keduanya tertawa. Dan kemudian Tang Sin
Hongthio bertanya lagi: "Oya, mari kita mengobrol di
dalam." Tang Sin Hongthio dengan Soan Lo Cinjin
ternyata merupakan sahabat-sahabat yang saling
menghormati, sambil tertawa mereka jalan
berendeng ke ruang tamu kuil itu. Murid-murid
Siauw Lim Sie saling pandang, rupanya mereka
keliru telah merintangi Soan Lo Cinjin, yang semula
mereka duga sebagai tojin yang hendak mengacau
di Siau Lim Sie. Setelah totong menyediakan teh buat tamu ini,
sambil tertawa Soan Lo Cinjin bilang: "Betul-betul
mengagumkan, murid-murid Siauw Lim Sie hampir
420 saja membuat Pinto tidak sanggup untuk melangkah
maju satu tindakpun ! Tidak percuma, di gedung
Naga tentu berdiam naga-naga kecil yang tangguh !"
"Sianjin terlalu memuji, justru semua itu
disebabkan kekeliruan anak-anak itu, yang
melaporkan tidak jelas."
"Kalau dipikir-pikir, memang kesalahan ada di
pihak Pinto, yang tidak segera mengirim kartu
nama." tertawa Soan Lo Cinjin.
"Oya. belum lama yang lalu Loceng sudah
perintahkan Tang Bun Sute pergi menghadap ke Bu
Tong, apakah Tan Bun Sute sudah tiba di sana?"
tanya Tang Sin Hongthio. Muka Soan Lo Cinjin mendadak berobah guram.
"Ya, kedatangan Pinto kemari justru untuk
membicarakan masalah itu, di dalam persoalan ini
mengandung teka-teki yang agak membingungkan,"
kata Tosu tersebut. "Tang Bun Suheng sudah tiba di tempat kami tapi
keadaannya benar-benar mengherankan ..."
Tang Sin Siansu yang biasa tenang, sekali ini jadi
gelisah juga. Sspasang alisnya mengkerut. Dengan
tajam mengawasi Soan Lo Cinjin, tanyanya tak
sabar: "Apa yang terjadi pada Tang Bun ?"
421 Soan Lo Cinjin menggeleng sambil menghela
napas panjang. "Tidak apa-apa, sampai kini Tang
Bun Suheng masih berada di kuil kami. Tetapi hari
itu, kedatangannya diantar oleh seorang gadis..."
"Apa ?" Tang Sin Hongthio berseru kaget.
"Keadaan Tang Bun Suheng waktu itu cukup
mengherankan, ia seperti lupa diri, bicaranya pun
tidak karuan... seperti seorang... yang tidak memiliki
kesadaran sepenuhnya."
Bertambah kaget Hongthio Siauw Lim Sie. Inilah
peristiwa yang benar-benar mengherankan. Tang
Bun Siansu adalah sute Hong thio Siauw Lim Sie,
yang kepandaiannya sangat tinggi. Hampir boleh
dibilang ia sudah tidak mempunyai tandingan. Jika
Ciangbun-jin Bu Tong Pay hendak mencelakainya,
pun hal itu rasanya tidak mungkin.
Tapi sekarang, Soan Lo Cinjin justru membawa
berita bahwa Tang Bun dalam keadaan tidak sadar,
seperti orang yang kehilangan ingatan, di antar oleh
seorang gadis... "Apa yang terjadi sebenarnya, Sianjin ?" tanya
Tang Sin Siansu tak sabar.
Soan Lo Cinjin menghela napas.
"Peristiwanya terjadi demikian. Pagi itu dua orang
murid kami di luar kuil bertemu dengan Tang Bun
422 Suheng, yang tengah berjalan akan berkunjung ke
Bu Tong Pay kami, bersama dengannya ada seorang
radis berusia 18 tahun, bermuka cantik.
Gadis itu yang menjelaskan bahwa Tang Bun
Suheng dari Siauw Lim Sie dan ingin berkunjung ke
Bu Tong San. Kami tetua-tetua Bu Tong tentu saja
gembira menerima kunjungan ini dan menyambut
keluar. Tapi bukan kepalang heran kami, karena
Tang Bun Suneng selalu bilang: "Liong Kak... Liong
Kak... Celaka.... akan hancur "semuanya...!
"Dan selalu bicara begitu, tidak ada kata lain
yang diucapkannya, seakan juga Tang Bun Siansu
hilang ingatan ! kami segera menanyakan pada
gadis yang mendampinginya. Gadis itu mengakui
sebagai seorang yang kebetulan bertemu dengan
Tang Bun Suheng,dan mengantarkan ke Bu Tong
San, kemudian dia pamitan setelah menyerahkan
kepada kami sepucuk surat..."
Muka Tang Sin Siansu berobah hebat, Dia kuatir
bukan main mendengar keadaan Sutenya seperti itu.
"Lalu bagaimana ?" tanya nya tak sabar.
"Kami curigai gadis itu, tapi kami jelas tidak bisa
menahannya untuk minta keterangan lebih jauh.
Apalagi gadis itu sudah pergi dengan segera. Siong
Kie Suheng, ciangbunjin kami, segera membuka
surat itu, ternyata isinya mencurigakan benar
Selengkapnya sebagai berikut:
423 "Siong Kie Tojin, kami mohon kemurahan hatimu
untuk mengantarkan pulang Tang Bun siansu ke
Siauw Lim Sie karena tampaknya Tang Bun Siansu
mengalami peristiwa yang membuat ia jadi pelupa
kami menemukannya ia sedang duduk di muka
sebuah rumah di kaki gunung Bu Tong San,
karenanya kami menitipkannya pada pihak Bu Tong
Pay." Surat itu tidak mencantumkan nama si
pengirim." Muka Tang Sin Siansu berobah semakin hebat.
dia gusar bercampur kuatir. Gusar ada orang yang
mencelakai Tang Bun Siansu kuatir untuk
keselamatan adik seperguruannya la pun memanggil
Tang Lang Siansu dan Tang Lu Siansu untuk ikut
mendengarkan cerita Soan Lo Cinjin.
Setelah meminum tehnya. Soan Lo Cinjin
melanjutkan ceritanya: "Waktu itu Siong Kie Suheng
jadi curiga, apa lagi melihat keadaan Tang Bun
Siansu seperti itu. la segera menduga dalam
peristiwa ini pasti terdapat sesuatu yang tidak beres.
Bahkan. Siong Kie Suheng menduga, dengan
meminjam tangan Bu Tong Pay untuk mengirim
pulang Tang Bun Siansu ke Siauw Lim Sie, hal itu
untuk menambah ruwet urusan, di mana Bu Tong
Pay seakan ingin diadu dombakan semakin hebat
dengan pihak Siauw Lim Sie."
Soan Lo Cinjin terdiam sejenak, baru kemudian
melanjutkan: "Seperti kita semua ketahui, baru-baru
ini timbul salah paham di antara murid-murid dua
424 pintu perguruan, Bu Tong dan Siauw Lim Sie.
Semula Siong Kie Suheng menduga bahwa salah
paham itu disebabkan oleh sikap murid-murid Siauw
Lim Sie yang mungkin terlalu sombong. Tapi dengan
adanya peristiwa ini, seketika Siong Kie Suheng
lersadar, bahwa selama ini kami tengah di adu
domba. Justru kalau kami mengantarkan Tang Bun Siansu
ke Siauw Lim Sie, berarti salah paham itu akan
bertambah besar. Di waktu itu Siong Kie Suheng
yakin, ada pihak ketiga yang menginginkan
bentrokan semakin hebat antara Bu Tong dengan
Siauw Lim. "Bagaimana dengan Su heng kami ?" tanya Tang
Lu yang tidak bisa menahan diri, karena geram dan
berkuatir. Soan Lo Cinjin menghela napas panjang-panjang.
"Surat itu seperti membuka pikiran kami. Ada pihak
ketiga yang bekerja menginginkan Bu Tong dengan
Siauw Lim bentrok dan hubungan baik selama ini
menjadi rusak. Segera Siong Kie Suheng memeriksa
keadaan Tang Ban Siansu, keadaannya benar-benar
luar biasa, ia seperti hilang ingatan. Selalu yang
diucapkannya adalah: "Liong kak . . . akan hancur
semuanya . . . Liong Kak...", tidak ada keterangan
berarti yang bisa diberikan Tang Bun Siansu, karena
selalu juga ia berkata cuma kata-kata itu belaka,
walaupun Siong Kie Suheng berusaha bertanya
berbagai hal. 425 Yang lebih luar biasa Siong Kie Suheng tidak
melihat tanda-tanda luka didiri Tang Bun Siansu,
hanya pikirannya yang jadi tidak beres, karena yang
di ucapkannya selalu Liong Kak, Liong Kak saja ... . "
Muka Tang Sin, Tang Lu dan Tang Lang bertiga
berobah hebat, mereka gelisah sekali.
"Kini Tang Bun Sute masih berada di Bu Tong San
?" tanya Tang Sin Hongthio, setelah bisa
menenangkan sedikit perasaannya.
Soan Lo Cinjin mengangguk. "Ya, sementara ini
Siong Kie Suheng berusaha merawatnya. Dengan
mempergunakan Im Ciu Khikang coba untuk


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memulihkan pikiran Tang Bun Siansu."
Kaget Tang Sin Siansu bertiga adik
seperguannya, karena Im Ciu Khikang merupakan
lwekang tertinggi dari Bu Tong Pay. Jika tidak dalam
keadaan terpaksa, tenaga salett itu tidak akan
dipergunakan oleh tokoh Bu Tong, karena setiap
penggunaan Im Ciu Khi kang akan meminta tenaga
yang sangat besar sekarang Siong Kie Cinjin,
Ciangbunjin Bu Tong Pay, mempergunakan Im Ciu
Khinkang untuk mengobati Tang Bun Siansu.
Hal ini merupakan hal yang sangat mengejutkan,
karena jika Bu Tong Ciangbun itu mempergunakan
Khikangnya tersebut, apa lagi untuk suatu
pengobatan, ia harus mengorbankan semangat dan
tenaganya cukup besar, untuk memulihkan
426 semangat dan tenaganya diperlukan waktu semedhi
tiga bulan. Tang Sin Hong-thio segera berdiri, merangkapkan
kedua tangannya. "Terima kasih atas jerih payah
Siong Kie Ciangbunjin, nanti tolong sampaikan rasa
terima kasih kami kepadanya jika Cinjin sudah
pulang..." Soan Lo Cinjin cepat-cepat membalas hormat
Hongthio Siauw Lim Sie. "itulah kewajiban kami.
Salah paham yang pernah terjadi di antara pihak
kita adalah perbuatan orang ketiga, karenanya Siong
Kie Suheng perintahkan aku menghadap kemari,
untuk menyelesaikan persoalan tersebut, agar kita
tidak diadu domba lebih jauh. Di samping itu Pinto
pun diminta merundingkan tindakan apa sebaiknya
untuk menghadapi peristiwa ini, terutama terhadap
diri Tang Bun Siansu ?"
Tang Sin Siansu menghela napas. "Aneh!"
gumam ketua Siauw Lim Sie ini. "Kepandaian Tang
Bun Sute sudah sulit diukur, jarang ada orang bisa
menandinginya, apa lagi membuatnya tidak berdaya
seperti itu. IImu siluman apakah yang telah
dipergunakan membuat Tang Bun Sute jadi tak
berdaya seperti itu ?"
Muka Tang Lu Siansu dan Tang Lang Siansu
muram. 427 "Tang Bun Siansu selalu bilang tentang Liong
Kak, apakah Hongthio mengetahui perihal Liong Kak
itu ?" tanya Soan Lo Cinjin.
Tang Sin Siansu menggeleng.
"Baru sekarang kami mendengarnya. Benda
apakah Liong Kak (Cula Naga) itu " Apakah didunia
ini memang tardapat Naga, sehingga ada Culanya ?"
Soan Lo Cinjin jadi mengerutkan alisnya, ikut
bangun dan heran. Semula maksud kunjungannya
ke Siauw Lim Sie selain untuk menyelesaikan salah
paham antara murid-murid Bu Tong dengan muridmurid
Siauw Lim Sie. pun ia ingin mengetahui apa
sebenarnya Liong Kak itu yang selalu disebut-sebut
oleh Tang Bun Siansu. Tapi kini harapannya jadi
habis, karena Tang Sin Siansu sendiri tidak
mengetahui perihal Liong Kak itu.
Segera mereka berunding, sampai menjelang
malam hari barulah Tang Sin Siansu memutuskan
Tang Lu Siansu dan Tang Lan Siansu akan turun
gunung ikut dengan Soan Lo Cinjin, membawa
pulang Tang Bun Siansu. Dalam kesempatan itu
Soan Lo Cinjin sekali lagi menekankan: "Bukan Pinto
tidak mau membawa serta pulang Tang Bun Siansu
ke Siauw Lim, tapi menurut Siong Kie Suheng salah
paham di antara kedua pihak bisa bertambah besar
kalau Pinto membawa pulang Tang Bun Siansu, bisa
menambah besar kecurigaan pihak Siauw Lim! Pada
murid-murid kami telah diberitahukan bahwa selama
428 ini ada pihak ketiga yang ingin mengadu domba
antara Bu Tong dengan Siauw Lim dan selanjutnya
kami perintahkan agar mereka tidak boleh
memusuhi lagi pendeta-pendeta Siauw Lim. Harapan
Siong Kie Suheng pun demikian, agar Hong thio mau
menjelaskan duduk persoalannya kepada muridmurid
Siauw Lim. ini mencegah timbulnya urusan
yang tidak menggembirakan, di mana pihak ketiga
itu bertepuk tangan dan tertawa senang kalau
melihat kita saling cakar-cakaran !"
Tang Sin Siansu mengangguk. "Ya, memang
Loceng akan memberitahukan pada mereka semua
tentang hal itu Tetapi Sian-jin, siapakah kiranya
menurut Sianjin orang ketiga itu ?"
Justuru sejauh itu Pinto masih belum mengetahui!
Sampai siapa adanya gadis cantik jelita yang
mengantarkan Tang Bun Siansu kekuil kami, masih
belum kami ketahui ! Orang ketiga itu bukan hanya
terdiri satu orang saja, pihak ketiga itu terdiri dari
banyak orang, yang mungkin tengah melakukan
sesuatu yang tidak beres dalam rimba persilatan !"
Benar-benar Tang Sin Siansu bertiga sutenya dan
Soan Lo Cinjin dibuat bingung oleh peristiwa ini.
Tetapi akhirnya diputuskan yang paling utama ialah
membawa Tang Bun Siansu pulang ke Siauw Lim
Sie. Dua hari Soan Lo Cinjin berdiam dikuil Siauw
Lim Sie, akhirnya pamitan dari Hongthio Siauw Lim
Sie. Bersama Tang Lang Siansu dan Tang Lu Siansu.
Soan Lo Cinjin bertiga kembali ke Bu Tong Pay.
429 Seperginya Soan Lo Cinjin, Tang Sin Hongthio
segera mengumpulkan murid-murid Siauw Lim Sie
dan memberitahukan apa yang sudah terjadi,
kemudian perintahkan murid-murid angkatan kedua,
Wie Sin Siansu dan yang lainma, turun gunung
untuk melakukan penyelidikan, siapakah pihak
ketiga yang selama ini ingin mengacaukan hubungan
antara Siauw Lim dengan Bu Tong, apa yang mereka
inginkan dan juga benda apakah yang bernama
Liong Kak itu. Wie Sin Siansu bertujuh dengan sutesutenya
turan gunung. Sedangkau Giok Han
sementara akan diawasi dan dididik langsung oleh
Tang Sin Siansu. Dalam sejarah persilatan memang baru pertama
kali terjadi dimana tiga dari empat tetua Siauw Lim
Sie yaitu Tang Bun Siansu, Tang Lang Siansu dan
Tang Lu Siansu berada diluar kuil. Ditambah lagi
dengan tujuh dari murid tingkat kedua Siauw Lim
Sie, yang turun gunung. Walaupun bagaimana
hebatnya kejadian yang pernah terjadi, belum
Misteri Pedang Naga Merah 1 Pendekar Mabuk 031 Pedang Kayu Petir Warisan Berdarah 1

Cari Blog Ini