Ceritasilat Novel Online

Cula Naga Pendekar Sakti 8

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 8


lagi dia mempergunakan salah satu jurus "Cap Pen
Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Kui Teng?"
(Arhad Terbang Di atas Tanah).
601 Sekali ini Yap Bauw tidak berani berayal, ia
mempergunakan "Touw Sui Touw So?", tubuhnya
seperti bayangan, berkelebat ke belakang Tang Sin
Siansu. Dia yakin, tanpa menyambuti pukulan
Hongthio Siauw Lim Sie, dengan berkelit saja, jika
sampai pada pukulan ketiga, jelas dia terhitung
sebagai pemenangnya. Namun hitungan Yap Bauw sekali inipun meleset.
Walau tubuhnya berkelebat ke belakang Tang Sin
Siansu, mendadak kakinya seperti terlibat tenaga
tak terlihat, sampai tak bisa bergerak lagi, karena
Tang Sin Siansu sudah mengibas dengan tangan
kirinya, tangan kanannya tetap menyambar!
Hati Yap Bauw mencelos "Celaka !" mengeluh
memedi tunggal ini. Tapi dia lihai, dia mana mau
menerima begitu saja terhajar lagi oleh Tang Sin
Siansu. Mati-matian dia berusaha menghindar.
Tubuhnya seperti bisa mengkerut jadi pendek, lalu
berkelebat meloloskan diri dari libatan tenaga Tang
Sin Siansu dengan jurus It Wie Touw Kiang"
(Selembar Rumput Menyeberangi Sungai). disusul
lagi kemudian dengan "Lek Pek Sam San" (Memukul
Tiga Gunung) tangan kanannya menghantum
punggung Tang Sin Siansu dengan seluruh
tenaganya ! "Omitohud!" memuji Tang Sin Siansu, sabar
suaranya. Tangannya tetap meluncur tanpa ada
tanda-tanda akan ditarik pulang.
602 Hanya kini tangan kirinya membantu mendorong.
Tidak ampun lagi tubuh Yap Bauw seperti dilanggar
oleh sebungkah batu besar, sampai dia menjerit
tertahan, tubuhnya seperti kapas terbang di udara !
Hanya saja ginkangnya memang hebat, di tengan
udara dia bica berpoksay (bersalto), turun dilantai
dengan dua kaki lebih dulu ! Hanya mukanya pucat
pias, karena dadanya bergemuruh keras, panas dan
sakit tiada taranya ! Dia segera sadar, dirinya sudah
luka di dalam akibat pukulan Tang Sin Sin Siansu !
Yap Bauw menggidik Benar-benar pendeta Siauw
Lim Sle ini tidak boleh dibuat main. Dia menggeretak
giginya, hanya tinggal satu jurus lagi, mustahil dia
tidak bisa bertahan " Bukankah kalau dia sanggup
bertahan menerima satu pukulan lagi, dirinya akan
dilepaskan oleh Tang Sin Siansu.
"Siancai!" Kiesu sudah berhasil menerima dua
pukulan Loceng Tinggal satu pukulan lagi. Boleh
Loceng mulai ?" tanya Tang Sin Siansu, suaranya
tetap sabar, biarpun sikapnya angker cekali.
Muka Yap Bauw pucat, dia mengangguk tanpa
bilang apa-apa. Tang Sin Siansu melangkah tiga
tindak mendekati, kemudian dua tangannya
diangkat pada sisi dada sambil menekuk kedua
kakinya. Kaget Yap Bauw melihat sikap Tang Sin
Siansu sekali ini. Segera dia ingat pada jurus ilmu pukulan "Sin
Wan Kun" yang lihai dari Siauw Lim Sie. Pecah
603 keberaniannya, goncang perasaannya, Tidak
menanti Tang Sin Siansu mulai dengan pukulan
ketiganya, tiba-tiba Yap Bauw melesat ke belalang,
dia bergerak secepat mungkin mengandalkan
ginkangnya, maksudnya hendak menyingkir dari
Tang Sin Siansu, karena percuma saja jika ia
menyambuti pukulan ketiga itu, jiwanya bisa
terancam, sebab pukulan ketiga ini Hongthio Siauw
Lim Sie akan menyerang dengan hebat. Jalan satusatunya
ia meloloskan diri sebelum si pendeta mulai
dengan pukulannya ! "Mau kemana Kiesu ?" menggidik Yap Bauw
karena tahu-tahu didengar di belakangnya suara
Tang Sin Siansu, juga ada hawa dingin menyambar
ke punggungnya. Mencelos hati Yap Bauw, dia
mengeluh karena tak mungkin bisa meloloskan diri
dari tangan Tang Sin Siansu. Mati-matian dia
mengerahkan ginkangnja yang istimewa, yaitu
"Touw Sui Tauw So", dia masih berusaha meloloskan
diri. Tapi yang membuat Yap Bauw merasa arwahnya
seakan meninggalkan raganya ialah ketika tahu-tahu
di depannya menghadang Tang Sin Siansu dengan
kedua tangan sudah mendorong padanya.
"Celaka !" menjerit Yap Bauw, dia membuang diri
ke kiri, maksudnya hendak menghincar, Namun,
baru dia buang tubuhnya sedikit ke arah kiri,
dadanya kena terdorong telapak tangan Tang Sin
Siansu, sampai berbunyi " Bukkkkkk !" tubuh Yap
604 Bauw seperti daun kering, terpental beberapa
tombak jauhnya, mukanya pucat pias melebihi
sebelumnya yang memang muka mayat, kedua
kakinya menggigil. Dia terluka hebat dalam tubuh.
" Omitohud ! Atas kebesaran Sang Buddha, maka
Loceng mau bermurah hati tidak mengambil jiwamu!
Pergilah, hukuman untuk menebus dosamu Loceng
kira cukup, selanjutnya kau harus hidup baik-baik,
Kiesu. Sekali saja kau melatih ilmu sesat, luka pada
jalan darah Biat-hiatmu akan tambah parah, bahkan
bica membawa kelumpuhan dan kematian padamu.
Tapi kalau kau tidak melakukan sesuatu dengan
khikangmu, sedikitnya Kiesu bisa bertahan tigapuluh
tahun ! Omitohud! Sekarang silahkan Kiesu pergi...."
tawar suara Tang Sin Siansu terakhir.
Gemetar tubuh Yap Bauw, Dia menahan sakit
juga rasa kaget tak terhingga. la mengerti makna
perkataan Tang Sin Siansu mengenai Biat-hiat yang
telah tergempur itu, yaitu tenaga Khikangnya
berkurang banyak, biarpun tidak sampai musnah.
Sekali saja dia mengerahkan Khikang berlebihan
untuk menghadapi lawan, celakalah dia. Luka pada
Biat-hiatnya akan bertambah parah, kalau sampai
jalan darah Biat-hiat yang letaknya dua dim di
sebelah kiri dari jantung, sampai putus, selanjutnya
dia jadi orang bercacat, lumpuh ! Dengan
memegangi dadanya, Yap Bauw berkelebat
meninggalkan Siauw Lim Sie,
605 "Omitohud! Omitohud !" muka Tang Sin Siansu
sangat muram. "Tampaknya kerusuhan yang akan
menimpah Siauw Lim Sie tidak bisa dielakkan ! "
Tang Lu berdua Tang Lang Siansu lompat ke
dekat suheng mereka. "Suheng, mengapa kau
bebaskan manusia iblis itu?"
"Omitohud ! Dengan menerima pukulan "Lo Hon
Jip Pek Ko" (Arhad Menyambut Dalam Ratusan
Buah) itupun hukuman yang cukup setimpal
untuknya, dengan rusaknya Biat-hiat manusia
berdosa itu. sedikitnya ia harus beristirahat
duapuluh tahun untuk memulihkan khikangnya !
Rasanya, dalam dua puluh tahun dia bisa merenungrenungkan
diri, agar tidak melakukan dosa dan
kekejaman lagi. Omitohud "
Tang Lang berdua Tang Lu Siansu pun memuji
kebesaran Sang Budha. "Tampaknya tak lama lagi kita harus menerima
cobaan yang cukup berat, karena Tang San
Toasuheng menghendaki kedudukan Hongthio pintu
perguruan kita ! Kita harus berusaha
menghadapinya sebijaksana mungkin !" Kata Tang
Sin Siansu dengan muka guram. Pada muka Tang
Lang dan Tang Lu Siansu pun kelihatan sinar duka
yang dalam... Langit bersih kebiru-biruan pada pagi yang cerah,
angin juga berhembus sejuk, udara tidak dingin juga
606 tak panas, Di lamping sebelah kanan gunung Siauwsitsan terdapat sebuah tegalan yang penuh oleh
rumput tebal tumbuh subur. Sesosok tubuh
berkelebat-kelebat di ujung atas rumput itu, seakan
bobot berat badannya tidak terasa oleh ujung
rumput-rumput itu cuma merunduk sedikit sekali
tubuh itu berkelebat-kelebat seperti terbang saja!
Tubuh orang itu tidak tinggi, juga tidak besar. Dia
seorang anak lelaki dengan muka yang cakap.
Tangan dan kakinya bergerak-gerak mengeluarkan
suara "wututt!", "Siututt!" tak hentinya Tak kenal
lelah anak, lelaki itu melakukan terus menerus
gerakan tangan kakinya, ia sedang latihan.
Siapakah-dia" Ternyata anak lelaki dengan muka
cakap itu tidak lain dari Giok Han, yang tengah
melatih ilmu silat luar biasa "Sin Beng Kun" yang
diwariskan Tang Sin Siansu. Selama beberapa bulan
ini memang Giok Han melatih "Sin Beng Kun" giat
sekali, siang malam setiap ada kesempatan ia
melatih ilmu tersebut. Hanya didepan Wie Sin Siansu atau saudarasaudara
seperguruan lainnya ia melatih ilmu ilmu
lain, seperti Sin Wan Kun atau juga ilmu yang
diajarkan Wie Sin Siansu, Begitu ia berada seorang
diri, Giok Han segera melatih Sin Beng Kun !
Kemajuan yang dicapainya memang cukup
mengherankan, ia berhasil memperoleh kemajuan
pesat dalam setengah tahun, di samping ketekunan
607 yang dimilikinya, Giok Han juga benar-benar
berbakat. Memang melatih Sin Beng Kun dalam setengah
tahun belumlah berarti apa-apa uniuk Giok Han,
belum bisa dipergunakan menghadapi musuh. Apa
lagi menghadapi lawan yang tangguh. Namun,
dalam setengah tahun Giok Han bisa menguasai
dasar ilmu Sin Beng Kun sudah merupakan hal yang
jarang terjadi. Semula Tang Sin Siansu menduga dalam dua
tahun Giak Han baru bisa menguasai dasar ilmu
tersebut. Girang hati Hong-thio Siauw Lim Sie
mengetahui kemajuan yang diperoleh Giok Han.
Dengan bersamangat pagi itu Giok Han berlatih
"Sin Beng Kun", tangannya berkelebat-kelebat tanpa
mengeluarkan suara, cepat sekali, kemudian lambat,
sangat perlahan, sehingga seakan-akan bergeraknya
itu maju satu, dim demi satu dim. Memang Sin Beng
Kun" mengutamakan kecepatan dan kelambatan,
panas dan dingin, gelap dan terang, jadi jelasnya
menitik beratkan Im dan Yang.
Pada unsur positif dan negatif. Giok Han selalu
ingat wejangan-wejangan yang diberikan Tang Sin
Siancu setiapkali memberikan petunjuk jurus-jurus
ilmu "Sin Beng Kun" adanya: "Yang terpenting kau
ingat ialah ilmu "Sin Beng Kun" bukanlah semacam
ilmu biasa. Benar kau berbakat, tapi jangan harap
dalam beberapa tahun sudah bisa menguasai ilmu
608 mujijat tersebut ! Siaw Lim Sie memiliki ratusan
macam ilmu silat. Untuk bisa menguasai satu macam saja sampai
pada puncaknya, sulitnya bukan main, Harus dilatih
selama puluhan tahun! karenanya jarang sekali
terjadi murid Siauw Lim Sie yang bisa sekaligus
menguasai beberapa macam ilmu silat pintu
perguruan kita dengan sama baik dan sama
sempurnanya. la harus menentukan ilmu apa yang
akan dilatihnya dengan sepenuhnya sampai
sempurna. Sampai kini Loceng sendiri dalam usia hampir
tujuhpuluh dua tahun, hanya bisa menguasai tiga
macam ilmu silat Siauw Lim Sie I Sin Beng Kun lebih
sulit lagi dipelajari, karena Sin Beng Kun justeru
mengutamakan hawa Im dan Yang dalam tubuh,
sekali saja kita gagal mengendalikan hawa " Im" dan
" Yang", berarti selamanya kita tidak mungkin bisa
mempelajari Sm Beng Kun! Giok Han, tahukah kau mengapa Loceng memilih
kau mempelajari Sin Beng Kun, bukannya muridmurid
Siau Lim Sie dari tingkat dua atau tiga, yang
sudah memiliki kepandaian tinggi, untuk
mempelajari Sin Beng Kun " justeru di sinilah kunci
rahasianya ! Jika Loceng perintahkan salah seorang
murid tingkat dua atau tiga mempelajari Sin Beng
Kun, mereka biar berlatih tekun dan penuh
perhatian, namun seumur hidup sulit melatih
sempurna Sin Beng Kun",
609 Mereka sudah mempelajari mendarah daging ilmu
lainnya, tenaga Im dan Yang mereka sudah sulit
dipisah-pisahkan untuk dipergunakan secara sendirisendiri.
Tapi kau masih berusia muda, kau masih
murni, juga belum mempelajari ilmu silat secara
seutuhnya, Loceng yakin kau bisa melatih "Sin Beng
Kun dengan sebaik-baiknya.
"Sin Beng Kun" memiliki sifat yang seperti karet,
bisa melar. bisa mengkerut menjadi kecil! Begiui
juga tenaga setiap jurus-jurus "Sin Beng Kun bisa
mengimbangi kekuatan lawan. Semakin kuat tenaga
khikang lawan, semakin rapat daya pertahanan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorag ahli "Sin Beng Kun". Semakin lemah khikang
lawan, semakin kuat tenaga mendesak "Sin Beng
Kun". Jika sifat-sifat Sin Beng Kun sudah berhasil
kau dasari, tentu dengan mudah bisa menguasainya
!" Petuah-petuah dari Tang Sin Hong-thio itulah
yang selalu diingat oleh Giok Han. Setiap kali
berlatih, dia berusaha memecahkan rahasia "Sin
Beng Kun", yang katanya mengandung dua
kekuatan, Im dan Yang, panas dan dingin, gelap dan
terang, yang selalu dapat dipergunakan terpisah
sendiri-sendiri. Tanpa kenal lelah Giok Han selalu coba
mempergunakan kedua tangannya secara berbareng
namun berbeda-beda jurusnya. Selalu gagal.
610 Yang membuat Giok Han tekun seperti itu melatih
"Sin Beng Kun", Tang Sin Siansu juga selalu bilang,
bagi seorang murid Siauw Lim Sie yang takut
menderita, jangan harap bisa memiliki kepandaian
berarti. Semakin menderita dan semakin hebat
kesengsaraannya, semakin lebar kesempatan
untuknya memiliki ilmu silat Siauw Lim Sie secara
baik. Inilah yang menyebabkan Giok Han tidak kenal
lelah berlatih diri, dengan cara-cara yang berat dan
melelahkan. Pagi itu Giok Han berlatih sejak matahari belum
lagi muncul. Sudah hampir empat jam dia tanpa
kenal lelah berlatih terus. Melihat tubuhnya sudah
bisa melayang-layang ringan di ujung rumputrumput
tanpa rumput-rumput itu terinjak rubuh ke
tanah, menunjukkan Giok Han sudah mencapai
kemajuan yang pesat untuk ginkangnya.
Mendadak Giok Han merasakan kepalanya sakit
sekali, ada sesuatu yang menghantam kepalanya.
Ketika dia menoleh ke bawah dengan meringis,
ternyata yang tadi menghantam kepalanya adalah
sebutir batu kerikil kecil.
Sakitnya bukan main. Mendongkol Giok Han,
entah siapa yang main-main dengannya menyerang
membokong begitu. Tetapi ada pendeta yang ingin
menggodanya. Sedang Giok Han bengong
mengawasi sekelilingnya, mendadak dilihatnya
menyambar sebutir batu lagi. Dia hendak berkelit,
tapi tidak berhasil. 611 Batu itu meluncur terlalu cepat, menghantam
pucuk hidung Giok Han, sakitnya tidak terkira.
Sampai ia berseru kesakitan memegangi hidungnya.
"Siapa... siapa yang menggodaku ?" Tanya Giok
Han sambil menahan sakit.
Bukannya jawaban, justeru menyambar lagi batu
kecil ke arah jidatnya. Sekali ini tentu saja Giok Han
tidak mau kalau jidatnya menjadi sasaran batu
kerikil itu. Dia berkelit dengan jurus "Gin Liong Hie
Sui" (Naga Perak Bermain Di Air"), tubuhnya
menjongkok sedikit buat mengelakkan itu, tangan
kanannya diulurkan untuk menanggapi batu kerikil
tersebut. Cukup gesit gerakan Giok Han tapi batu itu
seperti memiliki mata. Mendadak berhenti
menyambar, menukik turun, tahu-tahu Giok Kau
merasa jidatnya sakit, karena batu itu menghantam
jidatnya yang jadi benjol seketika !
Kaget campur penasaran Giok Han dipermainkan
seperti itu, dia berlari kearah datangnya timpukan
batu-batu itu. Tapi baru berlari beberapa langkah,
terdengar orang tertawa. "Nih, kuhadiahkan lagi
untukmu kuwe yang enak !" Dan benar-benar
sepotong batu menyambar kearah bibir Giok Han,
sampai bibir bocah ini pecah berdarah, sakitnya
bukan main. 612 Giok Han segera yakin, pasti yang menggodanya
bukan penghuni Siauw Lim Sie. Tidak mungkin
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie berani
menggodanya seperti itu. Pasti ada orang asing yang
datang kesitu. Giok Han mengawasi kearah
datangnya batu, sambil menahan rasa sakit-sakit
dimulut maupun dijidatnya.
Dari balik semak belukar terdengar tawa terkikik,
lalu muncul orangnya. Orang itu pendek kecil,
seperti seorang anak berusia dua belas tahun, cara
munculnya luar biasa ! dia tidak berjalan dengan
kedua kakinya seperti manusia normal umumnya,
justru ke-dua kakinya naik keatas dengan kepala dibawah.
Dia berjalan dengan tangan kiri di tanah,
sedangkan tangan kanannya bebas bergerakbergerak,
Tangan kirinya itu seperti memiliki roda,
kelima jari tangannya berfungsi sebagai penggerak
untuk maju kedepan. Giok Han sampai bengong melihat cara berjalan
orang ini, itulah tenaga lwekang yang kuat sekali,
berjalan dengan sebelah tangan belaka, malah
tampaknya dilakukan dengan mudah ! Yang
membuat Giok Han tambah heran, biarpun orang itu
seperti anak laki-laki berusia dua belas tahun,
namun mukanya berpotongan empat persegi,
matanya besar, alisnya tebal hitam, bibir, nya kecil
agak monyong, matanya bersinar tajam sekali,
613 itulah raut muka seorang tua yang sudah berusia
lima puluh puluh tahun! Jadi orang ini bukan seorang anak-anakmelainkan
seorang tua dengan tubuh yang cebol
pendek. "Hi-hi-hi-hi I" tertawa sicebol masih tetap
"berdiri" dengan tangan kirinya. "Enak tidak kuwe
yang kuhadiahkan tadi ?"
Giok Han tersadar. Dia cemberut. "Kau siapa dan
mengapa berkeliaran disini ?"
"Berkeliaran disini " Apakah ini tempatmu dan
orang lain tidak boleh berada ditempat ini ?" balik
tanya orang bertubuh cebol tersebut. "Apakah kau
seorang yang boleh bermain-main disini ?"
"Tentu saja tidak. Tapi ini masih termasuk dalam
wilayah- Siauw Lim Sie, orang luar tidak boleh
sembarangan masuk kemari !" menjelaskan Giok
Han. "Oh begitu ! Jadi kau murid Siauw Lim Sie "
Tapi..." orang itu mengawasi curiga, "kau tidak
cukur rambut, kau bukan hweshio..." biji matanya
yang bersinar tajam mencilak-cilak mengawasi Giok
Han. "Aku memang bukan hweshio, aku hanya belajar
ilmu silat disini!" jawab Giok Han.
614 "Ha-ha-ha-ha! Kau belajar ilmu silat di Siauw Lim
Sie ! Bodoh! Dungu! Pendeta-pendeta Siauw Lim Sie
gentong nasi semuanya, pembual dan sombong !
Mereka tidak ada yang pandai, ilmu silat mereka
tidak ada yang berarti... kau belajar di Siauw Lim Sie
sama saja dikibuli mereka, karena sampai kelak
setelah dewasa kau tidak mungkin memiliki ilmu
yang berarti!" Mendongkol juga hati Giok Han mendengar orang
aneh ini menjelek-jelekkan Siauw Lim Sie. "Ilmu
silat pendeta-pendeta Siauw Lim Sie jelek atau
bagus apa urusanmu " Aku yang ingin belajar, apa
peduli dengan kau?" "Oooo, benar-benar kau bocah dungu !" kata
orang aneh itu. "Kalau saja kau tahu, diiuar Siauw
Lim Sie banyak orang pandai, tentu kau akan
menyesal belajar di Siauw Lim Sie ! Percayalah
padaku, tidak pernah aku berdusta !"
"Hemmm, kau sendiri tampaknya bukan manusia
baik-baik ! Lihat! Apa akibat tangan usilmu yang
telah menyerang cara menggelap padaku!"
Kembali orang itu tertawa terpingkal, tiba-tiba dia
mendorong telapak tangan kirinya tubuhnya
melompat berdiri dengan ke dua kakinya. Tinggi
tubuhnya tidak lebih dari tinggi tubuh Giok Han. Dia
bertolak pinggang mengawasi tajam pada Giok Han,
namun mukanya kembali menyeringai tertawa.
615 "Kalau aku menyerangmu, sekarang kau sudah
tak bernapas lagi, bocah dungu! Katanya. "Tadi aku
hanya sedang, gembira ingin mengajak kau mainmain
!" Giok Han tambah mendongkol. "Kau sedang
gembira dan ingin main-main, junru aku yang
kesakitan ditimpuki batu oleh kau !" kata Giok Han,
tetap tidak senang. "Biar bagaimana kau harus
menerima pembalasanmu, timpukan batu-batu juga,
tanpa boleh mengelak !"
"Heh " Boleh ! Kalau kau mau main-main
menimpukku, boleh saja ! Silahkan ! Kalau kau
berhasil satu kali saja menimpuk diriku, akan kuberi
hadiah kau !" "Hemmm, apa susahnya menimpukmu" Kau kira
aku tamak akan hadiahmu " Aku hanya ingin
membalas timpukanmu tadi !" jawab Giok Han
ketus. Da membungkuk, mengambil beberapa butir
batu. Dia menimpuk. Batu meluncur kearah orang
itu. Benar-benar luar biasa orang tersebut, Dia tidak
mengelak, diam saja. Waktu batu sudah dekat
dengan mukanya, dia miringkan sedikit kepalanya,
batu itu sudah lewat tanpa mengenai sasaran, Giok
Han penasaran, menimpuk beruntun tiga kali, tetap
gagal. 616 Baru saja Giok Han hendak menimpuk lagi, orang
itu sudah berteriak-teriak: "Hei, tadi aku cuma
menimpuk kau sebanyak tiga kali ! Kau sudah
menimpuk empat kali! Sekarang kau masih mau
menimpuk, mana adil?"
Giok Han tersadar, dia anggap perkataan orang
itu benar. Biarpun dia mendongkol serta penasaran
karena timpukan-timpukannya tadi tidak mengenai
sasaran, tapi dia buang batu yang masih ada
ditangannya. "Baiklah" aku tidak akan menimpuk lagi. Tapi kau
juga jangan ganggu aku lagi !"
"Aku tidak pernah mengganggumu, aku Cuma
ingin mengajak kau bermain!" jawab orang cebol itu.
"Mari kita bermain ..."
"Aku sedang sibuk, tidak ada waktu untuk
bermain !" jawab Giok Han. "Pergilah kalau guruku
melihat kau, tentu akan di-hukumnya kau, sebab
sudah berani datang ketempat terlarang ini!"
Orang bertubuh cebol itu tertawa. "Guru mu"
Ooo, aku tidak takut! Jangankan gurumu, sekalipun
malaikat datang kemari, aku tidak takut !"
Giok Han mengerutkan alis, dia mengawasi
manusia cebol ini, yang semakin di pandang semakin
tidak enak dilihat mukanya.
617 "Siapa kau dan mengapa datang kemari ?" Tanya
Giok Han akhirnya. "Aku Uh Ma ...!"
"jawab orang itu. "Aku sedang tunggu kawan.
Mereka mungkin akan sampai di sini dua tiga jam
lagi, dan kita punya kesempatan untuk main-main
selama mereka belum tiba di sini".
"Apa yang ingin kalian lakukan datang kemari?"
Tanya Giok Han mengawasi curiga.
"Aku tidak mau diganggu oleh pertanyaan tetekbengek
dari kau, aku ingin bersenang-senang
bermain ! Ayo kita mulai ! Oya, main apa yang
enak?" Giok Han merasa geli melihat kelakuan orang tua
cebol itu, Uh Ma, yang lagaknya seperti anak-anak
kecil, biarpun mukanya sudah tua menunjukkan
usianya lebih dari lima puluh tahun.
Bahkan Giok Han tiba-tiba merasa kasihan pada
Uh Ma, sebab dia menduga apakah Uh Ma seorang
tua yang perkembangan tubuhnya tidak normal dan
memiliki perangai masih seperti anak-anak "
Karenanya, dia segera bertanya lagi: "Apakah kau
datang sendiri kemari ?"
"Ya... tapi tidak lama lagi teman-temanku akan
datang kemari I" 618 "Siapa mereka ?"
"Nanti kau akan tahu... jangan rewel, ayo kita
mulai bermain". Begini saja kita atur, kau boleh
menimpuki aku dengan batu sebanyak sepuluh kali,
kalau ada satu yang mengenaiku, maka aku akan
meluluskan satu permintaanmu, pemintaan apa saja
boleh kau sebut, aku tidak akan menolak ! Tapi jika
sepuluh timpukanmu gagal, kau harus mematuhi
perintahku! Akur ?" Giok Han tersenyum. Sepuluh kali menimpuk
mustahil satu kali tidak ada yang kena. Giok Han
memang masih kanak-kanak maka bangkit
kegembiraan. "Baik" dia mengangguk. "Mari kita
mulai !" Segera ia mengambil sepuluh butir batu
kerikil. "Kau boleh menimpuk dengan cara apa saja, ayo


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulai !" kata Uh Ma. Dia segera jungkir balik,
"berdiri" di tangan kirinya ! Biarpun dengan satu
tangan saja, tubuhnya bisa bergerak sangat gesit!
Giok Han sedikitpun tidak menyangka babwa
manusia cebol yang tampaknya masih kekanakkanakan
biarpun umurnya sudah tua, adalah Seemo,
salah satu dedengkot iblis yang paling disegani
oleh orang-orang Kangouw. Kegembiraan Giok Han
bangkit, dia mulai menimpuk dengan batu pertama.
Tubuh Uh Ma berputar di atas tangan kirinya,
seperti gangsing, timpukan batu itu tidak berhasil
619 tiba di sasaran. Giok Han menimpuk lagi dengan
batu kedua, ketiga dan keempat saling susul. Tetap
gagal. Uh Ma mudah sekali menghindarkan. "Ayo
timpuk terus, cara apa saja boleh kau pergunakan!"
Giok Han penasaran bukan main. Dia mencekal
dua butir batu di tangan kanannya mengawasi Uh
Ma untuk cari kesempatan. Mendadak Giok Han
menjejak kakinya, tubuhnya melambung ke tengah
udara, dia mempergunakan jurus "Toa Mo Ho Yan"
(Asap Mengepul Di Gurun), cepat sekali tangannya
menimpuk, sekaligus dua butir batu mengarah pada
dada dan pinggang Uh Ma. Tapi sebat Uh Ma menghindar, tubuhnya, cuma
doyong ke kiri dan ke kanan di atas tangan kirinya,
kedua batu itu sudah lewat tak bisa mengenai
dirinya. "Sudan enam kali tinggal empat lali !" bilang
Uh Ma, kemudian dia tertawa.
Giok Han tambah penasaran, tanpa bilang apaapa
dia beruntun menimpuk tiga kali. Tapi tetap Uh
Ma bisa menghindar. Ke-tiga timpukan itu meleset
lagi. Uh Ma tertawa terkikik. "Sudah sembilan kali,"
katanya. "Kalau satu kali lagi kau gagal, berarti
sudah sepuluh kali gagal menimpukkan dan kau
harus menepati janji mematuhi perintahku !"
Giok Han penasaran, dia sejak tadi mengawasi
cara Uh Ma mengelakkan sstiap timpukannya. Orang
620 ini "berdiri" di tangan kiri, mengandalkan kelima jari
tangannya yang bekerja sebagai roda atau garuh
yang membuat tubuhnya bisa bergerak maju,
dibantu oleh ilmu meringankan tubuh.
Tapi, yang paling utama Uh Ma selalu
mengelakkan timpukan batu Giok Han dengan
menggerakkan tubuhnya doyong ke kiri kanan atau
ke depan belakang. Tubuhnya tergantung di tengah
udara, maka dia bisa mendoyongkan seenaknya,
yang mengherankan adalah kekuatan tangan kirinya
itu. Melihat Giok Han cuma memperhatikannya Uh Ma
jadi tak sabar. "Ayo timpuk lagi, bukankah baru
sembilan kali"!"
Giok Han mengincer kemudian menimpuk lagi.
Batu meluncur cepat, tapi lebih cepat lagi tubuh Uh
Ma menghindarkan timpukan tersebut, karena
tubuhnya doyong ke sebelah kanan, batu itu melesat
lewat di sisi pinggangnya. Uh Ma tartawa bergelakgelak.
"Kau kalah !" teriaknya sambil lompat berdiri
dengan kedua kakinya lagi.
Giok Han penasaran sekali, tapi dia seorang yang
menghargai perkataan maupun janjinya. "Baik, aku
menyerah kalah ! Apa yang harus kulakukan?"
tanyanya. "Kau harus menggendongku!" kata Uh Ma. "Aku
harus dibawa berlari-lari sejauh satu lie !"
621 Giok Han mengangguk tanpa menjawab.
Uh Ma tidak buang waktu melesat ke tengah
udara dan tahu-tahu sudah duduk di pundak Giok
Han. "Ayo lari, kudaku !".perintahnya.
Mendongkol Giok Han, tapi dia berlari menuruti
perintah Uh Ma. Biarpun tubuh Uh Ma cebol, tapi
tubuhnya cukup berat. Berlari satu lie napas Giok
Han memburu. "Mari kita main-main lagi !" tantang Giok Han.
"Kalau aku gagal menimpukmu dalam sepuluh kali
timpukan, akan kugendong lagi kau sejauh dua lie!
Tapi kalau kau kalah, harus mengajarkan aku cara
berjalan dengan satu tangan!"
Uh, Ma ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk.
Dia pikir mana mungkin Giok Han bisa
menimpuknya" "Baik, kuterima tantanganmu !"
katanya. Giok Han girang, dia mengambil lagi sepuluh butir
batu. Sekali ini otaknya bekerja keras, ia berusaha
menemukan caranya untuk bisa menimpuk tepat
pada si cebol ini. Sedangkan Uh Ma sudah jungkir
balik berdiri di tangan kirinya.Bahkan sekarang
tubuhnya berputar-putar di atas tangan kirinya
bagaikan gangsing. "Ayo !" menganjurkan si cebol.
Giok Han mementang matanya. "Dia
mengandalkan ginkangnya mengelakkan setiap
622 timpukanku! Hemmmm. aku harus meng-akalinya !
Kalau kutimpuk dengan cara biasa, sampai kapan
tetap saja tidak mungkin dia tertimpuk, tubuhnya
selalu bisa doyong seenaknya ke kiri kanan...!"
Karena berpikir begitu. Giok Han segera berseru:
"Tunggu dulu, aku ingin bicara !"
"Eh mau bicara" Bicara apa?" Tanya Uh Ma,
berhenti berputar. Kesempatan itu dipergunakan Giok Han buat
menimpuk. Sekaligus dua butir batu. Timpukan itu
demikian mendadak, dia juga menimpuk dengan
tenaga cukup kuat, dengan salah satu jurus "Cap
Peh Lo Han Kun" yang bernama "Lo Han Hui Te,
"tubuhnya melesat mengimbangi kecepatan kedua
batu yang tengah menyambar kepada Uh Ma,
tangannya bergerak menimpuk lagi dua butir batu
dari arah lain ! "Ooooo, kau menipuku, bocah !" teriak Uh Ma, dia
tidak marah, malah tertawa terkikik, tubuhnya
mendadak melompat ke tengah udara, kedua batu
pertama gagal mengenai sasaran, dan tubuhnya
kembali jatuh dengan tangan kiri yang menunjang,
kemudian lincah sekali tubuhnya menghindari dua
batu lainnya. Kecele Giok Han, karena dia gagal lagi. Uh Ma
tertawa, menganjurkan : "Ayo timpuk lagi, aku tidak
623 sesali kau, bukankah tadi sudah kubilang boleh kau
pergunakan cara apa saja untuk menimpukku !"
Giok Han tambah penasaran. Semakin sulit
persoalan yang dihadapinya, semakin keras Giok
Han berusaha bisa mengatasi kesulitan itu. Sudah
empat batu dipergunakan, tinggal enam batu lagi
yang berhak ditimpukkan pada Uh Ma.
Dia memasang mata, mengawasi dengan cermat,
memperhatikan setiap gerakan Uh Ma. Sejauh itu dia
tetap tidak menimpuk. Akhirnya Giok Han berlari
mengelilingi Uh Ma, dia mempergunakan cara berlari
Sin Beng Kun. Maksudnya begitu ada kesempatan,
segera akan menimpuk lagi.
Uh Ma tertawa. "Ayo timpuk, jangan berputarputar
terus begitu!" teriaknya. Dia diam di
tempatnya "berdiri" di tangan kirinya tanpa ikut
berputar, karena dia memang memiliki pendengaran
tajam, tanpa ikut berputar dan tanpa melihat, asal
Giok Han, menimpuk pasti dia bisa mendengar
sambaran angin dari timpukan batu tersebut dan
bisa segera menghindarinya.
Giok Han tetap berputar-putar sambil berlari, dia
sebetulnya ingin membuat Uh Ma jadi pusing. Tapi
maksudnya tak kesampaian. Otaknya berputar keras
terus, sampai akhirnya ia ingat kata-kata Tang Sin
Siansu waktu memberikan latihan padanya: "Dengan
"Sin Beng Kun" kau bisa mempergunakan kekerasan
di samping kelunakan. Yang terang terpisah dari
624 yang gelap, yang panas terpisah dari yang dingin...
jika kau mempergunakan salah satu secara terpisah
dengan sebaik-sebaiknya niscaya apapun bisa kau
lakukan terhadap lawanmu..!"
Muka Giok Han mendadak berseri-seri. Dia cerdas
sekali, dan di saat itu dia sudah berhasil menemukan
kunci rahasia "Sin Beng Kun" yang selama setengah
tahun gelap baginya, di mana dia selalu gagal untuk
memecahkan persoalan itu ! Tidak disangkasangkanya,
waktu bermain main dengan Uh Ma
inilah dia baru mengerti sepenuhnya maksud
perkataan Tang Sin Hongthio.
Saking gembira Giok Han sampai melompat
berjingkrak disertai seruan girang. Uh Ma tertegun
heran menyaksikan lagak Giok Han, dia tidak
mengerti mengapa tiba-tiba si bocah jadi begitu
girang " Tapi Uh Ma tetap tersenyum mengawasi
tenang-tenang pada si bocah, dia yakin cara apapun
yang dipergunakan Giok Han, tak nantinya si bocah
bisa menimpukkan batu kena dirinya.
"Ayo timpuk, mengapa berlari-lari terus seperti
itu?" menantang Uh Ma, setelah melihat Giok Han
masih belum menimpuk lagi.
"Ya, aku akan segera menimpuk !" Segera Giok
Han mengempos semangat, dia tiba-tiba
mengayunkan tangan kanannya, menimpukkan
sebutir batu. Batu itu meluncur cepat sekali. Waktu
itu otak Giok Han tengah berpikir: "Yang panas dan
625 dingin, yang gelap dan terang, yang keras dan
lunak... yang kosong tapi berisi...!"
Dan belum lagi batu yang pertama itu
menyambar sampai pada Uh Ma, tangan Giok Han
menimpuk batu kedua. Menyusuli yang ketiga. Tapi
tenaga timpukan ketiga batu itu berbeda-beda. Yang
pertama memang disertai tenaga menimpuk yang
kuat, yang kedua kosong tak disertai tenaga dan
yang ketiga melesat lebih cepat dari yang pertama!
Justeru Giok Han mempergunakan siasat "yang
kosong tapi berisi dan yang berisi namun kosong".
Uh Ma seperti sebelumnya, menghindarkan batu
yang pertama, tapi ketika dia menghindarkan batu
kedua, dia kaget. Batu itu datangnya lebih lambat
dari yang diduga, karena tidak disertai oleh tenaga
timpukan. Tubuhnya sudah doyong, batu itu baru akan
sampai, dan waktu tubuhnya kembali pada posisi
semula, batu itu tiba ! Kaget Uh Ma tapi dia lihai,
cepat bukan main tubuhnya berputar, batu itu
seperti didorong oleh suatu kekuatan tak tampak,
berobah arah menyambarnya, menceng ke samping
kanan ! Batu ketiga tiba dan dielakkan lagi oleh Uh
Ma. Dia tertawa bergelak-gelak. "Licik kau, bocah !"
gumamnya. Giok Han kecele lagi. Usahanya gagal. Tapi
sekarang dia mulai menemukan cara untuk
mengatasi kelincahan Uh Ma. Di tangannya masih
626 ada tiga batu. dan sekarang Giok Han tidak buang
waktu. Sebutir batu ditimpukkan lagi, tapi cara
menimpuknya sekali ini berbeda dengan yang
sebelumnya, karena dia menimpuk tanpa
melontarkan batu. Batu itu tetap berada di tangannya, hanya angin
pukulan yang meluncur, dia mempergunakan salah
satu jurus "Sin Beng Kun" Benar dia baru bisa
menguasai dasar ilmu "Sin Beng Kun", tapi
sambaran angin dari tangannya cukup santer. Uh Ma
mengira angin itu adalab sambaran batu, dia
mendoyongkan tubuhnya untuk mengelak,
kesempatan ini dipergunakan Giok Han, batu di
tangannya dilepaskan tanpa bertenaga kearah
punggung Uh Ma. Batu itu mengenai tengkuk Uh Ma.
Saking girang Giok Han jadi berjingkrak dan
membuang sisa dua batu di tangannya.
"Kau kalah !" Berseru Giok Han. "Kau harus
mengajarkan aku cara jalan dengan tangan tunggal
seperii itu !" Uh Ma mendongkol, dia merasa tertipu Giok Han.
Segera dia melompat berdiri di atas kedua kakinya,
membanting-banting kaki kanannya.
"Tidak bisa ! Kau curang !" teriak Uh Ma. "Kau
menimpuk dengan cara menipu seperti itu ! Tadi kau
tidak menimpuk, baru kemudian menyusuli dengan
timpukan tak bertenaga. Mana boleh itu disebut
sebagai satu timpukan "!"
627 Giok Han tertawa. "Kau ingin ingkar janjimu?"
Tanyanya. "Bukankah tadi kau menantang aku boleh
mempergunakan cara apa saja untuk menimpukmu
?" Uh Ma mengawasi penasaran pada Giok Han, tapi
akhirnya dia menggerutu dengan suara tidak jelas.
Tangannya menepuk keningnya. "Aku yang dogol
dipermainkan bocah seperti kau ! Tapi sudahlah !
Ayo. kemari kau ! Akan kuajarkan kau jalan dengan
tangan tunggal !" Girang Giok Han, segera dia mendengarkan Uh
Ma memberikan petunjuk bagaimana cara berjalan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan tangan tunggal. Bahkan Giok.Han mencoba
berkali-kali cara berjalan seperti itu dan Uh Ma
memberikan petunjuknya. Sedikitpun Giok Han tidak
menyangka bahwa cara berjalan dengan tangan
tunggal, yang dianggapnya sebagai cara bermainmain
yang menggembirakan, adalah semacam ilmu
meringankan tubuh yang dahsyat bernama "TokPie
Ginkang" andalan See-mo, dedengkot iblis rimba
persilatan ! "Tok Pie Ginkang" pun merupakan cara
membangkit tenaga khikang yang dahsyat, waktu
jungkir balik begitu, Giok Han diajari cara bernapas,
mengerahkan tenaga Tan-tian (pusar)nya.
Setelah selesai memberikan petunjuknya, Uh Ma
memaksa Giok Han untuk main timpuk-timpukan
lagi. Tiga kali Giok Han kalah, karena Uh Ma tidak
bisa diakali dengan cara "yang kosong tapi berisi",
dan tiga kali Giok Han harus menggendong Uh Ma.
628 Sedang Giok Han menggendong Uh Ma untuk
ketiga kalinya, mendadak terdengar suara tepukan
tangan dari kejauhan. Uh Ma mendadak lompat
turun dari pundak Giok Han. "Kawan-kawanku sudah
datang, aku harus pergi !" Katanya. "Besok pagi kiia
bertemu lagi di sini !" Setelah berkata begitu,
tubuhnya yang cebol seperti bayangan saja
berkelebat lenyap dari depan Giok Han.
Diam-diam Giok Han kagum. Uh Ma tampaknya
bukan orang sembarangan dan dia girang sudah
diajarkan cara bermain jalan dengan tangan tunggal.
Setelah Uh Ma pergi, Giok Han mencoba berkalikali
jalan dengan tangan kirinya, sekali-sekali
diselingi dengan tubuh berputar dengan tangan kiri
menyanggahnya, berputar seperti gangsing, disertai
pengerahan tenaga Tan-tian ! Tanpa disadari G'ok
Han tengah melatih "Tok Pie Ginkang", juga melatih
sekaligus khikangnya ! Mengapa See-mo Uh Ma bisa berada di Siauw Sit
San " Apa yang ingin dilakukannya " Ternyata Seemo
tidak berdusta pada Giok Han, ia sedang
menunggu kedatangan tiga orang temannya, yaitu
Lam-mo, Pak-mo dan Tong-mo. tiga dedengkot iblis
lainnya. Sebetulnya antara See-mo dengan tiga
dedengkot iblis itu saling cakar-cakaran dan tidak
pernah mau mengalah satu dengan yang lain. Baru
akhir-akhir ini ada seorang yang bisa menundukkan
629 keempat dedengkot iblis tersebut, memaksa mereka
selalu bekerja sama dalam melakukan perintahperintah
orang yang telah menundukkan keempat
dedengkot iblis itu. Dari keempat dedengkot iblis tersebut, dedengkot
iblis Barat inilah yang memiliki sifat seperti kanakkanak.
Tubuhnya yang cebol disebabkan waktu kecil
dia diserang semacam penyakit panas, membuat
perkembangan badannya terhambat, dia jadi pendek
biar pun usianya telah tua.
Juga sifatnya jadi kekanak-kanakan. senang
sekali mengajak anak-anak bermain dengannya.
Tapi jika ada sesuatu yang tidak disenanginya, maka
ia berobah menjadi iblis yang paling mengerikan,
bertindak sadis luar biasa.
Waktu menerima perintah dari orang yang
berhasil menundukkannya. See-mo berangkat lebih
dulu ke Siauw Sit San, bertemu dengan Giok Han.
Dia menyaksikan Giok Han sedang berlatih dliri,
timbul kegembiraannya untuk main-main dengan si
bocah, sampai akhirnya dia terpaksa mengajarkan
Giok Han ilmu andalannya, yaitu "Tok Pie Ginkang."
Selama puluhan tahun See-mo malang melintang
menjagoi daerah Barat, "Tok Pie Ginkang"nya sulit
sekali dilawan oleh siapapun, Dia sudah melatihnya
dengan baik, banyak jago-jago ternama roboh di
tangannya karena "Tok Pie Ginkang"nya.
630 Cepat sekali See-mo sudah sampai di depan bukit
kecil, di mana Pak-mo, Lam-mo dang Tong-mo
sudah berkumpul. Sebelum tiba di sini, mereka
memang sudah berjanji akan saling memberi isyarat
dengan tepukan tangan, itulah sebabnya See-mo
mengetahui kedatangan ketiga orang kawannya.
"Cebol sialan," memaki Lam-mo jengkel.
"Mengapa kau datang terlambat " Tentu sudah
kumat sintingmu, untuk putar-putar tidak karuan di
gunung ini... kalau kau terlihat oleh pendeta Siauw
Lim Sie dan urusan jadi gagal, tentu kau akan
disesali oleh Cukong (majikan) !"
"Kau tidak perlu rewel seperti itu, tua kerempeng
berpenyakitan !" menyahuti See-mo mengejek. "Aku
justeru menyesal kalian tiba begitu cepat, kalau
tidak tentu aku masih bisa bersenang-senang
dengan si bocah dogol!"
"Si bocah dogol" Siapa dia ?" tanya Pak-mo,
tangannya mengambil cupu arak berwarna merah
dan meneguknya. "Akh, kau pengemis butut mau tahu saja urusan
orang lain!" menyahuti See-mo. "Dia bocah yang
menyenangkan diajak bermain !"
Tong-mo tertawa. "Kau masih seperti bocahbocah
gentong nasi yang senang bermain-main
dengan bocah tidak keruan !" katanya.
631 "Kau sendiri apa, pendeta bejat " Sudah jangan
rewel, apakah kita mulai bekerja sekarang saja" !"
kata See-mo. "Tidak ! Kita harus menunggu Cukong dulu !"
kata Lam-mo. "Kapan Cukong tiba di sini ?" tanya See-mo.
"Tidak lama lagi !" menyahuti Lam-mo. "Apakah
selama kau sampai di sini tidak pernah bertemu
dengan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie "
See-mo cuma menggeleng. Dla memutar
tubuhnya dan menggerendeng. "Hu. benar-benar
kita berempat manusia-manusia dungu! Sebetulnya
aku kecewa harus tunduk pada DIA ! Seharusnya,
biar mati aku tak boleh tunduk padanya..."
"Huh ! Kalau Cukong dengar perkataanmu,
apakah jiwamu masih bisa jadi milikmu?"
"bentak Lam-mo. See-mo cuma tertawa dingin.
"Apa yang dia bisa lakukan " Aku cuma jeri pada
gurunya... kalau tidak ada gurunya, biar ada sepuluh
DIA, aku tidak akan memberi kesempatan
meaghinaku seperti sekarang, aku diperlakukan
seperti anjing-anjing pengawalnya !"
632 Lam-mo tertawa mengejek. "Kalau memang kau
sudah bosan hidup, mengapa kau harus menggerutu
disini " Nanti kalau Cukong sudah datang, katakan
saja terus terang padanya isi hatimu !"
See-mo menggerutu dengan suara tak jelas, pakmo
sudah menggantung buli - buli araknya
dipinggang, dia tertawa. "Aku sependapat dengan
See-mo! Dia bicara dari hal yang tepat, kukira tidak
seharusnya kita mau diperbudak oleh DIA. Kalau kita
berempat mau menghadapi gurunya, niscaya
kebebasan kita selanjutnya tidak terkekang lagi !"
Lam-mo menggeleng sambil menghela napas,
mukanya murung. "Apakah kau kira aku girang
diperbudak seperti anjing oleh DIA " Tapi, percuma
saja kita coba menentang gurunya, mustahil kita
bisa menghadapinya, walaupun maju berempat ! "
Tong-mo tertawa terkekeh, tapi tidak bilang apaapa.
Keempat dedengkot iblis itu jadi berdiam diri,
masing-masing bungkam. Dalam sejarah persilatan
baru sekali ini terjadi empat dedengkot iblis yang
ditakuti oleh orang-orang rimba persilatan, bisa
berkumpul tanpa bertengkar dan tanpa saling cakarcakaran
! Bahkan mereka saling mengeluhi keadaan diri
masing-masing ! Biasanya, mereka merupakan
dedengkot-dengkot iblis yang paling angkuh, yang
tidak pernah gentar walaupun harus menghadapi
seribu kali kematian! 633 Lama juga mereka berdiam dibukit kecil itu,
matahari sudah menggeser ke barat, sudah
mendekati senja. Akhirnya orang yang mereka
tunggu telah datang, Dia tidak lain Cu Lie Seng,
putra Cu Thaykam. Mukanya dingin tak
memperlihatkan perasaan apapun juga.
"Apakah kerbau-kerbau gundul Siauw Lim Sie
mengetahui kehadiran kalian ?" tegur Cu Lie Seng,
cukong berusia muda tersebut.
Keempat dedengkot iblis itu menggeleng. "Tidak,
sejak tadi kami berdiam disini dan tidak pernah
bertemu dengan seorang pendeta. Apakah kita akan
bekerja sore ini cukong?"
Cu Lie Seng menggeleng, dia mengawasi sekitar
tempat itu, barulah jawabnya: "Tidak. Guruku akan
sampai disini menjelang kentongan kedua. Kita
tunggu saja disini ! Urusan ini harus selesai malam
ini, kalau memang kerbau-kerbau gundul Siauw Lim
Sie tidak mau memenuhi tuntutan guruku, maka
kalian harus buka telaga darah digunung ini!"
Yang dimaksudkan Cu Lie Seng dengan telaga
darah adalah membunuh secara besar-besaran.
Lam-mo berempat mengangguk, tanpa buka
suara lagi. Matahari semakin tenggelam diufuk
barat... 634 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tang Sin Siansu bertiga dengan Tang Lang dan
Tang Lu Siansu tengah berada di kamar semedhi.
Mereka bertiga tengah berusaha melakukan
pengurutan pada Tang Bun Siansu dengan
memusatkan tenaga lwekang masing-masing.
Walaupun bagaimana Tang Bun Siansu harus
dipulihkan kesadarannya. Sejauh itu Tang Bun
Siansu tetap seperti linglung tak ingat diri, hanya
menyebut-nyebut Sejak peristiwa kedatangan Poan Pian Thian,
mereka selalu diliputi kegelisahan. Tang Sin Siansu
bertiga yakin, suatu saat Tang Sin Siansu pasti
muncul di Siauw Lim Sie buat mengacau, Hal inilah
yang membuat ketiga hweshio pimpinan Siauw Lim
Sie itu jadi tak tenang, biarpun mereka masingmasing
memiliki ilmu yang tinggi.
Sebelumnya Tang Sin Siansu ragu-ragu untuk
melakukan pengurutan dengan kedua Sutenya pada
Tang Bun Siansu, karena pengurutan itu menelan
tenaga lwekang mereka dalam ukuran yang tidak
sedikit, dan bisa membahayakan mereka kalau saat
itu muncul Tang San Siansu.
Namun lewat beberapa hari Tang Sin Siansu
memutuskan bahwa bagaimanapun Tang Bun Siansu
harus diobati, agar sembuh. Biarpun tidak sembuh
635 keseluruhan jika bisa dipulihkan kesadarannya,
sehingga ia bisa menceritakan apa yang telah
dialaminya, pasti itupun sangat penting bagi mereka
dalam menentukan langkah-langkah apa yang akan
diambil waktu menghadapi Tang San Siansu, kalau
bekas Toasuheng mereka muncul juga pada
akhirnya, Dengan selalu ngelindur menyebut-nyebut
perihal Liong-kak, pasti Tang Bun Siansu menyimpan
suatu rahasia yang sangat penting, itulah Tang Sin
Siansu mengajak kedua sutenya untuk melakukan
pengobatan pada Tang Bun Siansu dengan cara
memusatkan lwekang mereka bertiga secara
bersama-sama coba mengembalikan kesadaran Tang
Bun Siansu. Usaha untuk memulihkan kesadaran Tang Bun
Siansu, yang waktu itu sudah berobah seperti
pendeta tolol dan hanya mengoceh perihal Liongkak,
tidaklah semudah apa yang diduga oleh Tang
Sin Siansu bertiga. Sudah sebulan lebih mereka melakukan
pengurutan bersama, sejauh itu tetap saja tidak ada
tanda-tanda kesadaran Tang Bun Siansu membaik.
Sore ini Tang Sin Siansu bertiga melakukan lagi
pengurutan pada Tang Bun Siansu-. Dari telapak
tangan Tang Sin Siansu bertiga keluar hawa panas
menerobos berbagai bagian di tubuh Tang Bun
Siansu. 636 Tapi setiap-kali hawa murni ketiga hweshio
pimpinan Siauw Lim Sie itu hendak menerobos
masuk ke dalam tubuh Tang Bun Siansu, acapkali
pula gagal. Seperti ada perintang kuat, yang
menolak masuknya tenaga dari luar.
Butir-butir keringat sudah membasahi muka dan
tubuh Tang Sin Siansu bertiga Berbagai cara lain
telah pula dicoba, misalnya dengan menotok
beberapa jalan darah terpenting di tubuh Tang Bun
Siansu Seperti ditotoknya jalan darah Kiat-hiat,
Yuan-hiat, Tai-yin-hiat dan lain-lainnya, tetap saja
Tang Bun Siansu dalam keadaan seperti ngelindur,


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanva menyebut-nyebut perihal Liong-kak.
Akhirnya Tang Sin Siansu menghentikan usaha
untuk memulihkan kesadaran Tang Bun Siansu
dengan hati sangat kecewa dan berduka.
Tampaknya tak ada harapan Tang Bun Siansu bisa
dipulihkan kesadarannya. Akibat pukulan maut yang
dilakukan seseorang menyebabkan kerusakan parah
pada jaringan syaraf Tang Bun Siansu.
"Omitohud ! Tampaknya Tang Bun Sute
memerlukan pengobatan yang lama guna
memulihkan kesadarannya," kata Tang Sin Sian-su
sambil menghambus keringat di mukanya. Tang
Lang dan Tang Lu Siansu duduk berdiam diri saja
muka merekapun murung penuh kegelisahan.
637 "Suheng, apakah kita perlu mohon bantuan Tai
Hong Susiok dan Tai Kim Susiok ?" tanya Tang Lang
Siansu ragu-ragu. Muka Tang Sin Siansu dan Tang Lu Siansu
berobah, bahkan Tang Sin Siansu sudah mengulapulapkan
tangannya sambil menghela napas dalamdalam
"Siancai ! Tai Kim dan Tai Hong Susiok tidak
boleh diganggu, bagaimana pentingnya sekalipun
persoalan kita ! Mereka berdua tengah mencapai
tingkat yang terpenting dalam latihan mereka !
Tahun ini merupakan tahun terakhir mereka
menyelesaikan latihan tersebut, dan sedikitpun
perhatian mereka tidak boleh terpecah, bisa
membahayakan keselamatan jiwa mereka !"
Tai Hong Hweshio dan Tai Kim Hweshio adalah
dua orang sute Tai Giok Siansu. Tahun ini usia kedua
hweshio itu sudah lanjut sekali, sembilan puluh dua
tahun usia Tai Hong dan delapanpuluh delapan
tahun pada Tai Kim Hweshio.
Sejak muda kedua hweshio ini memang
keranjingan ilmu silat, setiap hari waktu merekahabis
dipergunakan untuk melatih ilmu silat Siauw
Lim Sie yang jumlahnya 108 macam Dari ilmu silat
yang paling rendah sampai ilmu silat ciptaan Tat-mo
Couwsu ( Pendiri Siauw Lim Sie ) yang terhebat,
mereka ingin pelajari semua, itulah sebabnya
638 mereka tidak mempunyai perhatian pada kedudukan
Hongthio. Waktu Tai Giok Siansu meninggalkan Siauw Lim
Sie, kedua sutenya tidak mengetahui, karena tidak
diberitahukan hal itu. Mereka tengah mengurung diri
di ruang bahwa htana yang khusus dibuat untuk
mereka. Sudah lebih tigapuluh tahun kedua hweshio
tersebut tidak meninggalkan tempatnya, mereka
tekun meyakini berbagai ilmu silat warisan Tat-mo
Couwsu. Menurut peraturan Rimba Persilatan, dalam setiap
partai, di atas Ciangbun masih terdapat Tianglo
(pemimpin, penasehat) partai itu. Dalam urusanurusan
penting, Ciangbun harus mendengar
pendapat Tianglo. Kedudukan Tianglo hampir sama
dengan Thay-siang Ciangbun (ketua kehormatan ),
hanya ia tidak mencampuri segala urusan kecil.
Pada jaman itu, Tai Hong Hweshio dan Tai Kim
Hweshio berdua adalah para Tianglo dari partai
Siauw Lim Sie. Setelah Tai Giok Siansu
meninggalkan Siauw Lim Sie, tawar hati Tai Hong
Hweshio dan Tai Kim Hweshio untuk mencampuri
segala urusan pintu perguruan, mereka mengurung
diri dan meyakinkan ilmu selat lebih mendalam.
Memang pada mulanya merekan sudah
keranjingan ilmu silat dan tidak ada perhatian pada
urusan lain dari ilmu silat, setelah Tai Giok Siansu
pergi dari Siauw Lim Sie dan diduga sudah mati
639 karena usia tua, maka mereka semakin tenggelam
dalam latihan ilmu silat. Ciangbun bisa diganti-ganti,
tapi seorang Tianglo menduduki kursi kehormatan
itu sehingga ia meninggal dunia.
Seorang Tianglo bisa diangkat oleh rapat anggota
partai atau ditujuk oleh Tianglo yang ingin
mengundurkan diri. Tapi, karena kedudukan Tianglo
hanya boleh ditempati oleh seorang yang
berkepandaian sangat tinggi dan dihormati oleh
seluruh Rimba Persilatan, maka sering kejadian
bahwa sesudah Tianglo lama meninggal dunia, tidak
diangkat lagi Tianglo yang baru. Dalam suatu partai
yang tidak mempunyai Tanglo, maka orang yang
paling tinggi kedudukannya adalah Ciangbun.
Tapi menurut peraturan Rimba Persilatan, Thaysiang
Ciangbun yang baru belum boleh diangkat
secara resmi sebelum yang lama meninggal dunia,
itulah sebabnya, walaupun sekali ini Siauw Lim Sie
tampaknya akan menghadapi peristiwa hebat. Tang
Sin Siansu masih ragu-ragu untuk melaporkan
semua itu pada kedua Tianglo Siauw Lim Sie,
memohon bantuan Tai Kim Hweshio dan Tai Hong
Hweshio, Alasannya. pertama belum bisa dipastikan apakah
Tai Kim dan Tai Hong Hweshio bersedia keluar dari
tempat mereka mengurung diri untuk melibatkan diri
dengan persoalan tersebut, alasan kedua justeru
kedua Tianglo Siauw Lim Sie itu tengah mencapai
puncak latihan dari ilmu mereka, jelas tidak boleh
640 diganggu ketenangan dan pencurahan perhatian
mereka pada latihan tersebut.
Tapi, ancaman Tang San Siansu, Toasu-heng dari
Hongthio Siauw Lim Sie, bukanlah urusan yang
main-main. Apalagi Tang Sin Siansu dan yang
lainnya menyadari Toasuheng mereka itu memiliki
ilmu yang melebihi mereka, mengingat memang
Tang San Siansu pernah menerima warisan ilmu
"Liong Beng Kun" (Pukulan Naga Menembus) dari
guru mereka. Sedang Tang Sin Siansu bertiga berunding,
mendadak masuk seorang Totong (pendeta kecil)
yang memberi laporan di luar datang tamu dalam
jumlah cukup banyak. "Pemimpinnya seorang
pemuda bermuka putih cakap, hanya bilang ingin
bertemu dengan Hong-thio." menambahkan Totong
itu. Alis Tang Sin Siansu mengkerut, demikian pula
dengan Tang Lang dan TangLu Siansu, mereka
menduga-duga entah siapa para tamu yang menurut
Totong itu jumlahnya belasan orang. Segera Tang
Sin Siansu mengibaskan lengan jubahnya, ia
perintahkan Totong ini mengundang tamu ke Lianbuthia kuil Siauw Lim Sie yang luas.
Waktu Tang Sin Siansu bertiga dengan kedua
sutenya keluar buat menyambut tamu, dilihatnya
641 tamu-tamunya itu agak luar biasa, karena di antara
mereka See-mo, Tong-mo, Pak-mo dan Lam-mo,
empat dedengkot manusia iblis dari empat daerah.
"Omitohud !" menggumam perlahan Tang Sin
Siansu dengan hati yang terguncang, cepat dia bisa
menguasai diri dan sikapnya wajar seperti biasa lagi,
Dia sadar, ancaman bahaya sudah di depan mata,
Dengan langkah tenang ia maju mendekati para
tamunya, merangkapkan kedua tangannya sambil
menyebut kebesaran Sang Buddha.
"Omitohud ! Tampaknya kiesu sekalian
mempunyai urusan penting yang ingin disampaikan
pada Loceng ?" tanya Tang Sin Siansu.
Dari rombongan tamu maju seorang pemuda,
dialah Cu Lie Seng. Tadi melihat Hongthio Siauw Lim
Sie keluar, langkah kakinya yang tenang mantap,
mukanya yang angker berwibawa dan sinar mata
setajam pisau, membuat hati Cu Lie Seng tergetar.
Tapi pemuda itu cepat tenang kembali. Dia
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
"Siauwte Cu Lie Seng memberi hormat pada
Hongthio, kedatangan Siauwte membawa pesan
guruku yang mulia, untuk disampaikan pada
Hongthio..." Tang Sin Siansu mengawasi pemuda itu sabar
sekali. "Katakanlah kiesu, pesan apakah untuk
Loceng ?" 642 "Seperti Hongthio sudah ketahui, guru Siauwte
adalah Tang San Siansu, masih Toa-suheng
Hongthio," kata Cu Lie Seng lagi. "Dan guruku
berpesan, agar Hongthio mau memandang tali
percaudaraan dengannya untuk bicara baik-baik
dengannya..." "Omhohud !" Tang Sin Siansu merangkapkan
kedua tangannya. "Tentu Loceng senang bicara baikbaik
dengannya, dia adalah Toasuheng Loceng yang
layak dihormati ! Di manakah sekarang guru Siauw
kiesu berada ?" "Tidak lama lagi dia akan datang," jawab Cu Lie
Seng. "Tapi sebelumnya guruku juga berpesan, agar
Hongtnio mau memberi muka kepadanya, supaya
menyerahkan kedudukan Hongthio Siauw Lim Sie ke
tangan guruku, sebab menurut guruku, kedudukan
itu menjadi haknya dan..." Cu Lie Seng tidak bisa
meneruskan perkataannya, Tang Lu Siansu tidak
bisa menahan diri sudah melompat ke depan
mengibaskan lengan jubahnya.
Tubuh Cu Lie Seng terhuyung mundur dua
langkah hampir terjengkang karena biarpun kibasan
lengan jubah itu perlahan tampaknya, namun angin
yang menyambar sangat dahsyat. Untung See-mo
cepat melompat maju dan meletakkan telapak
tangannya pada punggung Cu Lie Seng, sehingga
pemuda itu tidak sampai terguling.
643 Biarpun demikian hati Cu Lie Seng tergetar kaget
dan kagum atas kehebatan tenaga dalam Tang Lu
Siansu. "Jangan bicara ngawur disini !" bentak Tang Lu
Siansu gusar. "Memang benar Tang San Hweshio
pernah menjadi Toasuheng kami, tapi ia murid
murtad dan sudah di.."
"Sute, biarkan dia bicara dulu !" sabar suara Tang
Sin Siansu. "Mundurlah, sute . .!"
Tang Lu Siansu masih mendongkol, tapi dia tak
berani menentang perintah suhengnya. Dia mundur
kembali, biarpun matanya masih melotot mengawasi
Cu Lie Seng, yang dianggap menghina keterlaluan
terhadap Hongthionya. "Silahkan Siauw kiesu meneruskan bicaramu !"
kata Tang Sin Siansu tetap sabar.
Muka Cu Lie Seng masih pucat, tapi dia sengaja
tertawa mengejek. "Tidak Siauwte sangka pendetapendeta
Siauw Lim Sie pandai menekan si muda..."
Tang Lu Siansu dan Tang Lang Siansu gusar tapi
Tang Sin Siansu dengan berwibawa sudah bilang:
"Siau-kiesu, bukankah kiesu ingin menyampaikan
pesan-pesan gurumu ?"
"Benar !" menyahuti Cu Lie Seng angkuh, tapi dia
tidak berani terlalu dekat dengan Tang Sin Sian-su
644 "Guruku bilang, kalau memang Hongthio mau
memberi muka padanya, menyerahkan kedudukan
Ciangbun padanya, tentu guruku tidak akan
mengecewakan kalian, tetap saja yang akan
memimpin Siauw Lim Sie adalah kalian bertiga,
karena guruku sendiri memiliki kesibukan lain dan
tidak mungkin berdiam di kuil ini..."
Tang Sin Siansu mengawasi orang-orang yang
jadi tamu tak diundang itu. Tong-mo, See-mo, Lammo
dan Pak-mo berempat sudah merupakan lawan
yang tidak ringan, belum lagi yang lainnya tentu
masing-masing memiliki kepandaian tidak rendah.
Lalu kalau nanti muncul Tang San Siansu, berarti
pihak lawan semakin kuat. Dalam waktu singkat
seperti itulah akhirnya Tang Sin Siansu mengambil
keputusan: "Sekarang Siauw-kiesu kembali,
beritahukan kepada gurumu bahwa Loceng ingin
bertemu dengannya, persoalan yang tadi Siauwkiesu
sampaikan akan kami bicarakan langsung
dengannya." Cu Lie Seng tertawa. "Memang guruku tak lama
lagi akan datang..." Baru saja-dia berkata begitu,
mendadak terdengar suara berisik diluar pintu kuil.
Waktu dua orang Totong keluar, mereka jadi berdiri
kesima, mata mereka melotot, ternyata patung
singa-singaan dikiri kanan dekat undakan di depan
pintu gerbang kuil sudah hancur bagian kepala,
menjadi Bubuk yang bertumpuk ditanah !
645 Tampak seorang pendeta kurus tengah
melangkah lebar masuk kedalam. Sedang kedua
Totong itu bengong, justeru si pendeta kurus sudah
tiba didekat mereka. "Kau yang menyambutku ?"
tanya si pendeta kurus, tangannya diulur dan kedua
Totong itu sudah dicengkeram dan ditenteng masuk.
Semua mata memandang kepada hweshio kurus
tersebut, Cu Lie Seng berseru girang : "Suhu!"
Pendeta kurus itu mendorong kedua Totong itu
kearah Tang Sin Siansu. "Tang Sin," katanya, dalam
suaranya. "Apakah kau anggap cukup menghormat


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambut Toasu-hengmu dengan dua Totong
seperti ini ?" kedua pendeta muda itu terhuyung
kearah Tang Sin Siansu. Hongthio Siauw Lim Sie menyambuti, tapi mata
kedua Totong itu mendelik dengan napas yang
berhenti, dada mereka sudah remuk. Muka Tang Sin
Siansu berobah "Toasuheng, apakah dengan cara demikian
Toasuheng ingin duduk sebagai Ciangbun-jin Siauw
Lim Sie ?" tanyanya tawar.
"Tepat!" menyahuti pendeta kurus itu dingin,
"Kau tentu bersedia mundur bukan dan
menyerahkan kedudukan Ciangbun kepadaku ?"
Tang Sin Siansu merangkapkan kedua tangannya
setelah menyerahkan mayat kedua totong itu pada
hweshio lainnya. 646 "Omitohud. Sebetulnya, dulu kami yang sudah
memohonkan pengampunan pada suhu, apakah
sekarang Toa suheng memang melupakan budi
kebaikan Suhu dan ingin menimbulkan kerusuhan di
Siauw Lim Sie ini ?"
Jilid ke 15 Hwesio kurus itu, yang tidak lain Tang San
Siansu, tertawa bergelak-gelak. "Jangan rewel,"
katanya kemudian bengis. "Kau mau mundur
menyerahkan kedudukan Ciangbun padaku tidak ?"
"Tidak !" menyahuti Tang Lu Siansu mewakili
Tang Sin Siansu. "Kami akan mempertahankan diri
dari penghianatanmu, murid murtad !"
Mata Tang San Siansu mencilak. "Tang Lu, ooooh,
kau sudah berani kurang ajar padaku" Tidak
ingatkah kau betapa dulu banyak menerima
petunjuk dariku ?" Tang Lu Siansu yang sudah tak bisa menahan
kemarahannya, melompat ke depan. Tang Sin
Siansu hendak mencegah tapi terlambat. "Apakah
kau yang melukai Tang Bun Suheng ?" bentak Tang
Lu Siansu sambil mengawasi tajam pada Tang San
Siansu. "Tak salah ! Dia sudah kuberi jalan ke sorga, tapi
dia memilih jalan neraka ! Sudah kuberitahukan agar
647 dia ikut di pihakku, tapi dia menolak. Itulah
ganjarannya ! "bilang Tang San Siansu mengejek.
Meledak kemarahan Tang Lu Siansu, tangannya
menyambar dengan lengan jubahnya mengeluarkan
angin berbunyi "wwuuuuttt!" keras sekali.
Tang San Siansu tenang saja, dia tidak berusaha
menghindari pukulan Tang Lu Siansu. "Sute hati-hati
!" Tan Sin Siansu memperingati dengan kuatir.
Tapi terlambat, Tangan Tang Lu Siansu yang
mengandung tenaga lwekang kuat sekali, singgah di
dada Tang San Siansu. Tapi tangannya seperti
menghantam kapas, dan mendadak dia merasakan
napasnya sesak, matanya berkunang-kunang,
tangannya seperti copot, pundaknya ditepuk Tang
San Siansu. Segera dia berdiri diam mematung dengan mata
kosong tak bersinar ! Keadaannya sama seperti Tang
Bun Siansu ! Rupanya dia telah dihantam dengan
"Liong Beng Kun"-nya Tang San Siansu !
Tang Sin Siansu menerjang ke depan
mengibaskan lengan jubahnya, dihindarkan Tang
San Siansu. Terhadap sutenya yang satu ini
memang Tang San Siansu tak berani meremehkan,
dia tahu di antara ketiga sutenya, Tang Sin Siansu
yang tertinggi ilmunya. 648 Tang Lang Siansu yang kaget sejenak, kemudian
melompat maju ikut menyerang Tang San Siansu.
Tang San Siansu memperdengarkan tertawa
bergelak-gelak, tampaknya dia memiliki keyakinan
kedua sutenya tak mungkin bisa menghadapinya,
dia meremehkan. "Kalian mencari susah sendiri !"
gumamnya mengejek. Waktu itu Tang Sin Siansu
sudah menerjang lagi, tangannya bergerak
sedemikian rupa, seperti menyambar dari atas, tapi
juga seperti menerobos dari bawah, sukar diterka
arah sasaran yang sebenarnya.
Tang San Siansu terdesak dan tak mungkin
berkelit lagi. Dia menyambuti tangan sutenya,
hatinya mencelos kaget, karena tenaga lwekang
Tang Sin Siansu sudah mencapai kemajuan yang
pesat sekali dibandingkan dulu, dia merasa
tergempur hebat. Dalam keadaan begitu Tang San Siansu
menghantam dengan tangan kirinya dada Tang Sin
Siansu. Kedua pendeta itu mundur, muka mereka
dua-duanya pucat. Tang Sin Siansu berhasil menggempur kuda-kuda
kedua kaki Tang San Siansu, tapi sebagai
imbalannya dadanya kena pukulan tangan
Toasuhengnya itu. membuatnya terluka di dalam.
Kalau dia tidak rubuh, itulah disebabkan lwekangnya
memang sudah melebihi dari kedua sutenya ! Cuma
649 darahnya yang bergolak ketika tangan Tang San
Siansu mengenai dadanya !
Tang Lang Siansu menerjang kalap, dia pikir
hendak adu jiwa dengan bekas Toasu-hengnya yang
murtad ini. Tang San garuk-garuk lehernya sambil
menghindar. "Apakah kau ingin mengalami nasib seperti Tang
Bun dan Tang Lu ?" ejek Tang San Siansu sambil
melesat kesamping. Tang Lang Siansu tak perduli ejekan bekas
Toasuhengnya, dia beruntun menyerang lima kali.
Pendeta-pendeta Siauw Lim Sie lainnya jadi
memandang dengan hati kecut, mereka tahu Tang
Lang Siansu lihay, namun tampaknya Tang San
Siansu melebihi jauh kelihaiannya !
Ketika tangan Tang Lang Siansu keenam kali
menyambar pada Tang San Siansu, mendadak tubuh
Tang San Siansu tak bergeming ditempatnya. Dia
menyambuti tangan Tang Lang, dibarengi tangan
kanannya menyambar akan menepuk dada Tang
Lang Siansu. Mencelos hati Tang Sin Siansu menyaksikan hal
itu, nasib Tang Lang Siansu pasti akan sama
buruknya seperti Tang Bun dan Tang Lu Siansu,
Untuk lompat menolongi jelas sudah tidak keburu,
disamping ia dalam keadaan terluka didalam, juga
jaraknya terpisah cukup jauh.
650 Tang Lang Siancu bukannya tidak tahu ancaman
bahaya untuk dirinya. Namun dia nekad, tidak
diperdulikan tangan Tang San Siansu, dia mengepos
seluruh lwekangnya, maksudnya untuk adu jiwa
dengan Toasuheng yang murtad tersebut.
Dalam saat berbahaya seperti itulah, disaat Seemo,
Tong-mo, Pak-mo, Lam-mo dan Cu Lie Seng
bersama kawan-kawannya tengah girang melihat
Tang San Siansu akan Berhasil sekali lagi
merubuhkan tokoh Siauw Lim Sie yang satu ini,
terdengar suara yang parau dalam: "Tang San,
murid murtad tak tahu diuntung !" Dan berbareng
dengan itu, menyambar sehelai kain yang melibat
tangan Tang San Siarsu, sehingga tangan Tang San
Siansu tak bisa menyambar terus pada sasaran,
bahkan tubuhnya terhuyung mundur tertarik kuat
oleh kain yang melibat tangannya.
Saat itulah tangan Tang Lang Siansu yang penuh
dengan lwekangnya, singgah didadanya ! Tubuh
Tang San Siansu terjungkal !
Mengapa terjadi begitu" Ternyata waktu tangan
Tang San Siansu menyambar datang, dia dikagetkan
oleh suara yang sangat dikenalnya, waktu dia
tertegun, sehingga tangannya seperti terhenti
menyambar, telah dililit oleh sehelai kain,
membarengi waktu kagetnya belum lenyap,
tubuhnya terasa dibetot oleh kekuatan lewat kain
yang melilit tangannya. Juga saat itulah serangan
Tang Lang Siansu tiba! 651 Cepat dia melompat, mukanya pucat.
Benar-benar Tang San Siansu kuat, biarpun
terserang dahsyat oleh tangan Tang Lang Siansu, dia
tampaknya tidak kurang suatu apa. "Suhu . . .?"
suaranya tergetar. Ditempat itu ternyata telah bertambah seorang
pendeta tua. Kedua matanya tampak puiih tak
bergerak, dia pendeia buta yang sudah lanjut usia
dan tidak lain dari Tay Giok Siansu !
Tang Sin Siansu dan Tang Lang Siansu kaget
campur girang melihat guru mereka, keduanya
segera berlutut: "Suhu...!" panggil mereka. Tang Lu
berdiri diam dengan mata tak bersinar, dia sudah
jadi korban pukulan "Liong Beng Kun -nya Tang San
Siancu, sehingga mirip orang lupa diri.
Kumis jenggot Tay Giok Siansu yang memutih
tampak bergerak-gerak berdiri saking murkanya
mengawasi Tang San Siansu. "Kemari kau!"
bentaknya. Biarpun kedua matanya sudah buta, tapi
seperti memancarkan kekuatan yang membuat Tang
San Siansu menggigil gentar.
"Suhu, sehat-sehatkah kau ?" tanya Tang San
Siansu, tapi selangkahpun dia tidak maju
menghampiri gurunya, bahkan mundur dua langkah.
"Murid murtad, sudah luber dari takaran dosadosamu!
Kemari kau!" dingin suara Tay Giok Siansu.
652 Mendadak Tang San Siansu memutar tubuhnya
dia melompat dan angkat kaki. Tapi Tay Giok Siansu
gesit sekali, tubuhnya seperti bayangan kuning,
berkelebat sudah ada dibelakang Tang San Siansu,
tangannya meluncur. Tang San Siansu merasakan
samberan angin pukulan itu, dia tidak berani
menangkis dan membuang diri menggelinding
ditanah. Tapi Tay Giok Siansu melompat lagi kedekatnya,
menyerang pula. Tujuannya hendak menghantam
mati murid murtad itu, setidak-ticaknya
memusnahkan seluruh ilmu silatnya, termasuk
"Liong Beng Kun" -nya.
Dalam keadaan terjepit seperti itu Tang San
Siansu Tidak bisa memilih lain lagi, dia mengempos
seluruh kekuatannya, mendorong dengan kedua
tangannya ke depan, mengerahkan seluruh
kedahsyatan "Liong Bong Kun?" nya.
"Brakkkkkkk, bukkkkk!" tangan Tang San Siansu
bertemu dengan tangan Tai Giok Siansu, tubuh Tai
Giok Siansu bergoyang-goyang, namun tidak sampai
terpelanting. Yang hebat akibatnya adalah Tang San
Siansu, seperti daun kering tubuhnya terpental
diiringi jeritannya yang mengenaskan, lalu ambruk
di tanah, tapi cepat dia melesat bangun dan
melompati tembok kuil, berlari sekuat tenaganya !
Dalam sekejap mata dia telah lenyap.
653 Tai Giok Siansu menghela napas dengan muka
muram. "Sayang ! Sayang !" Gumamnya.
Cu Lie Seng melihat gurunya sudah angkat kaki
dengan keadaan mengenaskan seperti itu, tidak
berani buang waktu lagi, cepat-cepat berlari
meninggalkan kuil Siauw Lim Sie. Tang Lang Siansu
hendak merintangi, karena gusarnya belum lagi
berkurang, tapi Tang Sin Siansu yang berada di
sampingnya menahan. "Biarkan mereka pergi...!"
See-mo, Tong-mo dan yang lannya merasa tak
ada gunanya mereka berdiam terus di situ,
merekapun segera memutar tubuh meninggalkan
Siauw Lim Sie. Di hati mereka diam-diam tergetar
melihat tadi dalam beberapa detik dua kekuatan
lwekang luar biasa telah saling bentur, dimana
lwekang pendeta tua itu dahsyat sekali!
Tang Sin Siansu dan Tang Lang Siansu
menghampiri guru mereka, berlutut lagi. Pendetapendeta
Siauw Lim Sie lainnya juga berlutut.
"Suhu... kami tertolong dari tindasan
Toasuheng... apakah selama ini keadaan suhu baikbaik
saja ?" tanya Tang Sin Siansu.
Tai Giok Siansu menghela napas dalam-dalam.
654 "Tang Sin, sudah kuduga sewaktu waktu Tang
San si murid murtad pasti datang mengacau kemari
! Berdirilah ! Aku menyesal, mengapa dulu tidak
memusnahkan semua ilmu silatnya sehingga tidak
perlu terjadi urusan hari ini ?"
Dia menghela napas dalam-dalam, baru
kemudian melanjutkan perkataannya. "Tapi. tadi dia
sudah terkena tanganku, dia pasti terluka di dalam
yaug tidak ringan. Sedikitnya dia memerlukan waktu
5 tahun 6 tahun untuk memulihkan sinkangnya.
Undang Tai Kim dan Tai Hong, aku ingin bicara
dengan mereka." Tang Sin Siansu ingin pergi ke dalam, tapi Tang
Lang Siansu sudah mendahului untuk mengundang
kedua Tianglo mereka. Tak lama kemudian Tai Kim


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Tai Hong Hweshio sudah keluar, mereka
memberi hormat kepada Tai Giok Siansu.
"Suheng, kemana saja kau pergi selama ini ?"
tanya Tai Hong Hweshio. "Aku sudah tawar melihat kekotoran di dunia ini,
dan betapa memalukan aku gagal mendidik murid
dan keliru memilih bibit! Selama ini memang aku tak
pernah melarang kalian mencurahkan seluruh
perhatian untuk melatih ilmu silat, tapi Sute,
kuharap mulai hari ini urusan-urusan penting Siauw
Lim Sie harus ditangani olehmu, membantu Tang Sin
! Dan kau juga Tai Kim Sute, luangkanlah waktumu
untuk melindungi nama terang Siauw Lim Sie kita,
655 jangan sampai apa yang telah dibangun Sucouw
hancur berantakan ditangan murid Tang San !"
"Omitohud," memuji Tai Kin dan Tai Hong
Hweshio berbareng. "Kalau memang itu harapan
suheng, kami tentu tak akan mengecewakan
suheng.." "Murid murid Tang San sudah terluka oleh
pukulanku, mungkin dalam 5 sampai 6 tahun dia
tidak berani menyatroni kemari lagi. Apa lagi
memang dia tahu aku masih hidup, maka tentu dia
akan menahan diri! Selewatnya itu, kemungkinan
besar dia akan mengacau lagi. Karenanya kumohon
pada kalian Tai Kim dan Tai Hong Sute, berikanlah
petunjuk kalian pada Tang Sin dan lain-lainnya, agar
mereka bisa melatih lebih sempurna ilmu yang
sudah mereka miliki! Aku sendiri akan kembali ke tempat
pengasinganku. Hanya, aku ingin membawa seorang
murid Siauw Lim Sie yang sekiranya memiliki bakat
baik, untuk kudidik selama 5 atau 6 tahun ! Kukira
waktu selama itu cukup untuk menggemblengnya
menjadi manusia yang berkepandaian tinggi ! Tang
Sin, siapakah di antara murid-murid Siauw Lim Sie
yang kau anggap layak kuajak pergi ?"
Tang Sin Siansu segera teringat pada Giok Han.
Segera dia memberitahukan pada gurunya perihal
Giok Han dan juga menceritakan riwayat anak itu.
Tai Giok Siansu mengerutkan alisnya yang sudah
656 putih dan matanya yang hanya tampak putihnya
belaka berkilat dengan sinar yang tajam.
"Dia memiliki bakat yang sangat baik, Suhu !"
kata Tang sin Siansu. "Bahkan Tecu semula
bermaksud mendidik dia dengan ilmu "Sin Beng
Kun", agar kelak dia bisa menghadapi Liong Beng
Kun-nya Toasuheng !"
"Hemmmm, kau sudah menurunkan seluruh ilmu
Sin Beng Kun ciptaanmu itu ?" tanya Tai Giok
Siansu. "Seluruh Kauwhoatnya sudah tecu ajarkan,
tinggal melatihnya, saja, suhu!" jawab Tang Sin
Siansu. "Bagus ! Panggil anak itu !" perintah Tai Giok
Siansu. Segera Giok Han dipanggil, dan diperintahkan
memberi hoimat kepada Tai Giok Siansu, sucownya.
Waktu Giok Han berlutut, Tai Giok Siansu
meraba-raba tubuhnya. Sekilas muka Tai Giok
Siansu jadi terang berseri-seri, kemudian
mengangguk-angguk. "Omitohud !" kata Tai Giok Siansu, "Giok Han
akan ikut denganku ! Persoalan Tang San si murid
murtad itu bukan hanya menyangkut persoalan
Siauw Lim Sie, tapi memiliki ancaman lain yang lebih
657 hebat, karena ia sudah memperbudak dirinya
menjadi anjingnya raja penjajah Yong Ceng !
Dengan "Liong Beng Kun,"nya dia sangat
berbahaya, dan Giok Han memang harus digembleng
untuk menghadapinya, bukan sekedar menghadapi
"Liong Beng Kun" nya, tapi juga untuk melenyapkan
ancaman bahaya yang lebih dahsyat terhadap para
pencinta negeri ! Akhir akhir ini Yong Ceng telah mengumbar
orang-orangnya membunuhi setiap orang yang
dicurigai tak setia padanya. Menteri-Menteri jujur
dan baik banyak yang jadi korban keganasan Yong
Ceng, yang semuanya diatur oleh Cu Bian Liat,
Thaykam yang melebihi iblis kejamnya ! Sekarang
Giam Cu dengan para pencinta negeri sudah bangkit
angkat senjata, mungkin Giok Han kelak bisa
membantunya!" Tai Giok- Siansu menghela napas.
Kemudian diiringi Tang Sin Siansu dan yang
lainnya, Tai Giok Siansu melihat keadaan Tang Bun
Siansu. Muka Tai Giok Siansu muram. "Tang Bun
memang terkena pukulan Liong Beng Kun !"
menjelaskan Tai Giok Siansu setelah memeriksa
keadaan Tang Bun Siansu. Tai Kim Sute dan kau Tai
Hong Sute, pergunakan Tat-mo Khikang untuk
mengurutnya setiap hari, dalam dua tahun
kesehatannya akan pulih, memang ilmu silatnya
akan lenyap sebagian besar, namun setelah
melatihnya lagi 10 tahun, kemungkinan Tang Bun
bica mempertahankan sebagian kepandaiannya."
658 Tai Kim dan Tai Hong Tianglo mengiyakan,
walaupun hati mereka merasa berat harus
melibatkan diri dalam urusan ini, tapi merekapun tak
mau mengecewakan harapan suheng mereka.
Dengan disaksikan Tang Sin Siansu dan pendetapendeta
Siauw Lim Sie lainnya, Tai Giok Siansu
membawa pergi Giok Han. Wie Sin Siansu
mengawasi kepergian muridnya dengan berulangkali
mengucap: "Siancai, Siancai, Omitohud !", ia yakin
Giok Han pasti tergembleng luar biasa di tangan
Sucouwnya itu ! Giok Han dibawa Tai Giok Siansu ke sebuah
lembah yang letaknya tersembunyi di sebelah barat
tebing Siau sit-san. Di situ ada sebuah rumah yang
dibangun sederhana, yang dipergunakan Tai Giok
Siansu untuk menyepi. Sejak hari itulah Giok Han
memperoleh gemblengan Tai Giok Siansu.
"Untuk mempelajari ilmu silat Siauw Lim Sie
diperlukan keuletan dan kesungguhan. Tanpa
menderita, jangan harap dapat menguasai sebaikbaiknya
ilmu Siauw Lim Sie, walaupun hanya satu
jurus!" Menasehati Tai Giok Siansu sebelum
menurunkan ilmunya pada Giok Han.
"Semakin berat penderitaan" semakin baik pula
kesempatan untuk bisa menguasai ilmu Siauw Lim
Sie. Kaumengerti?" 659 "Mengerti, Sucouw!" menyahuti Giok Han berlutut
memanggutkan kepalanya. Memang selama digembleng oleh Tai Giok Siansu
ada perobahan pada Giok Han. Dia bukan sekedar
melatih ilmu silat, tapi juga melatih fisik tubuhnya.
la harus berlatih siang malam dengan giat, tanpa
kenal lelah. Harus melatih lwekang di bawah curahan air
terjun membelah kayu dalam jumlah sangat banyak.
Tidak jarang tangan Giok Han terasa pegal seakan
copot engsel tulangnya, namun harus terus
mengampak. Banyak lagi kewajiban yang harus
dilakukan oleh Giok Han dalam bentuk pekerjaanpekerjaan
berat dan melelahkan. Memang seluruh
harapan Tai Giok Siansu tercurah pada Giok Han,
maka ia menggemblengnya tanpa kenal lelah.
Giok Han tidak pernah mengeluh walaupun harus
melakukan pekerjaan yang bagaimana berat
sekalipun. la pernah diperintahkan memikul dua
tahang air berukuran besar, di mana ia harus
berlari-lari membawa dua tahang air itu dari tebing
yang satu ke tebing lainnya.
Di luar kesadaran Giok Han, kemajuan yang
diperolehnya sangat pesat. Diam-diam Tai Giok
Siansu pun girang melihat kecerdasan Giok Han
ditambah bakat yang baik, membuat anak itu cepat
sekali menguasai setiap ilmu yang diajarkan
660 kepadanya. Hari-hari dilewatkan terus oleh Giok Han
dengan berbagai latihan ...
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Enam tahun sejak Tang San Siansu dengan Cu Lie
Seng dan anak buahnya mengacau di Siauw Lim
Sie... Di luar kota Leng-an tampak seekor kuda sedang
berlari cukup cepat. Pagi itu masih remang-remang,
penunggang kuda seorang bertubuh jangkung kurus,
dengan baju yang sing-sat, tampaknya ia tergesa
gesa melakukan perjalanan.
Tunggangannya adalah kuda pilihan yang larinya
cepat sekali dan kira-kira tengah-hari ia sudah
melalui seratus li lebih. Sesudah melewati Sung-kie,
lalu-lintas tidak begitu ramai lagi dan ia dapat
melarikan tunggangannya tanpa banyak rintangan.
Waktu si jangkung kurus yang mungkin berusia
tiga puluh lima tahun melarikan kudanya, ia
mendapat kenyataan bahwa dibelakangnya
mengikuti seorang lain. Dilihat dari dandanannya,
orang itu adalah seorang saudagar. la menunggang
seekor kuda belang dan pada pelana tergantung dua
tas kulit yang tidak terlalu besar.Semula si jangkung
tidak memperhatikannya dan menduga bahwa orang
itu adalah seorang saudagar biasa.
661 Diwaktu magrib, ia tiba disuatu kota kecil, yaitu
kota Ma-ho-sie. yang terpisah dua ratus lima puluh li
lebih dari Leng-an. Sesudah sijangkung masuk kedalam kota dan
berhenti didepan sebuah rumah penginapan, secara
tidak sengaja ia menoleh kebelakang dan melihat
saudagar itu sedang mengikuti dari sebelah
kejauhan. Sijangkung terkejut. Cara bagaimana,
tunggangan saudagar itu, yang kelihatan seperti
kuda pasaran, dapat menyusul ia " Ketika masuk
kedalam hotel, ia sangat berwaspada, tapi segera
juga ia tertawa sendiri oleh karena saudagar itu
mengambil penginapan lain.
Si jangkung tampaknya adalah seorang yang
sudah kawakan dalam dunia Kang-ouw. Walaupun
saudagar itu tidak terlalu mencurigakan, akan tetapi,
pikirnya lebih berhati-hati ada lebih baik. Memikir
begitu, sesudah mencuci muka, ia bersemedhi untuk
memelihara semangat dan kemudian tidur dengan
menggunakan golok Bian-to nya sebagai bantal
kepala. Besoknya, sebelum jam lima pagi ia sudah
bangun, bayar uang sewa kamar dan lalu berangkat.
Pada jaman itu terdapat satu nasehat untuk
mereka yang melakukan perjalanan: "SEBELUM
MALAM MENGASO Dl RUMAH PENGINAPAN,
SESUDAH TERANG TANAH BARULAH BERJALAN.
Maka itu sipelayan merasa agak heran melihat
662 sijangkung yang memiliki ketinggian tubuh melebihi
tinggi tubuh manusia normal, sudah berangkat
sebelum fajar menyingsing.
Sekeluarnya dari kota kecil itu sijangkung
mendongak. Bulan sabit dan beberapa bintang masih
memancarkan sinarnya yang remang-remang,
sedang kawanan burung masih tidur nyenyak dalam
sarangnya. la mesem dan lalu kaburkan
tunggangannya. Kira-kira tengah hari, ia sudah berada ditempat
yang terpisah kurang-lebih seratus lima puluh li dari
Ma-ho-sie. la menahan kucanya dan menengok
kebelakang. la kaget oleh karena saudagar itu
ternyata sedang mengikuti dari jauh.
"Apakah ia sengaja menguntit aku ?" si jangkung
menanya pada diri sendiri. Muka orang itu agak
berminyak, kepalanya memakai topi kulit, sedang
dipunggungnya menggemblok sebentuk tudung.
Dilihat dari mukanya dan dipandang dari kudanya, ia
hanyalah seorang saudagar biasa. Sijangkung
sangat bersangsi. Siapakah orang itu dan apa
maunya" Sesudah melirik lagi sekali, ia menyabet kudanya
dan binatang itu lantas saja kabur sekeras-kerasnya,
Si saudagar tenang-tenang saja, sama sekali tidak
menunjukkan keinginan untuk sengaja menyusul si
jangkung. Dalam sekejap, saudagar itu sudah tidak
663 kelihatan bayang-bayangannya lagi dan si jangkung
menjadi lega hatinya. Si jangkung she Yap bernama Cu Siang adalah
seorang yang sangat berhati-hati. la dua hari yang
lalu baru saja bentrok dengan orang-orang Congtok
(gubernur) di Leng-an, gagal untuk mengambil
sesuatu dari tangan Congtok di Leng-an, sebab
banyak pahlawan Kaisar yang waktu itu mengiringi
Kim-ce (utusan Kaisar) yang tengah datang ke Lengan.
Karena kegagalannya itulah membuat Yap Cu
Siang harus menjauhkan diri dari Leng-an, pasti
orang-orang Congtok dan para pahlawan Gie-limkun


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ikut Kim-ce itu mencari jejaknya. Kalau ia
sampai terbekuk, niscaya usahanya yang tengah
dilakukan akan gagal sama sekali.
Sekarang ia bermaksud pergi ke Hong-cauw.
untuk menemui Giam Cu, atasannya. Sesudah
larikan lagi kudanya beberapa lama. Cu Siang
membelok kesuatu jalan kecil dan diwaktu magrib
tibalah ia dikota Su-kwan yang terletak seratus li
lebih disebelah timur kota Ting-an.
Dalam kota itu, yang terlebih kecil dari pada Mabosie, hanya terdapat sebuah rumah penginapan.
Sesudah mendapat kamar dan bersantap malam, ia
merasa pasti si saudagar tidak akan mengikutinya
kekota kecil itu. 664 Tapi, tak dinyana baru saja ia memikir begitu,
diluar sudah terdengar berbengernya kuda dan
saudagar itu sudah berada di depan pintu hotel.
Sekarang benar-benar ia kaget. Sudah tak dapat
disangsikan lagi, orang iiu sedang menguntit ia.
Sebelum orang itu masuk, dengan cepat ia masuk ke
dalam kamarnya, di mana ia mendengar saudagar
itu memesan makanan dan meminta air cuci muka,
tiada beda dengan seorang pelancong biasa.
Sesudah makan saudagar itu masuk ke kamarnya
yang berhadapan dengan kamar Yap Cu Siang.
Cu Siang merasa sangat tidak enak hatinya, ia
bersamadhi sembari mencekal golok. Tapi sesudah
menungkuli setengah malam, sama sekali tidak
terjadi kejadian luar biasa. "Jika orang itu
mempunyai niatan kurang baik, dalam dua hari ia
tentu sudah menyerang," pikirnya.
"Jika maksudnya baik, siang-siang tentu ia sudah
menegur aku. Tapi kenapa, tanpa menyerang atau
menegur, ia menguntit terus menerus " Apa kawan,
apa lawan ?" Jam tiga sudah lewat, tapi tetap Lak ada
perobahan luar biasa. Mendadak Cu Siang ingin
kencing dan sembari menenteng golok, ia pergi
kekakus yang terletak dipojok pekarangan hotel.
Selagi kencing, dari sela-sela pintu kakus, ia melihat
satu bayangan manusia mendekam diatas genteng.
665 Begitu ia keluar dari kamar kecil, bayangan itu
menghilang dengan gerakan cepat luar biasa.
"Sahabat dari mana disitu ?" membentak Cu
Siang dengan suara perlahan. "Lekas keluar"
la menimpuk dengan sebutir batu kecil, tapi
bayangan itu tetap tak muncul lagi.
Dengan penuh kecurigaan, cepat-cepat Cu Siang
kembali ke kamarnya dan membesarkan api lampu,
perobahan besar tak ada, tapi toh ia terkejut, oleh
karena buntalannya yang tadi berada di tengahtengah
meja, sekarang sudah berkisar ke kiri dan
bentuk ikatan buntalan pun sudah berobah. Sebagai
seorang yang biasa berkelana di kalangan Kangouw,
ia selalu berhati-hati dan semua barangnya
ditaroh di tempat tertentu, malah ada juga yang
diberi tanda, sehingga tergeser sedikit saja, ia pasa
akan mengetahuinya. la yakin, bahwa dalam waktu yang sangat
pendek, yaitu selagi ia pergi ke kakus, buntalannya
sudah dibuka orang. Buru-buru ia membuka
buntalan itu dan ternyata beberapa stel pakaiannya
tidak tidak diganggu. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat. Yap
Cu Siang mengambil keputusan buat kabur secepat
mungkin. la meninggalkan sepotong perak di atas
meja sebagai pembayaran sewa kamar dan
666 kemudian cemplak kudanya yang lantas saja
dikaburkan sekeras-kerasnya.
Sesudah berjalan kurang-lebih setengah jam, di
sebelah depan kelihatan hutan yang melintang
menutup jalan. la loncat turun dari tunggangannya
dan masuk ke dalam hutan dengan menuntun
kudanya. Belum berapa lama ia berjalan, ketika tiba-tiba di
sebelah belakangnya terdengar suara berbengernya
seekor kuda. Ternyata si saudagar sudah mengubar
sampai di situ dan tanpa menghiraukan larangan
Kang-ouw yang berbunyi : "BERTEMU HUTAN,
JANGANLAH MASUK", dikepraknyalah kudanya yang
lantas menerobos masuk ke dalam hutan.
Melihat orang itu tidak berkawan, hati Yap Cu
Siang tadi mantap. la memutar badan dan sambil
mencekal goloknya keras-keras, ia menanya:
"Kenapa tuan terus-menerus menguntit aku?"
Orang itu tertawa dingin. Dengan sekali
menggoyangkan tangan kirinya, ia menyalakan
bahan api yang lantas dilemparkan ke-rumput kering
sehingga rumput itu lantas jadi terbakar. Sesudah
menyapu dengan matanya kekiri kanan, barulah ia
berkata: "Kau jalan dijalanmu, akupun jalan
dijalanku sendiri. Kenapa tuan menjadi curiga ?"
Yap Cu Siang mengetahui orang itu membakar
rumput lantaran kuatir adanya musuh yang
667 bersembunyi. Dari sini dapat diketahui, bahwa orang
itu benar-benar sudah kawakan dalam kalangan
Kang-ouw dan dapat memikir begitu cepat dalam
waktu yang sangat singkat
Sambil melintangkan goloknya, Yap Cu Siang
lantas saja tertawa terbahak-bahak.
"Bahwa tuan meneruskan perjalanan ditengah
malam buia adalah suatu kejadian yang sungguhsungguh
mengherankan aku !" katanya dengan
suara nyaring. Orang ilu turut tertawa berkakakan seraya
berkata: "Kalau begitu apakah kelakuan tuan yang
juga kaburkan kuda ditengah malam buta rata, tidak
sama mengherankan?" "Sekarang lebih baik kita bicara terus terang
saja." berkata Yap Cu Siang. "Aku adalah seorang
pelarian. Siapa adanya kau?"
"Kau pelarian, aku adalah orang yang menguntit
pelarian !" jawab si saudagar seenaknya.
Jika begitu, kau tentunya orang dari Congtok di
Leng-an atau orang dari istana yang ikut dengan
Kim-ce yang tengah berada di Leng-an," kata Yap Cu
Siang sembari tertawa tawar. "Baiklah ! Aku siap
sedia untuk melayani kau !"
668 "Bukan aku, tapi kau yang berkata begitu," kata
orang itu. "Siapa yang mau berkelahi denganmu "
Jika kau pelarian, kenapa tidak cepat-cepat kabur ?"
Yap Cu Siang terkejut. "Siapa sebenarnya kau ?"
ia membentak. "Di hadapan kesatria orang tidak berdusta," kata
si saudagar. "Dan kau. siapa sebenarnya?"
"Bukankah aku sudah memberitahukan" jawab
Yap Cu Siang. "Lantaran apa kau menjadi pelarian ?" menanya
pula orang itu. Kedosaan apakah yang sudah kau
lakukan ?" "Aku menyatroni Congtok untuk mengambil
sesuatu sekalian membunuh Congtok !" jawab Yap
Cu Sung berani. "Siapa yang perintahkan kau melakukan hal itu ?"
orang itu menanya lagi. "Aku sudah bicara terus-terang, sekarang adalah
giliranmu. Siapa kau?" tanya Yap Cu Siang dengan
perasaan mendongkol, karena orang itu terus
menerus mencecer dengan pertanyaan-pertanyaan,
tanpa ia sendiri mau berterus-terang.
669 "Aku adalah seorang secara diam-diam sudah
melindungi kau," jawabnya. "Kita semua adalah
sahabat-sahabat dari satu jalan. Aku ingin sekali
bertemu dengan Gi-su (pendekar) yang memberikan
perintah kepadamu untuk menbunuh Congtok di
Leng-an dan dengan memandang persahabatan, aku
mohon kau suka mengantarkan aku kepada orang
itu !" Biji mata Yap Cu Siang bergerak beberapa kali,
hatinya sungguh merasa sangsi. "Dilihat dari gerakgeriknya,
ia bukan mau menangkap aku," pikirnya
didalam hati. "Tapi. kenapa ia begitu ingin menemui
orang yang perintahkan aku membunuh Congtok di
Leng-an " Mengapa dia tahu aku melakukan semua
ini atas perintah orang lain ?"
"Apakah kau masih merasa sangsi ?" tanya orang
itu. "Cobalah pikir, jika aku orang pemerintah,
masakah sesudah menguntit dua hari dua malam,
aku belum juga turun tangan ?"
Yap Cu Siang tak menyahut! tapi lantas
mendekati kuda orang itu yang sedang makan
rumput. Melihat seorang asing datang
mendekatinya, hewan itu mengangkat kepalanya
dan berbenger keras. "Macam tunggangan tuan tidak terlalu garang,
tapi sungguh cepat larinya," memuji Yap Cu Siang
sembari mengangsurkan sebelah tangannya dan
membetot les. 670 "Mau apa kau ?" bentak orang itu.
Begitu dibetot, kuda itu berjingkrak dan
menendang. Yap Cu Siang berjongkok dan
menangkap satu kakinya. Sekali melirik saja ia
sudah melihat bahwa pada besi kaki kuda tercetak
empat huruf: "Toa-lwee Gie-ma" (Kuda istana
Kaisar). Hampir berbareng, ia menggulingkan diri
dan molos di antara kaki kuda itu.
"Ha-ha-ha !" Yap Cu Siang tertawa berkakakan.
"Sekarang aku tahu siapa adanya tuan !"
Sebagaimana diketahui, ia adalah seorang yang
sangat berhati-hati. Dengan matanya yang sangat
jeli, ia menduga bahwa kuda itu sudah mendapat
latihan istimewa. la mengetahui bahwa semua kuda
istana diberi tanda pada besi kakinya. Maka itu, ia
segera mengambil putusan untuk mencoba dan
benar saja percobaannya berhasil.
Orang itu adalah pahlawan istana yang dengan
menyamar sudah menguntit Yap Cu Siang. la tidak
lantas turun tangan oleh karena menduga bahwa
Yap Cu Siang melakukan perbuatan nekadnya
hendak membunuh Congtok di Leng-an pasti
diperintah seseorang. Dan dari Yap Cu Siang ia mengharap akan
mendapatkan keterangan yang diingininya, supaya
dengan sekali menyapu, ia bisa membinasakan
kedua-duanya. 671 la bukan Wie su (pahlawan) biasa dan setelah
kedoknya dilucuti, sebaliknya dari ketakutan, ia
tertawa terbahak-bahak. "Hmm tuan sungguh awas
sekali !" katanya. "Dari ini saja, tuan sudah cukup
berharga untuk menjadi sahabatku." la berhenti
sejenak dan kemudian membentak: "Apakah kau
pernah mendengar nama Thio Yu Liang " Jika kau
ingin aku berlaku murah hati, lekas antarkan aku
kepada pemimpinmu !"
Yap Cu Siang terkesiap. Pada jaman itu, kiam-kek
(ahli pedang) yang kesohor di wilayah Tiongkok
adalah: "Di Selatan Kim le, di Utara Tan Su Liang, di
Barat Thio Yu Liang, sedang di Timur siangkoan Jie
Su. Kim le dan Tan Su Liang sudah lama
mengundurkan diri dari pergaulan umum, Siang
koan Jie Su kabur ke sebrang laut sebagai pelarian,
karena tidak mau menakluk pada Kaisar penjajah
dan hanya Thio Yu Liang yang masih malang
melintang di daerah Barat daya, di mana ia sudah
melakukan banyak perbuatan terkutuk.
Sepanjang warta, ia adalah jago Kun-lun-pay,
tapi para tetua Partai itu ternyata tak sanggup
mengendalikan Iagi tingkah lakunya. Dengan ilmu
pedang Pek-lui-kiam (Pedang Kilat) ia malangmelintang
seenak isi perutnya. Dengan menunggang seekor kuda Toa-lwee Giema.
sudah terang sekarang ia menjadi kaki-tangan
672 Kaisar dan "Thio Taijin" yang disebut-sebut oleh para
Wie-su ketika Yap Cu Siang menyatroni gedungnya
Congtok, tentulah ia adanya.
Yap Cu Siang menyedot napas dalam-dalam
untuk menentramkan hatinya. "Baiklah!" katanya.
"Aku akan mengantar kau !" la maju setindak dan
sekali membalik tangan, golok Bianto sudah
menyambar. Bacokan yang dilakukan secara tidak didugaduga.
cepat luar biasa, tapi Thio Yu Liang tidak kalah
cepatnya. Sembari tertawa dingin ia mementil
dengan kedua jerijinya. Beratnya sabetan Yap Cu
Siang ada beberapa ratus kati, tapi begitu terpentil,
golok itu mental ! Dan pada saat itu, Thio Yu Liang
sudah menghunus pedangnya seraya membentak:
"Rasakan pedangku !"
Yap Cu Siang yang sudah kenyang menghadapi


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawan-lawan berat, lalu melancarkan serangan
berantai, dengan tendangan, sabetan tangan dan
bacokan yang semua merupakan serangan matimatian.
Thio Yu Liang kembali tertawa dingin dan
berkelit sembari menikam:
"Breeettt!" pundak Yap Cu Siang tergores
pedang! Dengan tikaman itu, Thio Yu Liang sudah
berlaku murah hati lantaran ia ingin sekali
membekuk Yap Cu Siang hidup-hidup guna
mengorek keterangan dari mulutnya. Jika mau,
673 dengan mudah ia dapat menobloskan tulang pundak
musuh. Thio Yu Liang adalah Congkoan Kim-ie-wie
(pengurus pasukan yang berjubah sulam emas),
dengan Pek- lui-kiam ( Pedang Kilat ) nya entah
sudah berapa banyak jago-jago kenamaan yang
runtuh di tangannya. Dia pula yang bersama Bat It Say, Congkoan Gielimkun, membasmi keluarga Jenderal Giok Hu
beberapa tahun silam, atas perintah Cu Biau Liat.
Sedangkan ilmu golok Yap Cu Siang memiliki
kedudukan yang tinggi, hanya ia kurang matang
latihannya. Dengan mewarisi ilmu Silat turunan, ia
mempunyai kepandaian yang cukup tinggi. Begitu
pundaknya tergores, ia meloncat mundur dan selagi
Thio Yu Liang mau menikam pula, tiba-tiba ia
membentak keras sambil membacok dan
menendang. Pukulan ini sangat tersohor dan dinamakan
pukulan "Houw Wie Kak Tiong Ma To?" (Tendangan
buntut harimau. Bacokan kuda kabur). Orang yang
bisa mengelit bacokannya, tak nanti rnampu
mengegosi tendangannya. Akan tetapi Thio Yu Liang
bukan lawan biasa dan dengan meloncat mundur, ia
dapat menyingkir dari dua serangan itu.
Di lain pihak, sembari membacok dan menendang
Yap Cu Siang terus menubruk ke depan dan
674 menerobos keluar dari kurungan api. Selagi
meloncat, ia menyamber dua batang pohon yang
berkobar-kobar untuk menimpuk musuhnya.
Thio Yu Liang mengebas dengan tangannya dan
kedua batang itu jatuh di tempat yang terpisah kirakira
tujuh kaki dari badannya. Akan tetapi, per
buatnn Yap Cu Siang ini ada hasilnya juga, yaitu
sudah membikin binal kuda Thio Yu Liang. Ketika
akhirnya hewan itu dapat dibikin jinak, Yap Cu Siang
sudah lari agak jauh. Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, Thio
Yu Liang bernyali besar dan ia lantas saja mengejar.
"Kawan ! Ayo keluar membantu !" berseru Yap Cu
Siang. "Keluar! Aku tak takut !"
"Berteriak Thio Yu Siang dengan suara mengejek.
Sekonyong-konyong di luar hutan terdengar
suara berbengernya kuda. Thio Yu Liang
mengeluarkan suara "Hemm !" dan menduga Yap Cu
Siang benar-benar mempunyai kawan. la
mengempos semangat dan mengejar seperti kilat
cepatnya, dengan tujuan lebih dulu membinasakan
Yap Cu Siang dan kemudian baru melayani musuh
yang masih berada di luar hutan.
675 Dengan menggunakan siasat "main petak" dan
lari membiluk-biluk di antara pohon-pohon. Yap Cu
Siang dapat menyelamatkan diri. Beberapa kali,
lantaran terdesak, ia terpaksa melawan sejurus dua
jurus, dan kemudian kabur lagi. Meskipun ilmu silat
Thio Yu Liang jauh lebih tinggi, ia tak akan dapat
merobohkan Yap Cu Siang dalam hanya dua atau
tiga jurus. Bukan main gusarnya Thio Yu Liang. Dengan
mata merah, ia mengudak terus sembari
mengeluarkan seraup Thie-lian-cie (biji teratai besi)
yang lantas di timpukkan ke arah duabelas jalan
darah musuh. Dengan Iari berbelit-belit, Yap Cu Siang dapat
menyingkir dari sejumlah senjata rahasia itu. Tibatiba
sambil membentak: "Kena ! !". Thio Yu Liang
menendang rubuh sebatang pohon kecil. Begitu
pohon itu yang merupakan tameng bagi badan Yap
Cu Siang rubuh, ia menimpuk dengan beruntun dan
sebutir Thie-lian-cie tepat mengenakan jalan darah
Thian-hian-biat, di punggung Yap Cu Siang.
Yap Cu Siang berteriak kesakitan sembari
meloncat dan menyampok Thie-Iian-cie lain dengan
goloknya, Ketika itu, ia sudah sampai di tengahtengah
hutan lebih yang penuh dengan pohon-ponon
berduri. Dengan nekad ia menerobos terus dan
membuka jalan Bian-tonya.
676 Thio Yu Liang mengejar terus, sering pakaiannya
tercangkol duri. Lantaran pedangnya tidak setajam
Bian-to, ia harus menggunakan lebih banyak waktu
untuk membabat pohon-ponon duri itu, sehingga
semakin lama ia jadi ketinggalan semakin jauh.
Selain itu, sebab gelap gulita ia sekarang tak
dapat melihat lagi di mana adanya Yap Cu Siang.
Dengan gusar ia menyalakan bahan api yang lantas
dilemparkan dan begitu mengenakan cabang-cabang
kering. api lantas berkobar-kobar. Sesudah itu
dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan
Teng-peng-ouw-sui (Menginjak Rumput Menyebrang
Sungai), ia mengejar dengan berlari-lari di atas
pohon-pohon berduri, tanpa memperdulikan pakaian
dan kakinya yang tertusuk duri. Saban kali keadaan
sudah terlalu gelap, ia lalu membakar hutan lagi,
sehingga tidak lama kemudian di beberapa belas
tempat sudah terbit kebakaran.
Semakin lama Thio Yu Liang sudah semakin dekat
pada korbannya Sementara itu, beberapakali
terdengar suara berbengernya kuda diluar hutan.
Secara mati-matian, akhirnya Yap Cu Siang dapat
juga menerobos keluar dari hutan itu yang
panjangnya kira-kira tiga li. Melihat musuhnya sudah
berada di tempat terbuka, Thio Yu Liang tertawa
bergelak-gelak, "Sekarang mau lari kemana kau?" ia
berseru sembari menimpuk dengan tiga butir Thieliancie. 677 Yap Cu Siang menyampok jatuh peluru pertama
dengan goloknya dan berkelit dari peluru kedua yang
menyambar tenggorokannya, tapi Thie-lian-cie yang
ketiga tak dapat dielakkan lagi dan tepat mengenai
lututnya, sehingga ia jatuh berlutut seketika itu
juga. Ketika itu dengan adanya sinar api dan sinar
bulan, keadaan di situ menjadi cukup terang. Thio
Yu Liang bergirang hati dan kembali ia tertawa
besar, kemudian menghampiri korbannya untuk
ditelikung. Sekonyong-konyong dari jauh terdengar suara
tindakan kuda yang berlari cepat sekali.. Thio Yu
Liang terkesiap dan mengawasi kejurusan itu.
Bagaikan kilat sesosok bayangan putih melesat
mendatangi dan dalam sekejap mata, seekor kuda
berbulu putih sudah berada di hadapannya, dan
penunggangnya seorang pemuda berbaju putih,
segera meloncat turun. Dilihat dari mukanya yang sangat cakap, pemuda
itu baru berusia kurang lebih tujuhbelas tahun,
badannya langsing kecil, sehmgga jika dipandang
sekelebatan seolah-olah ia hanya seorang bocah
yang baru keluar dari rumah sekolah.
Pemuda itu melirik dan berkata: "Ah ! Tak
tahunya Thio Toa-congkoan, Thio Tai-jin ! Untuk apa
kau mengubar-ubar ia ?"
678 Thio Yu Liang terkejut, sebab sekali membuka
mulut, si bocah sudah melocoti kedoknya.
"Siapa kau?" bentaknya sembari menuding
dengan pedangnya. "Jangan mencampuri urusan
orang lain ?" Si pemuda mesem tawar dan menjawab :
"Urusan dalam dunia harus diurus oleh manusia
yang hidup dalam dunia. Siauw-ya-mu (Siauw yaTuan Kecil) paling senang mencampuri urusan ganjil
!" Thio Yu Liang mendongkol tercampur geli
mendengar kata-kata itu. "Urusan ganjil apa ?" ia
menanya sembari tertawa. "Yang besar menindas yang kecil, kau sudah
menghinakan orang !?" jawabnya.
Perkataan si bocah yang belum hilang bau
pupuknya itu sudah mengilik-ngilik hati Thio Yu
Liang. la lantas meladeni terus dan sama sekali tidak
kuatir Yap Cu Siang yang sudah kena Thie-lian-cie
akan melarikan diri. "Ah ! Perkataanmu tak masuk di akal!" katanya
sembari tertawa geli. "Dia sudah cukup besar dan
bukan seperti kau yang masih bau daun doringo. Tak
dapat kau mengatakan: "Yang besar menindas yang
kecil !" 679 Si pemuda baju putih tertawa tawar.
"Sebagai kiam-kek kenamaan dan seorang yang
bergelar Taijin, kau sudah melukakan seorang
piauwkek biasa dengan senjata rahasia," katanya
dengan suara mengejek. "Apakah ini bukan yang
kuat menghina yang lemah, yang besar menindih
yang kecil " Sesudah dilihat olehku, urusan ganjil ini
tak dapat aku tak mencampuri !"
Sembari menggosok-gosok lututnya dan
mengempos semangat untuk membuka jalan
darahnya, Yap Cu Siang mendapat kenyataan bahwa
si bajuputih adalah pemuda yang sangat berani
sekali, juga senang bergurau. Dia merasa malu
bukan main dirinya dinamakan sebagai "piauw-kek
biasa". Hati Thio Yu Liang jadi seperti semakin dikilikkilik.
"Jika aku sampai turun tangan terhadapmu,
bukankah soal "YANG BESAR MENINDAS YANG
KECIL jadi terulang pula ?" katanya sembari tertawa
berkakakan. "Sebagai kiamkek kenamaan, kau sungguh
mengecewakan aku," kata si baju putih. "Sungguh
aku tak nyana, otakmu kosong melompong !"
"Apa ?" menegasi Thio Yu Liang.
"Apa gunanya mempunyai badan seperti kerbau
atau kuda besarnya "." kata pula pemuda baju putih
680 itu. "Apakah kuat dan lemah besar atau kecil, diukur
dengan ukuran usia" Aku sekarang bicara terus
terang kepadamu : "Jika kau bukannya seorang Toacongkoan
(pengurus besar dalam istana Kaisar),
masih sungkan aku mengadu tanganku dengan
cecongormu !" Mendengar omongan yang temberang itu yang
menyebut-nyebut juga soal tingkatan, Thio Yu Liang
jadi Iebih-lebih sungkan bertempur dengan sibocah.
Harus diketahui, bahwa dalam Rimba Persilatan, soal
tingkatan diperhatikan benar-benar.
Jika sebagai seorang yang mempunyai tingkatan
tinggi, ia sampai mengukur dengan satu bocah,
semua orang gagah dalam Rimba Persilatan tentu
akan mentertawakannya. "Ayo !" membentak sipemuda baju putih sembari
menghunus sebatang pedang pendek. Begitu
dihunus, pedang itu mengeluarkan sinar yang
menyilaukan, sehingga Thio Yu Liang jadi terkesiap.
Jika tidak melihat dengan mata sendiri, sungguh ia
tak percaya, bahwa bocah yang belum hilang bau
pupuk-nya itu mempunyai kuda dan pedang mustika
! Tapi biar bagaimanapun juga, ia tentu tak
memandang sebelah mata sibocah itu. "Benar-benar
kau mau turut campur urusan ini ?" ia menanya.
681 "Jangan bawel !" sibaju putih membentak. "Ayo,
seranglah sesukamu !"
"Bocah !" kata Thio Yu Liang yang sudah mulai
mendongkol. "Pergilah pulang kepada gurumu dan
belajar lagi beberapa tahun. Seorang yang seperti
aku sebenarnya tidak harus mempunyai pandangan
seperti kau bocah cilik !"
"Eh, kau mau menyerang atau tidak ?" mendesak
pemuda baju putih itu. "Kalau kau tetap tidak
bergerak, aku tak akan berlaku sungkan lagi !"
"Coba kau bersilat sejurus, aku rnau lihat siapa
gurumu !" kata Thio Yu Liang akhirnya.
"Baik, awas !" berseru pemuda itu sambil
menikam. Dengan tenang Thio Yu Liang mengangkat
2 jerijinya untuk mementil senjata yang sedang
menyambar. Tak dinyana, tikaman itu yang
kelihatannya seperti tikaman biasa, aneh sekali
perobahannya. Di tengah jalan. pedang pendek itu mendadak
berobah arahnya dari menikam jadi membabat dan
jika kedua jeriji Thio Yu Liang tidak ditarik kembali.


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah pasti dua-dua akan terbabat putus.
Tak malu Thio Yu Liang dikenal sebagai kiamkek
kawakan didaerah Barat. Pada saat pedang itu
hanya tinggal terpisah lima dim dari jerijinya, ia
masih keburu membalik tangannya dan dengan
682 gerakan "Liong Heng Coan Ciang" (Gerakan Naga
Menembus Tangan), ia coba merampas pedang
pendek lawan. Hampir pada detik itu juga, pedang si pemuda
baju putih lewat dipinggir kuping Thio Yu Liang,
sedang tangan Thio Yu Liang menyambar lengan
sibaju putih. Dalam pertempuran jago melawan
jago, menang kalah hanya berdasarkan perbedaan
bagai rambut sehelai dibelah tujuh.
Pada detik itu, dari berada dibawah angin, Thio
Yu Liang jadi berbalik berada diatas angin, sehingga
dengan sekali menyodok, lengan sibaju putih akan
dapat dirusaknya. Yap Cu Siang terkesiap dan berteriak. "Celaka!"
Tanpa memperdulikan lututnya yang masih lemas, ia
menepuk tanah dengan kedua tangannya dan
badannya lantas melesat kedalam gelanggang
pertempuran. Tapi sedang badan Yap Cu Siang masih berada
ditengah udara, tiba-tiba Thio Yu Liang berteriak:
"Ihhh !", ternyata pada detik itu sipemuda baju putih
sudah menarik pulang tangannya dan menggunakan
gagang pedang untuk menotok lengan lawannya.
Jika Thio Yu Liang tidak menghentikan pukulannya,
lengan kedua belah pihak tentu akan patah
bersama-sama. Cepat bagaikan kilat Thio Yu Liang
loncat minggir dan kedua lawan itu sama-sama
683 terlolos dari bahaya. Sesaat itu Yap Cu Siang
hinggap diatas tanah dengan napas lega.
Tapi siapa nyana, satu gelombang baru lewat,
lain gelombang sudah menyusul. Menurut kebiasaan,
jika dalam satu pertempuran, dua musuh berpencar,
masing-masing pihak lebih dulu memperbaiki
kedudukannya, kemudian baru maju untuk
bertempur pula. Akan tetapi, baik Thio Yu Liang
maupun si pemuda baju putih ketika itu mempunyai
pikiran yang sama, yaitu: Mendahului menyerang
sebelum sang lawan dapat memperbaiki
kedudukannya. Dalam hal ini Thio Yu Liang yang
mempunyai lebih banyak pengalaman, sudah
bertindak lebih cepat dari pada lawannya.
Baru saja pedang si pemuda baju putih bergerak,
kedua tangan Thio Yu Liang sudah membuat satu
lingkaran clan menerobos masuk kedalam garis
pembelaan si pemuda baju putih yang kedua
tangannya lantas saja "terkunci" dan tak dapat
mengerahkan tenaga lagi. Thio Yu Liang adalah ahli waris Kun-lun-pay yang
sudah mendapat segala rahasia ilmu silat partai
tersebut. Setiap pukulannya mengandung
"kekerasan" dan "kelunakan" serta berubah-ubah
secara di luar dugaan. Walaupun tak mengenal rahasia ilmu silat Kunlunpay, akan tetapi Yap Cu Siang mengetahui
bahwa dengan sekali menggerakkan tangan, Thio Yu
684 Liang dapat mencelakai si pemuda baju putih. la
tahu, biar bagaimanapun juga ia tak akan mendapat
memberi pertolongan dan tanpa merasa, sekali lagi
ia berteriak "Celaka !"
Dan hampir berbareng dengan teriakan Yap Cu
Siang, Tiiio Yu Liang dan si pemuda baju putih
bersama-sama menjerit. Mata Yap Cu Siang kabur,
ia tak tahu kedua pihak menggunakan pukulan apa.
la hanya melihat lengan baju Thio Yu Liang robek
dan badan-sempoyongan. "Sahabat kecil! Bagus ! Sungguh bagus!" Yap Cu
Siang berteriak bagaikan kalap lantaran kegirangan.
la tidak mengetahui bahwa pergelangan tangan si
pemuda baju putih juga sudah terpukul dan jika
dihitung-hitung, adalah si pemuda baju putih yang
menderita kerugian lebih besar.
Sekarang muka Toa-congkoan itu berubah merah
padam, ia merasakan dadanya seperti mau meledak
lantaran gusarnya. Mengimpipun ia tak pernah,
bahwa tangan bajunya bisa dirobek oleh satu bocah
yang belum" hilang bau pupuknya.
Selagi lawannya bergusar, si pemuda baju putih
lantas saja mendesak dengan serangan-serangan
hebat. Dalam keadaan tenang, sebenarnya Thio Yu
Liang masih dapat melayani pemuda itu dengan
tangan kosong. 685 Tapi begitu darahnya naik, semangatnya tak
dapat lagi dipusatkan dan dalam sekejap ia sudah
terdesak, sehingga ia jadi kaget dan bingung. Tanpa
memperdulikan. lagi tingkatannya yang tinggi, ia
segera menghunus pedangnya yang mengemblok di
punggungnya. "Nah, sedari tadi aku sudah perintahkan kau
mencabut senjata," mengejek si pemuda baju putih
sembari tertawa, "Tapi kau tetap membandel.
Sekarang bagaimana?" Sedang mulutnya berbicara,
tangannya bekerja terus dan menikam tenggorokan
Thio Yu Liang bagaikan kilat.
Pedang si pemuda baju putih cepat, tapi gerakan
Thio Yu Liang lebih cepat lagi. Dengan sekali
mengegos, ia sudah mengelit tikaman itu dan lalu
balas menyerang. Sesudah bergebrak beberapa jurus, dengan
gerakan "Souw Cin Pwee Kiam" (Souw Cin
menggendong orang) Thio Yu Liang menggetarkan
pedangnya, yang dengan mengeluarkan suara
mengaung, sudah "mengunci" bagian atas, tengah
dan balwah pemuda itu. "Bagus !" Berseru si pemuda baju putih.
Bukannya berkelit atau mengegos, sebaliknya
dengan ilmu "Lie Kong Sia Ciok" (Lie Kong Memanah
Batu), ia menikam dada Thio Yu Liang !
686 Gerakan itu sungguh-sungguh di luar dugaan.
Menurut ilmu pedang yang biasa, seorang yang
sudah "dikunci" secara begitu, harus berusaha
menolong diri. Tapi dalam keadaan yang sangat
berbahaya itu, si pemuda baju putih telah balas
menyerang. Saat itu Thio Yu Liang terkesiap, sebab ia
mendadak teringat, bahwa pedang lawannya adalah
pedang mustika. Menurut perhitungan, dalam
bentrokan antara kedua pedang itu, pedang si
pemuda baju putih mesti jatuh terpental. Tapi
pedang Thio Yu Liang bukan pedang mustika,
sehingga dalam bentrokan itu meskipun pedang si
pemuda baju putih mungkin terpental jatuh, tapi
pedangnya sendiri pasti akan putus menjadi dua !
Sebagai seorang yang mempunyai kedudukan
tinggi dalam Rimba Persilatan, ia tentu akan menjadi
buah tertawaan umum, jika pedangnya sampai
diputuskan oleh satu bocah.
Biar bagaimanapun juga bentrokan antara kedua
pedang itu sudah dapat dielakkan lagi. Berbareng
dengan suara "trangg !" kedua lawan itu segera
berpencar. Barusan begitu kedua pedang mereka
beradu, Thio Yu Liang menarik pulang tenaga "Yangkong?"
(tenaga keras) dan mengeluarkan tenaga Imjiu
(tenaga lunak), sehingga pedangnya hanya
menempel pedang lawan dan lalu mental kembali.
687 Akan tetapi, walaupun begitu, pedang Thio Yu
Liang somplak juga sedikit! Demikianlah, dalam
gebrakan itu, si pemuda baju putih telah mendapat
kemenangan gemilang ! Tapi sebagai seorang muda, ia tak mengenal
batas. Dengan cepat, ia membacok lagi dan barusan
Bentrok Rimba Persilatan 9 Pendekar Rajawali Sakti 214 Setan Gembel Matahari Esok Pagi 21

Cari Blog Ini