Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 15

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 15


ucapan tadi diutarakan, darah segar segera memancar
keluar dari ketujuh lubang inderanya, selembar nyawanya
juga melayang meninggalkan raganya.
Tusukan pedang itu telah menembusi jantungnya secara
telak, sekalipun ada dewa-pun belum tentu bisa
menyembuhkan luka itu. Cu Siau hong segera menjura kehadapan jenasah Keng Ji
kongcu, kemudian katanya:
'Saudara Keng, terimalah bormatku ini sebagai rasa
sesalku" Kemudian tangan kanannya menggenggam gagang
pedang itu dan mencabut keluar kutungan pedang tersebut
dari atas bahu kirinya. Darah segar segera memancar keluar de-ngan derasnya.
Buru-buru Ang bo tan mengeluarkan obat luka dan lari
mendekat, kemudian memba-lut luka diatas bahu kiri Cu
Siau hong tersebut. "Benar-benar suatu siasat yang licik dan keji, aaai
kelicikan umat persilatan memang sukar diduga dan
dihadapi, lain kali kau musti bersikap lebih berhati-hati lagi"
Setelah memandang sekejap mulut luka Cu Siau hong,
dia melanjutkan: "Apakah luka itu mencapai ke tulang"
"Untung saja belum" sahut Cu Siau hong sambil
menggeleng, "lukaku ini tak lebih hanya luka diluar saja."
Tan Tiang kim manggut-manggut.
'Cu kongcu' katanya, "untung saja kau masih bisa
menghadapi serangan tersebut dengan kesadaran otakmu,
coba kalau nasib mu tidak mujur, seharusnya tusukan itu
akan melukai tulangmu'' Cu Siau hong segera tertawa.
"Setelah kutungan pedang itu dicabut ke luar, boanpwe
baru tahu kalau nasibku memang sedang mujur, sebelum
pedang itu dicabut tadi, boanpwe malah beranggapan
sembilan puluh persen lengan kiriku ini bakal lumpuh dan
cacad selama hidup" "Mungkin inilah yang disebut orang baik selalu dilindungi
Thian, sebenarnya tusukan itu . . ."
Pengemis tua itu tidak melanjutkan kata-katanya, sambil
tersenyum dia lantas membungkam.
Sementara itu anggota Pay kau dan Kay pang telah
berbondong-bondong tiba disana, mereka segera
melakukan persiapan didepar sana.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Pek Bwe, kemudian melanjutkan:
"Saudara Pek, tampaknya perguruan Bu khek bun masih
ada kesempatan untuk termashur lagi dalam dunia
persilatan ...." "Kesemuanya ini adalah berkat pemberian dari
locianpwe" sambung Pet Hong cepat-cepat.
"Aah, mana, mana, padahal seluruh umat persilatan
didunia ini, mungkin masih akan membonceng ketenaran
dari Bu khek bun kalian"
Ucapan itu mengandung suatu maksud tertentu, hanya
dia tidak menerangkan lebih jauh.
Tiada orang yang menyambung perkataan itu, juga tiada
orang yang menjawab. Penampilan Cu Siau hong terlalu luar biasa, tiada
anggota Bu khek bun yang pernah belajar ilmu gerakan
tubuh Ngo heng tay -na ih kecuali Cu Siau hong seorang.
Anehnya tiada orang yang bertanya kepada Cu Siau
hong, Pek Hong tidak bertanya, Tang Cuan juga tidak.
Sementara itu, gulungan asap tebal telah membubung
tinggi dari belakang bukit sana.
Anggota Kay pang yang mendapat perintah untuk
melepaskan api tampaknya sudah mulai melakukan
tugasnya. "Mari kita juga mundur agak kebelakang! "ucap Tan
Tiang kim pelan. Sementara itu dari dalam kebun raya Ban hoa wan telah
muncul puluhan orang lelaki berpedang yang berlarian
dengan kecepatan tinggi. Seorang berbaju putih yang berjalan dipaling depan
segera membentak nyaring:
"Berhenti semua kalian!"
Cu Siau hong segera berhenti, tiga orang nonapun turut
berhenti. Tan Tiang kim dan Pek Bwe sekalian juga ikut berhenti.
Puluhan orang bersenjata pedang itu dengan cepat
melakukan pengepungan disekeliling tempat itu.
Orang berbaju putih yang berdiri ditengah arena itu
segera menegur dengan suara lan-tang:
"Siapa yang membunuh orang ini?"
"Aku!" "Gotong dia dari sini!" perintah orang berbaju putih itu.
Dua orang lelaki bersenjata pedang segera munculkan
diri dan menggotong jenasah dari Keng Ji kongcu untuk
dibawa kembali ke dalam kebun raya Ban hoa wan.
'Jelas orang-orang ini masih belum tahu kalau didalam
kebun raya Ban hoa wan terdapat suatu jebakan yang
mengerikan sekali" ''Siapa namamu..." cegat orang berbaju putih kemudian.
"Cu Siau hong" 'Tahukah kau siapa telah membunuh orang dia harus
membayar dengan nyawa sendiri'' .
'Apakah hendak membalaskan dendam bagi kematian
Keng Ji kongcu ....?"
Dari sekian banyak jago pedang yang dibawa orang
berbaju putih itu, kecuali dua orang yang menggotong
jenasah Keng Ji-kongcu memasuki kebun raya Ban hoa
wan, sisanya yang berjumlah dua puluh delapan o-rang
jago pedang itu secara terpisah berdiri dibelakang orang
berbaju putih tadi. Sambil tertawa seram, orang berbaju putih itu
meloloskan pedangnya kemudian berkata.
"Benar, kami memang hendak membalaskan dendam
bagi kematian Ji kongcu kami itu."
"Baik, silahkan kalian turun tangan"
Orang berbaju putih itu mendongakkan kepalanya, dia
saksikan puluhan orang jago dari Kay pang telah
mempersiapkan pula senjata tajam mereka untuk
menyambut datangnya serangan yang mereka lancarkan.
Selain anggota Kay -pang, para jago dari perguruan Bu
khek bun telah mempersiap-kan pula senjata tajam masingmasing
untuk siap melangsungkan suatu pertempuran
sengit. Situasi berubah menjadi sangat kritis, setiap saat
agaknya pertarungan akan segera berkobar.
Cu Siau hong tertawa hambar, ujarnya kemudian.
"Keng Ji kongcu mati ditanganku, bila mana kalian ingin
membalaskan dendam bagi kematian Keng Ji kongcu,
silahkan turun tangan terhadap diriku seorang"
Dengan langkah lebar Tang Cuan segera maju ke depan,
lalu serunya: ''Sute, luka diatas bahumu belum sembuh,
beristirahatlah sebentar, serahkan beberapa orang ini
kepada suhengmu'' Seng Tiong gak serta Tiong it ki juga secepat kilat
melompat kedepan untuk bersiap siaga melangsungkan
pertarungan. Cu Siau hong segera tertawa ringan, katanya:
"'Seng susiok, toa suheng, silahkan kamu sekalian untuk
beristirahat sebentar lagi, bagaimana kalau babak
pertarungan kali iniserahkan dulu kepada siaute?".
"Tapi sute. . . lukamu. . .'
''Mereka tidak lebih cuma pembunuh-pembunuh kelas
tiga dari kebun raya Ban hoa wan, terus terang saja
kukatakan walaupun siaute menderita sedikit luka namun
siaute -yakin masih sanggup untuk menghadapi mereka
semua" "Aku tahu bahwa sute memiliki kemampuan tersebut,
tapi mengapa kau tidak membiarkan kami saja yang turun
tangan membereskan mereka ." seru Tang Cuan.
"Benar" sambung Seng Tiong gak, "Siau hong, sekalipun
kau masih memiliki sisa tenaga untuk menghadapi mereka,
tapi kami toh sedang menganggur dan tak ada urusan"
"Sute......." seru Tang Cuan lagi.
Cu Siau hong tertawa getir, ucapnya:
"Ciangbunjin, Seng susiok, apakah kalian telah
mewariskan ke tiga jurus ilmu pedang itu kepada Tiong
sute?" ''Aku telah mewariskannya kepada dia' jawab Seng Tiong
gak, "hanya tidak diketahui apakah dia telah hapal atau
belum" "Siaute telah hapal" sahut Tiong It ki cepat.
"Bagus sekali kalau begitu, harap kalian suka melindungi
diriku untuk menghadapi jago-jago pedang kelas satu
mereka." Mendadak Tang Cuan segera memahami akan sesuatu,
segera sahutnya. "Baik, kalau begitu kita lakukan saja menuruti kehendak
sute, mari kita mundur ke belakang"
SEUSAI berkata dia lantas mengundurkan diri terlebih
dahulu dari tempat itu. Kemudian disusul pula oleh para jago dari pihak Kay
pang pun turut mengundurkan diri.
Orang berbaju putih itu memandang kesemuanya itu
dengan tenang, tiba-tiba dia merasakan situasi sedikit
mencurigakan, de-ngan dingin dia lantas berseru:
"Cu Siau hong apakah kau telah mempersiapkan diri?"
Pelan-pelan Cu Siau hong mengambil kembali kutungan
pedangnya dari atas tanah kemudian jawabnya:
"Sudah, sekarang kau boleh menyuruh mereka untuk
turun tangan` Darah masih mengucur keluar dari mulut lukanya itu,
sekalipun luka tadi tak sampai melukai tulangnya, akan
tetapi luka semacam itu tidak terhitung ringan.
Berbicara sesungguhnya, sebagian besar kawanan jago
yang hadir diarena ketika itu sama-sama tidak habis
mengerti dengan tindakannya itu, semua orang tidak
mengerti apa sebabnya sianak muda itu bersikeras hendak
turun tangan sendiri untuk menghadapi musuhnya.
Pek Hong yang pertama-tama tidak tahaan dengan suara
lirih dia lantas berbisik.
"Ayah coba lihatlah mengapa Siau hong bersikeras
hendak turun tangan sendiri un-tuk menghadapi lawan" hal
ini karena kekerasan kepalanya ataukah karena ingan
menang saja" "Cara kerja bocah ini selamanya memang
membingungkan hati orang yang melihatnya, bahkan aku
sendiripun dibikin tidak habis mengerti" jawab Pek Bwe.
"Benarkah ayah juga tidak tahu"'
"Ehmmm, ada sedikit tidak mengerti"
"Kalau begitu cegahlah dia'
"Jangan, jangan cegah perbuatannya, ca-ra kerja bocah
ini memang selamanya mem-bingungkan orang, terus
terang saja bukan a-ku sendiripun merasa tidak mengerti,
tapi aku yakin dia masih mempunyai suatu maksud tertentu
yang dalam sekali artinya"
"Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah
meloloskan senjata mereka dan berjaga-jaga dekat Cu Siau
hong.. Melihat itu, sambil tertawa Cu Siau -hong segera
berkata: Lik Hoo, kalian tak usah membantuku'
"Tapi kongcu....kami....."
"Harap kalian mundur tiga langkah dari sana, bila aku
sudah kalah nanti, belum terlambat jika kalian ingin turun
tangan" `Ketiga orang dayang itu saling berpan-dangan sekejap,
akhirnya pelan-pelan mereka mengundurkan diri dari situ:
Cu Siau hong segera melintangkan kutungan pedangnya
didepan dada, separuh badannya miring ke samping,
sedangkan keningnya berkerut kencang, jelas lukanya
masih belum merapat dan jelas sakit sekali.
Mendadak si anak muda itu melompat maju ke depan,
kemudian serunya dengan lantang:
"Jika kalian belum mau juga turun tangan, jangan
salahkan kalau aku akan turun tangan lebih duluan"
Orang berbaju putih itu tertawa dingin.
Pedangnya segera dituding kesamping, tiga orang jago
pedang berpakaian ringkas sege-ra menyongsong maju
kedepan: Tiga bilah pedang dengan disertai tiga desingan angin
tajam, langsung menerjang ke tubuh Cu Siau hong.
Cu Siau hong melintangkan kutungan pe-dangnya
didepan dada, mendadak dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran kilat dia membalikkan tubuhnya....
"Trang" Bunyi benturan keras bergema memecahkan
keheningan, tahu-tahu Cu Siau hong sudah menerjang
keluar dari kepungan ketiga orang jago pedang itu.
Tampak tubuhnya berputar terus tiada hentinya, orang
bersama pedangnya telah melebur menjadi satu dan
menyerbu kedalam kelompok jago-jago pedang itu.
Gerakan tersebut merupakan suato gerakan yang aneh
sekali, dalam sekejap mata dia sudah berputar keluar dari
balik kepungan ka-wanan jago pedang itu dan menyelinap
ke belakang tubuh Lik Hoo sekalian bertiga .....
Pertarunganpun secara tiba-tiba berhenti dengan
sendirinya. Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe, serta Ang Bo tanl telah
mengangkat pedangnya bersiap sedia, sedangkan tangan
kirinya menggenggam senjata rahasia.
Cu Siau hong yang secara tiba-tiba menyelinap ke
belakang tubuh tiga orang itu membuat Lik Ho sekalian
merasa gembira sekali, tapi merekapun merasa tanggung
jawabnya semakin besar, bagaimanapun juga mereka harus
melindungi keselamatan Cu -Siau hong dan bersama-sama
membendung serangan gabungan dari pihak lawan.


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar
dugaan siapapun, ditengah keheningan yang mencekam,
mendadak tampak ada dua orang jago pedang roboh
terkapar keatas tanah. Selisih jarak antara jago pedang yang satu dengan jago
pedang yang lain sebenarnya memang tidak termasuk jauh,
begitu seorang di antara mereka roboh, maka tubuh
mereka segera menumbuk diatas tubuh rekan yang lain.
Dalam sekejap mata suara benturan keras bergema tiada
hentinya, puluhan orang jago pedang yang hadir diarena
ketika itu, da-lam sekejap mata sudah ada separuh diantara
yang roboh terkapar di atas tanah.
Orang yang tak sampai roboh saat itu masih tetap berdiri
tegak ditempat semula. Tan Tiang kim serta Pek Bwe yang me-nyaksikan
kejadian itu menjadi tertegun untuk beberapa saat
lamanya. Lebih-lebih Tang Cuan, Pek Hong serta Seng Tiong gak,
mereka semua merasakan hatinya bergetar keras. Mereka
sama sekali tidak tahu ilmu pedang apakah yang mereka
pergunakan itu, sebab aliran ilmu pe-dang yang
dipergunakan sama sekali bukan aliran pedang dari
perguruan Bu khek bun. Ketika menengok kembali keadaan
Cu Siau hong tampak paras mukanya pucat pias bagaikan
mayat, mulut lukanya kembali me-rekah, darah segar
bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Pelan-pelan Pek Hong berjalan mendekati-nya, lalu
berbisik dengan suara lirih:
"Siau hong terluka lagi"
"Tidak, hanya luka lama yang merekah kembali sehingga
mengucurkan darah." "Nak, sebenarnya kau tak usah turun ta-ngan sendiri,
mengapa kau bersikeras hen-dak melakukannya sendiri?"
Ucap Pek Hong dengan suara dingin.
"Aku hanya ingin mencoba ilmu pedangku sendiri, aku
rasa kelompok pembunuh ini semestinya merupakan
kelompok yang paling lemah" sahut Cu Siau hong lirih.
Paras muka Pek Hong tampak serius sekali, kembali dia
berkata. "Siau hong, kau terlalu keras kepala, coba lihat paras
mukamu itu ." Sementara itu Pek Bwee dan Tang Cuan sekalian telah
berjalan mendekatinya. Cu Siau hong segera berseru.
"Boanpwe ingin mohon diri lebih dulu!"
Sambil membalikkan badan dia mengundurkan diri dari
situ. Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan dengan cepat mengikuti
dibelakangnya dengan ketat.
Cu Siau hong berjalan sejauh ratusan langkah dari
tempat semula, akhirnya ia duduk bersila dibawah sebatang
pohon besar dan memejamkan matanya untuk mengatur
pernapasan. Dia benar-benar merasa lelah sekali, serangan yang
dilakukannya barusan telah meng-hamburkan tenaganya
seperdelapan bagian. Ang Bo tan segera berlutut disamping pemuda itu dan
membubuhkan obat lagi diatas bahu kiri Cu Siau hong yang
terluka, kemudian membalutkan kembali.
Pek Hong tidak mengikuti kesana, tapi Pek Bwe segera
menyusul tiba. Diantara semua banyak jago yang berada dalam arena
dewasa ini, hanya Pek Bwe seorang yang paling memahami
tentang Cu -Siau hong, ia juga yang mengetahui masalahnya
paling banyak. Pek Hong bisa mengijinkan ketiga orang perempuan
siluman itu mengikuti disamping Cu Siau hong tanpa
menegur atau menanyakan kesemuanya inipun berkat
bujukan dari Pek Bwe. 'Tempat itu semestinya boleh dibilang sudah aman,
walaupun jaraknya dari kebun ra-ya Ban hoa wan tidak
terlalu jauh, namun ada puluhan orang jago kelas satu dari
perkumpulan Kay pang yang melakukan penjagaan disekitar
sana. Pek Bwe segera berjongkok disamping pemuda itu sambil
berbisik: "Nak, apakah kau ada urusan yang hen-dak disampaikan
kepadaku?" Cu Siau hong membuka matanya kembali dan
tersenyum. "Locianpwe benar-benar merupakan suara hatiku!"
katanya. Nak, hal ini disebabkan lohu lebih banyak mengetahui
tentang urusanmu, bila berbicara tentang orang yang
benar-benar memahami suara hatimu, maka orang itu
seharusnya adalah Ui lo pangcu dari Kay-pang'
"Aaaah .... kalau soal ini mah, boanpwe benar-benar tak
berani membantah...."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan: 'Locianpwe,
beritahu kepada Tang ciangbun suheng, suruh dia pusatkan
segenap perhatiannya untuk menghadapi para pendekar
pedang macan kumbang hitam!'
Pek Bwee tertegun, kemudian ujarnya:
"Apa" Jadi para pendekak pedang macan kumbang hitam
juga berada didalam kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Paling tidak sebagian diantaranya berada disini, bila
Keng Ji kongcu adalah pe-mimpin dari kebun raya Ban hoa
wan ini, dia pasti akan mengumpulkan sebagian dari para
pendekar pedang macam kumbang hitam itu di sini ...."
"Kecuali para anggota Bu khe bun, sulit rasanya untuk
mencegah serangan dari para pendekar pedang macan
kumbang hitam itu." "Benar! jurus pedang dari It ki sute en-tah sudah
dilatihnya hingga mencapai taraf mana?"
"Sejak dia sadar kembali hingga kini ia selalu melatih
jurus-jurus pedang itu dengan tekun, Tang Cuan yang
mengajarkan juga sangat teliti dan sabar, apakah dia sudah
berhasil menguasahinya penuh, rasanya hal ini sukar untuk
dibicarakan .` "Moga-moga saja dia telah berhasil menguasahinya
penuh, dengan demikian berarti kita mempunyai seorang
yang jebih banyak untuk menghadapi para pendekar
pedang macan kumbang hitam"
"Siau hong, yang paling penting sekarang adalah semoga
luka yang kau derita cepat sembuh. . ."
'Padahal luka yang boanpwe derita tidak terhitung
seberapa" tukas Cu Siau hong," Cuma sunio menghendaki
aku beristirahat. Boanpwe tak tega untuk menampik
keingin-annya' Pek Bwee segera tertawa, ujarnya:
"Padahal Iuka yang kau derita tidak ri-ngan, cuma saja
kau masih mampu untuk mempertahankan diri."
"Locianpwe, persoalan paling penting pada saat ini
adalah pertama, harus mencari akal untuk menghadapi para
pendekar pedang macam kumbang hitam, kedua
melepaskan api untuk membakar kebun raya Ban hoa wan
ini dan memaksa keluar semua jago musuh yang masih
berada disitu, jumlah mereka amat banyak gerakan
tersebut sudah pasti akan berhasil untuk memaksa keluar
semua jago lihay dalam kebun raya Ban hoa -wan, dalam
keadaan demikian mereka pasti amat panik dan suatu
pertarungan sengit pun tak akan dihindari, sekalipun jagojago
dari Kay pang dan Pay kau banyak sekali, aku rasa
belum tentu sanggup untuk mem-bendung serbuan
mereka" Pek Bwe segera manggut-manggut.
Kembali Cu Siau hong berkata.
"Cara yang harus kita pergunakan untuk menghadapi
musuh adalah menyembunyikan dahulu para jago dari Kay
pang dan Pay kau disuatu tempat, jika orang-orang dari
kebun raya Ban hoa wan menyerbu keluar, sambut dulu
mereka dengan bidikan panah dan sen-jata rahasia, bikin
mereka kelabakan sete-ngah mati lebih dahulu"
Pek Bwe manggut-manggut. "Baik segera akan menyampaikan hal ini kepada
pengemis tua Tan, suruh dia menga-tur dulu jago-jago dari
Kay pang dan Pay kau katanya.
"Sekarang kita sudah memegang posisi penggerak, tapi
tak usah terlalu beradu kekerasan dengan mereka" Pek
Bwee tertawa kagum, sambil manggut-manggut ia
membalikkan badan dan beranjak pergi.
Sepeninggal Pek Bwee, Cu Siau hong segera memanggil
ketiga orang dayangnya seraya berkata:
"llmu pedang yang kuwariskan kapada kalian itu apakah
sudah kaliau latih dengan baik?"
"Walaupun kami sudah melatihnya dengan bersungguh
hati sayang permainannya kurang begitu sempurna" jawab
Lik Hoo. -ooo0ooo- BAGIAN 29 CU SIAU HONG segera tertawa.
"Sebentar, bila para pendekar pedang macan kumbang
hitam itu menampakkan di-ri, lebih baik kalian turun tangan
bersama, carilah akal untuk membantu pihak Kay pang"
"Kongcu, kau suruh kami pergi menghadapi para
pendekar macan kumbang hitam."
"Benar!" "Kongcu jurus-jurus serangan yang dimiliki para
perdekar pedang macan kumbang hitam itu sangat aneh
dan lihay, jurus-jurus serangannya mematikan, pada
hakekatnya kami tiga bersaudara tak sanggup menghadapi
sejurus serangan pun dari mereka"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Lik Hoo, apakah kau takut mati" tanyanya.
"Budak tidak takut mati, melainkan kami sama sekali tak
mampu untuk memberi bantuan apa-apa, serbuan kami ini
tak lebih hanya akan menghantar nyawa dengan sia-sia'
"Jurus pedang yang kalian latih, sama sekali ini justru
merupakan jurus tandingan bagi para pandekar pedang
macan kumbang hitam tersebut"
'Sungguh?" Cu Siau hong manggut-manggut.
"Cuma apakah membutuhkan bantuan kalian atau tidak,
sampai sekarang masih sukar diduga, bila beberapa orang
suhengte dari perguruan Bu khek bun kami itu masih
mampu untuk menghadapi mereka, sudah barang tentu
kalian tak perlu turun tangan, tapi jika kemampuan mereka
masih belum cukup, maka kalian harus turun tangan untuk
membantu mereka" "Sampai waktunya harap kongcu menurunkan perintah,
kami pasti melakukan perintah itu."
Dalam pada itu, dari belakang kebun raya Ban hoa wan
telah mengepul asap te-bal yang membumbung tinggi
keangkasa, rupanya para jago dari Kay pang telah mulai
melepaskan api. Diluar dugaan, dari dalam kebun raya Ban hoa wan itu
sama sekali tidak ada yang menyerbu keluar. Suasana
dalam kebun raya tetap hening sepi dan tak nampak
sesosok bayangan manusiapun.
Kobaran api menjalar amat cepat, tapi sampai beberapa
saat kemudian, api telah membakar seluruh kebun raya Ban
hoa wan tersebut. Dengan sepasang mata melotot besar, Cu Siau hong
mengawasi kobaran api yang ma-kin lama menjalar
semakin dekat, otaknya berputar kencang, pada
hakekatnya ia tak dapat beristirahat barang sejenakpun.
Mendadak Cu Siau hong seperti menyadari akan sesuatu,
dia segera melompat bangun sambil berteriak keras:
"Kalian cepat mundur dari situ!"
Tan Tiang kim serta Pek Bwee secepat sambaran kilat
meluncur datang sambil berlarian mendekat, tegur mereka:
"Siau hong ada urusan apa?"
"Suruh mereka semua mundur secepat-nya dari situ,
makin cepat semakin baik, makin jauh semakin baik".
Tan Tiang kim maupun Pek Bwee ada-lah jago-jago
kawakan dari dunia persilatan, mendengar seruan mereka
itu lantas sadar, dengan suara keras kedua orang jago
itupun berteriak lantang:
"Suruh mereka cepat-cepat mundur dari sana!' Teriakan
kedua orang itu sangat keras, ibaratnya guntur yang
membelah bumi disi-ang hari bolong.
Cu Siau hong turut berteriak pula dengan suara lantang.
"Harap kalian semua cepat-cepat mengundurkan diri dari
situ, dalam kebun raya Ban hoa wan ada bahan
peledaknya" Para jago dari Kay pang yang berada disekitar tempat itu
dapat mendengar teriakan menggeledek dari Tan Tiang kim
maupun PekBwee, namun mereka masih tetap berdiri tak
berkutik ditempat semula.
Tapi setelah mendengar teriakan dari Cu Siau hong
tersebut, bagaikan ada lompatan keluar dari tempat
persembunyian mereka, dalam waktu singkat bayangan
manusia berkelebat lewat, masing-masing orang pada
melarikan diri dari situ.
"Kongcu, mari kita juga pergi! bisik Lik Hoo kemudian.
"Betul', kalau musti berada disini terus, rasanya mati
pasti tak sedap....." sahut Cu Siau hong.
Dia segera membalikkan badan dan mengundurkan diri
dari tempat itu. 'Untung saja semua orang memiliki kepandaian silat yang
sangat lihay, sehingga gerakan tubuh mereka cepat sekali,
dalam waktu singkat semua orang telah mengundurkan diri
sejauh ratusan kaki dari tempat se-mula.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar sua-ra ledakan keras
yang memekikkan telinga bergema dari arah kebun raya
Ban hoa wan. Bagaikan ada gunung berapi yang meletus saja, mulamula
tampak pancaran air yang sangat keras menyembul
ketengah udara, menyusul kemudian pepohonan, dedaunan
dan ranting yang disertai hamhuran pasir dan tanah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memancar keempat penjuru.
Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi oleh
kabut debu dan pasir yang tebal, seluruh pemandangan
lenyap dari pandangan mata, terlapis oleh asap dan debu
yang memenuhi udara. Sedemikian dahsyatnya letusan tadi, bah-wa percikan
pasir yang dihamburkan ke uda-rapun terbukti bisa
berterbaran sampai puluhan kaki jauhnya dari posisi
semula. Seluruh kebun raya Ban hoa wan seakan-akan terlempar
ke tengah udara... Menyusul kemudian semburan api yang membara
menjirat sampai ke angkasa, begi-tu besar kobaran api
tersebut, membuat kawanan jago dari perkumpulan Kay
pang yang berada ratusan kaki dari tempat kejadian pun
turut merasakan sengatan hawa panas yang maha dahsyat
itu. Untung saja para jago dari Kay pang dan Pay kau
mengundurkan diri dengan gerakan cepat, merekapun
cukup jauh dari tempat letusan.
Bayangkan saja seandainya mereka kabur a-gak
terlambat sedikit saja, niscaya ada sebagian besar diantara
mereka yang terluka bahkan tewas karena ledakanmesiu
yang dahsyat itu. Memandang kobaran api yang menyelimuti seluruh
angkasa, Tan Tiang kim berkata dengan lirih:
"Betul-betul suatu jebakan yang amat dahsyat,
tampaknya letusan ini telah memunahkan seluruh kebun
raya Ban hoa wan. Kecuali Keng Ji kongcu beserta sekawanan jago pedang
yang dibunuh Siau hong, tak nampak seorangpun yang
menampakkan diri dari dalam kebun raya itu, ucap Pek
Bwee. "Ya, hampir seluruh bekas-bekas yang ada didalam
kebun raya itu turut dimusnahkan, tindakan mereka betulbetul
sangat lihay, benar-benar sangat lihay" sambung Cu
Siau hong. "Siau hong, tampaknya letusan ini telah melenyapkan
segenap tanda dan jejak yang telah kita temukan", keluh
Pek Bwe. "Betul, letusan inipun melenyapkan pula segenap tanda
dan jejak yang mungkin tertinggal disitu"
"Tindakan mereka betul-betul amat ke-ji, beratus-ratus
orang anggota dan anak buah sendiri turut dikorbankan
dalam leda-kan tersebut, sungguh merupakan suatu peristiwa
yang diluar dugaan" "Tan Tiang kim memperhatikan sekejap keadaan dalam
kebun raya Ban Hoa wan itu, lalu berkata:
"Tampaknya setelah lewat satu dua jam jangan harap
ada orang yang dapat masuk ke sana'
Dalam pada itu pepohonan dan aneka bunga yang
berada dalam kebun raya Ban hoa wan telah bertumbangan
hancur tak karuan, bahkan disana sini api berkobar amat
besar. Seluruh kebun raya Ban hoa wan telah berubah jadi
kobaran api yang membara, sejauh mata memandang,
hanya jilatan api saja yang tampak ......
Lik Hoo tertawa getir, katanya kemudian:
'Ji moay, sam moay, seandainya kongcu tidak mengajak
kita keluar dari situ, mungkin pada saat inipun kita sudah
tewas di tengah lautan api yang membara dengan hebatnya
ini" "Siau hong, sekarang bagaimana cara kita untuk turun
tangan?" tanya Pek Bwe kemudian.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali,
lalu menjawab. "Aaai. . . untuk sesaat boanpwe sendiri pun tak tahu
bagaimana harus bertindak"
"Lebih baik kita gunakan cara lama, melakukan
pemeriksaan secara besar-besaran di dalam kota Siang
yang." "Aku rasa tindakan macam begitu sulit untuk
menemukan titik terang, sebab tindakan mereka untuk
memusnahkan kebun raya Ban hoa wan pun tidak lain
bertujuan demikian, mereka tidak berharap kita bisa
menemukan suatu bukti atau titik terang sehingga jeajknya
tak bisa kita lacaki lebih lanjut. . ."
"Tapi, kita toh tak akan lepas tangan dengan begitu
saja?" kata Pek Bwe cepat.
"Tentu saja tidak, namun mata-mata yang mereka
persiapkan disekitar tempat ini terlampau ketat dan rahasia,
bukan suatu tindakan yang gampang jika kita ingin
melakukan sergapan terhadap mereka, aku pikir, satusatunya
jalan yang terbaik adalah berusaha agar mereka
yang datang mencari kita, sebab tindakan ini justru lebih
mudah" "Tapi.... dengan cara apakah kita baru bi-sa memancing
mereka agar datang mencari kita?" tanya Pek Bwee.
"Asal kita sudah bertekad untak memancing ikan, tentu
saja harus ada umpannya!'
"Tapi siapa yang akan kita jadikan umpan?"
"Paling baik kalau sunio dan It ki sute!"
"Asal mereka memang merupakan pilihan yang paling
tepat, aku akan segera menyampaikan kepadanya,
tanggung dia akan menyetujuinya"
Pek locianpwe, peritahkan saja kepada mereka agar
segera kembali kekota Siang-yang"
"Cu sauhiap" kata Tan Tiang kim, tak kusangka kalau ada
suatu organisasi rahasia yang bertindak begini kejam
terhadap anak buahnya sendiri, peristiwa benar-benar
diluar dugaan orang"
Paras muka Cu Siau hong berubah menjadi amat serius,
katanya. "Bila Keng Ji kongcu bermaksud untuk mencelakai kita,
sesungguhnya dia mempunyai banyak cara untuk
melakukannya, asal ia mencari suatu akal dan memancing
kita masuk kedalam kebun raya Ban hoa wan niscaya kita
semua akan terbasmi habis .....`
'Bukankah pada dua hari berselang kitapun berada dalam
kebun raya Ban hoa wan" Mengapa mereka tidak turun
tangan?" tanya Pek Bwe dengan kening berkerut.
"Aku sendiripun merasa keheranan.'
"Kalau begitu yang mereka tuju sebetulnya bukan hanya
perguruanmu saja. sambung Tan Tiang kim.
Tiba-tiba Lik Hoo menyela:
"Kongcu, sebagian besar jago yang berada didalam
ruang bawah tanah kebun raya Ban hoa wan sama sekali
tidah tahu kalau disitu sudah ditanam bahan peledak dalam
jumlah yang sangat banyak.
"Cu Sauhiap, jangan-jangan Keng Ji kongcu memang ada
maksud untuk menyelamat-kan kita?" seru Tan Tiang kim..
'Yaa, dalam mengulas persoalan ini kita harus menilainya
dari banyak sudut pandangan, bukan tak mungkin Keng Ji
kongcu berminat untuk menolong kita semua'
"Selain itu?" "Selain itu merekapun belum menganggap kita sebagai
musuh yang paling penting sehingga tidak perlu harus
menggerakkan jago-jago tersembunyinya yang dipersiapkan
disana" "Mari kita pulang ke Siang yang lebih dulu sebelum
melanjutkan pembahasan terhadap masalah ini" ucap Tan
Tiang kim kemudian. "kebuasan dan kekejaman organisa-si
ini merupakan suatu kejadian yang belum pernah
ditemukan dalam dunia persilatan selama seribu tahun
belakangan ini, betul dalam dunia persilatan banyak
terdapat organisasi rahasia semacam ini, namun tak
sebuahpun diantara mereka begitu buas dan brutalnya"
Demikianlah kawanam jago Kay pang dan Pay kau yang
berkumpul disitu mulai dita-rik mundur dari tempat
tersebut. Mereka datang secara berbondong-bondong dan kini
pergi pula secara berbondong-bondong.
Cu Siau hong, Pek Bwee, Tan Tiang kim, Tang Cuan
sekalian segera kembali pula ke kota Siang yang.
Setibanya dikota Tan Tiang kim berpamitan untuk
menghadap lo pangcunya serta melaporkan apa yang telah
terjadi. Sebaliknya Pek Hong mengumpulkan segenap anggota
Bu khek bun untuk bersama-sama membahas persoalan
tersebut. Tang Cuan dengan kedudukannya sebagai ketua Bu khek
bun segera berkata: "Dengan susah payah kita berhasil me-nemukan kebun
raya Ban hoa wan tak disangka kalau beginilah akibatnya,
bila para pendekar pedang macan kumbang hitampun
berdiam dalam kebun raya Ban hoa wan, niscaya mereka
telah tewas semua disitu, mungkin kitapun tak dapat
membalaskan dendam lagi bagi para suhengte kita yang
tewas secara mengerikan itu"
Siau hong bagaimanakah pendapatmu?" tanya Pek Hong
kemudian. Mungkin Pek Bwee telah menceritakan keadaan yang
sebenarnya kepada perempuan ini, maka dia langsung
bertanya kepada Cu Siau hong.
"Tecu rasa kebun raya Ban hoa wan tidak lebih hanya
merupakan suatu kantor cabang yang penting dari
organisasi tersebut, belum tentu pendekar pedang macan
kumbang hitam berdiam disitu.' kata Cu Siau hong
kemudian. Maksud sute. . ." sela Tang Cuan.
"Setelah ditinjau dari situasi yang terbentang didepan
mata kita sekarang, siaute rasa tujuan dan sasaran dari
organisasi tersebut sesungguhnya adalah menguasahi
seluruh dunia persilatan, sedang perguruan Bu khek bun
kita tak lebih hanya sasaran pertama yang mereka pilih"
"Jadi maksud sute..'
"Aaaai!" Cu Siau hong menghela napas panjang, "toa
suheng, tentu saja kita harus membalas dendam bagi
puluhan nyawa anggota Bu khek bun yang tewas di tangan
mereka, tapi yang paling penting lagi kita harus
menemukan beberapa orang yang menjadi mata-mata
dalam tubuh perguruan kita. .
"Mata-mata yang menyusup ke dalam perguruan kita",
Siapakah mereka?" tukas Tang Cuan.
'Toa suheng, tidakkah kau merasa kehe-ranan terhadap
beberapa orang suhengte yang hidup tak nampak orangnya,
mati tak nampak mayatnya?"
Tang Cuan manggut-manggut.
'Betul, betul sekali.."' serunya, "cuma mungkinkah
mereka pun ikut terkubur hidup-hidup didalam kebun raya
Ban hoa wan?" "Siaute tak berani mengatakan dengan pasti kalau mreka
tidak berada dalam kebun raya Ban hoa wan, tapi
merekalah yang menjadi pangkal bencana ini, oleh sebab
itu manusia-manusia jahanam tersebut tak boleh dilepaskan
dengan begitu saja" 'Setiap penghianat perguruan harus dijatuhi hukuman
yang setimpal, tapi bagaimana caranya untuk menemukan
mereka"'. "Kalau kita yang harus pergi mencari mereka, tentu saja
hal ini tidak gampang, tapi kalau kita cari akal agar mereka
yang datang mencari kita, tindakan ini jauh lebih mudah".
'Tapi bagaimana caranya?".
`'Ciangbun suheng, tentang soal ini, siaute tak berani
bicara secara sembarangan'
"Terhadap orang sendiri saja ada yang tak bisa kau
katakan" ' `Sekarang, kebun raya Ban hoa wan sudah musnah, rasa
benci orang-orang organisasi tersebut terhadap kita orangorang
Bu khek bun tentu sudah merasuk sampai ke tulang
sumsum, asal kita memberi kesem-patan kepada mereka
untuk turun tangan, kemungkinan besar mereka akan
segera melakukan suatu tindakan"
"Cara ini memang bagus sekali, aku adalah seorang
ciangbunjin, mungkinkah mereka akan turun tangan
terhadap diriku"'. "Kemungkinan besar subo lah yang pa-ling mereka benci,
sedangkan It ki sute merupakan orang yang paling ingin
mereka tangkap. . ."
"Siau hong", ucap Tang Cuan dengan cepat, "It ki sute
sudah terlalu banyak merasakan siksaan dan penderitaan,
diapun baru saja lolos dari cengkeraman lawan, masa kita
akan menyuruh dia untuk menyerempet bahaya lagi. . . ?"
`Siaute pun berpendapat demikian.. '
'Kalian tak usah bersedih hati" tukas Pek Hong tiba-tiba,
"Walaupun It-ki belum lama lolos dari mara bahaya, tapi ia
tak mungkin melepaskan diri dari dunia persilatan lagi, itu
berarti setiap saat ia harus hidup di ujung golok dan
percikan darah, jangan dikarenakan ia pernah di bekuk satu
kali, maka hatinya menjadi ciut dan ketakutan dengan
bayangan tubuh sendiri."
"Betul" sambung Pek Bwe. "seorang lelaki sejati yang
hidup di dunia seperti ini sudah seharusnya meningkatkan
semangat untuk melanjutkan hidup, janganlah dikarenakan
pernah mengalami suatu kerugian maka semua semangat
dan keberaniannya menjadi lenyap, It ki memang
seharusnya banyak berlatih dan belajar."
"Bagaimana situasi yang terbentang dalam dunia
persilatan sekarang, aku yakin pihak Kay pang dan Pay kau
sudah mengetahui dengan sejelas-jelasnya, seperti yang
terbukti sekarang, tampaknya sasaran dari organisasi
rahasia itu bukan hanya Bu-khek-bun kita saja"
'Oooh..." "Oleh karena itu, kedua kelompok perkumpulan besar ini
pasti akan mengutus jago-jagonya yang paling kosen untuk
bekerja sama dengan kita'
'Siau hong, kita toh tak bisa sama seka-li
menggantungkan diri kepada pihak Pay--kau serta Kaypang,
kita harus menemukan suatu cara lain untuk
melindungi kita sen-diri secara ketat" kata Seng Tiong-gak..


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Perkataan Susiok memang benar, siautit sendiripun
berpendapat demikian."
'Sudah kau rundingkan persoalan ini de-ngan pihak Kaypang?"
"Belum, masalah ini belum ku singgung, Siau hong
beranggapan bahwa hal ini harus minta persetujuan lebih
dulu dari pihak subo dan It-ki sute kemudian baru
dirundingkan dengan pihak mereka"
'"Baiklah! Kau boleh merundingkan persoalan ini dengan
Tan Tiang kim dari Kay-pang" kata Pek Hong kemudian,
'coba dilihat bagaimanakah tindakan yang mereka ambil?"
"Siau hong", kata Seng Tiong gak pula.
"Sekarang kita tak usah membicarakan masalah Kay
pang lebih dulu, yang penting adalah apa yang hendak kita
lakukan"' "Siautit rasa, baik susiok maupun Siau-hong sendiri
harus turun tangan bersama- sama"
"Soal kita akan turun tangan bersama sih bukan
masalah, yang menjadi persoalan sekarang adalah
bagaimana caranya kita bertindak sehingga bisa saling
bantu memban-tu bila mana diperlukan"
"Siautit berniat untuk menyaru sebagai seorang
pembantu dan melakukan perjalanan bersama dengan subo
dan sute" "Bagai mana dengan aku sendiri'
"Susiok terpaksa aku harus menyiksa dirimu."
"Baik, katakan saja Siau hong apa yang harus kita
lakukan sehingga bisa berada di samping enso dan It ki
terus menerus tanpa menimbulkan kecurigaan mereka"
"Susiok tentunya kau sudah melihat sendiri manusia
yang bernama Keng Ji kongcu itu, dia tak lebih hanya salah
seorang yang diutus organisasi rahasia itu untuk memimpin
masalah diluar, namun ilmu silat ser-ta kecerdasan otaknya
termasuk kelas satu, dia bisa kalah dan tewas karena dia
terlalu memandang rendah kita semua, dari sini bisa
diketahui bahwa pentolan yang sebetulnya pasti lihay
sekali. Sekalipun kita berjaga-jaga disamping subo dan sute
juga bukan berarti bisa mengelabuhi mereka."
"Bukankah hal ini sama artinya dengan berbuat yang siasia
belaka";' sela Seng Tiong gak. ..
"Itu sih tidak, dendam sakit hati akibat musnahnya
kebun raya Ban hoa wan telah membuat mereka menderita
kerugian amat besar, tapi kejadian sebenarnya yang
mengakibatkan kematian Keng Ji kongcu tidak dia ketahui
sama sekali olehnya, oleh sebab itu perhitungan mana
sudah pasti mereka catat di atas nama perkumpulan Bu
khek bun kita." Pek Bwe segera manggut-manggut.
"Ehm, betul, mereka tak akan memandang tinggi
kemampuan kita" katanya
"Justru makin rendah pihak musuh menilai kemampuan
kita, berarti kesempatan kita untuk berhasil semakin besar
lagi" "Tapi bagaimana pula caranya untuk bekerja sama
dengan pihak Kay pang serta Pay kau?"
"Tentang soal ini harus dirundingkan dahulu dengan Tan
Tianglo, minta kepadanya untuk mengirim seorang murid
yang ceka-tan untuk memberi perlindungan secara diamdiam,
lebih baik lagi kalau kita bisa menjanjikan suatu cara
rahasia untuk sa-ling mengadakan kontak, sehingga
bilamana diperlukan kita bisa langsung berhubu-ngan.
"Bagus cara ini memang bisa dilakukan" Pek Bwe
manggut-manggut. Siau hong sute, bagaimana pula dengan diriku" ' tanya
Tang Cuan kemudian. "Ciangbun suheng, terpaksa akupun harus sedikit
menyiksa dirimu" "Tak menjadi soal, katakan saja"
"Dalam kenyataan, kita Bu khek bun ha-nya terdiri dari
beberapa orang saja, itu berarti setiap orang harus memikul
suatu tanggung jawab yang besar , aaai ..... semoga saja
persoalan disini dapat diselesaikan, kita masih harus
berangkat ke Pak hay untuk mendatangi per-guruan Khi
keng bun serta menyelesaikan sakit hati suhu, mengenai
rencana yang le-bih seksama telah siaute persiapkan!"
harap susiok dan ciangbun suheng bersedia memberi
petunjuk" Tang Cuan manggut-manggut.
"Baik, katakan lah"
Dewasa ini pihak Kay pang dan Pay kau sudah
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Paling tidak
mereka sudah tahu bahwa Bu khek bun telah membayar
suatu pengorbanan yang maha besar bagi umat persilatan
didunia ini! sebab yang akan diha-dapi pibak lawan
bukanlah Bu khek bun kita sebaliknya kita hanya
merupakan perguruan pertama yang menjadi korbannya."
"Tentang soal ini, apakah Tan Tianglo sudah tahu?"
"Sudah tahu!" -Siau hong, coba katakan apa yang harus dilakukan oleh
orang-orang Bu khek bun sendiri untuk melindungi
keselamatan subo serta It ki sute ......" kata Tang Cuan.
"Menurut pendapat siaute lebih baik se-mua anggota Bu
khek bun turun tangan bersama dan berjalan bersama pula"
"Tapi bagaimana caranya untuk berjalan bersama?"
"Seandainya terjadi suatu gerakan yang mencurigakan, kita
boleh segera menyembunyikan diri sebagai penyergap
gelap, sedangkan Seng susiok dan subo serta It--ki sute
berada bersama, kemudian ditambah lagi dengan Lik Hoo,
Ui Bwe serta Ang Bo tan yang melindungi dari depan dan
belakang, aku rasa pertahanan semacam ini su-dah
terhitung cukup lumayan"
"Maksudmu, kau dan aku bertindak seba-gai pembantu
dimana perlu" kata Tang Cuan
"Tepat sekali!" Cu Siau hong manggut-manggut.
"Siau hong, aku rasa posisi semacam ini memang cukup
baik, tapi bagaimana cara-nya untuk dilakukan?"
Dengan suara rendah Cu Siau hong sege-ra
membeberkan rencana yang telah diaturnya itu.
Selesai mendengar rencana tersebut, Pek Bwe maupun
Tang Cuan sekalian diam-diam mengangguk memuji.
Baru saja beberapa orang itu selesai berunding, Tan
Tiang kim telah muncul dengan langkah tergesa-gesa,
serunya kemudian: "Oooh, rupanya kalian semua berada disini"
'Ada apa" Ada sesuatu persoalan yang amat penting?"
sela Pek Bwe dengan cepat.
"Barusan Lo pangcu memberitahukan dua hal kepadaku
...." "Soal apa?" Tan Tiang kim segara mengalihkan sorot matanya ke
wajah Cu Siau hong, kemudian katanya:
"Didalam persoalan ini, terpaksa dia harus merepotkan
Siau hong sejenak" "Merepotkan Siau hong sejenak"' seru Pek Bwe
tercengang, "sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Barusan perkumpulan kami mendapat sebuah berita
yang mengatakan ada sebuah kereta yang megah
memasuki kota Siang yang."
"Oooh ....." Siapa yang berada di dalam kereta itu?"
tanya Pek Bwe. "Dalam kereta itu duduk seorang nona, sedang kusirnya
adalah seorang perempuan tua."
Pek Hong segera berkerut kening, kata-nya kemudian.
"Locianpwe apa hubungannya antara kereta itu dengan
Siau hong?" "Setelah memasuki kota Siang yang, sepanjang jalan
nona itu telah melukai dua belas orang"
"Siapa saja yang dilukai?" tanya Pek-Bwe.
"Tentu saja anggota perkumpulan kami'
"Sudah mati semua?"
"Belum! Mereka semua hanya dihajar oleh semacam
benda yang kecil, sekarang hingga jalan darahnya terluka"
'Maksudmu ilmu To lip to hiat sinkang (biji Kacang hijau
menghajar jalan darah)?"
"Yaa, sebangsa kepandaian itulah, kini pihak kami telah
mengutus empat orang jago untuk melakukan
penghadangan" "Dan Siau hong diharapkan turut serta"' kembali Pek
Bwee menyela: "Sebenarnya aku yang hendak pergi, tapi pangcu kami
berharap Siau hong yang bisa turut serta dalam operasi kali
ini" Pek Hong segera menghembuskan napas panjang.
"Tan cianpwe, mengapa harus Siau hong yang turut serta
didalam operasi kali ini?" tanyanya.
"Soal ini aku sendiripun kurang jelas, Lo pangcu yang
mengucapkan permintaan tersebut!'
"Kalau toh lo pangcu yang berkata demikian, aku rasa ia
pasti mempunyai suata alasan tertentu ........
setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Locianpwe, apakah hanya Siau hong seorang diri?"
"Selain Sin jut dan Kui meh, masih ada dua orang jago
dari perkumpulan Kay pang!"
"Semuanya anak muda?"
"Benar!" "Maksud lo pangcu ......?"
"Dia orang tua hanya berpesan demikian, tapi tidak
menerangkan apa alasannya."
"Oooh. . ." Dia lantas berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu
Siau hong, kemudian lanjutnya:
"Siau hong, apa pula pendapatmu sendiri?"
"Boanpwe tidak mempunyai pendapat apa-apa, kalau toh
lo pangcu yang berpesan demikian, aku rasa sudah
sewajarnya bila aku segera berangkat sekarang juga"
Tan Tiang kim segera berpaling dan memandang sekejap
ke arah Tang Cuan, kemudian katanya:
"Bagaimana menurut pendapat ciangbun-jin?"
"Lo pangcu berpesan demikian, tentu saja ia pergi untuk
memenuhinya, Siau hong, pergilah sejenak."
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, lalu katanya:
"Tan Cianpwe, dimanakah orang-orang Kay pang yang
ditugaskan dalam operasi kali ini ?"
"Mereka telah mempersiapkan diri dan kini sedang
menunggu didepan gerbang."
Cu Siau hong segera menjura kepada Pek Hong,
kemudian katanya: "Siau hong mohon diri lebih dulu!"
Kemudian sambil membalikkan badannya dia keluar dari
ruangan tersebut...."
Pek Hong tidak meninggalkan pesan apa-apa, dia hanya
mengawasi bayangan pung-gung Cu Siau hong yang berlalu
dengan wajah termangu. Tan Tiang kim menghela napas panjang, katanya
kemudian: Saudara Pek, Tang ciangbunjin sesungguh-nya anggota
Kay pang yang berada dikota Siang yang ini tak sedikit
jumlahnya tapi lo-pangcu justru meminta Siau hong yang
turun tangan sendiri, dalam hal ini aku si pe-ngemis tua
benar-benar tidak habis mengerti, bahkan tidak diketahui
dimanakah letak alasannya?"'
"Lo pangcu mempunyai kecerdasan yang luar biasa,
dengan pengalaman yang matang semua tindak tanduknva
tak mungkin bisa diterka oleh kita sekalian, Aku rasa dia
ber-buat begitu pasti mempunyai tujuan tertentu"
"Tan cianpwe, bolehkah kami mengirim orang untuk
membantu Siau hong bilamana diperlukan?" tanya Pek
Hong. "Aku rasa tidak perlu, agaknya lo-pangcu sudah
mempunyai persiapan yang matang tentang hal ini"
"Kalau memang begitu bagus sekali, kita pun tak usah
menguatirkannya lagi"
Ucapan itu mempunyai arti ganda, yakni Cu Siau hong
telah diserahhan kepada mereka, seandainya terjadi apaapa,
maka pihak Kay pang lah yang akan bertanggung
jawab. Tan Tiang kim adalah seorang jago kawakan yang
berpengalaman, sudah barang tentu ia memahami apa yang
dimaksudkan oleh Pek Hong.
Tapi sebagai jago kawakanpun dia mempunyai cara kerja
yang kawakan pula sekalipun memahami namun lagaknya
seakan-akan tak tahu, malah sambil tertawa katanya
kepada Pek Bwe. "Saudara Pek, malam itu Lo pangcu dan Siau hong telah
keluar bersama?" "Benar! " sahut Pek Bwe sambil manggut--manggut.
Dia mengerti, walau pun diluaran Tan Tiang kim bertanya
kepadanya, dalam kenyataan dia hendak memberitahukan
kepada Pek Hong, agar Pek Hong tahu bahwa diantara Cu
Siau hong dengan lo-pangcu sebenarnya sudah mempunyai
suatu ikatan hubungan yang erat, dia sebagai orang luar
tentu saja tidak memahami duduk persoalan yang
sesungguhnya, jadi diapun tak usah kuatir apa-apa.
Bukankah lopangcu dan Cu sauhiap telah berbicara
empat mata sampai lama sekali?" Kembali Tan Tiang kim
bertanya: "Benar, benar mereka berdua tampaknya amat cocok
satu sama lainnya, pembicara-an telah dilangsungkan amat
akrab" Pek Hong yang mendengar perkataan menjadi tertegun,
kemudian serunya dengan cepat:
"Ayah, mengapa aku tidak mengetahui tentang kejadian
ini!" Tiada pertarungan yang tidak berbahaya, apalagi
sepanjang jalan pihak lawan telah merobohkan anggota Kay
pang dengan ilmu to lip to hoat jiu hoat, dari sini terbukti
kalau musuh adalah seorang jago silat yang memiliki ilmu
silat sangat lihay. Sekalipun Cu Siau hong memiliki sembilan bagian
kesempatan untuk berhasil, toh ia masih memiliki satu
bagian kemungkinan untuk kalah, itulah sebabnya Tan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang kim berusaha untuk menanamkan semacam
kepercayaan dan keyakinan bahwa pemuda itu cukup
mampu untuk bertindak tanpa kemungkinan mengalami
kekalahan, dengan demikian cara kerja merekapun bisa
jauh lebih luwes tanpa harus dibebani pelbagai pikiran.
Setelah mengambil keputusan didalam hatinya, Pek Bwe
segera berkata sambil tertawa.
"Ya, mereka memang berbicara dengan akrab sekali
sehingga aku sendiripun dilarang turut mendengarkan, aku
juga tak tahu apa yang telah mereka bicarakan di dalam
pertemuan tersebut. Kini persoalan telah dibicarakan dengan jelas, bukan
hanya Pek Hong saja yang mengerti, malah Tang Cuan yang
polos pikirannya pun memahami sepenuhnya.
Maka sambil mengangguk Tang Cuan berkata:
"Maksud loya-cu, diantara Siau hong dengan lo pangcu
agaknya telah terjalin satu ikatan janji, bukan begitu"
"Oooh ..... kalau soal itu sih tak nanti bisa dipahami oleh
orang-orang yang berada diluar garis"
"Kalau memang diantara mereka berdua sudah
mengadakan suatu perjanjian, tentu saja persoalan mana
merupakan persoalan pribadi mereka berdua sendiri..
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . betul!" serunya,
"kini yang dilakukan pangcu kami dengan Siau hong bukan
cuma tidak diketahui oleh kalian, sekalipun kami pun juga
tak ada yang tahu" Tang Cuan tertawa, kembali ia berkata.
"Padahal para jago Kay pang berdatangan ke Siang yang
tak lain karena persoalan Bu khek bun kami, dalam lal ini
Bu khek bun merasa tak sanggup untuk membayarnya,
jangan toh baru seorang Cu Siau hong sekalipun meminta
kami semua anggota Bu khek bun untuk turun tangan
bersama pun tak nanti kami akan menolak"
Tang ciangbunjin, kerajaan punya hukum, dunia
persilatan punya peraturan, kami pihak Kay pang telah
berhutang kepada Bu khek bun, setiap anggota Kay pang
dari lo pangcu, para pejabat sampai anggota yang paling
rendah memikirkan persoal-an ini dihati, boleh dibilang
tindakan kami sekarang untuk membalas budi, bisa juga
dikatakan kami sedang berbakti demi umat persilatan, tapi
setelah kami melangkah lebih ke dalam, ternyata diketahui
bahwa ke semuanya itu bukan . . . ."
"Lantas karena apa?".
"Menolong diri sendiri, apa yang menimpa Bu khek bun
tak lebih hanya merupakan suatu permulaan saja, untung
permulaan tersebut diketahui kita semua dengan cepat".
`0ooh....?" "Kay pang mempunyai banyak jago lihay yang berada di
sini, tapi lo pangcu tidakmengutus mereka, sebaliknya
meminta bantuan dari Cu Siau hong, kesemuanya ini
menerangkan betapa seriusnya masalah ini, selain
membantu Kay pang sesungguhnya kalianpun sedang
membantu segenap umat persilatan yang berada di dunia
ini" Setelah dikenakan topi tinggi, kontan saja Tang Cuan
serta Pek Hong tak sanggup berkata apa-apa lagi, selain
merasa sedih merekapun merasakan suatu kenyamanan
yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Bagaimanapun juga Pek Bwe jauh lebih berpengalaman,
katanya sambil tertawa. "Pengemis tua, perkataanmu memang benar, Lo-pangcu
bisa memandang tinggi Siau hong, hal ini merupakan suatu
kebanggaan baginya. seluruh Bu khek bun ikut berbangga
akan hal itu, tapi subonya dan suhengnya toh tak bisa
dibilang hanya duduk belaka sambil menyaksikan
perkembangan da-ri peristiwa itu, kalau toh pihak Kay pang
telah mengutus orang untuk memberikan bantuan bilamana
perlu, rasanya Bu khek bun juga sepantasnya mengirim
beberapa orang jagoannya untuk memberikan bantuan"
Mendengar ucapun tersebut, Tan Tiang kim lantas
bangkit. "Bagaimanapun juga jahe makin tua memang semakin
pedas, tampaknya sulit untuk menampik kehendak mereka
itu, kenapa tidak diluluskan saja dengan cepat?"
Berpikir sampai di situ ia lantas berkata: "Yaa, memang
sudah. . seharusnya berbuat demikian, aku pikir bila kalian
ingin me-ngutus orang, alangkah baiknya jika merekapun
mengubah sedikit wajahnya agar tidak ketahuan lawan.
"Baik dengan situasi dunia persilatan yang serba kacau
sekarang, tampaknya memang lebih baik jangan berkelana
dengan wajah yang sesungguhnya"
"Sebetulnya kami telah mempersiapkan suatu cara yang
amat baik untuk menghadapi lawan" kata Pek Hong. "malah
kami ada rencana uutuk mengundang Tan cianpwe guna
merundingkan persoalan ini bersama-sama, tapi setelah ada perkembangan seksrang Ini. tamp.akitya rencana kami
itu tak perlu,di laksanakan tagi"
"Rencana apa" Bolehkah dibeberkan dulu kepada aku si
pengemis tua?" "Boleh saja, cuma sekarang belum waktunya, lagipula
rencana ini muncul dari idenya Siau hong, aku rasa lebih
baik masalah ini dibicarakan lagi menanti dia sudah pulang
dengan selamat" "Baiklah!" ucap Tan Tiang kim kemudian sambil tertawa
getir. "kalian berencana ingin mengutus beberapa orang?"
'Anggota Bu khek bun tinggal beberapa orang ini saja,
kalau hendak pergi, tentu saja kami akan pergi bersama!"
"Aku rasa hal itu kurang baik". cegah Tan Tiang kim,
paling banter hanya dua orang yang boleh turut serta"
'Biar aku yang pergi!` seru Tang Cuan cepat.
"Baik It-ki jugal berangkat....." seru Pek Bwe cepat,
"Siau hong telah menolongmu, sekarang kaupun balas
menyumbangkan sedikit tenagamu demi kepentingan Siau
hong" Tang Cuan dan Tiong It ki segera mulai berdandan dan
menyaru wajah mereka.. -ooo0ooo- DALAM pada itu, ketika Cu Siau hong tiba didepan pintu
gerbang, Sin jut dan Kui meh telah menanti didepan pintu.
Tampaknya persoalan yang terjadi amat serius dan
penting, kedua orang anggota Kay pang itu telah berdandan
menjadi dua orang pelayan.
Sin Jut serta Kui Meh memang sesung-guhnya berwajah
cakap maka setelah berdandan wajah mereka tampak
semakin polos dan menarik.
Kedua orang itupun menyoren sebilah pedang
dipunggungnya. Sambil tertawa Cu Siau hong berkata:
"Kenapa kalian berdua telah merubah dandanannya
menjadi begini rupa.. Kui Meh Ong peng segera tertawa pula, sahutnya.
"Inilah yang dinamakan Harimau menempuh seribu li
makan daging, anjing menempuh seribu li makan najis, bil
kami harus dibandingkan dengan Cu kongcu, sudah barang
tentu selamanya tak dapat bisa menyusul"
"Oooh.. apa maksudmu?"
"Sekarang kami adalah pelayan Cu kongcu" kata Ong
peng menerangkan, "bukankah kongcu sudah mempunyai
tiga orang dayang" Kini bisa ditambah lagi dengan dua
orang pelayan, hal mana pasti akan semakin menjunjung
tinggi tingkat kedudukan kongcu"
"Aaah ..... kejadian semacam ini hanya menurunkan
derajat kalian berdua saja, eeh... mana yang lain?"
"Mereka sudah berangkat lebih dulu". sahut Tan Heng
cepat, "kini, kitapun harus segera berangkat'
"Baik, mari kita berjalan sambil berbin-cang"
"Padahal kami sendiripun kurang begitu jelas tentang
masalah ini" kata Ong Peng, "konon, tugas kita adalah
untuk menghadang sebuah kereta kuda, lo pangcu telah
berpesan agar segala sesuatunya menurut perkataan
kongcu, kami harus bersikap seolah-olah kami memang
benar-benar pelayannya kongcu '
"Apakah kalian berdua sudah tahu kereta kuda itu kini
diparkir di mana ?" "Soal itu tak perlu kongcu risaukan, sebab anggota
perkumpulan kami akan segera mengabarkan tempat
tersebut kepada kita bertiga"
Dibawah petunjuk dari para anggota Kay pang yang
berada di sepanjang jalan, dengan cepat mereka bertiga
telah berhasil menyusul kereta kuda tersebut .......
Yang bertindak sebagai kusir kereta adalah seorang
nenek yang rambutnya telah beruban semua, wajahnya
dingin dan kaku seakan-akan semua orang di dunia ini telah
berhutang banyak kepadanya dan sampai sekarang belum
dibayar. Kereta itu masih berada di jalan raya beberapa li di kota
sebelah selatan, jelas penjagaan yang dilakukan pihak Kay
pang ketat sekali, beberapa puluh li di luar kota sudah
berada di bawah pengawasan mereka.
Walaupun jalan raya itu luas namun orang yang berlalu
lalang sedikit sekali. Ketika mereka tiba beberapa puluh kaki di depan kereta
tersebut, mendadak dari belakang sebatang pohon telah
melompat keluar seorang anggota Kay pang yang segera
berbisik: "Kereta didepan itulah sasaran kita, hati-hati dengan
cambuk panjang dari si nenek itu dia telah melukai puluhan
orang anggota perkumpulan kita"
Cu Siau hong manggut-manggut, dia segera
memperlambat langkahnya dan pelan-pelan maju ke depan.
Dalam waktu singkat, kereta itu telah tiba di depannya.
Sewaktu selisih jarak kedua belah pihak masih ada tiga
empat kaki mendadak kere-ta itu berhenti.
Melihat jalan perginya dihadang orang si nenek yang
berada diatas kereta itu menarik muka kemudian berkata
dengan dingin. "Bocah muda tampaknya kau telah bosan hidup."
"Tidak aku masih ingin hidup seratus tahun lagi, aku
belum ingin mati apalagi dalam usiaku yang masih begini
muda" Dengan sorot mata yang tajam nenek itu mengawasi
sekejap seluruh tubuh Cu Siau hong, setelah itu tegurnya:
"Bila tak ingin mati mengapa kau menghadang didepan
kereta kami?" "Aku rasa jalan raya ini bukan hanya khusus untuk dilalui
kereta saja, manusiapun boleh melewatinya"
Si nenek berambut putih itu segera tertawa dingin.
"Betul manusiapun boleh melewati jalan raya ini"
sahutnya, "cuma kalau kau tidak berniat menghindari
kereta, maka tubuhmu akan tergilas oleh roda-roda kereta"
"Oya" aku mempunyai pandangan lain, aku rasa kereta
ini belum tentu bisa menggilas orang sampai mati"
Dengan geramnya nenek berambut putih itu mendengus
dingin. "Orang muda, apakah kau ingin mencobanya?"
"Betul, aku memang ingin mencobanya"
"Hei bocah cilik, tampaknya kau memang ada maksud
untuk mencari gara-gara dengan kami?"
'Nyonya tua, kalau kau beranggapan demikian, Yaa ....
apa boleh buat lagi!"
Tiba-tiba nenek berambut putih itu mengayunkan
cambuknya dan segera diayun-kan ke depan.
Diiringi suara desingan angin tajam, cambuk tersebut
segera menyambar ke muka.
Siau hong mendengus dingin, jengeknya:
"Hei nenek, kenapa kau sembarangan melukai orang?"
Tangan kanannya segera diangkat dan menyambar
cambuk panjang itu, kemudian di betotnyn keras-keras.
Begitu Cu Siau hong membetot, ternyata nenek itupun
turut membetot sekuat tenaga.
Jadinya kedua belah pihak saling membetot dan saling
bertahan dengan sepenuh tena-ga.
"Taass. . " tiba-tiba cambuk panjang yang diperebutkan
itu patah menjadi dua bagian.
Menyaksikan kejadian itu, paras muka si nenek berambut
putih itu segera berubah hebat, teriaknya:
"Bocah keparat, rupanya kau memiliki kepandaian juga!"
Tampak tirai kereta sedikit bergoyang, tahu-tahu ada
dua bintik cahaya putih meluncur keluar.
Cahaya putih tersebut bukan saja datangnya amat cepat,
lagipula kecil sekali, sama sekali tidak membawa setitik
desingan a-ngin. seranganpun.
Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera berseru:
"Inilah sebab dari kematian mereka!"
Seraya berkata dengan cepat dia berkelit sejauh tujuh
delapan depa dari posisi semula.
Sin jut dan Kui meh yang ada disisinya mendadak
menyerbu kedepan sambil berteriak keras:
"Aduh celaka, ditengah hari bolong kalian berani berbuat
kejahatan hendak membunuh orang"
Sembari berkata, tubuh mereka telah mendekati kereta
tersebut. "Kembali!" bentak Cu Siau hong dengan suara keras.
Tapi sayang terlambat selangkah, tirai kereta itu kembali
tampak bergerak, Sin jut dan Kui meh segera roboh
terkapar diatas -tanah. Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian itu segera
berkerut kening, secara secepat kilat dia melompat kedepan
ke kereta itu. Begitu sampai didepan kereta, pedangnya turut
diloloskan pula dari sarungnya.
Tampak cahaya tajam berkelebat lewat, tiga ekor kuda
yang menarik kereta itu tiba-tiba kabur kedepan.
Meski kudanya tetap kabur, ternyata keretanya masih
tetap terhenti ditempat se-mula.
Rupanya dalam kilatan cahaya pedang yang menyambar
lewat tadi, Cu Siau hong telah mematahkan tali pengikat
antara sang kuda dengan kereta itu, sehingga dengan
demikian tiga ekor kuda itupun bebas dari belenggu.


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Blaaammm. . ." kereta yang berada dibagian muka
segera terjatuh keatas tanah.
Gerakan pedang dari Cu Siau hong itu cepat bagaikan
sambaran petir tahu-tahu ujung pedangnya telah menuding
kehadapan wajah si nenek berambut putih itu.
Tapi gerakan tubuh dari nenek berambut putih itupun
cepat sekali, belum lagi pedang Cu Siau hong menyambar
tiba, orangnya sudah melayang dulu kesamping.
Cu Siau hong segera memutar pedangnya secepat kilat,
"Taass, taass . !" tirai yang menutupi ruang kereta itu tahutahu
rontok keatas tanah"
Ternyata ia cukup cekatan, gerakan tubuhnyapun amat
cepat, begitu tirai kereta terjatuh ke tanah, tubuhnya
segera menjatuhkan diri ke belakang dengan gerakan
jembatan gantung. Menyusui kemudian dia berjumpalitan beberapa kali dan
menggelinding sejauh li-ma depa lebih, kemudian baru
melejit bangun.. Empat titik cahaya perak yang amat menyilaukan mata
menyambar lewat dikala Cu Siau hong menjatuhkan
tubuhnya ke belakang tadi.
Entah senjata rahasia apa yang digunakan, ternyata
sambaran senjata tersebut sama sekali tidak menimbulkan
suara, begitu terkena korbannya segera roboh terkapar.
-ooo0oooKANG ZUSI http://kangzusi.com/
BAGIAN 30 CU SIAU HONG telah melejit bangun, kemudian sambil
membalikkan badan ia menubruk ke arah nenek berambut
putih itu. Dengan jurus pedangnya yang begitu a-neh, belum
sempat nenek itu menghindarkan diri, ujung pedang Cu
Siau hong telah menempel diatas tenggorokannya.
Nenek itu menjadi tertegun serunya kemudian:
"Sekarang aku sedang marah, hawa napsu membunuhku
sangat tebal, bila kau masih belum ingin mampus, lebih
baik jangan sembarangan bergerak" ancam Cu Siau gong
segera 'Lepaskan dia?" tiba-tiba dari balik kereta bergema suara
seruan yang amat merdu. "Besar amat lagakmu!" dengus Cu Siau hong dingin."
Terdengar suara keleningan yang merdu, seorang gadis
berbaju hijau yang berparas cantik pelan-pelan berjalan
keluar dari dalam ruang kereta kuda itu.
Dengan suatu gerakan yang cepat, Cu Siau hong
menotok jalan darah nenek itu dengan tangan kirinya,
kemudian ujarnya dingin. "Dengarkan baik-baik, kedua orang pembantuku telah
terluka ditangan kalian, maka sekarang si nenek itupun
telah kulukai deng-an ilmu totokan khususku . ... '
Nona cantik berbaju biru itu memperhatikan Cu Siau
hong sekejap, kemudian tersenyum ujarnya:
"Telah terluka oleh suatu ilmu khusus?"
Aku ingin melihat, macam apakah yang disebut sebagai
ilmu totokan khusus itu?"
"Oooh... jadi nona bermaksud untuk mencoba apakah
bisa membebaskan totokan tersebut atau tidak?"
"Aku rasa ilmu menotok jalan darah yang berada di dunia
ini hampir sama satu sama lainnya, aku rasa kata totokan
khusus tersebut kurang tepat cara penggunaannya"
Cu Siau hong segera maju selangkah dan menahadang
jalan pergi nona cantik berbaju hijau itu, kemudian katanya
dengan dingin: "Nona kedua orang pembantuku itu telah terluka oleh
senjata rahasia apa"'
Bukankah kau pandai mempergunakan ilmu menotok
jalan darah khusus" Apakah tak bisa kau saksikan sendiri
mereka telah terluka oleh senjata rahasia macam apa?"
'Nona, senjata rahasia yang ada dikolong langit
berjumlah ratusan macam banyaknya, bahkan memetik
daunpun bisa diipakai untuk melukai musuh, sambaran
bunga dapat membunuh orang, aku hanya bisa melihat
kalau senjata rahasia yang nona gunakan itu bukan terbuat
dari besi biasa" Emmm... setelah kudengar beberapa patah katamu itu
dapat kusimpulkan kalau kau memang mempunyai sedikit
pengetahuan." Mendadak Cu Siau hong menukas dengan suara yang
keras: "Nona, berhati-hatilah kau!"
Tiba-tiba saja dia melancarkan sebuah tusukan pedang
ke depan.. Tampak cahaya tajam berkelebat lewat nona cantik
berbaju hijau itu segera terdesak mundur sejauh dua
langkah. Dengan wajah kaget bercampur terce-ngang nona cantik
berbaju hijau itu segera mengawasi lawannya sambil
berseru: "Benar-benar suatu kepandaian yang he-bat, ilmu
pedang yang luar biasa.."
"Kau terlampau memuji!"
Pedangnya kembali digerakan melakukan suatu tusukan
kesamping, ujung pedang itu segera menyergap keatas
tenggorokan nenek berambut itu ....
"Tahan, buru-buru nona cantik kerbaju hijau itu berseru.
Ujung pedang itu segera berhenti hanya satu inci saja
dari atas tenggorokan nenek itu.
"Apa yang hendak kau lakukan" nona berbaju hijau itu
menegur. "Apa lagi" Tentu saja membunuh orang."
"Kau hendak membinasakan dirinya?" tanya nona cantik
berbaju hijau itu dengan wajah tercengang.
"Mengapa tidak" Baik atau buruk, aku akan
membuktikan kepadamu kalau aku memiliki kemampuan
untuk membinasakan di-rinya"
Nona cantik berbaju hijau itu segera manggut-manggut,
ujarnya kemudian. "Aku sudah begini dewasa, sepanjang jalan kemari
beratus-ratus li sudah kutempuh, tapi baru pertama kali ini
kujumpai ada orang yang sanggup memaksa aku mundur
dalam serangannya yang pertama, cuma sekali pun kau
membunuhnya juga sama sekali tak akan bermanfaat bagi
dirimu pribadi!" "Apakah nona tidak berharap aku mem-bunuhnya?"
"Benar!" "Boleh saja, tapi akupun berharap agar kedua orang
pelayanku itu sadar lebih dulu.
TIBA-TIBA saja sikap si nona cantik berbaju hijau itu
berubah menjadi lemah lembut, sambil mengangguk dia
menjawab: "Baiklah, aku akan segera menolong mereka!"
Ia lantas membalikkan tubuhnya dan berjalan
menghampiri Sin-jut serta Kui--meh, kemudian berjongkok
di sisinya. Kurang lebih seperempat jam kemudian, pelan-pelan dia
baru bangkit berdiri. Ketika dia berjongkok tadi, punggung-nya menghadap ke
arah Cu Siau-hong, o-leh karena itu Cu Siau-hong sama
sekali tidak melihat dengan jelas apa saja yang telah dia
lakukan. Akan tetapi, sewaktu dia bangkit berdiri kembali, lamatlamat
tampak air keringat membasahi wajahnya.
Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong menghadapi
kenyataan tersebut, segera serunya.
'Agaknya nona lelah sekali"
Nona cantik berbaju hijau itu segera menghembuskan
napas panjang, katanya: "Apakahkau ingin menyaksikan sendiri senjata rahasia
apakah yang telah melu-kai mereka?"
Dengan mempersiapkan diri sebaik-baik nya untuk
menghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan, Cu
Siau-hong mengangguk. "Baik . . . akan kusaksikan sendiri senjata rahasia
macam apakah itu.'' Pelan-pelan nona cantik berbaju hijau itu menjulurkan
tangan kirinya ke depan. Diantara telapak tangannya yang putih dengan ke
sepuluh jari tangannya yang runcing dan ramping, tampak
ada dua batang jarum yang tipis sekali masing-masing
sepanjang lima hun. Cu Siau hong telah memperhatikan ben-da itu dengan
seksama, namun dan tidak berhasil mengenali benda
apakah itu. "Tahukah kau, senjata rahasia apakah ini"' tanya nona
cantik berbaju hijau itu kemudian.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Belum pernah kusaksikan senjata rahasia semacam ini,
tentu saja aku tidak dapat mengenalinya" dia menjawab.
Perlukah kuberitahukan hal ini kepadamu?"
"Dengan senang hai! aku akan membu-ka telingaku
lebar-lebar" "Benda ini bernama Toan hun ci (duri pemutus nyawa),
diujung senjata ini telah kupolesi dengan suatu obat pemati
rasa, yang sangat kuat, itulah sebabnya barang siapa
terkena senjata rahasia ini, dia sege-ra akan jatuh tak
sadarkan diri, sekalipun tampaknya mereka roboh terkapar,
sesungguhnya belum mati, cuma saja benda itu akan
segera menyusut begitu terkena aliran darah panas, satu
jam kemudian sari obat tadi a-kan hancur menjadi
berkeping-keping dan turut mengalir didalam peredaran
darah manusia, dua belas jam kemudian obat ta-di baru
akan menyerang kedalam jantung, nah pada saat itulah
sang korban baru benar-benar mati"
"Oooh... betul-betul teramat keji!"
"Sekalipun amat keji dan berbahaya namun sang korban
sama sekali tidak merasakan penderitaan apa-apa, mereka
akan mati dalam keadaan tidak sadar sama sekali."
'Benda apakahyang kau pergunakan un-tuk membuat
duri pemutus nyawa ini . ." tanya Cu Siau hong tiba-tiba.
"Selama hidua jangan kau harap bisa melihatnya, sebab
benda itu terbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang
sangat a-neh, semacam senjata rahasia yang bersifat alam''
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap kearah
Sin jut dan Kui meh, kemudian katanya:
'Kenapa mereka belum juga mendusin"'
''Sekarang daya kerja obat itu belum luntur samna
sekali, tapi dengan cepatnya mereka akan mendusin
kembali" ''Apakah ilmu silat mereka akan mende-rita kerugian?"
''Sama sekali tidak, sebab senjata raha-sia yang bersifat
alam ini hanya akan memabukkan manusia saja, setelah
sadar kembali, segala sesuatunya akan tetap seperti sedia
kala' 'Nona, asal mereka benar-benar tidak menderita
kerugian apa-apa, maka akupun tak akan mencelakai si
nenek ini" 'Apakah kau yang bernama Cu Siau hong" Tiba-tiba nona
cantik berbaju hijau berta-nya.
"Benar" "Tampaknya kau adalah orang yang sangat teliti"
Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Tampaknya nona sangat memahami ten-tang diriku?"
katanya. "Jadi kau yang membunuh Keng Ji kongcu"
"Benar" "Tidak gampang ilmu silat yang dia miliki lumayan sekali
dan lagi diapun seorang yang cermat dan seksama"
"Persoalannya akupun amat cermat dan lagi ilmu silat
yang kumilikipun lumayan juga, oleh sebab itu diapun tidak
beruntun dan mati diujung pedangku"
'Oooh...." "Apakah nona berhasrat untuk membalas-kan dendam
bagi kematiannya?" "Aku sama sekali tidak mempunyai rencana itu"
"Maka kaupun telah menyelidiki dengan jelas segala
sesuatu tentang diriku ?"
"Tahu diri tahu lawan, setiap pertempuran baru bisa
menang, tapi kenyataannya kau sama sekali tidak
mengetahui apa-apa tentang diriku".
'Terhadap Keng Ji kongcu pun tidak banyak yang ku
ketahui" "Kau terlalu percaya pada dirimu sendiri"
"Nona terlalu memuji''
Sementara itu Sin jut dan Kui meh telah bangun dan
duduk. Cu Siau hong segera berkata:
'Kalian sudah terkena semacam senjata rahasia yang
sangat aneh milik nona ini, untung saja dia telah
menyelamatkan kalian"
Sin jut dan Kui meh saling berpandangan sekejap,
kemudian katanya bersama:
''Kongcu lah yang telah menyelamatkan kami"
"Tak bisa dibilang aku yang telah menolong kalian, sebab
bila nona ini enggan turun tangan, terpaksa aku hanya bisa
membalaskan dendam untuk kalian"
Tiba-tiba terlintas hawa gusar diatas wajah nona berbaju
hijau itu, bentaknya dengan cepat:
''Cu Siau hong, kau mengatakan dirimu sanggup untuk
membunuh aku?" "Paling tidak aku dapat membunuhnya"
Dengan dingin nona itu berkata lagi.
"Sekarang kau boleh menyingkir dari situ, aku hendak
membebaskan jalan darah nya yang tertotok, kemudian
.....' "Tunggu sebentar, biar aku bertanya dulu kepadanya
sampai jelas kemudian baru nona demontrasikan
keahlianmu untuk membebaskan dirinya dari pengaruh
totokan" 'Kau sukar dihadapi, juga cerewetnya setengah mati"
Cu Siau hong sama sekali tidak menggubris ucapan itu,


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan mengerling sekejap ke arah Sin jut dan Kui meh,
kemudian katanya. "Cobalah untuk menghatur napas, apakah ilmu silat yang
kalian miliki masih utuh ataukah menderita gangguan
besar" Sin jut dan Kui meh kembali saling berpandangan
sekejap, kemudian dengan sangat berhati hati mereka
mencoba untuk menga-tur pernapasan.
Cu Siau hong dengan pedang terhunus bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
sepasang matanya mengawasi gerak gerik nona berbaju
hijau itu tanpa berkedip.
Lebih kurang seperempat jam kemudian, Sin jut dan Kui
meh baru menyelesaikan semadinya, setelah mendeham
pelan sahut-nya. "Kami sangat baik, ilmu silat yang di milikipun sama
sekali tidak mengalami gangguan"
Cu Siau hong segera menyingkir kesamping kemudian
katanya: "Nona, sekarang kau boleh mencoba untuk
membebaskan jalan darahnya yang tertotok."
Sistim perotokan jalan darah yang dipergunakan olehnya
itu berasal dari kitab pemberian si kusir kuda Lo liok,
sebetulnya berasal dari perguruan manakah kepandaian itu,
Cu Siau hong sendiripun tak tahu.
Tapi Cu Siau hong dapat merasakan bahwa kepandaian
tersebut sama sekali berbeda dengan ilmu menotok jalan
darah dari perguruannya. Nona berbaju hijau itu segera maju ke depan dan pelanpelan
berjongkok diatas ta-nah, setelah memeriksa keadaan
yang diderita si nenek berambut putih itu dengan seksama,
secara beruntun dia melepaskan tiga buah pukulan diatas
tiga buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut.
Dengan sorot mata tajam, Cu Siau hong mengawasi
terus gerak gerik tangan si nona berbaju hijau itu, setelah
diamatinya beberapa waktu, dia berkata:
'Nona, bila caramu membebaskan totokan tersebut
keliru, kemungkinan besar akan be-rakibat jiwanya
terancam bahaya maut, oleh sebab itu kuanjurkan kepada
nona, agar jan6gan keras kepala.
Nona berbaju hijau itu sama sekali tidak berpaling,
sepasang tangannya secara gen-car menotok sekujur tubuh
nenek berambut putih itu.
Tampak keringat telah membasahi seluruh tubuh si
nenek dengan derasnya, jelas dia- memang merasakan
suatu penderitaan yang luar biasa sekali.
Kembali nona berbaju hijau itu merubah gerakan
tangannya, dari totokan kini berubah menjadi tepukan tiada
hentinya dia menepuk seluruh badan nenek itu.
Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian itu segera
berkerut kening, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu,
tapi niat itu di-urungkan.
Mendadak secara berbareng nona berbaju hijau itu
menggerakkan sepasang telapak tangannya dan secara
beruntun melepaskan tiga buah pukulan yang menghantam
enam buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut.
Nenek berambut putih itu segera menghembuskan napas
panjang, pelan-pelan dia bangkit dan duduk.
Nona berbaju hijau itupun bangkit berdiri, sambil
membalikkan badan dan meman-dang sekejap ke arah Cu
Siau hong, katanya: Benar-benar sangat hebat, rupanya kau telah menotok
Khi keng pat-mehnya...'' "Benar, memang jalan darah pada khi kheng pat meh
yang telah kototok, tapi toh akhirnya berhasil juga nona
bebaskan" "Tapi kau telah membuang banyak waktu, juga membuat
popo harus merasakan penderitaan yang cukup lama."
"Yaaa, apa boleh buat, terpaksa aku harus berbuat
demikian, siapa suruh nona terlalu keras kepala?"
Nona berbaju hijau itu tertawa hambar, katanya
kemudian: ''Untung saja Cia popo memiliki dasar tenaga dalam yang
baik, sedikit penderitaan tersebut masih sanggup dia tahan"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
''Ilmu totokant jalan darah semacam ini tampaknya
bukan berasal dari perguruari Bu khek bun'`
"Apa pula sangkut pautnya antara hal ini dengan diri
nona"'' "Darimana kau pelajari ilmu menotok jalan darah
tersebut"'' "Kenapa" Apakah hal inipun ada sangkut pautnva dengan
dirimu"'' ''Betul, besar sekali sangkut pautnya, sebrab ilmu
menotok jalan darah yang kau gunakan itu bukan
kepandaian silat dari dar-atan Tionggoan'
,Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong setelah
mendengar perkataan itu, segera pikitrnya.
"Mungkinkah ilmu silat yang kuperoleh dari kitab
tersebut bukan ilmu silat dari daratan Tionggoan"
Terdengar nona berbaju hijau itu berkata lagi.
"Cu Siau hong apa hubunganmu dengan Thian san siang
koay (Sepasang manusia aneh dari Thian san)?"
'Thian san siang koay?"
`Benar" 'Aku belum pernah bertemu dengan mereka"
"Ilmu menotok jalan darah yang kau pergunakan itu
merupakan ilmu khas milik Thian san siang koay, bila kau
tak pernah mengenal dengan mereka, kenapa kau gunakan
kepandaian silatnya?"
"Ilmu silat yang berada didunia ini sumbernya adalah
satu, sekalipun ilmu menotok jalan darah yang
kupergunakan mempunyai kemiripan dengan ilmu menotok
jalan darah Thian san siang koay, toh bukan berarti Thian
san siang koay yang mewariskan kepandaian tersebut
kepadaku". Nona cantik berbaju hijau itu termenung beberapa saat
lamanya, kemudian dia berkata.
''Sekarang, aku sudah mempercayai satu hal yakni au
memang sanggup untuk membunuh Keng Ji kongcu"
"Dalam kenyataan keng Ji kongcu memang tewas
ditanganku, tapi entah hubungan apakah yang terjalin
antara nona dengan Keng Ji kongcu"'
"Kalau kukatakan, maka akan terjadi lah suatu akibat
yang benar-benar menakutkan"
"Oya " "Tapi jika kau bersikeras ingin mendengarnya, dengan
senang hati akan kusampaikan kepadamu'.
Apa yang bakal terjadi akhirnya akan terjadi juga,
sekalipun aku tak bersedia mendengarkan juga tak bisa
merubah kenyataan ini betul bukan ..... ?"
'Hanya ada satu hal yang berbeda, bila kau tidak tahu,
mungkin saja kami akan melewatkan kesempatan hal ini
dengan begitu saja, bila kau sudah tahu, terpaksa kami
akan membuat perhitungan denganmu sampai impas,
sekarang kau boleh memilih sendiri'
''Aku pikir lebih baik aku memilih untuk mendengarkan''
Dengan dingin nona berbaju hijau itu segera berseru:
'Cu Siau hong, apakah kau bersikeras ingin tahu?"
"Benar! Aku tak pernah menyukai suatu pekerjaan yang
membingungkan, maka harap nona bersedia untuk
menjelaskan.'' 'Dengarkanlah baik-baik..... Keng Ji kongcu adalah
suhengku, juga merupakan bakal suamiku, setelah kau
membunuhnya, pantas tidak bila aku membuat perhitungan
dengan mu?" Pelan-pelan Cu Siau hong mengangguk.
'Yaa, memang sepantasnya kalau membalaskan dendam
baginya" "Bagus sekali, dan sekarang aku hendak membalaskan
dendam bagi kematiannya"
"Oleh karena itu sepanjang jalan kau melakukan
pembantaian, membunuh banyak sekali anggota Kay pang"'
"Kau toh bukan anggota Kay pang, Apa sangkut pautnya
persoalan ini dengan dirimu?"
"Suatu pertanyaan yang bagus sekali, ke-tika Keng Ji
kongcu membawa para pendekar pedang macan kumbang
hitamnya me-nyerang perkampungan Ing gwat san ceng
dan membunuh puluhan orang anggota Bu khek bun kami,
apakah hal ini tiada sangkut pautnya dengan diriku"'
"Nona berbaju hijau itu tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian menyahut. ''Tentu saja ada hubungannya!"
''Nona, tampaknya kau adalah seorang yang tahu
peraturan" "Aku memang selalu tahu aturan.!"
"Kalau tahu aturan, pembicaraan jadi lebih gampang
untuk dilakukan lebih jauh."
Nona berbaju hijau itu menghembuskan napas panjang,
tukasnya tiba-tiba: Perhitungan tersebut lebih baik tak usah kita
perhitungkan lagi, sekali pun hen-dak diperhitungkan juga
tak bakal menjadi beres"
"Maksud nona..."
"Kali ini aku datang sendiri kemari sesungguhnya hanya
ada satu maksud saja .. .. "
''Membalaskan dendam bagi kematian calon suamimu?"
tukas Cu Siau hong tiba--tiba.
''Bila kau berkata demikian, maka ucapanmu itu tak bisa
dianggap salah, cuma selamanya aku sulit untuk
menerangkan dulu duduknya persoalan sampai jelas, perlu
kau ketahui perkawinanku dengan Keng Ji kongcu baru
disetujui oleh angkatan tua, sedangkan aku pribadi sama
sekali belum memberi jawabannya!'
"Kenapa?" "Sebab dia sangat romantis, aku per-nah dengar orang
berkata, dia adalah seorang lelaki hidung bangor, yang
paling gemar main perempuan."
"Oooh.." ' "Tentang soal ini, apakah kau juga tahu"'
"Tidak begitu jelas" jawab Cu Siau hong "sebab aku tidak
lama bertemu dengan Keng Ji kongcu"
"Sekarang dia telah mati, perduli aku datang dengan
kedudukan sebagai apa, sudah sewajarnya bila kubalaskan
dendam bagi kematiannya!"
"Betul!' "Sekarang kau masih ada pesan terakhir apa yang
hendak kau tinggalkan" Cu Siau hong?"
"Pesan terakhir sih tak ada, cuma aku ingin mengadakan
suatu perjanjian dengan nona''
"Baik, katakanlah, asal bisa kukabulkan pasti, tak akan
kutampik" "Didalam pertarungan yang bakal berlangsung nanti,
hanya melibatkan kau dan aku saja, bila aku mati, dendam
sakit hati nona sudah terlampiaskan, maka kaupun tak
boleh mencari anggota Bu khek bun yang lain untuk
membuat perhitungan"
"Tapi bila aku yang mati pasti ada orang yang datang
mencari dirimu lagi"
''Bila aku membunuhmu, maka keadaan-nya bertambah
berlarut-larut, terpaksa akupun akan bertahan terus sampai
mati'' Nona berbaju hijau itu menghela napas panjang,
katanya. "Padahal belum tentu benar demikian, Keng Ji kongcu
telah membunuh kalian orang-orang Bu khek bun,
bukankah kalian tetap mencarinya untuk membalas
dendam" Bila aku membunuhmu, aku rasa pasti ada pula
orang-orang yang akan datang mencariku untuk membuat
perhitungan" "Kerajaan ada wet hukum, dunia persila-tan ada
peraturan, bila seorang telah me-langgar hukum, dia sudah
sepantasnya kalau dijatuhi hukuman sesuai dengan apa
yang diperbuat, tapi bila seorang telah melanggar peraturan
dunia persilatan, bukankah diapun harus menerima
hukuman yang setimpal pu-la dari para jago persilatan
sesuai dengan perbuatan yang telah ia lakukan"."
"Kau maksudkan Keng Ji kongcu memang sudah
sepantasnya mati"'' "Benar Keng Ji kongcu telah membunuh puluhan orang
anggota Bu khek bun, dian-taranya terdapat beberapa
orang perempuan dan pelayan yang sama sekali tak
mengerti ilmu silat, coba katakanlah apakah dia pantas
untuk mati?"' Nona berbaju hijau itu termenung sejenak lalu katanya.
''Meskipun dia pantas untuk mati, itu kan dipandang
menurut sudut pandanganmu sendiri, mengapa aku tidak
memikirkannya pula dari sudut pandanganku?"
"Kalau berbicara dari sudut pandangan itu, tentu saja
keadaannya berbeda, kau seharusnya membalaskan
dendam baginya, seringkali budi dan dendam pribadi bisa
membunuh keadilan dan kebenaran, aku yakin delapan
puluh persen umat manusia yang berada di dunia sekarang,
mempunyai cara berpandangan seperti nona"
Nona berbaju hijau itu segera tertawa, katanya
kemudian: 'Cu Siau-hong, tampaknya kau adalah seorang yang
sangat memakai aturan dalam pembicaraan maupun
tindakan" "Terlalu banyak aturan yang berlaku dalam dunia
persilatan, hal ini dikarenakan aturan-aturan tersebut
dipandang orang dari sudut pandangan yang berbeda
antara yang satu dengan lainnya, tapi hal yang sebenarnya
hanyalah satu, itulah sebabnya seringkali akan muncul
banyak teori dan keadaan yang beraneka ragam"
''Aaai .... lebih baik tak usah kita bicarakan tentang
masalah-masalah tersebut, sekarang kita membicarakan
persoalan diantara kita sendiri saja"
"Silahkan nona berbicara, aku akan mendengarkannya
dengan penuh seksama."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

''Aku hendak membalaskan dendam bagi kematian Keng
Ji kongcu!" "Nona, akupun tak akan membiarkan diriku dibunuh
tanpa melawan, diantara kita berdua tampaknya harus
melakukan suatu pertempuran yang paling seru.
"Ya, benar, karena sudut pandangan maupun teori yang
dipegang masing-masing pihak saling bertolak belakang.
"Betul!" kita memang memandang persoalan itu dari
sudut pandangan masing-masing pihak"
Pelan-pelan nona berbaju hijau itu mengangguk, katanya
kemudian: 'Kau menggunakan pedang"'
"Betul, senjata apa yang nona pakai?"
"Senjataku berada didalam sakuku. Bila mana saatnya
untuk digunakan sudah sampai, sudah pasti akan
kugunakan secara otomatis."
"Maksud nona, kau hendak menerima beberapa jurus
seranganku dengan tangan ko-song.
"Benar, silahkan kau turun tangan!"
Jilid 24 Cu Siau hong termenung dan berpikir sejenak, setelah itu
sahutnya dengan cepat: "Baik! Aku akan menuruti perkataanmu itu''
"Sebagai seorang pemuda yang bebas dan tak suka
terikat, dia memang tidak begitu ambil perduli terhadap
segala persoalan yang tetek bengek, maka begitu selesai
berkata pedangnya lantas diputar dan melan-carkan sebuah
tusukan langsung ke depan.
Dengan cekatan nona cantik berbaju hi-jau itu miririgkan
badannya kesamping) mendadak sambil membalikkan
badannya dia menerjang maju kemuka.
Dengan cepat tangan kanannya diayunkan kemuka
menotok jalan darah yang berada dilengan kanan.
Cu Siau hong terperanjat, dengan cepat dia mundur
beberapa langkah kebelakang, pedangnya segera diputar
dan balas memba-cok kepinggang musuh .....
Gerakan tubuhnya ini tidak terhitung terlampau cepat
cuma rasa takutnya terhadap senjata tajam tidak besar dan
lagi cara penggunaan waktunya jitu sekali.
itulah sebabnya serangan gadis itu menjadi hebat dan
lihaynya bukan kepalang. Nona berbaju hijau itu tertawa ringan, sekali lagi dia
maju kedepan untuk mendesak, sebuah tendangan segera
diayunkan menyepak pergelangan tangan kanan anak muda
itu. Dengan kening berkerut Cu Siau hong segera berpikir:
"Budak ini benar-benar tidak mauinya nyawanya lagi,
aku musti memberi sedikit pe-lajaran kepadanya...'
Gerakan pedangnya yang sedang memyambar ke depan
itu segera diarahkan untuk menyerang lutut si nona
tersebut. Dimana pedangnya itu bergerak, dengan telak bersarang
telak ditubuh lawan sehingga terdengarlah suara benturan
yang memekik-kan telinga.
Cu Siau hong agak tertegun.
Kiranya tendangan yarg dilancarkan oleh nona cantik
berbaju hijau itu dengan tepat sekali berhasil menendang
pergelang-an tangan kanan si anak muda itu.
Akibat dari tendangaa itu, pedang ditangan kanan Cu
Siau hong segera mencelat ke udara dan terlepas dari
genggaman. Sambil tertawa nona cantik berbaju hijau itu berkata:
Cu Siau hong sekarang kau tidak berpedang lagi,
terpaksa kita harus melanjutkan pertarungan ini dengan
tangan kosong melawan tangan kosong'
Cu Siau hong maju kedepan, kemudian tegurnya.
'Nona, apakah dibalik pakaianmu tersimpan tameng
besi" "Coba kau lihat apakah aku mirip seseorang yang
mengenakan tameng besi dibalik pakaianku. ?"
"Paling tidak aku dapat mambedakannya dengan pasti,
nona bukan mengandalkan tenaga khikang untuk
menyambut bacokan itu."
"Tapi toh aku tidak seharusnya memberi tahukan
kepadamu apa alasannya bukan?"
Mendadak dia maju sambil melepaskan serangkaian
serangan gencar, semua gerak serangannya itu dilancarkan
dengan kecepatan seperti terbang.
Buru-buru Cu Siau hong mengerakkan tangannya untuk
menangkis dan membendung datangnya serangan si nona
baju hijau yang gencar dan berantai datangnya itu...
Ilmu silat yang dimiliki gadis itu li-hay dan aneh,
mendatangkan semacam tenaga desakan yang besar sekali,
untung saja ilmu silat yang dimiliki Cu Siau hong pun
beraneka ragam, setiap kali keadaannya terdesak dan
jiwanya terancam mara bahaya, dia selalu melepaskan
sebuah serangan yang aneh sekali.
Semua kejadian ini berlangsung amat cepat bukan saja
dengan mudah sekali pemuda itu dapat melenyapkan
ancaman bahaya yang tiba didepan mata, lagi pula dalam
posisi yang terdesak kadangkala dia masih sanggup untuk
membalikkan keadaan. Kenyataan ini bukan saja membuat nona cantik berbaju
hijau itu menjadi kejut bercampur heran, sekalipun Cu Siau
hong sen-diripun merasakan hatinya bergetar keras.
Hal ini membuktikan bahwa kalau hanya mengandalkan
hasil latihan Cu Siau hong selama belasan tahun beserta
ilmu silat dari aliran Bu khek bun, dia masih bukan
tandingannya. Tapi ilmu silatnya yang beraneka ragam, yang
dipelajarinya dari atas kitab pedang tanpa nama beserta
ilmu silat yang dipelajarinya dari si dewa pincang justru
memiliki suatu kemampuan yang luar biasa sekali, setiap
serangan yang dilancarkan, selalu berhasil memaksa nona
cantik berbaju hijau itu merasa terkejut bercampur
keheranan, juga dapat membuat serangan si nona yang
gencar dan dahsyat seakan-akan kena terbendung
seluruhnya. Sekalipun gadis itu sudah melancarkan serangan dengan
menggunakan serangan yang tangguhnya sebanyak sepuluh
gebrakan, meski ke sepuluh buah serangan itu membuatnya
berada di posisi yang lebih menguntungkan, akan tetapi
semua serangan tadi berhasil diatasinya dengan sempurna.
Sekarang, satu-satunya kepandaian silat yang belum
dicoba oleh Cu Siau hong adalah beberapa jurus serangan
aneh yang diperolehnya dari ketua Kay pang.
Makin bertarung Cu Siau hong merasakan hatinya
semakin terperanjat, ia telah merasa bahwa ilmu silat yang
dimiliki gadis berbaju hijau itu tampaknya masih jauh diatas
kepandaian Keng Ji kongcu ....
Sebaliknya nona cantik berbaju hijau itu pun makin
bertarung merasa semakin takut, dia merasa ilmu silat yang
dimiliki Cu Siau hong bagaikan bukit yang tinggi atau
samudra yang dalam, membuat orang hampir bolen dibilang
tak dapat meraba asal usulnya.
Mendadak gadis berbaju hijau itu menghentikan
serangannya dan melompat mundur sejauh lima depa lebih,
setelah itu ujarnya dingin:
"Cu Siau hong, mari kita berhenti seje-nak''
"Maksud nona.."
"Ada beberapa macam persoalan, seka-rang aku ingin
menanyakan lebih dahulu kepadamu"
"Baik, akan kudengarkan pertanyaanmu itu dengan
sebaik-baiknya" "Sesungguhnya kau ini anak murid dari perguruan Bu
khek bun atau bukan"''
"Sudah tentu aku adalah murid perguruan Bu khek bun
yang asli, apa maksud nona dengan mengajukan
pertanyaan ini"' "Tapi mengapa aliran ilmu silat yang kau gunakan sama
sekali tidak mirip dengan aliran ilmu silat dari Bu khek
bun?" "Ooya.. ?" "Terus terang kukatakan, ilmu silat yang dimiliki oleh
orang-orang Bu khek bun telah kami ketahui dengan jelas,
sekalipun harus menghadapi dengan berpejam mata aku
masih sanggup untuk menghadapinya, tapi buktinya
sekarang, setiap kali aku berhasil mencapal posisi yang
menguntungkan dan kemenangan sudah berada didepan
mata, kau selalu menggunakan jurus serangan yang aneh
untuk memunahkan peluangku untuk merebut kemenangan
itu dan sebaliknya malah mendesak diriku, padahal jurus
pukulan dan jurus telapak tangan yang kau pergunakan
sama sekali tak pernah kujumpai sebelumnya, dan selagi
serangan yang kau lancarkan secara tiba-tiba itu sungguh
membuat orang tak habis berpikir"'
Cu Siau hong tertawa setelah mendengar ucapan itu,
katanya: "Nona, tentunya aku tak akan menerangkan lebih dahulu
jurus serangan macam apa-kah yang hendak kulakukan
sebelum serangatn itu benar-benar kulancar-kan bukan?"
"Tentu saja kau tak perlu mengutarakan nya keluar,
cuma ilmu silat yang kau perguna-kan itu sudah pasti bukan
jurus-jurus si-lat dari aliran Bu-khek-bun"
"Nona, pentingkah persoalan itu bagimu?"
'Sudah barang tentu penting sekali"
"Nona, akupun ingin mengajukan satu pertanyaan
kepadamu?" ''Pertanyaan apa?" "Ilmu silat yang nona miliki itu berasal darimana"'
"Dari suhuku" "Siapakah suhumu itu" Dia bernama siapa dan sekarang
berada di mana?" Nona cantik berbaju hijau segera menghela napas
panjang, sahutnya pelan: "Sekarang aku tak dapat memberi tahukan hal ini
kepadamu lagi, karena saat ini aku sudah tidak mempunyai
keyakinan untuk membinasakan dirimu lagi"
"Nona, nama besar suhumu pun tidak bersedia kau
katakan, tapi kau minta kepadaku untuk menerangkan asal
usul dari il-mu silatku, tidakkah kau rasakan bahwa caramu
itu sedikit keterlaluan?"
"Perbuatan ini bukan suatu perbuatan yang keterlaluan,
aku hanya merasa keheranan saja'
'Aku tak ambil perduli berapa banyakkah pertanyaan
yang terkandung didalam hatimu, tapi yang pasti adalah
aku tak akan menjawab semua pertanyaanmu itu'
"Mengapa?" "Sebab kita bukan berteman, melainkan bermusuhan!"
Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang,
katanya kemudian dengan suara pelan:
"Cu Siau hong, bila aku gagal untuk membunuhmu, aku
kuatir tak berani pulang untuk memberikan pertanggungan
jawabku dihadapan suhu"
Oya?" Ketika masih berada didepan guru, aku sudah terlanjur
sesumbar pasti dapat membawa batok kepalamu pulang ke
rumah" "Apakah kalian sudah tahu kalau Keng Ji kongcu mati
ditanganku?" "Benar! Kami mempunyai suatu cara penyampaian berita
yang amat istimewa, dengan cepat kami dapat mengrtahui
akan kejadian tersebut"
"Nona aku rasa lebih baik kau pulang saja! Memandang
rendah ilmu silatku toh bukan suatu dosa atau kesalahan
yang akan berakibat dijatuhi hukuman mati'
Nona cantik berbaju hijau itu segera tertawa katanya:
"Cu Siau hong, apakah kau merasa bahwa aku masih
bukan tandinganmu" '
" Aku berpikir demi nona ....''
"Berpikir apa demi diriku?"
"Bagi nona kejadian semacam ini sesuug-guhnya
merupakan suatu perbuatan yang sa-ngat tidak
menguntungkan" "Kau takut akan melukai diriku?"
"Sekalipun kita akan sama-sama terluka, tapi buat apa
nona musti berbuat demikian'
Nona cantik berbaju hijau termenung be-berapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Aaai, kenapa sih kau musti berpikir begitu banyak bagi
seorang musuh seperti aku ini?"
Cu Siau hong mengangkat bahunya sambil menjawab:
'Soal ini mah.... aku rasa mungkin dikarenakan akupun
merasa agak takut kepadamu!"
"Takut aku akan melukai dirimu?" sambung si nona
berbaju hijau itu sambil tersenyum manis.
"Tepat sekali' Aku memang berpikir demikian"
"Kalau begitu kau memandang tinggi diriku?"
"Benar!" Pelan-pelan nona cantik berbaju hijau itu menundukkan
kepalanya rendah-rendah, ucapnya.
"Terima kasih banyak Cu kongcu, bagaimanapun juga
aku tak bisa tidak harus membalaskan dendam bagi
kematian Keng-Ji kong cu"
Sebenarnya Cu Siau hong bermaksud untuk
menghindarkan diri dari suatu pertarungan yang tidak
bermanfaat dan kalau bisa menundukkan lawannya dengan
kata-kata agar dia mau pulang saja..
Kemudian secara diam-diam dia akan mengutus orang
untuk menguntilnya secara diam-diam, sehingga sarang
mereka dapat ditemukan. .
Walaupun perhitungannya itu cukup baik, tapi sayang
budak itu agaknya sukar un-tuk masuk perangkap.
Cu Siau hong tak dapat membedakan sikap gadis itu
apakah sedang berpura-pura atau bersungguh hati,
terpaksa dia tertawa dan berkata.
'Maksud nona, diantara kita berdua harus ditentukan
siapa yang bakal mati dan siapa yang bakal hidup?"
"Tidak perlu harus dibedakan antara hidup dan mati,
paling tidak kita dapat menentukan siapa yang menang


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa yang kalah, bila aku yang kalah maka hal ini
membuktikan kalau ilmu silatku masih belum cukup untuk
dipakai membalas dendam, dengan begitu akupun akan
merasa hatiku sedikit a-gak lega''
'Seandainya menang?"
''Seandainya beruntung aku yang menang, maka hal ini
akan sulit sekali...!' ''Bagaimana sulitnya?"
"Pertama, aku tak tahu bagaimana harus menghukum
dirimu, juga tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi
persoalan ini." "Terhadap aku, rasanya nona tak usah terlalu susah
untuk memikirkannya, bila kau yang menang maka itulah
saat yang terbaik bagimu untuk membalaskan dendam bagi
kematian Keng Ji kongcu."
"Tapi. . ...' "Tapi apa?". "Akupun segan untuk membunuhmu!"
Cu Siau hong segera tertawa hambar, katanya.
"Nona, jika kau sudah bertekad untuk menentukan siapa
menang siapa kalah diantara kita berdua paling tidak
sekarang kau masih tak perlu untuk memikirkan banyak
persoalan seperti itu"
"Menangkanlah diriku lebih dulu nona sebelum kau putar
otak untuk menyelesaikan masalah tersebut"
"Baiknya, sampai waktunya kita baru rundingkan kembali
bagaimana baiknya ..."
Diam-diam Cu Siau hong berpikir dalam hatinya.
"Budak ini amat lembut, tapi ucapannya tegas dan tanpa
aturan, sungguh mendatangkan perasaan apa boleh buat
bagi orang yang menghadapinya...'
Dengan cepat kedua orang itu terlibat kembali dalam
suatu pertarungan amat seru.
Situasi sewaktu pertarungan itu berlangsung tentu saja
jauh berbeda sekali dengan keadaan sewaktu mereka
berdua sedang berbincang-bincang tadi..
Cu Siau hong telah melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga, semua ancamannya dilepaskan dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir, pads hakekatnya
setiap jurus serangannya boleh dibilang sanggup merenggut
nyawa lawan. Ilmu pedang yang dimiliki gadis berbaju hijau itupun
lihay sekali, selain ganas dan rapat, hampir seluruh
badannya dilindungi oleh selapis cahaya pedang yang
sangat tebal. Walaupun Cu Siau hong telah melancar-kan serangan
dengan sepenuh tenaga, tapi ilmu pedangnya selalu tak
berhasil menembusi lapisan pertahanan dari lawannya ini.
Malahan justru nona berbaju hijau itu yang kerap sekali
melancarkan dua buah serangan balasan yang memaksa Cu
Siau hong berada dalam posisi yang berbahaya sekali.
Tapi Cu siau hong sendiripun selalu dapat melancarkan
serangan dengan jurus pedang yang sangat aneh, serangan
dahsyat itu selalu memaksa gadis berbaju hijau itu mundur
sejauh beberapa langkah dari posisi semula ....
Dalam waktu singkat seratus gebrakan lebih sudah lewat,
namun menang kalah masih juga belum bisa ditentukan.
Sin jut serta Kui meh yang mengikuti jalannya
pertarungan itu hanya bisa berdiri tertegun dan mata
terbelalak lebar. Menyaksikan pertarungan sengit yang begitu hebatnya
sedang berlangsung didepan mata, tanpa terasa kedua
orang itu berpikir didalam hati:
"Sekalipun Kay pang tianglo sendiri yang turun tangan
menghadapi lawan, mungkin tiada orang mampu untuk
menahan serangan pedang kilat dari gadis itu, tapi Cu Siau
hong sanggup menghadapinya hei .... anak muda ini benarbenar
hebat sekali" Tapi yang membuat kedua orang itu tidak habis mengerti
adalah keanehan dari ilmu pedang yang digunakan Cu Siau
hong, mereka rasakan gerakan pedang itu terlalu mendadak
dan aneh sukar diduga, membuat orang merasa tak tahu
serangan tersebut bakal datang dari mana.
Tapi sebagian besar jurus pedang yang dipergunakannya
memiliki jurus yang amat teratur.
Sebaliknya jurus pedang yang digunakan gadis cantik
berbaju hijau itu lebih hebat lagi, semua jurus serangan
yang dipergunakan boleh dibilang merupakan seranganserangan
yang ganas. Makin menonton kedua orang itu merasa semakin tidak
habis mengerti, makin me-mandang semakin pikuk
rasanya. "Traang....'' mendadak terdengar suara benturan nyaring
yang menimbulkan percikan bunga api, ternyata sepasang
pedang itu sudah saling membentur satu sama lainnya.
Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu berada
dalam keadaan seimbang, karenanya kedua belah pihak tak
ada yang mau saling mengalah, namun menang kalah juga
tak dapat ditentukan. Setelah sepasang pedang itu saling mem-bentur satu
sama lainnya, tiba-tiba Cu Siau hong mengayunkan tangan
kirinya melancarkan sebuah serangan kilat.
Serangan itu dilancarkan dengan suatu gerakan yang
aneh sekali, walaupun gadis berbaju hijau itu sudah
mengangkat tangannya untuk menangkis, ternyata
ancaman tersebut gagal untuk dibendung.
''Blaaaamm....!'' benturan keras menggema, bahu kiri
nona cantik berhaju hijau itu terkena sebuah serangan
dengan telak. "Nona cantik berbaju hijau itu mundur beberapa langkah
dengan sempoyongan akibat dari serangannya itu.
Kelihatannya Cu Siau hong memiliki kesempatan yang
baik sekali untuk melancar-kan serangan, akan tetapi Cu
Siau hong sama sekali tidak manfaatkan kesempatan baik
tersebut. Hal ini bukan dikarenakan Cu Siau hong berniat untuk
mengampuni selember jiwa musuhnya, melainkan karena
dalam perasaannya dia merasa sudah tak sempat lagi untuk
melepaskan serangan. Sambil melintangkan pedangnya didepan dada, nona
cantik berbaju hijau itu mengawasi wajah Cu Siau hong
lekat-lekat, kemudi-an ujarnya pelan-pelan:
''Benar-benar sebuah pukulan yang sangat lihay!"
"Maaf, maaf. . . ."
Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang,
dia masukkan kembali pe-dangnya kedalam sarung, lalu
berkata: "Aku benar-benar sudah kalah, aaai .... seranganmu itu
datangnya benar-benar lihay sekali, sama sekali diluar
dugaan siapapun" "Nona akhir dari pertarungan ini baik bagi diriku maupun
bagi nona, merupakan suatu akhir yang paling baik'
"Ucapanmu memang benar, cuma akupun ada beberapa
patah kata hendak menasehati dirimu"
"Silahkan disampaikan!''
"Imu pedang yang Cu kongcu miliki memang amat lihay,
terutama beberapa jurus di antaranya, sungguh amat
dahsyat dan memi-liki kemampuan yang luar biasa,
sehingga mendatangkan perasaan diluar dugaan bagi
lawannya, namun jarak antara satu jurus serangan dengan
jurus serangan yang lain terasa banyak sekali terdapat
peluang yang kosong"
"O ya ?" "Keadaan tersebut seakan-akan sebuah mata rantai yang
sangat kuat sekali, namun sayang antara mata rantai yang
satu dengan mata rantai yang lain diikat oleh tali rami
belaka, hal mana mendatangkan suatu perasaan yang
kosong yang berbahaya sekali, sebab didalam suatu
pertarungan yang hebat, peluang-peluang semacam ini
justru akan memberikan peluang bagi lawan untuk
memanfaatkannya dengan segera"
Cu Siau hong manggut-manggut tanda mengerti.
Gadis cantik berbaju hijau itupun berkat-a lebih jauh:
'Bagaimanapun rapatnya perubahan jurus pedang yang
lihay, dalam suatu pertarung-an sengit, hal mana
merupakan suatu titik kelemahan bagi Cu kongcu"
"Terima kasih banyak untuk petunjuk dari nona itu"
Gadis cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang,
katanya lebih jauh: '' Setelah berlangsungnya pertarungan tadi, aku percaya
bahwa kau memang mempunyai kesempatan untuk
membunuh Keng Ji Kongcu, tapi aku tidak habis ne-ngerti,
kenapa dia dapat mati dengan begitu gampang.''
Diam-diam Cu Siau hong merasa terperanjat juga,
pikirnya kemudian dengan cepat.
"Kalau didengar dari nada ucapan budak ini, agaknya dia
masih merasa curiga sekali atas kematian dari Keng Ji
kongcu tersebut." Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Keng Ji kongcu benar-benar telah tewas ditanganku,
jika dalam kebun raya Ban hoa wan masih terdapat anggota
organisasi mu yang menyaksikan jalannya pertarungan
tersebut, aku percaya mereka dapat memberitahukan hal
ini kepada nona" . "Aku percaya kau memiliki kemampuan untuk
membunuh Keng Ji kongcu, tapi aku tidak habis mengerti
didalam keadaan se-perti apakah dia bisa mati terbunuh
dita-nganmu"' "Nona, ilmu pedang Keng Ji kongcu memang lihay, tapi
bagaimanakah bila dibandingkan dengan kepandaian nona?"
"Seharusnya dia lebih sempurna dan bertenaga daripada
aku, mungkin hanya dalam soal kelincahan saja yang dia
masih kalah sedikit daripada diriku.."
"Apakah ilmu pedang nona dan Keng ji kongcu berasal
dari satu sumber yang sama?"
"Benar" "Kalau memang begitu, dapatkah nona
memperhitungkan sendiri, apakah didalam jurus-jurus ilmu
pedang kalian itu terdapat kemungkinan yang
menyebabkan kematian dari Keng Ji kongcu?"
"Kalau berbicara dalam satu jurus gebrakan saja, kau
memang memiliki kemampu-an untuk merenggut jiwanya,
akan tetapi jika ilmu pedang itu dirangkaikan satu dengan
lainnya, aku rasa kesempatan bagimu untuk membunuhnya
tidaklah terlalu besar"
Cu Siau hong tertawa hambar.
"Nona!" katanya, "jika aku merangkaikan dua jurus
serangan pedang yang sama-sama dahsyatnya menjadi
satu, akan muncul akibat macam apakah nantinya?"
"'Tentu saja akan makin dahsyat sekalipun masih belum
cukup untuk dipakai membunuh Keng Ji kongcu"
Sekali lagi Cu Siau-hong tertawa.
"Seandainya dia tidak terlalu keras ke-pala dan ingin
menonjolkan kemampuan-nya, mungkin aku benar-benar
tak mampu untuk membinasakan dirinya.'
Nona cantik berbaju hijau itu terme-nung dan berpikir
beberapa saat lamanya, kemudian pelan-pelan dia berkata:
"Jadi dia beradu kekerasan''
Cu Siau-hong segera mengangguk.
Nona cantik berbaju hijau itu segera berkata lagi:
"'Sudah hampir tiga tahun lebih kami tak pernah saling
bersua muka, sungguh tak kusangka kalau dia akan
berubah menjadi begitu takabur dan gegabah, baginya hal
mana betul-betul merupakan suatu kejadian yang
mengesankan sekali" "Nona, masib ada satu hal entah kau telah
memikirkannya atau belum?"
"Persoalan apa"."
"Dia sangat bernapsu sekali ingin membunuh aku" .
"Akibatnya dia malah kena kau bunuh?"
''Benar! Dia memang terlampau terburu napsu, aku rasa
kemungkinan besar dia mempunyai banyak persoalan yang
mencekam perasaannya, membuat dia merasa menderita
sekali sehingga mesti buru-buru membunuhku agar hatinya
dapat menjadi tenang kembali, aku rasa kemungkinan
besar hal ini disebabkan dia telah membocorkan rahasia
bahwa kebun raya Ban hoa wan merupakan sebuah kantor
cabang, maka dia ingin buru-buru membuat pahala untuk
menebus dosanya ini"
"Aaai .....! Mungkin saja memang benar, sebab peraturan
kami memang terlampau ke-tat dan keras"
Diam-diam Ca Siau hong berpikir kem-bali didalam hati.
''Tampaknya budak ini seorang manusia yang terlalu teliti
dan pintar, jika aku bisa mengusahakan sesuatu untuk
mengorek keterangan dari mulutnya, mungkin sedikit banyak
aku akan lebih memahami tentang organisasi rahasia
ini" Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Nona, sekarang diantara kita masih ada urusan apa
lagi"' 'Aku sudah mengaku kalah maka kau masih ingin masa
kau masih ingin memaksakan sesuatu pertarungan lagi."
"Itu sih tidak, aku hanya merasa ilmu pedang nona . .
..." "Ilmu pedangku terlalu jelek?" tukas si nona cantik
berbaju hijau itu cepat. "Aaah tidak! dibandingkan dengan Keng Ji kongcu,
agaknya ilmu pedang yang nova miliki masih jauh lebih
hebat' "Sungguh mencorong sinar terang dari balik mata nona
cantik berbaju hijau itu.
"Sungguh, ketika membunuh Keng Ji kongcu, aku
mengandalkan ilmu pedang yang sebenarnya, sama sekali
tidak menggunakan siasat licik atau akal muslihat"
Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang
katanya. ''Cu Siau hong hari ini aku kalah, tapi masih ada besok,
lusa, kali ini aku secara khusus datang ke kota Siang yang,
persoalan terpenting yang hendak kulakukan adalah untuk
membinasakan dirimu, sebelum berhasil membunuhmu aku


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak akan pergi meninggalkan tempat ini."
Cu Siau hong segera tertawa.
"Nona, apakah diantara kita berdua harus diakhiri
dengan suatu pertumpahan darah yang tak ada gunanya?"
dia berseru. ''Cu Siau hong, coba pikirkan bagiku, apa yang musti
kulakukan sekarang" Bila a-ku tidak membunuhmu
bagaimana aku musti memberikan pertanggungan jawabku
kepada suhuku nanti, bagaimana pula tanggung jawabku
terhadap suhengku yang telah mati?"
`Setelah membunuh aku, dia juga tak a-kan hidup
kembali, bukankah begitu...?" sambung Cu Siau hong.
"Benar ..... ' "Apa lagi nona juga tidak memiliki keyakinan untuk psati
berhasil membunuhku'' "Aku sungguh tak sanggup membunuhmu, itu berarti
hanya ada satu cara untuk menyelesaikan persoalan ini,
yakni kau yang membunuh aku"
"Andaikata aku hendak membalaskan dendam bagi Bu
khek bun, hal ini memang se-pantasnya kulakukan, tapi
sayang dalam hatiku sama sekali tidak terkandung rasa
dendam kesumat yang demikian dalam`
"Cu Siau hong, akupun tak ingin membunuhmu, aku
jarang sekali melakukan perja-lanan dalam dunia persilatan,
orang yang kukenal juga tidak terlalu banyak, akibat dari
pertarungan yang barusan berlangsung ini dari asing kita
telah saling mengenal, Aaai ....! Seandainya kau tidak
membunuh Keng Ji kongcu, kemungkinan besar kita dapat
menjadi seorang sahabat yang baik sekali?"
"Nona, bila kau tak dapat menghilangkan rasa dendam
kesumat yang mencekam didalam hatimu, sukar buat kita
untuk berkumpul bersama"
"Sekarang, diantara kita memang tak bisa berkumpul
dalam keadaan damai dan tenang, aku tak dapat
membalaskan dendam bagi Keng Ji kongcu, terpaksa aku
harus membunuh diriku sendiri''
Mendadak terpancar keluar perasaan ka-gum diatas
wajah Cu Siau hong, katanya dengan cepat:
"Nona, kau benar-benar hendak mati demni Keng Ji
kongcu?" Gadis cantik berbaju hijau itu manggut-manggut.
"Benar!" sahutnya. "aku sudah merupa-kan calon
istrinya, sekarang dia telah mati, tentu saja aku harus
membalaskan dendam bagi kematiannya itu'
"Baik nona, kau boleh pergi sekarang, besok jika kita
bersua lagi, persoalan ini kita selesaikan lagi sampai tuntas''
'Aku telah membunuh beberapa orang anggota Kay
pang, aku yakin mereka pasti akan datang mencariku untuk
membalas dendam, konon kau mempunyai hubungan yang
baik dengan pihak Kay pang, aku rasa kau dapat
menasehati mereka dengan beberapa patah kata!"
"Apa yang harus kukatakan kepada mereka?"
"Jangan biarkan mereka datang mencari aku untuk
membalas dendam, mulai sekarang akupun tak akan
mencari mereka lagi, aku tak akan membunuhi orang-orang
mereka, Nah, tengah hari besok aku akan menantikan
kedatanganmu ditempat ini"
"Menunggu aku?" tukas Cu Siau hong.
Gadis cantik berbaju hijau itu manggut-manggut.
'Benar, aku akan mengirim kereta kudaku menjemput
dirimu" ''Hanya aku seorangkah yang boleh datang?"
"Tidak. kau boleh membawa seorang lagi, seorang
sahabat yang paling kau percayai!"
"Oooh . . ." "Tahukah kau kenapa aku berbuat demikian?"
"Tidak tahu" "Didalam pertarungan yang akan berlangsung besok,
salah seorang diantara kita bakal ada yang mampus, jika
kau sampai mati di ujung pedangku, sahabatmu itu akan
membereskan jenazahmu"
Cu Siau hong manggut-manggut.
Sebelum ia sempat menjawab, gadis can-tik berbaju
hijau itu telah berkata lebih lanjut.
"Aku akan menyiapkan sebuah peti mati, diantara kita
berdua mayatnya boleh dimasukan ke dalam peti mati itu"
"Lalu dikubur" "Tak usah, bila aku yang mati, mereka dapat membawa
peti matiku itu untuk diku-bur ke tengah kebun raya Ban
hoa wan dikumpulkan menjadi satu dengan jenasah calon
suamiku, sedang mengenai kau pun boleh berpesan kepada
sahabatmu itu untuk membereskan urusan terakhirmu itu"
Nona ini memang lemah lembut dengan suara yang halus
dan lembut, padahal dibalik kelembutan tersebut, justeru
terdapat semangat yang tinggi serta hati yang ke-ras
seperti baja. Setelah manggut-manggut, pelan-pelan Cu Siau hong
berkata lagi: "Baik! Kita akan tetapkan dengan sepa-tah kata ini!"
Nona cantik berbaju hijau itu segera membungkukkan
badannya memberi hormat, katanya:
Kemelut Di Majapahit 2 Jodoh Rajawali 13 Jejak Tapak Biru Dendam Dukun Jalang 1

Cari Blog Ini