Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 23
dan jayanya dalam dunia persilatan ketika itu, tentu saja
kami tak berani menyiarkan hal mana secara luas dalam
dunia persilatan." "Bagaimana selanjutnya" Apakah partai kalian tidak
ambil perduli lagi atas peristiwa tersebut?"
"Kalau dibicarakan, sebenarnya hal ini merupakan suatu
rahasia besar bagi dunia persilatan. Waktu itu, hasil rapat
para tianglo partai kami memutuskan dua hal, pertama
untuk membuktikan kebenaran dari Pena Wasiat, dan
kedua, menemukan si pelaku Pena Wasiat tersebut. Waktu
itu kami telah mengutus delapan orang anggota kami,
empat pendeta empat preman untuk terjun kedalam dunia
persilatan dengan menyaru muka."
Peristiwa ini merupakan suatu rahasia besar bagi dunia
persilatan, hal mana membuat semua jago yang hadir di
arena menjadi terbelalak dibuatnya,
"Taysu, bagaimana selanjutnya?" tanya Cu Siau hong,
"Apakah kau telah berhasil menemukan Pena Wasiat?"
"Delapan orang dengan terbagi menjadi dua rombongan,
satu rombongan mencari tahu siapa pelaku Pena Wasiat dan
rombongan lain membuktikan kebenaran dari pekerjaan
Pena Wasiat. Akhirnya mereka pun memberikan
jawabannya." "Bagaimana jawabannya?" tanya Oh Hong cun cepat.
"Hasil dari penyelidikan mereka menunjukkan kalau
semua peristiwa tersebut merupakan kenyataan, dan
membuktikan pula akan kehebatan dari Pena Wasiat, dan
membuktikan juga akan kedudukannya dalam dunia
persilatan, dia memang seorang yang pantas dihormati dan
pantas untuk disegani.."
"Berapa lama yang dibutuhkan partai kalian untuk
membuktikan persoalan-persoalan tersebut?"
"Membutuhkan waktu selama empat tahun, dua tahun
berselang mereka baru kembali ke Siau lim si dan
membeberkan hasil penyelidikannya, oleh sebab itu pihak
Siau lim pay sudah sama sekali tidak menaruh kecurigaan
apa-apa terhadap segala perbuatan dan sepak terjang dari
Pena Wasiat dalam dunia persilatan."
"Bagaimana pula dengan rombongan yang menyelidiki si
pelaku Pena Wasiat tersebut?"
"Keempat orang itu seperti batu kerikil yang tercebur ke
tengah samudra luas, hingga kini sama sekali tidak ada
khabar beritanya." "Apakah mereka tidak mengadakan hubungan kontak
dengan pihak partai?" tanya Cu Siau hong.
"Sebenarnya setiap tahun mereka pasti melakukan
hubungan kontak satu kali dengan partai, kecuali tahun ini,
mereka hanya mengadakan hubungan kontak satu kali,
kemudian jejak mereka seakan-akan lenyap dengan begitu
saja." "Mungkinkah mereka telah berjumpa dengan suatu
bahaya maut atau ancaman mara bahaya?" tanya Kian Hui
seng. "Aaaai..delapan puluh persen mungkin memang begitu,
paling tidak keadaan mereka tidak memungkinkan untuk
berhubungan dengan kami."
"Setelah membicarakan tentang soal ini, lohu pun jadi
teringat pula akan suatu persoalan," sela Oh Hong cun tibatiba.
"Soal apa?" "Tiga tahun berselang, ketika lohu sedang mencari obat
di bukit Hong san, tanpa sengaja aku telah berjumpa
dengan seseorang yang sudah mendekati ajalnya.."
"Apakah dia adalah anak murid Siau lim pay" Siapa
namanya?" seru Pek bi taysu dengan gelisah.
"Dia tidak sempat mengucapkan namanya, waktu itu
baginya sudah sukar untuk berbicara lagi, dia hanya sempat
menulis dua huruf 'Siau lim' saja diatas tanah kemudian
putus nyawa." "Ooohhh..." "Lohu dapat merasakan bahwa orang itu masih ingin
menulis lebih jauh, tapi sayang tenaganya sudah tidak
memadai lagi." "Berapa besar usianya?"
Oh Hong cun termenung sambil berpikir sesaat,
kemudian ia baru menjawab:
"Kurang lebih lima puluh tahunan"
"Apakah Oh tua tidak melakukan penyelidikan lebih
jauh?" tanya Cu Siau hong.
"Aku piker, seandainya kugunakan hawa murniku untuk
membantunya, lewat jalan darah Ma bun hiat ketika itu
mungkin saja aku dapat membantunya untuk
mengungkapkan sedikit rahasia yang lain, sayang sekali
pada waktu itu lohu sudah menaruh sedikit kesalahan
paham." "Salah paham apa?" tanya Pek bi taysu.
"Waktu itu dia mengenakan pakaian berdandan seorang
tukang kayu karena dia hanya menulis dua huruf 'Siau lim'
saja, aku lantas salah menduganya sebagai orang yang
terluka ditangan anggota Siau lim pay. Aku tahu, biasanya
hanya orang jahat yang dibunuh orang-orang Siau lim pay,
maka lohu lantas mengiranya sebagai orang jahat pula
sehingga segan untuk mencari banyak perkara, aku tidak
memperdulikan dia lagi dan segera berlalu dari situ."
"Ooohh..kalau begitu nasib Oh tua memang lagi mujur"
seru Cu Siau hong tiba-tiba.
"Apa maksudmu?"
"Andaikata Oh tua turun tangan menolong, mungkin
akan memperoleh sedikit rahasia, cuma karena begitu maka
Oh tua pun jangan harap bisa meninggalkan bukit Hong san
dalam keadaan selamat."
Hampir semua yang hadir dalam arena sekarang adalah
jago-jagi kawakan dari dunia persilatan, sudah barang tentu
setiap orang dapat mendengar maksud lain dari perkataan
Cu Siau hong tersebut. Oh Hong cun menghela napas panjang, katanya
kemudian: "Lote, maksudmu mereka telah menempatkan orang
untuk melakukan pengawasan secara diam-diam?"
"Sudah pasti demikian, tadi aku sama sekali tidak
menimbulkan kecurigaan mereka, kemungkinan juga orang
itu kenal denganmu, karena kau tidak mendapatkan rahasia
apa-apa yang akan dibawa keluar dari bukit Hong san maka
dia pun melepas kau pergi."
Mendengar sampai disitu, Oh Hong cun lantas manggutmanggut,
katanya dengan cepat: "Masuk diakal juga perkataanmu itu, sebab sesudah
kejadian ini, lohu selalu merasa ada orang yang secara
diam-diam menguntit di belakangku, hingga sampai di kota
Lu ciu, perasaan tersebut baru lenyap tak berbekas."
"Oh tua, sebetulnya apa yang kau alami bukan hanya
semacam perasaan saja, melainkan suatu kenyataan yang
sebenarnya, betul-betul ada orang yang sedang
menguntitmu secara diam-diam" kata Cu Siau hong.
Sekali lagi Oh Hong cun manggut-manggut.
Cu Siau hong tahu apabila pembicaraan dilanjutkan lebih
jauh, bisa jadi akan menempatkan Oh Hong cun dalam
posisi yang merikuhkan dirinya, maka dia mengalihkan
pokok pembicaraan ke soal lain, katanya:
"Oh tua, masalah terpenting yang harus kita kerjakan
sekarang adalah bagaimana caranya untuk menghimpun
orang-orang tersebut menjadi suatu kekuatan yang maha
besar yang bisa melakukan perlawanan dengan kekuatan
mereka." "Aku rasa masalah ini bukan suatu persoalan yang terlalu
gampang" kata Thian Pak liat, "Entah sebagian besar dari
orang-orang yang terhimpun dalam kelompok kita
merupakan busu-busu dunia persilatan, apabila kemampuan
mereka harus digunakan untuk melawan kekuatan dari
organisasi rahasia tersebut, aku pikir tindakan ini tak lebih
hanya menghantar mereka ke jurang kematian belaka."
"Thian heng, dari sekian banyak oarng yang hadir didini
sekarang, berapa banyakkah yang bisa dipergunakan
kemampuannya untuk terjun ke arena pertarungan?"
"Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan...kami telah
perhitungkan didalamnya, dari empat kelompok manusia
ini, apabila digabungkan menjadi satu, paling banter ada
delapan Sembilan orang saja yang secara terpaksa masih
bisa digunakan kekuatannya untuk terjun ke arena
pertempuran." "Hanya beberapa orang ini saja?"
"Sepintas lalu, jumlah kekuatan yang kita miliki cukup
banyak, tapi bila benar-benar digunakan kekuatan, tidak
banyak jumlah kekuatan yang bisa dipakai."
Setelah berpaling dan memandang sekejap kea rah Cu
Siau hong, dia berkata lebih jauh:
"Orang-orang dari kelompok itu tentunya bisa turun
tangan semua bukan?"
Cu Siau hong mengangguk. "Yaa, kepandaian silat yang mereka miliki rata-rata amat
tinggi, yang terpenting adalah mereka semua memiliki
keberanian untuk mengorbankan diri, sekalipun berjumpa
dengan orang yang memiliki ilmu silat sepuluh kali lebih
hebat pun, mereka juga berani untuk turun tangan."
"Masih ada lagi kedua belas orang murid yang lolap
bawa" sambung Pek bi taysu dengan cepat, "Kepandaian
silat yang mereka miliki masih terhitung lumayan juga
mereka dapat digunakan kekuatannya untuk terjun ke
arena pertempuran." "Dengan kekuatan dari belasan orang rekan, dua belas
orang pendeta dari Siau lim pay ditambah lagi Kian toako,
Oh tua, saudara Tham, saudara Ho, saudara Si, Pek bi taysu
serta delapan Sembilan orang jago pilihan lainnya, aku rasa
masih cukup untuk dipakai menghadapi situasi yang
bagaimana pun gawatnya."
"Jangan lupa masih ada aku," sela Si Ih nio tiba-tiba.
"Betul!" seru CU Siau hong sambil tersenyum, "Harus
ditambah dengan nona Si seorang"
"Kecuali kami beberapa orang, disini masih terdapat
enam puluhan orang jago lagi, bagaimankah penyelesaian
saudara Cu terhadap mereka semua.." tanya Thian Pak liat.
"Tentu saja kita tak bisa membiarkan mereka pergi
meninggalkan kita, biarkan saja mereka menambah
semangat tempat kita dari sisi arena.."
"Saudara Cu" seru Kian Hui seng mendadak, "Kalau toh
mereka semua sampai hadir didalam kesulitan seperti ini,
anggap saja nasib mereka lagi tidak mujur, asal bisa lolos
dari musibah kali ini, paling tidak kita harus member sedikit
hasil bermanfaat untuk mereka semua."
"Apakah toako berniat untuk menyempurnakan
kepandaian mereka?" tanya Cu Siau hong sambil tertawa.
"Bagi mereka yang mempergunakan golok, akan
kuwariskan tiga jurus serangan kepada mereka, ketiga
jurus serangan itu sangat ganas dan buas tapi mudah
dipelajari, jurus mana merupakan ciptaanku sendiri, dengan
bekal ketiga jurus tersebut, paling tidak mereka bisa
memiliki bekal melindungi keselamatan sendiri. Sedangkan
bagi mereka yang menggunakan pedang, terpaksa harus
merepotkan kepada saudara Cu agar mewariskan pula tiga
jurus ilmu pedang kepada mereka."
"Baiklah!" kata Cu Siau hong kemudian, "Siaute pasti
akan berusaha dengan segala kemampuan."
"Lolap bersedia pula mewariskan jurus ilmu pukulan"
seru Pek bi taysu cepat, "Ilmu pukulan itu merupakan inti
sari ilmu Kim kong kun kuil Siau lim si kami, biasanya selain
murid Siau lim pay, orang lain dilarang untuk
mempelajarinya, tapi hari ini lolap akan melanggar
kebiasaan tersebut..."
"bagus sekali, tindakan semacam ini sudah pasti akan
meningkatkan semangat juang setiap orang" seru Oh Hong
cun. "Lolap rasa, apabila hendak bertindak maka kita harus
bertindak secepatnya"
"Oh tua, masih ada satu hal lagi yang perlu kita siapkan"
seru Thian Pak liat. "Soal apa?" "Persediaan rangsum, kita semua toh tak bisa
kekurangan rangsum tiap harinya, padahal musuh berhati
keji dan berbahaya sekali, mereka bisa meracuni air dalam
selokan, mengapa tidak bisa meracuni rangsum yang ada di
sekitar sini?" "Benar!" kata Cu Siau hong sambil mengangguk,
"Masalah ini memang merupakan suatu masalah yang
sangat merepotkan." "Siaute berhasil mendapatkan sebuah akal bagus, hanya
tidak kuketahui apakah cara ini bisa dipergunakan atau
tidak?" "Baik, coba katakanlah" ujar Oh Hong cun.
"Menurut pendapatku, lebih baik kita mengirim orang
untuk berburu babi hutan, kelinci atau kijang, kemudian
mengasapi daging binatang itu menjadi daging kering dan
kita jadikan rangsum sebagai persiapan di hari-hari
mendatang." Oh Hong cun segera tertawa tergelak sesudah
mendengar perkataan itu serunya kemudian:
"Haah..haah..haaah...suatu cara yang amat bagus, mari
kita segera turun tangan"
"Caranya memang bagus, tapi kita harus mempunyai
suatu rencana yang sempurna" kata Kian Hui seng.
"Betul!" sahut Cu Siau hong pula, "Mungkin mereka bisa
melakukan pembunuhan-pembunuhan disaat kita sedang
berburu babi hutan nanti..."
"Yaa benar!" kata Thian Pak liat pula, "Dalam hal ini
akupun sudah pernah memikirkannya, oleh sebab itu di
dalam melakukan perburuan kali ini, kita membutuhkan
suatu susunan yang amat sempurna..."
"Apa rencana saudara Thian tentang persoalan ini?"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita membagi semua
orang yang ada menjadi dua rombongan yang melakukan
gerakan bersama-sama, sementara Pek bi taysu dengan
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
para taysu dari kuil Siau lim si tetap berada disini sambil
bertugas Melakukan pengawasan terhadap keadaan di sekeliling
sini. Tinggalkan pula sebagian besar manusia untuk mencari
kayu api dan membuat api unggun, sedang saudara Cu
dengan membawa serombongan manusia melakukan
pemburuan binatang, semoga saja di dalam waktu yang
relative singkat bisa mendapatkan cukup banyak babi hutan
untuk mengisi perut"
"Rencana dari saudara Thian ini bagus sekali, mari kita
segera melaksanakannya" seru Cu Siau hong.
Thian Pak liat segera membacakan daftar nama jago
yang turut didalam perburuan ini.
Dibawah cahaya matahari, berangkatlah para jago untuk
melakukan tugas masing-masing.
Ternyata rencana tersebut cukup sempurna, hasil
perburuan pun amat menggembirakan, tak sampai
setengah hari, mereka telah berhasil mendapatkan lima
belas ekor babi hutan, empat puluh delapan ekor kelinci
ditambah pula dengan ratusan ekor burung.
Diluar dugaan, sepanjang hari itu tak tampak seorang
manusia pun yang melakukan serangan terhadap mereka.
Sementara itu Kian Hui seng, Cu Siau hong dan Pek bi
taysu pun menggunakan waktu yang relative singkat itu
untuk mewariskan ilmu golok, ilmu pedang dan ilmu
pukulan kepada para jago.
Setelah tersedia rangsum yang cukup untuk mengisi
perut mereka selama beberapa hari, semua jago merasakan
semangatnya berkobar kembali.
Selama ini Si Ih nio masih berada bersama-sama Cu Siau
hong, wajahnya selalu tampak murung dan sedih.
Dia seakan-akan sedang berusaha keras untuk
mengendalikan perasaan sedih yang mencekam dalam
hatinya, namun tak dapat menutupi rasa sedih yang terbias
keluar diatas wajahnya. Sebagai seorang gadis yang amat cantik, kerutan dahi
serta wajah yang selalu murung itu menambah suasana iba
bagi perempuan tersebut. Selama ini, dia mengikuti terus kemana pun Cu Siau
hong pergi, seakan-akan bila meninggalkan si anak muda
itu maka tiada tempat untuk berteduh lagi baginya di dunia
ini. Kian Hui seng menghembuskan napas panjang, lalu
bisiknya dengan suara lirih:
"Saudara Cu, kau sudah seharusnya bertanya kepada
nona Si, bagaimana dia hendak membereskan maslah
sendiri?" Ucapan tersebut merupakan perhatian, juga merupakan
peringatan, Cu Siau hong segera meningkatkan
kewaspadaannya, sambil berpaling katanya tertawa:
"Nona Si, mari duduk kemari!"
Pelan-pelan dia berjalan menuju ke sebuah batu besar
dibawah bukit sana. Si Ih nio menurut dan mengikuti pula di belakangnya,
kemudian dengan lembut duduk disamping Cu Siau hong.
"Nona, apakah kau sudah mempunyai sesuatu rencana?"
tanya Cu Siau hong kemudian.
Si Ih nio segera menggeleng.
"Tidak ada, bagi seorang anak gadis yang sudah
kehilangan kedua orang tuanya dan hidup sebatangkara,
rencana apa pula yang bisa kupikirkan?"
Cu Siau hong tertawa. "Nona, benarkah kakakmu keluar rumah bersama-sama
nona?" "Di saat ayah ditawan orang dan aku sedang merasa
kebingungan pergi mencari ayah, begitulah kami pun lantas
melakukan perjalanan bersama-sama."
"Tulen tidaknya kakakmu masa tak bisa nona bedakan
secara pasti?" kembali Cu Siau hong bertanya.
"Si Han kerap kali melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, dia jarang pulang, apalagi setelah berhasil
memperoleh sedikit nama dalam dunia persilatan, meski
kami sebagai kakak beradik, namu didalam kenyataan
sedikit sekali kesempatan bagi kami untuk berkumpul."
Kemudian sesudah menghembuskan napas panjang,
katanya lebih jauh: "Ilmu menyaru muka yang dimiliki orang itu sungguh
lihay, pada hakekatnya sulit bagiku untuk mengenalinya
secara pasti, sebab seingatku, memang begitulah tampang
mukanya." "Nona, apakah suara serta dialeknya sama seperti suara
kakak kandungmu?" "Ya, mirip sekali, mirip sekali, aku benar-benar tak bisa
membedakan mana yang asli dan mana yang palsu.."
Kembali dia menghembuskan napas panjang sebelum
menyambung kembali kata-katanya.
"Yang menimbulkan kecurigaan dalam hatiku adalah
perbuatannya di suatu malam hari itu dia minum sedikit
arak lalu mulai menggerayangi sekujur badanku, meski
setelah peristiwa tersebut aku jadi curiga, namun
kecurigaanku itu segera lenyap oleh tipu muslihatnya"
Cu Siau hong tersenyum. "Ooooohh...kasihan benar" serunya kemudian, " Kakak
beradik yang bertemu ternyata tidak saling mengenal, hal
ini kalau dibicarakan sungguh-sungguh membuat orang
tidak percaya!" "Cu Siau hong, apakah kau rada tidak percaya dengan
perkataanku itu?" "Nona, sesungguhnya kejadian ini memang sulit
membuat orang untuk mempercayainya."
Pelan-pelan Si Ih nio bangkit berdiri kemudian katanya:
"Aku mengerti sekarang, rupanya kau kuatir aku pun
merupakan orangnya, bukan begitu" Baiklah, kalau
memang demikian aku akan mohon diri saja."
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
"berhenti!" Cu Siau hong segera membentak.
Si Ih nio berhenti dan pelan-pelan membalikkan
badannya, setelah itu ujarnya:
"Cu Siau hong, apakah kau baru merasa lega apabila
menahanku disini..?"
"Nona Si, dapatkah mereka lepaskan dirimu dengan
begitu saja?" "Entahlah!" Cu Siau hong turut bangkit berdiri.
"Kalau begitu biar kuantar dirimu sampai tengah jalan
sana" serunya. "Terima kasih banyak Cu kongcu"
Pelan-pelan dia melanjutkan perjalanannya menuju
kedepan sana. Dengan cepatnya mereka berdua sudah berada di tengah
sebuah hutan yang lebat. Oh Hong cun yang menyaksikan kejadian tersebut,
segera berseru dengan cemas:
"Saudara Kian, bagaimana kalau kita menyusul kesana
untuk menyambut kedatangannya?"
"Tak usah tergesa-gesa" cegah Kian Hui seng, "Orang
yang dibawa olehnya sudah lewat, semoga saja dari 'budak'
tersebut dapat memancing munculnya orang-orang mereka"
Kawanan jago yang dibentuk dalam keadaan bahaya
tersebut, setelah melalui berbagai kesulitan dan hadangan,
tiba-tiba saja mereka saja mereka berubah sangat kompak,
kuat dan bersatu, kelompok manusia yang dahulunya ibarat
sebaki pasir, kini telah bersatu padu dibawah pimpinan Oh
Hong cun bagaikan segumpal semen.
Diantara sekian banyak jago yang berkumpul disitu,
sebagian besar mereka adalah kawanan busu biasa, tapi
sekarang mereka semua telah mempelajari beberap jurus
ilmu silat yang sangat lihay, ada yang mempelajari ilmu
pedang, ada yang mepelajari ilmu golok, ada pula yang
mempelajari ilmu pukulan.
Kendati pun hanya terdiri dari beberapa jurus serangan
saja, namun sudah cukup untuk menimbulkan keyakinan
mereka terhadap kemampuan yang dimiliki untuk
menghadapi serangan musuh yang tangguh.
Sementara itu, Si Ih nio sudah melalui dua lapisan hutan
yang lebar, mengangkat kepalanya sambil memandang
matahari yang tenggelam di langit barat, ia tertawa dan
berkata: "Saudara Cu, mengantar kekasih seribu li, akhirnya toh
akan berpisah juga, harap kau berhenti mengantar samapi
disini saja!" "Benarkah nona sama sekali tidak merasa takut?"
"takut, aku merasa takut sekali, namun tiada pilihan lain
bagiku kecuali berbuat demikian"
Cu Siau hong tertawa hambar.
"Nona, walau pun lagakmu mirip sekali namun toh tetap
ada titik kelemahannya juga."
"Saudara Cu, aku sudah hidup sebatang kara tanpa
sanak tanpa keluarga, janganlah kau siksa diriku lagi!"
"Aku lihat nona memang berbakat untuk bermain
sandiwara, jauh lebih pandai dari pada Yu Sam khi yang
memerankan Si Han gadungan."
"Cu Siau hong" seru Si Ih nio gusar, "Bila kau enggan
menerimaku ya sudahlah, buat apa mesti berlagak dengan
ucapan-ucapan yang menyudutkan posisi orang itu" Buat
apa kau mesti menyiksaku dengan cara semacam ini?"
"Nona, perlukah kuutarakan semua titik kelemahanmu
yang telah kau perlihatkan?"
"Baik, katakanlah!"
"Pertama, perubahan sikapmu terlalu cepat, kau pandai
sekali bertingkah mengikuti perubahan keadaan, lagipula
serangan senjata rahasia yang dilepaskan Yu Sam khi itu
juga bukan ditujukan kepada nona, seandainya serangan
pedangku tidak berhasil merontokkan semua senjata
rahasia yang dilepaskan olehnya, orang yang bakal terkena
senjata rahasia juga bukan nona, melainkan aku."
Si Ih nio segera tertawa dingin.
"Caramu berbicara sungguh amat sukar membuat orang
menjadi percaya" "Baik, kalau begitu akan kuucapkan sebuah persoalan
lagi, tahukah kau apa yang diucapkan Yu Sam khi sebelum
dia pergi meninggalkan kami tempo hari?"
"Tentunya dia tak akan sekomplotan dengannya bukan?"
"Itu mah tidak, namun dia telah memberitahukan
kepadaku, lebih baik jangan membiarkan kau pergi
meninggalkan dirinya?"
"Mengapa?" "Mengapa" Seharusnya nona jauh lebih paham daripada
diriku" "Dia mengaco belo saja!"
"Nona, aku tidak membongkar rahasiamu dihadapan
orang banyak, tahukah kau mengapa aku berbuat begitu?"
kata Cu Siau hong tiba-tiba dengan wajah serius.
"Aku tidak tahu"
"Karena bila kubongkar rahasia tersebut, maka kau tak
akan bisa meninggalkan tempat ini lagi."
"ooh, kalau begitu kau masih menyayangi diriku ini?"
"Itu mah tidak, aku hanya merasa lebih baik melepaskan
dirimu daripada membunuhmu."
"Kau pun tak bisa membuktikan dengan jelas bahwa aku
bukan Si Ih nio bukan?"
"Nona, aku rasa hal ini sudah tak perlu dibuktikan lagi,
mustahil kalau sesama saudara kandungnya bisa tidak
saling mengenal satu sama lainnya, apalagi peristiwa
diculiknya ayahmu kedengarannya terlalu sederhana, terlalu
gampang, maka sulit untuk membuat orang lain jadi
percaya.." Si Ih nio segera tersenyum.
"Cu Siau hong, jadi kau sudah menaruh curiga sedari
tadi?" tegurnya kemudian.
"Sewaktu kami mencurigai Si Han, pada saat yang
bersamaan pun mencurigai dirimu, ketika Si Han ketahuan
ekor rasenya, dia justru berusaha untuk menahan dirimu
disini, nona, walaupun aku orang she Cu masih terhitung
seorang anak muda terjun ke dunia persilatan, namun
dalam hal ini aku sudah cukup berpengalaman."
"Oooh, rupanya begitu!"
"Nyali nona pun kelewat besar, tindak tandukmu terlalu
berhati-hati, sudah cukup lama kami menahan diri tanpa
membongkar rahasia nona, ternyata kau pun berperan
semakin bersungguh-sungguh saja"
"Cu Siau hong, nampaknya kau adalah seekor rase kecil,
buka anakan rase yang baru lahir."
"Nona terlalu memuji!"
"Entah kau benar-benar berhasil mengenali identitasku
atau kau hanya kemudian menjebakku dengan akal
cerdikmu, tapi aku memang pantas memuji dan mengagumi
akan kecerdasan otakmu itu."
"Nona pun tak usah terlalu menyanjung diriku"
"Sekarang, kau sudah mengetahui dengan jelas tentang
rahasiaku, apakah kau berniat untuk menahanku disini?"
"Ini mah tidak, Cuma..aku harap nona sudi membawakan
pesanku " "Pesan untuk siapa?"
"Bagi orangmu, orang yang bisa mengambil keputusan
dalam persoalan ini!"
"Apa pesanmu?" "Beritahu kepadanya bahwa ekor si rase kalau sudah
ketahuan wujudnya, mereka pun tak akan bersandiwara
terus menerus, kami sangat berharap bisa bertemu muka
dengannya dan melakukan suatu pemyelesaian secara baikbaik"
Si Ih nio termenung sambil berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian dia mengangguk.
"Baiklah! Aku akan menyampaikan pesan itu, cuma ..Cu
Siau hong, aku lihat tak ada gunanya."
"Mengapa?" "Kau anggap aku dapat bertemu dengan majikanku
yang sesungguhnya?"kata Si Ih nio.
"Apakah kau pun hanya seorang prajurit tanpa nama
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang melaksanakan perintah belaka?"
"Memang kedudukanku rada tinggi, itulah sebabnya kami
masih boleh mempertahankan raut wajah asliku."
"Aaah, benar-benar menakutkan sekali.."seru Cu Siau
hong. Setelah berhenti sejenak, katanya lagi:
"Yang membuat aku tidak habis mengerti adalah
mengapa kalian begitu rela diperalat oleh mereka?"
"Sesungguhnya hal ini semua bukan dikarenakan
ancaman atau tekanan, lebih tepat untuk dikatakan sebagai
suatu teknik mengenadalikan manusia yang hebat."
"Kalau begitu terpaksa kami pun hanya bisa beradu
untung saja, harap nona menyampaikan pula pesanku,
katakana bahwa aku orang she Cu menantangnya untuk
berduel" "Kepada siapa?" tanya Si Ih nio sambil tersenyum.
Cu Siau hong menjadi tertegun.
"Tentang soal ini...tentang soal ini..."
Kembali Si Ih nio menghela napas panjang, katanya lagi.
"Saudara Cu, ada satu hal entah kau pahami atau tidak."
"Soal apa?" "Walaupun kehebatanmu agak membuat orang lain
membenci namun kau pun mendatangkan kenangan yang
mendalam sekali terhadap kami kaum wanita, aku adalah
salah seorang diantaranya."
"Soal itu mah tidak kurasakan cuma aku tahu nona
adalah seorang yang pintar, aku percaya dalam hati kecilmu
sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang
salah, hanya kau tidak berani untuk mengakuinya saja,
bukan begitu?" "Aku...aku masih belum sempat untuk membedakan
mana yang benar mana yang salah akupun tidak
seharusnya melakukan pembedaan tersebut, aku hanya
tahu untuk melaksanakan pekerjaan yang pantas
kulakukan." "Nona, apa yang hendak kau lakukan?"
"Berulangkali kau telah menggagalkan operasi kami,
kehebatanmu itu sudah menimbulkan rasa kuatir serta
perhatian khusus dari toa sianseng.."
"Siapakah toa sianseng itu?" buru-buru Cu Siau hong
menimbrung. Si Ih nio menatap wajah Cu Siau hong dalam-dalam,
kemudian mengangguk pelan.
"Saudara Cu, toa sianseng hanya sebuah sebutan,
siapakah dia yang sebenarnya sama sekali tidak kuketahui."
"Nona, mungkin kau benar-benar tidak mengetahui
siapakah toa sianseng itu, namun aku masih cukup
mengerti dia pastilah pentolan yang berkedudukan paling
tinggi didalam organisasimu"
"Kedudukan toa sianseng luas sekali"
"Aku mengerti toa sianseng adalah suatu tingkatan
sedang sianseng juga merupakan suatu tingkatan dimana
terhimpun mereka yang wajahnya tidak ikut dimusnahkan,
mungkin kalian semua mempunyai kedudukan yang
sederajat dalam organisasi itu bukan" Aaaa...berbicara
tentang soal ini, mau tak mau aku harus mengagumi juga
semua susunan yang diatur olehnya itu.."
"Apa yang kau kagumi?"
"Dia telah membuang sebutan sebagai Kaucu atau Buncu
dan lain sebagainya dengan menggantikan sebutan
sianseng untuk membedakan tingkat kedudukan sebutan
tersebut mendatangkan perasaan sederhana bagi siapa pun
yang mendengarnya, tapi mendatangkan pula suatu
perasaan yang membuat orang seakan-akan melihat namun
tidak menyaksikan apa-apa. Cuma saja, serahasianya
seseorang asal dia masih saja melakukan kejahatannya
terus menerus, suatu ketika rahasianya bakal terbongkar
juga seperti si rase yang ketahuan ekornya dia tak bakal
bisa menghindarkan diri dari suasana seperti ini."
"Aku sangat mengagumi dirimu, usiamu masih muda
namun memiliki keberanian untuk menanggulangi masalah
sebesar ini, bahkan dengan cepat berhasil meraih
keberhasilan seperti ini, hal mana benar-benar merupakan
suatu kejadian yang tidak gampang. Cuma Cu Siau hong,
kau tak akan berhasil, tiada orang yang bisa mengungguli
toa sianseng." "Nona" kata Cu Siau hong dengan wajah serius, "Yang
bakal bertarung soal kecerdikan maupun soal pengalaman
masih belum pantas pun untuk melawan dia?"
"Kalau bukan kau, lantas siapa?"
"Seluruh umat persilatan yang memperhatikan keadilan
dan kebenaran dalam dunia persilatan sejak seribu tahun
berselang, semua orang persilatanlah yang
mempertahankan serta melindungi kebebasan, keadilan dan
kebenaran bagi dunianya."
Si Ih nio kembali mendengus dingin.
"Hmm, Cu Siau hong, kau anggap kami masih belum
dapat menelusuri rahasiamu dengan jelas" Sesungguhnya
yang menunjang dirimu selama ini adalah Kay pang dan Pay
kau, selama ini toa sianseng sudah cukup bersabar dan
mengalah kepadamu, sungguh tak nyana kalau mereka
berani menampilkan dirimu untuk memusuhi kami, lihat
saja nanti! Dalam tiga bulan mendatang, Pay kau dan Kay
pang merasakan pembalasan yang setimpal atas perbuatan
mereka itu." "Seandainya di dunia ini masih berlaku hukum karma,
maka yang seharusnya memperoleh pembalasan adalah Toa
sianseng kalian itu."
"Aaai, bila paham berbeda memang sukar untuk
menempuh perjalanan di satu garis yang sama, bila
pembicaraan tidak cocok, sukar untuk dilanjutkan lebih
jauh, kalau begitu biarlah siaumoay mohon diri lebih
dahulu..." "Nona, asal kau bersedia mengucapkan satu hal, kau
boleh segera pergi dari sini!"
"Jangan kelewatan batas, Cu Siau hong, apakah kau
benar-benar hendak memaksa aku untuk beradu jiwa
denganmu?" Cu Siau hong segera tertawa setelah mendengar
perkataan itu. "Sebelum berbicara, lebih baik bayangkan dulu orang lain
seperti diri sendiri, andaikata aku Cu Siau hong yang berada
dibawah kekuasaan kalian, apa yang hendak kalian lakukan
terhadap diriku?" Si Ih nio termenung sejenak, kemudian katanya:
"Baiklah! Kau boleh bertanya, cuma jangan terlalu
mengharapkan banyak dariku, apa yang tak bisa kukatakan
tak nanti akan kukatakan, yang tidak kuketahui tentu saja
lebih-lebih tak bisa kukatakan."
"Kau pasti tahu, sebab kau ingin tahu siapakah dirimu
itu?" Si Ih nio menjadi tertegun setelah mendengar
pertanyaan itu, sahutnya dengan cepat:
"Aku adalah Si Ih nio yang tulen dan sesungguhnya."
"Siapa itu dengan Si Han mengapa Yu Sam khi harus
berperan sebagai kakakmu?"
"Sebab dia adalah suamiku, mengerti kau sekarang?"
"Aaaah, tidak aneh kalau begitu..." seru Cu Siau hong
kemudian sambil tertawa. Setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh.
"Yu hujin, sekarang apakah kau sangat menguatirkan
keselamatan jiwa dari suamimu?"
"Aku tak usah menguatirkan keselamatan jiwanya, dia
adalah seorang yang cukup berkemampuan untuk
melindungi diri sendiri."
"Yu hujin, mungkin kalian dengan Toa sianseng
mempunyai suatu hubungan khusus, maka jalan pemikiran
kalian lebih riil dan kenyataan, mungkin juga suamimu
merasa dengan meninggalkan kau disini maka kau bisa
mewakilinya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum
sempat dilakukan, maka dia merasa sangat berlega hati.
Tapi sekarang identitasmu pun ikut ketahuan, tentang hal
ini mungkin dia sendiri pun merasa sama sekali di luar
dugaan bukan?" "Cu Siau hong, sudah banyak yang kukatakan, mau apa
kau sekarang" Apakah ingin berubah ingatan dengan
menahanku disini?" "Tidak, apa yang telah kusetujui, selamanya tak pernah
kusesali kembali." "Ooooh, kalau begitu aku boleh pergi sekarang?"
"Boleh, silakan berlalu dari sini Yu hujin !"
"Cu Siau hong, sudah banyak yang kau tanyakan
kepadaku, sebelum aku pergi dari sini, bolehkah aku pun
mengajukan beberapa buah pertanyaan kepadamu?"
"Boleh saja, katakana hujin!"
"Kau adalah anak murid Bu khek bun, sedangkan anak
buahmu selain terdiri dari anggota Bu khek bun juga terdiri
dari manusia pilihan Pay kau dan Kay pang, bukankah
begitu?" "Soal ini harap hujin pikirkan sendiri" sahut Cu Siau hong
sambil tersenyum. "Cuma kami tetap merasa heran, agaknya kawanan
manusia tersebut jarang sekali melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, bahkan usianya tidak begitu besar, ilmu
silatnya hebat lagi, jarang sekali kami jumpai manusia
semacam mereka dalam dunia persilatan."
"Apabila hujin ingin memperoleh suatu bukti yang jelas
dari mulutku, hanya ada satu cara yang bisa kau lakukan."
"Bagaimana caranya?"
"Benarkah Bu khek bun hancur di tangan kalian"
Mengapa kalian harus menghadapi kami" Bagaimana
dengan beberapa orang suhengku yang telah mengkhianati
perguruan" Apakah mereka semua adalah orang-orang
kalian?" "Aku tak sanggup menjawab semua pertanyaan yang kau
ajukan itu." "Kalau begitu, silahkan hujin untuk segera pergi dari sini"
"Kau hendak mengusirku pergi?" seru Si Ih nio sambil
tertawa. Dengan cepat Cu Siau hong mengulapkan tangannya.
"Apabila hujin tak mau pergi, biarlah aku saja yang
memohon diri dari sini"
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang
menjauh, tiba-tiba saja paras muka Si Ih nio menunjukkan
suatu perubahan yang sangat aneh.
Si Ih nio cukup cekatan, dengan cepat dia menemukan
ada orang sedang melakukan pengepungan dari kedua sisi
hutan tersebut. Bila dia tidak segera pergi, mungkin sulit baginya untuk
pergi lagi dari situ. Berpikir demikian, mendadak dia melejit ke tengah udara
dan berjumpalitan beberapa kali, sekali melompat dia sudah
berada tiga empat kali jauhnya, begitu mencapai tanah ia
segera kabur meninggalkan tempat tersebut dengan
langkah cepat. Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya memang cukup
sempurna, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap dibalik pepohonan lebat sana.
"Saudara Cu, kau telah melepaskannya pergi?"
"Yaa, menahan dirinya tak akan berguna."
"Saudara, apakah dia telah memmberitahukan sesuatu
persoalan kepadamu?" tanya Kian Hui seng sambil tertawa.
"Yaa, dia adalah Si Ih nio yang sesungguhnya, istri Yu
Sam khi." "Istri Yu Sam khi?"
"Dugaan kita tidak meleset, orang yang menyaru sebagai
Si Han tersebut memang Yu Sam khi."
"kalau begitu sudah cukup, sekarang kita sudah
mengetahui tempat tinggalnya asal kita pergi mencarinya,
dia tak bakal kabur, atau bagaimana kalau kita kabarkan
hal ini kepada Ui pangcu dari Kay pang?"
"Untuk sementara waktu tak usah terburu napsu.."kata
Cu Siau hong cepat. Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Cuma mereka pun telah berhasil menyelidiki keadaan
kita dengan jelas sekali"
Sementara itu, Oh Hong cun tetap berjalan mendekati
dia lantas berseru: "Barusan, ada dua orang memberitahukan kepadaku
bahwa mereka mengetahui ada sebuah jalan tembus yang
bisa mencapai puncak Yang jit gay dalam dua hari saja"
"Kalau begitu, kita teruskan perjalanan siang malam"
seru Cu Siau hong cepat. "Waktu yang tepat hanya membutuhkan delapan jam,
kita bisa melaluinya dalam dua hari, tak usah tergesa-gesa,
tak usah pula menempuh perjalanan terlalu awal"
"Benar, kalau begitu kita lanjutkan perjalanan
sewajarnya saja" Oh Hong cun segera tertawa.
"Betul, Cu lote, sehari berselang aku masih berharap
agar kedua belah pihak jangan sampai saling bertemu lagi,
daripada terjadinya suatu pertempuran sengit yang
mengorbankan banyak jiwa tapi sekarang jalan pemikiranku
ini sudah mengalami perubahan yang besar sekali."
"Bagaimana perubahannya?"
"Aku malah berharap bisa bertemu dengan mereka
melangsungkan pertarungan secara besar-besaran, hidup
mati manusia berada di tangan Thian, aku berharap
persoalan ini bisa dibikin jelas sehingga penyelesaiannya
bisa dilakukan secara tuntas."
--------------oooooooooo----------Bagian 66 "Oh tua, sesungguhnya organisasi rahasia tersebut tak
lebih hanya mengadakan selapis kain penutup belaka,
dewasa ini mereka memang sudah bersiap sedia untuk
menampakkan diri, akan tetapi kita masih belum
mengetahui siapa gerangan orang-orang itu?"
"Benar! Kita beradu jiwa dan berjuang dengan matimatian,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tujuan yang sebenarnya pun tak lebih hanya ingin
menyelidiki identitas mereka yang sebenarnya."
"Siapa mereka aku rasa bukan masalah yang terlalu
penting bagi kita, sekarang yang terpenting adalah
dimanakah sebenarnya maksud dan tujuan mereka?"
Oh Hong cun segera menimbrung sambil tertawa:
"Asalkan identitas mereka sudah diketahui, tak sulit
bukan untuk mengetahui maksud tujuan mereka yang
sebenarnya" Cu Siau hong tertawa dan tidak banyak berbicara lagi.
Keesokan harinya, ketika matahari sudah berada diatas
awing-awang, secara teratur sekali para jago berangkat
meneruskan perjalanan. Kian Hui seng, Cu Siau hong, Thian Pak liat, Tham Ki
wan, Si Eng, Ho Hou poo dan Oh Hong cun bertujuh
berjalan di paling depan, sementara Pek bi taysu bersama
kedua belas orang Kim kong nya berjalan di paling
belakang, Seng Tiong gak dengan membawa Jit hou dan Su
eng berjalan di tengah. Cu Siau hong tak ingin mereka terlalu menonjolkan diri,
sebab kelompok manusia yang tergabung di dalam
kelompok inilah merupakan kekuatan inti yang sebenarnya
dalam melakukan pembantaian serta mendobraknya.
Betul, usia mereka tidak terhitung besar namun sejak
kecil mereka semua sudah berlatih diri dengan dasar ilmu
silat yang amat kuat. Mereka tidak dikenal dan tak punya nama besar, namun
kepandaian yang berhasil mereka capai justru melebihi
kemampuan yang dimiliki seorang jagoan kelas satu dari
dunia persilatan. Tentu saja mereka pun tak bisa dibandingkan dengan
kawanan tokoh persilatan yang mempunyai kemampuan
khusus didalam dunia persilatan, akan tetapi bagaimanapun
jua, manusia seperti itu hanya terdiri dari sebagian kecil
saja. Penunjuk jalan tersebut bernama Tan Beng, dia
dibesarkan dalam perumahan kaum pemburu, dibawah
Yang jit gay. Perjalanan yang mereka tempuh sekarang melalui
sebuah jalan yang amat rahasia, namun tidak terlalu
berbahaya. Ketika matahari hamper tenggelam di langit barat,
mereka sudah menempuh perjalanan tujuh delapan bagian
diantaranya. Mendadak Tan Beng berhenti, kemudian katanya:
"Oh cianpwe, apabila kita lanjutkan perjalanan ini, disaat
malam nanti kita sudah akan sampai di tempat tujuan,"
"Aaah, masa begitu cepat?" seru Oh Hong cun.
"Apabila kita melanjutkan perjalanan setelah terang
tanah besok, berapa lama yang kita butuhkan?" tiba-tiba Cu
Siau hong bertanya. "Akan lebih cepat lagi, hanya membutuhkan waktu
selama satu jam" "Oh tua," kata Cu Siau hong kemudian, "Menurut
pendapatku, kalau toh jarak dari sini sampai di puncak Yang
jit gay sudah tak jauh, lebih baik kita beristirahat dulu,
setelah terang tanah besok, kita baru melanjutkan kembali
menuju ke bukit Yang jit gay."
"Mengapa demikian Cu lote?"
"Masih berapa lama jarak antara hari ini dengan saat
munculnya pena wasiat?"
Oh Hong cun menghitung sebentar, kemudian sahutnya:
"Masih enam hari!"
"Kita harus menggunakan waktu selama dua hari untuk
melakukan persiapan di bukit Yang jit gay tersebut."
"Mempersiapkan apa?"
"Aku sendiri pun tak dapat mengatakannya, Cuma
persiapan itu harus dilakukan tanpa meninggalkan bekas
agar orang lain sama sekali tidak mengetahuinya."
Tiba-tiba Oh Hong cun tertawa:
"Lote, apakah kau menaruh perasaan curiga terhadap
pena wasiat tersebut?" tanyanya.
"Oh tua, asal kita mau memutar otak sebentar, tidak
sulit untuk meraih sedikit hasil yang menguntungkan."
Mendadak Tan Beng menyela dari samping:
"Apabila bukit Yang jit gay didatangi begini banyak orang
sekaligus, tak mungkin kita bisa mengelabuhi orang lain."
"Maksud saudara Tan?" tanya Cu Siau hong.
"Kurang lebih tiga empat li dari bukit Yang jit gay
terdapat sebuah lembah yang amat rahasia letaknya
didalam lembah tersebut hanya berdiam tujuh delapan
keluarga pemburu, seringkali mereka menyimpan rangsum
untuk jatah satu tahun, meskipun jumlah kita tak sedikit,
namun untuk berdiam sepuluh sampai setengah bulan saja,
hal ini masih lebih dari cukup."
"Apabila saudara Tan bersedia membantu, hal ini lebih
baik lagi" sela Cu Siau hong sambil tersenyum.
Oh Hong cun segera berkerut kening, tanyanya
kemudian: "Cu lote, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?"
Secara ringkas Cu Siau hong membeberkan rencana
sendiri. Selesai mendengarkan rencana tersebut, Oh Hong cun
segera manggut-manggut seraya berkata:
"Bagus! Bagus sekali, kita memang sudah seharusnya
mempersiapkan segala sesuatunya secara baik-baik"
"Benar! Bukan saja harus dipersiapkan secara baik-baik,
lagipula harus menutup rahasia rapat-rapat, jangan sampai
hal ini tersiar keluar..."
"Oh tua berkedudukan tinggi dan bernama besar, dalam
menghadapi persoalan ini lebih baik Oh tua saja yang
menyampaikan kepada mereka."
"baik, tentang kerahasiaan jejak serta maslah tetek
bengek lainnya biar aku yang tanggung jawab, baik- baiklah
kau melaksanakan rencanamu itu."
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Aku turut perintah!"
.............0000...............
Yang dimaksudkan sebagai tebing Yang jit gay adalah
sebuah puncak bukit yang tinggi dengan dinding batu yang
datar tapi meruncing keatas, sudutnya tak terlalu besar tapi
cukup luas dan lebar sehingga terbentuk sebuah dataran
dasar yang berlapiskan batu.
Tiga hari sebelum saat munculnya pena wasiat di puncak
tersebut, suasana disekitar sana masih tetap hening, sepi
dan tak tampak sesosok bayangan manusia pun.
Pada saat itulah, tiba-tiba muncul seorang penebang
kayu yang memikul kayu bakar pelan-pelan berjalan
mendekat. Dia meletakkan tumpukan kayu bakar itu dibawah
dinding tebing, kemudian bangkit dan menghembuskan
napas panjang, daimbilnya secarik kain handuk untuk
menyeka air keringat di wajahnya.
Orang ini tak lain adalah hasil penyaruan dari Cu Siau
hong. Setelah memandang sekejap sekeliling tebing Yang jit
gay tersebut, mendadak hatinya merasa bergetar keras.
Sepintas lalu, tempat tersebut kelihatan datar dan rata,
namun dalam kenyataan keadaan medannya berbahaya
sekali. Seandainya kedua mulut selat sempit menuju ke tebing
itu disumbat orang, maka Yang jit gay akan berubah
menjadi suatu tempat yang terisolir.
Diam-diam Cu Siau hong berpikir:
"Heran, mengapa Pena wasiat memilih tempat semacam
ini sebagai tempat pemunculannya didalam dunia
persilatan" Entah apa maksud tujuan yang sebenarnya?"
"Benarkah dia adalah Pena wasiat yang asli?"
"Atau selama ini Pena wasiat selalu mengendalikan setiap
perubahan yang terjadi dalam dunia persilatan?"
Terhadap persoalan ini, dia menaruh kecurigaan yang
besar dan banyak. Dan kini, semua kecurigaan tersebut bermunculan satu
persatu dan memenuhi di dalamj benaknya.
Apalagi setelah menyaksikan keadaan dari bukit Yang jit
gay tersebut, kesemuanya itu menambah kecurigaan di
dalam hatinya. Mendadak tampak sesosok bayangan manusia berjalan
mendekat dari kejauhan sana.
Padahal Cu Siau hong sudah mengetahui jejaknya
semenjak tadi, cuma dia berlagak seakan-akan tidak
melihatnya. Ia mendengar pula suara langkah kaki manusia itu
dengan cepatnya sudah tiba disamping tubuhnya.
Terdengar orang itu mendehem, kemudian tegurnya:
"Di tempat ini tiada pepohonan yang bisa ditebang untuk
kayu bakar, wahai penebang kayu, mengapa kau datang
kemari?" Perkataannnya lemah lembut dan penuh dengan
kehalusan kata, sudah jelas berasal dari seorang yang
terpelajar. Pelan-pelan Cu Siau hong membalikkan badannya dan
memandang sekejap kea rah pendatang tersebut, ternyata
dia adalah seorang sastrawan berbaju biru yang membawa
kipas. Sambil mengulapkan tangannya pelan-pelan Cu Siau
hong menyahut: "Aaah, seorang penebang kayu tidak mengerti soal
tulisan, aku hanya menggemari pemandangan alam di sini"
Sastrawan berbaju bitu itu segera tertawa hambar.
"Dari pelajar menjadi tukang penebang kayu, apakah
kedatanganmu mempunyai maksud tertentu?" kembali dia
menegur. Bahkan begitu berbicara, dia telah membongkar identitas
Cu Siau hong yang sebenarnya.
Buru-buru Cu Siau hong menjura:
"Saudara adalah....."
"Aku mah Bun Cu ciau!"
"Oooh, rupanya saudara Bun!"
"Hmm, kau pun berani menyebut saudara kepadaku?"
tukas Bun Cu ciau ketus. "Apakah aku belum cukup pantas untuk berbuat
demikian?" "Betul, kecuali kalau kaupun menyebutkan nama aslimu
yang sebenarnya dan aku merasa cukup pantas bagi kita
untuk berbicara dari tingkatan yang sama"
"Seandainya aku benar-benar hanya seorang penebang
kayu dari desa?" "Bagaimanapun kau pasti mempunyai nama bukan?"
"Namamu sendiri?"
"Aku she Bun bernama Cu ciau..dibalik nama tersebut
terdapat rahasia besar.."
"Sayang aku bodoh, tak bisa kupahami rahasia besar
apakah yang bisa terkandung dalam nama seseorang?"
Bun Cu ciau tertawa dingin:
"Heeehh...heeeehhh...heeehhh..Cu ciau,,,Cu ciau, ayo
bicara! Siapakah kau sebenarnya?"
Cu Siau hong tertawa. "Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya
namamu Bun Cu ciau pun hanya nama palsu?"
"Kau tak usah berbicara sembarangan kepadaku!"
Mendadak dia melompat dan tahu-tahu sudah berada
dihadapan muka Cu Siau hong.
Dengan cepat Cu Siau hong menghembuskan napas
panjang, katanya dengan cepat:
"Sobat, sebenarnya apa maksudmu?"
"Aku menginginkan kau berbicara jujur!"
"Aku berbicara dengan sejujurnya!"
"Sayang aku tidak percaya."
"Bila kau tak percaya, yaa...apa boleh buat lagi?"
"Aku mempunyai cara untuk mengatasi hal ini" seru Bun
Cu ciau dengan tiba-tiba.
"Kalau begitu harap kau sudi member petunjuk
kepadaku" "Cara yang terbaik adalah membunuh kau entah perduli
siapa pun dirimu itu, bila kau sudah mampus maka urusan
pun akan menjadi beres dengan sendirinya"
"Kau akan membunuh orang?"
"Yaa, kecuali membunuh kau, aku pikir tiada cara lain
yang lebih baik lagi untuk menyelesaikan persoalan ini"
"Sobat ada pepatah kata kuno yang berkata begini:
Membunuh orang seribu, dirinya akan rugi delapan ratus.
Kau ingin membunuhku maka aku pun ingin bertanya,
pertama mengapa" Kedua, aku tak akan menyerahkan
nyawaku dengan begitu saja, aku pasti akan melancarkan
serangan balasan." "Coba kau bayangkan, seandainya kau tak berhasil
membinasakan diriku, sebaliknya kau malah mati
ditanganku, bukankah hal ini sama artinya dengan gagal
mencuri seekor ayam, rugi segenggam beras!"
Bun Cu ciau tertawa dingin.
"Heeehhh...heeeh...heehhh...heeeh.. sebenarnya aku
hanya ingin memotong sebuah lenganmu dan sebuah
kakimu saja, tapi sekarang, kau sudah ditakdirkan untuk
mampus!" "Kalau sebuah lengan dan sebuah kaki sampai kena
dipotong, waah..lebih baik mati saja daripada hidup
menderita..." Kemudian dengan wajah dingin membesi, dia berkata
lebih jauh: "Cuma, kau harus berpikir secara baik-baik, mampukah
bagimu untuk membunuhku?"
"Aku sudah membunuh seratus empat belas orang, bila
ditambah dengan kau seorang, berarti jumlahnya akan
mencapai seratus lima belas orang persis."
Cu Siau hong tertawa. "Kalau memang begitu, silahkan saja saudara untuk
turun tangan..." "Kau benar-benar menarik sekali, seakan-akan rela
untuk menerima kematian saja."
"Sebenarnya aku tak ingin mati, bayangkan saja semut
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pun masih ingin hidup, apa lagi manusia?"
"Tapi keberanianmu untuk mencari mati benar-benar
hebat sekali!" "Kau keliru, bukan keberanian yang membuatku begini,
sesungguhnya aku merasa bahwa kau tak akan berhasil
untuk membinasakan diriku."
"Aaaah, masa begitu?"
Mendadak tangan kanannya menyambar kedepan dan
melancarkan sebuah totokan kilat.
Dengan perlahan Cu Siau hong mengigos ke samping
untuk meloloskan diri dari serangan tersebut, kemudian
sambil membalikkan tangannya dia balas melepaskan
sebuah pukulan menghantam Bun Cu ciau.
Dengan cepat Bun Cu ciau memutar telapak tangan
kirinya dan menyongsong datangnya serangan lawan,
serunya kemudian: "Aku lihat, gerakan tubuhmu lumayan juga"
"Blaaam...!" sepasang telapak tangan segera saling
beradu dengan amat kerasnya.
Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang ini
sesungguhnya berimbang oleh sebab itu tubuh mereka
berdua sama-sama berguncang keras.
"Sungkan..sungkan, kau tidak nampak lemah ..." seru Cu
Siau hong. Begitulah, sementara pembicaraan diantara mereka
berdua masih berlangsung, kedua belah pihak telah saling
bertarung sebanyak belasan jurus lebih.
Sekalipun pertarungan diantara mereka dilangsungkan
dengan tangan kosong belaka, namun berhubung jarak
diantara mereka berdua sangat dekat hanya didalam
gerakan yang sederhana pun bisa mencapai bagian penting
di tubuh lawan, oleh sebab itu semua tangkisan yang
dilakukan untuk menghadapi serangan pukulan maupun jari
tangan lawan dilakukan dengan perubahan yang aneh.
Ketika pertarungan berlangsung sampai jurus ketujuh
belas tanpa terasa Bun Cu ciau kena didesak sehingga
mundur selangkah. Sambil tersenyum Cu Siau hong segera berseru:
"Terima kasih saudara Bun!"
Walaupun ucapan tersebut diutarakan dengan nada yang
santai, padahal dalam hati kecilnya merasa amat terkejut,
pikirnya cepat: "Kelihayan ilmu orang ini serta kecepatan dari gerakan
tangannya benar-benar tidak berada dibawah kemampuan
seorang jago kelas satu.."
Dalam pada itu, paras muka Bun Cu ciau telah berubah
hebat, tegurnya dengan cepat:
"Sebenarnya, siapakah kau?"
"Tak usah kau gubris siapakah aku, tapi yang penting
kau telah membuktikan akan satu hal"
"Soal apa?" "Kau tidak mampu membunuhku!"
"Yaa, kepandaianku memang masih kalah setingkat
daripada kepandaianmu, selamat tinggal!"
"Berhenti!" bentak Cu Siau hong sambil tertawa dingin.
Waktu itu Bun Cu ciau sudah membalikkan badan dan
maju beberapa langkah ke depan, mendengar perkataan
tersebut dia segera berhenti sembari menegur:
"Mau apa kau?" "Apakah kau hendak pergi dengan begitu saja?"
"Jadi kau hendak menahanku?"
"Paling tidak, kau harus memberikan sedikit
pertanggungan jawab kepadaku"
Paras muka Bun Cu ciau berubah hebat, serunya dengan
cepat: "Apa yang kau ingin tahu?"
"Perkataan, beberapa patah kata, yaitu menjawab
beberapa buah pertanyaan yang kuajukan?"
"Pertanyaanmu sudah pasti merupakan pertanyaan yang
sukar untuk dijawab?"
"Dicoba saja, pertama apakah tingkatanmu?"
"Tingkatan?" "Diantara kalian seharusnya terdapat perbedaan
tingkatan bukan?" "Setiap manusia tentu terdapat tingkatan, cuma aku
masih belum begitu memahami akan maksud perkataanmu
itu?" "Baik! Mari kita berbicara secara blak-blakan, kau kenal
dengan Yu Sam khi?" "Yu Sam khi tidak kenal"
"Dengan Si Ih nio?"
"Pernah kudengar tentang orang ini, cuma aku tidak
kenal." "Apa maksud dan tujuanmu datang kemari?"
"Untuk melakukan pemeriksaan"
Tergerak hati Cu Siau hong setelah mendengar
perkataan itu, segera tanyanya:
"Untuk memeriksa apa?"
"Untuk melihat berapa banyakkah manusia yang
berkemampuan seperti kau di tempat ini"
"Jadi kau datang untuk melakukan pemeriksaan terhadap
tebing Yang jit gay ini?"
"Benar!" "Apa yang telah kau temukan?"
"Kehadiranmu!" "Apa sangkut pautnya dengan pena wasiat?"
"Pena wasiat adalah tokoh yang paling dihormati dan
disanjung oleh umat persilatan di dunia ini, aku tak berani
untuk mengikat tali hubungan dengan masalah tersebut"
"Jadi kau sama sekali tiada sangkut pautnya dengan
pena wasiat?" "Yaa, sama sekali tak ada sangkut pautnya."
"Baik!" kata Cu Siau hong kemudian." Tinggalkan dahulu
tangan kananmu sebelum pergi!"
Paras muka Bun Cu ciau berubah hebat, serunya dengan
cepat: "Tidakkah kau merasa bahwa tindakanmu ini kelewatan
batas?" "Kalau begitu bertarunglah seratus gebrakan lagi
denganku, andaikata kau bisa mengungguli diriku, silahkan
saja berlalu dari sini, seandainya kalah maka kau harus
meninggalkan sebuah lengan kananmu disini..!"
"Tadi apakah pertarungan kita belum dapat menentukan
menang kalahnya secara pasti?"
"Aku selalu mempunyai kepercayaan besar terhadap
kepandaian silat yang kumiliki, saudara Bun, bila
pertarungan seratus jurus ini dilangsungkan maka kerugian
yang kau derita akan jauh lebih parah daripada hanya
meninggalkan sebuah lenganmu saja."
"Paling tidak, aku toh bisa bertarung secara leluasa."
"Kalau toh saudara Bun ingin bertarung, silahkan saja
untuk turun tangan" Bun Cu ciau menghembuskan napas panjang:
"Huuuh, sungguh tak disangka aku bakal menjumpai
seorang musuh tangguh seperti kau di tempat ini."
Kipasnya diayunkan ke depan dan melancarkan sebuah
bacokan secepat kilat. Cu Siau hong menarik napas panjang-panjang lalu
mundur dua langkah kebelakang serunya:
"Oooh, kau hendak menggunakan senjata?"
Sambil membalikkan tangannya, ia segera melepaskan
sebuah pukulan dahsyat ke muka.
Bun Cu ciau menarik kembali kipasnya dan secepat petir
membabat keluar, kali ini dia membabat urat nadi Cu Siau
hong. Menghadapi musuh tangguh seperti Bun Cu ciau, Cu Siau
hong tak berani bertindak secara gegabah, dia menghimpun
segenap pikiran dan kekuatannya untuk mencari akal
dengan kepandaian silat apakah dapat mengalahkan orang
ini dalam sekali gebrakan saja.
Oleh sebab itu, begitu turun tangan, Cu Siau hong segera
mengeluarkan ilmu pukulannya yang paling aneh dan
dahsyat. Walaupun ilmu pukulan dan ilmu pedang dari Bu khek
bun termasuk lumayan, sesungguhnya bukan termasuk
kepandaian sakti dari dunia persilatan, apabila digunakan
untuk menghadapi manusia seperti Bun Cu ciau ini, sudah
barang tentu tak akan pernah berhasil untuk memperoleh
kemenangan. Lo liok si penjaga kuda telah menghadiahkan sebuah
kitab Bu beng kiam boh kepadanya, di dalam kitab tersebut
selain tercantum jurus-jurus pedang yang sakti dan hebat,
tersisip pula berbagai ilmu pukulan, ilmu telapak tangan
dan ilmu jari tangan yang lihay.
Ui pangcu dari Kay pang juga pernah mewariskan empat
buah jurus serangan aneh kepadanya.
Disamping itu, si Dewa pincang Ui thong, si manusia
pintar yang berilmu tinggi dan tak pernah mau berjalan
lurus itu, pernah mewariskan pula banyak ko koat (teori)
tentang berbagai macam ilmu silat yang rata-rata amayt
lihay. Kepandaian tersebut semuanya merupakan intisari dari
ilmu pukulan maupun ilmu pedang, daya kekuatannya luasr
biasa sekali, namun jurus serangannya berdiri sendiri dan
tidak saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya.
Untuk menghadapi situasi dan kondisi yang gawat, maka
diapun harus memilih sendiri jurus serangan manakah yang
paling cocok untuk digunakan menghadapi keadaan
tersebut. Untung saja Cu Siau hong telah menguasai penuh
seluruh jurus silat yang tidak saling berkaitan itu serta
berlatihnya dengan hapal dan matang.
Begitulah, dalam pertarungan mana dia pun telah
mempraktekkan kehebatan dari jurus-jurus serangan
tersebut, seperti misalnya telapak tangan kirinya
menyerang dengan jurus Thian gwa lay im (awan tiba dari
luar langit) maka telapak tangan kanannya justru
melepaskan pukulan dengan jurus Kan kun it cho (satu
lembaran alam jagad), antara jurus yang satu dengan
gerakan yang lain sesungguhnya sama sekali tiada ikatan
mau pun kaitan apapun. Selama hidup belum pernah Bun Cu ciau menjumpai jago
lihay seperti ini, diapun belum pernah menyaksikan ilmu
silat yang begitu aneh tapi dahsyat tersebut.
Setelah dia menerima tiga jurus serangan pertama
secara bersusah payah, maka jurus yang keempat tak bisa
disambut lagi olehnya secara sempurna, bahu kanannya
segera terkena hantaman dari Cu Siau hong itu keras-keras.
Didalam serangannya itu, Cu Siau hong hanya
mempergunakan tenaganya sebesar lima bagian saja,
namun lengan kanan Bun Cu ciau segera terlepas dari
sendinya dan terkulai lemas ke bawah.
Menghadapi kenyataan tersebut, Bun Cu ciau menjadi
tertegun, tangannya mengendor dan kipasnya terlepas
jatuh ketanah. Beberapa saat kemudian dia baru sangggup bertanya:
"Saudara, ilmu pukulan apakah yang kau gunakan itu?"
"Kenapa" Apakah kau baru mau mengaku kalah setelah
kusebutkan nama dari ilmu pukulanku ini?" jengek Cu Siau
hong. Bun Cu ciau tertawa getir.
"Aku sudah pernah bertarung dengan seorang jago lihay
di kolong langit dewasa ini, waktu itu aku baru menderita
kekalahannya setelah menyambut enam puluh tiga jurus
serangannya" "Siapakah orang itu?"
"Pek bi taysu dari Siau lim si!"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Terlepas dari urusan yang menyangkut orang lain,
sekarang kau bermaksud untuk meninggalkan apa?"
"Meninggalkan nyawa!"
Cu Siau hong berseru tertahan:
"Ooooh, aku toh tidak menghendaki selembar
nyawamu?" "Tak usah kau yang minta, aku akan meninggalkannya
sendiri untukmu..." "Mati adalah suatu kejadian besar, mengapa si saudar
Bun ingin sekali mati?"
"Aku dibikin keok ditanganmu dalam empat gebrakan
saja, lantas apa artinya lagi aku hidup terus di dunia ini..."
gumam Bu Cu ciau sedih. Kemudian setelah menghembuskan napas panjang,
katanya lebih jauh: "Cuma ilmu pukulan itu ibarat air bah yang datang dari
langit, pada hakekatnya sama sekali tiada jejak yang
berbekas, terus terang saja akku merasa dikalahkan secara
membingungkan, aku merasa kebingungan dan tidak habis
mengerti, walaupun di hati kecilku merasa tidak puas
namun bagaimanapun jua buktinya aku sudah kalah,
setelah kalah tentu saja aku harus membayarnya dengan
nyawa" Cu Siau hong segera manggut-manggut.
"Ehmmmm, seandainya aku tidak mengharapkan
kematian sari saudara Bun?" tanyanya.
"Bila kau memotong sebuah lenganku sehingga
membuatku cacat seumur hidup toh lebih baik mati saja,
agar semua urusan menjadi beres"
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya
kaupun seorang yang amat berperasaan, aaai..aku
sendiripun tak tahu bagaimana harus menjatuhi hukuman
kepadamu?" "Kini aku sudah kalah terserah kau..."
Mendadak Cu Siau hong tertegun lalu jari tangannya
diayunkan dan menotok sebuah jalan darah Bun Cu ciau.
Kemudian sambil mengempit tubuhnya dia lari ke
belakang sebuah batu cadas dan membaringkannya ke
tanah. Saat itu meski tubuh Bun Cu ciau sukar digerakkan
namun mulutnya masih dapat berbicara sambil menengok
kea rah Cu Siau hong tegurnya kemudian:
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mau apa kau?" "Ingin mengajakmu untuk berbincang-bincang secara
baik-baik" "Oooh, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Aku ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya mau
apa kau datang kemari. Apa yang sedang kau cari" Dan kau
mendapat perintah dari siapa?"
Bun Cu ciau tidak segera menjawab, dia termenung
beberapa saat lamanya kemudian menegur:
"Sebenarnya siapakah kau?"
"Cu Siau hong, pernah mendengar?"
"Pernah, apakah kalian semua sudah sampai disini?"
Tampaknya kau sangat memahami sekali tentang jejak
kami semua?" seru Cu Siau hong.
"Mengapa kalian bisa datang dua hari lebih awal?"
"Ada jalan kecil yang lebih dekat, kami pun memotong
jalan dengan melalui jalan kecil tersebut."
"Aku telah mendapat perintah yang mengatakan kalau
kau adalah seorang yang sukar dihadapi, sungguh tak
dinyana hari ini aku telah berjumpa muka denganmu."
"Sungguh terima kasih banyak atas kesudianmu
memandang tinggi dari kami..."
"Memandang tinggi dirimu bukan suatu kejadian yang
baik, sebab sudah ada pembunuh-pembunuh maut yang
dikirim untuk menghadapimu, aaaii..hitungan manusia tak
dapat menangkan hitungan langit, sungguh tak disangka
kau berhasil menemukan jalan lain yang sama sekali tak
berhasil kami temukan."
"Pembunuh adalah pembunuh, mengapa mereka disebut
pembunuh maut?" tiba-tiba Cu Siau hong tertawa.
"Pembunuh maut berarti sekalipun harus mengorbankan
diri, mereka sudah siap menghadapi maut dengan
mengajakmu mati bersama-sama"
Tergerak hati Cu Siau hong setelah mendengar
perkataan tersebut, segera pikirnya:
"Yang dimaksudkan sebagai pembunuh maut tersebut
sudah pasti mempunyai kelainan kalau dibandingkan
dengan membunuh pada umumnya, aku harus berusaha
untuk mengorek rahasia mereka itu.."
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Saudara Bun, aku percaya dengan kepandaian silat yang
kumiliki ini masih mampu untuk mempertahankan diri!"
"Tidak mungkin bisa, pembunuh-pembunuh maut
tersebut memiliki daya kemampuan untuk memusnahkan
sesuatu, kekuatan mereka tak mungkin bisa dilawan
dengan kekuatan manusia biasa"
"Sebenarnya kemampuan apa sih yang mereka miliki
sehingga nampaknya begitu menakutkan?"
"Soal ini, maaf kalau aku tak bisa menjawab!"
"Baik, tak usah kita bicarakan tentang soal ini, mari kita
berganti dengan masalah lain, sebenarnya antara kau
dengan Yu Sam khi, apakah berasal dari suatu organisasi
yang sama?" Bun Cu ciau termenung beberapa saat lamanya,
kemudian sahutnya: "Tentang soal ini, akupun tak dapat memberikan
jawabannya" "Apa yang kutanyakan kepadamu ternyata tak
sebuahpun yang bisa kau jawab, kalau begitu, bagaimana
kalau kita mencari masalah yang lain lagi untuk
dibicarakan?" "Aku tak bisa menemukan persoalan apakah yang dapat
kita bicarakan secara baik-baik, cuma kau boleh
membunuhku.." "Membunuhmu..?"
"Benar! Asal mengayunkan tanganmu maka aku akan
segera menemui ajalnya"
Cu Siau hong tertawa, tiba-tiba dia malah menepuk
bebas jalan darah Bun Cu ciau yang tertotok, kemudian
berkata: "Sekarang kau boleh pergi dari sini!"
Bun Cu ciau mencoba untuk menggerakkan sepasang
lengannya, benar juga, jalan darahnya yang semula
tertotok, kini sudah bebas kembali.
Dengan kening berkerut dia lantas berseru:
"Cu Siau hong, kau telah menotok jalan darahku dan
membawaku kemari, sekarang tiba-tiba kau lepaskan lagi
diriku, sebenarnya apa maksud tujuanmu?"
"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya
kau adalah seseorang yang berperasaan, oleh sebab itu
aku tak ingin mencelakai dirimu, aku menotok jalan
darahmu dan membawanya kemari karena aku harap bisa
melindungi keselamatan jiwamu, aku percaya dibelakangmu
pasti ada orang yang secara diam-diam mengawasimu.."
Bun Cu ciau menjadi tertegun.
"Kau...." "Sebenarnya aku ingin mengorek sedikit rahasia dari
mulutmu" tukas Cu Siau hong lagi, "Sayang kau enggan
berbicara, sedangkan aku pun tak ingin membunuhmu,
itulah sebabnya terpaksa aku harus melepaskanmu pergi
dari sini" "Dengan melepaskan diriku, apakah kau tidak takut
kalau kubocorkan rahasiamu itu?"
"Takut.." "lantas mengapa kau tidak melakukan pembunuhan
untuk menghilangkan saksi?"
"Sebab disinilah perbedaannya antara golongan sesat
dengan golongan lurus!"
Sesudah menguruti jalan darah Bun Cu ciau, dia berkata
lagi: "Sekarang kau boleh pergi dari sini"
Bun Cu ciau menggerakkan sepasang tangannya secara
pelan-pelan, kemudian berkata:
"Budi kebaikanmu tidak membunuhku hari ini, pasti akan
kubayar disuatu saat!"
Memandang tumpukan kayu bakar yang berada diatas
batu gunung, katanya lagi:
"Apakah kau hendak tetap tinggal disini?"
"Benar!" "Sebelum pena wasiat munculkan diri di tempat ini penuh
diliputi oleh ancaman bahaya maut"
"Setelah pena wasiat munculkan diri?"
"Paling tidak di tempat ini akan berkumpul banyak orang,
itu berarti ancaman bahaya disini akan semakin berkurang"
"Terus terang kuberitahukan kepada saudara Bun,
tujuanku yang sebenarnya dengan tetap tinggal disini
adalah ingin mengetahui bagaimana cara pena wasiat
tersebut munculkan diri!"
Bun Cu ciau termenung sejenak, kemudian katanya:
"Kalau begitu, kau harus berusaha untuk menyingkirkan
kayu bakar tersebut.."
"Terima kasih atas petunjukmu"
"Aku tak akan membocorkan rahasiamu, Cuma kau tetap
akan ditemukan oleh mereka"
"Maksud saudara Bun, sebelum Pena wasiat munculkan
diri, diatas bukit ini bakal dilakukan penggeledahan secara
besar-besaran lagi?"
(bersambungke Jilid 53) "Yaa, penggeledahan tersebut bukan hanya sekali,
melainkan berkali-kali, kesempatanmu untuk melarikan diri
sesungguhnya tidak terlalu besar"
"Saudara Bun, dapatkah kau menjawab sebuah
pertanyaanku ini sejujurnya?"
"Tanyalah! Asal pertanyaanmu itu dapat kujawab, pasti
akan kuusahakan agar kau tak sampai kecewa"
"Apakah kalian ada hubungannya dengan Pena wasiat"
Bun Cu ciau termenung sejenak, lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali: "Menurut apa yang kuketahui, sama sekali tak ada
sangkut pautnya.." "Baiklah, sekarang kau boleh pergi"
"Apabila kau ingin menyaksikan sesuatu, pada bukit
disebelah utara sana terdapat pepohonan dengan daun
yang rindang, tempat tersebut bagus untuk
menyembunyikan diri, mengapa kau harus bersembunyi
dalam lembah bukit ini?"
"Saudara Bun mengapa pula kau kemari" Walaupun
diatas ouncak itu terdapat tempat untuk menyembunyikan
diri, saying jaraknya dari sini terlampau jauh"
"Meski lebih jauh tapi lebih aman"
"Saudara Bun, asal kau tidak membocorkan jejak Siau
hong sudah merasa berterima kasih sekali, soal kami dapat
kami atasi dengan sendirinya.."
Bun Cu ciau menghela napas panjang tanpa berbicara
lagi dia segera berlalu dari situ.
Dengan cepat Cu Siau hong telah tiba disisi batu besar
itu, setelah membereskan tumpukan kayu bakar itu
berangkatlah dia meninggalkan tempat itu.
Ia merasa perjalanannya kali ini tidak sia-sia sebab dari
hasil pembicaraannya dengan Bun Cu ciau ia berhasil
mendapatkan banyak rahasia besar.
Sebab pemunculan Pena wasiat, disitu akan muncul
banyak orang yang akan melakukan penggeledahan, siapa
pun tak akan diperkenankan tinggal disitu, siapa pun tak
diijinkan untuk menyaksikan pemunculan Pena wasiat.
....00000.... Bagian 67 Walaupun hanya soal itu saja yang berhasil diperolehnya,
namun Cu Siau hong merasa hasil yang diperolehnya ini
sudah amat besar. Tak lama setelah Cu Siau hong pergi, kembali terlihat
ada dua sosok bayangan manusia yang melayang datang ke
puncak Yang jit gay. Kedua orang itu mengenakan pakaian
berdandan tukang kayu. Dengan cepatnya pula mereka
menyelinap ke belakang sebuah batu cadas yang amat
besar. Mereka adalah Cu Siau hong dan Kian Hui seng.
Cu Siau hong telah memperhatikan situasi di sekitar sana
dengan cermat, maka dengan cepat mereka telah
menyembunyikan diri di belakang sebuah batu cadas, di
antara sebuah tebing. Dengan suara lirih Kian Hui seng berbisik:
"Saudara, benarkah persoalan ini menyangkut tentang
Pena wasiat?" "Toako, terhadap persoalan ini, siaute menaruh semacam
kecurigaan, cuma belum berhasil menemukan sesuatu
bukti, siapapun di antara kita tak berani berbicara
sembarangan" "Saudara Cu, Bun Cu ciau yang kau ceritakan tadi
sebenarnya berasal dari aliran mana?"
"Ia tidak menerangkan secara jelas, tapi kalau didengar
dari nada pembicaraannya sudah jelas dia pun merupakan
anggota dari organisasi rahasia tersebut.
"Seandainya Pena wasiat pun benar-benar terlibat di
dalam peristiwa ini maka urusannya akan bertambah kalut."
"Toako, duduk persoalan yang sebenarnya segera akan
terungkap, walau pun masalahnya sangat pelik, namun saat
ini kita pun sudah berada di jalan buntu, masalah sekarang
kita..." "Bagaimana dengan kita?" tukas Kian Hui seng sebelum
Cu Siau hong menyelesaikan perkataannya.
"Haruskah kita bertahan lebih jauh?"
"Maksudmu kita dapat bertarung dengan mereka?"
"Yaa, kemungkinan besar kita bisa bertarung melawan
mereka" "Seandainya sampai bertarung hal ini maka sangat
kebetulan sekali, bukankah kita hendak mencari mereka
untuk mengajak bertarung?"
"Betul! Yang lewat, kita masih belum mengetahui
siapakah dia" Tapi sekarang kita sudah tahu, semakin
banyak yang kita ketahui semakin besar pula hasrat mereka
untuk membunuh kita semua."
"Saudaraku, apakah kau kuatir?"
"Bukannya kuatir, aku hanya merasa kalau hal ini
berbahaya sekali!" "Saudaraku, pena wasiat sudah akan segera muncul
disini, maka mereka akan membunuh orang disini?"
"Disinilah letak kecurigaan tersebut, jika pena wasiat
sudah hampir muncul mengapa masih ada orang yang
melakukan perondaan disini" Toako, kau berpengalaman
luas sekali, coba pikirkan mungkinkah orang itu ada
persoalan?" "Aaai, saudaraku, pertanyaanmu ini membuat aku radarada
menjadi bingung" seru Kian Hui seng kemudian.
"Toako, benarkah kau tidak mengerti?"
"Bukannya begitu, aku hanya tak ingin berpikir kearah
sana" "Ooooooooh..." "Selama ini Pena wasiat adalah orang yang paling
kuhormati, apabila lambang tersebut sampai hancur
berantakan, siapa lagi di dunia ini yang bisa membuatku
merasa kagum?" "Toako mungkin saja persoalan ini ada hubungannya
dengan Pena wasiat, orang itu pun telah mengakui
sekomplotan dengan Yu Sam khi, aku pikir pena wasiat
hanya diperalat orang lain saja"
"Kalau memang begitu, sudah seharusnya kalau dia
segera menampilkan diri dan memberi penjelasan tentang
persoalan tersebut" "Justru karena mereka tidak menjumpai orangnya, bila
orangnya sudah ditemukan maka mereka masih
melaksanakan tugas dari Pena wasiat.."
"Betul, setelah kau berkata demikian, aku pun merasa
kalau ucapanmu tersebut masuk diakal juga"
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang.
"Toako, aku pikir andaikata Pena wasiat bukan
sekomplotan dengan mereka, kemungkinan besar persiapan
mereka ini sengaja dilakukan untuk menghadapi pena
wasiat.." Sementara pembicaraan masih berlangsung, kembali
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampak ada empat sosok bayangan manusia yang berjalan
mendekat. Mereka adalah Thian Pak liat, Si Eng, Ho Hou
poo serta Tham Ki wan rupanya. Keempat orang ini tidak
tahan melawan kesepian maka mereka telah menyusul
kesitu. Dengan kening berkerut Cu Siau hong segera berkata:
"Toako, aku akan muncul kesitu untuk mengundang
mereka kemari, suasana dalam lembah ini berbahaya
sekali" "Hmmm, kita toh sudah bilang siapa pun dilarang
kemari, mengapa Oh tua sama sekali tidak menggubris
urusan ini?" "Oh tua adalah orang baik, dia enggan menyalahi orang
lain, apalagi keempat orang ini pun merupakan jago kelas
satu yang berkepandaian luar biasa, kalau toh sudah
berdatangan semua, lebih baik kita berkumpul menjadi satu
saja, siapa tahu kalau kita bisa saling membantu satu sama
lainnya?" "Kalau begini banyak orang harus bersembunyi jadi satu,
bukankah amat mudah ditemukan jejaknya oleh orang
lain?" "Toako, sudahkah kau perhatikan keadaan di tempat ini"
Tempat yang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri
rasanya hanya di tempat ini saja, bila mereka hendak
melakukan pemeriksaan, sudah pasti tempat inilah yang
akan diperiksanya." "Ooooh.." "Itulah sebabnya, sekalipun mereka berempat tidak
kemari pun toh sama saja, kita tak akan bisa bersembunyi
lebih jauh" Sembari berkata dia segera melompat keluar dari tempat
persembunyian dan menyongsong kedatangan orang-orang
itu. Dengan cepatnya Thian Pak liat sekalian berdatangan
semua kesitu. Tempat yang berada di belakang batu besar
tersebut ternyata memang cukup luas, maka enam orang
tersebut dapat menyembunyikan diri semua disana.
"Sesudah kedatangan kalian berempat, mungkinkah
masih ada yang bakal datang lagi?" Kian Hui seng segera
menegur. Thian Pak liat segera tertawa.
"Aku rasa sudah tidak ada lagi, kami dan Oh tua sudah
berunding selama setengah harian lamanya sebelum dia
menyatakan persetujuannya."
"Oh tua telah mengatur anak buah menjadi formasi yang
kuat untuk menghadapi serangan musuh, segala
sesuatunya telah dilakukan dengan persiapan matang"
sambung Si Eng pula. Cu Siau hong segera tertawa.
"Saudara Thian, sepanjang jalan kemari, apakah kalian
telah menemukan seseorang yang mencurigakan?"
"Tidak, sepanjang jalan kemari, kami tidak menjumpai
seorang manusia pun."
"Aku pikir mereka akan segera mengirim orang kemari"
kata Cu Siau hong lagi sambil tertawa.
"Saudara, darimana kau bisa mengucapkan hal tersebut
dengan begitu yakin?" tanya Kian Hui seng cepat.
"Bun Cu ciau tersebut entah menggunakan nama yang
asli atau nama palsu, entah dia akan membicarakan
persoalan tersebut atau tidak, aku pikir mereka pasti
mempunyai suatu rencana yang amat sempurna."
"Saudara, dapatkah kau memberi keterangan dengan
lebih jelas lagi?" "Terlepas apakah mereka adalah orang-orang Pena
wasiat atau tidak, namun yang pasti kemunculan dari
orang-orang tersebut sudah pasti ada sangkut pautnya
dengan Pena wasiat.."
"Mereka bermaksud untuk memeriksa sekitar tempat ini
agar bebas dari manusia, aku rasa hal ini pasti mempunyai
suatu batas waktu yang tertentu, apabila jaraknya dengan
kemunculan pena wasiat kian lama kian bertambah dekat,
saat perondaan mereka pasti akan semakin ketat dan rapat
lagi" sambung Thian Pak liat.
"Kalau didengar dari nada pembicaraan kalian itu,
nampaknya peristiwa ini ada sangkut pautnya dengan Pena
wasiat?" seru Kian Hui seng tiba-tiba sambil berkerut
kening. "Yaa, begitulah"
"Persoalannya, apakah dia tahu akan soal ini atau tidak"
kata Cu Siau hong. "Setelah menemukan gejala-gejala yang sangat
mencurigakan tersebut, apalagi sesudah mendengar
pembicaraan kalian itu, bahkan termasuk aku sendiri pun
merasa curiga" kata Kian Hui seng lagi.
"Toako, duduknya persoalan dengan cepat akan
terungkap." "Aah, mereka sudah datang!" tukas Kian Hui seng tibatiba
dengan wajah berubah. Cu Siau hong segera berpaling, betul juga, dia
menyaksikan ada dua sosok bayangan manusia sedang
bergerak menuju ke tengah lembah dengan kecepatan
tinggi. Oleh sebab pandangan mereka terhalang oleh batu cadas
yang besar, maka mereka tak sempat melihat dengan jelas
ke arah manakah kedua orang itu sedang bergerak.
Dengan suara rendah Thian Pak liat segera berbisik:
"Saudara Cu, sudah kau saksikan belum" Dua orang
berbaju hitam yang menggembol golok"
"Lebih banyak seorang bukan?"
"Bahkan pakaian yang dikenakan pun sama."
"Orang persilatan yang ada di dunia ini kalau mereka
berasal dari suatu perguruan yang sama sebagian besar tak
akan mengenakan pakaian seragam yang sama bentuknya
maupun warnanya" kata Kian Hui seng menerangkan.
"Hal ini menunjukkan kalau mereka berasal dari suatu
organisasi rahasia yang sama dengan kedudukan yang
hamper berimbang pula."
"Apakah mereka sedang berjalan menuju kearah kita
berada?" Tanya Kian Hui seng lagi.
"Yaa, mereka sedang berjalan kearah kita. Dalam lembah
ini memang tidak banyak tempat yang bisa digunakan
untuk menyembunyikan diri, lagi pula tempat ini memang
merupakan suatu tempat yang harus mereka periksa."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, dua orang
manusia berbaju hitam itu sudah berada dibawah tebing
dimana beberapa orang itu sedang menyembunyikan diri.
Terdengar salah seorang diantara manusia berbaju hitam
itu berkata: "Lote, apakah tempat itu yang kau maksudkan?"
"Benar" sahut manusia berbaju hitam yang berada di
belakangnya, "Diatas tebing
Yang jit gay ini cuma terdapat tiga buah tempat yang
bisa dipakai untuk menyembunyikan diri, tempat ini
merupakan tempat pertama"
"Lote, silahkan kau naik untuk melakukan pemeriksaan,
aku akan menunggumu dibawah saja"
"Kau adalah lotoa, sudah sepantasnya kalau engkau yang
naik untuk melakukan pemeriksaan"
Manusia berbaju hitam yang berada di depan itu segera
tertawa terbahak-bahak: "Haaaaah..haaaah...haaah.."
"Lote, seandainya dibelakang batu cadas itu benar-benar
terdapat musuh yang sedang menyembunyikan diri, orang
yang naik keatas pasti terancam bahaya maut, tapi orang
yang berada dibawah pun tak akan bisa melarikan diri
secara gampang." Selesai berkata, mendadak dia melejit ke atas dan
melayang turun di bawah batu cadas tersebut.
Cu Siau hong segera mengulapkan tangannya, para jago
segera menahan napas dan sama-sama menempelkan
tubuh mereka diatas batu cadas tersebut.
Mendadak manusia berbaju hitam itu melongokkan
kepalanya dan menengok kebelakang batu cadas tersebut.
Dengan cepat dia menyaksikan Cu Siau hong beberapa
orang yang berada disana.
Tapi dalam keadaan begini, mustahil baginya untuk
mengundurkan diri lagi dengan selamat.
Cu Siau hong yang telah mempersiapkan diri secara
baik-baik itu, mendadak saja melancarkan sebuah
cengkeraman kearah depan. Cengkeraman yang
dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat ini
segera berhasil mencengkeram bahu kanan manusia
berbaju hitam itu dan menyeretnya masuk kebalik batu
cadas besar tersebut. Kian Hui seng mengayunkan tangan kanannya, cahaya
tajam berkilauan dan sebilah golok tajam telah ditempelkan
diatas tenggorokan manusia berbaju hitam tersebut.
"Bila kau berani berteriak, akan kucabut selembar jiwa
anjingmu" ancamnya. Kelima jari tangan Cu Siau hong yang mencengkeram
diatas bahunya itu seperti jepitan baja yang kuat sekali,
membuat lengan manusia berbaju hitam itu menjadi kaku
dan sama sekali tak mampu digerakkan kembali.
Tiba-tiba terdengar manusia berbaju hitam yang berada
dibawah sana berteriak dengan suara lantang:
"Ong lotoa, mengapa kau?"
Thian Pak liat dan Tham Ki wan berdua saling
berpandangan sekejap, mendadak mereka bersama-sama
melayang turun kedasar lembah tersebut.
Setelah tertawa, Thian Pak liat berkata:
"Dia masih berada disana, sobat, apa yang hendak kau
lakukan sekarang?" Manusia berbaju hitam itu memandang sekejap kearah
Thian Pak liat dan Tham Ki wan, kemudian ujarnya dingin:
"Kalian telah mencelakai dia?"
"Justru sebaliknya" sahut Tham Ki wan cepat, "Dia tak
bisa membantumu sekarang sebab lagi repot, jadi kau pun
tak usah berharap memperoleh bantuannya"
Manusia berbaju hitam itu sama sekali tidak mempunyai
rencana untuk melarikan diri, terhadap kedua orang itu pun
dia tidak menaruh perasaan takut atau seram, pelan-pelan
dicabutnya golok panjang yang tersoren di punggungnya,
kemudian berkata: "Ong lotoa kurang berhati-hati sehingga terkena jebakan
kalian, anggap saja hal ini sebagai ketidak beruntungannya.
Tapi jika kalian ingin menghadapiku terpaksa kalian mesti
mengeluarkan ilmu silat yang sesungguhnya."
"Baik, berhati-hatilah kau untuk menyambut seranganku
ini" seru Thian Pak liat kemudian.
Begitu pedangnya dicabut keluar dari sarung, dia segera
menggetarkan pergelangan tangannya melancarkan sebuah
tusukan kilat kearah depan. Manusia berbaju hitam itu tidak
menghindar mau pun berkelit, dia menunggu sampai
tusukan pedang dari Thian Pak liat telah berada di depan
mata sebelum goloknya diayunkan kemuka untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut. Golok dan
pedang segera saling berbenturan keras sehingga
menimbulkan suara yang amat nyaring.
Manusia berbaju hitam itu memutar golok panjangnya,
tidak menanti sampai Thian Pak liat melancarkan serangan
untuk kedua kalinya, dia sudah memutar golok sambil
melancarkan serangan gencar. Dua orang itu sama-sama
menggerakkan golok dan pedangnya hampir pada saat yang
bersamaan, suatu pertarungan sengit yang mendebarkan
hati pun segera berkobar dengan hebatnya.
Nama besarnya Thian Pak liat dalam dunia persilatan
cukup termashur, dia termasuk salah seorang jago
persilatan yang berilmu tinggi, permainan pedangnya
sekarang sungguh luar biasa sekali dengan perubahan yang
tak terhitung banyaknya, gerak serangannya benar-benar
amat gencar. Namun permainan golok panjang dari manusia berbaju
hitam itupun luar biasa, perubahannya lebih aneh, lebih
sakti dan sangat luar biasa hebatnya. Belasan gebrakan
kemudian, pedang Thian Pak liat sudah kena dikurung oleh
permainan golok lawan, sehingga boleh dibilang agaknya
tak sanggup untuk dikembangkan kembali.
Tham Ki wan pun sudah menghunus pedangnya, melihat
Thian Pak liat terdesak dalam posisi dibawah angin dia
merasa gelisah sekali, namun sebelum memperoleh
persetujuan dari Thian Pak liat, dia pun merasa kurang
leluasa untuk mencampurinya, terpaksa ia berkata:
"Saudara Thian, ilmu golok dari bocah keparat ini aneh
sekali, perlukah bantuan dariku?"
"Baik!" sahut Thian Pak liat cepat, "Pertarungan ini
merupakan pertarungan antara mati dan hidup, bukan
pertarungan untuk memperebutkan nama, bila saudara
Tham merasa tindakan mana leluasa, silahkan saja kau
hadapi dia dengan caramu."
Begitu dia salah bertindak, boleh dibilang seluruh
gerakannya telah terbendung hingga sia-sia saja dia
memiliki ilmu senjata rahasia yang sangat lihay, sebab
semua kepandaian tersebut tak mampu dipergunakan
olehnya. Sejak tadi, sebenarnya Tham Ki wan sudah ingin
menggunakan senjata rahasia, tapi oleh sebab kedua orang
itu sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang sengit, ia
merasa senjata rahasia tak bisa digunakan secara leluasa,
kuatir kalau sampai melukai Thian Pak liat.
Mendengar seruan dari rekannya, pedangnya segera
diputar kencang sambil melancarkan serangkaian serangan
dahsyat. Tampak manusia berbaju hitam itu
mengembangkan permainan golok panjangnya di tangan
kanannya, dengan cepat seluruh tubuh Tham Ki wan sudah
terkurung dibawah serangan cahaya goloknya yang maha
dahsyat tersebut. Ditambah dengan Tham Ki wan seorang
pun belum merupakan suatu ancaman yang membahayakan
bagi keselamatan jiwa manusia berbaju hitam tersebut.
Malahan sebaliknya kedua orang itu sama-sama terkurung
dibawah cahaya golok lawan yang maha dahsyat.
Thian Pak liat dan Tham Ki wan baru sadar sekarang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rupanya mereka telah berjumpa dengan seorang jago lihay
kelas satu dari dunia persilatan. Sementara itu Kian Hui
seng telah melayang turun dari tengah udara dengan
kecepatan luar biasa. "Mundurlah kalian berdua, serahkan saja bocah keparat
tersebut kepadaku" Thian Pak liat serta Tham Ki wan dapat mendengar suara
bentakan dari Kian Hui seng tersebut dengan jelas. Kedua
orang itu pun ingin mengundurkan diri dari arena
pertarungan namun perubahan golok manusia berbaju
hitam itu terlampau rapat dan dahsyat sehingga memaksa
kedua orang itu harus menangkis dengan sepenuh tenaga,
mau maju tak bisa, mau mundur pun susahnya bukan
kepalang. Baik Thian Pak liat maupun Tham Ki wan,
sesungguhnya mereka berdua merupakan orang-orang
yang tinggi hati, namun sekarang mereka baru menyadari
betapa lemah dan tak berdayanya diri sendiri. Pihak lawan
hanya seorang manusia yang sama sekali tak ternama tapi
dengan mengandalkan sebilah golok panjang saja sudah
cukup membuat mereka berdua menjadi kerepotan dan tak
sanggup untuk menghadapi lebih jauh.
Agaknya Kian Hui seng telah mengetahui keadaan dari
kedua orang itu, sambil membentak keras mendadak dia
mengayunkan goloknya sambil melepaskan sebuah
serangan ke depan. Sebuah serangan golok yang benarbenar
amat dahsyat. Manusia berbaju hitam itu dapat saja mengurung Thian
Pak liat dan Tham Ki wan sampai sama sekali tak berkutik,
namun ia tak berani memandang enteng datangnya
bacokan golok tersebut. Tampak ia menggigit bibirnya
kencang-kencang, pedangnya diangkat keudara dan:
"Traaang!" suatu benturan nyaring bergema
memecahkan keheningan, ia sambut datangnya bacokan
mana dengan keras lawan keras. Sekali pun manusia
berbaju hitam itu sudah menyambut datangnya bacokan
dari Kian Hui seng, namun tubuhnya kena terdesak juga
sehingga mundur sejauh satu langkah ke belakang.
"Ilmu golok bagus!" seru manusia berbaju hitam itu
sambil termangu-mangu. "Coba kau sambut lagi seranganku ini!" bentak Kian Hui
seng lagi dengan suara dingin. Goloknya segera diayunkan
ke depan melancarkan sebuah bacokan secepat kilat.
Manusia berbaju hitam itu mengangkat goloknya sambil
menangkis, kedua orang itu pun segera mengembangkan
suatu pertarungan yang amat sengit.
Golok yang digunakan kedua orang itu sama beratnya,
apa lagi pertarungan pun berlangsung keras lawan keras,
kesemuanya ini segera mendatangkan suatu daya pengaruh
yang boleh dibilang cukup menggetarkan sukma. Terdengar
suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga bergema
susul menyusul dalam lembah itu dan mengalun sampai ke
tempat kejauhan sana. Secara beruntun manusia berbaju hitam itu menyambut
delapan belas buah bacokan lawan dengan kekerasan, kini
sepasang lengannya sudah tergetar linu dan kaku, telapak
tangannya sudah robek dan merekah, dia sudah tak
sanggup lagi untuk bertahan lebih jauh.
Sebaliknya permainan golok dari Kian Hui seng justru
makin lama semakin bertambah cepat, bagaikan bukit Thay
san menindih kepala saja, serangannya dilancarkan secara
beruntun dan tiada hentinya.
Sambil memaksakan diri manusia berbaju hitam
menyambut serangan lawan sampai tiga puluh gebrakan
lebih, kini seluruh tulang belulangnya serasa rontok dan
buyar. Namun serangan golok Kian Hui seng yang ketiga
puluh satu gerbarakan masih juga meluncur ke bawah
dengan kecepatan luar biasa.
Manusia berbaju hitam itu tak mampu untuk
mempertahankan diri lebih jauh lagi, bacokan mana segera
membuat tubuh manusia berbaju hitam itu terbelah menjadi
dua bagian. Setelah musuhnya mampus, Kian Hui seng baru menarik
kembali goloknya sambil menghembuskan napas panjang:
"Tak nyana kalau bocah keparat ini sanggup menerima
tiga puluh satu bacokanku, benar-benar luar biasa"
Mendadak terdengar sesorang tertawa dingin:
"Ilmu golok Pengejar sukma mu itu berjumlah enam
puluh empat gebrakan, dia belum lagi mampu menyambut
separuh diantaranya, tentu saja kepandaian semacam itu
tak bisa dikatakan sebagai suatu kepandaian yang luar
biasa" Ucapan tersebut munculnya sangat mendadak, membuat
Kian Hui seng menjadi tertegun.
Di dalam kenyataan, Thian Pak liat mau pun Tham Ki
wan juga amat terkesiap sekali, bahkan rasa terkesiapnya
sampai tak terlukiskan dengan kata-kata. Ketika mereka
mendongakkan kepalanya, tampaklah seorang sastrawan
setengah umur berjubah biru yang memelihara jenggot
panjang, dengan membawa sebuah kipas telah berdiri
delapan depa lebih di depan beberapa orang itu.
Sikap mau pun tindak tanduknya amat santai, seolaholah
manusia berbaju hitam yang terbunuh itu sama sekali
tak ada sangkut pautnya dengan dia.
"Apakah kita bernah bertemu muka?" Kian Hui seng
segera menegur dengan suara dingin.
"Belum pernah, cuma diantara kita berdua pasti pernah
saling mendengar nama lawannya, juga sudah seharusnya
mengetahui paras muka orang.."
Sudah jelas Kian Hui seng belum sempat mengetahui
siapa gerangan pihak lawannya itu, dia mengiakan dan
tidak banyak berbicara lagi.
Terdengar sastrawan setengah umur itu berkata lagi:
"Kau bernama Kian Hui seng dan berjulukan Tok ko bu
seng (golok lewat tanpa suara), tapi aku rasa julukan
tersebut kurang begitu sesuai dengan kenyataan."
"Kalian sudah lama menguasai segala sesuatu tentang
identitasku, hal mana bukan sesuatu yang terlalu aneh"
Sastrawan setengah umur itu tertawa dingin lagi:
"Kami tak usah mencari tahu tentang dirimu, lagi pula
aku pun tak usah mesti berpusing-pusing memikirkan
tentang kau." "Dalam organisasi rahasia kalian itu, sudah banyak
terbentuk manusia-manusia berbakat, aku pikir asal
manusia yang punya nama dalam dunia persilatan, mungkin
kalian sudah mempunyai catatannya semua tentang
mereka.," Sastrawan setengah umur itu tetawa hambar.
"Itu mah hanya persoalan yang merupakan tugas
sampingan, menurut apa yang kuketahui, dewasa ini hanya
ada dua orang manusia saja yang pantas untuk kami selidiki
dengan seksama, kau masih belum pantas untuk masuk
kedalam hitungan kami"
"Siapakah kedua orang yang kau maksudkan itu?"
"Si Dewa pincang Ui thong dan Siau hong" sahut
sastrawan setengah umur itu cepat.
Kian Hui seng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahh...haaah..haaah...bagus sekali! Asalkan Cu lote
memiliki kebanggaan tersebut, lohu pun turut membonceng
atas ketenarannya" Sastrawan setengah umur itu kembali tertawa.
"Dia telah memancing perhatian kami, aku pikir dia pun
sudah hampir mendekati ajalnya"
"Dengan mengandalkan kemampuanmu ini, jangan harap
bisa membunuh Cu Siau hong!"
"Dia amat berharga sekali batok kepalanya saja laku tiga
ribu tahil emas murni"
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu
Cu Siau hong sudah melayang turun dari balik batu cadas
sembari menyambung: "Aaaah, aku sama sekali tidak tahu kalau diriku
mempunyai nilai yang begitu besar, tapi aku ingin tahu
berapakah nilai untuk Cu Siau hong dalam keadaan hidup?"
"Lima ribu tahil emas murni"
Cu Siau hong segera bersiul sambil menghembuskan
napas panjang: "Wooow...setiap jengkal tulangku benar-benar bernilai
emas, aku Cu Siau hong sama sekali tidak menyangka
kalau diriku memiliki kehormatan yang begitu besar.."
Sesudah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh:
"Aku Cu Siau hong sudah banyak mengobrak-abrik
rencana bagus kalian, perbuatanku ini pantas bila
menggairahkan kalian untuk membunuhku, tapi mengapa
pula kalian hendak menghadapi si Dewa pincang Ui
thong...?" Sastrawan setengah umur itu tertawa:
"Kenapa?" dia balik bertanya, "Apakah kau pun kenal
dengan si Dewa pincang Ui Thong?"
"Boanpwe memang beruntung sekali dapat berjumpa
muka dengan dia orang tua"
"Tampaknya apa yang dikatakan Kim Yu memang benar,
dia bilang kau pasti pernah bersua dengan Ui Thong"
Cu Siau hong sangat menaruh perhatian atas
pembicaraan mereka, tiba-tiba tanyanya:
"Siapakah Kim Yu itu?"
"Kim Yu adalah Kim Yu, bila kau ingin tahu siapakah dia,
hanya ada satu cara saja"
"Bagaimana caranya?"
"Turut aku untuk pergi menjumpainya!"
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Apakah hal ini tidak berarti melenyapkan rejeki di depan
mata?" dia berseru. "Ooohhhh..." "Jangan lupa, nilai tubuhku adalah lima ribu tahil emas
murni!" Kembali sastrawan setengah umur itu tertawa.
"Ada satu hal aku lupa untuk memperingatkan kepada Cu
lo heng, aku pun bisa dibilang sebagai salah seorang yang
mengeluarkan uang hadiah tersebut"
"Aaaah, kalau begitu maaf, dari lima ribu tahil emas
murni tersebut berapa yang sanggup kau bayar?"
"Terlalu banyak yang kau pikirkan, mungkin di hati
kecilmu juga tahu aku tak bakal memberitahukan
kesemuanya itu secara terperinci kepadamu"
"Padahal, sudah banyak sekali yang kau ucapkan.." kata
Cu Siau hong. Sesudah tertawa, lanjutnya:
"Padahal, sekalipun kau tidak berbicara kami pun tak
akan banyak bertanya..."
Selesai berkata, dia pun segera menutup mulutnya
rapat-rapat. Sambil tertawa sastrawan setengah umur itu berkata
lagi: "Cu Siau hong mau tak mau lohu harus mengagumi atas
kehebatanmu..." Cu Siau hong tidak berbicara apa-apa dan hanya
tertawa. "Bagaimana cara kalian masuk kemari?" tanya sastrawan
setengah umur lagi. "Setiap orang bisa bermain sulap, teknik untuk bermain
sulap pun berbeda, bagaimana mungkin aku bisa
memberitahukan teknik tersebut kepadamu?"
"Aku pikir, kau memang tak akan menerangkan secara
jelas.." "Sayang sekali kau salah menduga" tukas Cu Siau hong,
"Aku justru akan memberi keterangan kepadamu. Kami
mempunyai dua orang sahabat yang dibesarkan diwilayah
bukit Thay san, dia mengetahui kalau disini terdapat sebuah
jalan tembus, maka kami bisa sampai disini dengan cepat,
bahkan bisa pula meloloskan diri dari penghadangan serta
pembunuhan yang kalian lakukan"
Sastrawan setengah umur itu segera tertawa.
"Bagus! Bagus! Benar-benar suatu tindakan yang sama
sekali diluar dugaan, sayang sekali Cu Siau hong, sekarang
kalian sudah terperosok lagi kedalam perangkap"
"Maksudmu?" "Apakah Cu siauhiap belum melihat jelas keadaan situasi
dari tebing Yang jit gay ini?"
"Sudah kulihat jelas"
"Tampaknya tempat ini merupakan suatu tempat yang
tembus kemana-mana, padahal yang pasti adalah sebuah
tempat yang mematikan"
"Apakah keadaan tersebut ada sangkut pautnya dengan
kalian?" "Benar" sastrawan setengah umur itu mengangguk.
"Apakah Pena wasiat ada hubungannya pula dengan
kalian?" kembali Cu Siau hong bertanya.
"Benar!" sastrawan setengah umur itu tertawa.
"Pena wasiat merupakan seorang tokoh dunia persilatan
yang dihormati oleh setiap umat persilatan di dunia ini, aku
pikir dia tak akan berkompromi dengan kalian untuk
melakukan pelbagai kejahatan di dunia ini.."
Kembali sastrawan setengah umur itu menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya:
"Cu Siau hong, kendatipun kau adalah seorang anggota
dunia persilatan, namun kau berasal dari keluarga
pembesar yang berpendidikan tinggi, kalau berbicara lebih
baik tahulah sedikit sopan santun"
Cu Siau hong merasa terperanjat sekali, segera pikirnya:
"Moga-moga saja mereka tidak berhasil menyandera
keluargaku untuk dijadikan sebagai senjata guna menekan
diriku" Berpikir demikian, dengan mempertahankan ketenangan
wajahnya ia berkata: "Saudara, siapa namamu?"
Sastrawan setengah umur itu termenung sejenak,
kemudian sahutnya pelan: "Aku bernama Tan sianseng!"
"Seharusnya kau mempunyai nama lengkap bukan?"
tegur Kian Hui seng dingin.
"Ada, cuma aku tidak perlu memberitahukan kepada
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalian, manusia-manusia seperti kalian masih belum pantas
untuk menyambut nama lengkapku"
Kian Hui seng menjadi gusar bukan kepalang, ia segera
berteriak keras: "Saudara Cu, menyingkir kau! Aku akan member
pelajaran lebih dulu kepada manusia tekebur ini"
"Toako, tenangkanlah hatimu, yang kita hadapi sekarang
adalah seorang musuh yang amat licik, jahat dan buas,
bagaimanapun juga kita harus menggunakan segenap
kekuatan yang kita miliki, kecerdasan yang kita punya
untuk bertarung melawan mereka"
Kian Hui seng menarik napas panjang-panjang untuk
menekan hawa amarah yang membara di dalam dadanya,
dia berusaha untuk menenangkan kembali gejolak perasaan
dalam hatinya, kemudian pelan-pelan berkata:
"Betul! Saudaraku, watakku memang kelewat
berangasan, gara-gara watak seperti ini entah berapa
banyak kerugian sudah yang pernah kualami, tapi herannya
penyakit tersebut belum juga berubah"
"Silahkan toako menyingkir dan beristirahat dahulu
disamping, siaute hendak mengajaknya untuk
membicarakan persoalan ini dengan seksama.."
Kian Hui seng tersenyum. "Saudaraku, kalau begitu aku akan melindungimu dari
sisi arena.."ucapnya.
Cu Siau hong segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Tan sianseng, lalu katanya sambil tertawa:
"Tan Toa sianseng..."
"Kau tak usah menambahkan kata 'toa' diatas
sebutanku" tukas Tan sianseng cepat.
Mendengar itu, diam-diam Cu Siau hong berpikir:
"Tampaknya sebutan Toa sianseng hanya tertuju untuk
beberapa orang tertentu saja, orang ini masih belum berhak
untuk disebut sebagai toa sianseng.."
Berpikir sampai disitu, diapun membungkam diri dalam
seribu bahasa. "Cu Siau hong, tampaknya kau selalu memperhatikan
kami" seru Tan sianseng lagi.
"Benar!" "Kami telah merundingkan persoalan ini secraa teliti!"
kata Tan sianseng kemudian setelah termenung sejenak,
"Terhadap kau, kami sudah mempunyai suatu cara yang
sangat lunak" "Cara yang sangat lunak" Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?" ucap Cu Siau hong tertawa.
"Cara tersebut memang kami susun untuk menghadapi
dirimu, tentu saja kuucapkan kepadamu"
"kalau begitu, silahkan diutarakan"
"Pertama, kita boleh mengesampingkan masalah lampau
dan menghapus semua utang piutang kita di masa lalu,
kedua, kami hendak menawarkan suatu kedudukan yang
sangat tinggi didalam organisasi kami"
"Menghapus semua hutang piutang dimasa lampau"
Hutang piutang apa sih yang terjalin diantara kita?"
"Kau telah banyak membunuh orang-orang kami,
sekarang kami tak akan mempersoalkan kembali"
"Tan sianseng, dengan tingkat kedudukanmu aku rasa
kau bukan lagi berbohong bukan?"
"Yang diutamakan oleh umat manusia adalah janji, boleh
saja kami pergunakan berbagai cara yang paling keji untuk
menghadapi musuh, tapi kami tak akan berbohong"
"Baik! Ada dua masalah yang mencurigakan hatiku,
harap sianseng sudi member penjelasan"
"Katakanlah!" "Aku ditawari kedudukan yang sangat tinggi sampai
dimanakah tingkatan tersebut" Apa pula manfaatnya
bagiku" Kedua, peristiwa berdarah didalam perkampungan
Ing gwat san ceng, dimana perguruan Bu khek bun telah
dimusnahkan, apakah hal tersebut merupakan hasil karya
dari kalian semua?" "Kedudukan yang tinggi tentu saja merupakan
kedudukan amat tinggi sekali, berbicara didalam susunan
organisasi kami, boleh dibilang kau menempati kursi
kelima" "Kau sendiri pada urutan keberapa?"
Diam-diam Tan sianseng termenung sebentar, kemudian
katanya: "Cu Siau hong, aku hanya dapat memberitahukan
kepadamu, kedudukanmu itu masih berada diatasku"
Cu Siau hong segera tertawa hambar.
"Peristiwa ini terlalu tiba-tiba datangnya, mengapa sih
kalian memandang begitu tinggi atas diriku?"
"Ada orang telah mengangkat pamormu"
"Siapa?" "Aku tak bisa memberitahukan siapakah orang tersebut
kepadamu" "Inilah alasannya mengapa kau bersikap kelewat
sungkan terhadap diriku?"
"Betul, setelah kau bergabung dengan organisasi kami,
semuanya mempunyai hubungan ini dan kita pun bisa saling
bantu membantu" "Baik! Sekarang kita bicarakan dulu persoalan kedua,
kau masih belum memberi jawaban kepadaku"
Tan sianseng termenung sampai lama sekali, kemudian
baru berkata: "Memang organisasi kami yang mencampuri urusan
tersebut, cuma dalam peristiwanya sendiri, bahkan kami
sendiri pun tidak tahu"
"Mengapa?" "Persoalan tersebut hanya suatu peristiwa kecil,
persoalan yang kecil sekali, orang yang berdiam disitu dan
bertanggungjawab atas terlaksananya peristiwa mana
sudah dapat mengambil keputusan sendiri terhadap soalsoal
disana" "Kau maksudkan Ji kongcu dari Kebun raya Ban hoa
wan?" "Dia telah tiada, aku harap kau pun tak usah mendesak
lebih lanjut tentang persoalan tersebut"
"Tan sianseng, dari perguruan Bu khek bun masih
terdapat beberapa orang pengkhianat yang melarikan diri,
apakah mereka semua berada didalam oraganisasi itu?"
Tan sianseng tersenyum. "Bila kau ingin menghukum mati mereka semua, paling
baik kalau bergabung dulu dengan organisasi kami, dengan
kedudukan yang ditawarkan kepadamu setiap saat kau bisa
mencari kesalahan mereka dan menghabisi nyawa orangorang
itu" "Tan sianseng, persoalan ini terlampau besar dan berat,
tentunya kau tidak mengharapkan jawaban spontan dariku
bukan?" "Sekarang keadaannya terlalu gawat dan mendesak,
makin cepat kau bisa mengambil keputusan semakin baik"
"Bagaimana kau member waktu selama tiga hari
untukku?" Dengan cepat Tan sianseng menggelengkan kepalanya
berulangkali, sahutnya: "Tidak bisa, kelewat lama, sebelum matahari terbenam
sore nanti, kau harus sudah memberikan keputusannya"
"Mengapa harus begitu terburu-buru?"
"Lusa adalah saat munculnya Pena wasiat disini, kita
harus menyelesaikan semua persiapan sebelum
kemunculannya disini"
Cu Siau hong merasakan hatinya bergetar keras, segera
pikirnya: "Mungkinkah dugaanku keliru" Benarkah Pena wasiat
tiada sangkut pautnya dengan mereka?"
Dengan pelbagai kecurigaan dan perasaan tidak habis
mengerti mencekam benaknya, ia tertawa lagi:
"Kalian hendak menghadapi Pena wasiat?"
"Untuk membicarakan persoalan ini, harus ditunggu dulu
sampai Cu kongcu telah bergabung dengan kami"
"Ehhmm, betul juga perkataanmu itu, cuma kalau begitu
mendesak waktunya, aku merasa kesulitan untuk
mengambil keputusan secara pasti"
"Tapi kau harus memutuskannya juga"
"Jadi kalian hendak memaksaku?"
"Cu Siau hong, kau harus mengerti, organisasi kami
terlalu besar dan luas pengaruhnya, ketajaman mata dan
pendengaran kami pun luar biasa, kami selamanya
bertindak dengan menggunakan cara apa saja, kepunahan
Bu khek bun merupakan bukti yang paling jelas. Aku harap
Cu kongcu jangan sampai menyeret pula orang lain
terjerumus dalam keadaan yang merugikan mereka"
Seakan-akan dadanya kena dihantam orang keras-keras,
Cu Siau hong merasakan hatinya bergolak keras.
Tapi Cu Siau hong masih berusaha untuk menahan diri,
katanya sambil tertawa: "Mereka bukan anggota persilatan, kecuali aku, keluarga
Cu lainnya sama sekali tidak mengerti akan ilmu silat"
"Itulah sebabnya kami tak pernah mencari mereka untuk
membuat pembalasan, namun kami dapat merasakan
mereka mempunyai suatu kekuatan besar yang
mengikutimu, oleh sebab itu mau tak mau kami harus
merepotkan mereka semua"
"Kalian telah turun tangan?"
"Belum, bila kau telah bergabung dengan perkumpulan
kami, berarti kedudukan luar biasa sekali, sebelum kau
mengambil keputusan yang terakhir, siapapun tak berani
mencelakai lo tayya dan lo hujin"
"Oleh sebab itu kau hendak memaksaku untuk tunduk
dibawah perintah kalian?"
"Cu kongcu, aku telah kemari dan kau boleh menegurku,
berganti dengan orang lain pun aku masih tetap sama saja"
"Besok siang aku akan member jawaban kepadamu"
"Terlalu lambat, paling lambat adalah besok pagi"
"Baik! Besok sebelum matahari terbit, kita berjumpa lagi
di tempat ini" "Baik, bagaimanapun juga aku menginginkan suatu
jawaban yang pasti..."
"Aku dapat memberikan suatu jawaban yang memuaskan
untukmu" kata Cu Siau hong.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung
lebih jauh: "Tan sianseng, dewasa ini segala sesuatunya sudah
tertera dengan jelas, aku rasa kau pun tak usah
merahasiakan hal ini lagi?"
"Oooh.. apa yang ingin kau ketahui?" tanya Tan sianseng
dengan wajah tertegun. "Aku ingin tahu sebenarnya apa maksud tujuanmu"
Mengapa membunuhi orang-orang Bu khek bun, dan
mengapa pula turun tangan disaat Bu khek bun sedang
menghadapi serangan dari luar?"
"Terlalu banyak yang kau tanyakan, padahal
kesemuanya itu sudah pernah kujawab" kata Tan sianseng
sambil tertawa. "Sekalipun pernah kau singgung, toh jawaban tersebut
kurang jelas, aku berharap bisa mengetahui latar
belakangnya secara lebih jelas lagi.."Tan sianseng tertawa.
"Rasa ingin tahumu terlalu besar, keinginan untuk
mengetahui duduknya persoalan pun kuat sekali"
"Dengan susah payah dan mempertaruhkan keselamatan
jiwa, aku hanya bermaksud untuk mencari tahu dimanakah
alasannya sehingga kejadian seperti ini berlangsung?"
Kembali Tan sianseng tertawa.
"Ehmm, Cu Siau hong, aku pun ingin mengajukan
beberapa pertanyaan kepadamu, apakah kau bersedia
untuk menjawab?" "Maksudmu hendak bertukar pertanyaan?"
"Benar! Satu pertanyaan dibayar dengan satu
pertanyaan, satu jawaban dibayar pula dengan satu
jawaban, bagaimana" Bukankah hal ini adil sekali?"
"Adil sekali, sekarang kau hendak menjawab lebih dulu
ataukah ingin bertanya lebih dulu?"
"Aku akan menjawab sebuah pertanyaan dari Cu Siau
hong lebih dulu, musibah yang menimpa Bu khek bun
merupakan wewenang dari Kebun raya Ban hoa wan, lagi
pula mereka menghadapi perkumpulan kalian pun bukan
merupakan suatu persoalan yang maha penting, namun
setelah peristiwa memang ada laporang singkat yang masuk
dan diserahkan kepada Toa sianseng, akupun sempat
membaca laporan itu"
"Aku rasa jawabanmu itu tidak mirip dengan sebuah
jawaban yang baik.." kata Cu Siau hong sambil tertawa.
"Menurut laporan nama dari perkumpulan kalian sudah
terdapat beberapa orang saudara yang bergabung dengan
organisasi kalian tapi rahasia mereka sudah diketahui oleh
gurumu Tiong Leng kang bahkan gurumu sebagai seorang
ciangbunjin dari suatu perkumpulan Bu khek bun yang kecil
sangat tak tahu diri dan berani bersekongkol dengan pihak
Pay kau dan Kay pang untuk bersama-sama menyelidiki
suatu rahasia besar dalam dunia persilatan"
Sesudah berhenti sejenak, Tan sianseng berkata lebih
jauh. "Terpaksa kami pun membunuhnya untuk
menghilangkan jejak sedangkan mengenai pilihan kami
untuk bertindak disaat orang Pak hay khi bun sedang
melakukan penyerbuan, hal ini merupakan suatu teknik
penyerangan, kami mempunyai kekuatan yang maha besar,
kami pun mempunyai ketajaman mata dan pendengaran
yang luar biasa, tapi untuk mengatasi gerak-gerik dari
musuh yang terpenting adalah memilih cara yang paling
sederhana serta memanfaatkan kesempatan yang paling
baik untuk turun tangan"
"Sesungguhnya kejadian ini memang amat sederhana,
tapi berhubung peristiwa itu berlangsungnya agak
misterius, sehingga akibatnya mendatangkan suasana yang
serba aneh dan rahasia bagi orang lain"
Cu Siau hong termenung beberapa saat lamanya,
kemudian berkata lagi: "Sebelum melakukan penyelidikan yang lebih mendalam,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terpaksa aku harus mempercayainya untuk sementara
waktu" "Tolong tanya, semua kepandaian silat yang dimiliki Cu
siauheng ini diperoleh dari mana" Bu khek bun tak akan
berhasil mendidik seorang murid seperti kau"
"Jurus pedang maupun jurus pukulan tangan kosong,
kuperoleh dari dalam sejilid kitab tanpa nama, apakah Tan
sianseng mempercayai akan hal ini?"
"Oooh, dari sejilid kitab tanpa nama?"
"Aku pikir, kiam boh tersebut seharusnya mempunyai
nama, tapi setelah berada ditanganku menjadi tak karuan
lagi bentuknya hingga tak bernama lagi"
"Mengapa demikian?"
"Sederhana sekali alasannya, karena sampul depan
maupun sampul belakang kiam boh tersebut telah dirobek
orang, ditengah lembaran kitab itu pun banyak tulisan yang
telah dihapus orang"
"Perbuatan siapakah itu" Apakah ada seseorang yang
sengaja menghapus nama dari kiam boh itu sebelum
diserahkan kepadamu?"
"Benar!" "Mengapa demikian" Sejilid kitab kiam boh yang punya
nama, kenapa harus dihapus nama aslinya" Bukankah
dengan demikian akan menghilangkan makna dan nilai yang
sebenarnya dari kitab tersebut?"
"Ehmm, kemungkinan besar dia memang tidak berniat
untuk mewariskan lagi kitab tersebut kepada orang lain,
maka setelah aku berhasil mempelajari ilmu silat yang
tercantum didalam kitab pusaka tersebut, kitab mana telah
kumusnahkan" "Telah kau musnahkan?" seru Tan sianseng sambil
tertawa terbahak-bahak. "Benar!" "bagus, bagus sekali, tindakan ini benar-benar
merupakan suatu tindakan yang sama sekali tidak
meninggalkan jejak" "Sekarang, tentunya kau dapat memberitahukan
kepadaku apa yang menjadi tujuan dari organisasi mu
bukan?" "Tentang soal ini" Hanya bisa kukatakan besok pagi"
kata Tan sianseng cepat. Kemudian setelah menjura, katanya lagi:
"Sekarang, pikirkanlah persoalan ini secara baik-baik,
aku hendak mohon diri lebih dulu"
Seusai berkata, dia membalikkan badan dan segera
berlalu. Cu Siau hong tidak menghalangi kepergiannya, dia
hanya mengawasi bayangan punggungnya dengan wajah
termangu. Kepergian Tan sianseng cepat sekali, oleh sebab
itu dia tak sempat untuk menyapa kedua orang anak
buahnya lagi. Namun Cu Siau hong juga segera melepaskan mereka.
Dua orang jago berbaju hitam itu memandang sekejap ke
arah Cu Siau hong, kemudian membalikkan badan dan
berlalu dari situ. "Benar-benar sekelompok manusia yang dingin, aneh
dan sama sekali tak tahu peraturan" ucap Kian Hui seng
kemudian, "Kau telah melepaskan mereka, juga
mengampuni selembar nyawa mereka, namun mereka
sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun kata
terima kasih" "Entah dendam kesumat atau budi kebaikan yang
mereka catat atas diriku" Kata Cu Siau hong pula.
--------oooo---------- Bagian 68 Tiba-tiba Thian Pak liat menimbrung dari samping:
"Sekarang mereka telah pergi semua, budi atau dendam
biarkan saja mereka yang tetapkan, besok kita masih
dihadapkan dengan suatu masalah yang amat penting, aku
perlu untuk mengajak saudara Cu memperbincangkan
masalah ini" "Pertama, ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat lihay,
dua orang jago golok berbaju hitam itu tidak mirip dengan
orang yang memiliki kepandaian tinggi namun ilmu golok
mereka telah mencapai tingkatan jago golok nomor wahid
di kolong langit, seandainya sampai terjadi pertarungan
antara kedua belah pihak sudah pasti banyak korban yang
berjatuhan di pihak kami, mereka yang bisa mengajak
orang-orang itu bertarung pun hanya beberapa orang saja"
Cu Siau hong manggut-manggut:
"Benar, itulah sebabnya paling baik kita jangan
menggunakan taktik pertarungan masal untuk menghadapi
mereka" "Kedua, saudara Cu tampaknya sedang menghadapi
suatu kesulitan yang sangat besar"
"Benar, mereka bilang sudah berhasil menemukan
keluargaku, padahal keluarga kami adalah keluarga pelajar,
kecuali aku seorang, belum pernah ada yang belajar ilmu
silat" "Saudaraku, keluargamu terdiri dari siapa saja?" tanya
Kian Hui seng tiba-tiba. "Diatasku terdapat kakek dan nenek kemudian orang
tuaku, seorang kakak perempuan dan seorang adik kecil,
disamping itu terdapat pula belasan orang sobat kakek yang
sudah mengikuti keluarga kami sejak belasan tahun
berselang, jumlah keluarga kami mencapai tiga puluhan
orang" "Aaaai, kawanan manusia tersebut benar-benar
merupakan kelompok manusia rendah, mengapa mereka
Petualang Asmara 15 Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian Kidung Senja Di Mataram 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama