Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 24

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 24


beraninya cuma mencari orang yang tidak mengerti akan
ilmu silat" kata Kian Hui seng.
"Selama ini mereka selalu bertindak tanpa
memperdulikan cara apa yang hendak dipergunakan"
"Saudara Cu, apakah disebabkan karena masalah ini
maka kau merasa serba salah?" tanya Thian Pak liat.
Cu Siau hong tertawa getir:
"Aku tak ingin keluargaku mendapat celaka karena aku,
tapi aku lebih-lebih tak ingin menerima gertak sambal
mereka" Kian Hui seng mendadak depakkan kakinya berulangkali
sembari berseru: "Seharusnya kita sudah memikirkan persoalan ini sedari
dulu, terus terang saja kukatakan seandainya aku yang
berada dalam posisi seperti apa yang kau hadapi sekarang,
aku pun tak bisa mengambil keputusan apa-apa"
"Itulah sebabnya aku membutuhkan waktu selama
semalam, aku harus memikirkan persoalan ini dengan
sebaik-baiknya" Sementara itu, Si Eng telah berjalan mendekat.
"Hanya ada satu cara yang bisa kita coba!" katanya
sambil menghampiri mereka.
"Harap kau suka member petunjuk!"
"Mencari bantuan orang-orang Kay pang, seandainya kau
mempunyai suatu hubungan yang luar biasa dengan orang
Kay pang, mereka dapat memindahkan seluruh keluargamu
itu ke suatu tempat yang rahasia dan terpencil dalam waktu
singkat" "Baik, mari kita kembali dulu"
Setibanya di dusun keluarga pemburu itu, Cu Siau hong
menyaksikan Oh Hong cun dan Pek bi taysu sekalian telah
melakukan persiapan yang amat seksama dan teliti di
sekeliling tempat itu. Ada yang bertugas melakukan
pengintaian, ada yang bertugas melepaskan senjata
rahasia, ada pula yang bertugas sebagai penyambut, dusun
yang kecil itu sudah mereka rubah menjadi sekokoh
benteng baja. Waktu itu Cu Siau hong masih sanggup untuk
mengendalikan perasaan gelisah dalam hatinya, setelah
memeriksa persiapan yang berada di sekeliling tempat itu,
dia baru mengundang datang Ong Peng, Tan Heng dan
Seng Tiong gak sekalian. Selisih waktunya hanya semalaman, mungkin dengan
cara apa pun, keadaan sudah tak sempat lagi. Oleh sebab
itu mereka harus dikumpulkan untuk bersama-sama
merundingkan keadaan tersebut.
Setelah Cu Siau hong menerangkan duduk persoalan
yang sebenarnya, Ong Peng dan Tan Heng mengerutkan
dahinya rapat-rapat. Sekalipun pihak Kay pang dapat melaksanakan tugas ini
dengan sebaik-baiknya, namun mereka berdua tak mampu
untuk menyampaikan kabar tersebut kepada pihak Kay
pang. Sejak mereka mendapat perintah untuk mengikuti Cu
Siau hong, boleh dibilang hubungan mereka dengan pihak
Kay pang sudah putus. Setelah termenung sejenak, Tan Heng baru pelan-pelan
berkata: "Selisihnya sama saja, kita membutuhkan waktu, mereka
pun membutuhkan waktu, tapi kita mempunyai watu
semalam lebih banyak, aku rasa baiklah aku keluar gunung
untuk mencoba mengadakan hubungan kontak dengan anak
murid Kay pang." "Persoalan ini penting sekali artinya, tanpa keyakinan
seratus persen jangan dicoba dengan sembarangan" seru
Oh Hong cun cepat. "Asalkan kita masih mempunyai sedikit kesempatan, apa
salahnya untuk dipertaruhkan"
"Cuma didalam hal ini, Ui lopangcu seharusnya sudah
memikirkan sampai kesitu, masa dia tidak melakukan suatu
persiapan yang matang?"
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang:
"Bagi aku Cu Siau hong, hal ini benar-benar merupakan
suatu cobaan yang maha besar"
Suasana di arena menjadi amat hening, sepi dan tak
kedengaran sedikit suara pun, berpuluh-puluh pasang mata
bersama-sama dialihkan ke tubuh Cu Siau hong. Dalam
menghadapi masalah yang begini besar dan berat, tiada
orang yang berani mengemukakan pendapat secara
sembarangan, terpaksa mereka harus menunggu keputusan
Cu Siau hong sendiri. Lama kemudian, Cu Siau hong baru pelan-pelan berseru:
"Ong Peng, Tan Heng!"
Ong Peng dan Tan Heng bersama-sama membungkukkan
badan sambil mengiakan: "Hamba ada disini"
"Kalian berdua harap turun gunung!" perintah Cu Siau
hong kembali dengan suara pelan.
"Kongcu, belum tentu kami bisa keluar dari sini..." seru
Ong Peng cepat. "Bagaimana" Apakah kau takut mati" Paling banter toh
mengorbankan selembar jiwa" sela Tan Heng cepat.
Ong Peng tertawa hambar. "Tan Heng, mati hidup kita soal kecil, tapi bila berita
tersebut tak bisa disampaikan ke tempat tujuan sehingga
menyia-nyiakan harapan kongcu, kita bisa mati dengan
mata tak meram" "Yaa, betul juga perkataanmu itu!" kata Tan Heng
dengan wajah tertegun, Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan maju beberapa
langkah kedepan, kemudian sambil bergendong tangan
memandang awan putih di tengah angkasa, pelan-pelan dia
berkata: "Betul, sekali pun kau bisa keluar dari sini pun belum
tentu bisa memenuhi apa yang kuharapkan, kalau toh tidak
bermanfaat dengan keadaan yang sesungguhnya, lebih baik
tak usah pergi saja"
"Kongcu, hamba..."
"Tak usah dibicarakan lagi" tukas Cu Siau hong sebelum
Ong Peng menyelesaikan perkataannya, "Biar aku seorang
berpikir dengan tenang, besok aku dapat memberikan suatu
keputusan yang paling tepat, nah sekarang kalian boleh
pergi dulu" Di hari-hari biasa dia selalu bersikap ramah dan
merendah kepada siapa pun, terhadap orang lain menyebut
saudara, dia pemberani dan banyak akal dan cerdas,
memberikan semacam kekuatan yang amat teguh dan
pasti, asla dia hadir disitu setiap orang akan merasakan
semacam kekuatan besar yang menunjang dirinya.
Itulah langkah dari seorang pemberani atau dengan
perkataan lain bekerja bersamanya pasti akan berhasil
mencapai suatu kesuksesan. Semacam perasaan kagum
yang tumbuh di hati seseorang dimana berubah menjadi
suatu kemantapan. Tapi sekarang, Cu Siau hong telah menjumpai persoalan
yang amat berat. Setiap orang ingin sekali membantunya
bahkan bersedia mengorbankan selembar jiwanya
sekalipun. Tapi sayang sekali setiap orang tak dapat
memberikan bantuannya itu. Hari sudah larut, namun Cu
Siau hong masih tetap berdiri dengan tenang. Lik Hoo
sudah menyulut lampu, Ui Bwee membawa semangkuk
kuah ayam pelan-pelan berjalan ke sisi Cu Siau hong,
kemudian bisiknya dengan suara lirih:
"Kongcu, kini sudah mendekati kentongan kedua,
seharian ini kau belum makan sesuap makanan pun,
minumlah kuah ayam ini"
Pelan-pelan Cu Siau hong berpaling dan memandang
sekejap kearah Ui Bwee, kemudian ujarnya sambil tertawa
hambar: "Oooh, sudah kentongan kedua lebih..."
Dia sambut mangkuk tersebut dari tangan Ui Bwee,
kemudian sekali teguk menghabiskan kuah ayam tersebut.
Ui Bwee memandang kearah si anak muda itu dengan
pandangan lembut dan penuh perasaan kasih, kemudian
bisiknya lirih: "Kongcu, konon kau masih akan bersua muka dengan
musuh tangguh.." "Betul!" "Kalau memang begitu, sudah seharusnya kongcu pergi
beristirahat..." "Terima kasih, aku memang sudah sepantasnya
beristirahat" "Kongcu, Kian tayhiap telah datang menjengukmu, dia
berhenti sejenak disitu tapi kemudian berlalu tanpa
mengusik ketenanganmu"
Cu Siau hong manggut-manggut, didalam kenyataan
orang lain memang tak dapat membantu apa-apa
kepadanya, dia sendirilah yang harus mengambil keputusan
tentang soal ini. "Kongcu, kau membutuhkan kondisi badan yang baik
untuk menghadapi masalah besar ini" ucap Ui Bwee,
"Sammoay telah mempersiapkan sebaskom air panas,
budak sekalian sudah siap melayanimu untuk
membersihkan badan sebelum pergi beristirahat"
"Baik, kalau begitu akan merepotkan kalian" ucap Cu
Siau hong sambil tertawa.
Dia memang seorang pemoda yang mengutamakan soal
berterus terang dalam melakukan perbuatan apa saja,
bukan seseorang yang terlalu mempersoalkan segala adat
istiadat. Dalam kenyataannya, semenjak Lik Hoo, Ui Bwee
dan Ang Bo tan mengikuti Cu Siau hong, mereka s elalu
mengurusi soal kehidupan serta kebutuhan sehari-harinya,
tapi baru pertama kali ini Cu Siau hong memperoleh
pelayanan seperti apa yang diterimanya saat ini.
Tentu saja ketiga orang itu merasa gembira sekali atas
kesediaan pemuda tersebut.
Tampaknya Cu Siau hong sudah tidak mempersoalkan
tentang keadaan tersebut lagi, dia membiarkan ketiga
orang perempuan tersebut bertindak sekehendak hati
mereka. Selama ini dia hanya memejamkan matanya rapatrapat
dan memikirkan bagaimana caranya untuk
menghadapi persoalan yang dihadapinya besok pagi.
Ketiga orang perempuan itu bertindak dengan sepenuh
hati, terhadap Cu Siau hong mereka memang menaruh
perasaan hormat dan sayang yang sangat mendalam,
namun tak pernah tumbuh pikiran sesat didalam hati
mereka. Dengan segala upaya yang dimilikinya mereka berusaha
membuat Cu Siau hong merasa nyaman membuat ia dapat
tidur dengan nyenyak. Jilid 54 Begitulah, dibawah buaian ketiga orang perempuan
tersebut, Cu Siau hong benar-benar sudah tertidur tanpa
terasa. Tidurnya kali ini benar-benar amat nyenyak, tahutahu
kentongan kelima sudah menjelang tiba.
Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan masih berada didalam
kamar, mereka tak ada yang pergi dari situ. Ui Bwee segera
membesarkan sumbu lampu sehingga suasana dalam
ruangan menjadi terang benderang. Udara di tanah
perbukitan amat dingin, sebuah selimut menutupi tubuh Cu
Siau hong. Ketika dia bangun dan hendak duduk, segera
diketahui dia tidak mengenakan pakaian.
Dengan perasaan kaget buru-buru dia menarik selimut
kemudian sambil tertawa kata si anak muda itu:
"Bagaimana, apakah kalian semua tidak tidur?"
Ui Bwee mendekat sambil membawa sepotong celana
baru, katanya: "Kami kuatir akan mengganggu persoalan kongcu, maka
selama ini berjaga disini, begitu fajar menyingsing kami pun
segera membangun kongcu"
Cu Siau hong tertawa: "Tindakan kalian memang sangat tepat karena janjiku
dengannya adalah di saat fajar baru menyingsing, kalau
terlambat lagi mungkin keadaan sudah keburu lagi"
Dengan langkah lemah gemulai Ang Bo tan berjalan
mendekat, kemudian katanya:
"Kongcu. Biar budak yang mengenakan pakaian
untukmu" Cu Siau hong segera tertawa:
"Aaah, tidak usah, kalian boleh mengundurkan diri,
sebab akupun harus segera berangkat"
Kami telah mempersiapkan sarapan untuk kongcu" bisik
Lik Hoo, "Kongcu, budak tahu apa yang harus dipersiapkan
lagi untukmu, namun aku mengerti bahwa kepergianmu kali
ini amat memedihkan hati"
Dengan cepatnya Cu Siau hong mengenakan pakaian,
kemudian berkata sambil tertawa"
"Apakah lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungan?" "Maaf kongcu, budak salah berbicara" seru Lik Hoo cepat.
Pelan-pelan dia menjatuhkan diri ke atas tanah.
Cu Siau hong segera membangunkan Lik Hoo dari atas
tanah, setelah itu ujarnya sambil tertawa:
"Lik Hoo, jangan berbuat begini, didalam janjiku hari ini,
baik soal semangat maupun kondisi badan, aku merasa sulit
untuk memikul semuanya itu, padahal hatiku sendiri juga
merasa agak ketakutan, sebab hingga kini aku masih belum
mengetahui bagaimana caranya untuk mengatasi persoalan
ini" "Kongcu, perlukah budak mengikuti dirimu?"
"Buat apa kalian kesana?"
"Kami tiga bersaudara pernah berjanji dengan kongcu.."
"Coba katakan, kekurangan apakah yang kumiliki"
Selanjutnya aku pasti akan berusaha untuk
memperbaikinya" "Kami adalah perempuan-perempuan rendah yang sudah
ternoda, kami tidak pantas untuk menjadi selir atau gundik
kongcu, namun dengan tulus hati kami akan
mempersembahkan sebuah hatiku kepadamu"


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lik Hoo, jangan berpikir demikian, kalian adalah sahabat
karib yang senasib sependeritaan"
Lik Hoo menghela napas panjang lagi.
"Aaai...perkataan ini sudah lama kuimpikan didalam hati,
setelah kuungkapkan hal ini, hatiku lega sekali"
"Aku tahu kalian sangat baik terhadap aku, itulah
sebabnya tengah malam tadi aku bersedia pula menerima
pertolongan kalian, namun dalam hati siaute sungguh mati
tidak mempunyai pikiran sesat terhadap kalian"
"Kami semua mengerti, tahukah kau kami pun merasa
gembira sekali karena dapat melayanimu".
Dalam pada itu, Ui Bwee sudah masuk sambil membawa
semangkok bakmi, bakmi kuah ayam yang ditambah
dengan sepiring telur dadar. Dengan cepatnya Cu Siau hong
menghabiskan semua hidangan tersebut lalu sambil
menyeka mulut, ujarnya sambil tertawa:
"Ehmmm, betul-betul sangat nikmat semoga saja aku
masih berkesempatan untuk mencicipi lagi di kemudian
hari" Dia menyambar pedang yang tergantung disisi
pembaringan dan berkata lagi:
"Sekarang, kalian pergilah tidur!"
Ketiga orang nona itu dengan keenam buah matanya
bersama-sama dialihkan ke tubuh Cu Siau hong:
Sesaat kemudian, Lik Hoo baru berkata lagi:
"Pakaian atas buatan ji moay, kaus kaki dan ikat
pinggang buatan sam moay, sedangkan celana adalah
jahitan budak" "Tak heran kalau pakaian ini terasa cocok sekali untuk
dipakai.." "Kongcu, kau harus baik-baik menjaga diri" kata Ui Bwee
kemudian, "Moga-moga saja kami dapat berbakti kembali
untuk kongcu" seru Ui Bwee cepat.
"Sauya!" kata Ang Bo tan pula, "Kau harus pulang
kembali dengan selamat, kami menantikan kedatanganmu
untuk melayani keperluanmu lagi.."
Entah sejak kapan ketiga orang perempuan tersebut
sudah melelehkan air matanya dengan sedih.Cu Siau hong
sendiri pun merasa sedikit tak dapat mengendalikan diri, dia
merasa jantungnya menjadi kecut dan buru-buru dia
bangkit sambil beranjak dari situ,
katanya: "Kalian bertiga pergilah beristirahat, siapkan
pula semangkuk mie ayam untukku bersantap siang nanti"
Setelah berlalu dari kamar, dia baru menggunakan ujung
bajunya untuk menyeka air mata yang meleleh dari kelopak
matanya. Kini hari sudah mendekati fajar, dalam lamat-lamatnya
kegelapan tampak di depan pintu rumah berdiri sederet
manusia. Mereka adalah Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong,
Hoa Wan, Jit hou, Su Eng beserta Seng Tiong gak, Kian Hui
seng dan Oh Hong cun. Kian Hui seng yang membuka suaranya lebih dulu,
setelah menghembuskan napas panjang katanya:
"Saudaraku, sudahkah kau mengambil keputusan?"
Cu Siau hong tertawa. "Belum mengambil keputusan yang utuh dan pasti, aku
ingin mengajak Tan sianseng itu untuk berbincang-bincang
kembali sebelum mengambil suatu keputusan"
"Cu lote, bagaimana kalau kita pergi bersama-sama
saja?" usul Oh Hong cun.
"Aku lihat tidak usah, toh penjagaan di tempat ini jauh
lebih penting daripada bersama-sama ikut kesana"
"Aku tahu, penjagaan disini memang amat penting,
namun semua persoalan disini telah kuserahkan kepada Pek
bi taysu?"Saudaraku" bujuk Kian Hui seng pula, "Kau tak
boleh tidak mempunyai perasaan waswas, apalagi kalau
sampai pergi seorang diri untuk menyerempet bahaya."
"Aku...." "Aku mengerti akan kesulitanmu, itulah sebabnya kami
semua akan mengikutimu, kami tak akan banyak berbicara
atau turut menimbrung pembicaraan kalian, segala
sesuatunya akan menuruti keputusanmu, bagaimanapun
yang kau katakan, akan kami lakukan pula demikian"
"Soal ini..soal ini.."
"Lote, kau jangan kuatir" kembali Oh Hong cun
membujuk, "Kita semua telah merundingkan persoalan ini
secara baik-baik, tentu saja kami tak akan memaksamu"
"Kalau toh kalian ingin turut, aku rasa tak perlu
berangkat kesana dengan rombongan sebanyak ini"
"Saudaraku, pokoknya aku si engkoh tua turut ambil
bagian" sambung Kian Hui seng cepat.
"Baik!" sahut Cu Siau hong manggut-manggut.
Jit hou, Su eng, Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong dan
Hoa Wan sekalian serentak berseru pula:
"Kongcu, kau tentunya mengajak kami bukan?"
"Waah, waah..kelewat banyak, aku rasa lebih baik Tan
Heng, Ong Peng, Hoa Wan dan Seng Hong berempat saja
yang ikut bersama diriku.."
Jit hou dan Su eng seperti ingin berbicara, namun niat
tersebut kemudian diurungkan.
Mendadak Seng Tiong gak maju kemuka dengan langkah
pelan, lalu ujarnya: "Siau hong, perlukah mengajak serta diriku?"
"Tidak berani merepotkan susiok!"
Seng Tiong gak segera manggut-manggut.
"Kalau memang begitu, aku pun tidak akan memaksa
lagi..." ujarnya. Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap kearah
Su eng serta Jit hou, lalu katanya lagi:
"Kalian harus baik-baik mendengarkan perkataan dari
Seng locianpwee, seandainya aku tak bisa kembali lagi,
kalian boleh mengikuti Seng susiok..mengerti?"Su eng dan
Jit hou segera menerima perintah sambil menundukkan
kepalanya. Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Kian Hui seng, kemudian serunya:
"Toako, mari kita berangkat!"
Kian Hui seng manggut-manggut, berangkatlah mereka
berdua meninggalkan tempat tersebut.
Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan berempat
mengikuti di belakang mereka dengan ketat.
Di tengah perjalanan Kian Hui seng berkata:
"Saudara, di dalam hal ini pihak Kay pang dan Pay kau
mengetahui paling banyak, paling tidak cara mereka untuk
mengancam kita seharusnya mereka pahami"
"Dalam hal ini, dulu siaute pernah memikirkannya, tapi
aku selalu merasa bahwa mereka bukan anggota persilatan,
seharusnya tidak bakal menerima gangguan dari pihak luar"
"Yaa, entah disimpan manusia macam apakah organisasi
tersebut, cara kerja serta tindakan yang mereka gunakan
pada hakekatnya jauh menyalahi peraturan biasa"
"Disinilah letak keseraman dari mereka, orang lain yang
tak berani melakukannya mereka berani melakukan, orang
lain yang tak sudi melakukannya berani mereka lakukan"
"Saudaraku" bisik Kian Hui seng kemudian, " Aku
mengetahui akan penderitaan semacam ini, dahulu ketika
istriku dan putriku mereka sandera, aku pun seolah-olah
kehilangan keberanian untuk melakukan perlawanan,
apalagi nenek, kakek, ayah dan ibumu serta anggota
keluarga lainnya sejumlah tiga puluh orang sudah terjatuh
ke tangan mereka, aaii! Saudaraku, hubungan lahir batin
apalagi kalau sampai hubungan darah daging memang
paling sukar dikendalikan orang"
"Yang terpenting sekarang adalah mereka tetap selamat
tanpa kekurangan sesuatu apa pun, mereka tak pandai ilmu
silat, selama ini pun tak pernah mengadakan hubungan
dengan orang persilatan, bencana ini timbul gara-garaku,
akulah yang telah mencelakai mereka"
"Oleh karena itu, aku merasa simpatik kepadamu, meski
kau kabulkan permintaan mereka, aku rasa umat persilatan
dapat memahami kesulitan yang sedang kau hadapi itu"
"Toako, sekarang aku benar-benar belum mengambil
keputusan, masalah tersebut lebih baik kita bicarakan
setelah berbincang-bincang dengan Tan sianseng saja!"
Sesudah memasuki lembah bukit, fajar baru saja
menyingsing di ufuk sebelah timur.
Cu Siau hong segera berkata lagi:
"Mungkin kedatangan kita sudah agak terlambat, mari
kita berjalan lebih cepat!"
Ketika tiba di tempat yang dijanjikan ternyata Tan
sianseng sudah datang duluan, dia sedang berdiri sambil
bergendong tangan. Cu Siau hong segera memberi tanda kepada Ong Peng
sekalian agar berhenti, sedang dia maju menyongsong
seorang diri. Tan sianseng masih berdiri bergendong tangan,
wajahnya menghadap ke ufuk timur, dimana setitik cahaya
merah baru saja muncul. Sambil berhenti berjalan dan menjura Cu Siau hong
menegur: "Kedatanganku tidak terlalu terlambat bukan?"
"Yaa, masih untung, sudah mengambil keputusan?"
"Sulit untuk diputuskan"
"Ooooh, mengapa?"
"Satu pihak adalah hubungan darah daging, di lain pihak
adalah keadilan serta kebenaran bagi umat persilatan,
bagaimana mungkin aku dapat mengambil keputusan
didalam waktu yang amat singkat ini?"
Tan sianseng tertawa. "Cu Siau hong, setiap perubahan yang drastis dari setiap
masalah besar memang pasti disertai oleh penderitaan, asal
kau dapat meronta dan melepaskan diri dari penderitaan
tersebut, aku yakin kau bisa mengambil keputusan dengan
cepat sebab keputusannya berada di tanganmu sendiri"
"Apakah tak bisa memberi waktu yang lebih banyak lagi
bagiku untuk berpikir?"
"Tidak bisa, keluarga Cu tiga generasi sedang
menantikan keputusan darimu"
"Apakah kau dapat menyampaikan keputusanku ini
keluar dari tempat ini?"
Mendadak Tan sianseng membalikkan badannya
menghadap ke arah Cu Siau hong, kemudian ujarnya
dengan suara dingin: "Di atas puncak bukit sana menanti seekor burung
merpati yang akan membawa keputusanmu, asal kuberi
tanda dengan ulapan tangan, maka burung merpati
tersebut akan segera terlepas dari sangkarnya dan terbang
di angkasa, aku rasa kau pun mengerti dengan jelas
sehingga tak usah kujelaskan lebih jauh"
"Paling baik bila bersedia menerangkan sampai sejelasjelasnya..."
"Kami telah mengambil keputusan untuk tidak masuk
kedalam perangkapmu, maka sebelum kemari, kami telah
mempersiapkan selembar surat perintah pembunuhan yang
diikat pada burung merpati tersebut, nasib dari tiga
generasi keluarga Cu akan berakhir bila surat perintah
tersebut dilepaskan"
"Seandainya segala sesuatunya menjadi kenyataan, aku
dapat membalas dendam dengan menggunakan segenap
kekuatan yang kumiliki"
Tan sianseng segera tertawa terbahak-bahak:
"Haah...haahh..haaah... bila kakekmu, ayahmu telah
mati, tapi mereka masih mempunyai nilai yang tak
terhingga bagi dirimu, mengertikah kau?"
Ucapan tersebut sudah jelas sekali artinya, yakni bila Cu
Siau hong ingin memperoleh kembali mayat tersebut, dia
harus membayar dengan harga yang tinggi.
Paras muka Cu Siau hong segera berubah menjadi amat
serius, ditatapnya wajah Tan sianseng lekat-lekat,
sementara wajahnya diliputi kemarahan serta hawa
pembunuhan yang berkobar-kobar.
Sambil tertawa kembali Tan sianseng berkata:
"Cu Siau hong, sudah banyak sekali kami menderita
kerugian besar ditanganmu, oleh sebab itu bila kami tidak
menggunakan cara seperti ini, sulit rasanya bagi kami untuk
menundukkan dirimu" "Apakah kalian tidak merasa cara kerja serta tindak
tanduk kalian itu cukup kejam?"
Tan sianseng tertawa dingin.
"Cu Siau hong, sekarang kami hanya membutuhkan
jawabanmu!" tukasnya ketus.
Cu Siau hong termenung sejenak, lalu ujarnya:
"Tan sianseng, mungkin sekali aku akan menyerah.."
"Bagus sekali" sambung Tan sianseng cepat, "Kau akan
memperoleh penghargaan dari Toa sianseng"
"Tan sianseng, perkataanku belum selesai kuutarakan"
"Toa sianseng telah menurunkan perintah, asal kau
bersedia menyerah kepada kami, syarat lainnya bisa kita
bicarakan lebih lanjut..."
"Sekarang, aku ingin tahu apakah keluarga Cu kami
berada dalam keadaan selamat?"
"Selamat!" sahut Tan sianseng tertawa.
"Aku ingin mengetahui keselamatan mereka dengan
mata kepala sendiri..."
"Soal ini, seharusnya dibuktikan dengan cara yang
bagaimana?" "Kata-kata kalian tak bisa dipercaya dengan begitu saja,
oleh sebab itu aku ingin membuktikan dengan mata
kepalaku sendiri" "Cu Siau hong, aku memahami maksud hatimu itu,
sayang sekali kami tak bisa memenuhi kehendak hatimu
itu" "Itu mah gampang sekali, aku telah memperoleh cara
lain sebagai pengganti cara itu"
"Bagaimana caramu?"
"Ajaklah ayahku untuk datang kemari berjumpa
denganku, asal aku mendengar dari mulutnya sendiri bahwa
dia sehat semua, aku akan mempercayai perkataan kalian"
Tan sianseng segera berkerut kening.
"Untuk melaksanakan hal ini, mungkin harus menunggu
sampai sepuluh atau setengah bulan lamanya"


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku bersedia menunggu, paling banter kita hanya
menunggu sampai sepuluh hari
atau setengah bulan lamanya"
Dengan cepat Tan sianseng menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Aku rasa permintaanmu itu sukar untuk dipenuhi"
"Aku tahu, kau tak akan bisa mengambil keputusan
tentang persoalan ini, lebih baik pergilah minta petunjuk
lebih dulu dari Toa sianseng! Kalian tidak lebih hanya
menginginkan agar aku jangan menampilkan diri serta
bermusuhan dengan kalian bukan" Aku dapat menunggu
selama lima belas hari, dalam lima belas hari ini aku akan
menyaksikan segala sesuatunya sambil berpeluk tangan
belaka dan tak akan mencampuri urusan siapa pun"
Apa yang dia katakan sekarang memang kedengarannya
bisa diterima dengan akal sehat, untuk sementara waktu
Tan sianseng tidak berhasil menemukan jawaban yang
tepat untuk membantah ucapan mana.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, dia pun
berkata: "Saudara Cu, ucapanmu itu memang masuk diakal, tapi
aku dapat merasakan bahwa kerja samamu dengan kami
bukan atas dasar kehendak yang tulus, melainkan hanya
dipaksakan oleh keadaan"
"Tak bisa dikatakan sebagai dipaksakan oleh keadaan,
sesungguhnya cara yang kalian pergunakan itu memang
kelewat berat dan lihay"
Tan sianseng tertawa. "Cu Siau hong berasal dari keluarga sastrawan yang
pernah menjadi pembesar, tampaknya kau sangat
memperhatikan sekali cara penggunaan kata-kata yang
tepat" "Pada hakekatnya masalah tersebut merupakan dua
masalah yang berbeda dan tak bisa dijadikan satu apabila
hal ini benar-benar disebabkan oleh tekanan keadaan aku
pasti akan mengakuinya secara berterus terang.
Tan sianseng tertawa lagi.
"Ditekan keadaan atau dipaksa, benarkah terdapat
perbedaan yang begitu besar?"
"Sama sekali berbeda, kalau dipaksa berarti dipaksa oleh
kelihayan ilmu silat kalian, kepandaian silat kalian jauh lebih
mengungguli diriku, paling tidak hal ini disebabkan ilmu
kami masih kalah dengan kepandaian kalian, tapi dipaksa
oleh keadaan, hal ini disebabkan cara yang licik dan
memuakkan, ambil contoh tindakan kalian yang
menyandera anggota keluargaku dan menggunakan
keselamatan mereka untuk memaksaku tunduk, apalagi
kalian pun mengerti kalau keluarga Cu kami hanya anggota
masyarakat biasa, kecuali aku, tidak ada anggota keluarga
Cu lainnya yang belajar silat."
Paras muka Tan sianseng berubah menjadi hijau
membesi, dengan suara dingin dia berseru:
"Cu Siau hong, tampaknya kau selalu memperhatikan
untuk menggunakan kata-kata, namun beberapa patah
katamu itu benar-benar kau ucapkan dengan nada
kelewatan" "Bukan kelewatan, melainkan benar-benar merupakan
suatu kenyataan yang tak terbantahkan" Cu Siau hong
menerangkan dengan suara sedingin salju.
"Usiamu masih muda namun mulutmu lebih tajam
daripada sembilu, benar-benar kelewat batas"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Kau tak lebih hanya menyembunyikan seekor burung
merpati dibalik ujung pakaian, tapi aku sudah dibikin
ketakutan setengah mati, terus terang saja kukatakan
kepadamu, benarkah burung merpati yang kau
sembunyikan dibalik pakaian itu bisa bisa menyampaikan
perintah tersebut keluar dari sini, hingga kini masih sukar
untuk diduga sedangkan apakah keluarga Cu kami benarbenar
berada dibawah kekuasaan kalian juga sulit
dikatakan, aku Cu Siau hong bukanlah seorang yang latah,
aku tak akan mempercayai bualan kalian dengan begitu
saja" Berubah hebat paras muka Tan sianseng, serunya
dengan suara dingin: "Cu Siau hong, tahukah kau kata yang berbunyi:
Tinggallah selangkah untuk jalan mundur?"
"Tan sianseng, kalau dilihat dari sebutan siansengmu
serta keutuhan wajahmu, terus terang saja kuketahui kalau
kau mempunyai kedudukan yang cukup tinggi didalam
organisasi tersebut, cuma, meski demikian kau pun bukan
seorang yang dapat mengambil keputusan?"
"Tentang soal ini, aku sudah menerangkannya semenjak
tadi" "Itulah sebabnya, dapatkah kau mengambil keputusan
atas persoalan yang kukatakan tadi"
"Aku dapat melepaskan burung merpati untuk
menyampaikan kata-katamu tadi"
Cu Siau hong segera tertawa dingin.
"Heeeehhh...heeehh...heeh..sekalipun kau dapat
mengelabui diriku sekarang, tak mungkin bisa mengelabui
diriku terus menerus, Tan sianseng, pergilah dari sini dan
minta dulu petunjuk dari Toa sianseng mu"
Paras muka Tan sianseng berubah menjadi amat tak
sedap dipandang, dengan suara dingin serunya:
"Cu Siau hong, kau benar-benar seseorang yang sukar
diselami perasaannya"
"Darimana kau bisa berkata begini?"
"Kau terlalu pintar"
"Aku hanya tak ingin kelewat dikendalikan dan
dipengaruhi saja oleh kebusukan hati kalian"
Tan sianseng mendengus dingin, katanya kemudian:
"Kalau begitu kau boleh menanti disini, secepatnya aku
akan memberi jawaban kepadamu"
Begitu selesai dia lantas membalikkan badan dan
melompat pergi dari situ.
Gerakan tubuhnya dilakukan dengan kecepatan luar
biasa, hanya didalam dua tiga kali lompatan saja bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Dengan langkah lebar Kian Hui seng maju kedepan,
kemudian tegurnya: "Saudara, bagaimana hasilnya pembicaraan kalian?"
"Ia tak bisa mengambil keputusan, sekarang sedang
menanti perintah dari atasannya"
"Apakah dia tak memberitahukan kepadamu sampai
kapan baru ada kabar untukmu?"
"Dia bilang jawaban akan diberikan secepatnya"
"Kalau begitu orang yang dapat mengambil keputusan
tersebut mungkin berada disekitar tempat ini..."
"Mungkin mereka menggunakan........."
Belum habis dia berbicara, terdengar suara burung
merpati terbang di angkasa, seekor burung tampak
meluncur ke udara dari puluhan kaki disebelah depan sana
dan terbang menuju ke arah selatan.
"Ooohh rupanya mereka menggunakan burung merpati
untuk meminta petunjuk"
"Dengan begitu entah berapa waktu yang dibutuhkan
lagi, mari kita mencari tempat untuk beristirahat."
"Saudaraku, agaknya mereka semua telah tiba pula di
tempat ini?" "Benar, tampaknya mereka memang mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan Pena wasiat, paling tidak
ada sangk ut pautnya dengan kemunculan mereka itu!"
"Yaa, kalau dilihat dari keadaannya sekarang, tak bakal
salah lagi dugaan kita ini"
"Andaikata Pena wasiat yang memimpin organisasi
tersebut, kejadian ini barulah merupakan suatu kejadian
yang mimpi pun tak pernah disangka orang" sambung Ong
Peng. "Kalau benar demikian, maka dia adalah manusia
terbusuk, terlicik dan terkeji di dunia ini" seru Kian Hui seng
pula. "Dewasa ini kita masih belum berhasil membuktikan apaapa,
lebih baik janganlah sembarangan mengambil
kesimpulan" "Kongcu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya
Ong Peng kemudian. "Paling tidak, kita harus menunggu sampai Tan sianseng
tersebut datang menyampaikan jawaban"
"Kongcu, kau tak dapat turun tangan, apakah kami boleh
turun tangan mengusirnya?"
------------ooooooo-----------Bagian 69 (Jilid 54) "Jangan!" cegah Kian Hui seng, "Bila kita mengusiknya,
bukankah pada akhirnya hutang tersebut akan dilimpahkan
kembali ke atas kepala Siau hong"
"Setiap kali aku teringat akan cara keji dan munafik yang
mereka pergunakan, aku selalu merasa benci, gemas dan
mendongkol" "Kejadiannya toh sudah berkembang jadi begini, kita tak
usah terlalu terburu-buru napsu lagi, dalam keadaan seperti
ini, yang kita butuhkan sekarang adalah ketenangan,
semakin tenang semakin baik."
On Peng segera menenangkan hatinya, kurang lebih
seperminum teh kemudian, Tan sianseng itu baru tampak
berlarian datang kembali.
Cu Siau hong segera maju menyongsong kedatangannya
sembari menegur keras: "Bagaimana" Sudah ada jawaban?"
"Belum ada, tak mungkin secepat itu"
Kemudian setelah tertawa seram, sambungnya lebih
jauh: "Cu Siau hong, tahukah kau bahwa kau sedang
menyerempet bahaya..."
"Mungkin kau akan memperoleh jawaban yang
memuaskan, namun kemungkinan juga akan
mendatangkan bencana kematian untuk ayahmu
sekeluarga.." "Bencana kematian?"
"Benar, seandainya mereka beranggapan bahwa
permintaan yang kau ajukan itu kelewat batas,
kemungkinan besar ayahmu sekeluarga akan ketimpa
akibatnya" "Tan sianseng, terlepas berapa besarkah pengaruh dari
organisasi kalian ini, namun yang penting adalah tahu
aturan, bila tidak tahu aturan, lebih baik kita tak usah
membicarakan persoalan ini lebih jauh..."
"Cu Siau hong" seru Tan sianseng kemudian dengan
suara dingin, " Tahukah kau, berapa besar kesulitanku yang
telah kau bawa bagi diriku..?"
"Tentang soal ini..aku tidak mengerti"
"Kalau begitu kaupun tak usah berpikir lagi, akan
kuberitahukan kepadamu"
"Akan kudengarkan dengan seksama"
"kau telah menyebabkan aku mendapat teguran dan
dampratan yang paling pedas, kau membuat aku
merasakan kesulitan yang paling besar sepanjang hidupku."
"Kalau kau sampi mendapat umpatan atau dampratan,
sudah pasti hal ini disebabkan ketidak becusanmu dalam
mengurusi pekerjaan, kau tak mampu menaklukkan hatiku
sedangkan mengenai kesulitan aku sedikit kurang mengerti"
"Sebelum tengah hari nanti kami harus membersihkan
tempat ini dari setiap orang yang hadir"
"Sekarang kau tak bisa melakukannya"
"Yaa, karena kau, aku harus berada disini untuk
menantikan jawabanmu itu"
"Tan sianseng, tiada persoalan ini pun kau sama saja tak
akan mampu membebaskan daerah di sekitar tempat ini
dari kami" "Mengapa?" "Karena tanpa adanya peristiwa ini pun, aku sama saja
akan tinggal disini, bahkan jumlahnya mungkin akan jauh
lebih banyak lagi" "Cu Siau hong, orang yang berada disini tak akan bisa
menyaksikan matahari terbenam nanti"
"Aku paling tidak percaya dengan segala takhayul" sela
Kian Hui seng tiba-tiba, "Aku akan tetap tinggal disini untuk mencoba"
"Kian Hui seng, aku akan membuktikan hal ini untukmu"
seru Tan sianseng dingin.
Mendadak Cu Siau hong tertawa.
"Tan sianseng, kemunculan Pena wasiat di dunia
persilatan memang bertujuan agar orang lain melihat
kemunculannya, mengapa kami semua tak boleh tinggal
disini?" "Karena ada sementara persoalan yang tak boleh terlihat
orang lain.." Kian Hui seng segera menghela napas panjang.
"Mungkinkah persoalan ini benar-benar ada sangkut
pautnya dengan Pena wasiat?"
Seperti menjawab, namun bukan jawaban, Tan sianseng
berkata: "Cu Siau hong, kau pernah berkata tak akan mencampuri
persoalan apa pun, bukankah demikian?"
"Benar, cuma aku harus menunggu sampai kalian
memberikan jaminan sebelum nya, aku tak akan
mencampuri persoalan apa saja!"
"Cu Siau hong, kau harus memahami keadaan sendiri,
hal semacam ini akan berakibat masalahnya bertambah
kalut" "Kau toh sudah berkata, kau pun tak dapat mengambil
keputusan, bagaimana pun jua suratmu sudah kau
kirimkan, aku percaya kau pun tak akan membantu dengan
mengucapkan kata-kata yang enak didengar, bukankah
demikian?" "Cu Siau hong, kau benar-benar tidak akan
memperdulikan keselamatan dari keluargamu?"
Cu Siau hong tertawa. "Aku akan perhatikan,bahkan memperhatikan dengan
serius, bahkan akupun bersedia menggunakan keselamatan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jiwaku sendiri untuk ditukar dengan keselamatan mereka,
cuma aku harus mengetahui latar belakang yang
sebenarnya, aku harus melihat dulu mereka, aku tak akan
mendengarkan beberapa patah kata kalian dan
mempercayainya dengan begitu saja"
"Hmmm! Nampaknya kau tak akan melelehkan air mata
sebelum menyaksikan peti mati"
"Tan sianseng" ujar Cu Siau hong dengan serius,
"Sebelum memperoleh jawaban yang pasti, lebih baik kau
menganggap diriku sebagai musuh, aku dapat
menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk
mengganggu kalian sebisa-bisanya.
"Kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu mati
hidup, sekarang, bila tindakanmu kelewat keji, dikemudian
hari kau akan bertambahan dengan sejumlah musuh"
Cu Siau hong tertawa dingin.
"Kau keliru besar" katanya, "Tan sianseng, cara Toa
sianseng menggunakan orang hanya berdasarkan bakat,
ilmu silat dan kemampuan yang dimilikinya, semakin tinggi
ilmu silat dimiliki seseorang, semakin dihargai orang
tersebut, bila aku bisa memperlihatkan kemampuan
bersilatku yang jauh melebihi sekarang, dia akan semakin
menghargai diriku, berbicara sampai disini, aku jadi turut
memikirkan bagi dirimu"
"Apa yang kau kuatirkan tentang aku?"
"Walau pun rencana busuk yang memancing orang lain
masuk jebakan bukan muncul dari benakmu, tapi hal ini
sudah jelas ada sangkut pautnya dengan kau, oleh karena
itu kaulah yang diutus untuk mengadakan pembicaraan
denganku, perduli bagaimana pun juga yang jelas hutang
ini telah kucatat atas dirimu, seandainya aku tak bisa
melewati masalah ini secara menguntungkan, maka kaulah
pertama-tama yang akan kubunuh lebih dulu, bila aku
dipaksa untuk bergabung dengan organisasi kalian itu, kami
pun akan berdiri dalam posisi permusuhan yang tiada
akhirnya.." "Sampai begitu dalamkah rasa bencimu terhadap aku?"
"Benar, aku membencimu, rasa benciku sudah merasuk
sampai ke tulang sum-sum, kalau bisa aku ingin sekali
membunuhmu saat ini juga"
Tan sianseng segera tertawa dingin.
"Baiklah, Cu Siau hong, akan kuterima ucapanmu itu di
hati, sekarang kau harus segera mundur dari lembah ini
sambil menunggu kabar, kalau tidak..."
"Kalau tidak, mau apa kau?" Cu Siau hong segera
menyambung. "Akan kubunuh kau!" ancam Tan sianseng dingin.
"Bila kau membunuhku, apakah kau tidak takut ditegur
oleh toa sianseng?" "Lebih baik aku mendapat dampratan dari toa sianseng
daripada menerima penghinaan serta cemoohan darimu
lagi!" "Tan sianseng, sebelum kuperoleh keputusan dari toa
sianseng aku pun tak akan tunduk pada perkataanmu"
Mendadak Tan sianseng mendongakkan kepalanya
sambil berpekik sangat aneh.
Di tengah pekikan tersebut, tampak dua orang manusia
berbaju putih dan dua orang manusia berbaju hitam
meluncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat. Belum habis suara pekikan tersebut, keempat orang
manusia tersebut tiba disamping Tan sianseng. Keempat
orang itu berdiri sangat rapi, delapan mata mereka yang
tajam mengawasi Cu Siau hong sekalian dengan pandangan dingin.
Begitu beradu pandangan dengan keempat orang itu, Cu
Siau hong merasakan hatinya bergetar keras.
Dengan pengalaman Kian Hui seng yang luas pun
sewaktu beradu pandangan dengan mereka, hatinya turut
bergetar keras. Ternyata sorot mata keempat orang itu sama sekali tidak
mirip dengan sorot mata manusia biasa, itulah sinar yang
terpancar dari balik kematian, seperti seekor binatang buas
yang senang mengincar mangsanya, mendatangkan
perasaan yang tak sedap dan bergidik bagi siapa yang
melihatnya. Dengan suara lirih Hoa Wan segera berbisik:
"Seng Hong, pernahkah kau menyaksikan manusia
seperti ini?" Dengan cepat Seng Hong menggeleng.
"Belum pernah kujumpai, tapi tampaknya mereka seperti
tidak mirip dengan manusia"
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang.
"Tan sianseng, mungkinkah mereka yang dimaksudkan
sebagai pembunuh-pembunuh kematian?" tiba-tiba ia
bertanya. Sembari berkata, tangan kanannya menggenggam
gagang pedangnya kencang-kencang.
"Betul!" Tan sianseng mengangguk.
Dengan cepat Cu Siau hong berseru:
"Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng, Tan Heng, kalian
berempat segera membentuk barisan untuk menahan
serangan musuh" Keempat orang itu segera menggerakkan tubuh masingmasing
membentuk sebuah barisan pertahanan.
Pelan-pelan Cu Siau hong mengalihkan sorot matanya
mengawasi manusia berbaju putih yang bersenjata pedang
itu, kemudian ujarnya lagi:
"Toako, lebih baik kita pun berdiri agak dekat sehingga
masing-masing bisa saling membantu"
Sementara itu Kian Hui seng telah menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimiliki ke atas tangan kanannya yang
menggenggam gagang golok, ibaratnya busur yang ditarik
kencang-kencang, setiap saat serangan mautnya bisa
dilancarkan. Sekali pun begitu, dia toh bergeser juga secara
pelan-pelan mendekati Cu Siau hong.
Dengan suara dingin Tan sianseng berkata:
"Tiada orang dapat melawan pembunuh-pembunuh
kematian, asal mereka sudah turun tangan, maka
pertarungan baru berakhir bila salah satu diantaranya telah
tewas" "Aku dapat menyaksikan hal itu dari sorot matanya, aku
pun percaya serangan yang mereka pergunakan ganas
sekali tapi mengapa mereka belum juga turun tangan?"
"Mereka sedang menantikan perintahku"
"Aku mengerti, mereka adalah sekelompok manusia yang
telah kehilangan kesadarannya karena itu semua gerakgerik
mereka telah kalian kendalikan"
"Betul" "Kalau begitu mereka adalah manusia-manusia yang tak
perlu diajak berbicara lagi"
Mendadak dia melancarkan serangan kilat.
Cu Siau hong mengerti saat ini dia sedang berada dalam
keadaan yang berbahaya sekali sedang musuh yang harus
dihadapi adalah sekelompok manusia yang telah kehilangan
kesadarannya ibarat pembunuh-pembunuh yang tak
berotak tentu saja mereka pun tak bisa melaksanakan
tugasnya sesuai dengan peraturan dunia persilatan.
Serangan pedang yang dilancarkan olehnya dilancarkan
bagaikan sambaran kilat, hebatnya bukan kepalang. Dua
orang pembunuh berbaju putih itu segera menjerit
kesakitan dan roboh ke tanah.
Benar-benar sebuah serangan yang amat pesat.
Reaksi yang dilakukan Tan sianseng adalah mundur lima
langkah lebih dahulu, kemudian baru memperdengarkan
suara pekikan yang sangat aneh..."
Dua orang pembunuh berbaju hitam serentak meloloskan
goloknya secepat kilat, kemudian maju kedepan sambil
melancarkan serangan. Kian Hui seng menyambut datangnya salah seorang
pembunuh berbaju hitam itu, pertarungan pun segera
berkobar. Ong Peng, Tan Heng dan Hoa Wan serentak maju
padu menyambut pembunuh berbaju hitam lainnya.
Oleh karena serangan Cu Siau hong yang sekali serangan
berhasil membunuh dua orang pembunuh berbaju putih, hal
ini menyebabkan kekuatan yang dimiliki pembunuhpembunuh
kematian tersebut menjadi berkurang
setengahnya.Ilmu golok Kian Hui seng lihay sekali,
kepandaian tersebut termasuk kepandaian nomor wahid,
namun pertarungannya melawan pembunuh berbaju hitam
itu berlangsung seimbang dan ia gagal untuk meraih
kemenangan dalam waktu singkat.
Perubahan ilmu yang digunakan pembunuh berbaju
hitam itu sesungguhnya tidak termasuk luar biasa akan
tetapi ilmu goloknya sendiri justru memiliki semacam
bahaya pembunuhan yang mengerikan hati.....
Yang paling hebat lagi adalah sering kali tusukan golok
yang dilancarkan Kian Hui seng ternyata disambut pula
dengan sebuah bacokan lain tanpa mengindahkan
keselamatan jiwa sendiri.
Tentu saja Kian Hui seng dapat membunuh pembunuh
berbaju hitam itu dalam sekali bacokan, tapi serangan
balasan dari pembunuh berbaju hitam itu meski belum
tentu bisa membinasakan Kian Hui seng, paling tidak dapat
pula membuat Kian Hui seng menderita luka parah.
Ilmu golok yang begitu ganas, serta caranya yang begitu
nekad sudah cukup untuk menutupi kekurangankekurangan
dari perubahan ilmu goloknya. Setiap kali Kian
Hui seng melancarkan serangan maut dapat mengungguli
lawannya, setiap saat pula pihak lawan mengeluarkan jurus
serangan beradu jiwa untuk menyambut ancaman.
Pertarungan pun berlangsung dalam keadaan begini,
ratusan gebrakan sudah lewat, namun belum juga
kemenangan bisa ditentukan. Ong Peng sekalian berempat
yang bertarung melawan pembunuh berbaju hitam lainnya
berlangsung pula dalam keadaan berimbang, untuk
sementara waktu menang kalah pun sukar diketahui.
Akan tetapi kerja sama dari keempat orang itu dapat
dilangsungkan secara amat sempurna, setiap kali mereka
membendung serangan golok dari pembunuh berbaju hitam
yang teramat ganas dan berbahaya itu.
Tetapi, sistim pertarungan yang begitu nekad dari
musuhnya serta jurus-jurus adu jiwa yang setiap kali
digunakan membuat keempat orang itu kerepotan juga
untuk berusaha menaklukannya.
Cu Siau hong mengikuti jalannya pertarungan itu dari sisi
arena, mendadak ia berkata dingin:
"Inikah pembunuh-pembunuh kematian yang kalian
andalkan untuk menghadapi umat persilatan?"
"To Kok bu seng (Golok lewat tanpa suara) Kian Hui seng
saja tak lebih hanya mampu bertarung seimbang dan sama
kekuatan semacam ini masih belum cukup tangguh?"
"Padahal mereka mempunyai banyak titik kelemahan
asal kutunjukka satu dua tempat kepada mereka maka
dengan cepat mereka dapat terluka di tangan Kian Hui seng
tayhiap" "Saudara Cu, masa kau mempunyai kemampuan sehebat
itu" setu Tan sianseng tidak percaya.
"Kau boleh saja tak percaya, tapi aku dapat segera
membuktikannya untukmu"
Setelah berhenti sejenak dia menyambung.
"Toako, lancarkan serangan ke tengah jalan dan hadang
tangan kanannya yang menggenggam golok"
Sementara itu Kian Hui seng sedang memutar otak untuk
mencari akal bagaimana caranya didalam pertarungan yang
sedang berlangsung menaklukkan lawannya.
Dalam pertarungan tadi dalam waktu singkat dia sudah
menemukan dua puluh delapan macam cara untuk
menaklukkan lawan akan tetapi tak satu pun dari cara-cara
tersebut yang bisa dipakai untuk menaklukkan pembunuh
nekad yang tidak memperdulikan mati hidup sendiri itu.
Ucapan Cu Siau hong sekarang segera menyadarkan
kembali dirinya akan hal tersebut. Sementara itu si
pembunuh berbaju hitam itu masih saja melancarkan
bacokan langsung ke hadapannya.
Kian Hui seng segera mengayunkan goloknya untuk
menangkis, kemudian melancarkan sebuah serangan
balasan. Tanpa memperdulikan keselamatan sendiri cepat-cepat
pembunuh berbaju hitam itu mengayunkan goloknya sambil
melancarkan bacokan kembali kedepan dada.
Bila Kian Hui seng melancarkan serangannya, niscaya dia
akan berhasil memapas kutung tubuh lawan menjadi dua
bagian, tapi dia sendiripun tak akan mampu menghindarkan
diri dari bacokan golok pembunuh berbaju hitam yang
ditujukan keatas dadanya.
Jelas cara ini merupakan suatu sistim pertarungan
beradu jiwa, atau dengan perkataan lain, inilah jurus ampuh
yang diandalkan pembunuh kematian.
Sayang sekali, Kian Hui seng bertindak cerdik kali ini,
goloknya dia sengaja menyisakan sedikit kekuatannya yang
tidak dipancarkan keluar. Begitu serangan golok tersebut
mencapai di tengah jalan, mendadak saja dia membalikkan
badan sambil balik membacok lengan kanan musuh,
sementara tubuhnya pun ikut mengegos ke samping.
Dimana cahaya golok berkelebat lewat, terdengarlah
jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan keheningan, lengan kanan lelaki tersebut
segera terpapas kutung menjadi dua bagian. Lengan
kanannya yang kutung tampak masih menggenggam
goloknya kencang-kencang dan terlempar sejauh satu kaki
lebih. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya tenaga bacokan
yang dipergunakan. Meski lengannya terbacok kutung,
ternyata pembunuh berbaju hitam itu masih tetap ganas
dan buas. Tangan kirinya segera diayunkan kedepan
melancarkan sebuah pukulan yang keras. Sambil tertawa
dingin Kian Hui seng segera mengejek:
"Hmm, pingin mampus rupanya kau!"
Dengan mengayunkan goloknya sekali lagi dia


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melancarkan sebuah bacokan kilat.
Di tengah percikan darah yang memancar kemana-mana,
tubuh si pembunuh kematian sudah terbabat kutung
menjadi dua bagian. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertempuran berdarah, tampaknya pembunuh-pembunuh
kematian tak akan mengakhiri serangannya sebelum
mereka terbunuh. Tan Heng, Ong Peng, Seng Hong dan Hoa Wan segera
melancarkan pula serangan balasan secara bertubi-tubi,
setelah melakukan pertarungan sekian lama, rupanya
mereka telah berhasil menemukan suatu cara untuk
menaklukkan lawan. Dengan sekuat tenaga Tan Heng dan Ong Peng
mengurung golok pembunuh berbaju hitam itu, mereka
memaksakan suatu pertarungan keras lawan keras,
sebaliknya Seng Hong dan Hoa Wan mengandalkan
kelincahan jurus pedangnya menyerbu dan mendesak
masuk kebalik kubu pertahanan lawan.
Secara beruntun manusia berbaju hitam itu sudah
terkena delapan tusukan pedang, seluruh tubuhnya telah
basah oleh darah, namun mereka tetap harus berjuang
dengan sekuat tenaga. Ong Peng dan Tan Heng yang menyaksikan kejadian
tersebut sungguh merasakan hatinya bergetar keras, belum
pernah mereka sangka kalau seseorang yang telah
menderita luka separah ini pun masih bisa melanjutkan
pertarungannya. Mendadak Seng Hong memilih suatu sudut posisi yang
paling tepat, kemudian sekuat tenaga melancarkan sebuah
tusukan kedepan. Tusukan tersebut tembus dari punggung hingga muncul
didepan dada manusia berbaju hitam itu.
Tiba-tiba saja manusia berbaju hitam itu menghentikan
perlawanannya dan roboh terkapar diatas tanah.
Selama pembunuh kematian masih memiliki sedikit sisa
kekuatan, dia tak akan pernah menghentikan
perlawanannya. Sementara itu, Cu Siau hong telah mengerahkan
sebagian besar semangat dan perhatiannya untuk
menghadapi Tan sianseng, namun Tan sianseng bersikap
cukup tenang dan mampu menahan diri hingga dua orang
pembunuh berbaju hitamnya roboh binasa semua dia masih
tetap berdiri tak bergerak di tempat semula.
Sesudah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan
Cu Siau hong berkata: "Saudara, kau memang benar-benar sangat lihay"
Dengan cepat Tan sianseng menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya: "Aku tidak menyangka kalau pembunuh-pembunuh
kematian ternyata begini tak becus"
"Mereka telah menggunakan kemampuan yang dimiliki"
"Tapi mereka tak pernah dapat menyelesaikan tugas
yang dibebankan diatas pundak mereka"
"Tan sianseng, seharusnya kau persiapkan lebih banyak
pembunuh kematian, mungkin keadannya akan mengalami
perubahan" "Ehmmm..." "Mengapa saudara tidak berbuat demikian?"
"Aku harus mencoba dulu kekuatan mereka, aku ingin
tahu sesungguhnya berapa besarkah kemampuan yang
mereka miliki dan bisa unggul sampai situasi yang
bagaimana, namun kedua orang pembunuh berbaju putih
telah kau bunuh secara tiba-tiba sehingga tak sempat
bagiku untuk mengetahui sampai dimanakah taraf ilmu
pedang yang dimilikinya, kejadian ini sungguh merupakan
sesuatu yang patut kusesali."
"Tampaknya kau sama sekali tidak ambil perduli atas
mati hidup mereka.."
Tan sianseng tertawa hambar.
"Tujuan dari pembunuh-pembunuh kematian adalah
kematian, kalau mereka belum turun tangan masih
mendingan, tapi begitu turun tangan, hanya ada dua
kemungkinan bagi mereka, satu adalah kematian musuh
atau kedua adalah kematian untuk mereka sendiri"
Mereka sangat pemberani, cuma keberaniannya kelewat
batas, meski seluruh tubuh mereka sudah terkena tusukan,
sekujur badan sudah bermandikan darah, namun mereka
masih saja melakukan perlawanan sampai titik darah
penghabisan" Tan sianseng tertawa dingin.
"Walaupun keberanian mereka cukup mengerikan,
namun ilmu silat yang mereka miliki masih belum sanggup
untuk memikul tanggung jawab yang amat berat ini"
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya
kau sangat tidak puas terhadap mereka?"
"Tidak puas, benar-benar tidak puas"
"Tan sianseng, kalau toh tidak puas, mengapa kau tidak
turun tangan sendiri?"
"Cu Siau hong, aku tidak takut kepadamu, namun saat
ini bukan saat kita untuk bertarung"
"Lantas, kapankah Tan sianseng baru bersedia untuk
turun tangan." "Sudah hampir, asal kau bisa menunggu sebelum
matahari terbenam sore nanti, kita berdua pasti akan
melangsungkan suatu pertarungan yang amat seru"
"Oooh..seandainya aku menantangmu sekarang juga?"
"Cu Siau hong, aku tak bakal menyanggupi
permintaanmu!" Cu Siau hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh...haaah..haaah..kau pasti mengerti bukan, oleh
karena secara tiba-tiba aku bisa membunuh dua orang
pembunuh berbaju putih itu, berarti secara tiba-tiba pula
aku bisa turun tangan untuk membunuhmu"
"Meski kenyataan di depan mata, namun aku tidak
percaya" "Baik, kalau begitu berhati-hatilah, aku akan segera
turun tangan.." "Sreeet...!" sebuah tusukan kilat segera dilontarkan
kearah depan. Tan sianseng segera menggerakkan tangan kanannya,
sebilah pedang lemas melayang keluar dari ujung bajunya
untuk menyambut datangnya serangan pedang dari Cu Siau
hong. Kalau kebanyakan pedang lemas dililitkan pada
pinggang, maka pedang lemas Tan sianseng hanya dililitkan
pada pergelangan tangan kanannya.
Setelah berhasil menerima sebuah serangan Cu Siau
hong, Tan sianseng segera menarik kembali pedangnya,
kemudian sambil mengayunkan tangan kanannya
melancarkan serangan balasan.
Pedangnya yang berada dibalik ujung baju itu bisa diulur
keluar, bisa juga ditarik kembali, panjang atau pendeknya
menurut kehendak hati, senjata semacam ini sungguh
merupakan sebuah senjata yang belum pernah dijumpai
sebelumnya. Dengan suara dingin Cu Siau hong berseru:
"Pedang saudara sungguh aneh sekali!"
"Jurus serangannya juga sangat aneh" sambung Tan
sianseng dengan cepat. Sementara berbicara tangan kanannya digetarkan, tibatiba
saja pedang lemasnya berubah menjadi serentetan
cahaya tajam lalu secara beruntun melancarkan tujuh buah
serangan dahsyat. Jurus pedangnya memang sangat aneh, diantara jurus
pedangnya tersebut tiba-tiba mengeras, tiba-tiba menjadi
lunak, perubahan jurus serangannya sukar diraba.
Untung saja dari dalam kitab bu beng kiam boh, Cu Siau
hong pernah mempelajari semacam ilmu pedang pelindung
badan diantaranya kilatan cahaya pedangnya tampak
selapis hawa pedang melindungi seluruh tubuhnya, ketujuh
buah serangan tersebut hampir semuanya berhasil ditahan
olehnya. Tidak menanti Cu Siau hong melancarkan serangan
balasan, begitu selesai dengan ketujuh serangan pedangnya
mendadak Tan sianseng menarik kembali pedangnya sambil
mundur. Baik Kian Hui seng maupun Ong Peng sekalian tidak
turun tangan, mereka hanya berdiri disamping sambil
menonton jalannya peristiwa tersebut.
Tan sianseng ini bisa muncul dengan identitas dan wajah
aslinya, hal ini membuktikan kalau organisasi tersebut
agaknya sudah bersiap sedia melakukan suatu penyelesaian
diatas tebing Yang jit gay.
Berpikir sampai kesitu, perasaan Kian Hui seng ibaratnya
ditusuk dengan seilah pisau. Terhadap Pena wasiat, dia
selalu menaruh perasaan hormat dan kagum, tapi sekarang
berbagai kecurigaan telah menyelimuti Pena wasiat
tersebut. Terhadap masalah ini, dia merasakan suatu
penderitaan yang sangat mendalam.
Oleh sebab itu hatinya jauh lebih gelisah daripada Cu
Siau hong, dia berharap bisa memahami latar belakang
yang sesungguhnya. Setelah menghembuskan napas panjang, Kian Hui seng
berkata: "Saudara, ilmu pedang yang dimiliki Tan sianseng ini
bukan Cuma aneh, bahkan sangat ganas dan dahsyat,
hakekatnya merupakan jurus pedang pembunuh, jangan
kita lepaskan dirinya dengan begitu saja."
"Nah, Tan sianseng sudah kau dengar perkataan itu?"
kata Cu Siau hong kemudian.
"Kenapa kalau sudah kudengar?"
"Dia suruh aku membunuhmu!"
Mendengar ucapan mana, Tan sianseng segera tertawa.
"Akhirnya aku berhasil juga membuktikan akan suatu
persoalan" "Persoalan apa?"
"Rasa percaya pada dirimu kelewat besar, sedemikian
besarnya sehingga kau sendiri pun beranggapan apa saja
mampu kau lakukan" Cu Siau hong tersenyum, "Ucapan ini mmempunyai
suatu makna yang mendalam, hanya manusia yang
memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang sangat kuat
baru tak akan terpengaruh oleh keseraman serta
kesadisanmu, tak mungkin akan tunduk dan takluk oleh
kekejian kalian" "Itu mah keberanian seoarng jago silat kasaran, tindakan
semacam ini berarti hanya ingin mencari kebinasaan bagi
diri sendiri" "Kau keliru besar, kepercayaan seorang terhadap diri
sendiri bukan kepercayaan yang membabi buta, aku sendiri
percaya dengan kemampuanku, percaya dengan ilmu silat
yang kumiliki, kesemuanya ini menimbulkan rasa percayaku
pada diri sendiri. Kemudian, setelah tertawa, sambungnya lebih jauh:
"Cuma yang terpenting adalah pandangan seorang
terhadap mati hidup, ada yang mati seberat bukit Thay san,
ada yang mati seringan bulu, bila masalah mati hidup sudah
dipahami, maka orang itu tak akan terpengaruh lagi oleh
ancaman gertakan mau pun bujuk rayu"
"Kalau begitu, Cu siauhiap, terhadap keselamatan
keluargamu yang berjumlah tiga puluhan orang, kau sama
sekali tidak ambil perduli?"
"Bukan begitu maksudku, mereka kalau anggota
persilatan, tentu saja aku tak akan ambil perduli, tapi
mereka bukan, maka aku merasa cara yang kalian
pergunakan terlalu rendah dan tak tahu malu"
"Bila ucapan-ucapan tersebut kusampaikan kepada Toa
sianseng, dia tak akan membicarakan persoalan ini lebih
lanjut" "Persoalan amat memusingkan kepalaku, dan selama ini
aku tak pernah berhasil melakukan suatu penyelesaian
secara benar-benar, namun aku rasa aku tak akan terlalu
tunduk kepada kehendakmu, apalagi menerima syaratsyarat
yang kau ajukan" "Bagus, rupanya kau berniat untuk mengorbankan
keluargamu demi kepentingan umum"
"Tan sianseng, bila kau adalah orang yang bisa
mengambil keputusan, aku bersedia pula untuk
membicarakan persoalan ini secara baik-baik, sayang sekali
kau tidak dapat!" "Tapi aku bisa menyampaikan kata-katamu itu, mungkin
akibat dari ucapanmu itu bisa mempengaruhi mati hidup
mereka" Cu Siau hong tertawa dingin.
"Tan sianseng, tak usah menggertak aku, paling tidak
kau bukan orang yang sanggup mengambil keputusan,
sekarang aku harus melancarkan serangan lagi"
Pedangnya diangkat, kemudian melancarkan sebuah
serangan dahsyat kedepan.Suatu pertarungan sengit pun
segera berkobar kembali. Kali ini Cu Siau hong tidak berbelas kasihan lagi,
pedangnya segera melancarkan serangan-serangan
berantai. Bukan saja jurus serangannya berubah menjadi sangat
ganas dan buas, bahkan perubahannya hampir boleh
dibilang sama sekali tak mampu diraba. Setelah menerima
lima belas jurus serangan pedang, Tan sianseng telah
dipaksa mundur sejauh lima langkah.
Tatkala pertarungan mencapai saat yang paling
menguntungkan baginya, tiba-tiba Cu Siau hong berhenti
menyerang. Dengan keheranan Kian Hui seng segera bertanya:
"Saudaraku, mengapa kau" Mengapa kau tidak
mendesak lebih jauh?"
"Aku hendak memberi sebuah kesempatan baginay"
Tiba-tiba Tan sianseng menghela napas panjang.
"Aaaai, Cu Siau hong tahukah kau ilmu pedang yang kau
pergunakan itu apa namanya?"
Cu Siau hong memang tidak mengetahui apa nama ilmu


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang yang dipergunakan olehnya, sahutnya sambil
tertawa: "Tan sianseng, apakah kau kenal dengan jurus pedang
tersebut?" "Tay lo cap ji si.."
Mendadak paras mukanya berubah menjadi amat serius,
katanya lagi: "Cu siauhiap, aku pun pernah mempelajari jurus
pedangmu itu, Cuma aku hanya sempat mempelajari dua
jurus, ilmu pedang semacam ini kehebatannya terletak pada
perjalanan selama berlatih pedang, makin keatas
kedahsyatannya bertambah besar. Cu siauhiap, mungkin
kau benar-benar tidak tahu, sesungguhnya jurus pedang
tersebut ada sangkut pautnya dengan kemajuan tenaga
dalam seseorang, setiap kita berlatih ilmu pedang tersebut
satu kali, maka tenaga dalam yang kita miliki akan
bertambah lebih dahsyat"
Kejadian semacam ini belum pernah dijumpai dalam
dunia persilatan, bahkan manusia yang berpengalaman luas
seperti Kian Hui seng pun belum pernah mendengar tentang
persoalan ini. Cu Siau hong sendiri pun baru pertama kali ini
mendengar tentang hal tersebut, untuk beberapa saat dia
menjadi tertegun. Tapi setelah dia mencoba untuk memikirkan kembali
jurus-jurus pedang tersebut dengan lebih seksama, segera
terasa olehnya kalau keadaan yang sebenarnya memang
demikian. Terdengar Tan sianseng berkata lebih jauh:
"Cu Siau hong, kau dan toa sianseng sesungguhnya
mempunyai hubungan apa?"
"Apa kau bilang?" Cu Siau hong merasakan hatinya
bergetar keras. "Tay lo cap ji si merupakan salah satu ilmu sakti dari Toa
sianseng.." bilang Tan sianseng lagi.
Seperti ada orang yang tiba-tiba menghantam dada Cu
Siau hong dengan martil-martil yang besar, merasakan
kepalanya menjadi pening dan hampir saja roboh
terjengkang keatas tanah.
Setelah berhasil menenangkan hatinya, pelan-pelan Cu
Siau hong berkata lebih jauh:
"Bagaimana mungkin aku bisa mempelajari ilmu pedang
dari Toa sianseng kalian"
Terus terang saja aku sama sekali tidak kenal dengan
dirinya.." "Aku mengenal ilmu Tay lo cap ji si tersebut, bahkan
pernah mempelajari dua gerakan diantaranya, setelah kau
menggunakannya tadi dengan cepat aku bisa mengatakan
yakin bahwa kau pernah mempelajari ilmu Tay lo cap ji si
kiam pula" "Sekali pun aku pernah mempelajari ilmu pedang Tay lo
cap ji si, tapi apa sangkut pautnya dengan Toa sianseng
kalian?" "Kepandaian tersebut merupakan ilmu sakti dari Toa
sianseng, tidak mungkin ada orang kedua di dunia ini yang
bisa mempelajari ilmu pedang tersebut"
"Aku bisa ilmu tersebut dan aku tidak kenal dengan Toa
sianseng, buktinya tanpa mengenal dia pun aku bisa
mempelajari kepandaian mana.."
Tan sianseng menghela napas.
"Saudara Cu, aku bukannya sama sekali tidak
mempunyai kesempatan untuk membinasakan dirimu, cuma
Toa sianseng ingin menarikmu agar turut serta dalam
organisasi ini, oleh sebab itu kami tidak menggunakan cara
yang kelewat keji terhadap dirimu"
"Sebenarnya kalian bermaksud hendak menggunakan
cara keji apakah untuk menghadapi diriku?"
"Akan kuterangkan salah satu cara diantaranya
kepadamu, asal kami menyemburkan semacam air obat
keatas tubuhmu, maka akan muncul banyak sekali lebah
beracun serta beberapa macam serangga lainnya yang akan
menguntilmu kemana pun kau pergi"
"Aaah, masa begitu?"
"Belum, saudara Cu akan kuterangkan sebuah cara keji
lagi kepadamu.." "Akan kudengarkan dengan seksama"
"Ada semacam racun keji yang bisa diundur masa
bekerjanya hingga tiga hari kemudian, apa lagi racun itu
disebarkan dengan meminjam sesuatu benda"
-------ooo------- Jilid 55 (Bagian 70) "Yaa, aku teringat akan hal ini, cara yang kalian
pergunakan memang terlalu keji" ucap Cu Siau hong.
"Sesungguhnya hal mana hanya merupakan semacam
peringatan saja bagimu agar kalian mengetahui lihaynya"
"Oooh, sebenarnya apa maksud tujuan kalian yang
sesungguhnya?" "Begitu pembicaraan berlangsung dengan gampang
kamu semua akan masuk perangkap"
"Tan sianseng, agaknya kau seperti memahami sekali
akan peristiwa tersebut?"
"Benar, tugas pengejaran dan pembunuhan kalian
sepanjang jalan merupakan tanggungjawabku"
"Mungkin Toa sianseng tidak berada disana namun aku
percaya paling tidak disini ada seseorang yang mempunyai
kedudukan jauh lebih tinggi darimu"
"Darimana kau bisa tahu?" Tanya Tan sianseng dengan
kening berkerut kencang. "Aaah, aku hanya menanyakan secara sambil lalu saja"
"Teknik tebakanmu sangat tepat, dewasa ini tidak ada
manusia semacam ini yang berpikiran jauh lebih tinggi
daripadamu, cuma dia baru sampai kemari nanti malam"
"Apakah khusus dikarenakan persoalan ini?"
"Tan sianseng manggut-manggut.
"Setelah aku membicarakan sampai ke persoalan
tersebut, tentu saja akan kuterangkan sejelas-jelasnya, aku
mendapat perintah untuk setiap hari melaporkan jejakmu
kepada Toa sianseng, sekali pun tak bisa melakukan setiap
hari sekali, paling tidak dua hari sekali laporan harus
disampaikan, oleh sebab itu jejakmu selalu diketahui Toa
sianseng paling tidak dua hari sekali."
Cu Siau hong termenung beberapa saat lamanya,
kemudian tanyanya: "Mengapa kau begitu menaruh perhatian terhadapku?"
"Akupun tak tahu mengapa aku menaruh perhatian
khusus kepadamu, terus terang saja, kami sendiri pun
merasa keheranan, seingatku belum pernah Toa sianseng
menaruh perhatian seperti ini terhadap siapa saja."
Cu Siau hong tersenyum. "Tan sianseng, bila apa yang kau ucapkan merupakan
kata-kata yang sejujurnya, aku pikir pasti ada alasannya,
tapi kalau toh tidak, kau pun memahami latar belakangnya,
kita pun tak usah terlalu banyak membicarakan tentang
persoalan ini lagi" "Aku hanya ingin kau mengerti kami tidak mempunyai
alasan untuk membunuhmu"
Mendadak Kian Hui seng berseru dengan keras:
"Coba kau katakan, orang itu adalah Pena wasiat?"
"Kian Hui seng, tidakkah kau merasa bahwa
perkataanmu itu merupakan suatu pertanyaan yang
berlebihan?" Kian Hui seng tertawa dingin.
"Kau enggan mengatakannya keluar" Atau kau tidak
berani mengatakannya keluar?"
"Soal ini, mungkin aku tak akan memberitahukan
kepadamu..." "Tan sianseng, dengan mengandalkan ilmu pedang Tay lo
cap ji kiam si mungkin tak sulit bagiku untuk
membunuhmu.." "Mungkin !" "Takutkah kau menghadapi kematian?"
"Hal ini..kalau tidak mati, tentu saja lebih baik jangan
mati lebih dulu" "Aku sedang berbicara dengan bersungguh-sungguh,
kemungkinan sekali dalam sekali gebrakan saja aku dapat
membunuhmu" "Oya?" "tentu saja kau masih mempunyai satu cara sehingga tak
perlu mati" Tan sianseng tertawa lepas.
"Aku ingin tahu apa cara tersebut" katanya.
"Jawab saja tiga buah pertanyaanku"
"Seandainya aku tidak tahu?"
"Kutungi dahulu sebelah lenganmu sebelum pergi dari
sini" pelan-pelan Cu Siau hong berkata.
"Seandainya aku enggan menjawab atau
membohongimu?" "Andaikata aku tahu kalau kau sedang berbohong,
segera akan kubunuh dirimu"
"Mungkin aku tak dapat memenangkan kau tapi bila kau
ingin membunuhku, hal ini tak akan berhasil kau capai
secara mudah" ucap Tan sianseng dingin.
"Kalau begitu kau masih belum begitu memahami
tentang kehebatan ilmu pedang Tay lo cap ji si"
"Apakah ilmu pedang Tay lo cap ji si sudah pasti dapat
membunuh orang?" "Yaa, pasti!" "Sekali pun aku tak mampu menerima serangan pedang
tersebut, toh aku masih bisa melarikan diri"
"Kau memang bisa melarikan diri, cuma kau tak akan
berhasil untuk lolos dari tanganku"
"Benarkah kau memiliki jurus serangan seperti itu?"
"Kalau dibilang menurut urutannya, maka jurus serangan
tersebut seharusnya termasuk gerakan kedua belas"
"tentu saja semacam jurus serangan yang maha
dahsyat" Mendadak Cu Siau hong berubah menjadi amat serius,
setelah berhenti sejenak lanjutnya dingin:
"Dengarkan baik-baik, sekarang aku akan mengajukan
pertanyaan yang pertama.."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia meneruskan:
"Sesungguhnya apa maksud tujuan organisasi kalian
ini?" "Menguasai seluruh dunia persilatan"
"Kalau toh bercita-cita dan berambisi begitu besar,
mengapa harus bersikap begitu misterius dan rahasia?"
"Apakah pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang
kedua?" tanya Tan sianseng cepat.
Lamat-lamat dia telah dibuat oleh kecerdasan serta
ketelitian Cu Siau hong. "Yaa, benar" "Selamanya belum pernah ada seorang manusia pun
yang benar-benar dapat menguasai seluruh dunia
persilatan, oleh sebab itu kami tak ingin menampilkan diri,
kami hanya berharap bisa member komando dan perintah
secara diam-diam" "Apakah Pena wasiat mempunyai hubungan dengan
kalian?" "Tentang soal ini aku kurang begitu jelas.."
Mendadak dia membalikkan badan, melejit ketengah
udara dan sekejap mata kemudian sudah berada sejauh
tujuh delapan kaki dari tempat semula sebelum melayang
turun kembali ke atas tanah.
Selama hidup belum pernah Cu Siau hong menyaksikan
ilmu silat semacam ini, untuk sesaat dia menjadi tertegun.
Sedangkan Kian Hui seng segera berseru sambil
mengerutkan dahinya rapat-rapat:
"Sebuah gerakan Leng khong sie tok sin kang yang maha
dahsyat" Tan sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah
Cu Siau hong, kemudian katanya:
"Walaupun ilmu pedang Tay lo cap ji si belum tentu bisa
membinasakan diriku, namun aku masih tak ingin
menempuh bahaya tersebut"
"Tan sianseng!" Cu Siau hong segera tertawa dingin,
"Bila kau tak mampu mematahkan ilmu pedang Tay lo cap ji
si ku itu, mungkin sore nanti sulit bagimu untuk mengusir
kami dari tebing Yang jit gay ini"
Mendadak Tan sianseng tertawa bergelakan, kemudian
serunya: "Cu Siau hong, berterus teranglah kepadaku, sebenarnya
apa hubunganmu dengan Toa sianseng?"
"Tidak ada, pada hakekatnya aku tidak kenak
dengannya" "Kalau memang begitu tunggu saja saat kematianmu!"
Mendadak dia membalikkan tangannya dan melepaskan
sebutir benda bulat seperti peluru yang berwarna hitam.
Peluru hitam itu sama sekali tidak menyerang ke tubuh Cu
Siau hong, melainkan menghantam sebuah batu cadas yang
berada tak jauh dari sisi tubuh Cu Siau hong.
Begitu Cu Siau hong menyaksikan keadaan tak beres,
dengan suara keras segera bentaknya:
"Cepat menyebar!"
Dia mengembalikan badan dan menyelinap sejauh satu
kaki dari tempat semula. Ketika benda berwarna hitam itu membentur diatas batu,
diiringi ledakan keras muncratlah selapis bubuk berwarna
hitam ke empat penjuru. Dengan meminjam kabut hitam yang menyelimuti
seluruh angkasa, Tan sianseng segera meninggalkan tempat
itu. Dengan cepatnya asap berwarna hitam itu menyebar ke
seluruh permukaan tanah. Ong Peng mencoba untuk memperhatikan dengan
seksama, lalu serunya cepat:
"Seperti pasir berwarna hitam saja"
Sekali pun terhitung sebagai semacam senjata rahasia,
sewaktu dilepaskan tadi, sungguh membuat kami merasa
amat terperanjat" sambung Kian Hui seng .
"Aku berpikir sudah pasti pasir hitam ada kegunaannya,


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya untuk sementara waktu sulit bagi kita untuk
menemukannya" Kian Hui seng memasang telinganya baik-baik, setelah
memperhatikan beberapa lama, serunya agak kaget:
"Cobalah kalian dengar, suara apakah itu?"
Cu Siau hong memasang telinga dan memperhatikannya
dengan seksama, kemudian serunya:
"Aaah, mirip suara lebah!"
"Betul, orang she Tan itu pernah bilang, mempunyai
semacam bubuk obat yang dipakai untuk memancing
datangnya banyak sekali binatang beracun"
"Seandainya benar-benar ada sekelompok besar lebah
beracun yang akan muncul disini, sudah jelas lebah-lebah
tersebut tidak mudah dilawan, mari kita menyingkir saja"
usul Ong Peng. "Tidak sempat lagi, lebih baik kita menuju ke belakang
batu besar itu dan menggunakan senjata untuk melindungi
diri, bilamana perlu kita dapat merobek pakaian untuk
dipakai menghadapi lebah-lebah beracun tersebut"
"Baik, selama banyak tahun ini sudah banyak sekali
manusia berhati buas yang kuhadapi, tapi menghadapi
lebah beracun baru kulakukan pertama kali ini"
"Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelanan dalam
dunia persilatan, namun selama ini pun belum pernah
menghadapi makhluk-makhluk tersebut, aku tak percaya
kalau sekelompok lebah beracun benar-benar bisa
mencelakai kita" Sementara beberapa orang itu masih berbincangbincang,
mereka bergerak mundur pula dari situ.Cu Siau
hong sendiri sembari mundur sembari tangannya tiada
hentinya mengorek sejumlah pasir dan batu yang
dimasukkan kedalam sakunya.
Dengan cepat Ong Peng sekalian dapat memahami
maksud hati dari Cu Siau hong, dengan cepat yang lain pun
mengumpulkan sejumlah batuan kecil.Disini batu besar
tersebut terdapat sebatang pohon siong rendah, Cu Siau
hong segera mematahkan pula sebatang ranting pohon
siong tersebut. Tindakan mana segera ditiru pula oleh Ong Peng dan Tan
Heng, kedua orang ini pun mematahkan beberapa batang
ranting pohon. Belum lama beberapa orang itu menyembunyikan diri,
suatu dengungan keras yang memekikkan telinga telah
berkumandang menusuk pendengaran.
Ketika mereka mendongakkan kepalanya, terlihatlah
lebah-lebah raksasa yang panjangnya mencapai beberapa
inci yang sedang terbang mendekat dengan kecepatan
tinggi. Kian Hui seng segera berseru:
"Oooh..betapa besarnya lebah tersebut, sudah puluhan
tahun aku berkelana dalam dunia persilatan, namun belum
pernah kujumpai lebah-lebah yang sedemikian besarnya"
"Seandainya kita mempunyai sebatang obor, maka besar
sekali kegunaannya" kata Ong Peng.
Cu Siau hong memperhatikan sekejap keadaan situasi di
sekeliling tempat itu kemudian katanya:
"Kita harus mencari akal untuk membendung mulut gua
yang berada di sebelah kanan"
Ternyata batu raksasa itu menjulur ke depan dan
berbentuk seperti sebuah bangunan rumah, asal lubang
kecil di sebelah kanan bisa tertutup, maka lebah-lebah itu
akan sukar untuk menerjang masuk.
Kian Hui seng segera berseru:
"Untuk menyimpan tenaga lebih baik kita membagi diri
menjadi tiga rombongan dan bersama-sama
mempertahankan bagian kanan"
"Baik" sahut Cu Siau hong. "Biar aku dan toako turun
tangan bersama-sama, coba kita lihat apakah bias
menemukan sesuatu cara yang terbaik untuk mengatasi hal
ini" Sementara itu sudah ada belasan ekor lebah raksasa
yang menerjang ke balik batu besar tersebut.
Cu Siau hong segera mengayunkan tangannya
segenggam pasir segera meluncur ke tengah udara. Pasir
yang disebar dengan disertai tenaga dalam dahsyat itu
menyebabkan pasir-pasir tersebut meluncur kedepan
dengan kekuatan luar biasa.
Belasan ekor lebah besar itu segera terkena serangan
dan pada mampus semua.Berhasil dengan serangannya,
kepercayaan Cu Siau hong terhadap diri sendiri menjadi
semakin bertambah.Kian Hui seng mengayunkan tangannya
melepaskan segenggam ranting pohon siong. Cara
melepaskan serangan tersebut menggunakan ilmu Boan
thian hoa yu (seluruh angkasa hujan bunga).
Begitu jarum-jarum cemara itu dilepaskan dengan cepat,
senjata mana menyebar kemana-mana, kembali ada
puluhan ekor lebah raksasa yang terkena serangan dan
rontok. Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong serta Hoa Wan
bersama-sama mengayunkan pula tangannya melepaskan
pasir serta jarum cemara.
Lagi-lagi ada puluhan ekor lebah raksasa yang mampus
dan rontok ke atas tanah.
Akan tetapi suara dengungan keras yang berkumandang
di angkasa makin lama semakin bertambah keras, didalam
waktu singkat ada ribuan ekor lebah raksasa yang
beterbangan di depan mulut goa tersebut. Lebah-lebah
raksasa itu terbang sambung-menyambung dan pada
hakekatnya hamper menutupi seluruh langit.
Dengan kekuatan yang begitu besar dan rapat, Cu Siau
hong sekalian tak berani melancarkan serangannya dengan
pasir serta jarum cemara lagi. Seandainya ribuan ekor lebah
raksasa tersebut melancarkan serangan bersama-sama,
sudah pasti kekuatan beberapa orang itu tak akan mampu
untuk menahannya. Tiba-tiba saja Kian Hui seng menemukan bahwa
bersembunyi dibalik batu karang tersebut malah justru
menyebabkan diri mereka terjebak di tempat yang buntu.
Bila ribuan lebah tersebut tiba-tiba menyerbu masuk
bersama-sama, sudah pasti sulit bagi mereka untuk
menghindarkan diri. Yang lebih merepotkan lagi adalah
tempat dibalik batu karang itu kelewat kecil sehingga meski
mereka berkepandaian tinggi namun sulit untuk
dikembangkan keluar. Tujuan yang semula bermaksud untuk menghindari
serangan lebah-lebah besar itu, kini malah berubah kena
terkurung oleh lebah-lebah raksasa tersebut. Setiap orang
agaknya mempunyai perasaan demikian, hanya saja
perasaan tersebut tak sampai diutarakan keluar.
Sembari tertawa getir Cu Siau hong segera berkata:
"Sungguh tidak menyangka bukan" Sebenarnya kita bisa
meminjam batu karang ini untuk membendung serangan
dari lebah-lebah raksasa tersebut, tapi kalau dilihat dari
situasi yang terpampang didepan mata sekarang,
tampaknya kita telah salah memilih tempat"
"Aku rasa masing-masing ada untung ruginya" sahut
Kian Hui seng, "Sekali pun tempat ini membatasi ruang
gerak kita sehingga sukar bagi kita untuk mengembangkan
ilmu yang kita miliki, namun ada juga kegunaannya, batu
raksasa ini telah melindungi tempat kosong, aku rasa cara
yang terpenting bagi kita sekarang adalah bersama-sama
membahas bagaimana caranya untuk menyumbat mati
lubang yang masih ada ini"
"Siaute akan berdiri diluar gua, dengan menggunakan
ranting pohon menghadang serangan utama yang dating
dari tengah, sedangkan toako dan Ong Peng sekalian boleh
bertahan di tengah mulut gua dan berusaha menahan
sebanyak mungkin serbuan lebah beracun itu"
Mendengar usul tersebut, Kian Hui seng segera tertawa
terbahak-bahak dengan suara lantang:
"Haaaahh..haahhh..haaahh..aku rasa, asal kita berganti
orang, hal ini bisa segera dilaksanakan"
"Bagaimana kalau aku?" tanya Ong Peng.
"Tidak bisa, aku saja" seru Kian Hui seng lagi. Kemudian
setelah tertawa tergelak, sambungnya lebih jauh:
"Ilmu yang kulatih adalah Kun goan khi kang, bila
kepandaian tersebut sedang kukerahkan maka pakaian
yang dikenakan akan mengembang besar, sekujur tubuh
akan menjadi keras seperti baja dan bisa pula dipakai untuk
menahan tusukan dan pukulan. Aku percaya kecil sekali
kemungkinan bagi mereka untuk menggigitku, apalagi
racun dari lebah tersebut belum tentu bisa melukai aku !"
"Yang menakutkan dari lebah-lebah raksasa ini bukan
pada ketajaman antupnya,melainkan racun yang ganas
diujung antup tersebut.."
"Jika lebah tersebut tak mampu melukai diriku,
bagaimana mungkin bisa menyebabkan aku keracunan?"
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya, dia saksikan
lebah-lebah raksasa tersebut hanya berputar-putar di
angkasa dan tak seekor pun yang menyerang ke bawah.
Pelan-pelan Kian Hui seng berjalan keluar dan berdiri di
depan gua, betul juga, pakaian yang dikenakan segera
menggelembung besar, jelas ilmu khikang yang dimilikinya
telah berhasil mencapai pada puncak kesempurnaan. Yang
lebih aneh lagi adalah lebah-lebah tersebut, selama ini
binatang mana tak pernah menukik ke bawah untuk
melancarkan serangan maut, bahkan setelah berputar
beberapa kali, mereka lantas pergi meninggalkan tempat
itu. Memandang lebah-lebah raksasa yang telah terbang
pergi itu, Kian Hui seng berkata:
"Siau hong, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Siaute sendiri pun tidak habis mengerti"
"Siau hong, aku rasa apa yang diucapkan Tan sianseng
rasanya masuk diakal juga, coba kau pikirkan dengan lebih
seksama" "Apa yang harus kupikirkan?"
"Coba kau pikir, apakah kau kenal dengan Toa sianseng
mereka?" "Jelas hal ini bukan sesuatu yang bisa terjadi"
"Seandainya dia pernah menggunakan kedudukan atau
wajah yang lain menjumpaimu?"
"Waah, kalau soal begini mah siaute tak berani terlalu
memastikan..." "Perduli bagaimana pun buas dan berbahaya pertarungan
ini, namun keadaan situasi sudah jelas, kita sudah
dihadapkan dengan musuh yang tangguh dan seharusnya
kita bisa melakukan pertarungan dengan mengandalkan
kepandaian masing-masing, namun perkembangan situasi
pada sat ini nampaknya makin lama berubah semakin kalut
dan tidak karuan lagi"
"Tapi apa maksud tujuan mereka berbuat demikian?"
"Soal ini sulit untuk dipecahkan, cuma ada satu hal yang
jelas tak bakal salah"
"Soal apa?" "Mereka cukup mengenal tentang dirimu"
"Yaa, siaute sendiri pun merasa keheranan atas kejadian
ini" "Sesungguhnya Tan sianseng bukan bersikap mengalah,
melainkan takut kalau sampai dibunuh oleh kongcu, tapi
kali ini mereka telah mengundang pergi lebah-lebah raksasa
tersebut, kejadian mana sungguh aneh sekali"
"Aku rasa persoalan ini tak mungkin akan berhenti
sampai disini saja, mereka pasti mempunyai tindakan
berikutnya" "Semoga saja mereka tidak mempergunakan makhlukmakhluk
aneh tersebut lagi, alangkah baiknya kalau mereka
bersedia mengandalkan kepandaian silat untuk
melangsungkan pertarungan sengit disini"
"Toako.." Belum habis Cu Siau hong berkata, mendadak terdengar
suara teguran nyaring berkumandang dating:
"Cu Siau hong, lebah-lebah beracun itu sudah
mengundurkan diri, silahkan kau turun kembali !"
Cu Siau hong membalikkan badan sambil menegok ke
bawah, tampak dibawah sebuah payung kebesaran
berwarna kuning terdapat sebuah kursi kulit macan yang
berlapiskan emas, diatas kursi tersebut duduk seseorang.
Oleh sebab dilindungi dengan kipas berwarna kuning,
maka sukar untuk melihat jelas paras muka lawan, namun
kalau dilihat dari pakaiannya yang berwarna merah,
delapan puluh persen dia adalah seorang perempuan.
Di kedua belah sisi kursi kebesaran itu berdiri dua orang
dayang, sedang keempat perempuan menggotong kursi,
tanda itu adalah perempuan-perempuan mana hitam tinggi,
berkaki besar lagi. Orang yang barusan menegur Cu Siau hong tak lain
adalah Tan sianseng, dia berdiri depan kursi tersebut.
Cu Siau hong segera berseru:
"Toako, mari kita turun ke bawah dan melihat-lihat !"
"Orang bilang, perempuan adalah makhluk yang paling
sukar dihadapi, kau harus berhati-hati"
"Siaute mengerti!"
"Aku akan membukakan jalan bagimu"
Sembari berkata dia lantas turun kebawah dan berjalan
lebih dahulu kedepan. Cu Siau hong tahu kalau niat tersebut tak mungkin bisa
dihadang, terpaksa dia tidak menghalangi kepergiannya.
Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan segera
mengikuti dibelakang tubuh Cu Siau hong.
Tiba-tiba Tan sianseng menghadang jalan pergi Kian Hui
seng, kemudian berseru: "Harap kau berhenti sampai disini saja, yang diundang Ji
sianseng untuk menghadap adalah Cu Siau hong, buat apa
saudara Kian berebut maju dahulu?"
Kian Hui seng mendengus dingin, namun ia berhenti
juga. Cu Siau hong segera maju kedepan dan menghentikan
langkahnya lebih kurang tujuh depa didepan orang
tersebut, kemudian serunya dengan suara lantang:
"Aku harus menyebutmu sebagai sianseng" Ataukah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hujin?" "sama saja" sahut orang dibalik paying kebesaran itu,
"Cuma selamanya organisasi kami menggunakan sebutan
sianseng untuk membedakan tingkat kedudukan, lebih baik
kau menyebutku sebagai Ji sianseng saja..."
Setelah tertawa dia melanjutkan:
"Tapi ada satu hal harus kuterangkan dulu kepadamu Cu
Siau hong, aku adalah seorang gadis perawan yang belum
pernah menikah, jika kau enggan menyebut sianseng
kepadaku panggil saja nona"
"Ji siocia..!" Orang itu tertawa. "Bagus sekali, Cu Siau hong, sekali pun kau merupakan
musuh kami sesungguhnya kau adalah seorang musuh yang
sangat menawan hati"
"Ji siocia, selain Toa sianseng, tampaknya kau
merupakan tokoh yang menempati kursi nomor dua?"
"Sesungguhnya hal tersebut bukan merupakan suatu
persoalan yang kelewat sukar untuk diduga, dengan tingkat
kedudukan ini, pantaskah bagiku untuk berbincang-bincang
denganmu?" "Ji siocia mempunyai petunjuk apa?"
"Sebelum aku datang kemari, Toa sianseng telah
memberitahukan sepatah kata kepadamu"
"Ohya" Apa yang dia katakan?"
"Dia suruh aku menasehati dirimu, selamanya lengan si
belalang tak akan mampu menahan kereta"
"Aku cukup memahami maksud hatinya itu, Cuma aku
merasakan bukan belalang, sedangkan kalian pun bukan
kereta" Suara yang semula halus, lembut dan hangat, tiba-tiba
saja berubah menjadi dingin dan hambar:
"Cu Siau hong, aku dapat merubah pendirian serta
keputusan Toa sianseng"
"Oooh, pendirian dan keputusan apakah itu?"
"Membunuh kau" "Selama beberapa waktu belakangan ini, saat kapankah
kalian tak ingin membunuhku?" jengek Cu Siau hong dingin.
"Tapi kami toh tidak pernah membunuhmu, hal mana
bukan disebabkan kami tak bisa membunuhmu, melainkan
mendapat perintah agar tidak membunuhmu"
"Apa maksud dari perkataan itu?"
"Oleh karena Toa sianseng sedikit agak membelai dirimu,
maka mereka pun tak berani turun tangan secara
sembarangan" "Aku toh tidak kenal dengan Toa sianseng, mengapa dia
harus melindungi serta membelai aku?"
"Bila kau masih bisa hidup, aku percaya dalam waktu
yang tak lama lagi akan bisa bertemu dengan Toa sianseng.
Sampai waktunya kau boleh menanyakan sendiri hal ini
kepadanya!" "Besok, dapatkah aku bertemu dengannya?"
"Masalahnya sekarang adalah sanggupkah kau untuk
hidup sampai esok pagi?"
"Siapa yang mampu membunuhku?"
"Aku !" jawab Ji siocia tenang, "Apalagi aku pun
merupakan satu-satunya orang yang bisa merubah
keputusan Toa sianseng setiap saat.."
Cu Siau hong segera tertawa.
"Ada satu hal, entah Ji siocia mengetahui atau tidak?" dia
berkata pelan. "Coba katakan!"
"Kalian telah menguasai keluargaku bahkan hendak
membunuh mereka semua"
"Yaa, memang ada kejadian seperti ini kendati pun Toa
sianseng amat menyayangi dirimu akan tetapi kami tak
akan melepaskan dirimu atau mengalah kelewat banyak
kepadamu lantaran pandangan dari Toa sianseng tersebut"
"Seandainya hal ini benar-benar terjadi aku justru
merasakan diriku kelewat dihina dan dicemooh kalian"
Ji siocia termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian berkata: "Cara kerja kami memang kurang mencerminkan
kejujuran serta keterbukaan, namun biasanya amat manjur,
bukankah demikian?" "Dengan kekuatan yang kalian miliki, sesungguhnya
tidak patut untuk berbuat serendah dan sehina itu"
"Cu Siau hong, perkataanmu makin lama semakin tak
sedap didengar.." "Bila kau mempunyai keyakinan bisa membantu aku,
tidak seharusnya kalian menyandera anggota keluargaku"
"Sebenarnya kami tidak bermaksud membunuhmu, tapi
kau terlalu brutal dan tak tahu diri, jadi sulit bagi kami
untuk mengatakannya keluar.."
"Sekarang, sebelum memperoleh jawaban dari Toa
sianseng mungkin kau tak akan mencelakai anggota
keluargaku bukan?" "Tapi aku dapat segera menyuruh mereka untuk
menyampaikan perintah pembunuhan tersebut"
"Ji siocia!" kata Cu Siau hong kemudian dingin, "Aku tak
bakal takluk kepadamu, aku pun tidak percaya kalau kau
benar-benar sanggup untuk membinasakan aku!"
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu itu,
tampaknya kau sedang menantangku untuk berduel?"
"Apabila Ji siocia bersedia memberi petunjuk satu dua
jurus, tentu saja tawaran ini akan kusambut dengan senang
hati" Tiba-tiba Ji siocia menghela napas panjang.
"Aaai..Cu Siau hong, kau benar-benar sombong dan latah
sekali...!" "Nona, bagaimana keputusanmu?"
"Kecuali kau, aku tak ingin berjumpa dengan siapa saja,
lebih baik suruhlah beberapa orang temanmu itu untuk
mundur hingga ketempat yang tak bisa melihat kemari"
"Bagaimana dengan orang-orangmu?"
"Tentu saja mereka pun harus mengundurkan diri dari
sini" Cu Siau hong tidak segera menjawab, dia termenung
sambil membungkam dalam seribu bahasa.
Tapi pada saat itulah Ji siocia telah membentak
pembantu-pembantunya agar mengundurkan diri. Termasuk
Tan sianseng diantaranya, dengan cepat mereka sudah
mengundurkan diri dari situ dan lenyap dari pandangan.
Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Kian Hui seng, kemudian baru ujarnya:
"Toako, ajaklah mereka untuk mengundurkan diri lebih
dulu ke belakang batu karang itu, bila siaute membutuhkan
sesuatu, tentu akan kuundang toako"
"Baik, kau harus berhati-hati" pesan Kian Hui seng.
Kemudian sambil mengajak Ong Peng sekalian berlalu
dari tempat kejadian. Dengan demikian maka dalam lembah tersebut tinggal
Cu Siau hong serta si nona yang berada dibawah paying
kebesaran. Dengan sorot mata Cu SIau hong yang tajam, dia dapat
melihat keadaan dibalik payung kebesaran tersebut.
Seorang perempuan berbaju kuning duduk pada kursi
kebesaran tersebut. Wajahnya tertutup oleh selembar kain kuning oleh sebab
itu tak dapat terlihat paras muka aslinya. Dalam kenyataan
sepasang tangannya pun tersembunyi dibalik ujung
bajunya, sehingga tidak dapat terlihat jelas.
Hanya dari potongan badan serta dandanan pakaian
yang dikenakan saja dapat terlihat jika dia adalah
perempuan. Sementara itu semua orang sudah mengundurkan diri
dari sudut pandangan saat itulah pelan-pelan Ji siocia baru
menyingkap payung serta berjalan keluar, ujarnya:
"Cu Siau hong aku tak ingin bertarung menggunakan
senjata melawanmu, maka aku berharap setelah
kulepaskan kain kerudung cadar mukaku ini kita dapat
melangsungkan pembicaraan dengan lebih gembira dan
leluasa.." "Ooohh..!" "Cu Siau hong aku membutuhkan sebuah jawabanmu
yang tegas dan pasti.."
"Sebelum Ji siocia mengajukan pertanyaan bagaimana
mungkin aku bisa menjawab?"
"Cu Siau hong, tahukah kau apa sebabnya aku
mengenakan kain cadar tersebut?"
"Aku tidak tahu!"
"Sebab bagi orang yang telah melihat paras muka asliku
hanya ada dua jalan yang dapat ditempuh, satu adalah
menjadi temanku, sedang yang lain adalah menjadi
musuhku, coba kaui lihat, kesempatan yang manakah yang
lebih besar untuk kita berdua?"
Sembari berkata dia mengeluarkan sepasang tangannya
dari balik ujung baju kuningnya, sebuah tangan yang
lembut, halus dan sangat cantik menawan.
"Sebagai sahabat sejati, seharusnya hal mana terjalin
tanpa dibebani dengan berbagai syarat, bila ada syaratnya
berarti bukan sahabat sejati juga bukan berarti teman yang
sebenarnya, bila Ji siocia merasa sulit bagi kita untuk
mencari kesepakatan kata, lebih baik kau tak usah
melepaskan kain cadarmu itu"
"Cu Siau hong, apakah kau tak ingin dipengaruhi oleh
perasaan ingin tahu?"
"Tidak, aku amat dipengaruhi oleh perasaan ingin tahu,
aku pun berharap kau bisa melepaskan kain cadarmu serta
menyaksikan paras muka aslimu, namun kau sepanjang
hari menggunakan kain cadar terus menerus, hal ini sudah
pasti ada alasannya, bila aku harus melanggar
pantanganmu hanya gara-gara perasaan ingin tahu,
sehingga akhirnya harus menciptakan suasana yang tidak
gembira, sudah jelas hal ini merupakan suatu kerugian
besar bagiku" Ji siocia kembali manggut-manggut.
"Meski usiamu masih kecil, ternyata memiliki keyakinan
serta kemampuan mengendalikan diri yang hebat, benarbenar
suatu sikap yang tidak mudah didapat"
"terima kasih banyak atas pujian dari Ji siocia"
"Menurut laporan Tan sianseng, konon dia sudah
menjelaskan kepadamu sekitar masalah perguruan Bu khek
bun kalian?" "Penjelasan tersebut tak lebih hanya dapat
menghilangkan perasaan dendam kesumatku atas
pembantaian terhadap perguruanku"
"Apabila halangan kecil inilah yang merupakan penyebab
dari keenggananmu bergabung dengan organisasi kami,
kami bersedia memberikan suatu jawaban yang sempurna
dan menguntungkan bagi dirimu"
"Oya?" "Bagaimana" Dapatkah hal ini membuatmu puas?"
"Aku sungguh merasa keheranan, apa sebabnya kalian
harus berebut mendapatkan aku" Tapi aku pun mengerti,
sudah jelas hal ini bukan dikarenakan kepandaian silat yang
kumiliki" Ji siocia tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeeh..heehh..heeeh. yang paling membuatku berkesan
adalah kecerdasanmu, terus terang saja, ilmu silatmu
memang bagus, tapi hal itu bukan merupakan alasan utama
mengapa kami berdaya upaya untuk mendapatkan kau,
apalagi kami pun tidak terlalu membutuhkan manusia
berilmu tinggi seperti kau"
"Manusia harus tahu diri, dan aku pun mengerti kalau
kehadiranku di organisasi kalian tidak mempunyai arti
penting yang terlalu istimewa"
"Penting atau tidak penting, mengapa pula kami harus
mengorbankan banyak tenaga dan kekuatan untuk
berusaha mendapatkan kau?"
"Aku sendiri benar-benar tak bisa menemukan
dimanakah letak alasan tersebut"
"Cu Siau hong, jangan terlalu mengharapkan sesuatu
dari Pena wasiat, dia tak akan membantumu, juga jangan
engkau mengharapkan sesuatu dari berbagai perguruan
besar dalam dunia persilatan, sebab kekuatan mereka
terbatas sekali, apalagi mereka pun tak akan sejujur dan
berjiwa besar seperti apa yang kau harapkan"
"Ji siocia, dewasa ini kami mempunyai banyak jago.."
"Aaah, itu mah tak lebih hanya segerombolan anjing
kelaparan" Ji siocia kata,
"Kekuatan mereka tak akan mampu menahan serangan
kami, bila ingin mengandalkan kekuatan meraka.."
Sambil tertawa Cu Siau hong menyela pula:
"Aku tak akan mengandalkan kekuatan mereka, aku
hanya ingin menerangkan bahwa dalam dunia persilatan
masih terdapat banyak lelaki berjiwa besar, mereka tahu
kalau kemampuan yang dimilikinya amat terbatas, namun
mereka bersedia mempertaruhkan jiwa raganya untuk
bertarung sampai titik darah penghabisan"
"jadi kalau begitu kau masih saja tak mau sadar?"
"Bila mengikuti cara pembicaraanku tadi, seharusnya aku
memang termasuk orang yang berwatak keras kepala"
"Konon kau pernah belajar ilmu pedang Tay lo cap ji si?"
tegur Ji siocia dingin. "Begitulah yang dikatakan Tan sianseng!"
"Ilmu pedang Tay lo cap ji si merupakan ilmu pedang
tingkat atas yang luar biasa tapi sudah berapa tingkat
kesempurnaan yang berhasil kau capai?"
"Tidak terlalu sempurna"
"Aku sudah berlatih selama sepuluh tahun" kata Ji siocia
lagi. "Oya?" "Sekarang cabut keluar pedangmu! Oleh karena aku tak
mampu menaklukkan kau dengan kata-kata, terpaksa akan
kubunuh dirimu sehingga jangan sampai memelihara bibit
bencana untuk kemudian hari"
"Aku bersedia mengiringi kehendakmu itu dengan
mempertaruhkan jiwa, Cuma aku mempunyai sedikit
permintaan, harap Ji siocia sudi memenuhinya.."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Katakan !" "Jangan lukai keluargaku karena mereka tak pandai silat,
lagi pula bukan anggota persilatan"
Ji siocia termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian baru menyahut: "Baik kalau kau mati disini, akan kukabulkan
permintaanmu itu..!"
Sudah jelas maksud dari pembicaraan tersebut, bila ia
tidak tewas disitu berarti janji tersebut dianggap batal dan
tidak berlaku lagi. Dengan hormat Cu Siau hong member hormat, lalu
katanya: "Setelah kuperoleh jawabanmu itu, sekali pun mati, aku
pun akan mati dengan perasaan tenang"
Pelan-pelan tangan kanannya meraba gagang pedang. Ji
siocia masih tetap berdiri serius di tempat semula. Melihat
itu Cu Siau hong segera melepaskan kembali
genggamannya pada gagang pedang tersebut.
"Mengapa kau tidak turun tangan?" tegur Ji siocia
kemudian. "Ji siocia tidak membawa senjata?"
"Pedang yang sesungguhnya untuk membunuh orang
lain, selamanya harus disimpan dalam tempat yang tidak
diketahui orang" kata Ji siocia pelan.
Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya. Tampak
cahaya tajam berkelebat lewat serentetan cahaya pedang
berkelebat dan tahu-tahu sudah menempel diatas leher Cu
Siau hong. Untuk beberapa saat Cu Siau hong jadi termangumangu,
kemudian pujinya: "Suatu ilmu pedang yang amat cepat"
Ji siocia tersenyum. "Cu Siau hong, sekarang bila aku ingin membunuhmu
maka hal ini bisa kulakukan dengan gampang sekali"
Mau tak mau Cu Siau hong mengakui akan kebenaran
dari ucapan tersebut. Pelan-pelan Ji siocia menarik kembali pedangnya,
kemudian berkata lagi: "Paling tidak, kau boleh mempercayai satu hal bukan"
"Oya?" "Kami mampu membunuhmu, hanya kami tidak
melaksanakan hal tersebut saja"
"Aku hanya percaya kalau Ji siocia dapat membunuhku,
karena kau telah membuktikan kalau memiliki kepandaian
tersebut" Ji siocia mendesis lirih:
"Kau benar-benar keras kepala tapi menawan hati, selalu
tunduk dengan kenyataan yang ada"
"Bolehkah kuucapkan pula sepatah kata?"
"Baik, katakanlah!"
"Gerakanmu sewaktu mencabut pedang memang jauh
lebih cepat daripadaku dan hal ini kuakui"
"Tapi kau masih agak kurang percaya bila aku pun bisa
mengalahkan kau?" "Seandainya kau benar-benar bisa mengalahkan aku,
tentu saja aku akan lebih kagum lagi"
"Cu Siau hong, aku dapat member satu kesempatan
kepadamu untuk membuktikan hal ini,cuma setelah terbukti
nanti, apa yang hendak kau lakukan?"
Cu Siau hong tertawa. "Menurut peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan,
aku harus membuang senjata mengaku kalah serta
menerima hukuman darimu bukan?"
"Apakah kau enggan melakukan seperti apa yang berlaku
menurut peraturan dunia persilatan pada umumnya?"
"Benar!" "Baik, coba kau katakan apa rencanamu selanjutnya?"
"Tak usah kuutarakan lebih dulu, sampai wakttunya nanti
aku pasti akan memberkan suatu pertanggungjawaban
yang memuaskan kepada Ji siocia.."
Ji siocia tersenyum dan manggut-manggut.
"Baik..sekarang kau boleh meloloskan senjatamu!"
Cu Siau hong dapat merasakan bahwa sikap Ji siocia
terhadapnya boleh dibilang sabarnya luar biasa.
Setelah menghembuskan napas panjang daan
menggenggam kembali gagang pedangnya, Cu Siau hong
berkata agak sedih: "Ji siocia aku masih mempunyai satu permintaan lagi!"
"Katakanlah!" --------0000----------- Jilid 55-56 (Bagian 71) "Seandainya aku berhasil mengungguli Ji siocia dengan
satu atau setengah jurus, aku mohon Ji siocia bersedia
melepaskan keluargaku itu"
"Tentu saja, bila kau unggul dariku, kau boleh
mengajukan syarat apapun"
"Yang kalian benci, yang kalian dendam hanya aku
seorang, oleh sebab itu sekalipun aku kalah, kalian pun
tidak seharusnya mencelakai anggota keluargaku bukan?"
"Cara kerja organisasi kami adalah mementingkan
besarnya manfaat, kami tak pernah memperhatikan soal
cara tersebut seharusnya digunakan atau tidak.."
"Ji siocia, maksudku bila aku sudah tidak menjadi
musuhmu lagi, seharusnya kalian pun akan melepaskan
anggota keluargaku bukan?"
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan, bila kau sudah bukan
musuh kami lagi, bukan saja mereka tak akan mendapat
gangguan bahkan kami pun akan mengerahkan segenap
kemampuan yang kami miliki untuk melindungi
keselamatan mereka" "Melindungi sih tak perlu, aku hanya berharap mereka
dapat dibiarkan kembali ke rumah serta melewati
penghidupan yang tenang seperti sedia kala, mereka bukan
anggota persilatan lebih baik jangan dilibatkan lagi kedalam
masalah dunia persilatan"
"Baiklah, kukabulkan permintaan itu, bahkan pasti akan
kulakukan.." "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dulu
kepada Ji siocia.." seru Cu Siau hong sambil menjura.
Ternyata Ji siocia balas membungkukkan badannya
memberi hormat pula. "Tak usah banyak adat!" serunya.
Pelan-pelan Cu Siau hong meloloskan pedangnya,
kemudian berkata lagi : "Ji siocia,berhati-hatilah, aku akan segera turun tangan"
"Silahkan" Ji siocia manggut-manggut.
Cu Siau hong menggetarkan pedangnya dan segera
melepaskan sebuah tusukan kedepan.
Dengan cekatan Ji siocia mengigos kesamping untuk
menghindarkan diri. Pedangnya yang berada di ujung baju
sama sekali tidak digunakan, nampaknya dia masih
bertangan kosong belaka. Sebenarnya Cu Siau hong hendak menyuruh nona itu
mencabut pedangnya, tapi ia berpikir lagi, sebagai jagoan
yang berilmu silat jauh lebih tinggi daripadanya, semestinya
tak perlu diberi peringatan lagi.
Karena berpikir demikian, dia lantas memutar pedangnya
dan mengembangkan serangkaian serangan gencar yang
dahsyat dan luar biasa. Tampak cahaya tajam berkilauan di angkasa, selapis
cahaya pedang menggulung ke depan.
Paras muka Ji siocia segera berubah menjadi dingin dan
serius, tangan kanannya cepat dikebaskan ke muka, sekilas
cahaya tajam segera membendung datangnya ancaman
dari Cu Siau hong tersebut.
Serangan Cu Siau hong yang gencar dan maha dahsyat
itu akhirnya berhasil memaksa Ji siocia untuk meloloskan
senjatamya. Jurus pedang yang digunakan Cu Siau hong sangat kalut
dan gado-gado, namun setiap jurus yang berbeda itu justru
mendatangkan kedahsyatan serta daya pengaruh yang
mengerikan. Ketika menyambut lima puluh jurus serangan dari
pemuda tersebut, Ji siocia sudah tak sanggup menahan diri
pada posisi yang semula lagi, tubuhnya mulai bergeser
kesamping atau mundur kebelakang untuk menahan
ancaman Cu Siau hong yang makin menghebat.
Dari delapan puluh jurus serangan yang dilancarkan Cu
Siau hong, ternyata tak sejurus serangan pun yang
merupakan serangkaian ilmu pedang yang utuh, setiap
jurus boleh dibilang berdiri sendiri dan sama sekali tiada
hubungannya dengan jurus serangan yang lain.
Kalau pada permulaan pertarungan itu berlangsung, Ji
siocia masih bisa bertindak sekehendaknya sendiri tapi
sekarang mau tak mau dia harus bersikap lebih berhatihati.
Jurus serangan yang dipergunakan Cu Siau hong
tampaknya sama sekali diluar dugaannya.
Dengan cepat Ji siocia berhasil membendung lagi tiga
jurus serangan dari Cu Siau hong, kemudian pelan-pelan
berkata: "Tahan!" Cu Siau hong segera menghentikan serangannya
kemudian sambil menghela napas katanya:
"Aaaai..sungguh memalukan, sungguh tak kusangka
delapan puluh jurus serangan yang kulancarkan secara
beruntun belum berhasil juga mendesakmu"
"Aku lihat kepandaian silatmu sudah cukup hebat,
buktinya bisa memaksaku meloloskan pedang, bahkan
mendesakku lagi untuk menggeserkan badan"
"Cuma aku tahu tiada kesempatan bagiku untuk dapat
mengungguli dirimu" "Memang tidak banyak manusia dalam dunia persilatan
ini yang sanggup mengungguli aku"
"Ji siocia, aku berharap apa yang telah kau sanggupi bisa
kau laksanakan seperti janji, janganlah melukai anggota
keluargaku" Mendadak dia membalikkan pedangnya dengan
menempelkan mata pedang yang tajam tersebut keatas
tenggorokan sendiri. "Cu Siau hong, apa yang hendak kau lakukan?" buruburu
Ji siocia bertanya. "Sudah kukatakan, aku dapat memberikan suatu
pertanggungjawaban yang sempurna kepadamu"
"Bunuh diri?" "Aku tahu, tak mungkin bagiku untuk mengungguli kau"
"Oya?" "Terhadap persoalan ini aku telah berupaya sekuat
kemampuanku, maka seandainya kematianku sekarang
dapat menyelamatkan anggota keluargaku dari ancaman
kematian, bukankah hal ini merupakan suatu tindakan yang
amat sempurna?" "Padahal kau seharusnya mempunyai banyak
kesempatan untuk berbuat demikian, paling tidak kau
belum menggunakan ilmu Tay lo cap ji si mu itu"
"Tan sianseng bisa dua jurus, dengan kedudukanmu
yang tinggi, semestinya semua jurus serangan tersebut
telah kau pelajari" "Heeeh...heeh..nampaknya kau merupakan seorang yang
gampang mengaku kalah?" jengek Ji siocia sambil tertawa
dingin. "Tidak! Aku sadar kalau kemampuanku tak cukup untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran bagi dunia
persilatan,oleh sebab itu aku harus menggunakan
kemampuan yang kumiliki untuk menyelamatkan anggota
keluargaku" Ji siocia termenung sambil berpikir sejenak, kemudian
katanya sambil tertawa: "Cu Siau hong, untuk mati saja kau tidak takut, kalau
begitu tiada persoalan yang bisa membuatmu takut?"
"Ehmmmm!" "Mengapa tidak bergabung saja dengan organisasi kami"
Dengan kepandaian silat yang kau miliki paling tidak kau
bisa menempati kursi kelima"
"Aku tak mampu menghadapi kalian saja sudah cukup
membuatku tak tenteram, apalagi suruh aku menyerah?"
"Baiklah! Kalau toh kau bersikeras ingin mati, silahkan
saja kau lakukan kehendak hatimu itu, tapi aku tidak akan
menyanggupi untuk menjamin keselamatan anggota
keluargamu" Mendengar perkataan ini, Cu Siau hong lantas berpikir:
"Tampaknya aku mempunyai semacam nilai bagi
mereka, oleh sebab itu mereka selalu berusaha untuk
mempertahankan hidupmu"
Cuma dia tidak habis mengerti sebenarnya nilai apakah
yang dimilikinya terhadap organisasi tersebut"
Oleh karena tujuannya telah tercapai maka apabila dia
tidak pergunakan kesempatan ini untuk mengundurkan diri,
rasanya sulit untuk menemukan kembali kesempatan
terbaik ini dilain saat. Berpikir demikian, pelan-pelan dia menarik kembali
pedangnya sembari berkata:
"Ji siocia, maksudmu aku harus menguasahi keinginanku
ini?" "Bagaimanakah kami hendak menghadapi anggota
keluargamu, hingga kini aku pun belum tahu dengan pasti,
maka cara yang terbaik adalah mengajakmu untuk
menjumpai Toa sianseng, agar dia sendirilah yang
memberikan jaminan kepadamu"
Cu Siau hong segera berpikir dalam hati:
"Kitab pusaka tanpa nama yang diserahkan Lo liok si
penjaga kuda kepadaku berisikan ilmu Tay lo cap ji si, tapi
kepandaian tersebut merupakan juga ilmu simpanan dari
Toa sianseng mereka. Apa pula yang ingin mereka tanyakan
lagi kepadaku" Lo Liok telah mati, tapi jenazahnya tidak
ditemukan, peti matinya berada dalam keadaan kosong,
jelas dia bermaksud hanya untuk pura-pura mati saja, tapi
apa yang sebenarnya terjadi" Mengapa pula dia berbuat
demikian?" Pelbagai pertanyaan yang mencurigakan hatinya itu
muncul secara bertubi-tubi dan segera memenuhi seluruh


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benaknya, untuk beberapa saat dia sampai lupa untuk
menjawab perkataan lawan.
Sambil tertawa Ji siocia berkata lagi:
"Cu Siau hong, bagaimanakah menurut maksud hatimu?"
"Kemanakah kita harus menjumpai Toa sianseng?" Tanya
Cu Siau hong kemudian. "Tidak terlalu jauh, bila kau setuju, aku akan segera
mengajakmu kesana" Kembali Cu Siau hong berpikir:
"Berbicara pulang pergi, dia hanya berniat untuk
mengajakku meninggalkan tempat ini, besok merupakan
saat munculnya Pena wasiat, tampaknya maksud tujuan
mereka adalah tidak berharap aku bisa menyaksikan
kejadian tersebut" Tampaknya Ji siocia sudah dapat menyaksikan kesulitan
yang dihadapi Cu Siau hong, sambil menghembuskan napas
panjang, katanya kemudian:
"Cu Siau hong, apakah hati kecilmu penuh diliputi oleh
perasaan ingin tahu?"
"Maksud Ji siocia adalah..."
"Bukankah kau ingin sekali menyaksikan kemunculan
dari Pena wasiat?" Oleh karena rahasia hatinya telah tertebak lawan,
terpaksa Cu Siau hong harus mengakui.
"Benar, Pena wasiat menggetarkan seluruh kolong langit,
hampir setiap orang mengetahui tentang Pena wasiat, tentu
saja aku harus melihat manusia macam apakah dia,
mengapa dia munculkan diri dan apa pula yang hendak
dikatakan olehnya" Ji siocia termenung sambil berpikir beberapa saat,
kemudian baru berkata: "Cu Siau hong, percayakah kau dengan peristiwa
tersebut?" "Berita tersebut tersiar dalam dunia persilatan, mengapa
aku tidak mempercayainya"
"Cu kongcu, sekali pun seseorang mempunyai
kepandaian yang luar biasa, toh belum tentu dia bisa
malang melintang dalam dunia persilatan dengan
sekehendak hati sendiri"
Tampaknya perkataan tersebut belum selesai diutarakan,
tapi secara tiba-tiba dia membungkam.
Cu Siau hong mencoba untuk meresapi perkataan
tersebut, mendadak dia merasa seperti ada sesuatu yang
dimaksudkan, diam-diam dia mencoba untuk meresapinya.
"Apakah Pena wasiat telah kau suap atau kau bunuh?"
tanyanya kemudian. "Cu Siau hong, persoalan semacam itu hanya bisa
diresapi tak dapat diucapkan, lebih baik kau memikirkannya
sendiri, bila sudah mengerti, simpan saja didalam hati"
Cu Siau hong menghela napas panjang, pikirnya
kemudian: "Tampaknya aku telah menilai mereka kelewat rendah,
organisasi ini bisa memiliki daya kemampuan yang begitu
besar dengan perencanaan yang begitu sempurna, boleh
dibilang tiada keduanya sepanjang sejarah dunia persilatan"
Sementara dia masih termenung, terdengar Ji siocia
telah berkata kembali: "Cu Siau hong, apakah kau telah berhasil
memahaminya?" Tergerak hati Cu Siau hong sesudah mendengar
perkataan itu, kembali dia berpikir:
"Aku tak boleh menampilakn diri kelewat bodoh, namun
penampilanku juga tak boleh kelewat pintar"
Sekalipun berada dalam posisi yang sulit dan susah,
namun Cu Siau hong merasa hatinya seperti dibakar, rasa
ingin menangnya segera berkecamuk dalam benaknya.
Setelah menghembuskan napas panjang, dia lantas
berkata: "Ji siocia, aku belum dapat memahami keseluruhannya"
"Belum bisa memahami secara keseluruhan" Kalau
begitu pikirlah pelan-pelan soal keinginanmu untuk
menyaksikan kemunculan Pena wasiat, rasanya sukar untuk
tepenuhi" "Ji siocia, seandainya aku mohon kepadamu untuk
tinggal disini sambil melihat kemunculan Pena wasiat,
apakah kau akan mengijinkan kepadaku?"
"Tidak bisa, sebelum matahari terbenam nanti, kau harus
meninggalkan tempat ini"
"Pergi menjumpai Toa sianseng?"
"Bila kau menguatirkan keselamatan ayah ibumu serta
segenap anggota keluargamu, hanya ada satu cara yang
bisa kau tempuh yakni pergi menjumpai Toa sianseng"
"Bila kau menguatirkan keselamatan ayah ibumu serta
segenap anggota keluargamu, hanya ada satu cara yang
bisa kau tempuh yakni pergi menjumpai Toa sianseng"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Baiklah, aku akan meninggalkan pesan dahulu kepada
mereka" katanya kemudian.
"Kepada siapa?"
"Orang-orang yang datang bersamaku"
"Baik, akan kunantikan kedatanganmu, setelah kau
selesai meninggalkan pesan kepada mereka, kita akan
segera berangkat melakukan perjalanan"
"Apakah Ji siocia akan pergi bersamaku?"
"Kenapa" Apakah menganggap wajahku terlalu jelek
sehingga kau enggan melakukan perjalanan bersamaku?"
"Tidak, aku sudah tahu kalau bukan tandingan nona, bila
sudah mengaku kalah, tentu saja harus mengikuti semua
perkataanmu" Kemudian sambil membalikkan badan dia berjalan
menuju kehadapan Kian Hui seng, setelah itu katanya:
"Kian toako, aku hendak pergi mengikuti nona Ji
tersebut" "Mengapa?" "Sebab aku tak sanggup menandingi dirinya!"
"Saudaraku, mari kubantu kau untuk berduel sampai titik
Juragan Tamak Negeri Malaya 1 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Pembantai Dari Mongol 1

Cari Blog Ini